Anda di halaman 1dari 59

MODUL PRAKTIKUM

PRODUKTIVITAS PERAIRAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Peserta praktikum wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum dari awal


sampai akhir (kehadiran 100 %).
2. Praktikan yang berhalangan hadir atau karena sakit harus melapor kepada
dosen penanggung jawab praktikum (disertai dengan surat keterangan dokter
dan surat keterangan ketua jurusan MSP Fakultas Pertanian USU).
3. Praktikan harus berpakaian rapi :
- Memakai kemeja dan celana keper hitam (laki-laki)
- Memakai kemeja dan rok hitam (perempuan)
- Memakai sepatu dan kaos kaki.
- Memakai jas lab dan name tag
- Rambut wajib rapi
4. Praktikan harus hadir 5 menit sebelum kegiatan praktikum dimulai, yang
terlambat tidak diperkenankan masuk untuk kegiatan praktikum.
5. Praktikan yang tidak memenuhi “SYARAT MASUK” tidak diperkenankan
mengikuti praktikum.
6. Praktikan tidak diperkenankan meninggalkan laboratorium tanpa izin dari
Asisten Laboratorium
7. Praktikan harus tidak mengaktifkan (silent/getar) handphone.
8. Tidak ada praktikum susulan bagi mahasiswa yang berhalangan hadir tanpa
keterangan dan tidak ada nilai kuis.
9. Praktikan harus memahami buku modul praktikum dan teori mengenai
praktikum sebelum praktikum dimulai.
10. Setelah memasuki ruangan, praktikan harus mempersiapkan diri mengikuti
kuis dengan tertib.
11. Praktikan harus menjaga kebersihan, ketenangan, selama praktikum
berlangsung.
12. Tidak membuang sampah atau sisa praktikum (tisu, lap, plastik dan kertas
lainnya) pada sembarangan tempat.
13. Tidak diperkenankan merokok pada saat praktikum berlangsung.
14. Alat yang dipakai setiap kali praktikum harus dicuci bersih, baik alat yang
dibawa sendiri maupun alat yang disediakan lab. Jika ada peralatan yang
mengalami kerusakan/patah/hilang maka praktikan wajib mengganti dan
diserahkan sebelum kegiatan praktikum minggu berikutnya.
15. Praktikan wajib membuat laporan praktikum dalam bentuk buku data maupun
laporan hasil praktikum.
16. Hal-hal yang belum dimengerti dapat ditanyakan kepada asisten laboratorium
dan dosen penanggung jawab praktikum.
17. Praktikan akan menerima sanksi atas setiap bentuk pelanggaran terhadap Tata
Tertib yang telah ditetapkan.
SANKSI
1. Terlambat dari waktu praktikum yang ditetapkan tidak diperkenankan ikut quis
pada saat praktikum tersebut dan nilai quis nol.
2. Terlambat lebih dari 10 menit dengan alasan apapun tidak diperkenankan ikut
praktikum pada saat itu.
3. Praktikan yang tidak memakai jas lab dan KTM tidak dibenarkan ikut
praktikum dan quis pada hari itu.
4. Kelompok yang tidak membawa bahan praktikum secara lengkap dan sesuai
dengan materi praktikum pada hari itu tidak diperkenankan ikut praktikum dan
quis.
5. Praktikan yang tidak membawa laporan praktikum mingguan tidak
diperkenankan ikut praktikum dan quis.
6. Dua kali melakukan pelanggaran baik keterlmbatan maupun tidak membawa
bahan praktikum dianggap gagal melakukan praktikum (Nilai E).

PENILAIAN
1. Praktikum mata kuliah Produktivitas Perairan memiliki bobot 1 sks terpisah
dari perkuliahan Produktivitas Perairan.
2. Nilai praktikum terdiri dari kehadiran, quis, laporan, keaktifan dan ujian
praktikum.
3. Nilai laporan adalah nilai yang berasal dari laporan yang dikerjakan secara
perorangan dan kelompok.
4. Nilai aktifitas adalah nilai keaktifan selama praktikum berlangsung.
SILABUS PRAKTIKUM
Pertem
Tujuan Instruksional Khusus Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan
uan
Mahasiswa dapat mengetahui jenis dan
fungsi alat-alat yang dipakai dalam Pengantar Kontrak praktikum dan
1
pengambilan, penanganan dan analisa praktikum pengenalan alat
produktivitas dan kesuburan perairan
Mahasiswa dapat melakukan
1) pendugaan produktivitas perairan
dengan pengukuran metode botol gelap
2 dan botol terang
Metode oksigen
2) perhitungan NPP (Net Primary
Productivity), GPP (Gross Primary
Productivity), R (Respiration rate) dan
Stratifikasi PP dan P/R ratio Pendugaan
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran produktivitas
klorofil dalam penentuan produktivitas primer perairan
Pendugaan kesuburan
3 perairan serta dapat menduga kesuburan
perairan dengan TSI
perairan dengan metode Tropic Status Index
(Carlson, 1977)
Mahasiswa dapat melakukan perhitungan Doubling time dan
5
dan pendugaan produktivitas tanaman air standing crop tanaman air
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Blooming algae dan
6
fenomena bloming algae dan tumbuhan air tumbuhan air
Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik
Mikro
7 mikro ekosistem dan organisme Mikro ekosistem
ekosistem
penyusunnya
Mahasiswa dapat melakukan pendugaan
8 Produktivitas zooplankton
produktivitas dan biomass zooplankton
Pendugaan
Mahasiswa dapat melakukan pendugaan produktivitas
9 Produktivitas benthos
produktivitas dan biomass benthos skunder
perairan
Mahasiswa dapat melakukan pendugaan
10 Produktivitas ikan
produktivitas dan biomass ikan
Mahasiswa dapat menentukan status
11 Bioindikator
kualitas air berdasarkan bioindikator
Mahasiswa dapat melakukan perhitungan Bioindikator
12 dan menentukan status kualitas air Indeks saprobik
berdasarkan indeks saprobik
Mahasiswa dapat melakukan persiapan,
pengambilan data, pengukuran dan analisis Pendugaan produktivitas,
13 Fieldtrip
data terkait produktivitas, kesuburan dan kesuburan dan kualitas air
kualitas air secara biologis
Mahasiswa terampil menyampaikan
14 Laporan akhir Diskusi dan presentasi
laporan, gagasan dan ide
15 Evaluasi akhir semester UAS
PENGENALAN ALAT
Teori Dasar
Alat-alat Pengukuran Faktor Fisika Perairan
1. Kecerahan
Pengukuran kecerahan menggunakan alat yang disebut keping secchi
(sechhi disk). Alat Secchi adalah keping berbentuk keping berbentuk lingkaran
bergaris tengah 20 cm yang terbagi 4 bagian dengan warna hitam dan putih
berselang seling setiap bagiannya. Skala kecerahan aalat secchi adalah suatu batas
kedalaman yang menyebabkan hilangnya warna dari pandangan pada saat alat
tersebut dibenamkan. Keping secchi juga dapat dibuat sendiri oleh mahasiswa.

Gambar Keping Secchi

2. Suhu
Alat yang digunakan dalam pengukuran suhu adalah thermometer.
Thermometer terdiri dari beberapa jenis yaitu thermometer alkohol, thermometer
air raksa, thermometer digital dan lain-lainnya.

Gambar Termometer

3. Padatan Terlarut Total (TDS)


Padatan terlarut total atau Total Dissolved Solid (TDS) adalah bahan-bahan
terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas saring Milipore dengan
ukuran pori-pori (porousity) 0,45 mikron.

Gambar Kertas Saring


Alat-Alat Pengukur Faktor Kimia Perairan
1. Oksigen Terlarut (DO)
Penentuan oksigen terlarut dalam sauatu perairan dapat dilakukan dengan
menggunakan metode winkler atau juga menggunakan DO meter.

Gambar DO Meter

2. pH (potential of hydrogen)
Derajat keasaman atau pH dapat di ukur dengan menggunakan pH meter,
pH indikator. Pada umumnya yang digunakan adalah pH meter namun harga alat
ini terbilang mahal.

Gambar pH meter Gambar pH indicator


Alat-Alat yang Digunakan Penentuan Parameter Biologi
1. Plankton
Pengambilan sampel plankton dengan mengunakan plankton net. Dengan
prinsip kerja menyaring air sampel.

Gambar Plankton Net


2. Benthos
Pengambilan sampel benthos dengan menggunakan surber net. Dimana
substrat dasar perairan disaring menggunakan surber net ini.

eckman grab surber net

Gambar alat pengambil benthos

Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui jenis dan fungsi
alat-alat yang dipakai dalam pengambilan, penanganan dan analisa kulaitas air
baik fisika, biologi, maupun kimia.

Prosedur kerja
Mahasiswa memperhatikan penjelasan fungsi masing-masing alat dan cara
kerja alat oleh asisten.
PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PRIMER DENGAN
METODE OKSIGEN

Teori Dasar
2.1. Produktivitas Primer
Produktivitas primer adalah laju pembentukan senyawa-senyawa organik
yang kaya energi dari senyawa-senyawa anorganik. Umumnya produktivitas
primer dianggap sebagai padanan fotosintesis, walaupun sejumlah kecil
produktivitas dapat dihasilkan oleh bakteri kemosintetik (Nybakken 1992).
Jumlah seluruh bahan organik yang terbentuk dalam proses produktivitas primer
disebut produksi primer kotor (gross primary production), atau produksi total,
sedangkan hasil produksi sisa respirasi tumbuhan disebut sebagai produksi primer
bersih (net primary production).
Produktivitas dinyatakan dalam jumlah gram karbon per m2 per hari
(g/m2/hari) atau per tahun (g/m2/tahun). Odum (1996) menambahkan
produktivitas primer di suatu sistem ekologi sebagai laju penyimpanan energi
radiasi melalui aktivitas fotosintesis dan kemosintesis dari produser atau
organisme (terutama tumbuhan hijau) dalam bentuk bahan organik yang dapat
digunakan sebagai bahan pakan. Sejalan dengan Nontji (2006), produktivitas
primer dalam artian umum adalah laju produksi bahan organik (dinyatakan dalam
C=karbon) melalui reaksi fotosintesis per satuan volume atau luas suatu perairan
tertentu.
Menurut Sumich (1992), aliran energi dalam ekosistem perairan dimulai
dengan fiksasi energi oleh fitoplankton melalui proses fotosintesis. Proses
fotosintesis terjadi baik di atas permukaan laut, di darat, di air tawar maupun di
dalam laut (Romimohtarto et al. 2001). Sinar matahari bergabung dengan
komponen-komponen kimiawi dalam air untuk menghasilkan jaringan tumbuh-
tumbuhan hidup dengan reaksi kimia sederhana. Reaksi kimia ini terjadi pada
semua jasad fotosintetik dan merupakan dasar bagi semua kehidupan di peraiaran,
kecuali bakteri tertentu dan biota laut yang mampu berkemosintesis atau membuat
makanan tanpa bantuan sinar matahari. Melalui proses ini fitoplankton
mengakumulasi energi, energi yang diakumulasi oleh fitoplankton inilah yang
disebut produksi atau secara lebih spesifik disebut produksi primer.
Fitoplankton merupakan kelompok yang memegang peranan sangat
penting dalam ekosistem air, karena kelompok ini dengan adanya kandungan
klorofil mampu melakukan fotosintesis. Dalam ekosistem air hasil dari fotosntesis
yang dilakukan oleh fitoplankton bersama dengan tumbuhan air lainnya disebut
sebagai Produktivitas primer. Fitoplankton hidup terutama pada lapisan perairan
yang mendapat cahaya matahari yang dibutuhkan untuk melakukan proses
fotosintesis. Kepadatan zooplankton disuatu perairan lotik jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan fitoplankton. Pengaruh kecepatan arus terhadap zooplankton
jauh lebih kuat dibandingkan pada fitoplankton. Temperatur yang relatif hangat
juga sangat mendukung keberadaan fitoplankton (Barus 2004).
Cara yang umum dipakai dalam mengukur produktivitas primer suatu
perairan adalah dengan menggunakan metode botol gelap dan botol terang. Botol
terang dipakai untuk mengukur laju fotosintesis yang disebut juga sebagai
produksi primer kotor (gross primary production), sementara botol gelap
digunakan untuk mengukur laju respirasi.
Produktivitas primer dapat diukur sebagai GPP dan/atau NPP. Hubungan
diantara keduanya dapat dinyatakan sebagai :
NPP = GPP – R
R = O2 awal – O2 akhir pada botol gelap
GPP = O2 akhir pada botol terang – O2 akhir pada botol gelap
Untuk mengubah nilai mg/L oksigen menjadi mg C/m3, maka nilai dalam mg/L
dikalikan dengan faktor 375,36. Hal ini akan menghasilkan mg C/m3 untuk jangka
waktu pengukuran. Untuk mendapatkan nilai produktivitas dalam satuan hari,
maka nilai per jam harus dikalikan dengan 12, mengingat cahaya matahari hanya
selama 12 jam per hari (Barus 2004).

2.2. Intensitas Cahaya


Cahaya merupakan sumber energi utama dalam ekosistem perairan. Di
perairan cahaya memiliki dua fungsi utama yaitu pertama memanasi air sehingga
terjadi perubahan suhu dan berat jenis (densitas) yang selanjutnya menyebabkan
terjadinya percampuran massa dan kimia air, dan yang kedua cahaya merupakan
sumber energi bagi proses fotosintesis alga dan tumbuhan air. Apabila penetrasi
cahaya dalam perairan semakin besar akan menyebabkan semakin besarnya
daerah berlangsungnya fotosintesis, sehingga kandungan oksigen terlarut masih
relatif tinggi pada lapisan air yang lebih dalam (Jeffries dan Mills 1996).

Gambar 1. Diagram menunjukkan hubungan antara produktivitas dan intensitas


cahaya. Pmax = Produktivitas maksimum; Ic = Intensitas cahaya pada titik
kompensasi; Iopt = Intensitas cahaya pada Pmax; R = Respirasi; Pn =
Produktivitas bersih; Pg = Produktivitas kotor (Nontji 2006)
Hubungan antara intensitas cahaya dan produktivitas primer perairan
sangat nyata, dimana peningkatan intensitas cahaya secara proporsional sebanding
dengan peningkatan produktivitas primer. Semakin meningkatnya intensitas
cahaya akan mengakibatkan proses fotosintensis juga semakin meningkat sampai
mencapai puncak dimana cahaya dalam kondisi jenis (Riley dan Chester 1971).
Umumnya fotosintesis bertambah sejalan dengan bertambahnya intensitas cahaya
sampai pada suatu nilai optimum tertentu (cahaya saturasi). Di atas nilai tersebut
cahaya merupakan pembatas bagi fotosintesis (cahaya inhibisi). Semakin ke
dalam perairan intensitas cahaya akan semakin berkurang dan merupakan
penghambat sampai pada suatu kedalaman dimana fotosintesis sama dengan
respirasi (Neale 1987). Kedalaman perairan dimana proses fotosintesis sama
dengan proses respirasi disebut kedalaman kompensasi yang intensitas cahayanya
tinggal 1% dari intensitas di permukaan perairan.

Gambar 2. Diagram menunjukkan sebaran vertikal produktivitas fitoplankton.


Produktivitas maksimum (Pmax) dijumpai pada kedalaman di bawah permukaan.
Kedalaman kompensasi terdapat pada kedalaman dimana produktivitas seimbang
dengan respirasi. Zona eufotik terdapat mulai dari permukaan hingga kedalaman
kompensasi (Nontji 2006).

2.3. Tujuan Praktikum


Tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah untuk menentukan nilai GPP, R,
dan NPP berdasarkan nilai DO pada botol inisial (BI), botol gelap (BG), dan botol
terang (BT), mengubah nilai mg O2 menjadi mg C produktivitas primer selama
periode inkubasi serta menentukan GPP, NPP, dan R harian dengan asumsi
intensitas cahaya dalam sehari (Lt) = 750 Langley, serta selama periode inkubasi 3
jam = 250 Langley, 4 jam = 350 Langley, dan 6 jam = 450 Langley.
2.4. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu botol BOD, kayu
penyangga, tali sol putih, plastik bening dan gelap, pipet volumetrik, Erlenmeyer,
gelas ukur, spidol dan kertas label, sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara
lain: air contoh yang diinkubasi dan reagen untuk aanlisi DO (MnSO4, NaOH+KI,
H2SO4, amilum dan Na-thiosulfat) dengan metode Winkler.

2.5. Metode Kerja


Pengukuran produktivitas primer di kolam perpustaan USU dilakukan
dengan menggunakan metode oksigen. Pertama yang harus dilakukan adalah
siapkan sedikitnya 7 botol standar BOD (size 300 ml), satu dari botol tersebut
dilapisi plastik gelap, 2 botol dengan satu lapis plastik putih, 2 botol dengan dua
lapis plastik putih, botol terang, dan botol inisial. Kemudian memasukkan air
sampel ke dalam botol BOD tersebut, botol BOD yang digunakan untuk
kelompok 1 adalah botol terang. Air sampel diambil pada satu titik dengan hati-
hati agar tidak terjadi gelembung udara. Selanjutnya botol BOD tersebut
diinkubasi selama 4 jam dalam kolam dengan posisi botol BOD horizontal dan
tenggelam dalam air kecuali pada botol inisial yang langsung dilakukan analisis
DO. Setelah diinkubasi selama 4 jam, botol BOD diangkat dan diberikan
dilakukan anlisis DO dengan metode Winkler ( penambahan 2 ml MnSO4 dan 2
ml NaOH+KI dengan menggunakan pipet volumetrik. Kemudian botol ditutup
dan kocok dengan membolak-balik botol hingga mengendap. Setelah itu
tambahkan 2 ml H2SO4kocok dengan cara yang sama hingga semua endapan larut.
Setelah itu, 50 ml air sampel diambil dengan menggunakan gelas ukur dan
masukkan ke dalam gelas Erlenmeyer. Titrasi dengan Na-thiosulfat hingga terjadi
perubahan warna dari kuning tua menjadi kuning muda, kemudian tambahkan 3-4
tetes indikator amilum hingga terbentuk warna biru. Lanjutkan titrasi dengan Na-
thiosulfat hingga air sampel menjadi tidak berwarna (bening). Hal yang sama
dilakukan untuk botol BOD tanpa inkubasi sebagai botol inisial. Perubahan
volume Na-Thiosulfat yang dipakai dicatat sebagai volume titran yang terpakai.

2.6. Analisis Data


2.6.1 Perhitungan Nilai Oksigen Terlarut (DO)
Perhitungan nilai oksigen terlarut (DO) di perairan didapat berdasarkan
rumus sebagai berikut :
(Vtitran)( Nthio)  8  1000
DO 
VbotolBOD  mlreagen
Vsampel  ( )
VbotolBOD
2.6.2 Perhitungan Produktivitas Primer
Produktivitas primer dapat diukur sebagai produktivitas kotor dan atau
produktivitas bersih, hubungan diantara keduanya dapat dinyatakan sebagai
berikut :
NPP = GPP – R
R = O2 awal – O2 akhir pada botol gelap
GPP = O2 akhir pada botol terang – O2 akhir pada botol gelap
Konversi satuan dari mgO2/L menjadi mgC/L
GPP = 0,375 (I-D) PQ
NPP = 0,375 (L-D) PQ
R = 0,375 (I-D) RQ
Asumsi nilai PQ = 1,2 dan RQ = 1

2.6.3 Produktivitas Primer dalam Sehari


Nilai produktivitas primer dalam sehari didapatkan dari rumus sebagai
berikut :
𝐿𝑡 𝑥 𝑃𝑖
𝑃𝑡 =
𝐿𝑖
Keterangan :
Pt = Produktivitas primer total selama sehari;
Lt = Intensitas cahaya total yang jatuh di permukaan kolam atau danau
dalam sehari (satuan: Langley);
Pi = Produktivitas primer selama peniode inkubasi (misal 4 jam);
Li = Intensitas cahaya yang jatuh di permnukaan kolam atau danau selama
periode inkubasi.

Contoh Perhitungan
Diketahui suatu danau dengan kedalaman 17 meter. Hitung produktivitas
primer pada tiap kedalaman.
0m

I = 27,5 0C 6m Epilimnion

II = 21 0C
9m Thermoklin

III = 19 0C
Hipolimnion

17 m

Stratifikasi suhu berdasarkan kedalaman :


20 0C 29 0C
Suhu

K
6m
e

d 9m

l
17 m
a

 Lapisan I
Diketahui : DOI = 6,2 mg/L
DOG = 5,5 mg/L
DOT = 7,5 mg/L

GPP = BT – BG = 7,5 – 5,5 = 2 mg/L


NPP = BT – BI = 7,5 – 6,2 = 1,3 mg/L
R = BI – BG = 6,2 – 5,5 = 0,7 mg/L

R = 375 (BI – BG) RQ


= 375 (6,2 – 5,5) 1 = 375,7 mgC/m3/t

GPP = 375 (BT – BG) RQ


= 375 (7,5 – 5,5) 1 = 750 mgC/m3/t

( BT  BI ) 375 375 (7,5  6,2)


  487,5 mgC / m 3 / t
NPP = PQ 1

 Lapisan II
Diketahui : DOI = 2,9 mg/L
DOG = 1,3 mg/L
DOT = 3,5 mg/L

GPP = BT – BG = 3,5 – 1,3 = 2,2 mg/L


NPP = BT – BI = 3,5 – 2,9 = 0,6 mg/L
R = BI – BG = 3,5 – 2,9 = 1,6 mg/L

R = 375 (BI – BG) RQ = 375 (2,9 – 1,3) 1 = 600 mgC/m3/t

GPP = 375 (BT – BG) RQ = 375 (3,5 – 1,3) 1 = 825 mgC/m3/t

( BT  BI ) 375 375 (3,5  2,9)


  225 mgC / m 3 / t
NPP = PQ 1

PQ = RQ = 1 diasumsikan jika hanya karbohidrat saja yang dianabolisme


dan dikatabolisme

 Satuan masih dalam mgO2/L/lamanya waktu inkubasi. Nilai ini dapat


dikonversi ke dalam satuan mgC/L/lama waktu inkubasi atau mgC/m3/t.

 Lapisan III
Diketahui : DOI = 0,4 mg/L
DOG = 0,2 mg/L
DOT = 0,8 mg/L
GPP = BT – BG = 0,8 – 0,2 = 0,6 mg/L
NPP = BT – BI = 0,8 – 0,4 = 0,4 mg/L
R = BI – BG = 0,4 – 0,2 = 0,2 mg/L

R = 375 (BI – BG) RQ = 375 (0,4 – 0,2) 1 = 75 mgC/m3/t

GPP = 375 (BT – BG) RQ = 375 (0,8 – 0,2) 1 = 225 mgC/m3/t

( BT  BI ) 375 375 (0,8  0,4)


  150 mgC / m 3 / t
NPP = PQ 1
LAPORAN PRAKTIKUM
PRODUKTIVITAS PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :
PENENTUAN KLOROFIL-A DAN PENDUGAAN KESUBURAN
PERAIRAN DENGAN TSI (Tropical State Index)

Teori Dasar
Indeks Status Trofik (Trophic State Index/TSI) yang dikemukakan oleh
Carlson (1977) merupakan indeks yang dikembangkan untuk mengetahui tingkat
kesuburan perairan danau berdasarkan beberapa parameter yang berpengaruh
sehingga memudahkan dalam mengetahui kondisi perairan danau. Sedangkan
Indeks kimia Kirchoff (1991) telah banyak digunakan untuk mengklasifikasikan
status pencemaran yang disebabkan oleh pencemaran bahan organik di sungai
seperti yang pernah dilakukan pada Sungai Citarum Hulu (Suryono & Sudarso
2000). Indeks tersebut cukup sederhana dan mudah untuk diterapkan.
Klorofil-a merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan
produktivitas primer di perairan. Konsentrasi klorofil-a di atas 0,2 mg/m3
menunjukkan adanya kehidupan fitoplankton yang memadai untuk
mempertahankan kelangsungan perkembangan perikanan. Sementara itu klorofil
terdapat di dalam fitoplankton. Klorofil berperan untuk mengikat cahaya matahari.
Fitoplankton dalam proses fotosintesis membutuhkan nutrien (baik mikro maupun
makro) dan cahaya matahari. Di perairan cahaya akan berkurang dengan
bertambahnya kedalaman, sehingga kelimpahan fitoplankton berbeda dengan
bertambahnya kedalaman, maka kandungan klorofil-a akan berbeda dengan
bertambahnya kedalaman (Sinurat, dkk., 2013).
Klorofil-a sangat menentukan produktivitas primer di perairan.Sebaran
dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan kondisi
geografis suatu perairan. Beberapa parameter fisik-kimia yang mengontrol dan
mempengaruhi sebaran klorofil-a adalah intensitas cahaya, nutrien. Perbedaan
parameter fisika-kimia tersebut secara langsung merupakan penyebab
bervariasinya Produktivitas Primer di beberapa tempat di laut. Selain itu,
“grazing” juga memiliki peran besar dalam mengontrol konsentrasi klorofil-a di
perairan (Sitorus, 2009).
Apabila faktor abiotik terganggu maka faktor biotik, terutama sekali
fitoplankton sebagai dasar rantai makanan akan ikut terganggu.
Ketidakseimbangan faktor abiotik dengan biotik akan berpengaruh terhadap
kondisi perairan. Terganggunya kondisi perairan dapat diketahui dari tingkat
kesuburan yang semakin rendah.Kadar klorofil-a juga dapat digunakan sebagai
biomonitoring kualitas dan kesuburan perairan (produktivitas perairan). Semua
fitoplankton memiliki klorofil terutama sekali klorofil-a. Klorofil berfungsi
sebagai katalisator dan penyerap energi cahaya matahari. Dengan demikian proses
produksi zat organik dari zat anorganik dalam fotosintesis tidak akan terjadi
apabila tidak ada klorofil. Semakin tinggi kadar klorofil menandakan tingginya
kelimpahan fitoplankton di perairan (Fitra, dkk., 2013).
Klorofil tediri dari kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam
tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu serta merefleksikan cahaya
hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Terdapat dalam
kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-
reaksi cahaya dalam proses fotosintesis. Klorofil-a merupakan salah satu bentuk
klorofil yang terdapat pada semua tumbuhan autotrof. Klorofil-b terdapat pada
ganggang hijau Chlorophyta dan tumbuhan darat. Klorofil-c terdapat pada
ganggang coklat Phaeophyta serta diatome Bacillariophyta (Sitorus, 2009).

Tujuan Praktikum
Pada kegiatan praktek ini diharapkan mahasiswa dapat melakukan
pengambilan dan analisis laboratorium klorofil a dan dapat menduga produktivitas
perairan dengan analisis klorfil serta menduga tingkat kesuburan perairan dengan
TSI (tropical state index).

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ember, botol sampel,
botol Winkler, cool box, GPS (Global Positioning System), keping sechi, pH
meter, pipet tetes, spektrofotometer, plankton net, spit, termometer, kamera
digital, botol kuvet, centrifuge, pompa vakum dan alat tulis.
Bahan yang digunakan yaitu Sampel air, lugol, aquades, larutan Amstrong
reagen, Brucine Sulfat Acid, H2SO4, MnSO4, KOH-KI, serta Na2S2O3,
Aluminium foil, larutan aseton, amilum, kertas label, tisu, kertas saring Whatman
0,45µm.

Pengukuran Klorofil-a
Pengukuran konsentrasi klorofil-a dilakukan di Balai Teknis Kesehatan
Lingkungan. Metode kerja pengukuran konsentrasi klorofil-a yaitu diambil 1000
ml sampel air, disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman CNM 0, 45
µm, Selanjutnya dimasukkan ekstrak dengan 10 ml larutan aseton, diaduk sampai
campuran berwarna hijau, diukur absorban klorofil-a dengan Spektrofotometer
pada ƛ = 664, 647 dan 630 nm.

Pengukuran Kelimpahan Fitoplankton


Pengukuran kelimpahan fitoplankton dilakukan di Laboratorium Terpadu
Manajemen Sumberdaya Perairan. Sampel air diambil dengan menggunakan
ember 10 L sebanyak 10 kali kemudian dituang kedalam plankton net. Air yang
tersaring dimasukkan ke dalam botol film yang berlabel kemudian diberikan
lugol 4% sebanyak 3 – 4 tetes. Selanjutnya untuk identifikasi fitoplankton sampel
diambil menggunakan pipet tetes lalu dituang ke Sedgwick Rafter dan diamati
menggunakan mikroskop.
Menghitung Nilai Klorofil-a
Menurut Geiger dan Osborne (1992), untuk menghitung nilai konsentrasi
klorofil-a dihitung dengan rumus:
Klorofil-a (mg/L) = 11.58 (OD664) ̶ 1.54 (OD647) ̶ 0.08 (OD630)
Ca × V1
Konsentrasi Klorofil-a (mg/m3) = V2
Keterangan:
11.58 = Koefisien absorbs pada λ 664
1.54 = Koefisien absorbs pada λ 647
0.08 = Koefisien absorbs pada λ 630
V1 = Volume ekstrak aseton (L)
V2 = Volume sampel yang disaring (m3)
Ca = Konsentrasi klorofil a (mg/L)

Menghitung Kelimpahan Fitoplankton


Perhitungan kelimpahan fitoplankton per liter dilakukan dengan
menggunakan formulasi APHA (2005), yaitu:
1 B D
N (ind/m3) = × × × Fp × n awal
A C E
Keterangan:
N = Kelimpahan individu fitoplankton (individu/m3)
n awal = Jumlah sel yang teramati (individu)
A = Luas yang dikerik (m3)
B = Volume contoh air tersaring (ml)
C = Volume air dalam Sedwgwick Rafter Counting Cell (ml)
D = Luas penampang Sedwgwick Rafter Counting Cell (mm2)
E = Luas yang diamati 1000 1000 mm2)
FP = Faktor pengencer

Menghitung Trofik Perairan


Menurut Prasad dan Siddaraju (2012) dalam Carlson (1977) Indeks Status
(Trophic State Index/TSI) merupakan indeks yang dikembangkan untuk
mengetahui tingkat kesuburan perairan danau berdasarkan beberapa parameter
yang berpengaruh sehingga memudahkan dalam mengetahui kondisi perairan
danau. Trofik suatu perairan dapat dihitung dengan rumus berikut:
1. Trofik Perairan untuk Klorofil-a = 9.81 ln Klorofil-a (µg/l)+30.6
2. Trofik Perairan untuk Kedalaman = 60-14.41In kedalaman ( Meters)
3. Trofik Perairan untuk Fosfat =14.42 ln Total Fosfat (µg /L) + 4.15
4. Rata-rata Trofik Perairan =
Trofik fosfat+Trofik Klorofil+Trofik kedalaman
3
LAPORAN PRAKTIKUM
PRODUKTIVITAS PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten
DOUBLING TIME DAN STANDING CROP TANAMAN AIR

Landasan teori
Tumbuhan air mempunyai peranan yang penting dalam perairan. Tumbuhan air
melakukan fotosintesis yang menyumbang oksigen terlarut dalam perairan, sebagai
tempat hidup bagi biota air seperti cacing, perifiton dan larva ikan, penstabil lingkungan
perairan, meningkatkan pengendapan, sebagai pembersih dan penjernih air, penyebar
organisme, penyerap nutrien dan juga memiliki nilai estetika sehingga banyak juga
digunakan sebagai tanaman hias.
Waktu penggandaan adalah periode waktu yang dibutuhkan untuk suatu
kwantitas untuk menggandakan ukuran atau nilai. Hal ini diberlakukan bagi pertumbuhan
populasi, inflasi, sumber daya, konsumsi barang-barang, bunga majemuk, volume, dan
banyak hal lain yang cenderung tumbuh dari waktu ke waktu. kwantitas mengalami
pertumbuhan bersifat exponen ( juga dikenal sebagai pertumbuhan geometris) dan
mempunyai suatu waktu penggandaan atau periode tetap yang dapat dihitung secara
langsung dari laju pertumbuhan tersebut.
Produksi primer dari tumbuhan air dapat diukur dari besarnya energi yang
dihasilkan selama waktu tertentu dalam luasan tertentu. Pertumbuhan biomassa adalah
penambahan materi tumbhan yang dapat dinyatakan dalam waktu berganda. Azolla
spp.merupakan tanaman air yang memiliki kecepatan tumbuh sangat besar dan bila
dibiarkan dalam perairan yang subur maka kemungkinan tanaman air ini akan menjadi
gulma karena Azolla spp. termasuk tanaman air yang dapat dan cepat menyerap unsur
hara dalam perairan.
Lemna adalah salah satu tumbuhan air penting. Tumbuhan ini dapat dijadikan
pakan ternak karena mengandung protein yang tinggi, tetapi tumbuhan ini juga bisa
menjadi gulma, jika pertumbuhannya tidak terkontrol. Lemna tidak mempunyai batang
dan daun yang jelas, terdiri atas daun-daun yang datar, sangat kecil, berbentuk oval, dan
berdiameter hanya beberapa milimeter. Ukurannya yang kecil membuatnya mudah
dipanen dan ditangani.

Tujuan
Praktikum doubling time bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan
yang diberi pupuk ml untuk menggandakan jumlah daun dan mengetahui persen
penutupannya.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan antara lain nampan, gelas ukur 250 ml plastik transparansi,
spidol permanen, dan penggaris. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Lemna sp,
Azolla dan Pistia air tersaring dari kolam BDP sebanyak 750 ml, pupuk daun vitablum 94
ml.

Prosedur Kerja
Persiapan media dimulai dengan meletakkan plastik transparansi yang sudah
diberi ukuran berupa kotak-kotak dengan spidol permanen ke dalam nampan plastik.
Setelah itu akuades dimasukkan ke nampan sebanyak 750 ml, lalu ditambah dengan
pupuk NPK sebanyak 100 ml. Kemudian tanaman air dimasukkan ke nampan sebanyak
20% dari luas penutupan nampan dan jumlah daunnya dihitung sebagai Ho. Setelah itu
tanaman air diletakkan di tempat terbuka yang cukup sinar matahari, lalu diamati persen
penutupan dan jumlah daun pada hari ke 3 (sebagai H3) dan hari ke 7 (sebagai H7).

C. Analisis Perhitungan
Ln 2
Doubling time 
Ln Xt - Ln Xo
t
Keterangan :
Xt : Jumlah daun pada waktu ke-t hari
Xo : Jumlah daun pada awal pengamatan
T : Hari pengamatan

Jumlah kotak yang ditutupi daun


Persen penutupan   100%
Jumlah kotak tota l

Standing crop = Bobot/ luas

Contoh
Tabel 1. Luas penutupan tumbuhan air Salvinia sp
Luas Penutupan Doubling time
Waktu Pengamatan 2
(cm ) (hari)
7 April 2009 225
4 Mei 2009 1975 3.471429 ≈ 3.5
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR PRODUKTIVITAS PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :
MIKRO EKOSISTEM

Landasan teori
Mikroekosistem merupakan suatu bentuk miniatur yang menggambarkan
ekosistem suatu perairan yang dipersiapkan untuk mendapatkan gambaran
sederhana tentang hubungan timbal balik atau interaksi antara komponen biotik
dengan komponen abiotik yang terjadi di dalamnya. Di dalam komponen abiotik
terdapat interaksi antar elemen yang akan memunculkan suatu kondisi yang dapat
mendukung ataupun menghambat kelangsungan keberadaannya. Hal ini bisa
dikatakan dalam faktor biotik terdapat interaksi melalui berbagai reaksi fisika,
kimia, dan fisikokimia sehingga dalam ekosistem tersebut, organisme atau biota
dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai
suatu sistem. Oleh karena itu, di dalam ekosistem tersebut muncul suatu kondisi
yang dapat menunjang ataupun menghambat kelangsungan keberadaan biota di
dalamnya. Selain itu, dalam komponen biotik juga terdapat interaksi
antarkelompok ataupun di dalam kelompok penyusun suatu komunitas.
Bentuk kegiatan atau percobaan mikroekosistm ini berupa penumbuhan
fitoplankton alam dalam media (berupa akuarium) yang diberi tambahan berbagai
unsur hara atau pupuk. Oleh karena itu, melalui percobaan ini akan diperoleh
gambaran mengenai adanya proses dekomposisi, mineralisasi, fotosintesis, serta
perkembangan dan suksesi komunitas fitoplankton. Selain itu, diperoleh juga
gambaran mengenai suatu kondisi yang dapat menunjang ataupun menghambat
kelangsungan keberadaan biota yang hidup di dalamnya.

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air baik secara fisika,
seperti pH, suhu, DO maupun kimia (nutrien), seperti orthoposphat, ammonia, dan
nitrat. Serta untuk mengetahui kelimpahan plankton di dalam suatu
mikroekosistem.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah dua wadah (akuarium)
dengan kapasitas minimum 15 L, plastik hitam, DO meter, pH meter, plankton
net, botol contoh, mikroskop, SRC, pipet, tissue , beaker glass, kertas saring,
gelas piala, dan kain. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu air kolam yang telah
disaring (untuk mengurangi plankton) minimum 15 L, reagen untuk analisis unsur
hara, contoh plankton yang telah dimampatkan sebagai inokulan, lugol, serta
pupuk kandang kotoran ayam.

Metode Kerja
Akuarium yang akan digunakan dalam praktikum ini dibersihkan terlebih
dahulu. Akuarium yang telah bersih kemudian diisi dengan air yang telah
diendapkan terlebih pada hari ke 3. Sebanyak 50 gram pupuk kandang kotoran
ayam ditimbang dan dimasukkan pada masing-masing akuarium sebesar 25 gram
yang sebelumnya dimasukkan dalam kain dan diikat. Kedua akuarium di beri
plastik hitam. Pada hari ke 7 akuarium diisi lai dengan air hingga mecapai volume
15 L, kemudian akuarium di beri inokulan. Salah satu akuarium diberikan plastik
hitam di sepanjang sisi-sisinya, sedangkan akuarium yang lain tidak diberikan
plastik dan dianggap sebagai akuarium terang. Kemudian dilakukan pengamatan
jenis dan kelimpahan plankton sebanyak 5 kali yaitu hari ke-4, 7, 11, 14 dan 18
dengan pencacahan plankton dengan metode strip, analisis kualitas air (pH, suhu
dan DO) yang dilakukan pada pagi dan siang hari (pukul 06.00 dan 12.00 WIB)
dengan pH meter dan DO meter pada hari ke-0, 4, 11, 14, dan 18 serta unsur hara
(ortophosfat, nitrat dan amonia) pada hari ke-4, 11 dan 18.

3.4. Analisis Data


3.4.1 Kelimpahan Plankton
Berikut ini adalah perhitungan kelimpahan dengan metode strip :

𝑉𝑡 (𝑚𝑙) 𝐴𝑐𝑔 (𝑚𝑚2 ) 1


N (ind/L) = n (ind) x 𝑉𝑐𝑔 (𝑚𝑙) x x 𝑉𝑑 (𝐿)
𝐴𝑎 (𝑚𝑚2 )
Keterangan:
n = Jumlah contoh yang teramati
Vt = Volume konsentrasi pada botol contoh
Vcg = Volume cover glass
Acg = Luas cover glass
Aa = Luas amatan
Vd = Volume disaring

3.4.2 Ammonia
Berikut ini adalah perhitungan kadar ammonia:
Kadar ammonia (mg N/L) = C * fp
Keterangan :
C = Kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L)
fp = faktor pengenceran

3.4.3 Nitrat
Berikut ini adalah perhitungan kadar nitrat:
Kadar nitrat (mg N/L) = C * fp
Keterangan :
C = Kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L)
fp = faktor pengenceran
3.4.4 Orthofosfat
Berikut ini adalah perhitungan kadar orthofosfat:
Kadar orthofosfat (mg P/L) = C * fp

Keterangan :
C = Kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L)
fp = faktor pengenceran
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR PRODUKTIVITAS PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :
PRODUKTIVITAS SKUNDER ZOOPLANKTON

Landasan teori
Ekosistem merupakan suatu sistem kehidupan yang menempati area dan dalam
kurun waktu tertentu dimana didalamnya terdapat interaksi antara komponen biotik
dengan komponen abiotik. Pada ekosistem terdapat suatu pola trophic level yang terdiri
atas produsen, konsumen tingkat pertama, konsumen tingkat kedua, dan seterusnya
dimana antara trophic level tersebut terjadi aliran energi dari tingkat tropik terendah ke
tingkat tropik yang lebih tinggi.perpindahan energi ini memiliki manfaat bagi organisme
di dalam ekosistem tersebut untuk proses pertumbuhan maupun proses fisiologis lainnya.
Produksi sekunder adalah bahan oganik yang dihasilkan oleh organisme
konsumen, sedangkan produktivitas sekunder adalah laju pemanfaatan bahan organik
secara kimiawi oleh suatu organisme terhadap organisme pada tingkat tropik dibawahnya.
Produktivitas sekunder adalah banyaknya jaringan hewan yang diproduksi oleh
suatu perairan per unit waktu per luas. Definisi lain tentang produktivitas sekunder adalah
kemampuan suatu hewan invertebrata untuk memproduksi jaringan hewan per unit waktu
per unit luas. Jaringan yang terbentuk biasanya berhubungan dengan produksi sekunder
tidak hanya oleh herbivora tetapi juga oleh semua hewan invertebrata. Produksi sekunder
sebagai akumulasi biomass hewan dalam waktu tertentu merupakan salah satu ukuran
terhadap fungsi ekosistem.

Zooplankton Sebagai Penyusun Produktivitas Sekunder

Zooplankton merupakan konsumen 1 yang berperan besar dalam


menjembatani transfer energi dari produsen primer (fitoplankton) ke jasad hidup
yang berada pada trophic level lebih tinggi (golongan ikan dan udang). Tiga
golongan zooplankton yang berperan penting dalam perikanan, yaitu:
1. Rotifera
Kehidupan organisme ini tidak mengenal stadia (organisme dewasa
menghasilkan telur kemudian telur berkembang menjadi dewasa kembali
tanpa melalui tahap metamorfosa). Rotifera dapat dijadikan sebagai
bioindikator terhadap pencemaran bahan organik sehingga dapat dikatakan
populasi organisme ini sangat ditentukan oleh fluktuasi bahan organik
yang ada di perairan tempat hidupnya. Contoh organisme yang termasuk
dalam golongan ini adalah Branchionus dan Keratella.

Branchionus Keratella
2. Cladocera
Ciri-ciri organisme ini adalah adanya stadia dalam siklus hidupnya
(organisme dewasa menghasilkan telur, telur berkembang menjadi stadia
muda, selanjutnya memasuki stadia dewasa kembali). Yang termasuk
dalam golongan ini adalah Moina, Evadne, Daphnia, Podon, Penilia dan
Ceriopdaphnia.

Daphnia Evadne

3. Copepoda
Golongan copepoda memiliki beberapa stadia dalam siklus hidupnya,
sama seperti cladocera. Stadia dewasa menghasilkan telur, selanjutnya
telur berkembang dalam stadia nauplius, kemudian stadia kopepodit yang
selanjutnya berkembang menjadi stadia dewasa kembali. Yang termasuk
golongan ini adalah Calanoid, Cyclopoid dan Harpakthocoids.

Calanoid Cyclopoid Harpakthocoids

Pengukuran kelimpahan Cladocera yang memanfaatkan nutrien sebagai makanan


dapat menjadi contoh dalam mengukur suatu produktivitas sekunder. Kelimpahan
Cladocera yang dalam praktikum ini digunakan organisme Daphnia sp. Dan Artemia sp.
dapat menunjukkan banyaknya nutrien yang dimanfaatkan olehnya sebagai sumber
energi.

Tujuan
Praktikum Cladocera ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas Dhapnia sp.
pada pemberian pupuk dosis tertentu sebagai indikator produktivitas sekunder suatu
ekosistem mikro.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum sekarang ini adalah stoples, pipet tetes,
plastik, mikroskop stereo, cawan petri, timbangan, pH tester, kain kasa, karet, tali rafia
dan aerator, sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah air akuades, inokulan
Cladocera yaitu Dhapnia sp. sebanyak 5 ind/ml dan kotoran sapi 10 g.

Metode Kerja
Stoples dibersihkan dan dikeringkan sebagai media ekosistem mikro. Timbang
kotoran sapi sebanyak 10 mg, masukan ke dalam stoples yang telah berisi air akuades
sebanyak 2 Liter. Masukan selang aerator kedalam wadah supaya tersedia oksigen yang
cukup. Masukkan ke dalam stoples inokulan yang berupa Daphnia sejumlah 5
individu/ml. Biarkan beberapa hari dan ukur kelimpahannya setiap empat hari sekali.
Lakukan pengukuran pH, suhu, dan penghitungan kelimpahan Daphnia. Suhu
dan pH diukur menggunakan pH tester. Kelimpahan Daphnia dihitung dengan
sebelumnya mengaduk air dalam stoples, kemudian ambil 10 ml air dan lakukan
pengamatan dengan lup atau mikroskop stereo. Hitung jumlah individu Daphnia yang
ditemukan.
Penghitungan kelimpahan, pH, dan suhu dilakukan dua kali dalam seminggu
dengan tiga kali ulangan setiap penghitungan untuk kelimpahan.

Analisa Data
Kelimpahan Zooplankton
Kelimpahan plankton dihitung menggunakan metode ”Lackey Drop Microtransect
Counting” dari APHA (1989) yaitu :

N=n × A/B×C/D×1/E

Keterangan :
N : jumlah total plankton (ind/liter)
n : rataan individu per jumlah lapang pandang
A : luas gelas penutup (1500 mm2)
B : luas satu lapang pandang (2.405 mm2)
C : volume air tersaring (ml)
D : volume 1 tetes dibawah gelas penutup (ml)
E : volume air yang disaring (liter)
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR PRODUKTIVITAS PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :
PRODUKTIVITAS SEKUNDER BENTHOS

Landasan teori
Benthos adalah organisme yang hidup di dasar perairan. Selanjutnya
dinyatakan bahwa epifauna adalah yang hidup di atas dasar, sedangkan infauna
hidup diantara partikel sedimen. Berdasarkan ukurannya fauna benthos dibagi
menjadi makrofauna (> 0,5 mm), meiofauna (10-500 μm) dan mikro-organisme (<
10 μm). Fauna benthos dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan cara
makannya. Pertama, pemakan suspensi (suspension feeder) yang memperoleh
makanannya dengan cara menyaring partikel-partikel melayang di perairan.
Kedua, pemakan deposit (deposit feeder) yang mencari makanan pada sedimen
dan mengasimilasikan bahan organik yang dapat dicerna dari sedimen. Ketiga,
pemakan detritus (detritus feeder) yang hanya makan detritus
Peranan benthos di perairan adalah:
• Mampu mendaur ulang bahan organik
• Membantu proses mineralisasi
• Menduduki posisi penting dalam rantai makanan
• Indikator pencemaran
Hewan benthos hidup relatif menetap, sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk
kualitas lingkungan atau sebagai bioindikator. Bioindikator adalah kelompok atau
komunitas organisme yang keberadaannya dan perilakunya di alam berhubungan
dengan kondisi lingkungan. Perubahan kualitas air akan berpengaruh terhadap
keberadaan dan perilaku organisme tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai
petunjuk kualitas lingkungan.

Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat melakukan pendugaan produktivitas dan biomass benthos

Pengambilan Sampel Benthos


Pengambilan sampel benthos di danau atau sungai dalam dengan arus
lemah serta substrat dasar lunak umumnya menggunakan eckman grab. Untuk
pengambilan benthos di sungai dangkal dengan substrat yang keras dan berarus
kencang menggunakan surber net. Metode pengambilan yang lain dengan metode
hand sortir (sortir tangan). Metode ini dibatasi area pengambilannya dengan
menggunakan transek kuadran ukuran 1m x 1m atau 5m x 5m.
Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Alat dan Bahan
Alat
1. Transek Kuadran 1m x 1m
2. Saringan
3. Botol sampel
4. Cool box
5. Buku Identifikasi
Bahan
1. Formalin 10%
2. Alkohol 70%
3. Aquades
4. Tissue

Prosedur Praktikum
1. Tentukan lokasi pengambilan sampel benthos secara acak.
2. Transek kuadran diletakkan di lokasi yang telah ditentukan.
3. Semua hewan benthos yang ada dalam transek kuadran dengan tangan
(untuk benthos yang ada di permukaan) sedangkan yang ada di dalam
diambil dengan mengambil sedimen yang ada kemudian diletakkan pada
saringan kemudian diayak.
4. Sampel hewan benthos yang didapat kemudian dibersihkan dan dicuci
dengan air.
5. Sampel hewan benthos kemudian diawetkan dalam botol sampel dengan
memberi larutan formalin 10% selama 24 jam, kemudian diawetkan dalam
larutan alkohol 70%.
6. Botol sampel tersebut diberi label sesuai lokasi pengambilannya (nomor
stasiun).
7. Sampel hewan benthos diamati jenis dan dihitung setiap jenisnya serta
ditimbang kemudian dicatat.

Analisa Data
Kepadatan
Kelimpahan suatu organisme dalam suatu perairan dapat dinyatakan
sebagai jumlah individu/area. Menurut Odum (1993) rumus kelimpahan (A)
adalah:
Xi
A
ni
Keterangan :
A : Kelimpahan (Individu/m2)
Xi : Jumlah individu dari jenis ke-i
ni : Luasan transek jenis ke-i ditemukan
Contoh perhitungan
Produksi Remis (Corbicula sp.)
Kelas ukuran W (mg)
Wo (mg) Wt (mg) No (ind/m)
(mm) asumsi
1.55 - 2.70 0.008 0.025 0.017 1000
2.71 - 4.20 0.026 0.034 0.03 725
4.21 - 5.75 0.035 0.048 0.105 430
Keterangan : setiap kelas ukuran berselang 30 hari (1 bulan)
Pertanyaan : 1. Hitung produksi (mg/m2/bulan)
2. Jika B= 100 mg/m2, hitung P/B ratio
Jawab:
1. Menghitung produksi Remis
 Kelas ukuran = 1.55 – 2.70 mm
P = N * g *W
1 0,025
* ln  0,0379
g = 30 0,008
P = 1000 * 0,0379 * 0,017 = 0,6443
 Kelas Ukuran = 2,71 – 4,20 mm
1 0,034
* ln  0,0089
g= 30 0,026
P = 725 * 0,0089 * 0,03 = 0,1936
 Kelas Ukuran = 5, 06 – 5,5
1 0,048
* ln  0,0105
g = 30 0,035
P = 430 * 0,0105 * 0,116 = 0,5237
Ptotal = 0,6443 + 0,1936 + 0,5237 = 1,3616 mg/m2/hari
Ptotal 30 hari = 40,848 mg/m2

2. Menghitung P/B Ratio


40,848
 0,4085
P/B Ratio = 100
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR PRODUKTIVITAS PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :
PRODUKTIVITAS SEKUNDER IKAN

9.2. Landasan teori


Produksi sekunder merupakan ukuran ideal dalam menentukan fungsi
nursery di ekosistem pantai, yaitu kemampuan untuk mendukung kepadatan yang
besar dari juvenil organisme laut dan mengekspor ke habitat lepas pantai, sebagai
ukuran keseluruhan dari biomass, pertumbuhan dan sintasan organisme. Penyusun
produksi sekunder ikan meliputi semua jenis ikan yang berhubungan langsung
dengan produksi primer atau organisme yang pertama kali memanfaatkan
produksi primer (konsumen pertama), yaitu golongan plankton feeder, herbivora
dan detrivora.
Metode yang digunakan untuk mengukur produksi sekunder ikan di
perairan adalah sebagai berikut
1. Metode Biomassa
Metode biomassa dapat dihitung melalui beberapa metode seperti berat
basah dan kering, nilai kalori dan melalui analisis protein, lemak dan
karbohidrat dalam materi organik.
2. Metode Discontinue Recruitment
Metode ini merupakan metode cohort (cohort based methods) yang
digunakan untuk spesies ikan yang hanya satu kali melakukan pemijahan
dalam setahun seperti Ikan Beloso, Lidah Pasir, Ikan Terbang, dan Ikan
Motan. Metode yang umum digunakan meliputi metode increment
summation (IS), instantanous growth rate (IG), removal summation (RS)
dan Allen’s curve (AC).
3. Metode Continue Recruitment
Metode ini berdasarkan ukuran (size based methods) yang digunakan
untuk spesies ikan yang melakukan beberapa kali pemijahan dalam
setahun, seperti Ikan Teri. Metode yang umum digunakan meliputi size
frequency (SF), mass-specific growth rate (GR) dan mass-specific
mortality rate (MR)

9.1. Tujuan Praktikum


Mahasiswa dapat melakukan pendugaan produktivitas dan biomass ikan

9.3. Prosedur Pelaksanaan Praktikum


Alat dan Bahan
Alat
1. Jaring lift net
2. Botol sampel
3. Cool box
4. Buku Identifikasi
Bahan
1. Formalin 10%
2. Alkohol 70%
3. Aquades
4. Tissue

Prosedur Praktikum
1. Tentukan lokasi pengambilan sampel ikan secara acak.
2. Jaring ikan diletakkan di lokasi yang telah ditentukan.
3. Semua ikan yang terjaring diambil.
4. Sampel ikan kemudian diawetkan dalam botol sampel dengan memberi
larutan formalin 10% selama 24 jam, kemudian diawetkan dalam larutan
alkohol 70%.
5. Botol sampel tersebut diberi label sesuai lokasi pengambilannya (nomor
stasiun).
6. Sampel ikan diamati jenis dan dihitung setiap jenisnya serta ditimbang
kemudian dicatat.

Analisa Data

Kelimpahan
Kelimpahan suatu organisme dalam suatu perairan dapat dinyatakan sebagai
jumlah individu/area. Menurut Odum (1993) rumus kelimpahan (A) adalah:
Xi
A
ni
Keterangan :
A : Kelimpahan (Individu/m2)
Xi : Jumlah individu dari jenis ke-i
ni : Luasan transek jenis ke-i ditemukan

Contoh
Diketahui : Tebar awal (No) = 3000 ekor
W rata-rata = 3 gram (ukuran 2 -3 cm)
Survival Rate (SR) = 90%
Harga 1 kg pakan = Rp 12.500

waktu Wt efisiensi jumlah pakan


sampling (w rata2) pakan yang biaya pakan
(hari) Nt gr biomassa (FCR) diberikan (kg) (Rp)
0 3000 3 9000 5% 0.45 7875
7 2750 5 13750 5% 0.69 12031
14 2640 11 29040 6% 1.74 30492
21 2550 15.5 39525 7% 2.77 48418
28 2300 20 46000 7% 3.22 56350
35 2250 26 58500 10% 5.85 102375
42 2170 32 69440 10% 6.94 121520
49 2050 37.5 76875 15% 11.53 201797
63 1990 41 81590 15% 12.24 214174
70 1830 45 82350 15% 12.35 216169
77 1800 47 84600 15% 12.69 222075
90 1720 48 82560 15% 12.38 216720
100 1700 48.5 82450 15% 12.37 216431

Jadi, Ikan tersebut akan dipanen ketika mencapai biomassa terbesar yaitu pada saat
pembudidayaan udang selama 77 hari. Pada hari ke-77 tersebut diperoleh biomassa
sebesar 84600 dengan jumlah 1800 ekor dan bobot 47 gram.
Grafik hubungan biomassa dengan kelimpahan udang
windu
90000
80000
70000
60000
Biomassa

50000
40000
30000
20000
10000
0
00 50 40 50 00 50 70 50 90 30 00 20 00
30 27 26 25 23 22 21 20 19 18 18 17 17
Jumlah

Grafik hubungan antara biomassa dengan kelimpahan ikan bandeng


LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR PRODUKTIVITAS PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :
BIOINDIKATOR & SAPROBIK INDEKS PERAIRAN

Landasan teori
Benthos adalah organisme yang mendiami dasar perairan atau tinggal
dalam sedimen dasar perairan. Benthos mencakup organisme nabati yang disebut
fitobenthos dan organisme hewani yang disebut zoobenthos (Odum, 1993).Bentos
adalah hewan-hewan yang mampu hidup dengan jumlah dan jenis nutrien yang
terbatas sekaligus bersifat toleran (Isnaeni, 2002). Bentos yang relatif mudah
diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis
yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro (makrozoobentos).
Berdasarkan ukurannya, Lind (1979) mengklasifikasikan zoobenthos menjadi dua
kelompok besar yaitu mikrozoobenthos dan makrozoobenthos.
Makrozoobenthos merupakan organisme akuatik yang hidup di
dasarperairan dengan pergerakan relatif lambat dan menetap serta daur hidupnya
relatiflama sehingga hewan tersebut mempunyai kemampuan merespon kondisi
kualitasair secara terus menerus (Mason 1993).Keberadaan makrozoobenthos
tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa parameter fisik perairan, antara lain :
Substrat (sedimen), Suhu, pH dan salinitas
Tipe-tipe binatang di sungai dengan tingkat kebutuhan oksigen yang
berbeda, dapat dijadikan petunjuk berbagai tingkat pencemaran. Untuk mengukur
pencemaran, para ilmuwan dari berbagai belahan dunia telah mencoba berbagai
cara. Salah satunya adalah dengan memberi angka (skor) ‘pencemaran’ pada
binatang tersebut. Misalnya, binatang yang membutuhkan banyak oksigen terlarut
dan tidak tahan terhadap pencemaran diberi skor tertinggi (10 di dalam tabel);
sedangkan yang dapat hidup di tempat yang sangat tercemar diberi skor paling
rendah (1-2 di dalam tabel).
Binatang-binatang Petunjuk (Indikator)
Sebagian besar binatang yang hidup di sungai dan dapat menunjukkan tingkat
pencemaran di sungai tersebut, disebut ” indikator polusi”. Disini terlihat kelompok-
kelompok disusun berdasarkan toleransi (daya tahan)nya terhadap pencemaran, mulai
dari yang hanya dapat hidup di air sangat bersih, hingga yang tahan di air paling kotor.
Beberapa kelompok merupakan campuran dari indikator-indikator ini (Wetland, :
 Nimfa plekoptera ( serangga-serangga bangsa Plecoptera) : baik sekali
Nimfa plekoptera (sebagian menyebutkan nimfa lalat batu) bernafas dengan insang
dan membutuhkan banyak oksigen. Serangga ini banyak dijumpai di sungai berair
deras. Mereka mampu mendorong untuk meningkatkan aliran air bila suplai oksigen
menipis, dan akan segera mati/hilang bila terjadi pencemaran. Beberapa dari
kelompok binatang ini makan tumbuhan, lainnya memakan binatang lain.
 Nimfa lalat sehari (serangga-serangga bangsa Ephemeroptera) : baik sekali
Kebanyakan lalat sehari makan lumut-lumut dan tumbuhan kecil. Mereka memiliki
insang, dan sebagian besar membutuhkan kualitas air yang baik yang mengandung
banyak oksigen. Hilangnya binatang ini menandakan kualitas iar berubah. Namun,
ada satu kelompok lalat sehari perenang yang bisa bertahan dengan hanya sedikit
oksigen dan mampu berpindah ke tempat lain.
 Larva ulat kantung air (serangga-serangga bangsa Trichoptea) : baik sekali dan
baik
Ada dua macam ulat kantung air. Satu hidup di dalam kantung dan lainnya tidak.
Ulat air tak berkantung mempunyai jaring pintal untuk menangkap mangsanya,
mereka umumnya pemakan daging. Ulat kantung air menggunakan bebatuan, lumpur
atau sisa-sisa tumbuhan untuk membuat kantungnya. Mereka umumnya pemakan
tumbuhan. Kedua macam binatang ini tidak menyukai tempat yang tercemar berat.

 Udang-udangan ( krustase dari bangsa Decapoda) : baik sekali


Memakan tumbuhan dan binatang yang sangat kecil. Udang air tawar cukup sensitif
terhadap bahan-bahan kimia dan pencemaran di sungai.
 Nimfa capung (serangga-serangga bangsa Odonata) : baik
Serangga pemburu yang sangat aktif ini rahannya besar. Merupakan pengontrol
alamaiah yang penting misalnya terhadap nyamuk maupun simulid (lalat hitam)
penyebab penyakit. Capung dapat hidup selama beberapa tahun sebagai nimfa
sebelum berubah menjadi capung dewasa. Kebanyakan capung tidak menyukai
tempat yang tercemar berat, walaupun ada beberapa diantaranya yangh mampu hidup
pada tingkat oksigen rendah.
 Moluska
Diantara moluska ada yang hidup diberbagai habitat dan tingkat pencemaran. Mereka
memiliki berbagai bentuk cangkang, diantaranya memiliki cangkang tunggal
termasuk limfet yang cangkangnya pipih, untuk hidup pada sungai berair deras.
Limfet memekan tumbuhan dan tidak menyukai pencemaran. Bentuk cangkang
tunggal lainnya menyrupai puncakmenara atau bergulung, kadang memiliki ”pintu
kolong/jebak” (operkulum) untuk melindungi tubuhnya saat berada di dalam
cangkang.
 Kepik Air (Serangga-serangga bangsa Hemiptera)
Merupakan kelompok yang paling besar, termasuk binatang yang hidup di permukaan
dan di dalam air. Umumnya pemakan daging, mulut seperti jarum, menusuk lalu
menghisap cairan binatang lain. Hampir sebagian besar kepik dapat hidup pada
pencemaran tahap sedang. Namun ada satu kepik pinggan bermoncong panjang yang
membutuhkan air yang sangat bersih.
 Kumabang (serangga-seranga Coleoptera)
Kelompok ini merupakan pemakan binatang dan tumbuhan. Kumbang dewasa
bernafas dari gelembung udara yang mereka tangkap pada rambut-r5ambut halus di
tubuhn ya atau di bawah ayapnya.

 Cacing pipih (Bangsa Tricladida)


Dijumpai pada banyak tempat. Mereka adalah pemakan daging, terutama serangga
kecil dan sisa binatang yang sudah mati.
 Larva nyamuk, Lalat (Bangsa Diptera)
Termasuk binatang yang tahan pada brtbagai kondisi. Beberapa larva lalat (belatung)
sering dijumpai di air yang paling tercemar sekalipun. Larva mrutu dan belatung ekor
tikus, lalat bunga yang masih muda termasuk yang paling tahan. Larva mrutu
memiliki ”darah” penyerap oksigen, sedangkan belatung ekor tikus mampu bertahan
karena menghirup udara segar melalui ’ekor’ yang memanjang. Kebanyakan larva
lalat/nyamuk makan sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang mati.
 Larva capung dobson dan capung sialid (Serangga-serabgga Megaloptera)
Berukuran diatas 65 mm ini pemakan bianatang lain. Mereka dapat hidup lama (lebih
dari 5 tahun) dan agak toleran terhadap pencemaran, karena memiliki insang-insang
yang besar. Diantaranya dapat menghirup udara segar dari luar air dengan
menggunakan ekor-ekornya.
 Kutu babi air (Krustasea dari bangsa Isopoda)
Binatang ini memakan dedaunan yang telah mati dan dapat hidup di perarairan yang
tercemar
 Kepiting (Krustasea bangsa Decapoda)
Kepiting ini memakan bintang dan tumbuhan kecil, juga sisa-sisa biota yang sudah
mati (bangkai), dapat hidup pada berbagai tempat. Mereka dapat pindah ke darat
sehingga bila perlu dapat pindah rumah.
 Lintah (cacing subkelas Hirudinea)
Merupakan kelompok pemakan daging. Tidak seperti lintah darat yang menghisap
darah, lintah air umumnya memakan serangga dan binatang kecil.
 Cacing (cacing subkelas oligochaeta)
Merupakan kelompok yang besar, biasa hidup di substrat lumpur dan lempung.
Kebanyakan memakan sisa tumbuhan yang mat, dan dapat hidup pada perairan yang
sangat tercemar, terutama ”cacing darah” yang mampu hidup di perairan yang
memiliki kandungan oksigen yang rendah.
PRINSIP :
- Untuk mengetahui kualitas perairan yang ditinjau dari faktor biologi.
- Untuk mengidentifikasi makrozoobentos perairan.

INSTRUMEN :
ALAT : BAHAN:
1. Jaring Surber 1. kantong plastik
2. Nampan Plastik 2. Karet gelang
3. Pinset 3. kertas Label
4. DO Meter
5. Multiparameter Tester
6. Tabel Skoring
7. Lup

PROSEDUR PRAKTIKUM :
Pengambilan sampel:
1. Tentukan lokasi dan titik pengambilan sampel. Setiap kelompok mengambil
di 1 stasiun dengan 3 titik pengambilan sampel( tepi kiri , tengah, tepi kanan).
2. Bagi tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok ( mengukur,
mengambil sampel, melabeli, mengamati danmencatat data)
3. Berkumpullah setiap kelompok kemudian turun ke perairan dengan hati-hati
tanpa menginjak titik yang akan di uji kualitas airnya.
4. Ukur faktor fisika air menggunakan DO meter dan multiparameter tester
tanpa merusak titik yang akan di uji.
5. Ambil jaring surber, letakkan didasar sungai pastikan berlawanan dengan
arah arus air.
6. Gesekdasar sungai yang ada didepan jaringdengan menggunakan kaki tanpa
alas kaki (menggunakan sepatu boat) sambil geser jaring melawan arus air.
7. Angkat jaring bentos kemudian tuangkan semua isnya kedalam nampan
plastik
8. Bersihkan sampeldari kotoran dan batu kemudian beri air secukupnya
selanjutnya masukkan sampel ke dalam plastik
9. letakkan kantong plastik ditelapak tangan, gerakkan dengan ibu jari untuk
mengtur kantong agar tidak terlalu kencang tekanan airnya kemudian pelintir
bagian atasnya, tekuk dan ikat dengan karet gelang agar tidak tumpah. Jangan
lupa melabeli setiap plastik!
10. Bersihkan semua alat dan perlengkapan kemudian bawa kembali
kelaboratorium ekologi dan lingkungan. Pastikan tidak ada yang tertinggal

Pengamatan
1. Letakkan nampan diatas meja, buka ikatan karet kemudian tuangkan semua
sampel kedalam nampan plastik
2. Amatisampel yang ditemukan menggunakan lup
3. Cocokkan hasil pengamatandengan gambar yang ada diposter sehingga
diketahui jenis spesiesnya
4. Masukkan hasil identifikasi(setiap spesies) dengan skor yang telah tertulis
dalam tabel.
5. Tentukan tingkat pencemaran perairan yang di uji.

ANALISIS :
Tabulasi Data
Stasiun:
Ulangan Kualitas
No Taksa SKOR RERATA
Ki Te Ka air
1 Cacing bersegmen v v 1
3 Kotor
2 Cacing pipih v v 5

a. Indeks Biologi LIPI


Indeks ini merupakan indeks yang digunakan untuk menganalisa data biologi
secara kualitatif. Organisme yang ditemukan dicocokkan dengan gambar yang ada pada
indeks ini. Masing-masing organisme sudah memiliki kriteria masing-masing untuk
menentukan kualitas perairan sungai. Warna biru menunjukkan kriteria sungai sangat
baik,hijau menunjukkan kriteriasungai yang baik, kuning menunjukkan kriteria sungai
sedang, merah menunjukkan kriteria sungai buruk, dan hitam menunjukkan kriteria
sungai sangat buruk. Warna dari biru sampai hitam secara berurutan menunjukkan sifat
organisme dari yang sensitif hingga toleran. Bila masih ditemukan organisme yang
bersifat sensitif, maka kualitas perairan sungai tersebut bersifat sesuai dengan kualitas
kriteria warna organisme paling sensitif yang ditemukan walaupun ditemukan organisme
lain yang bersifat toleran.
jumlah skor
Indeks Kualitas Air =
jumlah taksa
b. Stream Quality Slide dari Inggris
Indeks ini merupakan indeks yang digunakan untuk menganalisa data biologi
secara kualitatif. Organisme yang ditemukan di lokasi pengamatan dicocokkan dengan
organisme yang ada di indeks ini. Dari pencocokkan tersebut, kita dapat mengetahui
kualitas perairan pada lokasi pengamatan tempat ditemukannya organisme indikator.
Metode ini memiliki prinsip kerja yang sama dengan indeks biologi LIPI namun jenis
organismenya lebih sedikit dan berbeda pada kriteria kualitas sungai. Kriteria kondisi
sungainya terdiri dari excellent, good, fair, dan poor.
c. Water Quality Indicator dari National River Watch Australia
Indeks ini merupakan indeks yang digunakan untuk menganalisa data biologi
secara kualitatif. Organisme yang ditemukan di lokasi pengamatan dicocokkan dengan
organisme yang ada di indeks ini. Dari pencocokkan tersebut, kita dapat mengetahui
kualitas perairan pada lokasi pengamatan tempat ditemukannya organisme indikator.
Metode ini memiliki prinsip kerja yang sama dengan indeks biologi LIPI dan Stream
Quality Slide namun jenis organismenya lebih sedikit dan berbeda pada kriteria kualitas
sungai. Kriteria kondisi sungainya yaitu great, good, ok, poor, dan bad

d. Panduan Pengenalan Invertebrata Kolam dan Sungai di Asia Tenggara dari


Wetlands
Indeks ini merupakan indeks yang digunakan untuk menganalisa data biologi
secara semi-kuantitatif. Prinsip kerja dari indeks ini adalah mencocokkan organisme yang
ditemukan dengan organisme yang ada pada indeks ini yang masing-masing taksanya
telah memiliki skor tertentu. Skor yang didapatkan dari tiap taksa dijumlahkan dan
jumlah tipe (taksa) binatang ditentukan. Pembagian dari jumlah total skor dengan jumlah
tipe binatang merupakan Indeks Kualitas Air yang digunakan untuk menentukan kualitas
air. Kriteria kualitas air dapat ditentukan melalui tabel berikut:

Tabel 1. Indeks Kualitas Air indeks Wetlands


Skor KualitasAir
0 Luar Biasa Kotor (tidak ada kehidupan sama sekali)
1,0-2,9 Sangat Kotor
3,0-4,9 Kotor
5,0-5,9 Sedang (rata-rata)
6,0-7,9 Agak Bersih hingga Bersih
8-10 Sangat Bersih

e. LQIs (Lincoln Quality Index)


Indeks ini merupakan indeks yang digunakan untuk menganalisa data biologi
secara semi-kuantitatif. Setiap organisme yang ditemukan di lokasi pengamatan
diidentifikasi sampai tingkat famili. Tiap famili memiliki skor tertentu. Jumlah skor tiap
kelompok yang ditemukan dinamakan skor BMWP (Biological Monitoring Working
Party). Skor BMWP tersebut dibagi dengan jumlah taksa yang ditemukan sehingga
menghasilkan nilai tertentu yang dinamakan nilai ASPT (Average Score Per Taxon).
OQR (Overall Quality Rating) diperoleh dari standard rating berdasarkan BMWP dan
ASPT yang telah dihitung. Rating untuk perairan berbatu-berarus berbeda dengan
perairan yang tenang atau tergenang. OQR = (X+Y):2; X adalah rating dari skor BMWP
dan Y adalah rating dari nilai ASPT. Nilai OQR inilah yang digunakan untuk
menentukan kualitas perairan pada lokasi pengamatan tempat ditemukannya organisme
indikator.
Tabel 2. Standard rating berdasarkan pada BMWP score dan ASPT untuk sungai yang
berarus deras
Habitat-rich riffles
BMWPscore RatingX ASPT RatingY
151+ 7 60+ 7
121-150 6 5,5-5,9 6
91-120 5 5,1-5,4 5
61-90 4 4,6-5,0 4
31-60 3 3,6-4,5 3
15-30 2 2,6-3,5 2
0-14 1 0-2,5 1

Tabel 3. Standard rating berdasarkan pada BMWP score dan ASPT untuk sungai yang
berarus tenang
Habitat-poor riffles and pools
BMWPscore RatingX ASPT RatingY
121+ 7 5,0+ 7
101-120 6 4,5-4,9 6
81-100 5 4,1-4,4 5
51-80 4 3,6-4,0 4
25-50 3 3,1-3,5 3
10-24 2 2,1-3,0 2
0-9 1 0-2,0 1

Tabel 4.Rating kualitas, Nilai Indeks Kualitas Lincoln, dan Interpretasi


Overall quality rating Index Interpretation
6+ A++ Excellent quality
5,5 A A+ Excellent quality
5 A Excellent quality
4.,5 B Good quality
4 C Good quality
3,5 D Moderate quality
3 E Moderate quality
2,5 F Poor quality
2 G Poor quality
1,5 H Very poor quality
1 I Very poor quality
Contoh.
Organisme yang ditemukan pada stasiun 3 di sungai Nambo, Bogor (2007)
yaitu:
1) Larva ulat air
2) Siput berpintu
3) Nimfa lalat batu
4) Nimfa lalat sehari perenang
5) Larva ulat kantung air
6) Larva merutu biasa
7) Nimfa lalat sehari pipih
8) Anggeng-anggeng
9) Nimfa capung jarum
10) Nimfa lalat sehari insang segi empat

a. Metode KualitasAir (LIPI)


Organisme Warna Kategori
Larva ulat air hijau baik
Siput berpintu kuning sedang
Nimfa lalat batu biru sangat baik
Nimfa lalat sehari perenang kuning sedang
Larva ulat kantung air biru sangat baik
Larva merutu biasa kuning sedang
Nimfa lalat sehari pipih biru sangat baik
Anggeng-anggeng kuning sedang
Nimfa capung jarum kuning sedang
Nimfa lalat sehari insang segi empat hijau baik

Berdasarkan Metode Kualitas air (LIPI) kondisi perairan di lokasi


pengamatan termasuk kategori perairan yang sangat baik, karena
ditemukan organisme yang paling intoleran yaitu Nimfa lalat batu, larva
ulat kantung air dan nimfa lalat sehari pipih .

b. Panduan Pengenalan Invertebrata Kolam dan Sungai di Asia


Tenggara dari Wetlands
Organisme Skor
Larva ulat air 7
Siput berpintu 6
Nimfa lalat sehari perenang 4
Larva ulat kantung air 7
Larva merutu biasa 2
Nimfa lalat sehari pipih 10
Anggang-anggang 5
Nimfa capung jarum 3
Nimfa lalat sehari insang segi empat 7

Dari data diatas didapat rata-rata skor yaitu 5,7 dan dapat disimpulkan
menurut Panduan Pengenalan Invertebrata Kolam dan Sungai di Asia
Tenggara dari Wetlands perairan ini termasuk perairan dengan kualitas air
sedang (rata-rata) karena berada pada kisaran 5.0-5.9.

c. Metode National River Watch


Menurut metode ini, sungai ciapus tergolong perairan yang sangat baik
karena terdapat organisme indikator kualitas air yaitu:
1) Nimfa lalat sehari perenang
2) Nimfa lalat sehari pipih

d. Metode Riverine Quality slide


Menurut metode ini kondisi sungai tergolong “Excellent” karena terdapat
1) nimfa lalat
2) larva lalat kantung air
3) nimpa lalat batu, dan
4) larva ulat kantung air.
e. Metode LQIs (Lincoln Quality Index)

Nama Organisme Famili Skor


Larva ulat air Polycentropodidae 7
Siput berpintu Neritidae 6
Nimfa lalat batu Perlidae 10
Nimfa lalat sehari perenang Baetidae 4
Larva ulat kantung air Hydropsychidae 5
Larva mrutu biasa Chironomidae 2
Nimfa lalat sehari pipih Heptageniidae 10
Anggang-anggang Geriidae 5
Nimfa capung jarum Lestidae 8
Nimfa lalat sehari insang segi empat Caenidae 7
BMWP ( Total Skor ) 64
ASPT ( Total Skor per Taksa ) 6,4
Nilai rating dilihat berdasarkan “ Habitat – Rich Riffles “
Rating X dari skor BMWP = 4
Rating Y dari skor ASPT = 7
Nilai OQR = ( 4 + 7 ) : 2 = 5,5
Berdasarkan nilai OQR diatas, maka nilai perairan di hulu sungai Ciapus
dengan lokasi dekat dengan air terjun termasuk dalam kategori Indeks A+
yang berarti Excellent quality.

FORMAT LAPORAN : (Ketik)


1. Cover
2. Topik
3. Tujuan
4. Waktu dan tempat pelaksanaan
5. Dasar teori
6. Alat dan bahan
7. Prosdur (Diagram Alir)
8. Data dan Analisis
9. Pembahasan
10. Simpulan
11. Rujukan
12. Lampiran
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR PRODUKTIVITAS PERAIRAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro,Tri Danny,2002.Kesuburan Perairan Berdasarkan Ketersediaan dan
Distribusi Spasial Unsur Hara (N,P,dan Si) di Perairan Teluk Jakarta.
Skripsi. Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, IPB.Bogor.
Barus, T.,A. 2004. Pengantar Produktivitas Perairan. USU Press. Medan.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.
Hariyadi, S., dkk. 2005.Produktivitas Perairan:Metode Kualitas Air. Laboratorium
Produktivitas Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Priyono, Agus. 1994. Parameter-Parameter Kualitas Air. Laboratorium Analisis
Lingkungan. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas
Kahutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Basmi, J.2000. Planktonologi : Distribusi Planlton dalam perairan. Tidak
dipublikasikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
Didin.1999. Variabilitas Komunitas Makrozoobentos Disekitar Usaha Jaring
Apung di Danau Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (skripsi). Bogor:
Program studi MSP. FPIK. IPB. Tidak dipublikasikan. 58 h.
Fardiaz, S.1992. Polusi Air dan Polusi Udara.h. 5-54. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hariyadi. S, INN Suryadiputra dan B.Widigdo.1992. Limnologi : Penuntun
Praktikum dan Metode Analisa Kualitas Air. Fakultas Perikanan IPB:
Bogor.
Lumban Batu, D.T.F.1983. Ekologi Umum. Jurusan MSP. FPIK. IPB.
Luvi, D.M.2000. Aspek Reproduksi dan Kebiasaan Makan Ikan Lalawak di
Sungai Simanuk, Sumedang. FPIK, IPB. Bogor.
Muhtadi, A., M. Reza Cordova. Yonvitner. 2014. Ekologi Perairan: Suatu
Panduan Praktikum. IPB Press. Bogor
Odum,E.P. 1971. Fundamental of Ecology Oxford of University.W.B Saunders
Publishing Company Ltd, Japan.
Odum, E.P.1993. Dasar-Dasar Ekologi. Gajah Mada University Press:
Yogyakarta.
Pescod, N.B.1973. Investigation of Rational Effluent and Stream for Tropical
Countries, Asian Institute of Technology. Bangkok. Sgh.
Sutrisno, C.T.1991. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Penerbit Rineka Cipta :
Jakarta.97h.
Welch,P.S.1952. Limnology.2rd edition.Mc Graw-Hill Book Company,Inc. New
York.539 hal.
Whitton, B.A.1975. River Ecology Blackwell Scientific Publ. Oxford 125 P
WWW. Enchanted Learning Search.com.
Metode KualitasAir (LIPI)
Panduan Pengenalan Invertebrata Kolam Sungai di Asia Tenggara dari Wetlands
Metode National River Watch
Metode Riverine Quality slide
Metode LQIs (Lincoln Quality Index)

Anda mungkin juga menyukai