Disusun Oleh :
Kelas : 3.3
PRODI S1 FARMASI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer/cair lebih dari
tiga kali sehari. Dimana pada dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling
umum kematian balita, membunuh lebih dari 1,5 juta orang pertahun. Diare
kondisinya dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (Fructose, Lactose),
penyakit dan makanan atau kelebihan vitamin C dan biasanya disertai sakit perut
dan seringkali enek dan muntah. Dimana menurut WHO (1980) diare terbagi dua
berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare kronik.
Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele
penanganannya. Pada kenyataannya diare dapat menyebabkan gangguan system
ataupun komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa
diantaranya adalah gangguan keseimbangan cairan dan elekrolit, shock
hypovolemia, gangguan berbagai organ tubuh, dan bila tidak tertangani dengan
baik dapat menyebabkan kematian. Dengan demikian menjadi penting bagi perawat
untuk mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negative yang ditimbulkan,
serta upaya penanganan dan pencegahan komplikasinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan diare?
2. Apa saja jenis-jenis diare?
3. Apa faktor-faktor penyebab diare?
4. Bagaimana dengan patofisiologi diare?
5. Bagaimana cara swamedikasi pada diare?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian diare.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis diare.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab diare.
4. Untuk mengetahui patofisiologi diare.
5. Untuk mengetahui cara swamedikasi diare.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Teori
Diare dalam bahasa Inggris diarrhea merupakan buang air besar dalam
bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam sehari dengan jumlah tinja lebih banyak
dari biasanya 200 gram atau 200mi/jam, tinja berbentuk cair atau setengah cair.
Dalam arti lain diare merupakan sebuah penyakit dimana penderita mengalami
rangsangan buang air besar terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki
kandungan air berlebihan.
Kondisi ini dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (fructose,
lactose), kelebihan vitamin C, dan mengkonsumsi buah-buahan tertentu. Biasanya
disertai sakit perut dan seringkali mual dan muntah.
Hal ini terjadi ketika cairan yang tidak mencukupi diserap oleh usus besar.
Sebagai bagian dari proses digestasi atau karena masukan cairan, sehingga
makanan tercampur dengan sejumlah air dengan volume besar. Oleh karena itu
makanan yang dicerna terdiri dari cairan sebelum mencapai usus besar. Usus besar
menyerap air, meninggalkan material yang lain sebagai kotoran yang setengah
padat. Bila usus besar rusak/radang, maka penyerapan tidak terjadi dan hasilnya
kotoran yang berair.
Diare dapat menjadi gejala penyakit yang lebih serius seperti disentri,
kolera atau botulisme, dan juga dapat menjadi indikasi sindrom seperti penyakit
Crohn. Meski penderita apendisitis umumnya tidak mengalami diare, diare menjadi
gejala umum radang usus buntu.
B. Jenis – jenis diare
Jenis-jenis diare antara lain :
1. Diare akut dsebabkan oleh infeksi virus, bakteri, obat-obat tertentu atau
penyakit lain. Gejala akut : tinja berbentuk cair, terjadi mendadak, badan lemas,
kadang demam dan muntah serta berlangsung beberapa jam sampai beberapa
hari.
2. Diare kronik merupakan diare yang menetap atau berulang dalam jangka waktu
lama, berlangsung selama 2 minggu atau lebih.
3. Disentri adalah diare yang disertai dengan darah atau lender.
C. Penggolongan Diare
Diare digolongkan menjadi 2 :
1. Diare spesifik : diare yang disebabkan oleh infeksi baik bakteri, parasite
maupun virus.
2. Diare non spesifik : diare yang terjadi akibat salah makan (makanan pedas
sehingga mempercepat eristaltic usus), ketidakmampuan lambung dan usus
dalam memetabolisme laktosa (terdapat dalam susu hewan) atau lactose
intolerance, ketidakmampuan memetabolisme sayuran atau buah tertentu
(kubis, kembang kol, sawi, nangka, durian), juga bisa dikarenakan infeksi virus
noninvasive yang terjadi pada anak umur dibawah 2 tahun.
D. Patofisiologi
1. Berdasarkan patofisiologinya, penyebab diare dibagi menjadi :
a. Diare sekresi, yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi virus, kuman
patogendan apatogen; hiperperistaltik usus akibat bahan kimia atau
makanan.
b. Diare osmotic, yaitu diare yang disebabkan oleh malabsorbsi makanan atau
bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
2. Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran cerna dan macam penyebab
diare, maka patofisiologi diare berupa :
a. Kehilangan air dan elektrolit sehingga timbul ehidrassi dengan gangguan
kandungan elektrolit serta keseimbangan asam basa.
b. Gangguan gizi.
c. Perubahan ekologik dalam lumen usus dan mekanisme ketahanan
E. Faktor – faktor Diare
Faktor-faktor yang menyebabkan diare :
1. Tangan yang kotor
2. Makanan dan minuman yang terkontaminasi virus dan bakteri/parasite (E.Coli,
Salmonella enteritidis, Shigella, Giardo parasite dan cryptosporidium parasite)
3. Ditularkan oleh binatang peliharaan
4. Kontak langsung dengan feses atau material yang menyebabkan diare (cara
membersihkan diri yang tidak benar setelah keluar dari toilet)
F. Penyebab Diare
Penyebab Utama Diare :
1. Gizi yang buruk. Keadaan ini melemahkan kondisi tubuh pasien sehingga
timbulnya diare akibat penyakit lain menjadi sering dan semakin parah
2. Ketidakmampuan alat pencernaan seorang bayi untuk memproses susu dapat
menyebabkan diare
3. Bayi tidak mampu mencerna makanan yang baru dan belum pernah dikenali
4. Akibat alergi terhadap makanan tertentu (makanan laut, udang, dll)
5. Penggunaan obat-obatan tertentu yang tidak dapat diterima oleh jaringan tubuh
akan menyebabkan penyakit sampingan berupa diare
6. Infeksi perut yang disebabkan virus, cacing atau bakteri
7. Terlalu banyak makan buah mentah atau makanan berlemak
8. Keracunan makanan atau kuman
G. Gejala Diare
Secara umum gejala pada diare :
1. Frekuensi buang air besar melebihi normal
2. Kotoran encer/cair
3. Sakit/kejang perut, pada beberapa kasus
4. Demam dan muntah, pada beberapa kasus
Gejala diare pada anak :
1. Dehidrasi ringan/sedang, gelisah, rewel, mata cekung, mulut kering, sangat
halus, kulit kering.
2. Dehidrasi berat, lesu, tidak sadar, mata sangat cekung, mulut sangat kering,
malas/tidak biasa minum, kulit sangat kering.
H. Terapi pada Diare
a. Terapi non Farmakologis
1. Minum banyak cairan (air, sari buah, sup bening) dan hindari alcohol, susu,
dan lain-lain.
2. Hindari makanan padat dan makan makanan seperti bubur, roti, pisang
selama 1-2 hari.
3. Cucilah tangan dengan baik setiap habis BAB dan sebelum makan.
4. Minum cairan rehidrasi oral-oralit/larutan garam.
5. BAB pada jamban dan jaga kebersihan lingkungan.
6. Air minum harus direbus terlebih dahulu.
7. Gunakan air bersih untuk memasak.
8. Bila diare berlanjut lebih dari 2 hari, mengalami dehidrasi, kotoran berdarah
atau kejang perut, segera periksakan kedokter.
b. Terapi Farmakologis
Obat antidiare dibagi dalam lima golongan besar (Sunoto, 1987), yaitu :
a) Adsorben
Obat golongan adsorben dapat mengikat atau menyerap toksin,
bakteri dan hasil metabolismenya, melapisi permukaan usus sehingga toksin
dan mikroorganisme tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus.
b) Antisekretorik
Absorpsi air dan elektrolit akan dihambat oleh cAMP (cyclic
Adenosine Monophosphate) dan sekresi air dan elektrolit akan dirangsang
sehingga akan menyebabkan diare sekretorik yang hebat (profuse diarrhea).
Toksin seperti heat stable toxin dari ETEC juga akan menyebabkan diare
sekretorik melalui perubahan aktivitas enzim guanil siklase yang dapat
menghasilkan peningkatan cGMP (cyclic Guanosine Monophosphate). obat
antisekretorik mempunyai khasiat yang berlawanan dengan cAMP dan
cGMP yaitu Meningkatkan penyerapan air dan elektrolit di daerah epitel
dan menghambat sekresi air dan elektrolit.
c) Antimotilitas
Obat-obat derivat opium seperti tingtur opiat, kodein fosfat dan opiat
sintesis seperti difenoksilat, difenoksin dan loperamid selain mempunyai
efek antimotilitas juga mempunyai efek antisekretorik. Di antara obat-obat
tersebut di atas loperamid adalah derivat opium yang paling banyak
digunakan. Loperamid dalam percobaan terbukti dapat meningkatkan
absorpsi air, natrium dan klorida. Obat ini juga dapat menghambat toksin
kolera, heat stable enterotoxin ETEC dan prostaglandin E2.
d) Antikolinergik
Digunakan untuk meredakan kejang otot yang mengakibatkan nyeri
perut pada diare.
e) Antimikroba
Antimikroba atau antibiotika dan anti parasit hanya berguna untuk
diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Diare karena sebab lain seperti
sindroma malabsorpsi, infeksi oleh virus, infeksi oleh parasit selain oleh
entamuba histolitika dan giardia larnblia (misal jamur, kriptsoridium,
golongan cacing) tidak dapat disembuhkan oleh antibiotika. Sebagian besar
etiologi diare adalah bukan oleh infeksi bakteri, karena itu hanya sebagian
kecil saja yang memerlukan antibiotika.
1. Pengobatan Kausal
2. Pengobatan Simtomatik
Etiologi Dosis
Antimotilitas 2,5 mg/tablet 2,5 mg/5 ml
Difenoxilat Loperamid 2 mg/kapsul
Paregorig Opium tincture 1 mg/5ml, 2 mg/5ml 5 mg/ml
Difenoxin 1 mg/tablet
3. Pengobatan Cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasi dan keadaan umum :
Cairan per oral pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang.
Cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
NaHCO3, KCl dan glukosa yang dikenal dengan nama oralit. Cairan
yang tidak mengandung keempat komponen diatas, misalnya larutan
garam-gula (LGG) dan beras-garam, air tajin, air kelapa disebut
cairan rehidrasi oral (CRO) tidak lengkap .
Cairan parenteral pada umumnya digunakan cairan ringer laktat,
formula tetesan yang saat ini dianjurkan adalah berdasarkan
penatalaksanaan diare menurut WHO. Selama pemberian cairan
parenteral ini, setiap jam perlu ( Dipiro, 2003)
4. Oralit
• Oralit tidak menghentikan diare tapi mengganti cairan tubuh yang
keluar.
• Oralit 200 adalah campuran gula, garam Na dan kalium
• Berikan dengan sendok (anak < 2 tahun) sedikit” sampai habis.
• Bila muntah, tunggu 10 menit dan ulangi tetes demi tetes.
• Bila tidak ada oralit, dapat dibuat sendiri dengan mencampur: Gula
40g (1sdm) + garam 3,5g (1sdt) dilarutkan dalam 5 gelas air
mendidih yang telah dingin.
I. Uraian Kasus
a. Kasus Diare I
Seorang bapak datang keapotek mengeluhkan anaknya yang berumur 4 tahun
mengalami gejala sakit perut, kondisi anak yang sudah lemas dan sering bulak
balik kekamar mandi. Frekuensi buang air besar terjadi sudah sekitar 4-6 kali
dihitung sejak tadi mala dengan bentuk feses yang cair. Anak tersebut tidak
memiliki alergi obat atau makanan apapun.
Tata Laksana Terapi :
1. ZINC
Golongan : Mineral
Kategori obat : bebas dan obat resep
Indikasi : Mengobati defisiensi zinc
Dikonsumsi oleh : Dewasa dan anak-anak
Bentuk sediaan : Tablet, sirop
Dosis suplemen zinc untuk mengatasi defisiensi zinc adalah:
Dewasa: Untuk sediaan tablet, dosis 50 mg per hari. Untuk sediaan
sirop, dosis 10-20 mg sekali sehari.
Anak usia 9-13 tahun: Sediaan sirop, dosis 10-20 mg sekali sehari.
Anak-anak usia 4-8 tahun: Sediaan sirop, 10 mg sekali sehari.
Anak-anak usia 1-3 tahun: Sediaan sirop, 5 mg sekali sehari.
Dosis zinc untuk mengatasi diare akut:
Dewasa: 10-20 mg sekali sehari. Durasi pengobatan 10-14 hari.
Anak-anak usia ≥ 6 bulan: 20 mg per hari. Durasi pengobatan 10-14
hari.
Anak-anak usia <6 bulan: 10 mg per hari. Durasi pengobatan 10-14 hari.
Efek samping obat : Sakit perut, Mual, Rasa panas di dada (Heartburn),
Muntah, Diare, Sakit kepala, Pusing.
Catatan : Jika Anda mengalami keluhan di atas atau mengalami reaksi alergi
obat, seperti ruam kemerahan, pembengkakan pada wajah, dan bibir, serta
kesulitan bernapas, segeralah ke dokter atau IGD untuk mendapatkan
penanganan.
2. ORALIT
Komposisi :
Glukosa anhidrat 2,7 gram
Kalium klorida 0,3 gram
Natrium Klorida 0,52 gram
Trisodium sitrat dihidrat 0,58 gram
Golongan Obat : bebas
Kategori : Elektrolit
Indikasi : Meredakan dehidrasi akibat diare dengan cara
menggantikan cairan dan garam yang hilang dari tubuh yang dapat
dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak.
Dosis Oralit :
Anak 0-1 tahun: 1½ gelas pada 3 jam pertama, kemudian ½ gelas tiap
kali diare.
Anak 1-5 tahun: 3 gelas pada 3 jam pertama, kemudian 1 gelas tiap kali
diare.
Anak 5-12 tahun: 6 gelas pada 3 jam pertama, kemudian 1½ gelas tiap
kali diare.
Di atas 12 tahun: 12 gelas pada 3 jam pertama, kemudian 2 gelas tiap
kali diare
Simpan oralit di tempat yang kering dengan suhu di bawah 30⁰C, serta
terlindung dari paparan sinar matahari langsung. Jauhkan oralit dari
jangkauan anak-anak.
Interaksi Oralit dengan obat lain : Kandungan kalium dan natrium di dalam
oralit dapat mengubah konsentrasi ion litium yang terdapat dalam darah.
Sementara itu, obat penghambat ACE, obat diuretik hemat kalium, dan
ciclosporin dapat meningkatkan risiko terjadinya hiperkalemia jika
dikonsumsi bersama oralit dalam jumlah yang berlebihan.
Efek samping obat : Hipertensi, Sakit kepala, Pusing, Letih, Perubahan
suasana hati, Rasa tidak nyaman di perut, Kembung.
b. Kasus Diare II
Ada seorang bapak yang berusia 30 tahun , dia mengeluhkan gejala sakit perut ,
pusing pada kepalanya, badan terasa panas , lemas , dan sering bulak balik ke
kamar mandi . Dia merasakan sakit perut pada malam hari tadi , dengan
frekuensi Buang Air Besar terjadi sudah 4 kali berturut-turut . Namun , buang
air besarnya tidak disertai lendir atau berdarah . Dia tidak memiliki alergi
terhadap obat , dan sebelumnya juga dia belum pernah meminum obat. Lalu
bapak tersebut pergi ke Apotek untuk menanyakan dan membeli obat.
Tata Laksana Terapi :
1. PARACETAMOL
Golongan : Obat penurun panas dan pereda nyeri (analgesik dan
antipiretik)
Kategori : Obat bebas
Manfaat : Meredakan rasa sakit dan demam
Dikonsumsi oleh : Dewasa dan anak-anak
Dosis paracetamol :
Dewasa : 325–650 mg tiap 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam.
Paracetamol biasanya tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan
500 mg. Paracetamol 500 mg dapat diminum tiap 4–6 jam sekali untuk
meredakan demam.
Anak < 2 bulan : 10–15 mg/kgBB, tiap 6–8 jam sekali atau sesuai
dengan anjuran dokter.
Anak 2 bulan–12 tahun : 10–15 mg/kgBB, tiap 4–6 jam sekali atau
sesuai anjuran dokter. Dosis maksimal 5 kali pemberian dalam 24 jam.
Anak > 12 tahun : 325–650 mg per 4–6 jam atau 1.000 mg tiap 6–8 jam.