Anda di halaman 1dari 13

REVIEW ARTIKEL: ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA ANTIBIOTIK

PADA PASIEN PNEUMONIA DI INDONESIA

Zakie Fadhillah
Program Studi Sarjana Farmasi Sekolah Tinggi Muhammadiyah Cirebon
Jl. Cideng Indah No.3, Kertawinangun, Cirebon, Jawa Barat, 45153
Email : zakiefd@gmail.com

ABSTRAK

Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan bawah yang mengenai


jaringan paru disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Terapi antibiotik paling banyak
digunakan terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Beragamnya terapi antibiotik
membuat pemilihan terapi perlu disesuaikan dari aspek terapi maupun dari aspek biaya. Untuk
membandingkan perbedaan efektivitas tersebut dapat dilakukan berdasarkan salah satu metode
analisis farmakoekonomi yaitu analisis efektivitas biaya. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan terapi paling efektif biaya pada terapi antibiotik pneumonia. Pencarian artikel ini
melalui Google Scholar dan artikel harus memenuhi kriteria inklusi yaitu dipublikasikan pada
tahun 2015-2020, metode deskriptif non eksperimental, disebutkan nama antibiotik untuk
terapi, penelitian dilakukan di Indonesia. Kriteria eksklusinya yaitu artikel yang tidak lengkap.

Kata Kunci: analisis efektivitas biaya, antibiotik, pneumonia.

ABSTRACT

Pneumonia is a lower respiratory tract infection that affects lung tissue caused by bacteria,
viruses or fungi. Antibiotic therapy is most widely used due to the high incidence of bacterial
infections. The variety of antibiotic therapy makes the choice of therapy need to be adjusted
from the aspect of therapy and from the aspect of cost. To compare the difference in
effectiveness, it can be done based on one of the pharmacacoeconomic analysis methods,
namely the cost-effectiveness analysis. This study aims to determine the most cost-effective
therapy for antibiotic pneumonia therapy. Search for this article through Google Scholar and
the article must meet the inclusion criteria, namely published in 2015-2020, non-experimental
descriptive method, mentioned the name of antibiotics for therapy, the research was carried
out in Indonesia. The exclusion criteria were incomplete articles.
Keywords: cost effectiveness analysis, antibiotic, pneumonia.

PENDAHULUAN anggaran rumah sakit dikeluarkan untuk


biaya penggunaan antibiotik. Ketidak
Dewasa ini berbagai negara
tepatan terapi antibiotik akan menimbulkan
khususnya negara Indonesia, biaya
dampak buruk berupa munculnya resistensi
pelayanan kesehatan dirasakan semakin
bakteri terhadap antibiotik sehingga
meningkat, sehingga diperlukan pemikiran-
perawatan pasien menjadi lebih lama, biaya
pemikiran khusus dalam peningkatan
pengobatan menjadi lebih mahal, dan akan
efisiensi atau penggunaan dana secara lebih
menurunkan kualitas pelayanan rumah
rasional. Farmakoekonomi dalam kaitan ini
sakit tempat perawatan terhadap pasien
memiliki peranan penting sebagai deskripsi
(Okky, et al, 2014).
dan analisis biaya terapi dalam suatu sistem
pelayanan kesehatan (Andayani, 2013). Cost-effectiveness analysis (CEA)
merupakan salah satu langkah untuk
Pneumonia merupakan penyakit
menilai perbandingan manfaat kesehatan
yang menjadi masalah di berbagai negara
dan sumber daya yang digunakan dalam
berkembang termasuk Indonesia.
program pelayanan kesehatan dan pembuat
Pneumonia yang terjadi di Indonesia
kebijakan dapat memilih diantara alternatif
cenderung meningkat untuk period
yang ada. CEA membandingkan program
prevalence pneumonia semua umur dari
atau alternatif intervensi dengan efikasi dan
2,1% tahun 2007 menjadi 2,7% tahun 2013,
keamanan yag berbeda. Hasil dari CEA
pneumonia yang tinggi terjadi pada
digambarkan sebagai rasio, baik dengan
kelompok umur 1-4 tahun, kemudian mulai
ACER (Average Cost Effectiveness Ratio)
meningkat pada umur 45-54 tahun
atau sebagai ICER (Incremental Cost
(Kemenkes RI, 2013). Badan Kesehatan
Effectiveness Ratio) (Andayani, 2013).
Dunia atau World Health Organization
(WHO) pada tahun 2013 menyebutkan dari METODE
6,3 juta anak berusia dibawah 5 tahun yang
Metode yang digunakan dalam penulisan
meninggal karena penyebab infeksi adalah
literatur review ini adalah studi literatur
sebesar 51,8% (3,257 juta).
dengan sumber yang digunakan berupa data
Antibiotik merupakan golongan primer yaitu sejumlah 5 jurnal penelitian
obat yang paling banyak digunakan di yang telah dipublikasikan yang dapat
dunia terkait dengan banyaknya penyakit diunduh secara online di website jurnal
infeksi bakteri. Lebih dari seperempat nasional. Pemilihan jurnal didasarkan pada
kriteria tertentu. Kriteria inklusi yaitu penelitian dilakukan di Indonesia. Kriteria
dipublikasikan pada tahun 2015-2020, eksklusinya yaitu artikel yang tidak
metode deskriptif non eksperimental, lengkap.
disebutkan nama antibiotik untuk terapi,

HASIL

Jurnal 1
Judul Analisis Efektivitas Biaya Antibiotik
Sefotaxime dan Gentamisin Penderita
Pneumonia pada Balita di RSUD Kabupaten
Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara
Penulis (Musdalipah, Setiawan, Santi, 2018)
Jumlah Pasien 30 pasien (16 laki-laki (9 pasien usia 1 bulan-
4 tahun dan 7 pasien usia <5 tahun) dan 14
perempuan (6 pasien usia 3 bulan-4 tahun
dan 8 pasien usia <5 tahun)).
Intervensi -Sefotaksim
-Gentamisin
Parameter Efektivitas Efektivitas terapi dilihat lamanya pasien
dirawat / Length of Stay (LOS).
Hasil Efektivitas terapi penggunaan antibiotik
sefotaksim sebesar 81,25% sedangkan
gentamisin sebesar 85,71%. Rata-rata total
biaya pada sefotaksim sebesar Rp
3.000.000,- dan gentamisin sebesar Rp
3.264.000,-. Nilai ACER sefotaksim sebesar
36.923 dan gentamisin sebesar 38.081.
Berdasarkan nilai ACER, biaya pengobatan
yang cost-effective ialah sefotaksim.
Jurnal 2
Judul Analisis Efektivitas Biaya (Cost
Effectiveness Analysis) Pengobatan
Peumonia Menggunakan Antibiotik
Seftriakson dan Sefotaksim di RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado
Penulis (Nalang, Citraningtyas, Lolo, 2018)
Jumlah Pasien 40 pasien (24 pasien laki-laki, 16 pasien
perempuan) (14 pasien usia 0-<3 bulan, 16
pasien usia 3-<6 bulan, 2 pasien usia 9-<12
bulan, 8 pasien usia 1-2 tahun).
Intervensi -Azitromisin
-Sefotaksim
-Seftriakson
Parameter Efektivitas Efektivitas adalah keberhasilan pengobatan
suatu obat untuk mencapai target respiration
rate (RR) kembali ke angka normal.
Hasil Nilai ACER seftriakson sebesar Rp. 44.545
dengan rata-rata total biaya sebesar Rp
3.786.350,- dan tingkat efektivitas 85%
sedangkan sefotaksim lebih cost-effective
yang memiliki nilai ACER sebesar Rp.
35.428 dengan rata-rata total biaya sebesar
Rp 3.542.812,- dan tingkat efektivitas
sebesar 100% dan nilai ICER sebesar Rp. -
16.235.
Jurnal 3
Judul Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan
Antibiotik pada Pasien Community-acquired
Pneumonia di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung
Penulis (Fatin, Rahayu, Suwantika, 2019)
Jumlah Pasien 22 pasien (9 pasien laki-laki, 13 pasien
perempuan) (4 pasien usia 18-39 tahun, 3
pasien usia 40-59, 15 pasien usia >60 tahun)
Intervensi -Azitromisin
-Seftriakson
-Sefotaksim
Parameter Efektivitas Nilai efektivitas pada penelitian ini diukur
dalam penurunan jumlah leukosit.
Hasil Kombinasi antibiotik azitromisin-sefotaksim
lebih cost-effective dibandingkan
azitromisin-seftriakson. Nilai ACER dari
payer perspective dan healthcare perspective
secara berturut-turut azitromisin-seftriakson
Rp2.987 dan Rp2.080 per penurunan 1 sel
leukosit/ mm3 , dengan rata-rata total biaya
Rp 9.914.513 dan Rp 6.903.169, rata-rata
penurunan leukosit sebesar 3,320 sel/mm3 .
Sedangkan nilai ACER kombinasi
azitromisin-sefotaksim yaitu Rp2.853 dan
Rp1.184 per penurunan 1 sel leukosit/mm3 ,
rata-rata total biaya Rp 8.717.343 dan Rp
4.227.714, rata-rata penurunan leukosit
sebesar 3,055 sel/mm3 . Diperoleh nilai
ICER sebesar Rp4.531 dan Rp22.379.
Jurnal 4
Judul Analisis Efektivitas Biaya Pasien Pneumonia
Balita Rawat Inap di Rumah Sakit
Bhayangkara Manado
Penulis (Lestari, Citraningtyas, Edy, 2019)
Jumlah Pasien 22 pasien (17 pasien laki-laki dan 5 pasien
perempuan) (9 pasien usia 0-<1 tahun, 7
pasien 1-<2 tahun, 2 pasien 2-<3 tahun, 3
pasien 3-<4 tahun, 1 pasien 4-<5 tahun).
Intervensi -Seftriakson
-Gentamisin
Parameter Efektivitas Efektivitas terapi dilihat lamanya pasien
dirawat (LOS).
Hasil Gentamisin memiliki rata-rata biaya total Rp
2.751.165 , rata-rata lama rawat inap 6,3 hari,
dan nilai ACER 436.692. Seftriakson paling
cost effective dengan rata-rata biaya total
sebesar Rp 2.222.078, rata-rata lama rawat
inap 4,41 hari, nilai ACER seftriakson
sebesar Rp 503,872/hari dan nilai ICER
sebesar Rp 145.588/hari
Jurnal 5
Judul Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan
Antibiotik Ceftriaxone dan Ampicilin Pada
Pasien Pneumonia Anak Rawat Inap di
RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2018
Penulis (Rasmaladewi, Sanuddin, Shaleha, 2020)
Jumlah Pasien 31 pasien (18 pasien laki-laki dan 13 pasien
perempuan) (1 pasien usia 0-1 bulan, 15
pasien 1 bulan-1 tahun, 11 pasien 1-4 tahun,
4 pasien 4-14 tahun).
Intervensi -Seftriakson
-Ampicillin
Parameter Efektivitas Nilai efektivitas pada penelitian ini diukur
dalam penurunan jumlah leukosit.
Hasil Terapi antibiotik Ampicilin merupakan
terapi yang lebih cost-effective dengan
persentase terapi efektivitas terapi obat yang
tinggi yaitu sebesar 85,71% dan memiliki
nilai ACER yang lebih rendah yaitu Rp.
6.644,49.

PEMBAHASAN pernapasan lebih lancar sehingga paru


terlindung dari infeksi patogen. Hal ini
Hasil literatur review dari 5 artikel
dapat disebabkan pula karena angka
menunjukkan jumlah pasien pneumonia
harapan hidup perempuan lebih besar
laki-laki lebih banyak dibandingkan pasien
dibandingkan dengan laki-laki yang
pneumonia perempuan. Hal ini sejalan
dipengaruhi oleh gaya hidup dan faktor
dengan penelitian Sunyataningkamto et al.
genetik (Widasari, 2014). Tingginya
(2004) bahwa laki-laki lebih beresiko
kejadian pneumonia yang menyerang usia
terserang pneumonia karena organ paru
<1 tahun disebabkan oleh imunitas yang
pada perempuan memiliki daya hambat
belum sempurna dan saluran napas yang
aliran udara yang lebih rendah dan daya
relatif sempit. Anak dengan sistem imunitas
hantar aliran udara yang lebih tinggi
yang belum sempurna menyebabkan daya
sehingga sirkulasi udara dalam rongga
tahan tubuh terhadap penyakit infeksi dalam kurun waktu 28 hari (Russel, 2006).
menjadi berkurang, sehigga anak rentan Pada obat cefotaxime menunjukan
terkena pneumonia (Hartati et al., 2012). efektivitas paling kecil sebesar (81,25%),
sedangkan gentamisin menunjukan
Pada jurnal 1 Analisis Efektivitas
efektifitas sebesar (85,71%). Ini
Biaya Antibiotik Sefotaxime dan
menunjukkan jenis obat cefotaxime
Gentamisin Penderita Pneumonia pada
menunjukan efektivitas paling kecil
Balita di RSUD Kabupaten Bombana
dibandingkan dengan gentamisin. ACER
Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan
tertinggi ditujukkan oleh obat gentamisin
pasien pneumonia paling banyak diderita
sebesar 38,081, sedangkan obat Cefotaxime
sebanyak 16 orang (53,3%) berjenis
sebesar 36,923. Maksud dari angka-angka
kelamin laki-laki dan 14 orang perempuan
dalam ACER adalah setiap peningkatan
(46,6%). Beberapa penelitian menemukan
outcome dibutuhkan biaya sebesar ACER
sejumlah penyakit saluran pernafasan yang
(Lorensia dan Doddy, 2016).
dipengaruhi adanya perbedaan fisik
anatomi saluran pernafasan pada anak laki- Pada jurnal 2 Analisis Efektivitas
laki dan perempuan (Sumiyati, 2015). obat Biaya (Cost Effectiveness Analysis)
yang paling banyak digunakan adalah Pengobatan Peumonia Menggunakan
cefotaxime yang diresepkan pada 16 pasien Antibiotik Seftriakson dan Sefotaksim di
(53,33%) sedangkan gentamisin sebanyak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
14 pasien (46,66%). Jenis obat cefotaxime menunjukkan total biaya medik langsung
menghabiskan total biaya Rp.3.000.000 dengan biaya terkecil yaitu Rp. 2.894.108
sedangkan gentamisin sebesar dan total biaya medik langsung terbesar
Rp.3.264.000. Cost Effectiveness Analysis yaitu Rp. 4.573.232. Total direct medical
(CEA) merupakan suatu cara untuk cost penggunaan antibiotik seftriakson
memilih dan menilai program atau obat untuk ke-20 pasien yaitu sebesar Rp.
yang terbaik bila terdapat beberapa pilihan 75.727.000 dengan direct medical cost per
dengan tujuan yang sama untuk dipilih. pasien yaitu Rp. 3.786.350. Perbedaan
CEA mengonversi biaya dan efektivitas biaya medik langsung dari masing-masing
dalam bentuk rasio (Faridah, et al.,2016). pasien dikarenakan lamanya pasien dirawat
CEA diekspresikan dalam terminologi yang di rumah sakit, karena semakin lama pasien
obyektif dan terukur seperti length of stay dirawat di rumah sakit maka semakin besar
(LOS), length of stay antibiotic related biaya yang harus dikeluarkan pasien. total
(LOSAR) dan angka kematian pasien biaya medik langsung dengan biaya terkecil
yaitu Rp. 2.901.202 dan total biaya medik pilihan yang terbaik. Pengobatan
langsung terbesar yaitu Rp. 4.199.285. pneumonia menggunakan antibiotik
Total direct medical cost penggunaan Sefotaksim menunjukan hasil negatif
antibiotik sefotaksim untuk ke-20 pasien sehingga dapat disimpulkan bahwa
yaitu sebesar Rp. 70.856.245 dengan direct Sefotaksim adalah obat yang paling cost
medical cost per pasien yaitu Rp. effective untuk terapi pengobatan pasien
3.542.812. untuk terapi antibiotik pneumonia rawat inap di RSUP Prof. Dr. R.
Seftriakson menunjukan efektivitas sebesar D. Kandou
85 % dan Sefotaksim menunjukan
Pada jurnal 3 Analisis Efektivitas
efektivitas 100%. nilai ACER Seftriakson
Biaya Penggunaan Antibiotik pada Pasien
memiliki angka lebih tinggi yaitu sebesar
Community-acquired Pneumonia di RSUP
Rp. 44.545 dibandingan dengan Sefotaksim
Dr. Hasan Sadikin Bandung menunjukkan
yang memiliki nilai ACER sebesar Rp.
kombinasi azitromisin-seftriakson maupun
35.428. Nilai ACER menunjukan bahwa
kombinasi azitromisin-sefotaksim
setiap peningkatan 1% efektivitas /
keduanya memiliki efek yang baik terhadap
outcome dibutuhkan biaya sebesar ACER.
outcome klinis pasien CAP. Seftriakson dan
Semakin rendah nilai ACER dan semakin
sefotaksim merupakan antibiotik golongan
tinggi efektivitas maka semakin cost-
sefalosporin generasi tiga dengan spektrum
effective terapi antibiotik tersebut, sehingga
yang mirip, tetapi perbedaannya terdapat di
dapat disimpulkan bahwa terapi
ikatan protein dan waktu paruh, yaitu
menggunakan antibiotik Sefotaksim adalah
seftriakson memiliki ikatan protein 85–
obat yang paling cost-effective untuk terapi
95% dan waktu paruh 5–9 jam, sedangkan
pengobatan pasien pneumonia balita rawat
sefotaksim 40% dan 1–1,5 jam.
inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou. Nilai
azitromisin-sefotaksim lebih cost-effective
ICER terkecil pada antibiotik Sefotaksim
dibandingkan dengan azitromisin-
yaitu Rp -16.235. Nilai ICER yang
seftriakson, meskipun secara statistik tidak
diperoleh merupakan besarnya biaya
ada perbedaan yang signifikan. Hasil
tambahan yang diperlukan untuk
penelitian ini menunjukkan bahwa
memperoleh perubahan satu unit efektivitas
meskipun efektivitas kombinasi
pada pasien pneumonia. Jika perhitungan
azitromisin-seftriakson lebih tinggi
ICER menunjukkan hasil negatif atau
dibandingkan azitromisin-sefotaksim, tidak
semakin kecil, maka suatu alternatif obat
berarti bahwa azitromisin-seftriakson lebih
tersebut lebih efektif dan lebih murah,
cost-effective sebab diperlukan biaya yang
sehingga pilihan terapi tersebut merupakan
lebih tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan 10 pasien yaitu sebesar Rp.27,511,650,-
nilai ICER, kombinasi antibiotik dengan direct medical cost per pasien yaitu
azitromisin-sefotaksim apabila Rp.2,751,165,-. Perbedaan biaya medik
menggantikan kombinasi azitromisin- langsung masing-masing pasien
seftriakson akan dapat menghemat biaya dikarenakan lama rawat inap di rumah
yaitu sebesar Rp4.531 (payer perspective) sakit, semakin lama pasien dirawat semakin
dan Rp22.379 (healthcare perspective). besar juga biaya yang harus dikeluarkan
Dilihat dari nilai ICER healthcare pasien. hasil dari perhitungan direct
perspective yang lebih tinggi dibandingkan medical cost per pasien yang dibagi rata-
payer perspective, maka rumah sakit akan rata lama hari rawat inap didapat ACER
lebih banyak menghemat dibandingkan dari penggunaan seftriakson atau
BPJS. Hal tersebut akan lebih bermanfaat gentamisin. Nilai ACER paling tinggi
dan menguntungkan bagi rumah sakit. ditunjukan oleh antibiotik seftriakson yaitu
sebesar Rp. 503,872,- dan nilai ACER yang
Pada jurnal 4 Analisis Efektivitas
paling rendah ialah antibiotik gentamisin
Biaya Pasien Pneumonia Balita Rawat Inap
yaitu sebesar Rp. 436,692,-. nilai ICER
di Rumah Sakit Bhayangkara Manado
yaitu Rp. 145.588,-. Nilai ICER yang
menunjukkan total biaya medik langsung
diperoleh merupakan besarnya biaya
dengan biaya terkecil yaitu Rp. 2 .153.370
tambahan untuk memperoleh 1 hari
dan total biaya medik langsung terbesar
pengurangan lama rawat inap pada pasien
yaitu Rp. 2.318.270. Perbedaan biaya
Pneumonia balita jika akan berpindah dari
dikarenakan adanya perbedaan lama hari
Gentamisin ke Seftriakson.
rawat inap di rumah sakit karena semakin
lama pasien dirawat maka semakin besar Pada jurnal 5 Analisis Efektivitas
pula biaya yang akan dikeluarkan. Total Biaya Penggunaan Antibiotik Ceftriaxone
direct medical cost penggunaan terapi dan Ampicilin Pada Pasien Pneumonia
antibiotik Seftriakson ke-12 pasien yaitu Anak Rawat Inap di RSUD Raden Mattaher
sebesar Rp. 26.664.940 dengan direct Jambi Tahun 2018 menunjukkan Antibiotik
medical cost yaitu Rp. 2.222.078/pasien. yang paling banyak digunakan pada
Lalu total biaya medik langsung dengan penelitian ini adalah ceftriaxone dengan
total biaya terbesar Rp 2,922,595,- dan total penggunaan sebanyak 54,83% dengan lama
biaya medik langsung terkecil rawat 5 hari dan yang menggunakan terapi
Rp.2,677,695,-. Total direct medical cost antibiotik Ampicilin yaitu sebanyak
penggunaan antibiotik Gentamisin dari ke- 45,17% dengan lama rawat 5 hari. .
Ceftriaxone memiliki potensi antibakteri bahwa terapi menggunakan antibiotik
yang tinggi, spektrum yang luas terhadap Ampicilin adalah obat yang paling cost-
bakteri gram- negatif dan gram-positif serta effective untuk terapi pengobatan pasien
memiliki potensi toksisitas yang rendah pneumonia di RSUD Raden Mattaher
sedangkan Ampicilin memiliki mekanisme Jambi.
dari golongan ini adalah menghambat
SIMPULAN
pertumbuhan bakteri dengan cara
mengganggu protein penting untuk sintesis Diharapkan dilakukan penelitian

dinding sel bakteri (Eljaaly et al., 2019). efektivitas biaya antibiotik pada pasien

Total biaya medik langsung 17 pasien yang yang dirawat di rumah sakit dengan

menggunakan terapi antibiotik ceftriaxone menganalisis bukan hanya pada biaya

sebesar Rp.9.761.800 dengan rata-rata langsung tetapi juga biaya tidak langsung

biaya sebesar 574.223,52 sedang 14 pasien sehingga dapat dihitung efektivitas biaya

yang menggunakan terapi antibiotik yang sesungguhnya dikeluarkan oleh

Ampicilin sebesar 7.973.000 dengan rata- pasien. Untuk penelitian efektivitas biaya

rata biaya sebesar 569.500. Perbedaan selanjutnya hendaknya membandingkan

biaya medik langsung pada pasien tidak terlalu banyak terapi antibiotik agar

dikarenakan lama rawat pasien di rumah lebih mudah dipahami dan pengumpulan

sakit, semakin lama pasien dirawat dirumah datanya akan menjadi lebih mudah.

sakit maka semakin besar biaya yang yang DAFTAR PUSTAKA


harus dikeluarkan pasien. terapi antibiotik
1. Andayani, TM. 2013,
ceftriaxone menunjukkan efektifitas
Farmakoekonomi : prinsip dan
sebesar 70,58% dan Ampicilin
metodologi, Bursa ilmu: Yogyakarta.
menunjukkan efektivitas 85,71%. nilai
2. Eljaaly, K., Wali, H., Basilim, A.,
ACER Ceftriaxone lebih tinggi yaitu
Alharbi, A., & Asfour, H. Z. (2019).
sebesar 8.135,78 dibandingkan dengan nilai
Clinical cure with ceftriaxone versus
ACER ampicillin sebesar 6.644,49. Nilai
ceftaroline or ceftobiprole in the
dari perhitungan ACER menunjukkan
treatment of staphylococcal
bahwa setiap terjadi peningkatan 1%
pneumonia: a systematic review and
efektivitas dibutuhkan biaya sebesar
meta-analysis. International Journal of
ACER, semakin rendah nilai pada ACER
Antimicrobial Agents, 54(2), 149–153.
dan semakin tinggi efektivitas terapi maka
https://doi.org/10.1016/j.ijantimicag.2
semakin efektif biaya terapi antibiotik
019.05.023
tersebut, sehingga dapat disimpulkan
3. Faridah., Machlaurin., Subagijo.,2016, Penderita Pneumonia pada Balita di
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan RSUD Kabupaten Bombana Provinsi
Antibiotik terhadap Pasien Sepsis Sulawesi Tenggara, Jurnal Ibnu Sina,
Pediatrik di Rawat Inap RSD dr. 3 (1), 1–11.
Soebandi Kabupaten Jember pada 10. Nalang A., Citraningtyas G. and Lolo
Tahun 2014.,e-Jurnal Pustaka W.A., 2018, Analisis Efektivitas Biaya
Kesehatan, Vol.4, No.2, Mei 2016. ( Cost Effectiveness Analysis )
4. Fatin M.N.A., Rahayu C. and Pengobatan Pneumonia Menggunakan
Suwantika A.A., 2019, Analisis Antibiotik Seftriakson dan Sefotaksim
Efektivitas Biaya Penggunaan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Antibiotik pada Pasien Community- Manado, Jurnal Ilmiah Farmasi, 7 (3),
acquired Pneumonia di RSUP Dr . 321–329.
Hasan Sadikin Bandung, Jurnal 11. Okky SP, Rizky A, Ivan SP, Cherry R,
Farmasi Klinik Indonesia, 8 (3), 228– et al, 2014., Analisis minimalisasi
236. biaya penggunaan antibiotik empirik
5. Hartati S., Nurhaeni N. and Gayatri D., pasien sepsis sumber infeksi
2012, Faktor risiko terjadinya pernapasan. JFKI. 2014. 3(1): 10-17.
pneumonia pada anak balita, Jurnal 12. Rasmaladewi, Sanuddin M., Shaleha
Keperawatan Indonesia, 15 (1), 13–20. M., 2020, Analisis Efektivitas Biaya
6. Kemenkes RI, 2013, Riset Kesahatan Penggunaan Antibiotik Ceftriaxone
Dasar 2013, Badan Penelitian dan dan Ampicilin Pada Pasien Pneumonia
Pengembangan Kesehatan, Anak Rawat Inap di RSUD Raden
Kementerian Kesehatan, Jakarta Mattaher Jambi Tahun 2018, Journal
7. Lestari M.D., Citraningtyas G. and Edy of Healthcare Technology and
H.J., 2019, Analisis Efektivitas Biaya Medicine, Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Pasien Pneumonia Balita Rawat Inap 13. Russell JA.,2006, Management of
di Rumah Sakit Bhayangkara Manado, sepsis. NEngk J Med. 2006. 355(16):
Jurnal Ilmiah Farmasi, 8 (4), 214–220. 1669-1712.
8. Lorensia, A., dan Doddy, D.Q. 2016. 14. Sunyataningkamto, Z I., RT A., I B.,
Farmakoekonomi Edisi Kedua. Surjono A., Wibowo T., Lestari E.D.
UBAYA, Surabaya and Wastoro D., 2004, The role of
9. Musdalipah, Setiawan M.A. and Santi indoor air pollution and other factors
E., 2018, Analisis Efektivitas Biaya in the incidence of pneumonia in
Antibiotik Sefotaxime dan Gentamisin
underfive children, Paediatrica
Indonesiana, 44 (1-2).
15. Widasari N., 2014, Pola Derajat
Keparahan Pneumonia dan Terapi
Antibiotik Empirik pada Pasien
Community Acquired Pneumonia
(CAP) yang Dirawat di RSUP dr.
Kariyadi Semarang, Skripsi,
Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai