Anda di halaman 1dari 16

Bahan Ajar Pelatihan

Penilaian AMDAL

PEMANTAUAN LINGKUNGAN

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

2009
Bahan Ajar Pelatihan
Penilaian AMDAL

PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Disclaimer

Bahan ajar ini merupakan bahan referensi lepas yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan Pelatihan
Penilaian AMDAL. Bahan ajar ini dapat dikembangkan oleh pengajar sesuai kebutuhan dengan tetap
mengacu pada kaidah kurikulum dan peraturan yang berlaku.
KATA PENGANTAR
Bahan ajar ini dimaksudkan sebagai salah satu bahan pendukung dalam proses pembelajaran untuk
Pelatihan Penilaian AMDAL yang diadakan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup bekerja sama
dengan Pusat Studi Lingkungan Hidup untuk membantu Pemerintah Daerah memenuhi persyaratan
lisensi bagi Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2008 tentang Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/
Kota.

Bahan ajar ini disusun atas kerjasama Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Negara Lingkungan
Hidup dengan Asisten Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan Kementrian Negara Lingkungan
Hidup.

Bahan ajar ini disusun secara singkat dan sederhana agar mudah dipahami oleh peserta diklat, yaitu para
penilai AMDAL, yang umumnya memiliki kemampuan beragam. Bahan ajar ini dapat dikembangkan oleh
pengajar sesuai kebutuhan dengan tetap mengacu pada kaidah kurikulum dan peraturan yang berlaku.
Bahan ajar ini masih perlu disempurnakan, karena itu saran dan kritik membangun untuk penyempurnaannya
sangat diharapkan.

Maret, 2009

Penyusun

iv
DAFTAR ISI:
SAMBUTAN v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI vii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Deskripsi Singkat 1
1.3. Manfaat Bahan ajar Bagi Peserta 1
1.4. Tujuan Pembelajaran 1
1.5. Materi Pokok dan Sub Pokok 2

BAB II FUNGSI DAN MANFAAT PEMANTAUAN LINGKUNGAN 3


2.1 Fungsi Pemantauan Lingkungan 3
2.2. Manfaat Pemantauan Lingkungan 3

BAB III DASAR-DASAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN 4

BAB. IV TEKNIK PEMANTAUAN LINGKUNGAN 7


4. 1. Tehnik Pemantauan 7
4.2. Institusi Pemantauan Lingkungan 8

BAB V PENUTUP 10
5.1 Rangkuman 10
5.2 Evaluasi 10

DAFTAR PUSTAKA 11

v
vi
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemantauan adalah kegiatan pengamatan komponen atau parameter lingkungan untuk mengetahui
perubahan kualitas komponen atau parameter yang dipantau. Pemantauan lingkungan dapat digunakan
untuk memahami fenomena–fenomena yang terjadi pada berbagai tingkatan, mulai dari tingkat proyek
(untuk memahami perilaku dampak yang timbul akibat usaha dan/atau kegiatan) dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh proyek sampai dengan tingkat kawasan atau regional tergantung pada skala
masalah yang dihadapi. Bahkan dapat dilakukan untuk mengetahui perubahan kualitas lingkungan antar
negara dan batasan.

Dalam dokumen AMDAL, pemantauan adalah serangkaian kegiatan pengamatan terhadap komponen
atau parameter lingkungan dengan maksud untuk memperoleh informasi tentang kondisi lingkungan dan
perubahannya atau penyimpangan–penyimpangan yang terjadi akibat pembangunan proyek atau akibat
kegiatan. Pemantauan merupakan kegiatan yang berlangsung terus menerus, sistematis, dan terencana.
Pemantauan dilakukan terhadap komponen lingkungan yang relevan untuk digunakan sebagai indikator
untuk mengevaluasi penataan (compiliance), kecenderungan (trendline), dan tingkat kritis (critical level) dari
suatu pengelolaan lingkungan.

Pemantauan lingkungan biasanya dilakukan setelah kegiatan dimulai atau beroperasi. Namun pelaksanaan
pemantauan lingkungan dalam pelaksanaanAMDAL dapat dimulai sejak kegiatan itu belum beroperasi,
yakni sejak kegiatan dalam tahap pra-konstruksi (persiapan) karena pada tahap pra-konstruksi (persiapan)
ini pun berpotensi untuk terjadi dampak Iingkungan.

Dampak yang terjadi pada fase ini biasanya berkisar pada masalah sosial, seperti perubahan sikap
masyarakat, persepsi terhadap rencana kegiatan, gejolak sosial karena kompensasi tidak sesuai dengan
harapan masyarakat atau timbulnya spekulasi tanah yang tidak wajar. Pemantauan dapat terus dilakukan
sampai dengan tahap operasi hingga pasca operasi (decommissioning), seperti pada kegiatan–kegiatan
1
yang terkait dengan pertambangan, pembangkit energi nuklir, dan lain sebagainya.

1.2 DESKRIPSI SINGKAT


Bahan ajar ini membahas tentang upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak
penting akibat suatu usaha dan/atau kegiatan. Bahan ajar ini menjelaskan dasar–dasar upaya pemantauan
lingkungan berikut tehnik pemantauannnya.

1.3 MANFAAT BAHAN AJAR BAGI PESERTA


Manfaat bahan ajar ini bagi peserta adalah agar peserta mampu menjelaskan fungsi dan manfaat
pemantauan Iingkungan serta dasar-dasar pemantauan lingkungan yang dapat dilakukan.

1.4 TUJUAN PEMBELAJARAN


1.4.1 KOMPETENSI DASAR

Setelah menyelesaikan seluruh bahan ajar ini, diharapkan peserta dapat menjelaskan fungsi dan manfaat
pemantauan lingkungan.

1.4.2 INDIKATOR KEBERHASILAN

Secara lebih spesifik kemampuan yang harus dimiliki di akhir pelajaran ini adalah peserta dapat memahami
fungsi dan manfaat pemantauan Iingkungan berikut dasar–dasar pemantauan lingkungan sehingga dapat
membuat dan menilai dokumen pemantauan lingkungan berdasarkan tehnik pemantauan lingkungan.
1.5 MATERI POKOK
Sebagai materi pokok dari bahan ajar ini adalah :
a. Fungsi dan manfaat pemantauan lingkungan.
b. Dasar-dasar pemantauan lingkungan.
c. Tehnik pemantauan lingkungan.

2
BAB II.
FUNGSI DAN MANFAAT
PEMANTAUAN LINGKUNGAN
2.1 TUJUAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Pada permulaannya banyak yang menganggap bahwa tujuan pemantauan lingkungan dalam AMDAL
hanyalah untuk pemantauan dampak adri suatu proyek atau aktivitas manusia. Tetapi apabila program
pemantauan disusun dengan baik, maka selain mengetahui dampak dari proyek kita bisa mendapatkan
kegunaan lain.

Secara ilmiah Duinker (1983) merumuskan kegunaan dari pemantauan adalah sebagai berikut :
1. Untuk menguji pendugaan dampak, sehingga akan lebih dapat diketahui mengenai sistem dalam
lingkungan dan dikemudian hari akan menigkatkan kemampuan dalam pendugaan.
2. Untuk mendapatkan efektivitas dari aktifitas atau teknologi yang digunakan untuk mengendalikan
dampak negatif
3. Untuk mendapatkan tanda peringatan sedini mungkin mengenai perubahan lingkungan yang tidak
dikehendaki sehingga perbaikan suatu tindakan dapat disempurnakan.
4. Untuk mengumpulkan bukti-bukti untuk menunjang tuntutan-tuntutan ganti rugi.

Apabila dilihat pada buku panduan yang dkeluarkan FEARO Canada (1985) disebutkan bahwa tujuan dan
pemantauan lingkungan adalah:
1. Untuk mengetahui efektivitas usaha perlindungan lingkungan, termasuk usaha penekanan dampak
negatif 3
2. Untuk mengembangkan kemampuan dalam pendugaan perubahan lingkungan untuk proyek proyak
yang akan datang
3. Untuk meningkatkan pengelolaan dari proyek dan program lain yang ada hubungannya agar
perlindungan lingkungan bisa lebih baik.

2.2 FUNGSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN


Fungsi pemantauan Iingkungan dalam suatu kegiatan atau proyek adalah untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan (deviasi) kualitas Iingkungan sebelum, selama, dan sesudah kegiatan dibangun.
Bila terjadi penyimpangan (deviasi), maka perlu dilakukan upaya–upaya perbaikan pengelolaan Iingkungan
hidup agar kualitas Iingkungan tetap terjaga dan tidak mengalami penurunan. Diharapkan dengan
adanya pemantauan Iingkungan maka kualitas Iingkungan dapat meningkat. Kualitas Iingkungan yang
dipantau tidak hanya menyangkut komponen fisik kimia saja, tetapi termasuk juga komponen ekologi,
ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan. Dengan demikian pemantauan merupakan suatu upaya untuk
memberikan umpan balik (feed back) bagi permakarsa kegiatan untuk mengetahui apa penyebab terjadinya
penyimpangan dan tindakan–tindakan korektif apa saja yang dapat dilakukan agar penyimpangan (deviasi)
yang terjadi dapat ditekan seminimal mungkin atau kalau mungkin dihilangkan.

Dalam sistem manajemen Iingkungan, fungsi pemantauan Iingkungan yang dilakukan merupakan alat atau
instrumen kontrol yang baik untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas peralatan pengendalian
dampak Iingkungan agar dapat diambil Iangkah–langkah dini untuk memperbaiki Iingkungan sebelum
kerusakan atau pencemaran Iingkungan yang terjadi meluas di lapangan.
2.2 MANFAAT PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Manfaat pemantauan Iingkungan adalah :
1. Sebagai bahan atau data penting dalam pengambilan keputusan tentang langkah-langkah yang
dapat diambil oleh pihak manajemen sebelum masalah Iingkungan timbul dan meluas.
2. Sebagai bahan yang berguna dalam membuat rencana tindakan yang perlu diambil di kemudian hari
(tahun-tahun) berikutnya selama proses atau setelah kegiatan berjalan) bila timbul permasalahan
serupa dikemudian hari.
3. Hasil pemantauan dapat digunakan sebagai referensi untuk kegiatan serupa dikemudian hari yang
terletak pada lokasi yang berbeda.
4. Bagi pemerintah hasil pemantauan dapat digunakan untuk menyusun kebijakan pengelolaan
Iingkungan serta untuk menentukan langkah-langkah preventif, represif maupun penegakan
hukum.
5. Bagi masyarakat yang tinggal disekitar kegiatan, hasil pemantauan dapat bermanfaat untuk
mengetahui apakah Iingkungan dimana mereka tinggal mengalami pencemaran atau tidak atau
terkontaminasi atau tidak dari baha-bahan berbahaya.

Sedangkan Carley (1984) dalam Suratmo (2002) menganggap bahwa pemantauan akan dapat digunakan
untuk menilai komponen-komponen penting dalam perputaran dari perencanaan, program disain,
pelaksanaan, evaluasi, dan proses perencanaan ulang yang terjadi dalam proses organisasi. Dengan dasar
pengertian tersebut, maka manfaat pemantauan yang Iebih luas dapat dirumuskan sebagai berikut ;
1. Dapat menjelaskan suatu keadaan kritis atau perubahan masalah dalam kebijakan Iingkungan yang
diperlukan untuk masa yang akan datang.
2. Dapat membantu pengelolaan Iingkungan dengan memberikan masukan yang dapat dipakai untuk
menilai sejauh mana keberhasilan atau kegagalan dari aktivitas yang telah lalu dalam kebijakan dan
programnya.
3. Pemantauan dapat digunakan untuk menguji produktivitas dari berbagai batasan–batasan dari 4
pemerintah.

Setiap pengertian, definisi, dan tujuan yang diutarakan beberapa ahli mempunyai konsekuensi yang
berbeda-beda. Konsep pertama yang sering disampaikan sebagai manfaat dari pemantauan adalah untuk
mengetahui perubahan lingkungan yang terjadi akibat dari suatu proyek atau kegiatan. Tujuannya untuk
mengetahui perubahan lingkungan atau disebut sebagai dampak. Untuk itu harus diketahui keadaan
lingkungan sebelum dan sesudah adanya proyek atau kegiatan, sehingga pemantauan yang dilaksanakan/
dilakukan tidak hanya pada saat proyek atau kegiatan berjalan tetapi juga sebelum dan sesudah proyek
atau kegiatan dibangun. Selain ketepatan perhitungan besarnya dampak, perlu pula diantisipasi pola
perkembangan lingkungan sebelum proyek atau kegiatan dibangun.

Apabila tidak tersedia pemantauan sebelum proyek atau kegiatan dibangun, maka hasil pemantauan
sesudah proyek atau kegiatan berjalan hanya dapat menunjukkan keadaan lingkungan pada saat sewaktu
pemantauan saja. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemantauan yang dilakukan hanya sewaktu proyek
atau kegiatan sedang berjalan dan setelah selesai, perlu pengertian yang jelas bahwa studi AMDAL dan
aktivitas pemantauan merupakan dua hal yang terpisah. Pemantauan merupakan aktivitas yang dilakukan
mulai dari sebelum dilakukan studi AMDAL, sampai proyek atau kegiatan berjalan, ditutup, dan selesai
dikerjakan.
BAB III.
DASAR - DASAR PEMANTAUAN
LINGKUNGAN
Duinker (1983) dalam Suratmo 2002 telah membahas pemantauan lingkungan secara jelas dengan
mendasarkan pengertian dari berbagai terminologi menjadi sebagai berikut : Pemantauan adalah
pengukuran berdasarkan waktu, atau suatu pengulangan pengukuran atau suatu pengukuran yang berulang-
ulang pada waktu-waktu tertentu, sehingga pengertian pemantauan lingkungan adalah pengulangan
pengukuran pada komponen atau parameter lingkungan pada waktu-waktu tertentu.

Pemantauan dampak lingkungan dapat pula diartikan sebagai berikut : Pemantauan dampak lingkungan
adalah pengulangan pengukuran pada komponen atau parameter lingkungan untuk mengetahui adanya
perubahan lingkungan karena adanya pengaruh dari luar, yaitu aktivitas proyek dan atau kegiatan.

Pengertian tentang pemantauan lingkungan dan pemantauan dampak lingkungan sering dianggap sama,
padahal merupakan hal yang berbeda. Hal ini disebabkan karena keduanya menggunakan pengertian
pengukuran dari komponen lingkungan. Dalam pemantauan lingkungan ataupun dampak lingkungan,
pelaksanaanya dapat dipisahkan menjadi beberapa aspek atau kelompok komponen lingkungan sebagai
berikut ;
a. Pemantauan di bidang fisik dan kimia (physical and chemical monitoring)
b. Pemantauan di bidang biotis (biological monitoring)
c. Pemantauan di bidang sosial–ekonomi (social-economic monitoring)
d. Pemantauan di bidang sosial-budaya (socio-cultural monitoring)

Dalam melakukan pemantauan lingkungan, terdapat beberapa dasar-dasar dalam pemantauan lingkungan
yang harus diperhatikan, yaitu ;
1. Komponen atau parameter lingkungan hidup yang dipantau hanya yang mengalami perubahan
mendasar, atau terkena dampak penting,
5
2. Aspek-aspek yang dipantau perlu memperhatikan benar dampak penting yang dinyatakan dalam
ANDAL, dan sifat pengelolaan dampak lingkungan hidup yang dirumuskan dalam dokumen RKL,
3. Pemantauan dapat dilakukan pada sumber penyebab dampak dan/atau terhadap komponen/
parameter lingkungan hidup yang terkena dampak. Dengan memantau kedua hal tersebut sekaligus
akan dapat dinilai/diuji efektivitas kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang dijalankan,
4. Pemantauan lingkungan hidup harus layak secara ekonomi, walaupun aspek-aspek yang akan
dipantau telah dibatasi pada hal-hal penting saja namun biaya yang dikeluarkan untuk pemantauan
perlu diperhatikan mengingat kegiatan pemantauan senantiasa berIangsung sepanjang usia usaha
dan/atau kegiatan,
5. Rancangan pengumpulan dan analisis data aspek-aspek yang perlu dipantau mencakup ;
• Jenis data yang dikumpulkan,
• Lokasi pemantauan,
• Frekuensi dan jangka waktu pemantauan,
• Metode pengumpulan data (termasuk peralatan dan instrumen yang digunakan untuk
pengumpulan data),
• Metode analisis data.
6. Harus memuat tentang kelembagaan pemantauan lingkungan hidup, kelembagaan pemantauan
lingkungan hidup yang dimaksud disini adalah institusi yang bertanggung jawab sebagai penyandang
dana pelaksanaan pemantauan, pengguna hasil pemantauan dan pengawas kegiatan pemantauan.

Carley (1984), membagi pemantauan menjadi 8 (delapan) tipe sebagai berikut :

1. Inspeksi

Inspeksi adalah bentuk pemantauan yang paling sederhana yang merupakan pengawasan
secara teratur pada tingkat-tingkat aktivitas proyek yang diusulkan. Misalnya, apakah prosedur
pengamanan telah dilaksanakan, perubahan lingkungan yang terlihat dengan mata tidak terjadi dan
lain sebagainya.

2. Pemantauan Perizinan

Pemantauan secara periodik berdasarkan fase-fase pembangunan. Misalnya, perijinan eksplorasi,


perijinan pembangunan, perijinan pengendalian pencemaran, perijinan membuang bahan pencemar
ke suatu areal (sungai, laut, sumur), dan lain sebagainya.

3. Pemantauan Percobaan Lingkungan

Pemantauan dilakukan pada suatu percobaan dengan menggunakan hipotesis dari penggunaan
suatu perubahan lingkungan dengan memberikan perlakuan-perlakuan. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan pengetahuan agar pendugaan dapat lebih baik dan dapat melakukan evaluasi suatu
proyek dengan tepat.

4. Pemantauan Kualitas Ambien Lingkungan

Pemantauan ini ditujukan kepada perubahan dari ambien lingkungan yang pengukurannya
dilakukan pada fenomena ekologi khusus yang terkena dampak Iangsung maupun tidak Iangsung,
baik yang disebabkan oleh aktivitas manusia maupun proyek-proyek atau perubahan dari alam
sendiri. Pemantauan ini dapat berguna untuk menguji pendugaan dampak dan menguji usaha-usaha
penekanan dari dampak negatif.

5. Pemantauan Evaluasi Program

Pemantauan ini biasanya dilakukan oleh pemerintah atau suatu tim untuk menilai atau mengukur
tingkat efisiensi dan efektivitas dari suatu kebijakan atau program dengan melihat rasio masukan dan
keluaran atau keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan.

6. Pemantauan Evaluasi Proyek


6
Pemantauan yang juga dilakukan pemerintah atau suatu tim terhadap proyek-proyek yang biasanya
didanai oleh bantuan internasional. Untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari proyek bantuan
tersebut.

7. Pemantauan Perijinan atau Kontrak dalam Bidang Sosial–Ekonomi

Pemantauan mengenai perjanjian yang diadakan antara pemerintah dengan industri. Biasanya
pemantauan memusatkan perhatiannya pada penampilan dari industri dalam manfaat dari adanya
industri, perburuhan, manfaat kursus–kursus, keluaran dalam bidang sosial, dan budaya serta
konsultasi dengan masyarakat.

8. Pemantauan Pengelolaan Dampak dari Proyek

Pemantauan yang menyangkut perkembangan dari proyek dan dampak–dampak yang ditimbulkan
pada semua aspek (fisik-kimia, biologi, sosial–ekonomi, dan sosial-budaya). Pemantauan ini sangat
berguna dalam menilai ketepatan pendugaan dampak yang telah dilakukan dan hasil pemantauan
juga dapat digunakan untuk kepentingan pengelolaan dampak.
BAB IV.
TEHNIK PEMANTAUAN
LINGKUNGAN
4. 1. TEHNIK PEMANTAUAN
Tehnik pemantauan yang mendetail dari setiap aspek (fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi, dan sosial-
budaya) tidak akan dibahas secara mendalam dalam bahan ajar ini, karena detail dari tehnik pemantauan
secara detail akan dirumuskan oleh masing–masing ahlinya dan tidak semua orang tidak dapat
melakukannya. Yang akan dibahas disini adalah prosedur pendekatan ilmiah yang harus diikuti dalam
melakukan pemantauan dampak lingkungan dari suatu proyek atau suatu aktivitas manusia. Jelas disini
bahwa dasar dari pemantauan ialah mengukur dampak yang telah diduga atau perubahan lingkungan
yang telah diduga dalam ANDAL.

Hasil dari pemantauan pendugaan dampak lingkungan akan menjawab :


a. Apakah dampak yang diduga dalam ANDAL memang benar terjadi,
b. Kalau benar terjadi apakah besarnya dampak sesuai dengan pendugaan atau tidak sesuai.

Agar dapat menjawab kebenaran pendugaan tersebut, maka perlu mengikuti urutan ilmiah berikut :
a. Menyusun suatu perumusan dari permasalahan dengan dasar telah adanya perubahan dampak pada
suatu komponen lingkungan,
b. Berdasarkan perumusan permasalahan kemudian disusun hipotesis–hipotesis,
c. Sebelum melangkah lebih lanjut, perlu dipahami keadaan variasi-variasi yang ada di alam untuk
menetapkan waktu dan tempat pengukuran indikator-indikator ekologi yang akan menunjukkan
adanya perubahan lingkungan,
d. Disain pengambilan contoh disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat untuk analisis
statistik uji hipotesis (Duinker, 1983). 7
Beberapa ahli pemantauan sosial beranggapan bahwa tidak semua komponen lingkungan dapat dipantau
dengan prosedur tersebut, sehingga prosedur lain pun banyak diperkenalkan khususnya untuk aspek sosial.
Dikenal pula dengan pemantauan menggunakan daftar pertanyaan yang akan dijawab oleh responden
sehingga merupakan studi langsung yang dapat diulang. Hasilnya dianalisis menggunakan pendekatan
sistem analisa yang sudah umum digunakan.

Dalam menetapkan komponen apa yang akan dipantau perlu diketahui bahwa tidak semua komponen
atau dampak harus diukur dengan prosedur yang intensif dan komprehensif tersebut. Biasanya hanya pada
komponen yang dianggap :
a. Tipe dan besar dampak yang dianggap penting,
b. Dampak yang tidak diketahui secara jelas sejauh mana besar dan akibat yang terjadi,
c. Perubahan lingkungan atau dampak dari suatu aktivitas yang masih merupakan suatu percobaan.

Prioritas komponen atau dampak yang harus dipantau biasanya diletakkan pada dampak yang dianggap
paling penting bagi pengambil keputusan atau instansi yang bertanggung jawab. Cairns (1980)
menganjurkan penggunaan biomonitoring system untuk mengukur kualitas dari lingkungan alam dan
untuk digunakan dalam rangka program pengendalian kualitas lingkungan oleh industri yaitu dengan
meletakkan alat pengukur (sensor) di tempat-tempat yang kritis dalam sistem alam setempat.

Pedoman Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 5 Juni 1986, yang dikeluarkan oleh Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup, menyajikan ruang lingkup dan pelaksanaan pemantauan
lingkungan (RPL) sebagai berikut :
1. Ruang Lingkup Rencana Pemantauan Lingkungan meliputi :

a. Jenis Dampak Penting


Uraian secara jelas tentang jenis dampak penting maupun dampak lainnya yang akan dipantau,
seperti berupa pencemaran udara oleh SOX dan NOX akibat penggunaan bahan bakar minyak
berkadar sulfur tinggi.

b. Faktor Lingkungan Yang Dipantau


Uraian secara jelas tentang faktor lingkungan yang dipantau. Pemantauan faktor lingkungan ini dapat
dilakukan terhadap sumber dampak lingkungan dan akibat yang ditimbulkan oleh dampak tersebut
terhadap lingkungan. Seperti dalam hal pendemrana udara oleh SOX dan NOX pemantauan sumber
dampaknya dapat dilakukan terhadap kandungan sulfur dan nitrogen dalam bahan bakar minyak
tersebut. Sedangkan pemantauan akibat dari dampak terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan
mengukur kadar keasaman air dalam badan perairan sebagai akibat pencemaran SOX dan NOX.

c. Tolak Ukur Dampak


Uraian secara jelas tentang tolok ukur yang akan dipantau ini meliputi aspek biogeofisik dan atau
aspek sosial-ekonomi dan aspek sosial-budaya. Seperti tolak ukur aspek biogeofisik dari pencemaran
oleh SOX dan NOX di udara dapat dipantau dengan mengukur kadar pH air dalam badan perairan
sebagai akibat dari terjadinya hujan asam. Sedangkan tolak ukur aspek sosial-ekonomi dan sosial-
budaya dipantau melalui penurunan hasil penangkapan ikan oleh pengusaha akuakultur atau nelayan
sebagai akibat terjadinya hujan asam.

d. Lokasi
Uraian tentang lokasi yang tepat untuk memantau dampak kegiatan dilakukan dengan melampirkan
peta berskala memadai yang memuat lokasi dan tapak pemantauan termasuk dimensi ruangnya.

e. Periode Pemantauan 8
Uraian tentang periode atau jadwal pemantauan, menyangkut waktu pemantauan dilaksanakan dan
berapa lama waktu yang diperlukan untuk memantau dampak suatu jenis kegiatan atau proyek.

2. Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan

a. Uraian tentang kelembagaan yang akan mengurus dan berkepentingan dalam pelaksanaan
pemantauan Iingkungan. Perlu secara khusus dikemukakan pihak yang melakukan pemantauan
Iingkungan sesuai dengan dengan wewenang dan tanggungjawabnya.
b. Uraian tentang kelembagaan yang mengurus dan berkepentingan dalam mendayagunakan hasil
pemantauan Iingkungan. Lembaga ini secara implisit melakukan juga pengawasan terhadap
pelaksanaan pemantauan Iingkungan. Dengan demikian, pendayagunaan hasil pemantauan berarti
pula memanfaatkan umpan-balik guna melakukan tindakan pengendalian terhadap dampak negatif
dan pengembangan dampak positif untuk rencana pengelolaan Iingkungan (RKL). Sedangkan hasil
pelaksanaan pemantauan Iingkungan, berarti pula mendapatkan umpan-balik guna menyempurnakan
sistem pemantauan Iingkungan.

4. 2. INSTITUSI PEMANTAU LINGKUNGAN


Pada setiap rencana pemantauan Iingkungan, kelembagaan yang mempunyai tugas dan wewenang
secara fungsional sesuai dengan peraturan perundangan harus secara jelas diuraikan, baik di tingkat
pusat, provinsi, kabupaten maupun kota. Kewenangan instansi tersebut dalam melakukan pemantauan
Iingkungan harus sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku.

Dalam struktur organisasi pemrakarsa juga harus jelas bagian mana petugas atau organisasi yang
bertanggung jawab atas pengelolaan dan pemantauan Iingkungan. Dimana posisinya berada dan
kepada siapa bertanggungjawabnya. Secara ringkas lembaga-lembaga yang terkait dengan pelaksanaan
pemantauan Iingkungan adalah sebagai berikut:
1. Pelaksana Pemantauan

Pelaksana pemantauan Iingkungan yang secara rutin melakukannya adalah unit organisasi yang
bertanggung jawab dengan melaksanakan RKL dan RPL. Dalam suatu organisasi atau perusahaan yang
besar biasanya unit yang menangani pengelolaan dan pemantauan Iingkungan tergabung menjadi satu
dengan urusan keselamatan dan kesehatan kerja (Unit K3 dan Lingkungan Hidup). Namun secara acak
instansi yang bertanggung jawab juga dapat melakukan pemantauan langsung, dimana waktunya tidak
terikat sesuai dengan dokumen RKL dan RPL. Pemantauan yang dilakukan oleh instansi pemerintah
sifatnya adalah pengawasan atau inspeksi, apakah pemilik kegiatan benar-benar melakukan kewajibannya
sesuai dengan persyaratan perijinan yang telah diterbitkan. Lain halnya dengan pemilik kegiatan yang
terikat dengan dokumen RKL dan RPL yang telah ditetapkan, seperti pemantauan kualitas air Iimbah yang
dibuang ke badan air harus dilakukan dalam waktu dan frekuensi yang tepat.

Instansi yang mempunyai kewenangan langsung terhadap kegiatan pemantauan lingkungan adalah
Badan Pengawas Dampak Lingkungan di provinsi atau kabupaten/kota. Kementerian Lingkungan Hidup
juga memiliki kewenangan tersebut sebagai penjabaran dari tugas pengawasan seperti yang diamanatkan
dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Instansi Pengawas

Perlu dijelaskan instansi yang akan melakukan atau berperan dalam pelaksanaan pemantauan. Instansi
yang akan melakukan pemantauan terhadap badan air atau sungai dapat Iebih dari satu instansi, yaitu
Bapedal Daerah dan Dinas Pekerjaan Umum.

3. Pelaporan Hasil Pemantauan

Hasil pemantauan pelaksanaan RKL dan RPL perlu dilaporkan kepada pihak–pihak yang terkait sesuai
dengan yang tertuang di dalam dokumen RPL. Biasanya instansi–instansi tersebut meliputi BAPEDAL 9
Provinsi, kabupaten/kota. Kementerian Lingkungan Hidup dan instansi yang terkait lainnya sesuai dengan
jenis dampak yang terjadi.
BAB V.
PENUTUP
5. 1. RANGKUMAN
Pemantauan merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan lingkungan hidup. AMDAL tanpa diikuti
oleh aktivitas pemantauan tidak akan banyak berarti, tidak akan ada yang dapat mengetahui apakah
pendugaan dampak yang tercantum di dalam laporan AMDAL benar terjadi dan aktivitas pengelolaan
lingkungan hidup yang telah dilakukan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.Hasil pemantauan
merupakan bahan untuk melakukan evaluasi kebijakan yang telah diambil oleh pengambil keputusan
berdasarkan laporan AMDAL, apakan tidak perlu perbaikan atau penyempurnaan. Bila dianggap perlu,
kebijakan yang mana yang perlu diubah dan bagaimana caranya.

Pemantauan dalam analisis mengenai dampak lingkungan selama ini diabaikan orang, walaupun gejala ini
tidak hanya terjadi di Indonesia. Kurangnya perhatian terhadap pelaksanaan aktivitas pemantauan antara
lain disebabkan oleh :
a. Pemantauan hanya akan membuang waktu, tenaga, dan biaya,
b. Belum dipahaminya sejauh mana kegunaan pemantauan,
c. Manfaat dan perlunya pemantauan belum dicantumkan secara jelas dan detail dalam peraturan atau
pedoman pemerintah sehingga sering diabaikan.

5. 2. EVALUASI
a. Apa definisi dari pemantauan ?
b. Apa perbedaan pemantauan lingkungan dan pemantauan dampak lingkungan? apa saja yang harus
diperhatikan dalam pemantauan tersebut ?
c. Jelaskan manfaat dan kegunaan pemantauan bagi pemerintah dan pemilik kegiatan ?
d. Hal-hal mendasar apa saja yang harus diperhatikan dalam pemantauan Iingkungan ?
10
e. Sebutkan dan jelaskan tipe-tipe dari pemantauan.
f. Bagaimana pemantauan dapat mengukur dampak yang telah diduga dalam ANDAL ?
g. Prosedur apa saja yang harus dipahami dalam melakukan suatu pemantauan ?
h. Sebutkan dan jelaskan ruang lingkup dan pelaksanaan pemantauan lingkungan.
i. Jelaskan secara ringkas lembaga-lembaga yang terkait dengan pelaksanaan pemantauan
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan. Kantor Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta. 1999

.......................... , 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Jo 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3.
Kantor Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta. 1999

.......................... , 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara. Kantor Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta. 1999

.......................... , 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
Kantor Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta. 2001

.......................... , 2005. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2005 tentang Jenis Rencana
Usaha dan atau Kewajiban yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan. Kantor Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta. 2005

.......................... , 2005. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana
Pemantauan Lingkungan. Kantor Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta. 2005

.......................... , 2000. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 09 Tahun 2000
tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Jakarta. 2000

Canter, L.W. 1986. Methodes for Impact Assessment, McGraw Hill Inc. New York. 1986

Canter, L.W. 1996. Environmental Impact Assessment, McGraw Hill Inc. New York. 1996

Jalal. 2005. Community Development. Laboratorium Sosial Universitas Indonesia. Jakarta. 2005

Kartakusumah, Dana A. 1994. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan. Badan Pengendalian Dampak


Lingkungan. Jakarta. 1994
11
Kuhre, W Lee. 1995. ISO 14000 Certification, Environmental Management System. A Practical Guide for
Preparing Effective Environmental Management System. Prentice Hall PTR. Upper Sudsle.NJ
07458

Munn R.E. 1975. Environmental Impact Assessment : Principle and Procedures

Purwono, Bambang. 2001. Minimisasi Limbah. Paper disampaikan pada Kursus Audit Lingkungan Bidang
Energi, Pusat Studi energi Universitas Gadjah Mada Yogyuakarta. 2000

.......................... , 2000. Kebijakan Penerapan ISO 14000. Paper disampaikan pada Kursus Audit Lingkungan,
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. 2000

Rau, JG and D.0 Wooten. 1980. Environmental Impact Analysis Handbook Mc Graw-Hill Book

Suratmo, G. 1989. Metode Analisis Dampak Lingkungan, Jakarta

Otto Sumarwoto. 1990 Analisis Dampak Lingkungan

.......................... , 2001. Atur Diri Sendiri : Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. Gajah Mada Press

Westman E.e. 1984. Ecology Impact Assessment and Environmental Planning

Anda mungkin juga menyukai