Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH RANCANGAN FORMULA DAN ANALISIS SEDIAAN

FARMASI
SUSPENSI ORAL NISTATIN

Disusun oleh :
Home Group - D
Aldhi Anarta 1506734746
Aleta Violina Purba 1506732646
Annisa Diana Pratiwi 1506767076
Damayanti Safitri Mujahidah 1806281946
Dinda Annisa R. 1506677093
Maghfira Puspita Ayu 1506677105
Nadya Religiane Aretha 1506677124
Olyva Cessari Laras Seruni 1506677383
Razanah Hani 1506722121
Ruzicka Ilma Faradisi 1506767012
Savira Rahmawati Yunaz 1506766810
Wiwin Widayanti 1506727816

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
1. Tinjauan Zat Aktif
a) Tinjauan Farmakologis
Nystatin digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Candida
sp. baik pada oral maupun kutaneuous, seperti kandidiasis oral, kandidiasis
orofaringeal, kandidiasis esofagus dan kandidiasis pada usus.
Dosis: kandidiasis orofaringeal : 400.000-600.000 IU setiap 6 jam
kandidiasis pada usus : 500.000 -1.000.000 IU setiap 8 jam
b) Sifat fisikokimia zat aktif
 Struktur kimia

 Formula : C47H 75 NO17


 BM : 926 g/mol
 Pemerian :berupa serbuk; kuning hingga cokelat muda;
higroskopik
dan dapat terpengaruh oleh cahaya, panas dan udara
dalam waktu lama.
 Kelarutan : sangat sulit larut air, sulit hingga agak sulit larut
dalam etanol
 Higroskopisitas : bersifat higroskopis
 Koefisien Partisi: Log P (oktanol/air), 7.1

c) Stabilitas
 pH : antara 6,0 hingga 8,0. Jika dalam suspensi antara
4,5
sampai 6,0

2
 Penyimpanan : simpan dalam wadah kedap udara dengan suhu
dan
terlindung dari cahaya. Dalam kondisi seperti ini
potensinya kemungkinan turun sebesar 1% setiap
bulannya
 Oksidasi : cenderung mudah teroksidasi oleh cahaya
d) Inkompatibilitas
Tidak terdapat inkompatibilitas antara nistatin dengan eksipien maupun
bahan pengemas.

2. Identifikasi masalah zat aktif dan solusi

Permasalahan Solusi
(alternatif solusi dan solusi yang dipilih)
Nistatin sangat sukar larut dalam air Nistatin dibuat dalam bentuk suspensi
dan sukar larut dalam alkohol.
Nistatin berupa serbuk berwarna Ditambahkan pewarna yang dapat
kuning, sehingga dikhawatirkan pada menutupi warna suspensi nystatin saat
saat suspensi mengendap terlihat suspensi mengendap
perubahan warna
Nistatin harus terhindar dari cahaya Sediaan dikemas dalam botol coklat
langsung

2. Sediaan yang akan dibuat : suspensi oral nistatin karena nistatin bersifat
sangat sukar larut dalam air
Kriteria sediaan yang baik: (kompendial/monografi dan non kompedial)
Berdasarkan FI V (kompendial)
 Suspensi oral nistatin mengandung nistatin tidak kurang dari 90,0% dan tidak
lebih dari 130,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
 Keseragaman sediaan: 85,0-115,0% dari yang tertera pada etiket dan
simpangan baku relatif ≤ 6,0%

3
 Volume terpindahkan: volume rata-rata tidak kurang dari 100% dan tidak
satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang dinyatakan
pada etiket
 pH sediaan: antara 4,5 dan 6,0 atau jika mengandung gliserin: antara 5,3 dan
7,5
 Suspensi yang digunakan dengan cara tertentu, harus mengandung zat
antimikroba yang sesuai untuk melindungi kontaminasi bakteri, ragi, jamur.
 Perlu ditambahkan zat untuk meningkatkan kekentalan guna menghindari
pengerasan dan pemadatan zat aktif
 Harus dikocok terlebih dahulu
 Disimpan dalam wadah tertutup rapat

Berdasarkan Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery


System
 Harus mengendap perlahan dan harus segera terdispersi kembali setelah
wadah dikocok dengan lembut.
 Ukuran partikel dari suspenoid (zat terdispersi) tetap konstan selama waktu
penyimpanan
 Suspensi harus dituang dengan mudah dan merata dari wadahnya.
Berdasarkan Martin Farmasi Fisika:
 Partikel tidak mengendap dengan cepat
 Partikel yang mengendap tidak membentuk gumpalan padat
 Partikel yang turun ke dasar wadah harus dapat tersuspensi kembali dengan
mudah dan homogen bila dikocok
 Tidak boleh terlalu kental agar mudah dituang

4
3. Pemilihan Eksipien
Eksipien Fungsi Sifat fisikokimia Alasan
pemilihan &
konsentrasi
Microcrystallin Suspendin Pemerian: Serbuk putih Memiliki sifat
e cellulose dan g agent atau putih pucat, tidak meningkatkan
CMC Na berbau, tidak berasa, viskositas
higroskopis, mengandung sehingga dapat
5-22% membantu
CMC Na, hidrokoloid dispersi zat padat
organik. dan
Kelarutan: Praktis tidak memperlambat
larut dalam asam dan pengendapan dan
pelarut organik. Larut ketika dikocok
sebagian dalam alkali dan akan terdispersi
air. kembali (aliran
Stabilitas: pH 3,5 – 11 tiksotropik).
Viskositas: (dalam 1,2% (0,1-1%)
w/v aqueous dispersion)
50–118 mPa s (50–118 cP)
for Avicel CL-611
72–168 mPa s (72–168 cP)
for Avicel RC-581
39–91 mPa s (39–91 cP)
for Avicel RC-591
39–91 mPa s (39–91 cP)
for Vivapur MCG
591 PCG
50–118 mPa s (50–118 cP)
for Vivapur MCG 611 PCG
Inkompatibilitas: Tidak
kompatibel dengan agen

5
pengoksidasi kuat
Polisorbat 80 Wetting Pemerian: berbau, terasa Jenis surafaktan
agent hangat dan pahit. Warna non-ionik
dan bentuk pada 25°C sehingga tidak
cairan kuning berminyak, menyebabkan
higroskopis perubahan pH,
Kelarutan: larut dalam air tidak toksik,
Viskositas: 425 mPa s kecenderungan
Stabilitas: penyimpanan terbentuk busa
lama dapat terbentuk rendah, dan
peroksida membantu
Inkompatibilitas: flokulasi
Perubahan warna dan (0,1-3%
pengendapan karena fenol, rekomendasi
tanin, tar, dan bahan <0,5%)
seperti tar. Menurunkan
aktivitas antimikroba
paraben.
Sodium benzoat Pengawet Pemerian: granul putih Pengawet
atau kristal, serbuk agak paraben
higroskopis, tidak berbau inkompatibel
atau bau lemah benzoin, dengan
rasa manis dan asin yang polisorbat 80
kurang enak. karena dapat
Kelarutan: 1 : 1,8 air menurunkan
Aktivitas antimikroba: aktivitas
bakteriostatik dan antimikrobanya
antijamur bekerja pada pH dan inkompatibel
3-5 dengan fenol
Inkompatibilitas: sehingga dipilih
inkompatibel dengan sodium benzoat
senyawa kuartener, walaupun bekerja
gelatin, garam feri, garam pada rentang pH

6
kalsium, dan garam logam lebih sempit 2-5
berat, termasuk perak, (0,02-0,5%)
timbal, dan raksa, aktivitas
pengawet dapat menurun
oleh interaksi dengan
kaolin atau surfaktan
nonionik.
Sorbitol Pemanis Pemerian: serbuk kristal Menutupi rasa
tidak berbau, putih atau pahit dari nistatin
hampir tidak berwarna, dan polisorbat 80
higroskopis, rasa dingin, serta sorbitol
manis (50-60% manisnya dapat digunakan
sukrosa) oleh pasien
Kelarutan: 1 : 0,5 air diabetes.
Inkompatibilitas: Polisorbat dan
membentuk kelat larut air sorbitol dapat
dengan banyak ion logam menimbulkan
divalen dan trivalen dalam flokulasi
kondisi asam dan basa (70%)
kuat.
Penambahan cairan PEG ke
larutan sorbitol dengan
agitasi kuat menghasilkan
gel lunak larut air dengan
titik leleh 35-40°C.
Larutan sorbitol bereaksi
dengan zat besi oksida
menjadi berubah warna.
Orange flavour Flavoring Pemerian: berbau buah pH akhir sediaan
agent jeruk dan terasa manis cenderung asam
sedikit asam sehingga
Kelarutan: larut dalam air diharapkan
sediaan akan

7
terasa manis dan
sedikit asam dan
itu
direpresentasika
n oleh rasa jeruk
(qs.)
Orange Yellow Coloring Serbuk halus berwarna Serbuk nistatin
Powder Colour agent oranye gelap, menciptakan berwarna kuning
42% warna oranye/kuning hingga cokelat
11.145 jernih saat diencerkan muda sehingga
dengan air. dipilih pewarna
yang tidak
menyebabkan
perbedaan warna
signifikan saat
nistatin
mengendap.
HCl pH Pemerian: jernih, tidak pH akhir tertentu
adjusting berwarna, larutan cair perlu dicapai agar
agent berasap, bau tajam. pengawet yang
acidifying Kelarutan: bercampur digunakan dapat
agent dengan air berkerja dan
Imkompatibilitas: bereaksi sediaan dapat
dengan banyak logam dan stabil selama
melepaskan hidrogen penyimpanan
: 0.1 (10% v/v aqueous
solution)
Asam sitrat Buffering Pemerian: kristal putih Karena pKa2
monohidrat agent atau tidak berwarna asam sitrat
tembus cahaya, serbuk berada dalam
bercahaya. Tidak berbau rentang pH yang
dan memiliki rasa asam diinginkan dan
kuat. Struktur kristal merupakan
bahan non toksik

8
orthorombik. sebagai eksipien.
Konstanta disosiasi: (0,1-2%)
pKa1: 3.128 at 25°C;
pKa2: 4.761 at 25°C;
pKa3: 6.396 at 25°C.
Kelarutan: 1 : <1 air
Inkompatibilitas:
potassium tartrate, alkali
dan alkaline earth
carbonates dan
bicarbonates, asetat, dan
sulfide, oksidator, basa,
agen pereduksi, dan nitrat.
Pada penyimpanan
sukrosa dapat
terkristalisasi dari sirup.
Natrium sitrat Buffering Pemerian: kristal Merupakan basa
dihidrat agent monoklinik tidak berbau konjugasi dari
dan berwarna, atau serbuk asam sitrat untuk
kristal putih dengan rasa membuat dapar.
dingin dan asin (0,3-2%)
Kelarutan: 1 : 1,5 air
pH: 7-9 (5% larutan
berair)
Inkompatibilitas: larutan
berair agak basa dan akan
bereakisi dengan asam.
Inkompatibilitas lain basa,
reduktor dan oksidator
Aquadest Pelarut Pemerian: cairan jernih Pelarut yang
tidak berwarna, tidak secara umum
berbau, dan tidak berasa digunakan dan
kompatibel

9
dengan seluruh
bahan yang
digunakan (q.s)

4. Bahan Pengemas

Pengemas Bahan Pengemas Alasan Pemilihan

Beberapa bahan harus terlindung


Botol kaca cokelat
Borosilikat dari cahaya dan harus terlindung
12 mL
pada wadah yang tertutup rapat
Untuk mencegah masuknya udara
Tutup botol Alumunium
dan kontaminasi
Pipet (ukuran 1 Untuk mengukur dosis secara
Plastik
mL) akurat
Plastik
Untuk melindungi pipet dari
pembungkus Plastik
kontaminasi
pipet
Digunakan sebagai kemasan
Kardus Karton duplex
sekunder, murah, mudah didapat
Untuk memberikan informasi
terkait obat baik komposisi, tanda
khusus obat, indikasi,
kontraindikasi, perhatian, efek
leaflet /brosur Kertas
samping, aturan pakai,
penyimpanan, no registrasi, no
batch, dan perusahaan yang
memproduksinya
Sebagai penanda yang berguna
untuk memberikan informasi
Etiket Kertas
penggunaan kepada para pemakai
obat
Sebagai penanda yang berguna
Label Kertas
untuk memberikan informasi

10
penggunaan kepada para pemakai
obat

5. Rekomendasi (Formla, Metode Pembuatan, Kemasan)


a) Formula
Konversi nistatin berdasarkan International Standard WHO Expert
Committee on Biological Standardization (1961)
I IU nistatin = 0,000333 mg
Nistatin = 100.000 IU/mL
Dibuat sediaan suspensi oral 12 mL
Maka bobot 1 botol = 12 mL x 33,3 mg = 399,6 mg

Jumlah
Jumlah bahan
bahan (1
Bahan Fungsi Persentase (12 mL
bets 120 L)
suspensi) (mg)
(gram)
100.000
Nistatin Zat aktif 399,6 3996
IU/mL
Microcrystalline
Suspending
cellulose dan 1% 0,12 1,2
agent
CMC Na
Wetting
Polisorbat 80 0,5% 0,06 0,6
agent
Na Benzoat Pengawet 0,5% 0,06 0,6
Sorbitol Pemanis 70% 8,4 84
Flavoring
Perasa Jeruk 0,4% 0,048 0,48
agent
Orange Yellow
Coloring
Powder Colour 42% 0,1% 0,012 0,12
agent
11.145
Asam sitrat Buffering
0,89% 0,1068 1,068
monohidrat agent
Natrium sitrat Buffering
1,7% 0,204 2,04
dihidrat agent
HCl pH adjusting q.s. 0,012 0,12

11
agent
Aquades Pelarut q.s. ad 12 mL ad 120 L

b) Metode
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Penyiapan basis suspensi
1. Sebanyak 1,2 g Microcrystalline cellulose & CMC Na dan 0,6 g natrium
benzoate didispersikan pada 24 mL aquadest (5% b/b) pada colloidal
mill dengan kecepatan rendah hingga mengembang kemudian
dihomogenkan dengan kecepatan tinggi. Setelah itu, didiamkan 15
menit.
2. Masukkan campuran ke dalam tangki pencampuran dengan pengaduk
(agitator).
c. Penyiapan larutan pemanis
1. Sebanyak 84 gram sorbitol ditimbang dan dilarutkan dengan 60 L
aquadest. Setelah selesai, dialirkan melalui filter dengan ukuran
tertentu menggunakan pompa ke dalam tangki pencampuran. Selama
dilakukan penambahan bahan, agitator dinyalakan.
d. Pencampuran zat aktif
1. Nistatin dan natrium benzoate didispersikan dalam polisorbat 80 dan
ditambahkan ke dalam campuran.
2. Asam sitrat, natrium sitrat, pewarna jingga dan perasa jeruk
ditambahkan kemudian dihomogenkan
3. Aquades ditambahkan hingga 12 liter dan pH adjuster HCl
ditambahkan hingga pH sesuai kemudian dihomogenkan
4. Setelah semua bahan tambahan dimasukkan dilakukan pencampuran
dengan agitator, suspensi yang telah homogen kemudian ditransfer
ke dalam holding tank menggunakan pompa dan filter dengan ukuran
tertentu.
e. Pengisian (filling)
1. Sampel dari holding tank diambil oleh dan diberi label under test.
Sampel kemudian diserahkan ke laboratorium untuk dilakukan

12
pemeriksaan terhadap penampilan, pH, viskositas, dan ukuran
partikel.
2. Setelah hasil pengujian dinyatakan lulus oleh QC, proses filling ke
dalam botol dilakukan diikuti dengan proses pengemasan (capping,
labeling dan secondary packaging).

6. Dokumen Produksi Induk


Terlampir

7. Pengujian Mutu
a. In Process Control (IPC)
1. Organoleptis
 Prosedur
Uji penampilan fisik yang diamati berupa warna, rasa, dan ada atau
tidaknya koagulasi yang melekat pada dinding wadah.
 Syarat
Berwarna kuning, berbau seperti biji-bijian/sereal berasa jeruk.
Selain itu, tidak ada koagulasi zat terdispersi pada dinding wadah.
(kompendial)
2. pH
 Prosedur
1. Sejumlah suspensi dari 3 bdiambil dan dimasukkan ke dalam
beaker glass.
2. pH meter dikalibrasi dengan dapar pH 4 dan pH 7.
3. pH suspensi diukur dengan pH meter.
 Syarat
pH suspensi oral nistatin antara 4,5 – 6 (kompendial)

3. Viskositas
 Prosedur
1. Wadah diisi dengan suspensi yang akan diuji.
2. Spindel dipasang yang sesuai pada gantungan spindel (putar ke
kiri).

13
3. Spindel diturunkan sedemikian rupa sehingga batas spindel
tercelup ke dalam suspensi.
4. Stop kontak dipasang dan kecepatan putar spindel diatur. Motor
dinyalakan dengan menekan tombol dan spindel dibiarkan
berputar sampai pembacaan stabil.
5. Angka yang ditunjukkan oleh jarum merah pada skala dicatat
dengan menekan clutch jika dilakukan pada kecepatan tinggi
serta mematikan motor.
6. Nilai viskositas dihitung dari angka pembacaan yang dikalikan
dengan faktor yang sesuai dengan viskometer, spindel, dan
kecepatan yang digunakan. (η = dr * f , dimana dr adalah angka
pembacaan dan f adalah faktor koreksi yang digunakan)

 Syarat
Viskositas suspensi nistatin 180 cps. (nonkompedial)

4. Ukuran Partikel Fase Terdispersi


 Prosedur :
1. Distribusi ukuran partikel suspensi ditentukan
menggunakan mikroskop optik
2. Setetes suspensi yang terdispersi baik dioleskan secara
terpisah pada slide mikroskop dan dilihat pada pembesaran
x 100. Diameter partikel (X) diukur dan dicatat dengan
cermat untuk 100 partikel (N).
3. Diameter partikel rata-rata, d kemudian dihitung
menggunakan persamaan d = ΣN.X / N
 Syarat
Ukuran partikel 0,5-10 µm

5. Kemampuan Redispersi
 Prosedur
Sediaan dalam wadah dikocok. Sebanyak 100 ml suspensi
diletakkan ke silinder bertingkat. Pengocokan (diputar) 360°

14
dilakukan dengan kecepatan 20 rpm. Titik akhirnya adalah ketika
dasar silinder bebas dari sedimen.
 Syarat
Kemampuan redispersi baik, yaitu kurang dari 30 detik (non-
kompendial)

6. Volume Sedimentasi
 Prosedur
Sebanyak 50 ml sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi
berskala 100 ml. Volume yang diisikan adalah Volume Awal (Vo).
Diamati dan dicatat volume akhir (Vu) pada minggu ke-1, 2, 3, 7,
dan 12. Volume sedimentasi (F) dihitung dengan rumus:
Vu
F=
Vo
Dilihat hasil F yang didapatkan
F = 1 Produk memiliki floculating equilibrium dan supernatan
jernih
F <1 Misal: 0,5 (50 % dari total volume terdiri dari endapan)
F>1 Flokulat berbentuk longgar dan lunak

 Syarat
Nilai F = 1

7. Berat Jenis
 Prosedur
Suhu sampel suspensi diatur lebih kurang 20°C, kemudian
dimasukkan ke dalam piknometer. Suhu piknometer yang telah
diisi diatur hingga suhu 25°C. Kelebihan zat uji dibuang dan
ditimbang. Hitung bobot jenis sampel dengan rumus:
Bobot piknometer berisi sampel−bobot piknometer kosong
ρ=
Bobot piknometer berisi air−bobot piknometer kosong
 Syarat
Bobot jenis suspensi antara 1,2 – 1,5 g/L. Sediaan suspensi, jika
pembawa yang digunakan adalah air, maka berat jenis yang

15
dihasilkan umumnya lebih besar daripada berat jenis
pembawanya dan merupakan sifat yang diharapkan. (non-
kompendial)

b. Post Process Control (PPC)


1. Organoleptis
Seperti yang tertera pada IPC

2. pH
seperti yang tertera pada IPC

3. Viskositas
Seperti yang tertera pada IPC

4. Kemampuan Redispersi
Seperti yang tertera pada IPC

5. Volume Sedimentasi
Seperti yang tertera pada IPC.

6. Volume Terpindahkan
 Prosedur
1. Sebanyak 30 botol suspense dipilih. Kemudian 10 botol suspense
dikocok satu per satu.
2. Suspensi dituang perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas
ukur kering, dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari 2,5x
volume yang diukur.
3. Penuangan dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari
pembentukan gelembung udara pada waktu penuangan dan
didiamkan selama 30 menit.
4. Jika telah bebas dari gelembung udara, volume suspensi diukur.
Volume rata-rata suspensi dari 10 wadah tidak kurang dari

16
100% dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95%
dari volume yang dinyatakan pada etiket.
5. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100% dari yang
tertera pada etiket, tetapi tidak satupun wadah volumenya
kurang dari 95% dari yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih
dari satu wadah yang volumenya kurang dari 95% tetapi tidak
kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan
pengujian pada 20 wadah tambahan.
6. Volume rata-rata suspensi yang diperoleh dari 30 wadah tidak
kurang dari 100% dari volume yang tertera pada etiket, dan
tidak lebih dari satu wadah yang volumenya kurang dari 95%
tetapi tidak kurang dari 90% seperti yang tertera pada etiket.
 Syarat
Volume terpindahkan 95,0-110,0% (kompendial)

7. Penetapan Kadar (Potensi Antibiotik)


 Prosedur
17
Penetapan potensi antibiotik dilakukan dengan metode cawan
petri. Sejumlah volume suspensi dikocok dan ditunggu hingga
tidak terdapat gelembung udara. Lalu diukur dengan seksama.
Kemudian dicampurkan dengan sejumlah dimetilformamida dan
dimasukkan ke dalam blender dan blender dengan kecepatan
tinggi selama 3-5 menit. Campuran diencerkan dengan
dimetilformamida hingga diperoleh larutan persediaan yang
mengandung 400 unit nistatin per mL. Kemudian larutan
persediaan diencerkan secara kuantitatif dengan Dapar nomor 6
hingga diperoleh enceran larutan uji dengan kadar yang
diperkirakan sama dengan dosis tengah baku
 Syarat
Mengandung 90,0-130,0% unit nistatin dari yang tertera pada
etiket.

8. Stabilitas
Cycling Test dilakukan dengan menyimpan sediaan pada satu siklus
yang terdiri dari penyimpanan pada suhu rendah 4 °C ± 2°C selama 24
jam, lalu dipindahkan ke suhu tinggi 40°C ± 2°C selama 24
jam.Pengujian cycling test terhadap sediaan krim klotrimazol dan
betametasonini dilakukan sebanyak 6 siklus. Kemudian diamati
perubahan fisik maupun kimia seperti pH, viskositas, volume
sedimentasi, kemampuan redispersi, organoleptis dan penentuan
kadar sediaan.

8. Referensi
Ansel, H. C. (2008). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Depok: UI-Press.
Aulton, M. E. (2007). Aulton's pharmaceutics: The design and manufacture of
medicines. Edinburgh: Churchill Livingstone.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Farmakope Indonesia Edisi
V. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Lightbown, J., & Kogut, M. (1962). The International Standard for Nystatin.
Diakses pada 9 September 2019, dari

18
http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/266795/PMC2554780.p
df?sequence=1&isAllowed=y
Martin, Alfred. (2006). Farmasi Fisik dan Ilmu Farmasetika (5th ed.). Jakarta:
EGC.
Sinko, P. J., 2011, Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika edisi 5,
diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, 706, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
The Complete Drug Reference. (2009). The Martindale 36th edition. London:
Pharmaceutical Press
U.S. Pharmacopeia. (2016). The United States Pharmacopeia, USP 39/The
National Formulary. Rockville, MD: U.S. Pharmacopeial Convention, Inc.
VIVAPUR® MCG - Markan Global Enterprises. Diakses pada 9 September 2019,
dari https://www.markanglobal.com/pharmaceutical-
excipients/microcrystalline-cellulose-and-carboxymethylcellulose-sodium/

9. Lampiran
a. Peralatan Pembuatan

b. Label kemasan Primer

19
c. Kemasan Sekunder

20
21
d. Brosur

22

Anda mungkin juga menyukai