Anda di halaman 1dari 12

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara Kepulauan (archipelagic state) terbesar di
dunia, yang terdiri dari 5 pulau besar dan 30 kepulauan kecil, jumlah keseluruhan
tercatat ada sekitar 17.504 pulau, 8.651 pulau sudah bernama, 8.853 pulau belum
bernama, dan 9.842 pulau yang telah diverifikasi. Kondisi geografis yang strategis
terbentang sepanjang 5150 km di antara benua Australia dan Asia serta membelah
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik di bawah garis khatulistiwa .Wilayah
Negara Republik Indonesia meliputi wilayah daratan dan wilayah air yang
meliputi: perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, dasar laut,
beserta tanah dibawahnya, serta ruang udara diatasnya, termasuk seluruh sumber
kekayaan yang terkandung didalamnya. Wilayah air yang untuk sebagian besar
dari wilayah Indonesia merupakan wilayah lautan yang meliputi 5,8 juta km2 atau
70% dari luas total teritorial Indonesia (Retnowati, 2011)
Posisi geografis kepulauan Indonesia sangat strategis karena merupakan
pusat lalu lintas maritim antar benua. Indonesia juga memiliki kedaulatan
terhadap laut wilayahnya meliputi; perairan pedalaman, perairan nusantara, dan
laut teritorial (sepanjang 12 mil dari garis dasar). Disamping itu ada juga zona
tambahan Indonesia, yang memiliki hak-hak berdaulat dan kewenangan tertentu.
Selain itu, ada juga Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) sejauh 200 mil
dari garis pangkal, dimana Indonesia mempunyai hak-hak berdaulat atas kekayaan
alam (perikanan), kewenangan untuk meme-lihara lingkungan laut, mengatur dan
mengizinkan penelitian ilmiah kelautan, pemberian ijin pembangunan pulau-pulau
buatan, instalasi dan bangunan- bangunan lainnya (Lasabuda, 2013).
Laut merupakan sebuah ekosistem besar yang di dalamnya terdapat
interaksi antara faktor biotik dan abiotik. Interaksi yang terjadi bersifat dinamis
dan saling mempengaruhi. Lingkungan menyediakan tempat hidup bagi
organisme-organisme yang menempatinya, sebaliknya makhluk hidup dapat
mengembalikan energi yang dimanfaatkannya ke dalam lingkungan. Suatu daur
energi memberikan contoh nyata akan keberadaan interaksi tersebut
(Usman et al., 2013).
2

Lautan dipenuhi oleh plankton yakni, organisme atau jasad renik yang
hidup secara pasif di perairan, dengan mengapung dan melayang di dalam air
yang terbawa hanyut oleh arus dan merupakan salah satu organisme yang sangat
penting di perairan yang mempunyai peran utama dalam siklus kehidupan di
perairan. Jika banyak limbah cair maupun padat di permukaan perairan, maka
akan meng-halangi masuknya cahaya matahari dan akan mengganggu
fitoplankton dalam proses fotosintesis. Beberapa jenis fitoplankton juga dapat
menyerap dan mengakumulasi bahan pencemar yang masuk ke perairan
(Liwutang et al., 2013).
Laut memiliki banyak fungsi, peranan dan manfaat bagi kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya, karena di dalam dan di atas laut terdapat
kekayaan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan. Air laut adalah air murni
yang di dalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas. Banyaknya zat terlarut
disebut salinitas. Zat terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa
organik yang berasal dari organisme hidup, dan gas-gas terlarut. Fraksi terbesar
dari bahan terlarut terdiri dari garam-garam anorganik yang berwujud ion-ion.
Salinitas lautan di daerah trofik lebih tinggi karena evaporasi lebih tinggi,
sedangkan pada lautan di daerah beriklim sedang salinitasnya rendah karena
evaporasi lebih rendah ( Imran, 2016).
Plankton merupakan organisme yang hidup melayang-layang
(mengembara) dalam air karena terbawa arus atau gelombang. Plankton
mempunyai kemampuan renang yang lemah sehingga pergerakannya dipengaruhi
oleh arus . Sifat umum plankton, diantaranya plankton bergerak sedikit dengan
bantuan cilia/flagel tetapi tidak mempunyai daya menentang arus, dengan kata
lain dikalahkan oleh gerakan air, plankton organisme yang melayang-layang.
Peristiwa melayang pada plankton dapat terjadi karena plankton dapat mengatur
berat jenis tubuhnya agar sama dengan berat jenis media (air), dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah vakuola, cadangan makannya berupa zat
lemak atau minyak, yang terakhir dengan memperpanjang atau memperpendek
chaeta (Susanti, 2010).
3

Zooplankton adalah organisme hewan yang hidup melayang-layang dalam


air, seluruh pergerakan hidupnya tergantung oleh arus dan merupakan salah satu
tiang penopang kehidupan dalam bioekosistem laut karena plankton tersebut
menduduki tingkat dasar dari rantai makanan perairan. Sebagian besar
zooplankton merupakan herbivora, yaitu pemakan produsen (fitoplankton) dan
sebagai makanan bagi ikan. Kondisinya menjadikan zooplankton sebagai agen
transfer energi dan indikator keberadaan fitoplankton yang sekaligus merupakan
indikator kesuburan. Meskipun demikian, tidak semua jenis dari zooplankton
tersebut dapat memakan fitoplankton sehingga tidak semua jenis zooplankton
dapat dijadikan sebagai indikator perairan (Ruga et al., 2014).
Sifat umum plankton, diantaranya plankton bergerak sedikit dengan
bantuan cilia/flagel tetapi tidak mempunyai daya menentang arus, dengan kata
lain dikalahkan oleh gerakan air, plankton organisme yang melayang-layang.
Peristiwa melayang pada plankton dapat terjadi karena plankton dapat mengatur
berat jenis tubuhnya agar sama dengan berat jenis media (air), dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah vakuola, cadangan makannya berupa zat
lemak atau minyak, yang terakhir dengan memperpanjang atau memperpendek
chaeta (Susanti, 2010).

Tujuan Praktikum
Tujuan dari Penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari plankton
2. Untuk mengetahui manfaat dan peranan plankton
3. Untuk mengetahui jenis jenis plankton di Perairan teluk Jakarta

Manfaat Praktikum
Manfaat dari penyusunan laporan ini adalah sebagai syarat masuk
selanjutnya pada praktikum Laboratorium Ekologi Perairan, program studi
manajemen sumberdaya perairan, Universitas Sumatera Utara dan dapat
digunakan sebagai acuan bagi siapapun yang membutuhkan

TINJAUAN PUSTAKA
4

Plankton
Plankton merupakan biota yang teramat beranekaragam dan terpadat di
laut. Banyak biota laut yang daur hidupnya menempuh lebih dari satu cara hidup,
pada saat mereka menjadi larva atau juvenil, mereka hidup sebagai plankton.
Plankton mempunyai peranan yang sangat penting di dalam ekosistem bahari,
dapat dikatakan sebagai pembuka kehidupan di planet bumi ini, karena dengan
sifatnya yang autotrof mampu merubah hara anorganik menjadi bahan organik dan
penghasil oksigen yang sangat mutlak diperlukan bagi kehidupan makhluk yang
lebih tinggi tingkatannya (Usman et al., 2013).
Faktor yang berpengaruh terhadap gerakan plakton selain gerakan air
adalah cahaya matahari. Cahaya matahari terutama berpengaruh terhadap
fitoplankton, hal ini berkaitan dengan kemampuan fitoplankton melakukan proses
fotosintesis yang membutuhkan cahaya matahari. Zooplankton sebenarnya
termasuk golongan hewan perenang aktif yang dapat mengadakan migrasi secara
vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang mereka sangat
kecil jika dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus (Susanti, 2010).
Fitoplankton
Fitoplankton merupakan tumbuhan mikroskopis yang hidup melayang-
layang di perairan. Fitoplankton adalah kelompok yang memegang peranan sangat
penting dalam ekosistem air, karena kelompok ini dengan adanya kandungan
klorofil mampu melakukan proses fotosintesis. Fitoplankton dapat ditemukan
diseluruhmassa air mulai dari permukaan air sampai pada kedalaman dengan
intensitas cahaya yang masih memungkinkan terjadinya fotosintesis. Disamping
sebagai sumber makanan yang siap dimanfaatkan olah organisme lainnya
fitoplankton juga berperan sebagai pemasok oksigen melalui roses fotosintesis
(Susanti, 2010).
Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan informasi
mengenai kondisi suatu perairan. Keberadaan fitoplankton sangat berpengaruh
terhadap kehidupan di perairan karena memegang peranan penting sebagai
makanan bagi berbagai organisme laut. Pada awalnya penelitian fitoplankton di
laut hanya memenuhi keingintahuan peneliti akan aneka jenis biota tersebut.
5

Namun pada masa kini fitoplankton sudah dianggap sebagai salah satu unsur
penting dalam ekosistem bahari (Nurhatika et al., 2015).
Zooplankton
Zooplankton merupakan plankton yang bersifat hewani, berperan sebagai
konsumen primer dalam ekosistem perairan. Kelompok zooplankton yang banyak
terdapat di ekosistem air adalah dari jenis Crustacea (Copepoda dan Cladosera)
serta Rotifera. Rotifera umumnya mempunyai ukuran tubuh yang terkecil,
ditandai dengan terdapatnya Cylatoris yang disebut corona pada bagian anterior
tubuh. Cladocera mempunyai ukuran yang lebih besar dibandingkan rotifera dan
dapat mencapai ukuran maksimal 1-2 mm. Pada umumnya copepod yang hidup
bebas berukuran kecil. Gerakan renangnya lemah, menggunakan kaki kaki
torakal, dengan ciri khas gerakan kaki yang tersentak-sentak, kedua antenanya
yang paling besar berguna untuk menghambat laju tenggelamnya (Susanti, 2010).
Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2-2 mm, tetapi ada juga yang
berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter.
Kelompok yang paling umum ditemui antara lain: kopepod (Copepod), eufausid
(Euphausid), misid (Mysid), amfipod (Amphipod), kaetognat (Chaetognath).
Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuaria di depan
muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis hingga ke
perairan kutub. Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang
hidup di perairan dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal I dari
lapisan dalam ke permukaan(Sinta et al., 2015).

Peranan dan Manfaat Plankton


Zooplankton sebagai organisme konsumen pertama sangat bergantung
pada fitoplankton sebagai produsen pertama. Walaupun jumlah fitoplankton
sangat tinggi tetapi jumlah zooplankton bisa sangat rendah dan sebaliknya. Ini
berarti, bahwa komunitas zooplankton dan fitoplankton dipernagruhi oleh banyak
faktor, tidak hanya faktor biologi tetapi juga faktor kimia dan fisika perairan.
Selanjutnya, fitoplankton sebagai organisme uniseluler air sangat peka dengan
perubahan ekosistem perairan, yang tercermin dari kualitas airnya. Keberadaan
komunitas fitoplankton juga merupakan kelompok organisme perairan yang
6

paling banyak dilaporkan sebagai tolak ukur dalam mengontrol kualitas dan
produktivitas suatu perairan (Japa et al., 2013).
Kehadiran zooplankton dalam suatu perairan merupakan pengontrol bagi
produksi primer fitoplankton. Perubahan lingkungan dan ketersediaan makanan
pada suatu perairan akan mempengaruhi kelimpahan zooplankton. Zooplankton
seperti halnya organisme lain hanya dapat hidup dan berkembang dengan baik
pada kondisi perairan yang sesuai seperti perairan laut, sungai dan waduk. Apabila
kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan zooplankton maka akan terjadi
proses pemangsaan fitoplankton oleh zooplankton. Jika kondisi lingkungan dan
ketersediaan fitoplankton tidak sesuai dengan kebutuhan zooplankton maka
zooplankton tidak dapat bertahan hidup dan akan mencari kondisi lingkungan
yang sesuai (Ruga et al., 2014).
Parameter Yang Mempengaruhi Plankton
Suhu
Suhu yang layak untuk organisme berkisar antara 20-30 0C. sehingga pada
penentuan lokasi ini dapat menunjang keberadaan organisme makro invertebrata
yang mendiami sungai ini memiliki kelimpahan organisme serta makhluk hidup
biotik akuatik yang melimpah. Air yang baik harus memiliki temperatur yang
sama dengan temperatur udara (20-30oC). Air yang sudah tercemar mempunyai
temperature di atas atau dibawah temperatur udara (Maniagasi et al., 2013).
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah alat pengukur digital ,
merek Hanna HI-9146. Cara menggunakan, pertama- tama tekan tombol
on,kemudian elektrodanya dicelupkan kedalam perairan, setelah beberapa menit,
catat bila angka sudah terlihat stabil pada layar ( Zainal et al., 2013).

Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut dalam suatu perairan merupakan faktor pembatas bagi
organisme akuatik dalam melakukan aktifitas. Keadaan ini selaras pernyataan
Kordi dan Tancung (2005), bahwa pada waktu pagi atau fajar, konsentrasi oksigen
terlarut rendah dan semakin tinggi pada siang atau sore hari. Biota air
membutuhkan oksigen guna pembakaran bahan bakaranya (makanan) untuk
menghasilkan aktifitas, seperti aktifitas berenang, pertumbuhan, reptoduksi, dan
sebaliknya. Oleh karena itu ketersediaan oksigen bagi biota air menentukan
7

lingkaran aktifitasnya, konversi pakan, demikian juga laju pertumbuhan


bergantung pada oksigen. Kekurangan oksigen dalam air dapat menggangu
kehidupan biota air, termasuk kepesatan pertumbuhannya. Konsentrasi oksigen
yang baik dalam usaha budidaya perairan adalah antara 5 – 7 ppm
(Maniagasi et al., 2013).
Pengukuran oksigen terlarut menggunakan alat pengukur digital sama
yang digunakan untuk suhu, hanya saja untuk oksigen terlarut perlu dikalibrasi.
Cara menggunakannya, tekan tombol on lanjut tekan tombol mode untuk memilih
intrument dissolved Oxigen, kemudian kalibrasi. Kalibrasi ini perlu dilakukan
setiap kali berpindah stasiun/titik pengukuran ( Zainal et al., 2013).

COD (Chemical Oxygen Demand)


COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang
diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Hal
ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secarakimia dengan
menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas
dengan katalisator perak sulfat,sehingga segala macam bahan organik, baik yang
mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Jadi COD
menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada (Hariyadi, 2004).

Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas air menggambarkan kandungan garam dalam suatu air. Garam yang
dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur
(NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu: natrium
(Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), sulfat (SO4-)
dan bikarbonat (HCO3-). Salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau promil
( Apriani dan Wesen, 2002).

BOD (Biochemical Oxygen Demand)


BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
8

kondisi aerobik. Bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan
organik yang siap terdekomposisi (Hariyadi, 2004).

Kedalaman
Kedalaman merupakan salah satu parameter fisika, dimana semakin dalam
perairan maka intensitas cahaya yang masuk semakin berkurang. Kedalaman
merupakan wadah penyebaran atau faktor fisik yang berhubungan dengan banyak
air yang masuk kedalam suatu sistem perairan. Pengukuran kedalaman dilakukan
dengan paralon berskala. Paralon berskala ini dimasukan ke dalam perairan
dengan posisi tegak sampai menyentuh dasar perairan. Batas yang ditunjukan
pada paralon adalah kedalaman dari perairan tersebut (Gonawi, 2009).

Kecerahan
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan
dinyatakan dengan persen (%), dari beberapa panjang gelombang di daerah
spektrum yang terlibat cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh agak
lurus pada permukaan air. Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai
ke dasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan suatu perairan
(Maniagasi et al., 2013).
Kecerahan diukur dengan menggunakan alat Secchi disk. Caranya alat
tersebut dicelupkan kedalam perairan secara perlahan sampai alat itu tidak
kelihatan, kemudian pada tali pengukur diberi tanda dan diukur tanda kedalaman
tali Secchi disk tersebut ( Zainal et al., 2013).

Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik
yang tersuspensi dan larut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan
organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain
(Gonawi, 2009).

STUDI KASUS
9

Dilihat dari segi ekologi dan ekonomis Teluk Jakarta merupakan kawasan
perairan yang sangat penting. Perairan ini termasuk perairan dengan beban
masukan yang tinggi dari daratan yang disebabkan oleh tingginya curah hujan
disekitar wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Jenis masukan nutrien di
perairan ini berkaitan erat dengan kegiatan domestik, industri, dan pertanian di
Kota Jakarta dan sekitarnya. Masukan nutrien yang tinggi tersebut menyebabkan
berbagai permasalahan, diantaranya adalah akan memberikan akumulasi
pengkayaan nutrien di perairan ini sebagai akibat peningkatan debit air sungai
yang terus menerus. Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menilai
tingkat kesuburan suatu perairan adalah kelimpahan dan struktur komunitas
fitoplankton.
Kelimpahan fitoplankton yang ditemukan di perairan teluk Jakarta terdiri
dari berbagai macam Variasi dengan kisaran nilai adalah 194.000- 20.132.143
sel/l. Jenis yang dominan terdapat di perairan ini yaitu dari kelas
Bacillariophyceae diantaranya Chaetoceros, Rhizosolenia dan Skeletonema.
Selain itu ditemukan juga spesies Tetraspora, Trebouxia, dan Triceratiun,
Anabaena serta Closterium . Dengan ditemukannya berbagai jenis fitoplankton di
perairan teluk Jakarta dapat dikatakan bahwa perairan teluk Jakarta memiliki
kelimpahan fitoplankton yang cukup tinggi .
Pertumbuhan optimal fitoplankton memerlukan kandungan nitrat pada
kisaran 0,9 – 3,5 mg/l dan ortofosfat adalah 0.09- 1,80 mg/l. Indeks
keanekaragaman fitoplankton diperairan teluk Jakarta termasuk kedalam kategori
rendah hingga sedang yaitu diperoleh berkisar antara 0.6148-2,2375. Hal ini
terjadi disebabkan oleh parameter fisika dan parameter kimia perairan yang
kurang layak untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton di
perairan Teluk Jakarta.
.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
10

Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

Pembahasan

Berdasarkan hasil studi kasus diatas diketahui bahwa kondisi perairan


teluk Jakarta merupakan kawasan yang memiliki masukan nutrient yang cukup
tinggi, hal ini dapat menyebabkan pengkayaan nutrien yang berlebihan di perairan
teluk Jakarta, salah satu faktor penyebab berlebihannya nutrient di perairan teluk
Jakarta ialah faktor pencemaran lingkungan di perairan tersebut yang dapat dilihat
dari kelimpahan fitoplankton diperairan tersebut. Hal ini sesuai dengan Sinta
(2015) yang menyatakan bahwasanya fitoplankton juga mampu melakukan proses
fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik karena mengandung klorofil.
Didalam perairan teluk Jakarta terdapat berbagai jenis fitoplankton
diantaranya yaitu Bacillariophyceae diantaranya Chaetoceros, Rhizosolenia dan
11

Skeletonema. Selain itu ditemukan juga spesies Tetraspora, Trebouxia, dan


Triceratiun, Anabaena serta Closterium. Hal ini disebabkan karena parameter-
parameter lingkungan seperti suhu dan pH di perairan tersebut berada pada
kisaran yang optimal . Hal ini sesuai dengan Maniagasi et al (2013) yang
menyatakan bahwa Air yang baik harus memiliki temperatur yang sama dengan
temperatur udara (20-30oC).
Salah satu faktor yang menyebabkan kelimpahan fitoplankton di perairan
teluk Jakarta ialah parameter – parameter lingkungannya seperti suhu dan pH,
Salinitas dan nitrat. Perairan teluk Jakarta memiliki suhu, pH, dan salinitas yang
berada pada kondisi standar hal ini dikarenakan perairan teluk Jakarta termasuk
perairan dengan kondisi rendah dari pencemaran. Hal ini sesuai dengan Apriani
dan Wesen (2002) yang menyatakan bahwa Salinitas adalah tingkat keasinan atau
kadar garam terlarut dalam air. Salinitas air menggambarkan kandungan garam
dalam suatu air.
Kadar nutrient yang terdapat diperairan teluk Jakarta masih berada
dibawah konsentrasi optimum sehingga masih mampu menopang kehidupan
fitoplankton di dalamnya hal ini dikarenakan fitoplankton masih membutukan
unsure nitrogen dan fosfat untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini
sesuai dengan Ardiansyah (2017) yang menyatakan bahwasanya nitrogen dan
fosfor sebagai nutrient utama yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan memiliki kadar optimum yang dibutuhkan oleh fitoplankton.
Perairan teluk Jakarta memiliki kelimpahan fitoplankton yang tinggi
karena dapat dilihat dari kondisi perairan tersebut yang memiliki keterkaitan yang
sangat erat dengan parameter- parameter lingkungan air. Hal ini sesuai dengan
Pratiwi et al ( 2015) yang menyatakan bahwasanya komposisi dan kelimpahan
fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap
perubahan – perubahan kondisi lingkungan baik fisik,kimia maupun biologi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari studi kasus ini adalah sebagai berikut :
12

1.Plankton adalah suatu organisme hidup yang berasal dari sisa-sisa hewan dan
tumbuhan yang ukurannya sangat kecil dengan kemampuan renang terbatas
sehingga banyak ditemukan dalam keadaan mengambang atau mengapung dan
mudah terbawa arus. Plankton merupakan sekelompok biota di dalam ekosistem
akuatik (baik tumbuhan maupun hewan) yang hidup mengapung secara pasif,
sehingga sangat dipengaruhi oleh arus yang lemah sekalipun.
2.Zooplankton sebagai organisme konsumen pertama sangat bergantung pada
fitoplankton sebagai produsen pertama. Walaupun jumlah fitoplankton sangat
tinggi tetapi jumlah zooplankton bisa sangat rendah dan sebaliknya. Ini berarti,
bahwa komunitas zooplankton dan fitoplankton dipernagruhi oleh banyak
faktor, tidak hanya faktor biologi tetapi juga faktor kimia dan fisika perairan.
Selanjutnya, fitoplankton sebagai organisme uniseluler air sangat peka dengan
perubahan ekosistem perairan, yang tercermin dari kualitas airnya.
3.Kelimpahan fitoplankton yang ditemukan di perairan teluk Jakarta terdiri dari
berbagai macam Variasi dengan kisaran nilai adalah 194.000- 20.132.143 sel/l.
Jenis yang dominan terdapat di perairan ini yaitu dari kelas Bacillariophyceae
diantaranya Chaetoceros, Rhizosolenia dan Skeletonema. Selain itu ditemukan
juga spesies Tetraspora, Trebouxia, dan Triceratiun, Anabaena serta
Closterium.

Saran
Saran untuk praktikum ini diharapkan praktikan dapat lebih memahami
materi yang akan disampaikan sebelum memulai praktikum agar pelaksanaanya
dapat berjalan dengan lancar dan semoga apa yang telah dipelajari dalam
praktikum ekologi perairan tersebut bisa diterapkan dalam kehidupan sehari –
hari.

Anda mungkin juga menyukai