DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Inkompatibilitas adalah pencampuran antara dua reaksi atau lebih antara obat-obatan
yang menimbulkan ketidakcocokan atau ketidaksesuaian. inkompatibilitas sediaan cair adalah
inkomp yang terjadi pada sediaan cair seperti larutan.
2.2 Bentuk-Bentuk Sediaan Cair
3. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus
yang terdispersi ke dalam fase cair (Syamsuni, A., 2006. Halaman 135).
Dari beberapa definisi yang tertera dapat disimpulkan bahwa suspensi adalah sediaan
yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut yang terdispersi ke
dalam fase cair serta kekentalan suspenditidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang.
Macam-Macam Suspensi
1. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus
yang terdispersi dalam fase cair dengan penambahan bahan pengaroma.
2. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk
halus yang terdispersi dalam fase cair, di tunjukan untuk pemakian di permukaan kulit.
3. Suspensi tetes telinga sediaan cair yang mengandung partikel dalam bentuk halus
yang terdispersi dalam fase cair yang di teteskan pada telinga.
4. Suspensi oftalmik sediaan cair yang mengandung partikel sangat halus yang terdispersi
dalam cair pembawa untuk pemakaian pada mata.
5. Suspensi ijeksi adalah sediaan padat dan kering dengan bahan pembawa yang sesuai
persyaratan suspensi steril (Syamsuni, A. 2006).
Bahan Tambahan
A. Suspending Agent
Macam-macam suspending agent :
Golongan GOM , meliputi :
a. Akasia (Pulvin Gummi Arabic)
Larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum mucilagonya
dalam pH 5-9. Akasia digunakan dengan kadar 35% yang kira-kira memiliki kekentalan
sama dengan gliserin. Akasia ini mudah dirusak oleh bakteri. Oleh karena itu dalam
penggunaannya perlu ditambahkan pengawet.
Cara pembuatannya yaitu dimasukkan PGA dalam mortir, digerus dan ditambahkan air 1,5
kalinya dan diaduk sampai homogen.
b. Chondrus
Larut dalam air, tidak larut dalam alkohol dan bersifat basa. Karagen merupakan derivat
dari sakarida. Chondrus ini mudah dirusak oleh bakteri. Oleh karena itu dalam
penggunaannya perlu ditambahkan pengawet.
Cara pembuatannya yaitu chondrus dimasukkan dalam mortir, ditambhakan air dan
diaguk sampai homogen.
c. Tragacanth
Sangat lambat mengalami hidrasi sehingga untuk mempercepat hidrasi biasanya
dilakukan pemanasan. Mucilago tragacanth lebih kental dibanding PGA. Musilago
tragacanth hanya baik sebgai statbilisator suspensi, tetapi bukan sebagai emulgator. Kadar
yang digunakan sebagai suspending agent yaitu 2%.
Cara pembuatannya yaitu Tragacanth 2% dimasukkan dimortir dan digerus,
ditambahkan sir 20 kali lebih banyak sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan
kemudian mengencerkannya dengan sisa air.
d. Solutio Gummi Arabic
Cara pembuatannya Gummi Arabicum 10% dibuat dengan jalan membuat dahulu
Mucilago Gummi Arabici dari gom yang tersedia dan kemudian mengencerkannya.
e. Benthonit
Digunakan sebagai suspending agent yaitu 0,5-5%. Benthonit berbentuk mineral,
kristal, tidak berbau, oucat/krim keabu-abuan, bubuk halus dan partikel 50-150 mm.
f. Mucilago Saleb
Dugunakan sebagai suspending agent yaitu 1%. Cara pembuatannya yaitu dengan
serbuk saleb 1% sebaiknya dengan serbuk yang telah dihilangkan petinya dengan
pengayakan. Mula-mula botol ditara, dicuci dengan air mendidih masukkan air mendidih 20
kali sebanyak serbuk saleb. Kemudian dikocok hingga massa menempel pada dinding botol,
sir 20 kali hanya perlu dikira-kira. Tambahakn sisa air didih dan kocok sampai diperoleh
mucilago.
g. Solutio gummosa
Mengandung pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu pulvis
gummosa dengan air 7 kali banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan
mengencerkannya sedikit demi sedikit.
h. Solutio Gummosa Tenuis
Mengandung pulvis gummosus 1% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu pulvis
gummosa dengan air 7 kali banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan
mengencerkannya sedikit demi sedikit.
i. CMC-Na
Digunakan sebagai suspending agent yaitu 3-6%.
B. Bahan Pengawet
a. Natrium Benzoat
Granul putih atau kristal, agak higroskopik, agakberbau benzoin, rasa manis dan asin
yang kurang enak. Mudah alrut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah
larut dalam etanol 90%. Sebagai pengawet digunakan dalam dosis 0,02-0,5%. (Anonim b.
1995. Halaman 584 ).
b. Propylis paragenum/Propil paragen/Nipasol
Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna. Sangat sukar larut dalam air, mudah
larut dalam etanol dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih. Sebagai pengawet
digunakan dalam dosis 0,05-0,25%. (Anonim b. 1995. Halaman 713 )
c. Butyl paraben/Buthylis parabenum
Hablur halus tidak berwarna atau serbuk putih. Sangat sukar larut dalam air dan dalam
gliserin, mudah larut dalam aseton, dalam etanol, dalam eter dan dalam propilen gilkol.
Sebagai pengawet digunakan dalam dosis 0,1%. (Anonim b. 1995. Halaman 158 )
d. Etil paraben/Ethylis – paraben
Serbuk hablur putih kecil, tidak berwarna. Sukar larut dalam air dan dalam gliserin,
mudah larut dalam aseton, dalam methanol, dalam eter dan dalam propilen gilkol.
C. Bahan Pewarna
a. Sunset yellow ( kuning )
b. Tartazin ( kuning )
c. Eritrosin ( merah )
d. Klorofil ( hijau )
e. Kurkumin ( kuning )
f. Antosianin ( orange/merah )
D. Bahan Pengaroma
a. Oleum Citri
Nama lainnya yaitu minyak jeruk. Merupakan cairan kuning pucat/kuning kehijauan,
bau khas, rasa pedas agak pahit. Larut dalam 12 volume ethanol 90% P, larutan agak
beropalesensi, dapat bercampur dengan ethanol mutlak P. (Anonim a. 1979. Halaman 455 )
b. Oleum Annamomi
Nama lainnya yaitu minyak kayu manis. Merupakan suling segar berwarna kuning, bau
dan rasa khas. JIka disimpan tidak menjadi coklat kemerahan. Dalam ethanol larutkan 1 ml
dalam 8 ml ethanol 70% P, opalesensi yang terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi larutan
yang dibuat dengan menambahkan 0,5 ml perak nitrat 0,1 N ke dalam campuran 0,5 ml
natrium klorida 0,02 N dan 50 ml air. (Anonim a. 1979. Halaman 454 ).
c. Oleum Menthae
Nama lainnya yaitu minyak permen. Cairan tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas
kuat menusuk, rasa pedas diikuti rasa dingin jika udara dihirup melalui mulut. (Anonim b.
1995. Halaman 629 ).
Syarat-syarat Suspensi
· Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
· Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
· Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
· Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang
· Ukuran partikel, erat hubungannya dengan luas penampang partikel serta daya tekan ke
atas dari cairan suspensi
· Jumlah partikel, makin besar konsentrasi maka semakin besar kemungkinan terjadinya
endapan partikel dalam waktu yang singkat
· Sifat atau muatan partikel, terjadinya interaksi antara bahan yang menghasilkan bahan
yang sukar larut dalam cairan tertentu.
(Anonim b. 1995)
Contoh inkompatibilitas :
R/ carb.adsorb 10
Natrii sulfas
Magnesia sulfas aa 5
Aquam ad 100
Carbo adsorben sering digunakan sebagai obat diare karena mempunyai daya absorpsi
terhadap toksi dan bakteri, maka itu tidak benar kalau ditambah lendir, karena akan
mengurangi daya kerjanya maka itu hanya digerus dengan air dan bila terdapat sirup maka
di gerus dengan sirup.
2.2.3 EMULSI
Definisi
1. Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri9 dari bulatan-bulatan kecil
zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. (Ansel, Howard.
2005. Halaman 376 )
2. Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lainnya
dalam bentuk tetesan kecil. (Anonim b. 1995. Halaman 6 )
3. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
(Anonim a. 1979. Halaman 9 )
4. Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak tercampur, biasanya air
dan minyak, cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain
(sistem dispersi, formulasi suspensi dan emulsi Halaman 56 )
Dari beberapa defini yang tertera dapat disimpulkan bahwa emulsi adalah sistem dua fase yang
salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran
kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok.
Macam-macam emulsi
1. Oral
Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat tertutupi, minyak
bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna.
2. Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis
efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan tujuan
menghasilkan efek lokal.
3. Injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan
atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Contoh : Vit. A diserap cepat
melalui jaringan, bila diinjeksi dalam bentuk emulsi (Syamsuni, A. 2006)
Tipe-tipe emulsi
a. Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau
terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase eksternal.
b. Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi
ke dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase eksternal (Syamsuni, A.
2006)
Komponen emulsi
A. Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri
atas:
a. Fase dispersi: zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lainnya.
b. Fase pendispersi: zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan
pendukung) emulsi tersebut.
c. Emulgator: bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Contoh emulgator :
4. Gom Arab : Cara Pembuatan air 1,5 kali bobot GOM
5. Tragacanth : Cara Pembuatan air 20 kali bobot tragacanth
6. Agar-agar : Cara Pembuatan 1-2% agar-agar yang digunakan
7. Condrus : Cara Pembuatan 1-2% condrus yang digunakan
8. CMC-Na : Cara Pembuatan 1-2% cmc-na yang dihunakan
Emulgator alam
· Kuning telur : Cara Pembuatan emulsi dengan kuning telur dalam mortir luas dan digerus
dnegan stemper kuat-kuat, setelah itu dimasukkan minyaknya sedikit demi sedikit, lalu
diencerkan dengan air dan disaring dengan kasa.
· Adeps lanae
· Emulgator mineral
· Magnesium Aluminuin Silikat ( Veegum ) : Cara Pembuatan diapaki 1%
· Bentonit : Cara Pembuatan 5% bentonit yang digunakan
Emulgator buatan/sintesis
1. Tween : Ester dari sorbitan dengan asam lemak disamping mengandung ikatan eter
dengan oksi etilen, berikut macam-macam jenis tween :
a. Tween 20 : Polioksi etilen sorbitan monolaurat, cairan seperti minyak.
b. Tween 40 : Polioksi etilen sorbitan monopalmitat, cairan seperti minyak.
c. Tween 60 : Polioksi etilen sorbitan monostearat, semi padat seperti
minyak.
d. Tween 80 : Polioksi etilen sorbitan monooleat, cairan seperti minyak.
2. Span : Ester dari sorbitan dengan asam lemak. Berikut jenis span :
a. Span 20 : Sorbitan monobiurat, cairan
b. Span 40 : Sorbitan monopulmitat, padat seperti malam
c. Span 60 : Sorbitan monooleat, cair seperti minyak
B. Komponen Tambahan yaitu bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi
untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya : pewarna, pengaroma, perasa, dan
pengawet.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan dari data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan beberapa tentang
inkompatibilitas sediaan cair, yaitu:
1. Inkompatibilitas sediaan cair adalah inkomp yang terjadi pada sediaan cair seperti
larutan, emulsi dan sediaan cair lainnya.
2. Sediaan cair atau potio adalah obat minum dengan penggunaan secara oral yang berupa
sirup, larutan suspensi, atau emulsi.
3. Inkompatibilitas atau biasa dikenal dengan OTT (obat tak tercampurakan) pada sediaan
cair biasanya terjadi inkomp secara fisika ataupun kimia tergantung pada larutan tersebut.
Perubahan yang terlihat seperti larutan yang terjadi perubahan warna yang tidak diinginkan,
Perubahan warna tak tercampurkannya dengan sediaan galenika, bahan-bahan tidak dapat
bercampur, terbentuk endapan yang tidak larut, reaksi yang berasal dari pengaruh zat-zat
yang bereaksi asam atau basa, reaksi yg terjadi karena oksidasi atau reduksi, dan tidak stabil
dalam larutan.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh, 1987, Ilmu Meracik Obat, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Syamsuni, A., 2006, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC, Jakarta
Syamsuni. A,. 2006, Ilmu Resep, EGC, Jakarta.