Anda di halaman 1dari 23

Peraturan Menteri Negara LH Nomor 308 Tahun 2005

LAPORAN
KUNJUNGAN LAPANGAN

Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi


Jalan Penanggalan – Batas Sumatera Utara
Kabupaten Aceh Singkil
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Tim Teknis AMDAL Khusus

Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh Pasca Gempa dan Tsunami

Januari 2007
Peraturan Menteri Negara LH Nomor 308 Tahun 2005

LAPORAN
KUNJUNGAN LAPANGAN

Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi


Jalan Penanggalan – Batas Sumatera Utara
Kabupaten Aceh Singkil
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Tim Teknis AMDAL Khusus

Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh Pasca Gempa dan Tsunami

Januari 2007
Tim Teknis AMDAL Khusus :

1. Dadang Purnama, Ph.D (Ketua)


2. Ir. Hanzi Djuned (Sekretaris)
3. Dahnil SH., M. Hum (Anggota)
4. Masdiana S.Si (Anggota)
KATA PENGANTAR

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005 memuat
pembentukan Tim Teknis AMDAL Khusus untuk melaksanakan proses
pelingkupan atau penyusunan dokumen Kerangka Acuan ANDAL bagi setiap
rencana kegiatan wajib AMDAL yang terkait dengan pembangunan rehabilitasi
dan rekonstruksi di Aceh pasca bencana gempa bumi dan tsunami. Berkaitan
dengan hal tersebut pemerintah melalui Bapedalda Provinsi NAD membantu
pembuatan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL).
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun
2005, pelaksanaan kegiatan ini harus dilengkapi dengan dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL
dan UPL).

Semoga Laporan Peninjauan Lapangan ini menjadi acuan bagi pemrakarsa


dalam menyusun dokumen UKL-UPL dan juga bermanfaat baik instansi yang
berkepentingan maupun pihak-pihak lain.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan atas selesainya penyusunan Laporan ini.

Banda Aceh, Januari 2007


Tim Teknis AMDAL Khusus

Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi


Jalan Penanggalan – Batas Sumatera Utara
Kabupaten Aceh Singkil
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

I. Pendahuluan ............................................................................................ .1
II. Deskripsi Ringkas Rencana Kegiatan........................................................2
III. Hasil Kunjungan Lapangan........................................................................5
IV. Rekomendasi dan Tindak Lanjut ...............................................................7
V. Isu-isu Utama ........................................................................................... .8
VI. Lampiran ...................................................................................................8

Lampiran 1: Deskripsi Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan


Penanggalan – Lipat Kajang – Batas Sumatera Utara,
Kabupaten Aceh Singkil
Lampiran 2: Foto hasil Kunjungan Lapangan

Lampiran 3: Hasil diskusi Komisi Penilai AMDAL tanggal 28


Desember 2006

Lampiran 4: Surat Perintah Tugas (SPT) Tim Teknis AMDAL


Khusus

ii
I. Pendahuluan

Dalam rangka penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)


yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
nomor 308 tahun 2005, Tim Teknis AMDAL khusus telah dibentuk untuk
melaksanakan proses pelingkupan (penyusunan dokumen Kerangka Acuan,
KA) bagi setiap rencana kegiatan wajib AMDAL yang terkait dengan
pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh pasca bencana gempa dan
tsunami. Salah satu kegiatan yang diajukan oleh Badan Pelaksana Rehabilitasi
dan Rekonstruksi NAD – Nias adalah rehabililtasi dan rekonstruksi Jalan
Penanggalan – Batas Sumatera Utara di Kabupaten Aceh Singkil. Lebih
jelasnya, jalur ini mencakup jalur dari Penanggalan – Lipat Kajang – Batas
Sumatera Utara.

Kegiatan pembangunan jalan ini dilaksanakan di bawah koordinasi Satuan


Kerja (Satker) Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan NAD (sumber: deskripsi
kegiatan dari BRR). Jalan eksisting ini merupakan kategori jalan nasional.
Berdasarkan pemantauan lapangan,
Kabupaten Aceh Singkil merupakan daerah yang terkena bencana gempa bumi
dan tsunami. Ibukota Kabupaten Singkil yang berada di tepi pantai mengalami
penurunan muka tanah sehingga fasilitas di sepanjang pantai termasuk
beberapa ruas jalan sudah tidak dapat difungsikan lagi. Lebih jauh, jalan-jalan
menuju dan dari Singkil juga terlihat terkena pengaruh gempa bumi. Beberapa
ruas jalan terlihat amblas dan retak. Beberapa kepala jembatan juga nampak
bergeser dan memerlukan perbaikan. Hal ini jelas terlihat pada lokasi jalan
yang menjadi obyek kunjungan lapangan, terutama di sekitar jalur Lipat Kajang
menuju Batas Sumatera Utara. Berdasarkan hal-hal tersebut maka
pelaksanaan studi lingkungan untuk kegiatan rehabillitasi dan rekonstruksi jalan
ini dapat dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri LH nomor 308 tahun
2005.

1
II. Deskripsi Ringkas Rencana Kegiatan

Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi jalan Penanggalan – Batas Sumatera


Utara memiliki panjang total dengan total panjang 72,90 km (sumber: deskripsi
kegiatan dari BRR) walaupun dari gambar peta lokasi kegiatan yang ada
menunjukkan panjang yang sedikit berbeda: 73,1 km. Kegiatan ini merupakan
bagian dari peningkatan prasarana transportasi dan komunikasi untuk
mendukung kelancaran antar wilayah di dalam dan antar kabupaten serta antar
propinsi. Pemrakarsa kegiatan ini adalah Satuan Kerja Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Jalan NAD. Adapun tujuan yang lebih spesifik adalah
meningkatkan dan melebarkan jalan nasional tersebut untuk menampung
kapasitas lalu lintas antar propinsi yang diproyeksikan akan terus meningkat.
Dengan peningkatan jalan tersebut diharapkan dapat memperlancar arus
transportasi dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah serta menunjang
pengembangan wilayah Propinsi NAD di pintu gerbang Propinsi Sumatera
Utara. Gambaran lokasi (peta orientasi) tersaji dalam Gambar 1.

Dalam perencanaan yang baik, seharusnya kajian AMDAL dilakukan untuk


seluruh kegiatan pembangunan jalan. Namun karena berbagai pertimbangan
seperti realisasi rencana kegiatan yang dikoordinir BRR, pembagian tugas
satker, pembagian penanggung jawab yang berbeda untuk setiap section jalan,
dsb., maka kajian AMDAL pada kegiatan-kegiatan pengembangan jalan
dipisahkan sesuai dengan pemrakarsa potensial. Dokumen ini hanya
merupakan hasil kunjungan lapangan bagi ruas jalan Penanggalan – Lipat
Kajang – Batas Sumatera Utara saja. Menurut rencana, pelingkupan akan
dilakukan setelah kunjungan lapangan dilakukan dan verifikasi terhadap
informasi yang telah diberikan oleh Satker melalui BRR.

Menurut Satker, pekerjaan pada ruas jalan tersebut mencakup


komponen•komponen sebagai berikut:

▪ Mobilisasi tenaga kerja dan peralatan,


▪ Pembangunan sarana drainase jalan,
▪ Galian dan timbunan (cut and fill),
▪ Pelebaran, perkerasan, dan penataan bahu jalan,

2
▪ Perkerasan berbutir,
▪ Perkerasan aspal,
▪ Pekerjaan struktur,
▪ Pengembalian kondisi,
▪ Pemeliharaan harian.

Gambar 1. Peta orientasi lokasi kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi


Penanggalan – Batas Sumatera Utara

3
Secara lebih rinci, peta lokasi kegiatan adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Sketsa proyek kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi


ruas Jalan Penanggalan – Batas Sumatera Utara

Dalam deskripsi kegiatan yang disusun Satker, pemrakarsa telah


mengidentifikasi berbagai potensi dampak yang mencakup:
▪ Persepsi masyarakat,
▪ Kualitas udara,
▪ Kerusakan pada prasarana umum akibat pengangkutan bahan dan
material,
▪ Gangguan lalu lintas akibat mobilisasi kendaraan proyek,
▪ Kecemburuan sosial akibat penggunaan tenaga kerja dari luar,
▪ Peningkatan kegiatan ekonomi,
▪ Peningkatan pencemaran udara.

Namun demikian, Tim Teknis memberikan pandangan tersendiri tentang potensi


dampak yang perlu diperhatikan sebagaimana pada Bab 5. Secara lebih terinci,
uraian rencana kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi jalan tersebut dapat dilihat
pada lampiran 1.

4
III. Hasil Kunjungan Lapangan

Kunjungan lapangan dilakukan mulai tanggal 11 Juli 2006 yang dilanjutkan


dengan diskusi dari Tim Teknis AMDAL khusus hingga 13 Juli 2006 yang
mengikuti tahap-tahap sebagai berikut:

1. Pengkajian terhadap rencana kegiatan,

2. Penggalian informasi tambahan dari Satker Jalan Kabupaten Aceh Singkil,

3. Pelaksanaan tinjauan lapangan,

4. Identifikasi dampak potensial (desk study) oleh masing•m asing anggota Tim
Teknis.

5. Diskusi evaluasi dampak hipotetik,

6. Verifikasi hasil tinjauan lapangan yang dipadankan dengan hasil


evaluasi dampak hipotetik,

7. Penyusunan laporan kegiatan.

Tim Teknis AMDAL khusus yang melaksanakan kunjungan lapangan terdiri ahli
yang berasal dari akademisi, ahli dari Kementerian Lingkungan Hidup, dan ahli
dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan di Propinsi NAD. Selama
kegiatan kunjungan lapangan, telah diperoleh kesempatan untuk mendapatkan
informasi tambahan dari Bapak Faisal sebagai wakil dari Satker (dengan posisi
sebagai Pejabat Pembuat komitmen) dan Bapak Musni sebagai nara sumber
dari instansi Bina Marga di daerah. Kunjungan lapangan memberikan konfirmasi
bahwa jalan-jalan menuju dan dari Singkil memang terkena pengaruh gempa
bumi. Beberapa ruas jalan terlihat amblas dan retak. Beberapa kepala jembatan
juga nampak bergeser dan memerlukan perbaikan. Hal ini jelas terlihat terutama
di sekitar ruas Lipat Kajang menuju Batas Sumatera Utara. Berdasarkan hal- hal
tersebut maka pelaksanaan studi lingkungan untuk kegiatan ini dapat
dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri LH Nomor 308 tahun 2005.

Hasil penggalian informasi tambahan dari Satker serta nara sumber, kunjungan
lapangan, dan verifikasi dengan Satker menunjukkan bahwa kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi jalan ini sebagian besar merupakan kegiatan

5
pemeliharaan dengan biaya kombinasi dari APBD dan BRR. Ruas jalan tersebut
tidak mengalami perubahan jalur/alignment dan tidak mengalami pelebaran di
luar daerah milik jalan (DMJ atau DAMIJA). Pekerjaan konstruksi yang paling
besar hanya merupakan peningkatan ruas jalan sepanjang sekitar 15 km
menuju Batas Sumatera Utara. Ruas ini akan mengalami peningkatan dari klas
C agregat menjadi perkerasan menggunakan pengaspalan. Pembukaan jalan
hanya akan dilakukan pada ruas sekitar 100 m di daerah Sisiknaga antara
Penanggalan – Lipat Kajang yang harus dialihkan karena lokasi tersebut labil
dan mengalami kondisi yang secara teknis disebut liquifaction. Pekerjaan
lainnya adalah pemeliharaan dan pembuatan saluran drainase pada area DMJ.

Di sisi lain, kriteria wajib AMDAL pada Peraturan Menteri LH No. 308/2005
menyebutkan bahwa suatu kegiatan pembangunan dan/atau peningkatan jalan
dengan pelebaran di luar daerah milik jalan di kota sedang wajib dilengkapi
dengan kajian AMDAL jika memiliki panjang ; 10 km atau volume pengerukan ;
10 ha atau di pedesaan dengan skala panjang ; 15 km. Adapun potensi dampak
yang diantisipasi adalah bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi
yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial. Memperhatikan luasan
kegiatan maka menurut Tim Teknis, kegiatan ini jatuh pada kategori kegiatan
tidak wajib AMDAL atau hanya perlu dilengkapi dengan UKL dan UPL.

Beberapa informasi lain yang dapat dikonfirmasi di lapangan adalah sebagai


berikut:
▪ Beberapa ruas jalan sangat dekat posisinya dengan beberapa rumah
penduduk, terutama pada ruas jalan antara Lipat Kajang dan Batas
Sumatera Utara. Hal ini memerlukan penataan yang tepat walaupun
jumlah rumah yang berdekatan dengan DMJ tersebut hanya sedikit.
Rumah-rumah tersebut perlu ditata karena harus ada bahu jalan yang
memadai, sarana drainase jalan, dan menjaga aspek keselamatan
penduduk dan pengguna jalan. Namun demikian, tidak ada indikasi
perlunya pemindahan jalur jalan atau penduduk.
▪ Hingga saat ini belum ada kejelasan tentang rencana pengambilan
material untuk pembangunan jalan (quarry). Kegiatan pengambilan bahan
bangunan dari quarry tidak merupakan kegiatan wajib AMDAL.
▪ Mengingat ruas jalan ini merupakan jalan antar kota dan antar propinsi,

6
tidak banyak penduduk yang berada di tepi jalan, terutama pada ruas
yang akan mengalami pekerjaan yang paling besar sekitar 15 km menuju
Batas Sumatera Utara.
▪ Sebagian ruas jalan di kiri dan kanan jalan merupakan perkebunan sawit.
▪ Saluran drainase jalan secara umum masih sangat kurang dan
memerlukan pekerjaan pemeliharaan yang cukup banyak,.
▪ Sudah ada indikasi pembukaan lahan menggunakan cara pembakaran
yang berpotensi dampak negatif terhadap lingkungan.
▪ Kestabilan lereng dan tebing memerlukan perhatian agar tidak terjadi
runtuhan atau erosi sehingga mengakibatkan sedimentasi pada badan-
badan air permukaan sepanjang ruas jalan tersebut.
▪ Menurut informasi dari Satker, hingga saat ini pengerjaan proyek ini
belum dimulai dan tender bagi para kontraktor pun belum dilaksanakan.
Namun demikian, kunjungan lapangan menunjukkan sebagian jalan
sudah dikerjakan dan ada perkerasan serta tidak ada indikasi bahwa
kegiatan tersebut hanya berupa penambalan jalan rusak (patching). Hal
ini dikhawatirkan menimbulkan duplikasi pelaksanaan proyek karena
wakil dari Satker pun nampaknya merasa kaget dengan kondisi di
lapangan tersebut.
▪ Berdasarkan situasi di lapangan dimana sudah ada pengerjaan jalan,
terlihat bahwa penempatan material pembangunan jalan tidak dilakukan
dengan baik dan mempertimbangkan dampak lingkungan.

IV. Rekomendasi dan Tindak Lanjut

Berdasarkan hasil kunjungan di atas, jelas terlihat bahwa rencana kegiatan


rehabililtasi dan rekonstruksi Jalan Penanggalan – Lipat Kajang – Batas
Sumatera Utara bukan rencana kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
dokumen AMDAL. Tindak lanjut dari hasil kunjungan lapangan ini adalah bahwa
pemrakarsa segera menyusun dokumen UKL UPL yang lebih sederhana
dibanding dengan dokumen AMDAL dan memprosesnya bersama dengan
Bapedalda Propinsi NAD.

Dengan demikian, Tim Teknis tidak melakukan pelingkupan secara intensif


karena pada dasarnya apa yang dilakukan oleh Tim Teknis selama kunjungan

7
lapangan adalah proses penapisan. Dengan selesainya laporan kunjungan
lapangan ini, maka tugas dari Tim Teknis AMDAL khusus telah dapat
diselesaikan. Namun demikian, Tim Teknis sepakat untuk melakukan diskusi
penentuan dampak penting sebagaimana dibahas pada point V.

Untuk mendapat pemahaman yang lebih lengkap, semua pihak terkait agar
dapat membaca isi dari Peraturan Menteri LH 308/2005 secara lengkap agar
memperoleh kejelasan tentang kerangka kerja proses AMDAL khusus.
Selanjutnya pemrakarsa kegiatan rehabililtasi dan rekonstruksi Jalan
Penanggalan – Lipat Kajang – Batas Sumatera Utara agar memberikan
perhatian yang mendalam terutama kepada bagian Lampiran II Peraturan
Menteri LH Nomor 308/2005 mengenai pedoman penyusunan UKL UPL.

V. Isu-isu Utama

Berikut adalah isu•isu utama yang terkait dengan potensi dampak kegiatan
rehabililtasi dan rekonstruksi Jalan Penanggalan – Lipat Kajang – Batas
Sumatera Utara. Pemrakarsa sedapat mungkin mempelajari berbagai dampak
tersebut untuk membahasnya pada dokumen UKL dan UPL.

Tim Teknis berpendapat bahwa kebisingan yang ditimbulkan oleh kegiatan


rehabilitasi dan rekonstruksi selama tahap konstruksi ini bersifat
sementara/sesaat dipandang tidak merupakan dampak penting. Sementara itu
kebisingan pada saat operasional dipandang merupakan kondisi alami dan tidak
akan menjadi dampak yang menggangu masyarakat karena masyarakat yang
berada di sisi jalan saat ini sudah dapat menerima kebisingan tersebut sejak
lama.

Dengan demikian, potensi dampak yang secara umum perlu diantisipasi adalah
bangkitan lalu lintas, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak
sosial. Secara khusus, Tim Teknis mengidentifikasi potensi dampak sebagai
berikut:

1. Dampak positif:
▪ Secara umum pembangunan peningkatan jalan diprakirakan layak dari
aspek ekologis,

8
▪ Proyek jalan tersebut dipandang dapat memperlancar lalu lintas ekonomi
rakyat karena di sepanjang jalan tersebut terdapat kebun karet dan kebun
sawit milik rakyat serta tidak ada kebun sawit swasta. Dengan demikian,
kegiatan ini dapat secara langsung membantu pengembangan ekonomi
masyarakat,
▪ Jalan ini dapat memperlancar hubungan Kabupaten Aceh Singkil di
Propinsi NAD dengan Kabupaten Barus dan Kota Sibolga di Propinsi
Sumut.

2. Dampak negatif:
▪ Potensi kecelakaan. Hal ini harus dapat diatasi oleh manajemen jalan
yang umumnya ditangani oleh LLAJ setempat.
▪ Potensi dampak debu pada saat kemarau yang dapat diatasi dengan
upaya pengelolaan yang sederhana namun tepat sasaran.
▪ Pengelolaan quarry untuk material merupakan suatu isu yang harus
diperhatikan oleh pemrakarsa terutama jika quarry tersebut diusahakan
dan dikelola oleh pemrakarsa. Pengelolaan quarry bisa saja dilakukan
oleh pihak ketiga ketika pemrakarsa hanya membeli bahan material dari
pihak ketiga.
▪ Penempatan drum sisa aspal harus dikelola dengan baik. Hal ini sangat
mudah dilakukan jika sudah ada standar prosedurnya (SOP).
▪ Kestabilan lereng perlu diperhatikan terutama terkait dengan keamanan
pengguna jalan dan untuk menghidari erosi yang berskala besar.
Longsoran dan erosi merupakan dampak lanjutan jika kestabilan lereng
tidak cukup diperhatikan.
▪ Penanganan material konstruksi jalan biasanya dibiarkan terbuka dan
tidak dikelola. Untuk itu perlu dicarikan solusi upaya pengelolaan dan
pemantauan yang tepat guna.
▪ Tata air dan drainase merupakan aspek yang sangat penting untuk
menjamin usia
▪ pakai jalan yang efesien. Tanpa sarana drainase, jalan akan cepat rusak.
Untuk itu hal ini menjadi isu penting untuk ditangani dalam pengelolaan
lingkungan.

9
▪ Kualitas air permukaan (terutama terkait dengan aliran permukaan/run off)
perlu dipantau terutama pada tahap konstruksi dimana dimungkinkan
terjadinya limpasan air permukaan terhadap material konstruksi yang
tidak dikelola dengan baik dan dapat menimbulkan pencemaran terhadap
badan air permukaan.
▪ Penataan ruang sepanjang jalan memerlukan kerjasama instansi terkait
untuk menjamin keamanan jalan terhadap masyarakat sekitar dan
terhadap pengguna jalan.
▪ Pembangunan sarana jalan dapat meningkatkan akses kepada lahan di
sekitar jalan. Hal ini perlu mendapat antisipasi dari instansi terkait karena
biasanya ada dampak ikutan berupa pembukaan lahan yang tidak
terkendali, akses terhadap hutan di sisi jalan, dan pembakaran lahan.

VI. Lampiran

Daftar lampiran

Lampiran 1: Deskripsi Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan


Penanggalan – Lipat Kajang – Batas Sumatera Utara,
Kabupaten Aceh Singkil

Lampiran 2: Foto hasil kunjungan lapangan

Lampiran 3: Hasil diskusi Komisi Penilai AMDAL tanggal 28 Desember 2006

Lampiran 4: Surat Perintah Tugas (SPT) Tim Teknis AMDAL Khusus

10
LAMPIRAN

11
Lampiran 1 :

DESKRIPSI SINGKAT PROYEK

REHAB DAN REKONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN


BRR NAD– NIAS 2006 - 2009

Sehubungan dengan Rencana Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah


NAD– NIAS yang dilaksanakan oleh BRR NAD–Nias tahun 2006 - 2009, maka
Satker BRR-Pembinaan Perencanaan Jalan NAD akan melakukan analisa
mengenai dampak lingkungan (AMDAL) untuk Kegiatan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Jalan dan Jembatan yang meliputi: Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Jalan Lipat Kajang - Singkil

Kondisi yang Ada


Ruas Jalan meliputi Lipat Kajang – Singkil (N. 026.2) dimana panjang
lintasan jalan adalah 34.90 km. Lokasi kegiatan berada di Kabupaten Aceh
Singkil dimana status kawasan adalah hutan produksi dan kawasan budidaya.
Lingkungan sekitar jalan meliputi pemukiman penduduk, kebun/sawah,
perbukitan, dan rawa/tambak.

Rencana Penanganan
Kondisi Jalan Lipat Kajang - Singkil masih perlu penanganan dari segala
aspek, terutama geometrik jalan, tingkat pelayanan, dan perkerasannya.
Rencana perbaikan yang akan dilakukan adalah Perbaikan Geometrik, Perbaikan
di luar damija, Peningkatan / Pengaspalan, dan Pembangunan/Perbaikan
drainase. Perbaikan struktural jalan adalah perkerasan jalan, serta bangunan
tambahan (saluran, dinding penahan, kereb, rambu-rambu lalu lintas).
Perkerasan jalan yang telah ada akan dilakukan peningkatan dengan cara
overlay serta penambahan bahu jalan. Kemudian, jembatan yang ada akan
diperbaiki dan pada lintasan yang memerlukan jembatan akan dibangun
disamping juga membuat gorong-gorong.

Kemungkinan Dampak yang Timbul

Penilaian dampak dilakukan secara holistik yaitu meliputi dampak pra-


konstruksi, tahap konstruksi, dan pasca konstruksi. Penilaian dampak ini ditinjau
dari segi positif dan negatif.

1. Tahap Pra-Konstruksi

Dampak Positif
- Peningkatan ekonomi masyarakat melalui ganti rugi pembebasan lahan

12
Dampak Negatif
- Kehilangan sumber hidup yang berkelanjutan akibat pembebasan lahan
- Terjadinya migrasi penduduk.

2. Tahap Konstruksi

Dampak Positif
- Menyerap tenaga kerja lokal
- Penambahan penduduk terutama di sekitar base camp
- Membuka lapangan usaha bagi masyarakat setempat

Dampak Negatif
- Terjadinya kerusakan hutan, gangguan satwa, penurunan jumlah dan
produksi keragaman flora
- Perambahan hutan
- Peningkatan kebisingan
- Perubahan bentang alam
- Penurunan kualitas udara
- Penurunan kualitas air
- Perubahan tata guna lahan
- Perubahan debit air
- Kemungkinan longsor akibat perubahan stabilitas tanah dan lereng

3. Tahap Pasca Konstruksi

Dampak Positif
- Kelancaran pergerakan (movement)
- Meningkatkan perekonomian lokal dan regional
- Menumbuhkan mata pencaharian bagi masyarakat
- Peningkatan produksi tanaman terutama holtikultural
- Meningkatnya intensifikasi teknologi pertanian
- Bertambah luas areal pengembalaan ternak
- Meningkatnya frekwensi perdagangan sebagai akibat terbukanya arus
transportasi darat tersebut
- Akan menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru akibat
terbukanya arus transportasi darat berupa angkutan barang dan
penumpang, sehingga akan memberikan kemudahan bagi masyarakat baik
yang ada di wilayah itu maupun di wilayah lain yang melalui lintasan
tersebut

Dampak Negatif
- Peningkatan kebisingan
- Penurunan kualitas udara
- Kemungkinan longsor akibat beban dan geteran kendaraan yang melewati
- Peningkatan gangguan satwa liar
- Kemudahan akses illegal logging
- Terganggunya fungsi hutan sebagai hidro-orologi karena adanya konversi
hutan menjadi lahan perkebunan dan pertanian, sehingga vegetasi hutan
yang ada akan rusak.

13
LAM P IR A N 2

FO TO HASIL KUNJUNG AN
LAPANG AN

Foto 1. Jalur jalan eksisting dari arah


Penanggalan menuju Simpang
Lipat Kajang. Nampak kondisi
jalan cukup baik dan hanya
memerlukan perawatan.

Foto 2. Kondisi jalan yang sebagian


turun akibat gempa bumi di
daerah antara Simpang Lipat
Kajang ke arah Batas
Sumatera Utara.

Foto 3. Kondisi hutan sekunder di


sekitar lokasi jalan eksisting
yang rawan terhadap
penebangan liar dan
pembakaran.

14
Foto 4. Sebagian pembangunan
jalan sudah dikerjakan
sebelum studi lingkungan
selesai disusun.

Foto 5. Tim teknis khusus


AMDAL sedang
melakukan persiapan
menuju lapangan setelah
melakukan konfirmasi
dengan pemrakarsa
melalui Satker BRR di
Singkil.

Foto 6. Citra satelit menunjukkan


lokasi orientasi Kota
Singkil dan jalur jalan
Lipat Kajang hingga
Perbatasan Sumatera
Utara.

15
LAM P IR A N 3
Hasil diskusi Komisi Penilai AMDAL tanggal 28 Desember 2006

Rapat Komisi Penilai AMDAL pada tanggal 28 Desember 2006 menyepakati


untuk menerima laporan dari Tim Teknis tanpa memberikan koreksi yang
mendasar. Diskusi terbatas pada upaya klarifikasi tentang kegiatan. Dua
masukan tertulis disampaikan sebagai bahan lampiran di bawah ini. Masukan
pertama menyatakan sepakat dengan rekomendasi dari Tim Teknis agar
dilakukan penyusunan UKL dan UPL. Masukan kedua berupa koreksi
penggunaan istilah teknis dalam kegiatan pembangunan jalan.

Terhadap masukan kedua di atas, Tim Teknis meminta agar penyusun dokumen
UKL - UPL memperhatikan penggunaan istilah•istilah teknis tersebut sesuai
dengan kaidah yang berlaku. Lebih jauh, Tim Teknis meminta agar deskripsi
kegiatan diuraikan dengan lebih baik dan lebih rinci pada dokumen UKL dan
UPLnya. Data•data yang belum lengkap dari pemrakarsa pada saat kunjungan
lapangan dilakukan, agar dilengkapi pada penyusunan UKL dan UPL. Hal ini
termasuk skala besaran kegiatan seperti data lebar DMJ pada lokasi proyek
tersebut dan panjang jalan yang akan dilebarkan perkerasannya (data
perlebaran perkerasan dari yang sudah ada) serta panjang jalan baru yang akan
dibuka (misalnya di Sisiknaga).

16
Lampiran 4
Surat Perintah Tugas (SPT) Tim Teknis AMDAL Khusus

17

Anda mungkin juga menyukai