Dampak Lingkungan:
Panduan Memprakirakan
Dampak Lingkungan:
Juni 2010
Diterbitkan oleh
Danish International Development Agency (DANIDA) melalui Environmental Sector Programme Phase 2
Pengantar
Penyelenggaraan sistem Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
di Indonesia masih membutuhkan berbagai penyempurnaan. Baik itu
penyempurnaan pada aspek peraturan, aspek kelembagaan, maupun aspek
sumber daya manusia pelaksana AMDAL. Selain aspek-aspek tersebut, KLH juga
masih menjumpai berbagai kekurangan pada aspek teknik pengerjaan AMDAL.
Sorotan khusus diberikan banyak pihak terhadap lemahnya proses prakiraan
dampak lingkungan dalam kajian ANDAL. Banyak konsultan penyusun AMDAL
mengerjakannya dengan menggunakan metodologi prakiraan dampak yang
kurang tepat.
Buku Memprakirakan Dampak Lingkungan: Kualitas Air Permukaan ini
diterbitkan sebagai salah satu wujud upaya KLH untuk meningkatkan kualitas
proses prakiraan dampak. Sebagaimana tercermin dari judulnya, buku ini
memang khusus membahas prakiraan dampak terhadap kualitas air permukaan.
Penekanan khusu diberikan pada urutan langkah kerja dan output yang sebaiknya
dihasilkan dari proses prakiraan dampak kualitas air permukaan.
Sebagai edisi pertama, buku ini tentunya masih ada kekurangan. Tanggapan
dan masukan dari para pembaca sangat diharapkan agar KLH dapat terus
menyempurkana buku ini di edisi-edisi selanjutnya. Buku-buku sejenis akan
segera diterbitkan meyusul buku panduan ini.
Sebagai penutup, KLH mengucapkan rasa penghargaan dan terima kasih kepada
Pemerintah Kerajaan Denmark (melalui Danish International Development atau
DANIDA) atas dukungannya dalam penyusunan, pencetakan, dan penyebarluasan
buku ini.
Jakarta, Juni 2010
Foto: E Sunandar
Daftar Isi
MEMAHAMI PRAKIRAAN DAMPAK KUALITAS AIR PERMUKAAN
Perubahan Kualitas Air Permukaan
Prakiraan Dampak Kualitas Air Permukaan
Tahapan Prakiraan Dampak Kualitas Air
TAHAP 1: MEMPELAJARI SUMBER DAMPAK
Identifikasi Sumber Dampak
Karakterisasi Polutan
TAHAP 2: MENGENALI OBYEK PENERIMA DAMPAK
Mengenali Badan Air
Membatasi Wilayah Studi
Identifikasi Obyek Penerima Dampak
TAHAP 3: MEMPERTAJAM LINGKUP PRAKIRAAN DAMPAK
Menseleksi Polutan Penting
Menentukan Waktu & Skenario Prakiraan
TAHAP 4: MENCERMATI WILAYAH STUDI
Mempelajari Badan Air
Mengukur Rona Awal
Mencermati Kondisi Wilayah
TAHAP 5: MENSIMULASI PENYEBARAN PENCEMAR
Memilih Teknik Simulasi
Menghitung Konsentrasi Sebaran Polutan
TAHAP 6: MENGEVALUASI HASIL PRAKIRAAN DAMPAK
Menentukan Sifat Penting Dampak
Mengetahui Pengaruh Dampak
Mengevaluasi Secara Holistik
1
2
10
14
17
18
21
27
28
30
31
35
36
39
41
42
44
46
49
50
53
63
64
66
67
Pengarah
Hermien Roosita, Ary Sudijanto, M. Askary, Shinta
Saptarina, Laksmi Widiajayanti, Sena Pradipta (Kantor
Asisten Deputi Kajian Dampak Lingkungan, Deputi
Bidang Tata Lingkungan, KLH).
Penyusun
Qipra Galang Kualita, yang terdiri dari: Rudy Yuwono,
Riza Oktavianus (konsep & tulisan), M. Taufik Sugandi,
E. Sunandar (tata letak & desain grafis), Isna marifa
(dukungan editorial).
Apresiasi
Untuk Pendanaan: Danish International Development
Agency (DANIDA) melalui Environmental Sector Progam
(ESP) Phase 2.
Untuk Foto: Riza Oktavianus, Badruddin Machbub, E.
Sunandar.
Nara Sumber
Badruddin Machbub, Arie Herlambang, Taufik Afiff.
Diterbitkan Oleh
Deputi Bidang Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Gedung A Lantai 6
Jl. D. I. Panjaitan Kav. 24, Kebon Nanas, Jakarta 13410
Telp./Faks. (021) 85904925
PO BOX 7777 JAT 13000
email: amdal@menlh.go.id
website: http:\\www.menlh.go.id
Disclaimer
Panduan ini adalah panduan lepas mengenai
metodologi prakiraan dampak lingkungan terhadap
kualitas air permukaan. Isi dari panduan ini bukan
merupakan satu-satunya metodologi yang harus
dipakai. Panduan ini tidak memiliki kekuatan hukum
yang sama sebagaimana produk hukum Kementerian
Lingkungan Hidup
Foto: Riza
Susunan Buku
Buku ini diawali dengan Memahami Prakiraan Dampak Kualitas Air Permukaan yang memuat
deskripsi air permukaan penyebab perubahan kualitas air, dasar-dasar prakiraan dampak, output
prakiraan, kegiatan wajib prakiraan dampak, dan evaluasi dampak. Setelah membaca bagian ini,
pembaca diharapkan memiliki kesamaan pemahaman mengenai proses prakiraan dampak sebelum
melangkah ke tahapan selanjutnya. Pada bagian terakhir, disajikan tahapan dalam prakiraan dampak
kualitas air permukaan.
Bagian selanjutnya Tahap1: Mempelajari Sumber Dampak mengulas langkah paling pertama
dalam proses prakiraan dampak. Di bagian ini dibahas cara mengidentifikasi sumber dampak dan
mengkarakterisasi polutan yang mungkin ditimbulkan oleh suatu rencana kegiatan.
Tahap 2: Mengenali Obyek Penerima Dampak merupakan langkah selanjutnya yang membahas
perihal karakteristik badan air, bagaimana membatasi wilayah studi, dan bagaimana mengidentifikasi
obyek-obyek yang berpotensi menerima dampak.
Selanjutnya adalah Tahap 3: Mempertajam Lingkup Prakiraan Dampak. Tahap ini merupakan sesuatu
yang dilakukan untuk membuat prakiraan dampak yang akan dilakukan lebih fokus terutama dalam
hal menseleksi polutan penting, menentukan waktu & skenario prakiraan, dan bagaimana memperjelas
kriteria sifat penting tersebut.
Pada Tahap 4: Mencermati Wilayah Studi dibahas mengenai permasalahan identifikasi rona awal
lingkungan air, kondisi wilayah studi, dan karakterisasi aliran dari suatu badan air.
Pemilihan teknik pemodelan, perhitungan, dan simulasi dari data-data yang telah terkumpul pada 4
(empat) sebelumnya dibahas pada Tahap 5: Mensimulasi Penyebaran Pencemar.
Langkah terakhir yaitu Tahap 6: Mengevaluasi Hasil Prakiraan Dampak memberikan penjelasan
kepada pembaca tentang sifat penting dampak, pembobotan dampak, dan permasalahan evaluasi
secara holistik.
Book Content
The first chapter of this guidebook, entitled Understand the Surface Water Quality Impact Prediction,
describes factors that cause changes in surface water quality, basics of impact prediction, prediction outputs,
activities that are subject to impact predictions, and impact evaluation. After reading this chapter, readers
are expected to understand the process of impact prediction before proceeding to further stages. At the end
of this chapter, proper steps that need to be taken in surface water quality impact prediction are presented.
The next chapter describes Step 1: Study the Impacts Sources. This chapter discusses the very first step of
impact prediction process. Methods on how to identify impacts sources and pollutant characterization are
also discussed.
Step 2: Identify the Impacts Receivers is the next step. This chapter that discusses characteristics of
surface water, how to determine the study area boundaries, and how to identify objects that are potentially
impacted.
The next chapter is Step 3: Focus on Impact Prediction Scope. This step describes actions to focus the
impact prediction process, particularly with regard to selection of significant pollutants, prediction timeframe
and scenario, and how to set clearer criteria for significant impacts.
Step 4: Determine the Study Area, discusses following issues: baseline study of water environment, study
area condition, and flow characteristics of the water body.
Modeling techniques, mathematical calculations, and simulation from available data are discussed in Step
5: Pollutant Distribution Simulation.
Lastly, Step 6: Impact Prediction Result Evaluation, provides explanation of the impact significant
characteristics, impact weighting, and holistic impact evaluation.
Foto : E Sunandar
vi
MEMAHAMI
PRAKIRAAN DAMPAK
KUALITAS AIR PERMUKAAN
PERUBAHAN KUALITAS AIR PERMUKAAN
SUNGAI
DANAU
KUALITAS AIR PERMUKAAN
PENYEBAB PERUBAHAN KUALITAS AIR
DAMPAK PERUBAHAN KUALITAS AIR PERMUKAAN
PRAKIRAAN DAMPAK KUALITAS AIR PERMUKAAN
PRAKIRAAN DAMPAK DALAM AMDAL
Besaran Dampak
Dampak Penting Hipotetik
Output Prakiraan Dampak
KEGIATAN WAJIB PRAKIRAAN DAMPAK
EVALUASI DAMPAK
TAHAPAN PRAKIRAAN DAMPAK KUALITAS AIR
2
2
4
5
5
8
10
10
11
12
12
13
13
14
Bagian ini membahas makna dari prakiraan dampak lingkungan dari suatu
kegiatan terhadap kualitas air permukaan. Khususnya pemahaman prakiraan
dampak dalam konteks pengerjaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (AMDAL). Bagian ini diawali dengan bahasan singkat mengenai sungai
dan danau berikut kemungkinan perubahan kualitas airnya. Parameter kualitas air
permukaan akan diperkenalkan dalam uraian selanjutnya. Di akhir bagian ini, kita
akan menguraikan langkah-langkah yang harus dijalani dalam suatu prakiraan
dampak kualitas air permukaan. Informasi pada bagian ini perlu dipahami
sepenuhnya sebelum kita melanjutkan ke uraian-uraian lain dalam buku ini.
Foto: Riza
SUNGAI
Sungai terdiri dari beberapa bagian, yaitu bagian hulu,
badan sungai, dan bagian muara. Badan sungai dapat
bercabang membentuk anak-anak sungai (lihat Foto).
Sungai merupakan tempat hidup biota air dalam berbagai
jenis dan ukuran. Bagi manusia, sungai memiliki fungsi
yang sangat penting. Sungai dapat berfungsi sebagai
sumber air baku, irigasi pertanian, transportasi, saluran
pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan objek
wisata. Di banyak tempat di Indonesia, sungai masih
banyak digunakan sebagai tempat mandi, cuci, dan kakus.
presipitasi
kondensasi
transpirasi
ff
-o
presipitasi
un
evaporasi
su
er
fac
infiltrasi
Ilustrasi : Taufik S
Foto: www.fsw.gov
sungai utama
anak sungai
MINTAKAT LIMNETIK
Bagian perairan terbuka
yang terlalu dalam untuk
pertumbuhan tumbuhtumbuhan berakar, tetapi
masih memungkinkan
sinar matahari menembus
lapisan ini untuk
digunakan fotosintetis
tumbuh-tumbuhan air
MINTAKAT LITORAL
Bagian dangkal di mana sinar
matahari dapat menembus
sampai ke dasar perairan.
MINTAKAT PROFUNDAL
Lapisan di bawah mintakat
limnetik di mana sinar
matahari tidak tidak dapat
menembus.
Ilustrasi : Taufik S
DANAU
Danau adalah cekungan besar di permukaan bumi yang
digenangi air dimana seluruh bagiannya dikelilingi
daratan. Selain yang terbentuk secara alamiah, banyak
danau merupakan buatan manusia. Danau buatan atau
waduk sengaja dibangun antara lain untuk pengendalian
banjir, irigasi, penyediaan tenaga listrik-hidro, perikanan
darat, rekreasi, dan persediaan air. Contoh waduk
misalnya, Waduk Jatiluhur, Waduk Kedungombo, Waduk
Riam Kanan, dan sebagainya.
Sama dengan sungai, danau merupakan tempat hidup
biota air. Fungsi ekologisnya juga hampir serupa, yaitu
Arus air
Cepat
Sedang
Lambat
Waktu tinggal
(R, hari)
R 20
20 < R 300
R > 300
Tingkat
Pencampuran
Tercampur
sempurna
Ada
stratifikasi
Stratifikasi
sempurna
Tingkat trofik
Pertumbuhan
plankton
terhambat
Tingkat trofik
mulai terjadi
Tingkat trofik
terjadi.
pH
Boks:
TEMPERATUR
CHEMICAL OXYGEN
DEMAND
pH
COD
Kelas 1
50 mg/L
69
2 mg/L
10 mg/L
Kelas 2
50 mg/L
69
3 mg/L
25 mg/L
Kelas 3
400 mg/L
69
6 mg/L
50 mg/L
Kelas 4
400 mg/L
59
12 mg/L
100 mg/L
SS
SUSPENDED SOLIDS
Parameter fisika yang
menunjukkan jumlah
residu padatan yang
tersuspensi dalam air.
Sesuai cara analisanya,
parameter SS (suspended
solids) didefinisikan
sebagai padatan yang
lolos saringan berukuran
2 mikrometer. Tingginya
nilai SS di dalam air
biasanya membuat
air menjadi keruh.
Parameter SS tidak
membedakan padatan
organik dengan padatan
anorganik.
BOD5
DO
Parameter kimia
yang menunjukkan
konsentrasi
oksigen terlarut
(DO atau dissolved
oxygen) dalam air.
Konsentrasi DO sangat
dipengaruhi antara
lain oleh temperatur
air, keberadaan
senyawa organik, dan
populasi makhluk
hidup air. Umumnya
biota air tidak senang
hidup dalam air
dengan DO rendah.
Jika DO terlalu rendah,
biota air akan menjadi
lemah atau bahkan
mati karena tidak
dapat bernafas.
BIOCHEMICAL OXYGEN
DEMAND 5 DAY
DISSOLVED OXYGEN
FOSFAT
ARSEN
Parameter kimia
yang menunjukkan
konsentrasi arsen (As)
dalam air. Arsen, atau
arsenik, merupakan
salah satu jenis semilogam (metalloid) yang
beracun. Senyawa
arsenik digunakan
sebagai bahan
pestisida, herbisida,
dan insektisida.
Asupan As sebesar
100 mg merupakan
dosis mematikan pada
seorang manusia.
Parameter kimia
yang menunjukkan
konsentrasi ion khrom
ber-valensi 6 (Cr6+)
di dalam air. Khrom
adalah jenis logam
transisi, bersifat
keras, berwarna abu
gelap dan mengkilap
sehingga sering dipakai
sebagai bahan pelapis.
Dibandingkan khrom
valensi-3, Cr6+ bersifat
tidak stabil dan sangat
beracun.
PO4
As
Cr (VI)
KHROMIUM
HIDROGEN SULFIDA
Parameter kimia
yang menunjukkan
konsentrasi senyawa
hidrogen sulfida (H2S)
dalam air. Senyawa sulfur
merupakan salah satu
unsur pembentuk sel
tubuh makhluk hidup.
H2S merupakan gas tak
berwarna dan reduktor
yang sangat kuat.
Kehadirannya terdeteksi
oleh adanya bau seperti
telur busuk.
Parameter kimia
yang menunjukkan
konsentrasi minyak
(oil) dan lemak (grease).
Minyak biasanya
berwujud cair normal
sedangkan lemak
berwujud semi-solid.
Pengukuran O&G
umumnya dilakukan
dengan ekstraksi
senyawa alkohol dan
pengukuran berat
senyawa terekstrak
(metode gravimetri).
H2S
O&G
0,2 mg/L
10 mg/L
0,05 mg/L
0,01 mg/L
0,05 mg/L
0,001 mg/L
0,002 mg/L
100 /100 mL
1.000 g/L
200 g/L
0,2 mg/L
10 mg/L
1 mg/L
0,01 mg/L
0,05 mg/L
0,002 mg/L
0,002 mg/L
1.000/100 mL
1.000 g/L
200 g/L
1 mg/L
20 mg/L
1 mg/L
0,01 mg/L
0,05 mg/L
0,002 mg/L
0,002 mg/L
2.000/100 mL
1.000 g/L
200 g/L
5 mg/L
20 mg/L
1 mg/L
0,01 mg/L
0,1 mg/L
0,005 mg/L
2.000/100 mL
NO3
Cd
Hg
Coliform MBAS
NITRAT
KADMIUM
RAKSA
FECAL COLIFORM
DETERJEN
Parameter kimia
yang menunjukkan
konsentrasi logam
cadmium (Cd) dalam
air. Kadmium termasuk
logam berat dan seperti
logam berat lainnya,
pengukuran kadmium
dapat dilakukan
dengan metode
atomic-absorption
spectrophotometry (AAS).
Kadmium saat ini sangat
banyak dipakai sebagai
bahan pembuat baterai
kering.
Parameter kimia
yang menunjukkan
konsentrasi raksa (Hg)
di dalam air. Raksa
merupakan logam berat
bersifat racun terutama
bila terikat dengan
senyawa lain (ethyl dan
methyl) dan terkenal
dapat menumpuk pada
jaringan tubuh makhluk
hidup.
Parameter mikrobiologi
yang mengindikasikan
besarnya populasi
bakteri coliform yang
berasal dari tinja
manusia (fecal) dan
kotoran hewan lainnya
dalam air. Nilai besarnya
populasi yang didapat
(jumlah/100 mL)
merupakan hasil estimasi
statistik dari pembiakan
bakteri dalam tabung
reaksi dan sering disebut
dengan most probable
number (MPN).
6.
su
Sinar matahari
Serangga
au
bu
Alga
2. Suburnya
tanaman air:
senyawa nutrien
yang masuk ini
menyuburkan
alga, teratai,
eceng gondok
dan lainnya;
waktu
Bakteri Pembusuk
Tumpukan Bahan
Nutrien
5. Matinya ekosistem:
hilangya oksigen
dari dalam air
menyebabkan
matinya makhluk air.
Hal ini memperburuk
kualitas danau dan
membuat danau
menjadi semakin
dangkal.
Komponen Kegiatan
(Sumber Dampak)
Dampak
Primer
Pembukaan
lahan
Erosi permukaan
tanah meningkat
Peningkatan
konsentrasi SS
di air sungai
Dampak
Sekunder
Dampak
Tersier
Peningkatan
sedimen
di dasar sungai
Lalu lintas
transportasi air
terganggu
Pengolahan air
bersih terganggu
Biaya pengolahan
air meningkat
Kehidupan
ikan terganggu
Produktivitas
perikanan
menurun
Suatu sumber dampak dapat menimbulkan dampak primer, dampak sekunder, dampak tersier, dan selanjutnya. Dalam pengerjaan AMDAL,
prakiraan dampak sekunder dan tersier sangat sulit dilakukan secara akurat dan kuantitatif. Kesulitan ini terkait dengan 1) kesepakatan
terhadap penentuan skenario/urutan objek penerima dampak yang akan terjadi; dan 2) penentuan rentang waktu lamanya kejadian dampak
terutama untuk fenomena bioakumulasi senyawa pencemar pada rantai makanan. Penggunaan referensi terdahulu dapat mengurangi tingkat
ketidak-akuratan tersebut.
PRAKIRAAN DAMPAK
KUALITAS AIR PERMUKAAN
Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) merupakan
salah satu tahap dalam pengerjaan AMDAL. Dalam ANDAL,
anda akan mengkaji berbagai dampak lingkungan
penting yang diprakirakan akan timbul saat suatu
komponen kegiatan diimplementasikan. Hasil-hasil kajian
akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
memutuskan kelayakan lingkungan dari suatu rencana
kegiatan. Dan pada akhirnya, hasil prakiraan dampak
turut menentukan dapat diterbitkannya berbagai jenis
ijin terkait.
10
KA - ANDAL
Lingkup prakiraan:
- Dampak penting hipotetik
- Wilayah studi
- Waktu kajian
Prakiraan besaran
dampak dan
evaluasi sifat
penting dampak
ANDAL
RKL
Rencana pencegahan
dan pengendalian
dampak penting
RPL
Rencana pemantauan
komponen lingkungan
terkena dampak
Besaran Dampak
Besaran dampak yang diperoleh dari proses prakiraan
dampak bukan diperoleh dengan membandingkan
karakteristik lingkungan di saat sebelum (before) dengan
saat sesudah (after) keberadaan suatu komponen
kegiatan. Dalam terminologi AMDAL, besaran dampak
lebih diartikan sebagai perbedaan antara perubahan
karakteristik lingkungan akibat keberadaan suatu
komponen kegiatan dengan perubahan karakteristik
lingkungan yang terjadi tanpa adanya komponen kegiatan
tersebut. Proses prakiraan dampak terdiri dari 3 (tiga)
langkah berikut (lihat Diagram).
konsentrasi padatan
n
(dengan kegiatan)
konsentrasi padata
padatan
(nir-kegiatan)
g
3. Prakiraan
besaran dampak
terhadap
kualitas air
sungai (XT )
kkonsentrasi
onsentrasi padatan
ssaat
aaat ini
2010
2012
2010
2012
Besarnya suatu dampak didapat dengan membandingkan karakteristik lingkungan jika kegiatan terlaksana (XI,T ) dengan karakteristik
lingkungan jika kegiatannya tidak terlaksana (XO,T ). Untuk mendapatkan besaran dampak yang sesuai dengan definisinya, kedua kondisi
tersebut memang harus diprakirakan.
11
Ilustrasi : Taufik S
12
Jarak (km)
BOD (mg/L)
Prakiraan
Rona Awal
Desa Pertiwi
42
38
Jembatan Letkom-1
40
34
15
36
26
Teluk Meranti
24
25
16
EVALUASI DAMPAK
Hasil prakiraan dampak perlu dievaluasi untuk mengetahui
karakteristik dari dampak tersebut. Beberapa sifat dampak
yang perlu diketahui adalah:
13
Karakterisasi Polutan
Tahap 1:
Mempelajari Sumber Dampak
Tahap pelingkupan diawali dengan pengenalan sumber
dampak dan obyek-obyek yang berpotensi menerima
dampak. Kedua tahap diharapkan dapat mengidentifikasi
dampak-dampak potensial yang mungkin timbul dari
rencana kegiatan. Seluruh dampak potensial tersebut
kemudian dievaluasi dan dipertajam. Penajaman
dilakukan berdasarkan pada sifat penting polutan, batasan
waktu dan skenario prakiraan, dan juga pada beberapa
kriteria sifat penting dampak. Setelah melewati 3 (tiga)
tahapan ini, maka akan terbentuk suatu daftar dampak
penting hipotetik yang akan dianalisis pada tahap ANDAL.
KA-ANDAL
14
Tahap 3:
Mempertajam Lingkup
Prakiraan Dampak
Menentukan
Sifat
Penting
Menentukan
Ukuran
Dampak
Dampak
Penting
Mengetahui Pengaruh
Dampak
Tahap 5:
Mensimulasi Penyebaran
Pencemar
ANDAL
Tahap 6:
Mengevaluasi Hasil
Prakiraan Dampak
15
16
Tahap 1
MEMPELAJARI
SUMBER DAMPAK
IDENTIFIKASI SUMBER DAMPAK
JENIS SUMBER DAMPAK
SKALA SUMBER DAMPAK
LOKASI SUMBER DAMPAK
WAKTU KEBERADAAN SUMBER DAMPAK
KARAKTERISASI POLUTAN
IDENTIFIKASI JENIS POLUTAN
ESTIMASI JUMLAH POLUTAN
Estimasi Dengan Data Sumber Sejenis
Estimasi Dengan Data Tipikal
Estimasi Dengan Baku Mutu Limbah Cair
Estimasi Dengan Keseimbangan Masa
POLA PEMUNCULAN POLUTAN
18
18
19
20
20
21
21
22
22
23
23
25
25
Bagian ini akan menguraikan tahap pertama dari proses prakiraan dampak kualitas
air permukaan, yaitu Mempelajari Sumber Dampak. Tahap ini terdiri dari 2 (dua)
langkah kerja, yaitu 1) identifikasi sumber dampak dan 2) karakterisasi sumber
dampak. Dari dokumen perencanaan yang ada, anda dapat mengidentifikasi
seluruh sumber dampak yang mungkin ada. Tiap sumber dampak harus dikenali
karakteristiknya. Perdalam informasinya sampai anda mendapatkan gambaran
mengenai parameter kualitas air yang akan terpengaruh. Dalam pengerjaan
AMDAL, tahap ini dapat dianggap sebagai bagian awal dari proses pelingkupan
(scoping) yang hasilnya dicantumkan dalam dokumen Kerangka Acuan ANDAL
(KA-ANDAL).
17
18
Ilustrasi: Toppeak
Suatu rencana kegiatan dapat saja memiliki banyak komponen kegiatan yang dapat menimbulkan dampak terhadap kualitas air permukaan
di sekitarnya. Ilustrasi berikut menunjukkan suatu rencana kegiatan yang memiliki setidaknya 3 (tiga) sumber dampak, yaitu 1) outlet limpasan
air dari area parkir, 2) efluen IPAL. dan 3) outlet saluran drainase stockpile area. Secara bersamaan, ketiga sumber dampak itu akan mengalirkan
air limbahnya ke sungai terdekat sehingga dapat menimbulkan dampak akumulatif terhadap sungai tersebut.
Sungai
outlet drainase stockpile area
efluen IPAL
outlet limpasan area parkir
IPAL
19
1
9
Perkebunan 2
Perkebunan 1
Perkebunan 3
Akumulasi
limpasan area
perkebunan
20
Ilustrasi dari dampak kumulatif yang terjadi pada suatu badan air
akibat limpasan air dari 3 lokasi perkebunan yang muncul pada
waktu yang sama.
KARAKTERISASI POLUTAN
Setelah seluruh sumber dampak teridentifikasi, anda
perlu mengenali karakteristik dari polutan yang dapat
ditimbulkan sumber-sumber dampak tersebut. Ada 2 (dua)
hal yang setidaknya perlu dilakukan dalam karakterisasi
polutan, yaitu 1) identifikasi jenis polutan dan 2) estimasi
jumlah polutan. Selain ke-2 hal itu, informasi mengenai
karakteristik polutan juga perlu dilengkapi dengan
keterangan mengenai sifat-sifat pemunculannya.
Jenis polutan dapat diidentifikasi jika anda memahami
karakteristik dari komponen-komponen kegiatan yang
menjadi sumber dampak (lihat bahasan berikut mengenai
Identifikasi Jenis Polutan). Sementara itu, jumlah
polutan dapat diestimasi jika anda mengetahui skala atau
besaran sumber dampak (lihat bahasan berikut mengenai
Estimasi Jumlah Polutan).
Baku mutu limbah cair suatu kegiatan dapat memberikan indikasi dari parameter-parameter kualitas yang perlu diperhatikan dalam proses
prakiraan dampak. Secara tidak langsung, parameter-parameter di baku mutu itu akan mengindikasikan jenis dampak yang dapat ditimbulkan
oleh suatu jenis kegiatan. NIlai konsentrasi maksimal tiap parameter dan kuantitas air limbah maksimal yang tercantum dalam baku mutu
tersebut nantinya dapat digunakan untuk perhitungan estimasi jumlah polutan.
21
Tabel 1. Kelompok Polutan dan Hubungannya dengan Parameter Polutan dan Sumber Dampak.
KELOMPOK POLUTAN
PARAMETER POLUTAN
SUMBER DAMPAK
Padatan
Limpasan air dari lahan terbuka, efluen proses produksi, lepasan materi
tanah dari dinding badan air, buangan limbah domestik, penggalian
atau pengurukan tanah.
Senyawa Organik
Senyawa Anorganik
Klorida, Belerang
Senyawa Nutrien
Senyawa AsamBasa
pH
Senyawa Logam
Berat
Temperatur
Mikrobiologi
22
Energi listrik
Produk jadi
Bahan baku
Panas dan
limbah lain
Material
pembantu
Air bersih
Proses
produksi
Air limbah
23
Contoh Kasus
KONSENTRASI MAKSIMAL
BEBAN MAKSIMAL
BOD
100 mg/L
COD
350 mg/L
TSS
100 mg/L
Debit Maks.
85 m /ton
Dari identifikasi sumber dampak disepakati bahwa pengaliran efluen IPAL ke Sungai Kumering merupakan suatu jenis
sumber dampak yang perlu dikaji dalam ANDAL. Untuk Karakterisasi Sumber Dampak, ditetapkan hal-hal berikut:
60.000 m3/hari
Debit limbah cair (Q) dihitung berdasarkan debit tipikal yang diperoleh dari industri sejenis (dipakai nilai 20 m3/ton).
Perhitungannya:
Q (debit limbah cair) = kapasitas produksi x debit maksimum
= 3.000 ton pulp/hari x 20 m3/ton pulp
= 60.000 m3/hari
Jenis polutan:
IPAL
24
BOD = 6 ton/hari
COD = 21 ton/hari
TSS = 6 ton/ hari
Foto: Riza
25
26
Tahap 2
MENGENALI OBYEK
PENERIMA DAMPAK
MENGENALI BADAN AIR
KONDISI GEOGRAFIS
KARAKTERISTIK AIR
PEMANFAATAN AIR
PERMASALAHAN SPESIFIK
MEMBATASI WILAYAH STUDI
PENDEKATAN LOGIS
KESEPAKATAN UMUM
IDENTIFIKASI OBYEK PENERIMA DAMPAK
SUMBER INFORMASI
LOKASI OBYEK PENERIMA DAMPAK
INFORMASI PELENGKAP
28
28
28
29
29
30
30
30
31
32
32
32
Bagian ini akan menguraikan tahap kedua dari proses prakiraan dampak kualitas
air permukaan, yaitu Mengenali Obyek Penerima Dampak. Tahap ini terdiri dari
3 (tiga) langkah kerja, yaitu 1) mengenali badan air, 2) membatasi wilayah studi,
dan 3) identifikasi obyek penerima dampak. Setelah sumber-sumber dampak
teridentifikasi di tahap sebelumnya, anda akan mengidentifikasi obyek-obyek
penerima dampak di wilayah studi yang sudah disepakati. Tahap ini juga masih
merupakan bagian dari proses pelingkupan (scoping) yang hasilnya dicantumkan
dalam dokumen Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL).
Foto: Riza
27
KONDISI GEOGRAFIS
Dari peta atau foto udara, anda dapat mengenali kondisi
geografis dari sungai atau danau. Untuk suatu sungai,
anda perlu mengenali posisi hulu (mata air), denah sungai,
badan air utama, anak sungai, dan posisi hilir atau muara
sungai tersebut. Untuk danau, anda perlu mengenali posisi
sumber air, bentuk danau, dan posisi saluran keluar dari
danau tersebut. Dimensi sungai atau danau juga dapat
diperkirakan dari peta tersebut, asalkan peta tersebut
menggunakan skala yang tepat.
KARAKTERISTIK AIR
Di dalam tahapan pelingkupan, informasi karakteristik air
sangat dibutuhkan untuk penseleksian polutan penting
(lihat bahasan terkait di bab selanjutnya). Dari kondisi
mutu air saat ini, anda dapat menentukan jenis polutan
mana yang sangat perlu diperhatikan dalam kajian ANDAL.
Selain untuk penseleksian polutan penting, informasi
debit air dibutuhkan juga untuk pembatasan wilayah studi
kajian ANDAL (lihat bahasan terkait). Semakin tinggi debit
air, semakin tinggi kecepatan air, maka semakin jauh juga
batas wilayah studi.
Informasi mengenai kondisi umum mutu air juga dapat
mengindikasikan banyak tidaknya kegiatan yang saat
ini masih memanfaatkan badan air tersebut. Air yang
mutunya baik pasti lebih banyak dimanfaatkan daripada
air yang mutunya buruk.
28
Keberadaan keramba seringkali mendatangkan permasalahan tersendiri di suatu danau atau waduk. Aktivitas di suatu keramba umumnya
akan menghasilkan limbah bangkai hewan air. Dalam jumlah yang banyak, limbah bangkai ini dapat menurunkan tingkat dissolved oxygen
badan air.
PEMANFAATAN AIR
Informasi pemanfaatan badan air dibutuhkan untuk
mengidentifikasi obyek-obyek yang diduga akan terkena
dampak. Termasuk juga untuk mencari obyek-obyek noninstitusional, seperti usaha budidaya ikan skala kecil, sarana
mandi cuci kakus, kegiatan berbasis masyarakat lain yang
memanfaatkan badan air. Informasi pemanfaatan badan
air dapat diperoleh dari dokumen atau laporan kantor
pemerintah setempat. Misalnya, dari dinas pengairan,
instansi lingkungan, atau kantor-kantor kelurahan
setempat. Jika tidak tersedia, anda dapat mengupayakan
perolehan informasi dari masyarakat setempat. Informasi
pemanfaatan badan air juga akan membantu anda
nantinya dalam menentukan batas wilayah studi (lihat
bahasan berikutnya).
PERMASALAHAN SPESIFIK
pemanfaatannya.
Permasalahan
alamiah
dapat
menyangkut fluktuasi debit dan kualitas air yang ekstrim,
ledakan pertumbuhan tanaman air, keberadaan hewan
langka, dan sebagainya. Permasalahan pemanfaatan
dapat menyangkut rusaknya kondisi morfologis badan
air akibat penggalian pasir, buruknya kualitas air akibat
pembuangan air limbah, menurunnya jumlah ikan
akibat kegiatan penangkapan ikan yang berlebihan, dan
sebagainya.
Salah satu sumber informasi mengenai permasalahan
spesifik adalah masyarakat sekitar. Apalagi kelompok
masyarakat yang dalam kesehariannya memang
memanfaatkan keberadaan sungai atau danau tersebut.
Selain untuk kepentingan identifikasi obyek terkena
dampak, informasi mengenai permasalahan spesifik ini
sangat dibutuhkan untuk kepentingan evaluasi dampak.
Khususnya menyangkut evaluasi terhadap dampak
kumulatif.
29
KESEPAKATAN UMUM
PENDEKATAN LOGIS
30
Foto: Deasy
Instalasi pengolahan air bersih merupakan salah satu jenis obyek penerima dampak yang perlu dicermati. Contoh obyek-obyek penerima
dampak lainnya adalah kawasan permukiman, lahan budidaya (pertanian, perkebunan, perternakan), industri, hotel atau tempat penginapan
lainnya, obyek wisata, rumah sakit, tumbuhan dan hewan air.
31
SUMBER INFORMASI
Obyek-obyek penerima dampak dapat teridentifikasi
dengan mengamati peta-peta wilayah yang mencakup
wilayah studi anda. Salah satunya adalah peta tataguna
lahan yang menunjukkan keberadaan kawasan
permukiman, perkebunan, persawahan, kawasan industri,
bandara, pelabuhan laut, tempat wisata, dan lain-lainnya.
Biasanya peta berskala 1:10.000 sudah cukup dapat
diandalkan.
Sumber informasi lain yang cukup baik adalah laporan
status kondisi wilayah yang dibuat oleh kantor kelurahan
atau kecamatan setempat. Laporan-laporan demikian
biasanya bersifat tahunan. Informasi yang ada di dalamnya
cukup lengkap. Selain data demografi, informasi geografis
dan lingkungan biasanya juga tersedia.
Ada baiknya, dalam proses konsultasi masyarakat di tahap
pelingkupan ini, anda juga menanyakan ke masyarakat
sekitar tentang keberadaan suatu jenis obyek yang
dikhawatirkan dapat terpengaruh oleh penurunan kualitas
air nantinya. Masyarakat setempat merupakan sumber
informasi yang dapat diandalkan. Mereka biasanya
memiliki pengetahuan lebih akurat tentang keberadaan
obyek-obyek di sekitar tempat tinggalnya.
Keberadaan rencana obyek-obyek baru di masa datang
dapat diperoleh dari instansi perencanaan pembangunan
atau penanaman modal di suatu daerah. Dokumen
32
INFORMASI PELENGKAP
Informasi lain yang juga dibutuhkan adalah:
Besaran obyek; Misalnya luas lahan untuk obyek
wilayah, jumlah penduduk di suatu permukiman, atau
jumlah bangunan di suatu perkampungan. Informasi
besaran obyek ini seringkali dibutuhkan sebagai
salah satu bahan pertimbangan saat kita melakukan
penilaian sifat penting dampak.
Waktu keberadaan obyek; Biasanya dinyatakan
dalam tahun dimana suatu obyek ada. Hal ini sangat
penting khususnya jika obyek kita merupakan obyek
masa datang. Dengan kata lain, obyek itu belum ada
saat kajian AMDAL dilakukan.
Informasi pelengkap lainnya adalah nama atau identitas
dari suatu obyek penerima dampak. Misalnya, nama
kompleks permukiman, nama bangunan, nama obyek
wisata. Pencantuman identitas ini dibutuhkan guna
mencegah kesalahpahaman dalam proses prakiraan
dampak.
Contoh Kasus
Area Pemancingan
Sumber dampak
Ilustrasi: Toppeak
Berikut ini adalah denah dari keberadaan sumber dampak dan obyek-obyek penerima dampak yang dibuat untuk
mempermudah kepentingan simulasi penyebaran polutan.
Sungai Kerinci
Area
Pemancingan
Sungai Kumering
Sumber dampak
Pengambilan
air baku
10
15
20
25
30
Km
Informasi lebih lanjut mengenai kedua obyek tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
Informasi Obyek Penerima Dampak
Obyek Penerima Dampak
Besaran Obyek
Area Pemancingan
15 km
500 meter
20 km
33
34
Tahap 3
MEMPERTAJAM LINGKUP
PRAKIRAAN DAMPAK
MENSELEKSI POLUTAN PENTING
PERTIMBANGAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN
PERTIMBANGAN PENDAPAT AHLI
ASPEK KEKHAWATIRAN MASYARAKAT
MENENTUKAN WAKTU & SKENARIO PRAKIRAAN
WAKTU PRAKIRAAN
SKENARIO PRAKIRAAN
SIFAT PENTING DAMPAK
36
36
36
38
39
39
39
39
Bagian ini akan menguraikan tahap ketiga dari proses prakiraan dampak kualitas
air permukaan, yaitu Mempertajam Lingkup Dampak. Tahap ini terdiri dari 2
(dua) langkah kerja, yaitu 1) seleksi polutan penting dan 2) menentukan waktu
prakiraan. Sebagian tugas pelingkupan anda sudah selesai saat berbagai sumber
dampak dan obyek sensitif teridentifikasi. Di tahap ini, anda akan melengkapi
pelingkupan anda dengan mempertajam arah (focussing) dari prakiraan dampak
yang akan anda lakukan. Di akhir tahap ini anda akan memiliki dampak penting
hipotetik yang sangat fokus dan arah prakiraan dampak yang spesifik.
Foto: Riza
35
MENSELEKSI POLUTAN
PENTING
Tidak semua polutan yang dibuang ke badan air
permukaan dapat menimbulkan dampak penting. Jika
jumlah polutannya sedikit dan durasi pemunculannya
singkat, suatu polutan kemungkinan besar tidak akan
mempengaruhi kualitas air sampai ke tingkat yang
signifikan.
Misalnya, sampai membuat kualitas air
melampaui nilai Baku Mutu Air. Untuk alasan efisiensi,
prakiraan dampak dari polutan yang jumlahnya sedikit
tidak selalu perlu dilakukan. Lebih baik memusatkan
perhatian pada prakiraan dampak dari polutan yang
jumlahnya banyak dan berpengaruh. Anda dapat
menyebut polutan yang perlu diprakiraan dampaknya
sebagai polutan penting.
Polutan penting diseleksi dengan mempertimbangkan
berbagai hal, yaitu seperti pertimbangan daya tampung
beban pencemaran air, pertimbangan pendapat ahli
(expert judgement), dan juga pertimbangan kekhawatiran
masyarakat. Berikut adalah uraiannya.
36
Contoh Kasus
Parameter
Satuan
Data Hasil
Pemantauan
FISIKA
Temperatur
30
deviasi 3
Residu Terlarut
mg/ L
235
1000
Residu Tersuspensi
mg/L
150
50
6-9
BOD
mg/L
2.5
COD
mg/L
20
25
KIMIA ANORGANIK
pH
DO
mg/L
3,4
NO3 sebagai N
mg/L
1,3
10
NH3-N
mg/L
0,03
(-)
Arsen
mg/L
0,137
Barium
mg/L
0,027
(-)
Selenium
mg/L
0,012
0,05
Kadmium
mg/L
0,005
0,01
Khrom (VI)
mg/L
0,01
0,05
0,02
Tembaga
mg/L
0,01
Besi
mg/L
1,26
(-)
Timbal
mg/L
0,12
0,03
Mangan
mg/L
0,08
(-)
Air Raksa
mg/L
0,001
0,002
Seng
mg/L
0,04
0,05
Khlorida
mg/l
76
(-)
Fluorida
mg/L
0,07
1,5
Nitrit sebagai N
mg/L
0,02
0,06
2.000
5.000
120
1.000
Konsentrasi Efluen
Jumlah Polutan
BOD
100 mg/L
COD
350 mg/L
MIKROBIOLOGI
Total coliform
jml/100 ml
KIMIA ORGANIK
Minyak dan Lemak
ug /L
37
Contoh Kasus
Efluen IPAL
Nama obyek
Area pemancingan
Lokasi obyek
Jarak 15 km
Besaran obyek
Waktu keberadaan
Tahap operasi
Sudah ada
Jenis polutan
Senyawa Organik
Parameter polutan
Jumlah polutan
BOD = 6 ton/hari,
COD = 21 ton/hari
Durasi pemunculan
Lokasi obyek
Kontinuitas pemunculan
Kontinyu
Besaran obyek
Sudah ada
38
PRAKIRAAN DAMPAK
Waktu prakiraan
Metode prakiraan
Matematis
Skenario prakiraan
Terburuk
MENENTUKAN WAKTU
& SKENARIO PRAKIRAAN
Dengan terpilihnya polutan penting dan obyekobyek sensitif yang terpengaruh, anda sekarang dapat
menuliskan komponen-komponen suatu dampak penting
hipotetik dengan lengkap (lihat Boks Komponen Dampak
Penting Hipotetik). Walau demikian, untuk melakukan
prakiraan dampak dengan baik, anda perlu menentukan
waktu prakiraan dan skenario prakiraan dampak. Berikut
adalah uraiannya.
WAKTU PRAKIRAAN
Waktu prakiraan merupakan waktu yang dampak dan
kondisi lingkungannya ingin anda prakirakan. Jika anda
menyebut waktu prakiraan anda adalah tahun 2020,
artinya anda akan melakukan prakiraan dampak dan
kondisi kualitas air yang akan terjadi di tahun 2020. Hasil
prakiraan dampak nantinya hanya berlaku spesifik untuk
waktu-waktu prakiraan tersebut saja.
Waktu prakiraan ditentukan dengan mempertimbangkan:
Waktu keberadaan sumber dampak, atau waktu
dimulainya kelangsungan komponen kegiatan yang
tergolong sebagai sumber dampak (lihat bahasan
Identifikasi Sumber Dampak),
Waktu munculnya obyek sensitif baru yang dapat
terpengaruh oleh sebaran polutan (lihat bahasan
Identifikasi Obyek Penerima Dampak), dan
Waktu diberlakukannya suatu kebijakan baru yang
dapat mempengaruhi penilaian sifat penting dampak,
seperti pemberlakuan baku mutu air baru.
Pola pemunculan polutan juga perlu dipertimbangkan
dalam penentuan waktu prakiraan. Waktu, durasi, dan
kontinuitas pemunculan polutan sangat mempengaruhi
waktu dan sifat dari perubahan kualitas air akan terjadi.
SKENARIO PRAKIRAAN
Skenario prakiraan ditentukan berdasarkan tujuan
pengambilan keputusan dalam AMDAL (lihat bahasan
mengenai Prakiraan Dampak Dalam AMDAL).
Umumnya, prakiraan dampak perlu dilakukan untuk kasus
terburuk (worst-case scenario) dan kasus paling mungkin
terjadi (most-likely case scenario) yang menggunakan data
yang berbeda. Pada kondisi terburuk, skenario didasarkan
pada jenis kegiatan. Misalnya kasus efluen IPAL, worst-case
scenario didasarkan pada 1) debit IPAL dan konsentrasi
polutan maksimal (MMAX) dan 2) debit sungai minimal
(QMIN) atau volume danau minimal (VolMIN). Untuk kasus
pembukaan lahan, worst-case scenario didasarkan pada
1) luas lahan yang dibuka dan 2) debit hujan maksimum.
Pada most-likely case scenario, penentuannya didasarkan
pada 1) jumlah polutan rata-rata (MAVE) dan 2) debit air
sungai rata-rata (QAVE) atau volume air danau rata-rata
(VolAVE). Pilihan skenario prakiraan perlu dicantumkan di
output hasil prakiraan dampak.
39
40
Tahap 4
MENCERMATI
WILAYAH KAJIAN
MEMPELAJARI BADAN AIR
MORFOLOGI
OBYEK DALAM BADAN AIR
VARIASI ALIRAN
MENGUKUR RONA AWAL
PARAMETER SASARAN
PENGAMBILAN SAMPEL
Lokasi Pengambilan Sampel
Waktu Pengambilan Sampel
MENGATASI KETERBATASAN DATA
MENCERMATI KONDISI SEKITAR
OBYEK BERPENGARUH
KLIMATOLOGI
42
42
42
43
44
44
44
44
44
45
46
46
47
Bagian ini menguraikan tahap keempat dari proses prakiraan dampak kualitas
air permukaan, yaitu Mencermati Wilayah Kajian. Tahap ini terdiri dari 3 (tiga)
langkah kerja, yaitu 1) mempelajari badan air, 2) mengukur rona awal, dan 3)
mencermati kondisi sekitar. Di tahap ini, anda akan mengumpulkan berbagai
informasi rinci yang dibutuhkan untuk pemodelan sebaran polutan, misalnya
kecepatan air dan obyek-obyek yang berpengaruh. Anda seringkali perlu
mengumpulkan data primer untuk mendapatkan informasi tersebut. Tahap ini
sudah merupakan bagian dari proses analisis dampak lingkungan yang hasilnya
dicantumkan dalam dokumen ANDAL.
Foto: Riza
41
MORFOLOGI
Informasi kondisi morfologi yang perlu anda pelajari
antara lain adalah:
Bentang badan air; termasuk informasi mengenai
keberadaan tikungan, cabangan yang akan
menghambat atau mempercepat laju aliran.
Dimensi badan air; termasuk informasi mengenai
lebar sungai atau luas permukaan danau.
Penampang badan air; termasuk informasi mengenai
variasi kedalaman sungai atau danau, baik melintang
maupun sejajar arah aliran.
A<
V>
A>
V<
42
VARIASI ALIRAN
Debit sungai berubah dari waktu ke waktu sepanjang
tahun. Variasi debit sungai ini dengan sendirinya
menimbulkan variasi a) kecepatan aliran, b) kedalaman air,
dan c) tingkat turbulensi aliran. Informasi pola aliran air,
khususnya debit dan kecepatan aliran, selalu dibutuhkan
oleh simulasi penyebaran polutan secara matematis. Dan
untuk simulasi dengan skenario prakiraan yang berbeda,
anda juga membutuhkan informasi debit dan kecepatan
aliran dalam kondisi maksimal, minimal, dan rata-rata.
Ketinggian muka air danau juga bervariasi dari waktu
ke waktu. Variasi ketinggian muka air sebenarnya
menunjukkan volume air danau atau variasi daya tampung
danau. Untuk simulasi penyebaran polutan di danau secara
matematis, informasi volume air danau sangat penting
untuk dimiliki. Termasuk juga informasi volume air dalam
kondisi maksimal, minimal, dan rata-rata. Berbeda dengan
sungai, air danau memiliki variasi arah aliran yang sangat
50
40
Maksimal
30
Rata-rata
20
Minimal
10
0
Jul
43
PARAMETER SASARAN
Anda hanya perlu memperoleh data rona awal yang
relevan dengan dampak penting hipotetik anda. Data
parameter kualitas air mana yang perlu diperoleh sangat
ditentukan oleh jenis polutan penting dan obyek dampak.
Jika jenis polutan penting adalah padatan tersuspensi,
maka anda perlu memperoleh data rona awal dari
parameter TSS di air sungai. Parameter kualitas lain yang
tidak relevan, walaupun termasuk dalam BMA, tidak selalu
perlu anda peroleh data rona awalnya.
Kualitas air juga berubah dari waktu ke waktu. Banyak
hal yang mengakibatkan timbulnya variasi tersebut.
Selain dipengaruhi debit sungai atau volume air danau,
kualitas air juga dipengaruhi curah hujan, suhu udara, dan
intensitas kegiatan di sekitar badan air. Simulasi sebaran
polutan secara matematis membutuhkan variasi data rona
awal kualitas air. Nilai maksimal, minimal, dan rata-rata
dari data rona awal parameter kualitas perlu anda ketahui
untuk mendukung prakiraan dampak sesuai skenario
kondisi tersering dan kondisi terburuk.
PENGAMBILAN SAMPEL
Beberapa parameter kualitas air dapat diukur langsung
di tempat. Contohnya antara lain adalah parameter suhu,
44
Ilustrasi: Toppeak
Sub-sampel 1
Sub-sampel 2
Sampel Komposit
Sub-sampel 3
Sampel komposit-ruang merupakan gabungan dari sampelsampel yang diambil dari beberapa lokasi sekaligus. Metode
ini digunakan untuk memperoleh hasil pengukuran yang
mencerminkan nilai rata-rata parameter kualitas air dari suatu
bentang badan air.
45
OBYEK BERPENGARUH
Obyek kegiatan di sekitar badan air dapat mempengaruhi
kelangsungan penyebaran polutan yang ditimbulkan
oleh kegiatan anda. Khususnya obyek kegiatan yang a)
Area persawahan merupakan obyek berpengaruh karena 2 (dua) sifatnya yaitu 1) mengurangi debit air sungai yang dipakai untuk irigasi dan
sekaligus 2) sebagai sumber polutan yang berasal dari limpasan genangan yang mengandung unsur pupuk yang tinggi
46
KLIMATOLOGI
Informasi klimatologi yang perlu anda peroleh adalah
curah hujan, suhu udara, dan tekanan udara. Hujan
yang jatuh di sungai atau danau dan sekitarnya akan
meningkatkan volume air di kedua badan air tersebut.
Pada saatnya nanti, meningkatnya volume air akan
mempengaruhi karakteristik pencampuran polutan di
sungai atau danau. Suhu udara akan mempengaruhi laju
Contoh Kasus
OBYEK BERPENGARUH
Di sepanjang sungai Kumering, di antara Industri Pulp dan obyek-obyek penerima dampak, terdapat lahan persawahan
yang membuang sisa air irigasinya ke sungai tersebut. Obyek kegiatan ini diperkirakan dapat mempengaruhi debit air
dan kandungan polutan dalam sungai tersebut. Beberapa metode dapat digunakan untuk menentukan besarnya debit
aliran run-off dan beban organik dan nutrien dari area persawahan tersebut baik dengan pengukuran atau menggunakan
software pemodelan (misalnya: AVSWAT 2000). Keberadaan sawah ini nantinya akan diperhitungkan dalam simulasi
penyebaran polutan di lokasi kedua obyek penerima dampak.
Area
Persawahan
Sungai Kerinci
Area
Pemancingan
Sungai Kumering
Sumber dampak
Pengambilan
air baku
10
15
20
25
30
Km
47
48
4
8
Panduan
Pandua
Pan
Pa
dua
uaan M
Memprakirakan
emp
em
emprak
m rak
mp
rakkira
irr kan
kkan Dampak
D mpa
Da
mppa
m
pak Lingkungan:
Ling
nggkun
kkuuunnggan
gaaan: KKualitas
ua ita
ual
ua
itta
t s AAiririr Per
tas
PPermukaan
Pe
ermu
muukkaaan
muk
aaan
an
Tahap 5
MENSIMULASI
PENYEBARAN PENCEMAR
MEMILIH TEKNIK SIMULASI
JENIS MODEL
MEMODELKAN PERILAKU POLUTAN
MENGHITUNG JUMLAH SEBARAN POLUTAN
KONSENTRASI PENCAMPURAN
SEBARAN POLUTAN DI SUNGAI
SEBARAN POLUTAN DI DANAU
50
50
51
53
53
55
59
Bagian ini menguraikan tahap kelima dari proses prakiraan dampak kualitas air
permukaan, yaitu Mensimulasi Penyebaran Polutan. Tahap ini terdiri dari 2
(dua) langkah kerja, yaitu 1) memilih teknik simulasi dan 2) menghitung jumlah
sebaran polutan. Informasi mengenai sumber dampak, obyek penerima dampak,
dan kondisi wilayah studi yang telah ditentukan dalam tahap-tahap sebelumnya
akan diterjemahkan menjadi suatu model penyebaran pencemar. Tahap ini dapat
dianggap sebagai salah satu yang penting dalam tahapan penyusunan dokumen
ANDAL.
Foto: NASA
49
JENIS MODEL
Qi-1
QOxi
E
Dalam suatu model matematis, badan air
dibagi menjadi beberapa segmen aliran.
Suatu segmen aliran akan menerima aliran
polutan dari segmen sebelumnya dan
mengeluarkan aliran polutan ke segmen
sesudahnya. Di dalam segmen aliran tersebut,
polutan akan berinteraksi dengan komponenkomponen lingkungan di dalamnya. Ada
juga kemungkinan segmen aliran tersebut
menerima aliran polutan dari sumber dampak
di sekelilingnya. Dan juga kemungkinan
segmen aliran tersebut mengeluarkan
aliran polutan ke obyek berpengaruh. Model
matematis akan memasukkan semua
fenomena itu di dalam suatu formula
matematis.
QIxi
P
Qi+1
50
= - KC
51
BOKS
Pengenceran (dilution); turunnya konsentrasi polutan akibat tercampurnya suatu aliran dengan aliran lain yang
memiliki debit lebih besar dan konsentrasi polutan lebih rendah.
Pengendapan (settling); polutan yang bergerak ke dasar badan air karena massa jenisnya yang lebih besar daripada
massa jenis air. Contohnya, padatan tersuspensi. Pengendapan akan mengurangi jumlah polutan di dalam air.
Dispersi (dispersion); tersebarnya polutan akibat adanya pergerakan aliran air. Dispersi akan menurunkan konsentrasi
polutan akibat penyebarannya ke ruang yang lebih besar. Walau demikian jumlah polutan tidak berubah.
Difusi (diffusion); tersebarnya polutan akibat adanya pergerakan molekular polutan tersebut. Umumnya terjadi
karena adanya perbedaan konsentrasi polutan antara suatu tempat dengan tempat lainnya. Sama dengan dispersi,
difusi akan menurunkan konsentrasi polutan walau jumlahnya tidak berubah.
Degradasi mikrobiologis (microbial degradation); terurainya polutan organik karena dikonsumsi oleh mikroba
(alga, bakteri). Mikroba merombak senyawa polutan menjadi senyawa yang lebih sederhana, baik secara aerobik
maupun anaerobik. Degradasi mikrobiologis akan menurunkan jumlah polutan.
Interaksi fisika; terurainya atau menguapnya polutan akibat adanya rambatan panas atau paparan sinar ultraviolet
ke dalam air. Penguraian fisika dapat menurunkan jumlah polutan.
Reaksi kimiawi; terurainya atau berubahnya komposisi kimiawi polutan akibat adanya reaksi kimia dengan senyawa
lain. Interaksi kimiawi dapat menurunkan jumlah polutan. Selain itu, interaksi kimiawi dapat mengubah struktur
senyawa polutan.
Pelekatan (sorpsi); terjadi karena melekatnya senyawa polutan pada permukaan benda lain, baik padat (adsorpsi)
misalnya pada sedimen, pada batuan sungai/danau maupun pada permukaan tidak-padat (absorpsi) misalnya pada
tumbuhan atau hewan air. Kedua mekanisme pelekatan ini akan menurunkan konsentrasi polutan di dalam air.
Distribusi
konsentrasi
Sumber
pencemar titik
Aliran Sungai
Lebar
sungai
Jarak
52
Aliran pencemar
Cp, Qp
Cs, Qs
Aliran sungai
(Qs + Qp), Co
Qs + Qp
dimana:
C0 = konsentrasi pencemar di titik pencampuran
Cs = konsentrasi pencemar di sungai
Qs = debit aliran sungai
Cp = konsentrasi pencemar di aliran limbah
Qp = debit aliran limbah
Aliran pencemar yang masuk ke dalam sungai akan mempengaruhi besar debit dan konsentrasinya. Debit total merupakan penjumlahan
dari debit aliran pencemar dan debit awal sungai. Untuk konsentrasi pencemar rata-rata di sungai setelah pencampuran, nilainya ditentukan
dari besarnya debit dikali dengan konsentrasi. Semakin besar debit dan konsentrasi polutan yang masuk ke dalam sungai maka pengaruhnya
terhadap konsentrasi rata-rata akan semakin besar.
53
dC
dx
= - KC
CONTOH KASUS:
60.000 m3/hari
Debit
BOD
100 mg/L
BOD
2,5 mg/L
COD
350 mg/L
COD
20 mg/L
DO-sungai
3,4 mg/L
Debit Limbah
DO-limbah
0 mg/L
3.000.000 m3/hari
Konsentrasi oksigen terlarut (DO) di titik pencampuran aliran efluen IPAL dan aliran sungai dapat dihitung dengan:
BODO =
(100
BODO =
mg
L
x 60.0000
hari
60.000
)+(
m3
hari
BODO = 4,41
2,5
+ 3.000.000
mg
x 3.000.000
m3
hari
m3
hari
mg
L
Dengan demikian, konsentrasi BOD di titik pencampuran (di hulu rencana titik efluen IPAL) adalah 4,41 mg/L.
Dengan menggunakan metode perhitungan yang sama, kita dapat mengetahui besarnya DO pada titik pencampuran
(DO0) yaitu sebesar: 3,33 mg/L dan COD0 = 26,47 mg/L.
54
Titik pencampuran
Konsentrasi oksigen
Titik kritis
Boks:
Model Streeter-Phelps
Model Streeter-Phelps digunakan untuk menghitung kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen atau DO) di air
setelah senyawa organik masuk ke badan air. Sesuai namanya, model ini dikembangkan oleh H. W. Streeter dan Earle
B. Phelps pada tahun 1925. Model ini pada dasarnya mengasumsikan sungai sebagai media satu dimensi dan masih
memiliki kandungan DO yang cukup untuk mendukung degradasi mikrobiologis. Kondisi aliran sungai diasumsikan
dalam kondisi steady state dimana tidak terjadi perubahan kecepatan aliran, temperatur dan tekanan air.
Di dalam model ini, polutan organik akan diuraikan oleh mikroba dalam kondisi aerobik. Akibatnya, semakin lama
degradasi mikrobiologis berlangsung, kandungan DO akan terus berkurang (deoksigenasi). Bersamaan dengan
itu, air akan menerima tambahan kandungan DO (reaerasi) dari udara di atasnya. Kelangsungan deoksigenasi dan
reaerasi akan membentuk kurva gabungan yang menggambarkan sisa DO di dalam badan air (lihat gambar berikut).
Cs
garis DO jenuh
kurva reaerasi
kurva oxygen-sag
Co
titik pencampuran
kurva deoksigenasi
to
X0
tc (waktu kritis)
Xc ( jarak kritis)
waktu (t)
Jarak (X)
55
CONTOH KASUS:
600 m/jam
4,41 mg/L
Jarak-x (km)
Pemancingan Ikan
15
1,04
20
1,38
Untuk perhitungan sebaran polutan, digunakan persamaan degradasi polutan organik seperti di bawah ini
Lt = L0 e - Kt
Karena BOD5 = L0 L5, maka untuk mencari L0, persamaan di atas dapat diubah menjadi:
L0 =
BOD0
[1-e(-5)(K)]
dimana:
L0 = BOD ultimate (BOD total)
K = koefisien deoksigenasi/degradasi (1/hari) [didapat dari buku referensi atau percobaan laboratorium]
t = waktu (hari)
Langkah perhitungannya adalah:
1. Dengan memasukkan nilai-nilai di atas, didapat nilai BOD ultimate pencampuran L = 6,18 mg/L, L1,04 hari = 4,77
mg/L (lokasi pemancingan) dan L1,38hari = 4,38 mg/L (pengambilan air baku).
2. Kedua nilai L tersebut di atas kemudian dianggap sebagai nilai BOD-ultimate (L0) setelah tejadi degradasi selama
air mengalir dari titik sumber ke titik-titik obyek penerima dampak. Dengan demikian nilai L5 hari untuk kedua
titik tersebut dapat dihitung dengan rumus diatas dan akan didapat L5 = 1,37 mg/l (pada lokasi pemancingan)
dan 1,25 mg/L (pengambilan air baku).
3. Dengan demikian besarnya BOD5 pada tiap obyek penerima dampak dapat dihitung seperti tabel di bawah.
Obyek Penerima Dampak
L0
L5
BOD5 = (L0-L5)
Pemancingan Ikan
4,77
1,37
3,40
4,38
1,25
3,12
Sungai Kerinci
sungai Kumering
arah aliran sungai
Sumber dampak
BOD5 = 4,41
56
BOD5 = 3,40
10
15
BOD5 = 3,12
20
25
30
Km
Boks:
PENGGUNAAN QUAL2K
QUAL2K merupakan sebuah software pemodelan kualitas air permukaan dari USEPA yang merupakan pengembangan
beberapa software sebelumnya (DOSAG, QUAL I, QUAL2E).
Dalam pemodelan suatu ruas sungai, QUAL2K membagi sungai menjadi segmen-segmen sungai. Setiap segmen
yang disebut ruas (reach) dibagi lagi dalam sejumlah elemen yang memperhitungkan kesetimbangan hidrologi,
kesetimbangan panas dan suhu, dan kesetimbangan massa dalam konsentrasi zat pencemar.
9
ruas 2
ruas 2
10
7
8
11
22
12
ruas 1
ruas 1
ruas 3
23
13
14
15
ruas utama
1
ruas 3
24
25
16
17 18 19
20
21 26
27
28
29
ruas utama
Skema sungai
segmentasi sungai
Kesetimbangan massa pada tiap elemen memperhitungkan 1) pengambilan air sungai misalnya untuk keperluan
industri atau air baku air minum, dan 2) penambahan air sungai misalnya dari efluen IPAL atau dari asupan sawah.
Tiap elemen juga memperhitungkan proses internal yang terjadi seperti reaksi penguraian senyawa organik dan
fotosintesis. QUAL2K dapat mensimulasi atau memprediksi perubahan kualitas sungai pada aliran limbah baik dari
sumber terpusat (point source) maupun dari sumber non-titik (non-point source).
Qin,i
i-1
Qi-1
Qout,i
Qi
i+1
(Bersambung ke halaman selanjutnya)
57
58
Boks:
A (luas)
H (kedalaman rata-rata)
50 m
1.000.000.000 m3
V (volume)
Menghitung jumlah pencemar (lihat bagian Estimasi Jumlah Polutan). Dari perhitungan estimasi jumlah
pencemar Industri Pulp, diketahui jumlah BOD (M) yang dibuang = 6 ton/hari.
3.
Menghtung Konsentrasi BOD di dalam air danau setelah tercapai keseimbangan (dengan asumsi K = 0,25)
Ce =
(MQi )
(1+KTd )
6.000 kg/hari
3.000.000 m3/hari
= 0,024 mg/L
0,5
1+
hari
332 hari
Dengan demikian, kontribusi pencemaran yang diberikan oleh Industri Pulp terhadap danau adalah 0,024 mg/L.
Hasil perhitungan ini mungkin akan berbeda jika kita memasukkan faktor berkurangnya konsentrasi BOD selama
mengalir di sungai (sebelum masuk ke danau) dan faktor pengenceran oleh air hujan.
59
CONTOH KASUS:
PENGGUNAAN QUAL2K
Sungai Kerinci
Dari contoh kasus Industri Pulp, diketahui informasi seperti Tabel di bawah ini.
Area
Persawahan
Area
Pemancingan
Sungai Kumering
Sumber dampak
Tahap 1:
Pembuatan skema aliran
sungai (lihat infografis:
Skema Aliran Sungai)
Pengambilan
air baku
Tahap 2:
segmen ke- 1
jarak (km) 0 1
3 4
9 10 11
6
20 21
7
30
Pembuatan segmentasi/
penggalan sungai.
Tahap 3:
Pengisian informasi awal. Data yang dimasukkan antara lain: nama sungai, nama file, tanggal bulan, dan tahun perhitungan
model.
Tahap 4:
Pengisian karakteristik awal air sungai di titik awal (headwater).
Tahap 5:
Pengisian data hidrolis pada tiap penggalan. Informasi yang dimasukkan antara lain debit hulu penggalan (headwater),
penomoron dan penamaan penggalan, elevasi dasar sungai, lebar dasar sungai, kemiringan dan koefisien pengaliran, dan
informasi mengenai keberadaan dam atau terjunan.
Tahap 6:
Pengisian faktor-faktor untuk pemodelan pada tiap penggalan. Data yang dimasukkan antar lain: temperatur udara,
kecepatan angin rata-rata, penutupan awan dan vegetasi, dan koefisien-koefisien kecepatan reaksi.
Tahap 7:
Pengisian data point-source dan diffuse source pada tiap penggalan. Data yang dimasukkan antara lain lokasi (jarak) tiap
source, besarnya debit penambahan atau debit pengambilan, dan karakteristik airnya.
60
RUN
Tahap 8:
Jalankan program. Tekan tombol Run.
Tahap 9:
Debit aliran
Konsentrasi DO
Penurunan BOD
Ce =
M
(Qi+KV)
(MQi)
(1+KTd)
Keterangan:
Td = waktu tinggal air di dalam danau (hari) Td = V/Qi
Ce = kosentrasi polutan dalam air setelah tercapai
kesetimbangan (mg/L)
M = jumlah polutan yang masuk ke danau (kg/hari)
V
= volume danau (m3)
Qi = debit air masuk danau (volume/waktu; m3/hari)
K
= konstanta penguraian (1/hari)
61
62
Tahap 6
MENGEVALUASI HASIL
PRAKIRAAN DAMPAK
MENENTUKAN SIFAT PENTING DAMPAK
MENGETAHUI PENGARUH DAMPAK
MENGEVALUASI SECARA HOLISTIK
64
66
67
Hasil prakiraan dampak yang sudah diperoleh perlu dievaluasi untuk menentukan
sifat penting dampak dan pengaruh dampak terhadap kualitas air permukaan.
Evaluasi juga perlu dilakukan untuk mempelajari keterkaitannya dengan
hasil prakiraan dampak-dampak lainnya. Bagian ini akan menguraikan ketiga
langkah evaluasi yang diperlukan, yaitu 1) menentukan sifat penting dampak,
2) mengetahui pengaruh dampak, dan 3) mengevaluasi secara holistik. Pada
akhirnya, keseluruhan hasil evaluasi akan dijadikan dasar penyusunan arahan
pengelolaan dan pemantauan dampak.
Foto: Koleksi QIPRA
63
Pengalaman masyarakat terhadap kasus serupa di wilayahnya tentu akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap penting-tidaknya suatu
dampak.
64
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
65
CONTOH KASUS:
Jarak (km)
Prakiraan
Rona Awal
Mutu Sungai
kelas 2
15
3,40
2,80 *)
20
3,12
2,70 *)
Tabel di atas menyajikan prediksi kenaikan konsentrasi BOD sungai Kumering akibat rencana kegiatan Industri
Pulp. Dengan mempertimbangkan kriteria sifat penting dampak, terutama 1) jumlah manusia yang terpengaruh
(misalnya jumlah pelanggan air bersih, jumlah wisatawan area pemancingan), 2) baku mutu kualitas air (dengan
mengacu pada mutu sungai kelas dua, dan 3) batas tambahan polutan (dengan mengacu pada konsentrasi BOD
rona awal), maka dapat disimpulkan bahwa sumber dampak efluen IPAL memiliki sifat sebagai dampak penting.
Dampak penting ini jika tidak dikelola akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang signifikan.
*) merupakan nilai hasil pengukuran rona awal
66
CONTOH KASUS:
Mengganti bahan baku produksi dengan yang lebih ramah lingkungan sehingga karakteristik limbah cair
yang dihasilkan menjadi lebih baik,
Melakukan tindakan manajemen lingkungan yang lebih ketat untuk mengurangi beban pecemaran,
Re-design teknologi pengolahan air limbah dengan efisiensi pengolah lebih tinggi,
Atau yang paling ekstrim, mempertimbangkan dikeluarkannya rekomendasi ketidaklayakan lingkungan
rencana kegiatan jika alternatif-alternatif di atas tidak dapat dipenuhi (melebihi daya dukung dengan tidak
terpenuhinya baku mutu sungai kelas 2).
Salah satu upaya pengendalian dampak lingkungan adalah melalui minimisasi limbah yang akan ditimbulkan. Baik jumlah maupun
konsentrasi limbah tersebut.
Foto: Koleksi Qipra
67
DAFTAR SINGKATAN
AMDAL
ANDAL
AWLR
As
= Arsenik
BMA
BME
BMLC
BOD5
Cd
= Kadmium
COD
Cr(VI)
= Khromium (valensi 6)
CSTR
DO
KA
= Kerangka Acuan
KLH
H2S
= Hidrogen Sulfida
Hg
= Raksa
MBAS
NO3
= Nitrat
pH
O&G
PO4
= Fosfat
RKL
RPL
SS
= Temperatur
TSS
UNESCO
USEPA
68
DAFTAR PUSTAKA
BPLHD Jawa Barat. Perhitungan Daya Tampung DAS dan Waduk Prioritas. (http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidangpengendalian/subid-pemantauan-pencemaran/186-perhitungan-daya-tampung-das-dan-waduk-prioritas).
Canter, L. W. 1996. Environmental Impact Assessment. McGraw-Hill Singapore.
Chapman, Deborah. 1996. Water Quality Assessments - A Guide to Use of Biota, Sediments and Water in Environmental
Monitoring - Second Edition. E&FN Spon Chapman&Hall
George, L. Bowie (et. al.). Rates, Constants, and Kinetics Formulations in Surface Water Quality Modeling (second edition).
(http://www.ecy.wa.gov/programs/eap/models/rates_and_constants/index.html).
Jolankai, Geza. WQMCAL Description of The CAL Programme on Water Quality Modelling Version 2. (http://portal.unesco.
org/en/files/39388/11896110471WQMCALversion2_Description.doc/WQMCALversion2%2BDescription.doc)
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2008. Pedoman Pengelolaan Ekosistem Danau.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2009. Panduan Memprakirakan Dampak Lingkungan Kualitas Air Permukaan Draft
Final Text ESP-Danida Project.
Machbub, Badruddin. 2009. Model Kualitas Air Danau. Makalah Seminar: Pengembangan Metodologi Prakiraan Dampak
Kualitas Air Permukaan. Bandung
Marsili-Libeli, Stefano and Giusti, Elisabetta. 2007. Water Quality Modelling for Small River Basins. Science Direct Elsevier.
Nemerow, N.L and Dasgupta, A. 1991. Industrial and Hazardous Waste Treatment. Van Nostrand Reinhold.
Rust, Ashley. Dissolved Oxygen Standard Literature Review (http://www.cdphe.state.co.us/op/wqcc/wqclassandstandards/
regs33-37/33_37RMH2008/ProponentsPHS/33_37phsCRWCDexG.pdf ).
Suratmo, F. Gunarwan. 1993. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Tchobanoglous, G. and Burton, F.L. 1991. Metcalf & Eddy Wastewater Engineering: Treatment Disposal Reuse Third Ed. McGrawHill International ed. Singapore.
USEPA. 1999. Consideration of Cumulative Impacts In EPA Review of NEPA Documents. Office of Federal Activities (2252A).
USEPA. River and Stream Water Quality Model (QUAL2K). (http://www.epa.gov/athens/wwqtsc/html/qual2k.html).
69
70