LAPORAN
KUNJUNGAN LAPANGAN
Januari 2007
Peraturan Menteri Negara LH Nomor 308 Tahun 2005
LAPORAN
KUNJUNGAN LAPANGAN
Januari 2007
Tim Teknis AMDAL Khusus :
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005 memuat
pembentukan Tim Teknis AMDAL Khusus untuk melaksanakan proses
pelingkupan atau penyusunan dokumen Kerangka Acuan ANDAL bagi setiap
rencana kegiatan wajib AMDAL yang terkait dengan pembangunan rehabilitasi
dan rekonstruksi di Aceh pasca bencana gempa bumi dan tsunami. Berkaitan
dengan hal tersebut pemerintah melalui Bapedalda Provinsi NAD membantu
pembuatan Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL).
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun
2005, pelaksanaan kegiatan ini harus dilengkapi dengan dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL
dan UPL).
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
I. Pendahuluan ............................................................................................ .1
II. Deskripsi Ringkas Rencana Kegiatan........................................................2
III. Hasil Kunjungan Lapangan........................................................................5
IV. Rekomendasi dan Tindak Lanjut ...............................................................7
V. Isu-isu Utama ........................................................................................... .8
VI. Lampiran ...................................................................................................8
ii
I. Pendahuluan
1
II. Deskripsi Ringkas Rencana Kegiatan
2
▪ Perkerasan berbutir,
▪ Perkerasan aspal,
▪ Pekerjaan struktur,
▪ Pengembalian kondisi,
▪ Pemeliharaan harian.
3
Secara lebih rinci, peta lokasi kegiatan adalah sebagai berikut:
4
III. Hasil Kunjungan Lapangan
4. Identifikasi dampak potensial (desk study) oleh masing•m asing anggota Tim
Teknis.
Tim Teknis AMDAL khusus yang melaksanakan kunjungan lapangan terdiri ahli
yang berasal dari akademisi, ahli dari Kementerian Lingkungan Hidup, dan ahli
dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan di Propinsi NAD. Selama
kegiatan kunjungan lapangan, telah diperoleh kesempatan untuk mendapatkan
informasi tambahan dari Bapak Faisal sebagai wakil dari Satker (dengan posisi
sebagai Pejabat Pembuat komitmen) dan Bapak Musni sebagai nara sumber
dari instansi Bina Marga di daerah. Kunjungan lapangan memberikan konfirmasi
bahwa jalan-jalan menuju dan dari Singkil memang terkena pengaruh gempa
bumi. Beberapa ruas jalan terlihat amblas dan retak. Beberapa kepala jembatan
juga nampak bergeser dan memerlukan perbaikan. Hal ini jelas terlihat terutama
di sekitar ruas Lipat Kajang menuju Batas Sumatera Utara. Berdasarkan hal- hal
tersebut maka pelaksanaan studi lingkungan untuk kegiatan ini dapat
dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri LH Nomor 308 tahun 2005.
Hasil penggalian informasi tambahan dari Satker serta nara sumber, kunjungan
lapangan, dan verifikasi dengan Satker menunjukkan bahwa kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi jalan ini sebagian besar merupakan kegiatan
5
pemeliharaan dengan biaya kombinasi dari APBD dan BRR. Ruas jalan tersebut
tidak mengalami perubahan jalur/alignment dan tidak mengalami pelebaran di
luar daerah milik jalan (DMJ atau DAMIJA). Pekerjaan konstruksi yang paling
besar hanya merupakan peningkatan ruas jalan sepanjang sekitar 15 km
menuju Batas Sumatera Utara. Ruas ini akan mengalami peningkatan dari klas
C agregat menjadi perkerasan menggunakan pengaspalan. Pembukaan jalan
hanya akan dilakukan pada ruas sekitar 100 m di daerah Sisiknaga antara
Penanggalan – Lipat Kajang yang harus dialihkan karena lokasi tersebut labil
dan mengalami kondisi yang secara teknis disebut liquifaction. Pekerjaan
lainnya adalah pemeliharaan dan pembuatan saluran drainase pada area DMJ.
Di sisi lain, kriteria wajib AMDAL pada Peraturan Menteri LH No. 308/2005
menyebutkan bahwa suatu kegiatan pembangunan dan/atau peningkatan jalan
dengan pelebaran di luar daerah milik jalan di kota sedang wajib dilengkapi
dengan kajian AMDAL jika memiliki panjang ; 10 km atau volume pengerukan ;
10 ha atau di pedesaan dengan skala panjang ; 15 km. Adapun potensi dampak
yang diantisipasi adalah bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi
yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial. Memperhatikan luasan
kegiatan maka menurut Tim Teknis, kegiatan ini jatuh pada kategori kegiatan
tidak wajib AMDAL atau hanya perlu dilengkapi dengan UKL dan UPL.
6
tidak banyak penduduk yang berada di tepi jalan, terutama pada ruas
yang akan mengalami pekerjaan yang paling besar sekitar 15 km menuju
Batas Sumatera Utara.
▪ Sebagian ruas jalan di kiri dan kanan jalan merupakan perkebunan sawit.
▪ Saluran drainase jalan secara umum masih sangat kurang dan
memerlukan pekerjaan pemeliharaan yang cukup banyak,.
▪ Sudah ada indikasi pembukaan lahan menggunakan cara pembakaran
yang berpotensi dampak negatif terhadap lingkungan.
▪ Kestabilan lereng dan tebing memerlukan perhatian agar tidak terjadi
runtuhan atau erosi sehingga mengakibatkan sedimentasi pada badan-
badan air permukaan sepanjang ruas jalan tersebut.
▪ Menurut informasi dari Satker, hingga saat ini pengerjaan proyek ini
belum dimulai dan tender bagi para kontraktor pun belum dilaksanakan.
Namun demikian, kunjungan lapangan menunjukkan sebagian jalan
sudah dikerjakan dan ada perkerasan serta tidak ada indikasi bahwa
kegiatan tersebut hanya berupa penambalan jalan rusak (patching). Hal
ini dikhawatirkan menimbulkan duplikasi pelaksanaan proyek karena
wakil dari Satker pun nampaknya merasa kaget dengan kondisi di
lapangan tersebut.
▪ Berdasarkan situasi di lapangan dimana sudah ada pengerjaan jalan,
terlihat bahwa penempatan material pembangunan jalan tidak dilakukan
dengan baik dan mempertimbangkan dampak lingkungan.
7
lapangan adalah proses penapisan. Dengan selesainya laporan kunjungan
lapangan ini, maka tugas dari Tim Teknis AMDAL khusus telah dapat
diselesaikan. Namun demikian, Tim Teknis sepakat untuk melakukan diskusi
penentuan dampak penting sebagaimana dibahas pada point V.
Untuk mendapat pemahaman yang lebih lengkap, semua pihak terkait agar
dapat membaca isi dari Peraturan Menteri LH 308/2005 secara lengkap agar
memperoleh kejelasan tentang kerangka kerja proses AMDAL khusus.
Selanjutnya pemrakarsa kegiatan rehabililtasi dan rekonstruksi Jalan
Penanggalan – Lipat Kajang – Batas Sumatera Utara agar memberikan
perhatian yang mendalam terutama kepada bagian Lampiran II Peraturan
Menteri LH Nomor 308/2005 mengenai pedoman penyusunan UKL UPL.
V. Isu-isu Utama
Berikut adalah isu•isu utama yang terkait dengan potensi dampak kegiatan
rehabililtasi dan rekonstruksi Jalan Penanggalan – Lipat Kajang – Batas
Sumatera Utara. Pemrakarsa sedapat mungkin mempelajari berbagai dampak
tersebut untuk membahasnya pada dokumen UKL dan UPL.
Dengan demikian, potensi dampak yang secara umum perlu diantisipasi adalah
bangkitan lalu lintas, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak
sosial. Secara khusus, Tim Teknis mengidentifikasi potensi dampak sebagai
berikut:
1. Dampak positif:
▪ Secara umum pembangunan peningkatan jalan diprakirakan layak dari
aspek ekologis,
8
▪ Proyek jalan tersebut dipandang dapat memperlancar lalu lintas ekonomi
rakyat karena di sepanjang jalan tersebut terdapat kebun karet dan kebun
sawit milik rakyat serta tidak ada kebun sawit swasta. Dengan demikian,
kegiatan ini dapat secara langsung membantu pengembangan ekonomi
masyarakat,
▪ Jalan ini dapat memperlancar hubungan Kabupaten Aceh Singkil di
Propinsi NAD dengan Kabupaten Barus dan Kota Sibolga di Propinsi
Sumut.
2. Dampak negatif:
▪ Potensi kecelakaan. Hal ini harus dapat diatasi oleh manajemen jalan
yang umumnya ditangani oleh LLAJ setempat.
▪ Potensi dampak debu pada saat kemarau yang dapat diatasi dengan
upaya pengelolaan yang sederhana namun tepat sasaran.
▪ Pengelolaan quarry untuk material merupakan suatu isu yang harus
diperhatikan oleh pemrakarsa terutama jika quarry tersebut diusahakan
dan dikelola oleh pemrakarsa. Pengelolaan quarry bisa saja dilakukan
oleh pihak ketiga ketika pemrakarsa hanya membeli bahan material dari
pihak ketiga.
▪ Penempatan drum sisa aspal harus dikelola dengan baik. Hal ini sangat
mudah dilakukan jika sudah ada standar prosedurnya (SOP).
▪ Kestabilan lereng perlu diperhatikan terutama terkait dengan keamanan
pengguna jalan dan untuk menghidari erosi yang berskala besar.
Longsoran dan erosi merupakan dampak lanjutan jika kestabilan lereng
tidak cukup diperhatikan.
▪ Penanganan material konstruksi jalan biasanya dibiarkan terbuka dan
tidak dikelola. Untuk itu perlu dicarikan solusi upaya pengelolaan dan
pemantauan yang tepat guna.
▪ Tata air dan drainase merupakan aspek yang sangat penting untuk
menjamin usia
▪ pakai jalan yang efesien. Tanpa sarana drainase, jalan akan cepat rusak.
Untuk itu hal ini menjadi isu penting untuk ditangani dalam pengelolaan
lingkungan.
9
▪ Kualitas air permukaan (terutama terkait dengan aliran permukaan/run off)
perlu dipantau terutama pada tahap konstruksi dimana dimungkinkan
terjadinya limpasan air permukaan terhadap material konstruksi yang
tidak dikelola dengan baik dan dapat menimbulkan pencemaran terhadap
badan air permukaan.
▪ Penataan ruang sepanjang jalan memerlukan kerjasama instansi terkait
untuk menjamin keamanan jalan terhadap masyarakat sekitar dan
terhadap pengguna jalan.
▪ Pembangunan sarana jalan dapat meningkatkan akses kepada lahan di
sekitar jalan. Hal ini perlu mendapat antisipasi dari instansi terkait karena
biasanya ada dampak ikutan berupa pembukaan lahan yang tidak
terkendali, akses terhadap hutan di sisi jalan, dan pembakaran lahan.
VI. Lampiran
Daftar lampiran
10
LAMPIRAN
11
Lampiran 1 :
Rencana Penanganan
Kondisi Jalan Lipat Kajang - Singkil masih perlu penanganan dari segala
aspek, terutama geometrik jalan, tingkat pelayanan, dan perkerasannya.
Rencana perbaikan yang akan dilakukan adalah Perbaikan Geometrik, Perbaikan
di luar damija, Peningkatan / Pengaspalan, dan Pembangunan/Perbaikan
drainase. Perbaikan struktural jalan adalah perkerasan jalan, serta bangunan
tambahan (saluran, dinding penahan, kereb, rambu-rambu lalu lintas).
Perkerasan jalan yang telah ada akan dilakukan peningkatan dengan cara
overlay serta penambahan bahu jalan. Kemudian, jembatan yang ada akan
diperbaiki dan pada lintasan yang memerlukan jembatan akan dibangun
disamping juga membuat gorong-gorong.
1. Tahap Pra-Konstruksi
Dampak Positif
- Peningkatan ekonomi masyarakat melalui ganti rugi pembebasan lahan
12
Dampak Negatif
- Kehilangan sumber hidup yang berkelanjutan akibat pembebasan lahan
- Terjadinya migrasi penduduk.
2. Tahap Konstruksi
Dampak Positif
- Menyerap tenaga kerja lokal
- Penambahan penduduk terutama di sekitar base camp
- Membuka lapangan usaha bagi masyarakat setempat
Dampak Negatif
- Terjadinya kerusakan hutan, gangguan satwa, penurunan jumlah dan
produksi keragaman flora
- Perambahan hutan
- Peningkatan kebisingan
- Perubahan bentang alam
- Penurunan kualitas udara
- Penurunan kualitas air
- Perubahan tata guna lahan
- Perubahan debit air
- Kemungkinan longsor akibat perubahan stabilitas tanah dan lereng
Dampak Positif
- Kelancaran pergerakan (movement)
- Meningkatkan perekonomian lokal dan regional
- Menumbuhkan mata pencaharian bagi masyarakat
- Peningkatan produksi tanaman terutama holtikultural
- Meningkatnya intensifikasi teknologi pertanian
- Bertambah luas areal pengembalaan ternak
- Meningkatnya frekwensi perdagangan sebagai akibat terbukanya arus
transportasi darat tersebut
- Akan menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru akibat
terbukanya arus transportasi darat berupa angkutan barang dan
penumpang, sehingga akan memberikan kemudahan bagi masyarakat baik
yang ada di wilayah itu maupun di wilayah lain yang melalui lintasan
tersebut
Dampak Negatif
- Peningkatan kebisingan
- Penurunan kualitas udara
- Kemungkinan longsor akibat beban dan geteran kendaraan yang melewati
- Peningkatan gangguan satwa liar
- Kemudahan akses illegal logging
- Terganggunya fungsi hutan sebagai hidro-orologi karena adanya konversi
hutan menjadi lahan perkebunan dan pertanian, sehingga vegetasi hutan
yang ada akan rusak.
13
LAM P IR A N 2
FO TO HASIL KUNJUNG AN
LAPANG AN
14
Foto 4. Sebagian pembangunan
jalan sudah dikerjakan
sebelum studi lingkungan
selesai disusun.
15
LAM P IR A N 3
Hasil diskusi Komisi Penilai AMDAL tanggal 28 Desember 2006
Terhadap masukan kedua di atas, Tim Teknis meminta agar penyusun dokumen
UKL - UPL memperhatikan penggunaan istilah•istilah teknis tersebut sesuai
dengan kaidah yang berlaku. Lebih jauh, Tim Teknis meminta agar deskripsi
kegiatan diuraikan dengan lebih baik dan lebih rinci pada dokumen UKL dan
UPLnya. Data•data yang belum lengkap dari pemrakarsa pada saat kunjungan
lapangan dilakukan, agar dilengkapi pada penyusunan UKL dan UPL. Hal ini
termasuk skala besaran kegiatan seperti data lebar DMJ pada lokasi proyek
tersebut dan panjang jalan yang akan dilebarkan perkerasannya (data
perlebaran perkerasan dari yang sudah ada) serta panjang jalan baru yang akan
dibuka (misalnya di Sisiknaga).
16
Lampiran 4
Surat Perintah Tugas (SPT) Tim Teknis AMDAL Khusus
17