Anda di halaman 1dari 8

MODUL 5

KELARUTAN

TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat
3. Membedakan larutan jenuh, tak jenuh, dan lewat jenuh

TEORI UMUM
Secara kuantitatif, kelarutan sutu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut di dalam
larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan milliliter pelarut
yang dapat melarutkan suatu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 550 ml air.
Kelarutan dapat juga dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen.
Suatu sediaan obat yang diberikan secara oral di dalam saluran cerna harus mengalami proses
pelepasan dari sediaannya kemudian zat aktif akan melarut dan selanjutnya diabsorpsi. Proses pelepasan
zat aktif dari sediaannya dan proses pelarutannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika
zat tersebut serta formulasi sediaanya. Salah satu sifat zat aktif yang penting untuk diperhatikan adalah
kelarutan karena pada umumnya zat baru diabsorpsi setelah terlarut dalam cairan saluran cerna. Oleh
karena itu salah satu usaha untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan adalah dengan
menaikkan kelarutan zat aktifnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah :
1. pH
2. Suhu
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel zat
5. Konstanta dielektrik bahan pelarut
6. Adanya zat-zat lain seperti surfaktan, pembentuk kompleks, ion sejenis.

Pengaruh pH
Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan umumnya adalah senyawa organik
yang bersifat asam atau basa lemah. Kelarutan senyawa semacam ini sangat dipengaruhi oleh pH
pelarutnya. Kelarutan asam-asam organik lemah seperti barbiturat dan sulfonamida dalam air akan
bertambah dengan meningkatnya pH, karena terbentuk garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan
basa-basa organik lemah seperti alkaloid dan anastetik lokal pada umumnya sukar larut dalam air.
Apabila pH larutan diturunkan dengan penambahan asam kuat, maka akan terbentuk garam yang mudah
larut dalam air.
Hubungan antara pH dengan kelarutan asam dan basa lemah digambarkan melalui persamaan berikut :
Untuk asam lemah :
𝑆𝑆 − 𝑆𝑆𝑜𝑜
𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 = 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑎𝑎 + log ( )
𝑆𝑆𝑜𝑜

Untuk basa lemah :


𝑆𝑆𝑜𝑜
𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 = 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑤𝑤 − 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑏𝑏 + log ( )
𝑆𝑆 − 𝑆𝑆𝑜𝑜
pHp : harga pH terendah/tertinggi dan pada pH tersebut zat yang berbentuk asam/basa lemah masih
dapat larut. Di bawah/di atas pH tersebut akan mengendap sebagai zat yang tidak terdisosiasi.
S : konsentrasi molar zat dalam g yang ditambahkan
So : kelarutan molar fraksi asam/basa yang tidak terdisosiasi

Pengaruh Suhu
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada suhu, titik leleh zat padat dan panas
peleburan molar zat tersebut. Pengaruh suhu terhadap kelarutan zat dalam larutan ideal diberikan oleh
persamaan Van’t Hoff berikut :

Log X2i = Hf (To – T)


2,303 R (T.To)
X2i : kelarutan ideal zat dalam fraksi mol
T : suhu mutlak larutan
To : titik leleh zat dalam suhu mutlak
Hf : panas pelarutan molar
Tanda I menyatakan larutan ideal, sedangkan tanda 2 menyatakan zat terlarut. Pada suhu di atas titik
leleh, zat akan berada dalam keadaan cair sehingga dapat bercampur dengan pelarut dalam setiap
perbandingan. Oleh karena itu persamaan tersebut tidak berlaku bila T lebih besar dari To.

Pengaruh Jenis Pelarut


Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar akan melarutkan
zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya. Kelarutan zat juga tergantung pada struktur zat seperti
perbandingan gugus polar dan non polar dari sutu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu
zat, semakin sukar zat tersebut larut dalam air.
Menurut Hildebrane, kemampuan zat terlarut untuk membentuk ikatan hidrogen lebih penting dari pada
kepolaran suatu zat.
Pelarut polar bertindak sebagai pelarut dengan mekanisme sebagai berikut :
1. mengurangi gaya tarik antara ion yang berlawanan dalam kristal
2. memecah ikatan kovalen elektrolit kuat, karena pelarut ini bersifat amfiprotik
3. membentuk ikatan hidrogen dengan zat terlarut
Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik menarik antara ion-ion karena konstatnta
dielektriknya rendah. Iapun tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan tidak dapat membentuk
jembatan hidrogen. Pelarut ini semacam ini melarutkan zat-zat non polar dengan tekanan internal yang
sama melalui induksi antaraksi dipol.
Pelarut semi polar dapat menginduksi tingkat kepolaran molekul-molekul pelarut non polar. Ia
bertindak sebagai perantara ( intermediate solvent ) untuk mencampurkan pelarut polar dengan non
polar.

Pengaruh Bentuk dan Ukuran Partikel


Kelarutan suatu zat akan meningkatkan dengan berkurangnya ukuran partikel zat tersebut,
sesuai dengan persamaan berikut :

S = 2γv
Log So 2.303 RTr

S : kelarutan partikel halus


So : Kelarutan partikel zat padat yang lebih besar
γ : tegangan permukaan partikel zat
v : volume partikel (cm3 mol –1)
r : jari-jari akhir partikel (cm)
R : konstanta gas ( 8,34 x 10 7 erg.der-1.mol-1)
T : suhu mutlak ( oK )
Konfigurasi molekul dan bentuk susunan kristal juga berpengaruh terhadap kelarutan zat. Partikel
berbentuk tidak simetris lebih mudah larut bila dibandingkan dengan partikel berbentuk simetris.

Pengaruh Konstanta Dielektrik


Telah diketahui bahwa kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi polaritas bahan pelarut. Pelarut
polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi sehingga dapat melarutkan zat-zat yang bersifat
polar. Sedangkan zat-zat non polar sukar larut di dalamnya. Demikian pula sebaliknya zat-zat yang
polar sukar larut di dalam bahan pelarut non polar.
Konstanta dielektrik adalah suatu besaran tanpa dimensi dan merupakan rasio antara kapasitas
elektrik medium 9Cx) terhadap vakum (Cv) atau є = Cx Cv –
Besarnya konstanta dielektrik menurut Moor dapat diatur dengan menambahkan bahan pelarut lain.
Tetapan dielektrik suatu campuran bahan pelarut merupakan hasil penjumlahan tetapan dielektrik
masing-masing sesudah dikalikan dengan % volume setiap komponen pelarut.
Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran dibandingkan dengan pelarut
tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan istilah co-solvency sedangkan bahan pelarut di dalam pelarut
campur yang mampu meningkatkan kelarutan zat disebut co-solvent. Etanol, gliserin dan propilen glikol
adalah contoh-contoh co-solvent yang umum digunakan dalam bidang farmasi, khususnya dalam
pembuatan sediaan eleksir.

Pengaruh Penambahan Zat-zat Lain


Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan zat. Molekul
surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu bagian polar dan non polar. Apabila didispersikan dalam air pada
konsentrasi rendah, akan berkumpul pada permukaan dengan mengorientasikan bagian polar kearah air
dan bagian non polar kearah udara. Kumpulan surfaktan itu akan membentuk suatu lapisan mono
molekular. Bila permukaan cairan telah jenuh dengan molekul-molekul surfaktan, maka molekul-
molekul yang berada didalam cairan akan membentuk agregat yang disebut misel. Konsentrasi pada
saat misel mulai terbentuk disebut Konsentrasi Misel Kritik (KMK).
Sifat penting misel adalah kemampuanya dalam menaikkan kelarutan zat-zat yang sukar larut
dalam air, proses ini dikenal sebagai solubilisasi miselar. Solubilisasi terjadi karena molekul zat yang
sukar larut berasosiasi dengan misel membentuk suatu larutan jernih dan stabil secara termodinamika.
Lokasi molekul zat terlarut dalam misel tergantung pada polaritas zat tersebut. Molekul-molekul non
polar akan masuk kebagian non polar dari misel sedangkan molekul-molekul polar akan teradsorpsi
pada permukaan misel. Molekul-molekul semi polar akan masuk kedaerah palisade dan membentuk
suatu misel campur.
Sealin penambahan surfaktan, dapat juga dilakukan penambahan zat-zat pembentuk kompleks
untuk menaikan kelarutan suatu zat. Misalnya penambahan uretan dalam pembuatan injeksi khinin.

KEGIATAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa ditugaskan untuk membedakan larutan jenuh, tak jenuh, dan lewat jenuh
2. Mahasiswa ditugaskan untuk menetapkan kelarutan parasetamol dalam dapar fosfat pH 5,8
3. Mahasiswa ditugaskan untuk mengidentifikasi pengaruh pH terhadap kelarutan parasetamol
4. Mahasiswa ditugaskan untuk mengidentifikasi pengaruh suhu terhadap kelarutan teofilin
5. Mahasiswa ditugaskan untuk mengidentifikasi pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan
asam salisilat

PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan Larutan Tak Jenuh, Jenuh, dan Lewat Jenuh
1. Timbang 500 mg teofilin dengan kertas perkamen. Catat hasil penimbangan yang diperoleh.
2. Larutkan teofilin sedikit-sedikit ke dalam 20 ml aquadest sampai kira-kira 1/5 bagiannya.
Hasilnya diperoleh larutan sempurna, tidak ada endapan.
Larutan yang dihasilkan disebut dengan larutan ...
3. Tambahkan lagi teofilin sedikit-sedikit pada Larutan di atas sampai tidak ada lagi teofilin yang
larut (terbentuk endapan).

Terbentuk endapan yang


tidak larut

Larutan ini disebut ....


4. Tambah lagi teofilin ke dalam larutan di atas kemudian panaskan sampai teofilin yang tidak
larut dapat terlarut semua. Dinginkan.

Belum
Terbentuk
Panaskan dinginkan
endapan
Ini disebut
larutan
Suhu 25oC Suhu 50oC Suhu 25oC apa?

Jika disimpan

Terbentuk lagi
endapan yang tidak
larut

5. Larutan yang dihasilkan pada saat kembali pada suhu 25oC disebut sebagai larutan ...

B. Penetapan Kelarutan Parasetamol dalam Dapar Fosfat pH 5,8


1. Timbang 1 g parasetamol yang sudah digerus.
2. Larutkan parasetamol dalam 20 ml dapar fosfat pH 5,8. Aduk 15 menit dengan menggunakan
shaker.
3. Saring larutan di atas. Ukur serapannya dengan spektrofotometri UV-Vis. Encerkan larutan
bila serapannya > 0,8.
4. Hitung kadar parasetamol terlarut dengan memasukkannya ke dalam persamaan kurva
kalibrasi.
5. Keringkan parasetamol yang tersisa disaringan. Setelah kering (ditandai dengan bobot hasil
dari 2x pengeringan yang konstan). Timbang parasetamol yang tersisa.
6. Tentukan kelarutan parasetamol dalam dapar fosfat pH 5,8 yang didapat dari hasil pengukuran
dengan spektrofotometri UV dan dari penimbangan sisa parasetamol yang tidak larut.

Hasil:
• Setelah diukur dengan spektrofotometri UV diperoleh konsentrasi parasetamol dalam 20
ml dapar fosfat pH 5,8 = 14,2 mg/ ml.
• Sisa parasetamol yang tidak larut = 721 mg

C. Peran pH dalam Kelarutan


1. Timbang 1 g parasetamol yang sudah digerus.
2. Larutkan parasetamol dalam 20 ml NaOH 0,1 N.
3. selanjutnya ikuti langkah pada poin B tapi tidak dilakukan pengukuran dengan spektofotometri
UV.
4. Perkirakan kelarutan parasetamol dalam NaOH 0,1 N.

Hasil:
• Sisa parasetamol yang tidak larut = 632 mg

D. Peran Suhu dalam Kelarutan


1. Timbang 250 mg methylparaben.
2. Larutkan methylparaben dalam 20 ml air. Panaskan hingga larut sempurna. Dinginkan.
3. Amati dan catat kondisi larutan.

Hasil:
• setelah dipanaskan methylparaben larut sempurna dan setelah dingin terbentuk endapan
lagi.

E. Peran Pelarut Campur dalam Kelarutan


1. Buatlah campuran pelarut seperti pada tabel berikut:
No. Aquadest (ml) Etanol (ml)
1 20 0
2 15 5
3 10 10
4 5 15
5 0 20

2. Timbang masing-masing 500 mg teofilin sebanyak 5 x. Catat hasil penimbangan.


3. Larutkan teofilin ke dalam campuran pelarut di atas secara bersamaan.
4. Aduk dengan shaker 15 menit dalam keadaan tertutup untuk mencegah penguapan pelarut.
5. Saring masing-masing larutan secara bersamaan.
6. Keringkan teofilin yang tertinggal di saringan seperti pada poin B.
7. Timbang berat masing-masing teofilin yang sudah kering.
8. Hitung berat teofilin yang larut pada masing-masing pelarut campur.
9. Hitung konstanta dielektrik teofilin dengan rumus:
𝑉𝑉1 𝜖𝜖1 + 𝑉𝑉2 𝜖𝜖2 + ⋯ + 𝑉𝑉𝑛𝑛 𝜖𝜖𝑛𝑛
𝜖𝜖𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 =
𝑉𝑉𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
10. Buat kurva hubungan antara konstanta dielektrik (sb. x) dengan jumlah teofilin yang terlarut
(sb. y).

Hasil:
Berikut ini adalah berat teofilin yang tersisa di saringan
No. Berat teofilin tersisa (mg)
1 396
2 335
3 258
4 187
5 202

LEMBAR KERJA
1. Jawablah setiap pertanyaan yang ditanyakan pada poin A.
2. Hitunglah kelarutan parasetamol pada pelarut dapar fosfat pH 5,8 baik dari hasil pengukuran
langsung dengan spektrofotometri UV maupun dari menghitung berat yang tersisa! Tentukan
jenis kelarutannya berdasarkan yang tercantum pada farmakope Indonesia atau USP!
3. Hitunglah kelarutan parasetamol pada pelarut NaOH 0,1 N! Tentukan jenis kelarutannya
berdasarkan yang tercantum pada farmakope Indonesia atau USP!
4. Bandingkan kelarutan parasetamol pada kedua pelarut di atas! Bagaimana pengaruh pH
terhadap kelarutan parasetamol? (tentukan dulu pH larutan NaOH 0,1 N)
5. Bagaimana pengaruh temperature terhadap kelarutan metil paraben?
6. Hitunglah berat teofilin yang larut pada masing-masing pelarut campur! Hitung konstanta
dielektrik masing-masing pelarut campur!
7. Buat kurva hubungan antara konstanta dielektrik (sb. x) dengan jumlah teofilin yang terlarut
(sb. y).
8. Jelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan teofilin!

Anda mungkin juga menyukai