1
SANKSI
1. Terlambat dari waktu praktikum yang ditetapkan (Selasa pukul 15:00 dan Rabu
pukul 10:00) tidak diperkenankan ikut quis pada saat praktikum tersebut dan nilai
quis nol.
2. Terlambat lebih dari 10 menit dengan alasan apapun tidak diperkenankan ikut
praktikum pada saat itu.
3. Praktikan yang tidak memakai jas lab dan KTM tidak dibenarkan ikut
praktikum dan quis pada hari itu.
4. Kelompok yang tidak membawa bahan praktikum secara lengkap dan sesuai
dengan materi praktikum pada hari itu tidak diperkenankan ikut praktikum dan
quis.
PENILAIAN
2. Nilai praktikum terdiri dari kehadiran, quis, laporan, keaktifan dan ujian
praktikum.
3. Nilai laporan adalah nilai yang berasal dari laporan yang dikerjakan secara
perorangan dan kelompok.
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatNya sehingga buku MODUL PRAKTIKUM LIMNOLOGI
ini dapat direvisi. Semoga kita selalu diberikan kemudahan dan kekuatan dalam
menuntut dan menyebarkan ilmu pengetahuan sepanjang hidup kita.
Buku Modul Praktikum Dasar Limnologi ini disusun dengan maksud
untuk membantu mahasiswa program studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang mengambil Mata kuliah
Dasar Limnologi. Isi dari modul ini mengacu kepada silabus praktikum Dasar
Limnologi, disesuaikan dengan kondisi dan ketersedian peralatan serta bahan
yang ada di laboratorium program studi MSP Fakultas Pertanian USU. Dengan
adanya buku modul praktikum ini diharapkan mahasiswa mempunyai pedoman
untuk melaksanakan praktikum. Selain membaca buku ini, mahasiswa diharapkan
mencari bukubuku penunjang lain yang berhubungan dengan materi yang
dipraktikumkan.
Sebagai edisi kedua penyusun menyadari buku modul ini, masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran demi penyempurnan buku ini dimasa
akan mendatang sangat dihargai. Akhir kata penyusun berharap buku ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa yang akan melakukan praktikum.
3
DAFTAR ISI
Halaman
TATA TERTIB PRAKTIKUM ................................................................ 1
KATA PENGANTAR ................................................................................ 3
DAFTAR ISI ............................................................................................... 4
SILABUS PRAKTIKUM .......................................................................... 5
PENGENALAN ALAT .............................................................................. 6
MORFOMETRI SUNGAI ........................................................................ 9
MORFOMETRI DANAU ......................................................................... 18
HEAT CONTEN & HEAT BUDGET ...................................................... 26
KEDALAMAN KOMPENSASI ............................................................... 30
PROFIL SUHU & OKSIGEN DI PERAIRAN ....................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
4
SILABUS PRAKTIKUM
5
6
PENGENALAN ALAT
Teor i Dasar
Alatalat Pengukur an Faktor Fisika Per air an
1. Kecer ahan
Pengukuran kecerahan menggunakan alat yang disebut keping secchi (sechhi
disk). Alat Secchi adalah keping berbentuk keping berbentuk lingkaran bergaris
tengah 20 cm yang terbagi 4 bagian dengan warna hitam dan putih berselang
seling setiap bagiannya. Skala kecerahan aalat secchi adalah suatu batas
kedalaman yang menyebabkan hilangnya warna dari pandangan pada saat alat
tersebut dibenamkan. Keping secchi juga dapat dibuat sendiri oleh mahasiswa.
2. Suhu
Alat yang digunakan dalam pengukuran suhu adalah thermometer. Thermometer
terdiri dari beberapa jenis yaitu thermometer alkohol, thermometer air raksa,
thermometer digital dan lainlainnya.
Gambar Termometer
7
Gambar Kertas Saring
Gambar DO Meter
8
Gambar pH meter Gambar pH indicator
AlatAlat yang Digunakan Penentuan Par ameter Biologi
1. Plankton
Pengambilan sampel plankton dengan mengunakan plankton net. Dengan prinsip
kerja menyaring air sampel.
2. Benthos
Pengambilan sampel benthos dengan menggunakan surber net. Dimana substrat
dasar perairan disaring menggunakan surber net ini.
Tujuan Pr aktikum
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui jenis dan fungsi alat
alat yang dipakai dalam pengambilan, penanganan dan analisa kulaitas air baik
fisika, biologi, maupun kimia.
9
MORFOMETRI SUNGAI
Teor i Dasar
Sungai
Sungai merupakan suatu badan air yang mengalir ke satu arah dan merupakan
merupakan jalan alami menuju samudera, danau atau laut, atau ke sungai yang
lain. Berdasarkan sumber airnya sungai dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, yaitu :
1. Sungai Hujan, yaitu sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber
mata airnya.
2. Sungai Gletser, yaitu sungai yang airnya berasal dari pencairan es.
3. Sungai Campuran, yaitu sungai yang airnya berasal dari pencairan es, dari
hujan, dan dari sumber mata air.
Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Sungai Anteseden, yaitu sungai yang tetap mempertahanhan arah aliran
airnya walaupun ada struktur geologi(batuan) yang melintang.
2. Sungai Superposed, yaitu sungai yang melintang, strukturnya dan
prosesnya dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya.
10
huruf “V”. Bukan daerah yang ideal untuk ORAD. Karena banyak ditemukan
daerah yang flat (datar dengan arus yang cenderung tenang). Daerah ini juga
banyak ditemukan sampah dari hulu sungai bagian atas sehingga kebanyakan
cenderung kotor.
DAS (watershed atau drainage basin) adalah suatu area dipermukaan bumi yang
didalamnya terdapat sistem pengaliran yang terdiri dari satu sungai utama (main
stream) dan beberapa anak cabangya (tributaries), yang berfungsi sebagai daerah
tangkapan air dan mengalirkan air melalui satu outlet (Ritter, 2003). Lebih lanjut
diterangkan bahwa DAS adalah daerah tertentu yang bentuk dan sifat alaminya
sedemikian rupa sehingga merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak
anak sungai yang melaluinya menghubungkan titiktitik tertinggi yang membatasi
cekungan pengairan.
11
Berkembang pada vulkan atau dome.
g. Radial Centripetal: sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah.
Berkembang di kaldera, karater, atau cekungan tertutup lainnya.
h. Annular: sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk
sudut hampir tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang berseling
antara lunak dan keras.
i. Pinnate: Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai
membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya terdapat pada
bukit yang lerengnya terjal.
j. Memusat/Multibasinal: percabangan sungai tidak bermuara pada sungai
utama, melainkan hilang ke bawah permukaan. Berkembang pada topografi karst.
12
di dalam DAS. Parameter tersebut adalah luas DAS, bentuk DAS, jaringan
sungai, kerapatan aliran, pola aliran, dan gradien kecuraman sungai.
13
Luas = I (panjang A1+A2+A3+A4+A5)
I = tinggi / lebar jalur
d. Planimeter
Metode ini merupakan Metode pengukuran luas dengan menggunakan alat
Planimeter. Daerah yang akan diukur harus merupakan polygon/area tertutup.
Cara pengukuran luas sebagai berikut: kaca pengamat planimeter diletakkan pada
titik awal area yang akan diukur luasnya, kemudian alat pengamat digerakkan
searah jarum mengikuti batas area yang akan diukur sampai alat pengamat
kembali ke titik awal .Luas area/daerah yang dihitung, langsung dapat dibaca pada
planimeter.
Dd =L/A
14
Dimana P = jumlah panjang sungai ditambah anak sungai.
Semakin besar nilai Dd semakin baik sistem drainasenya (semakin besar jumlah
limpasannya).
Q= A x V
Keterangan:
V = volume air (m3)
A = luas penampang
Q = debit air (m3/s)
Tujuan Pr aktikum
Dengan adanya praktik pemetaan sungai diharapkan mahasiswa dapat
15
menjelaskan tentang profil sungai dan pelaksanaan prosedur pemetaan morfometri
sungai (DAS).
Pr osedur Ker ja
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menentukan sungai utama di dalam DAS
3. Mendelineasi sungai, baik sungai perennial maupun sungai intermiten
4. Membatasi DAS
5. Menghitung luas DAS dengan menggunakan millimeter blok
6. Menghitung panjang sungai menggunakan bantuan benang
7. Menghitung kerapatan aliran
8. Membuat penampang melintang dari AB
9. Membuat analisis hasil praktikum
Pr insip Analisis
Prinsip analisis dalam pengukuran aspek morfometri adalah prinsip pembiasan
cahaya untuk mendapatkan jarak dan sudut pada setiap stasiun.
16
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR LIMNOLOGI
PROGRAM STUDI MANAJ EMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................
Nilai :
Paraf Asisten :
18
MORFOMETRI DANAU
Teor i Dasar
Pemetaan danau dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari yang paling
canggih (misalnya foto udara) sampai dengan pemetaan yang paling sederhana di
darat, yaitu dengan menggunakan kompas atau theodolith. Pada pemetaan ini
harus tercakup bentuk garis pantai (shore line), kontour kedalaman (dalam meter)
dengan interval tertentu, skala dalam unit metrik, nama badan air, lokasi
geografis secara tepat, tanggal survei dan namanama orang yang melakukan
survei pemetaan.
19
sebaiknya berjarak sama, sehingga memudahkan penempatan (plot) nilainilai
pengukuran ke atas peta. Langkah berikutnya adalah membuat garisgaris yang
menghubungkan titiktitik yang mempunyai nilai kedalaman yang relatif sama
(disebut isodepth atau garisgaris contour kedalaman). Interval kontour kedalaman
(isodepth) dapat dibuat pada setiap pertambahan kedalaman sebesar 2 meter, 5
meter atau 10 meter, tergantung pada kedalaman danau. Pertambahan ini harus
konsisten, jadi pilihlah salah satu dari nilai pertambahan kedalaman tersebut.
Setelah peta danau yang lengkap (Bathymetric Map) selesai dibuat, barulah
berbagai parameter morfometri suatu danau, baik dimensi permukaan maupun
dimensi bawah permukaan, dapat ditentukan.
W= Ao
Lmax
Keterangan:
20
8. Indeks perkembangan garis tepi (SDI) merupakan gamban hubungan antara
SL dengan luas permukaan. Jika SDI > 1, maka bentuk badan perairan tidak
beraturan. Jika SDI ≤ 1, maka bentuk badan perairan beraturan.
SDI dihitung dalam bentuk persamaan:
9. Insulosity (In) dinyatakan dalam % merupakan luas total dari pulaupulau atau
daratan yang ada di tengah danau terhadap luas total permukaan danau.
In = A1 x 100 %
Ao
Keterangan :
A1 = Jumlah total luas pulau (daratan) yang ada di tengah danau
Ao = Luas total permukaan danau
21
2. Kedalaman Relatif (Zr)
Kedalaman relatif (Zr) adalah rasio antara kedalaman maksimum (Zmax) dengan
diameter ratarata permukaan danau. Kedalaman relatif dihitung dalam bentuk
persamaan:
Keterangan:
Zr = Kedalaman relatif (m),
Zmax = kedalaman maksimum (m),
Ao = Luas permukaan danau (m2)
3. Kedalaman Ratarata Z
Kedalaman ratarata (Z), dinyatakan dalam meter, adalah volume (V) dibagi luas
permukaan (Ao) :
Z= V
Ao
Keterangan:
Z= Kedalaman ratarata (m),
V= Volume (m3)
Ao= Luas permukaan danau (m2)
Keterangan:
22
S = Kemiringan ratarata (%)
L = Panjang garis keliling masingmasing kontur (m)
n = Jumlah kontur dalam peta
Zmax = Kedalaman maksimum (m)
Ao = Luas permukaan danau (m2)
Keterangan:
V = Volume total (m3)
h = Interval kontur (m)
A = Luas per lapisan/kontur (m2)
N = Jumlah kontur
Keterangan:
Ao = Luas permukaan danau (m2)
Z = Kedalaman ratarata (m)
Z max = kedalaman maksimum
Tujuan Pr aktikum
Pada kegiatan praktek pemetaan danau ini diharapkan mahasiswa dapat
23
memetakan danau serta menghitung aspek morfometri danau baik dari segi aspek
dimensi atas permukaan danau maupun aspek dimensi bawah permukaan danau.
Pr osedur Ker ja
1.Ditentukan posisi danau atau perairan terhadap arah mata angin (utara)
2.Ditentukan sebuah titik awal di tepi danau dimana pemetaan akan dimulai
(stasiun 1). Usahakan titik ini berada pada suatu titik sudut di tepi danau.
3.Dari titik awal (stasiun 1), ditentukan besarnya sudut ke titik di ujung stasiun
berikutnya (stasiun 2). Besarnya sudut selalu dihitung dari kutub utara bumi, dan
arahnya mengikuti arah jarum jam. Kemudian tentukan jarak antara kedua stasiun
tersebut (dalam meter).
4.Dari titik stasiun 2 dilanjutkan ke titik stasiun 3. Ukur lagi sudut dan jaraknya.
Demikian seterusnya, hingga kembali lagi ke titik awal stasiun 1 setelah memutari
danau. Banyaknya titiktitik stasiun pengamatan bergantung pada bentuk danau.
Makin tidak beraturan suatu danau, semakin banyak titik yang diperlukan.
Catatlah jarak dan sudut antar titik atau stasiun pengamatan dalam buku catatan.
Pr insip Analisis
Prinsip analisis dalam pengukuran aspek morfometri adalah prinsip pembiasan
cahaya untuk mendapatkan jarak dan sudut pada setiap stasiun.
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR LIMNOLOGI
PROGRAM STUDI MANAJ EMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
24
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
Hasil Analisis : ..............................................................................................
Pembahasan (Penyebab hasil dan Klasifikasi Perairan) :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Nilai :
Paraf Asisten :
26
HEAT CONTENT & HEAT BUDGET
Teor i Dasar
Sekitar setengah dari daratan di muka bumi telah dikonversi atau secara subtansial
dimodifikasi untuk aktivitas manusia selama 10.000 tahun terakhir (Lambin, et al.,
2003). Perubahan tutupan lahan merupakan salah satu faktor yang diketahui
sebagai agen perubahan ekologi dan faktor penting antara aktivitas manusia dan
perubahan lingkungan global (Wasige, et al., 2013). Interaksi dengan lingkungan
yang sering dilakukan adalah modifikasi lanskap atau dengan mengubah lanskap
alam menjadi bentukan antropogenik (Foley, et al., 2005) dalam (Wasige, et al.,
2013). Modifikasi tersebut secara luasan global berubah menjadi lahan pertanian,
padang rumput, perkebunan dan daerah perkotaan. Perubahan tutupan lahan ini
didorong oleh kebutuhan untuk menyediakan makanan, air, dan tempat untuk
lebih dari 7 miliar penduduk dunia saat ini.
Di Indonesia, perubahan tutupan lahan lebih didominasi oleh tutupan hutan
menjadi bentuk penggunaan yang beragam: perkotaan, lahan pertanian, hingga
perubahan lanskap akibat aktivitas pertambangan terbuka. Salah satu faktor
pemicu perubahan tersebut secara intensif terjadi akibat kebijakan otonomi daerah
(McCarthy, 2001). Kebijakan otonomi daerah telah memberi celah terhadap
pengelolaan sumberdaya yang tidak berkelanjutan, karena daerah otonom
memiliki hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundangundangan (Forest Watch Indonesia, 2011; Tarmansyah, 2011;
Suhendra, 2014; Yasmi, et al., 2005).
Suhu permukaan dipengaruhi oleh jumlah radiasi gelombang inframerah yang
diserap oleh permukaan (misalnya albedo), konduktansi permukaan, jumlah air
yang tersedia untuk menguapkan pendinginan pada evapotranspirasi, kecepatan
angin, dan kekasaran permukaan yang mengatur kekuatan fluks radiasi sensible
dan latent. Pada wilayah yang bervegetasi terutama hutan, area tutupan pohon,
yang sering memiliki akar yang lebih dalam dan dengan demikian dapat
mengakses sumber daya air yang lebih besar, cenderung memiliki tingkat yang
lebih tinggi evapotranspirasi (dan dengan demikian lebih rendah suhu
27
permukaannya), bentuk tutupan lain, yang disebabkan oleh aktivitas penambangan
yakni lahan terbuka, terjadi peningkatan suhu permukaan.
Perubahan yang terjadi di lingkungan baik yang terjadi akibat aktivitas
pembangunan oleh manusia maupun akibat bencana alam akan menyebabkan
terjadinya perubahan kandungan panas. Perubahan ini tentu akan berdampak
langsung terhadap dukungan lingkungan terhadap kehidupan makhluk hidup.
Kandungan panas dapat dihitung baik sebelum maupun sesudah terjadi perubahan.
Data yang ada dapat dijadikan perbandingan seberapa besar pengaruh perubahan
dengan perbedaan kandungan panas yang dihasilkan.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prosedur perhitungan kandungan panas
pada suatu wilayah. Bagaimana cara untuk mendapatkan data, melakukan
perbandingan serta menginterpretasikan hasil perhitungan kedalam sebuah
pembahasan ilmiah.
Berdasarkan metode yang dipakai Anilkumar et al. (2006) bahwa kandungan
panas dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Dimana;
H = kandungan panas (Jm 2)
P = densitas air laut (kgm3)
Cp = panas jenis pada tekanan konstan (J kg1 °C1) (0,409 x 107 Jm3 °C1)
T = suhu pada kedalaman ratarata.
Pr osedur Pr aktikum
1. Praktikan dibantu asisten mencari sumber data sebagai acuan.
2. Data yang diperoleh diolah kedalam perhitungan.
3. Hasil perhitungan dibandingankan.
4. Perubahan kandungan panas diinterpretasikan.
28
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR LIMNOLOGI
PROGRAM STUDI MANAJ EMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................
Nilai :
Paraf Asisten :
30
KEDALAMAN KOMPENSASI
Teor i Dasar
Kedalaman perairan dimana proses fotosintesis sama dengan proses respirasi
disebut kedalaman kompensasi. Kedalaman kompensasi biasanya terjadi pada saat
cahaya di dalam kolom air hanya tinggal 1 % dari seluruh intensitas cahaya yang
mengalami penetrasi dipermukaan air. Kedalaman kompensasi sangat dipengaruhi
oleh kecerahan dan kekeruhan di suatu perairan.
Fotosintesis hanya dapat berlangsung bila intensitas cahaya yang sampai
ke suatu sel alga lebih besar daripada suatu intensitas tertentu. Hal ini berarti
bahwa fitoplankton yang produktif hanyalah terdapat di lapisanlapisan air teratas
dimana intensitas cahaya cukup bagi berlangsungnya fotosintesis. Kedalaman
penetrasi cahaya di dalam laut, yang merupakan kedalaman dimana produksi
fitoplankton masih dapat berlangsung, bergantung pada beberapa faktor, antara
lain absorbsi cahaya oleh air, panjang gelombang cahaya, kecerahan air,
pemantulan cahaya oleh permukaan laut, lintang geografik dan musim. Hasil
fotosintesis yang relatif besar dihasilkan dari lapisan permukaan sampai pada
kedalaman dengan nilai intensitas cahaya kurang lebih tinggal 1% dari cahaya
yang berada pada permukaan perairan yang disebut zona eufotik. Umumnya
fotosintesis bertambah sejalan dengan bertambahnya intensitas cahaya sampai
pada suatu nilai optimum tertentu (cahaya saturasi). Di atas nilai tersebut cahaya
merupakan pembatas bagi fotosintesis (cahaya inhibisi). Semakin ke dalam
perairan intensitas cahaya akan semakin berkurang dan merupakan penghambat
sampai pada suatu kedalaman dimana fotosintesis sama dengan respirasi.
Kecerahan air tergantung warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran
transparasi perairan, yang ditentukan secara visual menggunakan secchi disk.
Nilai kecerahan sangat ditentukan oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran,
kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan
pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah.
Perairan dengan nilai kecerahan yang rendah akan mengakibatkan penetrasi
cahaya ke dalam perairan terhambat, akan tetapi pada perairan yang jernih dengan
kandungan nutrien yang sedikit dapot mentebabkan produktivitas periaran
31
menjadi rendah.
Nilai kecerahan dalam perairan yang besar akan menunjukkan penetrasi cahaya
matahari makin tinggi dalam air dan lapisan air yang produktif akan menjadi
lebih tebal (Welch, 1952 dalam Tursilawati, 2005). Nilai kecerahan yang baik
untuk ikan adalah lebih besar dari 0.45 m, jika kurang dari nilai tersebut akan
mengakibatkan batas pandangan ikan berkurang (Asmawi, 1983 dalam
Tursilawati, 2005). Menurut HendersonSellers dan Merkland (1986) dalam
Raharja (2003), berdasarkan kecerahannya tingkat kesuburan perairan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut ; perairan degan kecerahan > 6 meter tergolong
perairan oligotrofik (tidak subur), kecerahan 36 meter tergolong perairan
mesotrofik (kurang subur) dan kecerahan < 3 meter tergolong perairan eutrofik
(subur).
Tujuan Pr aktikum
32
Pr insip Analisis
Berdasarkan batas pandangan ke dalam air untuk melihat warna putih yang berada
dalam air. Semakin keruh suatu badan air akan semakin dekat dengan batas
pandangan, sebaliknya kalau air jernih akan jauh batas pandangan tersebut.
Pr osedur Ker ja
1. Diturunkan Secchi disc pelanpelan hingga batas pertama kali tidak
tampak.
2. Ditandai tali secchi disc dan diukur panjang tali dengan penggaris serta
dicatat sebagai D1.
3. Diturunkan Secchi disc lebih dalam lagi hingga benarbenar tidak tampak.
4. Ditarik pelanpelan hingga pertama kali tampak, ditandai tali secchi disc
dan diukur panjang tali dengan penggaris dan dicatat sebagai D . Kemudian rata
rata hasil pengukuran tersebut merupakan nilai kecerahan perairan, dihitung
dengan:
Keterangan :
D1 : Jarak tampak (cm)
D2 : Jarak tidak tampak (cm)
33
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR LIMNOLOGI
PROGRAM STUDI MANAJ EMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
35
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................
Nilai :
Paraf Asisten :
36
PROFIL SUHU DAN OKSIGEN DI PERAIRAN
Teor i Dasar
Pr ofil Suhu
Suhu merupakan parameter lingkungan perairan yang merupakan salah satu
parameter yang mengatur baik proses fisik maupun proses kimiawi yang terjadi di
dalam suatu perairan. Suhu perairan akan mempengaruhi kelarutan oksigen,
komposisi substrat, kekeruhan maupun kecepatan reaksi kimia di dalam air. Di air
tawar suhu akan menurun dengan bertambahnya kedalaman. Peningkatan suhu
juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air. Menurut Effendi (2003)
peningkatan suhu menyebabkan peningkatan metabolisme dan respirasi organisme
air dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan
suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh
mikroba.
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian, dari
permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan
aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses
fisika, kimia dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan mengendalikan
kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu
(batas atas dan batas bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya. Peningkatan
suhu perairan sebesar 10oC menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi
oksigen oleh organisme akuatik sekitar 23 kali lipat.
Suhu dapat menyebabkan stratifikasi pada danau/waduk. Berdasarkan perbedaan
panas pada setiap kedalaman (dalam bentuk perbedaan suhu), stratifikasi vertikal
kolom air (thermal stratification) pada perairan tergenang dibagi menjadi tiga,
yaitu:
a. Epilimnion, yaitu lapisan bagian atas perairan. Lapisan ini merupakan bagian
yang hangat, dengan suhu relative konstan atau perubahan suhu secara vertical
sangat kecil. Seluruh massa air pada mintakat ini tercampur dengan baik karena
adanya angin dan gelombang.
37
ini, perubahan suhu dan panas secara vertikal relatif besar; setiap penambahan
kedalaman 1 m terjadi penurunan suhu air sekurangkurangnya 1oC.
c. Hipolimnion, yaitu lapisan di bawah lapisan metalimnion. Lapisan ini
merupakan lapisan yang lebih dingin, ditandai oleh perbedaan suhu secara vertikal
relatif kecil. Massa air pada lapisan ini bersifat stagnan, tidak mengalami
pencampuran, dan memiliki densitas yang lebih besar. Di wilayah tropis,
perbedaan suhu air permukaan dengan suhu air bagian dasar hanya sekitar 2oC –
3oC.
Gambar 1.
Stratifikasi
kolom air
berdasarkan perbedaan suhu (Boyd, 1988).
Nilai baku mutu suhu menurut PPRI No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air adalah ± 30oC golongan B (air yang dapat digunakan untuk bahan
baku air minum), sedangkan kadar alamiahnya adalah 30oC35oC dan 20oC30oC.
Kisaran nilai suhu tersebut disukai oleh beberapa organisme akuatik untuk
pertumbuhan, seperti pada filum Clorophyta dan diatom (Effendi, 2003).
Cara Pengukuran
Pengukuran suhu badan perairan harus dilakukan secara langsung atau insitu,
karena jika dilakukan di waktu yang berbeda maka suhu badan air atau sampel
akan berubah. Pengukuran suhu air dilakukan dengan menggunakan termometer
air raksa dengan cara termometer ditenggelamkan dalam air dengan seutas tali
38
kemudin dibiarkan sampai air raksa tidak bergerak (±5 menit). Selanjutnya suhu
dibaca dengan cara mengamati air raksa di dalam termometer tersebut.
39
Kel
ang
sun
gan
hid
up
ikan
40
Bagan Kerja Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO)
Tujuan Pr aktikum
41
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa membuat dan menjelaskan tentang profil
suhu dan oksigen pada berbagai tipe danau.
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR LIMNOLOGI
PROGRAM STUDI MANAJ EMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
Kadar Menurut Pustaka
1. Kadar Alamiah : .............................................................................................
2. Baku Mutu : .............................................................................................
Nilai :
Paraf Asisten :
43
DAFTAR PUSTAKA
44