s'1
Perizi nan : 1. lzin KomsrslalfOperasiona{ TUKS berdasarkan OSS Nomor : 8120101911495,tertanggal 14Maret2019.
2" Penetapan Pemenuhan Komitnren Pendaftaran lzin Pengoperasian Termlnal rJntuk Kepentingan Senciiri
'|
flrq *ffi .i
/rt. i2$ P{, . i 3.
(TUKS) di Dalam DLKr dan DLKP Pelabuhan Kumai berdasarkan Surat dari Direktur.lenderai Perhubungan
Laut dengan Nomor : A.412/A1.308/DTPLtertanggal 8 Mei 2019.
Keputusan dari Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpaciu Satu Pintu Kabupaten Kotawaringin
I Barat, Nomor: 503/0007/ltOK/DPMPTSP-D tenlang Persetuiuan Perui:ahan lzin Lokasi untuk Pembangunan
i Fasilitas lnstalansi Sarana dan Prasafana Pendukung irntuk Pembangunan Pabrik dan TUKS a.n pT. Kapuas
i Prima Coal tertanggal04 November 20i-9.
;4. lzin Lingkungan berdasarkan OSS dengan NIB :81201"01911495, tetanggal 14 Januari 2020,
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rl Nomor: 5K,13glMENLHK-PKTL/KUH/PLA.Z/L12A2A
i Pembangunan Pabrik Timbal {Pb) - Seng (Zn} dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri Atas Nama PI. Kapuas
)9
- Prima Coai di Kabupateil Kotawaringin Baral Provinsi Kalimantan Tengah Seluas 11,85 Hektar, tertanggal
20 ianuari 2C20.
Luas Lokasi + 10,342 Hektar
Lokasi Kegiaian Keiurahan Kumai Hulu, Kecamatan Kumai, Katrupaten Kotawaringin Barat.
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
PT. Kapuas Prima Coal adalah perseroan yang melakukan kegiatan usaha
dalam bidang pertambangan dan perdagangan dimana didirikan sejak tahun
2005. Hasil tambang yang diproduksi pada awalnya adalah bijih besi. namun sejak
2014 perseroan fokus ke dalam produksi Galena (PbSJ sehubungan dengan harga
pasar bijih besi yang terjun bebas. Galena ini selanjutnya akan diolah menjadi
konsentrat Timbal (Pb), Zinc (Zn),dan Perak (Ag).
Dalam rangka memanfaatkan don mengelola, serta menunjang kelancaran
pengangkulan material diperlukan sarana infrastruktur yang memadai seperti
terminal khusus. Fungsiutama dari terminal khusus ini untuk menunjang kelancaran
pengangkutan melalui air (sungai). Oleh karena itu PT. Kapuas Prima Coal, Tbk
merencanakan pembangunan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) don
stockpile serta sarana pendukungnya di Kelurahan Kumai Hulu, Kecamatan Kumai,
Kabupaten Kotawaringin Barat. sehingga pada tahun 2013 don 2018 telah
mendapatkan lzin Lingkungan mengenai kegiatan tersebut.
Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) PT. Kapuas Prima Coal. Tbk
termasuk pelabuhan barang curah hasil, tambang, dimana pelabuhan ini
merupakan pelabuhan yang hanya melayani kegiatan pernuatan atau
pembongkaran material. Oleh karena itu. TUKS ini mempunyai fasilitas khusus yang
dapat dibedakan menjadi dua macam. yaitu ( 1) Fasilitas pelabuhan hanya untuk
pemuatan/ loading; don (2) Fasilitas pelabuhan hanya untuk pembongkaran
(unloading).
Seiringnya untuk mendukung perkembangan produksi material, fasilitas TUKS
perlu dikembangkan. Oleh karena itu PT. Kapuas Prima Coal. Tbk merencanakan
rencana kegiatan perluasan lokasi TUKS, sarana don prasarana fasilitas
pendukungnya serta pengembangan pelabuhan. Rencana usaha dan/atau
kegiatan PT. Kapuas Prima Coal. Tbk ini didukung dengan telah diperoleh perizinan
yaitu : ( 1) Surat dari Direktur Jenderal Perhubungan Laut dengan Nomor :
A.412/ AL.308/DTPL. Perihal : Penetapan Pemenuhan Komitmen Pendaftaran lzin
Pengoperasian Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) PT. Kapuas PrimaCodi. Tbk
di Dalam DLKr don DLKP Pelabuhan Kumai, tertanggal 8 Mei 2019; (2) Keputusan dari
Kepala Dinos Penanaman Modal don Pelayanan Terpadu· Satu Pintu Kabupaten
Kotawaringin Beret. Nomor : 503/0007 /ILOK/DPMPTSP.D tentang Persetujuan
Perubahan lzin Lokasi untuk Pembangunan Fasilitaslnstalansi Sarona don Prasarana
Pendukung untuk Pembangunan Pabrik don TUKS a.n PT. Kapuas Prima Coal. Tbk
seluas 7,02 Hektar, tertanggal 04 November 2019; don (3) Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup don Kehutanan RI Nomor: SK.139/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/l /2020
tentang Penetapan Batas Areal Pelepasan Kawasan Hutan Produksi 'Yang Dapat
Dikonversiuntuk l;embangunan Pabrik Timbal (Pb) - Seng (Zn) don Terminal Untuk
Kepentingan Sendirl Atos Noma PT. Kapuas Prima Coal di Kabupaten Kotawaringin
Barat, ProvinsiKalimantan Tengah Seluas 11,86 Hektar. tertanggal 20 Januari 2020.
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh PT. Kapuas Prima Coal, Tbk
merupakan kegiatan yang wajib menyusun dokumen Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL). Hal ini berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Jokort t 2020
44
4'
HARJANT WIDJAJA
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iii
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k
Lampiran 4. SOP Induksi K3
iv
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk .................................................................... II-3
Tabel 3.1. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk .................................................................... III-2
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b K v
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
Halaman
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k vi
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k I-1
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat, tertanggal 21 Mei 2019
dengan Nomor : 660/581/ DLH.2/V/2019. Selanjutnya mengajukan permohonan
arahan dokumen lingkungan ke Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
terpadu Satu Pintu Provinsi Kalimantan Tengah dengan Surat Nomor : 2007/KPC-
P/XII/2019 tertanggal 13 Desember 2019, sehingga diperoleh Surat dari Komisi
Penilai AMDAL Provinsi Kalimantan Tengah dengan Nomor : 660/032/KPA-
DLH/I/2020 tertanggal 9 Januari 2020 perihal : Arahan Perubahan Izin Lingkungan,
menyatakan perusahaan wajib membuat dokumen AMDAL baru.
Rencana usaha dan/atau kegiatan PT. Kapuas Prima Coal, Tbk ini
didukung dengan telah diperoleh perizinan, yaitu sebagai berikut :
Perizinan yang Telah Dimiliki :
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Persetujuan Pengelolaan
Terminal untuk Kepentingan Sendiri (TUKSI) didalam DLKR dan DLKP Guna
menunjang kegiatan Usaha di Bidang Pertambangan Bijih Besi dan Mineral
Pengikutnya, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut
Nomor : B X-521/PPO8 tertanggal 12 Oktober 2015.
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Surat Keterangan dari
Bupati Kotawaringin Barat, Nomor : 590/93/Agraria, Perihal : Surat
Keterangan Terhadap Izin Lokasi Kepada PT. Kapuas Prima Coal, Tbk
tertanggal 28 April 2017.
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Pembaharuan Izin Lokasi
berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Kotawaringin Barat, Nomor :
553/001/ILOK/DPMPTSP.D tentang Pemberian Izin Lokasi untuk
Pembangunan Pabrik Timbal (Pb) – Seng (Zn), Sarana Pendukung Terminal
Kepentingan Sendiri (TUKS) seluas ±12,38 Hektar, tertanggal 08 Maret 2019.
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Izin Komersial/Operasional
TUKS berdasarkan OSS Nomor : 8120101911495, tertanggal 14 Maret 2019.
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Izin Pelepasan Kawasan
Hutan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor SK.251/MENLHK/SETJEN/PLA.2/3/2019 tentang Pelepasan Kawasan
Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi untuk Pembangunan Pabrik Timbal
(Pb) – Seng (Zn) dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri seluas ±12 Hektar
(Dua Belas Hektar), tertanggal 28 Maret 2019.
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan perihal Penetapan
Pemenuhan Komitmen Pendaftaran Izin Pengoperasian Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS) PT. Kapuas Prima Coal, Tbk Tbk di Dalam DLKr
dan DLKP Pelabuhan Kumai berdasarkan Surat dari Direktur Jenderal
Perhubungan Laut dengan Nomor : A.412/AL.308/DTPL tertanggal 8 Mei
2019.
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Keputusan dari Kepala
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Kotawaringin Barat, Nomor : 503/0007/ILOK/DPMPTSP.D tentang
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k I-2
Persetujuan Perubahan Izin Lokasi untuk Pembangunan Fasilitas Instalansi
Sarana dan Prasarana Pendukung untuk Pembangunan Pabrik dan TUKS
a.n PT. Kapuas Prima Coal, Tbk seluas 7,02 Hektar, tertanggal 04 November
2019.
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk Telah mendapatkan Surat Persetujuan Prinsip
Pembangunan dan Pemasangan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)
di Lokasi Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) Milik PT. Kapuas Prima
Coal, berdasarkan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor :
NV.006/2/14/DJPL-19 tertanggal 19 Desember 2019.
Telah mendapatkan Izin Lingkungan berdasarkan OSS dengan NIB :
8120101911495, tertanggal 14 Januari 2020.
Telah mendapatkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
RI Nomor : SK.139/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/1/2020 tentang Penetapan
Batas Areal Pelepasan Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi
untuk Pembangunan Pabrik Timbal (Pb) – Seng (Zn) dan Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri Atas Nama PT. Kapuas Prima Coal di Kabupaten
Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah Seluas 11,86 Hektar,
tertanggal 20 Januari 2020.
Perizinan Lingkungan yang Telah Dimiliki :
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Izin Lingkungan Kegiatan
Pembangunan Industri Pengolahan Bijih Besi Menjadi Produk PIG IRON dan
Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) berdasarkan Keputusan Bupati
Kotawaringin Barat, Nomor : 660/ /BLH/XII/2013 tertanggal Desember 2013.
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Rekomendasi atas UKL –
UPL Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) dan Stockpile serta Sarana
Pendukungnya berdasarkan Surat dari Kepala Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Kotawaringin Barat, Nomor : 660/793/BLH.II/XII/2013 tertanggal
2 Desember 2013.
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk telah mendapatkan Izin Lingkungan Terminal
untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) dan Stockpile serta Sarana
Pendukungnya di Kelurahan Kumai Hulu Kecamatan Kumai, Kabupaten
Kotawaringin Barat, berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kotawaringin Barat, Nomor :
553/013/DPMPTSP-III/LH/2018 tertanggal 22 Oktober 2018.
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k I-3
Adapun identitas pemrakarsa adalah sebagai berikut :
a) Nama Perusahaan : PT. KAPUAS PRIMA COAL, Tbk
b) Alamat
Perusahaan
Ruko Elang Laut Boulevard Blok A No. 32-33
Kantor Pusat :
Jalan Pantai Indah Selatan I RT. 002 RW. 003
Kamal Muara Penjaringan, Jakarta Utara 14470
Telepon : (021) 29676236 Fax. : (021) 29676234
Kantor Perwakilan : Jalan CPO Kalaf RT. 18, Desa Bumiharjo, Kumai
Hulu – Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin
Barat Provinsi Kalimantan Tengah
Kantor di Lokasi : Desa Bintang Mengalih, Kecamatan Belantikan
Kegiatan Raya
Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan
Tengah
c) Penanggung : HARJANTO WIDJAJA
Jawab
d) Jabatan : Direktur Utama
e) Lokasi Kegiatan : Kelurahan Kumai Hulu, Kecamatan Kumai
Kabupaten Kotawaringin Barat
Provinsi Kalimantan Tengah
1.2. Maksud dan Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k I-4
lingkungan. Perbaikan atau penyempurnaan pengelolaan lingkungan memang
perlu dilaksanakan terus menerus mengingat lingkungan itu selalu berkembang
secara dinamik, sehingga dengan demikian kegiatan pemantauan lingkungan
harus dilaksanakan.
Pemantauan merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan tanpa diikuti oleh aktivitas
pemantauan tidak akan banyak berarti. Tidak akan ada yang dapat mengetahui
apakah pendugaan dampak benar terjadi dan aktivitas pengelolaan lingkungan
yang telah dilakukan dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Hasil pemantauan
merupakan bahan untuk melakukan evaluasi atas kebijakan yang telah diambil
oleh pengambil keputusan, apakah perlu perbaikan atau penyempurnaan.
Adanya perubahan-perubahan yang berkenaan dengan kualitas lingkungan
akan dapat terdeteksi dan diidentifikasi melalui upaya pemantauan lingkungan,
sehingga timbulnya kemerosotan kualitas lingkungan yang mengarah pada
keadaan kritis dapat diketahui secara dini serta tindakan pencegahan dan
perbaikan segera dapat dilakukan. Oleh karena itu, upaya pemantauan
lingkungan merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan pengelolaan lingkungan
dan merupakan alat kontrol bagi setiap perubahan komponen lingkungan.
Usaha-usaha yang akan dilakukan akan lebih menitikberatkan pada jenis-jenis
dampak negatif dan meningkatkan dampak positifnya.
Pemantauan lingkungan meliputi 3 (tiga) bagian, yaitu sebagai berikut :
(1) Dampak yang dipantau seperti jenis dampak yang terjadi, komponen
lingkungan yang terkena dampak, indikator/parameter yang dipantau, dan
sumber dampak;
(2) Bentuk pemantauan lingkungan hidup seperti metode pengumpulan data
dan analisis data, lokasi pemantauan, waktu dan frekuensi pemantauan;
dan
(3) Institusi pemantauan lingkungan hidup seperti pelaksana, pengawas dan
penerima laporan pemantauan.
1.2.1. Maksud
Maksud dilaksanakannya Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL) PT. Kapuas Prima Coal, Tbk
adalah sebagai berikut :
a. Menentukan parameter lingkungan yang dipantau, seperti lokasi, waktu,
metode, cara pengukuran, dan pengawasan pelaksanaan pemantauan.
b. Menjelaskan dampak penting yang timbul akibat dari setiap kegiatan
terhadap komponen lingkungan geofisik-kimia, biologi dan sosial-ekonomi-
budaya serta kesehatan masyarakat.
c. Menentukan langkah-langkah kegiatan untuk menangani dan
menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif dari
kegiatan - kegiatan PT. Kapuas Prima Coal, Tbk yang telah dievaluasi dan
dinyatakan sebagai dampak penting.
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k I-5
d. Memperjelaskan badan-badan atau instansi-instansi pemerintah yang
bertugas mengawasi langkah-langkah kegiatan PT. Kapuas Prima Coal, Tbk
dalam upaya menangani dampak lingkungan.
e. Pedoman dalam melakukan kegiatan pencegahan dan/atau pengendalian
dampak negatif dan berupaya mengembangkan dampak positif akibat dari
kegiatan PT. Kapuas Prima Coal, Tbk.
f. Meningkatkan citra positif terhadap kinerja perusahaan dalam pelestarian
lingkungan hidup.
g. Sebagai informasi dini bagi masyarakat di sekitar wilayah rencana kegiatan
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk terkait dengan dampak positif dan negatif yang
ditimbulkan, sehingga dapat berpartisipasi dan bekerjasama dalam
melakukan pengelolaan lingkungan.
h. Sebagai jaminan agar kepentingan masyarakat tidak diabaikan.
i. Sebagai informasi untuk mengetahui secara dini perubahan kualitas
lingkungan, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan dampak positif dan
menghindari dampak negatif. Selain itu masyarakat juga dapat memberikan
masukan kepada pemerintah kabupaten maupun instansi terkait serta
pemrakarsa kegiatan apabila terjadi perubahan kualitas lingkungan terutama
yang merugikan.
j. Pedoman bagi masyarakat untuk turut berperan serta dalam menunjang
keberhasilan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup.
1.2.2. Tujuan
Tujuan penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL) PT. Kapuas Prima Coal, Tbk adalah
sebagai berikut :
a. Memantau komponen lingkungan di daerah tapak proyek dan sekitarnya
yang terkena dampak akibat kegiatan PT. Kapuas Prima Coal, Tbk sesuai
dengan hasil analisis dampak lingkungan.
b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berwawasan lingkungan.
c. Melindungi lingkungan geofisik-kimia, biologi dan sosial ekonomi dan budaya
serta kesehatan masyarakat dari kemungkinan timbulnya gangguan,
kerusakan dan pencemaran akibat kegiatan PT. Kapuas Prima Coal, Tbk.
d. Sebagai alat kontrol atau pengujian terhadap keberhasilan dari pelaksanaan
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup yang telah dilakukan
e. Untuk mencegah timbulnya gangguan-gangguan operasional kegiatan
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk yang berasal dari perubahan lingkungan atau
benturan kepentingan dengan masyarakat setempat.
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k I-6
1. Mematuhi semua hal yang terkait dengan peraturan dan perundang-
undangan lingkungan yang berlaku, komitmen-komitmen lingkungan yang
secara sukarela diikuti, dan ketentuan Kebijakan Lingkungan.
2. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi terhadap rencana kegiatan PT. Kapuas
Prima Coal, Tbk yang diintegrasikan dengan kebijakan yang telah disusun.
3. Mengupayakan pencegahan pencemaran lingkungan hidup.
4. Mengupayakan perbaikan yang berkesinambungan dengan
mengimplementasikan sistem manajemen yang menetapkan tujuan dan
sasaran berdasarkan data yang absah dan berlandaskan ilmu pengetahuan
yang tepat dengan mengkaji ulang sasaran yang ditetapkan dalam
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup (RPL) serta melalui audit internal maupun audit eksternal
secara berkala.
5. Memastikan bahwa pertimbangan lingkungan menjadi bagian integral pada
setiap tahap perencanaan, perekayasaan, dan pengoperasian.
6. Bekerjasama dengan masyarakat di sekitar wilayah kerja dengan prinsip
saling menghormati dan mengembangkan kemitraan aktif.
7. Memfasilitasi dan mendukung penggunaan kembali daur ulang dan
pembuangan yang bertanggung jawab dari produk yang digunakan dalam
operasional.
8. Berkontribusi dalam konservasi keanekaragaman hayati dan pendekatan
terintegrasi dalam rencana penggunaan lahan.
9. Memastikan bahwa kebijakan ini didokumentasikan, disampaikan kepada
seluruh karyawan dan semua orang yang bekerja mewakili perusahaan, dan
terbuka untuk semua pihak.
1.4. Kegunaan
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk sebagai pemrakarsa akan menjaga kondisi
lingkungan agar tetap terbina keseimbangan ekosistem. Dokumen Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
(RKL-RPL) yang disusun ini akan digunakan baik bagi pemerintah, pemrakarsa,
masyarakat maupun pemilik proyek.
1.4.1. Kegunaan Bagi Pemrakarsa
Kegunaan RKL-RPL bagi pemrakarsa adalah sebagai berikut:
a. Menjaga pelaksanaan kegiatan di lapangan sesuai rencana dan jadwal.
b. Optimasi pendayagunaan sumberdaya lain.
c. Menjamin terpeliharanya daya dukung lingkungan terhadap kegiatan.
1.4.2. Kegunaan Bagi Pemerintah
Kegunaan RKL-RPL bagi pemerintah adalah sebagai berikut:
a. Mendukung terpeliharanya kehidupan sosial, ekonomi budaya di dalam
masyarakat.
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k I-7
b. Turut mendukung ketertiban dan keamanan di wilayah operasional
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk.
c. Berusaha mencegah timbulnya keresahan sosial masyarakat.
d. Sebagai bahan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan
lingkungan yang dilaksanakan oleh perusahaan.
1.4.3. Kegunaan Bagi Masyarakat
Kegunaan RKL-RPL bagi masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Sebagai bahan koordinasi bagi instansi berwenang untuk menyusun suatu
rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan kawasan, baik secara
regional maupun nasional.
b. Memberikan masukan pada pemantauan lingkungan kawasan.
c. Mengetahui secara pasti batas wewenang dan tanggung jawab masing-
masing.
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k I-8
BAB II
RENCANA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
BAB II
RENCANA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-1
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-2
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Tabel 2.1. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup PT. Kapuas Prima Coal, Tbk
Dampak Lokasi Periode
Indikator Keberhasilan
Lingkungan Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Institusi Pengelolaan
No. Sumber Dampak Pengelolaan
yang Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP TERHADAP MITIGASI DAMPAK
TAHAP KONSTRUKSI
1. Kesehatan Kegiatan Pelaksanaan K3 Melaksanakan Pengelolaan Periode Pelaksana:
dan Mobilisasi berdasarkan SOP kegiatan sesuai SOP lingkungan di pengelolaan PT. Kapuas Prima Coal,
Keselamatan Peralatan dan Perusahaan yang yang telah dibuat. lokasi kegiatan dilakukan Tbk
Kerja (K3) Material. telah dibuat. Mengatur jadwal berlangsung. selama
Kegiatan Pelaksanaan K3 pada saat kegiatan kegiatan ini Instansi Pengawas:
Pekerjaan berdasarkan seperti mobilisasi berlangsung. Dinas Lingkungan
Tanah Undang-Undang peralatan dan Hidup Kabupaten
(Pembersihan Nomor 1 Tahun material, pekerjaan Kotawaringin Barat
Lahan, 1970 tentang tanah, pembangunan Dinas Transmigrasi
Penggalian, Keselamatan Kerja TUKS, sarana dan dan Tenaga Kerja
Penimbunan, dan Undang- prasarana fasilitas Kabupaten
Perataan dan Undang RI Nomor pendukungnya. Kotawaringin Barat
Pemadatan 13 Tahun 2003 Menyediakan APD Dinas Kesehatan
Tanah). tentang seperti helm Kabupaten
Kegiatan Ketenagakerjaan. pengaman dan safety Kotawaringin Barat
Pembangunan shoes. Camat Kumai
TUKS, Sarana Menggunakan APD
dan Prasarana saat bekerja. Instansi Penerima
Fasilitas Memasang rambu- Laporan:
Pendukungnya. rambu K3 di lokasi Dinas PMPTSP Provinsi
kegiatan. Kalimantan Tengah
Memahami metode Dinas Lingkungan
kerja yang akan Hidup Provinsi
dilakukan. Kalimantan Tengah
Menyediakan Dinas Lingkungan
peralatan P3K. Hidup Kabupaten
Tersedianya BPJS Kotawaringin Barat
Ketenagakerjaan dan Dinas Transmigrasi
BPJS Kesehatan bagi dan Tenaga Kerja
karyawan. Kabupaten
Melakukan Kotawaringin Barat
pemeriksaan Dinas Kesehatan
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-3
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-4
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-5
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-6
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-7
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-8
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-9
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-10
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-11
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-12
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-13
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Instansi Penerima
Laporan:
Dinas PMPTSP Provinsi
Kalimantan Tengah
Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi
Kalimantan Tengah
Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
TAHAP PASCA OPERASI
1. Kesehatan Kegiatan Pelaksanaan Melaksanakan Pengelolaan Selama Pelaksana:
dan Pembongkaran penanganan kegiatan sesuai SOP lingkungan di kegiatan PT. Kapuas Prima Coal,
Keselamatan Fasilitas dan Limbah K3 yang telah dibuat. lokasi kegiatan berlangsung. Tbk
Kerja (K3) Peralatan. berdasarkan SOP Menyediakan APD berlangsung.
Perusahaan yang seperti helm Instansi Pengawas:
telah dibuat. pengaman dan safety Dinas Lingkungan
Pelaksanaan K3 shoes. Hidup Kabupaten
berdasarkan Menggunakan APD Kotawaringin Barat
Undang-Undang saat bekerja. Dinas Transmigrasi
Nomor 1 Tahun Memasang rambu- dan Tenaga Kerja
1970 tentang rambu K3 di lokasi Kabupaten
Keselamatan Kerja kegiatan. Kotawaringin Barat
dan Undang- Memahami metode Dinas Kesehatan
Undang RI Nomor kerja yang akan Kabupaten
13 Tahun 2003 dilakukan. Kotawaringin Barat
Menyediakan
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-14
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-15
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-16
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-17
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-18
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Kegiatan Pembangunan
TUKS, Sarana dan
Prasarana Fasilitas
Pendukungnya
Melakukan dan
menerapkan
pengelolaan
berdasarkan
Peraturan Menteri
Negara LH Nomor 09
Tahun 2010 tentang
Tata Cara Pengaduan
dan Penanganan
Pengaduan Akibat
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-19
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-20
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-21
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-22
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-23
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-24
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-25
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-26
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-27
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-28
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-29
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-30
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-31
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-32
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-33
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-34
BAB II RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k II-35
BAB III
RENCANA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP
BAB III
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-1
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
Tabel 3.1. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup PT. Kapuas Prima Coal, Tbk
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-2
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-3
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-4
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
Instansi Penerima
Laporan:
Dinas PMPTSP
Provinsi Kalimantan
Tengah
Dinas Kehutanan
Provinsi Kalimantan
Tengah
Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi
Kalimantan Tengah
BPDAS-HL
Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
B. TAHAP OPERASI
1. Kesehatan dan Jumlah kejadian Kegiatan Pengamatan langsung, Pemantauan Pemantauan Pelaksana:
Keselamatan kecelakaan kerja. Operasional observasi dan memeriksa dilakukan di lokasi dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
Kerja (K3) Pelaksanaan K3 Stockpile. laporan pemrakarsa/ kegiatan selama 6 Tbk
berdasarkan SOP Kegiatan manajemen. berlangsung. (enam) bulan
Perusahaan yang Pemuatan sekali. Instansi Pengawas:
telah dibuat. Material Dinas Lingkungan
Pelaksanaan K3 (Loading). Hidup Kabupaten
berdasarkan Kegiatan Kotawaringin Barat
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-5
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-6
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-7
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-8
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
Instansi Penerima
Laporan:
Dinas PMPTSP
Provinsi Kalimantan
Tengah
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-9
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
Instansi Penerima
Laporan:
Dinas PMPTSP
Provinsi Kalimantan
Tengah
Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi
Kalimantan Tengah
Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten
Kotawaringin Barat
C. TAHAP PASCA OPERASI
1. Kesehatan dan Jumlah kejadian Kegiatan Pengamatan langsung, Pemantauan Pemantauan Pelaksana:
Keselamatan kecelakaan kerja. Pembongkaran observasi dan memeriksa dilakukan di lokasi dilakukan PT. Kapuas Prima Coal,
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-10
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-11
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-12
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-13
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-14
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-15
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-16
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-17
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-18
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-19
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-20
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-21
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-22
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-23
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-24
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-25
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-26
BAB III RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k III-27
BAB IV
PERNYATAAN KOMITMEN
PELAKSANAAN RKL-RPL
SURAT PERNYATAAN
d) Alamat Perusahaan
Ruko Elang Laut Boulevard Blok A No. 32-33
Kantor Pusat :
Jalan Pantai Indah Selatan I RT. 002 RW. 003
Kamal Muara Penjaringan, Jakarta Utara 14470
Telepon : (021) 29676236 Fax. : (021) 29676234
Kantor Perwakilan : Jalan CPO Kalaf RT. 18, Desa Bumiharjo, Kumai Hulu –
Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat
Provinsi Kalimantan Tengah
e) Nama Kegiatan : Rencana Kegiatan Perluasan Lokasi Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri (TUKS), Sarana dan Prasarana
Fasilitas Pendukungnya serta Pengembangan
Pelabuhan
f) Lokasi Kegiatan : Wilayah RT. 18 Kelurahan Kumai Hulu
Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat
Provinsi Kalimantan Tengah
IV - 1
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k
budaya maupun bidang pemerintahan dan lain-lain, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan dan tumbuh rasa memiliki dari masyarakat di
sekitar perusahaan.
6. Tidak melakukan pembuangan limbah cair ke air atau ke badan air sebelum
mendapatkan izin dari Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat.
11. Membentuk Divisi Pengelolaan Lingkungan dalam struktur organisasi dan sistem
manajemen perusahaan.
IV - 2
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k
14. Membina hubungan baik semestinya dengan Pemerintah Daerah (Provinsi
Kalimantan Tengah dan/atau Kabupaten) yang telah dilakukan selama ini,
seperti koordinasi/pelaporan periodik, komunikasi segera (tepat waktu) ke/dari
instansi terkait di daerah.
16. Melakukan komunikasi, koordinasi, dan tidak akan melakukan kegiatan fisik di
lapangan sebelum adanya persetujuan AMDAL yang baru atau AMDAL
perubahan bila ada rencana pemindahan lokasi kegiatan, perubahan desain,
dan/atau proses, dan/atau kapasitas, dan/atau penolong, atau terjadinya
bencana alam, atau lainnya yang menyebabkan perubahan lingkungan
sangat mendasar, baik sebelum maupun saat pelaksanaan kegiatan.
Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan sebenar-
benarnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya. Apabila dikemudian hari
kami tidak melaksanakan pernyataan tersebut di atas, kami bersedia dikenakan
sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
IV - 3
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 2002. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Asian Development Bank. 1987. Environmental Guidelines for Development
Projects: Forestry.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2015. Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. 2016. Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. 2017. Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. 2019. Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. 2019. Kecamatan Kumai Hulu Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat.
Balai Hiperkes. 1986. Himpunan Peraturan Perundangan yang Erat Kaitannya
dengan Hiperkes dan Keselamatan Kerja dan Petunjuk tentang Terapan
Hiperkes dan Keselamatan Kerja dan Gizi Kerja. Banjarmasin.
Center, L. W., 1977. Environmental Impact Assesment. Mc. Graw-Hill. New York.
Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1985. Petunjuk Pengukuran Kebisingan di Lingkungan. Jakarta.
Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan,
1987. Petunjuk Memperkirakan Besarnya Erosi Pada Suatu Lahan dengan
Menggunakan Metode USLE. Jakarta.
Darni Subari, 1992. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan pada Kegiatan
Pembangunan Kehutanan. Makalah pada Kursus Dasar-dasar AMDAL.
KPSL Unlam. Banjarbaru.
El-Swaify, S.A., S. Arsyad, and P. Krishnarajah. 1982. Soil Erosion by Water. East-west
Center. Honolulu, Hawaii.
Hamzah, Z. 1978. Klasifikasi Kemampuan Tanah. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Hammer, W.I. 1980. Soil Conservation Consultant Report. Incorporating: Part a. A
Soil Degradation Assessment Methodology. Part B. Soil Conservation
Research by Soil Research Institute, Bogor. Technical Note No. 7.
Hassing, J. M., 1995. Hydrology in: Higway and Traffic Engineering Developing
Countries. Thegesen, London.
Hudson, N. 1981. Soil Conservation. BT. Batsford Limited. London.
1
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k
DAFTAR PUSTAKA
Hamilton, L.S. and P.N. King. 1986. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika, Tanggapan
Hidrologi dan Tanah Terhadap Penggunaan Atau Konversi. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Husien, Y. A. 1987. Dampak Terhadap Kualitas Air. BKLH-MISETA IPB. Bogor.
Hadjosentoso, Priono. 1992. Pedoman Pengelolaan Satwa Langka (Mamalia,
Reptilia, dan Amphibia). Jilid I.
Hardjowinegoro, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Penerbit Akademi
Pressindo. Jakarta.
Hardjowinegoro, S. 1994. Evaluasi Lahan Untuk Hutan Kesepakatan, SK Menteri
Pertanian No. 680-684/Kepts/Um/8/1981. Centre For Soil and Agroclimate
Research. Bogor.
Hadi, Sudharto P. 1997. Aspek Sosial AMDAL. Sejarah, Teori dan Metode. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/II/1996
tentang Baku Tingkat Kebisingan.
Kurnia, U. dan Suwarjo. 1977. Penilaian Faktor Kepekaan Erosi Beberapa Jenis
Tanah. Kongres Nasional Ilmu Tanah II. Yogyakarta, 1-4 Agustus 1977.
Lundgren, B. 1980. Plantation Forestry in Tropical Countries-Physical and Biological
Potential and Risks. Swedish University of Agruculutral Sciences. Uppsala.
Lembaga Biologi Nasional LIPI., 1982. Beberapa Jenis Mamalia. Bogor.
Landon, J.R. (ed). 1984. Booker Soil Tropical Manual. A Handbook For Soil Survey
and Agricultural Land Evaluation in The Tropics and Subtropics. BAI Ltd.
London, England.
Magguran, A.E., 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton Univ.
Press.
Mardi Wibowo. 2017. Kajian Kualitas Air dan Sedimen Dasar Sungai Kutai Lama
Kabupaten Kutai Kartanegara Sebagai Pertimbangan Awal Rencana
Pengerukan. Jurna Presipitasi Vo. 14 No. 1, P ISSN 1907-187X, E ISSN 2550-
0023.
Payne, J. & C.M. Francis. 1985. A Field Guide to the Mammals of Borneo. The
Sabah Society & World Wildlife Fund. Malaysia, Kuala Lumpur.
Pahan, Iyung, 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Penebar Swadaya, Jakarta.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 Tentang Pedoman Penyusunan dan
Penilaian serta Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Dalam
Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun
2012 Tentang Jenis Rencana dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
2
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k
DAFTAR PUSTAKA
3
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k
LAMPIRAN 1.
JUMLAH & JENIS IZIN PPLH
YANG DIBUTUHKAN
LAMPIRAN 1 : JUMLAH DAN JENIS IZIN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP YANG DIBUTUHKAN
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k 1
PT. Kapuas Prima Coal, Tbk membangun Gudang TPS Limbah B3. Untuk
pengelolaan limbah B3 yang diserahkan oleh Pihak Ketiga PT. Kapuas Prima Coal,
Tbk akan meminta legalitas Pihak Ketiga tersebut meliputi :
P T . K A P U A S P R I M A C O A L , T b k 2
LAMPIRAN 2.
SOP TANGGAP DARURAT
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18
DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL
DIPERIKSA OLEH:
0$1$*(53257
DIPERIKSA OLEH
KEPALA TEKNIK TAMBANG
DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE
Halaman 1 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18
Halaman 2 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18
1. Tujuan
Prosedur ini bertujuan untuk :
1.1.Memberikan pedoman secara umum tentang pelaksanaan tindakan pengendalian dan
pengelolaan yang harus dilakukan oleh personil apabila terjadi keadaan darurat.
1.2.Mencegah dan atau meminimalisasi cidera terhadap manusia, kerusakan peralatan
maupun kerugian harta milik perusahaan akibat dari suatu kegiatan operasioanal dalam
kondisi keadaan darurat.
2. Ruang Lingkup
2.1. Prosedur ini mencakup semua situasi keadaan darurat pada kegiatan operasional PT.
Kapuas Prima Coal Tbk. termasuk di dalamnya NHJLDWDQGLSHODEXKDQ78.6
2.2. Memberikan panduan dalam tata cara penanganan dan pengendalilan keadaan darurat
sebagaimana dimaksud dalam point 2.1. diatas.
3. Referensi
Undang-Undang No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja.
4. Definisi
4.1. Keadaan darurat adalah kejadian secara tiba-tiba disuatu tempat yang mengancam
keselamatan jiwa dan atau harta benda yang memerlukan penanganan segera, cepat
dan tepat dari bagian yang terkait untuk mengatasi keadaan tersebut kembali normal
pasca keadaan darurat.
Secara umum keadaan darurat mempunyai sifat sulit diantisipasi dan memerlukan
tindakan pengendalian yang cepat serta terkoordinasi dari bagian-bagian yang terlibat.
Pedoman rencana pengendalian keadaan darurat ini adalah pedoman secara umum
yang menyajikan program pendekatan secara sistimatis dalam pengendalian situasi
tersebut secepat mungkin, sehingga keadaan dapat normal kembali.
Keadaan darurat termasuk didalamnya dan tidak terbatas :
a. Kebakaran
b. Kecelakaan Peledakan
c. Bencana Alam / force majeure
d. Huru hara
e. Evakuasi korban
f. Emergency spill (darurat tumpahan)
4.2. Emergency Prevention adalah Identifikasi seluruh kegiatan operasional yang
berpotensi terhadap keadaan darurat.
4.3. Emergency Preparedness adalah antisipasi keadaan darurat, sebelum keadaan
darurat itu benar – benar terjadi.
4.4. Emergency response adalah mengendalikan keadaan darurat yang terjadi.
4.5. Emergency Spill adalah keadaan darurat yang terjadi karena tumpahan bahan – bahan
berbahaya dan beracun baik skala kecil maupun skala besar yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja maupun pencemaran lingkungan
4.6. Emergency response team adalah tim yang dibentuk oleh pihak manajemen yang
bertugas untuk penanggulangan keadaan darurat.
4.7. Emergency Equipment adalah peralatan yang digunakan untuk penanggulangan
keadaan darurat.
4.8. Medical evacuation adalah sistem tanggap darurat dalam melakukan evakuasi medis
Halaman 3 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18
4.9. Recovery adalah pengelolaan pasca keadaan darurat untuk mengembalikan kondisi
normal
4.10. Departemen HSE adalah personil yang bertugas sebagai pusat informasi dan
penghubung komunikasi dalam penanganan keadaan darurat
4.11. On scene commander adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin penanggulangan
keadaan darurat yang terjadi di lokasi dan menjadi coordinator dari seluruh tim
emergency respon di lokasi terkait
4.12. Assembly/Muster Point adalah tempat berkumpul personil dalam keadaan darurat
4.13. APAR adalah Alat Pemadam Api ringan
4.14. Drill adalah simulasi untuk memastikan skenario tahapan penanggulangan keadaan
darurat sesuai rencana penanggulangan keadaan darurat
Halaman 4 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18
6. Prosedur
6.1. Struktur Organisasi
Pihak manajemen membentuk struktur organisasi kesiagaan dan tanggap darurat pada
masing-masing Lokasi. Struktur ERT tersebut setidaknya meliputi :
Manager Port
Halaman 5 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18
Halaman 6 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18
Halaman 7 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18
Halaman 8 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18
Halaman 9 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18
Halaman 10 dari 11
: 1 Mei 2018
Tanggal
:0
PROSEDUR TANGGAP DARURAT Revisi
:
No. Dokumen
PRS.001.SHE.V.18
Halaman 11 dari 11
LAMPIRAN 3.
SOP PENGENDALIAN APD
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR PENGENDALIAN Revisi :0
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) No. Dokumen : PRS.001.SHE.X.18
DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL
DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT
DIPERIKSA OLEH:
KEPALA TEKNIK TAMBANG
DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE
Halaman 1 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR PENGENDALIAN Revisi :0
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) No. Dokumen : PRS.001.SHE.X.18
Halaman 2 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR PENGENDALIAN Revisi :0
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) No. Dokumen : PRS.001.SHE.X.18
TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk menyediakan panduan dan informasi tentang standar dan sistem
pengendalian alat pelindung diri karyawan dan untuk memastikan bahwa seluruh karyawan
yang berada di area kerja menggunakan alat pelindung diri dengan benar.
RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja
PT. KAPUAS PRIMA COAL baik di kantor, Pelabuhan, dll.
REFERENSI
- Undang-Undang No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja
- Kepmen ESDM No. 1827K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan Yang Baik
DEFINISI
- Alat Pelindung Diri adalah alat yang digunakan seseorang untuk melindungi dirinya dari
kontak langsung dengan sumber bahaya
- Bahaya adalah sumber atau situasi yang berpotensi menyebabkan kerugian/ cedera
manusia, kerusakan peralatan, dan kerusakan lingkungan
- Resiko adalah kesempatan atau kemungkinan bertemunya satu atau lebih keadaan
bahaya yang terjadi dan dapat mengakibatkan kerugian
TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan
melakukan perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak tsb yang
bertanggungjawab diantaranya :
Halaman 3 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR PENGENDALIAN Revisi :0
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) No. Dokumen : PRS.001.SHE.X.18
PROSEDUR
Pemberian dan Penggantian Alat Pelindung Diri
Divisi Safety melakukan identifikasi bahaya dan penilaian resiko berkaitan dengan
1
kebutuhan alat pelindung diri.
Setiap karyawan/ tamu/ umum maupun karyawan kontraktor harus dilengkapi dengan
2 alat pelindung diri wajib (sepatu, helm, kacamata, dan rompi reflektor) yang sesuai
dengan pekerjaannya sebelum memulai pekerjaan atau memasuki area kerja.
Jika akan melakukan suatu pekerjaan spesifik dimana alat pelindung diri tambahan
3 harus digunakan, maka penanggungjawab/ pengawas pekerjaan harus menyiapkan
alat pelindung diri tersebut dengan berkoordinasi dengan Divisi Safety
Karyawan yang alat pelindung dirinya rusak dan/ atau umur pakai maksimal sudah
terlampaui, maka karyawan tersebut harus mengisi formulir permintaan/ penggantian
4 alat pelindung diri sbelum mengambil APD yang baru dan ditandatangani oleh Kepala
Departemen/ Divisi masing-masing dan diwajibkan menyerahkan alat pelindung diri
yang rusak/ kadaluarsa tersebut
Jika terjadi kerusakan sebelum umur pakai minimal yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan atau kondisi alam (dapat dibuktikan kebenarannya dan ada persetujuan dari
5
atasan karyawan tersebut) maka karyawan dapat meminta penggantian dengan
catatan bahwa alat pelindung diri yang rusak tersebut diserahkan kepada perusahaan
Jika terjadi kerusakan sebelum umur pakai minimal dan/ atau kehilangan akibat
kelalaian karyawan, maka karyawan tersebut harus dikenai biaya pembebanan secara
6
proporsional
Halaman 4 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR PENGENDALIAN Revisi :0
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) No. Dokumen : PRS.001.SHE.X.18
Divisi Safety wajib menentukan jumlah persediaan masing-masing alat pelindung diri
yang harus disediakan di site dengan persetujuan Koordinator. Jumlah persediaan alat
2
pelindung diri minimum harus sama dengan jumlah rata-rata pengeluaran setiap
bulannya
Jika persediaan APD sudah mendekati jumlah minimum persediaan maka Divisi Safety
3 harus mengajukan permintaan pembelian/ rencana kebutuhan untuk pengadaan alat
pelindung diri tersebut
Divisi Safety harus membuat summary pengeluaran dan pemasukan alat pelindung
4 diri serta melakukan penghitungan ulang jumlah persediaan alat pelindung diri setiap
bulan
Pemeliharaan Alat Pelindung Diri
Setiap karyawan akan diberikan alat pelindung diri sesuai dengan jabatan dan jenis
pekerjaannya dengan status pinjam pakai, sehingga setiap karyawan berkewajiban
1
untuk menjaga dan merawat alat pelindung diri yang telah dibagikan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan
Alat pelindung diri khusus yang tidak dibagikan secara personal merupakan inventaris
2 dari masing-masing departemen, yang perawatan dan pemeliharaannya merupakan
tanggung jawab dari masing-masing kepala departemen/ divisi terkait
Standar dan Spesifikasi Alat Pelindung Diri
Dust
Jabatan Helm Shoes Boot Glass Earplug Vest
Mask
KTT/Manager/ Supt/ Spv V V V V V V V
Administration/ Office/
V V - - - V V
Staff
HSE V V V V V V V
Paramedik V V - - - V V
Mekanik/ Maintenance V V - V V V V
Welder V V - V V V V
Security V V - V - V -
Geologist/ Surveyor V V V V V V V
Produksi V V V V V V V
Blasting/ Gudang Handak V V V V V V V
Timbangan/ IT V V - - - V V
Operator/ Driver V V - V V V V
Konstruksi V - V V V V V
Genset/ Elektrik V V - V V V V
Pompa V - V V V V V
Pembantu Umum V - V V V V V
Koki/ Petugas Kantin - - V V - - -
Halaman 5 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR PENGENDALIAN Revisi :0
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) No. Dokumen : PRS.001.SHE.X.18
Ketentuan tambahan
Alat pelindung diri yang diberikan bukan milik pribadi, melainkan dipinjamkan oleh
1
perusahaan untuk digunakan saat bekerja
Dilarang merubah, mengganti, merusak, dan membawa pulang alat pelindung diri yang
2
membuat alat pelindung diri tidak dapat dipergunakan sebagaimana mestinya
Halaman 6 dari 6
LAMPIRAN 4.
SOP INDUKSI K3
PROSEDUR INDUKSI Tanggal : 31 Oktober 2018
KESELAMATAN DAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.002.SHE.X.18
KESEHATAN KERJA
DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL
DIPERIKSA OLEH:
0$1$*(53257
DIPERIKSA OLEH
.(3$/$7(.1,.7$0%$1*
DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE
Halaman 1 dari 4
PROSEDUR INDUKSI Tanggal : 31 Oktober 2018
KESELAMATAN DAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.002.SHE.X.18
KESEHATAN KERJA
Halaman 2 dari 4
PROSEDUR INDUKSI Tanggal : 31 Oktober 2018
KESELAMATAN DAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.002.SHE.X.18
KESEHATAN KERJA
TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang tata cara induksi keselamatan
dan kesehatan kerja yang diberikan kepada karyawan baru/ visitor/ umum di PT. Kapuas
Prima Coal Tbk. maupun karyawan kontraktornya
RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja
PT. KAPUAS PRIMA COAL baik di kantor, 3HODEX, dll.
REFERENSI
-
DEFINISI
Induksi keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pertemuan pembelajaran formal
pertama antara perusahaan yang diwakili oleh Safety Officer dengan karyawan baru/ visitor/
umum
TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan
melakukan perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak tsb yang
bertanggungjawab diantaranya :
Halaman 3 dari 4
PROSEDUR INDUKSI Tanggal : 31 Oktober 2018
KESELAMATAN DAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.002.SHE.X.18
KESEHATAN KERJA
PROSEDUR
Induksi keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan atas permintaan Departemen
HRD, atas persetujuan Project Manager dan 0DQDJHU3RUW, ditentukan
1 dengan jadwal tertentu. dalam lingkup pekerjaan, induksi hanya diberikan kepada
pekerja yang sudah memiliki ikatan kerja dengan PT. Kapuas Prima Coal Tbk. maupun
kontraktornya
Sebelum melakukan induksi, Safety Officer yang akan menyajikan induksi diwajibkan
2
mempersiapkan semua materi, baik materi langsung maupun materi pendukung.
Induksi dimulai dengan pengenalan umum terhadap kegiatan pertambangan,
3 pengenalan secara khusus kegiatan pertambangan PT. Kapuas Prima Coal Tbk., serta
area-area tertentu
Induksi memaparkan tentang bahan-bahan keselamatan dan kesehatan kerja meliputi:
Kebijakan Keselamatan Kerja PT. KPC, KPC Prima Safe, serta topik-topik
4
keselamatan dan kesehatan kerja lainnya seperti kecelakaan terbaru, kewajiban
pelaporan, prosedur P3K, letak APAR, kebersihan lingkungan, dan lainnya
5 Induksi menerangkan peranan alat pelindung diri
Induksi memberikan uji pengetahuan terhadap peserta induksi untuk mengetahui
6
kemampuan analisa dasar peserta induksi terkait keselamatan dan kesehatan kerja
Sebagai tanda telah mengikuti induksi, maka Safety Officer memberikan Temporary
7 ID yang berfungsi sebagai identitas peserta induksi (Temporary ID-card untuk pekerja,
Visitor ID-card untuk visitor/ umum) yang wajib dikenakan selama berada di area kerja
Susun jadwal pertemuan tiga puluh (30) hari dari sejak tanggal induksi pertama untuk
8
menilai aspek keselamatan dan kesehatan kerja peserta induksi
Laporan kegiatan induksi ditandatangani dan diserahkan kembali kepada Departemen
9
HRD sebagai bukti laporan
Halaman 4 dari 4
LAMPIRAN 5.
SOP KESELAMATAN BERKENDARA
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR KESELAMATAN Revisi :0
BERKENDARA No. Dokumen : PRS.004.SHE.X.2018
DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL
DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT
DIPERIKSA OLEH
KEPALA TEKNIK TAMBANG
DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE
Halaman 1 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR KESELAMATAN Revisi :0
BERKENDARA No. Dokumen : PRS.004.SHE.X.2018
Halaman 2 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR KESELAMATAN Revisi :0
BERKENDARA No. Dokumen : PRS.004.SHE.X.2018
TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk memberikan pedoman tentang cara mengemudikan kendaraan
dengan aman dan selamat, meminimalisir kecelakaan, meminimalisir rusaknya kendaraan
akibat cara pemakaian/ cara berkendara, serta menjadikan lingkungan perusahaan menjadi
area kerja yang aman
RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja
PT. KAPUAS PRIMA COAL baik di kantor, Pelabuhan, dll dalam tugasnya mengemudikan
kendaraan.
REFERENSI
- Undang-Undang No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja
- Undang-Undang No.22/ 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
- Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor
1827K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan
Yang Baik
DEFINISI
- Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan
kendaraan tidak bermotor
- Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik
berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel
- Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki surat izin
mengemudi sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan
TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan
melakukan perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak tsb yang
bertanggungjawab diantaranya :
Halaman 3 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR KESELAMATAN Revisi :0
BERKENDARA No. Dokumen : PRS.004.SHE.X.2018
PROSEDUR
1 Peraturan Keselamatan Berkendara
- Wajib memiliki dan membawa Surat Izin Mengemudi (SIM) yang masih berlaku
- Mematuhi dan menjalankan peraturan keselamatan dalam berlalu-lintas
- Mematuhi setiap rambu dan tanda lalu-lintas yang berada di sepanjang area/ jalan
- Menggunakan sabuk pengaman baik pengemudi maupun penumpangnya
- Melaporkan kondisi atau tindakan tidak aman yang berpotensi menyebabkan
kecelakaan
- Melakukan pemeriksaan kendaraan sebelum memulai berkendara
- Melakukan pemeriksaan kendaraan sebelum beroperasi
- Mematuhi kebijakan perusahaan mengenai sanksi dan tindakan disiplin dalam
program keselamatan berkendara
2 Praktek Berkendara Yang Aman
‐ Lakukan observasi keselamatan seputar kendaraan dari bahaya-bahaya
tersembunyi
‐ Sebelum naik, lakukan pemeriksaan terhadap kendaraan yang akan dikemudikan,
seperti pemeriksaan baut roda, tekanan angin ban, air radiator, rem, oli, bahan
bakar, dan lain-lain
‐ Bunyikan klakson 1 (satu) kali untuk menandakan bahwa mesin hendak dihidupkan
‐ Hidupkan mesin, kenakan sabuk pengaman. Ingatkan dan pastikan semua
penumpang memakai sabuk pengaman
‐ Bunyikan klakson 2 (dua) kali untuk menandakan bahwa kendaraan hendak
dijalankan
‐ Selama mengemudi dilarang menggunakan handphone. Apabila keadaan
memaksa untuk menerima panggilan, tepikan kendaraan di lokasi yang aman,
matikan mesin mobil, pasang rem tangan, baru kemudian menerima panggilan
tersebut
Halaman 4 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR KESELAMATAN Revisi :0
BERKENDARA No. Dokumen : PRS.004.SHE.X.2018
Halaman 5 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR KESELAMATAN Revisi :0
BERKENDARA No. Dokumen : PRS.004.SHE.X.2018
Halaman 6 dari 6
LAMPIRAN 6.
SOP PELAPORAN & PENYELIDIKAN
KECELAKAAN
PROSEDUR PELAPORAN Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENYELIDIKAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.008.SHE.X.2018
KECELAKAAN
DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL
DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT
DIPERIKSA OLEH :
KEPALA TEKNIK TAMBANG
DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE
Halaman 1 dari 7
PROSEDUR PELAPORAN Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENYELIDIKAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.008.SHE.X.2018
KECELAKAAN
Halaman 2 dari 7
PROSEDUR PELAPORAN Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENYELIDIKAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.008.SHE.X.2018
KECELAKAAN
TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk memberikan pedoman pelaporan dan penyelidikan kecelakaan
dan memastikan bahwa setiap kecelakaan telah diselidiki dan dilaporkan dengan baik
sehingga dapat dicegah terulangnya kejadian serupa
RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja
PT. KAPUAS PRIMA COAL baik di kantor, Pelabuhan, dll dalam tugasnya mengemudikan
kendaraan
REFERENSI
- Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor
1827K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan
Yang Baik
DEFINISI
- Kecelakaan merujuk kepada peristiwa yang terjadi secara tidak sengaja
- Kecelakaan kerja adalah peristiwa yang tidak diharapkan atau tidak diduga akibat dari
pekerjaan
- Kecelakaan tambang adalah peristiwa yang tidak diharapkan atau tidak diduga akibat
dari pekerjaan di tambang. Kecelakaan dikriteriakan ke dalam kecelakaan tambang
apabila memenuhi unsur: benar terjadi, mengakibatkan cedera pekerja tambang atau
orang yang diberi ijin oleh Manager Port ; akibat kegiatan usaha
pertambangan; terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cedera atau
orang yang mendapat ijin; terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau
wilayah proyek
TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan
melakukan perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak tsb yang
bertanggungjawab diantaranya :
Halaman 3 dari 7
PROSEDUR PELAPORAN Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENYELIDIKAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.008.SHE.X.2018
KECELAKAAN
PROSEDUR
1 Sistem Pelaporan Bila terjadi Insiden/ Accident/ Near-Miss
- Pada saat terjadi insiden/ accident/ near-miss, karyawan pertama-tama harus
memastikan keselamatan dirinya sendiri kemudian memastikan keselamatan karyawan
lainnya
- Menilai situasi sekitar
- Meminimalkan resiko dari kemungkinan terjadinya kecelakaan selanjutnya, misalnya
dengan cara memastikan peralatan/ mesin, mematikan power supply, memberitahu
karyawan di sekitarnya, membuat kondisi menjadi lebih aman, dsb.
- Melaporkan kejadian insiden/ near-miss tersebut kepada atasannya langsung (minimal
pengawas) untuk menuliskannya dalam Form Laporan dan Penyelidikan Kecelakaan/
Insiden
2 Sistem Pelaporan Terjadi Kecelakaan
- Karyawan yang melihat rekannya mengalami kecelakaan harus segera menolong
rekannya terlebih dahulu dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada atasan
langsung karyawan yang mengalami kecelakaan.
- Jika karyawan yang mengalami kecelakaan memerlukan pertolongan pertama, maka
dengan menggunakan kotak P3K yang terdekat atau meminta bantuan first-aider yang
ditunjuk
- Jika korban tidak disadarkan diri atau tidak bisa bergerak, maka korban tidak boleh
digerakkan atau dipindahkan. Segera berikan pertama sesuai prosedur pertolongan
pertama.
- Atasan karyawan yang mengalami kecelakaan (minimal pengawas) harus segera
melaporkan kecelakaan yang terjadi kepada Kepala Divisi/ Departemen dan Safety Officer
secepatnya dan paling lama pada akhir shift
- Safety Officer melaporkan secara tertulis ke Kantor Pusat (untuk kecelakaan sedang dan
berat) dalam waktu 2 x 24 jam berdasarkan Form laporan dan penyelidikan Kecelakaan/
Halaman 4 dari 7
PROSEDUR PELAPORAN Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENYELIDIKAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.008.SHE.X.2018
KECELAKAAN
Insiden dengan cara mewawancarai karyawan di sekitar lokasi kejadian yang melihat
kecelakaan tersebut atau karyawan yang mengalami kecelakaan (jika memungkinkan)
- Laporan harus ditulis sedetil mungkin sesuai dengan form yang telah ditentukan untuk
kemudian Safety Officer mendistribusikan ringkasan kecelakaan (setelah mendapat
persetujuan dari KTT) selama periode waktu tertentu kepada Koordinator HSE.
- Laporan kecelakaan diumumkan dan dibahas dalam pertemuan-pertemuan K3
3 Proses Penyelidikan Kecelakaan
A. Tim Penyelidikan Kecelakaan
- Penyelidikan dilakukan sesegera mungkin setelah kecelakaan terjadi (paling lambat
1x24 jam) dan laporannya ditulis di dalam Form Laporan dan Penyelidikan
Kecelakaan/ Insiden
- Ketua Tim Penyelidik ditentukan sbb :
a) Untuk kasus kecelakaan ringan dan sedang dimana tidak ada hari kerja yang
hilang (HKH), maka investigasi dilaksanakan oleh tim di lapangan dengan dibantu
oleh safety officer
b) Untuk kasus kecelakaan berat dan HKH, maka investigasi dipimpin oleh Manager
Port dengan dibantu oleh Safety Officer
c) Untuk kasus kecelakaan meninggal dan fatality, maka investigasi dipimpin oleh
Direktur Operasional dengan dibantu oleh Safety Officer
- Jumlah personil tim penyelidik tergantung dari:
a) Besarnya cidera/ kerusakan
b) Potensial cidera/ kerusakan
c) Potensial terjadi berulang/ repetitive
d) Jumlah personil yang terlibat dalam pekerjaan
e) Persyaratan legal
- Anggota tim ditentukan oleh KTT bekerjasama dengan Safety Officer tapi untuk kasus
meninggal dan/atau fatality, anggota tim ditentukan oleh Direktur Operasional
- Jika kontraktor yang mengalami kecelakaan, maka wakil dari kontraktor terkait
diikutsertakan dalam tim
- Jika pemerintah setempat mengambil alih penyelidikan, maka KTT menunjuk
perwakilan untuk membantu mereka mengumpulkan informasi yang dibutuhkan
B. Persiapan Penyelidikan
Latar belakang seperti tertera dibawah ini harus disediakan sebelum memulai penyelidikan
- Prosedur kerja standar untuk jenis pekerjaan yang terkait
- Catatan seperti instruksi kerja/ briefing/ ijin kerja untuk pekerjaan tertentu yang akan
diselidiki
- Rencana lokasi yang akan dikunjungi
- Struktur komando dan personil yang terlibat (tim)
C. Mencari Temuan
Tujuan dari mencari temuan adalah untuk mengumpulkan bukti sebanyak-banyaknya yang
dapat membantu menggambarkan kecelakaan yang terjadi dan kejadian-kejadian yang
dapat menjadi kontribusi
- Sumber-sumber dalam fact finding adalah :
a) Observasi di lokasi kejadian
b) interview
c) instruksi dan prosedur tertulis
d) catatan-catatan dan foto
Halaman 5 dari 7
PROSEDUR PELAPORAN Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENYELIDIKAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.008.SHE.X.2018
KECELAKAAN
- Informasi akan diverifikasi dan perlu dicatat bahwa pernyataan yang dibuat oleh saksi
yang berbeda mungkin dapat menimbulkan konflik sehingga bukti pendukung
sangatlah diperlukan. Informasi juga akan diuji dan dianalisa secara sistematis oleh
tim.
a) Inspeksi lokasi kejadian
b) Bukti fisik yang penting dapat dikumpulkan dari observasi lapangan, khususnya
bila saksi tidak ada. Bukti fisik juga dapat membantu saksi untuk mengingat
kejadian.
c) Untuk kejadian kecelakaan yang menyebabkan kerusakan property dan perlu
klaim kepada asuransi, maka bukti fisik tidak boleh dipindahkan sampai ada
instruksi dari pihak asuransi
d) Untuk kejadian kecelakaan yang menyebabkan HKH, maka bukti fisik tidak boleh
dipindahkan sampai ada instruksi dari Koordinator HSE.
e) Interview
Interview dilakukan secara pribadi sehingga saksi tidak saling terpengaruh
Peng-interview-an saksi dilakukan secara bertahap berdasarkan bukti yang
ada. Komentar, pertanyaan yang menjurus dan tuduhan dari penginterview
harus dihindarkan
Informasi hasil interview harus dicatat dalam form kesaksian kecelakaan tanpa
ada modifikasi dari penginterview
D. Analisa penyebab kecelakaan
- Penyebab kecelakaan
a. Penyebab kecelakaan adalah penyebab langsung, penyebab dasar dan lemah/
tidak adanya manajemen atau kombinasi dari semuanya
b. Penyebab langsung adalah penyebab yang secara langsung berkontribusi untuk
terjadinya kecelakaan. Penyebab langsung adalah kondisi dan cara kerja yang
tidak aman/ tidak standar
c. Penyebab dasar disebabkan oleh faktor manusia dan faktor pekerjaan
- Pertemuan untuk menganalisa hasil penyelidikan
a. Tim penyelidikan kecelakaan menganalisa dan mengidentifikasi penyebab
kecelakaan dengan menggunakan catatan survey lapangan, interview dengan
semua saksi, dokumen terkait dsb dan membuat laporan ringkasan rekomendasi.
Asumsi-asumsi yang digunakan selama melakukan analisa harus dinyatakan
secara jelas dalam laporan
b. Perkembangan hasil pertemuan ditulis dalam form laporan dan penyelidikan
kecelakaan/ insiden dan dilaporkan kepada KTT cc Koordinator HSE
E. Rekomendasi
- Rekomendasi yang memasukan penyebab langsung dan dasar dibuat untuk
mencegah kecelakaan terulang kembali atau untuk mengeliminasi kerugian
- Rekomendasi terhadap perbaikan dibuat berdasarkan analisa
- Semua rekomendasi dibuat dalam form penyelidikan kecelakaan/ insiden untuk
memudahkan pemantauan tindakan perbaikan
- Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan ketika membuat rekomendasi adalah :
a. Efektivitas
b. Praktis
c. Urgent/ waktu implementasi
d. Besarnya keuntungan/ benefit
Halaman 6 dari 7
PROSEDUR PELAPORAN Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENYELIDIKAN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.008.SHE.X.2018
KECELAKAAN
F. Komunikasi
- Semua kecelakaan dan insiden termasuk tindakan pencegahan, rekomendasi oleh tim
investigasi dan pelajaran yang dapat diambil dari hal tersebut dikomunikasikan kepada
semua level pekerja secara efektif melalui pertemuan-pertemuan grup.
- Divisi Safety dan Pengawas bertanggungjawab untuk memonitor dan memastikan
bahwa jalur komunikasi dilaksanakan secara efektif. Terjemahan penggunaan bahasa
akan disesuaikan bila perlu
Halaman 7 dari 7
LAMPIRAN 7.
SOP INPEKSI
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR INSPEKSI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.005.SHE.X.2018
DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL
DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT
DIPERIKSA OLEH
KEPALA TEKNIK TAMBANG
DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE
Halaman 1 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR INSPEKSI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.005.SHE.X.2018
Halaman 2 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR INSPEKSI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.005.SHE.X.2018
TUJUAN
Tujuan dari Penerapan Prosedur Inspeksi adalah untuk mengidentifikasi/ menemukan faktor-
faktor yang berpotensi bahaya di lokasi kerja dan melakukan tindakan pencegahan sehingga
faktor-faktor tersebut tidak menimbulkan resiko bahaya dengan jangka waktu yang telah
ditentukan
RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja
PT. KAPUAS PRIMA COAL baik di kantor, Pelabuhan, dll, yang bertugas melakukan
inspeksi
REFERENSI
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor
1827K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang
Baik
DEFINISI
- Inspeksi adalah tindakan untuk mengidentifikasi/ menemukan faktor-faktor yang
berpotensi bahaya dan melakukan tindakan pencegahan sehingga faktor-faktor tersebut
tidak menimbulkan kecelakaan. Inspeksi meliputi:
a. Inspeksi tidak terencana, merupakan inspeksi yang dilakukan secara sederhana,
dilakukan atas kesadaran pekerja yang melihat atau menemukan permasalahan K3
di lingkungan kerjanya
b. Inspeksi rutin/ umum, merupakan inspeksi yang dilakukan secara rutin oleh
perwakilan pekerja dan Departemen HSE, dengan jadwal yang sudah ditentukan dan
rutin
c. Inspeksi khusus, merupakan inspeksi yang dilakukan di area atau kegiatan tertentu
yang sudah ditentukan seperti mesin-mesin, alat kerja, maupun pekerjaan beresiko
tinggi
- Bahaya adalah sumber atau situasi yang berpotensi menyebabkan kerugian/ cedera
manusia, kerusakan peralatan, dan kerusakan lingkungan
- Resiko adalah kesempatan atau kemungkinan bertemunya satu atau lebih keadaan
bahaya yang terjadi dan dapat mengakibatkan kerugian
Halaman 3 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR INSPEKSI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.005.SHE.X.2018
TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan
melakukan perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak tsb yang
bertanggungjawab diantaranya :
Halaman 4 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR INSPEKSI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.005.SHE.X.2018
PROSEDUR
1 Menentukan Jadwal
Jadwal inspeksi harus terencana terkait dari jenis inspeksi, waktu, tempat, serta siapa
saja yang akan melakukan inspeksi
2 Menyiapkan Alat Bantu
Sebelum melakukan inspeksi wajib untuk mempersiapkan alat-alat yang nantinya
akan digunakan untuk membantu dalam pelaksanaan inspeksi, seperti:
‐ Perlengkapan personal protective equipment.
‐ Peralatan keselamatan kerja lainnya,
‐ Tulisan dan tanda peringatan K3LL
‐ Fasilitas pertolongan pertama,
‐ Peralatan komunikasi,
‐ Peralatan penanggulangan keadaan darurat,
‐ Peralatan pemadam kebakaran,
3 Periksa Semua Area/ Benda
Semua area dan benda yang mempunyai potensi bahaya harus terdokumentasikan
dengan baik. Dalam pemeriksaan, yang melakukan inspeksi harus jeli dalam melihat
ataupun menyikapi baik posisi, ruang gerak, maupun cara kerja yang mempunyai
potensi bahaya yang dapat ditimbulkan
4 Lakukan Penilaian Resiko
Setelah semua terperiksa dengan baik, petugas inspeksi dituntuk mampu melakukan
penilaian terhadap suatu potensi bahaya berdasarkan pada tingkat keseringan
bahaya tersebut ditemui/ muncul di lokasi kerja dengan tingkat keparahan yang
mungkin terjadi jika menimbulkan insiden.
5 Membuat Rencana Tindakan
Setelah mendapat angka dari resiko sesegera mungkin buat rencana tindakan
perbaikan sedetail mungkin. Rangkuman hasil inspeksi didiskusikan dalam
pertemuan dan dipasang di papan informasi
6 Tindak Lanjut
Setelah rencana tindakan jadi, lakukan tindakan perbaikan sampai dengan resiko
tersebut dapat diterima. Apabila sudah diperbaiki, lakukan pemeriksaan hingga
potensi bahaya dapat dihilangkan
7 Evaluasi dan Analisa
Data dari semua inspeksi harus terdokumentasikan secara baik dan berurutan
sehingga dapat dievaluasi dan teranalisa supaya potensi bahaya tidak terulang
Halaman 5 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR INSPEKSI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.005.SHE.X.2018
Menentukan Menyiapkan
Mulai
Jadwal Alat Bantu
Lakukan Membuat
Periksa Semua
Penilaian Rencana
Area/Benda
Resiko Tindakan
Evaluasi Dan
Tindak Lanjut
Analisa
Halaman 6 dari 6
LAMPIRAN 8.
SOP PENANGANAN LIMBAH B3
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)
DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL
DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT
DIPERIKSA OLEH:
KEPALA TEKNIK TAMBANG
DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE
Halaman 1 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)
Halaman 2 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)
TUJUAN
Tujuan dari Penerapan Prosedur ini adalah untuk memastikan bahwa Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (LB3) ditangani dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan
RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja
PT.KAPUAS PRIMA COAL Tbk. Pelabuhan yang menangani Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (LB3)
REFERENSI
Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 30 tahun 2009 Tata Laksana Perizinan dan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 472/Menkes/Per/V/1996 tentang
Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 87/M-Ind/Per/9/2009 tentang Sistem
Harmonisasi Global Klasifikasi dan Label Pada Bahan Kimia
Keputusan Kepala Bapedal No. 01 tahun 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan
dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Keputusan Kepala Bapedal No. 255 tahun 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan
dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas
DEFINISI
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya
dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau
merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) adalah sisa hasil usaha atau produksi yang karena
sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidupnya lainnya
Simbol adalah gambar yang menyatakan karakteristik LB3
Label adalah tulisan yang menunjukkan antara lain karakteristik dan jenis LB3
Halaman 3 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)
TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggung jawab untuk terlibat dan melakukan
perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak yang bertanggung jawab diantaranya :
2 Staff Enviro 1. Staff Enviro wajib untuk memberikan bantuan dan arahan kepada
pengawas terkait penanganan
2. Staff Enviro wajib membuat laporan terhadap penanganan LB3
berdasarkan dari laporan pengawas maupun laporan mandiri
3. Staff Enviro wajib melaporkan kegiatan penanganan LB3 kepada
atasannya, mencakup atasan langsung, Bagian HSE, Manager Port
dan Direktur Operasional
4. Staff Enviro bertanggungjawab atas laporan terhadap penanganan
LB3 yang dibuat
5 KTT 1. KTT bertanggung jawab atas koreksi dan komentar pada perbaikan
prosedur
2. KTT bertanggung jawab atas terlaksananya penerapan prosedur di
area kerja yang bersangkutan
3. KTT bertanggung jawab atas laporan terhadap penerapan prosedur
Halaman 4 dari 11
..
PROSEDUR
1 Penelaahan awal
P'ada saat penanganan LB3 akan dilaksanakan, pengawas/ staff enviro/ superintendent HSE
pertama-tama harus terlebih dahulu memiliki acuan terhadap pekerjaan yang akan dilakukan
Halaman 5 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)
Halaman 6 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)
top cover
rubber seal
sealing ring
A B
Simbol yang dipasang pada kemasan minimal berukuran 10 x 10 cm, sedangkan simbol
pada kendaraan pengangkut limbah dan tempat penyimpanan minimal 25 x 25 cm. Simbol
harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap goresan dan atau bahan kimia yang
kemungkinan akan mengenainya. Simbol-simbol yang digunakan pada kemasan adalah:
Halaman 7 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)
Label identitas Limbah berukuran minimum 15 cm x 20 cm atau lebih besar, dengan warna
dasar kuning dan tulisan serta garisan tepi berwarna hitam, dan tulisan “PERINGATAN !”
dengan huruf yang lebih besar berwarna merah
PERINGATAN!
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
PENGHASIL : .............................................................
ALAMAT : .............................................................
.............................................................
TELEPON : .............................................................
NOMOR PENGHASIL : .............................................................
TANGGAL KEMAS : .............................................................
JENIS LIMBAH : .............................................................
NAMA TEKNIS : .............................................................
KARAKTERISTIK : .............................................................
KODE LIMBAH : .............................................................
4 meter
10 meter
Halaman 8 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)
Drum-drum disusun sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah untuk dipergunakan.
Lantai tempat peletakan drum adalah dari beton cor (paling bawah) yang dilapisi/ ditutup
lagi dengan menggunakan papan kayu
Drum Limbah
Papan Kayu
Beton Cor
Susunan lantai dasar dari bangunan tempat penyimpanan sementara. Diilustrasikan ada
saluran untuk olie yang tumpah/tercecer/bocor agar menuju ke penampungan sementara
dan dipindahkan ke drum yang lain.
Penampungan
sementara
Beton cor
Papan kayu
Halaman 9 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)
Limbah laboratorium
limbah laboratorium
limbah laboratorium
limbah klinik
Halaman 10 dari 11
PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Tanggal : 1 April 2018
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Revisi :0
No. Dokumen : PRS.001.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
(LB3)
7 Pencatatan LB3
Setiap pemasukan dan pengeluaran LB3 dilakukan pencatatan/ dimasukkan ke dalam log-
book LB3
Halaman 11 dari 11
LAMPIRAN 9.
SOP OBSERVASI
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR OBSERVASI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.006.SHE.X.2018
DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL
DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT
DIPERIKSA OLEH :
KEPALA TEKNIK TAMBANG
DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE
Halaman 1 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR OBSERVASI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.006.SHE.X.2018
Halaman 2 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR OBSERVASI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.006.SHE.X.2018
TUJUAN
Tujuan dari Penerapan Prosedur Inspeksi adalah untuk mengidentifikasi/ menemukan faktor-
faktor yang berpotensi bahaya di lokasi kerja dan melakukan tindakan pencegahan sehingga
faktor-faktor tersebut tidak menimbulkan resiko bahaya dengan jangka waktu yang telah
ditentukan
RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja
PT. KAPUAS PRIMA COAL baik di kantor, Pelabuhan, dll, yang bertugas melakukan
observasi
REFERENSI
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor
1827K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang
Baik
DEFINISI
- Observasi adalah pengamatan atas perilaku seseorang
- Bahaya adalah sumber atau situasi yang berpotensi menyebabkan kerugian/ cedera
manusia, kerusakan peralatan, dan kerusakan lingkungan
TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan
melakukan perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak tsb yang
bertanggungjawab diantaranya :
Halaman 3 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR OBSERVASI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.006.SHE.X.2018
PROSEDUR
1 Menentukan Jadwal
Jadwal observasi harus terencana terkait dari jenis observasi, waktu, tempat, serta
siapa saja yang akan melakukan observasi
2 Observasi Aktivitas
Semua personil yang dirasa melakukan tindakan tidak aman hingga menjadi potensi
bahaya harus terdokumentasikan dengan baik. Dalam pemeriksaan, petugas yang
melakukan observasi harus jeli dalam melihat ataupun menyikapi baik posisi, ruang
gerak, maupun cara kerja yang mempunyai potensi bahaya yang dapat ditimbulkan
3 Pelaporan
Penilaian terhadap tindakan tidak aman dari suatu potensi bahaya harus
terdokumentasikan dan dilaporkan kepada Departemen HSE untuk dapat segera
dilakukan evaluasi dan analisa berdasarkan pada tingkat keseringan bahaya tersebut
ditemui/ muncul pada aktivitas tertentu
4 Evaluasi dan Analisa
Data dari kegiatan observasi harus dilaporkan dan didokumentasikan oleh
Departemen HSE secara baik dan berurutan sehingga dapat dievaluasi dan teranalisa
supaya potensi bahaya tidak terulang. Hasil analisa dilaporkan pada Safety Meeting
Halaman 4 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR OBSERVASI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.006.SHE.X.2018
Menentukan Menyiapkan
Mulai
Jadwal Alat Bantu
Lakukan Membuat
Periksa Semua
Penilaian Rencana
Area/Benda
Resiko Tindakan
Evaluasi Dan
Tindak Lanjut
Analisa
Halaman 5 dari 6
Tanggal : 31 Oktober 2018
PROSEDUR OBSERVASI Revisi :0
No. Dokumen : PRS.006.SHE.X.2018
Halaman 6 dari 6
LAMPIRAN 10.
SOP PENGAJUAN & PENERBITAN
SIMPER
PROSEDUR PENGAJUAN
Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENERBITAN SURAT Revisi :0
IJIN MENGEMUDI No. Dokumen : PRS.007.SHE.X.2018
PERUSAHAAN (SIMPER)
DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL
DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT
DIPERIKSA OLEH :
KEPALA TEKNIK TAMBANG
DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE
Halaman 1 dari 5
PROSEDUR PENGAJUAN
Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENERBITAN SURAT Revisi :0
IJIN MENGEMUDI No. Dokumen : PRS.007.SHE.X.2018
PERUSAHAAN (SIMPER)
Halaman 2 dari 5
PROSEDUR PENGAJUAN
Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENERBITAN SURAT Revisi :0
IJIN MENGEMUDI No. Dokumen : PRS.007.SHE.X.2018
PERUSAHAAN (SIMPER)
TUJUAN
Tujuan dari Penerapan Prosedur Pengajuan dan Penerbitan Surat Ijin Mengemudi
Perusahaan (SIMPER) adalah untuk memberikan pedoman kepada Pengawas dan Divisi
Safety dalam hal mengajukan dan menerbitkan SIMPER
RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja
PT. KAPUAS PRIMA COAL baik di kantor, Pelabuhan, dll.
REFERENSI
- Undang-Undang No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja
- Undang-Undang No.22/ 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
- Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor
1827K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan
Yang Baik
DEFINISI
- Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan
kendaraan tidak bermotor
- Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik
berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel
- Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki surat izin
mengemudi sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan
TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan
melakukan perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak tsb yang
bertanggungjawab diantaranya :
Halaman 3 dari 5
PROSEDUR PENGAJUAN
Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENERBITAN SURAT Revisi :0
IJIN MENGEMUDI No. Dokumen : PRS.007.SHE.X.2018
PERUSAHAAN (SIMPER)
PROSEDUR
1 Pengajuan
- Pengawas/ penanggungjawab menilai tingkat kebutuhan karyawan untuk
pekerjaannya dalam mengemudikan kendaraan
- Jika dinilai perlu, pengawas mengajukan karyawan untuk pembuatan SIMPER
- Pengawas dan karyawan bersangkutan mengisi formulir pengajuan SIMPER yang
sudah disediakan oleh Divisi Safety
- Karyawan melengkapi berkas persyaratan, meliputi fotokopi SIM kepolisian dan
KTP yang masih berlaku
- Karyawan yang belum memiliki SIM Kepolisian tetap bisa mengajukan dengan
melakukan pengujian terlebih dahulu, disertai dengan mengisi Surat Pernyataan
akan melengkapi persyaratan dimaksud sewaktu karyawan bersangkutan
berkesempatan (saat tugas dinas/ cuti regular)
- Setelah formulir diisi dan persyaratan dilengkapi, maka akan diarahkan ke Divisi
Maintenance untuk dilakukan pengujian kelayakan mengemudi
- Setelah dinilai dan dinyatakan layak dalam pengujian oleh Divisi Maintenance,
maka karyawan bersangkutan mengajukan formulir tersebut yang telah disetujui
ole Divisi Maintenance, Pengawas yang bersangkutan, dan Manager Port
kepada Divisi Safety
2 Pembuatan dan Penerbitan SIMPER
‐ Divisi Safety membuat dan mencetak SIMPER dengan isi mencakup: Nama
Karyawan; Nomor Induk Karyawan; Nomor SIM Kepolisian (jika ada); Masa
Berlaku; Foto Identitas; Jenis SIMPER
‐ Masa berlaku SIMPER disesuaikan dengan masa berlaku SIM Kepolisian. Apabila
belum memiliki SIM Kepolisian, maka SIMPER diberikan jangka waktu 1 tahun
‐ Setelah SIMPER diterbitkan, karyawan bersangkutan mengambil SIMPER di Divisi
Safety
Halaman 4 dari 5
PROSEDUR PENGAJUAN
Tanggal : 31 Oktober 2018
DAN PENERBITAN SURAT Revisi :0
IJIN MENGEMUDI No. Dokumen : PRS.007.SHE.X.2018
PERUSAHAAN (SIMPER)
Pengawas dan Karyawan
Pengawas Mengajukan
Mulai yang diajukan mengisi
Kebutuhan Pengemudi
dan melengkapi berkas
Karyawan
Pengujian dilakukan oleh menandatangani berkas
Pengujian layak
Divisi Maintenance disetujui KTT dan
Pengawas bersangkutan
SIMPER diterbitkan Divisi SIMPER berlaku sesuai
Safety masa berlaku
Halaman 5 dari 5
LAMPIRAN 11.
SOP PENGAMBILAN SAMPEL
LINGKUNGAN
Tanggal : 1 April 2018
PROSEDUR PENGAMBILAN Revisi :0
SAMPEL LINGKUNGAN No. Dokumen : PRS.003.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL
DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT
DIPERIKSA OLEH
KEPALA TEKNIK TAMBANG
DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE
Halaman 1 dari 6
Tanggal : 1 April 2018
PROSEDUR PENGAMBILAN Revisi :0
SAMPEL LINGKUNGAN No. Dokumen : PRS.003.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
Halaman 2 dari 6
Tanggal : 1 April 2018
PROSEDUR PENGAMBILAN Revisi :0
SAMPEL LINGKUNGAN No. Dokumen : PRS.003.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
TUJUAN
Tujuan dari Penerapan Prosedur ini adalah untuk memastikan bahwa pengambilan sampel lingkungan
ditangani dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan
RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja PT. KAPUAS
PRIMA COAL Tbk. baik di kantor,Pelabuhan, dll yang menangani pengambilan sampel lingkungan
REFERENSI
DEFINISI
Baku Mutu adalah batas atau kadar mahluk hidup, zat, atau energi atau komponen lain yang ada
atau harus ada dan/ atau unsur pencemar yang ditenggang adanya sesuai dengan peruntukannya
Baku Mutu Air Limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/ atau jumlah unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke
dalam sumber air dari suatu usaha dan/ atau kegiatan
Baku Tingkat Kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang
ke lingkungan dari usaha dan atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan
Udara Ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer yang berada di
dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan
manusia, mahluk hidup, dan unsur lingkungan hidup lainnya
Mutu Udara Ambien adalah kadar zat, energy, dan/ atau komponen lain yang ada di udara bebas
Titik Penaatan adalah satu atau lebih lokasi yang dijadikan acuan untuk pemantauan dalam rangka
penaatan baku mutu air limbah
Air limbah usaha dan/ atau kegiatan pertambangan bijih besi bersumber dari:
- Kegiatan penambangan bijih besi
- Kegiatan pengolahan bijih besi
- Kegiatan pengolahan pasir besi, dan
- Kegiatan pendukung
TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan melakukan
perbaikan dengan mengimplementasikan, dan pihak tersebut yang bertanggungjawab diantaranya:
Halaman 3 dari 6
Tanggal : 1 April 2018
PROSEDUR PENGAMBILAN Revisi :0
SAMPEL LINGKUNGAN No. Dokumen : PRS.003.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
Halaman 4 dari 6
Tanggal : 1 April 2018
PROSEDUR PENGAMBILAN Revisi :0
SAMPEL LINGKUNGAN No. Dokumen : PRS.003.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
PROSEDUR
1 Penelaahan awal
Pada saat pengambilan sampel lingkungan akan dilaksanakan, pengawas/ staff enviro/
koordinator HSE pertama-tama harus terlebih dahulu memiliki acuan terhadap pekerjaan
yang akan dilakukan
Halaman 5 dari 6
Tanggal : 1 April 2018
PROSEDUR PENGAMBILAN Revisi :0
SAMPEL LINGKUNGAN No. Dokumen : PRS.003.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
- Setelah semua proses pengambilan sampel selesai dilakukan, maka semua botol sampel
ditempatkan di dalam boks sampel dan dibawa kembali ke tempat penyimpanan
sementara atau langsung dikirimkan untuk proses di laboratorium pihak ketiga
- Sebelum dikirimkan pada hari yang sama, pada boks sampel ditambahkan Ice Pack untuk
menjaga suhu sampel di boks selama perjalanan. Apabila tidak bisa dikirimkan pada hari
yang sama, sampel dikeluarkan dari boks sampel dan ditempatkan di dalam kulkas
dengan suhu ± 40 Celcius (batas maksimal penyimpanan di kulkas 1 x 24 jam)
- Pengiriman ke laboratorium pihak ketiga dapat dilakukan, setelah boks sampel dipacking
dan diberikan label pengiriman untuk kemudian dianalisa di laboratorium pihak ketiga
- Hasil analisa sampel dari laboratorium pihak ketiga merupakan dasar nilai baku mutu
yang dilaporkan dalam RKL-RPL dan Laporan Triwulan
Sampel Kebisingan
- Dengan sebuah Sound Level Meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi dB selama 10
(sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik
- Hasil pembacaan selama masa pengukuran dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai Baku
Tingkat Kebisingan
- Hasil analisa sampel merupakan dasar nilai baku mutu yang dilaporkan dalam RKL-RPL
dan Laporan Triwulan
Halaman 6 dari 6
LAMPIRAN 12.
SOP PEMANTAUAN HARIAN PH &
TSS
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN pH DAN TSS No. Dokumen : PRS.001.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL
DIPERIKSA OLEH:
0$1$*(53257
DIPERIKSA OLEH
.(3$/$7(.1,.7$0%$1*
DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE
RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN:
Halaman 1 dari 5
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN pH DAN TSS No. Dokumen : PRS.001.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
Halaman 2 dari 5
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN pH DAN TSS No. Dokumen : PRS.001.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
TUJUAN
Tujuan dari Penerapan Prosedur ini adalah untuk memastikan bahwa pemantauan harian pH dan TSS
ditangani dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan
RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja PT. KAPUAS
PRIMA COAL Tbk. baik di kantor,3HODEXKDQ, dll yang menangani pemantauan harian pH dan TSS
REFERENSI
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan/ atau Kegiatan Pertambangan Bijih Besi
Dokumen AMDAL dan RKL-RPL PT. Kapuas Prima Coal Tbk.
Dokumen UKL-UPL TUKS PT. Kapuas Prima Coal Tbk.
SNI 6989.57:2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan
DEFINISI
TSS (Total Suspended Solid) adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan
dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang
termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur
Titik Penaatan adalah satu atau lebih lokasi yang dijadikan acuan untuk pemantauan dalam rangka
penaatan baku mutu air limbah
Air limbah usaha dan/ atau kegiatan pertambangan bijih besi bersumber dari:
- Kegiatan penambangan bijih besi
- Kegiatan pengolahan bijih besi
- Kegiatan pengolahan pasir besi, dan
- Kegiatan pendukung
TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan melakukan
perbaikan dengan mengimplementasikan, dan pihak tersebut yang bertanggungjawab diantaranya:
1 Pengawas 1. Pengawas wajib untuk memastikan pemantauan harian pH dan TSS
ditangani dengan benar dan baik
2. Pengawas wajib untuk bersama-sama dengan pengawas lain
memastikan pemantauan harian pH dan TSS ditangani dengan benar
dan baik
3. Pengawas wajib melaporkan kegiatan pemantauan harian pH dan
TSS kepada atasannya, mencakup atasan langsung, Bagian HSE,
0DQDJHU3RUW dan Direktur Operasional
4. Pengawas bertanggungjawab atas terlaksananya penerapan
prosedur ini di area kerja
5. Pengawas bertanggungjawab atas laporan terhadap penerapan
prosedur yang dibuat
Halaman 3 dari 5
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN pH DAN TSS No. Dokumen : PRS.001.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
2 Staff Enviro 1. Staff Enviro wajib untuk memberikan bantuan dan arahan kepada
pengawas terkait pemantauan harian pH dan TSS
2. Staff Enviro wajib membuat laporan terhadap pemantauan harian pH
dan TSS berdasarkan dari laporan pengawas maupun laporan
mandiri
3. Staff Enviro wajib melaporkan kegiatan pemantauan harian pH dan
TSS kepada atasannya, mencakup atasan langsung, Bagian HSE,
Manager Port dan Direktur Operasional
4. Staff Enviro bertanggungjawab atas laporan terhadap pemantauan
harian pH dan TSS yang dibuat
PROSEDUR
1 Penelaahan awal
Pada saat pemantauan harian pH dan TSS akan dilaksanakan, pengawas/ staff enviro
pertama-tama harus terlebih dahulu memiliki acuan terhadap pekerjaan yang akan dilakukan
Halaman 4 dari 5
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN pH DAN TSS No. Dokumen : PRS.001.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
Halaman 5 dari 5
LAMPIRAN 13.
SOP PEMANTAUAN HARIAN
KEBISINGAN
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN KEBISINGAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL
DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT
DIPERIKSA OLEH
KEPALA TEKNIK TAMBANG
DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE
Halaman 1 dari 5
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN KEBISINGAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
Halaman 2 dari 5
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN KEBISINGAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
TUJUAN
Tujuan dari Penerapan Prosedur ini adalah untuk memastikan bahwa pemantauan harian kebisingan
ditangani dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan
RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku dan ditujukan untuk semua karyawan yang berada di area lokasi kerja PT. KAPUAS
PRIMA COAL Tbk. baik di kantor,Pelabuhan, dll yang menangani pemantauan harian kebisingan
REFERENSI
DEFINISI
Baku Mutu adalah batas atau kadar mahluk hidup, zat, atau energi atau komponen lain yang ada
atau harus ada dan/ atau unsur pencemar yang ditenggang adanya sesuai dengan peruntukannya
Baku Tingkat Kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang
ke lingkungan dari usaha dan atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan
TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat dan melakukan
perbaikan dengan mengimplementasikan, dan pihak tersebut yang bertanggungjawab diantaranya:
1 Pengawas 1. Pengawas wajib untuk memastikan pemantauan harian kebisingan
ditangani dengan benar dan baik
2. Pengawas wajib untuk bersama-sama dengan pengawas lain
memastikan pemantauan harian kebisingan ditangani dengan benar
dan baik
3. Pengawas wajib melaporkan kegiatan pemantauan harian kebisingan
kepada atasannya, mencakup atasan langsung, Bagian HSE, Manager
Port dan Direktur Operasional
4. Pengawas bertanggungjawab atas terlaksananya penerapan
prosedur ini di area kerja
5. Pengawas bertanggungjawab atas laporan terhadap penerapan
prosedur yang dibuat
2 Staff Enviro 1. Staff Enviro wajib untuk memberikan bantuan dan arahan kepada
pengawas terkait pemantauan harian kebisingan
2. Staff Enviro wajib membuat laporan terhadap pemantauan harian
kebisingan berdasarkan dari laporan pengawas maupun laporan
mandiri
3. Staff Enviro wajib melaporkan kegiatan pemantauan harian
kebisingan kepada atasannya, mencakup atasan langsung, Bagian
HSE, Manager Port dan Direktur Operasional
Halaman 3 dari 5
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN KEBISINGAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
PROSEDUR
1 Penelaahan awal
Pada saat pemantauan harian kebisingan akan dilaksanakan, pengawas/ staff enviro
pertama-tama harus terlebih dahulu memiliki acuan terhadap pekerjaan yang akan dilakukan
Halaman 4 dari 5
Tanggal : 1 September 2018
PROSEDUR PEMANTAUAN Revisi :0
HARIAN KEBISINGAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IX.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
Halaman 5 dari 5
LAMPIRAN 14.
SOP PENANGANAN KEBAKARAN DI
LOKASI KEGIATAN
PROSEDUR PENANGANAN Tanggal : 1 April 2018
Revisi :0
KEBAKARAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
DISAHKAN OLEH:
DIREKTUR OPERASIONAL
DIPERIKSA OLEH:
MANAGER PORT
DIPERIKSA OLEH
KEPALA TEKNIK TAMBANG
DISIAPKAN OLEH:
KOORDINATOR HSE
Halaman 1 dari 6
PROSEDUR PENANGANAN Tanggal : 1 April 2018
Revisi :0
KEBAKARAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
Halaman 2 dari 6
PROSEDUR PENANGANAN Tanggal : 1 April 2018
Revisi :0
KEBAKARAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
TUJUAN
Prosedur ini menjelaskan mengenai tindakan pencegahan dan penanggulangan
terhadap kebakaran yang harus dilaksanakan dan dipelihara di area lokasi
pertambangan PT. Kapuas Prima Coal, Tbk.
Diharapkan seluruh karyawan mengetahui dan memahami prosedur ini. Prosedur ini
hanya untuk digunakan di area lokasi pertambangan PT. Kapuas Prima Coal, Tbk.
RUANG LINGKUP
SOP ini berlaku untuk semua karyawan di PT. Kapuas Prima Coal, Tbk.
REFERENSI
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Peraturan Pemerintah 55 Tahun 2010 Pembinaan Pengawasan Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan
Pengawasaan Pertambangan Mineral dan Batubara.
DEFINISI
TANGGUNG JAWAB
Dalam prosedur ini, semua pihak yang terkait wajib bertanggungjawab untuk terlibat
dan melakukan perbaikan dengan cara mengimplementasikan, dan pihak tersebutyang
bertanggungjawab diantaranya :
1 Pengawas 1. Pengawas memastikan prosedur ini disosialisasikan
kepada semua pekerja di area kerja
2. Pengawas memastikan tersedianya sarana dan alat
pencegahan kebakaran diarea kerja
3. Pengawas memastikan sumber bahaya kebakaran dapat
dikendalikan
Halaman 3 dari 6
PROSEDUR PENANGANAN Tanggal : 1 April 2018
Revisi :0
KEBAKARAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
PROSEDUR
Halaman 4 dari 6
PROSEDUR PENANGANAN Tanggal : 1 April 2018
Revisi :0
KEBAKARAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
Persediaan air dengan jumlah yang cukup harus disediakan untuk membantu
pemadaman bilamana resiko kebakaran cukup tinggi.
3 Penanggulangan Kebakaran
1. Koordinator mengumumkan adanya kebakaran melalui radio
telekomunikasi kepada tim tanggap darurat ( apabila koordinator tidak ada
maka diumumkan oleh wakil atau salah seorang dari manajemen).
2. Seluruh tim akan bertindak sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-
masing dalam menanggulangi kebakaran.
3. Setelah mendapat laporan dari seluruh team, koordinator melapor
kepada pengarah/manajemen tentang perkembangan situasi
4. Apabila situasi tidak dapat diatasi maka ketua team penanggulangan
melapor kepada koordinator kembali untuk diambil tindakan selanjutnya.
5. Tindakan evakuasi dapat dilakukan sebagai upaya mencegah kerugian
yang lebih besar.
6. Semua tindakan penanggulan kebakaran mengikuti arahan dan petunjuk
dalam prosedur tanggap darurat.
Halaman 5 dari 6
PROSEDUR PENANGANAN Tanggal : 1 April 2018
Revisi :0
KEBAKARAN No. Dokumen : PRS.002.SHE.IV.18
PT. KAPUAS PRIMA COAL Tbk.
5 Pelatihan
Pelatihan karyawan dalam tindakan pencegahan dan penanggulangan terhadap
kebakaran akan dilaksanakan dalam dua tahap:
1. Pelatihan awal (untuk karyawan baru) akan meliputi tindakan pencegahan
terhadap kebakaran, topik prosedur keadaan darurat dan teori
penggunaan alat pemadam api.
Halaman 6 dari 6
LAMPIRAN 15.
SOP KEBAKARAN HUTAN DAN
LAHAN
No. SOP/KPC-
PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN Dokumen P/HSE/003/01/2020
LAHAN
Tanggal 2 Januari 2020
PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL Revisi 0
DISAHKAN OLEH :
DIREKTUR UTAMA
HARJANTO WIDJAJA
DISETUJUI OLEH :
DIREKTUR OPERASIONAL
PADLI NOOR
DIPERIKSA OLEH :
KEPALA TEKNIK TAMBANG /
MANAGER PELABUHAN
Halaman 1 dari 7
RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN :
NO DOKUMEN NO
TANGGAL
REV. AWAL PEMBAHARUAN DESKRIPSI PERUBAHAN
TERBIT
DOKUMEN
SOP/KPC-
0 2 Januari 2020 0 Terbitan awal
P/HSE/003/01/2020
Halaman 2 dari 7
I. Tujuan
Prosedur ini bertujuan sebagai pedoman dalam proses mengendalikan kebakaran hutan
dan lahan, di lingkungan kerja PT. Kapuas Prima Coal Tbk. dan afiliasinya.
III. Referensi
1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.32/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2016 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Lahan
IV. Definisi
1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
2. Lahan adalah suatu hamparan ekosistem daratan di luar kawasan hutan yang
peruntukannya untuk usaha dan atau kegiatan lading dan atau kebun bagi
masyarakat.
3. Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu peristiwa terbakarnya hutan dan/ atau
lahan, baik secara alami maupun oleh perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan
kerusakan lingkungan yang menimbulkan kerugian ekologi, ekonomi, sosial budaya
dan politik.
V. Prosedur
1. Masukan yang dibutuhkan dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan adalah:
- Peta potensi api (hot spot) di area hutan dan lahan,
- Peta areal kerja,
- Menara kebakaran.
Halaman 3 dari 7
4. Tahapan kerja:
- Pengecekan terhadap kesiapan peralatan dan tim. Peralatan harus diperiksa
kesiapannya sekali dalam setiap awal bulan, sehingga apabila terjadi kebakaran
maka tindakan penanggulangannya dapat segera dilakukan,
- Mengenali tanda-tanda bahaya kebakaran hutan, seperti:
a. Secara langsung
Penemuan kepulan asap oleh patroli darat dan petugas menara pengawas,
Laporan dari masyarakat atau petugas kepada pusat pengendalian
kebakaran hutan
b. Secara tidak langsung
Penetapan kadar air dan potensi bahan bakar serta cuaca dimana sering
terjadi kebakaran hutan,
Meramalkan bahaya kebakaran dengan menggunakan indeks nilai bahaya
kebakaran yang diperoleh dengan menggunakan Fire Danger Meter
Method, Cumulative Humidity Method, atau Canadian Danger Tables.
- Melakukan tindakan pemadaman kebakaran
a. Mengidentifikasi lokasi yang terbakar serta factor penyebabnya,
b. Pendayagunaan sumberdaya (tenaga maupun peralatan) yang ada di lokasi,
c. Mobilisasi tim pemadam beserta masyarakat sekitar untuk membantu
memadamkan api ke lokasi,
d. Melakukan upaya untuk melokalisir api, misalnya dengan melakukan sekat
bakar yang mengisolasi api agar tidak merembet ke tempat lain,
e. Menyemprot api apabila memungkinkan,
f. Melakukan koordinasi dengan pemda setempat apabila dirasa kebakaran
semakin meluas dan tidak bisa diatasi sendiri,
g. Melakukan pemadaman api sisa kebakaran, dengan melakukan patroli
terhadap sisa-sisa kebakaran guna memastikan bahwa kebakaran benar-benar
telah padam.
- Melakukan upaya penanganan pasca bencana, meliputi:
a. Identifikasi dan evaluasi, meliputi pengumpulan data dan informasi perihal
kebakaran yang telah terjadi, pengukuran dan sketsa lokasi kebakaran, dan
analisis tingkat kerusakan yang terjadi,
b. Rehabilitasi, dengan mengupayakan pemulihan kembali kondisi areal
kebakaran hutan,
c. Apabila kebakaran terjadi karena adanya kesengajaan, maka diperlukan proses
penegakan hukum agar tidak terjadi kembali.
- Tindakan pencegahan kebakaran, meliputi:
a. Membuat peta kerawanan hutan,
b. Membuat sistem deteksi dini dengan menganalisis kondisi ekologis, sosial,
dan ekonomi,
c. Mengadakan penyuluhan, pembinaan, dan pelatihan kepada msyarakat sekitar
hutan mengenai bahaya dan dampak kebakaran hutan serta peran serta
aktivitas manusia yang seringkali memicu dan menyebabkan kebakaran hutan.
Selain itu masyarakat hutan juga harus mengetahui daerah mana saja yang
rawan kebakaran dan upaya pencegahannya,
d. Pemantauan dan pengawasan terhadap pihak-pihak yang berkaitan langsung
dengan hutan.
Halaman 4 dari 7
VI. Sarana dan Prasarana
1. Perlengkapan pribadi
Perlengkapan pribadi terdiri atas: topi pengaman, lampu kepala, kacamata
pengaman, masker dan penutup leher, sarung tangan, sabuk, peples, peluit, ransel,
sepatu pemadam, baju pemadam, kaos, kantong tidur, dan ransel standar.
2. Perlengkapan regu,
Perlengkapan regu, terdiri atas: tenda, peralatan standar perbengkelan, peralatan
standard P3K, dan peralatan penerangan, peralatan masak, dan perlengkapan standar
evakuasi dan penyelamatan sederhana.
3. Peralatan regu, terdiri atas:
- Peralatan tangan,
sekurang-kurangnya terdiri dari atas: kapak dua fungsi, gepyok, garu tajam, garu
pacul, sekop, pompa punggung,obor sulut tetes, kikir, golok/parang.
- Peralatan mekanis
Pompa bertekanan tinggi dalam 1 regu sekurangnya terdiri atas pompa induk
pompa jinjing, dan/ atau pompa apung. Kelengkapan pompa, sekurang-
kurangnya terdiri atas Nozzle, Suntikan gambut, Tanki air lipat, Selang,
Perlengkapan lainnya menyesuaikan.
- Chain-saw.
4. Sarana Pengolahan Data Dan Komunikasi sekurang-kurangnya terdiri atas GPS,
radio genggam, megaphone, peralatan komunikasi tradisional.
5. Sarana Transportasi dalam 1 regu sekurang-kurangnya terdiri atas kendaraan roda
dua jenis lapangan, kendaraan roda empat jenis lapangan meliputi dua fungsi mobil
logistik dan mobil pengangkut peralatan, dan/ atau 1 unit perahu klotok atau jenis
lainnya, dan jenis sarana transportasi lain yang menyesuaikan wilayah kerja.
6. Sarana dan prasarana lainnya meliputi dokumen prosedur operasional internal,
ruangan kerja, gudang peralatan, bengkel dan peralatannya, garasi, tempat
penyimpanan bahan bakar dan tempat pembersihan alat, barak personil, dan
sebagainya.
VII. Pelaporan
Kegiatan yang harus dilakukan setelah kebakaran adalah:
1. Pengukuran areal yang terbakar,
2. Menghitung kerugian secara ekonomis dan ekologis,
3. Rehabilitasi/ penanaman kembali areal bekas kebakaran,
4. Evaluasi pelaksanaan pemadaman kebakaran,
5. Rekapitulasi hasil pengendalian kebakaran hutan
Laporan kegiatan ini disampaikan kepada instansi yang berwenang.
Halaman 5 dari 7
VIII. Bagan Alir Proses Pengendalian Kebakaran Hutan
IX. Lain-lain
1. Menara Pantau Api
Halaman 6 dari 7
2. Papan Indikator Kerawanan Api
KUNING
HIJAU MERAH
Halaman 7 dari 7
LAMPIRAN 16.
SOP PELABUHAN
Standard Operasional Pelabuhan
Penanggulangan kebocoran merupakan suatu kegiatan atau perbuatan untuk menanggulangi suatu
permasalahan atau kerusakan yang telah terjadi sehingga resiko dari permasalahan tersebut dapat diatasi
ataupun dapat diminimalisir kerusakannya.