Anda di halaman 1dari 34

Farmasetika II

apt. Ernie Halimatushadyah, M.Farm


apt. Ani Rahayu, S.Si, M.Farm

Prodi Farmasi - Universitas Binawan


Visi Prodi S1 Farmasi

Menjadi Prodi Farmasi Unggulan di Indonesia pada tahun 2025


dengan meluluskan tenaga teknis kefarmasian yang berkarakter dan
dapat bersaing secara nasional maupun global.
Misi Prodi S1 Farmasi

1. Menyelenggarakan pendidikan kefarmasian yang berfokus kepada obat bahan alam,


klinis komunitas dan pharmapreneur sesuai dengan perkembangan IPTEK agar dapat
bersaing secara nasional dan global.
2. Mengembangkan penelitian kefarmasian khususnya dalam bidang obat bahan alam,
klinis komunitas dan pharmapreneur.
3. Melakukan pengabdian masyarakat melalui pendekatan farmasi yang berorientasi
pada obat bahan alam, klinis komunitas, dan pharmapreneur.
4. Melaksanakan perintisan dan pengembangan jejaring (net working) kemitraan di
bidang kefarmasian pada tingkat nasional dan internasional.
5. Menghasilakan lulusan yang bertaqwa dan berbudi pekerti luhur serta terampil
dalam dunia kefarmasian.
Mata kuliah Farmsetika II ini merupakan matakuliah
lanjutan dari farmasetika I pada program studi farmasi yang terdiri dari
2 sks teori dan 1 sks praktikum. Pada matakuliah ini menguraikan
tentang ilmu dasar kefarmasian meliputi cair yang meliputi, sirup, elixir,
emulsi, suspensi, saturasi, obat kumur, lotio, liniment dan obat tetes.
Mahasiswa didorong dan difasilitasi untuk aktif mencari dan
menemukan pengetahuan mengenai ilmu farmasetika.
Capaian Pembelajaran Mata kuliah (CPMK):

Memahami dan menguraikan tentang konsep sediaan


cair

Memahami dan menjelaskan tentang konsep


sediaan semi padat

Memahami dan menguraikan tentang konsep sediaan


obat tetes
Pertemuan ke- Materi
1 Pengantar sediaan larutan
2 Sediaan Sirup
3 Formulasi Sediaan Sirup
4 Sediaan Elixir
5 Formulasi Sediaan Elixir
6 Sediaan Emulsi
7 Formulasi Sediaan Emulsi
8 Materi Pertemuan 1- 7
Pertemuan ke- Materi
9 Sediaan Suspensi
10 Formulasi Sediaan Suspensi
11 Sediaan Saturasi
12 Sediaan Gargarisma
13 Sediaan Lotion
14 Sediaan Linimenta
15 Sediaan Obat Tetes
16 Materi Pertemuan 9-15
Penilian

10%
25%
20% Tugas
Quiz
5%
UTS
UAS
20% 20% Praktik
Kehadiran
LARUTAN

Larutan adalah sediaan cair yang


mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut.

Mis : terdispersi secara molecular dalam


pelarut yang sesuai atau campuran pelarut
yang saling bercampur.

Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka


penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan
jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan
diencerkan atau dicampur.

Zat pelarut disebut solvent.


Zat yang terlarut disebut solute.
Istilah Kelarutan

Jumlah bagian pelarut yang dibutuhkan


Istilah
untuk melarutkan 1 bagian zat terlarut

Sangat mudah larut <1


Mudah larut 1 – 10
Larut 10 – 30
Agak sukar larut 30 – 100
Sukar larut 100 – 1000
Sangat sukar larut 1000 – 10,000
Praktis tidak larut ≥ 10,000
Jenis Larutan

Larutan Encer
• Larutan yang mengandung sejumlah kecil zat
A yang terlarut.
Larutan jenuh
• Larutan yang mengandung jumlah maksimum
zat A yang dapat larut dalam air pada
tekanan dan temperatur tertentu.
Larutan lewat jenuh
• Larutan yang mengandung jumlah zat A yang
terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam
air pada temperatur tertentu.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan

Polaritas

Pembentukan
Co-Solvensi
Kompleks

Salting In Kelarutan

Salting Out Temperatur


1. Polaritas
Kelarutan suatu zat memenuhi aturan ”like dissolves like”
artinya solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar,
solute yang non polar akan larut dalam solvent yang bersifat
non polar.
Garam-garam anorganik larut dalam air
Alkaloid basa larut dalam kloroform

2. Co-solvency
Co-solvency adalah peristiwa kenaikkan kelarutan suatu zat
karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi
pelarut.
Luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air-
gliserin.
3. Kelarutan

Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi


umumnya adalah :
Larut dalam air
 Semua garam klorida larut, kecuali : AgCl, PbCl2, Hg2Cl2
 Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base seperti bismuth
subnitras
 Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.

Tidak larut dalam air


– Semua garam karbonat tidak larut, kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4)CO3
– Semua oksida dan hidroksida tidak larut, kecuali KOH, NaOH, NH4OH,
BaO, Ba(OH)2
– Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)PO4
4. Temperatur

Zat padat pada umumnya bertambah larut bila suhunya


dinaikkan, zat tersebut bersifat endoterm, karena pada proses
kelarutannya membutuhkan panas.

Zat terlarut + pelarut + panas → larutan


Beberapa zat lain justru tidak larut jika suhunya dinaikkan
(bersifat eksoterm), karena pada kelarutannya menghasilkan
panas.
Zat terlarut + pelarut → larutan + panas

Contoh :
K2SO4, KOH, CaHPO4, minyak atsiri, gas-gas yang larut.
5. Salting Out
Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan besar dibanding zat utama, akan menyebabkan
penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan
karena ada reaksi kimia.

Contoh :
Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke dalam air
tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. Disini kelarutan NaCl
dalam air lebih besar dibanding kelarutan minyak atsiri dalam
air, maka minyak atsiri akan memisah.
6. Salting In

Peristiwa bertambahnya kelarutan dari suatu senyawa organik


dengan penambahan suatu garam dalam larutannya.
Contoh :
riboflavin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan yang
mengandung nicotinamidum karena terjadi penggaraman
riboflavin + basa NH4.
7. Pembentukan Kompleks

Peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan


zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contoh :
Iodium larut dalam KI atau NaI jenuh. KI+ I2 → KI3
HgI2 + 2 KI → K2HgI4
Kecepatan kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh :

• Ukuran partikel : makin halus solute, makin kecil


1. ukuran partikel; makin luas solute yang kontak
dengan solvent, solute makin cepat larut.

• Suhu : pada umumnya kenaikan suhu akan


2. menambah kelarutan solute.

• Pengadukan
3.
Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan

Keuntungan
❑ Merupakan campuran homogen
❑ Dosis dapat mudah di ubah- ubah dalam pembuatan.
❑ Dapat diberik an dalam larutan encer kapsul
❑ Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat di absorpsi.
❑ Mudah diberi pemanis , bau- bauan dan warna.
❑ Untuk pemak aian luar, bentuk larutan mudah digunakan.

Kerugian
❑ Volume bentuk larutan lebih besar.
❑ Ada obat yang tidak stabil dalam larutan.
❑ Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya
dalam larutan.
Sediaan Larutan

Sirup

Guttae Potiones

Larutan
Oral
Potio
Elixir
Effervecent

Saturatio Netralisasi
Sirup

– Sirup simplex, mengandung 65 % gula dalam larutan nipagin


0,25 %b/v

– Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan


atau tanpa zat tambahan, digunakan untuk pengobatan.

– Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung


zat pewangi atau penyedap lain. Penambahan sirup ini
bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat yang tidak enak.
Potiones (Obat Minum)
Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan
pengaroma, pemanis, atau pewarna yang larut dalam air
atau berbentuk emulsi atau suspensi.

Elixir
Sediaan yang mengandung bahan obat dan bahan
tambahan (pemanis, pengawet, pewangi) sehingga
memiliki bau dan rasa yang sedap dan sebagai pelarut
digunakan campuran air-etanol.
Netralisasi

Obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam


dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat
netral.
Con : Sol Citratis Magnesii
Pembuatan : seluruh bagian asam direaksikan dengan bagian
basanya bila perlu reaksi dipercepat dengan pemanasan.
Saturatio

Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dan basa


tetapi gas yang terjadi ditahan dalam wadah sehingga larutan
jenuh dengan gas.

Pembuatan:
– Komponen basa dilarutkan dalam 2/3 bagian air yang
tersedia. Mis NaHCO3 digerus tuang kemudian masuk botol.
– Komponen asam dilarutkan dalam 1/3 bagian air yang
tersedia.
– 2/3 bagian asam masuk basa, gas dibuang seluruhnya. Sisa
asam dituang hati-hati lewat tepi botol, segera tutup
dengan sampagne knop sehingga gas yang terjadi
tertahan.
Potio Effervescent
Saturatio yang CO2 nya lewat jenuh.
Pembuatan :
• Langkah 1 dan 2 sama dengan pada saturatio
• Langkah 3 : seluruh bagian asam dimasukkan ke dalam basa dengan
hati-hati, segera tutup dengan sampagne knop. Gas CO2 umumnya
digunakan untuk pengobatan, menjaga stabilitas obat, dan kadang-
kadang dimasudkan untuk menyegarkan rasa minuman.

Hal yang harus diperhatikan untuk sediaan saturatio dan


potio effervescent adalah :
• Diberikan dalam botol yang kuat, berisi kira-kira 9/10 bagian dan
tertutup kedap dengan gabus atau karet yang rapat. Kemudian diikat
dengan sampagne knop.
• Tidak boleh mengandung bahan obat yang sukar larut, karena tidak
boleh dikocok. Pengocokan menyebabkan botol pecah karena botol
berisi gas dalam jumlah besar.
Guttae (drop)

Obat tetes : sediaan cair berupa larutan, emulsi atau


suspensi, apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk
obat dalam.
Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes
yang menghasilkan tetesan yapenetes ng setara dengan
tetesan yang dihasilkan baku yang disebutkan dalam
Farmakope Indonesia.
Pediatric drop : obat tetes yang diguanakan untuk anak-anak
atau bayi.
Sediaan Larutan

Collyrium

Guttae
Ephitema
Opth

Larutan
Topikal
Inhalationes Gargarisma

Guttae Litus
Nasales Oris
Collyrium
Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonis
digunakan untuk membersihkan mata, dapat ditambahkan zat
dapar dan zat pengawet.

Catatan :
Pada etiket harus tertera : Masa penggunaan setelah tutup
dibuka dan ”obat cuci mata”.

Collyrium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh


digunakan lama 2 jam setelah botol dibuka tutupnya. Yang
mengandung pengawet dapat digunakan paling lama 7 hari
setelah botol dibuka tutupnya.
Guttae Opthalmicae

Obat tetes mata : larutan steril bebas partikel asing merupakan


sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai
digunakan pada mata.
Tetes mata juga tersedia dalam bentuk suspensi, partikel halus
dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau
goresan pada kornea.

Gargarisma (Gargle)
Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan
umumnya dalam keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu
sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk digunakan sebagai
pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan.
Penandaan : Petunjuk pengencern sebelum digunakan dan ”hanya
untuk kumur, tidak ditelan”
Litus Oris
Oles bibir adalah sediaan cair agak kental dan
pemakaiannya secara disapukan dalam mulut. Cth: Lar 10 %
borax dalam gliserin
Guttae Nasales

Tetes hidung adalah obat yang digunakan untuk hidung


dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung.
Dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan
pengawet. Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh
digunakan sebagai cairan pembawa.
Inhalationes
Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau
mulut atau disemprotkan dalam bentuk kabut ke dalam
saluran pernafasan. Tetesan butiran kabut harus seragam
dan sangat halus sehingga dapat mencapai bronkhioli.

Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas.


Penandaan : Pada etiket ditulis ”Kocok dahulu”
Epithema/Obat Kompres

Cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada


tempat yang sakit dan panas karena radang atau
berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose, digunakan
untuk mengeringkan luka bernanah.

Cth : Sol Rivanol, campuran Borwater-revanol


1. Sebutkan 3 contoh obat dipasaran dengan bentuk
sediaan :
a. Emulsi
b. Suspensi
c. Tetes telinga
d. Lotion

2. Suatu zat A memiliki kelarutan 1: 30. Seorang farmasis


diminta membuat sediaan larutan oral. Bentuk sediaan
apakah yang cocok untuk zat A tersebut !

Anda mungkin juga menyukai