Anda di halaman 1dari 37

MODUL PRAKTIKUM

ANALISIS KEHALALAN OBAT, MAKANAN


DAN KOSMETIK

TIM PENYUSUN:
Dr. Apt. Zilhadia,M.Si
Dr. Apt. Supandi,M.Si
Dr. Apt. Herdini, M.Si

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1
2020

TATA-TERTIB PRAKTIKUM

1. Para praktikan harus sudah siap di depan zoom praktikum lima menit sebelum
waktu praktikum dimulai
2. Sebelum praktikum dimulai, eksperimen yang akan dikerjakan harus sudah
dipersiapkan, dibuat rencana kerja dan pembagian waktu dalam sebuah buku
catatan, serta latar belakang teori yang sudah dikuasai.
3. Praktikan yang oleh asisten dinilai tidak siap, tidak diperbolahkan mengikuti
praktikum.
4. Segala pengamatan ditulis dalam buku catatan praktikum
5. Setiap kelompok diharuskan membuat satu laporan untuk setiap eksperimen,
dan laporan harus dikumpulkan selambat-lambatnya satu minggu setelah
eksperimen dikerjakan.
6. Laporan harus mengandung :
- nama-nama praktikan
- tanggal eksperimen dilakukan
- judul eksperimen
- prinsip teori
- tatakerja yang singkat
- pengamatan
- reaksi-reaksi dan perhitungan
- pembahasan hasil
- kesimpulan
7. Praktikan hanya diperbolehkan menggunakan laboran pada waktu
praktikumnya sendiri, kecuali jika mendapat izin dari penanggung jawab
praktikum.
8. Jika berkesempatan untuk praktikum luring, di dalam laboratorium praktikan
diharuskan memakai baju praktikum (jas lab)
9. Inventarisasi alat-alat dilakukan pada waktu-waktu yang ditetapkan sebelum
dan sesudah masa praktikum. Alat-alat yang diterima menjadi tanggung jawab

2
kelompok. Jika ada alat yang pecah atau hilang kelompok harus melaporkan
kepada laboran.
10. Selama praktikum, baik daring maupun luring, praktikan harus menjaga
ketenangan dan kebersihan.
11. Selama kegiatan praktikum tidak diperbolehkan makan, minum, atau merokok.

3
KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA

Untuk mahasiswa yang melakukan pembuatan reagensia (yang berdomisili di


wilayah Tangerang Selatan-Jakarta Selatan) dan pembuatan model praktikum
melalui video Bersama tim dosen, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
Bekerja di laboratorium tidak lepas dari kemungkinan bahaya dari eksperimen
kimia, berbagai jenis bahan kimia dan bahan-bahan yang bersifat najis
muthawasithoh dan mukhaladzah. Dengan memahami berbagai aspek bahaya dan
keamanan darin sisi najis, menguasai teknik-teknik bekerja di laboratorium,
melakukan persiapan dengan baik, menjaga kerapihan dan memperhatikan
tatatertib di laboratorium dapat menciptakan keselamatan dan keamanan kerja.

A.Tata tertib laboratorium untuk pembuatan reagensia dan model praktikum

1. Setiap mahasiswa harus menggunakan:


a. jas lab
b. sarung tangan untuk menangani zat-zat kimia/bahan tertentu yang berbahaya

c. kaca mata pelindung atau goggles. Jika bekerja dengan menggunakan zat
asam atau basa pekat atau melakukan pekerjaan dengan bahan yang mudah
meladak (eksplosif) perlu menggunakan pelindung muka

2. Setiap mahasiswa harus memperhatikan sifat zat dan membaca penjelasan pada
setiap kemasan
3. Setiap praktikan harus menangani bahan kimia sesuai dengan karakteristiknya
dengan melihat tabel keselamatan bahan yang telah disediakan
4. Pembuangan bahan kimia sisa: a) jumlah besar : tempatkan pada sebuah wadah
plastik dan hanya digunakan untuk senyawa kimia yang tidak terkloronisasi.
Bahan kimia ini akan dibuang dalam waktu yang telah ditentukan, b) jumlah
kecil : tempatkan bahan kimia dalam jumlah kecil pada wadah plastik kecil yang
diberi label jenis senyawa dan dibuang pada tempat khusus
5. Gunakan fume hood untuk bahan-bahan kimia yang menghasilkan uap beracun
sesuai dengan “data sheet safety”.

4
6. Pastikan setiap senyawa kimia pada lemari pendingin diberi label sesuai dengan
isinya dan masa pakai

B. Beberapa hal yang dilarang di laboratorium:

1. Makan,minum,merokok,menggunakan kosmetik, memasang dan mencopot


kontak lensa, menggunakan perhiasan di laboratorium

2. Melakukan pemipetan zat kimia/cairan berbahaya lainnya secara oral

3. Menggunakan sepatu bertumit tinggi ketika bekerja di lab

4. Meletakkan bahan yang mudah terbakar seperti alkohol dekat sumber api .

C. Hal-hal yag dianjurkan:

1. Pemipetan sebaiknya dilakukan dengan penyedot


2. Makanan tidak boleh disimpan pada lemari pendingin yang disediakan
untuk senyawa kimia atau radioaktif
3. Zat atau bahan berbahaya yang tumpah harus dibersihkan dengan cara yang
aman
4. Apabila senyawa mudah terbakar tumpah , segera matikan alat-alat yang
dapat menghasilkan percikan api dan panas tinggi (ex pemanas dan oven),
matikan semua alat listrik

D. Hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan

1. Beritahu penanggung jawab laboratorium jika terjadi kecelakaan


2. Jika cairan berbahaya tersedot (belum tertelan), segera muntahkan dan
kumur-kumur dengan air bersih dalam jumlah banyak.
3. Jika zat tertelan berikan zat penawar sesuai dengan jenis larutan yang
terminum seperti:a) Asam ;diencerkan dengan minum banyak air diikuti
dengan air sadah atau susu, b) Alkalis; dilarutkan dengan minum banyak

5
air diikuti dengan minum cuka, lemon atau jus jeruk atau susu, c)garam-dari
logam berat; berikan putih telur atau susu
4. Akibat tumpahan zat kimia/bahan berbahya:
- apabila terkena mata; dicuci dengan air mengalir dalam jumlah besar
selama 15 menit
- apabila terkena kulit; dicuci dengan air mengalir yang banyak dan
secepatnya.

E. Terkena Najis Mukhaladzoh

Jika terkena najis mukhaladzoh (najis berat) berupa semua bahan dari babi
beserta turunannya maka dilakukan pencucian menggunakan air sebanyak 7 kali,
salah satu dicampur dengan tanah (disediakan di laboratorium)

Zat yang bersifat racun

Bila zat yang anda hadapi belum anda kenal, lebih aman bila anda
menganggap zat tersebut sebagai racun, sebelum anda mempelajari dan meyakini
benar bahwa zat tersebut bukan racun

Sebenarnya suatu zat disebut racun atau bukan tergantung kepada dosis
(banyaknya zat yang masuk kedalam tubuh . Contohnya 1 gram dapur dapat
membunuh seekor tikus, tetapi sangat diperlukan oleh manusia.

Zat racun dapat masuk ke tubuh manusia secara/melalui


pernapasan,(terhirup kedalam paru-paru), kulit atau luka di kulit, termakan melalui
mulut.

Zat Bersifat Korosif

Sifat korosif adalah sifat yang dapat merusak benda atau alat . Zat bersifat
korosif juga mempunyai sifat merangsang, karena itu dapat juga menimbulkan
bahaya bagi manusia, karena dapat menimbulkan iritasi, antara lain dapat
menimbulkan luka bila terkena kulit (HCl pekat, H2SO4).

Zat korosif dapat berupa zat padat, zat cair maupun berupa gas, contoh:

6
Zat padat; NaOH, NaCO3, Ba(OH)2, Na, P, AgNO3,

Zat cair : HNO3, H2SO4, HCl, H3PO4, HF, HCOOH, CH3COOH

Gas/uap: NH3, SO2, AsCl3, NO2, CO

Zat karsinogen: Benzidin, Etilen amina, 3,3diklorobenzidin, beta naftil amina, N-


nitroso dimetil amina, beta-propiolak

7
Analisis Deteksi Daging Babi pada Bakso Sapi Menggunakan Metode

Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Real-Time PCR


(Praktikum I-IV)

Pendahuluan
Makanan halal menjadi isu yang sangat penting bagi Negara dengan
penduduk mayoritas muslim seperti Indonesia. Namun pada era globalisasi dan
perdagangan bebas, sangat banyak produk import yang masuk ke Indonesia. Salah
satu produk yang rawan terhadap kehalalannya adalah produk daging sapi. Produk
daging sapi sering dicampur dengan daging babi. Produk daging sapi yang
mengandung daging babi terjadi di Malang, Bogor, Bandung, Surabaya dan Bali,
bahkan terjadi juga di Saudi Arabia . Karena itu diperlukan analisis cemaran daging
babi pada produk daging sapi yang akurat, sensitive dan spesifik. Salah satu produk
daging sapi yang disukai oleh penduduk Indonesia adalah Bakso.
Pada daging bakso, DNA daging sapi dapat dideteksi menggunakan
Polymerase Chain reaction (PCR) dan Real Time. Amplifikasi DNA menggunakan
PCR mempunyai beberapa keuntungan yaitu: DNA mempunyai sifat stabil,
prosedur ekstraksi sederhana dan mudah, dan meskipun DNA sudah terfragmentasi
oleh pemanasan, tetap dapat dilakukan analisis.
Analisis tahap awal hasil isolasi DNA adalah dengan elektroforesis.
Elektroforesis adalah suatu cara untuk memisahkan fraksi suatu campuran
berdasarkkan pergerakan artikel koloid yang bermuatan dibawah pengaruh medan
listrik. Cara elektroforesis telah diigunaakan untuk analisa virus, asam nnukleat,
enzim, dan protein lain, serta molekul-molekul organik dengan berat molekul
rendah seperti asam amino. (Westermeier, 2004)
Salah satu gel yang dapat digunakan pada elektroforesis adalah gel agarosa.
Agarosa digunakan untuk memisahkan, mengidentifikasi, dan memurnikan
fragmen-fragmen DNA dengan ukurang molekul lebih besar dari 100 pb dan
dijalankan secara horizontal. Molekul DNA termasuk senyawa bermuatan negatif.
Sifat ini menjadikan molekul DNA yang ditempatkan pada medan listrik akan
bermigrasi menuju kutub positif. (Sambrook et al.1989).

8
Isolat DNA yang dihasilkan dapat juga dianalisis dengan menggunakan
spektrofotometri DNA (DeNovix). Tujuan analisis ini adalah untuk mengukur
konsentrasi dan kemurnian DNA tersebut. Pengukuran isolat DNA dilakukan pada
panjang gelombang 260 nm dan 280 nm, sedangkan tingkat kemurnian DNA dapat
ditentukan dengan cara menghitung rasio antara nilai A260 dan A280 (Muladno,
2010). Molekul DNA dikatakan murni apabila nilai rasio A260/A280 berkisar
antara 1.8 – 2.0. Nilai rasio yang lebih rendah dari 1.8 menunjukkan adanya
kontaminasi protein sedangkan nilai rasio melebihi 2.0 menunjukkan adanya
kontaminasi RNA (Teare et al., 1997).

Analisis tahap lanjutan DNA adalah amplifikasi menggunakan Real Time


Polymerase Chain Reaction (RT PCR). Real Time Polymerase Chain Reaction
(RT-PCR) merupakan suatu teknik modifikasi dari Polymerase Chain Reaction
(PCR) dalam ilmu biologi molekular modern yang digunakan untuk
mengidentifikasi DNA atau RNA dalam sampel. Secara prinsip, Real Time
Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) maupun Polymerase Chain Reaction (PCR)
merupakan suatu proses amplifikasi DNA template yang dilakukan secara berulang
sehingga menghasilkan jumlah copy DNA sampai jutaan kalinya (Ma et al., 2006).

Tujuan
Mahasiswa mampu mengisolasi DNA, melakukan analisis deteksi daging
babi pada produk sapi menggunakan metode Real Time PCR.

Tugas Mahasiswa Sebelum Praktikum


Sebelum hari praktikum, mahasiswa membuat bakso yang mengandung
25% daging babi dan 75% daging sapi.

9
Praktikum I. Isolasi DNA pada bakso dengan metode Lisis Buffer.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah mortar, pipet mikro, tip, lemari pendingin 4°C,
mesin PCR, tabung mikrosentrifus 1,5 ml, rak tabung, mesin sentrifugasi,
timbangan, vorteks, microwave, spatula, pisau, elektroforesis tray, chamber
elektroforesis, scanner, comb, gel documentation. Alat gelas yang digunakan
adalah gelas ukur, labu Erlenmeyer (100 ml & 250 ml), gelas Beaker (250 ml), dan
tabung penyimpanan bahan (50 ml, 100 ml, 250 ml & 500 ml).
Bahan yang digunakan yaitu TE (Tris-Cl & EDTA) pH 8.0, etanol 70%,
isopropanol, potassium acetate solution, DNase-free RNase, Proteinase K, buffer
PCR LA Taq, agarosa, buffer 1xTAE, sybr safe 1x, loading dye dan dH2O.

Isolasi DNA sampel


Proses isolasi DNA dilakukan dengan menggunakan Wizard® Genomic
DNA Purification Kit (Promega).
1. Preparasi Jaringan Hewan dan Pelisisan Sel
Sebanyak 20 mg daging sapi segar, daging babi segar, dan sampel sosis sapi
dihancurkan sampai halus menggunakan pisau steril, lumpang alu dan
blender. Masing-masing daging dan sampel dimasukkan ke dalam
mikrosentrifuge tube 1,5 ml lalu ditambahkan 600 μl Nuclei Lysis Solution.
Masing-masing campuran tersebut dihomogenkan selama 10 detik kemudian
diinkubasi pada suhu 650C selama 30 menit.
2. Degradasi RNA dan Presipitasi Protein
Masing-masing campuran yang sudah diinkubasi ditambahkan 3 μl larutan
RNAse lalu diinkubasi kembali pada suhu 370C selama 30 menit. Selanjutnya
ditambahkan 200 μl Protein Precipitation Solution dan divortex, kemudian
didiamkan dalam ice selama 5 menit lalu disentrifugasi dengan kecepatan
16.000 rpm selama 4 menit.
3. Presipitasi dan Pelarutan DNA
Supernatan yang terbentuk ditambahkan 600 μl isopropanol kemudian
dihomogenkan lalu disentrifugasi dengan kecepatan 16.000 rpm selama 1
menit. Endapan yang terbentuk ditambahkan 600 μl etanol 70% kemudian

10
dihomogenkan lalu disentrifugasi kembali dengan kecepatan 16.000 rpm
selama 1 menit. Endapan yang terbentuk dipisahkan dengan etanol 70% lalu
endapan di keringkan selama 15 menit kemudian ditambahkan 100 μl DNA
Rehydration Solution, selanjutnya didiamkan selama 1 jam pada suhu 650C
dan disimpan pada suhu 40C.

11
Praktikum II. Analisis DNA menggunakan Agarosa

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah gel dokumen, 1 perangkat pembuat gel, dan
microwave.

Bahan-bahan yang digunakan adalah agarosa, TAE, DNA, loading dye dan
aquades.

Pembuatan gel agarosa


1. Gel agarosa 1% dibuat dengan menambahkan 0.3g agarosa dalam 30 ml
buffer TAE 1x, dipanaskan hingga larut dalam microwave.
2. Larutan agarosa didinginkan hingga suhu 400C dan dituang ke dalam tray,
Agarosa didinginkan hingga membeku selama 30-45 menit.

Elektroforesis
1. Gel diangkat dari cetakan dan dimasukan ke dalam chamber elektroforesis
dan ditambahkan buffer TAE 1x sehingga gel terendam kira-kira 1mm.
2. 10 µl sampel DNA dicampur dengan 2 µl loading dye.
3. Campuran sampel dengan loading dye dimasukkan ke dalam sumur gel.
4. Alat elektroforesis dinyalakan (diberi arus listrik) selama 30 menit, DNA
akan bergerak menuju muatan positif.
5. Hasil elektroforesis dilihat dengan menggunakan dokumentasi gel.

Pengamatan
Mahasiswa mengamati pita genom yang muncul.

12
Praktikum III. Deteksi Kemurnian DNA babi dan sapi dengan
Spektrofotometer

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah pipet mikro, tip, lemari pendingin 4°C, mesin
PCR, tabung mikrosentrifus 1,5 ml, rak tabung, elektroforesis tray, chamber
elektroforesis, scanner, comb, gel documentation. Alat gelas yang digunakan
adalah gelas ukur, labu Erlenmeyer (100 ml & 250 ml), gelas Beaker (250 ml), dan
tabung penyimpanan bahan (50 ml, 100 ml, 250 ml & 500 ml).

Cara Kerja
DNA yang sudah diisolasi dianalisis menggunakan Spektrofotometri UV
DNA (DeNovix). Proses analisis dilakukan dengan cara pada layar
Spektrofotometri UV DNA dipilih Nucleic Acid. Kemudian Sample port pada
Spektrofotometri UV DNA dibersikan menggunkan tisu dan sebanyak 1 μl DNA
Rehidration Solution yang digunakan sebagai blanko diteteskan di atas Sample port,
selanjutnya ditekan tombol “Blank” pada layar Spektrofotometri UV DNA. Sample
port dibersihkan kembali menggunakan tisu dan sebanyak 1 μl DNA sampel
diteteskan di atas Sample port, selanjutnya ditekan tombol “Measure” pada layar
Spektrofotometri UV DNA untuk mengukur kemurnian dan konsentrasi DNA
sampel. DNA dianalisis pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. Tunggu
beberapa detik kemudian akan muncul data kemurnian dan konsentrasi DNA.

13
Praktikum IV. Analisis DNA menggunakan RT PCR

1. Pembuatan Campuran Reaksi Real Time PCR


Campuran reaksi dibuat dengan volume total 20 μl yang terdiri dari 5 μl DNA
template; 3,8 μl Aquabidest; 0,4 μl primer forward 5 μM; 0,4 μl primer
reverse 5 μM; 0,4 μl UPL 10 μM; dan 10 μl LightCycler® 480 probe master
(enzim Taq DNA Polymerase, dNTP mix, dan 6,4 mM MgCl2).
2. Pembuatan sampel kedalam Multiwell Plate (Roched, 2008)
Campuran reaksi dimasukkan ke dalam multiwell plate pada well yang
diinginkan. Kemudian dihomogenkan dengan menaik turunkan pegas secara
perlahan dan ditutup dengan sealing foil. Dilakukan pemilihan program pada
LightCycler® 480 Real-Time PCR yang akan digunakan untuk proses
ampilifikasi. Setelah campuran reaksi total Real-Time PCR dan program
amplifikasi telah siap, campuran reaksi total Real-Time PCR yang diletakkan
pada multiwell plate yang ditutup menggunakan sealing foil kemudian
diletakkan pada mesin Real-Time PCR. Instrumen Real-Time PCR akan
mengamplifikasi DNA secara otomatis dan langsung memberikan hasil
amplifikasi melalui monitor dalam bentuk kurva.

Mesin PCR diprogram dengan kondisi siklus sebagai berikut:

untuk spesies sapi:


Denaturasi awal 940C selama 5 menit
Denaturasi 940C selama 45 detik
Annealing 610C selama 45 detik
Elongasi 720C selama 90 detik 30 siklus
Elongasi akhir 720C selama 5 menit
Penyimpanan 40C [∞]

Untuk spesies babi:


Denaturasi awal 940C selama 5 menit
Denaturasi 940C selama 50 detik
Annealing 610C selama 50 detik
Elongasi 720C selama 60 detik 30 siklus
Elongasi akhir 720C selama 5 menit
Penyimpanan 40C [∞]

14
Analisis Lemak Babi pada Formulasi Krim Kosmetik Menggunakan
Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan Khemometrik

Pendahuluan
Penggunaan krim kosmetik terus meningkat dari tahun ke tahun. Paparan
sediaan kosmetik dan bahan tambahan lainnya ke konsumen terjadi melalui rute
topical. Karena itu pertimbangan bahan menjadi hal yang sangat penting karena
bahan tersebut kontak langsung dengan kulit. Lemak babi umumnya digunakan
sebagai bahan peningkat viskositas pada beberapa produk kosmetik. Food, Drug
and Cosmetics (FDA) menyatakan bahwa minyak babi termasuk zat yang aman
digunakan. Produk kosmetik yang mengandung minyak babi diharamkan bagi
penganut Islam. Karena itu perlu dilakukan analisis kandungan lemak babi pada
sediaan krim kosmetik. Analisis dilakukan menggunakan FTIR.
FTIR merupakan salah satu metode spektroskopi yang memiliki beberapa
keuntungan. Analisisnya cepat, tidak merusak sampel, sensitive, sederhana dalam
penyiapan sampel dan ramah lingkungan karena tidak menggunakan banyak pelarut
organic dan anorganik.

Praktikum V. Formulasi sediaan krim yang mengandung minyak sapi dan


minyak babi

Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan analisis lemak babi pada formulasi krim kosmetik
menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan Khemometrik.

Tugas Mahasiswa Sebelum Praktikum


Membuat sediaan krim menggunakan fase minyak dari campuran minyak
babi dan minyak sapi

Bahan dan alat

15
FTIR, rotary evaporator, peralatan gelas, HCl, aqua destilata, pemanas, corong
pisah, labu, heksana, asam stearat, minyak babi, VCO, lanolin, setil alcohol dan
trietanol amin.

Pembuatan Sediaan Krim


Formula:
Asam stearat 3%
Minyak Babi atau minyak sapi 50%
Lanolin 4%
Aqua Destilata 39.5%
Cetil alcohol 1%
Trietanol amin 2.5%

Pembuatan:
1. Trietanolamin dan air dipanaskan pada suhu 70 oC (fase air).
2. Setil alcohol, asam stearat, lanolin dan Minyak Babi atau minyak sapi
dicampur, kemudian dipanaskan pada pada suhu 70 oC (fase minyak).
3. Fase minyak dituangkan ke dalam fase air, dicampur dengan magnetic
stirrer selama 30 menit sampai terbentuk krim.

Praktikum VI. Ekstraksi Minyak babi dan minyak sapi dari sediaan krim
dan analisis dengan FTIR
Ekstraksi Minyak Babi dan Sapi dari sediaan krim
1. 20 gram sampel ditambahkan 2 ml HCl pekat dan 18 ml air dikocok
terus menerus.
2. Filtrat dipindahkan ke corong pisah dan diekstraksi menggunakan 2 x
15 ml kloroform. Q2zxcv
3. Ekstrak kloroform dimasukkan ke dalam labu evaporator dan
dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40 oC.
4. Ekstrak yang telah dipekatkan dimasukkan ke dalam labu dan
dicukupkan volumenya sampai 25 ml dengan kloroform.
5. Kandungan minyaknya ditentukan dengan FTIR.

16
Analisis menggunakan FTIR
Alat FTIR dinyalakan. Plat tempat sampel dibersihkan dengan heksana, kemudian
dengan aseton dan ditunggu sampai asetonnya kering. Tetesan minyak sampel
diletakkan pada plat pada temperature kamar. Spektrum FTIR dipilih pada
frekuensi 4000-650 cm-1 dan resolusi 4 cm-1. Frekuensi vibrasi yang muncul
diamati dan data frekuensinya dimasukkan ke dalam software Minitab untuk
dianalisis menggunakan Chemometrics.

Principal Component Analysis (PCA)


Analisis PCA dilakukan menggunakan software Minitab 15. Data setiap panjang
gelombang dimasukkan ke dalam program Minitab 15.

Pengamatan dan Analisis Data


Perbedaan minyak babi dan minyak sapi dapat dilihat dari spectrum IR pada
daerah sidik jari. Analisis sediaan krim yang mengandung campuran minyak babi
dan VCO dilakukan menggunakan Chemometrics dengan teknik PCA.

17
Analisis Perbedaan Gelatin Sapi dan Gelatin Babi pada
Sediaan Kapsul Lunak Menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT) dan Principal Component Analysis

Pendahuluan
Salah satu penggunaan gelatin pada industri farmasi adalah pada proses
pembuatan kapsul. Kapsul dibuat untuk menutupi rasa dan bau tidak enak dari obat.
Kapsul gelatin lunak semakin sering dipilih karena berbagai alasan, seperti
keseragaman yang tinggi pada obat dengan kadar dosis rendah, melindungi zat aktif
di dalam cangkang dari oksigen sehingga zat aktif lebih stabil, adanya gelatin pada
komponen kapsul lunak menyebabkan obat lebih mudah larut dalam sistem
pencernaan, dan lebih banyak disukai oleh konsumen karena bentuknya yang lunak
sehingga mudah ditelan.
Penggunaan gelatin sebagai salah satu bahan baku kapsul lunak
menimbulkan kontroversi karena adanya kekhawatiran konsumen mengenai
kehalalan sumber gelatin. Hal ini semakin penting karena banyak produk kapsul
gelatin lunak yang tidak mencantumkan label halal karena banyak yang diimpor
dari negara lain yang tidak mengikuti kehalalan dalam membuat produknya. Karena
itu pada praktikum ini dilakukan analisis perbedaan gelatin kapsul sapi dan gelatin
babi pada sediaan kapsul lunak.

Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan analisis perbedaan gelatin sapi dan gelatin
babi pada sediaan kapsul lunak menggunakan metode KCKT.

Tugas mahasiswa sebelum Praktikum


Membuat cangkang kapsul lunak menggunakan bahan gelatin sapi, gelatin
babi, campuran gelatin sapi dan gelatin babi (cara pembuatan lihat di lampiran).

18
Praktikum VII. Hidrolisis Asam Amino

Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan adalah neraca analitik, vortex, oven, tabung ulir,
mikropipet beserta tipnya. Bahan yang digunakan adalah standar gelatin sapi,
standar gelatin babi, lembaran kapsul lunak yang dibuat sendiri, dan HCl 6 N.

Cara Kerja
1. Ditimbang sebanyak 0,1 gram masing-masing sampel standar gelatin sapi,
standar gelatin babi, lembaran kapsul gelatin lunak yang dibuat sendiri dari
standar gelatin sapi dan babi, dan produk kapsul lunak yang telah
dikeluarkan isinya, dilarutkan dalam 5 mL HCl 6 N.
2. Setelah itu, gas oksigen dihilangkan dengan penambahan gas nitrogen untuk
mencegah oksidasi. Tabung reaksi ditutup, kemudian divortex.
3. Hidrolisis pada suhu 1100C selama 22 jam di dalam oven.

19
Praktikum VIII. Derivatisasi dan Penentuan Profil Asam Amino

Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan adalah KCKT, neraca analitik, vortex, oven,
tabung ulir, mikropipet beserta tipnya, lemari pendingin (refrigerator), syringe
filter 0,45 µm, gas nitrogen dan penangas (hot plate).
Bahan-bahan yang digunakan adalah Reagen kit terdiri dari AccQTag, Fluor
Borate Buffer, AccQTag Fluor Reagen serbuk (6-aminoquinolil-N-hidroksi-
succinimidil karbamat – AQC), AccQTag Fluor Reagen Diluent, dan Hidrolisat
Asam Amino Standar (tiap ampul mengandung 2.5mM campuran hidrolisat asam
amino yaitu asam aspartat (Asp), serin (Ser), asam glutamat (Glu), glisin (Gly),
histidin (His), arginin (Arg), treonin (Thr), alanin (Ala), prolin (Pro), tirosin (Tyr),
valin (Val), metionin (Met), lisin (Lys), isoleusin (Ile), leusin (Leu), fenilalanin
(Phe), triptofan, kecuali sistein (Cys) 1.25mM(2) Standar gelatin komersial sapi dan
babi dari Sigma, Lembaran kapsul gelatin lunak yang dibuat dari standar gelatin
babi dan sapi (kapsul lunak simulasi), aquabidest, asetonitril grade KCKT, HCl 6
N dan AABA (α-aminobutyric acid).

Cara Kerja
Proses derivatisasi sampel
1. Setelah dihidrolisis, campuran didinginkan pada suhu ruang. Isi tabung
reaksi dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan aquabides
sampai tanda batas, lalu disaring dengan filter 0,45µm.
2. Dipipet 500 µL filtrat lalu tambahkan 40 µL larutan standar internal (6,45
mg α-aminobutyric acid dalam 25 mL HCl 0.1M) dan 460 µL aquabidest.
Dipipet 10 µL larutan, tambahkan 70 µL AccQ.Tag Fluor borate, divortex.
3. Ditambahkan 20 µL reagen fluor A, divortex, didiamkan selama 1 menit.
4. Diinkubasi selama 10 menit pada suhu 550C, lalu suntikkan 5 µL filtrat pada
KCKT.

20
Analisis Sampel dengan KCKT dan PCA
1. Sebanyak 5 µL filtrat diinjeksikan ke dalam kolom KCKT dengan kondisi
: AccQ•Tag kolom C18, 4 μm (3.9 x 150 mm), temperatur kolom 37°C, laju
alir fase gerak 1,0 mL/menit,
2. Kromatografi menggunakan sistem gradien dengan fase gerak AccQTag
Eluent A (buffer asetat-fosfat) dan Acetonitril 60% grade KCKT (campuran
60% asetonitril dan 40% aquabidest);detektor fluoresen pada panjang
gelombang eksitasi 250 nm dan emisi 395 nm.

Pengamatan dan Analisis Data


Selanjutnya data kromatogram dianalisis dengan teknik PCA. Data % height
atau % tinggi dari kromatogram baik standar gelatin sapi dan babi, lembaran kapsul
gelatin lunak sapi dan babi dimasukkan kedalam software Minitab 15 untuk
membedakan komposisi asam amino pada standar gelatin, lembaran kapsul gelatin
lunak dan produk kapsul lunak.
Tabel 2. Sistem Gradien
Waktu Laju Alir %A %B
(menit) (ml/menit)
1 1.00 100.0 0.0
2 0.50 1.00 98.0 2.0
3 15.00 1.00 93.0 7.0
4 19.00 1.00 89.0 11.0
5 32.00 1.00 66.0 34.0
6 33.00 1.00 66.0 34.0
7 34.00 1.00 0.0 100.0
8 39.00 1.00 0.0 100.0
9 40.00 1.00 100.0 0.0
10 45.00 1.00 100.0 0.0

Keterangan %A = AccQTag Eluent A : %B = Acetonittril 60%

21
Analisis Perbedaan Gelatin Sapi dan Gelatin Babi pada
Produk Jadi menggunakan Sodium Dodesil Sulfat-Poliakrilamid Gel
Elektroforesis dan Teknik Principal Component Analysis (PCA)

Pendahuluan
Gelatin digunakan secara luas pada produk farmasi dan makanan.
Umumnya gelatin digunakan sebagai zat tambahan dengan fungsi penstabil,
pengemulsi, bahan pembentuk gel dan bahan pembentuk busa. Sumber utama
gelatin adalah dari mamalia khususnya kulit sapi dan kulit babi. Sumber gelatin dari
babi menjadi isu controversial bagi penduduk dengan mayoritas muslim. Karena itu
diperlukan analisis perbedaan gelatin babi dan gelatin sapi.
Denaturasi kolagen menyebabkan hancurnya ikatan hidrogen dan ikatan
sulfida pada struktur protein sehingga hilangnya konformasi triple helix. Gelatin
yang diproduksi oleh pabrik terdiri dari campuran rantai α dengan ukuran 100 kDa,
rantai β dengan ukuran 240 kDa dan rantai γ dengan ukuran 400 kDa. Distribusi
ukuran ketiga rantai ini ditentukan oleh kondisi proses hidrolisis asam atau basa,
dan kekuatan asam yang digunakan. Produksi gelatin dari kulit babi umumnya
menggunakan hidrolisis asam dan ini mempunyai keuntungan untuk pembedaannya
dengan gelatin babi yang diproses dengan hidrolisis basa pada analisis
menggunakan elektroforesis.

Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan Analisis Perbedaan Gelatin Sapi dan Gelatin
Babi pada Produk Jadi menggunakan Sodium Dodesil Sulfat-Poliakrilamid Gel
Elektroforesis dan Teknik Principal Component Analysis (PCA).

Tugas Mahasiswa Sebelum Praktikum


Menyediakan marshmallow dan lembaran kapsul lunak yang telah dibuat
pada praktikum sebelumnya.

22
Praktikum IX-X. Analisis Perbedaan Gelatin Sapi dan Gelatin Babi pada
Produk Jadi menggunakan Sodium Dodesil Sulfat-Poliakrilamid Gel

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah seperangkat alat SDS-PAGE, mikropipet, tube
1,5 ml dan pipet. Bahan yang digunakan adalah gelatin babi (tipe A), gelatin sapi
(tipe B), marshmallow, cangkang kapsul, SDS, glisin, tris-base, 2-mercaptoethanol,
N,N,N’,N’-tetrametiletilendiamin (TEMED), gliserol, ammonium persulfat, dapar
tris-HCl pH 8,8, dapar tris-HCl pH 6,8, dinatrium etilendiamin tetra asetat,
bromphenol blue, urea, akrilamid dan bis akrilamid.

Penyiapan Standar
1. Gelatin babi dan gelatin sapi disiapkan dengan melarutkan serbuk gelatin
pada 1 ml 8 M dapar sampel urea-SDS yang terdiri dari 8 M urea, 2% SDS,
10 mM EDTA, 0,5 M Tris-HCl, 1,114 g/ml 2 mercaptoethanol, 10%
gliserol, 0,05% bromphenol blue.
2. Campuran divortex sampai terlarut sempurna. Campuran disentrifugasi
pada 3000 rpm selama 3 menit . 10 µl supernatant yang mengandung kira-
kira 8 µg protein dimasukkan ke dalam sumuran untuk selanjutnya
dilakukan elektroforesis.

Penyiapan Marshmallow dan Cangkang Kapsul


1. Marshmallow dan lembaran cangkang kapsul dipotong kecil-kecil
menggunakan gunting dan dipindahkan ke dalam tabung bertutup yang
mengandung aqua destilata.
2. Campuran dikocok pada hot plate sampai terlarut sempurna.

Ekstraksi Gelatin
1. Campuran aseton dingin dan aqua destilata digunakan untuk mengekstraksi
protein dari gelatin. Efisiensi hasil ekstraksi diuji dengan melihat pola pita
polipeptida dengan pola pita gelatin standar. 80 µl aseton dingin (-20 oC)
ditambahkan 200 µl kapsul/marshmallow yang telah dilelehkan atau
makanan yang telah diencerkan.

23
2. Campuran divortex dan diinkubasi selama semalam pada -20 oC dan
disentrifugasi pada 14000 rpm menggunakan sentrifus selama 10 menit.
Supernatan dibuang dan pellet dikeringkan dengan vakum dari residu aceton
di lemari asam.
3. Pellet protein dilarutkan dalam 8M dapar sampel Urea-SDS.
4. Gelatin diekstraksi menggunakan aqua destilata dengan cara
mencampurkan 200 µl gel yang dilelehkan dengan 8M Dapar sampel Urea-
SDS. Campuran divortex sampai tercampur dengan baik. Volume buffer
sampel dibuat masing-masing berbeda untuk mendapatkan pola pita yang
jelas.

Elektroforesis
1. Gel yang digunakan terdiri atas dua bagian, yaitu gel penumpuk (stacking
gel) dan gel pemisah (running/separating gel). Konsentrasi separating gel
yang digunakan adalah 12% dan konsentrasi stacking gel yang digunakan
adalah 5%. Gel dibuat untuk dua cassette gel. Proses pembuatan running
gel dibuat dengan cara mencampurkan 3,4 ml aquabidest, 4 ml acrylamide
solution 30%, 2,5 ml buffer tris HCl pH 8.8, 0.1 mL SDS 10%, 0.1 ml
ammonium persulfat 10% dan 0.01 mL TEMED sambil digoyang perlahan
untuk menghomogenkan.
2. Running gel yang masih cair tersebut dimasukkan ke dalam kaca cetakan
setinggi batas atas kemudian ditambahkan aquadest sampai batas ujung kaca
untuk meratakan permukaan gel, lalu dibiarkan sampai membeku.
3. Setelah gel membeku, aquadest dibuang dari cetakan dan diganti dengan
stacking gel. Stacking gel dibuat dengan cara mencampurkan 2.85 ml
aquabidest, 0.85 ml acrylamide solution 30%, 1.25 ml buffer tris HCl pH
6.8, 0.05 ml SDS10%, 0,05 ml ammonium persulfat 10% dan 0.005 mL
TEMED sambil digoyang perlahan untuk menghomogenkan.
4. Kemudian sisiran pembuat sumur dimasukkan ke dalam stacking gel yang
masih cair agar terbentuk cetakan sumur. Lalu gel dibiarkan sampai
membeku.
5. Setelah sisiran diangkat, tercetak sumur-sumur sesuai dengan jumlah gerigi
pada sisiran sebagai tempat sampel. Cairan stacking gel yang tersisa pada

24
sumur dikeringkan dengan menggunakan potongan kertas saring. Cassette
gel yang sudah jadi selanjutnya dipasang pada alat elektroforesis. Gel
dipasang, kemudian buffer elektroforesis dimasukkan perlahan agar tidak
menimbulkan buih dan alat elektroforesis dirangkai. Komposisi buffer
running elektroforesis yang digunakan yaitu tris (hydroxymethyl
aminomethane), SDS (sodium dodesil sulfat) dan glisin.
6. Selanjutnya, campuran sampel dan buffer sampel dipanaskan pada suhu
100oC selama 10 menit, lalu diangkat dan langsung didinginkan
menggunakan es batu yang dihancurkan. Campuran tersebut dimasukkan ke
dalam setiap sumur Sebagai standar digunakan marker yang telah diketahui
berat molekulnya. Marker ditambahkan sampel buffer. Volume marker
yang dimasukkan ke dalam sumur adalah 5 µL, volume sampel dimasukkan
ke dalam sumur sebanyak 5 µl.
7. Elektroforesis dijalankan (running) pada tegangan 120 volt dan arus listrik
40 mA selama kurang lebih 2 jam hingga sampel mencapai 1 cm di atas
batas bawah gel. Setelah proses pemisahan berakhir, gel dilepas dari plate
gel menggunakan spatula khusus secara perlahan-lahan dari ujung kiri atas
running gel.

Pewarnaan (Staining) dan Pencucian (Destaining)


1. Pewarnaan gel dilakukan dengan larutan staining (campuran terdiri dari
Coomassie blue R-250 100 mL, asam asetat, metanol, dan aquadest)
semalaman sambil digoyang konstan menggunakan shaker
2. Gel dicuci dengan larutan destaining (campuran terdiri dari asam asetat,
metanol, dan aquadest) selama 2 jam sambil digoyang konstan
menggunakan shaker, kemudian gel dicuci lagi menggunakan larutan
destaining yang baru sampai yang terlihat dengan jelas berwarna biru hanya
pita-pita protein.
3. Kemudian gel difoto dengan menggunakan alat Gel-doc. Lalu gel disimpan
untuk diawetkan menggunakan lembaran plastik transparan. Sebelum gel
disimpan, gel ditambahkan dengan gliserol sebanyak 5 tetes dan diratakan
ke seluruh permukaan gel.

25
Pengamatan dan Pengolahan Data
Berat molekul protein sampel dapat dihitung dari persamaan regresi antara
mobilitas relatif marker protein (standar protein) dengan log dari berat molekul
marker yang telah diketahui. Standar protein yang digunakan adalah marker protein.
Penentuan berat molekul sampel dihitung dari persamaan linier kurva
standar yang dapat dicari dari hubungan antara mobilitas elektroforetik (Rf) dengan
logaritma dari berat molekul (BM) sehingga dapat diperoleh persamaan regresi
linier. Mobilitas relatif protein dihitung dengan membandingkan jarak migrasi
protein yang diukur dari sumur stacking gel sampai ujung pita protein dan
dibandingkan dengan jarak batas migrasi terakhir semua protein (tracking dye).

Mobilitas relatif tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:


Rf = Jarak Pita (cm)
Batas migrasi terakhir (cm)
Nilai Berat Molekul yang diperoleh dimasukkan ke dalam Program Minitab 15 dan
dilakukan pengolahan data dengan software tersebut. Selanjutnya dilakukan
interpretasi data.

26
Analisis Bilangan Peroksida pada Minyak Goreng
(Parameter Kerusakan Minyak)
(Praktikum XI)

Pendahuluan
Bilangan peroksida adalah bilangan yang terpenting untuk menentukan
derajat kerusakan pada minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh akan sangat
mudah teroksidasi dan membentuk senyawa peroksida. Jumlah senyawa peroksida
dapat ditentukan dengan cara iodometri, yaitu berdasarkan reaksi antara alkali
iodide dalam larutan asam dengan oksigen pada peroksida. Iod yang dibebaskan
pada reaksi ini dititrasi dengan natrium tiosulfat (Na2S2O3).

Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan analisis kerusakan minyak berdasarkan
bilangan peroksidanya.

Alat dan Bahan


Alat-alat yang diperlukan terdiri dari: timbangan, labu ukur, pemanas, buret
dan Erlenmeyer bertutup. Bahan yang diperlukan terdiri dari: Minyak baru, minyak
bekas, kalium iodide jenuh, larutan natrium tiosulfat, larutan kanji, larutan AAK
yang terdiri dari asam asetat 20 ml, alcohol 25 ml dan kloroform 55 ml.

Cara Kerja
1. 2,5 g minyak ditimbang dalam Erlenmeyer bertutup, ditambahkan larutan
AAK sebanyak 25 ml.
2. Setelah melarut, ditambahkan KI jenuh 0,5 ml dan didihkan selama 1 menit
ditempat gelap sambil dikocok.
3. Kemudian ditambahkan air suling 30 ml dan selanjutnya dititrasi dengan
natrium tiosulfat 0,2 N dengan indicator kanji.

27
Bilangan Peroksida = [(a – b).N.8.100]/berat sampel
Dimana: a= jumlah ml larutan natrium tiosulfat untuk titrasi sampel
b= jumlah ml larutan natrium tiosulfat untuk titrasi blangko
N= normalitas larutan natrium tiosulfat
8= setengah dari bobot atom oksigen

Pengamatan dan analisis data


Dilakukan perhitungan kandungan peroksida dalam sampel minyak bekas.
Kemudian dibuat pembahasan dengan mencantumkan reaksi oksidasi lemak.

28
Analisis Kadar Pengawet Natrium Benzoat pada Produk Makanan
(Praktikum XII)

Pendahuluan
Minuman ringan kemasan plastik pada umumnya menggunakan Bahan
Tambahan Makanan berupa pengawet dan pemanis. Minuman ringan ini banyak
menggunakan pengawet Natrium Benzoat dan pemanis buatan. Pengawet Natrium
Benzoat digunakan tujuannya manghambat atau memperlambat proses fermentasi
dan pengasaman. Penggunaan pengawet Natrium benzoat pada minuman ringan
dapat menyebabkan kanker karena Natrium Benzoat bersifat akumulatif. Praktikum
ini bertujuan mengetahui penggunaan Natrium Benzoat pada minuman ringan
kemasan plastik apakah penggunaannya memenuhi syarat sesuai dengan
Permenkes No. 722/Menkes/Per/IV/1998/Tentang Bahan Tambahan Makanan.
Penggunaan maksimum Natrium Benzoat menurut Permenkes No.
722/Menkes/Per/IV/1998/Tentang Bahan Tambahan Makanan adalah 600 mg/kg.
Tentang Bahan Tambahan Makanan yaitu kadar tertingi siklamat adalah 1,7393 dan
sakarin adalah 67,75 mg/kg.

Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan analisis kadar pengawet natrium benzoate
pada produk makanan

Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan adalah neraca analitik, labu ukur, gelas ukur,
Erlenmeyer, gelas piala, pipet tetes, mortar, pipet ukur, kertas pH, corong pisah dan
buret. Bahan yang diperlukan adalah: makanan yang akan dianalisis, kloroform,
NaOH 10%, NaOH 0,05N, NaCl 30%, aquadest, asam klorida, alcohol dan
indicator fenolphtalein.

Cara Kerja
1. 50 gram sampel dalam bentuk cairan atau padatan yang telah dihaluskan
diencerkan sampai 150 ml dalam suatu labu 250 ml.

29
2. Kemudian ditambahkan ke dalam larutan tersebut 5 ml NaOH 10% , 5 ml
NaCl 30% dan air sampai volumenya 200 ml, lalu dikocok selama 30 menit.
3. Setelah dikocok, air suling ditambahkan sampai tanda batas, lalu larutan
disaring dengan kertas saring whatman nomor 4.
4. Dipipet 50 ml larutan filtrate, lalu dinetralkan dengan HCl.
5. Selanjutnya ditambahkan 25 ml kloroform dan dikocok perlahan-lahan
untuk menghindari terbentuknya emulsi.
6. Lapisan air diambil, kemudian ditambahkan 25 ml alcohol dan 25 ml air.
Lalu dititrasi dengan NaOH 0,05 N menggunakan indicator fenolftalein
sampai terbentuk warna merah jambu.

30
Uji Aktivitas Enzim Diastase Pada Madu
(Praktikum XIII)

Pendahuluan
Larutan pati yang ditambahkan iod akan menghasilkan warna biru. Enzim
diastase akan mengubah pati menjadi gula. Dengan adanya aktifitas enzim diastase
warna biru pada larutan pati akan hilang. Semakin tinggi aktifitas enzim semakin
cepat hilangnya warna biru dari pati.

Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan uji aktivitas enzim diastase pada madu.

Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan adalah neraca analitik, pipet ukur, penangas air
dan tabung reaksi. Bahan yang digunakan adalah madu berbagai merk, larutan pati
dalam air suling, larutan I-KI dan aquadest

Cara Kerja
1. 1 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dilarutkan dengan
4 ml air suling.
2. Larutan dicampur dengan 1 ml larutan pati 1%, lalu dipanaskan pada
penangas air 40 oC selama 1 jam.
3. Larutan I-KI ditambahkan beberapa tetes sehingga perubahan warna terjadi.
Jika intensitas warna biru makin terang (berkurang) maka terdapat aktivitas
enzim diastase. Sebagai control digunakan larutan lainnya.

31
Analisis Penetapan Kadar Formalin
(Praktikum XIV)

Pendahuluan
Formalin adalah suatu senyawa kimia yang berbentuk gas dengan rumus
CH2O. Formaldehid merupakan suatu aldehida yang juga disebut metanal.
Larutannya tidak berwarna dan baunya sangat menusuk dan biasanya ditambah
metanol hingga 15% sebagai stabilisator.
Formaldehid atau formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi
kesehatan manusia. Dampak yang ditimbulkan dari konsumsinya tidak langsung
terlihat tetapi akan terasa bertahun-tahun kedepan setelah kadar formaldehid pada
tubuh terakumulasi. Dosis Fatal formaldehid adalah 60 – 90 mL (Dreisbach, 1982).
Ambang batas kadar Formaldehid yang dapat ditolerir oleh tubuh adalah 0,2
miligram per kilogram berat badan. (Anonim, 2006 ; Dir. Jen. POM., 2003 ).
Berdasarkan Peringatan Badan POM No. KH.01.04.53.094 tanggal 24 Juli
2007 tentang Produk Pangan Impor China dan produk pangan dalam negeri yang
Mengandung Bahan Berbahaya, Balai POM di daerah telah mengambil sampel di
beberapa sarana penjualan dan menguji kandungan formaldehid dalam produk-
produk tersebut yang hasilnya positif mengandung formaldehid. Sebelumnya
BPOM mengumumkan bahwa berdasarkan hasil penelitian tahun 2002 terhadap
700 sampel produk makanan yang diambil dari Pulau Jawa, Sulawesi Selatan dan
Lampung, 56% diantaranya mengandung Formaldehid. Karena itu perlu dilakukan
analisis kadar formalin. Metode yang dipilih adalah menggunakan cara titrasi
karena metode ini lebih mudah dan murah.

Tujuan
Mahasiswa mampu menganalisis kadar formalin yang terdapat pada suatu
bahan pangan.

Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan adalah : neraca analitik, mortar, labu ukur, buret,
kertas saring, corong pisah, gelas ukur dan pipet ukur. Bahan yang digunakan
adalah: sampel yang akan dianalisis, larutan formaldehid, larutan iodine, larutan

32
kalium hidroksida, larutan asam sulfat 30%, larutan natrium sulfat 0,1 N dan
indicator larutan amilum.

Cara Kerja
1. 1 g sampel yang diperkirakan mengandung formalin, ditambahkan air
sampai volume 100 ml.
2. Kemudian diambil 10 ml dari larutan, larutan tersebut ditambahkan 50 ml
0,1 N I2 dan 20 ml KOH 1N (larutan ini disimpan ditempat selama 15 menit,
sebelumnya tambahkan H2SO4 30% 5 ml).
3. Setelah itu dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N yang sebelumnya telah
ditambah 1 ml larutan amilum.
4. 1 ml iodine yang yang setara dengan 1,5013 mg formaldehid.

Titrasi blanko juga dilakukan.


Perhitungan:
HCHO = [1,5013 x (Vo – V)]/W .F x 100%
HCHO = Formaldehid
V = Volume Na2S2O3
V = Volume Na2S2O3 pada blanko
F = Valensi Na2S2O3
W = Berat sampel (gram)

33
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ibrahim A., 2008. Improved DNA Extraction Method for Porcine
Contaminants Detection in Imported Meat to The Saudi Market, Saudi
Journal of Biological Sciences 15 (2) 225-229.

Alaraidh. 2008. Improved DNA Extraction Method for Porcine Contaminants,


Detection in Imported Meat to The Saudi Market. Saudi Journal of
Biological Sciences, 15:2, 225-229.

Al-Qur’an

Anonim. 2006. Real-time PCR Application Guide. Bulletin 5279. USA: Bio-Rad
Laboratories.

Anonim. 2007. Technical Manual Maxwell® 16 DNA Purification Kits. Part#


TM284. USA : Madison.

Anonim. 2007. Technical Manual Maxwell® 16 Instrument Operating Manual.


Part2 TM274. USA : Madison.

Anonim. 2008. LightCycler® 480 Probes Master. 0706-04719883001 . Germany :


Mannheim.

Anonim. 2008. The LightCycler® 480 Instrument Operator’s Manual-Software


Version 1.2. 0606-04763670001. Germany : Mannheim.

Anonim. 2008. The LightCycler® 480 System, Unleash the Potential of Real-Time
PCR. 0508-05237645001 . Germany : Mannheim.

Arnesen and Gildberg, 2002, Preparation and Characterization of Gelatin from the
Skin of harp seal, Bioresource Technology, 82:191-194.

Bradford, 1976, A refined and sensitive method for the quantitation of microgram
quantities of protein utilizing the principle of protein-dye binding,
Analytical Biochemstry 72:248.

Brandes, Walter – Promega Corporation. High Throughput Solution for DNA


Purification Using MagnesilTM Paramagnetic Particels. Feature Article.
U.S. Patten. No. 4,766,072.

Dir. Jen. POM. 2003. Formalin. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 3-20.

Dreisbach, Robert H. 1982. Hand Book Of Poisoning. Washington: University Of


Washington. Hal: 200-201.

Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2009. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 18-19;199;456-474

34
Gosselin ER et al. Clinical Toxicology of Commercial Products: Acute Poisoning,
4th ed. Baltimore: The Williams and Wilkins Co, 1976, p. 166–67.

Harmita. 2006. Analisa Fisikokimia .UI Press. Jakarta. 2006;17, 144-152.

Irawati, Dahlia. 2009. Dendeng Sapi Dicampur Daging Babi di Malang,


http://regional.kompas.com/read/2009/04/06/1722499/Dendeng.Sapi.Di
campur.Daging.Babi.di.Malang, diakses tanggal 12 mei 2011, pukul
13.03.

Irawati. 2009. Dahlia Dendeng Sapi Dicampur Daging Babi di Malang.


http://regional.kompas.com/read, diakses tanggal 12 Mei 2011.

Jain, Shally. 2004. Use Of Cytochrome B Gene Variability In Detecting Meat


Species By Multiplex PCR Assay, Department Of Veterinary Public
Health, College Of Veterinary Science & Animal Husbandry, Anand
Agricultural University, Anand.

Jon Compton, Bruce, et al. 1980. Jurnal of The mechanism of the reaction of the
Nash and the Sawicki aldehyde reagent. Department of Chemistry,
McGill University, 801 Sherbrooke St. W., Montreal, P.Q., Canada
H3A 2K6.

Karim and Bhar, 2009, Review Fish Gelatin, Properties, challenges and Prospects
as an Alternative to Mammalian Gelatins, Trend in Food Science and
Technology, 19:644-656.

Laemmli, 1970, Cleavage of Strustural Proteins during assembly of Head of


Bacteriophage T4-Nature. 277:680-685.

Liyana, Farihah K., Shuhaimi, M., Che Man, Y.B., Sazili A.Q., Aida A.A., Raha
A.R. 2009. Porcine Specific Real-time Polymerase Chain Reaction
(PCR) for Halal Verification. Proceedings of the 3rd IMT-GT
International Symposium on Halal Science and Management 2009.
Malaysia : UPM Serdang, Selangor.

Margawati, Endang Tri., Muhamad Ridwan. 2010. Pengujian Pencemaran Daging


Babi Pada Beberapa Produk Bakso Dengan Teknologi PCR: Pencarian
Sistem Pengujian Efektif. Bogor : Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI.

Marras, Salvatore A. E., 2006. Selection of Fluorophore and Quencher Pairs for
Fluorescent Nucleic Acid Hybridization Probes. Public Health Research
Institute, 225 Warren Street, Newark, New Jersey 07103 : USA.

Muladno. 2010. Teknologi Rekayasa Genetik. Edisi Kedua, IPB Press, Bogor.

35
Muslichan, Baharudin Rahman. 2009. BPOM Pastikan 5 Produk Dendeng Sapi dan
Abon mengandung Babi. http://www.indosiar.com/fokus/79605 /bpom-
pastikan-5-produk-dendeng-dan-abon-mengandung-babi. diakses pada
22 juni 2011 pukul 16.58

Nash, T. 1953. Jurnal of The Colorimetric Estimation of Formaldehyde by Means


of the Hantzsch Reaction. Air Hygiene Laboratory, Public Health
Laboratory Service, Colindale Avenue, London, N.W. 9.

Norakasha, Hashim, Che Man, Shuhaimi, 2009, Potential Use of Amino Acid
Analysis for Distinguishing Bovine and Porcine Gelatins, International
Symposium on Halal Science Management, Kuala Lumpur.

Rohman A and Che Man. 2011. Analysis of Pig Derivatives for Halal
Authentication Studies, Food Reviews International., 28:1, 97-112.

Rohman A, Sismindari, Erwanto Y and Che Man YB. 2011. Analysis of pork
adulteration in beef meatball using Fourier transform infrared (FTIR)
spectroscopy, Meat Science 88 : 91–95.

Rohman and Che Man , 2012. Analysis of Pig Derivatives for Halal
Authentification Study” Journal Food Reviews International, 28:97-112.

S.Tanabe, M.Hase, T. Yano, M. Sato, T.Fujimura,and H.Akiyama. 2007. A Real-


Time Quantitative PCR Detection Method for Pork, Chicken, Beef,
Mutton, and Horseflesh in Foods. Biosci. Biotechnol.Biochem, 71:12,
3131-3135.

Sambrook, J., E.F. Fritsch and T. Maniatis. 1989. Molecular Cloning, A Labolatory
Manual. 2nd edition. New York : Cold Spring Harbour Laboratory Press.
Book 1.6.1 – 6.17

Sholeh, G. Fouri. 2009. Temuan Daging Babi Tak Pengaruhi Pedagang Padang,
http://www.antaranews.com/berita/1253031494/temuan-daging-babi-
tak-pengaruhi pedagang-padang, diakses pada 12 mei 2011 pukul 12.45

Sholeh. 2009. Temuan Daging Babi Tak Pengaruhi Pedagang Padang. diakses pada
12 mei 2011 pukul 12.45.

Smith, Don., Douglas White. 2003. Automated Purification of Plasmid DNA using
Paramagnetic Particles. Journal of the Association for Laboratory
Automation (JALA) Vol 8, Issue 3, Pages 50-54.

Solihin, D.Duryadi.1994. Ulas balik Peran DNA Mitokondria (mtDNA) dalam


Studi Keragaman Genetik dan Biologi Populasi pada Hewan”. Bogor :
FMIPA IPB. ISSN 0854-8587
Solihin, Dedy Duryadi. 1994. Ulas balik Peran DNA Mitokondria (mtDNA) dalam
Studi Keragaman Genetik dan Biologi Populasi pada Hewan. Bogor :
FMIPA IPB. ISSN 0854-8587

36
Sulistyaningsih, Erma. 2007. Polymerase Chain Reaction (PCR): Era Baru
Diagnosis dan Manajemen Penyakit Infeksi. Jember : Laboratorium
Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Jember.

Suwahono, S.Pd, et al.2009 Jurnal Analisis Kualitatif Adanya Formaldehid Pada


Mie Basah. Semarang: IAIN Walisongo.

Watson, James D., John tooze, & David T. Kurtz, 1988. DNA Rekombinan, alih
bahasa: Wisnu Gunarno. Jakarta : penerbit Erlangga.

Winarno, F.G.,Sulistyowati, Titi. Bahan Tambahan untuk Makanan dan


Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 1994; 104-105, 108.

Saiyed ZM, Ramchand C.N. 2007. Extraction of Genomic DNA Using Magnetic
Nanoparticle (Fe3O4) as Solid-Phase Support American Journal of
Infectious Disease, 3:4, 225-229.

37

Anda mungkin juga menyukai