Mata Kuliah
Teknologi Sediaan Likuida Dan Semisolida
Dosen Pengampu:
Apt. Lina Winarti, S.Farm, M.Sc.
Oleh :
KELAS
C
KELOMPOK 1
Siti Nurhidayah 172210101156
FAKULTAS FARMASI
UNIVERISTAS JEMBER
2020
BAB I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui perbedaan sediaan larutan, elixir, dan emulsi.
2. Mahasiswa mengetahui evaluasi sediaan yang dilakukan pada larutan, elixir, dan
emulsi.
3. Mahasiswa mengetahui contoh sediaan larutan, elixir, dan emulsi yang sudah beredar
di pasaran.
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut, misal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam larutan
terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan,
umumnya memberikan jaminan kesegaragaman dosis dan memiliki ketelitian yang
baik jika diencerkan atau dicampur. Sediaan padat secara kimia umumnya lebih stabil
disbanding senyawa dalam larutan, dan dapat dikemas lebih ringkas dan ringan. Untuk
semua larutan, terutama yang mengandung pelarut mudah menguap, harus digunakan
wadah tertutup rapat dan terhindar dari panas berlebih. Jika senyawa tida stabil
dan mudah mengalami degradasi secara fotokimia, penggunaan wadah tahan cahaya
perlu dipertimbangkan. Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk
pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dan atau tanpa bahan pengaroma,
pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air. Larutan oral
dapat diformulasikan untuk diberikan langsung secara oral kepapa pasien atau dalam
bentuk lebih pekat harus di encerkan lebih dulu sebelum diberikan. Penting untuk
diketahui bahwa pengenceran larutan oral dengan air yang mengandung kosolven
seperti etanol, dapat menyebabkan pengendapan bahan terlarutLarutan oral yang
mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi, dinyatakan sebagai sirup. Larutan
sukrosa hampir jenuh dalam air dikenal sebagai sirup atau sirup simpleks.
Beberapa larutan oral tidak mengandung gula melainkan bahan pemanis buatan,
seperti sorbitol atau aspartame, bahan pengental seperti gom selulosa. Larutan kental
dengan pemanis buatan seperti ini, tidak mengandung gula ; dibuat sebagai zat pembawa
untuk pemberian obat kepada pasien diabetes. Banyak larutan oral yang
mengandung etanol sebagai kosolven dinyatakan sebagai eliksir. Banyak lainnya
dinyatakan sebagai larutan oral, juga mengandung etanol dalam jumlah yang
berarti. Karena kadar etanol tinggi dapat menimbulkan efek farmakologi jika
diberikan secara oral, dapat digunakan kosolven lain seperti gliserin dan propilen
glikol, untuk mengurangi jumlah etanol yang diperlukan. Untuk dapat menyatakan
sebagai eliksir, larutan harus mengandung etanol. Kelarutan suatu senyawa bergantung
pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor
temperature, tekanan, pH larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung
3
pada hal terbaginya zat terlarut. Adapaun kelarutan didefinisikan dalam besaran
kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature
tertentu, dan secara kualitatif sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat
untuk membentuk dispersi molekuler homogeny. Dalam bidang farmasi kelarutan
sangat penting, karena dapat mengetahui dapat membantu dalam emilih medium
pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-
kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis (dibidang
farmasi) dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan.
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh
pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogeny bahan berlainan. Untuk
dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam cairan. Kelarutan dapat
pula dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen.Pelepasan zat dari bentuk
sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta
formulasinya. Pada prinsip obat baru dapat di absorbs setelah zat aktifnya terlarut
dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek farmakologi dari
sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya Kelarutan suatu bahan dalam
suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat
dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua
zat terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh.
2.2 Elixir
Elixir merupakan larutan hidroalkohol yang jernih dan manis yang dimaksudkan
untuk penggunaan vital dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Elixir
bersifat hidroalkohol, sehingga dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam air
maupun dalam alkohol. Bila dibandingkan dengan sirup, elixir biasanya kurang manis
dan kurang kental, karena mengandung gula lebih sedikit maka kurang efektif bila
dibandingkan dengan sirup dalam menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan.
(Ansel, 1989) Semua elixir mengandung bahan pemberi rasa untuk menambah kelezatan,
dan hampir semua elixir mempunyai zat pewarna untuk meningkatkan penampilannya.
Banyaknya jumlah yang ada didalam elixir berbeda sekali. Kadar etanol yang rendah
adalah 3% dan yang tertinggi dapat sampai 44%. Biasanya elixir mengandung antara 5-
10% etanol. Elixir yang mengandung alkohol lebih dari 10%-12%, biasanya juga bersifat
4
sebagai pengawet, sehingga tidak membutuhkan tambahan zat antimikroba sebagai
pengawet.(Ansel, 1989).
2.3 Emulsi
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil dimana terdiri dari 2 fase yang
tidak bisa bercampur satu sama lain sehingga dilakukan pengojokan, namun beberapa
saat kemudian sistem tersebut akan berpisan kembali. Untuk mensabilkan suatu keadaan
emulsi maka dapat digunakan emulgator. Contoh dari emulgator salah satunya adalah
surfaktan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan muka atau hidrokoloid sehingga
dapat meningkatkan viskositas. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara
menempati antar permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat
batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi
tegangan antar permukaan antara fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi
selama pencampuran.Emulsi terdiri dari fase internal dan fase eksternal. Fase internal
disebut juga dengan fase terdispersi sedangkan fase eksternal disebut juga dengan fase
pendispersi. Pada emulsi terdapat dua tipe yakni fase oil in water (O/W) atau water in oil
(W/O). fase air pada emulsi disebut dengan substansi hidrofil yang bersifat polar,
sedagangkan fase minyak dalam emulsi disebut dengan substansi lipofil yang bersifat
non polar. Keuntungan dari sediaan ini adalah menutupi rasa tidak nyaman uatu sediaaan
, meningkatkan kelarutan suatu vitamin yang bersifat hidrofobik. Meningkatkan
absorbansi obat baik secara oral ataupun topical. Adapun kekurangan dari sediaan ini
adalah kurang stabil jika dibandingkan dengan sediaan lain. Konsistensi emulsi sangat
beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga krim setengah padat. Umumnya
krim minyak dalam air dibuat pada suhu tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian
didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase
internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan perbandingan volume fase internal terhadap
volume fase eksternal yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah padat, misalnya
krim asam stearat atau krim pembersih adalah setengah padat dengan fase internal hanya
15%. Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh fase
eksternal setengah padat.
5
BAB III. EVALUASI SEDIAAN
6
Untuk larutan oral, suspensi oral dan bentuk sediaan cairan oral lain dilakukan
pengkocokan isi dari 10 wadah satu per satu. Kemudian dituang secara perlahan isi
setiap wadah ke dalam gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang
diukur dan telah dikalibrasi serta harus dihindari terbentuknya gelembung udara saat
penuangan. Untuk wadah dosis ganda didiamkan selama tidak lebih dari 30 menit
kecuali dinyatakan lain dalam monografi dan diukur volume dari setiap campuran
apabila telah terbebas dari gelembung.
7. Uji Keseragaman Sediaan (Farmakope Indonesia Edisi V, 2014)
Untuk uji keragaman bobot sediaan larutan dilakukan dengan menimbang dengan
seksama sejumlah cairan yang dikeluarkan dari 10 wadah satu per satu seperti
penggunaan normal, setelah itu jika diperlukan juga dilakukan perhitungan kesetaraan
volume setelah penetapan bobot jenis. Kemudian dihitung jumlah zat aktif dalam tiap
wadah dari hasil penetapan kadar dan dilakukan perhitungan nilai penerimaan dengan
rumus
NP : |M – X| + Ks
8. Uji Kejernihan
Pemeriksaan dilakukan secara visual dengan memeriksa wadah bersih dari luar di
bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya,
dan berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu
aksi memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat dengan
mata.
9. Pemeriksaan Kadar (Farmakope Indonesia Edisi V, 2014)
Penentuan kadar zat akif dari sediaan larutan dilakukan dengan cara mengukur larutan
standar dan sampel uji yang diduga mengandung zat aktif tertentu dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 257 nm, dilihat spektra dari
standart dan sampel sediaan larutan.
10. Uji Kerapatan Jenis (Pratimasari, 2018)
Piknometer yang bersih dan kering ditimbang. Kemudian piknometer diisi dengan
siediaan larutan hingga penuh kemudian direndam pada suhu es hingga suhunya
sekitar 2oC di bawah suhu percobaan. Piknometer ditutup dan pipa kapiler dibiarkan
terbuka hingga mencapai suhu percobaan,, dibersihkan sisa-sisa air di piknometer.
Lalu ditimbang piknometer dan dihitung kerapatan jenis dari sediaan larutan
7
3.2 Sediaan Elixir
1. Uji Keasaman
Sediaan larutan yang sudah jadi dalam beaker glass, masukkan elektroda pH meter
yang telah dikalibrasi terlebih dahulu dengan dapar standar kemudian diamati pH
nya, catat dan bandingkan dengan pH seharusnya.
2. Uji Berat Jenis
Berat jenis diuji dengan menggunakan piknometer. Piknometer diisi dengan air
sampai penuh lalu rendam dengan air es yang bersuhu kurang lebih 20°C dibawah
suhu percobaan lalu piknometer ditutup dengan pipa kapiler dibiarkan terbuka dan
suhu naik sampai suhu percobaan lalu piknometer ditutup. Biarkan suhu air dalam
piknometer mencapi suhu kamar, air yang nempel diusap lalu ditimbang dengan
sesama kemudian lihat dalam tabel serapan air dan suhu percobaan untuk
menghitung volume air.
3. Uji Kandungan Mikroba
Uji ini dilakukan dengan menggunakan media Plate Counter Agar (PCA) dan
aquadest sampel yang dicampurkan pada medium agar dibiarkan selama 24 jam
kemudian diamati di Plate Count Agar (alat menghitung mikroba).
4. Uji Efek Mikrobiologi dan Toksisitas
Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan enzim maupun mikroorganisme
lainnya dengan mereaksikan sampel terhadap mediator yang dipilih, kemudian
diamati pada mikroskop.
5. Uji Viskositas
Digunakan viskometer yang sudah bersih, pipetkan cairan ke dalam viskometer
dengan menggunakan pipet. Lalu hisap cairan dengan menggunakan pushball
sampai melewati 2 batas. Disiapkan stopwatch, kendurkan cairan sampai batas
pertama lalu mulai penghitungan. Dicatat hasil, dan lakukan penghitungan dengan
rumus. Diusahakan saat melakukan penghitungan kita menggenggam di lengan yang
tidak berisi cairan (Anief, 2007).
8
3.3 Sediaan Emulsi
1. Evaluasi stabilitas fisik
Sediaan emulsi dilakukan dalam dua kondisi suhu yaitu suhu 25°C (suhu kamar) dan
suhu 40°C dengan cara menyimpan sediaan pada climatic chamber dengan suhu yang
diatur 40°C dan kelembaban 75%. Evaluasi tersebut dilakukan pada hari ke- 0, 7, 14,
21, dan 30 hari.
2. Uji Organoleptis
Pengamatan sediaan emulsi dilakukan dengan mengamati dari segi penampilan, rasa,
aroma, dan homogenitas dari sediaan uji (FI V, 2014).
3. Uji Tipe Emulsi
Uji tipe emulsi dilakukan dengan menggunakan methylene blue yang dapat memberi
warna biru pada emulsi tipe O/W (I Hadning, 2011).
4. Uji Viskositas
Pengukuran viskositas sediaan dilakukan dengan menggunakan viskometer
Brookfield (Suseno et al, 2017). Viskometer yang digunakan adalah Viskometer
Brookfield DV-E dengan spindle nomor 2.
5. Uji pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Elektroda sebelumnya
telah dikalibrasi terleih dahulu. Kemudian elektroda dicelupkan ke dalam sediaan, pH
yang muncul diamati dan dicatat (Suseno et al, 2017). Kriteria nilai pH emulsi adalah
pH oral (5,5-7,5) (Baliga et al, 2013).
6. Uji Ukuran Globul
Diameter globul emulsi diukur menggunakan instrument Particle Size Analyzer
(Suseno et al, 2017). Kriteria ukuran globul sediaan emulsi berada pada rentang 0,1-
100µm (McClements, 2010).
9
BAB IV. CONTOH SEDIAAN DI PASARAN
4.1 Larutan
1. Betadine obat kumur
10
2. Visine Extra
11
3. OBH Cito
12
4.2 Elixir
1. Bisolvon
13
2. Tusselix
14
3. Termagon
15
4.3 Emulsi
1. Kompolax
16
2. Scott’s Emulsion Original
17
3. Laxadine
18
BAB V. KESIMPULAN
1. Sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung satu atau lebih zat
aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium yang homogen pada saat
diaplikasikan.
2. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut, misal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur.
3. Evaluasi sediaan larutan meliputi uji organoleptis, penetapan pH sediaan, uji
viskositas, berat jenis, stabilitas fisik, volume terpindahkan, uji keseragaman sediaan,
uji kejernihan, pemeriksaan kadar, dan uji kerapatan jenis.
4. Contoh sediaan larutan di pasaran adalah Betadine obat kumur, Visine Extra, dan
OBH Cito.
5. Elixir merupakan larutan hidroalkohol yang jernih dan manis yang dimaksudkan
untuk penggunaan vital dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan.
6. Evaluasi sediaan elixir meliputi uji keasaman, uji berat jenis, uji kandungan mikroba,
uji efek mikrobiologi dan toksisitas, dan uji viskositas
7. Contoh sediaan elixir di pasaran adalah Bisolvon, Tusselix, dan Termagon.
8. Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil dimana terdiri dari 2 fase yang tidak
bisa bercampur satu sama lain sehingga dilakukan pengojokan, namun beberapa saat
kemudian sistem tersebut akan berpisan kembali.
9. Evaluasi sediaan emulsi meliputi evaluasi stabilitas fisik, uji organoleptis, uji tipe
emulsi, uji viskositas, uji pH, dan uji ukuran globul.
10. Contoh sediaan emulsi di pasaran adalah Kompolax, Scott’s Emulsion Original, dan
Laxadine.
19
BAB VI. DAFTAR PUSTAKA
20