Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil A’lamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Semoga Allah SWT meridhoi-Nya. Amin.

Salawat beserta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW,


beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan agama islam.

Makalah ini membahas tentang “PENGETAHUAN SAINS ”. Semoga makalah ini


dapat bermanfaat dan dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Kami sangat berterima kasih kepada dosen pembimbing kami, Bapak Alfajri
Kamal Ayu. S.Pd.i., M.A. selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu ,yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini.

Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan keritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya. kami berharap semoga makalah ini menjadi
butir-butir amalan kita dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi
seluruh pembaca. Amin Yaa Rabbal 'Alamin.

Banda Aceh, 29 September 2018


Penulis,

CHAIRUL DANILA

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
BAB I ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
1. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
3. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN.............................................................................................................. 3
1. Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan).......................................................... 3
A. pengertian ..................................................................................................... 3
2. Bidang Kajian Filsafat Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan) ..................... 4
A. Ontologi Pengetahuan Sains ........................................................................ 5
B. Epistemologi Pengetahuan Sains ................................................................. 7
C. Aksiologi Pengetahuan Sains........................................................................ 8
BAB III ......................................................................................................................... 10
PENUTUP .................................................................................................................... 10
1. Kesimpulan ..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan


pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya , termasuk
manusia dan kehidupannya. Sedangkan ilmu pengetahuan (sains) adalah
keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang dibakukan secara sistematis. Ini
berarti pengetahuan lebih spontan sifatnya , sedangkan ilmu pengetahuan lebih
sistematis dan reflektif. Dengan demikian, pengetahuan jauh lebih luas daripada
ilmu pengetahuan karena pengetahuan mencakup segala sesuatu yang di ketahui
manusia tanpa perlu, berarti telah dibakukan secara sistematis. Pengetahuan
mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu.
Juga, mencakup praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai
persoalan hidup yang belum dilakukan secara sistematis dan metodis

Filsafat pengetahuan terutama berkaitan dengan upaya mengkaji segala


sesuatu yang berkaitan dengan pengetahuan manusia pada umumnya, terutama
menyangkut gejala pengetahuan dan sumber pengetahuan manusia . Dalam hal ini,
kemudian dipertanyakan dan dipersoalkan, misalnya, tentang bagaimana manusia
bisa tahu? Apakah manusia bisa sampai pada pengetahuan yang bersifat pasti?
Apakah pengetahuan yang pasti itu mungkin? Apa artinya mengetahui sesuatu?
Bagaimana manusia bisa tahu? Dari mana asal dan sumber pengetahuan manusia
itu? Apakah pengetahuan sama dengan keyakinan? Di mana letak perbedaaannya?

Maka dalam makalah ini kami mencoba menjelaskan ilmu pengetahuan (sains)
dan bidang kajian ilmu penetahuan (sains) yang mencakupi ontologi pengetahuan
sains, epistemologi pengetahuan sains, dan aksiologi pengetahuan sains.

1
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan) ?
2. Apa saja bidang kajian pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan) ?
3. Apa manfaat belajar Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan) ?

3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan).
2. Mengetahui bidang kajian pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan).
3. Mengetahui manfaat belajar Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan).

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan)
A. pengertian

Ilmu pengetahuan (sains) diambil dari kata bahasa inggris science, yang
berasal dari bahasa latin scientie dari bentuk kata kerja scire yang berarti
mempelajari, mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami
perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik. Dalam
bahasa jerman wissenchaft.1

Ilmu adalah pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan adalah tergolong


ilmu pengetahuan (Sains) . Immanuel kant membagi dua jenis pengetahuan, yakni
pengetahuan “apriori” dan “a-posteriori”. Pengetahuan “apriori” ialah pengetahuan
yang tidak tergantung pada adanya pengalaman, atau yang ada sebelum
pengalaman. Adapun pengetahuan a-posteriari adalah pengetahuan yang terjadi
akibat pengalaman.2

The Liang Gie memberikan pengertian ilmu (sains) adalah rangkaian aktivitas
penelahaan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemaham
secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan
keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang
dimengerti manusia. ilmu harus diutamakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu
harus dilaksnakan dengan metode tertentu, dan akhirnya metodis itu
mendatangkan pengetahuan yang sistematis.

Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan


atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain
berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai
kausalitas (sebab-akibat) yang hakiki dan universal. Sedangkan ilmu (ilmu
pengetahuan) adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas (sebab-
akibat) dari suatu objek menurut metode-metode tertentu merupakan suatu
kesatuan sistematis.3

1 Jerome R.Roverts, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), hal.85
2 Aceng Rachmat, Filsafat Ilmu Tujuan, (Jakarta: Kencana 2011), hal.12.
3 Soetriono dan Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodelogi Penelitian, (Yogyakarta: Andi Offset,2007), hal.

3
Jadi, ilmu pengetahuan (sains) merupakan cabang pengetahuan yang
mempunyai ciri-ciri tertentu yaitu empiris, sistematis, objektif, dan verifikatif. 4 ilmu
merupakan salah satu dari sekian pengetahuan, dan kadang juga disebut
pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) karena metode untuk memperolehnya
dilakukan melalui metode ilmiah5.

Berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan terakhir ini, ilmu pengetahuan


dilihat sebagai upaya untuk menjelaskan hubungan antara berbagai hal dan
peristiwa dalam alam semesta ini secara sistematis dan rasional (masuk akal).
Asumsinya, segala sesuatu yang dilihat dalam alam semesta ini sebagai sesuatu
yang beridiri sendiri-senditi sesungguhnya tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan
ada kaitannya satu sama lain, lalu dijelaskan bahwa yang satu adalah sebab dari
yang lainnya, dan yang lain adalah akibat dari yang lainnya, Maka, ilmu
pengetahuan, dalam rangka ini sebagai upaya untuk mencari dan menjelaskan
secara sistematis dan masuk akal sebab dan akibat dari berbagai peristiwa di alam
semesta ini.

2. Bidang Kajian Filsafat Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan)

Filsafat sebagai suatu cara pencarian kebijakan memiliki cabang-cabangnya


yang saling berkaitan. Lapangan akal pikiran dalam filsafat meliputi ontologi,
epistemologi, dan aksiologi, seperti dimaklumi, bahwa filsafat ilmu pengetahuan
(sains) merupakan cabang dari filsafat yang bersifat otonom. Sejalan dengan hal itu
maka kajian filsafat ilmu pengetahuan adalah telaahan secara filsafat tentang
hakikat ilmu pengetahuan (sains).

Adapun bidang kajian ilmu pengetahuan tersebut mengacu pada jawaban


terhadapa pertanyaan : apa, bagaimana, dan untuk apa ?, Ketiga pertanyaan
tersebut dijadikan bidang kajian filsafat ilmu pengetahuan (sains) , yakni ontologi,
epistemology, dan aksiologi.

4 Juju S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005),
hal. 33.
5Conny R. Semiawan, Spirit Inovasi dalam Filsafat Ilmu, (Jakarta: Indeks, 2010), hal. 9.

4
A. Ontologi Pengetahuan Sains

Ontologi berasal dari kata Yunani on (ada), dan ontos berarti keberadaan.
Sedangkan logos berarti pemikiran. Jadi ontologi adalah pemikiran mengenai yang
ada dan keberadaanya. 6 Kata yunani onto berarti “yang ada secara
nyata,“ kenyataan yang sesungguhnya. 7 Ontologi adalah ilmu yang mengkaji
tentang hakikat ilmu, hakikat apa yang dikaji.8 Dikemukakan pula bahwa ontologi
adalah ilmu yang mengkaji apa hakikat ilmu pengetahuan (sains), apa hakikat
kebenaran rasional arau kebenaran deduktif dan kenyataan empiris yang tidak
terlepas dari persepsi tentang apa dan bagaimana (yang) “ada“ itu9

Cabang utama metafisika adalah ontologi, yakni studi mengenai kategorisasi


benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga
berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk
keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab-akibat, dan
kemungkinan. 10 Di samping itu, metafisika juga merupakan kajian tentang
keberadaan zat, hakikat pikiran, dan hakikat kaitan zat dengan pikiran 11. Jadi di sini
terjelaskan, kalau objek kajian ilmu pengetahuan (sains) dalam tataran ontologism,
tidak hanya menyangkut dan terbatas pada jangkauan panca indera manusia,
melainkan juga akal pikiran (rasio) manusia.

Adapun yang dimaksud dengan ontologi adalah kajian yang memusatkan diri
pada pemecahan esensi sesuatu atau wujud, tentang asas-asasnya dan realitas.
Asas-asas tentang sesuatu wujud yang nyata. Keberadaan dan realitasnya dapat
dicermati dan ditangkap oleh panca indera manusia. Dengan demikian, ontologi
adalah telaah secara filsafat yang ingin menjawab objek apa yang ditelaah oleh
ilmu? Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan objek
tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera)
yang membutuhkan pengetahuan ?.12

6Suparlan Surhatono, Filsafat Imu Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2008), hal.111.


7Nadiroh, ontologi, epistemologi, aksiologi, (2011), hal. 142
8Juju S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005),

hal. 61.
9
Nadiroh, ontologi, epistemologi, aksiologi, (2011), hal. 143
10Nadiroh, Ontologi, Epitemoligi, Aksiologi, hal. 139.
11Ibid,. hal 141.
12jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005),

hal. 33.

5
Dikemukakan, bahwa ontologI menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari
alam nyata yang sangat terbatas dari panca indera kita. Bagaimana realita yang ada
ini, adalah materi semata, apakah wujudnya bersifat tetap, kekal tanpa perubahan?
juga apakah realita itu juga berbentu satu unsur (monisme), dua unsur (dualisme),
atau banyak unsure (pluralisme). Dengan demikian, alam semesta ini sebagai
sebuah realita apakah juga berhakikat monistik atau pluralistik, bersifat tetap atau
berubah-ubah. Juga apakah alam semesta ini merupakan kesungguhan (aktual) atau
kemungkinan (potency).13

Dengan demikian ontology membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang
dapat dipikirkan manusia secara rasional yang bisa diamati melalui pancaindera
manusia. Wilayah ontologi terdapat pada jangkauan pengetahuan ilmiah
manusia.14Manakala ruang kajian ontologi tidak semata-mata dihubungkan dengan
pancaindera manusia, melainkan juga pikiran (rasio), maka objek telaahnya menjadi
tidak terbatas pada “wujud” materi semata. Tidak hanya objek bersifat materi
tetapi juga mencakup objek yang metafisik.

Dalam pengertian yang elbih luas, secara garis besarnya, pengertian aontologi
dapat dirumuskan menjadi : 1) ontology adalah studi tentang arti “ada” dan
“berada”, tentang ciri-ciri esensial dari yang ada dalam artin dirinya sendiri,
menurut bentuknya yang paling abstrak. 2) ontology adalah cabang filsafat yang
mempelajari tentang tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin, dengan
menggunakan kategori-kategori seperti, ada atau menjadi, aktualitas, atau
potensialitas, nyata atau penampakan, esensi atau eksistensi, kesempurnaan, ruang
dan waktu, perubahan dan sebagainya. 3) ontologi adalah cabang filsafat yang
mencoba melukiskan hakikat terakhir yang ada, yaitu Yang Satu, Yang Absolut,
Bentuk Abadi, Sempurna, dan keberadaan segala sesuatu yang mutlak bergantung
kepada-Nya, dan 4) ontology adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang
status realitas apakah nyata atau semu, apakah pikiran itu nyata, dan sebaginya . 15

13 Suparlan Surhatono, Filsafat Imu Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2008), hal.111.


14Nadiroh, Ontologi, Epitemoligi, Aksiologi, (2011), hal. 143.
15
Suparlan Surhatono, Filsafat Imu Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2008), hal.111-
112.

6
B. Epistemologi Pengetahuan Sains

Epistemologi berasal dari kata Yunani episteme yang berarti “pengetahuan”,


“pengetahuan yang benar“.“pengetahuan ilmiah“. dan logos berarti teori 16 Dengan
demikian, secara etimologis, epistemologis dapat diartikan sebagai teori ilmu
pengethauan. Sebagai cabang filsafat, epistemologi menyelidiki asal, sifat, metode,
dan bahasan pengetahuan manusia. Epistemologi juga disebut sebagai teori
pengetahuan (theory of knowledge). Epistemologi sebagai teori pengetahuan,
membahasa secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha kita untuk
memperoleh pengetahuan. Sebab pengetahuan dapat melalui proses tertentu yang
dinamakan metode keilmuan.17

Persoalan pokok epistimologi adalah menyangkut persoalan apa yang dapat


kita ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya. “what can we know, and how do
we know it”, jadi masalah pokok etimologi menyangkut “ belief, understanding,
reason, judgement, sensasion, imagination, supposing, guesting, learning and
forgetting. 18 Epistemologi adalah pengetahuan yang berusaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan yag mengacu pada proses. Dalam pandangan epistemologi
setiap pengetahuan merupakan hasil dari pemeriksaan dan penyelidikan benda
hingga akhirnya diketahui manusia.19
secara lebih rinci cakupan epistemologi dikemukan oleh jujun S.
Suriasumantri : Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan
yang berupa ilmu? bagaimana prosedurnya? hal-hal apa yang harus di perhatikan
agar kita mendapat pengetahuan yang benar? apakah yang disebut kebenaran itu,
dan apa kriterianya? cara, teknik, dan sarana yang membantu kita mendapatkan
pengetahuan berupa ilmu ?

Lebih jauh, epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang


memperlajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan sahnya pengetahuan.
Bila dalam filsafat pertanyaan pokoknya adalah “apakah ada itu?”, maka dalam
epistemology pertanyaan pokoknya adalah “apa yang dapat saya ketahui”

16 Nadiroh, Ontologi, Epitemoligi, Aksiologi, (2011), hal. 147.


17 jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005),

hal. 9.
18Suparlan Surhatono, Filsafat Imu Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2008), hal.117.
19Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1988), hal. 19.

7
Selanjutnya dikemukakan oleh prof.Dr.Nadiroh, bahwa persoalan-persoalan
epistemology adalah :
a. Apakah pengetahuan itu ?
b. Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu?
c. Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh?
d. Bagaimana validitas pengetahuan itu dapat dinilai?

Semua pengetahuan berusaha menemukan kebenaran. Apa yang dapat


diketahui tentang kebenaran. Epistemologi merupakan suatu bidang filsafat nilai
yang mempersoalkan tentang hakikat kebenaran, karena semua pengetahuan
mempersoalkan tentang kebenaran. 20 Sebagai sebuah prosedur, epistemologi
memiliki berbagai perangkat dalam upaya membantu kita memperoleh ilmu
pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu (sains) 21 .Namun karena pendapat tentang
kebenaran itu sendiri berbeda, sesuai dengan kriterianya masing-masing, maka
dalam epistemologi metode yang digunakan dalam emmperoleh ilmu pengetahuan
itu juga mengalami perbedaan.

Sehubungan dengan itu, maka proses metodis dalam rangk memperoleh


kebenaran secara epistemologis harus ditopang dengan sistem. Dengan adanya
sistem, akan terbentuk hubungan yang teratur dan konsisten di antara bagian-
bagian, shingga membentuk suatu keselurhan.22

C. Aksiologi Pengetahuan Sains

Merujuk ke asal katanya, aksiologi tersusun dari kata bahasa Yunani axios dan
logos. Axios berarti nilai dan logos berarti teori. Aksiologi adalah “teori tentang
nilai“. Nilai merupakan realitas yang abstrak yang berfungsi sebagai daya pendorong
atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Nilai menempati
kedudukan penting dalam kehidupan seseorang , sampai pada suatu tingkat dimana
sementara orang lebih siap mengorbankan hidup ketimbang mengorbankan nilai.
Nilai dapat dilacak dari tiga realitas, yakni : pola tingkah laku, pola berfikir,dan sikap-
sikap seorang pribadi atau kelompok.23

20Suparlan Surhatono, Op Cit., hal.118.


21
Jujun S. Suminarianti, , Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2000), hal.119
22
Suparlan Surhatono, Filsafat Imu Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2008), hal.120.
23Yvon Ambroise dan EM.K.Kaswardi, Pendidikan Nilai, (Jakarta: Gramedia Widya Sarana, 1993), hal.20.

8
Menurut Max Scheler, nilai-nilai itu terbangun dalam empat peringkat, yakni
1) nilai-nilai kenikmatan, 2) nilai-nilai kehidupan (kesehatan, kebugaran,
kesejahteraan umum), 3) nilai-nilai kejiwaan (keindahan, kebenaran, nilai murni
yang dapat dicapai filsafat), 4) nilai-nilai kerohanian (suci tak suci). Manusia
memahami nilai-nilai dengan hatinya, bukan dengan akal budinya. Lebih jauh
dikemukan, bahwa nilai sebagai suatu kata benda abstrak yang mengandung dua
pengertian . Dalam pengertian terbatas (sempit), berupa sesuatu yang baik, menarik,
dan bagus. Dalam pengertian luas, nilai mengacu pada kewajiban, kebenaran, dan
kesucian.24

Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan penggunaan ilmu
pengetahuan yang diperoleh, Ilmu pengetahuan ditujukan untuk kepentingan hidup
manusia, dengan menguasai ilmu pengetahuan (sains) , manusia akan mampu
mengobservasi, memprediksi, memanipulasi, dan menguasai alam.

Memang sejatinya ilmu pengetahuan (sains) digunakan bagi sebesar-besar


manfaat manusia. Manfaat bagi kehidupan manusia sebagai makhluk berperadaban
yang memiliki harkat dan martabat. Penggunaan produk ilmu pengetahuan
semestinya diarahkan pada upaya peningkatan peradaban, sejalan dengan nilai
kemanusiaan. yang berlaku. Jadi bukan sebaliknya.

24
Nadiroh, ontology, epistemologi, aksiologi, (2011), hal. 155.

9
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
pengetahuan Sains (ilmu pengetahuan) adalah segala persoalan di seputar
metode dan subtansi yang tidak terpisahkan dari filsafat alam Disebut sebagai
filsafat alam karena alam yang dijadikan kajian oleh para filsuf. Pemikir-pemikir itu
mendiskusikan asal-usul dan evolusi alam semesta, bentuk dan zatnya, struktur dan
hukum-hukumnya, dengan istilah-istilah yang seterusnya menjadi dasar
pembendaharaan untuk bahasa ilmiah, dengan tujuan mencari kebenaran.
Pengetahuan ilmiah mempunyai 5 ciri pokok sebagai berikut.
1. Empiris. Pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
2. Sistematis. Berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan
pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3. Objektif. Ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan
kesukaan pribadi.
4. Analitis. Pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke
dalam bagian-bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat,
hubunganm dan peranan dari bagian-bagian itu.
5. Verifikatif. Dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun juga.

Bidang kajian filsafat pengetahuan sains ada 3 yaitu :


1. Ontologi
Yaitu ilmu yang mencari eksensi dari eksistensi yang terakhir.dimana ontology
yaitu cabang utama metafisika, yang mempelajari tentang kategorisasi benda-
benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya, termasuk juga
mengenai keberadaan, kebedaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab-akibat,
dan kemungkinan.
2. Epistemologi
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode
dan batasan pengetahuan manusia, dan epistemologi juga disebut teori
pengetahuan.
3. Aksiologi
Yaitu teori tentang nilai, yang dapat diartikan sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.

jadi, Sains merupakan ilmu yang bersifat rasional empiris yakni sesuai logika
dan teori sesuai dengan kenyataan, sedangkan filsafat adalah ilmu yang hanya logis
tapi tidak empiris.

10
DAFTAR PUSTAKA
Hanafie, Rita dan Sutriono, Filsafat Ilmu dan Metodelogi Penelitian, Yogyakarta:
Andi Offset, 2007.
Nadiroh, Ontologi, Epitemoligi, AksiologI, 2011.

Rachmat, Aceng, Filsafat Ilmu Tujuan, Jakarta: Kencana, 2011.


Roverts S., Jerome, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007.
Salam, Burhanuddin, Pengantar Filsafat, Jakarta: Bumi Aksara, 1988.
Semiawan, Conny R., Spirit Inovasi dalam Filsafat Ilmu. Jakarta: Indeks, 2010.
Suhartono, Suparlan, Filsafat Imu Pengetahuan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008.
Suriasumantri, jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2005.

11

Anda mungkin juga menyukai