Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

FARMASI FISIKA

PERCOBAAN VI

STABILITAS OBAT

Disusun oleh : Fransisca Natasha Ernestiani 138144131

Stephanie Afrillia Isti Fatmasari 138114132

Vincentius Yanuar S. 138114133

Sefrida Putri Santika 138114134

Kelompok : D1-1

FAKUTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014
I.JUDUL
Stabilitas Obat

II.TUJUAN
Memperlajari kinetika suatu reaksi kimia dan mampu menentukan waktu kadaluarsa obat.

III.DASAR TEORI
Laju atau kecepatan suatu reaksi diberikan sebagai ± dC/dt. Artinya terjadi penambahan
(+) atau pengurangan (-) konsentrasi C dalam selang waktu dt. Orde reaksi. Dari hukum aksi
massa, suatu garis lurus didapat bila laju reaksi diplot sebagai fungsi dari konsentrasi reaktan
di pangkatkan dengan bilangan tertentu. Macam-macam orde reaksi orde nol, orde pertama,
dan orde kedua. (Martin, 2006)

Reaksi Orde nol, pernyataan laju untuk perubahan penyerapan terhadap waktu adalah:

𝑑𝐴
- = ko
𝑑𝑡
(Martin, 2006)

Dimana tanda (-) menunjukkan berkurangnya penyerapan, yaitu warna menjadi


suram/hilang. Kecepatan kesuraman terlihat konstan dan tidak bergantung pada konsentrasi
zat warna yang digunakan. Persamaan laju dapat diintegrasikan antara penyerapan awal Ao
dihubungkan dengan warna mula-mula preparat pada t=0, dan At, penyerapan setelah t jam :

At = Ao -ko t
(Martin, 2006)

Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan untuk meluruh / hilangnya suatu zat menjadi
separuhnya, yakni waktu dimana a berkurang menjadi 1/2 a. Dalam gambaran ini, Ao =
0,470 dan 1/2 Ao = 0,235

1
𝐴𝑜
2
t 1/2 = 𝑘𝑜
(Martin, 2006)

Waktu kadaluarsa, waktu yang dibutuhkan sehingga 10% bagian zat aktif terurai (t90)
0,1 .𝐴𝑜
t90 =
𝐾𝑜
(Martin, 2006)

Keterangan
dA = perubahan zat aktif
dt = perubahan waktu
ko = laju reaksi orde nol
At = konsentrasi obat pada waktu tertentu
Ao = konsentrasi awal
t = waktu
t 1/2 = waktu paruh
t 90 = waktu kadaluarsa
(Martin, 2006)

Reaksi orde pertama pernyataan laju reaksinya orde pertama adalah

Ct = Co . 2,303 -k.t

Ct = konsentrasi awal pada waktu tertentu


Co = konsentrasi awal
k = laju reaksi orde pertama
t = waktu
(Martin, 2006)

Waktu paruh : Waktu kadaluarsa

0,693 0,105
t 1/2 = t 90 =
𝑘 𝑘
(Martin, 2006)

Reaksi orde kedua, rumus laju reaksi orde kedua adalah

1 𝑦
k=
𝑎.𝑡
(𝑎−𝑥)

Keterangan
x = pengurangan konsentrasi obat pada waktu tertentu
a = konsentrasi awal
k = laju reaksi orde kedua
t = waktu

(Martin, 2006)

Menentukan orde reaksi.orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode :

1. Metode Substitusi
Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi disubstitusikan ke
dalam bentuk integral dari persamaan itu menghasilkan harga k yang tetap konstan dalam
batas-batas variasi percobaan,maka reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde tersebut.
(Martin, 2006)

2. Metode Grafik
Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui orde reaksi tersebut.
Jika konsentrasi diplot terhadap t dan didapatkan garis lurus, reaksi adalah ore nol.
Reaksi dikatakan orde pertama bila log(a-x) terhadap t menghasilkan garis lurus. Suatau
reaksi orde kedua akan memberikan garis lurus bila 1/ (a-x) diplot terhadap t (jika
konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1/(a-x)2 terhadap t menghasilkan garis lurus
dengan seluruh reaktan sama konsentrasi mula-mulanya, reaksi adalah orde ketiga.
(Martin, 2006)

3. Metode Waktu Paruh


Dalam reaksi orde nol, waktu paruh sebanding dengan konsentrasi awal,a. waktu paruh
reaksi orde pertama tidak bergantung pada a ; waktu paruh untuk reaksi orde
kedua,dimana a = b sebanding dengan ½ dari dalam reaksi orde ketiga,dimana a=b=c
sebanding dengan 1/a2. Umumnya hubungan antara hasil di atas memperlihatkan bahwa
waktu paruh suatu reaksi dengan konsentrasi seluruh sama. (Martin, 2006)

Stabilitas obat produk sediaan farmasi dapat didefinisikan sebagai rancangan bangun
formulasi tertentu,dalam keadaan spesifik yang ditunjukkan untuk mempertahankan spesifikasi
fisika,kimia,mikrobiologi,terapetik dan toksikologi. Rancang bangun ini diupayakan mampu
menjamin bahwa kemasan produk akan tetap stabil untuk mengantisipasi batas umur simpan
yang diperoleh dari pengumpulan data sampel produk obat terkemas. (Martin, 2006)

Pada masa ini, analisis kestabilan obat yang dapat dipercepatpada temperatur yang tinggi
banyak yang dilakukan oleh banyak perubahan,tetapi kriterianya sering merupakn kriteria buatan
yang tidak didasarkan pada prinsip-prinsip dasar kinetik. Perkiraan waktu penyimpanan harus
diikuti dengan analisis yan g dirancang secara hati-hati untuk bermacam-macam bahan dala tiap
produk jika hasilnya ingin cukup berarti. (Martin, 2006)
Paracetamol mempunyai sifat antipiretik/analgesik. Paracetamol yang utama digunakan
untuk menurunkan panas badan yang disebabkan oleh infeksi atau sebab yang lainnya.
Paracetamol mempunyai orde 1.

Kestabilan yang terpenting adalah secara fisika

a. Perubahan struktur kristal adalah secara fisika


b. Perubahan keadaan distribusi
c. Perubahan konsistensi dan agregat
d. Perubahan perbandingan kelarutan
e. Perubahan perbandingan hidratasi
(Martin, 2006)

Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah bedasarkan absorpsi


cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang mengandung kontaminan
yang akan ditentukan konsentrasinya. Proses ini disebut “absorpsi spektrofotometri” , dan jika
panjang gelombang yang digunakan aadalah gelombang cahaya tampak, maka disebut sebagai
“kolorimetri”, kerena memberikan warna. Selain gelombang cahaya tampak, spektrofotometri
juga menggunakan panjang gelombang pada gelombang ultraviolet dan inframerah. Prinsip kerja
dari metode ini adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan sebanding dengan konsentrasi
kontaminan dalam larutan. Prinsip ini dijabarkan dalam Hukum Beer-Lambert, yang
menghubungkan antara absorbansi cahaya dengan konsentrasi pada suatu bahan yang
mengabsorspsi. (Lestari , 2007)

Jika absorbansi di plot terhadap konsentrasi, maka diperoleh garais lurus. Grafik ini dapat
digunakan untuk menentukann konsentrasi kontaminan dalam suatu larutan yang diperoleh dari
sampel gas dan uap. Perubahan insensitas warna sebanding dengan konsentrasi. Metode
spektrofotometri ini masih digunakan di laboratorium . (Lestari , 2007)
IV. PRINSIP KERJA

Penentuan stabilitas obat parasetamol menggunakan metode grafik bedasarkan


nilai konstanta kecepatan reaksi, waktu paruh ( t1/2) dan waktu kadaluarsa (t90) untuk
penentuan umur simpan tablet parasetamol dan menggunakan instrumen
spektrofotometer UV pada berbagai suhu yaitu 30 oC, 60 oC, dan 80 oC.
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah bedasarkan
absorpsi cahaya pada panjang gelombang UV tertentu melalui suatu larutan yang
mengandung kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya.
Parasetamol mempunyai daya kerja analgesik dan antipiretik sama dengan
Asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Peningkatan suhu dapat mempercepat
degradasi obat.Temperatur dan penyimpanan dari suatu sediaan obat dapat
mempengaruhi stabilitas parasetamol.
Data hari ke-21 pada suhu 300C

Perhitungan faktor pengenceran

Larutan stock = 100ml

1. Diambil 10 ml, lalu ditambahkan aquadest sampai 10 ml


 Pengenceran 10 kali
2. Dari larutan I diambil 1,5 ml lalu ditambahkan aquadest sampai 10 ml
 Pengenceran 6,67
 Pengeceran total larutan adalah pengenceran 1 x pengenceran 2 =
10 x 6,67 = 66,67 kali → fp = 66,67 ≈ 66,7
 Persamaan kurva baku
y = 0,0637 x + 0,2083

Penimbangan Tablet
 PCT I (Replikasi I)
Berat kertas : 0,404g
Berat kertas + tablet : 1,010g
Berat tablet : 0,606g
massa yang ditimbang setara 100mg PCT:
100
𝑥0,606𝑔 = 0,1212𝑔
500
 PCT II (Replikasi II)
Berat kertas : 0,415g
Berat kertas + tablet : 1,026g
Berat tablet : 0,611g
Massa yang ditimbang setara 100mg PCT:
100
𝑥0,611𝑔 = 0,1222𝑔
500
 PCT III (Replikasi III)
Berat kertas : 0,407g
Berat kertas + tablet : 1,002g
Berat tablet : 0,592g
Massa yang ditimbang setara 100mg PCT:
100
𝑥0,592𝑔 = 0,1222𝑔
500
Penimbangan Serbuk
 PCT I (Replikasi I)
Berat kertas : 0,404g
Berat kertas + isi : 0,525g
Berat kertas + sisa : 0,404g
Berat isi : 0,121g
 PCT II (Replikasi I)
Berat kertas : 0,415g
Berat kertas + isi : 0,538g
Berat kertas + sisa : 0,417g
Berat isi : 0,121g
 PCT III (Replikasi III)
Berat kertas : 0,406g
Berat kertas + isi : 0,525g
Berat kertas + sisa : 0,407g
Berat isi : 0,118g

R . I = 0,860 abs
𝑦 = 0,0637𝑥 + 0,2083
0,860−0,2083
𝑥= 0,0637
= 10,23076923
𝑓𝑝 = 66,67
𝐶𝑡 = 𝑥 x 𝑓𝑝
𝐶𝑡 = 10,23076923 x 66,67
= 682,0853846 𝜇𝑔⁄𝑚𝑙
= 68,20853846 mg/100ml x 5
= 341,043 mg

R . II = 0,920 abs
𝑦 = 0,0637𝑥 + 0,2083
0,920−0,2083
𝑥 = 0,0637
= 11,17268446
𝑓𝑝 = 66,67
𝐶𝑡 = 𝑥 x 𝑓𝑝
𝐶𝑡 = 11,17268446x 66,67
= 744,8828728 𝜇𝑔⁄𝑚𝑙
= 74,48828728 mg/100ml x 5
= 372,441 mg
R . III = 1,989 abs
𝑦 = 0,0637𝑥 + 0,2083
1,989−0,2083
𝑥 = 0,0637
= 27,9544741
𝑓𝑝 = 66,67
𝐶𝑡 = 𝑥 x 𝑓𝑝
𝐶𝑡 = 27,9544141x 66,67
= 1.863,720788 𝜇𝑔⁄𝑚𝑙
= 186,3720788 mg/100ml x 5
= 931,860 mg

Data hari ke-35 pada suhu 300C

Perhitungan faktor pengenceran

Larutan stock = 100ml

1. Diambil 10ml, lalu ditambahkan aquadest sampai 10ml


 Pengenceran 10
2. Dari larutan I diambil 1,5ml, lalu ditambahkan aquadest sampai 10ml
 Pengenceran 6,67
 Pengeceran total larutan adalah pengenceran 1 x pengenceran 2 =
10 x 6,67 = 66,67 kali → fp = 66,67 ≈ 66,7
 Persamaan kurva baku
y = 0,0637 x + 0,2083

Penimbangan Tablet
 PCT I (Replikasi I)
Berat kertas : 0,390g
Berat kertas + tablet : 0,988g
Berat tablet : 0,598g
massa yang ditimbang setara 100mg PCT:
100
𝑥0,598𝑔 = 0,1196𝑔
500
 PCT II (Replikasi II)
Berat kertas : 0,411g
Berat kertas + tablet : 1,008g
Berat tablet : 0,597g
Massa yang ditimbang setara 100mg PCT:
100
𝑥0,597𝑔 = 0,1194𝑔
500
 PCT III (Replikasi III)
Berat kertas : 0,401g
Berat kertas + tablet : 1,017g
Berat tablet : 0,616g
Massa yang ditimbang setara 100mg PCT:
100
𝑥0,616𝑔 = 0,1232𝑔
500

Penimbangan Serbuk
 PCT I (Replikasi I)
Berat kertas : 0,391g
Berat kertas + isi : 0,511g
Berat kertas + sisa : 0,392g
Berat isi : 0,119g
 PCT II (Replikasi I)
Berat kertas : 0,408g
Berat kertas + isi : 0,528g
Berat kertas + sisa : 0,408g
Berat isi : 0,120g
 PCT III (Replikasi III)
Berat kertas : 0,392g
Berat kertas + isi : 0,516g
Berat kertas + sisa : 0,392g
Berat isi : 0,124g

R . I = 0,942 abs
𝑦 = 0,0637𝑥 + 0,2083
0,942−0,2083
𝑥 = 0,0637
= 11,51805338
𝑓𝑝 = 66,67
𝐶𝑡 = 𝑥 x 𝑓𝑝
𝐶𝑡 = 11,51805338 x 66,67
= 767,9086188 𝜇𝑔⁄𝑚𝑙
= 76,79086188 mg/100ml x 5
= 383,954 mg
R . II = 0,886 abs
𝑦 = 0,0637𝑥 + 0,2083
0,886−0,2083
𝑥 = 0,0637
= 10,6389325
𝑓𝑝 = 66,67
𝐶𝑡 = 𝑥 x 𝑓𝑝
𝐶𝑡 = 10,6389325x 66,67
= 709,2976295 𝜇𝑔⁄𝑚𝑙
= 70,92976295 mg/100ml x 5
= 354,648 mg

R . III= 0,932 abs


𝑦 = 0,0637𝑥 + 0,2083
0,932−0,2083
𝑥 = 0,0637
= 11,3610675
𝑓𝑝 = 66,67
𝐶𝑡 = 𝑥 x 𝑓𝑝
𝐶𝑡 = 11,3610675x66,67
= 757,4423705 𝜇𝑔⁄𝑚𝑙
= 75,74423705 mg/100ml x 5
= 378,721 mg
Perhitungan K. t1/2 & t90

Persamaan regresi linear :

y = -bx + a
𝐸𝑎 1
ln K = ln A - −
𝑅 𝑇

𝐸𝑎 1
ln K = − . 𝑇 + ln A
𝑅

1. Suhu 30 0 C
Ln K = 3,557297211 – 1056,189314 . 0,00330033
Ln K = 0,071523932
K = 1,074143857

Ct = Co –K.t90
0,9 = 1 – 1,074143857 . t

0,1
t90 = 1,074143857
= 0,093097399 minggu ≈ 15 jam

Ct = Co – K . t1/2
0,5 = 1- 1,074143857 . t1/2
0,5
t1/2 = 1,074143857
= 0,465486998 minggu ≈ 78 jam

2. Suhu 60 0 C
Ln K = 3,557297211 – 1056,189314 . 0,003003003
Ln K = 0,385557532
K = 1,470433908

Ct = Co –K.t90
0,9 = 1 – 1,470433908. t90

0,1
t90 = 1,470433908
= 0,068007136 minggu ≈ 11 jam

Ct = Co – K . t1/2
0,5 = 1- 1,470433908. t1/2
0,5
t1/2 = 1,470433908
= 0,340035684 minggu ≈ 57 jam

3. Suhu 80 0 C
Ln K = 3,5572972 – 1056,189314 . 0,002832861
Ln K = 0,565259694
K = 1,759904761

Ct = Co –K.t90
0,9 = 1 – 1,759904761. t90

0,1
t90 = 1,759904761
= 0,056821256 minggu ≈ 9,5 jam

Ct = Co – K . t1/2
0,5 = 1- 1,759904761. t1/2
0,5
t1/2 = 1,759904761
= 0,284106283 minggu ≈ 48 jam

4. Suhu 25 0 C
Ln K =3,53428777– 1049,052897 . 0,003355705
Ln K = 0,013975718
K = 1,014073835

Ct = Co –K.t90
0,9 = 1 – 1,014073835. t90

0,1
t90 = 1,014073835
= 0,09812148 minggu ≈ 16,5 jam

Ct = Co – K . t1/2
0,5 = 1- 1,014073835. t1/2
0,5
t1/2 = 1,014073835
= 0,493060744minggu ≈ 83 jam

5. Suhu 50 0 C
Ln K = 3,53428777– 1049,052897. 0,003095975
Ln K = 0,286446227
K = 1,331686557

Ct = Co –K.t90
0,9 = 1 – 1,331686557. t90

0,1
t90 = 1,331686557
= 0,075092745 minggu ≈ 13 jam

Ct = Co – K . t1/2
0,5 = 1- 1,331686557. t1/2
0,5
t1/2 = 1,331686557
= 0,375463728 minggu ≈ 63 jam

6. Suhu 100 0 C
Ln K = 3,53428777– 1049,052897. 0,002680965
Ln K = 0,72181367
K = 2,058162655

Ct = Co –K.t90
0,9 = 1 – 2,058162655. t90

0,1
t90 = 2,058162655
= 0,048587024 minggu ≈ 8 jam

Ct = Co – K . t1/2
0,5 = 1- 2,058162655. t1/2
0,5
t1/2 = 2,058162655
= 0,242935124 minggu ≈ 41 jam
VI. PEMBAHASAN

Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari kinetika suatu reaksi kimia dan mampu
menentukan waktu kadaluarsa obat. Stabilitas obat adalah keadaan obat yang tidak menunjukkan
perubahan sama sekali atau berubah dalam batas-batas yang diperbolehkan, yaitu 90% bahan
masih memenuhi syarat baku dan 10% telah terurai dan tidak menaikkan toksisitas obat.
Perubahan yang dimaksud dapat berupa perubahan fisika (perubahan suhu, pengaruh cahaya),
perubahan kimia (adanya reaksi hidrolisis, reaksi redoks), perubahan mikrobiologi (reaksi
enzimatik), teraupetik (interaksi obat), dan toksikologi.

Waktu kadaluarsa adalah waktu di mana konsentrasi obat menjadi 90% dari konsentrasi
semula dan menunjukkan 10% dari obat yang terurai. Waktu kadaluarsa suatu sediaan obat
biasanya dinyatakan dalam bulan dan tahun. Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan suatu
obat untuk terurai menjadi setengah dari konsentrasi semula.

Metode yang digunakan untuk menentukan kestabilan obat adalah metode waktu lama
dan metode dipercepat. Dalam metode waktu lama, obat selama jangka waktu tertentu disimpan
di bawah persyaratan penyimpanan (suhu, cahaya, udara, kelembaban) yang sesuai di lemari
pendingin. Metode ini tidak dilaksanakan dalam praktikum kali ini karena memakan waktu yang
lama. Metode dipercepat terbagi menjadi dua, yaitu tes tekanan di bawah persyaratan isotermik
dan tes tekanan dalam keadaan tidak isotermis. Dalam tes tekanan di bawah persyaratan
isotermik, obat disimpan pada suhu tinggi yang berlainan, dibuat tetap, dalam interval waktu
aktif tertentu. Ditentukan oleh hubungan konsentrasi dari kecepatan penguraian dan
ketergantungan suhu dari kecepatan reaksi. Sedangkan pada tes tekanan dalam keadaan tidak
isotermis, suhu dinaikkan secara teratur. Dengan demikian hanya diperoleh informasi, satu
rangkaian percobaan stabilitas. Oleh karena metode ini dikoneksikan dengan perhitungan yang
rumit, maka sampai saat ini hanya diberlakukan untuk larutan. Pada praktikum kali yang
dipergunakan adalah metode uji stabilitas obat yang dipercepat dengan test paksaan isotermik di
mana bahan dipanaskan dengan suhu tinggi dan dibuat tetap.
Kelebihan dari metode ini antara lain;

 Waktu yang dibutuhkan lebih singkat dibandingkan dengan uji diperlambat yang
memerlukan waktu lebih lama (± tahunan).
 Mengantisipasi kelebihan jumlah obat yang harus ditambahkan untuk menjaga paling
sedikit dari jumlah yang harus tercantum.

Kekurangan dari metode ini antara lain;


 Suhunya cepat berubah, sehingga pengerjaan harus dilakukan dengan cepat.

Pada percobaan kali ini yang digunakan adalah paracetamol. Paracetamol dilarutkan dalam
etanol karena sama-sama berprinsip like dissolve like. Paracetamol bersifat non-polar dan etanol
bersifat semi polar. Kemudian diencerkan dengan aquadest agar mendapatkan volume yang kecil
untuk diukur absorbansinya. Lalu penyaringan dilakukan guna mendapatkan zat aktif saja dari
paracetamol. Berikut ini adalah struktur dari paracetamol dengan rumus molekul C8H9NO2.

Pada percobaan ini masing-masing sampel paracetamol pada suhu 30oC, 60oC, dan 80oC
diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer yang memiliki ƛ maksimal 243 nm.
Menggunakan panjang gelombang karena perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi
adalah yang paling besar.

Dalam percobaan ini paracetamol disimpan pada berbagai suhu yaitu 300C, 600C dan 800C.
Pada setiap suhu dilakukan tiga kali replikasi yang setiap meja melakukan replikasi untuk suhu
yang berbeda. Dalam percobaan diperoleh persamaan y = 0,0637x + 0,2083 dengan y adalah
absorbansi dan x adalah konsentrasi. Absorbansi suhu 300C yang diperoleh pada hari ke-21
replikasi I adalah 0,860 replikasi II adalah 0,920 replikasi III adalah 1,989. Absorbansi suhu
300C replikasi I adalah 0,942 replikasi II adalah 0,886 replikasi III adalah 0,932. Absorbansi hari
ke-21 terjadi penyimpangan pada suhu 300C yang mana absorbansi yang diperoleh pada replikasi
III tidak sesuai dengan rentan persamaan kurva baku yang ada, absorbansi yang mengalami
penurunan karena disebabkan suhu tinggi yang meningkatkan kelembaban yang mengakibatkan
penguapan dalam obat semakin tinggi hal ini bisa disebabkan oleh kesalahan praktikan ketika
melakukan penimbangan atau saat melakukan pengenceran sehingga konsentrasi yang dihasilkan
tidak sesuai dengan rentan kurva baku yang ada.

Dari data absorbansi masing-masing replikasi yang diperoleh kita dapat menentukan nilai
Ct dari persamaan y = 0,0637x + 0,2083 y adalah absorbansi dan x adalah konsentrasi, setelah
mendapat konsentrasi dari persamaan tersebut maka akan didapatkan nilai Ct dengan persamaan
Ct = 𝑥 x fp. Nilai rata-rata Ct hari ke-0 adalah 471,73 hari ke-14 pada suhu 30oC adalah 300,72
pada suhu 60oC adalah 288,78 pada suhu 80oC 343,79 kemudian pada hari ke-21 suhu 30oC
adalah 550,25 pada suhu 60oC adalah 330,16 pada suhu 80oC adalah 374,01 pada hari ke-28 pada
suhu 30oC adalah 416,6 pada suhu 60oC adalah 398,78 pada suhu 80oC adalah 371,91 pada hari
ke-35 pada suhu 30oC adalah 372,57 pada suhu 60oC adalah 414,31 pada suhu 80oC adalah
377,15. Penyimpangan terjadi karena absorbansi yang dihasilkan setiap minggunya mengalami
penurunan dan kenaikan.

Dari rata-rata Ct tersebut kita dapat menentukan nilai ln Ct dan 1/Ct yang kemudian
digunakan untuk mencari regresi linier dari masing-masing suhu pada orde 0, orde 1 dan orde 2.
Diperoleh nilai r pada regresi linier yang mendekati nilai 1 adalah orde 0 yang kemudian
ditentukan regresi linier 1/T vs ln K yang kemudian disubstitusi pada persamaan Arrhenius ln K
𝐸𝑎 1
= ln A − . 𝑇 untuk mendapatkan konstanta dari masing-masing suhu. Karena nilai r yang
𝑅

mendekati nilai 1 adalah orde 0 maka persamaan yang digunakan untuk menentukan waktu
kadaluarsa dan waktu paruh adalah persamaan waktu kadaluarsa orde 0 adalah Ct = C 0-k.t90 dan
1
untuk persamaan waktu paruh orde 0 adalah Ct = C0-k.t2 dan diperoleh waktu kadaluarsa dan

waktu paruh paracetamol. Pada suhu 300C waktu kadaluarsanya adalah 15 jam, waktu paruhnya
adalah 78 jam pada suhu 600C waktu kadaluarsanya adalah 11 jam, waktu paruhnya adalah 57
jam, pada suhu 800C waktu kadaluarsanya adalah 9,5 jam, waktu paruhnya adalah 48 jam. Secara
teoritis seharusnya paracetamol menggunakan orde 1 namun berdasarkan nilai r yang diperoleh
nilai r mendekati 1 adalah orde 0 sehingga tidak sesuai teori. Hal ini dapat disebabkan kesalahan
saat praktikum antara lain saat penimbangan maupun saat pengenceran paracetamol.
Metode yang digunakan untuk menentukan orde reaksi, yaitu metode substitusi, metode
grafik, metode waktu-paruh. Dalam praktikum kali ini yang digunakan untuk menentukan orde
reaksinya adalah metode grafik. Di mana konsentrasi di plot terhadap t dan didapatkan garis
lurus maka reaksi adalah orde 0.

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari praktikum, didapatkan grafik yang mengalami
penurunan. Hal ini dikarenakan r yang mendekati 1 adalah orde 0.

Kegunaan stabilitas obat dalam bidang farmasi adalah :

1. Dapat menentukan formulasi sediaan obat dan faktor-faktor yang mempengaruhi


stabilitas obat, sehingga formulasi dapat diperbaiki (memperoleh stabilitas tinggi).
2. Dapat menentukan waktu paruh dan waktu kadaluarsa suatu sediaan obat tanpa
membutuhkan waktu yang lama (dipercepat).
3. Dapat mengetahui jenis kemasan yang sesuai dengan obat.
VI. KESIMPULAN

 Kinetika reaksi paracetamol yang digunakan adalah orde 0, yang nantinya digunakan
dalam perhitungan waktu paruh dan waktu kadaluarsa.
 Dari hasil praktikum diperoleh perhitungan waktu kadaluarsa dan waktu paruh sebagai
berikut:
 Waktu kadaluarsa (t90) suhu 30oC adalah ≈15 jam.
 Waktu kadaluarsa (t90) suhu 60oC adalah ≈11 jam.
 Waktu kadaluarsa (t90) suhu 80oC adalah ≈10 jam.
 Waktu paruh (t1/2) suhu 30oC adalah ≈78 jam.
 Waktu paruh (t1/2) suhu 60oC adalah ≈57 jam.
 Waktu paruh (t1/2) suhu 80oC adalah ≈48 jam.
 Berdasarkan data-data yang diperoleh dari praktikum, didapatkan grafik yang mengalami
penurunan. Hal ini dikarenakan r yang mendekati 1 adalah orde 0.

Anda mungkin juga menyukai