Anda di halaman 1dari 258

ANALISIS DAMPAK

LINGKUNGAN (ANDAL)

REKLAMASI PANTAI KAPUK NAGA INDAH


(Pulau 2A, 2B dan 1)

Di
Kawasan Pantai Utara Jakarta
Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Kecamatan
Penjaringan, Kota Administrasi Jakarta Utara

PT. KAPUK NAGA INDAH


Jl. Pantai Indah
Barat, Pantai Indah
Kapuk Jakarta Utara

2012
Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kebijakan, rencana dan program penataan kembali Kawasan Pantai Utara Jakarta yang telah
digagas sejak tahun 1990 terus mengalami penyempurnaan. Konsep penataan kembali Pantura
Jakarta yang mencakup konsep reklamasi pulau dan konsep revitalisasi pantai lama yang dimuat
di dalam Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Kawasan Pantura Jakarta
telah diakomodasi ke dalam Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang
Kawasan Jabodetabekpunjur. Di dalam Rencana Tata Ruang tersebut, selain mengatur tata ruang
makro Provinsi DKI Jakarta dan Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi,
Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang serta Kota Depok, dimuat juga zonasi perlindungan
dan zonasi pemanfaatan kawasan Pantura. Mengacu ke zonasi tersebut dapat dipahami bahwa
penataan kembali kawasan Pantura Jakarta diarahkan kewujud reklamasi pulau, dimana jarak
antara garis pantai lama dengan pulau reklamasi ± 200 m. Arahan tata ruang di dalam peraturan
presiden tersebut dijabarkan ke dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 1 tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta 2030, yang memuat arahan rencana
struktur tata ruang, sistem infrastruktur dan rencana pola ruang kawasan Pantura Jakarta yang
terpisah dari daratan lama, yang pemnbangunannya melalui pendekatan reklamasi pulau.
Berkaitan dengan itu, dapat dikemukakan bahwa materi pengaturan penataan kembali kawasan
Pantura yang dimuat di dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 8 tahun 1995
(sebagai Kawasan Andalan) sudah tidak sesuai dengan materi arahan tata ruang kawasan
reklamasi dan kawasan revitalisasi pantai lama sebagaimana dimuat di dalam Perda Provinsi DKI
Jakarta nomor 1 tahun 2012 tentang RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030 yang menggolongkan
kawasan Pantura sebagai Kawasan Strategis Provinsi di bidang ekonomi dan lingkungan hidup.

Bersamaan dengan proses finalisasi RTRW DKI Jakarta 2030, Pemerintah Pusat, Pemerintah DKI
Jakarta bersama pemerintah Kerajaan Belanda melaksanakan kajian Jakarta Coastal Defence
Study yakni kajian penyelamatan ekosistem Jakarta akibat naiknya muka air laut dan turunnya
permukaan tanah di kawasan Pantura, dengan demikian dapat dikatakan bahwa reklamasi Pulau-
pulau di pantai Utara Jakarta yang mengakomodasi prinsip-prinsip perlindungan pantai merupakan
rangkaian program penyelamatan ekosistem Jakarta.

Untuk memperoleh gambaran utuh tentang dinamika konsep penataan kembali Kawasan Pantura
dapat dijelaskan beberapa hal penting tentang pemanfaatan dan resiko lingkungan kawasan pantai
ini. Dalam kurun waktu sejak tahun 1990 sampai dengan tahun 2010, yakni masa proses
penyusunan dan pemantapan konsep penataan kembali Kawasan Pantura Jakarta tidak banyak
dilakukan perbaikan sarana dan prasarana kawasan pantai, sementara itu proses pembebanan
lingkungan sebagai akibat pembangunan fisik bagian-bagian Kota Jakarta yang sangat pesat ke

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 1]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Pendahuluan

segala arah sejak periode tahun 1975 sampai dengan tahun 1995 selain memberikan manfaat bagi
penduduk kota juga menimbulkan permasalahan lingkungan. Masalah utama yang dihadapi adalah
minimnya prasarana drainase, prasarana transportasi, prasarana sanitasi dan perumahan bagi
rakyat. Akumulasi dampak pembangunan fisik berlangsung di kawasan pantai yang fisiknya
merupakan dataran rendah yang sangat datar. Bahkan 40% dari luas wilayah Jakarta Utara
merupakan sub merged land, yakni dataran yang lebih rendah dari muka laut. Topografi kawasan
pantai yang lebih rendah dari muka laut menimbulkan masalah lingkungan tatkala berfungsi
sebagai ujung pembuangan (end of pipe) aliran air permukaan dan aliran limbah cair. Karena
terbatasnya jaringan sanitasi dan drainase kota, maka aktivitas perkotaan terutama di bagian kota
berkepadatan tinggi menimbulkan masalah lingkungan yang serius, sementara itu bahan-bahan
pencemar yang dibawa oleh aliran 13 sungai tersebar di perairan laut dangkal mulai dari pantai
Marunda di sebelah Timur hingga Kamal Muara di sebelah Barat.

Upaya untuk menanggulangi dan mencegah penurunan kualitas lingkungan hidup dan penyediaan
lokasi pembangunan baru di kawasan pantai dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan
cara reklamasi yang parsial. Awal tahun 1990 muncul masalah lingkungan akibat konflik
penggunaan tanah di kawasan pantai, antara lain gangguan terhadap instalasi PLN di Muara
Karang. Upaya penyelesaian masalah dilakukan melalui rekayasa teknik dengan cara mengatur
aliran sirkulasi air out let air hasil pendinginan mesin, dan menjauhkannya dari lokasi in take air
pendingin. Sejak masa itu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan
kajian penataan Pantai Utara Jakarta dan dilanjutkan dengan kajian-kajian sektoral oleh Dinas
Tata Ruang DKI Jakarta, Dinas Perikanan DKI Jakarta dan BAPPEDA.

Di dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 1995 tentang


Penyelenggaraan Reklamasi Kawasan Pantai Utara Jakarta ditetapkan batasan tentang Reklamasi
Pantai Utara dan Kawasan Pantai Utara Jakarta, yakni:
1. Reklamasi Pantai Utara adalah kegiatan penimbunan dan pengeringan laut di bagian perairan
laut Jakarta;
2. Kawasan Pantai Utara Jakarta adalah sebagian wilayah adiministrasi Kotamadya Jakarta
Utara yang meliputi areal daratan Pantai Utara Jakarta yang ada dan areal reklamasi Pantai
Utara Jakarta.

Di dalam Keputusan Presiden tersebut secara tegas dikemukakan juga bahwa wewenang dan
tanggung jawab Reklamasi Pantura berada pada Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota
Jakarta. Dalam rangka mengendalikan Reklamasi Pantura, dibentuk sebuah Badan Pengendali
yang bertugas untuk:
1. Mengendalikan perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan Reklamasi Pantura;
2. Mengendalikan penataan Kawasan Pantura Jakarta.

Untuk menyelenggarakan Reklamasi Pantura, Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta
membentuk Badan Pelaksana (BP) Pantura sebagai perpanjangan tangan Pemda DKI Jakarta,
dimana dalam melaksanakan tugasnya Badan Pelaksana (BP) Pantura dapat melakukan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 2]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Pendahuluan

kerjasama usaha dengan pihak lain dengan tidak mengurangi wewenang dan tanggung jawab
Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Masa tugas BP Pantura ini telah berakhir tahun
2009, sehingga tugas-tugas penanganan yang terkait dengan Pantura Jakarta ditangani oleh
instansi terkait melalui koordinasi Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta.

Atas dasar kajian-kajian tematis yang dilakukan oleh berbagai instansi, Pemerintah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta menjabarkan Keppres Nomor 52 Tahun 1995 ke dalam format Peraturan Daerah,
yakni Perda DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana
Tata Ruang Kawasan Pantura Jakarta. Kebijaksanaan penyelenggaraan reklamasi Kawasan
Pantura Jakarta ditujukan untuk mewujudkan lahan hasil reklamasi seluas 2.700 Ha dan
memanfaatkannya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2010, serta
dilaksanakan secara terpadu dengan penataan kembali (revitalisasi) daratan Pantura Jakarta
seluas 2.500 Ha untuk meningkatkan kualitas lingkungannya. Revitalisasi merupakan serangkaian
program perkuatan dan pemberdayaan fungsi kawasan melalui penataan kembali, perbaikan,
pemugaran, pembangunan, konservasi dan preservasi untuk meningkatkan kualitas lingkungan
dan tingkat kesejahteraan masyarakat setempat.

Di dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2030, Kawasan Pantura Jakarta ditetapkan sebagai
Kawasan Strategis untuk kepentingan ekonomi, lingkungan dan sosial budaya. Pada pasal 101
dimuat arahan Kawasan Strategis Pantura Jakarta sebagai berikut:
1. Kawasan Strategis Pantura mencakup pengembangan areal reklamasi dan kawasan daratan
pantai dilakukan secara terpadu yang bersama-sama ditetapkan sebagai satu kawasan
perencanaan.
2. Pelaksanaan reklamasi, harus memperhatikan kepentingan lingkungan, kepentingan
pelabuhan, kepentingan kawasan berhutan bakau, kepentingan nelayan, dampak terhadap
banjir rob dan kenaikan permukaan laut serta sungai, kepentingan dan fungsi lain yang
ada di Kawasan Pantura.

Pada pasal 102 dinyatakan bahwa:


1. Penyelenggaraan reklamasi Pantura, diarahkan bagi terwujudnya lahan hasil reklamasi siap
bangun dan pemanfaatannya sesuai dengan tata ruang yang terpadu dengan penataan
kembali kawasan daratan Pantura.
2. Penataan kembali kawasan daratan Pantura, diarahkan bagi tercapainya penataan ruang
yang berhasil guna dan berdaya guna, peningkatan kualitas lingkungan dan perumahan,
pelestarian bangunan bersejarah, kelancaran lalu lintas, dan peningkatan fungsi sistem
pengendalian banjir baik itu banjir rob dan kenaikan muka laut/sungai.
3. Penyelenggaraan reklamasi serta pengelolaan tanah hasil reklamasi dan penataan kembali
kawasan daratan Pantura, dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama usaha yang
saling menguntungkan antara Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia usaha.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 3]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Pendahuluan

Bersamaan dengan pemantapan berbagai instrument perencanaan dan pembangunan Kawasan


Pantura, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengikat kerjasama dengan beberapa mitra
usaha. Pada bulan Juli 1997, Pemda DKI Jakarta telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama
(Nomor 162 Tahun 1997 dan Nomor 094/KNI-SP/VII/97 tanggal 28 Juli 1997) Pengembangan
Penyelengaraan Reklamasi Pada Areal Blok I dan IV Di Sub Kawasan Barat dengan pihak PT.
Kapuk Naga Indah. Atas dasar naskah perjanjian kerjasama tersebut PT. Kapuk Naga Indah
melakukan berbagai kajian perencanaan, baik kajian rencana tata ruang maupun kajian rencana
sarana dan prasarana lingkungan dalam kajian general design. Krisis ekonomi yang menerpa
Indonesia dan berbagai negara mengakibatkan terhentinya kegiatan pembangunan fisik terutama
pembangunan di bidang properti.

Dalam rangka merealisasikan Perjanjian Kerjasama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan PT.
Kapuk Naga Indah (tahun 1997) tersebut, maka sejak tahun 2005 PT. Kapuk Naga Indah telah
memutakhirkan konsep-konsep persiapan pengembangan proyek reklamasi yang telah
memperoleh persetujuan prinsip tahun 1997 dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Kegiatan-
kegiatan yang telah diselesaikan oleh PT. Kapuk Naga Indah, antara lain:
1. Konsultasi penjabaran Rencana Rinci Tata Ruang Kecamatan (skala 1 : 5000) ke tingkat
Rencana Teknik Ruang Kota (skala 1 : 1000);
2. Kajian pemodelan hidrodinamika perairan laut untuk memilih opsi teknik reklamasi dan lebar
kanal vertikal, yang dilakukan oleh Witteven Bos Indonesia (Nedeco) dengan second opinion
BPPT;
3. General design rencana reklamasi Tahap I;
4. Kajian kaitan hidrolika reklamasi Kapuk Naga Indah dengan pola tata air DAS yang bermuara
ke wilayah proyek Kapuk Naga Indah;
5. Kajian restorasi ekosistem mangrove Angke Kapuk sebagai kegiatan paralel konstruksi Kapuk
Naga Indah;
6. Kajian Keanekaragaman Jenis Perikanan Tangkap di Teluk Jakarta Bagian Barat;
7. Kajian Perubahan Sosial Masyarakat di Kecamatan Penjaringan;
8. Kajian Penjabaran Rencana Sarana dan Prasarana Lingkungan;
9. Pengukuran dan Pemetaan TM30 (derajat) lokasi proyek;
10. Kegiatan pembebasan bagan para nelayan budidaya kerang hijau telah dilakukan pada tahun
2006 dengan memberikan kompensasi biaya ganti rugi bekerjasama dengan Kantor
Kelurahan Kamal Muara dan tidak dilakukan relokasi;
11. Penyelenggaraan konsultasi publik dalam rangka pelaksanaan Keputusan Gubernur Nomor
76 Tahun 2001 tentang Pedoman Operasional Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan
Informasi Dalam Proses AMDAL, telah dilaksanakan pada tanggal 11 April 2006;
12. Rekomendasi ANDAL, RKL dan RPL Nomor 25/Amdal/-1.774.151, tanggal tanggal 28
September 2007 dari Komisi Penilai AMDAL Daerah Provinsi DKI Jakarta;
13. Penyelenggaraan konsultasi publik (kedua) dalam rangka pelaksanaan Keputusan Gubernur
Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Operasional Keterlibatan Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL, telah dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2011,
bertempat di Ruang Fatahillah Gedung Walikota Jakarta Utara Blok P Lantai 2, Jl. Yos
Sudarso Kav. 27 – 29, Tanjung Priok, Jakarta Utara;

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 4]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Pendahuluan

14. Studi pengembangan CSR PT. Kapuk Naga Indah bersama Swisscontact tahun 2009;
15. Rangkaian konsultasi KNI dengan instansi terkait di lingkungan Pemda DKI Jakarta;
16. Presentasi Kapuk Naga Indah dihadapan Rapim Gubernur DKI Jakarta Tahun 2010;
17. Studi Pandang 4 (empat) Perguruan Tinggi (ITB, UGM, UNDIP, dan UNHAS) tentang
Implikasi Reklamasi Pulau Kapuk Naga Indah.

Tujuan dan kegunaan pembangunan di areal Kapuk Naga Indah pada dasarnya identik dengan
tujuan dan penyelenggaraan Reklamasi Pantura sebagaimana dinyatakan di dalam Peraturan
Daerah Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang
Pantura Jakarta, yang sudah diakomodasikan ke dalam Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 1
Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030, yakni:
1. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan Kota Jakarta sebagai
kota pelayanan yang strategis dan memiliki daya saing yang tinggi dalam perkembangan
kota-kota dunia,
2. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan keseimbangan
kepentingan kesejahteraan dan keamanan,
3. Terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan yang memperhatikan
pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya, dan
4. Mengurangi tekanan pertumbuhan kota ke arah Selatan.

Sedangkan pertimbangan peranserta PT. Kapuk Naga Indah dalam rangka pelaksanaan
Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah, antara lain:
1. Menyambut tawaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun Jakarta sebagai Ibu
Kota Negara Republik Indonesia yang berkualitas,
2. Mengembangkan sekaligus diversifikasi usaha di bidang jasa konstruksi dalam negeri,
3. Mengoptimalkan peluang pemanfaatan ruang Pantura yang relatif dekat dengan Bandara
Soekarno-Hatta,
4. Membangun kota pantai (waterfront city) yang memiliki faktor penarik bagi investasi asing,
5. Membangun prasarana yang handal untuk jangka panjang (infrastruktur jalan raya, rel KA
Ganda dan Light Train),
6. Menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, dan
7. Areal Kapuk Naga Indah menjadi salah satu Sistem Pusat Regional.

Di dalam Perjanjian Kerjasama Nomor 162 Tahun 1997 dan Nomor 094/KNI-SP/VII/97 tanggal 28
Juli 1997, dijelaskan bahwa kerjasama Pemda DKI Jakarta dengan PT. Kapuk Naga Indah adalah
mengembangkan proyek reklamasi pada areal seluas ± 674 Ha. Mengacu ke Adendum Perjanjian
Kerjasama dan hasil pengukuran dan pemetaan oleh Dinas Pertanahan dan Pemetaan Provinsi
DKI Jakarta (hingga kedalaman -8 m), maka luas areal kerja PT. Kapuk Naga Indah adalah ± 870
Ha terdiri dari Pulau 1 ± 275 Ha, Pulau 2A ± 310 Ha, dan Pulau 2B ± 285 Ha. Pengukuran dan
pemetaan areal kerja dalam rangka pelaksanaan Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemakaian Peta Dasar Di Wilayah Provinsi DKI Jakarta (Pemetaan TM30)
seluas ± 1.131 Ha.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 5]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Pendahuluan

Sebagaimana dijelaskan bahwa tahun 2007 PT. Kapuk Naga Indah telah memperoleh
rekomendasi AMDAL 1 pulau (pulau 2A). Untuk mengakomodasi penyesuaian-penyesuaian
rencana reklamasi dan arahan-arahan RTRW Jakarta 2030 tentang Kawasan Strategis Pantura
Jakarta, maka dilakukan penyusunan ANDAL Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (2012) sebagai
tindak lanjut dari KA-ANDAL Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (2012).

Walaupun PT. Kapuk Naga Indah sudah memperoleh Izin Membangun Prasarana dan
Rekomendasi AMDAL, tetapi karena belum memperoleh izin/persetujuan melaksanakan reklamasi,
maka PT. Kapuk Naga Indah belum melakukan kegiatan fisik reklamasi tetapi lebih berorientasi
pada penyempurnaan berbagai konsep, melaksanakan kegiatan restorasi ekosistem mangrove
dan CSR bagi keluarga Nelayan di Kamal Muara.

Pasal 50 ayat (2) e, Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
menyatakan bahwa keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan
dinyatakan kadaluwarsa apabila rencana usaha dan/atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak ditertibkannya Izin Lingkungan (ANDAL, RKL dan RPL). Selain
faktor legalitas evaluasi dan peninjauan RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030, perubahan rona
lingkungan sekitar rencana proyek, yakni peningkatan angka kepadatan vegetasi dan luasan
tutupan mangrove hasil restorasi yang dilaksanakan oleh PT. Kapuk Naga Indah menjadi bahan
pertimbangan dokumen ANDAL Reklamasi 3 Pulau Kapuk Naga Indah ini, sebagai tindak lanjut
dari dokumen KA-ANDAL Reklamasi 3 Pulau Kapuk Naga Indah yang telah disusun.

Selain itu, dokumen ANDAL Reklamasi Pulau Kapuk Naga Indah ini juga akan mempertimbangkan
beberapa kajian yang diselenggarakan akhir-akhir ini, terutama: (a) Kajian Lingkungan Hidup
Strategis Pantai Utara Jakarta yang dilakukan oleh BPLHD tahun 2009 dan Kajian Lingkungan
Hidup Teluk Jakarta Tiga Provinsi yang dilaksanakan oleh Bappeda Provinsi DKI Jakarta bersama
Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2010 dan (c) Penyiapan data dan analisis dalam rangka
penyusunan Raperda RTR Kawasan Strategis Pantura oleh Bappeda Provinsi DKI Jakarta tahun
2010.

Pada tanggal 6 Juli 2011 Kantor Lingkungan Hidup Kota Jakarta Utara telah melakukan fasilitasi
PT. Kapuk Naga Indah bersama Tim Penyusun Studi AMDAL menyelenggarakan Konsultasi
Publik berkaitan dengan Rencana Reklamasi 3 Pulau Kapuk Naga Indah. Kegiatan tersebut
dimaksud dipimpin oleh Walikota Jakarta Utara, dihadiri oleh sekitar 60 orang peserta (menurut
daftar absensi terlampir). Saran dan atau tanggapan atas diskripsi rencana kegiatan yang potensial
menimbulkan dampak akan menjadi bahan pertimbangan di dalam pelaksanaan pendugaan dan
evaluasi dampak serta bila relevan akan dikaji di dalam proses mitigasi dampak.

Dengan demikian perlu dijelaskan bahwa dokumen KA-ANDAL tahun 2012 telah selesai disusun,
maka laporan ANDAL Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah ini disusun sebagai pembaharuan
laporan ANDAL tahun 2007 dan pendekatan penyusunannya tetap Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL. Kondisi di lapangan saat ini
untuk kegiatan persiapan Reklamasi Pulau 2A seluas ± 310 Ha serta persiapan dilakukan
pembangunan jembatan penghubung.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 6]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Pendahuluan

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT

Di dalam Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah DKI Jakarta dengan PT. Kapuk Naga Indah
Nomor 162 Tahun 1997 dan Nomor 094/KNI-SP/VII/97, tanggal 28 Juli 1997 telah disepakati
bahwa maksud kerjasama adalah melakukan reklamasi di dalam “Pengembangan Areal
Reklamasi” dengan pola saling menguntungkan bagi ke dua belah pihak guna menunjang
pengembangan areal reklamasi dan kegiatan di sekitarnya, serta mendukung terwujudnya Kota
Pantai Utara dan Penataan Kawasan Daratan Pantai Utara Jakarta. Keuntungan yang diperoleh
Pemda DKI Jakarta akan terlihat dari berbagai indikator, bukan hanya yang terkait dengan retribusi
perizinan sesuai Perda Retribusi Pembangunan dan bagi hasil tanah reklamasi, pajak atas tanah
hasil reklamasi, tetapi juga terwujudnya struktur ruang dan pola ruang yang direncanakan di dalam
RTRW Provinsi DKI Jakarta 2030. Hal ini sudah merupakan idealisme dan komitment PT Kapuk
Naga Indah sejak proses perumusan surat perjanjian kerja sama.

Untuk mendukung gagasan dan idealisme rencana pembangunan tersebut, PT. Kapuk Naga Indah
akan tetap melanjutkan konsultasi teknis perencanaan kepada instansi di lingkungan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta, baik perencanaan teknis reklamasi maupun rencana pola ruang serta desain
ruang kota (urban design) serta tanggung jawab sosial perusahaan PT. Kapuk Naga Indah kepada
masyarakat.

Sebagai bagian dari perencanaan makro Kawasan Pantura Jakarta, maka kegunaan kegiatan
pembangunan proyek reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah mengacu pada kebijakan dan strategi
penataan ruang Kawasan Strategis Pantura sebagaimana dirumuskan di dalam RTRW Provinsi
DKI Jakarta 2030. Sebagai dokumen yang memuat arahan rencana tata ruang kawasan strategis
Kawasan Pantura. Salah satu butir pada Pasal 6 ayat (1) huruf c Perda 1 Tahun 2012 tentang
RTRW DKI Jakarta 2030 merupakan salah satu kebijakan penataan ruang Provinsi DKI Jakarta
adalah “peningkatan pertumbuhan ekonomi berbasis ekonomi di sektor perdagangan, jasa, industri
kreatif, industri teknologi tinggi dan pariwisata”. Untuk mendukung kebijakan tersebut pada Pasal 7
ayat (3) dirumuskan strategi untuk melaksanakan kebijakan tersebut, yakni meliputi:
1. Meningkatkan kapasitas dan intensitas pusat kegiatan primer dan sekunder untuk mewadahi
aktivitas perdagangan, jasa, dan industri kreatif berskala regional, nasional dan internasional;
2. Membangun kawasan Sentra Primer Barat, Sentra Primer Timur, Kawasan Segitiga Emas
Setiabudi, Kawasan Manggarai, Kawasan Jatinegara, Kawasan Bandar Baru Kemayoran,
Kawasan Dukuh Atas, Kawasan Mangga Dua, Kawasan Tanah Abang, Kawasan Pantura,
Kawasan Pengembangan Ekonomi Marunda, dan kawasan strategis lainnya;
3. Membangun prasarana pariwisata untuk penyelenggaraan kegiatan MICE bertaraf;
4. Mempercepat revitalisasi kawasan kota tua sebagai pusat kegiatan pariwisata sejarah dan
budaya.

Kebijakan dan strategi penataan Kawasan Pantura akan menjadi landasan operasional
penyusunan rencana struktur dan rencana pola ruang Kawasan Strategis Pantura. Berkaitan
dengan itu, maka PT. Kapuk Naga Indah akan menjadi mitra Pemerintah DKI Jakarta untuk
merealisasikan penataan dan pembangunan Kawasan Pantura Sub Kawasan Barat melalui
kontribusi rangkaian kegiatan, terutama:

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 7]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Pendahuluan

1. Mendukung Pemerintah dalam mengembangkan program penyediaan dan penyiapan tanah


hasil reklamasi bagi pembangunan pemukiman, komersial, jasa dan rekreasi beserta sarana
dan prasarana lingkungan yang memadai.
2. Kontribusi dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan (revitalisasi) melalui
penataan kembali dan penyediaan sarana dan prasarana lingkungan, perbaikan kampung,
dan pembangunan rumah susun yang dilaksanakan oleh instansi terkait.
3. Kontribusi dalam rangka pelestarian ekosistem mangrove Angke Kapuk.
4. Kontribusi dalam rangka peningkatan aksesibilitas antara Kawasan Pantura Jakarta dengan
wilayah Kabupaten Tangerang.
5. Membantu upaya pengendalian banjir dan pemeliharaan sungai.
6. Meningkatkan fungsi pantai sebagai public domain.

1.3. PERATURAN

Penyusunan ANDAL Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (3 Pulau ) ini didasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, antara lain:

1.3.1. Undang-Undang

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar


Pokok-pokok Agraria.
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya; digunakan sebagai acuan pengelolaan sumberdaya alam hayati
(Mangrove dan satwa).
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan
Konvensi Kerangka Kerja PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati; digunakan sebagai
acuan pengelolaan keanekaragaman hayati.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
atas Tanah beserta Benda-benda yang berkaitan dengan Tanah; digunakan sebagai
acuan pengelolaan Pulau Kapuk Naga Indah.
5. Undang-undang Nomor 06 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia; digunakan sebagai
acuan pengelolaan perairan.
6. Undang-undang Nomor 07 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; digunakan sebagai
acuan pengelolaan sumber daya air.
7. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; digunakan sebagai
acuan penataan ruang.
8. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulai-
pulau kecil;digunakan untuk pengelolaan Pulau Reklamasi PT KNI.
9. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta; digunakan sebagai acuan kekhususan
Provinsi DKI Jakarta.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 8]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Pendahuluan

10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
digunakan sebagai acuan kewenangan pemerintah daerah dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
11. Undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik; sebagai
acuan penyampaian informasi kepada publik.
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
digunakan sebagai acuan pengelolaan gangguan alur pelayaran dan keselamatan
pelayaran.
13. Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; sebagai acuan
pengelolaan sampah.
14. Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan angkutan jalan; sebagai
acuan pengelolaan jalan dan transportasi darat.
15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup; digunakan sebagai acuan kewajiban melakukan
pengelolaan lingkungan hidup.
16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
digunakan sebagai acuan pengelolaan kesehatan kerja dan kesehatan lingkungan.
17. Undang-undang nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus; sebagai
acuan pengelolaan kawasan ekonomi khusus.
18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan;
digunakan sebagai acuan pengelolaan dampak perikanan.
19. Undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya; sebagai acuan
pengelolaan kawasan cagar budaya.

1.3.2. Peraturan Pemerintah

1. Peraturan Pemerintah Republik Indomesia Nomor 19 Tahun 1999 tentang


Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut; digunakan sebagai acuan
pengelolaan dan pengendalian pencemaran laut.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara; digunakan sebagai acuan baku mutu kualitas udara ambien
nasional.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun; digunakan sebagai acuan pengelolaan B3.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air; digunakan sebagai acuan pengelolaan kualitas air.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; digunakan sebagai acuan pembagian
kewenangan pemerintah pusat dan daerah.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 9]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Pendahuluan

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sumberdaya Air;digunakan sebagai acuan pengelolaan kualitas air.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian;
digunakan sebagai acuan navigasi pelayaran.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2012 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Angkutan Perairan; digunakan sebagai acuan pengoperasian kapal tongkang, tug boat
dan lainnya pada tahap operasi.
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan; digunakan sebagai acuan penyusunan dokumen AMDAL.

1.3.3. Peraturan Presiden Republik Indonesia

1. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan


Jabodetabekpunjur; digunakan sebagai acuan pelaksanaan reklamasi.

1.3.4. Keputusan Presiden Republik Indonesia

2. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1994 tentang Kawasan Pantura adalah Kawasan
Andalan; digunakan sebagai acuan reklamasi.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan
Nasional Dibidang Pertanahan; digunakan sebagai acuan pengelolaan tanah Pulau
Kapuk Naga Indah.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2005 tentang Pelayaran
Nasional; digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kebijakan di bidang pelayaran
nasional.

1.3.5. Keputusan dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

1. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor Kep-


03/MENKLH/VI/1987 tentang Prosedur Penanggulangan Kasus Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan Hidup; digunakan sebagai acuan penanggulangan kasus
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-45/MENLH/XI/1996 tentang
Program Pantai Lestari; digunakan sebagai acuan pengelolaan dan penataan pantai
lestari.
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/XI/1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan; digunakan sebagai acuan baku tingkat kebisingan.
4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-50/MENLH/XI/1996 tentang
Baku Tingkat Kebauan; digunakan sebagai acuan baku tingkat kebauan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 10]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Pendahuluan

5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2001 tentang Kriteria
Baku Kerusakan Terumbu Karang; digunakan sebagai acuan mengenai kriteria baku
kerusakan terumbu karang.
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik; digunakan sebagai acuan baku mutu air limbah domestik.
7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-51 Tahun 2004 tentang Baku
Mutu Air laut; digunakan sebagai acuan baku mutu kualitas air laut.
8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL; digunakan sebagai acuan
implementasi RKL dan RPL.
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyusunan AMDAL; digunakan sebagai acuan penyusunan dokumen Andal, RKL dan
RPL.
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan
Sampah.
11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi AMDAL; digunakan sebagai acuan
penyusunan dokumen Amdal.

1.3.6. Keputusan Kepala Bapedal

1. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-


056/BAPEDAL/03/1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting;
digunakan sebagai acuan dalam penetapan dampak penting dalam penyusunan
AMDAL.
2. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Nomor KEP-
299/BAPEDAL/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam
Penyusunan AMDAL; digunakan sebagai acuan pedoman teknis aspek sosial dalam
penyusunan AMDAL.
3. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor KEP-
124/BAPEDAL/12/1997 tentang Panduan Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam
Penyusunan AMDAL; digunakan sebagai acuan pedoman teknis aspek kesehatan
masyarakat dalam penyusunan AMDAL.
4. Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan
Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL); digunakan sebagai acuan pelaksanaan konsultasi
publik.
5. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 47 Tahun 2001
tentang Pedoman Pengukuran Kondisi Terumbu Karang; digunakan sebagai acuan
pengelolaan terumbu karang.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 11]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Pendahuluan

1.3.7. Peraturan Daerah

1. Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 1988 tentang Kebersihan Lingkungan Di Wilayah


Provinsi DKI Jakarta; digunakan sebagai acuan pengelolaan kebersihan lingkungan.
2. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan
Rencana Tata Ruang Pantura Jakarta; digunakan sebagai acuan penyelenggaraan
reklamasi.
3. Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara;
digunakan sebagai acuan pengelolaan baku mutu kualitas udara.
4. Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum; digunakan sebagai
acuan pengelolaan Kamtibmas.
5. Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2030; digunakan sebagai acuan rencana tata
ruang wilayah.

1.3.8. Keputusan dan Peraturan Gubernur

1. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 tentang Penetapan
Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair Di
Wilayah Provinsi DKI Jakarta; digunakan sebagai acuan baku mutu kualitas air
permukaan.
2. Keputusan Walikotamadya Jakarta Utara Nomor 13 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Tim Pengendalian Pemberian Dispensasi Penggunaan Kendaraan Angkutan
Berat/Angkutan Tanah Di Wilayah Kotamadya Jakarta Utara; digunakan sebagai acuan
pengangkutan tanah merah/tanah urug.
3. Surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 01 Tahun 2001 tentang Bahan Galian
Golongan C; digunakan sebagai acuan penyediaan pasir, batu dan tanah merah/tanah
urug.
4. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman
Operasional Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); digunakan sebagai acuan
pelaksanaan konsultasi publik.
5. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku
Mutu Kualitas Udara Ambient dan Tingkat Kebisingan Dalam Wilayah Provinsi DKI
Jakarta; digunakan sebagai acuan baku mutu kualitas udara ambien dan kebisingan.
6. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 2863 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL Di Wilayah Provinsi
DKI Jakarta; digunakan sebagai acuan penyusunan dokumen Amdal.
7. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1954 Tahun 2003 tentang Pelaporan Data
dan Informasi Daya Dukung Tanah dan Struktur Tanah; digunakan sebagai acuan
pemantauan penurunan muka tanah.
8. Peraturan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air
Limbah Domestik Di Wilayah Provinsi DKI Jakarta; digunakan sebagai acuan
pengelolaan air limbah domestik.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 12]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Pendahuluan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [I – 13]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

BAB II
RENCANA KEGIATAN

2.1. IDENTITAS PEMRAKARSA DAN PENYUSUN ANDAL

2.1.1. Pemrakarsa

Nama Pemrakarsa : PT. KAPUK NAGA INDAH


Alamat Kantor : Jl. Pantai Indah Barat, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Telepon Nomor : (021) 5882333
Facsimile Nomor : (021) 5882332, 5881036
Penanggung Jawab : Ir. Budi Nurwono
Jabatan : Direktur Utama
Jenis Kegiatan : Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Luas Lahan : - Pulau 2A ± 310 Ha.
- Pulau 2B ± 285 Ha.
- Pulau 1 ± 275 Ha.
± 870 Ha.
Luas Area Kerja : ± 1.131 Ha (Hasil pengukuran dan pemetaan oleh Dinas
Pertanahan dan Pemetaan DKI Jakarta, hingga kedalaman -8
meter).

2.1.2. Penyusun ANDAL

Nama Perusahaan : PT. GEO MITRASAMAYA


No. Registrasi Kompetensi : 0061/LPJ/AMDAL-1/LRK/KLH, tanggal 24 Agustus 2011
Alamat Kantor : Jl. Satria No. 30, Jati Pulogadung, Jakarta Timur.
Nomor Telp. : (021) 82429153, 98180715
Nomor Faks. : (021) 82429154
Email : amdal@geomitrasamaya.com
geo_mitrasamaya@yahoo.com
Penanggung Jawab : Drs. Pinondang Tambunan
Jabatan : Direktur Utama

Tim Penyusun dokumen AMDAL Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah dapat dilihat pada
Tabel 2.1 berikut.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 1]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Tabel 2.1. Tim Penyusun AMDAL


No. Nama Jabatan Keahlian
1. Dr. Khoe Susanto K. MS. Ketua Tim Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan (S2 & S3 Ilmu Lingkungan)
(Sertifikat Kompetensi No. 000249/SKPA/LSK-
INTAKINDO/VIII/2010)
2. Dr. Rudy P. Tambunan, MSc. Anggota Ahli Lingkungan dan Tata Ruang
(Sertifikat AMDAL A & B)
3. Drs. Yeremiah R. Tjamin, MSi. Anggota Ahli Kualitas Udara
(Sertifikat Penyusun AMDAL)
4. Santoso, AMD. Anggota Ahli Oceanografi/Ahli Geologi
5. Ir. Merdeka Simbolon Anggota Ahli Teknik Lingkungan
(Sertifikat Kompetensi No. 000295/SKPA/LSK-
INTAKINDO/XI/2010)
6. Sawarendro Anggota Ahli Teknik Reklamasi dan Hidrologi
7. Dr. Malikusworo Hutomo Anggota Ahli Biologi Laut dan Perikanan
(Sertifikat AMDAL B)
8. Dr. Urip Rahmani MSi. Anggota Ahli Sosekbud dan Perikanan
(Sertifikat Kompetensi No. 000273/SKPA/LSK-
INTAKINDO/X/2010)
9. Tugiyo, SKM. Anggota Ahli Kesehatan Masyarakat
10. Ir. Mangara Siburian Anggota Ahli Hidrologi
11. Budi Dwi Handoko, ST. Anggota Ahli Transportasi
12. Iswanto, S. Kom. Anggota Bidang Editing dan Komputer

2.2. URAIAN RENCANA KEGIATAN

2.2.1. Rencana dan Status Kegiatan Terdahulu (AMDAL Tahun 2006)

1. Restorasi Ekosistem Mangrove

PT. Kapuk Naga Indah berperanserta di dalam kegiatan restorasi ekosistem mangrove
yang terletak di sisi Selatan area Reklamasi KNI. Pada tahun 2006 PT. KNI bekerjasama
dengan Fakultas Kehutanan IPB Bogor melaksanakan studi perencanaan Restorasi
Ekosistem Mangrove. Berdasarkan kajian Fakultas Kehutanan IPB Bogor total luas hutan
mangrove saat ini adalah 49.345 Ha, terdiri dari mangrove Barat Cengkareng Drain
21.863 Ha dan Timur Cengkareng Drain 27.482 Ha, sedangkan luas areal rencana
restorasi mangrove adalah 14.341 Ha, sehingga total luas hutan mangrove menjadi
63.686 Ha. Secara keseluruhan luas areal restorasi mangrove disajikan pada Tabel 2.2.
dan Gambar II.1.

Tabel 2.2. Rencana Restorasi/Penanaman Mangrove


Blok Panjang (m) Luas (Ha)
I 105,72 1.116
II 241,00 2.439
III 153,40 1.595
IV 335,76 929
V 456,43 3.451
VI 374,97 3.671
VII 766,03 1.140
Total 2.433,31 14.341

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 2]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Gambar II.1. Rencana Restorasi Mangrove

Mengacu ke rencana teknis restorasi yang disusun dan sdisetujui oleh Kepala Dinas
Kehutanan Provinsi DKI Jakarta Tahaun 2007 dilakukan rangkaian kegiatan antara lain:
a. Pemasangan ajir untuk persiapan penanaman bibit pohon bakau rhizopora pada areal
Restorasi Ekologis hutan mangrove di kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk – Pantai
Indah Kapuk, Jakarta Utara (Nov 2007) yang dilaksanakan oleh anggota keluarga
nelayan di sekitar Pantai Indah Kapuk.
b. Penanaman 1000 tegakkan pohon bakau jenis rhizopora di kawasan reklamasi
kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk diprakarsai Ibu Annie F. Numberi / isteri

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 3]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Menteri Kelautan dan Perikanan paralel dengan Gerakan Perempuan Tanam Dan
Pelihara 10 Juta Pohon, dalam rangkaian acara Konferensi PBB untuk Perubahan
Iklim,1 Desember 2007. Pembangunan di kawasan reklamasi Hutan Lindung ini
dilaksanakan sebagai bagian dari kontribusi dan kewajiban PT. Kapuk Naga Indah
dalam program Rehabilitasi Hutan Mangrove di kawasan Revitalisasi Pantura
c. Pada Februari 2008, Menteri Kehutanan/ MS Kaban beserta Ketua PWI/Persatuan
Wartawan Indonesia/ Bp Tarman Azam melaksanakan penanaman mangrove di
kawasan Restorasi Ekologis Hutan Mangrove – Hutan Lindung Angke Kapuk dalam
rangka peringatan Hari Pers Nasional dan peringatan Hari Lahan Basah Sedunia.
d. Pada 1 Maret 2008, 3 bulan setelah penanaman1000 pohon mangrove tahap I, Bapak
dan Ibu Freddy Numberi kembali melakukan penanaman 700 buah pohon mangrove
tahap II, sekaligus dalam rangka memantau hasil penanaman 3 bulan sebelumnya.
Hasil monitoring menunjukkan ratio tumbuhnya pohon bakau mencapai 92%. Ratio
85% menunjukkan indikator sangat baik.
e. Gerakan Penanaman: “Satu Murid Satu Pohon” dipimpin oleh Gubernur DKI Jakarta,
tanggal 19 Juli 2008 di kawasan ekologis Pantai Indah Kapuk.
f. Pencanangan Komunitas Sahabat Bakau oleh Gubernur DKI Jakarta beserta para
Duta Besar Negara Sahabat (2 Agustus 2009).
g. Penanaman bakau oleh Menteri Kehutanan dan Menteri Negara Lingkungan Hidup, di
Pantai Indah Kapuk, 21 November 2009 dalam acara “Selamatkan Teluk Jakarta”.
h. Penanaman bakau oleh NOAA Administrator (Dr. Jane Lubchenco), Kedutaan Besar
Amerika Serikat, dan STIKOM London School of Public Relation, Jakarta, di Pantai
Indah Kapuk, 5 Januari 2010 dalam acara “One Tree at a Time”.
i. Penanaman bakau oleh Walikota Jakarta Utara & GPSK (Gerakan Peduli Sekitar
Kita), 24 September 2010.
j. Penanaman bakau oleh Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon & Program
Penanaman Satu Milyar Pohon – 17 Desember 2010.

Kegiatan di atas berlangsung pada Blok V dan VI; sedangkan Blok III dan IV belum
dilaksanakan karena akses menuju blok ini tidak dapat dilakukan dari darat, sehingga
memerlukan biaya yang cukup besar jika dilakukan akses dari laut dengan rintangan
yang berat. Pada Blok I dan II merupakan areal pengelolaan Kementerian Kelautan dan
Perikanan (Pusat Kajian Kelautan dan Perikanan) sehingga masih diperlukan
penyesuaian rencana teknik restorasi tersebut dengan program-program yang disusun
oleh Pusat Kajian Kelautan dan Perikanan. Bersamaan dengan kegiatan reklamasi perlu
dilanjutkan konsultasi dan koordinasi kelanjutan restorasi ekosistem mangrove ini.

2. Pengendalian dan Pencegahan Endapan Sekitar Pulau dan Sungai

Pada dasarnya endapan di muara sungai diakibatkan oleh sampah dan endapan dari
sungai-sungai di Jakarta, sehingga untuk pengendalian dan pencegahannya harus
terintegrasi dengan program pemerintah untuk mendidik masyarakat di sekitar sungai.
Sedangkan untuk endapan di sekitar pulau secara alami akan terjadi, tetapi dengan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 4]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

adanya pulau tersebut abrasi daratan yang selama ini terjadi dapat dihindari. Untuk itu
endapan yang terjadi secara periodik akan dikeruk, sehingga kondisi muara sungai tetap
bersih dan terjaga.

3. Partisipasi Pembangunan Rumah Susun Sesuai dengan Program Pemerintah

Sehubungan dengan lokasi proyek yang berdekatan dengan pantai maka keadaan sosial
dan kehidupan nelayan menjadi perhatian. Dengan ini pihak PT. Kapuk Naga Indah akan
membangun rumah susun dan program alih profesi yang disiapkan untuk meningkatkan
kualitas tingkat hidup mereka.

2.2.2. Partisipasi Tanggung Jawab Sosial PT. Kapuk Naga Indah Terhadap Masyarakat

Partisipasi tanggung jawab sosial PT. Kapuk Naga Indah terhadap masyarakat adalah
peningkatan taraf hidup masyarakat kampung nelayan kamal muara (Community Livelihood
Development-CLD). Kelurahan Kamal Muara terletak di wilayah Kota Jakarta Utara
berbatasan dengan Laut Jawa di bagian utara, perumahan Pantai Indah Kapuk di bagian
timur, Kabupaten Tangerang di bagian barat, dan jalan raya Kapuk Kamal di bagian selatan
dengan luas 10,53 km2, terdiri atas 4 RW dengan jumlah penduduk 7.916 orang (tahun
2008) dan kepadatan 752 orang/km.

Gambar II.2. Primary Target Area CLD PT. Kapuk Naga Indah

Strategi pelaksanaan adalah melibatkan masyarakat dalam kegiatan proyek agar timbul
kepemilikan proyek sejak awal; namun seleksi penerima manfaat langsung tetap harus
dilakukan (misalnya dengan kriteria ketekunan, disiplin, kepemimpinan) dan mereka yang
terseleksi akan menjadi contoh bagi dan memotivasi yang lain.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 5]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Pendidikan keterampilan & usaha baru ini melibatkan sesejumlah mitra perusahaan (pelaku
pasar) dalam penyediaan beasiswa dan memfasilitasi penyerapan tenaga, antara lain:
1. Pendidikan keterampilan di IGTC (international garment training center).
2. Pendidikan Teknik Montir Sepeda Motor.
3. Kini sedang dipelajari skema budidaya jamur merang/kardus dalam rangka peningkatan
pendapatan penduduk Kamal Muara (2012).

2.2.3. Pemutakhiran Studi-studi Tematik (Studi Pandang Perguruan Tinggi)

Studi Pandang 4 (empat) Perguruan Tinggi (ITB, UGM, UNDIP, dan UNHAS) tentang
implikasi reklamasi pulau Kapuk Naga Indah telah dilakukan sejak tahun 2010, dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 2.3. Kajian Tematik PT. Kapuk Naga Indah


Keterkaitan dengan Kajian
No. Institusi Tahun Judul Kajian
Amdal
1. LAPI ITB Januari Studi Pandangan Sebagai acuan untuk melihat
2010 Sistem Tata Air Akibat kondisi Tata Air eksisting di
Pelaksanaan sekitar proyek dan sebagai
Reklamasi PT. Kapuk pertimbangan prakiraan dampak
Naga Indah reklamasi KNI terhadap sistem
tata air di sekitarnya dan
pengerukan muara sungai
Cengkareng Drain dan Sungai
Tanjungan.
2. Laboratorium Desember Studi Pandangan Sebagai acuan untuk
Hidraulika Jurusan 2010 Reklamasi Yang Akan perencanaan reklamasi KNI dan
Teknik Sipil Dan Dilaksanakan Oleh PT. sebagai pertimbangan prakiraan
Lingkungan Fakultas Kapuk Naga Indah dampak reklamasi KNI terhadap
Teknik Universitas (Bidang Hidrodinamika) hidrodinamika perairan laut sekitar
Gadjah Mada proyek.
3. Program Desember Kajian Lingkungan Sebagai acuan kajian daya
Pascasarjana Ilmu 2010 Rencana Reklamasi dukung/kualitas lingkungan
Lingkungan PT. Kapuk Naga Indah terutama komponen Fisik Kimia
Universitas dan Hayati sebagai pertimbangan
Diponegoro prakiraan dampak reklamasi
terhadap komponen lingkungan
Fisik Kimia dan Hayati (Biota Laut
dan Mangrove).
4. Program Desember Pandangan Umum Sebagai acuan dampak-dampak
Pascasarjana Ilmu 2010 Reklamasi penting apa saja yang perlu
Lingkungan mendapat perhatian dan
Universitas diintegrasikan dalam Bab
Diponegoro Prakiraan Dampak Penting.
5. Lembaga Penelitian 2011 Studi Pandangan Sebagai acuan untuk melihat
Universitas Reklamasi Pantai kondisi komponen lingkungan
Hasanuddin Kapuk Naga Indah Di Sosekbud dan Kesehatan
Kawasan Pantai Utara Masyarakat eksisting di sekitar
Jakarta (Bidang Sosial, proyek dan sebagai pertimbangan
Ekonomi, Budaya dan prakiraan dampak reklamasi KNI
Kesehatan terhadap komponen Sosekbud
Masyarakat) dan Kesehatan Masyarakat.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 6]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

2.2.4. Penyusunan dan Penyampaian Laporan Pemantauan Implementasi RKL

Sejak penerbitan Rekomendasi ANDAL, RKL dan RPL Nomor 25/Amdal/-1.774.151, tanggal
tanggal 28 September 2007 dari Komisi Penilai AMDAL Provinsi DKI Jakarta PT. Kapuk
Naga Indah melaksanakan pemantauan implementasi RKL. Berhubung kegiatan utama
reklamasi pulau belum berlangsung maka yang dilaksanakan adalah kegiatan revitalisasi
pantai lama yakni restorasi ekosistem mangrove dan tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap lingkungan sekitarnya. Laporan implementasi RKL ini telah dilakukan sejak tahun
2008 hingga saat ini (periode Januari – Maret 2012).

2.2.5. Lokasi Kegiatan

Lokasi Kegiatan rencana Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah terletak di perairan laut
dangkal di sisi Utara Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan,
Kota Administrasi Jakarta Utara, dengan batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Perairan Kepulauan Seribu/Laut Jawa (kedalaman -8 m).
2. Sebelah Timur : Perairan Muara Angke dan Pantai Mutiara.
3. Sebelah Selatan : Hutan Mangrove/Hutan Lindung Angke Kapuk (yang lebarnya rata-
rata ± 200 m) dan Kawasan Pantai Indah Kapuk.
4. Sebelah Barat : Perbatasan Propinsi DKI Jakarta dengan Propinsi Banten.

Rencana reklamasi pulau-pulau KNI dan pemanfaatan lahan hasil reklamasi akan mengacu
ke Rencana Teknis Ruang Kota yang diterbitkan oleh dinas teknis yang menangani.
Rencana teknis dimaksud mengacu ke Perda Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030. Di dalam perda ini telah diakomodasikan ketentuan-
ketentuan pengaturan pengembangan Kawasan Pantura yang dimuat di dalam Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur
yang mengakomodasikan ketentuan pengaturan kawasan pantura yang di dalam Keputusan
Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Kawasan Pantura Jakarta. Ketentuan-
ketentuan pengaturan kawasan pantura yang ada di dalam Peraturan Daerah Nomor 1
tahun 2012 dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantura. Dalam
proses perencanaan reklamasi pulau KNI yang dikonsultasikan ke instansi yang
membidangi perencanaan tata ruang diperoleh gambaran sebagai berikut:
1. Jarak lokasi kegiatan dari daratan adalah ± 300 m, yakni ± 200 m perairan laut dan ±
100 m ekosistem mangrove, dan design makro sudah mempertimbangkan perlindungan
lingkungan di pantai lama termasuk lebar kanal lateral.
2. Sejak tahap awal perencanaan, Pemerintah DKI Jakarta sudah merencanakan kanal
lateral (arah Barat – Timur) untuk memisahkan garis pantai lama dengan pantai rencana
pulau reklamasi, demikian pula kanal vertikal yang akan memisahkan pulau 1 dengan
pulau 2A adalah ± 250 – 300 m dan pulau 2A dengan pulau 2B adalah ± 105 m.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 7]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabek-
Punjur, selain mengatur rencana struktur ruang dan pola ruang makro kawasan
Jabodetabek-Punjur, juga mengakomodasi skema pengaturan pemanfaatan ruang kawasan
pantai yang sebelumnya diatur dengan Keputusan Presiden, yakni:
1. Keputusan Presiden Nomor 114 Tahun 1999 tentang Penataan Ruang Kawasan Bogor-
Puncak-Cianjur;
2. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1997 tentang Koordinasi Pengembangan Kawasan
Jonggol sebagai Kota Mandiri;
3. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta;
dan
4. Keputusan Presiden Nomor 73 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Kapuk Naga
Tangerang

Penataan ruang Penataan ruang Kawasan Jabodetabek-Punjur menggunakan pendekatan


zonasi. Salah satu zona yang terkait dengan Kaawasan Pantura adalah Zona Penyangga
(P), yakni zona pada kawasan budi daya di perairan laut yang karakteristik pemanfaatan
ruangnya ditetapkan untuk melindungi kawasan budi daya dan/atau kawasan lindung yang
berada di daratan dari kerawanan terhadap abrasi pantai dan instrusi air laut. Zona
Penyangga ini dikelompokkan sebagai berikut:
1. Zona Penyangga 1 yang selanjutnya disebut Zona P1;
2. Zona Penyangga 2 yang selanjutnya disebut Zona P2;
3. Zona Penyangga 3 yang selanjutnya disebut Zona P3;
4. Zona Penyangga 4 yang selanjutnya disebut Zona P4; dan
5. Zona Penyangga 5 yang selanjutnya disebut Zona P5.

Area kerja PT KNI sebagian berada pada zona P2 dan P5. Tentang penyelenggaraan
reklamasi zona P2 dan P5, dinyatakan sebagai berikut:
1. Pada Pasal 42 ayat 2 (b) ditetapkan bahwa pada Zona P2, penyelenggaraan reklamasi
dengan koefisien zona terbangun paling tinggi 40% (empat puluh persen) dan/atau
konstruksi bangunan di atas air secara bertahap dengan tetap memperhatikan fungsinya,
dengan jarak dari titik surut terendah sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter sampai
dengan garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang menunjukkan kedalaman laut 8
(delapan) meter, dan dengan mempertimbangkan karakteristik lingkungan.
2. Selanjutnya pada pasal 42 ayat 5 (b) ditetapkan bahwa pada Zona P5,
penyelenggaraan reklamasi secara bertahap dengan koefisien zona terbangun paling
tinggi 45% (empat puluh lima persen) dengan jarak dari titik surut terendah sekurang-
kurangnya 200 (dua ratus) meter sampai garis yang menghubungkan titik-titik terluar
yang menunjukkan kedalaman laut 8 (delapan) meter dan dengan mempertimbangkan
karakteristik lingkungan.

Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tata letak pulau-pulau reklamasi dan ketentuan
pemanfaatan ruangnya digambarkan pada peta skets berikut:

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 8]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Gambar II.3. Zonasi Reklamasi Pantura Sub Kawasan Barat

Tentang areal pulau-pulau KNI yang akan direklamasi mengacu ke perjanjian kerja Nomor
162 Tahun 1997 dan Nomor 094/KNI-SP/VII/97 tanggal 28 Juli 1997 dan pengukuran yang
dilakukan oleh Dinas Pemetaan dan Pertanahan DKI Jakarta Tahun 2006 (Gambar II.4 dan
Gambar II.5).

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa lokasi reklamasi ini tidak bersambung dengan
pantai lama, dan tidak ada perpanjangan muara sungai ke arah laut yang lebih dalam;
muara sungai tetap pada lokasi masing-masing.

Karakteristik/tipologi lingkungan sekitar lokasi proyek dapat digambarkan sebagai berikut:


1. Saat ini lokasi reklamasi di bagian Utara Pantai Indah Kapuk masih berupa perairan laut
dangkal yang terbuka.
2. Di bagian Tenggara, Selatan dan Barat Daya lokasi rencana reklamasi terdapat
ekosistem mangrove yang merupakan asset Departemen Kehutanan, tetapi
pengelolaannya diserahkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
3. Di bagian Selatan, yakni di Kawasan Pantai Indah Kapuk masih berlangsung proses
pembangunan (in fill) perumahan beserta fasilitasnya oleh PT. Mandara Permai. Selain
itu, disebelah Barat wilayah kerja Pantai Indah Kapuk terletak Taman Wisata Alam
(TWA) Mangorove yang dikelola oleh PT. Murindra Karya Lestari dan areal tambak ikan
yang dikelola oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 9]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

4. Di sebelah Tenggara terletak permukiman nelayan Muara Angke dan fasilitas


kegiatannya.
5. Di sebelah Barat terletak permukiman nelayan Kamal Muara dan fasilitas pelelangan ikan
Kamal Muara.
6. Di luar areal kerja PT. Kapuk Naga Indah, perairan laut mulai dari muara Kali Angke
hingga muara Kali Kamal merupakan areal persebaran bagan pengrajin budi daya
kerang hijau.
7. Bagian Timur Perairan Muara Angke terdapat PLTGU Muara Karang.
8. Permukiman terdekat adalah perumahan Pantai Indah Kapuk dan perkampungan padat
Kamal Muara.
9. Batimetri pantai termasuk laut dangkal kurang dari 10 m, pantai landai, endapan dasar
umumnya terdiri dari lempung berwarna hitam.
10. Tipe pasang surut adalah campuran dan cenderung semi diurnal.

Untuk lebih jelasnya, lokasi kegiatan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah dan kegiatan
sekitarnya dapat dilihat pada Gambar II.4 berikut.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 10]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Analisis Dampak Lingkungan


(ANDAL)

II.4

Pulau 2A : ± 310 Ha
Pulau 2B : ± 285 Ha
Pulau 1 : ± 275 Ha

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 11]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Gambar II.5. Lokasi Areal Kerja PT. Kapuk Naga Indah

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 12]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

2.2.6. Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kawasan Pantura Jakarta

Memenuhi saran Kementerian Lingkungan Hidup, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (dalam
hal ini BPLHD Provinsi DKI Jakarta) tahun 2009 melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) dokumen kebijakan, rencana dan program penataan kembali kawasan
Pantura yang dimuat baik di dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI nomor 8 tahun 1995
tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Pantura Jakarta dan
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 6 tahun 1999 tentang RTRW Provinsi Jakarta
tahun 2010. Hasil telaah KLHS dimaksud diharapkan menjadi bahan pertimbangan
penyempurnaan kebijakan, rencana dan program penataan kembali kawasan Pantura baik
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta maupun Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Pantura. Berdasarkan analisis pengaruh kebijakan, rencana dan program yang
dilakukan, disampaikan beberapa rekomendasi, antara lain:

1. Pada tataran paradigma, gagasan penataan kembali Kawasan Pantura Jakarta perlu
didukung dengan konsep pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan bagi semua
pemangku kepentingan (stakeholder/publik) sejalan dengan visi pembangunan DKI
Jakarta 2030, peningkatan daya dukung dan daya tampung pantai Jakarta sehubungan
dengan naiknya muka air laut.

2. Pada tataran kebijakan:


a. Kebijakan pengembangan kawasan Pantura Jakarta, mencakup reklamasi pulau baru
dan bendung perairan laut dangkal serta revitalisasi pantai lama secara terpadu untuk
meningkatkan resilience kota.
b. Menjadikan program reklamasi Pantura sebagai bagian dari upaya penanggulangan
banjir dan pasang laut Jakarta serta sumber penyediaan air baku di Kawasan
Pantura.
c. Kebijakan dan program sanitasi lingkungan bagian – bagian kota Jakarta disinergikan
untuk mendukung peningkatan kualitas air sungai dan badan air (terutama di Jakarta
bagian Utara) yang bermuara ke pantai lama.
d. Menselaraskan kebijakan penataan Pantura Jakarta dengan aspirasi masyarakat,
terutama komunitas lokal yang rentan terhadap kenaikan muka air laut.
e. Penjabaran rumusan kebijakan ke dalam rumusan rencana (tata ruang dan sektor-
sektor) perlu melibatkan masyarakat karena akan sangat menentukan masa depan
mereka meniti proses perubahan sosial.
f. Hasil analisis implikasi Kebijakan dan Rencana Penataan Pantura perlu
diakomodasikan ke dalam draft RTRW Jakarta 2030 yang nantinya akan menjadi
arahan penyusunan Raperda Penataan Kawasan Pantura.
g. Penyempurnaan Perda Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan reklamasi
dan rencana tata ruang kawasan Pantura agar mengakomodasikan aspirasi
masyarakat, terutama program prioritas revitalisasi pantai lama.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 13]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

3. Pada tataran Rencana, disampaikan rekomendasi sebagai berikut:


a. Prinsip keberlanjutan yang meliputi keterkaitan, keseimbangan dan keadilan perlu
diakomodasi ke dalam RPJP, RPJM, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI
Jakarta dan RDTRK Kawasan Strategis Pantura.
b. Prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan perlu dijabarkan ke dalam rencana kerja
pembangunan daerah (RKPD) dan rencana kerja SKPD.
c. Rencana Rinci tata ruang kawasan strategis Kawasan Pantura perlu dilengkapi
dengan rencana sektor yang terkait dengan revitalisasi Pantai Lama dan ditetapkan
dengan Peraturan Gubernur.
d. Pengintegrasian konsep rencana tata ruang dan rencana sektor dalam rangka
penataan Pantura harus mempertimbangkan aspek kelembagaan yang agar
mampu/kapabel mengelola harmonisasi dan sinkronisasi rencana penataan.
e. Agar diupayakan materi Rencana Penataan Pantura (fisik-alami, sosial-ekonomi dan
sosial budaya) yang mempertimbangkan prinsip keterkaitan, keseimbangan dan
keadilan.
f. Hasil KLHS dapat digunakan untuk kisi-kisi pengintegrasian Perpres No.54 Tahun
2008 ke dalam RTRW Kawasan Pantura yang nantinya akan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah sebagai pengganti Perda No. 8 Tahun 1995 tentang Rencana Tata
Ruang Kawasan Pantura.

4. Pada tataran Program disampaikan rekomendasi sebagai berikut:


a. Penjabaran prinsip keberlanjutan lingkungan ke dalam rencana kerja pembangunan
daerah (RKPD) dan rencana kerja SKPD yang terlibat di dalam program penataan
kembali kawasan Pantura.
b. Koordinasi pelaksanan program penataan dan sektoral terkait Kawasan Pantura.
c. Perlu dilakukan pengkajian bentuk kelembagaan yang mampu/kapabel mengelola
harmonisasi dan sinkronisasi rencana penataan Pantura Jakarta.
d. Mitigasi dampak reklamasi pulau baru dan revitalisasi pantai lama perlu diintegrasikan
ke dalam rencana pembangunan dan rencana tata ruang kawasan Pantura dan atau
RPJMD DKI Jakarta Jakarta.
e. Implementasi program restorasi mangrove yang diprakarsai bersama oleh Pemerintah
Provinsi dan Dunia Usaha perlu diintegrasikan ke dalam Rencana Detail Tata Ruang
Kota untuk kecamatan-kecamatan di Pantura.

2.2.7. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta 2030

Pemerintah telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Jakarta 2030 sebagai lanjutan Rencana Tata Raung Wilayah Jakarta
tahun 1999 sampai dengan tahun 2010. Pada pasal 95 ayat (2) dinyatakan bahwa
Pemerintah Daerah mengembangan Kawasan Strategis Pantura, yang merupakan kawasan
strategis kepentingan ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya. Selanjutnya, pada pasal 99
sampai dengan pasal 108 diuraikan rumusan kerangka rencana tata ruang Kawasan
Strategis Pantura, disederhanakan sebagai berikut:

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 14]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

1. Pengembangan areal reklamasi dan kawasan daratan pantai dilakukan secara terpadu
yang bersama-sama ditetapkan sebagai satu kawasan perencanaan.
2. Pelaksanaan reklamasi harus memperhatikan kepentingan lingkungan, kepentingan
kepelabuhan, kepentingan kawasan berhutan bakau, kepentingan nelayan, dampak
terhadap banjir rob dan kenaikan permukaan laut serta sungai, kepentingan dan fungsi
lain yang ada di kawasan Pantura.
3. Penyelenggaraan reklamasi Pantura diarahkan bagi terwujudnya lahan hasil reklamasi
siap bangun dan pemanfaatannya sesuai dengan tata ruang yang terpadu dengan
penataan kembali kawasan daratan Pantura.
4. Penataan kembali kawasan daratan Pantura diarahkan bagi tercapainya penataan
ruang yang berhasil guna dan berdaya guna, peningkatan kualitas lingkungan dan
perumahan, pelestarian bangunan bersejarah, kelancaran lalu lintas, dan peningkatan
fungsi sistem pengendalian banjir baik itu banjir rob dan kenaikan muka laut/ sungai.
5. Penyelenggaraan reklamasi serta pengelolaan tanah hasil reklamasi dan penataan
kembali kawasan daratan Pantura dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama
usaha yang saling menguntungkan antara Pemerintah Daerah, masyarakat, dan dunia
usaha.
6. Pengembangan Kawasan Pantura harus menjamin:
a. Terpeliharanya ekosistem dan kelestarian kawasan hutan lindung, hutan bakau,
cagar alam dan biota laut;
b. Pemanfaatan pantai untuk kepentingan umum;
c. Kepentingan perikehidupan nelayan;
d. Kelestarian bangunan dan lingkungan bersejarah;
e. Kepentingan dan terselenggaranya kegiatan pertahanan keamanan negara;
f. Terselenggaranya pengembangan sistem prasarana sumber daya air secara
terpadu;
g. Tidak memberikan tambahan resiko banjir di daerah hulunya baik akibat rob,
kenaikan permukaan laut/sungai; dan
h. Terselenggara/berfungsinya objek/instalasi/fasilitas vital di kawasan Pantura dengan
memperhatikan aspek-aspek ekologis lingkungan.
7. Pengembangan kawasan Pantura harus memperhatikan aspek sebagai berikut:
a. Peningkatan fungsi pelabuhan;
b. Pengembangan kawasan ekonomi strategis;
c. Pengembangan areal Pelabuhan Sunda Kelapa dan sekitarnya untuk pusat wisata,
d. Pusat perdagangan/jasa, dan pelayaran rakyat secara terbatas;
e. Dilaksanakan serasi dengan penataan dan pengelolaan Kepulauan Seribu;
f. Pemanfaatan ruang rekreasi dan wisata dengan memperhatikan konservasi nilai
budaya daerah dan bangsa serta kebutuhan wisata nasional dan internasional; dan
g. Didukung dengan pengembangan prasarana dan sarana perkotaan secara terpadu.
8. Pengembangan kawasan Pantura dibagi menjadi beberapa sub-kawasan dengan
memperhatikan kondisi kawasan daratan Pantura dan perairan di sekitarnya. Sub-
kawasan dimaksud merupakan satu kesatuan perencanaan yang dikembangkan
dengan sistem infrastruktur terpadu.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 15]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

9. Sistem prasarana sumber daya air di Kawasan Reklamasi Pantura merupakan bagian
dari sistem prasarana sumber daya air makro dan jalur perpanjangan saluran dan
sungai yang melalui kawasan daratan pantai.
10. Untuk mencegah banjir yang mungkin terjadi pengembangan kawasan Pantura harus
mengembangkan sistem jaringan drainase dan sistem pengendalian banjir yang
direncanakan secara teknis termasuk waduk penampungan air dengan rasio minimal
per pulaunya sebesar 5%.
11. Waduk penampungan air berfungsi sebagai ruang terbuka.
12. Penyediaan air bersih di kawasan Pantura dilakukan dengan cara-cara ramah
lingkungan dan berkelompok dengan memanfaatkan alternatif sumber air baku baru
dan dilengkapi dengan sistem jaringan perpipaan secara terpadu. Pengelolaan
penyediaan air bersih dapat dilaksanakan secara mandiri dengan mengembangkan
sistem penyediaan air bersih yang ada dan/atau membangun sistem pengolahan
teknologi yang baru.
13. Limbah cair rumah tangga dan/atau limbah cair yang bersumber dari kegiatan lain wajib
diolah agar memenuhi baku mutu limbah cair yang sistem pengelolaannya dilakukan
dengan sistem terpusat (perpipaan).
14. Limbah cair yang memenuhi baku mutu disalurkan ke saluran umum dan tidak
berakibat pada penurunan kualitas air laut, dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
15. Pengembangan kawasan Pantura harus diawali perencanaan reklamasi yang disusun
secara cermat dan terpadu sekurang-kurangnya mencakup:
a. Rencana teknik reklamasi;
b. Rencana pemanfaatan ruang hasil reklamasi;
c. Rencana rancang bangun;
d. Rencana penyediaan prasarana dan sarana;
e. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup;
f. Rencana kelola lingkungan;
g. Rencana pemantauan lingkungan;
h. Rencana lokasi pengambilan bahan material;
i. Rencana pembiayaan; dan
j. Rencana pengelolaan air bersih dan air limbah serta pengendalian banjir.
16. Pengembangan dan perencanaan reklamasi dilakukan berdasarkan arahan sebagai
berikut:
a. Pengendalian potensi kerusakan yang berwujud dalam fenomena kenaikan muka air
laut, penurunan air tanah dan muka tanah, perluasan daerah genangan, abrasi dan
erosi, sedimentasi, intrusi air laut, polusi air dan udara serta persoalan lain yang
berhubungan dengan pemanfatan lahan, air permukaan dan air tanah;
b. Reklamasi dilakukan dalam bentuk pulau yang ditentukan berdasarkan studi yang
lebih rinci dengan memperhitungkan masa perancangan, keandalan tanggul dan
perlindungan pesisir, resiko banjir, dan tindakan mitigasi, perlindungan hutan bakau,
serta jalur lalu lintas laut, pelayaran dan pelabuhan;

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 16]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

c. Dalam perencanaan reklamasi tercakup rencana pengelolaan secara mandiri


prasarana pulau reklamasi yang meliputi prasarana tata air, air bersih, pengolahan
limbah dan sampah, serta sistem pengerukan sungai/kanal;
d. Setiap pulau reklamasi menyediakan ruang terbuka biru untuk waduk dan danau
yang berfungsi sebagai penampungan air sementara ketika hujan, persediaan air
untuk beberapa kebutuhan harian sumber air yang mungkin untuk di kembalikan ke
dalam lapisan aquifer, tempat hidupnya beberapa flora dan fauna, serta untuk
rekreasi;
e. Ruang perairan di antara pulau reklamasi dimanfaatkan untuk membantu
penanggulangan banjir;
f. Penyediaan angkutan umum massal yang menghubungkan antar pulau reklamasi
dan dengan daratan Jakarta.
17. Penataan kembali daratan Pantura mencakup kegiatan:
a. Relokasi kawasan industri dan pergudangan ke wilayah sekitar DKI Jakarta melalui
koordinasi dengan pemerintahan sekitar;
b. Revitalisasi lingkungan dan bangunan bersejarah;
c. Perbaikan lingkungan, pemeliharaan kawasan permukiman dan kampung nelayan;
d. Peremajaan kota untuk meningkatkan kualitas lingkungan;
e. Peningkatan sistem pengendalian banjir dan pemeliharaan sungai untuk
mengantisipasi banjir akibat rob dan meluapnya air sungai;
f. Perbaikan manajemen lalu lintas dan penambahan jaringan jalan;
g. Relokasi perumahan dari bantaran sungai dan lokasi fasilitas umum melalui
penyediaan rumah susun;
h. Pelestarian hutan bakau dan hutan lindung;
i. Perluasan dan peningkatan fungsi pelabuhan; dan
j. Pengembangan pantai untuk kepentingan umum.
18. Pembiayaan kegiatan penataan kembali daratan Pantura dapat berasal dari
Pemerintah, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan/atau dari hasil usaha pengelolaan
tanah hasil reklamasi.
19. Persebaran lokasi kawasan strategis merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
20. Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana penataan ruang kawasan Pantura akan diatur
dengan Peraturan Daerah yang mengatur rencana rinci kawasan Pantura.

Dari uraian di atas dapatlah ditegaskan bahwa Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta
Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta 2030
sudah mengakomodasi arahan-arahan penataan ruang kawasan Pantura, yang sebelumnya
dimuat di dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 tahun 1999 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta tahun 1999 – 2010.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 17]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

2.2.8. Legalitas Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah telah mendapat legalitas usaha,
antara lain:
1. Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 640.32-826 tentang Pengesahan Surat
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 536/SK.526
HUK/1996 tentang Perjanjian Kerja Sama Pengembangan Kawasan Pantai Kapuk
Naga Indah antara Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan PT.
Kapuk Naga Indah.
2. Surat Perjanjian Kerja Sama Nomor 162 Tahun 1997 dan Nomor 094/KNI-SP/VII/97
tanggal 28 Juli 1997 tentang Pengembangan Penyelengaraan Reklamasi Pada Areal
Blok I dan IV Di Sub Kawasan Barat antara Pemerintah Daerah DKI Jakarta dengan
PT. Kapuk Naga Indah.
3. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi
Pantai Utara Jakarta.
4. Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Pantura Jakarta.
5. Persetujuan Prinsip Reklamasi Kapuk Naga Indah dari Gubernur Propinsi DKI Jakarta
Nomor 1571/-1.711, tanggal 19 Juli 2007.
6. Rekomendasi ANDAL, RKL dan RPL Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (PT. Kapuk
Naga Indah) dari Komisi Penilai Amdal Provinsi DKI Jakarta Nomor 25/Amdal/-
1.774.151, tanggal 28 September 2007.
7. Rekomendasi Administrator Pelabuhan Sunda Kelapa No. PU.626/1/12/AD-SKA/2008
untuk kegiatan Pengerukan Muara Sungai Tanjungan dan Pembuatan Kanal antara
Daratan dan Lokasi Reklamasi serta Dumping Area Pembuangan Lumpur, tanggal 10
Maret 2008.
8. Persetujuan Pelaksanaan Pengerukan Muara Sungai Tanjungan dan Cengkareng
Drain dari Dirjen Sumber Daya Air, Kementrian Pekerjaan Umum No. 1K 02.03-DA/75
tanggal 30 Desember 2011.
9. Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau 1 dan Pulau 2B atas nama PT. Kapuk Naga
Indah Nomor 804/-1.704.2, tanggal 21 Juni 2012 dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta.

2.3. TAHAPAN PELAKSANAAN RENCANA KEGIATAN

Sebagaimana dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa rencana reklamasi pantai Kapuk Naga
Indah mencakup 3 (tiga) pulau. Tahapan pelaksanaan reklamasi dimaksud adalah tahap I Pulau
2A, tahap II Pulau 2B dan tahap III Pulau 1. Selain membangun pulau rekalamasi Kapuk Naga
Indah juga melakukan kegiatan pendalaman muara Cengkareng Drain dan pendalaman perairan
pantai di area lateral kanal (perairan laut antara ekosistem mangrove dengan sisi selatan ring/dike
pulau reklamasi. Selain itu, Kapuk Naga Indah juga akan membangun jembatan penyeberangan
dari pantai ke pulau reklamasi. Untuk mencapai maksud tersebut di atas lingkup dan tahapan
pelaksanaan rencana kegiatan diuraikan sebgai berikut:

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 18]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

2.3.1. Tahap Pra-Konstruksi

Kegiatan pada tahap prakonstruksi adalah penetapan lokasi proyek Reklamasi Pantai Kapuk
Naga Indah (3 pulau reklamasi) sebagai kegiatan yang menimbulkan dampak, dapat
diuraikan sebagai berikut:

Sebagaimana dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa pada tahun 1997 PT. Kapuk Naga
Indah telah melakukan kegiatan persiapan (perencanaan) reklamasi. Sehubungan dengan
krisis ekonomi dan finansial yang berlangsung hingga tahun 2000 maka kegiatan-kegiatan
PT. Kapuk Naga Indah tertunda. Dengan mulai pulihnya kegiatan perekonomian maka mulai
tahun 2005 PT. Kapuk Naga Indah kembali melakukan pemutakhiran kajian-kajian
persiapan, terutama:
1. Pemutakhiran konsep reklamasi oleh konsultan perencana terdahulu. Sebagaimana
halnya pada kajian perencanaan tahun 1997, perencanaan sekarang ini juga
mempertimbangkan hasil kajian pemodelan hidrodinamika perairan laut dan
pertimbangan kajian hidrolika perairan sungai dan estuary.
2. Konsultasi penjabaran Rencana Tata Ruang baik di lingkungan Pemerintah DKI Jakarta
maupun Pemerintah Pusat.
3. Melakukan identifikasi lokasi-lokasi quary pasir laut dan batuan yang ditawarkan oleh
pihak ke tiga, yang pengadaannya nanti akan dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4. Pengukuran dan pemetaan -8 m sistem proyeksi TM30.
5. Melakukan konsultasi dengan berbagai instansi terkait dalam rangka optimasi rencana
pembangunan.
6. Melakukan kajian AMDAL dan melibatkan masyarakat di dalam proses penyusunan
AMDAL agar dapat dilakukan minimasi dampak negatif dan optimasi dampak positif.
7. Pembuatan UDGL (Urban Design Guide Line).
8. Pekerjaan Pra-Kualifikasi, Kualifikasi dan Tender.
9. Pekerjaan yang masih harus dilakukan berkaitan dengan perijinan pembangunan fisik,
terutama Ketetapan Rencana Kota, Ijin Pendahuluan, Ijin Membangun Prasarana dan
pekerjaan pengukuran, pematokan (uitzet) lokasi yang akan dibangun.

Mengacu ke Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah DKI Jakarta dan PT. Kapuk Naga
Indah, maka luas areal kerja PT. Kapuk Naga Indah adalah 1.131 Ha dengan rincian:
Pulau 2A : ± 310 Ha
Pulau 2B : ± 285 Ha
Pulau 1 : ± 275 Ha
Perairan laut : ± 261 Ha
Jumlah : ± 1.131 Ha

Perlu ditegaskan bahwa kajian AMDAL Tahun 2007 adalah untuk keperluan telaahan
mendalam untuk pulau 2A (Risort Island), berdasarkan Perencanaan teknis reklamasi Kapuk
Naga Indah yang mencakup basic design dan design engineering yang dilakukan oleh
Witteveen Bos Indonesia.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 19]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Berdasarkan hasil kajian tersebut PT. Kapuk Naga Indah menugaskan Witteveen Bos
Indonesia untuk melakukan kajian Hydraulic and Hydrodynamic Pulau 1, Pulau 2A dan
Pulau 2B, baik pemodelan pulau per pulau maupun pemodelan sekaligus 3 pulau. Kajian
hidrodinamika yang dilakukan oleh Witteveen Bos Indonesia mencakup:
1. Identifikasi area proyek dan area sekelilingnya meliputi:
a. Identifikasi integrasi lokasi terhadap rencana BP Pantura,
b. Pola drainase kota,
c. Identifikasi tipologi pesisir pantai, dan
d. Karakteristik lokasi proyek terutama keberadaan ekosistem mangrove, akumulasi
sampah dan bahan pencemar serta keanekaan ikan tangkap.

2. Review kajian-kajian terdahulu dan identifikasi kondisi fisik terutama:


a. Hasil kajian penatalaksanaan air sungai secara konverhensif di JABODETABEK
(JICA, 1997),
b. Kajian NEDECO 1995,
c. Kajian NEDECO – Kapuk Naga 1997.

3. Pelingkupan masalah dan metodologi meliputi:


a. Isu pokok kajian,
b. Dampak terhadap banjir,
c. Dampak terhadap ekosistem pantai,
d. Istrumen mitigasi, dan
e. Asumsi yang digunakan dalam kajian.

4. Deskripsi model meliputi:


a. Uraian umum model hidrodinamika,
b. Pembakuan model/model setup terdiri atas general model properties, model system
island project, grids and bathymetry, schematisation of project measures, physical
coefficients,
c. Kalibrasi dan validasi model, dan
d. Kondisi boundary: kondisi yang diinginkan, model skala pasang air laut, aliran air
sungai, angin dan gelombang.

5. Dampak terhadap tinggi muka air sungai dan system drainase meliputi:
a. Cara pendekatan, dan
b. Dampak terhadap tinggi muka air di sepanjang garis pantai, Kali Angke,
Cengkareng Drain, Muara PU Drain, Kali Tanjungan, Kali Kamal dan Kali Dadap.

6. Dampak terhadap hidrodinamika pantai meliputi:


a. Hasil pemodelan teluk Jakarta (arus dan tinggi muka air laut serta pola gelombang
laut), dan
b. Hasil pemodelan meliputi dampak konstruksi 3 pulau terhadap perairan laut,
dampak konstruksi dan dampak pendalaman boundary drain terhadap sirkulasi
perairan pantai.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 20]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

7. Dampak terhadap lingkungan pantai meliputi:


a. Sediment transport dan morfologi,
b. Tinjauan histories teluk Jakarta,
c. Tinjaun histories kegiatan di lokasi proyek,
d. Model sediment transport,
e. Dampak terhadap kualitas air laut,
f. Dampak terhadap ekosistem mangrove, dan
g. Analisis sedimentasi di muara Cengkareng Drain.

Fokus Studi:
Pembangunan 3 pulau buatan menyebabkan suatu perubahan yang signifikan terhadap
garis pantai, hal ini akan mengubah suatu garis pantai baru pada kedalaman -8 m kontur di
depan garis pantai lama, dan akan mempengaruhi pergerakan air di daerah pantai lama,
lingkungan pantai dan debit air di muara sungai dan saluran-saluran (drain). Prosedur
AMDAL menginginkan inventarisasi pengaruh-pengaruh tersebut dan dampak terkait pada
morfologinya, seperti keinginan mengetahui prosedur suatu evaluasi, pengukuran investigasi
dalam hal dampak yang akan terjadi. Fokus laporan meliputi aspek-aspek berikut:
1. Pengaruh pembangunan pulau pada tinggi muka air di daerah saluran wilayah
permukiman. Kriteria, tinggi permukaan air dan kondisinya di saluran wilayah
permukiman di bagian selatan jalan tol disarankan tidak mangalami kenaikan mencapai
kondisi kritis, sebagai perbandingan adalah kondisi situasi saat ini.
2. Pengaruh pembangunan pulau tersebut pada siklus air di daerah pantai dan iklim
gelombang yang terjadi. Tujuannya adalah mengatur nilai-nilai yang ada dan
memperbaiki batasan-batasan kondisi lingkungan pantai dikemudian hari, dimana
kemungkinan bertanggung jawab terhadap perairan laut dan sungai terhadap
keberadaan hutan mangrove dan pengurangan dampak negative baik oleh bahan
terapung maupun sampah-sampah di wilayah ini.

Dampak terhadap pencegahan banjir:


Untuk pengembangan di wilayah DKI Jakarta baik ke Selatan maupun ke arah daratan lain
yang sangat terbatas, satu-satunya kemungkinan adalah ke arah laut, hal ini telah terjadi
seperti wilayah Pluit, Muara Karang, Pantai Indah Kapuk serta target pengembangan lainnya
bagi wilayah Kapuk dan Cengkareng. Proses pengembangan ini akan menghasilkan
penambahan wilayah tertutup oleh kegiatan manusia, hasilnya aliran air permukaan akan
bertambah kuat dan besar dan mengurangi wilayah genangan air. Adanya saluran-saluran
yang ada sudah tidak cukup untuk menampung urbanisasi yang ada, sehingga masalah
banjir menjadi perhatian utama warga dan politisi, yang menginginkan perbaikan boundary
aliran di daerah tersebut, tetapi tentu saja semuanya membutuhkan waktu untuk
memperbakinya. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan 3 (tiga) pulau buatan
adalah tidak akan menambah masalah saat ini. Bahkan akan menunjukkan bahwa adanya 3
(tiga) pulau buatan tersebut tidak akan menghalangi perbaikan-perbaikan di kemudian hari
dari kondisi pola alirannya.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 21]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Dampak pada sistem wilayah pantai:


Rencana pengembangan memperhatikan perlindungan wilayah hutan mangrove sebagai
suatu faktor kelestarian lingkungan. Hal ini diperlukan untuk menjaga sirkulasi air dan
pengendapan sedimen sebagaimana yang ada saat ini serta mengevaluasi adanya
perubahan-perubahan setelah pulau buatan terbentuk. Dalam usaha mengatur level
sirkulasi air yang sama kondisinya dengan kondisi saat ini, terutama dalam mengatur
interaksi antara air payau, air laut dan air tawar, debit air sungai dan saluran-saluran air di
daerah perencanaan perlu distimulasi di wilayah perbatasan mangrove. Salah satu aspek
adalah mengurangi jumlah sampah dan sedimen di wilayah mangrove. Pembentukan pulau
buatan akan mengubah kondisi garis pantai lama dan hal ini akan berdampak terhadap
morfologi garis pantai lama dan juga sepanjang garis pantai baru, instrusi air laut serta pola
arus, gelombang dan pasang surutnya.

Pengamatan mitigasi dan evaluasinya:


Pengamatan mitigasi juga dilakukan untuk mencegah dampak-dampak negatif di pulau-
pulau buatan tersebut.
1. Menghilangkan beting lumpur di muara Cengkareng Drain dan muara Kali Angke.
2. Memperlebar muara Cengkareng Drain dan muara Kali Tanjungan yang terletak diantara
pulau-pulau dan memperdalam muara kanal-kanal hingga -3,35 m PP/-4.10 m PD
sebagaimana telah direkomendasikan di dalam laporan untuk menampung penambahan
kapasitas sungai.
3. Melengkapi ruang yang cukup untuk menambah lebar muara-muara kanal terutama di
bagian hulu Kali Angke untuk mengimplementasikan kondisi masa depan di pulau-pulau
Pantura bagian Timur yang akan terjadi.
4. Melengkapi ruang yang cukup untuk memperlebar saluran-saluran di wilayah Kali Dadap
dan Kali Kamal, mengikuti implementasi rencana reklamasi lepas pantai Propinsi Banten.
5. Melengkapi kanal-kanal antara pantai yang lama dengan pulau baru dan memperdalam
kanal apabila diperlukan untuk sirkulasi air di wilayah mangrove.

Metode dan objektif:


Model hidrodinamika telah digunakan dalam pelaksanaan proyek ini untuk mendapatkan
gambaran pergerakan air di saluran-saluran permukiman dan wilayah pantainya. Model
dimaksudkan untuk pengendalian terhadap muka air dan sirkulasinya sebelum dan sesudah
terbentuknya pulau-pulau tersebut secara kuantitatif, baik saat sekarang maupun masa
depan tentang situasi aliran dan pengaruhnya, dengan cara membandingkan model dan
pengaruh pengembangan lepas pantai yang terjadi. Berbagai model telah dikembangkan
untuk mengetahui pengaruh sistem sungai dan sistem pantainya, adakah interaksi antara air
pasang surut dan perubahan muka air serta pola arus dan muka air di daerah aliran dekat
laut wilayah permukiman dan pengaruh salurannya. Suatu model hidrodinamika yang
menyeluruh (intergrated) yang dikembangkan di sebagian laut Jawa, teluk Jakarta dan
saluran-saluran permukiman perlu dikaji semuanya. Perbedaan-perbedaan pembuatan
model untuk mengetahui sistem sungai dan sistem daerah pantainya perlu beberapa model
yang terdiri dari pasangan berbeda dari kondisi pisiknya (kecepatan angin, kondisi pasang

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 22]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

surut serta debit sungainya). Berikut ini hidrodinamika model run dibuat untuk mendapatkan
objektifnya, dengan skenario sungai sebagai berikut:
1. Situasi yang ada (tanpa pengembangan pulau)
2. Pengembangan 3(tiga) pulau dan mitigasi sistem sungai
3. Saat pengembangan (hanya pulau 2A) termasuk mitigasi sistem sungainya
4. Saat pembangunan 3 pulau termasuk studi mitigasinya pada sistem sungai untuk
mengevaluasi tingkat dampaknya.

Skenario model run sungai untuk menentukan kondisi sungai saat ini, debit dan
kapasitasnya serta disain waktu yang menunjukkan pengaruh sungai sekarang dan masa
depan. Skenario daerah pantai:
1. Situasi yang ada (sebelum pulau dikembangkan),
2. Perkembangan penuh 3 (tiga) pulau buatan termasuk perhitungan mitigasi sistem
sungai,
3. Perkembangan sebagian pulau (2A) beserta mitigasi sistem sungai,
4. Pengembangan penuh ke-3 pulau termasuk mitigasi dalam sistem sungai untuk
keperluan analisis tingkat dampaknya.

Terjadinya debit yang ekstrem:


Modeling dilakukan dalam studi ini berdasarkan data sektor-sektor sungai dan debit yang
berbeda tinggi permukaannya, yakni:
1. Kapasitas debit sungai saat ini.
2. Kapasitas discharge yang mewakili discharge yang ada pada eron-section saluran-
saluran urban yang tanggulnya selalu hampir dibanjiri (penuh).

Deskripsi kajian hydraulik dan hydrodinamika dalam rangka pembangunan Kapuk Naga
Indah sebagaimana diihtisarkan di atas disajikan sebagai appendix. Proses diskusi di
lingkungan BP Pantura, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, BPPT, LAPI ITB, FT UGM, FT
UI, Balitbang SDA Departemen PU, Dinas PU, BBWSCC dan PT. Kapuk Naga Indah telah
dilakukan dengan intensif pada tanggal 24 Juli 2007. Hasil kesimpulan rapat pembahasan
tersebut dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Lebar garis pantai dengan pulau reklamasi 300 m (100 m mangrove dan 200 m alur
perairan/lateral kanal).
2. Lebar permukaan basah dan luas penampang basah pada low water spring vertikal
kanal lebih besar dari lebar permukaan basah dan luas penampang basah pada low
water spring muara sungai apabila pulai sebelah kiri kanan direklamasi.
3. Masih perlu dilakukan kalibrasi model dan validasi parameter model dengan melakukan
pemantauan dan evaluasi selama proses reklamasi berlangsung terhadap data
batimetri, water level, kecepatan aliran, sedimentasi dan perubahan garis pantai pada
sungai Banjir Kanal Barat, Cengkareng Drain, Kali Tanjungan, Kali Kamal dan sekitar
muara-muara sungai tersebut.
4. Hasil monitoring di atas digunakan untuk Update Model hidrodinamika, terutama untuk
memeriksa kembali pemodelan yang telah dilakukan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 23]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

2.3.2. Tahap Konstruksi

Secara garis besar pekerjaan yang akan dilaksanakan pada tahap konstruksi reklamasi
adalah sebagai berikut:

1. Rekrutmen Tenaga Kerja

Pada tahap konstruksi reklamasi, jumlah tenaga kerja yang akan terserap diperkirakan ±
1.000 orang pada saat puncak. Untuk komposisi tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel
2.4 berikut.

Tabel 2.4. Komposisi Tenaga Kerja Konstruksi


Jumlah Tenaga Kerja
No. Kualifikasi Tenaga Kerja
Orang %
1. Tenaga Ahli (Perencana) 20 2
2. Tenaga Ahli Teknik Sipil 20 2
3. Tenaga Ahli Bidang Lain 40 4
4. Tenaga Pengawas Lapangan 30 3
5. Pelaksana (Tukang) 250 25
6. Pembantu Pelaksana (Kenek) 600 60
7. Tenaga Penjaga Keamanan 40 4
Jumlah 1.000 100
Sumber: PT. Kapuk Naga Indah, 2012

2. Mobilisasi Alat dan Bahan

Mobilisasi alat konstruksi reklamasi dilakukan melalui transportasi laut. Sebagaimana


dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa pengadaan bahan material reklamasi yang
diperlukan (batu, pasir laut dan tanah urug) dipercayakan kepada pihak ke-3 melalui
mekanisme tender. Landasan hukum yang berkaitan dengan penambangan bahan galian
golongan C diatur di dalam:

a. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 217/Kpts/M/Pertamben/ 1983


tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Ijin Usaha Pertambangan Bahan Galian
Golongan C yang terletak di Lepas Pantai.
b. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 370/224/M PE/1985 tentang
Pelimpahan Wewenang Pemberian Ijin Usaha Pertambangan Pasir Laut yang terletak
di Daerah Lepas Pantai Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu.
c. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 0815/800/M PE/1988 tentang
Pedoman Teknis Penyusunan Penyajian Informasi Lingkungan dan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan di Bidang Pertambangan Umum dan Bidang
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Sumberdaya Panas Bumi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 24]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Salah satu syarat pemberian ijin usaha penambangan bahan galian golongan C pasir
laut adalah penyusunan dokumen AMDAL. Kajian dampak lingkungan dimaksud sudah
harus menelaah secara dalam dampak positif dan dampak negatif penambangan pasir
laut sesuai dengan jumlah cadangan, masa waktu penambangan dan cara
penambangan. Dampak lingkungan dimaksud mencakup dampak terhadap lingkungan
fisik alami, lingkungan hayati dan lingkungan sosial ekonomi, sosial budaya.

Dalam rangka penyediaan kebutuhan bahan reklamasi bagi PT. Kapuk Naga Indah maka
salah satu syarat utama peserta tender adalah Izin Operasional Penambangan Bahan
Galian Golongan C dan Rekomendasi AMDAL untuk lokasi quary. Proses pengangkutan
bahan-bahan reklamasi dari lokasi quary ke lokasi proyek akan menjadi bagian dari studi
AMDAL ini. Pengangkutan bahan material reklamasi (batu) dilakukan melalui transportasi
laut hingga menuju lokasi Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah, dimana peralatan
angkutan akan disediakan oleh suplier (perusahaan pemasok bahan material reklamasi),
terutama kapal tongkang. Dengan demikian kajian AMDAL Kapuk Naga Indah tidak
mengkaji dampak penambangan batu terhadap lingkungan sekitar tambang tetapi
difokuskan pada dampak transportasi bahan-bahan reklamasi.

Bahan Material yang akan disediakan oleh PT. Kapuk Naga Indah dalam rangka
reklamasi pulau adalah:

a. Pengadaan Pasir Laut

1) Kebutuhan Pasir Laut


Kebutuhan material pasir urug untuk areal reklamasi Pulau 2A (luas 310 Ha)
dibutuhkan pasir sebesar 20.900.000 m 3, pulau 2B (285 Ha) sebesar 18.663.055
m3 dan pulau 1 (275 Ha) sebesar 19.209.597 m3. Kebutuhan ini direncanakan
disuplai dari daerah Kabupaten Serang, Provinsi Banten.

2) Lokasi Penambangan Pasir Laut


Pasir urug yang akan digunakan untuk kebutuhan reklamasi Kapuk Naga Indah
Pulau 2A akan disuplai dari supplier PT. Jetstar yang kuasa penambangan (KP)
berada diperairan laut lepas pantai utara Kabupaten Serang Provinsi Banten.

PT. Jetstar memiliki beberapa surat izin usaha pertambangan operasional


produksi (terlampir) seperti tertera pada tabel berikut:

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 25]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Tabel 2.5. Lokasi Pengambilan Pasir


Luas Volume Yang Jangka
No. Lokasi Usaha Ketebalan
Area Dapat Digali Waktu
Di lepas pantai utara Kab. Serang
1. 2.076 Ha 20.076.000 m3 2m 4 tahun
(Blok I, II) Blok Pulau Panjang
Di lepas pantai utara Kab. Serang
2. 1.000 Ha 3.000.000 m3 2m 2 tahun
(Blok I) Blok Pontang
Di lepas pantai utara Kab. Serang
3. 1.000 Ha 2.500.000 m3 2m 2 tahun
(Blok II) Blok Pontang
Di lepas pantai utara Kab. Serang
4. 940 Ha 1.500.000 m3 2m 2 tahun
(Blok III) Blok Pontang
Di lepas pantai utara Kab. Serang
5. 1.000 Ha 3.000.000 m3 2m 2 tahun
(Blok IV) Blok Pontang
Keterangan:
a) Surat Izin Bupati Serang Nomor 541/SK.04/IUP/DISTAMBEN/2010, tentang Izin Usaha Pertambangan
Operasi Produksi (Blok I, II) Blok Pulau Panjang.
b) Surat Izin Bupati Serang Nomor 541/SK.01 s/d. 04/IUP/DISTAMBEN/2012, tentang Izin Usaha
Pertambangan Operasi Produksi (Blok I sampai IV) Blok Pontang.

Selain dari sumber di atas, kekurangan pasir urug/pasir laut akan didatangkan dari
daerah Provinsi Lampung dan Provinsi Bangka Belitung. Saat ini masih dalam
penjajakan, antara lain:
a) PT. Samudera Banten Jaya, lepas pantai Utara Kabupaten Serang
(mempunyai Dok. Andal, RKL dan RPL).
b) PT. Tobas Kaula Kencana, alur Sungai Wai Seputih, Kab. Lampung Tengah,
Kab. Lampung Timur dan Kab. Tulang Bawang (mempunyai Dok. Andal, RKL
dan RPL).
c) PT. Nusambada Pratama, Kramat Watu Kab. Serang (mempunyai Dok. Andal,
RKL dan RPL).

3) Proses Penambangan dan Pengangkutan


a) Pengadaan Kapal
Untuk kegiatan penambangan pasir laut di wilayah KP eksplorasi PT. Jetstar
akan dilakukan dengan kapal keruk hisap (cutter suction dredger, CSD)
sebanyak 1 unit. Jenis kapal ini memiliki kapasitas muat sebesar 500 m 3/jam
yang disesuaikan dengan kedalaman laut.

b) Pemasangan Rambu-rambu
Pengadaan sarana penunjang di laut berupa pemasangan rambu-rambu di
lokasi penambangan berupa pelampung di setiap sudut areal layak tambang
dengan menggunakan instrumen kontrol (GPS).

c) Penambangan Pasir Laut


Sesuai dengan rencana kapasitas produksi PT. Jetstar direncanakan
penambangan dengan menggunakan 1 unit kapal keruk hisap (cutter suction
dredger, CSD) dengan kapasitas 500 m3/jam. Pasir laut beserta material lain
yang terdapat di pasir laut akan direncanakan/diberai dan dihisap sambil

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 26]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

berjalan dengan peralatan, kemudian hasil hisapnya disemprotkan langsung ke


dalam Hopper Barger (Tongkang).

d) Sistem penambangan yang akan diterapkan adalah crossing system yang


merupakan sistem penambangan yang berwawasan lingkungan, kerjanya
dengan sistem membentuk alur yang sejajar, baik melintang ataupun membujur
blok-blok penambangan. Tahapan kegiatan penambangan yang akan
dilakukan:
(1) Wilayah kuasa penambangan yang layak ditambang dibagi menjadi sub
blok-sub blok dengan ukuran 250 m sampai 400 m. pembagian areal ini
untuk memudahkan perencanaan dan pelaksanaan penambangan.
(2) Penambangan dilaksanakan berdasarkan sub blok-sub blok
penambangan yang telah ditentukan, agar dampak lingkungan yang
ditimbulkan dapat diperkecil.
(3) Kegiatan penambangan direncanakan dari sub blok I dan setelah selesai
baru pindah ke sub blok II dan seterusnya.

Jumlah armada dan ritasi pengangkutan pasir laut selama konstruksi reklamasi
pulau 2A, 2B dan 1 dijelaskan sebagai berikut:
a) Rincian kapal yang digunakan: Sand suction 4 unit, Sand carrier 16 unit, Sand
sprayer 6 unit, Kapal untuk menggelar geotextile 2 unit, Kapal untuk
pemasangan vertikal drain 2 unit, CSD Cutter suction dredger 1 unit, Kapal
untuk memuat pasir ke sand carrier 1 unit, Kapal untuk inspeksi 1 unit, Kapal
sebagai platform 1 unit dan Anchor boat 1 unit.
b) Pergerakan kapal antara lokasi sumber pasir dengan lokasi pulau reklamasi
dilakukan oleh sand carrier yang berjumlah 16 unit. Lama siklus loading,
perjalanan di laut dan unloading adalah 3 hari: 1 hari loading, 1 hari perjalanan
dan 1 hari unloading. Dengan demikian jumlah ritasi kapal per hari adalah 3
sampai 4 kapal.
c) Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar kontraktor reklamasi pulau
menyediakan tanki-tanki bakar (2.000 ton) di areal Pantai Indah Kapuk. Selain
itu disediakan 1 unit kapal yang akan membawa bahan bakar ke lokasi tambat
kapal-kapal yang sedang bekerja.

4) Pengangkutan Hasil Galian


Pengadaan dan pengangkutan pasir hasil penambangan untuk material reklamasi
Pantai Kapuk Naga Indah akan dilibatkan (dipercayakan) pihak ketiga melalui
mekanisme tender. Sebagai landasan hukum yang terkait dengan penambangan
bahan galian golongan C diatur di dalam Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 217/KPTS/M/Pertamben/1983, tentang Pedoman Pelaksanaan
Pemberian Izin Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C yang terletak di
lepas pantai. Pasir hasil penambangan setelah dimuat ke dalam tongkang (hopper

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 27]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

barge) dengan kapasitas 500 m3 akan langsung ditarik oleh tug boat ke lokasi
proyek reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah. Jarak tempuh dari lokasi
penambangan sampai ke lokasi proyek reklamasi diperkirakan sejauh 40 Km.

b. Pengadaan Batu

Lokasi sumber pengadaan batu dalam rangka memenuhi kebutuhan material proyek
Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah direncanakan dari kegiatan penambangan
bahan galian C (batu andesit) yang dilakukan oleh:
1) Koperasi Pegawai Maritim, PT Persero Pelindo II; Penambangan batu adesit di
desa Pulo Ampel Margasari dan Sumuranja, Kecamatan Pulo Ampel Kabupaten
Serang. UKL –UPL tahun 2004.
2) PT. Batu Alam Makmur dengan luas lahan penambangan ± 25 Ha, berlokasi di
Blok Gunung Perahu, Desa Ukirsari, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten
Serang, dimana kegiatan penambangan batu tersebut dapat memasok
kebutuhan material proyek dan telah memiliki persetujuan UKL/UPL dari Tim
Penilai AMDAL Pemerintah Kabupaten Serang Nomor 666.1/1021/KLH, tanggal
31 Mei 2005.
3) PT. Batu Alam Sari, Penambangan batu andesit, desa Ukir Sari Kecamatan
Bojonegara, Kabupaten Serang. UKL-UPL tahun 2005.
4) PT. Anugerah Batu Gunung Geri Zim. Penambangan batu andesit di desa Ukir
Sari Kecamatan Bojonegara Kabupaten Serang. UKL-UPL thn 2006.

Tabel 2.6. Kebutuhan Batu


Pulau 2A Pulau 1 Pulau 2B
Volume Material (m³)
Luas = 310 Ha Luas = 275 Ha Luas = 285 Ha
Quarry Run (0-10 kg) (m³) 166.000 148.964 164.026
Rock 10 - 60 kg (m³) 214.000 192.037 211.455
Rock 60 - 300 kg (m³) 239.800 215.189 236.948
Rock 300 - 1000 kg (m³) 62.600 56.176 61.856
Rock 1000 - 3000 kg (m³) 153.800 138.016 151.971
TOTAL 836.200 750.382 826.256
Sumber: PT. Kapuk Naga Indah (2012)

c. Pengadaan Tanah Urug (Top Soil)

Kebutuhan tanah merah untuk menutup lapisan pasir pada tanggul 3 pulau reklamasi
diperkirakan mencapai 105.000 m 3. Dengan demikian kebutuhan tanah merah untuk
melapis tanggul tiap pulau ± 35.000 m3. Apabila yang digunakan dump truk kapasitas
20 m3, maka jumlah rit angkutan tanah untuk 1 pulau adalah 1.750 rit untuk masa
waktu 180 hari (10 rit/hari), pengankutan tanah merah dilakukan pada malam hari
pukul 21.00 – 05.00 WIB. Kebutuhan tanah merah untuk ruang terbuka hijau 3 pulau
reklamasi dan luas sabuk hijau pada pulau reklamasi akan dikaji pada proses
penyusunan AMDAL pemanfaatan pulau hasil reklamasi, rencananya akan
didatangkan dari daerah Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 28]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
(ANDAL)

REKLAMASI
PANTAI KAPUK NAGA INDAH
JAKARTA UTARA

Gambar II.6.
Lokasi Sumber Pengadaan
Batu dan Pasir

Keterangan:

: Lokasi Proyek

: Lokasi Pengadaan Batu

: Lokasi Pengadaan Pasir


PT. Jetstar

Pemrakarsa
PT. KAPUK NAGA INDAH

Sumber:
Atlas Indonesia & Dunia, 2011

[II – 29]
Rencana Kegiatan

Gambar II.7. Rute Pengangkutan Tanah Urug (Top Soil) Tanggul

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 30]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

3. Pengurugan/Reklamasi dan Pembangunan Tanggul/Breakwater

a. Acuan

1) Acuan Vertikal (Datum)


Sistem acuan vertikal (Datum) ialah Peil Priok, sebagaimana yang digunakan
oleh DKI. Peil Priok (PP*) didefinisikan sebagai: PP* = MSL (Muka air laut rata
rata)–1.20 m.

2) Definisi Elevasi
Definisi elevasi berikut perlu dibedakan:
a) Elevasi desain, yang berupa level permanen yang diperlukan setelah 50
tahun. Elevasi ini mencakupkan tambahan untuk kenaikan muka air laut masa
datang (tambahan 0,3 m untuk tanggul).
b) Elevasi pembangunan, yang berupa tinggi permukaan setelah penyelesaian
pembangunan. Elevasi pembangunan ini lebih tinggi daripada elevasi
desainnya. Untuk tanggul elevasi pembangunan ini mencakupkan tambahan
elevasi untuk mengimbangi penurunan muka-tanah sisa (penurunan muka-
tanah konsolidasi yang belum terjadi selama pembangunan) dan pengaruh-
pengaruh jangka panjang lainnya.
c) Elevasi pengurugan, yang merupakan level langsung setelah penempatan
urugan. Level urugan ini lebih tinggi daripada level pembangunan dengan
tambahan untuk mengimbangi penurunan muka-tanah konsolidasi.

3) Kondisi Batas Hidrolik


a) Kondisi angin
Nilai ekstrem kondisi angin dianalisa dengan menggunakan empat perangkat
data (Argoss, KNMI, BMG and NCEP). Evaluasi terhadap ke empat
perangkat data ini menunjukkan bahwa perangkat data Argoss (pengamatan
satelit) merupakan perangkat data yang paling terandalkan untuk situasi
sekarang. Data Argoss dalam kawasan seluas 400x400 km dimana proyek
berada telah dianalisis untuk menentukan nilai-nilai ekstrem kondisi angin.
Nilai-nilai ekstrem untuk setiap arah angin ditunjukkan pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Nilai-nilai ekstrem kecepatan angin untuk setiap arah angin [m/det]
arah angin
345 15 45 75 105 135 165 195 225 255 285 315
[°]
– – – – – – – – – – – –
periode ulang
15 45 75 105 135 165 195 225 255 285 315 345
[yr-1]
100 18 17 14 17 16 19 15 16 16 16 18 19
1000 21 19 16 19 18 20 16 17 17 17 20 21
10000 23 20 18 21 20 21 18 18 17 18 22 23

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 31]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

b) Muka Air
Muka air laut rata-rata ialah pada +1.2 m PP*. Muka air laut pasang perbani
rata-rata (MHWS) ialah kira-kira pada +1.7 m PP*, mean low water spring
kira-kira pada +0.6 m PP*. Kenaikan muka air laut pada masa mendatang
diantisipasi setinggi 0.3 m.

c) Kondisi Gelombang
Kondisi-kondisi gelombang ekstrem (tinggi gelombang signifikan H s dan
periode gelombang signifikan Ts) pada pertahanan laut telah disimulasi dan
ditentukan dengan model spektral generasi ketiga SWAN yang berupa
singkatan dari Simulating Waves Nearshore. Perhitungan-perhitungan SWAN
dilakukan untuk kondisi dengan keberadaan Pulau 1 dan 2B maupun tanpa
keberadaan Pulau 1 and 2B. Perhitungan-perhitungan ini dilakukan untuk tiga
arah angin:
(1) Utara (345° – 15°);
(2) Timur (75° - 105°);
(3) Utara-utara-barat (315° - 345°).

Gelombang-1/10,000 di tempat pertahanan laut sisi utara memiliki tinggi


gelombang signifikan Hs setinggi 4.1 m, periode rata-rata TM02 selama 5.7 s
dan periode gelombang spektral TM-1.0 = 8.7 s.

b. Umur Konstruksi dan Aspek Keamanan

1) Umur pakai dan persyaratan fungsional


Desain level dan pelindung peninggian-tanah struktur utama (tanggul) telah
didesain berdasarkan umur-pakai fungsional selama 50 tahun. Persayaratan-
persyaratan fungsional berikit diperhitungkan:
a) Kriteria limpasan 1 l/s/m
b) Periode ulang kejadian badai (Tabel 2.8)

Tabel 2.8. Periode Ulang Kejadian Badai


Periode Ulang Periode Ulang
Kejadian Badai Kejadian Badai
Periode t
Batas orientasi Perhitungan Level Bahan Pelindung
[yr]
Puncak Lereng
[yr -1] [yr -1]
Utara 0 – 50 1,000 10,000
timur / barat
(tidak termasuk keberadaan pulau 1 and 2B) 0–5 100 100
timur / barat
(termasuk keberadaan pulau 1 and 2B) 5 – 50 1,000 10,000
Selatan 0 – 50 1,000 10,000

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 32]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Tabel 2.9. Muka Air Desain


periode ulang [yr-1] 1/100 1/1,000 1/10,000
Muka air laut pasang perbani rata-rata +1.68 m PP* +1.68 m PP* +1.68 m PP*
akibat angin 0.20 m 0.30 m 0.40 m
lonjakan badai 0.06 m 0.12 m 0.18 m
DWL0 years +1.9 m PP* +2.1 m PP* +2.3 m PP*
kenaikan muka air laut 0.30 m 0.30 m 0.30 m
DWL50 years +2.2 m PP* +2.4 m pp* +2.6 m PP*

2) Tanggul, Terbuka Temporer


Derajat keterbukaan tanggul batas tergantung pada keberadaan Pulau 1 dan 2B.
Pulau 2A merupakan pulau pertama yang akan dikembangkan. Dianggap bahwa
3 tahun setelah penyelesaian Pulau 2A dan 2B kemudian dibangun Pulau 1.
Tanggul batas sebelah barat dan timur Pulau 2A oleh sebab itu akan terbuka
terhadap gelombang selama periode maksimum 5 tahun (yang bersesuaian
dengan periode ulang yang dipersingkat sebesar 1/100).

Setelah 5 tahun gempuran gelombang pada tanggul sebelah timur dan barat
dikurangi oleh keberadaan Pulau 1 dan 2B. Periode ulang yang digunakan untuk
kondisi permanen beragam terhadap:
a) Pelindung Lereng
Kelebihan buangan desain dapat menyebabkan kerusakan pelindung
lerengnya. Karena hal ini tidak diinginkan, digunakan periode ulang yang
relatif lama yakni 1/10,000.
b) Level Puncak
Kelebihan buangan desain akan menyebabkan buangan yang melimpah lebih
besar daripada 1 l/s/m. Ini dapat saja mengganggu tetapi tidak merusak
struktur. Digunakan periode ulang 1/1,000.

3) Pengaruh landsubsidense dan kenaikan muka air laut


Jakarta dan sekitarnya terletak pada zona dataran-rendah pantai di mana
tanahnya sensitif terhadap subsidens. Subsiden tanah disebabkan oleh:
a) Pengaruh penurunan muka-tanah jangka-pendek atau primer akibat kegiatan
pengurugan dan perubahan-perubahan pada muka air tanah.
b) Konsolidasi sekunder pada lapisan paling atas endapan baru.
c) Konsolidasi pada lapisan akibat penyedotan air tanah.

Tambahan setinggi 1 m untuk mengimbangi pengaruh subsidens tanah telah


dimasukkan ke dalam desain ini: Muka air laut dapat saja naik akibat pemanasan
global. Tambahan setinggi 0,30 m telah dipertimbangkan dalam desain ini.

4) Penurunan Muka Tanah Sisa


a) Penurunan muka tanah sisa setelah periode konsolitasi (3 bulan setelah
penyelesaian penempatan salir tegak) harus kurang dari 0,3 m di kawasan
perumahan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 33]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

b) Level desain puncak tanggul (level pembangunan dikurangi penurunan muka-


tanah sisa) harus dipenuhi setelah 50 tahun.
c) Penurunan muka tanah puncak harus dibatasi (hingga kira-kira 0,5 m) untuk
mencegah perlunya pemeliharaan akibat penurunan muka tanah.
d) Level pembangunan berm harus setinggi mungkin, tetapi tidak lebih tinggi
daripada MHWS (= +1.68 m PP*).

5) Kondisi-kondisi Ekstrem
a) Tsunami
Tsunami ialah sederetan gelombang yang ditimbulkan apabila sekumpulan air
dipindahkan secara cepat dalam skala yang sangat besar. Gempa, longsor,
erupsi gunung berapi dan benturan meteorit besar semuanya memiliki potensi
untuk menimbulkan tsunami. Ketika gelombang tsunami ini mendekati
perairan dangkal di daerah pantai, periode waktunya tetap sama, tetapi
panjang-gelombangnya berkurang cepat, dengan demikian menyebabkan air
menumpuk dan membentuk puncak gelombang yang sangat tinggi. Sistem
polder dengan tanggul yang cukup tinggi ini memberikan pertahanan yang
lebih baik terhadap bahaya tsunami.

b) Gempa
Struktur geoteknis didesain pada percepatan permukaan selama terjadinya
gempa sebesar 0,30g sesuai dengan peta gempa Indonesia.

c. Rencana Reklamasi

1) Fase pengembangan
Kegiatan Reklamasi akan diwali dengan Pulau 2A, yang diikuti oleh Pulau 1 dan
2B. Fase pertama akan berupa paruhan selatan Pulau 2A dengan kawasan
reklamasi kira-kira 100 ha. Pembangunan Pulau 2A dipertimbangkan sebagai
berikut:

a) Langkah 1, 100 ha pertama hingga 130 ha (Pulau 2A)


(1) Pekerjaan persiapan, yang terdiri atas pembangunan base camp dan
pembangunan lapangan pendukung di Pantai Indah Kapuk, Sektor Utara
Barat.
(2) Pekerjaan awal pembangunan di atas air dari kira-kira kontur kedalam -
4m PP*.
(3) Pembangunan struktur cofferdam pancang-lembaran dan kawasan
reklamasi kira-kira pada kontur kedalaman -4m PP* sebagai dermaga
sementara untuk pembongkaran batu dan memasok batu ini ke kawasan
penyimpanan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 34]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

(4) Pembangunan tanggul batas di selatan kontur kedalaman –4m PP*


sebagai berikut:
(a) Penempatan zona urugan pasir dengan bantuan ponton semprot
hingga ke level urugan –1 m PP* (hingga ke kontur kedalaman –2m
PP*)
(b) Pembangunan bund dengan bahan quarry run (di atas geomattras
di mana lapisan semprot pasir tidak tersedia) atau geo tube.
(c) Pengurugan tanggul dengan pengurugan hidrolik sampai dengan
elevasi diatas muka air tinggi, hingga kira-kira +3.6 m PP* untuk
membuat lantai temporer untuk pembangunan tanggul permanen.
(d) Penempatan vertikal drain (salir tegak) di atas urugan pasir.
(e) Pelindung peninggian tanah di pantai dengan batu dan selanjutnya
meninggikan level tanggulnya.
(5) Hasil akhir ialah tanggul batas temporer yang berbentuk-U.
(6) Pengurugan pasir hidrolik di kawasan reklamasi dengan bantuan ponton
semprot hingga ke level kira-kira –1 m PP*. Urugan hidrolik ini bermula
dari sisi selatan (di tempat di mana terdapat kedalaman air yang cukup
untuk menyemprotkan pasir) dan berlanjut menuju ke utara, yang
membentuk pantai pasir di sisi laut.
(7) Penempatan vertikal drain (saluran tegak) oleh perlengkapan yang
bekerja dari urugan pasir. Dalam sebagian besar keadaan, muka air di
daerah urugan pasir perlu direndahkan agar dapat memasang vertikal
drain (salir tegak) di daerah polder ini dengan level urugan yang
berubah-ubah di antara garis air tinggi dan rendah. Pembuatan
kompartemen melalui pembangunan tanggul permanen dan bund
temporer diperlukan agar dapat menurunkan muka air, memasang
drainase di permukaan tanah dan di bawah-tanah dan akhirnya drainase
tegak.
(8) Penempatan tanggul pertahanan laut temporer timur-barat di atas
urugan pasir, yang dihampari dengan pelindung batu.
(9) Membangun pemecah-gelombang di kontur-kontur bagian sisi utara
tanggul batas masa mendatang (langkah 2). Pemecah-gelombang ini
terbuat dari onggokan pasir yang lebarnya 100m hingga ke kontur
kedalaman –5m PP* yang di atasnya dibangun bund geotube hingga ke
level kira-kira +2 m PP* (DWG 27 + 28).
(10) Mengeruk waduk penahan air atau saluran dan selanjutnya menurunkan
level air di kawasan perumahan hingga ke –1.3 m PP*, di kawasan
lapangan golf hingga ke –2.2 m PP*.

Hasilnya akan berupa kawasan reklamasi fase pertama, kira-kira 100 ha,
yang akan mengalami penurunan muka-tanah sisa (residual settlement).
Level tanah di kawasan perumahan di bagian tengah akhirnya akan turun ke
level mendekati +0.6 m PP*, kawasan lapangan golf ke level rata-rata –0.6m
PP* pada saat penyerahan dari Kontraktor kepada PT. Kapuk Naga Indah.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 35]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

b) Langkah 2, Penyelesaian Pulau


Reklamasi kemudian akan diperluas ke arah Utara sebagai berikut:
(1) Penempatan suatu zona 100 to 200 m yang dibangun dari urugan pasir
dengan bantuan ponton semprot hingga ke level urugan –1 m PP* di
bawah zona tanggul masa mendatang, di belakang pemecah-gelombang
geotube.
(2) Pembangunan tanggul batas temporer di sekeliling kawasan yang
tersisa termasuk lantai untuk membangun tanggul permanen.
(3) Pengurugan kawasan urugan, pembangunan tanggul permanen
termasuk pelindung, membongkar tanggul pertahanan laut timur-barat
Fase 1, memasang dan merawat sistem pengelolaan air temporer.

2) Struktur dan Infrastruktur Pendukung


a) Tanggul
Proyek ini dikelilingi oleh tanggul. Tanggul sisi utara (pertahanan laut), yang
terletak pada kontur kedalaman –7.2 m PP*, dan muara kanal alur-keluar
menghadap ke gelombang yang datang dari Laut Jawa. Tanggul timur dan
barat secara temporer menghadap ke laut, hingga Pulau 1 dan 2B dibangun.
Tanggul-tanggul timur dan barat Pulau 2A menghadap alur-keluar saluran
makro, Cengkareng Drain dan Kali Tanjungan. Batas sisi selatan tanggul ini
menghadap kanal batas, di antara pantai saat ini dan pulau-pulau tersebut.
Tanggul ini hanya sedikit terbuka terhadap gelombang.

b) Jalan Akses Permanen


Rencana induk ini menunjukkan sebentangan jalan akses permanen. Jalan
akses ini akan dibangun bersamaan reklamasi Pulau 2A. Jembatan-jembatan
di antara Pulau 2A dan pulau-pulau lainnya masing-masing dibangun selama
pembangunan Pulau 1 dan 2B.

c) Terbuka Temporer Tanggul Di Sepanjang Kanal Cengkareng Drain and


Tanjungan
Peninggian-tanah tanggul batas timur dan barat Pulau 2A secara temporer
akan terbuka terhadap gelombang laut lepas selama beberapa tahun.

d) Outlet channel (Kanal alur-keluar) untuk saluran perkotaan


Outlet channel (kanal alur-keluar) untuk saluran perkotaan berikut dilewatkan
melalui kawasan proyek ini:
(1) Kanal alur-keluar Kali Angke, yang terletak si sisi timur proyek ini dan
yang menyalurkan air buangan sebagian kawasan DKI-Jakarta barat.
Kanal ini sama-sama digunakan bersama pulau Pantura pertama di
timur kawasan Kapuk Naga Indah.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 36]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

(2) Kanal alur-keluar Cengkareng Drain, yang lewat di antara Pulau 1 dan
2B.
(3) Kanal alur-keluar Kali Tanjungan dan PU-Drain, yang lewat di antara
Pulau 2A and 2B.
(4) Kanal alur-keluar Kali Kamal/Dadap. Kanal ini sama-sama digunakan
bersama pulau Banten pertama di barat kawasan Kapuk Naga Indah.

Alur-keluar sungai-sungai ini perlu dipertahankan terbuka selama seluruh


fase pengembangan ini, untuk menyediakan pembuangan yang tidak
terhalang. Kanal alur-keluar dan muara kanal alur-keluar Kali Angke akhirnya
diperdalam hingga ke –4.1 m PP* dan untuk sungai-sungai lain hingga ke –
3.35 m PP*. Kedua kedalaman ini belum mencakup tambahan pengerukan-
lebih untuk pengendapan. Pendalaman muara sungai tersebut dilakukan
serentak dengan implementasi pulau-pulaunya. Muara Cengkareng Drain
diperdalam hingga ke elevasi –1.3 m PP* (-2.5 m MSL), yang cukup untuk
pengendapan yang diharapkan setelah tahun-tahun pertama
pembangunan.

3) Bahan Pembangunan
Pengurugan kawasan dan tanggul batas akan dibangun sebagai urugan hidrolik,
dengan pasir yang dipasok dari kawasan galian-sumbang, yang terletak di
bagian barat Laut Jawa atau Selat Sunda. Tanggul-tanggul ini dilindungi dengan
batu, umumnya dipasok dari tempat galian-batu yang terletak di daerah Merak.
Batu-batu yang lebih besar (batu yang masing-masing beratnya lebih dari 1,000
kg) akan dipasok dari sumber-sumber yang lebih jauh. Blok beton dapat
digunakan sebagai pengganti batuan besar. (beratnya lebih dari 1,000 kg).

Bahan pembangunan utama untuk reklamasi lahan ialah:


a) Pasir untuk pengurugan di kawasan reklamasi dan untuk bahan tanggul/sea
defennce,
b) Batu untuk pelindung tanggul
(1) Unit armour primer (300 - 1,000 kg, 1,000 – 3,000 kg) untuk lereng di
bawah gempuran gelombang. Unit lainnya (misalnya, blok beton)
dipertimbangkan sebagai pilihan lain.
(2) Unit sekunder (10 – 60 kg, 60 – 300 kg), sebagai pelapis-bawah primer
dan pada lereng dengan gempuran gelombang dan arus sedang.
(3) Quarry run (suatu campuran kerikil berpasir peringkat halus dan
pecahan batu hingga kira-kira bongkahan 10 kg), untuk inti fase pertama
tanggul-tanggul.
c) Geomatras, suatu komposit yang terbuat dari geotekstil, yang diperkuat
dengan bambu belah, yang ditempatkan di dasar laut untuk mendistribusikan
berat tanggul ke seluruh tanah lapis-bawah yang lunak dan untuk
meningkatkan kestabilan tanggul tersebut.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 37]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

d) Vertical drain (saluran tegak), yang berupa saringan kain/geotekstil yang


ditempatkan melalui bahan urugan ke tanah lapis-bawah yang lunak, untuk
mengurangi waktu konsolidasi (mempercepat proses penurunan muka-
tanah).

4) Pembangunan Tanggul
a) Desain Tanggul Pertahanan Laut
Tanggul pertahanan laut menghadap ke perairan yang lebih dalam, di mana
tanggul itu terbuka terhadap gelombang yang datang dari Laut Jawa.
Potongan penampang melintang tipikal tanggul ini disajikan dalam. Level
puncak desain ialah pada +6.1 m. PP* (disain level).

b) Desain Tanggul Batas


Tanggul batas menghadap ke kanal antara pulau-pulau dan menghadap
kanal batas antara pulau dan pantai. Tanggul-tanggul batas ini kurang
terbuka terhadap gelombang. Potongan penampang tanggul batas ini serupa
dengan tanggul pertahanan laut, tetapi level puncaknya lebih rendah.

c) Kondisi tanah lapis-bawah, penurunan muka-tanah dan kestabilan


Tanah lapis-bawah dalam kawasan proyek ini sangat lunak dan kompresibel.
Penurunan muka-tanah lapis-bawah akan terjadi akibat berat urugan pasir,
dalam besaran 15-35% tebal urugan. Tanah lapis-bawah yang lunak ini juga
mengharuskan kita untuk membangun lereng-lereng tanggul dalam beberapa
fase, untuk memastikan kestabilan selama fase pembangunannya.

d) Level Tanah dan Level Air Dalam Waduk Penahan Air


Level tanahnya ialah pada +0.6 m PP* (= -0.6 m MSL). Ini merupakan level
tanah setelah konsolidasi primer. Level air dalam waduk penahan air ialah
pada -1.3 m PP*.

e) Fase Pembangunan Tanggul Pertahanan Laut


(1) Pembangunan onggokan pasir di atas dasar laut lunak, hingga level
urugan kira-kira –1.0 m PP*. Lapisan pasir ini ditempatkan dengan
ponton semprot, untuk meminimumkan risiko ketakstabilan akibat
penumpukan pasir secara lokal. Pasirnya dipasok oleh suatu hopper
dredger melalui jaringan pipa. Lapisan pasir ini secara temporer dapat
dibiarkan tak berpelindung, sehingga gelombang dapat lewat di atas
urugan pasir tersebut.
(2) Pengurugan tanggul batas kecil (boundary dikes) di sepanjang keliling
kawasan, yang dilindungi dengan batu dan diurug dengan pasir. Bund ini
dapat dibangun dari quarry run (bahan sisa dari tempat-galian batu, yang
berisi batu berdimensi kecil) atau dari geo tube (tabung geotekstil). Geo

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 38]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

tube (tabung geotekstil) ini berupa kantong besar yang terbuat dari
geotekstil yang diisi dengan pasir dengan bantuan pompa. Bund ini
dilindungi dengan batu di sisi yang menhadap laut. Bund ini diurug
dengan pasir hingga level urugan +2 m PP*, persis di atas muka air
tinggi. Pasir ini ditempatkan melalui sistem jaringan pipa di atas urugan
yang telah dicurahkan. Fungsi bund ini ialah untuk melindungi urugan
pasir dari erosi di garis-perairan.
(3) Penempatan vertikal drain (salir tegak) di atas urugan pasir dan
penempatan urugan untuk badan tanggul dalam dua atau tiga tahap.
Penyelesaian pelindung lereng terluar setelah sebagian besar
penurunan muka-tanah telah terjadi.

5) Reklamasi Kawasan Polder


Urugan di kawasan reklamasi dilakukan sampai pada suatu level sedemikian
rupa sehingga level pembangunan dicapai setelah konsolidasi primernya terjadi.
Level pembangunan rata-rata dalam kawasan polder ialah +0.6m PP* untuk
arena perumahan. Level tanah di lapangan golf lebih rendah, yang berkisar
antara –1.4 m PP* pada fairways hingga +0.6 m PP* di greens. Level rata-rata
ialah –0.6m PP*, ini akan berupa level pembangunan. Pekerjaan landsekap
lapangan golf akan dilakukan setelah kontraktor reklamasi telah menyelesaikan
pekerjaannya. Muka air di kumpulan air pada lapangan golf ialah pada –2.2 m
PP*; di kawasan perumahan level air ini ialah –1.3m PP*. Di daerah-daerah yang
sangat dangkal, di selatan pulau, level pembangunannya akan dinaikkan agar
diperoleh sedikitnya hamparan urugan pasir setinggi 1.5m.

6) Desain Pulau 2A
a) Geometri
(1) Tipikal Penampang Melintang
Berdasarkan optimalisasi biaya dan desain hidraulik, optimal penampang
lintang ditentukan. Penampang lintang optimal mempunyai beberapa
karakteristik (Gambar II.8):
(a) Talud tanggul bagian bawah (lower slope) dengan kemiringan 1:6;
(b) Berm pada muka air rencana ( Design Water Level ) pada
ketinggian PP* + 2.40 m dan lebar 15 m;
(c) Talud tanggul bagian atas (upper slope) dengan kemiringan 1:3;
(d) Berdasarkan kajian tsunami, ketinggian puncak minimal PP* + 3.40
m.

Disekeliling pulau terdapat berm dengan lebar 15 m yang berfungsi


sebagai pantai publik. kecuali pada kawasan mangrove (bakau) pada
segmen dari CH5+900 sampai CH7+100. Pada segmen ini, tidak
terdapat berm (Gambar II.9).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 39]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Gambar II.8. Prinsip penampang melintang

Gambar II.9. Prinsip penampang melintang- segmen mangrove

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 40]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

(2) Segmen
Berdasarkan desain hidraulik. Pulau 2A dibagi dalam 23 (sub-) segmen.
Transisi antara seksi utama (main sections) ditentukan oleh transisi
kebutuhan grading batuan armor, kemiringan talud tanggul bawah dan
keberadaan hutan bakau (mangrove). Pembagian segmen kedalam sub-
segmen dilakukan berdasarkan kemiringan memanjang (longitudinal
slope) dari ketinggian puncak tanggul dan ujung bawah tanggul (toe).
Lokasi dari sub seksi ditunjukkan pada Gambar II.10.

Gambar II.10. Segmen - Pulau 2A

Tabel 2.10. Pembagian (sub-) segmen


dari ke panjang ketinggian dasar laut
seksi
[m] [m] [m] [m + PP*]
A 7+323 0+155 486 -2.00
B 0+155 0+714 559 -3.50
B-1 0+714 1+120 406 -4.60
C 1+120 1+435 315 -5.70
C-1 1+435 1+683 248 -6.40
C-2 1+683 1+882 199 -7.20
C-3 1+882 2+051 169 -7.60
C-4 2+051 2+180 129 -7.70
D 2+180 2+574 394 -7.70
E 2+574 3+030 456 -8.80
F 3+030 3+614 584 -8.80
G 3+614 4+115 501 -8.10
H 4+115 4+379 264 -7.00
I 4+379 4+604 225 -6.30
I-1 4+604 4+749 145 -5.60
I-2 4+749 4+889 140 -5.40

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 41]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

dari ke panjang ketinggian dasar laut


seksi
[m] [m] [m] [m + PP*]
J 4+889 5+024 135 -4.00
J-1 5+024 5+444 420 -2.80
K 5+444 5+784 340 -1.50
K-1 5+784 5+969 185 -0.40
L 5+969 6+473 504 -0.40
M 6+473 6+973 500 -1.30
N 6+973 7+323 350 -1.40

b) Desain Hidraulik
(1) Ketinggian Puncak (crest level);
Ketinggian puncak ditampilkan pada Tabel 2.11. Ketinggian puncak
rencana didefinisikan ketinggian puncak setelah 50 tahun. Ketinggian ini
lebih rendah sekitar 1.5 m dibandingkan ketinggian puncak sesaat
setelah penyerahan dari kontraktor ke pengembang. Sebagian besar
proses konsolidasi diharapkan terjadi pada waktu konstruksi. Amblesan
(landsubsidence) sekitar 1 m dan penurunan sisa (residual settlement)
0.5 m diperkirakan akan terjadi pada masa layanan selama 50 tahun.

Tabel 2.11. Ketinggian Puncak Rencana, Talud Tanggul dan Berm


ketinggian
kemiringan ketinggian
seksi dari ke lebar berm talud atas puncak
bawah berm
rencana
[km] [km] [-] [m] [m + PP*] [-] [m + PP*]
A 7+323 0+155 1:6 15 2.40 1:3 3.40
B 0+155 0+714 1:6 15 2.40 1:3 3.40
B-1 0+714 1+120 1:6 15 2.40 1:3 3.40
C 1+120 1+435 1:6 15 2.40 1:3 3.40
C-1 1+435 1+683 1:6 15 2.40 1:3 3.50
C-2 1+683 1+882 1:6 15 2.40 1:3 3.80
C-3 1+882 2+051 1:6 15 2.40 1:3 4.20
C-4 2+051 2+180 1:6 15 2.40 1:3 4.70
D 2+180 2+574 1:6 15 2.40 1:3 5.20
E 2+574 3+030 1:6 15 2.40 1:3 5.50
F 3+030 3+614 1:6 15 2.40 1:3 5.50
G 3+614 4+115 1:6 15 2.40 1:3 5.50
H 4+115 4+379 1:6 15 2.40 1:3 5.10
I 4+379 4+604 1:6 15 2.40 1:3 5.10
I-1 4+604 4+749 1:6 15 2.40 1:3 5.00
I-2 4+749 4+889 1:6 15 2.40 1:3 5.00
J 4+889 5+024 1:6 15 2.40 1:3 4.90
J-1 5+024 5+444 1:6 15 2.40 1:3 4.80
K 5+444 5+784 1:6 15 2.40 1:3 4.60
K-1 5+784 5+969 1:6 15 2.40 1:3 4.40
L 5+969 6+473 1:3 no berm no berm 1:3 3.90
M 6+473 6+973 1:3 no berm no berm 1:3 3.40
N 6+973 7+323 1:3 no berm no berm 1:3 3.40

(2) Talud Bawah Tanggul


Pada beberapa lokasi disekeliling pulau 2A menjadi sasaran dari
gelombang. Oleh karenanya diperlukan perlindungan. Lapisan filter
ditentukan berdasarkan aturan filter. Dalam semua seksi, geotextile
diterapkan dibawah proteksi armor. Diatas geotextile diletakkan batuan
berukuran 10 - 60 kg; batuan lebih besar akan dapat merusakkan
geotextile oleh beban puncture. Diatasnya diletakkan batuan armor

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 42]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

dengan grading 60 - 300 kg atau lebih berat sesuai kebutuhan.


Kemiringan armor proteksi bawah dan lapisan filter pada Tabel 2.12.

Tabel 2.12. Proteksi Armor Talud Bawah dan Lapisan Filter


proteksi armor lapisan filter 1 lapisan filter 2
dari ke
seksi grading ketebalan grading ketebalan grading ketebalan
[km] [km]
[-] [m] [-] [m] [-] [m]
A 7+323 0+155 10-60 0.45
B 0+155 0+714 60-300 0.8 10-60 0.45
B-1 0+714 1+120 60-300 0.8 10-60 0.45
C 1+120 1+435 60-300 0.8 10-60 0.45
C-1 1+435 1+683 60-300 0.8 10-60 0.45
C-2 1+683 1+882 60-300 0.8 10-60 0.45
C-3 1+882 2+051 60-300 0.8 10-60 0.45
C-4 2+051 2+180 60-300 0.8 10-60 0.45
D 2+180 2+574 300-1000 1.25 60-300 0.8 10.-60 0.45
E 2+574 3+030 1000-3000 1.8 60-300 0.8 10.-60 0.45
F 3+030 3+614 1000-3000 1.8 60-300 0.8 10.-60 0.45
G 3+614 4+115 1000-3000 1.8 60-300 0.8 10.-60 0.45
H 4+115 4+379 300-1000 1.25 60-300 0.8 10.-60 0.45
I 4+379 4+604 300-1000 1.25 60-300 0.8 10.-60 0.45
I-1 4+604 4+749 300-1000 1.25 60-300 0.8 10.-60 0.45
I-2 4+749 4+889 300-1000 1.25 60-300 0.8 10.-60 0.45
J 4+889 5+024 300-1000 1.25 60-300 0.8 10.-60 0.45
J-1 5+024 5+444 300-1000 1.25 60-300 0.8 10.-60 0.45
K 5+444 5+784 300-1000 1.25 60-300 0.8 10.-60 0.45
K-1 5+784 5+969 60-300 0.8 10-60 0.45
L 5+969 6+473 10-60 0.45
M 6+473 6+973 10-60 0.45
N 6+973 7+323 10-60 0.45

(3) Talud Atas Tanggul


Talud atas tanggul terutama menjadi sasaran gelombang run-up. Beban
pada talud atas tanggul lebih rendah dibanding beban pada talud bawah
tanggul dikarenakan keberadaan berm. Minimal grading yang digunakan
adalah 10 - 60 kg dengan ketebalan 0.5 m. Proteksi armor pada talud
atas dan lapisan filter diringkaskan dalam Tabel 2.13.

Tabel 2.13. Kemiringan Atas Proteksi Armor dan Lapisan Filter


armour protection lapisan filter
dari ke
seksi grading ketebalan grading ketebalan
[km] [km]
[-] [m] [-] [m]
A 7+323 0+155 10-60 0.45
B 0+155 0+714 10-60 0.45
B-1 0+714 1+120 10-60 0.45
C 1+120 1+435 10-60 0.45
C-1 1+435 1+683 10-60 0.45
C-2 1+683 1+882 10-60 0.45
C-3 1+882 2+051 10-60 0.45
C-4 2+051 2+180 10-60 0.45
D 2+180 2+574 60-300 0.8 10-60 0.45
E 2+574 3+030 60-300 0.8 10-60 0.45
F 3+030 3+614 60-300 0.8 10-60 0.45
G 3+614 4+115 60-300 0.8 10-60 0.45
H 4+115 4+379 60-300 0.8 10-60 0.45
I 4+379 4+604 60-300 0.8 10-60 0.45
I-1 4+604 4+749 60-300 0.8 10-60 0.45
I-2 4+749 4+889 60-300 0.8 10-60 0.45
J 4+889 5+024 60-300 0.8 10-60 0.45
J-1 5+024 5+444 60-300 0.8 10-60 0.45
K 5+444 5+784 60-300 0.8 10-60 0.45
K-1 5+784 5+969 10-60 0.45
L 5+969 6+473 10-60 0.45
M 6+473 6+973 10-60 0.45
N 6+973 7+323 10-60 0.45

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 43]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

(4) Struktur Ujung Bawah (toe structure)


Stabilitas striuktur ujung bawah (toe structure) ditentukan oleh
kedalaman air; lebih dalam air mengakibatkan stabilitas yang lebih tinggi
dari struktur ujung bawah (toe structure). Oleh karenanya stabilitas ujung
bawah (toe) pada saat setelah konstruksi lebih tinggi dibandingan
dengan stabilitas pada ketinggian desain (setelah 50 tahun).

Tabel 2.14. Struktur Ujung Bawah (Toe)


ketinggian struktur toe filter
dari ke
seksi dasar grading ketebalan grading ketebalan
[km] [km]
[m + PP*] [-] [m] [m + PP*] [-]
A 7+323 0+155 -2.00 10-60 0.45
B 0+155 0+714 -3.50 10-60 0.45
B-1 0+714 1+120 -4.60 10-60 0.45
C 1+120 1+435 -5.70 10-60 0.45
C-1 1+435 1+683 -6.40 10-60 0.45
C-2 1+683 1+882 -7.20 10-60 0.45
C-3 1+882 2+051 -7.60 10-60 0.45
C-4 2+051 2+180 -7.70 10-60 0.45
D 2+180 2+574 -7.70 60-300 0.8 10-60 0.45
E 2+574 3+030 -8.80 300-1000 1.25 60-300 0.8
F 3+030 3+614 -8.80 300-1000 1.25 60-300 0.8
G 3+614 4+115 -8.10 60-300 0.8 10-60 0.45
H 4+115 4+379 -7.00 60-300 0.8 10-60 0.45
I 4+379 4+604 -6.30 60-300 0.8 10-60 0.45
I-1 4+604 4+749 -5.60 60-300 0.8 10-60 0.45
I-2 4+749 4+889 -5.40 60-300 0.8 10-60 0.45
J 4+889 5+024 -4.00 60-300 0.8 10-60 0.45
J-1 5+024 5+444 -2.80 60-300 0.8 10-60 0.45
K 5+444 5+784 -1.50 60-300 0.8 10-60 0.45
K-1 5+784 5+969 -0.40 10-60 0.45
L 5+969 6+473 -0.40 10-60 0.45
M 6+473 6+973 -1.30 10-60 0.45
N 6+973 7+323 -1.40 10-60 0.45

7) Desain Pulau 2B
a) Geometri
(1) Tipikal penampang melintang
Berdasarkan optimalisasi biaya dan desain hidraulik, optimal penampang
lintang ditentukan. Penampang lintang optimal mempunyai beberapa
karakteristik (lihat Gambar II.11.):
(a) Talud tanggul bagian bawah (lower slope) dengan kemiringan 1:6;
(b) Berm pada muka air rencana (Design Water Level) pada ketinggian
PP* + 2.40 m) dan lebar 15 m;
(c) Talud tanggul bagian atas (upper slope) dengan kemiringan 1:3;
(d) Berdasarkan kajian tsunami, ketinggian puncak min PP* +3.40 m.

Disekeliling pulau terdapat berm dengan lebar 15 m yang berfungsi


sebagai pantai publik. Kecuali pada kawasan mangrove (bakau) pada
segmen dari CH5+900 sampai CH7+100. Pada segmen ini, tidak
terdapat berm (lihat Gambar II.12).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 44]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Gambar II.11. Prinsip Penampang Melintang

Gambar II.12. Prinsip Penampang Melintang- Segmen Mangrove

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 45]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

(2) Segmen
Berdasarkan desain hidraulik. Pulau 2B dibagi dalam 12 (sub-) segmen.
Transisi antara seksi utama (main sections) ditentukan oleh transisi
kebutuhan grading batuan armor, kemiringan talud tanggul bawah dan
keberadaan hutan bakau (mangrove). Pembagian segmen kedalam sub-
segmen dilakukan berdasarkan kemiringan memanjang (longitudinal
slope) dari ketinggian puncak tanggul dan ujung bawah tanggul (toe).
Lokasi dari sub seksi ditunjukkan pada Gambar II.13.

Gambar II.13. Segmen Pulau 2B

Tabel 2.15. Pembagian (sub-) Segmen


Ketinggian dasar
Dari Ke Panjang
Seksi laut
[m] [m] [m]
[m + PP*]
A-1 7+400 0+400 558 -0.65 to -3.00
A-2 0+400 0+800 400 -3.00 to -4.07
B-1 0+800 2+000 1,200 -4.07 to -6.62
B-2 2+000 2+400 400 -6.62 to -7.50
C 2+400 2+500 100 -7.50 to -7.52
D 2+500 3+100 600 -7.52 to -7.46
E 3+100 3+200 100 -7.46 to -7.24
F 3+200 3+900 700 -7.24 to -6.40
G 3+900 4+200 300 -6.40 to -5.63
H 4+200 5+900 1,700 -5.63 to -1.06
I-1 5+900 7+100 1,200 -1.06 to -0.33
I-2 7+100 7+400 300 -0.33 to -0.65

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 46]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

b) Desain Hidraulik
(1) Ketinggian puncak
Ketinggian puncak ditampilkan pada Tabel 2.16 Ketinggian puncak
rencana didefinisikan ketinggian puncak setelah 50 tahun. Ketinggian ini
lebih rendah sekitar 1.5 m dibandingkan ketinggian puncak sesaat
setelah penyerahan dari kontraktor ke pengembang. Sebagian besar
proses konsolidasi diharapkan terjadi pada waktu konstruksi. Amblesan
(landsubsidence) sekitar 1 m dan penurunan sisa (residual settlement)
0.5 m diperkirakan akan terjadi pada masa layanan selama 50 tahun.

Tabel 2.16. Ketinggian Puncak Rencana, Talud Tanggul dan Berm


ketinggian
kemiringan lebar ketinggian talud kemiringan
dari ke puncak
seksi bawah berm berm atas puncak
[km] [km] rencana
[-] [m] [m + PP*] [-] [-]
[m + PP*]
A-1 7+400 0+400 1:6 15 2.4 1:3 4.15 to 4.48 0.06%
A-2 0+400 0+800 1:6 15 2.4 1:3 4.48 to 4.56 0.02%
B-1 0+800 2+000 1:6 15 2.4 1:3 4.56 to 5.04 0.04%
B-2 2+000 2+400 1:6 15 2.4 1:3 4.04 to 5.20 0.04%
C 2+400 2+500 1:6 15 2.4 1:3 5.20 horizontal
D 2+500 3+100 1:6 15 2.4 1:3 5.20 horizontal
E 3+100 3+200 1:6 15 2.4 1:3 5.20 horizontal
F 3+200 3+900 1:6 15 2.4 1:3 5.20 to 4.15 0.15%
G 3+900 4+200 1:6 15 2.4 1:3 4.15 to 3.40 0.25%
H 4+200 5+900 1:3 15 2.4 1:3 3.40 horizontal
I-1 5+900 7+100 1:3 no berm (mangrove section) 1:3 3.40 horizontal
I-2 7+100 7+400 1:3 no berm (mangrove section) 1:3 3.40 to 4.15 0.25%

8
0.06%
0.02%

0.25%

0.25%
0.06%
0.02% horiz. 0.15% horizontal horizontal
6

2
[m + PP*]

Crest
0 Berm
Bottom
-2

-4

-6

-8
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Chainage [m]

Gambar II.14. Ketinggian Puncak Sepanjang Tanggul Laut

(2) Talud bawah tanggul


Pada beberapa lokasi disekeliling pulau 2B menjadi sasaran dari
gelombang. Oleh karenanya diperlukan perlindungan. Lapisan filter
ditentukan berdasarkan aturan filter. Dalam semua seksi, geotextile
diterapkan dibawah proteksi armor. Diatas geotextile diletakkan batuan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 47]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

berukuran 10 - 60 kg; batuan lebih besar akan dapat merusakkan


geotextile oleh beban puncture. Diatasnya diletakkan batuan armor
dengan grading 60 - 300 kg atau lebih berat sesuai kebutuhan.
Kemiringan armor proteksi bawah dan lapisan filter ditabelkan dalam
Tabel 2.17.

Tabel 2.17. Proteksi Armor Talud Bawah Dan Lapisan Filter


proteksi armor lapisan filter 1 lapisan filter 2
dari ke
seksi gradasi ketebalan Gradasi ketebalan gradasi ketebalan
[km] [km]
[-] [m] [-] [m] [-] [m]
A-1 7+400 0+400 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A. N.A.
A-2 0+400 0+800 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A. N.A.
B-1 0+800 2+000 60 - 300 kg 0.9 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
B-2 2+000 2+400 60 - 300 kg 0.9 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
C 2+400 2+500 300 - 1000 kg 1.3 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
D 2+500 3+100 1000 - 3000 kg 1.9 60 - 300 kg 0.9 10 - 60 kg 0.5
E 3+100 3+200 300 - 1000 kg 1.3 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
F 3+200 3+900 60 - 300 kg 0.9 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
G 3+900 4+200 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A. N.A.
H 4+200 5+900 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A. N.A.
I-1 5+900 7+100 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A. N.A.
I-2 7+100 7+400 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A. N.A.

(3) Talud Atas Tanggul


Talud atas tanggul terutama menjadi sasaran gelombang run-up. Beban
pada talud atas tanggul lebih rendah dibanding beban pada talud bawah
tanggul dikarenakan keberadaan berm. Minimal grading yang digunakan
adalah 10 - 60 kg dengan ketebalan 0.5 m. Proteksi armor pada talud
atas dan lapisan filter diringkaskan dalam Tabel 2.18.

Tabel 2.18. Kemiringan Atas Proteksi Armor dan Lapisan Filter


armour protection lapisan filter transisi
dari ke
seksi grading ketebalan grading ketebalan level
[km] [km]
[-] [m] [-] [m] [m + PP*]
A-1 7+400 0+400 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A.
A-2 0+400 0+800 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A.
B-1 0+800 2+000 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A.
B-2 2+000 2+400 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A.
C 2+400 2+500 60 - 300 kg 0.9 10 - 60 kg 0.5 3.8
D 2+500 3+100 60 - 300 kg 0.9 10 - 60 kg 0.5 3.8
E 3+100 3+200 60 - 300 kg 0.9 10 - 60 kg 0.5 3.8
F 3+200 3+900 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A.
G 3+900 4+200 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A.
H 4+200 5+900 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A.
I-1 5+900 7+100 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A.
I-2 7+100 7+400 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A.

(4) Struktur Ujung Bawah (toe structure)


Stabilitas striuktur ujung bawah (toe structure) ditentukan oleh
kedalaman air; lebih dalam air mengakibatkan stabilitas yang lebih tinggi
dari struktur ujung bawah (toe structure). Oleh karenanya stabilitas ujung
bawah (toe) pada saat setelah konstruksi lebih tinggi dibandingan
dengan stabilitas pada ketinggian desain (setelah 50 tahun).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 48]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Tabel 2.19. Struktur ujung bawah (toe)


struktur toe filter
ketinggian ketinggian
dari ke
seksi dasar ujung grading ketebalan grading ketebalan
[km] [km]
[m + PP*] (toe) [-] [m] [m + PP*] [-]
[m + PP*]
A-1 7+400 0+400 -0.65 to -3.00 bottom 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
A-2 0+400 0+800 -3.00 to -4.07 bottom 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
B-1 0+800 2+000 -4.07 to -6.62 bottom 60 - 300 kg 0.9 10 - 60 kg 0.5
B-2 2+000 2+400 -6.62 to -7.50 -6.7 60 - 300 kg 0.9 10 - 60 kg 0.5
C 2+400 2+500 -7.50 to -7.52 -6.7 300 - 1000 kg 1.3 10 - 60 kg 0.5
D 2+500 3+100 -7.52 to -7.46 -6.7 300 - 1000 kg 1.8 60 - 300 kg1 0.9
E 3+100 3+200 -7.46 to -7.24 -6.7 300 - 1000 kg 1.3 10 - 60 kg 0.5
F 3+200 3+900 -7.24 to -6.40 -6.7 60 - 300 kg 0.9 10 - 60 kg 0.5
G 3+900 4+200 -6.40 to -5.63 bottom 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
H 4+200 5+900 -5.63 to -1.06 bottom 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
I-1 5+900 7+100 -1.06 to -0.33 bottom 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
I-2 7+100 7+400 -0.33 to -0.65 bottom 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.

8) Desain Pulau 1
a) Geometri
(1) Tipikal Penampang Melintang
Berdasarkan optimalisasi biaya dan desain hidraulik, optimal penampang
lintang ditentukan. Penampang lintang optimal mempunyai beberapa
karakteristik (lihat Gambar II.15):
(a) Talud tanggul bagian bawah (lower slope) dengan kemiringan 1:6;
(b) Berm pada muka air rencana (Design Water Level) pada ketinggian
PP* + 2.40 m) dan lebar 15 m;
(c) Talud tanggul bagian atas (upper slope) dengan kemiringan 1:3;
(d) Berdasarkan kajian tsunami, ketinggian puncak minimal PP* + 3.40
m.

Disekeliling pulau terdapat berm dengan lebar 15 m yang berfungsi


sebagai pantai publik. kecuali pada kawasan mangrove (bakau) pada
segmen dari CH5+200 sampai CH6+890. Pada segmen ini, tidak
terdapat berm (Gambar II.16).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 49]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Gambar II.15. Prinsip Penampang Melintang

Gambar II.16. Prinsip Penampang Melintang- Segmen Mangrove

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 50]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

(2) Segmen
Berdasarkan desain hidraulik. Pulau 2B dibagi dalam 12 (sub-) segmen.
Transisi antara seksi utama (main sections) ditentukan oleh transisi
kebutuhan grading batuan armor, kemiringan talud tanggul bawah dan
keberadaan hutan bakau (mangrove). Pembagian segmen kedalam sub-
segmen dilakukan berdasarkan kemiringan memanjang (longitudinal
slope) dari ketinggian puncak tanggul dan ujung bawah tanggul (toe).

Gambar II.17. Segmen - Pulau 1

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 51]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Tabel 2.20. Pembagian Sub-Segmen


dari ke panjang ketinggian dasar laut
seksi
[m] [m] [m] [m + PP*]
A 0+000 1+100 1,100 0.06 to -3.65
B 1+100 2+200 1,100 -3.65 to -7.51
C 2+200 2+300 100 -7.51 to -7.73
D 2+300 3+000 700 -7.41 to -8.15
E 3+000 3+500 500 -7.41 to -5.29
F 3+500 4+600 1,100 -5.29 to -1.41
G 4+600 5+200 600 -1.41 to 0.01
H-1 5+200 5+400 200 0.01 to -0.18
H-2 5+400 6+600 700 -0.18 to 0.53
H-3 6+600 6+890 290 0.53 to 0.06

b) Desain Hidraulik
(1) Ketinggian Puncak
Ketinggian puncak ditampilkan pada Tabel 2.21 Ketinggian puncak
rencana didefinisikan ketinggian puncak setelah 50 tahun. Ketinggian ini
lebih rendah sekitar 1.5 m dibandingkan ketinggian puncak sesaat
setelah penyerahan dari kontraktor ke pengembang. Sebagian besar
proses konsolidasi diharapkan terjadi pada waktu konstruksi. Amblesan
(landsubsidence) sekitar 1 m dan penurunan sisa (residual settlement)
0.5 m diperkirakan akan terjadi pada masa layanan selama 50 tahun.

Tabel 2.21. Ketinggian Puncak Rencana, Kemiringan Talud dan Layout


Berm
talud lebar ketinggian ketinggian kemiringan
dari ke talud atas
seksi bawah berm berm rencana puncak
[km] [km] [-]
[-] [m] [m + PP*] [m + PP*] [-]
A 0+000 1+100 1:6 15 2.4 1:3 4.00 to 4.83 0.075%
B 1+100 2+200 1:6 15 2.4 1:3 4.83 to 5.50 0.06%
C 2+200 2+300 1:6 15 2.4 1:3 5.50 horizontal
D 2+300 3+000 1:6 15 2.4 1:3 5.50 horizontal
E 3+000 3+500 1:6 15 2.4 1:3 5.50 horizontal
F 3+500 4+600 1:6 15 2.4 1:3 5.20 to 5.06 0.04%
G 4+600 5+200 1:6 15 2.4 1:3 5.06 to 4.10 0.16%
H-1 5+200 5+400 1:3 no berm (mangrove section) 1:3 4.10 to 3.40 0.35%
H-2 5+400 6+600 1:3 no berm (mangrove section) 1:3 3.40 horizontal
H-3 6+600 6+890 1:3 no berm (mangrove section) 1:3 3.40 to 4.00 0.20%

8.00
0.075% 0.06% horizontal 0.04% 0.16% horizontal
0.35%

0.20%

6.00

4.00

2.00
Level [m + PP*]

Crest
0.00 Berm
0 1 2 3 4 5 6 7
-2.00 Toe
Bottom
-4.00

-6.00

-8.00

-10.00
Chainage [km]

Gambar II.18. Ketinggian Puncak Sepanjang Tanggul Laut

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 52]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

(2) Talud Bawah Tanggul


Pada beberapa lokasi disekeliling pulau 2B menjadi sasaran dari
gelombang. Oleh karenanya diperlukan perlindungan. Lapisan filter
ditentukan berdasarkan aturan filter. Dalam semua seksi, geotextile
diterapkan dibawah proteksi armor. Diatas geotextile diletakkan batuan
berukuran 10 - 60 kg; batuan lebih besar akan dapat merusakkan
geotextile oleh beban puncture. Diatasnya diletakkan batuan armor
dengan grading 60 - 300 kg atau lebih berat sesuai kebutuhan.
Kemiringan armor proteksi bawah dan lapisan filter ditabelkan dalam
Tabel 2.22.

Tabel 2.22. Proteksi Armor Talud Bawah dan Lapisan Filter


prteksi armour lapisan filter 1 lapisan filter 2
dari ke
seksi grading ketebalan grading ketebalan grading ketebalan
[km] [km]
[-] [m] [-] [m] [-] [m]
A 0+000 1+100 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A. N.A.
B 1+100 2+200 60 - 300 kg 0.9 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
C 2+200 2+300 300 - 1000 kg 1.3 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
D 2+300 3+000 1000 - 3000 kg 1.9 60 - 300 kg 0.9 10 - 60 kg 0.5
E 3+000 3+500 300 - 1000 kg 1.3 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
F 3+500 4+600 60 - 300 kg 0.9 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
G 4+600 5+200 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A. N.A.
H-1 5+200 5+400 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A. N.A.
H-2 5+400 6+600 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A. N.A.
H-3 6+600 6+890 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A. N.A.

(3) Talud Atas Tanggul


Talud atas tanggul terutama menjadi sasaran gelombang run-up. Beban
pada talud atas tanggul lebih rendah dibanding beban pada talud bawah
tanggul dikarenakan keberadaan berm. Minimal grading yang digunakan
adalah 10 - 60 kg dengan ketebalan 0.5 m. Proteksi armor pada talud
atas dan lapisan filter diringkaskan dalam Tabel 2.23.

Tabel 2.23. Proteksi Armor Talud Atas dan Lapisan Filter


proteksi armor lapisan filter transisi
dari ke
seksi grading ketebalan grading ketebalan ketinggian
[km] [km]
[-] [m] [-] [m] [m + PP*]
A 0+000 1+100 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A.
B 1+100 2+200 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A.
C 2+200 2+300 60 - 300 kg 0.9 10 - 60 kg 0.5 3.9
D 2+300 3+000 300 - 1,000 kg 1.3 10 - 60 kg 0.5 3.9
E 3+000 3+500 60 - 300 kg 0.9 10 - 60 kg 0.5 3.9
F 3+500 4+600 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A.
G 4+600 5+200 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A.
H-1 5+200 5+400 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A.
H-2 5+400 6+600 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A.
H-3 6+600 6+890 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A. N.A.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 53]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

(4) Struktur Ujung Bawah (Toe Structure)


Stabilitas striuktur ujung bawah (toe structure) ditentukan oleh
kedalaman air; lebih dalam air mengakibatkan stabilitas yang lebih tinggi
dari struktur ujung bawah (toe structure). Oleh karenanya stabilitas ujung
bawah (toe) pada saat setelah konstruksi lebih tinggi dibandingan
dengan stabilitas pada ketinggian desain (setelah 50 tahun).

Tabel 2.24. Struktur Ujung Bawah (Toe)


ketinggian struktur ujung bawah (toe) filter
dari ke
seksi dasar ketinggian grading ketebalan grading thickness
[km] [km]
[m + PP*] [m + PP*] [-] [m] [-] [m]
A 0+000 1+100 0.06 to -3.65 bottom 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
B 1+100 2+200 -3.65 to -7.51 bottom 60 - 300 kg 0.9 10 - 60 kg 0.5
C 2+200 2+300 -7.51 to -7.73 -5.3 300 - 1000 kg 1.3 10 - 60 kg 0.5
D 2+300 3+000 -7.41 to -8.15 -3.8 1000 - 3000 kg 1.9 60 - 300 kg 0.9
E 3+000 3+500 -7.41 to -5.29 -5.3 300 - 1000 kg 1.3 10 - 60 kg 0.5
F 3+500 4+600 -5.29 to -1.41 bottom 60 - 300 kg 0.9 10 - 60 kg 0.5
G 4+600 5+200 -1.41 to 0.01 bottom 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
H-1 5+200 5+400 0.01 to -0.18 bottom 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
H-2 5+400 6+600 -0.18 to 0.53 bottom 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.
H-3 6+600 6+890 0.53 to 0.06 bottom 10 - 60 kg 0.5 N.A. N.A.

9) Spesifikasi
a) Sifat-sifat Batu
Gradasi berikut digunakan dalam desain rinci ini:
10 – 60 kg;
60 – 300 kg;
300 – 1000 kg;
1000 – 3000 kg.

Tabel 2.25 memberikan tinjauan atas persyaratan-persyaratan untuk setiap


gradasi.

Tabel 2.25. Persyaratan Gradasi


massa rata-
definisi batas kelas Wy [kg]
penunjukan rata efektif
kelas paling paling
bawah atas
gradasi bawah atas Wem
(LCL) (UCL) max.
[kg] (ELCL) (EUCL) min.
0% < y < 10% 70% < y < 100%
y < 2% 97% < y
10 – 60 2 10 60 120 20 35
60 – 300 30 60 300 450 130 190
300 – 1000 200 300 1000 1500 540 690
1000 - 3000 650 1000 3000 4500 1700 2100

Bahannya harus diuji untuk:


(1) Densitas dan keporian
(2) Penyerapan air
(3) Kebagusan magnesium sulfat
(4) Penyerapan biruan metilina

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 54]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

b) Geotekstil
Lereng pertahanan laut akan ditutupi dengan geotekstil agar urugan pasir
tidak hanyut (di sepanjang garis-air). Dua jenis geotekstil akan digunakan
pada lereng bawah dan berm akan ditutupi dengan geomatras. Lereng atas
akan ditutupi oleh geotekstil. Bahan yang direklamasi merupakan pasir
median dengan ukuran butiran median D50 dari 300 m dan permeabilitas k
sebesar 1 x 10-5 m/s. Geotekstil ini harus memenuhi persyaratan-persyaratan
berikut:

(1) Permeabilitas
Permeabilitas geotekstil tergantung pada permeabilitas tanah yang
direklamasi: koefisien permeabilitas harus sama dengan 10 hingga 100
kali lebih besar daripada permeabilitas pasir yang direklamasi.
Permeabilitas pasir 1 x 10-5 m/s membutuhkan permeabilitas geotekstil
yang sedikitnya 1 x 10-4 m/s. Penting agar geotekstil mempertahankan
atau melebihi indeks permeabilitasnya selama dibebani.

(2) Penyaringan
Ukuran pori karakteristik geotekstil tergantung pada ukuran butiran tanah
yang direklamasi. Rumus berikut berlaku untuk tanah non-kohesif:
O90
1
D50
D50 dari 300 m bersesuaian dengan O90 dari geotekstil maksimum 300
m.

(3) Daya Tahan Tusuk


Geoteksitl ini ditutupi dengan selapis batu 10–60 kg yang tebalnya 0,45
meter. Geotekstil ini harus dapat menahan beban tusuk yang timbul
selama pemasangan dan penyervisannya (dengan memperhitungkan
tinggi jatuh batunya).

(4) Kekuatan Tarik


Berkenaan dengan kekuatan tariknya, disimpulkan bahwa F maks untuk
geomatras = 275 kN dan geotekstil = 135 kN.

Perhatian khusus harus diberikan pada pemasangan geotekstil pada bingkai


bambu (geomatras). Kekuatan tarik geotekstil ini tidak boleh menurun.

c) Jalan Pada Berm


Jalan servis diperlukan pada berm. Dalam desain khusus ini tidak diberikan
rincian tentang jenis jalan dan perkerasan jalannya. Untuk keperluan servis,
diantisipasi ada jalan dengan lebar 4 m. Desain jalan ini merupakan masalah

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 55]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

lansekap dan oleh sebab itu harus sesuai dengan rencana induknya.
Sambungan jalan antara jalan di atas tanggul dan jalan servis masa datang
ditunjukkan pada DWG 21. Sambungan seperti itu harus dibuat dalam setiap
500 panjang tanggul.

d) Urutan pembangunan tanggul


Tanggul (perlawanan laut) akan dibangun sebagai berikut:
Tahap 1.1 Menempatkan sedikitnya 1.5 m lapisan pasir semprot dalam
lapis-bawah yang maksimum 0.5 m. Pemasangan vertical drain
(salir tegak) di bawah hingga berm dari ponton.
Tahap 1.2 Menempatkan urugan pasir bawah-air hingga –1 m PP*, lereng
samping kira-kira 1:6.
Tahap 1.3 Menempatkan geomatras pada lereng bawah.
Tahap 1.4 Menempatkan dinding bund (quarry run) dengan lereng 1:3.
Tahap 2.1 Menempatkan geotekstil di lereng dalam dinding bund dan
mengurug pasir hingga +2.9 m PP*.
Tahap 2.2 Menempatkan vertical drain (salir tegak) di belakang dinding
bund, di daratan.
Tahap 2.3 Menempatkan perpanjangan dinding bund sisi luar.
Tahap 2.4 Menempatkan batu pertama, 10-60 kg pada lereng bawah.
Tahap 2.5 Menempatkan batu kedua, 60-300 kg pada lereng bawah.
Tahap 3.1 Menempatkan urugan pasir (letak puncak) hingga + 6.78 m PP*,
1 bulan setelah penyelesaian tahap 2.5.
Tahap 3.2 Menempatkan lapisan (1000-3000 kg) di lereng bawah.
Tahap 3.3 Menempatkan batu (300-1000 kg) di kaki lereng.
Tahap 3.4 Menempatkan geotekstil di berm dan lereng atas.
Tahap 3.5 Menempatkan batu pertama, 10-60 kg di berm dan lereng atas.
Tahap 4.1 Menempatkan urugan pasir (letak puncak) hingga + 7.85 m PP*.
Tahap 4.2 Menempatkan batu kedua, 60-300 kg di berm.
Tahap 5.1 Menempatkan batu kedua. 60-300 kg di lereng atas.
Tahap 5.2 Menempatkan lapisan lempung untuk vegetasi.

Penahapan pembangunan untuk seksi-seksi tanggul di kedalaman perairan


yang lebih dangkal akan berbeda akibat lapisan yang berkurang dan level
puncak yang lebih rendah. Badan urugan pasir tanggul dan zona perumahan
yang di dekatnya telah ditinggikan ke level hingga sama dengan level puncak.
Muka air tanah di polder akan diturunkan ke –2.2 m PP* dan –1.3 m PP*,
yang tergantung pada level tanahnya. Penurunan muka air-tanah ini juga
telah diperhitungkan untuk penurunan muka-tanah seolah air-tanah ini
merupakan beban tambahan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 56]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

e) Vertikal Drain (Salir Tegak)


Salir tegak ditempatkan di seluruh kawasan reklamasi dan di bawah seksi-
seksi tanggul, hingga berm. Saluran ini meningkatkan laju penurunan muka-
tanah selama pembangunan karena salir ini mengimbas pelepasan tekanan
pori yang berlebihan. Salir ini juga membantu meningkatkan kestabilan dan
untuk mengurangi penurunan muka-tanah sisa. Berbagai sifatnya diberikan
dalam Tabel 2.26 dan Tabel 2.27.

Tabel 2.26. Sifat-sifat Salir Tegak Di Kawasan Polder


Dasar vertical
Kawasan Jejaring
Kawasan drain
m2 (segitiga)
M PP*
kawasan barat daya -13 428,600 1.5 m
kawasan timur -14 476,700 1.5 m
kawasan pertengahan, barat, besar -12 259,500 1.5 m
kawasan pertengahan, barat, kecil -10 72,000 1.5 m
kawasan utara -15 115,200 1.5 m
kawasan timur laut -17 48,800 1.5 m
kawasan menyeluruh 1,400,800

Tabel 2.27. Sifat-sifat Salir Tegak Yang Ditempatkan Di Tanggul Dan


Kawasan Perumahan Level Tinggi
Level kaki lereng Jejaring
Seksi Rantai-ukur
[m PP*] (segitiga)
A 0-300 -15 m 1.5 m
B 300-850 -18 m 1.5 m
B1 850-1250 -18 m 1.5 m
C 1250-1550 -25 m 1.5 m
C1 1550-1790 -25 m 1.5 m
C2 1790-1990 -25 m 1.5 m
C3 1990-2160 -25 m 1.5 m
C4 2160-2290 -25 m 1.5 m
D 2290-2500 -23 m 1.5 m
E 2500-2940 -26 m 1.5 m
F 2940-3340 -29 m 1.5 m
G 3340-3760 -25 m 1.5 m
H 3760-4000 -11 m 1.5 m
H1 4000-4190 -11 m 1.5 m
H2 4190-4330 - 11 m 1.5 m
I 4330-4530 - 21 m 1.5 m
I1 4530-4780 - 21 m 1.5 m
J 4780-5060 - 18 m 1.5 m
J1 5060-5290 - 18 m 1.5 m
K 5290-5780 - 11 m 1.5 m
L 5780-6290 -8m 1.5 m
M 6290-6590 - 15 m 1.5 m

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 57]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

10) Pelaksanaan Konstruksi


a) Umum
Pasir dan batu yang diperlukan untuk pembangunan Pulau 2A cukup banyak.
Pasir dan batu yang banyak ini perlu diangkut dari sumber-sumber yang jauh
dari lokasi proyek. Sumber-sumber ini berupa kawasan galian-lepas pantai
untuk pasir dan tempat-galian di darat untuk batu.

b) Struktur (Semi) Temporer


(1) Umum
Struktur temporer dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan-pekerjaan
pembangunan ini. Struktur temporer ini tidak memiliki fungsi permanen
dan sebagian besar dari struktur ini akan dibongkar setelah pekerjaan-
pekerjaan pembangunan selesai. Struktur-struktur ini ialah:
(a) Kanal Akses
Sebagian besar pekerjaan pembangunan untuk pulau ini
dilaksanakan di kedalaman air antara 1 dan 8,5 m. Fase pertama
pekerjaan pembangunan ini ialah di kedalaman air antara 1 m dan
kira-kira 6 m. Kontraktor mungkin saja ingin mengeruk kanal akses
ke kontur kedalaman 8 atau 9 m Pulau 2A untuk kapal pemasok
pasir dengan draft besar. Kanal akses seperti itu memungkinkan
Trailing Suction Hopper Dredger (THSD) atau bargas angkut untuk
memasuki kawasan lebih dekat. THSD dalam hal itu akan dapat
membuang bebannya melalui sistem pemompaannya langsung ke
urugan, tanpa menggunakan pompa penggalak atau pengeruk
sekunder. Kedalaman, panjang, dan lebar yang tepat untuk kanal ini
tergantung pada peralatan yang harus melalui kanal tersebut. Kanal
ini yang ditunjukkan dalam gambar ialah untuk THSD besar (>
15,000 m3).
(b) Kawasan Dermaga Di Lokasi Proyek
Dermaga temporer dan kawasan penyimpanan diperlukan di pantai
Kawasan PIK. Dinding dermaga pancang-lembaran baja diperlukan
untuk membongkar batu dari bargas dan untuk keperluan umum
seperti kapal-kapal pengganti awak (awak yang bekerja di lepas-
pantai), pemuatan/pembongkaran peralatan dan suku cadang dan
untuk menambat kapal-kapal cadangan. Dermaga ini harus terbuat
dari cofferdam pancang-lembaran baja. Kawasan penimbunan di
dekat dinding dermaga diperlukan sebagai penyangga antara
pasokan batu dan pemakaian batu di dalam struktur. Di dermaga ini
akan disediakan MCK portable dan TPS, secara berkala limbah cair
maupun limbah padat diangkut ke daratan dan diintegrasikan ke
pengelolaan limbah di Kawasan PIK. Untuk penggantian oli kapal
akan diserahkan ke pihak ketiga yang memiliki izin pengumpul
limbah B3.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 58]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

(c) Pelataran Pembangunan Geomatras


Geomatras dipersiapkan di suatu lokasi di darat. Pembangunan
geomatras nantinya dapat dilakukan di pantai di dekat kawasan
dermaga/penimbunan.

(d) Pelataran Perbaikan Untuk Kontraktor Internasonal, Termasuk


Bangunan Temporer
Kontraktor internasional memerlukan pelataran untuk merawat
peralatannya. Pelataran ini lebih disukai berada di dekat kawasan
dermaga temporer di pulau.

(e) Lokasi Pengisian/Penimbunan Bahan Bakar


Kapal-kapal yang beroperasi di lepas-pantai (peralatan keruk dan
kapal tunda) perlu mengisi bahan bakar dari waktu ke waktu di
pelabuhan-pelabuhan di Pantai Mutiara, Ancol atau Tanjung Priok.
Kapal-kapal kecil dapat menggunakan stasion pengisian bahan
bakar di dermaga temporer ini di kawasan reklamasi.

(f) Perkantoran
Ruang perkantoran diperlukan di dekat lokasi proyek untuk staf
kontraktor dan perwakilan klien.

11) Pelindung Lingkungan


a) Kawasan Hutan Bakau
Kawasan hutan bakau yang ada di batas daratan dan laut, persis di selatan
Pulau 2A, peka terhadap perubahan-perubahan pada habitatnya.
Sedimentasi bahan reklamasi di dekat atau di atas hutan bakau atau di
akarnya harus diminimumkan. Oleh sebab itu pembangunan dinding bund
diperlukan di sepanjang batas selatan pulau ini. Bund ini merupakan struktur
pertama di sisi selatan pulau tersebut dan dapat dibangun dari geotabung
atau batu quarry-run. Bahan pembangunan ini tidak peka terhadap
penyebaran atau sedimentasi kembali maupun membentuk perintang di
antara kawasan hutan bakau dan pekerjaan-pekerjaan reklamasi lanjutan
setelah pembangunan bund tersebut. Bund ini dibangun hingga ke level jauh
di atas garis air tinggi.

b) Kanal Alur Keluar


Kanal alur-keluar Cengakareng Drain dan sungai Tanjungan perlu dibiarkan
terbuka dalam semua kondisi untuk memungkinkan pengeluaran air yang
takterganggu dan untuk mencegah pengaruh air-balik. Sedimentasi di
kawasan ini perlu diminimumkan. Oleh sebab itu kanal-kanal alur-keluar
dikeruk hingga ke elevasi –1.3 m PP* (-2.5 m MSL), dengan tambahan untuk
pengendapan ke –0.8 m PP*. Pengerukan kanal ini haruslah dilakukan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 59]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

dengan bantuan pengeruk corong-tuang isap belakang (untuk bagian-bagian


yang lebih dalam (> 4-5 m)), atau dengan bargas backhoe atau kran yang
memuat bahan kerukan dalam bargas. Tanah kerukan harus dibuang di
lepas-pantai di dalam tanah kotor yang diperuntukkan buat bahan seperti itu.
Penggunaan pengeruk isap pemotong (CSD) untuk kawasan-kawasan yang
lebih dangkal agaknya tidak efisien karena banyak reruntuk diharapkan di
kawasan ini. Reruntuk (kayu, limbah rumah tangga, cabang-cabang pohon)
akan mengganggu pemotong atau pompanya. Servei bulanan dilakukan
untuk memeriksa apakah kanal tersebut telah dipertahankan pada kedalaman
yang dibutuhkan.

12) Proses Pengurugan Pasir


a) Uraian Proses Pengerukan dan Pengangkutan
Pasir dikeruk dari kawasan konsesi di perairan utara dan barat Merak (atau
kawasan lain yang mempunyai ijin penggalian). Kedalaman air di kawasan ini
mencapai kedalaman hingga 60 m. Trailing Suction Hopper Dredger (TSHD)
ukuran sedang hingga besar, kapasitas 6,000 – 20,000 m³ dapat mengeruk
pada kedalaman ini. TSHD ini menggunakan satu atau dua pipa isap untuk
mengeruk bahan dan untuk menempatkan bahan tersebut ke dalam hopper.
Air yang berlebih, yang digunakan untuk memompa pasir ke dalam hopper,
diarahkan kembali ke samping kapal melalui sistem peluap. Pada kawasan
galian sumbang (borrow area) yang bagus TSHD ini dimuat dalam waktu 1,3
– 2,0 jam. Di kawasan galian-sumbang (borrow area) dengan lanau dan
lempung yang banyak, pemuatan dapat berlangsung lebih lama, hingga
beberapa jam, sementara bahan halus dihanyutkan ke samping kapal.
Setelah pemuatan TSHD tersebut berangkat ke tapak reklamasinya. Di tapak
(lokasi proyek), TSHD ini membuang muatannya ke urugan atau
menimbunnya terlebih dahulu pada timbunan bawah-air yang dari sini
pasirnya diambil oleh pengeruk isap pemotong (Cutter Suction Dredger –
CSD) (stasioner) yang membuang bahan muatannya melalui jaringan pipa
apung (atau pipa tenggelam) ke lokasi urugan.

b) Uraian Proses Pengurugan


Pasir dipompakan melalui jaringan pipa untuk disemprotkan/distribusikan
dengan menggunakan pontoon/barge di tapak urugan. Ponton ini biasanya
membuang campuran air dan pasir secara tegak, di bawah garis air. Gambar
ini menunjukkan prinsip penyemprotan pasir di bawah garis-air. Ponton
semprot pada Gambar II.19. merupakan sistem yang sangat sederhana dan
ringkas. Sistem penyemprotan beragam dari jenis ponton ini hingga ke
bargas semprot yang sangat canggih dengan anjungan kendali, sistem
penempatan dan alat ukur. Barge semprot ini dapat secara teliti
mengendalikan kecepatan dan densitas campuran air pasir dan dapat
menggerakkan bargas pada kepesatan yang beragam untuk dapat

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 60]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

menempatkan volume pasir atau tebal lapisan yang benar. Ponton/barges


semprot dapat digunakan hingga ke kedalaman air kira-kira 1,0 m
(kedalaman ini termasuk lapisan pasir yang telah disemprotkannya).

Gambar II.19. Prinsip Ponton Semprot

Pasir dapat juga dibuang secara mendatar, di atas garis air (Gambar II.20.).
Campuran air pasir ini keluar dari jaringan pipa di atas garis air, pasirnya
mengendap dan airnya mengalir kembali ke laut. Buldozer di depan jaringan
pipa ini mengeluarkan pasir yang telah mengendap untuk memastikan pasir
ini tidak menghalangi alirannya. Pasir ini digunakan untuk membuat bund
yang sejajar dengan arah urugan tetapi di depan ujung jaringan pipa untuk
mengarahkan bentuk urugannya.

Gambar II.20. Ujung Jaringan Pipa, Pembuangan Campuran Mendatar

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 61]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

c) Pengurugan Pasir Di Perairan Dalam


Di perairan yang dalam, pasirnya terlebih dulu ditempatkan dengan
menggunakan ponton semprot atau barge semprot, yang mampu mengurug
kawasan secara lapis demi lapis. Lapisan pasir pertama di dasar-laut harus
relatif tipis untuk menghindari ketakstabilan dasar-lautnya (squeezing). Kedua
lapis-bawah yang lebih rendah haruslah memiliki tebal tidak lebih dari 0.7 m.
Lapisan-lapisan berikutnya (di atas ketebalan 1.4 m) dapat ditempatkan lapis
demi lapis dengan tebal 2 – 3 m. Lapisan-lapisan yang lebih atas dapat
ditempatkan sebagai urugan permukaan seperti yang diuraikan di atas.

d) Pengurugan Pasir Di Perairan Dangkal


Pengurugan pasir di perairan dangkal hanya dapat dilakukan dengan metode
di atas-air. Perairan-perairan ini terlalu dangkal untuk barge semprot. Lereng
muka pasir di atas garis air tidak curam, dalam orde 1 dalam 20, tetapi di
bawah garis air muka pasirnya curam, kira-kira 1 dalam 1,5. Prosedur
pengiurugan di atas dasar-laut aslinya ini dapat dilakukan hingga kontur
kedalaman –1 m PP*.

range water levels


+2.5 / +3.5 1:20

1:1.5
-1 / -2

Gambar II.21. Muka Pasir Di Kedalaman Urugan Dangkal

e) Proses Pengurugan dan Level Pengurugan


Proses pengurugan seperti yang diuraikan di atas sesuai untuk semua
kawasan di mana level pengurugan final jauh di atas garis air tinggi.
Tapaknya mudah diakses dengan peralatan dan jaringan pipa mudah
dipasang untuk lapisan-lapisan pengurugan final. Kondisi ini merupakan
contoh untuk semua tanggul dan kawasan perumahan level tinggi, level
pengurugan final sedikitnya +3m PP*. Dalam kawasan polder terjadi kondisi
yang berbeda. Level pengurugan final dalam kawasan ini berkisar antara –0.3
m PP* dan +1.6 m PP*. Ini berarti bahwa level pengurugan final ini kira-kira
berkisar di antara level air tinggi dan level air rendah, yang membuat proses
pengurugan mendatar, di atas air menjadi lebih rumit. Khususnya di kawasan
dengan level pengurugan yang relatif rendah, ini dapat menyebabkan suatu
kondisi di mana garis daratan untuk angkutan campuran pasir-air sebagian
akan terbenam pada pasang rata-rata atau tinggi. Dua kemungkinan untuk
mengatasi kondisi ini ialah menurunkan level air atau menaikkan pengurugan
secara setempat.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 62]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

(1) Menurunkan Level Air


Sebelum sebagian kawasan polder diurug dengan pasir, kawasan ini
ditutup oleh tanggul (dan/atau bund temporer) dan level airnya
diturunkan. Kawasan ini harus ditutup sedemikian rupa sehingga
rembesan dibatasi dan menurunkan serta mempertahankan level air
rendah memungkinkan. Pompa dengan kapasitas yang cukup haruslah
disediakan untuk mengosongkan air yang dipompakan bersama pasir.
Penghantaran pasir terjadi dalam interval (mungkin saja tiga muatan per
hari). Arena ini harus cukup luas untuk memberikan kapasitas sangga
tertentu.

(2) Menaikkan Level Pengurugan Secara Setempat


Jaringan pipa untuk mengangkut campuran air-pasir haruslah jauh di
atas garis air, kira-kira pada +2.4 PP*. Ini lebih tinggi daripada level
pengurugan rata-rata di kawasan ini. Kawasan-kawasan di dekatnya
diurug ke level yang lebih rendah dan buldozer, yang dapat beroperasi
melalui kedalaman air hingga 1,0 m, meratakan kawasan ini ke level
yang benar setelah penyelesaian pengurugan. Perataan final dan
kemungkinan pemadaatan dapat dilakukan setelah kawasan ini ditutup
oleh tanggul dan level airnya sedang diturunkan ke level polder masa
datang.

f) Proses Pengurugan Di Atas Garis Air dan Tebal Urugan


Pengurugan di atas air di dasar-laut (asli) akan dilakukan di kawasan-
kawasan dangkal (tidak ada kemungkinan penyemprotan lapisan pasir
dengan barge semprot di sana). Penempatan selapis urugan dengan tebal
terbatas (1.5 m atau lebih tipis lagi) di atas air dapat dilakukan apabila aliran
pasoknya terlalu besar. Dengan kata lain: apabila terlalu banyak pasir
dibuang dalam periode singkat, proses pengurugan pasir tidak dapat
dikendalikan. Untuk aliran yang relatif rendah, jaringan pipa maksimum
dengan diameter 0,5 hingga 0,6 m disarankan. Keunggulannya ialah:
(1) Jaringan pipa yang terbatas (satu atau dua) perlu disambung pada ujung
jaringan pipa pengurugan pasir selama pembuangan satu muatan TSHD
agar jangan ketinggalan dengan muka urugan pasir; ini akan membatasi
waktu-henti (risiko).
(2) Kecepatan campuran apabila jaringan ini ‘menyentuh’ dasar laut relatif
rendah, ini akan meminimumkan risiko ketakstabilan dan pemerasan di
muka urugan pasirnya.
(3) Bulldozer yang meratakan bahan di depan pipa dapat secara mudah
mengimbanginya dengan aliran tersebut.
(4) Peralatan pengurugan pasir di dekat muka urugan pasir relatif kecil. Ini
diperlukan karena kemampuan dukung lapisan pasir tipis terbatas di atas
tanah lunak.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 63]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Dalam hal digunakan TSHD yang besar, jaringan pipanya perlu dicabangkan
dari yang berdiameter besar menjadi dua jaringan pipa dengan diameter yang
lebih kecil dan dengan demikian bekerja dengan dua muka urugan pasir yang
terpisah secara serempak. Di samping itu sebuah jejaring dapat ditempatkan
di ujung jaringan pipanya untuk memecah aliran sebelum aliran tersebut
menyentuh dasar laut atau lapisan pasir tipis di bawahnya dan dengan
demikian akan mengurangi erosi.

g) Penahapan Pembangunan Tanggul, Persyaratan Demi Kestabilan


Kestabilan tanggul selama dan segera setelah pembangunan merupakan
suatu aspek penting, khususnya pada seksi-seksi yang lebih dalam. Untuk
penghitungan kestabilan diperlukan selang-waktu pembangunan (minimum)
tertentu di antara beberapa tahapan pembangunan untuk memastikan
kestabilan badan pasir (yang dibangun sebagian demi sebagian).
Kontraktor haruslah mematuhi selang minimum sebagaimana yang
diberikan. Pada seksi-seksi yang lebih dalam ini terdapat juga waktu-waktu
tunggu yang diketahui untuk memungkinkan pengembangan proses
konsolidasinya.

h) Pembangunan Per Seksi


Setelah pengurugan kawasan tertentu diselesaikan muka air (tanah) perlu
diturunkan. Pengurugan dan yang diikuti oleh penurunan muka air dapat
dilakukan seksi demi seksi yang setiap seksinya sedikitnya 25 ha. Seksi-seksi
ini perlu ditutup dengan bund temporer untuk menjaganya bebas dari muka
air laut yang tinggi. Bund temporer akan dibongkar pada tahapan akhir.
Kontraktor harus memilih seksi yang lebih luas untuk meminimumkan panjang
bund temporer, asalkan kontraktor bersangkutan menggunakan kapasitas
pompa yang sesuai.

i) Pengendalian Muka Air Tanah


Muka air terbuka harus dipertahankan pada level kira-kira –1.3m PP* (–2.2m
PP* untuk polder lapangan golf) setelah kawasan polder dibangun. Level ini
merupakan muka air-tanah dalam kondisi dikembangkan. Muka air laut rata-
rata ialah +1.2m PP*. Penurunan muka air ini dibutuhkan untuk mengimbas
penurunan muka-tanah konsolidasi terkait dari tanah-bawahnya. Penurunan
muka air tanah membutuhkan sistem drainase permukaan dan bawah-
permukaan yang cukup yang terdiri atas saluran mendatar dan tegak dan
saluran terbuka yang dihubungkan dengan pompa. Pasal ini memberikan
petunjuk desain untuk sistem drainase ini. Kontraktor pembangunan harus
menyediakan suatu desain rinci untuk sistem temporer ini yang menyertakan
metode kerjanya yang dipersiapkan, yang menahapi, menentukan ukuran
kompartemen dan mempertimbangkan sifat-sifat pasir sesungguhnya
(konduktivitas hidrolik).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 64]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Oleh sebab itu pasal ini dibatasi hanya pada penilaian pendahuluan atas
kriteria desain dan suatu perumusan seperangkat persyaratan fungsional
yang benar-benar layak berdasarkan data yang tersedia saat ini. Anggapan-
anggapan ini perlu dikonfirmasi atau diperbaharui oleh kontraktor
pembangunan, yang didasarkan pada pernyataan metodenya dan pengujian-
pengujian bahannya.

4. Pembuatan Jembatan Penghubung

Kegiatan pembangunan jembatan penghubung antara daratan dengan pulau yakni Pulau
2A yang akan dilakukan antara lain:
a. Pekerjaan Galian dan Fondasi: pekerjaan galian ini dilakukan untuk kepala fondasi
pada masing-masing pilar, sedangkan pekerjaan pondasi adalah fondasi tiang
pancang dilakukan untuk masing-masing pilar.
b. Pekerjaan Bekisting, Penulangan dan Pengecoran Pile Cap: pekerjaan bekisting,
penulangan dan pengecoran pile cap (kepala tiang) yang dilakukan pada masing-
masing pilar disesuaikan dengan perencanaan.
c. Pekerjaan Bekisting, Penulangan dan Pengecoran Pier Leg: pekerjaan bekisting,
penulangan dan pengecoran pier leg (kolom) yang dilakukan pada masing-masing
pilar disesuaikan dengan perencanaan.
d. Pekerjaan Bekisting, Penulangan dan Pengecoran Pier Head: pekerjaan bekisting,
penulangan dan pengecoran pier head (kepala kolom) yang dilakukan pada pilar
jembatan disesuaikan dengan perencanaan.
e. Erection PCI Girder: sebelum erection, PCI girder sebelumnya ditempatkan pada
masing-masing posisi sesuai rencana, kemudian PCI girder di erection atau diangkat
menggunakan crane sesuai kebutuhan dan kapasitasnya.
f. Pekerjaan Finishing: pekerjaan finishing dilakukan setelah pekerjaan PCI girder
selesai. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan barrier, asphalt, garis marka dan
pembangunan gardu serta pekerjaan finishing lainnya.

Rencana jembatan yang akan dibangun dapat dilihat pada Gambar II.22 berikut

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 65]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Gambar II.22. Rencana Jembatan Kapuk

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 66]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

5. Pengerukan Muara Sungai

Selain pekerjaan reklamasi, PT. Kapuk Naga Indah juga melakukan pengerukan muara
sungai Tanjungan, Cengkareng Drain dan Lateral Kanal yang disebut dengan
maintenance dredging. Kegiatan ini akan menghasilkan lumpur sebanyak ± 65.000 m 3.
Lokasi pembuangan lumpur laut sebagai dumping area telah mendapat rekomendasi dari
Departemen Perhubungan, Kantor Administrator Pelabuhan Sunda Kelapa Nomor
PU.626/1/12/AD-SKA/2008, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait.
b. Posisi dumping area:
1) 1060 46’ 7,2” BT 060 01’ 53,4” LS;
2) 1060 46’ 24” BT 060 01’ 53” LS;
3) 1060 46’ 24” BT 060 02’ 00” LS;
4) 1060 46’ 7,2” BT 060 02’ 00” LS.
c. Kapal yang digunakan harus memenuhi persyaratan dan laik laut.
d. Setiap pergerakan kapal harus mendapat ijin dari Administrator Pelauhan Sunda
Kelapa.
e. Selama melakukan kegiatan harus stand by pada CH 16 VHF Radio Telephony.
f. Menyampaikan laporan pelaksanaan pekerjaan secara berkala dan menyerahkan
hasil akhir sounding kepada Administrator Pelauhan Sunda Kelapa.
g. Administrator Pelauhan Sunda Kelapa akan menempatkan petugas di lokasi kegiatan
selama kegiatan berlangsung.
h. Mengadakan koordinasi dengan Kepala Pos Administrator Pelauhan Sunda Kelapa di
Pantai Mutiara.

Kegiatan ini juga telah mendapat Persetujuan Pelaksanaan Pengerukan Muara Sungai
Tanjungan dan Cengkareng Drain Nomor 1K 02.03-DA/75, tanggal 30 Desember 2011
dari Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, disampaikan
bahwa pada prinsipnya permohonan PT. Kapuk Naga Indah untuk melaksanakan
pengerukan muara Sungai Tanjungan dan Cengkareng Drain dapat disetujui dengan
ketentuan sebagai berikut:
b. Pelaksanaan pengerukan dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana Cengkareng
Floodway Dredging and Embankment Rehabilitation, Balai Besar Wilayah Sungai
Ciliwung Cisadane.
c. Pengawasan pekerjaan pengerukan dilaksanakan oleh konsultan pengawas yang
ditunjuk oleh PT. Kapuk Naga Indah dan wajib berkoordinasi dengan Balai Besar
Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane sejak awal pelaksanaan sampai dengan
selesainya pekerjaan pengerukan.
d. PT. Kapuk Naga Indah wajib melaporkan perkembangan pelaksanaan pekerjaan
pengerukan setiap bulan kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air cq. Balai Besar
Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 67]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

e. Pengerukan wajib dilengkapi dengan dokumen lingkungan hidup sesuai ketentuan


perundangan yang berlaku, dan PT. Kapuk Naga Indah wajib melaksankan kegiatan
pemantauan dan pengelolaan lingkungan hidup pada seluruh lokasi pekerjaan.
f. PT. Kapuk Naga Indah sanggup memperbaiki dan bertanggung jawab bila terjadi
kerusakan sarana/prasarana sumber daya air yang sudah ada dan lingkungan di
sekitar lokasi pekerjaan.
g. Pelaksanaan pekerjaan pengerukan dan pemeliharaannya dibiayai oleh PT. Kapuk
Naga Indah.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 68]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Gambar II.23. Lokasi Dumping Site

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 69]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

6. Aktivitas Buruh Konstruksi

Aktivitas buruh konstruksi sebanyak 500 – 1.000 orang pada saat puncak akan
ditempatkan di bedeng-bedeng sementara di areal working place seluas ± 3 Ha yang
dibangun di Kawasan Pantai Indah Kapuk (Sektor Utara Barat) dan dilengkapi dengan
fasilitas MCK/temporary toilet, air bersih, listrik dan container sampah. Kebutuhan air
baku air minum tahap konstruksi disuplai dari WTP Kawasan PIK sebesar 50 m 3/hari.

Gambar II.24. Diagram Penggunaan Air Bersih Tahap Konstruksi (Kondisi Maksimal)

Prediksi timbulan sampah padat dari aktivitas buruh konstruksi sebesar 1.000 x 3 L/orang
= 3 m3/hari yang akan dikelola dengan menyediakan tempat penampungan sementara
(TPS) sampah terpisah (anorganik dan organik). Pengangkutan ke tempat penampungan
akhir (TPA) sampah akan bekerjasama dengan Suku Dinas Kebersihan Jakarta Utara
dan/atau swasta yang memiliki ijin dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta.

2.3.3. Tahap Pasca Konstruksi

Kegiatan tahap pasca konstruksi yang dapat menimbulkan dampak lingkungan adalah:

1. Keberadaan Tanggul Pantai/Breakwater


Keberadaan tanggul pantai/breakwater yang terdapat di Pulau 2A, Pulau 2B dan Pulau 1
adalah pada +6.1 m PP* (level puncak desain) dengan bahan material pasir urug dan
batu.

2. Keberadaan Lahan Reklamasi


Lahan reklamasi yang telah selasai dibangun adalah seluas ± 870 Ha yang terdiri dari
Pulau 2A ± 310 Ha, Pulau 2B ± 285 Ha dan Pulau 1 ± 275 Ha.

3. Demobilisasi Peralatan
Kegiatan demobilisasi peralatan konstruksi reklamasi sebagian besar dilakukan melalui
laut dan sebagian kecil dilakukan melalui darat, misalnya hopper barger (tongkang),
kapal pengangkut pasir urug (pasir laut) jenis TSHD, dan peralatan lain yang digunakan
untuk kegiatan reklamasi.

Kegiatan yang termasuk dalam tahap pascakonstruksi adalah penanganan settlement,


pembangunan jalan dan jembatan ke pulau 2A dari area Pantai Indah Kapuk, pemeliharaan
dikes, pencegahan dan penanggulangan kebersihan laut sekitar Pulau 2A. Pada tahap
pascakonstruksi pemrakarsa akan melaksanakan pengelolaan lingkungan areal hasil
reklamasi tersebut untuk menjaga kondisi lingkungan agar sesuai dengan peruntukannya.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 70]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Diantaranya adalah memelihara dikes dan pengelolaan drainase agar tidak terjadi banjir di
sekitarnya. PT. Kapuk Naga Indah akan membangun sarana dan prasarana (Jalan dan
Jembatan Akses ke Pulau 2A, 2B dan 1) yang bisa mendukung pulau-pulau yang akan
direklamasi sesuai peraturan yang ada. Jembatan akan dibuat untuk menghubungkan
daratan dengan pulau 2A, selain itu jembatan penghubung antar pulau 2B dan pulau 1 juga
akan dibangun. Rencana pencegahan dan penanggulangan kebersihan laut juga dilakukan
oleh PT. Kapuk Naga Indah dengan sistem polder yang menggunakan pompa banjir untuk
membuang air hujan dan resapan ke laut, maka sampah-sampah dari kawasan reklamasi
tidak akan dibuang ke laut. Sampah-sampah yang mengotori laut adalah berasal dari
sampah-sampah yang dibawa aliran sungai. Penanggulangan dan pencegahan kebersihan
laut harus diintegrasikan dengan program-program pemerintah untuk kebersihan sungai-
sungai di DKI Jakarta.

2.4. ALTERNATIF YANG DIKAJI DALAM AMDAL

Dalam studi ini tidak dilakukan kajian alternatif, karena pemilihan alternatif terbaik dari aspek
lingkungan hidup telah diintegrasikan dalam perencanaan reklamasi pantai KNI untuk ketiga Pulau
(Pulau 2A, 2B dan 1) seperti misalnya:
a. Moda angkutan material, yaitu menetapkan moda angkutan material urugan (pasir urug dan
batu) belah melalui transportasi laut;
b. Penggunaan kapal pengangkut pasir urug (pasir laut) jenis TSHD (Trailler Suction Hopper
Dredger). Kelebihan jenis kapal ini adalah kemampuan/kapasitas kapal keruk tersebut untuk
menampung hasil kerukannya sendiri tergolong besar (6.000 – 24.000 ton). Dengan
menggunakan jenis kapal keruk ini penggunaan tongkang-tongkang angkutan dapat
diminimalkan. Salah satu kendala yang dihadapi bila menggunakan alat ini adalah kondisi
perairan di lokasi reklamasi tidak boleh dangkal yang mengakibatkan kapal keruk tersebut tidak
dapat mendekat. Permasalahan ini dapat diatasi dengan membuat alur sementara untuk jalur
masuk (temporary acces channel) hingga kapal keruk dapat mencapai lokasi yang ditentukan
dan kemudian langsung melakukan spraying pasir melalui pipa.
c. Penggunaan metode reklamasi dengan hydraulic fill sistem polder untuk menghindari ceceran
material reklamasi (pasir urug). Sistem urugan/reklamasi hydraulic fill/sistem polder telah
menjadi pilihan dalam reklamasi-reklamasi yang telah dilakukan di Pantai Utara Jawa;
d. Sistem kerja dengan polder, dengan membangun tanggul terlebih dahulu akan menjadi jauh
lebih ekonomis karena kebutuhan volume pasir urugan jauh lebih sedikit dan kemungkingan
tercecernya material urug ke perairan laut di sekitarnya jauh lebih kecil/sedikit.
e. Metode konsolidasi urugan/lahan reklamasi dengan vertical drain. Prinsip metode ini adalah
mengkonsolidasi tanah dengan mengurangi pori air tanah timbunan. Metode ini sering
digunakan untuk memadatkan tanah timbunan reklamasi. Hasil pengurugan dibor dan diisi
dengan PVD (Prefabricated Vertical Drain) dengan pola pemasangan segi tiga. PVD ini terdiri
dari core yang berfungsi sebagai saluran vertikal air dan filter jacket yang berfungsi melindungi
core dari tanah di sekelilingnya tetapi masih dapat ditembus air. Air yang naik ke permukaan
melalui PVD dikumpulkan dengan pipa dan dialirkan keluar lokasi urugan secara gravitasi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 71]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rencana Kegiatan

Tabel 2.28. Jadwal Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah


2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
No. Uraian

I. Tahap Prakonstruksi
1 Penetapan Lokasi Proyek

II. Tahap Konstruksi


1 Rekrutmen Tenaga Kerja
2 Mobilisasi Alat dan Bahan
3 Pengurugan/Reklamasi
Pulau 2A
Pulau 2B
Pulau 1
4 Pembangunan Tanggul/Breakwater
5 Pembuatan Jembatan Penghubung
6 Pengerukan Muara Sungai
7 Aktivitas Buruh Konstruksi

III. Tahap Pascakonstruksi


1 Keberadaan Tanggul Pantai/Breakwater
2 Keberadaan Lahan Reklamasi
3 Demobilisasi
Sumber: PT. Kapuk Naga Indah, 2012

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [II – 72]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

BAB III
RONA LINGKUNGAN HIDUP

3.1. KOMPONEN GEO-FISIK KIMIA

Komponen lingkungan fisik kimia di daerah rencana kegiatan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Jakarta Utara yang ditelaah meliputi data iklim, kualitas udara dan kebisingan, kualitas air laut
(kekeruhan), kualitas sedimen, kualitas air sungai, fisiografi, geomorfologi dan geologi serta
oseanografi.

3.1.1. Iklim

Data klimatologi di lokasi kegiatan diperoleh dari stasiun meteorologi Cengkareng.


Parameter iklim yang dianalisis meliputi curah hujan, suhu, arah dan kecepatan angin.

a. Curah Hujan

Data curah hujan selama tahun 2001 – 2010 disajikan pada Tabel 3.1 dan Gambar III.1.
Terlihat bahwa curah hujan rata-rata bulanan berkisar dari 33 mm/bulan yang dijumpai
pada bulan September sampai dengan 378 mm/bulan pada bulan Februari.

Nisbah bulan kering terhadap bulan basah memberikan angka 33,33 %. Menurut
klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson, di daerah lokasi proyek termasuk iklim
tipe C atau termasuk iklim agak basah.

Tabel 3.1. Curah Hujan Bulanan Tahun 2001 – 2010


BULAN
Tahun
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES
2001 220 265 190 95 80 91 74 15 39 106 133 198
2002 847 566 173 179 28 38 115 7 4 1 10 21
2003 40 148 76 55 79 6 0 20 30 108 55 363
2004 159 521 151 56 160 13 57 0 5 15 99 163
2005 507 222 227 156 227 162 46 157 61 114 121 156
2006 283 262 255 90 36 98 13 1 0 11 94 118
2007 90 545 208 168 52 42 57 14 23 50 58 467
2008 160 828 114 350 25 57 17 57 5 98 134 143
2009 587 282 209 106 98 69 41 12 33 80 129 71
2010 442 140 176 73 31 281 239 145 127 344 164 96
rata-rata 334 378 178 133 82 86 66 43 33 93 100 180
Sumber: Stasiun Meteorologi Cengkareng, 2011

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 1]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.1. Curah Hujan Bulanan Periode 2001 – 2010

b. Suhu Udara

Data suhu udara diambil dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Stasiun Cengkareng dapat dilihat pada Tabel 3.2, 3.3 dan 3.4. Sedangkan variasi suhu
disajikan pada Gambar III.2, terlihat tidak ada perbedaan variasi suhu yang berarti antar
bulan.

Tabel 3.2. Suhu Udara Maksimum ( 0C) Tahun 2001 – 2010


BULAN
Tahun
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES
2001 31.3 30.4 31.7 32.4 32.3 31.9 31.8 32.4 33.0 32.4 32.1 31.9
2002 30.4 30.1 32.0 32.3 32.7 33.1 32.0 32.3 33.2 34.3 33.9 33.2
2003 32.9 30.8 31.6 32.9 32.7 32.3 32.8 32.7 33.1 32.8 32.6 31.2
2004 31.2 30.5 32.2 32.6 32.7 32.0 31.6 32.4 33.0 33.9 33.3 31.5
2005 30.7 31.4 32.0 32.7 32.3 31.9 31.7 31.9 32.6 32.9 32.4 31.6
2006 30.5 31.3 31.3 31.9 32.1 31.7 31.5 32.0 32.6 33.2 33.1 32.2
2007 32.5 30.7 31.7 32.0 31.9 32.0 32.0 32.3 33.1 33.2 33.2 30.9
2008 31.6 29.5 31.1 31.8 32.1 31.8 31.7 31.9 32.9 33.1 31.6 31.0
2009 29.8 30.0 32.0 32.3 32.2 32.4 32.0 32.3 33.5 33.4 32.4 31.7
2010 30.8 31.5 32.3 33.6 33.4 31.6 31.6 32.0 31.8 32.1 32.0 31.1
Average 31.2 30.6 31.8 32.5 32.4 32.1 31.9 32.2 32.9 33.1 32.7 31.6
Sumber: BMKG Stasiun Cengkareng, 2011

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 2]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.3. Suhu Udara Minimum (0C) Tahun 2001 – 2010


BULAN
Tahun
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES
2001 23.3 23.6 24.0 23.8 24.2 23.3 22.9 23.4 23.4 23.8 23.9 23.1
2002 23.8 23.7 23.9 24.2 24.3 23.7 23.8 22.7 23.2 23.5 24.2 24.2
2003 24.0 24.2 24.2 24.5 24.4 23.7 22.9 23.3 23.4 24.1 24.4 24.0
2004 24.4 24.1 24.3 24.5 24.4 23.2 23.4 23.0 23.7 24.0 24.2 24.2
2005 23.9 24.2 24.5 24.6 24.8 24.0 23.4 23.4 23.9 23.9 23.9 23.8
2006 23.7 23.9 23.8 24.0 23.8 23.1 23.3 22.4 22.5 23.5 24.2 24.4
2007 24.1 23.9 24.3 24.3 24.4 24.0 23.4 23.2 23.6 23.9 24.0 24.1
2008 24.1 23.3 23.7 23.8 23.6 23.5 23.4 23.4 23.6 24.0 24.1 24.0
2009 23.8 23.8 24.0 24.4 24.2 24.1 23.0 23.5 23.8 24.1 24.2 24.2
2010 24.3 24.6 24.8 25.0 24.5 24.3 24.1 24.1 23.8 24.0 24.6 24.0
Average 24.0 23.9 24.1 24.3 24.3 23.7 23.4 23.2 23.5 23.9 24.2 24.0
Sumber: BMKG Stasiun Cengkareng, 2011

Tabel 3.4. Suhu Udara Rata-rata (0C) Tahun 2001 – 2010


BULAN
Tahun
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES
2001 25.9 26.4 27.2 27.5 27.8 27.0 26.8 27.3 27.8 27.3 27.4 27.3
2002 26.7 26.5 27.3 27.5 28.0 27.7 27.2 26.9 27.6 28.4 28.4 28.2
2003 28.0 26.8 27.4 28.2 28.0 27.6 27.1 27.3 27.8 28.0 28.1 27.1
2004 27.3 27.1 27.7 28.1 27.9 27.2 27.0 27.2 27.9 28.7 28.6 27.7
2005 27.1 27.5 27.9 28.3 28.2 27.4 27.0 27.1 27.9 28.0 27.9 27.2
2006 26.6 27.0 27.0 27.3 27.4 26.8 26.9 26.4 26.8 28.1 28.5 27.8
2007 27.8 26.8 27.3 27.5 27.7 27.6 27.4 27.4 28.0 28.0 28.3 27.2
2008 27.8 25.8 26.5 27.1 27.4 27.0 26.9 27.0 27.7 28.1 27.5 27.0
2009 26.5 26.5 27.3 27.7 27.7 27.6 27.0 27.2 28.2 28.4 27.8 27.6
2010 26.9 27.6 27.9 28.8 28.5 27.5 27.3 27.7 27.1 27.3 27.6 27.1
Average 27.1 26.8 27.3 27.8 27.9 27.3 27.1 27.1 27.7 28.0 28.0 27.4
Sumber: BMKG Stasiun Cengkareng, 2011

Gambar III.2. Suhu Udara Maksimum, Minimum dan Rata-rata (2001 – 2010)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 3]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Berdasarkan data diatas suhu udara maksimum terlihat bahwa suhu rata-rata bulanan
tertinggi dijumpai pada bulan September (32.9 0C) dan terendah pada bulan Februari
(30.6 0C), suhu udara minimum terlihat bahwa suhu rata-rata bulanan tertinggi dijumpai
pada bulan April dan Mei (24.3 0C) dan terendah pada bulan Agustus (23.2 0C),
sedangkan suhu udara rata-rata terlihat bahwa suhu rata-rata bulanan tertinggi dijumpai
pada bulan Oktober dan November (28 0C) dan terendah pada bulan Februari (26.8 0C).

c. Kelembaban

Data kelembaban udara diambil dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) Stasiun Cengkareng dapat dilihat pada Tabel 3.5. Sedangkan variasi
kelembaban udara disajikan pada Gambar III.3.

Tabel 3.5. Kelembaban Udara Rata-rata (%) Periode 2001 – 2010


BULAN
Tahun
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES
2001 88 89 88 88 87 87 85 82 84 87 88 84
2002 91 90 92 88 85 83 84 80 78 73 75 77
2003 76 85 84 82 82 80 75 76 76 80 82 84
2004 85 85 82 83 83 82 82 78 79 77 81 84
2005 86 87 85 83 83 85 80 81 79 79 79 80
2006 83 83 82 82 84 83 82 80 77 76 80 84
2007 80 87 84 87 83 80 77 74 71 76 74 83
2008 80 88 85 85 80 81 81 79 77 78 83 84
2009 85 86 82 82 82 81 78 77 73 73 77 80
2010 83 83 80 76 78 82 79 77 81 78 79 78
Average 84 86 84 84 83 82 80 79 77 78 80 82
Sumber: BMKG Stasiun Cengkareng, 2011

Gambar III.3. Kelembaban Udara Periode 2001 – 2010

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 4]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Berdasarkan tabel diatas data kelembaban udara rata-rata terlihat bahwa kelembaban
rata-rata bulanan tertinggi dijumpai pada bulan Februari (86%) dan terendah pada bulan
September (77%).

d. Arah dan Kecepatan Angin

Arah dan kecepatan angin dapat dilihat pada Tabel 3.6, sedangkan gambar windrose
dapat dilihat pada Gambar III.4. Terlihat angin dominan berasal dari Utara dengan
kecepatan 2 – 12 knot dan kelas distribusi frekuensi angin 38,7%. Arah angin terbanyak
terjadi pada bulan Februari (2870).

Tabel 3.6. Data Kecepatan Angin Max (knot) dan Arah Angin Terbanyak ( O) Periode
2001-2010
BULAN
DATA
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES
Kec Angin Max 21 20 19 18 17 18 18 19 19 19 20 20
Arah Angin Terbanyak 275 287 264 238 208 198 183 183 214 231 240 261
Sumber: BMKG Stasiun Cengkareng, 2011

Gambar III.4. Kelas Distribusi Frekuensi Angin

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 5]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.5. Windrose

3.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan

a. Kualitas Udara

Pengukuran terhadap kualitas udara di sekitar wilayah studi dilakukan untuk mengetahui
kondisi parameter kualitas udara sebelum kegiatan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
berlangsung.

Hasil pengukuran kualitas udara pada dokumen AMDAL (2007) terlihat bahwa secara
keseluruhan parameter kualitas udara yang diukur di 4 (empat) titik lokasi masih berada
di bawah baku mutu, kecuali unsur Debu (U4 = 390 µg/m3), HC (U3 = 196 µg/m3 dan U4
= 209 µg/m3) telah melebihi baku mutu udara ambient yang ditetapkan (SK. Gubernur
KDKI Jakarta No. 551 Tahun 2001).

Hasil pengukuran pada Implementasi RKL dan RPL (September 2010) terlihat bahwa
seluruh parameter kualitas udara yang diukur di 2 (dua) titik lokasi masih berada di
bawah baku mutu (SK. Gubernur KDKI Jakarta No. 551 Tahun 2001).

Hasil pengukuran pada Implementasi RKL dan RPL (Februari 2012) terlihat bahwa
seluruh parameter kualitas udara yang diukur di 2 (dua) titik lokasi masih berada di
bawah baku mutu (SK. Gubernur KDKI Jakarta No. 551 Tahun 2001). Hasil pengukuran
kualitas udara di sekitar lokasi proyek dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 6]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.7. Hasil Pengukuran Kualitas Udara


HASIL
Imp. RKL & RPL (September Imp. RKL & RPL (Februari Up-dating ANDAL, RKL & RPL
Amdal (2007)
2010) 2012) (2012)
Waktu Baku *) Depan
No Parameter Satuan Jl.
Pengukuran Mutu Dekat Hutan Pemukiman Kawasan Muara
Dekat Jalan Jembatan Dekat Fresh Belakang Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
Lindung Penduduk Hutan Cengkareng
Tol (Outer Tiga (Sektor Market (Sisi Fresh S 06o06’23,48” S 06o06’15,86” S 06o05’26,40”
Sebelah (Utara Lindung Drain/Hutan
Ringroad) Selatan Utara) Market E 106o45’48,10” E 106o44’35,42” E 106o43’34,86”
Barat Timur) Angke Lindung
PIK)
Kapuk
900 µg/Nm3 6,67 6,45 13,35 14,30 8,19 < 5,91 23,44 22,10 11,35 5,48 13,00
1 Sulfur Dioksida (SO2) ***) 1 jam
0,34 ppm 0,00253 0,00245 0,00507 0,00543 0,00311 0,00224 0,0089 0,0084 0,0043 0,0021 0,0049
26.000 µg/Nm3 1.143 1.029 2.514 2.629 1.023 833 2.646 2.864 2.282 1.718 1.704
2 Karbon Monoksida (CO) 1 jam
23 ppm 1,0 0,9 2,2 2,3 0,893 0,727 2,31 2,50 1,992 1,500 1,487
400 µg/Nm3 11,04 9,00 22,08 26,34 5,53 3,79 21,49 27,89 12,25 8,68 4,93
3 Nitrogen Dioksida (NO2)***) 1 jam
0,2 ppm 0,00585 0,00477 0,01170 0,01396 0,00293 0,00201 0,0114 0,0148 0,0065 0,0046 0,0026
200 µg/Nm3 77,48 72,12 96,85 100,97 10,13 6,88 40,30 35,80 38,76 15,02 14,85
4 Oksidan (O3) ***) 1 jam
0,1 ppm 0,03951 0,03675 0,04939 0,05149 0,00517 0,00351 0,0206 0,0183 0,0147 0,0077 0,0076
160 µg/Nm3 131 124 196 209 65 65 85 92 65 59 59
5 Hidrokarbon (HC) 3 jam
0,24 ppm 0,20 0,19 0,30 0,32 0,10 0,10 0,13 0,14 0,10 0,09 0,09
6 Debu (TSP) 24 jam 230 µg/Nm3 185 96 212 390 20 54 51 65 14 19 7
7 Timbal (Pb) 24 jam 2 µg/Nm3 < 0,03 < 0,03 0,16 0,19 < 0,03 < 0,03 <0,02 <0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02
8 Amonia (NH3) ***) - 2 **) ppm 0,11363 0,15193 0,04533 0,034302 0,01040 0,01113 0,0438 0,0342 0,0589 0,0452 0,0486
9 Hidrogen Sulfida (H2S) - 0,02 **) ppm < 0,00072 < 0,00072 < 0,00072 < 0,00072 < 0,00390 < 0,00390 <0,0004 0,0008 < 0,0004 < 0,0004 < 0,0004
Sumber : PT. Unilab Perdana
Ket : *) = Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 551 tahun 2001
**) = KEP. 50/MENLH/XI/1996 Baku Tingkat Kebauan
***) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
N = Satuan Volume Hisap Udara Kering dikoreksi pada Kondisi Normal (25°C, 76 cmHg)
< = Lebih kecil

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 7]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

b. Kebisingan

Pengukuran tingkat kebisingan juga dilakukan di sekitar wilayah studi untuk mengetahui
kondisi intensitas bising sebelum kegiatan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
berlangsung.

Hasil pengukuran pada dokumen AMDAL (2007) terlihat bahwa tingkat kebisingan
berkisar antara 49,2 – 74,6 dBA. Tingkat intensitas bising di beberapa titik wilayah studi
tergolong masih memenuhi nilai ambang batas tingkat kebisingan, kecuali di Jl.
Jembatan Tiga (Sektor Selatan PIK) sedikit melebihi tingkat kebisingan (74,6 dBA),
dimana sumber bising berasal dari pengaruh aktivitas kendaraan bermotor yang berlalu
lintas di sekitar jalan tersebut. Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada Implementasi
RKL dan RPL (September 2010) berkisar antara 47,9 – 50,0 dBA. Hasil pengukuran
tingkat kebisingan pada Implementasi RKL dan RPL (Februari 2012) berkisar antara 55,9
– 56,1 dBA.

Hasil pengukuran tingkat kebisingan di sekitar lokasi proyek dapat dilihat pada Tabel 3.8
berikut.

Tabel 3.8. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan


HASIL *)
NO. LOKASI
dB(A)
Tingkat Kebisingan (AMDAL, 2007)
1. Dekat Hutan Lindung Sebelah Barat 49,2
2. Pemukiman Penduduk (Utara Timur) 57,9
3. Dekat Jalan Tol (Outer Ringroad) 61,6
4. Jembatan Tiga (Sektor Selatan PIK) 74,6

Tingkat Kebisingan Imp. RKL & RPL (September 2010)


1. Dekat Fresh Market (Sisi Utara) 50,0
2. Depan Kawasan Hutan Lindung 47,9

Tingkat Kebisingan Imp. RKL & RPL (Februari 2012)


1. Muara Cengkareng Drain/Hutan Lindung 55,9
2. Belakang Supermarket/Hutan Lindung 56,1

Tingkat Kebisingan ANDAL, RKL & RPL (2012)


1. Lokasi 1 (S. 06o 06’ 23,48” E. 106o 45’ 48,10”) 68,2
2. Lokasi 2 (S. 06o 06’ 15,86” E. 106o 44’ 35,42”) 64,6
3. Lokasi 3 (S. 06o 05’ 26,40” E. 106o 43’ 34,86”) 66,3
METODE 22-3/IK/UA-0
Keterangan : *) = Nilai kebisingan adalah Nilai Equivalen selama waktu pengukuran 10 menit dengan interval 5 detik.
**) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN
• SK. GUB. KDKI No. 551 Tahun 2001, Lampiran II:
• Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Permukiman = 55 dB(A)
2. Perdagangan dan Jasa = 70 dB(A)
3. Kawasan Niaga terpadu = 65 dB(A)
4. Perkantoran = 65 dB(A)
5. Ruang terbuka Hijau = 60 dB(A)
6. Kawasan Industri = 70 dB(A)
7. Pemerintahan dan Fasilitas Umum = 60 dB(A)
8. Rekreasi = 70 db(A)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 8]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

3.2. GEOLOGI

3.2.1. Geomorfologi dan Geologi Regional

Panekoek (1949) di dalam bukunya, outline of Geomorphology of Java menyebut dataran


rendah Jakarta sebagai paneplain (bentang alam yang sangat datar). Van bemmelen (1949)
menegaskan bahwa pada beberapa tempat di Kawasan Pantai Jakarta terdapat lokasi-
lokasi yang tergolong sebagai sub merged land, yakni lokasi-lokasi yang tinggi muka
tanahnya lebih rendah dari permukaan laut. Hal inilah yang menyebabkan air permukaan di
dataran rendah Jakarta tidak dapat mengalir secara gravitasi. Pada gambar berikut terlihat
kawasan yang tergolong sebagai paneplain yang disebut oleh Siswoko (banjir, masalah
banjir dan upaya mengatasinya, 2002) sebagai dataran banjir.

: Dataran Banjir

Sumber : Siswoko, 2002


Gambar III.6. Dataran Banjir Jakarta

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 9]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.7. Lokasi Banjir dan Genangan (Dinas Pemetaan, 2002)

Perkembangan fisik kota Jakarta yang sangat pesat dari jenis penggunaan tanah pertanian
dan atau perdesaan ke penggunaan tanah perkotaan mengakibatkan berkurangnya luas
penggunaan tanah pertanian dan tanah basah (wet land). Selain perubahan penggunaan
tanah berlangsung pula pengurugan tepi sungai sehingga badan sungai makin sempit.
Dalam kurun waktu yang sama bahan-bahan sedimen yang bersumber dari bagian hulu
sungai diangkut ke arah hilir yang secara evolutif mengakibatkan pendangkalan sungai pada
kawasan pantai yang sangat datar. Tambunan Rudy (2005) menyajikan gambaran
perubahan luas penggunaan tanah menurut DAS sistem sungai yang mengalir di wilayah
DKI Jakarta tahun 1970, 1980, 1990 dan 2000.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 10]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

80.00

70.00

60.00

50.00
Tnh Pertanian & RTH
Tnh Basah & Badan Air
% Luas

40.00 Perumahan
Industri
Jasa Perdagangan
30.00

20.00

10.00

0.00

DAS

Gambar III.8. Luas Penggunaan Lahan Per DAS Tahun 1970

60.00

50.00

40.00

Tnh Pertanian & RTH


Tnh Basah & Badan Air
% Luas

30.00 Perumahan
Industri
Jasa Perdagangan
20.00

10.00

0.00

DAS

Gambar III.9. Luas Penggunaan Lahan Per DAS Tahun 1980

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 11]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

70.00

60.00

50.00

Tnh Pertanian & RTH


40.00
Tnh Basah & Badan Air
% Luas

Perumahan
Industri
30.00
Jasa Perdagangan

20.00

10.00

0.00

DAS

Gambar III.10. Luas Penggunaan Lahan Per DAS Tahun 1990

90.00

80.00

70.00

60.00

Tnh Pertanian & RTH


50.00 Tnh Basah & Badan Air
% Luas

Perumahan
40.00 Industri
Jasa Perdagangan
30.00

20.00

10.00

0.00

DAS

Gambar III.11. Luas Penggunaan Lahan Per DAS Tahun 2000

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 12]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Sistem sungai yang mengalir di sekitar Kecamatan Penjaringan merupakan komponen


pembentuk bentang alam, yakni:
• Kali Angke, yang mengalirkan air Kali Ciliwung dan Kali Krukut, dengan luas daerah
tangkapan sebesar 42.000 Ha.
• Cengkareng Drain, yang dibangun tahun 1984, mengalirkan air dari Kali Mookervaart,
Pesanggrahan dan Grogol, dengan luas daerah tangkapan sebesar 45.900 Ha.
• Saluran PU, yang sedang dibangun dan mengalirkan air dari sisi selatan PIK melalui
pompa dengan kapasitas 4,5 m3/s.
• Kali Tanjungan, mengalirkan air dari sisi utara dan selatan tol bandara, dengan luas
daerah tangkapan 455 Ha.
• Kali Kamal, yang merupakan batas Propinsi DKI Jakarta dengan Propinsi Banten,
mempunyai luas daerah tangkapan 15.800 Ha.
• Kali Dadap, yang mengalirakan air dari daerah sekitar bandara, dengan luas daerah
tangkapan sebesar 4000 Ha.

3.2.2. Tektonik dan Kegempaan

Struktur yang terdapat pada Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu adalah berupa lipatan,
sesar dan kelurusan. Lipatan, dijumpai di bagian Tenggara, berupa antiklin, dengan sumbu
berarah barat laut-tenggara, yang melipat Formasi Klapanunggal. Sesar yang dijumpai di
daerah ini ada 3 (tiga) macam, yaitu :
• Sesar naik, dijumpai di bagian barat daya daerah penelitian, merupakan kontak antara
Formasi Rengganis dan Formasi Bojongmanik dan Batuan Gunungapi Muda dengan
arah barat laut-tenggara.
• Sesar geser mengiri dijumpai di bagian barat daya Lembar yang menyesarkan Formasi
Bojongmanik.
• Sesar turun, dijumpai di bagian tenggara Lembar, berarah barat laut-tenggara dan
memotong Formasi Klapanunggal.

Kelurusan, terlihat di foto udara, dan berarah barat laut-tenggara, timur laut-barat daya.
Kelurusan ini kemungkinan merupakan zona lemah yang berupa kekar atau sesar. Struktur
geologi tersebut di atas, kemungkinan akibat gaya kompresi dengan arah timur laut-barat
daya. Sejarah geologi lembar ibi dimulai pada Miosen Awal. Pada kala itu daerah ini
merupakan tepian Selatan dari cekungan busur belakang tempat diendapkan Formasi
Rengganis oleh arus yang dioengaruhi gaya berat (gavity flows). Kemudian daerah ini
mengalami pengangkatan. Pada Miosen Tengah daerah ini merupakan cekungan laut
dangkal di bagian timur dan diendapkan Formasi Klapanunggal, yang menjemari dengan
formasi Jatiluhur, sedangkan di bagian barat berkembang sedimentasi Formasi
Bojongmanik. Formasi-formasi tersebut kemudian terangkat, terlipatkan, tersesarkan dan
diterobos oleh Basal G. Dago pada Mio-Pliosen. Pada Pliosen Awal, bagian utara daerah ini
mengalami penurunan dan berlingkungan laut dangkal (litoral), serta diendapkan Formasi
Genteng. Selanjutnya daerah ini terangkat kembali sehingga merupakan daratan, dan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 13]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

terbentuk endapan sungai tua Formasi Serpong. Pengangkatan ini diikuti kegiatan
gunungapi, yang menghasilkan Tuf Banten yang terdiri dari batuan gunungapi yang berumur
Plio-Plistosen. Pada Plistosen Awal terjadi kegiatan gunungapi yang menghasilkan Batuan
Gunungapi Muda dan terjadi gunungapi parasit, yang menghasilkan Andesit Sudamanik,
sedangkan di tempat lain terjadi genang laut (atau mungkin penurunan) sehingga
memungkinkan tumbuhnya batu gamping koral yang terus tumbuh sampai sekarang. Hasil
kegiatan gunung api di bagian selatan Lembar membentuk morfologi tinggi, akan tetapi
akibat proses erosi dan gerakan tanah maka terbentuk endapan kipas alluvium. Proses
pengangkatan dan erosi ini berlangsung terus, sehingga membentuk sungai-sungai tua yang
menghasilkan endapan sungai tua. Selain itu dipantai tersebut gumuk-gumuk pasir dan
“sand dune” yang memanjang sejajar pantai. Sampai saat ini proses-proses erosi,
pelapukan dan pengendapan masih berlangsung terus, menghasilkan endapan alluvium.

a. Struktur Dangkal (Shallow Structure)

Secara stratigrafi di Jakarta ini, tanah paling atas terdiri dari alluvial yang membentuk
dataran yang biasa disebut “alluvial plain” dan terbentuk ± 5.000 tahun yang lalu, tepat
pada kaki dari endapan fluviovokanik kipas Bogor atau fluviovolkanik fan. Endapan
sungai ber-ulang/selang seling dengan endapan kasar sungai, formasi delta dan disisipi
oleh endapan pematang pasir. Lokasi teluk Jakarta saat ini, dapat diterangkan dari
bentuk radial drainage pattern (divergent) dari bentuk kipas tersebut yang terdiri dari
endapan sungai yang menyebar dari Barat ke Timur. Hal ini pula yang mempengaruhi
pola air dari Bogor langsung mengisi tiap alur yang ada di badan kipas, sehingga
terbentuk menjadi flood plain di wilayah DKI dan sekitarnya. Sedangkan di bagian Utara,
tersebar beach – ridge structure yang terbentuk pada masa Miosen terutama di bagian
Barat, sedang bagian Timur pantai Jakarta terbentuk delta yang amat besar dari sungai
Citarum yang tidak terpengaruh oleh bentuk kipas (fan). Terdapat beberapa sesar
terutama di bagian Barat Jakarta, tepatnya daerah Banten dan di Kepulauan Seribu, dan
kurang berpengaruh terhadap DKI, kecuali terjadi goncangan hebat yang lebih besar dari
gempa yang pernah terjadi. Meskipun demikian perlu dilakukan pengamatan, apabila
terjadi gempa besar, sampai sejauh mana pengaruhnya terhadap wilayah DKI.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 14]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Keterangan :

Gambar III.12. Geologi Di Sekitar Lokasi Proyek

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 15]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

b. Kondisi Geoteknik

Secara umum, pelapisan yang akan terpengaruh terhadap aktifitas technik adalah :
• Lapisan pertama merupakan lapisan paling atas (top layer) terdiri dari lapisan amat
lunak yang berasal dari endapan laut dengan ketebalan bervariasi antara 5 hingga 15
meter.
• Lapisan kedua terdiri dari lapisan lempung liat (medium) dan endapan pasir serta
endapan campuran antara endapan laut dan endapan volkanik yang sudah
terkonsolidasi.
• Lapisan ketiga terdiri endapan lempung dan pasir yang sudah terkonsolidasi.

Dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa lapisan-lapisan ini cukup kuat untuk menahan
beban yang cukup besar dan tidak akan menimbulkan deformasi apabila terkena beban
reklamasi, karena telah terkonsolidasi sempurna.

3.3. HIDRO-OSEANOGRAFI

3.3.1. Kondisi Bathimetri

Data bathimetri diperoleh dari Dishidros TNI-AL revisi tahun 2009. Batimetri diperoleh
dalam bentuk hardcopy, selanjutnya diolah dalam bentuk digital yang hasilnya disajikan
dalam Gambar 3-18. Berdasarkan hasil analisis batimetri terlihat bahwa lokasi reklamasi 3
pulau (2A, 2B, 1) akan mencapai kedalman 8 m.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 16]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.13. Peta Bathimetri Rencana Reklamasi PT. Kapuk Naga Indah

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 17]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

3.3.2. Kondisi Pasang Surut

Data pasang surut diperoleh dari Dishidros TNI-AL hasil pengamatan selama 30 tahun
2011. Data pasang surut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode Admiralty
untuk mendapatkan konstanta pasang surut yang berisi amplitudo (A) dan beda fase (g)
dari masing-masing komponen pembentuk gelombang pasang surut. Hasil analisis analisi
admiralty disajikan dalam Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Konstanta Pasang Surut dengan Metode Admiralty di Tanjung Priok
M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4 Z0
A (cm)
5 4 1 1 29 13 10 1 1 60
go 3 78 6 78 223 240 223 212 151
Sumber : Dishidros TNI AL, 2011

Dengan menggunakan amplitudo komponen pasang surut K1, O1, M2 dan S2 seperti
tampak pada tabel di atas, dapat ditentukan tipe pasang surut di sekitar Teluk Jakarta
sebagai berikut:
A(K1 )  A(O1 ) 29  13
FN   4,67
A(M2 )  A(S2 ) = 5  47

Dengan nilai FN = 4,67, maka tipe pasang surut di di sekitar Teluk Jakarta adalah masuk
dalam kriteria 4 dengan syarat FN > 3,00 dengan tipe pasang surut harian tunggal (Diurnal
Tide), berarti dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut. Posisi muka air laut
rata-rata (MSL) = 60 cm dan elevasi titik referensi (bench mark) yakni Peil Priok (P*) z MSL
= 120 cm, dimana kedalaman dasar laut dalam peta bathimetri yang digunakan dalam
studi ini adalah disurutkan terhadap PP*. Selain ditentukan tipe pasang surut
menggunakan bilangan Formzahl juga digambarkan grafik pasang surut yang di ramal dari
9 komponen pasut dari Tabel 3.9. Dari gambar grafik pasut tersebut dapat ditentukan
elevasi-elevasi penting p.asang surut. Gambar garafik pasang surut hasil ramalan
disajikan dalam Gambar III.14. Dari gambar tersebut terlihat pasang tertinggi di stasiun
pasut tanjung priok sebesar 112.14 cm dan surut terendah sebesar 10.84 cm, sedangkan
tidal range yang merupakan selesih antara pasang tertinggi dan surut terendah sebesar
101.3 cm.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 18]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.14. Pasang Surut Hasil Ramalan Dari Komponen Pasut Dishidros-TNI AL 2011

3.3.3. Kondisi Gelombang

Gelombang yang digunakan dalam studi ini merupakan gelombang hasil penelitian PT.
Kapuk Naga Indah yang bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada pada tahun 2010.
Gelombang dihitung berdasarkan peramalan gelombang yang dibangkitkan oleh tiupan
angin dipermukaan laut baik kecepatan, arah dan durasinya. Dimana data angin yang
digunakan dalam peramalan gelombang adalah data angin harian jam-jaman dari Stasiun
Meteorologi Klas I Cengkareng tahun 2005-2009. Metode yang digunakan untuk
menghitung tinggi dan periode gelombang adalah CERC. Hasil perhitungan tinggi dan
periode gelombang disajikan dalam bentuk tabel presentase gelombang (Tabel 3.10) dan
mawar gelombang (Gambar III.15) sebagai berikut:

Tabel 3.10. Jumlah dan Persentase Kejadian Gelombang Harian Tahun 2005-2009
Jumlah dan Persentase Kejadian Gelombang Harian (Jam-Jaman)
Diramal Berdasarkan Data Angin Stasiun Meteorologi Klas I Cengkareng- Tanggerang
Tahun 2005 - 2009
Jumlah Kejadian Gelombang Persentase Kejadian Gelombang (%)
Tinggi Gelombang (m) Tinggi Gelombang (m)
Arah Jumlah Jumlah
0 - 0.75 0.75 - 1.5 1.5 - 2.25 2.25 - 3.0 > 3.0 0 - 0.75 0.75 - 1.5 1.5 - 2.25 2.25 - 3.0 > 3.0
Utara 416 651 298 0 0 1365 2.84 4.45 2.04 0 0 9.32
Timur Laut 324 550 422 216 88 1600 2.21 3.76 2.88 1.48 0.60 10.93
Timur 852 23 0 0 0 875 5.82 0.16 0 0 0 5.98
Tenggara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Barat Daya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Barat Laut 608 680 4 0 0 1292 4.15 4.64 0.03 0 0 8.82
Jumlah Gelombang 5132 Persentase Gelombang 35.05
Jumlah Tidak Ada Gelombang 9510 Persentase Tidak Ada Gelombang 64.95
Total 14642 Total 100

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 19]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.15. Mawar Gelombang Harian (jam-jaman) Tahun 2005 – 2009.

Tabel 3.10 dan Gambar III.15 di atas, menunjukkan bahwa persentase kejadian
gelombang harian yang terjadi di perairan Teluk Jakarta, khususnya gelombang yang
terjadi di perairan rencana reklamasi PT KNI di dominasi oleh gelombang dari arah utara
(9,32 %) dengan tinggi gelombang dominan pada interval (0,75 – 1,50 m), arah timur laut
(10,93 %) dengan tinggi gelombang dominan pada interval (0,75 – 1,50 m), arah timur
(5,98 %) dengan tinggi gelombang signifikan pada interval (0 – 0,75 m), dan barat laut
(8,82 %) dengan tinggi gelombang dominan pada interval (0,75 – 1,50 m).

Selain disajikan dalam tabulasi presentase dan gambar mawar angin juga disajikan dalam
bentuk tabulasi gelombang signifikan maksimum tahunan selama 4 tahun (2005-2009)
yang dapat dilihat pada Tabel 3.11 berikut.

Tabel 3.11. Rekapitulasi Tinggi dan Periode Gelombang Signifikan Maksimum per Tahun
Tahun H0 max (meter) TP max (detik)

2005 3.83 10.30


2006 3.39 9.70
2007 2.98 9.09
2008 3.60 9.99
2009 3.79 10.25

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 20]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Transformasi Gelombang
Selain meramal tinggi dan periode gelombang PT. Kapuk Naga Indah yang bekerja sama
dengan Universitas Gadjah Mada pada tahun 2010 juga melakukan pemodelan matematik
untuk melihat transformasi gelombang yang merambat dari laut dalam ke peraiaran
dangkal terutama lokasi rencana reklamasi 3 pulau. Model yang digunakan merupakan
model gelombang STWAVE dari Waterways Experiment Station yang terdapat pada
Software CEDAS-NEMOS.

Sekenario pemodelan meliputi dua keadaan musim yakni musim Timur dan musim Barat
dengan tiga arah mata angin dominan yaitu Timur Laut, Utara, dan Barat Laut. Data input
yang digunakan dalam model ini adalah tinggi dan periode gelombang hasil peramalan
yang dilakukan sebelumnya. Hasil pemodelan disajikan dalam kontur tinggi gelombang
dan arah transformasi gelombang. Gambar transformasi hasil pemodelan disajikkan dalam
Gambar III.16 hingga Gambar III.18. Informasi dari setiap gambar terdiri dari kontur tinggi
gelombang yang digambarkan warna coklat (panel kiri), arah penjalaran tinggi gelombang
(panel kanan), daratan digambarkan dalam warna hijau.

Gambar III.16 (a) dan III.16 (b) merupakan hasil model transformasi gelombang dari arah
datang gelombang timur laut (45o) dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa penjalaran
gelombang dari arah Timur Laut di lokasi perencanaan reklamasi mengalami refraksi
gelombang karena adanya pulau-pulau kecil di sebelah Timur Laut lokasi perencanaan
yaitu Pulau Damar Besar, Talak dan Ayer. Tinggi gelombang di laut dalam memiliki tinggi
gelombang yang tetap yaitu 3,83 meter. Refraksi gelombang terjadi pada Tanjung
Krawang dan Tanjung Gembong di sebelah Barat Teluk Jakarta dengan arah pembelokan
gelombang ke arah Selatan sampai dengan Tenggara. Tinggi gelombang pada daerah
tersebut berkisar antara 1,2 m sampai dengan 1,8 m. Tinggi gelombang di lokasi
perencanaan berkisar antara 2,20 m sampai dengan 2,60 m. Tinggi gelombang pecah
berdasarkan hasil pemodelan adalah 3,91 m yang terjadi pada daerah sebelah Utara
Tanjung Karawang, sedangkan tinggi gelombang pecah di daerah perencanaan mencapai
2,40 m. Tinggi gelombang di daerah yang terlindung oleh Pulau Damar Besar, Talak dan
Ayer berkisar antara 1,00 m sampai dengan 1,40 m.

Gambar III.17 (a) dan III.17 (b) merupakan hasil model transformasi gelombang dari arah
datang gelombang Utara (dir : 0 o) dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa penjalaran
gelombang dari arah Utara di lokasi perencanaan reklamasi mengalami refraksi
gelombang karena adanya pulau-pulau kecil di sebelah Utara lokasi perencanaan yaitu
Pulau Bidadari, Pulau Kayangan, Pulau Kapal dan Pulau Ayer. Tinggi gelombang di laut
dalam memiliki tinggi gelombang yang tetap yaitu 3,83 meter. Tinggi gelombang di lokasi
perencanaan berkisar antara 2,40 m sampai dengan 2,80 m. Tinggi gelombang pecah
berdasarkan hasil pemodelan adalah 4,28 m yang terjadi pada daerah sebelah Utara
Pulau-pulau terluar dan Tanjung Krawang, sedangkan tinggi gelombang pecah di daerah
perencanaan mencapai 2,80 m. Tinggi gelombang di daerah yang terlindung oleh Pulau

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 21]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Damar Besar, Pulau Talak dan Pulau Ayer berkisar antara 1,40 m sampai dengan 1,80 m.
sedangkan tinggi gelombang di daerah yang terlindung oleh pulau Bidadari, Pulau Kapal
dan Pulau Kayangan berkisar antara 1,00 m sampai dengan 1,40 m. tampak bahwa
gelombang mengalami pemusatan (konvergen) arah gelombang pada daerah tanjung dan
mengalami penyebaran arah gelombang (divergen) pada daerah teluk.

Pada Gambar III.18 (a) dan Gambar III.18 (b) terlihat bahwa penjalaran gelombang dari
arah Barat Laut pada kondisi existing di lokasi perencanaan reklamasi mengalami refraksi
gelombang karena adanya pulau-pulau kecil di sebelah Utara lokasi perencanaan yaitu
Pulau Untungjawa, Pulau Rambut, Pulau Bidadari, Pulau Kayangan, dan Pulau Kapal.
Tinggi gelombang di laut dalam memiliki tinggi gelombang yang tetap yaitu 3,83 meter.
Tinggi gelombang di lokasi perencanaan berkisar antara 1,40 m sampai dnegan 2,00 m.
Tinggi gelombang pecah berdasarkan hasil pemodelan adalah 4,18 m yang terjadi pada
daerah sebelah Barat Laut Pulau Rambut dan Pulau Untungjawa, sedangkan tinggi
gelombang pecah di daerah perencanaan mencapai 1,80 m. Tinggi gelombang di daerah
yang terlindung oleh Pulau Rambut dan Pulau Untungjawa berkisar antara 0,80 m sampai
dengan 1,20 m. Tinggi gelombang di daerah yang terlindung oleh Pulau Talak dan Pulau
Ayer berkisar antara 1,40 m sampai dengan 1,80 m. sedangkan tinggi gelombang di
daerah yang terlindung oleh Pulau Bidadari, Pulau Kapal dan Pulau Kayangan berkisar
antara 0,40 m sampai dengan 1,00 m. Dari hasil model gelombang tampak bahwa daerah
perencanaan reklamasi terlindung oleh keberadaan Pulau Bidadari, Pulau Untungjawa,
Pulau Bidadari, Pulau Kapal dan terlindung oleh Tanjung Pasir di sebelah Barat Laut lokasi
perencanaan reklamasi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 22]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

(a) Kontur tinggi gelombang (b) Arah penjalaran gelombang

Gambar III.16. Hasil Pemodelan Tinggi Gelombang (a) dan Pola Penjalaran (b) dengan Arah Gelombang Dominan Timur Laut (dir: 45 o)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 23]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

(a) Kontur tinggi gelombang (b) Arah penjalaran gelombang

Gambar III.17. Hasil Pemodelan Tinggi Gelombang (a) dan Pola Penjalaran Gelombang (b) dengan Arah Gelombang Dominan Utara (di r: 0o)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 24]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

(a) Kontur tinggi gelombang (b) Arah penjalaran gelombang

Gambar III.18. Hasil Pemodelan Tinggi Gelombang (a) dan Pola Penjalaran Gelombang (b) dengan Arah Gelombang Dominan Barat Laut (dir : 315 o)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 25]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

3.3.4. Kondisi Arus

Pada tahun 2006 PT. Kapuk Naga Indah bekerjsama dengan Witteveen+Bos Indonesia
uga melakukan kajian hidrodinamika di lokasi studi yang salah satunya adalah membuat
pemodelan arus. Hasil-hasil model untuk skenario pantai ini menunjukkan bahwa sirkulasi
air di Teluk Jakarta didominasi oleh angin musim. Arus yang digerakkan angin ini kuat
dibandingkan dengan arus. Sebagai akibatnya, arah aliran tidak berbalik selama siklus
pasang tetapi tetap searah dengan arah angin yang berhembus. Hanya kecepatan
alirannya berfluktuasi terhadap pasang. Penting untuk disadari bahwa pemodelan ini
mengambil kecepatan dan arah angin yang tetap, sementara dalam ken-yataannya
kecepatan dan arah angin berfluktuasi di sepanjang angin musim. Oleh sebab itu, arus-
arus yang disebutkan di atas tidak selalu dapat diamati di teluk ini. Kecepatan aliran sisa
yang dirata-ratakan pasang (arus netto) di bagian selatan Teluk Jakarta ialah antara 0.05
hingga 0.15m/detik. Amplitudo pasang dalam arus ini ialah antara 0.05 dan 0.10 m/detik.
Kecepatan aliran ini selama angin musim barat sedikit lebih tinggi daripada selama angin
musim timur. Akan tetapi perbedaannya kecil, kurang dari 0.05 m/detik. Kecepatan-
kecepatan aliran yang disimulasi sejalan dengan pengamatan-pengamatan oleh Janhidros
pada 1986. Gambaran pola arus studi disajikan dalam Gambar III.19 dan Gambar III.20.

Gambar III.19. Aliran yang Dirata-ratakan Pasang Di Teluk Jakarta Untuk Situasi Acuan
Pada Angin Musim Timur

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 26]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.20. Aliran yang Dirata-ratakan Pasang Di Teluk Jakarta Untuk Situasi Acuan
Selama Angin Musim Barat

3.3.5. Morfologi Pantai

a. Morfologi setempat, situasi saat ini/perkembangan historis

Kawasan proyek ini, dari Kali Muara Angke sampai Kali Kamal dibentuk oleh delta
Cengkareng Drain dan Kali Muara Angke. Menurut Verstappen (1953), seluruh
kawasan di barat Sunda Kelapa sedang menjorok ke arah laut akibat sedimen yang
dipasok oleh sungai. Akan tetapi dalam data dari dua puluh lima tahun terakhir ini
keadaan ini tidak jelas terlihat.

Angkutan sedimen secara kualitatif dijelaskan oleh WL Delft Hydraulics (1996) (Gambar
III.21). Melihat kawasan proyek saat ini terlihat bahwa bagian terbesar garis-pantainya
stabil dan sedikit bertambah akibat sedimen yang dipasok oleh sungai. Di sebelah barat
Dadap terjadi sedikit erosi, kemungkinan akibat kenyataan bahwa gelombang pada
angin musim timur maupun angin musim barat me-nyumbang angkutan sedimen ke
selatan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 27]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.21.
Perpindahan Sedimen Sebelah Timur Teluk Jakarta (WL Delft Hydraulics, 1996)

Serangkaian foto udara kronologis, yang mencakup periode dari 1980 sampai 2001,
telah dianalisis juga. Pada 1980 Cengkareng Drain belum dibangun. Tata-letak tambak
ikan yang takberubah di sebe-lah barat memungkinkan untuk menyebariskan ketiga
foto udara ini. Garis-pantai 1980 dan 2001 dilukis pada foto-foto lain untuk
menunjukkan perkembangannya (Gambar III.22). Sejak tahun 1980, situasi perubahan
garis pantai mulai berbalik arah dengan kecenderungan abrasi pantai. Tahun 1980,
pada tepi Barat muara Sungai Angke dibangun break water dengan panjang sekitar
200 m dengan maksud untuk menjaga kedalaman perairan muara tersebut agar masih
tetap dapat dilayari. Akibat pembangunan jetti tersebut pada tepi Barat Sungai itu
mengalami abrasi dengan laju sekitar 25 m per tahun antara 1980 – 1983. Kondisi
pantai di sebelah Barat di sekitar Desa Kamal mengalami erosi berat dengan laju
pernah mencapai 19.3 m per tahun antara 1980 – 1983. Hal ini disebabkan aliran arus
sepanjang pantai (longshore current) membawa sedimen tersebut ke arah Timur dan
mengendapkannya di sebelah Barat jetti tersebut. Bahkan tumbuhan mangrove dan
sebagian rumah penduduk yang ada di Desa Kamal maupun sebelah Timur Sungai
Kamal juga musnah tererosi. Erosi juga telah mengenai sebagian tambak di tempat
tersebut dan tetap berlangsung sampai sekarang. Pola erosi tersebut secara garis
besar dapat dilihat pada Gambar III.22.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 28]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.22. Perubahan Garis Pantai Di Sekitar Lokasi Proyek

Pilar batas wilayah Jakarta – Jawa Barat Nomor 381 yang pada tahun 1979 masih
terletak di darat pada jarak sekitar 40 m dari garis pantai pada tahun 1983 telah jatuh
terendam air pada jarak antara 25 m dari garis pantai. Dewasa ini, pilar tersebut
terletak sekitar 100 m dari garis pantai.

b. Model Perubahan Garis Pantai

Simulasi perubahan garis pantai yang bersumber dari Studi Pandangan Proyek
Reklamasi yang dilakukan oleh Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, FT-UGM pada
Desember 2010, dalam kondisi eksisting atau tanpa reklamasi, dilakukan simulasi
dengan garis pantai pada kondisi tanggal 06 juni 2009 (garis pantai terukur).
Pemodelan ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar potensi perubahan
garis pantai yang terjadi tanpa adanya reklamasi PT. KNI dalam 5 tahun ke depan.
Hasil pemodelan dengan program GENESIS untuk 5 tahun ke depan dapat dilihat pada
Gambar III.23 sedangkan hasil simulasi perubahan garis pantai untuk 5 tahun ke

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 29]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

depan sebelum reklamasi dengan menggunakan MS. Excel ditunjukkan pada III.24
serta selisih perubahan posisi garis pantai hasil simulasi 5 tahun ke depan dan garis
pantai terukur 2009 tampak pada Gambar III.25.

Erosi

Stabil

Gambar III.23.
Hasil Running Program GENESIS untuk Skenario 1 (Tanpa Adanya Reklamasi)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 30]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

5000

4500

4000

3500

3000

Posisi Garis Pantai, Y (m) 2500

2000

1500

1000
Garis Pantai Terukur (06/06/2009)

500 Garis Pantai Prediksi 2012 tanpa Reklamasi


Garis Pantai Prediksi 2014 tanpa Reklamasi
0
0 450 900 1350 1800 2250 2700 3150 3600 4050 4500 4950 5400 5850 6300 6750 7200 7650 8100 8550 9000 94 50

Koordinat Sejajar Pantai, X (dx = 50 m)

Gambar III.24.
Perbandingan Perubahan Garis Pantai Prediksi Tanpa Adanya Reklamasi

140
130
120
110
100
90
80
Selisih Posisi Garis Pantai, ∆Y (m)

70
60
50
40
30
20 Akresi Akresi
10
Stabil
0
‐10 Erosi
‐20
‐30
‐40
0 450 900 1350 1800 2250 2700 3150 3600 4050 4500 4950 5400 5850 6300 6750 7200 7650 8100 8550 9000 9450

Koordinat Sejajar Pantai, X (dx = 50 m)

Gambar III.25. Selisih Posisi Garis Pantai Hasil Simulasi Skenario 1 untuk 5 Tahun Ke
Depan Tanpa Adanya Reklamasi

Berdasarkan gambar di atas, menunjukan bahwa pantai di lokasi rencana reklamasi


PT. Kapuk Naga Indah mengalami erosi dan akresi. Pada boundary condition (BC)
sebelah kiri terjadi akresi 132.61 m sedangkan pada BC sebelah kanan terjadi akresi
sejauh 103,51. Pantai yang mengalami erosi yakni dimulai dari sel grid 7650 m – 9000
m dengan erosi maksimum sejauh -12,31 m. Untuk kondisi pantai pada sel grid 1350 m
– 7650 m cenderung stabil.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 31]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Dari hasil simulasi selama kurun waktu 5 tahun tanpa adanya reklamasi diketahui
bahwa laju transpor sedimen rerata ke arah kanan (Q rtr) adalah sebesar +21.092,06
m3/tahun sedangkan ke arah kiri (Qltr) sebesar -48.984,66 m3/tahun, ini menunjukkan
bahwa arah transpor sedimen pantai di sekitar lokasi rencana reklamasi lebih dominan
ke arah kiri (ke arah barat) hal ini disebabkan gelombang menuju pantai domiman dari
arah timur laut. Laju transpor sedimen bersih rerata (mean net annual transport, Qnr)
sebesar -27.892,60 m3/tahun. Dan berdasarkan hasil perhitungan (output) model
GENESIS diketahui bahwa perubahan volume transpor sedimen selama 5 tahun tanpa
adanya reklamasi adalah +456.142,83 m3, dimana tanda minus (+) menunjukkan
bahwa kondisi pantai tanpa adanya reklamasi lebih dominan mengalami akresi.

3.3.6. Kondisi Hidrologi

Simulasi hidrologi bersumber dari Studi Pandangan Proyek Reklamasi yang dilakukan oleh
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, FT-UGM pada Desember 2010, dalam kondisi
eksisting atau tanpa reklamasi.

a. Daerah Aliran Sungai (Catchment Area)

Analisis hidrologi selalu dikaitkan dengan Daerah Aliran Sungai (DAS). Mengetahui
parameter DAS penting untuk analisis selanjutnya. DAS yang sungai-sungainya
bermuara pada daerah reklamasi PT. Kapuk Naga Indah meliputi: Sungai Dadap,
Sungai Kamal, Sungai Tanjungan, Cengkareng Drain dan Sungai Angke. Untuk analisis
ini menggunakan peta kontur digital dengan skala 1:25.000. Peta kontur ini untuk
menentukan topographic divide dari masing-masing DAS. Topografic divide ini menjadi
penting saat menganalisis hidrograf satuan, yaitu untuk menentukan morfometri DAS,
seperti panjang sungai utama, luas DAS, dan kemiringan DAS. Selain itu peta kontur ini
penting untuk mengetahui parameter DAS yang berpengaruh terhadap proses
pengalihragaman hujan menjadi aliran, seperti time of concentration (tc) dan
skematisasi model pembagian sub DAS. Berdasarkan peta RBI digital DKI Jakarta
dengan skala 1:25.000 diperoleh luasan DAS Dadap 4058.755 Ha, DAS Kamal
4752.415 Ha, DAS Tanjungan 98.755 Ha, DAS Cengkareng Drain 38650.56 Ha, DAS
Angke 37564.649 Ha. Adapun hasil digitasi DAS Kamal dan DAS Angke dapat dilihat
pada Gambar III.26 dan Gambar III.27. Pada Tabel 3.12 tersaji data morfometri
masing-masing DAS yang bermuara pada lokasi proyek reklamasi.

Tabel 3.12. Data Morfometri Masing-masing DAS yang Bermuara di PIK


Luas Panjang Sungai
Nama DAS Slope (m)
(Ha) (km2) (m) (km)
DAS Angke 37564.649 375.646 185 77001.897 77.00
DAS Cengkareng drain 38650.560 386.506 189 78021.326 78.02
DAS Kamal 4752.415 47.524 12 18227.37 18.23
DAS Dadap 4058.755 40.588 5 17263.568 17.26
DAS Tanjungan 98.755 0.988 2 2563.568 2.56

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 32]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.26. Daerah Aliran Sungai (DAS) Kamal

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 33]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.27. Daerah Aliran Sungai (DAS) Angke

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 34]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

b. Hitungan Debit Banjir Rancangan

Berdasarkan hasil analisis frekuensi dengan metode Log Pearson III, kemudian
dihitung distribusi hujan jam-jaman untuk masing-masing kala ulang 2, 5, 10, 25, dan
100 tahun setelah itu menghitung debit banjir rencana untuk masing DAS yang
bermuara di rencana reklamasi PT. Kapuk Naga Indah dengan metode Hidrograf
Satuan Sintetik Nakayasu. Hidrograf banjir untuk masing-masing DAS seperti yang
ditunjukkan pada gambar-gambar berikut.

600

500

) 400 Q2
te
/d
3 Q5
m
(t
i Q10
b 300
De Q25
Q50

200 Q100

100

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Waktu,T (jam)

Gambar III.28. Hidrograf Satuan DAS Angke

600

500

) 400 Q2
e
t
/d
3 Q5
(m
ti Q10
b
e
300
Q25
D
Q50

200 Q100

100

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Waktu,T (jam)
Gambar III.29. Hidrograf Banjir di DAS Cengkareng Drain

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 35]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

16

14

12

) Q2
te
10
/d
3 Q5
(m
ti Q10
b 8
e
Q25
D
Q50
6
Q100

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 2.4 2.6 2.8 3 3.2 3.4 3.6 3.8

Waktu,T (jam)

Gambar III.30. Hidrograf Banjir di DAS Tanjungan

200

180

160

140
) Q2
te
/d 120
3 Q5
(m
it Q10
b
e
100
Q25
D
80 Q50
Q100
60

40

20

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

Waktu,T (jam)

Gambar III.31. Hidrograf Banjir di DAS Kamal

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 36]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

180

160

140

) 120 Q2
te
/d
3 Q5
(m
t
100
Q10
i
b
Q25
De 80
Q50

60 Q100

40

20

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

Waktu,T (jam)

Gambar III.32. Hidrograf Banjir di DAS Dadap

3.3.7. Pengaruh Terhadap Ketinggian Muka Air

Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, FT-UGM
pada Desember 2010 menunjukkan bahwa rencana reklamasi PT. KNI memberikan
pengaruh yang kecil terhadap ketinggian muka air baik di titik pengamatan 1, 2, 3 maupun
4. Kenaikan muka air terbesar adalah 0,004 m saat lahan reklamasi dikembangkan
sepenuhnya dengan 3 pulau terbangun. Kenaikan muka air yang sangat kecil ini dapat
dimaklumi mengingat kondisi geografis teluk Jakarta yang merupakan teluk terbuka
dimana perilaku pasang surut hampir mustahil dapat terpengaruh karena sirkulasi arus di
dalam teluk terbuka dapat dengan leluasa bergerak tanpa halangan yang berarti.

Elevasi Muka air di kedua muara sungai adalah sama. Perbedaan debit yang besar antara
sungai Cengkareng Drain (maksimum 517,125 m 3/s) dengan Sungai Tanjungan
maksimum (14,616 m3/s) ternyata tidak memberikan pengaruh.

3.4. KUALITAS AIR

3.4.1. Kualitas Air Sungai

Hasil pengukuran kualitas air sungai dan muara Teluk Jakarta yang dilakukan oleh BPLHD
DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 3.13 berikut.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 37]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.13. Kualitas Fisik Kimia DAS Di Sekitar Wilayah Studi


Kualitas Fisik Kimia
No. DAS
TDS Kekeruhan TSS Phospat Detergen Organik BOD COD
1. Kali Angke > BM < BM < BM 1 – 4 0,5 – 5,8 25 – 175 20 – 140 40 – 200
2. Cengkareng Drain < BM < BM < BM 0,7 – 1,4 0,4 – 2 10 – 40 10 – 25 10 – 82
3. Kali Kamal > BM < BM < BM 0,5 – 4 0,5 – 4 25 – 150 20 – 125 25 – 225
Sumber : Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai, BPLHD Prov. DKI Jakarta, 2005

Berdasarkan hasil analisis kualitas air sungai di sekitar wilayah studi (Kali Angke,
Cengkareng Drain dan Kali Kamal) menunjukkan bahwa parameter fisik (TDS) di beberapa
titik telah melebihi baku mutu, sedangkan parameter kimia telah tercemar (telah melebihi
baku mutu). Sedangkan hasil pengukuran kualitas perairan dan muara Teluk Jakarta yang
dilakukan oleh BPLHD DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 3.14. berikut.

Tabel 3.14. Rata-rata Kualitas Fisik Kimia Perairan dan Muara Teluk Jakarta
Kualitas Fisik Kimia
Perairan
No. Salinitas
(Lokasi) pH Amonia Fenol Phosphat Detergen BOD
(0/00)
1. Muara Angke 32,8 <7 0,21 0,0075 0,065 0,16 41
( D – 3, C – 3 ) 32,1 0,07 0,0095 0,10 0,14 41
2. Cengkareng Drain 30,5 7,8 0,52 0,0095 0,12 0,28 30
( C – 2, B – 3 ) 32,1 0,04 0,008 0,04 0,12 32
3. Muara Kamal 30,1 7,6 0,27 0,0085 0,15 0,23 55
( B – 1, B – 2 ) 30,6 0,11 0,0095 0,05 0,15 62
Sumber : Laporan Pemantauan Kualitas Teluk Jakarta, BPLHD Prop. DKI Jakarta, 2005

Hasil analisis kualitas fisik kimia perairan dan muara Teluk Jakarta menunjukkan bahwa
parameter fisik masih dalam kondisi normal. Sedangkan parameter kimia pada perairan
teluk tercatat BOD, Fenol dan Phosphat telah melebihi baku mutu, Detergen dan Amonia
relatif kecil. Untuk zona muara teluk kondisinya sangat berbeda yaitu BOD, Fenol, Amonia
dan Phosphat konsentrasinya melebihi baku mutu biota air laut. Sedangkan hasil
pengukuran kualitas air sungai pada saat studi ini dilakukan dapat disajikan pada Tabel 3.15
berikut.

Tabel 3.15. Hasil Pengukuran Kualitas Air Sungai di Sekitar Lokasi Proyek
Baku Hasil Analisis
No Parameter Satuan
Mutu *) AS-1 AS-2 AS-3 AS-4
A. FISIKA
1. Suhu (insitu) oC Normal 29,9 30,0 30,9 31,3
2. Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 200 7.580 24.800 4.960 576
3. Zat Padat Tersuspensi (TSS) mg/L < 80 49 10 27 17
4. Daya Hantar Listrik Umhos/cm 1.000 13.500 46.200 8.930 1.040
B. KIMIA
1. Air Raksa (Hg) mg/L 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005
2. Arsen (As) mg/L 0,050 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005
3. Boron (B) mg/L 1,0 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01
4. Kadmium (Cd) mg/L 0,010 < 0,003 < 0,003 < 0,003 < 0,003
5. Kobait (Co) mg/L 0,020 < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02
6. Khromium VI (Cr6+) mg/L 0,050 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01
7. Mangan (Mn) mg/L 1,0 0,17 0,08 0,61 0,51
8. Garam Alkali (Na) % 50,0 80,5 80,5 77,7 64,5

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 38]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Baku Hasil Analisis


No Parameter Satuan
Mutu *) AS-1 AS-2 AS-3 AS-4
9. Oksigen terlarut (DO) insitu mg/L 3,0 4,0 4,0 3,6 3,6
10. pH (insitu) - 6,0-9,0 7,5 7,5 7,3 7,5
11. Selenium (Se) mg/L 0,50 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002
12. Seng (Zn) mg/L 1,0 0,59 0,43 0,48 0,26
13. Nikel (Ni) mg/L 0,10 < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02
14. Sulfat (SO4) mg/L 100 1213,7 1.419,3 287,3 35,1
15. Residual Sodium Carbonat (RSC) me/l 1.25-2.50 0 0 0 0
16. Tembaga (Cu) mg/L 0,10 < 0,02 < 0,02 < 0,02 < 0,02
17. Timbal (Pb) mg/L 0,10 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01
18. Sodium Absortion Ratio (SAR) - 10.0-18.0 49,0 43,3 17,9 4,4
19. Minyak & Lemak mg/L Nihil < 0,2 < 0,2 < 0,2 < 0,2
20. Detergen (MBAS) mg/L 0,50 0,59 0,66 0,97 2,27
22. Zat Organik (KMnO4) mg/L 25,0 4,44 4,3 8,7 10,8
23 BOD5 mg/L 20 2,7 2,7 5,4 6,7
24 COD mg/L 30 16,5 16,5 33,0 41,3
C MIKROBIOLOGI
1 Koliform tinja Jlh/100ml 4.000 2,300 2,300 2,4 x 104 4,3 x 103
2 Total Koliform Jlh/100ml 20.000 2.300 2.300 2,4 x 104 4,3 x 103
Sumber : PT. Unilab Perdana, Juli 2006
Keterangan : *) = Kep. Gub. KDKI Jakarta No. 582 Tahun 1995
< = Lebih kecil
AS – 1 = Air Sungai Muara Kali Kamal
AS – 2 = Air Sungai Muara Kali Tunjungan
AS – 3 = Air Sungai Muara Cengkareng Drain
AS – 4 = Air Sungai Muara Kali Angke

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa kualitas air sungai pada titik AS-1, AS-2, AS-3 dan
AS-4 sebagian besar telah melebihi baku mutu yang ditetapkan (SK. Gub. 582/1995),
seperti unsur TDS, Garam Alkali, SO 4, Minyak & Lemak, SAR, MBAS dan Phosfat serta
COD. Tingginya kandungan parameter di atas diperkirakan dipengaruhi oleh pasang surut
yang terjadi di wilayah studi, sedangkan tingginya unsur minyak & lemak, MBAS, COD dan
mikro biologi pada AS-3 dan AS-4 bersumber dari limbah domestik yang terdapat di hulu
sungai. Buruknya kualitas air sungai tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan
Mangrove dan Biota laut di sekitar lokasi proyek.

3.4.2. Kualitas Air Laut

Hasil penelitian kondisi kualitas fisik kimia lingkungan perairan Teluk Jakarta dan sekitarnya
yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Oceanografi LIPI Tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel
3.16 berikut.

Tabel 3.16. Kualitas Fisik Kimia Perairan Teluk Jakarta (Barat, Tengah dan Timur)
Hasil Analisis
No. Parameter
Barat Tengah Timur Rata-rata
1 pH 7,91 7,98 8,07 8,07
2 DO 4,28 4,24 3,97 4,16
3 PO4 (Phosphat) 0,84 0,63 1,15 0,84
4 NO3 (Nitrat) 1,44 1,54 1,39 1,48
5 NO2 (Nitrit) 1,11 1,20 1,06 1,14
6 NH3 (Amonia) 3,97 4,21 4,50 4,18
7 SiO3 (Silika) 16,54 14,48 16,16 16,28
Sumber : Pusat Penelitian Oceanografi LIPI, Oktober 2004

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 39]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Berdasarkan data di atas, kualitas fisik kimia perairan Teluk Jakarta (Barat, Tengah dan
Timur) menunjukkan bahwa parameter yang diukur telah melebihi baku mutu kualitas
perairan bagi peruntukkan biota air laut. Kandungan parameter terukur di atas juga
menunjukkan pada bagian Barat Teluk Jakarta tercatat konsentrasi PO4, NO3, NO2 dan SiO3
cukup besar dan hal ini seiring dengan keberadaan Kali Angke, Cengkareng Drain dan Kali
Kamal yang konsentrasi airnya telah tercemar.

Hasil pengukuran kualitas air laut pada saat studi AMDAL (2007) dapat disajikan pada Tabel
3.17 berikut.

Tabel 3.17. Hasil Pengukuran Kualitas Air Laut Pada Studi AMDAL Tahun 2007
Baku Hasil
No. Parameter Satuan
Mutu *) AL-1 AL-2 AL-3 AL-4 AL-5 AL-6
A. FISIKA
coral >5
1. Kecerahan (insitu) Meter mangrove: - 0,4 0,5 0,3 0,6 0,7 0,5
lamun: >3
2. Kebauan (insitu) - Alami Alami Alami Berbau Berbau Berbau Berbau
3. Kekeruhan NTU <5 14 30 19 4 5 5
coral: 20
4. Zat padat tersuspensi (TSS) mg/L mangrove: 80 13 30 19 2 4 5
lamun: 20
Alami
coral: 28 – 30
5. Suhu (insitu) 0 C 31,6 32,2 31,0 31,0 31,6 31,0
mangrove:.d 28-32
Lamun: 28-30
6. Lapisan Minyak (insitu) - Nihil Negatif Negatif Positif Negatif Positif Negatif
7. Sampah (insitu) - Nihil Negatif Negatif Positif Positif Positif Positif
B. KIMIA
1. pH (insitu) - 7 – 8,5 7,9 7,7 7,5 8,1 7,9 7,9
Alami
coral: 33-34
2. Salinitas /00
0 31,0 31,1 24,0 30,8 29,6 29,7
mangrove: s/d 34
lamun: 33-34
3. Oksidan terlarut (DO) insitu mg/L >5 5,1 5,1 4,4 5,1 4,8 4,8
4. BOD mg/L 20 1,3 1,3 2,6 1,3 2,0 2,0
5. Amonia total (NH3-N) mg/L 0,3 0,09 0,06 0,47 0,15 0,19 0,19
6. Fosfat (PO4-P) mg/L 0,015 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01
7. Nitrat (NO3-N) mg/L 0,008 < 0,008 < 0,008 < 0,008 < 0,008 < 0,008 < 0,008
8. Sianida (CN) mg/L 0,5 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005
9. Sulfida (N2S) mg/L 0,01 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002
10. Fenol mg/L 0,002 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001
11. Surfactan anion (MBAS) mg/L 1,0 0,06 0,05 0,11 0,07 0,09 0,09
12. Minyak & Lemak mg/L 1,0 < 0,2 < 0,2 < 0,2 < 0,2 < 0,2 < 0,2
13. Air Raksa (Hg) mg/L 0,001 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005
14. Khromium VI (Cr6+) mg/L 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005
15. Arsen (As) mg/L 0,012 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002
16. Kadmium (Cd) mg/L 0,001 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005
17. Tembaga (Cu) mg/L 0,008 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005
18. Timbal (Pb) mg/L 0,008 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005
19. Seng (Zn) mg/L 0,05 0,0290 0,0288 0,0298 0,0292 0,0294 0,0294
20. Nikel (Ni) mg/L 0,05 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002
C. MIKROBIOLOGI
1. Coliform (total) MPN/100ml Nihil 0 0 0 0 0 0
2. Bakteri Patogen Sel/100ml Nihil 0 0 0 0 0 0
Sumber : PT. Unilab Perdana, Juli 2006
Keterangan : *) = Kep-51/MENLH/2004. Lampiran III Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut
AL-1 = Garis Pantai Sisi Barat Tapak Proyek dengan Titik Koordinat (Lintang S : 06 0 05l 18.9” dan Bujur T : 1060 43i 40.3”) AL-
2 = Garis Pantai Sisi Tengah Tapak Proyek dengan Titik Koordinat (Lintang S : 06 0 06i 02,9” dan Bujur T : 1060 44i 32,2”) AL-3
= Garis Pantai Sisi Timur Tapak Proyek dengan Titik Koordinat (Lintang S : 06 0 05i 93,3” dan Bujur T : 1060 45i 57,1”) AL-4 =
Garis Pantai Sisi Barat dengan Titik Koordinat (Lintang S : 06 0 04i 15,3” dan Bujur T : 1060 44i 51,8”)
AL-5 = Garis Pantai Sisi Tengah dengan Titik Koordinat (Lintang S : 06 0 04i 46,3” dan Bujur T : 1060 45i 23,5”)
AL-6 = Garis Pantai Sisi Timur dengan Titik Koordinat (Lintang S : 060 04i 51,8” dan Bujur T : 1060 45i 59,6”).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 40]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Berdasarkan tabel di atas hasil analisis kualitas fisik kimia air laut (AL-1 s/d. AL-6)
menunjukkan bahwa secara umum seluruh parameter masih memenuhi baku mutu air laut
untuk biota laut, kecuali unsur kekeruhan di 3 (tiga) titik lokasi (AL-1, AL-2 dan AL-3) dan
amonia total (NH3-N) di lokasi AL-3 telah melebihi baku mutu kualitas air laut. Hal ini
disebabkan oleh limbah padat (sampah), sedimen dan bahan organik yang dihasilkan dari
kegiatan di daratan (hulu dan tengah) yang masuk ke perairan pantai melalui aliran sungai
yang ada (Cengkareng Drain dan Kali Angke).

Berdasarkan hasil analisis kualitas fisik kimia air laut (AL-1 dan AL-2) baik pada bulan
September 2010, Januari 2011 maupun Februari 2012 menunjukkan bahwa secara umum
seluruh parameter masih memenuhi baku mutu air laut untuk biota laut, kecuali unsur
kekeruhan, ammonia, fosfat dan nitrat telah melebihi baku mutu kualitas air laut (Tabel
3.18). Hal ini disebabkan oleh limbah padat (sampah), sedimen dan bahan organik yang
dihasilkan dari kegiatan di daratan (hulu dan tengah) yang masuk ke perairan pantai melalui
aliran sungai yang ada (Cengkareng Drain dan Tanjungan).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 41]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.18. Hasil Pengukuran Kualitas Air Laut


September 2010 Januari 2011 Februari 2012
500 meter 500 meter 200 meter
BAKU*) 500 meter 500 meter 200 meter 200 meter
NO PARAMETER SATUAN dari Muara dari Muara dari Muara
MUTU dari Muara dari Muara dari Muara dari Muara
Cengkareng Cengkareng Cengkareng
Tanjungan Tanjungan Angke Kamal
Drain Drain Drain
A. FISIKA
1. Kecerahan (insitu) Meter coral: > 5; mangrove: -; lamun: >3 0,2 0,2 0,5 0,6 1,0 1,5 1,5
2. Kebauan (insitu) - Alami Berbau Berbau Berbau Berbau Tdk. Berbau Tdk. Berbau Tdk. Berbau
3. Kekeruhan NTU <5 56 53 20 2 17 6 2
4. Zat padat tersuspensi (TSS) mg/L coral: 20; mangrove: 80; lamun: 20 56 53 21 5 9 2 <2
5. Suhu (insitu) **) OC Alami; coral: 28-30; mangrove:d 28 -32; lamun: 28-30 27,7 27,4 28,6 29,6 31,1 30,8 29,9
6. Lapisan minyak (insitu) - Nihil Positif Positif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif
7. Sampah (insitu) - Nihil Positif Positif Negatif Negatif Positif Positif Positif
B. KIMIA
1 pH (insitu) **) - 7 - 8.5 6,79 6,83 7,87 8,06 7,80 8,35 8,32
0/
2 Salinitas 00 Alami 0,2 22,0 0,1 0,3 32,7 29,4 33,3
3 Oksigen terlarut (DO) mg/L >5 4,8 5,0 3,5 3,1 4,4 4,3 4,0
4 BOD5 mg/L 20 11 8 7 11 7 8 6
5 Amonia total (NH3-N) mg/L 0,3 3,54 2,30 2,73 0,31 0,21 0,57 0,12
6 Fosfat (PO4-P) mg/L 0,015 0,15 0,15 0,04 0,11 0,04 0,12 0,03
7 Nitrat (NO3-N) mg/L 0,008 0,8 0,8 1,0 1,0 0,6 0,6 0,5
8 Sianida (CN) mg/L 0,5 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005
9 Sulfida (H2S) mg/L 0,01 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002
10 Fenol mg/L 0,002 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001 < 0,001
11 Surfactan anion (MBAS) mg/L 1,0 0,19 0,12 0,16 0,18 0,02 0,02 0,02
12 Minyak & Lemak mg/L 1,0 < 0,2 < 0,2 < 0,2 < 0,2 < 0,2 < 0,2 < 0,2
13 Air Raksa (Hg) mg/L 0,001 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005
14 Khromium VI (Cr 6+) mg/L 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005
15 Arsen (As) mg/L 0,012 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002
16 Kadmium (Cd) mg/L 0,001 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005
17 Tembaga (Cu) mg/L 0,008 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005 < 0,0005
18 Timbal (Pb) mg/L 0,008 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005 < 0,005
19 Seng (Zn) mg/L 0,05 0,0206 0,0192 0,0267 0,0226 0,0147 0,0138 0,0139
20 Nikel (Ni) mg/L 0,05 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002 < 0,002
C. MIKROBIOLOGI
1 Coliform (total) MPN/100ml Nihil 2.400 1.100 23 43 0 0 0
2 Bakteri Patogen Sel/100ml Nihil Positif Positif 9 15 0 0 0
Sumber : PT. Unilab Perdana
Keterangan : *) = KEP. 51/MENLH/2004 Lampiran III. Untuk Biota Laut
**) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 42]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.33. Kondisi Kualitas Air Laut

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 43]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Hasil Kajian Lingkungan Rencana Reklamasi PT KNI oleh Program Pascasarjana Ilmu
Lingkungan Universitas Dipenegoro (2010) mengenai kondisi fisika dan kimia air di daerah
kajian diperlihatkan pada Tabel 3.20.

Adanya beberapa parameter yang tidak memenuhi nilai baku mutu kualitas air untuk
keperluan biota, konservasi dan wisata air. Parameter fisika dan kimia air yang tidak
memenuhi baku mutu adalah:
1. Zat padat terlarut (di atas 2000 mg/l) untuk lokasi 1 (M-1: muara sungai Cengkareng
Drain), 4 (P2A-2: perairan calon lahan reklamasi Pulau 2A di depan Cengkareng Drain),
12 (P1-3: perairan calon lahan reklamasi Pulau 1 depan Muara Angke), 13 (M-3: perairan
sungai Cengkareng Drain di dekat muara), dan 14 (M-4: perairan Muara Angke ujung
barat);
2. Kekeruhan (di atas 5 NTU) untuk lokasi: 1 (M-1: muara sungai Cengkareng Drain), 4
(P2A-2: perairan calon lahan reklamasi Pulau 2A di depan Cengkareng Drain), 12 (p1-3:
perairan calon lahan reklamasi Pulau 1 depan Muara Angke), 13 (M-3: perairan sungai
Cengkareng Drain di dekat muara), dan 14 (M-4: perairan Muara Angke ujung barat);
3. pH (di luar rentang 6.5-8.5) untuk lokasi: 1 (M-1: muara sungai Cengkareng Drain), dan 8
(M-2: muara sungai Kamal)
4. oksigen terlarut (DO) dengan kadar di bawah 3.5 mg/l untuk lokasi: 1(M-1: muara sungai
Cengkareng Drain), 2 (P1-1: perairan calon lokasi Pulau 1 depan Muara Angke), 4 (P2A-
2: perairan calon lahan reklamasi Pulau 2A di depan Cengkareng Drain), 8 (M-2: muara
sungai Kamal), 9 (P2A-4) : Perairan laut calon lokasi Pulau 2A di depan Cengkareng
Drain/rencana jembatan), dan 11 (P1-2): Perairan laut rencana Pulau 1 di bagian tengah.
Kandungan oksigen terlarut yang rata-rata di bawah 3 mg/l pada lokasi-lokasi tersebut
sangat kritis bagi kehidupan biota air, karena bagi hewan air non labirinthici
membutuhkan kadar oksigen terlarut minimal sebesar 3.50 mg/l untuk keperluan
respirasinya.
5. kandungan bahan organik (BOD ≥20 mg/l dan COD≥45 mg/l) untuk sebagian besar
lokasi, kecuali: 5 (P2B-1 : perairan laut rencana Pulau 2B bagian tengah di dekat Bagan
Tancap), 6 (P2B-2: perairan laut rencana Pulau 2B bagian pinggir di depan S. Dadap)
dan 7 (P2B-3: Perairan laut rencana Pulau 2B bagian pinggir/ujung barat di depan Muara
Kamal);
6. Kandungan Ammonia (di atas 0.3 mg/l) pada sebagian besar lokasi lokasi, kecuali : 3
(P2A-1 : Perairan laut rencana Pulau 2A bagian tengah-barat laut), 5 (P2B-1 : perairan
laut rencana Pulau 2B bagian tengah di dekat Bagan Tancap), 6 (P2B-2: perairan laut
rencana Pulau 2B bagian pinggir di depan S. Dadap) dan 7 (P2B-3 : Perairan laut
rencana Pulau 2B bagian pinggir/ujung barat di depan Muara Kamal);
7. kandungan sulfida (≥0.01 mg/l) pada sebagian besar lokasi, kecuali: Perairan laut
rencana Pulau 2A bagian tengah-barat laut), 5 (P2B-1 : perairan laut rencana Pulau 2B
bagian tengah di dekat Bagan Tancap), 6 (P2B-2: perairan laut rencana Pulau 2B bagian
pinggir di depan S. Dadap) dan 7 (P2B-3 : perairan laut rencana Pulau 2B bagian
pinggir/ujung barat di depan Muara Kamal);

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 44]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

8. Salinitas, Osmolaritas dan kandungan elektrolit: umumnya rendah pada lokasi muara
sungai serta lokasi yang berdekatan atau banyak mendapatkan pengaruh air sungai.
Kandungan osmolaritas dan elektrolit nampaknya berhubungan erat dengan salinitas.
Makin rendah salinitas maka osmolaritas dan kandungan elektrolit (terutama Cl, Na, Mg
dan Ca) makin kecil. Karena osmolaritas dan kandungan elektrolit berpengaruh besar
terhadap proses osmoregulasi organisme air, maka perubahan parameter tersebut
menjauhi kondisi isosmotik akan mempengaruhi kehidupan dan biota akuatik (baik yang
bertipe osmoregulator maupun osmokonformer). Tingginya salinitas dan osmolaritas di
perain Muara Kamal dan calon lokasi Pulau 2B nampaknya banyak dipengaruhi oleh
masukan air tambak. Sedangkan rendahnya salinitas dan osmolaritas di perairan calon
lokasi Pulau 1 dan 2A dikarenakan adanya pengaruh masukan air tawar dari sungai
Cengkareng Drain dan Sungai Angke.

Kandungan logam berat (Tabel 3.10) dalam perairan kadarnya bervariasi. Jenis logam berat
yang mendominasi di seluruh lokasi penelitian adalah besi (Fe). Jenis logam berat lainnya,
seperti: Tembaga (Cu), Chrom (Cr), Merkuri (Hg), Cadmium (Cd), Timbal (Pb), dan Nikel
(Ni) kadarnya tidak setinggi Besi (Fe). Nilai besaran kandungan logam berat di dalam air di
daerah tapak dampak tidak sepenuhnya memberikan gambaran kondisi riil cemaran logam
berat. Hal ini dikarenakan tingginya kelimpahan mikroba pencemar tipe polisaprobik yang
berpotensi sebagai penyerap logam berat sehingga dapat menurunkan kadar logam berat di
dalam perairan (Tabel 3.19).

Tabel 3.19. Hasil Pemeriksaan Logam Berat Air Laut Dan Muara Sungai Di Lingkungan
Perairan Calon Lahan Reklamasi KNI Jakarta
Lokasi
PARAMETER Satuan
1 2 3 4 5

1. Besi (Fe) mg/L 0.239 0.038 0.165 0.195 0.193


2. Tembaga (Cu) mg/L <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 <0.005
3. Chrom (Cr) mg/L <0.030 <0.030 <0.030 <0.030 <0.030
4. Mercuri (Hg) mg/L <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001
5. Cadmium (Cd) mg/L <0.014 <0.014 <0.014 <0.014 <0.014
6. Timbal (Pb) mg/L <0.030 <0.030 <0.030 <0.030 <0.030
7. Nikel (Ni) mg/L <0.055 <0.055 <0.055 <0.055 <0.055
6 7 8 9
1. Besi (Fe) mg/L 0.227 0.150 0.289 0.225
2. Tembaga (Cu) mg/L <0.005 <0.005 0.010 <0.005
3. Chrom (Cr) mg/L <0.030 <0.030 <0.030 <0.030
4. Mercuri (Hg) mg/L <0.001 <0.001 <0.001 <0.001
5. Cadmium (Cd) mg/L <0.014 <0.014 <0.014 <0.014
6. Timbal (Pb) mg/L <0.030 <0.030 <0.030 <0.030
7. Nikel (Ni) mg/L <0.055 <0.055 <0.055 <0.055
(Sumber : Hasil Pengukuran Bulan Nopember 2010)
Keterangan :
1 : air muara Kamal
2 : air muara sungai Cengkareng Drain
3 : air calon Pulau 1 Ujung
4 : air calon Pulau 1 Tengah
5 : air Pulau 2B ujung
6 : air calon Pulau 2A Tengah
7 : air calon Pulau 2A ujung
8 : air calon Pulau 2A Pinggir
9 : air calon Pulau 1Ujung- depan Muara Angke

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 45]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.20. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Laut & Muara Sungai Di Lingkungan Perairan Calon Lahan Reklamasi KNI Jakarta
Lokasi
No Parameter Satuan NBM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 FISIKA
Zat padat terlarut mg/l 2880 1900 1800 2460 860 900 900 1860 2680 1860 1840 2100 2400 2220 <2000
Kekeruhan NTU 10.20 4.20 4.20 10.5 3.22 3.30 3.30 4.83 6.28 5.24 3.58 5.38 6.10 5.18 <5
2 KIMIA
pH 5.7 7.1 7.5 7.4 7.6 7.2 7.6 5.7 7.1 7.5 7.4 7.3 7.2 7.6 6.5 – 8.5
Salinitas Ppt 2 12 11 5 5 11 29 27 23 15 14 5 0 2 Isosmotik ±5 ppt
Oksigen Terlarut (DO) mg/l 2.76 2.84 3.08 2.48 3.54 4.58 3.27 2.76 2.84 3.08 2.48 3.04 4.58 3.27 >3.5
BOD mg/l 28.33 22.15 19.87 24.42 18.16 18.11 18.30 28.33 32.15 29.87 24.42 28.96 32.11 20.30  20
COD mg/l 49.16 47.38 42.18 50.14 33.20 36.81 36.92 49.16 54.38 52.18 50.14 43.20 56.81 46.02  45
Amonia Total (NH3-N) mg/l 0.48 0.32 0.25 0.49 0.22 0.22 0.28 0.48 0.32 0.15 0.49 0.22 0.22 0.38 ≤ 0.3
Fosfat (PO4-P) mg/l 0.02 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.02 0.02 0.00 0.01 0.03 0.03 0.03 0.02 ≥ 0.015
Nitrat (NO3-N) mg/l 0.18 0.18 0.16 0.16 0.04 0.06 0.04 0.18 0.01 0.06 0.16 1.14 0.06 0.04 ≥ 0.08
Nitrit (NO2-N) mg/l 0.03 0.02 0.01 0.03 0.01 0.02 0.03 0.03 0.00 0.01 0.03 0.04 0.03 0.03 ≥ 0.05
Sulfida (H2S) mg/l 0.03 0.02 0.02 0.00 0.01 0.01 0.01 0.05 0.05 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 ≤ 0.01
Minyak & Lemak mg/l 0.75 0.58 0.11 0.15 0.28 0.35 0.35 0.75 0.00 0.11 0.15 0.78 0.65 0.75 ≤1
OSMOLARITAS & KANDUNGAN ELEKTROLIT:
o Osmolaritas mOsm/l H20 58.38 350.25 321.06 145.94 145.94 321.08 846.44 788.06 671.31 437.81 408.62 145.96 3.66 58.38
o DHL Umho/cm 54.29 325.77 298.62 135.74 135.74 298.66 787.28 732.98 624.39 407.21 380.07 135.75 12.06 54.30
o Cl- g/l 1.05 6.28 5.76 2.62 2.62 5.76 15.17 14.12 12.03 7.85 7.33 2.61 0.02 1.05
o Na+ g/l 0.54 3.25 2.98 0.42 0.42 2.98 7.86 7.32 6.23 4.07 3.79 4.14 0.01 0.54
o Ca++ g/l 0.02 0.13 0.12 0.06 0.06 0.12 0.32 0.30 0.25 0.17 0.15 0.06 0.00 0.02
o Mg++ g/l 0.07 0.43 0.40 0.05 0.05 0.40 1.04 0.97 0.83 0.54 0.51 0.18 0.01 0.07
o K+ g/l 0.02 0.13 0.11 0.03 0.03 0.11 0.31 0.29 0.24 0.16 0.14 0.05 0.00 0.02
(Sumber : Hasil Pengukuran Bulan Oktober 2010)
Keterangan :
1 (M-1) : Air Muara Sungai Cengkareng Drain (060 06’ 01” ; 1060 44’ 58”)
2 (P1-1) : Perairan di depan Muara Angke, rencana Pulau 1 (06 004’47”; 1060 45’ 56”)
3 (P2A-1) : Perairan laut rencana Pulau 2A bagian tengah-barat laut, (06005’42”; 1060 45’09”)
4 (P2A-2) : Perairan laut rencana Pulau 2A di depan Cengkareng Drain, (06 004’45”; 1060 45’39”)
5 (P2B-1) : Perairan laut rencana Pulau 2B bagian tengah di dekat Bagan Tancap,( 06004’18”; 1060 44’50”)
6 (P2B-2) : Perairan laut rencana Pulau 2B bagian pinggir di depan S. Dadap,( 06 004’54”; 1060 44’02”)
7 (P2B-3) : Perairan laut rencana Pulau 2B bagian pinggir/ujung barat di depan Muara Kamal06 005’07”; 1060 43’48” )
8 (M-2) : Air Muara Sungai Kamal (060 05’ 29” ; 1060 43’ 30”)
9 (P2A-4) : Perairan laut rencana Pulau 2A di depan Cengkareng Drain/rencana jembatan, 06 004’33”; 1060 45’98”)
10 (P2A-5) : Perairan laut rencana Pulau 2A bagian tengah-timur, 06005’33”; 1060 45’55”)
11 (P1-2) : Perairan laut rencana Pulau 1 di bagian tengah, 06 005’07”; 1060 45’56”)
12 (P1-3) : Perairan laut rencana Pulau 1 bagian tenggara di depan Muara Angke, 06 005’45”; 1060 45’53”)
13 ( M-3) : Perairan Muara Sungai Cengkareng Drain, 06006’01”; 1060 44’58”)
14 (M-4) : Muara Sungai Angke saat surut, 06005’45”; 1060 45’53”)
NAB : Nilai ambang batas kualitas air yang disyaratkan untuk keperluan perikanan, konservasi dan pariwisata bahari

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 46]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

3.4.3. Kualitas Sedimen

Hasil penelitian kadar logam berat dalam sedimen di perairan bagian Barat Teluk Jakarta
dan sekitarnya yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Oceanografi LIPI dapat dilihat pada
Tabel 3.19 berikut.

Tabel 3.21. Kadar Logam Berat Dalam Sedimen Di Perairan Bagian Barat Teluk Jakarta
No. Hasil Analisis (Parameter)
ST Pb Cd Cu Zn Ni
1 26,96 0,254 74,70 417,16 18,75
2 20,85 0,217 25,19 143,62 8,18
3 25,65 0,201 40,88 216,38 9,13
4 12,06 0,075 14,50 76,99 6,94
5 32,27 0,291 52,43 497,53 8,32
6 29,82 0,222 45,04 290,60 6,94
7 29,32 0,224 45,25 335,77 7,64
8 10,67 0,103 16,68 119,26 4,58
30 26,37 0,163 31,87 173,78 8,62
Min 10,67 0,075 14,50 76,99 4,58
Max 32,27 0,291 74,70 497,53 18,75
Kisaran 10,67 – 32,27 0,075 – 0,291 14,50 – 74,70 76,99 – 497,53 4,58 – 18,75
Sumber : Pusat Penelitian Oceanografi LIPI, Oktober 2004
Keterangan : No. ST = Stasiun/titik pengamatan pada wilayah Barat teluk Jakarta

Berdasarkan data di atas kadar logam berat (Pb, Cd, Cu, Zn dan Ni) yang terdapat dalam
sedimen di wilayah perairan Teluk Jakarta cukup tinggi. Kadar logam berat tercatat lebih
tinggi pada muara-muara sungai dan wilayah yang berhubungan dengan aktivitas kapal-
kapal yang sedang tambat. Dengan demikian, tingginya kadar logam berat di dalam
sedimen bersumber dari aktivitas kapal dan kegiatan darat. Sedangkan hasil pengukuran
kualitas sedimen pada saat studi ini dilakukan dapat disajikan pada Tabel 3.20 berikut.

Tabel 3.22. Hasil Pengukuran Kualitas Sedimen Di Sekitar Wilayah Studi


Hasil Analisis
No. Parameter Satuan
Sed-1 Sed-2 Sed-3 Sed-4
1. Arsen (As) mg/kg < 0,5 < 0,5 < 0,5 < 0,5
2. Kadmium (Cd) mg/kg < 0,5 < 0,5 < 0,5 < 0,5
3. Khromium total (Cr) mg/kg 64 13 16 12
4. Nikel (Ni) mg/kg 15 11 14 12
5. Raksa (Hg) mg/kg < 0,01 < 0,01 < 0,01 < 0,01
6. Selenium (Se) mg/kg < 0,5 < 0,5 < 0,5 < 0,5
7. Seng (Zn) mg/kg 34 38 38 20
8. Tembaga (Cu) mg/kg 55 24 24 20
9. Timbal (Pb) mg/kg <5 <5 <5 <5
10. Kobalt (Co) mg/kg <5 <5 <5 <5
Sumber : PT. Unilab Perdana, Juli 2006
Keterangan : Sed-1 : Sedimen Muara Kali Kamal
Sed-2 : Sedimen Muara Kali Tunjungan
Sed-3 : Sedimen Muara Cengkareng Drain
Sed-4 : Sedimen Muara Kali Angke

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 47]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Berdasarkan hasil analisis kadar logam berat (As, Cd, Cr, Ni, Hg, Se, Zn, Cu, Pb dan Co)
pada sedimen air laut di beberapa muara sungai (Sed-1 s/d. Sed-4) sekitar wilayah studi
menunjukkan bahwa seluruh parameter yang dianalisis sangat bervariasi, kadar logam berat
yang dominan tinggi adalah Cr, Zn dan Cu pada titik Sed-1. Sedangkan pada titik Sed-2 dan
Sed-3 kadar yang paling tinggi adalah unsur Zn dan Cu. Tingginya unsur logam berat pada
muara sungai ini diduga berasal dari aktivitas di darat yang sedimennya terbawa arus sungai
ke pesisir pantai. Kandungan logam berat yang cukup tinggi ini akan berpengaruh terhadap
kehidupan mangrove dan biota air di sekitarnya.

Dinas Pertambangan DKI & Pusat Pengembangan Geologi Kelautan


Gambar III.34. Peta Sebaran Endapan Sedimen Permukaan Dasar Laut di Teluk Jakarta

Dari analisis laboratorium sampel sedimen di muara sungai di lingkungan Coastal Cell Teluk
Jakarta yang dilakukan oleh Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas
Dipenogero (2012) dapat disimpulkan bahwa jumlah sedimen di daerah tersebut sedikit
karena diameter butiran sedimen di daerah tersebut sangat kecil sekitar 0.0625 mm
kebawah (dominasi lempung atau clay) Selain itu, sebagian besar DAS yang sungainya
bermuara di Coastal cell Teluk Jakarta didominasi oleh hunian padat sehingga sedimen
yang terjadi tidak begitu besar akan tetapi banjir yang terjadi besar dengan potensi sampah
yang cukup tinggi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 48]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.23. Hasil Laboratorium Soil Tes


Nama Muara Berat Jenis satuan (gr/cm3) d50 (mm)
Muara Kamal 1.2993 0.022
Muara Cengkareng 1.3074 0.027
Muara Angke 1.5146 0.072

3.5. KOMPONEN BIOLOGI

3.5.1. Biota Akuatik (Laut)

1. Fitoplakton

Hasil analisis contoh fitoplankton pada 7 stasiun di Teluk Jakarta tercantum pada Tabel
3.21. Kelompok fitoplankton didomonasi oleh Filum Chysophyta Jumlah spesies
fitoplakton yang teridentifikasi ada 31, dengan kisaran antara 15 dan 18 spesies pada
masing-masing stasiun. Coscinodiscus asteromphalus dan Coscinodiscus sp merupakan
2 jenis dominan dilihat dari sebaran dan kelimpahannya. Nilai indeks keragamanan
cukup tinggi, berkisar antara 2,83 dan 3,97. Indeks ekuitabilitas juga cukup tinggi,
berkisar antara 0,72 dan 0,95.

Tabel 3.24. Keragaman dan kelimpahan fitoplankton di wilayah studi


No. Taksa P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
CYANOPHYTA
1 Oscillatoria sp.1 495
2 Aphanocapsa sp. 495 495
CHRYSOPHYTA
3 Amphiprora sp. 495 495 990
4 Bacillaria paradoxa 3465 3960 2475 3465
5 Bacteriastrum sp. 990 495 990 495
6 Biddulphia sp. 495 990 495 495 495
7 Chaetoceros curvisetum 1980 1485 1485 1980 990 2475
8 Chaetoceros sp.1 990 990 495 495
9 Chaetoceros sp.2 495 990 990 1980 495
10 Chaetoceros sp.3 495
11 Coscinodiscus asteromphalus 495 1980 1980 3960 2475 2970 2475
12 Coscinodiscus sp. 990 990 1485 3465 1485 1980 990
13 Guinardia flaccida 1980 1485 1980
14 Hemiaulus sp. 1485 495
15 Lauderia borealis 1980 2475 1980 2475 1980
16 Navicula sp.1 495 990 1485
17 Navicula sp.2 495 1485 990 990
18 Nitzschia longissima 495 990 990 495 495
19 Nitzschia sigma 495 990 495 495 495
20 Nitzschia sp. 990 990 495 990
21 Pleurosigma sp.1 495 990 495 495 495
22 Pleurosigma sp.2 495 495 495 495 495
23 Pleurosigma sp.3 495 495
24 Rhizosolenia alata 990 990 990 495 990
25 Rhizosolenia acuminata 495 990 990 495
26 Rhizosolenia calcar-avis 990 1485 495 495 990 495
27 Rhizosolenia styliformis 495 495 495
CHLOROPHYTA

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 49]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

No. Taksa P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
28 Pediastrum sp. 495
29 Scenedesmus dimorphus 495
30 Scenedesmus quadricauda 990 1485
EUGLENOPHYTA
31 Phacus longicauda 990 495
Jumlah individu / m3 14850 21285 21285 21780 19800 15840 14850
Jumlah Taxa 18 18 18 16 16 15 15
Indeks diversitas H' = - E pi log2 pi
3,97 3,92 3,87 3,60 3,49 2,93 2,83
(SHANNON - WEAVER, 1949)
H-max = Log2S 4,17 4,17 4,17 4,00 4,00 3,91 3,91
Equitailitas (E) = H'/H-max 0,95 0,94 0,93 0,90 0,87 0,75 0,72

Hasil Kajian Lingkungan Rencana Reklamasi PT. KNI oleh Program Pascasarjana Ilmu
Lingkungan Universitas Dipenegoro (2010) menunjukkan bahwa jenis-jenis plankton
yang menghuni perairan di daerah tapak dampak didominasi oleh kelompok polisaprobik,
yaitu: Noctiluca sp, Microcystis sp, Botriococcus sp, Chaetoceros sp, Conyaulax sp,
Peridinium sp dan Sphaerotillus sp. Keseluruhannya merupakan jenis plankton beracun
(toksik) yang dapat membahayakan kehidupan biota air. Dari berbagai jenis plankton
tersebut, jenis Microcystis sp, Botriococcus sp dan Sphaerotillus sp hanya dijumpai di
muara sungai serta perairan pinggiran yang bersalinitas rendah. Sedangkan jenis
Rhizosolenia sp (b-mesosaprobik) hanya dijumpai pada perairan dengan salinitas tinggi
(di atas 10 ppt) dan tidak ditemukan pada perairan bersalinitas rendah (di bawah 10 ppt).
Adapun jenis-jenis plankton pendukung rantai makanan alami biota (terutama kelompok
b-mesosaprobik), yang terdiri dari: Rhizosolenia sp, Nitszchia sp, Pleurosigma sp,
Cyclotella sp, Ceratium sp dan Prorocentrum sp, meskipun jumlah jenisnya hampir sama
dengan kelompok polisaprobik namun kemelimpahannya relatif tidak besar.

Dari analisis trofik-saprobitas dengan cara menghitun Saprobic Index dan Trophic Index
sebagaimana terlihat pada Tabel 3.25 dapat diketahui status pencemaran mikrobia di
badan air sebagai berikut:
a. perairan dengan status pencemaran berat (polisaprobik) dengan nilai SI (Saprobic
Index) ≤0.50 meliputi: semua muara sungai (Cengkareng Drain, Muara Angke dan
Muara Kamal) serta perairan di pinggiran (calon pulau 1 dan 2A). Tingkat cemaran
mikroba yang tinggi di perairan tersebut dikarenakan besarnya kelimpahan mikroba
polisaprobik beracun, antara lain : Noctiluca sp, Microcystis sp, Botriococcus sp,
Chaetoceros sp, Conyaulax sp, Peridinium sp.
b. perairan dengan status pencemaran sedang (mesosaprobik) dengan nilai SI
(Saprobic Index) >0.50 meliputi perairan di tengah (jarak > 2 km dari garis pantai),
terutama calon lokasi pulau 2B ujung barat laut dan 2A ujung utara/barat laut.

Tinggi dan rendahnya saprobitas di perairan ternyata ada hubungannya dengan


kandungan bahan organik dalam air (BOD) dan Bakteri, sebagaimana terlihat pada tabel
3.25. Nilai saprobitas yang rendah (<0.50) dengan dominasi mikroba polisaprobik
(indikator pencemaran berat) yang tinggi ternyata berada pada perairan dengan kadar
bahan organik (BOD) tinggi (>20 mg/l) dan kandungan bakteri tinggi (>10.000 MPN/100

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 50]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

ml). Pada perairan dengan kandungan bahan organik rendah (BOD <20 mg/l) nilai indeks
saprobiknya (SI) tinggi (>0.50) dan didominasi oleh mikroba mesosaprobik (indikator
pencemaran ringan sampai sedang). Dilihat dari nilai SI dan TI dapat dinyatakan bahwa
perairan di daerah tapak dampak kegiatan reklamasi KNI termasuk kategori meso-
polisaprobik (derajat pencemaran mikroba tingkat sedang sampai berat) dengan tingkat
produkstivitas/kesuburan tipe Meso-Eutrof (Meso-politrofik). Atau dengan kata lain,
perairan tersebut berada pada status pencemaran mikroba tingkat berat dan didominasi
oleh mikroba yang tidak sepenuhnya bermanfaat bagi kehidupan nekton.

Dengan adanya reklamasi KNI diprakirakan akan menyebabkan peningkatan saprobitas


perairan akibat semakin besarnya cemaran bahan organik pada tahap konstruksi dan
operasi. Beban cemaran sampah dan bahan organik dari sungai sungai yang bermuara
ke Teluk Jakarta (S. Cengkareng Drain, S. Angke dan lain-lain) cenderung akan memicu
perkembangan mikroba polisaprobik dan menurunkan nilai saprobic index dan trophic
index (SI dan TI) perairan.

Tingkat keanekaragaman hayati fitoplankton dari hasil survey singkat adalah sebagai
berikut Dalam tabel tersebut terlihat nilai dari masing-masing indeks keanekaragaman
hayati genera fitoplankton yang terdapat di perairan pada waktu musim penghujan
(November 2010). Hal yang mendapat perhatian adalah perairan muara dan perairan
sekitar sungai Angke (stasion 14 dan 12) yang menunjukkan perbedaan nilai indeks dari
stasion-stasion lainnya. Akan tetapi apabila diadakan analisis lanjut menggunakan
Cluster Analysis komunitas fitoplankton berdasarkan similaritas Simpson, dapat diketahui
bahwa komunitas fitoplankton mengikuti tipe muara sungai. Perairan bakal kegiatan
reklamasi P1 memiliki tipe komunitas fitoplankton yang merupakan gambaran penagruh
dari sungai Angke. Perairan bakal kegiatan reklamasi P2B memiliki komunitas
fitoplankton yang merupakan gambaran pengaruh dari sungai Kamal dan Dadap,
sedangkan komunitas fitoplankton di wilayah bakal kegiatan reklamasi P2A memiliki
komunitas antara dari perairan bakal P1 dan P2B. Hasil analisis ini dapat dilihat dalam
Gambar III.35.

Tabel 3.25. Nilai keanekaragaman hayati fitoplankton di masing-masing stasion


pengamatan di perairan laut dan muara sungai calon lokasi kegiatan
reklamasi KNI di teluk Jakarta
Stasion
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Taxa_S 9 9 8 9 8 9 8 9 11 9 8 7 12 14
Individuals 1130 930 620 960 460 500 450 300 820 580 590 420 810 770
Dominance_D 0,1963 0,2015 0,2086 0,1678 0,2013 0,1992 0,2178 0,1756 0,1794 0,2319 0,1543 0,1587 0,1239 0,09799
Shannon_H 1,884 1,794 1,757 1,986 1,774 1,865 1,801 1,969 2,077 1,817 1,97 1,895 2,278 2,462
Simpson_1-D 0,8037 0,7985 0,7914 0,8322 0,7987 0,8008 0,7822 0,8244 0,8206 0,7681 0,8457 0,8413 0,8761 0,902
Evenness_e^H/S 0,7309 0,6681 0,7246 0,8097 0,7368 0,7171 0,7573 0,7962 0,7256 0,6835 0,8962 0,9503 0,8132 0,838
Menhinick 0,2677 0,2951 0,3213 0,2905 0,373 0,4025 0,3771 0,5196 0,3841 0,3737 0,3294 0,3416 0,4216 0,5045
Margalef 1,138 1,17 1,089 1,165 1,142 1,287 1,146 1,403 1,49 1,257 1,097 0,9933 1,643 1,956
Equitability_J 0,8573 0,8165 0,8451 0,9039 0,8531 0,8486 0,8663 0,8963 0,8662 0,8268 0,9473 0,9738 0,9168 0,933
Fisher_alpha 1,335 1,382 1,296 1,374 1,376 1,559 1,382 1,747 1,796 1,512 1,309 1,193 1,997 2,43
Berger-Parker 0,354 0,3226 0,3226 0,3125 0,3261 0,36 0,4 0,3333 0,3659 0,431 0,2542 0,2381 0,2469 0,1558

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 51]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.35.
Hasil Cluster Analysis Komunitas Fitoplankton Di Wilayah Calon Kegiatan Reklamasi KNI
Dengan Menggunakan Pengukuran Similaritas Simpson

2. Zooplankton

Hasil analisis contoh zooplankton tercantum pada Tabel 3.26. Komunitas zooplankton
didmonasi oleh Crustacea dan Ciliata. Jumlah spesies yang teridentifikasi relatif rendah
yaitu 15 dan pada masing stasiun berkisar antara 6 dan 8 taksa. Kelimpahan masing-
masing taksa relatif merata dan genus Acartia spp merupakan spesies yang relatif
dominan. Kelimpahan erbentos tertinggi terdapat pada stasiun P2 dan terendah pada P6.
Indeks keragaman cukup baik, berkisar antara 2,50 dan 3,08. Demikian juga dengan
ekuitabilitasnya cukup tinggi, mendekati 1.

Tabel 3.26. Keragaman dan kelimpahan zooplankton di wilayah studi


No. Taksa P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
ARTHROPODA
CRUSTACEA
1 Acartia sp. 495 1485 495 990 495
2 Acartia sp. (nauplius) 1485 990 495 990
3 Microstella sp. 990 495 495 495
4 Oithona sp. 495 990 495 495
5 COPEPODA (sp. Nauplius) 990 1485 990
6 COPEPODA (sp.) 495 495 495 495 990
PROTOZOA
CILIATA
7 Codonellopsis sp. 495 990 495 495
8 Favella campanula 495 990 495 495
9 Favella sp. 495 495 495
10 Leptotintinnus nordqvisti 495 495 990
11 Tintinnopsis gracilis 495 495 495
12 Tintinnopsis radix 497 990 990 495
13 Tintinnus lusus-undae 495 495 495
RHIZOPODA
14 Centropyxis acureata 495
SARCODINA
15 Globigerina sp. 990
Jumlah individu / m3 4950 7922 4455 4455 4950 3960 4455
Jumlah Taxa 7 9 7 6 8 7 7
Indeks diversitas H' = - E pi log2 pi 2,65 3,03 2,73 2,50 3,08 2,60 2,73
(SHANNON - WEAVER, 1949)
H-max = Log2S 2,81 3,17 2,81 2,58 3,00 2,81 2,81
Equitailitas (E) = H'/H-max 0,94 0,96 0,97 0,97 1,03 0,92 0,97

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 52]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

3. Bentos

Kondisi komunitas bentos sangat miskin, baik keragaman maupun kelimpahannya (Tabel
3.27). Spesies bentos yang teridentifikasi ada 15, dan di masing-masing stasiun berkisar
antara 2 dan 7 spesies. Nematoda merupakan kelompok bentos yang dominan. Nilai
indeks keanekaragaman rendah, berkisar antara 0,92 dan 2,42. Tetapi ekuitabilitasnya
cukup baik, berkisar antara 0,57 dan 1,00.

Tabel 3.27. Keragaman dan kelimpahan bentos di lokasi penelitian


No. Taksa P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
MOLUSCA
BIVALVIA
1 BIVALVIA (sp.1) 4 7 3 3
2 BIVALVIA (sp.2) 1
GASTROPODA
3 Volvulella sp. 1
4 GASTROPODA (sp.1) 2 1
5 GASTROPODA (sp.2) 1
ARTHROPHODA 1
CRUSTACEA
6 CRUSTACEA (sp.1) 1
INSECTA
DIPTERA
Chironomidae 1 2 1
7 DIPTERA (sp.1) 2 1 2
8 DIPTERA (sp.2) 1
9 DIPTERA (sp.4) 1
PLECOPTERA
10 PLECOPTERA (sp.1) 1
ANNELIDA
OLYGOCHAETA
11 OLYGOCHAETA (sp.3) 2
POLYCHAETA
12 POLYCHAETA (sp.1) 3 13
13 POLYCHAETA (sp.2) 1
NEMATHELMINTHES
14 NEMATODA (sp.1) 22 2 5 1 3
Jumlah individu / sampel 6 29 2 3 20 8 20
Jumlah Taxa 4 4 2 2 7 5 4
Indeks diversitas H' = - E pi log2 p
1,92 1,13 1,00 0,92 2,42 2,16 1,44
(SHANNON - WEAVER, 1949)
H-max = Log2S 2,00 2,00 1,00 1,00 2,81 2,32 2,00
Equitailitas (E) = H'/H-max 0,96 0,57 1,00 0,92 0,86 0,93 0,72

4. Nekton

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan yang dilakukan oleh Program Pascasarjana


Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro dan informasi dari nelayan serta Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta Utara, diperoleh data
tentang keberadaan nekton (ikan dan biota lainnya) di perairan pesisir Teluk Jakarta
sebagaimana terlihat pada Tabel 3.28 berikut.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 53]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.28. Jenis-jenis Nekton (Ikan)


No Jenis Nekton/Ikan Keterangan

1 Kepiting (Scylla sp dan Sesarmid)


2 Kerang Kepah/Totok (Polymesoda erosa) Habitat di mintakad Litoral (perairan di
3 Mujahir (Tilapia mossambica, Oriochromis mossambicus) kawasan Mangrove dan Muara Sungai)
4 Belanak (Mugil sp)
5 Bandeng (Chanos chanos) Habitat Tambak
6 Udang (Penaeus monodon, P. vannamei) Habitat Tambak
7 Kerang Hijau (Mytilus viridis) Menempel di bagan tancap/Sedentary
Kerang Darah (Anadara sp)
8 Habitat dasar sublitoral bersifat sedentary
Kerang Bulu (Verna sp)
9 Teri (Stolephorus indicus)
Habitat/Fishing Ground, perairan neritik dui
10 Belanak (Mugil sp, Valamugil sp)
sekitar bagan/rumpon (pelagis kecil)
11 Kembung (Rastrelliger sp)
Populasi nekton di daerah pinggiran Teluk
Jakarta cenderung menurun (berkurang) dan
CATATAN sering terjadi kematian massal nekton (biota
air) akibat pencemaran air blooming plankton
beracun.
Sumber : Kajian Lingkungan Rencana Reklamasi PT Kapuk Naga Indah (2010)

Data dan informasi nekton perairan pesisir Teluk Jakarta diperoleh dari hasil pengamatan
Fahmi, M.Sc peneliti Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI selama tahun 2011 di desa Kali
Adem. Contoh ikan yang diamanati berasal dari hasil tangkapan nelayan tradisional di
sekitar perairan pantai Teluk Jakarta. Tabel 3.29 mempelihatakan bahwa paling tidak ada
46 spesies ikan bertulang keras (Kelas Teleostei) dan 6 spesies ikan bertulang rawan
(Kelas Chondroichthyes) terdapat di prairan Teluk Jakarta.

Sebagian besar ikan-ikan tersebut adalah penghuni dasar perairan (demersal). Hampir
semua spesies merupakan ikan niaga penting. Famili Sciaenidae mempunyai spesies
paling banyak, karena famili ini mengadung banyak spesies yang hidup di perairan
muara dan sekitarnya. Jenis yang paling diminati dan rasanya enak apabila diolah
menjadi ikan asin adalah ikan Senangin (Eleutheronema tetradactylum). Jenis-jenis
lainnya umumnya dnamakan ikan Gulamah yang terdiri dari beberapa marga ( Nibea,
Dendrophysa, Otholites, Johnius dan Penhania). Ikan Petek, termasuk Famili
Leiognathidae (Leiognathus spp) juga mengandung spesies yang banyak. Ikan biasanya
tertangkap dengan alat bagan dan jaring dalam kelompok yang cukup besar.

Kenyataan yang patut dicatat adalah keberadaan ikan Ketang-ketang, Scatophagus


argus dan Drepane punctata, yang cukup dominan dalam tangkapan nelayan. Kedua
spesies ini memang penghuni perairan dangkal dan sekitar muara sungai dengan
perairan keruh. Meningkatnya populasi kedua jenis ikan ini mengundang beberapa
pertanyaan menarik: (i) Apakah ada spesies pesaingnya yang hilang dari perairan ini,
karena pencemaran yang berat, sehingga memberi kesempatan kedua spesis ini
meningkat populasinya; (ii) Melimpangnya ketersediaan makanan yang melimpah akibat
eutrofikasi. Kelompok ikan pelagis didominasi oleh Famili Clupeidae, yaitu Lemuru
(Sardinella lemuru) dan ikan Lompa (Thryssa baelama). Ikan-ikan niaga lainnya yang

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 54]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

penting adalah Famili Carangidae (Ikan Kuwe), Pamadasydae (Gerot-Gerot), Lutjanidae


(Jenaha) dan Lethrinidae (Lencam). Kemudian kelompok ikan bertulang rawan
didominaasi oleh Ikan Pari dari Famili Dasyatidae.

Dilihat dari sisi keragaman spesies, perairan Teluk Jakarta masih potensial sebagai
sumberdaya perikanan bagi nelayan tradisiona, meskipun demarannyaari tahun ke tahun
tingkat pencemarannya terus meningkat. Upaya PT. Kapuk Naga Indah yang telah mulai
menghijaukan bibir pantai Teluk Jakarta patut dihargai dan dilanjutkan.

Tabel 3.29. Nekton Pantai Teluk Jakarta (Mauara Angke-Kamal Muara, berdasarkan
hasil pengamatan Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI tahun 2011-2012)
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Catatan
A Ikan Bertulang keras Kelas: Teleostei
1 Bandeng Chanos chanos Chanidae Merupakan jenis yang dibudidayakan di
tambak
3 Bawal hitam Pampus niger Stromateidae Demersal, hidup di perairan pantai dan
merupakan jenis komersial penting
3 Bibir tebal Plectorhinchus sp Plectorhinchydae Demersal. Hdup diperairan yang berbatu
atesarau dekat dengan terumbu karang
4 Biji nagka Upeneus Mullidae Demersal, dasar perairan berpasir, kadang-
quadrilineatus kadang tertangkap dalam jumlah besar .
5 Biji nagka Upeneus sundaicus Mullidae Demersal, dasar perairan berpasir, kadang-
kadang tertangkap dalam jumlah besar
6 Gebel Platax orbicularis Platacidae Demersal, hidup di perairan pantai mulai dari
muara sungai, dasar perairan berbatu samapai
di sekitar terumbu karang
7 Gebel Platax batavianus Platacidae Demersal, hidup di perairan pantai mulai dari
muara sungai, dasar perairan berbatu samapai
di sekitar terumbu karang
8 Gerot-gerot Pomadasys Pomadasydae Demersal, perairan pantai samapai dengan
maculatum muara sungai dengan dasar perairan
berlumpur. Merupakan kelompok dominan
dalam hasil tangkapan
9 Gerot-gerot Pomadasys hasta Pomadasydae Demersal, perairan pantai samapai dengan
muara sungai dengan dasar perairan
berlumpur. Merupakan kelompok dominan
dalam hasil tangkapan
10 Gerot-gerot Pomadasys Pomadasydae Demersal, perairan pantai samapai dengan
kaakanmersa muara sungai dengan dasar perairan
berlumpur. Merupakan kelompok dominan
dalam hasil tangkapan
11 Gulamah Nibea soldado Sciaenidae Demersal, perairan pantai samapai dengan
muara sungai dengan dasar perairan
berlumpur. Merupakan kelompok dominan
dalam hasil tangkapan
12 Gulamah Dendrophysa ruselli Sciaenidae Demersal, perairan pantai samapai dengan
muara sungai dengan dasar perairan
berlumpur. Merupakan kelompok dominan
dalam hasil tangkapan
13 Gulamah Johnius carouna Sciaenidae Demersal, perairan pantai samapai dengan
muara sungai dengan dasar perairan
berlumpur. Merupakan kelompok dominan
dalam hasil tangkapan
14 Gulamah Johnius carouna Sciaenidae Demersal, perairan pantai samapai dengan
muara sungai dengan dasar perairan
berlumpur. Merupakan kelompok dominan
dalam hasil tangkapan
15 Gulamah Pennahia anea Sciaenidae Demersal, perairan pantai samapai dengan
muara sungai dengan dasar perairan
berlumpur. Merupakan kelompok dominan
dalam hasil tangkapan
16 Hayam Monacanthus Monacanthidae Demersal, dasar perairan berpasir dan bukan
chinensis merupakan ikan niaga

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 55]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

No Nama lokal Nama ilmiah Famili Catatan


17 Ikan lidah Cynoglossus sp. Cynoglossidae Ikan yang sebagian besar hidupnya berada di
dasar perairan
18 Ikan lidah Cynoglossus sp. Cynoglossidae Ikan yang sebagian besar hidupnya berada di
dasar perairan
19 Ikan sebelah Psettodes erumei Psettodidae Ikan yang sebagian besar hidupnya berada di
dasar perairan
20 Jenaha Lutjanus Lutjanidae Salah satu ikan niaga yang penting di
monostigma peraiaran Laut Jawa
21 Kerapu Epinephelus Serranidae Salah satu spesies kerapu yang menghuni
quoyanus perairan pesisir dan muara sungai
22 Kerapu lumpur Epinephelus tauvina Serranidae Salah satu spesies kerapu yang menghuni
perairan pesisir dan muara sungai yang dapat
mencapai ukuran sangat besar.
23 Kerong-kerong Therapon theraps Theraponidae Spesies ikan penguni perairan pantai yang
dangkal, berukuran kecil dan menjadi bahan
untuk ikan asin
24 Ketang-ketang Scathopagus argus Scathopagidae Spesies penghuni perairan pantai sampai
muara sungai. Seringkali terdapat di sekitar
dermaga pelabuhan. Hal yang menarik adlah
jenis ini meupakan jenis domina dalam hasil
tangkapan nelayan
25 Ketang-ketang Drepane punctata Drepanidae Sama dengan S. argus, tetapi menghuni
perairan agak ke tengah. Hidup
bergerombol,Juga merupakan spesies
dominan dalam hasil tangkapan nelayan.
26 Kurisi Nemipterus sp. Nemipteridae Penghuni perairanyang berbatu-batu. Hidup
dalam gerombolan
27 Kuwe Caranx sp. Carangidae Bersifat pelagis dan merupakan s pesies
bernilai niaga, hidup di perairan pantai.
Seringkali terdapat di sekitar perairan berbatu
atau sekitar terumbu karang
28 Kuwe rombeh Alectis sp. Carangidae Ikan niaga penting di wilayah pesisir dan
kadang-kadang terdapat dalam gerombolan.
29 Kuwe rombeh Alectis indicus Carangidae Sama dengan spesies di atasnya
30 Lemuru Sardinella lemuru Clupeidae Pelagis, hidup bergerombol dan biasa
dijadikan bahan untuk ikan asin
31 Lencam Lethrinus harak Lethrinidae Demersal, hidup di perairan pantai dengan
dasar perairan yang berbatu atau sekitar
terumbu karang.
32 Lompa Thryssa baelama Clupeideae Pelagis, hidup bergerombol di perairan pantai,
seringkali dijadikan sebagai iakn asin
33 Lowang Trachinotus blochii Carangidae Pelagis di perairN pantai, seringkali
tertangkapa denagan alat pancil. Ikan niaga
yang cukup bernilai ekonomi tinggi>
34 Mayung Arius thalassinus Ariidae Demersal, uara sungai.cenderung hidup di
sekitar muara sungai. Kalau diasin
diperdagangkan dengan nama jambal roti.
35 Mujahir laut Acanthopagrus Pagridae Demersal, dan jarang tertangkapa oleh
berda nelayan.
36 Pasir-pasir Scolopsis Scolopsidae Sesuai dengan namanya, ikan ini umumnya
taeniopterus hidup di perairan dengan dasar pasir. Bukan
merupakan tangkapan yang dominan.
37 Petek Gerres decacanthus Gerridae Demersal, perairan pantai dan hidup
bergerombol. Seringkali tertangkap dengan
alat bagan dan jaring. Umumnya dijual dalam
bentuk ikan asin. Dalam tangkapan biasanya
terdiri beberapa spesies
38 Petek Gerres filamentosus Gerridae Demersal, perairan pantai dan hidup
bergerombol. Seringkali tertangkap dengan
alat bagan dan jaring. Umumnya dijual dalam
bentuk ikan asin. Dalam tangkapan biasanya
terdiri beberapa spesies
39 Petek Leiognathus Leiognatgidae Demersal, perairan pantai dan hidup
decorus bergerombol. Seringkali tertangkap dengan
alat bagan dan jaring. Umumnya dijual dalam
bentuk ikan asin. Dalam tangkapan biasanya
terdiri beberapa spesies
40 Petek Leiognathus Leiognatgidae Demersal, perairan pantai dan hidup
equulus bergerombol. Seringkali tertangkap dengan
alat bagan dan jaring. Umumnya dijual dalam

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 56]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

No Nama lokal Nama ilmiah Famili Catatan


bentuk ikan asin. Dalam tangkapan biasanya
terdiri beberapa spesies
41 Petek Leiognathus sp.1 Leiognatgidae Demersal, perairan pantai dan hidup
bergerombol. Seringkali tertangkap dengan
alat bagan dan jaring. Umumnya dijual dalam
bentuk ikan asin. Dalam tangkapan biasanya
terdiri beberapa spesies
42 Samgeh Otholites ruber Scaenidae Demersal, hidup di pantai dan muara sungai.
Merupakan hasil tangkapan yang lazim
diperoleh nelayan setempat.
43 Sembilang karang Plotossus anguillaris Plotosidae Demersal, tidak lazim tertangkap, umumnya
hidup di perairan sekitar terumbu karang
44 Senangin Eleutheronema Sciaenidae Salah satu spesies ikan niaga yang bernilai
tetradactylum ekonomi tinggi. Hidup di sekitar muara sungai
dan perairan sekitarnya
45 Tanda-tanda Lutjanus johni Litjanidae Demersal, salah satu ikan niaga penting di
wilayah pesisir. Biasanya hidup di perairan
yang agak dalam dengan dasar perairan
berpasir
46 Wrejung Sillago sihama Sillaginidae Ikan berukuran kecil, demersal. Perairan pantai
dengan dasar perairan dominal pasir.
B Ikan Bertulang Rawan Kelas: Chondroichthyes
1 Pari Himantura Dasyatidae Hidup di dasar perairan, tetapi tidaerombolk
pastinacoides hidup bergerombol. Makanannya terutama
hewan-hewan bentik. Merupakan tangkapan
lazin oleh nelayan setempat
2 Pari Kembang Himantura jenkinsii Dasyatidae Hidup di dasar perairan, tetapi tidaerombolk
hidup bergerombol. Makanannya terutama
hewan-hewan bentik. Merupakan tangkapan
lazin oleh nelayan setempat
3 Pari Himantura Dasyatidae Hidup di dasar perairan, tetapi tidaerombolk
uarnacoides hidup bergerombol. Makanannya terutama
hewan-hewan bentik. Merupakan tangkapan
lazin oleh nelayan setempat
4 Pari Himantura uarnak Dasyatidae Hidup di dasar perairan, tetapi tidaerombolk
hidup bergerombol. Makanannya terutama
hewan-hewan bentik. Merupakan tangkapan
lazin oleh nelayan setempat
5 Pari Himantura walgasia Dasyatidae Hidup di dasar perairan, tetapi tidaerombolk
hidup bergerombol. Makanannya terutama
hewan-hewan bentik. Merupakan tangkapan
lazin oleh nelayan setempat
6 Pari Neotrygon kuhlii Dasyatidae Hidup di dasar perairan, tetapi tidaerombolk
hidup bergerombol. Makanannya terutama
hewan-hewan bentik. Merupakan tangkapan
lazin oleh nelayan setempat

3.5.2. Mangrove

1. Komposisi Jenis

Berdasarkan hasil pengamatan vegetasi Di Hutan Lindung Angke-Kapuk Muara Angke


yang letaknya memanjang sejajar pantai sepanjang + 1 km dengan lebar 50 meter
tercatat total tumbuhan sebanyak 36 jenis, 32 marga dan 27 suku (Gambar III.36.). Jenis-
jenis tersebut terdiri dari 9 jenis mangrove sejati dan 27 jenis mangrove ikutan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 57]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

40

35

30

25

20

15

10

0
jenis marga suku

Gambar III.36. Total Tumbuhan Di Hutan Lindung Angke-Kapuk Muara Angke

Bila dibandingkan dengan hasil survey penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Ecodata pada tahun 2004, tercatat jumlah total tumbuhan sebanyak 41 jenis yang
dikelompokkan menjadi 13 jenis mangrove sejati dan 28 jenis mangrove ikutan. Atas
dasar ini jumlah total jenis tumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah sebanyak
87,8 % atau mengalami penurunan sebanyak 12,2 %, mangrove sejati mengalami
penurunan mencapai 10,77 % dan mangrove ikutan mencapai 3,57 %, bila dibandingkan
dengan jumlah total jenis tumbuhan pada tahun 2004 pada lokasi yang sama. Penurunan
jumlah jenis mangrove di hutan lindung Angke-Kapuk tersebut saat ini terutama
disebabkan oleh kerusakan/gangguan habitat mangrove akibat timbunan sampah yang
saat ini mencapai kedalaman 2 m (IPB, Bogor 2007), dan sampah yang ada tersebar
sepanjang garis pantai (± 2 km) dengan lebar antara 15 hingga 50 m (Fakultas Biologi
Unas, 2006).

Timbunan sampah di hutan lindung Angke-Kapuk mengakibatkan gangguan/ tidak dapat


tumbuhnya semai dan anakan mangrove yang membutuhkan substrat/sedimen untuk
tempat tumbuhnya, terganggunya respirasi/pernafasan, berkurangnya unsure
hara/nutrient yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya dan kemungkinan adanya
senyawa toksik yang dapat mengganggu kehidupan mangrove. Selain itu, buruknya
kualitas perairan estuary akibat limbah cair yang terbawa aliran sungai, gangguan akibat
aktivitas manusia dan proses abrasi ikut berperan dalam penurunan keanekaragaman
jenis mangrove di hutan lindung Angke-Kapuk.

Jumlah jenis di masing-masing tingkat pertumbuhan yang terdapat pada masing-masing


petak contoh menunjukkan adanya kesamaan komposisi jenis baik pada tingkat pohon,
anakan, semai rata-rata relatif rendah, yaitu kurang dari 50 % (Tabel 3.30). Namun bila
dibandingkan antara petak diantaranya ada yang memiliki kesamaan komposisi lebih dari
50 % seperti yang disajikan pada Tabel 3.31.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 58]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.30. Nilai Indeks kesamaan jenis (IS) antar tegakan pertumbuhan
Tegakan Pohon Anakan Semai
Pohon * 31,57 27,66
Anakan * 34,04
Semai *

Tabel 3.31. Nilai Indeks kesamaan jenis (IS) antar petak lokasi (IS > 50 %)
Pohon Anakan Semai
IS (%) petak I petak II IS (%) petak I petak II IS (%) petak I petak II
88,96104 1 5 75,60976 1 5 73,47585 3 4
80,12422 1 6 73,30827 3 4 68,51675 1 4
69,5652 5 6 70,23411 2 3 57,44186 2 4
63,83467 2 3 66,01942 1 4 56,0579 3 1
58,91213 3 4 54,0717 2 3
56,37329 7 8 52,9161 1 2
55,65217 2 6

Rendahnya nilai IS ini juga menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi
di masing-masing petak contoh. Pengaruh lingkungan di Hutan Lindung Angke-Kapuk
Muara Angke memberikan pengaruh yang berbeda pada jenis-jenis tumbuhan di masing-
masing petak contoh. Lack (1971), menyatakan bahwa karakteristik suatu habitat akan
mempengaruhi jumlah jenis individu di suatu habitat tersebut, apabila dua habitat yang
berbeda jarak namun memiliki karakteristik habitat yang sama maka individu yang ada
tidak akan berbeda jauh. Seleksi jenis diduga terdapat atau terjadi hal ini ditunjukan oleh
jenis-jenis yang berbeda pada tiap petak contoh dan seleksi individu juga terjadi hal ini
ditunjukkan dengan adanya individu yang mendominasi area Hutan Lindung Angke-
Kapuk Muara Angke.

2. Struktur Komunitas

a. Tingkat Kehadiran
Tingkat kehadiran suatu jenis dapat dilihat dari nilai frekuensi dari masing -masing
jenis yang ditemukan di dalam suatu kawasan. Penyebaran kelas frekuensi
menunjukkan bahwa 11,11 % dari jenis yang ada mempunyai kelas frekuensi 10,1 –
20 % yaitu jenis Avicenia alba dan Rhizopora stylosa dengan frekuensi 11,11 % dan
12,96 % untuk tingkat pohon, jenis Morinda citrifolia dan Rhizopora stylosa dengan
frekuensi 12 % dan 14 % untuk tingkat anakan serta jenis Acrostichum aureum
dengan frekuensi 10,29 % untuk tingkat semai sedangkan sisanya yakni 88,89 %
jenis yang memiliki nilai frekuensi kurang dari 10 %. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat kehadiran dari masing-masing jenis yang ada relatif kecil.Rendahnya tingkat
kehadiran jenis ini menunjukkan telah terjadinya kerusakan/gangguan terhadap
habitat mangrove sehingga jenis yang ada umumnya tidak mampu menyebar secara
merata dan cenderung mengelompok di habitat tertentu.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 59]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

b. Tingkat Kerapatan
Jumlah individu pada masing-masing tingkat pertumbuhan di daerah penelitian
tercatat 3 tegakan, meliputi 2.472 individu tingkat pohon, 1.262 individu tingkat
anakan dan 3.767 individu tingkat semai atau kerapatan masing-masing adalah
1.105,33 ind/ha pohon, 14.022,22 ind/ha anakan dan 1.163.055,56 ind/ha semai.
Jenis vegetasi mangrove yang memiliki nilai kerapatan relatif tertinggi adalah jenis
Avicenia alba untuk tingkat pohon, jenis Avicenia alba untuk tingkat anakan dan jenis
Rhizopora stylosa dan Avicenia alba untuk tingkat semai. Jenis tumbuhan yang
memiliki nilai kerapatan relatif tertinggi memiliki pola kesesuaian yang besar terhadap
berbagai faktor lingkungan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut
Yunianto, dkk (2005) nilai kerapatan relatif yang tinggi menunjukkan bahwa suatu
jenis tumbuhan memiliki regenerasi yang berjalan baik sehingga untuk beberapa
waktu yang akan datang memungkinkan kondisi habitat menjadi lebih baik akibat
banyaknya jumlah tumbuhan perintis yang tumbuh dan berkembang. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa secara umum, kerapatan jenis pohon mangrove di
hutan lindung Angke-Kapuk tergolong rendah, sehingga regenerasi semai dan
anakan perlu diperhatikan.

c. Urutan Dominansi Pada Masing-Masing Tingkat Pertumbuhan


Nilai dominasi menunjukkan derajat penguasaan ruang atau tempat tumbuh oleh
suatu jenis pada suatu tipe komunitas. Jenis mangrove yang mendominasi dapat
diketahui dengan indeks nilai penting (INP), yaitu besaran yang menunjukkan
kedudukan suatu jenis tumbuhan terhadap jenis tumbuhan lain di dalam suatu
komunitas. Pada tingkat pohon indeks nilai penting yang paling tinggi adalah jenis
Avicenia alba, pada tingkat anakan yang memiliki indeks nilai penting tertinggi adalah
jenis Avicenia alba dan pada tingkat semai jenis yang memiliki indeks nilai penting
tertinggi adalah Rhizopora stylosa. Jenis Avicenia alba dan Rhizopora stylosa
merupakan jenis mangrove yang telah diketahui memiliki adaptasi dan toleransi yang
tinggi terhadap kondisi lingkungan habitatnya.

d. Penyebaran Tinggi dan Diameter


Untuk menggambarkan suksesi komunitas, dapat dilihat dari distribusi kelas diameter
dan kelas tinggi pohon (Soedjito, 1988). Pada penyebaran kelas diameter batang di
hutan mangrove ini menunjukkan bahwa 56,22% merupakan pohon kecil (0 - < 10
cm), 37,94% merupakan pohon sedang (10 – < 30 cm), sedangkan pohon besar
5,84%. Analisis tinggi pohon menunjukkan pohon kecil sebanyak 63,58% dengan
ketinggian pohon < 5 m, cukup tinggi (5 - 20 m) sebanyak 15,46% dan tinggi (>20 m)
sebesar 20,96% (Gambar III.37).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 60]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

6000

5000 4768

jumlah individu
4000
tinggi
3000
diameter
2000 1664 1572
1159 1138
1000 434 278
0 0 218
0
0-<5 5 - < 10 10 - < 20 20 - < 30 > 30
stratifikasi kisaran tinggi (m) dan diameter (cm)

Gambar III.37. Sebaran Tinggi dan Diameter Tumbuhan yang Menyusun Hutan
Lindung Angke – Kapuk

Tumbuhan dengan ketinggian 0 hingga kurang dari 20 meter didominasi oleh jenis
Avicenia alba dengan jumlah nilai penting relatif 27,91 % sedangkan tumbuhan
dengan ketinggian lebih dari 20 meter tidak dijumpai. Tumbuhan dengan diameter 0
hingga kurang dari 30 cm didominasi oleh jenis Avicenia alba namun untuk tumbuhan
dengan diameter lebih dari 30 cm didominasi oleh jenis Avicenia marina dengan
jumlah nilai penting relatif 15,43 %. Berdasarkan jumlah individunya, tumbuhan di
Hutan Lindung Angke-Kapuk ini lebih dikuasai oleh tumbuhan tingkat bawah, hal ini
dapat dilihat dari Gambar III.37 yang menunjukkan jumlah individu yang menyusun
Hutan Lindung Angke-Kapuk tiap stratifikasinya. Zonasi mangrove di Hutan Lindung
Angke – Kapuk telah mengalami kerusakan, hal ini ditunjukkan dengan tidak terlihat
lagi zonasi-zonasi mangrove pada lokasi ini atau beberapa jenis mangrove yang ada
tersebar secara acak, hanya jenis Avicenia sp. masih mendominasi area tepi pantai
dan membentuk suatu zonasi.

3. Keanekaragaman Jenis

Komunitas mangrove yang menyusun Hutan Lindung Angke – Kapuk hanya tediri dari
beberapa jenis. Nilai indeks keanekaragaman (H’) jenis tumbuhan mangrove di Hutan
Lindung Angke-Kapuk Muara Angke tergolong rendah yakni sebesar 1,753 sedangkan
untuk tiap tingkatan pertumbuhannya juga relatif rendah yakni, untuk tegakan pohon
memiliki H’ sebesar 1,193, anakan 1,989 dan untuk tingkat tegakan semai sebesar 1,693
(Gambar III.38). Hal ini sesuai dengan pendapat Magurran (1987) yang menyatakan
kisaran nilai indeks keanekaragaman (H’) antara 0 – 2,302 tergolong rendah, H’ : 2,302 –
6,907 tergolong sedang, jika nilai H’ lebih dari 6,907 tergolong tinggi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 61]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

2,5

indekskeanekaragaman(H')
2

1,5

0,5

0
pohon anakan semai
tingkat tegakan pertumbuhan

Gambar III.38. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) Total Pada Tiap Tingkat Tegakan

Jika dilihat dari kisaran indeks keanekaragaman tiap lokasi petak maka keanekaragaman
jenis mangrove di Hutan Lindung Angke Kapuk juga tergolong rendah, yaitu nilainya
berkisar antara 0,012 sampai 1,008 (Gambar III.39).

Indeks Keanekaragaman (H')

1,2

0,8 pohon
0,6 anakan
0,4 semai

0,2

0
plot 1 plot 2 plot 3 plot 4 plot 5 plot 6 plot 7 plot 8 plot 9
plot

Gambar III.39. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) Pada Tiap Petak Contoh (Plot)

Rendahnya keanekaragaman jenis mangrove di hutan lindung Angke-Kapuk tersebut


saat ini terutama disebabkan oleh kerusakan/gangguan habitat mangrove akibat
timbunan sampah yang saat ini mencapai kedalaman 2 m (IPB, Bogor 2007), dan
sampah yang ada tersebar sepanjang garis pantai (± 2 km) dengan lebar antara 15
hingga 50 m (Fakultas Biologi Unas, 2006). Timbunan sampah di hutan lindung Angke-
Kapuk mengakibatkan gangguan/ tidak dapat tumbuhnya semai dan anakan mangrove
yang membutuhkan substrat/sedimen untuk tempat tumbuhnya, terganggunya
respirasi/pernafasan, berkurangnya unsure hara/nutrient yang dibutuhkan untuk
pertumbuhannya dan kemungkinan adanya senyawa toksik yang dapat mengganggu

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 62]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

kehidupan mangrove. Selain itu, buruknya kualitas perairan estuary akibat limbah cair
yang terbawa aliran sungai, gangguan akibat aktivitas manusia dan proses abrasi ikut
berperan dalam penurunan keanekaragaman jenis mangrove di hutan lindung Angke-
Kapuk.

4. Fungsi Mangrove Angke Kapuk

Menurut Bengen (2000), beberapa fungsi hutan mangrove adalah sebagai berikut:
a. Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung dari abrasi, penahan lumpur
dan perangkap sedimen. Berkaitan dengan hal ini, kondisi mangrove di hutan lindung
Angke Kapuk saat ini, dengan tegakan pohon yang kurang rapat, maka fungsi
peredam gelombang (tsunami) dan angin badai serta pelindung abrasi kurang
dominan. Sedangkan fungsi penahan lumpur dan perangkap sedimen masih cukup
dominan. Hanya saat ini, material sampah padat yang berasal dari daratan seperti
plastik, logam, kaca, karet dan terbawa melalui aliran sungai banyak terperangkap di
perakaran mangrove yang berdampak negatif terhadap kehidupan mangrove tersebut
akibat kurangnya oksigen, berkurangnya substrat sedimen, berkurangnya nutrien dan
efek senyawa toksik.
b. Penghasil sejumlah besar detritus dari daun dan dahan pohon mangrove.Saat ini,
peranan mangrove di hutan lindung Angke Kapuk sebagai penghasil detritus masih
cukup besar, namun karena telah tercemar oleh limbah padat dan limbah cair dari
perairan sekitarnya, maka kontribusinya terhadap kesuburan di sekitanya menjadi
tidak signifikan.
c. Daerah asuhan (nursery grounds), daerah mencari makanan (feeding grounds), dan
daerah pemijahan (spawning ground) berbagai jenis ikan, udang dan biota laut.
Menurut Bengen (2007), fauna yang ada saat ini di hutan lindung Angke Kapuk
didominasi oleh fauna daratan seperti monyet ekor panjang (Macaca fascicularis),
beberapa jenis ular, burung Pecuk Ular (Anhinga melanogaster), Kowak Maling
(Nytocorax nyctocorax), Kuntul Putih (Egretta spp), Cangak Abu (Ardea cinierea),
Blekok (Ardeola speciosa), Biawak (Varanus salvator) dan lain-lain. Dengan kondisi
habitat mangrove yang telah tercemar oleh limbah/sampah padat maupun cair, maka
mangrove di hutan lindung Kapuk Angke bukan daerah asuhan, daerah mencari
makanan maupun daerah pemijahan.
d. Pemasok larva ikan, udang dan biota laut lainnya. Sebagaimana dijelaskan di atas,
maka peranan mangrove di hutan lindung Angke Kapuk saat ini sebagai pemasok
larva ikan, udang dan biota laut sangat kecil karena kualitas lingkungan perairan di
hutan lindung Angke Kapuk yang sangat buruk akibat pencemaran limbah padat dan
limbah cair.
e. Sebagai tempat pariwisata. Dengan kondisi lingkungan yang buruk saat ini di hutan
mangrove Angke Kapuk, maka fungsi peranan hutan mangrove Angke Kapuk dari
aspek pariwisata kurang optimal.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 63]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Hutan Lindung Angke – Kapuk, Muara
Angke, Jakarta Utara. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Tidak ada perbedaan keanekaragaman jenis pada tiap tingkat pertumbuhan dan
petak lokasi yang diamati.
b. Komposisi jenis vegetasi mangrove tercatat 36 jenis, 32 marga dan 27 suku yang
terdiri dari 9 jenis mangrove sejati dan 27 jenis mangrove ikutan.
c. Berdasarkan tingkat tegakan pertumbuhannya tercatat 19 jenis tegakan pohon, 19
jenis tegakan anakan dan 28 jenis tegakan semai.
d. Jumlah jenis tertinggi terdapat pada petak lokasi 2 (21 jenis) diikuti oleh petak lokasi 4
(18 jenis), petak lokasi 3 dan 8 (16 jenis), petak lokasi 7 ( 8 jenis), petak lokasi 5 dan
9 (7 jenis), petak lokasi 1 (6 jenis) dan petak lokasi 6 (4 jenis).
e. Keanekaragaman jenis (H’) mangrove di Hutan Lindung Angke-Kapuk Muara Angke
tergolong rendah (1,753). Pada tiap tingkat pertumbuhan tergolong rendah, yaitu
H’pohon (1,193), H’anakan (1,989), H’semai (1,693). Sedangkan H’ pada tiap petak
lokasi (n:9) tergolong rendah, nilainya berkisar antara 0,012 – 1,008.
f. Vegetasi mangrove yang memiliki tingkat tegakan pertumbuhan (pohon, anakan,
semai) lengkap lebih sedikit dibandingkan dengan vegetasi mangrove yang tingkat
tegakan pertumbuhannya tidak lengkap, hal ini menunjukkan bahwa regenerasi dan
zonasi mangrove kurang baik.
g. Hutan mangrove di hutan lindung Angke Kapuk saat ini mempunyai peranan yang
sangat kecil sebagai peredam gelombang (tsunami) dan angin badai, dan bukan
sebagai daerah asuhan (nursery grounds), daerah mencari makanan (feeding
grounds) maupun daerah pemijahan (spawning grounds) ikan, udang dan biota laut,
namun masih berperan sebagai pelindung abrasi dan suplai detritus.

Hasil kajian Mangrove yang dilakukan oleh Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan
Universitas Dipenegoro (2010) adalah jenis mangrove sejati > 10 jenis. Berdasarkan tingkat
kerapatan tingkat anakan dan semai, maka hutan mangrove akan berkembang menjadi
hutan yang didominasi oleh Avicennia alba dan Rhyzophora stylosa. Salah satu contoh yang
nyata adalah semai dan anakan A. alba yang lebih menguasai lahan tempat penanaman
kembali yang tadinya didominasi oleh R. Stylosa. Pertumbuhan alami dari A. alba
masuk/menyusup atau menginvasi lahan diantara seedling dan semak R. Stylosa yang
ditanam. Benih A. alba adalah berasal dari pohon-pohon tua yang tumbuh dan berkembang
di daerah sekitar wilayah penghijauan. Benih ini terbawa oleh air laut pada waktu
pasang/surut dan terdampar memasuki lahan penghijauan yang berarus tenang dan
sedimen yang stabil. Apabila kondisi kestabilan dapat terpelihara, maka perkembangan dari
A. Alba dapat progresif sehingga akan dapat menambah lebar daratan ke arah laut lebih
cepat. Hal ini dapat terjadi karena dominannya material padatan termasuk partikel tanah
yang dibawa oleh aliran sungai sangat tinggi. Dalam hal zonasi, dari quick survey diketahui
bahwa zonasi hutan mangrove nampaknya hanya ada 2 (dua) zona. Zona yang berbatasan
dengan laut didominasi oleh Avicennia dan di belakangnya terdapat zona yang terdiri dari
multi spesies.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 64]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

3.5.3. Populasi Burung

Hasil pemantauan terhadap populasi burung yang dilakukan di sekitar lokasi proyek
(Kawasan Pantai Indah Kapuk) pada periode tahun 2000 – 2004 dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Secara keseluruhan total jumlah jenis yang ditemukan di Kawasan Pantai Indah Kapuk
relatif tetap. Antara tahun 1994 – 2000 terlihat adanya kecenderungan menurun dari 58
jenis menjadi 43 jenis, namun kemudian meningkat kembali antara tahun 2001 – 2004
menjadi rata-rata 64 jenis. Di antara jenis-jenis burung yang ditemukan, beberapa
memiliki status konservasi yang penting. Selama kurun waktu 1987 – 2004 ditemukan
12 jenis burung yang dilindungi oleh Pemerintah RI, 8 jenis yang terdaftar sebagai
terancam dalam Red List IUCN dan 2 jenis yang terdaftar dalam Appendex II CITES.
2. Penurunan jenis burung terjadi di beberapa titik pengamatan dan merupakan dampak
turunan dari tahapan kegiatan pengembangan Kawasan Pantai Indah Kapuk. PT.
Mandara Permai sebagai pengelola kawasan tetap melakukan upaya-upaya
pengelolaan lingkungan terhadap habitat burung, dengan membangun dan merawat
habitat buatan pada beberapa sektor, yakni waduk Utara Timur (16,2 Ha), waduk
Selatan Timur (15,3 Ha) dan waduk Golf (17,8 Ha), serta melakukan kegiatan
penghijauan di berbagai sektor.
3. Meningkatnya jumlah beberapa jenis burung dari famili Ardeidae, Phalacocoridae dan
Sylvidae menempati tingkat dominan dan sub dominan, berkaitan erat dengan
pertumbuhan mangrove yang cukup baik terutama di lokasi hutan lindung sebelah
Barat Cengkareng Drain, dimana kerapatan vegetasi dan jarangnya aktivitas manusia
di lokasi ini sangat mendukung keberadaan jenis-jenis dari famili burung tersebut di
atas.
4. Kehadiran jenis burung Charadrius javanicus yang merupakan penghuni tetap pantai
Jawa dan jenis burung yang bukan merupakan penghuni tetap mangrove disebabkan
hilangnya habitat burung sebagai tempat mencari pakan (feeding ground), tempat
bertelur (breeding site) atau tempat singgah. Demikian pula jenis burung migran (survei
2004), tidak terlihat disebabkan belum tibanya masa migrasi ke pantai Jawa. Namun
jika musim migrasi telah tiba, kecil kemungkinan jumlah individu burung migran yang
akan singgah di Kawasan Pantai Indah Kapuk, karena telah hilangnya habitat utama
burung.
5. Indeks keanekaan jenis burung yang tertinggi terdapat di titik 1 (Suaka Margasatwa
Muara Angke) dan titik 6 (Hutan Lindung, sebelah Barat Muara Cengkareng Drain). Hal
ini disebabkan karena pertumbuhan mangrove di lokasi tersebut cukup baik dan
aktivitas manusia relatif jarang. Berbeda dengan di titik 2 (Suaka Margasatwa Muara
Angke dan Hutan Lindung) dan titik 3 (Hutan Lindung/Tambak) indeks keanekaannya
cenderung menurun karena adanya kegiatan para pemancing ikan. Pada titik 4 (Rawa-
rawa di belakang RS. PIK) terdapat indeks keanekaan burung terendah dan kondisi ini
merupakan dampak turunan dari pengembangan Kawasan Pantai Indah Kapuk yang
sulit dihindari. Hasil pemantauan terhadap jenis-jenis burung yang ada di Kawasan PIK
pada periode tahun 2000 – 2004 dapat dilihat pada Tabel 3.32, 3.33 dan 3.34.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 65]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.32. Jenis-jenis Burung Yang Terdapat Di Kawasan PIK Tahun 1987 – 2004
Jenis Burung Status Konservasi Tahun
No.
Nama latin Nama lokal Cites IUCN RI 1987 1994 2000 2001 2003 2004
Phalacrocoracidae
1 Phalacrocorax niger Pecuk padi kecil + + + + +
2 Phalacrocorax sulcirostris Pecuk padi hitam +
Anhingidae
3 Anhinga melanogaster Pecuk ular NT x + + + + + +
Ardeidae
4 Ardea sumatrana Cangak laut +
5 Ardea cinerea Cangak abu + + + + + +
6 Ardea purpurea Cangak merah + + + + + +
7 Ardeola speciosa Blekok + + + + + +
8 Ibis cinereus Kuntul x +
9 Butorides striatus Kokokan laut + + + +
10 Bubulcus ibis/Ardeola ibis Kuntul kerbau + + + + +
11 Egretta alba Kuntul besar x + +
12 Egretta intermedia Kuntul perak x + + + + + +
13 Egretta garzetta Kuntul kecil x + + +
14 Egretta sacra Kuntul karang x + + + + +
15 Nycticorax nycticorax Kowak malam kelabu + + + +
16 Ixobrycus eurythmus Bambangan coklat + +
17 Ixobrycus sinensis Bambangan kuning + + +
18 Ixobrycus cinnamomeus Bambangan merah + + + +
19 Ciconia episcopus Bangau sendang lawe x +
Fregatidae
20 Fregata andrewsi Cikalang Christmas CR x +
Ciconiidae
21 Mycteria cinerea Bangau bluwok VU +
22 Leptotilus javanicus Bangau tongtong VU +
Threskiornithidae
23 Threskiornis melanocephalus Ibis cucuk besi NT x + +
24 Plegadis falcinellus Ibis roko-roko x + +
Anatidae
25 Anas gibberifons Itik benjut + + + +
26 Dendrocygna arcuata Belibis kembang + + + +
Accipitridae
27 Accipiter virgatus Elang alap besar II x +
28 Elanus caeruleus Elang tikus +
Turnicidae
29 Coturnix chinensis Puyuh batu +
30 Turnix suscitator Gemak loreng + + + +
31 Turnix sylvatica Gemak tegalan +
Rallidae
32 Amaurornis phoenicurus Kareo padi + + + + +
34 Porzana cinerea Tikusan alis putih +
33 Porzana fusca Tikusan merah + + +
35 Porphyrio porphyrio Mandar besar + + +
36 Gallicrex cinerea Mandar bontot +
37 Gallinula chloropus Mandar batu + + + + +
Charadriidae
38 Charadrius dubius Cerek kalung kecil
39 Charadrius alexandrinus Cerek tilil + + +
40 Charadrius javanicus Cerek jawa NT + +
Scolopacidae
41 Numenius sp. +
42 Numenius madagascarensis x +
43 Tringa totanus Trinil kaki merah
44 Tringa stagnatilis Trinil rawa +
45 Tringa hypoleucos Trinil pantai + + + +
Sternidae
46 Chlidonias hibridus Dara laut kumis + +
47 Sterna sumatrana Camar topi hitam
Columbidae
48 Trerons vernans Punai gading + + +
49 Columba livia Merpati +
50 Macropygia sp. +
51 Streptopelia chinensis Tekukur + + + + +

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 66]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Jenis Burung Status Konservasi Tahun


No.
Nama latin Nama lokal Cites IUCN RI 1987 1994 2000 2001 2003 2004
52 Streptopelia bitorquata Dederuk jawa + + + + +
53 Geopelia striata Perkutut jawa + + + + +
Psittacidae
54 Psittacula alexandri Betet II + + +
Cucullidae
55 Clamator coromandus Bubut jambul
56 Cocomantis merulinus Wiwik kelabu
57 Cocomantis sepulcralis Wiwik uncuing + +
58 Chrysococcyx basalis Kedasi Australia +
59 Centropus nigrorufus Bubut jawa VU + + +
60 Centropus bengalensis Bubut alang-alang +
61 Centropus sp. Bubut +
Caprimulgidae
62 Caprimulgus affinis Cabak kota + + + +
Apodidae
63 Callocalia linchi Walet linchi + + + + +
Alcedinidae
64 Alcedo coerulescens Raja udang biru + + + + + +
65 Todirhompus chloris Cekakak sungai + + + + + +
66 Todirhompus sanctus Cekakak suci + + +
67 Pelargopsis capensis Pekaka emas +
Meropidae
68 Merops sp. +
69 Merops viridis Kirik-kirik biru
Picidae
70 Dendrocopus macei Caladi ulam + +
71 Picoides moluccensis Caladi tilik + + + + + +
Alaudidae
72 Mirafra javanica Branjangan + +
Hirundinidae
73 Hirundo rustica Layang-layang api + + + +
74 Hirundo tahitica Layang-layang batu + + + + +
Campephagidae
75 Lalage sueurii Kapasan sayap putih +
76 Lalage nigra Kapasan kemiri + + +
77 Pericrocotus cinnamomeus Sepah kecil +
Chloropseidae
78 Aegithina tiphia Cipoh kacat + + + + + +
Pycnonotidae
79 Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang + + + + + +
80 Pycnonotus goiavier Merbah cerukcuk + + + + +
Dicruridae
81 Dicrurus macrocercus Srigunting hitam + +
Oriolidae
82 Oriolus chinensis Kepudang kuduk hitam + + +
Corvidae
83 Crypsirina temia Tangkar cetrong + + + +
84 Corvus enca Gagak hutan +
Paridae
85 Parus major Gelatik batu kelabu + + + +
Turdidae
86 Copsychus saularis Kucica kampung + + +
Sylviidae
87 Gerygone sulphurea Remetuk laut + + + + +
88 Phylloscopus sp. Cikrak +
89 Acrocephalus stentoreus Kerak basi ramai + +
90 Acrocephalus orientalis Kerak basi besar + + +
91 Locustella certhiola Kecici belalang + + +
92 Cisticola juncindis Cici padi + + +
93 Orthotomus sutorius Cinenen pisang + + +
94 Orthotomus ruficeps Cinenen kelabu + +
95 Orthotomus sepium Cinenen Jawa + + +
96 Prinia inornata Perenjak padi + + +
97 Prinia flaviventris Perenjak rawa + + +
98 Prinia familiaris Perenjak sayap garis + + + + + +
99 Prinia polychroa Perenjak coklat + + +
Muscicapidae

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 67]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Jenis Burung Status Konservasi Tahun


No.
Nama latin Nama lokal Cites IUCN RI 1987 1994 2000 2001 2003 2004
100 Muscicapa dauurica Sikatan bubik +
101 Rhipidura javanica Kipasan belang + + + + + +
Artamidae
102 Artamus leucorhynchus Kekep + + + +
Laniidae
103 Lanius schach Bentet kelabu + + + + + +
104 Lanius tigrinus Bentet loreng + +
Sturnidae
105 Sturnus contra Jalak suren + +
106 Sturnus melanopterus Jalak putih EN + +
107 Acridotheres javanicus Kerak kerbau + + + + +
Nectariniidae
108 Anthreptes malacensis Burung madu kelapa + +
109 Nectarinia jugularis Burung madu sriganti + + + +
Dicaediae
110 Dicaeum trochileum Cabai jawa + + + + +
Zosteropidae
111 Zosterops palpebrosus Kacamata biasa + + + +
Ploceidae
112 Passer montanus Burung gereja + + + + +
113 Lonchura leucogasteroides Bondol jawa + + + + +
114 Lonchura punctulata Bondol sisik/peking + + + + +
115 Lonchura maja Bondol haji + +
Jumlah Jenis ditemukan 2 8 12 48 58 43 70 58 65
Jumlah Suku ditemukan 2 7 6 27 34 25 33 28 29
Jumlah Jenis dilindungi 6 6 3 5 3 7

Tabel 3.33. Jenis Burung Air, Burung Pantai, dan Burung Khas Mangrove Yang Terdapat
Di Kawasan PIK dan Sekitarnya Tahun 1987 – 2004
Jenis burung Tahun
No.
Nama latin Nama lokal 1987 1994 2000 2001 2003 2004
Phalacrocoracidae
1 Phalacrocorax niger Pecuk padi kecil + + + + +
2 Phalacrocorax sulcirostris Pecuk padi hitam +
Anhingidae
3 Anhinga melanogaster Pecuk ular + + + + + +
Ardeidae
4 Ardea sumatrana Cangak laut +
5 Ardea cinerea Cangak abu + + + + + +
6 Ardea purpurea Cangak merah + + + + + +
7 Ardeola speciosa Blekok + + + + + +
8 Ibis cinereus ? +
9 Butorides striatus Kokokan laut + + + +
10 Bubulcus ibis/Ardeola ibis Kuntul kerbau + + + + +
11 Egretta alba Kuntul besar + +
12 Egretta intermedia Kuntul perak + + + + + +
13 Egretta garzetta Kuntul kecil + + +
14 Egretta sacra Kuntul karang + + + + +
15 Nycticorax nycticorax Kowak malam kelabu + + + +
16 Ixobrycus eurythmus Bambangan coklat + +
17 Ixobrycus sinensis Bambangan kuning + + +
18 Ixobrycus cinnamomeus Bambangan merah + + + +
19 Ciconia episcopus Bangau sendang lawe +
Fregatidae
20 Fregata andrewsi Cikalang Christmas +
Ciconiidae
21 Mycteria cinerea Bangau bluwok +
22 Leptotilus javanicus Bangau tongtong +
Threskiornithidae
23 Threskiornis melanocephalus Ibis cucuk besi + +
24 Plegadis falcinellus Ibis roko-roko + +
Anatidae
25 Anas gibberifons Itik benjut + + + +
26 Dendrocygna arcuata Belibis kembang + + + +
Rallidae

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 68]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Jenis burung Tahun


No.
Nama latin Nama lokal 1987 1994 2000 2001 2003 2004
27 Amaurornis phoenicurus Kareo padi + + + + +
28 Porzana fusca Tikusan merah + + +
29 Porzana cinerea Tikusan alis putih +
30 Porphyrio porphyrio Mandar besar + + +
31 Gallicrex cinerea Mandar bontot +
32 Gallinula chloropus Mandar batu + + + + +
Charadriidae
33 Charadrius dubius Cerek kalung kecil
34 Charadrius alexandrinus Cerek tilil + + +
35 Charadrius javanicus Cerek jawa + +
Scolopacidae
36 Numenius sp. +
37 Numenius madagascarensis +
38 Tringa totanus Trinil kaki merah
39 Tringa stagnatilis Trinil rawa +
40 Tringa hypoleucos/Actitis hypoleucos Trinil pantai + + + +
Sternidae
41 Chlidonias hibridus Dara laut kumis + +
42 Sterna sumatrana Camar topi hitam
Cucullidae
43 Centropus nigrorufus Bubut jawa + + +
Alcedinidae
44 Alcedo coerulescens Raja udang biru + + + + + +
45 Todirhompus chloris Cekakak sungai + + + + + +
46 Todirhompus sanctus Cekakak suci + + +
47 Pelargopsis capensis Pekaka emas +
Corvidae
48 Crypsirina temia Tangkar cetrong + + + +
Turdidae
49 Copsychus saularis Kucica kampung + + +
Sylviidae
50 Gerygone sulphurea Remetuk laut + + + + +
51 Prinia flaviventris Perenjak rawa + + +
Muscicapidae
52 Rhipidura javanica Kipasan belang + + + + + +
21 29 22 29 26 31
jenis jenis jenis jenis jenis jenis
10 15 12 13 11 12
famili famili famili famili famili famili

Tabel 3.34. Perbandingan Jumlah Jenis dan Famili Burung Pantai/Air/Khas Terhadap
Burung Non Pantai/Air/Khas Mangrove.
1987 1994 2000 2001 2003 2004
Total jumlah jenis 48 58 43 70 58 66
Jumlah jenis burung pantai/air/mangrove 21 29 22 29 26 32
Jumlah jenis non burung pantai/air/mangrove 27 29 21 41 28 34
Total jumlah famili 27 34 25 33 28 29
Jumlah famili burung pantai/air/mangrove 10 15 12 13 11 12
Jumlah famili non burung pantai/air/mangrove 17 19 13 20 17 17

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 69]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

80
Dilindungi
70 5
Tdk dilindungi
60 7
6 3
Jum lah jenis

50
6
40 3

65
30 55 58
52
20 42 40

10
0
87 94 00 01 03 04
Tahun
Gambar III.40. Diagram Batang Jumlah Jenis Dilindungi dan Tidak Dilindungi Di Kawasan
Pantai Indah Kapuk Tahun 1997-2004

50

45

40
Ju m lah Je n is B u ru n g

35

30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Titik Pengamatan

: 2000 : 2001 : 2003 : 2004

Gambar III.41. Perbandingan Jumlah Jenis Burung Tahun 2000 – 2004

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 70]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

70

60

Jumlah Jenis/Famili
50

40

30

20

10

0
1987 1994 2000 2001 2003 2004
Tahun Pengamatan

: Total jumlah jenis : Jumlah jenis burung pantai/air/mangrove

: Jumlah jenis non burung pantai/air/mangrove : Total jumlah famili

: Jumlah famili burungpantai/air/mangrove : Jumlah famili non burungpantai/air/mangrove

Gambar III.42. Perbandingan Jumlah Jenis dan Jumlah Famili Burung Pantai/Air/Khas
Mangrove Terhadap Burung Non Pantai/Air/Khas Mangrove

3.5.4. Fauna Lain

Berdasarkan hasil pengamatan sampai dengan tahun 2005, terlihat bahwa jenis fauna lain
selain burung seperti mamalia (monyet, bajing), reptilia (biawak, ular) masih ditemukan di
sekitar lokasi proyek (Kawasan Pantai Indah Kapuk). Jenis fauna lain selain burung yang
tercatat, antara lain:

Tabel 3.35. Jenis Fauna Lain (Selain Burung)


Tahun
No Jenis Fauna Habitat
2005
MAMALIA
1. Monyet (Macaca Fasciculoris) Suaka Margasatwa +
2. Bajing (Sciurus notatus) Suaka Margasatwa & Hutan Lindung +
REPTILIA
3. Biawak (Varanus Salvador) Suaka Margasatwa & Cengkarang Drain +
4. Kadal (Mabouya multifasciata) Suaka Margasatwa & Hutan Lindung +
5. Ular Hijau (Dryophis prasinus) Suaka Margasatwa & Hutan Lindung +
6. Ular Cincin Mas (Boiga dendrophila) Suaka Margasatwa & Hutan Lindung +
AMPIBIA
7. Katak (Rhacophous sp.) Suaka Margasatwa +
AVERTEBRATA
8. Udang Bekas Tambak +
9. Nyamuk Tersebar +
10. Keong Mas Cengkareng Drain +
Sumber : Laporan Implementasi RKL/RPL Kawasan PIK, 2005
Ketarangan = +) : Masih ditemukan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 71]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Hasil Kajian Lingkungan Rencana Reklamasi PT KNI oleh Program Pascasarjana Ilmu
Lingkungan Universitas Dipenegoro (2010) menunjukkan bahwa fauna dasar di sedimen
Hutan Mangrove memang tidak banyak variasinya bahkan kalah dengan hutan mangrove
sejenis di Wilayah Semarang-Demak. Fauna dasar yang merupakan ciri khas hutan
mangrove seperti jenis-jenis kepiting Sesarmine (famili Grapsidae, Portunidae, Ocypodidae)
sangat langka. Hal ini dikarenakan tebalnya timbunan sampah terutama plastik di dalam
hutan mangrove Angke. Dengan demikian fungsi hutan mangrove Angke sebagai habitat
fauna dasar tidak baik. Selain itu dikaitkan dengan ketidak mampuan perairan laut untuk
menampung larva dan anakan biota laut, maka tidak banyak biota laut yang mampu
mencapai hutan mangrove untuk membesarkan diri. Hal ini ditambah pula dengan tingginya
tingkat pencemaran di dalam hutan mangrove.

Berdasarkan data Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Tahun 2011 menunjukkan
bahwa Kawasan hutan lindung Angke Kapuk yang mempunyai luas pada tahun 2010
sebesar 44,76 Ha, letaknya memanjang sejajar pantai sepanjang  5 Km dengan lebar 100
meter dari garis pasang surut yang terbentang mulai dari batasan hutan wisata Kamal ke
arah timur hingga suaka margasatwa Muara Angke. Dibandingkan tahun sebelumnya, tidak
terdapat perubahan yang berarti sampai tahun 2011. Di dalamnya terdapat areal
permukiman Pantai Indah Kapuk dengan batas sebelah Selatan adalah jalan tol Prof.
Sedyatmo dan jalan Kapuk Muara. Keberadaan flora ditampilkan oleh flora khas pesisir,
bakau atau mangrove, hingga keberadaannya menjadi spesifik jika dibandingkan dengan
kawasan permukiman. Tabel 3.36.

Tabel 3.36. Fauna yang dilindungi di suaka margasatwa muara angke, Tahun 2011
NO KELOMPOK NAMA DAERAH SPESIES
1. Mamalia Monyet Macaca fascicularis
2. Reptilia Biawak Varanus salvator
3. Reptilia Ular cincin mas Boiga dendrophila
4. Reptilia Ular piton Phyton sp
5. Burung Pecuk padi Phalacocorax pygmaeus
6. Burung Pecuk ular Anhinga anhinga
7. Burung Kowak maling Nyticorax nyticorax
8. Burung Pelatuk besi Thereskiomia
9. Burung Raja udang Halcyon chloris
10. Burung Blekok Ardeola speciosa
11. Burung Kuntul Egretta intermedia
12. Burung Kuntul kecil Egretta gazeta
13. Burung Cangak abu Arde cinerea
14. Burung Cangak merah Ardea
Sumber : Suaka Margasatwa Muara Angke, 2011

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 72]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Jenis vegetasi yang tumbuh di hutan lindung relatif terbatas, sedang tumbuhan bawah
jarang terlihat oleh karena di pengaruhi pasang-surut. Tumbuhan bawah hanya terdapat
pada area yang cenderung lebih ke darat. Ketebalan hutan lindung sekitar 40 meter.
Vegetasi yang tumbuh di kawasan lindung relatif homogen, didominasi Api-api (Avicennia
sp), sedangkan Bakau (Rhizoposa sp) hanya tumbuh di beberapa area yang sempit
sehingga tumbuhan tersebut tampak sporadis. Jenis vegetasi yang ada pada tingkat pohon
adalah Avicennia marina, A. officinalis, A. alba, Delonix regia, Sonneratia caseolaris,
Thespesia popoulne; sedangkan Rhizopora mucronata dan Excoecaria agallocha pada
tingkat tiang. Pada tingkat sapihan yang menonjol adalah Avicennia marina, A. officinalis, A.
alba, Rhizopora mucronata, Acasia auliculiformis dan Delonix regia.

Beberapa bagian hutan lindung Angke Kapuk mengalami abrasi yang cukup kuat oleh
gempuran ombak. Dalam upaya mempertahankan keberadaan hutan lindung, di beberapa
bagian pantai di lakukan penanaman vegetasi bakau. Keberhasilan tumbuh vegetasi
tersebut mengalami hambatan oleh gelombang laut yang cukup besar.

Fauna yang terdapat di hutan lindung Angke Kapuk antara lain didominasi oleh burung
pantai yang berjenis sama dengan yang terdapat di suaka margasatwa P. Rambut, yaitu
Pecuk ular (Anhinga melanogaster), Kowak maling (Nycticorax nycticorax), Kuntul putih
(Egretta sp), Kuntul kerbau (Bubulcus ibis), Cangak abu (Ardea cinerea), Blekok (Ardeola
speciosa), Belibis (Anas gibberrfrons), Cekakak (Halycon chloris), Pecuk (Phalacrocorax sp)
dan Bluwak (Mycteria cineria). Satwa lain selain jenis burung adalah Biawak (Varanus
salvator), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan beberapa jenis ular.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 73]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.43. Lokasi Sampling Fisik Kimia dan Hayati

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 74]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

3.6. KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA

Kegiatan Reklamasi Pantai yang dilakukan oleh PT. Kapuk Naga Indah akan memberikan dampak
sosial, ekonomi maupun budaya yang dapat merubah strata sosial masyarakat, baik secara
langsung maupun tidak langsung di Wilayah Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara pada
khususnya dan Kecamatan Penjaringan, Wilayah Jakarta Utara pada umumnya.

Lokasi kegiatan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah terletak di perairan laut dangkal yang
meliputi 2 (dua) kelurahan, yakni Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Kecamatan
Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara, dimana ketinggian tanah masing-masing wilayah
kelurahan dari permukaan laut adalah 0,5 meter. Batas-batas geografis wilayah kelurahan adalah
sebagai berikut:

1. Kelurahan Kapuk Muara


Luas wilayah Kelurahan Kapuk Muara ± 10.0550 Km 2 dengan batas-batas sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Pantai Laut Jawa.
b. Sebelah Timur : Kali Angke.
c. Sebelah Selatan : Jl. Kapuk Raya.
d. Sebelah Barat : Kali Cengkareng Drain.

2. Kelurahan Kamal Muara


Luas wilayah Kelurahan Kamal Muara ± 10.5340 Km 2 dengan batas-batas sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Pantai Laut Jawa.
b. Sebelah Timur : Kali Cengkareng Drain.
c. Sebelah Selatan : Jl. Kapuk Kamal.
d. Sebelah Barat : Desa Dadap Kab. Tangerang.

Uraian singkat kondisi demografi Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Kecamatan
Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.6.1. Kependudukan

Berdasarkan hasil Survei Inventarisasi Kelurahan Tahun 2009, penduduk Kelurahan


Kamal Muara sebanyak 7.440 jiwa dengan jumlah KK adalah 1.945. Kepadatan penduduk
706 jiwa/km2, dengan perincian penduduk laki-laki 3.899 jiwa atau 52,41 persen dan
penduduk perempuan 3.541 jiwa atau 47,59 persen (Tabel 3.37). Jumlah penduduk
Kelurahan Kamal Muara pada tahun 2009, jika dirinci menurut kewarganegaraannya,
terdapat sebanyak 7.440 jiwa Warga Negara Indonesia dan tidak ada Warga Negara Asing
(Tabel 3.38).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 75]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Sedangkan penduduk Kelurahan Kapuk Muara sebanyak 21.949 jiwa dengan jumlah KK
adalah 9.451. Kepadatan penduduk 2.183 jiwa/km 2, dengan perincian penduduk laki-laki
11.243 jiwa atau 51,22 persen dan penduduk perempuan 10.706 jiwa atau 48,78 persen
(Tabel 3.36). Jumlah penduduk Kelurahan Kapuk Muara pada tahun 2009, jika dirinci
menurut kewarganegaraannya, terdapat sebanyak 21.935 jiwa Warga Negara Indonesia
dan 14 jiwa Warga Negara Asing (Tabel 3.38).

Tabel 3.37. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk, 2009
Luas Penduduk/Population Kepadatan Rasio
No. Kelurahan
(Km2) Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk Sex
1. Kamal Muara 10,5340 3.899 3.541 7.440 706 110,11
2. Kapuk Muara 10,0550 11.243 10.706 21.949 2.183 105,02
Sumber: BPS, Kecamatan Penjaringan Dalam Angka 2010

Tabel 3.38. Jumlah Penduduk Menurut Kewarganegaraan, 2009


No Kelurahan WNI WNA Cina Jumlah
1. Kamal Muara 7.440 - - 7.440
2. Kapuk Muara 21.935 14 14 21.949
Sumber: BPS, Kecamatan Penjaringan Dalam Angka 2010

3.6.2. Agama

Di Indonesia, sesuai dengan sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
terdapat 5 agama yang diakui keberadaannya oleh pemerintah yaitu: Islam, Khatolik,
Kristen, Hindu dan Budha.

Penduduk Kelurahan Kamal Muara yang beragama Islam berjumlah 6.452 jiwa atau 86,72
persen dan non Islam berjumlah 988 jiwa atau 13,28 persen, sedangkan Penduduk
Kelurahan Kapuk Muara yang beragama Islam berjumlah 12.591 jiwa atau 57,36 persen
dan non Islam berjumlah 9.358 jiwa atau 42,64 persen (Tabel 3.39).

Tabel 3.39. Jumlah Penduduk Menurut Agama, 2009


No. Kelurahan Islam Katholik Krisren Hindu Budha Jumlah
1. Kamal Muara 6.452 277 368 58 285 7.440
2. Kapuk Muara 12.591 2.336 2.349 120 4.553 2.1949
Sumber: BPS, Kecamatan Penjaringan Dalam Angka 2010

3.6.3. Tenaga Kerja

Pada tahun 2009, Kepala Keluarga di Kelurahan Kamal Muara paling banyak bekerja di
sektor Industri, yaitu sebesar 459 jiwa dari 1.945 KK, sedangkan di Kelurahan Kapuk
Muara paling banyak bekerja di sektor Industri, yaitu sebesar 4.723 jiwa dari 9.451 KK
(Tabel 3.40).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 76]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.40. Jumlah Kepala Keluarga menurut Jenis Kegiatan, 2009


Transportasi
No. Kelurahan Pertanian Industri Bangunan Perdagangan
dan Komunikasi
1. Kamal Muara 429 459 169 311 146
2. Kapuk Muara 232 4.723 974 1532 254
Sumber: BPS, Kecamatan Penjaringan Dalam Angka 2010

3.6.4. Mata Pencaharian

Data komposisi mata pencaharian penduduk menurut jenisnya di Kelurahan Kapuk Muara
dan Kamal Muara dapat dilihat pada Tabel 3.41 berikut.

Tabel 3.41. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk


Kel. Kapuk Muara Kel. Kamal Muara
No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(Jiwa) (%) (Jiwa) (%)
1. Tani 9 0,07 197 8,11
2. Nelayan 56 0,41 607 25,00
3. Buruh 5.103 36,99 405 16,68
4. Pedagang 1.145 8,30 425 17,50
5. Karyawan Swasta 4.120 29,86 471 19,40
6. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2.151 15,59 45 1.85
7. ABRI 44 0,32 67 2,76
8. Pensiunan 227 1,65 34 1,40
9. Petukangan 205 1,49 0 0,00
10. Swasta Lainnya 0 0,00 58 2,39
11. Buruh Tani 10 0,07 0 0,00
12 Lain-lain 727 5,27 119 4,99
Jumlah 13.797 100 2.428 100
Sumber : Monografi Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, 2012

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa mata pencaharian penduduk di Kelurahan Kapuk
Muara pada umumnya didominasi oleh buruh 36,99%, karyawan swasta 29,86%, PNS
15,59% dan pedagang 8,30%. Sedangkan di Kelurahan Kamal Muara mata pencaharian
didominasi oleh nelayan 25,00%, karyawan swasta 19,41%, pedagang 17,50% dan buruh
16,68%.

Sebagai perbandingan Berdasar hasil survei studi Amdal tahun 2007 dan Studi
Pandangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah Di Kawasan Pantai Utara Jakarta
(Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya dan Kesehatan Masyarakat, 2011) diperoleh Komposisi
responden berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 3.42.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 77]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.42. Komposisi Responden berdasarkan Mata Pencaharian Penduduk


Kel. Kapuk Muara Kel. Kamal Muara
No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(Jiwa) (%) (Jiwa) (%)
1. Tani 0 0 2 3,08
2. Nelayan 0 0 17 26,15
3. Buruh 4 11,43 6 9,23
4. Pedagang 2 5,71 7 10,76
5. Karyawan Swasta 10 28,57 6 9,23
6. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 9 25,71 9 13,85
7. ABRI 7 20,00 11 16,92
8. Pensiunan 1 2,85 2 3,08
9. Petukangan 2 5,71 2 3,08
10. Swasta Lainnya 0 0 3 4,61
Jumlah 35 100 65 100
Sumber : Rekapitulasi Survei Responden, 2007

Berdasarkan hasil survey yang dilaksanakan pada dua wilayah Kelurahan lokasi rencana
reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah, menunjukkan bahwa sebahagian besar penduduk
mata pencaharian utamanya adalah sebagai nelayan dengan berbagai alat tangkap.

Tabel 3.43. Jenis Mata pencaharian Utama Penduduk (Responden) Pada Wilayah
Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan,
Jakarta Utara
Persentase
No. Mata Pencaharian Jumlah
(%)
1 Nelayan sero 15 30,00
2 Nelayan ternak Kerang Ijo 11 22,00
3 Nelayan bagang 11 22,00
4 Nelayan pancing 12 24,00
5 Pedagang 0 0
6 Buruh Industri 0 0
7 Buruh Nelayan 0 0
8 Tukang (Kayu/batu) 0 0
9 Bubu rajungan 1 2,00
Jumlah 50 100,00
Sumber : Hasil Survey, Tahun 2010

Pada Tabel 3.43, menunjukkan bahwa 30,00 % dari responden adalah berprofesi sebagai
nelayan sero, 24,00 % sebagai nelayan pancing, 22,00 % nelayan bagang dan 22,00 %
sebagai nelayan atau peternak kerang ijo, siasanya 2,00 % adalah nelayan bubu rajungan.
Kondisi ini menggambarkan, bahwa masyarakat yang bekerja sebagai nelayan memiliki
juga berbagai macam alat tangkap yang digunakan dalam menjalankan kegiatan
penangkapan ikan.

Mata pencaharian utama penduduk di wilayah rencana kegiatan reklamasi pantai Kapuk
Naga Indah Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Pluit (Muara Angke) Kecamatan l
Penjaringan Jakarta Utara pada umumnya adalah Nelayan, peternak kerang ijo, buruh,
karyawan pabrik dan sebahagian kecil adalah pegawai swasta dan Pegawai negeri Sipil.
Penduduk yang memiliki pekerjaan utama sebagai Nelayan sangat ditunjang oleh kondisi

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 78]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

lingkungan diwilayah ini yang berada didaerah pesisir pantai Jakarta Utara, sehingga
warga rata-rata memilih bekerja sebagai nelayan dibanding bekerja di bidang yang lain.
Selain mata pencaharian sebagai nelayan, penduduk diwilayah rencana kegiatan
reklamasi juga ada yang bekerja sebagai tukang, sopir, buruh pabrik, pedagang (warung
sembako), usaha rumah tangga pembuatan ikan kering dan usaha rumah tangga lainnya
yang dikelolah ibu-ibu.

3.6.5. Perikanan Tangkap

1. Nelayan

Nelayan yang yang ada di Kecamatan Penjaringan dibedakan antara nelayan penetap
dan nelayan pendatang. Nelayan penetap adalah nelayan yang berdomisili di wilayah
Muara Angke dan nelayan pendatang adalah nelayan yang berasal dari luar wilayah
Muara angke. Klasifikasi nelayan tersebut terbagi lagi menjadi nelayan pekerja dan
nelayan pemilik unit penangkapan ikan.

Nelayan di wilayah Kecamatan Penjaringan masih didominasi oleh nelayan tadisional,


dan hanya sebagian kecil yang diusahakan secara modern oleh investor besar.
Sebagian besar nelayan tradisional adalah pendatang dari Bugis, Jawa Timur, Jawa
Barat, Madura disamping warga asli Jakarta sendiri. Berdasarkan data terlihat bahwa
jumlah nelayan di wilayah wilayah Kecamatan Penjaringan berfluktuasi dari tahun ke
tahun. Perkembangan jumlah nelayan di wilayah wilayah Kecamatan Penjaringan dari
tahun 2006 hingga 2011 terlihat pada Tabel 3.44. Jumlah nelayan sampai tahun 2011
tercatat sebanyak 9.892 orang yang terdiri atas nelayan pemilik 1/037 orang dan 8.855
orang sebagai nelayan pekerja. Berdasarkan status kependudukannya dari 21.534
orang nelayan ini terdiri dari 5.590 orang nelayan menetap dan 4.302 orang nelayan
pendatang.

Tabel 3.44. Perkembangan Perkembangan Jumlah Nelayan Penetap Dan Pendatang


di Kecamatan Penjaringan Tahun 2006 - 2011
Nelayan Penetap (Orang) Nelayan Pendatang (Orang) Jumlah Nelayan (Orang)
Tahun
Pemilik Pekerja Jumlah Pemilik Pekerja Jumlah Pemilik Pekerja Jumlah
2006 824 6.650 7.474 655 4.895 5.550 1.479 11.545 13.024
2007 595 4.639 5.234 645 4.855 5.500 1.240 9.494 10.734
2008 610 4.965 5.575 720 5.420 6.140 1.330 10.385 11.715
2009 635 5.290 5.925 520 4.000 4.520 1.155 9.292 10.447
2010 615 5.085 5.700 510 4.030 4.540 1.125 9.115 10.240
2011 559 5.031 5.590 478 3.824 4.302 1.037 8.855 9.892
Sumber : Suku Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kodya Jakarta Utara Tahun 2012

2. Armada Penangkapan Ikan

Armada penangkapan ikan di Kecamatan Penjaringan tahun 2011 sebanyak 1.940


kapal motor. Perahu tanpa motor yang digunakan sebagai armada perikanan memiliki
ukuran sedang sampai berukuran besar. Kapal motor digolongkan berdasarkan ukuran

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 79]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

volume kapal menjadi 6 kelompok yakni 0- 5 GT, 5-10 GT, 10-20 GT, 20-30 GT, 30-50
GT dan diatas 50 GT. Saat ini armada kapal perikanan yang ada di Kecamatan
Penjaringan didominasi oleh kapal motor yang berukuran 5-10 GT dan di atas 50 GT.

Armada perikanan di PPI Muara Angke juga dibagi menjadi dua jenis yakni kapal
penangkap ikan dan kapal pengangkut. Kapal-kapal ikan yang melakukan tambat labuh
di PPI Muara Angke antara lain adalah: kapal gillnet, jaring cumi (bukoami), purse
seine, jaring insang dasar, bubu dan pancing.

Berbagai alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Jakarta Utara untuk kegiatan
usaha penangkapan terdiri dari jaring payang, purse seine, rampus, gill net, bagan,
bubu dan pancing. Dalam melakukan usaha penangkapan nelayan Muara Angke
umumnya menggunakan alat tangkap berupa jaring payang, purse seine, rampus, gill
net, bagan, bubu dan pancing. Nelayan 1 Cilincing mengoperasikan alat tangkap
berupa jaring rampus, payang, kejer, bubu, dogol dan trawl. Alat tangkap trawl dalam
prakteknya selalu menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian habitat maupun
spesies biota laut yang ada, sehingga sering menimbulkan konflik dengan nelayan
lainnya. Nelayan di Kamal Muara umumnya menggunakan alat tangkap yang terdiri dari
jaring kejer, payang, bagan dan sero, sedangkan nelayan di Muara Baru menggunakan
alat tangkap gill net dan pancing tuna long line.

Jumlah armada Perikanan Tangkap berdasarkan tonage di Kecamatan Penjaringan


dari tahun 2006 sampai dengan 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.45.

Tabel 3.45. Jumlah Armada Perikanan Tangkap di Kecamatan Penjaringan Tahun


2006 – 2011
Kapal Motor (GT) (Unit) Jumlah armada
Tahun
0 -5 5 -10 10 -20 20 -30 30 -50 >30 (Unit)
2006 206 609 354 279 24 353 1.825
2007 230 675 459 254 17 460 2.096
2008 260 1258 230 496 36 264 2.544
2009 235 827 110 385 73 250 1.880
2010 210 1043 122 275 68 310 2.028
2011 197 990 120 268 65 300 1.940
Sumber : Suku Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kotamadya Jakarta Utara, 2012

Dari tabel tersebut nampak bahwa armada perikanan jumlahnya berfluktuasi dari tahun
ke tahun dan berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa sampai tahun
2011 terbanyak kapal berukuran 5 – 10 GT sebanyak 990 unit. Nelayan pantai
mengoperasikan alat tangkapnya pada daerah pesisir pantai dengan kedalaman tidak
lebih dari 15 meter dengan jarak waktu tempuh dari dan ke lokasi penangkapan (fishing
ground) mencapai 1-2 jam perjalanan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 80]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Daerah penangkapan ikan bagi nelayan di Muara Angke adalah Perairan Bangka
Belitung, Perairan Sumatera, Selat Karimata, Laut Jawa, Perairan Kalimantan Barat,
Kepulauan Natuna, Teluk Jakarta dan Karawang, serta Laut Karimun Jawa. Bagi
nelayan-nelayan kecil yang bersifat pulang hari (one day fishing) seperti payang, bubu
dan pancing kebanyakan memilih daerah penangkapan di sekitar Teluk Jakarta dan
Karawang karena jarak yang ditempuh lebih dekat dan tidak memakan biaya terlalu
besar. Nelayan-nelayan besar yang memakan waktu melaut bermingu-minggu dan
bahkan berbulan-bulan seperti Purse Seine, Buko Ami, dan Jaring Cumi lebih memilih
daerah penangkapan di daerah Perairan Bangka Belitung, Perairan Sumatera, Selat
Karimata, serta Kepulauan Natuna.

3. Perikanan Budidaya Kerang Hijau

Budidaya kerang hijau (Perna viridis) cukup banyak tersebar di wilayah Teluk Jakarta.
Ada beberapa tahap dalam pembuatan rakit kerang hijau dari mulai membuat alat ini
sampai dengan tahap akhir pemanenan, yaitu pembuatan rawai (pengumpul spat),
pembuatan bambu dongkrak, persiapan bambu rakit, pemasangan bambu rakit,
pemasangan tali rawai, pembesaran dan pemanenan. Pertumbuhan kerang hijau
sangat dipengaruhi oleh beberapa parameter fisika dan kimia yang terdapat pada suatu
perairan seperti suhu, salinitas, kedalaman, kecerahan, substrat, serta beberapa
parameter lainnya. Kerang hijau banyak ditemukan pada wilayah perairan yang
memiliki suhu sekitar 26 – 34 0C, sedangkan untuk kedalamannya biota ini hidup
secara optimal pada wilayah perairan dengan kedalaman berkisar antara 2,6 – 4,0
meter. Kerang hijau ini dapat tumbuh dengan baik pada wilayah perairan yang memiliki
kisaran salinitas 27 – 35 0/00. Rawai kerang hijau dipasang pada kerangka bambu rakit
yang posisi pemasangannya dapat secara vertikal ataupun horizontal. Setelah semua
rawai sudah siap terpasang pada posisinya masing-masing, benih kerang hijau yang
berada pada perairan bebas dengan sendirinya akan menempel pada rawai-rawai
tersebut.

Proses pemanenan pada perikanan budidaya kerang hijau ini adalah dilakukan kurang
lebih sekitar 6 – 7 bulan terhitung mulai dari terkumpulnya benih pada rawai di rakit
kerang hijau tersebut. Selama menunggu masa panen, aktivitas para nelayan rakit
kerang hijau hanya menjaga kondisi rakit supaya tetap kokoh, salah satunya yaitu
dengan cara melakukan pergantian pada bambu-bambu yang mengalami kerusakan.
Untuk komoditas kerang hijaunya sendiri tidak diperlukan perlakuan khusus. Para
nelayan hanyalah membersihkan sampah-sampah yang datang. Di perairan Kamal
Muara jumlah rakit kerang hijau ini semuanya telah dibebaskan oleh pemrakarsa dan
rakit ini pindah lokasi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 81]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

3.6.6. Tingkat Pendapatan

Hasil kajian tematik tahun tahun 2010, tingkat pendapatan responden disajikan pada Tabel
3.46 di bawah ini.

Tabel 3.46. Kisaran Rata-Rata Tingkat Pendapatan Responden Per Bulan


Tingkat
Kelurahan Kamal Muara Kelurahan Pluit Jumlah
Pendapatan/bulan (%)
(N = 30) (N = 20) ( N = 50 )
(Rp)
≤ 500.000 5 4 9 18,00
500.000 – 1.000.000 13 9 22 44,00
1.000.000– 1.500.000 5 5 10 20,00
1.500.000– 2.000.000 4 2 6 12,00
2.000.000 – 2.500.000 2 0 2 4,00
≥ 2.500.000 1 0 1 2,00
Jumlah 30 20 50 100,00
Sumber: Hasil Survey, Tahun 2010

Kisaran rata-rata pendapatan per bulan responden di wilayah studi bervariasi, responden
dengan tingkat pendapatan rata-rata per bulan dibawah atau sama dengan Rp. 500.000
sebanyak 9 orang (18,00 %), dan tingkat pendapatan antara Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000
per bulan sebanyak 22 orang (44,00 %), antara Rp. 1.000.000,- Rp. 1.500.000,- perbulan
sebanyak 10 orang (20,00 %), antara Rp. 1.500.000 – 2.000.000 sebanyak 6 orang (12,00
%), Sedangkan tingkat pendapatan tertinggi di wilayah studi antara Rp. 2.000.000,- Rp.
2.500.000,- hanya 3 orang (6,00 %). Jika tingkat pendapatan rata-rata responden diukur
dengan tingkat kesejahteraan menurut Sajogyo (1986) untuk daerah pedesaan, di mana
dinyatakan bahwa keluarga digolongkan “sangat miskin” bilamana tingkat pendapatan
setara beras < 240 kg/kapita/tahun. Sedangkan tergolong “miskin” jika pendapatan setara
beras > 240 - < 460 kg/kapita/tahun dan tergolong sejahtera atau tidak miskin jika tingkat
pendapatan setara beras mencapai > 640 kg/kapita/tahun.

Tingkat pendapatan Rp. 500.000 per bulan ekuivalen dengan Rp. 6.000.000.- per tahun,
jika dikonversi dalam setara beras, di mana harga beras rata-rata adalah Rp. 4.500 per kg
(medium price), maka jumlah pendapatan setara beras adalah 1.333 kg/tahun. Bilamana
tanggungan anggota keluarga rata-rata 5 orang/KK, maka pendapatan setara beras tiap
anggota keluarga adalah 266,7 kg/kapita/tahun. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebanyak
(81,00 %) responden di wilayah studi masih tergolong “miskin”, sehingga yang tergolong
sejahtera baru sekitar 19,00 %.

3.6.7. Pendidikan

Prasarana dan Sarana sangat penting keberadaannya sebagai faktor penunjang untuk
menggerakkan aktivitas sosial ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Secara umum
Prasarana dan Sarana di Kecamatan Penjaringan cukup memadai, baik prasarana dan
sarana pendidikan, kesehatan, perekonomian, perhubungan dan keagamaan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 82]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.47. Prasarana dan Sarana Pendidikan, Kesehatan, Perekonomian, Perhubungan


dan Keagamaan di Kecamatan Penjaringan
No. Prasarana dan Sarana Jumlah (unit)
1 Pendidikan
-Taman Kanak-Kanak 52
-Sekolah Dasar Negeri 40
-Sekolah Dasar Inpres 0
-Sekolah Dasar Swasta 46
-SMP Negeri 7
-SMP Swasta 35
-SMA Negeri 2
-SMA Swasta 24
2 Perekonomian/Perdagangan
-Pasar Inpres 5
-Pusat Lingkungan 6
-Lokasi Pdg K-5 9
-Swalayan 17
-Mall dan -Waserda 6
-Bank Pemerintah 5
-Bank Swasta 23
-Koperasi Konsumsi 1
-Koperasi Produksi 1
3 Keagamaan/Tempat Ibadah
-Mesjid 52
-Surau 111
-Gereja 33
-Pura 33
-Lainnya 16
Sumber Data: BPS (2009)

3.6.8. Sosial Budaya

Tingginya persentase penduduk pendatang, baik yang sudah menetap maupun yang
bersifat musiman serta aksesibiltas yang cukup baik ke lokasi-lokasi strategis, sangat
mempengaruhi karakter penduduk di sekitar lokasi proyek. Mereka lebih terbuka menerima
pendatang baru/orang luar maupun nilai-nilai baru yang datang. Seperti halnya penduduk
di bagian kota Jakarta lainnya yang sudah berasimilasi, adat istiadat daerah asalnya sudah
tidak begitu kuat mewarnai kehidupan mereka sehari-hari. Dari hasil wawancara dan
pengamatan lapangan, penduduk yang berdomisili secara permanen dan atau bekerja di
lokasi sekitar rencana kegiatan reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah di Kelurahan Kamal
Muara dan Pluit (Muara Angke) Kecamatan l Penjaringan, umumnya mereka adalah
penduduk asli Betawi dan pendatang dari berbagai daerah yang merantau ke Ibu Kota
seperti dari Sulawesi selatan Suku bugis Makassar dan Jawa Barat Indramayu, sehingga
penduduk diwilayah ini sangat heterogen dengan latar belakang suku bangsa yang
beragam. Beragamnya suku bangas dan budaya antara penduduk asli (Betawi) dan
pendatang yang bekerja dan berdomisili secara permanen disekitar rencana kegiatan telah
menyebabkan terjadinya proses sosial yang sangat intens dan dinamis dalam sistem
sosial masyarakat di sekitar lokasi rencana kegiatan reklamasi Pantai Kauk Naga Indah.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 83]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Interaksi sosial dan komunikasi yang terjalin antar warga disekitar lokasi rencana kegiatan,
telah terwujud dalam bentuk integrasi sosial. Proses sosial yang telah terjadi di Kelurahan
Kamal Muara dan Kelurahan Pluit, khususnya antara penduduk asli Betawi dan pendatang
dari berbagai daerah seperti bugis Makassar dan Indramayu sudah berlangsung sejak
lama ditandai dengan terjadinya kawin mawin antar sub-etnis tersebut, dan diikuti dengan
terjadinya proses akomodasi, asimilasi dan akhirnya tercipta akulturasi dalam system
sosial masyarakat.

Gambaran proses sosial yang terjadi pada masyarakat berupa kejadian-kejadian


dilingkungan sekitar lokasi rencana kegiatan reklamasi disajikan dalam Tabel 3.48.

Tabel 3.48. Pendapat Masyarakat (responden) mengenai Kejadian yang Biasa Terjadi Di
lokasi Rencana Kegiatan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah Kelurahan
Kamal Muara dan Pluit, Kecamatan l Penjaringan, Jakarta Utara
No. Pertanyaan Jumlah Tanggapan
Jika terjadi konflik antar kelompok masyarakat, tentang kasus apa saja?
a. Kasus mengenai tanah, bangunan dan rumah 1
b. Kasus perkawinan 6
1.
c. Kasus kriminal (perkelahian,pencurian, mabuk-
12
mabukan)
31
d. Tidak ada kasus
Jika terjadi Pertikaian, melibatkan antara?
a. Konflik antara warga masyarakat 16
2.
b. Konflik antara kelompok pemuda/ masyarakat 2
c. Konflik antar Kelurahan atau antar lingkungan 1
Jika terjadi konflik antar kelompok masyarakat,cara penyelesaiannya adalah melalui:
a. Diselesaiakan oleh kepala Kelurahan /tokoh
12
masyarakat/agama/tokoh adat
3.
b. Diselesaikan oleh aparat keamanan (koramil/
5
polsekta)
c. Diselesaikan sendiri oleh kelompok yang bertikai 2
Tokoh-tokoh masyarakat atau pemimpin informal atau formal yang paling berpengaruh
dalam menyelesaikan masalah-masalah konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat
adalah:
4. a. Tokoh Adat 0
b. Tokoh agama 9
c. Aparat pemerintah (lurah, camat) 33
d. Tokoh masyarakat 8
Lembaga-lembaga yang paling berperanan dalam berbagai aktivitas masyarakat di
Kelurahan ini:
a. LPM, Koperasi 19
5.
b. Karang Taruna 3
c. Lembaga penyuluhan perikanan 5
d. Lainnya (Kelurahan ) 23
Sumber : Hasil Survey, Tahun 2010

Terciptanya akomodasi antar warga di kelurahan ini dilakukan melalui berbagai kegiatan
yang dilakukan secara gotong royong dan berbagai pertemuan-pertemuan yang dilakukan
antar warga. Berbagai kegiatan seperti membersihkan lingkungan, perbaikan jalan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 84]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Pluit, gorong-gorong, membangun sarana


keagamaan (Masjid dan Mushollah), membersihan kebun atau ladang secara bersama –
sama serta panen secara gotong royong, juga menghias atau memperindah lingkungan
Kelurahan untuk perayaan hari-hari nasional, penjagaan keamanan siskamling dan
kegiatan keagamaan seperti pengajian yang dilakukan oleh kelompok-kelompok
masyarakat di tiap mesjid /mushollah, yang dilaksanakan oleh Kelompok PKK, Majelis
Taqlim, kelompok remaja masjid, dan lain-lain. Berbagai kegiatan tersebut merupakan
media terjadinya interaksi dan komunikasi antar warga masyarakat.

Adat istiadat atau kebiasaan masyarakat yang sudah turun temurun dijalankan oleh warga
masyarakat di Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Pluit merupakan budaya yang
sudah mengkristal dalam kehidupan bermasyarakat bagi warga. Kebiasaan–kebiasaan
tersebut dijalankan dalam bentuk kegiatan kemasyarakatan seperti tradisi upacara
perkawinan, penamatan alquran, sunatan dan kematian, juga kebiasaan menentukan hari
baik untuk memulai pekerjaan seperti melaut bagi para nelayan, serta kegiatan gotong
royong baik untuk membersihkan lingkungn maupun membangun rumah dan memperbaiki
tempat ibadah. Tabel 3.49 memperlihatkan pendapat masyarakat tentang kegiatan tradisi
dan kebiasaan di sekitar lokasi rencana kegiatan reklamasi.

Tabel 3.49. Pendapat masyarakat mengenai kegiatan tradisi dan kebiasaan di Sekitar
Lokasi Rencana Kegiatan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah Kelurahan
Kamal Muara dan Pluit, Kecamatan l Penjaringan, Jakarta Utara
Jawaban Jawaban
No. Pertanyaan Jumlah
Ya % Tidak %
Apakah adat istiadat dan pola
kebiasaan-kebiasaan masih
1 47 94,00 3 6,00 50
diterapkan oleh masyarakat dalam
kegiatannya sehari-hari
Apakah kegiatan gotong royong
2 48 96,00 2 4,00 50
masih dilakukan
Apakah masih ada pertemuan-
3 pertemuan antara kelompok 46 92,00 4 8,00 50
masyarakat ?
Jenis tindakan kriminal atau kejahatan
4 apa saja yang pernah atau sering 4 10,26 35 89,74 39
terjadi di Kelurahan ini?
Apakah di daerah ini sering terjadi
5 4 13,79 25 86,21 29
konflik antara kelompok masyarakat
Sumber: Hasil Survey, Tahun 2010

Pada Tabel 3.49, menggambarkan bahwa pendapat masyarakat mengenai kegiatan


kemasyarakatan berupa tradisi adat-istiadat masih terus dilakukan oleh masyarakat,
dimana sekitar 94,00 % responden mengatakan bahwa adat istiadat masih dijalanklan oleh
warga dan 96,00 % mengatakan kegiatan kerjasama dalam bentuk kegiatan gotong
royong masih dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari warga masyarakat diwilayah studi
di Kelurahan Kamal Muara dan Pluit.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 85]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Sekitar 89,74 % responden menyatakan bahwa tindakan kriminal diwilayah ini sangat
jarang terjadi seperti perkelahian antar warga, mabuk-mabukan dan pencurian, hal ini
menggambarkan bahwa diwilayah ini kehidupan masyarakat masih aman dan tentram dari
berbagai macam gangguan atau masalah, walaupun latar belakang penduduk sangat
beragam dari berbagai suku, akan tetapi hal ini tidak menimbulkan masalah, bahkan latar
belakang suku yang berbeda telah menjadi perekat diantara mereka untuk menjaga
persatuan dan ketenraman penduduk diwilayah ini.

Kondisi ini tidak terlepas dari keberadaan forum masyarakat yang telah lama dibentuk dan
disepakati bersama oleh masyarakat pada wilayah studi. Forum masyarakat ini mengatur
aturan-aturan tatakehidupan dan tata pergaulan warga masyarakat dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Aturan-aturan dan sangksi terhadap setiap pelanggaran dalam
kehidupan bermasyarakat menjadi pembelajaran bagi setiap warga untuk tidak melanggar
aturan yang telah ditetapkan.

3.6.9. Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan data urutan jenis penyakit terbanyak yang diperoleh dari Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) Kecamatan Penjaringan, tercatat bahwa sampai dengan bulan
Desember 2005 terdapat 10 jenis penyakit dominan yang banyak diderita, antara lain ISPA
(23,25%), Penyakit rematik (6,97%), Darah Tinggi (9,30%), Diare (13,95%),Penyakit kulit
(4,65%), Pencernaan (11,62%), TBC (4,65%), Mastoid/kuping (6,97%),Tuata (16,27%) dan
Saluran kencing (2,32%).

Tabel 3.50. Jenis Penyakit Terbanyak di Kecamatan Penjaringan


Persentase
No Jenis Penyakit Jumlah Penderita
(%)
1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) 23,25 750
2. Darah tinggi 9,30 525
3. Penyakit rematik 6,97 450
4. Pencernaan 11,62 375
5. Penyakit kulit 4,65 300
6. Diare 13,95 225
7. Tuata 16,27 225
8. Mastoid/kuping 6,97 150
9. TBC 4,65 150
10. Saluran kencing 2,32 75
Jumlah 100 3.225
Sumber : Puskesmas Kecamatan Penjaringan, 2006

Fasilitas sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di Wilayah Kelurahan Kapuk Muara
terdiri dari 1 buah rumah sakit, Poliklinik 1 buah dan Puskesmas 1 buah. Sedangkan
fasilitas sarana pelayanan kesehatan di Kelurahan Kamal Muara terdiri dari Puskesmas 1
buah, Balai Pengobatan 1 buah dan Posyandu 7 buah.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 86]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.51. Jenis penyakit yang diderita anggota keluarga responden di Kecamatan
Penjaringan Jakarta Utara tahun 2010
Jenis penyakit N = 88 Persentase

1. Inpeksi Saluran Pernapasan Akut 44 50.0


2. Panas disertai batuk 10 11.4
3. Menderita Pneumonia 1 1.1
4. Panas tinggi disertai batuk berdahak/TB Paru. 2 2.3
5. Demam Typoid 11 12.5
6. Pernah menderita diare 22 25.0
7. Diagnosis ASMA/Mengi/Bengek 1 1.1
8. Sakit gigi 22 25.0
9. Jantung 1 1.1
10. Diabetes 3 3.4
11. Reumatik 24 27.3
12. Katarak 2 2.3
Sumber: Hasil Survey, Tahun 2010

3.6.10. Persepsi Masyarakat

Sikap dan Persepsi responden (masyarakat) terhadap rencana kegiatan Reklamasi Pantai
Kapuk Naga Indah oleh PT. Kapuk Naga Indah yang berada pada wilayah Kelurahan
Kamal Muara dan Pluit (Muara Angke) Kecamatan Penjaringan ditanggapi beragam oleh
masyarakat sekitar dengan berbagai macam pendapat dan tanggapan. Namun, pada
umumnya masyarakat belum memberikan respon yang positif terhadap rencana kegiatan
ini, karena belum memahami tujuan dari kegiatan reklamasi, begitupula teknis
pelaksanaan kegiatan reklamasi serta manfaat yang akan diperoleh oleh masyarakat dari
kegiatan reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah.

1. Persepsi Masyarakat Menurut Domisili

Persepsi masyarakat menurut domisili dapat dilihat pada Tabel 3.52 dan Gambar III.44.
berikut.

Tabel 3.52. Analisis Persepsi Responden Berdasarkan Lokasi


No. Tanggapan Kapuk Muara Kamal Muara
1. Setuju 24 58
2. Tidak Setuju 1 2
3 Abstain 10 5

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 87]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.44. Persepsi Responden Berdasarkan Lokasi

2. Persepsi Masyarakat Menurut Mata Pencaharian

Persepsi masyarakat menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 3.53 dan
Gambar III.45.

Tabel 3.53. Persepsi Responden Menurut Mata Pencaharian Penduduk


Kel. Kapuk Muara Kel. Kamal Muara
No. Mata Pencaharian Setuju Tidak Abstain Tidak
Setuju Abstain
Setuju Setuju
1. Tani 0 0 0 2 0 0
2. Nelayan 0 0 0 17 0 0
3. Buruh 3 0 1 5 0 1
4. Pedagang 1 0 1 6 0 1
5. Karyawan Swasta 7 0 3 5 1 0
6. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 6 1 2 7 0 2
7. ABRI 5 0 2 12 0 1
8 Pensiunan 1 0 0 2 0 0
9. Petukangan 1 0 1 1 1 0
10. Swasta Lainnya 0 0 0 3 0 0
Jumlah 24 1 10 58 2 5
Sumber : Rekapitulasi Survei Responden

Gambar III.45. Persepsi Responden Menurut Mata Pencaharian

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 88]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

3. Persepsi Masyarakat Menurut Usia

Persepsi masyarakat menurut usia dapat dilihat pada Tabel 3.54 dan Gambar III.46
berikut.

Tabel 3.54. Persepsi Responden Berdasarkan Usia


Usia Kelurahan Kapuk Muara Kelurahan Muara Kamal
Reponden
Setuju Tdk. Setuju Abstain Setuju Tdk. Setuju Abstain
(Tahun)
< 25 8 0 2 11 0 1
26 - 35 3 0 2 17 1 1
36 - 45 6 0 3 11 0 0
46 - 55 5 1 2 3 0 1
> 56 2 0 1 6 1 2
Jumlah 24 1 10 58 2 5

Gambar III.46. Persepsi Responden Berdasarkan Usia

4. Persepsi Masyarakat Menurut Tingkat Pendapatan

Persepsi masyarakat menurut tingkat pendapatan dapat dilihat pada Tabel 3.55 dan
Gambar III.47. berikut.

Tabel 3.55. Persepsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan


Kelurahan Kapuk Muara Kelurahan Muara Kamal
Tingkat Pendapatan
Tdk. Tdk.
Reponden (Rupiah) Setuju Abstain Setuju Abstain
Setuju Setuju
< 800.000 3 0 1 9 0 1
800.000 – 1.600.000 8 0 3 18 1 1
1.600.000 – 2.300.000 4 0 2 16 0 0
2.300.000 – 3.000.000 7 1 4 8 0 1
> 3.000.000 2 0 0 7 1 2
Jumlah 24 1 10 58 2 5

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 89]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.47. Persepsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

5. Perubahan Sosial Ekonomi Di Sekitar Wilayah Studi

Hasil kajian yang dilakukan oleh PPGT UI (2007) terhadap perubahan sosial ekonomi
budaya di Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara menggunakan metodologi
kualitatif dengan pendekatan deskriptif, adalah sebagai berikut :

a. Perubahan Sosial Ekonomi Budaya di Kelurahan Kamal Muara

1) Perubahan Sosial Yang Sudah Terjadi


Perubahan sosial yang dapat dilihat secara jelas pada warga kamal Muara
adalah bergersernya mata pencaharian para nelayan. Hal ini terlihat ketika ada
usaha bagan banyak nelayan yang bekerja, tetapi ketika bagan sudah dilarang
banyak nelayan yang menganggur. Sehingga kecenderungannya banyak istri
para nelayan yang membantu dengan bekerja di pabrik, sedangkan suaminya
banyak yang menjadi kuli angkut bongkar muat ikan di Tempat Pelelangan
Ikan/TPI. Disini terlihat bahwa terjadi sebuah perubahan okupasi di dalam
keluarga dari seorang suami sebagai pencari nafkah menjadi istri yang mencari
nafkah. Tentu saja hal ini akan berdampak pada kehidupan keluarga nelayan
yang ada di Kamal Muara.

2) Potensi Perubahan Sosial Yang Akan Terjadi


Potensi perubahan sosial yang kemungkinan akan terjadi pada warga Kamal
Muara adalah berpindahnya mata pencaharian nelayan yang akan merubah
perekonomian keseluruhan warga nelayan. Hal ini tentu saja akan
memungkinkan berdampak pada menurunnya kualitas kesejahteraan keluarga
nelayan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 90]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

3) Sikap Masyarakat Terhadap Perubahan Sosial Dan Potensi Perubahan


Sosial Yang Akan Terjadi
Warga Kamal Muara memiliki tanggapan yang berbeda-beda mengenai rencana
reklamasi dan revitalisasi pantai ini. Salah satunya adalah pendapat dari pihak
nelayan yaitu bagi yang setuju dengan reklamasi masih tetap melakukan
aktivitas sambil menunggu waktu kapan proyek akan dimulai meskipun
kompensasi telah diterima. Ada juga tanggapan yang diberikan oleh salah
seorang tokoh masyarakat berikut ini:
a) Sebagian masyarakat yang sudah menerima kompensasi ada yang masih
bertahan dan ada pula yang sudah kembali ke kampung halaman masing-
masing. Sedangkan tawaran yang disampaikan oleh pemrakarsa tidak semua
masyarakat di sekitar lokasi bisa menerima karena menyadari keterbatasan
sumberdaya manusia terutama di bidang pendidikan.
b) Sebagian masyarakat nelayan merasa kesulitan beralih profesi karena
kebiasaan mendapatkan penghasilan berupa uang kas setiap hari sebagai
nelayan dari hasil penjualan tangkapan ikan atau kerang hijau berubah
menjadi penghasilan yang dibayarkan setiap bulan.
c) Berkaitan dengan rencana perpindahan lokasi mereka tidak bisa menerima
karena di tempat yang baru belum tentu mendapatkan penghasilan yang
memadai seperti di lokasi saat ini dan belum tentu juga diterima oleh
masyarakat di lokasi yang baru.

b. Perubahan Sosial Ekonomi Budaya Di Kapuk Muara

1) Perubahan Sosial Yang Sudah Terjadi


a) Perubahan Ekonomi
Perubahan sosial dalam bidang ekonomi masyarakat adalah adanya
perubahan mata pencaharian masyarakat adalah buruh kasar, pedagang,
karyawan swasta dan lain-lain. Perubahan ini akan menimbulkan dampak
pada tingkat pendapatan masyarakat. Dengan kemampuan atau skill dan
tingkat pendidikan yang minim pilihan profesi yang mungkin dijalani adalah
pada sektor informal seperti buruh kasar, tukang ojek, tukang becak,
pedagang dan lain-lain. Sektor formal yang mungkin dipilih sebagai profesi
adalah menjadi karyawan swasta. Akan tetapi, dengan kualitas SDM yang
minim, mereka lebih memilih untuk bekerja di sektor informal. Penduduk yang
mempunyai simpanan modal, akan beralih profesi menajdi pedagang. Di
sepanjang jalan RW 01, 04, dan 05 banyak sekali warga yang membuka
warung. hal tersebut diakibatkan oleh banyaknya perusahaan, pabrik, gudang
milik perusahaan yang membutuhkan tempat untuk memenuhi kebutuhan
primer. Keberadaan toko atau warung ini dapat memenuhi kebutuhan para
karyawan dan sopir truk milik perusahaan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 91]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

b) Perubahan Sosial
Dengan banyaknya program-program pemerintah dan adanya kelakukan
yang kurang baik dari perusahaan swasta terhadap masyarakat Kapuk Muara
mengakibatnya munculnya sikap resisten, mudah curiga dan emosional jika
berhadapan dengan kelompok-kelompok tersebut. Hal ini menjadi hal yang
wajar karena mereka merasa sering menjadi korban dari perilaku pemerintah
dan perusahaan swasta yang umumnya pabrik.

c) Perubahan Budaya
Perubahan budaya yang ada pada masyarakat Kapuk Muara adalah
pergeseran dari budaya pekerja menuju ke arah budaya pengangguran.
Kebanyakan masyarakat Kapuk Muara sangat mudah mengabil keputusan
untuk berhenti dari pekerjaannya. Perubahan budaya masyarakat ini bisa
dipengaruhi oleh minimnya SDM mereka dan ditambah dengan adanya
program-program yang bersifat bantuan atau charity.

d) Perubahan Sosial Yang Akan Terjadi


(1) Dalam bidang ekonomi, keberadaan toko atau warung makan akan
semakin merebak karena kebutuhan masyarakat atau karyawan
perusahaan akan membutuhkan keberadaan warung dan toko tersebut.
Hal ini dapat menimbulkan iklim kompetisi dalam usaha sehingga
keberadaannya menjadi positif. Selain keberadaan toko dan warung,
perubahan sosial yang akan terjadi adalah bagi mereka yang tidak
memiliki kemampuan modal dan SDM akan semakin tertinggal dari
penduduk lainnya.
(2) Dengan adanya solidaritas masyarakat yang kuat dan didukung oleh
adanya rasa persaudaraan, senasib dan sepenanggungan maka akan
meningkatkan resistensi masyarakat terhadap pihak-pihak yang akan
mengancam keberadaan Kelurahan Kapuk Muara. Bentuk dari resistensi
masyarakat ini bisa bervariasi seperti membentuk kelompok kepentingan
atau kelompok penekan yang akan menaikan posisi tawar mereka
terhadap kelompok yang lebih tinggi.
(3) Semakin banyak keberadaan pengangguran di Kapuk Muara akan
menaikkan tingkat kriminalitas. Perubahan pola pikir dari pola pekerja
menjadi pola instan yang diakibatkan oleh ketidakmampuan masyarakat
bersaing dengan yang lain memberi pengaruh yang cukup signifikan
bagi tingkat kriminalitas.
(4) Perubahan sosial yang akan menjadi sorotan adalah adanya potensi
konflik yang besar antara masyarakat Kapuk Muara dan perusahaan.
Jika tidak dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan konflik vertikal.
Jika hal tersebut terjadi, kondisi perekonomian masyarakat setempat
akan kehilangan sumber ekonomi karena investor atau perusahaan akan
meninggalkan daerah Kapuk Muara.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 92]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

e) Sikap Masyarakat Terhadap Perubahan Sosial dan Potensi Perubahan


Sosial Yang Akan Terjadi
Sikap masyarakat Kapuk Muara dengan adanya perubahan sosial yang telah
dan akan terjadi adalah menerima dan berusaha untuk mengikuti perubahan
tersebut walaupun mereka sering menjadi korban. Jika tidak bisa mengikuti
perubahan sosial, mereka akan beralih atau pindah dari Kapuk Muara untuk
mencari tempat yang sesuai dengan kebutuhannya. Bagi mereka yang bisa
bertahan dalam kondisi seperti sekarang ini, mereka akan tetap eksis di
Kapuk Muara. Selain itu, masyarakat berusaha untuk membangun kekuatan
dengan cara membentuk kerukunan bersama untuk menghadapi segala
macam program pembangunan dari pemerintah yang akan datang dan
mengancam keberlangsungan kehidupan mereka di Kapuk Muara.

Walaupun demikian warga masyarakat yang setuju karena sudah memahami tujuan
kegiatan reklamasi, menanggapi bahwa dengan adanya kegiatan reklamasi Pantai
Kapuk Naga Indah di wilayah ini sangat membantu warga yang menganggur untuk
bisa bekerja sebagai teNaga kerja tukang, buruh atau menjadi security. Begitu pula
dalam hal membuka peluang usaha sector informal bagi warga sekitar seperti
membuka usaha warung makan atau warung kopi untuk pekerja pada saat
reklamasi berjalan. Selain itu, kawasan ini akan berkembang lebih cepat dan tanah-
tanah milik warga yang pada umumnya merupakan lahan tambak yang nilai jualnya
masih rendah akan menjadi mahal dengan dibangunnya kawasan perumahan,
perkantoran dan perdagangan serta parawisata diatas pantai yang direklamasi.

Sikap dan persepsi masyarakat mengenai rencana kegiatan reklamasi oleh PT.
Kapuk Naga Indah disajikan pada Tabel 3.56 berikut.

Tabel 3.56. Sikap dan persepsi responden (Masyarakat) terhadap rencana


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah di Kelurahan Kamal Muara dan
Kelurahan Pluit (Muara Angke) Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara
Tanggapan
No. Pertanyaan
Ya % Tidak % Jumlah
Apakah mengetahui adanya rencana
1 12 24,00 38 76,00 50
kegiatan reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Tanggapan terhadap rencana reklamasi
2 7 14,00 43 86,00 50
(setuju/tidak setuju)
Sumber: Hasil Survey, Tahun 2010

Pendapat yang muncul dalam bentuk tanggapan negatif dengan rencana kegiatan
reklamasi ini adalah 1) kekuatiran masyarakat akan terjadinya penggusuran, 2)
hilangnya sumber matapencaharian dan 3) akses warga nelayan untuk melaut akan
terganggu akibat adanya kegiatan reklamasi di Kelurahan Kamal Muara dan Pluit,
terutama yang berdekatan dengan lokasi rencana kegiatan reklamasi Pantai Kapuk
Naga Indah.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 93]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.48. Grafik Pengetahuan Masyarakat Rencana Kegiatan Reklamasi


Pantai Kapuk Naga Indah

Gambar III.49. Grafik Sikap Masyarakat dengan Rencana Kegiatan Reklamasi


Pantai Kapuk Naga Indah

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, menunjukkan bahwa masyarakat yang


mengetahui adanya rencana kegiatan reklamasi pantai di Kelurahan Kamal Muara
dan Pluit tergolong masih sangat rendah yaitu 24 %. Hal ini disebabkan belum
adanya kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak
perusahaan PT. Kapuk Naga Indah kepada masyarakat disekitar rencana lokasi
kegiatan reklamsi pantai Kapuk Naga Indah. Warga yang mengetahui adanya
rencana kegiatan reklamasi informasinya diperoleh dari kegiatan pertemuan baik
ditingkat Kecamatan Penjaringan maupun ditingkat Kelurahan Kamal Muara dan
Pluit, sehingga warga masyarakat yang tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan
pertemuan belum memperoleh informasi mengenai rencana kegiatan reklamasi
pantai Kapuk Naga Indah. Implikasi dari kurangnya sosialisasi berdampak terhadap
kurangnya pahaman masyarakat mengenai rencana kegiatan yang mengakibatkan
persepsi dan pendapat masyarakat yang setuju dengan kegiatan reklamasi baru
sekitar 18 % dari jumlah responden yang diwawancarai. Berbeda dengan pendapat

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 94]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

masyarakat yang mengikuti kegiatan sosialisasi dan pertemuan konsultasi


masyarakat (PKM) yang pada umumnya setuju dengan rencana reklamasi (dengan
catatan tidak akan ada penggusuran warga sekitar),disamping itu mereka sudah
mengetahui dan memahami tujuan kegiatan reklamasi secara menyeluruh termasuk
pengaruh terhadap warga sekitarnya.

Dari hasil pertemuan konsultasi masyarakat hari Kamis, 2 Desember 2010 Kantor
Lurah Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, perserta menyatakan
adalah sebagai berikut: 1) Warga kamal muara tidak keberatan dengan adanya
rencana reklamasi pantai sepanjang tidak ada penggusuran warga, 2) TeNaga kerja
pada saat kegiatan reklmasi dan pembangunan diutamakan warga kamal muara
sesuai dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. 3) Akses nelayan
untuk melakukan penangkapan ikan (melaut) tidak dihalangi oleh keberadaan
reklamasi pantai.

Sedangkan kegiatan Pertemuan Konsultasi Masyarakat hari Sabtu, tanggal 4


Desember 2010 Rumah Ketua Kelompok RW 11 Muara Angke Kelurahan Pluit,
Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, adalah sebagai berikut:
1) Masyarakat Muara Angke mendukung rencana kegiatan reklamasi yang
penting tidak ada penggusuran bagi warga sekitar.
2) Apabila ada lokasi ternak kerang hijau terkena reklamasi, maka harus ada ganti
rugi yang sesuai dengan nilai investasi nelayan dan mekanismenya di
serahkan langsung kepada peternak kerang hijau yang kena reklamasi.
3) Mengutamakan merekrut masyarakat Muara Angke Kelurahan Pluit untuk
menjadi Tenaga Kerja sesuai keterampilan yang dimiliki, (terutama buruh,
tukang, security, cleaning services dan karyawan).
4) Akses nelayan muara angke dan sekitarnya tidak dihalangi untuk melaut.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 95]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Analisis Dampak Lingkungan
(ANDAL)

Reklamasi
Pantai Kapuk Naga Indah

III.50.

Gambar III.10.
Lokasi Sampling Sosekbud

[III – 96]
Rona Lingkungan Hidup

3.7. KOMPONEN LINGKUNGAN BINAAN

3.7.1. Tata Guna Lahan

Mengacu kepada Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta 2030, bahwa kebijakan dan strategi
pengembangan tata ruang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Memantapkan fungsi kota Jakarta sebagai kota jasa skala nasional dan internasional.
2. Memprioritaskan arah pengembangan kota ke arah koridor Timur, Barat, Utara dan
membatasi pengembangan ke arah Selatan agar tercapai keseimbangan ekosistem.
3. Melestarikan fungsi dan keserasian lingkungan hidup di dalam penataan ruang dengan
mengoptimalkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
4. Mengembangkan sistem prasarana dan sarana kota yang berintegrasi dengan sistem
regional, nasional dan internasional.

Sesuai dengan karakteristik fisik dan pengembangannya, Jakarta dibagi dalam 3 (tiga)
Wilayah Pengembangan (WP) utama, yaitu WP Utara, WP Tengah dan WP Selatan.
Berdasarkan pembagian Wilayah Pengembangan tersebut maka area kawasan studi
Penjaringan termasuk di dalam Wilayah Pengembangan (WP) Tengah, dengan kebijakan
pembangunan sebagai berikut :
1. Wilayah Pengembangan Tengah Pusat (WP-TP), dengan kebijakan pengembangan
yang diarahkan untuk pusat pemerintahan, pusat kegiatan perdagangan dan jasa serta
permukiman intensitas tinggi.
2. Wilayah Pengembangan Tengah Barat (WP-TB), dengan kebijakan pengembangan
untuk permukiman yang ditunjang dengan pengembangan Sentra Primer Baru.
3. Wilayah Pengembangan Tengah Timur (WP-TT), dengan kebijakan pengembangan
untuk pusat industri/pergudangan serta permukiman yang ditunjang dengan
pengembangan Sentra Primer Baru Timur.

3.7.2. Kegiatan Sekitar

1. Di bagian Tenggara, Selatan dan Barat Daya lokasi rencana reklamasi terdapat
ekosistem mangrove yang kewenangan pengelolaannya ada pada Departemen
Kehutanan.
2. Di bagian Selatan, yakni di Kawasan Pantai Indah Kapuk berlangsung proses
pembangunan perumahan beserta fasilitasnya oleh PT. Mandara Permai.
3. Di sebelah Tenggara berlangsung aktivitas nelayan Muara Kali Angke.
4. Di perairan laut mulai dari muara Kali Angke hingga muara Kali Kamal tersebar bagan
untuk pengrajin budi daya kerang hijau.
5. Bagian Timur Perairan Muara Angke terdapat PLTGU Muara Karang.
6. Permukiman terdekat adalah perkampungan nelayan di Muara Angke serta Perumahan
Pantai Indah Kapuk.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 97]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

3.7.3. Kamtibmas

Kondisi kamtibmas di Kelurahan Kapuk Muara selama Tahun 2010 tergolong cukup baik.
Beberapa kejadian gangguan kamtibmas yang tercatat selama tahun 2010 adalah
perampokan dan pembunuhan terhadap pengemudi sopir taksi (3 kasus), kebakaran (3
kasus), banjir (2 kasus) dan unjuk rasa (2 kasus). Sedangkan sarana pendukung kamtibmas
yang ada berupa pos polisi 6 unit, pos hansip 30 unit dan DPK 4 unit.

3.7.4. Sanitasi Lingkungan

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan (tahun 2010) terlihat bahwa pada umumnya
masyarakat sekitar yang bermukim di sebelah Selatan lokasi proyek telah menggunakan
septic tank sebagai sarana pembuangan limbah domestik. Pengelolaan sampah domestik
masyarakat dilakukan dengan menggunakan jasa petugas kebersihan dari Kelurahan Kapuk
Muara dan Kamal Muara dengan membayar sejumlah iuran yang ditetapkan dan dikoordinir
oleh Ketua RT masing-masing. Potret penggunaan air bersih untuk kebutuhan masyarakat
sekitar hanya bersumber dari PDAM.

3.7.5. Lalu Lintas Darat

Kegiatan reklamasi Kapuk Naga Indah akan berpengaruh terhadap kelancaran lalu lintas di
sekitar lokasi proyek (Kawasan Pantai Indah Kapuk) saat berlangsungnya mobilisasi alat
berat dan pengangkutan bahan material. Berdasarkan hasil pemantauan dilapangan pada 5
koridor jalan utama yang menghubungkan antara Kawasan Pantai Indah Kapuk dengan
daerah sekitar, menunjukkan arus lalu lintas yang padat dan bervariatif sejalan dengan
waktu pengamatan. Waktu pengamatan dilakukan pada pagi hari, siang hari dan sore hari.
Pengamatan dilakukan dengan menghitung volume kendaraan yang melewati ruas jalan
tersebut kemudian dilakukan perhitungan arus kecepatan rata-rata kendaraanya. Hasil
pengamatan pada 5 koridor jalan utama tersebut secara umum menujukkan kesamaan
waktu terjadinya kemacetan. Pada waktu pagi hari volume kendaraan relatif cukup lengang
dan meningkat pada siang hari menunjukkan kemacetan yang cukup panjang pada
beberapa titik. Salah satu titik yang menyebabkan terjadinya kemacetan adalah bundaran
dan perempatan. Pada waktu sore hari tingkat kemacetan berangsur menurun. Hasil
pengamatan volume lalu lintas dapat dilihat pada tabel berikut.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 98]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.57. Volume Arus Lalu Untas Dari Pintu Utama Kawasan PIK/JI. Mandara Permai
Menuju Ke Arah Barat (Koridor 1)

Tabel 3.58. Volume Arus Lalu Lintas Dari Pintu Utama Kawasan PIK/JI. Mandara Permai
Menuju Ke Arah Muara Angke (Koridor 2)

Tabel 3.59. Volume Arus Lalu Lintas Dari Jl. Pantai Indah Selatan/Pintu Keluar Tol Menuju
Ke Arah Kawasan PIK (Koridor 3)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 99]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Tabel 3.60. Volume Arus Lalu Lintas Dari Kawasan PIK Menuju Ke Arah Jl. Mandara Utara
(Koridor 4)

Tabel 3.61. Volume Arus Lalu Lintas Dari Kawasan PIK Menuju Ke Arah Pintu Tol A dan
Pintu Keluar B/Ring Road PIK (Koridor 5)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 100]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Rona Lingkungan Hidup

Gambar III.51. Kemacetan Lalu Lintas di Koridor Jalan Utama Kawasan Pantai Indah Kapuk

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [III – 101]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

BAB IV
RUANG LINGKUP STUDI

Pelingkupan dilakukan untuk membatasi penelaahan sehingga komponen rencana kegiatan dan
komponen lingkungan dapat difokuskan pada hal-hal yang penting. Proses pelingkupan dilakukan
melalui 3 (tiga) tahap, yaitu:

• Identifikasi dampak potensial;


• Evaluasi dampak potensial menuju dampak penting hipotetik; dan
• Klasifikasi dan Prioritas Dampak Penting Hipotetik.

4.1. HASIL KONSULTASI PUBLIK

4.1.1. Informasi Umum Rencana Kegiatan

1. Pemrakarsa merencanakan kegiatan reklamasi pantai 3 (tiga) pulau di utara


Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Kota
Administrasi Jakarta Utara.
2. Pemrakarsa sebenarnya telah memiliki rekomendasi atas dokumen Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk proyek reklamasi pantai 1 (satu)
pulau dengan nomor rekomendasi AMDAL 025/AMDAL/-1.774.151/2007, namun
dengan pengembangan rencana proyek reklamasi menjadi 3 (tiga) pulau, maka
diperlukan adanya updating (pembaruan) atas dokumen AMDAL yang telah
dikeluarkan rekomendasinya sehingga sesuai dengan rencana kegiatan saat ini.
3. Batas-batas rencana kegiatan reklamasi pantai 3 (tiga) pulau oleh PT. Kapuk Naga
Indah adalah sebagai berikut:
a. Utara : Perairan Laut Jawa/Kabupaten Kepulauan Seribu hingga kedalaman
-8 meter
b. Timur : Perairan Muara Angke dan Pantai Mutiara
c. Selatan : Hutan Lindung Mangrove Muara Angke dan Kawasan Pantai Indah
Kapuk
d. Barat : Perbatasan Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Banten

4.1.2. Saran dan Tanggapan atas Rencana Kegiatan

1. H. Yan Winatasasmita (Ketua Forum Masyarakat Peduli Lingkungan dan Ketua


Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia – Kota Administrasi Jakarta Utara)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 1]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

a. Agar memperhitungkan ulang dampak reklamasi terhadap kenaikan paras air


permukaan baik sungai maupun laut dan kehidupan sosial nelayan yang
berdomisili di sekitar lokasi kegiatan.
b. Agar melakukan revitalisasi pantai saat ini (existing) terlebih dulu sebelum
melaksanakan reklamasi pantai.
c. Agar menjelaskan kontribusi PT. Kapuk Naga Indah (KNI) terhadap kehidupan
nelayan yang semakin sulit, karena kepedulian sosial perusahaan (CSR) KNI yang
ada saat ini tidak dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat nelayan di sekitar
lokasi kegiatan.
d. Agar mempertimbangkan referensi kegiatan reklamasi yang dilaksanakan oleh
Singapura sebagai teknik reklamasi yang layak digunakan, karena dampak
lingkungan yang timbul oleh reklamasi pantai di Singapura cenderung minimum.
e. Agar menjelaskan rencana pengelolaan terhadap tanaman mangrove yang telah
tertanam dengan baik di sekitar lokasi kegiatan.

2. Heru Budi Hartono (Kepala Bagian Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kota
Administrasi Jakarta Utara)
a. Agar memastikan terlebih dahulu, rencana kegiatan ini nantinya berlokasi di
wilayah hukum mana, apakah Kota Administrasi Jakarta Utara, Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu atau Provinsi DKI Jakarta sehingga jelas dan tidak
terjadi tumpang tindih kewenangan apabila terjadi sengketa di kemudian hari.

3. Abdullah Wahid (Kantor Otoritas Pelabuhan II Tanjung Priok Kota Administrasi


Jakarta Utara)
a. Agar memperhatikan dan mematuhi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
rencana kegiatan sebagai berikut:
1) Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
2) Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
3) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian
4) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan Perairan
5) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan
Lingkungan Maritim
6) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan
7) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 42 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pelabuhan
8) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan
dan Reklamasi
b. Agar menjelaskan dan memasukkan sumber “quarry” dalam pelingkupan masalah.
c. Agar memperhitungkan lalu lintas tongkang / kapal di Pantai Kapuk.
d. Agar memperhitungkan besaran terjadinya “soil subsidence” – penurunan
permukaan tanah di sekitar lokasi kegiatan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 2]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

e. Agar memperhitungkan dampak kegiatan terhadap kondisi jalan akses Bandara


Soekarno – Hatta (Jalan Tol Sedyatmo).
f. Agar memperhitungkan dampak timbulan lalu lintas di jalan – jalan sekitar lokasi
kegiatan akibat pelaksanaan proyek reklamasi dan setelah reklamasi selesai
dilaksanakan.
g. Agar memperhatikan keberadaan dan posisi pipa dan kabel dasar laut yang
kemungkinan terdapat di sekitar lokasi kegiatan.
h. Agar tidak melaksanakan kegiatan apapun di lokasi kegiatan sebelum
memperoleh rekomendasi dari Administrasi Pelabuhan Otoritas Pelabuhan II
Tanjung Priok.
i. Apabila penyediaan “quarry” dari laut, maka pembahasan AMDAL seharusnya
dilakukan di tingkat Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

4. Ubaidillah (Wahana Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta)


a. Agar menunggu penyelesaian akhir legalitas hukum reklamasi pantai antara
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup,
sehingga setiap kegiatan reklamasi memiliki dasar hukum kuat.
b. Agar memperhitungkan dampak yang akan dirasakan masyarakat dan lingkungan
hidup di wilayah Provinsi Banten karena memiliki batas rencana kegiatan yang
bersinggungan dengan wilayah Provinsi Banten.
c. Agar memperhitungkan kontribusi kegiatan reklamasi terhadap terjadinya “rob”
(pasang air laut) di wilayah lain.

5. Alan (Forum Komunikasi Warga Muara Angke)


a. Menyatakan keberatan dan menolak seluruh rencana kegiatan reklamasi oleh PT.
Kapuk Naga Indah dan perusahaan lain.

6. H. Zailani Nur H.S. (Lembaga Musyawarah Kelurahan Kapuk Muara)


a. Agar melaksanakan revitalisasi kampung – kampung di Kelurahan Kapuk Muara,
karena wilayah Kelurahan Kapuk Muara merupakan lingkungan dengan tinggi
permukaan tanah terendah di sekitar lokasi kegiatan, sehingga perlu dilakukan
perbaikan lingkungan, perumahan, sarana dan prasarana lainnya di wilayah Kapuk
Muara sebelum melaksanakan reklamasi pantai.
b. Sebagian masyarakat Kapuk Muara berprofesi sebagai nelayan laut dangkal yang
pasti akan kehilangan mata pencahariannya dengan pelaksanaan reklamasi
pantai, sehingga perlu dilakukan alih teknologi terhadap masyarakat nelayan ini,
sehingga tetap dapat melanjutkan profesinya sebagai nelayan di laut yang lebih
dalam.
c. Agar melakukan rekrutmen tenaga kerja yang dibutuhkan proyek reklamasi dari
masyarakat Kapuk Muara sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan.
d. Agar menyediakan ruang dan sarana / prasarana untuk pedagang kecil di sekitar
lokasi kegiatan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 3]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

e. Agar memberikan jaminan akses masyarakat umum terhadap lokasi reklamasi


yang telah terbangun nanti dengan menyediakan pantai terbuka yang dapat
dinikmati masyarakat umum tanpa mengeluarkan retribusi apapun.
f. Agar selalu memelihara komunikasi efektif dengan warga masyarakat Kapuk
Muara.
g. Agar bersedia membuat perjanjian / kesepakatan dengan tokoh masyarakat Kapuk
Muara yang menyatakan bahwa PT. KNI akan mengakomodasi dan menyetujui
permintaan-permintaan warga Kapuk Muara, khususnya dalam hal bantuan
pembuatan tanggul.

7. M. Safrudin (Ketua Karang Taruna Kelurahan Kamal Muara)


a. Agar lebih meningkatkan program CSR perusahaan dengan menunjuk elemen
masyarakat pemuda (Karang Taruna) sebagai pelaksana, bukan hanya melibatkan
Karang Taruna saja.
b. Agar memberikan jaminan kepada masyarakat sekitar kegiatan bahwa reklamasi
tidak akan menggusur perkampungan warga yang berlokasi di sekitar kegiatan.

8. Riana Faiza (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DKI Jakarta)


a. Agar merubah pendekatan yang dicantumkan yaitu ICM (Integrated Coastal
Management) dengan IRCOM (Integrated River Basin and Coastal Management)
karena pesisir yang terkena dampak kegiatan reklamasi juga merupakan muara
dari beberapa sungai yang membelah kota Jakarta.
b. Agar mempertimbangkan pengaruh SLR (Sea Level Rise) dan Land Subsidence
serta rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang akan membangun Sea Wall
(Tanggul Laut).
c. Agar memperhatikan dan mematuhi Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Pesisir serta memasukkannya sebagai salah satu acuan
dasar hukum.
d. Agar melibatkan pihak akademisi yang kompeten dalam melakukan studi tematik
pesisir dan kelautan.

9. Irfan Fahrudin Kurniawan (Lembaga Musyawarah Kelurahan Kamal Muara)


a. Agar memisahkan dengan jelas antara revitalisasi lingkungan sekitar kegiatan
dengan CSR PT. KNI karena revitalisasi lingkungan sekitar merupakan kewajiban
PT. KNI yang harus dilaksanakan sebelum memulai proyek reklamasi pantai
sementara CSR dapat dilaksanakan sebelum, ketika dan sesudah proyek
reklamasi pantai dilaksanakan PT. KNI.
b. Agar mempertahankan kehidupan komunitas nelayan di wilayah Kamal Muara dan
menyediakan sarana / prasarana penunjang kegiatan nelayan.
c. Agar membuat nota kesepahaman bahwa PT. KNI hanya akan memulai proyek
reklamasi setelah revitalisasi lingkungan khususnya pembuatan tanggul selesai
dilaksanakan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 4]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

d. Agar melaksanakan sosialisasi rencana reklamasi pada tingkatan “grass root”


sehingga tidak terjadi kesalahpahaman di tengah warga masyarakat.
e. Agar memperhatikan kemungkinan dampak sosial yang mungkin timbul ketika
proses pelaksanaan dan paska reklamasi.

10. Hotman Silaen (Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kota Administrasi Jakarta Utara)
a. Agar menjelaskan sumber air dan sumber energi yang akan digunakan dalam
kegiatan reklamasi pantai, serta menjelaskan metode yang akan digunakan dalam
penyediaan sumber air dan sumber energi tersebut.

11. T. Amry Musada (Sudin Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Administrasi Jakarta
Utara)
a. Agar menyediakan perlindungan tenaga kerja dalam bentuk upah yang memadai
dan jaminan tenaga kerja (Jamsostek).
b. Agar mengupayakan penyediaan bahan baku dengan membuat sendiri, karena
apabila penyediaan dilakukan dengan melakukan pembelian dikhawatirkan akan
meningkatkan harga bahan – bahan konstruksi di sekitar lokasi kegiatan.

12. Fadjar H.D. (Kantor Perencanaan Pembangunan Kota Administrasi Jakarta Utara)
a. Agar membuat perbandingan nilai ekonomi kelautan antara kondisi saat ini dengan
kondisi setelah dilaksanakannya reklamasi dalam bentuk kuantitatif (nominal).

13. Sugiyanto (Sudin Kebersihan Kota Administrasi Jakarta Utara)


a. Agar memperhatikan aspek operasional pelayanan kebersihan dengan
menyediakan sarana dan prasarana kebersihan (lokasi pembuangan sampah, baik
sementara maupun akhir).
b. Agar memperhatikan sistem pemusnahan / pengelolaan sampah hasil kegiatan
warga, taman dan pepohonan.
c. Agar melakukan pembuatan “sewage treatment plant” (STP) bersifat komunal
yang memenuhi standar sanitasi.
d. Agar memperhatikan kebersihan selat antara bibir pantai dengan pulau yang
memiliki lebar sekitar 200 meter.

14. Acep Juhlan (Satuan Polisi Pamong Praja Kota Administrasi Jakarta Utara)
a. Agar memperhatikan kelengkapan izin-izin yang berkaitan dengan ketertiban
umum seperti Izin Tempat Usaha berdasarkan Undang-Undang Gangguan yang
berhubungan dengan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun
2007.
b. Agar mencantumkan hasil-hasil penelitian disertai dengan dokumentasi saat
penelitian dilangsungkan oleh instansi-instansi terkait.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 5]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

15. Fini Amrani (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi DKI Jakarta)
a. Agar menyiapkan ruangan untuk menampung limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) karena adanya kegiatan kapal keruk yang memungkinkan terjadinya
ceceran bahan bakar minyak (solar), pelumas bekas dan sebagainya.
b. Sampah-sampah yang dihasilkan pada saat pelaksanaan reklamasi harus
dikumpulkan di satu tempat, dibuatkan pemilahan sampah organik dan non
organik, serta dikondisikan sehingga tidak menjadi sumber penyakit.

16. Nurhasan (Forum Masyarakat Peduli Lingkungan Kota Administrasi Jakarta Utara)
a. Agar menyediakan rambu / marka laut di sekitar lokasi kegiatan karena frekuensi
transportasi laut cukup tinggi di daerah ini dan meningkatkan peluang terjadinya
kecelakaan laut.
b. Agar melakukan kajian transportasi darat yang mendalam berkaitan dengan
mobilisasi alat berat dan kendaraan pengangkut material di daratan sekitar lokasi
kegiatan.

17. Supartono (Kelurahan Kapuk Muara Kota Administrasi Jakarta Utara)


a. Agar memberikan informasi rencana reklamasi pantai dengan menggunakan
pamflet atau media massa kepada masyarakat di Kelurahan Kapuk Muara dan
Kamal Muara sebagai bentuk sosialisasi langsung kepada masyarakat terkena
dampak.

18. Erna Yuni K. (Sudin Perhubungan Kota Administrasi Jakarta Utara)


a. Agar selalu berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian
Negara Lingkungan Hidup mengenai rencana reklamasi pantai sehingga dapat
mengurangi dampak yang akan timbul.
b. Agar mempertimbangkan efek positif dan negatif rencana kegiatan reklamasi
pantai ini, sehingga apabila dampak negatifnya melebihi dampak positif, maka
sepatutnya tidak perlu memaksakan kehendak untuk meneruskan rencana
reklamasi ini.
c. Bentuk kepedulian terhadap masyarakat terkena dampak, sebaiknya tidak hanya
bersifat sementara dengan pemberian bantuan keuangan atau sembako, namun
lebih bersifat jangka panjang seperti dengan menyediakan lapangan kerja dan
melakukan perbaikan lingkungan di sekitar lokasi kegiatan.

19. Sri Wahyuni S. (Sudin Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kota Administrasi Jakarta
Utara)
a. Agar melakukan kajian mengenai peningkatan biaya operasional nelayan yang
harus ditanggung akibat semakin jauhnya lokasi nelayan untuk mendapatkan ikan.
b. Agar menjelaskan lokasi pendaratan ikan.
c. Agar menjelaskan lokasi penambatan kapal – kapal nelayan.
d. Harus dibuat “green belt” atau hutan mangrove di setiap pulau yang akan dibuat.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 6]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

e. Agar menjelaskan lokasi pantai publik yang akan disediakan.


f. Agar mengakomodasi perubahan bagan tancap nelayan menjadi bagan apung,
sehingga penghasilan nelayan tidak terlalu terganggu.

20. Jaja Suarja (Kepala Sudin Pertanian dan Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Utara)
a. Agar membuat kajian khusus mengenai sampah perairan baik di sungai, kanal
maupun saluran yang bermuara di sekitar lokasi kegiatan dengan membuat
rencana penanganan yang meliputi arahan kebijakan / konsep kebijakan, teknis
penanganan sampah di perairan dan pembiayaannya (sumber dana).

21. P.T. Budiono (Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta)


a. Agar menjelaskan tata guna lahan pulau hasil reklamasi nantinya untuk apa,
apakah pemukiman menengah ke bawah, pemukiman menengah ke atas, atau
resort / wisata, sehingga mempengaruhi kondisi lalu lintas yang akan terjadi.
b. Agar memperhatikan kondisi biota laut yang pasti akan terkena dampak langsung
kegiatan reklamasi.
c. Agar pemrakarsa melaksanakan tanggung jawabnya terhadap lingkungan sekitar,
sehingga masyarakat sekitar dapat merasakan dampak positif keberadaan pulau
baru.

22. Budiyanto (Sudin Pekerjaan Umum – Tata Air Kota Administrasi Jakarta Utara)
a. Agar melakukan kajian terhadap timbulnya sedimentasi dan “back water” yang
akan terjadi terhadap Sungai Cisadane dan Sungai Angke yang terkena dampak
kegiatan.
b. Agar melakukan normalisasi di Sungai Cisadane dan Sungai Angke terlebih dulu
sebelum melaksanakan reklamasi atau melaksanakan pembuatan sistem “polder”
terhadap kedua aliran sungai tersebut.

23. Kuncung Suyanto (Direktorat Polisi Perairan Polisi Daerah Metro Jaya Provinsi DKI
Jakarta)
a. Perlu koordinasi mendalam dan intensif dengan pihak dan instansi terkait,
khususnya kepolisian mengenai pengamanan kegiatan baik dalam tahapan pra
konstruksi, konstruksi maupun paska konstruksi dan operasi.

24. Mujiastuti (Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi DKI Jakarta)
a. AMDAL yang tengah dalam penyusunan belum dapat meyakinkan dari sisi
dampak hidrodinamika dan hidrooseanografi. Prinsip “breakwater wall” bukan
mengurangi energi gelombang, melainkan hanya mengalihkan. Berbeda halnya
dengan reklamasi ramah lingkungan dengan memperbaiki ekosistem terumbu
karang, padang lamun dan hutan mangrove dengan fungsi yang sama yaitu
pengurangan energi gelombang.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 7]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

b. Pengalihan energi dikhawatirkan akan mengancam kehidupan pesisir di sekitarnya


yaitu berupa abrasi dan tenggelamnya pulau, terjadinya “upwhealing sediment”
yang akan meracuni biota laut, dan menyebabkan perubahan sirkulasi pasang
surut air laut yang dibutuhkan oleh kehidupan ekosistem mangrove, serta pada
gilirannya akan menurunkan kualitas lingkungan dalam hal sumber daya alam dan
kesehatan masyarakat serta menurunkan kondisi ekonomi masyarakat nelayan.
c. Saat ini Pulau Rambut yang lokasinya dekat dengan proyek reklamasi ditunjuk
sebagai daerah perlindungan lahan basah tingkat internasional, sehingga kegiatan
apapun yang berdampak negatif terhadap pulau tersebut akan menjadi isu yang
akan membuat nama Indonesia di mata international menjadi buruk.
d. Singapura bukan contoh reklamasi yang tepat untuk diterapkan di Jakarta Utara
karena mereka tidak tergantung pada sumber daya laut pesisir.

25. Satria A.R. (Forum Masyarakat Peduli Lingkungan Kota Administrasi Jakarta Utara)
a. Sosialisasi tidak hanya bertujuan meloloskan kewajiban pemrakarsa hanya
dengan alasan terbukanya kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat
sekitar lokasi kegiatan.
b. Komponen tata ruang wilayah di sekitar lokasi kegiatan yang terkena dampak
penting pada tahap pra-konstruksi dan konstruksi harus dikoordinasikan dengan
pihak dan instansi terkait sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

4.2. IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL

Identifikasi dampak potensial dilakukan dengan melihat interaksi antara komponen kegiatan yang
diprakirakan menimbulkan dampak dengan komponen lingkungan yang diprakirakan akan terkena
dampak. Penentuan dampak potensial tersebut dilakukan dengan menggunakan matriks interaksi
dampak (Tabel 4.1) dan brainstorming melalui serangkaian hasil konsultasi dan diskusi dengan
pakar, pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab, masyarakat yang berkepentingan dan
pengamatan lapangan (observasi). Pelingkupan pada tahap ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup (primer, sekunder dan seterusnya) yang
secara potensial akan timbul sebagai akibat adanya rencana usaha dan/atau kegiatan pada tahap
ini belum diperhatikan besar/kecilnya dampak atau penting tidaknya dampak.

Mengacu ke uraian secara garis besar rona lingkungan di sekitar wilayah studi, maka lingkup
komponen lingkungan yang potensial terkena dampak dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Prakonstruksi
a. Perubahan Persepsi Masyarakat

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 8]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

2. Tahap Konstruksi
a. Penurunan Kualitas Udara
b. Peningkatan Kebisingan
c. Penurunan Kualitas Air Laut
d. Peningkatan Kuantitas Air Permukaan (Banjir)
e. Perubahan Pola Arus
f. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi
g. Perubahan Morfologi Pantai
h. Peningkatan Volume Sampah Padat
i. Gangguan Mangrove
j. Gangguan Fauna
k. Gangguan Biota Laut
l. Terbukanya Kesempatan Kerja
m. Terbukanya Kesempatan Berusaha
n. Gangguan Estetika Lingkungan
o. Gangguan Sanitasi Lingkungan
p. Gangguan Aktivitas Nelayan
q. Gangguan Kamtibmas
r. Perubahan Persepsi Masyarakat
s. Gangguan Tranportasi Darat
t. Gangguan Transportasi Laut

3. Tahap Pascakonstruksi
a. Peningkatan Kuantitas Air Permukaan (Banjir)
b. Perubahan Pola Arus
c. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi
d. Perubahan Morfologi Pantai
e. Gangguan Kamtibmas
f. Perubahan Persepsi Masyarakat
g. Gangguan Tranportasi Darat
h. Gangguan Transportasi Laut

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 9]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

Tabel 4.1. Matriks Interaksi Antara Komponen Kegiatan dan Komponen Lingkungan Kegiatan
Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah

Pasca Konstruksi
Pra Konstruksi

Konstruksi

Tahap
Tahap
Tahap
Komponen Kegiatan

Keberadaan Tanggul Pulau/Breakwater


Pembangunan Tanggul/Breakwater

Pembuatan Jembatan Penghubung

Keberadaan Lahan Reklamasi


Aktivitas Buruh Konstruksi
Pengerukan Muara Sungai
Penetapan Lokasi Proyek
No.

Rekrutmen Tenaga Kerja

Mobilisasi Alat & Bahan

Pengurugan/Reklamasi

Demobilisasi Peralatan
Komponen Lingkungan

FISIK KIMIA
1. Penurunan Kualitas Udara X
2. Peningkatan Kebisingan X X
3. Penurunan Kualitas Air Laut X X X X
4. Peningkatan Kuantitas Air Permukaan (Banjir) X X X
5. Perubahan Pola Arus X X X X
6. Perubahan Abrasi & Sedimentasi X X X X
7. Perubahan Morfologi Pantai X X X X
8. Peningkatan Volume Sampah Padat X
BIOLOGI
1. Gangguan Mangrove X X X
2. Gangguan Fauna X X
3. Gangguan Biota Laut X X X
SOSEKBUD – KESEHATAN MASYARAKAT
1. Terbukanya Kesempatan Kerja X
2. Terbukanya Kesempatan Berusaha X
3. Gangguan Estetika Lingkungan X
4. Gangguan Sanitasi Lingkungan X
5. Gangguan Aktivitas Nelayan X X X
6. Gangguan Kamtibmas X X X X X
7. Perubahan Persepsi Masyarakat X X X X X X X X X X
TATA RUANG
1. Gangguan Transportasi Darat X X
2. Gangguan Transportasi Laut X X X X X X

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 10]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

Gambar IV.1. Bagan Alir Dampak Potensial

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 11]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

Dampak potensial yang timbul berdasarkan hasil identifikasi dampak potensial adalah:

1. Tahap Prakonstruksi

a. Perubahan Persepsi Masyarakat


Kegiatan penetapan lokasi pada tahap prakonstruksi akan berdampak terhadap persepsi
masyarakat akibat kekhawatiran masyarakat terkena dampak negatif proyek.

2. Tahap Konstruksi

a. Penurunan Kualitas Udara


Kegiatan mobilisasi alat dan bahan konstruksi akan berdampak terhadap kualitas udara
akibat emisi gas kendaraan dan debu yang dihasilkan dari kegiatan tersebut.

b. Peningkatan Kebisingan
Kegiatan mobilisasi alat dan bahan dan pembangunan jembatan penghubung akan
berdampak terhadap kebisingan akibat aktivitas kendaraan pengangkut alat dan bahan
konstruksi serta proses pemancangan konstruksi jembatan penghubung.

c. Penurunan Kualitas Air Laut


Kegiatan pengurugan/reklamasi, pembuatan tanggul/breakwater, pengerukan muara sungai
dan aktivitas buruh konstruksi akan berdampak terhadap kualitas air laut.

d. Peningkatan Kuantitas Air Permukaan (Banjir)


Kegiatan pengurugan/reklamasi dan pengerukan muara sungai pada tahap konstruksi akan
berdampak terhadap kuantitas air permukaan (banjir).

e. Perubahan Pola Arus


Kegiatan pengurugan/reklamasi dan pembuatan tanggul/breakwater pada tahap konstruksi
akan berdampak terhadap pola arus.

f. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi


Kegiatan pengurugan/reklamasi, pembangunan tanggul/breakwater pada tahap konstruksi
akan berdampak terhadap abrasi dan sedimentasi.

g. Perubahan Morfologi Pantai


Kegiatan pengurugan/reklamasi, pembangunan tanggul/breakwater pada tahap konstruksi
akan berdampak terhadap morfologi pantai.

h. Peningkatan Volume Sampah Padat


Aktivitas buruh konstruksi proyek sebanyak ± 500 – 1.000 orang akan menghasilkan
sampah padat berupa sisa-sisa makanan dan kemasan minuman dan kebutuhan buruh
sehari-hari.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 12]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

i. Gangguan Mangrove
Kegiatan pengurugan/reklamasi, pembangunan tanggul/breakwater dan aktivitas buruh
konstruksi akan berdampak terhadap kehidupan mangrove di hutan lindung Kapuk akibat
perubahan kualitas air laut dan gangguan vegetasi mangrove akibat aktivitas buruh
konstruksi.

j. Gangguan Fauna
Kegiatan mobilisasi alat dan bahan dan aktivitas buruh konstruksi berdampak terhadap
kehidupan fauna di hutan mangrove akibat penurunan kualitas udara, meningkatnya
kebisingan dan terganggunya kehidupan fauna akibat aktivitas buruh konstruksi proyek.

k. Gangguan Biota Laut


Kegiatan pengurugan/reklamasi, pembangunan tanggul/breakwater dan aktivitas buruh
konstruksi akan berdampak terhadap biota laut (plankton, bentos dan nekton) akibat
penurunan kualitas air laut dan hilangnya habitat biota laut akibat kegiatan tersebut.

l. Terbukanya Kesempatan Kerja


Kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi proyek sebanyak 500 – 1.000 orang akan
berdampak terhadap kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar (Kelurahan Kapuk Muara
dan Kamal Muara).

m. Terbukanya Kesempatan Berusaha


Kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi proyek sebanyak 500 – 1.000 orang,
berdampak terhadap kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitar (Kelurahan Kapuk
Muara dan Kamal Muara) seperti penyediaan kebutuhan sehari-hari buruh konstruksi
(makanan, minuman dan lain-lain).

n. Gangguan Estetika Lingkungan


Aktivitas buruh konstruksi sebanyak ± 500 – 1.000 orang akan berdampak terhadap estetika
lingkungan akibat sampah padat yang dihasilkan dari kegiatan/aktivitas buruh konstruksi.

o. Gangguan Sanitasi Lingkungan


Kegiatan aktivitas buruh konstruksi sebanyak ± 500 – 1.000 orang akan berdampak
terhadap sanitasi lingkungan akibat air limbah dan limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan tersebut.

p. Gangguan Aktivitas Nelayan


Kegiatan pengurugan/reklamasi, pembuatan jembatan penghubung dan pengerukan muara
sungai pada tahap konstruksi akan berdampak terhadap aktivitas nelayan.

q. Gangguan Kamtibmas
Kegiatan mobilisasi alat dan bahan, pengurugan/reklamasi, pengerukan muara sungai dan
aktivitas buruh konstruksi pada tahap konstruksi proyek sebanyak ± 500 – 1.000 orang akan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 13]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

berdampak terhadap kamtibmas. Kegiatan-kegiatan tersebut akan berdampak terhadap


kualitas udara, kebisingan, pengotoran badan jalan/estetika lingkunan, sanitasi lingkungan
dan kelancaran lalu lintas yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kamtibmas.

r. Perubahan Persepsi Masyarakat


Kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi proyek sebanyak ± 500 – 1.000 orang,
mobilisasi alat dan bahan, pengurugan/reklamai, pembangunan tanggul/breakwater,
pembuatan jembatan penghubung, pengerukan muara sungai dan aktivitas buruh konstruksi
akan berdampak terhadap persepsi masyarakat yang merupakan dampak turunan dari
dampak primer yang tidak dikelola dengan baik.

s. Gangguan Tranportasi Darat


Kegiatan mobilisasi alat dan bahan pada tahap konstruksi proyek akan berdampak terhadap
transportasi darat pada badan-badan jalan di sekitar lokasi proyek akibat aktivitas
kendaraan pengangkut.

t. Gangguan Transportasi Laut


Kegiatan mobilisasi alat dan bahan, pengurugan/reklamasi, pembangunan tanggul/
breakwater, pembuatan jembatan penghubung dan pengerukan muara sungai pada tahap
konstruksi proyek akan berdampak terhadap transportasi laut.

3. Tahap Pascakonstruksi

a. Peningkatan Kuantitas Air Permukaan (Banjir)


Keberadaan lahan reklamasi pada tahap pascakonstruksi akan berdampak terhadap
kuantitas air permukaan (banjir).

b. Perubahan Pola Arus


Keberadaan tanggul pulau/breakwater dan keberadaan lahan reklamasi pada tahap
pascakonstruksi akan berdampak terhadap pola arus.

c. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi


Keberadaan tanggul pulau/breakwater dan keberadaan lahan reklamasi pada tahap
pascakonstruksi akan berdampak terhadap abrasi dan sedimentasi.

d. Perubahan Morfologi Pantai


Keberadaan tanggul pulau/breakwater dan keberadaan lahan reklamasi pada tahap
pascakonstruksi akan berdampak terhadap morfologi pantai.

e. Gangguan Kamtibmas
Kegiatan demobilisasi peralatan pada tahap pascakonstruksi juga akan berdampak terhadap
kamtibmas akibat gangguan lalu lintas yang dihasilkan dari kegiatan tersebut.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 14]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

f. Perubahan Persepsi Masyarakat


Pada tahap pascakonstruksi proyek, keberadaan lahan reklamasi dan demobilisasi
peralatan akan berdampak terhadap persepsi masyarakat.

g. Gangguan Tranportasi Darat


Kegiatan demobilisasi peralatan pada tahap pascakonstruksi proyek akan berdampak
terhadap transportasi darat pada badan-badan jalan di sekitar lokasi proyek akibat aktivitas
kendaraan pengangkut.

h. Gangguan Transportasi Laut


Kegiatan demobilisasi peralatan pada tahap pascakonstruksi proyek akan berdampak
terhadap transportasi laut.

4.3. EVALUASI DAMPAK POTENSIAL

Dampak-dampak potensial di atas kemudian dievaluasi untuk menentukan apakah perlu dikaji
lebih lanjut dalam Prakiraan Dampak. Evaluasi dilakukan dengan modifikasi metode Block (Block,
1999) berupa evaluasi masing-masing dampak berdasarkan 3 (tiga) kriteria: tingkat keseriusan
dampak, peluang dampak terdeteksi dan frekuensi dampak. Definisi operasional 3 (tiga) kriteria
tersebut disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Definisi Operasional Skor Dampak Penting Hipotetik


Peluang Dampak
Skor Keseriusan Dampak Frekuensi Dampak
Terdeteksi
1 Tidak serius ≤ 10 % Jarang, 1x per 6 bulan
2 Kurang serius 11 – 30 % Kadang-kadang, 1x per 3 bulan
3 Sedang, dapat dipulihkan 31 – 69 % Berulang, 1x per bulan
4 Serius, sulit dipulihkan 70 – 89 % Sering, 1x per minggu
5 Sangat Serius/Katastrofik ≥ 90 % Kontinu, > 1x per minggu

Penilaian sifat penting menggunakan hasil perkalian skor ketiga kriteria tersebut, dengan median
kemungkinan nilai perkalian sebagai batasan suatu dampak potensial dikatakan dampak penting
hipotetik atau tidak. Tiga kriteria yang dipakai masing-masing mempunyai 5 (lima) kemungkinan
nilai, dengan demikian ada 30 nilai perkalian yang mungkin dengan median 24,5. Dengan demikian
suatu dampak potensial dikatakan termasuk dampak penting hipotetik bila nilai hasil perkalian
ketiga kriteria tersebut ≥ 25.

Matriks hasil evaluasi dampak potensial tahap prakonstruksi, konstruksi dan Pascakonstruksi
masing-masing disajikan pada Tabel 4.3, Tabel 4.4 dan Tabel 4.5.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 15]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

Tabel 4.3. Hasil Evaluasi Dampak Potensial Tahap Prakonstruksi


Termasuk
Nilai Nilai Peluang Nilai Nilai
Dampak
Dampak Potensial Keseriusan Dampak Frekuensi Hasil
Penting
Dampak Terdeteksi Dampak Perkalian
Hipotetik
Perubahan Persepsi masyarakat 3 4 3 36 Ya

Tabel 4.4. Hasil Evaluasi Dampak Potensial Tahap Konstruksi


Termasuk
Nilai Nilai Peluang Nilai Nilai
Dampak
Dampak Potensial Keseriusan Dampak Frekuensi Hasil
Penting
Dampak Terdeteksi Dampak Perkalian
Hipotetik
Penurunan Kualitas udara 3 3 4 36 Ya
Peningkatan Kebisingan 3 4 4 48 Ya
Penurunan Kualitas Air Laut 3 3 4 36 Ya
Peningkatan Kuantitas Air Permukaan 3 1 1 3 Tidak
Perubahan Pola Arus 4 3 5 60 Ya
Perubahan Abrasi dan Sedimentasi 4 2 5 40 Ya
Peningkatan Volume Sampah Padat 3 4 4 48 Ya
Perubahan Morfologi Pantai 4 2 3 24 Tidak
Gangguan Mangrove 4 2 4 32 Ya
Gangguan Fauna 4 2 3 24 Tidak
Gangguan Biota Laut 4 2 3 24 Tidak
Terbukanya Kesempatan kerja 3 5 2 30 Ya
Terbukanya Kesempatan berusaha 3 5 1 15 Tidak
Gangguan Estetika Lingkungan 3 2 3 18 Tidak
Gangguan Sanitasi Lingkungan 2 2 3 12 Tidak
Gangguan Aktivitas Nelayan 3 5 5 75 Ya
Gangguan Kamtibmas 4 5 2 40 Ya
Perubahan Persepsi Masyarakat 3 3 4 36 Ya
Gangguan Transportasi Darat 3 4 4 48 Ya
Gangguan Transportasi Laut 3 4 4 48 Ya

Tabel 4.5. Hasil Evaluasi Dampak Potensial Tahap Pascakonstruksi


Termasuk
Nilai Nilai Peluang Nilai Nilai
Dampak
Dampak Potensial Keseriusan Dampak Frekuensi Hasil
Penting
Dampak Terdeteksi Dampak Perkalian
Hipotetik
Peningkatan Kuantitas Air Permukaan 3 1 1 3 Tidak
Perubahan Pola Arus 4 3 5 60 Ya
Perubahan Abrasi dan Sedimentasi 4 2 5 40 Ya
Perubahan Morfologi Pantai 4 2 3 24 Tidak
Gangguan Kamtibmas 2 3 2 12 Tidak
Perubahan Persepsi Masyarakat 3 3 3 27 Ya
Gangguan Transportasi Laut 3 2 3 18 Tidak
Gangguan Transportasi Darat 3 2 3 18 Tidak

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 16]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

Dampak penting hipotetik berdasarkan hasil evaluasi dampak potensial adalah sebagai berikut:

1. Tahap Prakonstruksi

a. Perubahan Persepsi Masyarakat


Kegiatan penetapan lokasi pada tahap prakonstruksi akan berdampak terhadap persepsi
masyarakat akibat kekhawatiran masyarakat terkena dampak negatif proyek.

2. Tahap Konstruksi

a. Penurunan Kualitas Udara


Kegiatan mobilisasi alat dan bahan konstruksi akan berdampak terhadap kualitas udara
akibat emisi gas kendaraan dan debu yang dihasilkan dari kegiatan tersebut.

b. Peningkatan Kebisingan
Kegiatan mobilisasi alat dan bahan dan pembangunan jembatan penghubung akan
berdampak terhadap kebisingan akibat aktivitas kendaraan pengangkut alat dan bahan
konstruksi serta proses pemancangan konstruksi jembatan penghubung.

c. Penurunan Kualitas Air Laut


Kegiatan pengurugan/reklamasi, pembuatan tanggul/breakwater, pengerukan muara sungai
dan aktivitas buruh konstruksi akan berdampak terhadap kualitas air laut.

d. Penurunan Perubahan Pola Arus


Kegiatan pengurugan/reklamasi dan pembuatan tanggul/breakwater pada tahap konstruksi
akan berdampak terhadap pola arus.

e. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi


Kegiatan pengurugan/reklamasi, pembangunan tanggul/breakwater pada tahap konstruksi
akan berdampak terhadap abrasi dan sedimentasi.

f. Peningkatan Volume Sampah Padat


Aktivitas buruh konstruksi proyek sebanyak ± 500 – 1.000 orang akan menghasilkan
sampah padat berupa sisa-sisa makanan dan kemasan minuman dan kebutuhan buruh
sehari-hari.

g. Gangguan Mangrove
Kegiatan pengurugan/reklamasi, pembangunan tanggul/breakwater dan aktivitas buruh
konstruksi akan berdampak terhadap kehidupan mangrove di hutan lindung Kapuk akibat
perubahan kualitas air laut dan gangguan vegetasi mangrove akibat aktivitas buruh
konstruksi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 17]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

h. Terbukanya Kesempatan Kerja


Kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi proyek sebanyak 500 – 1.000 orang akan
berdampak terhadap kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar (Kelurahan Kapuk Muara
dan Kamal Muara).

i. Gangguan Aktivitas Nelayan


Kegiatan pengurugan/reklamasi, pembuatan jembatan penghubung dan pengerukan muara
sungai pada tahap konstruksi akan berdampak terhadap aktivitas nelayan.

j. Gangguan Kamtibmas
Kegiatan mobilisasi alat dan bahan, pengurugan/reklamasi, pengerukan muara sungai dan
aktivitas buruh konstruksi pada tahap konstruksi proyek sebanyak ± 500 – 1.000 orang akan
berdampak terhadap kamtibmas. Kegiatan-kegiatan tersebut akan berdampak terhadap
kualitas udara, kebisingan, pengotoran badan jalan/estetika lingkunan, sanitasi lingkungan
dan kelancaran lalu lintas yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kamtibmas.

k. Perubahan Persepsi Masyarakat


Kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi proyek sebanyak ± 500 – 1.000 orang,
mobilisasi alat dan bahan, pengurugan/reklamai, pembangunan tanggul/ breakwater,
pembuatan jembatan penghubung, pengerukan muara sungai dan aktivitas buruh konstruksi
akan berdampak terhadap persepsi masyarakat yang merupakan dampak turunan dari
dampak primer yang tidak dikelola dengan baik.

l. Gangguan Tranportasi Darat


Kegiatan mobilisasi alat dan bahan pada tahap konstruksi proyek akan berdampak terhadap
transportasi darat pada badan-badan jalan di sekitar lokasi proyek akibat aktivitas
kendaraan pengangkut.

m. Gangguan Transportasi Laut


Kegiatan mobilisasi alat dan bahan, pengurugan/reklamasi, pembangunan tanggul/
breakwater, pembuatan jembatan penghubung dan pengerukan muara sungai pada tahap
konstruksi proyek.

3. Tahap Pascakonstruksi

a. Perubahan Pola Arus


Keberadaan tanggul pulau/breakwater dan keberadaan lahan reklamasi pada tahap
pascakonstruksi akan berdampak terhadap pola arus.

b. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi


Keberadaan tanggul pulau/breakwater dan keberadaan lahan reklamasi pada tahap
pascakonstruksi akan berdampak terhadap abrasi dan sedimentasi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 18]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

c. Perubahan Persepsi Masyarakat


Pada tahap pascakonstruksi proyek, keberadaan lahan reklamasi dan demobilisasi
peralatan akan berdampak terhadap persepsi masyarakat.

4.4. KLASIFIKASI DAN PRIORITAS DAMPAK PENTING HIPOTETIK

Penentuan prioritas dampak dilakukan berdasarkan peringkat nilai hasil perkalian kriteria evaluasi.
Bila ada dua atau lebih dampak yang mempunyai nilai hasil perkalian sama, maka prioritas
ditentukan berdasarkan pertimbangan hierarki dampak. Dengan demikian untuk tahap
prakonstruksi, urutan prioritas dampak penting hipotetik yang dihasilkan adalah sebagai berikut
(Tabel 4.6).

Tabel 4.6. Prioritas Dampak Penting Hipotetik Tahap Prakonstruksi


Dampak Potensial Nilai Hasil Perkalian
Perubahan Persepsi masyarakat 36

Untuk tahap konstruksi, urutan prioritas dampak penting hipotetik yang dihasilkan adalah sebagai
berikut (Tabel 4.7).

Tabel 4.7. Prioritas Dampak Penting Hipotetik Tahap Konstruksi


Dampak Potensial Nilai Hasil Perkalian
Gangguan Aktivitas Nelayan 75
Perubahan Pola Arus 60
Peningkatan Kebisingan 48
Peningkatan Volume Sampah Padat 48
Gangguan Transportasi Laut 48
Gangguan Transportasi Darat 48
Perubahan Abrasi dan Sedimentasi 40
Gangguan Kamtibmas 40
Penurunan Kualitas udara 36
Penurunan Kualitas Air Laut 36
Perubahan Persepsi Masyarakat 36
Gangguan Mangrove 32
Terbukanya Kesempatan kerja 30

Untuk tahap pascakonstruksi, urutan prioritas dampak penting hipotetik yang dihasilkan adalah
sebagai berikut (Tabel 4.8).

Tabel 4.8. Prioritas Dampak Penting Hipotetik Tahap Pascakonstruksi


Dampak Potensial Nilai Hasil Perkalian
Perubahan Pola Arus 60
Perubahan Abrasi dan Sedimentasi 40
Perubahan Persepsi Masyarakat 27

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 19]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

Tabel 4.8. Matriks Dampak Penting Hipotetik

Pasca Konstruksi
Pra Konstruksi

Konstruksi
Tahap

Tahap
Tahap
Komponen Kegiatan

Keberadaan Tanggul pulau/Breakwater


Pembuatan Jembatan Penghubung
Pembangunan Tanggul/Breakwater

Keberadaan Lahan Reklamasi


Aktivitas Buruh Konstruksi
Pengerukan Muara Sungai
Penetapan Lokasi Proyek
No.

Rekrutmen Tenaga Kerja

Mobilisasi Alat & Bahan

Pengurugan/Reklamasi

Demobilisasi Peralatan
Komponen Lingkungan

FISIK KIMIA
1. Penurunan Kualitas Udara X
2. Peningkatan Kebisingan X X
3. Penurunan Kualitas Air Laut X X X X
4. Perubahan Pola Arus X X X X
5. Perubahan Abrasi & Sedimentasi X X X X
6. Peningkatan Volume Sampah Padat X

BIOLOGI
1. Gangguan Mangrove X X X

SOSEKBUD – KESEHATAN MASYARAKAT


1. Terbukanya Kesempatan Kerja X
2. Gangguan Aktivitas Nelayan X X X
3. Gangguan Kamtibmas X X X X
4. Perubahan Persepsi Masyarakat X X X X X X X X X X

TATA RUANG
1. Gangguan Transportasi Darat X
2. Gangguan Transportasi Laut X X X X X

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 20]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

Gambar IV.2. Bagan Alir Dampak Penting Hipotetik

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 21]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

Dampak Potensial
Tahapan Kegiatan:
1. Prakonstruksi Prakonstruksi
2. Konstruksi Perubahan Persepsi Masyarakat
3. Pascakonstruksi
Konstruksi
1. Penurunan Kualitas udara
2. Peningkatan Kebisingan Dampak Penting Hipotetik Klasifikasi dan Prioritas
3. Penurunan Kualitas Air Laut Dampak Penting Hipotetik
4. Peningkatan Kuantitas Air
Permukaan Prakonstruksi Prakonstruksi
5. Peningkatan Volume Sampah Padat Perubahan Persepsi Masyarakat
Perubahan Persepsi Masyarakat
6. Perubahan Pola Arus
7. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi Konstruksi Konstruksi
8. Perubahan Morfologi Pantai 1. Penurunan Kualitas udara
9. Gangguan Mangrove 1. Gangguan Aktivitas Nelayan
2. Peningkatan Kebisingan
10. Gangguan Fauna 2. Perubahan Pola Arus
3. Penurunan Kualitas Air Laut
11. Gangguan Biota Laut 3. Peningkatan Kebisingan
4. Peningkatan Volume Sampah Padat
12. Terbukanya Kesempatan kerja Klasifikasi 4. Peningkatan Volume Sampah Padat
Identifikasi Evaluasi 5. Perubahan Pola Arus
13. Terbukanya Kesempatan berusaha dan 5. Gangguan Transportasi Laut
dampak dampak 6. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi
14. Gangguan Estetika Lingkungan Penentuan 6. Gangguan Transportasi Darat
7. Gangguan Mangrove
potensial 15. Gangguan Sanitasi Lingkungan potensial Prioritas 7. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi
8. Terbukanya Kesempatan kerja
16. Gangguan Aktivitas Nelayan 8. Gangguan Kamtibmas
9. Gangguan Aktivitas Nelayan
17. Gangguan Kamtibmas 9. Penurunan Kualitas udara
10. Gangguan Kamtibmas
18. Perubahan Persepsi Masyarakat 10. Penurunan Kualitas Air Laut
11. Perubahan Persepsi Masyarakat
19. Gangguan Transportasi Laut 11. Perubahan Persepsi Masyarakat
12. Gangguan Transportasi Laut
20. Gangguan Transportasi Darat 12. Gangguan Mangrove
13. Gangguan Transportasi Darat
13. Terbukanya Kesempatan kerja
Pascakonstruksi Pascakonstruksi
1. Peningkatan Kuantitas Air Pascakonstruksi
1. Perubahan Pola Arus 1. Perubahan Pola Arus
Permukaan
2. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi 2. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi
2. Perubahan Pola Arus
3. Perubahan Persepsi Masyarakat 3. Perubahan Persepsi Masyarakat
3. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi
4. Perubahan Morfologi Pantai
Komponen Lingkungan: 5. Gangguan Kamtibmas
1. Fisik kimia 6. Perubahan Persepsi Masyarakat
2. Biologi 7. Gangguan Transportasi Laut
3. Sosial ekonomi budaya 8. Gangguan Transportasi Darat
4. Tata ruang

Gambar IV.3. Bagan Alir Pelingkupan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 22]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Ruang Lingkup Studi

4.5. BATAS WILAYAH STUDI

Batas wilayah studi terdiri dari batas proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas administrasi.

4.5.1. Batas Proyek

Batas proyek adalah batas pulau-pulau reklamasi.

4.5.2. Batas Ekologis

Penentuan batas ekologis ditentukan berdasarkan sebaran dampak pada saat konstruksi
dan pascakostruksi dalam hal ini adalah dampak pencemaran air laut. Sebaran dampak
melalui media air, dengan tipe pasang surut diurnal dan kecepatan arus 0,2 m/s maka
sebaran polutan akan mencapai jarak 4,32 km.

4.5.3. Batas Sosial

Batas sosial didasarkan kepada interaksi sosial antara masyarakat dengan kegiatan.
Masyarakat sekitra terdiri dari pemukiman nelayan Kamal Muara dan Muara Angke, serta
perumahan Pantai Indah Kapuk (Kelurahan Kapuk Muara).

4.5.4. Batas Administrasi

Didasarkan kepada batas administrasi pemerintahan yaitu Kelurahan Kapuk Muara dan
Kamal Muara.

Batas wilayah studi sebagai overlay dari keempat batas di atas disajikan pada Gambar IV.4.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 23]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Analisis Dampak Lingkungan
(ANDAL)

Reklamasi
Pantai Kapuk Naga Indah

IV.4

[IV – 24]
Ruang Lingkup Studi

4.6. BATAS WAKTU KAJIAN

Batas waktu kajian disajikan pada Tabel 4.9 berikut

Tabel 4.9. Batas Waktu Kajian Dampak Penting Hipotetik


Batas
No. Dampak Penting Hipotetik Keterangan
Waktu
Prakonstruksi
1 Perubahan Persepsi Masyarakat 6 bulan

Konstruksi
1 Gangguan Aktivitas Nelayan 5 tahun Aktivitas reklamasi mulai 2012 - 2018
2 Perubahan Pola Arus 5 tahun Tahun 2014, saat pulau 2A selesai
3 Peningkatan Kebisingan 1 tahun Tahun 2014, saat pengangkutan topsoil
Tahun 2014, saat jumlah tenaga kerja mencapai
4 Peningkatan Volume Sampah Padat 5 tahun
maksimum
5 Gangguan Transportasi Laut 5 tahun
6 Gangguan Transportasi Darat 1 tahun Tahun 2014, saat pengangkutan topsoil
7 Perubahan Abrasi dan Sedimentasi 5 tahun Rencana reklamasi 3 pulau selesai tahun 2018
8 Gangguan Kamtibmas 6 bulan
9 Penurunan Kualitas udara 6 bulan Tahun 2014, saat pengangkutan topsoil
10 Penurunan Kualitas Air Laut 5 tahun Tahun 2014, saat puncak kegiatan reklamasi
11 Perubahan Persepsi Masyarakat 5 tahun
12 Gangguan Mangrove 1 tahun Tahun 2014, saat puncak kegiatan reklamasi
13 Terbukanya Kesempatan kerja 6 bulan

Pascakonstruksi
1 Perubahan Pola Arus 5 tahun Tahun 2018, sampai terbangunnya pulau-pulau
2 Perubahan Abrasi dan Sedimentasi 5 tahun sebelah Timur Pulau 1 dan sebelah Barat Pulau 2B
3 Perubahan Persepsi Masyarakat 5 tahun oleh pengembang lain.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [IV – 25]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

BAB V
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Berdasarkan urian kegiatan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B) sebagaimana
diuraikan pada Bab IV, maka dapat diidentifikasi dan diprakirakan komponen kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak penting serta komponen lingkungan yang diprakirakan akan terkena dampak
penting. Dalam memprakirakan dampak penting digunakan matriks prakiraan dampak sebagaimana
terlihat pada Tabel 5.4.

5.1. TAHAP PRA-KONSTRUKSI

1. Perubahan Persepsi Masyarakat

Penetapan Lokasi Proyek


Penetapan lokasi rencana kegiatan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah dengan luas wilayah
kerja ± 1.131 Ha dan reklamasi 3 pulau (Pulau 1, 2A dan 2B) seluas ± 870 Ha diprakirakan
akan berdampak terhadap persepsi masyarakat di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk
Muara dan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan). Berdasarkan hasil sosialisasi proyek dan
wawancara dengan tokoh masyarakat dan responden yang mewakili warga Kelurahan Kapuk
Muara dan Kamal Muara terungkap responden yang menyatakan setuju di Kelurahan Kapuk
Muara ± 70%, yang tidak setuju ± 3% dan yang abstain ± 27%, sedangkan di Kelurahan
Muara Kamal yang menyatakan setuju ± 89 %, yang tidak setuju ± 3 % dan yang abstain ±
8% . Apabila dicek silang terhadap jawaban-jawaban responden dapat disimpulkan bahwa
yang abstain sebenarnya menyatakan tidak setuju. Dari yang menyatakan setuju terdapat
alasan yang bervariasi antara lain menyatakan dapat memperoleh manfaat dari
pembangunan KNI, adanya kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dan sebagian
berpendapat karena sudah merupakan kebijakan Pemerintah. Adapun yang tidak setuju
menyatakan akan terganggunya mata pencaharian mereka di sektor perikanan, khawatir akan
adanya polusi/ pencemaran dan sebagian menyatakan tidak akan mendapatkan manfaat apa-
apa.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya tinggi dan berlangsung lama, jumlah
manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, persebarannya
cukup luas, bersifat kumulatif dan tidak berbalik, sehingga tergolong dampak negatif penting.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 1]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

5.2. TAHAP KONSTRUKSI

1. Gangguan Aktivitas Nelayan

Kegiatan pembangunan jembatan penghubung antara daratan dan di daerah Pantai Indah
Kapuk dengan Pulau 2A diprakirakan akan berdampak terhadap transportasi laut di sekitarnya
akibat pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik di lapangan.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya sedang dan berlangsung singkat yaitu
selama tahap konstruksi proyek (± 20 bulan), komponen lingkungan dan jumlah manusia
yang terkena dampak cukup banyak, persebarannya terbatas di sekitar lokasi proyek dan
dapat berbalik, sehingga tergolong dampak negatif penting.

Kegiatan pengerukan Muara Sungai Cengkareng Drain dan Tanjungan serta Lateral Kanal
diprakirakan akan berdampak terhadap aktivitas nelayan di sekitarnya akibat pelaksanaan
pekerjaan pengerukan tersebut. Mengingat di kawasan sekitar lokasi proyek masih dijumpai
aktivitas nelayan Kapuk Muara dan Kamal Muara, hal tersebut perlu mendapat perhatian.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, komponen lingkungan
yang terkena dampak cukup banyak, persebarannya terbatas di sekitar lokasi proyek dan
dapat berbalik, sehingga tergolong dampak negatif penting.

2. Penurunan Kualitas Udara

Mobilisasi Alat dan Bahan


Kegiatan mobilisasi alat dan bahan konstruksi proyek Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
(Pulau 1, 2A dan 2B) diprakirakan akan berdampak terhadap kualitas udara. Selama
pekerjaan konstruksi fisik proyek terjadi mobilisasi alat dan bahan konstruksi. Kegiatan
tersebut diperkirakan akan meningkatkan kadar debu dan emisi gas seperti CO, CO2, NO2,
SO2 di udara akibat emisi kapal dan kendaraan bermotor yang digunakan.

Jalur mobilisasi alat dan bahan akan memanfaatkan eksisting. Di sepanjang jalan rumah-
rumah penduduk umumnya terletak ± 10 m dari jalan. Dengan penggunan truk angkut 20 ton,
silt content 45,5%, kelembaban tanah 20% maka faktor emisi debu adalah 1,87 kg/km. Hasil
estimasi sebaran debu dengan model line source menunjukkan pada jarak 25 m, kegiatan
pengangkutan alat dan bahan akan menyebabkan peningkatan konsentrasi debu sebesar 143
ug/m3 (Gambar V.1). Hasil pengukuran terakhir kualitas udara ambien (Juli 2011)
menunjukkan konsentrasi debu sebesar 19 ug/m3. Dengan demikian saat kegiatan mobilisasi
berlangsung konsentrasi debu di sepanjang jalan desa akan mencapai 162 ug/m 3. Angka ini
masih memenuhi baku mutu.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 2]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

Dampak yang terjadi berlangsung sementara sepanjang masa mobilisasi alat dan bahan,
namun telah terjadi penurunan kualitas lingkungan dari baik menjadi sedang. Selain itu
peningkatan debu juga merupakan hal yang menganggu penglihatan dan kenyamanan.
Dengan demikian dampak peningkatan debu saat mobilisasi alat dan bahan merupakan
dampak negatif penting.

Gambar V.1. Sebaran Debu di Sekitar Jalan

Tabel 5.1. Evaluasi Sifat Penting Dampak Kualitas Udara Berdasarkan 7 Kriteria Dampak
Penting
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
1. Jumlah manusia terkena dampak P Penduduk di sepanjang jalan
2. Luas persebaran dampak P Dampak tersebar di sepanjang jalan desa
3. Dampak berlangsung singkat, selama mobilisasi alat
Lamanya dampak berlangsung TP dan bahan
4. Intensitas dampak TP Debu < Baku mutu PP 41/1999 sebesar 230 ug/m3
5. Banyaknya komponen lingkungan lain terkena Debu akan berdampak kesehatan dan kenyamanan
P
dampak
6. Sifat kumulatif TP Tidak akumulatif
7. Berbalik atau tidaknya dampak TP Dampak dapat berbalik
Kesimpulan Dampak Negatif Penting

3. Peningkatan Kebisingan

Kegiatan pemancangan saat pembangunan jembatan penghubung dari perumahan Pantai


Indah Kapuk ke Pulau Reklamasi merupakan sumber bising yang cukup tinggi. Tingkat
kebisingan pada jarak 10 m dari sumber dapat mencapai 85 dBA. Di sekitar lokasi pada jarak
± 30 m terdapat pasar Fresh Market, sedangkan perumahan terletak relatif jauh, lebih dari
500 m. Pemodelan rambatan bising menunjukkan pada jarak 30 m tingkat kebisingan akan
mencapai 52 dBA Gambar V.2). Hasil pemantauan menunjukkan tingkat kebisingan di sekitar
Fresh Market adalah 50 dBA. Dengan demikan saat kegiatan pemancangan jembatan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 3]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

penghubung tingkat kebisingan di sekitar Fresh Market akan mencapai 54,1 dBA. Tingkat
kebisingan ini memenuhi baku tingkat kebisingan sesuai KepMenLH No. 48 Tahun 1996
sebesar 70 dBA bagi peruntukkan perdagangan dan jasa.

Gambar V.2. Tingkat Kebisingan di Sekitar Lokasi Akibat Pemancangan

Dampak yang akan terjadi intensitasnya rendah, persebarannya terbatas di sekitar lokasi
kegiatan, bersifat sementara selama tahap konstruksi, komponen lingkungan yang terkena
dampak hanya tingkat kebisingan dan dapat berbalik, sehingga tergolong dampak negatif
tidak penting.

Tabel 5.2. Evaluasi Sifat Penting Dampak Kebisingan Berdasarkan 7 Kriteria Dampak
Penting
No. Kriteria Dampak Penting Penilaian Keterangan
1. Jumlah manusia terkena dampak TP Pedagang dan pengunjung Fresh Market
2. Luas persebaran dampak TP Terbatas di radius 50 m
3. Lamanya dampak berlangsung TP Dampak berlangsung singkat, selama pemancangan
4. Intensitas dampak TP Tingkat kebisingan < 70 dBA
5. Banyaknya komponen lingkungan lain terkena Tidak ada dampak turunan
TP
dampak
6. Sifat kumulatif TP Tidak akumulatif
7. Berbalik atau tidaknya dampak TP Dampak dapat berbalik
Kesimpulan Dampak Negatif Tidak Penting

4. Penurunan Kualitas Air Laut

Kegiatan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B) diprakirakan akan
berdampak terhadap penurunan kualitas air laut. Parameter kualitas air laut yang cenderung
akan meningkat adalah TSS dan Kekeruhan. Pada saat pengerjaan reklamasi dilakukan
diperkirakan kekeruhan dan peningkatan nilai TSS yang keluar dari inlet breakwater dengan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 4]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

radius sejauh 100 m. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa nilai kekeruhan saat
studi dilakukan masih berada di bawah baku mutu yang berlaku. Berdasarkan pengalaman
reklamasi di beberapa tempat, nilai kekeruhan dan TSS akan meningkat sampai lebih dari 5
kali lipat dari kondisi biasa tanpa kegiatan. Dengan adanya tanggul, maka dampak yang akan
terjadi tidak meluas keperairan di luar batas proyek. Air laut yang keruh dengan nilai TSS
tinggi yang keluar dari tanggul tidak akan berarti karena akan dinetralisir oleh arus dan
gelombang laut diperairan sekitarnya. Meskipun demikian, hal ini perlu mendapat perhatian.

Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi dan berlangsung singkat selama
kegiatan reklamasi, persebarannya terbatas di sekitar kegiatan, komponen lingkungan yang
terkena dampak cukup banyak dan dapat berbalik, sehingga tergolong dampak negatif
penting.

Kegiatan pembangunan breakwater 3 pulau (Pulau 1, 2A dan 2B) diprakirakan juga akan
berdampak terhadap kualitas air laut. Kegiatan pemasangan sheet pile beton dan pekerjaan
pembuatan breakwater akan mengakibatkan penurunan kualitas air laut terutama kekeruhan
dan total suspended solid (TSS).

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya sedang dan berlangsung singkat selama
pembangunan breakwater berlangsung, persebarannya terbatas di sekitar lokasi kegiatan dan
dapat berbalik, sehingga tergolong dampak negatif tidak penting.

Kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah sebanyak ±
1.000 orang berpotensi menghasilkan limbah cair domestik dari kegiatan Mandi Cuci Kakus
(MCK). Limbah cair domestik tersebut apabila tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan
menurunnya kualitas air laut dengan parameter utama pH, Total Suspended Solid (TSS),
Ammonia (NH3), fosfat (PO4) dan BOD.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya cukup tinggi dan berlangsung singkat
yaitu selama tahap konstruksi proyek (± 62 bulan), komponen lingkungan yang terkena
dampak cukup banyak, persebarannya terbatas di sekitar lokasi proyek dan bersifat kumulatif
dengan kegiatan lain di sekitarnya, sehingga tergolong dampak negatif penting.

Kegiatan pengerukan Muara Sungai Cengkareng Drain dan Tanjungan serta Lateral Kanal
diprakirakan akan berdampak terhadap kualitas air di sekitarnya akibat pelaksanaan
pekerjaan pengerukan tersebut. Kegfiatan pengerukan akan mengakibatkan meningkatnya
kekeruhan perairan muara sungai akibat turbulensi yang diakibatkan oleh kegiatan tersebut.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya rendah dan berlangsung singkat yaitu
selama tahap konstruksi proyek (± 3 bulan), komponen lingkungan dan jumlah manusia yang
terkena dampak sedikit, persebarannya terbatas di sekitar lokasi proyek dan dapat berbalik,
sehingga tergolong dampak negatif tidak penting.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 5]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

5. Perubahan Pola Arus

Kegiatan pengurugan Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah seluas ± 863 Ha
(Pulau 1, 2A dan 2B) diprakirakan akan berdampak terhadap perubahan pola arus menyusur
pantai (longshore current) di sekitar lokasi proyek atau dapat berpengaruh pada sirkulasi arus
teluk jakarta. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh reklamasi terhadap pola arus di
teluk jakarta dan lokasi proyek whiteven bos Indonesia(2006) telah melakukan pemodelan
matematis untuk menghitung perubahan tersebut. Pemodelan yang dilakukan bertujuan untuk
menentukan opsi perencanaan reklamasi, dan berdasarkan opsi yang dipilih akan dilakukan
pendugaan/prakiraan dampak. Hasil simulasi yang dilakukan oleh Witteveen Bos Indonesia
(2006) menunjukkan bahwa kegiatan reklamasi KNI akan menimbulkan perubahan pola arus
pasang surut di perairan sekitar pulau reklamasi. Hasil pemodelan arus pasang surut sesudah
reklamasi KNI diperlihatkan pada Gambar V.3 (musim timur) Sedangkan Gambar V.4.
merupakan hasil model arus musim barat.

(a) Pola arus teluk jakarta

(b) Pola arus lokasi proyek


Gambar V.3. Pola Arus Rata-Rata Sesudah Reklamasi (a) Pola Arus Teluk Jakarta dan (b)
Pola Arus Sekitar Lokasi Proyek Pada Musim Timur

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 6]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

(a) Pola arus teluk jakarta

(b) Pola arus lokasi proyek

Gambar V.4. Pola Arus Rata-rata Sesudah Reklamasi (a) Pola Arus Teluk Jakarta dan (b)
Pola Arus Sekitar Lokasi Proyek Pada Musim Barat

Hasil pemodelan menunjukkan tidak ada perubahan berarti pada pola dan kecepatan arus
pasang surut di pantai existing yaitu rata-rata 0,2 m/s. Hasil simulasi yang dilakukan oleh
whiteven bos Indonesia (2006) menunjukkan bahwa kegiatan reklamasi KNI diperkirakan
akan mempengaruhi sirkulasi air di sekitar pulau reklamasi. Perubahan sirkulasi air ini akan
mempengaruhi kualitas air.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 7]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

Pada Gambar V.5 diperlihatkan pola sirkulasi arus di sekitar pulau reklamasi. Pendalaman
kanal batas ini menghasilkan suatu sirkulasi yang berbeda di sekeliling pulau-pulau ini.
Dengan demikian, pendalaman kanal batas ini berpengaruh pada mutu kawasan bakau dan
sirkulasi reruntuk di sekeliling pulau-pulau ini. Dalam hal saluran batas tidak diperdalam, air
dari Cengkareng Drain hampir seluruhnya dibuang me-lalui kanal Cengkareng dan tidak
dibelokkan ke dalam kanal batas. Dan lagi, hampir tidak terjadi aliran kontinu dari timur ke
barat (angin musim timur) atau dari barat ke timur (angin musim barat) melaui kanal batas ini.
Dalam hal kanal batas yang diperdalam, terjadi aliran rata-rata sekitar 20m3/detik (kira-kira
0.1m/detik).

Gambar V.5. Pola sirkulasi air di sekitar pulau reklamasi KNI

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya sedang, persebarannya terbatas di


sekitar lokasi proyek dan berlangsung lama, sehingga tergolong dampak negatif penting.

6. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi

Kegiatan pengurugan Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (Pulau 1, 2A dan
2B) diprakirakan akan berdampak terhadap abrasi dan sedimentasi di sekitarnya. Abrasi
adalah proses pengikisan pantai sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan garis pantai.
Secara alami proses abrasi di perairan selalu terjadi. Terjadinya abrasi pantai yang berlebihan
di suatu kawasan perairan disebabkan oleh terganggunya keseimbangan yang telah ada, baik
yang disebabkan oleh kegiatan alam ataupun oleh kegiatan manusia seperti adanya
reklamasi pantai atau adanya penambangan pasir laut. Perubahan stabilitas pantai secara
alami dihasilkan interaksi berbagai faktor oseanografi seperti angin, gelombang, arus pasang
surut, sedimen dan kondisi pantai sedangkan perubahan karena adanya kegiatan manusia

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 8]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

disebabkan oleh pembangunan konstruksi di lepas pantai. Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh reklamasi terhadap perubahan garis pantai, Universitas Gadjah Mada tahun 2010
telah melakukan kajian pemodelan perubahan garis pantai dengan menggunakan program
Genesis. Pemodelan garis pantai selanjutnya akan digunakan sebagai landasan untuk
memperkirakan dampak. Simulasi skenario pemodelan dianggap bahwa reklamasi PT KNI
dimulai pada 2009, sehingga prediksi perubahan garis pantai dimulai dari tanggal 6 juni 2009
sampai dengan 5 tahun ke depan yakni tanggal 6 juni 2014.

Hasil pemodelan dengan program Genesis untuk 5 tahun ke depan dapat dilihat pada
Gambar V.6, Gambar V.7. merupakan Perbandingan perubahan garis pantai prediksi dengan
adanya reklamasi 1+2A+2B, sedangkan Gambar V.8. adalah perubahan posisi garis pantai
hasil simulasi 5 tahun ke depan dan garis pantai terukur 2009 setelah adanya reklamasi

2B 2A 1

Stabil

Gambar V.6. Hasil Running Program GENESIS untuk Skenario 4 (Dengan Adanya
Reklamasi 1+2A+2B)

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 9]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

5000

4500

4000

Posisi Garis Pantai, Y (m) 3500

3000

2500

2000

1500

1000
Garis Pantai Terukur (06/06/2009)

500 Garis Pantai Prediksi 2012 dengan Adanya Reklamasi 1+2A+2B


Garis Pantai Prediksi 2014 dengan Adanya Reklamasi 1+2A+2B
0
0 450 900 1350 1800 2250 2700 3150 3600 4050 4500 4950 5400 5850 6300 6750 7200 7650 8100 8550 9000 9450

Koordinat Sejajar Pantai, X (dx = 50 m)

Gambar V.7. Perbandingan Perubahan Garis Pantai Prediksi Dengan Adanya Reklamasi
1+2A+2B

140
130
120
110
100
90
80
Selisih Posisi Garis Pantai, ∆Y (m)

70
60
50
40 Akresi
30 Akresi
20
Akresi
10
Stabil Stabil Stabil
0
‐10
‐20
‐30 Erosi
‐40 Erosi
‐50
0 450 900 1350 1800 2250 2700 3150 3600 4050 4500 4950 5400 5850 6300 6750 7200 7650 8100 8550 900 0 9450

Koordinat Sejajar Pantai, X (dx = 50 m)

Gambar V.8. Posisi Garis Pantai Hasil Simulasi Untuk 5 Tahun Ke Depan Setelah Adanya
Reklamasi

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 10]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

Berdasarkan gambar di atas, menunjukan bahwa pantai di lokasi rencana reklamasi pulau
1+2A+2B mengalami erosi dan akresi. Pada boundary condition (BC) sebelah kiri terjadi
akresi 131,55 m sedangkan pada BC sebelah kanan terjadi akresi sejauh 102,32. Pantai
yang mengalami erosi yakni dimulai dari sel grid 3150 m – 4275 m dengan erosi maksimum
sejauh -36,41 m dan dibelakang jetty reklamasi pulau 1 terjadi akresi maksimum sebesar
78,02 m pada sel grid 6500. Untuk kondisi pantai pada sel grid (950 m – 1800 m) dan (3000 m
– 5650 m) cenderung stabil.

Dari hasil simulasi selama kurun waktu 5 tahun dengan adanya reklamasi pulau 1+ 2A+2B
diketahui bahwa laju transpor sedimen rerata ke arah kanan (Qrtr) adalah sebesar +12.111,53
m3/tahunsedangkan ke arah kiri (Qltr) sebesar -27.244,84 m3/tahun, ini menunjukkan bahwa
arah transpor sedimen pantai di sekitar lokasi rencana reklamasi pulau 1+2A+2B lebih
dominan ke arah kiri (ke arah barat) hal ini disebabkan gelombang yang menuju pantai
domiman dari arah timur laut. Laju transpor sedimen bersih rerata (mean net annual transport,
Qnr) sebesar -15.133,31 m3/tahun. Dan berdasarkan hasil perhitungan (output) model
GENESIS diketahui bahwa perubahan volume transpor sedimen selama 5 tahun dengan
adanya reklamasi pulau 1+2A+2B adalah +453.107,85 m3, dimana tanda minus (+)
menunjukkan bahwa kondisi pantai di sekitar rencana reklamasi pulau 1+2A+2B lebih
dominan mengalami akresi.

Berikut ini adalah tabel resume perbandingan hasil simulasi/prediksi tahun 2014 tanpa adanya
reklamasi dan dengan adanya reklamasi PT KNI.

Tabel 5.3. Perbandingan Hasil Simulasi Tahun 2014 Tanpa Adanya Reklamasi dan Dengan
Adanya Reklamasi Pulau 1+2A+2B
Tanpa Adanya Dengan Adanya
Uraian Satuan Reklamasi Reklamasi 1+2A+2B Keterangan
(Skenario 1) (Skenario 4)
132.60 131.39 akresi maksimum
0.01 0.42 akresi minimum
∆Y (m)
-12.31 -41.43 erosi maksimum
-0.01 -0.26 erosi minimum
3
Qltr (m /tahun) -48,984.66 -27,244.84
Qrtr 3
21,092.06 12,111.53 karena Qltr > Qrtr, maka arah transpor
(m /tahun)
3
sedimen sejajar pantai dominan ke arah
Qgr (m /tahun) 70,076.72 39,356.37 kiri (ke arah barat)
3
Qnr (m /tahun) -27,892.60 -15,133.31
∆VT 3
(m ) 456,142.83 453,107.85 pantai mengalami akresi

Berdasarkan uraian dan tabel di atas, menunjukkan bahwa rencana pembangunan reklamasi
PT KNI yang terdiri dari 3 pulau yakni pulau 1, 2A, dan 2B memberikan pengaruh terhadap
kondisi pantai di sekitarnya yakni terjadinya erosi diujung sebelah kiri pulau dan terjadi akresi
di ujung sebelah kanan pulau, namun jika tinjaunnya adalah hasil dari perubahan volume
transpor sedimen (∆VT) dan laju transport sedimen bersih rerata (Q nr), maka pengaruhnya

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 11]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

tidak begitu signifikan bahkan relatif kecil/berkurang karena dari hasil simulasi tanpa adanya
reklamasi (skenario 1), ∆VT = +456.142,83 m3 dan dengan adanya reklamasi untuk skenario
4 (reklamasi pulau 1+2A+2B), ∆VT = +453.107,85 m3, dan laju transpor sedimen bersih
rerata tahunan (Qnr) tanpa adanya reklamasi adalah -27.244,84 m3/tahun dan dengan adanya
reklamasi untuk skenario 4 adalah -15.133,31 m3/tahun. Hasil simulasi keempat skenario di
atas belum mempertimbangkan suplai sedimen dari beberapa sungai yang bermuara di lokasi
rencana reklamasi PT KNI.

Sedimentasi Muara Sungai


Model perubahan garis pantai di atas tanpa memperhitungkan pengaruh pasukan sedimen
dari sungai-sungai yang bermuara di sekitar lokasi proyek. Untuk memperkirakan sedimentasi
di muara sungai, PT. KNI telah bekerja sama dengan Witteveen Bos Indonesia(2006) untuk
menghitung laju sedimentasi di muara sungai setelah adanya reklamasi. Pendugaan
sedimentasi menggunakan model matematis, yakni Satu model yang disederhanakan telah
digunakan untuk memperkirakan orde besaran sedimentasi (angkutan beban tersuspensi dan
beban dasar untuk lanau dan kotoran). Model ini merupakan model satu-dimensi. Analisis ini
berlaku untuk buangan sungai puncak karena buangan puncak inilah yang diharapkan
memasok sedimen ke kanal lepas-pantai. Model ini pertama-tama telah dikalibrasi secara
kasar untuk profil kedalaman yang diamati saat ini di Cengkareng Drain kemudian telah
dijalankan untuk menduga sedimentasi dimasa mendatang. Hasil model disajikan dalam
Gambar V.9, dari gambar tersebut terlihat sedimentasi bergeser ke arah laut jika
dibandingkan dengan situasi sebelum ada reklamasi, akibat kenaikan kecepatan aliran di
kawasan dekat-pesisir. Volume menyeluruh dalam orde 3,000 m3/tahun diendapkan kira-kira
di atas kontur kedalaman 4 m, yang akhirnya harus dikeruk. Dari gambar tersebut juga terlihat
pendangkalan di muara sungai akan semakin meningkat seiring bertambahnya waktu.

0,0
assumed coast 1982
simulated present situation
2,0 coast after full development
KNI af ter 5y
KNI af ter 10y
bed level [m]

4,0
KNI af ter 20y

6,0

8,0

10,0
-500 0 500 1000 1500 2000

Cross shore distance [m] (x = 0, river mouth)

Gambar V.9. Prakiraan sedimentasi di kanal Cengkareng

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya sedang, dan terbatas di sekitar lokasi
proyek akan tetapi berlangsung lama, sehingga abrasi dan sedimentasi tergolong dampak
negatif penting.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 12]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

7. Terbukanya Kesempatan Kerja

Rekrutmen Tenaga Kerja


Kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi proyek Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
(Pulau 1, 2A dan 2B) diprakirakan telah berdampak positif terhadap kesempatan kerja bagi
masyarakat. Kegiatan konstruksi proyek Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah dengan wilayah
kerja seluas ± 1.131 Ha dan reklamasi 3 pulau seluas ± 870 Ha akan menyerap tenaga kerja
sebanyak ± 1.000 orang dan diprakirakan dapat menyerap tenaga kerja sekitar (Kelurahan
Kapuk Muara dan Kamal Muara/Kecamatan Penjaringan). Dalam pelaksanaan konstruksi
proyek, pemrakarsa (PT. Kapuk Naga Indah) akan bekerjasama dengan beberapa kontraktor
sehingga rekrutmen akan dilakukan oleh masing-masing kontraktor yang ditunjuk. Dengan
ikut sertanya penduduk sekitar (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara/Kecamatan
Penjaringan) sebagai tenaga kerja konstruksi proyek akan mengurangi jumlah pengangguran
yang ada.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya cukup tinggi meskipun berlangsung
singkat, yaitu selama tahap konstruksi proyek, jumlah manusia dan komponen lingkungan
yang terkena dampak cukup banyak serta bersifat kumulatif, sehingga tergolong dampak
positif penting.

8. Terbukanya Kesempatan Berusaha

Kegiatan rekrutmen/penerimaan tenaga kerja konstruksi proyek Reklamasi Pantai Kapuk


Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B) sebanyak ± 1.000 orang diprakirakan juga akan berdampak
positif terhadap kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitar proyek seperti menjajakan
berbagai kebutuhan pekerja sehari-hari (makanan, minuman, rokok dan lain-lain).

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, berlangsung singkat
selama tahap konstruksi proyek, jumlah manusia yang terkena dampak sedikit, bersifat
sementara selama tahap konstruksi Reklamasi Pulau 2A, 2B dan 1 dan persebarannya
terbatas di sekitar lokasi proyek, sehingga tergolong dampak positif tidak penting.

9. Perubahan Persepsi Masyarakat

Rekrutmen Tenaga Kerja


Kegiatan rekrutmen/penerimaan tenaga kerja konstruksi proyek Reklamasi Pantai Kapuk
Naga Indah (Puau 1, 2A dan 2B) sebanyak ± 1.000 orang diprakirakan juga akan berdampak
positif terhadap persepsi masyarakat. Persepsi masyarakat terlihat dari tanggapan responden
yang menyatakan setuju di Kelurahan Kapuk Muara ± 70.% dan di Kelurahan Muara Kamal
yang menyatakan setuju terhadap rencana proyek ± 89 %. Selain karena alasan bahwa
rencana proyek sudah mendapat persetujuan dari Pemda DKI Jakarta dan pihak pemrakarsa
kegiatan (PT. Kapuk Naga Indah) telah memperoleh Hak Pengelolaan Lahan Reklamasi

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 13]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

(HPL), responden umumnya terharap agar kegiatan proyek dapat menyerap tenaga kerja
setempat (Kel. Kapuk Muara dan Kamal Muara/Kec. Penjaringan) dan memberikan
kesempatan berusaha bagi warga sekitar sehingga masyarakat sekitar khususnya warga
Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dapat merasakan manfaat dari keberadaan
proyek.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya sedang dan berlangsung lama hingga
tahap pasca konstruksi, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak
cukup banyak, persebarannya terbatas di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan
Kamal Muara), sehingga tergolong dampak positif penting.

Mobilisasi Alat dan Bahan


Kegiatan mobilisasi alat dan bahan konstruksi/pengangkutan tanah urug ± 551.058,9 m3 dan
pasir urug ± 58.770.652 m3 proyek Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B)
diprakirakan akan berdampak terhadap persepsi masyarakat. Dampak yang akan terjadi juga
merupakan dampak turunan (sekunder) akibat penurunan kualitas udara, kebisingan
pengotoran badan jalan dan gangguan kelancaran lalu lintas darat maupun laut di sekitar
lokasi proyek yang timbul dari kegiatan tersebut.

Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi dan berlangsung singkat selama tahap
konstruksi proyek, komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, persebarannya
terbatas di sekitar lokasi proyek dan dapat berbalik, sehingga tergolong dampak negatif
penting.

Pengurugan/Reklamasi
Kegiatan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B))
diprakirakan akan berdampak terhadap persepsi masyarakat. Dampak yang akan terjadi
merupakan dampak turunan (sekunder) akibat berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dari
kegiatan tersebut seperti banjir, abrasi dan sedimentasi dan gangguan terhadap aktivitas
nelayan dan alur pelayaran di sekitar lokasi proyek yang pada akhirnya berdampak terhadap
persepsi negatif masyarakat.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya sedang dan berlangsung lama hingga
tahap pasca konstruksi, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena dampak
banyak dan bersifat kumulatif, sehingga tergolong dampak negatif penting.

Kegiatan pembangunan tanggul/breakwater 3 pulau (Pulau 1, 2A dan 2B) diprakirakan akan


berdampak terhadap persepsi masyarakat. Dampak yang akan terjadi merupakan dampak
turunan (sekunder) akibat berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut
seperti banjir, abrasi & sedimentasi dan gangguan terhadap aktivitas nelayan dan alur
pelayaran di sekitar lokasi proyek yang pada akhirnya berdampak terhadap persepsi negatif
masyarakat.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 14]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya cukup tinggi dan berlangsung lama
hingga tahap pasca konstruksi, jumlah manusia dan komponen lingkungan yang terkena
dampak banyak dan bersifat kumulatif, sehingga tergolong dampak negatif penting.

Kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah sebanyak ±
1.000 orang akan berdampak terhadap persepsi masyarakat di sekitarnya. Secara langsung
aktivitas buruh konstruksi proyek yang kurang sesuai dengan budaya masyarakat sekitar akan
mengakibatkan persepsi masyarakat menjadi negatif. Secara tidak langsung, aktivitas buruh
konstruksi tersebut juga dapat menghasilkan limbah cair domestik, sampah padat, dan
menurunkan estetika dan sanitasi lingkungan yang pada akhirnya akan mengakibatkan
persepsi negatif masyarakat di sekitarnya (Kel. Kapuk Muara dan Kamal Muara).

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya cukup tinggi dan berlangsung singkat
yaitu selama tahap konstruksi proyek (± 62 bulan), komponen lingkungan dan jumlah manusia
yang terkena dampak cukup banyak, persebarannya terbatas di sekitar lokasi proyek,
sehingga tergolong dampak negatif penting.

Kegiatan pembangunan jembatan penghubung antara daratan dan di daerah Pantai Indah
Kapuk dengan Pulau 2A diprakirakan akan berdampak terhadap persepsi masyarakat akibat
meningkatnya kebisingan dan menurunnya kualitas udara ambien di sekitarnya akibat
penggunaan peralatan berat dalam pekerjaan pemancangan pondasi. Mengingat di sekitar
lokasi proyek saat ini terdapat berbagai kegiatan yang membutuhkan privacy, ketenangan dan
kenyamanan yang tinggi seperti Kawasan Pantai Indah Kapuk, maka hal ini perlu diperhatikan
dan diantisipasi sejak dini.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya sedang dan berlangsung singkat yaitu
selama tahap konstruksi proyek (± 20 bulan), komponen lingkungan dan jumlah manusia
yang terkena dampak cukup banyak, persebarannya terbatas di sekitar lokasi proyek dan
dapat berbalik, sehingga tergolong dampak negatif penting

Kegiatan pengerukan Muara Sungai Cengkareng Drain dan Tanjungan serta Lateral Kanal
diprakirakan akan berdampak terhadap persepsi masyarakat di sekitarnya akibat pelaksanaan
pekerjaan pengerukan tersebut. Di satu sisi kegiatan pengerukan Muara Sungai Cengkareng
Drain dan Tanjungan serta Lateral Kanal berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan sekitarnya, di sisi lain dengan adanya kegiatan pengerukan tersebut akan
menurunkan muka air sungai di bagian hulunya.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, komponen lingkungan dan
manusia yang terkena dampak cukup banyak, persebarannya cukup luas, sehingga tergolong
dampak negatif penting.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 15]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

10. Gangguan Kamtibmas

Kegiatan mobilisasi alat dan bahan konstruksi/pengangkutan tanah urug ± 551.058,9 m3 dan
pasir urug ± 58.770.652 m3 proyek Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B)
diprakirakan akan berdampak terhadap kamtibmas di sekitar lokasi proyek. Dampak yang
akan terjadi merupakan dampak primer (langsung) akibat kasus pencurian alat dan bahan
proyek, maupun dampak turunan (sekunder) akibat penurunan kualitas udara, kebisingan,
pengotoran badan jalan dan gangguan kelancaran lalu lintas darat maupun laut di sekitar
lokasi proyek yang dapat menimbulkan gangguan kamtibmas.

Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi dan berlangsung singkat selama tahap
konstruksi proyek, komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak, persebarannya
terbatas di sekitar lokasi proyek, dan dapat berbalik, sehingga tergolong dampak negatif
penting.

Kegiatan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B))
diprakirakan akan berdampak terhadap Kamtibmas. Dampak yang akan terjadi terhadap
kamtibmas merupakan dampak turunan (sekunder) akibat berbagai potensi dampak negatif
yang muncul selama pelaksanaan reklamasi sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya.

Dampak yang akan terjadi intensitasnya tinggi, berlangsung lama hingga tahap pasca
konstruksi proyek, komponen lingkungan yang terkena dampak banyak, sehingga tergolong
dampak negatif penting.

Kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah sebanyak ±
1.000 orang diprakirakan akan berdampak terhadap kamtibmas. Aktivitas buruh konstruksi
proyek Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah yang kurang sesuai dengan budaya masyarakat
sekitar serta adanya dampak-dampak negatif yang diakibatkan oleh aktivitas buruh konstruksi
tersebut pada akhirnya dapat menimbulkan gangguan kamtibmas. Mengingat di sekitar lokasi
proyek saat ini terdapat berbagai kegiatan yang membutuhkan privacy, ketenangan dan
kenyamanan yang tinggi seperti Kawasan Pantai Indah Kapuk, maka hal ini perlu diperhatikan
dan diantisipasi sejak dini.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya cukup tinggi dan berlangsung singkat
yaitu selama tahap konstruksi proyek (± 62 bulan), komponen lingkungan dan jumlah manusia
yang terkena dampak cukup banyak, persebarannya terbatas di sekitar lokasi proyek dan
bersifat kumulatif, sehingga tergolong dampak negatif penting.

Kegiatan pembangunan jembatan penghubung antara daratan dan di daerah Pantai Indah
Kapuk dengan Pulau 2A diprakirakan akan berdampak terhadap kamtibmas akibat
meningkatnya kebisingan dan menurunnya kualitas udara ambien di sekitarnya akibat
penggunaan peralatan berat dalam pekerjaan pemancangan pondasi. Mengingat di sekitar

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 16]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

lokasi proyek saat ini terdapat berbagai kegiatan yang membutuhkan privacy, ketenangan dan
kenyamanan yang tinggi seperti Kawasan Pantai Indah Kapuk, maka hal ini perlu diperhatikan
dan diantisipasi sejak dini.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya sedang dan berlangsung singkat yaitu
selama tahap konstruksi proyek (± 20 bulan), komponen lingkungan dan jumlah manusia
yang terkena dampak sedikit, persebarannya terbatas di sekitar lokasi proyek dan dapat
berbalik, sehingga tergolong dampak negatif tidak penting.

Kegiatan pengerukan Muara Sungai Cengkareng Drain dan Tanjungan serta Lateral Kanal
diprakirakan akan berdampak terhadap kamtibmas di sekitarnya akibat pelaksanaan
pekerjaan pengerukan tersebut. Kegiatan pengerukan Muara Sungai Cengkareng Drain dan
Tanjungan serta Lateral Kanal berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
sekitarnya seperti gangguan terhadap aktivitas nelayan, transportasi laut dan lain-lain.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya sedang dan berlangsung singkat selama
kegiatan pengerukan berlangsung (± 1 bulan), komponen lingkungan dan manusia yang
terkena dampak sedikit, persebarannya terbatas di sekitar lokasi proyek dan dapat berbalik,
sehingga tergolong dampak negatif tidak penting.

11. Gangguan Transportasi Darat

Kegiatan molilisasi alat dan bahan/pasir urug ± 551.058,9 m 3 pada tahap konstruksi proyek
diprakirakan akan berdampak terhadap transportasi darat pada badan jalan yang dilalui
kendaraan pengangkut alat dan bahan konstruksi/tanah urug tersebut. Pengangkutan alat dan
bahan konstruksi sebagian dilakukan melalui jalan darat terutama Jl. Kapuk Raya, Jl. Kamal
Muara dan jalan lingkungan Kawasan PIK. Pengangkutan alat dan bahan konstruksi/tanah
urug melalui jalan darat akan mengakibatkan meningkatnya arus lalu lintas, pengotoran badan
jalan dan dapat menyebabkan kerusakan badan jalan bila melampaui daya dukung badan
jalan yang dilalui.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, berlangsung singkat
selama tahap konstruksi (± 36 bulan), persebarannya cukup luas, komponen lingkungan yang
terkena dampak cukup banyak dan bersifat kumulatif dengan kegiatan lain di sekitarnya,
sehingga tergolong dampak negatif penting.

12. Gangguan Transportasi Laut

Kegiatan mobilisasi alat dan bahan konstruksi/pasir urug ± 58.770.652 m 3 diprakirakan juga
akan berdampak terhadap transportasi laut di sekitarnya. Sebagian besar pengangkutan alat
dan bahan proyek dilakukan melalui jalur transportasi laut sehingga akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan arus transportasi laut di sekitar lokasi proyek. Kebutuhan pasir urug

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 17]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

sebanyak ± 58.770.652 m3 direncanakan akan disuplai dari daerah Banten yang berjarak ±
75 Km dari lokasi proyek dan diangkut dengan menggunakan Grab Dredge-Barge. Barge
mengangkut material dari Banten hingga ke lokasi proyek dengan ditarik oleh tugboat.
Mengingat lokasi proyek berada di dekat Muara Baru, Muara Angke, Muara Dadap,
Pelabuhan Sunda Kelapa dan Tanjung Priok, Pantai Mutiara serta alur transportasi laut yang
cukup padat di sekitar lokasi proyek, maka hal ini perlu mendapat perhatian.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya tinggi dan berlangsung singkat, yaitu
selama tahap konstruksi proyek, persebarannya cukup luas, komponen lingkungan yang
terkena dampak cukup banyak dan bersifat kumulatif dengan kegiatan lain di sekitarnya,
maka dampaknya tergolong negatif penting.

Kegiatan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah seluas ± 870 Ha (3 pulau) diprakirakan akan
berdampak terhadap transportasi laut di sekitarnya. Kegiatan pengurugan/reklamasi akan
mengakibatkan terganggunya arus transportasi laut dan kelancaran lalu lintas kapal di
sekitarnya.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, berlangsung singkat
selama Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah berlangsung, komponen lingkungan yang
terkena dampak cukup banyak, bersifat kumulatif dan dapat berbalik, sehingga tergolong
dampak negatif penting.

Kegiatan pembuatan tanggul/breakwater 3 pulau (Pulau 1, 2A dan 2B) diprakirakan akan


berdampak terhadap transportasi laut di sekitarnya. Kegiatan tersebut dapat mengakibatkan
terganggunya arus transportasi laut dan kelancaran lalu lintas kapal di sekitarnya.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya sedang, berlangsung singkat selama
pembuatan breakwater berlangsung, komponen lingkungan yang terkena dampak cukup
banyak, sehingga tergolong dampak negatif penting.

Kegiatan pembangunan jembatan penghubung antara daratan di daerah Pantai Indah Kapuk
dengan Pulau 2A diprakirakan akan berdampak terhadap transportasi laut di sekitarnya akibat
pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik di lapangan.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya rendah dan berlangsung singkat yaitu
selama pembangunan jembatan penghubung antara daratan di daerah Pantai Indah Kapuk
dengan Pulau 2A (± 20 bulan), persebarannya terbatas di sekitar lokasi proyek dan dapat
berbalik, sehingga tergolong dampak negatif tidak penting.

Kegiatan pengerukan Muara Sungai Cengkareng Drain dan Tanjungan serta Lateral Kanal
diprakirakan akan berdampak terhadap transportasi laut di sekitarnya akibat penggunaan
peralatan berat dalam pekerjaan pengerukan tersebut.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 18]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya rendah dan berlangsung singkat yaitu
selama tahap konstruksi proyek (± 3 bulan), komponen lingkungan yang terkena dampak
sedikit, persebarannya terbatas di sekitar lokasi proyek dan dapat berbalik, sehingga
tergolong dampak negatif tidak penting.

13. Peningkatan Volume Sampah Padat

Kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah sebanyak ±
1.000 orang juga berpotensi menghasilkan sampah padat berupa sisa-sisa makanan,
minuman dan lain-lain yang apabila tidak dikelola dengan baik juga akan mengakibatkan
menurunnya kualitas air laut di sekitarnya.

Laporan kajian UNDIP tahun 2010 menyimpulkan prakiraan akan terjadi penumpukan sampah
di dalam kanal utama dan kanal antar pulau akibat terhambatnya aliran air sungai yang
membawa sampah dari daratan induk (upland). Potensi sampah yang besar dan terbawa
aliran sungai Cengkareng Drain, Sungai Angke, Sungai Dadap dan Sungai Kamal akan
mengancam fungsi dan kelestarian kanal utama dan kanal antar pulau reklamasi. Pada saat
pulau reklamasi selesai dibangun, maka sampah yang terbawa aliran sungai Dadap dan
sungai Kamal serta S. Tanjungan/PU Drain akan memasuki kanal utama ujung barat dan
kanal antara Pulau 2B dan Pulau 2A. Sampah yang terbawa aliran sungai Cengkareng Drain
(potensinya paling besar) akan memasuki kanal utama di bagian tengah dan kanal antara
Pulau 1 dan Pulau 2A .Sampah yang terbawa aliran sungai Angke akan memasuki kanal
utama di ujung Timur dan kanal antara Pulau 1 dan daratan pantai Mutiara. Sampah y ang
menumpuk di kanal akan mempercepat pendangkalan kanal sehingga umur fungsinya makin
pendek, dampak ikutannya adalah terjadi hambatan aliran sungai yang menuju laut serta
perubahan pola arus dan sedimen yang menyusur garis pantai.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya cukup tinggi dan berlangsung singkat
yaitu selama tahap konstruksi proyek (± 62 bulan), komponen lingkungan yang terkena
dampak cukup banyak, persebarannya terbatas di sekitar lokasi proyek dan bersifat kumulatif
dengan kegiatan lain di sekitarnya, sehingga tergolong dampak negatif penting.

14. Gangguan Mangrove

Reklamasi
Kegiatan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B) diprakirakan akan
berdampak terhadap komunitas mangrove di Hutan Lindung Angke. Kegiatan reklamasi
dikhawatirkan akan mengakibatkan berubahnya pola sirkulasi air laut di sekitar proyek
sehingga akan mengakibatkan berubahnya pH di sekitar perairan Hutan Lindung Angke yang
akan berdampak terhadap kehidupan mangrove. Selain itu, dampak kegiatan reklamasi
terhadap mangrove juga dapat diakibatkan oleh terjadinya abrasi dan sedimentasi yang dapat
berpengaruh terhadap keberadaan mangrove (dampak sekunder).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 19]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

Dampak yang akan terjadi intensitasnya besar dan berlangsung lama, komponen lingkungan
yang terkena dampak banyak, bersifat kumulatif dan tidak berbalik, sehingga tergolong
dampak negatif penting.

Aktivitas Buruh Konstruksi


Kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah sebanyak ±
1.000 orang diprakirakan akan berdampak terhadap komunitas mangrove di Hutan Lindung
Angke. Secara langsung keberadaan/aktivitas buruh konstruksi proyek sebanyak ± 1.000
orang dapat menimbulkan gangguan terhadap komunitas mangrove di Hutan Lindung Angke.
Secara tidak langsung kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek tersebut akan menghasilkan
limbah padat (sampah) berupa sisa-sisa makanan dan minuman, dan limbah cair domestik
yang dapat berdampak terhadap kehidupan mangrove.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya cukup tinggi dan berlangsung singkat
yaitu selama tahap konstruksi proyek (± 62 bulan), komponen lingkungan yang terkena
dampak cukup banyak, persebarannya terbatas di sekitar lokasi proyek dan bersifat kumulatif
dengan kegiatan lain di sekitarnya, sehingga tergolong dampak negatif penting.

5.3. TAHAP PASCA KONSTRUKSI

1. Perubahan Pola Arus

Keberadaan tanggul pantai/breakwater di lokasi Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (pulau
1, 2A dan 2B) diprakirakan akan berdampak terhadap pola arus. Keberadaan
tanggul/breakwater tersebut akan mengakibatkan terjadinya perubahan pola arus menyusur
pantai (longshore current) di sekitar lokasi proyek. Dampak yang diprakirakan akan terjadi
merupakan dampak lanjutan yang prosesnya dimulai sejak kegiatan pembangunan tanggul
pantai/breakwater (tahap konstruksi) dan terus berlanjut hingga tahap pasca konstruksi.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya sedang, persebarannya terbatas di


lokasi proyek dan berlangsung lama, sehingga tergolong dampak positif penting.

Keberadaan lahan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan
2B) diprakirakan akan berdampak terhadap pola arus. Keberadaan lahan reklamasi tersebut
akan mengakibatkan terjadinya perubahan pola arus menyusur pantai (longshore current) di
sekitar lokasi proyek. Dampak yang terjadi merupakan dampak lanjutan yang prosesnya
dimulai sejak kegiatan pengurugan/reklamasi (tahap konstruksi) dan terus berlanjut hingga
tahap pasca konstruksi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 20]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya sedang, persebarannya terbatas di


sekitar lokasi proyek dan berlangsung lama, sehingga tergolong dampak negatif penting.

2. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi

Keberadaan tanggul pantai/breakwater di lokasi reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (pulau 1,
2A dan 2B) diprakirakan juga akan berdampak terhadap abrasi dan sedimentasi. Dampak
yang akan terjadi merupakan dampak lanjutan yang prosesnya dimulai sejak pembangunan
tanggul pantai/breakwater dimulai (tahap konstruksi) dan terus berlanjung hingga tahap pasca
konstruksi.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya sedang, berlangsung lama, komponen
lingkungan yang terkena dampak banyak, bersifat kumulatif dengan kegiatan lain di sekitarnya
dan tidak berbalik, sehingga tergolong dampak positif penting.

Keberadaan lahan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan
2B) diprakirakan akan berdampak terhadap abrasi dan sedimentasi. Keberadaan lahan
reklamasi tersebut mengakibatkan terjadinya abrasi dan sedimentasi akibat perubahan pola
arus di sekitar lokasi kegiatan. Dampak yang terjadi merupakan dampak lanjutan yang
prosesnya dimulai sejak kegiatan Reklamasi (tahap konstruksi) dan terus berlanjut hingga
tahap pasca konstruksi.

Dampak yang diprakirakan akan terjadi intensitasnya cukup tinggi, dan berlangsung lama,
persebarannya cukup luas, komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak dan
bersifat kumulatif, sehingga tergolong dampak negatif penting.

3. Perubahan Persepsi Masyarakat

Keberadaan lahan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah seluas ± 870 Ha diprakirakan akan
berdampak terhadap persepsi masyarakat. Dampak yang terjadi merupakan dampak turunan
(sekunder) akibat dampak-dampak negatif yang akan muncul akibat keberadaan lahan
reklamasi seperti banjir, abrasi dan sedimentasi.

Dampak yang akan terjadi intensitasnya cukup tinggi dan berlangsung lama, jumlah manusia
dan komponen lingkungan yang terkena dampak cukup banyak dan bersifat kumulatif dengan
kegiatan lain di sekitarnya, sehingga tergolong dampak negatif penting.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 21]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Prakiraan Dampak Penting

Tabel 5.4. Tabel Prakiraan Dampak Penting Reklamasi Pulau Kapuk Naga Indah

Pasca Konstruksi
Pra Konstruksi
Komponen Kegiatan

Konstruksi
Tahap

Tahap
Tahap

Pembuatan Jembatan Penghubung


Pembangunan Tanggul/ Breakwater

Keberadaan Lahan Reklamasi


Keberadaan Tanggul Pantai/
Aktivitas Buruh Konstruksi
Pengerukan Muara Sungai
No.

Penetapan Lokasi Proyek

Rekrutmen Tenaga Kerja

Pengurugan/ Reklamasi
Mobilisasi Alat & Bahan

Demobilisasi Peralatan
Breakwater
Komponen Lingkungan

FISIK KIMIA
1. Penurunan Kualitas Udara -P
2. Peningkatan Kebisingan TP
3. Penurunan Kualitas Air Laut -P -P -P -P
4. Peningkatan Kuantitas Air Permukaan (Banjir)
5. Perubahan Pola Arus -P +P -P
6. Perubahan Abrasi & Sedimentasi -P +P -P
7. Perubahan Morfologi Pantai
8. Peningkatan Volume Sampah Padat -P
BIOLOGI
1. Gangguan Mangrove -P -P
2. Gangguan Fauna Darat
3. Gangguan Biota Laut
SOSEKBUD – KESEHATAN MASYARAKAT
1. Terbukanya Kesempatan Kerja +P
2. Terbukanya Kesempatan Berusaha +P
3. Gangguan Estetika Lingkungan
4. Gangguan Lingkungan
5. Gangguan Aktivitas Nelayan -P -P
6. Gangguan Kamtibmas -P -P -P -P -P
7. Perubahan Persepsi Masyarakat -P +P -P -P -P -P -P -P -P
TATA RUANG
1. Gangguan Transportasi Darat -P
2. Gangguan Transportasi Laut -P -P -P -P

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [V – 22]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

BAB VI
EVALUASI DAMPAK PENTING

6.1. TELAAHAN TERHADAP DAMPAK PENTING

Telaahan secara holistik atas berbagai komponen lingkungan hidup yang diprakirakan akan
mengalami perubahan mendasar sebagaimana dikaji dalam Bab V, dilakukan dengan
menggunakan bagan alir dampak (flow chart) untuk melihat keterkaitan antara dampak penting
yang satu (dampak primer) dan dampak penting lainnya/turunannya (dampak sekunder/tersier).
Dengan demikian, memudahkan kita untuk memprioritaskan pengelolaan yang akan dilakukan
(terutama terhadap dampak primer). Telaahan terhadap dampak penting ini juga mengacu kepada
urutan prioritas dampak penting hasil pelingkupan.

Dampak-dampak penting yang dihasilkan dari evaluasi disajikan sebagai dampak-dampak penting
yang akan dikelola dan dipantau, yaitu sebagai berikut:

Tahap Prakonstruksi :
(1) Perubahan Persepsi Masyarakat

Tahap Konstruksi :
(1) Gangguan Aktivitas Nelayan
(2) Perubahan Pola Arus
(3) Peningkatan Kebisingan
(4) Peningkatan Volume Sampah Padat
(5) Gangguan Transportasi Laut
(6) Gangguan Transportasi Darat
(7) Perubahan Abrasi dan Sedimentasi
(8) Gangguan Kamtibmas
(9) Penurunan Kualitas Udara
(10) Penurunan Kualitas Air Laut
(11) Perubahan Persepsi Masyarakat
(12) Gangguan Mangrove
(13) Terbukanya Kesempatan Kerja

Tahap Pasca Konstruksi :


(1) Perubahan Pola Arus
(2) Perubahan Abrasi dan Sedimentasi
(3) Perubahan Persepsi Masyarakat

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 1]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

6.1.1. Tahap Pra-Konstruksi

1. Perubahan Persepsi Masyarakat

Kegiatan pada tahap prakonstruksi proyek Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk


Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B) yang berdampak penting terhadap persepsi
masyarakat adalah penetapan lokasi proyek. Berdasarkan hasil konsultasi
publik/sosialisasi proyek dan wawancara dengan tokoh masyarakat dan responden
yang mewakili warga Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara terungkap responden
yang menyatakan setuju di Kelurahan Kapuk Muara sebanyak 70 %, sedangkan
responden yang menyatakan setuju di Kelurahan Kamal Muara sebanyak ± 89 %.
Persepsi masyarakat yang mayoritas positif terhadap rencana Reklamasi Pulau 1, 2A
dan 2B ini harus tetap dijaga dan dipantau. Upaya pendekatan, komunikasi, koordinasi
dan implementasi program-program Corporate Social Resposibility (CSR) harus
direalisasikan sehingga masyarakat sekitar proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal
Muara/Kecamatan Penjaringan, Kota Administrasi Jakarta Utara), sejak awal
merasakan manfaat keberadaan proyek sehingga persepsi positif masyrakat ini dapat
terus berlanjut dan meningkat hingga tahap pascakonstruksi proyek.

Dampak terhadap persepsi masyarakat merupakan dampak langsung (primer) yang


akan berdampak lebih lanjut (dampak turunan) terhadap keresahan sosial dan
kamtibmas.

6.1.2. Tahap Konstruksi

Kegiatan Konstruksi Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah seluas ± 870 Ha
(Pulau 1, 2A dan 2B) akan berdampak penting terhadap komponen lingkungan hidup di
sekitarnya dengan urutan prioritas sebagai berikut:

1. Gangguan Aktivitas Nelayan

Kegiatan pengangkutan material dan bahan reklamasi (batu/pasir urug), kegiatan


pengurugan/reklamasi, pembangunan jembatan penghubung antara daratan dan di
daerah Pantai Indah Kapuk dengan Pulau 2A dan kegiatan pengerukan muara sungai
Cengkareng Drain dan Tanjungan diprakirakan akan berdampak terhadap aktivitas nelayan
di sekitarnya akibat pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik di lapangan. Mengingat saat
ini, di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara) terdapat
pemukiman nelayan yang beraktivitas di sekitar lokasi proyek, maka hal ini perlu
mendapat perhatian. Dampak gangguan terhadap aktivitas nelayan merupakan
dampak primer yang akan berdampak lebih lanjut terhadap persepsi masyarakat dan
kamtibmas.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 2]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

2. Perubahan Pola Arus

Kegiatan pada tahap konstruksi proyek Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga
Indah yang berdampak penting terhadap pola arus adalah kegiatan pengurugan
Pengembangan Reklamasi pada areal seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) dan
pembangunan tanggul pantai/breakwater (Pulau 1, 2A dan 2B). Kedua kegiatan
tersebut akan mengakibatkan terjadinya perubahan pola arus menyusur pantai
(longshore current) di sekitar lokasi proyek. Perubahan pola arus menyusur pantai
(longshore current) tersebut merupakan dampak sekunder yang akan berdampak lebih
lanjut terhadap abrasi dan sedimentasi (dampak tersier) yang akan berdampak lebih
lanjut terhadap kegiatan sekitar, kualitas air laut, biota laut dan persepsi masyarakat
(dampak kuarter).

Perubahan kondisi arus lokal yang terjadi akibat reklamasi di lahan proyek akan
mengkakibatkan terhalangnya sirkulasi arus yang terjadi, oleh karena head pasang
surut yang rendah. Head pasang surut yang rendah dan sifat pasang surut campuran
akan menghasilkan gradient elevasi muka air yang kecil, sehingga penggerak arus
menjadi kecil dan mengakibatkan arus yang kecil juga.

Hasil simulasi model Hidrodinamika Pantura yang dilakukan oleh LPM ITB (2001)
menggunakan data pasang surut di Muara Tawar, debit sungai-sungai yang bermuara
di Teluk Jakarta dan kondisi batas wind yang dominan di Teluk Jakarta pada musim
Barat dan musim Timur menunjukkan perubahan pola dan besar/kecepatan arus
setelah reklamasi relatif setara dengan sebelum reklamasi. Prakiraan perubahan
kecepatan arus dengan menggunakan model hidrodinamika menunjukkan perubahan
relatif berkisar antara 61,21% sampai dengan 403,76% terhadap kondisi eksisting.
Penurunan kecepatan arus terbesar terjadi pada pantai baru hasil reklamasi untuk arah
angin dominan Timur Laut, sedangkan peningkatan kecepatan arus terbesar terjadi di
sekitar muara Cengkareng Drain untuk arah angin dominan Barat Laut. Hasil simulasi
Hidrodinamika yang pernah dilakukan oleh Konsultan PT. Bina Innovasi Rekasaya
(2005) di lokasi Kawasan Ancol barat Bagian Timur menunjukkan bahwa kegiatan
pengurugan/reklamasi lahan proyek tidak akan merubah pola arus. Pola arus di sekitar
lokasi proyek tetap, yaitu dominan dari arah Barat – Barat Laut ke arah Timur – Timur
Laut, hanya kecepatan arus akan berkurang dari 1,52 m/detik menjadi 1,45 m/detik.

Hasil simulasi Hidrodinamika di lokasi Rencana Reklamasi Ancol Barat yang pernah
dilakukan oleh BP Pantura menunjukkan:
a. Tidak ada perubahan signifikan pola dan kecepatan arus sebelum dan sesudah
reklamasi. Di dekat lokasi reklamasi terjadi pelambatan kecepatan arus sebesar ± 5
cm/detik (tidak signifikan).
b. Pemodelan sebaran sedimen saat reklamasi menunjukkan peningkatan kadar
sedimen sebesar 33 mg/L (tidak signifikan).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 3]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

c. Pemodelan perubahan batimethri menunjukkan perubahan kedalaman perairan


yang terjadi hanya beberapa cm (tidak signifikan).

3. Peningkatan Kebisingan

Kegiatan tahap konstruksi proyek Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
yang berdampak penting terhadap kebisingan adalah kegiatan mobilisasi alat dan
bahan, pengurugan/reklamasi serta pembangunan tanggul/breakwater. Kegiatan-
kegiatan tersebut akan menimbulkan kebisingan ke lingkungan sekitarnya akibat
penggunaan peralatan, mobilisasi kendaraan pengangkut bahan dan peralatan
konstruksi serta teknis pekerjaan/pelaksanaan reklamasi dan breakwater. Dampak
terhadap kebisingan merupakan dampak langsung (primer).

Meningkatnya kebisingan di sekitar lokasi proyek akan berdampak lebih lanjut (dampak
turunan/sekunder) terhadap kehidupan fauna darat (terutama jenis-jenis burung),
kesehatan karyawan dan kesehatan masyarakat, persepsi masyarakat dan gangguan
kamtibmas (dampak tersier).

4. Peningkatan Volume Sampah Padat

Kegiatan tahap konstruksi proyek Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) yang berdampak penting terhadap sampah
padat adalah kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek sebanyak ± 1.000 orang.
Kegiatan buruh konstruksi tersebut akan menghasilkan sampah padat berupa sisa-sisa
makanan, minuman dan lain-lain. Dampak terhadap sampah padat ini merupakan
dampak langsung (primer) yang akan berdampak lebih lanjut (dampak sekunder)
terhadap kualitas air laut, biota laut, estetika dan sanitasi lingkungan, kegiatan sekitar
(Hutan Lindung dan Suaka Margasatwa serta Hutan Wisata Angke, dan Kawasan
Pantai Indah Kapuk) dan persepsi masyarakat (dampak tersier).

5. Gangguan Transportasi Laut

Kegiatan pada tahap konstruksi proyek Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga
Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) yang berdampak penting terhadap
transportasi laut adalah kegiatan mobilisasi alat dan bahan konstruksi proyek (pasir
urug), pengurugan/reklamasi dan pembangunan tanggul/breakwater.

Kegiatan pengangkutan/mobilisasi alat dan bahan konstruksi proyek Pengembangan


Reklamasi Pantai KNI (Pulau 1, 2A dan 2B) sebagian besar akan dilakukan melalui
jalur transportasi laut sehingga akan mengakibatkan terjadinya peningkatan arus
transportasi laut di sekitar lokasi proyek.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 4]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

Kebutuhan pasir urug sebanyak ± 58.770.652 m 3 direncanakan akan disuplai dari


daerah Banten yang berjarak ± 75 Km dari lokasi proyek. Volume kendaraan sebanyak
itu, tentu akan sangat membebani badan-badan jalan mulai dari lokasi quarry sampai
ke lokasi proyek. Di lain pihak kondisi transportasi (lalu lintas) darat pada badan-badan
jalan di sekitar wilayah studi saat ini tergolong padat terutama pada pagi, siang dan
sore hari. Apabila pengangkutan pasir urug dilakukan melalui transportasi laut dengan
menggunakan kapal Trailler Suction Hopper Dredger (TSHD) kapasitas 6.000 m3, maka
dengan asumsi pelaksanaan pengangkutan selama 62 bulan, volume kapal selama
pekerjaan tersebut sebanyak 6 kapal TSHD per hari. Kegiatan pengangkutan pasir
urug melalui laut ini akan berdampak lebih kecil dibanding pengangkutan melalui darat,
sehingga merupakan alternatif yang akan dipilih.

Kegiatan pengurugan Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah seluas ±


870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) dan pembangunan tanggul pantai/breakwater (Pulau 1,
2A dan 2B) juga akan berdampak terhadap kegiatan transportasi laut/alur pelayaran di
sekitarnya. Selama kegiatan tersebut berlangsung, alur pelayaran/transportasi laut dan
kelancaran lalu lintas kapal di sekitar lokasi proyek akan terganggu. Mengingat lokasi
proyek berada di dekat Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa dan Tanjung Priok, Muara
Baru, Pantai Dadap, Muara Angke dan alur transportasi laut yang cukup padat di
sekitar lokasi proyek, maka hal ini perlu mendapat perhatian.

Dampak terhadap transportasi laut ini merupakan dampak primer yang akan
berdampak terhadap persepsi masyarakat dan kamtibmas (dampak sekunder dan
tersier).

6. Gangguan Transportasi Darat

Kegiatan pada tahap konstruksi proyek Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga
Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) yang berdampak penting terhadap
transportasi darat adalah kegiatan mobilisasi alat dan bahan konstruksi proyek.
Kegiatan mobilisasi alat dan bahan konstruksi proyek terutama pengangkutan tanah
urug (tanah merah) sebanyak ± 551.058,9 m 3 akan berdampak terhadap transportasi
darat pada badan jalan yang dilalui kendaraan pengangkut (Jl. Kamal Muara, Jl. Kapuk
Raya dan jalan lingkungan Kawasan PIK). Kegiatan tersebut akan mengakibatkan
meningkatnya arus lalu lintas, pengotoran badan jalan dan dapat mengakibatkan
kerusakan badan jalan bila tonase kendaraan pengangkut alat dan bahan konstruksi
melampaui daya dukung badan jalan yang dilalui. Tanah urug (tanah merah) yang
dibutuhkan direncanakan berasal dari daerah Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
Pengangkutan tanah merah akan dilakukan dengan menggunakan dump truck
kapasitas 24 m3. Dengan asumsi pengangkutan tanah merah direncanakan selama 90
hari kerja, maka volume pengangkutan tanah merah per hari sebanyak 205 rit.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 5]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

Dampak terhadap transportasi darat ini merupakan dampak primer yang akan
berdampak lebih lanjut terhadap kualitas udara, estetika lingkungan, persepsi
masyarakat dan kamtibmas (dampak sekunder dan tersier).

7. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi

Kegiatan tahap konstruksi proyek Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
(Pulau 1, 2A dan 2B) yang berdampak penting terhadap abrasi dan sedimentasi adalah
kegiatan pengurugan Pengembangan Reklamasi pada areal seluas ± 870 Ha. Kegiatan
reklamasi di lahan proyek seluas ± 870 Ha Ha akan mengakibatkan terjadinya abrasi
dan sedimentasi akibat terganggunya keseimbangan alam, terutama yang berkaitan
dengan perubahan pola arus menyusur pantai (longshore current).

Dampak terhadap abrasi dan sedimentasi ini merupakan dampak sekunder yang akan
berdampak lebih lanjut terhadap kualitas air laut, biota laut, kegiatan sekitar (dampak
tersier), persepsi masyarakat dan kamtibmas (dampak kuarter). Dampak abrasi dan
sedimentasi ini merupakan dampak turunan/sekunder yang dipengaruhi oleh pola arus
(arah dan kecepatan arus). Hasil simulasi Hidrodinamika yang dilakukan oleh
Konsultan PT. Bina Innovasi Rekayasa (2005) menunjukkan bahwa kegiatan
pengurugan/ reklamasi di lahan proyek tidak merubah pola arus, hanya kecepatannya
akan berkurang dari 1,52 m/detik saat ini menjadi 1,45 m/detik setelah diurug. Pola
arus tetap, yaitu dominan dari arah Timur – Timur Laut ke arah Barat – Barat Laut.
Berdasarkan hal tersebut, maka potensi abrasi akan terjadi di bagian Barat tapak
proyek, sedangkan potensi sedimentasi akan terjadi di bagian Timur tapak proyek.

Dalam laporan ANDAL Regional Reklamasi dan Revitalisasi Pantura Jakarta yang
disusun oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat-ITB disebutkan bahwa sesuai dengan
model prakiraan yang dilakukan untuk reklamasi di sub kawasan tengah Pantura
Jakarta, diprakirakan akan terjadi pola angkutan sedimen litoral khusus di daerah
sekitar lokasi reklamasi. Angkutan sedimen yang semula bergerak dari arah Barat ke
Timur sebesar 5.000 m3/tahun berubah menjadi 8.128 m3/tahun di bagian Barat lahan
reklamasi yang bergerak dari Barat ke Timur dan 5.398 m 3/tahun di sebelah Utara
lahan reklamasi di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok yang bergerak dari Timur ke Barat.
Bila garis pantai tidak dilindungi dengan bangunan pelindung pantai, maka akan terjadi
abrasi dimana kelandaian akhir dapat mencapai 1 : 25. Kondisi tersebut terutama untuk
garis pantai sementara di sisi sebelah Barat. Angkutan sedimen dalam arah tegak lurus
pantai (cross shore sediment transport) dapat diabaikan untuk kondisi batimetri teluk
Jakarta yang relatif landai. Sedimen terjadi dari sumber sedimen di hulu dan bagian
tengah sungai.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 6]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

Hasil perhitungan dengan model genesis atau SMS yang dilakukan oleh LPM-ITB
(2001) menunjukkan bahwa perubahan terbesar terjadi pada masa kegiatan reklamasi,
oleh karena garis pantai belum mengikuti alinyemen garis pantai yang stabil.
Perubahan juga terjadi pada bagian pantai yang tidak mengikuti garis pantai yang
stabil. Namun secara keseluruhan net sedimen yang terbentuk adalah kecil, sedangkan
kerusakan yang terjadi akibat erosi dapat ditanggulangi oleh bangunan pelindung
pantai dan suplai sedimen yang dibawa oleh sungai. Model perubahan garis pantai
yang diaplikasikan untuk sub kawasan Timur dan Tengah Pantura Jakarta dengan
asumsi reklamasi untuk setiap bagian dilaksanakan dalam jangka waktu 2 tahun
memperlihatkan prakiraan perubahan garis pantai untuk tahun ke 6, ke 8 dan ke 10
masing-masing erosi adalah sebesar 53,87 m, 45,49 m dan antara 39,89 m sampai
59,85 m di empat lokasi (di bagian Barat 2 lokasi, Tengah 1 lokasi dan Timur 1 lokasi).

8. Gangguan Kamtibmas

Kegiatan pada tahap konstruksi proyek Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga
Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) yang berdampak penting terhadap
kamtibmas adalah mobilisasi alat dan bahan konstruksi serta aktivitas buruh konstruksi.
Kegiatan mobilisasi alat dan bahan konstruksi proyek akan berdampak terhadap
kamtibmas baik secara langsung (dampak primer) maupun secara tidak langsung
(dampak turunan/sekunder). Dampak langsung (primer) terjadi akibat penurunan
kualitas udara, kebisingan, pengotoran dan kerusakan badan jalan akibat kendaraan
pengangkut alat dan bahan serta tanah urug, dan gangguan kelancaran lalu lintas darat
maupun laut di sekitar lokasi proyek yang pada akhirnya dapat menimbulkan gangguan
kamtibmas.

Kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek Pengembangan Reklamasi Pantai KNI


sebanyak ± 500-1.000 orang diprakirakan juga akan berdampak terhadap kamtibmas.
Aktivitas buruh konstuksi proyek yang kurang sesuai dengan budaya masyarakat
sekitar serta adanya dampak-dampak negatif yang diakibatkan oleh aktivitas buruh
konstruksi tersebut pada akhirnya dapat menimbulkan gangguan kamtibmas.
Mengingat di sekitar lokasi proyek saat ini terdapat berbagai kegiatan yang
membutuhkan privaci, ketenangan dan kenyamanan yang tinggi seperti Hutan Lindung
dan Suaka Margasatwa serta Hutan Wisata Angke dan Kawasan PIK, maka hal ini
perlu diperhatikan dan diantisipasi sejak dini. Dampak terhadap kamtibmas ini pada
akhirnya akan berdampak terhadap persepsi masyarakat.

9. Penurunan Kualitas Udara

Kegiatan tahap konstruksi proyek Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
(Pulau 1, 2A dan 2B) yang berdampak penting terhadap kualitas udara adalah kegiatan
pengurugan/reklamasi dan mobilisasi alat dan bahan. Kegiatan-kegiatan tersebut akan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 7]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

menimbulkan debu dan emisi gas seperti CO, NO 2, SO2 dan HC ke lingkungan
sekitarnya akibat penggunaan alat, mobilisasi kendaraan pengangkut bahan dan
peralatan konstruksi serta teknis pekerjaan/pelaksanaan reklamasi dan breakwater.

Menurunnya kualitas udara di sekitar lokasi proyek Pengembangan Rreklamasi KNI


akan berdampak lebih lanjut terhadap kesehatan pekerja dan kesehatan masyarakat,
persepsi masyarakat dan gangguan kamtibmas.

10. Penurunan Kualitas Air Laut

Kegiatan tahap konstruksi proyek Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
(Pulau 1, 2A dan 2B) yang berdampak penting terhadap kualitas air laut adalah
kegiatan pengurugan/reklamasi dan aktivitas buruh konstruksi. Kegiatan pengurugan
Pengembangan Reklamasi di lahan proyek (Pulau 1, 2A dan 2B) seluas ± 870 Ha akan
mengakibatkan meningkatnya kekeruhan dan Total Suspended Solid (TSS) di perairan
sekitarnya. Berdasarkan pengalaman reklamasi di beberapa tempat, nilai kekeruhan
dan Total Suspended Solid (TSS) akan meningkat hingga lebih dari 5 kali lipat dari
kondisi biasa tanpa kegiatan. Peningkatan kekeruhan dan Total Suspended Solid (TSS)
ini telah diantisipasi dengan teknik reklamasi system polder, dimana sebelum dilakukan
pengurugan terlebih dahulu akan dibuat tanggul/dike di sekeliling lahan reklamasi,
sehingga kemungkinan tercecernya pasir/bahan urug ke perairan laut dapat
dihindari/diperkecil. Meningkatnya Kekeruhan dan Total Suspended Solid (TSS) ini,
akan mengakibatkan berkurangnya penetrasi sinar matahari ke dalam perairan serta
terhambatnya difusi oksigen dari udara ke dalam perairan, sehingga kandungan
oksigen terlarut dalam perairan laut akan berkurang. Hal ini pada akhirnya akan
berdampak terhadap kehidupan biota laut (plankton, benthos dan nekton).

Kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek sebanyak ± 1.000 orang berpotensi


menghasilkan limbah cair domestik dari kegiatan Mandi Cuci Kakus (MCK). Limbah cair
domestik tersebut apabila tidak dikelola dengan baik pada akhirnya akan
mengakibatkan menurunnya kualitas air laut di sekitarnya dengan parameter utama pH,
Total Suspended Solid (TSS), Ammonia (NH 3), Phospat (PO4) dan BOD. Dampak
terhadap penurunan kualitas air laut merupakan dampak langsung (primer) yang akan
berdampak terhadap kehidupan biota laut dan persepsi masyarakat (dampak sekunder
dan tersier).

Tingginya zat amonia, phospat dan nitrat ini memberikan indikasi bahwa kegiatan
proyek agar lebih berhati-hati dalam penanganan limbah domestik dari pekerja.
Kandungan hara yang tinggi tersebut dapat memacu terjadinya ledakan populasi
alga/plankton, dan apabila populasi fitoplankton yang mati dan mengendap di dasar
perairan akan didekomposisi oleh bakteri. Proses dekomposisi ini banyak
membutuhkan oksigen sehingga kandungan oksigen di dasar perairan dapat menurun
drastis yang berakibat mematikan ikan-ikan yang hidup di dasar laut. Peristiwa ini
sudah beberapa kali terjadi di Teluk Jakarta.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 8]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

11. Perubahan Persepsi Masyarakat

Kegiatan pada tahap konstruksi proyek Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga
Indah seluas ± 870 Ha yang berdampak penting terhadap persepsi masyarakat adalah
kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi, pengurugan/reklamasi, pembangunan
tanggul pantai/breakwater, pengangkutan alat dan bahan dan aktivitas buruh konstruksi
proyek. Kegiatan rekrutmen/penerimaan tenaga kerja konstruksi proyek sebanyak ±
500-1.000 orang akan berdampak positif dan negatif terhadap persepsi masyarakat.
Hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa secara keseluruhan, semua
responden berharap agar kegiatan proyek dapat menyerap tenaga kerja setempat
terutama warga Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara (Kecamatan Penjaringan)
dan memberikan kesempatan berusaha bagi warga sekitar sehingga masyarakat/warga
Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dapat merasakan manfaat dari keberadaan
proyek. Di lain pihak hasil kajian yang dilakukan oleh PPGT UI (2007) menunjukkan
bahwa sebagian masyarakat di wilayah studi mempunyai persepsi negatif dengan
alasan ketidakpastian pelaksanaan reklamasi, kekhawatiran terkena polusi/gangguan
lingkungan, terganggunya akses kapal-kapal nelayan dan kekhawatiran
berkurang/menurunnya penghasilan terutama penduduk yang bermatapencaharian
sebagai nelayan.

Kegiatan pengangkutan/mobilisasi alat dan bahan konstruksi proyek akan berdampak


terhadap persepsi masyarakat. Dampak yang akan terjadi merupakan dampak turunan
(sekunder) akibat penurunan kualitas udara, kebisingan, pengotoran badan jalan dan
gangguan kelancaran lalu lintas darat maupun laut di sekitar lokasi proyek yang timbul
dari kegiatan tersebut.

Kegiatan pengurugan Pengembangan Reklamasi Pantai KNI seluas ± 870 Ha dan


pembangunan breakwater Pantai Kapuk Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B) akan
berdampak terhadap persepsi masyarakat. Dampak yang akan terjadi juga merupakan
dampak turunan (sekunder) akibat berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dari
kegiatan tersebut seperti banjir, abrasi dan sedimentasi, gangguan terhadap aktivitas
nelayan/pencari ikan dan alur pelayaran di sekitar lokasi proyek yang pada akhirnya
berdampak terhadap persepsi negatif masyarakat.

Kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek Pengembangan Reklamasi Pantai KNI


sebanyak ± 500-1.000 orang juga akan berdampak terhadap persepsi masyarakat di
sekitarnya. Secara langsung aktivitas buruh konstruksi proyek yang kurang sesuai
dengan budaya masyarakat sekitar akan menimbulkan persepsi negatif masyarakat.
Secara tidak langsung, aktivitas buruh konstruksi proyek tersebut juga akan
menghasilkan limbah cair domestik, sampah padat, menurunnya estetika dan sanitasi
lingkungan yang pada akhirnya akan mengakibatkan persepsi negatif masyarakat.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 9]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

Dampak terhadap persepsi masyarakat ini pada akhirnya akan berdampak negatif
terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat.

12. Gangguan Mangrove

Kegiatan tahap konstruksi proyek reklamasi Pengembangan Pantai Kapuk Naga Indah
seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) yang berdampak penting terhadap komunitas
mangrove adalah kegiatan pengurugan/reklamasi dan aktivitas buruh konstruksi.

Kegiatan Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (Pulau 1, 2A dan 2B)
diprakirakan akan berdampak terhadap komunitas mangrove di Hutan Lindung Angke.
Kegiatan reklamasi dikhawatirkan akan mengakibatkan berubahnya pola sirkulasi air
laut, penurunan kualitas air laut dan sedimentasi (dampak primer dan sekunder) di
sekitar proyek sehingga akan mengakibatkan berubahnya pH, salinitas dan kekeruhan
di sekitar perairan Hutan Lindung Angke yang akan berdampak terhadap kehidupan
mangrove (dampak tersier). Hasil simulasi pemodelan hidrodinamika yang dilakukan
oleh witteveen+Bos Indonesia menunjukkan bahwa reklamasi di lokasi proyek secara
umum akan mengakibatkan penurunan salinitas di perairan boundary drain hingga
mencapai 25 ppt pada musim Barat dan 10 ppt pada musim Timur. Mengingat jenis-
jenis tanaman mangrove memiliki toleransi yang tinggi terhadap salinitas (eury haline),
maka penurunan salinitas sebesar 10 ppt hingga 25 ppt tersebut masih dapat ditolerir
oleh jenis-jenis mangrove yang ada di hutan lindung Angke. Hal ini mengingat pada
kondisi air laut surut, pengaruh air tawar/sungai sangat dominan di estuary (habitat
mangrove) sehingga kadar salinitas di estuary sangat rendah (mencapai sekitar 2
ppm). Sebaliknya, pada saat pasang, air laut sangat dominan di perairan estuary
sehingga salinitas di habitat mangrove dapat mencapai sekitar 35 ppt – 38 ppt.

Penurunan salinitas tersebut tidak signifikan sejauh tidak terjadi penurunan secara
drastis. Mengingat kegiatan Pengembangan Reklamasi pantai KNI (Pulau 1, 2A dan
2B) akan berlangsung ± 6 tahun, maka penurunan salinitas yang terjadi tidak akan
secara drastis sehingga komunitas mangrove di hutan lindung Angke Kapuk mampu
beradaptasi/mentolerir terhadap perubahan yang akan terjadi sehingga dampaknya
tidak signifikan. Berkaitan dengan keberadaan dan kelestarian hutan mangrove Angke
Kapuk, faktor penting utama adalah tetap terjaminnya percampuran (flushing) antara air
laut dan air tawar. Mengingat reklamasi yang akan dilakukan berbentuk pulau dengan
boundary canal dan lateral canal, maka proses percampuran (flushing) antara air laut
dan air tawar akan tetap terjaga.

Selain itu, dampak kegiatan reklamasi terhadap mangrove juga dapat diakibatkan oleh
terjadinya sedimentasi terutama di sekitar muara sungai. Dengan adanya pulau
reklamasi (pulau 1, 2A dan 2B) di depan hutan mangrove Angke Kapuk, maka
sedimentasi di boundary canal akan meningkat dan hal ini akan berdampak positif
terhadap kehidupan mangrove, karena mangrove sendiri sangat membutuhkan

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 10]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

sedimen sebagai habitatnya. Proses sedimentasi akan memperluas areal habitat


mangrove yang akan berdampak lebih lanjut terhadap kehidupan biota darat maupun
biota laut.

Keberadaan pulau hasil reklamasi (Pulau 1, 2A dan 2B) juga akan berfungsi sebagai
penyanggah/buffer dan berdampak positif bagi kehidupan mangrove, karena akan
melindungi mangrove di hutan lindung Angke Kapuk dari proses abrasi yang saat ini
(sebelum reklamasi dimulai) telah terjadi di bagian barat hutan lindung Angke Kapuk.

Kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek sebanyak ± 1.000 orang diprakirakan


akan berdampak terhadap komunitas mangrove di Hutan Lindung Angke. Secara
langsung keberadaan/aktivitas buruh konstruksi proyek sebanyak ± 1.000 orang
dapat menimbulkan gangguan terhadap komunitas mangrove di Hutan Lindung
Angke. Secara tidak langsung kegiatan/aktivitas buruh konstruksi proyek tersebut
akan menghasilkan limbah padat (sampah) berupa sisa-sisa makanan dan minuman,
dan limbah cair domestik yang dapat berdampak terhadap kehidupan mangrove.

Dampak terhadap komunitas mangrove ini akan berdampak lebih lanjut terhadap
kehidupan fauna darat dan persepsi masyarakat.

13. Terbukanya Kesempatan Kerja

Kegiatan pada tahap konstruksi proyek Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga
Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) yang berdampak penting terhadap
kesempatan kerja adalah kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi. Kegiatan
rekrutmen/penerimaan tenaga kerja konstruksi proyek Pengembangan Reklamasi
Pantai KNI (Pulau 1, 2A dan 2B) sebanyak ± 500-1.000 orang akan berdampak positif
terhadap kesempatan kerja bagi masyarakat (dampak primer). Dalam pelaksanaan
konstruksi proyek, pemrakarsa kegiatan (PT. Kapuk Naga Indah) akan bekerjasama
dengan beberapa kontraktor sehingga rekrutmen akan dilakukan oleh masing-masing
kontraktor/sub kontraktor yang ditunjuk. Tenaga kerja konstruksi proyek yang direkrut
oleh masing-masing kontraktor/sub kontraktor sebagian besar berasal dari luar daerah
dan hanya sebagian kecil yang berasal dari penduduk sekitar proyek (Kel. Kapuk
Muara dan Kamal Muara/Kec. Penjaringan). Dengan ikut sertanya penduduk sekitar
(Kec. Penjaringan) sebagai tenaga kerja konstruksi proyek akan mengurangi jumlah
pengangguran yang ada. Hal ini sejalan dengan harapan masyarakat sekitar dan tokoh
masyarakat yang disampaikan pada saat sosialisasi proyek dan wawancara dengan
responden yang mengharapkan adanya manfaat dari pengembangan proyek yang
berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja lokal. Terbukanya kesempatan kerja akibat
pembangunan proyek ini pada akhirnya akan berdampak lebih lanjut (dampak sekunder
dan tersier) terhadap kesempatan berusaha dan persepsi positif masyarakat (Kel.
Kapuk dan Kamal Muara/Kec. Penjaringan).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 11]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

6.1.3. Tahap Pasca Konstruksi

1. Perubahan Pola Arus

Kegiatan pada tahap pasca konstruksi Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga
Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) yang berdampak penting terhadap pola
arus adalah keberadaan lahan reklamasi dan tanggul pantai/breakwater. Keberadaan
lahan reklamasi seluas ± 870 Ha dan tanggul pantai/breakwater akan mengakibatkan
terjadinya perubahan pola arus menyusur pantai (longshore current) di sekitar lokasi
proyek. Perubahan pola arus ini merupakan dampak sekunder yang akan berdampak
lebih lanjut terhadap abrasi dan sedimentasi (dampak tersier).

Dampak yang terjadi merupakan dampak lanjutan yang prosesnya dimulai sejak
kegiatan pengurugan/reklamasi dimulai (tahap konstruksi) dan terus berlanjut hingga
tahap pasca konstruksi.

2. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi

Kegiatan pada tahap pasca konstruksi Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga
Indah seluas ± 870 Ha yang berdampak penting terhadap abrasi dan sedimentasi
adalah keberadaan lahan reklamasi dan tanggul pantai/breakwater. Keberadaan lahan
reklamasi tersebut akan mengakibatkan terjadinya abrasi dan sedimentasi akibat
perubahan pola arus (arus menyusur pantai) di sekitar lokasi proyek. Dampak yang
akan terjadi merupakan dampak lanjutan yang prosesnya dimulai sejak kegiatan
pengurugan/reklamasi (tahap konstruksi) dan terus berlanjut hingga tahap pasca
konstruksi.

Dampak abrasi dan sedimentasi ini pada akhirnya akan berdampak lebih lanjut
terhadap kualitas air laut, biota laut, persepsi masyarakat dan kegiatan sekitar.

3. Perubahan Persepsi Masyarakat

Kegiatan pada tahap pasca konstruksi Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga
Indah seluas ± 870 Ha yang berdampak penting terhadap persepsi masyarakat adalah
keberadaan lahan reklamasi. Dampak yang terjadi merupakan dampak turunan
(sekunder/tersier) akibat dampak-dampak negatif yang akan muncul akibat keberadaan
lahan reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah seluas ± 870 Ha, seperti banjir, abrasi dan
sedimentasi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 12]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

Gambar VI.1. Bagan Alir Evaluasi Dampak Penting Kegiatan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 13]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

6.2. PEMILIHAN ALTERNATIF TERBAIK

Dalam dokumen ANDAL ini tidak dilakukan kajian alternatif sehingga tidak ada pemilihan alternatif
terbaik. Hal ini dikarenakan kajian alternatif dari aspek lingkungan hidup telah dilakukan pada
tahap perencanaan proyek, seperti misalnya pengangkutan pasir urug melalui transportasi laut
untuk menghindari dampak kemacetan lalu lintas pada badan jalan sekitar proyek, pemilihan teknik
reklamasi dengan sistem polder dan hydraulik fill yang akan mengurangi resiko terjadinya
penurunan kualitas air laut akibat kekeruhan, penggunaan vertical drain untuk mempercepat
kompaksi lahan reklamasi sehingga mengurangi resiko terjadinya penurunan muka tanah dan
adanya longitudinal dan lateral kanal selebar 200 m untuk menghindari gangguan terhadap
nelayan, kenaikan air permukaan di hulu (banjir) dan gangguan terhadap proses hidrodinamika air
laut.

6.3. TELAAHAN SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN

6.3.1. Tahap Prakonstruksi

Pada tahap Prakonstruksi Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah seluas ±
870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B), dampak penting yang akan dikelola adalah Persepsi Negatif
Masyarakat akibat kegiatan Penetapan Lokasi Proyek dan Sosialisasi Proyek. Persebaran
dampak terbatas di lokasi proyek (lokal). Masyarakat yang terkena dampak penting adalah
masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal
Muara, Kecamatan Penjaringan), Kota Administrasi Jakarta Utara. Dampak berlangsung
selama kegiatan prakonstruksi (sesaat dan tidak kontinyu), namun dapat berlanjut hingga
tahap konstruksi dan operasi.

Arahan pengelolaan lingkungan:


1. Melakukan sosialisasi rencana proyek Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga
Indah kepada masyarakat/tokoh masyarakat sekitar (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal
Muara) dan instansi terkait yang berkepentingan.
2. Koordinasi dengan berbagai instansi terkait di sekitar lokasi proyek terutama Kelurahan
Kapuk Muara dan Kamal Muara, Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) berkaitan
dengan rencana kegiatan Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah.
3. Membentuk Devisi Hubungan Masyarakat (Humas) yang berperan sebagai penghubung
antara Pemrakarsa Kegiatan (PT. Kapuk Naga Indah) dengan masyarakat/instansi
terkait.
4. Berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya merumuskan konsep rencana Revitalisasi
Pantai Lama.
5. Melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi (Fakultas Kehuatanan IPB) untuk
restorasi ekosistem mangrove.
6. Melakukan kerjasama dengan Yayasan Mengrove untuk memantau pelaksanaan
restorasi ekosistem mangrove.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 14]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

6.3.2. Tahap Konstruksi

Pada tahap konstruksi Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (Pulau 1, Pulau
2A dan Pulau 2B) seluas ± 870 Ha, dampak penting yang akan dikelola adalah:

1. Dampak terhadap aktivitas nelayan yang diakibatkan oleh kegiatan mobilisasi alat dan
bahan reklamasi (batu dan pasir urug), pengurugan/reklamasi dan pembangunan
tanggul/breakwater, pembuatan jembatan penghubung daratan dengan Pulau 2A dan
kegiatan pengerukan Muara Sungai Cengkareng Drain dan Muara Sungai Tanjungan.
Persebaran dampak di sepanjang alur pengangkutan alat dan material reklamasi dan di
sekitar lokasi proyek (radius ± 1.000 m) dan berlangsung hanya selama tahap
konstruksi reklamasi Pulau 1, 2A dan 2B.

Arahan pengelolaan lingkungan :


a. Sosialisasi dan koordinasi kepada warga masyarakat dan tokoh masyarakat sekitar
terutama komunitas nelayan yang bermukim, di Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal
Muara;
b. Memasang tanda-tanda rambu lalu lintas pelayaran di sekitar lokasi proyek, terutama
pada saat tambat di lokasi mooring dan pekerjaan fisik berlangsung sehingga tidak
mengganggu aktivitas nelayan di sekitar lokasi kegiatan.

2. Perubahan Pola Arus


Perubahan pola arus terjadi akibat kegiatan pengurugan Pengembangan Reklamasi
pada areal seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) dan pembangunan tanggul
pantai/breakwater (Pulau 1, 2A dan 2B). Persebaran dampak terbatas di lokasi
proyek/lokal (radius ± 500 m). Dampak berlangsung selama kegiatan konstruksi dan
kontinyu berlanjut hingga tahap pasca konstruksi.

Arahan pengelolaan lingkungan :


a. Pembangunan sea defence Pulau 1, 2A dan 2B sesuai dengan desain teknik yang
didasarkan pada pemodelan hidrodinamika.
b. Memasang bangunan/turap penahan gelombang di sekeliling tangul reklamasi Pulau
1, 2A dan 2B dengan beton tetrapod.
c. Melakukan pemantauan pola arus, abrasi dan sedimentasi di sekitar Pulau 1, 2A dan
2B) secara berkala dan rutin setiap 1 (satu) bulan sekali.
d. Melakukan kalibrasi, validasi model serta memanfaatkan data pemantauan untuk
mereview model.
e. Melakukan kajian Hidrodinamika bersama Witteveen Bos Indonesia dan Perguruan
Tinggi.
f. Melakukan pemantauan terhadap pola dan kecepatan arus, proses abrasi dan
sedimentasi, batimetri, kualitas perairan laut dan parameter hidrodinamika lainnya
serta komunitas mangrove di hutan lindung Angke sebulan sekali di tapak dan sekitar
lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B) secara teratur dan kontinyu oleh Tim KNI dan
menyampaikan hasil pemantauan ke instansi teknis (Dinas PU Provinsi DKI Jakarta.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 15]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

3. Peningkatan kebisingan akibat kegiatan pengurugan/reklamasi dan mobilisasi alat dan


bahan/tanah urug serta pembangunan jembatan penghubung daratan dengan Pulau 2A.
Reklamasi menggunakan peralatan berat dan peralatan penunjang yang potensial
menimbulkan kebisingan. Selain itu, kegiatan pemancangan pondasi/pile jembatan
penghubung daratan dengan Pulau 2A juga akan menimbulkan kebisingan ke lingkungan
sekitarnya (kawasan Perumahan Pantai Indah Kapuk) Persebaran dampak terbatas di
sekitar proyek/lokal (radius ± 100 m). Masyarakat yang terkena dampak negatif penting
adalah masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi proyek dan jalur pengangkutan
bahan/tanah urug. Dampak berlangsung selama kegiatan konstruksi (sesaat dan tidak
kontinyu).

Arahan pengelolaan lingkungan:


a. Penggunaan kendaraan dan mesin/peralatan konstruksi yang baik sehingga intesitas
bising berkurang/rendah.
b. Penggunaan silent genset dengan intensitas bising rendah.
c. Pengangkutan sebagian besar peralatan dan bahan konstruksi melalui jalur laut.
d. Koordinasi dengan tokoh masyarakat/warga sekitar (perumahan PIK) sebelum
pemancangan pondasi jembatan penghubung daratan dengan Pulau 2A.

4. Peningkatan Volume Sampah Padat


Sampah padat dihasilkan dari aktivitas ± 500 – 1.000 orang buruh konstruksi
pengembangan reklamasi pantai Kapuk Naga Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan
2B). Dampak yang akan terjadi perse barannya terbatas di sekitar proyek (radius ± 200
m) dan berlangsung singkat hanya selama tahap konstruksi pengembangan reklamasi
pantai Kapuk Naga Indah.

Arahan pengelolaan lingkungan:


a. Membangun bedeng-bedeng sementara di areal working place seluas ± 3 Ha di
Kawasan Pantai Indah Kapuk (Sektor Utara Barat) dan dilengkapi dengan fasilitas
MCK/temporary toilet, air bersih, listrik dan container sampah. Kebutuhan air bersih
selama tahap konstruksi reklamasi akan dipenuhi dari pemurnian air Kawasan Pantai
Indah Kapuk.
b. Menerapkan ketentuan/peraturan larangan (tata tertib) buruh konstruksi untuk tidak
membuang sampah padat ke perairan laut dan pantai di sekitar lokasi proyek.
c. Menyediakan tempat-tempat sampah (TPS pilah) di pantai sekitar lokasi proyek dan
di bedeng pekerja yang dipisahkan antara sampah organik dan anorganik untuk
menampung sampah padat dari aktivitas buruh konstruksi Pengembangan Reklamasi
Pantai KNI.
d. Secara periodik, setiap hari sampah padat yang terkumpul diangkut ke lokasi
pemrosesan akhir bekerja sama dengan Sudin Kebersihan Kota Administrasi Jakarta
Utara dan UPT Kebersihan Pantai atau pihak swasta yang mempunyai ijin Dinas
Kebersihan Provinsi DKI Jakarta.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 16]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

e. Melakukan pengawasan kebersihan lingkungan di sekitar lokasi proyek dan di bedeng


pekerja secara kontinyu setiap hari yang dilakukan oleh petugas kebersihan khusus
selama konstruksi proyek berlangsung.
f. Membersihkan perairan sekitar proyek dan bedeng pekerja dari sampah-sampah
yang ada setiap hari yang dilakukan oleh petugas kebersihan khusus selama tahap
konstruksi proyek.
g. Pengelolaan sampah di sepanjang DAS Kali Angke, Kali Cengkareng Drain, Kali
Tanjungan dan Kali Kamal yang melibatkan Pemrakarsa kegiatan, Pemerintah
Daerah Provinsi DKI Jakarta dan masyarakat yang bermukim di sepanjang DAS
tersebut melalui pembinaan rutin.

5. Gangguan Transportasi Laut


Dampak terhadap transportasi laut diakibatkan oleh kegiatan mobilisasi alat dan bahan
reklamasi (batu dan pasir urug), pengurugan/reklamasi dan pembangunan
tanggul/breakwater. Persebaran dampak di sepanjang alur pengangkutan alat dan
material reklamasi dan di sekitar lokasi proyek (radius ± 1.000 m) dan berlangsung
hanya selama tahap konstruksi reklamasi.

Arahan pengelolaan lingkungan :


a. Kontraktor/suplier tanah urug wajib/harus memiliki perijinan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku (Izin Usaha Penambangan/Izin Lokasi, Izin Pengangkutan dan memiliki
dokumen AMDAL), serta mematuhi ketentuan SK Walikota Kota Administrasi Jakarta
Utara No. 13 Tahun 2000 tentang Reklamasi.
b. Melakukan koordinasi/konsultasi dengan Sudin Perhubungan Laut Kota Administrasi
Jakarta Utara, Pelabuhan Sunda Kelapa, Tanjung Priok dan Muara Baru.
c. Sesuai Perda No. 11 Tahun 1992, lokasi pengambilan pasir urug direncanakan dari
luar Provinsi DKI Jakarta, yaitu dari daerah Provinsi Banten.
d. Mengikuti peraturan pelayaran yang berlaku di wilayah yang dilewati dari lokasi
pengerukan sampai ke lokasi reklamasi/proyek dan sebaliknya, termasuk
kelengkapan sarana navigasi.
e. Memasang tanda-tanda rambu lalu lintas pelayaran di sekitar lokasi proyek, terutama
pada saat tambat di lokasi mooring sehingga tidak mengganggu kapal-kapal yang
lewat ke daerah tersebut.
f. Pemrakarsa proyek (PT. Kapuk Naga Indah) nantinya akan memeriksa kebenaran
lokasi dan dokumen AMDAL Kontraktor/suplier pasir urug.

6. Gangguan Transportasi Darat


Dampak terhadap transportasi darat adalah akibat kegiatan mobilisasi alat dan bahan
reklamasi terutama pengangkutan tanah urug. Persebaran dampak di sepanjang jalur
pengangkutan pada radius ± 100 meter, berlangsung selama kegiatan mobilisasi alat
dan bahan reklamasi terutama pengangkutan tanah urug.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 17]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

Arahan pengelolaan lingkungan:


a. Kontraktor/suplier tanah urug/tanah merah harus memiliki perijinan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku (Izin Usaha Penambangan/Izin Lokasi, Izin Transportasi dari
Dinas Perhubungan dan memiliki dokumen UKL dan UPL).
b. Pemrakarsa Kegiatan (PT. Kapuk Naga Indah) nantinya akan memeriksa kebenaran
lokasi dan dokumen UKL dan UPL Kontraktor/suplier tanah urug/tanah merah.
c. Kontraktor/suplier tanah urug/tanah merah harus memberikan uang jaminan
perbaikan/pemeliharaan jalan ke Pemda/Walikota Kota Administrasi Jakarta Utara
dan mematuhi ketentuan SK Walikota Kota Administrasi Jakarta Utara Nomor 13
tahun 2000 tentang Reklamasi/Pengurugan.
d. Pengangkutan alat dan bahan konstruksi/tanah urug dilakukan tidak pada jam-jam
sibuk, yaitu pada malam hari antara pukul 21.00 – 05.00 WIB.
e. Kendaraan pengangkut tanah dilengkapi dengan punutup/terpal dan muatan tanah
urug tidak melebihi kapasitas angkut kendaraan yang digunakan sehingga tanah tidak
tercecer dan mengotori badan jalan.
f. Tonase kendaraan pengangkut tanah yang digunakan tidak melampaui daya
dukung/kapasitas badan jalan yang dilalui sehingga tidak terjadi kerusakan badan
jalan.
g. Kendaraan pengangkut tanah dibersihkan terlebih dahulu sebelum meninggalkan
lokasi sumber tanah galian dan lokasi proyek.
h. Kontraktor/suplier tanah urug/tanah merah wajib menjaga kebersihan dan kondisi
badan jalan, dan harus menempatkan petugas pemantau dan pengelola kebersihan
jalan di sekitar proyek setiap hari selama pengangkutan tanah berlangsung.

7. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi


Abrasi dan sedimentasi terjadi akibat kegiatan pengurugan Pengembangan Reklamasi
pada areal Pengembangan Pulau 1, 2A dan 2B seluas ± 870 Ha. Persebaran
dampaknya terbatas pada areal di sekitar lokasi proyek (radius ± 500 m), berlangsung
sejak tahap konstruksi reklamasi dan kontinyu hingga tahap pasca konstruksi reklamasi.

Arahan pengelolaan lingkungan :


a. Pembangunan sea defence Pulau 1, 2A dan 2B sesuai dengan desain teknik yang
didasarkan pada pemodelan hidrodinamika.
b. Berpartisipasi melaksanakan pemeliharaan dan pembersihan endapan sedimen yang
diendapkan oleh sungai.
c. Melakukan pemantauan abrasi dan sedimentasi secara berkala dan rutin setiap
musim (musim timur dan musim barat).
d. Berpartisipasi melakukan pengerukan di lokasi sedimentasi/muara Kali Angke dan
Muara Cengkareng Drain.
e. Melakukan pemantauan terhadap pola dan kecepatan arus, proses abrasi dan
sedimentasi, batimetri, kualitas perairan laut dan parameter hidrodinamika lainnya
serta komunitas mangrove di hutan lindung Angke sebulan sekali di tapak dan sekitar
lokasi proyek secara teratur dan kontinyu oleh Tim KNI dan menyampaikan hasil
pemantauan ke instansi teknis (Dinas PU Provinsi DKI Jakarta).

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 18]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

8. Gangguan Kamtibmas
Gangguan kamtibmas terjadi akibat kegiatan mobilisasi alat dan bahan konstruksi serta
aktivitas buruh konstruksi pengembangan reklamasi Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B.
Dampak yang akan terjadi persebarannya terbatas di sekitar lokasi proyek. Masyarakat
yang akan terkena dampak adalah masyarakat yang bermukim di sekitar proyek
(Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan) dan sekitarnya.
Dampak berlangsung hanya selama tahap konstruksi reklamasi.

Arahan pengelolaan lingkungan :


a. Mengelola berbagai dampak negatif yang akan muncul akibat kegiatan konstruksi
Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah seperti penurunan kualitas air
laut, peningkatan kuantitas air permukaan, perubahan pola arus, abrasi dan
sedimentasi dan gangguan transportasi darat dan laut.
b. Menempatkan satuan petugas pengaman di sekitar lokasi proyek untuk memantau
kondisi kamtibmas setiap hari.
c. Mewajibkan penggunaan tanda pengenal (ID card) bagi yang keluar masuk ke lokasi
proyek.
d. Mewajibkan kepada pekerja/buruh konstruksi proyek untuk mematuhi peraturan dan
menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan proyek selama tahap konstruksi
berlangsung.

9. Penurunan Kualitas Udara


Penurunan kualitas udara akibat kegiatan pengurugan/reklamasi Pulau 1, 2A dan 2B
seluas ± 870 Ha dan mobilisasi alat dan bahan/tanah urug. Persebaran dampak terbatas
di sekitar proyek/lokal (radius ± 100 m). Masyarakat yang terkena dampak negatif
penting adalah masyarakat nelayan di sekitar proyek. Dampak berlangsung selama
kegiatan pengurugan dan mobilisasi peralatan dan bahan/tanah urug (sesaat dan tidak
kontinyu).

Arahan pengelolaan lingkungan:


a. Penggunaan kendaraan dan mesin/peralatan konstruksi yang sangat baik sehingga
emisi berkurang.
b. Teknik reklamasi dengan system polder dan hydraulik fill sehingga penyebaran pasir
urug terbatas.
c. Pengangkutan tanah urug tidak berlebihan dan ditutup terpal sehingga tidak tercecer.
d. Membersihkan badan jalan yang dilalui kendaraan pengangkut bila ada ceceran
tanah urug.

10. Penurunan Kualitas Air Laut


Kegiatan tahap konstruksi proyek Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
seluas ± 870 Ha (Pulau 1, 2A dan 2B) yang berdampak penting terhadap kualitas air laut
adalah kegiatan pengurugan/reklamasi dan aktivitas buruh konstruksi. Persebaran

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 19]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

dampak terbatas di sekitar proyek/lokal (radius ± 500 m 2). Masyarakat yang terkena
dampak negatif penting adalah masyarakat nelayan di sekitar lokasi proyek. Dampak
berlangsung selama kegiatan konstruksi (sesaat dan tidak kontinyu).

Arahan pengelolaan lingkungan :


a. Pekerjaan pengurugan Pengembangan Reklamasi Pantai KNI akan dilakukan dengan
teknik polder, dimana terlebih dahulu akan dibangun tanggul di sekeliling lahan yang
direklamasi sebelum memompakan bahan urugan ke dalamnya.
b. Pengeluaran lapisan dasar yang merupakan alas bahan urugan selanjutnya dilakukan
dengan cara mengatur penurunan pasir ke dasar laut pada kecepatan rendah dalam
volume yang relatif kecil, tersebar dan merata.
c. Melapisi dasar area reklamasi dengan geo textile.
d. Menjaga dan mengontrol sambungan pipa penyemprot pasir setiap hari selama
pekerjaan pengurugan/reklamasi berlangsung.
e. Pengurugan tanah merah (top soil) pada lokasi-lokasi ruang terbuka hijau/taman
dilakukan setelah penanggulan sehingga tidak tercecer ke perairan di sekitarnya.
f. Menyediakan tempat sampah (basah dan kering) di lokasi proyek untuk menampung
sampah dari aktivitas buruh konstruksi dan mengangkutnya setiap hari ke lokasi
pembuangan akhir bekerjasama dengan Sudin Kebersihan Kota Administrasi Jakarta
Utara/pihak swasta.
g. Menyediakan sarana MCK di sekitar lokasi proyek selama tahap konstruksi proyek
dan bila sudah penuh disedot/diangkut dengan Mobil Air Kotor Sudin Kebersihan Kota
Administrasi Jakarta Utara.
h. Menghentikan pekerjaan sementara apabila terjadi kekeruhan secara ekstrim.
i. Menerapkan ketentuan/peraturan larangan (tata tertib) bagi buruh konstruksi untuk
tidak membuang sampah padat dan limbah cair ke perairan laut dan pantai sekitar
lokasi proyek.

11. Perubahan Persepsi Masyarakat


Dampak terhadap persepsi masyarakat diakibatkan oleh kegiatan rekrutmen tenaga kerja
konstruksi Reklamasi Pulau 1, 2A dan 2B sebanyak ± 500 – 1.000 orang,
pengurugan/reklamasi Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B seluas ± 870 Ha, pembangunan
tanggul pantai/breakwater, pengangkutan alat dan bahan dan aktivitas buruh konstruksi
proyek. Dampak yang akan terjadi persebarannya di sekitar lokasi proyek. Masyarakat
yang akan terkena dampak adalah masyarakat yang bermukim di sekitar proyek
(Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan) dan sekitarnya.
Dampak berlangsung sejak tahap konstruksi reklamasi hingga tahap pasca konstruksi
reklamasi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 20]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

Arahan pengelolaan lingkungan :


a. Sosialisasi rencana Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah kepada
masyarakat/tokoh masyarakat Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara dan
instransi terkait.
b. Koordinasi dengan berbagai instansi terkait di sekitar lokasi proyek terutama dengan
Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Lembaga Musyawarah Kelurahan Kapuk
Muara dan Kamal Muara selama tahap konstruksi proyek.
c. Membentuk Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) yang berperan sebagai
penghubung antara Pemrakarsa Kegiatan (PT. Kapuk Naga Indah) dengan
masyarakat/instansi terkait.
d. Mengelola dan memantau berbagai dampak negatif yang akan muncul selama tahap
konstruksi Pengembangan Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah (kualitas air laut,
abarasi dan sedimentasi, kuantitas air permukaan, sampah padat, biota laut,
transportasi darat dan laut).

12. Gangguan Mangrove


Dampak lingkungan terhadap komunitas mangrove diakibatkan oleh kegiatan
pengurugan/reklamasi Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B seluas ± 870 Ha dan aktivitas
buruh konstruksi Reklamasi Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B sebanyak ± 500 – 1.000
orang. Persebaran dampak terjadi di Hutan Lindung Angke dan berlangsung sejak tahap
konstruksi reklamasi hingga tahap pasca konstruksi reklamasi.

Arahan pengelolaan lingkungan :


a. Melakukan restorasi hutan mangrove seluas 14.341 Ha bekerjasama dengan
Fakultas Kehutanan, IPB, Bogor dan supervisi oleh Yayasan Mangrove (Gambar
III.2). Total luas hutan mangrove saat ini adalah 49.345 Ha, terdiri dari mangrove
Barat Cengkareng Drain 21.869,75 Ha dan Timur Cengkareng Drain 27.482 Ha,
sedangkan luas areal rencana restorasi mangrove adalah 14.341 Ha, sehingga total
luas hutan mangrove menjadi 63.686 Ha.
b. Bekerjasama dengan stakeholder lain/LSM dalam program pelestarian mangrove di
hutan lindung maupun suaka margasatwa Angke – Kapuk.
c. Pekerjaan pengurugan Pengembangan Reklamasi Pantai KNI dilakukan dengan
menggunakan teknik polder dimana terlebih dahulu akan dibangun tanggul di
sekeliling lahan yang akan direklamasi sebelum memompakan bahan urugan ke
dalamnya.
d. Penggelaran lapisan dasar yang merupakan alas bahan urug selanjutnya dilakukan
dengan cara mengatur penurunan pasir ke dasar laut pada kecepatan rendah dalam
volume yang relatif kecil, tersebar dan merata.
e. Melapisi dasar area reklamasi dengan geo textile.
f. Menjaga dan mengontrol sambungan pipa setiap hari selama pekerjaan Pengurugan
Pengembangan Reklamasi Pantai KNI berlangsung.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 21]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

g. Pengurugan tanah merah (top soil) dilakukan setelah penanggulan sehingga tidak
tercecer ke perairan sekitarnya.
h. Menyediakan sarana MCK untuk buruh konstruksi di lokasi sekitar proyek.
i. Menyediakan Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah terpisah untuk
sampah organik dan anorganik di sekitar proyek selama tahap konstruksi proyek.
j. Membersihkan sampah-sampah yang terdapat di perairan pantai sekitar proyek
(Pulau 1, 2A dan 2B) setiap hari selama tahap konstruksi proyek yang dilakukan oleh
petugas kebersihan khusus.
k. Melarang buruh konstruksi merusak komunitas mangrove.

13. Terbukanya Kesempatan Kerja


Terbukanya Kesempatan Kerja akibat kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi
pengembangan reklamasi pantai Kapuk Naga Indah (Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B)
sebanyak ± 500 – 1.000 orang. Persebaran dampak di sekitar lokasi proyek/lokal.
Masyarakat yang terkena dampak positif penting adalah masyarakat yang bermukim di
sekitar lokasi proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Kecamatan
Penjaringan, Kota Administrasi Jakarta Utara).Dampak berlangsung selama kegiatan
konstruksi dan kontinyu berlanjut hingga tahap operasi.

Arahan Pengelolaan lingkungan:


a. Merumuskan strategi pendayagunaan padat karya selama masa konstruksi
Pengembangan Reklamasi Pantai KNI.
b. Bekerjasama dengan unsur Kelurahan Kamal Muara dan Kapuk Muara untuk mengisi
peluang kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Mengutamakan/
memprioritaskan kepada penduduk sekitar proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan
Kamal Muara dan sekitarnya/Kecamatan Penjaringan) untuk mengisi lowongan
pekerjaan yang ada sepanjang memasuki persyaratan yang berlaku dan sesuai
kualifikasi yang dibutuhkan.
c. Mewajibkan kepada Kontraktor Pelaksana Pengembangan Reklamasi Pantai KNI
untuk menggunakan tenaga kerja sekitar proyek (Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal
Muara dan sekitarnya/Kecamatan Penjaringan) sepanjang memenuhi persyaratan
yang berlaku dan sesuai kualifikasi yang dibutuhkan.
d. Membuka peluang bagi keluarga nelayan yang akan alih profesi.
e. Menginformasikan lowongan kerja yang dibutuhkan ke Kelurahan Kapuk Muara dan
Kamal Muara dan Kecamatan Penjaringan.

6.3.3. Tahap Pasca Konstruksi

Pada tahap pasca konstruksi pengembangan reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah, dampak
penting yang akan dikelola adalah:

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 22]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

1. Perubahan Pola Arus


Dampak terhadap pola arus pada tahap pasca konstruksi diaklibatkan oleh keberadaan
lahan pengembangan reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah ± 870 ha (Pulau 1, Pulau 2A
dan Pulau 2B) dan tanggul pantai/breakwater. Persebaran dampak terbatas di lokasi
proyek/lokal (radius ± 500 m). Dampak berlangsung selama tahap pasca konstruksi
reklamasi.

Arahan pengelolaan lingkungan:


a. Menjaga keutuhan tanggul pantai/breakwater Pulau 1, 2A dan 2B supaya lahan hasil
reklamasi tidak terabrasi.
b. Membuat tanggul/tembok pantai (sea wall) dan revetment di Pulau 1, 2A dan 2B
diperkuat dengan batu-batu.
c. Melakukan pemantauan terhadap pola dan kecepatan arus, proses abrasi dan
sedimentasi, batimetri, kualitas perairan laut dan parameter hidrodinamika lainnya
serta komunitas mangrove di hutan lindung Ankge sebulan sekali di tapak dan sekitar
lokasi proyek secara teratur dan kontinyu oleh Tim KNI dan menyampaikan hasil
pemantauan ke instansi teknis (Dinas PU Provinsi DKI Jakarta).

2. Perubahan Abrasi dan Sedimentasi


Dampak terhadap abrasi dan sedimentasi pada tahap pasca konstruksi Pengembangan
Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah seluas ± 870 Ha (Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B)
adalah akibat keberadaan lahan reklamasi dan tanggul pantai/breakwater. Persebaran
dampak terbatas di lokasi proyek/lokal (radius ± 500 m). Dampak berlangsung selama
tahap pasca konstruksi reklamasi.

Arahan pengelolaan lingkungan :


a. Menjaga keutuhan tanggul pantai/breakwater Pulau 1, 2A dan 2B supaya lahan hasil
reklamasi tidak terabrasi.
b. Mempertahankan keberadaan tanggul/tembok pantai (sea wall) dan revetment Pulau
1, 2A dan 2B yang diperkuat dengan batu-batu.
c. Melakukan pemantauan terhadap proses abrasi dan sedimentasi setahun sekali di
tapak dan sekitar lokasi proyek (Pulau 1, 2A dan 2B) secara teratur dan kontinyu.

3. Perubahan Persepsi Masyarakat


Dampak terhadap persepsi masyarakat pada tahap pasca konstruksi Pengembangan
Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah adalah keberadaan lahan reklamasi Pulau 1, Pulau
2A dan Pulau 2B seluas ± 870 Ha.

Dampak yang akan terjadi persebarannya di sekitar lokasi proyek. Masyarakat yang akan
terkena dampak adalah masyarakat yang bermukim di sekitar proyek (Kelurahan Kapuk
Muara dan Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan) dan sekitarnya. Dampak
berlangsung selama tahap pasca konstruksi reklamasi.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 23]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
Evaluasi Dampak Penting

Arahan pengelolaan lingkungan :


a. Mengupayakan pengelolaan lingkungan terhadap dampak negatif yang akan muncul
selama tahap pasca konstruksi pengembangan reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah.
b. Melakukan pembinaan dan pelatihan usaha bagi masyarakat sekitar (Kelurahan
Kapuk Muara dan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan);
c. Koordinasi dengan berbagai instansi terkait di sekitar lokasi proyek terutama dengan
Kelurahan Kapuk Muara dan Kelurahan Kamal Muara, Lembaga Musyawarah
Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara selama tahap pasca konstruksi reklamasi.
d. Membentuk Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) yang berperan sebagai
penghubung antara Pemrakarsa Kegiatan (PT. Kapuk Naga Indah) dengan
masyarakat/instansi terkait.

6.4. REKOMENDASI PENILAIAN KELAYAKAN LINGKUNGAN

Berdasarkan hasil evaluasi dampak lingkungan rencana Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
seluas ± 870 Ha, serta arahan pengelolaan lingkungan hidup, maka dapat dinyatakan bahwa
rencana Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah tersebut yang berlokasi di Kawasan Pantai Utara
Jakarta, Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Kota Administrasi
Jakarta Utara layak lingkungan karena:

1. Dampak negatif yang akan muncul secara teknologi dapat ditanggulangi/dikelola;


2. Rencana pembangunan tersebut sangat banyak manfaatnya bagi masyarakat dan Pemerintah
Daerah sehingga nilai manfaatnya lebih besar dibanding biaya pengelolaan lingkungan yang
akan dilakukan.

Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) [VI – 24]


Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah

Anda mungkin juga menyukai