Askep Hepatitis Aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan secara teoritis yang
diberikan kepada pasien dengan masalah hepatitis. Pada konsep askep hepatitis pada artikel ini
menggunakan konsep Nanda NIC NOC mulai dari pengkajian, diagnose keparawatan, intervensi
keperawatan menggunakan ilmu keperawatan Nanda NIC NOC.
Sebelum kita belajar bagaimana konsep asuhan keperawatan hepatitis, kita harus tahu apa itu hepatitis.
DEFINISI HEPATITIS
Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin
termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati.
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati
yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas.
Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan E
mempunyai cara penularan yang serupa (jalur vekal-oral) sedangkan hepatitis B, C dan D mempunyai
banyak karakteristik yang sama.
Hepatitis Virus
Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai tunggal dan disebabkan oleh virus
RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi pada usia anak-anak & dewasa muda.
Cara penularan fekal-oral, makanan, penularan melalui air, parenteral (jarang), seksual (mungkin) dan
penularan melalui darah. Masa inkubasi 15-45 hari, rata-rata 30 hari pada usia anak-anak dan dewasa
muda.
Resiko penularan pada sanitasi buruk, daerah padat seperti rumah sakit, pengguna obat, hubungan
seksual dengan orang terinfeksi dan daerah endemis. Tanda dan gejala dapat terjadi dengan atau tanpa
gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi didalam feses pada masa
inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibodi IgM anti-HAV meningkat tajam, sehingga
memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat adanya suatu inveksi HAV.
Setelah masa akut antibodi IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya hingga
menunjukkan bahwa penderita pernah mengalami infeksi HAV di masa lampau da memiliki imunitas
sedangkan keadaan karier tidak pernah ditemukan.
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala. Ketika gejalanya muncul
bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan anoreksia yang terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati
yang rusak atau akibat kegagalan sel hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang
abnormal.
Gejala dispepsia dapat ditandai dengan rasa nyeri epigastium,mual, nyeri ulu hati dan flatulensi. Semua
gejala akan hilang setelah fase ikterus.
Hepatitis B
Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung ganda yang dapat terjadi pada
semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-oral) terutama melalui darah, kontak langsung, kontak
seksual, oral-oral dan perinatal. Masa inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari.
Resiko penularan pada aktivitas homoseksual, pasangan seksual multipel, pengguna obat melalui
suntikan IV, hemodialisis kronis, pekerja layanan kesehatan, tranfusi darah dan bayi lahir dengan ibu
terinfeksi. Bisa terjadi tanpa gejala akan tetapi bisa timbul atralgia dan ruam. Dapat juga mengalami
penurunan selera makan, dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal menyeluruh, tidak enak badan dan
lemah.
Apabila ikterus akan disertai dengan tinja berwarna cerah dan urin berwarna gelap. Hati penderita akan
terasa nyeri tekan dan membesar hingga panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar
limfe servikal posterior juga membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel HbcAg, HbsAg, HbeAg dan HbxAg.
Virus ini mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada dalam serum selama periode yang relatif
lama sehingga memungkinkan penularan virus tersebut.
Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA untai tunggal yang dapat terjadi
pada semua usia. Cara penularan terutama melalui darah hubungan seksual dan perinatal. Masa
inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50 hari.
Resiko penularannya pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja layanan keehatan,
hubungan seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien faktor pembekuan sebelum tahun 1987
dan bayi yang lahir dari ibu terinfeksi.
HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm. Pemeriksaan imun enzim untuk
mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan
rekombinan suplemental (recombinant assay, RIBA).
Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus RNA untai tunggal, dapat
terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah tapi sebagian melalui hubungan seksual dan
parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari, 21-140 hari rata-rata 40 hari yang terjadi pada semua usia.
Resiko penularan pada pengguna obat IV, penderita hemovilia dan resipien konsentrat faktor
pembekuan.
Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan antigen permukaan hepatitis
B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang beresiko terkenahepatitis D. Antibodi anti-
delta dengan adanya BBAg pada pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis tersebut.
Gejala hepatitis D serupa hepatitis B kecuali pasiennya lebih cenderung untuk menderita hepatitis
fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati.
Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH dengan agen virus RNA untai tunggal tak
berkapsul. Cara penularan fekal-oral dan melali air, bisa terjadi pada dewasa muda hingga pertengahan.
Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-rata 40 hari. Resiko penularannya pada air minum terkontaminasi dan
wisatawan pada daerah endemis.
HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang lebih 32-34 nm dan tidak
berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan serologis untuk HEV menggunakan
pemeriksaan imun enzim yang dikodekan khusus.
Hepatitis Toksik
Mendapat riwayat pajanan atau kontak dengan zat-zat kimia, obat atau preparat lain yang bersifat
hepatotoksik. Gejala yang dijumpai adalah anoreksia, mual dan muntah. Pemulihan cepat apabila
hepatotoksin dikenali dandihilangkan secara dini atau kontak dengan penyebabnya terbatas.
Terapi ditujukan pada tindakan untuk memulihkan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit, penggantian darah, memberikan rasa nyaman dan tindakan pendukung.
Setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati namun obat yang paling berkaitan denagn cedera hati tidak
terbatas pada obat anastesi tapi mencakup obat-obat yang dipakai untuk mengobati penakit rematik
seta muskuloskletal, obat anti depresan,, psikotropik, antikonvulsan dan antituberkulosis.
PATHWAY HEPATITIS
Tanda dan gejala hepatitis menurut FKUI (2006) adalah sebagai berikut:
Masa tunas
Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan
bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan
baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan
lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya
nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal,
penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
KOMPLIKASI HEPATITIS
Hepatitis fulminan ditandai dengan gejala dan tanda gagal hati akut, penciutan hati, kadar bilirubin
serum meningkat cepat,pemanjangan waktu protrombin dan koma hepatikum. Prognosis adalah
kematian pada 60-80% pasien.
Komplikasi tersering adalah perjalanan klinis yang lebih lama hngga berkisar dari 2-8 bulan. Sekitar 5-
10% paasien heatitis virus mengalami kekambuhan setelah sembuh dari serangan awal.
Sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronis aktif bila terjadi kerusakan hati
seperti digerogoti (piece meal) dan terjadi sirosis. Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan
cidera hati namun prognosisnya tetap buruk.
Komplikasi lanjut hepatitis yang bermakna adalah berkembangnya karsinoma heatoseluler sekunder.
Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2006) adalah:
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia
serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini
lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati akan diganti oleh jaringan
parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras jaringan parut yang terbentuk dan
semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.
Laboratorium
Pemeriksaan pigmen
Urobilirubin direk
Bilirubun serum total
Bilirubin urine
Urobilinogen urine
Urobilinogen feses
Pemeriksaan protein
Protein totel serum
Albumin serum
Globulin serum
HbsAG
Waktu protombin; respon waktu protombin terhadap vitamin K
Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
AST atau SGOT
ALT atau SGPT
LDH
Amonia serum
Radiologi
Pemeriksaan tambahan
Laparoskopi
Biopsi hati
PENATALAKSANAAN HEPATITIS
Pencegahan
Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak menjadi donor darah karena
dapat menular melalui darah dan produk darah.
pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh yang baik. Diberikan
dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.
Obat-obatan terpilih
Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi imun yang
berlebihan.
Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.
Roboransia.
Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
Jika penderita enak, tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya di berikan infus glukosa. Jika
napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup
Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan yang mengubah susunan
feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total 4-6 mg / hr. laktosa dapat diberikan
peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
Untuk selanjutnya langsung saja saya paparkan bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Hepatitis
Menggunakan Aplikasi Nanda NIC NOC yang saya dapat dari literature-literatur.
Identitas Klien
Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tiinggal, dan
lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi dalam memberikan asuhan
keperawatan.
Keluhan Utama
Keluhan utama pasien hepatitis biasanya nyeri ulu hati atau perut bagian kanan atas. Selain itu biasanya
disertai dengan tanda ikterik atau kuning pada sclera, konjungtiva dan kulit.
Keluhan utama yang timbul biasanya bervariasi tergantung seberapa berat hepatitis terjadi.
Riwayat penyakit infeksi virus, penyakit keturunan, konsumsi alkool dan lain-lain.
DO:
BB menurun
ELIMINASI
Sistem Integuman
DS:
Kulit kuning
DO:
Kulit tampak kuning dan pucat
KENYAMANAN
DS:
Rasa tidak nyaman diperut
Nyeru ulu hati atau perut kanan atas
DO:
Tampak meringis kesakitan
Radiologi
Pemeriksaan tambahan
Laparoskopi
Biopsi hati
Indicator 1 2 3 4 5
Indicator 1 2 3 4 5
memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan
mempertahankan nyeri pada ….atau kurang (dengan skala 0-10)
melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi factor tersebut
melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan
melaporkan pola tidur yang baik
Pengkajian
Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi
pengkajian
Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan efek
sampingnya
Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien
Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat perkembangan
pasien
Manajemen nyeri:
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya
Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu
berkomunikasi efektif
Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum, frekuensi,
frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan
khusus saat mengkonsumsi obat tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami
nyeri membandel.
Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat
dicapai
Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan
strategi koping yang ditawarkan
Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko ketergantungan atau
overdosis)
Manajemen nyeri:
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan
antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)
Aktivitas kolaboratif
Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (missal, setiap 4 jam
selama 36 jam) atau PCA
Manajemen nyeri:
Perawatan dirumah
Waspadai bahwa sama halnya dengan orang dewasa, bayi pun sensitive terhadap nyeri, gunakan
anastetik topical sebelum melakukan pungsi vena, untuk bayi baru lahir gunakan sukrosa oral
Untuk mengkaji nyeri pada anak yang masih kecil, gunakan skala nyeri wajah atau skala nyeri
bergambar lainnya
Untuk lansia
Perhatikan bahwa lansia mengalami peningkatan sensitivitas terhadap efek analgesic opiate,
dengan efek puncak yang lebih tinggi dan durasi peredaan nyeri yang lebih lama
Perhatikan kemungkinan interaksi obat-obat dan obat penyakit pada lansia, karena lansia sering
mengalami penyakit multiple dan mengonsumsi banyak obat
Kenali bahwa nyeri bukan bagian dari proses norma penuaan
Pertimbangkan untuk menurunkan dosis opioid dari dosis biasanya untuk lansia, karena lansia
lebih sensitive terhadap opioid
Hindari penggunaan meperidin (demerol) dan propoksifen (darvon) atau obat lain yang
dimetabolisme diginjal
Hindari penggunaan obat dengan waktu paruh yang panjang karena yang meningkatkan
kemungkinan toksisitas akibat akumulasi obat
Ketika mendiskusikan nyeri, pastikan pasien dapat mendengar suara saudara dan dapat melihat
tulisan yang ada diskala nyeri
Ketika memberikan penyuluhan mengenai medikasi, ulangi informasi sesering mungkin,
tinggalkan informasi tertulis untuk pasien
Kaji interaksi obat termasuk obat bebas
Mual akan berkurang yang dibuktikan oleh Selera makan, Tingkat kenyamanan, Hidrasi,
Pengendalian mual-muntah, Mual dan muntah: efek gangguan, Keparahan mual dan muntah,
Status nutrisi yang adekuat
Memperlihatkan efek gangguan mual dan muntah yang dapat diterima, yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut:
1 sangat berat
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak mengalami
Indikator 1 2 3 4 5
Indikator 1 2 3 4 5
Peningkatan hematokrit
Peningkatan hematokrit
Rasa haus
Aktivitas kolaboratif
Aktivitas lain
Tinggikan bagian kepala tempat tidur atau ubah posisi pasien lateral untuk mencegah aspirasi
Pertahankan kebersihan klien dan tempat tidur saat terjadi muntah
Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
Jangan menjadwakan tindakan yang menyebabkan nyeri atau mual sebelum atau sesudah
makan
Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
Berikan kain basah yang dingin dipergelangan tangan, leher dan dahi pasien
Tawarkan makanan dingin dan makanan lainnya dengan aroma minimal
Pemantauan nutrisi (NIC): perhatikan perubahan ststus nutrisi yang signifikan dan sesegera
lakukan penanganan, jika perlu
Perawatan dirumah
Instruksikan kepada klien untuk menghindari bau dari makanan yang disiapkan dirumah
Semua intervensi diatas dapat dilakukan untuk perawatan dirumah
Bayi dan anak-anak berisiko mengalami kekurangan volume cairan sebagai akibat mua karena
biasanya menolak diberi makan
Untuk lansia
Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai sedang dan selau
menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, diri, koping.
Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas; yang dibuktikan oleh indicator sibagai
berikut:
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Pengkajian
kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik setiap……..
kaji untuk factor budaya yang menjadi penyebab ansietas
gali bersama pasien tenteng tehnik yang berhasil dan tidak berhasil menurunkan ansietas
dimasa lalu
reduksi ansietas (NIC); menentukan kemampuan pengambilan keputusan pasien
buat rencana penyuluhan dengan tujuan ang realistis, termasuk kebutuhan untuk pengulangan,
dukungan dan pujian terhadap tugas-tugas yang telah dipelajari
berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman, tetangga,
kelompok swabantu, tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan pusat rekreasi
informasikan tentang gejala ansietas
ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panic dan gejala penyakit
fisik
Aktivitas kolaboratif
penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu
Aktivitas lain
pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan berikan ketenangan serta
rasa nyaman
beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan ansietas
bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk mengidentifikasi
mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi ansietas
sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi okupasi untuk menurunkan
ansietas dan memperluas fokus
coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif
dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan pasien untuk
menangis
yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal dan nonverbal
secara bergantian
sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain
sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima oleh pasien
singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan
Memperlihatkan pengetahuan tentang penyakit hepatitis yang dibuktikan oleh indicator sebagai sebagai
berikut:
1 tidak ada
2 terbatas
3 cukup
4 banyak
5 luas
Indicator 1 2 3 4 5
Deskripsi diet
Catatan:
Karena defisiensi pengetahuan merupakan diagnosis yang luas, disini hanya akan dijelaskan secara
secara umum. Lihat manual NIC untuk aktifitas keperawatan untuk intervensi tertentu.
Pengkajian
periksa keakuratan umpan balik untuk memastikan bahwa pasien memahami program terapi
dan informasi lainnya yang relevan
penyuluhan individual (NIC):
tentukan kebutuhan belajar pasien
lakukan penilaian pasien terhadap materi
tentukan tingkat kemampuan pasien untuk mempelajari informasi khusus
tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi tertentu
kaji gaya belajar pasien
berikan penyuluhan sesuai tingkat pemahaman pasien. Ulangi informasi jika perlu
gunakan pendekatan berbagai cara, redemonstrasi dan berikan umpan balik verbal dan tulisan
BHSP
Bangun kredibilitas sebagai guru, jika perlu
Terapkan tujuan pembelajaran bersama yang realistis dengan pasien
Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
Pilih metode dan strategi penyuluhan yang sesuai
Pilih materi pengajaran yang sesuai
Beri penguatan terhadap perilaku yang sesuai
Anjurkan pasien untuk bertanya dan diskusi
Dokumentasikan penyuluhan
Ikutsertakan keluarga atau orang terdekat, jika perlu
Aktivitas kolaboratif
beri informasi tentang sumber-sumber komunitas yang dapat menolong pasien dalam
mempertahankan program terapi
buat rencana pengajaran multidisipliner yang terkoordinasi, sebutkan perencanaannya
rencanakan penyesuaian dalam terapi bersama pasien dan dokter untuk memfasilitasi
kemampuan pasien mengikuti program terapi
Aktivitas lain
berinteraksi dengan pasien dengan cara yang tidak menghakimi untuk memfasilitasi
pembelajaran
Perawatan dirumah
penyuluhan penting dilakukan, baik ditataran perawatan dirumah maupun ditatanan rumah
sakit.
Itulah tadi Askep Hepatitis Aplikasi Nanda NIC NOC, mudah-mudahahn dapat bermanfaat bagi anda.
Sumber:
Sumber: Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi
Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.
Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-nanda/ di edit oleh
admin portalperawat.com.
Definisi
Penurunan cairan intravaskuler, interstisial atau intrasel. Diagnosis ini menunjuk pada dehidrasi yang
merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium
Batasan karakteristik
Subjektif
Haus
Objektif
Saran Penggunaan
Gunakan diagnosis ini untuk pasien yang mengalami dehidrasi vaskuler, selular, atau intraselular.
Gunakan diagnosis ini secara hati-hati, karena banyak masalah keseimbangan cairan yang membutuhkan
kolaborasi perawat-dokter.
Jangan menggunakan diagnosis ini secara rutin, meskipun sebagai masalah potensial untuk pasien yang
dianjurkan puasa. Tindakan keperawatan mandiri untuk kekurangan volume cairan adalah mencegah
kehilangan cairan.dan meningkatkan asupan cairan ora.
Untuk diagnosis resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan anjuran puasa, tidak ada
tindakan mandiri untuk mencegah atau mengatasi sisi lain dari pernyataan diagnosis tersebut.
Jangan gunakan kekurangan volume cairan pada kasus syok atau perdarahan karena situasi ini adalah
masalah kolaboratif.
Penggunaan diagnosis kekurangan volume cairan yang paling tepat adalah sebagai diagnosis actual atau
potensial untuk pasien yang tidak meminum cairan oral dalam jumlah yang cukup, khususnya pada
peningkatan kehilangan cairan. Diagnosis ini juga dapat menjadi etiologi dari masalah lain seperti
kerusakan membrane mukosa mulut.
Kekurangan volume cairan akan teratasi, dibuktikan oleh Keseimbangan elektrolit dan asam
basa, keseimbangan cairan, hidrasi yang adekuat, dan status nutrisi: asupan makanan dan
cairan yang adekuat
Keseimbangan elektrolit dan asam basa akan dicapai, yang dibuktikan oleh indicator sebegai
berikut:
Catatan: fokus dari intervensi ini adalah volume cairan, walaupun beberapa intervensi berhunganan
denga asam-basa
Pengkajian
Aktivitas kolaboratif
Aktivitas lain
Manajemen cairan(NIC);
Anjurkan pemberi asuhan keluarga tentang cara memantau asupan dan haluaran
Ajarkan pemberi asuhan mengenai tanda komplikasi kekurangan volume cairan dan kapan harus
menghubungi layanan kesehatan
Ajarkan pemberi asuhan keluarga tentang cara memasang terapi intravena, jika memungkinkan
Hitung kebutuhan rumahan cairan harian anak berdasarkan berat badan dan kehilangan cairan
harus segera diganti diatas jumlah cairan yang hilang
Pantau hidrasi dengan cermat, bayi sangat rentan dengan kehilangan cairan
Untuk mengukur keluaran bayi, hitung atau timbang popok
Tawarkan cairan yang disukai anak
Buat permainan dengan minuman
Buat bagan dan berikan anak gambar temple atau stiker ketika asupan cairan adekuat
Untuk mendorong anak agar mau minum cairan sediakan sedotan untuk minum, dan berikan
minum yang disukai anak
Untuk lansia
Pastikan klien minum air dalam jumlah yang cukup dalam jadwal yang rutin bahkan ketika tidak
merasa haus
Pasien lansia berisiko mengalami kehilangan cairan dan dehidrasi. Pantau asupan dan haluaran
dengan cermat
Gunakan daftar titik pada jadwal, untuk memastikan klien minum cairan dalam jumlah cukup
Catatan:
Silahkan pilih intervensi keperawatan yang paling cocok untuk anda aplikasikan terhadap klien anda dan
jangan paksakan menggunakan intervensi keperawatan sesuai dengan yang di artikel ini.
Sumber:
Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti,
S,Kep. EGC. Jakarta.
Penurunan oksigen yang mengakibatkan kegagalan pengiriman nutrisi kejaringan pada tingkat kapiler
Batasan karakteristik
Subjektif
Perubahan sensasi
Objektif
Saran penggunaan
Karena bebrapa intervensi keperawatan berbeda, biasanya penting untuk menentukan apakah
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berasal dari arteri atau vena.
Intervensi Keperawatan
Pengkajian
Anjurkan pasien atau keluarga untuk memantau posisi bagian tubuh saat pasien mandi, duduk,
berbaring atau mengubah posisi
Ajarkan pasien atau keluarga untuk memeriksa kulit setiap hari untuk mengetahui perubahan
integritas kulit
Aktivitas kolaboratif
Beri obat nyeri, beritahu dokter jika neri tidak kunjung reda
Perawatan sirkulasi (NIC): beri obat antitrombosit atau antikoagulan, jika perlu
Aktivitas lain
Perawatan dirumah
Tindakan diatas dapat digunakan atau diadaptasikan untuk perawatan dirumah
Untuk lansia
Waspadai gejala terutama emboli paru pada lansia
Catatan:
Silahkan pilih intervensi keperawatan yang paling cocok untuk anda aplikasikan terhadap klien anda dan
jangan paksakan menggunakan intervensi keperawatan sesuai dengan yang di artikel ini.
Sumber:
Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti,
S,Kep. EGC. Jakarta.
Definisi
Non nanda
Kelainan jantung
Toksisitas obat
Disfungsi konduksi listrik
Hipovolemia
Peningkatan kerja ventrikel
Kerusakan ventrikel
Iskemia ventrikel
Keterbatasan ventrikel
Batasan karakteristik
Gangguan preload
Edema
Keletihan
Peningkatan atau penurunan CVP
Peningkatan atau penurunan baji arteri pulmonal
Distensi vena jugularis
Murmur
Kenaikan berat badan
Gangguan afterload
Gangguan kontraktilitas
Bunyi crackle
Batuk
Ortopnea atau dispnea nocturnal paroksimal
Penurunan curah jantung
Penurunan indeks jantung
Penurunan fraksi ejeksi, indeks volume sekuncup, dan indeks kerja ventrikel kiri
Bunyi jantung S1 atau S4
Ansietas
Gelisah
Saran penggunaan
Diagnosis ini tidak menyarankan tindakan keperawatan mandiri, perawat juga tidak
dapat menggunakan diagnosis ini secara konklusif maupun mengobaati masalah ini
dengan pasti.
Untuk pasien yang mengalami penurunan curah jantung fisiologis, saudara dapat
menemukan bahwa lebih bermanfaat menggunakan diagnosis yang mewakili respon
manusia terhadap patofisiologi ini.
Intervensi Keperawatan
Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk diagnosa ini berfokus pada pemantauan
tanda-tanda vital dan gejala penuruna curah jantung, pengkajian penyebab yang
mendasari (hypovolemia, disritmia), pelaksanaan protocol atau program dokter untuk
mengatasi penurunan curah jantung dan pelaksanaan tindakan dukungan seperti
perubahan posisi dan hidrasi.
Aktivitas kolaboratif
Intervensi lain
Ubah posisi pasien keposisi datar atau trendelenburg ketika tekanan darah
pasien berada pada rentang lebih rendah dibandingkan dengan yang biasanya
Untuk hipotensi yang tiba-tiba, berat atau lama, pasang akses intravena untuk
pemberian cairan intravena atau obat untuk meningkatkan tekanan darah
Hubungkan efek nilai laboratorium, oksigen, aktivitas, ansietas atau nyeri pada
disritmia
Jangan mengukur suhu dari rectum
Ubah posisi pasien setiap dua jam atau pertahankan aktivitas lain yang sesuai
atau dibutuhkan untuk menurunkan statis sirkulasi perifer
Regulasi hemodinamik dengan meminimalkan atau menghilangkan stressor
lingkungan dan memasang kateter urine jika perlu
Untuk lansia
Waspadai bahwa pasien lansia sering mengalami nyeri rahang atau bahkan tidak
merasakan nyeri sama sekali
Waspadai bahwa pasien lansia mungkin mengalami penurunan fungsi hati dan
ginjal dan pastikan untuk mengkaji efek samping obat-obat jantung
Amati tanda dan gejala aritmia
Kaji tanda-tanda depresi dan isolasi social dan buat perujukan ke layanan lain
Catatan:
Silahkan pilih intervensi keperawatan yang paling cocok untuk anda aplikasikan
terhadap klien anda dan jangan paksakan menggunakan intervensi keperawatan sesuai
dengan yang di artikel ini.
Sumber:
Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti
Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.
Definisi
Eksternal (lingkungan)
Zat kimia
Kelembaban
Hipertermia
Hipotermia
Factor mekanik (terpotong, tertekan, akibat restrain)
Obat
Kelembaban kulit
Imobilisasi fisik
Radiasi
Internal (somatic)
Factor perkembangan
Usia eksterm muda atau tua
Batasan karakteristik
Objektif
Saran penggunaan
Kerusakan integritas kulit cenderung tidak spesifik. Gangguan pada permukaan kulit
dapat terjadi karena insisi pembedahan, abrasi, melepuh, atau ulkus dekubitus. Apabila
judul diagnosis ini digunakan, jenis kerusakan harus disebutkan pada masalah, bukan
pada etiologi.
Jika ulkus lebih dalam dari epidermis, gunakan kerusakan integritas jaringan. Ulkus
lebih dalam perlu ditangani dengan tindakan kolaboratif. Jangan menggunakan
diagnosis kerusakan integritas kulit pada kasus insisi bedah, sebab tidak ada tindakan
mandiri untuk menangani ini dan biasanya kondisi ini sembuh sendiri. Asuhan yang
biasa untuk insisi bedah adalah untuk mencegah dan mendeteksi infeksi.
Risiko infeksi
Risiko kerusakan integritas kulit
Kerusakan integritas jaringan
Intervensi Keperawatan
Menunjukkan penyembuhan luka primer, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1 tidak ada
2 sedikit
3 sedang
4 banyak
5 sangat banyak
Indikator 1 2 3 4 5
Penyatuan kulit
Penyatuan ujung luka
Pembentukan jaringan parut
Pengkajian
Aktivitas Kolaboratif
Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori dan
vitamin
Konsultasikan pada dokter tentang implementasi pemberian makanan dan nutrisi
enteral atau parenteral untuk meningkatkan potensi penyembuhan luka
Rujuk ke perawat terapi enterostma untuk mendapatkan bantuan dalam
pengkajian, penemuan derajat luka, dan dokumentasi perawatan luka atau
kerusakan kulit
Perawatan luka (nic): gunakan unit tens untuk meningkatkan proses
penyembuhan luka, jika perlu
Aktivitas lain
Bersihkan dan balut luka area pembedahan menggunakan prinsip steril atau tindakan
asepsisi medis berikut, jika perlu:
Gunakan satung tangan sekali pakai
Bersihkan area insisi dari area bersih ke kotor menggunakan satu kasa atau satu
sisi kasa pada setiap usapan
Bersihkan area sekitar jahitan atau staples dengan menggunakan lidi kapas steril
Bersihkan sekitar ujung drainase, bergerak dengan gerakan berputar dari pusat
keluar
Gunakan paparat antiseptic, sesuai program
Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka
sesuai program
Perawatan dirumah
Catatan:
Silahkan pilih intervensi keperawatan yang paling cocok untuk anda aplikasikan
terhadap klien anda dan jangan paksakan menggunakan intervensi keperawatan sesuai
dengan yang di artikel ini.
Sumber:
Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti
Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.
Asma bronkhial adalah suatu keadaan dimana saluran napas atau bronkus pada paru-
paru mengalami peradangan sehingga saluran napas menjadi sempit dan
menyebabkan penderitanya sesak napas.
Saluran napas pada penderita asma biasanya terjadi peradangan dan membengkak
sehingga membuat saluran napas menjadi sempit. Asma bronkhial sangat erat
kaitannya dengan alergi yang dapat memperparah asma. Namun demikian, tidak
semua penyandang asma mempunyai alergi, dan tidak semua orang yang mempunyai
alergi menyandang asma.
Selama terjadi serangan asma, perubahan di dalam paru-paru secara tiba-tiba dapat
menjadi jauh lebih buruk, ujung saluran napas atau bronkus dapat menyempit bahkan
menyumbat aliran udara sehingga aliran udara yang masuk ke paru-paru menjadi
berkurang dan bernapas pun menjadi sangat sulit.
Asma Ekstrinsik
Asma ekstrinsik merupakan bentuk asma yang paling umum terjadi, asma ekstrinsik
dapat disebabkan karena reaksi alergi terhadap hal-hal tertentu atau zat allergen. Akan
tetapi zat-zat allergen tersebut tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap mereka
yang sehat. Kecenderungan alergi ini biasanya di bawa oleh karena factor keturunan.
Setiap orang dari lahir memiliki sistem imunitas alami yang melindungi tubuhnya
terhadap serangan dari luar. Sistem ini bekerja dengan memproduksi antibodi.
Pada saat datang serangan, misalnya dari virus yang memasuki tubuh, sistem ini akan
menghimpun antibodi untuk menghadapi dan berusaha menumpas sang penyerang.
Dalam proses mempertahankan diri ini, gejala-gejala permukaan yang mudah tampak
adalah naiknya temperatur tubuh, demam, perubahan warna kulit hingga timbul bercak-
bercak, jaringan-jaringan tertentu memproduksi lendir, dan sebagainya.
Asma Intrinsik
Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen. Asma jenis ini
disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca, kelembapan dan
suhu tubuh.
Namun penting dicatat, bahwa dalam prakteknya, asma adalah penyakit yang
kompleks, sehingga tidak selalu dimungkinkan untuk menentukan secara tegas,
golongan asma yang diderita seseorang. Sering indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik
bersama-sama dideteksi ada pada satu orang.
Sebagai contoh, dalam kasus asma bronkial (termasuk jenis ekstrinsik) yang kronis,
pada saat menangani terjadinya serangan, dokter akan sering mendiagnosa hadirnya
faktor-faktor kecemasan dan rasa panik. Keduanya adalah emosi yang sifatnya naluriah
pada saat seseorang harus berjuang agar bisa bernapas.
Selanjutnya rasa cemas dan panik ini meneruskan lingkaran setan dan memperparah
gejala serangan. Juga akan tercatat, bahwa bahan-bahan iritan (pengganggu) dari luar
seperti asap rokok dan hairspray akan memperparah kondisi penderita. Kesimpulannya
adalah, dari asal asma bronkial (termasuk asma ekstrinsik) akan terlihat juga hadirnya
faktor asma intrinsik.
Demikian pula, seseorang yang punya sejarah bronkitis di masa kanak-kanak sering
tumbuh menjadi orang dewasa yang cenderung menderita asma yang alergik, sebagai
akibat kelemahan bawaan dari masa kanak-kanaknya (Hadibroto & Alam, 2006).
Intermitten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali dalam
seminggu dan gejala asma malam kurang dari 2 kali dalam sebulan. Jika seperti
itu yang terjadi, berarti faal (fungsi) paru masih baik.
Persisten ringan, yaitu gejala asma lebih dari 1 kali dalam seminggu dan
serangannya sampai mengganggu aktivitas, termasuk tidur. Gejala asma malam
lebih dari 2 kali dalam sebulan. Semua ini membuat faal paru realatif menurun.
Persisten sedang, yaitu asma terjadi setiap hari dan serangan sudah
mengganggu aktivitas, serta terjadinya 1-2 kali seminggu. Gejala asma malam
lebih dari 1-2 kali seminggu. Gejala asma malam lebih dari 1 kali dalam
seminggu. Faal paru menurun.
Persisten berat, gejala asma terjadi terus-menerus dan serangan sering terjadi.
Gejala asma malam terjadi hampir setiap malam. Akibatnya faal paru sangat
menurun.
Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma
(Hadibroto & Alam, 2006):
Beberapa faktor orang memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk menyandang
asma dibandingkan orang lain (Bull & Price, 2007), di antaranya memiliki riwayat asma
atau alergi lainnya dalam keluarga (keturunan) karena asma dapat diwariskan-
diturunkan dari satu anggota keluarga ke anggota keluarga berikutnya.
Merokok ketika hamil dimana asap rokok berhubungan dengan penurunan fungsi paru.
Pajanan asap rokok, sebelum dan sesudah kelahiran berhubungan dengan efek
berbahaya yang dapat diukur seperti meningkatkan risiko terjadinya gejala serupa asma
pada usia dini. Baik perokok aktif maupun pasif semasa kanak-kanan.
Selain itu pilek atau infeksi virus dan terpapar iritan di tempat kerja juga dapat
mengakibatkan peradangan (inflammation) pada saluran pernapasan yang berakibat
pada terjadinya serangan asma (Ayres, 2003).
Aspek-aspek potensi risiko kemunculan penyakit asma (Widjadja, 2009), antara lain
aspek genetik, kemungkinan alergi dan saluran napas yang memang mudah terserang.
Sebelum muncul suatu episode serangan asma pada penderita, biasanya akan
ditemukan tanda-tanda awal datangnya asma. Tanda-tanda awal datangnya asma
memiliki sifat-sifat sebagai berikut, yaitu sifatnya unik untuk setiap individu, pada
individu yang sama, tanda-tanda peringatan awal bisa sama, hampir sama, atau sama
sekali berbeda pada setiap episode serangan dan tanda peringatan awal yang paling
bisa diandalkan adalah penurunan dari angka prestasi penggunaan “Preak Flow Meter”.
Beberapa contoh tanda peringatan awal (Hadibroto & Alam, 2006) adalah perubahan
dalam pola pernapasan, bersin-bersin, perubahan suasana hati (moodiness), hidung
mampat, batuk, gatal-gatal pada tenggorokan, merasa capai, lingkaran hitam dibawah
mata, susah tidur, turunnya toleransi tubuh terhadap kegiatan olahraga dan
kecenderungan penurunan prestasi dalam penggunaan Preak Flow Meter.
Tidak semua orang akan mengalami gejala-gelaja tersebut. Beberapa orang dapat
mengalaminya dari waktu ke waktu, dan beberapa orang lainya selalu mengalaminya
sepanjang hidupnya.
Gelaja asma seringkali memburuk pada malam hari atau setelah mengalami kontak
dengan pemicu asma (Bull & Price, 2007). Selain itu, angka performa penggunaan
Preak Flow Meter menunjukkan rating yang termasuk “hati-hati” atau “bahaya”
(biasanya antara 50% sampai 80% dari penunjuk performa terbaik individu) (Hadibroto
& Alam, 2006).
Gejala asma berat (Hadibroto & Alam, 2006) adalah sebagai berikut yaitu serangan
batuk yang hebat, napas berat “ngik-ngik”, tersengal-sengal, sesak dada, susah bicara
dan berkonsentrasi, jalan sedikit menyebabkan napas tersengal-sengal, napas menjadi
dangkal dan cepat atau lambat dibanding biasanya, pundak membungkuk, lubang
hidung mengembang dengan setiap tarikan napas, daerah leher dan di antara atau di
bawah tulang rusuk melesak ke dalam, bersama tarikan napas, bayangan abu-abu atau
membiru pada kulit, bermula dari daerah sekitar mulut (sianosis), serta angka performa
penggunaan Preak Flow Meter dalam wilayah berbahaya (biasanya di bawah 50% dari
performa terbaik individu).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Sputum
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang berat, karena
hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari edema mukosa,
sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya.
Pewarnaan gram penting untuk melibat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti
kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik (Muttaqin, 2008).
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH. Hiponatremia dan
kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya
suatu infeksi.
Sel Eosinofil
Sel eosinofil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai 1000-1500/mm3 baik
asma intrinsik ataupun ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 100-
200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil
menunjukkan pengobatan telah tepat (Muttaqin, 2008).
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah
dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
Scanning Paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
Spirometer
Alat pengukur faal paru, selain penting untuk menegakkan diagnosis juga untuk menilai
beratnya obstruksi dan efek pengobatan.
Spirometer lebih diutamakan dibanding PFM karena PFM tidak begitu sensitif dibanding
FEV. Untuk diagnosis obstruksi saluran napas, PFM mengukur terutama saluran napas
besar, PFM dibuat untuk pemantauan dan bukan alat diagnostik, APE dapat
digunakan dalam diagnosis untuk penderita yang tidak dapat melakukan pemeriksaan
FEV1.
X-ray Dada/Thorax
Pemeriksaan IgE
Uji tusuk kulit (skin prick test) untuk menunjukkan adanya antibodi IgE spesifik pada
kulit. Uji tersebut untuk menyokong anamnesis dan mencari faktor pencetus. Uji alergen
yang positif tidak selalu merupakan penyebab asma. Pemeriksaan darah IgE Atopi
dilakukan dengan cara radioallergosorbent test(RAST) bila hasil uji tusuk kulit tidak
dapat dilakukan (pada dermographism).
Petanda Inflamasi
Derajat berat asma dan pengobatannya dalam klinik sebenarnya tidak berdasarkan
atas penilaian obyektif inflamasi saluran napas. Gejala klinis dan spirometri bukan
merupakan petanda ideal inflamasi.
Penilaian semi-kuantitatif inflamasi saluran napas dapat dilakukan melalui biopsi paru,
pemeriksaan sel eosinofil dalam sputum, dan kadar oksida nitrit udara yang dikeluarkan
dengan napas.
Analisis sputum yang diinduksi menunjukkan hubungan antara jumlah eosinofil dan
Eosinophyl Cationic Protein (ECP) dengan inflamasi dan derajat berat asma. Biopsi
endobronkial dan transbronkial dapat menunjukkan gambaran inflamasi, tetapi jarang
atau sulit dilakukan di luar riset.
Penatalaksanaan Medis
Terapi Obat
Penatalaksanaan medis pada penderita asma bisa dilakukan dengan pengguaan obat-
obatan asma dengan tujuan penyakit asma dapat dikontrol dan dikendalikan. Karena
belum terlalu lama ini, yakni baru sejak pertengahan tahun 1990-an mulai mengental
keyakinan di kalangan kedokteran bahwa asma yang tidak terkendali dalam jangka
panjang bisa menyebabkan kerusakan pada saluran pernapasan dan paru-paru.
Cara menangani asma yang reaktif, yakni hanya pada saat datangnya serangan sudah
ketinggalan zaman. Hasil penelitian medis menunjukkan bahwa para penderita asma
yang terutama menggantungkan diri pada obat-obatan pelega (reliever/bronkodilator)
secara umum memiliki kondisi yang buruk dibandingkan penderita asma umumnya.
Selanjutnya prosentase keharusan kunjungan ke unit gawat daruat (UGD), keharusan
mengalami rawat inap, dan risiko kematiannya karena asma juga lebih tinggi.
Hal ini membuktikan bahwa pasa asma ekstrinsik, penyebab asma yang mereka derita
adalah karena peradangan (inflamasi), dan bukan karena bronkokonstriksi. Dengan
demikian, dokter masa kini menggunakan obat peradangan sebagai senjata utama,
sedang obat-obatan pelega sebagai pendukung. Keyakinan ini sangat disokong oleh
penemuan obat-obatan pencegah peradangan saluran pernapasan, yang aman untuk
digunakan dalam jangka panjang.
Salmeterol
Obat ini adalah bronkodilator yang bekerja perlahan dimana obat ini bekerja dengan
mengendurkan oto-otot yang mengelilingi saluran pernapasan. Obat ini paling efektif
bila dikombinasikan dengan suatu obat kortikosteroid hirup, dan tidak dapat berfungsi
sebagai pelega seketika dalam hal terjadi serangan asma.
Obat ini umumnya bekerja setelah setengah jam dan daya kerjanya bertahan hingga 12
jam. Obat ini disajikan dalam bentuk obat hirup dosis terukut dan obat hirup bubuk
kering. Obat ini tidak dapat digunakan untuk anak-anak di bawah 12 tahun.
Teofilin
Obat ini termasuk satu golongan dengan kafein (zat aktif yang terdapat dalam secangkir
kopi) dan termasuk bronkodilator yang lama daya kerjanya. Efek samping obat ini sama
seperti kafein sehingga tidak dianturkan untuk pasien hiperaktif.
Bronkolidarot yang paling populer dan disajikan dalam bentuk obat hirup dosis terukur,
obat hirup bubuk kering, larutan untuk alat nebulizer, sirup, tablet biasa, tablet lepas-
tunda (extended-reliase). Bentuk hirup bekerja lebih karena langsung menuju saluran
pernapasan yang bermasalah, ketimbang harus lewat lambung dulu. Efek samping obat
ini dapat menyebabkan stimulasi, jantung berdebar, dan pusing.
Merek yang paling populer adalah Ventolin dan Proventil yang disajikan sebagai obat
hirup dosis terukur. Proventil HFA sebagai obat hirup bubuk kering. Ventolin terdaftar di
Indonesia dalam bentuk sediaan tablet, sirup, nebulizer, dan spray. Merek lain adalah
Ascolen.
Kortikosteroid oral adalah obat yang ampuh untuk mengatasi pembengkakan dan
peradangan yang mencetuskan serangan asma. Obat ini membutuhkan enam hingga
delapan jam untuk bekerja, sehingga makin cepat digunakan makin cepat pula daya
kerja yang dirasakan.
Malam hari termasuk waktu dimana serangan asma paling sering terjadi, karena fungsi
paru-paru berada pada titik yang paling rendah di tengan malam. Dari hasil penelitian
terbukti bahwa dosis kortikosteroid oral yang diberikan di siang hari bisa membantu
mereka yang mengalami serangan asma untuk tidur pada malam harinya.
Di sisi lain, efek samping penggunaan kortikosteroid oral juga cukup nyata, seperti
perubahan suasana hati (mood changes), meningkatnya selera makan, perubahan
berat badan, dan gejala demam yang ditekan. Akan tetapi, efek samping dari
penggunaan kortikosteroid ini tidak perlu dikhawatirkan jika penggunaannya hanya
dalam jangka pendek dan kadangkala saja.
Prednison (Prednisone)
Prednison adalah preparat kortikosteroid oral yang paling umum digunakan. Obat ini
disajikan dalam bentuk pil maupun sirup.
Prednisolon (Prednisolone)
Prednisolon adalah kortikosteroid oral yang sangat mirip prednisone, dengan kelebihan
rasanya yang lebih bisa diterima anak-anak. Dengan merek Prelone disajikan sebagai
sirup 15 mg per 5 ml. Prediaped disajikan sebagai sirup 5 mg per 5 ml.
Metilprednisolon (Methylprednisolone)
Sangat mirip dengan prednisolon, tetapi harganya lebih mahal. Biasanya digunakan di
rumah sakit dengan cara intravenuous.
Deksametason (Dexamethasone)
Dengan merek Decadron, satu dosis tunggalnya berdaya kerja dua hingga tiga kali
lebih lama dibandingkan preparat kortikosteroid yang lain. Cocok untuk pasien anak-
anak yang sulit minum obat.
Alat-alat hirup
Alat hirup dosis terukur atau Metered Dose Inhaler (MDI) disebut juga inhaler ataupuffer
adalah alat yang paling banyak digunakan untuk menghantar obat-obatan ke saluran
pernapasan atau paru-paru pemakainnya. Alat ini menyandang sebutan dosis terukur
(metered-dose) karena memang menghantar suatu jumlah obat yang konsisten/terukur
dengan setiap semprotan.
Sebagai hasil teknologi mutakhir, alat hirup dosis terukur kini bisa digunakan oleh
segala tingkatan usia, mulai dari balita hingga lansia. Alat hirup dosis terukur memuat
obat-obatan dan cairan tekan (pressurized liquid), biasanya chlorofluorocerbous/CFC,
yang mengembang menjadi gas ketika melewati moncongnya. Cairan yang sebutan
populernya adalah propelantersebut memecah obat-obatan yang dikandung menjadi
butiran-butiran atau kabut halus, dan mendorongnya keluar dari moncong masuk ke
saluran pernapasan atau paru-paru pemakainya.
Penatalaksanaan Keperawatan
Identitas Klien
Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.
Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering didapatkan pada pasien asma bronkhial biasanya sesak
napas yang disertai dengan suara mengi.
PROMOSI KESEHATAN
Data Subjektif:
Penyakit yang lalu atau riwayat alergi terhadap benda tertentu
Pengetahuan tentang penyakit bagaimana
DO:
Alergi terhadap udara dingin atau bahan-bahan lain
KU biasanya tampak sesak sedang hingga berat
TTV: TD dapat naik, RR biasanya meningkat, Nadi cepat, dan suhu tubuh biasanya
normal, akan tetapi dapat naik
NUTRISI
DS:
Alergi terhadap makanan ada atau tidak
DO:
-
Sistem Integuman
DS:
Normal
DO:
Kulit tampak berkeringat dan sianosis jika parah
DO:
-
Respirasi
DS:
Penyakit saluran napas ada atau tidak
Penggunaan oksigen
Takipneau atau sesak napas
DO:
RR biasanya lebih dari 20 x permenit pada dewasa
Napas cepat dangkal
Pemeriksaan dada:
Inspeksi dada pergerakannya cepat
Perkusi suara paru sonor
Auskultasi paru terdengan mengi
PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK MENUNJANG
DIAGNOSA KEPERAWATAN ASMA BRONKHIAL
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah
dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
Pemeriksaan IgE
Uji tusuk kulit (skin prick test) untuk menunjukkan adanya antibodi IgE spesifik pada
kulit. Uji tersebut untuk menyokong anamnesis dan mencari faktor pencetus. Uji alergen
yang positif tidak selalu merupakan penyebab asma. Pemeriksaan darah IgE Atopi
dilakukan dengan cara radioallergosorbent test(RAST) bila hasil uji tusuk kulit tidak
dapat dilakukan (pada dermographism).
Petanda Inflamasi
Derajat berat asma dan pengobatannya dalam klinik sebenarnya tidak berdasarkan
atas penilaian obyektif inflamasi saluran napas. Gejala klinis dan spirometri bukan
merupakan petanda ideal inflamasi.
Penilaian semi-kuantitatif inflamasi saluran napas dapat dilakukan melalui biopsi paru,
pemeriksaan sel eosinofil dalam sputum, dan kadar oksida nitrit udara yang dikeluarkan
dengan napas.
Analisis sputum yang diinduksi menunjukkan hubungan antara jumlah eosinofil dan
Eosinophyl Cationic Protein (ECP) dengan inflamasi dan derajat berat asma. Biopsi
endobronkial dan transbronkial dapat menunjukkan gambaran inflamasi, tetapi jarang
atau sulit dilakukan di luar riset.
Aktivitas kolaboratif
konsultasikan dengan ahli terapi
pernapasan untuk memastikan
keadekuatan fungsi ventilator
mekanis
laporkan perubahan sensori,
bunyi napas, pola pernapasan,
nilai GDA, sputum, dan
sebagainya, jika perlu dan
sesuai protkol
berikan obat bronkodilator
sesuai program
berikan terapi nebulizer
ultrasonic dan udara atau
oksigen yang dilembabkan
sesuai program
berikan obat nyeri untuk
mengoptimalkan pola napas
Aktivitas lain
hubungkan dan
dokumentasikan semua data
hasil pengkajian
bantu pasien untuk
menggunakan spirometer
insentif, jika perlu
tenagkan pasien selama
periode gawat napas
anjurkan napas dalam melalui
abdomen selama periode gawat
napa
lakukan pengisapan sesuai
dengan kebutuhan untuk
membersihkan secret
minta pasien untuk mengubah
posisi, batuk dan napas dalam
setiap……….
Informasikan kepada pasien
sebelum memulai prosedur,
untuk menurunkan ansietas
dan meningkatkan perasaan
kendali
Pertahankan oksigen aliran
rendah dengan kanul nasal,
masker atau sungkup,
Atur pusisi pasien untuk
mengoptimalkan pernapasan
Sinkronisasikan antara pola
pernapasan klien dan kecepatan
ventilasi
Perawatan dirumah
Jika menggunakan ventilator
atau alat bantu elektrik lainnya,
kaji kondisi rumah untuk
keamanan listrik dan beritahu
jasa pelayanan yang
bermanfaat sehingga mereka
segera mendapat bantuan pada
kondisi listrik padam
2 Setelah diberikan perawatan pasian Pengkajian
akan menunjukkan: kaji suara napas, frekuensi
Gangguan pertukaran gas kedalaman dan usaha napas,
berkurang yang dibuktikan oleh dan produksi sputum sebagai
tidak terganggunya respon alergi: indicator keefektifan
sistemik, keseimbangan elektrolit penggunaan alat penunjang
dan asam basa, respon ventilasi pantau saturasi O2 dengan
mekanis: orang dewasa, status oksimetri nadi
pernapasan: pertukaran gas, status pantau hasil gas darah
pernapasan: ventilasi, perfusi pantau hasil elektrolit
jaringan paru, TTV pantau status mental
Menunjukkan status pernapasan: peningkatan frekuensi
pertukaran gas dan ventilasi, yang pemantauan saat pasien
dibuktikan oleh indicator sebagai tampak somnolen
berikut:
6 gangguan eksterm Manajemen jalan napas (NIC):
7 berat identifikasi kebutuhan pasien
8 sedang terhadap pemasangan jalan
9 ringan napas aktua atau potensial
10 tidak ada gangguan auskultasi suara napas, tandai
Indikator 1 2 3 4 5 area penurunan atau hilangnya
Status kognisi ventilasi dan adanya bunyi
istirahat (NIC):
auskultasi bunyi jantung
Dispnea saat
beraktivitas pantau dan dokumentasikan
berat frekuensi, irama dan denut
Gelisah, jantung
sianosis dan pantau adanya edema perifer,
somnolen distensi vena jugularis dan buni
pernapasan
Kedalaman Penyuluhan untuk pasien dan
inspirasi keluarga
Aktivitas kolaboratif
konsultasikan dengan dokter
tentang pentingnya
pemeriksaan gas darah arteri
dan penggunaan alat bantu
yang dianjurkan sesuai dengan
adanya perubahan pada kondisi
pasien
laporkan perubahan pada data
pengkajian terkait
berikan obat yang diresepkan
untuk mempertahankan
keseimbangan asam basa
persiapkan pasien untuk
ventilasi mekanis, bila perlu
Aktivitas lain
jelaskan kepada pasien
sebelum memulai pelaksanaan
prosedur untuk menurunkan
ansietas dan meningkatkan rasa
kendali
berikan penenangan kepada
pasien selama periode
gangguan atau kecemasan
lakukan oral hygiene secara
teratur
lakukan tindakan untuk
menurunkan konsumsi oksigen
apabila oksigen diprogramkan
kepada pasien yang memiliki
masalah pernapasan kronis,
pantau aliran oksigen dan
pernapasan secara hati-hati
adanya resiko depresi
pernapasan akibat oksigen
Pengaturan hemodinamika
(NIC):
meninggikan bagian kepala
tempat tidur, jika perlu
atur posisi pasien keposisi
trendelenburg, jika perlu
Perawatan dirumah
kaji sumber allergen dan
perokok pasif
bantu pasien mengidentifikasi
dan menghindari situasi yang
dapat mengakibatkan masalah
pernapasan
beri penekanan kepada
keluarga bahwa seharusnya
tidak ada yang merokok
dirumah
rujuk untuk mengikuti program
berhenti merokok, jika
diperlukan
dorong keluarga untuk
memasang penyaring udara
dirumah
instruksikan pasien dan
keluarga untuk perencanaan
perawatan dirumah
pertahankan suhu dirumah
diatas 20 drajat
rujuk kelaanan bantuan rumah
tangga dan layanan
pemeliharaan rumah untuk
menghemat energy
evaluasi keamanan sumber
listrik
jika menggunakan respirator
dirumah, laporkan kepolisi dan
pemadam kebakaran serta
perusahaan penyewa alat
Aktivitas kolaboratif
penurunan ansietas (NIC);
berikan obat untuk menurunkan
ansietas jika perlu
Aktivitas lain
pada saat ansietas berat,
dampingi pasien, bicara dengan
tenang, dan berikan ketenangan
serta rasa nyaman
beri dorngan kepada pasien
untuk mengungkapkan secara
verbal pikiran dan perasaan
untuk mengeksternalisasikan
ansietas
bantu pasien untuk
memfokuskan pada situasi saat
ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme
koping yang dibutuhkan untuk
mengurangi ansietas
sediakan pengalihan melaui
televise, radio, permainan serta
terapi okupasi untuk
menurunkan ansietas dan
memperluas fokus
coba teknik seperti imajinasi
bombing dan relaksasi progresif
dorong pasien untuk
mengekspresikan kemarahan
dan iritasi, serta izinkan pasien
untuk menangis
yakinkan kembali pasien melalui
sentuhan, dan sikap empatik
secara verbal dan nonverbal
secara bergantian
sediakan lingkungan yang
tenang dan batasi kontak
dengan orang lain
sarankan terapi alternative
untuk mengurangi ansietas yang
dapat diterima oleh pasien
singkirkan sumber-sumber
ansietas jika memungkinkan
penurunan ansietas (NIC);
gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
nyatakan dengan jelas tentang
harapan terhadap perilaku
pasien
damping pasien untuk
meningkatkan keamanan dan
mengurangi rasa takut
berikan pijatan punggung,
pijatan leher jika perlu
jaga peralatan perawatan jauh
dari pandangan
bantu pasien untuk
mengidentifikasi situasi yang
mencetuskan ansietas
Penyebab gastritis sendiri dapat disebabkan oleh beberapa factor diantaranya adalah
sebagai berikut.
Makanan yang terlalu banyak mengandung bumbu atau malah makanan yang
mengandung mikroorganisme penyebab penyakit diduga sering menjadi faktor
penyebab gastritis akut. Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh karena
mencerna asam atau alkali yang kuat kuat, yang dapat menyebabkan mukosa lambung
menjadi iritasi atau perforasi.
Penyebab lain yang dapat menyebabkan gastritis akut atau maag akut itu mencakup
kafein, alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi dan endotoksin bakteri
(bakteri yang masuk setelah menelan makanan yang terkontaminasi).
Penyebab gastritis atrofik kronik dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung atau oleh bakteri helicobacter pylori (H.pylori). Minum-minuman beralkohol
terlalu berlebihan dan merokok merupakan predisposisi timbulnya gastritis atrofik kronik
yang paling banyak terjadi.
Gastritis atrofik kronik dapat ditandai dengan adanya atrofi progresif pada sel epitel
kelenjar yang disertai dengan kehilangan sel pariental dan chief cell. Gastritis kronis ini
dapat diklasifikasikan lagi menjadi Tipe A dan Tipe B.
Gastritis Tipe A merupakan suatu penyakit autoimun yang dapat disebabkan oleh
adanya autoantibodi tubuh terhadap sel parietal, yang dapat menimbulkan atrofi dan
infiltrasi seluler. Hal ini sering dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti penyakit
anemia penisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B yang kadang disebut juga sebagai gastritis H. pylori dapat mempengaruhi
antrum dan pylorus yaitu ujung bawah lambung yang letaknya dekat dengan duodenum
ini dihubungkan dengan bakteri H. pylori yang ada di lambung.
Tanda dan gejala dari gastritis superfisial akut dan gastritis atrofik kronik memiliki tanda
dan gejala yang sedikit berbeda.
Gastritis superfisialis akut dapat menimbulkan tanda dan gejala seperti pasien dapat
mengalami ketidaknyamanan, nyeri kepala, malaise, mual, anoreksia atau hilang nafsu
makan, sering disertai dengan muntah dan cegukan, nyeri epigastrium, perdarahan dan
juga dapat terjadi hematemesis.
Sedangkan gastritis atrofik kronik dapat timbul tanda dan gejala seperti pasien dengan
gastritis tipe A secara khusus asimtomatik atau tidak menimbulkan gejala kecuali untuk
gejala defesiensi vitamin B12 dan pada gastritis tipe B biasanya pasien mengeluh
anoreksia (nafsu makan buruk), nyeri ulu hati setelah makan, perut kembung, sensasi
asam di mulut dan dapat terjadi mual dan muntah.
Gastritis atau maag jika tidak ditangani dengan serius dapat menyebabkan komplikasi
yang serius terhadap tubuh. Berikut adalah komplikasi yang dapat terjadi dari gastritis
superfisial akut dan juga gastritis atrofik kronik.
Bila pasien mampu mengkonsumsi makanan melalui mulut, diet yang mengandung gizi
tinggi sangat dianjurkan. Obat-obat anti muntah juga dapat membantu menghilangkan
mual dan muntah.
Bila gejala menetap dan tidak hilang dengan cara-cara diatas, pemberian cairan
tambahan perlu diberikan secara parenteral.
Terapi pendukung yang dapat diberikan obat-obatan mencakup analgesik dan sedatif,
antasida serta cairan intravena jika dipelukan.
Tindakan pertama yang dapat dilakukan adalah dengan mengatasi dan menghindari
penyebab dari gastritis tersebut kemudian dapat diberikan pengobatan empiris berupa
antasid, dan obat-obatan prokinetik.
Gastritis kronik sendiri dapat diatasi dengan memodifikasi pola diet pasien,
meningkatkan istrahat, mengurangi tingkat stress dan selanjutnya dapat memulai
farmakoterapi. H. pylori dapat diatasi dengan pemberian antibiotic (seperti tetrasiklin
atau amoxicillin). Pasien dengan gastritis kronis tipe A biasanya mengalami
malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor
intrinsic dan dapat diberikan pengobatan dengan pemberian vitamin B12.
Identitas Klien
Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.
Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditimbulkan oleh penyakit gastritis ini biasanya nyeri ulu hati
pada area epigastrium dan dapat juga disertai mual dan muntah.
Ada atau tidak riwayat penyakit seperti hipertensi atau diabetes mellitus dan lain-lain.
PROMOSI KESEHATAN
Data Subjektif:
Penyakit yang lalu lalu ada atau tidak
Pengetahuan tentang penyakit klien apakah tahu atau tidak
DO:
KU biasanya tampak sakit sedang hingga berat
TTV : TD biasanya normal dan juga bisa naik, Takikardi, takipneau dan suhu tubuh
biasanya dapat naik.
Pengoabatan/obat yg digunakan seperti obat pereda nyeri
NUTRISI
DS:
Klien biasanya mengeluh kurang nafsu makan, mual, muntah-muntah.
DO:
Jumlah makanan yg dikonsumsi tampak sedikit
BB dapat menurun dan klien tampak lemas
ELIMINASI
Sistem Urinarius
DS:
Biasanya tidak ada keluhan
DO:
Tidak ada masalah
Sistem gastrointestinal
DS:
Riwayat penyakit pencernaan seperti perdarahan saluran pencernaan, hemoroid,
konstipasi dan lain-lain
Stres atau program diet yang sedang dijalankan
DO:
Pengkajian abdomen:
Inspeksi biasanya tampak kembung atau normal
Palpasi biasanya klien kesakitan di area epigastrium
Perkusi biasanya hipersonor
Auskultasi bising usus biasanya normal
Sistem Integuman
DS:
Kelainan kulit seperti, lesi atau atau kulit kering
DO:
Integritas biasanya normal serta turgor kulit tidak elastis
AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
DO:
Klien tampak gelisah dan susah tidur
DS:
DO:
Klien tampak meringis kesakitan
DO:
Perilaku yang menampakkan rasa cemas, duka, rasa ingin menguasai, rasa takut
DS:
Kebutuhan akan selimut, Panas atau dingin
DO:
Suhu tubuh dapat naik
KENYAMANAN
DS:
Nyeri perut hingga melilit
Rasa tidak nyaman pada perut
DO:
Klien tampak kesakitan
Pengkajian
Manajemen nyeri:
Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum,
frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan
interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat tersebut dan
nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel.
Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan nyeri
tidak dapat dicapai
Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri
dan tawarkan strategi koping yang ditawarkan
Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko
ketergantungan atau overdosis)
Manajemen nyeri:
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)
Aktivitas kolaboratif
Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (missal,
setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
Manajemen nyeri:
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Merencanakan strategi koping untuk situasi
penuh tekanan
Mempertahankan performa peran
Memantau distorsi persepsi
Memantau manifestasi perilaku ansietas
Menggunakan teknik relaksasi untuk
meredakan ansietas
Pengkajian
buat rencana penyuluhan dengan tujuan ang realistis, termasuk kebutuhan untuk
pengulangan, dukungan dan pujian terhadap tugas-tugas yang telah dipelajari
berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman,
tetangga, kelompok swabantu, tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan pusat
rekreasi
informasikan tentang gejala ansietas
ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panic dan
gejala penyakit fisik
Aktivitas kolaboratif
penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu
Aktivitas lain
pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan berikan
ketenangan serta rasa nyaman
beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi ansietas
sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi okupasi untuk
menurunkan ansietas dan memperluas fokus
coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif
dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan
pasien untuk menangis
yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal dan
nonverbal secara bergantian
sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain
sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima oleh
pasien
singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan
1. Tidak adekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Adekuat
5. Sangat adekuat
Indicator 1 2 3 4 5
Makanan oral, pemberian makanan
lewat selang, atau nutrisi parenteral
total
Asupan cairan oral atau IV
Pengkajian
Manajemen nutrisi:
Aktivitas kolaboratif
Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang
mengalami ketidakadekuatak asupan protein
Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan lengkap,
pemberian makanan melaui selang, atau nutrisi parenteral total agar asupan
kalori yang adekuat dapat dipertahankan
Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
Rujuk ke program gizi dikomunitas yang tepat jika pasien tidak dapat memenuhi
asupan nutrisiyang adekuat
Manajemen nutrisi; tentukan dengan melakukan kolaborasi dengan ahli gizi jika
diperlukan jumlah kalori, dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi.
Aktivitas lain
Sumber:
Sumber: Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS
KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih
Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.
Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-
nanda/ di edit oleh admin portalperawat.com.