Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TATA ADMINISTRASI B3, PENGELOLAAN LIMBAH B3 (PLB3) &


PERIZINAN PLB3

1.1. Identifikasi B3 dan Limbah B3


1.1.1. Identifikasi B3

Untuk mengidentifikasi Bahan Kimia yang berkategori B3 (Bahan Berbahaya dan


Beracun) maka dapat dilakukan melalui Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB)
atau Material Safety Data Sheet (MSDS) bahan tersebut, dengan melihat bahan
yang terkandung beserta bahaya yang terkandung bahan.

Berdasarkan PP No 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan


Beracun (B3) definisi B3 adlah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan
atau jumahnya baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Sedangkan Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut,
mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan/ atau membuang B3.

Bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan sifat kimia, fisika
atau toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.

Bahan Berbahaya dan Beracun dapat diidentifikasi melalui MSDS atau lembar
keselamatan bahan yang dikeluarkan oleh produsen Bahan Kimia / B3.

B3 dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. mudah meledak (explosive);


b. pengoksidasi (oxidizing);
c. sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
d. sangat mudah menyala (highly flammable);
e. mudah menyala (flammable);
f. amat sangat beracun (extremely toxic);
g. sangat beracun (highly toxic);
h. beracun (moderately toxic); i. berbahaya (harmful);
j. korosif (corrosive); k. bersifat iritasi (irritant);
l. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
m. karsinogenik (carcinogenic); 255 n. teratogenik (teratogenic);
o. mutagenik (mutagenic).

Klasifikasi B3 di atas terdiri dari :


a. B3 yang dapat dipergunakan (Lampiran 1);
Contoh : Amoniak/ Ammonia (NH3), Asam Asetat/ Acetic Acid (CH3COOH),
Etana / Dimethyl, Methyl methane (C2H4)
b. B3 yang dilarang dipergunakan (Lampiran II Tabel 1); dan
Contoh : PCBs, Heptachlor, DDT, dll
c. B3 yang terbatas dipergunakan (Lampiran II Tabel 2)
Contoh : Chlorobenzilate, Mercury/ Air Raksa, CFC-12, Halon-1211, dst.

adapun jenis B3 dari masing-masing klasifikasi tersebut dapat dilihat dalam lampiran
Peraturan Menteri No 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan B3.

Setiap bahan B3 yang digunakan wajib terpasang symbol dan label B3 serta dilengkapi
dengan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet). Apabila
ditemukan kemasan B3 dalam kondisi rusak maka diwajibkan oleh pengguna untuk :

a. B3 yang masih dapat dikemas ulang, pengemasannya wajib dilakukan oleh


pengedar;
b. B3 yang tidak dapat dikemas ulang dan dapat menimbulkan pencemaran dan atau
kerusakan lingkungan dan atau keselamatan manusia, maka pengedar wajib
melakukan penanggulangannya.

Jika symbol dan label mengalami kerusakan maka wajib diberikan symbol dan label
yang baru. Adapun pihak yang bertanggung jawab untuk memberikan symbol dan
label untuk kerusakan pada tahap :

a. Produksi, tanggung jawabnya ada pada produsen/ penghasil;


b. Pengangkutan, tanggung jawabnya ada pada penanggung jawab kegiatan
pengangkutan;
c. Penyimpanan, tanggung jawabnya ada pada penanggung jawab kegiatan
penyimpanan.

Untuk B3 yang kadaluarsa dan atau tidak memenuhi spesifikasi dan atau bekas
kemasan, wajib dikelola sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan limbah B3.

Perusahaan wajib melibatkan seluruh karyawannya yang melakukan kegiatan


pengelolaan B3 untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk
mengendalikan bahan kimia yang berkategori B3 maka acuan dapat merujuk pada
Kepmenaker No. Kep.187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di
Tempat Kerja. Kewajiban perusahaan adalah mengendalikan bahan kimia berbahaya
di tempat kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja
(PAK). Beberapa cara untuk mengendalikan bahan kimia yang berbahaya adalah :

1. Menyediakan Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB/MSDS) dan Label


2. Menunjuk petugas K3 Kimia dan Ahli K3 Kimia
Pekerja dan pengawas B3 wajib dilakukan uji kesehatan secara berkala.

Ketentuan penyimpanan B3 belum diatur secara khusus dalam peraturan menteri.

Hubungan B3 dengan Limbah B3 adalah B3 dengan sisa dari penggunaan/


pemanfaatan, kesalahan Penanganan bahan atau B3 dengan off spec sisa bahan akan
menjadi limbah B3.

1.1.2. Identifikasi Limbah B3

Dalam pengelolaan limbah B3 di PLN sebagai kegiatan ketenagalistrikan,maka


kegiatan pengelolaan limbah B3 untuk setiap kegiatan ketenagalistrikan dapat dilihat
sesuai matriks berikut :

Tabel 3.1. Matriks Pengelolaan Limbah B3 berdasarkan Kegiatan Ketenagalistrikan

Pembangkit Pembangkit Kegiatan


berbahan Bakar Transmisi/G Penunjang
No Kegiatan Pengelolaan Berbahan Bakar
non Batubara I/Distribusi
Batubara

1 Identifikasi √ √ √ √
2 Pembuatan Neraca Limbah √ √ √ √
2 Pengurangan √ √ √ √
3 Penyimpanan √ √ √ √
4 Pengumpulan Sendiri X X X X
5 Pemanfaatan Sendiri √* √* √** √**
6 Pengolahan Sendiri √* √* √** √**
7 Penimbunan Sendiri √* X X X
8 Pengangkutan Pihak Ketiga √ √ √ √
9 Pengumpulan/ √ √ √ √
Pemanfaatan/ Pengolahan/
Penimbunan Pihak Ketiga
Keterangan :
√ = Wajib dilaksanakan
√* = Optional / dapat dilakukan
√** = Optional / dapat dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi
X = Tidak dilaksanakan

Ruang lingkup identifikasi limbah B3 meliputi identifikasi dan mengklasifikasikan limbah


B3 berdasarkan sifat, kategori dan sumbernya. Tujuan identifikasi limbah bertujuan
sebagai berikut :

a. Mengetahui sumber limbah;


b. Mengklasifikasikan limbah;
c. Mengetahui sifat limbah B3; dan
d. Mengetahui potensi jumlah dan dampak limbah B3.

Langkah awal pengelolaan limbah B3 adalah melakukan identifikasi limbah B3.


Tata cara identifikasi limbah B3 adalah sebagai berikut :

A. Mengidentifikasi limbah B3 melalui Peraturan Menteri LHK No 101 tahun 2014


1. Perusahaan membuat list limbah yang dihasilkan, dan dibuatkan dalam log book
limbah B3.
2. Limbah B3 yang dihasilkan kegiatan dicocokkan dengan tabel 1,2,3 dan 4 dalam
lampiran Peraturan Menteri LHK No 101 tahun 2014.
3. Apabila limbah tersebut terdapat dalam list lampiran peraturan tersebut dapat
dipastikan limbah tersebut adalah termasuk kategori limbah B3.
4. Apabila limbah tersebut tidak termasuk dalam list lampiran peraturan tersebut maka
kemungkinan besar limbah tersebut adalah limbah non B3.
5. Selanjutnya untuk limbah B3 perlu ditentukan kategori bahaya dari limbah B3 maka
diihat dari keterangan kategori dalam list lampiran peraturan tersebut, apakah
termasuk Limbah B3 kategori 1 atau kategori 2.

B. Mengidentifikasi limbah B3 diluar daftar limbah B3 – Peraturan Menteri LHK No 101


tahun 2014
1. Bila limbah yang dihasilkan tidak terdapat dalam lampiran I Permen LHK No 101
tahun 2014, namun terindikasi memiliki karakteristik limbah B3 maka dilakukan
tahapan identifikasi limbah apakah termasuk limbah B3 kategori 1, kategori 2 atau
limbah Non B3.
2. Pertama lakukan uji karakteristik limbah B3 untuk mengidentifikasi limbah B3
kategori 1 sbb :
- Karakteristik limbah B3 mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius,
korosif, melalui uji karakteristik sesuai lampiran II Permen LHK No 101 tahun
2014.
- Karakteristik Uji TCLP, apabila hasil zat pencemar dalam hasil lebih besar dari
kolom TCLP-A dalam lampiran III Permen LHK No 101 tahun 2014 maka limbah
B3 memiliki sifat beracun
- Karakteristik beracun melalui uji toksikologi LD50, jika hasil uji LD50 lebih kecil
dari atau sama dengan 50 mg/kg berat badan hewan uji.
3. Apabila tidak masuk kedalam kategori 1 maka dilakukan identifikasi limbah B3
kategori 2 meliputi uji :
- Karakteristik beracun melalui TCLP, apabila nilai zat pencemar lebih kecil dari
atau sama dengan konsentrasi zat pencemar pada kolom TCLP-A dan lebih
besar dari kolom TCLP-B sesuai Lampiran III Permen LHK No 101 tahun 2014.
- Karakteristik beracun melalui uji toksikologi LD50, jika nilai uji LD50 lebih besar
dari 50 mg/kg berat badan hewan uji dan lebih kecil dari atau sama dengan
5000 mg/kg berat badan uji.
4. Tahapan uji karakteristik dilakukan secara berurutan, dan tata cara uji karakteristik
sesuai peraturan Menteri LHK yaitu Permen LHK No 55 tahun 2015.
Metoda sampling dan uji karakteristik limbah B3 berdasarkan Peraturan Menteri LHK
Nomor 55 tahun 2015 adalah sebagai berikut :

UJI KARAKTERISTIK METODA UJI

Mudah Meledak Evaluating Explosive Reactivity of Explosive Contaminated


Solid Waste Substances Report of Investigations 9217,
Bureau of Mines, United States Department of The Interior

Mudah Menyala a. SNI 7184.3:2011. Karakteristik Limbah B3 – Bagian 3 :


Cara Uji Titik Nyala Dalam Limbah Cair dan Semi Padat
b. Metoda 1030 – US-EPA : Ignitability of Solids

Reaktif a. Metode 1040 – US-EPA : Test Method for Oxidizing


solids
b. Metode 1050 – US-EPA : Test Method for Determine
Substances likely to Spontaneously Combust

Infeksius Examination of water and wastewater – American Public


Health Association – American Water Works Association
(APHA-AWWA) 9260, 9510, atau 9610

Korosif a. SNI 06-6989.11:2004, untuk Limbah B3 cair


b. 9045D – US-EPA, untuk limbah B3 padat
c. 404 : Organization for economic cooperation and
development (OECD) acute dermal irritation / corrotion

Beracun

- TCLP 1311 – US-EPA : Toxicity Characteristic Leaching Procedur

- LD50 425 : OECD Guidelines for testing of chemicals, acute oral


toxicity – up and down procedure

- Sub Kronis Acuan normatif : OECD Guideline for testing of chemicals :


Repeated Dose 90-day Oral Toxicity Study in Rodent,
Adopyted 21st September 1998, France

Maka klasifikasi jenis limbah B3 berdasarkan PP 101 tahun 2014 adalah sebagai
berikut :
1. Limbah B3 berdasarkan kategori :
a. Kategori 1
b. Kategori 2
2. Limbah B3 berdasarkan sumber :
a. Sumber tidak spesifik (Lampiran I, Tabel 1)
b. Sumber Spesifik
- Sumber Spesifik Umum (Lampiran I, Tabel 3)
- Sumber Spesifik Khusus (Lampiran I, Tabel 4)
c. B3 kadaluarsa, B3 tumpah, B3 yang tidak memenuhi spesifikasi produk yang
akan dibuang dan bekas kemasan B3 (Lampiran I, Tabel 2)

Setiap kegiatan melakukan identifikasi terhadap seluruh limbah yang dihasilkan dari
seluruh kegiatan operasional, pemeliharaan dan penunjang di lokasi tersebut. Seluruh
hasil identifikasi limbah B3 wajib didokumentasikan.

Contoh Format tabel Identifikasi limbah B3 adalah sebagai berikut :


VI. 1 FORM IDENTIFIKASI LIMBAH B3
Nama Unit Penghasil :
NO NAMA SUMBER PRODUKSI SIFAT LIMBAH KATEGORI KODE
LIMBAH B3 LIMBAH B3 LIMBAH B3 LIMBAH B3
Kg/Hari Kg/Bulan (Karakteristik)

Jenis limbah B3 yang dihasilkan dari Kegiatan Ketenagalistrikan

1) Seluruh Kegiatan Ketenagalistrikan


a. Limbah Cair

Tabel 6.6. Jenis limbah B3 Cair yang dihasilkan dari Kegiatan Ketenagalistrikan
No. Nama Limbah Kode Limbah Kategori Karakteristik
limbah Limbah &
Simbol LB3
1 B105d 2
(kronis)
Minyak Pelumas Sumber
Bekas antara lain tidak
Minyak pelumas spesifik
bekas hidrolik, Korosif
Pelumas Bekas mesin, gear,
lubrikasi,
insulasi, heat
transmission, grit
chambers,
separator dan/
atau
pencampurannya
2 A332-1 1
(Akut)
Sludge dari Oil Sumber
treatment atau spesifik
fasilitas Umum
penyimpanan Padatan
Mudah
Terbakar
Sludge Bahan Bakar Minyak
(HSD, MFO) bekas
3 A106d 1
(Akut)
Limbah dari Sumber
laboratorium tidak
yang spesifik
mengandung B3
Beracun
Bahan Kimia B3 Cair
Kadaluarsa
No. Nama Limbah Kode Limbah Kategori Karakteristik
limbah Limbah &
Simbol LB3
4 A106d 1
(Akut)
Limbah dari Sumber
laboratorium tidak
yang spesifik
mengandung B3
Beracun

Air Limbah dari analisa


laboratorium B3
5 B105d 2
(kronis)
Minyak Pelumas Sumber
Bekas antara lain tidak
Minyak pelumas spesifik
bekas hidrolik,
Korosif
mesin, gear,
lubrikasi,
insulasi, heat
transmission, grit
chambers,
Minyak Trafo bekas separator dan/
atau
pencampurannya
6 Minyak Trafo bekas A101d 1
mengandung/ terkontaminasi Sumber
PCBs Tidak
Berbahaya

Berbahaya
bagi
lingkungan

b. Limbah Padat : Kain / Majun Terkontaminasi, Sludge oil, aki bekas, lampu TL
bekas, tanah terkontaminasi

Tabel 6.7. Jenis limbah B3 Padat yang dihasilkan dari Kegiatan


Ketenagalistrikan
No. Nama Limbah Kode Limbah Kategori Karakteristik
limbah Limbah &
Simbol LB3
1 B110d 2
(Kronis)
Kain majun Sumber
bekas (used tidak spesifik
rags) dan yang
sejenis Padatan
mudah
Majun / Kain / Lap terbakar
terkontaminasi LB3 / B3
2 A102d 1
(Akut)
Aki / baterai Sumber
bekas tidak spesifik

Accu / Baterai bekas Korosif


3 A103d 1
(Akut)
Debu dari fiber Sumber
asbes antara tidak spesifik
lain asbes biru,
asbes coklat,
asbes abu-abu Berbahaya
Asbes bekas bagi
lingkungan
4 B104d 2
(Kronis)
Kemasan Sumber
bekas B3 tidak spesifik

Beracun

Kemasan bahan kimia bekas


5 1
Bahan Kimia (Akut)
Kadaluarsa dari
Laboratorium,
Gudang Kimia
B3
Beracun
Bahan Kimia Kadaluarsa
No. Nama Limbah Kode Limbah Kategori Karakteristik
limbah Limbah &
Simbol LB3
6 B107d 2
(Kronis)
Limbah Sumber
elektronik tidak spesifik
termasuk
cathode ray
tube (CRT),
lampu TL,
Lampu TL Printed circuit
board (PCB), Beracun
karet kawat
(wire rubber)
7 B104d 2
(Kronis)
Kemasan Sumber
bekas B3 tidak spesifik

Kemasan B3 bekas

Beracun
8 B104d 2
(Kronis)
Kemasan Sumber
bekas B3 tidak spesifik

Beracun
Tabung gas bertekanan
bekas
9 A108d 1
(Akut)
Limbah Sumber
terkontaminasi tidak spesifik
B3
Padatan
mudah
Filter bekas BBM dan terbakar
Pelumas
Untuk kegiatan Pembangkit PLTU Batubara maka limbah B3 spesifik yang
dihasilkan dari kegiatan PLTU adalah sebagai berikut :

Tabel 6.8. Jenis limbah B3 Spesifik dari Kegiatan PLTU

No. Nama Limbah Kode Limbah Kategori limbah Karakteristik


Limbah &
Simbol LB3
1 B 409 2
(Kronis)
Spesifik Khusus

Fly Ash Berbahaya bagi


lingkungan

2 B 410 2
(Kronis)
Spesifik Khusus

Berbahaya bagi
Bottom Ash lingkungan
3 B414 2
(Kronis)
Sumber Spesifik
Khusus

Gypsum Berbahaya bagi


lingkungan
4 A104d 1
(Akut)
Sumber tidak
spesifik
No. Nama Limbah Kode Limbah Kategori limbah Karakteristik
Limbah &
Simbol LB3
Air lindi dari Landfill limbah
B3

Berbahaya bagi
lingkungan
5 B333-3 2
(Kronis)
Sumber spesifik
umum

Sludge IPAL

Berbahaya bagi
lingkungan
Limbah B3 yang dihasilkan dari Kegiatan GI / Transmisi / Distribusi adalah sebagai
berikut :

Tabel 2.xxx Jenis Limbah B3 dari Kegiatan GI/Transmisi/Distribusi

No. Nama Limbah Kode Kategori limbah Karakteristik Limbah &


Limbah Simbol LB3
1 Minyak Trafo Bekas B105d 2 (Kronis) Korosif
sumber tidak spesifik
2 Minyak Trafo A101d 1 (Akut) Berbahaya bagi
mengandung / Sumber tidak spesifik Lingkungan
terkontaminasi
PCBs

Adapun jenis limbah B3 yang umum dihasilkan dari kegiatan Penunjang berupa
aktivitas kantor, bengkel, gudang dan laboratorium di dalam area ketenagalistrikan
adalah sebagai berikut :

Tabel 2. xxx Jenis limbah B3 dari Kegiatan Penunjang

No Limbah B3 Kode Kategori


Limbah Bahaya
1 Aki/Baterai bekas A102d 1
2 Limbah Laboratorium yang mengandung B3 A106d 1
3 Limbah terkontaminasi B3 A108d 1
4 Refrigerant bekas dari peralatan elektronik A111d 1
5 Kemasan bekas B3 B104d 2
6 Minyak pelumas bekas: minyak pelumas B105d 2
bekas hidrolik, mesin, gear, lubrikasi, insulasi,
heat transmission, grit chambers, separator
dan/atau campurannya
7 Limbah elektronik: cathode ray tube (CRT), B107d 2
lampu TL, printed circuit board (PCB), karet
kawat (wire rubber)
8 Kain majun bekas (used rags) dan yang B110d 2
sejenis
9 Fotokopi (Toner bekas) B353-1 2
10 Limbah dari fasilitas pelayanan kesehatan:
a. Limbah klinis memiliki karakteristik A337-1 1
infeksius 1
b. Produk farmasi kadaluarsa A337-2 1
c. Bahan kimia kadaluarsa A337-3 1
d. Peralatan laboratorium terkontaminasi B3 A337-4 1
e. Peralatan medis mengandung logam A337-5
berat, termasuk merkuri (Hg), kadmium
(Cd) dan sejenisnya
11 Laboratorium riset dan komersial:
a. Bahan kimia kadaluarsa A338-1 1
b. Peralatan laboratorium terkontaminasi B3 A338-2 1
c. Residu sampel Limbah B3 A338-3 1
d. Sludge IPAL A338-4 1

Salah satu cara lainnya untuk mengidentifikasi sebuah produk apakah berkategori
B3 atau tidak adalah melalui MSDS (Material Safety Data Sheet) yang dikeluarkan
oleh setiap perusahaan produk tersebut. Informasi dari MSDS kemudian
dicocokkan dengan karakteristik B3 sesuai PP 74 tahun 2001. Jika salah satu
kriteria B3 tercantum pada MSDS, maka produk tersebut dapat digolongkan B3 dan
kemasan bekas produk tersebut harus dikelola sebagai limbah B3.

PCBs (Polychlorinated Biphenyls) adalah organic chlorine compound dengan


formula C12H10-xClx, Polychlorinated biphenyls adalah organic kimia grup atau
rumus yang mana tanpa bau atau aroma ringan solid atau cairan oli. Di Korea,
penjualan barang tersebut dilarang digunakan di tahun 1979.
PCBs banyak digunakan untuk hidrolik fluid, plastik, lem, bahan APK, cat jalanan,
anti debu agen, tinta, lubrikan, oli pemotong, sistem transfer pemanas, pembuatan
kertas ulang tanpa karbon. Adapun PCBs termasuk kategori POPs (Persistent
Organic Pollutants).
Dikarenakan sifat teknisnya, PCBs secara luas digunakan untuk mengisolasi
minyak dalam peralatan listrik berupa :
- Trafo
- Kapasitor
- Pemecah sirkuit minyak
- Kompresor
- Kabel listrik
- Ballast lampu neon

Selain peralatan listrik, PCBs juga banyak digunakan dalam cairan hidrolik dan
produk lain seperti cat, resin, tinta, pereaksi api, namun penggunaan terbanyak di
Oli Trafo.

Sifat PCBs yang menyebabkan senyawa tersebut berbahaya terhadap lingkungan


adalah sebagai berikut :

a. TERAKUMULASI SECARA BIOLOGIS


Penanganan untuk menjaga kesehatan manusia dan linkungan hidup dari zap
kimia bahaya yang bisa menimbulkan akibat penyakit atau kepunahan
kehidupan liar dan diadopsi tahun 2001 dan efeksif mulai tahun 2004 seluruh
dunia. Konvension ini memerlukan dimana parties eleiminasi dan/atau
mengurangi POPs, yang berpotensi menimbulkan penyakit kanker dan
mengandung zat kimia bisa menahan jarak jauh dan waktu yang lama.
b. BERACUN
Berbahaya bagi hewan, manusia dan lingkungan. Senyawa ini dapat
menyebabkan kanker, mengganggu sistem kekebalan tubuh, sistem saraf
dan menyebabkan penebalan kulit.

c. Saat senyawa kimia ini terlepas ke dalam lingkungan, senyawa ini akan tetap
berada dalam lingkungan selama generasi-generasi selanjutnya

Senyawa POPs telah dibahas dalam Konvensi Stockholm dimana menghasilkan


cara penanganan untuk menjaga kesehatan manusia dan linkungan hidup dari zap
kimia bahaya yang bisa menimbulkan akibat penyakit atau kepunahan kehidupan
liar dan diadopsi tahun 2001 dan efeksif mulai tahun 2004 seluruh dunia. Konvensi
Stockholm adalah perjanjian internasional pertama yang difokuskan pada
perlindungan lingkungan dan kesehatan manusia dari bahan kimia beracun. Saat
itu lebih dari 152 negara menandatangani dan 179 pihak yang berpartisipasi. Pada
awalnya konvensi ini untuk mengidentifikasi 12 bahan kimia untuk penghapusan
dan pengurangan dengan mekanisme penambahan lebih banyak bahan kimia.

Konvensi ini diperlukan untuk mengeliminasi dan/atau mengurangi senyawa POPs,


yang berpotensi menimbulkan penyakit kanker dan mengandung zat kimia bisa
menahan jarak jauh dan waktu yang lama. Konvensi Stockholm dilaksanakan
untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari bahan pencemar
organik yang persisten.

Dalam hasil konvensi Stockholm, senyawa PCBs masuk dalam lampiran A atau
termasuk yang harus dilakukan “Penghapusan”, dimana tidak boleh diproduksi dan
untuk penggunaan diatur lebih lanjut dalam bagian II lampiran tersebut. Untuk
bahan yang mengandung/ terkontaminasi PCBs diatur dlaam bagian II lampiran
sedangkan ketentuan terkait limbah PCBs diatur dalam pasal 6 hasil konvensi
tersebut.

Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi Stockholm melalui Undang-


Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2009 yang ditandatangani pada
tanggal 11 Juni 2009. Dengan ratifikasi tersebut Indonesia diwajibkan memiliki
manajemen POPs. Pemerintah Indonesia selanjutnya melakukan program
penghapusan POPs dari seluruh peralatan yang digunakan di Indonesia melalui
Project “Environmentally Sound Management and Disposal System” untuk limbah
PCBs dan Peralatan Terkontaminasi PCBs.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2014 telah


memasukkan Limbah yang mengandung Senyawa POPs dan UPOPs antara lain
PCBs, DDT, PCDD dan PCDF sebagai limbah B3 yang harus dikelola dengan kode
limbah A101d dengan kategori bahaya 1 (Akut).

Berdasarkan Konvensi Stockholm batasan minyak insulasi (trafo) yang terindikasi


mengandung/ terkontaminasi PCBs adalah sebagai berikut :

No Kategori Konsentrasi (ppm)

1 Non-PCBs 5 < [PCB]


2 Tidak Terdefinisi PCB 5 < [PCB] < 50
3 Terkontaminasi PCB 50 < [PCB] < 500
4 Murni PCB 500 < [PCB]
Adapun setelah negara meratifikasi konvensi Stockholm, suatu negara diwajibkan
untuk melakukan serangkaian langkah-langkah untuk memberikan perlindungan
masyarakat dan lingkungan dari POPs yaitu sebagai berikut :
- Menghilangkan produksi dan penggunaannya (Lampiran A bahan kimia)
Sebagian besar POPs yang terdaftar ditargetkan untuk eliminasi. Terdapat
beberapa pengecualian seperti produksi PCBs yang telah dilarang namun
penggunaannya dalam peralatan yang ada diperbolehkan hingga tahun 2025.
- Membatasi produksi dan penggunaannya (Lampiran B bahan kimia)
Konvensi ini memungkinkan penggunaan POPs tertentu secara terbatas dan
terkendali. Sementara alternatif bahan penggantinya yang relative aman harus
dicari. Contohnya DDT digunakan untuk mengontrol malaria diperbolehkan.
- Mengurangi produksi yang tidak dikehendaki dengan tujuan eliminasi
(Lampiran C bahan kimia). Konvensi ini mempromosikan penggunaan cara
terbaik yang tersedia untuk mencegah pelepasan dioksin dan furan dari
sumber utama ke lingkungan.
- Memastikan limbah yang mengandung POPs dikelola dengan aman dan cara
yang ramah lingkungan

Adapun kebijakan dan Rencana Strategi Pemerintah terkait PCBs adalah sebagai
berikut :

Di Indonesia, PCBs masuk ke dalam kategori limbah B3 berdasarkan lampiran 1


PP 101 tahun 2014, dengan kode limbah A101d.

Untuk mengetahui apakah suatu bahan mengandung PCBs, maka dapat dilakukan
identifikasi melalui 2 cara, yaitu visual dan Analisa laboratorium. Untuk jenis trafo
dan kapasitor maka identifikasi visual mudah dilakukan melalui mengetahui merek/
nama dagang minyak dielektrik yang digunakan. Pada tahun 2018 KLHK telah
menginformasikan kepada beberapa perusahaan termasuk PLN terkait beberapa
minyak dielektrik yang mengandung PCBs, yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Hal yang perlu dilakukan untuk mengelola bahan yang mengandung/
terkontaminasi PCBs sebelum menjadi limbah berdasarkan Konvensi Stockholm
adalah sebagai berikut :
1. Berupaya untuk mengidentifikasi, melabeli dan menghentikan penggunaan
peralatan yang mengandung PCBs.
2. Untuk mengurangi paparan dan risiko maka :
- gunakan hanya dalam peralatan yang utuh dan anti bocor dan hanya di area
dimana risiko dari kebocoran lingkungan dapat diminimalkan dan cepat
diperbaiki
- Tidak digunakan dalam peralatan di area yang terhubung dengan produksi
dan pengolahan pangan atau pakan.
- Ketika digunakan di area berpenduduk termasuk sekolah dan rumah sakit,
lakukan tindakan yang sewajarnya untuk mencegah kegagalan listrik yang
dapat mengakibatkan kebakaran, serta pemeriksaan rutin peralatan untuk
mencegah buangan
3. Peralatan mengandung PCs tidak boleh diekspor atau diimpor kecuali untuk
tujuan pengelolaan limbah yang ramah lingkungan
4. Kecuali untuk pemeliharaan dan layanan operasi, tidak diperbolehkan
pemulihan untuk tujuan digunakan kembali dalam peralatan lain dari cairan
yang mengandung PCBs di atas 0,005 persen.

Di PT PLN (Persero) identifikasi PCBs dalam minyak trafo pada trafo pembangkit dan
transmisi yang masih beroperasi telah dilakukan pada tahun 2015-2017, dan
selanjutnya akan dilanjutkan dengan identifikasi PCBs dalam minyak trafo pada trafo
yang sudah tidak beroperasi / offline.

Upaya pengelolaan PCBs di PT PLN (Persero) adalah sebagai berikut :

1. Pengadaan minyak insulasi trafo dengan kandungan PCBs yang aman


(Kandungan PCBs kurang dari 50 ppm).

2. Labelling trafo yang terindikasi terkontaminasi PCBs

3. Meminta Unit untuk memisahkan filter yang digunakan pada saat pemeliharaan
minyak trafo yang mengandung PCBs dengan minyak trafo yang tidak
mengandung PCBs

Contoh labelisasi peralatan & lokasi tercemar mengandung PCBs adalah sebagai
berikut :

Gambar xxx Contoh labelisasi Peralatan mengandung/ terkontaminasi PCBs

Adapun pedoman Pengelolaan PCBs setelah menjadi limbah berdasarkan Konvensi


Stockholm adalah sebagai berikut :

a. Kumpulan / Timbunan Limbah yang dikhawatirkan mengandung / terkontaminasi


PCBs agar dilakukan identifikasi.

b. Limbah yang mengandung PCBs dengan konsentrasi > 50 ppm agar dikelola sesuai
ketentuan Limbah B3 :

- Ditangani, dikumpulkan, diangkut dan disimpan dengan cara yang ramah


lingkungan.
- Dibuang sedemikian rupa agar kandungan polutan organik yang persisten
hancur atau tak terbentuk lagi sehingga tidak menunjukkan karakteristik polutan
tersebut.

- Tidak diizinkan untuk dikenakan operasi pembuangan yang dapat menyebabkan


pemulihan, daur ulang, reklamasi, penggunaan kembali secara langsung atau
penggunaan alternatif pencemar organik yang persisten;

- Tidak diangkut melintasi batas internasional tanpa memperhitungkan peraturan,


standar dan pedoman internasional yang relevan.

c. Area Terkontaminasi
Lakukan identifikasi terhadap lahan yang terkontaminasi limbah mengandung
PCBs dan lakukan remediasi dengan cara yang ramah lingkungan. Di Indonesia
ketentuan dalam Pemulihan lahan terkontaminasi limbah B3 merujuk pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 101 tahun 2014.

Saat menangani bahan yang diperkirakan mengandung PCBs maka wajib


menggunakan alat pelindung diri (APD) sebagai berikut :
Namun demikian di Indonesia, sebelum terbit peraturan khusus terkait pengelolaan
limbah PCBs maka pengelolaan limbah PCBs akan mengikuti ketentuan pengelolaan
limbah B3 dalam PP 101 tahun 2014 beserta peraturan turunannya.

1.2. Penyusunan Logbook B3 & Neraca Limbah B3


Kewajiban pengelolaan limbah B3 selanjutnya adalah melakukan pencatatan keluar
masuk limbah B3 melalui log book limbah B3, selanjutnya data limbah B3 dalam log
book limbah B3 direkap dalam neraca limbah B3 setiap bulan.

Form Log Book limbah B3 adalah sebagai berikut :

LOG BOOK LIMBAH B3


LEMBAR KEGIATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PT.................................................

MASUKNYA LIMBAH B3 KE TPS KELUARNYA LIMBAH B3 KE TPS SISA


No. Jenis limbah Tanggal Sumber Jumlah Maksimal Tanggal Jumlah Limbah Tujuan Bukti Nomor Sisa LB3 yang
B3 Masuk Masuk Limbah B3 Limbah B3 Penyimpanan Keluar B3 Penyerahan Dokumen ada di TPS
Limbah B3 masuk s/d tanggal t=0 Limbah
+ 90 hari, 180
hari
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k)

Form Neraca limbah B3 ada dua versi sebagai berikut :


NERACA LIMBAH
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Nama Perusahaan :
Bidang Usaha :
Periode waktu :

JUMLAH
I JENIS AWAL LIMBAH CATATAN :
(TON)
1. Limbah MFO (Lumpur & minyak bekas) 80,0000 - Berat total filter BBM =75 Bh x ± 0,5 Kg = 37,5 Kg
2. Limbah Solar Bekas 0,0000 - Berat Ken Bekas bahan kimia = 65 Bh x 0,5 Kg = 32,5 Kg = 0,0325 Ton
3. Filter BBM / Pelumas Bekas 0,0375
4. Kain Majun Bekas dan Kain Terkontaminasi 0,0255 - Limbah MFO Sisa Periode Sebelumnya sebesar 46,4 Ton dan Belum Diserahkan ke Pihak ke 3
5. Kemasan Bahan Kimia 0,0325 - Limbah MFO yang masuk Selama 5 (Lima) Bulan terkahir sebesar 33,6 Ton.
6. Bahan Kimia Kadaluasa 0,0000
7. Filter Catridge bekas 0,0000
8. Tabung Bekas WD 40, Cleaner / Dry Check 0,0000
9. Kaleng Bekas Cat / Thinner 0,0000
10. Tinta Printer 0,0000
TOTAL 80,1555
JUMLAH DOKUMEN PERIZINAN LIMBAH B3 DARI KLH
II PERLAKUAN JENIS LIMBAH YANG DI KELOLA
(TON) KONTROL ADA TIDAK ADA KADARLUASA
1. DI SIMPAN 20,0000 1) Limbah MFO (Lumpur & minyak bekas)
0,0000 2) Limbah Solar Bekas
0,0375 3) Filter BBM / Pelumas Bekas
0,0255 4) Kain Majun Bekas dan Kain Terkontaminasi
0,0325 5) Kemasan Bahan Kimia
0,0000 6) Bahan Kimia Kadaluasa
0,0000 7) Filter Catridge bekas
0,0000 8) Tabung Bekas WD 40, Cleaner / Dry Check
0,0000 9) Kaleng Bekas Cat / Thinner
0,0000 10) Tinta Printer
TOTAL 20,0955
2. DIMANFAATKAN
3. DI OLAH
4. DI TIMBUN
5. DI SERAHKAN KE PIHAK III 60,0000 1) Limbah MFO (Lumpur & minyak bekas)
0,0000 2) Limbah Solar Bekas
0,0000 3) Filter BBM / Pelumas Bekas
0,0000 4) Kain Majun Bekas dan Kain Terkontaminasi
0,0000 5) Kemasan Bahan Kimia
0,0000 6) Bahan Kimia Kadaluasa
0,0000 7) Filter Catridge bekas
0,0000 8) Tabung Bekas WD 40, Cleaner / Dry Check
0,0000 9) Kaleng Bekas Cat / Thinner
0,0000 10) Tinta Printer
TOTAL 60,0000
6. EKSPOR
7. PERLAKUAN LAIN
RESIDU
JUMLAH LIMBAH YANG BELUM TERKELOLA
TOTAL JUMLAH LIMBAH TERSISA
KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH B3
SELAMA PERIODE PENATAAN

Data- data tersebut di isi dengan sebenar-benarnya sesuai dengan kondisi yang ada

Mengetahui,

Gb. 2.xxx. Form Neraca Limbah B3


Untuk neraca limbah B3 yang digunakan untuk assessment PROPER dan telah diadopsi
oleh PLN dalam laporan kinerja lingkungan hidup menggunakan Form berikut :
NERACA PENGELOLAAN LIMBAH B3
PT.
PERIODE
LIMBAH DIKELOLA
Periode TAHUN 2019 TAHUN 2019 LIMBAH LIMBAH TIDAK KETERANGAN KODE MANIFEST
NO. JENIS LIMBAH B3 SUMBER SATUAN PERLAKUAN sebelumnya DISIMPAN DIMANFAATKAN DIOLAH DITIMBUN DISERAHKAN PIHAK
DIHASILKAN DIKELOLA
( SALDO ) DI TPS SENDIRI SENDIRI SENDIRI KETIGA BERIZIN
Jan Feb Mare April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

DIHASILKAN 50,000 25,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 175,000 - -

DISIMPAN DI TPS 100,000 150,000 175,000 175,000 175,000 175,000 175,000 175,000 175,000 175,000 175,000 175,000 175,000 175,000 disimpan di TPS LB3 -

pemanfaatan oli bekas untuk bahan


DIMANFAATKAN SENDIRI 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -
pembuatan ANFO

1 Oli bekas Proses TON DIOLAH SENDIRI 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

DITIMBUN SENDIRI 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

DISERAHKAN KEPIHAK KETIGA Pihak ketiga berizin (PT.


0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 AG000
BERIZIN Wiraswasta Gemilang Indonesia)

TIDAK DIKELOLA 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -

DIHASILKAN 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

DISIMPAN DI TPS 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 disimpan di TPS LB3 -

DIMANFAATKAN SENDIRI 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

2 Nama limbah Asal Limbah TON DIOLAH SENDIRI 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

DITIMBUN SENDIRI 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

DISERAHKAN KEPIHAK KETIGA Pihak ketiga berizin (PT.


0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
BERIZIN Wiraswasta Gemilang Indonesia)

TIDAK DIKELOLA 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -

DIHASILKAN 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

DISIMPAN DI TPS 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 disimpan di TPS LB3 -

DIMANFAATKAN SENDIRI 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

3 Nama limbah Asal Limbah TON DIOLAH SENDIRI 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

DITIMBUN SENDIRI 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

DISERAHKAN KEPIHAK KETIGA Pihak ketiga berizin (PT.


0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
BERIZIN Wiraswasta Gemilang Indonesia)

TIDAK DIKELOLA 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -

DIHASILKAN 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

DISIMPAN DI TPS 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 disimpan di TPS LB3 -

DIMANFAATKAN SENDIRI 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

4 Nama limbah Asal Limbah TON DIOLAH SENDIRI 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

DITIMBUN SENDIRI 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

DISERAHKAN KEPIHAK KETIGA Pihak ketiga berizin (PT.


0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
BERIZIN Wiraswasta Gemilang Indonesia)

TIDAK DIKELOLA 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -

DIHASILKAN 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

DISIMPAN DI TPS 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 disimpan di TPS LB3 -

DIMANFAATKAN SENDIRI 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

5 Nama limbah Asal Limbah TON DIOLAH SENDIRI 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

DITIMBUN SENDIRI 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 - -

DISERAHKAN KEPIHAK KETIGA Pihak ketiga berizin (PT.


0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
BERIZIN Wiraswasta Gemilang Indonesia)

TIDAK DIKELOLA 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 -

JUMLAH LIMBAH B3 175,000 175,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

100,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%


PERSENTASI PENAATAN
100,00% 0,00%

Gb. 2.XXX. Form Neraca Limbah B3

KETERANGAN
LIMBAH B3 YANG DIKELOLA = DISIMPAN DI TPS LB3 YANG BERIZIN
DIMANFAATKAN/DIOLAH SENDIRI DENGAN IZIN
DITIMBUN SENDIRI DENGAN IZIN
DISERAHKAN PIHAK KETIGA BERIZIN

LIMBAH B3 YANG TIDAK DIKELOLA = DISIMPAN DI TPS LB3 YANG TIDAK BERIZIN
DIMANFAATKAN/DIOLAH SENDIRI TANPA IZIN DARI KLH
DITIMBUN SENDIRI TANPA IZIN DARI KLH
DISERAHKAN PIHAK KETIGA TIDAK BERIZIN

JUMLAH LIMBAH B3 = SISA LIMBAH B3 PERIODE SEBELUMNYA + JUMLAH LIMBAH B3 YANG DIHASILKAN DALAM PERIODE INI

PERSENTASE LIMBAH B3 YANG DIKELOLA = JUMLAH DARI SEMUA LIMBAH YANG DIKELOLA DIBAGI DENGAN JUMLAH LIMBAH YANG DIHASILKAN DIKALIKAN 100%

Satuan limbah B3 yang digunakan untuk setiap jenis limbah B3 yang dimasukkan dalam
neraca limbah B3 harus dalam Ton, sehingga dapat dilakukan perhitungan persentase kinerja
pengelolaan limbah B3.

Cara Pengisian Neraca Limbah B3 :

1. Jumlah limbah B3 yang merupakan saldo pada tahun sebelumnya (tersimpan dalam
tempat penyimpanan) dimasukkan dalam kolom “Periode Sebelumnya (SALDO)” pada
baris “Dihasilkan” dan pada baris “Disimpan di TPS”.
2. Cara pengisian pada bulan berikutnya adalah :
a. Isi terlebih dahulu data total limbah yang dihasilkan yang berada dalam form log
book limbah B3 pada baris “Dihasilkan” pada bulan yang bersangkutan (jumlah ini
merupakan jumlah limbah dihasilkan pada bulan yang bersangkutan dan bukan
jumlah akumulasi dengan limbah B3 yang dihasilkan pada bulan sebelumnya).
b. Lanjutkan dengan pengisian pada baris selain “Disimpan di TPS” (isi baris
dimanfaatkan sendiri, diolah sendiri, ditimbun sendiri, diserahkan ke pihak ketiga
berizin dan tidak dikelola).
c. Untuk pengisian pada baris “Disimpan di TPS” adalah penjumlahan antara :
((jumlah limbah yang disimpan di TPS bulan sebelumnya + limbah B3 yang
dihasilkan pada bulan bersangkutan) – (jumlah limbah yang dimanfaatkan sendiri
+ diolah sendiri + ditimbun sendiri + diserahkan ke pihak ke 3 berizin + tidak
dikelola))
d. Biasanya kolom “disimpan di TPS” pada masing-masing bulan pada format yang
disampaikan tidak perlu diisi karena sudah terdapat formulasinya.

Catatan :

- Jumlah limbah yang dihasilkan selama periode penilaian dapat dilihat pada kolom
paling kanan dengan formula akumulasi dari periode penilaian.
- Jumlah limbah yang dimanfaatkan sendiri / diolah sendiri / ditimbun sendiri /
diserahkan ke pihak ketiga berizin/ tidak dikelola selama periode penilaian dapat
dilihat pada kolom paling kanan dengan formulasi akumulasi pada periode
penilaian.
- Jumlah limbah yang disimpan di TPS selama periode penilaian dapat dilihat pada
kolom paling kanan dengan formula KONDISI jumlah limbah yang berada di TPS
pada bulan terakhir saja (BUKAN AKUMULASI)

1.3. Perizinan PLB3


Kewajiban penghasil limbah B3 selanjutnya adalah memastikan setiap jenis
pengelolaan limbah B3 dilengkapi dengan izin pengelolaan limbah B3 dari Instansi
lingkungan sesuai kewenangannya. Izin pengelolaan limbah B3 meliputi Izin
Penyimpanan, Izin Pemanfaatan (jika dimanfaatkan sendiri), Izin Pengolahan (jika
diolah sendiri), dan izin Penimbunan (jika ditimbun sendiri). Perizinan pengelolaan
limbah B3 untuk setiap jenis kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.XXX. Perizinan Pengelolaan Limbah B3 di Kegiatan Ketenagalistrikan


Pembangkit Pembangkit Transmisi Kegiatan
No Kegiatan Pengelolaan Berbahan Bakar berbahan Bakar dan Penunjang
Batubara non Batubara Distribusi

1 Penyimpanan √ √ √ √
2 Pengumpulan Sendiri X X X X
3 Pemanfaatan Sendiri √* √* √** √**
4 Pengolahan Sendiri √* √* X X
5 Penimbunan Sendiri √* X X X
Keterangan :

√ = Wajib dilaksanakan
√* = Optional / dapat dilakukan
√** = Optional / dapat dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi
X = Tidak dilaksanakan

Setiap penghasil wajib memiliki Izin Penyimpanan limbah B3, setelah limbah B3
dilakukan penyimpanan (sesuai masa simpan maksimal limbah B3) dan selanjutnya
diserahkan pengelolaan lanjutannya kepada pihak lain maka Penghasil memiliki
kewajiban memastikan pihak lain tersebut memiliki perizinan pengelolaan limbah B3
yang sesuai.

Tahapan pengurusan izin Pengelolaan limbah B3 merujuk pada PP 101 tahun 2014
dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 95 tahun 2018 yang
mengatur pengurusan perizinan pengelolaan limbah B3 melalui OSS / pelayanan
perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik.

Pemerintah memandang PLN sebagai satu perusahaan, sehingga Pemerintah


memberikan hanya 1 NIB kepada PLN melalui PLN Kantor Pusat, sehingga seluruh
unit PLN yang akan mengurus perizinan melalui lembaga OSS tidak perlu mengajukan
NIB (Nomor Induk Berusaha). Untuk pengurusan izin lingkungan maupun izin
operasional/ izin PPLH, unit mengajukan surat permohonan proses pengurusan ke
DIVPPT di PLN Kantor Pusat. Adapun flow chart pengurusan selanjutnya dalam dilihat
pada gambar 2.XXX.

Izin Operasional Pengelolaan Limbah B3 untuk Penghasil Limbah B3 adalah izin yang
diberikan kepada Pelaku Usaha yang karena usaha dan/atau kegiatannya
menghasilkan Limbah B3 dan melakukan pengelolaan Limbah B3 dan melakukan
pengelolaan Limbah B3 berupa kegiatan penyimpanan Limbah B3, pemanfaatan
Limbah B3, pengolahan Limbah B3, penimbunan Limbah B3 dan/atau dumping
(pembuangan) Limbah B3.
Flowchart Proses Izin Operasional Pengelolaan Limbah B3 untuk penghasil melalui
lembaga OSS adalah sebagai berikut :

Gb. 2.XXX. Flow Chart Pengurusan Izin Pengelolaan LB3 melalui OSS

Setelah permohonan Izin, Divisi PPT akan mengurus perizinan kepada lembaga OSS
sampai izin berkomitmen terbit. Unit selanjutnya harus mengurus pemenuhan
komitmen sehingga terbit izin efektif. Unit sebaiknya mempersiapkan pemenuhan
komitmen sebelum proses pengajuan izin kepada DIVPPT, hal ini karena batas waktu
pemenuhan komitmen sangat singkat dan apabila sampai batas waktu yang
ditentukan syarat pemenuhan komitmen tidak dipenuhi maka izin berkomitmen batal,
dan pengurusan izin akan dimulai dari langkah pertama.

Pengajuan Permohonan pemenuhan komitmen kepada :


1. Penyimpanan Limbah B3, ke Bupati/Walikota;
2. Pemanfaatan Limbah B3, ke KLHK;
3. Pengolahan Limbah B3, ke KLHK;
4. Penimbunan Limbah B3, ke KLHK;
5. Dumping (Pembuangan) Limbah B3 ke KLHK;

Persyaratan Permohonan Pemenuhan Komitmen, adalah sebagai berikut :

1. Izin Operasional Pengelolaan Limbah B3 untuk Penghasil dengan Komitmen;


2. Pernyataan pemenuhan komitmen yang dilengkapi dengan dokumen teknis
meliputi:
a. Keterangan tentang lokasi;
b. Jenis Limbah B3 yang akan dikelola;
c. Sumber, karakteristik, dan kode Limbah B3 yang akan dikelola;
d. Tata letak dan desain konstruksi lokasi dan/atau bangunan Pengelolaan
Limbah B3;
e. Uji kualitas lingkungan;
f. Uraian Pengelolaan Limbah B3 yang dihasilkan dari proses Pengelolaan
Limbah B3;

g. Diagram alir proses Pengelolaan Limbah B3 yang dilengkapi dengan


keterangan dalam bentuk narasi;
h. Jenis dan Spesifikasi Peralatan Pengelolaan Limbah B3;
i. Fasilitas pengendalian pencemaran apabila menghasilkan polutan
pencemaran lingkungan;
j. Perlengkapan sistem tanggap darurat;
k. Laboratorium analisis dan/atau alat analisis Limbah B3;
l. Laporan realisasi kegiatan Pengelolaan Limbah B3; dan
m. Izin Pengelolaan Limbah B3 yang dimiliki.

Dalam pengurusan izin pengelolaan limbah B3 khususnya izin penyimpanan limbah


B3, unit agar memastikan semua jenis limbah B3 yang dihasilkan oleh kegiatannya
termasuk dalam ruang lingkup izin. Hal ini untuk menghindari terjadinya
ketidaksesuaian saat pengawasan oleh instansi lingkungan atau pihak eksternal yang
melalukan pengawasan.

Izin Pengelolaan limbah B3 memiliki masa berlaku yang dapat diperpanjang,


perpanjangan harus dilakukan minimal 60 hari sebelum masa izin pengelolaan limbah
B3 tersebut berakhir. Masa berlaku izin pengelolaan limbah B3 sesuai pasal 18
Permen LHK No 95 tahun 2018 tentang Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Terintegrasi dengan Izin Lingkungan melalui Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik adalah sebagai berikut :

No Jenis Kegiatan Pengelolaan LB3 Masa Berlaku Izin

1 Dumping (Pembuangan) 1 (Satu) Tahun


2 Penyimpanan 5 (Lima) Tahun
Pengumpulan
Pemanfaatan
Pengolahan
3 Penimbunan (Landfilling) 10 (Sepuluh) tahun
Unit agar memastikan masa berlaku izin dalam izin yang diterima telah sesuai dengan
peraturan tersebut, apabila terdapat masa berlaku yang kurang dari ketentuan di atas,
unit dapat berkoordinasi dengan penerbit izin (Bupati / Walikota/ Menteri) sesuai
kewenangannya.

Apabila terdapat perubahan-perubahan maka unit wajib mengajukan perubahan izin


melalui lembaga OSS. Adapun jenis perubahan yang dimaksud adalah sebagai
berikut :

a. Perubahan nama dan karakteristik limbah B3;


b. Desain, teknologi, metode, proses, kapasitas limbah B3; dan/ atau
c. Bahan baku atau bahan penolong berupa limbah B3

Perubahan izin tersebut tidak merubah masa berlaku izin semula.

Setelah izin terbit, kewajiban unit adalah mematuhi kewajiban yang tercantum dalam
izin pengelolaan limbah B3. Untuk itu unit harus meneliti dengan cermat kewajiban
yang tercantum dalam izin pengelolaan limbah B3 yang diterima. Contoh dictum
kewajiban dalam salah satu izin pengelolaan limbah B3 yang dimiliki unit sebagai
berikut :

1. Memperhatikan jenis limbah B3 yang dihasilkan dan pastikan sesuai Izin yang
dimiliki
2. Mencatat nama dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan;
3. Melakukan Penyimpanan limbah B3 sesuai ketentuan;
4. Melakukan pengelolaan lanjut sendiri atau diserahkan kepada pihak pengelola
lanjut setelah penyimpanan;
5. Memenuhi kewajiban dalam Izin Penyimpanan limbah B3;
6. Menyimpan sesuai masa simpan limbah B3;
7. Menyusun dan menyampaikan laporan penyimpanan limbah B3 minimal 1 kali
setiap 3 bulan kepada Bupati / Walikota setempat dengan tembusan Menteri LHK;
8. Mendapatkan penetapan penghentian kegiatan dari Menteri jika akan
menghentikan/ memindahkan lokasi penyimpanan.

Contoh izin Penyimpanan limbah B3 dan kewajiban Perusahaan dalam Izin tersebut :
Diktum kedua biasanya memuat kewajiban perusahaan/ pemegang izin. Selanjutnya
cek masa berlaku yang dimuat dalam diktum-diktum izin. Pastikan izin selalu masih
berlaku untuk menghindari temuan saat dilakukan pengawasan lingkungan oleh
eksternal yang bisa dilakukan sewaktu-waktu.

Izin Penyimpanan dapat berakhir apabila memenuhi hal berikut :

1. Masa berlaku izin habis dan tidak diperpanjang


2. Izin dicabut oleh Bupati / Walikota
3. Badan Usaha Perusahaan pemilik izin bubar
4. Izin Lingkungan Perusahaan dicabut

Referensi :

1. PP 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan B3


2. Presentasi Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya oleh Dr. Amirudin Direktorat
Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja
3. Presentasi Material Safety Data Sheet (Lembar Data Keselamatan Bahan)

Anda mungkin juga menyukai