Anda di halaman 1dari 53

KELARUTAN

TIM DOSEN
FFS-UHAMKA
CAPAIAN PEMBELAJARAN
LULUSAN

• Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik


• Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif
dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan
dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora
yang sesuai dengan bidang farmasi
• Mampu mengevaluasi diri dan mengelola pembelajarandiri
sendiri,meningkatkan pengetahuan, keterampilan dankemampuan diri
secara berkelanjutan dalam upayameningkatkan kemampuan praktik
kefarmasian
• Menguasai teori, metode, aplikasi ilmu, dan teknologi farmasi
(farmasetika, kimia farmasi, farmakognosi, farmakologi)
CPMK & SUB-CPMK

CPMK
• Mampu menjelaskan konsep teori fisika dan kimia terhadap
penerapannya di bidang farmasi secara ilmiah
• Mampu menjelaskan kaitan konsep fisika kimia dengan perilaku
bahan aktif maupun eksipien farmasi dan mekanisme pelepasan obat
dari sediaan farmasi

SUB-CPMK
• Mampu menunjukkan permasalahan kelarutan obat dan metode
peningkatannya
TUJUAN PERKULIAHAN & INDIKATOR
PNILAIAN

Menjelaskan tentang definisi dan mekanisme pelarutan

Menunjukkan permasalahan kelarutan berdasarkan faktor-


faktor yang mempengaruhinya dalam suatu pelarut

Menjelaskan metode peningkatan kelarutan

Menjelaskan diagram 3 fasa


INTEGRASI AIK
Surat Al-Alaq ayat 1-5
• Ayat-ayat ini mencantumkan tentang
perintah mengeksplorasi kemampuan
berfikir dengan membaca dan menulis
KATA KUNCI
Larutan merupakan sistem terlarutnya suatu molekul dalam pelarut
tertentu

Jika larutan mengandung zat terlarut yang kelarutannya terbatas pd


suhu dan tekanan tertentu; disebut keadaan jenuh

Jika batas kelarutan belebih maka partikel zat terlarut dan fase larutan
mencapai kesetimbangan, sekalipun dlm kondisi larutan sangat jenuh
(obat diatas kelarutan normal)

Kesetimbangan kelarutan maksimum menandakan laju disolusi obat;


semakin besar kelarutan, maka laju disolusi semakin cepat
DEFINISI

 Larutan jenuh : zat terlarut berada dalam kesetimbangan dgn fase padat
 Larutan tidak jenuh/hampir jenuh : zat terlarut dalam konsentrasi dibawah
konsentrasi utk keadaan jenuh sempurna pada suhu tertentu
 Larutan lewat jenuh : zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari yg
seharusnya ada pada suhu tertentu, terdapat solut yg tdk larut
 Kelarutan : besaran kuantitatif sbg konsentrasi zat terlarut dlm lar. jenuh
pada suhu tertentu, secara kualitatif sbg interaksi spontan dari 2 atau lebih
zat untuk membentuk dispersi molekular homogen
 Kelarutan bergantung pd : sifat fisika-kimia zat terlarut dan pelarut, suhu,
tekanan, pH larutan
Campuran homogen, molekuler yang
terdiri dari dua atau lebih komponen

Secara sederhana mengandung zat


larutan terlarut (solute) dalam pelarut (solven)

Solut dan solven berupa solid,


likuid atau gas

Larutan farmasi adalah sediaan yang terdiri dari solut (zat


aktif dan eksipien) yang terlarut dalam solven likuid
ISTILAH KELARUTAN (Farmakope Indonesia)

Jumlah bagian pelarut


Istilah diperlukan untuk melarutkan 1
bagian zat
Sangat mudah larut (very soluble) kurang dari 1
Mudah larut (freely soluble) 1 sampai 10
Larut (soluble) 10 sampai 30
Agak sukar larut (sparingly soluble) 30 sampai 100
Sukar larut (slightly soluble) 100 sampai 1000
Sangat sukar larut (very slightly soluble) 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut (practically insoluble) lebih dari 10.000
Proses pemindahan molekul dalam larutan atau Tahapan kelarutan
terjadi dalam 3 tahap
1. Pemindahan molekul dari 2. Pembentukan lubang 3. Molekul solut ditempatkan
fase solut pada suhu dalam solven yang dalam lubang dalam solven,
tertentu. Penerimaan energi cukup besar agar dapat dan usaha yang diperolah
potensial atau usaha netto menerima molekul atau penurunan energi
untuk proses tersebut : w22: solut. Usaha: w11. potensial adalah -w12

Lubang dalam solven sekarang tertutup dan terjadi tambahan penurunan


energi, -w12 , bersangkutan dengan usaha neto dalam langkah terakhir ini
adalah -2 w12 .
Usaha total adalah (w22 + w11 -2 w12 )
• Permukaan partikel dpt mempengaruhi kelarutan dlm penempatan molekul ke
dlm rongga pelarut; kontak solut-solvent
• Titik didih pelarut dan titik leleh solut menggambarkan kekuatan interaksi molekul
dlm pelarut; kelarutan menurun dgn meningkantya t.d. dan t.l.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN (1)

a. Struktur molekul, menunjukkan perbandingan gugus polar dan nonpolar dr


molekul.
Rantai lurus alkohol monohidroksi, aldehid, keton, dan asam yg mengandung lbh
dr 4/5 karbon tdk dpt memasuki ikatan hidrogen dr air  hanya larut sedikit
dlm air
b. Titik didih pelarut dan titik leleh solut menggambarkan kekuatan interaksi
molekul dlm pelarut (tahap a); kelarutan menurun dgn meningkatnya t.d. dan
t.l.
c. Pengaruh adanya substituen lain thd kelarutan molekul; hidrofilik/polar (-OH),
hidrofobik (-CH3, -Cl) (tergantung polaritas), ionisasi (-COO- & –NH3+ sangat
hidrofil, -COOH & –NH2 agak hidrofil), posisi substituen (orto, meta, para; co: o-
& m-dihidroksi benzen lebih hidrofil dibandingkan posisi para)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN (2)

d. Kelarutan seny. elektrolit anorganik (tahap 1), dipengaruhi sifat kristal dan interaksi
ion dgn air (hidrasi); panas hidrasi (b’dsrkan panas integral lart.) mnghasilkan
energi yg cukup u/ mengatasi kekuatan ikatan pd kristal sehingga bs terpisah dr
bentuk kristalnya
e. Kelarutan seny. elektrolit lemah, bereaksi dgn asam/basa kuat, dlm jarak pH
tertentu berada sbg ion yg mudah larut air
f. Ukuran dan bentuk partikel, kelarutan akan meningkat dengan memperkecil
ukuran partikel, bentuk partikel simetris kurang larut drpd bentuk asimetris  sulit
memisahkan molekul dr partikel
g. Koefisien partisi = rasio kelarutan solut dlm fase minyak dan fase air; umumnya
partisi ditunjukkan dlm log P (log p = Cminyak/Cair); semakin besar nilai log P
maka semakin besar kelarutan lipid solut
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN (3)
h. Senyawa aditif dpt menurunkan atau meningkatkan kelarutan solut dlm pelarut; dgn
melibatkan faktor sbb: efek thd struktur air, interaksi aditif-solut, & interaksi aditif-
solven
i. Suhu,  suhu dapat menyebabkan  kelarutan karena  suhu akan  aktivitas termal
sehingga tumbukan antar molekul juga meningkat.
j. pH; dpt mempengaruhi kelarutan obat yg mudah terionisasi;
 Seny. Asam (co: non steroid anti inflamasi) kurang larut dlm lar.asam dibandingkan
lar.basa, krn seny.utama yg tdk terdisosiasi tdk berinteraksi dgn molekul air sbg
btk terionisasi akibat hidrasi
 Seny.basa (co: ranitidin) lebih larut dlm lar.asam krn bntk terionisasi lbh utama
 Senyawa amfoter (co: sulfonamid & tetrasiklin): menunjukkan baik sifat basa atau
sifat asam
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN (4)

Menghitung kelarutan zat yg dipengaruhi pH menggunakan pers. Henderson-


Hasselbach

U seny asam lemah, pH – pKa = log [ (S – So) /So]


% terionisasi = 100/[1+antilog (pKa – pH)]
U seny basa lemah, pH – pKw + pKb = log [ So/(S – So )]
% terionisasi = 100/[1+antilog (pH-pKw+pKb)]

S = kelarutan total, konsentrasi bentuk tdk terion + konsentrasi bentuk terionnya


S0 = konsentrasi bentuk tdk terion
pKa (konstanta disosiasi) menunjukkan derajat terion/terdisosiasi senyawa asam
lemah/basa lemah
JENIS PELARUT

PELARUT AIR ( AQUEOUS SOLVENTS)

PELARUT BUKAN AIR (NON-AQUEOS


SOLVENTS)
PELARUT AIR
• Sebagian besar larutan obat menggunakan air
• Air terdiri dari beberapa jenis (Farmakope
Indonesia); purified water, highly purified
water, water for injections, sterilized water
for injections
• Air minum (biasa) tidak digunakan dalam
produksi obat karena mempengaruhi
kelarutan dan stabilitas obat
PELARUT BUKAN AIR

• Digunakan jika zat aktif (obat) tidak


terlarut sempurna dan tidak stabil dalam
air
• Dibatasi hanya untuk sediaan rute
intramuscular (i.m) dan topikal
Pelarut bukan air
- Pelarut organik yang paling banyak digunakan.
Etanol - Berperan sebagai ko-solven (larutan oral,
topikal, parenteral)

- Terdiri dari dua gugus hidroksi tiap molekul


Propilenglikol - Berperan sebagai ko-solven (larutan oral,
topikal, parenteral, mata)

- Terdiri dari tiga gugus hidroksi tiap molekul


Gliserol - Berperan sebagai solven dan ko-solven dgn air
(larutan oral dan parenteral)

- Berupa rantai panjang


Polietilenglikol(s) - Berperan sebagai solven dan ko-solven dgn air
(larutan parenteral, kulit/topikal)
- Cairan non-volatile yang merupakanasam lemak
trigliserida
Fixed oil - Banyak digunakan dalam sediaan rute i.m
- Olive oil, corn oil, sesame oil

Ester - Penggunaan rute i.m

- Berperan sebagai carrier iduxuridhine untuk


Dimetil sulfoksida penggunaan topikal pada kulit

Glikofurol - Berperan sebagai ko-solven dalam sediaan


parenteral (i.m, i.v)
INTERAKSI PELARUT - ZAT TERLARUT

PELARUT POLAR
Kelarutan obat :
 polaritas pelarut (solven) terhadap momen dipol (momen dipol >> :polar)
 Kemampuan solut membentuk ikatan hidrogen. Nitrobenzena mempunyai momen dipol 4,2x10-18 esu
cm sedangkan fenol hanya 1,7x10-18 esu cm, namun pada 200C kelarutan nitrobenzena 0,0155 mol/kg
sedangkan fenol 0,95 mol/kg.

 Gambaran struktur molekulnya seperti rasio gugus polar dengan nonpolar.


Mekanisme solven polar:
a) Solven polar dengan tetapan dielektrik yang tinggi, menurunkan gaya atraksi antara ion
bermuatan berlawanan dalam kristal mis. NaCl.
b) Solven polar memutuskan ikatan kovalen elektrolit kuat dengan reaksi asam-basa. Terjadinya
ionisasi HCl oleh air:
HCl + H2O  H3O+ + Cl-
a) Solven polar mampu mensolvat molekul dan ion melalui gaya interaksi dipol, khususnya
pembentukan ikatan hidrogen, yang menyebabkan kelarutan zat.
Interaksi ion-dipol antara garam natrium oleat dengan air:
PELARUT NONPOLAR
 Melarutkan solut nonpolar dengan tekanan internal yang sama melalui interaksi
dipol induksi.
 Tidak mampu mengurangi daya tarikan antara ion kuat dan elektrolit lemah karena
solven nya memiliki KD rendah
 Senyawa ionic dan polar tidak terlarut atau hanya sebagian kecil saja
 Molekul solut berada dalam larutan oleh gaya lemah vander Waals-London.
 Minyak dan lemak larut dalam karbon tetraklorida, benzena, dan minyak mineral.
Basa alkaloid dan asam lemak larut pula dalam solven nonpolar.

Like dissolve likes


• PELARUT SEMIPOLAR
 Keton dan alkohol dapat menginduksi derajat polaritas dalam molekul solven
nonpolar, karena itu benzena yang mudah terpolarisasi menjadi larut dalam
alkohol.
 Senyawa semipolar dapat berlaku sebagai solven perantara (intermediate
solvent) untuk bercampurnya cairan polar dan nonpolar.
 Aseton meningkatkan kelarutan eter dalam air. Propilenglikol menambah
kelarutan campuran air dengan minyak permen dan air dengan benzilbenzoat.
Pelarut polar Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang
polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap
dapat menyari senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu contoh pelarut polar
adalah: air, metanol, etanol, asam asetat.
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut polar.
Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini
adalah: aseton, etil asetat, kloroform
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk mengekstrak senyawa-senyawa
yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis
minyak. Contoh: heksana, eter Polaritas suatu bahan ditentukan dari strukturnya. Berdasarkan polaritas
ini maka pelarut-pelarut yang ada di alam juga dapat digolongkan. Hal ini dapat membantu pemilihan
jenis pelarut yang akan digunakan saat akan melarutkan bahan
Terdapat tiga ukuran yang dapat menunjukkan kepolaran dari suatu pelarut yaitu :
a. momen dipol (hasil kali muatan dengan jarak antara kedua muatan yang berikatan)
b. konstanta dielektrik
c. kelarutannya dengan air
Molekul dari pelarut dengan momen dipol yang besar dan konsanta dielektrik yang tinggi termasuk
polar. Sedangkan molekul dari pelarut yang memilki momen dipol yang kecil dan konstanta dielektrik
rendah diklasifikasikan sebagai nonpolar. Sedangkan secara operasional, pelarut yang larut dengan air
termasuk polar, sedangkan pelarut yang tidak larut dalam air termasuk nonpolar..
TABEL KONSTANTA DIELEKTRIK SOLVENT DAN SOLUTE
Acetone / Benzene / Ethanol / Ethyl acetate \ Ethylene glycol / Ethyl ether /Hexane l
Methanol /Water l

Tugas  mencari data Momen dipol , konstanta


dielekrik
PENTINGNYA PENINGKATAN KELARUTAN
OBAT
Kelarutan obat peroral  rate limiting
parameter untuk mencapai konsentrasi yang
Kelarutan merupakan parameter penting dibutuhkan dalam sirkulasi tubuh sec lengkap
yang harus dicapai konsentrasi obat  untuk respon farmakologis
sirkulasi sistemik untuk mencapai respon
farmakologis
Air adalah pelarut yang sangat baik untuk
formulasi sed farmasi liquid
Obat hidrofobik  perlu dosis dan rejimen
dosis tinggi untuk mempengaruhi terapi
konsentrasi plasma setelah pemberian
Sebagian besar obat (co: asam lemah atau basa
lemah) memiliki kelarutan dalam air yg buruk

Kelarutan rendah dlm air  masalah utama Obat yang kelarutannya buruk dalam air :
dlm pengembangan NCEs dan obat generik absorbsi lambat  dosis tidak mencukupi,
terjadinya toksisitas mukosa gastrointestinal,
dan bioavailabilitas bervariasi
METODE PENINGKATAN KELARUTAN

 Modifikasi kimia
 Modifikasi fisika  Pembentukan garam
 Penurunan ukuran partikel (co:  Perubahan pH
mikronisasi, nanosuspensi)  Penggunaan buffer
 Modifikasi habit kristal (co:  Derivatisasi
polimorfisme)  Kompleksasi
 Bentuk amorf dan kokristralisasi
 Dispersi obat dalam carrier (co:  Metode lainnya
camp eutektik)  Super critical fluid process
 Solid dispersion  Penggunaan surfaktan
 Penggunaan solubilizer
 Solid solution
 Kosolvensi
 Teknik cryogenik
 Hidrotropi
 Novel eksipien
KOMPLEKSASI (1)

 Kompleksasi ini merupakan penggabungan yang reversibel dari suatu


molekul substrat (obat) dengan ligand (solubilizing agent).
 Kompleksasi bergantung pada ikatan yg relatif lemah seperti gaya London,
ik. hidrogen, dan interaksi hidrofobik.
 Penggolongan :
 Self association dan kompleksasi stacking (susun)
 Komplek inklusi
KOMPLEKSASI (2)

1. Self association dan kompleksasi stacking (susun)

 Kompleks stacking terbentuk melalui overlap bagian planar pada molekul


aromatik.
KOMPLEKSASI (3)

2. Komplek inklusi

CDs = siklodekstrin

 Kelompok seny. tambahan (seny. Inklusi) lebih banyak dihasilkan dari penataan
ruang molekul daripada afinitas kimia.
 Dlm proses inklusi terdpt 2 gaya yg mendorong terjadinya pembentukan kompleks
yaitu gaya tolak antara molekul air & rongga hidrofob siklodekstrin pd satu sisi &
antara air (bulk) & obat hidrofob pd sisi lain.
KOMPLEKSASI (4)

 Ada dua jenis senyawa inklusi yaitu


 monomolekuler co: siklodekstrin
 makromolekuler co: dekstrin

 Siklodekstrin ini merupakan polimer larut air yang terdiri dari unit-unit glukosa
dalam cincin atau susunan siklis dengan ruang yang garis tengahnya 6 sampai 10
Ǻ.

 Siklodekstrin mempunyai rongga


lipofilik di bagian dlm & bag
permukaan bersifat hidrofilik yg
dpt berinteraksi dgn molekul
obat membentuk komplek
inklusi.
KOMPLEKSASI (5)

 Pengaruh kompleksasi terhadap kelarutan suatu zat padat dapat diperoleh dari diagram
kelarutan fasa.

 Diagram fasa dibuat dengan memplot konsentrasi molar total zat terlarut dengan
konsentrasi molar zat pengompleks yang ditambahkan.

 Higuchi & Connors (1965) mengklasifikasikan diagram fasa dalam dua kelompok yaitu
tipe A dan tipe B.

 Kurva tipe A menunjukkan pembentukan kompleks inklusi yang larut, kelarutan senyawa
 dgn konsentrasi seny pengkompleks.

 Kurva tipe B menyatakan pembentukan kompleks inklusi dengan kelarutan yang jelek.
 AP (diagram yg memiliki lengkungan +)  1 seny kompleks mgd lbh dr 1 molekul
zat pengkompleks
 AL (diagram Linier)  1 seny kompleks hany mgd 1 molekul zat pengkompleks
 AN (diagram yg memiliki lengkungan -)  tingginy konsentrasi seny pengkompleks
m’akibatkan perubahan sifat pelarut, jarang terjadi
SIKLODEKSTRIN

Jenis siklodekstrin Diameter ruang Ǻ Berat molekul Kelarutan


(g/100 mL)

α-siklodekstrin 4,7-5,3 972 14,5

β-siklodekstrin 6,0-6,5 1135 1,85


γ-siklodekstrin 7,5-8,3 1297 23,2
δ-siklodekstrin 10,3-11,2 1459 8,19
 Kemampuan siklodekstrin membentuk kompleks dgn molekul obat tergantung pd
2 faktor yaitu ukuran molekul siklodekstrin yg digunakan dgn ukuran molekul obat
harus sesuai, & interaksi termodinamik antara komponen-komponen dlm sistem
(siklodekstrin, molekul obat dan pelarut).

 Jika ukuran molekul obat salah, maka tdk dpt terperangkap dgn pas dlm rongga
siklodekstrin.
CONTOH KOMPLEKS INKLUSI
KOSOLVENSI (1)

 Kosolvensi adalah tehnik yg menggunakan kosolven (pelarut organik yg


bercampur dgn air) dlm formulasi sed cair u kelarutan dr obat yg tdk larut
atau stabilitas kimia obat, sering disebut sbg pelarut campur.
 Kosolven melarutkan molekul obat dgn merusak interaksi hidrofobik dr air pd
zat terlarut nonpolar/antarmuka air melalui pengurangan tegangan
permukaan.
 Penambahan kosolven menyebabkan perubahan polaritas pelarut, semakin
turun mendekati polaritas obat yg bersifat nonpolar.
KOSOLVENSI (2)

 Semakin kecil perbedaan polaritas zat dgn pelarut, semakin banyak zat
terlarut di dalamnya.
 Besarnya solubilisasi tergantung pd struktur kimia dr obat.
 Semakin nonpolar zat, semakin besar pula solubilisasi yang dicapai oleh
penambahan kosolven.
 Efek kosolven biasanya kurang pada molekul obat terdisosiasi.
 Metode ini tidak dapat diterapkan pada bahan dengan energi kristal yang
tinggi, yang biasanya ditunjukkan dengan tingginya TL yang dimiliki
(dipengaruhi oleh kekuatan ikatan dalam kristal obat).
CONTOH KOSOLVENSI: PG-ASTEMIZOL
(TABEL 1)

Kelarutan total astemizol (10^-5) pd suhu percobaan


Kadar PG (% v/v) Dari tabel 1,
32°C (305 °K) 37°C (310 °K) 42°C (315 °K) terlihat terjadi
0 1,94 3,94 7,70 peningkatan kelarutan
5 2,44 5,11 11,86 dengan peningkatan
10 4,15 7,58 14,61 suhu sehingga reaksi
15 6,16 10,50 18,08 mestinya berlangsung
secara endotermik
20 9,87 14,44 26,00

Parameter termodinamika
Dari tabel 2, Koefisien semu
Suhu (°K) ΔH° ΔF° ΔS°
ternyata diperoleh K
Kal/mol Kal/mol eu
harga ΔH° negatif,
yang berarti terjadi 305 4,00 -11.239,68 -840,29 -34,10
reaksi eksotermik 310 3,00 -11.239,68 -676,83 -34,07
315 2,22 -11.239,68 -499,25 -34,10
PEMBAHASAN (1)

 Penjelasan: peningkatan suhu, menyebabkan peningkatan aktivitas termal


sehingga menurunkan kemungkinan terbentuknya ikatan hidrogen
 Harga ΔS° negatif menunjukkan terjadi peningkatan keteraturan sistem antara air-
zat-PG, sehingga peningkatan kelarutan yang terjadi menjadi tidak besar
 Interaksi antara pengaruh keduanya menyebabkan turunnya kekuatan solubilisasi
PG terhadap zat dalam air dengan peningkatan suhu
 Adanya PG yang bersifat kurang polar dibanding air, tidak akan mengganggu
struktur air. Begitu pula di dalam air ditambahkan zat yang juga bersifat nonpolar.
 Karena dalam sistem tidak hanya terdiri dari air dan zat saja, melainkan juga ada
PG yang mempunyai gugus polar dan nonpolar, maka dimungkinkan terjadinya
struktur yang lebih teratur
DAYA CAMPUR CAIRAN DALAM CAIRAN

Terbagi dalam 2 kategori : tercampur sempurna dan tercampur sebagian

 Tercampur sempurna,
 pelarut polar dan semipolar (co: air dan alkohol, gliserin dan alkohol, alkohol dan
aseton)  dalam segala perbandingan,
 pelarut non polar seperti benzen dan karbon
 Tercampur sebagian, co : air dan eter, air dan fenol; kelarutan timbal balik dari
cairan yang bercampur sebagian dipengaruhi oleh suhu, dpt diamati saat senyawa
memberikan polaritas yg berbeda
Pengaruh zat asing, kenaikan kelarutan dr 2 pelarut yang tercampur sebagian oleh zat
lain disebut blending, apabila kelarutan cairan nonpolar dalam air naik dengan
adanya zat aktif permukaan (surfaktan) pembentuk misel  kelarutan misel
 Kelarutan cairan dlm cairan dpt dikarakterisasi dlm diagram fase
 Pada perbandingan tertentu bbrp senyawa membtk campuran homogen, dan bbrp perbandingan
membtk liquid phase separation (LPS). ; memberikan sistem tiga fase (A,B,C), yg tercampur sebagian
 Keterangan gambar pd titik merah : Labrafac (minyak) 40%, STMix (surfaktan+cosurfaktan) 20%, air
40%
PEMBASAHAN PERMUKAAN ZAT PADAT

 Pembasahan permukaan zat padat digambarkan dengan sudut kontak;


pembasahan sempurna terjadi ketika sudut kontak = 0
 Zat padat akan sulit untuk dibasahi ketika zat padat kontak dengan air membentuk
sudut kontak lebih dr 900
 Gaya yg bekerja pd tetesan air di permukaan zat padat ditunjukkan o/ pers young’s :
S/A = teg permukaan zat padat
S/L = teg antarmuka cairan-padatan
L/A = teg permukaan cairan
 = sudut kontak
PEMBASAHAN PERMUKAAN ZAT PADAT

 Kecenderungan untuk membasahi ditunjukkan oleh koefisien penyebaran (S) :

 Agar cairan dpt menyebar scr sempurna di atas permukaan padatan maka S hrs
0/bernilai positif
 Co: obat hidrofobik (tdk terbasahi) : mg, al stearat, as salisilat, fenilbutazon dan
kloramfenikol palmitat
 Metode yg biasa digunakan untuk meningkatkan derajat pembasahan dgn
menggunakan surfaktan dlm formulasi.
 Surfaktan tdk hanya menurunkan tegangan permukaan cairan tetapi jg terserap ke
permukaan serbuk sehingga menurunkan tegangan antarmuka cairan-padatan; ke-
2 hal tsb menurunkan sudut kontak dan memperbaiki kemampuan pendispersian
zat padat.
52
SOLUBILISASI

 Solubilisasi adalah proses dimana


senyawa tdk larut air dibawa ke dlm
larutan melalui penggabungan ke dalam
misel.
 Tempat solubilisasi dlm misel berkaitan
dgn sifat kimia zat yg disolubilisasi :

 Solut non polar dilarutkan dlm inti hidrokarbon misel ionik dan non ionik (posisi 1)
 Senyawa tdk larut air mgd bag polar terorientasi dgn bag polar pd antarmuka inti-
permukaan misel, bag hidrofobik terpendam di dlm inti hidrokarbon misel (posisi 2)
 Selain itu, solubilisasi dlm surfaktan polioksi non ionik jg dpt terjadi dlm kulit
polioksietilen (lapisan palisade) yg mengelilingi inti

Anda mungkin juga menyukai