Anda di halaman 1dari 18

TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

ELIKSIR
checked by Esty, rechecked by David

Definisi
 Farmakope Indonesia Ed. III 1979, hal 8:
Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain obat,
juga zat tambahan seperti gula dan atau pemanis lainnya, zat warna, zat wewangi dan zat pengawet;
digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama digunakan etanol yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kelarutan obat. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilenglikol; sebagai pengganti
gula dapat digunakan sirop gula.

 Farmakope Indonesia Ed. IV. 1995, hal. 15:


Larutan adalah sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misal : terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Karena
molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk
sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika
larutan diencerkan atau dicampur. Bentuk sediaan larutan digolongkan menurut cara pemberiannya,
misalnya larutan oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis
atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven air. Pengenceran larutan oral dengan air yang
mengandung kosolven seperti etanol, dapat menyebabkan pengendapan bahan terlarut. Larutan oral
yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi, dinyatakan sebagai sirup. Larutan sukrosa hampir
jenuh dalam air dikenal sebagai sirup atau sirup simpleks. Penggunaan istilah sirup juga digunakan untuk
bentuk sediaan cair lain yang dibuat dengan pengental dan pemanis, termasuk suspensi oral. Di samping
sukrosa dan gula lain, senyawa poliol tertentu seperti sorbitol dan gliserin dapat digunakan dalam larutan
oral untuk menghambat penghabluran dan untuk mengubah kelarutan, rasa dan sifat lain zat pembawa.
Umumnya juga ditambahkan anti mikroba untuk mencegah pertumbuhan bakteri, jamur dan ragi.
Larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven dinyatakan sebagai eliksir.

 Farmakope Indonesia Ed. V. 2014 hal. 51


Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misal : terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Karena
molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk
sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika
larutan diencerkan atau dicampur. Untuk semua larutan, terutama yang mengandung pelarut mudah
menguap, harus digunakan wadah tertutup rapat dan terhindar dari panas berlebih. Jika senyawa tidak
stabil dan mudah mengalami degradasi secara fotokimia, penggunaan wadah tahan cahaya perlu
dipertimbangkan. Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu
atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna yang larut dalam air atau
campuran kosolven-air. Larutan oral dapat diformulasikan untuk diberikan langsung secara oral kepada
pasien atau dalam bentuk lebih pekat yang harus diencerkan lebih dulu sebelum diberikan. Penting untuk
diketahui bahwa pengenceran larutan oral dengan air yang mengandung kosolven seperti etanol, dapat
menyebabkan pengendapan bahan terlarut. Jika terdapat kosolven, pengenceran larutan pekat perlu
berhati-hati. Disamping sukrosa dan gula lain, senyawa poliol tertentu seperti sorbitol atau gliserin dapat

1
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

digunakan dalam larutan oral untuk menghambat penghabluran dan untuk mengubah kelarutan, rasa,
dan sifat lain zat pembawa. Umumnya juga ditambahkan antimikroba untuk mencegah pertumbuhan
bakteri, jamur, dan ragi. Banyak larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven dinyatakan
sebagai eliksir. Banyak lainnya dinyatakan sebagai larutan oral, juga mengandung etanol dalam jumlah
yang berarti. Karena kadar etanol tinggi dapat menimbulkan efek farmakologi jika diberikan secara oral,
dapat digunakan kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol, untuk mengurangi jumlah etanol yang
diperlukan. Untuk dapat menyatakan sebagai eliksir, larutan harus mengandung etanol.

 Fornas Ed. II, hal. 313 :


Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap, mengandung selain
obat juga zat tambahan seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat pengawet, zat warna dan zat
pewangi, untuk digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama digunakan etanol 90% yang
dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan obat. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilen
glikol sebagai pengganti gula dapat ditambahkan sirup simpleks.

 BP 2009, hal. 6527:


Cairan oral adalah sedian cair yang homogen, biasanya terdiri dari larutan, suspensi atau emulsi dengan
satu atau lebih zat aktif dalam pembawa yang cocok. Dimaksudkan untuk diminum dengan diencerkan
dari larutan pekat atau dilarutkan terlebih dahulu dari granul/serbuk dengan pembawa yang sesuai.
Pembawa untuk cairan oral seharusnya dipilih sesuai dengan sifat zat aktif sehingga memiliki
karakteristik organoleptik yang cocok untuk digunakan dalam sediaan. Eliksir adalah cairan oral yang
jernih dan memiliki rasa yang enak, mengandung satu atau lebih zat aktif yang dilarutkan dalam
pembawa yang biasanya mengandung sukrosa dengan jumlah tinggi atau polihidrik alkohol atau alkohol
yang sesuai, dan dapat juga mengandung etanol (96%) atau pelarut etanol (etanol encer).

 Ansel’s Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System, 10th ed., 2014, hal. 420
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Larutan obat-obatan dalam air yang
mengandung gula digolongkan sebagai sirup (walau beberapa sirup bisa mengandung alkohol).
Sedangkan larutan jernih dengan pembawa hidroalkohol (kombinasi dari air dan etanol) yang biasanya
diberi pemanis dan perasa untuk meningkatkan kerberterimaan pasien disebut eliksir.

Larutan oral, sirup dan eliksir dibuat dan digunakan karena efek tertentu dari zat obat yang terkandung.
Dalam sediaan ini zat aktif umumnya diharapkan dapat memberikan efek sistemik. Kenyataan bahwa
obat – obat itu diberikan dalam bentuk larutan biasanya berarti bahwa zat aktif larut dalam sistem cairan
serta absorbsinya dalam sistem saluran cerna ke dalam sirkulasi sistemik dapat diharapkan terjadi lebih
cepat daripada dalam bentuk sediaan suspensi atau padat dari zat aktif yang sama.Dibandingkan dengan
sirup, eliksir biasanya lebih tidak manis dan encer namun dapat menjaga komponen larut air dan larut
alkohol dalam larutannya dengan baik karena menggunakan hidroalkohol sebagai pembawa. Proporsi
alkohol dalam eliksir bervariasi sesuai dengan komponen yang terkandung. Selain alkohol dan air, pelarut
lain seperti gliserin dan propilen glikol juga sering digunakan sebagai pelarut tambahan.

2
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

Eliksir yang mengandung > 10-12 % alkohol biasanya bersifat sebagai pengawet sendiri (self preservative)
dan tidak membutuhkan penambahan zat antimikroba. Pemanis yang biasa digunakan adalah sukrosa
atau sirup sukrosa, namun ada juga yang menggunakan sorbitol, gliserin, dan/ atau pemanis buatan.
Untuk eliksir dengan kandungan alkohol tinggi biasanya menggunakan pemanis buatan (ex. sakarin) yang
hanya membutuhkan jumlah sedikit dibanding sukrosa. Eliksir harus disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat, resisten terhadap cahaya, dan terlindungi dari paparan panas berlebih (karena
mengandung alkohol dan minyak yang mudah menguap).

 Remington, Essential of Pharmaceutics, 2012. hal. 436


Konsentrasi alkohol yang terdapat dalam sediaan OTC oral berdasarkan FDA :
Anak < 6 tahun : maksimal 0,5 %
Anak 6-12 tahun : maksimal 5 %
Anak > 12 tahun dan dewasa : maksimal 10 %

Pada Remington, Essential of Pharmaceutics 2012, disebutkan bahwa eliksir adalah larutan hidroalkohol
jernih (campuran air dan etanol) dengan rasa yang enak dan diberi pemanis yang ditujukan untuk
pemberian oral. Eliksir termasuk ke dalam golongan larutan non-aqueous dengan kandungan alkohol
bervariasi mulai dari 3-5 % (Coumpound Benzaldehyde Elixir USP) sampai 21-23 % (Aromatic Elixir USP).

2. Tujuan Pembuatan Sediaan Elixir (Catatan kuliah)  INI SUMBERNYA HANYA DARI PENGETAHUAN
CATATAN KULIAH
1. Mempertinggi kelarutan zat berkhasiat
2. Agar homogenitas lebih terjamin
3. Meningkatkan kelarutan. Zat berkhasiat lebih mudah terabsorbsi dalam keadaan terlarut (disamping
faktor permeabilitas)
4. Dapat digunakan oleh orang yang sukar menelan obat seperti anak-anak dan orang tua.

3. Keuntungan dan Kekurangan Elixir


Keuntungan:
1. Obat secara homogen terdistribusi dalam seluruh sediaan
2. Bersifat hidroalkohol sehingga eliksir lebih mampu mempertahankan komponen yang larut dalam
air dan larut dalam alkohol dibandingkan sirup. (ANSEL ed 9th hal 353)
3. Stabilitas yang khusus dan kemudahan dalam pembuatan (lebih disukai daripada sirup) (ANSEL ed
9th hal 353)
4. Kemudahan penyesuaian dosis dan pemberian terutama pada anak-anak. (Dispensing of
Pharmaceutical Student, hal 67; Disp of med, hal 502)
5. Dosis selalu seragam (bentuk larutan) sehingga tidak perlu pengocokan.
6. Dosis dapat diubah sesuai kebutuhan penggunaannya (dari sendok takar yang digunakan).
7. Waktu absorbsi lebih cepat maka kerja obat lebih cepat (tidak butuh disintegrasi dahulu).
8. Sifat mengiritasi dari obat bisa diatasi dengan bentuk sediaan larutan karena adanya faktor
pengenceran. Contoh: KI dan KBr dalam keadaan kering menyebabkan iritasi.
9. Anak-anak dan beberapa orang dewasa yang sukar menelan tablet atau kapsul, akan lebih mudah
menelan sediaan larutan (ANSEL hal ed 9th 353)

3
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

10. Sediaan larutan dapat dengan mudah diberi bahan pewangi, pemanis, atau pewarna untuk
meningkatkan penerimaan

Kekurangan:
1. Larutan mudah ditumbuhi mikroorganisme.
2. Ketepatan dosis tergantung pada kemampuan pasien menakar.
3. Rasa obat yang kurang enak akan lebih terasa dalam bentuk larutan dibanding dalam bentuk
tablet. (ansel ed 10th hal 420) .
4. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung
kadar gula yang lebih rendah sehingga kurang efektif dalam menutupi rasa obat dibanding dengan
sirup. (ansel ed 10th hal 420).
5. Sediaan cair umumnya kurang stabil dibandingkan bentuk sediaan padat (tablet atau kapsul) dan
ada beberapa obat yang tidak stabil dalam air (terhidrolisis).
6. Tidak dapat digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa yang harus menghindari alkohol, perlu
diperhatikan jumlah alkohol maksimum sesuai aturan FDA. (ansel ed 10th hal 420).

4 Cara-cara Meningkatkan Kelarutan Suatu Zat :


a. Menggunakan pelarut campur (kosolven)
Penggunaan pelarut campur dapat meningkatkan kelarutan suatu zat dengan melihat kelarutan
maksimum pada masing masing pelarut. Pemilihan pelarut campur untuk sediaan farmasi cukup sulit,
karena sifat toksisitas dan iritasinya, paling penting adalah harus dapat bercampur dengan air. Penting
diperhatikan konsentrasi maksimum komponen pelarut campur yang masih diperbolehkan. Untuk
memperkirakan kelarutan suatu zat dalam pelarut campur harus dilihat harga konstanta
dielektriknya. Suatu pelarut campur yang ideal mempunyai harga konstanta dielektrik antara 25
sampai 80. Kombinasi pelarut campur yang banyak digunakan dalam sediaan farmasi adalah
campuran air-alkohol atau pelarut lain yang sesuai antara lain sorbitol, gliserin, propilen glikol, dan
polietilen glikol 200/400 (The Theory And Practice Of Industrial Pharmacy, 3rd ed. Lachman, hal 460-
461). Kepolaran pelarut campur mendekati kepolaran zat terlarut. Kelarutan zat terlarut akan
meningkat apabila konstanta dielektrik pelarut campur yang digunakan sama atau mendekati KD zat
aktif.
Pelarut campur yang digunakan : etanol, propilen glikol, gliserin, dan sorbitol. Perhatikan konsentrasi
toksik dari pelarut campur yang digunakan tersebut.
Pemilihan pelarut campur didasarkan :
 Kelarutan: alkohol 10%, propilen glikol x%, air (90-x)%
 Kd (jika diketahui Kd zat aktif)
 Kd campuran = (% air x Kd air) + (% alkohol x Kd alkohol) + (% pro.glikol x Kd prop.glikol)

Jika Kd zat aktif tidak diketahui, maka dilakukan penentuan Kd dengan cara sbb:
 Data kelarutan ZA yang diketahui (misal zat X terlarut di etanol, maka .... mg zat X dilarutkan dalam
sejumlah ml etanol kemudian dititrasi dengan air sampai keruh), dicatat jumlah air yang diperlukan.
𝑉.𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑉.𝑎𝑖𝑟
Kd zat = ( 𝑥 𝐾𝑑 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 ) + ( 𝑥 𝐾𝑑 𝑎𝑖𝑟)
𝑉𝑡𝑜𝑡 (𝑎𝑖𝑟+𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙) 𝑉𝑡𝑜𝑡 (𝑎𝑖𝑟+𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙)
 Pembuatan beberapa seri larutan agar hasil hitungan lebih akurat

4
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

 Perhitungan Kd
Usahakan pelarut organik serendah mungkin berada dalam batas maks yang ditentukan (jika tetap
tidak bisa, buat suspensi). Contoh : gliserin, propilen glikol konsentrasi tinggi menyebabkan diare

b. Pengontrolan pH
Suatu senyawa yang bersifat asam atau basa lemah akan berubah kelarutannya dalam air dengan
mengubah pH larutan. Perubahan pH dapat merubah bentuk senyawa asam atau basa lemah menjadi
bentuk garamnya yang lebih mudah larut. Kelarutan asam dan basa lemah akan meningkat seiring
derajat ionisasi meningkat. Parameter yang perlu diketahui adalah harga pKa dan pKb senyawa
tersebut serta pH sediaan yang dibuat perlu diperhatikan.
Berapa pH yang harus dimiliki sediaan untuk membuat sejumlah X zat A terlarut dapat dihitung
dengan persamaan Henderson Hasselbach :
(𝑆−𝑆𝑜)
Untuk asam 𝑝𝐻 = 𝑝𝐾𝑎 + 𝑙𝑜𝑔
𝑆𝑜
𝑆𝑜
Untuk basa 𝑝𝐻 = 𝑝𝐾𝑎 + 𝑙𝑜𝑔
(𝑆−𝑆𝑜)

Keterangan :
S = kelarutan obat (bentuk terionisasi + tidak terionisasi)
So = kelarutan intrinsik (bentuk tidak terionisasi)
Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa :
 Pada pH sediaan > pKa → kelarutan zat asam akan meningkat
 Pada pH sediaan < pKa → kelarutan zat basa akan meningkat

Pertimbangan lain dalam menentukan pH sediaan yang dipilih:


 pH tidak mempengaruhi kebutuhan lain dari produk seperti stabilitas dan kompatibilitas
fisiologis
 Jika pH yang diperlukan untuk mempertahankan kelarutan zat cukup kritis (misal:
Rentang pH sempit < 3), maka diperlukan sistem dapar
 Pada literatur, nilai pKa atau pKb umumnya ditentukan dari zat yang dilarutkan di air, hal ini akan
berbeda apabila pada eliksir dimana mengandung kosolven, umumnya alkohol atau gliserin akan
meningkatkan kelarutan zat yang tidak terionisasi dan meningkatkan nilai pKa. (The Theory and
Practice of Industrial Pharmacy, Lachman, 3rd ed., hal.458-459)

c. Solubilisasi miselar
Penambahan bahan yang bersifat aktif permukaan dapat meningkatkan kelarutan suatu zat. Salah
satu contoh adalah penambahan surfaktan. Mekanismenya adalah karena terjadi asosiasi senyawa
yang bersifat non polar dengan misel yang terbentuk dalam larutan setelah tercapai konsentrasi misel
kritik (KMK) surfaktan. Konsentrasi surfaktan yang ditambahkan tidak boleh terlalu besar, karena
selain sifatnya yang toksik dan harganya yang mahal juga akan terjadi busa pada saat pembuatan
sediaan yang sukar dihilangkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi surfaktan
tertentu dapat mengurangi ketersediaan hayati obat karena terjadinya adsorpsi yang kuat di dalam
misel. Harga HLB surfaktan dapat dipakai untuk memperkirakan kelarutan dan kemampuan
tercampurnya dalam pelarut yang digunakan. Surfaktan dapat meningkatkan kelarutan jika dosis
suatu zat aktif kecil.

5
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

Beberapa surfaktan yang umum digunakan dalam sediaan farmasi adalah tween, ester-ester asam
lemak, monoester sukrosa, ester lanolin. (The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 3rd ed.,
hal.462-464)

d. Kompleksasi
Mekanisme meningkatkan kelarutan suatu zat berdasarkan adanya interaksi dari senyawa yang tidak
larut dengan senyawa yang larut baik dapat membentuk kompleks intramolekuler yang larut.
(The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 3rd ed, hal.464-466). Misal suatu Zat diinklusi
dengan kompleks siklodekstrin (karena ukuran rongga cocok, dimana molekul yang masuk ke
rongga siklodekstrin harus < ukuran rongga).

5 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembuatan Elixir:


1. Pertumbuhan kristal yang disebabkan oleh perubahan suhu, keseragaman ukuran, dll.
2. Ketercampuran zat aktif dengan pelarut campur ataupun zat tambahan untuk menghindari terjadinya
pengendapan. Dasar pemilihan pelarut campur: toksisitas, kelarutan, konstanta dielektrik pelarut,
ketercampuran bahan (kompatibilitas).
3. Untuk penambahan sirupus simpleks lebih dari 30 % harus diperhatikan terjadinya cap locking pada
tutup botol sediaan. Karena itu perlu diberikan anti cap locking. Contoh anti cap locking yaitu gliserin,
sorbitol dan poliol lainnya. Penambahan gliserin sebagai anti cap locking harus diperhatikan karena
gliserin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan diare (menarik air/humektan).
4. Untuk meningkatkan penerimaan perlu diberikan peningkat rasa dengan penambahan pemanis
dalam sediaan, disamping itu ditambahkan rasa dan warna yang sesuai. Antara warna dan essens
yang ditambahkan harus ada kesesuaian. (modul praktikum semsol, hal 14-16)
5. Untuk sediaan oral pemilihan zat aktif perlu memperhatikan pemerian (rasa dan bau).
6. Pemanis yang digunakan : gula, sirupus simpleks, sorbitol, gliserin, sakarin Na, aspartam.
7. Karena ada komponen air dalam sediaan maka perlu ditambahkan pengawet. Pengawet yang dapat
digunakan :
- Nipagin-nipasol (metil paraben : propil paraben) = 9 : 1 (0,18% : 0,02%)
- Asam benzoat dengan konsentrasi 0,01-0,1%
(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Exicipient 6 th, 2009, hal 61,442)
8. Sediaan eliksir yang baik harus mempunyai viskositas yang cukup (aliran yang baik) untuk
memudahkan penuangan. Tetapi biasanya pelarut campur yang digunakan sudah cukup kental untuk
memudahkan penuangan.

6. Formulasi
Formula Umum
R/ - zat aktif
- pelarut utama (etanol dan air dengan perbandingan tertentu sesuai dengan daya melarut zat
berkhasiat)
- pelarut tambahan (gliserin, sorbitol, propilen glikol)
- bahan pembantu (pemanis; pewangi; pewarna; pengawet; anticaplocking agent; penstabil
kimia seperti pendapar, pengompleks, antioksidan)

6
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

(Modul praktikum Semisolid, 2003, hal 13)

Pembawa elixir berbeda dengan pembawa mixtura karena:


a. Produksi larutan yang jernih
Kekeruhan dari bahan pewangi (flavour) yang terdiri dari minyak essensial dan pengendapan dari ekstrak
tumbuhan tidak boleh ada dalam eliksir. Kira-kira 10-20% alkohol yang digunakan untuk melarutkan minyak
termasuk gliserol yang juga sebagai pelarut pewangi berminyak.

b. Suatu ZA dengan kelarutan yang rendah dalam air


Kadang-kadang jika suatu ZA yang poten memiliki kelarutan yang rendah harus diberikan maka dibuat
sebagai larutan dengan pelarut campur yang akan melarutkan dengan sempurna, contoh :
- Fenobarbital sukar larut dalam air tapi dapat menghasilkan larutan yang jernih jika dibuat dengan
melarutkan alkohol dan kemudian dilarutkan dalam gliserol dan air.
- Suatu bagian parasetamol larut dalam 70 bagian air, 7 bagian alkohol, 9 bagian propilen glikol, dan 40
bagian gliserol. Dalam eliksir parasetamol digunakan alkohol, propilen glikol, dan gliserol sbg pelarut
campur.

c. Produksi sediaan yang berasa enak


Kandungan utama dari eliksir adalah sirup atau sirup yang mengandung flavour. Jenis-jenis bahan
pembawa adalah sbb: sebagai pelarut utama digunakan etanol 90%, dapat ditambah gliserol, sorbitol,
dan prop.glikol. (Fornas ed. II hal 313)

Etanol Kd 25,7
Konsentrasi ≥10% : mencegah pertumbuhan mikroba
Pelarut oral liquid : bervariasi (< 10%)
Etanol diinaktivasi dengan adanya surfaktan nonionik dan tidak efektif
menghambat spora bakteri. (HOPE ed 6 2009 hal 17)
Gliserin Kd 43
Pemanis pd eliksir alkohol : ≤20%
Humektan ≤30%
Anticaplocking agent
Campuran gliserin dengan air, etanol (95%), dan propilen glikol stabil
secara kimia (HOPE 6th ed hal 283)
Sorbitol Humektan : 3-15%
Larutan oral : 20-35%
Anticaplocking agent pada sirup dan elixir :15-30%
Pengganti untuk gliserin dan propilenglikol : 25-90%
Suspensi oral : 70% (HOPE ed 6 2009 hal 679)
Memiliki efek osmotik laksatif
Propilen glikol Kd 33
Solven atau kosolven oral : 10-25%
Pengawet (untuk larutan oral, semi solid) : 15-30 %
(HOPE ed 6 2009 hal 592)

7
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

Untuk mengetahui berapa banyak pelarut campur yang digunakan, dapat dihitung dari nilai konstanta
dielektrik total pelarut yang digunakan yang sesuai dengan konstanta dielektrik ZA.

Cara menghitung konstanta dielektrik adalah :


Jumlah dari hasil perkalian masing-masing konstanta dielektrik pelarut dengan fraksi (%) dari masing-masing
pelarut. (petunjuk praktikum farfis, 2002, hal 35). Misal :
Pelarut Jumlah Kontanta dielektrik
Etanol A% 25,7
Gliserin B% 43,0
Propilen glikol C% 33,0
Air D% 80,4

Maka konstanta dielektrik campuran pelarut adalah: 25,7A + 43B + 33C + 80,4D
100
Contoh beberapa nilai Konstanta Dielektrik
Zat aktif Konstanta dielektrik
As. Asetil Salisilat 2,583
Androsteron 2,214
Barbital 2,256
Kolesterol 2,213
Dehidrokolesterol 2,211
Metiltestoteron 2,213
Fenobarbital 2,247
Sulfanilamide 2,349
Testoteron 2,217
Metil salisilat 9,41
Metanol 32,6
Gliserol 42,5

8
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

(Sumber: Martin, Physical Pharmacy ed 6, hal.82)

(Sumber: Martin, Physical Pharmacy ed 6, hal 185)

Data Konstanta Dielektrik Bahan Pelarut


Nama Bahan ∑ Nama Bahan ∑
N-metilformamid 190 Kloroform 4,8
Air 80,4 Asam hidroklorida 4,6
Gliserin 43 Etil eter 4,34
Metil alcohol 33,7 Minyak zaitun 3,1
Etil alcohol 25,7 Minyak biji kapas 3
n-propil alcohol 21,8 Asam oleat 2,45
Aseton 21,4 Toluen 2,39
Benzaldehid 17,8 Benzen 2,28
Amil alcohol 15,8 Dioksan 2,26

9
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

Benzil alcohol 13,1 Minyak lemon 2,25


Fenol 9,7 Karbon tetraklorida 2,24
Metil salisilat 9
Etil asetat 6,4
(Sumber : Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika, 2002, hal 35)

Bahan Pembantu
a. Pengawet
Pertumbuhan jamur dan fermentasinya dalam eliksir dapat dihambat jika pembawa mengandung
lebih dari 20% alkohol, gliserol dan propilen glikol (Coopers & Gunn’s hlm 76). Sirup yang
mengandung sukrosa 85% dapat menahan pertumbuhan mikroba oleh pengaruh tekanan osmotik
terhadap pertumbuhan mikroba. Sirup dengan kadar sukrosa kurang dari 85% dengan penambahan
poliol (seperti sorbitol, gliserin, propilen glikol atau PEG) juga memiliki efek yang sama. Sebagai pengawet
dapat juga digunakan etanol 5-10% dalam formulasi. Tekanan uap etanol lebih besar dari air dan akan
menguap ke permukaan cairan dan daerah penutup (cap area) sehingga dapat mengurangi potensial
pertumbuhan mikroba sebagai ketika cairan dituang. (The Theory and Practice of Industrial Pharmacy,
Lachman,3rd ed., hal.467-468)
Konsentrasi pengawet untuk sediaan oral (HOPE ed 6 2009 hal 442, 596, 61, 672)
- Metil paraben 0,015-0,2%
- Propil paraben 0,01-0,02%
- Asam benzoat 0,01-0,10% untuk oral solution; 0,1 % untuk suspensi oral; 0,15% untuk sirup oral.
- Asam sorbat 0,05-0,2%

Kriteria pengawet yang ideal (The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, Lachman,3rd ed., hal.467):
- Efektif terhadap mikroba dan berspektrum luas (Gram +, Gram -, dan fungi)
- Stabil secara fisika, kimia, dan mikrobiologi selama shelf life produk
- Tidak toksik, tidak mengiritasi, cukup melarut, kompatibel dengan komponen formula lainnya, rasa
dan bau dapat diterima pada konsentrasi yang digunakan

Konsentrasi pengawet yang dapat digunakan (Remington 2012, hal 438)

10
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

Sebagai pengawet dapat digunakan turunan hidroksi-benzoat, misalnya metil p- hidroksibenzoat dan
propil p- hidroksibenzoat. Pemakaian pengawet ini didasarkan atas rentang kerja pengawet tsb pada
pH 4-8. Paraben lebih aktif menghambat kapang dan jamur dibanding bakteri, > aktif terhadap bakteri
Gram + dibanding Gram -. Metilparaben (0,18%) yang dikombinasikan dengan propilparaben 0,02%)
banyak digunakan dalam formulasi parenteral. Aktivitas antimikroba meningkat dengan penambahan
propilen glikol (2-5%), asam edetat, dan feniletil alkohol.

b. Penstabil kimia (pengkelat, pendapar, antioksidan)


Penggunaan pelarut khusus dalam kebanyakan eliksir sering diperhitungkan terhadap pertimbangan
stablitas, tetapi diperlukan penambahan penstabilisasi, sebagai contoh Neomiksin Eliksir BPC yang
diatur pH 4-5 dengan asam sitrat untuk mengurangi timbulnya warna hitam saat penyimpanan,
ditambahkan juga Na EDTA sebagai pemisah terhadap logam yang mengkatalisa penguraian antibiotik.
 Dapar digunakan untuk meningkatkan kelarutan zat aktif atau meningkatkan stabilitas zat aktif. Sebagai
pengatur pH untuk sediaan oral biasa digunakan NaOH, asam sitrat dan Na sitrat (1-5%), Na fosfat &
dinatrium fosfat (0,8-2%), dan asam asetat & Na asetat (1-2%) (david Jones, fasttrack Pharmaceutics,
Dosage form and design, 2008, hal. 9)

Untuk contoh perhitungan dapar dapat dilihat pada KIT PENDUKUNG PERHITUNGAN DAPAR.

 Sebagai antioksidan biasa ditambahkan asam askorbat 0,01-0,1% (HOPE 6th ed hal 43) dan sodium
metabisulfit 0,01-1% (HOPE 6th ed hal 654)

(Remington 2012, hal 437)


c. Bahan Pewarna

Bahan pewarna yang biasa digunakan dalam eliksir:


Larutan Hasil warna Eliksir
Amaranth Magenta red Parasetamol paed.
Streptomisin paed.
Seny tartrazin Safiron Ephedrin, Isoniazid, Neomisin, Fenobarbital

11
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

Piperazin sitrat
Green S Hijau
Konsentrasi yang biasa digunakan 0,01-0,1%
(Cooper & Gunn’s, Dispensing for Pharmaceutical students hlm 76)

d. Pemanis

Penambahan bahan pemanis digunakan untuk sirup yang mengandung pewangi, gliserol, sorbitol, sirup
onvert dan Na sakarin. Sakarin dapat membantu menutupi rasa pahit dari sediaan antibiotika seperti
neomisin (Cooper & Gunn’s, Dispensing for Pharmaceutical students hlm 76)
Pemanis yang biasa digunakan pada eliksir adalah gula atau pemanis lain sebagai pengganti gula dapat
digunakan sirupus simpleks (FI III).

Pemanis yang biasa digunakan untuk larutan oral (The Theory and Practice of Industrial Pharmacy,
Lachman,3rd ed., hal.468-469):
 Sukrosa /larutan sukrosa dlm air (dapat dibuat hingga 85%) stabil scr fisik & kimia pd pH 4-8, sering
digunakan bersamaan dgn sorbitol, gliserin, dan poliol lain untuk menurunkan caplocking.
 Sakarin (250-500 x > manis dari gula tp aftertaste.
 Aspartam (200x > manis dari sukrosa) tidak ada aftertaste.

e. Pewangi/Flavour

Untuk sediaan eliksir, bahan pemanis dan pewangi rasa buah lebih banyak digunakan daripada pembawa
aromatik dan ekstrak cairan liquorice. Pewangi rasa buah yang sering digunakan adalah:
- Black currant syrups dalam Eliksir Chloral paed.
- Juice Raspberry pekat dengan sirup invert dalam Parasetamol Eliksir.
- Lemon spirit dengan sirup dan sirup invert dalam Ephedrin Eliksir.
- Compound Orange Spirit dengan gliserol dalam Phenobarbital Eliksir.
Raspberry dan Black currant sangat dikenal oleh anak-anak, dan sangat baik untuk menutupi rasa pahit
obat. Flavour orange efektif untuk menutupi rasa agak pahit barbiturat, sedangkan asam Sitrat dan Na
sitrat membantu menutupi rasa sedikit pahit dari streptomisin . (Cooper & Gunn’s, Dispensing for
Pharmaceutical students hal 76)

Contoh Flavour (The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, Lachman, hal.470)

Rasa Flavour
Asin Vanila, maple, peach, apricot, wintergreen mint
Pahit Cherry, walnut, coklat, mint, anise
Manis Buah-buahan, vanila, berry
Asam Jeruk, rootbeer, raspberry, licorice
Catatan : Konsentrasi q.s atau dibuat larutan stok dengan memperhatikan stabilitas dan konsentrasi
dalam pembawa.

12
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

Flavour dalam Farmasi


USP XVIII NF XIII
Aromatic elixir Acacia syrup
Cherry syrup Aromatic Eriodictyon syrup
Citric acid syrup High alkoholic elixir
Cocoa syrup Iso-alkoholic elixir
Glycyrrhizae syrup Low alkoholic elixir
Orange syrup Tolu balsam syrup
Raspberry syrup Tolu balsam tincture
Wild cherry syrup

Flavours & Perfumes (USP30-NF25)


Anethole
Benzaldehide
Ethyl vanillin
Mentol
Metil salisilat
Monosodium Glutamat
Peppermint oil
Peppermint spirit
Rose oil
Rose water, stronger
Thymol
Vanillin
dll

Monte-Bove peppermint air (mengandung minyak pedas) pekat mempunyai formula sebagai
berikut :
Peppermint oil USP 7,5
Tween 20 42,5
Aquadest ad 100
Ambil 1 mL minyak pekat, encerkan hingga 100 mL, maka larutan peppermint air setara dengan
aromatic air yang dibuat berdasarkan USP. Commented [a1]: Kayanya ini gausah. Pertama kayanya gak
mungkin soalnya air aromatis, trus pustakanya juga susah dicari
Bahan terapeutik yang khas dan penggolongan bahan pewangi mempunyai nama khas dengan
formulasi tertentu. Flavour orange mint secara khusus berpengaruh dalam menutupi rasa
difenhidramin pada formulasi ekspektoran. Penggunaan spice vanila flavour untuk sediaan
fenilefrin dan klorfeniramin maleat (CTM) telah diajukan sebagai pertimbangan. Rasa strawberry
sangat sesuai untuk formulasi transquilizer. Kombinasi rasa apel dengan butterscotch sangat
sesuai untuk mengurangi rasa adsorben dari kaolin dan pektin, juga dianjurkan untuk aminofilin
dan teofilin. (Dapus?)

f. Anti-caplocking Agent
Biasanya digunakan gliserin dan sorbitol yang berfungsi juga sebagai pemanis, karena sirupus simpleks
yang digunakan hanya sekitas 20-35%.

13
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

7. Pembuatan Sediaan Eliksir

Contoh formula :
R/ Zat aktif 100 mg
Sorbitol solution 30 %
Alkohol 10%
Propilenglikol 5%
(% b/v dari volume 5mL)
Metil paraben 0,2%
Propil paraben 0,03%
Pewangi q.s
Pewarna q.s
Aquades ad. 5 ml
Misalkan : akan dibuat sediaan eliksir, dengan kekuatan sediaan 100 mg/5mL sebanyak 10 botol.
Jumlah yang akan diserahkan sebanyak 10 botol ditambah untuk uji mutu sediaan akhir dibutuhkan :

Organoleptik
1 Botol
Bobot jenis
Penetapan volume terpindahkan (non destruktif) 10 botol (jika TMS, + 20 botol)
Penetapan pH 1 botol (bisa dari bekas volter)
Penetapan viskositas dan rheologi (Hoppler) ~ 120 ml Bisa dari bekas volter
Identifikasi 3 botol*
Penetapan kadar 3 botol
Penetapan potensi antibiotika (jika ZA antibiotika) 2 Botol
Uji batas mikroba 2 Botol
Uji efektivitas pengawet 5 Botol
JUMLAH ±30 botol
*Bila cara uji identifikasi dan penetapan kadar sama, maka dapat dilakukan secara simultan.
Karena dari seluruh uji diatas ada uji yang tidak destruktif sehingga dapat digunakan untuk uji
evaluasi yang lain. Jadi jumlah eliksir yang akan dibuat adalah 10 + 30 = 40 botol.
Perhitungan
 Jumlah yang akan diserahkan sebanyak 10 botol, ditambah untuk uji mutu sediaan akhir
dibutuhkan 30 botol. Maka akan dibuat total : 40 botol.
 Volume tiap botol dilebihkan 3% untuk menjamin ketepatan volume sediaan setelah dituang
dari botol. Persentase penambahan volume mengacu pada FI V : Volume Injeksi dalam Wadah
<1131>, hal 1570.
 Volume sediaan tiap botol = 100 ml + (3 % x 100 ml) = 103 ml
 Total volume sediaan yang akan dibuat : 40 botol x 103 ml = 4120 ml
Untuk mencegah kehilangan selama pembuatan maka total sediaan dilebihkan 10% sehingga
volume total yang dibuat = 4120 ml + (10% x 4120) ml = 4532 ml.
Catatan editor: melebihkan bahan 10% masih menjadi perdebatan. Menurut Ibu Sasanti hal ini tidak
perlu dilakukan (kecuali untuk semisolid)- perlu didiskusikan!

14
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

Penimbangan
Bahan yang
Untuk volume 5 ml Untuk volume 4532 ml
ditimbang
Zat aktif 100 mg 100 mg/ 5ml x 4532 ml = 90640 mg
Sorbitol solution 30% b/v x 5 ml = 1,5 g 1,5 g/ 5ml x 4532 ml = 1359,6 g
Alkohol 10% b/v x 5 ml = 0,5 g 10% b/v x 4532 ml = 453,2 g
Propilen glikol 5%b/v x 5 ml = 0,25 g 5% b/v x 4532 ml = 226,6 g
Metil paraben 0,2% b/v x 5 ml = 0,01 g 0,2% b/v x 4532 ml = 9,064 g
Propil paraben 0,03% b/v x 5 ml = 0,0015 0,03% b/v x 4532 ml = 1,3596 g
Pewangi qs (dalam bentuk persen)
Pewarna qs (dalam bentuk persen)
Aquadest Ad 5 ml Ad 4532 ml

Prosedur Pembuatan
1. Air sebagai pembawa harus dididihkan kemudian didinginkan dalam keadaan tertutup (air bebas CO2)
2. Bahan aktif dan bahan pembantu (jumlah yang diminta + evaluasi) ditimbang.
3. Pembuatan larutan sakarosa (FI. III. Hal 567). Larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metil paraben
0,25 % b/v secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirupus simpleks yang berfungsi sebagai pengental
dan pemanis (jika digunakan pemanis gula)
4. Bahan aktif dihaluskan dalam mortar kemudian dilarutkan dalam salah satu pelarut yang paling
melarutkan zat tersebut., kemudian tambahkan pelarut lain sekaligus, atau Apabila kelarutan bahan
berkhasiat di dalam masing-masing pelarut yang akan dikombinasikan tidak tinggi, maka zat aktif
dilarutkan sedikit demi sedikit ke dalam pelarut campur tersebut, atauApabila digunakan surfaktan
sebagai peningkat kelarutan, dibuat larutan surfaktan dengan konsentrasi tertentu, kemudian bahan
berkhasiat dilarutkan ke dalam larutan surfaktan tersebut.
5. Bahan pembantu dihaluskan dalam mortar kemudian dilarutkan dalam pelarut yang paling melarutkan
zat-zat tersebut.
6. Tambahkan berturut-turut larutan pengawet, larutan pewangi, larutan pewarna kedalam larutan zat
aktif. (Sedapat mungkin penambahan zat-zat pembantu dalam keadaan terlarut)
7. Tambahkan sisa pelarut campur
8. Masukkan pemanis.
9. Genapkan dengan air sampai volume yang diinginkan.
10. Masukkan kedalam wadah, tutup dan beri etiket.
(Modul Praktikum Semisolida, 2008, hal 15,19).

8. Evaluasi & Penyimpanan

Evaluasi
a. Evaluasi Fisika

1. Evaluasi organoleptik : bau, rasa, warna, kejernihan, selain itu juga diperiksa kelengkapan etiket,
brosur dan penandaan pada kemasan.

15
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

2. Evaluasi kejernihan dan warna larutan FI V hal 1521 <881> : 5 ml


3. Bobot jenis FI V hal 1554 <981> : 10 ml
4. Volume terpindahkan FI V hal 1614 <1261> : 10 wadah (tetapi dapat dipakai untuk uji-uji lainnya)
5. Viskositas (petunjuk prak farmasi fisika, 2008, hal 8 atau Physical Pharmacy, Martin, 6th ed hal. 479).
Viskosimeter Hoppler membutuhkan kurang lebih 120 ml
Alat : Viskometer Hoppler
Prosedur :
- Isi tabung dengan cairan yang akan diukur viskositasnya sampai hampir penuh
- Masukkan bola yang sesuai
- Tambahkan cairan sampai tabung penuh dan tabung ditutup (jangan sampai ada gelembung
udara)
- Pengukuran dilakukan dengan menghitung waktu yang
dibutuhkan oleh bola untuk menempuh jarak tertentu melalui
cairan tabung
- Hitung bobot jenis cairan dengan menggunakan piknometer
- Viskositas cairan dihitung dengan rumus :

η = β (ρ1 − 𝜌2 ) 𝑡
Keterangan :
η = viskosita cairan β = konstanta bola
ρ1 = bobot jenis bola ρ2 = bobot jenis cairan
t = waktu yang dibutuhkan bola untuk menempuh jarak tertentu (detik)

b. Evaluasi kimia
1. Identifikasi
2. Penetapan kadar zat aktif
3. pH FI V hal 1563 <1071> : 1 botol

c. Evaluasi Biologi
1. Penetapan potensi antibiotik untuk eliksir dengan zat aktif antibiotika Lihat FI V <131> hal.1392
2. Uji Batas mikroba (FI V <51> hal.1343)
3. Uji Efektivitas Pengawet (FI V <61> hal.1354)

Prosedur evaluasi sama dengan larutan!!

Penyimpanan
Karena eliksir mengandung alkohol dan biasanya juga mengandung beberapa minyak mudah menguap yang
rusak oleh adanya udara dan sinar, maka paling baik disimpan pada wadah tertutup rapat dan tahan cahaya
(light resistant), dan terlindung dari panas berlebih. (Ansel 10th ed, hal 425). Pengendapan dan adanya
mikroba atau pembentukan gas kimia adalah dua tanda instabilitas yang utama. (USP30-NF25)

16
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

9. Contoh Sediaan Di Pasaran


1. Eliksir parasetamol
Contoh : dapyrin, decadol elixir
2. Eliksir teofilin
contoh : bronchophylin, bufabron, brodilex, tusapres
3. Eliksir piperazin sitrat
contoh : ascari, combantrin neo ultraxon
4. Eliksir ambroxol HCl
contoh : mucopect
BP 2013.
1. Ephedrine Elixir
2. Phenobarbital Elixir
3. Piperazin Citrate Elixir

Eliksir Fenobarbital
R/ Fenobarbital 4g
Orange Oil 0,25 mL
Propilen glikol 100 mL
Alkohol 200 mL
Sorbitol solution 600 mL
Pewarna q.s
Aquadest ad to 1000 mL
Eliksir Teofilin
R/
Teofilin 5,3 g
Asam sitrat 10 g
Liquid glukosa 44 g
Syrup 132 mL
Glycerin 50 mL
Sorbitol Solution 324 mL
Alkohol 200 mL
Sodium saccharin 5g
Lemon oil 0,5 g
FDC yellow No. 5 0,1 g
Aquadest ad 1000 mL
(Ansel, Pharmaceutical dosage and Drug delivery system, 10th ed, hal 420 )

Eliksir Asetaminofen (Fornas hal 3)


Komposisi:
Tiap 5 mL mengandung
Asetaminofen 120mg
Gliserol 2,5mL
Prop. Glikol 500μL

17
TEORI SEDIAAN APT ITB JANUARI 2018 ELIKSIR

Sorbitol Solution 70% 1,25mL


Etanol 500 μL
Zat tambahan yang cocok q.s
Aquadest ad 5mL
Catatan : air dapat diganti dengan sirupus simplex

BACA !! Keterangan : Highlight biru : penting diingat


Tulisan biru : penting
Highlight kuning : masih bingung, perlu ditanyakan saat tutorial
Tulisan merah : dapus tidak jelas/tidak ditemukan

18

Anda mungkin juga menyukai