Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apa definisi dari inkompatibilitas sediaan cair.
2. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk sediaan cair.
3. Untuk mengetahui bagaimana inkompatibilitas dari sediaan cair.
2
Bab II
Pembahasan
Inkompatibilitas adalah pencampuran antara dua reaksi atau lebih antara obat-obatan yang
menimbulkan ketidakcocokan atau ketidaksesuaian. inkompatibilitas sediaan cair adalah
inkomp yang terjadi pada sediaan cair seperti larutan.
Ketidaktercampuran obat atau disebutdengan istilah OTT
(Obat TidakTercampurkan) adalahsuatu kondisi dimanaterjadinya antaraksiantara suatu baha
nobat dengan bahanobat lainnya, baiksecara fisika, kimiaatau secarafarmakologis yang akan
menyebabkanperubahan sifat obatsecara keseluruhan.
Interaksi yang terjadidapat berupa antaraksiobat dengan bahanobat yang
lain, obatdengan bahanpembantu, obat denganwadah atau penutupwadah dan obatdengan ma
kanan padasaat obat digunakan.
Perubahan yang terjadiakibat OTT dapatmenyebabkan :
1. Perubahan kerja obat
Proses terjadinya OTT dapat terjadi pada saat pembuatan obat, pada saat obat disimpan dan
pada saat obat digunakan oleh pasien.
Terjadi interaksi antaraobat dengan obat ataudengan bahanpembantu lainnya yangmenyebabk
anterjadinya perubahansecara fisika.
3
a. Keluarnya air kristalsehingga campuranserbuk menjadi basah
Contoh :
Bila resepmengandungCamphora danMentholum, makakedua bahantersebut tidak bolehlangs
ung dicampurtetapi padakeduanya masing-masing harusditambahkan zatinert dahulu baruke
mudiandicampurkan
Bila resepmengandungMagnesium Sulfatdan NatriumBicarbonat, tidakboleh dicampurkanlan
gsung tetapiharus ditabahkandahulu dengan zatinert sebelumdicampurkan
Contoh :
Bila alkohol ditambahkan pada basis cream, maka akan menyebabkan sistem bifase basis
cream pecah dan terjadi pemisahan fase
c. Perubahan kelarutan
Salting out : dimana terjadi penurunan kelarutan suatu zat bila ditambahkan ion garam
sejenisnya
Salting in : dimana terjadi peningkatan kelarutan suatu zat dengan penambahan ion
sejenisnya
Terjadi interaksi antaraobat dengan obat ataudengan bahanpembantu lainnya yangmenyebabk
anterjadinya perubahansecara kimia.
a. Reaksi Hidrolisis
Terjadi perusakanobat secara kimiayang disebabkanoleh hidrolisis bahanobat dengan H2O se
hingga dapatmenyebabkanperubahan kimiaobat dan efektifitasobat.
Contoh HidrolisisEter
b. Reaksi Oksidatif
4
Contoh :
Perusakan lemakoleh zat oksidatorseperti oksigen dariudara yangmenyebabkan bahanmenjadi
tengik
Pengaruh bahanpengawet yangmerupakan oksidatorterhadap zat aktif
c. Reaksi Pengendapan
Contoh terjadinyapengendapan ionhalogenida denganadanya logam beratseperti OTT antaraC
ocain HCl denganArgento proteicum
Cl - + Ag + AgCl(mengendap)
d. Reaksi PembentukanKompleks
Terjadi reaksipembentukan komplekyang tidak larut antarabahan obat dengan suatuion logam
, misalnyaTetrasiklin dengan ionkalsium
Sediaan cair atau potio adalah obat minum dengan penggunaan secara oral yang
berupa sirup, larutan suspensi, atau emulsi.
A. Larutan (Solutions)
Menurut FI IV, solutions atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau
lebih zat kimia yang terlarut. Larutan biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-
bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk
lainnya. Misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran
pelarut yang caling bercampur (FI ed IV). Contoh dari larutan antara lain, Larutan penyegar
cap kaki tiga dan Iodine povidon solution.
Ada beberapa cara untuk mengenal kerusakan yang terjadi pada larutan, yaitu:
4) Perubahan viskositas
5
Larutan dibagi menjadi beberapa bentuk, antara lain :
1) Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau
lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air
atau campuran kosolven air.
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi
(sirop simplex adalah sirop yang hamper jenuh dengan sukrosa). Larutan oral yang tidak
mengandung gula tetapi bahan pemanis buatan seperti sorbitol atau aspartam, dan bahan
pengental, seperti gom selulosa, sering digunakan untuk penderita diabetes.
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol (95%) sebagai kosolven (pelarut).
Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven
lain seperti gliserin dan propilen glikol.
2) Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering kali
mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau dalam
larutan lidokain oral topikal.
Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan
pendispersi. Penggunaan telinga luar, misalnya larutan otik benzokain dan antipirin, larutan
otik neomisin B sulfat, dan larutan otik hidrokortison.
Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah menguap
umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma.
Tingtur adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan
tumbuhan atau senyawa kimia.
Air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak, mudah menguap
atau senyawa aromatik, atau bahan mudah menguap lainnya. Pelarut yang biasa digunakan :
6
- Spiritus untuk melarutkan kamfer, iodin, mentol
c. Berdasarkan jumlah zat A yang dilarutkan dalam air atau pelarut lain
· Larutan encer yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
· Larutan yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
· Larutan jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat
larutdalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
· Larutan lewat jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut
melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.
3. Penyimpanan
Memiliki pengertian bahwa molekul polar (zat terlarrut) larut dalam pelarut polar, sebaliknya
molekul non polar (zat terlarut) akan larut dalam pelarut non polar.
2. Co-solvency
7
adalah suatu peristiwa terjadinya kenaikan kelarutan dengan penambahan pelarut lain, atau
modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air tetapi larut dalam campuran air +
gliserin (Syamsuni, A., 2006).
a. Keuntungan
3. Dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit diencerkan
4. Kerja awal obat lebih cepat, karena obat cepat di absorbsi
b. Kerugian
2. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan
2. Zat harus stabil, baik pada suhu kamar dan pada penyimpanan
3. Jernih
Komposisi Larutan
8
1. Bahan aktif / solut/ zat terlarut. Contoh : kamfer, iodin, mentol.
Contoh :
3. Bahan tambahan
Contoh: oleum cinnamommi, oleum rosarum, oleum citri, oleum menthae pip.
9
Cara Pembuatan Larutan Secara Umum :
Masukkan zat padat yang akan dilarutkan dalam Erlenmeyer, setelah itu masukkan zat
pelarutnya, dipanasi diatas tangas air atau api bebas dengan digoyang – goyangkan sampai
larut. Zat padat yang hendak dilarutkan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dulu, mencegah
jangan sampaai ada yang lengket pada Erlenmeyer. Pemanasan dilakukan dengan api bebas
sambil digoyang – goyang untuk menjaga pemanasan kelewat setempat.
3. Untuk zat yang akan terbentuk hidrat, maka air dimasukkan dulu dalam erlenmeyer agar
tidak terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat larutnya.
4. Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetes besar dalam dasar
erlenmeyer atau botol maka perlu dalam melarutkan digoyang – goyangkan atau dikocok
untuk mempercepat larutnya zat tersebut.
5. Zat – zat yang mudah terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan pemanasan
atau dilarutkan secar dingin.
6. Zat – zat yang mudah menguap dipanasi, dilarutkan dalam botol tertutup dan dinaskan
serendah – rendahnya sambil digoyang – goyangkan.
7. Obat – obat keras harus dilarutkan tersendiri, untuk meyakini apakah sudah larut semua.
Dapat dilakukan dalam tabung reaksi lalu dibilas.
1. Natrium bikarbonat
10
Dilarutkan dengan pemanasan. Pada proses pemanasan akan terbentuk batu kawi
(MnO2). Oleh sebab itu setelah dingin tanpa dikocok – kocok dituangkan ke dalam botol
atau dapat juga disaring dengan gelas wool.
Harus dilarutkan dengan air sekaligus, kemudian disaring. Karena jika air
ditambahkan sedikit demi sedikit maka akan terbentuk zink oksida klorida (ZnOCl) yang
sukar larut dalam air. Jika terdapat asam salisilat, larutkan zink klorida dengan sebagian air,
kemudian tambahkan asam salisilat dan sisa air, baru disaring.
4. Kamfer (Camphorae)
Kelarutan dalam air 1:650. Dilarutkan dengan spiritus fortiori (95%) sebanyak 2
kali bobot kamfer di dalam botol kering. Kocok – kocok, kemudian tambahkan air
panas sekaligus, kocok lagi.
5. Tanin
Tanin mudah larut dalam air dan dalam gliserin, tetapi tanin selalu mengandung hasil
oksidasi yang larut dalam air, tetapi tidak larut dalam gliserin sehingga larutannya dalam
gliserin harus disaring dengan kapas yang dibasahi. Jika ada air dan gliserin, larutkan tannin
dalam air, kocok, baru tambahkan gliserinnya.
6. Fenol
Diambil fenol liquifactum yaitu larutan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol.
Jumlah yang diambil 1,2 kali jumlah yang diminta. Jika pengenceran dalam air cukup
akan diperoleh larutan yang jernih, jika kurang akan terjadi larutan yang keruh.
8. Jika ada bahan obat yang harus diencerkan dengan air, hasil pengenceran yang diambil
paling sedikit adalah 2 ml.
Contoh inkompatibilitas:
11
Kelarutan suatu garam dalam air dapat berkurang karena penambahan suatu garam.
Dalam praktek peristiwa ini digunakan pada pembuatan sabun natrium. Larutan sabun dengan
penambahan NaCl akan mengendapkan sabun natriumnya.
Contoh resep :
R/ Papaverini Hydrochloridi 1
Belladonnae Extr. 0,2
Sol. Charcot 300
S.3.d.d.c.
Cara membuatnya adalah dengan melarutkan garam bromide dari solution Charcot dan di
dalam mortar dibuat mucilago dari pulvis Gummosus lalu ditambahkan Papaverin
Hidrokloridum, Belladonnae Extractum dan sisa air setelah itu baru dicampur dengan larutan
garam bromida tadi. Jumlah pulvis Gummosus yang digunakan adalah 2% dari jumlah
larutan.
B. Suspensi (Suspensiones)
2.1.1. Definisi
1. Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (Anief, Moh., 2004. Halaman 149).
2. Suspensiones (suspensi) adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bendtuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus
halus dan tidak boleh cepat mengendap. Kekentalan suspensi tidak boleh terlali tinggi agar
sediaan mudah dikocok dan dituang (Anonim a., 1979. Halaman 32)
3. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus
yang terdispersi ke dalam fase cair (Syamsuni, A., 2006. Halaman 135).
12
Dari beberapa definisi yang tertera dapat disimpulkan bahwa suspensi adalah sediaan yang
mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut yang terdispersi ke dalam
fase cair serta kekentalan suspenditidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang.
1. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus
yang terdispersi dalam fase cair dengan penambahan bahan pengaroma.
2. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus
yang terdispersi dalam fase cair, di tunjukan untuk pemakian di permukaan kulit.
3. Suspensi tetes telinga sediaan cair yang mengandung partikel dalam bentuk halus yang
terdispersi dalam fase cair yang di teteskan pada telinga.
4. Suspensi oftalmik sediaan cair yang mengandung partikel sangat halus yang terdispersi
dalam cair pembawa untuk pemakaian pada mata.
5. Suspensi ijeksi adalah sediaan padat dan kering dengan bahan pembawa yang sesuai
persyaratan suspensi steril (Syamsuni, A. 2006).
A. Suspending Agent
Larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum mucilagonya
dalam pH 5-9. Akasia digunakan dengan kadar 35% yang kira-kira memiliki kekentalan sama
dengan gliserin. Akasia ini mudah dirusak oleh bakteri. Oleh karena itu dalam
penggunaannya perlu ditambahkan pengawet.
Cara pembuatannya yaitu dimasukkan PGA dalam mortir, digerus dan ditambahkan air 1,5
kalinya dan diaduk sampai homogen.
13
b. Chondrus
Larut dalam air, tidak larut dalam alkohol dan bersifat basa. Karagen merupakan derivat dari
sakarida. Chondrus ini mudah dirusak oleh bakteri. Oleh karena itu dalam penggunaannya
perlu ditambahkan pengawet.
Cara pembuatannya yaitu chondrus dimasukkan dalam mortir, ditambhakan air dan diaguk
sampai homogen.
c. Tragacanth
Sangat lambat mengalami hidrasi sehingga untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan
pemanasan. Mucilago tragacanth lebih kental dibanding PGA. Musilago tragacanth hanya
baik sebgai statbilisator suspensi, tetapi bukan sebagai emulgator. Kadar yang digunakan
sebagai suspending agent yaitu 2%.
Cara pembuatannya yaitu Tragacanth 2% dimasukkan dimortir dan digerus, ditambahkan sir
20 kali lebih banyak sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan kemudian
mengencerkannya dengan sisa air.
Cara pembuatannya Gummi Arabicum 10% dibuat dengan jalan membuat dahulu Mucilago
Gummi Arabici dari gom yang tersedia dan kemudian mengencerkannya.
e. Benthonit
Digunakan sebagai suspending agent yaitu 0,5-5%. Benthonit berbentuk mineral, kristal,
tidak berbau, oucat/krim keabu-abuan, bubuk halus dan partikel 50-150 mm.
Dugunakan sebagai suspending agent yaitu 1%. Cara pembuatannya yaitu dengan serbuk
saleb 1% sebaiknya dengan serbuk yang telah dihilangkan petinya dengan pengayakan. Mula-
mula botol ditara, dicuci dengan air mendidih masukkan air mendidih 20 kali sebanyak
serbuk saleb. Kemudian dikocok hingga massa menempel pada dinding botol, sir 20 kali
hanya perlu dikira-kira. Tambahakn sisa air didih dan kocok sampai diperoleh mucilago.
14
Mengandung pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu pulvis
gummosa dengan air 7 kali banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan
mengencerkannya sedikit demi sedikit.
Mengandung pulvis gummosus 1% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu pulvis
gummosa dengan air 7 kali banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan
mengencerkannya sedikit demi sedikit.
i. CMC-Na
Granul putih atau kristal, agak higroskopik, agakberbau benzoin, rasa manis dan asin yang
kurang enak. Mudah alrut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut
dalam etanol 90%. Sebagai pengawet digunakan dalam dosis 0,02-0,5%. (Anonim b. 1995.
Halaman 584 ).
Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna. Sangat sukar larut dalam air, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih. Sebagai pengawet digunakan
dalam dosis 0,05-0,25%. (Anonim b. 1995. Halaman 713 )
Hablur halus tidak berwarna atau serbuk putih. Sangat sukar larut dalam air dan dalam
gliserin, mudah larut dalam aseton, dalam etanol, dalam eter dan dalam propilen gilkol.
Sebagai pengawet digunakan dalam dosis 0,1%. (Anonim b. 1995. Halaman 158 )
Serbuk hablur putih kecil, tidak berwarna. Sukar larut dalam air dan dalam gliserin, mudah
larut dalam aseton, dalam methanol, dalam eter dan dalam propilen gilkol.
15
C. Bahan Pewarna
Nama lainnya yaitu minyak jeruk. Merupakan cairan kuning pucat/kuning kehijauan, bau
khas, rasa pedas agak pahit. Larut dalam 12 volume ethanol 90% P, larutan agak
beropalesensi, dapat bercampur dengan ethanol mutlak P. (Anonim a. 1979. Halaman 455 )
Nama lainnya yaitu minyak kayu manis. Merupakan suling segar berwarna kuning, bau dan
rasa khas. JIka disimpan tidak menjadi coklat kemerahan. Dalam ethanol larutkan 1 ml dalam
8 ml ethanol 70% P, opalesensi yang terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi larutan yang
dibuat dengan menambahkan 0,5 ml perak nitrat 0,1 N ke dalam campuran 0,5 ml natrium
klorida 0,02 N dan 50 ml air. (Anonim a. 1979. Halaman 454 ).
Nama lainnya yaitu minyak permen. Cairan tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas kuat
menusuk, rasa pedas diikuti rasa dingin jika udara dihirup melalui mulut. (Anonim b. 1995.
Halaman 629 ).
16
· Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
· Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang
· Ukuran partikel, erat hubungannya dengan luas penampang partikel serta daya tekan ke
atas dari cairan suspensi
· Jumlah partikel, makin besar konsentrasi maka semakin besar kemungkinan terjadinya
endapan partikel dalam waktu yang singkat
· Sifat atau muatan partikel, terjadinya interaksi antara bahan yang menghasilkan bahan
yang sukar larut dalam cairan tertentu.
(Anonim b. 1995)
Contoh inkompatibilitas :
R/ carb.adsorb 10
Natrii sulfas
Aquam ad 100
Carbo adsorben sering digunakan sebagai obat diare karena mempunyai daya absorpsi
terhadap toksi dan bakteri, maka itu tidak benar kalau ditambah lendir, karena akan
mengurangi daya kerjanya maka itu hanya digerus dengan air dan bila terdapat sirup maka di
gerus dengan sirup.
1. Metode Dispersi, metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat
kedalam misilago yang telah terbentuk, kemudian baru di encerkan.
17
2. Metode Prestipitasi, zat yang hendak didespersiakan di larutkan terlebih dulu kedalam
pelarut organik yang hendak di campur dengan air.
(Syamsuni, A. 2006)
2. Sistem flokulasi, partikel flokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan
tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.
(Syamsuni, A. 2006)
C. EMULSI
3.1.1 Definisi
1. Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri9 dari bulatan-bulatan
kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. (Ansel, Howard.
2005. Halaman 376 )
2. Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
lainnya dalam bentuk tetesan kecil. (Anonim b. 1995. Halaman 6 )
3. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
(Anonim a. 1979. Halaman 9 )
4. Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak tercampur, biasanya air
dan minyak, cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain
(sistem dispersi, formulasi suspensi dan emulsi Halaman 56 )
18
Dari beberapa defini yang tertera dapat disimpulkan bahwa emulsi adalah sistem dua fase
yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran
kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok.
3.1.2 Macam-macam emulsi
1. Oral
Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat tertutupi,
minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna.
2. Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis
efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan tujuan
menghasilkan efek lokal.
3. Injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan
ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Contoh : Vit. A diserap cepat melalui
jaringan, bila diinjeksi dalam bentuk emulsi (Syamsuni, A. 2006)
3.1.3 Tipe-tipe emulsi
a. Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau
terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase eksternal.
b. Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau
terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase eksternal
(Syamsuni, A. 2006)
1. Creaming : terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu nagian mengandung fase
dispersi lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya jika
dikocok perlahan akan terdispersi kembali.
19
2. Koalesensi dan cacking (breaking) : pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel
rusak dan butiran minyak berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi
ini bersifat irreversible. Hal ini terjadi karena :
3. Inversi fase peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba atau
sebaliknya sifatnya irreversible.
3.1.5 Komponen emulsi
A. Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi,
terdiri atas:
a. Fase dispersi: zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lainnya.
b. Fase pendispersi: zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan
pendukung) emulsi tersebut.
Contoh emulgator :
Emulgator alam
· Kuning telur : Cara Pembuatan emulsi dengan kuning telur dalam mortir luas dan
digerus dnegan stemper kuat-kuat, setelah itu dimasukkan minyaknya sedikit demi sedikit,
lalu diencerkan dengan air dan disaring dengan kasa.
20
· Adeps lanae
· Emulgator mineral
Emulgator buatan/sintesis
1. Tween : Ester dari sorbitan dengan asam lemak disamping mengandung ikatan eter
dengan oksi etilen, berikut macam-macam jenis tween :
2. Span : Ester dari sorbitan dengan asam lemak. Berikut jenis span :
B. Komponen Tambahan yaitu bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi
untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya : pewarna, pengaroma, perasa, dan
pengawet.
21
~ GOM dicampur dengan air sebagian
3. Metode botol
~ Sedikit demi sedikit minyak ditambahkan sambil terus dikocok (Ansel, Howard. 2005).
· Jika memisah antara minyak dan air jika dikocok akan membentuk emulsi lagi
Contoh inkompatibilitas:
R/ paraffin.liq. 25
Tragacanthae 2
Aquam ad 150
S. Vesp.c.
Selain PGA juga digunakan tragacanthae sebagai emulgator tetapi karena tragacanthae tidak
larut dalam air tetapi mengembang, karena itu fase dari elmusi menjadi kurang halus dan
tidak stabil. Maka itu diperlukan kombinasi tragacanthae dari PGA untuk menaikkan
viskositas fase kontinu hingga dapat meningkatkan stabilitas emulsi.
22
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan beberapa tentang
inkompatibilitas sediaan cair, yaitu:
1. Inkompatibilitas sediaan cair adalahinkomp yang terjadi pada sediaan cair seperti
larutan, emulsi dan sediaan cair lainnya.
2. Sediaan cair atau potio adalah obat minum dengan penggunaan secara oral yang
berupa sirup, larutan suspensi, atau emulsi.
23
3. Inkompatibilitas atau biasa dikenal dengan OTT (obat tak tercampurakan) pada
sediaan cair biasanya terjadi inkomp secara fisika ataupun kimia tergantung pada larutan tersebut.
Perubahan yang terlihat seperti larutan yang terjadi perubahan warna yang tidak diinginkan,
Perubahan warna tak tercampurkannya dengan sediaan galenika, bahan-bahan tidak dapat
bercampur, terbentuk endapan yang tidak larut, reaksi yang berasal dari pengaruh zat-zat yang
bereaksi asam atau basa, reaksi yg terjadi karena oksidasi atau reduksi, dan tidak stabil dalam
larutan.
Daftar Pustaka
Anief, Moh, 1987, Ilmu Meracik Obat, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Syamsuni, A., 2006, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC, Jakarta
24
25