Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


Mahasiswa mampu melakukan analisis kadar pengawet natrium benzoate
pada produk makanan

1.2 Dasar Teori


Minuman yang dikemas membutuhkan bahan tambahan, yaitu bahan-bahan yang
ditambahkan ke dalam makanan selama pengolahan, pengemasan, atau penyimpanan
untuk tujuan tertentu (Winarno dan Titi, 1994). Untuk itu minuman membutuhkan
pengawet agar dari proses produksi sampai konsumsi masih berkualitas dan dapat
dikonsumsi. Natrium benzoat adalah contoh pengawet makanan atau minuman yang
efektif digunakan dalam minuman asam. Natrium benzoat efektif digunakan pada
makanan pada pH berkisar 2,5 sampai 4,0. Pada pH ini natrium benzoat dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Apabila pemakaian pengawet dosis tidak diatur dan diawasi, maka bisa
menimbulkan kerugian bagi pemakainya, seperti keracunan dan bersifat karsinogenik.
Pemakaian natrium benzoat diatur dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 722/Menkes/Per/IX/88 yaitu tidak boleh melebihi dosis 1 g/kg adonan
(Nurman, 2018). Ambang penggunaan bahan pengawet yang diijinkan adalah batasan
dimana konsumen tidak keracunan dengan penambahan pengawet. Penambahan
pengawet beresiko bagi kesehatan tubuh, jika terakumulasi secara terus menerus dan
dalam waktu yang lama.
Natrium benzoat efektif menghambat pertumbuhan bakteri, khamir tetapi kurang
efektif terhadap kapang. Benzoat memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Penggunaan
natrium benzoat umumnya dalam bentuk garam, seperti garam natrium dan amonium.
Bentuk garam lebih efektif dibandingkan dalam bentuk asam, karena cenderung lebih
mudah larut. Kelarutan asam benzoat dalam air 0,35% sedangkan dalam bentuk garam
natrium memiliki kelarutan 50%. Batas maksimum penggunaan natrium benzoat pada
minuman ringan yaitu 600 mg/kg (BSN, 1995). Mekanisme kerja natrium benzoat
sebagai bahan pengawet adalah berdasarkan permeabilitas membran sel mikroba
terhadap molekul-molekul asam benzoat. Penggunaan bahan pengawet natrium benzoat
tidak selalu aman terutama jika digunakan dalam jumlah yang berlebihan. (Afifah Azmi,
dkk, 2020).
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Alat
- neraca analitik
- labu ukur
- gelas ukur
- Erlenmeyer
- gelas piala
- pipet tetes
- mortar
- pipet ukur
- kertas pH
- corong pisah
- buret
Bahan
- kloroform
- NaOH 10%
- NaOH 0,05N
- NaCl 30%
- aquadest
- asam klorida
- alcohol
- indicator fenolphtalein

2.2 Cara Kerja


1. 50 gram sampel dalam bentuk cairan atau padatan yang telah dihaluskan diencerkan
sampai 150 ml dalam suatu labu 250 ml
2. Kemudian ditambahkan ke dalam larutan tersebut 5 ml NaOH 10% , 5 ml NaCl 30%
dan air sampai volumenya 200 ml,
3. Lalu dikocok selama 15 menit dengan stirrer.
4. Setelah dikocok, air suling ditambahkan sampai tanda batas, lalu larutan disaring
dengan kertas saring whatman nomor 4.
5. Dipipet 50 ml larutan filtrate, lalu dinetralkan dengan HCl.
6. Selanjutnya ditambahkan 25 ml kloroform dan dikocok perlahan-lahan untuk
menghindari terbentuknya emulsi.
7. Lapisan kloroform diambil, lalu dipanaskan hingga tersisa sedikit bagian didalam
gelas beakaer
8. Kemudian ditambahkan 25 ml alcohol dan 25 ml air. Lalu dititrasi dengan NaOH 0,05
N menggunakan indikator fenolftalein sampai terbentuk warna merah jambu.
BAB III
HASIL
Hasil Praktikum
Menyiapkan alat dan bahan Menimbang sebanyak 50 gram sampel cair
(Sprite) menggunakan timbangan analitik

Mengencerkan sample sampai 150 ml Menambahkan ke dalam larutan: 5 ml


dalam suatu labu 250 ml. NaOH 10%, 5 ml NaCl 30%, dan air
sampai volumenya 200 ml

Mengaduk dan mencampurkan campuran larutan menggunakan Setelah dikocok, air suling ditambahkan
magnetic stirrer selama 30 menit.
Note: Karena sample merupakan cairan, pencampuran dilakukan sampai tanda batas (250 ml)
hanya selama 15 menit.
Larutan disaring dengan kertas saring Dipipet 50 ml larutan filtrate, lalu
whatman nomor 4.0 dilakukan pengecekan pH.
Larutan masih terlalu basa sehingga perlu
dinetralkan dengan HCl.

Filtrat dimasukkan ke dalam corong pisah, Dilakukan pengocokan secara


kemudian dilakukan penambahan 25 ml perlahan-lahan untuk menghindari
kloroform terbentuknya emulsi.

Mengambil lapisan kloroform Menguapkan campuran dengan pemanasan


diatas penangas hingga tidak terjadi lagi
penguapan

Menambahkan 25 ml alkohol dan 25 ml air Melakukan titrasi dengan NaOH 0,05 N


pada lapisan kloroform menggunakan indikator fenolftalein
sampai terbentuk warna merah jambu.
Hasil titrasi:
Larutan berwarna merah jambu
Volume NaOH = 0,5

Hasil Perhitungan
Diketahui:
● Berat sampel : 50,1430 gram
● N NaOH : 0,05 N
● V titrasi NaOH : 0,5 ml
● Mr Natrium Benzoat : 144 gram/mol
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝑡𝑟𝑖𝑢𝑚 𝐵𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡 144 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
● BE Natrium Benzoat : 𝐸𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
= 1
= 144
Ditanyakan:
Kadar Natrium Benzoat (mg/kg)

Jawab:
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝐸 𝐵𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡 𝑥 1000
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑉 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝐸 𝐵𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡 𝑥 1000
Kadar Natrium Benzoat = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,5 𝑚𝑙 𝑥 0,05 𝑥 144 𝑥 1000
= 50,1430 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 71,79 mg/kg

Pembahasan
Natrium benzoat adalah salah satu bentuk pengawet yang terdapat didalam makanan.
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. 36 Tahun 2013
Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet, Natrium benzoat
termasuk dalam jenis bahan tambahan pangan yang diperbolehkan dengan batas maksimum
yang telah ditentukan. Asupan harian yang dapat diterima (Acceptable Daily Intake) atau
disingkat ADI untuk natrium benzoat berada di rentang 0-5 mg/kg berat badan. Menurut SNI
01-0222-1995 tentang Bahan Tambahan Makanan, kadar natrium benzoat yang dibolehkan
berkisar antara 1g/kg atau untuk minuman sekitar 600g/kg.
Dalam menetapkan kadar Natrium benzoat pada sampel makanan kali ini
menggunakan metode titrasi asam basa, lebih tepatnya reaksi alkalimetri. Titrasi alkalimetri
digunakan untuk mengetahui kadar keasaman suatu zat dengan menggunakan larutan standar
basa, dan basa yang digunakan biasanya natrium hidroksida (NaOH) dengan indikator
Fenolftalein yang dalam suasana asam tidak berwarna dan pada suasana basa berwarna merah
jambu. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi
merah jambu. .
Dalam proses pembuatannya pertama sampel ditimbang seberat 50 gram kemudian
diencerkan dengan akuades sampai 150 ml. Selanjutnya sampel yang telah diencerkan
ditambahkan NaOH 10% dan NaCl 30% masing-masing 5 ml kemudian di add hingga
volume 250 ml. Selanjutnya sampel diaduk dengan menggunakan strirer selama 15 menit.
Setelah itu sampel di saring dan di cek pH nya, Larutan didapatkan dengan pH basa, maka
dinetralkan dengan HCl.
Sampel ditambahkan NaCl dengan tujuan untuk menurunkan kelarutan dari natrium
benzoat dalam air karena NaCl lebih bersifat polar dibandingkan natrium benzoat sehingga
air akan cenderung mengikat NaCl dibandingkan natrium benzoat. Penambahan NaOH
berfungsi dalam pembentukan garam dan HCl berfungsi untuk menetralkan kelebihan basa
yang disebabkan akibat penambahan NaOH. Natrium benzoat sendiri merupakan bentuk
garam yang akan larut didalam air dan memebentuk asam benzoat dan natrium hidroksida.
Kemudian filtrat dimasukkan kedalam corong pisah dan dilakukan penambahan
kloroform sebanyak volume larutan sampel yang dimasukkan kedalam corong (perbandingan
1:1) lalu dilakukan pengocokan perlahan-lahan untuk menghindari terbantuknya emulsi.
Proses ini merupakan tahap ekstraksi natrium benzoat yang terdapat didalam sampel, metode
yang digunakan disebut metode ekstraksi cair-cair. Prinsip dari ekstraksi cair-cair adalah
pemisahan senyawa dalam pelarut tertentu sehingga terjadi distribusi komponen, dimana
sebagian komponen akan larut didalam salah satu pelarut, dan sebagian lagi akan larut dalam
fase yang lain. Pada praktikum kali ini ektraksi cair-cari menggunakan dua pelarut yaitu air
dan kloroform. Asam benzoat merupakan bentuk asam dari garam natrium benzoat yang
sukar larut didalam air namun dapat larut dalam pelarut kloroform, dengandemikian asam
benzoat akan terpisah dengan sampel minuman dan dengan mudah dapat diidentifikasi.
Setelah didapatkan larutan fraksi kloroform di panaskan diatas penangas air hingga
menyusut dan menyisakan sedikit larutan. Selanjutnya ditambahkan 25 ml alkohol dan 25 ml
air, dihomogenkan, kemudian diberikan indikator fenolftalein. Titrat siap untuk dititrasi
dengan NaOH. Fraksi kloroform dipanaskan untuk menguapkan sehingga didapatkan larutan
yang lebih kental. Kloroform sendiri akan mendidih pada suhu 61,2 C sedangkan titik didih
asam benzoat adalah pada 249,3 C. Sehingga dalam prosedur ini pemanasan dilakukan
dengan suhu tidak lebih dari 100 C untuk menguapkan kloroform tanpa merusak kadar
benzoat. Penambahan alkohol dan air sebanyak 25 ml untuk mengganti pelarut yang hilang.
Karena titrasi merupakan reaksi asam basa melibatkan pertukaran ion H+ dan OH- dalam
pelarut air, maka perlu ditambahakan pelarut untuk media pereaksi. Asam benzoat sendiri
sukar larut didalam air sehingga digunakan pelarut campur air dan alkohol dengan
perbandingan 1:1.
Titrasi dilakukan dengan pentitrat NaOH dan indikator fenolftalein. Asam benzoat
memiliki pH sekitae 3 dan untuk natrium benzoat sendiri memiliki pH sekitar 4,8. Oleh
karena itu digunakan titrat NaOH yang merupakan basa. Indikator fenolftalein merupakan
indikator basa yang akan menunujukkan perubahan pada rentang pH 8-10 dan tidak akan
menunjukkan warna pada pH asam. Pada proses titrasi asam basa, ketika jumlah titran yang
ditambahkan (NaOH) ekuivalen dengan jumlah analit (asam benzoat) secara stoikiometri,
maka titik ini disebut titik ekuivalen. Namun titik ini tidak akan bisa diamati dengan
pengamatan mata. Pada saat mulai terjadi perubahan warna yang menunjukkan titrasi harus
dihentikan, maka titik ini disebut tititk akhir titrasi. Untuk pengamatan secara visual, hasil
titrasi hanya dapat diamati pada titik akhir, dan titik ini bukanlah titik hasil sebenarnya. Oleh
karena itu untuk mengecilkan jarak antara titik ekivalen dan titik akhir pada saat mentitrasi
hentikan sampai warna titran lembayung tipis, jangan sampai warna titran berubah terlalu
pekat.
Pada percobaan yang kami lakukan, pemanasan kloroform yang kami lakukan terlalu
lama hingga kloroform tepat habis semua. Namun ketika wadah yang sama ditambahkan
pelarut air:alkohol dan dititrasi masih merubah warna indikator pada volume tertentu. Jika
sampel yang kami buat gagal karena tidak menyisakan Asam benzoat karena ikut menguap
bersama kloroform yang habis, maka tidak dibutuhkan volume tertentu untuk fenolftalein
menunjukkan perubahan, cukup tetesan pertama dan kedua fenolftalein akan bereaksi karena
yang ada pada titran hanyalah NaOH dengan pH basa sekita 9. Namun pada sampel kami
menunjukkan perubahan pada volume 0,5 mL, hal ini menunjukkan adanya penetralan basa
NaOH oleh asam benzoat yang terdapat didalam sampel titran, sehingga didapatkan volume
akhir titrasi dan kadar benzoat pada sampel dapat ditentukan yaitu kurang lebih 71,79 mg/kg.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Batas maksimum penggunaan natrium benzoat pada minuman ringan yaitu 600
mg/kg (BSN, 1995). Pemakaian natrium benzoat diatur dalam Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 722/Menkes/Per/IX/88 yaitu tidak boleh melebihi
dosis 1 g/kg adonan (Nurman, 2018). Ambang penggunaan bahan pengawet yang
diijinkan adalah batasan dimana konsumen tidak keracunan dengan penambahan
pengawet. Penambahan pengawet beresiko bagi kesehatan tubuh, jika terakumulasi
secara terus menerus dan dalam waktu yang lama. Metode pengujian kadar natrium
benzoat dilakukan dengan titrasi asam basa. Hasil dari perhitungan yang dilakukan yaitu
71,79 mg/kg.

4.2 Saran
Ketika menggunakan NaOH, HCl, dan kloroform harus berhati-hati. Perubahan
warna pada titrasi sangat cepat sehingga dibutuhkan fokus praktikan. Penguapan
kloroform harus diamati dengan baik karena volume kloroform saat mendidih sangat
cepat habis.
DAFTAR PUSTAKA

Nurman, S., Muhajir, dan Virna Muhardina. (2018). Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat
Dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Minuman Sari Nanas (Ananas Comosus L.).
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian. Vol 15 (3): 140-146
Sella. (2013). Analisis Pengawet Natrium Benzoat Dan Pewarna Rhodamin B Pada Saus
Tomat J Dari Pasar Tradisional L Kota Blitar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya. Vol 2 (2)
Badan Standardisasi Nasional Indonesia. 1995. Bahan Tambahan Pangan.
Winarno, F.G.dan Titi S.R, 1994, Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Minuman, Penerbit
PT Pustaka harapan, Jakarta.
Afifah A, D., & Fitri, F. 2020. Identifikasi Kualitatif Dan Kuantitatif Natrium Benzoat Pada
Saus Cabai Yang Dijual Di Beberapa Pasar Di Kota Padang. In Jurnal Kesehatan
Andalas (Vol. 9). Http://Jurnal.Fk.Unand.Ac.Id

Anda mungkin juga menyukai