Anda di halaman 1dari 38

MATERI PRAKTIKUM KIMIA

Disusun oleh :
Dede Rival Novian, S.Pd.,M.Si

Tim Pengasuh Mata Kuliah Kimia FKH Universitas Nusa Cendana

Pengantar :
Materi praktikum kimia ini disusun sedemikian agar sesuai dengan peralatan dan
fasilitas yang dimiliki oleh Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa
Cendana. Banyak materi yang sebenarnya sudah jauh tertinggal dengan kemajuan ilmu
pengetahuan di bidang kimia, tetapi jika materi dalam praktikum ini dilakukan dengan
benar dan cermat, maka masih bisa dipertanggung jawabkan hasilnya.
Praktikum Kimia banyak membahas mengenai fenomena dasar yang ada dalam
kehidupan sehari-hari. Diharapkan dari praktikum kimia ini, mahasiswa mengetahui
karakter berbagai bahan hayati yang ada relevansinya dengan biologi, industri, dan disiplin
ilmu veteriner pada khususnya. Hal ini bertujuan agar mahasiswa memiliki pandangan
yang luas terhadap kegunaan belajar kimia serta cakupan lahan pekerjaan apa saja yang
bisa didapat dari penguasaan ilmu ini.

1
PENGANTAR PRAKTIKUM
Sebelum anda memulai praktikum kimia, ada baiknya anda memahami beberapa
aturan main di laboratorium kimia. Aturan tersebut diantaranya ialah :
1. Laboratorium kimia FKH Undana adalah milik civitas academika FKH Undana, oleh
sebab itu menjadi tanggung jawab kita semua untuk menjaga dan memeliharanya.
2. Laboratorium harus dalam keadaan selalu bersih dan rapih, alat dan bahan / zat kimia
tertata dengan rapih pada tempatnya. Perhatikan, dalam menaruh bahan kimia yang
khusus seperti bahan keras, harus ditaruh di tempat khusus pula. Contohnya lemari
asam / basa keras untuk menyimpan asam / basa keras. Pastikan, semua bahan kimia
harus dalam keadaan tertutup rapat, terutama yang bersifat volatil / mudah menguap.
3. Laboratorium harus memiliki seorang teknisi (minimal) yang sudah memiliki
pengetahuan mengenai kimia (minimal lulusan sekolah menengah analis kimia /
diploma 1 kimia). Ini belum ada di FKH Undana. Teknisi ini akan bertanggung jawab
terhadap penataan berbagai bahan kimia di laboratorium.
4. Laboratorium harus dalam keadaan siap pakai, dalam arti kata tidak ada peralatan yang
rusak / tidak berfungsi. Pemeriksaan berkala terhadap berbagai peralatan harus
dilakukan secara rutin.
5. Laboratorium tidak boleh digunakan untuk kegiatan lain yang non teknis seperti rapat /
kegiatan lain yang melibatkan peserta yang tidak semestinya (seperti pegawai
administrasi / orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan ilmu kimia ).
6. Penggunaan laboratorium untuk tujuan lain harus seijin dosen / penanggung jawab
laboratorium / Kepala Laboratorium.
7. Bagi yang akan menggunakan laboratorium untuk tujuan penelitian / pelatihan,
kegiatan itu juga harus sepengetahuan teknisi laboratorium kimia.
8. Beberapa kegiatan di laboratorium seperti penelitian atau pelatihan mungkin akan
dikenakan biaya pengganti bahan habis atau barang yang rusak akibat kegiatan tersebut.
Besarnya biaya akan ditetapkan kemudian.
9. Tidak diperkenankan merokok / makan / minum di laboratorium kimia veteriner.

2
PRAKTIKUM: KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

Salah satu bagian penting yang harus diperhatikan dalam melakukan kegiatan di
laboratorium adalah keamanan dan kenyamanan kerja, sehingga dapat bekerja secara
efektif dan efisien. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka perlu diuraikan tentang
bagaimana cara mengelola zat-zat kimia dan peralatannya.

A. Pengelolaan zat-zat kimia


1. Zat-zat yang Korosif
Zat kimia yang korosif antara lain sulfida, asam klorida, asam nitrat, kalium hidroksida,
dan natrium hidroksida. Jika zat-zat tersebut mengenai kulit, sifat korosif zat tersebut akan
segera tampak dengan merusak kulit. Cara yang paling efektif bila zat tersebut kena kulit
ialah dengan cara menyiram bagian kulit yang terkena dengan air dingin secara terus
menerus. Setiap zat yang korosif berbahaya bila kena mata, oleh karena itu bila dalam
praktikumada kemungkinan terjadinya percikan zat yang korosif, diharuskan menggunakan
kacamata pelindung. Jika akan menuangkan zat korosif sebaiknya di lemari asam dan yang
beralaskan nampan plastik, singga bila ada zat yang tercecer tidak merusak lantai atau
meja.

2. Zat beracun
Banyak zat kimia beracun yang tidak menampakkan sifat korosif. Zat kimia beracun ada
yang berbentuk uap, dan ada pula yang berbentuk cairan. Uap yang bersifat racun antara
lain : uap benzena, asam sianida, karbon tetraklorida, anilin, nitrobenzena, gas-gas nitro.
Penggunaan ventilasi dan lemari asam sangat diperlukan jika bekerja dengan zat-zat
tersebut di atas. Selain beracun dalam keadaan uap, zat tersebut terdapat pula dalam bentuk
sebagai cairan beracun. Di samping itu masih banyak cairan beracun. Bila cairan tersebut
kena kulit, akan cepat diabsorpsi. Tindakan yang paling efektif bila kena kulit adalah
dengan cara menuangkan air kepada bagian yang terkena secara cepat dan dengan jumlah
air yang cukup banyak , diberi sabun dan dicuci dengan air hangat. Hindarkan
menggunakan pelarut organik untuk mencuci zat organik yang kena kulit. Untuk
menghindari kecelakaan akibat zat beracun/korosif, hsl-hsl berikut merupakan ketentuan
yang harus diperhatikan: a. Jangan memipet zat beacun/korosif dengan mulut. b. Jangan
mencoba mencicipi bahan laboratorium c. Jangan menggunakan alat laboratorium untuk
minum, meskipun kelihatan bersih. d. Jangan merokok atau makan dalam laboratorium.

3
3. Zat cair organik yang mudah terbakar
Sebagian besar senyawa organik mudah terbakar, seperti benzen, metanol, etanol, ester,
dietileter, aseton dan petroleum eter. Zat-zat tersebut biasa digunakan dalam kegiatan
destilasi, ekstraksi, kristalisasi dan kromatografi.

B. Pencegahan Kecelakaan Karena Zat Yang Mudah Terbakar


1. Gunakan kacamata pengaman pada watu melakukan kegiatan destilasi.
2. Hendaknya mengetahui dengan tepat letak tabung karbondioksida dan penggunaannya
untuk pemadam kebakaran. Bila tiba-tiba terjadi api, padamkan semua aliran listrik dan
gas, gunakan karbondioksida seagai pemadam. Air dapat digunakan untuk memadamkan
zat padat yang terbakar, misalnya kayu atau kertas yang terbakar. Jangan menggunakan air
untuk memadamkan cairan yang terbakar karena sebagian besar zat cair tidak larut atau
sedikit larut dalam air. Zat cair organik kebanyakan memiliki berat jenis lebih kecil dari air
sehingga zat cair yang terbakar akan mengapung di atas permukaan air. Kain, asbes
biasanya tesedia dalam laboratorium, digunakan untuk memadamkan api dengan cara
menutupkannya pada api, kemudian di atasnya disemprot gas karbondioksida. Jika ada
anggota badan yang terbakar, bagaimanapun kecilnya harus segera mendapat perawatan
medis dari yang berwenang.
3. Jika mengocok cairan dalam corong pisah, secara periodik tekanan uap dalam corong
harus dikurangi. Hal tersebut perlu diperhatikan terutama kalau mengekstraksi dengan
menggunakan eter, aseton dan zat cair lain yang memiliki titik didih rendah.
4. Jangan memanaskan alat yang sama sekali tertutup kecuali pada beberapa alat tertentu
yang biasanya disertai petunjuk tersendiri.
5. Jangan memanaskan suatu tempat berisi senyawa organik dengan api langsung. Pelarut
organik harus dipisahkan dengan cara destilasi dan bukan dengan cara penguapan dalam
udara terbuka.
6. Jika merekristalisasi zat padat organik dari cairan organik yang memiliki titik didih di
bawah 100 oC, hendaknya dilakukan hal-hal sebagai berikut: a. Pada waktu memanaskan
labu harus digunakan pendingin (refluks). b. Pemanasan dilakukan di atas penangas air. c.
Api pembakar harus dipindahkan di tempat yang aman jika akan menambahkan pelarut
yang mudah terbakar.
7. Jika memanakan cairan dalam kegiatan refluks atau destilasi, tambahkan sedikit batu
didih sebelum kegiatan dimulai. Untuk menghindari pemanasan yang terlalu tinggi dan

4
goncangan yang timbul, jangan sekali-kali menambahkan batu didih dalam larutan yang
mendidih. Penambahan batu didih dalam keadaan praktikumsudah jalan bisa dilakukan
dengan cara memadamkan api terlebih dahulu. Kemudian biarkan larutan menjadi dingin
di bawah temperatur titik didihnya sebelum menambahkan batu didih.
8. Matikan semua api dan listrik jika hendak melakukan kegiatan filtrasi (penyaringan),
ekstraksi dengan corong pisah, menuangkan cairan dari satu tempat ke tempat lain.
9. Jika menggunakan pendingin air dalam destilasi atau refluks, aliran air harus berjalan
baik supaya hasil yang diharapkan dapat tercapai. Disamping hal-hal yang telah disebutkan
di atas, masih banyak zat kimia yang dapat memberikan pengaruh secara perlahan bila
tersentuh kulit atau menghirupnya melalui pernapasan, isalnya zat kimia karsinogenik.
Oleh karena itu bila bekerja dalam laboratorium hendaknya dilakukan hal-hal sebagai
berikut: Harus membiasakan rapi dalam mengelola zat-zat kimia. b. Jika menggunakan
suatu reagen tertentu untuk pertama kali, harus dicari dahulu penjelasan tentang reagen
tersebut melalui pembimbing atau melalui buku teks, untuk mengetahui apakah reagen
tersebut bersifat racun, mudah terbakar dan sebagainya.

C. Mendeteksi Kemungkinan-Kemungkinan Bahaya


Pada waktu kita kerja di laboratorium, kita harus terampil menggunakan seluruh indera
untuk mendeteksi serta mengenal gejala-gejala yang berbahaya bagi keselamatan. Hal ini
akan mempermudah penghindaran terjadinya kecelakaan di laboratorium. Beberapa cara
untuk mengenali tanda-tanda yang mungkin menimbulkan bahaya adalah sebagai berikut:
1. Penglihatan
Asap, bunga api khususnya yang berasal dari peralatan listrik merupakan gejala-gejala
pemanasan yang berlebihan dan merupakan suatu gejala api. Perhatikan keretakan-
keretakan atau kerusakan lain yang terlihat khususnya barang-barang dari gelas, benda
berlapis gelas, kebocoran-kebocoran pada katup, packing serta penutup atau segel. Amati
perubahan-perubahan fisik dari bahan kimia seperti perubahan warna, pembentukan
gunpalan-gumpalan, pembentukan kristal, gelembung-gelembung buih. Jangan jengukkan
kepala ke dalam bejana pada saat memeriksa kebersihannya. Awasi jangan sampai terjadi
kontak dengan bahan-bahan kimia penyebab iritasi, korosif atau peradangan kulit.

2. Pendengaran
Suara-suara lengkingan atau desisan meruakan peringatan keluarnya gas atau uap akibat
tekanan. Suara-suara seperti pukulan palu, atau ketokan-ketokan dalam pipa menunjukkan

5
perubahan tekanan yang amat cepat. Suara-suara tetesan atau percikan dapat digunakan
untuk mendeteksi kebocoran pada bejana. Suara-suara gelas pecah atau retak sering
berkaitan dengan keretakan pada pipa berlapis kaca, bejana-bejana gelas atau sambungan-
sambungan yang diakibatkan oleh tekanan yang berlebihan, benturan-benturan atau karena
perubahan-perubahan yang mendadak dalam temperatur (thermal sock).
3. Perabaan
Getaran-getaran yang tidak wajar menandakan perubahan-perubahan tekanan atau
kegiatan alat yang tidk merata, contoh tidak adanya kerja sama dari bagian-bagian yang
bergerak atau pembebanan sentrifuge yang tidak merata. Radiasi panas yang berlebihan
dari bejana-bejana reaksi menyatakan adanya reaksi eksotermik. Pada kasus peralatan
listrik atau mesin hal ini menyatakan beban yang teralu berlebihan dari yang seharusnya
diberikan, barangkali karena tidak ada pelumasan. Kulit yang terasa panas mengalami
iritasi, ataupun gatal-gatal menunjukkan terjadinya kontak dengan bahan-bahan kimia yang
bersifat korosif, menimbulkan iritasi serta peradangan pada kulit. Bibir atau kulit yang
kering menunjukkan terjadinya kontak dengan pelarut-pelarut organik. Mata yang terasa
sakit, pedih karena iritasi, berair ataupun gatal-gatal diakibatkan oleh kontak dengan debu
tertentuatau uap yang pedas yang dapat mencucurkan air mata. Kesukaran pernapasan,
tercekik, pusing-pusing, maupun lemasnya persendian lutut dapat diakibatkan oleh gas-gas,
debu-debu atau uap-uap yang berbahaya.
4. Penciuman
Kita dapat membedakan beberapa zat kimia tertentu berdasarkan baunya yang khas,
sehingga dapat mengetahui dahulu bahaya yang mungkin terjadi. Sangat sulit untuk
mendeskripsikan bau-bauan tertentu, lagi pula indra penciuman berbeda-beda pada tiap-
tiap orang. Pengalaman merupakan satu-satunya petunjuk yang dapat diandalkan.
Beberapa bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi pada mukosa, beberapa diantaranya
berbau manis dan tawar (seperti oksida-oksida nitrogen), yang lainnya terasa pedas,
mencekik, dan dapat menyesakkan pernapasan (seperti ammoniak). Bau yang pedas dan
menimbulkan iritasi adalah karakteristik yang dimiliki klorin dan bromin. Bau-bauan yang
manis dan wangi dapat menandakan adanya bahan-bahan organik seperti ester (amilasetat).
Senyawa-senyawa organik dari benzena memberikan karakteristik bau-bauan aromatika
yang dapat dengan mudah diketahui. Terdapat juga bahan-bahan kimia yang baunya umum
diketahui sehari-hari, contohnya hidrogen sulfida (telur busuk). Dengan adanya bau
tersebut, seseorang dapat menduga identitas dari suatu bahan. Dalam beberapa hal, bau-
bauan hanya dapat digunakan untuk mendeteksi pencemaran udara yang umum. Jangan

6
sekali-kali menghirup bahan-bahan kimia tersebut dengan sengaja secara langsung,
gunakan tangan anda sebagai kipas (dengan cara mengkibas-kibaskan tangan di atas zat ke
arah hidung) untuk membaui zat yang ingin diketahui baunya.

5. Pencicipan
Bahan kimia sama sekali tidak boleh diuji dengan cara dicicipi karena praktek ini teramat
berbahaya. Bagaimana pun juga apabila terjadi kecelakaan sehingga bahan kimia terkena
bibir atau mulut, indra perasa yang tajam dapat segera menolong orang tersebut bereaksi
dengan tepat dan cepat mencuci mulutnya dengan air dingin banyak-banyak selama paling
sedikit 15 menit. Sebagai contoh, rasa asam yang disebabkan oleh asam, rasa manis, tawar
yang diakibatkan oksida-oksida nitrogen, atau bahkan sampai tidak merasakan apa apa
dapat segera diketahui bahwa itu disebabkan oleh fenol miasalnya.

D. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di Laboratorium


Bekerja di laboratorium memerlukan ketelitian dan kecermatan untuk menghindari
kecelakaan yang mungkin dapat terjadi. Kecelakaan di laboratorium dapat terjadi karena
salahnya perlakuan terhadap zat-zat yang mudah menguap atau beracun. Oleh karenanya,
dalam laboratorium perlu dilengkapi dengan kotak obat untuk pertolongan pertama yang
berisi:
1. Pembalut untuk segala ukuran.
2. Kain pendudkung, gunting, jarum, benang dan peniti.
3. Obat-obatan, paling sedikit meliputi vaselin, serbuk asam borat, serbuk natrium
bikarbonat, serbuk kloramin T, serbuk sulfa piridin, salep butesin pukrat, salep akrivlafin.
4. Botol-botol yang berisi asam asetat 1 %, asam borat 1 %, larutan natrium bikarbonat
jenuh, larutan natrium bikarbonat 1 %, gliserin, petroleum eter, dan desinfektan seperti
detol.
Kecelakaan dapat terjadi diantaranya karena terbakarnya zat atau cairan yang bersifat
mudah terbakar. Senyawa yang mudah sekali menguap seperti dietileter, karbondisulfida,
aseton, dan benzen tidak boleh dipanasi secara langsung dengan api. Kesalahan yang
sering dilakukan leh orang yang belum berpengalaman adalah memanaskan senyawa yang
mudah menguap dalam suatu cawan yang kemudian dipanasi dengan api. Prosedur yang
benar adalah memanaskan zat cair yang mudah menguap itu dengan menggunakan
pendingin refluks dan penangas air atau penangas listrik. Untuk pemurnian zat cair yang
mudah menguap dilakukan dengan cara destilasi.

7
Tindakan Untuk Pertolongan Pertama
1. Kebakaran
Apabila terjadi kebakaran, matikan semua kran gas, dan aliran listrik, serta pindahkan
semua zat yang mudah terbakar. Api yang masih kecil misalnya pada pemanasan cairan
dalam gelas piala atau dalam suatu labu tertentu, atau api yang terjadi karena penangas
minyak yang terbakar, biasanya dapat dipadamkan dengan cara menutup permuaan labu
atau penangas itu dengan lap basah atau pasir. Oleh karena itu perlu ada persediaan tempat
berisi pasir yang kering dalam laboratorium untuk keperlan tersebut. Sekali pasir itu
digunakan, selanjutnya harus dibuang dan jangan digunakan lagi, karena kemungkinan
sudah mengandung zat cair yang mudah terbakar. Meskipun pasir pada umumnya dapat
digunakan sebagai pemadam api yang selektif, namun dapat menimbulkan hal-hal yang
dapat merugikan, misalnya zat yang sedang direaksikan tentu saja tidak dapat digunakan
lagi karena tercampur dengan pasir tersebut. Disamping itu sering pula menimbulkan
kerusakan pada gelas karena beratnya pasir. Jika api ternyata sudah besar gunakan tabung
pemadam kebakaran (biasanya berisi karbondioksida). Minyak atau zat organik yang
terbakar jangan dipadamkan dengan cara menyiramnya dengan air karena tindakan itu
justru akan membuat api meluas, campuran pasir dan natrium bikarbonat akan
memadamkannya dengan sangat efektif.

2. Luka Bakar
a. Luka bakar karena panas (misalnya api atau benda yang panas). Untuk luka yang ringan
dimana kulitnya tidak terkelupas dapat diberi salep butesin pikrat. Jika luka lebih berat
segera minta pertolongan dokter.
b. Luka bakar karena suatu asam. Segera cuci dan siramkan air terus menerus pada bagian
yang kena asam. Selanjutnya cucilah dengan larutan natrium bikarbonat jenuh dan
kemudian dengan air. Untuk luka yang lebih parah, setelah tindakan di atas, selanjutnya
bersihkan bagian itu dengan desinfektan, keringkan, kemudian berilah salep akrivlafin.
c. Luka bakar karena basa. Segera cuc dengan air yang sangat banyak pada bagian yang
kena basa tersebut, kemudian siram dengan asam asetat satu persen dan selanjutnya dengan
air. Untuk luka yang lebih parah setelah melakukan tindakan di atas, siramlah dengan
disinfektan, kemudian keringkan dan berikan salep akrivlafin.

8
d. Luka bakar karena brom. Cuci bagian yang luka dengan petroleum eter, kemudian
oleskan gliserin untuk beberapa saat. Setelah dibersihkan dari gliserin, tambahkan salep
akrivlafin atau salep butesin pikrat.
e. Luka bakar karena natrium. Bila masih terlihat adanya potongan logam natrium, ambilah
potongan logam tersebut dengan penjepit. Segera cuci dengan air pada bagian yang kena
logam tersebut, kemudian cuci dengan asam asetat 1 %, selanjutnya olesi dengan salep
akrivlafin.
f. Phosfor pada kulit. Cucilah dengan air, kemudian oleskan larutan perak nitrat 1 %. g.
Metilsulfat pada kulit. Segera cuci dengan larutan ammoniak pekat, kemudian tutup bagian
yang terkena dengan kapas yang telah dicelupkan kedalam amonia pekat. h. Zat organik
lain pada kulit. Cucilah dengan alkohol, kemudian dengan sabun dan akhirnya cuci dengan
air hangat.

3. Luka karena Pecahan Gelas Jika luka yang terjadi ringan saja, biarkan sebentar darah
keluar. Amati apakah tidak ada pecahan gelas yang tertinggal. Cucilah luka tersebut
dengan disinfektan kemudian pasanglah pembalut (bandage). Jika luka cukup parah,
bawalah ke dokter.

4. Kecelakaan pada Mata a. Mata terkena asam. Bila asam itu encer, cucilah mata dengan
larutan natrium bikarbonat 1% dengan cawan yang bersih. Bila asam itu pekat, cucilah
mata itu dengan air yang banyak, kemudian cuci dengan larutan bikarbonat 1%. Mata
terkena basa. Lakukan cara seperti bila mata kena asam. Selanjutnya sebagai pencuci
gunakan larutan asam borat 1%. c. Mata terkena air brom. Cucilah segera dengan air,
kemudian dengan larutan natrium bikarbonat 1%. d. Percikan gelas kena mata. Keluarkan
pecahan gelas itu dengan pincet atau dengan cara mencui mata dengan air dalam pinggan.
Kemudian segera minta pertolongan dokter.

5. Karena Aliran Listrik Matikan arus listrik. Apabila tidak mungkin, tarik penderita ke
luar dengan bahan yang tidak menghantarkan arus, seperti kain yang kering, tongkat,
potongan kayu atau potongan karet. Jangan hanya dengan kedua tangan anda. Apabila
penderita sudah dikeluarkan dan apabila pernapaannya lemah atau terhenti, segera berikan
pernapasan buatan.

9
6. Karena Gas Dalam usaha menolong seseorang yang terkena gas, jangan memasuki
ruang yang mengandung gas berbahaya itu kecuali apabila mengenakan perlengkapan
pernapasan. Pindahkan penderita ke udara segar dan longgarkan
pakaianpakaiannyaterutama leher dan pinggang. Baringkan di bawah(jangan tinggalkan dia
jauh-jauh). Apabila pernapasannya melemah atau berhenti berikan pernapasan buatan.
Usahakan suhu badan penderita tetap hangat dan kirim kepada petugaspetugas kesehatan.
Jangan memberikan obat-obat perangsang. Jika anda sendiri yang terkena, anda akan
merasakan gejala-gejala:sakit kepala dan mual, persendian terasa lemas, jantung berdebar-
debar dan sesak napas.Bila anda mengalami gejala-gejala di atas, peringatkan orang di
sekitar anda dan segera keluar ruangan mencari udara segar.

7. Pernapasan buatan dari mulut ke mulut


Pindahkan penderita dari tempat kecelakaan ke udara segar dan mulailah segera melakukan
pernapasan buatan. Setiap waktu yang hilang akan menghilangkan kesempatan.
a. Baringkan penderita terlentang. b. Buka rahangnya dan bersihkan mulutnya dari benda
yang menyumbat. Julurkan lidahnya ke luar, apabila lidah tersebut tertarik ke belakang dan
menyumbat kerongkongannya. c. Miringkan kepalanya ke belakang dan sangga bagian
tengkuknya. d. Pijit hidung untuk menutup cuping hidungnya. e. Ambil napas dalam-dalam
dan buka mulut anda lebar-lebar. f. Tempatkan bibir anda rapat-rapat pada sekeliling
mulutnya. g. Tiup ke dalam mulutnya sampai paru-parunya terisi, lihat apakah dadanya
menaik. h. Lepaskan mulut anda. i. Perhatikan apakah dadanya menurun pada saat paru-
parunya mengempis. j. Ulangi keseluruhan proses di atas (2-9) sampai kira-kira 6 kali
secepat mungkin, kemudian ulangi keseluruhan proses dengan laju 10 sampai 12 per menit.

Catatan: Apabila mulut penderita tidak dapat di buka, atau mulut tersebut tidak dapat
dengan tepat ditutup dengan bibir anda maka sebaiknya mulut penderita ditutup dengan
prosedur yang sama diberikan dengan meniupkannya melalui hidung penderita.

10
PRAKTIKUM: PENGENALAN ALAT DAN BAHAN KIMIA

Tujuan praktikum Kimia Dasar dengan materi Pengenalan Alat dan Bahan adalah:
a. Mahasiswa diharapkan agar dapat menjelaskan tentang alat-alat kimia dan cara
pemakaiannya.
b. Mahasisa diharapkan dapat menjelaskan karakteristik bahan-bahan kimia.

Pengertian, Penggoloangan dan Contoh Peralatan Laboratorium


Praktikum pengenalan alat-alat laboratorium bertujuan untuk membuat praktikan
mengetahui fungsi atau kegunaan alat-alat laboratorium, oleh karena itu, fungsi dari pada
tiap-tiap alat akan dijelaskan dengan tujuan agar praktikan dapat memahami secara jelas
kegunaan alat-alat laboratorium yang akan dipakai. Pada dasarnya setiap alat memiliki
nama yang menunjukkan kegunaan alat tersebut, prinsip kerja atau proses yang
berlangsung ketika alat digunakan (Sodik, 2014).
Alat-alat yang digunakan untuk pelaksanaan praktikum kimia dapt dikelompokan
berdasarkan sifat-sifatnya, keadaanya (bentuknya),fungsi dan penggunaanya.
Penggolongan alat-alat laboratorium kimia dibedakan menjadi 4 golongan yaitu; a). Alat-
alat ukur (neraca tenis, neraca analitik, oven, slide projektor, dll); b). Alat-alat gelas
(erlenmeyer, labu ukur, gelas arloji, corong gelas, tabung reaksi, pipet tetes, pipet volume,
pipet gondok dan buret,); c). Alat pemanas (lampu bursen, dan cawan porselin); dan d).
Alat bantu (kaki tiga, satif, penjepit buret, krus porselin, rak tabung reaksi) (Idang, 2012).

Karakteristik Bahan-Bahan Kimia


Bahan yang digunakan dalam kegiatan praktik di laboratoriumKimia dapat berupa bahan
kimia. Dengan karakteristik bahan kimia yang berbahaya mudah terbakar, mudah meledak,
korosif dan beracun. Contoh bahan kimia berbahaya seperti asam khlorida, asam sulfat dan
asam phosphat. Bahan kimia yang kurang berbahaya seperti aquadest, amilum, yodium dan
gula (Mustafa,2007).
Karakteristik bahan-bahan kimia berdasarkan sifatnya yaitu: a). Alumunium sulfat AlSO4)
Ciri/ karakteristik : berbentuk kristal, berwarna putih , larut dalam air. Aluminium
sulfatdigunakan sebagai pengganti tawas; b). Amoniak (NH4OH) Ciri/karakteristik :
mudah menguap, jika terkena kulit dan mata menyebabkan iritasi, dalamwujud uap
mengganggu pernafasan; c). Asam sulfat (H2SO4) Karakteristik : zat cair tidak berwarna,
tergolong asam kuat, bersifat racun, sangat korosif.Jika terkena kulit dapat menimbulkan
luka parah dan jika terkena kain dapat merusak kain; d). Asamk
lorida (HCl) Karakteristik : zat cair tak berwarna, bersifat racun, korosif; e). Etanol
(C2H5OH) Etanol sering juga disebut dengan alkohol.Karakteristik: zat cair tidak
berwarna, mudah menguap, muah terbakar, biasanya digunakansebagai pelarut; f). Natrium
klorida (NaOH) Natrium klorida merupakan zat padat berwarna putih, bersifat racun,
bersifat korosif, danmudah menyerap uap air, udara (Mustafa,2007).

Bahan dan alat


Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum kimia dasar dengan materi pengenalan
alat dan bahan adalah: Bahan yang digunakan yaitu: NaOH, H2SO4, AgNO3, Indikator PP,
Indikator MO (Materil Orens), HCL, KMnO4 dan Amoniak.
Alat yang digunakan yaitu: Labu ukur, Gelas ukur, Pipet tetes, Beaker glass Erlenmeyer,
Tabung reaksi, Corong, Cawan porselin, Gelas arloji, Lampu bunsen, Kaki tiga, Pipet
volume, Pipet gondok, Rak tabung, Moerten dan Krus porselin, buret, statif dan klip.

11
Cara kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktik kimia.
b. Memeriksa alat dan bahan yang akan digunakan dipastiakan dalam keadaan baik.
c. Mengamati alat-alat dan bahan praktikum.
d. Menggambar alat-alat praktikum dalam tabel lembar kerja yang tealah disediakan.
e. Menuliskan spesifikasi dan fungsinya serta keterangan lainnya.
f. Sedangkan untuk bahan kimia menuliskan informasi dalam tabel hasil pengamatan
meliputi karakteristik, sifat, lambang dan bentuk.

PRAKTIKUM : STRUKTUR ATOM ION DAN MOLEKUL

Untuk membuktikan bahwa dalam atom terdapat partikel penyusun atom yang dapat
bergerak (yaitu elektron) dapat dilakukan praktikumsederhana sbb :

Kertas adalah contoh sebuah materi yang terdiri dari atom-atom. Tiap atom memiliki
inti atom yang bermuatan positif dan elektron yang mengelilinginya yang bermuatan
negatif. Dengan menggosokkan balon ke rambut, maka elektron pada rambut akan
terlepas, sehingga menyebabkan balon terkena pengaruh muatan negatif elektron.
Ketika balon yang “bermuatan” negatif didekatkan pada potongan kertas, maka muatan
positif kertas akan tertarik balon. Gaya tarik antara muatan negatif dan positif ini
mampu mengatasi gravitasi bumi sehingga potongan kertas melompat ke atas dan
menempel pada balon.
Praktikumini sekaligus dapat menunjukkan pada kita bahwa yang dapat bergerak dan
berikatan dengan atom lain adalah elektron, bukan proton maupun neutron.

PRAKTIKUM : STURUKTUR KIMIA 2D DAN 3D

Tujuan dari praktikumini adalah mahasiswa dapat menggambar struktur kimia sederhana
dan kompleks kemudian

Pendahuluan
Ada banyak sekali senyawa di sekitar kita, mulai dari molekul-molekul air yang menyusun
lebih dari 75 % tubuh kita hingga molekul klorofil yang menangkap paket-paket energi
foton sebagai sumber energi dalam fotosintesis. Senyawa-senyawa tersebut mempunyai
struktur yang berbeda-beda akibat penyusunan atom-atomnya, dan jenis-jenis ikatan kimia

12
yang ada di dalamya. Akibat yang ditimbulkan dari perbedaan struktur tersebut bisa
bermacam-macam, mulai dari keberadaan sisi aktifnya, kereaktifannya terhadap senyawa
lain, juga ketahanannya terhadap lingkungan ekstrem.
Mengetahui struktur dari suatu senyawa sangatlah penting bagi para ahli kimia. Namun
tidak hanya ahli kimia, melainkan ahli biologi, fisika, farmasi, dan ahli-ahli di bidang ilmu
teknik serta ilmu kesehatan juga perlu mengetahui dasar-dasar dari konsep struktur
senyawa untuk mendukung kemudahan pekerjaan mereka. Contoh dari penerapan konsep
struktur senyawa bagi ilmu farmasi contohnya adalah untuk mengetahui posisi sisi aktif
dari suatu obat, struktur dasar dari senyawa obat, dan kecocokan sisi aktif obat dengan
reseptor yang menjadi target senyawa obat tersebut.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikumini adalah model software marvinsketch
Dalam praktikumini, tiada bahan kimia yang digunakan.

Cara Kerja
Gambar setiap senyawa di bawah ini :
- senyawa dengan ikatan tunggal (H2, Cl2 , I2, HCl, HBr, HI, ICl, CH4,
CCI4, CH2I2, NH3,H2O2, N2HN4, NH2OH, CH3OH, CH3NH2, HOCl, HOBr,
HOI)
- senyawa dengan ikatan ganda dua (C2H4, HONO, HCOOH,
C2HCl3, CH3N2CH3)
- Senyawa dengan ikatan ganda tiga (N2, C2H2, HOCN)
- Senyawa dengan dua ikatan ganda (CO2, C3H4, C2H2O)
- Senyawa yang belum diketahui
- Digambarkan rumus strukturnya
- Dituliskan rumus titik-elektron (struktur Lewis), sesuai dengan rumus strukturnya
- Diperiksa kembali setiap rumus titik-elektron dengan jalan menjumlahkan elektron
valensinya

PRAKTIKUM : STOIKIOMETRI

Pengantar
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceon (unsur) dan metrein
(mengukur). Stoikiometri berarti mengukur unsur-unsur dalam hal ini adalah partikel atom
ion, molekul yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia.
Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari
reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) yang didasarkan pada hukum-
hukum dasar dan persamaan reaksi (Yustita, 2014).
Reaksi kimia secara umum dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu reaksi
asam-basa dan reaksi redoks. Secara garis besar, terdapat perbedaan yang mendasar antara
kedua jenis reaksi tersebut, yaitu pada reaksi redoks terjadi perubahan bilangan oksidasi
(biloks), sedangkan pada reaksi asam-basa tidak ada perubahan biloks. Kedua kelompok
reaksi kimia ini dapat dikelompokkan ke dalam 4 tipe reaksi: Sintesis, Dekomposisi,
Penggantian Tunggal, dan Penggantian Ganda (Nikmatul, 2012).
(NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah
sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida
dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalinyang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan

13
digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air
minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan
dalam laboratorium kimia (Hasugian, 2012).
Asam Hidroklorida merupakan larutan jernih, tidak berwarna dari hidrogen
klorida (HCl) dalam air. Asam ini sangat korosif, merupakan asam mineral kuat yang
banyak kegunaannya dalam industri. Asam hidroklorida ditemukan di alam sebagai asam
lambung (Ansari, 2014).
CuSO4 disebut sebagai anhidrat dari hidrat CuSO4.5H2O. Beberapa senyaw hidrat
berbeda warna dengan senyawa anhidratnya. Hidrat CuSO4.5H2O berwarna biru
sedangkan anhidrat CuSO4 berwarna putih. Hidrat CoCl2.6H2O bewarna merah
sedangkan anhidratnya berwarna biru. Jadi perubahan warna ini bisa kita jadikan sebagai
indikasi perubahan dari hidrat ke anhidrat atau sebaliknya (Dheny, 2011).
Endapan merupakan zat yang memisahkan diri dari larutan, berfase padat, terbentuk jika
larutan lewat jenuh. Pembentukan endapan adalah salah satu teknik untuk memisahkan
analit dari zat lain, dan endapan ditentukan dengan cara ditimbang dan dilakukan
perhitungan stoikhiometri. Reaksi pengendapan merupakan reaksi yang salah satu
produknya berbentuk endapan. Endapan terjadi karena zat yang terjadi tidak atau sukar
larut didalam air atau pelarutnya. Tidak semua zat mengendap, sehingga reaksi
pengendapan juga dipergunakan untuk identifikasi sebuah kation atau anion (Pranan, 2010).
Penentuan stoikiometri larutan asam – basa dan CuSO4 – NaOH menggunakan
praktikumsederhana. Stoikiometritersebut dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya
dengan metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan
dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar
totalnya sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan
perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem (Dheny, 2011).
Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimum
atau minimum yang sesuai titik stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan
pereaksi-pereaksi dalam senyawa. Perubahan kalor pada reaksi kimia bergantung jumlah
pereaksinya. Jika mol yang bereaksi diubah dengan volume tetap, stoikiometri dapat
ditentukan dari titik perubahan kalor maksimum , yaitu dengan mengeluarkan kenaikan
temperatur terhadap komposisi campuran (Munawar, 2012).
Praktikumini dilakukan untuk mencari titik stoikiometri asam – basa. Pada pencampuran
NaOH dan HCl, baik larutan NaOH dan HCl tidak berwarna (bening). Setelah
pencampuran tidak terjadi perubahan warna tetapi terjadi perubahan suhu(Fitri, 2014).

Alat dan Bahan


1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Tabung Reaksi
2. Rak Tabung Reaksi
3. Mistar ukuran 20 cm
4. Termometer
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikumini adalah :
1. NaOH 0,1 M
2. NaOH 1,0 M
3. CuSO4 0,1 M
4. HCL 1,0 M
Prosedur Kerja

14
Prosedur Kerja
a. Stokiometri Reaksi Pengendapan
1. Sediakan 5 buah tabung reaksi. Kedalam 1 tabung reaksi masukkan 5 ml NaOH 0,1 M
dan 25 ml CuSO4 0,1 M. Campurkan kedua larutan itu kemudian kocok.
2. Biarkan campuran tersebut agar endapan yang terbentuk berada di dasar tabung reaksi.
3. Ukur tinggi endapan yang terbentuk menggunakan mistar (agar akurat terapkan satuan
mili-meter).
4. Lakukan cara yang sama dengan langkah (1-3) untuk praktikumberikut, dengan
menggunakan volume pereaksi masing-masing tetapi volume total tetap 30 ml, yaitu :
- 10 ml NaOH 0,1 M dan 20 ml CuSO4 0,1 M
- 15 ml NaOH 0,1 M dan 25 ml CuSO4 0,1 M
- 20 ml NaOH 0,1 M dan 10 ml CuSO4 0,1 M
- 25 ml NaOH 0,1 M dan 5 ml CuSO4 0,1 M
5. Buat grafik yang menyatakan hubungan antara tinggi endapan (sumbu y) dan volume
larutan (sumbu x), sehingga diperoleh titik optimum kurva.
6. Dalam grafik tentukan koefisien reaksi berdasarkan titik optimum yang diperoleh.
Titik optimum menyatakan perbandingan koefisien reaksi.
7. Bandingkan dengan koefisien reaksi yang diperoleh dari menyetarakan persamaan
reaksi.

b. Stokiometri Sistem Asam-Basa


1. Kedalam tabung reaksi, masukkan 5 ml NaOH 1,0 M dan di tabung reaksi yang lain
masukkan 25 ml HCL 1,0 M. Kemudian ukur temperatur kedua larutan tersebut (TM) dan
diusahakan agar sama (dapat dilakukan dengan merendam kedua tabung reaksi tersebut
dalam penangas air).
2. Campurkan kedua larutan tersebut hingga volume total 30 ml, ukur temperatur
campuran dan catat suhu maksimum yang konstan (TA).
3. Lakukan cara yang sama untuk praktikumberikut dengan mengubah volume pereaksi
masing-masing hingga volume total campuran adalah 30 ml, yaitu :
- 10 ml NaOH 0,1 M dan 20 ml HCL 1,0 M
- 15 ml NaOH 0,1 M dan 25 ml HCL 1,0 M
- 20 ml NaOH 0,1 M dan 10 ml HCL 1,0 M
- 25 ml NaOH 0,1 M dan 5 ml HCL 1,0 M
4. Buat grafik yang menyatakan hubungan antara perubahan temperatur (sumbu y) dan
volume asam/basa (sumbu x).
5. Dalam grafik tentukan koefisien reaksi berdasarkan titik optimum yang diperoleh.
Titik optimum menyatakan perbandingan koefisien reaksi.
6. Bandingkan dengan koefisien reaksi yang diperoleh dari menyetarakan persamaan
reaksi.

15
PRAKTIKUM: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

Tujuan Percobaan :
Menunjukkan pengaruh konsentrasi, luas permukaan sentuh, dan suhu terhadap laju
reaksi.

Dasar Teori :
Secara umum laju reaksi kimia didefinisikan sebagai pengurangan konsentrasi
pereaksi atau pertambahan konsentrasi hasil reaksi dalam suatu reaksi kimia per satuan
waktu. Laju reaksi dari suatu reaksi kimia ada yang lambat, tetapi ada pula yang cepat. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi, yaitu:

1. Konsentrasi
Laju reaksi biasanya berlangsung dengan cepat apabila konsentrasi zat-zat yang
bereaksi salah satu atau keduanya diperbesar, sebaliknya reaksi akan berjalan dengan laju
yang lambat apabila konsentrasi diperkecil. Hal ini karena semakin besar konsentrasi,
semakin besar kemungkinan terjadinya tumbukan efektif antara zat yang bereaksi,
sehingga reaksi semakin bertambah cepat. Tumbukan yang efektif adalah tumbukan antara
zat yang bereaksi yang melampaui energi aktivasi, yaitu energi minimum untuk terjadinya
reaksi.

2. Luas Permukaan Sentuh


Ukuran partikel zat-zat yang bereaksi berpengaruh terhadap lambat cepatnya laju
reaksi. Semakin besar ukuran partikel, maka semakin sedikit permukaan sentuh antar
partikel yang bereaksi, sehingga laju reaksi menjadi lambat. Sebaliknya, semakin kecil
ukuran partikel, maka semakin banyak permukaan sentuh antar partikel yang bereaksi,
sehingga laju reaksi menjadi cepat. Jadi, jika laju reaksi antara zat-zat yang bereaksi
berbentuk serbuk tentu lebih cepat laju reaksinya dibandingkan yang berbentuk bongkahan
/kepingan dengan massa yang yang sama.

3. Suhu
Suhu sangat berperan dalam menentukan laju suatu reaksi. Pada umumnya suhu
yang tinggi akan meningkatkan laju reaksi dan suhu yang lebih rendah akan menurunkan
laju reaksi. Hal ini karena dengan suhu yang tinggi gerakan partikel yang bereaksi akan
lebih cepat, sehingga tumbukan yang efektif semakin banyak, akibatnya laju reaksi
semakin cepat.

16
Prinsip Percobaan :
Semakin besar konsentrasi, semakin luas permukaan sentuh, dan semakin tinggi
suhu zat-zat yang bereaksi, maka semakin cepat laju reaksinya.

Alat dan Bahan :


1. Alat : tabung reaksi, rak tabung reaksi, beaker glass, gelas ukur, pembakar
spirtus, termometer, balon, stopwatch, spidol.
2. Bahan : asam asetat glasial, cangkang telur, akuades, garam Inggis, larutan
amoniak.

Cara Kerja
1. Konsentrasi
a. Mengambil 2 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 1 mL larutan asam asetat
glasial, kemudian 1 tabung diencerkan 10 kali dan 1 tabung diencerkan 50 kali;
b. Menyiapkan 3 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 1 sendok serbuk cangkang
telur (cangkang telur yang dihaluskan);
c. Menyiapkan balon, diisi 5 mL asam asetat glasial pekat (tidak diencerkan);
d. Memasang mulut balon pada mulut tabung reaksi yang berisi serbuk cangkang telur;
e. Menyiapkan stopwatch, kemudian ketika larutan dalam balon dituangkan stopwatch
mulai dijalankan. Sambil menunggu balon berdiri, letakkan tabung reaksi di rak
tabung reaksi;
f. Stopwatch dihentikan ketika balon sudah berdiri. Mencatat waktu yang diperlukan
mulai dari penuangan larutan asam asetat glasial sampai berdirinya balon.
g. Lakukan langkah c – f tetapi dengan larutan asam asetat glasial lainnya, yaitu
larutan asam asetat glasial hasil pengenceran 10 kali, dan asam asetat glasial hasil
pengenceran 50 kali.

2. Luas Permukaan Sentuh


a. Menyiapkan 2 balon, masing-masing diisi dengan 5 mL larutan asam asetat glasial
hasil pengenceran 10 kali;
b. Menyiapkan 1 tabung yang diisi dengan serbuk cangkang telur dan 1 tabung reaksi
lagi diisi dengan cangkang telur yang dipatah-patahkan. Massa serbuk cangkang
yang ditambahkan sama dengan massa cangkang telur yang dipatah-patah.
c. Memasang mulut balon pada mulut tabung reaksi yang berisi serbuk cangkang telur;

17
d. Menyiapkan stopwatch, kemudian ketika larutan dalam balon dituangkan stopwatch
mulai dijalankan. Sambil menunggu balon berdiri, letakkan tabung reaksi di rak
tabung reaksi;
e. Stopwatch dihentikan ketika balon sudah berdiri. Mencatat waktu yang diperlukan
mulai dari penuangan larutan asam asetat glasial sampai berdirinya balon.
h. Lakukan langkah c – e tetapi dilakukan terhadap cangkang telur yang dipatah-patah.

3. Suhu
a. Mengambil 3 beaker glass, masing-masing diisi dengan 10 mL larutan garam Inngris
yang telah dibuat sebelumnya.
b. Mengambil 3 tabung reaksi lagi, masing-masing diisi 10 mL larutan amoniak;
c. Mengukur suhu larutan garam Inggris dengan termometer;
d. Mengambil salah satu tabung yang berisi amoniak dan meletakkan di atas kertas
putih yang diberi tanda silang dengan spidol;
e. Menyiapkan stopwatch, kemudian ketika larutan garam Inggris dituangkan dalam
tabung reaksi yang berisi larutan amoniak stopwatch mulai dijalankan;
f. Stopwatch dihentikan ketika tanda silang dari spidol tidak nampak Mencatat waktu
yang diperlukan mulai dari penuangan larutan garam Inggris sampai tidak terlihatnya
tanda silang dari spidol..
g. Lakukan langkah d – f tetapi dengan memanaskan terlebih dahulu larutan garam
Inggris hingga suhunya naik 10o dan 20o dari suhu semula.

Data Hasil Percobaan :


1. Konsentrasi
Volum Asam Asetat Glasial Serbuk Cangkang Telur Waktu (Menit)
5 mL Pekat 1 sendok
5 mL Pengenceran 10 kali 1 sendok
5 mL Pengenceran 50 kali 1 sendok

2. Luas Permukaan Sentuh


Volum Asam Asetat Glasial Bentuk Cangkang Telur Waktu (Menit)
Pengenceran 10 kali
5 mL Serbuk

18
5 mL Serpihan/Patahan

3. Suhu
Larutan Garam Inggris Volum Larutan Amoniak Waktu (Menit)
10 mL, suhu mula-mula (T) 10 mL
10 mL, suhu T + 10o 10 mL
o
10 mL, suhu T + 20 10 mL

PRAKTIKUM : IDENTIFIKASI BUFFER PHOSPAT PADA MINUMAN


BERSODA

Tujuan Percobaan :
Membuktikan bahwa ion phospat pada minuman bersoda berfungsi sebagai buffer.

Dasar Teori :
Larutan penyangga atau dapar atau buffer adalah suatu larutan yang mampu
mempertahankan pH-nya ketika ditambah sedikit asam, basa maupun pengenceran.
Larutan penyangga merupakan campuran asam lemah dengan garamnya (basa konjugasi-
nya) atau campuran antara basa lemah dengan garamnya (asam konjugasinya). Contoh
larutan penyangga antara lain:

CH3COOH + CH3COONa (buffer asam)


NH4OH + NH4Cl (buffer basa)

Dalam minuman bersoda terdapat buffer, yaitu ion phospat yang mempertahankan pH
minuman tersebut, sehingga minuman dapat tahan lebih lama dalam penyimpanan.

Prinsip Percobaan :
Jika dalam minuman bersoda ditambah sedikit asam, atau sedikit basa, atau
pengenceran sampai 10 kali ternyata tetap memberikan pH dengan pergeseran yang kurang
dari 0,5, maka berarti dalam minuman bersoda terbukti mengandung buffer phospat yang
berfungsi mempertahankan pH minuman tersebut.

19
Alat dan Bahan :
1. Alat : beaker glass, labu ukur, gelas ukur, pH meter, pipet tetes, kaca arloji.
2. Bahan : minuman bersoda, larutan HCl 0,1 M, larutan NaOH 0,1 M, larutan
NH4OH 0,1 M, larutan CH3COOH 0,1 M, Akuades

Cara Kerja
2. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan;
3. Menuangkan minuman bersoda ke dalam gelas kimia sebanyak 25 mL;
4. Mengukur pH minuman bersoda setelah tidak berbusa lagi;
5. Menambahkan 0,5 mL HCl 0,1 M ke dalam minuman bersoda tersebut;
6. Mengamati perubahan pH yang terjadi dengan pH meter;
7. Dengan cara yang sama, menambahkan 1 mL HCl 0,1 M dan mengukur pH-nya.
8. Mengulangi langkah 2 – 6, tetapi larutan HCl diganti dengan larutan NaOH 0,1 M,
CH3COOH 0,1 M, dan NH4OH 0,1 M;
9. Mengencerkan minuman bersoda 2, 4, 6, 8, dan 10 kali, dan setiap hasil pengen-
ceran diukur pH-nya dengan menggunakan pH meter.

Data Hasil Percobaan :


pH
Perlakuan
Fanta Coca Cola Sprite
Mula-mula
0,5 mL
HCl 0,1 M
1,0 mL
0,5 mL
CH3COOH 0,1 M
Penambahan 1,0 mL
0,5 mL
NaOH 0,1 M
1,0 mL
0,5 mL
NH4OH 0,1 M
1,0 mL
2 kali
4 kali
Pengenceran 6 kali
8 kali
10 kali

20
PRAKTIKUM : LARUTAN ISOTONIK

Tujuan Percobaan :
Menguji sifat isotonik minuman bermerek isotonik dengan menggunakan larutan infus
yang sesuai dengan larutan standar dalam tubuh manusia.

Dasar Teori :
Saat ini banyak minuman energi yang melabeli produknya sebagai minuman
isotonik yang mampu menggantikan ion-ion tubuh yang hilang pada saat beraktivitas
semakin marak. Benarkah minuman isotonik tersebut bersifat isotonik terhadap larutan
standar dalam tubuh manusia? Hal ini tentunya sangat menggelitik kita untuk membukti-
kannya. Sebagai larutan standar digunakan cairan infus yang berisi larutan NaCl 0,15 M.
Pemilihan infus dikarenakan di dalamnya terdapat kandungan garam fisiologis yang
memiliki kepekatan yang sama dengan larutan standar dalam tubuh manusia, sehingga
diasumsikan cairan infus berisotonik dengan larutan standar dalam tubuh manusia.
Untuk membandingkan nilai π harus dengan menggunakan jembatan penolong,
yaitu ∆Tb dan ∆Tf kedua larutan (infus dan minuman isotonik), karena tekanan osmosis
sulit untuk diamati secara fisik. Pengujian keisotonikan kedua larutan tersebut dapat
dilakukan secara teoretis sebagai berikut :
1. Berdasarkan pendidihan larutan dapat diketahui kenaikan titik didih larutan
∆Tb = Tb Larutan – Tb Pelarut muni
∆Tb = Kb × m × i

2. Berdasarkan pendinginan larutan dapat diketahui penurunan titik beku larutan


∆Tf = Tf Pelarut murni – Tf Larutan
∆Tf = Kf × m × i

Untuk mempermudah perhitungan, maka digunakan pelarut yang sama yaitu air,
sehingga nilai Kb dan Kf kedua larutan sama. Karena kedua larutan merupakan larutan
elektrolit, maka digunakan faktor van Hoff. Berdasarkan rumus yang digunakan, maka
besarnya molalitas dan faktor van Hoff dapat diketahui. Kedua larutan ini memiliki
kepekatan yang sangat encer, sehingga diasumsikan nilai molalitas (m) ≈ molaritas (M),
sehingga:

21
π=M×R×T×i

Besarnya R dan T pada kedua larutan dapat diabaikan dalam proses perhitungan,
karena nilai R dan T kedua larutan sama, sehingga larutan dikatakan isotonik jika :
 1 M 1  R  T  i1
 karena R dan T sama , maka
 2 M 2  R  T  i2
 1 M 1  i1
 karena M ≈ m, maka
 2 M 2  i2
 1 m1  i1
 Nilai m × i didapatkan dari perhitungan ∆Tb atau ∆Tf.
 2 m2  i2

Prinsip Percobaan :
Larutan dalam infus mengandung garam fisiologis yang memiliki kepekatan yang
sama dengan larutan standar dalam tubuh manusia, sehingga diasumsikan cairan infus
berisotonik dengan larutan standar dalam tubuh manusia. Jika minuman isotonik memiliki
tekanan osmosis yang setara dengan infus, berarti secara tidak langsung minuman isotonik
tersebut isotonik terhadap larutan standar dalam tubuh.

Alat dan Bahan :


1. Alat : termometer, beaker glass, tabung reaksi, gelas ukur, pembakar
spirtus, kaki tiga, kasa asbes, dan statif, freezer.
2. Bahan : akuades, es batu, minuman isotonik berbagai merk, dan larutan
infus (NaCl 0,15 M).

Cara Kerja
Cara I (Pemanasan) :
a. Menyiapkan alat dan bahan;
b. Mengambil sampel akuades, minuman isotonik dan infus dengan volume yang sama
(secukupnya), kemudian menuangkan masing-masing pada beaker glass;
c. Merangkai alat untuk menentukan titik didih masing-masing larutan;
d. Dengan melihat besarnya titik didih akuades, maka dapat ditentukan kenaikan titik
didih minuman isotonik dan infus.

Cara II (Pendinginan) :
2. Menyiapkan alat dan bahan;

22
3. Mengambil sampel akuades, minuman isotonis dan infus dengan volume yang sama
(secukupnya), kemudian menuangkan masing-masing pada beaker glass;
4. Memasukkan ke dalam freezer untuk menentukan titik beku masing-masing larutan;
5. Dengan melihat besarnya titik beku akuades, maka dapat ditentukan penurunan titik
beku minuman isotonik dan infus.

Data Hasil Percobaan :


Larutan Cara I (Pemanasan) Cara II (Pendinginan)
Tb (oC) ∆Tb (oC) Tf (oC) ∆Tf (oC)
Akuades *)
Larutan Infus
Minuman Isotonik
a. Merk ……………….
b. Merk ……………….
c. Merk ……………….

Keterangan : *) Tetapan titik didih akuades (Kb) = 0,52


Tetapan titik beku akuades (Kf) = 1,86

23
PRAKTIKUM: PENENTUAN KADAR ASAM CUKA SECARA TITRASI ASAM-
BASA DE-NGAN INDIKATOR RHOEO DISCOLOR

Tujuan Percobaan :
Menentukan kadar berbagai asam cuka yang beredar di pasaran secara titrasi asam-basa
dengan indikator rhoeo discolor

Dasar Teori :
Titrasi adalah penentuan konsentrasi suatu larutan (misal larutan A) berdasarkan
reaksinya dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya (misal larutan B). Untuk
mengetahui banyaknya volum larutan B yang tepat dapat bereaksi dengan larutan A
(disebut titik ekivalen), maka digunakan indikator tertentu yang dapat menandai titik akhir
titrasinya. Salah satunya indikator pp, yang ketika digunakan dapat menandai titik akhir
titrasi ketika larutan berubah warna menjadi pink atau sebaliknya. Dengan titrasi dapat
ditentukan konsentrasi dalam larutan analit yang dicari. Besarnya kesalahan titrasi adalah
selisih antara titik ekivalen dengan titik akhir titrasi.
Asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu cara analisis kuantitatif volumetrik
berdasarkan reaksi asam-basa secara titrasi. Kedua analisis tersebut dibedakan pada larutan
standar yang digunakan. Asidimetri merupakan penentuan konsentrasi / kadar suatu larutan
basa dengan larutan standar yang digunakan asam, sebaliknya alkalimetri merupakan

24
penentuan konsentrasi / kadar suatu larutan asam dengan larutan standar yang digunakan
basa.

Titrasi asam asetat atau asam cuka (CH3COOH) dengan larutan natrium hidroksida
(NaOH) sebagai larutan standar akan menghasilkan garam CH3COONa yang berasal dari
sisa asam lemah dan basa kuat yang kemudian terhidrolisis. Reaksi hidrolisis ini
merupakan reaksi keseimbangan yang dapat ditulis sebagai berikut :

CH3COOH (aq) + NaOH (aq)  CH3COONa (aq) + H2O (l)

Pada titrasi ini sebagian asam asetat (asam cuka) dan basanya akan tinggal dalam
larutan. Saat titik ekivalen (titik akhir titrasi) terjadi, banyaknya asam asetat (asam cuka)
dan NaOH bebas adalah sama, tetapi karena asam asetat termasuk elektrolit lemah, maka
ion H+ yang dibebaskan sangat sedikit, dan akan lebih banyak tinggal sebagai molekul
CH3COOH. Sedangkan basa bebasnya (NaOH) merupakan elektrolit kuat yang hampir
terionisasi sempurna, membebaskan ion hidroksil (OH-) dalam larutan. Hal ini mengakibat-
kan titrasi akan berakhir pada pH di atas 7.
Adanya asam dan basa yang bersifat kuat dan lemah menyebabkan garam yang
dihasilkan dari reaksi netralisasi tidak selalu bersifat netral (pH  7), tetapi tergantung pada
sifat asal dari asam dan basa yang membentuk garam. Hanya garam yang berasal dari asam
dan basa kuat yang dapat menghasilkan garam yang bersifat netral. Bila garam terbentuk
dari asam kuat dan basa lemah, maka garam yang dihasilkan bersifat asam, dan sebaliknya
(J. Basset, 1978 : 236-247).
Indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna, misalnya kelopak
bunga sepatu, daun kubis ungu, daun bayam merah, rhoeo discolor, kayu secang, dan
kunyit. Sebenarnya hampir semua tumbuhan berwarna dapat dipakai sebagai indi-kator
tetapi terkadang perubahan warnanya tidak jelas. Oleh karena itu hanya beberapa saja yang
sering dipakai, misalnya daun kubis ungu yang memberikan warna merah dan hijau, daun
bayam merah yang memberikan warna merah dan kuning, daun rhoeo discolor yang
memberikan warna pink dan hijau kekuningan.
Bila daun rhoeo discolor diiris-iris dan dikeringkan lalu dilarutkan dalam alkohol,
maka akan diperoleh larutan dengan warna kuning kemerahan. Dalam suasana asam
warnanya berubah menjadi merah muda (pink) dan dalam suasana basa berubah menjadi
hijau. Dengan demikian larutan daun rhoeo discolor juga dapat digunakan sebagai
indikator alami.

25
Prinsip Percobaan :
Jika larutan asam cuka dititrasi menggunakan larutan NaOH dengan indikator
rhoeo discolor, maka ketika banyaknya volum larutan asam cuka tepat dapat bereaksi
dengan larutan NaOH (titik ekivalen), maka akan ditandai dengan berubahnya larutan asam
cuka dari pink menjadi hijau kekuningan yang menunjukkan titik akhir titrasi telah tercapai.
Hasil titrasi ini dapat digunakan untuk menentukan kadar berbagai asam cuka yang beredar
di pasaran.
Alat dan Bahan :
1. Alat : beaker glass, labu ukur, pipet volum, pipet tetes, labu erlenmeyer, statif &
klem, buret, timbangan analitik, gelas arloji,
2. Bahan : kristal asam oksalat dihidrat (H2C2O4. 2H2O), Kristal NaOH p.a buatan E.
Merck, indikator pp, berbagai merek asam cuka di pasaran, alkohol 70%,
akuades, daun rhoeo discolor.

Cara Kerja
1. Standarisasi Lar. NaOH dengan Lar. Standar Primer Asam Oksalat (H 2C2O4)
a. Menimbang 1,26 gram H2C2O4. 2H2O, melarutkan dalam 10 ml akuades. Kemudian
memasukkan dalam labu takar 100 ml dan menambahkan akuades dengan pipet tetes
sampai tanda batas.
b. Menimbang 2,1 gram NaOH, melarutkannya dalam akuades, memasukkan ke dalam
labu takar 500 mL dan mengencerkannya dengan akuades sampai tanda etsa.
c. Memasukkan 5 ml larutan NaOH ke dalam erlenmeyer dan menambahkan 1 tetes
indikator pp lalu titrasi dengan larutan asam oksalat 0,1 M hingga warna pink hilang.
d. Melakukan prosedur 1.c sebanyak 5 kali dan mencatat volum asam oksalat yang
diperlukan untuk mengubah warna pink menjadi tidak berwarna.

2. Pembuatan Indikator Daun Rhoeo discolor

26
a. Mencuci daun rhoeo discolor dari kotoran. Mengiris kecil-kecil dengan pisau, lalu
menimbang sebanyak 10 gram.
b. Memasukkan dalam botol gelas dan menuangkan 100 mL alkohol 70% ke dalamnya.
Tutup botol rapat-rapat.
c. Membiarkan beberapa saat agar terjadi pelarutan warna pada daun tersebut. Saring
untuk mendapatkan filtratnya. Bila kurang bersih disaring dengan kertas saring.
Filtrat siap digunakan sebagai indikator.

3. Titrasi Berbagai Asam Cuka yang Beredar di Pasaran dengan Titran NaOH
a. Mengambil 5 ml salah satu merek larutan asam cuka dengan pipet volum.
b. Memasukkan ke dalam labu erlenmeyer 50 ml dan menambahkan 5 tetes indikator
rhoeo discolor.
c. Mentitrasi larutan tersebut dengan larutan standar NaOH sampai tepat timbul warna
hijau kekuningan.
d. Titrasi diulang sebanyak 3 kali (triplo).
e. Mengulangi praktikuma - d, tetapi dengan menggunakan asam cuka merek lainnya.
f. Mengulangi praktikuma – d, tetapi dengan menggunakan indikator pp untuk salah
satu merek asam cuka saja (hanya untuk mengecek keakuratan indikator rhoeo
discolor. Jika praktikumini dilakukan di sekolah, langkah f tidak perlu dilakukan).

G. Data Hasil Percobaan :


VNaOH
Merek Asam Cuka
Perc 1 Perc 2 Perc 3
1.
2.
3.
Kontrol (pp)

27
PRAKTIKUM: PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA
ANORGANIK

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun senyawa
tersebut. 2. Mengamati beberapa perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan
anorganik.

B. TEORI
Pada awalnya, perkembangan kimia sebagai sains, senyawa diklasifikasikan sebagai
senyawa organik dan anorganik. Senyawa organik berasal dari tanaman dan hewan, dan
lama sekali dipercayai bahwa senyawa organik tidak bisa dibuat di laboratorium. Sekarang
kita tahu bahwa itu tidak benar. Sintesa senyawa organik di laboratorium pertama kali
dilakukan oleh Friederich Wohler pada tahun 1828, yaitu urea (senyawa kimia dalam
urine) dapat dibuat dengan cara mengevaporasi larutan yang mengandung senyawa
anorganik, ammoniumsianat:
C O NH2H 2NN H4+NCO
ammoniumsianat urea
panas

Walaupun jumlah senyawa organik sangat besar, tetapi senyawa tersebut hanya tersusun
dari beberapa unsur. Pada percobaan ini kami menggunakan metode-metode yang telah
digunakan untuk menyusun komposisi senyawasenyawa organik.
Karena unsur-unsur dalam senyawa organik umumnya tergolong dalam struktur kompleks,
kita membutuhkan beberapa metode pelepasan unsur-unsur ini.

Hidrogen dan karbon dapat dilepaskan dari suatu senyawa melalui pembakaran. Kasus lain,
kita menggunakan basa kuat untuk melepaskan suatu bahan seperti amoniak atau
mengubah sulfur atau posfor menjadi bentuk yang dapat dideteksi.
Jika kita menemukan air yang dihasilkan ketika kita membakar sebuah senyawa organik,
merupakan bukti bahwa senyawa mengandung hidrogen. Apakah oksigen dalam air berasal
dari senyawa atau oksigen dari udara sulit disimpulkan, secara umum oksigen dalam

28
senyawa organik ditentukan dengan analisis semua unsur yang mungkin dan
pengansumsian bahwa sisa analisis adalah oksigen.
Pengujian keberadaan karbon dalam suatu senyawa dalam pembakaran yang memberikan
CO2(g) dan melewatkan gas yang terbentuk dalam pembakaran melalui lime water
Ca(OH)2 (aq). Jika endapan putih (CaCO3 (s) terbentuk, kita mengatakan bahwa senyawa
yang kita bakar mengandung karbon :

CO2(g) Ca(OH)2(aq) CaCO3(s) H2O(l) + + putih

Karena senyawa organik yang dibakar dapat memberikan endapan putih ini, maka kita
dapat membuat pernyataan bahwa senyawa organik tersebut mengandung karbon.
Tes paling sederhana untuk mendeteksi nitrogen dalam senyawa organik tergantung pada
kecenderungan senyawa tersebut menghasilkan amoniak, yang dapat dideteksi dari baunya.
Amoniak dapat diuji dengan kertas lakmus merah basah terhadap asap yang berasal dari
pemanasan senyawa yang mengandung ammonia. Jika amonia ada, kertas lakmus akan
menjadi biru.
NH3(g) H2O(l) NH4+(aq) + + OH-(aq)
Analisis nitrogen dalam senyawa kompleks dilakukan dengan menguapkan ammonia dan
menetralisirnya dengan asam.
Uji sulfur bergantung pada produksi ion sulfida dari pemanasan senyawa organik dalam
basa kuat. Ion sulfida kemudian bereaksi dengan Pb2+ menghasilkan endapan PbS
berwarna coklat tua hitam. Posfat dapat diidentifikasi dengan reaksi kompleks mereka
dengan ion molibdat menghasilkan endapan kuning.
Unsur-unsur halogen dapat ditemukan dalam senyawa organik tetapi jarang terjadi secara
alami dalam senyawa anorganik. Tetapi golongan halogen sering digunakan dalam reaksi-
reaksi organik.
Sifat kimia dan fisika senyawa organik dapat membedakan satu dengan yang lainnya.
Ketika beberapa sifat kimia dan fisika senyawa organik dan anorganik sederhana yang
menceritakan apakah senyawa termasuk senyawa organik atau anorganik antara lain:
keadaan saat pemanasan, konduktivitas, dan ionisasi (dissosiasi), serta kelarutan.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
- Konduktometer - Cawan krus

29
- Batang pengaduk - Gelas kimia
- Pembakar bunsen - Pipet tetes
- Gelas ukur - Pipet ukur
2. Bahan
- Etanol - Akuades - HCl 3 M
- Es batu - CHCl3 - NaCl
- Ca(OH)2 - Glukosa - Benzena
- Larutan KI - NaOH 3 M - Larutan sukrosa
- Kertas lakmus biru dan merah
D. CARA KERJA
1. Tes unsur-unsur dengan pembakaran senyawa organik
a. Deteksi unsur-unsur dengan pembakaran senyawa organik
1) Tempatkan kira-kira 2 mL etanol dalam cawan krus kemudian dibakar. Siapkan gelas
kimia 250 mL. Yakinkan gelas kimia tersebut kering. Isi dengan air dingin (air es). Simpan
di atas pembakaran etanol. Amati perubahan yang terjadi !
2) Tempatkan larutan Ca(OH)2 dalam ujung batang pengaduk. Siapkan etanol dalam
cawan crus, kemudian dibakar. Tempatkan larutan Ca(OH)2 tersebut di atas pembakaran
sejauh kira-kira 5 cm dari lidah api. Amati perubahan yang terjadi !
3) Alirkan udara hasil pernapasan anda ke dalam larutan Ca(OH)2 dalam gelas kimia
selama 1-2 menit menggunakan selang. Amati perubahan yang terjadi !
b. Unsur-unsur yang dideteksi dengan basa kuat dan pemanasan senyawa organik.
Tempatkan kira-kira 1 gram urea dalam gelas kimia kecil, tambahkan 10 mL NaOH 3 M
kocok pelan-pelan dan panaskan tidak sampai mendidih. Pindahkan gelas kimia dari
pemanasan, amati bau gas yang terbentuk ! Tempatkan lakmus biru dan merah pada
dinding gelas kimia (panaskan lagi, bila gas yang terbentuk habis). Amati perubahan pada
kertas lakmus!

c. Tes Beilstein
Panaskan ujung kawat tembaga dalam pemanas Bunsen sampai warnanya berubah.
Masukkan kawat panas ke dalam larutan HCl 3 M, CHCl3, KI dan air ludah. Amati
perubahan warna yang terjadi !

2. Perbedaan senyawa organik dan anorganik


a. Perbedaan sifat karena pemanasan

30
Siapkan 2 cawan krus, masing-masing diisi NaCl dan glukosa secukupnya. Panaskan
keduanya lalu amati perubahan yang terjadi !
b. Perbedaan konduktivitas
Siapkan alat-alat konduktometer. Ukurlah konduktivitas senyawasenyawa pada tabel
berikut !
Tabel 1. Hasil Pengamatan
JENIS ZAT KONDUKTOR NONKONDUKTOR
Larutan NaCl
Benzena
Larutan KI
Larutan sukrosa
HCl
Ca(OH)2
CHCl3

c. Perbedaan dalam Ionisasi Siapkan dua buah tabung reaksi kosong. Tabung reaksi
pertama diisi dengan 2 mL larutan NaCl 0,1 M, dan tabung reaksi kedua diisi dengan 2 mL
kloroform (CHCl3). Pada kedua tabung reaksi tersebut, tambahkan masing-masing 3 tetes
larutan AgNO3 1%. Amati perubahan yang terjadi pada kedua tabung reaksi tersebut!

E. TUGAS
1. Sebelum praktikum
a. Apakah perbedaan senyawa organik dan senyawa anorganik
b. Buatlah hipotesa hasil yang akan di didapat pada percobaan 1a1; 1a2; 1a3; dan 1b !
c. Buatlah hipotesa hasil yang akan diperoleh pada percobaan 2a dan 2b !

SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA ORGANIK

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari sifat-sifat kelarutan senyawa organik.
2. Membandingkan tingkat kelarutan suatu senyawa terhadap beberapa pelarut.

B. TEORI

31
Senyawa-senyawa organik dapat diklasifikasikan sesuai dengan kelarutannya dalam
sejumlah pelarut dan larutan tertentu. Senyawa dikatakan larut apabila 0,1 gram padatan
atau 0,2 mL cairan dapat larut dalam 3 mL pelarut. Secara umum senyawa organik
diklasifikasikan berdasarkan kelarutan dalam pelarut organik adalah senyawa polar larut
dalam pelarut polar dan senyawa nonpolar larut dalam senyawa nonpolar. Dalam kelarutan
senyawa organik dengan suatu larutan dapat memberikan informasi tentang klasifikasi
larutan yang bersifat asam dan larutan yang bersifat basa. Klasifikasi ini dapat dilakukan
dengan menentukan sifat kelarutannya dalam larutan basa, netral atau larutan asam.
Kelarutan dari senyawa organik dalam pelarut inert (air, alkohol, eter, hidrokarbon dsb.)
dan dalam pelarut aktif, secara kimia tergantung pada struktur molekulnya. Sehingga
secara kualitatif dapat meramalkan penggolongan kelarutan senyawa organic berdasarkan
struktur zat terlarut serta sifat fisika dan kimia zat pelarut. Kelarutan dalam sebuah pelarut
diramalkan berdasarkan hokum kelarutan like dissolved like:
1. Suatu zat sangat larut dalam suatu pelarut jika mempunyai struktur yang sangat mirip,
misalnya alcohol larut dalam air.
2. Suatu senyawa yang memiliki rantai cabang, lebih mudah larut dalam pelarut dari pada
rantai lurus isomernya
3. Dalam beberapa deret homolog, anggota yang memiliki jumlah karbon lebih banyak
lebih mendekati sifat hidrokarbonnya.
4. Senyawa yang mempunyai berat molekul tinggi (misalnya polimer) sedikit larut dalam
pelarut inert. Tetapi polimer sering membentuk disperse koloid dalam pelarut tertentu.
5. Zat cair dan zat padat yang titik lelehnya rendah ummnya mudah larut dari pada zat
padat yang titik lelehnya tinggi dalam pelarut inert.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
- Tabung reaksi - Gelas kimia
- Pipet tetes - Labu semprot
2. Bahan
- CCl4 - 1-heksena - H2SO4
- H2O - Sikloheksena - HNO3
- Heksana - Minyak tanah - Sikloheksana
- Parafin - Metanol - Etilasetat
- Etilamin - Etilsianida - Asam asetat

32
- Asetaldehid - AgNO3 - NaOH
- Benzene - Etanol - Butanol
- Eter - CHCl3 - Glukosa
- Kanji - Selulosa

D. CARA KERJA
1. Kelarutan dalam n-heksana
Ambil 0,1 gram atau 0,2 mL senyawa organik yang akan diuji kelarutannya (garam-garam
ionik, senyawa hidrokarbon, senyawa
alkohol, senyawa ester, senyawa aldehid, senyawa keton, senyawa asam karboksilat,
senyawa amida, senyawa amina dan senyawa nitril). Masing-masing masukkan dalam
tabung reaksi. Tambahkan tetes demi tetes n-heksana hingga mencapai 3 mL. kocok kuat-
kuat setiap penambahan lalu amati kelarutannya (larut, sedikit larut atau sukar larut) !
2. Kelarutan dalam eter
Ambil 0,1 gram atau 0,2 mL senyawa organik yang akan diuji kelarutannya (seperti poin
1). Masukkan dalam tabung reaksi yang kering. Cara kerjanya mirip dengan tes kelarutan
dalam air tetapi jangan gunakan lebih dari 3,0 mL eter.
3. Kelarutan dalam air
Ambil 0,1 gram atau 0,2 mL senyawa organik yang akan diuji kelarutannya (garam-garam
ionik, senyawa hidrokarbon, senyawa alkohol, senyawa ester, senyawa aldehid, senyawa
keton, senyawa asam karboksilat, senyawa amida, senyawa amina dan senyawa nitril).
Masing-masing masukkan dalam tabung reaksi. Tambahkan tetes demi tetes akuades
hingga mencapai 3 mL. kocok kuat-kuat setiap penambahan lalu amati kelarutannya (larut,
sedikit larut atau sukar larut) !
4. Kelarutan dalam Natrium hidroksida
Cara kerjanya sama dengan tes kelarutan di atas, tetapi perlu diamati apabila terjadi
kenaikan suhu atau gas yang mungkin dihasilkan. Jika pada penambahan NaOH tidak
dapat larut, ambillah lapisan atas dengan pipet tetes ke dalam tabung reaksi dan tambahkan
HCl encer hingga pHnya asam. Amati perubahan apa yang terjadi !
5. Kelarutan dalam Asam klorida
Dengan menggunakan cara yang sama di atas. Apabila terjadi kelarutan, maka senyawa
yang diuji diklasifikasikan senyawa basa. Beberapa senyawa organik basa dapat
membentuk senyawa hidroklorida dengan HCl yang dapat larut dalam air, tetapi dalam
keadaan HCl yang berlebih bentuk tersebut dapat mengendap. Apabila penambahan HCl

33
tidak dapat larut, ambil lapisan atas dan tambahkan NaOH hingga bersifat basa. Jika terjadi
endapan, maka senyawa organik tersebut dapat diklasifikasikan sebagai senyawa basa
organik.
6. Kelarutan dalam Asam sulfat
Dengan menggunakan cara kerja yang sama di atas. Apabila tidak dapat melarut, maka
aduklah kuat-kuat campuran tersebut dan jangan dipanaskan. Amati perubahan yang terjadi
!
No Senyawa
Kelarutan Dalam n-heksana eter H2O NaOH HCl H2SO4 1 n-heksana x 2 1-heksena
3 Sikloheksana 4 Sikloheksena 5 Benzena 6 Minyak tanah 7 Metanol 8
Etanol 9 Butanol 10 Glukosa 11 Selulosa 12 Kanji/Amilum 13 Parafin
14 Etilasetat 15 Etilamina 16 Etilsianida 17 Karbon tetraklorida 18
Kloroform 19 Eter x 20 Asam asetat

21 Asetaldehida 22 Air x 23 Asam nitrat 24 Asam sulfat x 25 Natrium


hidroksida x 26 Perak nitrat 27 Asam klorida x

E. TUGAS
1. Sebelum praktikum
a. Tuliskan rumus molekul dan struktur senyawa-senyawa di atas !
b. Perkirakan senyawa yang akan diuji bersifat nonpolar, semipolar dan polar !
2. Setelah praktikum
a. Simpulkan ciri-ciri senyawa organik yang termasuk polar, semipolar dan nonpolar !
b. Bagaimanakah hubungan kelarutan berdasarkan struktur senyawa?

SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memperlihatkan sifat-sifat khas dari senyawa hidrokarbon jenuh, tak jenuh dan
aromatik.

34
2. Membedakan senyawa-senyawa tersebut berdasarkan sifat reaksi kimianya.

B. TEORI
Senyawa-senyawa yang hanya mengandung atau tersusun dari atom karbon dan atom
hidrogen disebut hidrokarbon. Berdasarkan kerangka atom karbonnya, senyawa ini
dibedakan menjadi senyawa yang memiliki rantai karbon lurus (golongan alkana, alkena,
alkuna), dan senyawa siklik (sikloalkana dan aromatik). Alkana hanya memiliki ikatan
tunggal (ikatan sigma, σ) antar atom karbonnya dan memiliki rumus umum CnH(2n+2).
Golongan senyawa ini sering disebut paraffin. Alkena memiliki satu atau lebih ikatan
rangkap dua (1 ikatan sigma, σ dan 1 ikatan phi π) antar atom karbonnya dan memiliki
rumus umum CnH2n. Golongan senyawa ini dikenal dengan nama olefin. Alkuna memiliki
satu atau lebih ikatan rangkap tiga (1 ikatan σ dan 2 ikatan π) antar atom karbonnya dan
memiliki rumus umum CnH(2n-2). Senyawa rantai lurus dapat membentuk senyawa siklik
dengan melepaskan dua atom hidrogen atau dengan kata lain senyawa-senyawa
hidrokarbon siklik memiliki 2 atom karbon lebih sedikit dari senyawa rantai lurusnya.
Catatan khusus untuk senyawa aromatik harus memenuhi persyaratan kearomatikan yaitu
senyawa harus siklik, datar, terdelokalisasi secara penuh dan memiliki jumlah elektron π
sebanyak 4n + 2, n adalah bilangan bulat (Aturan Huckel, 1931). Ikatan ganda pada
senyawa alkena dan alkuna merupakan gugus fungsional yang peka terhadap beberapa
reaksi tertentu, begitu juga dengan senyawa aromatik, sehingga sifat ini dapat digunakan
untuk membedakan senyawa-senyawa tersebut satu sama lain.
Hidrokarbon banyak ditemukan dalam gas alam, minyak, dan batu bara. Pemurnian
hidrokarbon dari sumber tersebut lebih sering digunakan daripada mensistesisnya dari
karbon dan hidrogen, karena sumber bahan alam tersebut masih lebih murah sehingga
sering digunakan sebagai starting poin untuk keperluan sintesis.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Tabung reaksi - Gelas kimia
Pipet tetes - Labu semprot
Gelas ukur - Pemanas istrik
Timbangan - Gegep
2. Bahan
- Air brom - Aril benzene - Sikloheksena

35
- Petroleum benzene - Bifenil - CCl4
- KMnO4 - Naftalen - H2SO4 pekat
- Bensin - Antrasen - Klorobenzena
- Es batu - CHCl3 - HNO3 pekat
- AlCl3 anhidrous - Br2 dalam CCl4 - Toluena

D. CARA KERJA
1. Alkana dan alkena
a. Siapkan 3 buah tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 3 mL air brom 3%. Ke
dalam 2 tabung reaksi masing-masing ditambahkan 1 mL petroleum benzena dan tabung
ketiga ditambah 1 mL sikloheksan. Salah satu tabung yang berisi petroleum benzena
disimpan dalam ruang gelap dan yang lainnya dibiarkan selama 5 menit. Setelah itu amati
perubahan yang terjadi dan bandingkan antara keduanya !
b. Reaksi dengan larutan brom dalam CCl4
Siapkan 2 tabung reaksi, tabung 1 isi dengan 1ml petroleum eter dan tabung 2 isi dengan 1
mL sikloheksena, tambahkan masing-masing 5-6 tetes larutan brom 3 % dalam CCl4.
Amati perubahan yang terjadi (warna dan baunya) !
c. Reaksi dengan asam permanganat
Siapkan 2 tabung reaksi, tabung 1 isi dengan 1ml petroleum benzena dan tabung 2 isi
dengan 1 mL sikloheksena, tambahkan masingmasing 1 tetes KMnO4 1% dalam asam
sulfat 10 % lalu kocok. Setelah warna hilang tambahkan lagi hingga warna tidak hilang.
Catat perubahan yang terjadi !
d. Reaksi dengan asam sulfat
Siapkan 2 tabung reaksi, isi dengan 1 mL petroleum eter dan 1 mL sikloheksena.
Dinginkan dengan es, setelah dingin tambahkan masing-masing 3 mL asam sulfat pekat
perlahan-lahan melalui dinding tabung lalu kocok. Bila cairan terpisah menjadi dua
lapisan, amati kedua lapisan tersebut !
2. Senyawa aromatik
a. Ke dalam tabung reaksi diisi dengan 0,5 mL asam sulfat pekat tambahkan 3 tetes
benzena. Kocok dan amati perubahan yang terjadi !
b. Ulangi percobaan (b) untuk senyawa yang lain (bensin, petroleum benzena, toluene,
klorobenzena).
c. Ulangi percobaan (a) dan (b) dengan mengganti asam sulfat dengan asam nitrat pekat.

36
d. Larutkan 0,1 gram senyawa yang akan diuji (benzena, alkil benzena, aril halida, bifenil,
naftalena, dan antrasena) di dalam 1 mL kloroform. Miringkan tabung reaksi sehingga
dinding dalam tabung basah dengan larutan. Selanjutnya tambahkan 0,5 gram AlCl3
anhidrous sehingga padatan ini menyentuh dinding tabung. Catat warna padatan yang
basah pada dinding dan pada larutan !
e. Perbandingan reaksi antara hidrokarbon dengan bromin dan KMnO4
Siapkan 5 tabung reaksi dan isi dengan 3 mL zat pada tabel 2. Tambahkan 1 mL bromine
dalam CCl4 pada setiap tabung. Amati perubahan warnanya !
Tabel 2. Hasil Pengamatan
Hidrokarbon
Waktu Penampakan Noda
Penambahan Br2 Untuk Menghilangkan Warna Heksana
Benzena
Sikloheksana
Heksena
Sikloheksena

Bromin diganti dengan KMnO4


Hidrokarbon
Waktu Penampakan Noda
Penambahan Permanganat Untuk Menghilangkan Warna Heksana
Benzena
Sikloheksana
Heksena
Sikloheksena

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1995). Spiel das wisen schafft. Bergembira dengan sains. Terjemahan :
Hardjapamekas, Djajang, M. P. Bandung : Titian Ilmu.

37
Amy J. Phelps & Cherin Lee. (2003). The power of practice : what students learn from
how we teach. Journal of Chemical Education, 80 (7), 829 – 832.

Aldrin E. Sweeney & Jeffrey A. Paradis. (2003). Addressing the professional preparation
of future science teachers to teach hands – on science : a pilot study of a laboratory
model. 80 (2), 171 – 173.

Brandt, Ronald. (1993). What do you mean professional. Educational Leadership. Nomor 6
50, March.

Carolin R. M (2005). “Best Practices” in teaching and learning : Challenging current


paradigms and redefining their role in education. The College Quarterly. 8 (3), 1-7

Depdiknas. (2003). Standar kompetensi mata pelajaran sains. Jakarta : Depdiknas.

Janice Pratt VanCleave. (1991). Gembira bermain dengan ilmu kmia : 101 Praktikumyang
Pasti Berhasil. Jakarta : Temprint.

Janice Pratt VanCleave. (2003). Percobaan-praktikumyang menakjubkan. Bandung : Pakar


Raya.

J. Bassett. (1978). Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis. Great Britain :


Longman Group.

John W. Hansen & Gerald G. L.. (2004). Developing technology teachers : questioning the
industrial tool use model. Journal of Technology Education. 15 (2), 20 – 32.

Mel Silberman. (2002). Active learning : 101 Strategi pembelajaran aktif. Yogyakarta :
Yappendis.

Sylvia Kerr & Olaf Runquist. (2005). Are we serious about preparing chemists for the 21st
century workplace or are we just teaching chemistry ?. Journal of Chemical
Education. 82 (2), 231 – 239.

38

Anda mungkin juga menyukai