PENGOLAHAN
LIMBAH INDUSTRI
Koordinator Lab
Evelyn, ST. MSc. MEng. PhD. / Jailani Aroen, SSi.
MSi.
UNIVERSITAS RIAU
1. Praktikan harus telah mengenakan jas lab saat memasuki laboratorium dan
bekerja dengan peralatan di laboratorium untuk menghindari kontaminasi dan
terkena bahan kimia.
2. Dilarang keras makan, merokok dan minum di laboratorium.
3. Sebelum dan sesudah bekerja, meja praktikum dibersihkan dengan desinfektan.
4. Praktikan berambut panjang harus mengikat rambutnya sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu kerja dan menghindari dari hal-hal yang tidak
diinginkan.
5. Pengambilan kultur cair atau suspensi dan bahan kimia harus menggunakan
pipet dengan bantuan filler atau menggunakan mikropipet.
6. Dilarang membuang biakan sisa atau habis pakai dan pewarna sisa disembarang
tempat. Bahan tersebut harus dibuang di tempat yang telah disediakan oleh
asisten.
7. Laporkan segera jika terjadi kecelakaan seperti kebakaran, biakan tumpah ada
yang menelan bahan kimia, atau biakan kepada asisten.
8. Jika menggunakan jarum inokulum, ujung jarum dibakar sampai memijar
sesudah dan sebelum bekerja menggunakan alat ini.
9. Sebelum meninggalkan laboratorium disarankan untuk mencuci tangan dengan
seksama.
Prinsip analisa COD yaitu sebagian besar zat organis melalui tes COD ini
dioksidasi oleh K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih seperti reaksi
berikut. ∆E
Indikator fenantrolin digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu di saat warna
hijau-biu larutan menjadi coklat-merah. Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko adalah
K2Cr2O7 awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organis yang dapat
dioksidasi oleh K2Cr2O7.
BAHAN
1. Larutan FeSO4.7H2O 5. Larutan Hg2SO4
2. Larutan K2Cr2O7 6. Larutan jenuh Ag2SO4 dalam
3. Indikator Fenantrolin H2SO4
4. Larutan H2SO4 pekat 7. Aquadest
8. Sampel air
2.3. PROSEDUR KERJA
PEMBUATAN REAGEN
KALKULASI
Analisis oksigen terlarut dapat dilakukan dengan 2 macam cara, yaitu metoda titrasi
Winkler dan metoda elektrokimia.
Kadar oksigen terlarut dalam air yang alami berkisar 5 – 7 ppm (part per
million atau satu per sejita; 1ml oksigen yang larut dalam 1 liter air dikatakan
memiliki kadar oksigen 1 ppm). Penurunan kadar oksigen terlarut dapat
disebabkan oleh tiga hal :
Dengan cara ini sejumlah iodine yang banyaknya ekuivalen dengan oksigen
terlarut, terbebaskan dan kemudian dititrasi dengan sodium thiosulfate:
2 Mn3+ + 2I 2 Mn3+ +
2I
I2 + 2S2O32- 2 I- +
S4O32-
1. Labu ukur
2. Buret
3. Neraca analitik
4. Botol Winkler
BAHAN
1. Larutan Iodine
a. Larutan stok
Larutan yang terdiri dari 5 g iodine (yang sebelumnya di resublimasi terlebih
dahulu) dan 100 g KI dalam 80 mL aquadest. Larutan ini mengandung 44 mg I 2
dan sekitar 880 mg KI per mL.
b. Larutan kerja
Larutan yang terdiri dari 35 g NaCl di dalam 100 mL aquadest kemudian
disaring. Penggunaan larutan NaCl jenuh ini untuk membuat enceran (1/10)
larutan stok iodine. Larutan ini mengandung 4 mg I2 dan 80 mg KI/mL.
2. Larutan thiosulfat
3. Larutan MgCl2
Larutkan 150 g MgCl2 dalam 200 mL aquades dan disaring.
4. Larutan MnCl2/MgCl2
Larutkan 100 g MgCl2.4H2O dan 50 g MgCl2 dalam 200 mL aquades dan
disaring.
5. Larutan NaOH/KI
Larutkan 200 g NaOH (solid), 100 g KI dan 3 Na-azide di dalam 400 mL
aquadest.
3.3. PROSEDUR KERJA
KALKULASI
1 meq thio = 8 mg O2
4
PENENTUAN BIOLOGICAL
OXYGEN DEMAND (BOD)
DENGAN METODE
PENGENCERAN
Kompetensi Dasar :
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa dapat mengukur kebutuhan oksigen
biokimiawi (BOD) dalam air limbah.
BAHAN
1. Larutan Ferric Chloride (0,125 g g ammonium sulfat, kemudian
FeCl3.6H2O + 1 L aquades) encerkan hingga 1 L)
2. Larutan Calcium chloride (27,5 g 5. Aquadest
CaCl2 + 1 L aquades) 6. Sampel air
3. Larutan magnesium sulfat (25 g 7. HCl 5 N
MgSO4.7H2O + 1 L aquades) 8. NaOH 1 N
4. Larutan buffer fosfat (42,5 g KH2PO4 9. H2SO4 1 N
+ 700 mL aquades + 8,8 g NaOH + 2 10. Larutan I2 –Asam Winkler
4.3. PROSEDUR KERJA
1. Untuk keperluan pengenceran sampel, tambahkan masing-masing larutan stock
(ferric chloride, calcium chloride, magnesium sulfat, buffer fosfat) sebanyak 1
mL ke dalam aquadest 1 L untuk membuat diluent.
2. Cairan pengencer dijenuhkan dengan oksigen melalui aerasi sebelum digunakan.
3. Atur pH air sampel antara 6,5 – 8,5 dengan menambahkan 1 N NaOH dan 1 N
H2SO4
4. Encerkan 10 mL sampel dengan dengan 100 mL cairan pengencer (diluent)
jenuh O2 sedemikian rupa hingga pada akhir inkubasi (hari ke-5) tingkat
kejenuhan paling tinggi 30 %. Jika sampel diduga tidak memiliki
mikroorganisme pengurai yang cukup, maka cairan pengencer (sebelum
dilengkapkan volumenya) dengan cairan inoculum yang baik sebanyak 5 mL/L.
Pengenceran sampel mungkin dapat diperkirakan dari angka COD, dimana
angka BOD5 umumnya sekitar COD/1,40 untuk limbah cair industry yang
mudah terurai secara biologis.
5. Jaga agar pada setiap homogenisasi tidak mengubah kandungan O2 di dalam
cairan yang diperiksa akibat masuknya udara ke dalamnya atau karena
penguapan.
6. Hasil pengenceran sampel kemudian dituangkan ke dalam 2 buah botol
winkler/BOD hingga penuh (biarkan sedikit tumpah). Biarkan beberapa menit
sebelum ditutup rapat agar tidak terdapat gelembung udara saat ditutup.
7. Sertakan pula 2 buah botol BOD yang diisi dengan cairan pengencer, untuk
dipakai sebagai blanko.
8. Masukkan botol BOD yang berisi sampel dan cairan pengencer ke dalam
inkubator (20 C ± 0,5 C) dan inkubasi selama 5 hari.
9. Tentukan kadar BOD5 dengan prosedur analisa Oksigen terlarut pada sampel
dan blanko.
10. Tentukan kadar oksigen terlarut secara winkler atau dengan cara lain sesuai
pengeceran sampel dan cairan pengencer di dalam botol BOD sebelum dan
sesudah inkubasi. Penentuan oksigen terlarut sebelum inkubasi hendaknya
dilakukan segera (tidak boleh lebih dari 15 menit) setelah preparasinya.
KALKULASI
1 meq thio = 8 mg O2
Untuk penentuan BOD dan cairan inoculum yang digunakan, perlu dilakukan
penentuanmenggunakan cairan substrat standar, yang dapat dibuat sebagai berikut:
1. Larutkan glukosa (150 mg/L) dan asam glutamate (150 mg/L) yang telah
dipanaskan sebelumnya pada 103 C selama 1 jam, dalam aquadest dan
encerkan hingga 1 L.
2. Buatlah pengenceran (50x) dengan cairan pengencer yang berisi inoculum
tersebut di atas tentukan BOD5 nya.
3. Angka BOD5 cairan standar tersebut harus sekitar 220 mg/L atau tidak boleh di
luar range 200 – 240 mg/L.
KALKULASI HASIL
Nthio =
1 meq thio = 8 mg O2
Volume diluenY mL =
(a+1) atau V mL
5
PENENTUAN MIXED
LIQUOR SUSPENDED SOLID
(MLSS)
Kompetensi Dasar :
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa mampu menentukan konsentrasi biomassa
di dalam reaktor pengolahan limbah.
1. Tangki Aerasi
2. Filtration apparatus
3. Pompa vakum
BAHAN
1. Lumpur aktif
2. Kertas saring
1. Kertas saring dipanaskan didalam oven pada susu 105 C selama 1 jam
selanjutnya didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang.
Pemanasan dihentikan jika berat kertas saring sudah konstan.
3. Kertas saring yang berisi padatan hasil penyaringan contoh dipisahkan secara hati-
hati dan dikeringkan pada suhu 105 oC selama 1 jam. Selanjutnya didinginkan
dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang. Pemanasan dihentikan jika berat
kertas saring sudah konstan.
Sludge volume Index (SVI) didefinisikan sebagai volume yang ditempati oleh 1
gram sludge setelah massa pengendapan tertentu (biasanya 30 menit). Untuk sludge
yang berkualitas pengendapan baik umumnya memberikan harga SVI sekitar 40-100
dan sludge dengan harga lebih besar (misalnya 200) dianggap berkualitas rendah karena
tidak memiliki karakteristik pengendapan yang baik.
ALAT
BAHAN
1. Lumpur aktif
7
PENGUJIAN COLIFORM
Kompetensi Dasar :
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa dapat mengetahui keberadaan bakteri
coliform dalam sampel air kemasan.
Coliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah Coliform dalam sampel yang
diuji. Jumlah Coliform ini bukan perhitungan yang tepat namun merupakan angka yang
mendekati jumlah sebenarnya (Lay,2001). Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji
pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan
(completed test). Prinsip pengerjaan metode MPN ini adalah dengan melakukan uji
penduga atau Presumtive Test dengan menggunakan set tabung 3-3-3 atau 5-5-5 kaldu
laktosa, dilanjutkan Uji penguat atau Confirmed Test, dan yang terakhir dilakukan uji
UJI PENDUGAAN
1. Siapkan botol sampel berisi air yang akan diperiksa.
2. Homogenkan air yang akan diuji dengan cara dikocok.
3. Siapkan media LB (3 LBDS, 3 LBSS, 3 LBSS) dalam tabung reaksi/durham.
4. Lakukan aseptisasi dengan alcohol 70%, lalu nyalakan Bunsen.
5. Aseptisasi tangan dengan alkohol 70%.
6. Buka tutup sampel, bakar mulut botol dengan api bunsen, lalu bakar ujung pipet
volum lalu pasang karet hisap.
7. Isolasi sampel air sebanyak 10 ml untuk tabung LBDS; 0,1 ml dan 1 ml untuk
tabung LBSS.
8. Inkubasi di dalam incubator dengan suhu 37°C selama 2×24 jam.
9. Tabung durham yang menunjukkan positif coliform ditandai dengan terbentuknya
gas pada tabung durham dan adanya perubahan warna.
10 ml 1 ml 0,1 ml
Unit Activated-Sludge
Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensi.
Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material
organik menjadi CO2 dan H2O, NH4. dan sel biomassa baru. Proses ini menggunakan
udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik.
Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan. Kemampuan
bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan pengolahan limbah secara
biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah. Lumpur aktif
dicirikan oleh beberapa parameter, antara lain, Indeks Volume Lumpur (Sludge Volume
Index = SVI) dan Stirred Sludge Volume Index (SSVI)
Bila perlu dilakukan penambahan sumber nitrogen dan sumber fosfor, agar kondisi
nutrisional seimbang, misalnya BOD/N/P = 100/3/1. Pretreatment sering diperlukan
agar proses bio-oksidasi dapat berlangsung sebagaimana mestinya.
ALAT
4.
BAHAN
1.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Air dan
Lingkungan, Kanisius, Yogyakarta
Lay, B., 1994, Analisis Mikroba Di Laboratorium, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Mirna, Sari, R., 2012, Analisis Bakteri Coliform (Fekal dan Non Fekal) Pada Air Sumur
Di Komplek Roudi Manokwari, skripsi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Papua, Manokwari
Mulyanto, H.R. 2007. Ilmu Lingkungan.Graha Ilmu. Yogyakarta
Novel., S. S., Wulandari, A.P., dan Safitri, R., 2010. Praktikum Mikrobiologi Dasar,
Trans Info Media, Jakarta
Oram, B., 2010. Total Dissolved Solids, http://www. water- research.net/totaldissolve
dsolids.html, diakses tanggal 12 Desember 2016