KERANGKA ACUAN
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005 memuat
pembentukan Tim Teknis AMDAL Khusus untuk melaksanakan proses pelingkupan atau
penyusunan dokumen Kerangka Acuan ANDAL bagi setiap rencana kegiatan wajib
AMDAL yang terkait dengan pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi di Nias pasca
bencana gempa bumi dan tsunami. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah melalui
Bapedalda Provinsi Sumatera Utara membantu pembuatan Kerangka Acuan Analisis
Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL).
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005,
pelaksanaan kegiatan ini harus dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL). Kegiatan tersebut diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak
terhadap lingkungan, sehingga perlu dirumuskan lingkup dan kedalaman studi Analisis
Dampak Lingkungan (ANDAL) yang dilakukan melalui penyusunan Kerangka Acuan (KA)
ANDAL agar studi ANDAL dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dokumen KA-
ANDAL ini disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 308 Tahun 2005 dan panduan pelingkupan yang dikeluarkan Kementerian
Negara Lingkungan Hidup.
Semoga Dokumen KA-ANDAL ini menjadi acuan bagi pemrakarsa dalam menyusun
dokumen ANDAL, RKL-RPL dan juga bermanfaat baik instansi yang berkepentingan
maupun pihak-pihak lain.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan atas selesainya penyusunan dokumen Kerangka Acuan ini.
-i-
DAFTAR ISI
SK Kesepakatan KA-ANDAL
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
I. Pendahuluan .......................................................................... 1
II. Proses AMDAL Khusus ................................................................ 8
III. Isu-isu Utama ........................................................................ 9
Isu-isu Utama............................................................................12
Bagian 1. Pertimbangan atas alternatif-alternatif ................................12
Bagian 2. Isu Lingkungan ..............................................................12
Bagian 3. Transportasi .................................................................13
Bagian 4. Tata Ruang dan Pengembangan Ekonomi Wilayah ....................13
Bagian 5. Sosial .........................................................................13
Bagian 6. Kesehatan Masyarakat .....................................................14
Bagian 7. Lain-lain .....................................................................14
Bagian 8. Konsultasi Masyarakat dan pihak-pihak terkait........................15
Bagian 9. Batas Wilayah Studi ........................................................15
Bagian 10. Kepakaran yang diperlukan .............................................16
IV. Pelaksana Studi Pelingkupan ......................................................17
V. Daftar Lampiran .....................................................................17
Lampiran 1. Deskripsi Kegiatan ......................................................19
Lampiran 2. Surat Perintah Tugas (SPT) Tim Teknis AMDAL Khusus............20
Lampiran 3. Foto Hasil Observasi Lapangan........................................21
- ii -
I . PENDAHULUAN
1
kegiatan oleh Pemrakarsa kepada Bapedalda Provinsi Sumatera Utara.
Satu tahap penting proses AMDAL untuk rencana kegiatan rehabilitasi dan
pengembangan Pelabuhan Gunung Sitoli yang belum dilakukan adalah
tahap pengumuman di media masa untuk memberi informasi kepada
masyarakat dan menjaring pendapat masyarakat.
Laporan pelingkupan disusun oleh Tim Teknis AMDAL khusus dan setelah
melakukan peninjauan lapangan dan diskusi antara anggota Tim untuk
dapat mencari isu-isu penting dari rencana kegiatan rehabilitasi dan
pengembangan Pelabuhan Gunung Sitoli. Tahap selanjutnya merupakan
tahap pembahasan dokumen pelingkupan ini bersama dengan
Pemrakarsa, Komisi Penilai AMDAL Provinsi Sumatera Utara dan pihak-
pihak terkait lainnya. Komisi Penilai AMDAL Provinsi Sumatera Utara akan
memprakarsai proses pembahasan untuk selanjutnya meneruskan proses
AMDAL hingga penilaian dokumen ANDAL, RKL dan RPL.
Tim Teknis AMDAL khusus yang telah dibentuk mulai melakukan proses
pelingkupan pada tanggal 15 – 20 Desember 2006 dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Pengkajian terhadap rencana kegiatan Pelabuhan Gunung Sitoli yang
existing maupun rencana pengembangannya.
2. Penggalian informasi tambahan dari Satker Perhubungan BRR,
Bagian Lingkungan Hidup Kab.Nias dan Dinas Perhubungan
Kabupaten Nias.
3. Identifikasi dampak potensial (desk study) oleh masing-masing
anggota Tim Teknis
4. Diskusi evaluasi dampak hipotetik
5. Pelaksanaan tinjauan lapangan
6. Verifikasi hasil tinjauan lapangan yang dipadankan dengan hasil
evaluasi dampak hipotetik
7. Penyusunan laporan pelingkupan menjadi dokumen Kerangka Acuan
studi ANDAL
2
- Peraturan dan perundang-undangan lain yang terkait dengan
rencana kegiatan rehabilitasi dan pengembangan Pelabuhan Gunung
Sitoli.
Peta orientasi lokasi kegiatan dapat dilihat pada Gambar 1.1. Pelabuhan
Gunung Sitoli berada di Kelurahan Saombo Kecamatan Gunung Sitoli
berjarak 2 km dari ibukota Kabupaten Nias-Gunung Sitoli dengan batas-
batas sebagai berikut :
3
Lokasi
Kegiatan
4
Lokasi Pelabuhan
Gunung Sitoli
5
Rencana pengembangan Pelabuhan Gunung Sitoli adalah sebagai berikut:
• Fasilitas Dermaga terdiri dari 3 segmen dan Trestle 3 segmen :
- Dermaga segmen I = 60 x 20 m
- Dermaga segmen II = 60 x 20 m
- Dermaga segmen III = 50 x 20 m ( rencana jangka pendek)
Jumlah panjang = 170 x 20 m
▪ Trestle Segmen I = 48 x 8 m
▪ Trestle Segmen I = 48 x 8 m
▪ Trestle Segmen II = 28 x 8 m
▪ Trestle Segmen III = 32 x 8 m
• Fasilitas penunjang :
- Gudang Tertutup = 20 x 30 m
- Lapangan Penumpukan = 60 x 30 m
- Fasilitas jalan lingkungan = 500 x 8 m
- Pembangunan Talud sepanjang 70 m
- Instalasi Air dan Listrik bekerjasama dengan PDAM dan PLN
6
Gambar 1.3 Peta Site Plan Rencana Pelabuhan Gunung Sitoli
Beberapa informasi tambahan dan hasil observasi lapangan yang terkait dengan
rencana rehabilitasi dan pengembangan Pelabuhan Gunung Sitoli :
7
• Jumlah KK yang bermukim di area zona pengembangan pelabuhan ( yang akan
terkena pembebasan lahan ) adalah + 30 KK dengan mata pencaharian
sebahagian kecil nelayan, selebihnya berdagang, usaha hotel dan bengkel.
• Hasil wawancara terhadap masyarakat di sekitar lokasi pelabuhan, pada
umumnya mendukung adanya rencana pengembangan pelabuhan serta
kesediaan melepaskan hak kepemilikan tanahnya dengan syarat mendapatkan
ganti rugi yang sesuai.
• Pengumuman tentang rencana pengembangan Pelabuhan Gunung Sitoli belum
disosialisasikan pihak Pemrakarsa kepada masyarakat terkena dampak maupun
di papan pengumuman yang terdapat di lokasi pelabuhan, kantor Kelurahan
maupun di media massa.
8
Pekerjaan pembangunan fisik tidak boleh dilakukan sebelum proses kajian
AMDAL selesai dilakukan, karenanya seiring dengan proses pelingkupan ini,
Pemrakarsa harus segera melaksanakan sosialisasi dan mengumumkan
rencana pengembangan pelabuhan Gunung Sitoli untuk mengakomodasi
saran masukan masyarakat di dalam proses penyusunan studi ANDAL dan
RKL/RPL. Skema penyusunan AMDAL khusus dapat dilihat pada Gambar 2.1.
9
Proses penapisan melalui daftar
Selesai kegiatan wajib AMDAL
Perijinan
Pembangunan fisik
Gambar 2.1 Skema proses AMDAL untuk Kegiatan Rehabilitasi dan Pengembangan
Pelabuhan Gunung Sitoli Kabupaten Nias Provinsi Sumatera Utara.
10
Dokumen RKL secara mendasar harus mencakup upaya-upaya dan rencana-
rencana untuk menghindarkan dampak, mengurangi dampak (mitigasi),
mengelola, serta mengendalikan dampak yang mungkin terjadi. Dokumen ini
secara umum harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Komponen atau parameter lingkungan hidup yang diprakirakan
mengalami perubahan mendasar menurut hasil analisis dampak
lingkungan hidup;
2. Sumber dampak yang telah dikaji pada dokumen ANDAL;
3. Tolok ukur dampak untuk mengukur perubahan komponen lingkungan
hidup;
4. Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan tolok ukur kinerja
pengelolaan lingkungan dampak lingkungan hidup;
5. Upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup;
6. Lokasi pengelolaan lingkungan hidup;
7. Biaya pengelolaan lingkungan hidup
8. Institusi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan hidup.
11
rekomendasi yang diberikan.Sebagai tambahan, penyusunan dokumen ANDAL,
RKL-RPL dapat juga mengacu pada Peraturan Menteri Nomor 08 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyusunan AMDAL.
Berikut adalah isu-isu utama yang terkait dengan potensi dampak akibat rencana
kegiatan rehabilitasi dan pengembangan Pelabuhan Gunung Sitoli. Pemrakarsa
harus sedapat mungkin memenuhi permintaan dari dokumen Kerangka Acuan dan
menjawab isu-isu utama berikut ini.
1. Kaji potensi penurunan kualitas air laut yang disebabkan oleh ceceran oli dan
limbah domestik kegiatan operasi pelabuhan;
2. Kaji penurunan kualitas flora dan fauna wilayah pesisir laut dan bukit di
sekitar lokasi akibat pencemaran dari aktifitas konstruksi dan operasi
pelabuhan;
3. Kaji penurunan kualitas udara ambien pada tahap operasional pelabuhan yang
bersumber dari emisi gas buang kapal, kendaraan dan generator;
4. Kaji meningkatnya kebisingan akibat pemasangan tiang pancang dan
operasional alat-alat berat pada tahap konstruksi serta suara kapal, generator
dan kendaraan pada tahap operasional pelabuhan;
5. Kaji penurunan kualitas biota perairan laut akibat penurunan kualitas air laut;
6. Kaji dampak terhadap lokasi pengambilan material untuk
persiapan/pematangan lahan areal pelabuhan.
12
Bagian 3 Transportasi
1. Lakukan kajian kesesuaian dengan rencana detail tata ruang (minimal lima
tahun ke depan). Hal ini harus dapat mempertimbangkan dan menguraikan
kemungkinan pengembangan/peningkatan ekonomi lokal dan regional terkait
dengan kegiatan rehabilitasi dan pengembangan Pelabuhan Gunung Sitoli.
2. Uraikan menggunakan data sekunder yang ada dan prediksi skenario rencana
pengembangan ekonomi lokal di sekitar lokasi kegiatan rehabilitasi dan
pengembangan Pelabuhan Gunung Sitoli dan dalam kaitannya dengan
pengembangan ekonomi regional termasuk potensi wisata di Kabupaten Nias.
3. Deskripsikan rencana pasca operasi Pelabuhan Gunung Sitoli, terutama
rencana rehabilitasi kawasan wilayah pesisir dan laut di sekitar wilayah
tersebut.
1. Kaji potensi konflik akibat ketidaksesuaian ganti rugi lahan atau relokasi
pemukiman pada saat proses pembebasan lahan;
2. Uraikan rencana penyerapan tenaga kerja dan keterkaitannya dengan
rekruitmen tenaga kerja serta potensi dampak sosial-ekonominya. Kaji
skenario penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan tahap konstruksi dan
13
operasi dalam kaitannya pada pemanfaatan tenaga kerja lokal dan
pemanfaatan tenaga kerja pendatang.
3. Kaji potensi kesenjangan sosial dan eksklusivisme antara pekerja pendatang
dan masyarakat lokal.
4. Kaji dampak terhadap perubahan nilai-nilai budaya atau pranata sosial dan
keamanan serta ketertiban dalam masyarakat akibat meningkatnya arus
pendatang dari daerah lain;
5. Kaji dampak terhadap meningkatnya mobilitas penduduk dari dan ke wilayah
Kabupaten Nias serta kaitannya dengan tingkat keamanan di Pelabuhan
Gunung Sitoli
6. Deskripsikan dan prediksikan pengaruh dari pengembangan Pelabuhan Gunung
Sitoli terhadap pendapatan daerah dan perekonomian lokal. Utamakan
penggunaan data sekunder dari Pemda setempat dan sumber lainnya.
7. Sebagai dampak positif, kaji upaya peningkatan aktivitas pariwisata bahari
Nias sebagai akibat dari peningkatan akses transportasi, misalnya
pemanfaatan pantai sebagai lokasi pariwisata.
Bagian 7 Lain-lain
15
2. Batas ekologis
Penentuan batas ekologis agar mempertimbangkan keberadaan wilayah pesisir
dan laut, jalan raya serta kegiatan lain disekitar rencana pelabuhan dengan
mempertimbangkan dampak dan penyebarannya melalui media air dan udara.
Batas ekologis juga agar mempertimbangkan kemungkinan dampak
keberadaan pelabuhan terhadap gangguan ekosistem dan pulau-pulau kecil di
sekitar pelabuhan. Dalam hal kaitannya dengan kemungkinan dampak
terhadap ekosistem wilayah sekita. Dengan demikian, bentuk batas ekologis
dapat dijelaskan secara ilmiah mengapa garis batas tersebut dipilih.
3. Batas administrasi
Batas administrasi agar difokuskan pada desa-desa yang berbatasan langsung
dengan areal pelabuhan di Kelurahan Saombo, Desa Ombolata Ulu, Desa
Fadoro Lasara, Kecamatan Gunung Sitoli, Kabupaten Nias, walaupun terbuka
kesempatan untuk menarik batas yang lebih luas selama penentuan tersebut
dapat dijelaskan secara rasional. Khusus untuk batas administrasi ini perlu
mengacu pada RTRW Kabupaten.
4. Batas sosial
Batas sosial agar difokuskan pada pemukiman pada daerah-daerah di
Kelurahan Saombo, Desa Ombolata Ulu, Desa Fadoro Lasara, Kecamatan
Gunung Sitoli, Kabupaten Nias. Batas-batas atau tempat-tempat konsentrasi
interaksi sosial tersebut dapat saja dikembangkan jika terdapat informasi lain
yang lebih menentukan. Jelaskan pula mengapa batas-batas tersebut dipilih.
Sebagai hasil akhir, penentuan keseluruhan batas studi merupakan delineasi
wilayah studi sebagai resultante dari batas-batas di atas. Penentuan
resultante ini agar dilakukan dengan alasan dan justifikasi yang rasional bukan
sekedar menarik garis terluar dari keseluruhan batas-batas yang ada.
Penggambaran batas wilayah studi diharapkan menggunakan peta-peta yang
representatif, jelas, dan sesuai tema pembahasannya. Sebagai hasil akhir
penentuan batas wilayah studi, resultante tersebut kemudian digunakan
untuk menetapkan lokasi-lokasi atau titik-titik sampling berdasarkan alasan-
alasan yang kuat.
Dalam studi ANDAL ini, Pemrakarsa harus menunjuk pelaksana studi yang
memiliki kompetensi dan keahlian yang sesuai dengan bidang yang ditelitinya.
Secara minimal, tim studi ANDAL harus memiliki tenaga-tenaga ahli sebagai
berikut:
1. Ahli AMDAL (team leader, AMDAL B)
2. Ahli Biologi (wilayah pesisir dan laut)
16
3. Ahli Kimia (kualitas air dan udara);
4. Ahli Sosial-Ekonomi:
5. Ahli Hidro-Oceanografi/Perikanan;
6. Ahli Tansportasi Laut dan Pelabuhan.
V. DAFTAR LAMPIRAN
17
LAMPIRAN
18
Lampiran 1
19
Lampiran 2
20
Lampiran 3
21
Gambar 1. Kapal penyebrangan milik Gambar 2. Kesibukan pelabuhan dan
ASDP sedang bersandar di pelabuhan bongkar muat
Gunung Sitoli
Gambar 9. Sebagian rumah warga yang Gambar 10. Kondisi lantai pelabuhan yang
akan dibebaskan untuk perluasan lahan sedang direhabilitasi
pelabuhan.