NPM : 2306245195
Farmasi Fisika 1 Kelas B
Pengaruh Temperatur
▪ Sebagian besar garam memiliki
kelarutan yang besar dalam air
panas -> endoterm
▪ Beberapa garam memiliki panas
pelarutan negatif (exothermic) dan
kelarutannya akan menurun dengan
meningkatnya temperatur.
▪ Suatu pelarutan spontan yang terjadi pada molekul zat yang sukar larut dalam air melalui
interaksi yang reversibel dengan misel dari surfaktan dalam larutan sehingga terbentuk
suatu larutan yang stabil secara termodinamika.
▪ Syarat: konsentrasi surfaktan ≥ KMK
DT* adalah kelarutan obat total dalam larutan pada pH tertentu dan tanpa
Pengaruh surfaktan
(D) = asam bebas tidak dalam misel
(D+) = asam kationik yang berkonjugasi terhadap molekul basa, tidak dalam
misel. adanya surfaktan
(D) = konsentrasi asam tak terionisasi
DT = Kelarutan total obat dengan adanya surfaktan
(M) = fraksi volume surfaktan yang berada dalam bentuk misel
K’ = koefisien partisi molekul obat
K” = koefisien partisi bentuk anion
▪ Basa lemah :
3. pH
▪ Kelarutan senyawa terionisasi dalam air sangat tergantung pada pH, sementara
senyawa non-elektrolit yang tidak terionisasi hanya sedikit dipengaruhi oleh pH. pH
memiliki pengaruh signifikan terutama pada senyawa elektrolit seperti asam karboksilat
(HA). Peningkatan pH dapat meningkatkan kelarutan asam lemah, sedangkan penurunan
pH dapat meningkatkan kelarutan bas a lemah.
▪ Pentingnya menentukan pH optimum untuk memastikan
kejernihan larutan dan efektivitas terapi. Contohnya termasuk
asam salisilat, atropin sulfat, tetrakain HCl, sulfonamida, dan
fenobarbital Na. pH menjadi faktor kunci dalam memahami
kelarutan senyawa ini dalam konteks terapeutik.
▪
▪
Pengaruh Polaritas Pelarut
- Kelarutan umum dipengaruhi oleh polaritas molekul pelarut dan zat terlarut.
- Molekul zat terlarut polar akan larut dalam pelarut polar, sementara molekul zat terlarut non-
polar akan larut dalam pelarut non polar. (Konsep Like dissolve like)
4. Ukuran Partikel
▪ Ukuran partikel dapat mempengaruhi kelarutan
karena semakin kecil partikel (pengaruhnya dengan
entalpi), rasio antara luas permukaan dan volume
meningkat. Meningkatnya luas permukaan
memungkinkan interaksi antara solut dan solvent
lebih besar.
Partikel
▪ Tergantung : suhu, titik leleh zat padat, dan kalor lebur molar Hf yaitu kalor (panas) yang
diserap ketika zat padat meleleh.
▪ Dalam larutan ideal, kalor larutan sama dengan kalor lebur, yang dianggap tetap tidak
tergantung pada suhu.
Suku log γ2 pada pers. : pertimbangan gaya atraksi intermolekular yang harus diatasi, atau
usaha (kerja) yang harus dilakukan dalam memindahkan molekul dari fase solut (zat terlarut)
dan menyimpannya dalam solven (pelarut).
Proses Pemindahan Molekul :
1). Pemindahan molekul dari fase solut pada suhu tertentu
-> Penerimaan energi potensial atau usaha netto untuk proses tersebut : W22
2). Pembentukan lubang dalam solven yang cukup besar agar dapat menerima molekul solut
-> Usaha : W11
3). Molekul solut ditempatkan dalam lubang dalam solven, dan usaha yang diperolah atau
penurunan energi potensial adalah W12