EKOLOGI PERAIRAN
Disusun oleh :
TIM ASISTEN PRAKTIKUM
Septiyani Fadlilah
Maidhotul Aeni
Ahmad Saikli Maulana
Khoirul Setiawan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT bahwasanya telah dapat
kami selesaikan pedoman buku praktikum Ekologi Perairan. Buku ini merupakan
panduan bagi mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan praktikum yang merupakan
suatu kegiatan aplikasi dari mata kuliah Ekologi Perairan di Program Studi
Akuakultur Universitas Tidar.
Tim Penulis
COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM ............................................................................. iv
SUBSTANSI WAJIB DARI PELAKSANAAN PRAKTIKUM ............................ v
BOBOT NILAI PRAKTIKUM............................................................................... v
RUANG LINGKUP PRAKTIKUM ....................................................................... v
I. PERAIRAN TERGENANG ............................................................................ 1
II. PERAIRAN MENGALIR ............................................................................... 4
III. PERAIRAN PAYAU DAN LAUT ................................................................. 7
IV. SUKSESI EKOLOGI..................................................................................... 18
V. ANALISIS DATA ......................................................................................... 21
SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM ................................ 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36
I. Praktikum Laboratorium
1. Praktikan wajib datang tepat waktu. Jika terlambat lebih dari 15 menit tidak
diizinkan mengikuti praktikum (nilai praktikum 0).
2. Bagi praktikan yang berhalangan mengikuti acara praktikum, karena alasan
tertentu dapat membuat surat izin dengan melampirkan bukti. Apabila tanpa
alasan jelas atau tanpa izin maka dianggap tidak mengikuti praktikum (nilai 0).
3. Praktikan wajib memakai jas praktikum selama pelaksanaan kegiatan praktikum.
4. Dilarang merokok, minum dan makan ketika melaksanakan praktikum.
5. Meminjam dan mengembalikan peralatan praktikum secara tertulis, peralatan
dalam keadaan bersih, kering dan dan tidak cacat/rusak.
6. Setelah mengambil bahan praktikum wajib mengembalikan bahan praktikum
ketempat semula dalam keadaan tertib.
7. Memecahkan atau merusak alat praktikum mendapatkan sanksi nilai praktikum
yang dilakukan hilang dan diwajibkan mengisi surat pernyataan.
8. Setiap praktikan wajib mengumpulkan laporan sesuai dengan deadline yang
ditetapkan. Keterlambatan pengumpulan akan mendapatkan pengurangan nilai.
9. Asisten berhak menegur praktikan yang melanggar tata tertib baik secara lisan,
tertulis, maupun tidak tertulis.
II. Praktikum Lapangan
1. Praktikan wajib hadir sesuai dengan waktu yang ditentukan dan berkumpul di
Fakultas Pertanian (Kampus Sidotopo). Jika terlambat lebih dari 10 menit dari
jadwal praktikan dipersilahkan pulang (nilai praktikum 0).
2. Praktikan mengenakan PDH Prodi Akuakultur pada waktu pmberangkatan, dan
pakaian bebas sopan, dan bersepatu selama kegiatan praktikum berlangsung.
3. Praktikan wajib membawa buku tulis, alat tulis, kamera dan jas ujan/payung dan
obat pribadi apabila memiliki riwayat penyakit.
4. Praktikan dilarang merokok dan membawa senjata tajam.
5. Setiap praktikan wajib menjaga ketenangan dan keamanan selama kegiatan
praktikum berlangsung.
1. Asistensi
2. Ekologi Perairan Tergenang
3. Ekologi Perairan Mengalir
4. Ekologi Perairan Payau dan Laut
5. Suksesi Ekologi
6. Responsi
1.1 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar praktikan (mahasiswa) mampu mengidentifikasi
komponen-komponen penyusun ekosistem perairan tergenang, dan menjelaskan
interaksi dan hubungan timbal balik antara komponen penyusun ekosistem tersebut,
serta mengetahui parameter kualitas air yang terdiri dari parameter fisika, kimia,
dan biologi di ekosistem perairan tergenang.
1.2 Uraian Materi
Ekositem perairan tergenang (lentik) merupakan suatu kondisi ekosistem yang
dicirikan oleh ketenangan air (lenis) yang terdapat dalam ekosistem tersebut. Dapat
juga diartikan sebagai suatu jenis ekosistem berair yang kecepatan arusnya sudah
berkurang, sehingga lumpur dan materi-materi lepas cenderung mengendap didasar
perairan yang menyebabkan dasarnya menjadi lunak, sehingga tidak sesuai untuk
bentos permukaan tetapi cocok untuk penggali nekton dan beberapa plankton
(Odum, 1971).
Menurut Muhtadi (2016) perairan tergenang merupakan perairan umum yang
masa airnya tenang sehingga disebut habitat lentik. Contoh perairan tergenang
adalah danau atau situ, waduk, kolam rawa, dan lain-lain. Perairan permukaan
diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama yaitu badan air tergenang (standing
water atau lentik) dan badan air mengalir (flowing water atau lotik). Danau atau situ
memiliki karakteristik air yang tenang, adanya stratifikasi suhu, organisme yang
hidup di dalamnya tidak membutuhkan adaptasi khusus, residence-nya (yaitu waktu
yang dibutuhkan untuk terjadinya pergantian atau perputaran air), dan substrat
umumnya berupa lumpu halus.
Karakteristik perairan tergenang adalah arus stagnan (arusnya relatif tidak
ada/sangat rendah), stratifikasi suhu (suhu akan berkurang/semakin rendah dengan
bertambahnya kedalaman), oksigen akan berkurang/semakin rendah dengan
bertambahnya kedalaman, dasar perairan umumnya bersubstrat lumpur, memiliki
RT (Residence Time) yang lama, organisme tidak membutuhkan adaptasi khusus.
B. Bahan
Bahan Fungsi
Lugol Mengawetkan plankton dan
perifiton
Formalin Mengawetkan Bentos, ikan, dan
sejenisnya
Aquades Pelarut
2.1 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar praktikan (mahasiswa) mampu mengidentifikasi
komponen-komponen penyusun ekosistem perairan mengalir, dan menjelaskan
interaksi dan hubungan timbal balik antara komponen penyusun ekosistem tersebut,
serta mengetahui parameter kualitas air yang terdiri dari parameter fisika, kimia,
dan biologi di ekosistem perairan mengalir.
2.2 Uraian Materi
Ekosistem perairan mengalir merupakan perairan dengan adanya arus dan
perbedaan gradien lingkungan (elevasi) dimana didalam ekosistem perairan
tersebut terjadi interaksi antara faktor biotik dan abiotik. Perairan mengalir disebut
juga dengan perairan lotik. Salah satu bentuk dari perairan mengalir adalah sungai.
Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang berperan penting bagi
kehidupan semua makhluk hidup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
lingkungan. Sungai bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Sungai
didefinisikan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang sebagai aliran atau tampungan air yang terbentuk
alami maupun buatan berupa jaringan pengairan serta airnya yang mengalir dari
hulu hingga muara yang tepi kiri dan kanannya dibatasi dengan garis sempadan.
Sungai dibedakan menjadi dua tipe yaitu sungai permanent dan sungai
intermittent. Sungai permanent merupakan sungai yang mendapatkan air sepanjang
tahun yang airnya berasal dari sumber air tanah, sedangkan sungai intermittent
merupakan sungai yang mendapatkan air pada musim tertentu seperti dari surface
run off sehingga sungai tersebut akan berisi air pada musim hujan (Hakim dkk.,
2019). Sungai dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas seperti tempat
penampungan air, sarana transportasi, pengairan sawah, keperluan peternakan,
keperluan industri, perumahan, daerah tangkapan air, pengendali banjir,
ketersediaan air, irigasi, tempat memelihara ikan, dan juga sebagai tempat rekreasi
(Ashar, 2020). Sungai memiliki ciri-ciri seperti arus yang searah dan relatif kencang
yang dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola aliran air. Menurut zonasi, ekosistem
perairan mengalir dibedakan menjadi dua yaitu berdasarkan gradien dan aliran air.
B. Bahan
Bahan Fungsi
Lugol Mengawetkan plankton dan
perifiton
Formalin Mengawetkan bentos, ikan, dan
sejenisnya
Aquades Sebagai pelarut dan untuk
mengkalibrasi alat
3.1 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar praktikan (mahasiswa) mampu mengidentifikasi
komponen-komponen penyusun ekosistem perairan payau dan laut, dan
menjelaskan interaksi dan hubungan timbal balik antara komponen penyusun
ekosistem tersebut, serta mengetahui parameter kualitas air yang terdiri dari
parameter fisika, kimia, dan biologi di ekosistem perairan payau dan laut.
B. Bahan
Bahan Fungsi
Lugol Mengawetkan plankton dan
perifiton
Formalin Mengawetkan bentos, ikan, dan
sejenisnya
Aquades Sebagai pelarut dan untuk
mengkalibrasi alat
4.1 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar praktikan (mahasiswa) mampu mengetahui
kelimpahan komunitas perairan pada suatu media dalam jangka waktu tertentu.
B. Bahan
Bahan Fungsi
Air sumur Sampel yang akan diamati
Air PDAM Sampel yang akan diamati
Air yang direbus Sampel yang akan diamati
Kertas label Menandakan sampel tiap perlakuan
Aquades Pelarut
Untuk mengidentifikasi biota hasil
Buku identifikasi
pengamatan
1. Parameter Fisika
a. Warna
Warna perairan dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya dan
warna tampak. Warna sesungguhnya adalah warna yang hanya disebabkan oleh
bahan-bahan kimia terlarut, sedangkan warna tampak adalah warna yang tidak
hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh bahan tersuspensi. Warna
perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan bahan anorganik, seperti
keberadaan plankton, humus, dan ion-ion logam, serta bahan-bahan lain. Warna
perairan diamati secara langsung dengan pengamatan visual (warna tampak).
b. Suhu
Suhu dapat mempengaruhi aktivitas organisme akuatik seperti kegiatan tingkah
laku, pertumbuhan dan siklus reproduksi dikarenakan suhu berperan dalam
mengendalikan proses metabolisme dan respirasi. Suhu yang baik untuk hidup
organisme perairan yaitu antara 28-320C. Suhu air yang rendah dapat menyebabkan
berkurangnya nafsu makan pada ikan dan laju metabolisme menurun sehingga
kelangsungan hidup suatu organisme menjadi rendah, sebaliknya jika suhu terlalu
tinggi dapat menyebakan gangguan kesehatan pada ikan seperti, ikan rentan
terserang penyakit, mengalami stress, dan mengalami tingkah laku abnormal.
Langkah-langkah pengukuran suhu air dengan thermometer adalah sebagai berikut:
- Memasukkan thermometer secara langsung ke dalam perairan dan didiamkan 2–
5 menit hingga thermometer menunjukkan nilai stabil.
- Mencatat pembacaan skala dari thermometer tanpa mengangkat terlebih dahulu
thermometer dari air.
c. Arus
Kecepatan arus memiliki peran dalam pencampuran massa air, pengangkutan
unsur hara, dan transportasi oksigen. Kecepatan arus di sungai ditentukan oleh
kemiringan, substrat, kedalaman, dan kelebaran dasarnya. Perubahan kecepatan
arus berkaitan dengan massa air yang tidak selalu stabil ataupun pengaruh dari
angin selama penelitian. Kecepatan arus sungai dapat dibagi dalam 5 kategori yaitu
sungai berarus sangat cepat (memiliki kecepatan di atas 1 m/s), sungai berarus cepat
f. Tipe substrat
Substrat merupakan media berupa tempat (habitat) bagi organisme untuk
melakukan aktivitas kehidupan. Substrat suatu perairan berbeda-beda, yakni jenis
substrat berbatu, substrat berpasir ataupun substrat berlumpur. Kondisi substrat
yang demikian menyebabkan perbedaan komposisi fauna dan struktur komunitas
pada perairan laut dan pantai.
Untuk menentukan tipe substrat dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan
memasukkan tangan atau benda yang dapat memastikan substrat di dalam perairan.
Kemudian disentuh dan diambil sedikit substrat pada tiap-tiap substasiun untuk
diamati secara visual.
g. Lebar badan sungai
Pengukuran lebar sungai dan lebar badan sungai dilakukan pengukuran dari
ujung sisi yang satu ke ujung sisi yang lainnya, biasanya lebar badan sungai lebih
lebar dari lebar sungai, lebar badan sungai diukur dari ujung sisi sungai hingga ke
Keterangan:
E = Indeks Keseragaman
Hʹ = Indeks Keanekaragaman
H max = ln 𝑆
S = Jumlah spesies
Indeks keseragaman jenis (E) memiliki kisaran nilai 0-1. Apabila nilai indeks
keseragaman jenis mendekati angka 1, maka setiap jenis memiliki jumlah individu
yang hampir sama.
4) Indeks Dominansi
Menurut Simpson (1949) dalam Odum (1993) indeks dominansi ini dapat
dihitung dengan rumus:
𝑛𝑖 2
C = (𝑁)
Keterangan:
C = Indeks dominansi Simpson
Di : Kerapatan jenis i
Ni : Jumlah tegakan dari jenis i
A : Luas total area pengambilan contoh
2) Kerapatan relatif mangrove
Perbandingan antara jumlah tegakan jenis i (Ni) dan jumlah total tegakan
seluruh jenis (ΣN)
Dimana,
Rdi : Kerapatan relatif jenis i
ΣN : Jumlah total tegakan seluruh jenis
3) Frekuensi jenis
Peluang ditemukannya jenis i dalam plot yang diamati
Dimana,
Fi : Frekuensi jenis i
Pi : Jumlah plot dimana ditemukannya jenis i
Σp : Jumlah total plot yang diamati
Dimana,
Rfi : Frekuensi relatif jenis i
F : Frekuensi jenis i
ΣF : Jumlah frekuensi untuk seluruh jenis
5) Penutupan jenis
Dimana,
BA : πDBH2 /4 (dalam cm)
DBH : CBH/π Π : Suatu konstanta
DBH : Diameter pohon dari jenis i
A : Luas total area pengambilan contoh
CBH : Lingkaran pohon setinggi dada jenis i
Ci : Luas area penutupan
6) Penutupan relatif jenis
Perbandingan secara luas area penutupan jenis I (Ci) dan luas area penutupan
untuk seluruh jenis (ΣC)
Keterangan :
RCi : Penutupan relatif jenis
Ci : Luas area penutupan jenis ke-i
ΣC : Luas total area penutupan untuk seluruh jenis
Contoh cover :
LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI PERAIRAN
JUDUL PRAKTIKUM
Logo
Universitas
4 3
Tidar
Disusun oleh :
Kelompok
(Nama – NPM)