Anda di halaman 1dari 57

MODUL PRAKTIKUM

KIMIA LINGKUNGAN

Oleh : Laila Febrina, ST,MSi


Ira Mulyawati, SSi ,MT

Program Studi Teknik Lingkungan


Fakultas Teknik
Universitas Sahid Jakarta
2020

1
DAFTAR ISI
Halaman
Peraturan Umum Praktikum
Peraturan Khusus Praktikum
Tindakan Untuk Keselamatan
1 Metode Sampling
2 Asiditas-Alkalinitas ……1
3 Klorida…..3
4 Kesadahan…..2
5 Koagulasi…………4
6 Warna……..8
7 PH,DHL,Turbidity…….4
8 Ammonium……….5
9 Analisis Detergen…………6
10 Minyak dan Lemak…….7
11 Transparansi (Kecerahan)
12 Adsorpsi Isoterm
13 Kalium Permangant

2
PERATURAN UMUM PRAKTIKUM
1. Selama praktikum berlangsung, praktikan wajib memakai jas laboratorium
(dikancingkan dengan rapi), memakai sepatu (bukan sepatu sendal);
2. Praktikum dimulai sesuai jadwal, tidak ada toleransi keterlambatan;
3. Praktikan yang tidak menyerahkan salah satu saja diantara tiket masuk
praktikum (Laporan Awal, Tugas Pendahuluan, dan Laporan Akhir), tidak
dibenarkan mengikuti praktikum;
4. Laporan akhir yang dikumpulkan harus telah di ACC oleh oleh dosen;
5. Praktikum susulan tidak akan diadakan;
6. Praktikan yang berhalangan karena sakit diharuskan melapor secepatnya
kepada dosen praktikum, selambat-lambatnya 2x24 jam setelah praktikum
disertakan surat keterangan sakit dari dokter.
7. Praktikan yang tidak mengikuti lebih dari dua modul praktikum tanpa alasan
yang jelas, dinyatakan gagal;
8. Bagi siapa pun, kegiatan makan dan minum dilarang selama berada di dalam
laboratorium;
9. Dilarang keras merokok di dalam laboratorium;

3
PERATURAN KHUSUS PRAKTIKUM
1. Setiap kelompok bertanggung jawab terhadap peralatan yang digunakan
dan kebersihanya selama praktikum berlangsung;
2. Kerusakan/pecahnya alat laboratorium selama praktikum berlangsung
menjadi tanggung jawab praktikan;
3. Setiap perlakuan dengan zat berbahaya dan konsentrasi yang pekat (seperti
asam sulfat pekat, dll) harus dikerjakan dalam lemari asam;
4. Peralatan harus disusun kembali seperti semula setelah praktikum selesai;
5. Praktikan harus mengecek ketentuan khusus penggunaan tiap alat dan
setiap tindakan harus diketahui asisten;
6. Praktikan harus bertanggung jawab dengan percobaan yang sedang
dilakukan dan peralatan yang digunakan. Selama percobaan berlangsung,
praktikan tidak dibenarkan meninggalkan percobaan;
7. Setiap kelompok wajib memenuhi peralatan khusus sesuai dengan
ketentuan yang diberikan asisten demi kelancaran pelaksanaan praktikum;
8. Bon alat dilaksanakan satu hari sebelum praktikum dimulai, dan sesaat
setelah selesai praktikum.

4
TINDAKAN UNTUK KESELAMATAN

Zat kimia yang digunakan untuk pratikum mempunyai bermacam – macam sifat
antara lain: mudah terbakar, menyebabkan kepedihan (iritasi) dan bersifat
racun. Untuk menjaga keselamatan harus memperhatikan langkah – langkah
berikut:

Langkah yang sangat penting untuk diperhatikan:


1. Jangan memanaskan pelarut meskipun dalam jumlah sangat kecil
dengan atau dekat api kecuali bila pelarut tersebut dipanaskan dalam
labu yang dilengkapi pendingin balik (refluks) atau dihubungkan dengan
pendingin untuk destilasi. Jangan menuangkan pelarut yang mudah
terbakar dari satu tempat ke tempat yang lain bila ada api disekitarnya (
dalam jarak 3 kaki )
2. Bila sedang mendestilasi dietil eter, pemanasan dilakukan diatas
penangas air dan sebagai penampung digunakan labu destilasi yang
dihubungkan dengan pendingin dan penyumbat yang kuat serta
didinginkan dalam es.
3. Jangan menggunakan karbon disulfida, diisopropil eter atau
tetrahidrofuran kecuali bila ada instruksi
4. Jangan memanaskan dalam sistem tertutup
5. Jangan mendekatkan muka (menjauhkan muka sejauh mungkin) bila
sedang memanaskan atau mencampur sesuatu.
6. Jangan bekerja di laboratorium kecuali selama periode praktikum dan
ada asisten. Perkecualian bagi yang telah mendapat izin terlebih dahulu.
Jangan bekerja sendirian di laboratorium, adanya orang lain di
laboratoprium mungkin dapat menyelamatkan bila terjadi suatu
kecelakaan
7. Pakailah pelindung mata setiap saat. Lensa kontak tidak melindungi
mata bahkan dapat menyebabkan kepedihan bila terkena asap, karena
dengan adanya lensa kontak mata tidak dapat dengan cepat
membersihkannya sendiri. Pakailah juga pakaian kerja / jas laboratorium
( tidak terkecuali para asisten )
8. Jangan makan, minum atau merokok dalam laboratorium.

5
Langkah yang penting untuk diperhatikan.
1. Jagalah selalu kerapihan tempat bekerja dan jangan lupa bersihkan
terlebih dahulu sebelum meninggalkan laboratorium.
2. Dalam memasang peralatan hendaknya diperhatikan kestabilannya.
Hindari pemakaian benda – benda yang tidak stabil misalnya, pemakaian
buku, pensil, kotak korek api dan sebagainya sebagai alat penyangga.
3. Gunakan selalu labu Erlenmeyer bila melakukan kristalisasi. Jangan
menggunakan labu Beaker kecuali bila diharuskan.
4. Jangan menempatkan larutan yang mudah menguap dalam labu Beaker
meskipun untuk waktu yang sebentar.
5. Bahan-bahan yang memberikan uap yang dapat merusak harus ditutup
erat-erat. Yang termasuk bahan-bahan tersebut adalaha fosfor
triklorida, brom, asam klorosulfonat, benzensulfonil klorida, asam nitrat
berasap, asetil klorida, dll.
6. Simpanlah baik-baik zat kimia yang menyebabkan kerusakan baik yang
masih terpakai atau yang sudah tidak terpakai. Ini ditujukan khusunya
pada zat-zat yang bereaksi keras dengan air, misalnya logam natrium,
asetil klorida dan asam klorosulfonat. Jika akan membuang zat beracun
yang larut dalam air harus ke tempat yang mengalir dan siramlah dengan
air sebanyak mungkin, contohnya kalium sianida atau natrium sianida.
Untuk asam sulfat pekat harus ditambahkan ke air, tidak sebaliknya.
7. Bila melubangi prop jangan menggunakan meja atau barang-barang dari
kayu lainnya sebagai tumpuan.
8. Bila memasukkan pipa gelas ke prop, jangan gunakan bagian dari tubuh
sebagai penahan pipa. Bila akan memasukkan pipa ke dalam selang
karet, jangan lupa membasahi pipa dengan gliserol atau mengolesi pipa
dengan gemuk silicon tipis-tipis.
9. Untuk memecahkan padatan yang melekat dalam botol gunakan spatula
logam yang lentur. Jangan gunakan batang pengaduk gelas atau alat
yang cukup berat dan kaku (dapat memecahkan botol).

6
1. METODE SAMPLING

1. Pendahuluan

Kecepatan aliran dalam sungai, saluran dan sebagainya tidaklah merata. Di


dalam danau dan kolam, sifat-sifat air pun tidak homogen, tetapi berada dalam
lapisan-lapisan dengan sifat-sifat berbeda. Maka bila diperlukan data-data
mengenai badan air tersebut secara keseluruhan, titik pengambilan sampel
harus dipilih agar sampel dapat dianggap mewakili seluruh badan air dan tidak
hanya satu bagian dengan karakteristik yang kebetulan dapat diselidiki.

Pengambilan contoh air merupakan salah satubagian yang tak terpisahkan dari
sistem pengukuran kualitas air, yaitu untuk mendapatkan data kualitas air yang
akurat dan valid. Untuk mendapatkan data hasil pengukuran yang valid
(representatif), diperlukan :
1) Contoh air yang representatif
2) Metode analisis dengan tingkat akurasi dan presisi yang dapat diterima
3) Peralatan dan instrumentasi yang terkalibrasi
4) Sumber daya manusia (analis atau laboran) yang dibekali dengan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai

Pengertian contoh air yang representatif adalah contoh air yang komposisinya
sama dengan komposisi badan air (sungai, waduk, laut, sumur dsb) yang akan
diteliti kualitasnya.

Jika contoh yang akan dianalisis adalah contoh air yang karakteristiknya telah
berubah dari karakteristik adsalnya (badan air), maka ketika dianalisis
dilaboratorium, data yang akan diperoleh adalah datayang tidak sama dengan
kualitas badan air tersebut, sehingga data yang diperoleh tidak representative,
sehingga menimbulkan kesalahan dalam membuat kesimpulan tentang kualitas
badan air tersebut.

Maksud dan tujuan pengambilan contoh air adalah mengumpulkan volume air
dari badan air yang akan diteliti kualitasnya dengan volume sekecil mungkin
tetapi karakteristik dan komposisinya masih sama dengan karakteristik badaan
air tersebut.

Teori
Jenis-jenis sampling:
1) Sampel sesaat (grab sample);
2) Sampel sesaat tersusun (integrated sample);
3) Sampel campuran (composite sample).

7
Karena setiap keadaan dan situasi berbeda, agak sulit untuk memberi petunjuk
yang umum. Di bawah ini hanya beberapa usulan dan anjuran yang dapat
dikemukakan, namun diharapkan adanya pemikiran bahwa setiap pengambilan
sampel merupakan suatu kasus tersendiri.

Bila sampel diambil dari saluran, sungai, dan sebagainya yang kedalamannya
tidak lebih dari 5 meter dan alirannya cukup turbulen bagi air tersebut untuk
menjadi homogen, sampel sebaiknya diambil pada kira-kira ½ sampai 2/3 tinggi
penampang basah dari bawah permukaan air.Pipa pengambilan sampel
(terbuat dari kuningan/tembaga, plastik atau karet) yang digunakan untuk
pengambilan sampel secara berturut-turut dengan alat otomatis, harus
dibengkokkan hingga membuka mulut tidak menghadap arah aliran air.

Bila sampel diambil dari saluran atau sungai yang terdiri dari aliran-aliran yang
terpisah, misalnya pada musim kering, sampel harus diambil dari aliran bagian
yang paling besar dan yang dapat dianggap bersifat sama dengan keadaan asli
air sungai tersebut. Bila penampang sungai tidak teratur (irregular) sampel
harus diambil (bila mungkin) di tengah aliran utama, yaitu dimana tinggi
penampang basah terbesar dan alirannya tidak terganggu. Pengambilan
sampel bisa dilakukan dari jembatan, perahu, ponton, dan sebagainya.

Bila sampel diambil dari saluran atau anak sungai yang bermuara di dalam
sungai atau laut, harus diingat bahwa tinggi permukaan sungai atau laut
tersebut dapat berubah pada waktu hujan atau air pasang. Pada saat itu, air
sungai atau laut masuk ke dalam anak-anak sungai sehingga sifat-sifat air dalam
anak sungai dipengaruhi oleh induk sungai atau air laut. Untuk menghindari hal
tersebut, titik pengambilan sampel harus dipilih cukup jauh dari muara, dimana
aliran anak sungai atau saluran tidak terganggu.

Pada umumnya, titik pengambilan sampel dipilih agar sampel benar-benar


dapat mewakili badan air tersebut, debit dapat diukur secara cukup teliti, dan
daerah drainase yang menyebabkan pencemaran dapat diketahui secara
lengkap.

2. Pemilihan lokasi pengambilan contoh air di sungai

Pemilihan pengambilan contoh air di sungai, sangat dipengaruhi oleh lebar,


kedalaman sungai dan kecepatan air dalam sungai, tetapi pedoman umum
adalah pilihlah lokasi yang dianggap bercampur dengan sempurna.
Conto air harus diambil dari lokasi yang dianggap bercampur dengan sempurna,
hindari pengambilan contoh di tempat air yang diam (stagnan)

8
Jika sungai terdiri dari beberapa aliran air yang terpisah, dipilih aliran yang
paling besar
Jika ada anak sungai atau effluent dari limbah yang masuk ke dalam sungai
utama, maka pengambilan contoh dilakukan pada sungai utama sebelum dan
sesudah pencampuran dari anak sungai dan dilokasi anak sungai. Lokasi
pencampuran dapat terjadi beberepa kilometer di bagian hilir, dan lokasi
pencampuran sangat dipengaruhi oleh lebar dan kedalam sungai tersebut.

3. Pengambilan contoh air di danau/waduk

Kualitas air di danau atau waduk sangat dipengaruhi oleh kondisi air yang
masuk. Lebar dan kedalaman dari danau, dan untuk setiap tempat mempunyai
kualitas air yang berbeda-beda.
Jika tujuan pengambilan contoh untuk mengetahui kualitas air yang keluar dari
danau, maka titik pengambilan contoh dipilih keluaran dari danau atau waduk
tersebut. Tetapi jika ingin mengetahui kualitas air di badan air tersebut dapat
dilakukan transect sampling, yaitu pengambilan contoh pada berbagai tempat
dan kedalaman dari danau tersebut.

Menurut SNI, pengambilan contoh air di danau adalah sebagai berikut :


Untuk danau dengan kedalaman < 10 meter , contoh diambil di 2 (dua) titik, yaitu
dipermukaan dan di dasar danau
Untuk danau dengan kedalaman 10-30 meter , contoh diambil di 3 (tiga) titik,
yaitu dipermukaan, dilapisan tengan dan di dasar danau
a. Untuk kedalaman 30-100 meter, contoh diambil di contoh diambil di 4
(empat) titik, yaitu dipermukaan, dilapisan tengan dan di dasar danau

4. Pengambilan contoh air di sumur/ air tanah

Secara umum kualitas air sumur atau air tanah relative stabil, pengambilan
contoh air dapat dilakukan pada kedalaman 20 cm diatas permukaan air dan
untuk proses pengambilannya dapat digunakan fasilitas yang ada seperti ember
dengan kerekan (timba) atau pompa air.
Sedangkan untuk air sumur bor, pengambilan contoh air dapat dilakukan
ditempat keluar dari pompa atau keran keluaran, setelah air dibuang beberapa
saat (5-10 menit) untuk mengeluarkan air yang terperangkap dalam pipa.

9
5. Pengambilan contoh di Instalasi pengolahan air

Pemilihan lokasi pengambilan contoh air di dalam instalasi pengolahan air


ditujukan untuk mengetahui efisiensi setiap proses yang ada di dalam instalasi,
yaitu dari julai air baku sampai dengan air hasil olahan, dengan demikian jumlah
titik sampling tergantung kepada banyaknya proses yang digunakan
didalamnya.

6. Persiapan Pengambilan contoh air

6.1 Water Sampler


Alat pengambilan contoh air yang digunakan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a) Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi kualitas air (terbuat dari
gelas plastic atau stanless steel)
b) Mudah dicuci untuk menghilangkan kontaminan dari contoh air
sebelumnya
c) Contoh air mudah dipindahkan ke dalam botol contoh
d) Mudah dibawa dan kapasitasnya 1-5 liter

Beberapa jenis alat pengambil contoh air yang umum digunakan dalam
pengambilan contoh air :
a. Alat pengambil contoh sederhana, seperti ember plastic atau botol biasa
b. Alat pengambil contoh air secara mendatar (horizontal), adalah alat
yang dirancang sedemikian rupa untuk mengambil air pada kedalaman
tertentu untuk air sungai atau tempat yang airnya mengalir

Gambar 1. Horisontal Water Sampler

10
c. Alat pengambil contoh air secara vertikal adalah alat yang dirancang
sedemikian rupa untuk mengambil air pada kedalaman tertentu untuk
air yang relative tidak mengalir (waduk, danau)

Gambar 2. Vertikal Water Sampler

d. Alat pengambil contoh air komposit (composit sampler) adalah alat


pengambil contoh air secara automatic, yang terdiri dari
1. Pompa pengambil contoh air dengan daya hisap (debit) yang dapat
diatur timer, untuk mengatur lamanya pengambilan contoh air yang
akan dilakukan
2. Botol penampung contoh air
3. Sebagai sumber listrik, umumnya digunakan baterai

Gambar 3. Water Composit Sampler

11
e. Peralatan sampler automatic yang dilengkapi dengan 12 atau 24 botol
sampler, yang mampu melakukan sampling dan langsung ditampung
dalam botol secara automatik

Sumber : http://www.seabird.com

Gambar 4. Sampler automatic

6.2. Botol/Wadah Contoh Air

Botol atau wadah yang akan digunakan untuk menyimpan contoh air harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Terbuat dari bahan gelas atau plastik
b) Dapat ditutup dengan rapat dan kuat
c) Bersih, mudah dicuci dan tidak mengandung kontaminan
d) Tidak mudah pecah
e) Tidak menyerap senyawa kimia dari contoh air
f) Terbuat dari bahan yang tidak mengotori contoh air
g) Tidak menimbulkan reaksi antara senyawa kimia contoh air dengan
bahan botol

6.3. Persiapan Tempat/Box untuk penganngkutan sample air


Untuk mengangkut sampel air dari tempat/lokasi pengambilan contoh ke
laboratorium diperlukan suatu boks atau kontak pendingin. Selama
pengangkutan, sampel air harus dalam kondisi dingin. Dapat menggunakan
Cooler Box.

12
Gambar 5. Cooler Box untuk menyimpan air
selama perjalanan ke laboratorium

6.4. Pereaksi dan Peralatan Untuk Pengukuran parameter Lapangan


dan Pereaksi untuk Pengawetan Contoh Air

Beberapa parameter air yang tidak mungkin diawetkan, tetapi harus sesegera
mungkin dilakukan pengukuran di lapangan. Parameter yang dilakukan
pengukuran insitu antara lain : temperature, pH, oksigen terlarut (DO), asiditas
–alkalinitas, sisa klor.

Peralatan yang dapat dibawa antara lain; pH meter, Konduktivitimeter,


Turbiditimeter dll. Selain itu ada beberapa pereaksi yang harus disiapkan untuk
pengawetan sampel yang umum digunakan :
a. Asam Sulfat Pekat
b. Asam Nitrat Pekat
c. Larutan NaOH dll

6.5. Label Contoh

Setiap contoh air yang diambil harus diberi kartu identitas yang berisi informasi
mengenai : Nama contoh air, Lokasi, Waktu pengambilan contoh, nama petugas
pengambil contoh, metode pengawetan yang dilakukan, kondisi badan air dan
meteorology ( banjir, hujan dll)

7. Cara Pengambilan Contoh Air


7.1 Pengambilan Contoh Air Untuk Pemeriksaan Fisik dan Kimia
Botol sampel yang terbuat dari gelas atau plastik, dengan volume
tertentu(250 ml-1000 ml) harus dalam keadaan bersih. Setelah tutupnya

13
dibuka, kemudian dibenamkan ke dalam air dengan mulut menghadap aliran
air dengan kedalaman 20 cm.

Jika botol dalam keadaan bersih dan kering tidak perlu dibilas dengan contoh
air, tetapi jika botol tersebut bersih dan tidak kering, maka harus dilakukan
pembilasan dengan contoh air.Jika menggunakan alat pengambil air (water
sampler) maka harus dalam keadaan bersih, jika perlu diblas terlebih dahulu
dengan air yang akan diambil contohnya.

Kemudian air yang sudah diambil dipindahkan ke dalam botol sample dan
dijaga selama pemindahan agar tidak terjadi perubahan kualitas. Setelah
botol sampel terisi, maka ditambah pengawet kemudian ditutup dan diberi
label. Selanjutnya disimpan dalam cooler box. Selama perjalanan ke
laboratorium, harus dijaga agar cooler box tetap dalam kondisi 4° C. Setiap
parameter memiliki jangka waktu penyimpanan yang terbatas.

7.2 Volume Contoh Air


Secara umum volume contoh air yang harus diambil harus lebih banyak
daripada volume yang diperlukan untuk pengukuran. Sejumlah 5 liter air
contoh umumnya diiperlukan untuk pengujian parameter kualitas air yang
lengkap

8. Pengawetan Contoh Air

Air di alam selalu mengandung bahan-bahan atau senyawa kimia yang


tersuspensi atau tidak larut seperti kekeruhan, snyawa-senyawa kimia yang
terlarut seperti mineral, NaCl dan gas yang terdispersi dalam air seperti gas
oksigen atau CO2 terlarut. Senyawa-senyawatersebut dapat bereaksi satu
dengan yang lainnya membentuk senyawa baru.

Dengan demikian senyawa yang ada dalam air dibagi dalam 3 kategori :
1. Senyawa kimia/molekul kimia yang terdapat dalam air dan relative stabil,
tidak mudah berubah untuk jangka waktu tertentu sehingga tidak perlu
diawetkan, contoh untuk parameter natrium, kalium, kalsium,
magnesium kloida, klorida atau sulfat.
2. Senyawa kimia/molekul kimia yang konsentrasinya berubah dengan
cepat akibat terjadi perubahan fisik air. Untuk yang seperti ini perlu

14
pengukuran sesegera mungkin di lapangan. Contohnya pH,
Temperataur, DO, DHL, aside-alkalinitas, sisa klor untuk air bersih PDAM.
3. Senyawa kimia/molekul kimia yang mudah berubah tetapi masih bisa
diawetkan dengan cara-cara tertentu dengan waktu penyimpanan yang
terbatas.

Tabel 1. Cara-Cara Pengawetan Contoh Air Untuk Setiap Parameter

Parameter Botol Volume Cara Pengawetan Batas Waktu


Contoh Contoh Air Penyimpanan
Air (ml)
Asidi Alkalinitas P,G 200 Pendinginan, 4° C. 24 jam
BOD P,G 1000 Pendinginan, 4° C. 48 jam
TOC P 25 4° C, H2SO4 < pH 2 28 hari
COD P 50 4° C, H2SO4 < pH 2 28 hari
Chlorine P 50 Analisa segera
Color P 100 Pendinginan, 4° C. 48 jam
Conductivity P 100 Pendinginan, 4° C. 28 hari
Hardness P 250 HNO3 <pH 2 28 hari
Logam Berat Total P 200 HNO3 <pH 2 28 hari
Logam Berat P 200 Saring, HNO3 <pH 28 hari
Terlarut 2
Ammonia P 100 4° C, H2SO4 < pH 2 28 hari
Nitrat/Nitrit P 100 4° C 28 hari
Organik, Kjedahl P 100 4° C, H2SO4 < pH 2 28 hari
Oil and Grease G 1000 4° C, H2SO4 < pH 2 48 jam
PAH G 1000 R. Gelap, 4° C 7 hari
Phenol G 1000 4° C 7 hari
TPH G 1000 4° C, H2SO4 < pH 2 7 hari
pH P 25 Analisa segera
Total Fosfat P 500 4° C, H2SO4 < pH 2 28 hari
Solid P 500 4° C 7 hari
Sulfate P 50 4° C 28 hari
Sulfida P,G 100 28 hari 28 hari
Turbidity P 100 4° C 48 jam

Ket : G= Gelas ; P= Plastik

15
2. ASIDITAS - ALKALINITAS

1. Umum
Pengertian asiditas adalah kemampuan air untuk menetralkan larutan basa,
sedangkan alkalinitas adalah kemampuan air untuk menetralkan larutan
asam. Asidi-alkalinitas dalam air berkaitan erat dengan pH, dan
penyebabnya adalah :

a. H+ (Asam mineral, Asam Organik)


b. CO2 (Dari atmosfir, dari hasil pengukuran zat organik
c. HCO-3 (Bikarbonat, Ca (HCO3)2 )
d. CO32- (Karbonat, Na2CO3)
e. OH- (Hidroksida, NaOH, Ca(OH)2)

Asam mineral (HCl, H2SO4, H2S dll) atau asam organic (asam asetat, asam
format dll), banyak terdapat di dalam air limbah industri, seperti air limbah
dari proses metalurgi atau elektroplatingalamiah juga mengandung asam
mineral yang berasal dari melarutnya mineral yang berasal dari asam kuat,
contohnya :

FeCl3 + 3H2O Fe (OH)3 + 3HCl

Atau teroksidasinya senyawa sulfur oleh oksigen dan akan terbentuknya


asam sulfat. Dalam dunia pertambangan proses pembentukan asam sulfat
dengan air asam tambang.

2S + 3 O2 +2H2O 4 H+ + 2 SO42-

Jika suatu air mengandung asam mineral atau asam organik, maka pH air
tersebut pH ≤ 4,3.

Gas CO2 yang berasal dari atmosfir atau yang berasal dari penguraian zat
organik oleh mikroorganisme akan menyebabkan asiditas dalam air, karena
gas CO2 dalam air dapat membentuk asam karbonat yang bersifat asam
karbonat yang bersifat asam.

CO2 +H2O H2CO3 H+ + HCO3-

Jika suatu air mengandung gas CO2 maka pH air tersebut berkisar antara
4,3 - 8,3 .

16
Kemungkinan komposisi penyebab asiditas dalam air adalah :
a. Hanya disebabkan oleh asam (asam mineral asam organic) pH air ≤4,3
disebut dengan asidital metil orange (Methyl orange acidity)
b. Disebabkan oleh asam dan gas CO2 (H+ dan CO2 )
c. Disebabkan oleh gas CO2, pH berkisar antara pH 4,3-8,3

Pengertian asiditas metil orange adalah banyaknya basa yang harus


ditambahkan untuk menetralkan asam dalam air (H+) samapi pH air
mencapai pH 4,3

Pengertian asiditas total atau asiditas phenolftalein adalah banyaknya basa


yang harus ditambahkan untuk menetralkan asiditas dalam air sampai pH
8,3 (Phenoftalein berwarna merah muda).

Kemungkinan komposisi penyebab alkalinitas dalam air adalah


a. Gas CO2 dan HCO3- (pH air ≤ 8,3)
b. HCO3 - (pH air ≤ 8,3)
-
c. HCO3 dan CO3 2- (pH air ≥ 8,3)
d. CO3 2- (pH air ≥ 8,3)
2-
e. CO3 dan OH - (pH air ≥ 10)
f. Hanya OH - (pH air ≥ 10)

Jika contoh air ditambah indicator PP berwarna merah maka pH air ≥ 8,3, berarti
kemungkinan penyebab alkalinitas dalam air adalah karbonat dan hidroksida
dan disebut alkalinitas phenolftalein, yaitu banykanya asam yang harus
ditambahkan ke dalam air sampai pH 8,3.

Sedangkan pengertian total alkalinitas adalah alkalinitas yang disebabkan oleh


bikarbonat, karbonat dan hidroksida, yaitu banyaknya asam yang dibutuhkan
untuk menetralkan air sampai pH mencapai 4,3.

Data asiditas – alkalinitas dalam air sangat berguna untuk :


a. Data CO2 banyak digunakan untuk mnegtahui sifat korosifitas air,
terutama korosfitas dalam pipa distribusi
b. Berguna untuk mengetahuiefektifitas proses aerasi
c. Proses koagulasi dalam pengolahan air
d. Perhitungan kebutuhan kapur dan soda dalam proses kapur dan soda
dalam penurunan kesadahan
e. Untuk mengetahui kualitas air dalam rangka memenuhi baku mutu air

17
2. Metode Pengukuran
Titrasi Asam Basa menggunakan larutan asam (HCl, H2SO4) dan larutan basa
NaOH dengan menggunakan indicator PP, metil orange atau metil jingga.

Jika contoh air yang akan diperiksa berwarna, sehingga tidak mungkin titrasi
dilakukan menggunakan larutan indicator, maka dapat digunakan titrasi
potensiometri atau titrasi asam basa menggunakan pH meter sebagai
indicator titik akhir titrasi.

Satuan yang digunakan untuk menentukan asiditas-alkalinitas adalah


mg/l CaCO3.

3. Prinsip
Asiditas atau alkalinitas dalam air dinetralkan dengan basa NaOH atau Asam
Sulfat (H2SO4) menggunakan Indikator Fenolftalein dan metil orange

Asiditas H+ + OH- H2O


CO2 + OH- HCO3-
HCO3- + H+ H2O + CO2

Alkalinitas OH- + H+ H 2O
CO32- + H+ HCO3-
HCO3- + H+ H2O + CO2
4. Pereaksi
-Dengan Mengunakan PH meter
a. Larutan H2SO4 0,1 N
Encerkan 2,8 ml H2SO4 pekat ke dalam 1 Liter air.

b. Larutan H2SO4 0,02 N


Pipet 200 ml H2SO4 0,1 N ke dalam 1 Liter air.

c. Larutan Standar Na2CO3


Timbang 5 gr bubuk Na2CO3, lalu masukan kedalam 1 liter air.
- Titrasi
a. Larutan NaOH 0,1 N
4 gram Kristal NaOH dilarutkan dalam 1 liter aquadest yang telah
dipanaskan kemudian didinginkan. Tentukan normalitas dengan
larutan standar asam oksalat 0,1 N

18
b. Larutan asam oksalat 0,1 N
6,3 gram asam oksalat p.a yang telah ditimbang dengan teliti
dimasukkan ke dalam labu ukur 1 liter. Larutkan dan encerkan
dengan aquadest hingga volumenya tepat 1 liter

c. Larutan HCl 0,1 N


Encerkan 8,3 ml HCL pekat (37% BJ 1,18) dalam aquadest hingga
volumennya 1 liter

d. Larutan Natrium Tetra Borat 0,1 N


Timbang dengan teliti 19,071 g natrium tetraborat kemudain
dilarutkan dengan aquadest dalam labu 1 liter, encerkan hingga
aquadest sampai tanda batas

e. Larutan indicator Phenolptalein 0,035 %


Larutkan 0,035 g indicator Phenolptalein dalam etanol 70%,
kemudian encerkan dengan etanol hingga 100 ml. Netralkan dengan
larutan NaOH 0,1 N sampai warna merah muda

f. Larutan indicator Metil Orange 0,1 %


Larutkan dan encerkan 0,1 gr metil orange dalam aquadest hinngga
volumenya 100 ml

g. Standarisasi larutan NaOH 0,1 N


25 ml larutan standar asam okslat 0,1 N dipipet dengan
menggunakan volumetric pipet, dan dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer. Tambahkan 20 tetes indicator PP 0,035%dan titrasi
dengan larutan NaOH 0,1 N sampai cairan berwarna merah muda.
Catat ml NaOh yang digunakan

Normalitas NaOH = 25 x 0,1


ml NaOH

h. Standarisasi larutan HCl 0,1 N


25 ml larutan standar Natrium Borat 0,1 N dipipet dengan
menggunakan volumetric pipet, dan dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer. Tambahkan 20 tetes indicator metil orange 0,1 % dan

19
titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai cairan berubah warna dari
kuning menjadi orange. Catat ml HCl yang digunakan

Normalitas HCl= 25 x 0,1


ml HCl

5. Bahan dan Alat


4.1 Bahan
a) Larutan standar NaOH 0,1 N
b) Larutan standar H2SO4 0,1 N
4.2 Alat
a) 3 buah Beakerglass 100 ml
b) 2 buah Buret 50 ml dan Statip
c) 2 buah Gelas ukur 100 ml
d) Corong
e) 2 buah Beaker glass 250 ml
f) 2 buah Labu ukur 1 liter
g) 1 buah Pipet Gondok 50 ml dan bola hisap
h) pH meter
i) 2 buah Mag-mixer

6. Cara Kerja

Pengukuran asiditas-alkalinitas secara umum


a. Masukkan 100 ml contoh air ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 20
tetes phenolptalein 0,035%
b. Amati perubahan warna yang terjadi
Jika warna air tetap tidak berwarna, lakukan cara kerja untuk asiditas.
Jika terjadi perubahan warna air menjadi merah muda, lakukan cara kerja
untuk alkalinitas.
c. Asiditas
i. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai cairan berwarna merah
muda. Catat banyaknya larutan NaOH 0,1 N yang digunakan
(misal p ml).
ii. Tambahkan 3-5 tetes indikator metil orange 0,1%
iii. Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai warna cairan berubah
warna dari kuning menjadi jingga(orange). Catat banyaknya
larutan HCl yang digunakan (misal m ml)

20
d. Alkalinitas
i. Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai cairan berubah warna dari
merah atau merah muda menjadi tidak berwarna. Catat
banyaknya larutan HCl 0,1 N yang digunakan (misal P ml)
ii. Tambahkan 3-5 tetes indikator metil orange 0,1%
iii. Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai warna cairan berubah
warna dari kuning menjadi jingga(orange). Catat banyaknya
larutan HCl yang digunakan (misal m ml)

e. Perhitungan

1. Asiditas
Jika P = m, maka air tersebut mengandung CO2
CO2 = ( 1000/100) x 2 P x N NaOH x (44/2) =………mg/l

Jika P < m, maka air tersebut mengandung CO2 dan HCO3


CO2 = ( 1000/100) x 2 P x N NaOH x (44/2) =………mg/l
HCO3 = (1000/100) x ((m x N HCl ) – (p xN. NaOH)) x 61 = ……mg/l

Jika P > m, maka air tersebut mengandung H + dan CO2 dan HCO3
H+ = (1000/100) x ((p x N NaOH ) – (m x N. 1)) x 1 = ……mg/l
CO2 = ( 1000/100) x 2 m x N NaOH x (44/2) =………mg/l

2.Alkalinintas
Jika P = m, maka air tersebut mengandung CO32-
CO32- = (1000/100) x 2P x N.HCl x (60/2) =……….mg/l

Jika P < m, maka air tersebut mengandung CO32- dan HCO3


CO32- = (1000/100) x 2P x N.HCl x (60/2) =……….mg/l
HCO3 = (1000/100) x (m – P ) x N HCl x 61 = ………mg/l

Jika P > m, maka air tersebut mengandung OH - dan CO32-


OH - = (1000/100) x (P-m) x N HCl x 17 = ……mg/l
CO3 2- = ( 1000/100) x 2 m x N HCl x (60/2) =………mg/l

Percobaan dengan potensiometer


Kalibrasi pH Meter
a) Masukkan larutan buffer dengan pH 4, pH 7, dan pH 9 pada 3
buah Beaker glass 100 ml.

21
b) Masukkan pH meter ke dalamnya dan atur alat sesuai dengan pH
larutan.
Alkalinitas
a) 100 ml contoh air dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml ;
b) Masukkan pH meter ke dalamnya dan dititrasi dengan H2SO4
sampai pH 4,5.
c) Catat volume H2SO4 yang terpakai dalam proses titrasi.
Asiditas
a) 100 ml contoh air dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml ;
b) Masukkan pH meter ke dalamnya dan dititrasi dengan NaOH
sampai pH 8,3.
c) Catat volume NaOH yang terpakai dalam proses titrasi.

7. Perhitungan
Perhitungan alkalinitas dalam mg CaCO3/L:

Asiditas / Alkalinitas, mg CaCO3/L = A x N x 50.000


ml sampel

A = ml standar asam yang digunakan (H2SO4 / NaOH)


N = Normalitas H2SO4 / NaOH

8. Catatan
Pengukuran asiditas alkalinitas harus sesegera mungkindan biasanya
dlakukan di tempat pengambilan contoh (analisa setempat). Teknik
pengawetan yang digunakan adalah pendingina 4°C dan batas waktu
penyimpanan yang masih direkomendasikan adalah 14 hari, kecuali
untuk gas CO2, harus dilakukan pada saat sampling, karena gas CO2 mudah
berubah.

22
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN
MODUL ASIDITAS-ALKALINITAS

Standarisasi Larutan:

1. NaOH …………... N
2. H2SO4 …………... N
3. HCl ……………… N

Standarisasi Alat:

1. pH 4 ……………..
2. pH 7 ……………..
3. pH 9/10…………….

Alkalinitas / Asiditas

No. Sampel ( ml ) Volume NaOH Volume H2SO4 Volume HCl

Diketahui

Dosen Pembimbing/Asisten

(…………………..)

23
3. KLORIDA

1. Metode
Titrasi Argentometri cara Mohr
2. Prinsip
Klorida dalam suasana netral diendapkan dengan AgNO3 membentuk AgCl.
Kelebihan sedikit Ag+ dengan adanya indikator K2CrO4 akan terbentuk
endapan merah bata pada titik akhir titrasi.
Cl- + Ag+ AgCl
(putih)
CrO42- + 2Ag+ Ag2CrO4
(merah bata)
3. Pereaksi
3.1 Larutan AgNO3 1/35,45 N
Larutkan 4,7945 gram AgNO3 dalam aquadest, kemudian diencerkan
dengan aquadest sampai volumenya 1 liter. Larutan ini harus disimpan
dalam botol berwarna coklat dan disimpan pada tempat yang gelap.
3.2 Larutan standar NaCl
Larutkan 1, 6485 gram NaCl dengan aquadest. Pindahkan ke dalam labu
ukur 1 liter secara kuantitatif. Encerkan dengan aquadest sampai tanda
batas.
3.3 Larutan K2CrO4 10%
Larutkan 10 gram K2CrO4 dengan aquadest, kemudian diencerkan
sampai volumenya 100 ml.
3.4 Asam Nitrat pekat (HNO3)
3.5 Standarisasi larutan AgNO3
Dipipet 10 ml larutan standar NaCl, kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Tambahkan 2-3 tetes HNO3 pekat dan 3-5 tetes larutan
indikator K2CrO4 10%. Tambahkan sedikit demi sedikit serbuk ZnO atau
MgO sambil dikocok hingga cairan berwarna kuning kehijauan. Titrasi
dengan larutan AgNO3 1/35,45 N sampai terjadi endapan merah bata.
Catat banyaknya AgNO3 1/35,45 N yang digunakan.
10
Faktor ketelitian AgNO 3 
ml AgNO 3
1. Bahan dan Alat
4.1 Bahan
 Larutan standar NaCl
 HNO3 pekat
 Larutan K2CrO4 10%
 Serbuk ZnO atau MgO

24
 Larutan AgNO3 1/35,45 N
4.2 Alat
 Gelas ukur 100 ml 1 buah
 Gelas ukur 50 ml 1 buah
 Erlenmeyer 200 ml 2 buah
 Buret dan Statip
 Spatula 1 buah
 Pipet tetes 1 buah

2. Cara Kerja
a. 100 ml contoh air dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
b. Tambahkan 2 tetes HNO3 pekat
c. Tambah 3-5 tetes K2CrO4 10%.
d. Tambahkan sedikit demi sedikit serbuk ZnO/MgO/NaHCO3 sabil
dikocok hingga cairan berwarna kuning kehijauan
e. Titrasi dengan larutan AgNO3 1/35,45 N sampai terjadi endapan
merah bata.
f. Catat banyaknya larutan AgNO3 1/35,45 N yang digunakan.

6. Perhitungan

1000 1
Klorida  x (ml AgNO 3  0,3 ml) x fak. ketelitian x N x 35,45  ....mg/l
100 35,45

7. Catatan
a. Metodel lain yang dapat digunakan untuk pengukuran klorida adalah
metode dengan electrode selektif untuk Cl- , metode ini lebih praktis
dan lebih cocok untuk contoh air yang keruh atau berwarna, yang akan
mengganggu metode titrasi. Tetapi ketelitiannya lebih rendah
dibandingkan dengan metode titrasi mohr.

b. Klorida dalam aiur relative stabil, sehingga tidak ada teknik pengawetan
contoh air untuk pengukuran klorida. Tetapi lebih baik kalau diawetkan
dengan cara didinginkan 4 C, dan dapat bertahan selama 28 hari.

25
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN
MODUL KLORIDA

Standarisasi Larutan AgNO3

No. Sampel ( ml ) Volume AgNO3

10
Faktor ketelitian AgNO3 =
ml AgNO 3

= ........................
= ........................
Klorida :
1000 1
Klorida = x (ml AgNO3 - 0,3 ml) x faktor ketelitian x N x 35,45
100 35,45
=…………………………………………………………….

=………………(mg/l)

Diketahui

Dosen Pembimbing/Asisten

(…………………..)

26
4. KESADAHAN

1. Metode
Titrasi Kompleksometri dengan EDTA
2. Prinsip
Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+ dan
semua kation yang bermuatan dua. Kalsium dan Magnesium dalam air
dapat membentuk senyawa komplek dengan Etilen Diamine Tetra Asetat
(EDTA) pada suatu pH tertentu.

3. Teori
Kesadahan total disusun oleh kation-kation logam alkali tanah, terutama
ion-ion kalsium dan magnesium karbonat dan bikarbonat disebut
kesadahan karbonat. Kesadahan non karbonat disebabkan oleh
senyawa-senyawa logam alkali tanah sulfat dan korida. Kesadahan total
merupakan jumlah kesadahan karbonat dan non karbonat.

Air sadah dibagi menjadi dua yaitu air sadah sementara dan air sadah
tetap. Air sadah sementara yaitu air yang kesadahannya disebabkan oleh
kalsium dan magnesium dari karbohidrat dan bikarbonat, sedangkan air
sadah permanen atau tetap disebutkan oleh garam kalsium sulfat dan
klorida. Manfaat penentuan kesadahan sementara dan kesadahan
permanen yaitu untuk mengetahui tingkat kesadahan air karena air sadah
dapat menimbulkan kerak sehingga dapat menyumbat pipa saluran air
panas seperti radiator yang digunakan dalam mesin-mesin pertanian.

EDTA (ethylene diamine tetraacetic) merupakan suatu kompleks kelat yang


larut ketika ditambahkan ke dalamsuatu larutan yang mengandung kation
logam tertentu seperti Ca2+ dan Mg2+, di mana akan membentuk
kompleksdengan logam-logam tersebut. Ketika ditambahkan suatu
indikator EBT ke dalam larutan yang mengandung kompleks tersebut maka
akan menghasilkan perbahan warna pada pH tertentu, sehingga dengan
prinsip ini nilai kesadahan air dapat dianalisis.

Garam EDTA masih mengandung partikel air, sehingga untuk mendapat


EDTA murni maka perlu pemanasan sampai 80◦C . Setelah pemanasan akan
diperoleh rumus molekul yang tepat yaitu : Na2H2C10H12O8N2. 2 H2O.
Oleh karena itu, EDTA belum dapat digunakan sebagai larutan standar
primer.

27
Kesadahan sementara merupakan selisih antara kesadahan total dengan
kesadahan tetap, Maksud dari kesadahan total adalah titrasi yang langsung
antara ion-ion Mg2+ dan Ca2+ dengan larutan EDTA sebagai titran.
Reaksi yang berlangsung antara lain :

Ca2+ + Y4-- CaY2-


Mg2+ + Y4-- MgY2-

CaY2- dan MgY2- adalah merupakan senyawa kompleks chelat, setelah


bereaksi dengan EDTA. Maka air yang mengandung Mg(HCO3) dan
Ca(HCO3) disebut kesadahan sementara. Penetuan Mg(HCO3) dan Ca(HCO3)
dapat dilakukan dengan pemanasan terlebih dahulu untuk membentuk
endapan MgCO3 dan CaCO3 dengan reaksi yang terjadi sebagai berikut :

Mg(HCO3) MgCO3 + H2O + CO2


Ca(HCO3) CaCO3 + H2O + CO2
Endapan disaring dan filtrate dititrasi dengan EDTA, cara ini disebut sebagai
kesadahan tetap

4. Pereaksi
3.1 Larutan Etilen Diamine Tetra Asetat (EDTA) 0,01 M
Larutkan 4 gram Komplekson III (Na EDTA), tambah 0,1 g MgCl2.6 H2O
dengan aquadest yang telah dididihkan dan didinginkan kemudian
diencerkan dengan aquadest sampai volume 1 liter. Biarkan selama 2
hari, jika larutan keruh disaring.
3.2 Larutan Buffer pH 10 (AWAS BERBAHAYA!!!)
Larutkan 6,75 gram NH4Cl dengan aquadest, kemudian ditambah 67 ml
NH4OH pekat dan diencerkan dengan aquadest sampai volumenya 1
liter.
3.3 Indikator EBT (Erio Chrom Black T)
Campurkan 0,5 gram EBT dan 100 gram NaCl, kemudian digerus hingga
halus.
3.4 Standarisasi Larutan EDTA dengan larutan MgSO4
Pipet 25 MgSO4 0,01 M ke dalam erlenmeyer 250 ml tambahkan
aquadest 75 ml aquadest dan 3-4 tetes EBT lalu buffer 10, kemudian
titrasi dengan EDTA 0,01 M sampai warna merah menjadi biru, catat
volume EDTA lakukan 2x

4. Bahan dan Alat


4.1 Bahan
 Larutan Buffer pH 10

28
 Larutan Buffer pH 12
 Larutan EDTA o,o1 M
 Indikator EBT
 Aquadest
 Sampel : Air Kran/PDAM/Sumur

4.2 Alat
 Erlenmeyer 200 ml
 Erlenmeyer 100 ml
 Neraca Analitik
 Pipet Takar 10 ml dan bola hisap
 Buret 50 ml dan Statip
 Corong
 Spatula
 Hotplate

5. Cara Kerja
5.1. Kesadahan Total dalam sampel
a) 25 ml contoh diencerkan menjadi 50 ml dengan aquadest
b) Tambahkan indicator EBT
c) Tambahkan 1-2 ml larutan Buffer 10 (biasanya cukup 1 ml)
d) Titrasi dengan EDTA 0,01 M (sebelum 5 menit), titrasi sampai
warna berubah menjadi biru
e) Catat volume EDTA, ulangi titrasi 2x

5.2 Kesadahan Tetap dengan EDTA


a) Panaskan 250 ml contoh air PAM ke dalam gelas 400 ml selama
kurang lebih1/2 jam lalu dinginkan dan saring.
b) Pipet 25 ml sampel ke dalam labu ukur 250 ml encerkan sampai
tanda tera.
c) Pipet 25 ml sampel ke dalam Erlenmeyer 250 ml
d) Tambahkan indicator EBT
e) Tambahkan 1-2 ml larutan Buffer 10 (biasanya cukup 1 ml)
f) Titrasi dengan EDTA 0,01 M (sebelum 5 menit), titrasi sampai
warna berubah menjadi biru.
g) Catat volume EDTA, ulangi titrasi 2x

29
6. Perhitungan
6.1. Kesadahan Total (dalam mg/l CaCO3)
A x B x 1000
ml Contoh

A = ml EDTA
B = M. EDTA

6.2. Kesadahan Tetap (dalam mg/l CaCO3), setelah dipanaskan


A x B x 1000
ml Contoh

A = ml EDTA
B = M. EDTA

6.3. Kesadahan Sementara (dalam mg/l CaCO3)


Kesadahan sementara = Kesadahan Total – Kesadahan tetap

7. Catatan
Metode analisis kesadahan dapat juga dilakukan dengan AAS (Atomic
Absorption Spectrophotometri) atau dengan metode titrasi yang lainnya.
Contoh air untuk kesadahan diawetkan dengan penambahan HNO3 pekat
sampai pH < 2 dan batas waktu pengukuran adalah 6 bulan.
Satuan kesadahan terdiri dari satuan derajat Jerman (oD ), Francis (oF),
Enggland (oE) dan satuan mg/l sebagai CaCO3.
Pengukuran kesadahan sementara dilakukan dengan cara menentukan
kesadahan sebelum dan sesudah pemanasan, pengurangan kesadahan
menunjukkan kesadahan sementara. Selain itu, kesadahan sementara dapat
diperkirakan berdasarkan mek kalsium dan mek bikarbonat, mek yang
terkecil menunjukkan kesadahan sementara.

30
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN
MODUL KESADAHAN

Tujuan ;

Prinsip

Standarisasi Larutan EDTA:


a. Indikator EBT

Kesadahan :

1. Kesadahan Total

2. Kesadahan Tetap

3. Kesadahan Sementara

Diketahui

Dosen Pembimbing/Asisten

(…………………..)

31
5.KOAGULASI, pH, DHL dan TURBIDITY

1. Metode:
Jar-Test
Water Quality Checker
Spektrofotometri

2. Prinsip
 Koagulasi
Kekeruhan dalam air disebabkan oleh zat-zat tersuspensi dalam bentuk
lumpur kasar, lumpur halus dan koloid. Pada permukaan koloid bermuatan
listrik sehingga koloid dalam keadaan stabil, akibatnya koloid sulit
untuk mengendap.
Senyawa koagulan (seperti tawas Aluminium) berkemampuan
mendestabilisasi koloid (menetralkan muatan listrik pada permukaan
koloid) sehingga koloid dapat bergabung satu sama lainnya membentuk
flok dengan ukuran yang lebih besar sehingga mudah mengendap.
Tujuan percobaan Jar-Test adalah untuk menentukan dosis koagulan yang
optimum dalam pengolahan air.
 Pengukuran pH
Elektroda gelas mempunyai kemampuan untuk mengukur konsentrasi H +
dalam air secara potensiometri
 Pengukuran DHL
Pengukuran daya hantar listrik berdasarkan kemampuan kation dan anion
untuk menghantarkan arus listrik yang dihantarkan didalam air.
 Pengukuran Turbidity
Pengukuran kekeruhan dalam air berdasarkan pengukuran intensitas
cahaya yang dipendarkan oleh zat-zat tersuspensi dalam air.

Al2(SO4)3 + 6H2O 2Al(OH)3 + 3H2SO4

3. Pereaksi
 Larutan tawas Aluminium Sulfat (1 ml = 10 mg)
Larutkan 10 mg tawas Aluminium Sulfat dengan aquadest dan encerkan
sampai volume 1 liter.
 Larutan stock standar warna Pt-Co
Larutan1,246 gram K2PtCl6 atau 0,5 gram Pt dan 1,0 gram CoCl2 dengan
aquadest.

32
Tambahkan 100 ml HCl pekat, kemudian diencerkan dengan aquadest
sampai volume 1 Liter.
Larutan standar ini mengandung 500 unit Pt-Co

4. Bahan dan Alat


4.1 Bahan: Aluminium Sulfat, Larutan Pt-Co, Aquadest, Air sampel
4.2 Alat
 Beaker glass 1 liter
 Jar-Test
 Gelas ukur 500 ml
 Pipet takar 10 ml dan bola hisap
 Water Quality Checker
 Beaker glass 200 ml 2 buah
 Corong 2 buah
 Gelas ukur 50 ml
 Kuvet
5. Cara Kerja
a. Koagulasi
1. Siapkan 6 buah beaker glass ukuran 1 liter. Masing-masing diisi 500
ml sampel air, kemudian disimpan dalam alat Jar-Test.
2. Tambahkan larutan tawas Aluminium (1 ml = 10 mg) secara
bertingkat dari mulai 1 ml, 1,5 ml, 2 ml, …dst.
3. Kocok dengan kecepatan 120 rpm selama 1 menit dan 60 rpm selama
10 menit.
4. Biarkan flok mengendap.
5. Amati bentuk flok, kecepatan mengendap flok. Volume flok yang
terbentuk dan waktu yang dibutuhkan untuk mengendapkan flok.
b. Pengukuran pH
1. Chek pH masing – masing sampel dengan menggunakan Water
Quality Checker.
c. Pengukuran DHL
1. Chek DHL masing – masing sampel dengan menggunakan Water
Quality Checker.
d. Pengukuran Turbidity
1. Chek Turbidity masing – masing sampel dengan menggunakan
Water Quality Checker.
.

6. Catatan
Percobaan Jar-Test tidak hanya digunakan untuk pengolahan air minum,
tetapi juga digunakan untuk pengolahan air limbah secara kimia.

33
Penambahan koagulan yang lebih tinggi belum tentu akan menghasilkan
kualitas air (kekeruhan) yang lebih baik. Dosis koagulan yang
dibutuhkan untuk pengolahan air tidak bisa diperkirakan berdasarkan
kekeruhan, tetapi harus dilakukan percobaan pengolahan. Tidak setiap
kekeruhan yang tinggi membutuhkan dosis koagulan yang tinggi. Jika
kekeruhan dalam air lebih dominan disebabkan oleh lumpur halus
atau lumpur kasar maka kebutuhan akan koagulan hanya sedikit.
Sedangkan kekeruhan air yang dominan disebabkan oleh koloid akan
membutuhkan koagulan yang banyak. pH optimum untuk proses
koagulasi dengan tawas adalah sekitar pH 6,5 s/d 7,5 . Oleh sebab itu,
jika pH air yang akan dikoagulasi optimum, perlu dinaikkan atau
diturunkan terlebih dahulu sehingga di daerah pH optimum. jenis
koagulan yang dapat digunakan untuk pengolahan air, seperti senyawa
Aluminium (Al2(SO4)3, senyawa besi (FeCl3.FeSO4), PAC (Poli Aluminium
Chlorida), TOPAC, dll.

34
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN
MODUL KOAGULASI, pH, DHL, TURBIDITY DAN WARNA

Pengadukan dengan kecepatan 120 rpm selama 1 menit

VOLUME KOAGULAN (ml) WAKTU MENGENDAP


(menit)

Pengadukan dengan kecepatan 60 rpm selama 10 menit

VOLUME KOAGULAN (ml) WAKTU MENGENDAP


(menit)

Menentukan nilai DHL

VOLUME KOAGULAN (ml) DHL


(mikro ms)

35
Menentukan harga pH

VOLUME KOAGULAN (ml) pH

Menentukan nilai turbidity

VOLUME KOAGULAN (ml) TURBIDITY


(NTU)

Diketahui

Dosen Pembimbing/Asisten

(…………………..)

36
6. AMMONIUM

1. Umum
Golongan Nitrogen terdiri dari N-organik, NH3 (Ammonia), NH4+ (Ammonium), NO2-
(Nitrit) dan NO3- (Nitrat). Pengertian N-Kjeldhal terdiri dari N-organik, ammonia dan
ammonium.

2. Metode
Spektrofotometri

3. Prinsip
NH4+ dalam suasana basa dengan pereaksi Nessler membentuk senyawa komplek
yang berwarna kuning sampai coklat. Intensitas warna yang terjadi diukur
absorbannya pada panjang gelombang 420 nm.

4. Pereaksi
4.1. Pereaksi Nessler
Dilarutkan 100 gram Merkuri Iodida (HgI2) dan 70 gram Kalium Iodida (KI)
dalam aquadest bebas ammonium. Tambahkan secara hati-hati larutan NaOH
(160 gram/150 ml).
Kemudian diencerkan dengan aquadest sampai volumenya 1 liter. Dibiarkan
dalam tabung kerucut selama 1 malam, kemudian supernatannya dimasukkan
dalam botol coklat.

4.2.Pereaksi Garam Seignette


Dilarutkan 50 gram Kalium Natrium Tartrat Tetrahidrat (KNaC 4H4O64H2O)
dalam 100 ml aquadest bebas NH4.

4.3. Larutan Stock Standar NH4 (1000 ppm)


Ditimbang dengan teliti 0,2472 gram NH4Cl yang telah dipanaskan pada suhu
105oC selama 1 jam, kemudian dilarutkan dalam labu ukur 100 ml dengan
aquadest bebas NH4.

4.4. Larutan Standar NH4 (100 ppm)


10,0 ml larutan stock standar NH4 diencerkan dengan aquadest bebas
ammonium sampai dengan volumenya 100 ml.

5. Alat dan Bahan


5.1. Alat
 Labu ukur 100 ml 5 buah
 Labu ukur 50 ml 7 buah
 Rak tabung
 Pipet hisap 10 ml
 Pipet tetes
 Kertas saring
37
 Corong
 Gelas ukur 50 ml 1 buah

5.2. Bahan
 Merkuri Iodida
 Kalium Iodida
 NaOH
 Kalium Natrium Tartrat Tetrahidrat
 Larutan Stock standar NH4 1000 ppm
 Aquadest

6. Cara Kerja
 25 ml contoh air yang jernih (kalau keruh harus disaring)
 Tambahkan 1-2 tetes pereaksi Garam Seignette
 Tambah 0,5 ml pereaksi Nessler
 Kocok dan biarkan selama 10 menit
 Warna kuning yang terjadi diukur intensitasnya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 420 nm.

7. Pembuatan Kurva Kalibrasi


Dibuat larutan standar NH4 0,00, 1,0, 2,0, 3,0, 4,0 dan 5,0 ppm, dengan cara
melakukan pengenceran dari larutan standar NH4 100 ppm.
Diambil 25 ml dari masing-masing standar tersebut di atas, kemudian
dikerjakan sama seperti contoh air. Kemudian dibuat kurva kalibrasi antara
absorban vs konsentrasi (ppm). Tentukan slope (ppm/unit Absorban).

8. Perhitungan
Konsentrasi NH4 = A x S = ........ ppm

A = Absorban sampel
S = Kemiringan kurva kalibrasi (ppm NH4/unit absorbsi).

38
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN
MODUL AMMONIUM

Larutan Standar

Konsentrasi (ppm) Absorban

1
2
3
4
5

Sampel

Konsentrasi (ppm) Absorban

Diketahui

Dosen Pembimbing/Asisten

(…………………..)

39
7. ANALISIS DETERJEN

1. Metode
Spektrofotometri
2. Prinsip
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Menurut Fardiaz
(1992) deterjen adalah bahan pembersih yang mengandung senyawa petrokimia
atau surfaktan sintetik lainnya. Surfaktan merupakan bahan pembersih utama yang
terdapat dalam deterjen. Dibandingkan dengan sabun, deterjen mempunyai
keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak
terpengaruh oleh kesadahan air yang disebabkan oleh ion kalsium dan magnesium
pada air . Surfaktan anionik beraksi dengan biru metilen membentuk pasangan ion
biru yang larut dalam pelarut organik. Intensitas warna biru yang terbentuk diukur
dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 652 nm. Serapan yang
terukur setara dengan kadar surfaktan anionik.
3. Pereaksi
3.1 Larutan Biru Metilen
Encerken 100 mg metilen biru dalam 100 ml air. Masukkan 30 ml larutan dalam
labu 1000 ml, masukkan 500 ml air, 41 ml H2SO4 6 N, dan 50 gr sodium fosfat,
monobasic monohidrat, NaH2PO4.H2O, kocok sampai larut. Encerkan sampai
volume 1000 ml.
3.2 Larutan Indikator Fenolftalein
Larutkan 0,5 gr fenolftalein dengan 50 ml alkohol 95% di dalam gelas piala 250
ml. Tambahkan 50 ml air suling dan beberapa tetes larutan NaOH 0,02 N sampai
warna merah muda.
3.3 Diklorometan (CH2Cl2)
3.4 Sodium Hidroksida, NaOH 1 N
3.5 Asam Sulfat (H2SO4) 1 N dan 6 N
3.6 Stok LAS (Alkil Sulfonat Linear)
Di timbang 1 gr LAS. LArutkan dalam air dan encerkan dengan aquades hingga
volumenya tepat 1000 ml. Simpan dalam refrigearator untuk mengurangi
proses biodegradasi. Jika perlu, persiapkan dalam waktu seminggu
3.7 Larutan Standar LAS
10 ml larutan stok LAS diencerkan dengan aquades hingga volumenya tepat
1000 ml
4. Bahan dan Alat
4.1 Bahan
1. Larutan Biru Metilen;
2. Larutan Indikator Fenolftalein;
3. NaOH 1 N;

40
4. H2SO4 1 N dan 6 N;
5. Na2SO4 Anhidrat;
6. Aquades.
4.2 Alat
1. Corong Pisah 2 buah;
2. Spektrofometer;
3. Beaker glass 400 m 2 buah;
4. Gelas ukur 10 ml dan 50 ml;
5. Corong 2 buah;
6. Kuvet Spektro 2 buah;
7. Pipet tetes 3 buah;
8. Spatula 1;
9. Statip 4 buah;
10. Erlenmeyer 2 buah.
5. Cara Kerja
1. Masukkan sampel 50 ml ke dalam corong pisah. Agar netral tambahkan 2-3
tetes indikator fenolftalein dan NaOH 1 N sampai warna larutan merah muda
2. Tambahkan H2SO4 sampai warnanya hilang
3. Tambahkan 25 ml larutan metilen biru
4. Ektraksi larutan dengan 10 ml CH2CL2 (diklorometan) biarkan selama 30 detik.
Biarkan terjadi pemisahan fase. Goyang perlahan, apabila terbentuk emulsi
tambahkan isopropil alkohol
5. Pisahkan lapisan bawah (CH2CL2) dan lakukan ektraksi dengan menggunakan
kertas saring dan Na2SO4 anhidrat
6. Lakukan ektraksi sebanyak 3 kali dan gabungkan hasil ektraksi
7. Perlakukan blanko seperti langkah 1-6
8. Masukkan larutan sampel dan blanko ke dalam kuvet, baca pada panjang
gelombang 652 nm.

41
LEMBAR KERJA PRATIKUM KIMIA LINGKUNGAN
MODUL ANALISIS DETERJEN

Larutan Standar
Larutan Standar
MBAS
Larutan Standar
(mg/L) Absorban
0,00 0,000
0,01 0,111
0,02 0,227
0,04 0,528
0,08 0,967
0,10 1,242

1,500
y = 12.3964948x - 0.0040206
R² = 0.9982652
Absorban

1,000

0,500

0,000

0,00 0,02 0,04 0,06 0,08 0,10 0,12


Larutan Standar (mg/L)

Sampel
Konsentrasi (ppm) Absorban

Diketahui
Asisten Dosen Pembimbing

( ) (…………………..)

42
8.MINYAK DAN LEMAK

1. Metode
Gravimetri
2. Pendahuluan
Metode ini untuk menentukan minyak dan lemak dalam contoh uji air dan air
limbah secara gravimetri. Metoda ini termasuk penanganan emulsi tertentu, zat
yang tidak menguap, zat lain yang terekstraksi oleh pelarut dari contoh uji yang
diasamkan seperti senyawa belerang, pewarna organik tertentu dan klorofil.
3. Cara uji
4.1 Prinsip
Minyak dan lemak dalam contoh uji air di ekstraksi dengan pelarut organik
dalam corong pisah dan untuk menghilangkan air yang masih tersisa
digunakan Na2SO4 anhidrat. Ekstrak minyak dan lemak dipisahkan dari pelarut
organik secara destilasi. Residu yang tertinggal pada labu destilasiditimbang
sebagai minyak dan lemak.
4.2 Bahan
a) N-hexana dengan titik didih 69°C.
b) Kristal natrium sulfat, Na2SO4 anhidrat
4.3 Peralatan
a) Neraca analitik;
b) Corong pisah 2 buah;
c) Beaker Glass 100 ml 4 buah;l
d) Kertas saring, diameter 11 cm;
e) Gelas ukur 50 ml 2 buah
f) Oven;
g) Statip.
CATATAN Semua peralatan gelas yang akan digunakan harus dicuci dengan
detergen, lalu dibilas dengan air, dan terakhir bila perlu dibilas dengan
pelarut organik yang akan digunakan.
4.3 Prosedur
a) Dua buah Beaker glass untuk tempat ekstrak minyak dan lemak dipanaskan
105oC selama 1 jam didalam oven;
b) Beaker glass kemudian ditimbang dalam neraca analitik dan dicatat
beratnya;
c) Blanko dan sampel air di ukur volumenya sebanyak 50 ml dan masing-
masing dimasukkan ke dalam corong pisah;
d) Ukur N-hexana sebanyak 30 ml dan dimasukkan masing-masing kedalam
corong pisah yang telah disisi oleh blanko dan sampel air tadi, kemudian
dikocok selama dua menit;
e) Cairan bagian bawah dikeluarkan dari corong sampai batas yang terbentuk
dari kocokan tadi;
43
f) Cairan bagian atas yang tersisah pada blanko dan sampel air disaring
dengan kertas saring menggunakan Na2SO4 ke dalam beaker glass yang
telah dipanaskan tadi;
g) Langkah 4-6 dilakukan sebanyak tiga kali;
h) Ekstrak minyak dan lemak pada blanko dan sampel air dimasukkan kedalam
lemari asam dibiarkan selama dua hari, kemudian dipanaskan sampai
didapatkan berat keringnya.
4.5 Perhitungan
Jumlah minyak dan lemak dalam contoh uji:
(A  B) x 1000
Kadar minyak-lemak (mg/L) =
ml contoh uji
Dengan pengertian:
A adalah berat labu + estrak, mg;
B adalah berta labu kosong, mg.

44
LEMBAR KERJA PRATIKUM KIMIA LINGKUNGAN
MODUL :

(A  B) x 1000
Kadar Minyak Dan Lemak (Mg/Ml) =
ml contoh uji

dimana : A = berat labu + ekstrak (mg)


B = berat labu kosong (mg)

a. Contoh Uji (air limbah)


A = ................mg
B = ................mg
ml contoh uji = .......... ml
Kadar minyak dan lemak = ..........................................
= ..........mg/ml
= ......... ppm
b. Blanko (aquadest)
A = ................mg
B = ................mg
ml contoh uji = .......... ml
Kadar minyak dan lemak = ..........................................
= ..........mg/ml
= ......... ppm

Diketahui

Asisten Dosen Pembimbing

( ) (…………………..)

45
9. Transparansi (Kecerahan)

9.1 . Umum
Parameter kecerahan (transparency) adalah parameter fisik untuk menyatakan
kemampuan sinar matahari menembus kedalaman air. Kecerahan sangat dipengaruhi
oleh warna dan kekeruhan air. Semakin tinggi kekeruhan dalam air maka kecerahannya
semakin kecil.

Alat yang digunakan untuk mengukur kecerahan adalah piringan Secchi (Secchi Disc).
Secchi adalah nama orang pertama kali yang menggunakan alat ini mengukur
kecerahan di laut Mediterrania pada tahun 1865. Piringan Secchi (Secchi Disc) adalah
suatu piringan yang terbuat dari logam atau plastic dengan diameter 20 atau 30 cm,
dengan diberi warna hitam dan putih silih berganti dan dilengkapi dengan tali pengikat
untuk menurunkan alat tersebut. Tali pengikat tersebut diberi ukuran panjang dengan
interval 0,1 da 1 meter dan panjang tali mencapai 30 meter.

Prinsip pengukurannya adalah dengan menurunkan atau menaikkan piringan secchi di


dalam air sampai piringan secchi tidak tampak lagi. Catat pada kedalaman berapa
piringan secchi tidak terlihat.

Satuan pengukurannya adalah dengan menurunkan atau menaikkan piringan secchi di


dalam air sampai piringan secchi tidak tampak lagi. Catat pada kedalaman berapa
piringan secchi tidak terlihat.

Satuan yang digunakan menyatakan kecerahan dalam air adalah meter (m)

9.2 Prosedur Pengukuran


a. Untuk pengukuran kecerahan diperlukan alat bantu untuk tempat berdiri,
seperti jembatan atau perahu.
b. Alat Secchi dish diturunkan ke dalam badan air (laut, danau atau sungai)
sampai warna piringan tidak terlihat lagi, kemudian ukur berapa meter
kedalaman air dimana piringan secchi tidak terlihat dalam air.
c. Kemudian piringan diturunkan sampai tidak terlihat, kemudian tali ditarik
pelan-pelan sampai piringan secchi terlihat. Catat berapa meter
kedalamannya pada saat piringan secchi mulai tampak
d. Hasil pengukuran adalah rata-rata dari dua pengukuran tersebut.

46
9.3 Kegunaan Data Kecerahan

Data kecerahan sangat penting untuk kelangsungan kehidupan biota air laut atau
terumbu karang, juga digunakan untuk baku mutu air laut yang berhubungan dengan
bidang pariwisata. Selain itu, alat secchi disk dapat digunakan untuk memperkirakan
banyaknya algae atau tumbuhan chlorofill dalam air (limnologist)

Gambar. Secchi Disk (Piringan Secchi)

47
11. ADSORPSI ISOTERM

A. Prinsip Percobaan
Teori Langmuir dan Freundlich yaitu dimana banyaknya zat yang diadsorpsi
pada temperatur tetap oleh suatu adsorben tergantung dari konsentrasi
dan keaktifan adsorbat mengadsorpsi zat-zat tertentu.

B. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan jumlah gram zat yang diadsorpsi oleh kabon aktif pada
temperature tertentu.

C. Teori

Adsopsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada


permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada
permukaaan zat tersebut.
Berdasarkan sifatnya, adsorpsi dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Adsorpsi kimia (Chemisorption)
Chemisorption atau adsorpsi yang diakitivasi adalah keadaan dimana
molekul yang diadsorpsi menerima sejumlah energi dan sekarang dalam
keadaan yang lebih aktif. Energi aktivasi yang dibutuhkan pada proses
ini jauh lebih besar dari energi aktivasi pada adsorpsi fisika. Chemisorption
biasanya berlangsung lebih lama dibandingkan adsorpsi fisika.
Pada chemisorption lapisan yang terbentuk adalah lapisan
monomolekuler (monomolecular layer). Permukaan adsorben akan
terbagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Fraksi permukaan adsorben yang tertutup oleh lapisan monomolekuler
b. Fraksi permukaan adsorben yang kosong

b. Adsorpsi fisika
Adsorpsi fisika yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan
merupakan suatu proses bolak – balik apabila daya tarik menarik antara zat
terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut
48
dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorbsi pada permukaan
adsorben.

Tabel 1. Perbedaan adsorpsi fisik dan kimia

Adsorpsi Fisik Adsorpsi Kimia

Molekul terikat pada adsorben Molekul terikat pada adsorben


oleh gaya van der Waals oleh
ikatan kimia
Mempunyai entalpi reaksi – 4 Mempunyai entalpi reaksi – 40
sampai – 40 kJ/mol sampai – 800 kJ/mol
Dapat membentuk lapisan Membentuk lapisan monolayer
multilayer
Adsorpsi hanya terjadi pada Adsorpsi dapat terjadi pada
suhu di suhu
bawah titik didih adsorbat tinggi
Jumlah adsorpsi pada Jumlah adsorpsi pada
permukaan permukaan
merupakan fungsi adsorbat merupakan karakteristik
adsorben
dan adsorbat
Tidak melibatkan energi aktifasi Melibatkan energi aktifasi
tertentu tertentu
Bersifat tidak spesifik Bersifat sangat spesifik

Adsorpsi Isoterm
Adsorpsi isotherm adalah hubungan yang menunjukkan distribusi
adsorben antara fasa teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasa
ruah saat kesetimbangan pada temperatur tertentu. Ada tiga jenis
hubungan matematik yang umumnya digunakan untuk menjelaskan
isoterm adsorpsi.

1. Isoterm Langmuir
Isoterm ini berdasarkan pada asumsi bahwa:
a) Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat
mengadsorpsi satu molekul adsorbat untuk setiap molekul

49
adsorbennya. Tidak ada interaksi antara molekul-molekul yang
terserap.
b) Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c) Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorpsi maksimum.

Asumsi-asumsi biasanya sulit diterapkan karena hal-hal berikut: selalu


ada ketidaksempurnaan pada permukaan, molekul teradsorpsi tidak inert
dan mekanisme adsorpsi pada molekul pertama sangat berbeda
dengan mekanisme pada molekul terakhir yang teradsorpsi.

Langmuir mengemukakan bahwa mekanisme adsorpsi yang terjadi adalah sebagai


berikut: A(g) + S → AS, dimana A adalah molekul gas dan S adalah permukaan
adsorpsi.

Keterangan: x = banyaknya adsorbat


(mg) m = massa dari
adsorben (mg) C =
konsentrasi adsorbat
K = konstanta

2. Isoterm Brunauer, Emmet, and Teller (BET)


Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan
yang homogen. Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BET
berasumsi bahwa molekul-molekul adsorbat bisa membentuk lebih dari
satu lapisan adsorbat di permukaannya. Mekanisme adsoprsi untuk setiap
proses adsorpsi berbeda-beda. Isoterm Langmuir biasanya lebih baik
apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia, sedangkan isoterm BET akan lebih
baik daripada isotherm Langmuir bila diterapkan untuk adsoprsi fisik.

50
3. Isoterm Freundlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair,
isoterm adsorpsi dapat digambarkan dengan persamaan empirik yang
dikemukakan oleh Freundlich. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa
adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul
mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini
merupakan persamaan yang paling banyak digunakan saat ini.
Persamaannya adalah:

x/m = kC1/n
Dimana : x = banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi (mg)
m = massa dari adsorben (mg)
C = konsentrasi dari adsorbat yang tersisa dalam
kesetimbangan k = konstanta adsorben pada temperatur
tertentu
n = konstanta adsorbat pada temperatur tertentu

Gambar 1. Kurva Adsorpsi Freundlich


Dari gambar diatas, bisa kita lihat bahwa jumlah adsorbat akan
naik seiring dengan kenaikan tekanan.

51
D. Alat dan Bahan
Alat :
1. Erlenmeyer 5. Pipet volumetrik
2. Buret 6. Statif dan klem
3. Kaca arloji 7. Labu ukur
4. Corong Kaca 8. Botol sampel

Bahan:
1. Aquadest
2. Asam okslaat konsentrasi 1 M; 0,1 M ; 0,01 M
3. Charcoal Aktif (kira-kira 30 gram)
4. NaOH 0,1 M

E. Prosedur Kerja

1. Timbang 1 gram arang aktif dalam suatu Erlenmeyer


2. Pada setiap Erlenmeyer tambah 100 ml larutan asam oksaltdengan konsentrasi
sebagai berikut :

Tabel 2. Larutan botol sampel

erlenmeyer I II III IV V VI
Arang Aktif 1 gr 1 gr 1 gr 1 gr 1 gr 1 gr
Asam Oksalat 0,3 M 0,2 M 0,1 M 0,05 M 0,01 M 0,005 M
(100 ml)

3. Kocok dan diamkan enam buah larutan itu selama 30 menit sehingga
tercapai keseimbangan
4. Saring setiap larutan (gunakan kertas saring kasar)
5. Titrasi filtrate (asam oksalat) dari tiap botol sample sebanyak 10 ml dengan
larutan baku NaOH (variasiKonsentrasi NaOH) dengan 3 tetes indikator PP,
dari tidak berwarna menjadu berwarna merah. ( Pakai Tabel 3 sebagai
pedoman)
6. Catat hasil volume titrasi
7. Hitung konsentrasi larutan dari tiap botol dalam normalitas.

52
Tabel 3. Pedoman Titrasi asam oksalata dengan Konsentrasi NaOH

Konsentrasi dari Asam Konsentrasi NaoH Volume Asam Oksalat


Oksalat aslinya untuk Titrasi
0,3 M 0,1 M 10 ml
0,2 M 0,1 M 10 ml
0,1 M 0,1 M 10 ml
0,05 M 0,1 M 10 ml
0,01 M 0,01 M 10 ml
0,005 M 0,001 M 10 ml

53
LEMBAR KERJA PRATIKUM KIMIA LINGKUNGAN
MODUL : ISOTERM FREUDLICH

Hasil Percobaan

Konsentrasi Volume Konsentrasi Volum NaOH titrasi Konsentrasi


Asam Asam NaOH Tanpa Dengan dari Oksalat
Oksalat Oksalat standar Arang Arang sesudah
(normal) (titrasi) dicampur
dengan
arang
0,3 M 10 ml 0,1 M
0,2 M 10 ml 0,1 M
0,1 M 10 ml 0,1 M
0,05 M 10 ml 0,1 M
0,01 M 10 ml 0,01 M
0,005 M 10 ml 0,001 M

Perhitungan
1. Lengkapai Tabel berikut ini

X (gram) C -Log x -log c 1/x 1/c

2. Gambarkan suatu grafik dari – log x terhadap – log c (yaitu isotherm


freudlich)
3. Hitung gradient dari garis lurus itu (yakni harga untuk n)

x/m = kcn ………………………………………..isoterm freudlich

4. Syarat-syarat apa yang dibutuhkan untuk adsorpsi isoterm?


5. Jelaskan faktor yang menyebabkan efektifitas adsorpsi!
6. Tulikan mekanisme adsorpsi!

54
13. Penentuan Total Zat Organik
( Metode Permanganometri)

4. Tujuan
Pembuatan Larutan Standar baku/primer H2C2O4 0,01 N
Pembuatan larutan sekunder KMnO4 0,01 N
Standarisasi larutan Sekunder KMnO4
Penetapan kadar sampel K2Cr2O7 sampel
Penentuan zat organic total menurut cara winkler
Mengetahui banyaknya bahan-bahan organic yang larut dalam air

5. Umum
Zat organic dalam air dapat dioksidasi oleh KMnO4 berlebihan dalam suasana asam dan
panas. Kelebihan KMnO4 dalam penentuan zat organic direduksi oleh H2C2O4 berlebih
yang nantinya akan dititrasi kembali oleh KMnO4. Oleh karena itu, zat organic total
sering disebut sebagai angka permanganat.

Asam oksalat dapat dipergunakan sebagai bahan baku primer dalam penetapan titer
KMnO4. Larutan oksalat yang tertentu molaritasnya dititer dengan larutan KMnO 4 .
Titrasi ini berlangsung dalam suasana asam dan pemanasan.
Persamaan yang terjadi :
2MnO4- + 5 H2C2O4 + 6 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O

Kemudian titrasi ini dilakukan dengan penambahan reduktor berlebih pada sample
dengan tujuan untuk merubah bilangan oksidasi sampel ke tingkat biloks yang
terendah. Kelebihan reduktor pada penambahan 1 dapat dihitung konsentrasinya
setelah dititrasi dengan KMnO4 .

Kemudian pada percobaan ini K2Cr2O7 dapat direduksi dengan larutan FeSO4 dalam
suasana asam. Reaksi yang terjadi :
8H+ + MnO4- + 5 Fe2+ Mn2+ + 5 Fe3+ + 4H2O

6. Alat dan Bahan


Buret Erlenmeyer 250 ml
Gelas Ukur 10 ml Pemanas
Labu Ukur 100 ml Larutan KMnO4 0,01 N
Corong Larutan Asam Oksalat 0,01 N
Pipet Gondok 25 ml H2SO4 4 N
Statip dan klem buret

55
7. Cara Kerja
1. Ukurlah 25 ml contoh air ke dalam Erlenmeyer
2. Teteskan H2SO4 ±0,05 ml
3. Tambahkan beberapa tetes KMnO4 0,01 N sampai larutan berwarna sedikit merah
jambu, agar semua senyawa organic yang tingkatannya rendah dioksidasi menjadi
senyawa tinggi. Misal Ferro menjadi Ferri, nitrit menjadi nitrat dsb. Dengan demikian
senyawa-senyawa itu tidak lagi mengganggu oksidasi bahan organic
4. Pipetlah 10 ml larutan KMnO4 0,01 N ke dalam Erlenmeyer yang berisi contoh tadi,
maka warna larutan menjadi warna merah
5. Didihkan larutan itu ke dalam labu Erlenmeyer. Setelah mendidih, catatlah jam saat
itu, warna larutan akanmenjdai lebih muda. Setelah dibiarkan mendidih selama 10
menit (sejak saat mendidih) angkatlah labu Erlenmeyer itu dari api.
6. Setelah suhunya turun menjadi ± 80° C, tambahkan 10 ml Asam Oksalat 0,01 N
dengan pipet khusus. Larutan akan menjadi tidak berwarna karena jumlah asam
oksalat berlebih.
7. Dalam suhu tetap berkisar 70-80° C , titarlah larutan ini dengan larutan KMnO4 0,01
N sampai warnanya menjadi merah jambu.

8. Pertanyaan
1. Apakah fungsi dari pemanasan padapercobaan tersebut ?
2. Bagaimana jika H2SO4 dengan HCl atau HNO3
3. Apa yang dapat disimpulkan jika pada percobaan tetes pertama titar KMnO 4 timbul
warna muda yang tetap

56
LAPORAN SEMENTARA

Judul Percobaan :
Nama/NIM/Kelompok :

Sampel :

3. Tujuan :

4. Data Pengamatan
a. Standarisasi KMnO4 dengan H2C2O4

b. Penentuan Kadar sampel

5. Jawaban Pertanyaan

6. Kesimpulan

57

Anda mungkin juga menyukai