Anda di halaman 1dari 63

MODUL PRAKTIKUM

KUALITAS AIR

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Peserta praktikum wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum dari awal


sampai akhir (kehadiran 100 %).
2. Praktikan yang berhalangan hadir atau karena sakit harus melapor kepada
dosen penanggung jawab praktikum (disertai dengan surat keterangan dokter
dan surat keterangan ketua jurusan MSP Fakultas Pertanian USU).
3. Praktikan harus berpakaian rapi :
- Memakai kemeja dan celana keper hitam (laki-laki)
- Memakai kemeja dan rok hitam (perempuan)
- Memakai sepatu dan kaos kaki.
- Memakai jas lab dan name tag
- Rambut wajib rapi
4. Praktikan harus hadir 5 menit sebelum kegiatan praktikum dimulai, yang
terlambat tidak diperkenankan masuk untuk kegiatan praktikum.
5. Praktikan yang tidak memenuhi “SYARAT MASUK” tidak diperkenankan
mengikuti praktikum.
6. Praktikan tidak diperkenankan meninggalkan laboratorium tanpa izin dari
Asisten Laboratorium
7. Praktikan harus tidak mengaktifkan (silent/getar) handphone.
8. Tidak ada praktikum susulan bagi mahasiswa yang berhalangan hadir tanpa
keterangan dan tidak ada nilai kuis.
9. Praktikan harus memahami buku modul praktikum dan teori mengenai
praktikum sebelum praktikum dimulai.
10. Setelah memasuki ruangan, praktikan harus mempersiapkan diri mengikuti
kuis dengan tertib.
11. Praktikan harus menjaga kebersihan, ketenangan, selama praktikum
berlangsung.
12. Tidak membuang sampah atau sisa praktikum (tisu, lap, plastik dan kertas
lainnya) pada sembarangan tempat.
13. Tidak diperkenankan merokok pada saat praktikum berlangsung.
14. Alat yang dipakai setiap kali praktikum harus dicuci bersih, baik alat yang
dibawa sendiri maupun alat yang disediakan lab. Jika ada peralatan yang
mengalami kerusakan/patah/hilang maka praktikan wajib mengganti dan
diserahkan sebelum kegiatan praktikum minggu berikutnya.
15. Praktikan wajib membuat laporan praktikum dalam bentuk buku data maupun
laporan hasil praktikum.
16. Hal-hal yang belum dimengerti dapat ditanyakan kepada asisten laboratorium
dan dosen penanggung jawab praktikum.
17. Praktikan akan menerima sanksi atas setiap bentuk pelanggaran terhadap Tata
Tertib yang telah ditetapkan.

1
SANKSI
1. Terlambat dari waktu praktikum yang ditetapkan (Selasa pukul 15:00 dan Rabu
pukul 10:00) tidak diperkenankan ikut quis pada saat praktikum tersebut dan
nilai quis nol.
2. Terlambat lebih dari 10 menit dengan alasan apapun tidak diperkenankan ikut
praktikum pada saat itu.
3. Praktikan yang tidak memakai jas lab dan KTM tidak dibenarkan ikut
praktikum dan quis pada hari itu.
4. Kelompok yang tidak membawa bahan praktikum secara lengkap dan sesuai
dengan materi praktikum pada hari itu tidak diperkenankan ikut praktikum dan
quis.
5. Praktikan yang tidak membawa laporan praktikum mingguan tidak
diperkenankan ikut praktikum dan quis.
6. Dua kali melakukan pelanggaran baik keterlmbatan maupun tidak membawa
bahan praktikum dianggap gagal melakukan praktikum (Nilai E).

PENILAIAN
1. Praktikum mata kuliah Kualitas Air memiliki bobot 1 sks terpisah dari
perkuliahan Kualitas Air.
2. Nilai praktikum terdiri dari kehadiran, quis, laporan, keaktifan dan ujian
praktikum.
3. Nilai laporan adalah nilai yang berasal dari laporan yang dikerjakan secara
perorangan dan kelompok.
4. Nilai aktifitas adalah nilai keaktifan selama praktikum berlangsung.

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga buku MODUL PRAKTIKUM KUALITAS
AIR ini dapat direvisi. Semoga kita selalu diberikan kemudahan dan kekuatan
dalam menuntut dan menyebarkan ilmu pengetahuan sepanjang hidup kita.
Buku Modul Praktikum Dasar Kualitas Air ini disusun dengan maksud
untuk membantu mahasiswa program studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang mengambil Mata kuliah
Dasar Kualitas Air. Isi dari modul ini mengacu kepada silabus praktikum Dasar
Kualitas Air, disesuaikan dengan kondisi dan ketersedian peralatan serta bahan
yang ada di laboratorium program studi MSP Fakultas Pertanian USU. Dengan
adanya buku modul praktikum ini diharapkan mahasiswa mempunyai pedoman
untuk melaksanakan praktikum. Selain membaca buku ini, mahasiswa diharapkan
mencari buku-buku penunjang lain yang berhubungan dengan materi yang
dipraktikumkan.
Sebagai edisi kedua penyusun menyadari buku modul ini, masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran demi penyempurnan buku ini
dimasa akan mendatang sangat dihargai. Akhir kata penyusun berharap buku ini
dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang akan melakukan praktikum.

Medan, Februari 2022

Mengetahui Dosen Koordinator Praktikum


Ketua Jurusan MSP Kualitas Air

Desrita, S.Pi., M.Si Ahmad Muhtadi, S.Pi, M.Si

3
DAFTAR ISI
Halaman
TATA TERTIB PRAKTIKUM ............................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................... 3
DAFTAR ISI .............................................................................................. 4
SILABUS PRAKTIKUM ......................................................................... 5
Kontrak praktikum dan pengenalan alat ............................................... 7
Pengambilan dan penanganan contoh ................................................... 13
Warna, kekeruhan, dan kecerahan ......................................................... 21
Aroma dan Rasa ........................................................................................ 27
Padatan (TDS, TSS dan TVS) .................................................................. 30
Suhu, Salinitas, dan Daya Hantar Listrik............................................... 35
pH, Alkalinitas dan kesadahan ................................................................ 38
O2, dan CO2 .............................................................................................. 43
Bahan organik ........................................................................................... 50
Nitrogen (Amonia, nitrat, & nitrit) ......................................................... 56
Fosfat (Total Fosfat, & ortophosfat, & silika) ....................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 62

4
SILABUS PRAKTIKUM

Perte Pokok
Tujuan Instruksional Khusus Sub Pokok Bahasan
muan Bahasan
Mahasiswa dapat mengetahui jenis dan
fungsi alat-alat yang dipakai dalam Kontrak praktikum dan
1 Pendahuluan
pengambilan, penangan dan analisa data pengenalan alat
kualitas air
Pengambilan
Mahasiswa dapat mengetahui dan
dan
2 menjelaskan cara pengambilan dan Sampling metodh
penanganan
penanganan contoh
contoh
Mahasiswa dapat mengukur warna, Warna, kekeruhan, dan
3
kekeruhan, dan kecerahan perairan kecerahan
Mahasiswa dapat mengukur aroma dan
4 Aroma dan Rasa
rasa perairan
Parameter
Mahasiswa dapat mengukur bahan Padatan
5 fisika
tersuspensi dan terlarut di perairan (TDS, TSS dan TVS)
Mahasiswa dapat mengukur suhu,
Suhu, Salinitas, dan Daya
6 salinitas, dan daya hantar listrik di
Hantar Listrik
perairan
Mahasiswa dapat mengukur pH, pH, Alkalinitas dan
7
alkalinitas dan kesadahan di perairan kesadahan
Mahasiswa dapat mengukur O2, CO2, Parameter
8 O2, dan CO2
dan pH di perairan kimia
Mahasiswa dapat mengukur BOD, COD,
9 Bahan organik
dan TOM di perairan
Mahasiswa dapat mengukur Amonia, Nitrogen (Amonia,
10
nitrat, & nitrit di perairan nitrat, & nitrit)
Nutrien
Mahasiswa dapat mengukur Total Fosfat, Fosfat (Total Fosfat, &
11
& ortophosfat, & silika di perairan ortophosfat, & silika)
Mahasiswa dapat mengukur Fe, H2S, SO- Gas-gas di
12 Fe, H2S, SO-3
3 di perairan perairan
Mahasiswa dapat mempertanggung
Diskusi
13 jawabkan isi laporan dihadapan tim Diskusi laporan
laporan
asisten
14 Evaluasi akhir semester UAS

5
6
PENGENALAN ALAT
Teori Dasar
Alat-alat Pengukuran Faktor Fisika Perairan
1. Kecerahan
Pengukuran kecerahan menggunakan alat yang disebut keping secchi
(sechhi disc). Alat Secchi adalah keping berbentuk keping berbentuk lingkaran
bergaris tengah 20 cm yang terbagi 4 bagian dengan warna hitam dan putih
berselang seling setiap bagiannya. Skala kecerahan aalat secchi adalah suatu batas
kedalaman yang menyebabkan hilangnya warna dari pandangan pada saat alat
tersebut dibenamkan. Keping secchi juga dapat dibuat sendiri oleh mahasiswa.

Gambar Keping Secchi


2. Suhu
Alat yang digunakan dalam pengukuran suhu adalah thermometer.
Thermometer terdiri dari beberapa jenis yaitu thermometer alkohol, thermometer
air raksa, thermometer digital dan lain-lainnya.

Gambar Termometer
3. Padatan Terlarut Total (TDS)
Padatan terlarut total atau Total Dissolved Solid (TDS) adalah bahan-bahan
terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas saring Milipore dengan
ukuran pori-pori (porousity) 0,45 mikron.

7
Gambar Kertas Saring

Alat-Alat Pengukur Faktor Kimia Perairan


1. Oksigen Terlarut (DO)
Penentuan oksigen terlarut dalam sauatu perairan dapat dilakukan dengan
menggunakan metode winkler atau juga menggunakan DO meter.

Gambar DO Meter

2. pH (potential of hydrogen)
Derajat keasaman atau pH dapat di ukur dengan menggunakan pH meter,
pH indikator. Pada umumnya yang digunakan adalah pH meter namun harga alat
ini terbilang mahal.

Gambar pH meter Gambar pH indicator

8
Gambar turbidity meter

Alat-Alat yang Digunakan Penentuan Parameter Biologi


1. Plankton
Pengambilan sampel plankton dengan mengunakan plankton net. Dengan
prinsip kerja menyaring air sampel.

Gambar Plankton Net

2. Benthos
Pengambilan sampel benthos dengan menggunakan surber net. Dimana
substrat dasar perairan disaring menggunakan surber net ini.

Gambar Surber Net


9
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui jenis dan fungsi
alat-alat yang dipakai dalam pengambilan, penanganan dan analisa kulaitas air
baik fisika, biologi, maupun kimia.

10
LAPORAN PRAKTIKUM
KUALITAS AIR
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

11
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :

12
PENGAMBILAN DAN PENANGANAN AIR CONTOH

Materi
Pengamatan kualitas air di suatu perairan, tidak hanya sekedar mengambil air
contoh kemudian diserahkan ke laboratorium untuk dianalisis. Hal ini bisa saja
dilakukan, sehingga data akan diperoleh sesuai dengan parameter kualitas air yang
diminta untuk diperiksa. Akan tetapi data tersebut dapat dipastikan tidak akan
menggambarkan kondisi perairan yang sebenarnya. Hal ini karena tiap parameter
atau karakteristik kualitas air adalah khas dan mudah dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan (suhu, tekanan udara, cahaya), lebih-lebih terhadap air contoh yang
jumlahnya relatif sangat sedikit. Dengan demikian data yang diperoleh adalah
data kualitas sampel air tetapi bukan data kualitas perairan. Sehubungan dengan
itu, pengetahuan tentang pengertian dari masing-masing parameter kunci, prinsip-
prinsip analisis atau pengukuran, cara pengambilan maupun prinsip penanganan
sampel menjadi hal yang penting sebelum melakukan pemantauan kualitas
perairan.
Pada prinsipnya hampir semua parameter kimia air dapat dianalisa secara akurat
di laboratorium. Tetapi hasil analisa tersebut akan tidak ada manfaatnya apabila
cara pengambilan contoh air dari lapang tidak benar. Sifat dari beberapa
parameter kimia air sangat sensitif terhadap kontak langsung dengan udara,
sehingga pengambilan air contoh harus dilakukan sedemikian rupa agar kontak air
dengan udara dapat dihindari serta air dapat dibawa ke permukaan dan
laboratorium (lapangan) dengan tidak mengalami perubahan sifat. Demikian
pula, untuk mendapatkan air contoh di kedalaman tertentu di kolom air,
diperlukan alat pengambil contoh khusus agar air benar-benar terambil dari
kedalaman yang dimaksud tanpa tercampur dengan air dari lapisan kedalaman di
atasnya.

Tujuan
1) mengetahui alat dan cara penggunaan alat pengambilan contoh air
2) mengetahui cara penanganan air contoh baik di lapangan maupun di
laboratorium

1. Alat dan bahan


A. Alat Sampling
1. Kemmerer Water Sampler
2. Van Dorn Water Sampler
3. botol plastik (polyethylene)
4. gelas streil
5. botol BOD

13
B. Bahan pengawet
(1). HNO3 sampai pH 2, dinginkan 4 C – untuk analisis logam atau logam
berat;
(2). H2SO4 sampai pH 2, dinginkan 4 C – untuk COD, amonia, minyak &
lemak, phenols;
(3). Satu botol BOD gelap – untuk inkubasi BOD pada 20 C, selama 5 hari.
(4). Es

Prinsip analisa
Untuk menghindari atau membuat agar sesedikit mungkin perubahan yang terjadi
pada air sampel, maka perlu pengambilan dan penanganan sampel sedemikian
rupa, sesuai dengan karakteristik yang akan diukur atau ditera.

Prosedur kerja
A. Pengambilan air contoh
Alat dalam posisi terbuka dimasukkan tegak lurus (Kemmerer, gambar 1) atau
secara horizontal (vandorn, gambar 2) ke dalam perairan sampai ke kedalaman
yang dikehendaki, kemudian dengan meluncurkan pemberat (m), kedua tutup
karet (ka) di kedua ujung tabung akan menutup tabung, air contoh dalam tabung
siap diangkat ke permukaan. Pengeluaran air contoh dilakukan dengan membuka
penjepit (j) pada slang (pipa karet) pengeluaran di bagian bawah (h) dan slang
pengudaraan di bagian atas

14
Gambar 1. Kemmerer water sampler Gambar 2. Van Dorn sampler
model horizontal

2. Penangan air contoh


diperlukan beberapa wadah atau botol sampel air dengan cara pengawetan yang
berbeda. Biasanya, sebelum ke lapangan sedikitnya perlu disiapkan 3-4 botol
plastik (polyethylene) untuk sampel dari tiap titik pengamatan, dengan perincian
sebagai berikut:
(1). Satu botol dengan preservasi (pengawet) HNO3 sampai pH 2, dinginkan 4 C –
untuk analisis logam atau logam berat;
(2). Satu botol dengan preservasi H2SO4 sampai pH 2, dinginkan 4 C – untuk COD,
amonia, minyak & lemak, phenols;
(3). Satu botol yang lebih besar (5 liter) dengan tanpa pengawet, dinginkan 4 C –
untuk pestisida, TSS, TDS, kekeruhan, nitrit, silikat, chrom hexavalen;
(4). Satu botol BOD gelap – untuk inkubasi BOD pada 20 C, selama 5 hari.

Bila perlu analisis bakteri coliform, maka diperlukan satu lagi botol gelas steril
kemudian simpan di tempat dingin bersuhu 4C. Demikian, juga bila sianida atau
H2S perlu dianalisis, masing-masing perlu satu botol contoh dengan preservasi
khusus.

Tabel 1. Pengawet, wadah, jumlah sampel yang diperlukan, dan lama


penyimpana yang diperkenankan untuk air contoh sesuai dengan
parameter yang akan diukur

Parameter Wadah Jumlah Pengawetan Lama


sampel penyimpanan
(mL) maksimum
Temperatur P,G - langsung diukur -
Alkalinitas P,G (200) langsung diukur (pada 4ºC) (24 jam)

Salinitas G 200 ditutup rapat dengan lilin 6 bulan


pH P,G 200 langsung diukur, atau simpan 6 jam
pada 4ºC
Warna P,G 200 simpan pada 4ºC 48 jam
Kekeruhan P,G 200 dlm botol gelap, tutup rapat 24 jam
dengan lilin
(& simpan pada 4ºC) (48 jam)

15
Kesadahan P,G 100 HNO3 sampai pH < 2 7 hari
Oksigen terlarut G (300) langsung diukur, (atau setelah (8 jam)
(DO) asidifikasi)
BOD P,G 1000 simpan pada 4ºC 6 jam
COD P,G 100 H2SO4 sampai pH < 2 (atau 7 hr (24 jam)
pada 4ºC)
Chlorophyll P,G 500 simpan dalam botol gelap 30 hari
Bahan Organik (C) G 100 Hcl sampai pH < 2 dan 4ºC 7 hari
Nitrogen
Nitrat P,G 100 simpan pada 4ºC (48 jam)
Nitrit P,G 100 simpan pada 4ºC (48 jam)
Nitrat + Nitrit P,G 100 H2SO4 sampai pH < 2, & 4ºC (28 hari)
Ammonia P,G 100 H2SO4 sampai pH < 2, & 4ºC 7 hari (28 hari)
Total Nitrogen P,G 500 H2SO4 sampai pH < 2, & 4ºC 7 hari (28 hari)
Phosphate G 100 simpan pada 4ºC, atau 40 mg 48 jam
HgCl2/L 48 jam
Sulfide (H2S) P,G 4 tetes 2N Zn-acetate/100 ml 4 minggu
atau NaOH sampai pH 9, atau
4ºC
Sulfat P,G 100 simpan pada 4ºC 4 minggu
Silika P 100 simpan pada 4ºC (jangan beku) 4 minggu
Chloride (Cl-) P,G 200 tanpa pengawet 1 minggu
Fluoride P,G 300 simpan pada 4ºC 4 minggu
Cyanide P,G 500 botol gelap pada 4ºC, NaOH 24 jam
sampai pH >12 24 jam
Boron P 100 tanpa pengawet Tak terbatas
Logam (metals) P,G 500 saring, HNO3 sampai pH < 2 6 bulan
Chromium VI P,G 300 simpan pada 4ºC 24 jam
Arsenic (As) P,G 100
Mercury (Hg) P,G 100 HNO3 sampai pH < 2, 4ºC 2 minggu
Selenium (Se) P,G 100
Minyak & Lemak G 1000 H2SO4 sampai pH < 2, & 4ºC 4 minggu
Phenols P,G 500 H2SO4 2 ml/ L, pada 4ºC 4 minggu
Pestisida G 5000 simpan pada 4ºC (+ 1000 mg 7 hari
ascorbic acid/L, bila ada
Chlorine residual)

Padatan (Total, P,G 500 simpan pada 4ºC 1 minggu


Volatile, Filterable)

Bakteri Coliform G 100 simpan pada <10ºC (di lab. 6 jam


steril dinginkan 4ºC, analisis dalam 2
jam)
Sumber: APHA, 2017. Standard methods for the examination of water and
wastewater.

16
3. Pengukuran langsung di lapangan
Selain pengambilan sampel air, di lapangan perlu dilakukan beberapa
pengukuran secara langsung. Hal ini karena beberapa parameter kualitas air
harus langsung ditera di lapangan untuk mendapatkan data yang benar.
Parameter tersebut adalah:
- Warna tamapk
- suhu atau temperatur (baik air maupun udara)
- kecerahan (kedalaman Secchi)
- pH
- Oksigen terlarut (DO)
- DO awal untuk penentuan BOD (DOi).
Untuk itu perlu dipersiapkan peralatan untuk pengukuran karakteristik tersebut,
seperti Secchi disk, pH-meter, DO-meter atau titrasi kit untuk pengukuran DO di
lapangan. Suhu air atau udara dapat diukur dengan menggunakan pH-meter atau
DO-meter.
Salinitas, walaupun dapat diukur dari sampel, disarankan untuk ditera
langsung di perairan (lapangan). Hal ini karena selain perlakuan sampelnya yang
agak khusus, juga karena ada alat yang cukup praktis untuk pengukuran salinitas
secara langsung, seperti SCT-meter ataupun hand refraktometer.
Penggunaan peralatan pengukuran tersebut perlu diperhatikan bahwa
peralatan selalu distandarisasi secara periodik. Selain itu, gunakan alat sesuai
prosedur, seperti pemanasan beberapa menit dan kalibrasi alat sebelum digunakan.

D. Prosedur Laboratorium Secara Umum


Selain hal-hal khusus yang berhubungan dengan karakteristik kualitas air
yang hendak ditera, maka ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam
melakukan analisa di laboratorium, sebagaimana diuraikan sebagai berikut:
a. Pipet atau buret. Terdapat dua macam pipet yang biasa digunakan di
laboratorium, yaitu pipet yang dikalibrasi untuk mengisi (TC, to contain) dan
pipet yang dikalibrasi untuk memindahkan (TD, to deliver). Ketelitian pipet-
pipet TD akan cukup baik hanya bila bagian sebelah dalamnya dibersihkan air
dengan segera membasahinya dan membentuk lapisan film yang seragam bila
dikosongkan. Untuk pembuatan larutan standar, seyogyanya digunakan pipet
atau buret yang berskala sampai 2 desimal (dalam ml). Demikian juga labu
takar ataupun gelas ukur, sebaiknya digunakan yang berspesifikasi 1000 ml,
bukan yang 1 liter.

b. Pencucian alat-alat gelas. Pembersih peralatan gelas biasanya adalah asam


khromat (Chromic acid). Asam khromat dibuat dari 100 g Potassium
dichromate yang dilarutkan dalam 1 liter akuades kemudian sambil diaduk dan
dengan perlahan-lahan ditambahkan 1 liter asam sulfat pekat. Peralatan gelas

17
direndam dalam asam khromat semalaman. Karena larutan asam khromat ini
berbau sangat tajam dan higroskopik, maka wadah perendaman harus selalu
ditutup. Untuk wadah-wadah gelas, pembilasan dengan asam khromat adalah
keharusan. Untuk wadah-wadah plastik, dapat digunakan deterjen atau HCl
pekat. Setelah pencucian dengan asam, bilas peralatan dengan air kran secara
menyeluruh (beberapa kali), kemudian bilas dengan akuades.

c. Pereaksi (reagen). Sebaiknya hanya pereaksi-pereaksi yang berkualitas terbaik


yang digunakan, yaitu dapat berupa "analytical reagent", "spectral grade organic
solvent", atau "ACS grade". Untuk alkohol misalnya, gunakan 95% etil alkohol
atau 95% isopropil alkohol. Semua reagen bebas air (anhydrous reagents) yang
akan digunakan untuk pembuatan larutan standar atau titran, harus terlebih
dahulu dikeringkan dalam oven pada 105-110°C selama sedikitnya 1-2 jam.
Setelah kering, masukkan dalam desikator untuk didinginkan, baru kemudian
ditimbang dan dilarutkan.

18
LAPORAN PRAKTIKUM
KUALITAS AIR
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

19
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :

20
WARNA, KEKERUHAN, KECERAHAN

Teori Dasar
Warna air dapat disebabkan oleh keberadaan plankton (biota renik air),
lumpur, ion-ion logam, seperti besi (Fe) dan mangan (Mn), atau bahan-bahan
terlarut dan tersuspensi lainnya. Warna air dibedakan antara warna asli (“true
color”) dan warna tampak (“apparent color”). Warna asli dapat ditentukan setelah
air sampel disaring atau disentrifus (diendapkan). Warna tampak adalah warna
perairan yang tampak langsung oleh mata, sehingga warna air tersebut disebabkan
oleh semua bahan yang terlarut dan tersuspensi yang terkandung, termasuk
kemungkinan faktor refleksi dan pembiasan.
Kekeruhan (turbidity) adalah gambaran sifat optik air berdasarkan
banyaknya cahaya yang diteruskan (setelah diserap oleh partikel-pertikel yang
terkandung di dalamnya). Kekeruhan terutama dipengaruhi oleh bahan-bahan
yang tersuspensi, seperti lumpur, pasir, bahan organik (plankton, detritus) dan
anorganik lainnya. Kekeruhan dapat mengganggu insang ikan, maupun
menghalangi penetrasi cahaya untuk keperluan fotosintesis (fitoplankton).
Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan. Ukuran yang diperoleh
adalah ukuran kedalaman yang menggambarkan seberapa dalam pengamat secara
visual masih dapat melihat obyek (keping “Secchi”) dalam air. Secara sederhana,
keping Secchi dapat dibuat dari benda berbentuk piringan yang dicat hitam-putih
kemudian diberi pemberat dan tali bertanda (meter). Keadaan cuaca, kekeruhan
air dan waktu pengamatan (pagi, siang, sore), berpengaruh terhadap hasil
pengukuran. Kecerahan dapat digunakan untuk menduga kekeruhan perairan.
Perairan yang keruh kecerahannya bisa sampai 5-15 cm saja, sementara perairan
yang jernih kecerahannya bisa mencapai beberapa puluh meter.

Tujuan
1) mengetahui alat dan cara pengukuran warna air
2) mengetahui alat dan cara pengukuran kekeruhan
3) mengetahui alat dan cara pengukuran kecerahan perairan

21
Prinsip Analisa
Warna perairan diukur dengan metode organoleptik, pengamatan dengan
kasat mata atau dengan Visual Comparation Method yaitu dengan cara
membandingkan air sampel dengan warna standart yang dibuat dari unsur
platinum (Pt) dan cobalt (Co). Satuan dari warna adalah unit PtCo. Secara visual
warna air ditentukan dengan indra penglihatan. Jenis warna paling tidak juga
perlu dicatat/dilaporkan apakah kehijauan, coklat lumpur, kehitaman, abu-abu, dll.
Penentuan warna asli dapat digunakan dengan menggunakan alat “colorimeter”
atau “spectrophotometer” dengan warna standard yang dibuat dari unsur platinum
(Pt) dan cobalt (Co). Oleh karena itu, satuan dari warna adalah unit PtCo. Selain
besaran ini, informasi mengenai jenis atau macam warna adalah juga penting.
Untuk mengetahui macam warna yang ada, biasanya juga digunakan metode
“visual comparation method”, yakni dengan membandingkan warna sampel
terhadap warna-warna standard yang paling mirip secara visual.
Kekeruhan diukur dengan alat “turbidity meter”. Satuan kekeruhan
adalah NTU (nephelometric turbidity unit), atau FTU (formazine turbidity unit).
Bila yang digunakan adalah alat konvensional Jackson dengan menggunakan lilin,
maka satuannya adalah JTU (Jackson turbidity unit).
Kecerahan perairan diukur dengan menggunakan alat bantu yang disebut
“Secchi disk” (kedalaman Secchi). Prinsip Analisa pengekuran kecerahan periran
adalah pembiasan cahaya.

Prosedur kerja
Uji warna dengan metode spektrofotometri dilakukan dengan pengujian
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang antara 450 nm dan 465
nm, dengan larutan standar platina-cobalt mengikuti Hukum Beer. Sebelum
dilakukannya pengujian, larutan standard dibuat seperti pada metode visual.
Namun, larutan standar juga telah tersedia secara komersial dan cocok digunakan
sebagai standar primer. Selain itu, jika warna sebenarnya (true color) yang akan
diukur, persiapan sampel perlu dilakukan dengan cara sampel disaring
22
sebelumnya seperti pada metode visual. Setelah itu, uji warna dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometer. Analisis dengan menggunakan spektrofotometer
mudah dilakukan yaitu dengan memilih program atau panjang gelombang 465
untuk pengujian warna pada pengaturan spektrofotometer yang digunakan,
kemudian dilakukan pembacaan hasil analisis.
Prinsip kerja turbidimeter yaitu mengukur hamburan cahaya yang
mengenai partikel yang terkandung dalam air dengan cara menyinarkan sumber
cahaya yang berasal dari lampu ke kuvet. Kemudian partikel tersebut akan
menyerap energi cahaya dan akan memantulkan cahaya ke segala arah. Sumber
cahaya pada Turbidity Meter, umumnya memiliki panjang gelombang 800 nm
(nanometer) – 1100 nm yang efektif digunakan untuk mendeteksi partikel dengan
ukuran yang lebih besar. Pengukuran kekeruhan dilakukan dengan air air yang
akan diuji ditempatkan ke dalam unit alat melalui wadah botol test (testing bottle).
Untuk mengukur parameter kekeruhan dengan menggunaan turbidimeter dilakukan
dengan cara :
o Botol yang berisi air sampel diaduk dengan cara dibolak-balik agar tidak terjadi
endapan,
o Air sampel dipindahkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 20-30 ml
o Tabung reaksi dimasukkan ke dalam turbidimeter kemudian hasilnya dicatat.

Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah antara


pk. 09.00-15.00 dan matahari tidak tertutup awan. Caranya adalah sebagai
berikut:
(1). Turunkan ke dalam perairan Secchi disk sampai hampir tidak tampak, catat
kedalamannya;
(2). Turunkan sedikit lagi hingga tak tampak, kemudian angkat secara perlahan,
begitu tampak catat kedalamannya. Rata-rata dari kedua kedalaman tersebut
adalah nilai kecerahan (Secchi disk visibility) yang dinyatakan dalam cm atau
m. Rumus pengukuran kecerahan, yaitu:
D1 + D2
Kecerahan =
2
Keterangan :
D1: kedalaman pada saat warna putih pada secchi disk tidak terlihat

23
D2: kedalaman pada saat warna putih pada secchi disk terlihat kembali saat diangkat ke
permukaan.

24
LAPORAN PRAKTIKUM
KUALITAS AIR
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

25
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :

26
AROMA DAN RASA

Teori Dasar
Senyawa organik dan anorganik yang ada di perairan sangat berpengaruh
terhadap aroma. Senyawa-senyawa ini berasal dari limbah domestic, limbah
industri, dan sumber-sumber alami seperti dekomposisi tumbuh-tumbuhan mati
yang ada diteresterial maupun di perairan yang masuk ke badan air. Bau dari air
buangan menandakan adanya pelepasan gas yang berbau seperti hidrogen sulfida.
Gas ini timbul dari hasil penguraian zat organik yang mengandung belerang atau
senyawa sulfat dalam kondisi kekurangan oksigen.
Rasa perairan terdiri dari empat komponen utama yaitu masam, manis,
sain dan pahit. Garam-garam organik yang tersusun oleh dari Cu, Fe, Mn, K, Na,
dan Zn dapat dideteksi secara langsung dengan uji rasa. Air sampel untuk analisis
rasa hanyalah sampel yang aman bagi kesehatan. Sedangakan air sampel yang
terkonaminasi akan berbahaya bila dilakukan uji rasa.

Tujuan
Mahasiswa dapat mengukur aroma dan rasa perairan

Prinsip Analisa
Prinsip Analisa aroma dan rasa adalah Taste treshold test

Prosedur kerja
Rasa perairan diketahui dengan mencoba rasa air dengan indra perasa (lidah),
sedangkan aroma dapat diketahui dengan mencium air.

27
LAPORAN PRAKTIKUM
KUALITAS AIR
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

28
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :

29
PADATAN

(TSD, TSS, DAN TVS)

Teori Dasar
Padatan dalam air meliputi padatan terlarut (TDS: total dissolved solids)
dan padatan tersuspensi (TSS: total suspended solids) serta total solid. Selain itu,
dengan pemanasan atau penguapan lebih lanjut dari padatan total pada suhu yang
lebih tinggi (tanur, pada 550 C, 30 menit), akan diperoleh padatan volatil total
(TVS: total volatile solids) yang dapat memberikan gambaran kandungan bahan
organik.
Total solid (TS) terdiri dari total volatile solids (TVS) dan total fixed
solids (TFS). TVS merupakan karalteristik air limbah yang penting karena, TVS
mencerminkan porsi kandungan bahan organic di dalam air limbah. Porsi TVS
dapat digunakan sebagaiindikator tingkat biodegradability air limbah, dan
digunakan untuk memprediksi ketebalan sedimen. Biasanya semakin tinggi
kandungan bahan organik, semakin tinggi kadar TVSnya, dan endapannya lebih
sulit memadat. Sebaliknya, TFS merupakan kadar padatan permanen atau sering
disebut kadar abu. Semakin tinggi kadar abu suatu air limbah, tingkat pemadatan
endapannya akan lebih mudah. Dengan demikian kadar TVS dan TFS dapat
digunakan sebagai petunjuk tingkat kemudahan memadatkan endapan atau sludge
Padatan terlarut adalah bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring
dengan kertas saring yang ukuran pori-porinya (porousity) 0.45 m. Padatan
tersuspensi (TSS) adalah bahan-bahan yang tercampur dalam air berupa suspensi
(tidak larut) yang dapat dipisahkan melalui pengendapan dengan cara sentrifus
atau melalui penyaringan dengan kertas filter berukuran pori 0.45 m. TSS
menggambarkan seberapa besar (mg/L) jumlah bahan-bahan yang menyebabkan
kekeruhan perairan.
Untuk mendapatkan nilai TDS, sampel air disaring dengan kertas saring tersebut
(menggunakan pompa vacuum), kemudian air sampel tersaring diuapkan
(dikeringkan) dalam oven pada suhu 103-105 C selama satu jam, dan residunya
ditimbang. Penentuan TSS adalah dengan metode gravimetri, melalui tahap
penyaringan, penguapan dan penimbangan. Dalam pelaksanaannya dapat
digabungkan dengan penentuan TDS. Pada penentuan TSS, Filter yang telah
direndam dalam akuades, dikeringkan dalam oven dan ditimbang, digunakan
untuk penyaringan 100 ml sampel dengan vacuum pump. Selanjutnya
filter+residu diuapkan dalam oven pada suhu 103-105 C selama 1 jam, lalu
ditimbang. Selisih berat filter setelah penyaringan dan berat filter awal
merupakan berat residu (=TSS).
Untuk pengukuran TVS dan TFS dilakukan dengan Setelah dioven dan
ditimbang, cawan+residu dimasukkan ke dalam tanur atau muffle, kemudian
dibakar pada suhu 550oC selama ± 15 menit. Selanjutnya, tanur dimatikan, dan
30
dibiarkan dingin beberapa saat, kemudian cawan+abu dikeluarkan dari tanur dan
didinginkan di dalam desiccators. Setelah dingin, cawan+abu dikeluarkan dari
desiccators dan ditimbang dengan timbangan analitik, dan catat beratnya (W3).

Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dan
analisa penentuan TDS, TSS dan total solids.

Prinsip Analisa
Padatan diukur dengan metode gravimetri, yaitu melalui tahap
penyaringan, penguapan dan penimbangan.

Prosedur Kerja
TDS

TSS

31
Rumus untuk TDS adalah:
(d − c) gram
TDS (mg/l) =  1000
50ml
Keterangan :
d : berat (mg) mangkuk dan residu
c : berat (mg) mangkuk

Rumus untuk TSS adalah:


(a − b) gram
TSS (mg/l) =  1000
50ml
Keterangan :
a : berat (mg) kertas saring dan residu
b : berat (mg) kertas saring

32
LAPORAN PRAKTIKUM
KUALITAS AIR
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

33
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :

34
SUHU, SALINITAS, DAN DAYA HANTAR LISTRIK

Teori Dasar
Suhu di perairan tidak berpengaruh langsung terhadap bahan organik. Tapi
suhu secara langsung mempengaruhi kelarutan oksigen. Selanjutnya juga akan
mempengaruhi proses dekomposisi bahan organik di air. Karena bahan organik
lebih terurai secara aerob. Temperatur air yang baik bagi kepentingan biota air
adalah temperatur air normal (± 27°C, untuk daerah tropik) dengan fluktuasi
sekitar 3 °C. selain terhadap bioia air, temperatur air juga berpengaruh pada
parameter kualitas air lainnya, diantaranya adalah terhadap kadar oksigen dan
daya racun amonia.
Daya Hantar Listrik (DHL) atau Conductivity adalah gambaran numerik
cari kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik. Nilainya tergantung pada
kandungan garam-garam terlarut yang dapat terionisasi dalam air pada tempera
tur saat pengukuran dilakukan. Kereaktivan dari setiap ion yang terlarut,
bilangan valensi dan konsentrasinya sangat mempengaruhi nilai DHL. Satuan
DHL adalah umhos/cm. Mhos adalah kebalikan dari satuan tahanan listrik ohm
(Ω). S Satuan identik dengan Siemens (S). Nilai DHL akuades berkisar antara 0,5
sampai 2 umhos/cm dan dapat meningkat setelah didiamkan beberapa minggu
menjadi 2-4 umhos/cm. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh penyerapan
karbondioksida udara ke dalam air dan peningkatan kadar ammonia. Nilai DHL
air limbah industri biasanya melebihi 10.000 umhos/cm.
Salinitas adalah jumlah garam-garam terlarut dalam satu kilogram air laut
dan dinyatakan dalam satuan perseribu. Air laut sangat erat hubungannya dengan
proses evaporasi, sebab garam akan terkonsentrasi . Oleh sebab itu, disuatu tempat
bila terjadi proses evaporasi yang tinggi akan terdapta salinitas yang tinggi.
Sebaliknya penurunan salinitas pada umumnya dapat disebabkan oleh curah
hujan. Salinitas juga dapat mempengaruhi keberadaan nitrat dan ortofosfat,
semakin tinggi salinitas, kadar nitrat dan ortofosfatnya semakin rendah.

Tujuan
Mahasiswa dapat mengukur suhu, salinitas, dan daya hantar listrik di perairan

Prinsip Analisa
Pengukuran suhu dengan prinsip pemuaian. Pengukuran salinitas dengan prinsip
pembiasan cahaya. Prinsip analisa DHL menggunakan sensor.

Prosedur kerja
Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer yang diukur
di setiap stasiun. Pengukuran DHL dilakukan dengan menggunakan alat SCT
meter.
35
LAPORAN PRAKTIKUM
KUALITAS AIR
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

36
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :

37
DERAJAT KEASAMAN (pH), ALKALINITAS DAN KESADAHAN

Teori Dasar
pH air adalah derajad keasaman atau kebasaan dari air. Nilai pH berkisar
antara 1 - 14. Nilai pH 7 adalah pH netral yang hanya terjadi pada air murni (H20)
pada suhu 24 °C. Nilai pH di atas 7 (pH>7) berarti bersifat basa, sedang pH di
bawah 7 berarti bersifat asam. Perairan alami pada umumnya mempunyai nilai pH
6 - 9, dan ini layak bagi kehidupan biota. Pengukuran pH dapat dengan mudah
dilaku-kan, yaitu dengan menggunakan kertas lakmus (kertas pH). Cukup dengan
mencelupkan kertas pH pada air yang hendak diukur, tunggu beberapa saat, akan
terjadi perubahan warna pada kertas, selanjutnya tinggal mencocokkannya dengan
skala warna yang ada pada kemasan. Bila diperlukan pengamatan pH dengan
ketelitian yang lebih tinggi, dapat digunakan alat elektronik yang disebut pH-
meter, baik yang analog maupun yang digital.
Alkalinitas menggambarkan jumlah basa (alkaline) yang terkandung
dalam air yang dapat ditentukan dengan titrasi asam kuat (H2SO4 atau HCl)
sampai pH tertentu. Alkalinitas juga dapat disebut sebagai 'Daya Menggabung
Asam' (DMA) atau di Jerman disebut dengan "Sauerstoff Bindung Vermogen"
(SBV), yang artinya kemampuan air dalam menyerap asam. Garam-garam basa
ini berasal dari kation Ca++, Mg++, Na+, K+, NH4+ dan Fe3+ atau Fe2+ yang dapat
bereaksi dengan karbonat (CO3=), bikarbonat (HCO3-) ataupun hidroksil(OH-).
Pengukuran alkalinitas berkaitan dengan sifat perairan terhadap perubahan
pH, biasa disebut dengan daya atau kapasitas buffer perairan. Alkalinitas
dinyatakan dalam mg/L CaCO3. Bila alkalinitas suatu perairan tinggi (sekitar 100
mg/L CaCO3 atau lebih) maka dikatakan kapasitas buffernya tinggi, yang berarti
pH perairan tidak mudah berubah - atau kalaupun berubah kecil saja - apabila
mendapat cemaran bahan kimia yang bersifat asam ataupun basa. Penentuan
alkalinitas harus langsung dilakukan di lapangan, yaitu dengan titrasi asam kuat
standard (HCl atau H2SO4 dengan normalitas 0,02 N) terhadap sejumlah tertentu
sampel air dengan menggunakan indikator warna: methyl orange (m.o) atau BCG-
MR sampai terjadi perubahan warna. Bila sampel air keruh, maka digunakan pH-
meter sehagai indikator, dan titrasi dihentikan saat sampai pada pH 4,8.
Kesadahan pada dasarnya menggambarkan kandungan Ca++, Mg++ dan
ion ion logam polivalen lainnya seperti: Al3+, Fe3+, Mn++, Sr++, Zn++ dan H+
yang terlarut dalam air. Kation-kation tersebut terutama akan berikatan dengan
anion bikarbonat, karbonat dan bila ada dengan sulfat. Tetapi karena hanya Ca++
dan Mg++ yang biasa terdapat dalam perairan alami dalam jumlah yang relatif
besar, sedangkan ion ion logam lainnya ada dalam jumlah sedikit (dapat
diabaikan), maka biasanya kesadahan dapat dianggap hanya menggambarkan
kandungan Calsium dan Magnesium yang terlarut dalam air. Dalam keadaan
seperti ini nilai kesadahan total akan lebih kecil atau sama dengan alkalinitas total.

38
Akan tetapi apa-bila kesadahan total lebih besar daripada alkalinitas total, maka
kon-sentrasi logam-logam lainnya, disamping Ca++ dan Mg++, juga ada dalam
jumlah yang cukup besar. Kelebihan ke-sadahan tersebut menunjukkan
'kesadahan non karbonat.
Asiditas adalah suatu ukuran keasaman perairan, yang dinyatakan dalam
mg/L CaCO3 Asiditas menggambarkan jumlah basa yang diperlukan untuk
menetralkan air (yang asam). Dikenal asiditas mineral ("mineral acidity") dan
asidi tas total ("total acidity"). Asiditas total berarti keasaman yang disebabkan
oleh C02 dan asam mineral atau asam kuat lainnya. Yang lebih penting adalah
asiditas mineral yakni keasaman perairan yang disebabkan oleh asam kuat
selain CO2. Sebagaimana diketahui CO2 dapat menyebabkan keasaman
perairan, tetapi tidak pernah sampai menyebabkan pH perairan < 4,5
sehingga bila perairan lebih asam dari pH 4,5 tentu disebabkan oleh asam
mineral kuat, misalnya H 2SO4 (yang berasal dari oksidasi besi pyrite, FeS 2).
Asiditas (mineral) ditentukan dengan titrasi basa standard (NaOH) terhadap
sampel air dengan indikator methyl orange (m.o).

Tujuan praktikum
Mahasiswa dapat mengukur pH, alkalinitas dan kesadahan di perairan

Prinsip Analisa
Alkalinitas dan kesadahan diukur dengan prinsip titrimetric. Pengukuran
alkalinitas menggunakan prinsip analisis indikator Phenolpthaline (pp) dan
Methyl Orange (m.o) digunakan pada proses titrasi untuk menentukan perairan
tersebut keruh atau berwarna. Sedangkan kesadahan ditritasi dengan Na-EDTA
hingga terjadi perubahan warna dari merah menjadi ungu.

Prosedur kerja
Kesadahan total

39
Alkalinitas

Rumus yang digunakan dalam penetuan alkalinitas adalah:


AxNtitranx(100 / 2) x1000
Alkalinitaspp =
mlsampel
Rumus yang digunakan dalam penetuan kesdahan total adalah:
Kesadahan Total = mltitran Mtitran 100.11000
mlsampel

40
LAPORAN PRAKTIKUM
KUALITAS AIR
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

41
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :

42
OKSIGEN TERLARUT DAN CO2 BEBAS di PERAIRAN

Teori Dasar
Oksigen terlarut (DO - Dissolved Oxygen) adalah jumlah mg/L gas
oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut
dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut di perairan alami bervariasi,
tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfir (Effendi,
2003). Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan
atmosfer, maka kadar oksigen terlarut semakin kecil.
Karbondioksida yang dianalisa adalah karbondioksida yang berada dalam
bentuk gas yang terkandung dalam air. Kandungan CO2 bebas di udara adalah
sekitar 0,03%. Kandungan CO2 dalam air murni pada tekanan 1 atm dan
temperatur 25oC adalah sekitar 0,4 ppm. Karbondioksida yang terdapat di
dalam air merupakan hasil proses difusi CO2 dari udara dan hasil proses respirasi
organisma akuatik. Di dasar perairan CO2 juga dihasilkan oleh proses
dekomposisi. Kandungan CO2 sebesar 10 mg/L atau lebih masih dapat ditolerir
oleh ikan bila kandungan oksigen perairan juga cukup tinggi. Kebanyakan spesies
dari biota akuatik masih dapat hidup pada perairan yang memiliki kandungan CO2
bebas 60 mg/L.
Di dalam perairan, CO2 jarang mengakibatkan pH perairan lebih rendah dari 5,5.
Perairan yang lebih asam dari pH 5,5 diduga bukan karena kandungan CO2 yang
tinggi tetapi karena mengandung mineral-mineral asam kuat. Oleh karena itu,
sebelum dianalisa, pH air sampel perlu diketahui terlebih dahulu. Untuk
mendapatkan hasil yang baik, penentuan CO2 bebas sebaiknya dilakukan terhadap
2 air sampel yaitu yang dipanaskan dan yang tidak dipanaskan. Air sampel
dipanaskan sambil diaduk sampai hampir mendidih untuk membebaskan CO2 ke
udara. Air sampel lain yang berasal dari stasiun yang sama dianalisa kadar CO2
tanpa perlakuan pemanasan. Perbedaan hasil titrasi kedua air sampel tersebut
menunjukan kadar CO2 bebas yang sebenarnya. Sedangkan nilai CO2 yang
didapat pada air sampel tanpa pemanasan menunjukan keasaman total (total
acidity).

Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengukur oksigen terlaurt dan CO2 bebas di perairan.

Prinsip Analisa

Kadar oksigen dalam air dapat ditentukan dengan dua cara yaitu dengan cara
titrasi (titrimetri) dan dengan penggunaan alat ukur elektronik yang disebut DO-
meter. Pengikatan oksigen oleh reduksi MnSO4 menjadi Mn(OH)2 dalam kondisi
asam dan pembebasan I2. I2 bebas ekivalen dengan O2. Metoda penentuan CO2

43
bebas yang umum digunakan adalah metoda titrimetrik dengan Sodium Karbonat
(Na2CO3).

Prosedur Kerja

Penentuan oksigen secara titrimetri dilakukan menurut metoda standar Winkler


atau juga metoda Iodometri. Dalam metoda ini, oksigen tidak dititrasi secara
langsung, akan tetapi diikat terlebih dahulu dengan pereduksi Mn(OH)2 sehingga
terbentuk endapan coklat MnO(OH)2. Endapan ini dalam kondisi asam akan larut
dan membebaskan I2 dari KI. I2 bebas dalam air akan berwarna kuning sampai
kecoklatan, bergantung pada jumlah molekul yang ada. Jumlah I2 yang
dibebaskan akan setara dengan jumlah oksigen yang ada dalam air. I2 bebas inilah
yang akan ditentukan jumlahnya dengan jalan titrasi dengan thiosulfat (S2O3 =).
Karena jumlah molekul thiosulfat diketahui sebelumnya (0,025 N) dan jumlah
atau volume yang digunakan untuk mengikat I2 dapat dilihat pada akhir titrasi,
maka kadar O2 terlarut dalam air dapat dihitung. Secara ringkas, reaksi-reaksi
kimia yang terjadi dalam metoda standar Winkler adalah sebagai berikut:
1. MnSO4 + 2 NaOH Mn(OH)2 + Na2SO4
2. 2 Mn(OH)2 + 2 O 2 H2MnO3 (endapan coklat)
3. H2MnO3 + 2 H2O4 + 2 KI MnSO4 + 3 H2O + K2SO4 + I2 (larutan
berwarna kuning -

kecoklatan)
4. I2 + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI (larutan tak berwarna)

Pada reaksi (4.) warna kuning kecoklatan I2 semakin lama semakin pudar dan
menghilang, karena jumlah I2 semakin berkurang dan habis terikat, sehingga
akhirnya larutan menjadi jernih tak berwarna. Perubahan warna dari kuning ke tak
berwarna, sangat sulit ditentukan batas perubahannya. Untuk itu maka diperlukan
indikator amilum ('starch indicator') yang ditambahkan pada saat larutan berwarna
kuning muda. Amilum ini akan bereaksi dengan I2 membentuk warna biru.
Apabila I2 habis maka warna biru akan hilang. Titik batas perubahan warna yang
merupakan titik akhir titrasi, dari biru ke tak berwarna ini akan tampak lebih jelas.
Bila larutan yang telah tidak berwarna ini didiamkan beberapa saat, biasanya akan
terbentuk warna biru lagi karena absorbsi oksigen dari udara membebaskan I2 dari
HI.

5. 4 HI + O2 2 I2 + 2 H2O

HI terbentuk pada waktu penambahan asam, H2SO4 (reaksi 3.) dari reaksi:

6. 2 KI + H2SO4 2 HI + K2SO4
44
I2 yang baru terbentuk inilah (reaksi 5.) yang membentuk lagi warna biru dengan
amilum.
Bagan Kerja Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO)

45
Pengukuran Oksigen dengan alat (DO-meter)
Pengukuran cara lain yang lebih mudah adalah dengan menggunakan alat
ukur elektronik DO-meter. Cara ini biasanya digunakan untuk monitoring atau
pengukuran kadar oksigen di beberapa lokasi sekaligus. Pengukuran dengan alat
ini dapat dilakukan setiap saat dan akan langsung terbaca kadar oksigen perairan
yang diukur. Untuk menjaga ketepatan alat, setiap jangka waktu tertentu alat
perlu dikalibrasi dengan membandingkan hasil pengukuran alat terhadap hasil
pengukuran dengan cara titrasi standar Winkler terhadap air contoh yang sama.
Misalnya suatu air sampel yang dianalisa dengan metoda standar Winkler kadar
oksigen terlarutnya kemudian air sampel yang sama ditera dengan DO-meter
menunjukkan kadar oksigen terlarut sebesar maka faktor kareksi adalah Jadi
setiap hasil pengukuran dengan DO meter harus dikalikan dengan faktor koreksi
tersebut.

Karbondioksida bebas bereaksi dengan Sodium Karbonat (Na2CO3) atau


Sodium Hidroksida (NaOH) standar, membentuk Sodium Bikarbonat. Dalam hal
ini baik CO2, Na2CO3 maupun NaHCO3 merupakan senyawa-senyawa yang
tidak berwarna. Oleh karena itu diperlukan indikator phenolphthalein (pp) yang
akan memberikan warna merah (pink) bila larutan menjadi basa (pH 8,3).
Sehingga kelebihan sedikit saja sodium karbonat atau sodium hidroksida, akan
menyebabkan larutan berwarna merah yang menandai akhir titrasi.
Reaksi yang terjadi dalam titrasi adalah sebagai berikut:
1a. CO2 + Na2CO3 + H2O ----------> 2 NaHCO3
1b. CO2 + 2 NaOH ------------> Na2CO3 + H2O
2. pp + kelebihan Na2CO3 atau NaOH -----------> warna merah (pink)

CO2 Bebas

46
Rumus perhitungan DO dengan metoe titrimetric:
(mltitran)( NThio)  8  1000
DO =
mlBOD − mlreagen
mlsampel  ( )
mlbotolBOD

Rumus perhitungan CO2:

47
LAPORAN PRAKTIKUM
KUALITAS AIR
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

48
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :

49
BAHAN ORGANIK

Teori dasar
Pada umumnya bahan organic yang diukur di perairan adalah Biochemical
Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan Total Organic
Matter (TOM). BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik. Jadi BOD
menggambarkan suatu proses oksidasi bahan organik oleh mikroorganisme yang
terjadi di perairan. Ada yang menyebutkan kepanjangan dari BOD adalah
Biological Oxygen Demand. Ini mungkin untuk lebih mudah membedakannya
dengan COD (Chemical Oxygen Demand). Dalam hal BOD, proses yang terlibat
sebenarnya tidaklah hanya proses biologi (oleh mikroorganisme), tetapi juga
proses penguraian secara kimia. Sehingga akan lebih tepat bila disebut sebagai
Biochemical Oxygen Demand atau Kebutuhan Oksigen Biokimia.
Proses dekomposisi bahan organik di perairan tidak terjadi sekaligus,
tetapi terjadi secara bertahap, tergantung pada kadar bahan organik yang diuraikan
(didekomposisi), mungkin hanya 10-25 % bahan organik yang dapat diuraikan
pada setiap tahap. Oleh karena itu, untuk mencapai 95-99% bahan organik
terurai, diperlukan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 20 hari. Untuk keperluan
pengamatan, waktu tersebut cukup lama, sehingga diambil standar waktu 5 hari.
Pada hari ke-5 diperkirakan 60-70% bahan organik telah terurai (Springer, 1986),
dan ini cukup memadai sebagai gambaran nilai BOD.
COD menyatakan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi semua bahan organik yang terdapat di perairan, menjadi CO2 dan
H2O. Nilai COD akan meningkat sejalan dengan meningkatnya nilai bahan
organik di perairan.
Total bahan organik (TOM) merupakan gambaran bahan organik yang
terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi, dan koloid. Kandungan bahan
organik mempengaruhi konsentrasi oksigen dalan air. Peningkatan bahan organik
akan menguraikan bahan organik menjadi bahan anorganik dengan memanfaatkan
oksigen dalam air yang akan menyebabkan penurunan oksigen terlarut dalam air.
Nilai TOM pada perairan alami berkisar 1,0-30 mg/lt.

Tujuan praktikum
Mahasiswa dapat mengukur BOD, COD, dan TOM di perairan

Prinsip Analisa
Penentuan BOD ini dilakukan dengan cara menghitung kadar oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mendekomposisi bahan organik
yang terlarut di perairan dalam waktu 5 hari. Jadi merupakan selisih kadar
oksigen pada hari pertama dan hari kelima. Metoda ini menggunakan botol gelap
dan botol terang. Botol terang langsung ditentukan kadar oksigen terlarutnya,
50
sedangkan botol gelap disimpan dalam BOD inkubator pada suhu 20 oC selama 5
hari. Temperatur 20oC dan waktu 5 hari merupakan temperatur dan waktu yang
standar dalam penentuan BOD karena dianggap pada temperatur tersebut proses
dekomposisi berjalan optimum dan sekitar 75% bahan organik telah
terdekomposisi.
Pengukuran COD didasarkan atas prinsip bahwa hampir semua bahan organik yang
ada di perairan dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air dengan
menggunakan suatu oksidator kuat dalam kondisi asam. Sebagai oksidator
digunakan Potassium Dichromate (K2Cr2O7). Sejumlah Potassium dichromate
tertentu ditambahkan ke dalam sampel yang telah diasamkan dengan Asam sulfat
(H2SO4). Air sampel kemudian dipanaskan, sehingga bahan organik teroksidasi
menjadi karbondioksida dan air, dan bersamaan dengan itu dichromate berkurang
seperti ditunjukkan dalam reaksi berikut:

Bahan Organik + Cr2O7= + H+ -----> 2 Cr3- + CO2 + 7 H2O

Kelebihan dichromate dapat ditentukan dengan titrasi kembali (back titration)


menggunakan Ferrous Ammonium Sulfat (FAS) dengan indikator Ferroin
(indikator reaksi redoks) untuk menentukan dan memperjelas titik akhir titrasi.

6 Fe2+ + Cr2O72- + 14 H+ ------> 2 Fe3+ + CO2 + 7 H2O

Jumlah dichromate yang digunakan untuk oksidasi bahan organik setara dengan
nilai COD, ditentukan dengan menghitung milliekivalen FAS yang terpakai dalam
titrasi. Dalam pelaksanaan penentuan COD, digunakan larutan blanko agar
diperoleh hasil pengukuran yang lebih tepat.
Penentuan COD dapat juga dilakukan dengan metoda "Heat of dilution
procedure" (pemanasan dengan Asam sulfat - Boyd, 1979) yang merupakan
modifikasi dari metoda standar "Reflux". Pada metoda ini tidak diperlukan
pemanasan langsung di atas api, sebagai gantinya adalah pemanasan dengan
penambahan H2SO4 pekat pada air sampel. Selain itu, juga tidak digunakan Perak
sulfat sebagai katalis, serta tidak perlu menggunakan peralatan reflux. Hasil
pengukuran dengan metoda ini lebih rendah daripada menggunakan metoda COD
standar karena bahan organik yang ada tidak seluruhnya mengalami oksidasi.
Namun hasil pengukuran COD dengan metoda ini masih memberikan gambaran
COD yang memadai dan cukup mewakili keadaan COD perairan.
Untuk mendapatkan nilai COD yang mendekati nilai hasil cara penentuan standar,
nilai COD dari perhitungan akhir metoda "Heat of dilution procedure"
disubstitusikan ke dalam persamaan regresi (Boyd, 1979):
Y = 3,02 + 1,505 X
dimana,

51
Y : nilai COD dugaan bila menggunakan metoda standar
(mg/L), merupakan nilai yang dicari atau dilaporkan;
X : nilai COD yang diperoleh dari penentuan 'Heat of
dilution procedure'.
(Koefisien korelasi dari persamaan regresi ini adalah r = 0,97).

Prosedur kerja
BOD

COD

52
TOM

Rumus perhitungan BOD

(mltitran)( NThio)  8  1000


DO5 =
mlBOD − mlreagen
mlsampel  ( )
mlbotolBOD
BOD = DO0– DO5
Rumus perhitungan COD

( B − S )  N  8  1000
COD =
mlsampel

Rumus perhitungan TOM

53
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR KUALITAS AIR
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

54
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :

55
NITROGEN di PERAIRAN

Teori dasar

Ammonia (NH3) dan garam-garamnya berifat mudah larut dalam air. Ion
ammonium adalah bentuk transisi dari ammonia. Sumber ammonia diperairan
adalah pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik
yang terdapat di dalam tanah dan air, yang berasala dari dekomposisi bahan
organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh mikroba dan jamur.
Proses ini dikenal dengan istilah amonifikasi (Effendi, 2003). Tinja dari biota
akuatik merupakan limbah aktivitas metabolisme juga banyak mngeluarkan
ammonia. Sumber amonia yang lain adalah reduksi gas nitrogen yang berasala
dari proses difusi udara atmosfer, limbah industri, dan domestik (Effendi, 2003).
Nitrit ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih sedikit dari
nitrat, karena bersifat stabil dengan keberadaan oksigen. Keberadaan nitrit
menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang
memiliki kadar oksigen terlarut sagat rendah. Sumber nitrit dapat berupa limbah
industri dan limbah domestik (Effendi, 2003).
Perairan alami mengandung nitrit sekitar 0.001 mg/l dan sebaiknya tidak melebihi
0.06 mg/l (Canadian Council of Resouces and Environment Ministers, 1987
dalam Effendi, 2003). Kadar nitrit yang lebih dari 0.05 mg/l dapat brsifat toksik
bagi organism perairan yang sangat sensitive (Moore, 1991 dalam Effendi, 2003).
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrient utama bagi pertumbuhantanaman dan algae. Senyawa ini
dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan (Effendi,
2003). Nitrat dan ammonium adalah sumber utama nitrogen di peairan. Namun,
ammonium lebih disukai oleh tumbuhan. Kadar nitrogen di perairan yang tidak
tercemar biasanya lebih tinggi daripada kadar ammonium. Kadar nitra-nitrogen
hamper tidak pernah lebih dari 0.1 mg/l. kadar nitrat lebih dari 5 mg/l.
Menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas
manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat-nitrogen yang lebih dari 0.2 mg/l dapat
mengakibatan terjadinya eutrofikasi (pengayaan) perairan, yang selanjutnya
menstimulir petumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat (blooming). Kadar
nitrat untuk keperluan air minum sebaiknya tidak melebihi 10 mg/l (Davis dan
Cornwell, 1991 dalam Effendi, 2003). Nitrat dapat digunakan untuk
mengelompokkan tingkat kesuburan perairan. Perairan oligotrofik memiliki kadar
nitrat antara 0-1 mg/l, perairan mesotrofik memiliki kadar nitat antara 1-5 mg/l,
dan perairan eutrofik memiliki kadar nitrat antara 5-50 mg/l (Volenweider, 1969
dalam Effendi, 2003).

Tujuan praktikum

56
Mahasiswa dapat mengukur total nitrogen, Amonia, nitrat, & nitrit di perairan

Prinsip Analisa

Parameter nitrogen di Analisa dengan spektrofotometer. Nitrat dengan prinsip


Analisa brucine acid, nitrit dengan Sulfanilamide, dan Amonia dengan phenate.

Prosedur kerja

Total N

Nitrat

57
Nitrit

Amonia

Rumus-rumus

Ammonia-N (mg NH3/L) = ppm NH3-N 1.216

Nitrit-N (mg NO2/L) = ppm NO2-N 3.28

Nitrat-N (mg NO3/L) = ppm NO3-N 4.43

58
FOSFAT DAN SILIKA

Dasar teori
Total fosfat atau fosfor total menggambarkan jumlah semua bentuk senyawa
fosfor, baik berupa partikulat maupun terlarut, organik maupun anorganik. Fosfor
organik banyak terdapat pada perairan yang banyak mengandung bahan organik
(Wetzel, 1975 dalam Mardiana, 2007). Berdasarkan kadar fosfat total, perairan di
klasifikasikan menjadi tiga, yaitu : perairan yang mengandung total fosfat antar 0-
0.02 mg/L adalah perairan dengan tingkat kesuburan rendah, kandungan total
fosfat antara 0.021-0.05 mg/L adalah perairan dengan tingkat kesuburan sedang,
dan kandungan total fosfat antara 0.051-0.1 mg/L adalah perairan dengan tingkat
kesuburan tinggi.
Ortofosfat merupakan fosfor dalam bentuk anorganik yang dapat langsung
dimanfaatkan dan mudah diserap oleh fitoplankton untuk pertumbuhannya,
sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih
dahulu sebelum dimanfaatkan oleh tumbuhan sebagai sebagai sumber fosfor yang
dipengaruhi oleh suhu (Efendi, 2003). Kandungan fosfat dalam air merupakan
karakteristik kesuburan perairan. Pada umumnya perairan yang mengandung
ortofosfat antara 0.003-0.010 mg/L adalah perairan yang oligotrof (kesuburan
rendah), kandungan ortofosfat antara 0.011-0.030 mg/L adalah perairan yang
mesotrof (kesuburan sedang), dan kandungan ortofosfat antara 0.031-0.100 mg/L
adalah perairan eutrof (kesuburan tinggi).
Silika diperlukan untuk mendukung perkembangan atau kebutuhan biota
laut. Dalam komunitas diatom, silika merupakan nutrien yang sangat penting
untuk membangun dinding sel. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton di
suatu perairan tergantung pada konsentrasi silika. Siklus dari silika terlibat antara
pertukaran silicacid dalam bentuk [Si(OH)4] yang mana silic acid tidak
terionisasi dari berbagai kumpulan ion utama mineral. Jika kosentrasi silika pada
perairan berkurang di bawah 0.5 mg/l, banyak spesies diatom tidak mampu
berkompetisi secara efektif dengan alga non-silika dalam hal memperebutkan
unsur hara. Perairan tawar memiliki kadar silika kurang dari 5 mg/l. Perairan
sungai dan danau memiliki kadar silika antara 5-25 mg/l.

Tujuan praktikum
Mahasiswa dapat mengukur Total Fosfat, & ortophosfat, & silika di perairan

Prinsip Analisa

Larutan amonium molybdate pada pH di bawah 1,5 akan bereaksi dengan silika
dan phosphate yang akan membentuk heteropoly acid (Silika).

59
Terbentuknya amonium Molybdate dan Kalium anti monil tartarat dalam suasana
asam, fosfor molybdate tersebut kemudian direduksi dengan korbit menjadi
berwarna biru yang setara dengan konsentrasi phosphate (Total fosfat dan
ortofosfat).

Prosedur kerja
Total P

Ortofosfat

60
Silika air tawar

61
DAFTAR PUSTAKA

APHA. 2017. Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater.
Ed ke-23. Rice EW, Baird RB, Eaton AD, editor. Washington, D.C.:
American Public Health Association, American Water Works Association,
and Water Environment Federation.
Anggoro,Tri Danny,2002.Kesuburan Perairan Berdasarkan Ketersediaan dan
Distribusi Spasial Unsur Hara (N,P,dan Si) di Perairan Teluk Jakarta.
Skripsi. Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, IPB.Bogor.

Barus, T.,A. 2004. Pengantar Kualitas Air. USU Press. Medan.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

Hariyadi, S., dkk. 2005.Kualitas Air:Metode Kualitas Air. Laboratorium Kualitas


Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Priyono, Agus. 1994. Parameter-Parameter Kualitas Air. Laboratorium Analisis


Lingkungan. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas
Kahutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

62

Anda mungkin juga menyukai