Anda di halaman 1dari 58

Oleh : apt. Wulan Agustin Ningrum.M.Farm.

Sediaan cair yang mengandung satu atau


lebih zat kimia yang terlarut.

Larutan (solutio) jika zat yang terlarut hanya


satu, sedangkan Mixtura jika zat yang terlarut
adalah banyak.

Larutan terjadi jika sebuah bahan padat


tercampur atau terlarut ke dalam bahan cair.
Istilah Kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
untuk melarutkan 1 bagian zat

Sangat mudah larut Kurang dari 1


Mudah larut 1 – 10
Larut 10 – 30
Agak sukar larut 30 – 100
Sukar larut 100 – 1000
Sangat sukar larut 1000 – 10000
Praktis tidak larut Lebih dari 10000
 Molekul-molekul dalam larutan terdispersi
secara merata, sehingga memberikan jaminan
keseragaman dosis dan memiliki ketelitian
yang baik jika larutan diencerkan atau
dicampur
→Jika suatu zat A dilarutkan ke dalam air atau
pelarut lain akan menjadi tipe larutan
sebagai berikut :
1. Larutan encer : Larutan yang mengandung
jumlah zat A yang terlarut kecil
2. Larutan pekat : Larutan yang mengandung
fraksi zat A yang besar
3. Larutan jenuh (saturated) : Larutan yang
mengandung sejumlah maksimum zat A
yang dapat larut dalam air pada suhu dan
tekanan tertentu.
4. Larutan lewat jenuh (supersaturated) :
Larutan yang mengandung sejumlah zat A
yang terlarut melebihi batas maksimum
kelarutannya di dalam air pada suhu dan
tekanan tertentu (FI IV : semua pengukuran
dilakukan pada suhu 25OC)
 1. Cocok untuk penderita yang sukar
menelan
 2. Kerja awal obat lebih cepat karena obat
lebih cepat diabsorbsi.
 3. Mudah diberi pemanis (perasa), bau-
bauan, dan warna, sehingga cocok untuk
pemberian obat pada anak-anak.
 4. Merupakan campuran homogen
 5. Dosis/takaran dapat disesuaikan
 6. Dapat diberikan dalam larutan encer,
sedangkan kapsul dan tablet sulit diencerkan
 7. Untuk pemakaian luar, bentuk larutan
mudah digunakan.
1. Volume bentuk larutan lebih besar (tidak
praktis)
2. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
3. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan
baunya dalam larutan
4. Faktor ekonomi (lebih mahal dari bentuk
sediaan tablet, kapsul)
5. Takaran penggunaan obat tidak dalam dosis
terbagi, kecuali sediaan dosis tunggal, dan
harus menggunakan alat khusus.
1. Air →untuk melarutkan bermacam-macam
garam
2. Spiritus →untuk melarutkan Camphora,
menthol, Iodin.
3. Gliserin →untuk melarutkan phenol, borax,
tanin.
4. Parafin liq →untuk melarutkan camphora,
menthol, klorbutanol, cera, cetasium.
5. Ether →untuk melarutkan camphora, fosfor.
6. Minyak lemak →untuk melarutkan
camphora, menthol.
Macam-macam sediaan larutan obat
digolongkan menurut tujuan pemakaiannya
adalah sebagai berikut :
1. Larutan untuk mata :
a. Collyrium (obat cuci mata) : larutan steril
dan jernih yang digunakan untuk mencuci
mata
Penyimpanan : Dalam wadah kaca atau
plastik yang tertutup kedap
b. Guttae Ophtalmicae (Obat tetes mata) :
sediaan steril, berupa larutan jernih atau
suspensi, bebas partikel asing, digunakan
untuk mata dengan cara meneteskan obat
pada selaput lendir mata di sekitar
kelopak mata dan bola mata
Solutio otic/guttae Auriculares (obat tetes
telinga) : Larutan yang mengandung air atau
gliserin atau pelarut lain dan bahan
pendispersi, untuk penggunaan telinga luar.
a. Guttae nasales/Nose drops (obat tetes
hidung) : obat tetes yang digunakan dengan
cara meneteskan obat ke dalam rongga
hidung, dapat mengandung zat
pensuspensi, pendapar, dan pengawet
b. Collunarium (obat cuci hidung) : larutan
yang digunakan untuk obat cuci
hidung.
→Biasanya berupa larutan dalam air yang
ditujukan untuk membersihkan rongga
hidung.
a. Gargarisma/gargle (obat kumur) : sediaan
berupa larutan, umumnya dalam larutan
pekat yang harus diencerkan lebih
dahulu sebelum digunakan, digunakan
untuk pencegahan atau pengobatan
infeksi tenggorokan atau jalan napas.
Tidak untuk ditelan.
Penyimpanan : Dalam wadah botol berwarna
susu atau wadah lain yang cocok.
Penandaan : “Hanya untuk kumur, tidak
boleh ditelan”
b. Litus oris (obat oles bibir) : cairan agak
kental yang pemakaiannya disapukan
pada mulut

c. Collutorium : Larutan pekat dalam air


yang mengandung deodoran, antiseptik,
anestetik lokal, dan adstringensia yang
digunakan untuk obat cuci mulut.
Penandaan : “untuk obat cuci mulut, tidak
boleh ditelan”
Lavement/Clysma/Enema : Cairan yang
pemakaiannya melalui rektum dan kolon
yang gunanya untuk membersihkan atau
menghasilkan efek terapi setempat atau
sistemik.
Digunakan untuk membersihkan atau
sebagai penolong pada sembelit sebelum
operasi.
Berfungsi juga sebagai karminatif,
adstringensia, emolien, sedatif, antelmintik,
dll.
Dauche : Larutan air yang dimasukkan
dengan suatu alat ke dalam vagina, baik
untuk pengobatan maupun pembersihan.
Larutan ini mengandung bahan obat atau
antiseptik.
Biasanya dalam bentuk larutan kental yang
harus diencerkan sebelum digunakan.
Contoh : Betadin Vaginal Douche.
 Larutan Parenteral/Injeksi
Potio (obat minum) : larutan yang dimaksudkan
untuk pemakaian dalam (peroral).
→Dapat digunakan sebagai dosis tunggal atau
dalam volume besar.
Elixir : sediaan berupa larutan obat dengan zat
tambahan seperti gula, pengawet, pewarna dan
pewangi, sehingga memiliki bau dan rasa yang
sedap. Sebagai pelarut utama adalah etanol
90% yang dimaksudkan untuk mempertinggi
kelarutan obat.
→Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol dan
propilenglikol untuk mengurangi jumlah
etanol yang diperlukan.
→Penyimpanan : dalam wadah tertutup
rapat.
Sirop : Larutan oral yang mengandung sukrosa
atau gula lain yang berkadar tinggi. Kecuali
dinyatakan lain, kadar sakarosa tidak kurang
dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
Selain sukrosa dan gula lain, pada larutan oral
ini dapat ditambahkan senyawa poliol seperti
sorbitol dan gliserin untuk menghambat
penghabluran dan meningkatkan kelarutan.
Umumnya juga ditambahkan zat antimikroba.

Contoh zat antimikroba : Na benzoat


(0,1-0,2%), asam benzoat (0,1-0,2%)
Larutan oral yang tidak mengandung gula,
tetapi bahan pemanis buatan seperti sorbitol
atau aspartam sering digunakan untuk
penderita diabetes.
1) Sirop simpleks : mengandung 65% gula
dalam larutan nipagin 0,25% b/v
2) Sirop Obat : mengandung satu jenis
obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan dan digunakan untuk
pengobatan.
3) Sirop pewangi : tidak mengandung obat
tetapi mengandung zat pewangi atau zat
penyedap lain. Tujuan pengembangan
sirop ini adalah untuk menutupi rasa dan
bau obat yang tidak enak.
→Bahan atau obat tambahan guna
memperbaiki warna, rasa dan bau obat utama.

→Corigens dapat berupa :


1. Corigens saporis (memperbaiki rasa ), misalnya
Tinc.cinnamomi, aqua menthae piperitae,
sirupus simpleks, sirupus citri, aqua foeniculi.
2. Corigen Odoris (memperbaiki bau), misalnya
oleum rosae, oleum cinnamomi.
3. Corigen coloris (memperbaiki warna), misal :
a. Riboflavin : memberikan warna kuning
b. Caramel : memberikan warna coklat serta
rasa manis pahit yang enak, seperti gula bakar
c. Chlorophyl : memberikan warna hijau daun.
d. Beta karoten : memberikan warna kuning
seperti wortel.

4. Corigens solubilis : Untuk memperbaiki kelarutan


dari obat utama.
Contoh : I2 tidak larut dalam air, tetapi dengan
penambahan KI menjadi mudah larut.
→adalah sediaan cair yang jika tidak
dinyatakan lain, dimaksudkan untuk obat
dalam.
→Digunakan dengan cara meneteskan larutan
tersebut dengan menggunakan penetes yang
menghasilkan tetesan setara dengan tetesan
yang dihasilkan penetes baku yang
disebutkan dalam Farmakope Indonesia.
→Penyimpanan : Dalam wadah kaca atau
plastik tertutup kedap.
→Netralisasi adalah obat minum yang dibuat
dengan mencampurkan bagian asam dan
bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan
bersifat netral.
→Contoh : Solutio Citatis Magnesii Pembuatan :
seluruh bagian asam direaksikan dengan
bagian basanya, jika perlu reaksi dipercepat
dengan pemanasan.
→Saturasi (Saturationes) : Obat minum yang
dibuat dengan mereaksikan asam dengan
basa tetapi gas yang terbentuk ditahan dalam
wadah sehingga larutan menjadi jenuh
dengan gas.
→Diberikan dalam botol yang tahan tekanan,
volumenya harus 20% lebih besar dari volume
larutan.
→Dan botol harus segera ditutup dengan tutup
gabus atau karet yang rapat dan diikat dengan
sampagne knop (simpul sampanye)
→Tidak boleh mengandung bahan obat yang tidak
larut, karena tidak boleh dikocok. Pengocokan
menyebabkan botol menjadi pecah, karena berisi gas
dalam jumlah besar yang menimbulkan tekanan.
a. Ephithema (obat kompres) : Cairan yang
dipakai untuk mendatangkan rasa dingin
pada tempat yang sakit dan panas karena
radang atau sifat perbedaan tekanan
osmosis yang digunakan untuk
mengeringkan luka bernanah.
→Contoh : Solutio Rivanol
b. Lotio (obat gosok) : sediaan cair
berupa suspensi atau dispersi, digunakan
sebagai obat luar. Dapat berbentuk
suspensi bahan padat dalam bentuk halus
dengan pensuspensi yang cocok atau tipe
emulsi minyak dalam air.
→Zat yang polar akan larut dalam pelarut yang
polar dan zat yang non polar akan larut
dalam pelarut yang non polar.
→ adalah suatu peristiwa terjadinya kenaikan
kelarutan karena penambahan pelarut lain
atau modifikasi pelarut.

→Misal : Luminal tidak larut dalam air tetapi


larut dalam campuran gliserin air
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit
pelarut, sedangkan zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut.
→Zat padat umumnya bertambah larut jika
temperatur dinaikkan, tetapi pada beberapa
zat kenaikan temperatur justru mengurangi
kelarutan zat.

→Contoh zat yang kelarutannya turun pada


kenaikan suhu : Ca Hydroxida, Ca
hypophospat, Ca glycerophospat.
Salting out adalah peristiwa adanya zat
terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan
lebih besar dibandingkan zat utama
sehingga menyebabkan penurunan
kelarutan zat utama
→Salting in adalah peristiwa adanya zat terlarut
tertentu yang mempunyai kelarutan lebih
kecil dibandingkan zat utamanya, sehingga
menyebabkan kenaikan kelarutan zat
utama.
→Adalah peristiwa terjadinya interaksi
antara senyawa tidak larut dan senyawa
yang larut dengan membentuk senyawa
kompleks yang larut.

→Contoh : Iodium larut dalam senyawa KI


atau NaI jenuh.
1. Ukuran partikel, semakin halus zat terlarut,
semakin kecil ukuran partikel, semakin luas
permukaannya yang kontak dengan pelarut
sehingga zat terlarut semakin cepat larut.
2. Suhu, umumnya kenaikan suhu akan
mempercepat kelarutan suatu zat.
3. Pengadukan.
→Dilakukan dengan cara gerus tuang.
→Na bikarbonat bersama-sama dengan Na
salisilat : Na bikarbonat digerus tuang,
ditambah Na salisilat. Dan untuk mencegah
terjadinya perubahan warna pada larutan
ditambahkan Na pirofosfat 0,25% dari berat
larutan.
→Dengan gerus tuang, jika jumlahnya kecil
→Dengan merebus atau memanaskan hingga
larut
→Dilarutkan dalam spiritus fortior (96%)
sebanyak 2 kali berat camphora hingga
larut, kemudian tambahkan air panas
sekaligus, kocok lagi.
→Dilarutkan dalam air engan pemanasan
sambil digoyang-goyangkan
→Dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru
dimasukkan ke dalam sediaan yang
diawetkan
→Penggunaan Nipagin dan Nipasol sebagai
pengawet adalah 0,1%-0,2%, yang digunakan
dalam larutan air adalah nipagin sedangkan
nipasol dalam larutan minyak.
→Hexaminum dan derivatnya dilarutkan dalam
air dingin, bila panas akan mudah pecah,
keluar formaldehide dan amonia. Juga
dengan asam, larutan hexaminum akan
pecah keluar formaldehide.

Anda mungkin juga menyukai