Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA PADA IBU HAMIL

Disusun Oleh :
INDRANILA
NPM. 201991097
Kelompok Gordon

Dosen Pembimbing :
Ns. Dwi Kartika Pebrianti, M. Kep

PRGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
2020
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir. Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan
jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa
ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi
seluruh atau sebagian ostium internum.
Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta di
bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan
perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen-
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan-
lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus.

B. Etiologi
Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat
diterangkan . bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi
pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa ,
tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke
plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya
normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau
menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada
primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering
dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada
grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari
grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.

C. Klasifikasi
Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat:
1. Plasenta previa totalis: seluruh ostium ditutupi plasenta
2. Plasenta previa partialis : sebagian ditutupi plasenta
3. Plasenta letak rendah (low-lying placenta): tepi plasenta berada 3-4 cm diatas
pinggir pembukaan, pada pemeriksaandalam tidak teraba.
Menurut Browne :
1. Tingkat I : lateral placenta previa.
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak
sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat 2 : Marginal plasenta previa
Plasenta mencapai pinggir pembukaan (ostium)
3. Tingkat 3 : Complate plasenta previa
Plasenta menutupi osteum waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan
hampir lengkap.
4. Tingkat 4 : Central plasenta previa
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.

D. Patofisiologi
Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20
minggu saat sekmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis.
Umumnya terjadi pada trimester ke tiga karena segmen bawah uterus lebih
banyak mengalami perubahan. Pelebaran sekmen bawah uterus dan
pembukaan servik menyababkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta
dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan
tak dapat dihindarkankarena adanya ketidakmampuan selaput otot segmen bawah
uterus untuk  berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.

E. Tanda dan Gejala


Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada
mayoritas (70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina
setelah minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik dari placenta previa.
Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat dihubungkan dengan
kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup
dalam keparahan dari ringan sampai parah.
Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis dari placenta
previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada dinding
perut) atau transvaginal (dengan probe yang dimasukan kedalam vagina namun
jauh dari mulut serviks) mungkin dilakukan, tergantung pada lokasi dari placenta.
Adakalanya kedua tipe-tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu. Adalah
penting bahwa pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan fisik dari
pelvis pada wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai, karena
pemeriksaan fisik pelvic mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih jauh.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang
keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir triwulan
kedua. Ibu dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak memiliki
gejala) sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak
terlalu banyak dan berwarna merah segar. Pada umumnya perdarahan pertama
terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan seksual dapat
menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena pembesaran dari rahim
sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta dengan dinding rahim.
Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika didapatkan kecurigaan
terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka pemeriksaan Vaginal Tousche
(pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak boleh dilakukan kecuali di meja
operasi mengingat risiko perdarahan hebat yang mungkin terjadi.

F. Komplikasi
1. Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim
2. Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan
histerektomi (operasi pengangkatan rahim).
3. Plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta
4. Prematur atau kelahiran bayi sebelum waktunya (< 37 minggu)
5. Kecacatan pada bayi

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Episode pendarahan significan yang pertama biasanya terjadi di rumah pasien,
dan biasanya tidak berat. Pasien harus dirawat dirumah sakit dan
tidak dilakukan pemeriksaan vagina, karena akan mencetuskan perdarahan
yang sangat berat. Dirumah sakit TTV pasien diperiksa, dinilai jumlah darah
yang keluar, dandilakukan close match. Kehilangan darah yang banyak
memerlukan transfusi.Dilakukan palpasi abdomen untuk menentukan umur
kehamilan janin, presentasi,dan posisinya.
Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan segara setelah masuk, untuk
mengkonfirmasi diagnosis Penatalaksanaan selajutnya tergantung pada
perdarahan dan umur kehamilan janin. Dalam kasus perdarahan hebat,
diperlukan tindakan darurat untuk melahirkan bayi (dan plasenta) tanpa
memperhitungkan umur kehamilan janin. Jika perdarahan tidak hebat,
perawatan kehamilan dapat dibenarkan jika umur kehamilan janin kurang dari
36 minggu. Karena perdarahan ini cenderung berulang,ibu harus tetap dirawat
di RS. Episode perdarahan berat mungkin mengharuskan pengeluaran janin
darurat, namum pada kebanyakan kasus kehamilan dapat dilanjutkan hingga 36
minggu ; kemudian pilihan melahirkan bergantung padaapakah derajat plasenta
previanya minor atau mayor. Wanita yag memiliki derajat plasenta previa
minor dapat memilih menunggu kelahiran sampai term atau denganinduksi
persalinan, asalkan kondisinya sesuai. Plasenta previa derajat mayor ditangani
dengan seksio seksarae pada waktu yang ditentukan oleh pasien ataudokter,
meskipun biasanya dilakukan sebelum tanggal yang disepakati,
karena perdarahan berat dapat terjadi setiap saat
2. Penatalaksanaan keperawatan
Sebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring total  dengan     menghadap
ke kiri, tidak melakukan senggama, menghidari peningkatan tekanan rongga
perut (misal batuk, mengedan karena sulit buang air besar). Pasang infus NaCl
fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairal peroral, pantau tekanan darah
dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 manit untuk mendeteksi
adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ
dan pergerakan janin.Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan
transfusi darah bila tidakteratasi, upaya penyelamatan optimal, bila teratasi,
perhatikan usia kehamilan.Penanganan di RS dilakukan berdasarkan usia
kehamilan. Bila terdapatrenjatan, usia gestasi kurang dari 37 minggu,
taksiran Berat Janin kurang dari 2500g, maka :
a. Bila perdarahan sedikit, rawat sampai sia kehamilan  3 7
m i n g g u , lalulakukan mobilisasi bertahap, beri kortikosteroid 12 mg
IV/hari selama 3 hari.
b. Bila perdarahan berulang, lakukan PDMO kolaborasi
(PemeriksaanDalam Di atas Meja Operasi), bila ada kontraksi tangani
seperti kehamilan preterm. Bila tidak ada renjatan usia gestaji
37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2500g atau lebih lakukan PDMO,
bila ternyata plasenta  previa lakukan persalinan perabdominam, bila bukan
usahakan partus pervaginam.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematokrit
2. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan plasenta
atau jarak tepi plasenta terhadap ostium
3. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hati dan benar, dapat
menentukansumberperdarahan dari karnalis servisis atau sumber lain (servisitis,
polip,keganasan, laserasi/troma)
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Anamnesa
1) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medicalrecord dll.
2) Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
a) Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
b) Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek;
terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi intravaginal/rectal.
c) Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan
pembuluh darah dan placenta.
3) Inspeksi
a) Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
b) Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
4) Palpasi abdomen
a) Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
b) Sering dijumpai kesalahan letak 
c) Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya
kepala masih goyang/floati
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnyaagar  perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada
kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:
a) Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
b) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
c) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan
penolong persalinan
d) Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
e) Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi,
dan perdarahan.
f) Komplikasi pada bayi
g) Rencana menyusui bayi
2) Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran
persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir
(HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat
digunakan rumus naegle, yaitu hari  ditambah tujuh, bulan dikurangi
tiga, tahun disesuaikan.
3) Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,
ibu,   a t a u keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan
pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral
sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang
tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual
pada janin.
Riwayat penyakit dan operasi:
4) Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit
ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya
riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya
harus di dokumentasikan
c. Pemeriksaan fisik
1) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
a) Rambut dan kulit
b) Mata : pucat, anemis
c) Hidung
d) Gigi dan mulut
e) Leher
f) Buah dada / payudara
g) Jantung dan paru
h) Abdomen
i) Vagina
j) System musculoskeletal
k) Persendian tulang pinggul yang mengendur
l) Gaya berjalan yang canggung
m)Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan
diastasis rectal
2) Khusus
a) Tinggi fundus uteri
b) Posisi dan persentasi janin
c) Panggul dan janin lahir
d) Denyut jantung janin

B. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah yang
besar.
2. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan
mengenai efek perdarahan dan menejemennya.
3. Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah
abnormal, kerusakan system imun.
4. Rencana keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Penurunan Setelah dilakukkanya 1. Kaji dan catat TTV, 1. Pengkajian yang akurat
kardiak output tindakan keperawatan 2 X TD serta jumlah mengenai status
berhubungan 24 jam diharapkan perdarahan. hemodinamik merupakan
dengan penurunan kardiak output 2. Bantu pemberian dasar untuk perencanaan,
perdarahan tidak terjadi atau teratasi pelayanan kesehatan intervensi, evaluasi.
dalam jumlah dengan kriteria hasil : atau mulai sarankan 2. Memperbaiki volume
yang besar o  Volume darah intravaskuler terapi cairan IV atau vaskuler membutuhkan
dan kardiak output dapat terapi transfusi darah terapi IV dan intervensi
diperbaiki sampai nadi, sesuai kebutuhan. farmakologi. Kehilangan
tekanan darah, nilai volume darah harus
hemodinamik, serta nilai diperbaiki untuk
laboratorium menunjukkan mencegah komplikasi
tanda normal seperti infeksi, gangguan
janin dan gangguan vital
ibu hamil.
2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Terapi bersama 1. Kehadiran perawat dan
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 pasangan dan pemahaman secara empati
dengan diharapkan ansietas dapat menyatakan merupakan alat terapi yang
kurangnya berkurang dengan kriteria perasaan. potensial untuk
pengetahuan hasil : 2. Menentukan tingkat mempersiapkan pasangan
efek 1.    Pasangan dapat pemahaman untuk menanggulangi
perdarahan dan mengungkapkan pasangan tentang situasi yang tidak
manejemennya harapannya dengan kata- situasi dan diharapkan.
. kata tentang manajemen manajemen yang 2. Hal yang diberikan
yang sudah direncanakan, sudah direncanakan. perawat akan memperkuat
sehingga dapat mengurangi 3. Berikan pasangan penjelasan dokter dan
kecemasan pasangan. informasi tentang untuk memberitahu dokter
manajemen yang jika ada penjelasan yang
sudah direncanakan. penting.
3. Pendidikan pasien yang
diberikan merupakan cara
yang efektif mencegah dan
menurunkan rasa cemas.
Pengetahuan akan
mengurangi ketakutan
akan ha-hal yang tidak
diketahui.
3. Resiko tinggi Kriteria evaluasi : 1. Kaji jumlah darah 1. Hemoragi berlebihan dan
cedera (janin) Menunjukkan profil darah yang hilang. Pantau menetap dapat
b/d hipoksia dengan hitung SDP, Hb, tanda/gejala syok mengancam hidup klien
jaringan/ dan pemeriksaan koagulasi 2. Catat suhu, hitung atau mengakibatkan
organ,profil DBN normal. SDP, dan bau serta infeksi pascapartum,
darah warna rabas vagina, anemia pascapartum, KID,
abnormal,kerus dapatkan kultur bila gagal ginjal, atau nekrosis
akan system dibutuhkan. hipofisis yang disebabkan
imun. 3. Catat oleh hipoksia jaringan dan
masukan/haluaran malnutrisi.
urin. Catat berat jenis 2. Kehilangan darah
urin. berlebihan dengan
4. Berikan heparin, bila penurunan Hb
diindikasikan meningkatkan risiko klien
5. Berikan antibiotic untuk terkena infeksi.
secara parenteral 3. Penurunan perfusi ginjal
mengakibatkan penurunan
haluaran urin.
4. Heparin dapat digunakan
pada KID di kasus
kematian janin, atau
kematian satu janin pada
kehamilan multiple, atau
untukmemblok siklus
pembekuan dengan
melindungi factor-faktor
pembekuan dan
menurunkan hemoragi
sampai terjadi perbaikan
pembedahan
5. Mungkin diindikasikan
untuk mencegah atau
meminimalkan infeksi.
Daftar Pustaka
Jurnal Academia.Edu

Anda mungkin juga menyukai