Penilaian AMDAL
PRAKIRAAN DAMPAK
2009
Bahan Ajar Pelatihan
Penilaian AMDAL
PRAKIRAAN DAMPAK
Disclaimer
Bahan ajar ini merupakan bahan referensi lepas yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan Pelatihan
Penilaian AMDAL (Crash Program). Bahan ajar ini dapat dikembangkan oleh pengajar sesuai kebutuhan
dengan tetap mengacu pada kaidah kurikulum dan peraturan yang berlaku.
KATA PENGANTAR
Bahan ajar ini dimaksudkan sebagai salah satu bahan pendukung dalam proses pembelajaran untuk
Pelatihan Penilaian AMDAL yang diadakan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup bekerja sama
dengan Pusat Studi Lingkungan Hidup untuk membantu Pemerintah Daerah memenuhi persyaratan
lisensi bagi Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2008 tentang Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/
Kota.
Bahan ajar ini disusun atas kerjasama Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Negara Lingkungan
Hidup dengan Asisten Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan Kementrian Negara Lingkungan
Hidup.
Bahan ajar ini disusun secara singkat dan sederhana agar mudah dipahami oleh peserta diklat, yaitu para
penilai AMDAL, yang umumnya memiliki kemampuan beragam. Bahan ajar ini dapat dikembangkan oleh
pengajar sesuai kebutuhan dengan tetap mengacu pada kaidah kurikulum dan peraturan yang berlaku.
Bahan ajar ini masih perlu disempurnakan, karena itu saran dan kritik membangun untuk penyempurnaannya
sangat diharapkan.
Maret, 2009
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iV
DAFTAR ISI v
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Deskripsi Singkat 1
1.3. Tujuan Pembelajaran 2
1.4. Materi Pokok 2
BAB II. PENGERTIAN, PRINSIP DASAR & LINGKUP KAJIAN PRAKIRAAN DAMPAK LINGKUNGAN
2.1. Pengertian Dampak Lingkungan 3
2.2. Prinsip Dasar Prakiraan Dampak 3
2.3. Lingkup kajian Prakiraan Dampak 4
2.4. Prakiraan Besar Dampak 4
2.5. Besar Dampak dan Dampak Besar 7
2.6. Evaluasi Sifat penting dampak 7
BAB V PENUTUP
5.1 Rangkuman 22
5.2 Evaluasi 22
DAFTAR PUSTAKA 24
vi
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan pada hakekatnya adalah bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Akibat
dari pembangunan tersebut umumnya terjadi perubahan lingkungan yang di luar tujuan dan sasaran
pembangunan yang dikenal dengan istilah dampak. Dampak lingkungan merupakan efek perubahan yang
terjadi sebagai akibat dari suatu aktivitas proyek pembangunan. Dampak lingkungan .bisa terjadi pada
komponen geofisik kimia, biotis, dan komponen sosial ekonomi dan sosial budaya. Dampak lingkungan
tersebut menjadi masalah karena dapat menimbulkan perubahan kondisi lingkungan akibat pembangunan
yang mungkin dampaknya lebih luas daripada sasaran pembangunan yang direncanakan.
Lingkungan tidaklah statis melainkan selalu berubah sejalan dengan waktu. Perubahan ini dapat bersifat
daur atau pengulangan, acak ataupun perubahan dengan kecenderungan tertentu. Perubahan yang bersifat
daur dapat berjangka pendek, musiman, dan berjangka panjang. Oleh karena itu untuk memprakirakan
dampak lingkungan yang mungkin terjadi dari suatu aktivitas pembangunan, perlu dipelajari bagaimana
perubahan lingkungan tersebut dalam waktu yang akan datang akibat proyek atau tanpa proyek.
Dampak dapat bersifat negatif maupun positif, demikian pula dari besarannya dapat bersifat penting atau
tidak. Terdapat kecenderungan untuk menganggap dampak hanya sebagai dampak negatif dan tidak
memperhatikan dampak positif, bahkan umumnya dampak positif diabaikan. Oleh karena itu dalam banyak
buku terdapat bagian atau bab yang menguraikan tentang penanganan dampak (mitigation of Impact),
yang secara implisit mengandung arti dampak negatif. Tetapi sebaliknya tidak mengandung bagian yang
menguraikan tentang usaha untuk mengelola dampak dengan memperbesar dampak positif. Oleh karena
itu, sebaiknya ada perhatian yang seimbang antara dampak negatif dan positif.
Penilaian dampak merupakan pertimbangan nilai (value judgment) dan karena itu berisfat subyektif, meski
penilaian itu dilakukan oleh pakar sekalipun. Karenanya potensi konflikakan mungkin terjadi. Karena itu
seyogyanyaANDALmencakup pula usaha untuk mengatasi, atau paling tidak memperkecil konflik tersebut
1
seperti dengan mengembangkan metode perundingan (negotiation) (Carpenter, 1983; Dostson,1983; dan
John, 1986).
Setelah mempelajari bahan ajar ini dan mengikuti pelatihan mata ajar prakiraan dampak ini, peserta
diharapkan mampu melakukan prakiraan besaran dan sifat penting dampak.
Secara khusus, beberapa indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam pelatihan Penilaian AMDAL
khususnya terhadap penilaian metode dan teknik “Prakiraan dampak penting” dalam suatu dokumen
AMDAL adalah kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami cara-cara prakiraan dampak penting secara formal maupun non formal.
2. Menggunakan menilai metode dan teknik prakiraan dampak yang digunakan dalam dokumen
AMDAL untuk setiap parameter lingkungan yang terkena dampak
3. Memahami cara-cara penetapan tingkat kepentingan dampak lingkungan
4. Menilai metode dan teknik penetapan tingkat kepentingan dampak telah benar dan mengikuti
2 prosedur yang berlaku sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah republik Indonesia No 27
Tahun 1999.
Kegiatan yang menimbulkan dampak juga dapat disebabkan oleh kegiatan manusia, seperti misalnya
pembangunan industri pupuk, pembangunan waduk, atau pembangunan pemukiman transmigrasi.
Dalam proses AMDAL dampak lingkungan yang dikaji adalah dampak lingkungan yang akan timbul akibat
adanya kegiatan yang direncanakan oleh manusia, yang dalam hal ini sering diistilahkan sebagai (proyek)
pembangunan.
Di dalam analisis dampak lingkungan dikenal dua jenis pengertian atau batasan tentang dampak
lingkungan, yakni (Soemarwoto, 1988):
a. Dampak (proyek) pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi lingkungan
sebelum ada proyek dan yang diprakirakan akan terjadi setelah ada (proyek) pembangunan,
b. Dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi lingkungan yang
diprakirakan akan terjadi tanpa adanya (proyek) pembangunan dan yang diprakirakan akan terjadi
dengan adanya (proyek) pembangunan tersebut.
3
Dalam proses penyusunan AMDAL, batasan yang digunakan adalah yang batasan kedua (batasan b). Untuk
mudahnya, batasan yang kedua tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut:
Dampak lingkungan =
Kondisi lingkungan
dgn proyek di masa
mendatang { Kondisi lingkungan
tanpa proyek di
masa mendatang
Secara umum dampak lingkungan dikategorikan atas dampak primer dan dampak sekunder. Dampak
}
primer umumnya timbul sebagai akibat adanya pengunaan bahan baku/input produksi dan atau kegiatan
konstruksi suatu proyek. Sedang dampak sekunder umumnya timbul sebagai akibat adanya proses atau
produk (product) dari rencana kegiatan. Dampak primer umumnya relatif lebih mudah diukur, sedang
dampak sekunder lebih sulit. padahal umumnya dampak sekunder inilah yang sering lebih nyata
(significant) dibandingkan dengan dampak primer. Sebagai contoh, dampak primer suatu kegiatan adalah
perubahan komposisi jenis vegetasi, namun dampak sekundernya jenis satwa liar.
Dapat dikatakan prakiraan dampak merupakan salah satu titik kritis dalam proses penyusunan ANDAL.
Sehingga prakiraan dampak merupakan “trade mark” dalam dokumen ANDAL, dan merupakan ciri
pembeda dengan dokumen-dokumen riset lainnya. Dapat dipahami bila Beanlands dan Duinker (1983)
menjuluki prakiraan dampak ini sebagai “urat Achilles” dari studi ANDAL.
Ada 3 (tiga) prinsip dasar yang perlu diketahui dalam melakukan prakiraan dampak lingkungan, termasuk
dalam hal ini prakiraan dampak aspek sosial, yakni:
Prinsip 1, Merujuk pada batasan tentang dampak lingkungan yang digunakan dalam AMDAL, maka prakiraan
dampak lingkungan harus dilakukan dengan pendekatan “Dengan dan Tanpa Proyek”. Dengan pendekatan
ini pakar ilmu sosial yang terlibat dalam penyusunan AMDAL tidak hanya memprakirakan kondisi sosial/
ekonomi/budaya yang akan terjadi bila ada proyek pembangunan, tetapi juga harus memprakirakan
kondisi sosial/ekonomi/budaya bila tanpa ada proyek pembangunan. Ini sungguh merupakan suatu
tantangan karena umumnya pakar ilmu sosial relatif lebih mengetahui perilaku perubahan sosial akibat
adanya proyek pembangunan, ketimbang memprakirakan perubahan yang akan terjadi bila tanpa ada
proyek pembangunan.
Prinsip 2, Keterkaitan dengan dokumen Kerangka Acuan (KA). Prakiraan dampak lingkungan yang tertuang
di dalam dokumen ANDAL harus difokuskan pada setiap komponen lingkungan yang menurut dokumen
KA berpotensi mengalami perubahan mendasar. Sebagai misal, dalam dokumen KA teridentifikasi bahwa
5 komponen aspek fisik-kimia, 3 komponen aspek biota, dan 6 komponen aspek sosial diduga akan terkena
dampak penting (berubah mendasar); maka prakiraan dampak harus difokuskan ke setiap komponen dari
14 komponen lingkungan yang tercantum di dalam dokumen KA. Apabila dalam studi ANDAL ternyata
dijumpai bahwa hanya 12 komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak penting, sehingga
4 berbeda dengan yang tercantum dalam dokumen KA, maka perbedaan tersebut perlu diutarakan/dibahas
di dalam dokumen ANDAL.
Prinsip 3, Keterkaitan antar komponen lingkungan yang terkena dampak. Mengingat dampak lingkungan
pada dasarnya saling terkait dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain (lihat Lembar Informasi 3
dari bahan ajar 1, tentang Karakteristik Dampak Sosial); maka dalam melakukan prakiraan dampak hal
ini harus diperhatikan benar karena analisa dilakukan oleh tenaga ahli yang bidangnya berbeda-beda.
Disinilah peranan Ketua Tim Studi AMDAL: senantiasa menjaga keterkaitan antar dampak lingkungan yang
ditelaah.
Kajian yang pertama pada dasarnya bertujuan untuk menjawab pertanyaan: apakah dampak yang akan
timbul berskala besar atau kecil (big or little magnitude of impact), dan bersifat positif atau negatif?
Sedangkan kajian yang kedua berkenaan dengan seberapa jauh perubahan atau dampak lingkungan yang
akan timbul itu bersifat penting atau mengubah secara mendasar aspek-aspek tertentu dari kehidupan
sosial, ekonomi, budaya, kesehatan dan ekologi. Dengan perkataan lain kajian tentang penting dampak
berkenaan dengan sejauh mana kepentingan manusia dan kepentingan kehidupan ekologi berubah
mendasar sebagai akibat adanya proyek.
Kondisi lingkungan sosial tertentu yang diprakirakan akan terjadi di waktu mendatang sebagai akibat
adanya proyek (sebagai misal, tingkat pendapatan penduduk sekitar proyek tujuh tahun setelah proyek
beroperasi)
Kondisi lingkungan yang diprakirakan akan terjadi di ruang dan waktu tertentu tanpa adanya kegiatan
proyek (sebagai misal, tingkat pendapatan penduduk pada tujuh tahun mendatang bila tidak ada
proyek).
Pada Gambar 1 secara grafis diilustrasikan (besar) dampak Proyek A dan Proyek B terhadap pendapatan
penduduk sekitarnya yang diukur dalam bentuk pendapatan setara beras per jiwa per tahun. Kedua proyek
didirikan pada tahun T1 di dua lokasi yang berbeda. Berdasarkan konsep dampak lingkungan yang telah
diutarakan, besar dampak lingkungan ketika Proyek A memasuki tahun T2 adalah selisih antara O1 dan O2
dan sebesar O4 - O5 ketika memasuki tahun T3. Adapun pada Proyek B, dampak yang timbul pada tahun
T2 adalah sebesar O1 - O2 dan ketika memasuki tahun T3 sebesar O4 - O5.
Bedanya, sepanjang tahun T1 hingga T2 dan T3 Proyek A menimbulkan dampak positif, yang ditunjukkan
oleh meningkatnya pendapatan setara beras per jiwa per tahun, dibandingkan bila tanpa proyek. Adapun
Proyek B sebaliknya, pada tahun T2 proyek menimbulkan dampak positif sebesar O1 - O2 namun pada
tahun T3 mengakibatkan dampak negatif sebesar O4 - O5. Dengan kata lain Proyek B membangkitkan
dampak positif pada awal dimulainya proyek, namun pada tahun-tahun selanjutnya mengakibatkan
dampak negatif terhadap kesejahteraan penduduk sekitarnya.
Untuk memudahkan prakiraan kondisi lingkungan tanpa proyek di masa mendatang, umumnya para
penyusun AMDAL mengasumsikan kondisi lingkungan di masa mendatang dipandang sama atau konstan
dengan situasi sebelum ada proyek (batasan dampak lingkungan butir a, di halaman 1). Asumsi ini bila
digunakan akan berpengaruh besar terhadap kesahihan hasil prakiraan dampak. Dari Proyek A dan Proyek
B yang telah dipaparkan dapat dilihat kelemahan asumsi ini. 5
Bila kondisi lingkungan tanpa proyek diasumsikan konstan sepanjang tahun, maka pada saat Proyek A
memasuki tahun T2 timbul dampak positif sebesar O1 – O3 (seharusnya O1 - O2). Dan ketika Proyek A
memasuki tahun T3, timbul dampak positif sebesar O4 – O6 (seharusnya O4 - O5). Tampak bahwa bila asumsi
ini dipakai, dampak positif yang dibangkitkan oleh Proyek A lebih besar dibandingkan sebelumnya.
Pendapatan Kondisi
setara beras dengan
(kg/jiwa/thn) proyek
A
350 O4 Area
besar
320 B O1 dampak
- O5
Kondisi
tanpa
C O2 proyek
250
O3 O6
Umur
0 T1 T2 T3 proye
Proyek k
A
(Proyek A)
Pendapatan Kondisi
setara beras dengan Kondisi
(kg/jiwa/thn) proyek tanpa
proyek
350 A O4
O1
320 B
Area
besar
O2 dampak
C
250 O3 O5
Umur
0 T1 T2 T3 proye
Proyek k
B
(Proyek B)
Gambar 1. Prakiraan Dampak Proyek A dan Proyek B terhadap Pendapatan Penduduk Sekitar
Dengan asumsi ini pula ketika Proyek B memasuki tahun T2 diprakirakan timbul dampak positif sebesar O1
– O3 (seharusnya O1 - O2), dan ketika memasuki tahun T3 timbul dampak positif sebesar O4 – O5. Padahal
ketika memasuki T3 Proyek B sesungguhnya menimbulkan dampak negatif sebesar O4 – O5.
6 Contoh Kasus
Berau/Bintuni. Tingkat TSS (dengan penerapan pengendalian erosi) akan meningkat antara 0.06 - 0.08
mg/l akibat erosi dari dari daerah seluas 25 ha apabila dibiarkan terbuka selama setahun. Skenario yang
terburuk (worst case scenario) dihitung untuk bulan dengan curah hujan tertinggi (pebruari 1998), daerah
terbuka (200 ha), dan tindakan pengendalian erosi yang dilakukan; TSS untuk bulan tersebut meningkat
menjadi 0.217 mg/l untuk tanah drainase buruk (poorly drained soil), dan 0.157 mg/l untuk tanah dengan
kandungan organik tinggi. Selama kurun waktu tersebut ketebalan tanah yang tererosi dari permukaan
adalah 0.679 cm untuk tanah dengan drainase buruk dan 0.489 cm untuk tanah dengan kandungan
organik tinggi. berdasarkan angka-angka tersebut dampak terhadap kualitas air di teluk Berau?Bintuni
dianggap tidak penting jika ditinjau dari tujuh kriteria penentuan dampak penting berdasarkan Kep 056
tahun 1994.
Sehingga dalam konteks prakiraan dampak aspek sosial harus dapat dianalisis:
a. Siapa yang terkena dampak (who are going to be affected). Siapa menunjuk pada berapa orang yang
terkena, ciri-ciri mereka bagaimana (umur, pekerjaan, tingkat kerentanan dan sebagainya). Siapa
disini juga bisa menunjukkan satuan analisa: individu, keluarga atau masyarakat.
b. Dalam bentuk apa (in what way) mereka terkena dampak. Misalnya, penduduk yang tinggal
disepanjang rute menuju ke proyek, akan terkena dampak dari aktivitas transportasi peralatan.
Aktivitas ini akan menimbulkan bising dan debu.
c. Berapa lama dampak itu berlangsung. Dampak bising dan debu akan berlangsung selama masa
konstruksi. Penyusun studi bisa menghitung berapa lama masa konstruksi itu berjalan.
Langkah prakiraan atau “proyeksi” sangat dekat dengan pelingkupan dan identifikasi rona lingkungan.
Dalam pelingkupan, para peneliti menentukan ruang lingkup studi (space and time boundaries, key topics
dan unit of analysis) melalui pengkajian kegiatan proyek dan kondisi masyarakat. Jika para peneliti telah
melakukan dua proses ini dengan baik, tahap prakiraan dampak akan mudah dilakukan.
Prakiraan dampak lingkungan memiliki perbedaan yang mendasar dengan evaluasi dampak lingkungan.
Bila dalam prakiraan dampak lingkungan yang diteliti adalah: respon atau perubahan setiap komponen
lingkungan lingkungan yang berpotensi terkena dampak, maka dalam evaluasi dampak lingkungan yang
dikaji adalah totalitas respon dari berbagai komponen lingkungan yang pada ruang dan waktu tertentu
terkena dampak dari proyek.
Sehingga menjadi penting untuk diketahui perbedaan konsepsional antara besar dampak (magnitude
of impact) dengan dampak besar (big magnitude of impact). Besar dampak atau magnitude of impact
adalah konsep prakiraan dampak sebagaimana dimaksud oleh Munn (1979). Adapun dampak besar atau
big magnitude of impact adalah ukuran besarnya dampak. Berkenaan dengan hal ini maka perlu dikritisi
benar istilah “dampak besar dan penting” yang digunakan di dalam UU Nomor 23 Tahun 1997, dan yang
kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam PP Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL dan Keputusan Kepala
Bapedal Nomor 09 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL. Dalam peraturan perundangan
tersebut istilah dampak besar yang digunakan dalam “dampak besar dan penting” sebenarnya adalah big
magnitude of impact dan bukannya magnitude of impact atau besar dampak.
Perbedaan ini perlu diketahui dan dikuasai benar sebab peraturan perundangan tentang AMDAL yang ada
saat ini menggunakan istilah dampak besar, bukan besar dampak.
Disamping faktor budaya, penting tidaknya dampak pada kehidupan sosial juga dapat berbeda-beda
tergantung pada lapisan sosial (misal kaya, menengah atau miskin), dan golongan sosial yang terkena
dampak (misal, kalangan pemerintah, masyarakat sekitar proyek, kalangan pakar, kalangan LSM). Misalnya,
suatu rencana usaha/kegiatan diduga akan menimbulkan dampak penting positif terhadap pendapatan
dikalangan penduduk yang memiliki ketrampilan yang menunjang kegiatan proyek, namun dampak
penting positif ini tidak berlaku bagi lapisan sosial masyarakat yang tidak memiliki ketrampilan.
Dalam evaluasi sifat penting, besar dampak lingkungan yang akan timbul --termasuk dalam hal ini aspek
sosial-- dievaluasi secara cermat sejauh mana perubahan tersebut membawa pengaruh yang mendasar
terhadap tatanan kehidupan sosial dan ekologi. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan seperangkat
kriteria tertentu yang bersifat legal, yakni Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting, yang dikukuhkan
melalui Keputusan Kepala Bapedal. Dalam Pedoman tersebut secara formal ditetapkan batasan dan kriteria
dampak yang bersifat penting yang berlaku untuk aspek fisik kimia, biologi, dan sosial.
Agar pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai persepsi dan kriteria yang sama tentang dampak
penting, beberapa peraturan perundang-undangan yang diterbitkan telah memuat beberapa ketentuan
tentang faktor-faktor penentu dan tolok ukur dampak penting. Dalam UU No. 23 tahun 1993 dan PP No. 27
Tahun 1997 dimuat enam faktor yang menentukan dampak lingkungan dapat bersifat penting, yakni :
8 1. Jumlah manusia yang terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.
Untuk mengukur sejauh mana perubahan lingkungan bersifat mendasar, telah diterbitkan ketentuan
tentang tolok ukur dampak penting, yakni Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP-056 Tahun 1994 tentang
Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting. Keputusan tersebut menyatakan bahwa ukuran dampak
penting terhadap lingkungan ditetapkan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan berkaitan secara relatif dengan skala
usaha (besar kecilnya), hasil guna, dan daya guna dari rencana usaha atau kegiatan.
2. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan dapat pula didasarkan pada dampak
usaha atau kegiatan tersebut terhadap salah satu aspek lingkungan, atau juga terhadap kesatuan
dan kaitannya dengan aspek-aspek lingkungan lain dalam wilayah studi yang telah ditentukan.
3. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan, baik yang bersifat positif atau negatif,
tidak boleh dipandang sebagai faktor yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan harus diperhitungkan
keseluruhannya sebagai satu kesatuan untuk keperluan pengambilan keputusan.
Di dalam KEP-056 Tahun 1994 tersebut untuk setiap faktor penentu dampak (jumlah manusia terkena
dampak, luas wilayah persebaran dampak, dan 4 faktor lainnya), dimuat tolok ukur atau standar dampak
penting. Setiap pihak dengan demikian dapat menggunakan Keputusan tersebut sebagai rujukan formal
untuk menetapkan penting tidaknya suatu dampak lingkungan.
Dalam hal Proyek A dan B yang telah dicontohkan di muka, evaluasi sifat penting terhadap dampak
lingkungan yang terjadi dilakukan dengan menggunakan Garis Kemiskinan sebagai kriteria sifat penting.
Pendapatan Kondisi Area
setara beras Garis dengan dampak
(kg/jiwa/thn) kemiskinan proyek penting
A
350 O4
Area besar
B dampak
320
O1 O5
Kondisi
250 C O2 tanpa
proyek
O3 O6
Umur
0 T1 T2 T2 T3 proye
Proyek k
A
(Proyek A)
350 A
O1 O4 9
320 B Area besar
dampak
O2
C
250
O3 O5
Kondisi
dengan
proyek
Umur
0 T1 T2 T2 T3
proye
Proyek
B k
(Proyek B)
Gambar 3. Prakiraan Besar Dampak dan Evaluasi Sifat Penting Proyek A dan Proyek B terhadap Pendapatan Penduduk Sekitar
Menurut kriteria ini, seseorang tergolong miskin bila pendapatannya dalam setahun kurang dari setara
beras 320 kg. Berdasarkan kriteria ini tampak bahwa dampak positif Proyek A bersifat penting terhadap
pendapatan penduduk ketika menginjak tahun T2n dan seterusnya (lihat Gambar 2). Merujuk pada KEP-
056 Tahun 1994, dampak ini tergolong sebagai penting dari segi intensitas dampak. Pada tahun T1 sampai
T2n, Proyek A memang menimbulkan dampak positif terhadap pendapatan penduduk tetapi perubahan
tersebut belum mendasar, atau dengan kata lain penduduk masih tetap di bawah garis kemiskinan.
Berbeda halnya dengan Proyek B, dampak positif yang bersifat penting diprakirakan timbul pada pasca
tahun T1 hingga tahun T2n. Namun setelah tahun T2n Proyek B menimbulkan dampak negatif yang
bersifat penting terhadap pendapatan penduduk sekitar. Dalam kasus Proyek B ini tampak bahwa mula-
mula Proyek B mengentaskan kemiskinan penduduk di sekitarnya namun selanjutnya B justru menjadi
penyebab turunnya pendapatan penduduk hingga di bawah Garis Kemiskinan (lihat Gambar 2). Dampak
ini --merujuk pada KEP-056 Tahun 1994-- tergolong sebagai dampak penting dari segi intensitas dampak.
BAB III.
METODE & CONTOH PRAKIRAAN
DAMPAK ASPEK SOSIAL
3.1. METODE FORMAL
Secara garis besar terdapat dua metode prakiraan besar dampak lingkungan, yakni:
a. Metode prakiraan dampak secara formal
b. Metode prakiraan dampak secara non-formal.
Dua metode ini dapat digunakan untuk memprakirakan besar dampak sosial, termasuk aspek sosial yang
memiliki nilai moneter. Berikut diutarakan macam metode formal dan non-formal untuk memprakiraan
dampak sosial.
Metode formal adalah metode untuk memprakirakan (besar) dampak dengan menggunakan formula,
rumus atau model-model kuantitatif yang telah tersedia (hasil pengembangan/temuan pakar lain) atau
dikembangkan sendiri oleh pakar aspek sosial AMDAL. Hasil prakiraan dampak ini bersifat kuantitatif dan
umumnya didukung oleh tabulasi data, grafik atau referensi spasial/geografis.
Oleh karena sifatnya yang kuantitatif, akuntabilitas metode ini umumnya lebih tinggi ketimbang metode
non-formal. Namun demikian, metode ini harus hati-hati digunakan karena sering terdapat asumsi atau
koefisien teknis yg tidak relevan dgn kondisi Indonesia.
Tidak semua jenis metode formal yang diutarakan di atas dapat digunakan atau sesuai untuk keperluan
prakiraan dampak aspek sosial. Dari empat macam Metode Formal di atas, hanya model matematik dan
model analisis statistika yang disinggung dalam bahan ajar ini karena kedua model lainnya lebih relevan
untuk aspek fisik-kimia dan atau biologi.
Prakiraan dengan model matematik dilakukan dengan menggunakan model yang sudah tersedia atau
mengembangkan/membuat model sendiri yang khusus dibuat oleh pakar bersangkutan. Asumsi dasar dari
model matematik ini adalah, model yang kita gunakan disusun/diformulasikan berdasarkan pengetahuan
a priori yang kita miliki tentang bagaimana dinamika atau gerak tatanan atau kehidupan sosial yang kita
telaah. Berdasarkan asumsi atas pengetahuan tersebut selanjutnya secara induktif dikembangkan model
hubungan antar variabel dalam bentuk persamaan matematik. Pengembangan model, formula dan
perhitungan matematik ini kini menjadi lebih leluasa dilakukan oleh para ahli berkat adanya dukungan
komputer. Dalam aspek sosial, model matematik ini banyak digunakan untuk prakiraan dampak di bidang
ekonomi dan demografi. Dua bidang dimana aspek sosial banyak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat
kuantitatif. Model matematik tersebut antara lain adalah:
• Model simulasi
• Model analisa input–output (input-output analysis)
• Model proyeksi
• model empiris (black box)
Adapun prakiraan dampak dengan analisis statistika umumnya dilakukan dengan menggunakan model-
model statistika yang sudah tersedia. Pada model statistik persamaan atau formula dikembangkan secara
deduktif dari fenomena yang atau karakter kehidupan aspek sosial tertentu yang telah diketahui. Model
statistik ini dapat digunakan untuk memprakirakan dampak proyek terhadap ekonomi, kependudukan
dan juga bidang-bidang sosial seperti nilai budaya, sikap dan persepsi. Model-model statistik tersebut
antara lain adalah:
• Model analisis faktor (factor analysis)
• Model regresi berganda (multiple regression)
• Model analisis kecenderungan (trend analysis)
• Model analisis deret waktu (time series analysis).
• Model statistika non-parametrik (non-parametric statistic).
Berikut selanjutnya diutarakan beberapa contoh prakiraan dampak aspek sosial dengan menggunakan
metode formal.
Di kota-kota besar, masyarakat lapisan bawah merasa enggan untuk pindah ke tempat lain karena merasa
takut kehilangan akses ke tempat kerja. Di pemukiman baru yang jauh dari tempat kerja, mereka harus
membayar biaya transport untuk ke tempat kerja. Pengalaman seperti ini terjadi pada pemindahan
penduduk dari bantaran Kaligarang Semarang ke Sadeng, wilayah pinggiran barat daya kota. Juga terjadi
pada penduduk disekitar Kali Banger, Semarang yang akan terkena proyek normalisasi sungai tersebut.
Untuk bisa memprakirakan dampak yang akan terjadi, peneliti harus memiliki data dari penduduk yang
akan dipindahkan. Data ini diambil dari rona lingkungan sosial (profiling). Data dimaksud diantaranya
adalah:
a. Berapa jumlah yang akan dipindahkan (jumlah Kepala Keluarga, komposisi menurut umur, jenis
pekerjaan).
b. Tingkat kepuasan penduduk terhadap tempat tinggalnya sekarang (people’s satisfaction with place),
berkaitan dengan tingkat kepuasan terhadap lingkungan (bersih, bebas polusi, air mudah didapat,
sekolah, pasar, transportasi, dsb.).
c. Keterikatan sosial penduduk yang tercermin dalam kegiatan sosial penduduk seperti kebiasaan saling
membantu antar tetangga, gotong royong, sambatan, temu warga, arisan, dsb.).
d. Rencana pemukiman baru (di pemukiman pengganti disekitar tempat tinggal lama, transmigrasi,
dsb.).
Contoh 1: Model Prakiraan Kenaikan Kepadatan Penduduk
Contoh 1 ini dimodifikasi dari contoh prakiraan dampak terhadap kenaikan kepadatan penduduk yang
diutarakan oleh Soemarwoto (1988).
Kepadatan penduduk desa dihitung dengan jumlah penduduk perluas daerah (orang/km2). Angka jumlah
penduduk dan luas daerah dapat didapatkan dari catatan di kantor desa atau kecamatan. Garis dasar (base
line) untuk kepadatan penduduk dihitung dengan rumus:
Nilai r dapat didapatkan dari laporan statistik. Jika ini tidak ada, r dapat dihitung dari pencatatan jumlah
penduduk pada waktu yang berbeda. Walaupun r dapat dihitung dari pencatatan jumlah penduduk dalam
dua tahun yang berurutan, tetapi seyogyanya perhitungan itu dilakukan untuk periode yang lebih panjang,
misalnya 10 tahun.
Dapat diprakirakan pembangunan industri akan menarik imigrasi penduduk dan mengurangi emigrasi,
karena bertambahnya lapangan pekerjaan. Oleh karena itu laju pertumbuhan penduduk “dengan proyek”
rdp akan menjadi lebih besar daripada rtp. Dengan penelitian kasus-kasus industri yang sejenis dengan
skala yang serupa dan lokasi yang serupa pula diprakirakan besarnya rdp.
Dampak industri terhadap kepadatan penduduk dengan demikian dapat diukur sebagai berikut:
ΔD = Ddp - Dtp
Aplikasi Contoh 1
• Perhitungan Besar Bampak
Suatu pabrik akan dibangun pada tahun 1995. Luas desa tempat pabrik kertas akan dibangun ialah 1.000 ha.
Luas pabrik dan prasarananya direncanakan 150 ha. Catatan desa menunjukkan jumlah penduduk tahun
1975 sebanyak 6.000 orang dan 1985 sebanyak 7.680 orang. Seorang pakar ilmu sosial akan memprakirakan
dampak berdirinya industri pada tahun 1995 terhadap kepadatan penduduk desa.
Laju pertumbuhan penduduk per tahun antara 1975 dan 1985 dihitung dari rumus pertumbuhan
penduduk, yaitu:
Dengan demikian kepadatan penduduk desa tersebut “tanpa proyek” pada tahun 1995 ialah:
13
Data historis proyek-proyek yang sejenis di daerah lain menunjukkan laju pertumbuhan penduduk mula-
mula meningkat perlahan-lahan kemudian naik dengan pesat. Laju pertumbuhan penduduk bervariasi
antara 3,5 % per tahun sampai 6,0 % per tahun dengan nilai rata-rata 4,5 % per tahun. Angka rata-rata
ini digunakan sebagai prakiraan laju pertumbuhan penduduk “dengan proyek”, sehingga kepadatan
penduduk “dengan proyek” ialah:
Dampak tergolong penting dari segi intensitas karena kenaikan kepadatan penduduk akibat proyek
tergolong besar (sekitar 50%). Dampak juga bersifat penting dari segi tidak terbalikkannya dampak
(irreversible).
Contoh 2: Prakiraan Dampak Penggusuran Penduduk
Contoh 2 ini dipetik dari contoh prakiraan dampak terhadap penggusuran penduduk yang telah sedikit
diubah dari Soemarwoto (1988).
Jumlah kepala keluarga (KK) dan jiwa yang tergusur oleh proyek dapat dihitung dengan melakukan survei
di dalam batas daerah proyek. Akan tetapi yang terkena proyek sebenarnya tidak terbatas pada keluarga
yang tinggal di dalam daerah proyek saja, melainkan juga sejumlah keluarga diluar daerah tersebut.
Contoh ialah buruh tani, pedagang hasil bumi dan buruh pengangkut hasil bumi yang tinggal di luar
daerah proyek, tetapi bekerja di dalam daerah proyek. Mereka tidak tergusur secara fisik, melainkan secara
ekonomi. Mengingat hal tersebut orang yang terkena dampak ialah:
Untuk mengetahui jumlah orang yang akan tergusur digunakan metode survai dengan wawancara.
Sebagai catatan dapat ditambahkan, penetapan KK yang terkena dampak suatu proyek yang luas dan
batasnya tidak teratur (misal, batas proyek waduk mengikuti garis kontur), dapat dilakukan dengan peta
udara skala besar yang memuat garis kontur (orthophoto map). Batas proyek diidentifikasi dari potret
udara tersebut. Jumlah rumah di dalam daerah proyek juga dihitung dari potret udara dan jumlah jiwa
dihitung dari jumlah rumah kali rata-rata jiwa per rumah.
14 Aplikasi Contoh 2
Dengan menelaah peta proyek dan melakukan survei lapang diketahui, pada tahun 1985 penduduk yang
tinggal di dalam daerah proyek berjumlah 200 KK yang terdiri atas 1.000 jiwa. Di samping itu dari survei
diketahui 150 KK –terdiri atas 750 jiwa- yang berada di luar daerah proyek menggantungkan kehidupannya
dari lahan pertanian yang terkena proyek.
Karena pengambil-alihan lahan oleh industri dilakukan pada tahun 1990 pada waktu konstruksi akan
dimulai, maka dampak dihitung untuk tahun 1990. Walaupun konstruksi baru akan dimulai, namun
kegiatan survei dan perencanaan proyek diprakirakan telah meningkatkan laju pertumbuhan penduduk
dari 2,5 % menjadi 4,5 %.
Contoh 3 ini dipetik dari contoh prakiraan dampak terhadap produksi pertanian yang telah sedikit diubah
dari Soemarwoto (1988).
Semisal, pada tahun 1995 akan dibangun industri di tengah-tengah daerah pertanian. Dalam studi ANDAL
ingin diketahui berapa besar dampak industri tersebut terhadap produksi pertanian setempat. Dengan
menggunakan peta topografi batas-batas proyek (kompleks industri, prasarana jalan dan perumahan) dan
survei lapangan, dapat diidentifikasi jenis penggunaan lahan yang akan terkena proyek. Dari langkah-
langkah tersebut dapat dihitung produksi pertanian pada waktu t0, pada waktu ti “tanpa proyek”, dan pada
waktu ti “dengan proyek” melalui formula berikut ini.
15
Produksi pertanian pada waktu tj diprakirakan tidak sama dengan pada waktu penelitian to, oleh karena
adanya intensifikasi pertanian. Dampak industri terhadap produksi pertanian dengan demikian dapat
diukur sebagai berikut:
Aplikasi Contoh 3
• Perhitungan Besar Bampak
Hasil survei menunjukkan, daerah pertanian di sekitar proyek mencapai luas 800 ha. Sekitar 400 ha
merupakan lahan berpengairan teknis sehingga dapat ditanami dengan padi dua kali setahun. Sekitar 200
ha sawah tadah hujan, dengan pola tanam padi pada musim hujan dan jagung pada musim kemarau.
Sisanya, 200 ha lahan kering, ditanami singkong sekali setahun. Di desa tersebut terdapat pula 100 ha
pekarangan. Produktivitas padi pada tahun 1985 mencapai 3 ton/ha, jagung 1,5 ton/ha dan singkong
9 ton/ha. Dengan adanya intensifikasi padi, produksi padi antara 1975-1985 meningkat sebesar 3% per
tahun. Produksi jagung dan singkong menunjukkan keadaan yang statis. Data statistik tentang produksi
pekarangan tidak ada dan dianggap produksinya tidak meningkat.
Dengan menumpang-tindihkan peta desa dan peta proyek diketahui, industri dengan prasarananya
mencapai luas total 150 ha, akan menempati lahan sawah dengan pengairan teknis 100 ha, sawah tadah
hujan 25 ha, lahan pertanian kering 15 ha dan pekarangan 10 ha.
Berdasarkan data tersebut dilakukan perhitungan besar dampak pada tahun 1995 sebagai berikut:
a) Produksi padi
= 3125 ton
Harga padi di tingkat desa adalah Rp. 150/kg sehingga bila dihitung secara moneter dampak yang akan
terjadi adalah:
Tampak bahwa akibat beroperasinya industri pada tahun 1995 produksi padi di desa sekitar proyek turun
sebesar 907 ton/tahun atau Rp. 136.050.000,-/tahun
b) Produksi jagung
Harga jagung di tingkat desa adalah Rp. 120/kg sehingga secara moneter dampak yang terjadi: (37500) x
Rp. 120 = - Rp. 4.500.000,-
Terlihat bahwa akibat beroperasinya industri pada tahun 1995 produksi jagung di desa menurun sebesar
37,5 ton/tahun atau bila dihitung secara moneter sebesar Rp. 4.500.000,-/tahun
c) Produksi singkong
Harga jagung di tingkat desa ialah Rp. 40/kg sehingga dihitung secara moneter dampaknya sebesar: -
135000 x Rp. 40 = - Rp. 5.400.000,-
Berdirinya industri pada tahun 1995 mengakibatkan produksi singkong desa turun sebesar 135 ton/tahun
atau Rp. 5.400.000,-/tahun.
d) Produksi pekarangan
Pekarangan ialah lahan di sekitar rumah yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman. Untuk memudahkan
perhitungan tidak dihitung produksi masing-masing tanaman, melainkan produksi per satuan luas lahan
dalam rupiah. Wawancara dengan penduduk menunjukkan hasil bersih rata-rata pekarangan ialah Rp. 45/
m2/ha.
Sehingga dampak industri terhadap produksi pertanian secara total adalah penurunan sebesar:
= Rp. 151.450.000,-/tahun
• Sifat Penting Dampak
Sebagai contoh adalah model penggandaan basis. Model ini dapat digunakan untuk memprakirakan
dampak suatu rencana kegiatan terhadap penyerapan tenaga kerja. Formulanya dirumuskan sebagai
berikut :
Nilai Et dan Eb diperoleh berdasarkan hasil pengamatan secara empiris. Dengan diperolehnya nilai K akan
diketahui berapa besar tenaga kerja yang akan diserap oleh kegiatan perekonomian secara keseluruhan,
Nilai Et dan Eb diperoleh berdasarkan hasil pengamatan secara empiris. Dengan diperolehnya nilai K akan
diketahui berapa besar tenaga kerja yang akan diserap oleh kegiatan perekonomian secara keseluruhan,
sebagai akibat adanya penambahan 1 tenaga kerja di sektor basis. Sehingga bila proyek diteliti tergolong
sebagai sektor basis, akan dapat dihitung besar tenaga kerja yang dapat diserap oleh sektor non-basis
sebagai akibat beroperasinya sektor basis tersebut.
3.5 PRAKIRAAN DAMPAK DENGAN ANALISIS DERET
WAKTU
Metode ini didasarkan pada model peramalan kecenderungan dan umumnya banyak digunakan untuk
aspek demografi. Beberapa pakar memadukan metode ini dengan teknik analogi dalam mana para ahli
mengestimasi masa depan dengan menarik pengalaman tentang pembangunan sejenis di tempat lain. Para
pakar ini berpendapat bahwa masyarakat yang terkena dampak (affected community) merupakan sumber
informasi yang penting untuk memprakirakan apa yang akan terjadi dan apa yang mereka harapkan untuk
terjadi.
Jalan keluar untuk mengatasi hal ini adalah menggunakan metode yang bersifat non-formal. Beberapa
metode non-formal yang dapat digunakan antara lain adalah:
a. Penilaian profesional dari pakar (professional judgement),
b. Metode ad-hoc
c. Komparatif antar budaya (cross cultural)
18 d. Teknik analogi
e. Metoda delphi
Melalui pendekatan ini besar dampak suatu rencana usaha atau kegiatan (disimbolkan P) terhadap suatu
kelompok masyarakat (disimbolkan Xp), diukur dengan cara mengukur dampak yang telah terjadi pada
kelompok masyarakat yang berciri sama dengan masyarakat Xp (disimbolkan sebagai masyarakat Xp*),
yang terkena proyek serupa (disimbolkan P*) yang telah beroperasi di lokasi lain. Besar dampak proyek P*
terhadap masyarakat Xp* digunakan sebagai dasar analogi bagi penyusun ANDAL untuk memprakirakan
dampak proyek P terhadap masyarakat Xp. Ilustrasi berikut memperjelas hal dimasud.
19
BAB IV.
KETIDAK PASTIAN DAMPAK
Memprakirakan suatu dampak dalam studi ANDAL memiliki tingkat kesulitan yang cukup
tinggi. Penguasaan dari anggota tim dan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang yang
akan diprakirakan dampaknya memegang peranan yang sangat penting. Disamping itu
faktor-faktor lingkungan juga perlu diketahui, karena dalam memprakirakan dampak harus
memenuhi dinamika dari lingkungan tempat studi diadakan.
Bidang sosial ekonomi dan sosial budaya adalah bidang yang paling sulit diprakirakan
dampaknya. Hal ini disebabkan karena belum banyaknya teknik-teknik prakiraan dampak
yang dikembangkan sehingga sepenuhnya bergantung pada professional judgement atau
pertimbangan dari keahlian anggota tim.
Besar dampak yang terjadi di masa yang akan datang tergantung dari waktu dan berapa
lama dampak terjadi. Perlu diperjelas dalam jangka waktu berapa lama dampak tersebut
akan diprakirakan. Prakiraan dampak untuk jangka waktu yang lebih lama atau makin
panjang akan makin sulit dan makin terbuka untuk melakukan kesalahan yang lebih besar.
Oleh karena itu, maka pada saat memprakirakan dampak harus dipertimbangkan adanya
ketidakpastian (uncertainty).
20 Untuk menjamin presisi pendugaan besaran dampak dan menanggulangi ketidakpastian ini
maka perlu diketahui adanya kesalahan yang berasal dari beberapa sumber ketidakpastian.
Sumber kesalahan dimungkinkan dapat berasal dari salah satu sumber-sumber ketidakpastian
berikut ini.
Perlu dikemukakan bahwa dalam pendugaan dampak untuk sesuatu yang akan datang maka
masalah ketidakpastian patut mendapat perhatian dan pertimbangan. Masalah ketidakpastian
dapat dimasukkan kedalam analisa probabilitas.
21
BAB V.
PENUTUP
5.1 RANGKUMAN
Dampak lingkungan dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh suatu komponen lingkungan
tertentu pada ruang dan waktu tertentu sebagai akibat adanya kegiatan tertentu. Kegiatan ini dapat
bersifat alami, seperti letusan gunung merapi, gempa bumi, semburan gas beracun dari kawah dan lain
sebagainya, yang pada dasarnya mengakibatkan perubahan yang cukup mendasar pada lingkungan
disekitarnya.
Dalam studi ANDAL, prakiraan dampak merupakan suatu proses untuk menduga/mengantisipasi respon
atau perubahan suatu kondisi lingkungan tertentu akibat adanya rencana kegiatan tertentu, yang
berlangsung pada ruang dan waktu tertentu. Dapat dikatakan prakiraan dampak merupakan salah satu
titik kritis dalam proses penyusunan ANDAL. Sehingga prakiraan dampak merupakan “trade mark” dalam
dokumen ANDAL, dan merupakan ciri pembeda dengan dokumen-dokumen riset lainnya.
Ada 3 (tiga) prinsip dasar yang perlu diketahui dalam melakukan prakiraan dampak lingkungan, termasuk
dalam hal ini prakiraan dampak aspek sosial, yakni: Merujuk pada batasan tentang dampak lingkungan
yang digunakan dalam AMDAL, Keterkaitan dengan dokumen Kerangka Acuan (KA) dan Keterkaitan antar
komponen lingkungan yang terkena dampak..
Dalam prakiraan dampak lingkungan terkandung dua macam kajian, yakni, prakiraan atas seberapa besar
perubahan atau dampak lingkungan (magnitude of impact) yang akan timbul sebagai akibat adanya
proyek dan evaluasi atas mendasar tidaknya atau penting tidaknya dampak lingkungan yang akan timbul
bagi kehidupan sosial, ekonomi, budaya, kesehatan dan ekologi.
Untuk memudahkan prakiraan kondisi lingkungan tanpa proyek di masa mendatang, umumnya para
penyusun AMDAL mengasumsikan kondisi lingkungan di masa mendatang dipandang sama atau konstan
22 dengan situasi sebelum ada proyek. Hal lain yang perlu diketahui adalah, prakiraan dampak sangat terkait
dengan dimensi ruang dan waktu berlangsungnya dampak. Sehingga dapat dikatakan dampak lingkungan
suatu rencana usaha/kegiatan bersifat unik dan khas, yakni hanya berlaku untuk ruang dan waktu tertentu
akibat aktivitas tertentu dari rencana usaha/kegiatan.
5.2 EVALUASI
PRAKIRAAN DAMPAK LINGKUNGAN (1)
Setiap peserta menjawab pertanyaan berikut ini di atas kartu metaplan dengan huruf cetak dan jelas.
Setiap pertanyaan dijawab di 1 (satu) lembar kartu metaplan dan cantumkan nama saudara dibaliknya.
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan dampak lingkungan?
2. Apa saja yang saudara ketahui tentang prinsip dasar prakiraan dampak lingkungan?
3. Apa yang dimaksud dengan dampak besar dan besar dampak?
4. Apa yang dimaksud dengan sifat penting dampak?
5. Apa saja metode prakiraan dampak sosial yang saudara kenal atau yang pernah saudara gunakan
dalam kajian aspek sosial AMDAL?
Waktu: 15 menit
Untuk menyelesaikan tugas ini, peserta dibagi dalam 3 - 4 kelompok atau lebih. Setiap kelompok
maksimum beranggotakan 6 orang. Untuk mempermudah pelaksanaan tugas, gunakan kelompok yang
sama ketika menyelesaikan Tugas 2 dari bahan ajar 2 (Pelingkupan) untuk menyelesaikan tugas bahan ajar
4 ini. Masing-masing kelompok bertugas:
1. Buat daftar potensi dampak penting dan isu pokok lingkungan (menurut alternatif kegiatan proyek,
bila ada), berdasarkan hasil Tugas 2 - bahan ajar 2.Tetapkan jenis metode prakiraan (besar) dampak
lingkungan aspek sosial yang akan digunakan oleh kelompok saudara.
2. Pelajari dokumen KA dan ANDAL yang saudara terima, dan lakukan telaahan :
3. Buat daftar jenis komponen lingkungan yang diprakirakan besar dampak dan ditelaah sifat pentingnya
dalam Bab Prakiraan Dampak dari dokumen ANDAL.
4. Bandingkan daftar tersebut dengan daftar potensi dampak penting yang tercantum di dalam KA.
Tinjau dan beri komentar/ pandangan sejauh mana terjadi konsistensi antara dokumen KA dan
ANDAL!
5. Identifikasi mana saja komponen lingkungan yang tercantum dalam Bab Prakiraan Dampak - ANDAL,
yang belum mencerminkan lingkup kajian prakiraan dampak sebagaimana dimaksud dalam Lembar
Informasi 1 dari bahan ajar 4 ini!
6. Sejauh mana prakiraan dampak penting sosial yang tercantum dalam dokumen ANDAL sudah
memperlihatkan keterkaitan analisa dengan prakiraan dampak penting aspek yang lain? (tips: lihat
bagan alir yg digunakan).
Waktu: 90 menit
23
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundangan:
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan
AMDAL
Keputusan Kepala Bapedal Nomor 299 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam
AMDAL.
Keputusan Kepala Bapedal Nomor KEP-056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak
Penting.
Literatur:
Beandlands, G.E., and P.N. Duiker. 1983. An Ecological Framework for Environmental Impact Assessment in
Canada. IRES, Dalhouseie University in Cooperation with Federal Environmental Assessment Review
Office. Halifax, Canada.
Gunarwan, F. Suratmo. 1988. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Hadi, Sudharto P. 1995. Aspek Sosial AMDAL: Sejarah, Teori dan Metode. Yogyakarta: Gadjahmada Press.
Munn, R.E. 1975. Environmental Impact Assessment: Principles and Procedures. Scope Report 5.
24 International Council of Sccientific Unions Scientific Committee on Problems of the Environment.
Toronto, Canada.
Rau, J.G, and Wooten. Environmental Impact Analysis Handbook. Ed. McGraw-Hill Book Company. New
York.
Soemarwoto, Otto. 1988. Analisis Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta