Kami sangat berterima kasih kepada dosen pembimbing kami, Bapak Alfajri
Kamal Ayu. S.Pd.i., M.A. selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu ,yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan keritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya. kami berharap semoga makalah ini menjadi
butir-butir amalan kita dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi
seluruh pembaca. Amin Yaa Rabbal 'Alamin.
CHAIRUL DANILA
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
BAB I ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
1. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
3. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN.............................................................................................................. 3
1. Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan).......................................................... 3
A. pengertian ..................................................................................................... 3
2. Bidang Kajian Filsafat Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan) ..................... 4
A. Ontologi Pengetahuan Sains ........................................................................ 5
B. Epistemologi Pengetahuan Sains ................................................................. 7
C. Aksiologi Pengetahuan Sains........................................................................ 8
BAB III ......................................................................................................................... 10
PENUTUP .................................................................................................................... 10
1. Kesimpulan ..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Maka dalam makalah ini kami mencoba menjelaskan ilmu pengetahuan (sains)
dan bidang kajian ilmu penetahuan (sains) yang mencakupi ontologi pengetahuan
sains, epistemologi pengetahuan sains, dan aksiologi pengetahuan sains.
1
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan) ?
2. Apa saja bidang kajian pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan) ?
3. Apa manfaat belajar Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan) ?
3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan).
2. Mengetahui bidang kajian pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan).
3. Mengetahui manfaat belajar Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan).
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengetahuan Sains (Ilmu Pengetahuan)
A. pengertian
Ilmu pengetahuan (sains) diambil dari kata bahasa inggris science, yang
berasal dari bahasa latin scientie dari bentuk kata kerja scire yang berarti
mempelajari, mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami
perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik. Dalam
bahasa jerman wissenchaft.1
The Liang Gie memberikan pengertian ilmu (sains) adalah rangkaian aktivitas
penelahaan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemaham
secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan
keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang
dimengerti manusia. ilmu harus diutamakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu
harus dilaksnakan dengan metode tertentu, dan akhirnya metodis itu
mendatangkan pengetahuan yang sistematis.
1 Jerome R.Roverts, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), hal.85
2 Aceng Rachmat, Filsafat Ilmu Tujuan, (Jakarta: Kencana 2011), hal.12.
3 Soetriono dan Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan Metodelogi Penelitian, (Yogyakarta: Andi Offset,2007), hal.
3
Jadi, ilmu pengetahuan (sains) merupakan cabang pengetahuan yang
mempunyai ciri-ciri tertentu yaitu empiris, sistematis, objektif, dan verifikatif. 4 ilmu
merupakan salah satu dari sekian pengetahuan, dan kadang juga disebut
pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) karena metode untuk memperolehnya
dilakukan melalui metode ilmiah5.
4 Juju S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005),
hal. 33.
5Conny R. Semiawan, Spirit Inovasi dalam Filsafat Ilmu, (Jakarta: Indeks, 2010), hal. 9.
4
A. Ontologi Pengetahuan Sains
Ontologi berasal dari kata Yunani on (ada), dan ontos berarti keberadaan.
Sedangkan logos berarti pemikiran. Jadi ontologi adalah pemikiran mengenai yang
ada dan keberadaanya. 6 Kata yunani onto berarti “yang ada secara
nyata,“ kenyataan yang sesungguhnya. 7 Ontologi adalah ilmu yang mengkaji
tentang hakikat ilmu, hakikat apa yang dikaji.8 Dikemukakan pula bahwa ontologi
adalah ilmu yang mengkaji apa hakikat ilmu pengetahuan (sains), apa hakikat
kebenaran rasional arau kebenaran deduktif dan kenyataan empiris yang tidak
terlepas dari persepsi tentang apa dan bagaimana (yang) “ada“ itu9
Adapun yang dimaksud dengan ontologi adalah kajian yang memusatkan diri
pada pemecahan esensi sesuatu atau wujud, tentang asas-asasnya dan realitas.
Asas-asas tentang sesuatu wujud yang nyata. Keberadaan dan realitasnya dapat
dicermati dan ditangkap oleh panca indera manusia. Dengan demikian, ontologi
adalah telaah secara filsafat yang ingin menjawab objek apa yang ditelaah oleh
ilmu? Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan objek
tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera)
yang membutuhkan pengetahuan ?.12
hal. 61.
9
Nadiroh, ontologi, epistemologi, aksiologi, (2011), hal. 143
10Nadiroh, Ontologi, Epitemoligi, Aksiologi, hal. 139.
11Ibid,. hal 141.
12jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005),
hal. 33.
5
Dikemukakan, bahwa ontologI menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari
alam nyata yang sangat terbatas dari panca indera kita. Bagaimana realita yang ada
ini, adalah materi semata, apakah wujudnya bersifat tetap, kekal tanpa perubahan?
juga apakah realita itu juga berbentu satu unsur (monisme), dua unsur (dualisme),
atau banyak unsure (pluralisme). Dengan demikian, alam semesta ini sebagai
sebuah realita apakah juga berhakikat monistik atau pluralistik, bersifat tetap atau
berubah-ubah. Juga apakah alam semesta ini merupakan kesungguhan (aktual) atau
kemungkinan (potency).13
Dengan demikian ontology membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang
dapat dipikirkan manusia secara rasional yang bisa diamati melalui pancaindera
manusia. Wilayah ontologi terdapat pada jangkauan pengetahuan ilmiah
manusia.14Manakala ruang kajian ontologi tidak semata-mata dihubungkan dengan
pancaindera manusia, melainkan juga pikiran (rasio), maka objek telaahnya menjadi
tidak terbatas pada “wujud” materi semata. Tidak hanya objek bersifat materi
tetapi juga mencakup objek yang metafisik.
Dalam pengertian yang elbih luas, secara garis besarnya, pengertian aontologi
dapat dirumuskan menjadi : 1) ontology adalah studi tentang arti “ada” dan
“berada”, tentang ciri-ciri esensial dari yang ada dalam artin dirinya sendiri,
menurut bentuknya yang paling abstrak. 2) ontology adalah cabang filsafat yang
mempelajari tentang tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin, dengan
menggunakan kategori-kategori seperti, ada atau menjadi, aktualitas, atau
potensialitas, nyata atau penampakan, esensi atau eksistensi, kesempurnaan, ruang
dan waktu, perubahan dan sebagainya. 3) ontologi adalah cabang filsafat yang
mencoba melukiskan hakikat terakhir yang ada, yaitu Yang Satu, Yang Absolut,
Bentuk Abadi, Sempurna, dan keberadaan segala sesuatu yang mutlak bergantung
kepada-Nya, dan 4) ontology adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang
status realitas apakah nyata atau semu, apakah pikiran itu nyata, dan sebaginya . 15
6
B. Epistemologi Pengetahuan Sains
hal. 9.
18Suparlan Surhatono, Filsafat Imu Pengetahuan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2008), hal.117.
19Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1988), hal. 19.
7
Selanjutnya dikemukakan oleh prof.Dr.Nadiroh, bahwa persoalan-persoalan
epistemology adalah :
a. Apakah pengetahuan itu ?
b. Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu?
c. Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh?
d. Bagaimana validitas pengetahuan itu dapat dinilai?
Merujuk ke asal katanya, aksiologi tersusun dari kata bahasa Yunani axios dan
logos. Axios berarti nilai dan logos berarti teori. Aksiologi adalah “teori tentang
nilai“. Nilai merupakan realitas yang abstrak yang berfungsi sebagai daya pendorong
atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Nilai menempati
kedudukan penting dalam kehidupan seseorang , sampai pada suatu tingkat dimana
sementara orang lebih siap mengorbankan hidup ketimbang mengorbankan nilai.
Nilai dapat dilacak dari tiga realitas, yakni : pola tingkah laku, pola berfikir,dan sikap-
sikap seorang pribadi atau kelompok.23
8
Menurut Max Scheler, nilai-nilai itu terbangun dalam empat peringkat, yakni
1) nilai-nilai kenikmatan, 2) nilai-nilai kehidupan (kesehatan, kebugaran,
kesejahteraan umum), 3) nilai-nilai kejiwaan (keindahan, kebenaran, nilai murni
yang dapat dicapai filsafat), 4) nilai-nilai kerohanian (suci tak suci). Manusia
memahami nilai-nilai dengan hatinya, bukan dengan akal budinya. Lebih jauh
dikemukan, bahwa nilai sebagai suatu kata benda abstrak yang mengandung dua
pengertian . Dalam pengertian terbatas (sempit), berupa sesuatu yang baik, menarik,
dan bagus. Dalam pengertian luas, nilai mengacu pada kewajiban, kebenaran, dan
kesucian.24
Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan penggunaan ilmu
pengetahuan yang diperoleh, Ilmu pengetahuan ditujukan untuk kepentingan hidup
manusia, dengan menguasai ilmu pengetahuan (sains) , manusia akan mampu
mengobservasi, memprediksi, memanipulasi, dan menguasai alam.
24
Nadiroh, ontology, epistemologi, aksiologi, (2011), hal. 155.
9
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
pengetahuan Sains (ilmu pengetahuan) adalah segala persoalan di seputar
metode dan subtansi yang tidak terpisahkan dari filsafat alam Disebut sebagai
filsafat alam karena alam yang dijadikan kajian oleh para filsuf. Pemikir-pemikir itu
mendiskusikan asal-usul dan evolusi alam semesta, bentuk dan zatnya, struktur dan
hukum-hukumnya, dengan istilah-istilah yang seterusnya menjadi dasar
pembendaharaan untuk bahasa ilmiah, dengan tujuan mencari kebenaran.
Pengetahuan ilmiah mempunyai 5 ciri pokok sebagai berikut.
1. Empiris. Pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
2. Sistematis. Berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan
pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3. Objektif. Ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan
kesukaan pribadi.
4. Analitis. Pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke
dalam bagian-bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat,
hubunganm dan peranan dari bagian-bagian itu.
5. Verifikatif. Dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun juga.
jadi, Sains merupakan ilmu yang bersifat rasional empiris yakni sesuai logika
dan teori sesuai dengan kenyataan, sedangkan filsafat adalah ilmu yang hanya logis
tapi tidak empiris.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hanafie, Rita dan Sutriono, Filsafat Ilmu dan Metodelogi Penelitian, Yogyakarta:
Andi Offset, 2007.
Nadiroh, Ontologi, Epitemoligi, AksiologI, 2011.
11