Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH SISTEM PENAMBANGAN

NAMA : RAY RAHMAT


NIM : 4521046014
KELAS : A/ TEKNIK PERTAMBANGAN
REFERENSI I

PERTAMBANGAN BATUBARA

Pekerjaan pertambangan meliputi:


1. Desain perencanaan tambang & lay out
2. Stripping: Pembukaan lahan, pengupasan top soil, penumpukan top soil,
over burden drilling &
blasting, pengupasan over burden & over burden dumping and re-
contouring.
3. Produksi: Drilling & blasting, transportasi dari pit ke stockpile, transportasi
dari stockpile ke fasilitas pemprosesan (Crushing, screening, washing) &
pemindahan/pemuatan ke tongkang/kapal
(barges/ships)
4. Rehabilitasi: Memindahkan topsoil dari penumpukan topsoil ke area
rehabilitasi, spreading & re-
contouring dari topsoil & revegetasi dari topsoil.

Aspek Lingkungan & K3 Penambangan Batubara:

A. Pengelolaan Limbah Padat & Limbah B3


Perusahaan harus mengidentifikasi & mendaftar semua limbah (padat
& B3) yang ada di area kerja (ex: oli bekas & aki bekas), setelah itu dilakukan
evaluasi resiko setiap jenis limbah B3 dan dibuat SOP ( yang memenuhi semua
syarat hukum, peraturan perundangan yang berlaku & peraturan perusahaan)
untuk mengendalikan limbah B3 yang ada.
Semua limbah B3 harus disimpan dalam areal yang memiliki tanggul
(bunding) atau dalam tempat yang aman. Areal harus memenuhi persyaratan
desain yang ditetapkan & diberikan identifikasi khusus.
Hal yang perlu diperhatikan:
 Aki bekas (Lead Acid Battery), harus dikirim ke pengumpul aki yang
bersertifikat (memiliki izin & diakui)
 Dilarang membuang aki bekas on-site
 Sebelum dikirim, air asam dalam aki harus dikeluarkan, lalu dinetralisir
dan diencerkan dengan air sebelum dibuang ke settling pond
 Baterei jenis lain (nickel cadmium) bias dibuang di tempat sampah
yang berlabel B3
 Semua limbah B3 harus dibuang di daerah yang telah diberi izin &
tidak boleh dibakar.
Penanganan limbah karet:
        Ban bekas tidak termasuk limbah B3 tetapi diperlakukan khusus, bisa
dibuang di disposal
        Sedangkan karet bekas tidak boleh dibakar
        Conveyor belt & hydrolic hose bekas harus diperlakukan khusus
dengan dipilah mana yang
mengandung oli atau material B3 lain, harus dibersihkan dulu sebelum
dibuang ke disposal

B.                Pengelolaan Acid Mine Drainage (AMD)


AMD umumnya muncul dari batuan yang mengandung pyrite, yg jika
terekspos O2 (udara) saat penambangan maka akan teroksidasi membentuk
asam sulfat. Jika ada curah hujan yang cukup maka asam akan menimbulkan
timbunan dalam bentuk lindi (leachate). Proses tersebut dinamakan AMD.
Strategi komprehensif mengendalikan AMD:
1. Pengelompokan batuan berdasarkan potensi asamnya, dengan tes NAG
(Net Acid Generation) yang akan menghasilkan klasifikasi:
         NAF (Non Acid Forming)
         PAF (Potencially Acid Forming)
2. Penanganan selektif batuan sisa oleh operator penambangan, batuan
PAF ditempatkan di tengah tumpukan dan NAF di sekeliling tumpukan.
3. Menutup/isolasi batuan PAF di dalam disposal (waste dump) untuk
meminimasi masuknya O2 ke dalam disposal dan mengurangi
pembentukan asam.
Untuk mencegah timbulnya AMD atau danau dengan pH rendah, tidak boleh
terjadi genangan air 1 pit yang lama jika ada batubara yang terbuka (exposed).
Batubara yang terbuka harus ditutup dengan topsoil atau material OB sebelum
pit digenangi air.

C.                  Pengelolaan Limbah Cair


Pengelolaan limbah cair seperti Pit wastewater, mine tailing dam biasa
dilakukan melalui settling pond. Sebuah settling pond adl kolam yang digunakan
utk mengendapkan Lumpur & sisa asam yg lolos dr proses netralisai AMD.
Spesifikasi Settling Pond
Parameter Tipe Kolam
Aerobic low Aerobic Aerobic Aerobic Aerobic Aerated
rate high rate maturation anaerobic pond lagoon
facultative
Aliran air Intermittent- Intermittent- Intermittent- Lapisan Tercampur
campuran campuran campuran permukaan penuh
campuran
Luas < 10 0,5 – 2 2 – 10 2 – 10 0,5 – 2 2 – 10
(Acre)
Waktu 10-40 4-6 5-20 5-30 20-50 3-10
detensi
(hari)
Kedalaman 3-4 1-1,5 3-5 4-8 8-16 6-20
(feet)
PH 6,5-10,5 6,5-10,5 6,5-10,5 6,5-8,5 6,5-7,2 6,5-8
Suhu (C) 0-30 5-30 0-30 0-50 6-50 0-30
D.                  Pengelolaan Reklamasi Lahan & Penanaman Kembali
Semua lahan yang dieksploitasi penambangan harus direhabilitasi
(dikembalikan ke fungsi semula yang aman & produktif). “Persyaratan
Pemerintah”. Beberapa pit akan diisi dengan waste rock, dan yang lain menjadi
danau. Penanaman kembali biasanya dilakukan di atas topsoil yang telah
dipindahkan.
Sebelum memindahkan OB, maka topsoil terlebih dahulu dipindahkan ke
tempat yang aman (yang direncanakan untuk ditanami kembali). Lapisan topsoil
sekitar 1 m ketebalannya. Penumpukan kembali tidak boleh melebihi 3 m untuk
mencegah terganggunya kesuburan tanah.
1. Topsoil (tanah yang mengandung unsur organik)
Warnanya biasanya coklat muda, tebalnya sekitar 0,5 m. Mengandung
unsur hara, akar, dan mikroorganisme yang berguna untuk revegetasi.
2. Subsoil (lebih sedikit unsur organiknya)
Warnanya biasanya agak kekuningan dan merupakan tanah lempung.
Juga dibutuhkan untuk revegetasi & penting untuk membangun penutup
dam (Sebagai tanah kompak).
3. OB diangkut dari pit dengan HD (haul truck) sedekat mungkin dengan
bentuk final dump untuk mengurangi pembentukan dengan bulldozer
(meminimasi biaya).

E.                  Gudang Bahan Peledak & Proses Peledakan


Setiap gudang handak harus dilengkapi dengan:
1. Termometer dalam ruang penimbunan
2. Tanda “DILARANG MEROKOK” dan “DILARANG MASUK BAGI YANG
TIDAK BERKEPENTINGAN”
3. Hanya 1 jalan masuk
4. APK yang diletakkan di tempat yang mudah dijangkau di luar bangunan
gudang.
Hal penting:
 Sekitar gudang harus dilengkapi lampu penerangan & dijaga 24 jam oleh
orang yang dapat dipercaya
 Rumah jaga harus dibangun di luar gudang & dapat mengawasi sekitar
gudang dengan mudah
 Sekeliling lokasi gudang harus dipasang pagar pengaman yang dilengkapi
pintu yang dapat dikunci
 Penerangan portable di dalam gudang yang diperbolehkan adalah lampu
senter kedap gas.
 Dilarang memakai sepatu beralas besi ke dalam gudang, membawa korek
api atau barang yang dapat menimbulkan api ke dalam gudang
 Sekeliling gudang handak peka detonator harus dilengkapi tanggul yang
tinggi=2m & lebar bagian atas=1m.
 Ketentuan untuk gudang Amonium Nitrat & ANFO:
o Kapasitas < 5000 kg, bagian dalam gudang harus dipasang
pemadam api otomatis pada bag. Atasnya
o Kapasitas => 5000 kg harus dilengkapi Hidran di luar gudang
dengan sumber air bertekanan.
 Aturan bangunan merujuk pada KepMen 555 K/26/M.PE/1995 (Pasal 55
s/d 61)

F.                  Pengelolaan Conveyor Belt & Crusher


1. Conveyor Belt (CB)
 Adalah rangkaian ban berjalan yang digunakan untuk
memindahkan batubara (bahan tambang, komoditi) untuk jarak
yang cukup jauh (misal: dari stockpile ke port).
 Dilarang digunakan untuk jalan angkutan orang.
 Harus dilengkapi tali darurat pada lokasi yang mudah dijangkau
untuk menghentikan darurat.
 Roda penggerak (head pulley) & roda pembalik (tail pulley) harus
dilengkapi pagar pengaman.
 CB yang tinggi harus dipasang pagar pengaman (orang yang
melakukan perawatan & pembersihan saja yang boleh masuk).
 Dilarang mengungkit CB yang sedang operasi, kecuali bila
dilengkapi pengungkit mekanis.
 Dilarang membersihkan roda dan ban selama beroperasi.
 Sarana pelumasan jarak jauh harus tersedia.

2. Crusher
 Adalah alat untuk memperkecil ukuran komoditi sampai ke bentuk
& ukuran yang sesuai pesanan, biasa digunakan untuk batubara
maupun quarry (rock).
 Memenuhi peraturan yang ada (Permenaker no.4 tahun 1985):
machine guarding/alat pelindung, emergency stop & rambu
“Daerah crusher sebagai daerah terbatas”.
 Saat operasi harus ada tanda (lampu) yang menyatakan sedang
operasi
 Penurunan kebisingan dilakukan dengan metode rekayasa & APD
pada operatornya.

G.                 Desain Drainase, Oil Trap, Fuel Trap, Sediment Trap & Food
Trap
Oil Trap
Oil trap adl sarana untuk memisahkan oli dr air buangan, sebelum air
buangan masuk ke settling pond atau badan air lain. Dibuat sesuai dengan
kapasitas pembuangan limbah yang ada dari workshop (bays). Sebelum
memasuki oil trap, air buangan yg masih mengandung Lumpur & tanah harus
melalui sediment trap. Jika oli yg bercampur dg tanah memasuki oil trap,
maka fungsi oil trap akan menurun, sebab tanah akan mengikat oli untuk
mengendap ke dasar tangki. Oil trap harus dipelihara & diinspeksi pd periode
tertentu untuk menjamin keefektifannya.
Oil trap juga berfungsi utk menangkap hidrokarbon lainnya (solar, minyak
sawit,dll). Pada pembuangan sampah dr dapur, maka khusus disediakan food
trap utk mencegah limbah padat memasuki saluran air menuju pengolahan
limbah atau ke settling pond.
Drainase
Drainase yang ada di sekeliling workshop hrs memperhitungkan curah
hujan yg ada. Drainase untuk air hujan (Strom water) & pengumpulan oli
sebaiknya dibuat terpisah utk efektifitas oil trap.

H.                  Desain Tambang Yang Aman & Ramah Lingkungan


1. Memenuhi persyaratan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
sebelum proyek berlangsung, misalnya: persyaratan disposal overburden,
benching, safety berms/tangggul, road/ramps, loading point & sumps.
2. Tinggi Bench tidak boleh >8 m, lebar minimum 3 m.
3. Safety berms harus dibuat di daerah-daerah yang rawan longsor, di tepi
jurang & daerah yang terjal (tebing) untuk mencegah kendaraan atau alat
tambang & manusianya scr tdk sengaja/sengaja mengalami insiden.
Tinggi disesuaikan dengan kondisi jalan yang ada & kendaraan yang
digunakan (minimum 75% tinggi roda kendaraan yang melewati)
4. Jalan & jembatan (road/ramps) harus dibuat aman untuk dilewati dengan
sesedikit mungkin debu. Untuk mengurangi debu, harus dilakukan
penyiraman berkala.
5. Jalan memiliki kapasitas yang memadai untuk kendaraan yang lewat
(berat / lebar kendaraan). Di setiap persimpangan harus diberi tanda-
tanda yang memadai. Batas kecepatan harus dinyatakan di setiap daerah
jalan atau ujungnya. Batas tonase jembatan harus tercantum di ujung
jembatan
6. Jalan di tambang adalah tertutup untuk umum, kecuali atas izin Kepala
Teknik Tambang
7. Harus ada prosedur pemeliharaan jalan untuk mencegah kerusakan,
longsor & deteriorasi yg
mengakibatkan kondisi berbahaya bagi pengguna jalan.
8. Jika memungkinkan, lampu penerangan di jalan tambang harus sll
tersedia, khususnya untuk jalan yang digunakan di dalam pit, terutama
yang dinyatakan rawan & berbahaya (kendaraan biasa terjebak/longsor)
9. Penggunaan jalan harus memungkinkan:
a. Water truck lewat & berputar untuk menyiram jalan
b. Grader & compactor serta peralatan lain melakukan road
maintenance
c. Kendaraan yang rusak untuk menepi
d. Lalu lintas 2 arah dari peralatan tambang

I.                 Persyaratan Daerah Kerja (Restricted Area) – Termasuk


Induction Training
Daerah tambang adalah daerah terbatas yang terlarang untuk umum. Kep
Men 555K/26/M.PE/1995 secara tegas menyatakan bahwa dilarang untuk
memasuki suatu lokasi kegiatan usaha pertambangan, kecuali mereka yang
bekerja atau mendapat izin (Pasal 3).
Untuk itu perlu:
1. Papan peringatan atau rambu-rambu yang menyatakan batas wilayah
pertambangan, bila perlu dipasang pagar pembatas (pengaman) untuk
memisahkan daerah tambang dari wilayah umum.
2. Menyediakan jalan khusus untuk umum jika tidak ada jalan lain yang
memungkinkan untuk umum.
3. Induksi (pengenalan) tentang keselamatan & berbagai aturan yang
berlaku di tempat kerja kepada orang/pekerja sebelum memasuki area
pertambangan. Induksi diberikan oleh safety officer atau orang yang
ditunjuk sebelum pekerja atau tamu memasuki area
Isi induksi:
a. Kebijakan dasar perusahaan tentang K3 & lingkungan
b. Bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja
c. Ketentuan K3L yang berlaku

J.                   Pengelolaan Surat Izin Bekerja


Sebelum melakukan pembersihan lahan (pemotongan pohon dsb) harus
mendapat izin kerja yang ditandatangani oleh Kepala Teknik Tambang. Izin
dikeluarkan dalam bentuk tanda pengenal yang harus dikenakan oleh semua
pekerja saat berada dalam wilayah tambang. Tanda pengenal bisa berfungsi
sebagai pengenal terhadap izin-izin mengemudi dan mengoperasikan alat.
Izin kerja khusus:
1.       Hot work permit
2.       Safe work permit
3.       Lock-out/Tag-out
4.       Confined space permit

K.                  Pengelolaan & Persyaratan Kendaraan & Alat Berat Serta


Operatornya (Izin Operasi Alat)
Kendaraan yang digunakan di tambang harus memiliki sistem
pemeriksaaan harian atau sistem lainnya yang dianggap perlu (sesuai identifikasi
bahaya & penilaian risiko). Perusahaan harus menetapkan tanda-tanda
identifikasi untuk:
1.       Kendaraan ringan
2.       Alat berat beroda
3.       Alat berat dengan rantai (track link)
4.       Peralatan lain.

Tanda pengenal biasa berupa:


1.       Tongkat & bendera
2.       Lampu (fixed & rotary)
3.       Warna kendaraan
4.       Pemberian nomor/tanda identifikasi lain
L.                  Pengelolaan & Persyaratan Bengkel (workshop)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Washbays, lighting, lay out, screening/partisi, housekeeping
2. Harus dilengkapi dengan oil trap dan sediment trap (untuk menangkap
pasir & Lumpur agar tidak masuk ke oil trap).
3. Lantai bengkel permanen (bukan field workshop) harus terbuat dari bahan
yang kedap (diperkeras) untuk mencegah pencemaran oli ke tanah
4. Harus memiliki fasilitas: kamar mandi, toilet & cuci, locker untuk ganti
mekanik, kantor untuk kegiatan administrative, pencucian unit sebelum ke
bengkel
5. Tangki – tangki solar (BBM) & hidrokarbon lainnya di atas 200 liter harus
dilengkapi tanggul untuk mencegah pencemaran jika terjadi tumpahan.
Halaman & tempat penyimpanan harus dijaga kebersihannya.
6. Sedapat mungkin dilakukan penghijauan untuk menjaga estetika bengkel
& mempertahankan semangat kerja karyawan
7. Penerangan yang memadai
8. Layout tertata sedemikian rupa sehingga meminimasi kemungkinan
kecelakaan & meningkatkan produktifitas
9. Partisi/screening dipasang untuk setiap pekerjaan pengelasan (hot work)
untuk mencegah loncatan bunga api mengenai bahan mudah terbakar
yang mungkin ada.

M.                 Pengelolaan & Persyaratan Stacking, Storage & Material


Handling
Perusahaan harus menetapkan pengelolaan & persyaratan untuk
Penumpukan, Penyimpanan, dan Penanganan semua jenis material yang ada di
site seperti:
1.       Bulk storage of hazardous chemical substances-warehouse
2.       Fuel tanks
3.       Bunding of storage areas
4.       Semua bahan kimia berbahaya yang mungkin digunakan (misal:
solar, bensin, oli, dll)
Warehouse
1. Penggunaannya adalah untuk material-material padat, spareparts dan
bahan yang sering digunakan lainnya.
2. Bensin dan thinner tidak boleh ditempatkan di ruang tertutup tanpa
ventilasi (titik uapnya rendah <0 derajat C). Keduanya mudah menguap
sehingga tidak dianjurkan untuk ditempatkan dalam wadah plastic yang
mudah rusak
3. Penempatan drum & tangki harus mengikuti aturan penyimpanan
hidrokarbon (> 200 liter dilengkapi tanggul pencegah kebocoran &
tumpahan)
4. Penumpukan drum di luar WH harus dengan rapih (bisa horizontal atau
tegak), dengan syarat mudah dijangkau & tidak menimbulkan bahaya
kecelakaan saat pengangkutan atau pemindahan.
5. Drum isi sebaiknya ditumpuk tegak & yang kosong boleh diletakkan
horizontal. Penggunaan palet adalah wajib, khususnya untuk
transportasi menggunakan forklift.
6. Semua bahan kimia yang digunakan harus tersedia MSDSnya (harus
menjadi pra-syarat bagi supplier).
MSDS akan menentukan bagaimana pengelolaannya:
a. Penyimpanan (jumlah besar / kecil)
b. Pemakaian
c. Mengatasi tumpahan
d. Cara membuangnya
Perusahaan harus menetapkan prosedur yang sesuai dengan MSDS
tersebut
7. Penyimpanan besar (bulk storage) adalah penyimpanan dengan kapasitas
> 500 liter (fixed maupun mobile).
8. Tanggul harus memenuhi syarat 110% dari kapasitas tangki terbesar

N.                  Pengelolaan Alat/Fasilitas Listrik & Peralatan Listrik Portabel


 Semua fasilitas & bangunan yg ada di tambang ( termasuk pemasangan
grounding, pembatas arus listrik, earth leakage protection & penyalur
petir) harus dilengkapi dengan grounding dan penangkal petir (maks
tahanan 5 ohm) untuk mencegah kerusakan alat & elektostatik yang
muncul.
 Untuk transfer bahan bakar & mudah terbakar lainnya, diperlukan bonding
untuk mencegah penumpukan listrik static yang rawan kebakaran &
ledakan.
 Pencegah arus berlebih (circuit breaker) harus dipasang utk mencegah
kebakaran akibat arus berlebih ataupun hubungan singkat (short circuit).
 Semua sambungan listrik harus dalam keadaan rapih & permanent (tidak
ada sambungan/kawat sementara yang bias menimbulkan panas).
 Sebisa mungkin kabel yang bersliweran harus dimasukan dalam
pembungkus atau tray.
 Earth leakage protection adl system yang memutuskan hubungan listrik
bila sambungan mengenai manusia (>5 mA), dikenal baik di Australia.
 Alat-alat listrik yang digunakan di areal tambang harus tercatat dan
diberikan tanda identifikasi yang jelas (serta tanggal pemeriksaannya).
Dilakukan dengan memberi tag pada kabel atau alat tersebut.
 Alat listrik portable (gerinda tangan,bor,dll) harus ditetapkan jadwal waktu
pemeriksaannya. Alat tsb disarankan mempunyai dobel insulasi yang
mencegah penggunanya untuk kontak dengan arus listrik.

O.                 Pengelolaan Kesehatan Karyawan

Pemeriksaan kesehatan dilakukan sebelum kerja, berkala (setahun


sekali, kecuali atas rekomendasi khusus dokter kesja), dan sesudah keluar
untuk memastikan bahwa pekerja sehat sebelum, selama dan tidak ada penyakit
yang dibawa sesudah bekerja di perusahaan.
Pemeriksaan kesehatan khusus meliputi:
1. Pemeriksaan paru-paru terhadap gejala silicosis & pneumoconiosis akibat
debu batubara
2. Pemeriksaan audiometric (utk operator alat berat & mekanik)
3. Pemeriksaan mata (rabun jauh, dekat & gelap) khususnya untuk para
pengemudi & opr. Alat.

P.                  Pengelolaan Perumahan & Sanitasi


Perumahan
 Harus memiliki sarana MCK yang bersih, memadai & memenuhi syarat
hygiene
 Pemeriksaan MCK dilakukan khusus (wet area check)
 Dapur harus memiliki system pembuangan limbah domestic yang
memadai
 Perusahaan harus menetapkan sarana pemeriksaan hygiene &
pengendalian penyakit di lingkungan perumahan.
Workshop
 Harus memiliki sarana MCK
 Harus disediakan sarana locker yang memadai & tempat makan yang
bersih

Q.                 Pengelolaan & Persiapan Keadaan Darurat (Emergency


Preparedness Plan – EPP)
EPP minimal meliputi:
1.       Persiapan menghadapi kecelakaan kerja
2.       Persiapan menghadapi kebakaran
3.       Persiapan menghadapi bencana alam (termasuk tanah longsor)
4.       Persiapan menghadapi huru-hara/demonstrasi (amuk massa)
5.       Penanggulangan keamanan (security check points)
Perusahaan menetapkan pengendali keadaan darurat (commander) dan seksi-
seksi khusus yang diperlukan di dalamnya, minimal meliputi:
1.       Seksi pemadaman (penanggulangan keadaan darurat)
2.       Seksi pertolongan pertama (P3K)
3.       Seksi Evakuasi
4.       Seksi keamanan
5.       Seksi komunikasi
 Perusahaan harus menetapkan sistem informasi yang sesuai dengan
kondisi lapangan untuk mengatasi keadaan darurat.
 Commander (ditunjuk oleh Kepala Teknik Tambang) akan menetapkan
kondisi darurat dalam status tertentu (siaga 1, 2 atau 3) sesuai dengan
kesepakatan di site & akan melakukan kendali dalam fase-fase keadaan
darurat.
 Semua karyawan harus mengikuti pelatihan & simulasi keadaan darurat
yang dilakukan secara berkala (minimal setahun sekali).
 Semua karyawan, tamu, sub-con wajib dijelaskan mengenai EPP yang
berlaku
 Seksi komunikasi bertugas sbg juru bicara dari pengendali commander
(baik internal maupun eksternal) untuk mengumumkan fase-fase keadaan
darurat & menjelaskan kepada pihak umum tentang situasi yang terjadi.

R.                  Persyaratan Pengapalan


 Pemindahan komoditi dari port ke ponton atau kapal harus mengikuti
prosedur yang aman dan telah ditetapkan oleh perusahaan (Kepala
Teknik Tambang) dalam hal: spillage control, loading process & loading
capacity.
 Harus ada regu untuk mengatasi tumpahan
 Semua pemindahan barang harus menggunakan prosedur yang aman
dan dilakukan identifikasi bahaya & penilaian resiko sebelum menetapkan
prosedurnya.
 Dalam setiap pemindahan komoditi atau peralatan harus ada regu yang
siap bertindak jika terjadi keadaan darurat (kapal tenggelam, peralatan
jatuh ke laut/sungai, dsb).

S.                  Persyaratan Komunikasi


Perusahaan harus menetapkan sarana komunikasi yang tepat, seperti:
 Radio communication
o Merupakan sarana yang vital, harus ditetapkan berdasarkan ketentuan
kepala teknik tambang. Harus ada jalur komunikasi khusus yang
hanya digunakan saat keadaan darurat.
 Pertemuan P2K3
o P2K3 merupakan hal yang wajib di tambang, terdiri dari unsur
manajemen & wakil karyawan. Pertemuan minimal 1 X sebulan.
Notulen pertemuan harus tercantum di papan informasi K3LH.
 Papan informasi K3LH
 Safety talk (sarana informasi 2 arah yang disampaikan oleh supervisor
atau safety officer), dll
T.                  Umum
1.       Persyaratan Kode Warna
Kode warna yang dipakai adalah kode warna internasional
No. Daerah / Penggunaan Warna
1 Demarkasi, pelindung mesin, tangga, susuran tangga, Kuning
lemari cairan mudah terbakar
2 Daerah jalan (clear walk way) Hijau
3 Tempat meletakan barang Abu-abu
4 Daerah kerja Biru
5 Daerah bebas (keep clear areas) Merah
6 Peralatan kebakaran Strip Merah-putih
7 Peralatan safety (K3) Strip Hijau-Putih
8 Identifikasi bahaya (atap rendah, ruang Strip Hitam-
sempit,cekungan) Kuning
9 Distribusi listrik, peralatan berputar Oranye
10 Tempat sampah standar Hijau gelap,
tulisan putih
11 Tempat sampah metal Biru muda, tulisan
hitam
12 Tempat sampah karet Hitam, tulisan
putih
13 Tempat sampah bahan mudah terbakar Kuning, tutup
hitam
14 Tempat sampah Asbestos Merah muda
(pink)
Jalur Perpipaan
15 Air Hijau
16 Uap Perak - abu-abu
17 Oli, solar, minyak sawit, cairan lain mudah terbakar Coklat
18 Gas, LPG, bahan uap lain yang ditransportasi Kuning tua
19 Asam & basa Ungu
20 Udara Biru muda
21 Cairan lain (termasuk drainase) Hitam
22 Pemadam api (hidran, alat lain) Merah
23 Jasa berbahaya Kuning
24 Listrik Oranye muda
25 Komunikasi Putih

2. Persyaratan Ladders, Stairs & walkways


Sususan tangga harus berwarna kuning, dengan tinggi susuran minimum
80 cm, maksimum 120 cm. Tangga portable harus selalu diperiksa &
dalam keadaan baik
3. Persyaratan Perancah
4. Persyaratan alat & peralatan angkat
Harus diperiksa minimum 3 bulan sekali. Hook & sling harus diberi kode &
metode identifikasi pemeriksaan.
5. Persyaratan machine guarding
Harus memenuhi regulasi standar, khususnya yang tertera pada
Permenaker No. 4 tahun 1985.
6. APD
Yang digunakan harus senantiasa dalam keadaan baik. Pembeliannya
harus melibatkan wakil karyawan & diuji coba sebelumnya untuk
mengetahui kenyamanan & keamanan dari pemakainya.
REFERENSI II

1. Eksplorasi

Kegiatan eksplorasi adalah kegiatan yang menunjang peran pokok


dalam melokalisasi atau menemukan daerah yang mempunyai potensi bha
galian yang bernilai ekonomis. Menentukan suatu daerah prospek adalah
merupakan tahapan yang penting dalam kegiatan eksplorasi. Dalam kaitan
dengan barubara, eksplorasi batubara merupakan suatu proses kegiatan
untuk menentukan lokasi endapan batubara yang prospek untuk
dikembangkan, di mana selama pelaksanaan program akan dilakukan
pengambilan contoh batubara (coal sampling) untuk dievaluasi dan dianalisis
di laboratorium baik dengan pendekatan analisis kimia maupun analisis fisika
agar kualitas dan kuantitas batubara tersebut dapat diketahui denga pasti.
(Blayden and Goodwin, 1982)
2. OB Removal
Overburden removal adalah kegiatan memindahkan material bongkaran
dari alat gali (excavator jenis backhoe maupun shovel) dari point loading ke
tempat penumpukan / pembuangan yang telah direncanakan yang disebut
disposal. Adapun disposal ada 2 jenis yaitu backfill dan waste dump / outpit
dump.Backfill adalah tempat penumpukan / pembuangan hasil kegiatan
overburden removal yang berada di dalam area tambang. Waste dump / outpit
dump adalah tempat penumpukan / pembuangan hasil kegiatan overburden
removal yang berada di luar area tambang.

3. Coal Getting

Coal getting merupakan proses pengambilan batu bara dari pembersihan


(cleaning) sampai pengisian (loading) batu bara ke alat angkut untuk
kemudian di angkut ke tempat penampungan (stockpile).
Proses Penambangan :
a. Melakukan proses penambangan yang efisiensi dan efektif
b. Melakukan monitoring dan controlling produksi
c. Melaksanakan design tambang yang efisien dan efektif
d. Melakukan proses blasting untuk memudahkan dalan proses coal getting

4. Crushing
Crushing adalah proses pemecahan batubara dari ukuran besar
menjadi ukuran kecil. Alat untuk pemcahan batubara tersebut adalah crusher.
Proses crushing harus mempertimbangkan :
a. Proses kerja yang efektif dan efisien
b. Productivity yang maksimal
c. Utilisasi A2B & Crusher secara efektif dan efisien

5. Barging at Port

Barging adalah proses pemindahan batubara dari stockpile menuju


barge (tongkang) menggunakan barge loader conveyor ataupun
menggunakan unit dump truk. Di port tersebut yang harus diperhatikan adalah
:
a. Menentukan schedule barging secara akurat dan tepat waktu
b. Melakukan monitoring dan controling produksi, supaya proses barging tepat
waktu dan tepat guna
6. Transhipment

Transhipment adalah proses pemindahan batubara dari kapal tongkang


ke kapal besar (Mother Vessel). Hal yang di perhatikan dalam proses
transhipment adalah :
a. Memastikan pengangkutan batubara dari port menuju trashipment point
berjalan tepat waktu
b. Menentukan nominasi tug boat dan barge yang akan dilakukan barging
c. Melakukan monitoring dan controling Tug boat, Barge dan Mother Vessel
d. Melakukan kepengurusan dokumen. PEB, Bea Cukai, Dinas Perdagangan
dll
REFERENSI III

Proses Penambangan Batubara


Dalam proses penambangan batubara ada banyak proses yang perlu
dilakukan. dalam penambangan batubara juga tidak boleh ditinggalkan aspek
lingkungan, agar setelah penambangan selesai dilakukan, lingkungan dapat
dikembalikan ke keadaan yang baik.
1. Persiapan

Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam tahap


penambangan. Kegiatan ini bertujuan mendukung kelancaran kegiatan
penambangan. Pada tahap ini akan dibangun jalan tambang (acces road),
stockpile, dll.
2. Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan


ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran
besar. Alat yang biasa digunakan adalah buldozer ripper dan dengan
menggunakan bantuan mesin potong chainsaw untuk menebang pohon
dengan diameter lebih besar dari 30 cm.
3. Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil)
Maksud pemindahan tanah pucuk adalah untuk menyelamatkan tanah
tersebut agar tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur tanah yang masih
asli, sehingga tanah pucuk ini dapat diguanakan dan ditanami kembali untuk
kegiatan reklamasi.
Tanah pucuk yang dikupas tersebut akan dipindahkan ke tempat
penyimpanan sementara atau langsung di pindahkan ke timbunan. Hal
tersebut bergantung pada perencanaan dari perusahaan.

4. Pengupasan Tanah Penutup (Stripping Overburden)

Bila material tanah penutup merupakan material lunak (soft rock) maka


tanah penutup tersebut akan dilakukan penggalian bebas. Namun bila
materialnya merupakan material kuat, maka terlebih dahulu dilakukan
pembongkaran dengan peledakan (blasting) kemudian dilakukan kegiatan
penggalian. Peledakan yang akan dilakukan perlu dirancang sedemikian rupa
hingga sesuai dengan produksi yang diinginkan.
5. Penimbunan Tanah Penutup (Overburden Removal)
Tanah penutup dapat ditimbun dengan dua cara yaitu backfilling dan
penimbunan langsung. Tanah penutup yang akan dijadikan
material backfilling biasanya akan ditimbun ke penimbunan sementara pada
saat taambang baru dibuka.
6. Penambangan Batubara (Coal Getting)
Untuk melakukan penambangan batubara (coal getting) itu sendiri,
terlebih dahulu dilakukan kegiatan coal cleaning. Maksud dari kegiatan coal
cleaning ini adalah untuk membersihkan pengotor yang berasal dari
permukaan batubara (face batubara) yang berupa material sisa tanah penutup
yang masih tertinggal sedikit, serta pengotor lain yang berupa agen
pengendapan (air permukaan, air hujan, longsoran). Selanjutnya dilakukan
kegiatan coal gettinghingga pemuatan ke alat angkutnya. Untuk lapisan
batubara yang keras, maka terlebih dahulu dilakukan penggaruan.

7. Pengangkutan Batubara (Coal Hauling)

Setelah dilakukan kegiatan coal getting, kegiatan lanjutan adalah


pengangkutan batubara (coal hauling) dari lokasi tambang (pit)
menuju stockpile atau langsung ke unit pengolahan.
8. Pengupasan Parting (Parting Removal)
Parting batubara yang memisahkan dua lapisan atau lebih batubara
peerlu dipindahkan agar tidak mengganggu dalam penambangan batubara.
9. Backfilling (dari tempat penyimpanan sementara)
Tanah penutup maupun tanah pucuk yang sebelumnya disimpan di
tempat penyimpanan sementara akan diangkut kembali ke daerah yang telah
tertambang (mined out). Kegiatn ini dimaksudkan agar pit bekas tambang
tidak meninggalkan lubang yang besar dan digunakan untuk rehabilitasi lahan
pasca tambang.
10. Perataan dan Rehabilitasi Tanah (Spreading)

Terdiri dari pekerjaan penimbunan, perataan, pembentukan, dan


penebaran tanah pucuk diatas disposal overburden yang telah di backfilling,
agar daerah bekas tambang dapat ditanami kembali untuk pemulihan
lingkungan hidup (reclamation).
REFERENSI IV

.1.1.Metode Eksplorasi Batubara

Dalam hal eksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan melalui empat


tahap, survei tinjau, prospeksi, eksplorasi pendahuluan dan eksplorasi rinci.
Tujuan penyelidikan geologi ini adalah untuk mengidentifikasi keterdapatan,
keberadaan, ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, serta kualitas suatu endapan
batu bara sebagai dasar analisis/kajian kemungkinan dilakukannya investasi.
Tahap penyelidikan tersebut menentukan tingkat keyakinan geologi dan kelas
sumber daya batubara yang dihasilkan.

1. Survei Tinjau (Reconnaissance)

Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi Batu bara yang paling

awal dengan tujuan mengidentifikasi daerah-daerah yang secara geologis

mengandung endapan batubara yang berpotensi untuk diselidiki lebih

lanjut serta mengumpulkan informasi tentang kondisi geografi, tata guna

lahan, dan kesampaian daerah. Kegiatannya, antara lain, studi geologi

regional, penafsiran penginderaan jauh, metode tidak langsung lainnya,

serta inspeksi lapangan pendahuluan yang menggunakan peta dasar

dengan skala sekurang-kurangnya 1 : 100.000. Pada tahap survei awal,

pertama dilakukan survei formasi cool-bearing yang terbuka secara alami

dan beberapa pengeboran untuk mengetahui kedalaman dari lapisan

batubara kearah kemiringan dengan maksud memastikan deposit

batubara yang potensial. Kemudian akan berlanjut kepada teknik

eksplorasi yang lebih tinggi menggunakan mesin dan peralatan yang

spesifik. Dalam bab ini akan dijelaskan secar ringkas mengenai survei
geologi permukaan yang merupakan dasar dari semua survei geologi.

Namun, lingkup penyelidikan perlu dikembangkan, tidak hanya pada

batubara itu sendiri, tetapi juga kepada penelitian lain seperti penelitian

sedimentologi batubara dan lingkungannya, penelitian palaentologi fosil

mikro dan mega, penelitian geokimia, penelitian struktur terhadap fracture

dan lain-lain.

2. Prospeksi (Prospecting)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah

sebaran endapan yang akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, di antaranya, pemetaan geologi

dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran penampang stratigrafi,

pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji (scout drilling),

pencontohan dan analisis. Metode tidak langsung, seperti penyelidikan

geofisika, dapat dilaksanakan apabila dianggap perlu.Logging geofisik

berkembang dalam ekplorasi minyak bumi untuk analisa kondisi geologi

dan reservior minyak. Logging geofisik untuk eksplorasi batubara

dirancang tidak hanya untuk mendapatkan informasi geologi, tetapi untuk

memperoleh berbagai data lain, seperti kedalaman, ketebalan dan

kualitas lapisn batubara, dan sifat geomekanik batuan yang menyrtai

penambahan batubara.Dan juga mengkompensasi berbagai maslah yang

tidak terhindar apabila hanya dilakukan pengeboran, yaitu pengecekan

kedalaman sesungguhnya dari lapisan penting, terutama lapisan batubara

atau sequence rinci dari lapisan batubara termasuk parting dan lain lain.
3. Eksplorasi Pendahuluan (Preliminary Exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan

kualitas serta gambaran awal bentuk tiga-dimensi endapan batu bara.

Kegiatan yang dilakukan antara lain, pemetaan geologi dengan skala

minimal 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran dengan jarak yang

sesuai dengan kondisi geologinya, penarnpangan (logging) geofisika,

pembuatan sumuran/paritan uji, dan pencontohan yang andal. Pengkajian

awal geoteknik dan geohidrologi mulai dapat dilakukan.

4. Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas clan

kualitas serta bentuk tiga-dimensi endapan batu bara. Kegiatan yang

harus dilakukan adalah pemetaan geologi dan topografi dengan skala

minimal 1:2.000, pemboran, dan pencontohan yang dilakukan dengan

jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penampangan (logging)

geofisika, pengkajian geohidrologi, dan geoteknik. Pada tahap ini perlu

dilakukan pencontohan batuan, batubara dan lainnya yang dipandang

perlu sebagai bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan denqan

rencana kegiatan penambangan.

1.2. Proses penambangan


1. Persiapan
Pada proses tahap pertama ini merupakan kegiatan tambahan dalam tahap
penambangan. Kegiatan ini bertujuan mendukung kelancaran kegiatan
penambangan. Pada tahap ini akan dibangun jalan tambang akses jalan
untuk tranportasi.hal ini perlu pemadatan lahan tentunya.

2. Pembersihan lahan (land clearing)

Pada tahap kedua ini adalah pembersihan lahan pertambang mulai dari semak
belukar hingga pepohonan yang berukuran besar. Alat yang biasa digunakan
adalah buldozer ripper dan dengan menggunakan bantuan mesin potong
chainsaw untuk menebang pohon dengan diameter lebih besar dari 30 cm.ini
membutuhkan waktu sesuai luas lahan yang akan ditambang.

3. Pengupasan Tanah

Pada tahap ketiga ini adalah pemindahan lahan (tanah) ini dimaksudkan untuk
menyelamatkan tanah tersebut agar tidak rusak sehingga masih mempunyai
unsur tanah yang masih asli, sehingga tanah ini dapat diguanakan dan ditanami
kembali pada saat kegiatan reklamasi atau penghijauan kembali.
Tanah yang dikupas tersebut bisa dipindahkan ke tempat penyimpanan
sementara atau langsung di pindahkan ke timbunan. Hal tersebut bergantung
pada perencanaan dari perusahaan.

4. Pengupasan Tanah Penutup (stripping overburden)

Pada tahap ini kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup merupakan kegiatan
yang mutlak harus dikerjakan pada pertambangan terutama pada kegiatan
penambangan yang menggunakan sistim tambang terbuka. Kegiatan
pengupasan lapisan tanah penutup ditentukan oleh rencana target produksi,
semakin baik rancangan pada pengupasan lapisan tanah penutup maka rencana
target produksi semakin baik. Untuk mewujudkan kondisi tersebut diperlukan
metode dan alat yang mendukung pengupasan lapisan tanah penutup.

Bila material tanah penutup merupakan material lunak (soft rock) maka tanah
penutup tersebut akan dilakukan penggalian bebas. Namun bila materialnya
merupakan material kuat, maka terlebih dahulu dilakukan pembongkaran dengan
peledakan (blasting) kemudian dilakukan kegiatan penggalian. Peledakan yang
akan dilakukan perlu dirancang sedemikian rupa hingga sesuai dengan produksi
yang diinginkan.

5. Penimbunan Tanah Penutup (overburden removal)

Tanah penutup dapat ditimbun dengan dua cara yaitu backfilling dan
penimbunan langsung. Tanah penutup yang akan dijadikan material backfilling
biasanya akan ditimbun ke penimbunan sementara pada saat taambang baru
dibuka.

6. Penambangan Batubara (coal getting)

Untuk melakukan penambangan batubara (coal getting) itu sendiri, terlebih


dahulu dilakukan kegiatan coal cleaning. Maksud dari kegiatan coal cleaning ini
adalah untuk membersihkan pengotor yang berasal dari permukaan batubara
(face batubara) yang berupa material sisa tanah penutup yang masih tertinggal
sedikit, serta pengotor lain yang berupa agen pengendapan (air permukaan, air
hujan, longsoran). Selanjutnya dilakukan kegiatan coal gettinghingga pemuatan
ke alat angkutnya. Untuk lapisan batubara yang keras, maka terlebih dahulu
dilakukan penggaruan.

7. Pengangkutan Batubara ke (coal hauling)

Pengangkutan (Hauling) Material dalam jumlah besar dalam industri


pertambangan di transport dengan haulage (pemindahan tanah ke arah
horisontal) dan hoisting (pemindahan tanah ke arah vertikal). Beberapa bagian
dari pengangkutan ini meliputi : Pengangkutan batubara dari daerah
penambangan ke tempat penumpukan (ROM Stockpile/Temporary Stockpile)
Pengangkutan waste/overburden ke lokasi waste dump/dump area (baik berupa
tanah pucuk/humus ataupun lapisan penutup).

8. Pengupasan parting (parting removal)

Parting batubara yang memisahkan dua lapisan atau lebih batubara peerlu
dipindahkan agar tidak mengganggu dalam penambangan batubara.

9. Backfilling (dari tempat penyimpanan sementara)

Tanah penutup maupun tanah pucuk yang sebelumnya disimpan di tempat


penyimpanan sementara akan diangkut kembali ke daerah yang telah
tertambang (mined out). Kegiatn ini dimaksudkan agar pit bekas tambang tidak
meninggalkan lubang yang besar dan digunakan untuk rehabilitasi lahan pasca
tambang.

10. Perataan dan Rehabilitasi Tanah (spreading)


Terdiri dari pekerjaan penimbunan, perataan, pembentukan, dan penebaran
tanah pucuk diatas disposal overburden yang telah di backfilling, agar daerah
bekas tambang dapat ditanami kembali untuk pemulihan lingkungan hidup
(reclamation).

11. Penghijauan (reclamation)

Reklamasi adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki lahan bekas tambang atau
lahan terbuka, dan pengelolaannya sesudah selesainya penambangan.
Reklamasi bertujuan memperbaiki lahan bekas tambang untuk pelestarian
lingkungan dan penanggulangan resiko akibat dampak dari pertambangan. Jadi
Revegetasi dan Reklamasi adalah bagian integral dari rencana keseluruhan
operasional pertambangan secara terpadu dimulai Perencanaan, exsploetasi
sampai penggunaan lahan baru pasca penambangan. Tujuan akhir dari rencana
reklamasi adalah untuk menyakinkan bahwa lahan bekas tambang dikembalikan
pada penggunaan yang produktif .perlu adanya komitmen kuat untuk para
penambang dalam mejalani proses reklamasi ini.karena yang biasa terjadi
adalah setelah proses penambangan selesai hanya ditinggal begitu saja.ini yang
dikhawatirkan.

Selesai sudah rangkaian proses penambangan batubara.

Sekian semoga bermanfaat


http://rumahindustriindonesia.blogspot.co.id/2015/10/proses-penambangan-
batubara.html

http://sumberdaya-bumi.blogspot.co.id/2015/04/metode-eksplorasi-batubara.html
REFERENSI V

SISTEM PENAMBANGAN BATUBARA


Sistem penambangan batubara ada 3, yaitu:
-          Penambangan Terbuka
-          Penambangan Bawah Tanah
-          Penambangan dengan Auger

1.1              Penambangan batubara terbuka

1.1.1        Kegiatan dalam tambang batubara terbuka


Kegiatan-kegiatan dalam tambang batubara terbuka adalah sebagai berikut.
§  Persiapan daerah penambangan
§  Pengupasan dan penimbunan tanah humus
§  Pengupasan tanah penutup
§  Pemuatan dan pembuangan tanah penutup (misalnya dengan shovel dan truk,
BWE, dan dragline)
§  Penggalian batubara
§  Pemuatan dan pengangkutan batubara
§  Penirisan tambang
§  Reklamasi

1.1.2         Macam-macam tambang batubara terbuka


Pengelompokan jenis-jenis tambang terbuka batubara didasarkan pada letak
endapan, dan alat-alat mekanis yang dipergunakan.
Teknik penambangan pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi geologi dan
topografi daerah yang akan ditambang.

Jenis-jenis tambang terbuka batubara dibagi menjadi :

1)      Contour mining

Contour mining cocok diterapkan untuk endapan batubara yang tersingkap di


lereng pegunungan atau bukit. Cara penambangannya diawali dengan
pengupasan tanah penutup (overburden) di daerah singkapan di sepanjang
lereng mengikuti garis ketinggian (kontur), kemudian diikuti dengan
penambangan endapan batubaranya. Penambangan dilanjutkan ke arah tebing
sampai dicapai batas endapan yang masih ekonomis bila ditambang.

Menurut Robert Meyers, contour mining dibagi menjadi beberapa metode,


antara   lain :

a.       Conventional contour mining


Pada metode ini, penggalian awal dibuat sepanjang sisi bukit pada daerah
dimana batubara tersingkap. Pemberaian lapisan tanah penutup dilakukan
dengan peledakan dan pemboran atau menggunakan dozer dan ripper serta alat
muat front end leader, kemudian langsung didorong dan ditimbun di daerah
lereng yang lebih rendah (Gambar 1.1). Pengupasan dengan contour
stripping akan menghasilkan jalur operasi yang bergelombang, memanjang dan
menerus mengelilingi seluruh sisi bukit. 

b.      Block-cut contour mining

Pada cara ini daerah penambangan dibagi menjadi blok-blok penambangan


yang bertujuan untuk mengurangi timbunan tanah buangan pada saat
pengupasan tanah penutup di sekitar lereng. Pada tahap awal blok 1 digali
sampai batas tebing (highwall) yang diijinkan tingginya. Tanah penutup tersebut
ditimbun sementara, batubaranya kemudian diambil. Setelah itu lapisan blok 2
digali kira-kira setengahnya dan ditimbun di blok 1. Sementara batubara blok 2
siap digali, maka lapisan tanah penutup blok 3 digali dan berlanjut ke siklus
penggalian blok 2 dan menimbun tanah buangan pada blok awal.

Pada saat blok 1 sudah ditimbun dan diratakan kembali, maka lapisan tanah
penutup blok 4 dipidahkan ke blok 2 setelah batubara pada blok 3 tersingkap
semua. Lapisan tanah penutup blok 5 dipindahkan ke blok 3, kemudian lapisan
tanah penutup blok 6 dipindahkan ke blok 4 dan seterusnya sampai selesai
(Gambar 1.2). Penggalian beruturan ini akan mengurangi jumlah lapisan tanah
penutup yang harus diangkut untuk menutup final pit.

Gambar 1.1 Conventional Contour Mining (Anon, 1979)


c.       Haulback contour mining

Metode haulback ini (Gambar 1.3 dan 1.4) merupakan modifikasi dari


konsep block-cut, yang memerlukan suatu jenis angkutan overburden, bukannya
langsung menimbunnya. Jadi metode ini membutuhkan perencanaan dan
operasi yang teliti untuk bisa menangani batubara dan overburden secara efektif.

Ada tiga jenis perlatan yang sering digunakan, yaitu :


        -   Truk atau front-end loader
     -   Scrapers
        -   Kombinasi dari scrapers dan truk
d.       Box-cut contour mining

Pada metode box-cut contour mining ini (Gambar 1.5) lapisan tanah penutup


yang sudah digali, ditimbun pada daerah yang sudah rata di sepanjang garis
singkapan hingga membentuk suatu tanggul-tanggul yang rendah yang akan
membantu menyangga porsi terbesar dari tanah timbunan.

2)      Mountaintop removal method

Metode mountaintop removal method ini (Gambar 1.6) dikenal dan berkembang


cepat, khususnya di KentuckyTimur (Amerika Serikat). Dengan metode ini
lapisan tanah penutup dapat terkupas seluruhnya, sehingga memungkinkan
perolehan batubara 100%.

3)    Area mining method

Metode ini diterapkan untuk menambang endapan batubara yang dekat


permukaan pada daerah mendatar sampai agak landai. Penambangannya
dimulai dari singkapan batubara yang  mempunyai lapisan dan tanah penutup
dangkal dilanjutkan ke yang lebih tebal sampai batas pit.

Terdapat tiga cara penambangan area mining method, yaitu :

a.       Conventional area mining method

Pada cara ini, penggalian dimulai pada daerah penambangan awal sehingga
penggalian lapisan tanah penutup dan penimbunannya tidak terlalu mengganggu
lingkungan. Kemudian lapisan tanah penutup ini ditimbun di belakang daerah
yang sudah ditambang (Gambar 1.7).
b.       Area mining with stripping shovel

Cara ini digunakan untuk batubara yang terletak 10–15 m di bawah permukaan
tanah. Penambangan dimulai dengan membuat bukaan berbentuk segi empat.
Lapisan tanah penutup ditimbun sejajar dengan arah penggalian, pada daerah
yang sedang ditambang. Penggalian sejajar ini dilakukan sampai seluruh
endapan tergali (Gambar 1.8).

c.      Block area mining

Cara ini hampir sama dengan conventional area mining method, tetapi daerah
penambangan dibagi menjadi beberapa blok penambangan. Cara ini terbatas
untuk endapan batubara dengan tebal lapisan tanah penutup maksimum 12 m.
Blok penggalian awal dibuat dengan bulldozer. Tanah hasil penggalian kemudian
didorong pada daerah yang berdekatan dengan daerah penggalian (Gambar
1.9).
4)                  Open pit Method

Metode ini digunakan untuk endapan batubara yang memiliki kemiringan (dip)
yang besar dan curam. Endapan batubara harus tebal bila lapisan tanah
penutupnya cukup tebal.  

a.    Lapisan miring

Cara ini dapat diterapkan pada lapisan batubara yang terdiri dari satu lapisan
(single seam) atau lebih (multiple seam). Pada cara ini lapisan tanah penutup
yang telah dapat ditimbun di kedua sisi pada masing-masing pengupasan
(Gambar 1.10).

a.       Lapisan tebal

Pada cara ini penambangan dimulai dengan melakukan pengupasan tanah


penutup dan penimbunan dilakukan pada daerah yang sudah ditambang.
Sebelum dimulai, harus tersedia dahulu daerah singkapan yang cukup untuk
dijadikan daerah penimbunan pada operasi berikutnya (Gambar 1.11).

Pada cara ini, baik pada pengupasan tanah penutup maupun penggalian
batubaranya, digunakan sistem jenjang (benching system).
1.2 Penambangan batubara bawah tanah

Metode penambangan batubara bawah tanah ada 2 buah yang populer, yaitu:
-          Room and Pillar
-          Longwall

1.2.1                    Room and Pillar

Metode penambangan ini dicirikan dengan meninggalkan pilar-pilar batubara


sebagai penyangga alamiah. Metode ini biasa diterapkan pada daerah dimana
penurunan (subsidence) tidak diijinkan. Layout Metode Room and Pillar 

1.2.2                    Longwall

Metode penambangan ini dicirikan dengan membuat panel-panel penambangan


dimana ambrukan batuan atap diijinkan terjadi di belakang daerah
penggalian. Layout Metode Longwall dapat dilihat pada Gambar 1.13.
Penambangan ini juga dapat dilaksanakan secara manual maupun mekanis.
1.3 Penambangan dengan Auger (Auger Mining)

Auger mining adalah sebuah metode penambangan untuk permukaan dengan


dinding yang tinggi atau penemuan singkapan (outcrop recovery) dari batubara
dengan pemboran ataupun penggalian bukaan ke dalam lapisan di antara
lapisan penutup.
Auger mining dilahirkan sebelum 1940-an adalah metode untuk mendapatkan
batubara dari sisi kiri dinding tinggi setelah penambangan permukaan secara
konvensional. Penambangan batubara dengan auger bekerja dengan prinsip
skala besar drag bit rotary drill. Tanpa merusak batubara, auger mengekstraksi
dan menaikkan batubara dari lubang dengan memiringkan konveyor atau
pemuatan dengan menggunakan loader ke dalam truk.
Pengembangan dan persiapan daerah untuk auger mining adalah tugas yang
mudah jika dilakukan bersamaan dengan pemakaian metode open
cast atau open pit. Setelah kondisi dinding tinggi, auger drilling dapat
ditempatkan pada lokasi.
Kondisi endapan yang dapat menggunakan metode ini berdasarkan Pfleider
(1973) dan Anon (1979) adalah endapan yang memiliki penyebaran yang baik
dan kemiringannya mendekati horisontal, serta kedalamannya dangkal (terbatas
sampai ketinggian dinding dimana auger ditempatkan, lihat Gambar 1.14 dan
1.15).
  

Anda mungkin juga menyukai