Anda di halaman 1dari 9

Lampiran 1

Penyimpanan aki bekas pada kegiatan perorangan dan/atau rumah di tempat yang memenuhi
syarat:
a) Tidak diperbolehkan mengeluarkan air aki dan membuangnya ke lingkungan;
b) Aki harus disimpan di tempat yang tidak terjangkau oleh anak-anak. Selambat-lambatnya
90 hari sejak dihasilkan kecuali di daerah yang tidak terjangkau untuk pengelolaan aki
bekas.
c) Aki bekas harus di bawa pada tempat-tempat “droping poin” yang telah ditetapkan oleh
pemerintah daerah kabupaten dan/atau pemerintah kota.

Persyaratan tempat penyimpanan aki bekas pada “droping poin” sebagai berikut:
a) Air aki tidak diperkenankan dibuang langsung ke lingkungan;
b) Sekurang-kurangnya pada tempat “droping poin” disimpan pada container yang tidak
bocor.

Gambar 1. Container

c) Penempatan aki bekas, disusun tidak terbalik pada container sehingga air aki tidak
keluar.
d) Bila disimpan pada ruangan langsung juga disimpan secara teratur, disusun tidak terbalik
dan bilamana diperlukan diikat satu dan lainnya.

Gambar 2. Packaging ULABs


Gambar 3. Packaging ULABs

e) Bila disimpan pada ruangan harus beratap dan ada ventilasi, lantai kedap air dan landai
kearah pit pengumpul, ada pit pengumpul bila ada ceceran cairan aki bekas.
f) Pit pengumpul yang mengandung air asam timah hitam harus diolah teterlebih dahulu
sebelum dibuang ke lingkungan.
g) Luas tempat penyimpanan aki bekas pada “droping poin” ≤ 75 cm2.
h) Adanya catatan penyimpanan aki bekas (jumlah dan lama penyimpanan)

Persyaratan penyimpanan aki bekas pada industry daur ulang:


1. Memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan jenis,
karakteristik dari aki bekas yang akan disimpan.
2. Terlindung dari masuknya air kajian baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai yang dilengkapi
dengan kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil
lainnya kedalam ruang penyimpanan.
4. Memiliki sistem penerangan (lampu atau cahaya matahari) yang memadai untuk
operasional penggudangan atau inspeksi rutin.
5. Dilengkapi dengan sistem penangkal petir.
6. Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (symbol) dan label sesuai dengan
karakteristik.
7. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak.
Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan dengan
kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur
sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir kearah menjauhi bangunan
penyimpanan.
8. Bila disimpan curah ada “water spray” untuk mencegah pencemaran udara.
9. Konstruksi dinding harus dibuat mudah lepas guna memudahkan pengamanan limbah B3
dalam keadaan darurat.
10. Konstruksi atap, dinding dan lantai harus tahan terhadap korosi dan api.
11. Tata letak penyimpanan aki bekas dapat dalam container kedap air, disusun dengan tidak
terbalik ketika ditemaptkan dan atau curah. Untuk yang curah harus ada pembatas bila
disimpan bersama-sama dengan limbah B3 jenis lainnya.
12. Disimpan dalam posisi tegak dan disortir berdasarkan ukuran. Sebelum diangkut ke
peleburan aki bekas, harus dipastikan bahwa pemindahan dilakukan menggunakan plastic
yang kedap yang dirancang khusus untuk mengangkut baterai bekas atau ditumpuk pada
palet dalam tiga atau empat lapisan tergantung pada ketinggian baterai bekas dengan
kardus diletakkan diantara setiap lapisan baterai bekas dan kemudian dibungkus erat dan
diikat untuk mencegah gerakan apapun selama pemindahan.
13. Pada bongkar muat limbah aki bekas didekatkan dengan penyimpanan limbah aki bekas,
dan truk yang meninggalkan tempat bongkar muat bannya dicuci air sebelum
meninggalkan lokasi tempat pemanfaatannya. Dan air cucian dialirkan ke water
treatment.
14. Pengangkutan aki bekas ke proses pemecahan aki bekas dilakukan dengan “belt
conveyer” dan atau dengan diangkut dengan container tetapi tidak diperbolehkan adanya
ceceran pada tempat perlintasannya.
15. Sarana lain yang harus tersedia:
a) Peralatan dan sistem pemadam kebakaran;
b) Pagar pengamanan;
c) Pembangkit listrik cadangan;
d) Fasilitas pertolongan pertama;
e) Peralatan komunikasi;
f) Pintu darurat, alarm; dan
g) Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan.

Pemecahan aki bekas adalah untuk memisahkan komponen plastic, asam dan logam, peleburan
fraksi logam dan pengambilan kotoran pada slag dan debu yang dihasilkan ditangkap oleh bag
house atau fasilitas penyaring dan akhirnya permurnian dan lempengan timbale untuk
menghilangkan kotoran yang tersisa di drossess dan mencetak timbal batangan murni (99,7%
atau 99,99%). Pemecahan ULAB dilakukan tidak secara manual tetapi dengan alat pencacah
baterai.

Gambar 4. Alat Pencacah Aki Bekas


Gambar 5. Gergaji/alat pemotong aki bekas

Alat untuk pemecahan aki bekas dengan alat “hammer mill”, dengan alat ini terjadi pemisahan
hydro-gravitasi yang baik dari komponen aki bekas yaitu menjadi plastic, kisi logam dan pasta.
Peralatan lain yang telah disetujui Badan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA) dari
Amerika, adalah gergaji baterai yang kerja cepat, efisien dan aman. Pada model ini juga ada
ventilasi untuk mencegah terhirupnya kabut asam. Gergaji melepas bagian atas baterai dan
mengekspos lempengan yang berisi kisi dan pasta. Kisi mudah dilepas dan ditempatkan dikotak
yang telah ditentukan dan siap untuk dilebur. Casing polypropylene dicuci dan dapat dijual ke
pendaur ulang plastic.

Rotary Furnance
Rotary Furnance adalah proses pirometalurgi yang cocok untuk operasi skala kecil (dengan
produksi timbal hingga 50.000 ton per tahun).

Tahap pertama dalam proses daur ulang adalah berdasarkan perolehan kembali baterai bekas dan
harus dikumpulkan lengkap dengan elektrolit baterai dan tidak dikeringkan. Baterai bekas harus
disimpan dalam posisi tegak dan disortir berdasarkan ukuran. Sebelum diangkut ke pelebur
baterai bekas, harus dipastikan bahwa pemindahan dilakukan menggunakan kotak plastic yang
kedap yang dirancang khusus untuk mengangkut baterai bekas atau ditumpuk pada palet dalam
tiga atau empat lapisan, tergantung pada ketinggian. Baterai bekas, dengan kardus diletakkan
diantara setiap lapisan baterai bekas dan kemudian dibungkus erat dan diikat untuk mencegah
gerakan apapun selama pemindahan.

Gambar 6. Rotary Furnance


Pada penggunaan Rotary furnance, tidak mudah melihat burner atau bagian dalam tungku karena
tertutup dengan tudung ventilasi dan saluran untuk menjaga kebersihan. Namun pada gambar,
tungku terdiri dari drum logam dilapisi dengan refraktori untuk melindungi drum logam selama
operasi peleburan. Burner yang bisa dinyalakan menggunakan minyak, atau gas atau campuran
bahan bakar dengan oksigen dan dapat dipasang di pintu atau dibagian belakang tungku. Lubang-
lubang tap dapat diletakan ditengah drum atau seperti yang terlihat di depan tungku. Dari sini
bisa terlihat slag dan lempengan timbale terekstraksi. Burner dapat dipasang dibagian belakang
tungku karena lebih hemat energy. Hal ini seperti dapat dilihat dalam diagram panas dari kompor
memiliki jalur ganda melalui tungku sebelum lolos ke buangan pembakaran.

Metode ketiga dari ekstraksi rotary furnance adalah memasukan muatan dari depan dengan
memiringkan drum tungku dari belakang. Selama peleburan dapat dilakukan dengan
menambahkan besi pada material, bisa berupa scrap baja seperti drum dan lempengan tipis baja.
Bilamana selama peleburan apabila sulfur tidak dihilangkan adalah bahwa “lead sulfat”
berkurang dengan adanya karbon yang terkandung dalam debu batubara yang dimasukkan ke
tungku untuk membebaskan timbale dan besi sulfide yang terbentuk akan ditangkap dalam slag.

Penambahan sodium karbonat ke dalam tungku juga membantu penangkapan sulfur saat
bereaksi dengan lead sulfat, besi dan karbon untuk melepaskan logam timbal membentuk besi
kompleks, senyawa sodium dan sulfur yang ketika akhirnya stabil dikenal sebagai Erdite slag.
Pada saat yang sama karbonmonoksida dan karbondioksida juga terbentuk. Karbonmonoksida
yang terbentuk juga dikonsumsi dalam operasi peleburan sebagai media pengurangan agen/zat.

Lead dioksida dalam pasta dikurangi oleh karbon pada suhu yang relative rendah menjadi lead
monoksida dan berkurang sendiri baik oleh karbon monoksida menjadi timbal logam dan karbon
dioksida, atau karbon menjadi timbal logam dan karbon monoksida. Proses ini akan
menghilangkan sulfur sampai 95% dari isi material.

Kalau besi dan sodium karbonat tidak ditambahkan pada campuran peleburan, maka lead sulfat
pada pasta akan berkurang menjadi lead monoksida tapi selain melepaskan karbon monoksida,
sulfur dioksida akan dilepaskan dan akan memasuki atmosfir kecuali dapat ditampung sebelum
dilepaskan melalui cerobong.

Desulfurisasi setelah peleburan


Ada dua pilihan untuk desulfurisasi setelah peleburan. Kedua pilihan memerlukan penggunaan
scrubbing tower dan bagi yang belum paham “scrubbing tower” pada dasarnya adalah sebuah
bejana baja tinggi yang memiliki solusi baik natrium karbonat atau kalsium karbonat
disemprotkan ke dalam bilik dari atas bejana tersebut.

Larutan alkali melewati ribuan penyaring plastic atau pengatur jarak yang efektif meningkatkan
luas permukaan cairan, sehingga memungkinkan lebih banyak kontak antara off-gas tungku
memasuki menara pada dasar dan larutan alkali.

Biasanya reaksi berupa penyerapan sulfur dioksidasi pada kalsium sulfat atau sodium sulfat, dan
pembebasan gas karbon dioksida. Kalsium dan sodium sulfat akan berada dalam larutan, tetapi
garam bisa didapatkan dengan cara yang sama dengan yang dijelaskan sebelumnya untuk
menghasilkan produk yang dapat dijual.

Scrubbing tower yang dikelola dengan baik akan menghilangkan 99% sulfur dioksida yang
terkandung dalam off-gas. Metode desulfurisasi yang baik bila dilakukan desulfurisasi pada
sebelum dan selama peleburan.

Pada rotary furnance miring, bila dilakukan tapping, maka asap atau debu yang dihasilkan
selama tapping dilakukan ditangkap oleh cerobong ventilasi.

Biasanya pada tapping yang dilakukan pada bagian depan rotary furnance kita akan melihat
“hygiene ventilation hooding” didepan drum dan saluran ventilasi pembakaran belakang drum.
Tetapi untuk rotary furnance dengan lubang ditengah akan sulit untuk menangkap semua asap
dan debu yang dihasilkan selama tapping karena emisi cenderung merayapi sekeliling drum dan
terlepas dan satu-satunya solusi yang efektif adalah dengan mengkotaki seluruh tungku dan
memberi ventilasi pada kotak tersebut.

Setiap asap atau debu yang dihasilkan pada setiap tahap proses daur ulang akan berventilasi
melalui saluran ke bagian penyaring atau bag-house, dimana debu diambil, dikumpulkan dan by-
product dikembalikan ke tungku dengan muatan berikutnya.

Cara kerja “bag-house”


Off-gas tungku keluar dari lubang drum ke dalam ruang pembakaran dan kemudian kotak drop-
out, yang secara efektif memperlambat kecepatan gas untuk memungkinkan setiap partikel besar
untuk benar-benar “putus” dan jatuh ke lantai ruangan. Gas yang sarat dengan dengan debu
kemudian melewati kantung penyaring, berbentuk seperti kaos kaki, dari dalam ke luar,
meninggalkan partikel debu dibagian dalam “kaos kaki”, gas-gas menjadi bersih memenuhi
standar emisi kemudian dapat dikeluarkan ke atmosfir.

Pada interval tertentu satu kompartemen di bag-house akan menutup dan memungkinkan debu
yang dikumpulkan untuk udara yang bebas getaran atau guncangan dari lapisan penyaring.
Selama operasi ini kompartemen lain di bag-house akan membuka dan menyaring debu dari off-
gas tungku. Debu-debu yang dikeluarkan dari bag-house melalui katup non-returnable ke drum
pengumpul dan bahan dikembalikan ke tungku untuk didapatkan timbalnya.

Residu tungku/slag
Operasi daur ulang yang baik akan menghasilkan kandungan timbale sangat rendah dalam slag
tungku, hingga 1% atau kurang, namun di banyak negara slag masih diklasifikasikan sebagai
limbah B3 demikian juga di Indonesia. Slag timah hitam harus dikelola sesuai dengan peraturan
perundangan pengelolaan limbah B3.
Slag dimanfaatkan untuk batako:
Pemanfaatan slag untuk batako dengan mencampurnya dengan bahan bangunan lain sehingga
bila diuji TCLP-nya bisa memenuhi persyaratan dan melakukan uji tekan serta uji bahan
bangunan yang ditetapkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
K3 di industry daur ulang aki bekas
Pelaksanaan K3 dengan baik adalah hal penting untuk meminimalkan resiko paparan timbal di
tempatnya antara lain:
1. Selalu memakai Alat Pelindung Dini (APD) yang sesuai dengan pekerjaan. Penting untuk
setiap peleburan timbal sebagai persyaratan minimum dengan memakai helm kerja, kaca
mata dan respirator debu.
2. Pakaian kerja bersih harus dipakai setiap hari atau gilirannya.
Jika masker debu dan respirator yang bukan neoprene, pilihlah masker dengan katup
buang untuk mengurangi masalah kondensasi. Paling penting dari respirator adalah pas
dipakainya. Meskipun respirator neoprene dan masker akan cukup untuk sebagian besar
tugas-tugas di peleburan, ada pekerjaan tertentu yang memerlukan tingkat APD yang
lebih tinggi, yaitu bekerja di bag-house untuk alas an apapun. Ketika bekerja di bag-
house menggunakan masker wajah penuh dan tertutup semuanya.
Hal yang paling penting buat pekerja adalah bahwa ketika pekerja telah selesai dengan
pekerjaannya mereka harus mandi dan menghilangkan debu sebelum mereka melepas
peralatan pelindung.
Pada saat ini banyak tungku “tapping” dikendalikan dari jauh, tapi dimana perlu untuk
“tapping” tungku secara manual , APD lengkap yang melindungi terhadap panas dan
percikan logam cair serta kedok wajah penuh dan sarung tangan kulit harus dipakai.
3. Pakaian kerja bersih harus dipakai setiap hari atau giliran
Dengan menyediakan APD yang sesuai dan pakaian kerja bersih, maka fasilitas laundry
yang memadai harus diadakan, apakah yang ada di dalam atau diluar lokasi, dan ruang
ganti harus bersih dan bebas dari debu.
Sisi ruang ganti yang bersih dan pabrik harus dipisahkan sehingga pakaian kerja dan
pakaian bersih yang dipakai untuk pulang tidak dicampur dan semua pekerja harus mandi
diakhir hari atau giliran (sebelum kembali ke rumah).
Kamar mandi harus dibersihkan secara teratur dan selalu disediakan sabun. Semua
pakaian karyawan harus ditinggal di pabrik dan pekerja harus mengenakan pakaian bersih
mereka sebelum sendiri ketika mereka meninggalkan pekerja sebelum kembali ke rumah.
4. Beri ventilasi pada ruang control dengan udara yang disaring HEPA dan
mempertahankan tekanan positif untuk memastikan debu tidak masuk ruangan saat staf
memasuki dan meninggalkan ruang control.
5. Sebuah kantin dengan tekanan positif dan udara disaring HEPA.

Pengelolaan elektrolit
Idealnya, eletrolit baterai didapatkan kembali, direkondisi dan dikembalikan ke pabrik aki untuk
mengisi baterei baru. Namun, hanya beberapa pendaur ulang yang memiliki proses ini dan
mahalnya investasi untuk peralatan yang dibutuhkan hingga proses rekondisi layak untuk
dilakukan. Salah satu proses yang dapat dilakukan seperti di Guatemala;
 Ditampung limbah elektronik dalam kolam yang dangkal dan cairan dapat menguap.
Perlu untuk memasang atap polikarbonat untuk memastikan bahwa kolam tidak tumpah
pada musim hujan, dan tentu saja, atap untuk pembuangan effluent ke lingkungan, maka
eletrolit asam perlu dinetralkan dan ada 3 cara sebagai berikut:
a) Ditambahkan natrium hidroksida ke elektrolit untuk menghasilkan sodium sulfat
dan air, dan dengan cara yang sama, sodium karbonat dapat ditambahkan untuk
memproduksi sodium sulfat dan air, tetapi proses ini juga akan menghasilkan
karbondioksida.
b) Sodium sulfat, digunakan dalam pembuatan kaca, sabun dan deterjen, tetapi
pemurnian melibatkan distilasi vakum serta membutuhkan peralatan yang mahal.
c) Pada dasarnya kapur atau kalsium hidroksida ditambahkan ke elektrolit asam dan
dicampur secara menyeluruh untuk mengendapkan kalsium sulfat, yang lebih
dikenal dengan gapsum. Gapsum dapat dijual ke industri semen.

Penanganan Dioxin Furan


Fraksi organik yang terkandung dalam aki bekas; biasanya polypropylene atau ABS, dan
pemisah lempengan baterai, biasanya berbasis polyester, kekhawatiran akan kemungkinan
pembentukan furan dan dioxin. Faktanya adalah bahwa bahan casing baterai dapat diperoleh
kembali dan didaur-ulang, tetapi kebanyakan lempengan pemisah berbasis organik sulit dan tidak
ekonomis untuk didaur ulang dan sering kali dibuang ke TPA Limbah B3, tapi bila hukum
memperbolehkan, adalah mungkin untuk menambahkan pemisah organik ke dalam tungku dan
kandungan karbon dari plastik akan bertindak sebagai agen pereduksi dalam proses peleburan.
Sebelumnya banyak baterai yang menggunakan pemisah PVC, dan karena itu ketika pemisah
tersebut dimasukkan ke tungku akan memunculkan klorin di tungku. Furan dan dioxin terdiri
dari atom karbon, oksigen dan klorin, sehingga pemanfaatan pemisah organik dalam tungku
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga resiko pembentukan dioxin dan furan dapat dihindari
atau diminimalkan.

Dioxin dan furan tidak dapat dibentuk tanpa adanya klorin, sehingga memastikan bahwa tidak
ada senyawa yang mengandung klorin dimasukkan ke tungku adalah hal mendasar yang harus
dilakukan untuk menghilangkan resiko. Baterai yang dihasilkan saat ini tidak mengandung
pemisah PVC, sebuah cara telah diperkenalkan untuk menghilangkan resiko pembentukan furan
dan dioksin.
Gambar 7. Rantai kimia Dioxin dan Furan

Namun demikian, bahkan jika aki bekas


lama didaur ulang dan pemisah PVC ada
pada materi yang dibuang. Jika suhu tungku
dipertahankan di atas 450°C, setiap dioksin
dan furan yang terbentuk akan terurai. Oleh
karena itu, alasan mengapa tungku
peleburan harus dipanaskan pada suhu diatas
450°C atau setelah burner harus dipasang
dalam aliran off – gas untuk memanaskan
off-gas diatas 450°C, sehingga
menghancurkan setiap dioksin dan furan
yang terbentuk sebelum mereka mencapai
cerobong dan dibuang ke atmosfir.

Anda mungkin juga menyukai