ABSTRAK
Kapal AHTS ( Anchor Handling Tug Supply ) adalah kapal yang dirancang
khusus untuk menunjang kegiatan, pekerjaan pengeboran lepas pantai ataupun
ladang-ladang minyak dan gas yang sudah berproduksi yang dilengkapi dengan
Bulk Handling sistem untuk memuat semen, menyimpannya dan mentransfernya.
Oleh karena itu Sistem Bulk Handling harus dipelihara dan dijaga dengan baik
agar pengoperasian berjalan lancar, sehingga kendala-kendala yang dapat
mengakibatkan hambatan pada operasional di instalasi Offshore dapat dipenuhi.
Saat penulis bekerja sebagai 2nd Engineer di kapal SV Pacific 38 milik Berlitz
Offshore Limited Pte.Ltd yang beroperasi di middle east (Abu Dhabi) pernah
mengalami blok line pada sistem Bulk Handling yang akan mentransfer semen ke
rig. Tujuan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab
terjadinya blok line pada sistem bulk handling. Hasil dari karya ilmiah ini adalah
blok line pada sistem terjadi akibat Bulk tank yang lembab karena semen terlalu
lama berada di dalam tank, tidak berfungsinya safety valve dan by pass sehingga
mempengaruhi tumpukan semen pada line, perawatan yang tidak sesuai PMS dan
udara yang masuk ke dalam sistem semen masih mengandung zat cair karena
tidak berfungsinya dryer. Kesimpulan terjadinya blok line karena semen terlalu
lama berada di dalam tank, tidak berfungsinya by pass dan safety valve,
kurangnya pemahaman Engineers dalam Sistem Dry Bulk Handling dalam hal
perawatan dan pengoperasian sehingga komponen sistem dry Bulk Handling tidak
berfungsi dengan baik. Saran dalam melakukan loading /discharge selalu
memperhatikan kondisi bulk tank, stabilitas kapal, by pass serta temperatur
/tekanan udara yang ada di dalam sistem semen agar pengoperasian sistem semen
tidak terhambat dan melakukan familiarisasi pada ABK mesin mengenai sistem
kerja dari Dry Bulk Handling system dan perawatan sesuai PMS.
Latar Belakang
Kapal AHTS ( Anchor Handling Tug Supply ) adalah kapal yang dirancang
khusus untuk menunjang kegiatan, pekerjaan pengeboran lepas pantai ataupun
ladang-ladang minyak dan gas yang sudah berproduksi. Sebagai kapal pendukung
Offshore dalam melaksanakan fungsinya kapal ini dilengkapi dengan Bulk
Handling sistem.
Salah satu pesawat yang tak kalah pentingnya dalam menunjang
pengoperasian kapal supply dan instalasi pengeboran minyak lepas pantai adalah
Dry Bulk Cargo handling system. Fungsi utama dari Dry Bulk Handling system
adalah untuk menerima cargo bubuk curah, menyimpannya dan mentransfernya.
2
Oleh karena itu pesawat dan peralatan tersebut harus dipelihara dan dijaga dengan
baik supaya dapat beroperasi dengan lancar, sehingga kita bisa menekan
seminimal mungkin kendala-kendala yang akan mengakibatkan hambatan pada
operasional kapal dan kelancaran kerja di instalasi Offshore dapat dipenuhi.
Dalam pengoperasian sistem pengoperasian Bulk Handling System kendala
yang paling sering adalah terjadinya block pada line di kapal sehingga
menghambat proses bongkar muat ke rig.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik membahas
permasalahan tersebut ke dalam bentuk karya ilmu terapan dengan judul “ Sistem
Pengoperasian Semen di atas kapal AHTS (Anchor Handling Tug Supply Vessel )
SV. Pasific 38.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka kami tertarik untuk
mengangkat permasalahan tentang Apa faktor penyebab terjadinya block line pada
Bulk Handling system di kapal SV. Pasific 38?
yang menggunakan penanganan bahan curah termasuk pabrik tepung dan boiler
utilitas berbahan bakar batubara.
Prosedur Pengisian
Prosedur ini akan menceritakan proses pengisian material dari tangki-tangki
Shorebase kedalam tangki-tangki kapal sesuai dengan Standart Operation
Procedure (SOP) menurut Manual book diatas kapal SV Pacific 38yang perlu
diperhatikan dibawah ini.
Sebelum pengisian, prosedur standar kerja di atas kapal, Work Order
Procedure (WOP) adalah:
a. Pastikan para anak buah kapal sudah tahu akan tugas masing-masing.
b. Selang dari tanki darat disambungkan ke coupling di kapal dan pastikan
sudah tersambung dengan baik.
c. Pasang dan buka ventilasi valve yang ada di tangki dan di atas deck jatuhkan
ujung selang ventilasi yang diberi pemberat kedalam laut (disamping kapal)
dan pastikan sudah terikat kuat selang tersebut (pemberat adalah pipa sebesar
selang berbentuk T dengan lubang di kedua ujungnya) agar terhindar dari
debu dan sentakan selang yang dapat membahayakan keselamatan manusia.
d. Buka valve pengisian Bulk tank yang mau diisi.
e. Periksa manhole tank harus dalam keadaan tertutup rapat
f. Sebelum mulai menerima material, pastikan dulu bahwa blow line dari
shorebase berjalan lancar dapat dilihat di selang ventilasi.
g. Setelah semua persiapan pengisian sudah dilaksanakan, segera periksa ulang
untuk benar-benar memastikan bahwa kapal siap menerima pemindahan
muatan tersebut dan pastikan loading master sudah diberitahu volume dari
pada masing-masing tanki agar tidak terjadi/menghindari kelebihan pengisian
hentikan pengisian bila indicator high level sudah aktif.
h. Setelah itu laporkan ke operator material shorebase dan perwira jaga di
anjungan kalau pihak kapal siap menerima muatan tersebut
i. Minta pada petugas/operator material shorebase untuk melakukan blow-line
lebih kurang 15 menit terlebih dahulu untuk memastikan kalau instalasi aman
dan siap digunakan.
j. Periksa angin yang keluar dari ujung selang ventilasi yang berupa
gelembung-gelembung udara karena ujung selang ada pada posisi ± 20 cm
dibawah permukaan air. Blow line biasanya dilakukan cukup sekali.
k. Pengisian material bisa dimulai, selama pengisian selalu lakukan pemeriksaan
pada selang ventilasi, pipa-pipa dan tangki.
l. Setelah pengisian selesai kalau berjalan normal, stop dilakukan dari darat.
Mintalah pada operator untuk menekan sistem atau blow line pipa pengisian
dan pastikan hanya angin yang keluar dari ujung selang ventilasi, langkah ini
untuk membersihkan pipa agar tidak ada sisa material yang tertinggal di
dalam pipa, yang dapat menyebabkan penyumbatan.
m. Pastikan tekanan dalam Bulk tank dan sistem 0,1 bar sebelum selang
sambungan dilepas ( disconnect hose ) , biarkan sisa-sisa tekanan udara di
dalam tangki dan pipa selang hilang untuk mencegah terjadinya kondensasi.
n. Setelah tidak ada tekanan udara sisa di dalam tanki dan pipa atau selang,
sambungan selang dari darat dilepas dan ujungnya dibersihkan.
4
tekanan angin ditambah dorongan air purge valve yang dibuka 100%
kemudian tutup valve sampai 50% dari Bulk tank melalui discharge hose di
main deck dan diteruskan ke Bulk tank di atas Rig yang menerima Cargo.
o. Untuk menjaga keseimbangan tekanan yang di perlukan dengan kapasitas
kompresor maka tekanan angin didalam Bulk tank diusahakan konstan
antara 5,0 – 5,6 bar dengan mengatur purging valve, purging valve ditutup
sedikit bila tekanan dalam Bulk tank turun dan dibuka sedikit bila tekanan
didalam Bulk tank bertambah naik. Biasanya konstan pada 25% sampai 30%
dari pembukaan purge valve tergantung juga dari tingginya Rig tersebut.
p. Untuk mengetahui muatan didalam Bulk tank sudah habis dapat dilihat dari
tekanan didalam Bulk tank cepat sekali menurun. Hal ini dapat diikuti
dengan penutupan purge valve sedikit demi sedikit sampai 20% pembukaan,
80% penutupan dan bahkan purge valve bisa ditutup 100%, yang berarti
angin yang bertekanan melewati Bulk tank yang sudah kosong dan akan
membersihkan sisa-sisa semen baik yang ada di Bulk tank maupun yang
ada di sistem pipa-pipa tekan.
q. Pada saat pembersihan tangki yaitu setelah muatan habis purging valve tidak
diperlukan lagi. Hanya katup tekan atau discharge valve yang ditutup dan
dibuka, setelah dirasa muatan benar-benar habis bukalah penuh katup tekan
atau discharge valve dan Bulk Compresor jangan dimatikan dulu, biarkan
tekanan dalam Bulk tank atau sistem turun sampai 0,1 bar, setelah itu
matikan Bulk Compresor dan tutup inlet valve ke pipa pembagi ke Bulk tank,
buka ventilation valve pelan-pelan dan tutup remote discharge valve . Hal
ini dilakukan agar tidak terjadi perubahan tekanan turun yang mendadak
untuk mencegah terjadinya kondensasi.
r. Pressure gauge menunjukkan angka 0,1 tutup ventilation valve dan buka
drain valve di Bulk tank.
s. Lepas sambungan selang atau discharge hose dari Rig tutup discharge valve
manual di main deck, angkat selang atau hose ventilation dan tutup katupnya,
bersihkan ujungnya (keringkan).www.irmanrostaman.wordpress.com
6
2. Situasi Kondisi
SHIP PARTICULAR
IMO number 9324576
MMSI 563083000
Name of the ship PACIFIC 38
Former names SLCIFIC 38 (2018, Singapore)
PACIFIC 38 (2018, United Arab Emirates)
Vessel type Offshore supply vessel
Operating status Active
Flag Singapore
Gross tonnage 1847 tons
Deadweight 2001 tons
Length 58 m
Breadth 16 m
Year of build 2005
Builder KEPPEL SINGMARINE - SINGAPORE
Classification society AMERICAN BUREAU OF SHIPPING
Owner PACIFIC RICHFIELD MARINE - SINGAPORE
Manager PACIFIC RICHFIELD MARINE - SINGAPORE
a. Bulk tank
Number of tanks : 4
Type of tanks : High volume type design
Diameter (Ǿ) : 1427 FT3
Height : 1500FT3
Capacity : 4x 61.16 m3
Total capacity : 244.64 m3
Working pressure : 5,6 bar
Design according : ABS
Certificate by : ABS
b. Kompresor
Instalasi kompresor terdiri dari dua (2) kompresor set ”Aerzen” Type
VMX160RD marine. Kapasitas discharge pada kompresor disesuaikan
dengan ISO-1217 1196 Annex C, adalah 21m3/min pada tekanan dari 1,0 bar
sampai 7,0 bar dan pada suhu inlet dari 20 oc dan pada kelembaban relatif
0%
c. Dryer
Instalasi Dryer terdiri dari dua (2) Airzen refrigerated. Type RA 300
BEKO. Type Of Technology Turbo Blowers Differential Pressure (Δp)
0 to 1,000 mbar, Volume Flow 360 to 8,400 m3/h.
Pengoperasian Dry Bulk Handling sistem secara umum, menurut
Manual book dari VAN AALST yang ada diatas kapal. Udara tekan yang
dihasilkan dari kompresor dimasukkan ke Bulk tank melalui katup inlet
udara, udara akan menekan canvas slide dan semen melalui nozzle.
Dengan semua katup lainnya ditutup udara dan tekanan di dalam
Bulk
9
3. Temuan
Berdasarkan tindakan dan pada waktu diadakan pemeriksaan mulai
dari cara kerja kompresor, dryer, dan control system untuk discharge valve
dan suction line didalam Bulk tank, maka penulis dapat mengidentifikasikan
masalah yang timbul di kapal SV Pacific 38 yang disebabkan oleh :
a. Terjadi pengerasan semen didalam Bulk tank dan pipa tekan
Muatan semen menumpuk pipa tekan atau hose karena kesalahan
pengoperasian saat melakukan pembongkaran.
Persiapan pemindahan muatan semen curah ke Rig pada kapal SV
Pacific 38 adalah hal sangat penting guna menunjang kelancaran
pengoperasian kapal supply atau AHTS tersebut, tetapi dalam
pelaksanaannya banyak mengalami kendala-kendala yang menghambat
kelancaran pembongkaran muatan curah kering ke Rig yang setelah
dianalisa penyebab aliran semen dalam tangki keluar pipa tekan dari pipa
transfer tidak normal adalah ditemukan banyaknya semen yang mengeras
atau membatu di pipa tekan dan dasar tangki menutup slide kanvas.
Menurut pengalaman dan pengamatan penulis selama bekerja di
kapal supply dan AHTS, hal-hal yang dapat menyebabkan mengerasnya
atau membatunya sebagian semen didalam tangki maupun di pipa-pipa
tekan adalah kondensasi karena dengan timbulnya kondensasi embun
tersebut, maka sebagian semen akan secara berlahan mengeras atau
membatu yang dapat menyebabkan kebuntuan pada saluran tekan jadi
setelah di analisa, kenapa sampai terjadi kondensasi didalam tangki adalah
kurang fahamnya para engineer dengan prinsip kerja dari Dry Bulk
Handling system, dan cara yang harus dilakukan pada saat pengoprasian
mulai dari pengisian sampai pemompaan, dimana jika tahapan tidak
diikuti, maka semen akan tersisa didalam tangki semen serta saluran pipa
tekan dan juga disaluran pipa pembuangan.
Jika dalam proses pembongkaran banyak sisa-sisa semen didalam
pipa pembuangan, semen ini lama kelamaan akan membeku dan
mengeras.
b. Kurangnya Perawatan dryer, Bulk tank dan Pipa-Pipa tekan
1) Perawatan berencana plan maintenance sistem ( PMS ) tidak dapat
dilaksanakan dengan benar
Perawatan tidak dapat dilaksanakan dengan maksimal yang
dikarenakan aktifitas kapal yang sangat padat yang dikarenakan pihak
pencarter sudah mempunyai rencana atau program kerja untuk kapal
SV Pacific 38 yang fungsinya sebagai support vessel. .
Karena jadwal aktifitas kapal yang sangatlah padat maka,
perawatan Dry Bulk Handling system dan komponen utamanya tidak
dapat dilaksanakan dengan benar, sedangkan kondisi Bulk tank dan
instalasinya harus selalu siap untuk digunakan. Sedangkan waktu
untuk melaksanakan perawatan Dry Bulk Handling sistem yang
disediakan oleh pencarter sangatlah singkat sehingga crew kapal tidak
10
4. Urutan Kejadian
Kejadian terjadi pada saat kapal sandar di Rig untuk melakukan
pembongkaran semen curah. pada tanggal 26 Januari 2019 ketika akan
melakukan pembongkaran semen curah ditemukan terjadinya block line pada
pipa, sehingga pembongkaran tidak jadi dilanjutkan. Pihak rig menyuruh kapal
untuk menjauhi dari area rig untuk melakukan perbaikan sistem semen. Dari
kejadian itu penulis mengecek seluruh komponen sistem semen dan mendapati
dryer tidak bekerja sehingga udara yang masuk kedalam sistem masih
bercampur dengan air, bulk tank lembab sehingga menyebabkan
menumpuknya semen pada sistem. Setelah itu lanjutkan pemeriksaan bagian-
bagian pipa yang tersumbat setelah ditemukan, dilakukan pembongkaran pipa
kemudian dibersihkan dan dipasang kembali, membersihkan bulk tank dan
mengoperasikan dryer cadangan untuk mengoperasikan sistem semen. Setelah
Proses pembersihan selesai dilakukan blow line untuk memastikan tidak ada
lagi penyumbatan pada line dan dilanjutkan pembongkaran semen curah pada
rig.
Pembahasan
1. Analisa Penyebab
Terjadinya block line pada sistem semen di kapal disebabkan oleh
beberapa faktor yang dapat terjadi pada saat loading dan discharge seperti :
a. Semen terlalu lama di dalam tank, semakin lama semen tersimpan didalam
tank maka semen akan semakin padat yang nantinya akan berpengaruh
pada saat discharge.
11
1) Drain valve
Drain valve ialah bagian dari kompressor yang berfungsi
membuang kondensat (uap air) yang terjadi saat kompressor bekerja
dengan mengambil udara dari luar, sehingga udara yang masuk ke
dalam sistem udara tekan menjadi bersih dan tidak menimBulkan
adanya endapan air, Oleh karena itu lakukan cerat airnya sebelum
start dan sesudah compressor dimatikan, normalnya selama
compressor udara bekerja alat ini ( drain valve bekerja secara
automatic system). Apabila alat ini tidak bekerja dengan normal
maka segera digantikan dengan yang baru atau diperbaiki.
2) Aftercooler
Aftercooler adalah heat-exchanger yang berguna untuk
mendinginkan udara atau gas keluaran kompresor untuk membuang
uap air yang tidak diinginkan sebelum dikirim ke alat lain. Uap air
dipisahkan dari udara dengan cara pendinginan dengan air pendingin.
Apabila temperature air pendingin dan udara yang didinginkan
temperaturnya mengalami peningkatan, maka after cooler perlu
dibersihkan atau volume air pendinginnya diperhatikan.
3) Filters
filter berfungsi sebagai pemisah air, kotoran dengan udara, filter
– filter ini perlu dibersihkan sesuai prosedur PMS. Filter udara
12
KESIMPULAN
Dari pembahasan permasalahan pada bab- bab sebelumnya maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Terjadinya block line disebabkan pengendapan semen akibat lamanya berada
di dalam kapal, pengaturan stabilitas kapal pada saat loading maupun
discharge dan fungsi by pass dan safety valve sangat lemah sehingga pada
saat discharge serta perbandingan kecepatan, percepatan dengan temperatur
/tekanan tidak seimbang sehingga mempengaruhi transfer semen pada sistem.
2. Kurangnya pemahaman Engineers dalam Dry Bulk Handling system akan
berdampak tidak maksimalnya proses kerja saat melakukan pembongkaran
Bulk cargo misalnya tidak memperhatikan prosedur blow line ketika proses
loading/unloading sehingga menutup line system . terutama pada compressor,
dryer, non return valve, pneumatic valve dan Bulk tank sehingga komponen-
komponen tidak berfungsi dengan baik
15
SARAN
Dari permasalahan diatas, maka agar tidak terjadi keadaan yang tidak
diinginkan sehubungan dengan Dry Bulk Handling system dalam proses bongkar
muat cement agar:
1. Dalam melakukan loading /discharge selalu memperhatikan kondisi bulk
tank, stabilitas kapal, by pass serta temperatur /tekanan udara yang ada di
dalam sistem semen agar pengoperasian sistem semen tidak terhambat.
2. Sebaiknya ABK mesin melakukan familiarization mengenai sistem kerja dari
Dry Bulk Handling system dan melakukan perawatan sesuai PMS.
DAFTAR PUSTAKA
Imawan, Faizal Mifta. 2013. Rancangan Usulan Sistem Perpindahan
Material Di PT. Foximas Mandiri Menggunakan Metode General Analysis
Procedure Untuk Mengurangi Ongkos Material Handling. Tugas Akhir IT
Telkom
Manual book of SV Pacific 38 halaman 1 (satu) sampai 7 (tujuh); Van
Aalst
Minto Basuki, Putu Andhi Indira Kusuma, Zeca Soares, Penilaian Risiko
Operasional Pelayanan Kapal Dan Bongkar Muat Di Pelabuhan Dili, Timor-
Leste, Jurnal Teknoin, Vol 22, No 8, hal 577-583, Des. 2016
Dasar – dasar Kontrol Pneumatic; Penerbit Tarsito Bandung halaman 60
(enam puluh ) sampai 63 ( enam puluh tiga ); DRS. Sugihartono
Ricardo, Ricky P., Syaputra, Hasrat.2014. Peningkatan Efektivitas
Penanganan Kargo Impor Udara. Jakarta : Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi
dan Logistik, vol 1 no 1 Samekto, Agus Aji.
Soejanto..2014.Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan Melalui
Disversifikasi Usaha Studi Empirik pada Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal laut
PT Teduh Makmur, Semarang.Jakarta :STMT
Yunianto, Bangun. 2011. Proses Penanganan ekspor barang general cargo
(genco) melalui udara pada PT. Internusa Hasta Buana Branch Solo. Surakarta :
Universitas Sebelas Maret
www.dedylondong.blogspot.com/2012/12/sistem-pemindahan-barang-
material.html. Diakses pada 15 Desember 2018