Anda di halaman 1dari 66

Teknologi Sediaan Likuida

& Semi Solid


Oleh :
apt. Rusmin, S.Si.,M.Si
NIDN. 09 310568 06
Mata kuliah : Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid
Kode Mata Kuliah : FAR207
Bobot : 4 SKS (T2/P2)

Deskripsi Mata Kuliah :


Penempatan : Semester II ( Genap )

Mata kuliah ini, mampu dan memahami


teori dan prinsip pembuatan sediaan
liquida dan semi solid dan sifat-sifatnya
serta mampu membuat dengan terampil
sediaan liquid dan semi solid sesuai dengan
resep dokter maupun berdasarkan formula
baku.
Mata kuliah : Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid
Kode Mata Kuliah : FAR207
Bobot : 4 SKS (T2/P2)
Penempatan : Semester II ( Genap )

Tujuan Mata Kuliah :


Setelah mengikuti Mata kuliah ini,
mahasiswa mampu membuat obat dalam
bentuk sediaan liquida dan semi solid
secara baik dan benar, mengetahui dan
memahami cara pemeliharaan peralatan
dalam industri farmasi.
Mata kuliah : Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid
Kode Mata Kuliah : FAR207
Bobot : 4 SKS (T2/P2)

Kegiatan Belajar Mengajar :


Penempatan : Semester II ( Genap )

Bentuk aktivitas Proses Belajar Mengajar


berupa kuliah tatap muka/ceramah, diskusi,
penugasan mandiri dan kelompok, praktek
serta kegiatan kokurikuler yang mendukung
proses pencapaian kompetensi peserta
didik
Mata kuliah : Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid
Kode Mata Kuliah : FAR207
Bobot : 4 SKS (T2/P2)
Penempatan : Semester II ( Genap )
Substansi Kajian / Bahan Ajar :
1. Pengatar sediaan obat dalam bentuk larutan.
2. Emulsi
3. Suspensi
4. Sediaan Galenik
5. Larutan Steril
6. Sediaan salep
7. Pasta 8. Krim 9. Lotion 10. CPOB/CPOBT
DEFENISI LARUTAN :
Ada beberapa defenisi larutan antara lain :
1. Secara umum dalam buku Ilmu
Farmasi, Larutan adalah sediaan cair yang
dibuat dengan melarutkan satu jenis obat
atau lebih dalam pelarut, dimaksudkan
untuk digunakan sebagai obat dalam, obat
luar atau untuk dimasukkan kedalam rongga
tubuh.
2. Menurut Howard C.Ansel dalam buku Pengantar
Bentuk Sediaan Farmasi`
Larutan adalah Sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat
kimia yang dapat larut, biasanya
dilarutkan dalam air.
3. Dalam FI. Edisi III.
Larutan adalah Sediaan cair yang
mengandung bahan kimia terlarut.
Kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut
digunakan air suling.
Larutan Steril yang digunakan sebagai
obat luar harus memenuhi syarat yang
tertera pada Injectiones.
4. Dalam Fl. Edisi IV.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misalnya
terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang
sesuai atau cairan pelarut yang saling bercampur.
Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi
secara merata, maka penggunaan larutan sebagai
bentuk sediaan , umumnya memberikan jaminan
keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang
baik jika larutan diencerkan atau dicampur.
5. Dalam FI V. Dan Edisi VI (Redaksi Defenisi Sama)
LARUTAN / Solutions
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau
lebih zat kimia yang terlarut, misal: terdispersi secara
molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran
pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-molekul
dalam larutan terdispersi secara merata, maka
penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya
memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki
ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau
dicampur.
Berdasarkan Tujuan Penggunaannya Larutan dibagi
Menjadi 3 (tiga) ;
a. Larutan steril :
Meliputi larutan untuk penggunaan luar
sebagai pengobatan luka atau kulit
terbuka, larutan antikoagulan, irigasi
kandung kemih, larutan dialisa
intraperitoneum. Baik alat maupun
larutannya dibuat secara steril dalam
wadah steril.
b. Larutan tidak steril :
Meliputi Larutan obat dalam, baik larutan
yang lansung diminum ataupun yang harus
diramu lebih dahulu.
Pada pembuatan dihindari sedapat
mungkin adanya kontaminasi oleh bakteri
jasad renik yang lain.
c. Larutan Antiseptik, Sediaan cair
mudah dicemari oleh jasad renik
yang telah resisten.
Maka air yang digunakan harus air
suling atau air yang baru didihkan,
wadahnya betul-betul bersih, jangan
gunakan tutup gabus.
Larutan ini tidak boleh digunakan lebih dan satu
minggu sejak tutup dibuka.
Larutan yang digunakan sebagai antiseptikum
untuk luka, mata atau dimasukkan dalam
rongga tubuh harus disterilkan dahulu.
Larutan antiseptic yang steril didalam wadah
tertutup harus mudah dibedakan dengan
wadah untuk larutan transfusi termasuk
larutan infusi.
Pada etiket harus tertera Larutan Steril, Tidak
disuntikkan.
Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat
dinyatakan dengan istilah kelarutan yang tertera dalam FI.
Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
untuk melarutkan satu bagian zat.

Sangat mudah larut Kurang dari 1


Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut lebih dari 10.000
Larutan dapat
Larutan terjadi jika sebuahdigolongkan menjadi
bahan padat tercampur atau 2 (dua)
terlarut secara kimia maupun fisika ke dalam bahan cair.

1. Larutan langsung (direct) dan


2. Larutan tidak langsung (indirect).
Larutan langsung
Larutan langsung adalah larutan yang terjadi
karena Semata-mata peristiwa fisika, bukan
peristiwa kimia. Misalnya, NaCl dilarutkan ke
dalam air atau KBr dilarutkan ke dalam air, jika
pelarutnya (air) diuapkan, maka NaCl atau KBr
akan diperoleh kembali.
Larutan Tidak Langsung
Larutan tidak langsung adalah larutan
yang terjadi semata-mata karena
peristiwa kimia, bukan peristiwa fisika.
Misalnya, jika Zn ditambahkan H2S04
maka akan terjadi reaksi kimia menjadi
larutan ZnSO4 yang tidak dapat kembali
menjadi Zn dan H2S04.
Suatu larutan dapat pula digolongkan menjadi larutan :
Mikromolekuler, Miseler, dan Makromolekuler.

Larutan mikromolekuler adalah suatu


larutan yang secara keseluruhan
mengandung mikrounit yang terdiri
atas molekul atau ion, seperti alkohol,
gliserin, ion natrium, dan ion klorida
dengan ukuran 1 – 10 Å.
Larutan miseler adalah suatu
larutan yang mengandung bahan
padat terlarut berupa agregat
(misel) baik dalam bentuk molekul
atau ion. Jadi, larutan miseler dapat
dianggap sebagai larutan
perserikatan koloid.
Larutan makromolekuler adalah larutan
yang mengandung bahan padat terlarut
berupa larutan mikromolekuler, tetapi
ukuran molekul atau ionnya lebih besar
dari mikromolekuler, misalnya larutan
PGA, larutan CMC, larutan albumin, dan
larutan polivinil pirolidon.
Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan terjadi tipe
larutan sebagai berikut :

Larutan encer, yaitu larutan yang


mengandung sejumlah kecil zat A
yang terlarut.
Larutan, yaitu larutan yang
mengandung sejumlah besar zat A
yang terlarut.
Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan terjadi tipe
larutan sebagai berikut :

Larutan jenuh, yaitu larutan yang


mengandung jumlah maksimum zat A
yang dapat larut dalam air pada
tekanan dan temperatur tertentu.
Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang
mengandung jumlah zat A yang terlarut
melebihi batas kelarutannya di dalam
air pada temperatur tertentu.
Zat pelarut disebut juga solvent,
sedangkan zat yang terlarut disebut solute.
Solvent yang biasa dipakai adalah :
Air untuk macam-macam garam
Spiritus , Etanol misalnya untuk kamfer, iodium , menthol.
Gliserin, misalnya untuk tannin, zat samak, borax, fenol.
Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor , sublimat.
Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.
Parafin Liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak,
kamfer, menthol, chlorobutanol.
Eter minyak tanah , untuk minyak-minyak lemak.
AIR MURNI,
PurifiedWater
Air H2O BM 18,02
Air sebagai bahan dalam produk resmi Sebagai
bahan dalam produk resmi, harus memenuhi
persyaratan air yang sesuai dengan monografi.
Air dalam prosedur Farmakope Kecuali dinyatakan
lain, harus digunakan “Air Murni”. Definisi untuk Air
kemurnian tinggi dan Air Bebas Karbondioksida
tercantum dalam Wadah <1271>.
Air Murni adalah air yang memenuhi
persyaratan air minum, yang dimurnikan
dengan cara destilasi, penukar ion,
osmosis balik atau proses lain yang sesuai.
Tidak mengandung zat tambahan lain.
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna;
tidak berbau
Air ( Aquadest )
Termasuk yang mudah dan murah dengan
pemakaian yang luas, pada suhu kamar adalah
pelarut yang baik untuk bermacam-macam zat
misalnya : garam-garam alkaloida, glikosida, asam
tumbuh-tumbuhan, zat warna dan garam-garam
mineral.
ETANOL, Alcohol
CH3-CH2-OH Etil alkohol [64-17-5]
C2H6O BM 46,07
Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3% b/b dan tidak lebih
dari 93,8% b/b, setara dengan tidak kurang dari 94,9% v/v dan
tidak lebih dari 96,0% v/v, C2H6O, pada suhu 15,56ᵒ

Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna; bau


khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah
menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu
78ᵒ, mudah terbakar.
Kelarutan Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik
ETANOL ABSOLUT, Etanol Mutlak, Alcohol Absolute
Etil alkohol [64-17-5]
C2H6O BM 46,07
Etanol Mutlak mengandung tidak kurang dari 99,2% b/b, setara
dengan tidak kurang dari 99,5% v/v, C2H6O, pada suhu 15,56o.
Pemerian Cairan mudah menguap; jernih, tidak berwarna; bau
khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah
menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu
78º, mudah terbakar.
Kelarutan Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik.
ETANOL ENCER, Diluted Alcohol
Etanol Encer adalah campuran etanol P dan air. Dibuat
dengan mencampurkan 73,7 ml etanol P dan air hingga
100 ml. Mengandung tidak kurang dari 68,0% dan tidak
lebih dari 69,2% b/b C2H6O setara dengan tidak kurang
dari 69,9% dan tidak lebih dari 70,8% v/v C2H6O.
Pemerian Cairan; jernih, tidak berwarna; mudah
menguap; bau khas; rasa terbakar pada lidah, mudah
terbakar.
Etanol
Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat tertentu, Umumnya
pelarut yang baik untuk alkaloida, glikosida, damar-damar,
minyak atsiri tetapi bukan untuk jenis-jenis gom, gula dan
albumin. Etanol juga menyebabkan enzym-enzym tidak
bekerja termasuk peragian dan menghalangi perutumbuhan
jamur dan kebanyakan bakteri. Sehingga disamping
sebagai cairan penyari juga berguna sebagai pengawet.
Campuran air-etanol (hidroalkoholic menstrum) lebih baik
dari pada air sendiri.
GLISERIN, Glycerin, Gliserol [56-81-5]
C3H8O3 BM 92,09
Gliserin mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak
lebih dari 101,0% C3H8O3.
Pemerian Cairan; jernih seperti sirup; tidak berwarna;
rasa manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau
tidak enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus.
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan
etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam
minyak lemak dan dalam mimyak menguap.
Gycerinum (Gliserin)
Terutama dipergunakan sebagai cairan penambah
pada cairan menstrum untuk penarikan simplisia yang
mengandung zat samak. Gliserin adalah pelarut yang
baik untuk tanin-tanin dan hasil-hasil oksidanya, jenis-
jenis gom dan albumin juga larut dalam gliserin. Karena
cairan ini tidak atsiri, tidak sesuai untuk pembuatan
ekstrak-ekstrak kering.
ETER, Ether, Etil eter [60-29-7]
C4H10O BM 74,12
Eter mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak lebih dari
98,0% C4H10O. Selebihnya terdiri dari etanol dan air.
[Perhatian Eter sangat mudah menguap dan terbakar.
Uapnya dapat meledak jika bercampur dengan udara
dan nyala api.]
[Catatan Eter untuk anestesi harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat dengan kapasitas tidak lebih dari 3 kg, dan tidak
boleh digunakan untuk anestesi apabila telah dipindahkan dari
wadah aslinya lebih dari 24 jam. Eter untuk anestesi jika
dikemas dalam wadah lebih besar, untuk pengemasan kembali
seperti di atas, harus memenuhi syarat uji seperti tertera pada
Farmakope.]
Pemerian Cairan mudah bergerak, mudah menguap;
Tak berwarna; berbau khas. Teroksidasi perlahan-lahan
oleh udara dan cahaya dengan membentuk peroksida.
Mendidih pada suhu lebih kurang 35°.
Kelarutan Larut dalam air; dapat bercampur dengan
etanol, dengan benzen, dengan kloroform, dengan
heksan, dengan minyak lemak dan dengan minyak
menguap.
Eter
Sangat mudah menguap sehingga cairan ini kurang tepat
untuk pembuatan sediaan untuk obat dalam atau
sediaan yang nantinya disimpan lama.

Solvent Hexane
Cairan ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak
tanah kasar. Pelarut yang baik untuk lemak-lemak dan
minyak-minyak. Biasanya dipergunakan untuk
menghilangkan lemak dari simplisia yang mengandung
lemak-lemak yang tidak diperlukan, sebelum simplisia
tersebut dibuat sediaan galenik, misalnya strychni, secale
cornutum.
Acetonum
Tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obat
dalam, pelarut yang baik untuk bermacam-macam lemak,
minyak atsiri, damar. Baunya kurang enak dan sukar hilang
dari sediaan. Dipakai misalnya pada pembuatan Capsicum
oleoresin (N.F.XI)

Chloroform
Tidak dipergunakan untuk sediaan dalam, karena
efek farmakologinya. Bahan pelarut yang baik
untuk basa alkaloida, damar, minyak lemak dan
minyak atsiri.
Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Kelarutan
Sifat dari solute atau solvent.
Solute yang polar akan larut dalam solvent
yang polar pula. Misalnya garam-garam
anorganik larut dalam air.
Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang
nonpolar pula. Misalnya alkaloid basa
(umumnya senyawa organik) larut dalam
chloroform.
Cosolvensi.
Cosolvensi adalah peristiwa
kenaikan kelarutan suatu zat karena
adanya penambahan pelarut lain atau
modifikasi pelarut. Misalnya Luminal
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
campuran air – gliserin atau solutio petit
Kelarutan.
Zat yang mudah larut memerlukan
sedikit pelarut , zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan
zat anorganik yang digunakan dalam
farmasi umumnya adalah :
Dapat larut dalam air.
Semua garam klorida larut , kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2.
Semua garam nitrat larut, kecuali nitrat base, seperti bismuthi
subnitras.
Semua garam sulfat larut, kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (sedikit larut)

Tidak larut dalam air.


Semua garam karbonat tidak larut , kecuali K2CO3, Na2CO3, (NH4) 2CO3.
Semua oksida dan hidroksida tidak larut , kecuali KOH, NaOH, NH4OH,
BaO, dan Ba(OH)2.
Semua garam posphat tidak larut, kecuali K3PO4, Na3PO3, (NH4)3PO4
Temperatur.
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan,
zat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses
kelarutannya membutuhkan panas.
Zat terlarut + pelarut + panas  Larutan
Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur
menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm,
karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas.
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan
farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :
Zat-zat yang atsiri, misalnya etanol, minyak atsiri
Zat yang terurai, misalnya Natrii bicarbonas
Saturatio ( Larutan mengandung Gas )
Senyawa – senyawa calsium, misalnya aqua calcis
Beberapa Zat-zat yang tidak boleh dipanaskan
pada waktu pembuatannya dapat dilihat dalam
buku Vademicum X ( Ph. Belanda ) antara lain
adalah:

Ascal, akan terurai menjadi Calcii Salcylas dan Asam Cuka.


Begitupun Aspirin akan terurai jika ada air.
Luminal Natrium Dan Barbital Natrium

akan terurai menjadi phenylaethylacetyl ureum yang sukar larut,


biarpun pada suhu kamar.
Helmitol atau Hexamin akan terurai menjadi formaldehyd, juga
dalam suasana asam maupun basa
Chloral Hydrat akan terurai menjadi Chloroform
dan asam formiat.
Natrium Subcarbonat teruai menjadi Natrii
Carbonas dan CO2.
Acidum Trichloraceticum, menjadi Chloroform
dan CO2.
Pepsinum suhu lehih 70°C menjadi tidak
berkhasiat.
Senyawa—senyawa perak Koloidal soperti:
Protargol, Collargol.
Salting Out.
Salting out adalah peristiwa adanya
zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih besar di banding zat
utama, akan menyebabkan penurunan
kelarutan zat utama atau terbentuknya
endapan karena ada reaksi kimia.
Salting Out.

Contoh :
Kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila
kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl
jenuh. Disini kelarutan NaCl dalam air lebih besar
dibanding kelarutan minyak atsiri dalam air, maka
minyak atsiri akan memisah.
Reaksi antara papaverin Hcl dengan solutio charcot
menghasilkan endapan papaverin base.
Salting In.

Salting in adalah adanya zat terlarut


tertentu yang menyebabkan kelarutan zat
utama dalam solvent menjadi lebih besar.
Contohnya : Riboflavin (vitamin B2) tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam larutan
yang mengandung nicotinamidum (terjadi
penggaraman riboflavin + basa NH4 ).
Pembentukan kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya
interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut
dengan membentuk garam kompleks.
Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
KI + I2  KI3
HgI2 + 2KI  K2HgI4
Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh
:
Ukuran partikel ; makin halus solute, makin
kecil ukuran partikel ; makin luas permukaan
solute yang kontak dengan solvent, solute
makin cepat larut.
Suhu ; umumnya kenaikan suhu menambah
kelarutan solute.
Pengadukan.
Cara Mengerjakan Obat Dalam Larutan
Natrium bicarbonas, harus dilakukan dengan cara gerus
tuang (aanslibben)
Natrium bicarbonas + Natrium salicylas,
Bic natric digerus tuang , kemudian ditambah natrium salicylas.
Untuk mencegah terjadinya perubahan warna pada
larutan harus ditambahkan Natrium pyrophosphat
sebanyak 0,25 % dari berat larutan.
Sublimat (HgCl2), untuk obat tetes mata harus
dilakukan dengan pemanasan atau dikocok-kocok
dalam air panas, kemudian disaring setelah dingin.
NaCl dapat meningkatkan kelarutan sublimat,
tetapi menurunkan daya baktericidnya.
Kadar Sublimat dalam obat mata 1 :4000
Kalium Permanganat (KMnO4), KMnO4
dilarutkan dengan pemanasan .
Pada proses pemanasan akan terbentuk batu
kawi ( MnO2) , oleh sebab itu setelah dingin
tanpa dikocok – kocok dituangkan ke dalam
botol atau bisa juga disaring dengan gelas
wol
Seng klorida, melarutkan seng klorid harus
dengan air sekaligus, kemudian disaring .
Karena jika airnya sedikit demi sedikit maka
akan terbentuk seng oksi klorid yang sukar
larut dalam air.
Bila terdapat asam salisilat larutkan seng
klorid dengan sebagian air kemudian
tambahkan asam salisilat dan sisa air baru
disaring.
Kamfer, kelarutan dalam air 1: 650.
Dilarutkan dengan spiritus fortior ( 96 % )
2 X berat kamfer dalam botol kering
kocok-kocok kemudian tambahkan air
panas sekaligus , kocok lagi.
Tanin, tanin mudah larut dalam air dan
dalam gliserin. Tetapi tanin selalu
mengandung hasil oksidasi yang larut
dalan air, tetapi tidak larut dalam gliserin
sehingga larutannya dalam gliserin harus
disaring dengan kapas yang dibasahkan.
Jika ada air dan gliserin, larutkan tanin
dalam air kocok baru tambahkan gliserin.
Extract opii dan extract ratanhiae,
dilarutkan dengan cara ditaburkan
ke dalam air sama banyak,
diamkan selama ¼ jam.
Perak protein, dilarutkan
dalam air suling sama banyak,
diamkan selama ¼ jam ,
di tempat yang gelap
Succus liquiritiae,
Sari Akar Manis
dengan gerus tuang (aanslibben),
bila jumlahnya kecil.
dengan merebus atau
memanaskannya hingga larut.
Calcii Lactas dan Calcii Gluconas,
kelarutan dalam air 1 : 20
Bila jumlah air cukup , setelah dilarutkan
disaring untuk mencegah kristalisasi.
Bila air tidak cukup disuspensikan dengan
penambahan PGS dibuat mixtura agitanda.
Codein :
Direbus dengan air 20 X nya, setelah larut
diencerkan sebelum dingin.
dengan alkohol 96 % sampai larut ,lalu segera
encerkan dengan air.
diganti dengan HCl Codein sebanyak 1,17 X-nya.
Bahan-bahan obat yang bekerja keras
harus dilarutkan tersendiri.
Bila terdapat bahan obat yang harus
diencerkan dengan air, hasil
pengenceran yang diambil paling sedikit
adalah 2 CC
Pepsin, tidak larut dalam air tapi larut
dalam HCl encer.
Pembuatan : pepsin disuspensikan
dengan air 10 X nya kemudian
tambahkan HCl encer. Larutan pepsin
hanya tahan sebentar dan tidak boleh
disimpan.
Nipagin dan Nipasol, kelarutan 1 : 2000
Nipagin berfungsi sebagai pengawet untuk larutan air
Nipasol berfungsi sebagai pengawet untuk larutan minyak
dilarutkan dengan pemanasan sambil digoyang-goyangkan
dilarutkan dulu dengan sedikit etanol baru dimasukkan
dalam sediaan yang diawetkan
Fenol, diambil fenol liquefactum
yaitu larutan 20 bagian air dalam
100 bagian fenol.
Jumlah yang diambil 1,2 x jumlah
yang diminta.
Terimakasih
atas perhatiannya
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai