Anda di halaman 1dari 13

KAJIAN BERTH OCCUPATION RATIO DI DERMAGA PELABUHAN PENYEBERANGAN

SIBOLGA KAITANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PELABUHAN

Boyma P Sinaga1, Jeluddin Daud2

1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan
Email : boysinaga@rocketmail.com
2
Staff pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan

ABSTRAK
Transportasi laut merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi nasional yang
merupakan titik atau node dimana pergerakan barang dan atau penumpang dengan menggunakan
moda laut akan dimulai, diakhiri atau transit. Sekarang ini, aktifitas bongkar muat di Pelabuhan
Sibolga cukup tinggi seiring meningkatnya kunjungan kapal kargo milik PT Meratus Lines yang
mengangkut peti kemas. Selain itu kapal dari Korea Selatan yang mengangkut barang-barang
untuk kebutuhan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Sarulla
Kabupaten Tapanuli Utara juga menggunakan jasa pelabuhan Sibolga. Bukan hanya itu, semen
padang yang sebelumnya diangkut melalui pelabuhan Belawan sekarang ini melalui pelabuhan
sibolga. Dengan melihat kondisi tersebut, perlu dilakukan kajian ukuran dermaga apakah masih
layak digunakan berdasarkan ukuran kapal yang melakukan tambat didermaga sekarang ini serta
bagaimana pelayanan pelabuhan penyeberangan sibolga terhadap kapal dan muatannya, baik
orang maupun barang berdasarkan fasilitas darat pelabuhan.
Penelitian ini menggunakan metode Berth Occupation Ratio (BOR) dalam menentukan
berapa persen tingkat pemakaian dermaga pada pelabuhan penyeberangan Sibolga. Untuk tingkat
pelayanan pelabuhan sibolga itu sendiri didasarkan pada fasilitas darat pelabuhan yang dilihat
dari kondisi sebenarnya fasilitas darat yang disediakan pihak pelabuhan kemudian
membandingkannya dengan standart fasilitas yang dikeluarkan oleh menteri perhubungan. Data-
data yang dibutuhkan untuk perhitungan dalam metode ini diperoleh dengan cara mengumpulkan
data-data dari PT. PELINDO-I dan dari penelitian langsung dilapangan.
Berdasarkan nilai maksimum BOR yang diperoleh dari simulasi Perhitungan Berth
Occupation Ratio ( BOR ) Atau Kebutuhan Dermaga dalam satu periode bulan pada bulan
desember yang mewakili bulan-bulan lainnya dalam tahun 2013 adalah 60,476 %, Sama sekali
tidak layak karena panjang dermaga yang tersedia saat ini sangatlah kecil sehingga harus
ditambah panjangnya yang sebelumnya memiliki panjang 103,5 meter menjadi 200 meter dengan
angka BOR 31,29 % dimana jumlah dermaga sebanyak satu buah.. Melalui perhitungan ukuran
panjang kapal, ukuran kapal yang memenuhi untuk sandar didemaga adalah 45 meter kebawah
dan juga tidak boleh lebih dari satu kapal untuk melakukan sandar secara bersamaan.
Berdasarkan perhitungan fasilitas darat sesuai peraraturan menteri perhubungan dengan kondisi
fasilitas darat dipelabuhan sibolga, fasilitas dipelabuhan sibolga harus diperbaiki dan ukurannya
harus ditambah.
ABSTRACT

Sea transport is one part of the national transportation system or node that is the point where the
movement of goods and passengers by sea using the mode will start, end or transit. Today, the activity of
loading and unloading at the Port of Sibolga quite high with increasing ship visits PT Meratus Lines cargo
carrying container. Addition of a South Korean ship that transports the goods to the development needs of
Geothermal Power Plant (PLTPB) Sarulla North Tapanuli also use Sibolga port services. Not only that,
the cement field that previously transported through the port of Belawan port through Sibolga today. By
looking at these conditions, necessary to study the size of the dock is still fit for use based on the size of
vessel mooring didermaga do this now and find out what services Sibolga ferry ports to ships and cargo,
both people and goods by inland port facilities.
This study uses Berth Occupation Ratio (BOR) in determining what percentage of the use of the
dock at the port level crossings Sibolga. For service level Sibolga port itself is based on onshore port
facilities as seen from the actual condition of the facilities provided by the onshore port facilities and then
compare it with a standard issued by the minister of transport. The data needed for the calculation of this
method is obtained by collecting data from PT. PELINDO-I and direct field of research.
Based on BOR maximum value obtained from simulation calculations Berth Occupation Ratio
(BOR) Or Necessity Pier over a period of months in December representing the other months in the year
2013 is 60.476%, at all worth it because of the long pier that is available today is small so it should be
added before long, has a length of 103.5 meters to 200 meters with 31.29% BOR rate where the number
of docks as one piece .. Through the calculation of vessel length, vessel size that meets to didemaga dock
is 45 meters down and also should not be more than one ship to dock simultaneously. Based on the
calculation of onshore facilities in accordance with the conditions of the transport minister peraraturan
onshore facilities in ports Sibolga, Sibolga in ports facilities should be improved and their size must be
increased.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sekarang ini, aktifitas bongkar muat di Pelabuhan Sibolga cukup tinggi seiring meningkatnya
kunjungan kapal kargo milik PT Meratus Lines yang mengangkut peti kemas untuk keperluan
logistik bagi PT Agincourt Resources Martabe, perusahaan pertambangan emas di Batangtoru,
Tapsel. Selain itu kapal dari Korea Selatan yang mengangkut barang-barang untuk kebutuhan
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Sarulla Kabupaten Tapanuli
Utara juga menggunakan jasa pelabuhan Sibolga. Bukan hanya itu, kegiatan bongkar dan muat
di Pelabuhan Sibolga juga semakin meningkat dengan kegiatan bongkar semen yang berasal dari
Pelabuhan Teluk Bayur Padang. Sebelumnya semen padang yang beredar di Kota Siantar dan
sekitarnya diangkut melalui pelabuhan Belawan, namun sekarang Pelabuhan Sibolga telah
menjadi pelabuhan tujuan masuknya semen ke Kota Siantar dan sekitarnya.
Aktifitas bongkar muat barang maupun orang, arus kunjungan kapal dipelabuhan Sibolga
dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
 Tabel 1.1 Aktifitas produksi barang
2 1.744169807
1.425834599 1.492412478
1.25310181
1
0.778755362 0.822545336
1
Series1

0
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
3,000,000
2,000,000
1,000,000
0
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
*
Sumber: PT. (Persero) PELINDO – I *satuan ton
 Tabel 1.2 Aktifitas kapal
1.5
1 1.421614791
1 0.9940557820.996831885 1.051878949
Series1
0.5 0.7706941820.880424393
0
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

3,000,000

2,000,000

1,000,000

0
Tahun 2007Tahun 2008Tahun 2009Tahun 2010Tahun 2011Tahun 2012Tahun 2013
*satuan
GRT. 1 Grt =2,83 m3 = 100ft3 *GRT ( Gross Register Tons ) * *Sumber: PT. (Persero) PELINDO – I
 Tabel 1.3 Aktifitas penumpang naik maupun turun
2
1
1 0.99695075 0.9914077640.8751997020.984786188 Series1
1 0.8032503710.901868477
0
Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
300,000
200,000
100,000
0
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Sumber: PT. (Persero) PELINDO – I *satuan orang

Dari tahun 2007 sampai tahun 2013 jumlah produksi bongkar muat barang, jumlah
kunjungan kapal maupun jumlah naik dan turun penumpang mengalami ketidak stabilan dari
tahun ke tahunnya. Tetapi khusus untuk aktifitas kunjungan kapal selalu mengalami peningkatan
tiap tahunnya. Meningkatnya arus kapal menandakan ukuran kapal yang melakukan tambat
didermaga pelabuhan juga semakin besar.
Dengan melihat kondisi tersebut, perlu dilakukan analisa terhadap ukuran dermaga
apakah masih layak digunakan berdasarkan ukuran kapal yang melakukan tambat didermaga
sekarang ini serta perlu adanya optimalisasi sub sektor transportasi laut yang pada gilirannya
akan mendorong perubahan positif pada sektor yang lain. Untuk melihat sudah sejauh mana
optimalisasi pelabuhan penyeberangan sibolga, maka perlu dilakukan analisa kelayakan ukuran
dermaga dan tingkat pelayanan pelabuhan sibolga tersebut.
2. Tujuan Penelitian
 Untuk menganalisa ukuran dermaga saat ini dengan jumlah dan dimensi kapal yang
melakukan tambat didermaga pelabuhan sibolga.
 Untuk melihat bagaimana rasio pemakaian tambatan dipelabuhan sibolga terhadap kapal yang
dilihat dari jumlah jam pemakaian tambatan, panjang kapal, panjang dermaga saat ini serta
jumlah hari dari kalender pemakaian dermaga.
3. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini memiliki ruang lingkup dan batasan masalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan pada semua jenis kapal yang melakukan kunjungan
dipelabuhan sibolga.
2. Penelitian ini membahas bagaimana pelayanan pelabuhan sibolga berdasarkan
fasilitas darat, waktu putaran kapal dan tingkat pemanfaatan pelabuhan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pelabuhan
Triatmodjo (1996) mengemukakan bahwa dalam bahasa Indonesia dikenal dua istilah
yang berhubungan dengan arti pelabuhan yaitu Bandar dan Pelabuhan. Kedua istilah tersebut
sering tercampur aduk sehingga sebagian orang mengartikannya sama. Bandar (harbor) adalah
daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang dan angina untuk berlabuhnya kapal-kapal.
Bandar ini hanya merupakan daerah perairan dengan bangunan-bangunan yang diperlukan
pembentukannya, perlindungan dan perawatan, seperti pemecah gelombang, jetty dan
sebagainya, dan hanya merupakan tempat bersinggahnya kapal untuk berlindung, mengisi bahan
bakar, reparasi dan sebagainya. Pelabuhan (port) adalah derah perairan yang terlindung terhadap
gelombang yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat
bertambat untuk melakukan bongkar muat barang maupun orang, kran-kran untuk bongkar muat,
gudang laut (transito), dan tempat-tempat penyimpanan dimana kapal membongkar muatannya,
dan gudang-gudang dimana barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama
menunggu pengiriman kedaerah tujuan atau pengapalan. Terminal ini dapat dilengkapi dengan
rel kereta api, jalan raya, atau saluran pelayaran darat.
Klasifikasi pelabuhan ditinjau dari beberapa sudut antara lain :
1) Dari sudut pemungutan jasa :
a. Pelabuhan yang diusahakan
Yaitu pelabuhan dalam pembinaan pemerintah yang sesuai kondisi, kemampuan dan
pengembangan menurut hokum pemerintahan.
b. Pelabuhan yang tidak diusahakan
Yaitu pelabuhan dalam pembinaan pemerintah yang sesuai dengan kondisi,
kemampuan dan pengembangan potensinya masih menonjol sifat overheld zerg dan
atau yang belum ditetapkan sebagai pelabuhan yang diusahakan.
c. Pelabuhan otonom
Yaitu pelabuhan yang diberi wewenang untuk mengatur diri sendiri.
2) Dari sudut teknis
a. Pelabuhan alam (natural and protected harbor)
Pelabuhan ini merupakan suatu daerah yang menjurus kedalam (inlet), yang
terlindungi oleh suatu pulau, jazirah atau terletak sedemikian rupa sehingga navigasi
dan berlabuhnya kapal dapat dilakukan.
b. Pelabuhan buatan (Artivical Harbour)
Pelabuhan buatan merupakan suatu daerah yang dibuat manusia sedemikian rupa,
sehingga terlindung terhadap ombak, badai ataupun arus sehingga kapal dapat
memungkinkan kapal dapat merapat.
c. Pelabuhan semi alam (semi Natural Harbour)
Pelabuhan ini merupakan kombinasi dari pelabuhan alam dan pelabuhan buatan.
3) Dari sudut perdagangan
a. Pelabuhan laut
Pelabuhan yang terbuka untuk semua jenis perdagangan dalam maupun luar negeri
yang menganut undang-undang pelayaran Indonesia.
b. Pelabuhan pantai
Pelabuhan yang terbuka untuk semua jenis perdagangan dalam negeri.
4) Dari sudut jenis pelayaran kepada kapal dan muatannya
a. Pelabuhan laut (Major Port)
Pelabuhan yang melayani kapal-kapal besar dan merupakan pelabuhan dan pembagi
muatan.
b. Pelabuhan cabang (Feeder Port)
Pelabuhan yang melayani kapal-kapal kecil yang mendukung pelabuhan utama.
(Soedjono, 1985 : 54-65)
Fasilitas Pelabuhan
Keputusan Menteri Perhubungan nomor 52 tahun 2004 tentang penyelenggaraan pelabuhan
penyeberangan menetapkan fasilitas-fasilitas pelabuhan berdasarkan kebutuhan lahan daratan
dan perairan dalam rencana induk pelabuhan penyeberangan.
a. Fasilitas darat dan dasar perhitungan kebutuhan daratan untuk kegiatan pelayanan
jasa/operasional langsung
1. Areal gedung terminal
A = a1 + a2 + a3 + a4 + a5
2. Areal parkir kendaraan penyeberang
(A) = a * n * N * x * y
3. Areal parkir kendaraan antar – jemput
( A ) = a * n1 * N * x * y * z * ⅟n2
4. Areal fasilitas bahan bakar (berdasarkan jumlah kebutuhan BBM per hari)
5. Areal fasilitas air bersih (berdasarkan jumlah kebutuhan air bersih per hari)
6. Areal generator (didasarkan pada standar kebutuhan ruang untuk fasilitas listrik seluas
150m2)
7. Areal terminal angkutan umum dan parkir (berdasarkan daya tampung mobil yang masuk
dan berhenti di terminal)
8. Areal fasilitas peribadatan (berdasarkan kebutuhan ruang untuk fasilitas umum dan
fasilitas sosial untuk fasilitas 250 penduduk pendukung yaitu seluas 60m2 )
9. Areal fasilitas kesehatan (berdasarkan kebutuhan ruang untuk fasilitas umum dan fasilitas
sosial untuk fasilitas 250 penduduk pendukung yaitu seluas 60m2 )
b. Fasilitas perairan dan dasar kebutuhan lahan perairan untuk kegiatan pelayanan
jasa/operasional langsung
1. Panjang dermaga
A ≥ 1,3L
2. Areal untuk sandar kapal
A = 1,8L * 1,5L
3. Areal kolam pelabuhan
4. Lebar alur pelayaran
W = 9B + 30 meter
5. Areal tempal labuh kapal
A = N * * R2
6. Areal keperluan darurat
7. Areal percobaan berlayar
8. Areal fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal
Dermaga
Dermaga adalah satu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan bongkar dan muat barang dan tempat untuk menaik –
turunkan penumpang. Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat
dan bertambat pada dermaga tersebut. Dalam mempertimbangkan ukuran dermaga, harus
didasarkan pada ukuran-ukuran minimal sehingga kapal dapat bertambat atau meninggalkan
dermaga maupun melakukan bongkar muat barang dapat dilakukan dengan aman, cepat dan
lancar. (Bambang Triadmodjo,hal 157).
Pada dermaga dilakukan berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan ke
atas kapal. Di dermaga juga dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal, air
minum, air bersih, saluran untuk air kotor/limbah yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan.
Hal yang perlu diingat bahwa dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang
merapat dan bertambat pada dermaga tersebut.
Menurut Bambang Triatmodjo dalam bukunya yang berjudul “Pelabuhan”, menjelaskan
bahwa tipe dermaga terbagi 2 (dua), yaitu wharf (quai) dan pier (jetty).
a. Wharf adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan dapat dibuat berimpit dengan garis
pantai atau agak menjorok kelaut dan dapat juga berfungsi sebagai penahan tanah yang ada
dibelakangnya. Wharf dibangun apabila garis kedalaman laut hamper merata dan sejajar
dengan garis pantai. Dermaga dengan tipe ini biasanya digunakan untuk pelabuhan barang
potongan atau peti kemas dimana dibutuhkan suatu halaman terbuka yang cukup luas untuk
menjamin kelancaran angkutan barang.
b. Pier atau jetty adalah dermaga yang menjorok kelaut dan dibangun dengan membentuk
sudut dengan garis pantai dan digunakan untuk merapat kapal pada satu sisi maupun kedua
sisinya. Jetty dihubungkan dengan daratan oleh jembatan yang membentuk sudut tegak lurus
sehingga biasanya berbentuk T atau L.
Sedangkan menurut Wikipedia (2012), ada beberapa jenis dermaga yang biasanya digunakan
yaitu :
1. Dermaga „quay wall‟
Dermaga quay wall ini terdiri dari struktur yang sejajar pantai, berupa tembok yang berdiri
di atas pantai, dan dapat dibangun dengan beberapa pendekatan konstruksi diantaranya sheet pile
baja/beton, caisson beton atau open filled structure.
2. Dermaga „dolphin‟ (trestel)
Dermaga dolphin merupakan tempat sandar kapal berupa dolphin diatas tiang pancang. Biasanya
dilokasi dengan pantai yang landai, diperlukan jembatan trestle sampai dengan kedalaman yang
dibutuhkan.
Gambar jenis – jenis dermaga

Ukuran Dermaga
Pelabuhan sibolga merupakan pelabuhan kelas III dengan tipe dermaga tristel. Untuk
menghitung kapasitas kapal yang dapat bersandar didermaga pelabuhan penyeberangan sibolga
dapat menggunakan rumus :
Lp = n Loa + ( n – 1 ) 15 + 50
Dimana :
Lp = Panjang dermaga
n = Jumlah kapal yang ditambat
Loa = panjang kapal yang ditambat
15 = ketetapan (jarak antara buritan kehaluan dari satu kapal ke kapal lain)
50 = Ketetapan (jarak anatara kedua ujung dermaga ke buritan dan haluan kapal)

Lp
25 Loa 15 Loa 15 Loa 25

Gambar 2.2 Dimensi dermaga

Tingkat pemanfaatan dan Pelayanan Dermaga


a. Rata-rata kedatangan kapal per hari ( arrival rate )

AR Dimana ; K = Kapal H = Hari dari bulan yang bersangkutan
b. Panjang dermaga
Lp = n Loa + ( n-1 ) 15 + 50
Dimana : Lp = Panjang dermaga Loa = Panjang kapal yang ditambat
n = Jumlah kapal yang ditambat
15 = Ketetapan (jarak antara buritan kehaluan dari satu kapal ke kapal lainnya)
50 = Ketetapan (jarak dari kedua ujung dermaga keburitan dan haluan kapal)
c. aktu pelayanan ( service time )

ST =

Dimana : ST = Waktu pelayanan ( service time ) Jb = Jam berangkat
Jt = Jam mulai bertambat K = kapal
d. Tonnage pership (jumlah tonase barang yang dikerjakan / diangkut untuk seluruh kapal)

Tps =

Dimana : Tps = Tonase per ship Mk = Muatan kapal yang dikerjakan K = kapal
e. Waktu putar kapal (Turn round time)

TRT =

Dimana : TRT = Waktu putar kapal Jb = Jam berangkat Jt = Jam mulai bertambat
K = kapal
f. Rasio pemakaian tambatan ( Berth occupation ratio / BOR )


BOR =
Dimana ; P.kpl = Panjang kapal PD= Panjang dermaga
HK = Hari kalender JP = Jumlah jam pemakaian dermaga
5 = Faktor pengaman
METODOLOGI PENELITIAN
Adapun langkah-langkah dan teknik pembahasan yang dilakukan yaitu :
a. Studi literatur yaitu mengumpulkan kajian literature yang berhubungan dengan tugas
akhir ini, yang bersumber dari buku serta referensi jurnal sebagai pendekatan teori
maupun sebagai perbandingan untuk mengkaji penelitian ini.
b. Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian yang terdiri dari
karakteristik kapal yang beroperasi, panjang dan jumlah dermaga saat ini, jumlah muatan
per kapal (barang maupun orang), tingkat pemanfaatan dermaga, fasilitas darat yang
digunakan yaitu terminal tunggu, lapangan penumpukan atau gudang, kantin, parkir serta
fasilitas-fasilitas lainnya.
c. Pengolahan data dengan melakukan pengelompokan data untuk memeriksa kelengkapan
data.
d. Menganalisa data-data yang diperoleh. Analisa yang dilakukan meliputi :
 Dari data karakteristik kapal diperoleh nama dan jenis kapal yang beroperasi,
ukuran kapal, jumlah kunjungan kapal, panjang rata-rata kapal, waktu tunggu
kapal dan muatan, serta jumlah rata-rata muatan dari kapal yang beroperasi.
 Dari data jenis kapal dan jumlah kapal yang berkunjung, dapat ditentukan tingkat
pemanfaatan dermaga. Dari tingkat pemanfaatan dermaga tersebut dapat
kemudian ditentukan kelayakan ukuran dermaga pelabuhan penyeberangan
sibolga.
 Dari data fasilitas darat pelabuhan dapat ditentukan daya tampung dan kapasitas
orang maupun barang tiap bangunan. Untuk mengukur tingkat keberhasilan
penyelenggaraan transportasi laut, sebagai instrumen perencanaan untuk
menggambarkan kondisi yang ingin dicapai dimasa yang akan datang serta
sebagai instrumen pemantauan (monitoring) dan evaluasi pelayanan untuk
pelaksanaan kegiatan bongkar maupun muat orang/barang di pelabuhan
penyeberangan sibolga.
Secara keseluruhan kegiatan penyusunanan tugas akhir ini dapat digambarkan dalam bagan alir
yang yang terlihat pada gambar 3.1 dibawah ini.
Mulai
 Survei pendahuluan
 Studi pustaka
 Permasalahan

Tujuan penelitian

Pengumpulan data sekunder


 Peta lokasi
 Jenis kapal, karakteristik kapal
 Ukuran dermaga
 Fasilitas – fasilitas darat

Analisis
 Menghitung jumlah kunjungan kapal dalam sehari, ukuran rata-rata kapal
yang berlabuh, jumlah muatan kapal rata-rata yang beroperasi dan lama
melakukan bongkar maupun muat barang dan orang.
 Melihat kelayakan ukuran dermaga saat ini melalui tingkat pemanfaatan
dermaga yang dilihat berdasarkan ukuran kapal dan jumlah kunjungan kapal
dalam satu hari.
 Kelayakan fasilitas-fasilitas darat pelabuhan berdasarkan parameter yang ada.

Kesimpulan dan saran

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS


Waktu Rata-Rata Kedatangan Kapal Perhari

AR
Dimana ; K = Kapal H = Hari dari bulan yang bersangkutan
Contoh perhitungan :
Ambil untuk bulan januari

AR
= = 4,407 dibulatkan menjadi 4 kapal/hari
Ambil untuk bulan februari

AR

= = 4,458 dibulatkan menjadi 4 kapal/hari


Waktu Pelayanan Kapal Selama Di Dermaga

ST =

Dimana : ST = Waktu pelayanan ( service time ) Jb = Jam berangkat
Jt = Jam mulai bertambat K = kapal

ST =

ST =
ST = 14,35 jam/kapal 14.21 ( 14 jam 21 menit )
Tonnage Pership (Jumlah Tonase Barang Yang Dikerjakan / Diangkut Untuk Seluruh
Kapal)

Tps =

Dimana : Tps = Tonase per ship Mk = Muatan kapal yang dikerjakan K = kapal
Tps =
Tps = 1.716,278 Ton/kapal
Fasilitas Darat Pelabuhan
Fasilitas darat Peraturan menteri Kondisi sekarang
Gedung terminal 360,36 M2 304 M2
Areal parkir kenderaan penyeberang 4.540,5 M2 3550 M2
Areal parkir kendaraan antar-jemput 4.540,5 M2 3550 M2
Areal fasilitas bahan bakar - Tidak ada
Areal fasilitas air bersih - Tidak ada
Areal terminal angkutan umum - Tidak ada
Areal fasilitas peribadatan 60 M2 85 M2
Areal fasilitas kesehatan 60 M2 73,50M2.
Areal generator 150 M2 Tidak ada

Dimensi Dermaga
Untuk ukuran panjang dermaga dapat digunakan rumus
Lp = n Loa + ( n – 1 ) 15 + 50
Dimana :
Lp = Panjang dermaga
n = Jumlah kapal yang ditambat
Loa = panjang kapal yang ditambat
15 = ketetapan (jarak antara buritan kehaluan dari satu kapal ke kapal lain)
50 = Ketetapan (jarak anatara kedua ujung dermaga ke buritan dan haluan kapal)
Dari pengolahan data, dimensi dermaga yang tersedia adalah 103,5 meter. Dalam dimensi
yang dihitung untuk pengambilan contoh perhitungan menggunakan ukuran kapal yang
terbesar,sedang dan yang kecil mewakili ukuran kapal yang melakukan sandar dan tambat
didermaga, dimensi ukuran dermaga yang tersedia saat ini tidak dapat memenuhi syarat sandar
untuk melakukan sandar. Untuk ukuran kapal 190, 105, dan 98 meter dermaga sandar pelabuhan
sibolga tidak memenuhi standar sandar dermaga. Melalui perhitungan ukuran panjang kapal,
ukuran kapal yang memenuhi untuk sandar didemaga adalah 45 meter kebawah. Kapal dengan
panjang 45 meter, untuk melakukan sandar juga tidak boleh lebih dari satu kapal untuk
melakukan sandar secara bersamaan. Lain halnya dengan ukuran-ukuran kapal yang terkecil,
seperti terlihat pada contoh perhitungan yang melakukan sandar di dermaga pelabuhan
penyeberangan sibolga dapat melakukan sandar lebih dari satu kapal secara bersamaan.

Simulasi Perhitungan Berth Occupation Ratio ( BOR ) Atau Kebutuhan Dermaga


Tabel 4.6 Ratio Penggunaan Dermaga
Jumlah Dermaga Dalam Satuan Penggunaan Dermaga Berdasarka
Kelompok Nilai Maksimum BOR Yang
Dianjurkan
1 40
2 50
3 55
4 60
5 65
6 - 10 70

Dapat dirumuskan :

BOR =

=
= 31,29 %
Kesimpulan
Setelah melakukan pengolahan data dari pelabuhan penyeberangan sibolga, hasil survey
kapal dan data sekunder yang diperoleh, maka diambil kesimpulan sebagai beriku :
1. Berdasarkan data sekunder dari PT. PELINDO-Ijumlah kapal yang melakukan tambat
selama tahun 2013 adalah 1.365 kapal dengan rata-rata kedatangan kapal per hari adalah
4 dan 5 kapal. Berdasarkan pengamatan dilapangan,jumlah kapal yang melakukan tambat
didermaga pelabuhan sibolga adalah 20 kapal dengan rata-rata kedatangan kapal per hari
adalah 4 kapal dengan Jumlah Tonase Barang Yang Dikerjakan / Diangkut Untuk
Seluruh Kapal selama waktu penelitian ( 6 hari ) adalah 1.716,278 Ton/Kapal dan waktu
pelayanan kapal selama ditambatan adalah 14 jam 21 menit sedangkan rata-rata lama
melakukan bongkar muat barang dalam satu hari adalah 5,8 jam/kapal (5 jam 48 menit
per satu kapal).
2. Dari data sekunder, dimensi dermaga yang tersedia adalah 103,5 meter. Dalam dimensi
yang dihitung untuk pengambilan contoh perhitungan menggunakan ukuran kapal yang
terbesar, sedang dan yang kecil mewakili ukuran kapal yang melakukan sandar dan
tambat didermaga, dimensi ukuran dermaga yang tersedia saat ini tidak dapat memenuhi
syarat sandar untuk melakukan sandar. Untuk ukuran kapal 190 meter panjang dermaga
yang dibutuhkan adalah 240 meter, untuk ukuran kapal 105 dibutuhkan dermaga dengan
ukuran 155 meter, dan untuk kapal ukuran 98 meter panjang dermaga yang dibutuhkan
adalah 148 meter. Dengan demikia, untuk kapal ukuran kapal lebih besar dari 50 meter
dermaga sandar pelabuhan sibolga tidak memenuhi standar sandar dermaga. Melalui
perhitungan ukuran panjang kapal, ukuran kapal yang memenuhi untuk sandar didemaga
adalah 50 meter kebawah. Kapal dengan panjang 45 meter panjang dermaga yang
dibutuhkan adalah 98 meter, lebih kecil dari ukuran dermaga sekarang yaitu 103,5 meter
sehingga memenuhi standar sandar kapal. Kapal dengan ukuran 45 meter untuk
melakukan sandar juga tidak boleh lebih dari satu kapal untuk melakukan sandar secara
bersamaan. Lain halnya dengan ukuran-ukuran kapal yang terkecil, seperti terlihat pada
contoh perhitungan yang melakukan sandar di dermaga pelabuhan penyeberangan sibolga
dapat melakukan sandar lebih dari satu kapal secara bersamaan.
Berdasarkan nilai maksimum BOR dalam tabel 4.6, dermaga di pelabuhan sibolga tidak
memenuhi standar manksimum angka BOR. Simulasi Perhitungan Berth Occupation
Ratio ( BOR ) Atau Kebutuhan Dermaga dalam satu periode bulan pada bulan desember
yang mewakili bulan-bulan lainnya dalam tahun 2013 adalah 60,476 %, Sama sekali
tidak layak karena panjang dermaga yang tersedia saat ini sangatlah kecil sehingga harus
ditambah panjangnya yang sebelumnya memiliki panjang 103,5 meter menjadi 200 meter
dengan angka BOR 31,29 % dimana jumlah dermaga sebanyak satu buah. Tujuan
penambahan ini ialah untuk menjaga kegiatan operasional pelabuhan dapat berjalan
dengan baik.
3. Fasiltas darat dipelabuhan penyeberangan sibolga saat ini masih kurang memenuhi syarat
seperti yang ada dalam Surat Keputusan Menteri Perhubungan nomor 52 tahun 2004
tentang penyelenggaraan pelabuhan penyeberangan yang menetapkan fasilitas-fasilitas
pelabuhan berdasarkan kebutuhan lahan daratan dan dalam rencana induk pelabuhan
penyeberangan. Dari keterangan pihak pelabuhan sibolga sendiri,untuk fasilitas darat
pelabuhan hanya sekedar pelengkap bangunan pelabuhan saja karna untuk pemfungsian
bangunan maupun fasilitas darat lainnya jauh dari yang diharapkan. Bahkan seperti areal
parkir, tidak difungsikan sebagaimana seharusnya. Kendaraan-kendaraan yang menunggu
penumpang kapal maupun yang mengantarkan penumpang kapal parkir dipintu gerbang
dermaga ataupun ditrestel dermaga. Berdasarkan perhitungan fasilitas darat sesuai
peraraturan menteri perhubungan dengan kondisi fasilitas darat dipelabuhan sibolga,
fasilitas dipelabuhan sibolga harus diperbaiki dan ukurannya harus ditambah.
Perbandingan perhitungan berdasarkan peraturan menteri dengan kondisi fasiltas yang
sekarang dipelabuhan sibolga :
Fasilitas darat Peraturan menteri Kondisi sekarang
2
Gedung terminal 360,36 M 304 M2
2
Areal parkir kenderaan penyeberang 4.540,5 M 3550 M2
Areal parkir kendaraan antar-jemput 4.540,5 M2 3550 M2
Areal fasilitas bahan bakar - Tidak ada
Areal fasilitas air bersih - Tidak ada
Areal terminal angkutan umum - Tidak ada
2
Areal fasilitas peribadatan 60 M 85 M2
Areal fasilitas kesehatan 60 M2 73,50M2.
Areal generator 150 M2 Tidak ada

4. Berdasarkan situasi fasilitas darat pelabuhan sibolga, tingkat pelayanan yang diberikan
pihak pelabuhan terhadap pemakai jasa masih kurang memuaskan dan jauh dari yang
diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi fasilitas yang sekarang sama sekali tidak
mengikuti standar fasilitas darat pelabuhan yang ditetapkan menteri perhubungan untuk
rencana induk pelabuhan penyeberangan.

Daftar pustaka
Husnan, S. 1982. Teori Antrian. Jogjakarta : BPEF.
Keputusan Menteri Perhubungan, KM52, 2004. Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan.
Karmadibrata, Soedjono. 1985. Perencanaan Pelabuhan, Ganeca Exact, Bandung.
Latief, Jalal, Abdul. 2009. Analisis Pengembangan Fasilitas Pelabuhan Laut. Program Studi
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Dan Lautan IPB, Bogor.
Morlok, Edward, 1995, Pengantar Teknik Perencanaan Transportasi. Terjemahan oleh Hainim,
Erlangga, Jakarta.
Muliadi, J. 1992. Diktat kuliah Teknik Pelabuhan. Fakultas Teknik Sipil. UNHAS.
Peraturan Menteri Perhubungan, PM 81, 2011. Standar Pelayanan Minimal Bidang
Perhubungan Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten / Kota.
Salim, Abbas. 1993. Manajemen Pelabuhan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suyono, R.P. 2001. SHIPPING : Pengangkutan intermodal Ekspor Impor Melalui Laut,
Lembaga manajemen PPM, Jakarta.
Triatmojo, Bambang. 2010. Perencanaan Pelabuhan. Yokyakarta: Beta Offset.
Tamin, Ofyar Z, 2003, Perencanaan dan pemodelan transportasi, Institut Teknologi Bandung,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai