Anda di halaman 1dari 44

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Peserta praktikum wajib mengikuti seluruh kegiatan praktikum dari awal


sampai akhir (kehadiran 100 %).
2. Praktikan yang berhalangan hadir atau karena sakit harus melapor kepada
dosen penanggung jawab praktikum (disertai dengan surat keterangan dokter dan
surat keterangan ketua jurusan MSP Fakultas Pertanian USU).
3. Praktikan harus berpakaian rapi :
­ Memakai kemeja dan celana keper hitam (laki­laki)
­ Memakai kemeja dan rok hitam (perempuan)
­ Memakai sepatu dan kaos kaki.
­ Memakai jas lab dan name tag
­ Rambut wajib rapi
4. Praktikan harus hadir 5 menit sebelum kegiatan praktikum dimulai, yang
terlambat tidak diperkenankan masuk untuk kegiatan praktikum.
5. Praktikan yang tidak memenuhi “SYARAT MASUK” tidak
diperkenankan mengikuti praktikum.
6. Praktikan tidak diperkenankan meninggalkan laboratorium tanpa izin dari
Asisten Laboratorium
7. Praktikan harus tidak mengaktifkan (silent/getar) handphone.
8. Tidak ada praktikum susulan bagi mahasiswa yang berhalangan hadir
tanpa keterangan dan tidak ada nilai kuis.
9. Praktikan harus memahami buku modul praktikum dan teori mengenai
praktikum sebelum praktikum dimulai.
10. Setelah memasuki ruangan, praktikan harus mempersiapkan diri mengikuti
kuis dengan tertib.
11. Praktikan harus menjaga kebersihan, ketenangan, selama praktikum
berlangsung.
12. Tidak membuang sampah atau sisa praktikum (tisu, lap, plastik dan kertas
lainnya) pada sembarangan tempat.
13. Tidak diperkenankan merokok pada saat praktikum berlangsung.
14. Alat yang dipakai setiap kali praktikum harus dicuci bersih, baik alat yang
dibawa sendiri maupun alat yang disediakan lab. Jika ada peralatan yang
mengalami kerusakan/patah/hilang maka praktikan wajib mengganti dan
diserahkan sebelum kegiatan praktikum minggu berikutnya.
15. Praktikan wajib membuat laporan praktikum dalam bentuk buku data
maupun laporan hasil praktikum.
16. Hal­hal yang belum dimengerti dapat ditanyakan kepada asisten
laboratorium dan dosen penanggung jawab praktikum.
17. Praktikan akan menerima sanksi atas setiap bentuk pelanggaran terhadap
Tata Tertib yang telah ditetapkan.

1
SANKSI

1. Terlambat dari waktu praktikum yang ditetapkan (Selasa pukul 15:00 dan Rabu
pukul 10:00) tidak diperkenankan ikut quis pada saat praktikum tersebut dan nilai
quis nol.

2. Terlambat lebih dari 10 menit dengan alasan apapun tidak diperkenankan ikut
praktikum pada saat itu.

3. Praktikan yang tidak memakai jas lab dan KTM tidak dibenarkan ikut
praktikum dan quis pada hari itu.

4. Kelompok yang tidak membawa bahan praktikum secara lengkap dan sesuai
dengan materi praktikum pada hari itu tidak diperkenankan ikut praktikum dan
quis.

5. Praktikan yang tidak membawa laporan praktikum mingguan tidak


diperkenankan ikut praktikum dan quis.

6. Dua kali melakukan pelanggaran baik keterlmbatan maupun tidak membawa


bahan praktikum dianggap gagal melakukan praktikum (Nilai E).

PENILAIAN

1. Praktikum mata kuliah Limnologi memiliki bobot 1 sks terpisah dari


perkuliahan Limnologi.

2. Nilai praktikum terdiri dari kehadiran, quis, laporan, keaktifan dan ujian
praktikum.

3. Nilai laporan adalah nilai yang berasal dari laporan yang dikerjakan secara
perorangan dan kelompok.

4. Nilai aktifitas adalah nilai keaktifan selama praktikum berlangsung.

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat­Nya sehingga buku MODUL PRAKTIKUM LIMNOLOGI
ini dapat direvisi. Semoga kita selalu diberikan kemudahan dan kekuatan dalam
menuntut dan menyebarkan ilmu pengetahuan sepanjang hidup kita.
Buku Modul Praktikum Dasar Limnologi ini disusun dengan maksud
untuk membantu mahasiswa program studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang mengambil Mata kuliah
Dasar Limnologi. Isi dari modul ini mengacu kepada silabus praktikum Dasar
Limnologi, disesuaikan dengan kondisi dan ketersedian peralatan serta bahan
yang ada di laboratorium program studi MSP Fakultas Pertanian USU. Dengan
adanya buku modul praktikum ini diharapkan mahasiswa mempunyai pedoman
untuk melaksanakan praktikum. Selain membaca buku ini, mahasiswa diharapkan
mencari buku­buku penunjang lain yang berhubungan dengan materi yang
dipraktikumkan.
Sebagai edisi kedua penyusun menyadari buku modul ini, masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran demi penyempurnan buku ini dimasa
akan mendatang sangat dihargai. Akhir kata penyusun berharap buku ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa yang akan melakukan praktikum.

Medan, September 2016

Mengetahui Dosen Koordinator Praktikum


Ketua Jurusan MSP Dasar Limnologi

Dr . Ir . Yunasfi, M.Si Ahmad Muhtadi, S.Pi, M.Si

3
DAFTAR ISI

Halaman
TATA TERTIB PRAKTIKUM ................................................................ 1
KATA PENGANTAR ................................................................................ 3
DAFTAR ISI ............................................................................................... 4
SILABUS PRAKTIKUM .......................................................................... 5
PENGENALAN ALAT .............................................................................. 6
MORFOMETRI SUNGAI ........................................................................ 9
MORFOMETRI DANAU ......................................................................... 18
HEAT CONTEN & HEAT BUDGET ...................................................... 26
KEDALAMAN KOMPENSASI ............................................................... 30
PROFIL SUHU & OKSIGEN DI PERAIRAN ....................................... 35
DAFTAR PUSTAKA

4
SILABUS PRAKTIKUM

Per te Pokok Sub Pokok


Tujuan Instr uksional Khusus
muan Bahasan Bahasan
Mahasiswa dapat mengetahui
jenis dan fungsi alat­alat yang
Kontrak praktikum
1 dipakai dalam pengambilan Pendahuluan
dan pengenalan alat
dan analisa data dalam
praktikum limnologi
Mahasiswa dapat menjelaskan
2 tentang dasar­dasar pemetaan Pemetaan sungai
sungai dan DAS
Mahasiswa dapat mengetahui Morfometri
Pengambilan data
3 cara pengambilan data fisik Sungai
sungai
sungai
Mahasiswa dapat menghitung Analisis data
4
dimensi fisik sungai sungai
Mahasiswa dapat menjelaskan Pengetahuan dasar
5 tentang dasar­dasar pemetaan tentang mapping
danau (pemetaan) danau
Mahasiswa dapat menjelaskan
Morfometri
6 tentang dasar­dasar pemetaan Surface dimention
Danau
danau
Mahasiswa dapat menjelaskan
Subsurface
7 tentang dimensi permukaan
dimention
danau
Mahasiswa dapat menghitung
Heat conten &
8 tentang Heat conten & heat Kandungan panas
heat budget
budget
Mahasiswa dapat menghitung
Kedalaman Kedalaman
9 dan mengukur kedalaman
kompensasi kompensasi
kompensasi
Mahasiswa dapat membaut dan
Profil suhu &
menjelaskan tentang profil Profil suhu dan
10 Oksigen di
suhu & oksigen pada berbagai oksigen di perairan
perairan
tipe danau
Mahasiswa dapat
11 mempraktekkan pengambilan Pengambilan data
data morfometri danau Morfometri
Mahasiswa dapat menghitung Danau
12 dan analisa dimensi permukaan Analisis data
dan bawah permukaan danau
Diskusi
13 Diskusi Diskusi laporan
laporan

5
6
PENGENALAN ALAT

Teor i Dasar
Alat­alat Pengukur an Faktor Fisika Per air an
1. Kecer ahan
Pengukuran kecerahan menggunakan alat yang disebut keping secchi (sechhi
disk). Alat Secchi adalah keping berbentuk keping berbentuk lingkaran bergaris
tengah 20 cm yang terbagi 4 bagian dengan warna hitam dan putih berselang
seling setiap bagiannya. Skala kecerahan aalat secchi adalah suatu batas
kedalaman yang menyebabkan hilangnya warna dari pandangan pada saat alat
tersebut dibenamkan. Keping secchi juga dapat dibuat sendiri oleh mahasiswa.

Gambar Keping Secchi

2. Suhu
Alat yang digunakan dalam pengukuran suhu adalah thermometer. Thermometer
terdiri dari beberapa jenis yaitu thermometer alkohol, thermometer air raksa,
thermometer digital dan lain­lainnya.

Gambar Termometer

3. Padatan Ter lar ut Total (TDS)


Padatan terlarut total atau Total Dissolved Solid (TDS) adalah bahan­bahan
terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas saring Milipore dengan
ukuran pori­pori (porousity) 0,45 mikron.

7
Gambar Kertas Saring

Alat­Alat Pengukur Faktor Kimia Per air an


1. Oksigen Ter lar ut (DO)
Penentuan oksigen terlarut dalam sauatu perairan dapat dilakukan dengan
menggunakan metode winkler atau juga menggunakan DO meter.

Gambar DO Meter

2. pH (potential of hydr ogen )


Derajat keasaman atau pH dapat di ukur dengan menggunakan pH meter, pH
indikator. Pada umumnya yang digunakan adalah pH meter namun harga alat ini
terbilang mahal.

8
Gambar pH meter Gambar pH indicator
Alat­Alat yang Digunakan Penentuan Par ameter Biologi
1. Plankton
Pengambilan sampel plankton dengan mengunakan plankton net. Dengan prinsip
kerja menyaring air sampel.

Gambar Plankton Net

2. Benthos
Pengambilan sampel benthos dengan menggunakan surber net. Dimana substrat
dasar perairan disaring menggunakan surber net ini.

Gambar Surber Net

Tujuan Pr aktikum
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui jenis dan fungsi alat­
alat yang dipakai dalam pengambilan, penanganan dan analisa kulaitas air baik
fisika, biologi, maupun kimia.

9
MORFOMETRI SUNGAI

Teor i Dasar
Sungai
Sungai merupakan suatu badan air yang mengalir ke satu arah dan merupakan
merupakan jalan alami menuju samudera, danau atau laut, atau ke sungai yang
lain. Berdasarkan sumber airnya sungai dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, yaitu :
1. Sungai Hujan, yaitu sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber
mata airnya.
2. Sungai Gletser, yaitu sungai yang airnya berasal dari pencairan es.
3. Sungai Campuran, yaitu sungai yang airnya berasal dari pencairan es, dari
hujan, dan dari sumber mata air.
Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Sungai Anteseden, yaitu sungai yang tetap mempertahanhan arah aliran
airnya walaupun ada struktur geologi(batuan) yang melintang.
2. Sungai Superposed, yaitu sungai yang melintang, strukturnya dan
prosesnya dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya.

Ada 3 daerah aliran sungai yaitu :


1. Daerah hulu.
Ciri­cirinya dangkal hingga dalam, bahkan ada yang sangat dalam, sempit,
seringkali mengalir didaerah lembah yang curam dan dalam. Tingkat
kecuramannya tinggi sekali sehingga banyak dijumpai air terjun. Kebanyakan
daerah ini tidak dapat diarungi.
2. Daerah Peralihan.
Ciri­cirinya daerah sungai cukup lebar dan dalam, banyak dijumpai riam yang
diselingi lubuk sungai. Daerah ini sangat ideal untuk ORAD (Olahraga Arus
Deras), akan tetapi air terjun yang berbahaya masih dijumpai.
3. Daerah hilir
Ciri­cirinya lebar dan dalam, aliran airnya tenang dan berkelok­kelok menyerupai

10
huruf “V”. Bukan daerah yang ideal untuk ORAD. Karena banyak ditemukan
daerah yang flat (datar dengan arus yang cenderung tenang). Daerah ini juga
banyak ditemukan sampah dari hulu sungai bagian atas sehingga kebanyakan
cenderung kotor.
DAS (watershed atau drainage basin) adalah suatu area dipermukaan bumi yang
didalamnya terdapat sistem pengaliran yang terdiri dari satu sungai utama (main
stream) dan beberapa anak cabangya (tributaries), yang berfungsi sebagai daerah
tangkapan air dan mengalirkan air melalui satu outlet (Ritter, 2003). Lebih lanjut
diterangkan bahwa DAS adalah daerah tertentu yang bentuk dan sifat alaminya
sedemikian rupa sehingga merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak­
anak sungai yang melaluinya menghubungkan titik­titik tertinggi yang membatasi
cekungan pengairan.

Pola Alir an Sungai


Pola aliran dipengaruhi oleh lereng, kekerasan batuan, struktur, sejarah
diastrofisme, sejarah geologi dan geomerfologi dari daerah alairan sungai. Dengan
demikian pola aliran sangat berguna dalam interpretasi kenampakan
geomorfologis, batuan dan struktur geologi.
a. Dendritik: seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan
arah dan sudut yang beragam.
b. Rectangular: Aliran rectangular merupakan pola aliran dari pertemuan
antara alirannya membentuk sudut siku­siku atau hampir siku­siku. Pola aliran ini
berkembang pada daerah rekahan dan patahan.
c. Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara
pada sungai­sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut.
d. Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus,
sungai­sungai utama sejajar atau hampir sejajar. Berkembang di batuan sedimen
terlipat atau terungkit dengan litologi yang berselang­seling antara yang lunak dan
resisten.
e. Deranged: pola aliran yang tidak teratur dengan sungai dengan sungai
pendek yang arahnya tidak menentu, payau dan pada daerah basah mencirikan
daerah glacial bagian bawah.
f. Radial Sentrifugal: sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik.

11
Berkembang pada vulkan atau dome.
g. Radial Centripetal: sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah.
Berkembang di kaldera, karater, atau cekungan tertutup lainnya.
h. Annular: sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk
sudut hampir tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang berseling
antara lunak dan keras.
i. Pinnate: Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai
membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya terdapat pada
bukit yang lerengnya terjal.
j. Memusat/Multibasinal: percabangan sungai tidak bermuara pada sungai
utama, melainkan hilang ke bawah permukaan. Berkembang pada topografi karst.

Mor fometr i Sungai


Morfometri adalah suatu studi yang bersangkutan dengan variasi dan perubahan
dalam bentuk (ukuran dan bentuk) dari organisme, meliputi pengukuran panjang
dan analisis kerangka suatu organisme (Anonim1, 2010). Studi morfometri
didasarkan pada sekumpulan data pengukuran yang mewakili variasi bentuk dan
ukuran ikan. (Turan, 1998).
Morfometri DAS (Daerah Aliran Sungai) merupakan ukuran kuantitatif
karakteristik DAS yang terkait dengan aspek geomorfologi suatu daerah.
Karakteristik ini terkait dengan proses pengatusan (drainase) air hujan yang jatuh

12
di dalam DAS. Parameter  tersebut adalah luas DAS, bentuk DAS, jaringan
sungai, kerapatan aliran, pola aliran, dan gradien kecuraman sungai.

Mengitung Panjang Sungai


Panjang sungai dapat dihitung dengan menggunakan alat bantu yang berupa
benang. Benang digunakan untuk mengukur panjang sungai dengan memasang
benang sesuai dengan pola aliran sungai dan kemudian diukur panjangnya dengan
menggunakan penggaris. Perhitungan panjang sungai nantinya akan digunakan
untuk menghitung besarnya kerapatan aliran di dalam suatu DAS. Panjang sungai
dapat dihitung dengan rumus:

L = ∑ panjang sungai dalam DAS x Skala Peta

Per hitungan Luas DAS


Metode pengukuran luas dari peta antara lain :
a. Metode Segi Empat (Square Method)
Pengukuran luas dengan Metode segi empat ini dilakukan dengan cara membuat
petak­petak/kotak bujur sangkar pada daerah yang akan dihitung luasnya. Pada
batas tepi yang luasnya setengah kotak atau lebih, dibulatkan menjadi satu kotak,
sedangkan kotak yang luasnya kurang dari setengah, dihilangkan (tidak dihitung).
Sedapat mungkin, kotak/daerah yang dihilangkan sama atau seimbang dengan
daerah yang dibulatkan.
Luas yang dihitung = jumlah kotak ( n ) x (luas setiap kotak x skala)

b. Metode Jalur (Stripped Method)


Pengukuran luas dengan Metode jalur ini dilakukan dengan membuat jalur/garis
horizontal yang sejajar dan berinterval sama, kemudian pada bagian tepi jalur
ditarik garis keseimbangan.
Luas daerah yang di hitung = jumlah luas segiempat (jalur) x skala peta.
Luas total= Luas (A1+A2+A3+A4+A5)

Luas A1 = (panjang x lebar A1) X skala


Atau :

13
Luas = I (panjang A1+A2+A3+A4+A5)
I = tinggi / lebar jalur

c. Metode Segitiga (Triangle Method)


Pengukuran luas dengan Metode segitiga ini dilakukan dengan membuat segitiga­
segitiga di seluruh daerah yang akan diukur luasnya pada peta, dan pada sisa
daerah diluar segitiga ditambahkan garis­garis yang tegak lurus dengan base line
(sisi segitiga), yang disebut dengan offset.
Luas daerah yang dihitung = (luas segitiga + luas offset) x skala peta
Luas Offset = (O1+O2+O3+……+On) x AB
n

d. Planimeter
Metode ini merupakan Metode pengukuran luas dengan menggunakan alat
Planimeter. Daerah yang akan diukur harus merupakan polygon/area tertutup.
Cara pengukuran luas sebagai berikut: kaca pengamat planimeter diletakkan pada
titik awal area yang akan diukur luasnya, kemudian alat pengamat digerakkan
searah jarum mengikuti batas area yang akan diukur sampai alat pengamat
kembali ke titik awal .Luas area/daerah yang dihitung, langsung dapat dibaca pada
planimeter.

Menghitung ker apatan alir an


Kerapatan aliran DAS atau Density, merupakan indeks yang menunjukkan
banyaknya anak sungai dalam suatu DAS, dinyatakan dengan perbandingan antar
panjang keseluruhan dengan luas DAS. Rumus menghitung kerapatan aliran DAS
adalah sebagai berikut:

Dd =L/A

Keterangan : Dd = kerapatan drainase, L = Jumlah panjang sungai + anak sungai


(km), dan A = luas penampang (km2)
Untuk mencari jumlah panjang sungai ditambah anak sungai digunakan rumus
sebagai berikut:

L = (P1 + P2 + P3 +……..+ Pn ) x penyebut skala

14
Dimana P = jumlah panjang sungai ditambah anak sungai.
Semakin besar nilai Dd semakin baik sistem drainasenya (semakin besar jumlah
limpasannya).

Nilai Dd dikelompokkan menjadi :


a. < 0,25 km/km2 termasuk rendah
b. 0,25 – 10 km/km2 termasuk sedang
c. 10 – 25 km/km2 termasuk tinggi
d. 25 km/km2 termasuk sangat tinggi

Perhitungan cabang sungai dengan Stream Order

Per hitungan debit air sungai


Debit air dapat di hitung dengan rumus :

Q= A x V

Keterangan:
V = volume air (m3)
A = luas penampang
Q = debit air (m3/s)

Tujuan Pr aktikum
Dengan adanya praktik pemetaan sungai diharapkan mahasiswa dapat

15
menjelaskan tentang profil sungai dan pelaksanaan prosedur pemetaan morfometri
sungai (DAS).

Alat dan Bahan


1. Peta
2. Kertas millimeter blok
3. Alat tulis
4. Benang
5. Bola pingpong
6. Sandal
7. Meteran gulung
8.  Kalkulator

Pr osedur Ker ja
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menentukan sungai utama di dalam DAS
3. Mendelineasi sungai, baik sungai perennial maupun sungai intermiten
4. Membatasi DAS
5. Menghitung luas DAS dengan menggunakan millimeter blok
6. Menghitung panjang sungai menggunakan bantuan benang
7. Menghitung kerapatan aliran
8. Membuat penampang melintang dari A­B
9. Membuat analisis hasil praktikum

Pr insip Analisis
Prinsip analisis dalam pengukuran aspek morfometri adalah prinsip pembiasan
cahaya untuk mendapatkan jarak dan sudut pada setiap stasiun.

16
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR LIMNOLOGI
PROGRAM STUDI MANAJ EMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

17
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :

18
MORFOMETRI DANAU

Teor i Dasar
Pemetaan danau dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari yang paling
canggih (misalnya foto udara) sampai dengan pemetaan yang paling sederhana di
darat, yaitu dengan menggunakan kompas atau theodolith. Pada pemetaan ini
harus tercakup bentuk garis pantai (shore line), kontour kedalaman (dalam meter)
dengan interval tertentu, skala dalam unit metrik, nama badan air, lokasi
geografis secara tepat, tanggal survei dan nama­nama orang yang melakukan
survei pemetaan.

a. Pemetaan dengan kompas


Cara pemetaan dengan kompas merupakan cara pemetaan paling sederhana dan
merupakan salah satu cara pengukuran gars pantai (shore line) dengan metode
lintasan (traverse method). Dalam hal ini sejumlah titik­titik dihubungkan oleh
garis­garis yang panjang dan sudut­sudutnya telah diketahui dari hasil pengukuran
di lapangan. Kelemahan dari cara ini adalah memakan banyak waktu dan tenaga
serta ketepatan hasilnya relatif rendah, terutama jika diterapakan pada bentuk­
bentuk danau atau perairan yang tidak beraturan.

b. Penentuan contour kedalaman


Setelah bentuk garis pantai (shore line) danau diketahui (lewat pemetaan terlebih
dahulu), langkah selanjutnya adalah menentukan kontour kedalaman danau.
Kontour kedalaman danau dapat diukur dengan echosounder atau tongkat berskala
(bila tidak terlalu dalam) atau dengan tali berskala dan berpemberat pada bagian­
bagian yang lebih dalam.

Cara pengukuran kedalaman dapat dilakukan secara sistematis, yaitu bergerak


dengan alat pencatat kedalaman dari salah satu tepi danau, lalu ke bagian tengah,
terus ke tepi di seberangnya; selanjutnya agak bergeser ke samping dengan
interval tertentu, bergerak lagi ke tengah dan terus menyeberang sambil
melakukan pengukuran pada setiap interval. Demikian seterusnya, sehingga
didapat banyak titik­titik pengamatan dengan jarak tertentu atau per interval.
Pergeseran pengamatan atau pengukuran dari satu titik ke titik yang lain

19
sebaiknya berjarak sama, sehingga memudahkan penempatan (plot) nilai­nilai
pengukuran ke atas peta. Langkah berikutnya adalah membuat garis­garis yang
menghubungkan titik­titik yang mempunyai nilai kedalaman yang relatif sama
(disebut isodepth atau garis­garis contour kedalaman). Interval kontour kedalaman
(isodepth) dapat dibuat pada setiap pertambahan kedalaman sebesar 2 meter, 5
meter atau 10 meter, tergantung pada kedalaman danau. Pertambahan ini harus
konsisten, jadi pilihlah salah satu dari nilai pertambahan kedalaman tersebut.
Setelah peta danau yang lengkap (Bathymetric Map) selesai dibuat, barulah
berbagai parameter morfometri suatu danau, baik dimensi permukaan maupun
dimensi bawah permukaan, dapat ditentukan.

Dimensi Atas Per mukaan Danau


1. Panjang Maksimum (L max) adalah jarak maksimum (terjauh) dari permukaan
danau diantara beberapa dua garis keliling danau.
2. Panjang maksimum efektif (Le), yaitu jarak terjauh antara dua stasiun di tepi
permukaan danau tanpa melewati pulau (jika ada).
3. Lebar maksimum (W max) yaitu jarak dua stasiun terjauh di tepi permukaan
danau yang ditarik tegak lurus terhadap Lm.
4. Lebar maksimum efektif (We), yaitu jarak dua stasiun terjauh di tepi
permukaan danau yang ditarik tegak lurus terhadap Le.
5. Luas permukaan (Ao) merupakan luas wilayah permukaan danau. Luas
permukaan pada peta batimetri merupakan luas polygon dengan menggunakan
program ArcMap.
6. Panjang Garis Pantai (SL) merupakan panjang garis keliling danau.
7. Lebar rata­rata ( W) adalah rasio antara luas permukaan danau (Ao) dengan
panjang maksimum.

W= Ao
Lmax

Keterangan:

W = Lebar rata­rata (m),


Ao = Luas permukaan danau (m2),
Lmax = Panjang maksimum (m),

20
8. Indeks perkembangan garis tepi (SDI) merupakan gamban hubungan antara
SL dengan luas permukaan. Jika SDI > 1, maka bentuk badan perairan tidak
beraturan. Jika SDI ≤ 1, maka bentuk badan perairan beraturan.
SDI dihitung dalam bentuk persamaan:

9. Insulosity (In) dinyatakan dalam % merupakan luas total dari pulau­pulau atau
daratan yang ada di tengah danau terhadap luas total permukaan danau.
In = A1 x 100 %
Ao

Keterangan :
A1 = Jumlah total luas pulau (daratan) yang ada di tengah danau
Ao = Luas total permukaan danau

10. Ketinggian dari permukaan laut dan kedalaman kriptodepresi. Kedalaman


kriptodepresi dinotasikan dengan Zo adalah bagian kedalaman danau yang
berada sejajar dan di bawah permukaan laut. Contoh Danau Cayuga berada 118
meter dpl, sedangkan kedalaman maksimum danau 199 m, maka kedalaman
kriptodepresi danau adalah 199 m ­ 118 m = 17 m.

Dimensi Bawah Per mukaan Danau


1. Kedalaman maksimum (Z max)
Merupakan kedalaman suatu danau pada titik terdalam. Pengukuran
kedalaman secaralangsung dapat dilakukan dengan alat penduga gema
(echosounder) atau dengan tali berskala yang diberi pemberat. Alat echosounder
akan mengirimkan sinyal ultrasonik ke dasar danau atau sungai. Bila sinyal tadi
mengenai obyek atau dasar danau, kemudian akan dipantulkan kembali
ke permukaan dan diterima oleh unit penerima. Sinyal ini kemudian
diperbesar dan ditampilkan dilayar monitor.

21
2. Kedalaman Relatif (Zr)
Kedalaman relatif (Zr) adalah rasio antara kedalaman maksimum (Zmax) dengan
diameter rata­rata permukaan danau. Kedalaman relatif dihitung dalam bentuk
persamaan:

Keterangan:
Zr = Kedalaman relatif (m),
Zmax = kedalaman maksimum (m),
Ao = Luas permukaan danau (m2)

Kebanyakan danau mempunyai Zr kurang dari 2 persen. Bila


danau mempunyai luas permukaan yang kecil umumnya
m e m p u n y a i n i l a i Zr  m e l e b i h i 4 p e r s e n . Penentuan kedalaman
relatif danau dimaksudkan untuk menggambarkan tingkat stabilitas
stratifikasi atau kemantapan pelapisan massa air danau.

3. Kedalaman Rata­rata Z
Kedalaman rata­rata (Z), dinyatakan dalam meter, adalah volume (V) dibagi luas
permukaan (Ao) :
Z= V
Ao
Keterangan:
Z= Kedalaman rata­rata (m),
V= Volume (m3)
Ao= Luas permukaan danau (m2)

4. Kemiringan rata­rata (S),


Yaitu menggambarkan luas tidaknya perairan yang dangkal.
Rumusnya yaitu :

Keterangan:

22
S = Kemiringan rata­rata (%)
L = Panjang garis keliling masing­masing kontur (m)
n = Jumlah kontur dalam peta
Zmax = Kedalaman maksimum (m)
Ao = Luas permukaan danau (m2)

5. Volume Total Air Danau (V)


Volume total air danau (V), dinyatakan dalam m3, merupakan jumlah air
yang ditampung oleh danau.Volume total dihitung dalam bentuk persamaan:

Keterangan:
V = Volume total (m3)
h = Interval kontur (m)
A = Luas per lapisan/kontur (m2)
N = Jumlah kontur

6. Perkembangan Volume Danau (VD)


Perkembangan volume danau (Volume Development/VD), tanpa satuan,
merupakan ukuran yang menggambarkan bentuk dasar danau secara umum.
Perkembangan volume danau dihitung dalam bentuk persamaan:

Keterangan:
Ao = Luas permukaan danau (m2)
Z = Kedalaman rata­rata (m)
Z max = kedalaman maksimum

Tujuan Pr aktikum
Pada kegiatan praktek pemetaan danau ini diharapkan mahasiswa dapat

23
memetakan danau serta menghitung aspek morfometri danau baik dari segi aspek
dimensi atas permukaan danau maupun aspek dimensi bawah permukaan danau.

Alat dan Bahan


­ Meteran gulung atau tali bertanda sepanjang 100 meter.
­ Kompas.
­ Kertas milimeter blok.
­ Alat­alat tulis (pensil, buku catatan, penggaris, busur derajat).
­ Tongkat berskala.

Pr osedur Ker ja
1.Ditentukan posisi danau atau perairan terhadap arah mata angin (utara)
2.Ditentukan sebuah titik awal di tepi danau dimana pemetaan akan dimulai
(stasiun 1). Usahakan titik ini berada pada suatu titik sudut di tepi danau.
3.Dari titik awal (stasiun 1), ditentukan besarnya sudut ke titik di ujung stasiun
berikutnya (stasiun 2). Besarnya sudut selalu dihitung dari kutub utara bumi, dan
arahnya mengikuti arah jarum jam. Kemudian tentukan jarak antara kedua stasiun
tersebut (dalam meter).
4.Dari titik stasiun 2 dilanjutkan ke titik stasiun 3. Ukur lagi sudut dan jaraknya.
Demikian seterusnya, hingga kembali lagi ke titik awal stasiun 1 setelah memutari
danau. Banyaknya titik­titik stasiun pengamatan bergantung pada bentuk danau.
Makin tidak beraturan suatu danau, semakin banyak titik yang diperlukan.
Catatlah jarak dan sudut antar titik atau stasiun pengamatan dalam buku catatan.

Pr insip Analisis
Prinsip analisis dalam pengukuran aspek morfometri adalah prinsip pembiasan
cahaya untuk mendapatkan jarak dan sudut pada setiap stasiun.

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR LIMNOLOGI
PROGRAM STUDI MANAJ EMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

24
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

25
Hasil Analisis : ..............................................................................................
Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :

26
HEAT CONTENT & HEAT BUDGET

Teor i Dasar
Sekitar setengah dari daratan di muka bumi telah dikonversi atau secara subtansial
dimodifikasi untuk aktivitas manusia selama 10.000 tahun terakhir (Lambin, et al.,
2003). Perubahan tutupan lahan merupakan salah satu faktor yang diketahui
sebagai agen perubahan ekologi dan faktor penting antara aktivitas manusia dan
perubahan lingkungan global (Wasige, et al., 2013). Interaksi dengan lingkungan
yang sering dilakukan adalah modifikasi lanskap atau dengan mengubah lanskap
alam menjadi bentukan antropogenik (Foley, et al., 2005) dalam (Wasige, et al.,
2013). Modifikasi tersebut secara luasan global berubah menjadi lahan pertanian,
padang rumput, perkebunan dan daerah perkotaan. Perubahan tutupan lahan ini
didorong oleh kebutuhan untuk menyediakan makanan, air, dan tempat untuk
lebih dari 7 miliar penduduk dunia saat ini.
Di Indonesia, perubahan tutupan lahan lebih didominasi oleh tutupan hutan
menjadi bentuk penggunaan yang beragam: perkotaan, lahan pertanian, hingga
perubahan lanskap akibat aktivitas pertambangan terbuka. Salah satu faktor
pemicu perubahan tersebut secara intensif terjadi akibat kebijakan otonomi daerah
(McCarthy, 2001). Kebijakan otonomi daerah telah memberi celah terhadap
pengelolaan sumberdaya yang tidak berkelanjutan, karena daerah otonom
memiliki hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang­undangan (Forest Watch Indonesia, 2011; Tarmansyah, 2011;
Suhendra, 2014; Yasmi, et al., 2005).
Suhu permukaan dipengaruhi oleh jumlah radiasi gelombang inframerah yang
diserap oleh permukaan (misalnya albedo), konduktansi permukaan, jumlah air
yang tersedia untuk menguapkan pendinginan pada evapotranspirasi, kecepatan
angin, dan kekasaran permukaan yang mengatur kekuatan fluks radiasi sensible
dan latent. Pada wilayah yang bervegetasi terutama hutan, area tutupan pohon,
yang sering memiliki akar yang lebih dalam dan dengan demikian dapat
mengakses sumber daya air yang lebih besar, cenderung memiliki tingkat yang
lebih tinggi evapotranspirasi (dan dengan demikian lebih rendah suhu

27
permukaannya), bentuk tutupan lain, yang disebabkan oleh aktivitas penambangan
yakni lahan terbuka, terjadi peningkatan suhu permukaan.
Perubahan yang terjadi di lingkungan baik yang terjadi akibat aktivitas
pembangunan oleh manusia maupun akibat bencana alam akan menyebabkan
terjadinya perubahan kandungan panas. Perubahan ini tentu akan berdampak
langsung terhadap dukungan lingkungan terhadap kehidupan makhluk hidup.
Kandungan panas dapat dihitung baik sebelum maupun sesudah terjadi perubahan.
Data yang ada dapat dijadikan perbandingan seberapa besar pengaruh perubahan
dengan perbedaan kandungan panas yang dihasilkan.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prosedur perhitungan kandungan panas
pada suatu wilayah. Bagaimana cara untuk mendapatkan data, melakukan
perbandingan serta menginterpretasikan hasil perhitungan kedalam sebuah
pembahasan ilmiah.
Berdasarkan metode yang dipakai Anilkumar et al. (2006) bahwa kandungan
panas dihitung berdasarkan persamaan berikut:

Dimana;
H = kandungan panas (Jm­ 2)
P = densitas air laut (kgm­3)
Cp = panas jenis pada tekanan konstan (J kg­1 °C­1) (0,409 x 107 Jm­3 °C­1)
T = suhu pada kedalaman rata­rata.

Pr osedur Pr aktikum
1. Praktikan dibantu asisten mencari sumber data sebagai acuan.
2. Data yang diperoleh diolah kedalam perhitungan.
3. Hasil perhitungan dibandingankan.
4. Perubahan kandungan panas diinterpretasikan.

28
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR LIMNOLOGI
PROGRAM STUDI MANAJ EMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

29
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :

30
KEDALAMAN KOMPENSASI

Teor i Dasar
Kedalaman perairan dimana proses fotosintesis sama dengan proses respirasi
disebut kedalaman kompensasi. Kedalaman kompensasi biasanya terjadi pada saat
cahaya di dalam kolom air hanya tinggal 1 % dari seluruh intensitas cahaya yang
mengalami penetrasi dipermukaan air. Kedalaman kompensasi sangat dipengaruhi
oleh kecerahan dan kekeruhan di suatu perairan.
Fotosintesis hanya dapat berlangsung bila intensitas cahaya yang sampai
ke suatu sel alga lebih besar daripada suatu intensitas tertentu. Hal ini berarti
bahwa fitoplankton yang produktif hanyalah terdapat di lapisan­lapisan air teratas
dimana intensitas cahaya cukup bagi berlangsungnya fotosintesis. Kedalaman
penetrasi cahaya di dalam laut, yang merupakan kedalaman dimana produksi
fitoplankton masih dapat berlangsung, bergantung pada beberapa faktor, antara
lain absorbsi cahaya oleh air, panjang gelombang cahaya, kecerahan air,
pemantulan cahaya oleh permukaan laut, lintang geografik dan musim. Hasil
fotosintesis yang relatif besar dihasilkan dari lapisan permukaan sampai pada
kedalaman dengan nilai intensitas cahaya kurang lebih tinggal 1% dari cahaya
yang berada pada permukaan perairan yang disebut zona eufotik. Umumnya
fotosintesis bertambah sejalan dengan bertambahnya intensitas cahaya sampai
pada suatu nilai optimum tertentu (cahaya saturasi). Di atas nilai tersebut cahaya
merupakan pembatas bagi fotosintesis (cahaya inhibisi). Semakin ke dalam
perairan intensitas cahaya akan semakin berkurang dan merupakan penghambat
sampai pada suatu kedalaman dimana fotosintesis sama dengan respirasi.
Kecerahan air tergantung warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran
transparasi perairan, yang ditentukan secara visual menggunakan secchi disk.
Nilai kecerahan sangat ditentukan oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran,
kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan
pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah.
Perairan dengan nilai kecerahan yang rendah akan mengakibatkan penetrasi
cahaya ke dalam perairan terhambat, akan tetapi pada perairan yang jernih dengan
kandungan nutrien yang sedikit dapot mentebabkan produktivitas periaran

31
menjadi rendah.

Gambar Keping Secchi Disc

Nilai kecerahan dalam perairan yang besar akan menunjukkan penetrasi cahaya
matahari makin tinggi dalam air dan lapisan air yang produktif akan menjadi
lebih tebal (Welch, 1952 dalam Tursilawati, 2005). Nilai kecerahan yang baik
untuk ikan adalah lebih besar dari 0.45 m, jika kurang dari nilai tersebut akan
mengakibatkan batas pandangan ikan berkurang (Asmawi, 1983 dalam
Tursilawati, 2005). Menurut Henderson­Sellers dan Merkland (1986) dalam
Raharja (2003), berdasarkan kecerahannya tingkat kesuburan perairan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut ; perairan degan kecerahan > 6 meter tergolong
perairan oligotrofik (tidak subur), kecerahan 3­6 meter tergolong perairan
mesotrofik (kurang subur) dan kecerahan < 3 meter tergolong perairan eutrofik
(subur).

Tujuan Pr aktikum

1. Untuk mempelajari kedalaman kompensasi di perairan yang berkaitan


dengan kecerahan dan kekeruhan
2. Untuk mengetahui pengukuran kedalaman kompensasi di perairan

Alat dan Bahan


­ Secchi disc
­ Penggaris
­ Tongkat Skala

32
Pr insip Analisis
Berdasarkan batas pandangan ke dalam air untuk melihat warna putih yang berada
dalam air. Semakin keruh suatu badan air akan semakin dekat dengan batas
pandangan, sebaliknya kalau air jernih akan jauh batas pandangan tersebut.

Pr osedur Ker ja
1. Diturunkan Secchi disc pelan­pelan hingga batas pertama kali tidak
tampak.
2. Ditandai tali secchi disc dan diukur panjang tali dengan penggaris serta
dicatat sebagai D1.
3. Diturunkan Secchi disc lebih dalam lagi hingga benar­benar tidak tampak.
4. Ditarik pelan­pelan hingga pertama kali tampak, ditandai tali secchi disc
dan diukur panjang tali dengan penggaris dan dicatat sebagai D . Kemudian rata­
rata hasil pengukuran tersebut merupakan nilai kecerahan perairan, dihitung
dengan:

Keterangan :
D1 : Jarak tampak (cm)
D2 : Jarak tidak tampak (cm)

33
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR LIMNOLOGI
PROGRAM STUDI MANAJ EMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

34
35
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :

36
PROFIL SUHU DAN OKSIGEN DI PERAIRAN

Teor i Dasar
Pr ofil Suhu
Suhu merupakan parameter lingkungan perairan yang merupakan salah satu
parameter yang mengatur baik proses fisik maupun proses kimiawi yang terjadi di
dalam suatu perairan. Suhu perairan akan mempengaruhi kelarutan oksigen,
komposisi substrat, kekeruhan maupun kecepatan reaksi kimia di dalam air. Di air
tawar suhu akan menurun dengan bertambahnya kedalaman. Peningkatan suhu
juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air. Menurut Effendi (2003)
peningkatan suhu menyebabkan peningkatan metabolisme dan respirasi organisme
air dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan
suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh
mikroba.
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian, dari
permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan
aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses
fisika, kimia dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan mengendalikan
kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu
(batas atas dan batas bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya. Peningkatan
suhu perairan sebesar 10oC menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi
oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2­3 kali lipat.
Suhu dapat menyebabkan stratifikasi pada danau/waduk. Berdasarkan perbedaan
panas pada setiap kedalaman (dalam bentuk perbedaan suhu), stratifikasi vertikal
kolom air (thermal stratification) pada perairan tergenang dibagi menjadi tiga,
yaitu:
a. Epilimnion, yaitu lapisan bagian atas perairan. Lapisan ini merupakan bagian
yang hangat, dengan suhu relative konstan atau perubahan suhu secara vertical
sangat kecil. Seluruh massa air pada mintakat ini tercampur dengan baik karena
adanya angin dan gelombang.

b. Termoklin atau metalimnion, yaitu lapisan di bawah epilimnion. Pada lapisan

37
ini, perubahan suhu dan panas secara vertikal relatif besar; setiap penambahan
kedalaman 1 m terjadi penurunan suhu air sekurang­kurangnya 1oC.
c. Hipolimnion, yaitu lapisan di bawah lapisan metalimnion. Lapisan ini
merupakan lapisan yang lebih dingin, ditandai oleh perbedaan suhu secara vertikal
relatif kecil. Massa air pada lapisan ini bersifat stagnan, tidak mengalami
pencampuran, dan memiliki densitas yang lebih besar. Di wilayah tropis,
perbedaan suhu air permukaan dengan suhu air bagian dasar hanya sekitar 2oC –
3oC.

Gambar 1.
Stratifikasi
kolom air
berdasarkan perbedaan suhu (Boyd, 1988).

Nilai baku mutu suhu menurut PPRI No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air adalah ± 30oC golongan B (air yang dapat digunakan untuk bahan
baku air minum), sedangkan kadar alamiahnya adalah 30oC­35oC dan 20oC­30oC.
Kisaran nilai suhu tersebut disukai oleh beberapa organisme akuatik untuk
pertumbuhan, seperti pada filum Clorophyta dan diatom (Effendi, 2003).

Alat dan Bahan


­ Termometer
­ Alat tulis (pensil, pulpen, buku catatan)

Cara Pengukuran
Pengukuran suhu badan perairan harus dilakukan secara langsung atau insitu,
karena jika dilakukan di waktu yang berbeda maka suhu badan air atau sampel
akan berubah. Pengukuran suhu air dilakukan dengan menggunakan termometer
air raksa dengan cara termometer ditenggelamkan dalam air dengan seutas tali

38
kemudin dibiarkan sampai air raksa tidak bergerak (±5 menit). Selanjutnya suhu
dibaca dengan cara mengamati air raksa di dalam termometer tersebut.

Oksigen Ter lar ut (DO)


Oksigen terlarut adalah salah satu parameter paling mendasar di perairan karena
mempengaruhi kehidupan organisme akuatik. Oksigen terlarut dalam perairan
merupakan konsentrasi gas oksigen yang terlarut di dalam air yang berasal dari
proses fotosintesa oleh fitoplankton atau tumbuhan air lainnya di zone eufotik,
serta difusi dari udara (APHA 2005). Oksigen terlarut merupakan zat yang paling
penting dalam sistem kehidupan di perairan, dalam hal ini berperan dalam proses
metabolisme oleh makro dan mikroorganisme yang memanfaatkan bahan organik
dari fotosintesis. Selain itu juga mempunyai peranan yang penting dalam
penguraian bahan­bahan organik oleh berbagai jenis mikroorganisme yang
bersifat aerobik (APHA 2005), sehingga jika ketersedian oksigen tidak mencukupi
akan mengakibatkan lingkungan perairan dan kehidupan dalam perairan menjadi
terganggu, sekaligus akan menurunkan kualitas air.
Umumnya kelarutan oksigen dalam air sangat terbatas. Dibandingkan dengan
kadar oksigen di udara yang mempunyai konsentrasi s ebanyak 21 % volum, air
hanya mampu menyerap oksigen sebanyak 1 % volum saja. Peningkatan suhu
sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10 %. Keberadaan
oksigen terlarut di perairan sangat dipengaruhi oleh suhu, turbulensi air dan
tekanan atmosfer. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan
oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara dan dari
proses fotosintesis. Selanjutnya air kehilangan oksigen melalui pelepasan dari
permukaan ke atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme air.
Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6­8 mg/l.
Oksigen terlarut dapat membentuk presipitasi (endapan) dengan besi dan mangan.
Kedua unsur tersebut menimbulkan rasa yang tidak enak pada air. Untuk
keperluan air minum, air dengan nilai oksigen terlarut pada taraf jenuh lebih
dikehendaki karena air yang demikian menimbulkan rasa segar. Demikian pula
perairan untuk berbagai peruntukan yang lain, kecuali untuk keperluan industri
karena kadar oksigen yang tinggi dapat meningkatklan korosivitas.
Tabel 1. Kadar oksigen terlarut dan pengaruhnya terhadap

39
Kel
ang
sun
gan
hid
up
ikan

Cara Pengukuran Oksigen Terlarut (DO)


 Cara Kerja
Sampel air diambil dari danau dan dimasukkan ke dalam botol winkler. Oksigen
terlarut (DO) diukur dengan menggunakan Metode Winkler.
 Prinsip Analisis
Pengikatan oksigen oleh reduksi MnSO4 menjadi Mn(OH)2 dalam kondisi asam
dan pembebasan I2. I2 bebas ekivalen dengan O2.
 Bahan
­ Sampel Air
­ MnSO4
­ KOH­KI
­ H2SO4
­ Na2S2O3 0,0125 N
­ Amilum

40
Bagan Kerja Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO)

Tujuan Pr aktikum

41
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa membuat dan menjelaskan tentang profil
suhu dan oksigen pada berbagai tipe danau.
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR LIMNOLOGI
PROGRAM STUDI MANAJ EMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama :…………………………. Kelompok : …………………….


NIM. :…………………………. Asisten : …………………….

Materi Praktikum : …………………………………………………………….


Hari/Tanggal/Jam : …………………………………………………………….
Tujuan Praktikum : …………………………………………………………….
Prinsip Analisis : ……………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Prosedur kerja : …………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

42
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................

Hasil Analisis : ..............................................................................................


Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Nilai :
Paraf Asisten :

43
DAFTAR PUSTAKA

Anggoro,Tri Danny,2002.Kesuburan Perairan Berdasarkan Ketersediaan dan


Distribusi Spasial Unsur Hara (N,P,dan Si) di Perairan Teluk Jakarta. Skripsi.
Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, IPB.Bogor.

Barus, T.,A. 2004. Pengantar Limnologi. USU Press. Medan.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

Hariyadi, S., dkk. 2005.Limnologi:Metode Kualitas Air. Laboratorium Limnologi.


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Priyono, Agus. 1994. Parameter­Parameter Kualitas Air. Laboratorium Analisis


Lingkungan. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kahutanan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

44

Anda mungkin juga menyukai