Anda di halaman 1dari 204

AN LINGKI

hl{ ,UAN LING


.RPI }
Rencana Kegiatan Perluasan Lokasi Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS),
Sarana dan Prasarana Fasilitas Pendukungnya serta Pengembangan Petabuhan

Head Office: Eranch Office : 5ite 0ffice :


Ruko Elang Laut Eoulevard, Blak A iVo. 32-33 ll- CPO Kalaf RT. 78 Desa Bintang Mengalih
Jl. Pantai lndah Selatan 1, RT AAZ RW. A?i Ke{. Kumai flulu, Kec. Kumai Kec. Eelantikan Raya
Kamal Muara Penjaringan,lakarta Utara 74470 Kab. Katawaringin Barat, Kab. Lamandau
Telp : {A21) 29676236, Fax : {021) 29575234 Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah

s'1

Perizi nan : 1. lzin KomsrslalfOperasiona{ TUKS berdasarkan OSS Nomor : 8120101911495,tertanggal 14Maret2019.
2" Penetapan Pemenuhan Komitnren Pendaftaran lzin Pengoperasian Termlnal rJntuk Kepentingan Senciiri
'|
flrq *ffi .i
/rt. i2$ P{, . i 3.
(TUKS) di Dalam DLKr dan DLKP Pelabuhan Kumai berdasarkan Surat dari Direktur.lenderai Perhubungan
Laut dengan Nomor : A.412/A1.308/DTPLtertanggal 8 Mei 2019.
Keputusan dari Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpaciu Satu Pintu Kabupaten Kotawaringin
I Barat, Nomor: 503/0007/ltOK/DPMPTSP-D tenlang Persetuiuan Perui:ahan lzin Lokasi untuk Pembangunan
i Fasilitas lnstalansi Sarana dan Prasafana Pendukung irntuk Pembangunan Pabrik dan TUKS a.n pT. Kapuas
i Prima Coal tertanggal04 November 20i-9.
;4. lzin Lingkungan berdasarkan OSS dengan NIB :81201"01911495, tetanggal 14 Januari 2020,
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rl Nomor: 5K,13glMENLHK-PKTL/KUH/PLA.Z/L12A2A

i Pembangunan Pabrik Timbal {Pb) - Seng (Zn} dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri Atas Nama PI. Kapuas
)9
- Prima Coai di Kabupateil Kotawaringin Baral Provinsi Kalimantan Tengah Seluas 11,85 Hektar, tertanggal
20 ianuari 2C20.
Luas Lokasi + 10,342 Hektar
Lokasi Kegiaian Keiurahan Kumai Hulu, Kecamatan Kumai, Katrupaten Kotawaringin Barat.
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR

PT. Kapuas Prima Coal adalah perseroan yang melakukan kegiatan usaha
dalam bidang pertambangan dan perdagangan dimana didirikan sejak tahun
2005. Hasil tambang yang diproduksi pada awalnya adalah bijih besi. namun sejak
2014 perseroan fokus ke dalam produksi Galena (PbSJ sehubungan dengan harga
pasar bijih besi yang terjun bebas. Galena ini selanjutnya akan diolah menjadi
konsentrat Timbal (Pb), Zinc (Zn),dan Perak (Ag).
Dalam rangka memanfaatkan don mengelola, serta menunjang kelancaran
pengangkulan material diperlukan sarana infrastruktur yang memadai seperti
terminal khusus. Fungsiutama dari terminal khusus ini untuk menunjang kelancaran
pengangkutan melalui air (sungai). Oleh karena itu PT. Kapuas Prima Coal, Tbk
merencanakan pembangunan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) don
stockpile serta sarana pendukungnya di Kelurahan Kumai Hulu, Kecamatan Kumai,
Kabupaten Kotawaringin Barat. sehingga pada tahun 2013 don 2018 telah
mendapatkan lzin Lingkungan mengenai kegiatan tersebut.
Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) PT. Kapuas Prima Coal. Tbk
termasuk pelabuhan barang curah hasil, tambang, dimana pelabuhan ini
merupakan pelabuhan yang hanya melayani kegiatan pernuatan atau
pembongkaran material. Oleh karena itu. TUKS ini mempunyai fasilitas khusus yang
dapat dibedakan menjadi dua macam. yaitu ( 1) Fasilitas pelabuhan hanya untuk
pemuatan/ loading; don (2) Fasilitas pelabuhan hanya untuk pembongkaran
(unloading).
Seiringnya untuk mendukung perkembangan produksi material, fasilitas TUKS
perlu dikembangkan. Oleh karena itu PT. Kapuas Prima Coal. Tbk merencanakan
rencana kegiatan perluasan lokasi TUKS, sarana don prasarana fasilitas
pendukungnya serta pengembangan pelabuhan. Rencana usaha dan/atau
kegiatan PT. Kapuas Prima Coal. Tbk ini didukung dengan telah diperoleh perizinan
yaitu : ( 1) Surat dari Direktur Jenderal Perhubungan Laut dengan Nomor :
A.412/ AL.308/DTPL. Perihal : Penetapan Pemenuhan Komitmen Pendaftaran lzin
Pengoperasian Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) PT. Kapuas PrimaCodi. Tbk
di Dalam DLKr don DLKP Pelabuhan Kumai, tertanggal 8 Mei 2019; (2) Keputusan dari
Kepala Dinos Penanaman Modal don Pelayanan Terpadu· Satu Pintu Kabupaten
Kotawaringin Beret. Nomor : 503/0007 /ILOK/DPMPTSP.D tentang Persetujuan
Perubahan lzin Lokasi untuk Pembangunan Fasilitaslnstalansi Sarona don Prasarana
Pendukung untuk Pembangunan Pabrik don TUKS a.n PT. Kapuas Prima Coal. Tbk
seluas 7,02 Hektar, tertanggal 04 November 2019; don (3) Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup don Kehutanan RI Nomor: SK.139/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/l /2020
tentang Penetapan Batas Areal Pelepasan Kawasan Hutan Produksi 'Yang Dapat
Dikonversiuntuk l;embangunan Pabrik Timbal (Pb) - Seng (Zn) don Terminal Untuk
Kepentingan Sendirl Atos Noma PT. Kapuas Prima Coal di Kabupaten Kotawaringin
Barat, ProvinsiKalimantan Tengah Seluas 11,86 Hektar. tertanggal 20 Januari 2020.
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh PT. Kapuas Prima Coal, Tbk
merupakan kegiatan yang wajib menyusun dokumen Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL). Hal ini berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan

PT. KAPUAS PRIMA COAL, Tbk


Hidup don Kehutonon Nomor: P.38/MENLHK/SEIJENlKtJM.l 17l20l9 tertonggol 13 Juli
2019 tentong Jenis Rencono Usoho don/otou Kegioton yong Wojib Memiliki Anolisis
Mengenoi Dompok Lingkungon Hidup, serlo Surot dori Komisi Peniloi AMDAL Provinsi
Kolimonton Tengoh dengon Nomor : 660lO32lKP A-DLHIV2O2O tertonggol 9 Jonuori
2020 perihql : Arohon Perubohon lzin Lingkungon, menyotokon perusohoon wojib
membuol dokumen AMDAL boru.
Sistemotiko penyusunon dokumen Rencono Pengeloloon Lingkungon Hidup
don Rencono Pemontouon Lingkungon Hidup (RKL-RPL) mengocu kepodo Lompiron
ll dqlom Peroturon Menteri Lingkungon Hidup don Kehulonon Republik lndonesio
Nomor P.25|MEN LHK/SETJ EN/KUM.\/7 /2018 tonggol l3 Juli 2018 ienlong Pedomon
Penyusunon don Peniloion serto Pemeriksoon Dokumen Lingkungon Hidup Dolom
Peloksonoon Peloyonon Perizinon Berusoho Terintegrosi Secoro Elekironik.
Terimokosih yong sebesor-besornyo disompoikon kepodo semuo pihok yong
teloh mempontu dolom penyusunon dokumen ini.

Jokort t 2020
44
4'

HARJANT WIDJAJA

PT KAPUAS PRIMA COAL, TbK


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. I-1


1.1. Latar Belakang ......................................................................................... I-1
1.2. Maksud dan Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup .......................................... I-4
1.2.1. Maksud ............................................................................................ I-5
1.2.2. Tujuan .............................................................................................. I-6
1.3. Kebijakan Lingkungan Perusahaan ....................................................... I-6
1.4. Kegunaan .................................................................................................. I-7
1.4.1. Kegunaan Bagi Pemrakarsa ......................................................... I-7
1.4.2. Kegunaan Bagi Pemerintah .......................................................... I-7
1.4.3. Kegunaan Bagi Masyarakat ......................................................... I-8

BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP .................................... II-1


2.1. Mekanisme Pengelolaan Lingkungan Hidup ....................................... II-1

BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP ..................................... III-1

BAB IV PERNYATAAN KOMITMEN PELAKSANAAN RKL-RPL................................ IV-1

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Jumlah dan Jenis Izin Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup yang Dibutuhkan

Lampiran 2. SOP Tanggap Darurat

Lampiran 3. SOP Pengendalian APD

iii
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k
Lampiran 4. SOP Induksi K3

Lampiran 5. SOP Keselamatan Berkendara

Lampiran 6. SOP Pelaporan dan Penyelidikan Kecelakaan

Lampiran 7. SOP Inpeksi

Lampiran 8. SOP Penanganan Limbah B3

Lampiran 9. SOP Observasi

Lampiran 10. SOP Pengajuan dan Penerbitan SIMPER

Lampiran 11. SOP Pengambilan Sampel Lingkungan

Lampiran 12. SOP Pemantauan Harian pH dan TSS

Lampiran 13. SOP Pemantauan Harian Kebisingan

Lampiran 14. SOP Penanganan Kebakaran di Lokasi Kegiatan

Lampiran 15. SOP Kebakaran Hutan dan Lahan

Lampiran 16. SOP Pelabuhan

iv
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk .................................................................... II-3
Tabel 3.1. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk .................................................................... III-2

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b K v
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Peta Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup ...................... II-35

Gambar 3.1. Peta Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ...................... III-27

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k vi
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bijih besi merupakan mineral yang dibutuhkan untuk keperluan industri
baja. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, industri baja makin
meningkat. Kebutuhan baja tersebut untuk membangun sejumlah infrastruktur
seperti jalan tol dan konstruksi bangunan bertingkat.
Awalnya, PT. Kapuas Prima Coal adalah perseroan yang melakukan
kegiatan usaha dalam bidang pertambangan dan perdagangan dimana
didirikan sejak tahun 2005. Hasil tambang yang diproduksi pada awalnya adalah
bijih besi, namun sejak 2014 perseroan fokus ke dalam produksi Galena (PbS)
sehubungan dengan harga pasar bijih besi yang terjun bebas. Galena ini
selanjutnya akan diolah menjadi konsentrat Timbal (Pb), Zinc (Zn), dan Perak (Ag).
Dalam rangka memanfaatkan dan mengelola, serta menunjang
kelancaran pengangkutan material diperlukan sarana infrastruktur yang
memadai seperti terminal khusus. Fungsi utama dari terminal khusus ini untuk
menunjang kelancaran pengangkutan melalui air (sungai). Oleh karena itu
PT. Kapuas Prima Coal merencanakan pembangunan Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS) dan stockpile serta sarana pendukungnya di
Kelurahan Kumai Hulu Kecamatan Kumai Kabupaten Kotawaringin Barat,
sehingga pada tahun 2018 telah mendapatkan Izin Lingkungan berdasarkan
Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Kotawaringin Barat, tertanggal 22 Oktober 2018 dengan Nomor :
553/013/DPMPTSP.
Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) PT. Kapuas Prima Coal, Tbk
termasuk pelabuhan barang curah hasil tambang, dimana pelabuhan ini
merupakan pelabuhan yang hanya melayani kegiatan pemuatan atau
pembongkaran material. Oleh karena itu, TUKS ini mempunyai fasilitas khusus yang
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) Fasilitas pelabuhan hanya untuk
pemuatan/ loading; dan (2) Fasilitas pelabuhan hanya untuk pembongkaran
(unloading).
Seiringnya untuk mendukung perkembangan produksi material, fasilitas
TUKS perlu dikembangkan. Oleh karena itu PT. Kapuas Prima Coal, Tbk
merencanakan rencana kegiatan perluasan lokasi TUKS, sarana dan prasarana
fasilitas pendukungnya serta pengembangan pelabuhan, sehingga telah
mengajukan permohonan ke Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin
Barat mengenai arahan dokumen lingkungan yang wajib disusun oleh
pemrakarsa, yaitu Surat Permohonan dengan Nomor : 1800/KPC-P/V/2019,
tertanggal 13 Mei 2019. Menindaklanjuti surat tersebut maka telah diperoleh
arahan dokumen yang dimaksud yaitu Arahan Dokumen berdasarkan surat dari

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k I-1
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat, tertanggal 21 Mei 2019
dengan Nomor : 660/581/ DLH.2/V/2019. Selanjutnya mengajukan permohonan
arahan dokumen lingkungan ke Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
terpadu Satu Pintu Provinsi Kalimantan Tengah dengan Surat Nomor : 2007/KPC-
P/XII/2019 tertanggal 13 Desember 2019, sehingga diperoleh Surat dari Komisi
Penilai AMDAL Provinsi Kalimantan Tengah dengan Nomor : 660/032/KPA-
DLH/I/2020 tertanggal 9 Januari 2020 perihal : Arahan Perubahan Izin Lingkungan,
menyatakan perusahaan wajib membuat dokumen AMDAL baru.
Rencana usaha dan/atau kegiatan PT. Kapuas Prima Coal, Tbk ini
didukung dengan telah diperoleh perizinan, yaitu sebagai berikut :
Perizinan yang Telah Dimiliki :
 PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Persetujuan Pengelolaan
Terminal untuk Kepentingan Sendiri (TUKSI) didalam DLKR dan DLKP Guna
menunjang kegiatan Usaha di Bidang Pertambangan Bijih Besi dan Mineral
Pengikutnya, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut
Nomor : B X-521/PPO8 tertanggal 12 Oktober 2015.
 PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Surat Keterangan dari
Bupati Kotawaringin Barat, Nomor : 590/93/Agraria, Perihal : Surat
Keterangan Terhadap Izin Lokasi Kepada PT. Kapuas Prima Coal, Tbk
tertanggal 28 April 2017.
 PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Pembaharuan Izin Lokasi
berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Kotawaringin Barat, Nomor :
553/001/ILOK/DPMPTSP.D tentang Pemberian Izin Lokasi untuk
Pembangunan Pabrik Timbal (Pb) – Seng (Zn), Sarana Pendukung Terminal
Kepentingan Sendiri (TUKS) seluas ±12,38 Hektar, tertanggal 08 Maret 2019.
 PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Izin Komersial/Operasional
TUKS berdasarkan OSS Nomor : 8120101911495, tertanggal 14 Maret 2019.
 PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Izin Pelepasan Kawasan
Hutan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor SK.251/MENLHK/SETJEN/PLA.2/3/2019 tentang Pelepasan Kawasan
Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi untuk Pembangunan Pabrik Timbal
(Pb) – Seng (Zn) dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri seluas ±12 Hektar
(Dua Belas Hektar), tertanggal 28 Maret 2019.
 PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan perihal Penetapan
Pemenuhan Komitmen Pendaftaran Izin Pengoperasian Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS) PT. Kapuas Prima Coal, Tbk Tbk di Dalam DLKr
dan DLKP Pelabuhan Kumai berdasarkan Surat dari Direktur Jenderal
Perhubungan Laut dengan Nomor : A.412/AL.308/DTPL tertanggal 8 Mei
2019.
 PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Keputusan dari Kepala
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Kotawaringin Barat, Nomor : 503/0007/ILOK/DPMPTSP.D tentang

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k I-2
Persetujuan Perubahan Izin Lokasi untuk Pembangunan Fasilitas Instalansi
Sarana dan Prasarana Pendukung untuk Pembangunan Pabrik dan TUKS
a.n PT. Kapuas Prima Coal, Tbk seluas 7,02 Hektar, tertanggal 04 November
2019.
 PT. Kapuas Prima Coal, Tbk Telah mendapatkan Surat Persetujuan Prinsip
Pembangunan dan Pemasangan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)
di Lokasi Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) Milik PT. Kapuas Prima
Coal, berdasarkan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor :
NV.006/2/14/DJPL-19 tertanggal 19 Desember 2019.
 Telah mendapatkan Izin Lingkungan berdasarkan OSS dengan NIB :
8120101911495, tertanggal 14 Januari 2020.
 Telah mendapatkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
RI Nomor : SK.139/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/1/2020 tentang Penetapan
Batas Areal Pelepasan Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi
untuk Pembangunan Pabrik Timbal (Pb) – Seng (Zn) dan Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri Atas Nama PT. Kapuas Prima Coal di Kabupaten
Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah Seluas 11,86 Hektar,
tertanggal 20 Januari 2020.
Perizinan Lingkungan yang Telah Dimiliki :
 PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Izin Lingkungan Kegiatan
Pembangunan Industri Pengolahan Bijih Besi Menjadi Produk PIG IRON dan
Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) berdasarkan Keputusan Bupati
Kotawaringin Barat, Nomor : 660/ /BLH/XII/2013 tertanggal Desember 2013.
 PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Rekomendasi atas UKL –
UPL Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) dan Stockpile serta Sarana
Pendukungnya berdasarkan Surat dari Kepala Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Kotawaringin Barat, Nomor : 660/793/BLH.II/XII/2013 tertanggal
2 Desember 2013.
 PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Izin Lingkungan Terminal
untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) dan Stockpile serta Sarana
Pendukungnya di Kelurahan Kumai Hulu Kecamatan Kumai, Kabupaten
Kotawaringin Barat, berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kotawaringin Barat, Nomor :
553/013/DPMPTSP-III/LH/2018 tertanggal 22 Oktober 2018.

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k I-3
Adapun identitas pemrakarsa adalah sebagai berikut :
a) Nama Perusahaan : PT. KAPUAS PRIMA COAL, Tbk
b) Alamat
Perusahaan
Ruko Elang Laut Boulevard Blok A No. 32-33
Kantor Pusat :
Jalan Pantai Indah Selatan I RT. 002 RW. 003
Kamal Muara Penjaringan, Jakarta Utara 14470
Telepon : (021) 29676236 Fax. : (021) 29676234
Kantor Perwakilan : Jalan CPO Kalaf RT. 18, Desa Bumiharjo, Kumai
Hulu – Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin
Barat Provinsi Kalimantan Tengah
Kantor di Lokasi : Desa Bintang Mengalih, Kecamatan Belantikan
Kegiatan Raya
Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan
Tengah
c) Penanggung : HARJANTO WIDJAJA
Jawab
d) Jabatan : Direktur Utama
e) Lokasi Kegiatan : Kelurahan Kumai Hulu, Kecamatan Kumai
Kabupaten Kotawaringin Barat
Provinsi Kalimantan Tengah

f) Luas Lokasi ±10,342 Hektar

Penyusunan dokumen RKL-RPL ini dilakukan setelah selesainya disusun


Formulir Kerangka Acuan (KA) yang telah dilakukan penilaian di Komisi Penilai
AMDAL Provinsi Kalimantan Tengah, dan telah diterbitkannya surat Persetujuan
Formulir Kerangka Acuan dengan Nomor : SK.660/019/KPA-DLH/III/2020,
tertanggal 6 Maret 2020.

1.2. Maksud dan Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup

Rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) adalah dokumen yang


memuat upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan dan menanggulangi
dampak penting lingkungan hidup yang bersifat negatif serta memaksimalkan
dampak positif yang terjadi akibat rencana suatu kegiatan. Rencana
pengelolaan lingkungan hidup meliputi dampak lingkungan, sumber dampak,
indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup, bentuk pengelolaan
lingkungan hidup, lokasi pengelolaan lingkungan hidup, periode pengelolaan
lingkungan hidup dan institusi pengelolaan lingkungan hidup.

Rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) adalah upaya pemantauan


komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat
dari rencana usaha dan/atau kegiatan. Secara teknis pemantauan lingkungan
merupakan tindakan yang sangat bermanfaat untuk memperbaiki pengelolaan

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k I-4
lingkungan. Perbaikan atau penyempurnaan pengelolaan lingkungan memang
perlu dilaksanakan terus menerus mengingat lingkungan itu selalu berkembang
secara dinamik, sehingga dengan demikian kegiatan pemantauan lingkungan
harus dilaksanakan.
Pemantauan merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan tanpa diikuti oleh aktivitas
pemantauan tidak akan banyak berarti. Tidak akan ada yang dapat mengetahui
apakah pendugaan dampak benar terjadi dan aktivitas pengelolaan lingkungan
yang telah dilakukan dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Hasil pemantauan
merupakan bahan untuk melakukan evaluasi atas kebijakan yang telah diambil
oleh pengambil keputusan, apakah perlu perbaikan atau penyempurnaan.
Adanya perubahan-perubahan yang berkenaan dengan kualitas lingkungan
akan dapat terdeteksi dan diidentifikasi melalui upaya pemantauan lingkungan,
sehingga timbulnya kemerosotan kualitas lingkungan yang mengarah pada
keadaan kritis dapat diketahui secara dini serta tindakan pencegahan dan
perbaikan segera dapat dilakukan. Oleh karena itu, upaya pemantauan
lingkungan merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan pengelolaan lingkungan
dan merupakan alat kontrol bagi setiap perubahan komponen lingkungan.
Usaha-usaha yang akan dilakukan akan lebih menitikberatkan pada jenis-jenis
dampak negatif dan meningkatkan dampak positifnya.
Pemantauan lingkungan meliputi 3 (tiga) bagian, yaitu sebagai berikut :
(1) Dampak yang dipantau seperti jenis dampak yang terjadi, komponen
lingkungan yang terkena dampak, indikator/parameter yang dipantau, dan
sumber dampak;
(2) Bentuk pemantauan lingkungan hidup seperti metode pengumpulan data
dan analisis data, lokasi pemantauan, waktu dan frekuensi pemantauan;
dan
(3) Institusi pemantauan lingkungan hidup seperti pelaksana, pengawas dan
penerima laporan pemantauan.
1.2.1. Maksud
Maksud dilaksanakannya Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL) PT. Kapuas Prima Coal, Tbk
adalah sebagai berikut :
a. Menentukan parameter lingkungan yang dipantau, seperti lokasi, waktu,
metode, cara pengukuran, dan pengawasan pelaksanaan pemantauan.
b. Menjelaskan dampak penting yang timbul akibat dari setiap kegiatan
terhadap komponen lingkungan geofisik-kimia, biologi dan sosial-ekonomi-
budaya serta kesehatan masyarakat.
c. Menentukan langkah-langkah kegiatan untuk menangani dan
menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif dari
kegiatan - kegiatan PT. Kapuas Prima Coal, Tbk yang telah dievaluasi dan
dinyatakan sebagai dampak penting.

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k I-5
d. Memperjelaskan badan-badan atau instansi-instansi pemerintah yang
bertugas mengawasi langkah-langkah kegiatan PT. Kapuas Prima Coal, Tbk
dalam upaya menangani dampak lingkungan.
e. Pedoman dalam melakukan kegiatan pencegahan dan/atau pengendalian
dampak negatif dan berupaya mengembangkan dampak positif akibat dari
kegiatan PT. Kapuas Prima Coal, Tbk.
f. Meningkatkan citra positif terhadap kinerja perusahaan dalam pelestarian
lingkungan hidup.
g. Sebagai informasi dini bagi masyarakat di sekitar wilayah rencana kegiatan
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk terkait dengan dampak positif dan negatif yang
ditimbulkan, sehingga dapat berpartisipasi dan bekerjasama dalam
melakukan pengelolaan lingkungan.
h. Sebagai jaminan agar kepentingan masyarakat tidak diabaikan.
i. Sebagai informasi untuk mengetahui secara dini perubahan kualitas
lingkungan, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan dampak positif dan
menghindari dampak negatif. Selain itu masyarakat juga dapat memberikan
masukan kepada pemerintah kabupaten maupun instansi terkait serta
pemrakarsa kegiatan apabila terjadi perubahan kualitas lingkungan terutama
yang merugikan.
j. Pedoman bagi masyarakat untuk turut berperan serta dalam menunjang
keberhasilan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup.
1.2.2. Tujuan
Tujuan penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL) PT. Kapuas Prima Coal, Tbk adalah
sebagai berikut :
a. Memantau komponen lingkungan di daerah tapak proyek dan sekitarnya
yang terkena dampak akibat kegiatan PT. Kapuas Prima Coal, Tbk sesuai
dengan hasil analisis dampak lingkungan.
b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berwawasan lingkungan.
c. Melindungi lingkungan geofisik-kimia, biologi dan sosial ekonomi dan budaya
serta kesehatan masyarakat dari kemungkinan timbulnya gangguan,
kerusakan dan pencemaran akibat kegiatan PT. Kapuas Prima Coal, Tbk.
d. Sebagai alat kontrol atau pengujian terhadap keberhasilan dari pelaksanaan
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup yang telah dilakukan
e. Untuk mencegah timbulnya gangguan-gangguan operasional kegiatan
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk yang berasal dari perubahan lingkungan atau
benturan kepentingan dengan masyarakat setempat.

1.3. Kebijakan Lingkungan Perusahaan


PT. Kapuas Prima Coal, Tbk menyadari tugas dan tanggung-jawabnya
dalam pelestarian sumber daya alam dan pembangunan yang berkelanjutan,
khususnya di Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Untuk
mencapai komitmen ini, maka perusahaan berkomitmen yaitu sebagai berikut :

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k I-6
1. Mematuhi semua hal yang terkait dengan peraturan dan perundang-
undangan lingkungan yang berlaku, komitmen-komitmen lingkungan yang
secara sukarela diikuti, dan ketentuan Kebijakan Lingkungan.
2. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi terhadap rencana kegiatan PT. Kapuas
Prima Coal, Tbk yang diintegrasikan dengan kebijakan yang telah disusun.
3. Mengupayakan pencegahan pencemaran lingkungan hidup.
4. Mengupayakan perbaikan yang berkesinambungan dengan
mengimplementasikan sistem manajemen yang menetapkan tujuan dan
sasaran berdasarkan data yang absah dan berlandaskan ilmu pengetahuan
yang tepat dengan mengkaji ulang sasaran yang ditetapkan dalam
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup (RPL) serta melalui audit internal maupun audit eksternal
secara berkala.
5. Memastikan bahwa pertimbangan lingkungan menjadi bagian integral pada
setiap tahap perencanaan, perekayasaan, dan pengoperasian.
6. Bekerjasama dengan masyarakat di sekitar wilayah kerja dengan prinsip
saling menghormati dan mengembangkan kemitraan aktif.
7. Memfasilitasi dan mendukung penggunaan kembali daur ulang dan
pembuangan yang bertanggung jawab dari produk yang digunakan dalam
operasional.
8. Berkontribusi dalam konservasi keanekaragaman hayati dan pendekatan
terintegrasi dalam rencana penggunaan lahan.
9. Memastikan bahwa kebijakan ini didokumentasikan, disampaikan kepada
seluruh karyawan dan semua orang yang bekerja mewakili perusahaan, dan
terbuka untuk semua pihak.

1.4. Kegunaan
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk sebagai pemrakarsa akan menjaga kondisi
lingkungan agar tetap terbina keseimbangan ekosistem. Dokumen Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
(RKL-RPL) yang disusun ini akan digunakan baik bagi pemerintah, pemrakarsa,
masyarakat maupun pemilik proyek.
1.4.1. Kegunaan Bagi Pemrakarsa
Kegunaan RKL-RPL bagi pemrakarsa adalah sebagai berikut:
a. Menjaga pelaksanaan kegiatan di lapangan sesuai rencana dan jadwal.
b. Optimasi pendayagunaan sumberdaya lain.
c. Menjamin terpeliharanya daya dukung lingkungan terhadap kegiatan.
1.4.2. Kegunaan Bagi Pemerintah
Kegunaan RKL-RPL bagi pemerintah adalah sebagai berikut:
a. Mendukung terpeliharanya kehidupan sosial, ekonomi budaya di dalam
masyarakat.

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k I-7
b. Turut mendukung ketertiban dan keamanan di wilayah operasional
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk.
c. Berusaha mencegah timbulnya keresahan sosial masyarakat.
d. Sebagai bahan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan
lingkungan yang dilaksanakan oleh perusahaan.
1.4.3. Kegunaan Bagi Masyarakat
Kegunaan RKL-RPL bagi masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Sebagai bahan koordinasi bagi instansi berwenang untuk menyusun suatu
rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan kawasan, baik secara
regional maupun nasional.
b. Memberikan masukan pada pemantauan lingkungan kawasan.
c. Mengetahui secara pasti batas wewenang dan tanggung jawab masing-
masing.

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k I-8
BAB II
RENCANA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB II
RENCANA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP

2.1. Mekanisme Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pengelolaan lingkungan hidup di PT. Kapuas Prima Coal, Tbk mencakup
berbagai upaya untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan
dampak positif terhadap lingkungan hidup, baik komponen lingkungan fisika,
kimia, biologi, maupun sosial ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat.
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup selanjutnya disebut RKL adalah
upaya penanganan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari rencana
usaha dan/atau kegiatan.
RKL-RPL harus memuat mengenai upaya untuk menangani dampak dan
memantau komponen lingkungan hidup yang terkena dampak terhadap
keseluruhan dampak, bukan hanya dampak yang disimpulkan sebagai dampak
penting dari hasil proses evaluasi holistik dalam ANDAL, sehingga untuk beberapa
dampak yang disimpulkan sebagai bukan dampak penting, namun tetap
memerlukan dan direncanakan untuk dikelola dan dipantau (dampak
lingkungan hidup lainnya), maka tetap perlu disertakan rencana pengelolaan
dan pemantauannya dalam RKL-RPL.
Rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) memuat upaya-upaya
mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan
hidup dan dampak lingkungan hidup lainnya yang bersifat negatif dan
meningkatkan dampak positif yang timbul sebagai akibat dari suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan. Upaya pengelolaan lingkungan hidup antara lain
mencakup kelompok aktivitas sebagai berikut:
 Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau
mencegah dampak negatif lingkungan hidup;
 Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menanggulangi,
meminimalisasi, atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul
pada saat usaha dan/atau kegiatan; dan/atau
 Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat meningkatkan dampak positif
sehingga dampak tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar
baik kepada pemrakarsa maupun pihak lain terutama masyarakat yang
turut menikmati dampak positif tersebut.
Menangani dampak penting yang sudah diprediksi dan dampak
lingkungan hidup lainnya, pengelolaan lingkungan hidup yang dirumuskan dapat
menggunakan salah satu atau beberapa pendekatan lingkungan hidup yang
selama ini dikenal seperti: teknologi, sosial ekonomi, maupun institusi.

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-1
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

RKL yang direncanakan rencana kegiatan perluasan lokasi Terminal Untuk


Kepentingan Sendiri (TUKS), sarana dan prasarana fasilitas pendukungnya serta
pengembangan pelabuhan oleh PT. Kapuas Prima Coal, Tbk dapat dilihat pada
Tabel 2.1.

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-2
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Tabel 2.1. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup PT. Kapuas Prima Coal, Tbk
Dampak Lokasi Periode
Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP TERHADAP MITIGASI DAMPAK
TAHAP KONSTRUKSI
1. Kesehatan  Kegiatan  Pelaksanaan K3  Melaksanakan Pengelolaan Periode Pelaksana:
dan Mobilisasi berdasarkan SOP kegiatan sesuai SOP lingkungan di pengelolaan PT. Kapuas Prima Coal,
Keselamatan Peralatan dan Perusahaan yang yang telah dibuat. lokasi kegiatan dilakukan Tbk
Kerja (K3) Material. telah dibuat.  Mengatur jadwal berlangsung. selama
 Kegiatan  Pelaksanaan K3 pada saat kegiatan kegiatan ini Instansi Pengawas:
Pekerjaan berdasarkan seperti mobilisasi berlangsung.  Dinas Lingkungan
Tanah Undang-Undang peralatan dan Hidup Kabupaten
(Pembersihan Nomor 1 Tahun material, pekerjaan Kotawaringin Barat
Lahan, 1970 tentang tanah, pembangunan  Dinas Transmigrasi
Penggalian, Keselamatan Kerja TUKS, sarana dan dan Tenaga Kerja
Penimbunan, dan Undang- prasarana fasilitas Kabupaten
Perataan dan Undang RI Nomor pendukungnya. Kotawaringin Barat
Pemadatan 13 Tahun 2003  Menyediakan APD  Dinas Kesehatan
Tanah). tentang seperti helm Kabupaten
 Kegiatan Ketenagakerjaan. pengaman dan safety Kotawaringin Barat
Pembangunan shoes.  Camat Kumai
TUKS, Sarana  Menggunakan APD
dan Prasarana saat bekerja. Instansi Penerima
Fasilitas  Memasang rambu- Laporan:
Pendukungnya. rambu K3 di lokasi  Dinas PMPTSP Provinsi
kegiatan. Kalimantan Tengah
 Memahami metode  Dinas Lingkungan
kerja yang akan Hidup Provinsi
dilakukan. Kalimantan Tengah
 Menyediakan  Dinas Lingkungan
peralatan P3K. Hidup Kabupaten
 Tersedianya BPJS Kotawaringin Barat
Ketenagakerjaan dan  Dinas Transmigrasi
BPJS Kesehatan bagi dan Tenaga Kerja
karyawan. Kabupaten
 Melakukan Kotawaringin Barat
pemeriksaan  Dinas Kesehatan
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-3
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
kesehatan secara Kabupaten
teratur kepada Kotawaringin Barat
karyawan.
 Melakukan perawatan
dan pengecekan
berkala kendaraan
angkutan, dan mesin
peralatan yang
digunakan.
2. Gangguan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan  Melaksanakan Pengelolaan Periode Pelaksana:
Lalulintas Air Pembangunan di sungai berdasarkan kegiatan sesuai SOP lingkungan di pengelolaan PT. Kapuas Prima Coal,
TUKS, Sarana dan SOP Perusahaan yang yang telah dibuat. lokasi dilakukan Tbk
Prasarana Fasilitas telah dibuat sehingga  Pemasangan rambu pembangunan selama
Pendukungnya. kejadian gangguan keselamatan TUKS, sarana kegiatan ini Instansi Pengawas:
lalulintas air selama pelayaran. dan prasarana berlangsung.  Dinas Lingkungan
kegiatan berlangsung,  Pemasangan lampu fasilitas Hidup Kabupaten
baik karena disengaja penerangan di area pendukungnya. Kotawaringin Barat
atau karena kelalaian dermaga.  Dinas Perhubungan
di areal kegiatan  Tongkang dilengkapi Kabupaten
PT. Kapuas Prima Coal, dengan lampu Kotawaringin Barat
Tbk dapat diminimalisisr penerangan di malam
atau tidak terjadi. hari, baik pada saat Instansi Penerima
memasuki/keluar alur Laporan:
pelayaran maupun  Dinas PMPTSP Provinsi
pada saat bersandar Kalimantan Tengah
di dermaga.  Dinas Lingkungan
 Memperhatikan tinggi Hidup Provinsi
gelombang air sungai Kalimantan Tengah
pada saat akan  Dinas Lingkungan
merapat di dermaga. Hidup Kabupaten
 Penambatan Kotawaringin Barat
tongkang dilakukan di  Dinas Perhubungan
lokasi yang telah Kabupaten
ditentukan sehingga Kotawaringin Barat
tidak mengganggu

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-4
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
transportasi jalan
umum yang
digunakan oleh
masyarakat.
3. Potensi Erosi Kegiatan Tidak terjadi erosi,  Pekerjaan tanah Di area Selama tahap Pelaksana:
dan Pekerjaan Tanah sedimentasi yang secara bertahap, pelabuhan. konstruksi PT. Kapuas Prima Coal,
Sedimentasi (Pembersihan masuk ke badan air dengan pekerjaan Tbk
Lahan, sungai. memprioritaskan pada tanah untuk
Penggalian, musim kemarau. pembangunan Instansi Pengawas:
Penimbunan,  Pembuatan tanggul, TUKS, sarana  Dinas Lingkungan
Perataan dan dan saluran drainase. dan prasarana Hidup Kabupaten
Pemadatan  Pembersihan lahan fasilitas Kotawaringin Barat
Tanah). dilakukan bersamaan pendukung.
dengan pembuatan Instansi Penerima
saluran drainase. Laporan:
 Membuat sedimen  Dinas PMPTSP Provinsi
trap diantara tanggul- Kalimantan Tengah
tanggul yang ada.  Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi
Kalimantan Tengah
 Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
4. Gangguan Kegiatan Terjaganya mangrove  Pekerjaaan dilakukan Di area Selama tahap Pelaksana:
Mangrove Pembangunan alami di lokasi sekitar pada lokasi yang pelabuhan. konstruksi yaitu PT. Kapuas Prima Coal,
TUKS, Sarana dan kegiatan. sudah diberi perizinan. kegiatan Tbk
Prasarana Fasilitas  Memasang pembangunan
Pendukungnya. pengumuman dalam TUKS, sarana Instansi Pengawas:
pelarangan merusak dan prasarana  Dinas Lingkungan
mangrove di sekitar fasilitas Hidup Kabupaten
kegiatan. pendukung. Kotawaringin Barat
 Bekerjasama dengan
stakeholder lain dalam Instansi Penerima
program pelestarian Laporan:
mangrove di wilayah  Dinas PMPTSP Provinsi

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-5
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
studi. Kalimantan Tengah
 Berkoordinasi dengan  Dinas Kehutanan
pemerintah daerah Provinsi Kalimantan
setempat mengenai Tengah
kegiatan jasa  Dinas Lingkungan
ekowisata di area Hidup Provinsi
mangrove. Kalimantan Tengah
 BPDAS-HL
 Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
TAHAP OPERASI
1. Kesehatan  Kegiatan  Pelaksanaan K3  Melaksanakan Pengelolaan Periode Pelaksana:
dan Operasional berdasarkan SOP kegiatan sesuai SOP lingkungan di pengelolaan PT. Kapuas Prima Coal,
Keselamatan Stockpile. Perusahaan yang yang telah dibuat. lokasi kegiatan dilakukan Tbk
Kerja (K3)  Kegiatan telah dibuat.  Menyediakan APD berlangsung. selama
Pemuatan  Pelaksanaan K3 seperti helm kegiatan ini Instansi Pengawas:
Material berdasarkan pengaman dan safety berlangsung.  Dinas Lingkungan
(Loading). Undang-Undang shoes. Hidup Kabupaten
 Kegiatan Nomor 1 Tahun  Menggunakan APD Kotawaringin Barat
Pembongkaran 1970 tentang saat bekerja.  Dinas Transmigrasi
(Unloading). Keselamatan Kerja  Memasang rambu- dan Tenaga Kerja
 Kegiatan dan Undang- rambu K3 di lokasi Kabupaten
Operasional Undang RI Nomor kegiatan. Kotawaringin Barat
Sarana dan 13 Tahun 2003  Memahami metode  Dinas Kesehatan
Prasarana tentang kerja yang akan Kabupaten
Pendukungnya. Ketenagakerjaan. dilakukan. Kotawaringin Barat
 Menyediakan  Camat Kumai
peralatan P3K.
 Tersedianya BPJS Instansi Penerima
Ketenagakerjaan dan Laporan:
BPJS Kesehatan bagi  Dinas PMPTSP Provinsi
karyawan. Kalimantan Tengah
 Melakukan  Dinas Lingkungan
pemeriksaan Hidup Provinsi

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-6
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
kesehatan secara Kalimantan Tengah
teratur kepada  Dinas Lingkungan
karyawan. Hidup Kabupaten
 Melakukan perawatan Kotawaringin Barat
dan pengecekan  Dinas Transmigrasi
berkala kendaraan dan Tenaga Kerja
angkutan, dan mesin Kabupaten
peralatan yang Kotawaringin Barat
digunakan.  Dinas Kesehatan
 Melakukan gladi Kabupaten
bencana setahun Kotawaringin Barat
sekali dalam rangka
penanganan
terjadinya bencana/
kecelakaan di
pelabuhan.
 Inspeksi K3 pada tamu,
Karyawan Baru dan
Karyawan setelah cuti.
2. Limbah B3 Kegiatan  Tidak adanya  Melaksanakan SOP Lokasi workshop, Pengelolaan Pelaksana:
Operasional keluhan atau untuk penyimpanan klinik, tempat dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
Sarana dan pengaduan BBM, limbah B3 seperti penyimpanan setiap kali Tbk
Prasarana masyarakat terkait oli bekas, filter bekas, BBM, dan TPS Limbah B3
Pendukungnya. berkenaan dengan accu bekas, Limbah B3. dihasilkan Instansi Pengawas:
timbulan limbah B3 di beberapa limbah dan/atau  Kementerian
sekitar kegiatan. elektronik, termasuk melakukan Lingkungan Hidup dan
 Pelaksanaan limbah padat obat- penyimpanan Kehutanan Republik
penanganan Limbah obat yang kadaluarsa, Limbah B3 Indonesia
B3 berdasarkan SOP limbah medis dan paling lama :  Dinas Lingkungan
Perusahaan yang lainnya. - 90 hari Hidup Provinsi
telah dibuat.  Oli bekas disimpan sejak Kalimantan Tengah
 Limbah Bahan dalam suatu drum Limbah B3  Dinas Lingkungan
Berbahaya dan (tanki limbah oli). yang Hidup Kabupaten
Beracun (B3) dapat  Melakukan dihasilkan, Kotawaringin Barat
terkelola dengan inventarisasi limbah B3 untuk

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-7
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
baik, dan memenuhi yang dihasilkan. Limbah B3 Instansi Penerima
sesuai Peraturan  Membuat tempat yang Laporan:
Pemerintah Nomor penyimpanan dihasilkan  Kementerian
101 Tahun 2014 sementara (TPS) pada sebesar 50 Lingkungan Hidup dan
tentang Pengelolaan masing-masing kg per hari Kehutanan Republik
Limbah Bahan kegiatan sesuai atau lebih. Indonesia
Berbahaya dan dengan ketentuan - 180 hari  Dinas PMPTSP Provinsi
Beracun; Peraturan teknis yang diatur sejak Kalimantan Tengah
Menteri LH Nomor 14 dalam PP No. 101 Limbah B3  Dinas Lingkungan
Tahun 2013 tentang Tahun 2014 tentang yang Hidup Provinsi
Simbol dan Label Pengelolaan Limbah dihasilkan Kalimantan Tengah
Limbah Bahan B3. kurang dari  Dinas Lingkungan
Berbahaya dan  Melengkapi izin 50 kg per Hidup Kabupaten
Beracun, Keputusan tempat penyimpanan hari untuk Kotawaringin Barat
Kepala Badan sementara Limbah B3
Pengendalian (penampungan oli kategori 1.
Dampak Lingkungan bekas maupun limbah - 365 hari
Nomor : KEP- 01/ lainnya) limbah B3 ke sejak
BAPEDAL/ 09/1995 Bupati Kotawaringin Limbah B3
tentang Tata Cara Barat melalui Dinas dihasilkan,
dan Persyaratan Penanaman Modal untuk
Teknis Penyimpanan dan Pelayanan Limbah B3
dan Pengumpulan Terpadu Satu Pintu yang
Limbah Bahan (DPMPTS) Kabupaten dihasilkan
Berbahaya dan Kotawaringin Barat kurang dari
Beracun. dan dilakukan setelah 50 kg per
 Pengelolaan Limbah PT. Kapuas Prima Coal, hari untuk
Medis memenuhi Tbk membangun TPS Limbah B3
Peraturan Menteri Limbah B3. kategori 2
Lingkungan Hidup  Pengelolaan lanjutan dari
dan Kehutanan limbah B3 sumber
Nomor P.56/MENLHK- bekerjasama dengan tidak
SETJEN/2015 tentang pihak ke-3 spesifik dan
Tata Cara dan (perusahaan yang spesifik
Persyaratan Teknis memiliki izin resmi dari umum.

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-8
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
Pengelolaan Limbah KLHK). - 365 hari
Bahan Berbahaya  Pengelolaan Limbah sejak
dan Beracun dari B3 telah diatur secara Limbah B3
Fasilitas Pelayanan detail sesuai dengan dihasilkan,
Kesehatan. peraturan perundang- untuk
undangan. Limbah B3
 Limbah aki bekas yang
dikeringkan terlebih kategori 2
dahulu, kemudian dari
dikumpulkan ditempat sumber
yang telah ditentukan spesifik
sebelum dikirim ke khusus.
pengumpul aki bekas Limbah B3
yang mempunyai izin tersebut
pemerintah. selanjutnya
 Apabila ban bekas diserahkan
terkontaminasi limbah kepada Pihak
B3 akan dikumpulkan Ke 3 secara
di lokasi yang telah berkala.
ditentukan.
Sedangkan ban bekas Untuk Limbah
tidak terkontaminasi B3 di klinik :
limbah B3 akan 1. Limbah
dimasukkan sebagai dengan
sampah domestik. karakteristik
 Melakukan infeksius,
pencatatan seluruh benda
limbah B3 yang tajam, dan
dihasilkan. patologis
 Memberikan simbol melakukan
dan label sesuai penyim-
dengan PP No. 101 panan
Tahun 2014 tentang paling lama :
Pengelolaan Limbah  2 (dua)
B3. hari, pada

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-9
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
temperatur
> 0 derajat
celcius;
atau
 90
(sembilan
puluh) hari,
pada
temperatur
sama
dengan
atau < 0
derajat
celcius.
2. Limbah
meliputi
bahan kimia
kedalu-
warsa,
tumpahan,
atau sisa
kemasan;
radioaktif;
farmasi;
sitotoksik;
peralatan
medis yang
memiliki
kandungan
logam berat
tinggi; dan
tabung gas
atau
kontainer
bertekanan

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-10
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
melakukan
penyim-
panan
paling lama :
 90
(sembilan
puluh) hari
untuk
Limbah B3
dihasilkan
sebesar 50
kg per hari
atau lebih.
 180 (seratus
delapan
puluh) hari
untuk
limbah B3
yang
dihasilkan
kurang dari
50 kg per
hari untuk
Limbah B3
kategori 1,
sejak
limbah
dihasilkan.
Limbah B3
tersebut
selanjutnya
diserahkan
kepada Pihak
Ke 3 secara
berkala.

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-11
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
Apabila
Limbah B3
tersebut tidak
dilakukan
penyimpanan
maka wajib
diserahkan
paling lama
2(dua) hari
sejak Limbah
B3 dihasilkan.
3. Gangguan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan  Melaksanakan Area Selama Pelaksana:
Lalulintas Air Pemuatan di sungai berdasarkan kegiatan sesuai SOP pelabuhan. kegiatan PT. Kapuas Prima Coal,
Material SOP Perusahaan yang yang telah dibuat. pemuatan Tbk
(Loading). telah dibuat sehingga  Pemasangan material ke
kejadian gangguan rambu keselamatan tongkang Instansi Pengawas:
lalulintas air selama pelayaran. dan/atau  Dinas Lingkungan
kegiatan berlangsung,  Pemasangan kapal pada Hidup Kabupaten
baik karena disengaja lampu penerangan tahap operasi Kotawaringin Barat
atau karena kelalaian di area terminal berlangsung.  Dinas Perhubungan
di areal kegiatan (dermaga). Kabupaten
PT. Kapuas Prima Coal,  Kapal tunda/ Kotawaringin Barat
Tbk dapat diminimalisisr tongkang
atau tidak terjadi. dilengkapi dengan Instansi Penerima
lampu penerangan Laporan:
di malam hari, baik  Dinas PMPTSP Provinsi
pada saat Kalimantan Tengah
memasuki/keluar  Dinas Lingkungan
alur pelayaran Hidup Provinsi
maupun pada saat Kalimantan Tengah
bersandar di  Dinas Lingkungan
dermaga. Hidup Kabupaten
 Memperhatikan Kotawaringin Barat
tinggi gelombang  Dinas Perhubungan
air sungai pada Kabupaten

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-12
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
saat akan merapat Kotawaringin Barat
di dermaga.
 Penambatan
tongkang angkutan
pada lokasi tertentu
yang aman agar
tidak mengganggu
transportasi jalan
umum yang
digunakan oleh
masyarakat.
4. Gangguan Kegiatan Terjaganya mangrove  Memasang Di area sekitar Selama Pelaksana:
Mangrove Operasional alami di lokasi sekitar pengumuman dalam pelabuhan. kegiatan PT. Kapuas Prima Coal,
Stockpile. kegiatan. pelarangan merusak berlangsung. Tbk
mangrove di sekitar
kegiatan. Instansi Pengawas:
 Bekerjasama dengan  Dinas Lingkungan
stakeholder lain dalam Hidup Kabupaten
program pelestarian Kotawaringin Barat
mangrove di wilayah
studi. Instansi Penerima
Laporan:
 Dinas PMPTSP Provinsi
Kalimantan Tengah
 Dinas Kehutanan
Provinsi Kalimantan
Tengah
 Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi
Kalimantan Tengah
 BPDAS-HL
 Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-13
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
5. Perubahan Kegiatan Tidak terjadinya  Melakukan Di area sekitar Selama Pelaksana:
Sistem Pemuatan pendangkalan sungai pemeriksaan keutuhan pelabuhan. kegiatan PT. Kapuas Prima Coal,
Hidrologi Material di lokasi kegiatan tanggul di pinggir berlangsung. Tbk
(Loading). akibat sedimentasi sungai.
yang masuk ke badan  Memperbaiki tanggul Instansi Pengawas:
air (sungai). yang sudah tidak  Dinas Lingkungan
layak digunakan. Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat

Instansi Penerima
Laporan:
 Dinas PMPTSP Provinsi
Kalimantan Tengah
 Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi
Kalimantan Tengah
 Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
TAHAP PASCA OPERASI
1. Kesehatan Kegiatan  Pelaksanaan  Melaksanakan Pengelolaan Selama Pelaksana:
dan Pembongkaran penanganan kegiatan sesuai SOP lingkungan di kegiatan PT. Kapuas Prima Coal,
Keselamatan Fasilitas dan Limbah K3 yang telah dibuat. lokasi kegiatan berlangsung. Tbk
Kerja (K3) Peralatan. berdasarkan SOP  Menyediakan APD berlangsung.
Perusahaan yang seperti helm Instansi Pengawas:
telah dibuat. pengaman dan safety  Dinas Lingkungan
 Pelaksanaan K3 shoes. Hidup Kabupaten
berdasarkan  Menggunakan APD Kotawaringin Barat
Undang-Undang saat bekerja.  Dinas Transmigrasi
Nomor 1 Tahun  Memasang rambu- dan Tenaga Kerja
1970 tentang rambu K3 di lokasi Kabupaten
Keselamatan Kerja kegiatan. Kotawaringin Barat
dan Undang-  Memahami metode  Dinas Kesehatan
Undang RI Nomor kerja yang akan Kabupaten
13 Tahun 2003 dilakukan. Kotawaringin Barat
 Menyediakan

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-14
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
tentang peralatan P3K.  Camat Kumai
Ketenagakerjaan.
Instansi Penerima
Laporan:
 Dinas PMPTSP Provinsi
Kalimantan Tengah
 Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi
Kalimantan Tengah
 Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
 Dinas Transmigrasi
dan Tenaga Kerja
Kabupaten
Kotawaringin Barat
 Dinas Kesehatan
Kabupaten
Kotawaringin Barat
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP TERHADAP DAMPAK PENTING HIPOTETIK
A. TAHAP PRA KONSTRUKSI
1. Perubahan Kegiatan  Meningkatnya  Penjelasan secara Masyarakat di Selama Pelaksana:
Sikap dan Sosialisasi. jumlah masyarakat terinci dan transparan Dusun Tanjung kegiatan PT. Kapuas Prima Coal,
Persepsi desa di wilayah serta mudah Kalaf penyebab Tbk
Masyarakat studi untuk dipahami tentang (pemukiman dampak
mendukung rencana kegiatan dekat lokasi berlangsung. Instansi Pengawas:
rencana kegiatan yang akan dilakukan proyek, masuk  Dinas Lingkungan
yang dilakukan oleh pemrakarsa. wilayah Hidup Kabupaten
oleh PT. Kapuas  Terbuka terhadap kelurahan Kumai Kotawaringin Barat
prima Coal, Tbk saran dan masukan Hulu), RT.18  Dinas Sosial
dari 85,6 persen. serta memberikan Kelurahan Kumai Kabupaten
 Tidak ada laporan penjelasan bila ada Hulu, dan Desa Kotawaringin Barat
pengaduan pertanyaan dari Bumi Harjo yang  Badan Kesatuan
keberatan yang warga. dekat dengan Bangsa dan Politik
disampaikan oleh  Warga yang lokasi kegiatan. Kabupaten

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-15
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
masyarakat diundang merupakan Kotawaringin Barat
berkenaan dengan representasi dari  Camat Kumai
rencana kegiatan warga yang diwakili
dilakukan oleh khususnya warga Instansi Penerima
PT. Kapuas prima yang terkena dampak Laporan:
Coal, Tbk. langsung.  Dinas PMPTSP Provinsi
 Adanya jaminan Kalimantan Tengah
kompensasi bagi  Dinas Lingkungan
warga yang terkena Hidup Provinsi
dampak negatif Kalimantan Tengah
akibat kegiatan  Dinas Lingkungan
pelabuhan. Hidup Kabupaten
 Melakulan sosialisasi Kotawaringin Barat
dengan masyarakat  Dinas Sosial
setempat mengenai Kabupaten
tata cara pengaduan Kotawaringin Barat
apabila ada  Badan Kesatuan
masyarakat yang Bangsa dan Politik
ingin melapor Kabupaten
(pengaduan). Kotawaringin Barat
 Melakukan dan
menerapkan
pengelolaan
berdasarkan
Peraturan Menteri
Negara LH Nomor 09
Tahun 2010 tentang
Tata Cara Pengaduan
dan Penanganan
Pengaduan Akibat
Dugaan Pencemaran
dan/atau Perusakan
Lingkungan Hidup.

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-16
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
B. TAHAP KONSTRUKSI
1. Terbukanya Kegiatan Terdapat tenaga kerja  Memperbesar Warga yang Sebelum Pelaksana:
kesempatan Penerimaan lokal yang dapat kesempatan kerja bermukim di penerimaan PT. Kapuas Prima Coal,
kerja Tenaga Kerja. diserap dalam lokal dan mengurangi sekitar lokasi tenaga kerja Tbk
kegiatan tersebut jumlah pengangguran pelabuhan. hingga ketika
sesuai dengan (dibuat proporsi ada Instansi Pengawas:
kualifikasi yang telah antara tenaga kerja pengumuman  Dinas Lingkungan
ditentukan oleh lokal dan pendatang). yang diterima. Hidup Kabupaten
PT. Kapuas Prima Coal,  Memberikan informasi Kotawaringin Barat
Tbk secara transparan  Dinas Transmigrasi
kepada warga dan Tenaga Kerja
tentang jumlah dan Kabupaten
spesifikasi tenaga kerja Kotawaringin Barat
yang diperlukan  Badan Kesatuan
melalui wakil Bangsa dan Politik
masyarakat dan Kabupaten
disampaikan pada Kotawaringin Barat
saat ada pertemuan  Camat Kotawaringin
warga. Kumai Hulu
 Memasang
pengumuman Instansi Penerima
tentang informasi Laporan:
lowongan kerja yang  Dinas PMPTSP Provinsi
dipasang di kantor Kalimantan Tengah
Kelurahan/ Desa dan  Dinas Lingkungan
Kecamatan, meliputi Hidup Provinsi
jumlah tenaga kerja Kalimantan Tengah
yang dibutuhkan,  Dinas Lingkungan
spesifikasi, waktu dan Hidup Kabupaten
tempat pendaftaran, Kotawaringin Barat
tempat dan tanggal  Dinas Transmigrasi
proses seleksi, tanggal dan Tenaga Kerja
dan tempat Kabupaten
pengumuman tenaga Kotawaringin Barat
kerja yang diterima.  Badan Kesatuan

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-17
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
 Mensyaratkan kepada Bangsa dan Politik
kontraktor pelaksana Kabupaten
untuk melibatkan Kotawaringin Barat
tenaga kerja lokal
sesuai spesifikasi yang
dibutuhkan.
 Pemrakarsa membuat
perencanaan
rekrutmen yang lebih
merata untuk posisi/
jabatan yang lebih
proporsional sesuai
kualifikasi yang
dibutuhkan agar tidak
menimbulkan
kecemburuan sosial.
2. Perubahan  Kegiatan Ada dukungan dari Kegiatan Penerimaan Warga yang Selama Pelaksana:
Sikap dan Penerimaan warga di wilayah studi Tenaga Kerja bermukim di kegiatan PT. Kapuas Prima Coal,
Persepsi Tenaga Kerja. terhadap rencana  Adanya prioritas dari sekitar penerimaan Tbk
Masyarakat  Kegiatan kegiatan. pihak pemrakarsa pelabuhan. tenaga kerja
Pembangunan untuk membuka hingga Instansi Pengawas:
TUKS, Sarana kesempatan kerja pembangunan  Dinas Lingkungan
dan Prasarana bagi tenaga kerja TUKS, sarana Hidup Kabupaten
Fasilitas lokal sesuai spesifikasi dan prasarana Kotawaringin Barat
Pendukungnya. yang diperlukan. fasiltas  Dinas Transmigrasi
 Selalu membuka pendukung. dan Tenaga Kerja
komunikasi dengan Kabupaten
warga tentang Kotawaringin Barat
perkembangan  Badan Kesatuan
penerimaan tenaga Bangsa dan Politik
kerja. Kabupaten
 Membatasi Kotawaringin Barat
penerimaan tenaga  Camat Kumai
kerja dari luar daerah.
 Proses penerimaan

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-18
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
tenaga kerja Instansi Penerima
dilakukan secara Laporan:
transparan, yaitu  Dinas PMPTSP Provinsi
meliputi kualifikasi dan Kalimantan Tengah
jumlah tenaga kerja  Dinas Lingkungan
yang dibutuhkan, Hidup Provinsi
nama pendaftar agar Kalimantan Tengah
diumumkan di papan  Dinas Lingkungan
pengumuman Hidup Kabupaten
kecamatan dan desa, Kotawaringin Barat
sebelum proses seleksi  Dinas Transmigrasi
dan pengumuman dan Tenaga Kerja
tenaga kerja yang Kabupaten
diterima disampaikan Kotawaringin Barat
secara transparan.  Badan Kesatuan
 Alokasi kesempatan Bangsa dan Politik
kerja bagi tenaga Kabupaten
kerja lokal sesuai Kotawaringin Barat
spesifikasi yang
diperlukan.

Kegiatan Pembangunan
TUKS, Sarana dan
Prasarana Fasilitas
Pendukungnya
 Melakukan dan
menerapkan
pengelolaan
berdasarkan
Peraturan Menteri
Negara LH Nomor 09
Tahun 2010 tentang
Tata Cara Pengaduan
dan Penanganan
Pengaduan Akibat

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-19
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
Dugaan Pencemaran
dan/atau Perusakan
Lingkungan Hidup.
 Menindaklanjuti setiap
laporan/ pengaduan
dari masyarakat baik
yang disampaikan
secara langsung
maupun melalui
instansi terkait
berkaitan dengan
dugaan
pencemaran/
kerusakan lingkungan.
 Memberikan informasi
secara transparan
dan berkelanjutan
terkait dengan
pengelolaan
lingkungan yang telah
dan/atau akan
dilakukan oleh
perusahaan selama
tahap konstruksi
berlangsung.
 Melaksanakan
pengelolaan
lingkungan terhadap
pengendalian
dampak penurunan
kualitas udara.
3. Penurunan Kegiatan Parameter-parameter  Penyiraman secara Pengelolaan Selama Pelaksana:
Kualitas Pekerjaan Tanah kualitas udara berkala area lingkungan di kegiatan PT. Kapuas Prima Coal,
Udara (Pembersihan (terutama seperti SO2, pekerjaan tanah lokasi kegiatan berlangsung. Tbk
Lahan, NO2, CO, O3, Pb, dan terutama lokasi yang berlangsung.

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-20
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
Penggalian, Debu) masih berdekatan dengan Instansi Pengawas:
Penimbunan, memenuhi baku mutu daerah pemukiman  Dinas Lingkungan
Perataan, dan yang dipersyaratkan masyarakat dalam Hidup Kabupaten
Pemadatan berdasarkan Lampiran radius 500 meter dari Kotawaringin Barat
Tanah). Peraturan Pemerintah lokasi kegiatan,  Camat Kumai
Nomor 41 Tahun 1999 apabila tidak
tentang Pengendalian terjadinya hujan. Instansi Penerima
Pencemaran Udara.  Merawat tanaman Laporan:
pohon yang sudah  Dinas PMPTSP Provinsi
ada di sekitar Kalimantan Tengah
kegiatan.  Dinas Lingkungan
 Perawatan Hidup Provinsi
kendaraan Kalimantan Tengah
pengangkut dan  Dinas Lingkungan
mesin alat berat Hidup Kabupaten
secara berkala. Kotawaringin Barat
4. Peningkatan  Kegiatan  Perbandingan  Mengatur jadwal Lokasi Selama Pelaksana:
Aliran Pekerjaan antara debit pekerjaan tanah untuk pelabuhan yang kegiatan PT. Kapuas Prima Coal,
Permukaan Tanah maksimum (Qmaks) pembangunan di land clearing. berlangsung. Tbk
(Run Off) (Pembersihan dan debit minimum dengan
Lahan, (Qmin) < 50 memprioritaskan pada Instansi Pengawas:
Penggalian, (Lampiran Peraturan saat musim kemarau.  Dinas Lingkungan
Penimbunan, Direktur Jenderal  Melakukan pekerjaan Hidup Kabupaten
Perataan, dan Rehabilitasi Lahan tanah secara Kotawaringin Barat
Pemadatan dan Perhutanan bertahap.
Tanah). Sosial tentang  Membuat tanggul dan Instansi Penerima
 Kegiatan Pedoman saluran drainase di Laporan:
Pembangunan Monitoring dan areal lokasi pekerjaan.  Dinas PMPTSP Provinsi
TUKS, Sarana Evaluasi Daerah  Melakukan desain Kalimantan Tengah
dan Prasarana Aliran Sungai Nomor landscape areal untuk  Dinas Lingkungan
fasilitas : P.04/V-SET/2009 pembangunan sarana Hidup Provinsi
Pendukungnya. tertanggal 05 Maret dan prasarana Kalimantan Tengah
2009). pendukung sesuai  Dinas Lingkungan
 Aliran permukaan dengan kontur lahan. Hidup Kabupaten
(run off) yang terjadi  Membatasi Kotawaringin Barat

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-21
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
tidak menyebabkan pembukaan lahan
terganggunya aliran hanya pada areal-
air permukaan. areal terganggu.
 Melakukan
pembukaan lahan
pada areal
pelabuhan secara
bertahap dan
memperhatikan erosi,
sedimentasi apabila
pembukaan lahan
dilakukan pada saat
musim penghujan.
C. TAHAP OPERASI
1. Perubahan Kegiatan Program Ada dukungan dari  PT. Kapuas Prima Warga yang Selama Pelaksana:
Sikap dan Pemberdayaan warga di wilayah studi Coal, Tbk akan bermukim di kegiatan PT. Kapuas Prima Coal,
Persepsi Masyarakat. terhadap rencana melakukan kegiatan sekitar lokasi pada tahap Tbk
Masyarakat kegiatan. sesuai dengan kegiatan. operasi
programnya. berlangsung. Instansi Pengawas:
Pelaksanaan  PT. Kapuas prima  Dinas Lingkungan
berdasarkan Peraturan Coal, Tbk Hidup Kabupaten
Daerah Provinsi melaksanakan Kotawaringin Barat
Kalimantan Tengah program  Dinas Sosial
Nomor 11 Tahun 2012 pemberdayaan Kabupaten
tentang Pelaksanaan masyarakat sesuai Kotawaringin Barat
Tanggung Jawab peraturan  Dinas Pemberdayaan
Sosial dan Lingkungan perundangan dengan Masyarakat dan Desa
Perusahaan. memperhatikan Kabupaten
program-program Kotawaringin Barat
pemerintah.  Badan Kesatuan
 Melakukan koordinasi Bangsa dan Politik
dengan apparat Kabupaten
desan dan Kotawaringin Barat
pemerintah setempat.  Camat Kumai
 Menjaga adat istiadat

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-22
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
masyarakat setempat, Instansi Penerima
ikut melestarikan Laporan:
cagar budaya,  Dinas PMPTSP Provinsi
kawasan lindung dan Kalimantan Tengah
tempat-tempat yang  Dinas Lingkungan
dianggap sakral bagi Hidup Provinsi
masyarakat setempat. Kalimantan Tengah
 Mengembangkan  Dinas Lingkungan
dan meningkatkan Hidup Kabupaten
sarana wilayah seperti Kotawaringin Barat
kesehatan,  Dinas Sosial
transportasi, Kabupaten
pendidikan, olahraga, Kotawaringin Barat
kesenian, keagamaan  Dinas Pemberdayaan
dan kepemudaan Masyarakat dan Desa
yang didasarkan Kabupaten
pada skala prioritas Kotawaringin Barat
dan potensial wilayah  Badan Kesatuan
tersebut. Bangsa dan Politik
 Menyusun dan Kabupaten
melaksanakan Kotawaringin Barat
program
pemberdayaan
masyarakat yang
telah disepakati
pihak-pihak terkait
secara kontinu dan
konsisten.
 Melakukan
penyusunan program
pemberdayaan
masyarakat antara
Pemerintah Desa,
Masyarakat dan
Perusahaan di bidang

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-23
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
sosial, ekonomi,
budaya dan
kesehatan
masyarakat.
 Melaksanakan
pelatihan-pelatihan
keterampilan bagi
tenaga kerja dan
masyarakat.
 Melakukan evaluasi
dalam pelaksanaan
program
pemberdayaan
masyarakat, untuk
dilakukan perbaikan
lebih lanjut.
2. Penurunan  Kegiatan Parameter-parameter  Menggunakan Lokasi di Selama Pelaksana:
Kualitas Operasional kualitas udara peralatan yang pelabuhan. operasional PT. Kapuas Prima Coal,
Udara Stockpile. (terutama seperti SO2, operasi dan/atau pelabuhan, Tbk
 Kegiatan NO2, CO, O3, Pb, dan peralatan dengan sarana dan
Pemuatan TSP) masih memenuhi pemeliharaan yang prasarana Instansi Pengawas:
Material baku mutu yang baik. fasilitas  Dinas Lingkungan
(Loading). dipersyaratkan  Membatasi gerakan penunjang. Hidup Kabupaten
 Kegiatan berdasarkan Lampiran operasional alat berat Kotawaringin Barat
Operasional Peraturan Pemerintah melalui perencanaan  Camat Kumai
Sarana dan Nomor 41 Tahun 1999 operasi yang matang
Prasarana tentang Pengendalian dan terampil. Instansi Penerima
Pendukungnya. Pencemaran Udara.  Melakukan perawatan Laporan:
mesin kendaraan, dan  Dinas PMPTSP Provinsi
sarana penunjang Kalimantan Tengah
secara berkala untuk  Dinas Lingkungan
mengendalikan emisi Hidup Provinsi
gas buang. Kalimantan Tengah
 Menggunakan teknik  Dinas Lingkungan
bekerja yang tepat Hidup Kabupaten

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-24
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
untuk meminimalkan Kotawaringin Barat
polutan udara.
 Perawatan periodik
alat kerja.
 Penggunaan
peralatan yang masih
layak pakai.
 Melakukan
penanaman pohon
sebagai green barrier
di pelabuhan dengan
jenis-jenis tanaman
mempunyai daya
serap tinggi terhadap
zat-zat polutan dari
gas buang
kendaraan.
 Pada buffer sungai
terutama di tepi
sungai area
pelabuhan ditanami
dan memelihara
tanaman sebagai RTH.
 Penanaman dan
pemeliharaan
tanaman yang
berkanopi lebar di
sekitar pelabuhan.
 Pengecekan
kesehatan bagi
operator yang bekerja
dan evaluasi satu
tahun sekali.
 Penyiraman yang
dilakukan di lokasi

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-25
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
yang menimbulkan
debu secara berkala.
3. Peningkatan Kegiatan Sarana Tingkat kebisingan  Pengaturan jadwal Lokasi sarana Pengelolaan Pelaksana:
Intensitas dan Prasarana masih memenuhi baku pengoperasian dan prasarana terhadap PT. Kapuas Prima Coal,
Kebisingan Pendukung. mutu yang peralatan penunjang. penunjangnya. tingkat Tbk
dipersyaratkan  Perawatan periodik kebisingan
berdasarkan Lampiran alat kerja. dilakukan Instansi Pengawas:
Keputusan Menteri  Penggunaan selama tahap  Dinas Lingkungan
Negara Lingkungan peralatan yang masih operasional. Hidup Kabupaten
Hidup Nomor KEP-48/ layak pakai. Kotawaringin Barat
MENLH/II/1996 tentang  Camat Kumai
Baku Tingkat
Kebisingan, dan Instansi Penerima
berdasarkan Laporan:
Peraturan Menteri  Dinas PMPTSP Provinsi
Tenaga Kerja dan Kalimantan Tengah
Transmigrasi RI No.  Dinas Lingkungan
PER.13/ MEN/X/ 2011 Hidup Provinsi
tentang Nilai Ambang Kalimantan Tengah
Batas Faktor Fisika dan  Dinas Lingkungan
Faktor Kimia di Tempat Hidup Kabupaten
Kerja. Kotawaringin Barat
4. Perubahan  Kegiatan Parameter kualitas air  Melakukan  Area Selama Pelaksana:
Kualitas Air Operasional permukaan memenuhi pengelolaan kualitas pelabuhan. operasional PT. Kapuas Prima Coal,
Permukaan Stockpile. baku mutu yang air yang mengalir dari  Area pelabuhan, Tbk
 Kegiatan dipersyaratkan, yaitu lokasi stockpile hingga pemeliharaan termasuk
Pemuatan baku mutu air kelas II memenuhi baku mutu peralatan dan pemeliharaan Instansi Pengawas:
Material berdasarkan Lampiran yang dipersyaratkan mesin peralatan dan  Dinas Lingkungan
(Loading). Peraturan Pemerintah sebelum dibuang ke (operasional mesin Hidup Kabupaten
 Kegiatan Nomor 82 Tahun 2001 lingkungan. sarana dan (operasional Kotawaringin Barat
Pembongkaran tentang Pengelolaan  Membangun dan prasarana sarana dan  Camat Kumai
(Unloading). Kualitas Air dan mengoperasikan pendukung). prasarana
 Kegiatan Pengendalian kolam pengendapan pendukung). Instansi Penerima
Operasional Pencemaran Air. (settling pond) di lokasi Laporan:
Sarana dan stockpile.  Dinas PMPTSP Provinsi

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-26
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
Prasarana Parameter kualitas air  Pemuatan material Kalimantan Tengah
Pendukungnya. permukaan yang diatur agar tidak  Dinas Lingkungan
sudah melebihi baku sampai melebihi Hidup Provinsi
mutu lingkungan kapasitas tongkang/ Kalimantan Tengah
berdasarkan Peraturan kapal.  Dinas Lingkungan
Pemerintah Nomor 82  Melokalisir tumpahan Hidup Kabupaten
Tahun 2001 masih minyak (kapal tunda), Kotawaringin Barat
sama seperti rona apabila ada
lingkungan awal kebocoran.
seperti TDS, BOD, Boron  Melakukan penataan
dan Fecal Coliform. saluran drainase untuk
menampung air larian
Parameter kualitas air yang ada, terutama
limbah memenuhi saluran drainase yang
baku mutu mengarah ke kolam
berdasarkan Peraturan pengendapan.
Menteri Negara LH  Membuat kolam
Nomor 21 Tahun 2009 pengendapan
tentang Baku Mutu Air dengan volume daya
Limbah Bagi Usaha tampung
dan/atau Kegiatan (kedalaman) kolam
Pertambangan Bijih pengendapan
Besi; Peraturan Menteri melebihi volume aliran
LH Nomor 5 Tahun 2014 permukaan
tentang Baku Mutu Air maksimal/ekstrim dan
Limbah, Lampiran dipantau secara
XLVII. berkala untuk
memastikan retensi
kolam pengendapan
masih dalam kriteria
desain.
 Melakukan
pengerukan saluran
drainase terhadap
endapan lumpur dari

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-27
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
sedimentasi tanah.
 Air limbah yang keluar
dari outlet settling
pond memenuhi baku
mutu air limbah sesuai
Peraturan Menteri LH
Nomor 5 Tahun 2014.
 Mengurangi ceceran
minyak, pelumas
bekas dan bahan
lainnya pada saat
pengoperasian
fasilitas penunjang.
 Menampung pelumas
bekas pada suatu
tempat khusus yang
aman.
 Pembangunan,
pemeliharaan/
perbaikan tanggul
pinggir sungai di
pelabuhan sebagai
pencegahan terjadi
longsor (run off,
sedimentasi).
5. Gangguan  Kegiatan Jumlah Individu,  Melaksanakan Lokasi Selama Pelaksana:
Terhadap Operasional keanekaragaman pengelolaan lingkungan pelabuhan. kegiatan PT. Kapuas Prima Coal,
Biota Stockpile. jenis, dominansi dan untuk mencegah operasional Tbk
Perairan  Kegiatan keseragaman penurunan kualitas air pelabuhan
Pemuatan plankton, benthos dan sungai. berlangsung. Instansi Pengawas:
Material nekton yang ada di  Menjaga dan  Dinas Lingkungan
(Loading). sungai-sungai wilayah melindungi kawasan Hidup Kabupaten
 Kegiatan studi PT. Kapuas Prima mangrove di sekitar Kotawaringin Barat
Pembongkaran Coal, Tbk tidak terlalu lokasi kegiatan.  Dinas Perikanan
(Unloading). nyata berubah seperti  Menjaga kawasan Kabupaten

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-28
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
 Kegiatan kondisi rona lindung (sempadan Kotawaringin Barat
Operasional lingkungan hidup awal. sungai, danau, sumber  Camat Kumai
Sarana dan mata air dll) sesuai
Prasarana dengan ketentuan yang Instansi Penerima
Pendukungnya. berlaku seperti UU Laporan:
Nomor 41 Tahun 1999.  Dinas PMPTSP Provinsi
 Mempertahankan Kalimantan Tengah
vegetasi yang berada  Dinas Lingkungan
di dalam lokasi Hidup Provinsi
sempadan sungai. Kalimantan Tengah
 Menanam jenis rumput  Dinas Lingkungan
VETIFER atau jenis Hidup Kabupaten
lainnya yang kuat untuk Kotawaringin Barat
memelihara tanggul  Dinas Perikanan
dan mengurangi tingkat Kabupaten
terjadinya erosi dan Kotawaringin Barat
sedimentasi.
6. Gangguan Kegiatan  Tidak terjadi  Menjalin kerjasama  Seluruh areal Selama Pelaksana:
Kesehatan Pemuatan peningkatan dengan instansi terkait operasional kegiatan PT. Kapuas Prima Coal,
Material penyakit berbasis dalam rangka dan operasional Tbk
(Loading). lingkungan peningkatan kesadaran pemeliharaan PT. Kapuas
dan/atau masyarakat terkait sarana Prima Coal, Instansi Pengawas:
perubahan pola dengan pola hidup penunjang. Tbk  Dinas Lingkungan
penyakit. bersih dan sehat.  Masyarakat di berlangsung. Hidup Kabupaten
 Tidak ada keluhan  Memberikan bantuan Dusun Tanjung Kotawaringin Barat
masyarakat dan pengadaan obat- Kalaf  Dinas Kesehatan
karyawan tentang obatan yang diperlukan (pemukiman Kabupaten
menurunnya derajat sesuai dengan jenis dekat lokasi Kotawaringin Barat
kesehatan. penyakit yang diderita proyek, masuk  Camat Kumai
 Tidak terjadinya masyarakat setempat wilayah
gangguan termasuk karyawan kelurahan Instansi Penerima
kesehatan pekerja/ perusahaan. Kumai Hulu), Laporan:
karyawan dapat  Membentuk organisasi RT.18  Dinas PMPTSP Provinsi
ditangani dengan pengelolaan lingkungan Kelurahan Kalimantan Tengah
baik oleh terkait aspek kesehatan Kumai Hulu,  Dinas Lingkungan

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-29
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
perusahaan. yang terintegrasi dan Desa Hidup Provinsi
 Tersedianya tempat dengan struktur Bumi Harjo Kalimantan Tengah
sampah di kantor, organisasi perusahaan. yang dekat  Dinas Lingkungan
mess/ perumahan  Melakukan kerjasama dengan lokasi Hidup Kabupaten
karyawan. dengan Dinas kegiatan. Kotawaringin Barat
 Tidak bertambah Kesehatan Kabupaten  Dinas Kesehatan
jumlah munculnya Kotawaringin Barat atau Kabupaten
populasi vektor Puskesmas/Pustu/ Kotawaringin Barat
penyakit, seperti Posyandu setempat.
lalat, nyamuk, dan  Bekerjasama dengan
tikus. petugas kesehatan di
 Tidak adanya fasyankes setempat
timbulan sampah memberikan
yang mencemari penyuluhan tentang
lingkungan di sekitar PHBS.
lokasi studi.  Menyediakan sarana air
 Kualitas air bersih bersih.
yang digunakan  Menyiapkan tempat
karyawan masih sampah sesuai dengan
memenuhi baku karakteristik sampah.
mutu lingkungan.  Menyediakan bak-bak
 Konsentrasi pH, BOD, sampah dalam jumlah
COD, TSS, Minyak & memadai sesuai volume
Lemak, Amoniak, timbulan limbah, dan
Total Coliform masih menutup bak sampah
memenuhi baku (tidak membiarkan bak
mutu yang sampah dalam kondisi
dipersyaratkan terbuka).
berdasarkan  Mensosialisasikan untuk
Peraturan Menteri tidak membakar
Lingkungan Hidup sampah.
dan Kehutanan  Sampah organik dapat
Nomor: P. 68/ dijadikan bahan kompos
Menlhk-Setjen/2016 sebagai pupuk alternatif
tentang Baku Mutu taman di sekitar lokasi

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-30
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
Air Limbah Domestik. TUKS.
 Menyediakan WC
higienis.
 Mensosialisasikan
kepada karyawan dan
masyarakat untuk tidak
Buang Air Besar
Sembarangan (BABS).
 Memelihara saluran
drainase.
 Melaksanakan upaya
promosi hygienis dan
sanitasi serta promosi
kesehatan lingkungan
bagi para pekerja.
 Melakukan/
melaksanakan
pengendalian terhadap
serangga, binatang
pengerat dan binatang
pengganggu lainnya.
 Tersedianya petugas
yang bertugas untuk
menjalankan,
mengontrol dan
mengawasi jalannya
sebuah program sanitasi
lingkungan.
 Mengadakan kegiatan
pengobatan gratis
secara berkala kepada
masyarakat di sekitar
yang terkena dampak.
 Pemeriksaan karyawan
secara berkala tiap 6

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-31
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
(enam) bulan sekali
untuk mengetahui dari
berbagai macam
penyakit terutama
penyakit menular.
D. TAHAP PASCA OPERASI
1.  Hilangnya Kegiatan  Menghindari  Menyampaikan Karyawan yang Selama Pelaksana:
Kesem- Penanganan dan/atau tidak informasi (sosialisasi) bekerja di kegiatan PT. Kapuas Prima Coal,
patan Tenaga Kerja. terbentuknya sikap kepada tenaga kerja kegiatan/usaha penanganan Tbk
Kerja dan persepsi negatif terkait dengan PT. Kapuas Prima tenaga kerja
 Terjadinya masyarakat dalam rencana pemutusan Coal, Tbk. berlangsung. Instansi Pengawas:
Keresahan pelaksanaan hubungan kerja (PHK)  Dinas Lingkungan
Masya- kegiatan pemutusan sebelum dilakukan Hidup Kabupaten
rakat dan hubungan kerja. pemutusan hubungan Kotawaringin Barat
Konflik  Tidak adanya terjadi kerja (PHK).  Dinas Transmigrasi
Sosial keresahan  Melakukan sosialisasi dan Tenaga Kerja
masyarakat dan sebelum kegiatan Kabupaten
konflik sosial selama penanganan tenaga Kotawaringin Barat
proses penanganan kerja dilaksanakan.  Dinas Sosial
tenaga kerja.  Dalam melakukan Kabupaten
 Tidak adanya proses PHK, Kotawaringin Barat
laporan pengaduan PT. Kapuas prima Coal,  Badan Kesatuan
keberatan yang Tbk Bangsa dan Politik
disampaikan oleh akan mengikuti Kabupaten
masyarakat ketentuan yang Kotawaringin Barat
berkenaan dengan tercantum dalam  Camat Kumai
penanganan Undang-Undang
tenaga kerja. Nomor 13 Tahun 2003 Instansi Penerima
 Penanganan tentang Laporan:
tenaga kerja Ketenagakerjaan,  Dinas PMPTSP Provinsi
berdasarkan Pasal 156, ayat 1 Kalimantan Tengah
Undang-Undang menyebutkan, "Dalam  Dinas Lingkungan
Nomor 13 Tahun hal terjadi pemutusan Hidup Provinsi
2003 tentang hubungan kerja, Kalimantan Tengah
Ketenagakerjaan. pengusaha  Dinas Lingkungan

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-32
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
diwajibkan Hidup Kabupaten
membayar pesangon Kotawaringin Barat
dan /atau uang  Dinas Transmigrasi
penghargaan masa dan Tenaga Kerja
kerja dan uang Kabupaten
penggantian hak Kotawaringin Barat
yang seharusnya  Dinas Sosial
diterima”. Kabupaten
 Melaksanakan Kotawaringin Barat
pemutusan hubungan  Badan Kesatuan
kerja (PHK) sesuai Bangsa dan Politik
dengan ketentuan Kabupaten
perundang-undangan Kotawaringin Barat
yang berlaku.
 Penyelesaian hak –
hak pekerja/
karyawan sebelum
dilaksanakannya PHK.
 Memberikan
pesangon sesuai
dengan ketentuan
yang berlaku.
 Pembinaan usaha
bagi masyarakat lokal
ke arah kemandirian
sebagai program akhir
dari pelaksanaan
pembinaan dan
bimbingan teknis
manajemen usaha
serta bantuan
pengembangan
usaha selama tahap
operasional.

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-33
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lokasi Periode


Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
2. Perubahan Kegiatan  Menghindari  Menyampaikan Lokasi Pengelolaan Pelaksana:
Sikap dan Pembongkaran dan/atau tidak informasi terkait pembongkaran selama PT. Kapuas Prima Coal,
Persepsi Fasilitas dan terbentuknya sikap kegiatan alih fungsi fasilitas dan kegiatan Tbk
Masyarakat Peralatan. dan persepsi negatif lahan. peralatan oleh pembong-
masyarakat dalam  Memberikan tanggapan PT. Kapuas Prima karan fasilitas Instansi Pengawas:
pelaksanaan dan jawaban atas setiap Coal, Tbk. dan peralatan  Dinas Lingkungan
kegiatan pertanyaan dari berlangsung. Hidup Kabupaten
pembongkaran masyarakat. Kotawaringin Barat
fasilitas dan  Melakukan dan  Camat Kumai
peralatan. menerapkan
 Tidak adanya pengelolaan Instansi Penerima
laporan pengaduan berdasarkan Laporan:
keberatan yang Peraturan Menteri  Dinas PMPTSP Provinsi
disampaikan oleh Negara LH Nomor 09 Kalimantan Tengah
masyarakat Tahun 2010 tentang  Dinas Lingkungan
berkenaan dengan Tata Cara Pengaduan Hidup Provinsi
kegiatan dan Penanganan Kalimantan Tengah
pembongkaran Pengaduan Akibat  Dinas Lingkungan
fasilitas dan Dugaan Pencemaran Hidup Kabupaten
peralatan. dan/atau Perusakan Kotawaringin Barat
Lingkungan Hidup.

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-34
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Gambar 2.1. Peta Pengelolaan Lingkungan Hidup

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-35
BAB III
RENCANA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP
BAB III
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Fungsi kegiatan pemantauan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang


sangat penting untuk memanajemen dan menciptakan pembangunan yang
berwawasan lingkungan karena pemantauan lingkungan merupakan tanda dini
yang dapat menunjukkan adanya perubahan kualitas lingkungan dan bagi
komponen lingkungan yang dikelola dapat diidentifikasi keberhasilan
pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan oleh pemrakarsa usaha.
Selanjutnya dengan pemantauan lingkungan akan dapat digunakan untuk
mengetahui kinerja pengelolaan secara keseluruhan dari parameter lingkungan
yang terkena dampak.
Implepentasi kegiatan pemantauan lingkungan merupakan tindakan yang
secara teknis untuk memperbaiki pengelolaan lingkungan. Perbaikan atau
penyempurnaan pengelolaan lingkungan memang perlu dilaksanakan terus
menerus mengingat lingkungan itu selalu berkembang secara dinamik, sehingga
dengan demikian kegiatan pemantauan lingkungan harus dilaksanakan.
Kegiatan pemantauan lingkungan bagi pemrakarsa usaha kegiatan
merupakan dokumen perencanaan yang jelas dan sistematis. Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) merupakan dokumen penting karena
merupakan “KOMITMEN” yang nantinya dapat mempermudah pelaksanaan
terhadap pemantauan lingkungan di dalam dan sekitar kegiatan usaha yang
dikelola.
Secara holistik dokumen RPL berkaitan dengan berbagai aspek, yaitu (1)
dampak yang dipantau seperti jenis dampak yang terjadi, komponen lingkungan
yang terkena dampak, dan indikator/parameter yang dipantau dan sumber
dampak, (2) bentuk pemantauan lingkungan hidup seperti metode
pengumpulan data dan analisis data, lokasi pemantauan, waktu dan frekuensi
pemantauan, (3) institusi pemantauan lingkungan hidup seperti pelaksana,
pengawas dan penerima laporan pemantauan. Sementara bagi instansi terkait
secara teknis dengan adanya rencana pemantauan lingkungan hidup akan
dapat segera mengkoordinasikan diri dalam pelaksanaan pemantauan ini.
Sedangkan bagi masyarakat RPL merupakan dokumen penting untuk membantu
dalam pemantauan lingkungan dan sebagai bahan monitoring atau untuk
mengetahui kinerja pemrakarsa usaha dalam pengelolaan lingkungannya.
Rencana pemantauan lingkungan hidup akibat dampak yang ditimbulkan
dari rencana kegiatan PT. Kapuas Prima Coal, Tbk dapat dilihat pada Tabel 3.1.

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-1
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Tabel 3.1. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup PT. Kapuas Prima Coal, Tbk

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
Pemantauan Lingkungan Hidup Terhadap Mitigasi Dampak
A. TAHAP KONSTRUKSI
1. Kesehatan dan  Jumlah kejadian  Kegiatan Pengamatan langsung, Pemantauan Pemantauan Pelaksana:
Keselamatan kecelakaan kerja. Mobilisasi observasi dan memeriksa dilakukan di lokasi dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
Kerja (K3)  Pelaksanaan K3 Peralatan dan laporan pemrakarsa/ kegiatan selama 6 Tbk
berdasarkan SOP Material. manajemen. berlangsung. (enam) bulan
Perusahaan yang  Kegiatan sekali. Instansi Pengawas:
telah dibuat. Pekerjaan  Dinas Lingkungan
 Pelaksanaan K3 Tanah Hidup Kabupaten
berdasarkan (Pembersihan Kotawaringin Barat
Undang-Undang Lahan,  Dinas Transmigrasi
Nomor 1 Tahun Penggalian, dan Tenaga Kerja
1970 tentang Penimbunan, Kabupaten
Keselamatan Kerja Perataan dan Kotawaringin Barat
dan Undang- Pemadatan  Dinas Kesehatan
Undang RI Nomor Tanah). Kabupaten
13 Tahun 2003  Kegiatan Kotawaringin Barat
tentang Pembangunan  Camat Kumai
Ketenagakerjaan. TUKS, Sarana
dan Prasarana Instansi Penerima
Fasilitas Laporan:
Pendukungnya.  Dinas PMPTSP
Provinsi Kalimantan
Tengah
 Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi
Kalimantan Tengah
 Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
 Dinas Transmigrasi

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-2
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
dan Tenaga Kerja
Kabupaten
Kotawaringin Barat
 Dinas Kesehatan
Kabupaten
Kotawaringin Barat
2. Gangguan Jumlah kejadian Kegiatan  Pengamatan langsung Pemantauan Pemantauan Pelaksana:
Lalulintas Air gangguan lalulintas Pembangunan di lapangan upaya dilakukan di lokasi dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
air selama kegiatan TUKS, Sarana dan pengelolaan yang kegiatan selama 6 Tbk
berlangsung, baik Prasarana dilakukan untuk pelabuhan dan (enam) bulan
karena disengaja Fasilitas mencegah terjadinya sarana sekali. Instansi Pengawas:
atau karena kelalaian Pendukungnya. kecelakaan lalulintas pendukungnya.  Dinas Lingkungan
di areal kegiatan air. Hidup Kabupaten
PT. Kapuas Prima  Wawancara dengan Kotawaringin Barat
Coal, Tbk. pekerja proyek dan  Dinas Perhubungan
kontraktor pelaksana Kabupaten
terkait dengan upaya Kotawaringin Barat
pengelolaan terhadap
keselamatan lalulintas Instansi Penerima
air. Laporan:
 Pengamatan secara  Dinas PMPTSP
visual terhadap Provinsi Kalimantan
penyediaan rambu- Tengah
rambu peringatan.  Dinas Lingkungan
 Wawancara dengan Hidup Provinsi
penduduk yang Kalimantan Tengah
beraktivitas di sekitar  Dinas Lingkungan
lokasi kegiatan. Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
 Dinas Perhubungan
Kabupaten
Kotawaringin Barat

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-3
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
3. Potensi Erosi dan Tingkat erosi dan Kegiatan  Pemasangan patok Lokasi pekerjaan Pemantauan Pelaksana:
Sedimentasi sedimentasi yang Pekerjaan Tanah pengamatan erosi tanah. dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
terjadi. (Pembersihan pada beberapa Titik sampling selama 6 Tbk
Lahan, lokasi pekerjaan tanah di lokasi (enam) bulan
Penggalian, tanah, yang pekerjaan tanah : sekali. Instansi Pengawas:
Penimbunan, dibedakan - KPC 01 : 111⁰  Dinas Lingkungan
Perataan dan berdasarkan kontur. 48’ 09,03” E 2⁰ Hidup Kabupaten
Pemadatan  Pencatatan 38’ 10,31” S Kotawaringin Barat
Tanah). penurunan tanah - KPC 02 : 111°
akibat erosi. 48' 05,56" E 2⁰ Instansi Penerima
Pengamatan langsung di 38’ 08,28” S Laporan:
lapangan, data diperoleh - KPC 03 : 111⁰  Dinas PMPTSP
juga dari hasil analisa 47’ 57,42” E 2⁰ Provinsi Kalimantan
laboratorium terhadap 38’ 26,94” S Tengah
sampel-sampel tanah  Dinas Lingkungan
yang telah diambil Hidup Provinsi
langsung dari lapangan Kalimantan Tengah
pada titik-titik pantau  Dinas Lingkungan
yang telah ditetapkan. Hidup Kabupaten
Berdasarkan hasil analisa Kotawaringin Barat
sampel tanah tadi
(tekstur, kandungan
bahan organik, dan
permeabilitasnya), maka
dihitung nilai erodibilitas
tanah, untuk kemudian
dihitung potensial erosi
dan sedimentasi yang
terjadi.

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-4
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
4. Gangguan Kondisi mangrove Kegiatan Pengamatan langsung, Pemantauan Pemantauan Pelaksana:
Mangrove alami di lokasi sekitar Pembangunan observasi dan memeriksa dilakukan di lokasi dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
kegiatan. TUKS, Sarana dan laporan pemrakarsa/ kegiatan selama 6 Tbk
Prasarana manajemen. berlangsung. (enam) bulan
Fasilitas sekali. Instansi Pengawas:
Pendukungnya.  Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat

Instansi Penerima
Laporan:
 Dinas PMPTSP
Provinsi Kalimantan
Tengah
 Dinas Kehutanan
Provinsi Kalimantan
Tengah
 Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi
Kalimantan Tengah
 BPDAS-HL
 Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
B. TAHAP OPERASI
1. Kesehatan dan  Jumlah kejadian  Kegiatan Pengamatan langsung, Pemantauan Pemantauan Pelaksana:
Keselamatan kecelakaan kerja. Operasional observasi dan memeriksa dilakukan di lokasi dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
Kerja (K3)  Pelaksanaan K3 Stockpile. laporan pemrakarsa/ kegiatan selama 6 Tbk
berdasarkan SOP  Kegiatan manajemen. berlangsung. (enam) bulan
Perusahaan yang Pemuatan sekali. Instansi Pengawas:
telah dibuat. Material  Dinas Lingkungan
 Pelaksanaan K3 (Loading). Hidup Kabupaten
berdasarkan  Kegiatan Kotawaringin Barat

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-5
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
Undang-Undang Pembongkaran  Dinas Transmigrasi
Nomor 1 Tahun (Unloading). dan Tenaga Kerja
1970 tentang  Kegiatan Kabupaten
Keselamatan Kerja Operasional Kotawaringin Barat
dan Undang- Sarana dan  Dinas Kesehatan
Undang RI Nomor Prasarana Kabupaten
13 Tahun 2003 Pendukungnya. Kotawaringin Barat
tentang  Camat Kumai
Ketenagakerjaan.
Instansi Penerima
Laporan:
 Dinas PMPTSP
Provinsi Kalimantan
Tengah
 Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi
Kalimantan Tengah
 Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
 Dinas Transmigrasi
dan Tenaga Kerja
Kabupaten
Kotawaringin Barat
 Dinas Kesehatan
Kabupaten
Kotawaringin Barat
2. Limbah B3  Laporan Kegiatan Melakukan pencatatan Lokasi workshop, Pemantauan Pelaksana:
pengaduan Operasional dan pelaporan neraca klinik, tempat dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
masyarakat Sarana dan limbah B3. penyimpanan selama 3 (tiga) Tbk
terkait dengan Prasarana BBM, dan TPS bulan sekali.
limbah B3. Pendukungnya. Menilai ketaatan Limbah B3. Instansi Pengawas:
 Pelaksanaan terhadap pengelolaan  Kementerian

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-6
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
penanganan limbah B3 seperti Lingkungan Hidup
Limbah B3 kegiatan penyimpanan dan Kehutanan
berdasarkan SOP sementara pada TPS Republik Indonesia
Perusahaan yang (pencatatan pada log  Dinas Lingkungan
telah dibuat. book, masa simpan, Hidup Provinsi
 Limbah Bahan neraca limbah, dll), serta Kalimantan Tengah
Berbahaya dan pengawasan ketaatan  Dinas Lingkungan
Beracun (B3) pengelolaan limbah B3. Hidup Kabupaten
dapat terkelola Kotawaringin Barat
dengan baik, dan
memenuhi sesuai Instansi Penerima
Peraturan Laporan:
Pemerintah  Kementerian
Nomor 101 Tahun Lingkungan Hidup
2014 tentang dan Kehutanan
Pengelolaan Republik Indonesia
Limbah Bahan  Dinas PMPTSP
Berbahaya dan Provinsi Kalimantan
Beracun; Tengah
Peraturan Menteri  Dinas Lingkungan
LH Nomor 14 Hidup Provinsi
Tahun 2013 Kalimantan Tengah
tentang Simbol  Dinas Lingkungan
dan Label Limbah Hidup Kabupaten
Bahan Berbahaya Kotawaringin Barat
dan Beracun,
Keputusan
Kepala Badan
Pengendalian
Dampak
Lingkungan
Nomor : KEP- 01/
BAPEDAL/09/1995
tentang Tata

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-7
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
Cara dan
Persyaratan Teknis
Penyimpanan
dan
Pengumpulan
Limbah Bahan
Berbahaya dan
Beracun.
 Pengelolaan
Limbah Medis
memenuhi
Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
Nomor P.56/
MENLHK-SETJEN/
2015 tentang Tata
Cara dan
Persyaratan Teknis
Pengelolaan
Limbah Bahan
Berbahaya dan
Beracun dari
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan.
3. Gangguan Jumlah kejadian Kegiatan  Pengamatan langsung Pemantauan Pemantauan Pelaksana:
Lalulintas Air gangguan lalulintas Pemuatan di lapangan upaya dilakukan di lokasi dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
air selama kegiatan Material pengelolaan yang pelabuhan. selama 3 (tiga) Tbk
berlangsung, baik (Loading). dilakukan untuk bulan sekali,
karena disengaja mencegah terjadinya pada saat ada Instansi Pengawas:
atau karena kelalaian kecelakaan lalulintas aktivitas  Dinas Lingkungan
di areal kegiatan air. pemuatan Hidup Kabupaten

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-8
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
PT. Kapuas Prima  Wawancara dengan material mulai Kotawaringin Barat
Coal, Tbk. pekerja (karyawan) dari aktivitas  Dinas Perhubungan
pelaksana terkait merapat ke Kabupaten
dengan upaya dermaga Kotawaringin Barat
pengelolaan terhadap sampai keluar
keselamatan lalulintas area TUKS. Instansi Penerima
air. Laporan:
 Pengamatan secara  Dinas PMPTSP
visual terhadap Provinsi Kalimantan
penyediaan rambu- Tengah
rambu peringatan.  Dinas Lingkungan
 Wawancara dengan Hidup Provinsi
penduduk yang Kalimantan Tengah
beraktivitas di sekitar  Dinas Lingkungan
lokasi kegiatan. Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
 Dinas Perhubungan
Kabupaten
Kotawaringin Barat
4. Gangguan Terjaganya mangrove Kegiatan Pengamatan langsung, Pemantauan Pemantauan Pelaksana:
Mangrove alami di lokasi sekitar Operasional observasi dan memeriksa dilakukan di lokasi dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
kegiatan. Stockpile. laporan pemrakarsa/ kegiatan selama 6 Tbk
manajemen. berlangsung. (enam) bulan
sekali. Instansi Pengawas:
 Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat

Instansi Penerima
Laporan:
 Dinas PMPTSP
Provinsi Kalimantan
Tengah

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-9
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
 Dinas Kehutanan
Provinsi Kalimantan
Tengah
 Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi
Kalimantan Tengah
 BPDAS-HL
 Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
5. Perubahan Sistem Kondisi tanggul di Kegiatan Pengamatan langsung, Pemantauan Pemantauan Pelaksana:
Hidrologi pinggir sungai. Pemuatan observasi dan memeriksa dilakukan di lokasi dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
Material laporan pemrakarsa/ pelabuhan. selama 6 Tbk
(Loading). manajemen. (enam) bulan
sekali. Instansi Pengawas:
 Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat

Instansi Penerima
Laporan:
 Dinas PMPTSP
Provinsi Kalimantan
Tengah
 Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi
Kalimantan Tengah
 Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
C. TAHAP PASCA OPERASI
1. Kesehatan dan  Jumlah kejadian Kegiatan Pengamatan langsung, Pemantauan Pemantauan Pelaksana:
Keselamatan kecelakaan kerja. Pembongkaran observasi dan memeriksa dilakukan di lokasi dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-10
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
Kerja (K3)  Pelaksanaan Fasilitas dan laporan pemrakarsa/ kegiatan selama 6 Tbk
penanganan Peralatan. manajemen. berlangsung. (enam) bulan
Limbah K3 sekali. Instansi Pengawas:
berdasarkan SOP  Dinas Lingkungan
Perusahaan yang Hidup Kabupaten
telah dibuat. Kotawaringin Barat
 Pelaksanaan K3  Dinas Transmigrasi
berdasarkan dan Tenaga Kerja
Undang-Undang Kabupaten
Nomor 1 Tahun Kotawaringin Barat
1970 tentang  Dinas Kesehatan
Keselamatan Kerja Kabupaten
dan Undang- Kotawaringin Barat
Undang RI Nomor  Camat Kumai
13 Tahun 2003
tentang Instansi Penerima
Ketenagakerjaan. Laporan:
 Dinas PMPTSP
Provinsi Kalimantan
Tengah
 Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi
Kalimantan Tengah
 Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
 Dinas Transmigrasi
dan Tenaga Kerja
Kabupaten
Kotawaringin Barat
 Dinas Kesehatan
Kabupaten
Kotawaringin Barat

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-11
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
Pemantauan Lingkungan Hidup Terhadap Dampak Penting Hipotetik
A. TAHAP PRA KONSTRUKSI
1. Perubahan Sikap  Hasil persentase Kegiatan  Responden dipilih Masyarakat di Pemantauan Pelaksana:
dan Persepsi atau jumlah Sosialisasi. secara acak Dusun Tanjung dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
Masyarakat masyarakat desa berdasarkan KK pada Kalaf selama 6 Tbk
di wilayah studi lokasi proyek, dengan (pemukiman (enam) bulan
yang masih jumlah responden dekat lokasi sekali. Instansi Pengawas:
mendukung berdasarkan Rumus proyek, masuk  Dinas Lingkungan
rencana kegiatan Slovin. wilayah kelurahan Hidup Kabupaten
yang dilakukan  Melakukan Kumai Hulu), RT.18 Kotawaringin Barat
oleh PT. Kapuas pengamatan Kelurahan Kumai  Dinas Sosial
Prima Coal, Tbk. langsung dan Hulu, dan Desa Kabupaten
 Sikap dan persepsi wawancara dengan Bumi Harjo yang Kotawaringin Barat
negatif masyarakat. dekat dengan  Badan Kesatuan
masyarakat  Pencatatan dari lokasi kegiatan. Bangsa dan Politik
terhadap laporan pengaduan Kabupaten
rencana kegiatan yang disampaikan Kotawaringin Barat
PT. Kapuas Prima secara langsung oleh  Camat Kumai
Coal, Tbk. masyarakat melalui
 Laporan media massa Instansi Penerima
pengaduan dan/atau melalui Laporan:
keberatan yang instansi terkait.  Dinas PMPTSP
disampaikan oleh  Laporan pengaduan Provinsi Kalimantan
masyarakat dikelompokkan Tengah
berkenaan berdasarkan jenis dan  Dinas Lingkungan
dengan rencana permasalahan yang Hidup Provinsi
kegiatan disampaikan. Kalimantan Tengah
dilakukan oleh  Hasil  Dinas Lingkungan
PT. Kapuas Prima pengelompokkan Hidup Kabupaten
Coal, Tbk. kemudian dianalisis Kotawaringin Barat
keterkaitannya  Dinas Sosial
dengan rencana Kabupaten
kegiatan yang Kotawaringin Barat

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-12
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
dilakukan oleh  Badan Kesatuan
PT. Kapuas Prima Bangsa dan Politik
Coal, Tbk. Kabupaten
Kotawaringin Barat
B. TAHAP KONSTRUKSI
1. Terbukanya  Jumlah tenaga kerja Kegiatan  Melakukan Masyarakat di Pemantauan Pelaksana:
Kesempatan Kerja lokal yang diterima Penerimaan pengamatan Dusun Tanjung dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
dalam kegiatan Tenaga Kerja. langsung dan Kalaf selama 6 Tbk
sesuai dengan wawancara dengan (pemukiman (enam) bulan
kualifikasi yang telah masyarakat. dekat lokasi sekali. Instansi Pengawas:
ditentukan oleh  Pencatatan dari proyek, masuk  Dinas Lingkungan
PT. Kapuas Prima laporan pengaduan wilayah kelurahan Hidup Kabupaten
Coal, Tbk. yang disampaikan Kumai Hulu), RT.18 Kotawaringin Barat
 Jumlah tenaga kerja secara langsung oleh Kelurahan Kumai  Dinas Transmigrasi
yang diterima masyarakat melalui Hulu, dan Desa dan Tenaga Kerja
bekerja di media massa Bumi Harjo yang Kabupaten
PT. Kapuas Prima dan/atau melalui dekat dengan Kotawaringin Barat
Coal, Tbk. instansi terkait. lokasi kegiatan.  Badan Kesatuan
 Laporan pengaduan Bangsa dan Politik
dikelompokkan Kabupaten
berdasarkan jenis dan Kotawaringin Barat
permasalahan yang  Camat
disampaikan. Kotawaringin Kumai
 Hasil Hulu
pengelompokkan
kemudian dianalisis Instansi Penerima
keterkaitannya Laporan:
dengan rencana  Dinas PMPTSP
kegiatan yang Provinsi Kalimantan
dilakukan oleh Tengah
PT. Kapuas Prima  Dinas Lingkungan
Coal, Tbk. Hidup Provinsi
Kalimantan Tengah

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-13
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
 Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
 Dinas Transmigrasi
dan Tenaga Kerja
Kabupaten
Kotawaringin Barat
 Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik
Kabupaten
Kotawaringin Barat
2. Perubahan Sikap  Hasil persentase  Kegiatan  Melakukan Masyarakat di Pemantauan Pelaksana:
dan Persepsi atau Hasil Penerimaan pengamatan Dusun Tanjung dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
Masyarakat persentase atau Tenaga Kerja. langsung dan Kalaf selama 6 Tbk
jumlah  Kegiatan wawancara dengan (pemukiman (enam) bulan
masyarakat desa Pembangunan masyarakat. dekat lokasi sekali. Instansi Pengawas:
di wilayah studi TUKS, Sarana  Pencatatan dari proyek, masuk  Dinas Lingkungan
yang masih dan Prasarana laporan pengaduan wilayah kelurahan Hidup Kabupaten
mendukung Fasilitas yang disampaikan Kumai Hulu), RT.18 Kotawaringin Barat
rencana kegiatan Pendukungnya. secara langsung oleh Kelurahan Kumai  Dinas Transmigrasi
yang dilakukan masyarakat melalui Hulu, dan Desa dan Tenaga Kerja
oleh PT. Kapuas media massa Bumi Harjo yang Kabupaten
Prima Coal, Tbk. dan/atau melalui dekat dengan Kotawaringin Barat
 Sikap dan persepsi instansi terkait. lokasi kegiatan.  Badan Kesatuan
negatif  Laporan pengaduan Bangsa dan Politik
masyarakat dikelompokkan Kabupaten
terhadap berdasarkan jenis dan Kotawaringin Barat
rencana kegiatan permasalahan yang  Camat Kumai
PT. Kapuas Prima disampaikan.
Coal, Tbk.  Hasil Instansi Penerima
 Laporan pengelompokkan Laporan:
pengaduan kemudian dianalisis  Dinas PMPTSP
keberatan yang keterkaitannya Provinsi Kalimantan

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-14
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
disampaikan oleh dengan rencana Tengah
masyarakat kegiatan yang  Dinas Lingkungan
berkenaan dilakukan oleh Hidup Provinsi
dengan rencana PT. Kapuas Prima Kalimantan Tengah
kegiatan Coal, Tbk.  Dinas Lingkungan
dilakukan oleh Hidup Kabupaten
PT. Kapuas Prima Kotawaringin Barat
Coal, Tbk.  Dinas Transmigrasi
dan Tenaga Kerja
Kabupaten
Kotawaringin Barat
 Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik
Kabupaten
Kotawaringin Barat
3. Perubahan Parameter-parameter Kegiatan  Melakukan pengukuran Lokasi kegiatan Pemantauan Pelaksana:
Kualitas Udara kualitas udara Pekerjaan Tanah kualitas udara di pekerjaan tanah. dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
(terutama seperti SO2, (Pembersihan lapangan. Selengkapnya : selama 6 Tbk
NO2, CO, O3, Pb, dan Lahan,  Parameter TSP (debu) - U1. (enam) bulan
Debu) berdasarkan Penggalian, dilkukan pengukuran Pemukiman sekali. Instansi Pengawas:
Lampiran Peraturan Penimbunan, selama 24 Jam. Penduduk  Dinas Lingkungan
Pemerintah Nomor 41 Perataan, dan  Hasil uji contoh diuji di (S 02º 38’ Hidup Kabupaten
Tahun 1999 tentang Pemadatan laboratorium yang 11,07” E 111º Kotawaringin Barat
Pengendalian Tanah). terakreditasi. 48’ 09,47”)  Camat Kumai
Pencemaran Udara.  Membandingkan hasil - U2. Rencana
pengukuran Alokasi Instansi Penerima
parameter-parameter Pemukiman Laporan:
kualitas udara sesuai (S 02º 38’ 08,7”  Dinas PMPTSP
dengan Peraturan E 111º 48’ Provinsi Kalimantan
Pemerintah No. 41 08,55”) Tengah
Tahun 1999 tentang - U3. Area  Dinas Lingkungan
Pengendalian Perluasan TUKS Hidup Provinsi
Pencemaran Udara. (S 02º 38’ Kalimantan Tengah

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-15
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
26,58” E 111º  Dinas Lingkungan
47’ 59,24”) Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
4. Peningkatan  Tingkat aliran  Kegiatan  Pemasangan Stasiun Lokasi kegiatan Pemantauan Pelaksana:
Aliran Permukaan permukaan (run Pekerjaan Pengamat Air Sungai pekerjaan tanah dilakukan PT. Kapuas Prima
(Run Off) off) yang terjadi. Tanah (SPAS). untuk selama 6 Coal, Tbk
 Perbandingan (Pembersihan  Mengumpulkan data pembangunan (enam) bulan
antara debit Lahan, curah hujan 10 TUKS, sarana dan sekali. Instansi Pengawas:
maksimum Penggalian, tahunan. prasarana fasilitas  Dinas Lingkungan
(Qmaks) dan debit Penimbunan,  Melakukan pendukungnya. Hidup Kabupaten
minimum (Qmin) Perataan, dan pencatatan tinggi Kotawaringin Barat
< 50 (Lampiran Pemadatan muka air.
Peraturan Direktur Tanah).  Melakukan analisis Instansi Penerima
Jenderal  Kegiatan tinggi muka air Laporan:
Rehabilitasi Lahan Pembangunan dengan debit air  Dinas PMPTSP
dan Perhutanan TUKS, Sarana sungai. Provinsi Kalimantan
Sosial tentang dan Prasarana Tengah
Pedoman fasilitas  Dinas Lingkungan
Monitoring dan Pendukungnya. Hidup Provinsi
Evaluasi Daerah Kalimantan Tengah
Aliran Sungai  Dinas Lingkungan
Nomor : P.04/V- Hidup Kabupaten
SET/2009, Kotawaringin Barat
tertanggal 05
Maret 2009).
C. TAHAP OPERASI
1. Perubahan Sikap  Pelaksanaan Kegiatan  Melakukan Masyarakat di Pemantauan Pelaksana:
dan Persepsi berdasarkan Program pengamatan Dusun Tanjung dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
Masyarakat Peraturan Daerah Pemberdayaan langsung dan Kalaf selama 6 Tbk
Provinsi Masyarakat. wawancara dengan (pemukiman (enam) bulan
Kalimantan masyarakat. dekat lokasi sekali. Instansi Pengawas:
Tengah Nomor 11  Pencatatan dari proyek, masuk  Dinas Lingkungan
Tahun 2012 laporan pengaduan wilayah kelurahan Hidup Kabupaten

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-16
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
tentang yang disampaikan Kumai Hulu), RT.18 Kotawaringin Barat
Pelaksanaan secara langsung oleh Kelurahan Kumai  Dinas Sosial
Tanggung Jawab masyarakat melalui Hulu, dan Desa Kabupaten
Sosial dan media massa Bumi Harjo yang Kotawaringin Barat
Lingkungan dan/atau melalui dekat dengan  Dinas
Perusahaan. instansi terkait. lokasi kegiatan. Pemberdayaan
 Hasil persentase  Laporan pengaduan Masyarakat dan
atau Hasil dikelompokkan Desa Kabupaten
persentase atau berdasarkan jenis dan Kotawaringin Barat
jumlah permasalahan yang  Badan Kesatuan
masyarakat desa disampaikan. Bangsa dan Politik
di wilayah studi  Hasil Kabupaten
yang masih pengelompokkan Kotawaringin Barat
mendukung kemudian dianalisis  Camat Kumai
rencana kegiatan keterkaitannya
yang dilakukan dengan rencana Instansi Penerima
oleh PT. Kapuas kegiatan yang Laporan:
Prima Coal, Tbk. dilakukan oleh  Dinas PMPTSP
 Sikap dan persepsi PT. Kapuas Prima Provinsi Kalimantan
negatif Coal, Tbk. Tengah
masyarakat  Dinas Lingkungan
terhadap Hidup Provinsi
rencana kegiatan Kalimantan Tengah
PT. Kapuas Prima  Dinas Lingkungan
Coal, Tbk. Hidup Kabupaten
 Laporan Kotawaringin Barat
pengaduan  Dinas Sosial
keberatan yang Kabupaten
disampaikan oleh Kotawaringin Barat
masyarakat  Dinas
berkenaan Pemberdayaan
dengan rencana Masyarakat dan
kegiatan Desa Kabupaten
dilakukan oleh Kotawaringin Barat

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-17
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
PT. Kapuas Prima  Badan Kesatuan
Coal, Tbk. Bangsa dan Politik
Kabupaten
Kotawaringin Barat
2. Penurunan Parameter-parameter  Kegiatan  Melakukan pengukuran Lokasi pelabuhan. Pemantauan Pelaksana:
Kualitas Udara kualitas udara seperti Operasional kualitas udara di Selengkapnya : dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
SO2, NO2 , CO, O3, Pb, Stockpile. lapangan. - U1. Pemukiman selama 6 Tbk
TSP, PM 10, dan PM2,5  Kegiatan  Parameter TSP (debu), Penduduk (enam) bulan
berdasarkan Pemuatan dan Pb dilakukan (S 02º 38’ 11,07” sekali. Instansi Pengawas:
Lampiran Peraturan Material pengukuran selama 24 E 111º 48’  Dinas Lingkungan
Pemerintah Nomor 41 (Loading). Jam. 09,47”) Hidup Kabupaten
Tahun 1999 tentang  Kegiatan  Hasil uji contoh diuji di - U2. Rencana Kotawaringin Barat
Pengendalian Operasional laboratorium yang Alokasi  Camat Kumai
Pencemaran Udara. Sarana dan terakreditasi. Pemukiman
Prasarana  Membandingkan hasil (S 02º 38’ 08,7” Instansi Penerima
Pendukungnya. pengukuran E 111º 48’ Laporan:
parameter-parameter 08,55”)  Dinas PMPTSP
kualitas udara sesuai - U3. Area Provinsi Kalimantan
dengan Peraturan Perluasan TUKS Tengah
Pemerintah No. 41 (S 02º 38’ 26,58”  Dinas Lingkungan
Tahun 1999 tentang E 111º 47’ Hidup Provinsi
Pengendalian 59,24”) Kalimantan Tengah
Pencemaran Udara.  Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
3. Peningkatan Tingkat kebisingan Kegiatan Sarana  Melakukan Lokasi sarana dan Pemantauan Pelaksana:
Intensitas masih memenuhi dan Prasarana pengukuran tingkat prasarana dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
Kebisingan baku mutu yang Pendukung. kebisingan di penunjangnya. selama 6 Tbk
dipersyaratkan lapangan. Selengkapnya : (enam) bulan
berdasarkan  Pengukuran - K1. Pemukiman sekali. Instansi Pengawas:
Lampiran Keputusan kebisingan Penduduk  Dinas Lingkungan
Menteri Negara menggunakan alat (S 02º 38’ 11,07” Hidup Kabupaten
Lingkungan Hidup Sound Level Meter. E 111º 48’ Kotawaringin Barat

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-18
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
Nomor KEP-48/  Membandingkan hasil 09,47”)  Camat Kumai
MENLH/II/1996 tingkat kebisingan - K2. Rencana
tentang Baku Tingkat sesuai dengan Alokasi Instansi Penerima
Kebisingan, dan Keputusan Menteri Pemukiman Laporan:
berdasarkan Negara Lingkungan (S 02º 38’ 08,7”  Dinas PMPTSP
Peraturan Menteri Hidup Nomor KEP- E 111º 48’ Provinsi Kalimantan
Tenaga Kerja dan 48/MENLH /II/1996 08,55”) Tengah
Transmigrasi RI No. tentang Baku Tingkat - K3. Area  Dinas Lingkungan
PER.13/MEN/X/2011 Kebisingan. Perluasan TUKS Hidup Provinsi
tentang Nilai Ambang  Membandingkan hasil (S 02º 38’ 26,58” Kalimantan Tengah
Batas Faktor Fisika tingkat kebisingan E 111º 47’  Dinas Lingkungan
dan Faktor Kimia di sesuai dengan 59,24”) Hidup Kabupaten
Tempat Kerja. Peraturan Menteri Kotawaringin Barat
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No.
PER.13/ MEN/ X/ 2011
tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di
Tempat Kerja.
4. Perubahan  Parameter kualitas  Kegiatan  Melakukan  Inlet dan outlet  Swapantau Pelaksana:
Kualitas Air air permukaan Operasional pengambilan sampel Settling pond Pengukuran PT. Kapuas Prima Coal,
Permukaan memenuhi baku Stockpile. air permukaan. dan areal pH dan debit Tbk
mutu yang  Kegiatan  Petugas sampling yang penaatan yang air limbah
dipersyaratkan, Pemuatan telah memiliki sertifikat tercantum dilakukan Instansi Pengawas:
yaitu baku mutu Material (kompetensi). dalam izin setiap hari.  Dinas Lingkungan
air kelas II (Loading).  Melakukan pembuangan  Laporan hasil Hidup Kabupaten
berdasarkan  Kegiatan pengambilan sampel limbah cair analisis Kotawaringin Barat
Lampiran Pembongkaran air dan uji Laboratorium (IPLC). kualitas air  Camat Kumai
Peraturan (Unloading). pada effluent limbah  Sungai-sungai limbah dan
Pemerintah  Kegiatan dan settling pond di wilayah studi debit harian Instansi Penerima
Nomor 82 Tahun Operasional maupun lokasi- seperti : dalam 3 Laporan:
2001 tentang Sarana dan lokasi/titik-titik - Sungai Kumai (tiga) bulan  Dinas PMPTSP

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-19
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
Pengelolaan Prasarana penaatan yang bagian hulu sekali. Provinsi Kalimantan
Kualitas Air dan Pendukungnya. dipersyaratkan di tapak proyek :  Pemantauan Tengah
Pengendalian dalam Izin S 02 38’ 13,16” dilakukan 6  Dinas Lingkungan
Pencemaran Air. Pembuangan Air (enam) bulan Hidup Provinsi
E 111 48’
 Parameter kualitas Limbah. sekali untuk Kalimantan Tengah
air permukaan  Hasil uji contoh 16,08”. badan air  Dinas Lingkungan
yang sudah (sampel) diuji di - Sungai Kumai selama Hidup Kabupaten
melebihi baku laboratorium yang bagian tengah kegiatan Kotawaringin Barat
mutu lingkungan terakreditasi oleh KAN. tapak proyek : berlangsung.
berdasarkan  Membandingkan hasil S 02 38’ 17,22”
Peraturan analisa untuk air E 111 48’
Pemerintah permukaan dengan
14,81”.
Nomor 82 Tahun baku mutu air kelas II
- Sungai Kumai
2001 masih sama berdasarkan Lampiran
bagian hilir
seperti rona Peraturan Pemerintah
tapak proyek :
lingkungan awal Nomor 82 Tahun 2001.
S 02 38’ 20,63”
seperti TDS, BOD,  Membandingkan hasil
Boron, dan Fecal analisa untuk air limbah E 111 48’
Coliform. dengan Peraturan 15,81”.
 Parameter kualitas Menteri Negara LH - Sungai Kalaf
air limbah Nomor 21 Tahun 2009 bagian muara :
memenuhi baku tentang Baku Mutu Air S 02 38’ 22,85”
mutu berdasarkan Limbah Bagi Usaha
Peraturan Menteri dan/atau Kegiatan E 111 48’
Negara LH Nomor Pertambangan Bijih 11,42”.
21 Tahun 2009 Besi; Peraturan Menteri Titik sampling
tentang Baku LH Nomor 5 Tahun 2014 sedimen dasar
Mutu Air Limbah tentang Baku Mutu Air Sungai Kumai :
Bagi Usaha Limbah, Lampiran XLVII. 111⁰ 48’ 12,37” E
dan/atau  Perhitungan arus air 02⁰ 38’ 21,00” S
Kegiatan sungai, debit minimum
Pertambangan dan maksimum,
Bijih Besi; perhitungan longsor,
Peraturan Menteri perhitungan

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-20
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
LH Nomor 5 Tahun sedimentasi melayang.
2014 tentang Baku
Mutu Air Limbah,
Lampiran XLVII.
 Kondisi peralatan
dan fasilitas
settling pond.
5. Gangguan Jumlah Individu,  Kegiatan Pengambilan contoh Sungai-sungai di Pemantauan Pelaksana:
Terhadap Biota keanekaragaman Operasional plankton menggunakan wilayah studi dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
Perairan jenis, dominansi dan Stockpile. Plankton Net, Kemudian seperti : selama 6 Tbk
keseragaman  Kegiatan air contoh plankton - Sungai Kumai (enam) bulan
plankton, benthos Pemuatan diambil sebanyak 50 liter, bagian hulu sekali. Instansi Pengawas:
dan nekton yang ada Material lalu disaring. Air yang tapak proyek :  Dinas Lingkungan
di sungai-sungai (Loading). tersaring dimasukkan ke S 02 38’ 13,16” Hidup Kabupaten
wilayah studi  Kegiatan botol contoh dan diberi Kotawaringin Barat
E 111 48’
PT. Kapuas Prima Pembongkaran bahan pengawet yaitu  Dinas Perikanan
Coal, Tbk tidak terlalu (Unloading) lugol 1 ml/100 cc air 16,08”. Kabupaten
nyata berubah  Kegiatan contoh dan dianalisis - Sungai Kumai Kotawaringin Barat
seperti kondisi rona Operasional secara makroskopis di bagian tengah  Camat Kumai
lingkungan hidup Sarana dan laboratorium. tapak proyek :
awal. Prasarana S 02 38’ 17,22” Instansi Penerima
Pendukungnya. Pengambilan contoh E 111 48’ Laporan:
benthos menggunakan  Dinas PMPTSP
14,81”.
Eickman grab, setiap Provinsi Kalimantan
- Sungai Kumai
contoh substrat yang Tengah
bagian hilir
didapat dari masing–  Dinas Lingkungan
tapak proyek :
masing titik dimasukkan Hidup Provinsi
S 02 38’ 20,63”
ke kantong plastik atau Kalimantan Tengah
toples dan diawetkan E 111 48’  Dinas Lingkungan
dengan formalin 15,81”. Hidup Kabupaten
kemudian diidentifikasi di - Sungai Kalaf Kotawaringin Barat
laboratorium. bagian muara :  Dinas Perikanan
Jenis-jenis nekton atau S 02 38’ 22,85” Kabupaten

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-21
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
ikan yang terdapat di E 111 48’ Kotawaringin Barat
sungai diperoleh dari : 11,42”.
- Melakukan sampling
(memancing,
memasang
jala/rengge).
- Informasi dari
penduduk.
Data nekton dilakukan
secara kualitatif, yaitu
menampilkan jumlah
individu tiap spesies ikan
yang teridentifikasi.
6. Gangguan  Peristiwa/ kejadian Kegiatan  Pengamatan secara Pemantauan Pemantauan Pelaksana:
Kesehatan mengenai Pemuatan visual terhadap dilakukan di : dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
peningkatan Material pengelolaan yang  Lokasi kantor, selama 6 Tbk
penyakit berbasis (Loading). dilakukan di lokasi mess/ (enam) bulan
lingkungan tapak proyek. perumahan sekali. Instansi Pengawas:
dan/atau  Responden dipilih karyawan.  Dinas Lingkungan
perubahan pola secara acak  Lokasi Limbah Hidup Kabupaten
penyakit. berdasarkan KK pada pelabuhan. domestik Kotawaringin Barat
 Sejumlah keluhan lokasi proyek, dengan  Pemukiman dilakukan  Dinas Kesehatan
masyarakat dan jumlah responden masyarakat pemantauan Kabupaten
karyawan tentang berdasarkan Rumus terdekat dari setiap 1 (satu) Kotawaringin Barat
menurunnya Slovin. kegiatan. kali dalam  Camat Kumai
derajat kesehatan.  Melakukan  IPAL limbah sebulan dan
 Tempat sampah di wawancara dengan domestik. dilaporkan per Instansi Penerima
kantor, mess/ masyarakat dan tiga bulan. Laporan:
perumahan karyawan yang  Dinas PMPTSP
karyawan. mengalami dampak Provinsi Kalimantan
 Sejumlah populasi kegiatan. Tengah
vektor penyakit,  Observasi lapangan  Dinas Lingkungan
seperti lalat, yaitu dengan cara Hidup Provinsi

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-22
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
nyamuk, dan tikus. mengamati objek Kalimantan Tengah
 Kualitas air bersih yang dijadikan bukti  Dinas Lingkungan
yang digunakan pendukung hasil Hidup Kabupaten
karyawan masih wawancara. Kotawaringin Barat
memenuhi baku Hasil observasi  Dinas Kesehatan
mutu lingkungan. dibuatkan Kabupaten
 Konsentrasi pH, dokumentasi sebagai Kotawaringin Barat
BOD, COD, TSS, alat bukti.
Minyak & Lemak,  Melakukan
Amoniak, Total pengambilan sampel
Coliform masih air bersih dan air
memenuhi baku limbah domestik.
mutu yang  Pengukuran debit
dipersyaratkan untuk limbah cair
berdasarkan domestik.
Peraturan Menteri  Hasil uji contoh
Lingkungan Hidup (sampel) diuji di
dan Kehutanan laboratorium yang
Nomor: P. 68/ terakreditasi oleh KAN.
Menlhk-Setjen/2016  Membandingkan hasil
tentang Baku Mutu analisa untuk air bersih
Air Limbah berdasarkan Lampiran
Domestik. I Bab IIA dalam
Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 32
Tahun 2017.
 Membandingkan hasil
analisa untuk air
limbah domestik
dengan Peraturan
Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
Nomor: P. 68/ Menlhk-
Setjen/2016.

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-23
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
D. TAHAP PASCA OPERASI
1.  Hilangnya  Sikap dan persepsi Kegiatan  Responden dipilih Masyarakat di Pemantauan Pelaksana:
Kesempatan negatif masyarakat Penanganan secara acak Dusun Tanjung dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
Kerja dalam Tenaga Kerja. berdasarkan KK pada Kalaf selama 6 Tbk
 Terjadinya pelaksanaan lokasi proyek, dengan (pemukiman (enam) bulan
Keresahan kegiatan jumlah responden dekat lokasi sekali. Instansi Pengawas:
Masyarakat pemutusan berdasarkan Rumus proyek, masuk  Dinas Lingkungan
dan Konflik hubungan kerja. Slovin. wilayah kelurahan Hidup Kabupaten
Sosial  Kejadian keresahan  Pengumpulan data Kumai Hulu), RT.18 Kotawaringin Barat
masyarakat dan primer melalui Kelurahan Kumai  Dinas Transmigrasi
konflik sosial selama pengamatan Hulu, dan Desa dan Tenaga Kerja
proses langsung dan Bumi Harjo yang Kabupaten
penanganan wawancara dengan dekat dengan Kotawaringin Barat
tenaga kerja. responden tenaga lokasi kegiatan.  Dinas Sosial
 Laporan kerja lokal dan Kabupaten
pengaduan masyarakat dengan Kotawaringin Barat
keberatan yang menggunakan  Badan Kesatuan
disampaikan oleh kuesioner dan Bangsa dan Politik
masyarakat dianalisis secara Kabupaten
berkenaan dengan deskriptif. Kotawaringin Barat
penanganan  Pencatatan dari  Camat Kumai
tenaga kerja. laporan pengaduan
 Penanganan yang disampaikan Instansi Penerima
tenaga kerja secara langsung oleh Laporan:
berdasarkan masyarakat melalui  Dinas PMPTSP
Undang-Undang media massa Provinsi Kalimantan
Nomor 13 Tahun dan/atau melalui Tengah
2003 tentang instansi terkait.  Dinas Lingkungan
Ketenagakerjaan.  Laporan pengaduan Hidup Provinsi
dikelompokkan Kalimantan Tengah
berdasarkan jenis dan  Dinas Lingkungan
permasalahan yang Hidup Kabupaten
disampaikan. Kotawaringin Barat

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-24
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
 Hasil  Dinas Transmigrasi
pengelompokkan dan Tenaga Kerja
kemudian dianalisis Kabupaten
keterkaitannya Kotawaringin Barat
dengan rencana  Dinas Sosial
kegiatan yang Kabupaten
dilakukan oleh Kotawaringin Barat
PT. Kapuas Prima  Badan Kesatuan
Coal, Tbk. Bangsa dan Politik
Kabupaten
Kotawaringin Barat
2. Perubahan Sikap  Sikap dan persepsi Kegiatan  Responden dipilih  Lokasi Pemantauan Pelaksana:
dan Persepsi negatif masyarakat Pembongkaran secara acak pelabuhan dan dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
Masyarakat dalam Fasilitas dan berdasarkan KK pada sarana selama 6 Tbk
pelaksanaan Peralatan. lokasi proyek, dengan penunjangnya. (enam) bulan
kegiatan jumlah responden  Desa terdekat sekali. Instansi Pengawas:
pembongkaran berdasarkan Rumus dengan lokasi  Dinas Lingkungan
fasilitas dan Slovin. pembongkaran Hidup Kabupaten
peralatan.  Pengumpulan data fasilitas dan Kotawaringin Barat
 Laporan primer melalui peralatan.  Camat Kumai
pengaduan pengamatan
keberatan yang langsung dan Instansi Penerima
disampaikan oleh wawancara dengan Laporan:
masyarakat responden tenaga  Dinas PMPTSP
berkenaan dengan kerja lokal dan Provinsi Kalimantan
kegiatan masyarakat dengan Tengah
pembongkaran menggunakan  Dinas Lingkungan
fasilitas dan kuesioner dan Hidup Provinsi
peralatan. dianalisis secara Kalimantan Tengah
deskriptif.  Dinas Lingkungan
 Pencatatan dari Hidup Kabupaten
laporan pengaduan Kotawaringin Barat
yang disampaikan

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-25
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pemantauan
No. Jenis Dampak Lokasi Frekuensi dan Lingkungan
Indikator/ Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan
Lingkungan Hidup Pemantauan Waktu Hidup
Pemantauan Lingkungan dan Analisis Data
yang Dipantau Lingkungan Hidup Pemantauan
secara langsung oleh
masyarakat melalui
media massa
dan/atau melalui
instansi terkait.
 Laporan pengaduan
dikelompokkan
berdasarkan jenis dan
permasalahan yang
disampaikan.
 Hasil
pengelompokkan
kemudian dianalisis
keterkaitannya
dengan rencana
kegiatan yang
dilakukan oleh
PT. Kapuas Prima
Coal, Tbk.

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-26
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Gambar 3.1. Peta Pemantauan Lingkungan Hidup

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-27
BAB IV
PERNYATAAN KOMITMEN
PELAKSANAAN RKL-RPL
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

a) Nama Perusahaan : PT. Kapuas Prima Coal, Tbk

b) Penanggung : Harjanto Widjaja


Jawab

c) Jabatan : Direktur Utama

d) Alamat Perusahaan
Ruko Elang Laut Boulevard Blok A No. 32-33
Kantor Pusat :
Jalan Pantai Indah Selatan I RT. 002 RW. 003
Kamal Muara Penjaringan, Jakarta Utara 14470
Telepon : (021) 29676236 Fax. : (021) 29676234
Kantor Perwakilan : Jalan CPO Kalaf RT. 18, Desa Bumiharjo, Kumai Hulu –
Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat
Provinsi Kalimantan Tengah
e) Nama Kegiatan : Rencana Kegiatan Perluasan Lokasi Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS), Sarana dan Prasarana
Fasilitas Pendukungnya serta Pengembangan
Pelabuhan
f) Lokasi Kegiatan : Wilayah RT. 18 Kelurahan Kumai Hulu
Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat
Provinsi Kalimantan Tengah

Dengan ini menyatakan bahwa kami bersedia :

1. Melaksanakan segala kewajiban dalam pengelolaan dan pemantauan


lingkungan sebagaimana yang dinyatakan dalam dokumen Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
(RKL-RPL) serta Program Pengembangan Masyarakat (Community
Development) yang telah direkomendasikan oleh instansi yang berwenang.

2. Melakukan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana


Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL) serta Program Pengembangan
Masyarakat (Corporate Social Responsibility/CSR), baik untuk Jangka Lima
Tahunan dan maupun untuk jangka tahunan dengan melibatkan Pemerintah
Kabupaten Kotawaringin Barat serta masyarakat sekitar lokasi usaha dan/atau
kegiatan yang disetujui oleh Pejabat Lingkungan Hidup sesuai jenjang
kewenangannya.

3. Melaksanakan Program CSR sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 40


Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74, akan disiapkan anggaran
yang proporsional dalam jumlah persentase tertentu yang dihitung dari jumlah
Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) Tahunan untuk diprioritaskan
kepada program/kegiatan yang pro rakyat, baik di bidang ekonomi, sosial,

IV - 1
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k
budaya maupun bidang pemerintahan dan lain-lain, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan dan tumbuh rasa memiliki dari masyarakat di
sekitar perusahaan.

4. Melakukan sosialisasi secara transparan terhadap program/ kegiatan


perusahaan sehingga masyarakat dan para pemangku kepentingan mendapat
informasi yang jelas, tepat dan benar terhadap rencana usaha yang akan
dilaksanakan.

5. Melakukan invetarisasi dan pemetaan serta mengakui, menghormati dan


menghargai hak-hak masyarakat adat Dayak yang berada di dalam lokasi
usaha, ladang, kebun, daerah sakral/keramat, kaleka, sepan, petak malai,
hutan desa, hutan adat, hutan masyarakat, hutan hak, dll., sebagaimana pasal
36 Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16 Tahun 2008 tentang
Kelembagaan Adat Dayak Kalimantan Tengah.

6. Tidak melakukan pembuangan limbah cair ke air atau ke badan air sebelum
mendapatkan izin dari Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat.

7. Mempersiapkan kualitas tenaga kerja lokal melalui pendidikan dan latihan


(diklat) sesuai kebutuhan dan keahlian, memprioritaskan penerimaan tenaga
kerja lokal dan membuka lapangan usaha kepada masyarakat desa di sekitar
perusahaan.
8. Melaksanakan Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan
baik sebagaimana diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, dan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

9. Melakukan pengelolaan untuk tidak melampaui Baku Mutu Pencemaran


Lingkungan Hidup dan Baku Mutu Kerusakan Lingkungan Hidup sebagaimana
pasal 20 dan pasal 21 serta tidak membuang limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) ke Media Lingkungan Hidup sebagaimana pasal 103 dan 104 UU
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup; serta melakukan pengelolaan limbah domestik berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
10. Melakukan pengelolaan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
sebagaimana berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

11. Membentuk Divisi Pengelolaan Lingkungan dalam struktur organisasi dan sistem
manajemen perusahaan.

12. Melakukan kegiatan Pembukaan dan/atau Pengolahan Lahan Tanpa Bakar


(Zero Burning) serta menyediakan sarana, prasarana dan sistem tanggap
darurat yang memadai serta membina dan melakukan kerjasama dengan
Kelompok Masyarakat Pengendali Kebakaran (KMPK) untuk mencegah dan
menanggulangi terjadinya kebakaran hutan dan lahan baik di lingkungan
perusahaan maupun di lingkungan masyarakat sekitar perusahaan.

13. Mendukung kebijakan pembangunan sebagaimana termuat dalam Visi dan


Misi Pembangunan Kabupaten Kotawaringin Barat secara khusus dan Provinsi
Kalimantan Tengah secara umum.

IV - 2
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k
14. Membina hubungan baik semestinya dengan Pemerintah Daerah (Provinsi
Kalimantan Tengah dan/atau Kabupaten) yang telah dilakukan selama ini,
seperti koordinasi/pelaporan periodik, komunikasi segera (tepat waktu) ke/dari
instansi terkait di daerah.

15. Melaporkan pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan


Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL), serta Program
Pengembangan Masyarakat (Community Development) setiap 6 (enam) bulan
kepada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa serta Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat serta tembusan kepada instansi terkait
sesuai jenjang kewenangannya.

16. Melakukan komunikasi, koordinasi, dan tidak akan melakukan kegiatan fisik di
lapangan sebelum adanya persetujuan AMDAL yang baru atau AMDAL
perubahan bila ada rencana pemindahan lokasi kegiatan, perubahan desain,
dan/atau proses, dan/atau kapasitas, dan/atau penolong, atau terjadinya
bencana alam, atau lainnya yang menyebabkan perubahan lingkungan
sangat mendasar, baik sebelum maupun saat pelaksanaan kegiatan.

Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan sebenar-
benarnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya. Apabila dikemudian hari
kami tidak melaksanakan pernyataan tersebut di atas, kami bersedia dikenakan
sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

IV - 3
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 2002. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Asian Development Bank. 1987. Environmental Guidelines for Development
Projects: Forestry.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2015. Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. 2016. Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. 2017. Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. 2019. Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. 2019. Kecamatan Kumai Hulu Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.
Balai Hiperkes. 1986. Himpunan Peraturan Perundangan yang Erat Kaitannya
dengan Hiperkes dan Keselamatan Kerja dan Petunjuk tentang Terapan
Hiperkes dan Keselamatan Kerja dan Gizi Kerja. Banjarmasin.
Center, L. W., 1977. Environmental Impact Assesment. Mc. Graw-Hill. New York.
Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1985. Petunjuk Pengukuran Kebisingan di Lingkungan. Jakarta.
Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan,
1987. Petunjuk Memperkirakan Besarnya Erosi Pada Suatu Lahan dengan
Menggunakan Metode USLE. Jakarta.
Darni Subari, 1992. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan pada Kegiatan
Pembangunan Kehutanan. Makalah pada Kursus Dasar-dasar AMDAL.
KPSL Unlam. Banjarbaru.
El-Swaify, S.A., S. Arsyad, and P. Krishnarajah. 1982. Soil Erosion by Water. East-west
Center. Honolulu, Hawaii.
Hamzah, Z. 1978. Klasifikasi Kemampuan Tanah. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Hammer, W.I. 1980. Soil Conservation Consultant Report. Incorporating: Part a. A
Soil Degradation Assessment Methodology. Part B. Soil Conservation
Research by Soil Research Institute, Bogor. Technical Note No. 7.
Hassing, J. M., 1995. Hydrology in: Higway and Traffic Engineering Developing
Countries. Thegesen, London.
Hudson, N. 1981. Soil Conservation. BT. Batsford Limited. London.

1
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k
DAFTAR PUSTAKA

Hamilton, L.S. and P.N. King. 1986. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika, Tanggapan
Hidrologi dan Tanah Terhadap Penggunaan Atau Konversi. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Husien, Y. A. 1987. Dampak Terhadap Kualitas Air. BKLH-MISETA IPB. Bogor.
Hadjosentoso, Priono. 1992. Pedoman Pengelolaan Satwa Langka (Mamalia,
Reptilia, dan Amphibia). Jilid I.
Hardjowinegoro, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Penerbit Akademi
Pressindo. Jakarta.
Hardjowinegoro, S. 1994. Evaluasi Lahan Untuk Hutan Kesepakatan, SK Menteri
Pertanian No. 680-684/Kepts/Um/8/1981. Centre For Soil and Agroclimate
Research. Bogor.
Hadi, Sudharto P. 1997. Aspek Sosial AMDAL. Sejarah, Teori dan Metode. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/II/1996
tentang Baku Tingkat Kebisingan.
Kurnia, U. dan Suwarjo. 1977. Penilaian Faktor Kepekaan Erosi Beberapa Jenis
Tanah. Kongres Nasional Ilmu Tanah II. Yogyakarta, 1-4 Agustus 1977.
Lundgren, B. 1980. Plantation Forestry in Tropical Countries-Physical and Biological
Potential and Risks. Swedish University of Agruculutral Sciences. Uppsala.
Lembaga Biologi Nasional LIPI., 1982. Beberapa Jenis Mamalia. Bogor.
Landon, J.R. (ed). 1984. Booker Soil Tropical Manual. A Handbook For Soil Survey
and Agricultural Land Evaluation in The Tropics and Subtropics. BAI Ltd.
London, England.
Magguran, A.E., 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton Univ.
Press.
Mardi Wibowo. 2017. Kajian Kualitas Air dan Sedimen Dasar Sungai Kutai Lama
Kabupaten Kutai Kartanegara Sebagai Pertimbangan Awal Rencana
Pengerukan. Jurna Presipitasi Vo. 14 No. 1, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-
0023.
Payne, J. & C.M. Francis. 1985. A Field Guide to the Mammals of Borneo. The
Sabah Society & World Wildlife Fund. Malaysia, Kuala Lumpur.
Pahan, Iyung, 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Penebar Swadaya, Jakarta.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 Tentang Pedoman Penyusunan dan
Penilaian serta Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Dalam
Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun
2012 Tentang Jenis Rencana dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

2
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran


Udara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
Pusat Penelitian Tanah. 1983. Term of Reference Tipe-A Survai Kapabilitas Tanah.
Pusat Penelitian Tanah. Bogor.
Pusat Penelitian Tanah. 1983. TOR Klasifikasi Kesesuaian Lahan. Proyek Penelitian
Pertanian Menunjang Transmigrasi (P3MT), Pusat Penelitian Tanah. Bogor.
Poerwowidodo. 1992. Metode Selidik Tanah. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.
Primack, R.B, J. Suprinata, M. Indrawan dan P. Kramadibrata. 1998. Biologi
Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Roberts, R.T., 1989. The Freshwater Fishes of Sciences San Fransisco. Memoirs of the
California Academy of Sciences Number 14.
Ruslan, Muhammad. 1998. Dampak Hidrologi dan Penanganannya. PPLH Unlam.
Banjarbaru.
Saanin, H., 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta.
Sai’id dan E. Gumbira. 1996. Upaya Pengembangan Agroindustri Terpadu Di
Pedesaan. Pengembangan Angoindustri Terpadu. No. 7 Tahun III. IPB.
Bogor.
Soedardjo. 1980. Erosi dan Sedimentasi. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan
UGM. Yogyakarta.
Sugandhy A. 1980. Baku Mutu Lingkungan Sebagai Indikator Dampak Lingkungan
Fisik. Makalah Simposium Nasional AMDAL-I PPLH IPB. Bogor.
Suhardjo, H., dan M. Soepraptohadjo. 1983. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia
Untuk Keperluan Survai dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. Pusat
Penelitian Tanah. Bogor.
Soerianegara dan Indrawan. 1985. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan.
IPB. Bogor.
Soemarwoto, Otto. 1994. Analisa Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Suratmo, Gunarwan F. 1998. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Utomo, W.H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia Suatu Rekaman dan Analisa.
Penerbit Rajawali. Jakarta.

3
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k
LAMPIRAN 1.
JUMLAH & JENIS IZIN PPLH
YANG DIBUTUHKAN
LAMPIRAN 1 : JUMLAH DAN JENIS IZIN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP YANG DIBUTUHKAN

Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) diterbitkan


setelah diperolehnya Izin Lingkungan dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dan penerbitannya pada tahap operasional.
Berdasarkan hasil kajian Analisis Dampak Lingkungan Hidup, maka Izin PPLH yang
wajib dimiliki oleh PT. Kapuas Prima Coal, Tbk setelah perusahaan ini beroperasi
antara lain :

1. Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC)

Izin pembuangan limbah cair diperlukan setelah proses pengolahan air


limbah dari proses pengolahan memenuhi baku mutu, yaitu sebagai berikut :

 Lampiran I dalam Peraturan Menteri Negara LH Nomor 21 Tahun


2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pertambangan Bijih Besi.
 Lampiran XLVII dalam Peraturan Menteri LH Nomor 5 Tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah.
 Lampiran I dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.68/MENLHK/SETJEN/
KUM.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

Persyaratan Izin Pembuangan Air Limbah akan mengacu pada Peraturan


Menteri Negara Lingkungan Hidup 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana
Pengendalian Pencemaran Air. Izin pembuangan limbah cair diperlukan setelah
proses pengolahan air limbah dari proses pengolahan yang dikeluarkan oleh
Bupati Kotawaringin Barat melalui instansi terkait.

2. Izin Penyimpanan Sementara Limbah B3

Izin penyimpanan sementara limbah B3 diterbitkan dalam rangka


pengelolaan Limbah B3, penerbitan dilakukan oleh Bupati Kabupaten
Kotawaringin Barat melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Kotawaringin Barat, dan dilakukan setelah

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k 1
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk membangun Gudang TPS Limbah B3. Untuk
pengelolaan limbah B3 yang diserahkan oleh Pihak Ketiga PT. Kapuas Prima Coal,
Tbk akan meminta legalitas Pihak Ketiga tersebut meliputi :

 Izin Pengumpulan Limbah B3 dari KLHK (lingkup pengumpulan harus


sesuai dengan limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Kapuas Prima Coal,
Tbk).
 Kerjasama antara Pihak Ketiga dengan dengan Pengolah Limbah B3.
 Izin Pengangkutan Limbah B3 (jalur pengangkutan harus sesuai
dengan lokasi pengangkutan limbah B3).
 Surat pernyataan tidak pernah melakukan pencemaran lingkungan
dari Pihak Pengumpul Limbah B3.

P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k 2
LAMPIRAN 2.
SOP TANGGAP DARURAT
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18

DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL

DIPERIKSA OLEH:
0$1$*(53257

DIPERIKSA OLEH
KEPALA TEKNIK TAMBANG

DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE

DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN:

Halaman 1 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18

RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN:

REV. TANGGAL DESKRIPSI PERUBAHAN

0 1 Mei 2018 Terbitan awal

Halaman 2 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18

1. Tujuan
Prosedur ini bertujuan untuk :
1.1.Memberikan pedoman secara umum tentang pelaksanaan tindakan pengendalian dan
pengelolaan yang harus dilakukan oleh personil apabila terjadi keadaan darurat.
1.2.Mencegah dan atau meminimalisasi cidera terhadap manusia, kerusakan peralatan
maupun kerugian harta milik perusahaan akibat dari suatu kegiatan operasioanal dalam
kondisi keadaan darurat.

2. Ruang Lingkup
2.1. Prosedur ini mencakup semua situasi keadaan darurat pada kegiatan operasional PT.
Kapuas Prima Coal Tbk. termasuk di dalamnya NHJLDWDQGLSHODEXKDQ78.6
2.2. Memberikan panduan dalam tata cara penanganan dan pengendalilan keadaan darurat
sebagaimana dimaksud dalam point 2.1. diatas.

3. Referensi
Undang-Undang No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja.

4. Definisi
4.1. Keadaan darurat adalah kejadian secara tiba-tiba disuatu tempat yang mengancam
keselamatan jiwa dan atau harta benda yang memerlukan penanganan segera, cepat
dan tepat dari bagian yang terkait untuk mengatasi keadaan tersebut kembali normal
pasca keadaan darurat.
Secara umum keadaan darurat mempunyai sifat sulit diantisipasi dan memerlukan
tindakan pengendalian yang cepat serta terkoordinasi dari bagian-bagian yang terlibat.
Pedoman rencana pengendalian keadaan darurat ini adalah pedoman secara umum
yang menyajikan program pendekatan secara sistimatis dalam pengendalian situasi
tersebut secepat mungkin, sehingga keadaan dapat normal kembali.
Keadaan darurat termasuk didalamnya dan tidak terbatas :
a. Kebakaran
b. Kecelakaan Peledakan
c. Bencana Alam / force majeure
d. Huru hara
e. Evakuasi korban
f. Emergency spill (darurat tumpahan)
4.2. Emergency Prevention adalah Identifikasi seluruh kegiatan operasional yang
berpotensi terhadap keadaan darurat.
4.3. Emergency Preparedness adalah antisipasi keadaan darurat, sebelum keadaan
darurat itu benar – benar terjadi.
4.4. Emergency response adalah mengendalikan keadaan darurat yang terjadi.
4.5. Emergency Spill adalah keadaan darurat yang terjadi karena tumpahan bahan – bahan
berbahaya dan beracun baik skala kecil maupun skala besar yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja maupun pencemaran lingkungan
4.6. Emergency response team adalah tim yang dibentuk oleh pihak manajemen yang
bertugas untuk penanggulangan keadaan darurat.
4.7. Emergency Equipment adalah peralatan yang digunakan untuk penanggulangan
keadaan darurat.
4.8. Medical evacuation adalah sistem tanggap darurat dalam melakukan evakuasi medis

Halaman 3 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18

4.9. Recovery adalah pengelolaan pasca keadaan darurat untuk mengembalikan kondisi
normal
4.10. Departemen HSE adalah personil yang bertugas sebagai pusat informasi dan
penghubung komunikasi dalam penanganan keadaan darurat
4.11. On scene commander adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin penanggulangan
keadaan darurat yang terjadi di lokasi dan menjadi coordinator dari seluruh tim
emergency respon di lokasi terkait
4.12. Assembly/Muster Point adalah tempat berkumpul personil dalam keadaan darurat
4.13. APAR adalah Alat Pemadam Api ringan
4.14. Drill adalah simulasi untuk memastikan skenario tahapan penanggulangan keadaan
darurat sesuai rencana penanggulangan keadaan darurat

5. Tugas dan Tanggung Jawab


5.1. Direktur Operasional
5.1.1. Memastikan prosedur kesiagaan dan tanggap darurat diimplementasikan dan
dipelihara.
5.1.2. Membentuk jaringan pihak eksternal yang dapat membantu dalam penanganan
keadaan darurat
5.2. Manager Port
5.2.1. Memastikan prosedur kesiagaan dan tanggap darurat diimplementasikan dan
dipelihara.
5.2.2. Menunjuk dan mensyahkan Tim Tanggap Darurat
5.2.3. Membentuk jaringan pihak eksternal yang dapat membantu dalam penanganan
keadaan darurat
5.3. Kepala Teknik Tambang
5.3.1. Memastikan prosedur kesiagaan dan tanggap darurat diimplementasikan dan
dipelihara.
5.3.2. Membentuk jaringan pihak eksternal yang dapat membantu dalam penanganan
keadaan darurat
5.4. Departemen SHE
5.4.1. Mengontrol terlaksananya prosedur kesiagaan dan tanggap darurat serta
kesiapan seluruh sarana dan prasarana pendukungnya baik alat maupun
manusia.
5.4.2. Melaporkan hasil pelaksanaan drill/simulasi kepada Direktur
5.3.3 Melaksanakan kegiatan pelatihan kegiatan emergency response yang efektif.
5.3.4. Memantau, memelihara dan merawat peralatan tanggap darurat (emergency
equipment) dan memastikan peralatan tanggap darurat siap digunakan setiap
saat.
5.4. Kepala Bagian
5.4.1 Memastikan bahwa semua orang yang akan berada di area tanggung jawabnya
telah mengikuti ketentuan sesuai dengan ruang lingkup prosedur ini.
5.4.2 Mengkoordinasikan dan memastikan seluruh anggota departemennya pada
saat keadaan darurat untuk berkumpul di assembly point

Halaman 4 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18

6. Prosedur
6.1. Struktur Organisasi

Pihak manajemen membentuk struktur organisasi kesiagaan dan tanggap darurat pada
masing-masing Lokasi. Struktur ERT tersebut setidaknya meliputi :

Manager Port

6.2. Emergency Prevention


6.2.1 Identifikasi seluruh aspek operasional yang berpotensi terhadap terjadinya
keadaan darurat
6.2.2 Mengklasifikasikan keadaan darurat yang mungkin timbul dan skala prioritas
penanganannya.
6.3. Emergency Preparedness
6.3.1. Sarana & Prasarana Tanggap Darurat
a. Menyiapkan sarana dan prasarana kegiatan emergency response sesuai
dengan spesifikasi potensi keadaan darurat dan siap pakai setiap saat
b. Sarana dan prasarana emergency response harus selalu diinspeksi dan
dilakukan perawatan secara berkala
c. Sarana & prasarana emergency response harus ditempatkan pada posisi
yang khusus dan tidak terhalang sehingga selalu siap sedia jika diperlukan
6.3.2. Drill & Training
a. Program – program training yang berkaitan dengan penanganan keadaan
darurat dibuat dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur peningkatan
kompetensi personil dan implementasi simulasi/drill yang berkaitan dengan
keadaan darurat minimal sekali dalam setahun
b. Pelaksanaan drill dapat melibatkan pihak eksternal seperti petugas pemadam
kebakaran

Halaman 5 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18

c. Evaluasi pelaksanaan drill dilakukan setelah pelaksanaan drill selesai dengan


cara melakukan review terhadap prosedur yang terkait dengan drill yang telah
dilakukan. Review ini dilakukan untuk menilai efektivitas prosedur terkait
dengan menggunakan formulir Laporan Drill Keadaan Darurat
6.3.3. Klasifikasi Keadaan Darurat
a. Untuk menyiapkan rencana penanganan keadaan darurat, keadaan darurat
diklasifikasikan sebagai berikut :
 Darurat 1 :
- Ada korban meninggal atau beberapa cidera berat
- Tumpahan bahan berbahaya dalam jumlah yang sangat besar
- Berdampak terhadap property atau proses produksi
- Memerlukan bantuan eksternal
- Melibatkan publikasi
- Berpotensi signifikan untuk eskalasi
 Darurat 2 :
- Ada korban cidera.
- Tumpahan bahan berbahaya yang cukup besar
- Memerlukan bantuan eksternal
- Operasi terganggu sementara
- Berpotensi melibatkan publikasi
- Berpotensi untuk eskalasi walaupun terbatas
 Darurat 3 :
- Kecelakaan tanpa cidera personil
- Tumpahan bahan berbahaya yang relatif kecil
- Dapat diatasi oleh sumber daya yang ada di area kecelakaan
- Operasi tidak terganggu
- Tidak ada publikasi
- Tidak ada potensi untuk eskalasi
b. Penanganan darurat 1 dilakukan dengan penanganan langsung di lokasi,
menyiapkan bantuan fasilitas eksternal, dan segera melakukan penanganan
publikasi
c. Penanganan darurat 2 dilakukan dengan penanganan langsung di
lokasi,menyiapkan bantuan fasilitas eksternal, dan memposisikan
penanganan publikasi dalam siap siaga
d. Penanganan darurat 3 dilakukan dengan penanganan langsung di lokasi
berdasarkan informasi yang diterima oleh on-scene commander
e. Jika penanganan keadaan darurat memerlukan penanganan publikasi, maka
harus diperhatikan hal – hal sebagai berikut :
- Informasi keluar terhadap kejadian dilakukan dengan sistem 1 pintu dan
ditangani oleh bagian yang menangani komunikasi eksternal
- Petugas security harus memblokir lokasi kerja secara ketat dan hanya
memperbolehkan personil yang berkepentingan terhadap kejadian tersebut
untuk masuk lokasi kejadian
- Setiap kemajuan dari penanganan keadaan darurat, harus dilaporkan
kepada bagian yang menangani komunikasi eksternal
6.3.4. Membangun hubungan terhadap pihak luar/eksternal dalam pemenuhan fasilitas
pendukung untuk penanganan keadaan darurat termasuk didalamnya dan tidak

Halaman 6 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18

terbatas pada Rumah Sakit, Kepolisian, Pemadam Kebakaran, Fasilitas bandara,


Syahbandar.
6.3.5. Nama – nama emergency response team dan nomor kontak penting yang harus
dihubungi, tersosialisasi dengan baik pada setiap personil, dan terpampang
pada tempat yang strategis pada setiap gilir jaga.
6.3.6. Jalur Komunikasi Kesiagaan dan tanggap darurat yang terhubung dengan
departemen HSE harus tersedia diseluruh daerah operasi PT. Kapuas Prima
Coal Tbk.
6.3.7. Denah lokasi yang menunjukkan arah evakuasi menuju assembly point harus
tersedia disetiap gedung kantor di daerah operasi PT. Kapuas Prima Coal Tbk.
6.3.8. Seluruh daerah operasi dilengkapi dengan rambu – rambu yang memberikan
petunjuk darurat, seperti rambu emergency exit, petunjuk letak emergency
equipment, serta sign atau label yang memberikan petunjuk dalam keadaan
darurat
6.4. Emergency Response
6.4.1. Komunikasi
a. Jalur komunikasi darurat digunakan khusus melalui nomor radio atau channel
khusus pada tiap bagian untuk penanganan keadaan darurat.
b. Setiap keadaan darurat yang terjadi harus dilaporkan kepada Departemen
HSE untuk pengelolaan informasi keadaan darurat dan membantu dalam
pelaksanaan kegiatan tanggap darurat..
c. Pelapor menginformasikan kepada Departemen HSE sebagai berikut :
- Kode panggilan : Emergency... Emergency... Emergency...
- Nama pelapor
- Perusahaan
- Departemen
- Emergency yang terjadi
- Lokasi kejadian
- Apa ada korban? Jika ada berapa jumlahnya & bagaimana kondisinya?
- Bantuan yang dibutuhkan (ambulan, fire truck, tim medis, dll).
d. Sebelum menutup laporannya pelapor harus memastikan bahwa Departemen
HSE menerima informasi dengan lengkap dan jelas.
e. Departemen HSE harus memastikan bahwa informasi yang ia terima telah
lengkap dan jelas dan mencatatnya dalam form laporan keadaan darurat
f. Setelah menerima informasi keadaaan darurat, Departemen HSE harus
melakukan hal-hal sebagai berikut :
- Catat jam berapa panggilan emergency dilaporkan
- Catat isi laporan keadaan darurat yang diterima
- Catat alat komunikasi yang digunakan pada pelaporan
- Segera hubungi emergency system (daftar nomor panggilan darurat)
- Merekam semua panggilan emergency baik yang benar, palsu maupun
simulasi
g. Jika ada informasi keadaan darurat,maka seluruh komunikasi di channel
tersebut harus dihentikan, kecuali yang berkaitan dengan keadaan darurat
tersebut
6.4.2. Penanganan Keadaan Darurat
6.4.2.1. Penanganan pertama

Halaman 7 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18

a. Setiap personil yang menemukan keadaan darurat, wajib melakukan


hal – hal sebagai berikut :
- Memberitahukan kondisi bahaya kepada personil disekitar
- Menghubungi Departemen HSE
- Melakukan penanganan keadaan darurat sebatas kekuatan dan
pengetahuan yang dimiliki. (Dilarang melakukan penanganan
melebihi kemampuan yang dimiliki)
b. Pada kasus keadaan darurat seperti kebakaran dan ledakan dan
gempa bumi yang terjadi di setiap gedung, Personil lain yang berada
di lokasi terjadinya keadaan darurat harus segera menghentikan
pekerjaannya dan menuju assembly point dengan tertib dan
terkoordinasi mengikuti arahan dari Safety Officer.
c. Kepala departemen harus memastikan semua anggota di
departemennya telah berkumpul dengan lengkap di assembly point
6.4.2.2. Departemen HSE
a. Untuk menjamin penanganan keadaan darurat siap setiap saat,
posisi Departemen HSE harus dalam keadaan siap jaga selama 24
jam.
b. Setiap laporan keadaan darurat diterima oleh Departemen HSE,
maka Departemen HSE harus menjalankan sistem emergency
response sebagai berikut :
- Menghubungi tim emergency response terkait, sesuai dengan jenis
keadaan darurat yang dilaporkan.
- Mengaktifkan komunikasi emergency berdasarkan struktur
organisasi tanggap darurat
c. Selama penanganan keadaan darurat, Departemen HSE harus stand
by ditempat, hingga ada izin dari on-scene commander untuk dapat
meninggalkan tempat.
d. Setiap kemajuan kondisi penanganan keadaan darurat, harus
dikomunikasikan kepada Departemen HSE sebagai pusat informasi.
e. Dalam kegiatan penanganan keadaan darurat, Departemen HSE
harus siap sedia untuk melakukan panggilan bantuan darurat kepada
departemen Facility maupun pihak eksternal seperti pemadam
kebakaran, rumah sakit, bandara, maupun syahbandar
6.4.2.3. On-Scene Commander
a. Untuk menjamin penanganan keadaan darurat siap setiap saat,
posisi on scene commander harus dalam keadaan on call (dapat
dihubungi setiap saat , 24 jam sehari).
b. Saat menerima informasi keadaan darurat, onscene commander
segera menentukan klasifikasi keadaan darurat dan memutuskan
tindakan penanganan yang harus dilakukan.
c. Dalam penanganan keadaan darurat, on scene commander menjadi
kordinator dari semua tim emergency respon dan setiap keputusan
harus berada dibawah kendali on scene commander
6.4.2.4. Tim Emergency Response
a. Untuk menjamin penanganan keadaan darurat siap setiap saat,
posisi tim emergency response harus dalam keadaan siap jaga
selama 24 jam dan berada dalam kondisi on call (selalu dapat

Halaman 8 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18

dihubungi selama 24 jam sehari). Di PT. Kapuas Prima Coal Tbk.,


Emergency Response terdiri dari Safety Officer, Paramedic, Security
dan karyawan yang menjadi volunteer.
b. Ketika mendapat informasi keadaan darurat, tim emergency
response harus segera meninggalkan pekerjaan yang sedang
dijalankannya dan segera melakukan koordinasi dan menjalankan
rencana tanggap darurat bersama timnya masing – masing
6.4.2.5. Departemen Support
a. Penanganan keadaan darurat juga dapat meminta bantuan dari
departemen Support, yaitu departemen – departemen terkait yang
memiliki sumber daya baik alat maupun manusia, untuk membantu
penanganan keadaan darurat.
b. Koordinasi departemen Support, berada dibawah on scene
commander.
c. Kepala Departemen yang diminta oleh on scene commander untuk
memberikan bantuan, harus segera meninggalkan pekerjaannya dan
langsung berkoordinasi dengan bawahan didepartemennya untuk
segera membantu on scene commander dalam penanganan
keadaan darurat
6.4.2.6. Mobilisasi Alat Tanggap Darurat
a. Mobilisasi alat – alat tanggap darurat seperti ambulan dan fire truck
harus diusahakan bebas dari hambatan jalan.
b. Setiap personil yang melihat atau bertemu dengan mobilisasi alat –
alat tanggap darurat, tidak boleh menghalangi dan harus
memberikan jalan kepada mobilisasi alat – alat tanggap darurat
tersebut.
c. Mobilisasi alat – alat tanggap darurat yang berasal dari luar area
tambang, harus dilakukan pengawalan hingga ke lokasi kejadian
6.4.2.7. Evakuasi
a. Tindakan evakuasi terhadap personil dalam sistem penanganan
keadaan darurat harus ditindak lanjuti sesegera mungkin.
b. Transportasi yang digunakan untuk tindakan evakuasi harus segera
berada ditempat tanpa ada penundaan.
c. Evakuasi yang membutuhkan transpotasi dari pihak eksternal seperti
ambulan dan pesawat udara, harus segera dikoordinasikan oleh
pihak eksternal terkait tanpa ada penundaan.
d. Personil yang cedera segera dievakuasi ke klinik pelabuhan untuk
dilakukan pengobatan. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut
sesuai rekomendasi paramedik, maka personil yang cidera segera
dievakuasi menuju Rumah Sakit terdekat.
e. Jika rumah sakit setempat tidak dapat memberikan bantuan yang
memadai, maka personil yang cedera harus segera dibawa keluar
daerah operasi menuju rumah sakit yang lebih memadai dengan
menggunakan jalur tercepat, transportasi tercepat, termudah dan
memadai

Halaman 9 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18

6.4.2.8. Pengamanan lokasi


a. Pengamanan lokasi kejadian harus dilakukan selama penanganan
keadaan darurat untuk menjamin kelancaran penanganan keadaan
darurat.
b. Untuk kepentingan investigasi, lokasi kejadian setelah penanganan
keadaan darurat harus dijaga agar tidak diubah
6.5. Recovery
6.5.1. Investigasi dan Pelaporan
Investigasi keadaan darurat harus segera dilakukan sesuai Prosedur Pelaporan
dan Investigasi Kecelakaan setelah keadaan darurat tersebut usai atau berhasil
ditangani
6.5.2. Perbaikan
6.5.2.1. Perbaikan Fasilitas dilakukan jika investigasi selesai dilaksanakan dan
bukti – bukti penyelidikan telah didapatkan.
6.5.2.2. Perbaikan fasiltas dilakukan dibawah koordinasi Direktur
6.5.3. Pemulihan cedera personil
Personil yang cedera dilakukan pemantauan sampai dipastikan benar – benar
pulih sesuai rekomendasi medis
6.5.4. Evaluasi
6.5.4.1. Mitigasi terhadap terjadinya keadaan darurat dilakukan dengan
melakukan evaluasi berdasarkan laporan investigasi
6.5.4.2. Dari evaluasi laporan investigasi, langkah – langkah emergency
preparedness dan emergency response yang masih memiliki
kelemahan – kelemahan diperbaiki kembali untuk mencegah kejadian
yang terulang dimasa yang akan datang

Halaman 10 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18

Bagan Emergency Response Plan

Organization Chart ERT

Halaman 11 dari 11
LAMPIRAN 3.
SOP PENGENDALIAN APD
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR PENGENDALIAN Revisi :0
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) No. Dokumen : PRS.001.SHE.X.18

DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL

DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT

DIPERIKSA OLEH:
KEPALA TEKNIK TAMBANG

DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE

DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN:

Halaman 1 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR PENGENDALIAN Revisi :0
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) No. Dokumen : PRS.001.SHE.X.18

RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN:

REV. TANGGAL DESKRIPSI PERUBAHAN

0 31 Oktober 2018 Terbitan awal

Halaman 2 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR PENGENDALIAN Revisi :0
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) No. Dokumen : PRS.001.SHE.X.18

TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk menyediakan panduan dan informasi tentang standar dan sistem
pengendalian alat pelindung diri karyawan dan untuk memastikan bahwa seluruh karyawan
yang berada di area kerja menggunakan alat pelindung diri dengan benar.

RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja
PT. KAPUAS PRIMA COAL baik di kantor, Pelabuhan, dll.

REFERENSI
- Undang-Undang No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja
- Kepmen ESDM No. 1827K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan Yang Baik

DEFINISI
- Alat Pelindung Diri adalah alat yang digunakan seseorang untuk melindungi dirinya dari
kontak langsung dengan sumber bahaya
- Bahaya adalah sumber atau situasi yang berpotensi menyebabkan kerugian/ cedera
manusia, kerusakan peralatan, dan kerusakan lingkungan
- Resiko adalah kesempatan atau kemungkinan bertemunya satu atau lebih keadaan
bahaya yang terjadi dan dapat mengakibatkan kerugian

TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan
melakukan perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak tsb yang
bertanggungjawab diantaranya :

1 Pengawas 1. Pengawas wajib untuk menyusun SOP yang


merupakan tanggung jawabnya
2. Pengawas wajib untuk bersama-sama dengan
pengawas lain untuk menyusun SOP di area kerja
yang menjadi tanggung jawabnya
3. Pengawas wajib melaporkan SOP yang telah
dibuatnya kepada atasannya, mencakup atasan
langsung, Bagian HSE, Manager Port dan
Direktur Operasional
4. Pengawas bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja
5. Pengawas bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP yang dibuat
2 Safety Officer Safety Officer berkewajiban untuk mengendalikan APD
yang akan diberikan kepada karyawan/ visitor/ umum
maupun kepada karyawan kontraktor

Halaman 3 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR PENGENDALIAN Revisi :0
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) No. Dokumen : PRS.001.SHE.X.18

3 Manager Port 1. Manager bertanggungjawab atas koreksi dan


komentar pada perbaikan SOP
2. Manager bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja yang bersangkutan
3. Manager bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP
4 KTT 1. KTT bertanggungjawab atas koreksi dan komentar
pada perbaikan SOP
2. KTT bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja yang bersangkutan
3. KTT bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP
5 Direktur Operasional 1. Direktur Operasional bertanggungjawab atas koreksi
2. Direktur Operasional bertanggungjawab atas
berjalannya koreksi
3. Direktur Operasional bertanggungjawab untuk
mengevaluasi terhadap penerapan SOP

PROSEDUR
Pemberian dan Penggantian Alat Pelindung Diri
Divisi Safety melakukan identifikasi bahaya dan penilaian resiko berkaitan dengan
1
kebutuhan alat pelindung diri.
Setiap karyawan/ tamu/ umum maupun karyawan kontraktor harus dilengkapi dengan
2 alat pelindung diri wajib (sepatu, helm, kacamata, dan rompi reflektor) yang sesuai
dengan pekerjaannya sebelum memulai pekerjaan atau memasuki area kerja.
Jika akan melakukan suatu pekerjaan spesifik dimana alat pelindung diri tambahan
3 harus digunakan, maka penanggungjawab/ pengawas pekerjaan harus menyiapkan
alat pelindung diri tersebut dengan berkoordinasi dengan Divisi Safety
Karyawan yang alat pelindung dirinya rusak dan/ atau umur pakai maksimal sudah
terlampaui, maka karyawan tersebut harus mengisi formulir permintaan/ penggantian
4 alat pelindung diri sbelum mengambil APD yang baru dan ditandatangani oleh Kepala
Departemen/ Divisi masing-masing dan diwajibkan menyerahkan alat pelindung diri
yang rusak/ kadaluarsa tersebut
Jika terjadi kerusakan sebelum umur pakai minimal yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan atau kondisi alam (dapat dibuktikan kebenarannya dan ada persetujuan dari
5
atasan karyawan tersebut) maka karyawan dapat meminta penggantian dengan
catatan bahwa alat pelindung diri yang rusak tersebut diserahkan kepada perusahaan
Jika terjadi kerusakan sebelum umur pakai minimal dan/ atau kehilangan akibat
kelalaian karyawan, maka karyawan tersebut harus dikenai biaya pembebanan secara
6
proporsional

Pengendalian dan Penyediaan Alat Pelindung Diri


Divisi Safety harus memiliki catatan pengeluaran alat pelindung diri dari masing-
1
masing karyawan yang diterima oleh karyawan tersebut

Halaman 4 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR PENGENDALIAN Revisi :0
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) No. Dokumen : PRS.001.SHE.X.18

Divisi Safety wajib menentukan jumlah persediaan masing-masing alat pelindung diri
yang harus disediakan di site dengan persetujuan Koordinator. Jumlah persediaan alat
2
pelindung diri minimum harus sama dengan jumlah rata-rata pengeluaran setiap
bulannya
Jika persediaan APD sudah mendekati jumlah minimum persediaan maka Divisi Safety
3 harus mengajukan permintaan pembelian/ rencana kebutuhan untuk pengadaan alat
pelindung diri tersebut
Divisi Safety harus membuat summary pengeluaran dan pemasukan alat pelindung
4 diri serta melakukan penghitungan ulang jumlah persediaan alat pelindung diri setiap
bulan
Pemeliharaan Alat Pelindung Diri
Setiap karyawan akan diberikan alat pelindung diri sesuai dengan jabatan dan jenis
pekerjaannya dengan status pinjam pakai, sehingga setiap karyawan berkewajiban
1
untuk menjaga dan merawat alat pelindung diri yang telah dibagikan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan
Alat pelindung diri khusus yang tidak dibagikan secara personal merupakan inventaris
2 dari masing-masing departemen, yang perawatan dan pemeliharaannya merupakan
tanggung jawab dari masing-masing kepala departemen/ divisi terkait
Standar dan Spesifikasi Alat Pelindung Diri
Dust
Jabatan Helm Shoes Boot Glass Earplug Vest
Mask
KTT/Manager/ Supt/ Spv V V V V V V V
Administration/ Office/
V V - - - V V
Staff
HSE V V V V V V V
Paramedik V V - - - V V
Mekanik/ Maintenance V V - V V V V
Welder V V - V V V V
Security V V - V - V -
Geologist/ Surveyor V V V V V V V
Produksi V V V V V V V
Blasting/ Gudang Handak V V V V V V V
Timbangan/ IT V V - - - V V
Operator/ Driver V V - V V V V
Konstruksi V - V V V V V
Genset/ Elektrik V V - V V V V
Pompa V - V V V V V
Pembantu Umum V - V V V V V
Koki/ Petugas Kantin - - V V - - -

Halaman 5 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR PENGENDALIAN Revisi :0
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) No. Dokumen : PRS.001.SHE.X.18

Alat Pelindung Diri Khusus


Pekerjaan APD Khusus
Face-shield, chemical mask, leather apron,
Welding/ Pengelasan
leather gloves
Chemical mask, safety goggles, leather
Painting/ Pengecatan
gloves
Grinding/ Penggerindaan Safety googles, face-shield, leather gloves
Bekerja di ketinggian Body-harness
Bekerja di dekat air/ kolam/ pelabuhan Life-jacket
Pekerjaan di area terkungkung/ confined
Respirator, Head-lamp, Gas Detector
space
Bekerja di ruang genset/ kebisingan tinggi Ear-muff
Bekerja di kondisi hujan Rain-coat
Standar Umum Pakai Minimum Alat Pelindung Diri Umum

Jenis APD Masa Pakai/ Umur Pakai


Helm 1 tahun
Shoes 9 bulan
Boot 9 bulan
Glasses 1 tahun
Ear Plug 3 bulan
Dust Mask 3 bulan
Vest 1 tahun

Ketentuan tambahan
Alat pelindung diri yang diberikan bukan milik pribadi, melainkan dipinjamkan oleh
1
perusahaan untuk digunakan saat bekerja
Dilarang merubah, mengganti, merusak, dan membawa pulang alat pelindung diri yang
2
membuat alat pelindung diri tidak dapat dipergunakan sebagaimana mestinya

Halaman 6 dari 6
LAMPIRAN 4.
SOP INDUKSI K3
PROSEDUR INDUKSI Tanggal : 31 Oktober 2018
KESELAMATAN DAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.002.SHE.X.18
KESEHATAN KERJA

DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL

DIPERIKSA OLEH:
0$1$*(53257

DIPERIKSA OLEH
.(3$/$7(.1,.7$0%$1*

DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE

DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN:

Halaman 1 dari 4
PROSEDUR INDUKSI Tanggal : 31 Oktober 2018
KESELAMATAN DAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.002.SHE.X.18
KESEHATAN KERJA

RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN:

REV. TANGGAL DESKRIPSI PERUBAHAN

0 31 Oktober 2018 Terbitan awal

Halaman 2 dari 4
PROSEDUR INDUKSI Tanggal : 31 Oktober 2018
KESELAMATAN DAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.002.SHE.X.18
KESEHATAN KERJA

TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang tata cara induksi keselamatan
dan kesehatan kerja yang diberikan kepada karyawan baru/ visitor/ umum di PT. Kapuas
Prima Coal Tbk. maupun karyawan kontraktornya

RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja
PT. KAPUAS PRIMA COAL baik di kantor, 3HODEX, dll.

REFERENSI
-

DEFINISI
Induksi keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pertemuan pembelajaran formal
pertama antara perusahaan yang diwakili oleh Safety Officer dengan karyawan baru/ visitor/
umum

TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan
melakukan perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak tsb yang
bertanggungjawab diantaranya :

1 Pengawas 1. Pengawas wajib untuk menyusun SOP yang


merupakan tanggung jawabnya
2. Pengawas wajib untuk bersama-sama dengan
pengawas lain untuk menyusun SOP di area kerja
yang menjadi tanggung jawabnya
3. Pengawas wajib melaporkan SOP yang telah
dibuatnya kepada atasannya, mencakup atasan
langsung, Bagian HSE, 0DQDJHU3RUW dan
Direktur Operasional
4. Pengawas bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja
5. Pengawas bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP yang dibuat
2 Safety Officer Safety Officer berkewajiban untuk memberikan induksi
kepada karyawan baru/ visitor/ umum maupun kepada
karyawan kontraktor
3 Manager Port 1. Manager bertanggungjawab atas koreksi dan
komentar pada perbaikan SOP
2. Manager bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja yang bersangkutan
3. Manager bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP

Halaman 3 dari 4
PROSEDUR INDUKSI Tanggal : 31 Oktober 2018
KESELAMATAN DAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.002.SHE.X.18
KESEHATAN KERJA

4 KTT 1. KTT bertanggungjawab atas koreksi dan komentar


pada perbaikan SOP
2. KTT bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja yang bersangkutan
3. KTT bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP
5 Direktur Operasional 1. Direktur Operasional bertanggungjawab atas koreksi
2. Direktur Operasional bertanggungjawab atas
berjalannya koreksi
3. Direktur Operasional bertanggungjawab untuk
mengevaluasi terhadap penerapan SOP

PROSEDUR
Induksi keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan atas permintaan Departemen
HRD, atas persetujuan Project Manager dan 0DQDJHU3RUW, ditentukan
1 dengan jadwal tertentu. dalam lingkup pekerjaan, induksi hanya diberikan kepada
pekerja yang sudah memiliki ikatan kerja dengan PT. Kapuas Prima Coal Tbk. maupun
kontraktornya
Sebelum melakukan induksi, Safety Officer yang akan menyajikan induksi diwajibkan
2
mempersiapkan semua materi, baik materi langsung maupun materi pendukung.
Induksi dimulai dengan pengenalan umum terhadap kegiatan pertambangan,
3 pengenalan secara khusus kegiatan pertambangan PT. Kapuas Prima Coal Tbk., serta
area-area tertentu
Induksi memaparkan tentang bahan-bahan keselamatan dan kesehatan kerja meliputi:
Kebijakan Keselamatan Kerja PT. KPC, KPC Prima Safe, serta topik-topik
4
keselamatan dan kesehatan kerja lainnya seperti kecelakaan terbaru, kewajiban
pelaporan, prosedur P3K, letak APAR, kebersihan lingkungan, dan lainnya
5 Induksi menerangkan peranan alat pelindung diri
Induksi memberikan uji pengetahuan terhadap peserta induksi untuk mengetahui
6
kemampuan analisa dasar peserta induksi terkait keselamatan dan kesehatan kerja
Sebagai tanda telah mengikuti induksi, maka Safety Officer memberikan Temporary
7 ID yang berfungsi sebagai identitas peserta induksi (Temporary ID-card untuk pekerja,
Visitor ID-card untuk visitor/ umum) yang wajib dikenakan selama berada di area kerja
Susun jadwal pertemuan tiga puluh (30) hari dari sejak tanggal induksi pertama untuk
8
menilai aspek keselamatan dan kesehatan kerja peserta induksi
Laporan kegiatan induksi ditandatangani dan diserahkan kembali kepada Departemen
9
HRD sebagai bukti laporan

Halaman 4 dari 4
LAMPIRAN 5.
SOP KESELAMATAN BERKENDARA
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR KESELAMATAN Revisi :0
BERKENDARA No. Dokumen : PRS.004.SHE.X.2018

DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL

DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT

DIPERIKSA OLEH
KEPALA TEKNIK TAMBANG

DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE

DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN:

Halaman 1 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR KESELAMATAN Revisi :0
BERKENDARA No. Dokumen : PRS.004.SHE.X.2018

RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN:

REV. TANGGAL DESKRIPSI PERUBAHAN

0 31 Oktober 2018 Terbitan awal

Halaman 2 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR KESELAMATAN Revisi :0
BERKENDARA No. Dokumen : PRS.004.SHE.X.2018

TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk memberikan pedoman tentang cara mengemudikan kendaraan
dengan aman dan selamat, meminimalisir kecelakaan, meminimalisir rusaknya kendaraan
akibat cara pemakaian/ cara berkendara, serta menjadikan lingkungan perusahaan menjadi
area kerja yang aman

RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja
PT. KAPUAS PRIMA COAL baik di kantor, Pelabuhan, dll dalam tugasnya mengemudikan
kendaraan.

REFERENSI
- Undang-Undang No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja
- Undang-Undang No.22/ 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
- Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor
1827K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan
Yang Baik

DEFINISI
- Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan
kendaraan tidak bermotor
- Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik
berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel
- Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki surat izin
mengemudi sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan

TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan
melakukan perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak tsb yang
bertanggungjawab diantaranya :

1 Pengawas 1. Pengawas wajib untuk menyusun SOP yang


merupakan tanggung jawabnya
2. Pengawas wajib untuk bersama-sama dengan
pengawas lain untuk menyusun SOP di area kerja
yang menjadi tanggung jawabnya
3. Pengawas wajib melaporkan SOP yang telah
dibuatnya kepada atasannya, mencakup atasan
langsung, Bagian HSE, Manager Port dan
Direktur Operasional
4. Pengawas bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja
5. Pengawas bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP yang dibuat
2 Safety Officer Safety Officer berkewajiban untuk memberikan bantuan
dan arahan kepada pengawas terkait SOP yang disusun

Halaman 3 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR KESELAMATAN Revisi :0
BERKENDARA No. Dokumen : PRS.004.SHE.X.2018

3 Manager Port 1. Manager bertanggungjawab atas koreksi dan


komentar pada perbaikan SOP
2. Manager bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja yang bersangkutan
3. Manager bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP
4 KTT 1. KTT bertanggungjawab atas koreksi dan komentar
pada perbaikan SOP
2. KTT bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja yang bersangkutan
3. KTT bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP
5 Direktur Operasional 1. Direktur Operasional bertanggungjawab atas koreksi
2. Direktur Operasional bertanggungjawab atas
berjalannya koreksi
3. Direktur Operasional bertanggungjawab untuk
mengevaluasi terhadap penerapan SOP

PROSEDUR
1 Peraturan Keselamatan Berkendara
- Wajib memiliki dan membawa Surat Izin Mengemudi (SIM) yang masih berlaku
- Mematuhi dan menjalankan peraturan keselamatan dalam berlalu-lintas
- Mematuhi setiap rambu dan tanda lalu-lintas yang berada di sepanjang area/ jalan
- Menggunakan sabuk pengaman baik pengemudi maupun penumpangnya
- Melaporkan kondisi atau tindakan tidak aman yang berpotensi menyebabkan
kecelakaan
- Melakukan pemeriksaan kendaraan sebelum memulai berkendara
- Melakukan pemeriksaan kendaraan sebelum beroperasi
- Mematuhi kebijakan perusahaan mengenai sanksi dan tindakan disiplin dalam
program keselamatan berkendara
2 Praktek Berkendara Yang Aman
‐ Lakukan observasi keselamatan seputar kendaraan dari bahaya-bahaya
tersembunyi
‐ Sebelum naik, lakukan pemeriksaan terhadap kendaraan yang akan dikemudikan,
seperti pemeriksaan baut roda, tekanan angin ban, air radiator, rem, oli, bahan
bakar, dan lain-lain
‐ Bunyikan klakson 1 (satu) kali untuk menandakan bahwa mesin hendak dihidupkan
‐ Hidupkan mesin, kenakan sabuk pengaman. Ingatkan dan pastikan semua
penumpang memakai sabuk pengaman
‐ Bunyikan klakson 2 (dua) kali untuk menandakan bahwa kendaraan hendak
dijalankan
‐ Selama mengemudi dilarang menggunakan handphone. Apabila keadaan
memaksa untuk menerima panggilan, tepikan kendaraan di lokasi yang aman,
matikan mesin mobil, pasang rem tangan, baru kemudian menerima panggilan
tersebut

Halaman 4 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR KESELAMATAN Revisi :0
BERKENDARA No. Dokumen : PRS.004.SHE.X.2018

‐ Nyalakan lampu bila malam hari


‐ Lakukan komunikasi dengan kendaraan lain dan pastikan kendaraan tersebut
melihat posisi kendaraan lainnya
‐ Kenali rute-rute yang memiliki potensi bahaya/ resiko. Apabila terdapat lebih dari 1
(satu) rute menuju ke tempat tujuan, pilihlah rute yang paling kecil potensi bahaya/
resikonya
‐ Hati-hati terhadap pengguna jalan lain dan pejalan kaki
‐ Ketika berhenti dan meninggalkan kendaraan dalam waktu yang cukup lama,
gunakan parking brake
‐ Ketika hendak parkir, posisikan kendaraan dengan posisi parkir mundur untuk
memudahkan pengoperasian kendaraan ketika terdapat kondisi darurat
‐ Apabila diharuskan parkir di badan jalan, posisikan kendaraan di sebelah kiri agar
tidak mengganggu lalu lintas dari jalur sebelah
‐ Apabila diharuskan parkir di kondisi jalan menurun/ menanjak, posisikan kendaraan
berada di dekat tebing/ jauh dari jurang. Posisikan pada persneling 1 (satu) dan stir
diarahkan ke tebing tersebut untuk menghindari kendaraan terperosok lebih jauh
3 Tanda Bunyi Klakson
- Bunyi 1 (satu) kali menandakan kendaraan hendak dinyalakan
- Bunyi 2 (dua) kali menandakan kendaraan hendak dijalankan
- Bunyi 3 (tiga) kali menandakan bahwa kendaraan hendak berjalan mundur
4 Perlengkapan Keselamatan Berkendara
Setiap kendaraan harus memenuhi perlengkapan standar keamanan berkendara,
meliputi:
- Sabuk pengaman dan sandaran kepala untuk semua tempat duduk
- Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
- Alat Pemadam Api Ringan (maksimal ukuran 1 kg)
- Peralatan standar kendaraan (kunci roda, dongkrak, segitiga pengaman, lampu
kabut)
5 Batas Kecepatan Maksimum
- 10 (sepuluh) kilometer/jam, untuk area mess dan kantor
- 20 (duapuluh) kilometer/jam, untuk area kerja crusher, flotation
- 40 (empatpuluh) kilometer/jam untuk area jalan hauling tambang
6 Contoh Pelanggaran dan Tindakan Disiplin
Ringan, meliputi:
 Mengemudi tanpa menghiraukan pengguna jalan lainnya.
 Pengemudi tidak memberi jalan pada pengguna jalan lain di perempatan, bundaran
atau di kemacetan.
 Pengemudi tidak memberi jalan pada pengguna jalan lain yang seharusnya
didahulukan atau pejalan kaki.
 Tidak memastikan penumpang depan dan belakang memakai sabuk pengaman.
 Parkir kendaraan yang tidak benar
Sedang, meliputi:
 Membuntuti kendaraan terlalu dekat.
 Menyalip/mendahului kendaraan lain dengan cara tidak aman.
 Terlibat dalam kecelakaan kendaraan.

Halaman 5 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR KESELAMATAN Revisi :0
BERKENDARA No. Dokumen : PRS.004.SHE.X.2018

 Mengabaikan pemeriksaan Persiapan Perjalanan.


 Tidak memakai sabuk pengaman.
 Mengemudi tanpa SIM dan surat-surat kendaraan yang berlaku.
Berat, meliputi:
 Mengemudi dalam keadaan mabuk atau pengaruh obat -obatan.
 Mengemudi dengan brutal dan membahayakan jiwa orang lain
 Melakukan tindakan-tindakan tidak sesuai dan bisa membahayakan keselamatan
jiwa orang, harta benda dan yang lainnya.
 Memaksakan mengemudi dalam keadaan mengantuk.
 Hilang kendali atas kendaraan.
 Mengabaikan peraturan lalu lintas atau rambu-rambu keselamatan.
 Mengendarai melampaui batas kecepatan.
 Memintas jalan atau memotong pembatas lajur
 Tidak melaporkan kecelakaan.
 Pengemudi tidak melaporkan/menyembunyikan kecelakaan.
 Mengabaikan pemeriksaan Persiapan Perjalanan.
 Memaksakan mengemudi dengan kendaraan yang tak layak jalan/pakai.

Halaman 6 dari 6
LAMPIRAN 6.
SOP PELAPORAN & PENYELIDIKAN
KECELAKAAN
PROSEDUR PELAPORAN Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENYELIDIKAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.008.SHE.X.2018
KECELAKAAN

DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL

DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT

DIPERIKSA OLEH :
KEPALA TEKNIK TAMBANG

DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE

DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN:

Halaman 1 dari 7
PROSEDUR PELAPORAN Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENYELIDIKAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.008.SHE.X.2018
KECELAKAAN

RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN:

REV. TANGGAL DESKRIPSI PERUBAHAN

0 31 Oktober 2018 Terbitan awal

Halaman 2 dari 7
PROSEDUR PELAPORAN Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENYELIDIKAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.008.SHE.X.2018
KECELAKAAN

TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk memberikan pedoman pelaporan dan penyelidikan kecelakaan
dan memastikan bahwa setiap kecelakaan telah diselidiki dan dilaporkan dengan baik
sehingga dapat dicegah terulangnya kejadian serupa

RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja
PT. KAPUAS PRIMA COAL baik di kantor, Pelabuhan, dll dalam tugasnya mengemudikan
kendaraan

REFERENSI
- Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor
1827K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan
Yang Baik

DEFINISI
- Kecelakaan merujuk kepada peristiwa yang terjadi secara tidak sengaja
- Kecelakaan kerja adalah peristiwa yang tidak diharapkan atau tidak diduga akibat dari
pekerjaan
- Kecelakaan tambang adalah peristiwa yang tidak diharapkan atau tidak diduga akibat
dari pekerjaan di tambang. Kecelakaan dikriteriakan ke dalam kecelakaan tambang
apabila memenuhi unsur: benar terjadi, mengakibatkan cedera pekerja tambang atau
orang yang diberi ijin oleh Manager Port ; akibat kegiatan usaha
pertambangan; terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cedera atau
orang yang mendapat ijin; terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau
wilayah proyek

TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan
melakukan perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak tsb yang
bertanggungjawab diantaranya :

1 Pengawas 1. Pengawas wajib untuk menyusun SOP yang


merupakan tanggung jawabnya
2. Pengawas wajib untuk bersama-sama dengan
pengawas lain untuk menyusun SOP di area kerja
yang menjadi tanggung jawabnya
3. Pengawas wajib melaporkan SOP yang telah
dibuatnya kepada atasannya, mencakup atasan
langsung, Bagian HSE, Manager Port dan
Direktur Operasional
4. Pengawas bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja
5. Pengawas bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP yang dibuat
2 Safety Officer Safety Officer berkewajiban untuk memberikan bantuan
dan arahan kepada pengawas terkait SOP yang disusun

Halaman 3 dari 7
PROSEDUR PELAPORAN Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENYELIDIKAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.008.SHE.X.2018
KECELAKAAN

3 Manager Port 1. Manager bertanggungjawab atas koreksi dan


komentar pada perbaikan SOP
2. Manager bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja yang bersangkutan
3. Manager bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP
4 KTT 1. KTT bertanggungjawab atas koreksi dan komentar
pada perbaikan SOP
2. KTT bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja yang bersangkutan
3. KTT bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP
5 Direktur Operasional 1. Direktur Operasional bertanggungjawab atas koreksi
2. Direktur Operasional bertanggungjawab atas
berjalannya koreksi
3. Direktur Operasional bertanggungjawab untuk
mengevaluasi terhadap penerapan SOP

PROSEDUR
1 Sistem Pelaporan Bila terjadi Insiden/ Accident/ Near-Miss
- Pada saat terjadi insiden/ accident/ near-miss, karyawan pertama-tama harus
memastikan keselamatan dirinya sendiri kemudian memastikan keselamatan karyawan
lainnya
- Menilai situasi sekitar
- Meminimalkan resiko dari kemungkinan terjadinya kecelakaan selanjutnya, misalnya
dengan cara memastikan peralatan/ mesin, mematikan power supply, memberitahu
karyawan di sekitarnya, membuat kondisi menjadi lebih aman, dsb.
- Melaporkan kejadian insiden/ near-miss tersebut kepada atasannya langsung (minimal
pengawas) untuk menuliskannya dalam Form Laporan dan Penyelidikan Kecelakaan/
Insiden
2 Sistem Pelaporan Terjadi Kecelakaan
- Karyawan yang melihat rekannya mengalami kecelakaan harus segera menolong
rekannya terlebih dahulu dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada atasan
langsung karyawan yang mengalami kecelakaan.
- Jika karyawan yang mengalami kecelakaan memerlukan pertolongan pertama, maka
dengan menggunakan kotak P3K yang terdekat atau meminta bantuan first-aider yang
ditunjuk
- Jika korban tidak disadarkan diri atau tidak bisa bergerak, maka korban tidak boleh
digerakkan atau dipindahkan. Segera berikan pertama sesuai prosedur pertolongan
pertama.
- Atasan karyawan yang mengalami kecelakaan (minimal pengawas) harus segera
melaporkan kecelakaan yang terjadi kepada Kepala Divisi/ Departemen dan Safety Officer
secepatnya dan paling lama pada akhir shift
- Safety Officer melaporkan secara tertulis ke Kantor Pusat (untuk kecelakaan sedang dan
berat) dalam waktu 2 x 24 jam berdasarkan Form laporan dan penyelidikan Kecelakaan/

Halaman 4 dari 7
PROSEDUR PELAPORAN Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENYELIDIKAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.008.SHE.X.2018
KECELAKAAN

Insiden dengan cara mewawancarai karyawan di sekitar lokasi kejadian yang melihat
kecelakaan tersebut atau karyawan yang mengalami kecelakaan (jika memungkinkan)
- Laporan harus ditulis sedetil mungkin sesuai dengan form yang telah ditentukan untuk
kemudian Safety Officer mendistribusikan ringkasan kecelakaan (setelah mendapat
persetujuan dari KTT) selama periode waktu tertentu kepada Koordinator HSE.
- Laporan kecelakaan diumumkan dan dibahas dalam pertemuan-pertemuan K3
3 Proses Penyelidikan Kecelakaan
A. Tim Penyelidikan Kecelakaan
- Penyelidikan dilakukan sesegera mungkin setelah kecelakaan terjadi (paling lambat
1x24 jam) dan laporannya ditulis di dalam Form Laporan dan Penyelidikan
Kecelakaan/ Insiden
- Ketua Tim Penyelidik ditentukan sbb :
a) Untuk kasus kecelakaan ringan dan sedang dimana tidak ada hari kerja yang
hilang (HKH), maka investigasi dilaksanakan oleh tim di lapangan dengan dibantu
oleh safety officer
b) Untuk kasus kecelakaan berat dan HKH, maka investigasi dipimpin oleh Manager
Port dengan dibantu oleh Safety Officer
c) Untuk kasus kecelakaan meninggal dan fatality, maka investigasi dipimpin oleh
Direktur Operasional dengan dibantu oleh Safety Officer
- Jumlah personil tim penyelidik tergantung dari:
a) Besarnya cidera/ kerusakan
b) Potensial cidera/ kerusakan
c) Potensial terjadi berulang/ repetitive
d) Jumlah personil yang terlibat dalam pekerjaan
e) Persyaratan legal
- Anggota tim ditentukan oleh KTT bekerjasama dengan Safety Officer tapi untuk kasus
meninggal dan/atau fatality, anggota tim ditentukan oleh Direktur Operasional
- Jika kontraktor yang mengalami kecelakaan, maka wakil dari kontraktor terkait
diikutsertakan dalam tim
- Jika pemerintah setempat mengambil alih penyelidikan, maka KTT menunjuk
perwakilan untuk membantu mereka mengumpulkan informasi yang dibutuhkan
B. Persiapan Penyelidikan
Latar belakang seperti tertera dibawah ini harus disediakan sebelum memulai penyelidikan
- Prosedur kerja standar untuk jenis pekerjaan yang terkait
- Catatan seperti instruksi kerja/ briefing/ ijin kerja untuk pekerjaan tertentu yang akan
diselidiki
- Rencana lokasi yang akan dikunjungi
- Struktur komando dan personil yang terlibat (tim)
C. Mencari Temuan
Tujuan dari mencari temuan adalah untuk mengumpulkan bukti sebanyak-banyaknya yang
dapat membantu menggambarkan kecelakaan yang terjadi dan kejadian-kejadian yang
dapat menjadi kontribusi
- Sumber-sumber dalam fact finding adalah :
a) Observasi di lokasi kejadian
b) interview
c) instruksi dan prosedur tertulis
d) catatan-catatan dan foto

Halaman 5 dari 7
PROSEDUR PELAPORAN Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENYELIDIKAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.008.SHE.X.2018
KECELAKAAN

- Informasi akan diverifikasi dan perlu dicatat bahwa pernyataan yang dibuat oleh saksi
yang berbeda mungkin dapat menimbulkan konflik sehingga bukti pendukung
sangatlah diperlukan. Informasi juga akan diuji dan dianalisa secara sistematis oleh
tim.
a) Inspeksi lokasi kejadian
b) Bukti fisik yang penting dapat dikumpulkan dari observasi lapangan, khususnya
bila saksi tidak ada. Bukti fisik juga dapat membantu saksi untuk mengingat
kejadian.
c) Untuk kejadian kecelakaan yang menyebabkan kerusakan property dan perlu
klaim kepada asuransi, maka bukti fisik tidak boleh dipindahkan sampai ada
instruksi dari pihak asuransi
d) Untuk kejadian kecelakaan yang menyebabkan HKH, maka bukti fisik tidak boleh
dipindahkan sampai ada instruksi dari Koordinator HSE.
e) Interview
 Interview dilakukan secara pribadi sehingga saksi tidak saling terpengaruh
 Peng-interview-an saksi dilakukan secara bertahap berdasarkan bukti yang
ada. Komentar, pertanyaan yang menjurus dan tuduhan dari penginterview
harus dihindarkan
 Informasi hasil interview harus dicatat dalam form kesaksian kecelakaan tanpa
ada modifikasi dari penginterview
D. Analisa penyebab kecelakaan
- Penyebab kecelakaan
a. Penyebab kecelakaan adalah penyebab langsung, penyebab dasar dan lemah/
tidak adanya manajemen atau kombinasi dari semuanya
b. Penyebab langsung adalah penyebab yang secara langsung berkontribusi untuk
terjadinya kecelakaan. Penyebab langsung adalah kondisi dan cara kerja yang
tidak aman/ tidak standar
c. Penyebab dasar disebabkan oleh faktor manusia dan faktor pekerjaan
- Pertemuan untuk menganalisa hasil penyelidikan
a. Tim penyelidikan kecelakaan menganalisa dan mengidentifikasi penyebab
kecelakaan dengan menggunakan catatan survey lapangan, interview dengan
semua saksi, dokumen terkait dsb dan membuat laporan ringkasan rekomendasi.
Asumsi-asumsi yang digunakan selama melakukan analisa harus dinyatakan
secara jelas dalam laporan
b. Perkembangan hasil pertemuan ditulis dalam form laporan dan penyelidikan
kecelakaan/ insiden dan dilaporkan kepada KTT cc Koordinator HSE
E. Rekomendasi
- Rekomendasi yang memasukan penyebab langsung dan dasar dibuat untuk
mencegah kecelakaan terulang kembali atau untuk mengeliminasi kerugian
- Rekomendasi terhadap perbaikan dibuat berdasarkan analisa
- Semua rekomendasi dibuat dalam form penyelidikan kecelakaan/ insiden untuk
memudahkan pemantauan tindakan perbaikan
- Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan ketika membuat rekomendasi adalah :
a. Efektivitas
b. Praktis
c. Urgent/ waktu implementasi
d. Besarnya keuntungan/ benefit

Halaman 6 dari 7
PROSEDUR PELAPORAN Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENYELIDIKAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.008.SHE.X.2018
KECELAKAAN

F. Komunikasi
- Semua kecelakaan dan insiden termasuk tindakan pencegahan, rekomendasi oleh tim
investigasi dan pelajaran yang dapat diambil dari hal tersebut dikomunikasikan kepada
semua level pekerja secara efektif melalui pertemuan-pertemuan grup.
- Divisi Safety dan Pengawas bertanggungjawab untuk memonitor dan memastikan
bahwa jalur komunikasi dilaksanakan secara efektif. Terjemahan penggunaan bahasa
akan disesuaikan bila perlu

Halaman 7 dari 7
LAMPIRAN 7.
SOP INPEKSI
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR INSPEKSI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.005.SHE.X.2018

DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL

DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT

DIPERIKSA OLEH 
KEPALA TEKNIK TAMBANG

DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE

DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN:

Halaman 1 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR INSPEKSI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.005.SHE.X.2018

RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN:

REV. TANGGAL DESKRIPSI PERUBAHAN

0 31 Oktober 2018 Terbitan awal

Halaman 2 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR INSPEKSI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.005.SHE.X.2018

TUJUAN
Tujuan dari Penerapan Prosedur Inspeksi adalah untuk mengidentifikasi/ menemukan faktor-
faktor yang berpotensi bahaya di lokasi kerja dan melakukan tindakan pencegahan sehingga
faktor-faktor tersebut tidak menimbulkan resiko bahaya dengan jangka waktu yang telah
ditentukan

RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja
PT. KAPUAS PRIMA COAL baik di kantor, Pelabuhan, dll, yang bertugas melakukan
inspeksi

REFERENSI
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor
1827K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang
Baik

DEFINISI
- Inspeksi adalah tindakan untuk mengidentifikasi/ menemukan faktor-faktor yang
berpotensi bahaya dan melakukan tindakan pencegahan sehingga faktor-faktor tersebut
tidak menimbulkan kecelakaan. Inspeksi meliputi:
a. Inspeksi tidak terencana, merupakan inspeksi yang dilakukan secara sederhana,
dilakukan atas kesadaran pekerja yang melihat atau menemukan permasalahan K3
di lingkungan kerjanya
b. Inspeksi rutin/ umum, merupakan inspeksi yang dilakukan secara rutin oleh
perwakilan pekerja dan Departemen HSE, dengan jadwal yang sudah ditentukan dan
rutin
c. Inspeksi khusus, merupakan inspeksi yang dilakukan di area atau kegiatan tertentu
yang sudah ditentukan seperti mesin-mesin, alat kerja, maupun pekerjaan beresiko
tinggi
- Bahaya adalah sumber atau situasi yang berpotensi menyebabkan kerugian/ cedera
manusia, kerusakan peralatan, dan kerusakan lingkungan
- Resiko adalah kesempatan atau kemungkinan bertemunya satu atau lebih keadaan
bahaya yang terjadi dan dapat mengakibatkan kerugian

Halaman 3 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR INSPEKSI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.005.SHE.X.2018

TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan
melakukan perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak tsb yang
bertanggungjawab diantaranya :

1 Pengawas 1. Pengawas wajib untuk menyusun SOP yang


merupakan tanggung jawabnya
2. Pengawas wajib untuk bersama-sama dengan
pengawas lain untuk menyusun SOP di area kerja
yang menjadi tanggung jawabnya
3. Pengawas wajib melaporkan SOP yang telah
dibuatnya kepada atasannya, mencakup atasan
langsung, Bagian HSE, Manager Port dan
Direktur Operasional
4. Pengawas bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja
5. Pengawas bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP yang dibuat
2 Safety Officer Safety Officer berkewajiban untuk memberikan bantuan
dan arahan kepada pengawas terkait SOP yang disusun
3 Manager Port 1. Manager bertanggungjawab atas koreksi dan
komentar pada perbaikan SOP
2. Manager bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja yang bersangkutan
3. Manager bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP
4 KTT 1. KTT bertanggungjawab atas koreksi dan komentar
pada perbaikan SOP
2. KTT bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja yang bersangkutan
3. KTT bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP
5 Direktur Operasional 1. Direktur Operasional bertanggungjawab atas koreksi
2. Direktur Operasional bertanggungjawab atas
berjalannya koreksi
3. Direktur Operasional bertanggungjawab untuk
mengevaluasi terhadap penerapan SOP

Halaman 4 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR INSPEKSI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.005.SHE.X.2018

PROSEDUR
1 Menentukan Jadwal
Jadwal inspeksi harus terencana terkait dari jenis inspeksi, waktu, tempat, serta siapa
saja yang akan melakukan inspeksi
2 Menyiapkan Alat Bantu
Sebelum melakukan inspeksi wajib untuk mempersiapkan alat-alat yang nantinya
akan digunakan untuk membantu dalam pelaksanaan inspeksi, seperti:
‐ Perlengkapan personal protective equipment.
‐ Peralatan keselamatan kerja lainnya,
‐ Tulisan dan tanda peringatan K3LL
‐ Fasilitas pertolongan pertama,
‐ Peralatan komunikasi,
‐ Peralatan penanggulangan keadaan darurat,
‐ Peralatan pemadam kebakaran,
3 Periksa Semua Area/ Benda
Semua area dan benda yang mempunyai potensi bahaya harus terdokumentasikan
dengan baik. Dalam pemeriksaan, yang melakukan inspeksi harus jeli dalam melihat
ataupun menyikapi baik posisi, ruang gerak, maupun cara kerja yang mempunyai
potensi bahaya yang dapat ditimbulkan
4 Lakukan Penilaian Resiko
Setelah semua terperiksa dengan baik, petugas inspeksi dituntuk mampu melakukan
penilaian terhadap suatu potensi bahaya berdasarkan pada tingkat keseringan
bahaya tersebut ditemui/ muncul di lokasi kerja dengan tingkat keparahan yang
mungkin terjadi jika menimbulkan insiden.
5 Membuat Rencana Tindakan
Setelah mendapat angka dari resiko sesegera mungkin buat rencana tindakan
perbaikan sedetail mungkin. Rangkuman hasil inspeksi didiskusikan dalam
pertemuan dan dipasang di papan informasi
6 Tindak Lanjut
Setelah rencana tindakan jadi, lakukan tindakan perbaikan sampai dengan resiko
tersebut dapat diterima. Apabila sudah diperbaiki, lakukan pemeriksaan hingga
potensi bahaya dapat dihilangkan
7 Evaluasi dan Analisa
Data dari semua inspeksi harus terdokumentasikan secara baik dan berurutan
sehingga dapat dievaluasi dan teranalisa supaya potensi bahaya tidak terulang

Halaman 5 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR INSPEKSI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.005.SHE.X.2018

Menentukan  Menyiapkan 
Mulai
Jadwal Alat Bantu

Lakukan  Membuat 
Periksa Semua 
Penilaian  Rencana 
Area/Benda
Resiko Tindakan

Evaluasi Dan 
Tindak Lanjut
Analisa

Halaman 6 dari 6
LAMPIRAN 8.
SOP PENANGANAN LIMBAH B3
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)

DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL

DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT

DIPERIKSA OLEH:
KEPALA TEKNIK TAMBANG

DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE

DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN:

Halaman 1 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)

RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN:

REV. TANGGAL DESKRIPSI PERUBAHAN

0 1 April 2018 Terbitan awal

Halaman 2 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)

TUJUAN

Tujuan dari Penerapan Prosedur ini adalah untuk memastikan bahwa Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (LB3) ditangani dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan

RUANG LINGKUP

Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja
PT.KAPUAS PRIMA COAL Tbk. Pelabuhan yang menangani Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (LB3)

REFERENSI

 Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
 Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 30 tahun 2009 Tata Laksana Perizinan dan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 472/Menkes/Per/V/1996 tentang
Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan
 Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 87/M-Ind/Per/9/2009 tentang Sistem
Harmonisasi Global Klasifikasi dan Label Pada Bahan Kimia
 Keputusan Kepala Bapedal No. 01 tahun 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan
dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
 Keputusan Kepala Bapedal No. 255 tahun 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan
dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas

DEFINISI

 Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya
dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau
merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya
 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) adalah sisa hasil usaha atau produksi yang karena
sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidupnya lainnya
 Simbol adalah gambar yang menyatakan karakteristik LB3
 Label adalah tulisan yang menunjukkan antara lain karakteristik dan jenis LB3

Halaman 3 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)

TANGGUNG JAWAB

Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggung jawab untuk terlibat dan melakukan
perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak yang bertanggung jawab diantaranya :

1 Pengawas 1. Pengawas wajib untuk memastikan LB3 yang dihasilkan pada


kegiatan yang diawasinya ditangani dengan benar dan baik
2. Pengawas wajib untuk bersama-sama dengan pengawas lain
memastikan LB3 yang dihasilkan pada kegiatan yang diawasi
ditangani dengan benar dan baik
3. Pengawas wajib melaporkan kegiatan penanganan LB3 kepada
atasannya, mencakup atasan langsung, Bagian HSE, Kepala Teknik
Tambang dan Direktur Operasional
4. Pengawas bertanggungjawab atas terlaksananya penerapan
prosedur ini di area kerja
5. Pengawas bertanggungjawab atas laporan terhadap penerapan
prosedur yang dibuat

2 Staff Enviro 1. Staff Enviro wajib untuk memberikan bantuan dan arahan kepada
pengawas terkait penanganan
2. Staff Enviro wajib membuat laporan terhadap penanganan LB3
berdasarkan dari laporan pengawas maupun laporan mandiri
3. Staff Enviro wajib melaporkan kegiatan penanganan LB3 kepada
atasannya, mencakup atasan langsung, Bagian HSE, Manager Port
dan Direktur Operasional
4. Staff Enviro bertanggungjawab atas laporan terhadap penanganan
LB3 yang dibuat

3 Koordinator 1. Koordinator HSE wajib untuk memberikan bantuan dan arahan


HSE kepada pengawas dan staff enviro terkait penanganan LB3
2. Koordinator HSE wajib melaporkan kegiatan penanganan LB3
kepada Manager Port dan Direktur Operasional
3. Koordinator HSE bertanggung jawab atas laporan terhadap
penanganan LB3 yang dibuat
4. Koordinator HSE bertanggung jawab atas terlaksananya penerapan
prosedur di area kerja yang bersangkutan

4 Manager 1. Manager bertanggung jawab atas koreksi dan komentar pada


Site/ perbaikan prosedur
Manager 2. Manager bertanggung jawab atas terlaksananya penerapan
Port prosedur di area kerja yang bersangkutan
3. Manager bertanggungjawab atas laporan terhadap penerapan
prosedur

5 KTT 1. KTT bertanggung jawab atas koreksi dan komentar pada perbaikan
prosedur
2. KTT bertanggung jawab atas terlaksananya penerapan prosedur di
area kerja yang bersangkutan
3. KTT bertanggung jawab atas laporan terhadap penerapan prosedur

Halaman 4 dari 11
..

PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH


iiKPC• BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Tanggal
Revisi
: 1 April 2018
:0
: PRS.001.SHE.IV.18
No. Dokumen
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)

6 Direktur 1. Direktur Operasional bertanggung jawab atas koreksi


Operasional 2. Direktur Operasional bertanggung jawab atas berjalannya koreksi
3. Direktur Operas1onal bertanggung jawab untuk mengevaluas1
terhadap penerapan prosedur

PROSEDUR
1 Penelaahan awal
P'ada saat penanganan LB3 akan dilaksanakan, pengawas/ staff enviro/ superintendent HSE
pertama-tama harus terlebih dahulu memiliki acuan terhadap pekerjaan yang akan dilakukan

2 Jenis Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang ditangani


Jenis limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3), berdasarkan pada Peraturan Pemerintah
No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,
diklasifikasikan dalam tabulasi berikut:

Jenis Limbah Nama Teknis - Karakteristik Kade Limbah

Pad at Aki/ baterai bekas Campuran A10�


Limbah dari laboratorium yang
Padat, Cair Beracun; Korosif A106d
mencanduno 83
Padat, Cair Limbah terkontaminasi 83 Campuran A108d

Padat Kemasan bekas 83 Campuran B104d


Minyak pelumas bekas antara lain
minyak pelumas bekas hidrolik,
Cair mesin, gear, lubrikasi, insulasi, Campuran B105d
heat transmission, grit chambers,
separator dan atau carnpurannva
Kain majun bekas dan yang
Padat Campuran 811Qd
sejenis
Sludg.e dari oil treatment atau
Pad at Campuran A331-2
fasilitas penyimpanan
Limbah klinis memiliki
Pad at lnfeksi A337-1
karakteristik infeksius
Padat, Cair Produk farmasi kadaluarsa Beracun A337-2

Padat, Cair Bahan kimia kadaluarsa Beracun A337-3


Peralatan laboratorium
Pad at Campuran ' A337-4
terkontaminasi 83
Padat
. Tailing Campuran 8416

Halaman 5 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)

3 Penanganan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


 Penyimpanan limbah harus dilakukan apabila tidak dapat dilakukan pengolahan dengan
segera. Tujuan dari kegiatan penyimpanan adalah untuk mencegah terlepasnya limbah
ke lingkungan sehingga potensi bahaya dapat dihindarkan
 Sebelum disimpan, limbah perlu dikemas terlebih dahulu. Tujuan pengemasan adalah
agar setiap jenis limbah sebelum disimpan telah ditandai dengan sistem label yang sesuai
dengan jenis karakteristik limbah, serta telah ditempatkan dalam tempat penyimpanan
yang sesuai pula. Pengemasan yang baik akan mempermudah pengawasan oleh petugas
yang diserahi tanggungjawab
 Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkan kecocokannya terhadap jenis
dan karakteristik limbah yang akan dikemasnya. Kemasan dalam kondisi baik, tidak rusak,
dan bebas dari pengkaratan atau kebocoran.
 Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik atau bahan logam dengan syarat bahan
kemasan yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan limbah yang disimpannya
 Jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan gas, atau terjadinya kenaikan
tekanan
 Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan limbah harus ditandai dengan simbol
dan label yang sesuai dengan ketentuan mengenai penandaan pada kemasan limbah,
selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan dilakukan
penambahan atau pengambilan limbah dari dalamnya, serta disimpan di tempat yang
memenuhi persyaratan untuk penyimpanan limbah serta mematuhi tata cara
penyimpanannya
 Terhadap drum/ tong atau tempat penyimpanan lainnya yang telah berisi limbah dan
disimpan di tempat penyimpanan harus dilakukan pemeriksaan kondisi sekurang-
kurangnya 1 (minggu) satu kali dan disampaikan dalam check-list mingguan
 Apabila diketahui ada kemasan yang mengalami kerusakan, maka isi limbah harus segera
dipindahkan ke dalam kemasan baru
 Apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah, maka tumpahan limbah tersebut harus
segera diangkat dan dibersihkan, kemudian disimpan dalam kemasan limbah terpisah
 Kemasan bekas mengemas limbah dapat digunakan kembali untuk mengemas limbah
dengan karakteristik yang sama dengan dengan limbah sebelumnya
 Jika akan digunakan untuk mengemas limbah yang tidak sama/ tidak saling cocok, maka
harus dicuci bersih terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai kemasan limbah
 Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembali untuk mengemas
limbah lain, harus disimpan di tempat penyimpanan limbah
 Kemasan yang telah rusak dan kemasan yang tidak digunakan kembali sebagai kemasan
limbah harus diperlakukan sebagai limbah B3

Halaman 6 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)

4 Kemasan, Simbol, dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


 Kemasan yang digunakan untuk penyimpanan limbah adalah mengikuti anjuran berikut:

top cover
rubber seal
sealing ring

label (A) Kemasan untuk


limbah cair
(B) Kemasan untuk
symbol limbah sludge atau
padat

A B

 Simbol yang dipasang pada kemasan minimal berukuran 10 x 10 cm, sedangkan simbol
pada kendaraan pengangkut limbah dan tempat penyimpanan minimal 25 x 25 cm. Simbol
harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap goresan dan atau bahan kimia yang
kemungkinan akan mengenainya. Simbol-simbol yang digunakan pada kemasan adalah:

Halaman 7 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)

 Label identitas Limbah berukuran minimum 15 cm x 20 cm atau lebih besar, dengan warna
dasar kuning dan tulisan serta garisan tepi berwarna hitam, dan tulisan “PERINGATAN !”
dengan huruf yang lebih besar berwarna merah

PERINGATAN!
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PENGHASIL : .............................................................
ALAMAT : .............................................................
.............................................................
TELEPON : .............................................................
NOMOR PENGHASIL : .............................................................
TANGGAL KEMAS : .............................................................
JENIS LIMBAH : .............................................................
NAMA TEKNIS : .............................................................
KARAKTERISTIK : .............................................................
KODE LIMBAH : .............................................................

NOMOR KEMASAN : .............................................................

5 Penyimpanan di Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) LB3


 Panjang lebar dan tinggi gudang adalah 10 m x 5 meter x 4 meter, Atap terbuat dari seng,
1/3 bagian dinding terbuat dari kayu dan sisanya dari beton. Lantai terbuat dari beton cor
dan dilapisi oleh papan. Tersedia aliran angin keluar masuk ruangan gudang. Pintu
gudang diberi kunci dan disediakan APAR.

GUDANG LIMBAH B3 ventilasi

4 meter

10 meter

Halaman 8 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)

 Drum-drum disusun sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah untuk dipergunakan.
Lantai tempat peletakan drum adalah dari beton cor (paling bawah) yang dilapisi/ ditutup
lagi dengan menggunakan papan kayu

Drum Limbah

Papan Kayu

Beton Cor

 Susunan lantai dasar dari bangunan tempat penyimpanan sementara. Diilustrasikan ada
saluran untuk olie yang tumpah/tercecer/bocor agar menuju ke penampungan sementara
dan dipindahkan ke drum yang lain.

Penampungan
sementara

Beton cor
Papan kayu

Halaman 9 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)

 Pembagian penempatan limbah B3 di dalam gudang berdasarkan jenis dan karakteristik

Limbah laboratorium

aki kemasan kosong


bekas

limbah laboratorium
limbah laboratorium

Pelumas bekas, majun bekas, limbah


terkontaminasi

limbah klinik

6 Penggunaan Alat Pelindung Diri


Penggunaan Alat Pelindung Diri diwajibkan selama melakukan penanganan limbah, untuk
meminimalisir paparan atau kontak dengan limbah. Penggunaan APD disesuaikan dengan
kondisi pekerjaan yang akan dilakukan, umumnya meliputi pelindung kepala (helmet),
pelindung wajah (masker, kacamata), pelindung tangan (sarung tangan), pelindung badan
(apron, wearpack), dan pelindung kaki (sepatu).

Halaman 10 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)

7 Pencatatan LB3
Setiap pemasukan dan pengeluaran LB3 dilakukan pencatatan/ dimasukkan ke dalam log-
book LB3

8 Pengeluaran/ Penyerahan LB3 kepada Pihak Ketiga


LB3 dapat dikeluarkan/ diserahkan kepada Pihak Ketiga untuk dilakukan pengelolaan
selanjutnya, dengan syarat :
 Pihak Ketiga memiliki Izin Pengelolaan LB3 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan yang masih berlaku dan sesuai dengan jenis LB3 yang dikelola
 Pihak Ketiga memiliki angkutan tersendiri untuk mengangkut LB3 yang berizin dari
Kementerian Perhubungan yang masih berlaku
 Pihak Ketiga memiliki dan menyerahkan manifest LB3 sesuai dengan LB3 yang dikelola
 Setiap kegiatan pengelolaan LB3 yang melibatkan Pihak Ketiga wajib dilaporkan ke
instansi lingkungan hidup terkait

Halaman 11 dari 11
LAMPIRAN 9.
SOP OBSERVASI
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR OBSERVASI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.006.SHE.X.2018

DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL

DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT

DIPERIKSA OLEH :
KEPALA TEKNIK TAMBANG

DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE

DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN:

Halaman 1 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR OBSERVASI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.006.SHE.X.2018

RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN:

REV. TANGGAL DESKRIPSI PERUBAHAN

0 31 Oktober 2018 Terbitan awal

Halaman 2 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR OBSERVASI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.006.SHE.X.2018

TUJUAN
Tujuan dari Penerapan Prosedur Inspeksi adalah untuk mengidentifikasi/ menemukan faktor-
faktor yang berpotensi bahaya di lokasi kerja dan melakukan tindakan pencegahan sehingga
faktor-faktor tersebut tidak menimbulkan resiko bahaya dengan jangka waktu yang telah
ditentukan

RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja
PT. KAPUAS PRIMA COAL baik di kantor, Pelabuhan, dll, yang bertugas melakukan
observasi

REFERENSI
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor
1827K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang
Baik

DEFINISI
- Observasi adalah pengamatan atas perilaku seseorang
- Bahaya adalah sumber atau situasi yang berpotensi menyebabkan kerugian/ cedera
manusia, kerusakan peralatan, dan kerusakan lingkungan

TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan
melakukan perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak tsb yang
bertanggungjawab diantaranya :

1 Pengawas 1. Pengawas wajib untuk menyusun SOP yang


merupakan tanggung jawabnya
2. Pengawas wajib untuk bersama-sama dengan
pengawas lain untuk menyusun SOP di area kerja
yang menjadi tanggung jawabnya
3. Pengawas wajib melaporkan SOP yang telah
dibuatnya kepada atasannya, mencakup atasan
langsung, Bagian HSE, Manager Port dan
Direktur Operasional
4. Pengawas bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja
5. Pengawas bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP yang dibuat
2 Safety Officer Safety Officer berkewajiban untuk memberikan bantuan
dan arahan kepada pengawas terkait SOP yang disusun
3 Manager Port 1. Manager bertanggungjawab atas koreksi dan
komentar pada perbaikan SOP
2. Manager bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja yang bersangkutan
3. Manager bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP

Halaman 3 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR OBSERVASI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.006.SHE.X.2018

4 KTT 1. KTT bertanggungjawab atas koreksi dan komentar


pada perbaikan SOP
2. KTT bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja yang bersangkutan
3. KTT bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP
5 Direktur Operasional 1. Direktur Operasional bertanggungjawab atas koreksi
2. Direktur Operasional bertanggungjawab atas
berjalannya koreksi
3. Direktur Operasional bertanggungjawab untuk
mengevaluasi terhadap penerapan SOP

PROSEDUR
1 Menentukan Jadwal
Jadwal observasi harus terencana terkait dari jenis observasi, waktu, tempat, serta
siapa saja yang akan melakukan observasi
2 Observasi Aktivitas
Semua personil yang dirasa melakukan tindakan tidak aman hingga menjadi potensi
bahaya harus terdokumentasikan dengan baik. Dalam pemeriksaan, petugas yang
melakukan observasi harus jeli dalam melihat ataupun menyikapi baik posisi, ruang
gerak, maupun cara kerja yang mempunyai potensi bahaya yang dapat ditimbulkan
3 Pelaporan
Penilaian terhadap tindakan tidak aman dari suatu potensi bahaya harus
terdokumentasikan dan dilaporkan kepada Departemen HSE untuk dapat segera
dilakukan evaluasi dan analisa berdasarkan pada tingkat keseringan bahaya tersebut
ditemui/ muncul pada aktivitas tertentu
4 Evaluasi dan Analisa
Data dari kegiatan observasi harus dilaporkan dan didokumentasikan oleh
Departemen HSE secara baik dan berurutan sehingga dapat dievaluasi dan teranalisa
supaya potensi bahaya tidak terulang. Hasil analisa dilaporkan pada Safety Meeting

Halaman 4 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR OBSERVASI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.006.SHE.X.2018

Menentukan  Menyiapkan 
Mulai
Jadwal Alat Bantu

Lakukan  Membuat 
Periksa Semua 
Penilaian  Rencana 
Area/Benda
Resiko Tindakan

Evaluasi Dan 
Tindak Lanjut
Analisa

Halaman 5 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR OBSERVASI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.006.SHE.X.2018

Halaman 6 dari 6
LAMPIRAN 10.
SOP PENGAJUAN & PENERBITAN
SIMPER
PROSEDUR PENGAJUAN
Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENERBITAN SURAT Revisi :0
IJIN MENGEMUDI No. Dokumen : PRS.007.SHE.X.2018
PERUSAHAAN (SIMPER)

DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL

DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT

DIPERIKSA OLEH :
KEPALA TEKNIK TAMBANG

DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE

DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN:

Halaman 1 dari 5
PROSEDUR PENGAJUAN
Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENERBITAN SURAT Revisi :0
IJIN MENGEMUDI No. Dokumen : PRS.007.SHE.X.2018
PERUSAHAAN (SIMPER)

RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN:

REV. TANGGAL DESKRIPSI PERUBAHAN

0 31 Oktober 2018 Terbitan awal

Halaman 2 dari 5
PROSEDUR PENGAJUAN
Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENERBITAN SURAT Revisi :0
IJIN MENGEMUDI No. Dokumen : PRS.007.SHE.X.2018
PERUSAHAAN (SIMPER)

TUJUAN
Tujuan dari Penerapan Prosedur Pengajuan dan Penerbitan Surat Ijin Mengemudi
Perusahaan (SIMPER) adalah untuk memberikan pedoman kepada Pengawas dan Divisi
Safety dalam hal mengajukan dan menerbitkan SIMPER

RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja
PT. KAPUAS PRIMA COAL baik di kantor, Pelabuhan, dll.

REFERENSI
- Undang-Undang No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja
- Undang-Undang No.22/ 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
- Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor
1827K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan
Yang Baik

DEFINISI
- Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan
kendaraan tidak bermotor
- Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik
berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel
- Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki surat izin
mengemudi sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan

TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan
melakukan perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak tsb yang
bertanggungjawab diantaranya :

1 Pengawas 1. Pengawas wajib untuk menyusun SOP yang


merupakan tanggung jawabnya
2. Pengawas wajib untuk bersama-sama dengan
pengawas lain untuk menyusun SOP di area kerja
yang menjadi tanggung jawabnya
3. Pengawas wajib melaporkan SOP yang telah
dibuatnya kepada atasannya, mencakup atasan
langsung, Bagian HSE, Manager Port dan
Direktur Operasional
4. Pengawas bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja
5. Pengawas bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP yang dibuat
2 Safety Officer Safety Officer berkewajiban untuk menerbitkan SIMPER
sesuai dengan prosedur yang berlaku

Halaman 3 dari 5
PROSEDUR PENGAJUAN
Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENERBITAN SURAT Revisi :0
IJIN MENGEMUDI No. Dokumen : PRS.007.SHE.X.2018
PERUSAHAAN (SIMPER)

3 Manager Port 1. Manager bertanggungjawab atas koreksi dan


komentar pada perbaikan SOP
2. Manager bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja yang bersangkutan
3. Manager bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP
4 KTT 1. KTT bertanggungjawab atas koreksi dan komentar
pada perbaikan SOP
2. KTT bertanggungjawab atas terlaksananya
penerapan SOP di area kerja yang bersangkutan
3. KTT bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan SOP
5 Direktur Operasional 1. Direktur Operasional bertanggungjawab atas koreksi
2. Direktur Operasional bertanggungjawab atas
berjalannya koreksi
3. Direktur Operasional bertanggungjawab untuk
mengevaluasi terhadap penerapan SOP

PROSEDUR
1 Pengajuan
- Pengawas/ penanggungjawab menilai tingkat kebutuhan karyawan untuk
pekerjaannya dalam mengemudikan kendaraan
- Jika dinilai perlu, pengawas mengajukan karyawan untuk pembuatan SIMPER
- Pengawas dan karyawan bersangkutan mengisi formulir pengajuan SIMPER yang
sudah disediakan oleh Divisi Safety
- Karyawan melengkapi berkas persyaratan, meliputi fotokopi SIM kepolisian dan
KTP yang masih berlaku
- Karyawan yang belum memiliki SIM Kepolisian tetap bisa mengajukan dengan
melakukan pengujian terlebih dahulu, disertai dengan mengisi Surat Pernyataan
akan melengkapi persyaratan dimaksud sewaktu karyawan bersangkutan
berkesempatan (saat tugas dinas/ cuti regular)
- Setelah formulir diisi dan persyaratan dilengkapi, maka akan diarahkan ke Divisi
Maintenance untuk dilakukan pengujian kelayakan mengemudi
- Setelah dinilai dan dinyatakan layak dalam pengujian oleh Divisi Maintenance,
maka karyawan bersangkutan mengajukan formulir tersebut yang telah disetujui
ole Divisi Maintenance, Pengawas yang bersangkutan, dan Manager Port
kepada Divisi Safety
2 Pembuatan dan Penerbitan SIMPER
‐ Divisi Safety membuat dan mencetak SIMPER dengan isi mencakup: Nama
Karyawan; Nomor Induk Karyawan; Nomor SIM Kepolisian (jika ada); Masa
Berlaku; Foto Identitas; Jenis SIMPER
‐ Masa berlaku SIMPER disesuaikan dengan masa berlaku SIM Kepolisian. Apabila
belum memiliki SIM Kepolisian, maka SIMPER diberikan jangka waktu 1 tahun
‐ Setelah SIMPER diterbitkan, karyawan bersangkutan mengambil SIMPER di Divisi
Safety

Halaman 4 dari 5
PROSEDUR PENGAJUAN
Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENERBITAN SURAT Revisi :0
IJIN MENGEMUDI No. Dokumen : PRS.007.SHE.X.2018
PERUSAHAAN (SIMPER)

‐ Divisi Safety sebelum menyerahkan SIMPER memberikan pengarahan dan


pembinaan/ induksi khusus terkait hak dan kewajiban pemegang SIMPER serta
aturan dan sanksi untuk setiap pelanggaran
3 Ketentuan Tambahan
SIMPER tidak merupakan Surat Ijin Mengemudi yang sah di jalan umum. Karyawan
yang memiliki SIMPER tanpa nomor SIM Kepolisian tetap diwajibkan untuk mengurus
SIM Kepolisian sesuai dengan aturan yang berlaku

Pengawas dan Karyawan 
Pengawas Mengajukan 
Mulai yang diajukan mengisi 
Kebutuhan Pengemudi
dan melengkapi berkas

Karyawan 
Pengujian dilakukan oleh  menandatangani berkas 
Pengujian layak
Divisi Maintenance disetujui KTT dan 
Pengawas bersangkutan

SIMPER diterbitkan Divisi  SIMPER berlaku sesuai 
Safety masa berlaku

Halaman 5 dari 5
LAMPIRAN 11.
SOP PENGAMBILAN SAMPEL
LINGKUNGAN
Tanggal : 1 April 2018
PROSEDUR PENGAMBILAN Revisi :0
SAMPEL LINGKUNGAN No. Dokumen : PRS.003.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL

DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT

DIPERIKSA OLEH
KEPALA TEKNIK TAMBANG

DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE

DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN:

Halaman 1 dari 6
Tanggal : 1 April 2018
PROSEDUR PENGAMBILAN Revisi :0
SAMPEL LINGKUNGAN No. Dokumen : PRS.003.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN:

REV. TANGGAL DESKRIPSI PERUBAHAN

0 1 April 2018 Terbitan awal

Halaman 2 dari 6
Tanggal : 1 April 2018
PROSEDUR PENGAMBILAN Revisi :0
SAMPEL LINGKUNGAN No. Dokumen : PRS.003.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

TUJUAN

Tujuan dari Penerapan Prosedur ini adalah untuk memastikan bahwa pengambilan sampel lingkungan
ditangani dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan

RUANG LINGKUP

Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja PT. KAPUAS
PRIMA COAL Tbk. baik di kantor,Pelabuhan, dll yang menangani pengambilan sampel lingkungan

REFERENSI

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian


Pencemaran Udara
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan/ atau Kegiatan Pertambangan Bijih Besi
 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan
 Dokumen AMDAL dan RKL-RPL PT. Kapuas Prima Coal Tbk.
 Dokumen UKL-UPL TUKS PT. Kapuas Prima Coal Tbk.
 SNI 6989.57:2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan

DEFINISI

 Baku Mutu adalah batas atau kadar mahluk hidup, zat, atau energi atau komponen lain yang ada
atau harus ada dan/ atau unsur pencemar yang ditenggang adanya sesuai dengan peruntukannya
 Baku Mutu Air Limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/ atau jumlah unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke
dalam sumber air dari suatu usaha dan/ atau kegiatan
 Baku Tingkat Kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang
ke lingkungan dari usaha dan atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan
 Udara Ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer yang berada di
dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan
manusia, mahluk hidup, dan unsur lingkungan hidup lainnya
 Mutu Udara Ambien adalah kadar zat, energy, dan/ atau komponen lain yang ada di udara bebas
 Titik Penaatan adalah satu atau lebih lokasi yang dijadikan acuan untuk pemantauan dalam rangka
penaatan baku mutu air limbah
 Air limbah usaha dan/ atau kegiatan pertambangan bijih besi bersumber dari:
- Kegiatan penambangan bijih besi
- Kegiatan pengolahan bijih besi
- Kegiatan pengolahan pasir besi, dan
- Kegiatan pendukung

TANGGUNG JAWAB

Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan melakukan
perbaikan dengan mengimplementasikan, dan pihak tersebut yang bertanggungjawab diantaranya:

Halaman 3 dari 6
Tanggal : 1 April 2018
PROSEDUR PENGAMBILAN Revisi :0
SAMPEL LINGKUNGAN No. Dokumen : PRS.003.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

1 Pengawas 1. Pengawas wajib untuk memastikan pengambilan sampel lingkungan


ditangani dengan benar dan baik
2. Pengawas wajib untuk bersama-sama dengan pengawas lain
memastikan pengambilan sampel lingkungan ditangani dengan benar
dan baik
3. Pengawas wajib melaporkan kegiatan pengambilan sampel
lingkungan kepada atasannya, mencakup atasan langsung, Bagian
HSE, Kepala Teknik Tambang dan Direktur Operasional
4. Pengawas bertanggungjawab atas terlaksananya penerapan
prosedur ini di area kerja
5. Pengawas bertanggungjawab atas laporan terhadap penerapan
prosedur yang dibuat
2 Staff Enviro 1. Staff Enviro wajib untuk memberikan bantuan dan arahan kepada
pengawas terkait pengambilan sampel lingkungan
2. Staff Enviro wajib membuat laporan terhadap pengambilan sampel
lingkungan berdasarkan dari laporan pengawas maupun laporan
mandiri
3. Staff Enviro wajib melaporkan kegiatan pengambilan sampel
lingkungan kepada atasannya, mencakup atasan langsung, Bagian
HSE, 0DQDJHU3RUW dan Direktur Operasional
4. Staff Enviro bertanggungjawab atas laporan terhadap pengambilan
sampel lingkungan yang dibuat

3 Koordinator 1. Koordinator HSE wajib untuk memberikan bantuan dan arahan


HSE kepada pengawas dan staff enviro terkait pengambilan sampel
lingkungan
2. Koordinator HSE wajib melaporkan kegiatan pengambilan sampel
lingkungan kepada 0DQDJHU3RUW dan Direktur Operasional
3. Koordinator HSE bertanggungjawab atas laporan terhadap
pengambilan sampel lingkungan yang dibuat
4. Koordinator HSE bertanggungjawab atas terlaksananya penerapan
prosedur di area kerja yang bersangkutan

4 0DQDJHU3RUW 1. Manager bertanggungjawab atas koreksi dan komentar pada


 perbaikan prosedur
2. Manager bertanggungjawab atas terlaksananya penerapan prosedur
di area kerja yang bersangkutan
3. Manager bertanggungjawab atas laporan terhadap penerapan
prosedur

5 KTT 1. KTT bertanggungjawab atas koreksi dan komentar pada perbaikan


prosedur
2. KTT bertanggungjawab atas terlaksananya penerapan prosedur di
area kerja yang bersangkutan
3. KTT bertanggungjawab atas laporan terhadap penerapan prosedur

Halaman 4 dari 6
Tanggal : 1 April 2018
PROSEDUR PENGAMBILAN Revisi :0
SAMPEL LINGKUNGAN No. Dokumen : PRS.003.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

6 Direktur 1. Direktur Operasional bertanggungjawab atas koreksi


Operasional 2. Direktur Operasional bertanggungjawab atas berjalannya koreksi
3. Direktur Operasional bertanggungjawab untuk mengevaluasi
terhadap penerapan prosedur

PROSEDUR
1 Penelaahan awal
Pada saat pengambilan sampel lingkungan akan dilaksanakan, pengawas/ staff enviro/
koordinator HSE pertama-tama harus terlebih dahulu memiliki acuan terhadap pekerjaan
yang akan dilakukan

2 Alat Pelindung Diri:


Pada saat pengambilan sampel lingkungan akan dilaksanakan, petugas pengambil sampel
wajib menggunakan APD sebagai berikut:
- Safety Helmet (helm keselamatan)
- Safety Shoes/ Boot (sepatu/ boot keselamatan)
- Sarung tangan lateks/ karet
- Safety Glass (kacamata pelindung)
- Masker
- Ear-Muff/ Ear-Plug (pelindung telinga)

3 Pelaksanaan Pengambilan Sampel Lingkungan


Sampel air permukaan
- Persiapkan alat-alat sampling (botol sampling, corong, centong)
- Botol yang digunakan adalah botol yang sudah disediakan oleh pihak ketiga dengan
warna dan volume sesuai dengan peruntukannya:
a. Botol Plastik label Hijau ukuran 500ml
b. Botol Plastik label Biru ukuran 250ml
c. Botol Plastik label Merah ukuran 100ml
d. Botol Kaca Label Ungu ukuran 500ml
- Cuci bersih botol dengan aquades sebelum digunakan untuk mencegah kontaminasi
- Pastikan setiap botol telah memiliki label sesuai dengan peruntukannya, dan sudah ditulis
sebagai berikut pada labelnya: Nama Perusahaan (Client), Pengambil Sampel, Identitas
lokasi sampel (Sample ID), Tanggal dan Jam Pengambilan Sampel
- Saat menuju lokasi pengambilan sampel (titik pemantauan dan/ atau titik penaatan), botol
sampel harus selalu berada di wadah yang terlindung dari sinar matahari langsung
- Periksa kondisi lokasi sampling sebelum melakukan pengambilan sampel. Pastikan lokasi
memungkinkan untuk mengambil sampel sesuai dengan jumlah dan peruntukannya
- Buka tutup sampel sesaat setelah memasukkan seluruh atau sebagian badan botol
sampel ke dalam air. Letakkan mulut botol sampel mengarah ke arus permukaan air.
- Berikan bahan kimia tambahan sesuai dengan jenis dan warna label botol
- Pastikan saat mengambil sampel air tidak menimbulkan gelembung air yang berlebihan
- Tutup botol sampel sesaat setelah selesai melakukan pengambilan sampel. Pastikan
tutup botol tertutup rapat
- Botol yang sudah tertutup rapat dimasukkan kembali ke dalam boks sampel

Halaman 5 dari 6
Tanggal : 1 April 2018
PROSEDUR PENGAMBILAN Revisi :0
SAMPEL LINGKUNGAN No. Dokumen : PRS.003.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

- Setelah semua proses pengambilan sampel selesai dilakukan, maka semua botol sampel
ditempatkan di dalam boks sampel dan dibawa kembali ke tempat penyimpanan
sementara atau langsung dikirimkan untuk proses di laboratorium pihak ketiga
- Sebelum dikirimkan pada hari yang sama, pada boks sampel ditambahkan Ice Pack untuk
menjaga suhu sampel di boks selama perjalanan. Apabila tidak bisa dikirimkan pada hari
yang sama, sampel dikeluarkan dari boks sampel dan ditempatkan di dalam kulkas
dengan suhu ± 40 Celcius (batas maksimal penyimpanan di kulkas 1 x 24 jam)
- Pengiriman ke laboratorium pihak ketiga dapat dilakukan, setelah boks sampel dipacking
dan diberikan label pengiriman untuk kemudian dianalisa di laboratorium pihak ketiga
- Hasil analisa sampel dari laboratorium pihak ketiga merupakan dasar nilai baku mutu
yang dilaporkan dalam RKL-RPL dan Laporan Triwulan

Sampel Kebisingan
- Dengan sebuah Sound Level Meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi dB selama 10
(sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik
- Hasil pembacaan selama masa pengukuran dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai Baku
Tingkat Kebisingan
- Hasil analisa sampel merupakan dasar nilai baku mutu yang dilaporkan dalam RKL-RPL
dan Laporan Triwulan

Sampel Udara Ambien


- Pengambilan sampel udara ambien dilakukan oleh pihak ketiga dan dilakukan di titik
penaatan/ pengambilan sampel yang sudah ditetapkan
- Petugas pengambil sampel merupakan petugas dari pihak ketiga dengan didampingi oleh
staff enviro
- Hasil analisa sampel dari laboratorium pihak ketiga merupakan dasar nilai baku mutu
yang dilaporkan dalam RKL-RPL dan Laporan Triwulan

Halaman 6 dari 6
LAMPIRAN 12.
SOP PEMANTAUAN HARIAN PH &
TSS
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN pH DAN TSS No. Dokumen : PRS.001.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL

DIPERIKSA OLEH:
0$1$*(53257

DIPERIKSA OLEH
.(3$/$7(.1,.7$0%$1*

DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE

DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN:


RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN:

Halaman 1 dari 5
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN pH DAN TSS No. Dokumen : PRS.001.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

REV. TANGGAL DESKRIPSI PERUBAHAN

0 1 September 2018 Terbitan awal

Halaman 2 dari 5
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN pH DAN TSS No. Dokumen : PRS.001.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

TUJUAN

Tujuan dari Penerapan Prosedur ini adalah untuk memastikan bahwa pemantauan harian pH dan TSS
ditangani dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan

RUANG LINGKUP

Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja PT. KAPUAS
PRIMA COAL Tbk. baik di kantor,3HODEXKDQ, dll yang menangani pemantauan harian pH dan TSS

REFERENSI

 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan/ atau Kegiatan Pertambangan Bijih Besi
 Dokumen AMDAL dan RKL-RPL PT. Kapuas Prima Coal Tbk.
 Dokumen UKL-UPL TUKS PT. Kapuas Prima Coal Tbk.
 SNI 6989.57:2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan

DEFINISI

 TSS (Total Suspended Solid) adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan
dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang
termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur
 Titik Penaatan adalah satu atau lebih lokasi yang dijadikan acuan untuk pemantauan dalam rangka
penaatan baku mutu air limbah
 Air limbah usaha dan/ atau kegiatan pertambangan bijih besi bersumber dari:
- Kegiatan penambangan bijih besi
- Kegiatan pengolahan bijih besi
- Kegiatan pengolahan pasir besi, dan
- Kegiatan pendukung

TANGGUNG JAWAB

Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan melakukan
perbaikan dengan mengimplementasikan, dan pihak tersebut yang bertanggungjawab diantaranya:
1 Pengawas 1. Pengawas wajib untuk memastikan pemantauan harian pH dan TSS
ditangani dengan benar dan baik
2. Pengawas wajib untuk bersama-sama dengan pengawas lain
memastikan pemantauan harian pH dan TSS ditangani dengan benar
dan baik
3. Pengawas wajib melaporkan kegiatan pemantauan harian pH dan
TSS kepada atasannya, mencakup atasan langsung, Bagian HSE,
0DQDJHU3RUW dan Direktur Operasional
4. Pengawas bertanggungjawab atas terlaksananya penerapan
prosedur ini di area kerja
5. Pengawas bertanggungjawab atas laporan terhadap penerapan
prosedur yang dibuat

Halaman 3 dari 5
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN pH DAN TSS No. Dokumen : PRS.001.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

2 Staff Enviro 1. Staff Enviro wajib untuk memberikan bantuan dan arahan kepada
pengawas terkait pemantauan harian pH dan TSS
2. Staff Enviro wajib membuat laporan terhadap pemantauan harian pH
dan TSS berdasarkan dari laporan pengawas maupun laporan
mandiri
3. Staff Enviro wajib melaporkan kegiatan pemantauan harian pH dan
TSS kepada atasannya, mencakup atasan langsung, Bagian HSE,
Manager Port dan Direktur Operasional
4. Staff Enviro bertanggungjawab atas laporan terhadap pemantauan
harian pH dan TSS yang dibuat

3 Koordinator 1. Koordinator HSE wajib untuk memberikan bantuan dan arahan


HSE kepada pengawas dan staff enviro terkait pemantauan harian pH dan
TSS
2. Koordinator HSE bertanggungjawab atas laporan terhadap
pengambilan sampel lingkungan yang dibuat
3. Koordinator HSE bertanggungjawab atas terlaksananya penerapan
prosedur di area kerja yang bersangkutan

4 Manager 1. Manager bertanggungjawab atas koreksi dan komentar pada


3RUW perbaikan prosedur
2. Manager bertanggungjawab atas terlaksananya penerapan prosedur
di area kerja yang bersangkutan
3. Manager bertanggungjawab atas laporan terhadap penerapan
prosedur

5 KTT 1. KTT bertanggungjawab atas koreksi dan komentar pada perbaikan


prosedur
2. KTT bertanggungjawab atas terlaksananya penerapan prosedur di
area kerja yang bersangkutan
3. KTT bertanggungjawab atas laporan terhadap penerapan prosedur

6 Direktur 1. Direktur Operasional bertanggungjawab atas koreksi


Operasional 2. Direktur Operasional bertanggungjawab atas berjalannya koreksi
3. Direktur Operasional bertanggungjawab untuk mengevaluasi
terhadap penerapan prosedur

PROSEDUR
1 Penelaahan awal
Pada saat pemantauan harian pH dan TSS akan dilaksanakan, pengawas/ staff enviro
pertama-tama harus terlebih dahulu memiliki acuan terhadap pekerjaan yang akan dilakukan

2 Alat Pelindung Diri:


Pada saat pengambilan sampel lingkungan akan dilaksanakan, petugas pengambil sampel
wajib menggunakan APD sebagai berikut:
- Safety Helmet (helm keselamatan)
- Safety Shoes/ Boot (sepatu/ boot keselamatan)

Halaman 4 dari 5
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN pH DAN TSS No. Dokumen : PRS.001.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

- Sarung tangan lateks/ karet


- Safety Glass (kacamata pelindung)
- Masker
- Ear-Muff/ Ear-Plug (pelindung telinga)

3 Pelaksanaan Pemantauan Harian pH dan TSS


- Persiapkan alat-alat sampling sesuai dengan parameter yang akan dipantau. Alat
sampling yang digunakan antara lain adalah alat untuk mengukur pH (pH-meter atau pH-
strips indicator) dan alat untuk mengukur TSS (TSS-meter)
- Periksa kondisi lokasi sampling titik penaatan sebelum melakukan pengambilan sampel.
Pastikan lokasi titik penaatan memungkinkan untuk mengambil sampel sesuai dengan
jumlah dan peruntukannya
- Lakukan pengambilan sampel di lokasi titik penaatan dengan menggunakan alat sampling
yang sudah disediakan
- Hasil analisa sampel dilakukan pencatatan dan dimasukkan ke dalam tabulasi
pengambilan sampel harian per bulan

Halaman 5 dari 5
LAMPIRAN 13.
SOP PEMANTAUAN HARIAN
KEBISINGAN
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN KEBISINGAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL

DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT

DIPERIKSA OLEH
KEPALA TEKNIK TAMBANG

DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE

DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN:

Halaman 1 dari 5
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN KEBISINGAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN:

REV. TANGGAL DESKRIPSI PERUBAHAN

0 1 September 2018 Terbitan awal

Halaman 2 dari 5
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN KEBISINGAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

TUJUAN

Tujuan dari Penerapan Prosedur ini adalah untuk memastikan bahwa pemantauan harian kebisingan
ditangani dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan

RUANG LINGKUP

Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja PT. KAPUAS
PRIMA COAL Tbk. baik di kantor,Pelabuhan, dll yang menangani pemantauan harian kebisingan

REFERENSI

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian


Pencemaran Udara
 Dokumen AMDAL dan RKL-RPL PT. Kapuas Prima Coal Tbk.
 Dokumen UKL-UPL TUKS PT. Kapuas Prima Coal Tbk.

DEFINISI

 Baku Mutu adalah batas atau kadar mahluk hidup, zat, atau energi atau komponen lain yang ada
atau harus ada dan/ atau unsur pencemar yang ditenggang adanya sesuai dengan peruntukannya
 Baku Tingkat Kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang
ke lingkungan dari usaha dan atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan

TANGGUNG JAWAB

Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan melakukan
perbaikan dengan mengimplementasikan, dan pihak tersebut yang bertanggungjawab diantaranya:
1 Pengawas 1. Pengawas wajib untuk memastikan pemantauan harian kebisingan
ditangani dengan benar dan baik
2. Pengawas wajib untuk bersama-sama dengan pengawas lain
memastikan pemantauan harian kebisingan ditangani dengan benar
dan baik
3. Pengawas wajib melaporkan kegiatan pemantauan harian kebisingan
kepada atasannya, mencakup atasan langsung, Bagian HSE, Manager
Port dan Direktur Operasional
4. Pengawas bertanggungjawab atas terlaksananya penerapan
prosedur ini di area kerja
5. Pengawas bertanggungjawab atas laporan terhadap penerapan
prosedur yang dibuat
2 Staff Enviro 1. Staff Enviro wajib untuk memberikan bantuan dan arahan kepada
pengawas terkait pemantauan harian kebisingan
2. Staff Enviro wajib membuat laporan terhadap pemantauan harian
kebisingan berdasarkan dari laporan pengawas maupun laporan
mandiri
3. Staff Enviro wajib melaporkan kegiatan pemantauan harian
kebisingan kepada atasannya, mencakup atasan langsung, Bagian
HSE, Manager Port dan Direktur Operasional

Halaman 3 dari 5
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN KEBISINGAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

4. Staff Enviro bertanggungjawab atas laporan terhadap pemantauan


harian kebisingan yang dibuat

3 Koordinator 1. Koordinator HSE wajib untuk memberikan bantuan dan arahan


HSE kepada pengawas dan staff enviro terkait pemantauan harian
kebisingan
2. Koordinator HSE bertanggungjawab atas laporan terhadap
pengambilan sampel lingkungan yang dibuat
3. Koordinator HSE bertanggungjawab atas terlaksananya penerapan
prosedur di area kerja yang bersangkutan

4 Manager 1. Manager bertanggungjawab atas koreksi dan komentar pada


Port/ perbaikan prosedur
2. Manager bertanggungjawab atas terlaksananya penerapan prosedur
di area kerja yang bersangkutan
3. Manager bertanggungjawab atas laporan terhadap penerapan
prosedur

5 KTT 1. KTT bertanggungjawab atas koreksi dan komentar pada perbaikan


prosedur
2. KTT bertanggungjawab atas terlaksananya penerapan prosedur di
area kerja yang bersangkutan
3. KTT bertanggungjawab atas laporan terhadap penerapan prosedur

6 Direktur 1. Direktur Operasional bertanggungjawab atas koreksi


Operasional 2. Direktur Operasional bertanggungjawab atas berjalannya koreksi
3. Direktur Operasional bertanggungjawab untuk mengevaluasi
terhadap penerapan prosedur

PROSEDUR
1 Penelaahan awal
Pada saat pemantauan harian kebisingan akan dilaksanakan, pengawas/ staff enviro
pertama-tama harus terlebih dahulu memiliki acuan terhadap pekerjaan yang akan dilakukan

2 Alat Pelindung Diri:


Pada saat pengambilan sampel lingkungan akan dilaksanakan, petugas pengambil sampel
wajib menggunakan APD sebagai berikut:
- Safety Helmet (helm keselamatan)
- Safety Shoes/ Boot (sepatu/ boot keselamatan)
- Sarung tangan lateks/ karet
- Safety Glass (kacamata pelindung)
- Masker
- Ear-Muff/ Ear-Plug (pelindung telinga)

Halaman 4 dari 5
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN KEBISINGAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

3 Pelaksanaan Pemantauan Harian kebisingan


- Persiapkan alat-alat sampling sesuai dengan parameter yang akan dipantau. Alat
sampling yang digunakan antara lain adalah alat untuk mengukur kebisingan (Sound
Level Meter)
- Periksa kondisi lokasi sampling titik penaatan sebelum melakukan pengambilan sampel.
Pastikan lokasi titik penaatan memungkinkan untuk mengambil sampel sesuai dengan
jumlah dan peruntukannya
- Lakukan pengambilan sampel di lokasi titik penaatan dengan menggunakan alat sampling
yang sudah disediakan
- Hasil analisa sampel dilakukan pencatatan dan dimasukkan ke dalam tabulasi
pengambilan sampel harian per bulan

Halaman 5 dari 5
LAMPIRAN 14.
SOP PENANGANAN KEBAKARAN DI
LOKASI KEGIATAN
PROSEDUR PENANGANAN Tanggal : 1 April 2018
Revisi :0
KEBAKARAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL

DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT

DIPERIKSA OLEH
KEPALA TEKNIK TAMBANG

DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE

DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN:

Halaman 1 dari 6
PROSEDUR PENANGANAN Tanggal : 1 April 2018
Revisi :0
KEBAKARAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN:

REV. TANGGAL DESKRIPSI PERUBAHAN


1 April
0 Terbitan awal
2018

Halaman 2 dari 6
PROSEDUR PENANGANAN Tanggal : 1 April 2018
Revisi :0
KEBAKARAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

TUJUAN
 Prosedur ini menjelaskan mengenai tindakan pencegahan dan penanggulangan
terhadap kebakaran yang harus dilaksanakan dan dipelihara di area lokasi
pertambangan PT. Kapuas Prima Coal, Tbk.
 Diharapkan seluruh karyawan mengetahui dan memahami prosedur ini. Prosedur ini
hanya untuk digunakan di area lokasi pertambangan PT. Kapuas Prima Coal, Tbk.

RUANG LINGKUP

SOP ini berlaku untuk semua karyawan di PT. Kapuas Prima Coal, Tbk.

REFERENSI
 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
 Peraturan Pemerintah 55 Tahun 2010 Pembinaan Pengawasan Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan
Pengawasaan Pertambangan Mineral dan Batubara.

DEFINISI

Tidak digunakan dalam prosedur ini

TANGGUNG JAWAB

Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat
dan melakukan perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak tersebutyang
bertanggungjawab diantaranya :
1 Pengawas 1. Pengawas memastikan prosedur ini disosialisasikan
kepada semua pekerja di area kerja
2. Pengawas memastikan tersedianya sarana dan alat
pencegahan kebakaran diarea kerja
3. Pengawas memastikan sumber bahaya kebakaran dapat
dikendalikan

2 Safety 1. Safety Officer wajib untuk memberikan bantuan dan arahan


Officer kepada pengawas terkait penanganan kebakaran
2. Safety Officer wajib membuat laporan terhadap
ketersediaan sarana pencegahan kebakaran di setiap area
kerja
3. Safety Officer melakukan pengecekan dan pemeliharaan
sarana pencegahan kebakaran

Halaman 3 dari 6
PROSEDUR PENANGANAN Tanggal : 1 April 2018
Revisi :0
KEBAKARAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

3 Koordinator 1. Koordinator HSE wajib untuk memberikan bantuan dan


HSE arahan kepada pengawas dan safety officer terkait
penanganan kebakaran
2. Koordinator HSE wajib melaporkan kegiatan penanganan
kebakaran kepada manager port dan Direktur Operasional
3. Koordinator HSE bertanggungjawab atas laporan terhadap
penanganan kebakaran yang dibuat
4. Koordinator HSE bertanggungjawab merencanakan
emergency respon plan terkait kebakaran
4 Manager 1. Manager bertanggungjawab atas koreksi dan komentar
Port pada perbaikan prosedur
2. Manager bertanggungjawab atas terlaksananya penerapan
prosedur di area kerja yang bersangkutan
3. Manager bertanggungjawab atas laporan terhadap
penerapan prosedur

6 Direktur 1. Direktur Operasional bertanggungjawab atas koreksi


Operasional 2. Direktur Operasional bertanggungjawab atas berjalannya
koreksi
3. Direktur Operasional bertanggungjawab untuk
mengevaluasi terhadap penerapan prosedur

PROSEDUR

1 Langkah pencegahan kebakaran ditempat kerja


Memastikan bahwa alat pemadam api dengan jumlah yang cukup dan dari jenis
yang baik ditempatkan dan diberi tanda dengan jelas di tempat kerja. Alat
pemadam api harus dirawat dan dijaga kondisinya oleh orang-orang yang
kompeten dan dilakukan pemeriksaan secara visual setiap satu (1) bulan. Lokasi
alat pemadam api yang ada di seluruh tempat kerja harus ditunjukkan pada
semua pegawai baru pada saat diberikan induksi keselamatan. Bahan yang
mudah terbakar tidak diperkenankan untuk digabungkan di tempat kerja untuk
mengurangi resiko kebakaran.

Halaman 4 dari 6
PROSEDUR PENANGANAN Tanggal : 1 April 2018
Revisi :0
KEBAKARAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

Persediaan air dengan jumlah yang cukup harus disediakan untuk membantu
pemadaman bilamana resiko kebakaran cukup tinggi.

2 Langkah pencegahan kebakaran di luar area kerja / Lingkungan


Kemungkinan untuk setiap ancaman terhadap wilayah lingkungan kerja yang
berdampingan seperti hutan, semua tindakan pencegahan harus dibuat untuk
mencegah penyebaran api. Tindakan tersebut meliputi pembuatan barikade
pelindung seperti pematang/parit untuk menyekat api. Tindakan pencegahan
lainnya meliputi instalasi peralatan pengujian kecepatan angin dan peralatan
pemadam api seperti alat pemadam kebakaran dan truk pemadam kebakaran.

3 Penanggulangan Kebakaran
1. Koordinator mengumumkan adanya kebakaran melalui radio
telekomunikasi kepada tim tanggap darurat ( apabila koordinator tidak ada
maka diumumkan oleh wakil atau salah seorang dari manajemen).
2. Seluruh tim akan bertindak sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-
masing dalam menanggulangi kebakaran.
3. Setelah mendapat laporan dari seluruh team, koordinator melapor
kepada pengarah/manajemen tentang perkembangan situasi
4. Apabila situasi tidak dapat diatasi maka ketua team penanggulangan
melapor kepada koordinator kembali untuk diambil tindakan selanjutnya.
5. Tindakan evakuasi dapat dilakukan sebagai upaya mencegah kerugian
yang lebih besar.
6. Semua tindakan penanggulan kebakaran mengikuti arahan dan petunjuk
dalam prosedur tanggap darurat.

Halaman 5 dari 6
PROSEDUR PENANGANAN Tanggal : 1 April 2018
Revisi :0
KEBAKARAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.

4 Pembakaran yang Terkontrol


Setiap pembakaran material yang dilakukan harus mendapakan ijin. Ijin
didapatkan melalui persetujuan pengawas pekerjaan yang diketahui oleh
Departemen Keselamatan Kesehatan kerja.

5 Pelatihan
Pelatihan karyawan dalam tindakan pencegahan dan penanggulangan terhadap
kebakaran akan dilaksanakan dalam dua tahap:
1. Pelatihan awal (untuk karyawan baru) akan meliputi tindakan pencegahan
terhadap kebakaran, topik prosedur keadaan darurat dan teori
penggunaan alat pemadam api.

2. Pelatihan lanjutan akan diberikan bagi karyawan untuk meningkatkan


keahlian dan pengetahuan mereka dalam hal tindakan pencegahan
terhadap kebakaran, termasuk simulasi penggunaan APAR

6 Prosedur Keadaan Darurat Kebakaran


Apabila terjadi resiko kebakaran suatu Rencana Aksi Keadaan Darurat akan
disiapkan di tempat kerja sesuai dengan Prosedur tanggap darurat.

Halaman 6 dari 6
LAMPIRAN 15.
SOP KEBAKARAN HUTAN DAN
LAHAN
No. SOP/KPC-
PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN Dokumen P/HSE/003/01/2020
LAHAN
Tanggal 2 Januari 2020
PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL Revisi 0

DISAHKAN OLEH :
DIREKTUR UTAMA

HARJANTO WIDJAJA
DISETUJUI OLEH :
DIREKTUR OPERASIONAL

PADLI NOOR
DIPERIKSA OLEH :
KEPALA TEKNIK TAMBANG /
MANAGER PELABUHAN

TRI EKO A. M. SABIR ADHA


DISIAPKAN OLEH :
KOORDINATOR HSE

ANDRIA YOSEPHANDI ANDEL

Halaman 1 dari 7
RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN :

NO DOKUMEN NO
TANGGAL
REV. AWAL PEMBAHARUAN DESKRIPSI PERUBAHAN
TERBIT
DOKUMEN

SOP/KPC-
0 2 Januari 2020 0 Terbitan awal
P/HSE/003/01/2020

Halaman 2 dari 7
I. Tujuan
Prosedur ini bertujuan sebagai pedoman dalam proses mengendalikan kebakaran hutan
dan lahan, di lingkungan kerja PT. Kapuas Prima Coal Tbk. dan afiliasinya.

II. Ruang Lingkup


Prosedur ini mempunyai ruang lingkup sebagai pedoman dalam proses pengendalian
kebakaran hutan dan lahan, di lingkungan kerja PT. Kapuas Prima Coal Tbk. dan
afiliasinya, mencakup site, pelabuhan, dan kantor baik di area kerja.

III. Referensi
1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.32/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2016 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Lahan

IV. Definisi
1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
2. Lahan adalah suatu hamparan ekosistem daratan di luar kawasan hutan yang
peruntukannya untuk usaha dan atau kegiatan lading dan atau kebun bagi
masyarakat.
3. Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu peristiwa terbakarnya hutan dan/ atau
lahan, baik secara alami maupun oleh perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan
kerusakan lingkungan yang menimbulkan kerugian ekologi, ekonomi, sosial budaya
dan politik.

V. Prosedur
1. Masukan yang dibutuhkan dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan adalah:
- Peta potensi api (hot spot) di area hutan dan lahan,
- Peta areal kerja,
- Menara kebakaran.

2. Keluaran yang dihasilkan adalah:


- Luas areal yang terbakar,
- Kerugian yang ditimbulkan, baik secara ekonomi dan ekologi,
- Evaluasi pelaksanaan pemadaman kebakaran,
- Rekapitulasi hasil pengendalian kebakaran.

3. Waktu pelaksanaan pengendalian kebakaran hutan, yaitu:


- Pelaksanaan pemantauan kebakaran hutan dilakukan secara periodic setiap 3
(tiga) bulan sekali dan lebih ditingkatkan pada musim kemarau,
- Pemantauan melalui menara kebakaran dilakukan setiap hari,
- Pemadaman kebakaran hutan dilakukan setiap terjadi kebakaran hutan,
- Inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan dan faktor penyebabnya dilakukan
sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun.

Halaman 3 dari 7
4. Tahapan kerja:
- Pengecekan terhadap kesiapan peralatan dan tim. Peralatan harus diperiksa
kesiapannya sekali dalam setiap awal bulan, sehingga apabila terjadi kebakaran
maka tindakan penanggulangannya dapat segera dilakukan,
- Mengenali tanda-tanda bahaya kebakaran hutan, seperti:
a. Secara langsung
 Penemuan kepulan asap oleh patroli darat dan petugas menara pengawas,
 Laporan dari masyarakat atau petugas kepada pusat pengendalian
kebakaran hutan
b. Secara tidak langsung
 Penetapan kadar air dan potensi bahan bakar serta cuaca dimana sering
terjadi kebakaran hutan,
 Meramalkan bahaya kebakaran dengan menggunakan indeks nilai bahaya
kebakaran yang diperoleh dengan menggunakan Fire Danger Meter
Method, Cumulative Humidity Method, atau Canadian Danger Tables.
- Melakukan tindakan pemadaman kebakaran
a. Mengidentifikasi lokasi yang terbakar serta factor penyebabnya,
b. Pendayagunaan sumberdaya (tenaga maupun peralatan) yang ada di lokasi,
c. Mobilisasi tim pemadam beserta masyarakat sekitar untuk membantu
memadamkan api ke lokasi,
d. Melakukan upaya untuk melokalisir api, misalnya dengan melakukan sekat
bakar yang mengisolasi api agar tidak merembet ke tempat lain,
e. Menyemprot api apabila memungkinkan,
f. Melakukan koordinasi dengan pemda setempat apabila dirasa kebakaran
semakin meluas dan tidak bisa diatasi sendiri,
g. Melakukan pemadaman api sisa kebakaran, dengan melakukan patroli
terhadap sisa-sisa kebakaran guna memastikan bahwa kebakaran benar-benar
telah padam.
- Melakukan upaya penanganan pasca bencana, meliputi:
a. Identifikasi dan evaluasi, meliputi pengumpulan data dan informasi perihal
kebakaran yang telah terjadi, pengukuran dan sketsa lokasi kebakaran, dan
analisis tingkat kerusakan yang terjadi,
b. Rehabilitasi, dengan mengupayakan pemulihan kembali kondisi areal
kebakaran hutan,
c. Apabila kebakaran terjadi karena adanya kesengajaan, maka diperlukan proses
penegakan hukum agar tidak terjadi kembali.
- Tindakan pencegahan kebakaran, meliputi:
a. Membuat peta kerawanan hutan,
b. Membuat sistem deteksi dini dengan menganalisis kondisi ekologis, sosial,
dan ekonomi,
c. Mengadakan penyuluhan, pembinaan, dan pelatihan kepada msyarakat sekitar
hutan mengenai bahaya dan dampak kebakaran hutan serta peran serta
aktivitas manusia yang seringkali memicu dan menyebabkan kebakaran hutan.
Selain itu masyarakat hutan juga harus mengetahui daerah mana saja yang
rawan kebakaran dan upaya pencegahannya,
d. Pemantauan dan pengawasan terhadap pihak-pihak yang berkaitan langsung
dengan hutan.

Halaman 4 dari 7
VI. Sarana dan Prasarana
1. Perlengkapan pribadi
Perlengkapan pribadi terdiri atas: topi pengaman, lampu kepala, kacamata
pengaman, masker dan penutup leher, sarung tangan, sabuk, peples, peluit, ransel,
sepatu pemadam, baju pemadam, kaos, kantong tidur, dan ransel standar.
2. Perlengkapan regu,
Perlengkapan regu, terdiri atas: tenda, peralatan standar perbengkelan, peralatan
standard P3K, dan peralatan penerangan, peralatan masak, dan perlengkapan standar
evakuasi dan penyelamatan sederhana.
3. Peralatan regu, terdiri atas:
- Peralatan tangan,
sekurang-kurangnya terdiri dari atas: kapak dua fungsi, gepyok, garu tajam, garu
pacul, sekop, pompa punggung,obor sulut tetes, kikir, golok/parang.
- Peralatan mekanis
Pompa bertekanan tinggi dalam 1 regu sekurangnya terdiri atas pompa induk
pompa jinjing, dan/ atau pompa apung. Kelengkapan pompa, sekurang-
kurangnya terdiri atas Nozzle, Suntikan gambut, Tanki air lipat, Selang,
Perlengkapan lainnya menyesuaikan.
- Chain-saw.
4. Sarana Pengolahan Data Dan Komunikasi sekurang-kurangnya terdiri atas GPS,
radio genggam, megaphone, peralatan komunikasi tradisional.
5. Sarana Transportasi dalam 1 regu sekurang-kurangnya terdiri atas kendaraan roda
dua jenis lapangan, kendaraan roda empat jenis lapangan meliputi dua fungsi mobil
logistik dan mobil pengangkut peralatan, dan/ atau 1 unit perahu klotok atau jenis
lainnya, dan jenis sarana transportasi lain yang menyesuaikan wilayah kerja.
6. Sarana dan prasarana lainnya meliputi dokumen prosedur operasional internal,
ruangan kerja, gudang peralatan, bengkel dan peralatannya, garasi, tempat
penyimpanan bahan bakar dan tempat pembersihan alat, barak personil, dan
sebagainya.

VII. Pelaporan
Kegiatan yang harus dilakukan setelah kebakaran adalah:
1. Pengukuran areal yang terbakar,
2. Menghitung kerugian secara ekonomis dan ekologis,
3. Rehabilitasi/ penanaman kembali areal bekas kebakaran,
4. Evaluasi pelaksanaan pemadaman kebakaran,
5. Rekapitulasi hasil pengendalian kebakaran hutan
Laporan kegiatan ini disampaikan kepada instansi yang berwenang.

Halaman 5 dari 7
VIII. Bagan Alir Proses Pengendalian Kebakaran Hutan

- Membuat Peta Kerawanan Hutan,


PENCEGAHAN - Membuat sistem deteksi dini,
- Mengadakan penyuluhan, pembinaan,
dan pelatihan,
- Pemantauan dan pengawasan.

KENALI TANDA - Adanya kepulan asap,


BAHAYA KEBAKARAN - Laporan masyarakat atau petugas,
HUTAN - Perkiraan.

- Identifikasi lokasi, penyebab dll,


PEMADAMAN
- Mobilisasi tim,
KEBAKARAN HUTAN
- Lokalisir api,
- Penyemprotan,
- Koordinasi Pemda,
- Pemadam api sisa kebakaran.

- Identifikasi dan evaluasi


PENANGANAN PASCA
- Rehabilitasi areal kebakaran
KEBAKARAN
- Penegakan hukum

IX. Lain-lain
1. Menara Pantau Api

- Rangka permanen (kayu/ besi)


- Tinggi menara dari permukaan
tanah sampai dengan lantai pantau
minimal 15 meter
- Lokasi menara disesuaikan
dengan kontur lokasi (lokasi
menara di tempat yang lebih
tinggi terhadap kondisi sekitarnya
~ 15 sehingga dapat memantau area
yang lebih luas)
- Dipasang penangkal/ penyalur
petir

Halaman 6 dari 7
2. Papan Indikator Kerawanan Api

KUNING

HIJAU MERAH

Halaman 7 dari 7
LAMPIRAN 16.
SOP PELABUHAN
Standard Operasional Pelabuhan

a) Prosedur Penangan keluar masuk barang di pelabuhan


- Keluar/Masuk barang diawasi oleh petugas keamanan di pelabuhan.
- Sebelum Keluar/Masuk di Pelabuhan driver wajib melapor ke pos keamanan, menunjukkan
surat jalan dan mencatat di buku Keluar / Masuk.
- Petugas keamanan wajib cek fisik isi muatan maupun kosongan sebelum Keluar/Masuk.
- Jika muatan yang Keluar/Masuk adalah material yang dibawa dari tambang maka setelah
diizinkan oleh petugas keamanan wajib pula melapor ke jembatan timbangan dan
melakukan penimbangan material yang dibawa nya untuk selanjutnya ditumpuk di dalam
gudang/stockpile atau langsung bongkar ke tongkang atas petunjuk pengawas di lapangan.

b) Prosedur Penanganan Kapal Sandar / Lepas di Pelabuhan

Penanganan Kapal/Tongkang Sandar :


- Semua operasional penyandaran kapal/tongkang di bawah komando nakhoda
kapal/Nakhoda tugboat penarik dan atas petunjuk dari Master Loading.

- Persiapan-persiapan yang harus di lakukan ;


1. Master Loading di wajibkan memeriksa secara langsung kondisi tali-tali mooring yang
akan dipakai. Kondisi tali-tali mooring harus dalam keadaan baik dan layak pakai.
2. Di atas kapal/tongkang (muka dan belakang) di siapkan 1 (satu) perwira jaga (chief
officer) yang di lengkapi dengan alat komunikasi radio handy talkie dan 3 (tiga) orang
anak buah kapal atau dapat di sesuaikan dengan kebutuhan.
3. Di atas kapal/tugboat penarik tongkang, Nakhoda/Juru Mudi di lengkapi dengan alat
komunikasi radio VHF.
4. Di jetty di siapkan paling sedikit 3 (tiga) orang untuk melayani tali-tali yang akan di
ikatkan dari tongkang ke jetty dan 1 (satu) orang Master Loading yang di lengkapi
dengan alat komunikasi radio handy talkie.
5. Semua orang terkait dengan operasional penyandaran diwajibkan untuk memakai
safety helmet, safety shoes, life jacket dan hands gloves.
6. Semua alat komunikasi radio handy talkie harus menggunakan battery yang baru di
charge.
7. Semua alat komunikasi radio handy talkie dan juga marine VHF harus di siapkan pada
channel 07 (channel panggilan dan channel kerja).
- Kapal/Tongkang sandar kiri.
- Penyandaran harus dibantu oleh tugboat bantu (tug assist).
- Master Loading dan Nakhoda/Tug Master Penarik selalu berkoordinasi dan memutuskan
apakah kapal/tongkang dapat sandar di jetty dengan aman atau tidak kalau dinyatakan
bahwa keadaan tidak aman karena cuaca buruk maka proses penyandaran di batalkan sampai
cuaca mengizinkan. Semua pergerakan selalu di catat di log book.

Penanganan Kapal/Tongkang Lepas dari Jetty :


- Semua operasional pemberangkatan/lepas tali kapal/tongkang di bawah komando
Nakhoda kapal/Tugboat Penarik Tongkang dan atas petunjuk dari Master Loading.
- Persiapan-persiapan yang harus di lakukan sebelum pemberangkatan/pelepasan tali
kapal/tongkang ;
1. Yakinkan bahwa final draft survey pada kapal/tongkang telah di adakan oleh
Independent Surveyor yang ditunjuk.
2. Di atas kapal/tongkang (muka dan belakang) di siapkan 1 (satu) orang perwira jaga
(chief officer) yang di lengkapi dengan alat komunikasi radio handy talkie dan 3 (tiga)
orang anak buah kapal atau sesuai dengan kebutuhan.
3. Di atas kapal/tugboat penarik tongkang, Nakhoda/Juru Mudi di lengkapi dengan alat
komunikasi radio VHF.
4. Di jetty di siapkan paling sedikit 3 (tiga) orang dan 1 (satu) orang Master Loading yang
di lengkapi dengan alat radio handy talkie.
5. Semua orang yang terkait dengan operasional pemberangkatan/pelepasan tali di
wajibkan untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD).
6. Semua alat komunikasi radio handy talkie harus menggunakan battery yang baru di
charge.
7. Semua alat komunikasi radio handy talkie dan juga marine VHF harus di siapkan pada
channel 07 (channel panggilan dan channel kerja).
8. Setelah semua persiapan siap, pasang tali towing dengan baik dan benar.
9. Lepaskan tali-tali di muka ataupun di belakang (tergantung arah arus) untuk menahan
kapal/tongkang dan memberikan kesempatan bagi ABK yang berada di atas tongkang
kembali ke tugboat penarik (1 orang tinggal di atas tongkang).
10. Setelah keadaan aman memungkinkan untuk manuver, lepaskan 1 tali yang masih
tersisa dan bagi 1 ABK yang berada di atas tongkang segera kembali ke tugboat penarik.
11. Semua tali temali telah di lepas, kapal/tongkang telah lepas dari jetty dan Master
Loading tetap mengawasi jangan sampai bagian dari kapal/tongkang
menyentuh/menabrak jetty.
12. Kapal dapat langsung menuju muara untuk melanjutkan perjalanan dan tugboat
penarik tongkang dapat menuju ke area tambat yang aman atau langsung ke kapal besar.

Penanganan Kebocoran Kapal/ Tongkang

Penanggulangan kebocoran merupakan suatu kegiatan atau perbuatan untuk menanggulangi suatu
permasalahan atau kerusakan yang telah terjadi sehingga resiko dari permasalahan tersebut dapat diatasi
ataupun dapat diminimalisir kerusakannya.

 Segera melapor yang menangani perbaikan untuk tindak lanjut perbaikan.


 Tidak membiarkan kondisi kebocoran/ kerusakan dalam waktu lama.
 Segera mengatasi pengelolaan lingkungan di sekitarnya apabila terjadi ceceran olie di peraian.

Prosedur Penanganan Orang keluar Masuk Pelabuhan

- Keluar/Masuk orang diawasi oleh petugas keamaan di pelabuhan.


- Sebelum Keluar/Masuk di Pelabuhan wajib melapor ke pos keamanan, menunjukkan kartu
identitas dan mencatat di buku tamu.
- Petugas keamanan wajib menanyakan keperluan orang Keluar/Masuk.
- Keluar/Masuk orang dalam rangka dinas/cuti wajib menyerahkan surat pengantar/surat
jalannya kepada petugas keamanan.
Prosedur Penanganan Bongkar Muat

- Rencana kegiatan Bongkar/Muat barang disiapkan dan disampaikan kepada pengawas


lapangan sebelum kegiatan bongkar muat dilaksanakan.
- Pengawas lapangan menyiapkan alat pendukung, manpower agar kegiatan bongkar muat
dapat berjalan dengan lancar.
- Kegiatan bongkar muat dilaksanakan sedemikian rupa agar selalu menjaga aspek keamanan,
keselamatan kerja.
- Setelah kegiatan bongkar muat selesai pengawas lapangan wajib membuat laporan kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai