Anda di halaman 1dari 3

I.

Tujuan
1. Untuk mengetahui sediaan obat liquid dalam bentuk potio
2. Untuk mengetahui macam-macam potio
3. Untuk mengetahui sifat dan kandungan potio
4. Untuk mengetahui cara membuat potio
II. Dasar Teori
A. Pengertian
Berdasarkan ilmu farmasi, sediaan cair atau potio adalah obat minum
dengan penggunaan secara oral yang berupa sirup, larutan suspense atau emulsi.
Potio adalah sediaan berupa cairan yang dimaksudkan untuk dimunum,
diramu dan diracik sedemikian rupa hingga memungkinkan un tuk bahan dalam
volume dosis tunggal dalam jumlah banyak umumnya 50ml (fornas II).
Potiones (potio) adlah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut dimaksudkan untuk pemakaian dalam ( peroral). (Ilmu Resep,
2006).
B. Komponen
Secara umum, potio dibentuk berdasarkan berupa komponen, diantaranya :
a. Zat aktif
Bahan berkhasiat merupakan bahan yang mampu memberikan efek terapi, pada
suspense disebut fase terdispersi, bahan ini mempunyai kelarutan yang tidak larut di
dalam pendispersi.
b. Pelarut
Umumnya digunakan air suling atau air demineral/aquadest, bila obat dalam
bntuk garamnya maka akan mudah larut dalam air suling, kelarutan zat aktif
bergantung juga pada kesesuaian tetapan disosiasi dan PH larutannya. Zat yang
sukar larut ditambahkan pelarut pembantu (kosolven) seperti etil alcohol,
propilenglikol, gliserin, atau campuran dari pelarut-pelarut lain.
c. Pemanis
Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa disediaan. Dilihat dari hasil kalori yang
dihasilkan dibagi menjadi dua yaitu berkalori tinggi dan berkalori rendah. Adapun
pemanis tinggi misalnya sakarin, sukrosa. Sedangkan pemanis kalori rendah misalnya
laktosa. Zat pemanis yang dapat meningkatkan gula darah atau memiliki nilai kalor
yang tinggi dan dapat digunakan dalam formulasi untuk pengobatan diabetes pada
sediaan suspense ibuprofen sebagai pemanis menggunakan sirup simplex.
d. Pengawet
Pengawet berfungsi untuk mencegah terjadinya pertumbuhan mikroba sediaan
sehingga dapat menstabilkan sediaan da;am masa penyimpanan yang lama.
Beberapa contoh pengawet antara lain, Metil nparaben, Asam benzoate, Chlor
butanol, dan Chlorida kwartener.
e. Pengaroma dan pewarna
Bahan pewarna dan pewangi harus sesuai dengan rasa sediaan, contoh pewarna
adalah charmin dan caramel, dan contoh pengaroma adalah Oleum menthae, Oleum
citrii.
f. Pembantu kestabilan
Zat ini digunakan untuk membantu kestabilan pada sediaan, diantaranya:
antioksidan untuk mencegah terurainya sedian oleh reaksi oksidasi; chelating agent
untuk mengikat logam-logam berat yang berfungsi mengkatalis reaksi kompleks.
C. Evaluasi Potio
Terdapat beberapa evaluasi atau pengujian pada sediaan potio, antara lain:
a. Organoleptis
Pengujian ini meliputi pen gujian berdasarkan panca indera, seperti warna, bau, ben
tuk, dan rasa dari sample.
b. Uji PH
Penetapan PH dalam hal ini diuji agar dapat diketahui PH dari sediaan yang dibuat
untuk selanjutnya stabilitas PH dari sediaan dapat dipertahankan pada suatu
rentang PH tertentu. Pengukuran PH ini dilakukan dengan menggunakan alat PH
meter. Pengukuran PH cairan uji menggunakan PH meter yang telah dikalibrasi.
c. Bobot jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat diudara pada suhu 25°C terhadap bobot
air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang
diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam piknometer, kecuali
dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25°C [FI IV
hal.1030]. alat yang digunakan untuk mengukur bobot jenis suatu antara lain :
piknometer (untuk zat padat dan zat cair), aerometer (untuk zat cair), densimeter
(untuk menentukan bobot jenis zat cair secara langsung). Piknometer digunakan
untuk mengukur bobot jenis suatu zat cair dan zat padat. Kapasitas volumenya
antara 10ml-25ml. bagian tutup mempunyai lubang berbentuk saluran kecil . bobot
jenis dapat digunakan untuk mengetahui kepekatan suatu zat, mengetahui
kemurnian suatu zat, mengetahui jenis zat. Bobot jenis = 1 → air, bobot jenis < 1 →
zat yang mudah menguap, bobot jenis > 1 →sirup – pulvis.
d. Viskositas
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan
antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah
mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-
bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi. Viscometer
Oswald untuk mengukur sampel yang encer atau kurang kental. Berdasarkan
persamaan poisseulle, dengan membadingkan waktu alir cairan sampel dan cairan
pembanding menggunakan alat yang sama.
D. Syarat Potio
Ada dua syarat terpenting dari sediaan potio, yaitu :
1. Sediaan potio harus berupa cairan (liquid)
2. Sediaan potio harus merupakan sediaan oral.
E. Faktor yang mempengaruhi kelarutan
1. Sifat dari solute (zat terlarut) dan solvent (pelarut)
Zat terlarut yang sifatnya polar akan mudah larut dalam solvent yang polar pula.
Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Sedangkan zat terlarut yang
nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya, alkaloid basa
(umumnya senyawa organic) larut dalam kloroform.
2. Consolvensi (zat penmbahan kelarutan)
Consolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solution petit.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar
larut memerlukan banyak pelarut.
4. Temperature
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut
dikatakan bersifat enoterm karena pada proses kelarutannya membutuhkan
panas.
5. Salting Out
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan
mempunyai kelarutan lebih besar disbanding zat utama, akan menyebabkan
penurunan kelarutan zat utama tau terbentuknya endapan karena ada reaksi
kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air
tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlrut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat
utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut
dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa
tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya
: Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
Kecepatan larutan dipengaruhi oleh beberapa factor berikut.
1. Ukuran partikel.
Semakin halus solute, semakin kecil ukuran partikel; semakin luas
permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
Suhu, umunya kenaikan suhu menambah kenaikan kelarutan solute.
2. Pengadukan
Pengadukan mekanik akan menambah kecepatan kelarutan disbanding jika
tidak diaduk.
F. Perbedaan potio, larutan, suspense dan emulsi
Perlu diperhatikan, meskipun potio bisa berbentuk larutan emulsi maupun suspense,
tapin tidak sedmua dari ketiganya bisa menjadi potio. Larutan, emulsi dan supensi
masih memiliki bentuk-bentuk pemakian topical., yang tentunya sudah tidak bisa
dikategorikan kedalam potio karena sudah bukanlah merupakan sediaan oral. Jadi
perbedaannya adalaj potio adalah sediaan oral semantara larutan, emulsi dan
suspense bukian hanya sediaan oral, tapi juga bisa sediaan topical, ptik dan
optalmik.

Anda mungkin juga menyukai