satu, sedangkan Mixtura jika zat yang terlarut adalah banyak.
Larutan terjadi jika sebuah bahan padat
tercampur atau terlarut ke dalam bahan cair. Istilah Kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 – 10 Larut 10 – 30 Agak sukar larut 30 – 100 Sukar larut 100 – 1000 Sangat sukar larut 1000 – 10000 Praktis tidak larut Lebih dari 10000 Molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, sehingga memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur →Jika suatu zat A dilarutkan ke dalam air atau pelarut lain akan menjadi tipe larutan sebagai berikut : 1. Larutan encer : Larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut kecil 2. Larutan pekat : Larutan yang mengandung fraksi zat A yang besar 3. Larutan jenuh (saturated) : Larutan yang mengandung sejumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada suhu dan tekanan tertentu. 4. Larutan lewat jenuh (supersaturated) : Larutan yang mengandung sejumlah zat A yang terlarut melebihi batas maksimum kelarutannya di dalam air pada suhu dan tekanan tertentu (FI IV : semua pengukuran dilakukan pada suhu 25OC) 1. Cocok untuk penderita yang sukar menelan 2. Kerja awal obat lebih cepat karena obat lebih cepat diabsorbsi. 3. Mudah diberi pemanis (perasa), bau- bauan, dan warna, sehingga cocok untuk pemberian obat pada anak-anak. 4. Merupakan campuran homogen 5. Dosis/takaran dapat disesuaikan 6. Dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit diencerkan 7. Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan. 1. Volume bentuk larutan lebih besar (tidak praktis) 2. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan 3. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan 4. Faktor ekonomi (lebih mahal dari bentuk sediaan tablet, kapsul) 5. Takaran penggunaan obat tidak dalam dosis terbagi, kecuali sediaan dosis tunggal, dan harus menggunakan alat khusus. 1. Air →untuk melarutkan bermacam-macam garam 2. Spiritus →untuk melarutkan Camphora, menthol, Iodin. 3. Gliserin →untuk melarutkan phenol, borax, tanin. 4. Parafin liq →untuk melarutkan camphora, menthol, klorbutanol, cera, cetasium. 5. Ether →untuk melarutkan camphora, fosfor. 6. Minyak lemak →untuk melarutkan camphora, menthol. Macam-macam sediaan larutan obat digolongkan menurut tujuan pemakaiannya adalah sebagai berikut : 1. Larutan untuk mata : a. Collyrium (obat cuci mata) : larutan steril dan jernih yang digunakan untuk mencuci mata Penyimpanan : Dalam wadah kaca atau plastik yang tertutup kedap b. Guttae Ophtalmicae (Obat tetes mata) : sediaan steril, berupa larutan jernih atau suspensi, bebas partikel asing, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata Solutio otic/guttae Auriculares (obat tetes telinga) : Larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi, untuk penggunaan telinga luar. a. Guttae nasales/Nose drops (obat tetes hidung) : obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar, dan pengawet b. Collunarium (obat cuci hidung) : larutan yang digunakan untuk obat cuci hidung. →Biasanya berupa larutan dalam air yang ditujukan untuk membersihkan rongga hidung. a. Gargarisma/gargle (obat kumur) : sediaan berupa larutan, umumnya dalam larutan pekat yang harus diencerkan lebih dahulu sebelum digunakan, digunakan untuk pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan atau jalan napas. Tidak untuk ditelan. Penyimpanan : Dalam wadah botol berwarna susu atau wadah lain yang cocok. Penandaan : “Hanya untuk kumur, tidak boleh ditelan” b. Litus oris (obat oles bibir) : cairan agak kental yang pemakaiannya disapukan pada mulut
c. Collutorium : Larutan pekat dalam air
yang mengandung deodoran, antiseptik, anestetik lokal, dan adstringensia yang digunakan untuk obat cuci mulut. Penandaan : “untuk obat cuci mulut, tidak boleh ditelan” Lavement/Clysma/Enema : Cairan yang pemakaiannya melalui rektum dan kolon yang gunanya untuk membersihkan atau menghasilkan efek terapi setempat atau sistemik. Digunakan untuk membersihkan atau sebagai penolong pada sembelit sebelum operasi. Berfungsi juga sebagai karminatif, adstringensia, emolien, sedatif, antelmintik, dll. Dauche : Larutan air yang dimasukkan dengan suatu alat ke dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun pembersihan. Larutan ini mengandung bahan obat atau antiseptik. Biasanya dalam bentuk larutan kental yang harus diencerkan sebelum digunakan. Contoh : Betadin Vaginal Douche. Larutan Parenteral/Injeksi Potio (obat minum) : larutan yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (peroral). →Dapat digunakan sebagai dosis tunggal atau dalam volume besar. Elixir : sediaan berupa larutan obat dengan zat tambahan seperti gula, pengawet, pewarna dan pewangi, sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap. Sebagai pelarut utama adalah etanol 90% yang dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan obat. →Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilenglikol untuk mengurangi jumlah etanol yang diperlukan. →Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat. Sirop : Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Selain sukrosa dan gula lain, pada larutan oral ini dapat ditambahkan senyawa poliol seperti sorbitol dan gliserin untuk menghambat penghabluran dan meningkatkan kelarutan. Umumnya juga ditambahkan zat antimikroba.
Contoh zat antimikroba : Na benzoat
(0,1-0,2%), asam benzoat (0,1-0,2%) Larutan oral yang tidak mengandung gula, tetapi bahan pemanis buatan seperti sorbitol atau aspartam sering digunakan untuk penderita diabetes. 1) Sirop simpleks : mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v 2) Sirop Obat : mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan dan digunakan untuk pengobatan. 3) Sirop pewangi : tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat penyedap lain. Tujuan pengembangan sirop ini adalah untuk menutupi rasa dan bau obat yang tidak enak. →Bahan atau obat tambahan guna memperbaiki warna, rasa dan bau obat utama.
→Corigens dapat berupa :
1. Corigens saporis (memperbaiki rasa ), misalnya Tinc.cinnamomi, aqua menthae piperitae, sirupus simpleks, sirupus citri, aqua foeniculi. 2. Corigen Odoris (memperbaiki bau), misalnya oleum rosae, oleum cinnamomi. 3. Corigen coloris (memperbaiki warna), misal : a. Riboflavin : memberikan warna kuning b. Caramel : memberikan warna coklat serta rasa manis pahit yang enak, seperti gula bakar c. Chlorophyl : memberikan warna hijau daun. d. Beta karoten : memberikan warna kuning seperti wortel.
4. Corigens solubilis : Untuk memperbaiki kelarutan
dari obat utama. Contoh : I2 tidak larut dalam air, tetapi dengan penambahan KI menjadi mudah larut. →adalah sediaan cair yang jika tidak dinyatakan lain, dimaksudkan untuk obat dalam. →Digunakan dengan cara meneteskan larutan tersebut dengan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan dalam Farmakope Indonesia. →Penyimpanan : Dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap. →Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan mencampurkan bagian asam dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral. →Contoh : Solutio Citatis Magnesii Pembuatan : seluruh bagian asam direaksikan dengan bagian basanya, jika perlu reaksi dipercepat dengan pemanasan. →Saturasi (Saturationes) : Obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa tetapi gas yang terbentuk ditahan dalam wadah sehingga larutan menjadi jenuh dengan gas. →Diberikan dalam botol yang tahan tekanan, volumenya harus 20% lebih besar dari volume larutan. →Dan botol harus segera ditutup dengan tutup gabus atau karet yang rapat dan diikat dengan sampagne knop (simpul sampanye) →Tidak boleh mengandung bahan obat yang tidak larut, karena tidak boleh dikocok. Pengocokan menyebabkan botol menjadi pecah, karena berisi gas dalam jumlah besar yang menimbulkan tekanan. a. Ephithema (obat kompres) : Cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat yang sakit dan panas karena radang atau sifat perbedaan tekanan osmosis yang digunakan untuk mengeringkan luka bernanah. →Contoh : Solutio Rivanol b. Lotio (obat gosok) : sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat luar. Dapat berbentuk suspensi bahan padat dalam bentuk halus dengan pensuspensi yang cocok atau tipe emulsi minyak dalam air. →Zat yang polar akan larut dalam pelarut yang polar dan zat yang non polar akan larut dalam pelarut yang non polar. → adalah suatu peristiwa terjadinya kenaikan kelarutan karena penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.
→Misal : Luminal tidak larut dalam air tetapi
larut dalam campuran gliserin air Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. →Zat padat umumnya bertambah larut jika temperatur dinaikkan, tetapi pada beberapa zat kenaikan temperatur justru mengurangi kelarutan zat.
→Contoh zat yang kelarutannya turun pada
kenaikan suhu : Ca Hydroxida, Ca hypophospat, Ca glycerophospat. Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibandingkan zat utama sehingga menyebabkan penurunan kelarutan zat utama →Salting in adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih kecil dibandingkan zat utamanya, sehingga menyebabkan kenaikan kelarutan zat utama. →Adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tidak larut dan senyawa yang larut dengan membentuk senyawa kompleks yang larut.
→Contoh : Iodium larut dalam senyawa KI
atau NaI jenuh. 1. Ukuran partikel, semakin halus zat terlarut, semakin kecil ukuran partikel, semakin luas permukaannya yang kontak dengan pelarut sehingga zat terlarut semakin cepat larut. 2. Suhu, umumnya kenaikan suhu akan mempercepat kelarutan suatu zat. 3. Pengadukan. →Dilakukan dengan cara gerus tuang. →Na bikarbonat bersama-sama dengan Na salisilat : Na bikarbonat digerus tuang, ditambah Na salisilat. Dan untuk mencegah terjadinya perubahan warna pada larutan ditambahkan Na pirofosfat 0,25% dari berat larutan. →Dengan gerus tuang, jika jumlahnya kecil →Dengan merebus atau memanaskan hingga larut →Dilarutkan dalam spiritus fortior (96%) sebanyak 2 kali berat camphora hingga larut, kemudian tambahkan air panas sekaligus, kocok lagi. →Dilarutkan dalam air engan pemanasan sambil digoyang-goyangkan →Dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukkan ke dalam sediaan yang diawetkan →Penggunaan Nipagin dan Nipasol sebagai pengawet adalah 0,1%-0,2%, yang digunakan dalam larutan air adalah nipagin sedangkan nipasol dalam larutan minyak. →Hexaminum dan derivatnya dilarutkan dalam air dingin, bila panas akan mudah pecah, keluar formaldehide dan amonia. Juga dengan asam, larutan hexaminum akan pecah keluar formaldehide.