Anda di halaman 1dari 59

BAB IV PEMANFAATAN LIMBAH B3 & PENIMBUNAN LIMBAH B3

Tujuan Mata Pelajaran

Setelah mengikuti mata pelajaran ini peserta mampu melaksanakan pemanfaatan dan
Penimbunan Limbah B3 di Unit masing-masing sesuai peraturan yang berlaku

Tujuan Pokok Bahasan

Setelah menyelesaikan pokok bahasan peserta mampu memahami:

1. Definisi Pemanfaatan LB3

2. Proses pemanfaatan LB3

3. Uji Coba Pemanfaatan LB3

4. Masa Berlaku persetujuan uji coba

5. Izin pemanfaatan LB3

6. Pengolahan LB3

7. Penimbunan LB3
4.1. PEMANFATAAN LIMBAH B3

4.1.1. Definisi Pemanfaatan Limbah B3

Pemanfaatan Limbah B3 adalah kegiatan penggunaan kembali, daur ulang, dan/atau


perolehan kembali yang bertujuan untuk mengubah Limbah B3 menjadi produk yang
dapat digunakan sebagai substitusi bahan baku, bahan penolong, dan/atau bahan
bakar yang aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup (PP 101 Th 2014).

Pemanfaat Limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan Pemanfaatan


Limbah B3 (PP 101 Th 2014).

Pemanfaatan Limbah B3 wajib dilaksanakan oleh Setiap Orang yang menghasilkan


Limbah B3, tidak mampu melakukan sendiri, Pemanfaatan Limbah B3 diserahkan
kepada Pemanfaat Limbah B3.

Pemanfaatan Limbah B3 dapat meliputi:

a. Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi bahan baku;

Contoh Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi bahan baku antara lain


Pemanfaatan Limbah B3 fly ash dari proses pembakaran batu bara pada kegiatan
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang dimanfaatkan sebagai substitusi bahan
baku alumina silika pada industri semen.

b. Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi sumber energi;

Contoh Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi sumber energi antara lain


Pemanfaatan Limbah B3 sludge minyak seperti oil sludge, oil sloop, dan oli bekas,
yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif pada industri semen.

c. Pemanfaatan Limbah B3 sebagai bahan baku;

Contoh pemanfaatan Limbah B3 sebagai bahan baku yaitu pemanfaatan Limbah


B3 oli bekas yang dimanfaatkan sebagai bahan baku utama pada industri daur
ulang oli bekas.
d. Pemanfaatan Limbah B3 sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Pemanfaatan Limbah B3 tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan:

a. ketersediaan teknologi;

b. standar produk jika hasil Pemanfaatan Limbah B3 berupa produk; dan

c. standar lingkungan hidup atau baku mutu lingkungan hidup.

4.1.2. Proses Pemanfaatan Limbah B3

Pemanfaat limbah B3 dilakukan oleh penghasil dan/atau badan usaha yang


melakukan pemanfaatan limbah B3. Badan usaha yang melaksanakan pemanfaatan
limbah B3 tersebut dapat berupa:

a. Pemanfaat limbah B3 sebagai kegiatan utama → dapat menerima limbah B3


langsung dari penghasil dan/atau pengumpul.

b. Pemanfaat limbah B3 bukan sebagai kegiatan utama → hanya dapat menerima


langsung dari penghasil limbah B3 yang komponennya konsisten dengan kriteria
pemanfaatan. Jika komponen limbah B3 nya tidak konsisten dengan kriteria
pemanfaatan maka wajib melalui pengumpul untuk memastikan pemenuhan
persyaratan teknis sebagai berikut:

• Pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi bahan adalah kadar salah satu


dan/atau total komponennya dapat berfungsi sebagai bahan dan memenuhi
persyaratan teknis untuk dilakukan recycle dan/atau recovery.

• Jenis limbah B3 dan kadar pencemar dalam limbah B3 yang boleh


dimanfaatkan ditentukan dalam persyaratan izin.

• Produk pemanfaatan limbah B3 sebagai produk akhir harus memenuhi SNI


(Standar Nasional Indonesia) atau standar lain yang setara.

• Produk pemanfaatan limbah B3 sebagai produk antara harus memenuhi


standar industri pengolah dan/atau pemanfaat berikutnya.

• Sisa limbah hasil pemanfaaan limbah B3 (residu) yang tidak dapat


dimanfaatkan dikelola sesuai dengan peraturanpengelolaan limbah B3
• Pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi bahan bakar harus memenuhi
kriteria:

1. kandungan kalori sama atau lebih besar dari 2500 kkal/kg;

2. kadar air sama atau lebih kecil dari 15% (lima belas persen); dan

3. tidak mengandung senyawa terhalogenasi.

• Jenis limbah B3 dan kadar pencemar dalam limbah B3 yang boleh


dimanfaatkan ditentukan dalam persyaratan izin.

• Emisi udara pemanfaatan limbah B3 sesuai dengan emisi udara pengolahan


limbah B3.

• Sebelum dilakukan pemanfaatan limbah B3 sebagai substitusi bahan bakar


harus dilakukan uji coba pembakaran limbah B3.

(Seluruh persyaratan teknis diatas wajib dilakukan uji komponen limbah B3 di


laboratorium terakreditasi).

Fasilitas pemanfaatan limbah B3 dapat digunakan sebagai fasilitas pemusnahan


limbah B3 atas persetujuan Menteri. Penghasil dan/atau pengumpul yang melakukan
kegiatan pemanfaatan limbah B3 wajib:

a. memiliki catatan penerimaan, penyimpanan, pemanfaatan dan pengolahan


limbah B3 lainnya;

b. memiliki neraca limbah B3; dan

c. melaporkan kegiatan pemanfaatan dan neraca limbah B3 paling sedikit 1 (satu)


kali dalam 6 (enam) bulan kepada Menteri, gubernur, bupati/walikota.

Pengawasan pemanfaatan Limbah B3 dilakukan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan


Hidup (PPLH) dan/atau Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD).

Setiap orang yang menghasilkan Limbah B3 dilarang melakukan Pemanfaatan


Limbah B3 dari sumber tidak spesifik dan sumber spesifik yang memiliki tingkat
kontaminasi radioaktif lebih besar dari atau sama dengan 1 Bq/cm (satu Becquerel
per sentimeter persegi) dan/atau konsentrasi aktivitas sebesar:

a. 1 Bq/gr (satu Becquerel per gram) untuk tiap radionuklida anggota deret uranium
dan thorium; atau
b. 10 Bq/gr (sepuluh Becquerel per gram) untuk kalium.

Pelarangan tersebut dimaksudkan untuk melindungi manusia dan makhluk hidup


lainnya dari paparan Limbah B3 yang berasal dari technologically enhanced naturally
occurring radioactive material (TENORM) yang mengandung radioaktivitas tertentu.

Pemanfaatan Limbah B3 wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan


Pemanfaatan Limbah B3. Untuk memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
kegiatan Pemanfaatan Limbah B3, mereka wajib memiliki:

a. Izin Lingkungan; dan

b. Persetujuan pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3 (diwajibkan untuk


pemanfaat Limbah B3 sebagai substitusi bahan baku yang tidak memiliki SNI dan
pemanfaat Limbah B3 sebagai substitusi sumber energi).

CONTOH PEMANFAATAN LIMBAH B3 (FABA):

(Sumber: Nilai Ekonomi Pemanfaatan FABA PLTU-PLN di Berbagai Sektor, Juli 2019)

a. Sebagai Bahan Pembentuk Paving Block

Proses pembuatan paving blok pada dasarnya membutuhkan bahan dasar agregat
kasar, agregat halus, semen dan air. Fly Ash difungsikan sebagai pengganti sebagian
dari fungsi semen, sedangkan bottom ash difungsikan sebagai bahan agregat kasar
dan agregat halus. Agregat adalah bahan-bahan campuran beton yang saling diikat
oleh perekat semen (CUR 2, 1993). Pada beton biasanya terdapat sekitar 65% sampai
80% volume agregat terhadap volume keseluruhan beton (Illstone & Domone 2001).
Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat
berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen, dan rapat, di mana agregat yang kecil
berfungsi sebagai pengisi celah yang ada di antara agregat berukuran besar (Nawy,
1998). Agregat halus adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi
alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat
pemecah batu, dan mempunyai ukuran butir terbesar 5 mm. Agregat kasar adalah
agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 5 mm.
b. Sebagai Bahan Pembuatan Tetrapod/Pemecah Ombak

Tetrapod merupakan jenis struktur beton berkaki empat yang berfungsi sebagai unit
pelindung pada pemecah gelombang atau pemecah ombak (breakwater). Sebelum
dibuat prototipe produk tetrapod terlebih dahulu dilakukan pengujian kuat tekan,
penyerapan air, density, modulus elastisitas dan ketahanan terhadap sulfat.
Bangunan tetrapod ini difungsikan untuk melindungi dinding pantai yang terletak
dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada
pantai. Spesifikasi teknis hasil uji specimen tetrapod kemudian dilakukan kuat tekan,
penyerapan air, density, modulus elastisitas dan ketahanan sulfat.

c. Sebagai Bahan Pembuatan Beton Geopolimer (ready mix)

Dalam pembuatan produk geopolimer [Donald WR. et al, 2009] menerapkan proporsi
campuran komposisi produk beton geopolimer digunakan bahan-bahan sebagai
berikut agregat kasar dan agregat halus, NaOH, water glass (Na 2SiO3), air dan super
plasticizer. Selanjutnya komposisi beton geopolimer tersebut dibentuk specimen
dengan ukuran tertentu kemudian dirawat (curing) didalam steam curing chamber.
Setelah dilakukan curing selama 14 hari nilai kuat tekannya sekitar 15 – 50 Mpa (150
– 500 kg/cm2).

Fly Ash selain untuk beton polimer, juga dapat dibuat bata polimer yaitu dengan
melarutkan water glass dalam air bersih setelah itu dicampurkan kedalam NaOH 40
%, dimana larutan ini berfungsi sebagai activator. Kemudian bahan Fly Ash
dimasukkan kedalam larutan activator sehingga terbentuk massa semen (binder) dan
selanjutnya agregat halus maupun agregat kasar dimasukkan kedalam massa binder
tersebut sambil diaduk aduk hingga merata sampai adukan agregat dan binder
membentuk massa worcable yang mudah dibentuk. Kemudian massa tersebut
dimasukkan kedalam cetakan bata pejal sehingga terbentuk bata lalu dimasukkan
dalam oven pengering sampai batanya mengeras. Bata geopolimer ersebut dilakukan
uji kekuatan tekan untuk umur 7 hari dan 14 hari masing masing nilai kuat tekan rata-
rata sebesar 227,5 kg/cm (K200) dan 258,64 kg/cm (K 250).

Terbentuknya bata geopolimer sehingga menjadi keras disebabkan karena ada reaksi
kimia 2 atau proses polimerisasi dari larutan NaOH dan water glass (Na2SiO3) dengan
bahan anorganik yaitu Fly Ash, yang dicampur dengan bahan agregat kasar atau
agregat halus. Sedangkan bata beton biasa tersusun dari agregat kasar (ukuran
butirnya > 4,75 mm) dan agregat halus (< 4,75 mm), air dan semen portland yang
terbentuk dari reaksi hidrasi semen. Bata beton biasa dari semen portland ini bersifat
kurang ramah lingkungan karena emisi gas rumah kaca (karbon dioksida) yang
dihasilkan pada proses produksi semen. Sebagai gambaran adalah untuk
memproduksi satu ton semen, ternyata gas rumah kaca yang dihasilkan sebesar lebih
kurang 0,8– 1,0 ton. Gas ini dilepaskan ke atmosfir dengan bebas dan kemudian
merusakkan lingkungan, diantaranya menyebabkan pemanasan global. Dengan
demikian dapat dikatakan bata geopolymer ini merupakan produk yang ramah
lingkungan dan hemat energi untuk suatu konstruksi bangunan dan untuk aplikasi
struktur bangunan lainnya.

4.2. UJI COBA PEMANFAATAN LB3


4.2.1. Uji Coba Pemanfaatan Limbah B3

Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 untuk memperoleh persetujuan


pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3 harus mengajukan permohonan
secara tertulis kepada Menteri dengan melengkapi persyaratan yang meliputi:

a. identitas pemohon;

b. akta pendirian badan hukum;

c. bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup


dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan Pemulihan Fungsi
Lingkungan Hidup; dan

d. dokumen rencana uji coba peralatan, metode, teknologi, dan/atau fasilitas


Pemanfaatan Limbah B3. Dokumen ini paling sedikit meliputi:

• lokasi uji coba;

• jadwal pelaksanaan uji coba;

• keterangan mengenai peralatan, metode, teknologi,

• dan/atau fasilitas Pemanfaatan Limbah B3;

• keterangan mengenai rencana pelaksanaan uji coba; dan

• prosedur penanganan pelaksanaan uji coba.

Menteri setelah menerima permohonan persetujuan pelaksanaan uji coba


Pemanfaatan Limbah B3, memberikan pernyataan tertulis mengenai kelengkapan
administrasi permohonan persetujuan paling lama 2 (dua) hari kerja sejak
permohonan diterima. Setelah permohonan dinyatakan lengkap, Menteri melakukan
verifikasi paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja. Jika hasil verifikasi
menunjukkan:

a. permohonan persetujuan memenuhi persyaratan → Menteri menerbitkan


persetujuan pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh)
hari kerja (tidak termasuk waktu untuk perbaikan) sejak hasil verifikasi diketahui.
Persetujuan tersebut paling sedikit memuat:

• identitas pemohon
• tata cara pelaksanaan uji coba

• nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan dimanfaatkan

• kewajiban pemohon untuk memenuhi standar pelaksanaan Pemanfaatan


Limbah B3; dan

• masa berlaku persetujuan

b. permohonan persetujuan tidak memenuhi persyaratan → Menteri menolak


permohonan persetujuan pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3 disertai
dengan alasan penolakan.

4.2.2. Masa Berlaku persetujuan uji coba

Persetujuan pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3 berlaku paling lama 1


(satu) tahun dan tidak dapat diperpanjang.

Setelah memperoleh persetujuan pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3,


maka pemohon wajib:

a. memulai pelaksanaan uji coba peralatan, metode, teknologi, dan fasilitas


Pemanfaatan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh) hari sejak persetujuan pelaksanaan
uji coba Pemanfaatan Limbah B3 diterima;

b. memenuhi standar pelaksanaan Pemanfaatan Limbah B3;

c. menaati baku mutu air Limbah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, jika uji coba menghasilkan air Limbah;

d. menaati baku mutu emisi udara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, jika uji coba menghasilkan emisi udara;

e. menghentikan pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3 jika hasil uji coba
menyebabkan dilampauinya standar lingkungan hidup;

f. menyampaikan laporan hasil pelaksanaan uji coba peralatan, metode, teknologi,


dan fasilitas Pemanfaatan Limbah B3, laporan tersebut paling sedikit memuat:

• nama dan karakteristik Limbah B3 yang pemanfaatannya diujicobakan;

• tata cara pelaksanaan uji coba peralatan, metode, teknologi, dan/atau fasilitas
Pemanfaatan Limbah B3;
• hasil pelaksanaan uji coba;

• pemenuhan terhadap standar yang ditetapkan dalam uji coba.

Laporan tersebut disampaikan kepada Menteri paling lama 7 (tujuh) hari sejak uji
coba dilaksanakan. Menteri setelah menerima laporan, memberikan keputusan
mengenai hasil pelaksanaan uji coba paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak laporan
diterima.

g. mengajukan permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan


Pemanfaatan Limbah B3 jika hasil uji coba memenuhi persyaratan Pemanfaatan
Limbah B3. Pengajuan permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pemanfaatan Limbah B3 wajib dilaksanakan paling lama 7 (tujuh) hari setelah
keputusan mengenai hasil pelaksanaan uji coba diterima.

Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 yang telah memperoleh persetujuan


pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3 wajib memiliki penetapan penghentian
kegiatan jika:

a. uji coba gagal;

b. bermaksud menghentikan usaha dan/atau kegiatan; atau

c. bermaksud mengubah penggunaan atau memindahkan lokasi dan/atau fasilitas uji


coba.

Untuk memperoleh penetapan penghentian kegiatan tersebut, wajib melaksanakan


Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup dan harus mengajukan permohonan secara
tertulis kepada Menteri dengan melengkapi:

a. identitas pemohon;

b. laporan hasil pelaksanaan uji coba; dan

c. laporan pelaksanaan Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup.

Menteri setelah menerima permohonan penetapan penghentian kegiatan uji coba,


melakukan evaluasi terhadap permohonan dan menerbitkan penetapan penghentian
kegiatan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonan diterima.

Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 yang telah memperoleh persetujuan


pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3, dilarang melakukan Pemanfaatan
Limbah B3 hingga memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pemanfaatan Limbah B3.

4.3. IZIN PEMANFAATAN LIMBAH B3

Permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3


dilengkapi dengan persyaratan yang meliputi:

a. salinan Izin Lingkungan;

b. salinan persetujuan pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3. (persyaratan


ini dikecualikan bagi pemohon yang menghasilkan produk sesuai SNI)

c. identitas pemohon;

d. akta pendirian badan hukum;

e. dokumen pelaksanaan hasil uji coba Pemanfaatan Limbah B3 yang memuat paling
sedikit nama, sumber, karakteristik, komposisi, jumlah, dan hasil uji coba Limbah
B3 yang akan dimanfaatkan;

f. dokumen mengenai tempat Penyimpanan Limbah B3 sesuai dengan ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sampai dengan Pasal 18 PP 101 Tahun
2014.

g. dokumen mengenai pengemasan limbah B3 sesuai dengan ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 PP 1010 tahun 2014. (persyaratan ini
dikecualikan bagi permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pemanfaatan Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus)

h. dokumen mengenai desain teknologi, metode, proses, dan kapasitas


Pemanfaatan Limbah B3 sesuai dengan yang tercantum dalam persetujuan
pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3;

i. dokumen mengenai nama dan jumlah bahan baku dan/atau bahan penolong
berupa Limbah B3 untuk campuran Pemanfaatan Limbah B3;

j. prosedur Pemanfaatan Limbah B3;

k. bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup


dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan Pemulihan Fungsi
Lingkungan Hidup; dan
l. dokumen lain sesuai peraturan perundangundangan.

Menteri setelah menerima permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan


Pemanfaatan Limbah B3, memberikan pernyataan tertulis mengenai kelengkapan
administrasi permohonan izin paling lama 2 (dua) hari kerja sejak permohonan
diterima. Setelah permohonan dinyatakan lengkap, Menteri melakukan verifikasi
paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja. Jika hasil verifikasi menunjukkan:

a. permohonan izin memenuhi persyaratan → Menteri menerbitkan izin Pengelolaan


Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh) hari kerja
sejak hasil verifikasi diketahui; (diumumkan melalui media cetak dan/atau media
elektronik paling lama 1 (satu) hari kerja sejak izin diterbitkan)

b. permohonan izin tidak memenuhi persyaratan → Menteri menolak permohonan


izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 disertai
dengan alasan penolakan.

Izin kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang. Permohonan perpanjangan izin kegiatan Pemanfaatan Limbah B3
diajukan secara tertulis kepada Menteri paling lama 60 (enam puluh) hari sebelum
jangka waktu izin berakhir, dengan melengkapi persyaratan sebagai berikut:

a. laporan pelaksanaan Pemanfaatan Limbah B3;

b. salinan Izin Lingkungan;

c. salinan persetujuan pelaksanaan uji coba Pemanfaatan Limbah B3;

d. identitas pemohon;

e. akta pendirian badan hukum;

f. dokumen mengenai tempat Penyimpanan Limbah B3 sesuai dengan ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (2) huruf f PP 101 tahun 2014.

g. dokumen mengenai pengemasan Limbah B3 sesuai dengan ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (2) huruf g PP 101 tahun 2014.
(persyaratan ini dikecualikan bagi permohonan perpanjangan izin Pengelolaan
Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik
khusus)
h. dokumen mengenai desain teknologi, metode, proses, dan kapasitas
Pemanfaatan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (2) huruf h
PP 101 tahun 2014.

i. dokumen mengenai nama dan jumlah bahan baku dan/atau bahan penolong
berupa Limbah B3 untuk campuran Pemanfaatan Limbah B3 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64 ayat (2) huruf I PP 101 tahun 2014.

j. prosedur Pemanfaatan Limbah B3; dan

k. bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup


dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan Pemulihan Fungsi
Lingkungan Hidup

Jika terdapat perubahan dokumen pada point d s/d k tersebut diatas, maka Menteri
dapat melakukan verifikasi dokumen dan menolak dengan memberikan alasan.
Namun jika tidak ada perubahan, maka Menteri melakukan evaluasi paling lama 10
(sepuluh) hari kerja sejak permohonan diterima. Jika hal hasil evaluasi tersebut
sebagai berikut:

a. permohonan perpanjangan izin memenuhi persyaratan → Menteri menerbitkan


perpanjangan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah
B3 paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak hasil evaluasi diketahui; atau

b. permohonan perpanjangan izin tidak memenuhi persyaratan → Menteri menolak


permohonan perpanjangan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pemanfaatan Limbah B3 disertai dengan alasan penolakan.

PERUBAHAN IZIN

Pemegang izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 wajib


mengajukan perubahan izin jika terjadi perubahan terhadap persyaratan yang
meliputi:

a. identitas pemegang izin;

b. akta pendirian badan hukum;

c. nama dan karakteristik Limbah B3 yang dimanfaatkan;

d. desain teknologi, metode, proses, kapasitas Pemanfaatan Limbah B3; dan/atau


e. bahan baku dan/atau bahan penolong berupa Limbah B3 untuk campuran
Pemanfaatan Limbah B3.

Permohonan perubahan izin tersebut, diajukan secara tertulis kepada Menteri paling
lama 30 (tiga puluh) hari setelah terjadi perubahan, dengan melengkapi dokumen
yang menunjukkan perubahan terhadap persyaratan point a s/d e diatas. Dalam hal
terjadi perubahan terhadap persyaratan pada point a dan/atau b, Menteri melakukan
evaluasi terhadap permohonan perubahan izin paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak
permohonan perubahan izin diterima. Dalam hal terjadi perubahan terhadap
persyaratan pada point c, d, dan/atau e, Menteri melakukan evaluasi terhadap
permohonan perubahan izin paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonan
perubahan izin diterima. Jika hasil evaluasi menunjukkan:

a. kesesuaian data → Menteri menerbitkan perubahan izin Pengelolaan Limbah B3


untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak hasil
evaluasi diketahui; atau

b. ketidaksesuaian data → Menteri menolak permohonan perubahan izin


Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 disertai dengan
alasan penolakan.

Catatan: waktu verifikasi yang dilakukan oleh Menteri, tidak termasuk waktu yang
diperlukan pemohon untuk memperbaiki dokumen. Yang dimaksud dengan
“ketidaksesuaian data” antara lain ketidaksesuaian antara nama pemegang izin
dengan nama pemilik usaha dan/atau kegiatan, ketidakabsahan antara data yang
diajukan dalam permohonan izin dengan persyaratan izin, dan ketidaksesuaian
antara data yang diajukan dalam permohonan izin dengan persyaratan izin.

Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 paling sedikit


memuat:

a. identitas pemegang izin;

b. tanggal penerbitan izin;

c. masa berlaku izin;

d. persyaratan lingkungan hidup (standar produk, standar lingkungan hidup, dan/atau


baku mutu lingkungan hidup).
e. kewajiban pemegang izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan
Limbah B3, yaitu:

• melakukan identifikasi Limbah B3 yang dikumpulkan;

• melakukan pencatatan nama dan jumlah Limbah B3 yang dimanfaatkan dari


Limbah B3 yang dihasilkannya;

• memfungsikan tempat Penyimpanan Limbah B3 sebagai tempat Penyimpanan


Limbah B3;

• menyimpan Limbah B3 yang akan dimanfaatkan ke dalam tempat


Penyimpanan Limbah B3;

• melakukan Pengumpulan Limbah B3 yang akan dimanfaatkan;

• memanfaatkan Limbah B3 sesuai dengan teknologi Pemanfaatan Limbah B3


yang dimiliki; dan

• menyusun dan menyampaikan laporan Pemanfaatan Limbah B3.

Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 berakhir jika:

a. masa berlaku izin habis dan tidak dilakukan perpanjangan izin;

b. dicabut oleh Menteri;

c. badan hukum pemegang izin bubar atau dibubarkan; atau

d. Izin Lingkungan dicabut.

Setelah izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 terbit,


pemegang izin wajib:

a. memenuhi persyaratan lingkungan hidup dan melaksanakan kewajiban


sebagaimana tercantum dalam izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pemanfaatan Limbah B3.

b. melakukan Pengumpulan Limbah B3 yang dihasilkannya sesuai dengan


ketentuan.

c. melakukan Penyimpanan Limbah B3 yang dihasilkan di tempat Penyimpanan


Limbah B3 sesuai dengan ketentuan.
d. melakukan pengemasan Limbah B3 yang dihasilkannya sesuai dengan ketentuan.
(dikecualikan bagi Pemanfaatan Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik
khusus)

e. melakukan Pemanfaatan Limbah B3 yang dihasilkannya sesuai dengan ketentuan.

f. menaati baku mutu air Limbah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, jika Pemanfaatan Limbah B3 menghasilkan air Limbah.

g. menaati baku mutu emisi udara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, jika Pemanfaatan Limbah B3 menghasilkan emisi udara.

h. menyusun laporan Pemanfaatan Limbah B3 dan menyampaikannya kepada


Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan sejak izin diterbitkan.
Laporan tersebut paling sedikit memuat:

• sumber, nama, jumlah, dan karakteristik Limbah B3;

• pelaksanaan Pemanfaatan Limbah B3 yang dihasilkannya.

Setiap Orang yang memperoleh izin Pemanfaatan Limbah B3 wajib memiliki


penetapan penghentian kegiatan jika bermaksud:

a. menghentikan usaha dan/atau kegiatan → jika iya, maka wajib melakukan


Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup dan harus mengajukan permohonan secara
tertulis kepada Menteri. Permohonan tersebut dilengkapi dengan:

• identitas pemohon;

• laporan pelaksanaan Pemanfaatan Limbah B3; dan

• laporan pelaksanaan Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup.

a. mengubah penggunaan atau memindahkan lokasi dan/atau fasilitas Pemanfaatan


Limbah B3.

Menteri setelah menerima permohonan penetapan penghentian kegiatan, melakukan


evaluasi terhadap permohonan dan menerbitkan penetapan penghentian kegiatan
paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonan diterima.
Dalam hal Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 tidak mampu melakukan
sendiri Pemanfaatan Limbah B3 yang dihasilkannya:

a. Pemanfaatan Limbah B3 diserahkan kepada Pemanfaat Limbah B3 → disertai


dengan bukti Penyerahan Limbah B3 (berupa keterangan penyerahan limbah B3,
berita acara, atau risalah). Salinan bukti penyerahan Limbah B3 disampaikan
kepada Menteri paling lama 7 (tujuh) hari setelah penyerahan Limbah B3.

b. dapat melakukan ekspor Limbah B3 yang dihasilkannya → jika tidak tersedia


teknologi Pemanfaatan Limbah B3 dan/atau Pengolahan Limbah B3 di dalam
negeri.

4.4. PENGOLAHAN LIMBAH B3

Pengolahan Limbah B3 wajib dilaksanakan oleh Setiap Orang yang menghasilkan


Limbah B3, namun jika tidak mampu melakukan sendiri, Pengolahan Limbah B3
diserahkan kepada Pengolah Limbah B3. Pengolahan Limbah B3 tersebut dapat
dilakukan dengan cara:

a. termal (dengan syarat → memenuhi standar emisi, efisiensi pembakaran ≥99,99%,


efisiensi penghancuran dan penghilangan senyawa POHCs ≥99,99%)

b. stabilisasi dan solidifikasi; dan/atau

c. cara lain sesuai perkembangan teknologi.

dengan mempertimbangkan ketersediaan teknologi; dan standar lingkungan hidup


atau baku mutu lingkungan hidup. Setiap orang yang akan melakukan pengolahan
limbah B3 wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan
Limbah B3, dan sebelumnya jg harus memiliki:

a. Izin Lingkungan; dan

b. Persetujuan pelaksanaan uji coba Pengolahan Limbah B3 (khusus untuk


pengolahan dengan termal dan cara lain sesuai perkembangan teknologi yang
tidak memiliki SNI).

Kewajiban orang yang sudah mendapatkan persetujuan uji coba pengolahan Limbah
B3 yaitu:

a. memulai pelaksanaan uji coba peralatan, metode, teknologi, dan fasilitas


Pengolahan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh) hari sejak persetujuan pelaksanaan
uji coba Pengolahan Limbah B3 diterima;
b. memenuhi standar pelaksanaan Pengolahan Limbah B3;

c. menaati baku mutu air Limbah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, jika uji coba menghasilkan air Limbah;

d. menghentikan pelaksanaan uji coba Pengolahan Limbah B3, jika hasil uji coba
menyebabkan dilampauinya standar lingkungan hidup dan/atau baku mutu
lingkungan hidup;

e. melaporkan hasil pelaksanaan uji coba peralatan, metode, teknologi, dan fasilitas
Pengolahan Limbah B3 (laporan paling sedikit memuat: nama dan karakteristik
Limbah B3 yang pengolahannya diujicobakan, tata cara pelaksanaan uji coba
peralatan, metode, teknologi, dan/atau fasilitas Pengolahan Limbah B3, hasil
pelaksanaan uji coba, pemenuhan terhadap standar yang ditetapkan dalam uji
coba).

f. mengajukan permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan


Limbah B3, jika hasil uji coba memenuhi persyaratan Pengolahan Limbah B3.

Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 yang telah memperoleh persetujuan


pelaksanaan uji coba

Pengolahan Limbah B3 wajib memiliki penetapan penghentian kegiatan jika:

a. uji coba gagal;

b. bermaksud menghentikan usaha dan/atau kegiatan; atau

c. bermaksud mengubah penggunaan atau memindahkan lokasi dan/atau fasilitas uji


coba.

Untuk memperoleh penetapan penghentian kegiatan, wajib melaksanakan Pemulihan


Fungsi Lingkungan Hidup dan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Menteri. Permohonan penetapan penghentian kegiatan yang dilengkapi dengan:

a. identitas pemohon;

b. laporan hasil pelaksanaan uji coba; dan

c. laporan pelaksanaan Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup.

Menteri setelah menerima permohonan tersebut melakukan evaluasi terhadap


permohonan dan menerbitkan penetapan penghentian kegiatan paling lama 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak permohonan diterima. Pemohon uji coba Pengolahan Limbah
B3 dilarang melakukan Pengolahan Limbah B3 hingga memperoleh izin Pengelolaan
Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3. Pemohon izin untuk kegiatan
Pengolahan Limbah B3 megajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri
dengan persyaratan yang meliputi:

a. salinan Izin Lingkungan;

b. salinan persetujuan pelaksanaan uji coba Pengolahan Limbah B3;

c. identitas pemohon;

d. akta pendirian badan hukum;

e. dokumen pelaksanaan hasil uji coba Pengolahan Limbah B3;

f. dokumen mengenai nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan
diolah;

g. dokumen mengenai tempat Penyimpanan Limbah B3

h. dokumen mengenai pengemasan Limbah B3

i. dokumen mengenai desain, teknologi, metode, proses, kapasitas, dan/atau


fasilitas Pengolahan Limbah B3

j. dokumen mengenai nama dan jumlah bahan baku dan/atau bahan penolong
berupa Limbah B3 untuk campuran Pengolahan Limbah B3;

k. prosedur Pengolahan Limbah B3;

l. bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup


dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan Pemulihan Fungsi
Lingkungan Hidup; dan

m. dokumen lain sesuai peraturan perundangundangan.

Permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3


kategori 2 dari sumber spesifik khusus dikecualikan dari persyaratan pada point h
yaitu dokumen mengenai pengemasan Limbah B3. Menteri setelah menerima
permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3
memberikan pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi permohonan izin
paling lama 2 (dua) hari kerja sejak permohonan diterima. Setelah permohonan
dinyatakan lengkap, Menteri melakukan verifikasi paling lama 45 (empat puluh lima)
hari kerja. Dalam hal hasil verifikasi menunjukkan:

a. permohonan izin memenuhi persyaratan, Menteri menerbitkan izin Pengelolaan


Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh) hari kerja
sejak hasil verifikasi diketahui; atau

b. permohonan izin tidak memenuhi persyaratan, Menteri menolak permohonan izin


Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 disertai dengan
alasan penolakan.

Penerbitan izin diumumkan melalui media cetak dan/atau media elektronik paling lama
1 (satu) hari kerja sejak izin diterbitkan. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pengolahan Limbah B3 berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

Permohonan perpanjangan izin

Permohonan perpanjangan izin tersebut diajukan secara tertulis kepada Menteri


paling lama 60 (enam puluh) hari sebelum jangka waktu izin berakhir. Permohonan
perpanjangan izin tersebut dilengkapi dengan:

a. laporan pelaksanaan Pengolahan Limbah B3;

b. salinan Izin Lingkungan;

c. salinan persetujuan pelaksanaan uji coba Pengolahan Limbah B3;

d. identitas pemohon;

e. akta pendirian badan hukum;

f. dokumen pelaksanaan hasil uji coba Pengolahan Limbah B3;

g. dokumen mengenai nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan
diolah;

h. dokumen mengenai tempat Penyimpanan Limbah B3

i. dokumen mengenai pengemasan Limbah B3

j. dokumen mengenai desain teknologi, metode, proses, kapasitas, dan/atau fasilitas


Pengolahan Limbah B3
k. dokumen mengenai nama dan jumlah bahan baku dan/atau bahan penolong
berupa Limbah B3 untuk campuran Pengolahan Limbah B3;

l. prosedur Pengolahan Limbah B3; dan

m. bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup


dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan Pemulihan Fungsi
Lingkungan Hidup.

Permohonan perpanjangan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan


Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus dikecualikan dari persyaratan
perpanjangan izin untuk dokumen mengenai pengemasan Limbah B3. Dalam hal
terdapat perubahan dokumen sebagaimana dimaksud pada point d sampai dengan
point l dan/atau point m diatas, penerbitan perpanjangan izin oleh Menteri
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Dalam hal tidak terdapat perubahan
dokumen, menteri melakukan evaluasi paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak
permohonan diterima. Berikut tindak lanjut hasil verifikasi permohonan perpanjangan
izin:

a. permohonan perpanjangan izin memenuhi persyaratan, Menteri menerbitkan


perpanjangan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3
paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak hasil evaluasi diketahui; atau

b. permohonan perpanjangan izin tidak memenuhi persyaratan, Menteri menolak


permohonan perpanjangan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pengolahan Limbah B3 disertai dengan alasan penolakan.

Perubahan Izin

Pemegang izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 wajib


mengajukan perubahan izin jika terjadi perubahan terhadap persyaratan yang
meliputi:

a. identitas pemohon;

b. akta pendirian badan hukum;

c. nama dan karakteristik Limbah B3 yang diolah;


d. desain, teknologi, metode, proses, kapasitas, dan/atau fasilitas Pengolahan
Limbah B3; dan/atau

e. bahan baku dan/atau bahan penolong berupa Limbah B3 untuk campuran


Pengolahan Limbah B3.

Permohonan perubahan izin tersebut diajukan secara tertulis kepada Menteri paling
lama 30 (tiga puluh) hari setelah terjadi perubahan. Permohonan perubahan izin
dilengkapi dengan dokumen yang menunjukkan perubahan terhadap persyaratan.
Dalam hal terjadi perubahan terhadap persyaratan sebagaimana dimaksud pada point
a dan/atau point b, Menteri melakukan evaluasi terhadap permohonan perubahan izin
paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan perubahan izin diterima. Dalam hal
terjadi perubahan terhadap persyaratan sebagaimana dimaksud pada point c, d,
dan/atau point e, Menteri melakukan evaluasi terhadap permohonan perubahan izin
paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonan perubahan izin diterima.
Dalam hal hasil evaluasi tersebut menunjukkan:

a. kesesuaian data, Menteri menerbitkan perubahan izin Pengelolaan Limbah B3


untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak hasil
evaluasi diketahui; atau

b. ketidaksesuaian data, Menteri menolak permohonan perubahan izin Pengelolaan


Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 disertai denganalasan
penolakan.

Jangka waktu seluruh verifikasi dan evaluasi tersebut diatas tidak termasuk waktu
yang diperlukan pemohon untuk memperbaiki dokumen. Izin Pengelolaan Limbah B3
untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 paling sedikit memuat:

a. identitas pemegang izin;

b. tanggal penerbitan izin;

c. masa berlaku izin;

d. persyaratan lingkungan hidup; dan

e. kewajiban pemegang izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan


Limbah B3.

Persyaratan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada point d paling sedikit


berupa pelaksanaan Pengolahan Limbah B3 sesuai dengan standar Pengolahan
Limbah B3. Kewajiban pemegang izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pengolahan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada huruf e paling sedikit meliputi:

a. melakukan identifikasi Limbah B3 yang dikumpulkan;

b. melakukan pencatatan nama dan jumlah Limbah B3 yang diolah;

c. memfungsikan tempat Penyimpanan Limbah B3 sebagai tempat Penyimpanan


Limbah B3;

d. menyimpan Limbah B3 yang akan diolah ke dalam tempat Penyimpanan Limbah


B3;

e. melakukan Pengumpulan Limbah B3 yang akan diolah;

f. mengolah Limbah B3 sesuai dengan teknologi Pengolahan Limbah B3 yang


dimiliki; dan

g. menyusun dan menyampaikan laporan Pengolahan Limbah B3.

Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 berakhir jika:

a. masa berlaku izin habis dan tidak dilakukan perpanjangan izin;

b. dicabut oleh Menteri;

c. badan hukum pemegang izin bubar atau dibubarkan; atau

d. Izin Lingkungan dicabut.

Setelah izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 terbit,


pemegang izin wajib:

a. memenuhi persyaratan lingkungan hidup dan melaksanakan kewajiban


sebagaimana tercantum dalam izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pengolahan Limbah B3;

b. melakukan Pengumpulan Limbah B3 yang dihasilkannya sesuai dengan ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31;

c. melakukan Penyimpanan Limbah B3 yang dihasilkan di tempat Penyimpanan


Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 ayat (3) huruf h;
d. melakukan pengemasan Limbah B3 yang dihasilkannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 115 ayat (3) huruf i;

e. melakukan Pengolahan Limbah B3 yang dihasilkannya sesuai dengan ketentuan


dalam izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3; dan

f. memenuhi standar pelaksanaan Pengolahan Limbah B3 sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 107 dan Pasal 108;

g. menaati baku mutu air Limbah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, jika Pengolahan Limbah B3 menghasilkan air Limbah;

h. melakukan penyimpanan residu dan/atau sisa pembakaran, jika Pengolahan


Limbah B3 dilakukan dengan cara termal; dan

i. menyusun dan menyampaikan laporan Pengolahan Limbah B3.

Dalam hal Pengolahan Limbah B3 dilakukan dengan cara termal, selain memenuhi
kewajiban diatas, pemegang izin wajib melakukan penyimpanan residu dan/atau sisa
pembakaran berupa abu dan cairan sesuai dengan ketentuan. Dalam hal Pengolahan
Limbah B3 dilakukan dengan cara stabilisasi dan solidifikasi, pemegang izin wajib
melakukan Penimbunan Limbah B3 hasil stabilisasi dan solidifikasi di fasilitas
penimbusan akhir Limbah B3. Laporan Pengolahan Limbah B3 sebagaimana
dimaksud pada point i paling sedikit memuat:

a. nama, sumber, jumlah, dan karakteristik Limbah B3; dan

b. pelaksanaan Pengolahan Limbah B3 yang dihasilkannya.

Laporan Pengolahan Limbah B3 disampaikan kepada Menteri paling sedikit 1 (satu)


kali dalam 3 (tiga) bulan sejak izin diterbitkan. Setiap Orang yang menghasilkan
Limbah B3 yang telah memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pengolahan Limbah B3 wajib memiliki penetapan penghentian kegiatan jika
bermaksud:

a. menghentikan usaha dan/atau kegiatan; atau

b. mengubah penggunaan atau memindahkan lokasi dan/atau fasilitas Pengolahan


Limbah B3.

Untuk memperoleh penetapan penghentian kegiatan, pemegang izin wajib melakukan


Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup dan harus mengajukan permohonan secara
tertulis kepada Menteri. Permohonan penetapan penghentian kegiatan tersebut
dilengkapi dengan:

a. identitas pemohon;

b. laporan pelaksanaan Pengolahan Limbah B3; dan

c. laporan pelaksanaan Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup.

Menteri setelah menerima permohonan melakukan evaluasi dan menerbitkan


penetapan penghentian kegiatan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
permohonan diterima. Dalam hal Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 tidak
mampu melakukan sendiri Pengolahan Limbah B3 yang dihasilkannya:

a. Pengolahan Limbah B3 diserahkan kepada Pengolah Limbah B3; atau

b. dapat melakukan ekspor Limbah B3 yang dihasilkannya.

Penyerahan Limbah B3 kepada Pengolah Limbah B3 disertai dengan bukti


penyerahan Limbah B3. Salinan bukti penyerahan Limbah B3 disampaikan kepada
Menteri paling lama 7 (tujuh) hari setelah penyerahan Limbah B3. Ekspor Limbah B3
sebagaimana dimaksud pada point b dapat dilakukan jika tidak tersedia teknologi
Pemanfaatan Limbah B3 dan/atau Pengolahan Limbah B3 di dalam negeri. Setiap
Orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 123 untuk dapat melakukan ekspor
Limbah B3 yang dihasilkannya wajib:

a. mengajukan permohonan notifikasi secara tertulis kepada Menteri;

b. menyampaikan rute perjalanan ekspor Limbah B3 yang akan dilalui;

c. mengisi formulir notifikasi dari Menteri; dan

d. memiliki izin ekspor Limbah B3.

Menteri menyampaikan notifikasi kepada otoritas negara tujuan ekspor dan negara
transit berdasarkan permohonan notifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a. Notifikasi yang disampaikan oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling sedikit memuat:

a. identitas Limbah B3 dan pemohon;

b. identitas importir Limbah B3 di negara tujuan;

c. nama, karakteritik, dan jumlah Limbah B3 yang akan diekspor; dan


d. waktu pelaksanaan ekspor Limbah B3.

Dalam hal notifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat disetujui oleh otoritas negara
tujuan dan negara transit Limbah B3, Menteri menerbitkan rekomendasi ekspor
Limbah B3. Rekomendasi ekspor Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
menjadi dasar penerbitan izin ekspor Limbah B3 yang diberikan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan. Persyaratan dan
tata cara permohonan dan penerbitan izin ekspor Limbah B3 dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengolah Limbah B3 untuk dapat melakukan Pengolahan Limbah B3 yang diserahkan


oleh Setiap Orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 123 ayat (1) huruf a wajib
memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3.
Pengolahan Limbah B3 oleh Pengolah Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan cara:

a. termal;

b. stabilisasi dan solidifikasi; dan/atau

c. cara lain sesuai perkembangan teknologi.

engolahan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan


mempertimbangkan:

a. ketersediaan teknologi; dan

b. standar lingkungan hidup atau baku mutu lingkungan hidup.

Limbah B3 yang diolah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berasal dari
Limbah B3 yang dihasilkan oleh 1 (satu) atau beberapa Penghasil Limbah B3.
Sebelum memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan
Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengolah Limbah B3 wajib memiliki:

a. Izin Lingkungan; dan

b. persetujuan pelaksanaan uji coba Pengolahan Limbah B3.

Persyaratan dan tata cara permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf a dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan.
Persetujuan pelaksanaan uji coba Pengolahan Limbah B3 sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) huruf b diwajibkan untuk Pengolahan Limbah B3 dengan cara:

a. termal sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a; dan

b. cara lain sesuai perkembangan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c yang tidak memiliki standar nasional Indonesia.

(8) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b diberikan oleh Menteri
untuk melaksanakan uji coba peralatan, metode, teknologi, dan/atau fasilitas
Pengolahan Limbah B3.

(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian kegiatan Pengolahan Limbah B3 yang
diwajibkan memiliki persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dan tata cara
pelaksanaan uji coba peralatan, metode, teknologi, dan/atau fasilitas Pengolahan
Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (8) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pengolah Limbah B3 untuk memperoleh persetujuan pelaksanaan uji coba
Pengolahan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125 ayat (8) harus
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri.

Permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan
persyaratan yang meliputi:

a. identitas pemohon;

b. akta pendirian badan hukum;

c. bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup


dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan Pemulihan Fungsi
Lingkungan Hidup; dan

d. dokumen rencana uji coba peralatan, metode, teknologi, dan/atau fasilitas


Pengolahan Limbah B3.

Dokumen rencana uji coba sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d paling sedikit
meliputi:

a. lokasi uji coba;

b. jadwal pelaksanaan uji coba;

c. keterangan mengenai peralatan, metode, teknologi, dan/atau fasilitas Pengolahan


Limbah B3;
d. keterangan mengenai rencana pelaksanaan uji coba; dan

e. prosedur penanganan pelaksanaan uji coba.

Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian dokumen rencana uji coba diatur dalam
Peraturan Menteri.

Menteri setelah menerima permohonan persetujuan pelaksanaan uji coba


Pengolahan Limbah B3 memberikan pernyataan tertulis mengenai kelengkapan
administrasi permohonan persetujuan paling lama 2 (dua) hari kerja sejak
permohonan diterima. Setelah permohonan dinyatakan lengkap, Menteri melakukan
verifikasi paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja. Dalam hal hasil verifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menunjukkan:

a. permohonan persetujuan memenuhi persyaratan, Menteri menerbitkan


persetujuan pelaksanaan uji

b. coba Pengolahan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak hasil verifikasi
diketahui; atau

c. permohonan persetujuan tidak memenuhi persyaratan, Menteri menolak


permohonan persetujuan pelaksanaan uji coba Pengolahan Limbah B3 disertai
dengan alasan penolakan.

Persetujuan pelaksanaan uji coba Pengolahan Limbah B3 paling sedikit memuat:

a. identitas pemohon;

b. tata cara pelaksanaan uji coba;

c. nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan diolah;

d. kewajiban pemohon untuk memenuhi standar pelaksanaan Pengolahan Limbah


B3; dan

e. masa berlaku persetujuan.

Jangka waktu verifikasi tidak termasuk jangka waktu yang diperlukan pemohon untuk
memperbaiki dokumen. Persetujuan pelaksanaan uji coba Pengolahan Limbah B3
berlaku paling lama 1 (satu) tahun dan tidak dapat diperpanjang. Setelah memperoleh
persetujuan pelaksanaan uji coba Pengolahan Limbah B3, Pengolah Limbah B3 wajib:
a. memulai pelaksanaan uji coba peralatan, metode, teknologi, dan fasilitas
Pengolahan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh) hari sejak persetujuan pelaksanaan
uji coba Pengolahan Limbah B3 diterima;

b. memenuhi standar pelaksanaan Pengolahan Limbah B3

c. menaati baku mutu air Limbah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, jika uji coba menghasilkan air Limbah;

d. menghentikan pelaksanaan uji coba Pengolahan Limbah B3, jika hasil uji coba
menyebabkan dilampauinya standar lingkungan hidup dan/atau baku mutu
lingkungan hidup;

e. melaporkan hasil pelaksanaan uji coba peralatan, metode, teknologi, dan fasilitas
Pengolahan Limbah B3; dan

f. mengajukan permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan


Limbah B3, jika hasil uji coba memenuhi persyaratan Pengolahan Limbah B3.

Dalam hal uji coba Pengolahan Limbah B3 dilakukan dengan cara termal, terhadap
residu dan/atau sisa pembakaran berupa abu dan cairan wajib dilakukan
penyimpanan. Penyimpanan residu dan/atau sisa pembakaran dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan Penyimpanan Limbah B3. Dalam hal uji coba Pengolahan Limbah
B3 dilakukan dengan cara stabilisasi dan solidifikasi, hasil stabilisasi dan solidifikasi
wajib dilakukan penimbunan di fasilitas penimbusan akhir Limbah B3. Laporan
sebagaimana dimaksud dalam point e diatas, paling sedikit memuat:

a. nama dan karakteristik Limbah B3 yang pengolahannya diujicobakan;

b. tata cara pelaksanaan uji coba peralatan, metode, teknologi, dan/atau fasilitas
pengolahan Limbah B3;

c. hasil pelaksanaan uji coba; dan

d. pemenuhan terhadap standar yang ditetapkan dalam uji coba.

Laporan tersbut disampaikan kepada Menteri paling lama 7 (tujuh) hari sejak uji coba
mulai dilaksanakan. Menteri setelah menerima laporan tersbut memberikan
keputusan mengenai hasil pelaksanaan uji coba paling lama 7 (tujuh) hari sejak
laporan diterima. Pengajuan permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pengolahan Limbah B3 wajib dilaksanakan paling lama 7 (tujuh) hari setelah
keputusan mengenai hasil pelaksanaan uji coba diterima.
Pengolah Limbah B3 yang telah memperoleh persetujuan pelaksanaan uji coba
Pengolahan Limbah B3 wajib memiliki penetapan penghentian kegiatan jika:

a. uji coba gagal;

b. bermaksud menghentikan usaha dan/atau kegiatan; atau

c. bermaksud mengubah penggunaan atau memindahkan lokasi dan/atau fasilitas uji


coba.

Untuk memperoleh penetapan penghentian kegiatan, Pengolah Limbah B3 wajib


melaksanakan Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup dan harus mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Menteri. Permohonan penetapan penghentian
tersebut dilengkapi dengan:

a. identitas pemohon;

b. laporan hasil pelaksanaan uji coba; dan

c. laporan pelaksanaan Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup.

Menteri setelah menerima permohonan, melakukan evaluasi terhadap permohonan


dan menerbitkan penetapan penghentian kegiatan paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak permohonan diterima. Pengolah Limbah B3 yang telah memiliki
persetujuan penghentian kegiatan, dilarang melakukan Pengolahan Limbah B3
hingga memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah
B3.

Pengolah Limbah B3 untuk memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan


Pengolahan Limbah B3 harus mengajukan permohonan izin Pengelolaan Limbah B3
untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 secara tertulis kepada Menteri. Permohonan
izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 tersebut
dilengkapi dengan persyaratan yang meliputi:

a. salinan Izin Lingkungan;

b. salinan persetujuan pelaksanaan uji coba Pengolahan Limbah B3;

c. bukti Penyerahan Limbah B3 dari Penghasil Limbah B3 kepada Pengolah Limbah


B3;

d. identitas pemohon;
e. akta pendirian badan hukum;

f. dokumen pelaksanaan hasil uji coba Pengolahan Limbah B3;

g. dokumen mengenai nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan
diolah;

h. dokumen mengenai tempat Penyimpanan Limbah B3;

i. dokumen mengenai pengemasan Limbah B3 sesuai dengan ketentuan;

j. dokumen mengenai desain teknologi, metode, proses, dan fasilitas Pengolahan


Limbah B3 sesuai dengan yang tercantum dalam persetujuan pelaksanaan uji
coba Pengolahan Limbah B3;

k. dokumen mengenai nama dan jumlah bahan baku dan/atau bahan penolong
berupa Limbah B3 untuk campuran Pengolahan Limbah B3;

l. prosedur Pengolahan Limbah B3;

m. bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup


dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan Pemulihan Fungsi
Lingkungan Hidup; dan

n. dokumen lain sesuai peraturan perundangundangan.

Permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pemanfaatan Limbah B3


kategori 2 dari sumber spesifik khusus dikecualikan dari persyaratan permohonan izin
sebagaimana dimaksud point i. Menteri setelah menerima permohonan izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 tersebut memberikan
pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi permohonan izin paling lama
2 (dua) hari kerja sejak permohonan diterima. Setelah permohonan dinyatakan
lengkap, Menteri melakukan verifikasi paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja.
Dalam hal hasil verifikasi menunjukkan:

a. permohonan izin memenuhi persyaratan, Menteri menerbitkan izin Pengelolaan


Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh) hari kerja
sejak hasil verifikasi diketahui; atau

b. permohonan izin tidak memenuhi persyaratan, Menteri menolak permohonan izin


Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 disertai dengan
alasan penolakan.
Penerbitan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3
diumumkan melalui media cetak dan/atau media elektronik paling lama 1 (satu) hari
kerja sejak izin diterbitkan. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan
Limbah B3 berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang. Permohonan
perpanjangan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3
diajukan secara tertulis kepada Menteri paling lama 60 (enam puluh) hari sebelum
jangka waktu izin berakhir. Permohonan perpanjangan izin tersebut dilengkapi
dengan:

a. laporan pelaksanaan Pengolahan Limbah B3;

b. salinan Izin Lingkungan;

c. salinan persetujuan pelaksanaan uji coba Pengolahan Limbah B3;

d. identitas pemohon;

e. akta pendirian badan hukum;

f. dokumen pelaksanaan hasil uji coba Pengolahan Limbah B3;

g. dokumen mengenai nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang


diolah;

h. dokumen mengenai tempat Penyimpanan Limbah B3 sesuai dengan ketentuan;

i. dokumen mengenai pengemasan Limbah B3 sesuai dengan ketentuan;

j. dokumen mengenai desain teknologi, metode, proses, dan kapasitas Pengolahan


Limbah B3;

k. dokumen mengenai nama dan jumlah bahan baku dan/atau bahan penolong
berupa Limbah B3 untuk campuran Pengolahan Limbah B3;

l. prosedur Pengolahan Limbah B3; dan

m. bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup


dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan Pemulihan Fungsi
Lingkungan Hidup.

Permohonan perpanjangan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan


Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus dikecualikan dari persyaratan
perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada point i. Dalam hal terdapat perubahan
dokumen di point d s/d l dan/atau point m, penerbitan perpanjangan izin Pengelolaan
Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 oleh Menteri dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan. Dalam hal tidak terdapat perubahan dokumen, Menteri melakukan
evaluasi paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan diterima. Dalam hal
hasil evaluasi menunjukkan:

a. permohonan perpanjangan izin memenuhi persyaratan, Menteri menerbitkan


perpanjangan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3
paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak hasil evaluasi diketahui; atau

b. permohonan perpanjangan izin tidak memenuhi persyaratan, Menteri menolak


permohonan perpanjangan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pengolahan Limbah B3 disertai dengan alasan penolakan.

Pemegang izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 wajib


mengajukan perubahan izin jika terjadi perubahan terhadap persyaratan yang
meliputi:

a. identitas pemohon;

b. akta pendirian badan hukum;

c. nama dan karakteristik Limbah B3 yang diolah;

d. desain teknologi, metode, proses, kapasitas, dan/atau fasilitas Pengolahan


Limbah B3; dan/atau

e. bahan baku dan/atau bahan penolong Limbah B3 untuk campuran Pengolahan


Limbah B3.

Permohonan perubahan izin diajukan secara tertulis kepada Menteri paling lama 30
(tiga puluh) hari setelah terjadi perubahan. Permohonan perubahan izin dilengkapi
dengan dokumen yang menunjukkan perubahan terhadap persyaratan diatas. Dalam
hal terjadi perubahan terhadap persyaratan point a dan/atau point b, Menteri
melakukan evaluasi terhadap permohonan perubahan izin paling lama 7 (tujuh) hari
kerja sejak permohonan perubahan izin diterima. Dalam hal terjadi perubahan
terhadap persyaratan pada point c, point d, dan/atau point e, Menteri melakukan
evaluasi terhadap permohonan perubahan izin paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja
sejak permohonan perubahan izin diterima. Dalam hal hasil evaluasi menunjukkan:
a. kesesuaian data, Menteri menerbitkan perubahan izin Pengelolaan Limbah B3
untuk kegitan Pengolahan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak hasil
evaluasi diketahui; atau

b. ketidaksesuaian data, Menteri menolak permohonan perubahan izin Pengelolaan


Limbah B3 untuk kegitan Pengolahan Limbah B3 disertai dengan alasan
penolakan.

Jangka waktu verifikasi sebagaimana dimaksud tidak termasuk waktu yang diperlukan
pemohon untuk memperbaiki dokumen. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pengolahan Limbah B3 paling sedikit memuat:

a. identitas pemegang izin;

b. tanggal penerbitan izin;

c. masa berlaku izin;

d. persyaratan lingkungan hidup yaitu berupa standar Pengolahan Limbah B3

e. kewajiban pemegang izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan


Limbah B3, kewajiban ini paling sedikit meliputi:

• melakukan identifikasi Limbah B3 yang dikumpulkan;

• melakukan pencatatan nama dan jumlah Limbah B3 yang diolah;

• memfungsikan tempat Penyimpanan Limbah B3 sebagai tempat Penyimpanan


Limbah B3;

• menyimpan Limbah B3 yang akan diolah ke dalam tempat Penyimpanan


Limbah B3;

• melakukan Pengumpulan Limbah B3 yang akan diolah;

• mengolah Limbah B3 sesuai dengan teknologi Pengolahan Limbah B3 yang


dimiliki; dan

• menyusun dan menyampaikan laporan Pengolahan Limbah B3.

Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 berakhir jika:

a. masa berlaku izin habis dan tidak dilakukan perpanjangan izin;


b. dicabut oleh Menteri;

c. badan hukum pemegang izin bubar atau dibubarkan; atau

d. Izin Lingkungan dicabut.

Setelah izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 terbit,


pemegang izin wajib:

a. memenuhi persyaratan lingkungan hidup dan melaksanakan kewajiban


sebagaimana tercantum dalam izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pengolahan Limbah B3;

b. melakukan Pengumpulan Limbah B3 yang dihasilkannya sesuai dengan


ketentuan(PP 101 Th 2014: pasal 31);

c. melakukan Penyimpanan Limbah B3 yang dihasilkan di tempat Penyimpanan


Limbah B3 sesuai dengan ketentuan (PP 101 Th 2014: Pasal 135 ayat 2 huruf h);

d. melakukan pengemasan Limbah B3 yang dihasilkannya sesuai dengan ketentuan


(PP 101 Th 2014: Pasal 135 ayat 2 huruf i);

e. melakukan Pengolahan Limbah B3 yang dihasilkannya sesuai dengan ketentuan


dalam izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3;

f. memenuhi standar pelaksanaan Pengolahan Limbah B3 (PP 101 Th 2014: Pasal


107 dan Pasal 108);

g. menaati baku mutu air Limbah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, jika Pengolahan Limbah B3 menghasilkan air Limbah;

h. melakukan penyimpanan residu dan/atau sisa pembakaran jika Pengolahan


Limbah B3 dilakukan dengan cara termal; dan

i. menyusun dan menyampaikan laporan Pengolahan Limbah B3.

Dalam hal Pengolahan Limbah B3 dilakukan dengan cara termal, selain memenuhi
kewajiban diatas, Pengolah Limbah B3 wajib melakukan penyimpanan residu
dan/atau sisa pembakaran berupa abu dan cairan sesuai dengan ketentuan (PP 101
Th 2014: Pasal 13 s/d Pasal 18). Dalam hal Pengolahan Limbah B3 dilakukan dengan
cara stabilisasi dan solidifikasi, selain memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud
diatas, Pengolah Limbah B3 wajib melakukan Penimbunan Limbah B3 hasil stabilisasi
dan solidifikasi di fasilitas penimbusan akhir Limbah B3. Laporan Pengolahan Limbah
B3 paling sedikit memuat:

a. sumber, nama, jumlah, dan karakteristik Limbah B3; dan

b. pelaksanaan Pengolahan Limbah B3.

Laporan Pengolahan Limbah B3 disampaikan kepada Menteri paling sedikit 1 (satu)


kali dalam 3 (tiga) bulan sejak izin diterbitkan. Pengolah Limbah B3 wajib memiliki
penetapan penghentian kegiatan jika bermaksud:

a. menghentikan usaha dan/atau kegiatan; atau

b. mengubah penggunaan atau memindahkan lokasi dan/atau fasilitas Pemanfaatan


Limbah B3.

Untuk memperoleh penetapan penghentian kegiatan, Pengolah Limbah B3 wajib


melakukan Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup dan harus mengajukan permohonan
secara tertulis kepada Menteri. Permohonan tersebut dilengkapi dengan:

a. identitas pemohon;

b. laporan hasil pelaksanaan Pengolahan Limbah B3; dan

c. laporan pelaksanaan Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup.

Menteri setelah menerima permohonan penghentian kegiatan, melakukan evaluasi


terhadap permohonan dan menerbitkan penetapan penghentian kegiatan paling lama
30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonan diterima.

4.5. PENIMBUNAN LIMBAH B3

Setiap Orang yang menghasilkan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib
melaksanakan Penimbunan Limbah B3. Jika tidak mampu melakukan sendiri,
Penimbunan Limbah B3 diserahkan kepada Penimbun Limbah B3. Penimbunan
Limbah B3 wajib memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan
Limbah B3. Penimbunan Limbah B3 dapat dilakukan pada fasilitas Penimbunan
Limbah B3 berupa:

a. penimbusan akhir (kelas I, kelas II, kelas III);

b. sumur injeksi;

c. penempatan kembali di area bekas tambang;


d. dam tailing (contoh: untuk tailing dari kegiatan pertambangan yang memiliki
tingkat kontaminasi radioaktif); dan/atau

e. fasilitas Penimbunan Limbah B3 lain sesuai perkembangan ilmu pengetahuan


dan teknologi.

Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 yang akan melakukan Penimbunan


Limbah B3 pada fasilitas penimbusan akhir wajib melakukan uji total konsentrasi zat
pencemar sebelum mengajukan permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
Penimbunan Limbah B3. Uji total konsentrasi zat pencemar tersebut dilakukan
terhadap Limbah B3 sebelum diolah dan/atau ditimbun untuk menentukan kelas
fasilitas penimbusan akhir Limbah B3.

Limbah B3 yang akan ditimbun di fasilitas penimbusan akhir wajib dilakukan:

a. uji total konsentrasi zat pencemar (harus dilakukan di laboratorium terakreditasi);

b. uji TCLP → dilakukan untuk memprediksi potensi pelindian B3 dari suatu Limbah
(harus dilakukan di laboratorium terakreditasi). Limbah B3 yang akan ditimbun
wajib memenuhi baku mutu karakteristik beracun melalui TCLP sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Permenlhk No. P.63/Menhk/Setjen/KUM.1/7/2016.
Jika tidak memenuhi, maka Limbah B3 wajib diolah terlebih dahulu dengan cara
stabilisasi atau solidifikasi.

c. uji tingkat kontaminasi radioaktif → dilakukan terhadap Limbah B3 kategori 2 dari


sumber spesifik khusus (harus dilakukan di laboratorium terakreditasi). Terhadap
Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus yang memiliki tingkat
kontaminasi radioaktif lebih besar dari atau sama dengan 1 Bq/cm (satu Becquerel
per sentimeter persegi) dan/atau konsentrasi aktivitas sebesar:

• 1 Bq/gr (satu Becquerel per gram) untuk tiap radionuklida anggota deret
uranium dan thorium; Radionuklida yang dimaksud meliputi:

i. Uranium-238 (U-238);

ii. Plumbum-210 (Pb-210);

iii. Radium-226 (Ra-226);

iv. Radium-228 (Ra-228);

v. Thorium-228 (Th-228);
vi. Thorium-230 (Th-230);

vii. Thorium-234 (Th-234); dan

viii. Polonium-210 (Po-210) ' (hanya berlaku untuk penentuan konsentrasi


aktivitas radionuklida anggota deret uranium dan thorium pada Limbah B3
yang berasal dari kegiatan eksploitasi dan pengilangan gas bumi).

• 10 Bq/gr (sepuluh Becquerel per gram) untuk kalium,

Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus yang tidak memenuhi ketentuan
diatas penimbunannya wajib dilakukan pada fasilitas penimbusan akhir Limbah B3
kelas II atau kelas I, atau dilakukan pengolahan dengan cara stabilisasi atau
solidifikasi sehingga memenuhi ketentuan.

d. uji paint filter → digunakan untuk menentukan keberadaan cairan bebas. Uji paint
filter dilakukan dengan menggunakan metode 9095B (Paint Filter Liquids Test)
yang tercantum dalam ‘‘Test Methods for Evaluating Solid Waste,
Physical/Chemical Methods,’’ EPA Publication SW–846. Dalam hal hasil uji paint
filter menyatakan adanya cairan bebas, Limbah B3 wajib diolah terlebih dahulu
dengan cara stabilisasi atau solidifikasi.

e. uji karakteristik, kandungan organik, serta wujud Limbah B3 (harus dilakukan di


laboratorium terakreditasi) → meliputi: 1). tidak memiliki karakteristik Limbah B3:
mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, korosif 2). tidak mengandung
zat organik lebih besar dari 10% (sepuluh) persen; dan 3). tidak berwujud cair atau
lumpur. Jika tidak memenuhi ketentuan tersebut, Limbah B3 wajib diolah terlebih
dahulu dengan cara termal, stabilisasi, dan/atau solidifikasi.

f. uji kuat tekan (harus dilakukan di laboratorium terakreditasi) → dilakukan terhadap


Limbah B3 yang diolah melalui proses stabilisasi atau solidifikasi, yaitu wajib
memenuhi kuat tekan sebesar 10 ton/m-2.

Penentuan kelas fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 dilakukan dengan ketentuan:

a. terhadap Limbah B3 yang memiliki total konsentrasi zat pencemar lebih besar dari
atau sama dengan total konsentrasi zat pencemar pada kolom A Lampiran I
Permenlhk No. P.63/Menhk/Setjen/KUM.1/7/2016, Penimbunan Limbah B3
dilakukan di fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 kelas I;

b. terhadap limbah B3 yang memiliki total konsentrasi zat pencemar lebih kecil dari
total konsentrasi zat pencemar pada kolom A dan lebih besar atau sama dengan
total konsentrasi zat pencemar pada kolom B Lampiran I Permenlhk No.
P.63/Menhk/Setjen/KUM.1/7/2016, Penimbunan Limbah B3 dapat dilakukan di
fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 kelas II atau kelas I; dan

c. terhadap limbah B3 yang memiliki total konsentrasi zat pencemar lebih kecil dari
total konsentrasi zat pencemar pada kolom B Lampiran I Permenlhk No.
P.63/Menhk/Setjen/KUM.1/7/2016, Penimbunan Limbah B3 dapat dilakukan di
fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 kelas III, kelas II atau kelas I.

Setiap orang yang menghasilkan Limbah B3:

a. wajib mengajukan permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk Penimbunan


Limbah B3 paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak uji total konsentrasi zat pencemar
Limbah B3 selesai dilakukan; atau

b. dapat menyerahkan kepada Penimbun Limbah B3.

Lokasi Penimbunan Limbah B3 harus memenuhi persyaratan yang meliputi:

a. bebas banjir seratus tahunan;

b. permeabilitas tanah (catt: tidak berlaku untuk sumur injeksi, penempatan kembali
di area bekas tambang, dam tailing, fasilitas Penimbunan Limbah B3 lain sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi); Permeabilitas tanah yang
dimaksud adalah:

1. permeabilitas tanah yang memiliki nilai paling banyak 10 -7 cm/detik, untuk


fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 kelas I dan kelas II;

2. permeabilitas tanah yang memiliki nilai paling banyak 10 -5 cm/detik, untuk


fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 kelas III; atau

3. permeabilitas tanah yang tidak memenuhi ketentuan persyaratan sebagaimana


dimaksud pada huruf 1 dan huruf 2 dan dilakukan rekayasa teknologi sehingga
mencapai permeabilitas tanah yang diukur sebagai konduktivitas hidraulik
paling besar 10-5 cm/detik, untuk fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 kelas III
yang digunakan untuk menimbun Limbah B3 dari sumber spesifik khusus.

c. merupakan daerah yang secara geologis aman, stabil, tidak rawan bencana
(longsoran; bahaya gunung api; gempa bumi; sesar; sink hole; amblesan (land
subsidence); tsunami; dan/atau mud volcano., dan di luar Kawasan lindung; dan
d. tidak merupakan daerah resapan air tanah, terutama yang digunakan untuk air
minum; yaitu merupakan daerah yang bukan: 1). daerah resapan (recharge) bagi
air tanah; dan 2). daerah yang di bawahnya terdapat lapisan pembawa akuifer
tertekan (confined aquifer) atau jarak terdekat akuifer tersebut dengan bagian
dasar fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 paling sedikit 4 (empat) meter apabila
terdapat lapisan pembawa air tanah.

e. hidrologi permukaan; yaitu terdiri atas:

1). lokasi fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 yang dimiliki oleh Penimbun
Limbah B3 meliputi:

• bukan merupakan daerah genangan air;

• memiliki jarak paling sedikit 500 m (limaratus meter) dari aliran sungai yang
mengalir sepanjang tahun, danau, dan/atau waduk untuk irigasi pertanian
dan/atau air bersih; dan

• memiliki jarak paling sedikit 2.500 m (duaribu limaratus meter) dari garis
pantai

2). lokasi fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 yang dimiliki oleh Penghasil
Limbah B3 meliputi:

• bukan merupakan daerah genangan air;

• memiliki jarak paling sedikit 200 m dari aliran sungai yang mengalir
sepanjang tahun, danau, dan/atau waduk untuk irigasi pertanian dan/atau
air bersih atau memiliki jarak paling sedikit 100 m (seratus meter) dari aliran
sungai yang mengalir sepanjang tahun, danau, dan/atau waduk untuk
irigasi pertanian dan/atau air bersih untuk Penimbunan Limbah B3 dari
sumber spesifik khusus dan menggunakan fasilitas penimbusan akhir kelas
I atau kelas II; dan

• memiliki jarak paling sedikit 200 m dari garis pantai atau memiliki jarak
paling sedikit 150 m (serratus limapuluh meter) dari garis pantai untuk
Penimbunan Limbah B3 dari sumber spesifik khusus dan menggunakan
fasilitas penimbusan akhir kelas I atau kelas II.

Fasilitas Penimbunan Limbah B3 harus memenuhi persyaratan yang meliputi:

a. desain fasilitas;
b. memiliki sistem pelapis yang dilengkapi dengan (catt: tidak berlaku untuk fasilitas
Penimbunan Limbah B3 berupa sumur injeksi dan/atau penempatan kembali di
area bekas tambang):

1. saluran untuk pengaturan aliran air permukaan;

2. pengumpulan air lindi dan pengolahannya;

3. sumur pantau; dan

4. lapisan penutup akhir;

c. memiliki peralatan pendukung Penimbunan Limbah B3 yang paling sedikit terdiri


atas:

1. peralatan dan perlengkapan untuk mengatasi keadaan darurat;

2. alat angkut untuk Penimbunan Limbah B3; dan

3. alat pelindung dan keselamatan diri;

d. memiliki rencana Penimbunan Limbah B3, penutupan, dan pascapenutupan


fasilitas Penimbunan Limbah B3.

Fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 kelas I harus memiliki sistem pelapis yang
berurutan, yaitu:

a. lapisan dasar; lapisan tanah lempung yang dipadatkan ulang dengan ketentuan:
1). memiliki konduktivitas hidraulik dengan nilai antara 10 cm/detik sampai dengan
10-7 cm/detik (sepuluh pangkat minus enam sentimeter per detik); 2). memiliki
ketebalan paling rendah 1 (satu) meter yang terdiri dari lapisan-lapisan tipis
dengan -6 ketebalan 15-20 cm (limabelas sampai dengan duapuluh sentimeter);

b. lapisan geomembran kedua; lapisan yang terbuat dari High Density Polyethylene
(HDPE) dengan ketentuan: 1). memiliki ketebalan antara 1,5-2,0 mm; 2.) harus
dirancang agar tahan terhadap semua tekanan selama instalasi, konstruksi,
operasi dan penutupan fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 sesuai dengan
ketentuan American Society of Testing Materials D4437-08 (2013): Standard
Practice for Non Destructive Testing (NDT) for determining the integrating of
Seams used in joining flexible polymeric sheet geomembranes, atau metode lain
yang setara.
c. lapisan untuk sistem pendeteksi kebocoran; lapisan geonet yang terbuat dari
HDPE dengan ketentuan: 1). memiliki transmisivitas planar sama dengan atau
lebih besar dari 0,3 cm/detik; 2). memiliki komponen teratas berupa non woven
geotextile yang dilekatkan pada geonet pada proses pembuatannya; 3). dirancang
sedemikian rupa dengan kemiringan tertentu menuju tempat pengumpul, sehingga
timbulan lindi akan terkumpul.

d. lapisan tanah penghalang; berupa: 1). tanah liat yang dipadatkan dengan
konduktivitas hidraulik 10-7 cm/detik, dan ketebalan paling rendah 30 cm; atau 2).
Geosynthetic Clay Liner (GCL) berupa bentonite yang diselubungi oleh lapisan
geotextile dengan ketebalan paling rendah 6 mm.

e. lapisan geomembran pertama; lapisan dasar yang terbuat dari HDPE dengan
ketentuan: 1). ketebalan antara 1,5-2,0 mm; dan 2). harus dirancang agar tahan
terhadap semua tekanan selama instalasi, konstruksi, operasi dan penutupan
fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 sesuai dengan ketentuan American Society
of Testing Materials D4437-08 (2013): Standard Practice for Non Destructive
Testing (NDT) for determining the integrating of Seams used in joining flexible
polymeric sheet geomembranes, atau metode lain yang setara.

f. lapisan untuk sistem pengumpulan dan pemindahan lindi (SPPL); harus memenuhi
ketentuan: 1). terdiri dari sekurang-kurangnya 30 cm bahan atau tanah butiran
yang memiliki konduktivitas hidraulik paling rendah 10-2 cm/detik; 2). dinding
penimbusan akhir digunakan geonet sebagai SPPL dengan transmisivitas sama
dengan atau lebih besar dari transmisivitas planar 30 cm bahan atau tanah butiran
dengan konduktivitas hidraulik jenuh paling rendah 10 cm/detik.

g. lapisan pelindung selama operasi; berupa tanah atau limbah padat dengan
ketentuan: 1). tidak mengandung material tajam; 2). memiliki total konsentrasi
zat pencemar lebih kecil dari total konsentrasi zat pencemar pada kolom B
Lampiran I Peraturan Menteri ini, 3). memiliki ketebalan paling sedikit 30 cm; 4).
dirancang untuk mencegah kerusakan komponen pelapisan dasar penimbusan
akhir selama penempatan limbah di fasilitas penimbusan akhir; 5). dipasang pada
dasar penimbusan akhir selama konstruksi awal; 6). dipasang lapisan pelindung
tambahan pada dinding sel selama masa aktif sel penimbusan akhir.

Fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 kelas II harus memiliki sistem pelapis yang
berurutan, yaitu:

a. lapisan dasar sebagaimana dimaksud dalam Fasilitas penimbusan akhir Limbah


B3 kelas I;
b. lapisan untuk sistem pendeteksi kebocoran sebagaimana dimaksud dalam
Fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 kelas I;

c. lapisan tanah penghalang sebagaimana dimaksud dalam Fasilitas penimbusan


akhir Limbah B3 kelas I;

d. lapisan geomembran sebagaimana dimaksud dalam Fasilitas penimbusan akhir


Limbah B3 kelas I;

e. lapisan untuk sistem pengumpulan dan pemindahan lindi (SPPL) sebagaimana


dimaksud dalam Fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 kelas I; dan

f. lapisan pelindung selama operasi sebagaimana dimaksud dalam Fasilitas


penimbusan akhir Limbah B3 kelas I.

Fasilitas penimbusan akhir kelas III harus memiliki sistem pelapis yang berurutan,
yaitu:

a. lapisan dasar yang mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Fasilitas


penimbusan akhir Limbah B3 kelas I;

b. lapisan untuk sistem pengumpulan dan pemindahan lindi (SPPL) kedua


sebagaimana dimaksud dalam Fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 kelas I;

c. lapisan tanah penghalang sebagaimana dimaksud dalam Fasilitas penimbusan


akhir Limbah B3 kelas I;

d. lapisan untuk sistem pengumpulan dan pemindahan lindi (SPPL) pertama


sebagaimana dimaksud dalam Fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 kelas I; dan

e. lapisan pelindung selama operasi sebagaimana dimaksud dalam Fasilitas


penimbusan akhir Limbah B3 kelas I.

Limbah B3 yang telah memenuhi persyaratan semua diatas, dapat ditimbun di fasilitas
penimbusan akhir dengan ketentuan:

a. memperhatikan penempatan Limbah B3 pada lokasi fasilitas penimbusan akhir →


dilakukan berdasarkan: 1). karakteristik Limbah B3; 2). bentuk dan ukuran fisik
Limbah B3; 3). daya dukung fasilitas penimbusan akhir.

b. melakukan pengelolaan air lindi yang ditimbulkan dari kegiatan Penimbunan


Limbah B3 → dilakukan terhadap air lindi yang bersumber dari: 1). air yang
merembes melalui Limbah B3 ke dasar fasilitas penimbusan akhir; 2). air yang
berkontak dengan Limbah B3 dan mengalir di permukaan Limbah B3 ke dasar
tumpukan Limbah B3 di fasilitas penimbusan akhir; 3). air limbah yang berkontak
dengan Limbah B3 di lokasi fasilitas penimbusan akhir; dan/atau 4). air limbah
yang terdapat pada sistem pendeteksi kebocoran,

dengan ketentuan antara lain: 1). membangun saluran drainase limpasan air
permukaan yang terpisah dengan saluran air lindi di sekeliling fasilitas penimbusan
akhir; 2). air lindi yang terkumpul di fasilitas penimbusan akhir dan berkontak
dengan limbah B3 harus dipindahkan ke tempat penampungan air lindi; dan 3). air
lindi dalam lapisan pengumpulan lindi dan lapisan pendeteksi kebocoran harus
dipindahkan ke tempat penampungan air lindi melalui system pengumpulan dan
pemindahan lindi.

Tempat penampungan air lindi diatas dapat berupa:

1). Tangki (berupa tangki tertutup dan dilengkapi tanggul di sekeliling tangki
dengan kapasitas paling sedikit 110% dari volume tangki).

2). Kolam (berupa kolam tertutup; memiliki kontruksi beton atau bahan kontruksi
yang kedap air; memiliki kapasitas tampung air lindi yang timbul selama 1 (satu)
minggu pada curah hujan paling tinggi).

Pemenuhan baku mutu air lindi dilakukan berdasarkan hasil uji di laboratorium
yang terakreditasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan dan dilaporkan
kepada Menteri.

c. melakukan pemeriksaan sarana dan prasarana pendukung Penimbunan Limbah


B3 → dilakukan dengan cara: 1). menerapkan sistem pendeteksi kebocoran pada
lapisan sistem pendeteksi kebocoran; 2). melakukan pemeriksaan saluran
drainase; 3). melakukan pemeriksaan dinding tanggul (embankment); dan 4).
melakukan pemeriksaan sistem pengelolaan air lindi.

Semua cara tersebut diatas dilakukan pada lapisan sistem pendeteksi kebocoran
dan sumur pantau.

Jika fasilitas penimbusan menunjukan adanya kebocoran, wajib dilakukan:

• penghentian sementara kegiatan penimbunan;

• mencari penyebab dan memperbaiki kebocoran; dan

• melakukan pemantauan kebocoran satu kali dalam satu hari


d. melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana pengolahan Limbah B3 pada
fasilitas penimbusan akhir Limbah B3.

e. melakukan pemantauan lingkungan → dilakukan terhadap air tanah dengan


ketentuan: 1). menggunakan air tanah yang bersumber dari sumur pantau; 2).
melakukan pengujian air tanah menggunakan sampel air tanah pada sumur
pantau; 3). mengambil sampel air tanah sumur pantau paling sedikit 1 (satu) kali
dalam satu bulan selama 2 (dua) tahun pertama beroperasinya kegiatan
penimbunan limbah B3; dan 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan untuk 10 tahun
berikut; dan 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan untuk 20 (duapuluh) tahun
berikutnya.

Sumur pantau harus memenuhi persyaratan:

• paling sedikit berjumlah 1 (satu) buah sumur pantau di hulu;

• paling sedikit berjumlah 2 (dua) buah sumur pantau di hilir;

• terdapat air dalam sumur pantau yang tidak kering sepanjang tahun; dan

• lokasi sumur pantau sesuai dengan kondisi hidrogeologi setempat

Dalam hal hasil pengujian hasil pemantauan air tanah di sumur pantau, jika
terdapat satu parameter atau lebih dari parameter baku mutu kualitas air tanah
yang melampaui baku mutu baku mutu kualitas air tanah, wajib dilakukan analisis
kebocoran.

Pemantauan lingkungan tersebut dilaporkan 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan


kepada Menteri.

Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengolahan Limbah


B3 sesuai dengan standar pelaksanaan Pengolahan Limbah B3 (PP 101 Th 2014:
Pasal 107 dan/atau Pasal 108) untuk Limbah B3 yang akan dilakukan penimbunan di
fasilitas penimbusan akhir. Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 untuk
memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3
harus mengajukan permohonan izin secara tertulis kepada Menteri. Sebelum
memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3,
wajib memiliki Izin Lingkungan. Permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
kegiatan Penimbunan Limbah dilengkapi dengan persyaratan yang meliputi:

a. salinan Izin Lingkungan;


b. identitas pemohon;

c. akta pendirian badan hukum;

d. dokumen mengenai nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan
ditimbun;

e. dokumen mengenai tempat Penyimpanan Limbah B3 sesuai dengan ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sampai dengan Pasal 18;

f. dokumen mengenai Pengemasan Limbah B3 sesuai dengan ketentuan (PP 101


Th 2014: Pasal 19) → persyaratan ini dikecualikan untuk Limbah B3 kategori 2 dari
sumber spesifik khusus;

g. dokumen mengenai lokasi dan fasilitas Penimbunan Limbah B3 sesuai dengan


ketentuan (PP 101 Th 2014: Pasal 148 dan Pasal 149);

h. dokumen mengenai desain, teknologi, metode, proses Penimbunan Limbah B3;

i. prosedur Penimbunan Limbah B3;

j. bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup


dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan Pemulihan Fungsi
Lingkungan Hidup; dan

k. dokumen lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menteri setelah menerima permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan


Penimbunan Limbah B3, memberikan pernyataan tertulis mengenai kelengkapan
administrasi permohonan izin paling lama 2 (dua) hari kerja sejak permohonan
diterima. Setelah permohonan dinyatakan lengkap, Menteri melakukan verifikasi
paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja. Dalam hal hasil verifikasi tersebut
menunjukkan:

a. permohonan izin memenuhi persyaratan, Menteri menerbitkan izin Pengelolaan


Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh) hari
kerja sejak hasil verifikasi diketahui; atau

b. permohonan izin tidak memenuhi persyaratan, Menteri menolak permohonan izin


Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 disertai dengan
alasan penolakan.
Penerbitan izin Penimbunan Limbah B3 diumumkan melalui media cetak dan/atau
media elektronik paling lama 1 (satu) hari kerja sejak izin diterbitkan. Izin Pengelolaan
Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 berlaku selama 10 (sepuluh) tahun
dan dapat diperpanjang. Permohonan perpanjangan izin Pengelolaan Limbah B3
untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 diajukan secara tertulis kepada Menteri paling
lama 60 (enam puluh) hari sebelum jangka waktu izin berakhir. Permohonan
perpanjangan izin dilengkapi dengan:

a. laporan pelaksanaan Penimbunan Limbah B3;

b. salinan Izin Lingkungan;

c. identitas pemohon;

d. akta pendirian badan hukum;

e. dokumen mengenai nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang


akan ditimbun;

f. dokumen mengenai tempat Penyimpanan Limbah B3 sesuai dengan ketentuan


(PP 101 Th 2014: Pasal 151 ayat (4) huruf e);

g. dokumen mengenai pengemasan Limbah B3 sesuai dengan ketentuan (PP 101


Th 2014: Pasal 151 ayat (4) huruf f) → persyaratan ini dikecualikan untuk Limbah
B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus;

h. dokumen mengenai lokasi dan fasilitas Penimbunan Limbah B3 sesuai dengan


ketentuan (PP 101 Th 2014: Pasal 151 ayat (4) huruf g);

i. dokumen mengenai desain, teknologi, metode, dan proses Penimbunan Limbah


B3;

j. prosedur Penimbunan Limbah B3; dan

k. bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup


dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan Pemulihan
Lingkungan Hidup.

Dalam hal terdapat perubahan dokumen sebagaimana dimaksud dalam point c s/d i
dan/atau point j diatas, penerbitan perpanjangan izin oleh Menteri dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam PP 101 Th 2014 Pasal 152.
Dalam hal tidak terdapat perubahan dokumen sama sekali, Menteri melakukan
evaluasi paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak permohonan diterima. Dalam hal
hasil evaluasi menunjukkan:

a. permohonan perpanjangan izin memenuhi persyaratan, Menteri menerbitkan


perpanjangan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3
paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak hasil evaluasi diketahui; atau

b. permohonan perpanjangan izin tidak memenuhi persyaratan, Menteri menolak


permohonan perpanjangan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penimbunan Limbah B3 disertai dengan alasan penolakan.

Perubahan Izin

Pemegang izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 wajib


mengajukan perubahan izin jika terjadi perubahan terhadap persyaratan yang
meliputi:

a. identitas pemohon;

b. akta pendirian badan hukum;

c. nama dan karakteristik Limbah B3 yang ditimbun; dan/atau

d. desain, teknologi, metode, proses, kapasitas, dan/atau fasilitas Penimbunan


Limbah B3.

Permohonan perubahan izin diajukan secara tertulis kepada Menteri paling lama 30
(tiga puluh) hari setelah terjadi perubahan. Permohonan perubahan izin dilengkapi
dengan dokumen yang menunjukkan perubahan terhadap persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1). Dalam hal terjadi perubahan terhadap persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan/atau huruf b, Menteri melakukan
evaluasi terhadap permohonan perubahan izin paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak
permohonan perubahan izin diterima. Dalam hal terjadi perubahan terhadap
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan/atau huruf d, Menteri
melakukan evaluasi terhadap permohonan perubahan izin paling lama 30 (tiga puluh)
hari kerja sejak permohonan perubahan izin diterima. Dalam hal hasil evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) menunjukkan:

a. kesesuaian data, Menteri menerbitkan perubahan izin Pengelolaan Limbah B3


untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak hasil
evaluasi diketahui; atau
b. ketidaksesuaian data, Menteri menolak permohonan perubahan izin Pengelolaan
Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 disertai dengan alasan
penolakan.

Jangka waktu verifikasi dan evaluasi tidak termasuk waktu yang diperlukan pemohon
untuk memperbaiki dokumen. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penimbunan Limbah B3 paling sedikit memuat:

a. identitas pemegang izin;

b. tanggal penerbitan izin;

c. masa berlaku izin;

d. persyaratan lingkungan hidup (paling sedikit berupa pelaksanaan Penimbunan


Limbah B3 sesuai dengan standar Penimbunan Limbah B3); dan

e. kewajiban pemegang izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan


Limbah B3.

Kewajiban pemegang izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan


Limbah B3 paling sedikit meliputi:

a. melakukan identifikasi Limbah B3 yang dikumpulkan;

b. melakukan pencatatan nama dan jumlah Limbah B3 yang akan ditimbun;

c. memfungsikan tempat Penyimpanan Limbah B3 sebagai tempat Penyimpanan


Limbah B3;

d. menyimpan Limbah B3 yang akan ditimbun ke dalam tempat Penyimpanan


Limbah B3; dan

e. menyusun dan menyampaikan laporan Penimbunan Limbah B3.

Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 berakhir jika:

a. masa berlaku izin habis dan tidak dilakukan perpanjangan izin;

b. dicabut oleh Menteri;

c. badan hukum pemegang izin bubar atau dibubarkan; atau

d. Izin Lingkungan dicabut.


Setelah izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 terbit,
pemegang izin wajib:

a. memenuhi persyaratan lingkungan hidup dan melaksanakan kewajiban


sebagaimana tercantum dalam izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penimbunan Limbah B3;

b. melakukan Pengumpulan Limbah B3 yang dihasilkannya sesuai dengan ketentuan


(PP 101 Th 2014: Pasal 31);

c. melakukan Penyimpanan Limbah B3 yang dihasilkan di tempat Penyimpanan


Limbah B3 (sesuai PP 101 Th 2014 Pasal 151 ayat (4) huruf e);

d. melakukan Penimbunan Limbah B3 yang dihasilkannya sesuai dengan ketentuan


dalam izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3;

e. memenuhi standar lingkungan hidup dan/atau baku mutu lingkungan hidup


mengenai pelaksanaan Penimbunan Limbah B3;

f. menaati baku mutu air Limbah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, jika penimbunan menghasilkan air Limbah;

g. melakukan pemagaran dan memberi tanda tempat Penimbunan Limbah B3;

h. melakukan pemantauan kualitas air tanah dan menanggulangi dampak negatif


yang mungkin timbul akibat keluarnya Limbah B3 ke lingkungan hidup;

i. menutup bagian paling atas fasilitas penimbusan akhir; dan

j. menyusun dan menyampaikan laporan Penimbunan Limbah B3. Laporan tersebut


paling sedikit memuat nama, sumber, jumlah, dan karakteristik Limbah B3; dan
pelaksanaan Penimbunan Limbah B3 yang dihasilkannya, kemudian disampaikan
kepada Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan sejak izin diterbitkan

Kewajiban menutup fasilitas penimbusan akhir sebagaimana dimaksud pada point i


dilakukan jika:

a. fasilitas penimbusan akhir telah terisi penuh; dan/atau

b. kegiatan penimbusan akhir sengaja dihentikan.

Penutupan fasilitas penimbusan akhir Limbah B3 tersebut dilakukan dengan


menggunakan sistem pelapis penutup yang berurutan dari dasar, yaitu:
a. tanah penutup perantara → berupa tanah dengan ketebalan paling rendah 15 cm
(limabelas sentimeter) yang ditempatkan di atas Limbah B3.

b. tanah tudung penghalang→ berupa: 1). tanah lempung yang dipadatkan hingga
mencapai konduktivitas hidraulik 10-7 cm/detik dengan ketebalan 60 cm (enam
puluh sentimeter); atau 2). dengan lapisan Geosynthetic Clay Liner (GCL)
ketebalan 6 cm (enam sentimeter).

c. tudung geomembrane → berupa: 1). berupa HDPE dengan ketebalan paling


rendah 1 mm (satu milimeter) dan konduktivitas hidraulik dengan nilai 10 -7
cm/detik; dan 2). harus dirancang tahan terhadap semua tekanan selama instalasi,
konstruksi lapisan atas, dan saat penutupan fasilitas penimbusan akhir.

d. pelapis untuk tudung drainase → 1). berupa bahan butiran atau geonet dengan
transmisivitas planar paling rendah sama dengan 0,3 cm 2 /detik; 2). dipasang
geotextile di lapisan atas; dan 3). harus mampu mengumpulkan air permukaan
yang meresap ke dalam lapisan tumbuhan yang ada di atasnya untuk kemudian
menyalurkan ke tepian fasilitas penimbusan akhir.

e. pelapis tanah untuk tumbuhan → berupa tanah pucuk (topsoil) dengan ketebalan
paling rendah 60 cm.

Penetapan Penghentian Kegiatan Penimbunan LB3

Setiap orang yang menghasilkan Limbah B3 yang telah memperoleh izin Pengelolaan
Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 wajib memiliki penetapan
penghentian kegiatan jika:

a. bermaksud menghentikan usaha dan/atau kegiatan;

b. bermaksud mengubah penggunaan atau memindahkan lokasi dan/atau fasilitas


Penimbunan Limbah B3; atau

c. selesai melaksanakan Penimbunan Limbah B3.

Untuk memperoleh penetapan penghentian kegiatan, wajib melakukan Pemulihan


Fungsi Lingkungan Hidup dan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Menteri.

Permohonan penetapan penghentian dilengkapi dengan:

a. identitas pemohon;
b. laporan pelaksanaan Penimbunan Limbah B3; dan

c. laporan pelaksanaan Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup.

Menteri setelah menerima permohonan penetapan penghentian, melakukan evaluasi


terhadap permohonan dan menerbitkan penetapan penghentian kegiatan paling lama
30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonan diterima. Setiap Orang yang
menghasilkan Limbah B3 yang telah memperoleh penetapan penghentian kegiatan,
wajib melaksanakan pemantauan lingkungan hidup pada bekas lokasi dan/atau
fasilitas Penimbunan Limbah B3 yang telah memperoleh penetapan penghentian
kegiatan. Pemantauan lingkungan hidup tersebut dilakukan paling singkat 30 (tiga
puluh) tahun sejak penetapan penghentian kegiatan diterbitkan. Pemantauan
lingkungan hidup tersebut paling sedikit meliputi kegiatan:

a. pemantauan terhadap potensi kebocoran, pelindian, dan/atau kegagalan fasilitas


Penimbunan Limbah B3;

b. pemantauan kualitas lingkungan hidup di sekitar lokasi fasilitas Penimbunan


Limbah B3; dan

c. pelaporan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b


secara berkala.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pemantauan lingkungan
hidup diatur dalam Peraturan Menteri.

Dalam hal Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 tidak mampu melakukan
sendiri Penimbunan Limbah B3 yang dihasilkannya, Penimbunan Limbah B3
diserahkan kepada Penimbun Limbah B3. Penyerahan Limbah B3 kepada Penimbun
Limbah disertai dengan bukti penyerahan Limbah B3. Salinan bukti penyerahan
Limbah B3 disampaikan kepada Menteri paling lama 7 (tujuh) hari setelah penyerahan
Limbah B3.

Penimbun Limbah B3 untuk dapat melakukan Penimbunan Limbah B3, wajib memiliki
izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3. Penimbunan
Limbah B3 oleh Penimbun Limbah B3 dilakukan pada fasilitas penimbusan akhir
Limbah B3 sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud PP 101 Th 2014 Pasal
146 ayat (3) dan ayat (4). Limbah B3 yang dapat berasal dari Limbah B3 yang
dihasilkan oleh 1 (satu) atau beberapa Penghasil Limbah B3. Sebelum memperoleh
izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3, Penimbun
Limbah B3 wajib memiliki Izin Lingkungan. Persyaratan dan tata cara permohonan
dan penerbitan Izin Lingkungan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
Perundangan-undangan.

Penimbun Limbah B3 untuk memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan


Penimbunan Limbah B3 harus mengajukan permohonan izin Pengelolaan Limbah B3
untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 secara tertulis kepada Menteri. Permohonan
izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 dilengkapi
dengan persyaratan yang meliputi:

a. salinan Izin Lingkungan;

b. identitas pemohon;

c. akta pendirian badan hukum;

d. dokumen mengenai nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan
ditimbun;

e. dokumen mengenai tempat Penyimpanan Limbah B3 sesuai dengan ketentuan


(PP 101 Th 2014 Pasal 13 s/d Pasal 18);

f. dokumen mengenai pengemasan Limbah B3 sesuai dengan ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 (tidak berlaku untuk permohonan izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 kategori 2 dari
sumber spesifik khusus);

g. dokumen mengenai lokasi dan fasilitas Penimbunan Limbah B3 sesuai dengan


ketentuan sebagaimana dimaksud dalam (PP 101 Th 2014 Pasal 148 dan Pasal
149);

h. dokumen mengenai desain, teknologi, metode, dan proses Penimbunan Limbah


B3;

i. prosedur Penimbunan Limbah B3;

j. bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup


dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan Pemulihan Fungsi
Lingkungan Hidup; dan

k. dokumen lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menteri setelah menerima permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan


Penimbunan Limbah B3, memberikan pernyataan tertulis mengenai kelengkapan
administrasi permohonan izin paling lama 2 (dua) hari kerja sejak permohonan
diterima. Setelah permohonan dinyatakan lengkap, Menteri melakukan verifikasi
paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja. Dalam hal hasil verifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) menunjukkan:

a. permohonan izin memenuhi persyaratan, Menteri menerbitkan izin Pengelolaan


Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh) hari kerja
sejak hasil verifikasi diketahui; atau

b. permohonan izin tidak memenuhi persyaratan, Menteri menolak permohonan izin


Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 disertai dengan
alasan penolakan.

Penerbitan izin tersebut diumumkan melalui media cetak dan/atau media elektronik
paling lama 1 (satu) hari kerja sejak izin diterbitkan. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
kegiatan Penimbunan Limbah B3 berlaku selama 10 (sepuluh) tahun dan dapat
diperpanjang. Permohonan perpanjangan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penimbunan Limbah B3 diajukan secara tertulis kepada Menteri paling lama 60 (enam
puluh) hari sebelum jangka waktu izin berakhir. Permohonan perpanjangan izin
tersebut dilengkapi dengan:

a. laporan pelaksanaan Penimbunan Limbah B3;

b. salinan Izin Lingkungan;

c. identitas pemohon;

d. akta pendirian badan hukum;

e. dokumen mengenai nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan
ditimbun;

f. dokumen mengenai tempat Penyimpanan Limbah B3 sesuai dengan persyaratan


(PP 101 Tahun 2014 Pasal 164 ayat (2) huruf e);

g. dokumen mengenai pengemasan Limbah B3 sesuai dengan persyaratan (PP 101


Tahun 2014 pasal 164 ayat (2) huruf f)→ dikecualikan untuk Limbah B3 kategori
2 dari sumber spesifik khusus;

h. dokumen mengenai lokasi dan fasilitas Penimbunan Limbah B3 sesuai dengan


ketentuan (PP 101 Tahun 2014 Pasal 164 ayat (2) huruf g);
i. dokumen mengenai desain, teknologi, metode, dan proses Penimbunan Limbah
B3;

j. prosedur Penimbunan Limbah B3; dan

k. bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup


dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan Pemulihan Fungsi
Lingkungan Hidup.

Dalam hal terdapat perubahan dokumen sebagaimana dimaksud point c s/d point i
dan/atau point j, penerbitan perpanjangan izin oleh Menteri dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam PP 101 Th 2014 Pasal 165. Dalam
hal tidak terdapat perubahan dokumen, Menteri melakukan evaluasi paling lama 10
(sepuluh) hari kerja sejak permohonan diterima. Dalam hal hasil evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menunjukkan:

a. permohonan perpanjangan izin memenuhi persyaratan, Menteri menerbitkan


perpanjangan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3
paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak hasil evaluasi diketahui; atau

b. permohonan perpanjangan izin tidak memenuhi persyaratan, Menteri menolak


permohonan perpanjangan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penimbunan Limbah B3 disertai dengan alasan penolakan.

Pemegang izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 wajib


mengajukan perubahan izin jika terjadi perubahan terhadap persyaratan yang
meliputi:

a. identitas pemegang izin;

b. akta pendirian badan hukum;

c. nama dan karakteristik Limbah B3 yang ditimbun; dan/atau

d. desain, teknologi, metode, proses, kapasitas, dan/atau fasilitas Penimbunan


Limbah B3.

Permohonan perubahan izin diajukan secara tertulis kepada Menteri paling lama 30
(tiga puluh) hari setelah terjadi perubahan. Permohonan perubahan izin dilengkapi
dengan dokumen yang menunjukkan perubahan tersebut. Dalam hal terjadi
perubahan terhadap persyaratan sebagaimana dimaksud pada point a dan/atau point
b, Menteri melakukan evaluasi terhadap permohonan perubahan izin paling lama 7
(tujuh) hari kerja sejak permohonan perubahan izin diterima. Dalam hal terjadi
perubahan terhadap persyaratan sebagaimana dimaksud pada point c dan/atau point
d, Menteri melakukan evaluasi terhadap permohonan perubahan izin paling lama 30
(tiga puluh) hari kerja sejak permohonan perubahan izin diterima. Dalam hal hasil
evaluasi menunjukkan:

a. kesesuaian data, Menteri menerbitkan perubahan izin Pengelolaan Limbah B3


untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak hasil
evaluasi diketahui; atau

b. ketidaksesuaian data, Menteri menolak permohonan perubahan izin Pengelolaan


Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 disertai dengan alasan
penolakan.

Jangka waktu verifikasi diatas tidak termasuk waktu yang diperlukan pemohon untuk
memperbaiki dokumen. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan
Limbah B3 paling sedikit memuat:

a. identitas pemegang izin;

b. tanggal penerbitan izin;

c. masa berlaku izin;

d. persyaratan lingkungan hidup; dan

e. kewajiban pemegang izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan


Limbah B3.

Persyaratan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada point d paling sedikit


berupa pelaksanaan Penimbunan Limbah B3 sesuai dengan standar Penimbunan
Limbah B3. Kewajiban pemegang izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penimbunan Limbah B3 paling sedikit meliputi:

a. melakukan identifikasi Limbah B3 yang dikumpulkan;

b. melakukan pencatatan nama dan jumlah Limbah B3 yang akan ditimbun;

c. memfungsikan tempat Penyimpanan Limbah B3 sebagai tempat Penyimpanan


Limbah B3;

d. menyimpan Limbah B3 yang akan ditimbun ke dalam tempat Penyimpanan


Limbah B3; dan
e. menyusun dan menyampaikan laporan Penimbunan Limbah B3.

Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 berakhir jika:

a. masa berlaku izin habis dan tidak dilakukan perpanjangan izin;

b. dicabut oleh Menteri;

c. badan hukum pemegang izin bubar atau dibubarkan; atau

d. Izin Lingkungan dicabut.

Setelah izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3 terbit,


pemegang izin wajib:

a. memenuhi persyaratan lingkungan hidup dan kewajiban sebagaimana tercantum


dalam izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3;

b. melakukan Pengumpulan Limbah B3 yang dihasilkannya sesuai dengan ketentuan


(PP 101 Th 2014 Pasal 31);

c. melakukan Penyimpanan Limbah B3 yang dihasilkan di tempat Penyimpanan


Limbah B3 sesuai dengan ketentuan (PP 101 Th 2014 Pasal 164 ayat (2) huruf e);

d. melakukan Penimbunan Limbah B3 yang dihasilkannya sesuai dengan ketentuan


dalam izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penimbunan Limbah B3;

e. memenuhi standar lingkungan hidup dan/atau baku mutu lingkungan hidup


mengenai pelaksanaan Penimbunan Limbah B3;

f. menaati baku mutu air Limbah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, jika uji coba menghasilkan air Limbah;

g. melakukan pemagaran dan memberi tanda pada fasilitas Penimbunan Limbah B3;

h. melakukan pemantauan kualitas air tanah dan menanggulangi dampak negatif


yang mungkin timbul akibat keluarnya Limbah B3 ke lingkungan hidup;

i. menutup bagian paling atas tempat penimbusan akhir; dan

j. menyusun dan menyampaikan laporan Penimbunan Limbah B3 yang disampaikan


kepada Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan sejak izin
diterbitkan. Laporan tersebut paling sedikit memuat:
• nama, sumber, jumlah, dan karakteristik Limbah B3; dan

• pelaksanaan Penimbunan Limbah B3.

Penimbun Limbah B3 yang telah memperoleh izin Pengelolaan Limbah B3 untuk


kegiatan Penimbunan Limbah B3 wajib memiliki penetapan penghentian kegiatan jika
bermaksud:

a. menghentikan usaha dan/atau kegiatan;

b. mengubah penggunaan atau memindahkan lokasi dan/atau fasilitas Penimbunan


Limbah B3; atau

c. melakukan penutupan fasilitas Penimbunan Limbah B3 karena fasilitas


Penimbunan Limbah B3 telah penuh.

Untuk memperoleh penetapan penghentian kegiatan, Penimbun Limbah B3 wajib:

a. melakukan Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup; dan

b. harus mengajukan permohonan penetapan penghentian kegiatan secara tertulis


kepada Menteri.

Permohonan penetapan penghentian kegiatan penimbunan LB3 dilengkapi dengan:

a. identitas pemohon;

b. laporan pelaksanaan Penimbunan Limbah B3; dan

c. laporan pelaksanaan Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup.

Menteri setelah menerima permohonan penghentian kegiatan penimbunan LB3


melakukan evaluasi terhadap permohonan dan menerbitkan penetapan penghentian
kegiatan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonan diterima. Penimbun
Limbah B3 yang telah memperoleh penetapan penghentian kegiatan, wajib
melaksanakan pemantauan lingkungan hidup pada bekas lokasi dan/atau fasilitas
Penimbunan Limbah B3 yang telah memperoleh penetapan penghentian kegiatan.
Pemantauan lingkungan hidup tersebut dilakukan paling singkat 30 (tiga puluh) tahun
sejak penetapan penghentian kegiatan diterbitkan. Pemantauan lingkungan hidup
paling sedikit meliputi kegiatan:

a. pemantauan terhadap potensi kebocoran, pelindian, dan/atau kegagalan fasilitas


Penimbunan Limbah B3;
b. pemantauan kualitas lingkungan hidup di sekitar lokasi fasilitas Penimbunan
Limbah B3; dan

c. pelaporan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b


secara berkala.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pemantauan lingkungan
hidup diatur dalam Peraturan Menteri.

Anda mungkin juga menyukai