Anda di halaman 1dari 43

SEDIAAN SEMIPADAT/CAIR

LARUTAN
PENGERTIAN LARUTAN
 Larutan adalah campuran homogen dari satu atau lebih
zat terlarut yang dapat berupa cairan, padatan atau
gas dalam pelarut atau cairan lainnya.
 Menurut kekuatan fisika kimia , larutan dapat dibagi
dalam 3 kelompok besar antara lain :
 Larutan Mikromolekular

 Larutan Micellar

 Larutan Makromolekular
 Larutan Mikromolekular: keseluruhan mikro unit yang
terdiri dari molekul atau ion, seperti alkohol, sukrosa,
gliserol, ion Na dan ion Cl
 Larutan Miselar : larutan dengan solute terdiri dari agregat
atau misel dari solute molekul atau ion.
.
Sifat larutan miselar secara visual seperti kejernihan dan
kekentalan = larutan mikromolekul, tetapi nilai tetapan fisika
seperti tekanan uap, tekanan osmosa, hantaran listrik,
berbeda dengan larutan mikromolekular
 Larutan Makro Molekul : solutenya merupakan
dispersi molekular seperti pada larutan
mikromolekuler.
 Perbedaannnya hanya pada aspek BM dan ukuran
partikel. Contohnya : Larutan PGA, CMC, PVP
PEMBAGIAN LARUTAN
 Menurut tipe larutan, :  Menurut jumlah zat
yang terlarut :
 Larutan campuran
 Larutan encer
(majemuk)
 Larutan pekat
 Larutan Sederhana

 Larutan Jenuh
 Larutan Persediaan

(Stok)  Larutan lewat jenuh

 Berdasarkan pelarutnya maka larutan dibagi atas :


Pelarut air Contoh larutan yang pelarutnya air yaitu :
Sirup, Aqua Aromatik
Pelarut Non air Contoh larutan yang pelarutnya non air
atau campuran : Spiritus Aromatik, Eliksir, Preparat
Galenik
Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain,
maka akan terbentuk tipe larutan sebagai
berikut :

1. Larutan Encer Bila jumlah zat terlarut A kecil


2. Larutan Pekat Bila mengandung zat terlarut A yang
besar
3. Larutan Jenuh Larutan yang mengandung jumlah
maksimum zat A yang dapat larut dalam pelarut pada
tekanan dan suhu tertentu
4. Larutan Lewat jenuh Jumlah zat A yang terlarut
melebihi batas kelarutannya di dalam air pada suhu
kamar
PEMBAGIAN LARUTAN
 Berdasarkan penggunaan obat, maka larutan dapat
dibagi menjadi :
 Digunakan secara oral meliputi : Mixtura, sirup,
potio, pediatric drops dsb
 Digunakan dalam mulut dan tenggorokan
Contohnya :Gargle, Mouthwash, Throat
Spray,Throat Paint
 Dimasukkan kedalam rongga tubuh Contohnya :
Collyrium, Collunarium, Collutarium
 Digunakan pada permukaan tubuh Contohnya:
Kolodium, paint, Lotion
KEUNTUNGAN SEDIAAN BENTUK
LARUTAN

 Obat dapat segera tersedia untuk diabsorpsi, tanpa melalui


proses pemecahan
 Seluruh obat terdistribusi secara seragam karena larutan
homogen
 Dosis dapat bervariasi dan takaran tepat dibandingkan
dengan emulsi dan suspensi
 Rasa yang tidak enak dapat ditutupi dengan pemanis dan
pengaroma
 Mudah diberikan untuk anak-anak atau pasien yang sulit
menelan.
KERUGIAN SEDIAAN BENTUK
LARUTAN
 Banyak obat yang tidak stabil dalam bentuk larutan
bila disimpan dalam waktu yang agak lama
 Tidak praktis dibawa kemana-mana karena
memerlukan wadah
 Rumit penggunaannya karena menggunakan sendok
takar.
 Beberapa bau yang tidak dapat ditutupi sulit untuk
dihilangkan
BAHAN PEWARNA
Penambahan pewarna dalam bidang farmasi dimaksudkan
sebagai :
 Faktor keamanan bagi konsumen untuk mengenal dan
mengidentifikasi suatu produk obat diantara produk obat
yang lainnya.
 Untuk menambah daya tarik penampilan dari produk.

 Pewarna yang digunakan dalam farmasi dapat digolongkan


dalam 3 kelompok, yaitu :
a. Pewarna alam (Natural Colouring Agent)
b. Pewarna sintetik (Synthetis dyes)
c. Pigment
BAHAN PEWARNA
 Pewarna alam dapat pula dibedakan atas 3 macam,
berdasarkan asalnya yaitu :
1. Pewarna dari Mineral Contohnya : Ferro Oksid (merah),
Ferri oksid (kuning) Pewarna ini juga dikenal sebagai
pigmen. Sehingga biasanya hanya untuk pemakaian luar
saja.
2. Pewarna dari tanaman Cotohnya Klorofil, indigo, Alisarin,
Karamel
3. Pewarna dari hewan Contohnya karmin
BAHAN PEWARNA
 Pewarna sintetik yang diizikan terdiri atas 3 kelas, sebagai
berikut :
1. Pewarna sintetik untuk makan, obat dan kosmetik dikenal
sebagai pewarna sintetik F, D & C Contoh : FD&C Red No.
2 (amaran) adalah paling sering digunakan dibidang
farmasi.
2. Pewarna sintetik untuk obat dan kosmetik dikenal sebagai
pewarna sintetik D & C
3. Pewarna sintetik untuk obat luar dan kosmetik, dikenal
sebagai pewarna sintetik Ext. D & C
BAHAN PEWARNA
 Kelebihan pewarna harus dihindari larutan 0,005-
0,001%.
 Bila pewarna sintetik mempunyai konsentrasi yang
berlebih, warna akan berubah. Hal ini disebut
Heterochromism.
 Contoh Amarant dengan konsentrasi 0,005% berwarna
merah ungu, 0,0125% adalah merah tua dan diatas
0.03% adalah jingga kemerahan.
BAHAN PEWARNA
 sifat-sifat yang diingikan dari suatu pewarna antara lain :
1. Tidak berbahaya untuk kesehatan dan tidak memberi aktifitas
fisiologis
2. Merupakan senyawa kimia sehingga kekuatan pewarnaan dapat
diketahui, teruji secara praktis dan dapat menjamin kebebasan
dari ketidakmurnian.
3. Mudah larut dalam air lebih diinginkan, tetapi larut dalam
minyak dan spiritus juga diperlukan.
4. Daya pewarnaanya harus tinggi sehingga hanya diperlukan
dalam jumlah yang sedikit.
BAHAN PEWARNA
5. Tidak mudah dipengaruhi oleh cahaya, temperaturtropi,
hidrolisis mikroorganisme, sehingga stabil selama
penyimpanan.
6. Tidak dipengaruhi oleh pengoksidasi dan pereduksi atau
perubahan pH
7. Harus cocok dengan obat
8. Harus bebas dari bau dan rasa yang tidak enak.
9. Harus tersedia dengan harga yang murah dan tidak
mahal.
BAHAN PENGAWET
 Pengawetan dalam farmasi bertujuan untuk
mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
 Efektifitas pengawet tergantung pada :
1. Bahan dalam sediaan
2. Variasi mikroorganisme yang ada
3. pH dan tipe wadah.
BAHAN PENGAWET
 Pengawet yang ideal :
1. Efektif terhadap mikroorganisme
2. Efektif pada konsentrasi rendah
3. Tidak toksik
4. Dapat tercampurkan
5. Tidak berbau dan tidak berasa
BAHAN PENGAWET
 Beberapa pengawet yang sering digunakan dalam
farmasi yaitu :
 Alkohol, Asam benzoate, Asam sorbat,
Benzalkonium Klorida, Fenol, Fenil merkuri Nitrat,
Klorbutanol, Kresol, P-kresol-m-kresol, Metil
paraben, Propil paraben, Timerazol
BAHAN PENGAROMA
 Penerimaan konsumen  nilai estetik, anggapan aman
dan efektif berdasarkan bentuk, warna, bau dan
kemasannya.
 Bahan pengaroma yang digunakan antara lain :
- anetol, metal salisilat dan vanillin atau minyak menguap
seperti : anise oil, cinamommi oil dan spearmint oil.
- sediaan galenik seperti glycirrhizae radix ekstrak, orange
spirit dan vanillin tinktur digunakan untuk beberapa larutan
oral.
BAHAN PEMANIS
 Pemanis  terutama untuk penggunaan oral.
 sukrosa, manitol dan sorbitol adalah bahan pemanis alam.
 Garam Na dan Ca siklamat dan sakarin merupakan bahan
pemanis sintetik yang sering digunakan. Perbandingan
sakarin dan siklamat (1:10) telah memberikan rasa manis
maksimum dengan sedikit rasa pahit.
 Karbonasi dapat menutupi rasa asin dan rasa pahit. Larutan
Mg sitrat dengan pemgaroma lemon, dimana rasa pahit,
asin dari ion Mg ditutupi dengan proses karbonasi. Granul
effervescent bereaksi dengan karbonat dalam air sebelum
dipakai
KOSOLVENT
 Kosolven adalah campuran pelarut yang digunakan untuk
melarutkan campuran dan sering digunakan dalam suatu
sediaan.
 Karena terbatasnya jumlah pelarut yang dapat digunakan
dalam sediaan, maka banyak digunakan campuran pelarut
dari air, alcohol, gliserin, propilen glikol dan sirup.
PEMBAWA
 Bahan-bahan resmi berikut ini ditentukan
untuk diguanakn sebagai pelarut dalam
sediaan larutan oral, sirup dan eliksir.
 ALKOHOL USP
 ALKOHOL ENCER, NF
 GLISEROL, USP
 PROPILEN GLIKOL USP
 AIR SULING
FAKTOR-FAKTOR
FISIKOKIMIA
 Polaritas
 Kosolvensi
 Temperatur
 Salting out
 Salting In
 Pembentukan Kompleks
 Effek ion
 ukuran partikel
 Zat terlarut dengan ukuran kecil (serbuk) lebih mudah
melarut dibandingkan dengan zat terlarut yang berukuran
besar.Pada zat terlarut berbentuk serbuk, permukaan
sentuh antara zat terlarut dengan pelarut semakin banyak.
Akibatnya, zat terlarut berbentuk serbuk lebih cepat larut
daripada zat telarut berukuran besar
 Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya
interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut
dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium
larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
 Penambahan ion sejenis akan memperkecil kelarutan
karena akan menggeser kesetimbangan kekiri.
 Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar
pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air.
Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar
pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik)
larut dalam kloroform.
 Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat
karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi
pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
 Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya
dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat
endoterm, karena pada proses kelarutannya
membutuhkan panas.
Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.
 Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur
menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat
eksoterm, karena pada proses kelarutannya menghasilkan
panas.
Zat terlarut + pelarut → larutan + panas
Contoh : KOH dan K2SO4
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi
tidak boleh dipanaskan, misalnya :
a. Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.
b. Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas.
c. Saturatio
d. Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis
 Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu
yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama,
akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau
terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya :
kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air
tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
 Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang
menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi
lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air
tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
KECEPATAN
PELARUTAN
 Kecepatan pelarutan adalah
kecepatan dimana solute berubah
dari bentuk kristal, serbuk, cair atau
keadaan lain menjadi molekul yang
terdispersi dalam pelarut.
 kecepatan pelarutan dan factor-

faktor yang mempengaruhinya


KECEPATAN
PELARUTAN
 Kecepatan pelarutan bergantung
pada beberapa factor seperti :
1. Ukuran partikel zat terlarut
2. Kondisi permukaan partikel
3. Viskositas Pelarut
4. Temperatur
5. Pengadukan secara mekanis
SIRUP DAN ELIKSIR
SIRUP adalah larutan dalam air dan gula/pengganti
gula yang kental, dengan atau tanpa penambahan
flavoring agent atau obat

Non-medicated
Sirup yang mengandung
syrup
flavoring agent tetapi
tanpa obat disebut:

menjadi sirup dasar


untuk pembuatan sirup
obat.
 Sirup obat adalah sediaan larutan gula pekat
yang mengandung zat obat,
 Konsentrasi gula berkisar 64-66%,
 Konsentrasi gula kurang  mudah
ditumbuhi mikroba
 Bila kelebihan  akan terbentuk kristal.
kelarutan, stabilitas,
bioavailabilitas harus
dipertimbangkan
kasus per kasus.

Karena ketidakmampuan
banyak anak dan orang dewasa
untuk menelan obat maka
bukan tidak mungkin farmasis
diminta menyediakan sirup
obat dengan bahan obat dan
tablet/kapsul
Komponen Sirup
1. Zat aktif
2. Air dan Gula: sukrosa atau pengganti gula
yang memberi manis dan viskositas.
3. Pengawet/antimikroba.
4. Pengaroma
5. Pewarna
 Selain itu terutama sirup komersial
mengandung solubilizer, thickener atau
stabilizer.
SUKROSA non-gula: sorbitol,
DEKSTROSA gliserin, propilenglikol

Glikogenetik  non-glikogenetik

MC , HEC  tidak dihidrolisa dan tak diabsorbsi ke dalam badan,


 Untuk orang yang menghindari gula seperti: diabetes atau diet.
(MC dan HEC tidak dihidrolisa menjadi glukosa, mempunyai
viskositas yang baik) Setelah itu ditambah pemanis buatan , maka
akan dihasilkan seperti sirup gula
Sirup kering
 Adalah bentuk sediaan solid, serbuk/granul dimana harus
ditambah air pada saat menjelang pemakaian, supaya
didapat dosis yang tepat dan bahan aktif pada sediaan cair
yang terjadi.
 Terutama diperuntukkan bahan-bahan padat yang tidak
stabil atau sedikit stabil dalam medium air (misal: gol.
Penisilin
 Contoh: R/ Ampisilin trihidrat 500 mg Na-bensoat 4,90 mg
NaC1 7,60 mg Na-citrat anhidrat 36,30 mg Aroma citron
(padat) 30,6 mg Aroma mentol 1 mg Aroma Strowberi 20
mg Amonium glizirizat 2 mg Sacchanum album ad 1 g.
Eliksir
 Eliksir adalah sediaan berupa
larutan yang mempunyai rasa dan
bau yang sedap, mengandung obat
dan selain obat seperti pemanis,
pewangi dan pengawet, digunakan
secara oral.
 Pelarut utama  etanol, bisa juga
ditambahkan gliserol, sorbitol, dan
propilenglikol.
 Dibagi 2 kelompok :
o Non medicated eliksir  Digunakan sebagai bahan
tambahan
o Medicated eliksir  Mengandung bahan berkhasiat obat

 Dibandingkan dengan sirup, eliksir kurang manis dan


kurang kental  kandungan gula sedikit 
kemampuannya menutupi rasa tidak enak semakin kecil.
 Kemampuan eliksir untuk menjaga kelarutan lebih baik
jika dibandingkan dengan sirup
 Proporsi jumlah alkohol yang dikandungnya bervariasi,
tergantung pada keperluan. Zat aktif yang sukar larut dalam
air dan larut dalam alkohol diperlukan jumlah alkohol yang
lebih besar.
 Selain alcohol, digunakan juga gliserin dan propilenglikol
sebagai pemanis, dapat pula digunakan sorbitol di samping
sukrosa, bahkan pemanis buatan
 Alkohol yang terdapat dalam eliksir berkisar antara 10-12%,
tetapi ada yang menggunakan hanya 3% saja dan yang
tertinggi 44 %
Evaluasi sirup
1. Uji organoleptik (warna, kejernihan, bau,rasa,
endapan)
2. Uji mikrobiologi/pertumbuhan mikroba
3. Uji pH
4. Uji viskositas
5. Uji homogenitas
6. Uji waktu tuang
7. Uji kandungan obat
 Tulis nama, stambuk, tanggal, judul
“KUIS”
 Jawab dengan singkat dan jelas
 Dilarang keras MENYONTEK dalam
bentuk apapun
 Soal :
1. Jelaskan Faktor-faktor fisiko kimia
yang mempengaruhi kelarutan
2. Tuliskan jenis bahan pemflokulan,
jelaskan dan beri contoh masing2 1
jenis contoh bahannya

Anda mungkin juga menyukai