KERANGKA ACUAN
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
KERANGKA ACUAN
Jika dilihat dari relevansi rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca gempa dan tsunami,
kegiatan AMDAL percepatan ini belumlah tepat, sebab lokasi pembangunan dan
peningkatan jalan Simpang Teritit – Pondok Baru – Samar Kilang di Kabupaten Bener
Meriah relatif tidak terkena bencana gempa dan tsunami secara langsung. Namun
dengan adanya bencana banjir dadakan, sporadis (Desember 2006), pertimbangan
pembukaan isolasi wilayah, peningkatan posisi rebut tawar (bargaining) petani yang
tersebar di sepanjang rencana proyek yang berpotensi sebagai pusat penggerak
perekonomian lokal, maka rencana ini bisa saja mendapat perhatian khusus dan
mendesak. Di samping itu, dana yang dikelola oleh BRR memungkinkan untuk
melakukan kegiatan percepatan pembangunan di NAD bersamaan atau secara terpisah
dengan program rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca gempa dan tsunami.
Sumber format pelaporan yang dijadikan acuan dalam penyusunan KA-ANDAL ini
adalah Doc 2/2005 tentang Panduan Pelingkupan Pelaksanaan AMDAL Kegiatan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Aceh dan Nias yang terdiri dari 3 BAB, yaitu: (I)
Pendahuluan, (II) Proses AMDAL Khusus, dan (III) Isu-isu Utama. Namun demikian,
pengembangan kluster penulisan menjadi 6 BAB tidak dapat dihindarkan, mengingat
penyusun menganggap penting untuk merujuk juga PerMENLH No.8 Tahun 2006 agar
dokumen tersaji secara ringkas tetapi lengkap dan sistematis.
i
Selanjutnya, yang perlu dapat perhatian utama adalah dampak penting yang akan timbul
akibat rencana kegiatan ini (yang telah diuraikan pada Bab V) antara lain potensi
terganggunya flora dan fauna setempat (termasuk berkurangannya hutan), bahaya
longsor, banjir dan ladang berpindah; sedangkan dampak positifnya sebagaimana telah
diungkapkan di atas antara lain dapat membuka isolasi wilayah, potensi pengembangan
pusat (sentra) ekonomi dan pengumpulan hasil pertanian untuk kelancaran pemasaran,
penerapan teknologi pertanian dan penyerapan tenaga kerja.
Apa yang diuraikan dan dijelaskan dalam dokumen ini masih bersifat informasi dan
arahan garis besar yang sangat sederhana. Karena disamping untuk menghemat waktu
dan biaya, menyederhanakan teknis kerja (tenaga), juga untuk membedakan terhadap
penyusunan Dokumen Kerangka Acuan ANDAL konvensional (PerMENLH No.8 Tahun
2006). Satu hal yang perlu dipertimbangkan oleh tim penyusun AMDAL berikutnya, yaitu
harus mendeskripsikan dan menjelaskan Metodologi Studi yang akan dipakai pada
Dokumen ANDAL. Sekali lagi, jadikan dokumen ini sebagai acuan dasar. Selanjutnya tim
penyusun (konsultan yang ditunjuk), harus melakukan verifikasi kembali agar dapat
menyesuaikan dan mengembangkannya sesuai kebutuhan. Dengan demikian, akan
diperoleh informasi yang lengkap, efektif dan efisien sehingga dokumen yang dihasilkan
benar-benar dapat diaplikasikan secara operasional.
Akhir kata, Tim teknis khusus mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu ide, pandangan, dan materi sehingga Dokumen KA-ANDAL ini dapat
disusun dengan baik. Tim teknis tidak menutup diri terhadap masukan dan/ atau saran
yang positif dari para sidang pembaca sekalian atau pihak-pihak terkait, yakinlah kami
sudah berikhtiar secara optimal.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................... i
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3. Bagan Alir Proses AMDAL yang akan Dilakukan untuk Pemba-
ngunan Jalan Simpang Teritit – Pondok Baru – Samar Kilang
Kabupaten Bener Meriah.............................................................................................7
Gambar 4. Skema Daerah Manafaat Jalan (DAMAJA) dan Daerah Milik Jalan
(DAMIJA)..............................................................................................................................8
Gambar 6. Peta Jaringan Jalan Simpang Teritit – Pondok Baru – Samar Kilang 14
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran B. Daftar Hadir Rapat Komisi Penilai AMDAL Hidup Daerah (AMDALDA)
Provinsi NAD, Banda Aceh (27 Desember 2006)
Lampiran G. Hands out Presentasi KA-ANDAL pada Rapat Komisi Penilai AMDAL
Hidup Daerah (AMDALDA) Provinsi NAD, Banda Aceh (27 Desember
2006)
vi
I. PENDAHULUAN
Konkretnya, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD – Nias berencana untuk
membangun dan/ atau meningkatkan kembali (rehabilitasi dan rekonstruksi) jalan mulai
dari Simpang Teritit – Pondok Baru – Samar Kilang sepanjang + 64,30 km yang
berada di Kabupaten Bener Meriah. Dengan kata lain, rencana kegiatan pembangunan
jalan ini dilaksanakan di bawah koordinasi Satuan Kerja (Satker) BRR – Pembinaan dan
Perencanaan Jalan NAD di Direktorat Jalan dan Jembatan (sumber: deskripsi proyek,
Desember 2006). Satker inilah bersama dengan pemerintah daerah yang akan berperan
sebagai pemrakarsa kegiatan pembangunan jalan ini.
Jalan yang akan ditingkatkan ini melintasi lingkungan pemukiman penduduk, kebun,
sawah, kawasan hutan produksi dan budidaya serta gunung dan perbukitan. Kondisi
jalan yang ada (existing) dari Simpang Teritit – Pondok Baru (+ 17,6 km) berupa jalan
perkerasan macadam yang masih perlu peningkatan berupa tambal sulam (patching) dan
pembuatan atau perawatan drainase; sedangkan kondisi jalan dari Pondok Baru menuju
Samar Kilang berbelok, berliku, naik (terjal) dan turun (curam – landai) yang berupa jalan
perkerasan (tidak terawat) dan sebagian jalan tanah yang sudah terbentuk badan
jalannya.
Berbagai aspek yang perlu ditangani berkenaan dengan rencana rehablilitasi dan
rekonstruksi jalan ini antara lain: (a) geometrik jalan, (b) perkerasan, dan (c) fungsi,
pelayanan atau tingkat kemampuan jalan.
Sebelum rencana kegiatan ini dilakukan, perlu dibuat studi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) Hidup yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup nomor 308 tahun 2005 tentang Pelaksanaan Analis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL Hidup), Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL hidup) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL Hidup) untuk Kegiatan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara. Guna memenuhi
peraturan ini, telah dibentuk Tim Teknis AMDAL khusus untuk melaksanakan proses
pelingkupan (penyusunan arahan dokumen Kerangka Acuan, KA). Bagi tim studi
1
selanjutnya, perlu juga mengacu peraturan dan perundang-undangan yang berlaku,
antara lain (a) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh, (b) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun
2006 tentang Jenis Usaha dan/ atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL
Hidup, dan (c) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyusunan AMDAL Hidup.
Karena kegiatan ini masih berupa rencana dan termasuk kegiatan wajib AMDAL (kategori
jalan pedesaan dengan panjang > 30 km), maka kegiatan konstruksi fisik di lapangan tidak
diperkenankan untuk mulai dikerjakan sebelum kajian kelayakan lingkungan di dalam studi
AMDAL selesai dilakukan. Untuk itu, Satker BRR yang bertanggung jawab harus mengikuti
pola perencanaan yang baik, benar dan matang tanpa harus ‘terburu-buru’ melaksanakan
pekerjaan fisik karena alasan percepatan walaupun masyarakat dan unsur Muspika dan
Muspida setempat mendesak agar rencana ini segera direalisasikan.
Hasil pelingkupan oleh Tim Teknis AMDAL khusus rencana pembangunan dan
peningkatan jalan Simpang Teritit – Pondok Baru – Samar Kilang ini merupakan langkah
awal sebagai arahan dasar sebelum ke tahap studi berikutnya (ANDAL, RKL dan RPL).
Proses AMDAL untuk rehabilitasi dan rekonstruksi jalan Simpang Teritit – Pondok Baru –
Samar Kilang mulai dilakukan oleh tim teknis AMDAL khusus sejak tanggal 6 Desember
2006 yaitu diskusi tentang rencana kegiatan yang disampaikan oleh Satker BRR di
Kantor Bapedalda Propinsi NAD. Selanjutnya dilakukan kunjungan lapangan mulai
tanggal 7 Desember 2006 sampai 9 Desember 2006 untuk kebutuhan observasi
lapangan dan pelingkupan. Sebagai catatan, publikasi atau pengumuman pelaksanaan
AMDAL untuk kegiatan ini belum dilakukan dan karenanya harus segera dilaksanakan
dengan koordinasi sekretariat Komisi Penilai AMDAL Propinsi NAD.
Tim Teknis AMDAL khusus yang telah melaksanakan pelingkupan terdiri dari ahli yang
berasal dari praktisi lingkungan, dinas/ instansi terkait, akademisi dan Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Propinsi NAD, serta unsur Pemerintah Kabupaten
Bener Meriah.
2
6. Verifikasi hasil tinjauan lapangan yang dipadankan dengan hasil evaluasi dampak
hipotetik; dan
7. Penyusunan laporan pelingkupan menjadi dokumen Kerangka Acuan (KA) ANDAL.
Adapun tujuan dari rencana kegiatan ini antara lain untuk: (a) mempercepat proses
pembangunan di daerah-daerah terisolir namun cukup potensial untuk dikembangkan
(seperti ruas Jalan Simpang Teritit – Pondok Baru – Samar Kilang), sehingga manfaatnya
dapat dirasakan secara merata oleh penduduk setempat, (b) membuka isolasi wilayah
secara cepat (baca: mendesak), (c) memudahkan distribusi informasi - komunikasi,
komoditas hasil-hasil pertanian dan hutan, serta (d) membuka potensi pusat
pengembangan perekonomian (lokal). Jadi untuk mencapai itu semua, ketersediaan
jalan; sarana dan prasarana transportasi yang baik, mutlak adanya.
Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan memanfaatkan momen
rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca gempa dan tsunami melalui BRR Aceh – Nias (2006
– 2009).
3
Gambar 1. Peta Topografi Kabupaten Bener Meriah
4
Gambar 2. Peta Lokasi Rencana Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan
Simpang Teritit – Pondok Baru – Samar Kilang Kabupaten Bener Meriah
5
II. PROSES AMDAL KHUSUS
Yang dimaksud dengan proses AMDAL khusus adalah kegiatan penyusunan AMDAL
dengan melalui proses tertentu dimana pelingkupan (untuk dokumen KA-ANDAL)
melibatkan satu tim teknis khusus yang terdiri dari berbagai unsur kepakaran, agar waktu
tempuh yang dibutuhkan lebih cepat dan tepat dengan tidak mengabaikan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku, utamanya Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 308 Tahun 2005.
Secara singkat, proses AMDAL secara keseluruhan dapat mengacu pada bagan alir yang
didiperlihatkan pada Gambar 3. Untuk mendapat pemahaman yang lebih lengkap, semua
pihak terkait agar dapat membaca isi dari Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 308 Tahun 2005 agar memperoleh kejelasan tentang kerangka kerja proses
AMDAL khusus. Sebagai bahan perbandingan dengan proses AMDAL konvensional
yang berlaku di tempat lain di Indonesia, pengguna dokumen ini dapat melihat Peraturan
Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL Hidup dan Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL
Hidup.
Tanda panah menunjukkan tahap-tahap proses AMDAL yang telah dilakukan dan yang harus
segera dilakukan karena telah terlambat dan tidak mengikuti sekuensial yang seharusnya
dilakukan. Sekali lagi, pekerjaan pembangunan fisik tidak boleh dilakukan sebelum proses
kajian AMDAL selesai dilakukan. Namun demikian hal ini perlu dijelaskan bahwa karena
bersifat rehabilitasi dan rekonstruksi, saat ini di lokasi rencana kegiatan sudah ada jalan
existing yang akan diperbaiki dan ditingkatkan. Tahap pengumuman, yang diberi tanda panah
terputus, belum dilakukan. Karenanya, seiring dengan proses pelingkupan ini, pemrakarsa
harus segera melaksanakan pengumuman dan mengakomodasi masukan masyarakat di
dalam proses konsultasi masyarakat pada saat melakukan pelibatan masyarakat dan studi
ANDAL-nya (sumber: Dokumen KA-ANDAL
Pembangunan Jalan Alue Rumbia - Manggamat di Kabupaten Aceh Selatan, September
2006).
6
Proses penapisan melalui daftar
kegiatan wajib AMDAL
Perijinan
Pembangunan fisik
Gambar 3. Bagan Alir Proses AMDAL yang akan Dilakukan untuk Pembangunan
Jalan Simpang Teritit – Pondok Baru – Samar Kilang di Kabupaten
Bener Meriah
7
III. DESKRIPSI RINGKAS RENCANA KEGIATAN
Berdasarkan data deskripsi proyek (Desember, 2006), ruas jalan yang akan ditangani
mempunyai panjang lintasan +64,30 km. Lokasi kegiatan berada di Kabupaten Kabupaten
Bener Meriah dimana status kawasan termasuk hutan produksi dan kawasan budidaya
(status kawasan harus dicek kembali oleh pemrakarsa dan konsultan penyusun). Kondisi
jalan masih perlu penanganan dari segala aspek terutama geometrik jalan, tingkat pelayanan,
dan perkerasan. Ketiga aspek tersebut akan menjadi perioritas utama dalam penanganan
ruas jalan ini. Rencana perbaikan yang akan dilakukan adalah alinemen horizontal dan
vertikal supaya dapat meningkatkan kapasitas pelayanan sehingga pengemudi atau
pengguna jalan bisa mendapatkan kenyamanan dalam berkendara.
Hingga saat ini tidak ada uraian atau deskripsi rencana kegiatan yang cukup
komprehensif. Demikian pula belum ada besaran-besaran kegiatan yang cukup definitif
untuk seluruh ruas jalan tersebut seperi lebar jalan, bahu jalan, pembebasan di luar
daerah manfaat jalan (DAMAJA) yang ada, dan lain-lain. Untuk mengakomodasi
pembangunan yang baik, maka perencanaan yang matang harus dilakukan terlebih
dahulu sebelum melakukan kegiatan konstruksi fisik di lapangan. Gambar 4 di bawah ini
merupakan skema DAMAJA dan DAMIJA yang menggambarkan besaran secara baku.
Bagaimanapun, tidak boleh ada bangunan berdiri di sepanjang DAMIJA tersebut.
0,04% 0,01%
8 cm
25 cm 1m
ROW
DAMAJA
DAMIJA
Gambar 4. Skema Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA) dan Daerah Milik Jalan (DAMIJA)
8
3. Pembangunan/perbaikan drainase;
4. Perbaikan di luar DAMIJA;
5. Pemasangan dinding penahan (longsor);
6. Pembuatan bangunan tambahan (curb/ kereb, dan rambu-rambu lalu lintas);
7. Perbaikan dan pembangunan jembatan baru;
8. Pembuatan gorong-gorong; dan
9. Perkerasan, peningkatan/ pengaspalan (tipeHRS).
(perlu dirinci kembali dan diuraikan dengan jelas oleh pemrakarsa kegiatan)
Peralatan yang umumnya digunakan adalah excavator, buldozer, motor grader, vibrator roller,
water tank, dan dump truck. Untuk lapisan penutup dilengkapi dengan AMP, asphalt
finisher serta pneumatic roller yang berskala sedang, sesuai dengan daya dukung jalan.
Rencana mobilisasi peralatan berat ini harus segera diperhitungkan dengan baik (jumlah
dan jadwalnya) guna mengantisipasi dampak negatif yang mungkin timbul akibat
kegiatan konstruksi. Penggunaan sejumlah tenaga kerja merupakan aspek lain yang
harus direncanakan untuk mengantisipasi dampak sosial ekonomi dan budaya.
Adapun komponen kegiatan yang umum dilakukan bagi pemeliharaan dan peningkatan
jalan adalah sebagai berikut (sumber: KA-ANDAL Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan
Alue Rumbia – Menggamat, September 2006):
1. Mobilisasi tenaga kerja dan peralatan;
2. Pembangunan sarana drainase jalan;
3. Galian dan timbunan (cut and fill);
4. Pelebaran, perkerasan, dan penataan bahu jalan;
5. Penataan rambu lalu lintas;
6. Perkerasan berbutir;
7. Perkerasan aspal;
8. Pekerjaan struktur;
9. Pengembalian kondisi;
10. Pembangunan, perawatan , perbaikan dan pemeliharaan jalan; serta
11. Pemeliharaan harian.
Adanya momentum penyaluran dana dari BRR ini merupakan saat yang tepat untuk
merealisasikan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi jalan Simpang Teritit – Pondok Baru
– Samar Kilang dalam waktu dekat. Dengan adanya perbaikan dan pembangunan jalan
ini diharapkan isolasi wilayah akan terbuka, infrastruktur jalan semakin baik, transportasi
pemasaran komoditas pertanian (hortikultura, hasil kebun dan sawah) akan lancar yang
akan meningkatkan posisi rebut tawar (bargaining) petani. Disamping itu, akan
memudahkan mobilitas penduduk setempat serta pergerakan arus barang dan jasa
melalui jalan darat antar kecamatan dapat terselenggara dengan lebih baik.
9
IV. HASIL TINJAUAN DAN OBSERVASI LAPANGAN
Tinjauan (site visit) dan observasi lapangan dilakukan oleh tim studi dimulai dari Kota
Takengon, persimpangan jalan Teritit, Pondok Baru sampai ke Samar Kilang dengan
menggunakan kendaraan 4W Drive. Sebagaimana di jelaskan sebelumnya, di sepanjang
kanan kiri rencana pembangunan dan peningkatan jalan terdapat kebun, sawah, sungai,
dan/ atau hutan. Kondisi jalan berbelok, berliku, naik (mendaki) dan turun (curam sampai
landai) karena berada di daerah perbukitan dan gunung. Ada beberapa bagian ruas jalan
yang telah dilengkapi dengan jembatan tetapi dalam keadaan rusak, di bagian tertentu
masih belum ada drainase serta sangat rawan longsor. Mengingat rencana
pembangunan jalan ini akan melalui kawasan hutan (produksi dan budidaya), Satker
sebagai pemrakarsa harus melakukan koordinasi dengan dinas terkait yang menangani
kehutananan untuk memastikan bahwa trase jalan di antara ujung Pondok Baru – Samar
Kilang tidak mengganggu fungsi ekologi hutan.
Rencana kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi jalan Simpang Teritit – Pondok Baru –
Samar Kilang meliputi pemeliharan, peningkatan, dan/ atau pelebaran terhadap jalan
existing serta pembangunan jalan yang masih berupa sirtu dan jalan tanah (sub-grade).
Jalur jalan yang akan dibangun melalui empat kecamatan, yaitu Uweh Pesam (Simpang
Balik), Bukit (Simpang Tiga), Bandar (Janarata), dan Syiah Utama (Samar Kilang).
Ruas jalan dari Simpang Teritit - Pondok Baru merupakan jalan existing yang belum
dilengkapi dengan bahu jalan, drainase serta ROW yang direncanakan, sementara dari
Pondok Baru – Samar Kilang masih merupakan jalan tanah dasar (sub- grade) yang
belum mengalami perkerasan. Di sepanjang ruas jalan Pondok Baru – Samar Kilang
dijumpai 3 jembatan sementara (dalam kondisi rusak), satu jembatan permanen (kondisi
baik), dan 8 jembatan rangka kayu (yang ditimbun tanah dalam keadaan rusak). Juga
dilalui dua sungai besar, yaitu Sungai Jambo Aye dan Sungai Arakundo serta enam alur
liar dari pegunungan. Material sirtu ada yang dapat diambil dari dua sungai tersebut
sedangkan bahan galian bisa didapatkan dari hasil cut and fill daerah tebing.
Peningkatan jalan Simpang Teritit – Pondok Baru – Samar Kilang bertujuan untuk
membuka isolasi masyarakat dan meningkatkan kemudahan masyarakat berinteraksi
khususnya masyarakat Desa Samar Kilang yang sudah sekian lama terisolir dan
tertinggal, sehingga diharapkan aksesibilitas dapat lebih ditingkatkan.
Ruas jalan yang akan ditingkatkan merupakan jalan provinsi terletak pada daerah
pegunungan dimana baik alinemen vertikal dan horizontal yaitu terhadap tikungan
maupun tanjakan/ turunan banyak mengikuti garis topografi dan disertai dengan tanjakan
10
dan turunan yang relatif tajam. Lokasi jalan dapat dilihat pada Lampiran D Gambar 1 – 11
dengan titik asal dimulai dari Simpang Teritit sampai titik akhir pada Desa Samar Kilang.
Untuk lebih jelasnya detail konstruksi jalan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Detail Konstruksi Jalan Simpang Teritit – Pondok Baru – Blang jorong
dan Jalan Blang Jorong – Samar Kilang
Permukiman penduduk cukup padat yang tersebar di kanan kiri jalan sepanjang Simpang
Teritit – Pondok Baru, sedangkan dari Pondok Baru sampai Desa Rusif terdapat usaha
pertanian (kebun dan hortikultura) yang diselingi oleh semak belukar dan hutan. Vegetasi
yang ada meliputi vegetasi pegunungan yang ditandai oleh semak belukar, hutan primer
dan tanaman berbunga yang berwarna cerah. Selain itu, terdapat tanaman hortikultura
seperti sayuran, tanaman hias serta palawija. Di ujung titik jalan terdapat pemukiman
penduduk Samar Kilang yang dihuni sekitar 250 KK dan terdapat Sungai Arakundo yang
potensial - banyak menyediakan material sirtu.
Satu hal penting mengapa pembangunan dan peningkatan jalan Simpang Teritit – Pondok
Baru dan Samar Kilang perlu direalisasikan, karena daerah ini cukup potensial untuk menjadi
daerah pusat dan penghasil produk pertanian.
Namun demikian, yang perlu diperhatikan adalah konservasi sumber daya air, mengingat
sumber air ini sangat berlimpah dan masih memiliki kualitas yang sangat baik. Cadangan
dan penyediaan material konstruksi jalan dapat dijumpai di sepanjang jalur jalan atau di
daerah rencana kegiatan. Untuk itu, pengambilan pasir dan batu (sirtu) disarankan agar
diambil secara terdistribusi di seluruh daerah tersebut dan tidak diambil secara
terkonsentrasi untuk mengurangi risiko dampak lingkungan. Areal pengambilan material
konstruksi harus dikelola melalui rencana rehabilitasi yang memadai. Kebutuhan material
konstruksi harus diestimasi dan diuraikan dengan baik pada deskripsi kegiatan di dalam
laporan ANDAL.
11
Berdasarkan wawancara dengan aparat Pemerintahan di Takengon dan masyarakat di
Pondok Baru dan Samar Kilang, mereka menaruh pengharapan yang tinggi untuk
memperoleh fasilitas jalan. Mereka dapat kompromi dengan ganti rugi lahan yang
terpakai, jika proyek ini direalisasikan. Hal ini harus dimanfaatkan dengan baik secara
aspek sosial ekonomi budaya sehingga tidak menimbulkan keresahan atau dampak
sosial yang negatif. Batas wilayah studi secara umum telah ditentukan oleh tim teknis
(Gambar 7), namun tidak menutup kemungkinan dapat dikembangkan wilayahnya sesuai
dengan pengamatan pemrakarsa dan tim studi selanjutnya.
Deskripsi
Rencana
Kegiatan
Dampak Prioritas
Dampak Penting Dampak
Potensial Hipotetik Penting
Hipotetik
Rona
Lingkungan
Hidup
Identifikasi Evaluasi Klasifikasi
Dampak Dampak dampak
Potensial Hipotetik Prioritas
Gambar 5 di atas, dapat dijadikan patokan ketika melakukan proses pelingkupan. Proses
pelingkupan dimulai dari mengkaji deskripsi rencana kegiatan secara desk study
kemudian melakukan observasi lapangan secara langsung untuk melihat rona
lingkungan hidup awal. Pada saat observasi lapangan ini, dilakukan juga identifikasi
dampak potensial. Dampak potensial yang telah didapat kemudian dievaluasi. Evaluasi
dampak penting hipotetik ini dapat dilakukan langsung di lapangan atau setelah kembali
dari lapangan. Setelah diklarifikasi, didapatlah prioritas dampak penting hipotetik yang
menjadi dasar atau inti dari keseluruhan kajian dokumen ANDAL, RKL dan RPL nanti.
Jenis rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah rehabilitasi dan rekonstruksi ruas
jalan Simpang Teritit – Pondok Baru – Samar Kilang. Rona lingkungan hidup awal secara
garis besar telah diuraikan pada bagian Hasil Tinjauan dan Observasi Lapangan,
sedangkan identifikasi dampak potensial dan evaluasi dampak hipotetik dapat dilihat
pada Lampiran F. Adapun prioritas dampak penting hipotetik disajikan pada Bab V.
12
Penilaian dampak dilakukan secara holistik yang mencakup dampak kegiatan pada
tahapan pra-konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi. Dalam deskripsi kegiatan yang
disusun Satker (Desember 2006), pemrakarsa telah mengidentifikasi berbagai potensi
dampak yang dapat dilihat pada Tabel 2.
2 Konstruksi: a. aksessibilitas dapat lebih ditingkatkan a. terjadinya kerusakan htn, gangguan satwa,
b. penyerapan tenaga kerja lokal penurunan jumlah & prod. keragaman flora
c. peningkatan jumlah penduduk b. perambahan hutan
d. membuka peluang usaha c. perubahan bentang alam
d. perubahan tataguna lahan
e. peningkatan kebisingan
f. penurunan kualitas udara
g. penurunan kualitas air
h. perubahan debit air
i. bahaya longsor akibat perubahan stabilitas
tanah dan lereng
13
Disiapkan oleh Bapak Emi Efendi (Praswil NAD)
14
V. PRIORITAS DAMPAK PENTING
Secara normatif dari daftar penapisan, rencana kegiatan pembangunan atau peningkatan
jalan perlu dikaji dampak lingkungannya karena faktor-faktor sebagai berikut: (a)
bangkitan lalu lintas – termasuk traffic jam, (b) dampak kebisingan, (c) getaran, (d) emisi
yang tinggi, (e) gangguan visual, dan (f) dampak sosial (Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005).
Berdasarkan observasi lapangan yang telah dilakukan oleh tim teknis, 7 Desember 2006
sampai dengan 9 Desember 2006, berikut adalah prioritas dampak yang terkait dengan
potensi dampak akibat pembangunan dan peningkatan jalan Simpang Teritit – Pondok
Baru – Samar Kilang. Sedapat mungkin, pelaksana studi harus memenuhi permintaan
dari dokumen Kerangka Acuan ini untuk menjawab prioritas dampak penting hipotetik.
Dalam analisis perioritas dampak ini, tak dapat dihindari ada beberapa kesamaan isu
utama dengan kegiatan pembangunan dan peningkatan jalan sejenis yang ada di Aceh
Selatan.
1. Prioritas Dampak
A. Tata Ruang (kepemilikan lahan, tataguna lahan, prasarana jalan dan lalu lintas,
serta estetika lingkungan)
1) Kaji apakah rencana pembangunan dan peningkatan jalan ini sudah sesuai
dengan tata ruang Kabupaten Bener Meriah, meskipun jalan yang akan
dibangun atau ditingkatkan saat ini sudah ada (existing).
2) Kaji potensi dampak positif dan negatif dari pembangunan jalan terhadap
perubahan bentang alam ditinjau dari segi estetika lingkungan dan sarankan
pengelolaan lingkungan sehingga diperoleh penataan jalur jalan yang baik.
4) Kaji potensi-potensi desa yang akan terkena dampak (antara lain tanaman
dari kebun masyarakat dan persawahan) akibat pembebasan lahan untuk
pembangunan jalan. Lakukan valuasi ekonomi sehingga dapat memprediksi
15
keuntungan dan kerugian masyarakat akibat kegiatan pembebasan lahan
tersebut.
2) Kaji dampak pencemaran udara (seperti debu dan asap) dari pemasakan
aspal dan konstruksi secara keseluruhan. Lokasi AMP agar ditempatkan jauh
dari lokasi kegiatan penduduk sehingga akan mengurangi dampak
pencemaran terhadap manusia.
3) Kaji dan perhitungkan kestabilan lereng, potensi erosi, drainase di kanan kiri
jalan, sedimentasi, dan longsoran pada rencana jalur jalan terutama saat
kegiatan cut and fill dilakukan pada tahap konstruksi. Sarankan cara-cara
penanganan untuk menjaga kestabilan lereng tersebut. Longsoran akibat
kegiatan galian dan timbunan (cut and fill) merupakan salah satu dampak
penting akibat kegiatan pembangunan jalan. Untuk itu kajian ANDAL harus
memprediksi dan mengevaluasi masalah longsoran yang ditimbulkan dari
kegiatan pembangunan jalan. Hal ini akan berkaitan dengan keselamatan
pekerja, pemakai jalan, dan dampak lanjutan terhadap erosi lereng dan
sedimentasi di badan-badan air yang ada. Kaji potensi sedimentasi akibat
longsoran dan erosi yang mungkin timbul dari kegiatan tersebut. Rencanakan
16
upaya untuk menjaga kualitas air permukaan dari pengaruh dampak kegiatan
pembangunan jalan.
5) Kaji alternatif pemilihan lokasi base camp proyek/ AMP serta dampak
terhadap lingkungan sekitarnya.
C. Hidro-geologi
3) Kaji kenungkinan terjadinya perubahan muka air tanah dan aliran permukaan
(run off), sebab perubahan bentang alam dapat mempengaruhi daerah
resapan dan ketinggian muka air tanah.
1) Kaji potensi klaim lahan di kanan kiri jalan setelah pekerjaan konstruksi jalan
selesai dilaksanakan. Lakukan koordinasi dengan dinas dan instansi terkait
yang mengatur dan mengendalikan kepemilikan lahan. Kejelasan atas
17
kepemilikan lahan di sekitar jalur jalan akan mempermudah pengelolaan
potensi konflik tersebut.
F. Kesehatan Masyarakat
b) Ruas jalan Simpang Teritit – Pondok Baru - Samar Kilang dapat dibagi dua, yaitu
jalan existing dan jalan yang perlu dibangun atau ditingkatkan kembali. Uraikan
18
rencana kegiatan pembangunan ruas jalan tersebut secara lengkap dan jelas.
Deskripsikan berbagai alternatif konstruksi jalan yang akan digunakan (tipe yang
digunakan) dan metode pembangunannya.
b. Deskripsikan rona awal lingkungan yang terkait dengan lokasi jalur jalan yang
dipilih termasuk di dalamnya sistem pertanian (ladang) yang masih berpindah-
pindah. Dengan demikian didapatkan alternatif sistem pertanian yang baru bagi
masyarakat setempat.
4. Konsultasi Masyarakat
19
klarifikasi fungsi hutan lindung, produksi, budidaya dan kegiatan penebangan
pohon bagi kebutuhan jalur jalan ataupun pengawasan penebangan liar),
BAPPEDA (untuk perencanaan pengembangan wilayah), BPN (untuk pengaturan
alokasi lahan dan potensi klaim lahan dari masyarajat), PU (untuk rencana
jaringan jalan dan penataan pemukiman), dan Dinas Perhubungan Darat (untuk
pengendalian lalu lintas).
5. Wilayah Studi
Berdasarkan analisis dari hasil observasi lapangan, Tim Teknis dan Pemrakarsa
kegiatan pembangunan ruas Jalan Simpang Teritit – Pondok Baru – Samar Kilang
menetapkan batas-batas wilayah studi untuk memastikan pelaksanaan studi yang
fokus dan tepat serta efektif. Batas wilayah studi kemudian digunakan untuk
menentukan titik-titik sampel guna keperluan pengambilan data primer dan sekunder
sebagai kebutuhan penelitian dan pengkajian serta prediksi dampak. Selain mengacu
kepada definisi batas wilayah studi yang berlaku, setiap penarikan garis batas pada
peta dengan skala yang memadai harus dilengkapi dengan alasan yang tepat dan
rasional. Alasan serta justifikasi tersebut harus juga dilakukan pada saat menentukan
titik-titik sampel yang berada di dalam resultante batas wilayah studi yang dimaksud.
a) Batas Proyek
Batas proyek harus dikonsentrasikan pada DAMIJA yang dikaji terhadap tata
ruang dan klaim masyarakat yang mungkin timbul di masa mendatang. Batas
proyek difokuskan pada ROW, lebar jalan (4.5 -6 m) ditambah bahu di kanan kiri
jalan, serta harus mempertimbangkan fasilitas jalan dan areal quarry untuk
penyediaan material jalan dengan jarak yang memadai dari kegiatan/ aktifitas fisik
pada masing-masing komponen kegiatan.
20
Jadi batas proyek ditentukan dari Simpang Teritit (km 0) – Pondok Baru (km 17.5)
– Samar Kilang (km 67.5), ROW di tambah lebar lebar jalan termasuk bahu jalan,
areal penempatan quarry dan fasilitas jalan (Lihat Gambar 7).
b) Batas Ekologis
Penentuan batas ekologis agar mempertimbangkan keberadaan berbagai badan
air (Daerah Aliran Sungai = DAS) di sekitar lokasi trase jalan. Batas ekologis juga
agar mempertimbangkan arah angin dominan (yang dianalisis melalui kajian wind
rose) di sekitar lokasi kegiatan guna memperkirakan dampak penyebaran emisi
debu. Selain itu, batas ekologis harus mempertimbangan keberadaan/lokasi
hutan lindung yang terdekat atau berbatasan dengan batas proyek. Pemrakarsa
kegiatan dan tim penyusun AMDAL nanti sebaiknya memastikan status hukum
kawasan apakah termasuk kawasan hutan lindung atau kawasan observasi.
Secara konkret, batas ekologis mencakup sepanjang jalan yang akan dibangun
atau ditingkatkan, 100 m sampai 500 m di kanan kiri jalan, dan DAS dengan jarak
100 m ke hulu dan 100 m ke hilir.
c) Batas Administrasi
Batas administrasi agar difokuskan pada wilayah administrasi seluruh kecamatan
yang dilalui proyek ini seperti Uweh Pesam (Simpang Balik), Bukit (Simpang
Tiga), Bandar (Janarata), dan Syiah Utama (Samar Kilang) dan secara khusus
pada desa-desa yang akan dilalui proyek jalan ini (perlu dicek kembali oleh Tim
penyusun ANDAL, RKL dan RPL nanti). Penentuan batas administrasi tersebut
dapat ditentukan dengan mempertimbangkan luas wilayah dan sebaran dampak
sehingga diperoleh batasan yang rasional. Penentuan batas administrasi ini
sedapat mungkin harus mengacu pada rencana tata ruang Kabupaten Aceh
Tengah dan Bener Meriah serta memperhitungkan kewenangan pengawasan dari
wilayah administrasi terhadap dampak yang mungkin timbul seperti halnya
kegiatan penebangan hutan secara liar (illegal logging).
d) Batas Sosial
Batas sosial agar difokuskan pada pemukiman di daerah-daerah yang terkena
langsung oleh kegiatan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi jalan mulai dari Simpang
Teritit – Pondok Baru sampai Samar Kilang. Desa-desa yang masuk dalam batas
sosial ini mencakup desa-desa yang ada di wilayah Simpang Teritit dan Pondok Baru
yang terkait langsung dengan rencana peningkatan jalan. Selain itu, desa-desa yang
ada di Kecamatn Syiah Utama antara lain: (a) 11 desa yang ada di Samar Kilang, (b)
Desa Mangku, (c) Desa Rusif, (d) Desa Tembolon, dan
21
(e) Desa Manatan (tim penyusun selanjutnya agar melakukan verifikasi kembali
jumlah desa ini). Batas-batas atau tempat-tempat konsentrasi interaksi sosial
tersebut dapat saja dikembangkan jika terdapat informasi lain yang lebih
menentukan. Oleh sebab itu, pemrakarsa kegiatan dan tim penyusun AMDAL
perlu melakukan observasi kembali agar desa yang dapat dijadikan batas sosial
ini lebih tepat. Jelaskan mengapa batas-batas tersebut dipilih dan pertimbangkan
pula rencana-rencana pemukiman yang ada pada rencana tata ruang Kabupaten
Bener Meriah.
Penggambaran batas wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 7 dan perlu dicek
kembali oleh pemrakarsa terutama skala dan titik koordinatnya. Sebagai hasil akhir
penentuan batas wilayah studi, resultante tersebut kemudian digunakan untuk
menetapkan lokasi-lokasi atau titik-titik sampling berdasarkan alasan-alasan yang
kuat.
22
Gambar 7. Peta Batas Wilayah Studi
23
VI. ARAHAN DOKUMEN ANDAL RKL DAN RPL
Dokumen KA-ANDAL ini hanya sebagai bahan dasar (arahan) dan harus dikembangkan
atau disesuaikan dengan situasi dilapangan oleh tim penyusun selanjutnya. Selanjutnya.
Dokumen ANDAL, RKL dan RPL yang disusun minimal harus didasarkan pada dokumen
Kerangka Acuan ini dan harus mencakup beberapa hal utama. Prinsip konservasi
lingkungan harus diakomodasi dengan baik dalam kajian ANDAL, RKL dan RPL nanti
dan dapat menghidari dampak lanjutan yang lebih besar seperti halnya penurunan fungsi
ekologi hutan, potensi pembalakan liar, ladang berpindah, penurunan keragaman flora
dan fauna setempat. Demikian juga dengan pertimbangan matang analisis antara
manfaat yang akan didapat jika rencana ini direalisasikan terhadap biaya yang akan
dikeluarkan. Dokumen-dokumen ini harus dilengkapi dengan suatu ringkasan yang
disusun dengan bahasa yang sederhana, non teknis, dan mudah dipahami oleh semua
kalangan pembaca dan pengguna dokumen ini. Ringkasan tersebut tidak saja ditujukan
untuk dibaca oleh para eksekutif tetapi sedapat mungkin dapat dipahami oleh
masyarakat luas.
Sebagaimana telah diuraikan dalam Kata Pengantar, meskipun pedoman penulisan (Doc
2/2005) terdiri dari 3 BAB, namun penyusun perlu mengingatkan akan pentingnya
penggambaran metode studi yang akan diaplikasikan saat penyusunan dokumen
ANDAL, RKL dan RPL nanti. Diharapkan hal ini tidaklah menyulitkan atau menyalahi
aturan yang ada tetapi semata-mata demi untuk melengkapi sistematika yang ada.
1. Metode Studi
Sebagai gambaran umum, data yang akan dikumpulkan untuk menunjang kajian
selanjutnya terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dengan jalan pengamatan dan wawancara langsung, sedangkan data sekunder
diperoleh dari literatur, media cetak/elektronik, dan lain-lain. Agar lebih rinci:
1) lakukan observasi – pengamatan lapangan;
2) tentukan jumlah titik sampel dan lokasi pengambilan sampel (udara, air, tanah,
biologi dan responden untuk kajian soskesmas). Sebagai catatan awal dari tim
teknis khusus, jumlah sampel udara setidaknya diambil 6 titik, sampel kualitas
air permukaan 6 titik, sampel biologi (plankton & benthos) sama dengan
sampel kualitas air permukaan (6 titik), kualitas air tanah 3 titik, tanah 4 titik
dan responden sebanyak 350 responden;
3) kumpulkan data sekunder/penunjang;
24
4) telusuri data dan informasi hasil-hasil penelitian, literatur, dan referensi lain
yang relevan yang dikumpulkan dari beberapa sumber;
5) lakukan wawancara terbuka atau terstruktur (dengan bantuan kuesioner)
terhadap responden yang telah ditentukan;
6) evaluasi serta diskusikan dalam kelompok atau tim; dan
7) gunakan parameter, alternatif cara analisis, metode parakiraan dan evaluasi
dampak sesuai dengan rujukan dalam pedoman penulisan AMDAL Hidup
(PerMENLH No.8 Tahun 2006).
Tim studi yang dibutuhkan dalam penyusunan studi ANDAL kegiatan pembangunan
ruas Jalan Simpang Teritit – Pondok Baru - Samar Kilang minimal terdiri dari empat
disiplin ilmu, yaitu:
a) Geofisik – Kimia (ahli planologi, geologi, hidrologi, teknik sipil & teknik kimia);
b) Biologi (ahli biologi, kehutanan dan teknik lingkungan);
c) Sosial, ekonomi dan Budaya (ahli antropologi sosial dan ekonomi sumber daya
alam); dan
d) Kesehatan Masyarakat (ahli kesehatan lingkungan, serta keselamatan dan
kesehatan kerja).
Ketua tim dipilih dari tenaga-tenaga ahli tersebut di atas dan harus bersertifikat
AMDAL penyusun.
25
b) Uraian tentang kesesuaian kegiatan pembangunan ruas Jalan Simpang Teritit –
Pondok Baru – Samar Kilang dengan tata ruang, kebijakan pembangunan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mulai dari tahap pra konstruksi,
konstruksi, dan pasca konstruksi;
Sejalan dengan Dokumen RKL, Dokumen RPL memuat dua bagian yaitu
Pendahuluan dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup. Bagian yang mendasar
dari dua bagian tersebut adalah sebagai berikut:
26
a) Komponen atau parameter lingkungan hidup yang dipantau;
b) Sumber dampak;
c) Parameter lingkungan hidup yang dipantau;
d) Tujuan pemantauan lingkungan hidup;
e) Metode pemantauan lingkungan hidup;
f) Jangka waktu dan frekwensi pemantauan;
g) Lokasi pemantauan lingkungan hidup; dan
h) Institusi yang bertanggung jawab dalam pemantauan lingkungan hidup.
Ketika penilaian (judgment) atau pendapat para ahli digunakan, hal tersebut harus
disebutkan secara jelas sebagai suatu hasil penilaian ahli. Dasar penilaian atau
pendapat para ahli tersebut harus dikemukakan alasan atau dasar pembenarannya.
Keahlian yang membuat penilaian atau pendapat tersebut, termasuk kualifikasi dan
pengalamannya, harus disampaikan pula. Jika ulasan terhadap suatu dampak
penting memerlukan penelitian dan perhitungan yang bersifat teknis (misalnya untuk
debu, kepadatan lalu lintas, erosi, atau drainase), hal ini diharapkan didampingi
dengan pertimbangan profesional untuk memverifikasi kesimpulan dan rekomendasi
yang diberikan. Sebagai tambahan, penyusunan dokumen ANDAL, RKL dan RPL
dapat juga mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 08 tahun 2006.
5. Lain-lain
d. Sarankan agar penggunaan material konstruksi jalan (yang dapat diperoleh secara
mudah di sepanjang jalur jalan) tidak diambil secara terkonsentrasi di satu lokasi/
27
titik sehingga kerusakan dapat diminimalkan. Sarankan pula langkah-langkah
rehabililtasi setelah material diambil dari lokasi tersebut;
28
LAMPIRAN
29
LAMPIRAN A
(Notulen Rapat)
30
NOTULEN RAPAT 1
KOMISI PENILAI AMDAL HIDUP DAERAH (AMDALDA)
PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM, BANDA ACEH
1
Daftar pertanyaan ini telah mengalami proses pengeditan (penyesuaian tata bahasa), namun tidak mengubah maksud dari penutur aslinya
(Notulen asli – tulisan tangan dapat dilihat pada sekretariat Komisi Penilai AMDALDA Provinsi NAD)
1
NO HALAMAN EVALUASI/ MASUKAN/ TANGGAPAN
SARAN
Pada pendahuluan tertulis AMDAL Hidup, UKL Sesuai dengan yang tercantum dalam
Hidup, UPL Hidup. Biasanya hanya ditulis PerMENLH No. 308 tahun 2005 dan No.8
c 1 AMDAL, UKL dan UPL. Sepertinya tidak lazim tahun 2006, yang benar adalah Analisis
ditulis kata “hidup” Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Hidup. Demikian juga dengan RKL, RPL;
UKL dan UPL. Jadi kata “hidup” sudah benar
Mengapa diletakkan gambar yang tidak ada Sudah diperbaiki dan disesuaikan dengan
d. 4 hubungannya dengan Jln Simpang Teritit – Kabupaten Bener Meriah (Lihat halaman 4)
Pondok Baru – Samar Kilang?
Data panjang jalan Simpang Teritit – Pondok Baru Sudah disinkronkan menjadi 17.6 m dan
1 & 10 – Samar Kilang, tidak sama, di hal. 1 ditulis 17.5 perkerasan macadam. Lihat halaman 1 dan
e km, sedangkan di hal. 10 tertulis 17.6 km. Di hal. halaman 11 (Tabel 1)
1 tertulis berupa jalan aspal (hot mix) tetapi di hal.
10 tertulis perkerasan macadam (pakhlaag).
Isu utama, tata ruang hanya menyangkut dengan Sudah ditambahkan, lihat halaman 15 bagian
kepemilikan, land use, dll padahal ada yang lebih 1.A.1).
f 16 penting lagi yaitu apakah jalan tersebut sudah
sesuai dengan rencana tata ruang Kabupaten
Bener Meriah.
3. Drs. Adnan Abdullah (Staf Ahli BAPEDALDA Provinsi NAD)
Uraian ringkas Rona Lingkungan pada halaman 3 Sudah digabungkan, lihat halaman 10
a 3 sebaiknya digabung dengan uraian Hasil (paragraf 2 dan 3).
Tinjauan Lapangan (hal. 10) dan rencana
kegiatan dapat digabung dengan Deskripsi
Ringkas Rencana Kegiatan (hal.8)
Mohon dijelaskan makna tanda panah pada Sudah diperbaiki dan dijelaskan pada
b 12 Gambar 4 yang mengarah ke atas (vertikal), halaman 12 paragaraf 2, gambar 5.
karena biasanya tanda panah demikian berarti
menunjang atau mendukung.
Judul Bab ”V” Prioriitas Dampak Penting, apakah Ya, sudah tepat, sebab yang jadi acuan kita
c 15 tepat untuk menggantikan Isu Utama? Rumusan adalah PerMENLH No.8 Tahun 2006.
sub-judul ada yang tidak sesuai dengan rincian Adapun rumusan sub judul sudah
isu-isu yang tercakup. disesuaikan. Lihat halaman 15 s.d 22.
Rumusan Isu Utama untuk komponen sosial, Sudah dipebaki lihat bagian E.1) s.d E.4)
d 18 - 20 ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat pada halaman 17 dan 18.
masih mengambang, karena tidak mengacu pada
isu yang konkret. E-1, E-5, E-6, E-7, E-10, E-11,
E-12.
Redaksi pada Isu Utama menggunakan istilah- Sudah disesuaikan dan telah diperbaiki.
istilah yang bermakna ganda seperti sentra-sentra Sebetulnya istilah sentra = pusat, introduksi =
ekonomi, introduksi teknologi pertanian, mobilitas pengenalan, mobilitas = pergerakan, persepsi =
penduduk, persepsi masyarakat, partisipasi pandangan, partisipasi = peran serta, kearifan
lokal = kebijakan setempat, dan kesenjangan =
e 18 - 20 masyarakat, aspek sosial budaya dan adat ketimpangan; merupakan unsur bahasa serapan
istiadat dalam penyelesaian permasalahan, yang sudah jadi Bahasa Indonesia baku dan
perubahan tingkah laku masyarakat, kearifan/ sangat umum digunakan dalam istilah lingkungan,
budaya lokal, dan kesenjangan sosial ekonomi. utamanya dalam penulisan Dokumen AMDAL.
Lihat halaman 15 s.d 20
f 18 - 20 Isu E-8 dan E-12 mungkin lebih tepat dipindahklan Sudah disesuaikan lihat halaman 17, E.1)
ke isu utama yang khusus. dan halaman 28, 5.f.
g 18 - 20 Beberapa isu dapat disatukan menjadi satu isu: E-1 dan Sudah diperbaiki dan disesuaikan lihat
E-12, E-2 dan E-3, E-4 s.di E-7 serta E-9 s.di E-11 halaman 17, E.1) s.d E.4)
2
NO HALAMAN EVALUASI/ MASUKAN/ SARAN TANGGAPAN
Isu utama yang dikemukakan masih bersifat Sudah diperbaiki, lihat halaman 17, D.1).
h 18 – 20 fragmentasi. Isu sentral belum tampak. Menurut
saya, pembangunan jalan yang melintasi hutan
berdampak pada hilangnya sejumlah pepohonan.
Uraian Metodologi dan Pelaksanaan Studi masih Metodologi dan Pelaksanaan Studi yang
dangkal, belum mengerucut sesuai dengan isu disajikan dalam dokumen ini berupa arahan
utama. Kepakaran yang diperlukan perlu garis besar. Detail-nya akan dikaji di
i 24 dipertimbangkan kembali seperti ahli sosial Dokumen ANDAL, RKL: dan RPL. Kepa-
budaya, managemen lingkungan, ekonomi karan yang diperlukan sudah dirampingkan
pembangunan, dan kesehatan masyarakat. antara lain: menggunakan ahli antropologi
sosial, ahli sosiologi pedesaan, ahli ekonomi
sumberdaya alam, ahli kesmas dan kesling.
(Lihat halaman 25, bagian 2)
Bahan yang perlu disampaikan seharusnya Lampiran disesuaikan dengan muatan/ isi
j Lampiran mengacu pada buku panduan pelingkupan KA-ANDAL dan sudah mengacu
Doc.205/2005.
3
NO HALAMAN EVALUASI/ MASUKAN/ SARAN TANGGAPAN
4
NO HALAMAN EVALUASI/ MASUKAN/ TANGGAPAN
SARAN
b - Harus diperhatikan rona lingkungan hidup awal. Setuju, akan dituangkan pada pembahasan
dokumen ANDAL nanti.
c - Di dokumen KA-ANDAL ini belum tergambar Sudah ditambahkan, lihat halaman 18,
aspek kesehatan masyarakat. bagian F1) dan 2). Data sekunder akan
dikumpulkan oleh tim penyusun ANDAL.
Tertulis: antisipasi masalah tersebut dan sarankan Kata endemik dalam istilah biologi atau
langkah-langkah pengelolaan terhadap flora dan lingkungan hidup adalah flora/fauna yang
d 18 (D.1) fauna endemik yang dilindungi. Mohon bersifat khas, spesifik yang hanya ada di
dihilangkan kata endemik. daerah tertentu saja dan tidak ada di tempat
lain. Isitilah ini sudah baku. Lihat halaman 17,
bagian D.2).
Agar dilampirkan draft kuesioner Akan dilampirkan pada Dokumen ANDAL
e - dan untuk membedakan dengan KA-ANDAL
konvensional.
8. Lono Satrio (Wakadis Pertambangan Provinsi NAD)
Pada peta, agar ditambahkan garis dan titik Peta-peta dasar masih sangat minim, dan
a 4, 5 & 14 koordinat untuk mempermudah penentuan titik akan disediakan oleh Satker atau
lokasi, sungai dan jembatan. Tambahkan juga pemrakarsa kegiatan.
peta kontur untuk mengetahui tingkat kestabilan
lereng dan daerah-daerah rawan longsor
b 10 Sumber aliran air diganti dengan alur liar Suah diperbaiki, lihat halaman 10, paragraf 3.
Pada bagian Hidrologi agar ditambahkan kajian Sudah ditambahkan, lihat halaman 17,
perubahan muka air tanah dan aliran permukaan bagian C.3).
c 18 (run off). Sebab perubahan bentang alam dapat
mempengaruhi daerah resapan dan ketinggian
muka air tanah
Pemanfaatan dan pembuangan material dari cut Pengambilan material konstruksi dan
and fill. Selain digunakan sebagai material pemanfaatannya akan dihitung secara rinci
d - konstruksi, harus ada pertimbangan dimana dalam Dokumen ANDAL. Hal ini sebetulnya
tempat pembuangan dari sisa cut and fill tersebut. dapat dihitung/ dilihat dari panjang ruas jalan
x lebar badan jalan x lebar bahu jalan +
ROW.
9. Dr. Ir. Said Nurdin (Kepala Pusat Pengendalian Lingkungan & Konservasi BRR Aceh dan
Nias)
a 7 Gambar 3, apakah arah tanda panahnya sudah Sudah benar, perijinan UKL dan UPL cukup
benar? Agar dilengkapi dan direvisi. dari Kepala Bapedalda Provinsi/ Kabupaten.
Isu Utama terlalu banyak, agar dibuat skala Sudah disederhanakan, lihat halaman 15 s.d
b 15 prioritasnya. Isu tersebut setelah ditulis agar 18.
dibuat kajian ringkasannya.
c - Agar dilampirkan peta administrasi wilayah, peta Diusahakan dan akan dilengkapi oleh Satker
tataguna lahan dan peta topografi wilayah. atau pemrakarsa kegiatan.
d - Pada evaluasi dampak hipotetik, jelaskan aplikasi Hal ini akan di jelaskan di Dokumen ANDAL,
teknologi yang akan digunakan. RKL dan RPL.
e - Agar tahapan proses pelingkupan pada bagan alir Sudah dijelaskan lihat halaman 15, paragraf
diberi penjelasan. 2.
f - Pada tahap pasca konstruksi agar dijelaskan Sudah ditambahkan pada Tabel 2, bagian
dampak kegiatan terhadap estetika lingkungan 3.k, halaman 13.
Tertulis intensifikasi teknologi pertanian, agar Sudah diperbaki, lihat halaman 13, Tabel 2 bagian
g - ditambahkan aplikasi teknologi pertanian. 3.f.
5
NO HALAMAN EVALUASI/ MASUKAN/ SARAN TANGGAPAN
6
NO HALAMAN EVALUASI/ MASUKAN/ SARAN TANGGAPAN
c (B.2) Lokasi AMP agar ditempatkan jauh dari lokasi Sudah diarahkan, lihat halaman 16.
kegiatan penduduk sehingga akan mengurangi
dampak pencemaran terhadap manusia.
Agar dikaji masalah kestabilan lereng, potensi Udah diarahkan, lihat halaman 16.
d (B.3) erosi, longsoran, drainase di kanan kiri jalan dan
sedimentasi. Kaji juga kegiatan cut and fill
terhadap kestabilan lereng tersebut.
13. Ahmad Nosaai, BE (Kepala BAPPEDA Kabupaten Aceh Tengah)
a - Yang benar Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Sudah diperbaiki sesuai dengan penjelasan
Aceh Tengah dihilangkan saja. sebelumnya.
b - Istilah-istilah agar diberi penjelasan, kecuali untuk Sudah diperbaiki sesuai dengan penjelasan
pemakaian berikutnya. sebelumnya.
c - Agar dilengkapi dengan peta situasi. Akan dimintakan dengan Satker/ pemrakarsa
kegiatan.
14. Kasmawi, SH (Ketua DPRD Kabupaten Aceh
Tengah)
a - Yang benar Kabupaten Bener Meriah,Kabupaten Sudah diperbaiki sesuai dengan penjelasan
Aceh Tengah dihilangkan saja. sebelumnya
b - Istilah-istilah agar diberi penjelasan, kecuali untuk Sudah diperbaiki sesuai dengan penjelasan
pemakaian berikutnya. sebelumnya
c - Agar dilengkapi dengan peta situasi . Akan dimintakan dengan Satker/ pemrakarsa
kegiatan.
15. Drs. Taufiq, MM. (Asisten II Setda Kabupaten Aceh
Tengah)
Prioritas Dampak (Isu Utama), agar yang sudah Berdasarkan Doc.205/2005 dan PerMENLH
a 15 dibuat oleh tim teknis khusus KA-ANDAL dapat 308/ 205, arahan ini memang harus
dilaksanakan oleh tim penyusun AMDAL dilaksanakan oleh tim penyusun berikutnya.
selanjutnya.
b - Peta-peta sebaiknya dilampirkan saja. Ada yang perlu dilampirkan dan ada yang
harus diletakkan sesuai dengan isi dokumen.
Kami sebagai Pemerintah daerah sangat Sangat setuju, mengingat bahaya longsor
mengharapkan rencana kegiatan ini segera dan banjir bulan Desember 2006 yang lalu,
c - direalisasikan. jadi perlu segera dilakukan kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi di segala
bidang, utamanya infrastruktur jalan.
16. Firdaus, S.Sos. (Wakil Masyarakat Kabupaten Aceh
Tangah)
Pembangunan jalan jangan sampai mengabaikan Setuju dan akan dikaji dalam Dokumen
dampak lingkungan terhadap masyarakat ANDAL, RKL dan RPL.
a - sekitarnya.
b - Masyarakat perlu dilibatkan dalam proses studi Ini merupakan keharusan karena sesuai
AMDAL. dengan Kepka. Bapedal No.8 tahun 2000
yang masih berlaku hingga sekarang.
c - Dampak terhadap kesehatan masyarakat harus Setuju, karena ini merupakan dampak tersier
diperhatikan. yang harus mendapat perhatian utama.
d - Agar dikaji penghijauan di kanan kiri jalan untuk Setuju, akan dituangkan dalam ANDAL.
mencegah bahaya longsor.
17. Rubaidillah (Wakil Masyarakat Kabupaten Aceh
Tangah)
a - Agar kegiatan ini melibatkan masyarakat yang akan Setuju.
terkena dampak akibat perbaikan dan peningkatan
jalan.
7
NO HALAMAN EVALUASI/ MASUKAN/ SARAN TANGGAPAN
Kami sangat mendukung rencana pembangunan Sangat setuju dan memang harus demikian.
b - jalan ini, karena dapat mengembangkan
perekonomian setempat dan diharapkan
masyarakat dapat bertambah sejahtera.
18. Nazhan, SH (Wakil Masyarakat Kabupaten Bener Meriah)
Perlu ada pemisahan wilayah administratif Sudah diperbaiki, sesuai dengan penjelasan
a i pemerintahan antara Kabupaten Aceh Tengah sebelumnya.
dengan Kabupaten Bener Meriah. Ini menyangkut
spesifikasi proyek.
b - Masyarakat Samar Kilang sangat terisolasi oleh Sangat setuju.
sebab itu , proyek ini agar segera direalisasikan.
Agar kegiatan rehabilitasi bukan hanya berupa Sangat setuju.
c - pembangunan sarana dan prasarana jalan tetapi
juga SDM-nya, sebab mereka bagian dari
lingkungan.
19. Mustafa (Wakil Masyarakat Kecamatan Jagong
Jeget)
Kami dari masyarakat Kabupaten Aceh Tengah Akan dipertimbangkan dan diperhatikan
sangat mengharapkan pembangunan jalan untuk secara prioritas.
a - memperlancar transportasi dan untuk
meningkatkan penghasilan masyarakat. Kami
mengharapkan supaya dalam waktu dekat,
pembangunan jalan tersebut dapat dilaksanakan.
b - Kami mendukung rencana pembangunan jalan Sangat setuju.
tersebut.
20. Win Atiga (LSM
Prospek)
a - Yang benar Kabupaten Bener Meriah, agar Sudah diperbaiki, sesuai dengan penjelasan
Kabupaten Aceh Tengah dihilangkan. sebelumnya.
Lokasi kegiatan agar jauh dari pemukiman Setuju, akan dikaji dalam Dokumen ANDAL.
b - penduduk untuk mengurangi dampak pecemaran
udara.
c - Istilah-istilah agar diberi penjelasan & perbaikan Sudah diperbaiki, sesuai dengan penjelasan
jalan harus memperhatikan dampak kesehatan. sebelumnya.
d - Kaji kesesuaian lahan di sekitar jalan yang Sudah diperbaiki, sesuai dengan penjelasan
dilintasi dan rambu-rambu lalu lintas yang sebelumnya.
disarankan.
8
LAMPIRAN B
(Daftar Hadir)
31
LAMPIRAN C
(Deskripsi Kegiatan)
32
LAMPIRAN D
(Surat Tugas)
33
LAMPIRAN E
(Foto di Lapangan)
34
LAMPIRAN E. Foto Hasil Observasi Lapangan
1
Foto 4. Kondisi jembatan
kayu (existing) di
km 30
2
Foto 7. Kondisi jembatan
bailey di km 50,
Desa Rusif
(sebelum banjir
Desember 2006)
3
Foto 10. Kondisi jalan tanah
yang pernah
diperkeras saat
menuju Kecamatan
Syiah Utama.
4
Foto 13. Kondisi aspal yang
retak-retak di km 60
5
Foto 16. Kondisi Sungai
Arakindo yang
potensial untuk
menyediakan pasir
dan batu kali yang
ada di ujung
Kecamatan Syiah
Kuala, km 67
6
LAMPIRAN F
(Hasil Pelingkupan)
35
LAMPIRAN F. Hasil Pelingkupan Identifikasi Dampak Potensial (Long
List) dan Evaluasi Dampak Hipotetik (Short List)
Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Ruas jalan
Simpang Teritit– Pondok Baru – Samar Kilang (64,30
km), Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener
Meriah
Sebagai catatan, ruas jalan yang ada di lokasi kegiatan sebagian besar sudah ada
(existing), selebihnya butuh pembangunan, peningkatan dan perbaikan termasuk
jembatan. Kondisi jalan berbelok, berliku, naik dan turun, ada yang sudah ada
drainase dan bahu jalan ada yang belum, lebar jalan + 5 m. Rambu-rambu lalu
lintas juga belum ada. Oleh sebab itu, kajian lingkungan akan lebih diarahkan
untuk Dokumen AMDAL. Berikut adalah dampak-dampak potensial yang diusulkan
oleh masing-masing anggota Tim Teknis Khusus, yang perlu dapat perhatian oleh
Pemrakarsa dan Tim penyusun AMDAL berikutnya.
a
12. Jadwalkan renacana pembangunan jalan dengan baik dan agar segera
diwujudkan;
13. Kelestrian flora dan fauna perlu dipertimbangkan;
14. Kaji lebar DMJ, pemasangan rambu dan drainase;
15. Agar diperhatikan pengaruh mobilisasi alat berat dan pengangkutan material
terhadap kondisi jalan existing; dan
16. Pertimbangkan potensi gangguan ketersediaan air; kaji juga pembanguan ruas
jalan ini termasuk kawasan hutan apa? (lindung atau KEL, dll).
17. Sosialisasikan rencana kegiatan ini terlebih dahulu agar kondusif terutama
pengertian akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup, agar
penduduk setempat merasa memiliki rencana pembangunan ruas jalan ini;
18. Lakukan inventarisasi potensi penggunaan tenaga kerja dan sarankan agar
mengutamakan tenaga lokal untuk kegiatan pembangunan jalan, sesuai
dengan keahlian yang tersedia dan diperlukan sehingga tidak ada kesenjangan
antara pendatang dan penduduk lokal;
19. Mata pencaharian penduduk berorientasi pada tanaman pangan (ladang) dan
kebun kopi. Hasil pertanian tersebut merupakan salah satu daya dukung untuk
tingkat kesejahteraan penduduk setempat;
20. Upayakan untuk menyerap tenaga kerja lokal sebanyak-banyaknya agar tidak
menimbulkan keresahan masyarakat dan kecemburuan sosial;
21. Pasang rambu-rambu jalan sesegera mungkin; dan
22. Pemda (Muspida dan Muspika) sangat mendukung rencana pembangunan
ruas jalan ini.
23. Kondisi wilayah yang akan dilalui oleh ruas jalan yang akan dibangun atau
ditingkatkan adalah kawasan hutan produksi, kawasan budidaya, pemukiman
penduduk, kebun/ sawah, bukit, gunung dan hutan. Ada kecenderungan atau
rencana penduduk setempat untuk membuka kebun sawit;
24. Dampak yang akan terjadi pada tahap pra-konstruksi adalah masalah
pembebasan lahan yang berhubungan dengan kelangsungan sumber hidup,
pemindahan penduduk dan keresahan penduduk dalam kehidupan baru;
25. Dampak terhadap mobilitas penduduk akan tinggi, arus lalu lintas barang
bertambah dan volume kecepatan transportasi akan meningkat. Kaji masalah
tingkat kecelakaan;
26. Kualitas udara saat ini masih bagus karena didukung oleh vegetasi yang masih
bagus (hutan alam);
27. Kondisi air masih bagus, ada kemungkinan debit air terganggu apabila jalan ini
di bangun;
28. Penduduk setempat terdiri dari Suku Jawa, Aceh, Gayo, Batak dan lain-lain;
b
29. Kaji persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan pembangunan jalan. Hal
ini mencakup keinginan masyarakat terhadap keberadaan jalan, partisipasi
masyarakat terhadap pengadaan lahan, dan potensi masalah yang mungkin
timbul serta masalah perekrutan tenaga kerja lokal;
30. Dampak pada tahap konstruksi, diprediksi menyangkut tenaga kerja (lokal dan
pendatang), adanya persaingan, munculnya kerusakan hutan (perambahan),
gangguan terhadap satwa liar, gangguan terhadap sumber air, perubahan
bentang alam dan berubahnya tataguna lahan; dan
31. Dampak pada tahap pasca konstruksi, adanya potensi pengembangan usaha
perdagangan (lokal, dan regional), peningkatan produksi pertanian pangan,
peningkatan frekuensi perdagangan, dan muncul sentra-sentra perdagangan
baru. Dengan kata lain, Jika jalan ruas jalan yang ada ditingkatkan, akan
mempermudah distribusi barang dan jasa termasuk hasil perkebunan setempat
sehingga dapat meningkatkan perekonomian penduduk (lokal).
32. Kondisi jalan saat ini sangat berdebu, jika dilewati kendaraan, akan lebih parah
kondisinya pada saat konstruksi nanti. Karena ruas jalan yang akan dibangun/
ditingkatkan memelewati beberapa desa/ pemukiman penduduk, maka perlu
dikaji masalah debu dan kebisingan;
33. Pengambilan material dari sungai terdekat dan pinggiran tebing akan
berdampak terhadap kerusakan lingkungan (bentang alam akan berubah);
34. Dulu masyarakat masih sering menjumpai satwa liar di sekitar jalan. Tetapi
akibat konflik dari penebangan liar, satwa tersebut sudah jarang melintas;
35. Ruas jalan yang akan dibangun melewati hutan lindung Tembolon sehingga
akan berdampak terhadap flora dan fauna setempat;
36. Kaji dampak lingkungan dari pembangunan jalan terhadap daerah aliran sungai
(DAS): kualitas air sungai, debit air sungai, daerah resapan air, erosi;
37. Kaji dampak pembangunan jalan terhadap potensi terjadinya pembukaan lahan
dan potensi illegal logging yang akan menyebabkan kerusakan hutan yang
selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan tata air;
38. Kondisi jalan saat ini relatif buruk, pembalakan liar masih ada, kondisi hutan
pinus yang ada di sisi kanan kiri jalan rusak. Dikawatirkan apabila ruas jalan
bagus, maka pembalakan liar akan terus meningkat; dan
39. Akses jalan yang bagus, nantinya akan meningkatkan jumlah penduduk yang
tinggal di sekitar kanan kiri jalan. Perlu koordinasi dengan Pemda setempat
agar segera menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah dan menyosiali-
sasikannya ke masyarakat.
40. Sumber material –quarry potensial diambil dari Sungai Rusif dan Sungai Kilang
(material tersebut berupa batu kali dan pasir);
c
41. Tanah timbunan akan diambil dari lahan setempat (saat cut and fill). Kaji tingkat
kemiringan lereng, agar tidak longsor;
42. Alat transportasi atau alat berat yang akan dipakai saat konstruksi adalah alat
berat yang sedang agar tidak merusak badan jalan existing; dan
43. Semua tataletak jalan, rencana dan tata ruang wilayah perlu ditanyakan
kembali kepada Dinas PU dan Praswil Provinsi NAD;
44. Diskusikan berdasarkan kondisi lapangan tentang potensi longsoran,
karenanya gunakan teknik pembangunan jalan yang benar sesuai dengan
kaidah yang berlaku dan tidak mengambil jalur yang terlalu curam dengan
galian memanjang dan tidak perlu terlalu dalam. Demikian pula penimbunan
harus menggunakan teknik jalan yang cermat;
45. Perhitungkan pengaruh mobilisasi alat berat dan pengangkutan material
terhadap kondisi jalan existing sehingga dapat disarankan langkah-langkah
pengelolaan terhadap jalan yang ada; dan
46. Kaji dan uraikan peluang dan penggunaan tenaga kerja lokal yang mungkin timbul
sesuai dengan keahlian yang diperlukan selama pekerjaan pembangunan jalan
untuk mengurangi gejolak/kecemburuan sosial dan pengaruhnya terhadap
kehidupan sosial ekonomi setempat. Kaji pula potensi dampak positif dari kegiatan
pembangunan jalan ini terhadap kegiatan ekonomi mikro setempat.
d
G. Ir. Nurleli. MT.
57. Ruas jalan yang akan dibangun mencakup 4 kecamatan yaitu: (a) Kecamatan
Weh Pesam (Sp. Teritit merupakan titik awal/ asal tujuan ruas jalan yang
ditinjau), (b) Kecamatan Bukit (melewati desa Redelong; yang nantinya
merupakan ibukota kabupaten Bener Meriah). (c) Kecamatan Bandar (antara
lain melewati desa Simpang Tiga; Pondok Baru; Alur Bontok), dan (d)
Kecamatan Syiah Utama (antara lain melewati desa Tembolon; Rosip). Desa
Samar Kilang merupakan titik tujuan dari ruas jalan yang saat ini menjadi satu
pemukiman dari 11 yang terkumpul;
58. Konstruksi jalan dari titik asal (Sp. Teritit) sampai dengan Pondok Baru sudah
ada perkerasan sampai tingkat lapisan penutup: tidak dilengkapi dengan bahu
jalan serta tidak ada perencanaan konstruksi terhadap drainase (saluran) jalan;
59. Dpl. DAMAJA tidak memenuhi persyaratan, tidak ada batas ROW. Dari desa
Alur Bontok sampai Desa Rosip perkerasan jalan tidak ada lapisan penutup.
Dari desa Rosip Sampai Desa Samar Kilang hanya ada lapisan tanah dasar
(sub-grade), bila hujan menjadi becek bila dilewati. Ada beberapa daerah;
badan jalan rawan longsor, akibat penebangan hutan pinus;
60. Pengambilan material, dilakukan berdasarkan Inisiatif tidak dari hasil
rekomendasi. Akibatnya yang terjadi ada beberapa titik dari badan jalan
tertimbun akibat longsoran tanah;
61. Rekomendasi: perlu penanganan tekhnologi pemasangan dinding turap
berupa bronjong untuk mengantisipasi bahaya longsor yang menutup badan
jalan, serta dinding turap mencegah terjadinya longsoran pada pinggir
perkerasan;
62. Perhitungkan kestabilan lereng dan potensi erosi serta longsoran pada rencana
jalur jalan terutama ketika tahap konstruksi pada kegiatan cut and fill. Sarankan
cara-cara penanganan untuk menjaga kestabilan lereng tersebut. Longsoran
akibat kegiatan galian dan timbunan (cut and fill) merupakan salah satu isu
penting akibat kegiatan pembangunan jalan. Untuk itu kajian ANDAL harus
memprediksi dan mengevaluasi masalah longsoran yang ditimbulkan dari
kegiatan pembangunan jalan. Hal ini akan berkaitan dengan keselamatan
pekerja, pemakai jalan, dan dampak lanjutan terhadap erosi lereng dan
sedimentasi di badan-badan air yang ada. Kaji potensi sedimentasi akibat
longsoran dan erosi yang mungkin timbul dari kegiatan tersebut. Rencanakan
upaya untuk menjaga kualitas air permukaan dari pengaruh dampak kegiatan
pembangunan jalan;
63. Perlu adanya pembuatan perkerasan pada badan jalan dari Desa Alur Bontok
sampai dengan Desa Samar Kilang. Terhadap tanah dasar perlu kajian lebih
lanjut;
64. Arus lalu lintas dari titik asal Sp.Teritit sampai dengan Desa Pondok Baru serta
Alur Bontok berjalan lancar, sehingga tidak mengalami kemacetan. Tidak ada
rambu lalu lintas. Dari Desa Alur Bontok sampai dengan Desa Samar Kilang
arus lalu lintas. Perkerasan tanah dasar dilewati lalulintas Menimbulkan
debu; dan
65. Potensi Kecelakaan tinggi, perlu rambu-rambu lalul lintas. Kualitas udara
tercemar debu.
e
II. EVALUASI DAMPAK HIPOTETIK
f
terhadap kondisi jalan existing sehingga dapat disarankan langkah-langkah
pengelolaan terhadap jalan yang ada;
11. Kaji alternatif sumber penyediaan bahan baku untuk pembangunan jalan,
lokasi quarry dan bahan material lainnya yang akan digunakan selama
pelaksanaan pembangunan jalan hingga perkerasan dan pelapisan jalan.
Estimasikan volume material bahan galian untuk kebutuhan pembangunan
jalan yang diambil untuk seluruh rencana kegiatan. Sarankan agar
penggunaan material konstruksi jalan (yang dapat diperoleh secara mudah di
sepanjang jalur jalan) tidak diambil secara terkonsentrasi di satu lokasi/titik
sehingga kerusakan dapat diminimalkan. Sarankan pula langkah-langkah
rehabililtasi setelah material diambil dari lokasi tersebut;
12. Deskripsikan dan analisis potensi terjadinya perubahan ekosistem, bentang alam,
gangguan satwa liar termasuk flora/vegetasi setempat. Kaji potensi dampak
negatif dari pembangunan jalan terhadap perubahan bentang alam ditinjau dari
segi estetika lingkungan dan sarankan pengelolaan lingkungan sehingga diperoleh
penataan jalur jalan yang baik. Agar diperhatikan pengaruh mobilisasi alat berat
dan pengangkutan material terhadap kondisi jalan existing;
13. Lakukan studi tentang keragaman flora dan fauna (termasuk homerange
fauna) di sepanjang jalur rencana jalan. Dengan terbukanya jalan akan
memicu timbulnya perkampungan baru sehingga terjadi potensi konflik
dengan satwa liar. Antisipasi masalah tersebut dan sarankan langkah-langkah
pengelolaan terhadap flora dan fauna endemik yang dilindungi. Hal ini terkait
dengan informasi masyarakat tentang keberadaan harimau, beruang, babi
hutan, rusa dan ular di lokasi tersebut;
14. Kaji dampak lingkungan dari pembangunan jalan terhadap daerah aliran
sungai: kualitas air sungai, debit air sungai, daerah resapan air, erosi. Kaji
juga dampak pembangunan jalan terhadap potensi terjadinya pembukaan
lahan dan potensi illegal logging yang akan menyebabkan kerusakan hutan
yang selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan tata air. Gambarkan ciri-ciri
dan kondisi vegetasi asli termasuk faunanya serta kemungkinan terganggu
akibat adanya kegiatan;
15. Jika jalan ruas jalan yang ada ditingkatkan, akan mempermudah distribusi
barang dan jasa termasuk hasil perkebunan setempat sehingga dapat
meningkatkan perekonomian penduduk (lokal). Dalam dokumen AMDAL nanti,
perlu ditekankan kajian atau analisis ekonominya. Uraikan dampak-dampak
positif dengan dukungan data ilmiah yang memadai yang mungkin timbul
akibat pelaksanaan rencana pembangunan jalan sehingga dapat meyakinkan
pengambil keputusan bahwa kegiatan ini perlu segera dilakukan. Hal ini
mencakup antara lain kelancaran transportasi, peningkatan kegiatan ekonomi
pedesaan, penyebaran penduduk yang merata, partisipasi angkatan kerja,
menurunkan tingkat pengangguran, peningkatan pendapatan petani,
peningkatan mobilisasi penduduk, peningkatan pendidikan formal,
peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat, peningkatan kegiatan
keagamaan untuk meredam gejolak yang mungkin muncul;
16. Pengambilan dan pengangkutan material (quarry), akan berdampak pada
pencemaran udara dan kerusakan lingkungan yang mungkin timbul apabila
pengambilan material tersebut secara berlebihan. Perhitungkan pengaruh
mobilisasi alat berat dan pengangkutan material terhadap kondisi jalan eksisting
g
sehingga dapat disarankan langkah- langkah pengelolaan terhadap jalan yang
ada. Kaji dampak terhadap kualitas udara (debu) dan tingkat kebisingan. Kaji
juga tingkat kerusakan jalan dan jembatan, serta keselamatan berlalu lintas;
17. Perhitungkan pembuatan drainase, rambu-rambu lalu lintas dan dinding
penahan longsor. Perhitungkan juga kestabilan lereng dan potensi erosi serta
longsoran pada rencana jalur jalan terutama ketika tahap konstruksi pada
kegiatan cut and fill. Sarankan cara-cara penanganan untuk menjaga
kestabilan lereng tersebut. Longsoran akibat kegiatan galian dan timbunan
(cut and fill) merupakan salah satu isu penting akibat kegiatan pembangunan
jalan. Untuk itu kajian ANDAL harus memprediksi dan mengevaluasi masalah
longsoran yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan jalan. Hal ini akan
berkaitan dengan keselamatan pekerja, pemakai jalan, dan dampak lanjutan
terhadap erosi lereng dan sedimentasi di badan-badan air yang ada. Kaji
potensi sedimentasi akibat longsoran dan erosi yang mungkin timbul dari
kegiatan tersebut. Rencanakan upaya untuk menjaga kualitas air permukaan
dari pengaruh dampak kegiatan pembangunan jalan;
18. Analisis secara tajam. Sebab apabila kegiatan peningkatan dan pembangunan
jalan ini dilakukan, kemungkinan besar akan terjadi peningkatan terhadap
pendapatan petani, mobilisasi penduduk, arus transportasi, pendidikan formal,
pelayanan kesehatan masyarakat, kriminalitas, tingkat kecelakaan, masalah
kamtibmas dan kegiatan keagamaan;
19. Kaji dampak negatif kemungkinan maraknya pembalakan liar dan perladangan
berpindah akibat terbukanya isolasi wilayah. Terbukanya akses jalan akan
memicu potensi pengembangan ladang berpindah. Hal ini akan menurunkan
biodiversitas kawasan hutan; dan
20. Dampak kebisingan dan peningkatan kadar debu harus dikaji karena cukup
potensial berdampak negatif terhadap manusia ataupun keberadaan satwa liar
yang berdekatan dengan kawasan hutan. Kaji juga potensi pencemaran
sungai dan estimasi perubahan kualitas air sungai. Pencemaran udara (seperti
debu dan asap) akan terjadi saat pemasakan aspal dan konstruksi secara
keseluruhan.
h
LAMPIRAN G
(Hands Out Presentasi KA)
36
LAMPIRAN H
(Peta Adm. Kab. Bener Meriah)
37
LAMPIRAN I
(Peta Tataguna Lahan)
38
39
40
41