Anda di halaman 1dari 6

Uji Kesesuaian Sistem Analisis

22.37 LANSIDA 6 comments


Beberapa hal yang menyangkut analisis khususnya kromatografi antara lain validasi metode
analisis dan uji kesesuaian system. Uji kesesuaian sistem ini memang harus dilakukan secara
rutin karena mempunyai tujuan untuk menentukan bahwa apakah sistem analisis beroperasi
secara benar atau tidak.
Menurut Farmakope Amerika, suatu sistem dikatakan sesuai jika memenuhi persyaratan
presisi dan salah satu uji seperti resolusi (daya pisah), presisi, faktor asimetri puncak,
efisiensi kolom dan faktor kapasitas.

Uraian mengenai parameter-parameter untuk uji kesesuaian sistem terinci sebagai berikut :
A. A. Resolusi (daya pisah)
Dalam kromatografi gas (GC) dan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC), resolusi
didefinisikan sebagai perbedaan antara waktu retensi 2 puncak yang saling berdekatan (ΔtR =
tR2-tR1) dibagi dengan rata-rata lebar puncak (W1 + W2)/2 seperti gambar berikut.

Nilai Rs harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena akan memberikan pemisahan puncak yang
baik (base line resolution).
Sedangkan untuk kromatografi lapis tipis (KLT) atau elektroforesis planar, resolusi dapat
dihitung dengan:

Yang mana:
d : jarak antar 2 pusat zona
W1 dan W2 : rata-rata lebar zona
B. Penentuan Sistem Presisi
Setelah larutan baku diinjeksikan beberapa kali, simpangan baku relatif (relative Standard
deviation, RSD) respon puncak dapat diukur, baik sebagai tinggi puncak atau luas puncak.
Menurut monograp Farmakope Amerika, selain dinyatakan lain, sebanyak 5 kali injeksi harus
dilakukan jika dinyatakan nilai RSD yang disyaratkan adalah ≤ 2,0 %; sementara itu jika
dinyatakan nilai RSD boleh lebih besar dari 2,0 %, maka dilakukan 6 kali replikasi injeksi.
C. Faktor asimetri (Faktor pengekoran)

Menghitung besarnya TF pada kromatogram

Jika puncak yang akan dikuantifikasi adalah asimetri (tidak setangkup), maka suatu
perhitungan asimetrisitas merupakan cara yang berguna untuk mengontrol atau
mengkarakterisasi sistem kromatografi. Puncak asimetri muncul karena berbagai factor.
Peningkatan puncak yang asimetri akan menyebabkan penurunan resolusi, batas deteksi, dan
presisi.
Gambar tersebut menunjukkan bagaimana menghitung nilai faktor pengekoran (tailing factor,
TF). Kromatogram yang memberikan harga TF =1 menunjukkan bahwa kromatogram tersebut
bersifat setangkup atau simetris. Harga TF > 1 menunjukkan bahwa kromatogram mengalami
pengekoran (tailing). Semakin besar harga TF maka kolom yang dipakai semakin kurang
efisien. Dengan demikian harga TF dapat digunakan untuk melihat efisiensi kolom
kromatografi.

D. Efisiensi Kolom
Ukuran efisiensi kolom adalah jumlah lempeng (plate number, N) yang didasarkan pada
konsep lempeng teoritis pada distilasi. Jumlah lempeng (N) dihitung dengan:

Yang mana:
tR : waktu retensi solut
σt : simpangan baku lebar puncak
Wh/2 : lebar setengah tinggi puncak
Wb : lebar dasar puncak
Gambar dibawah menjelaskan bagaimana cara menghitung tR; Wh/2; Wb; dan σ suatu puncak
kromatogram.
Waktu

Cara mengukur tR; Wh/2; Wb; dan σ suatu puncak kromatogram.


E. Kapasitas kolom
Faktor kapasitas kolom dirumuskan dengan:
Yang mana:

k’ = faktor kapasitas
tR = merupakan waktu retensi solut; tM = waktu retensi fase gerak (waktu retensi solut yang
tidak tertahan sama sekali).
Volume retensi yang bersesuaian juga dapat digunakan karena volume retensi berbanding
lurus dengan waktu retensi. Volume retensi kadang-kadang terpilih dibanding waktu retensi
karena tR bervariasi dengan kecepatan alir. Volume retensi selanjutnya dihitung dengan
rumus:
V = (Vr-Vm)/Vm
Yang mana Vr= volume retensi solut; Vm = volume retensi fase gerak (waktu retensi solut yang
tidak tertahan sama sekali).
Berbagai metode untuk menentuakan kapasitas kolom telah diusulkan antara lain untuk KLT:
k’ = (1-Rf)/Rf
Yang mana Rf merupakan jarak yang ditempuh oleh analit terhadap jarak fase geraknya atau:

Jarak yang ditempuh solut


Rf = -------------------------------------
Jarak yang ditempuh fase gerak

http://lansida.blogspot.com/2010/11/uji-kesesuaian-sistem-analisis.html

Uji Kesesuaian Sistem


By Asyhar

Rate This

Uji kesesuaian sistem merupakan salah satu hal yang penting untuk meamstikan suatu sistem
berjalan dengan baik dan benar. Uji keseuaian sistem berbeda dengan validasi dimana validasi
berkaitan dengan metode modifikasi atau metode baru sedangkan uji kesesuaian sistem berkaitan
dengan metode yang sudah ada. Jadi uji kesesuaian sistem bertujuan untuk memeriksa suatu
sistem yang akan dipakai. Dalam penentuan uji kesesuaian sistem maka dilakukan penentuan
berikut ini:
Blangko Analisis
Blangko analisis adalah semua pereaksi atau pelarut yang digunakan dalam analisis tanpa adanya
analit. Blangko analisis harus mencerminkan semua operasi yang melibatkan analit tersebut di
dalam sampel yang sebenarnya sebagai subjek. Kegunaan blangko salah satunya adalah dalam
pemeriksaan gangguan kromatografi.
Kalibrasi
Kalibrasi metode meliputi perbandingan nilai atau parameter tertentu yang diukur oleh sistem di
bawah kondisi yang ditetapkan secara ketat dengan nilai standar yang telah ditentukan
sebelumnya. Contohnya adalah kalibrasi skala panjang gelombang dan absorbans
spektrofotometer UV-Vis dan pembuatan kurva kalibrasi kromatografi.
Batas Deteksi
Batas deteksi adalah jumlah terkecil suatu analit yang dapat dideteksi dengan menggunakan
suatu metode yang telah ditentukan. Batas deteksi secara resmi dinyatakan sebagai:
x-xB = 3SB
x = sinyal dari sampel
xB = sinyal dari blangko
SB = simpangan baku blangko
Batas Kuantifikasi
Dalam pemisahan kromatografi, umumnya terdapat pembacaan latar belakang konstan yang
disebut garis dasar (baseline) sehingga batas dekteksi dari analit tersebut harus memberikan
sinyal lebih besar daripada tiga kali simpangan baku garis dasar kromatografi dalam rentang
waktu 0,5 menit sebelum dan sesudah puncak.
Batas kuantifikasi didefinisikan sebagai jumlah analit terkecil yang dapat dikuantifikasi secara
terandalkan (presisi), yaitu dengan SBR untuk pengukuran berulang sebesar <+- 20%. Batas
kuantifikasi didefinisikan sebagai: x-xB = 3SB dimana analit harus menghasilkan puncak >10x
SBR selama analisis kromatografi.
Linearitas
Kebanyakan metode analisis didasarkan pada proses yang menghasilkan suatu respon yang linear
dan yang responnya menurun atau meningkat secara linear sebanding dengan konsentrasi analit.
Persamaan garis lurus yang dihasilkan: y= a + bx.
Rentang
Istilah ini menunjukkan interval antara konsentrasi atas dan konsentrasi bawah suatu analit yang
tingkat presisi dan akurasinya telah ditetapkan dan diterima.
Robutsness
Robustness dievaluasi untuk menentukan seberapa resisten presisi dan akurasi suatu penentapan
kadar terhadap variasi yang sedikit dalam metode tersebut. Parameter yang dinilai untuk
menentukan robustness suatu metode mencakup stabilitas larutan analisis, lamanya waktu
ekstraksi, efek variasi pH pada fase gerak HPLC, efek variasi yang sedikit pada komposisi fase
gerak, efek perubahan kolom kromatografi, efek suhu dan laju aliran selama kromatografi.
Selektivitas
Merupakan ukuran seberapa mampu metode analisis mengukur analit saja dengan keberadaan
senyawa-senyawa lain yang tekandung di dalam sampel. Metode analisis yang paling selektif
melibatkan pemisahan secara kromatografi.
Kepekaan
Kepekaan metode menunjukkan seberapa responsif metode tersebut terhadap sedikit perubahan
dalam konsentrasi suatu analit. Kepekaan dapat dilihat sebagai kemiringan suatu kurva.
Kepekaan berbeda dengan batas deteksi. Batas deteksi merupakan gabungan antara rentang dan
kepekaan.
Penimbangan Berdasarkan Perbedaan
Penimbangan berdasarkan perbedaan digunakan untuk meminimalkan kesalahan penimbangan
dalam prosedur analisis.
https://asyharstf08.wordpress.com/2012/10/14/uji-kesesuaian-sistem/

Anda mungkin juga menyukai