Anda di halaman 1dari 30

Peraturan Menteri Negara LH 308 Tahun 2005

KERANGKA ACUAN
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN


PERIKANAN TERPADU KUALA IDI
DI KABUPATEN ACEH TIMUR
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Tim Teknis AMDAL Khusus


Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh Pasca Gempa dan Tsunami
Januari 2007

Peraturan Menteri Negara LH 308 Tahun 2005

KERANGKA ACUAN
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN


PERIKANAN TERPADU KUALA IDI
DI KABUPATEN ACEH TIMUR
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Tim Teknis AMDAL Khusus


Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh Pasca Gempa dan Tsunami
Januari 2007

Tim Teknis AMDAL Khusus :

Esther Simon ST

(Ketua)

Drs. Mansur Musa

(Sekretaris)

Dr. Ir. Suhendrayatna M.Sc (Anggota)


Dr. Imam Santoso

(Anggota)

Ir. Wiyono

(Anggota)

KATA PENGANTAR
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 308 Tahun 2005 memuat pembentukan
Tim Teknis AMDAL Khusus untuk melaksanakan proses pelingkupan atau penyusunan
dokumen Kerangka Acuan ANDAL bagi setiap rencana kegiatan wajib AMDAL yang terkait
dengan pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh pasca bencana gempa dan
tsunami.
Salah satu kegiatan yang berada dalam lingkup Rehabilitasi dan Rekonstruksi Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam adalah kegiatan pengembangan pasca gempa dan tsunami
yang terkena kewajiban menyusun AMDAL adalah kegiatan Pengembangan Kawasan
Pelabuhan Perikanan Terpadu Kuala Idi Kabupaten Aceh Timur, Provinsi NAD yang
merupakan kegiatan pengembangan perikanan daerah terutama di kawasan perairan timur
Aceh. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah melalui Bapedalda Provinsi NAD
membantu pembuatan Kerangka Acuan ANDAL.
Dokumen Kerangka Acuan ANDAL ini disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005

dan panduan pelingkupan yang

dikeluarkan Kementerian Negara Lingkungan Hidup.


Semoga dokumen

Kerangka Acuan ANDAL ini dapat menjadi acuan bagi pemrakarsa

dalam menyusun dokumen ANDAL, RKL-RPL dan juga bermanfaat baik bagi instansi yang
berkepentingan maupun pihak-pihak lain.

Banda Aceh,

Januari 2007

Tim Teknis AMDAL Khusus


Rencana Pengembangan Kawasan Perikanan
Terpadu Kuala Idi
di Kabupaten Aceh Timur
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

-i-

DAFTAR ISI
Halaman
SK Kesepakatan KA-ANDAL
Kata Pengantar

Daftar Isi

ii

Daftar Gambar

ii

Pendahuluan

II

Ringkasan Rencana Kegiatan

III

Proses AMDAL Khusus

IV

Dokumen ANDAL, RKL dan RPL Rencana Pengembangan Kawasan


Perikanan Terpadu Kuala Idi

IV

Isu-isu Utama

10

Lampiran

16

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1

Peta orientasi lokasi Kawasan Pelabuhan Perikanan Terpadu


Kuala Idi

Gambar 2

Lay Out lokasi Pengembangan Kawasan Pelabuhan Perikanan


Terpadu Kuala Idi

Gambar 3

Skema proses AMDAL yang akan dilakukan


Pengembangan Kawasan Perikanan Terpadu Kuala Idi

untuk

Gambar 4

Status pelaksanaan proses AMDAL Pengembangan Kawasan


Perikanan Terpadu Kuala Idi hingga saat ini

- ii -

I. Pendahuluan
Dalam rangka penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang
telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 308 tahun
2005, Tim Teknis AMDAL khusus telah dibentuk untuk melaksanakan proses
pelingkupan (penyusunan dokumen Kerangka Acuan, KA) bagi setiap rencana kegiatan
wajib AMDAL yang terkait dengan pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi di provinsi
Nagroe Aceh Darusalam pasca bencana gempa dan tusnami.
Kegiatan Pengembangan Kawasan Pelabuhan Perikanan Terpadu Kuala Idi
merupakan kegiatan pengembangan daerah terutama di kawasan perairan timur Aceh.
Kawasan pelabuhan juga mengalami musibah tsunami walaupun tidak terlalu parah
terutama di lokasi pembangunan jetty. Pada saat ini direncanakan akan dikembangkan
menjadi kawasan pelabuhan perikanan terpadu dengan fasilitas-fasilitas pendukung
lainnya yang dikoordinir oleh Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR).
Memperhatikan rencana pengembangan kawasan perikanan terpadu dan failitas
pendukungnya masuk dalam katagori kegiatan wajib AMDAL, maka kegiatan ini dapat
dikenakan wajib AMDAL berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
nomor 308/2005.
Laporan pelingkupan ini dilakukan oleh Tim Teknis AMDAL khusus setelah
melakukan kajian atas hasil dari peninjauan lapangan dan diskusi Tim maka laporan
pelingkupan ini dapat diselesaikan. Tahap selanjutnya merupakan tahap pembahasan
dokumen pelingkupan ini bersama dengan pihak-pihak terkait lainnya. Komisi Penilai
AMDAL Provinsi NAD akan memprakarsai proses pembahasan untuk selanjutnya
meneruskan proses AMDAL hingga penilaian dokumen ANDAL, RKL dan RPL.
Secara singkat, proses pelingkupan Kawasan Pelabuhan Perikanan Terpadu
dimulai dari pengajuan kegiatan yang selanjutnya dibentuk Tim Teknis AMDAL khusus
yang terdiri berbagai ahli yang berasal dari praktisi, akademisi, ahli dari Kementerian
Lingkungan Hidup, dan ahli dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Propinsi
NAD, serta unsur dari pemerintah kabupaten Aceh Timur.
Tim Teknis AMDAL khusus yang telah dibentuk kemudian mulai melakukan
proses pelingkupan pada tanggal 4 sampai dengan 7 April 2006 yang dilalui dalam
beberapa tahap yaitu:
1. Pengkajian terhadap rencana kegiatan
2. Penggalian informasi tambahan dari Satuan Kerja BRR-PBPP Langsa Provinsi NAD
dan Dinas Perikanan Provinsi NAD
3. Identifikasi dampak potensial (desk study) oleh masing-masing anggota Tim Teknis

4. Diskusi evaluasi dampak hipotetik


5. Pelaksanaan tinjauan lapangan
6. Memverifikasi hasil tinjauan lapangan dengan hasil evaluasi dampak hipotetik
7. Penyusunan laporan pelingkupan menjadi dokumen Kerangka Acuan studi ANDAL

II Ringkasan Rencana Kegiatan


Rencana

kegiatan

pengembangan

pelabuhan

terpadu

dan

fasilitas

pendukungnya berada di Muara Sungai Krueng Idi, kecamatan Idi Rayeuk, Kabupaten
Aceh Timur dan bermuara ke Selat Malaka. Peta orientasi kegiatan dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1. Peta orientasi lokasi Kawasan Pelabuhan Perikanan Terpadu Kuala Idi

PI

Kuala Idi merupakan kawasan pelabuhan yang cukup padat dikunjungi kapal nelayan,
dengan keberadaan TPI (tempat pelelangan ikan) maka kawasan tersebut menjadi
penunjang perekonomian daerah. Permasalahan yang menjadi perhatian adalah
-

Pendangkalan Kuala Idi yang mengakibatkan kapal tidak bisa merapat pada saat air
surut.

Tidak adanya tempat tambatan kapal/parkir kapal.

Tidak adanya fasilitas penunjang untuk mendukung aktivitas nelayan baik fasilitas
struktur maupun infrastruktur yang memadai dengan kondisi eksisting yang ada.

Terjadinya sedimentasi akibat dari pelambatan arus sungai khususnya di seputar


PPI Kuala Idi.

Untuk meningkatkan perekonomian daerah terutama kawasan Aceh timur maka


pemerintah provinsi akan meningkatkan bidang perikanan di kawasan Kuala Idi melalui
kegiatan Pengembangan Kawasan Pelabuhan Perikanan Terpadu Kuala Idi. Pemerintah
Provinsi NAD melalui Keputusan Gubernur Provinsi NAD Nomor: 522.3/080/2006
tentang pembentukan tim pembangunan terpadu Kuala Idi provinsi NAD yang terdiri
dari berbagai dinas terkait dengan ketua Bappeda provinsi NAD.

Pengembangan dilakukan di kawasan PPI seluas 23,65 ha dan kawasan yang


sudah terbangun seluas 43,65 ha. Luas areal keseluruhan dari rencana pengembangan
ini adalah 67,30 Ha yang melingkupi Desa Blang Geulumpang, Calok Delima, Pusong
Kuala Idi, Kedai Blang, Kampung Baru.
Pengembangan Kawasan Perikan Terpadu Kuala Idi melingkupi kegiatan:
Fasilitas Utama
1. Bangunan jetty direncanakan sepanjang 800 m dan diupayakan ujung jetty yang
menjorok ke laut dengan kedalaman air mencapai 3 m (saat air surut)
2. normalisasi sungai dengan membuat talud/pengaman di sepanjang sungai serta
melakukan perbaikan sungai dari bentuk semula yang tidak beraturan menjadi
tertata
3. Dermaga pendaratan ikan
4. Tempat parkir kapal dan dermaga perbekalan logistik kapal
5. Kantong parkir kapal
6. Lahan perbaikan kapal dan perawatan kapal
Fasilitas pendukung yang akan dibangun
1. Jetty
2. Normalisasi sungai
3. Tanggul pengaman pabtai
4. Kantor pengelola
5. Tempat pemasaran ikan
11. Koperasi unit nelayan
12. Ruko sembako
13. Ruko perlengkapan nelayan/logistik
14. Rumah makan/warung
15. Toko peralatan sparepart boat
16. Dermaga kapal sampai dengan ukuran

6. Kren pengangkat ikan


7. Lahan jemur pukat dan jaring
8. Tempat perbaikan pukat dan jaring
9. Industri pengalengan ikan
10. Tempat penggilingan tepung ikan
17. Industri ikan export
18. Jalan lingkungan/parkir area
19. Saluran/drainase
20. Jembatan penghubung
21. Lampu mercu kuala
22. Lampu mercu suar

23. 500 GT
24. Dermaga kapal di atas 500 GT
25. Dermaga industri perikanan
26. Dermaga logistik
27. Dermaga perawatan engine/tune up
28. Dermaga boat tempel/speed boat
35. Dermaga kapal inspeksi/SAR
36. Menara pangawas
37. DOK/workshop
38. Galangan pembuatan kapal
39. Bengkel reparasi mesin
45. Transit shed
46. Tempat pelelangan ikan beratap
47. Tempat pelelangan ikan (plaza
terbuka)
48. Tempat pengepakan (packing)
54. Gudang tempat (peti/tong es)
55. Cold storage (ruang penyimpanan
ikan)
56. Pabrik es

29. Rumah mesin/genset


30. Pemadam kebakaran
31. SPBU
32. Gudang umum
33. Gudang alat berat
34. Gudang nelayan
40. Penginapan (losmen nelayan)
41. MCK
42. Mushola
43. Pos jaga
44. Water tower
49. Jaringan instalasi air bersih
50. Jaringan instalasi listrik
51. Jaringan instalasi telepon
52. Rumah dinas
53. Pukesmas
57. Pemukiman nelayan
58. Tempat pengolahan limbah
59. Water treatment

Secara umum kondisi kawasan saat dilakukan peninjauan lapangan pelingkupan


meliputi kegiatan:
1. Pelabuhan kapal nelayan yang ramai dengan aktifitas kapal yang keluar masuk. Dari
data pada UPTD Pelabuhan Perikanan Pantai Idi menunjukan jumlah kapal sekitar
400 kapal nelayan besar/kecil dengan produksi ikan 400 ton per bulan
2. Tempat pelelangan ikan dan pasar juga sudah cukup ramai dengan banyaknya
aktifitas perdagangan
3. Pembangunan Jetty telah selesai dengan panjang kiri 750 m dan kanan 800 m
dengan lebar 180 m, Tinggi tanggul dari dasar laut 7 m sehingga yang muncul di
permukaan + 2 m.
4. Kondisi muara Krueng Idi saat ini mengalami pendangkalan yang cukup tinggi yang
mengakibatkan lalu lintas kapal nelayan terganggu. Dalam pembangunan jetty telah
dilakukan pengerukan pada kolam pelabuhan sedalam 5 m.
5. Pemukiman desa Kuala Idi dan aktivitas tambak berada di kiri-kanan kawasan
pelabuhan. Lahan milik penduduk yang telah dibebaskan seluas 20 ha sedangkan
lahan milik pelabuhan 20,65 ha. Lahan pelabuhan telah terbangun untuk aktifitas
TPI, pasar dan pemukiman karyawan.
6. Kondisi pantai di kiri-kanan jetty telah mengalami abrasi yang akan mengakibatkan
pemunduran garis pantai pemukiman penduduk.
Secara lebih rinci diskripsi rencana pengembangan dapat dilihat pada lampiran 1

Lokasi
Pengembangan
Kawasan PPI
Terpadu Kuala Idi

Gambar 2. Lay Out lokasi Pengembangan Kawasan Pelabuhan Perikanan Terpadu


Kuala Idi

III. Proses AMDAL Khusus


Proses Pelingkupan Kegiatan Pengembangan Kawasan Pelabuhan Perikanan
Terpadu Kuala Idi menggunakan suatu

mekanisme khusus yang hanya berlaku di

Provinsi NAD dan Pulau Nias sesuai dengan Peraturan Menteri LH 308/2005. Untuk
lebih jelasnya secara singkat proses AMDAL dapat mengacu pada skema sebagai
berikut:

Proses penapisan melalui daftar


kegiatan wajib AMDAL

AMDAL disyaratkan

AMDAL tidak diperlukan

Proposal kegiatan dari pemrakarsa


dan pengumuman

Penyusunan Kerangka Acuan (KA


ANDAL) oleh Tim Teknis dan
Pembahasan KA ANDAL oleh
Komisi & Pemrakarsa

Penyusunan Upaya
Pengelolaan dan Pemantauan
lingkungan (UKL-UPL)

Penyusunan dokumen ANDAL, RKL


dan RPL oleh Pemrakarsa

Penilaian ANDAL, RKL dan


RPL oleh Komisi

Persetujuan oleh
Gubernur

Perijinan

Gambar 3. Skema proses AMDAL yang akan dilakukan untuk Pengembangan


Kawasan Perikanan Terpadu Kuala Idi
Secara lengkap kerangka kerja proses AMDAL Khusus

dapat dilihat pada

Peraturan Menteri LH 308/2005 dan sebagai perbandingan dengan proses AMDAL

umumnya yang berlaku dapat melihat Peraturan Pemerintah RI nomor 27 tahun 1999
tentang AMDAL.
Secara lebih rinci, tahapan-tahapan proses AMDAL khusus untuk Pengembangan
Kawasan Pelabuhan perikanan Terpadu Kuala Idi harus dapat diikuti oleh seluruh pihak
(stakeholders AMDAL) , seperti dapat dilihat pada gambar 4 sebagai berikut.

Pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan


oleh Pemrakarsa untuk mendapat tanggapan
selama 10 hari kerja

Laporan awal pelingkupan dari Tim


Teknis kepada Komisi

Perintah terhadap pemrakarsa untuk


konsultasi kepada masyarakat dan
pihak-pihak terkait

Permintaan informasi tambahan


dari pemrakarsa jika diperlukan

Penyusunan Kerangka Acuan (KA ANDAL) oleh


Tim Teknis berdasarkan hasil tinjauan lapangan
dan hasil konsultasi masyarakat

Pembahasan KA ANDAL oleh Komisi


& Pemrakarsa

Tahap pada
saat ini

Penyusunan dokumen ANDAL, RKL


dan RPL oleh Pemrakarsa

Penilaian ANDAL, RKL dan RPL oleh Komisi

Gambar 4. Status pelaksanaan proses AMDAL Pengembangan Kawasan Perikanan


Terpadu Kuala Idi hingga saat ini

IV. Dokumen ANDAL, RKL dan RPL Pengembangan Kawasan Perikanan


Terpadu Kuala Idi
Dokumen ANDAL, RKL dan RPL yang dihasilkan dari studi ANDAL harus
didasarkan pada dokumen Kerangka Acuan ini dan harus mencakup beberapa hal
utama. Dokumen-dokumen ini harus dilengkapi dengan suatu ringkasan yang disusun
dengan bahasa yang sederhana, non teknis,

dan mudah dipahami oleh semua

kalangan pembaca dan pengguna dokumen ini. Ringkasan ini tidak saja ditujukan untuk
dibaca oleh para eksekutif tetapi sedapat mungkin dapat dipahami oleh pengelola di
lapangan dan masyarakat luas.
Dokumen ANDAL secara mendasar harus mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Pendahuluan yang berisi maksud dan tujuan khusus dilaksanakannya rencana
kegiatan Pengembangan Kawasan Perikanan Terpadu Kuala Idi;
2. Uraian tentang kesesuaian rencana kegiatan Pengembangan Kawasan Perikanan
Terpadu Kuala Idi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Aceh
Timur, kebijakan pembangunan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Deskripsi rencana kegiatan Pengembangan Kawasan Perikanan Terpadu Kuala Idi
yang memungkinkan untuk mencapai maksud dan tujuan yang telah ditetapkan,
termasuk rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan;
4. Kondisi rona lingkungan awal di wilayah studi;
5. Kajian dampak lingkungan akibat rencana kegiatan Pengembangan Kawasan
Perikanan Terpadu Kuala Idi yang mencakup seluruh isu penting dan dampak
hipotetik yang tercantum di dalam Bab IV dari dokumen KA ini;
6. Arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

Dokumen RKL secara mendasar harus mencakup upaya-upaya dan rencana-rencana


untuk menghindarkan dampak, mengurangi dampak (mitigasi), mengelola, serta
mengendalikan dampak yang mungkin terjadi. Dokumen ini secara umum harus memuat
hal-hal sebagai berikut:
1. Komponen atau parameter lingkungan hidup yang diprakirakan mengalami
perubahan mendasar menurut hasil analisis dampak lingkungan hidup;
2. Sumber dampak yang telah dikaji pada dokumen ANDAL;
3. Tolok ukur dampak untuk mengukur perubahan komponen lingkungan hidup;
4. Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan tolok ukur kinerja pengelolaan
lingkungan dampak lingkungan hidup;
5. Upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup;

6. Lokasi pengelolaan lingkungan hidup;


7. Biaya pengelolaan lingkungan hidup;
8. Institusi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Dokumen RPL secara medasar harus mencakup hal-hal sebagai berikut:


1. Komponen atau parameter lingkungan hidup yang dipantau;
2. Sumber dampak;
3. Parameter lingkungan hidup yang dipantau;
4. Tujuan pemantauan lingkungan hidup;
5. Metode pemantauan lingkungan hidup;
6. Jangka waktu dan frekwensi pemantauan;
7. Lokasi pemantauan lingkungan hidup;
8. Biaya pemantauan lingkungan hidup;
9. Institusi yang bertanggung jawab dalam pemantauan lingkungan hidup.

Penggunaan sumber-sumber data dan informasi yang sahih di dalam dokumen ANDAL,
RKL dan RPL, baik dari penelitian langsung (data primer) ataupun data sekunder,
literatur, penelitian lain, atau hasil konsultasi dengan instansi terkait dan dengan
masyarakat harus dilakukan sesuai dengan kaidah penulisan dan referensi yang benar.
Ketika penilaian (judgment) atau pendapat para ahli digunakan,

hal tersebut harus

disebutkan secara jelas sebagai suatu hasil penilaian ahli. Dasar penilaian atau
pendapat para ahli tersebut harus dikemukakan alasan atau dasar pembenarannya.
Keahlian yang membuat penilaian atau pendapat tersebut, termasuk kualifikasi dan
pengalamannya, harus disampaikan pula. Jika ulasan terhadap suatu isu dampak
memerlukan penelitian dan perhitungan yang bersifat teknis (misalnya untuk
pengukuran arus laut, pendangkalan alur pelayaran, kebauan, emisi debu dan gas
buang, kepadatan lalu lintas laut dan darat, pengelolaan limbah cair dan padat), hal ini
diharapkan

didampingi

dengan

pertimbangan

profesional

untuk

memverifikasi

kesimpulan dan rekomendasi yang diberikan.


Sebagai tambahan, penyusunan dokumen ANDAL, RKL-RPL dapat juga mengacu pada
Keputusan Kepala BAPEDAL nonor 09 tahun 2000 Jo Peraturan Menteri LH No. 08
Tahun 2006.

V.

Isu-Isu Utama
Berikut adalah isu-isu utama yang terkait dengan potensi dampak akibat rencana

kegiatan Pengembangan Kawasan Perikanan Terpadu Kuala Idi. Pemrakarsa dalam hal
ini pemerintah daerah harus sedapat mungkin memenuhi permintaan dari dokumen
Kerangka Acuan dan menjawab isu-isu utama ini.

Bagian 1.

Pertimbangan atas alternatif-alternatif

1. Uraikan dan jelaskan pertimbangan alternatif pengembangan kawasan perikanan


terpadu

atas keputusan untuk pemilihan tempat semula dibandingkan tempat

lainnya.
2. Jelaskan rencana pilihan-pilihan pengambilan sumber air bersih untuk mensuplai
kebutuhan kawasan perikanan terpadu termasuk jumlah (sumur bor dan/atau pipa
penyedot air sungai), lokasi dan volume pengambilan air (per satuan waktu, jam,
hari).

Bandingkan

volume

pengambilan

air

tersebut

dengan

pemanfaatan/pengambilan air sebelum rencana pengembangan


3. Kaji secara singkat pilihan do nothing atau skenario jika rencana kegiatan kawasan
perikanan terpadu ini tidak dilakukan.

Bagian 2.

Isu lingkungan

1. Pendangkalan alur pelayaran pada muara sungai Kuala Idi merupakan isu utama
dari kegiatan pengembangan kawasan pelabuhan perikanan terpadu. Kajian
mendalam untuk studi AMDAL agar ditekankan pada kondisi arus dominan baik
pada musim barat maupun timur yang menyebabkan adanya abrasi dan akresi serta
adanya sedimentasi yang tinggi baik dari sungai maupun laut. Kajian tersebut juga
mencakup perubahan garis pantai yang terkikis akibat adanya bangunan jetty dan
pengikisan yang terjadi di sepanjang alur sungai
2. Mengingat sedimentasi dari laut dan sungai yang cukup tinggi maka

potensi

pengerukan pelabuhan akan perlu dilakukan. Kaji pendangkalan alur tersebut dan
jelaskan rencana pengerukan serta penempatan material keruk beserta dampak dari
penempatan material tersebut.
3. Kaji potensi abrasi di pantai sekitar lokasi kegiatan yang menyebabkan kemunduran
garis pantai sekitar dan jelaskan perbaikan untuk menyelamatkan pemukiman yang
berada di sekitar pantai Idi. Data sekunder abrasi dapat dipakai sebagai upaya

10

pembuktian terhadap kondisi alami dan kegiatan lain di sekitar lokasi. Penjelasan ini
harus dapat memberikan klarifikasi apakah kegiatan menimbulkan dampak penting
dalam bentuk abrasi pantai
4. Kaji dan prediksikan penurunan kualitas air baik kekeruhan yang diakibatkan pada
saat pendalaman alur/pengerukan maupun ceceran minyak kapal-kapal pada saat
aktivitas pelabuhan (kapal ikan) dan PPI dan dampaknya terhadap biota perairan
baik di muara maupun di pantai sekitar
5. Jelaskan potensi abrasi di pantai sekitar lokasi kegiatan pengembangan kawasan
pelabuhan

perikanan

(termasuk

perubahan

pola

abrasi

setelah

tsunami).

Deskripsikan dan bandingkan data sekunder abrasi sebagai upaya pembuktian


terhadap kondisi alami dan kegiatan lain di sekitar lokasi. Penjelasan ini harus dapat
memberikan klarifikasi apakah kegiatan pengembangan kawasan pelabuhan terpadu
dapat menimbulkan dampak penting dalam bentuk abrasi pantai
6. Kaji potensi kebauan yang timbul akibat aktifitas pelabuhan dan PPI yang terjadi
karena buangan limbah organik (pembuangan/pensortiran ikan yang dibuang
langsung ke muara), dan juga ceceran limbah BBM dari kapal-kapal yang bersandar.
7. Uraikan rencana pengelolaan limbah baik limbah padat maupun limbah cair dari
aktivitas PPI maupun kapal-kapal yang bersandar. Uraian ini harus difokuskan
apakah limbah cair dan padat berpotensi mengancam pantai Idi. Mengingat hal ini
berpotensi menjadi ancaman terbesar pada perikanan dan tambak-tambak rakyat.
8. Kaji potensi pencemaran udara dan kebisingan pada saat aktifitas kontruksi
pengembangan pelabuhan terutama pada saat mobilisasi material dan peralatan.
9. Jelaskan kebutuhan air bersih untuk operasional pelabuhan perikanan dan potensi
air bersih didaerah tersebut. Kajian juga memperhitungkan kebutuhan dan
penyediaan air untuk berbagai fasilitas yang akan dibangun.
10. Uraikan rencana pengelolaan BBM dan limbah yang dihasilkan, terutama dari segi
keamanan penyimpanan bahan dan potensi dampak ikutannya.

Bagian 3.

Isu Transportasi

1. Kaji jalur dan prasarana transportasi truk pengangkut batu/material dan sarana jalan
untuk aktifitas pengembangan pelabuhan perikanan

yang melewati pemukiman,

pertimbangkan juga dampak dari peningkatan kepadatan lalu llintas akibat kegiatan
transportasi termasuk peningkatan jumlah kendaraan berat.

Kajian tersebut

diharafkan juga melingkupi emisi debu yang diakibat aktifitas transportasi dan emisi
gas buang (NO2,.SO2, COx ).

11

2. Diskripsikan perubahan kondisi jalan akibat kegiatan mobilisasi material dan aktifitas
PPI. Identifikasi juga kemungkinan kerusakan jalan dan kemacetan yang
kemungkinan terjadi.
3. Diskripsikan perubahan alur tambatan kapal dan ketidakteraturan lalu-lintas nelayan

Bagian 4.

Isu Kesehatan Masyarakat

1. Kaji potensi penurunan kesehatan masyarakat akibat pengaruh dari pencemaran


akibat buangan limbah padat, cair dan gas, serta peningkatan vektor penyakit (lalat).
Gunakan data yang bersumber dari Puskesmas dan/atau kantor Dinas Kesehatan
Kabupaten/propinsi NAD

Bagian 5.

Isu Sosial Ekonomi Budaya

1. Kaji dan uraikan potensi timbulnya perbedaan pendapat antara penduduk dan
mpendatang
-

Peningkatan pendapatan penduduk yang tidak berimbang antara penduduk lokal


dan pendatang,
Timbulnya kebauan dan kebisingan aktifitas PPI
Relokasi penduduk dari desa sekitar terutama pemukiman yang dekat tempat
usaha
Persaingan usaha antara penduduk lokal dan pendatang
Relokasi pedagang (pasar) dari tempat lama ke tempat baru
Relokasi penambatan kapal nelayan ke tempat yang baru
Pemasaran produk ke pasar daerah serta potensi persaingan distribusi lokal
yang terkait dengan kesempatan usaha

2. Diskripsikan perubahan pendapatan masyarakat akibat


-

Terbukanya kesempatan kerja dan peluang usaha


Masuknya komoditas lain (sembako) selain ikan
Peningkatan pemasaran produk perikanan dan mengembangkan perekonomian
lokal

3. Uraikan penggunaan tenaga kerja lokal dan rekruitment tenaga kerja pendatang dan
dampak dari aktifitas mobilisasi pekerja terhadap pemukiman sekitar
4. Kaji tergangunya akses nelayan yang terbiasa langsung melaut dan kemungkinan
terganggunya akses tersebut karena adanya kawasan perikanan terpadu
5. Kaji potensi penerimaan atau ketidaksiapan (penolakan) masyarakat terhadap
rencana kegiatan (kawasan perikanan terpadu)
6. Kaji perubahan persepsi nelayan akibat adanya retribusi yang dikenakan dari
penggunaan alur pelayaran

12

7. Kaji resiko kegiatan untuk kegiatan di sekitarnya, terutama perkampungan nelayan


dan perdagangan nelayan/pasar yang telah ada
8. Prediksikan

potensi timbulnya premanisme dan gangguan kenyamanan dan

keamanan akibat pengembangan kawasan perikanan. Kaji masalah keamanan,


terutama peningkatan kriminalitas yang akan timbul akibat pengembangan kawasan
perikanan. Antispasi dampak tersebut terutama terhadap budaya lokal. Antisipasi
juga kemungkinan muncunya aktivitas yang melanggar susila/agama dengan
adanya pekerja pendatang, terutama pada tahap konstruksi dan tahap operasi
9. Kaji potensi kesenjangan sosial yang mungkin akan terjadi dari banyaknya
pendatang yang melakukan usaha dan masyarakat lokal.
10. Antisipasi munculnya kegiatan lain selain perikanan (penyelundupan sembako) di
sekitar lokasi pelabuhan. Prediksikan apakah kegiatan juga dimungkinkan untuk
aktifitas pelabuhan umum selain perikanan
11. Deskripsikan dan prediksikan pengaruh dari kegiatan pelabuhan perikanan terhadap
pendapatan daerah dan perekonomian lokal. Utamakan penggunaan data sekunder
dari instansi terkait dilingkup kabuapeten Aceh Timur.

Bagian 6.

Isu Tata Ruang dan lahan

1. Lakukan kajian terpadu kesesuain rencana detail kegiatan (kawasan perikanan


terpadu) dengan rencana detail tata ruang kabupaten Aceh Timur yang melingkupi
penggunaan lahan dan ruang terutama di kawasan Kuala Idi
2. Kaji kemungkinan daerah kawasan pelabuhan akan meningkat menjadi kawasan
pariwisata (nilai estetika dari keberadaan jetty untuk pariwisata)
3. Prediksi kondisi lahan dan rencana pembebasan lahan terhadap pemukiman sekitar
pelabuhan. Kaji juga perubahan alih fungsi lahan dari tambak menjadi kawasan
pelabuhan perikanan.
4. Indentifikasi penggunaan tanah di lokasi kegiatan, apakah lokasi kegiatan memang
diperuntukan untuk kawaan industri perikanan
5. Deskripsikan

rencana

pasca

operasi

dari

seluruh

komponen

kegiatan

pengembangan pelabuhan perikanan terpadu.

Bagian 7.

Konsultasi masyarakat dan pihak-pihak terkait

1. Lakukan proses pengumuman rencana kegiatan dan sosialisasi kegiatan kepada


aparat pemerintah kabupaten, desa dan masyarakat sekitar

13

2. Koordinasikan antara pihak-pihak terkait (instansi/dinas) provinsi dan kabupaten


akan adanya rencana kegiatan kawasan pelabuhan perikanan terpadu
3. Pertimbangkan dan akomodasikan masukan masyarakat dalam kajian AMDAL baik
selama proses pengumuman maupun pada saat konsultasi masyarakat

Bagian 8.

Lain-lain

1. Jelaskan peran masing-masing (instansi/dinas) dalam perencanaan kegiatan


kawasan PPI terpadu. Peran tersebut harus dapat menjelaskan lingkup dari
tanggungjawab masing-masing dinas terhadap fasilitas yang akan dibangun dari
rencana kawasan PPI terpadu ini.
2. Jelaskan pemrakarsa yang berperan dalam pengelolaan kegiatan utama maupun
masing-masing fasilitas.
3. Prediksi dampak kumulatif dari rencana kegiatan dengan kegiatan setempat
4. Kaji kemungkinan-kemungkinan dampak turunan dari isu-isu utama yang telah
disebutkan di atas dan gambarkan keterkaitan dari isu-isu tersebut dalam suatu flow
chart dampak. Siapkan antisipasi terhadap dampak-dampak turunan tersebut dan
siapkan rencana pengelolaannya.
5. Deskripsikan pada bagian deskripsi kegiatan tentang keseluruhan rencana
pengembangan kawasan perikanan terpadu Kuala Idi
6. Deskripsikan upaya pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan dari tiap fasilitas
yang ada, terutama penanggung jawab dari masing-masing satuan kerja dari dinas
terkait. Hal ini menjadi sangat penting karena seringkali upaya pengelolaan luput
dilakukan karena pemrakarsa menganggap bahwa tugas dan tanggung jawab
mereka sudah selesai ketika ditunjuk suatu kontraktor pelaksana. Tanggung jawab
kontraktor dan pengawasan terletak pada pemerintah daerah dalam hal ini dinas
yang ditunjuk secara langsung untuk mengelola kawasan perikanan terpadu Kuala
Idi. Hal ini

untuk memastikan bahwa rencana pengelolaan tersebut sudah

terinformasikan kepada kontraktor, dilaksanakan dengan baik, dan dilaporkan


pelaksanaannya.
7.

Uraikan rencana tanggap darurat (early warning system) dan prosedur K3, terutama
penanganan bahaya bila yerjadi

kebakaran, kerusuhan

terhadap pengguna

kawasan pelabuhan perikanan dan masyarakat lokal.


8. Lampirkan peta-peta (peta topografi, peta bathimetri, peta tata ruang) dan layout
rencana kegiatan dengan skala yang memadai untuk memudahkan pemahaman
kegiatan.

14

9. Kaji peningkatan pelabuhan kawasan terpadu menjadi pelabuhan internasional


nantinya.
Bagian 9.

Batas Wilayah Studi

Pemrakarsa dalam hal ini pemerintah daerah propinsi NAD (menurut informasi terkini)
atau pihak manapun yang ditunjuk harus menetapkan batas-batas wilayah studi
sebagaimana lazimnya dilakukan di dalam suatu studi ANDAL untuk memastikan
pelaksanaan studi yang fokus dan tepat serta efektif. Batas-batas studi kemudian
digunakan untuk memilih titik-titik sampel untuk keperluan pengambilan data primer dan
sekunder guna kebutuhan penelitian dan pengkajian serta prediksi dampak. Selain
mengacu kepada definisi batas-batas wilayah studi yang berlaku, setiap penarikan garis
batas pada peta dengan skala yang memadai harus dilengkapi dengan alasan yang
tepat dan rasional. Alasan serta justifikasi tersebut harus juga dilakukan pada saat
menentukan titik-titik sampel yang berada di dalam resultante batas wilayah studi yang
dimaksud.
Dalam menentukan batas-batas wilayah tersebut, pemrakarsa agar mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Batas Proyek
Batas proyek agar berfokus pada wilayah rencana kegiatan baik kawasan PPI, jetty
maupun pemukiman sekitar PPI dengan jarak yang memadai sesuai dengan
rencana site plant/layout dari masing-masing kegiatan
2. Batas Ekologis
Penetuan Batas Ekologi agar mempertimbangkan sebaran dampak dari kegiatan
terhadap daerah sekitar terutama keberadaan perairan sekitar pelabuhan, sungai,
muara dan pantai; Pinggir pantai kiri/kanan jetty; perubahan kondisi arus/perubahan
musim; Jalan raya sekitar kawasan, jalan pemukiman; tambak masyarakat dan
kebun kelapa. Batas ekologi tersebut harus mencerminkan alasan pemilihan
berdasarkan kajian ilmiah mengapa batas tersebut dipilih.
3. Batas Administrasi:
Batas administrasi agar difokuskan pada kecamatan Idi Rayeuk. Penentuan batas
administrasi agar mengacu pada blue print dan rencana tata ruang kabupaten atau
kecamatan.
4. Batas Sosial
Batas social agar difokuskan pada pemukiman

masyarakat desa Desa Blang

Geulumpang, Calok Delima, Pusong, Kuala Idi, Kedai Blang, Kampung Baru. Batasbatas atau tempat-tempat konsentrasi interaksi sosial tersebut dapat saja

15

dikembangkan jika terdapat informasi lain yang lebih menentukan. Jelaskan pula
mengapa batas-batas tersebut dipilih. Pertimbangkan pula rencana-rencana
pemukiman yang ada pada blue print dan rencana tata ruang kabupaten atau
kecamatan yang relevan.
Sebagai hasil akhir, penentuan keseluruhan batas studi merupakan delineasi wilayah
studi sebagai resultante dari batas-batas di atas. Penentuan resultante ini agar
dilakukan dengan alasan dan justifikasi yang rasional bukan sekedar menarik garis
terluar dari keseluruhan batas-batas yang ada.
Penggambaran batas wilayah studi diharapkan menggunakan peta-peta yang
representatif, jelas, dan sesuai tema pembahasannya. Sebagai hasil akhir penentuan
batas wilayah studi, resultante tersebut kemudian digunakan untuk menetapkan lokasilokasi atau titik-titik sampling berdasarkan alasan-alasan yang kuat.

Bagian 10.

Kepakaran yang diperlukan

Dalam studi ANDAL ini agar pemrakarsa dapat menunjuk pelaksana studi yang memiliki
kompetensi dan keahlian yang sesuai dengan bidang yang ditelitinya. Secara minimal,
tim studi ANDAL harus memiliki tenaga-tenaga ahli sebagai berikut:
1. Ahli AMDAL (team leader, AMDAL B)
2. Ahli Perikanan
3. Ahli Sosial, Ekonomi, Budaya
4. Ahli Kesehatan Masyarakat
5. Ahli Hidro-oceanografi
6. Ahli Kualitas Air

IV. Lampiran

Lampiran 1:

Deskripsi Rencana Kegiatan Pengembangan Kawasan Perikanan


Terpadu Kuala Idi

Lampiran 2:

Foto Kunjungan Lapangan

Lampiran 3:

Surat Perintah Tugas (SPT) Tim Teknis AMDAL Khusus

16

LAMPIRAN

17

Lampiran 1
Deskripsi Rencana Kegiatan Pengembangan Kawasan Perikanan Terpadu Kuala Idi

18

Lampiran 2
Foto Kunjungan Lapangan
Pengembangan Kawasan Perikanan Terpadu Kuala Idi

Jety yang berada di mulut


Muara Krueng Idi telah
hampir selesai kontruksi
dengan panjang 800 m dan
kedalaman 3 m (saat air
surut)
Pembangunaannya terlihat
sudah sekitar 80% kegiatan
telah selesai

Kondisi kawasan pelabuhan


perikanan dan TPI saat ini
yang cukup sibuk . Kegiatan
akan mengembangankan
kawasan perikanan dengan
fasilitas utama dan
pendukung kawasan
perikanan terpadu.
Kawasan perikanan terpadu
ini akan merupakan
kawasan perikanan yang
cukup besar di Aceh bagian
Timur

19

Kondisi muara bagian hilir


tempat pelelangan ikan.
Terlihat kondisi kapal
nelayan yang ditambatkan
disepanjang muara sungai
Krueng Idi

Kampung nelayan yang


berada di kiri kanan muara
pelabuhan/Jetty

20

Lampiran 3
Surat Perintah Tugas (SPT) Tim Teknis AMDAL Khusus

Anda mungkin juga menyukai