Aluminium Sulfat atau yang lebih dikenal dengan tawas memiliki rumus molekul Al2(SO4)3 .xH2O. Proses pembuatan aluminium sulfat pada dasarnya adalah mereaksikan bahan yang mengandung aluminium hidroksida (Al(OH) 3 ) dengan asam sulfat. Sumber bahan yang mengandung alumina dalam proses ini adalah bauksit sesuai dengan reaksi : 2Al(OH)3 + 3H2SO4 + 8H2O Al2(SO4)3 .14H2O H f = -156 kJ/mol Reaksi dilakukan dengan menggunakan H 2 SO 4 60% dengan perbandingan mol asam sulfat dengan bauksit 3:2. Tujuan digunakan H 2 SO 4 berlebihan agar asam sulfat dapat menyerap semua Al(OH) 3 yang terdapat dalam bauksit.
1. Bahan Baku Bauksit Kandungan dalam bauksit terdiri dari Al 2 O 3 (55%), Fe 2 O 3 (12%), SiO 2 (5%), TiO 2 (3%), dan pengotor-pengotor lainnya/ khususnya H 2 O sebanyak 25%. Asam sulfat 60% Merupakan konsentrasi optimum dalam pembuatan aluminium sulfat. Air yang bebas dari mineral Digunakan air bebas mineral (aqua demineralization) mencegah adanya pengotor-pengotor lain yang mengganggu proses pembuatan aluminium sulfat dan dapat mempengaruhi kualitas dari aluminium sulfat.
2. Kegunaan produk Aluminium sulfat merupakan bahan penunjang yang penting untuk bermacam-macam industri. Adapun kegunaan aluminium sulfat adalah : 1) Sebagai pelekat kertas yang digunakan pada proses pembuatan pulp dan kertas. 2) Untuk menjernihkan air, mengontrol pH air dan sebagai koagulan yang dapat mengendapkan bermacam-macam kotoran. 3) Sebagai koagulan pada industri karet sintetis, sebagai bahan pembantu pada proses pencelupan batik (tekstil), pembuatan bahan-bahan kimia, katalis, kosmetik, obat-obatan, bahan cat, semen, plastik.
3. Proses Proses pembuatan aluminium sulfat padat dan cair dengan menggunakan bahan baku bauksit dibedakan menjadi dua proses utama, yaitu proses pemurnian Al(OH) 3 (proses Bayer) dan proses pembuatan aluminium sulfat.
3.1. Proses Pemurnian Al(OH) 3 (Proses Bayer) Dalam pembuatan aluminium sulfat digunakan bahan baku bauksit yang mengandung Al(OH) 3 atau Al 2 O 3 trihidrat yang dilakukan dengan tahap pemurnian Al(OH) 3 . Tahapan pemurnian Al(OH) 3 dilakukan dengan proses bayer. Pertama-tama dilakukan penambahan lime (CaO) sebanyak 200g/L dan NaOH 50% pada bauksit. Perbandingan bauksit dengan NaOH adalah 10:6 (b/b). Fungsi dari penambahan lime adalah untuk mengendapkan kandungan SiO 2 yang terdapat dalam bauksit. Setelah itu, bahan-bahan tersebut masuk ke wet milling untuk dilakukan pengecilan ukuran. Proses wet milling dipilih karena proses pengecilan ukuran ini tidak menghasilkan debu sehingga tidak diperlukan unit pemisah gas-solid seperti cyclone. Larutan NaOH 50% digunakan untuk melarutkan Al(OH) 3 dalam bentuk AlO 2 Na sesuai dengan reaksi:
Reaksi tersebut berlangsung pada proses digestion dengan suhu 120 0 C-200 0 C pada tekanan 3-7 bar. Karena reaksi yang terjadi adalah reaksi reversible, maka dibutuhkan suhu, tekanan, dan konsentrasi reaktan yang tinggi agar reaksi tetap berlangsung kearah produk. Pada proses digestion ini, Al(OH) 3 akan larut dalam NaOH, sedangkan zat-zat pengotor lainnya tidak larut sehingga akan menghasilkan endapan merah (red mud). Untuk memisahkan larutan dari endapan dibutuhkan tangki sedimentasi. Pada tangki sedimentasi, endapan yang dihasilkan akan dibawa menuju tangki pencucian untuk mengurangi kandungan NaOH sebelum dibuang ke lingkungan. Sedangkan cairannya akan dipompa untuk dilakukan proses kristalisasi. Sebelum masuk ke dalam tangki presipitasi, cairan dilewatkan melalui Security Filtration untuk memisahkan cairan dengan padatan yang mungkin terbawa pada saat proses sedimentasi. Setelah itu, cairan akan melewati Heat Exchanger untuk didinginkan hingga mencapai suhu 50-60 0 C. Selanjutnya, cairan masuk ke dalam tangki presipitasi dimana pada tangki ini, Al(OH) 3 akan mengkristal karena reaksi revesribel di atas akan berlangsung ke arah reaktan. Cairan dan Al(OH) 3 yang terbentuk akan masuk ke dalam Seed Filtration dimana terjadi pemisahan Al(OH) 3
dan cairan. Cairan ini akan di recycle pada saat awal proses karena masih mengandung NaOH sedangkan Al(OH) 3 yang dihasilkan sebagian di recycle ke tangki presipitasi. Proses recycle ini dilakukan karena proses pengkristalan berlangsung sangat lambat sehingga diperlukan seed kristal Al(OH) 3 untuk mempercepat proses pengkristalan. Kristal Al(OH) 3 yang tidak mengalami proses recycle difiltrasi, dicuci, dan dikeringkan sebelum disimpan. Untuk mendapatkan Al 2 O 3 , Al(OH) 3 dimasukkan ke dalam Rotary Kiln untuk mengalami proses kalsinasi pada suhu 1100-1250 0 C.
3.2. Proses Pembuatan Aluminium Sulfat Tahap pertama dalam proses pembuatan aluminium sulfat adalah mencampurkan Al(OH) 3 yang telah dimurnikan dalam proses Bayer dengan air dengan rasio massa Al(OH) 3 dengan air sebesar 3:2. Hal ini dilakukan karena Al(OH) 3 dalam bentuk padatan akan sulit bereaksi dengan asam sulfat. Proses pencampuran ini dilakukan dengan menggunakan tangki berpengaduk dengan impeller tipe standard pitched three-blade turbine pada suhu ruang. Impeller jenis ini dipilih karena viskositas larutan yang dihasilkan tidak tinggi dan cocok digunakan untuk proses pencampuran solid-liquid. Selanjutnya Al(OH) 3 yang telah dilarutkan dalam air direaksikan dengan asam sulfat di dalam sebuah reaktor yang dilengkapi dengan jaket pemanas dan pengaduk dengan impeller tipe standard pitched three- blade turbine. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis yang menghasilkan panas, tetapi dibutuhkan jaket pemanas untuk menjaga temperatur pada 100-110 o C. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kristalisasi di dalam reaktor karena aluminium sulfat yang dihasilkan adalah saturated liquid yang mulai memadat pada temperatur 85 o C. Aluminium sulfat yang dihasilkan dari proses ini dibagi menjadi 2 aliran. Aliran yang pertama menuju tangki pengenceran untuk menghasilkan aluminium sulfat cair dan aliran kedua dialirkan menuju belt cooler untuk membentuk aluminium sulfat padat. Untuk aluminium sulfat padat, dilakukan proses pengecilan ukuran menggunakan jaw crusher dan dilakukan screening untuk mendapatkan aluminium sulfat berbentuk bongkahan, granular, dan serbuk. Belt cooler dipilih karena dapat digunakan sebagai alat untuk mendinginkan aluminium sulfat dari 100- 110 o C menjadi 50 o C sekaligus membawa aluminium sulfat padat menuju jaw crusher. Untuk mengecilkan ukuran aluminium sulfta padat dipilih jaw crusher karena jaw crusher cocok digunakan untuk mengecilkan ukuran benda yang keras seperti batu-batuan. Pada proses pembuatan aluminium sulfat cair pada tangki pengenceran dilakukan pencampuran saturated liquid aluminium sulfat dengan air dengan perbandingan massa 2:5. Temperatur air yang digunakan pada proses ini adalah 25-30 o C, sehingga diharapkan temperatur aluminium sulfat cair keluar adalah 40-50 o C. Aluminium sulfat cair yang telah terbentuk disimpan di dalam tangki penyimpanan yang terbuat dari fiberglass, rubber lined steel, atau stainless steel tipe 316. Selain itu, temperatur dari tangki penyimpanan ini tidak boleh kurang dari 10 o C karena pada temperatur tersebut dimungkinkan terbentuk kristal aluminium sulfat.