Anda di halaman 1dari 18

KELARUTAN

Tim Dosen Farmasi Fisika


TUJUAN PERKULIAHAN

CPMK2 Mampu menjelaskan kaitan konsep fisika kimia dengan perilaku bahan aktif
maupun eksipien farmasi dan mekanisme pelepasan obat dari sediaan
farmasi; (CPL2, CPL3, CPL4)
CPMK3 Mampu menjelaskan kaitan konsep fisika kimia dengan parameter evaluasi
sediaan farmasi yang telah terstandar secara ilmiah; (CPL2, CPL3, CPL4) dan

Sub-CPMK2 Mampu menunjukkan permasalahan kelarutan obat dan metode


peningkatannya; [C3, A2] (CPMK1, CPMK2)

➢ Memahami sifat dan karakter pelarut yang digunakan dalam sediaan farmasi
➢ Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan obat dalam larutan
➢ Memahami metode kompleksasi untuk meningkatkan kemampuan melarut
suatu zat
➢ Memahami penggunaan kosolven dalam meningkatkan kemampuan melarut
suatu zat
➢ Memahami diagram 3 fase
Ayat of The Day
Al-Alaq 1-5

Secara umum, surah Al-‘Alaq ini berisi perintah untuk membaca dan
mempelajari alam semesta untuk menemukan keagungan Allah. Surah Al-
Alaq ayat 1 sampai 5 ini menurut ahli merupakan perintah bagi manusia
untuk mencari ilmu baik itu Qauliyah dan Kauniyah.
KONSEP
Apakah ada
yang aneh
dengan
gambar atas?

Ada yang bisa


menjelaskan
gambar
bawah?
DEFINISI

➢ Larutan jenuh : zat terlarut berada dlm kesetimbangan dgn


fase padat
➢ Larutan tidak jenuh/hampir jenuh : zat terlarut dlm konsentrasi
dibawah konsentrasi utk keadaan jenuh sempurna pd suhu
tertentu
➢ Larutan lewat jenuh : zat terlarut dlm konsentrasi lebih banyak
dr yg seharusnya ada pd suhu tertentu, terdpt solut yg tdk larut
➢ Kelarutan : besaran kuantitatif sbg konsentrasi zat terlarut dlm
lar jenuh pd suhu tertentu, scr kualitatif sbg interaksi spontan
dr 2/lebih zat untuk membentuk dispersi molekular homogen
➢ Kelarutan bergantung pd : sifat fisika-kimia zat terlarut dan
pelarut, suhu, tekanan, pH larutan
ISTILAH KELARUTAN

Jumlah bagian pelarut


Istilah diperlukan untuk melarutkan
1 bagian zat
Sangat mudah larut (very soluble) kurang dari 1
Mudah larut (freely soluble) 1 sampai 10
Larut (soluble) 10 sampai 30
Agak sukar larut (sparingly soluble) 30 sampai 100
Sukar larut (slightly soluble) 100 sampai 1000
Sangat sukar larut (very slightly soluble) 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut (practically insoluble) lebih dari 10.000
Proses pemindahan molekul tersebut terjadi dalam 3 tahap

1. Pemindahan molekul 2. Pembentukan 3. Molekul solut


dari fase solut pada lubang dalam ditempatkan dalam
suhu tertentu. solven yang cukup lubang dalam solven,
Penerimaan energi besar agar dapat dan usaha yang
potensial atau usaha menerima molekul diperolah atau
netto untuk proses solut. Usaha: w11. penurunan energi
tersebut : w22: potensial adalah -w12

Lubang dalam solven sekarang tertutup dan terjadi tambahan penurunan


energi, -w12 , bersangkutan dengan usaha neto dalam langkah terakhir
ini adalah -2 w12 .

Usaha total adalah (w22 + w11 -2 w12 )


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN (1)

a. Struktur molekul, menunjukkan perbandingan gugus polar dan


nonpolar dr molekul.
Rantai lurus alkohol monohidroksi, aldehid, keton, dan asam yg
mengandung lbh dr 4/5 karbon→ tdk dpt memasuki ikatan
hidrogen dr air → hanya larut sedikit dlm air
b. Titik didih pelarut dan titik leleh solut menggambarkan kekuatan
interaksi molekul dlm pelarut (tahap a); kelarutan menurun dgn
meningkatnya t.d. dan t.l.
c. Pengaruh adanya substituen lain thd kelarutan molekul;
hidrofilik/polar (-OH), hidrofobik (-CH3, -Cl) (tergantung polaritas),
ionisasi (-COO- & –NH3+ sangat hidrofil, -COOH & –NH2 agak
hidrofil), posisi substituen (orto, meta, para; co: o- & m-dihidroksi
benzen lebih hidrofil dibandingkan posisi para)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN (2)

d. Kelarutan seny. elektrolit anorganik (tahap 1), dipengaruhi sifat


kristal dan interaksi ion dgn air (hidrasi); panas hidrasi (b’dsrkan
panas integral lart.) mnghasilkan energi yg cukup u/ mengatasi
kekuatan ikatan pd kristal sehingga bs terpisah dr bentuk kristalnya
e. Kelarutan seny. elektrolit lemah, bereaksi dgn asam/basa kuat, dlm
jarak pH tertentu berada sbg ion yg mudah larut air
f. Ukuran dan bentuk partikel, kelarutan akan meningkat dengan
memperkecil ukuran partikel, bentuk partikel simetris kurang larut
drpd bentuk asimetris → sulit memisahkan molekul dr partikel
g. Koefisien partisi = rasio kelarutan solut dlm fase minyak dan fase
air; umumnya partisi ditunjukkan dlm log P (log p = Cminyak/Cair);
semakin besar nilai log P maka semakin besar kelarutan lipid solut
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN (3)

h. Suhu,  suhu dapat menyebabkan  kelarutan karena  suhu


akan  aktivitas termal sehingga tumbukan antar molekul juga
meningkat.
i. pH; dpt mempengaruhi kelarutan obat yg mudah terionisasi;
▪ Seny. Asam (co: non steroid anti inflamasi) kurang larut dlm
lar.asam dibandingkan lar.basa, krn seny.utama yg tdk
terdisosiasi tdk berinteraksi dgn molekul air sbg btk
terionisasi akibat hidrasi
▪ Seny.basa (co: ranitidin) lebih larut dlm lar.asam krn bntk
terionisasi lbh utama
▪ Senyawa amfoter (co: sulfonamid & tetrasiklin): menunjukkan
baik sifat basa atau sifat asam
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN (4)

Menghitung kelarutan zat yg dipengaruhi pH menggunakan


persamaan Henderson-Hasselbach

U seny asam lemah, pH – pKa = log [(S – So)/So]


% terionisasi = 100/[1+antilog (pKa – pH)]
U seny basa lemah, pH – pKw + pKb = log [So/(S – So)]
% terionisasi = 100/[1+antilog (pH-pKw+pKb)]

S = kelarutan total, konsentrasi bentuk tdk terion + konsentrasi


bentuk terionnya
S0 = konsentrasi bentuk tdk terion
pKa (konstanta disosiasi) menunjukkan derajat terion/terdisosiasi
senyawa asam lemah/basa lemah
JENIS PELARUT

1. Pelarut air (aqueous solvents)


➢ Sebagian besar larutan obat menggunakan air
➢ Air terdiri dari beberapa jenis (Farmakope Indonesia); purified
water, highly purified water, water for injections, sterilized water
for injections
➢ Air minum (biasa) tidak digunakan dalam produksi obat karena
mempengaruhi kelarutan dan stabilitas obat

2. Pelarut bukan air (non-aqueous solvent)


➢ Digunakan jika zat aktif (obat) tidak terlarut sempurna dan tidak
stabil dalam air
➢ Dibatasi hanya untuk sediaan rute intramuscular (i.m) dan topikal
PELARUT BUKAN AIR

• Pelarut organik yang paling banyak digunakan


Etanol
• Berperan sebagai ko-solven (larutan oral, topikal, parenteral)
• Terdiri dari dua gugus hidroksi tiap molekul
Propilenglikol • Berperan sebagai ko-solven (larutan oral, topikal, parenteral,
mata)
• Terdiri dari tiga gugus hidroksi tiap molekul
Gliserol • Berperan sebagai solven dan ko-solven dgn air (larutan oral dan
parenteral)
• Berupa rantai panjang
Polietilenglikol(s) • Berperan sebagai solven dan ko-solven dgn air (larutan parenteral,
kulit/topikal)
• Cairan non-volatile yang merupakan asam lemak trigliserida
Fixed oil • Banyak digunakan dalam sediaan rute i.m
• Olive oil, corn oil, sesame oil
Ester • Penggunaan rute i.m
• Berperan sebagai carrier idoxuridin untuk penggunaan topikal
Dimetil sulfoksida
pada kulit
Glikofurol • Berperan sebagai ko-solven dalam sediaan parenteral (i.m, i.v)
INTERAKSI PELARUT - ZAT
TERLARUT
PELARUT POLAR
Kelarutan obat :
➢ polaritas pelarut (solven) terhadap momen dipol (momen dipol >> :polar)
➢ Kemampuan solut membentuk ikatan hidrogen. Nitrobenzena mempunyai momen
dipol 4,2x10-18 esu cm sedangkan fenol hanya 1,7x10-18 esu cm, namun pada
200C kelarutan nitrobenzena 0,0155 mol/kg sedangkan fenol 0,95 mol/kg.

➢ Gambaran struktur molekulnya seperti rasio gugus polar dengan nonpolar.


Mekanisme solven polar:
a) Solven polar dengan tetapan dielektrik yang tinggi, menurunkan gaya
atraksi antara ion bermuatan berlawanan dalam kristal mis. NaCl.
b) Solven polar memutuskan ikatan kovalen elektrolit kuat dengan
reaksi asam-basa. Terjadinya ionisasi HCl oleh air:
HCl + H2O → H3O+ + Cl-
a) Solven polar mampu mensolvat molekul dan ion melalui gaya
interaksi dipol, khususnya pembentukan ikatan hidrogen, yang
menyebabkan kelarutan zat.
Interaksi ion-dipol antara garam natrium oleat dengan air:
PELARUT NONPOLAR
➢ Melarutkan solut nonpolar dengan tekanan internal yang sama melalui
interaksi dipol induksi.
➢ Molekul solut berada dalam larutan oleh gaya lemah vander Waals-
London.
➢ Minyak dan lemak larut dalam karbon tetraklorida, benzena, dan minyak
mineral. Basa alkaloid dan asam lemak larut pula dalam solven nonpolar.
PELARUT SEMIPOLAR
➢ Keton dan alkohol dapat menginduksi derajat polaritas dalam molekul
solven nonpolar, karena itu benzena yang mudah terpolarisasi menjadi
larut dalam alkohol.
➢ Senyawa semipolar dapat berlaku sebagai solven perantara (intermediate
solvent) untuk bercampurnya cairan polar dan nonpolar.
➢ Aseton meningkatkan kelarutan eter dalam air. Propilenglikol menambah
kelarutan campuran air dengan minyak permen dan air dengan
benzilbenzoat.
POLARITAS SOLVEN DAN SOLUT
Metode peningkatan kelarutan dilanjutkan di
pertemuan selanjutnya…

SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai