PRODUKTIVITAS PERAIRAN
PENILAIAN
1. Praktikum mata kuliah Produktivitas Perairan memiliki bobot 1 sks terpisah
dari perkuliahan Produktivitas Perairan.
2. Nilai praktikum terdiri dari kehadiran, quis, laporan, keaktifan dan ujian
praktikum.
3. Nilai laporan adalah nilai yang berasal dari laporan yang dikerjakan secara
perorangan dan kelompok.
4. Nilai aktifitas adalah nilai keaktifan selama praktikum berlangsung.
SILABUS PRAKTIKUM
Pertem
Tujuan Instruksional Khusus Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan
uan
Mahasiswa dapat mengetahui jenis dan
fungsi alat-alat yang dipakai dalam Pengantar Kontrak praktikum dan
1
pengambilan, penanganan dan analisa praktikum pengenalan alat
produktivitas dan kesuburan perairan
Mahasiswa dapat melakukan
1) pendugaan produktivitas perairan
dengan pengukuran metode botol gelap
2 dan botol terang
Metode oksigen
2) perhitungan NPP (Net Primary
Productivity), GPP (Gross Primary
Productivity), R (Respiration rate) dan
Stratifikasi PP dan P/R ratio Pendugaan
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran produktivitas
klorofil dalam penentuan produktivitas primer perairan
Pendugaan kesuburan
3 perairan serta dapat menduga kesuburan
perairan dengan TSI
perairan dengan metode Tropic Status Index
(Carlson, 1977)
Mahasiswa dapat melakukan perhitungan Doubling time dan
5
dan pendugaan produktivitas tanaman air standing crop tanaman air
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Blooming algae dan
6
fenomena bloming algae dan tumbuhan air tumbuhan air
Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik
Mikro
7 mikro ekosistem dan organisme Mikro ekosistem
ekosistem
penyusunnya
Mahasiswa dapat melakukan pendugaan
8 Produktivitas zooplankton
produktivitas dan biomass zooplankton
Pendugaan
Mahasiswa dapat melakukan pendugaan produktivitas
9 Produktivitas benthos
produktivitas dan biomass benthos skunder
perairan
Mahasiswa dapat melakukan pendugaan
10 Produktivitas ikan
produktivitas dan biomass ikan
Mahasiswa dapat menentukan status
11 Bioindikator
kualitas air berdasarkan bioindikator
Mahasiswa dapat melakukan perhitungan Bioindikator
12 dan menentukan status kualitas air Indeks saprobik
berdasarkan indeks saprobik
Mahasiswa dapat melakukan persiapan,
pengambilan data, pengukuran dan analisis Pendugaan produktivitas,
13 Fieldtrip
data terkait produktivitas, kesuburan dan kesuburan dan kualitas air
kualitas air secara biologis
Mahasiswa terampil menyampaikan
14 Laporan akhir Diskusi dan presentasi
laporan, gagasan dan ide
15 Evaluasi akhir semester UAS
PENGENALAN ALAT
Teori Dasar
Alat-alat Pengukuran Faktor Fisika Perairan
1. Kecerahan
Pengukuran kecerahan menggunakan alat yang disebut keping secchi
(sechhi disk). Alat Secchi adalah keping berbentuk keping berbentuk lingkaran
bergaris tengah 20 cm yang terbagi 4 bagian dengan warna hitam dan putih
berselang seling setiap bagiannya. Skala kecerahan aalat secchi adalah suatu batas
kedalaman yang menyebabkan hilangnya warna dari pandangan pada saat alat
tersebut dibenamkan. Keping secchi juga dapat dibuat sendiri oleh mahasiswa.
2. Suhu
Alat yang digunakan dalam pengukuran suhu adalah thermometer.
Thermometer terdiri dari beberapa jenis yaitu thermometer alkohol, thermometer
air raksa, thermometer digital dan lain-lainnya.
Gambar Termometer
Gambar DO Meter
2. pH (potential of hydrogen)
Derajat keasaman atau pH dapat di ukur dengan menggunakan pH meter,
pH indikator. Pada umumnya yang digunakan adalah pH meter namun harga alat
ini terbilang mahal.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui jenis dan fungsi
alat-alat yang dipakai dalam pengambilan, penanganan dan analisa kulaitas air
baik fisika, biologi, maupun kimia.
Prosedur kerja
Mahasiswa memperhatikan penjelasan fungsi masing-masing alat dan cara
kerja alat oleh asisten.
PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PRIMER DENGAN
METODE OKSIGEN
Teori Dasar
2.1. Produktivitas Primer
Produktivitas primer adalah laju pembentukan senyawa-senyawa organik
yang kaya energi dari senyawa-senyawa anorganik. Umumnya produktivitas
primer dianggap sebagai padanan fotosintesis, walaupun sejumlah kecil
produktivitas dapat dihasilkan oleh bakteri kemosintetik (Nybakken 1992).
Jumlah seluruh bahan organik yang terbentuk dalam proses produktivitas primer
disebut produksi primer kotor (gross primary production), atau produksi total,
sedangkan hasil produksi sisa respirasi tumbuhan disebut sebagai produksi primer
bersih (net primary production).
Produktivitas dinyatakan dalam jumlah gram karbon per m2 per hari
(g/m2/hari) atau per tahun (g/m2/tahun). Odum (1996) menambahkan
produktivitas primer di suatu sistem ekologi sebagai laju penyimpanan energi
radiasi melalui aktivitas fotosintesis dan kemosintesis dari produser atau
organisme (terutama tumbuhan hijau) dalam bentuk bahan organik yang dapat
digunakan sebagai bahan pakan. Sejalan dengan Nontji (2006), produktivitas
primer dalam artian umum adalah laju produksi bahan organik (dinyatakan dalam
C=karbon) melalui reaksi fotosintesis per satuan volume atau luas suatu perairan
tertentu.
Menurut Sumich (1992), aliran energi dalam ekosistem perairan dimulai
dengan fiksasi energi oleh fitoplankton melalui proses fotosintesis. Proses
fotosintesis terjadi baik di atas permukaan laut, di darat, di air tawar maupun di
dalam laut (Romimohtarto et al. 2001). Sinar matahari bergabung dengan
komponen-komponen kimiawi dalam air untuk menghasilkan jaringan tumbuh-
tumbuhan hidup dengan reaksi kimia sederhana. Reaksi kimia ini terjadi pada
semua jasad fotosintetik dan merupakan dasar bagi semua kehidupan di peraiaran,
kecuali bakteri tertentu dan biota laut yang mampu berkemosintesis atau membuat
makanan tanpa bantuan sinar matahari. Melalui proses ini fitoplankton
mengakumulasi energi, energi yang diakumulasi oleh fitoplankton inilah yang
disebut produksi atau secara lebih spesifik disebut produksi primer.
Fitoplankton merupakan kelompok yang memegang peranan sangat
penting dalam ekosistem air, karena kelompok ini dengan adanya kandungan
klorofil mampu melakukan fotosintesis. Dalam ekosistem air hasil dari fotosntesis
yang dilakukan oleh fitoplankton bersama dengan tumbuhan air lainnya disebut
sebagai Produktivitas primer. Fitoplankton hidup terutama pada lapisan perairan
yang mendapat cahaya matahari yang dibutuhkan untuk melakukan proses
fotosintesis. Kepadatan zooplankton disuatu perairan lotik jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan fitoplankton. Pengaruh kecepatan arus terhadap zooplankton
jauh lebih kuat dibandingkan pada fitoplankton. Temperatur yang relatif hangat
juga sangat mendukung keberadaan fitoplankton (Barus 2004).
Cara yang umum dipakai dalam mengukur produktivitas primer suatu
perairan adalah dengan menggunakan metode botol gelap dan botol terang. Botol
terang dipakai untuk mengukur laju fotosintesis yang disebut juga sebagai
produksi primer kotor (gross primary production), sementara botol gelap
digunakan untuk mengukur laju respirasi.
Produktivitas primer dapat diukur sebagai GPP dan/atau NPP. Hubungan
diantara keduanya dapat dinyatakan sebagai :
NPP = GPP – R
R = O2 awal – O2 akhir pada botol gelap
GPP = O2 akhir pada botol terang – O2 akhir pada botol gelap
Untuk mengubah nilai mg/L oksigen menjadi mg C/m3, maka nilai dalam mg/L
dikalikan dengan faktor 375,36. Hal ini akan menghasilkan mg C/m3 untuk jangka
waktu pengukuran. Untuk mendapatkan nilai produktivitas dalam satuan hari,
maka nilai per jam harus dikalikan dengan 12, mengingat cahaya matahari hanya
selama 12 jam per hari (Barus 2004).
Contoh Perhitungan
Diketahui suatu danau dengan kedalaman 17 meter. Hitung produktivitas
primer pada tiap kedalaman.
0m
I = 27,5 0C 6m Epilimnion
II = 21 0C
9m Thermoklin
III = 19 0C
Hipolimnion
17 m
K
6m
e
d 9m
l
17 m
a
Lapisan I
Diketahui : DOI = 6,2 mg/L
DOG = 5,5 mg/L
DOT = 7,5 mg/L
Lapisan II
Diketahui : DOI = 2,9 mg/L
DOG = 1,3 mg/L
DOT = 3,5 mg/L
Lapisan III
Diketahui : DOI = 0,4 mg/L
DOG = 0,2 mg/L
DOT = 0,8 mg/L
GPP = BT – BG = 0,8 – 0,2 = 0,6 mg/L
NPP = BT – BI = 0,8 – 0,4 = 0,4 mg/L
R = BI – BG = 0,4 – 0,2 = 0,2 mg/L
Nilai :
Paraf Asisten :
PENENTUAN KLOROFIL-A DAN PENDUGAAN KESUBURAN
PERAIRAN DENGAN TSI (Tropical State Index)
Teori Dasar
Indeks Status Trofik (Trophic State Index/TSI) yang dikemukakan oleh
Carlson (1977) merupakan indeks yang dikembangkan untuk mengetahui tingkat
kesuburan perairan danau berdasarkan beberapa parameter yang berpengaruh
sehingga memudahkan dalam mengetahui kondisi perairan danau. Sedangkan
Indeks kimia Kirchoff (1991) telah banyak digunakan untuk mengklasifikasikan
status pencemaran yang disebabkan oleh pencemaran bahan organik di sungai
seperti yang pernah dilakukan pada Sungai Citarum Hulu (Suryono & Sudarso
2000). Indeks tersebut cukup sederhana dan mudah untuk diterapkan.
Klorofil-a merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan
produktivitas primer di perairan. Konsentrasi klorofil-a di atas 0,2 mg/m3
menunjukkan adanya kehidupan fitoplankton yang memadai untuk
mempertahankan kelangsungan perkembangan perikanan. Sementara itu klorofil
terdapat di dalam fitoplankton. Klorofil berperan untuk mengikat cahaya matahari.
Fitoplankton dalam proses fotosintesis membutuhkan nutrien (baik mikro maupun
makro) dan cahaya matahari. Di perairan cahaya akan berkurang dengan
bertambahnya kedalaman, sehingga kelimpahan fitoplankton berbeda dengan
bertambahnya kedalaman, maka kandungan klorofil-a akan berbeda dengan
bertambahnya kedalaman (Sinurat, dkk., 2013).
Klorofil-a sangat menentukan produktivitas primer di perairan.Sebaran
dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan kondisi
geografis suatu perairan. Beberapa parameter fisik-kimia yang mengontrol dan
mempengaruhi sebaran klorofil-a adalah intensitas cahaya, nutrien. Perbedaan
parameter fisika-kimia tersebut secara langsung merupakan penyebab
bervariasinya Produktivitas Primer di beberapa tempat di laut. Selain itu,
“grazing” juga memiliki peran besar dalam mengontrol konsentrasi klorofil-a di
perairan (Sitorus, 2009).
Apabila faktor abiotik terganggu maka faktor biotik, terutama sekali
fitoplankton sebagai dasar rantai makanan akan ikut terganggu.
Ketidakseimbangan faktor abiotik dengan biotik akan berpengaruh terhadap
kondisi perairan. Terganggunya kondisi perairan dapat diketahui dari tingkat
kesuburan yang semakin rendah.Kadar klorofil-a juga dapat digunakan sebagai
biomonitoring kualitas dan kesuburan perairan (produktivitas perairan). Semua
fitoplankton memiliki klorofil terutama sekali klorofil-a. Klorofil berfungsi
sebagai katalisator dan penyerap energi cahaya matahari. Dengan demikian proses
produksi zat organik dari zat anorganik dalam fotosintesis tidak akan terjadi
apabila tidak ada klorofil. Semakin tinggi kadar klorofil menandakan tingginya
kelimpahan fitoplankton di perairan (Fitra, dkk., 2013).
Klorofil tediri dari kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam
tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu serta merefleksikan cahaya
hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Terdapat dalam
kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-
reaksi cahaya dalam proses fotosintesis. Klorofil-a merupakan salah satu bentuk
klorofil yang terdapat pada semua tumbuhan autotrof. Klorofil-b terdapat pada
ganggang hijau Chlorophyta dan tumbuhan darat. Klorofil-c terdapat pada
ganggang coklat Phaeophyta serta diatome Bacillariophyta (Sitorus, 2009).
Tujuan Praktikum
Pada kegiatan praktek ini diharapkan mahasiswa dapat melakukan
pengambilan dan analisis laboratorium klorofil a dan dapat menduga produktivitas
perairan dengan analisis klorfil serta menduga tingkat kesuburan perairan dengan
TSI (tropical state index).
Pengukuran Klorofil-a
Pengukuran konsentrasi klorofil-a dilakukan di Balai Teknis Kesehatan
Lingkungan. Metode kerja pengukuran konsentrasi klorofil-a yaitu diambil 1000
ml sampel air, disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman CNM 0, 45
µm, Selanjutnya dimasukkan ekstrak dengan 10 ml larutan aseton, diaduk sampai
campuran berwarna hijau, diukur absorban klorofil-a dengan Spektrofotometer
pada ƛ = 664, 647 dan 630 nm.
Nilai :
Paraf Asisten
DOUBLING TIME DAN STANDING CROP TANAMAN AIR
Landasan teori
Tumbuhan air mempunyai peranan yang penting dalam perairan. Tumbuhan air
melakukan fotosintesis yang menyumbang oksigen terlarut dalam perairan, sebagai
tempat hidup bagi biota air seperti cacing, perifiton dan larva ikan, penstabil lingkungan
perairan, meningkatkan pengendapan, sebagai pembersih dan penjernih air, penyebar
organisme, penyerap nutrien dan juga memiliki nilai estetika sehingga banyak juga
digunakan sebagai tanaman hias.
Waktu penggandaan adalah periode waktu yang dibutuhkan untuk suatu
kwantitas untuk menggandakan ukuran atau nilai. Hal ini diberlakukan bagi pertumbuhan
populasi, inflasi, sumber daya, konsumsi barang-barang, bunga majemuk, volume, dan
banyak hal lain yang cenderung tumbuh dari waktu ke waktu. kwantitas mengalami
pertumbuhan bersifat exponen ( juga dikenal sebagai pertumbuhan geometris) dan
mempunyai suatu waktu penggandaan atau periode tetap yang dapat dihitung secara
langsung dari laju pertumbuhan tersebut.
Produksi primer dari tumbuhan air dapat diukur dari besarnya energi yang
dihasilkan selama waktu tertentu dalam luasan tertentu. Pertumbuhan biomassa adalah
penambahan materi tumbhan yang dapat dinyatakan dalam waktu berganda. Azolla
spp.merupakan tanaman air yang memiliki kecepatan tumbuh sangat besar dan bila
dibiarkan dalam perairan yang subur maka kemungkinan tanaman air ini akan menjadi
gulma karena Azolla spp. termasuk tanaman air yang dapat dan cepat menyerap unsur
hara dalam perairan.
Lemna adalah salah satu tumbuhan air penting. Tumbuhan ini dapat dijadikan
pakan ternak karena mengandung protein yang tinggi, tetapi tumbuhan ini juga bisa
menjadi gulma, jika pertumbuhannya tidak terkontrol. Lemna tidak mempunyai batang
dan daun yang jelas, terdiri atas daun-daun yang datar, sangat kecil, berbentuk oval, dan
berdiameter hanya beberapa milimeter. Ukurannya yang kecil membuatnya mudah
dipanen dan ditangani.
Tujuan
Praktikum doubling time bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan
yang diberi pupuk ml untuk menggandakan jumlah daun dan mengetahui persen
penutupannya.
Prosedur Kerja
Persiapan media dimulai dengan meletakkan plastik transparansi yang sudah
diberi ukuran berupa kotak-kotak dengan spidol permanen ke dalam nampan plastik.
Setelah itu akuades dimasukkan ke nampan sebanyak 750 ml, lalu ditambah dengan
pupuk NPK sebanyak 100 ml. Kemudian tanaman air dimasukkan ke nampan sebanyak
20% dari luas penutupan nampan dan jumlah daunnya dihitung sebagai Ho. Setelah itu
tanaman air diletakkan di tempat terbuka yang cukup sinar matahari, lalu diamati persen
penutupan dan jumlah daun pada hari ke 3 (sebagai H3) dan hari ke 7 (sebagai H7).
C. Analisis Perhitungan
Ln 2
Doubling time
Ln Xt - Ln Xo
t
Keterangan :
Xt : Jumlah daun pada waktu ke-t hari
Xo : Jumlah daun pada awal pengamatan
T : Hari pengamatan
Contoh
Tabel 1. Luas penutupan tumbuhan air Salvinia sp
Luas Penutupan Doubling time
Waktu Pengamatan 2
(cm ) (hari)
7 April 2009 225
4 Mei 2009 1975 3.471429 ≈ 3.5
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR PRODUKTIVITAS PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nilai :
Paraf Asisten :
MIKRO EKOSISTEM
Landasan teori
Mikroekosistem merupakan suatu bentuk miniatur yang menggambarkan
ekosistem suatu perairan yang dipersiapkan untuk mendapatkan gambaran
sederhana tentang hubungan timbal balik atau interaksi antara komponen biotik
dengan komponen abiotik yang terjadi di dalamnya. Di dalam komponen abiotik
terdapat interaksi antar elemen yang akan memunculkan suatu kondisi yang dapat
mendukung ataupun menghambat kelangsungan keberadaannya. Hal ini bisa
dikatakan dalam faktor biotik terdapat interaksi melalui berbagai reaksi fisika,
kimia, dan fisikokimia sehingga dalam ekosistem tersebut, organisme atau biota
dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai
suatu sistem. Oleh karena itu, di dalam ekosistem tersebut muncul suatu kondisi
yang dapat menunjang ataupun menghambat kelangsungan keberadaan biota di
dalamnya. Selain itu, dalam komponen biotik juga terdapat interaksi
antarkelompok ataupun di dalam kelompok penyusun suatu komunitas.
Bentuk kegiatan atau percobaan mikroekosistm ini berupa penumbuhan
fitoplankton alam dalam media (berupa akuarium) yang diberi tambahan berbagai
unsur hara atau pupuk. Oleh karena itu, melalui percobaan ini akan diperoleh
gambaran mengenai adanya proses dekomposisi, mineralisasi, fotosintesis, serta
perkembangan dan suksesi komunitas fitoplankton. Selain itu, diperoleh juga
gambaran mengenai suatu kondisi yang dapat menunjang ataupun menghambat
kelangsungan keberadaan biota yang hidup di dalamnya.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air baik secara fisika,
seperti pH, suhu, DO maupun kimia (nutrien), seperti orthoposphat, ammonia, dan
nitrat. Serta untuk mengetahui kelimpahan plankton di dalam suatu
mikroekosistem.
Metode Kerja
Akuarium yang akan digunakan dalam praktikum ini dibersihkan terlebih
dahulu. Akuarium yang telah bersih kemudian diisi dengan air yang telah
diendapkan terlebih pada hari ke 3. Sebanyak 50 gram pupuk kandang kotoran
ayam ditimbang dan dimasukkan pada masing-masing akuarium sebesar 25 gram
yang sebelumnya dimasukkan dalam kain dan diikat. Kedua akuarium di beri
plastik hitam. Pada hari ke 7 akuarium diisi lai dengan air hingga mecapai volume
15 L, kemudian akuarium di beri inokulan. Salah satu akuarium diberikan plastik
hitam di sepanjang sisi-sisinya, sedangkan akuarium yang lain tidak diberikan
plastik dan dianggap sebagai akuarium terang. Kemudian dilakukan pengamatan
jenis dan kelimpahan plankton sebanyak 5 kali yaitu hari ke-4, 7, 11, 14 dan 18
dengan pencacahan plankton dengan metode strip, analisis kualitas air (pH, suhu
dan DO) yang dilakukan pada pagi dan siang hari (pukul 06.00 dan 12.00 WIB)
dengan pH meter dan DO meter pada hari ke-0, 4, 11, 14, dan 18 serta unsur hara
(ortophosfat, nitrat dan amonia) pada hari ke-4, 11 dan 18.
3.4.2 Ammonia
Berikut ini adalah perhitungan kadar ammonia:
Kadar ammonia (mg N/L) = C * fp
Keterangan :
C = Kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L)
fp = faktor pengenceran
3.4.3 Nitrat
Berikut ini adalah perhitungan kadar nitrat:
Kadar nitrat (mg N/L) = C * fp
Keterangan :
C = Kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L)
fp = faktor pengenceran
3.4.4 Orthofosfat
Berikut ini adalah perhitungan kadar orthofosfat:
Kadar orthofosfat (mg P/L) = C * fp
Keterangan :
C = Kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L)
fp = faktor pengenceran
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR PRODUKTIVITAS PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nilai :
Paraf Asisten :
PRODUKTIVITAS SKUNDER ZOOPLANKTON
Landasan teori
Ekosistem merupakan suatu sistem kehidupan yang menempati area dan dalam
kurun waktu tertentu dimana didalamnya terdapat interaksi antara komponen biotik
dengan komponen abiotik. Pada ekosistem terdapat suatu pola trophic level yang terdiri
atas produsen, konsumen tingkat pertama, konsumen tingkat kedua, dan seterusnya
dimana antara trophic level tersebut terjadi aliran energi dari tingkat tropik terendah ke
tingkat tropik yang lebih tinggi.perpindahan energi ini memiliki manfaat bagi organisme
di dalam ekosistem tersebut untuk proses pertumbuhan maupun proses fisiologis lainnya.
Produksi sekunder adalah bahan oganik yang dihasilkan oleh organisme
konsumen, sedangkan produktivitas sekunder adalah laju pemanfaatan bahan organik
secara kimiawi oleh suatu organisme terhadap organisme pada tingkat tropik dibawahnya.
Produktivitas sekunder adalah banyaknya jaringan hewan yang diproduksi oleh
suatu perairan per unit waktu per luas. Definisi lain tentang produktivitas sekunder adalah
kemampuan suatu hewan invertebrata untuk memproduksi jaringan hewan per unit waktu
per unit luas. Jaringan yang terbentuk biasanya berhubungan dengan produksi sekunder
tidak hanya oleh herbivora tetapi juga oleh semua hewan invertebrata. Produksi sekunder
sebagai akumulasi biomass hewan dalam waktu tertentu merupakan salah satu ukuran
terhadap fungsi ekosistem.
Branchionus Keratella
2. Cladocera
Ciri-ciri organisme ini adalah adanya stadia dalam siklus hidupnya
(organisme dewasa menghasilkan telur, telur berkembang menjadi stadia
muda, selanjutnya memasuki stadia dewasa kembali). Yang termasuk
dalam golongan ini adalah Moina, Evadne, Daphnia, Podon, Penilia dan
Ceriopdaphnia.
Daphnia Evadne
3. Copepoda
Golongan copepoda memiliki beberapa stadia dalam siklus hidupnya,
sama seperti cladocera. Stadia dewasa menghasilkan telur, selanjutnya
telur berkembang dalam stadia nauplius, kemudian stadia kopepodit yang
selanjutnya berkembang menjadi stadia dewasa kembali. Yang termasuk
golongan ini adalah Calanoid, Cyclopoid dan Harpakthocoids.
Tujuan
Praktikum Cladocera ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas Dhapnia sp.
pada pemberian pupuk dosis tertentu sebagai indikator produktivitas sekunder suatu
ekosistem mikro.
Metode Kerja
Stoples dibersihkan dan dikeringkan sebagai media ekosistem mikro. Timbang
kotoran sapi sebanyak 10 mg, masukan ke dalam stoples yang telah berisi air akuades
sebanyak 2 Liter. Masukan selang aerator kedalam wadah supaya tersedia oksigen yang
cukup. Masukkan ke dalam stoples inokulan yang berupa Daphnia sejumlah 5
individu/ml. Biarkan beberapa hari dan ukur kelimpahannya setiap empat hari sekali.
Lakukan pengukuran pH, suhu, dan penghitungan kelimpahan Daphnia. Suhu
dan pH diukur menggunakan pH tester. Kelimpahan Daphnia dihitung dengan
sebelumnya mengaduk air dalam stoples, kemudian ambil 10 ml air dan lakukan
pengamatan dengan lup atau mikroskop stereo. Hitung jumlah individu Daphnia yang
ditemukan.
Penghitungan kelimpahan, pH, dan suhu dilakukan dua kali dalam seminggu
dengan tiga kali ulangan setiap penghitungan untuk kelimpahan.
Analisa Data
Kelimpahan Zooplankton
Kelimpahan plankton dihitung menggunakan metode ”Lackey Drop Microtransect
Counting” dari APHA (1989) yaitu :
N=n × A/B×C/D×1/E
Keterangan :
N : jumlah total plankton (ind/liter)
n : rataan individu per jumlah lapang pandang
A : luas gelas penutup (1500 mm2)
B : luas satu lapang pandang (2.405 mm2)
C : volume air tersaring (ml)
D : volume 1 tetes dibawah gelas penutup (ml)
E : volume air yang disaring (liter)
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR PRODUKTIVITAS PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nilai :
Paraf Asisten :
PRODUKTIVITAS SEKUNDER BENTHOS
Landasan teori
Benthos adalah organisme yang hidup di dasar perairan. Selanjutnya
dinyatakan bahwa epifauna adalah yang hidup di atas dasar, sedangkan infauna
hidup diantara partikel sedimen. Berdasarkan ukurannya fauna benthos dibagi
menjadi makrofauna (> 0,5 mm), meiofauna (10-500 μm) dan mikro-organisme (<
10 μm). Fauna benthos dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan cara
makannya. Pertama, pemakan suspensi (suspension feeder) yang memperoleh
makanannya dengan cara menyaring partikel-partikel melayang di perairan.
Kedua, pemakan deposit (deposit feeder) yang mencari makanan pada sedimen
dan mengasimilasikan bahan organik yang dapat dicerna dari sedimen. Ketiga,
pemakan detritus (detritus feeder) yang hanya makan detritus
Peranan benthos di perairan adalah:
• Mampu mendaur ulang bahan organik
• Membantu proses mineralisasi
• Menduduki posisi penting dalam rantai makanan
• Indikator pencemaran
Hewan benthos hidup relatif menetap, sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk
kualitas lingkungan atau sebagai bioindikator. Bioindikator adalah kelompok atau
komunitas organisme yang keberadaannya dan perilakunya di alam berhubungan
dengan kondisi lingkungan. Perubahan kualitas air akan berpengaruh terhadap
keberadaan dan perilaku organisme tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai
petunjuk kualitas lingkungan.
Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat melakukan pendugaan produktivitas dan biomass benthos
Prosedur Praktikum
1. Tentukan lokasi pengambilan sampel benthos secara acak.
2. Transek kuadran diletakkan di lokasi yang telah ditentukan.
3. Semua hewan benthos yang ada dalam transek kuadran dengan tangan
(untuk benthos yang ada di permukaan) sedangkan yang ada di dalam
diambil dengan mengambil sedimen yang ada kemudian diletakkan pada
saringan kemudian diayak.
4. Sampel hewan benthos yang didapat kemudian dibersihkan dan dicuci
dengan air.
5. Sampel hewan benthos kemudian diawetkan dalam botol sampel dengan
memberi larutan formalin 10% selama 24 jam, kemudian diawetkan dalam
larutan alkohol 70%.
6. Botol sampel tersebut diberi label sesuai lokasi pengambilannya (nomor
stasiun).
7. Sampel hewan benthos diamati jenis dan dihitung setiap jenisnya serta
ditimbang kemudian dicatat.
Analisa Data
Kepadatan
Kelimpahan suatu organisme dalam suatu perairan dapat dinyatakan
sebagai jumlah individu/area. Menurut Odum (1993) rumus kelimpahan (A)
adalah:
Xi
A
ni
Keterangan :
A : Kelimpahan (Individu/m2)
Xi : Jumlah individu dari jenis ke-i
ni : Luasan transek jenis ke-i ditemukan
Contoh perhitungan
Produksi Remis (Corbicula sp.)
Kelas ukuran W (mg)
Wo (mg) Wt (mg) No (ind/m)
(mm) asumsi
1.55 - 2.70 0.008 0.025 0.017 1000
2.71 - 4.20 0.026 0.034 0.03 725
4.21 - 5.75 0.035 0.048 0.105 430
Keterangan : setiap kelas ukuran berselang 30 hari (1 bulan)
Pertanyaan : 1. Hitung produksi (mg/m2/bulan)
2. Jika B= 100 mg/m2, hitung P/B ratio
Jawab:
1. Menghitung produksi Remis
Kelas ukuran = 1.55 – 2.70 mm
P = N * g *W
1 0,025
* ln 0,0379
g = 30 0,008
P = 1000 * 0,0379 * 0,017 = 0,6443
Kelas Ukuran = 2,71 – 4,20 mm
1 0,034
* ln 0,0089
g= 30 0,026
P = 725 * 0,0089 * 0,03 = 0,1936
Kelas Ukuran = 5, 06 – 5,5
1 0,048
* ln 0,0105
g = 30 0,035
P = 430 * 0,0105 * 0,116 = 0,5237
Ptotal = 0,6443 + 0,1936 + 0,5237 = 1,3616 mg/m2/hari
Ptotal 30 hari = 40,848 mg/m2
Nilai :
Paraf Asisten :
PRODUKTIVITAS SEKUNDER IKAN
Prosedur Praktikum
1. Tentukan lokasi pengambilan sampel ikan secara acak.
2. Jaring ikan diletakkan di lokasi yang telah ditentukan.
3. Semua ikan yang terjaring diambil.
4. Sampel ikan kemudian diawetkan dalam botol sampel dengan memberi
larutan formalin 10% selama 24 jam, kemudian diawetkan dalam larutan
alkohol 70%.
5. Botol sampel tersebut diberi label sesuai lokasi pengambilannya (nomor
stasiun).
6. Sampel ikan diamati jenis dan dihitung setiap jenisnya serta ditimbang
kemudian dicatat.
Analisa Data
Kelimpahan
Kelimpahan suatu organisme dalam suatu perairan dapat dinyatakan sebagai
jumlah individu/area. Menurut Odum (1993) rumus kelimpahan (A) adalah:
Xi
A
ni
Keterangan :
A : Kelimpahan (Individu/m2)
Xi : Jumlah individu dari jenis ke-i
ni : Luasan transek jenis ke-i ditemukan
Contoh
Diketahui : Tebar awal (No) = 3000 ekor
W rata-rata = 3 gram (ukuran 2 -3 cm)
Survival Rate (SR) = 90%
Harga 1 kg pakan = Rp 12.500
Jadi, Ikan tersebut akan dipanen ketika mencapai biomassa terbesar yaitu pada saat
pembudidayaan udang selama 77 hari. Pada hari ke-77 tersebut diperoleh biomassa
sebesar 84600 dengan jumlah 1800 ekor dan bobot 47 gram.
Grafik hubungan biomassa dengan kelimpahan udang
windu
90000
80000
70000
60000
Biomassa
50000
40000
30000
20000
10000
0
00 50 40 50 00 50 70 50 90 30 00 20 00
30 27 26 25 23 22 21 20 19 18 18 17 17
Jumlah
Nilai :
Paraf Asisten :
BIOINDIKATOR & SAPROBIK INDEKS PERAIRAN
Landasan teori
Benthos adalah organisme yang mendiami dasar perairan atau tinggal
dalam sedimen dasar perairan. Benthos mencakup organisme nabati yang disebut
fitobenthos dan organisme hewani yang disebut zoobenthos (Odum, 1993).Bentos
adalah hewan-hewan yang mampu hidup dengan jumlah dan jenis nutrien yang
terbatas sekaligus bersifat toleran (Isnaeni, 2002). Bentos yang relatif mudah
diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis
yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro (makrozoobentos).
Berdasarkan ukurannya, Lind (1979) mengklasifikasikan zoobenthos menjadi dua
kelompok besar yaitu mikrozoobenthos dan makrozoobenthos.
Makrozoobenthos merupakan organisme akuatik yang hidup di
dasarperairan dengan pergerakan relatif lambat dan menetap serta daur hidupnya
relatiflama sehingga hewan tersebut mempunyai kemampuan merespon kondisi
kualitasair secara terus menerus (Mason 1993).Keberadaan makrozoobenthos
tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa parameter fisik perairan, antara lain :
Substrat (sedimen), Suhu, pH dan salinitas
Tipe-tipe binatang di sungai dengan tingkat kebutuhan oksigen yang
berbeda, dapat dijadikan petunjuk berbagai tingkat pencemaran. Untuk mengukur
pencemaran, para ilmuwan dari berbagai belahan dunia telah mencoba berbagai
cara. Salah satunya adalah dengan memberi angka (skor) ‘pencemaran’ pada
binatang tersebut. Misalnya, binatang yang membutuhkan banyak oksigen terlarut
dan tidak tahan terhadap pencemaran diberi skor tertinggi (10 di dalam tabel);
sedangkan yang dapat hidup di tempat yang sangat tercemar diberi skor paling
rendah (1-2 di dalam tabel).
Binatang-binatang Petunjuk (Indikator)
Sebagian besar binatang yang hidup di sungai dan dapat menunjukkan tingkat
pencemaran di sungai tersebut, disebut ” indikator polusi”. Disini terlihat kelompok-
kelompok disusun berdasarkan toleransi (daya tahan)nya terhadap pencemaran, mulai
dari yang hanya dapat hidup di air sangat bersih, hingga yang tahan di air paling kotor.
Beberapa kelompok merupakan campuran dari indikator-indikator ini (Wetland, :
Nimfa plekoptera ( serangga-serangga bangsa Plecoptera) : baik sekali
Nimfa plekoptera (sebagian menyebutkan nimfa lalat batu) bernafas dengan insang
dan membutuhkan banyak oksigen. Serangga ini banyak dijumpai di sungai berair
deras. Mereka mampu mendorong untuk meningkatkan aliran air bila suplai oksigen
menipis, dan akan segera mati/hilang bila terjadi pencemaran. Beberapa dari
kelompok binatang ini makan tumbuhan, lainnya memakan binatang lain.
Nimfa lalat sehari (serangga-serangga bangsa Ephemeroptera) : baik sekali
Kebanyakan lalat sehari makan lumut-lumut dan tumbuhan kecil. Mereka memiliki
insang, dan sebagian besar membutuhkan kualitas air yang baik yang mengandung
banyak oksigen. Hilangnya binatang ini menandakan kualitas iar berubah. Namun,
ada satu kelompok lalat sehari perenang yang bisa bertahan dengan hanya sedikit
oksigen dan mampu berpindah ke tempat lain.
Larva ulat kantung air (serangga-serangga bangsa Trichoptea) : baik sekali dan
baik
Ada dua macam ulat kantung air. Satu hidup di dalam kantung dan lainnya tidak.
Ulat air tak berkantung mempunyai jaring pintal untuk menangkap mangsanya,
mereka umumnya pemakan daging. Ulat kantung air menggunakan bebatuan, lumpur
atau sisa-sisa tumbuhan untuk membuat kantungnya. Mereka umumnya pemakan
tumbuhan. Kedua macam binatang ini tidak menyukai tempat yang tercemar berat.
INSTRUMEN :
ALAT : BAHAN:
1. Jaring Surber 1. kantong plastik
2. Nampan Plastik 2. Karet gelang
3. Pinset 3. kertas Label
4. DO Meter
5. Multiparameter Tester
6. Tabel Skoring
7. Lup
PROSEDUR PRAKTIKUM :
Pengambilan sampel:
1. Tentukan lokasi dan titik pengambilan sampel. Setiap kelompok mengambil
di 1 stasiun dengan 3 titik pengambilan sampel( tepi kiri , tengah, tepi kanan).
2. Bagi tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok ( mengukur,
mengambil sampel, melabeli, mengamati danmencatat data)
3. Berkumpullah setiap kelompok kemudian turun ke perairan dengan hati-hati
tanpa menginjak titik yang akan di uji kualitas airnya.
4. Ukur faktor fisika air menggunakan DO meter dan multiparameter tester
tanpa merusak titik yang akan di uji.
5. Ambil jaring surber, letakkan didasar sungai pastikan berlawanan dengan
arah arus air.
6. Gesekdasar sungai yang ada didepan jaringdengan menggunakan kaki tanpa
alas kaki (menggunakan sepatu boat) sambil geser jaring melawan arus air.
7. Angkat jaring bentos kemudian tuangkan semua isnya kedalam nampan
plastik
8. Bersihkan sampeldari kotoran dan batu kemudian beri air secukupnya
selanjutnya masukkan sampel ke dalam plastik
9. letakkan kantong plastik ditelapak tangan, gerakkan dengan ibu jari untuk
mengtur kantong agar tidak terlalu kencang tekanan airnya kemudian pelintir
bagian atasnya, tekuk dan ikat dengan karet gelang agar tidak tumpah. Jangan
lupa melabeli setiap plastik!
10. Bersihkan semua alat dan perlengkapan kemudian bawa kembali
kelaboratorium ekologi dan lingkungan. Pastikan tidak ada yang tertinggal
Pengamatan
1. Letakkan nampan diatas meja, buka ikatan karet kemudian tuangkan semua
sampel kedalam nampan plastik
2. Amatisampel yang ditemukan menggunakan lup
3. Cocokkan hasil pengamatandengan gambar yang ada diposter sehingga
diketahui jenis spesiesnya
4. Masukkan hasil identifikasi(setiap spesies) dengan skor yang telah tertulis
dalam tabel.
5. Tentukan tingkat pencemaran perairan yang di uji.
ANALISIS :
Tabulasi Data
Stasiun:
Ulangan Kualitas
No Taksa SKOR RERATA
Ki Te Ka air
1 Cacing bersegmen v v 1
3 Kotor
2 Cacing pipih v v 5
Tabel 3. Standard rating berdasarkan pada BMWP score dan ASPT untuk sungai yang
berarus tenang
Habitat-poor riffles and pools
BMWPscore RatingX ASPT RatingY
121+ 7 5,0+ 7
101-120 6 4,5-4,9 6
81-100 5 4,1-4,4 5
51-80 4 3,6-4,0 4
25-50 3 3,1-3,5 3
10-24 2 2,1-3,0 2
0-9 1 0-2,0 1
Dari data diatas didapat rata-rata skor yaitu 5,7 dan dapat disimpulkan
menurut Panduan Pengenalan Invertebrata Kolam dan Sungai di Asia
Tenggara dari Wetlands perairan ini termasuk perairan dengan kualitas air
sedang (rata-rata) karena berada pada kisaran 5.0-5.9.
Nilai :
Paraf Asisten :
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro,Tri Danny,2002.Kesuburan Perairan Berdasarkan Ketersediaan dan
Distribusi Spasial Unsur Hara (N,P,dan Si) di Perairan Teluk Jakarta.
Skripsi. Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, IPB.Bogor.
Barus, T.,A. 2004. Pengantar Produktivitas Perairan. USU Press. Medan.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.
Hariyadi, S., dkk. 2005.Produktivitas Perairan:Metode Kualitas Air. Laboratorium
Produktivitas Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Priyono, Agus. 1994. Parameter-Parameter Kualitas Air. Laboratorium Analisis
Lingkungan. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas
Kahutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Basmi, J.2000. Planktonologi : Distribusi Planlton dalam perairan. Tidak
dipublikasikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
Didin.1999. Variabilitas Komunitas Makrozoobentos Disekitar Usaha Jaring
Apung di Danau Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (skripsi). Bogor:
Program studi MSP. FPIK. IPB. Tidak dipublikasikan. 58 h.
Fardiaz, S.1992. Polusi Air dan Polusi Udara.h. 5-54. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hariyadi. S, INN Suryadiputra dan B.Widigdo.1992. Limnologi : Penuntun
Praktikum dan Metode Analisa Kualitas Air. Fakultas Perikanan IPB:
Bogor.
Lumban Batu, D.T.F.1983. Ekologi Umum. Jurusan MSP. FPIK. IPB.
Luvi, D.M.2000. Aspek Reproduksi dan Kebiasaan Makan Ikan Lalawak di
Sungai Simanuk, Sumedang. FPIK, IPB. Bogor.
Muhtadi, A., M. Reza Cordova. Yonvitner. 2014. Ekologi Perairan: Suatu
Panduan Praktikum. IPB Press. Bogor
Odum,E.P. 1971. Fundamental of Ecology Oxford of University.W.B Saunders
Publishing Company Ltd, Japan.
Odum, E.P.1993. Dasar-Dasar Ekologi. Gajah Mada University Press:
Yogyakarta.
Pescod, N.B.1973. Investigation of Rational Effluent and Stream for Tropical
Countries, Asian Institute of Technology. Bangkok. Sgh.
Sutrisno, C.T.1991. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Penerbit Rineka Cipta :
Jakarta.97h.
Welch,P.S.1952. Limnology.2rd edition.Mc Graw-Hill Book Company,Inc. New
York.539 hal.
Whitton, B.A.1975. River Ecology Blackwell Scientific Publ. Oxford 125 P
WWW. Enchanted Learning Search.com.
Metode KualitasAir (LIPI)
Panduan Pengenalan Invertebrata Kolam Sungai di Asia Tenggara dari Wetlands
Metode National River Watch
Metode Riverine Quality slide
Metode LQIs (Lincoln Quality Index)