Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nayla Yumna Saniyya

NPM : 2306245195
Farmasi Fisika 1 Kelas B

KELARUTAN & FENOMENA DISTRIBUSI


KELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIRAN
▪ Dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti :
1. Temperatur -> meningkatkan kelarutan zat padat terutama kelarutan garam (suatu pengaruh
asam & basa lemah pada ion sebaliknya) dalam air, sedangkan kelarutan senyawa non polar hanya
sedikit sekali dipengaruhi oleh temperatur -> tidak semua senyawa berpengaruh pada temperatur
(Cth : senyawa polar)
Reaksi Eksoterm (mengeluarkan kalor) -> Cth : larutan NaOH dan Endoterm (menghasilkan
kalor) -> adanya entalpi

Pengaruh Temperatur
▪ Sebagian besar garam memiliki
kelarutan yang besar dalam air
panas -> endoterm
▪ Beberapa garam memiliki panas
pelarutan negatif (exothermic) dan
kelarutannya akan menurun dengan
meningkatnya temperatur.

2. Pengaruh Penambahan Zat Lain


Penambahan Ion Sejenis
▪ Apabila elektrolit sukar larut dilarutkan untuk membentuk larutan jenuh, kelarutan
digambarkan sebagai Ksp.
▪ Kelarutan menurun dengan adanya ion sejenis, meningkat dengan penambahan ion
tidak sejenis (salting out).
Contoh : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila ke dalam air tersebut
ditambahkan larutan NaCl jenuh (Minyak atsiri dan NaCl adalah ion sejenis, maka
dari itu misalnya jika dalam suatu proses ingin menggunakan suatu tambahan maka
dilihat apakah senyawa yang dipakai sejenis dengan senyawa yang ditambahkan
dalam hal ini NaCl dan minyak atsiri).
Penambahan Surfaktan
▪ Surfaktan merupakan molekul ampifilik yang tersusun dari bagian
polar/hidrofilik (kepala), dan bagian nonpolar/hidrofobik (ekor).
▪ Bagian kepala dapat berupa anionik (-), kationik (+), zwitterion (+ -)
(dipolar), nonionik (tidak bermuatan)
▪ Bagian ekor merupakan senyawa hidrokarbon rantai panjang. Polar
➢ Pada konsentrasi rendah dalam larutan berada pada
permukaan atau antar muka larutan dan memberikan efek
penurunan tegangan permukaan.
➢ Pada konsentrasi di atas Konsentrasi Misel Kritis (KMK)
membentuk misel (agregat kolidal) yang berperan dalam
proses solubilisasi miselar.
Solubilisasi Miselar

▪ Suatu pelarutan spontan yang terjadi pada molekul zat yang sukar larut dalam air melalui
interaksi yang reversibel dengan misel dari surfaktan dalam larutan sehingga terbentuk
suatu larutan yang stabil secara termodinamika.
▪ Syarat: konsentrasi surfaktan ≥ KMK

▪ Molekul obat yang bersifat asam :

DT* adalah kelarutan obat total dalam larutan pada pH tertentu dan tanpa
Pengaruh surfaktan
(D) = asam bebas tidak dalam misel
(D+) = asam kationik yang berkonjugasi terhadap molekul basa, tidak dalam
misel. adanya surfaktan
(D) = konsentrasi asam tak terionisasi
DT = Kelarutan total obat dengan adanya surfaktan
(M) = fraksi volume surfaktan yang berada dalam bentuk misel
K’ = koefisien partisi molekul obat
K” = koefisien partisi bentuk anion
▪ Basa lemah :

(D) = asam bebas tidak dalam misel


(D+) = asam kationik yang berkonjugasi terhadap molekul basa, tidak dalam misel.

3. pH

▪ Kelarutan senyawa terionisasi dalam air sangat tergantung pada pH, sementara
senyawa non-elektrolit yang tidak terionisasi hanya sedikit dipengaruhi oleh pH. pH
memiliki pengaruh signifikan terutama pada senyawa elektrolit seperti asam karboksilat
(HA). Peningkatan pH dapat meningkatkan kelarutan asam lemah, sedangkan penurunan
pH dapat meningkatkan kelarutan bas a lemah.
▪ Pentingnya menentukan pH optimum untuk memastikan
kejernihan larutan dan efektivitas terapi. Contohnya termasuk
asam salisilat, atropin sulfat, tetrakain HCl, sulfonamida, dan
fenobarbital Na. pH menjadi faktor kunci dalam memahami
kelarutan senyawa ini dalam konteks terapeutik.


Pengaruh Polaritas Pelarut
- Kelarutan umum dipengaruhi oleh polaritas molekul pelarut dan zat terlarut.
- Molekul zat terlarut polar akan larut dalam pelarut polar, sementara molekul zat terlarut non-
polar akan larut dalam pelarut non polar. (Konsep Like dissolve like)

Pengaruh Konstanta Dielektrik


- Senyawa hidrofobik meningkat kelarutannya dalam air dengan adanya perubahan konstanta
dielektrik pelarut yang dapat dilakukan dengan penambahan pelarut lain (kosolven).
- Konstanta dielektrik dari suatu sistem pelarut campur adalah merupakan jumlah hasil perkalian
fraksi pelarut dengan konstanta dielektrik masing-masing pelarut dari sistem pelarut campur
tersebut.
Pengaruh Kosolven
- Kosolvensi merupakan suatu fenomena dengan zat
terlarut memiliki kalarutan yang lebih besar dalam
campuran pelarut dibandingkan dalam satu jenis
pelarut.
- Kosolvent adalah pelarut yang digunakan dalam
kombinasi untuk meningkatkan kelarutan solut. -->
Tujuan ; membantu melarutkan pelarut yang kurang
larut dalam air - > Cth : Elixir (mengandung alkohol
min. 50 %)

4. Ukuran Partikel
▪ Ukuran partikel dapat mempengaruhi kelarutan
karena semakin kecil partikel (pengaruhnya dengan
entalpi), rasio antara luas permukaan dan volume
meningkat. Meningkatnya luas permukaan
memungkinkan interaksi antara solut dan solvent
lebih besar.
Partikel

- Satuan meter (m)


- Ukuran dimensional
(terlihat kasat mata)
5. Ukuran Molekul (Satuan : Å (amstrong), Ukuran mikroskopis)
▪ Semakin besar ukuran molekul → semakin berkurang kelarutan suatu senyawa
▪ Semakin besar ukuran molekul zat terlarut semakin sulit molekul pelarut mengelilinginya
untuk memungkinkan terjadinya proses pelarutan
▪ Dalam hal senyawa organik, “PERCABANGAN" akan meningkatkan kelarutan, karena
semakin banyak percabangan akan memperkecil ukuran molekul, sehingga
mempermudah proses pelarutan oleh molekul pelarut.
6. Polimorfisme
▪ Def : kapasitas suatu senyawa untuk terkristalisasi menjadi lebih dari satu jenis bentuk
kristal.
▪ Perubahan dari satu bentuk kristal ke bentuk yang lain adalah reversibel, proses ini
disebut enantiotropik.
▪ Bentuk polimer dapat mempengaruhi warna, kekerasan, kelarutan, titik leleh dan
sifat-sifat lain dari senyawa -> Karena titik leleh merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kelarutan, maka polimorf akan memiliki kelarutan yang berbeda.

▪ Tergantung : suhu, titik leleh zat padat, dan kalor lebur molar Hf yaitu kalor (panas) yang
diserap ketika zat padat meleleh.
▪ Dalam larutan ideal, kalor larutan sama dengan kalor lebur, yang dianggap tetap tidak
tergantung pada suhu.

Suku log γ2 pada pers. : pertimbangan gaya atraksi intermolekular yang harus diatasi, atau
usaha (kerja) yang harus dilakukan dalam memindahkan molekul dari fase solut (zat terlarut)
dan menyimpannya dalam solven (pelarut).
Proses Pemindahan Molekul :
1). Pemindahan molekul dari fase solut pada suhu tertentu
-> Penerimaan energi potensial atau usaha netto untuk proses tersebut : W22
2). Pembentukan lubang dalam solven yang cukup besar agar dapat menerima molekul solut
-> Usaha : W11
3). Molekul solut ditempatkan dalam lubang dalam solven, dan usaha yang diperolah atau
penurunan energi potensial adalah W12

Anda mungkin juga menyukai