Anda di halaman 1dari 195

BAB

3
PRAKIRAAN DAMPAK
PENTING

Berdasarkan Kerangka Acuan yang telah disepakati, teridentifikasi beberapa Dampak Penting Hipotetis
(DPH) yang akan timbul terhadap lingkungan hidup sebagai akibat adanya rencana kegiatan pembangunan
PLTU. Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :

A. Bangunan Utama (Power Block) PLTU


a. Tahap Pra Konstruksi
1) Perubahan Pola Mata Pencaharian
2) Munculnya Spekulan Tanah
3) Keresahan Masyarakat
4) Perubahan Pola Hubungan Sosial
5) Perubahan Persepsi Masyarakat

b. Tahap Konstruksi
1) Penurunan Kualitas Udara
2) Peningkatan Kebisingan
3) Peningkatan Getaran
4) Penurunan Kualitas Air Laut
5) Penurunan Kualitas Air Permukaan
6) Perubahan Bentang Alam
7) Peningkatan Debit Air Larian
8) Gangguan terhadap Flora Darat
PRAKIRAAN DAMPAK 3-
PENTING 1
9) Gangguan terhadap Fauna Darat
10) Gangguan terhadap Biota Laut
11) Perubahan Pola Mata Pencaharian

PRAKIRAAN DAMPAK 3-
PENTING 2
12) Peningkatan Kesempatan Kerja
13) Peningkatan Peluang Berusaha
14) Gangguan terhadap Kenyamanan
15) Perubahan Adat Istiadat (Perubahan Nilai dan Norma)
16) Perubahan Persepsi Masyarakat
17) Gangguan Kesehatan Masyarakat
18) Gangguan Lalulintas Darat
19) Kerusakan Infrastruktur Jalan dan Jembatan

c. Tahap Operasi
1) Penurunan Kualitas Udara
2) PeningkatanKebauan
3) Peningkatan Kebisingan
4) Peningkatan Paparan TENORM
5) Penurunan Kualitas Air Laut
6) Perubahan Garis Pantai (Abrasi)
7) Gangguan terhadap Biota Laut
8) Perubahan Pola Mata Pencaharian
9) Perubahan Persepsi Masyarakat
10) Perubahan Tingkat Pendapatan
11) Peningkatan Ekonomi Lokal dan Regional
12) Keresahan Masyarakat
13) Gangguan Kesehatan Masyarakat

B. Terminal Khusus/ Jetty


a. Tahap Pra Konstruksi
Tidak ada kegiatan pada tahap pra konstruksi, sehingga tidak ada dampak yang diperkirakan akan
terjadi.

b. Tahap Konstruksi
1) Penurunan Kualitas Air Laut
2) Gangguan terhadap Biota Laut
3) Perubahan Persepsi Masyarakat
4) Gangguan Lalulintas Laut
5) Perubahan Garis Pantai
c. Tahap Operasi
1) Penurunan Kualitas Air Laut
2) Gangguan terhadap Biota Laut
3) Perubahan Persepsi Masyarakat
4) Gangguan Lalulintas Laut

C. Pengerukan (Dredging) di Laut dan Pembuangan Hasil Pengerukan (Dumping) di Laut


a. Tahap Pra Konstruksi
Tidak ada tahap pra konstruksi untuk kegiatan pengerukan maupun penimbunan material hasil
keruk, sehingga tidak ada dampak yang diperkirakan akan terjadi.

b. Tahap Konstruksi
Tidak ada tahap konstruksi untuk kegiatan pengerukan maupun penimbunan material hasil keruk,
sehingga tidak ada dampak yang diperkirakan akan terjadi.

c. Tahap Operasi
1) Penurunan Kualitas Air Laut
2) Gangguan terhadap Biota Laut
3) Perubahan Persepsi Masyarakat

D. Jaringan Transmisi 500 kV (SUTET) dan Gardu Induk


a. Tahap Pra Konstruksi
1) Munculnya Spekulan Tanah
2) Keresahan Masyarakat
3) Perubahan Persepsi Masyarakat

b. Tahap Konstruksi
1) Penurunan Kualitas Udara
2) Peningkatan Kebisingan
3) Peningkatan Kesempatan Kerja
4) Gangguan terhadap Kenyamanan
5) Perubahan Persepsi Masyarakat
6) Gangguan Kesehatan Masyarakat

c. Tahap Operasi
Operasional jaringan transmisi dari tower pertama sampai dengan tower pada jaringan interkoneksi
SUTET 500 kV Jawa-Bali pada dokumen ini tidak dilakukan pelingkupan.

Prakiraan dampak dilakukan untuk mengetahui intensitas dampak yang terjadi akibat adanya proyek atau
kegiatan yang mencakup besaran dampak dan penentuan sifat pentingnya dampak.

PRAKIRAAN BESARAN DAMPAK


Besaran dampak adalah selisih antara kondisi lingkungan hidup karena kegiatan proyek dengan kondisi
lingkungan hidup tanpa proyek, atau diformulasikan dengan rumus :

KLp KLo

dimana :
= Besaran dampak
KLp = Nilai parameter lingkungan hidup yang akan datang dengan proyek
KLo = Nilai parameter lingkungan hidup yang akan datang tanpa proyek

Satuan dari besaran dampak adalah sesuai dengan satuan dari parameter lingkungan yang ditinjau. Nilai
parameter lingkungan yang akan datang tanpa proyek diasumsikan sama dengan kondisi rona lingkungan
awal. Secara umum metode prakiraan dampak besar dan penting yang dapat dilakukan adalah dengan
metode formal/ matematis, metode analogi, dan metode lainnya. Asumsi yang digunakan dalam prakiraan
dampak ini adalah kualitas parameter lingkungan yang akan datang dianggap sama dengan kondisi
lingkungan saat ini (rona lingkungan hidup awal).

Setelah diperoleh perubahan nilai parameter lingkungan menggunakan metoda formal maupun informal,
kemudian dilakukan konversi perubahan nilai parameter lingkungan ke dalam perubahan skala kualitas
lingkungan. Skala kualitas lingkungan pada rona lingkungan awal (KLo) dan pada saat kegiatan berlangsung
(KLp) ditampilkan dalam skala numerik (1 sampai dengan 5) dengan kriteria :

Skala 1 : Kualitas lingkungan Sangat Buruk


Skala 2 : Kualitas lingkungan Buruk
Skala 3 : Kualitas lingkungan Sedang
Skala 4 : Kualitas lingkungan Baik
Skala 5 : Kualitas lingkunganSangat Baik
Kriteria Besarnya Dampak :
- Tidak ada dampak bila nilai perubahan dampaknya 0
- Dampak dikatakan Kecil bila nilai perubahan dampaknya 1
- Dampak dikatakan Sedang bila nilai perubahan dampaknya 2
- Dampak dikatakan Besar bila nilai perubahan dampaknya 3
- Dampak dikatakan Sangat Besar bila nilai perubahan dampaknya 4

PRAKIRAAN SIFAT PENTING DAMPAK


Prediksi dampak penting dilakukan dengan menghubungkan setiap besaran dengan 7 kriteria dampak
penting sebagaimana terdapat dalam Pasal 22 ayat (2) Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan, yaitu :
1) Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/ atau kegiatan
2) Luas wilayah persebaran dampak
3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4) Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
5) Sifat kumulatif dampak
6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
7) Kriteria ilmu dan teknologi

Berdasarkan kriteria dan kategori penentuan penting/tidaknya dampak, maka dilakukan keputusan akhir
untuk menentukan tingkat kepentingan dampak rencana kegiatan proyek terhadap lingkungan untuk setiap
parameter lingkungan. Tingkat kepentingan dampak yang digunakan adalah Dampak Penting (P) dan
Dampak Tidak Penting (TP).

Kriteria penetapan tingkat kepentingan dampak adalah sebagai berikut :


1) Jika kriteria nomor 1 (Jumlah penduduk yang terkena dampak) masuk dalam kriteria penting, maka
prakiraan dampak adalah Penting (P).
2) Jika jumlah kriteria P (Penting) 3 maka prakiraan dampaknya adalah Penting (P).
3) Jika jumlah P 2 maka prakiraan dampaknya adalah Tidak Penting (TP).
Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Sifat Penting Dampak
SIFAT PENTING DAMPAK
FAKTOR PENENTU
NO.
DAMPAK PENTING
TIDAK PENTING (TP) PENTING (P)
1. Besarnya jumlah Jumlah penduduk yang menerima Jumlah penduduk yang menerima
penduduk yang akan dampak positif penting lebih besar dampak positif penting lebih kecil
terkena dampak rencana dari jumlah penduduk yang terkena atau sama dengan jumlah
usaha dan/ atau kegiatan dampak negatif penting penduduk yang terkena dampak
negatif penting
2. Luas wilayah penyebaran Luas wilayah penyebaran dampak Luas wilayah penyebaran
dampak lebih kecil dibandingkan dengan luas dampak lebih besar dibandingkan
wilayah rencana kegiatan dengan luas wilayah rencana
kegiatan
3. Intensitas dampak Ringan, populasi terkena dampak Sedang sampai berat, populasi
tidak terpengaruh terkena dampak terpengaruh
Lamanya dampak <1 tahapan kegiatan >1 tahapan kegiatan
berlangsung
4. Banyaknya komponen Hanya merupakan dampak primer Menimbulkan dampak sekunder
lingkungan hidup lain dan dampak lanjutan lainnya
yang terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak Tidak kumulatif Kumulatif tidak dapat diasimilasi
oleh lingkungan
6. Berbalik atau tak Dampaknya dapat dipulihkan Dampaknya tidak dapat
berbaliknya dampak (berbalik) dipulihkan (tidak berbalik)
7. Kriteria lain sesuai Dampak penting negatif yang Dampak penting negatif yang
dengan perkembangan ditimbulkan dapat ditanggulangi oleh ditimbulkan tidak dapat
ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditanggulangi oleh ilmu
teknologi tersedia pengetahuan dan teknologi yang
tersedia
Sumber : Tim Studi, 2013

Tambahan kriteria lain, dampak dikatakan Penting (P) jika :


(1) Melebihi baku mutu lingkungan atau kriteria baku kerusakan lingkungan
(2) Tidak melebihi baku mutu lingkungan atau kriteria baku kerusakan lingkungan tetapi :
- Debit limbah dan beban pencemaran mencapai kondisi maksimum
- Laju emisi dan beban pencemaran mencapai kondisi maksimum
(3) Menimbulkan gangguan bising/ bau/ getaran

Khusus untuk komponen sosial, ekonomi dan budaya, mengacu pada definisi Prof. Susetyawan (berpijak
pada Teori Institusi dari Koentjaraningrat, 2000), sifat penting atau tidak penting dan positif atau negatif
dampak ditetapkan sebagai berikut :
(1) Dampak penting menunjuk perubahan, dalam konteks lingkungan, yang berupa ketidak-seimbangan
baik sumber daya alam, infrastruktur, institusi-institusi sosial (pola hidup, mata pencarian,
pendiapatan, pendidikan, dan kesehatan), sistem nilai (kepercayaan, pengetahuan, ilmu
pengetahuan, ideologi, dan adat istiadat), hubungan sosial (kolektivitas, harmoni dan disharmoni
atau konflik) akibat dari intervensi dan atau eksploitasi terhadap sistem lingkungan hidup.
(2) Dampak penting positif menunjuk pada ketidakseimbangan, akan tetapi apabila difasilitasi akan
terjadi keseimbangan baru dalam lingkungan hidup sebab unsur sarana dan prasaranan masih
tersedia. Meskipun hal itu telah terjadi intervensi dan eksploitasi terhadap sistem lingkungan hidup.
Jika fasilitasi dilakukan reaksi masyarakat sangat kecil dan tidak menimbulkan gejolak.
(3) Dampak penting negatif menunjuk pada ketidak-seimbangan sistem lingkungan hidup dimana
diperlukan adanya sarana dan prasarana baru untuk terciptanya kesimbangan baru dalam sistem
lingkungan hidup. Memfasilitasi tanpa penyediaan sarana dan prasarana baru yang menjadi
kebutuhan masyarakat akan sulit terjadi terwujutnya keseimbangan baru. Jika hal ini dilakukan akan
mengundang reaksi besar dari masyarakat
(4) Dampak tidak penting menunjuk pada tidak terjadinya perubahan yang berarti dalam sistem
lingkungan hidup meskipun terjadi intervensi dan eksploitasi lingkungan hidup. Pada tingkat ini
tingkat reaksi masyarakat sangat kecil dan tidak berarti.

Survei pada komponen sosial, ekonomi dan budaya di tiga desa power block PLTU (Desa Ujungnegoro,
Ponowareng, dan Karanggeneng) tidak dapat dilakukan dengan baik karena kondisi setempat yang tidak
kondusif dan ada penolakan oleh sebagian warga, sehingga data primer yang bersifat kuantitatif yang
dibutuhkan tidak dapat sepenuhnya diperoleh. Oleh karena itu, untuk kepentingan analisis dalam prakiraan
dampak selain data primer, juga digunakan data kualitatif dan data sekunder yang relevan.

3.1 BANGUNAN UTAMA (POWER BLOCK) PLTU


3.1.1 Tahap Pra Konstruksi
a. Survei
Munculnya Spekulan Tanah
Rencana pembebasan tanah menjadi isu yang besar karena lahan tapak Blok PLTU (terletak di Desa
Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng) sebagian besar adalah sawah irigasi semi teknis milik
penduduk yang umumnya menjadi mata pencaharian utama. Munculnya sikap warga yang menerima dan
yang belum menerima kehadiran PLTU membuat situasi lingkungan tidak kondusif bagi para pihak untuk
memperbincangkan rencana kegiatan, serta ada penolakan yang kuat terhadap kehadiran orang luar yang
akan mengusik lahan pertaniannya. Hal tersebut diprediksikan akan menghambat munculnya spekulan
tanah, yakni orang yang ingin mencari keuntungan dengan cara berupaya membeli lahan milik warga dengan
tujuan untuk dijual kepada pemrakarsa ataupun menjadi perantara dalam jual beli lahan dengan pihak
pemrakarsa. Spekulan yang pernah muncul di tiga desa tersebut di atas sekitar 9 orang atau 1,8% dari total
pemilik lahan yang terkena dampak untuk power blok PLTU. Rona awal spekulan tanah berada pada
kategori skala 4 (spekulan yang pernah muncul berkisar 1 - <2% dari total pemilik lahan (Lampiran 2P) yang

PRAKIRAAN DAMPAK 3-7


PENTING
kemudian menghilang. Kegiatan pengadaan lahan diprediksikan tidak akan mengubah sistem lingkungan
yang ada, dengan demikian skala kualitas lingkungan dari parameter spekulan tanah tidak berubah tetap
pada kategori skala 4. Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya spekulan tanah pada tahap
prakonstruksi adalah tergolong Tidak Ada Dampak dengan nilai perubahan dampaknya Tidak Ada
Perubahan (0). Analisis rinci penentuan dampak kegiatan survei terhadap munculnya spekulan tanah lihat
Lampiran 3D poin 1.1.1.1. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Survei terhadap Munculnya Spekulan Tanah
FAKTOR PENENTU DAMPAK SIFAT PENTING
NO. KETERANGAN
PENTING DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang TP Munculnya dampak spekulan tanah sangat kecil,
akan terkena dampak rencana hanya terbatas pada 504 pemilik lahan yang
usaha dan/ atau kegiatan akan terkena pembebasan atau 18,7% dari total
jumlah keluarga yang ada di desa lokasi tapak
blok PLTU.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak menyebar di 3 desa (Ujungnegoro,
Karanggeneng, dan Ponowareng); meskipun
hanya 23,1% dari total desa di wilayah studi
namun tiga desa tersebut merupakan lokasi
tapak blok PLTU.
3. Intensitas dampak TP Munculnya spekulan tanah Intensitas
dampaknya rendah karena adanya penolakan
yang tinggi terhadap kehadiran orang atau pihak
lain yang mengusik lahan pertaniannya.
Walaupun berlangsung di 3 desa dalam kurun
waktu yang relatif singkat tetapi tidak
menimbulkan perubahan lingkungan yang
drastis.
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak hanya akan berlangsung pada satu
tahap kegiatan yaitu di awal tahap prakonstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan TP Tidak ada komponen lain yang terkena dampak
hidup lain yang terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampak tidak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan
dampak tertentu
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak TP Tidak Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan survei terhadap munculnya spekulan tanah masuk
kategori dampak tidak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan tidak terjadi perubahan
dampak, sehingga dampak tergolong Tidak Penting (TP).
Perubahan Pola Hubungan Sosial
Pola hubungan sosial adalah hubungan antara masyarakat, pemrakarsa, dan pemerintah. Rona kualitas
lingkungan dari pola hubungan sosial di tapak blok PLTU masuk pada kriteria sedang atau pada skala 3
dimana hubungan kekerabatan antar warga desa dalam kegiatan sosial masih berjalan baik dan cukup
sering terjadi, (lampiran 2P). Pola hubungan sosial dilihat dari kegiatan sosial dan keagamaan, serta
kegiatan gotong royong warga. Interaksi di antara warga, utamanya di Desa Ponowareng dan Desa
Karanggeneng telah menunjukkan kerenggangannya akibat perbedaan sikap dalam penerimaan rencana
kegiatan. Hubungan masyarakat yang bisa menerima proyek dengan pemrakarsa berjalan baik, namun
hubungan pemrakarsa dengan masyarakat yang belum bisa menerima kehadiran proyek tidak berjalan baik.
Kegiatan survei dan pengadaan lahan diprediksikan berdampak negatif pada menurunnya pola hubungan
sosial antara masyarakat (yang menerima dan yang menolak rencana kegiatan yang pada akhirnya akan
mengganggu interaksi dan kebersamaan warga) serta hubungan dengan pemrakarsa. Kegiatan survei dan
pengadaan lahan telah menimbulkan ketidak-seimbangan sistem lingkungan sosial yang bersifat negatif,
sehingga diperlukan upaya untuk terciptanya kesimbangan baru dalam sistem lingkungan sosial. Dengan
melihat realitas seperti ini maka kualitas lingkungan dari parameter pola hubungan sosial khususnya pada
lokasi di sekitar Blok PLTU akan turun menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap
menurunnya pola hubungan sosial pada tahap prakonstruksi adalah tergolong Kecil (lampiran 2P) dengan
nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Untuk menumbuhkan dampak positif pada pola hubungan
sosial diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat
guna mewujudkan terciptanya keseimbangan baru dan menumbuhkan dampak positif dalam sistem
lingkungan sosial. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.3 berikut ini. Analisis rinci
penentuan dampak kegiatan survei terhadap perubahan pola hubungan sosial lihat Lampiran 3D poin
1.1.1.2.

Tabel 3.3 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Survei terhadap Perubahan Pola
Hubungan Sosial
NO. SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk terkena dampak 2950 keluarga di empat
akan terkena dampak rencana desa tapak blok PLTU (Ujungnegoro, Karanggeneng,
usaha dan/ atau kegiatan Ponowareng, dan Kedungsegog) atau 32,2 % dari total
keluarga di wilayah studi
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Dampak menyebar di 4 desa (Ujungnegoro,
Karanggeneng, dan Ponowareng, kedongsegog); atau
32,2 % dari total keluarga di wilayah studi
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup mengingat perbedaan sikap yang
mengganggu kebersamaan warga dan menimbulkan
kurang harmonisnya hubungan sebagian masyarakat
dengan pemrakarsa. Selain itu, meskipun hanya terjadi di
23,1% dari total desa di wilayah studi namun tiga desa
diantaranya merupakan lokasi tapak blok PLTU.
Lamanya dampak berlangsung P Dampak diprediksikan akan berlangsung selama tahap
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
prakonstruksi dan sapat berlanjut hingga tahap konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan P Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi masyarakat
hidup lain yang terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena sebelum kegiaatan
prakonstruksi telah muncul perbedaan sikap terhadap
rencana kegiatan
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dengan pengelolaan tertentu dampak dapat dipulihkan
dampak
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu
perkembangan ilmu pengetahuan pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak
Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, survei terhadap perubahan pola hubungan sosial masuk kategori
dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak
tergolong Negatif Penting (NP).

Mekanisme aliran dampak kegiatan survei terhadap perubahan pola hubungan sosial bersifat langsung pada
komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.

Keresahan Masyarakat
Aktivitas survei dan pengadaan lahan diprediksi akan menimbulkan keresahan masyarakat di tapak Blok
PLTU. Sejak awal sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan telah terbelah ke dalam sikap yang berharap
rencana kegiatan dapat terealisasi dan sikap yang menolak. Terbelahnya sikap masyarakat terhadap
rencana kegiatan, utamanya di Desa Ujungnegoro, Ponowareng, dan Desa Karanggeneng, diiringi dengan
informasi awal tentang rencana pembangunan PLTU yang diperoleh oleh warga lebih banyak dari sumber di
luar pemrakarsa. Hal tersebut memunculkan informasi yang tidak akurat, akibatnya informasi yang
berkembang seringkali kurang jelas dan kurang benar. Ketidakjelasan informasi yang berkembang
memunculkan ketidakpastian tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan, misalnya luas kebutuhan lahan
dan kejelasan lokasi rencana proyek serta isu penggusuran permukiman. Hal tersebut menimbulkan
keresahan masyarakat sekitar rencana proyek. Keresahan masyarakat juga muncul karena ada
kekhawatiran akan kehilangan lahan dan pekerjaan, terganggu kegiatan nelayan di laut, serta warga yang
mendukung proyek juga muncul kekhawatiran tidak bisa bekerja di proyek. Aktivitas survei dan pengadaan
lahan diprediksikan akan meningkatkan keresahan masyarakat di empat desa meliputi Desa Ujungnegoro,
Karanggeneng, Ponowareng, dan Desa Kedungsegog. Ketidakseimbangan lingkungan sosial yang muncul
akibat survei dan pengadaan lahan bersifat negatif. Rona kualitas lingkungan dari parameter keresahan
masuk pada kriteria sedang atau pada skala 3 (lampiran 2P), dalam artian lingkungan tempat tinggal cukup
tenang. Kegiatan survei dan pengadaan lahan diprediksikan akan menyebabkan keresahan masyarakat,
sehingga menurunkan kualitas lingkungan menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap
meningkatnya keresahan masyarakat pada tahap prakonstruksi adalah tergolong Kecil (lampiran 2P) dengan
nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1).

Analisis rinci penentuan dampak kegiatan survei terhadap meningkatnya keresahan masyarakat lihat
Lampiran 3D poin 1.1.1.3. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Survei terhadap Meningkatnya Keresahan Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk terkena dampak 2.950
akan terkena dampak rencana keluarga (32,2% dari total keluarga di wilayah
usaha dan/ atau kegiatan studi).
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak terjadi di 4 desa (Desa Ujungnegoro,
dampak Karanggeneng, Ponowareng, dan
Kedungsegog); atau 32,2% dari total desa di
wilayah studi
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup mengingat: (a)
perbedaan sikap yang makin mengganggu
kebersamaan warga; (b) muncul kekhawatiran
kehilangan lahan dan pekerjaan, serta gangguan
pada kegiatan nelayan.
Lamanya dampak berlangsung P Dampak diprediksikan akan berlangsung pada
tahap prakonstruksi hingga tahap konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan P Menimbulkan dampak sekunder pada pola
hidup lain yang terkena dampak hubungan sosial dan persepsi
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena sebelum
kegiaatan prakonstruksi telah muncul perbedaan
sikap terhadap rencana kegiatan
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan
dampak terprogram
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, survei terhadap keresahan masyarakat masuk kategori dampak
penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong
Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru dan memulihkan keresahan
masyarakat dalam sistem lingkungan sosial diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru
yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak.

Mekanisme aliran dampak kegiatan survei terhadap meningkatnya keresahan masyarakat bersifat langsung
pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.

Perubahan Persepsi Masyarakat


Kegiatan survei lokasi Blok PLTU diprediksi akan menimbulkan dampak pada persepsi yang bersifat positif
dan negatif. Persepsi positif masyarakat muncul pada saat adanya kegiatan survei akan menumbuhkan
harapan pembangunan dan menumbuhkan juga harapan untuk dapat memetik manfaatnya. Banyak harapan
diutarakan oleh warga yang menunggu terwujudnya pembangunan PLTU. Sedangkan dampak negatif akan
muncul dikarenakan kekhawatiran akan keberlanjutan pekerjaan mereka. Selain itu menurunnya
keharmonisan hubungan antara warga yang belum menerima rencana pembangunan PLTU dengan warga
yang mendukung proyek dan pemrakarsa dapat menimbulkan persepsi negatif. Rona awal kualitas
lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau skala 4 (Lampiran 2P).
Persepsi negatif akan menurun kondisi kualitas lingkungan menjadi skala 3 (Lampiran 2P), yang berarti lebih
bersikap netral terhadap kehadiran PLTU. Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya persepsi
masyarakat pada tahap pra konstruksi adalah Negatif, dengan nilai besaran dampak adalah Negatif Satu (-
1). Dampak negatif berarti terjadi ketidakseimbangan dalam lingkungan sosial yang jika tidak ada fasilitasi
dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak
dapat menimbulkan reaksi negatif, utamanya dari masyarakat di Desa Ujungnegoro, Karanggeneng,
Ponowareng, dan Desa Kedungsegog . Analisis rinci penentuan dampak kegiatan survei terhadap perubahan
persepsi masyarakat lihat Lampiran 3D poin 1.1.1.4. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.5
berikut ini.

Tabel 3.5 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Survei terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk P Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah
yang akan terkena dampak keluarga di 4 desa terkena dampak yakni 2950
rencana usaha dan/ atau keluarga atau 32,2% dari total keluarga di wilayah
kegiatan studi.
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak terjadi pada 4 desa wilayah studi meliputi:
dampak desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng,
Kedungsegog,
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup mengingat: tajamnya
perbedaan sikap masyarakat di desa Ujungnegoro,
Karanggeneng, Ponowareng; dan Kedungsegog;.
Lamanya dampak P Dampak diprediksikan akan berlangsung selama
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
berlangsung tahap prakonstruksi hingga konstruksi
4. Banyaknya komponen TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
lingkungan hidup lain yang
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena sebelum kegiaatan
prakonstruksi telah muncul perbedaan sikap terhadap
rencana kegiatan
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat
dampak dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, survei terhadap perubahan persepsi masyarakat masuk kategori
dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak
tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru guna meningkatkan dan
memulihkan persepsi dalam sistem lingkungan sosial diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta
prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak.

Mekanisme aliran dampak kegiatan survei terhadap perubahan persepsi masyarakat bersifat langsung pada
komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.

b. Pengadaan Lahan
Munculnya Spekulan Tanah
Lahan tapak blok PLTU sebagian besar adalah sawah irigasi semi teknis milik penduduk yang umumnya
menjadi mata pencaharian utama, sehingga kegiatan pembebasan tanah menjadi isu yang besar. Munculnya
perbedaan sikap warga yang cukup tajam dalam menerima kehadiran PLTU membuat situasi lingkungan
sangat sensitif untuk memperbincangkan rencana kegiatan. Muncul penolakan yang kuat terhadap kehadiran
orang luar yang akan mengusik lahan pertaniannya. Hal tersebut diprediksikan akan menghambat
munculnya spekulan tanah, Spekulan yang pernah muncul di tiga desa tersebut diatas sekitar 9 orang atau
1,8% dari total pemilik lahan yang terkena dampak untuk power blok PLTU. Rona awal spekulan tanah
berada pada kategori skala 4 (spekulan yang pernah muncul berkisar 1-<2% dari total pemilik lahan
(lampiran 2P) yang kemudian menghilang. Kegiatan pengadaan lahan diprediksikan tidak akan mengubah
sistem lingkungan yang ada; dengan demikian skala kualitas lingkungan dari parameter spekulan tanah tidak
berubah akan tetap pada kategori skala 4. Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya spekulan
tanah pada tahap prakonstruksi adalah tergolong Tidak Ada Dampak dengan nilai perubahan dampaknya
Tidak Ada Perubahan (0). Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap munculnya
spekulan tanah lihat Lampiran 3D poin 1.1.2.1. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.6
berikut ini.

Tabel 3.6 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan Blok PLTU
terhadap Munculnya Spekulan Tanah
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk TP Munculnya dampak spekulan tanah sangat kecil,
yang akan terkena dampak hanya terbatas pada 504 pemilik lahan yang akan
rencana usaha dan/ atau terkena pembebasan atau 18,7% dari total jumlah
kegiatan keluarga yang ada di desa lokasi tapak blok PLTU.
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak menyebar di 3 desa (Ujungnegoro,
dampak Karanggeneng, dan Ponowareng); meskipun hanya
23,1% dari total desa di wilayah studi namun tiga
desa tersebut merupakan lokasi tapak blok PLTU.
3. Intensitas dampak TP Munculnya spekulan tanah Intensitas dampaknya
rendah karena adanya penolakan yang tinggi
terhadap kehadiran orang atau pihak lain yang
mengusik lahan pertaniannya. Walaupun
berlangsung di 3 desa dalam kurun waktu yang relatif
singkat tetapi tidak menimbulkan perubahan
lingkungan yang drastis.
Lamanya dampak TP Dampak hanya akan berlangsung pada tahap
berlangsung prakonstruksi
4. Banyaknya komponen TP Tidak ada komponen lain yang terkena dampak
lingkungan hidup lain yang
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampak tidak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan tertentu
dampak
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
SIfat Penting Dampak TP Tidak Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan pengadaan lahan terhadap munculnya spekulan tanah
masuk kategori Dampak Tidak Penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan tidak terjadi
perubahan dampak, sehingga dampak tergolong Tidak Penting (TP).
Perubahan Pola Mata Pencaharian
Lahan untuk tapak Blok PLTU seluas 226,4 ha yang sebagian besar berupa sawah produktif, kebun melati,
dan sekitar 3 - 4 ha tanah rawa. Sebanyak 504 pemilik lahan akan kehilangan lahan selamanya, namun
mereka memperoleh ganti rugi dengan nilai yang memungkinkan untuk mencari atau membeli lahan
pengganti. Kehilangan lahan bagi pemilik merupakan dampak negatif, namun dengan nilai ganti rugi yang
memadai akan merupakan dampak positif. Di lokasi rencana Blok PLTU ini terdapat sekitar 1.176 buruh tani;
meliputi buruh tani sawah, buruh meret, dan buruh petik melati. Khusus buruh meret ini (terdapat 6
kelompok, jumlah semuanya sekitar 150 orang) diasumsikan masih bisa bekerja di tempat lain, maka
terdapat sekitar 1.025 buruh tani yang menyandarkan nafkah keluarganya di lahan pertanian pada lokasi
rencana Blok PLTU. Selain itu juga terdapat petani penggarap. Yakni warga desa setempat yang tidak
mempunyai lahan namun menggarap di lokasi rencana Blok PLTU dengan sistem sewa kepada pemilik
lahan. Buruh tani dan petani penggarap yang selama ini mencari nafkah di lokasi Blok PLTU diprakirakan
akan kehilangan pekerjaan. Hal ini disebabkan karena keterikatan mereka pada dusun dan atau desa
sebagai lokasi atau sumber mata pencaharian sangat tinggi. Sehingga ketika kehilangan pekerjaan karena
hilangnya lahan pertanian mereka, para buruh tani dan petani penggarap ini lebih memilih bekerja di desanya
daripada mencari pekerjaan di desa lain. Beralih pekerjaan nampaknya juga akan sulit dilakukan, mengingat
terbatasnya keahlian di bidang lain. Sebagai akibatnya, para buruh tani dan petani penggarap akan
mengandalkan lahan pertanian yang tersisa. Dengan luas lahan pertanian yang telah berkurang, sementara
jumlah buruh tani dan petani penggarap yang relatif tetap maka kalaupun mereka masih bisa bekerja
pendapatannya akan berkurang dibandingkan dengan sebelumnya. Rona awal mata pencaharian khususnya
untuk buruh tani dan petani penggarap ini termasuk dalam kategori skala 3 (lampiran 2P). Hilangnya lahan
pertanian seluas 226,4 ha yang berdampak pada hilangnya pekerjaan dalam artian masyarakat yang bertani
di lahan tersebut menjadi penganggur sehingga terjadi ketidakseimbangan lingkungan sosial yang negatif
akibat kegiatan pengadaan lahan. Ketidakseimbangan lingkungan sosial ini jika tidak dilakukan fasilitasi dan
penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak dapat
menimbulkan reaksi negatif, sehingga kondisi ini akan menurunkan skala kualitas lingkungan menjadi skala
2. Dengan demikian besaran dampak terhadap hilangnya mata pencaharian akibat adanya kegiatan pada
tahap prakonstruksi adalah tergolong Kecil (lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu
(-1). Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap munculnya perubahan pola
matapencaharian dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.1.2.2. Penentuan sifat penting dampak tertera pada
Tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan Blok PLTU
terhadap Perubahan Pola Mata Pencaharian
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk P Jumlah penduduk yang terkena dampak sekitar 1.176
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
yang akan terkena dampak buruh tani dan 504 petani pemilik lahan tapak proyek
rencana usaha dan/ atau yang akan dibebaskan.
kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran TP Dampak menyebar di 3 desa tapak lokasi blok PLTU
dampak yakni desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan
Ponowareng (23,1% dari total desa di wilayah studi).
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup mengingat: (a) umumnya
bertani sebagai satu-satunya matapencaharian turun
temurun; (b) terbatasnya keahlian sehingga tidak
mudah beralih profesi; (c) meskipun dampak hanya
terjadi di wilayah 23,1% dari seluruh total desa
wilayah studi, namun merupakan lokasi tapak blok
PLTU.
Lamanya dampak P Dampak akan berlangsung selamanya
berlangsung
4. Banyaknya komponen P Menimbulkan dampak sekunder pada pendapatan
lingkungan hidup lain yang dan persepsi.
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Matapencaharian adalah salah satu sumber
kehidupan, sehingga dampak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Melalui pengelolaan terprogram dampak dapat
dampak dipulihkan dengan perlakuan terencana
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan pengadaan lahan Blok PLTU terhadap perubahan pola
mata pencaharian masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan
baru guna memulihkan terganggunya pola matapencaharian warga diperlukan fasilitasi dan penyediaan
sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan warga yang kehilangan lahan dan atau kehilangan
pekerjaan.

Mekanisme aliran dampak kegiatan pengadaan tanah terhadap perubahan pola mata pencaharian bersifat
langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan
dampak pada lingkungan sosial lainnya.

Keresahan Masyarakat
Aktivitas pengadaan lahan diprediksikan akan menimbulkan keresahan masyarakat di tapak Blok PLTU.
Sejak awal sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan telah terbelah ke dalam sikap yang berharap
rencana kegiatan dapat terealisasi dan sikap yang menolak. Rona kualitas lingkungan dari parameter
keresahan masuk pada kriteria sedang atau pada skala 3 (lampiran 2P). Pengadaan lahan diprediksikan
akan meningkatkan keresahan masyarakat. Terbelahnya sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan
dibarengi pula dengan informasi awal tentang rencana pembangunan PLTU yang diperoleh oleh warga lebih
banyak dari sumber di luar pemrakarsa. Hal tersebut cukup memunculkan informasi yang tidak akurat,
akibatnya informasi yang berkembang seringkali kurang jelas dan kurang benar. Ketidakjelasan informasi
yang berkembang memunculkan ketidakpastian tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan; misalnya
luas kebutuhan lahan dan kejelasan lokasi rencana proyek, isu penggusuran. Hilangnya lahan pertanian
seluas 226,4 ha yang berdampak pada hilangnya pekerjaan dalam artian masyarakat yang bertani di lahan
tersebut menjadi penganggur. Dengan demikian terjadi ketidakseimbangan lingkungan sosial yang negatif
akibat kegiatan pengadaan lahan. Ketidakseimbangan ini dapat menimbulkan reaksi negatif jika tidak
dilakukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang
terkena dampak, sehingga akan menurunkan skala kualitas lingkungan menjadi skala 2 yang berarti
masyarakat sangat resah dengan isu tersebut.

Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya keresahan masyarakat pada tahap prakonstruksi
adalah tergolong Kecil (lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Negatif satu (-1). Penentuan sifat
penting dampak tertera pada Tabel 3.8 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pengadaan
lahan terhadap keresahan masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.1.2.3.

Tabel 3.8 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan Blok PLTU
terhadap Keresahan Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak sekitar 1.176
akan terkena dampak rencana buruh tani dan 504 petani pemilik lahan tapak proyek
usaha dan/ atau kegiatan yang akan dibebaskan
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Dampak menyebar di 3 desa tapak lokasi blok PLTU
yakni desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan
Ponowareng (23,1% dari total desa di wilayah studi).
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup mengingat; (a) kekawatiran
yang tinggi akan kehilangan matapencaharian; (b)
keterikatan pada lahan pertanian yang tinggi; dan (c)
meskipun dampak hanya terjadi di wilayah 23,1%
dari seluruh total desa wilayah studi, namun
merupakan lokasi tapak blok PLTU..
Lamanya dampak berlangsung P Dampak diprediksikan akan berlangsung pada tahap
prakonstruksi hingga tahap konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan P Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi
hidup lain yang terkena dampak masyarakat.
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena sebelum kegiaatan
prakonstruksi telah muncul perbedaan sikap terhadap
rencana kegiatan
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan
dampak terprogram
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan pengadaan lahan Blok PLTU terhadap meningkatnya
keresahan masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan
terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Dalam mewujudkan terciptanya
kesimbangan baru guna menghilangkan atau mengurangi keresahan masyarakat diperlukan fasilitasi dan
penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan warga yang kehilangan lahan dan atau
kehilangan pekerjaan.

Mekanisme aliran dampak kegiatan pengadaan lahan PLTU terhadap meningkatnya keresahan masyarakat
bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat
menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.

Perubahan Persepsi Masyarakat


Kegiatan pengadaan lahan lokasi Blok PLTU diprediksi akan menimbulkan dampak pada persepsi yang
bersifat negatif. Persepsi negatif akan muncul dikarenakan kekhawatiran akan kehilangan matapencaharian
utama mereka dalam pertanian, yang merupakan mata pencaharian turun menurun. Rona awal kualitas
lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau skala 4 (Lampiran 2P).
Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya persepsi masyarakat pada tahap prakonstruksi
adalah Negatif, dengan nilai besaran dampak adalah Negatif Satu (-1). Persepsi negatif akan menurunkan
kondisi kualitas lingkungan menjadi skala 3 (Lampiran 2P), yang berarti lebih bersikap netral terhadap
kehadiran PLTU. Dampak negatif berarti terjadi ketidakseimbangan dalam lingkungan sosial yang jika tidak
ada fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang
terkena dampak dapat menimbulkan reaksi negatif, utamanya dari masyarakat di Desa Ujungnegoro,
Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan survei terhadap
perubahan persepsi masyarakat lihat Lampiran 3D poin 1.1.1.4. Penentuan sifat penting dampak tertera
pada Tabel 3.9 berikut ini.
Tabel 3.9 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan terhadap Perubahan Persepsi
Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak sekitar 1.176
akan terkena dampak rencana buruh tani dan 504 petani pemilik lahan tapak proyek
usaha dan/ atau kegiatan yang akan dibebaskan
2. Luas wilayah penyebaran TP Dampak menyebar di 3 desa tapak lokasi blok PLTU
dampak yakni desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan
Ponowareng (23,1% dari total desa di wilayah studi).
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup mengingat; (a) kekawatiran
yang tinggi akan kehilangan matapencaharian;
(b) keterikatan pada lahan pertanian yang tinggi;
dan (c) meskipun dampak hanya terjadi di
wilayah 23,1% dari seluruh total desa wilayah
studi, namun merupakan lokasi tapak blok
PLTU..
Lamanya dampak berlangsung P Dampak diprediksikan akan berlangsung selama
tahap prakonstruksi hingga konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
hidup lain yang terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena sebelum kegiaatan
prakonstruksi telah muncul perbedaan sikap terhadap
rencana kegiatan
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat
dampak dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan pengadaan lahan Blok PLTU terhadap perubahan
persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan
terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya
kesimbangan baru guna meningkatkan dan memulihkan persepsi masyarakat diperlukan fasilitasi dan
penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak.

Mekanisme aliran dampak kegiatan pengadaan lahan terhadap perubahan persepsi masyarakat bersifat
langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan
dampak pada lingkungan sosial lainnya.
3.1.2 Tahap Konstruksi
a. Penerimaan Tenaga Kerja
Peningkatan Kesempatan Kerja
Kegiatan konstruksi PLTU pada kondisi puncak kegiatan akan melibatkan tenaga kerja 10.400 orang,
dimana sekitar 40 - 45% di antaranya dapat diisi oleh tenaga kerja lokal sesuai dengan kualifikasi yang
dibutuhkan. Di 13 desa wilayah studi terdapat sekitar 8.810 penduduk usia produktif yang belum memiliki
perkerjaan tetap, dan analisis data sekunder menunjukkan bahwa penduduk usia kerja yang belum memiliki
pekerjaan tetap di desa-desa wilayah studi mencapai kisaran 35 - 50% (Lampiran 3D). Rona awal
kesempatan kerja masuk dalam kategori skala 3 (Lampiran 2P). Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan
memberi kesempatan kerja yang bisa diisi oleh tenaga kerja lokal utamanya pekerjaan yang non-skill seperti
tenaga kerja kasar, tukang kayu, tukang batu, tukang angkut, dan petugas lapangan. Munculnya kesempatan
kerja ini merupakan dampak positif bagi masyarakat. Hal ini berarti muncul ketidakseimbangan dalam
lingkungan sosial yang bersifat positifdan untuk pelaksanaan rencana pembangunan PLTU. Munculnya
kesempatan kerja diperkirakan akan dapat merubah tingkat pengangguran sehingga meningkatkan kualitas
lingkungan menjadi skala 5, yakni sebagian besar penduduk usia kerja memiliki pekerjaan dan atau
pekerjaan sampingan (Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya kesempatan
kerja tergolong Sedang (Lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Positif Dua (+2). Analisis rinci
penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap peningkatan kesempatan kerja dapat dilihat
pada Lampiran 3D poin 1.2.1.1. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.10 berikut ini.

Tabel 3.10 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi PLTU
terhadap Tingkat Kesempatan Kerja
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah manusia terkena dampak sekitar 8.810
akan terkena dampak rencana penduduk usia produktif yang belum memiliki
usaha dan/ atau kegiatan pekerjaan tetap.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak terjadi pada 13 desa wilayah studi meliputi:
desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng,
Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis,
Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan
Juragan.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tinggi mengingat; (a) keragaman
matapencaharian di wilayah studi cukup terbatas dan
(b) penduduk usia kerja yang belum meiliki pekerjaan
tetap di desa-desa wilayah studi berkisar 35 50%.
Lamanya dampak berlangsung P Dampak akan berlangsung selama tahap konstruksi
sekitar 5 tahun
4. Banyaknya komponen lingkungan P Menimbulkan dampak sekunder pada pendapatan
hidup lain yang terkena dampak dan persepsi masyarakat
5. Sifat Kumulatif dampak P Matapencaharian adalah salah satu sumber
kehidupan, sehingga dampak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya P Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat
dampak ditingkatkan
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU masuk
kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan, sehingga
dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru guna
meningkatkan dampak positif peningkatan kesempatan kerja sehingga tercipta suasana kondusif dalam
masyarakat diperlukan fasilitasi dan penyediaan kesempatan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja PLTU terhadap munculnya kesempatan kerja
bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat
menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.

Perubahan Pola Mata Pencaharian


Tersedianya kesempatan kerja bagi penduduk sekitar rencana kegiatan pembangunan PLTU diprediksikan
akan memberi dampak secara langsung pada matapencaharian warga yang kehilangan matapencaharian
yakni para petani pemilik, petani penggarap, dan buruh tani.. Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan
menciptakan ketidakseimbangan lingkungan sosial berupa perubahan individu-individu warga yang tidak
memiliki pekerjaan menjadi bisa bekerja, ataupun memiliki pekerjaan yang lebih baik. Keseimbangan baru
dapat dicapai hanya jika ada fasilitasi dan penyediaan sarana dan prasarana kebutuhan pekerjaan. Jika
fasilitasi dilakukan reaksi masyarakat sangat kecil dan tidak menimbulkan gejolak. Rona awal mata
pencaharian masuk dalam kategori skala 3 artinya penduduk usia kerja memiliki pekerjaan, namun sebagian
kecil waktu masih menganggur (Lampiran 2P). Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan memberi
kesempatan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi skala 5 karena dapat memberikan pekerjaan baru
bagi penduduk yang telah kehilangan mata pencaharian. Dengan demikian besaran dampak terhadap
perubahan pola mata pencaharian pada tahap penerimaan tenaga kerja tergolong Sedang (Lampiran 2P)
dengan nilai perubahan dampaknya Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel
3.11 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap perubahan pola
matapencaharian dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.1.2.
Tabel 3.11 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi PLTU
terhadap Perubahan Pola Mata Pencaharian
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk P Jumlah manusia terkena dampak sekitar 8.810
yang akan terkena dampak penduduk usia produktif yang belum memiliki
rencana usaha dan/ atau pekerjaan tetap.
kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak terjadi pada 13 desa wilayah studi meliputi:
dampak desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng,
Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis,
Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan
Juragan.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tinggi mengingat; (a) keragaman
matapencaharian di wilayah studi cukup terbatas dan
(b) penduduk usia kerja yang belum meiliki pekerjaan
tetap di desa-desa wilayah studi berkisar 35 50%.
Lamanya dampak P Dampak akan berlangsung selama masa konstruksi
berlangsung sekitar 5 tahun
4. Banyaknya komponen P Terganggunya matapencaharian akan membawa
lingkungan hidup lain yang dampak ikutan pada persepsi masyarakat
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Matapencaharian adalah salah satu sumber
kehidupan, sehingga dampak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Melalui pengelolaan terprogram dampak positif dapat
dampak ditingkatkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap
perubahan pola mata pencaharian masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan
terciptanya kesimbangan baru guna meningkatkan dampak positif pada pola matapencaharian dalam
masyarakat diperlukan fasilitasi dan penyediaan kesempatan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap perubahan pola
mata pencaharian bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya
dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.

Perubahan Tingkat Pendapatan


Kegiatan penerimaan tenaga kerja tahap konstruksi diprediksikan dapat menimbulkan dampak positif pada
pendapatan. Adanya kesempatan kerja terutama terserapnya tenaga kerja lokal akan memunculkan dampak
positif pada masyarakat. Rona awal pendapatan masyarakat masuk dalam kategori skala 3 (Lampiran 2P),
yakni sebagian besar masayarakat memiliki pendapatan pada kisaran upah minimum Kabupaten Batang
(tahun 2012 sebesar Rp.970.000,-). Perubahan tingkat pendapatan (yang merupakan dampak sekunder dari
adanya kesempatan kerja) selama masa konstruksi akan memunculkan ketidakseimbangan dalam
lingkungan sosial dan keseimbangan baru akan dicapai hanya jika ada fasilitasi dan penyediaan sarana dan
prasarana kebutuhan pekerjaan. Kegiatan penerimaan tenaga kerja diperkirakan akan meningkatkan kualitas
lingkungan dari parameter perubahan tingkat pendapatan menjadi skala 5. Dengan demikian besaran
dampak terhadap meningkatnya peluang berusaha pada tahap konstruksi adalah tergolong Sedang
(Lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera
pada Tabel 3.12 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap
perubahan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.1.3.

Tabel 3.12 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi PLTU
terhadap Perubahan Tingkat Pendapatan
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah manusia terkena dampak sekitar 8.810
akan terkena dampak rencana penduduk usia produktif yang belum memiliki
usaha dan/ atau kegiatan pekerjaan tetap.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak terjadi pada 13 desa wilayah studi
meliputi: desa Ujungnegoro, Karanggeneng,
Ponowareng, Kedungsegog, Kenconorejo,
Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo,
Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan
Juragan.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tinggi mengingat rona
lingkungan dari parameter pendapatan masuk
pada kategori sedang, yang berarti masih
sangat dibutuhkan tambahan pendapatan
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak hanya akan berlangsung tahap
konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan P Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi
hidup lain yang terkena dampak masyarakat
5. Sifat Kumulatif dampak P Pendapatan masyarakat sekitar proyek sangat
membutuhkan tambahan pendapatan, sehingga
dampak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya P Melalui pengelolaan yang baik dampak positif
dampak dapat ditingkatkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap perubahan
tingkat pendapatan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan
baru guna meningkatkan dampak positif pada perubahan (peningkatan) pendapatan diperlukan fasilitasi dan
penyediaan kesempatan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap penurunan
pendapatan bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat
menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.

Perubahan Persepsi Masyarakat


Persepsi masyarakat yang muncul pada kegiatan penerimaan tenaga kerja bisa bersifat positif dan negatif.
Persepsi positif muncul karena terbukanya kesempatan kerja, peluang usaha sehingga terjadi kenaikan
pendapat masyarakat yang menerima manfaat. Penerimaan tenaga kerja sebagian juga diisi oleh tenaga
kerja dari luar. Masuknya tenaga kerja dari luar yang memiliki nilai dan norma yang mungkin berbeda dengan
nilai dan norma masyarakat lokal. Perbedaan nilai dan norma ini dikhawatirkan akan mengganggu nilai dan
norma masyarakat lokal sehingga memunculkan persepsi negatif, utamanya di desa Karanggegeng. Rona
awal kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau skala 4
(Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya persepsi masyarakat pada tahap
konstruksi adalah Positif, dengan nilai besaran dampak adalah Positif Satu (+1). Besaran dampak positif 1
meningkatkan skala kualitas lingkungan dari parameter persepsi menjadi skala 5 (Lampiran 2P) yang artinya
masyarakat bisa menerima rencana pembangunan PLTU. Dampak bersifat positif berarti ada
ketidakseimbangan, namun kondisi lingkungan sosial cukup kondusif untuk pelaksanaan rencana
pembangunan PLTU. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.13 berikut ini. Analisis rinci
penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat
pada Lampiran 3D poin 1.2.1.4.

Tabel 3.13 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi PLTU
terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah manusia terkena dampak dari 13 desa yang
akan terkena dampak rencana diteliti, yakni 40.732 jiwa.
usaha dan/ atau kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak terjadi pada 13 desa wilayah studi meliputi:
desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng,
Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis,
Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan
Juragan.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi mengingat masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
masih sangat membutuhkan pekerjaan dan tambahan
pendapatan
Lamanya dampak berlangsung P Dampak akan berlangsung selama tahap konstruksi.
4. Banyaknya komponen lingkungan TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
hidup lain yang terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena dan kemungkinan
berlanjut pada tahap operasi
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampak positif dapat ditingkatkan dan dampak negatif
dampak dapat dipulihkan dengan pengelolaan terprogram
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap
perubahan persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan
terciptanya kesimbangan baru guna meningkatkan persepsi positif dalam masyarakat diperlukan fasilitasi
dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan masyarakat yang terkena dampak.

Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi blok PLTU terhadap perubahan
persepsi masyarakat bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan
selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.

Gangguan terhadap Adat Istiadat (Nilai dan Norma)


Kegiatan penerimaan tenaga kerja pada tahap konstruksi PLTU akan melibatkan banyak tenaga kerja, yang
sebagian besar diantaranya tenaga kerja dari luar. Masuknya tenaga kerja dari luar yang memiliki nilai dan
norma yang mungkin berbeda dengan nilai dan norma masyarakat lokal. Perbedaan nilai dan norma ini
dikhawatirkan akan mengganggu nilai dan norma masyarakat lokal. Interaksi antara penduduk sekitar
dengan tenaga kerja dari luar selama 5 tahun diperkirakan akan berdampak pada berubahnya kebiasaan
pada masyarakat setempat. Namun demikian masyarakat setempat sampai saat ini masih memegang teguh
adat istiadat sepanjang hidupnya, sehingga kalaupun ada perubahan tidaklah memberi dampak yang
siginifikan untuk dapat mengubah kebiasaan masyarakat setempat. Di lain pihak, tenaga kerja dari luar,
seperti umumnya masyarakat timur, tetap akan menjaga kesantunan dan penghargaan pada tradisi
setempat. Rona awal kualitas lingkungan dari parameter adat istiadat masuk kategori baik, atau skala 4
dalam artian adat istiadat kuat dijalankan masyarakat (Lampiran 2P). Dengan demikian kehadiran tenaga
kerja dari luar diperkirakan hanya akan mengubah kualitas lingkungan menjadi skala 3 yang berarti adat
istiadat dijalankan tidak sekuat sebelum banyaknya pendatang yang bekerja di pembangunan PLTU
(Lampiran 2P). Besaran dampak terhadap perubahan adat istiadat adalah tergolong Kecil (Lampiran 2P)
dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1), yang berarti terjadi ketidakseimbangan dalam
lingkungan; jika tidak ada fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi kebutuhan
masyarakat untuk menjaga tegaknya norma dan nilai setempat dapat menimbulkan reaksi negatif, utamanya
dari masyarakat Desa Ujungnegoro yang mengkhawatirkan terganggunya kesakralan Maqam Syeikh
Maulana Maghribi. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.14 berikut ini. Analisis rinci
penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap gangguan adat istiadat (nilai dan norma)
dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.1.5.

Tabel 3.14 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi PLTU
terhadap Gangguan Adat Istiadat (Nilai dan Norma)
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk P Jumlah manusia terkena dampak sekitar 11.898 atau
yang akan terkena dampak 29,2 % dari total penduduk di wilayah studi
rencana usaha dan/ atau
kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak terjadi pada 3 desa wilayah studi meliputi:
dampak desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng,

3. Intensitas dampak P Intensitas dampak sedang, jumlah tenaga kerja luar


diperkirakan sekitar 5720 6240 orang yang
kemungkinan akan tinggal tersebar di desa wilayah
studi
Lamanya dampak P Dampak diprediksikan akan berlangsung pada tahap
berlangsung prakonstruksi hingga tahap konstruksi
4. Banyaknya komponen P Menimbulkan dampak sekunder pada pola hubungan
lingkungan hidup lain yang sosial dan persepsi
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif, meskipun hanya terjadi
pada tahap konstruksi namun periode konstruksi ini
akan memakan waktu 5 tahun.
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan
dampak terprogram
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi PLTU terhadap
gangguan adat istiadat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan
terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya
kesimbangan baru diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru untuk menjaga norma
dan nilai setempat.

Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi blok PLTU terhadap gangguan adat
istiadat (nilai dan norma) bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan
selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.

b. Mobilisasi Peralatan dan Material


Penurunan Kualitas Udara
Penurunan kualitas udara pada tahap konstruksi PLTU bersumber dari pengoperasian kendaraan
pengangkut alat-alat berat dan material. Metode prakiraan dampak penting untuk penurunan kualitas udara
(Debu, NO2, dan SO2) menggunakan rumus Gaussian (line source) sebagai berikut :

2 exp 2
1 2
( , ) = 1 ( )
(2)2

Dimana :
C : Konsentarsi Pencemar udar pada koordinat x dan z (ugr/m )
(x,z) 3
Q
L : Laju emisi per unit jarak (gr/dt.m)
z : Ketinggian penerima (receptor) di atas tanah
u : Kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x (m/dt)


: Koeffisien dispersi vertikal gaussian (m)

Pada kegiatan mobilisasi alat dan material diperkirakan akan melibatkan kendaraan pengangkut berbahan
bakar solar sebanyak 230 kendaraan per hari. Jika dalam 1 hari waktu operasional adalah selama 8 jam,
maka dalam 1 jam kendaraan yang melewati jalur transportasi adalah sebanyak 29 buah truck, dengan jarak
tempuh dari tapak PLTU menuju jalan raya adalah sepanjang 5,4 km.

Dalam prakiraan dampak diasumsikan pemakaian bahan bakar kendaraan truck adalah 0,2 liter solar untuk
jarak tempuh 1 km, kecepatan rata-rata kendaraan sekitar 20 km/jam yang beroperasi selama 8 jam sehari,
kecepatan angin rata-rata pada lokasi studi sebesar 2,63 m/dt, koefisien disperse Gaussian ()

pada
stabilitas atm B adalah sebesar 3,43 m dan ketinggian penerima (z) sebesar 2 m. Faktor emisi kendaraan
berbahan bakar solar berdasarkan standar WHO adalah sebesar 2,01 kg/m3 untuk parameter partikulat, 6,36
kg/m3 untuk parameter polutan SO2, dan 7,21 kg/m3 untuk parameter polutan NO2. Perhitungan dilakukan
hanya untuk kendaraan yang dilakukan mobilisasi via darat, sedangkan alat berat yang mobilisasinya melaui
laut tidak diperhitungkan. Berdasarkan asumsi dan data tersebut di atas maka dapat dihitung konsumsi
bahan bakar dari alat-alat berat seperti pada Tabel 3.15 berikut ini.

Tabel 3.15 Konsumsi Bahan Bakar Alat-Alat Berat


JENIS BERAT JENIS JARAK KONSUMSI BBM
NO
KENDARAAN SOLAR (KG/L) TEMPUH (KM) (M 3/HARI)
1 Truck 0,86 1.242 0,214
JUMLAH 0,214
Sumber : Hasil Analisa, 2013

Faktor emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara dari sumber pembakaran dapat dilihat pada
Tabel 3.16 berikut ini.
Tabel 3.16 Faktor Emisi Bahan Bakar
JENIS PENCEMAR
JENIS
BAHAN BAKAR SATUAN
KENDARAAN NO2 SO2
DEBU (KG/M 3)
(KG/M 3) (KG/M 3)
Mesin diesel Solar m3 2,01 7,21 6,36
Sumber : WHO Offset Publication No. 62: Rapid Assessment of Sources of Air, Water and Land Pollution, WHO
Geneva, 1982.

Besarnya emisi dari mobilisasi peralatan dan material merupakan perkalian antara faktor emisi dengan
pemakaian bahan bakar. Sehingga berdasarkan perkiraan konsumsi bahan bakar dan faktor emisi tersebut di
atas, besarnya emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi peralatan
berat sebagai berikut :
1. Debu = 0,214 x 2,01 = 0,430 Kg/hari atau 0,005 gr/dt
2. NO2 = 0,214 x 7,21 = 1,543 Kg/hari atau 0,018 gr/dt
3. SO2 = 0,214 x 6,36 = 1,361 Kg/hari atau 0,016 gr/dt

Sehingga kontribusi (C) kegiatan mobilisasi peralatan dan material tahap konstruksi terhadap parameter
kualitas udara adalah sebagai berikut :
a) Debu = 0,00031 g/Nm3
b) NO2 = 0,00112 g/Nm3
c) SO2 = 0,00099 g/Nm3
Khusus untuk parameter debu prakiraan peningkatannya juga berasal dari resuspensi debu yang terangkat
ke udara akibat pergerakan roda truk. Penurunan kualitas udara (debu) akibat dari kegiatan Mobilisasi Alat
dan Material rencana pembangunan PLTU dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

eu = 5,9 (s/12) (S/30) (W/7)0,7 (w/4)0,5 (d/365)

Dimana :
eu = jumlah debu per panjang jalan (lb/mil)
s = silt content (%)
S = kecepatan kendaraan (mil/jam)
W = berat kendaraan (ton)
w = jumlah roda kendaraan
d = jumlah hari tidak hujan dalam 1 tahun

Berdasarkan data lapangan diketahui silt content adalah sebesar 0,1%, kecepatan kendaraan sekitar 20
km/jam, berat kendaraan sekitar 20 ton, jumlah roda kendaraan 10 buah, jumlah hari tidak hujan dalam
setahun adalah 214 hari, maka diperoleh jumlah debu per panjang jalan adalah sebesar 11,12 g/m3. Bila
diasumsikan luas pengadukan/ dispersi debu adalah sebesar 100 m2 maka konsentrasi debu di lokasi
tersebut adalah sebesar 111,20 g/m3. Jika ditambahkan dengan kontribusi debu dengan memperhatikan
emisi kendaraan, maka kontribusi peningkatan debu (TSP) total menjadi 111,20031 g/m3. Konsentrasi
ambien terhadap parameter debu dan gas oleh sumber pembakaran bahan bakar solar pada kegiatan
mobilisasi dan transportasi peralatan berat sebagai berikut :

Tabel 3.17 Prakiraan Peningkatan Kadar Emisi


RONA AWAL RONA AKHIR
NO LOKASI SATUAN
DEBU NO2 SO2 DEBU NO2 SO2
1 U2 g/Nm3 45,07 33,55 25 45,07 33,55 25
2 U6 g/Nm3 52,49 42,29 25 52,49 42,29 25
3 U7 g/Nm3 116,5 13,06 25 116,5 13,06 25
4 U8 g/Nm3 89,89 7,58 25 89,89 7,58 25
BAKU MUTU 230 150 365 230 150 365
Sumber : Hasil Analisa, 2013
Keterangan :
Baku Mutu Kualitas Udara Ambien mengacu pada SK. GUB. JATENG No. 8 Tahun 2001
Lokasi Pengukuran :
U2 : Area pemukiman Dusun Rowokudo, Desa Ujungnegoro
U6 : Area pemukiman Desa Simbang Jati
U7 : Lap. Bola Desa Kencono Rejo
U8 : Balai Desa Ponowareng
Berdasarkan Tabel 3.17 di atas menunjukan bahwa kegiatan konstruksi diperkirakan akan memberikan
beban pencemaran udara berupa Debu, NO2, dan SO2 dengan besaran yang relatif kecil. Kontribusi debu
(TSP), SO2, dan NO2 diperkirakan masih berada di bawah baku mutu lingkungan yang ditetapkan oleh Surat
Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001.

Rona awal dari kualitas udara di sekitar lokasi proyek masih tergolong sedang dan memiliki kualitas
lingkungan skala 3, sedangkan kondisi rona akhir menunjukkan penurunan yang tidak terlalu signifikan untuk
parameter gas NO2 dan SO2, namun khusus untuk parameter debu nilainya sangat significant, sehingga
skala kualitas lingkungan berubah menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas
udara dengan adanya kegiatan konstruksi PLTU adalah Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif
Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.18 berikut ini.

Tabel 3.18 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Konstruksi
PLTU
terhadap Penurunan Kualitas Udara
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING PENTING KETERANGAN
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak negatif adalah
akan terkena dampak rencana perkalian antara luas lahan yang terkena dampak dengan
usaha dan/ atau kegiatan kepadatan rata-rata penduduk/km2 pada 6 desa yang
dilewati yaitu 1.632 jiwa/km2. Jadi jumlah penduduk yang
dapat terkena dampak sebanyak 352 jiwa.
2. Luas wilayah penyebaran P Luas wilayah persebaran dampak pada jarak 20 m
dampak sebelah
kiri dan 20 m sebelah kanan dengan jarak sejauh 5,4 km,
atau luas wilayah persebarannya adalah 0,216 km2.
Wilayah yang terpengaruh dampak adalah Desa
Ujungnegoro, Ponowareng, Karanggeneng, Kenconorejo,
3. Intensitas dampak TP Simbangjati
Intensitas dan Beji.dampak adalah sebagai berikut :
kontribusi
a) Debu = 111,20 g/Nm3 b)
NO2 = 0,00112 g/Nm3 c)
SO2 = 0,00099 g/Nm3

Nilai tersebut tergolong significant khusus untuk


parameter debu.
Lamanya dampak berlangsung P Dampak berlangsung hanya satu tahapan kegiatan yaitu
saat
4. Banyaknya komponen lingkungan P tahap konstruksi.
Terdapat komponen lain yang terkena dampak yakni
hidup lain yang terkena dampak kesehatan masyarakat.
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak penurunan kualitas udara bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
dampak
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak penting yang ditimbulkan dapat ditanggulangi
perkembangan ilmu pengetahuan oleh teknologi yang tersedia
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU
terhadap penurunan kualitas udara masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi PLTU terhadap penurunan kualitas
udara bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak
pada lingkungan sosial lainnya.

Peningkatan Kebisingan
Mobilisasi material konstruksi menuju tapak PLTU menggunakan truk (HS20-44) dengan kapasitas angkut 20
50 ton. Truk angkut tersebut akan mengangkut material dengan perkiraan frekuensi maksimum 230 kali per
hari. Dengan rute yang akan dilewati dari jalur pantura adalah masuk dari Desa Beji di sebelah selatan
kemudian melewati Desa Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng, Karanggeneng, dan Desa Ujungnegoro
menuju ke tapak lokasi power block di sebelah utara. Kegiatan tersebut diperkirakan akan menimbulkan
kebisingan.

Rona awal tingkat kebisingan disekitar lokasi kegiatan berdasarkan hasil pengukuran lapangan menunjukkan
hasil yang masih di bawah baku mutu kecuali di lokasi Rel Kereta Api Desa Ponowareng (75,5 dBA) dan
Lapangan Bola Desa Kenconorejo (63,8 dBA) sehingga berdasarkan hasil pengukuran rata-rata kebisingan
tercatat sebesar 55 dBA dan dikategorikan skala 3.

Perkiraan intensitas kebisingan yang akan timbul terhadap jarak tertentu dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :


2 = 1 10.2
1

Dimana :
LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r1, dB(A)
LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r2, dB(A)
r1 = Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 1
r2 = Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 2
Pada tahap mobilisasi peralatan dan material akan menggunakan 3 jenis truk yaitu Heavy Truck (intensitas
bisingnya 80 dBA), Pick Up Truck (intensitas bisingnya 78 dBA) dan Dump Truck (intensitas kebisingannya
75 dBA). Berdasarkan rumus tersebut di atas dan intensitas sumber bisingnya maka dapat di hitung
persebaran intensitas bising terhadap jarak tertentu, dari satu sumber bising. Namun apabila sumber
bisingnya banyak untuk receptor yang menerima intensitas bising dengan nilai yang sama maka nilainya di
tambah 3 dBA. Hasil perhitungan kondisi terburuk pada kegiatan mobilisasi alat dan material terhadap
intensitas kebisingan disajikan pada Tabel 3.19 berikut ini.

Tabel 3.19 Kebisingan yang Ditimbulkan Akibat Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material
Pada Berbagai Jarak dari Sumber
KEBI S I NGAN JARAK DARI S UMBER (M)
JENI S KENDARAAN S UMBER (dBA) 10 20 50 100 200 500 600
Heavy trucks 80 73 70 66 63 60 56 55
Pick up trucks 77 70 67 63 60 57 53 52
Dump trucks 70 63 60 56 53 50 46 45

Sumber : Hasil Analisa, 2013

Paparan kebisingan dump truck yang melewati jalan diperkirakan sekitar 70 - 80 dBA pada sumber dampak.
Pada jarak sekitar 10 m kebisingan sekitar 63 - 73 dBA, pada jarak 600 m intensitas kebisingannya akan
menurun sampai sesuai dengan baku mutu yaitu antara 45 55 dBA. Oleh karena itu kebisingan yang
ditimbulkan dapat mengganggu kenyamanan penduduk yang dilewati yang berjarak maksimal 500 m tegak
lurus dari as jalan yang dilalui, sehingga rona akhir menunjukan penurunan skala kualitas lingkungan menjadi
skala 1. Dengan demikian besaran dampak terhadap peningkatan kebisingan akibat adanya kegiatan
mobilisasi peralatan dan material pada tahap konstruksi adalah Sedang dengan nilai perubahan dampaknya
Negatif Dua (-2). Sedangkan Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.20 berikut ini.

Tabel 3.20 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material
PLTU
terhadap Peningkatan Kebisingan
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah manusia yang terkena dampak adala dengan cara
akan terkena dampak rencana mengalikan Kepadatan rata-rata penduduk/km2 pada 6
usaha dan/ atau kegiatan desa yang dilewati yaitu 1.632 jiwa/km2 dengan luas
sebaran dampak (6,48 km2) yaitu sebanyak 10.575 jiwa
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Luas wilayah persebaran dampak adalah 600 m ke kiri dan
ke kanan dari as jalan (1,2 km) dikalikan panjang jalan
yang dilalui (5,4 km) yaitu 6,48 km2
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi yaitu antara 70 80 dBA
pada sumbernya dan berangsur-angsur menurun seiring
dengan pertambahan jarak. Pada jarak 300
m,intensitasnya berkisar antara 50 55 dBA (sesuai
dengan baku tingkat kebisingan berdasarkan KepmenLH
no. 48 tahun 1996)
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak dapat berlangsung selama satu tahapan kegiatan
yaitu kegiatan mobilisasi mobilisasi alat dan material
4. Banyaknya komponen lingkungan P Menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan
hidup lain yang terkena dampak lainnya seperti gangguan pendengaran dan kenyamanan.
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampak tidak bersifat kumulatif karena kegiatan
mobilisasi alat berat dan material berhenti setelah
kegiatan selesai, sehingga dampak yang ditimbulkan
sifatnya menjaditidak penting.
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
dampak
7. Kriteria lain sesuai dengan P Dampak penting negatif yang ditimbulkan tidak dapat
perkembangan ilmu pengetahuan ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak
Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU
terhadap peningkatan kebisingan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material PLTU terhadap peningkatan kebisingan
bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak
pada lingkungan sosial lainnya.

Gangguan Lalulintas Darat (Traffic)


Gangguan lalulintas darat tahap konstruksi PLTU bersumber dari mobilisasi peralatan dan material
konstruksi padatahap konstruksi yang akan menyebabkan peningkatan bangkitan lalulintas. Mobilisasi
peralatan dan material konstruksi terlihat pada kegiatan keluar dan masuknya kendaraan proyek yang
membawa peralatan dan material konstruksi sehingga diperkirakan menyebabkan arus lalulintas akan
terhambat. Kendaraan proyek yang menuju tapak proyek PLTU meliputi truk (HS20-44) dengan kapasitas
angkut 20 - 50 ton. Truk angkut tersebut akan mengangkut material dengan perkiraan frekuensi maksimum
230 kali per hari dengan rute yang akan dilewati dari jalur pantura adalah masuk dari Desa Beji di sebelah
selatan kemudian melewati Desa Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng, dan Desa Karanggeneng menuju
ke tapak lokasi power block di sebelah utara. Kebutuhan beton lainnya (beton in-situ) akan disuplai dari
batching plant yang akan dibangun di dalam lokasi tapak rencana PLTU dengan bahan baku yang akan
diambil dari penyedia yang berada di wilayah sekitar lokasi rencana PLTU.
Ruas Jalan Desa Beji (Akses Jalan sebelah Timur)
Berdasarkan Tabel 3.21 di bawah, perkiraan volume bangkitan lalulintas pada kondisi tanpa proyek di ruas
Beji pada tahun 2013 sebesar 223 smp/jam. Perkiraan bangkitan lalulintas sampai dengan tahun 2019
dihitung berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk di sekitar lokasi proyek. Penambahan jumlah
bangkitan kendaraan sampai dengan tahun 2019 adalah sebesar 6 smp/jam. Penambahan tersebut tidak
memberikan pengaruh negatif dikarenakan tingkat pelayanan masih berada di skala 5 .

Tabel 3.21 Volume Kendaraan pada Kondisi Tanpa Proyek di Ruas Desa Beji (Ruas Jalan sebelah Timur)
TAHUN
KODE JENIS KENDARAAN EKSISTING
2014 2015 2016 2017 2018 2019
(2013)
Kendaraan Umum
UM Tak Bermotor 3 3 3 3 3 3 3
MC Sepeda motor 146 147 147 148 149 149 150
Kendaraan berat
MHV 34 34 34 35 35 35 35
menengah/ truk sedang
Kendaraan ringan/
LV 40 40 40 40 41 41 41
penumpang
LB Bus Besar 0 0 0 0 0 0 0
LT Truk Besar 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL 223 224 225 226 227 228 229
KAPASITAS 2.624
V/C 0,0850 0,0854 0,0858 0,0862 0,0866 0,0870 0,0874
TINGKAT LAYANAN 5 5 5 5 5 5 5
Sumber : Hasil Analisa, 2013
Ket :
- Laju pertumbuhan (r) Kec.Tulis : 0,20
- Laju pertumbuhan (r) Kec.Kandeman : 0,75
- Rata-rata laju pertumbuhan : 0,47
- Kapasitas : tipe jalan dua lajur dua arah tak terbagi (2/2 UD); Co = 3.100; FCw= 0,91; FCsp =1; FCsf= 0,93
(MKJI, 1997)

Berdasarkan Tabel 3.22 di bawah, bangkitan lalulintas pada kondisi dengan proyek di ruas Beji pada tahun
2013 sebesar 231 smp/jam. Dalam 6 tahun masa konstruksi volume bangkitan lalulintas tertinggi terjadi di
tahun 2016 sebesar 241 smp/jam dan menurun menjadi 230 smp/jam pada tahun 2019 saat masa konstruksi
mulai berakhir.

Kondisi dengan dan tanpa proyek relatif tidak menunjukan perbedaan yang berarti karena penambahan
volume kendaraan pada tahun awal/ eksisting dan kondisi puncak hanya sebesar 10 smp/jam dengan tingkat
skala 5 dan akan sejajar/ sama dengan kondisi tanpa proyek saat kegiatan konstruksi berakhir seperti
tampak pada grafik (Gambar 3.1).
Tabel 3.22 Volume Kendaraan pada Kondisi Dengan Proyek di Ruas Desa Beji (Ruas Jalan sebelah Timur)
TAHUN
KODE JENIS KENDARAAN EKSISTING
2014 2015 2016 2017 2018 2019
(2013)
Kendaraan Umum
UM Tak Bermotor 3 3 3 3 3 3 3
MC Sepeda motor 146 147 147 148 149 149 150
Kendaraan berat
MHV 34 34 34 35 35 35 35
menengah/ truk sedang
Kendaraan ringan/
LV 40 40 40 40 41 41 41
penumpang
LB Bus Besar 0 0 0 0 0 0 0
LT Truk Besar 0 0 0 0 0 0 0
Kendaraan Konstruksi
MC Sepeda motor 0 0 0 0 0 0 0
Kendaraan berat
MHV 2 3 4 4 4 2 0
menengah/ truk sedang
Kendaraan ringan/
LV 1 1 2 2 2 1 0
penumpang
LT Truk (HS20-44) 5 6 8 9 8 5 0
MC Sepeda motor 0 0 0 0 0 0 0
Kendaraan Umum dan Kendaraan Konstruksi
UM Tak Bermotor 3 3 3 3 3 3 3
MC Sepeda motor 146 147 147 148 149 149 150
Kendaraan berat
MHV 36 37 38 39 38 37 35
menengah/ truk sedang
Kendaraan ringan/
LV 41 41 42 42 42 42 41
penumpang
LB Bus Besar 0 0 0 0 0 0 0
LT Truk Besar 5 6 8 9 8 5 1
TOTAL 231 234 239 241 241 237 230
KAPASITAS 2.624
V/C 0,0882 0,0892 0,0911 0,0918 0,0917 0,0902 0,0877
TINGKAT LAYANAN 5 5 5 5 5 5 5
Sumber : Hasil Analisa, 2013
Ket :
- Komposisi kendaraan : LV/ Kendaraan penumpang = 18.38%; MHV/ Kendaraan berat menengah/ truk sedang =
32,60%; LT/ Truk Besar/trailer/container = 46,83% dan MC/ Sepeda Motor = 2,19% (sumber : PLTU Tanjung
Jati di Jepara Jawa Tengah)
- Volume ruas Beji : volume ruas Bakalan = 50% : 50%
- Kapasitas : tipe jalan dua lajur dua arah tak terbagi (2/2 UD); Co = 3100; FCw= 0,91; FCsp =1; FCsf=
0,93 (MKJI, 1997)
245
VOLUME LALU LINTAS DENGAN DAN
TANPA PROYEK
TAHUN 2013 -
2019
(SMP/JA
M)

241 240

240

239

237

235

234

231
DENGAN PROYEK
230 TANPA PROYEK

229
230

228

227

226
225

225

224

223

220 TAHUN

DENGAN PROYEK 231 234 239 241 240 237 230


TANPA PROYEK 223 224 225 226 227 228 229

Gambar 3.1 Grafik Volume Lalulintas pada Kondisi Dengan dan Tanpa Proyek
di Ruas Desa Beji (Akses Jalan sebelah Timur)

Ruas Jalan Desa Bakalan (Akses Jalan sebelah Barat)


Berdasarkan Tabel 3.23 di bawah, perkiraan volume bangkitan lalulintas pada kondisi tanpa proyek di ruas
Bakalan pada tahun 2013 sebesar 233 smp/jam. Perkiraan bangkitan lalulintas sampai dengan tahun 2019
dihitung berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk di sekitar lokasi proyek. Penambahan jumlah
bangkitan kendaraan sampai dengan tahun 2019 adalah sebesar 7 smp/jam. Penambahan tersebut tidak
memberikan pengaruh negatif dikarenakan tingkat pelayanan masih berada di skala 5.

Tabel 3.23 Volume Kendaraan pada Kondisi Tanpa Proyek di Ruas Desa Bakalan (Akses Jalan sebelah
Barat)
TAHUN
KODE JENIS KENDARAAN EKSISTING
2014 2015 2016 2017 2018 2019
(2013)
Kendaraan Umum
TAHUN
KODE JENIS KENDARAAN EKSISTING
2014 2015 2016 2017 2018 2019
(2013)
UM Tak Bermotor 1 1 1 1 1 1 1
MC Sepeda motor 148 148 149 150 151 151 152
Kendaraan berat
MHV 6 6 6 6 6 6 6
menengah/ truk sedang
Kendaraan ringan/
LV 58 59 59 59 59 60 60
penumpang
LB Bus Besar 0 0 0 0 0 0 0
LT Truk Besar 20 20 20 20 20 21 21
TOTAL 233 235 236 237 238 239 240
KAPASITAS 2.624
V/C 0,0890 0,0894 0,0898 0,0902 0,0907 0,0911 0,0915
TINGKAT LAYANAN 5 5 5 5 5 5 5
Sumber : Hasil Analisa, 2013
Ket :
- Laju pertumbuhan (r) Kec.Tulis : 0.20
- Laju pertumbuhan (r) Kec.Kandeman : 0.75
- Rata-rata laju pertumbuhan : 0.47
- Kapasitas : tipe jalan dua lajur dua arah tak terbagi (2/2 UD); Co = 3100; FCw= 0,91; FCsp =1; FCsf= 0,93
(MKJI, 1997)

Berdasarkan Tabel 3.24 di bawah, bangkitan lalu lintas pada kondisi dengan proyek di ruas Bakalan pada
tahun 2013 sebesar 242 smp/jam. Dalam 6 tahun masa konstruksi volume bangkitan lalu lintas tertinggi
terjadi di tahun 2016 dan 2017 sebesar 251 smp/jam dan menurun menjadi 241 smp/jam pada tahun 2019
saat masa konstruksi mulai berakhir.

Kondisi dengan dan tanpa proyek relatif tidak menunjukan perbedaan yang berarti karena penambahan
volume kendaraan pada tahun awal/ eksisting dan kondisi puncak hanya sebesar 9 smp/jam dengan tingkat
pelayanan 5 masuk kategori skala 5 dan akan sejajar/ sama dengan kondisi tanpa proyek saat kegiatan
konstruksi berakhir seperti tampak pada grafik (Gambar 3.2).

Tabel 3.24 Volume Kendaraan pada Kondisi Dengan Proyek di Ruas Desa Bakalan (Akses Jalan sebelah
Barat)
TAHUN
KODE JENIS KENDARAAN EKSISTING
2014 2015 2016 2017 2018 2019
(2013)
Kendaraan Umum
UM Tak Bermotor 1 1 1 1 1 1 1
MC Sepeda motor 148 148 149 150 151 151 152
Kendaraan berat
MHV 6 6 6 6 6 6 6
menengah/ truk sedang
TAHUN
KODE JENIS KENDARAAN EKSISTING
2014 2015 2016 2017 2018 2019
(2013)
Kendaraan ringan/
LV 58 59 59 59 59 60 60
penumpang
LB Bus Besar 0 0 0 0 0 0 0
LT Truk Besar 20 20 20 20 20 21 21
Kendaraan Konstruksi
MC Sepeda motor 0 0 0 0 0 0 0
Kendaraan berat
MHV 2 3 4 4 4 2 0
menengah/ truk sedang
Kendaraan ringan/
LV 1 1 2 2 2 1 0
penumpang
LT Truk (HS20-44) 5 6 8 9 8 5 0
MC Sepeda motor 0 0 0 0 0 0 0
Kendaraan Umum dan Kendaraan Kosntruksi
UM Tak Bermotor 1 1 1 1 1 1 1
MC Sepeda motor 148 149 149 150 151 151 152
Kendaraan berat
MHV 8 9 10 10 10 9 7
menengah/ truk sedang
Kendaraan ringan/
LV 59 60 61 61 61 61 60
penumpang
LB Bus Besar 0 0 0 0 0 0 0
LT Truk Besar 25 26 28 29 28 25 21
TOTAL 242 245 250 251 251 247 241
KAPASITAS 2.624
V/C 0,0922 0,0932 0,0951 0,0959 0,0958 0,0943 0,0918
TINGKAT LAYANAN 5 5 5 5 5 5 5
Sumber : Hasil Analisa, 2013
Ket :
- Komposisi kendaraan : LV/ Kendaraan penumpang = 18.38%; MHV/ Kendaraan berat menengah/ truk sedang =
32,60%; LT/ Truk Besar/trailer/container = 46,83% dan MC/ Sepeda Motor = 2,19% (sumber : PLTU Tanjung
Jati di Jepara Jawa Tengah)
- Volume ruas Beji : volume ruas Bakalan = 50% : 50%
- Kapasitas : tipe jalan dua lajur dua arah tak terbagi (2/2 UD); Co = 3100; FCw= 0,91; FCsp =1; FCsf=
0,93 (MKJI, 1997)
VOLUME LALU LINTAS DENGAN DAN
TANPA PROYEK
TAHUN 2013 -
253
2019
(SMP/JA
M)

251

251

250

248 247

245

243 24
2
DENGAN
PROYEK
TANPA
PROYEK

241

240

239
238
238

237

236

235

233
TAHUN
233

DENGAN PROYEK 242 245 250 251 251 247 241


TANPA PROYEK 233 235 236 237 238 239 240

Gambar 3.2 Grafik Volume Lalulintas pada Kondisi Dengan dan Tanpa Proyek
di Ruas Desa Bakalan (Akses Jalan sebelah Barat)

Rona awal dari kondisi bangkitan lalu lintas pada ruas Beji dan ruas Bakalan keduanya masih masuk dalam
skala 5 , begitu pula kondisi bangkitan lalu lintas kedua ruas tersebut pada saat rona akhir (dengan adanya
proyek) diprakirakan tidak menunjukan perbedaan yang berarti karena penambahan volume kendaraan pada
tahun awal/ eksisting dan kondisi puncak hanya sebesar 10 smp/jam pada ruas Beji dan 9 smp/jam pada
ruas Bakalan sehingga skala kualitas lingkungan tidak terjadi perubahan tetap pada skala 5. Dengan
demikian besaran dampak terhadap bangkitan lalu lintas kendaraan akibat adanya kegiatan mobilisasi
peralatan dan material adalah tergolong Tidak Ada Dampak dengan nilai perubahan dampaknya Tidak Ada
Perubahan (0). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.25 berikut ini.
Tabel 3.25 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Konstruksi PLTU
terhadap Gangguan Lalulintas Darat
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah manusia yang terkena dampak adala
akan terkena dampak rencana dengan cara mengalikan Kepadatan rata-rata
usaha dan/ atau kegiatan penduduk/km2 pada 6 desa yang dilewati yaitu
1.632 jiwa/km2 dengan luas sebaran dampak (6,48
km2) yaitu sebanyak 10.575 jiwa dan bisa
meningkat lagi jika di hitung jumlah penduduk
yang melewati ruas jalan pantura.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Luas wilayah persebaran dampak adalah 600 m ke
kiri dan ke kanan dari as jalan (1,2 km)
dikalikan panjang jalan yang dilalui (5,4 km) yaitu
3. Intensitas dampak TP 6,48 km2 tergolong rendah karena penambahan
Intensitas
volume kendaraanhanya 10 smp/jam pada ruas
jalan Beji dan 9 smp/jam pada ruas jalan Bakalan.
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak akan berlangsung selama masa
konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan TP Hanya merupakan dampak primer
hidup lain yang terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak TP Tidak kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
dampak
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak penting yang ditimbulkan dapat
perkembangan ilmu pengetahuan ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU
terhadap lalulintas darat masuk kategori dampak penting, dilihat dari jumlah manusia yang terkena
dampak. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan tidak terjadi penurunan skala kualitas namun
dampak tergolong Penting (P).

Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi PLTU terhadap lalulintas darat
bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.

Kerusakan Infrastruktur Jalan dan Jembatan


Selain dapat menyebabkan gangguan lalu-lintas darat, dapat pula terjadi kerusakan prasarana jalan di
sekitar lokasi kegiatan proyek akibat kegiatan konstruksi PLTU antara lain disebabkan oleh kegiatan
mobilisasi peralatan dan material bangunan. Kerusakan jalan dapat terjadi apabila beban kendaraan yang
melewati jalan tersebut melebihi kapasitas/ daya dukung jalan yang ada, di samping tingginya frekuensi/
intensitas lalu lintas dengan bobot muatan yang berat.

Rute yang akan dilewati kendaraan proyek dari jalur pantura adalah dari Desa Beji di sebelah selatan
kemudian melewati Desa Simbangjati, Desa Kenconorejo, dan Desa Ponowareng menuju ke tapak lokasi
power block di sebelah utara. Jalur jalan lingkungan dan jembatan yang akan dilalui mobilisasi alat berat dan
pengangkutan material bangunan tergolong jalan kabupaten kelas 3b dengan kemampuan beban gandar 8
ton (Dinas Perhubungan Kabupaten Batang, 2013). Melihat kondisi yang ada maka dapat dikategorikan
skala kualitas jalan yang ada saat ini adalah baik. Pada saat ini Pemerintah Kabupaten Batang bersama-
sama dengan PT BPI telah melakukan pelebaran dan perkuatan jalan serta jembatan tersebut, sehingga
skalanya tergolong skala 4.

Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan Kabupaten Batang, maka untuk kelas jalan di wilayah Desa
Beji dengan kelas jalan 3b (beban gandar 8 ton), maka dapat dilalui kendaraan ringan n = 25
kendaraan/4jam. Perkerasan pada jalan-jalan tersebut diasumsikan dapat bertahan 3 tahun (36 bulan) tanpa
pemeliharaan. Selama kegiatan mobilisasi alat berat dan pengangkutan material bangunan dan material
dengan beban total maksimum 50 ton diperkirakan beban (w) = 8,3 ton (rata-rata dump truck dengan muatan
dan alat berat lainnya) dengan frekuensi (n) = 76 kendaraan/4 jam. Sehingga tingkat kerusakan jalan adalah
:

36 bl 36 bl
Lt 5,7 bulan
630 t / 100 t 6,3

Kegiatan konstruksi PLTU berpotensi menimbulkan dampak peningkatan beban jalan dan jembatan terutama
pada saat pengangkutan peralatan dan material yang mengggunakan kendaraan berat. Jalan lingkungan
tersebut diperkirakan akan rusak setelah dilewati oleh alat berat dan pengangkutan material bangunan dan
material setelah 5,7 bulan. Kegiatan konstruksi jalan tersebut menyebabkan kerusakan jalan, tetapi
kemungkinan tidak mengganggu lalu lintas kendaraan karena saat ini telah dilakukan perbaikan pada bagian
jalan yang rusak dan perkuatan jalan serta jembatan sehingga skalanya tergolong skala 3.

Dengan demikian besaran dampak kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan akibat adanya kegiatan
mobilisasi peralatan dan material adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif 1 (-1).
Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.26 berikut ini.
Tabel 3.26 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Konstruksi PLTU
terhadap Kerusakan Infrastruktur Jalan dan Jembatan
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah manusia yang terkena dampak adala
akan terkena dampak rencana dengan cara mengalikan Kepadatan rata-rata
usaha dan/ atau kegiatan penduduk/km2 pada 6 desa yang dilewati yaitu
1.632 jiwa/km2 dengan luas sebaran dampak (6,48
km2) yaitu sebanyak 10.575 jiwa
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Luas wilayah persebaran dampak adalah 600 m ke
kiri dan ke kanan dari as jalan (1,2 km)
dikalikan panjang jalan yang dilalui (5,4 km) yaitu
3. Intensitas dampak P 6,48 km2
Intensitas tergolong relatif sedang,
mengingat
kondisi jalan sebagian besar sudah cukup baik dan
akan semakin meningkatkan intensitas pada saat
Lamanya dampak berlangsung TP tahap
Dampak konstruksi
akan PLTU.
berlangsung selama
mobilisasi peralatan dan material selama
konstruksi.
4. Banyaknya komponen lingkungan P Dampak sekunder lain berupa timbulnya keresahan
hidup lain yang terkena dampak dan persepsi negatif masyarakat.
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampak dapat terakumulasi bila tidak dilakukan
pelebaran dan perbaikan jalan khususnya di
sekitar jalan masuk menuju tapak pembangkit.
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik) dengan
dampak melakukan perbaikan jalan untuk areal jika
terjadi kerusakan akibat kendaraan proyek.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat
perkembangan ilmu pengetahuan ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia dengan
dan teknologi perkuatan jalan dan jembatan.
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU
terhadap kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan masuk kategori dampak penting. Dari uraian
perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi PLTU terhadap lalulintas darat
bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.

Peningkatan Peluang Berusaha


Kegiatan mobilisasi peralatan dan material diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap peluang
usaha. Peralatan dan material untuk konstruksi PLTU yang dibawa ke tapak power block akan melalui Desa
Beji, Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng, Karanggeneng, dan Desa Ujungnegoro. Frekuensi transportasi
peralatan dan material diperhitungkan sekitar 230 kali per hari. Kehadiran tenaga kerja dari luar pada
kegiatan ini akan membutuhkan makan/ minum dan kebutuhan sehari-hari, serta butuh tempat tinggal.
Berbagai kebutuhan hidup tenaga kerja pada kegiatan mobilisasi peralatan dan material tersebut akan
menimbulkan peluang berusaha bagi warga di sekitar proyek; yang berarti akan muncul ketidakseimbangan
dalam lingkungan masyarakat, dan untuk mewujudkan keseimbangan baru harus dilakukan fasilitasi dan
penyediaan sarana prasarana baru. Rona awal mata pencaharian masuk dalam kategori skala 3 dimana 5 -
10% rumah tangga berpotensi untuk memetik manfaatnya (Lampiran 2P). Dimana jumlah 5 10% rumah
tangga ini merupakan rumah tangga yang mempunyai pekerjaan utama di bidang perdagangan dan jasa.
Munculnya peluang usaha diperkirakan akan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi skala 5, yakni
mampu memberikan peluang usaha pada lebih dari 15% rumah tangga di wilayah yang terkena dampak
(Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya peluang berusaha pada tahap
konstruksi adalah tergolong Sedang (Lampiran 2P), dengan nilai perubahan dampaknya Positif Dua (+2).
Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.27 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak
kegiatan mobilisasi alat dan material terhadap peningkatan peluang berusaha dapat dilihat pada Lampiran
3D poin 1.2.2.1.

Tabel 3.27 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Konstruksi PLTU
terhadap Peningkatan Peluang Berusaha
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak mencakup
akan terkena dampak rencana 4.642 keluarga di desa yang dilalui jalur transportasi
usaha dan/ atau kegiatan untuk mobilisasi peralatan dan material
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak mencakup desa yang akan dilalui
dampak transportasi alat dan material meliputi desa Beji,
Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng,
Karanggeneng, dan Ujungnegoro
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak sedang mengingat terbatasnya
peluang usaha di desa-desa yang dilalui kendaraan
proyek dan desa tapak blok PLTU
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak hanya akan berlangsung pada tahap
konstruksi
4. Banyaknya komponen P Menimbulkan dampak sekunder pada pendapatan
lingkungan hidup lain yang dan persepsi masyarakat
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Peluang berusaha yang muncul bersifat kumulatif
selama tahap konstruksi berlangsung
6. Berbalik atau tak berbaliknya P Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat
dampak ditingkatkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU
terhadap peluang berusaha masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan
terciptanya kesimbangan baru yang positif diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru
untuk menjaga peluang warga yang terkena dampak memanfaatkan peluang usaha yang muncul.

Mekanisme aliran dampak peningkatan peluang berusaha pada kegiatan konstruksi PLTU bersifat langsung
pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.

Gangguan Kesehatan Masyarakat


Kegiatan konstruksi pembangunan PLTU menyebabkan aktivitas dan volume lalulintas bertambah yang
berakibat terjadinya pencemaran udara. Pencemaran udara yang diakibatkan lalulintas kendaraan
menyebabkan peningkatan emisi gas buang kendaraan dan debu akibat buruknya kualitas jalan masuk
menuju lokasi Blok PLTU sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan prevalensi penyakit saluran
pernapasan.

Penelitian Zou, dkk. (1997) menunjukan bahwa debu yang ada di jalan-jalan adalah debu yang sangat halus.
Karena halusnya, debu yang berukuran kurang dari 10 mikron yang dilepaskan oleh knalpot kendaraan
bermotor atau dari gesekan roda dengan muka jalan akan terhirup organ pernafasan tanpa mampu disaring
oleh bulu-bulu halus hidung, selanjutnya diteruskan ke organ-organ pernafasan bagian dalam. Debu dengan
ukuran 5 - 10 mikron yang ikut masuk saat kita mengambil nafas tertahan dan tertimbun dalam saluran nafas
bagian atas (dari hidung - faring). Debu ukuran 3 - 5 mikron yang ikut masuk saat kita mengambil nafas akan
tertahan pada saluran nafas bagian tengah (dari trakea - bronkhiolus) dan debu ukuran 1 - 3 mikron akan
tertimbun pada saluran nafas bagian bawah (bronkhiolus terminalis - alveolus). Debu dengan ukurannya
kurang dari 1 mikron akan berdifusi keluar masuk alveolus dan akan ikut keluar saat nafas dihembuskan.
Pengaruh bahan pencemar dapat meningkatkan resiko atau penyakit pada seseorang atau sekelompok
orang. Pengaruh ini dapat diperberat oleh beberapa faktor seperti umur dan ada tidaknya penurunan
kapasitas paru dan jantung. Anak-anak dan para lanjut usia rentan terhadap infeksi saluran nafas oleh
karena kapasitas, fungsi parunya dan imunitasnya kurang sempurna.

Kegiatan konstruksi power block PLTU diperkirakan akan memberikan beban pencemaran udara berupa
debu, NO2, dan SO2. Kontribusi debu, SO2, dan NO2 diperkirakan masih berada dibawah baku mutu
lingkungan yang ditetapkan oleh Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001.
Akses kendaraan berat menuju lokasi tapak power block dari jalur pantura akan masuk dari Desa Beji di
sebelah selatan kemudian melewati Desa Tulis, Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng, Juragan, Bakalan,
Wonokerso, Karanggeneng, dan Desa Ujungnegoro. Cara mengurangi konsentrasi pencemar khususnya
debu dapat dilakukan dengan cara mengurangi sumber pencemar dan menjauhkan jarak antara sumber
dengan penerima merupakan solusi yang cukup sulit untuk dilaksanakan, terutama pada masa kontruksi
pembangunan PLTU. Hal yang paling mungkin dilakukan adalah dengan cara mengurangi masuknya zat
pencemar ke dalam rumah dan menciptakan kondisi di dalam rumah yang lebih sehat dan nyaman. Adanya
pagar dengan tingkat kerapatan antara 85 - 100%, ketinggian minimal 1,3 m dan jarak pagar dengan dinding
minimal 2,5 m dapat pula mengurangi masuknya zat pencemar ke dalam rumah dan menciptakan kondisi di
dalam rumah yang lebih sehat dan nyaman.

Rona awal dari kondisi pola penyakit pada angka kesakitan infeksi saluran pernapasan bagian atas masih
masuk dalam skala 4 dimana urutan 2 - 5 bukan merupakan penyakit infeksi, dengan adanya mobilitas
kendaraan yang melewati jalan-jalan di desa dengan frekuensi maksimum untuk truk angkut 230 kali per hari
maka diprakirakan akan terjadi peningkatan pola penyakit terutama ISPA sebesar 30 % sehingga skala
kualitas lingkungan menjadi skala 3 dimana pola penyakit pada urutan 1 - 3 merupakan penyakit infeksi dan
4 - 5 bukan penyakit infeksi. Dengan demikian besaran dampak terhadap kondisi kesehatan masyarakat
akibat adanya kegiatan mobilisasi peralatan dan material adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan
dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.28 berikut ini.

Tabel 3.28 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Konstruksi PLTU
terhadap Gangguan Kesehatan Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan P Kepadatan rata-rata penduduk/km2 pada 6 desa
terkena dampak rencana usaha dan/ yang dilewati yaitu 1.632 jiwa/km 2 dengan luas
atau kegiatan sebaran dampak (6,48 km2) yaitu sebanyak
10.575 jiwa..
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Luas wilayah persebaran dampak adalah 600 m
ke kiri dan ke kanan dari as jalan (1,2 km)
dikalikan
panjang jalan yang dilalui (5,4 km) yaitu
6,48 km2Wilayah yang terpengaruh dampak
adalah
3. Intensitas dampak P Desa Ujungdampak
Intensitas negoro,yang
Karanggeneng,
ditimbulkan Ponowareng,
dari kegiatan
ini cukup berat, dapat terjadi peningkatan
penderita penyakit ISPA sampai 30%.
Lamanya dampak berlangsung P Lamanya dampak > Satu tahapan kegiatan
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup P Kegiatan ini akan menimbulkan dampak sekunder
lain yang terkena dampak dan dampak lanjutannya terhadap kenyamanan
masyarakat dan kesehatan masyarakat
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampaknya tidak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Dampak yang timbul merupakan dampak
terbalikkan, atau dapat dipulihkan
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak penting negatif yang ditimbulkan tidak
perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU
terhadap kesehatan masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi PLTU terhadap gangguan
kesehatan bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia (udara) dan berlanjut pada aspek
kesehatan masyarakat.

Perubahan Persepsi Masyarakat


Kegiatan mobilisasi peralatan dan material dengan perkiraan jumlah truk yang melintas mencapai 230 unit
per hari diperkirakan dapat menimbulkan penurunan kualitas udara, kebisingan dan gangguan lalulintas
darat, jika dalam pelaksanaannya dapat dikelola dengan baik, maka tidak akan menimbulkan persepsi
negatif masyarakat. Munculnya kebisingan dan peningkatan arus lalulintas bisa mengganggu kenyamanan
masyarakat yang berdekatan dengan jalur akses jalan. Dampak negatif berarti terjadi ketidakseimbangan
dalam lingkungan sosial yang jika tidak ada fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru
yangdapat menimbulkan reaksi negatif dari masyarakat di jalur tranportasi peralatan dan material. Fasiltasi
dan penyediaan sarana dan prasarana dapat menghilangkan persepsi negatif tersebut. Di sisi lain juga
muncul persepsi positif karena adanya peluang usaha dan peningkatan pendapatan. Ketidakseimbangan
yang muncul akibat dampak yang bersifat positif terjadi karena kondisi lingkungan sosial cukup kondusif
untuk kegiatan mobilisasi peralatan dan material. Rona awal kualitas lingkungan pada aspek persepsi
masyarakat masuk dalam kategori baik atau skala 4. (Lampiran 2P). Kegiatan mobilisasi peralatan dan
material diprediksikan akan meningkatkan skala kualitas lingkungan menjadi skala 5 (Lampiran 2P) dengan
besaran dampak adalah Positif Satu (+1).

Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.29 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak
kegiatan mobilisasi alat dan material terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran
3D poin 1.2.2.2.
Tabel 3.29 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Konstruksi PLTU
terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak mencakup
akan terkena dampak rencana usaha 4.642 keluarga di desa yang dilalui jalur transportasi
dan/ atau kegiatan untuk mobilisasi peralatan dan material
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak mencakup desa yang akan dilalui
transportasi alat dan material meliputi desa Beji,
Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng,
Karanggeneng, dan Ujungnegoro
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi karena: (a)
frekuensinya kendaraan tinggi; (b) memberikan
peluang usaha
Lamanya dampak berlangsung P Dampak diprediksikan akan berlangsung hanya
selama tahap konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
hidup lain yang terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif selama tahap konstruksi
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Dampak positif dapat ditingkatkan dan dampak
negatif dapat dipulihkan melalui pengelolaan
terprogram.
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan dan teknologi
teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU
terhadap perubahan persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala
kualitas lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk
mewujudkan terciptanya kesimbangan baru berupa peningkatan persepsi positif dan memulihkan persepsi
negatif yang muncul, diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru untuk menjaga dan
mempertahankan persepsi positif di kalangan masyarakat yang terkena dampak.

Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi PLTU terhadap perubahan
persepsi masyarakat bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia (udara) dan berlanjut pada
aspek sosial ekonomi dan budaya.

Gangguan terhadap Kenyamanan


Kegiatan mobilisasi peralatan berat yang terdiri dari backhoe, bulldozer, trailer, dump truck/ mixer truck,
crawler crane, truck crane, pilling barge, crane barge, pile driver,forklift, dan material konstruksi seperti pasir ,
semen, batu, kawat besi, serta lalu-lintas tenaga kerja diperkirakan menimbulkan kebisingan yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kenyamanan tinggal masyarakat sekitar proyek. Paparan kebisingan dump
truck yang melewati jalan diperkirakan sekitar 95 - 108 dBA pada sumber dampak. Pada jarak sekitar 61 m
kebisingan menurun menjadi 75 - 80 dBA dan pada jarak sekitar 100 m dapat menurun sekitar 55 - 60 dBA.
Oleh karena itu kebisingan yang ditimbulkan dapat mengganggu penduduk yang dilewati (tinggal berjarak
sekitar 10 - 300 m dari jalan). Dari kegiatan sejenis yang ada (PLTU Tanjung Jati B Jepara) selama masa
konstruksi sekitar delapan ratus tenaga kerja dari luar membawa kendaraan sepeda motor yang digunakan
untuk transportasi ke lokasi proyek. Jalan-jalan yang kemungkinan akan dilalui adalah jalur barat Bakalan-
Ujungnegoro. Pada jalur ini selain permukiman juga akan melewati beberapa fasilitas umum. Untuk desa
Baklalan fasilitas umum yang akan terlewati meliputi mushola, masjid, dan balai Desa Bakalan. Sedangkan
desa Ujungnegoro, fasilitas umum yang terlewati adalah sekolah dasar, perpustakaan, mushola, Madrasah
Tsanawiyah, dan lapangan. Pada jalur Beji-Kenconorejo-Ponowareng fasilitas umum yang terlewati di Desa
Beji adalah mushola di Kantor Dinas Perkebunan. Kemudian di Desa Kenconorejo fasilitas umum yang
terlewati adalah lapangan, masjid, Balai Desa Kenconorejo, Sekolah Dasar Negeri 2, Mushola, Puskesmas
Pembantu, dan Taman Kanak-kanak. Sedangkan di Desa Ponowareng, fasilitas umum yang terlewati adalah
mushola, masjid, dan Balai Desa Ponowareng. Kenyamanan warga yang tinggal di pinggir jalan dan
kegiatan-kegiatan warga di fasilitas umum tersebut diperkirakan akan terganggu kenyamanannya. Dengan
demikian kegiatan mobilisasi peralatan dan material memunculkan ketidakseimbangan di lingkungan sosial,
akibat perubahan (penurunan) kenyamanan, namun penurunan kenyamanan ini dapat dikelola sehingga
muncul keseimbangan baru. Rona awal kenyamanan masuk pada kriteria baik atau skala 4 artinya
masyarakat merasa nyaman tinggal di lingkungan tempat tinggalnya (Lampiran 2P). Aktivitas proyek
diperkirakan akan menurunkan skala kualitas kenyamanan menjadi skala 3 artinya masyarakat masih cukup
nyaman dengan munculnya dampak negatif dari pembangunan PLTU seperti kebisingan dan peningkatan
kepadatan lalulintas. Dengan demikian besaran dampak terhadap kenyamanan akibat adanya kegiatan pada
tahap konstruksi adalah tergolong Kecil (Lampiran 2P), dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-
1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.30 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak
kegiatan mobilisasi alat dan material terhadap gangguan kenyamanan dapat dilihat pada Lampiran 3D poin
1.2.2.3.

Tabel 3.30 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Konstruksi PLTU
terhadap Gangguan Kenyamanan
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak mencakup
akan terkena dampak rencana 4.642 keluarga di desa yang dilalui jalur transportasi
usaha dan/ atau kegiatan untuk mobilisasi peralatan dan material
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak tersebar di desa-desa yang dilalui
transportasi alat dan material meliputi desa Beji,
Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng,
Karanggeneng, dan Ujungnegoro
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi karena frekuensi
kendaraan yang tinggi.
Lamanya dampak berlangsung P Dampak hanya akan berlangsung tahap konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan P Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi
hidup lain yang terkena dampak masyarakat
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Melalui pengelolaan yang baik dampak negatif dapat
dampak diminimalkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak
Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU
terhadap gangguan kenyamanan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan
terciptanya kesimbangan baru berupa pulihnya kenyamanan tinggal, diperlukan fasilitasi dan penyediaan
sarana serta prasarana baru untuk menjaga dan mempertahankan kenyamanan.

Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi PLTU terhadap gangguan
kenyamanan bersifat langsung langsung pada komponen lingkungan fisik kimia (udara) dan berlanjut pada
aspek sosial ekonomi dan budaya.

Peningkatan Pendapatan
Kegiatan mobilisasi peralatan dan material diperkirakan akan memberi dampak positif terhadap peluang
berusaha dan memberi dampak ikutan adanya peningkatan pendapatan. Kegiatan mobilisasi yang cukup
padat dan banyaknya tenaga kerja dari luar akan membuka peluang berusaha dengan usaha pemenuhan
kebutuhan hidup para tenaga kerja dari luar tersebut. Berbagai peluang berusaha meliputi penyediaan
tempat tinggal dan pemenuhan kebutuhan makan/ minum serta kebutuhan hidup sehari-hari. Rona awal
pendapatan masyarakat masuk dalam kategori skala 3 (Lampiran 2P). Adanya prediksi terjadi perubahan
pendapatan akibat adanya peluang usaha selama kegiatan mobilisasi peralatan dan material akan
menciptakan ketidakseimbangan pada lingkungan sosial yang diperkirakan akan meningkatkan kualitas
lingkungan menjadi skala 5 (Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap peningkatan
pendapatan pada tahap konstruksi adalah Sedang (Lampiran 2P), dengan nilai perubahan dampak adalah
Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.31 berikut ini. Analisis rinci
penentuan dampak kegiatan mobilisasi alat dan material terhadap gangguan kenyamanan dapat dilihat pada
Lampiran 3D poin 1.2.2.4.

Tabel 3.31 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Peralatan dan Material terhadap
Peningkatan Pendapatan
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak meliputi
akan terkena dampak rencana 4.642 keluarga yang dilalui jalur transportasi menuju
usaha dan/ atau kegiatan proyek.
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak tersebar di desa-desa yang dilalui
dampak transportasi alat dan material meliputi desa Beji,
Simbangjati, Kenconorejo, Ponowareng,
Karanggeneng, dan Ujungnegoro
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tinggi mengingat: (a) peluang
usaha akan menambah pendapatan keluarga; (b)
sekitar 35 50% keluagra masih memerlukan
bantuan anggota keluarganya dalam mencukupi
kebutuhan hidup.
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak hanya akan berlangsung tahap konstruksi
berlangsung
4. Banyaknya komponen P Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi
lingkungan hidup lain yang masyarakat
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Pendapatan menjadi salah satu sumber penunjang
utama kehidupan, sehingga dampak bersifat
kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya P Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat
dampak ditingkatkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi alat dan material pada tahap konstruksi PLTU
terhadap peningkatan pendapatan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Dalam mewujudkan
terciptanya kesimbangan baru yang positif diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru
untuk menjaga peluang warga yang terkena dampak memanfaatkan peluang usaha yang muncul.

Mekanisme aliran dampak peningkatan pendapatan pada kegiatan mobilisasi peralatan dan material bersifat
langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan
dampak pada lingkungan sosial lainnya.
c. Pematangan Lahan
Penurunan Kualitas Udara
Penurunan kualitas udara khususnya debu pada tahap konstruksi PLTU bersumber dari pengoperasian alat-
alat berat, mobilisasi alat dan material pada saat pematangan lahan. Penurunan kualitas udara (debu) akibat
dari kegiatan pematangan lahan rencana pembangunan PLTU dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

eu = 5,9 (s/12) (S/30) (W/7)0,7 (w/4)0,5 (d/365)

Dimana :
eu = jumlah debu per panjang jalan (lb/mil)
s = silt content (%)
S = kecepatan kendaraan (mil/jam)
W = berat kendaraan (ton)
w = jumlah roda kendaraan
d = jumlah hari tidak hujan dalam 1 tahun

Berdasarkan data lapangan di ketahui silt content adalah sebesar 0,2%, kecepatan kendaraan sekitar 20
km/jam, berat kendaraan sekitar 20 ton, jumlah roda kendaraan 10 buah, jumlah hari tidak hujan dalam
setahun adalah 214 hari, maka diperoleh jumlah debu per panjang jalan adalah sebesar 22,245 g/m3. Bila
diasumsikan luas pengadukan/ dispersi debu adalah sebesar 100 m2 maka konsentrasi debu di lokasi
tersebut adalah sebesar 222,45 g/m3.

Berdasarkan data rona awal untuk konsentrasi debu di lokasi tapak proyek pada pintu masuk area Maqam
Syeikh Maulana Maghribi Desa Ujungnegoro adalah sebesar 54,52 g/Nm3 dan permukiman penduduk
Dukuh Rowokudo Desa Ujungnegoro sebesar 45,07 g/Nm3, bila kegiatan pematangan lahan berlangsung
maka akan terjadi penambahan debu di Desa Ujungnegoro sebesar 222,45 g/Nm3, sehingga kondisi rona
akhir debu di lokasi proyek akan meningkat menjadi 276,97 g/Nm3. Bila dibandingkan dengan baku mutu
kualitas udara berdasarkan SK. Gubernur Jawa Tengah No. 08 tahun 2001 (untuk konsentrasi debu : 230
g/Nm3) maka konsentrasi debu di rencana tapak proyek nilainya telah melampaui baku mutu.

Rona awal dari kualitas udara di sekitar lokasi proyek masih dalam kondisi sedang dan memiliki skala 3,
sedangkan kondisi rona akhir menunjukan penurunan skala kualitas lingkungan menjadi skala 1. Dengan
demikian besaran dampak terhadap kualitas udara dengan adanya kegiatan pematangan lahan PLTU adalah
tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak
tertera pada Tabel 3.32 berikut ini.

Tabel 3.32 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan


PLTU
terhadap Penurunan Kualitas Udara
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk P Jumlah penduduk yang terkena dampak negatif lebih
yang akan terkena dampak besar daripada yang memperoleh manfaat yaitu
rencana usaha dan/ atau penduduk yang tinggal dekat dengan lokasi PLTU
kegiatan yaitu penduduk di Desa Ujungnegoro, Karanggeneng
dan Ponowareng dengan total jumlah penduduk
12.258 orang.
2. Luas wilayah penyebaran P Luas wilayah persebaran dampak lebih luas
dampak dibandingkan dengan luas rencana kegiatan yaitu
mencakup tiga desa terdekat dengan total luas
10,384 km2.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tergolong tinggi karena dengan
adanya pematangan lahan kadar debu dapat
melebihi baku mutu lingkunganyaitu sebesar 276,97
Lamanya dampak P Dampak berlangsung tergolong sedang yaitu pada saat
berlangsung kegiatan pematangan lahan pada tahap
konstruksi sekitar satu tahun.
4. Banyaknya komponen P Terdapat komponen lain yang terkena dampak
lingkungan hidup lain yang yakni kesehatan masyarakat, dan gangguan biota
terkena dampak darat.
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak penurunan kualitas udara bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
dampak
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak penting negatif yang ditimbulkan tidak dapat
perkembangan ilmu ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU
terhadap penurunan kualitas udara masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Mekanisme aliran dampak kegiatan pematangan lahan PLTU terhadap penurunan kualitas udara bersifat
langsung pada komponen lingkungan fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.

Penurunan Kualitas Air Permukaan


Sungai yang ada di lokasi power block bukan merupakan sungai alami tetapi merupakan saluran
PRAKIRAAN DAMPAK 3-
PENTING 52
pembuangan musiman yang hanya dialiri air ketika saat hujan saja. Kegiatan pematangan lahan akan
merubah profil tanah yaitu susunan horizon tanah, struktur dan agregasi tanah, ketebalan solum tanah,
sehingga pori-pori tanah lebih cenderung menjadi pori aerasi (makro), sebagai akibat sekundernya adalah
lemahnya ikatan antar butiran tanah, sehingga mudah hancur oleh air hujan, mudahnya butiran tanah
terbawa oleh aliran air permukaan akan menyebabkan peningkatan TSS (Total Suspended Solids) pada air
permukaan terutama pada saat musim hujan.

Untuk mengetahui hasil sedimen akibat pematangan lahan dapat dihitung dengan terlebih dahulu
menentukan erosivitas hujan dengan menggunakan data curah hujan bulanan, faktor erodibilitas tanah,
penilaian kelas lereng, faktor penutupan lahan, dan teknik konservasi tanah (perhitungan terlampir). Hasil
perhitungan erosi tanah seperti tertera pada Tabel 3.33 berikut ini.

Tabel 3.33 Jumlah Erosi


EROSI EROSI
TATA GUNA TEKSTUR
LOKASI R K LS C P SEBELUM SETELAH
LAHAN TANAH
(TON/HA/TH) (TON/HA/TH)
lempung
T1 Kebun Campuran 1637,3 0,306 0,25 0,01 1 1,2525345 2,0040552
berpasir
lempung
T2 Sawah 1637,3 0,36 0,25 0,01 1 1,47357 2,357712
berpasir

Setelah mengetahui jumlah erosi total maka dapat dihitung produksi sedimen dengan formula berikut ini :

Y = E (SDR) Ws

Tabel 3.34 Produksi Sedimen


EROSI PRODUKSI SEDIMEN
KODE LOKASI TON/HA/TH TON/TH
SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH
T1 Desa Ujungnegoro 1,25 2 169,8 271,68
T2 Desa Karanggeneng 1,47 2,36 199,68 320,58

Dengan melihat perkiraan produksi sedimen sebelum dan sesudah pematangan lahan maka akan terjadi
peningkatan jumlah sedimen sesudah pematangan lahan yang kemungkinan terbawa kedalam air sungai.
Peningkatan jumlah sedimen yang masuk ke sungai dapat dilihat pada Tabel 3.35 berikut ini.
Tabel 3.35 Peningkatan Jumlah Sedimen yang Masuk ke Sungai
SKALA SKALA
PRODUKSI PRODUKSI SELISIH
KUALITAS KUALITAS
SEDIMEN LINGKUNGAN SEDIMEN LINGKUNGAN
SEBELUM SESUDAH
169,8 sedang (3) 271,68 buruk (2) 1
199,68 sedang (3) 320,58 buruk (2) 1

Dengan demikian besaran dampak peningkatan sedimen terhadap penurunan kualitas air sungai adalah
tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak
tertera pada Tabel 3.36 berikut ini.

Tabel 3.36 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan PLTU
terhadap Penurunan Kualitas Air Permukaan
SIFAT
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING PENTING KETERANGAN
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan TP Jumlah penduduk yang terkena dampak tergolong
terkena dampak rencana usaha dan/ atau kecil karena dampak terjadi di sungai-sungai alami
kegiatan dalam lokasi proyek dan didalam lokasi tapak
proyek seluas 226,4 Ha tidak terdapat pemukiman
penduduk.
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Wilayah sebaran dampak tergolong kecil hanya
meliputi beberapa sungai kecil dalam tapak
proyek (Sungai Karanggeneng, Sungai Sendang
dan Sungai Jamban) dengan panjang sungai
dalamm tapak PLTU sekitar 1,5 km dengan lebar
sungai sekitar 2 5 m atau luas sekitar 0,0075
Km2.
3. Intensitas dampak TP Intensitas dampak tergolong kecill karena pada
kebun campuran produksi sedimen 169,8 menjadi
271,68 Ton/tahun dan pada sawah 199,68
menjadi 320,58 Ton/tahun.Produksi sedimen
tanpa kegiatan sudah tergolong tinggi.
Lamanya dampak berlangsung TP Jumlah penduduk yang terkena dampak tergolong
kecil karena dampak terjadi di sungai-sungai alami
dalam lokasi proyek dan didalam lokasi tapak
proyek seluas 226,4 Ha tidak terdapat pemukiman
penduduk.
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup P Komponen lain yang terkena dampak adalah biota
lain yang terkena dampak air laut seperti ikan dan terumbu karang dan mata
pencaharian nelayan karena sungai-sungai
bermuara ke laut.
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampak tidak bersifat kumulatif karena karena
setelah pekerjaan pematangan lahan selesai,
dampak akan berhenti.
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Dampak dapat berbalik karena setelah
pematangan lahan selesai kondisi sungai-sungai
kembali pulih
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan TP Dampak penting negatif dapat ditanggulangi oleh
ilmu pengetahuan dan teknologi teknologi yang tersedia.
SIFAT
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING PENTING KETERANGAN
DAMPAK
Sifat Penting Dampak TP Tidak Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU
terhadap penurunan kualitas air permukaan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala
kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Perubahan Bentang Alam


Kegiatan pematangan lahan terdiri dari kegiatan pembersihan permukaan lahan (land clearing), pemotongan
bukit (cut), dan kegiatan penimbunan dan perataan lahan (fill). Kegiatan pembersihan permukaan lahan
meliputi pembersihan semak-semak, penebangan pohon-pohon, pengumpulan batang, cabang dan ranting,
serta pemindahan hasil pembersihan dari rencana tapak power block. Seluruh batang, semak-semak, ranting
dan daun-daunan dikumpulkan di lokasi tertentu pada tapak kegiatan. Dalam pematangan lahan tidak
dilakukan pembakaran, hal ini untuk mengantisipasi timbulnya cemaran asap serta kemungkinan terjadinya
kebakaran di sekitar lokasi pematangan lahan. Penebangan pohon dilakukan dengan menggunakan gergaji
mesin (chain saw) untuk pohon dengan > 20 cm, pohon yang lebih kecil ditebang dengan parang dan
kampak. Pembersihan tunggul-tunggul kayu akan dilakukan dengan cara dicabut dengan menggunakan
tripper atau didorong dengan menggunakan bulldozer. Hilangnya vegetasi dapat meningkatkan terjadinya
erosi. Salah satu manfaat vegetasi adalah mencegah terjadinya erosi, karena kemampuan akar tanaman -
terutama yang berakar dalam - dapat mengikat lapisan tanah, dan menampung cadangan air. Di sisi lain
pengupasan sebagian bukit di sebelah barat tapak proyek, akan menyisakan igir lereng dengan kelerengan
lebih dari 45%. Kelerengan yang terjal dengan tanpa vegetasi sebagai penutup lahan akan meningkatkan
laju erosi.

Kegiatan pemotongan bukit dilakukan dari ketinggian 7 - 25 mdpl (sebagian besar berketinggian 17 mdpl)
menjadi 3 mdpl dengan perkiraan volume tanah sebesar 4 juta m3.Pemotongan bukit dilakukan pada
perbukitan sebelah Barat tapak power block. Volume tanah hasil pemotongan bukit sebesar 4 juta
m3selanjutnya dimanfaatkan untuk kegiatan penimbunan dan perataan lahan pada lokasi power blockyang
ketinggiannya di bawah 3 mdpl, yang mencakup sekitar 60% areal. Dengan demikian kegiatan pematangan
lahan akan menyebabkan terjadinya perubahan bentang alam.
Dengan dilaksanakannya kegiatan pematangan lahan akan mengakibatkan hujan yang jatuh langsung
menimpa permukaan tanah dan akan mengubah besarnya faktor vegetasi penutup (C) dan faktor
pengelolaan erosi (P), dimana pada gilirannya akan mengakibatkan meningkatnya erosi hingga 60% yaitu
dari erosi alami 1,25 - 1,47 ton/ha/th meningkat menjadi 2 - 2,36 ton/ha/th. Erosi akan berlangsung dalam
waktu yang relatif lama yaitu sampai dengan saat pelaksanaan konstruksi tapak proyek atau 4 tahun. Erosi
yang terjadi berpotensi akan terbawa kedalam air sungai yang terletak relatif dekat dengan lokasi
pematangan lahan. Kajian grafis bentuk lahan sebelum dan setelah kegiatan pematangan lahan seperti
terlihat pada Gambar 3.33 berikut ini.
Gambar 3.3 Perubahan Bentang Alam akibat Kegiatan Pematangan Lahan Tapak Blok PLTU

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 57


Rona awal kondisi bentang alam sebelum dilakukan pematangan lahan di lokasi power block termasuk dalam
katagori skala 3 dengan kriteria ketinggian bukit berkisar antara antara 7 - 25 mdpl, satuan perbukitan landai -
berbukit, tutupan vegetasi berupa kebun pekarangan, kerapatan vegetasi sedang. Setelah dilakukan
pematangan lahan, terjadi pemotongan bukit menjadi areal datar berketinggian 3 mdpl, tidak ada vegetasi
penutup, dan terbentuk lereng terjal di sisi Barat, sehingga kualitas lingkungan akan turun menjadi skala 2.
Dengan demikian besaran dampak dari perubahan bentang alam pada kegiatan pematangan lahan adalah
tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak
tertera pada Tabel 3.37 berikut ini.

Tabel 3.37 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan PLTU
terhadap Perubahan Bentang Alam
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang TP Untuk kegiatan persiapan lahan ini tidak ada.
akan terkena dampak rencana usaha Daerah yang akan dibersihkan merupakan daerah
dan/ atau kegiatan yang telah dibebaskan. sehingga tidak terdapat
permukiman ataupun penduduk yang tinggal di lokasi
yang dibersihkan.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Sesuai dengan rencana pembangunan sarana dan
prasarana, luas wilayah persebaran dampak
pematangan lahan tergolong tinggi mencakup 226,4
ha.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak pada erosi tergolong kecil karena
erosi terjadi hanya pada saat hujan, namun terhadap
pemotongan bukit tergolong besar karena akan
memotong bukit dari ketinggian 17 m menjadi 3 m
dengan volume tanah sebesar 4 juta m3.
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak berlangsung selama aktifitas konstruksi
yaitu sekitar 3 tahun.
4. Banyaknya komponen lingkungan P Komponen lain yang terkena dampak adalah biota
hidup lain yang terkena dampak air laut seperti ikan dan terumbu karang dan mata
pencaharian nelayan karena sungai-sungai
bermuara ke laut.
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak bersifat kumulatif, mengingat kegiatan
pematangan lahan ini selain bersifat membersihkan
permukaan lahan dari vegetasi yang ada namun juga
melakukan perubahan terhadap bentukan bentang
alam.
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak P Pematangan lahan akan tidak berbalik karena
setelah pematangan lahan bentang alam yang
terganggu tidak dapat kembali ke keadaan semula.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak penting negatif dapat ditanggulangi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang tersedia.
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

PRAKIRAAN DAMPAK 3 - 58
PENTING
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU
terhadap perubahan bentang alam masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Mekanisme aliran dampak kegiatan pematangan lahan PLTU terhadap perubahan bentang alam bersifat
langsung pada komponen lingkungan fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan biologi darat.

Gangguan terhadap Flora Darat


Kegiatan konstruksi PLTU di prakirakan akan berdampak pada vegetasi atau flora darat di lokasi blok PLTU.
Pada saat kegiatan pematangan lahan akan membuka tutupan lahan (land coverage) yang akan digunakan
sebagai tapak pembangunan bangunan utama (Power Block) PLTU yaitu termasuk fasilitas ruang
pembangkit, penimbunan batubara, pengolahan limbah cair, dan fasilitas lainnya yang akan sangat
berpengaruh pada vegetasi darat khususnya wilayah tapak proyek di sisi sebelah barat yang ekosistemnya
masih relatif alami.

Tabel 3.38 Nilai Kesamaan Kerapatan Antara Rona Awal Dengan Kondisi Setelah Ditebang
di Lokasi Mangrove
JUMLAH INDIVIDU (KLO) TEBANGAN
JENIS NAMA ILMIAH W
POHON PANCANG SEMAI TOTAL (KLP)
Bakau Akar Rhizopora sp - 6 1 7 0 0
Butun Barringtonia - 3 - 3 0 0
Jumlah - 9 1 10 0 0
Sumber : Data Primer Survei Lapangan, 2013

Berdasarkan Tabel 3.38 di atas, maka Nilai kesamaan komunitasnya adalah sebagai berikut :

(IS) = ((2x0)/(10+0)) x 100% = 0 %

Nilai diatas menunjukan bahwa antara kondisi KLo dan setelah ditebang (dipindahkan) dari segi jumlah
individu (kerapatan) hanya mempunyai tingkat kesamaan 0 % artinya akan terjadi kehilangan jumlah individu
mangrove sekitar 100 %. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 Tahun 2004
tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove, maka kondisi mangrove di lokasi tapak
proyek dapat dikategorikan sudah rusak/ jarang karena kerapatannya di bawah 1.000 pohon/ha.
Tabel 3.39 Kriteria Baku Kerusakan Mangrove
KERAPATAN
KRITERIA PENUTUPAN (%)
(POHON/HA)
Sangat Padat > 75 > 1.500
Baik
Sedang 50 75 1.000 1.500
Rusak Jarang < 50 < 1.000
Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 Tahun 2004

Secara jumlah individu mangrove yang ditemukan memang kondisinya sudah masuk dalam kategori buruk
namun berdasarkan keterdapatan flora yang bernilai penting maka kondisi rona awal di lokasi kegiatan PLTU
masuk dalam kategori skala 3. Sedangkan pada saat kondisi rona akhir yaitu pada saat kegiatan
pematangan lahan yang akan menghilangkan seluruh individu vegetasi yang ada berdasarkan perhitungan
prakiraan dampak maka skala kualitas lingkungan akan menurun menjadi skala 1. Dengan demikian besaran
dampak dari kegiatan pematangan lahan pada komponen flora darat adalah tergolong Sedang dengan nilai
perubahan dampaknya Negatif Dua (-2).

Begitu pula dengan kondisi jenis-jenis vegetasi yang lain, jika pematangan lahan akan dilakukan pada areal
seluas 226,4 Ha (pada areal Blok PLTU) maka tidak berbeda jauh dengan kondisi mangrove yang ditemukan
artinya dari segi jumlah individu (kerapatan) akan terjadi kehilangan jumlah individu sebesar 100 %. Areal
seluas 226,4 Ha tersebut mencakup dua titik pengamatan yaitu BD 2 dan BD 3 dimana ditemukan jenis
vegetasi sengon(Albazia falcataria) dan cokelat (Theobroma cacao) yang mendominasi di areal BD 2 dan
jenis melati (Jasminum sambac) pada lokasi BD 3. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.40
berikut ini.

Tabel 3.40 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan


PLTU
terhadap Gangguan Flora Darat
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang menerima manfaat dari kegiatan
akan terkena dampak rencana pematangan lahanlebih sedikit dari jumlah manusia yang
usaha dan/ atau kegiatan terkena dampak negatif penting, jika diasumsikan
penduduk yang menerima manfaat adalah para pekerja
lokal yang dilibatkan pada kegiatan proyek sekitar
10.400 orang maka dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang terkena dampak negatifnya yang
kehilangan kebun dan lahan sawahnyaserta dampak
turunannya dari kondisi vegetasi yang hilang yaitudari 13
desa yang terkena dampak terdekat berjumlah 41.092
orang maka dampaknya menjadi penting.
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Wilayah yang terpengaruh langsung dengan kegiatan
pematangan lahan pembangunan PLTU terbatas pada
areal kegiatan konstruksi seluas 226,4 Ha
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak gangguan flora darat dinilai sedang,
populasi terkena dampak terpengaruh karena kerapatan
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
pohon dari <1000 berubah menjadi 0. Rencana usaha
atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada
sifat-sifat fisik atau hayati sehingga menimbulkan
gangguan terhadap flora darat.
Lamanya dampak berlangsung P berlangsung selama tahap konstruksi dan bisa berlanjut
sampai tahap operasiyang berarti lebih dari 3 tahun.
4. Banyaknya komponen lingkungan P Menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan
hidup lain yang terkena dampak lainnya, hilangnya vegetasi berpengaruh terhadap
keberlangsungan fauna yang ada di dalamnya
(merupakan satu mata rantai kehidupan)
5. Sifat Kumulatif dampak TP Tidak kumulatif karena kegiatan pembangunan
konstruksi bangunan utama PLTU berhenti setelah
pembangunan selesai, sehingga dampak yang
ditimbulkan sifatnya menjaditidak penting.
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampaknya dapat dipulihkan
dampak
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak penting yang ditimbulkan dapat ditanggulangi
perkembangan ilmu pengetahuan oleh teknologi yang tersedia
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU
terhadap gangguan flora darat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Gangguan terhadap Fauna Darat


Kegiatan konstruksi PLTU pada saat pematangan lahan akan membuka tutupan lahan (land coverage) yang
akan digunakan sebagai tapak pembangunan bangunan utama (Power Block) PLTU diprakirakan selain
berdampak pada flora darat juga akan berdampak pada fauna darat. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan
rona awal lokasi kegiatan PLTU tergolong dalam skala 4 dan masih ditemukannya fauna yang dilindungi
terutama dari jenis aves dari 70 jenis burung yang ditemukan 14 jenis di antaranya masuk dalam katagori
dilindungi menurut PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa. Sedangkan
berdasarkan daftar merah (redlist) 12 jenis masuk Least Concern (LC) dan 2 jenis masuk dalam daftar Near
Threatened (NT) dan semuanya bukan spesies endemik Pulau Jawa. Keberadaan jenis-jenis burung pada
lokasi berkaitan dengan kondisi vegetasi sebagai tempat beraktivitas, mencari makan, tempat berlindung,
beradaptasi maupun bersarang. Oleh karena itu pada saat pematangan lahan dimana vegetasi dilokasi
tersebut akan ditebang maupun dipindahkan akan memberikan dampak penurunan terhadap jumlah jenis dan
kelimpahan terhadap keberadaan fauna-fauna tersebut, lokasi tempat beraktivitas, mencari makan, tempat
berlindung, beradaptasi maupun bersarang fauna tersebut terganggu. Penurunan ataupun dampak negatif
yang muncul dapat di kategorikan menjadi skala 3 karena jika dibandingkan dengan luasan area yang akan
dilakukan pematangan lahan dengan total luasan 13 desa terdampak maupun dari 10 titik sampling fauna
darat yang disurvei maka keberadaan fauna-fauna tersebut akan terjadi penurunan. Dengan demikian
besaran dampak terhadap gangguan fauna darat pada kegiatan pematangan lahan adalah tergolong Kecil
dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan pentingnya dampak tertera pada Tabel
3.41 berikut ini.

Tabel 3.41 Penentuan Sifat Penting Dampak Penting Kegiatan Pematangan Lahan
PLTU
terhadap Gangguan Fauna Darat
FAKTOR PENENTU DAMPAK NILAI
NO. KETERANGAN
PENTING PENTING
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang menerima manfaat dari
akan terkena dampak rencana kegiatan pematangan lahan lebih sedikit dari jumlah
usaha dan/ atau kegiatan manusia
yang terkena dampak negatif penting, jika
diasumsikan penduduk yang menerima manfaat
adalah para pekerja lokal yang dilibatkan pada
kegiatan proyek sekitar 10.400 orang maka
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang terkena
dampak negatifnya yang kehilangan kebun dan lahan
sawahnya serta dampak turunannya dari kondisi
vegetasi dan fauna yang hilang yaitu dari 3 desa yang
terkena dampak terdekat berjumlah 41.092 orang
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP maka
Wilayahdampaknya menjadi penting.
yang terpengaruh langsung dengan kegiatan
pematangan lahan pembangunan PLTU terbatas
pada areal kegiatan konstruksi seluas 226,4 Ha
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak gangguan fauna darat dinilai
sedang,
rencana kegiatan menyebabkan perubahan pada sifat
fisik hayati sehingga menyebabkan spesies dan habitat
Lamanya dampak berlangsung P alaminya terancam
Kegiatan kerusakan/punah.
berlangsung selama tahap konstruksi dan
dapat berlanjut sampai tahap operasi.
4. Banyaknya komponen lingkungan P Menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan
hidup lain yang terkena dampak lainnya, keberlangsungan fauna yang ada di
dalamnya (merupakan satu mata rantai kehidupan)
5. Sifat Kumulatif dampak TP Tidak kumulatif karena kegiatan pembangunan
konstruksi bangunan utama PLTU berhenti setelah
pembangunan selesai, sehingga dampak yang
ditimbulkan sifatnya menjadi tidak penting.
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampaknya dapat dipulihkan
dampak
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat
perkembangan ilmu pengetahuan ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU
terhadap gangguan fauna darat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Peningkatan Debit Air Larian


Kegiatan yang berpotensi meningkatkan terjadinya peningkatan air larian (run off) adalah kegiatan
pematangan lahan. Pekerjaan pematangan lahan ini di prakirakan berpotensi meningkatkan air larian
dikarenakan akan merubah penggunaan lahan. Besarnya perkiraan debit air larian pada tapak kegiatan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :

Q = 0,278 . C.I.A

Dimana :
Q = Debit limpasan (m3/detik)
C = Koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)

Tabel 3.42 Nilai Koefisien Limpasan (C) untuk Perhitungan Limpasan


TEKSTUR TANAH
LIAT DAN
LERENG LEMPUNG LEMPUNG
LAHAN LIAT BERAT
(%) BERPASIR BERDEBU
(TIGHT CLAY)
(SANDY LOAM) (CLAY AND SILT
LOAM)
0-5 0,10 0,30 0,40
Hutan 5 - 10 0,25 0,35 0,50
10 - 30 0,30 0,50 0,60
0-5 0,10 0,30 0,40
Padang Rumput 5 - 10 0,15 0,35 0,55
10 - 30 0,20 0,40 0,60
0-5 0,30 0,50 0,60
Pertanian 5 - 10 0,40 0,60 0,70
10 - 30 0,50 0,70 0,80
Sumber : Schwab, et.al (1981)

Tabel 3.43 Nilai koefisien Limpasan (C) untuk Daerah Sub-Urban/ Urban
NILAI KOEFISIEN
DESKRIPSI DAERAH
LIMPASAN
Berdasarkan Tutupan Lahan
- Daerah Perdagangan 0,70 0,95
- Daerah Hunian Urban 0,30 0,70
NILAI KOEFISIEN
DESKRIPSI DAERAH
LIMPASAN
- Daerah Hunian Sub Urban 0,25 0,40
- Apartemen 0,50 0,70
- Industri Ringan 0,50 0,80
- Industri Berat 0,60 0,90
- Taman/Kuburan 0,25 0,70
- Rel Kereta Api 0,25 0,35
Berdasarkan Jenis Permukaan
- Aspal/Semen 0,76 0,95
- Batu Bata 0,70 0,85
- Atap 0,75 0,95
- Lapangan Rumput Tanah Pasir 0,05 0,20
- Lapangan Rumput Tanah Liat 0,13 0,35
Sumber :Hammer, et.al (1981)

Koefisien limpasan pada kondisi saat ini jika dilihat dari topografi kemiringan lereng pada tapak power block
adalah 0 - 2 % dan penggunaan lahan adalah lahan pertanian sawah lempung berpasir maka menurut Tabel
3.39 di atas koefisisen limpasan (C) kondisi saat ini adalah 0,30. Berdasarkan rumus tersebut diatas maka
besarnya debit air larian pada kondisi saat ini di area power block adalah :

Q = 0,278 x 0,30 x 0,267 mm/jam x 2,264 km2 = 0,0504 m3/detik

Sedangkan prakiraan dampak untuk kondisi jika terjadi pematangan lahan diperkiraan berdasarkan Tabel
3.43 maka nilai koefisien limpasan masuk dalam kriteria industri berat sehingga akan meningkat pada kisaran
0,60 0,90 maka kita ambil angka tertinggi yaitu 0,90. Berdasarkan hal tersebut perkiraan debit air larian
pada kondisi setelah pematangan lahan adalah :

Q = 0,278 x 0,90 x 0,267 mm/jam x 2,264 km2 = 0,1512 m3/detik

Sehinggaantara kondisi KLo dengan KLp terjadi peningkatan debit air larian sebesar 0,1008 m3/detik.
Berdasarkan skala kualitas lingkungan kondisi KLo masuk dalam skala 5 dan pada saat KLp juga masih
masuk dalam kriteria skala 5 sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai besaran dampaknya tergolong Tidak
Ada Dampak dengan nilai perubahan dampaknya Tidak Ada Perubahan (0). Penentuan sifat penting
dampak tertera pada Tabel 3.44 berikut ini.
Tabel 3.44 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan
PLTU
terhadap Peningkatan Debit Air Larian
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang TP Jumlah penduduk yang menerima dampak negatif
akan terkena dampak rencana lebih kecil dari jumlah manusia yang terkena dampak
usaha dan/ atau kegiatan positif atau hampir tidak ada penduduk yang terkena
dampak perubahan debit air larian.
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Luas persebaran dampak lebih kecil dibandingkan
dengan luas wilayah rencana kegiatan .Wilayah yang
terpengaruh langsung dengan kegiatan
pematangan lahan pembangunan PLTU terbatas
pada areal kegiatan konstruksi seluas 226,4 Ha
3. Intensitas dampak TP Intensitas dampak Ringan, populasi terkena dampak
tidak terpengaruh. Debit air larian meningkat dari
0,504 menjadi 0,1512 m3/det dan tidak
menyebabkan kenaikan melebihi baku mutu.
Lamanya dampak berlangsung TP Hanya berlangsung selama tahap konstruksi
pematangan lahan
4. Banyaknya komponen lingkungan TP Hanya merupakan dampak primer tidak
hidup lain yang terkena dampak menimbulkan dampak sekunder
5. Sifat Kumulatif dampak TP Tidak kumulatifkarena kegiatan pembangunan
konstruksi bangunan utama PLTU berhenti setelah
pembangunan selesai, sehingga dampak yang
ditimbulkan sifatnya menjaditidak penting.
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampaknya dapat dipulihkan
dampak
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat
perkembangan ilmu pengetahuan ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
dan teknologi
Sifat Penting Dampak TP Tidak Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU
terhadap peningkatan debit air larian masuk kategori dampak tidak penting penting. Dari uraian perubahan
skala kualitas lingkungan tidak terjadi perubahan, sehingga dampak tergolong Tidak Penting (TP).

Peningkatan Peluang Berusaha


Kehadiran tenaga kerja dari luar yang berjumlah sekitar 5.720 6. 240 orang akan membutuhkan makan/
minum dan kebutuhan sehari-hari, serta butuh tempat tinggal. Pemenuhan kebutuhan primer untuk tenaga
pendatang ini merupakan peluang usaha bagi masyarakat sekitar lokasi pembangunan PLTU. Dari
pengalaman kegiatan sejenis, sebagian tenaga kerja dari luar biasanya juga membawa kendaraan (sepeda
motor) untuk kebutuhan transportasi ke tempat kerja. Kendaraan-kendaraan tersebut membutuhkan tempat
penitipan sepeda motor, yang berarti juga membuka peluang masyarakat sekitarnya untuk membuka tempat
penitipan sepeda motor. Rona awal peluang usaha di wilayah studi masuk dalam kategori skala 3 (Lampiran
2P) dengan peluang berusaha 5 10 % rumah tangga. Dimana jumlah 5 10% rumah tangga ini merupakan
rumah tangga yang mempunyai pekerjaan utama di bidang perdagangan barang dan jasa. Munculnya
peluang usaha ini diperkirakan akan memunculkan ketidakseimbangan pada lingkungan sosial yang bersifat
meningkatkan kualitas lingkungan menjadi skala 5 (Lampiran 2P) dengan peluang usaha menjadi diatas 15
% rumah tangga dengan pendapatan diatas UMR Kabupaten Batang. Dengan demikian besaran dampak
terhadap meningkatnya peluang berusaha pada tahap konstruksi adalah tergolong Sedang (Lampiran 2P)
dengan nilai perubahan dampaknya Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel
3.45 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pematangan lahan terhadap peningkatan peluang
berusaha dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.3.1.

Tabel 3.45 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan PLTU
terhadap Peningkatan Peluang Berusaha
FAKTOR PENENTU DAMPAK NILAI
NO. KETERANGAN
PENTING PENTING
1. Besarnya jumlah penduduk P Jumlah penduduk yang terkena dampak positif
yang akan terkena dampak mencakup sekitar 460 - 920 keluarga yang
rencana usaha dan/ atau merupakan rumah tangga yang mempunyai
kegiatan pekerjaan utama di bidang perdagangan barang dan
jasa
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak mencakup seluruh wilayah studi meliputi
dampak Desa Ujungnegoro, Ponowareng, Karanggeneng,
Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis,
Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan
Juragan
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tinggi mengingat terbatasnya
peluang usaha.
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak hanya akan berlangsung tahap konstruksi
4. Banyaknya komponen P Menimbulkan dampak sekunder pada pendapatan
lingkungan hidup lain yang dan persepsi masyarakat
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Matapencaharian adalah salah satu sumbernaf,
nafkah sehingga dampak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya P Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat
dampak ditingkatkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU
terhadap peluang berusaha masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan
terciptanya
kesimbangan baru yang positif diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana baru untuk menjaga peluang
warga yang terkena dampak memanfaatkan peluang usaha yang muncul.

Mekanisme aliran dampak peningkatan peluang berusaha pada kegiatan konstruksi PLTU bersifat langsung
pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya serta dampak balik pada rencana kegiatan pembangunan PLTU.

Peningkatan Pendapatan
Kegiatan pematangan lahan diperkirakan akan memberi dampak positif terhadap kesempatan kerja, peluang
berusaha dan memberi dampak ikutan adanya peningkatan pendapatan. Warga yang memenuhi syarat dan
dapat mengambil kesempatan kerja pada tahap konstruksi PLTU secara langsung akan mendapat manfaat
peningkatan pendapatan. Di sisi lain banyaknya tenaga kerja dari luar akan membuka peluang berusaha
dengan usaha pemenuhan kebutuhan hidup para tenaga kerja dari luar tersebut. Berbagai peluang berusaha
meliputi penyediaan tempat tinggal dan pememuhan kebutuhan makan/ minum serta kebutuhan hidup sehari-
hari, selain itu juga peluang membuka penitipan sepeda motor. Rona awal pendapatan masyarakat masuk
dalam kategori skala 3 (Lampiran 2P). Dengan demikian terjadi ketidakseimbangan dalam lingkungan sosial,
namun demikian perubahan pendapatan akibat adanya peluang usaha selama kegiatan pematangan lahan
diperkirakan akan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi skala 5 (Lampiran 2P). Dengan demikian
besaran dampak terhadap peningkatan pendapatan pada tahap konstruksi adalah Sedang (Lampiran 2P),
dengan nilai perubahan dampak adalah Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel
3.46 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan mobilisasi alat dan material terhadap gangguan
kenyamanan dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.3.2.

Tabel 3.46 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan Terhadap Peningkatan
Pendapatan
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk terkena dampak sekitar 9.166
akan terkena dampak rencana keluarga di wilayah studi.
usaha dan/ atau kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak mencakup seluruh wilayah studi meliputi
dampak Desa Ujungnegoro, Ponowareng, Karanggeneng,
Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis,
Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan
Juragan
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tinggi mengingat: ada peluang
untuk memperoleh penambahan dan/atau
pendapatan keluarga masih sangat dibutuhkan
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak hanya akan berlangsung tahap konstruksi
4. Banyaknya komponen P Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi
lingkungan hidup lain yang masyarakat
terkena dampak
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
5. Sifat Kumulatif dampak P Pendapatan menjadi salah satu sumber penunjang
utama kehidupan, sehingga dampak bersifat
kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya P Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat
dampak ditingkatkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU
terhadap peningkatan pendapatan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan
terciptanya kesimbangan baru yang positif diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru
untuk menjaga peluang usaha dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar proyek, sehingga warga sekitar
proyek dapat memperoleh pendapatan.

Mekanisme aliran dampak peningkatan pendapatan pada kegiatan konstruksi PLTU bersifat langsung pada
komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.

Perubahan Persepsi Masyarakat


Kegiatan pematangan lahan diperkirakan dapat menimbulkan peluang usaha yang pada gilirannya akan
menambah tingkat pendapatan, yang dapat memunculkan persepsi positif. Muncul ketidakseimbangan dari
kegiatan ini harus di fasilitasi agar muncul keseimbangan baru.

Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau skala 4 (lampiran
2P) dimana masyarakat mendukung rencana kegiatan pembangunan PLTU. Kegiatan pematangan lahan
material diprediksikan akan meningkatkan skala kualitas lingkungan persepsi masyarakat menjadi skala 5
(sangat baik), karena menimbulkan peluang usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Penurunan
persepsi masyarakat tergolong Kecil (Lampiran 2P) dengan nilai perubahan dampaknya Positif Satu (+1).

Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.47 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan
mobilisasi alat dan material terhadap gangguan kenyamanan dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.3.3.
Tabel 3.47 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pematangan Lahan PLTU
terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk P Jumlah penduduk yang terkena dampak seluruh
yang akan terkena dampak penduduk di wilayah studi sejumlah 41.092 jiwa
rencana usaha dan/ atau
kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak mencakup seluruh wilayah studi meliputi
dampak Desa Ujungnegoro, Ponowareng, Karanggeneng,
Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis,
Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan
Juragan
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi mengingat tajamnya
perbedaan sikap masyarakat
Lamanya dampak P Dampak diprediksikan akan berlangsung selama
berlangsung tahap konstruksi, namun cukup lama yakni tiga tahun
4. Banyaknya komponen TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
lingkungan hidup lain yang
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena dan berlanjut pada
tahap operasi
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat
dampak dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU
terhadap perubahan persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala
kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan
terciptanya kesimbangan baru berupa peningkatan persepsi positif dan memulihkan persepsi negatif yang
muncul, diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru untuk menjaga dan
mempertahankan persepsi positif di kalangan masyarakat yang terkena dampak.

Mekanisme aliran dampak kegiatan kegiatan konstruksi PLTU terhadap perubahan persepsi masyarakat
bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat
menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.

d. Kegiatan Pembangunan Bangunan Utama PLTU dan Fasilitas Penunjangnya


Peningkatan Getaran
Dampak terjadinya peningkatan getaran bersumber dari kegiatan pematangan lahan dan pembangunan
bangunan utama yang menggunakan beberapa alat-alat berat seperti Dump Truck, Buldozer, Excavator,
Compactor, dan Temping Rammer. Berdasarkan hasil pengukuran nilai simpangan getaran ditinjau dari segi
kenyamanan dan kesehatan manusia pada seluruh lokasi yang dikorelasikan dengan KEP-49
MENLH/11/1996 sebagai tolok ukur menunjukan bahwa getaran yang tercatat termasuk kriteria tidak
mengganggu. Berdasarkan acuan tersebut menunjukan bahwa tingkat getaran masih berada pada kategori
diizinkan, artinya termasuk kriteria sangat baik atau tidak mengganggu (Skala 5).

Langkah-langkah yang dilakukan untuk memprakirakan dampak getaran dari pile driver terhadap kerusakan
bangunan adalah sebagai berikut :

Asumsi yang digunakan :


- Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan kontruksi sebagai sumber dampak getaran adalah Pile driver
- Jarak permukiman terdekat adalah sekitar 200 m dari sumber getar

Formula yang digunakan adalah :

PPV(D) = PPVref x [25/D]n

Dimana :
PPV(D) = Tingkat kecepatan getaran pada jarak D (in/dt)
PPVref = Referensi tingkat kecepatan getaran sumber pada jarak 25 ft untuk impact pile driving adalah 0,644
in/dt
D = Jarak sumber getar dengan reseptor (ft)
n = propagation coefficient = 1.5

Sehingga berdasarkan rumusan tersebut maka diprakirakan getaran pada reseptor (permukman) yang
berjarak sekitar 200 meter (656 ft) adalah sebagai berikut :

PPV(D) = 0,644 x [25/656]1,5 = 0,004 in/dt = 0,1 mm/dt

Langkah-langkah yang dilakukan untuk memprakirakan dampak getaran dari pile driver terhadap
kenyamanan penduduk adalah sebagai berikut :
Asumsi yang digunakan :
- Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan kontruksi sebagai sumber dampak getaran adalah Pile driver
- Jarak permukiman terdekat adalah sekitar 200 m dari sumber getar

Formula yang digunakan untuk memprakirakan dampak getaran dari pile driver sesuai dengan U.S.Federal
Transit Administration Guidance (2006) :

LV(D) = LV (ref) 20 log (D/25)

Dimana :

LV(D) = Tingkat kecepatan getaran pada jarak D (VdB)


LV (ref) = Referensi tingkat kecepatan getaran sumber pada jarak 25 ft untuk impact pile driver adalah 104
VdB
D = Jarak sumber getar dengan reseptor (ft)

Sehingga berdasarkan rumusan tersebut maka diprakirakan getaran pada reseptor yang berjarak sekitar 200
meter (656 ft) adalah sebagai berikut :

LV(D) = 104 20 log (656/25) = 67,66 VdB = 0,027 micron

Hasil prakiraan dampak getaran yang ditimbulkan oleh aktivitas pile driver terlihat pada Tabel 3.48 berikut ini.

Tabel 3.48 Tingkat Getaran pada Saat Kegiatan Pematangan Lahan dan Bangunan Utama
SIMPANGAN KECEPATAN GETARAN
NO FREKUENSI
(MIKRON) (MM/DT)
1 50 0,027 0,1
BM*) 8 1
Sumber : Hasil Perhitungan, (2013)
*) Kep-49 MENLH/11/1996

Dengan membandingkan Kep-49 MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran Terhadap Struktur
Bangunan dan Kenyamanan Manusia di lokasi rencana pembangunan PLTU, maka hasil pengukuran
tersebut pada jarak 9,3 m dari kegiatan pembangunan bangunan utama tergolong tidak mengganggu. Jarak
pemukiman terdekat dari pagar pembatas lahan pembangkit adalah sekitar 200 m, sehingga dampak getaran
tersebut akan menjadi lebih kecil lagi dan dapat digolongkan kriteria tidak menggangu (Skala 5). Dengan
demikian besaran dampak terhadap peningkatan getaran adalah tergolong Tidak ada dampak dengan nilai
perubahan dampaknya Tidak Ada Perubahan (0). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.49
berikut ini.

Tabel 3.49 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembangunan Bangunan Utama PLTU
terhadap Peningkatan Getaran
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang TP Jumlah penduduk yang terkena dampaknegatif
akan terkena dampak rencana adalah penduduk yang terdekat dengan lokasi PLTU
usaha dan/ atau kegiatan seperi desa Ujungnegoro, Karanggeneng dan
Ponowareng. Jumlah penduduk di tiga desa tersebut
adalah sekitar 12.258 orang. Jika diasumsikan
penduduk yang terkena dampak adalah yang
rumahnya dekat sekali dengan lokasi PLTU sekitar
5%, maka jumlah penduduk yang terkena dampak
adalah sekitar 613 orang. Jumlah ini lebih kecil dari
penduduk yang akan menerima manfaat seperti yang
bekerja di PLTU sebanyak 10.400 orang.
2. Luas wilayah penyebaran TP Luas sebaran dampak dampak getaran tergolong kecil
dampak kurang dari 200m dari sumber dampak sehingga
lebih kecil dari 226,4 Ha.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tergolong tinggi, dapat melebihi
baku
mutu lingkungan pada sumber dampak dengan
getaran tertinggi 92,1 mikro meter dengan kecepatan
Lamanya dampak berlangsung TP tertinggi berlangsung selama kegiatan pematangan
Dampak
lahan dan pembangunan bangunan utama PLTU
pada tahap konstruksi.
4. Banyaknya komponen TP Tidak terdapat komponen lain yang terkena dampak
lingkungan hidup lain yang yakni gangguan kenyamanan masyarakat
terkena dampak dan kerusakan bangunan.
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampak peningkatan getaran tidak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
dampak
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat
perkembangan ilmu ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak TP Tidak Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pematangan lahan pada tahap konstruksi PLTU
terhadap peningkatan getaran masuk kategori dampak tidak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan tidak terjadi perubahan skala kualitas lingkungan, namun demikian dampak bersifat Tidak
Penting (TP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan pematangan lahan dan bangunan utama PLTU terhadap
peningkatan getaran bersifat langsung pada komponen lingkungan fisik kimia dan selanjutnya dapat
menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya gangguan kenyamanan masyarakat.

Penurunan Kualitas Air Laut


Bangunan utama PLTU dan fasilitas penunjangnya yang akan dibangun dan diperkirakan berdampak
langsung terhadap air laut adalah pembangunan sistem air pendingin. Sistem air pendingin akan
menggunakan pipa intake dan outfall yang dikubur di dasar laut. Pada ujung pipa intake dilengkapi oleh bar
screen untuk mencegah biota air tersedot ke dalam intake.
Kegiatan konstruksi bangunan utama PLTU terutama untuk bangunan di laut seperti pipa intake dan outfall
diperkirakan akan menimbulkan kekeruhan pada air laut dan meningkatnya padatan tersuspensi atau Total
Suspended Solids (TSS). Sumber pencemar berasal dari adanya pekerjaan konstruksi yang terbawa kedalam
air laut sejak pemasangan pipa intake, pipa outfall, dan penutupan dengan menggunakan material gravel
pada bekas galian di laut. Potensi dampak berlangsung terutama selama tahap pengerukan. Oleh karena itu
akan sangat berpotensi terjadinya penurunan kualitas air laut, terutama peningkatan total suspended solids
(TSS.

Rona awal dari kualitas air laut di sekitar lokasi proyek pembangunan PLTU masih termasuk dalam skala 3
dengan TSS terukur berkisar antara 8 - 18 mg/L .

Rona akhir TSS di sekitar lokasi konstruksi bangunan utama PLTU terutama untuk bangunan di laut seperti
pipa intake dan outfall sehingga kualitasnya berubah (<20 mg/l) dengan skala kualitas lingkungan menjadi
skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas air laut dengan adanya kegiatan operasional
PLTU adalah Besar dengan dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan pentingnya
dampak tertera pada Tabel 3.50 berikut ini.

Tabel 3.50 Penentuan Bobot Dampak Penting Kegiatan Pembangunan Bangunan Utama PLTU dan
Fasilitas
Penunjangnya terhadap Penurunan Kualitas Air
Laut
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan TP Jumlah penduduk yang menerima dampak
terkena dampak rencana usaha dan/ negatifhampir tidak ada karena dampak TSS
atau kegiatan langsung mempengaruhi kualitas air laut.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Wilayah yang terpengaruh langsung adalah
pada
areal sekitar intake, jalur outfall, dan jetty dan
dengan radius sekitar40,39 Km2 disekitar perairan
ujungnegoro Roban.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan
ini cukup berat karena pada sumber dampak TSS
dapat meningkat mencapai 100 280 mg/l dan
berlangsung cepat lebih tinggi dari baku mutu 20
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
mg/l.
Lamanya dampak berlangsung TP Lamanya dampak meliputi tahapan pengerukan
pada intake dan jetty dan pengerukan pada
outfall. Dampak berlangsung lebih dari 6 bulan
saat pekerjaan pengerukan dilakukan..
4. Banyaknya komponen lingkungan P Kegiatan pengerukan akan menimbulkan dampak
hidup lain yang terkena dampak sekunder dan dampak lanjutannya terhadap biota
air laut seperti ikan dan terumbu karang, dan mata
pencaharian nelayan.
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampaknya tidak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Dampak yang timbul merupakan dampak
terbalikkan, atau dapat dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan P Kegiatan pengerukan yang menimbulkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan gangguan terhadap kualitas air laut tidak dapat
teknologi ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan
fasitas penunjang pada tahap konstruksi terhadap penurunan kualitas air laut masuk kategori dampak
penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong
Negatif Penting (NP).

Gangguan terhadap Biota Laut


Kegiatan konstruksi bangunan utama PLTU terutama untuk bangunan di laut seperti saluran intake dan outfall
diperkirakan akan menimbulkan cemaran dan kekeruhan pada air laut. Kekeruhan air laut ini akan
berpengaruh secara langsung terhadap sedimentasi di sekitar Karang Kretek yang terletak sekitar 500 m di
sebelah timur pipa outfall dan Karang Maeso yang terletak sekitar 1.000 m di sebelah barat pipa intake. Data
Review KKLD menyebutkan bahwa tutupan Karang Kretek <5%, sehingga keberadaannya perlu diperhatikan.
Sementara itu hasil penelitian rona awal lingkungan plankton dan benthos di kawasan perairan laut daerah
sekitar Terumbu Karang Kretek dan jalur outfall diketahui memiliki kondisi lingkungan sedang (skala 3)
dengan indeks keanekaragaman 1,77 1,82 dan indeks keanekaragaman benthos 1,24 1,28, sehingga
diperkirakan akan terjadi penurunan pada skala 1 akibat kekeruhan yang timbul dari kegiatan konstruksi
bangunan intake dan outfall. Dengan demikian dampaknya tergolong Sedang dengan nilai perubahan
dampaknya Ngetaif Dua (-2). Penentuan pentingnya dampak tertera pada Tabel 3.51 berikut ini.
Tabel 3.51 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembangunan Bangunan
UtamaPLTU
terhadap Gangguan Biota Laut
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Kegiatan konstruksi bangunan utama PLTU terutama
akan terkena dampak rencana bangunan yang berada diperairan laut menyebabkan
usaha dan/ atau kegiatan kekeruhan dan berakibat terhalangnya sinar matahari
untuk proses fotosintesis bagi pertumbuhan terumbu
karang dan fitoplankton. Hal ini akan mempengaruhi
kemelimpahan plankton sebagai sumber makanan bagi
beberapa jenis ikan (nekton) dan juga mengurangi
kemelimpahan ikan yang hidup di daerah terumbu karang
kretek. Sampai saat ini kawasan perairan terumbu karang
kretek masih menjadi daerah penangkapan ikan sehingga
kegiatan konstruksi tersebut berdampak langsung bagi
masyarakat setempat yangbiasa mencari ikan di perairan
sekitar kegiatan, karena itu dampak yang ditimbulkandari
kegiatan ini menjadi penting (P).
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Persebaran dampak terjadi pada wilayah yang tidak luas,
sehingga dampak menjaditidak penting.
3. Intensitas dampak TP Intensitas dampak relatif kecil dan berlangsung sesaat
selama kegiatan konstruksi,sehingga dampak yang
ditimbulkan dari kegiatan ini sifatnya menjadi tidak
penting.
Lamanya dampak berlangsung TP Satu tahapan kegiatan
4. Banyaknya komponen lingkungan P Terumbu karang merupakan habitat ikan dan organisme
hidup lain yang terkena dampak perairan lain (benthos)yang merupakan satu mata rantai
makanan. Dengan demikian dampak kegiatanpada
komponen lingkungan lain cukup banyak, dan oleh
karenanya dampak inisifatnya menjadi penting.
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampak tidak bersifat kumulatif karena kegiatan
pembangunan konstruksi bangunan utama PLTU berhenti
setelah pembangunan selesai, sehingga dampak yang
ditimbulkan sifatnya menjaditidak penting.
6. Berbalik atau tak berbaliknya P Dampak yang timbul merupakan dampak tidak
dampak terbalikkan, karena menyebabkanmati/rusaknya terumbu
karang sebagai habitat biota air laut. Dengan
matinyaterumbu kemelimpahan ikan pada suatu perairan
menjadi berkurang bahkan hilang.Dampak tersebut
merupakan dampak penting.

7. Kriteria lain sesuai dengan TP Gangguan terhadap biota laut yang ditimbulkan oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan
dan teknologi fasilitas penunjangnya meskipun memungkinkan dapat
ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia namun
dampak yang ditimbulkan masih bisa terjadi dan
berpotensi menimbulkan hilangnya plankton sebagai
produser primer
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan
fasitas penunjang pada tahap konstruksi terhadap gangguan biota laut masuk kategori dampak penting. Dari
uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting
(NP).

Peningkatan Peluang Berusaha


Kegiatan konstruksi pembangunan bangunan utama PLTU dan fasilitas penunjang akan melibatkan tenaga
kerja baik lokal maupun dari luar. Dari keseluruhan kebutuhan tenaga kerja sebanyak 10.400, tenaga kerja
dari luar sekitar 5720 6240 orang. Kehadiran tenaga kerja dari luar akan membutuhkan makan/ minum dan
kebutuhan sehari-hari, serta butuh tempat tinggal. Dari pengalaman kegiatan sejenis, sebagian tenaga kerja
dari luar akan membawa kendaraan (sepeda motor) untuk kebutuhan transportasi ke tempat kerja.
Kendaraan-kendaraan tersebut membutuhkan tempat penitipan sepeda motor, yang berarti juga membuka
peluang masyarakat sekitarnya untuk membuka tempat penitipan sepeda motor. Hal ini membuka peluang
berusaha yang dapat diupayakan oleh warga lokal. Selain itu warga sekitar memiliki kesempatan untuk
terlibat secara langsung pada kegiatan konstruksi PLTU sebagai sub-kontraktor atau pemasok kebutuhan
material proyek. Kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan fasilitas penunjangnya akan
memunculkan ketidakseimbangan. Rona awal peluang usaha masuk dalam kategori skala 3, sekitar 5 10 %
rumah tangga yang selama ini bekerja pada sektor perdagangan barang dan jasa lebih berpotensi
menangkap peluang usaha yang ada. Munculnya peluang berusaha diperkirakan akan meningkatkan kualitas
lingkungan menjadi skala 5 (Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya
peluang berusaha pada tahap konstruksi adalah tergolong Sedang (Lampiran 2P), dengan nilai perubahan
dampaknya Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.52 berikut ini. Analisis
rinci penentuan dampak kegiatan pembangunan bangunan utama dan fasilitas penunjang terhadap
peningkatan peluang berusaha dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.4.1..

Tabel 3.52 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembangunan Bangunan Utama PLTU
terhadap Peningkatan Peluang Berusaha
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak positif 9.166
akan terkena dampak rencana keluarga di wilayah studi
usaha dan/ atau kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak mencakup seluruh wilayah studi meliputi
dampak Desa Ujungnegoro, Ponowareng, Karanggeneng,
Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis,
Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan
Juragan
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tinggi mengingat terbatasnya
peluang usaha, utamanya di desa-desa tapak blok
PLTU.
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak hanya akan berlangsung pada tahap
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan P Menimbulkan dampak sekunder pada pendapatan
hidup lain yang terkena dampak dan persepsi masyarakat
5. Sifat Kumulatif dampak P Matapencaharian adalah salah satu sumber nafkah
keluarga, sehingga dampak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya P Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat
dampak ditingkatkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan
fasitas penunjang pada tahap konstruksi terhadap peningkatan peluang berusaha masuk kategori dampak
penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong
Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru yang positif diperlukan fasilitasi dan
penyediaan sarana baru untuk menjaga peluang warga yang terkena dampak memanfaatkan peluang usaha
yang muncul.

Mekanisme aliran dampak peningkatan peluang berusaha pada kegiatan konstruksi bersifat langsung pada
komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.

Peningkatan Pendapatan
Kegiatan pembangunan bangunan utama dan fasilitas penunjangnya diperkirakan akan memberi dampak
positif terhadap kesempatan kerja, peluang berusaha dan memberi dampak ikutan adanya peningkatan
pendapatan. Warga yang memenuhi syarat dan dapat mengambil kesempatan kerja pada tahap konstruksi
PLTU secara langsung akan mendapat manfaat peningkatan pendapatan. Di sisi lain banyaknya tenaga kerja
dari luar akan membuka peluang berusaha dengan usaha pemenuhan kebutuhan hidup para tenaga kerja
dari luar tersebut. Berbagai peluang berusaha meliputi penyediaan tempat tinggal dan pememuhan
kebutuhan makan/ minum serta kebutuhan hidup sehari-hari, selain itu juga peluang membuka penitipan
sepeda motor; maka terjadilah ketidakseimbangan. Rona awal pendapatan masyarakat masuk dalam kategori
skala 3 (Lampiran 2P) atau sedang. Perubahan pendapatan akibat adanya peluang usaha selama kegiatan
pembangunan bangunan utama dan fasilitas penunjangnya diperkirakan akan meningkatkan kualitas
lingkungan menjadi skala 5 (Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak terhadap peningkatan
pendapatan pada tahap konstruksi adalah Sedang (lampiran 2P), dengan nilai perubahan dampak adalah
Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.53 berikut ini. Analisis rinci penentuan
dampak kegiatan pembangunan bangunan utama dan fasilitas penunjang terhadap peningkatan pendapatan
dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.4.2.

Tabel 3.53 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembangunan Bangunan Utama PLTU dan Fasilitas
Penunjang terhadap Peningkatan Pendapatan
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak meliputi
akan terkena dampak rencana usaha 9166 KK di seluruh wilayah studi.
dan/ atau kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak mencakup seluruh wilayah studi meliputi
Desa Ujungnegoro, Ponowareng, Karanggeneng,
Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis,
Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan
Juragan
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tinggi mengingat: (a) penambahan
pendapatan keluarga masih sangat dibutuhkan; (b)
sekitar 20% keluarga masih berpendapatan dibawah
satu juta rupiah per bulan.
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak hanya akan berlangsung tahap konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan P Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi
hidup lain yang terkena dampak masyarakat
5. Sifat Kumulatif dampak P Pendapatan menjadi salah satu sumber penunjang
nafkah keluarga, sehingga dampak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak P Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat
ditingkatkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan dan teknologi
teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan
fasitas penunjang pada tahap konstruksi terhadap peningkatan pendapatan masuk kategori dampak
penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak
tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru yang positif diperlukan
fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru untuk menjaga peluang usaha dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitar proyek, sehingga warga sekitar proyek dapat memperoleh dan atau meningkatkan
pendapatan.

Mekanisme aliran dampak peningkatan pendapatan pada kegiatan konstruksi PLTU bersifat langsung pada
komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.
Perubahan Persepsi Masyarakat
Kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan fasilitas penunjangnya diperkirakan dapat menimbulkan
dampak pada munculnya getaran dan penurunan kualitas air laut yang diperkirakan akan memberikan
persepsi negative. Dampak negative berarti terjadi ketidakseimbangan dalam lingkungan social yang harus
difasilitasi dan disediakan sarana dan prasarana baru agar tidak muncul reaksi negatif dari masyarakat .
Fasilitasi dan penyediaan sarana dan prasarana dapat menghilangkan persepsi negatif. Di samping itu
kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan fasilitas penunjangnya diperkirakan juga menciptakan
peluang kerja dan peluang berusaha yang akan menimbulkan persepsi positif. Aktivitas pembangunan
bangunan utama dan fasilitasnya telah menciptakan ketidakseimbangan pada lingkungan sosial. Rona
kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau skala 4 (Lampiran 2P) .
Kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan fasilitas penunjangnya meningkatkan skala kualitas
lingkungan menjadi skala 5 (sangat baik) dengan besaran dampak tergolong kecil yaitu Positf satu (+1).
Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.54 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan
pembangunan bangunan utama dan fasilitas penunjang terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat
dilihat pada Lampiran 3D poin 1.2.4.3.

Tabel 3.54 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembangunan Bangunan Utama PLTU
terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak mencakup
akan terkena dampak rencana semua warga di 13 desa yakni 41.092 jiwa
usaha dan/ atau kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak mencakup seluruh wilayah studi meliputi Desa
Ujungnegoro, Ponowareng, Karanggeneng,
Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis,
Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan
Juragan
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi, karena selain
memberikan dampak positif secara ekonomi juga
memberikan dampak negatif pada kenyamanan
Lamanya dampak berlangsung P Dampak diprediksikan akan berlangsung selama tahap
konstruksi, namun cukup lama yakni sekitar 5 tahun
4. Banyaknya komponen lingkungan TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
hidup lain yang terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena berlangsung lama
(sekitar 5 tahun) dan kemungkinan dapat berlanjut pada
tahap operasi
6. Berbalik atau tak berbaliknya T Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat
dampak dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pembangunan bangunan utama PLTU dan
fasitas penunjang pada tahap konstruksi terhadap perubahan persepsi masyarakat masuk kategori
dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak
tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya kesimbangan baru berupa peningkatan
persepsi positif dan memulihkan persepsi negatif yang muncul, diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana
serta prasarana baru untuk menjaga dan mempertahankan persepsi positif masyarakat terhadap kegiatan
pembangunan bangunan utama PLTU dan fasilitas penunjangnya.

Mekanisme aliran dampak perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan konstruksi bersifat langsung pada
komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.

e. Uji Coba (Commissioning)


Penurunan Kualitas Udara
Dampak yang terjadi akibat dari kegiatan Uji Coba (Comissioning) PLTU adalah penurunan kualitas udara
dari aktivitas cerobong PLTU. Dengan adanya kegiatan tersebut diperkirakan akan timbul hamburan debu,
SO2, dan NO2 yang terdispersi di atmosfer. Besarnya perkiraan konsentrasi udara ambien dapat dihitung
dengan cara menjumlahkan antara konsentrasi kualitas udara saat rona awal ditambah dengan konsentrasi
kontribusi dari pengoperasian PLTU. Perhitungan gas pencemar dari cerobong asap PLTU sesuai dengan
model yang disajikan pada sub-bab Operasional PLTU.

Pada saat pengukuran kualitas udara di sekitar lokasi proyek menunjukan kondisi rona lingkungan hidup awal
tercatat tidak ada satu parameter kualitas udara yang melebihi baku mutu lingkungan. Sehingga dapat
dikatakan kondisi skala kualitas lingkungan pada rona awal tergolong skala 3. Kondisi rona lingkungan akhir
pada kegiatan Uji Coba (Comissioning) PLTU dapat diperkirakan dengan cara menjumlahkan antara
konsentrasi pada saat rona awal ditambah dengan konsentrasi kontribusi dari kegiatan Uji Coba
(Comissioning) PLTU.

Sesuai dengan model yang disajikan pada sub bab operasional PLTU terlihat bahwa areal terdampak
akumulatif kegiatan Uji Coba (Comissioning) akan terjadi di sekitar PLTU dalam radius 1.600 m ke arah
tenggara. Cakupan wilayah terdampak di sekitar wilayah Desa Ponowareng, dimana pada radius tersebut
berdasarkan simulasi dispersi kualitas udara akan terjadi peningkatan konsentrasi parameter debu mencapai
26,51 g/Nm3, NO2 sebesar 137,83 g/Nm3, dan SO2 sebesar 159,03 g/Nm3.

Hasil permodelan rona akhir polutan dari PLTU bila dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 8 Tahun 2001, untuk semua parameter nilainya
masih di bawah baku mutu lingkungan, namun dengan kontinuitas operasional PLTU maka diperkirakan akan
tetap memberikan kontribusi terhadap parameter kualitas lingkungan di udara namun dengan skala yang
kecil. Sehingga skala kualitas lingkungan akan berubah menjadi skala 2 . Dengan demikian besaran dampak
terhadap penurunan kualitas udara adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu
(-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.55 berikut ini.

Tabel 3.55 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Uji Coba (Commissioning)
PLTU
terhadap Penurunan Kualitas Udara
SIFAT
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING PENTING KETERANGAN
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan P Terdapat pemukiman penduduk yang relatif
terkena dampak rencana usaha dan/ atau dekat
kegiatan dengan lokasi PLTU, sehingga akan ada
masyarakat di desa terdekat yang terkena
2. Luas wilayah penyebaran dampak P dampak dampak kualitas udara terutama debu,
Sebaran
NO2 dan SO2 mengarah 1.600 m dari cerobong
PLTU ke arah tenggara.
3. Intensitas dampak P Jika dilakukan pemasangan Fabric Filter
maka
konsentrasi debu akan mencapai 50 mg/m3.
Dampak akan berlangsung selama kegiatan
Lamanya dampak berlangsung P kegiatan Uji
Dampak Coba
akan (Commissioning)
berlangsung selama PLTU.
kegiatan Uji
Coba (Commissioning) PLTU dan berlanjut
sampai tahap operasional.
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain P Komponen lain yang terkena dampak
yang terkena dampak terutama pada penurunan kualitas udara
adalah pada
komponen biota darat dan kesehatan
5. Sifat Kumulatif dampak P masyarakat.
Kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Berbalik dalam jangka waktu tertentu
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan TP Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat
ilmu pengetahuan dan teknologi ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU terhadap
kualitas udara masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Mekanisme aliran dampak kegiatan kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU terhadap kualitas udara bersifat
langsung pada komponen fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial
lainnya .
Peningkatan Kebisingan
Dampak peningkatan kebisingan yang menonjol bersumber dari kegiatan kegiatan Uji Coba (Commissioning)
PLTU. Penurunan kebisingan yang berasal dari operasional PLTU akan saling bersinergi setelah
memperhitungkan besarnya kontribusi pencemar yang berasal dari kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU.
Total tingkat kebisingan dengan skenario terburuk adalah 122,8 dB(A) yang berasal dari operasional Coal
Crusher.

Rona awal tingkat kebisingan di sekitar lokasi rencana pabrik PLTU yaitu di Desa Ujungnegoro berdasarkan
hasil pengukuran yang dilakukan siang malam menunjukan nilai kebisingan sebesar 53,78 dB(A). Nilai
kebisingan tersebut masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 55 dB(A), untuk lingkungan
perumahan. Sehingga skala kualitas lingkungan untuk rona awal masuk dalam katagori skala 3. Rona akhir
kebisingansesuai dengan model yang disajikan pada sub bab operasional PLTU terlihat bahwa rona akhir bila
dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan KEPMEN LH. No. 48/MENLH/11/1996, maka tingkat
kebisingan masih di bawah baku tingkat kebisingan yaitu sebesar 55 dB(A) di sekitar pagar pembatas
menunjukan kontribusi kebisingan yang sangat kecil dan tidak berdampak pada kebisingan di area sekitar
pemukiman penduduk sehingga masuk dalam skala 2. Dengan demikian besaran dampak pada tahap
operasional adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat
penting dampak tertera pada Tabel 3.56 berikut ini.

Tabel 3.56 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Uji Coba (Commissioning)
PLTU
terhadap Peningkatan Kebisingan
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan TP Tidak ada kontribusi tingkat kebisingan
terkena dampak rencana usaha dan/ pada
atau kegiatan pemukiman penduduk yang relatif dekat dengan
lokasi PLTU, sehingga tidak ada penduduk di desa
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP terdekat yang
Sebaran terkena
dampak dampakhanya sebatas pagar
kebisingan
pembatas.
3. Intensitas dampak TP Tingkat kebisingan saat strat steam blow terjadinya
secara tiba-tiba.
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak akan berlangsung selama kegiatan Uji
Coba (Commissioning)PLTU.
4. Banyaknya komponen lingkungan TP Tidak ada komponen lain yang terkena dampak
hidup lain yang terkena dampak dikarenakan sempitnya paparan dampak kebisingan
5. Sifat Kumulatif dampak TP Tidak Kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Berbalik dalam jangka waktu tertentu
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat
perkembangan ilmu pengetahuan dan ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
teknologi
Sifat Penting Dampak TP Tidak Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU terhadap
peningkatan kebisingan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan
terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Mekanisme aliran dampak kegiatan operasional PLTU terhadap kebisingan bersifat langsung pada komponen
fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya serta dampak balik
pada kegiatan operasional PLTU.

Penurunan Kualitas Air Laut


Salah satu kegiatan Uji Coba (Commissioning) adalah melakukan pembuangan limbah bahang dengan
temperatur maksimum pada condenser 40 oC dari sistem pendingin dengan debit buangan 86,8 m3/det.
Limbah bahang yang dibuang diperkirakan akan berdampak negatif bagi perairan sekitarnya. Pemodelan
telah dilakukan untuk melihat pola sebaran suhu kondisi musim barat dan musim timur. Nilai suhu yang
dimodelkan merupakan nilai beda suhu (delta) antara suhu natural dengan suhu buangan sebagai input
model sebesar 9,1 oC.

Sesuai dengan model yang disajikan pada sub bab operasional PLTU terlihat bahwa pola sebaran suhu yang
cukup signifikan akibat pengaruh arus musiman, jika pada saat musim barat sebaran suhu mengarah ke timur
sebaliknya pada saat musim timur pola sebaran suhu mengarah ke barat. Pada musim barat sebaran suhu
dengan delta 2 C dapat mencapai 45 m dari outfall ke arah Karang Kretek atau 850 m dari Karang
Kretek sementara sebaran suhu dengan delta 0,01 C dapat menyebar pada jarak 130 m ke arah Karang
Kretek. sehingga dari hasil pemodelan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada musim barat sebaran suhu
dengan delta 2 C tidak akan pernah sampai ke Karang Kretek. Pada musim timur sebaran suhu dengan
delta 2 C akan menyebar ke arah intake dengan jarak 200 m dari outfall sementara sebaran suhu dengan
delta 0,01 0C dapat menyebar pada jarak 900 dari outfall, dalam pengertian bahwa penyebaran suhu pada
musim timur tidak akan mencapai intake. Selain disajikan dalam bentuk kontur sebaran, model sebaran delta
suhu juga disajikan dalam bentuk grafik series hasil cuplikan di 2 titik yang di anggap area sensitif, yakni di
area Karang Kretek (saat musim barat) dan di titik intake (saat musim timur). Hasil pencuplikan tersebut
disajikan dalam Gambar 3.11 dan Gambar 3.12. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa, pada saat
musim barat nilai delta suhu 2 0C atau bahkan 0,01 C tidak akan mencapai Karang Kretek, demikian juga
pada saat musim timur nilai delta suhu 2 C atau bahkan 0,01 C tidak akan mencapai intake.

Rona awal dari kualitas air laut di sekitar lokasi proyek pembangunan PLTU masih termasuk dalam skala 3
dengan suhu terukur maksimum 31,2 C. Dari hasil pemodelan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
musim barat sebaran suhu dengan delta 2 C tidak akan pernah sampai ke Karang Kretek (yang mencapai
Karang Kretek hanya delta suhu 0,01 C). Jika ditambahkan dengan rona awal maka temperatur di sekitar
titik buangan di sekitar Karang Kretek menjadi sekitar 31,21 C. Pada jarak 850 m dan sekitar Karang Kretek
peningkatan suhu tergolong kecil sehingga tidak merubah skala kualitas lingkungan. Sedangkan peningkatan
suhu air laut hingga 2 C hanya terjadi di sekitar titik buangan hingga radius 45 m dari outfall sehingga
sehingga suhu ambien akan meningkat menjadi 33,7 C penurunan skala kualitas lingkungan menjadi skala
2. Peningkatan suhu tertinggi terjadi di sekitar titik buangan sehingga penurunan skala kualitas lingkungan
menjadi skala 2 . Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas air laut dengan adanya kegiatan
operasional PLTU adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan
sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.57 berikut ini.

Tabel 3.57 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Uji Coba (Commissioning)
PLTU
terhadap Penurunan Kualitas Air Laut
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Kegiatan Uji Coba operasional PLTU yang menimbulkan
akan terkena dampak rencana limbah bahangakan berlangsung selama kegiatan Uji Coba
usaha dan/ atau kegiatan operasional PLTU dengan perubahan keluaran suhu 9,1oC
dapat mengakibatkan pada peningkatan temperatur air laut
dan berpengaruh lanjut pada biota laut di sekitarnya
terutama di kawasan karang Kretek. Dampak tidak
langsung lainnya adalah bagi penduduk setempat yang
biasa mencari ikan di daerah tersebut yang berjumlah lebih
dari 100 nelayan, namun demikian daya jelajah nelayan
tidak terbatas pada area lokasi outfall sehingga dampak
yang ditimbulkan dari kegiatan ini tergolong penting..
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Daerah terdampak dari sebaran suhu pada musim barat
dan musim timur akibat buangan limbah panas berupa
peningkatan suhu 2C dapat menyebar dalam radius
berturut 12 Ha dan 10 Ha. Luas sebaran dengan
peningkatan suhu 0.01C juga tidak akan mencapai intake
dan Karang Kretek sehingga dampak yang ditimbulkan dari
perubahan Kualitas Air Laut dalam hal ini suhu sifatnya
tidak penting.
3. Intensitas dampak TP Hasil simulasi menunjukan bahwa frekuensi kejadian
perubahan suhu yang terburuk dapat terjadi selama musim
barat saja sehingga dampak yang ditimbulkan dari
kegiatan ini sifatnya menjadi tidak penting.
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak dapat berlangsung selama kegiatan selama Uji
Coba operasional PLTU (+ 8 bulan). Intensitas dampak
sedang dan hanya terjadi Musim Barat tetapi akan
berlangsung selama kegiatan operasional PLTU. Hasil
simulasi menunjukan bahwa frekuensi kejadian selama
musim barat sesuai dengan pola pasang surut laut, dimana
sebesar 0,01C sehingga dampak yang ditimbulkan dari
kegiatan ini sifatnya menjadi tidak penting.
4. Banyaknya komponen lingkungan P Biota air seperti plankton dan terumbu karang merupakan
hidup lain yang terkena dampak habitat ikan dan organisme perairan lain (benthos) yang
merupakan satu mata rantai makanan namun masih pada
kisaran toleransi. Dengan demikian dampak kegiatan
berpengaruh pada komponen lingkungan lain cukup
banyak, dan oleh karenanya dampak ini sifatnya penting.
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak bersifat kumulatif karena kegiatan Uji Coba
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
operasional PLTU berlangsung terus menerus.
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampak yang timbul merupakan dampak terbalikkan,
dampak namun dalam selang waktu 6 bulan (perubahan musim).
Kenaikan temperatur 2C dapat berbalik tetapi
intensitasnya tidak sering sehingga dampak tersebut
merupakan dampak tidak penting.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Kegiatan Uji Coba operasional PLTU yang menimbulkan
perkembangan ilmu pengetahuan limbah bahang namun demikian PLTU ini akan dibangun
dan teknologi dengan menggunakan teknologi Ultra Super Critical (USC)
menurunkan sehingga dampat tersebut sifatnya menjadi
tidak penting.
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU terhadap
kualitas air laut masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Mekanisme aliran dampak kegiatan operasional PLTU terhadap kualitas air laut bersifat langsung pada
komponen fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan biologi lainnya serta
dampak balik pada kegiatan operasional PLTU.

Gangguan terhadap Biota Laut


Gangguan terhadap biota laut pada saat tahap Uji coba (comissioning) PLTU merupakan dampak turunan
dan juga merupakan dampak langsung terhadap biota laut akibat adanya peningkatan suhu sebesar 40 C
yang keluar dari sistem pendingin PLTU pada saat operasi. Peningkatan suhu air laut ini dapat berpengaruh
secara langsung terhadap kehidupan biota laut di sekitar Karang Kretek yang terletak 900 m di sebelah
timur pipa outfall dan Karang Maeso yang terletak 2.900 m di sebelah barat pipa outlet atau 1.750 m dari
intake. Berdasarkan hasil simulasi persebaran perubahan suhu tersebut terlihat bahwa, pada saat musim
barat nilai sebaran suhu dengan delta 0,010C tidak dapat menyebar sampai ke Karang Kretek. Data Review
KKLD (2012) menyebutkan bahwa tutupan Karang Kretek <5%, dan rona awal lingkungan plankton dan
benthos menurut skala kualitas masuk dalam kategori skala 3. Sementara itu rona awal suhu air laut di
sekitar Karang Kretek dan Karang Maeso berkisar antara 31,2 oC. Kisaran suhu ini tidak cukup mendukung
kehidupan dan pertumbuhan plankton dan benthos. Dengan adanya kegiatan operasional PLTU yang dapat
menimbulkan suhu tinggi perairan dari sistem pendingin akan semakin menurunkan kondisi kelimpahan
plankton dan benthos maka skala kualitas lingkungan pada saat kegiatan berlangsung akan menurun menjadi
skala 1. Dengan demikian sifat penting dampak terhadap penurunan biota laut adalah tergolong Sedang
dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel
3.58 berikut ini.

Tabel 3.58 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Uji Coba (Comissioning)
PLTU
terhadap Gangguan pada Biota Laut
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan P Kegiatan uji coba operasional PLTU akan
terkena dampak rencana usaha dan/ berakibat terganggunya biota laut termasuk
atau kegiatan kemelimpahan ikan yang ada di sekitar perairan
Ujungnegoro. Dampak tidak langsung lainnya
adalah bagi penduduk setempat yang biasa
mencari ikan di daerah tersebut yang berjumlah
lebih dari 100 nelayan, namun demikian daya
jelajah nelayan tidak terbatas pada area lokasi
outfall sehingga dampak yang ditimbulkan dari
kegiatan ini tergolong penting
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Kegiatan uji coba operasional PLTU yang
berlangsung selama operasional berpotensi
menyebabkan persebaran dampak terjadi pada
wilayah seluas 10 sampai dengan 12 Ha
dibandingkan dengan luas perairan Ujungnegoro,
sehingga dampak menjadi tidak penting
3. Intensitas dampak TP Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan
ini sedang karena terjadi perubahan suhu (terjadi
peningkatan 2oC) sementara peningkatan suhu
tersebut hanya terjadi pada musim barat dan tidak
sampai ke terumbu karang yang ada di Karang
Kretek sehingga intensifat dampat sifatnya tidak
penting terhadap biota laut
Lamanya dampak berlangsung TP Berlangsung selama tahap uji coba operasional (+
8 bulan) terutama pada saat musim barat dan
tidak menerus sehingga sifat dampaknya tidak
penting.
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup P Terumbu karang merupakan habitat ikan dan
lain yang terkena dampak organisme perairan lain (benthos) yang
merupakan satu mata rantai makanan. Dengan
demikian dampak kegiatan pada komponen
lingkungan lain cukup banyak, dan oleh
karenanya dampak ini sifatnya menjadi penting
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak bersifat kumulatif karena berlangsung
terus menerus selama kegiatan uji coba
operasional PLTU
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak P Dampak yang timbul merupakan dampak tidak
terbalikkan, karena dapat menyebabkan
mati/rusaknya terumbu karang sebagai habitat
biota air laut. Dampak tersebut merupakan
dampak penting.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Kegiatan uji coba operasional PLTU yang
perkembangan ilmu pengetahuan dan menimbulkan gangguan terhadap biota laut dapat
teknologi ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU terhadap biota
laut masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan,
sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Mekanisme aliran dampak kegiatan operasional PLTU terhadap biota air laut bersifat langsung pada
komponen biologi dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial ekonomi lainnya.

Perubahan Persepsi Masyarakat


Perubahan persepsi masyarakat yang muncul pada kegiatan uji coba (comissioning) PLTU berpotensi
menimbulkan dampak penurunan kualitas udara, kebisingan, penurunan kualitas air laut, dan biota laut pada
akhirnya akan menimbulkan persepsi negatif masyarakat. Persepsi negatif sebagian masyarakat ini
diperkirakan hanya terpusat pada desa-desa di sekitar PLTU yakni Ujungnegoro, Karanggeneng,
Ponowareng, dan Kedungsegog. Dampak persepsi yang negatif berarti terjadi ketidakseimbangan dalam
lingkungan sosial yang jika tidak ada fasilitasi dan penyediaan sarana serta prasarana baru yang menjadi
kebutuhan masyarakat yang terkena dampak dapat menimbulkan reaksi negatif, utamanya dari masyarakat di
Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog . Rona kualitas lingkungan pada aspek
persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau Skala 4 (Lampiran 2P). Persepsi negatif akan
menurunkan skala lingkungan menjadi skala 3 dengan besaran dampak adalah kecil yaitu Negatif Satu (-1).
Penentuan sifat penting dampaktertera pada Tabel 3.59 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan
uji coba (comissioning) terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin
1.2.5.1.

Tabel 3.59 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Uji Coba (Comissioning) PLTU
terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah manusia yang terkena dampak sekitar 41.092
akan terkena dampak rencana jiwa
usaha dan/ atau kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak terjadi di seluruh wilayah studi (13 desa)
yakni Desa Ujungnegoro, Karanggeneng,
Wonokerso, Bakalan, Juragan, Ponowareng,
Kenconorejo,
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi hanya terjadi di desa
yang berdekatan dengan PLTU meliputi
Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan
Kedungsegog.

Untuk desa-desa lainnya intensitas dampaknya


sedang.
Lamanya dampak berlangsung P Dampak diprediksikan akan berlangsung singkat
pada akhir tahap konstruksi sekitar 8 bulan
4. Banyaknya komponen lingkungan TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
hidup lain yang terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena meskipun hanya
berlangsung selama 8 bulan namun dampak dapat
berlanjut hingga tahap operasi dan masyarakat
sekitar akan memulai babak baru hidup
berdampingan dengan pembangkit yang akan mulai
beroperasi
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat
dampak dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Uji Coba (Commissioning) PLTU terhadap
perubahan persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan
terciptanya kesimbangan baru guna memulihkan persepsi negatif yang muncul, diperlukan fasilitasi dan
penyediaan sarana serta prasarana baru untuk menjaga dan mempertahankan persepsi positif masyarakat
terhadap kegiatan uji coba PLTU.

Mekanisme aliran dampak perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan operasional PLTU bersifat
langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan
dampak pada lingkungan sosial lainnya serta dampak balik pada rencana kegiatan pembangunan PLTU.

3.1.3 Tahap Operasi


a. Penerimaan Tenaga Kerja
Peningkatan Kesempatan Kerja
Pada tahap operasi akan dilakukan penerimaan tenaga kerja untuk tenaga operasi. Kebutuhan tenaga kerja
diperkirakan sekitar 450 orang yang umumnya membutuhkan keahlian yang lebih tinggi pada tahap
konstruksi. Rona awal kesempatan kerja masuk pada skala 3. Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan
meningkatkan kualitas lingkungan menjadi skala 4 (lampiran 2P). Kesempatan kerja yang diperkirakan dapat
diisi oleh tenaga kerja lokal sangat kecil, sehingga peningkatan kesempatan kerja adalah Kecil (lampiran 2P),
dengan nilai besaran dampak Positif Satu (+1). Pada kegiatan penerimaan tenaga kerja ini telah terjadi
ketidakseimbangan pada lingkungan sosial. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.60 berikut
ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap peningkatan kesempatan
kerja dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.3.1.1.
Tabel 3.60 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Operasional PLTU
terhadap Peningkatan Kesempatan Kerja
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk P Jumlah penduduk yang terkena dampak meliputi
yang akan terkena dampak penduduk usia produktif yang belum memiliki
rencana usaha dan/ atau pekerjaan tetap di tiga belas desa wilayah studi,
kegiatan yakni 8.809 jiwa
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak terjadi di seluruh wilayah studi (13 desa)
dampak yakni Desa Ujungnegoro, Karanggeneng,
Wonokerso, Bakalan, Juragan, Ponowareng,
Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo,dan
3. Intensitas dampak TP Wringingintung.
Intensitas dampak sedang karena sangat terbatasnya
kesempatan kerja yang muncul
Lamanya dampak P Dampak akan berlangsung selama tahap operasi
berlangsung
4. Banyaknya komponen P Menimbulkan dampak sekunder pada pendapatan
lingkungan hidup lain yang dan persepsi masyarakat
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak bersifat kumulatif, kesempatan kerja adalah
salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarga
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat
dampak ditingkatkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja operasional PLTU
terhadap kesempatan kerja masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan
terciptanya kesimbangan baru guna meningkatkan dampak positif peningkatan kesempatan kerja sehingga
tercipta suasana kondusif dalam masyarakat diperlukan fasilitasi dan penyediaan kesempatan kerja yang
sangat dibutuhkan masyarakat.

Mekanisme aliran dampak kegiatan operasi PLTU terhadap peningkatan kesempatan kerja bersifat langsung
pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.

Perubahan Pola Mata Pencaharian


Kegiatan pada tahap operasi berarti pula hilangnya mata pencaharian pada tahap konstruksi, hal ini karena
pada tahap operasi dibutuhkan tenaga kerja yang membutuhkan keahlian tertentu. Kebutuhan tenaga kerja
pada tahap operasi ini hanya 450 orang dengan kompetensi tinggi. Rendahnya kompetensi tenaga kerja lokal
mengakibatkan rendahnya pula kesempatan tenaga kerja lokal untuk bisa bekerja pada tahap operasi PLTU.
Dengan demikian tenaga kerja lokal akan kembali ke pekerjaan awal. Ketika luas lahan pertanian sudah
berkurang dan ruang gerak nelayan juga menjadi sedikit berkurang; maka kehilangan pekerjaan merupakan
dampak negatif. Namun ketidakseimbangan yang terjadi ini dapat dikelola dengan fasilitasi dan penyediaan
sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat terdampak sehingga muncul keseimbangan
baru yang kondusif untuk operasi PLTU.

Rona mata pencaharian pada tahap konstruksi masuk dalam kategori skala 3 (Lampiran 2P). Kegiatan
penerimaan tenaga kerja meningkatkan skala kualitas lingkungan menjadi Skala 4 (Lampiran 2P). Dengan
demikian besaran dampak terhadap perubahan pola mata pencaharian akibat adanya kegiatan pada tahap
operasi tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Positif Satu (+1). Penentuan sifat penting
dampak tertera pada Tabel 3.61 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga
kerja terhadap perubahan pola mata pencaharian dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.3.1.1.

Tabel 3.61 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja
terhadap Perubahan Pola Mata Pencaharian
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak meliputi
akan terkena dampak rencana 4.160 4.680 orang
usaha dan/ atau kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak terjadi di seluruh wilayah studi (13 desa)
dampak yakni Desa Ujungnegoro, Karanggeneng,
Wonokerso, Bakalan, Juragan, Ponowareng,
Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo,dan
3. Intensitas dampak P Wringingintung.
Intensitas dampak tinggi mengingat matapencaharian
menjadi sumber nafkah hidup keluarga
Lamanya dampak berlangsung P Dampak akan berlangsung selamanya
4. Banyaknya komponen P Akan membawa dampak ikutan pada komponen
lingkungan hidup lain yang persepsi
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Matapencaharian adalah salah satu sumber
kehidupan, sehingga dampak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat
dampak dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja operasional PLTU
terhadap pola mata pencaharian masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan
terciptanya kesimbangan baru guna berupa tidak terganggunya pola matapencaharian, maka diperlukan
fasilitasi dan penyediaan kesempatan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Mekanisme aliran dampak kegiatan operasi PLTU terhadap perubahan pola mata pencaharian bersifat
langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan
dampak pada lingkungan sosial lainnya.

Perubahan Tingkat Pendapatan


Peluang berusaha yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk lokal pada kegiatan operasional PLTU diprediksi
akan memberikan dampak positif terhadap kenaikan pendapatan. Rona awal pendapatan masuk dalam
kategori kualitas Skala 3. Munculnya peluang berusaha diperkirakan akan meningkatkan kualitas lingkungan
menjadi kualitas Skala 4. Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya pendapatan pada tahap
operasi unit PLTU tergolong Rendah dengan nilai perubahan dampaknya Positif Satu (+1). Analisis rinci
penentuan dampak kegiatan operasional unit PLTU terhadap perubahan tingkat pendapatan dapat dilihat
pada Lampiran 3D. Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.62 berikut ini.

Tabel 3.62 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasi PLTU


terhadap Perubahan Tingkat Pendapatan
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan P Jumlah penduduk yang terkena dampak
terkena dampak rencana usaha dan/ mencakup 8199 keluarga
atau kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak mencakup desa-desa yang dekat
dengan jalan yang menghubungkan PLTU
dengan jalan raya pantura, meliputi desa Tulis,
Beji, Simbangjati, Kenconorejo, Wonokerso,
Kedungsegog, Ponowareng, Karanggeneng,
Ujungnegoro, Bakalan, dan Juragan.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tinggi karena pendapatan
menjadi sumber nafkah untuk pemenuhan
kebutuhn keluarga
Lamanya dampak berlangsung P Dampak akan berlangsung selama tahap
operasi atau selamanya
4. Banyaknya komponen lingkungan P Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi
hidup lain yang terkena dampak masyarakat
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak bersifat kumulatif karena
sensitivitasnya yang tinggi dan akan
berlangsung selama tahap operasi
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Melalui pengelolaan yang baik dampak positif
dapat ditingkatkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja operasional PLTU
terhadap peningkatan pendapatan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan
terciptanya keseimbangan baru guna meningkatkan pendapatan masyarakat diperlukan fasilitasi baru dan
penyediaan sarana prasarana untuk kesempatan kerja dan peluang berusaha yang sangat dibutuhkan
masyarakat.

Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap perubahan pendapatan masyarakat
bersifat langsung pada komponen lingkungan social ekonomi dan budaya selanjutnya dapat menimbulkan
dampak pada lingkungan social lainnya.

Keresahan Masyarakat
Aktivitas operasional PLTU diprediksikan akan menimbulkan keresahan masyarakat di sekitar lokasi PLTU.
Sejak awal sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan masyarakat berharap rencana kegiatan dapat
terealisasi agar banyak tenaga lokal yang terserap. Ketidakpastian jumlah tenaga kerja lokal yang akan
terserap pada saat operasional PLTU ini diprediksikan akan meningkatkan keresahan masyarakat. Rona awal
kualitas lingkungan dari parameter keresahan masuk pada kriteria sedang atau pada skala 3 (lampiran 2P);
dimana masyarakat menyadari hanya tenaga kerja dengan keterampilan khusus yang diterima bekerja di
PLTU; sementara tenaga pendukung seperti petugas keamanan dan kebersihan jumlah yang diterima pun
terbatas. Ketidakseimbangan yang terjadi ini perlu difasilitasi melalui penyediaan sarana serta prasarana baru
untuk menciptakan keseimbangan di lingkungan sosial. Keresahan masyarakat diprediksikan akan
menurunkan kualitas lingkungan menjadi skala 2 artinya masyarakat cukup resah terhadap peluang
mendapatkan pekerjaan. Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya keresahan masyarakat
pada tahap operasional adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1).
Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.63 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan
penerimaan tenaga kerja terhadap keresahan masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.3.1.3.
Tabel 3.63 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja
terhadap Keresahan Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak meliputi
akan terkena dampak rencana 9166 KK
usaha dan/ atau kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak terjadi di seluruh wilayah studi (13 desa)
dampak yakni Desa Ujungnegoro, Karanggeneng,
Wonokerso, Bakalan, Juragan, Ponowareng,
Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis, Sembojo,dan
3. Intensitas dampak P Wringingintung.
Intensitas dampak tinggi mengingat perbedaan sikap
yang makin mengganggu kebersamaan warga
Lamanya dampak berlangsung P Dampak diprediksikan akan berlangsung selama
tahap operasional
4. Banyaknya komponen P Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi
lingkungan hidup lain yang
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan
dampak terprogram
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja operasional PLTU
terhadap keresahan masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan
terciptanya kesimbangan baru guna memulihkan keresahan masyarakat sehingga tercipta suasana kondusif
dalam masyarakat diperlukan fasilitasi dan penyediaan kesempatan kerja yang sangat dibutuhkan
masyarakat.

Mekanisme aliran dampak kegiatan operasional PLTU terhadap meningkatnya keresahan masyarakat bersifat
langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan
dampak pada lingkungan sosial lainnya.

Perubahan Persepsi Masyarakat


Persepsi masyarakat yang muncul pada kegiatan penerimaan tenaga kerja bersifat positif. Persepsi positif
muncul karena terbukanya kesempatan kerja sehingga terjadi kenaikan pendapatan masyarakat yang
menerima manfaat. Persepsi positif memunculkan ketidakseimbangan pada lingkungan sosial yang harus
dikelola dengan baik agar kondisi lingkungan menjadi kondusif untuk operasi PLTU. Rona kualitas lingkungan
pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau Skala 4 (lampiran 2P). Persepsi positif
akan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi skala 5 dengan besaran dampak Positif Satu (+1).
Peningkatan kualitas lingkungan muncul karena aka nada upaya fasilitasi untuk menciptakan keseimbangan
baru.

Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.64 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak
kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D
poin 1.3.1.4.

Tabel 3.64 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja
terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah manusia terkena dampak sekitar 8810
akan terkena dampak rencana penduduk usia produktif yang belum memiliki
usaha dan/ atau kegiatan pekerjaan tetap.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak terjadi pada 13 desa wilayah studi meliputi:
desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng,
Kedungsegog, Kenconorejo, Simbangjati, Beji, Tulis,
Sembojo, Wringingintung, Wonokerso, Bakalan, dan
Juragan.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi mengingat: (a)
masyarakat masih sangat membutuhkan tambahan
pendapatan; (b) kesempatan kerja yang tersedia
sangat sedikit.
Lamanya dampak berlangsung P Dampak akan berlangsung selama tahap konstruksi.
4. Banyaknya komponen lingkungan TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
hidup lain yang terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena dan kemungkinan
berlanjut pada tahap operasi
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampak positif dapat ditingkatkan dan dampak
dampak negatif dapat dipulihkan dengan pengelolaan
terprogram
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja operasional PLTU
terhadap perubahan persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala
kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan
terciptanya kesimbangan baru berupa peningkatan dan pemulihan persepsi positif diperlukan fasilitasi dan
penyediaan kesempatan kerja yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja tahap operasi blok PLTU terhadap perubahan
persepsi masyarakat bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan
selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.

b. Penanganan Batubara
Penurunan Kualitas Udara
Batubara (Coal) sebagai bahan bakar utama PLTU yang akan diangkut dari barge langsung dengan
menggunakan Receiving Conveyor dan ditampung pada staker-reclaimer di Coal Storage Area. Hal ini
dimaksudkan untuk pengaturan cadangan batubara agar seimbang untuk menjaga kestabilan operasional
PLTU selama 30 hari. Batubara yang akan dikirim ke unit menggunakan belt conveyor, melalui beberapa
menara transfer dan penghancur batubara (coal crusher).

Konsumsi batubara selama operasional PLTU adalah 490 ton/jam untuk 1 unit pembangkit sehingga untuk 2
unit pembangkit adalah sebesar 980 ton/jam. Cadangan batubara untuk keperluan operasi PLTU tersebut
disimpan di lokasi penampungan batubara (Coal Yard) yang mampu menampung kebutuhan selama 30 hari
operasi. Tempat penampungan batubara seluas 15,53 Ha dengan sistem terbuka mempunyai kapasitas
792.000 metric ton dengan ketinggian tumpukan tidak lebih dari 15 meter. Berdasarkan hasil analisis
batubara diketahui bahwa kandungan abu batubara adalah 3,5%, dan diperkirakan sekitar 10% abu batubar a
yang akan terbang serta kecepatan angin rata-ratanya adalah 2,63 m/dt, sehingga kandungan abu batubara
adalah sebesar 362,27 g/m. bila luas wilayah sebaran adalah sebesar 0,96 km 2 maka konsentrasi debu
batubara di lokasi tersebut adalah 368,58 ug/Nm3. Kondisi rona awal kualitas udara untuk konsentrasi debu
adalah masih memenuhi baku mutu yaitu masuk katagori skala 3 .

Untuk mengurangi hamburan abu batubara maka dilakukan penyiraman dengan spray water sprinker
sehingga kondisi batubara selalu dalam keadaan lembab. Penyimpanan batubara tersebut diperkirakan akan
menimbulkan dampak penurunan kualitas udara di sekitar lokasi coal yard. Jika kondisi angin menuju
pemukiman penduduk akan menambah potensi penurunan kualitas udara khususnya TSP ke daerah
pemukiman penduduk terdekat seperti Dukuh Rowokudo Desa Ujungnegoro. Pada beberapa PLTU yang
telah beroperasi terindikasi adanya penurunan kualitas udara yang dirasakan oleh masyarakat yang tinggal
relatif dekat dengan areal penumpukan batubara. Dengan memperhatikan analogi dari beberapa PLTU yang
sudah beroperasi tersebut di atas, maka kondisi rona akhir kualitas udara (TSP) setelah adanya kegiatan
operasional PLTU menjadi sebesar 122,64 g/Nm3. Konsentrasi tersebut tercatat pada permukiman yang
berjarak sekitar 500 m dari lokasi pembangkit, sehingga perubahan tergolong skala 2. Dengan demikian
besaran dampak terhadap kualitas udara karena kegiatan penanganan batubara adalah tergolong kecil
dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel
3.65 berikut ini.

Tabel 3.65 Sifat Penting Dampak Kegiatan Penanganan Batubara


terhadap Penurunan Kualitas Udara
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang TP Jumlah penduduk yang terkena dampak tidak ada
akan terkena dampak rencana mengingat sebaran debu hanya berada di sekitar
usaha dan/ atau kegiatan pagar pembatas kea rah tenggara, dan di lokasi
tersebut bukan merupakan pemukiman penduduk.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Luas sebaran dampak terjadi dari lokasi penimbunan
batubara kea rah tenggara dengan luas 0,98 km2
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi dan melebihi baku
mutu yaitu sebesar 368,58 ug/Nm3
Lamanya dampak berlangsung P Dampak diprakirakan akan berlangsung selama
tahap operasi PLTU
4. Banyaknya komponen lingkungan P Terdapat dampak ikutan pada komponen lain yaitu
hidup lain yang terkena dampak berupa gangguan kenyamanan
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak bersifat kumulatif karena terganggunya
kenyamanan berlangsung terus menerus
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat
dampak dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu
perkembangan ilmu pengetahuan pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penanganan batubara operasional PLTU
terhadap kualitas udara masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan
terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Peningkatan Kebauan
Kegiatan operasional PLTU berpotensi menimbulkan dampak timbulnya peningkatan kebauan. Sumber
kebauan berasal dari timbunan batubara untuk proses operasional PLTU. Kebauan yang terpapar dalam
waktu tertentu dan sebaran angin yang menuju arah sekitar pemukiman penduduk akan menimbulkan bau
sehingga berakibat pada gangguan kenyamanan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan maka diperoleh
rona lingkungan mengenai kondisi kesegaran udara (kebauan) yang berada di pemukiman penduduk di
sekitar lokasi PLTU masuk dalam skala 4.

Tempat penyimpanan batubara memiliki luas 15,53 Ha dengan sistem terbuka mempunyai kapasitas 792.000
metric ton dengan ketinggian tidak lebih dari 15 meter dan mampu menampung batubara selama 30 hari.
Untuk mengurangi debu batubara maka dilakukan penyiraman dengan spray water sprinker dengan kondisi
batubara yang lembab dan cukup banyak di tempat penyimpanan batubara tersebut di perkirakan akan
menimbulkan dampak lainnya yaitu peningkatan kebauan di lokasi coal yard dan sebaran arah angin menuju
pemukiman penduduk akan menambah potensi kebauan terpapar ke daerah pemukiman penduduk. Pada
beberapa PLTU terindikasi adanya kebauan yang dirasakan oleh masyarakat yang tinggal relatif dekat
dengan area penumpukan batubara. Dengan memperhatikan analogi dari beberapa PLTU yang sudah
beroperasi tersebut di atas, maka kondisi rona akhir kebauan setelah adanya kegiatan operasional PLTU
tergolong skala 3. Dengan demikian dampak peningkatan kebauan ini tergolong Kecil dengan nilai
perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.66 berikut ini.

Tabel 3.66 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penanganan Batubara


terhadap Peningkatan Kebauan
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak terutama
akan terkena dampak rencana usaha adalah yang bermukim di sekitar Desa Ujungnegoro
dan/ atau kegiatan dengan kepadatan penduduk 1.235 penduduk/km.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Luas sebaran dampak terjadi di permukiman terdekat
dengan tapak power block yakni sebagian
masyarakat di Dukuh Rowokudo Desa
Ujungnegoro
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi, karena kebauan
dapat menurunkan kenyamanan yang akan
dirasakan langsung oleh warga
Lamanya dampak berlangsung P Dampak diprediksikan akan berlangsung selama
tahap operasi PLTU
4. Banyaknya komponen lingkungan P Terdapat dampak ikutan pada komponen lain yaitu
hidup lain yang terkena dampak berupa gangguan kenyamanan
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dapat bersifat kumulatif karena terganggunya
kenyamanan berlangsung terus menerus
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat
dampak dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu
perkembangan ilmu pengetahuan pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penanganan batubara operasional PLTU
terhadap peningkatan kebauan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).
Penurunan Kualitas Air Laut
Kegiatan penanganan batubara PLTU sejumlah 792.000 ton pada coal yard seluas 15,53 Ha mampu
menampung batubara untuk suplai pembangkit selama 30 hari. Pada saat musim hujan, penumpukan
batubara ini berpotensi menyebabkan sejumlah partikel batubara akan terbawa oleh air hujan dan memasuki
air laut. Masuknya sejumlah partikel batubara ke laut dapat meningkatkan kadar TSS pada air laut. Kualitas
lingkungan parameter TSS pada air laut saat rona awal lingkungan (tanpa proyek) termasuk skala 3.

Dengan adanya penumpukan batubara di coal yard saat hujan ada kemungkinan sejumlah air limpasan
masuk kelaut membawa serta partikel sehingga jumlah TSS meningkat air laut meningkat drastis. Jika
diperkirakan debit limpasan dapat mengangkut batu bara sebesar 0,001 % maka batu bara terbawa air hujan
masuk ke laut, maka sekitar 0,001/100 x 792.000.000 kg/155.300 m2 atau sama dengan 0,051 kg/m2 padatan
batu bara masuk ke laut. atau 5100 mg/m2. Jumlah partikel sebesar ini akan meningkatkan kadar TSS air laut
menjadi sangat jauh di atas baku mutu (20 mg/l). Skala kualitas lingkungan dengan proyek menjadi skala 1.
Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas air laut akibat adanya kegiatan penanganan batubara
PLTU adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat
penting dampak tertera pada Tabel 3.67 berikut ini.

Tabel 3.67 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penanganan


Batubara terhadap Penurunan Kualitas Air Laut
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang TP Jumlah manusia yang menerima dampak
akan terkena dampak rencana penurunan kualitas air laut akibat peningkatan
usaha dan/ atau kegiatan TSS hampir tidak ada.
2. Luas wilayah penyebaran P Luas persebaran dampak meliputi area perairan
dampak pantai wilayah studi seluas 40,39 km2.

3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tergolong tinggi karena dari


areal coal yard padatan dapat terbawa masuk
kelaut sampai 5.100 mg/m2.
Lamanya dampak berlangsung TP Satu tahapan kegiatan, tahap operasi PLTU
4. Banyaknya komponen P Menimbulkan dampak sekunder dan dampak
lingkungan hidup lain yang lanjutan lainnya, jika kualitas laut tercemar maka
terkena dampak dampak sekundernya adalah kelangsungan hidup
biota air sebagai satu mata rantai kehidupan.
5. Sifat Kumulatif dampak TP Tidak kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampaknya dapat dipulihkan
dampak (berbalik)Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat
perkembangan ilmu ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penanganan batubara operasional PLTU
terhadap penurunan kualitas air laut masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Mekanisme aliran dampak kegiatan penanganan batubara terhadap kualitas air laut bersifat langsung pada
komponen lingkungan fisik kimia.

Perubahan Persepsi Masyarakat


Perubahan persepsi masyarakat yang muncul pada kegiatan penanganan batubara pada operasional PLTU
berpotensi menimbulkan dampak penurunan kualitas udara, peningkatan kebauan, penurunan kualitas air
laut, gangguan kesehatan. Hal ini akan menimbulkan persepsi negatif bagi masyarakat utamanya yang
tinggal di ketiga desa tapak , power block yakni Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng; yang berarti
muncul ketidakseimbangan pada lingkungan sosial. Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi
masyarakat masuk dalam kategori baik atau Skala 4 (Lampiran 2P). Kegiatan operasional PLTU menurunkan
skala kualitas lingkungan menjadi Skala 3; masyarakat menyadari keberadaan PLTU membawa sisi positif
dan negatif bagi masyarakat sekitar, sehingga berpendirian netral. Dengan demikian besaran dampak
terhadap perubahan persepsi masyarakat terhadap kegiatan operasional PLTU adalah tergolong Kecil
dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel
3.68 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penanganan batubara terhadap perubahan
persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.3.2.1.

Tabel 3.68 Penentuan Sifat Penting Dampak Penanganan Batubara terhadap Perubahan
Persepsi Masyarakat
NO. SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak 12.258 jiwa
akan terkena dampak rencana
usaha dan/ atau kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak terjadi di 3 desa tapak power block yakni
dampak Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi, karena menurunnya
kenyamanan akan dirasakan langsung oleh warga
Lamanya dampak berlangsung P Dampak diprediksikan akan berlangsung selama
tahap operasi PLTU
4. Banyaknya komponen TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
lingkungan hidup lain yang
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena terganggunya
kenyamanan berlangsung terus menerus
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat
dampak dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penanganan batubara operasional PLTU
terhadap persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan
terciptanya kesimbangan baru berupa pemulihan persepsi positif diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana
prasaranan baru, sehingga persepsi positif tetap terjaga.

Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi blok PLTU terhadap perubahan
persepsi masyarakat bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan
selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.

c. Operasional Unit PLTU


Penurunan Kualitas Udara
Dampak yang terjadi akibat dari pengoperasian PLTU adalah penurunan kualitas udara dari aktivitas
cerobong PLTU. Dengan adanya kegiatan tersebut diperkirakan akan timbul hamburan debu, SO2, dan NO2
yang terdispersi di atmosfer.

Besarnya perkiraan konsentrasi udara ambien dapat dihitung dengan cara menjumlahkan antara konsentrasi
kualitas udara saat rona awal ditambah dengan konsentrasi kontribusi dari pengoperasian PLTU.
Perhitungan kontribusi gas pencemar dari cerobong PLTU didasarkan pada data teknis dan asumsi faktor
emisi debu, SO2, dan NO2 seperti yang dijelaskan pada Tabel 3.69 berikut ini.

Tabel 3.69 Spesifikasi Teknis Cerobong PLTU


NO SPESIFIKASI SATUAN CEROBONG 1 CEROBONG 2
1 Jumlah Cerobong unit 1 1
2 Tinggi Cerobong m 240 240
3 Diameter Cerobong m 8,65 8,65
4 Luas penampang Cerobong m2 58,74 58,74
5 Kecepatan Aliran m/det 19,1 19,1
6 Temperatur oC 32 32
7 Debit Gas (32 oC) m /det
3 1.121,85 1.121,85
8 Debit Gas (25 oC) m3/det 1.096,10 1.096,10
9 Kebutuhan Batubara ton/jam 550 550
gr/dt 152.778 152.778
NO SPESIFIKASI SATUAN CEROBONG 1 CEROBONG 2
Ash Content % 3,50 3,50
Sulfur Content % 0,23 0,23
Nitrogen Content % 0,90 0,90
Laju Emisi (25 oC)
TANPA PENGELOLAAN
1 Partikulat (Ash) gr/dt 5.347 5.347
2 SO2 gr/dt 351 351
3 NO2 gr/dt 1.375 1.375
DENGAN PENGELOLAAN
1 Partikulat gr/dt 54,81 54,81
2 SO2 gr/dt 328,83 328,83
3 NO2 gr/dt 284,99 284,99
Sumber : PT BPI, 2013

Berdasarkan data-data spesifikasi teknis cerobong tersebut di atas, maka diperoleh konsentrasi emisi yang
dikeluarkan dari cerobong asap seperti yang disajikan pada Tabel 3.70 berikut ini.

Tabel 3.70 Hasil Perhitungan Emisi Gas di PLTU


TANPA DIKELOLA MAKSIMUM OPERASI
NO PARAMETER CEROBONG CEROBONG CEROBONG CEROBONG BME
1 2 1 2
1 Debu 4.346,20 4.346,20 50 50 100
2 SO2 285,61 285,61 300 300 750
3 NO2 1,117,59 1.117,59 260 260 750
Sumber : Hasil Analisa, 2013
BME Berdasarkan PERMEN LH No. 21 tahun 2008

Berdasarkan Tabel 3.70 di atas, terlihat untuk konsentrasi parameter debu/ partikulat dan NO2 bila tidak
dilakukan pengelolaan maka konsentrasinya akan melebihi baku mutu, sedangkan untuk parameter SO 2
konsentrasinya masih memenuhi baku mutu. Untuk mereduksi emisi debu dari cerobong akan dilakukan
pemasangan alat Fabric Filter dengan efisiensi sebesar 99 %. Untuk mereduksi parameter polutan NO2 yang
keluar dari cerobong maka akan digunakan pembakaran batubara dengan suhu rendah (Low NOx Burner).
Sedangkan untuk parameter SO2 meskipun tanpa pengolahan nilainya masih di bawah BME. Hal ini
dikarenakan batubara yang akan digunakan mempunyai kandungan sulfur (sulphur content) rendah atau di
bawah 0,23 %, namun demikian PLTU ini tetap akan dipasang alat pengendali pencemar SO2 yaitu alat Flue
Gas Desulfurization.
Pada saat pengukuran kualitas udara di sekitar lokasi proyek menunjukan kondisi rona lingkungan hidup awal
tercatat tidak ada satu parameter kualitas udara yang melebihi baku mutu lingkungan. Sehingga dapat
dikatakan kondisi skala kualitas lingkungan pada rona awal tergolong skala 3. Kondisi rona lingkungan akhir
bila PLTU beroperasi dapat diperkirakan dengan cara menjumlahkan antara konsentrasi pada saat rona awal
ditambah dengan konsentrasi kontribusi dari PLTU. Hasil perhitungan untuk masing-masing titik dapat dilihat
pada Tabel 3.71 berikut ini.

Tabel 3.71 Prakiraan Perubahan Kualitas Udara Ambien Akibat Pengoperasian Unit PLTU
DEBU NO2 SO2
NO LOKASI SATUAN
AWAL KONTRI AKHIR AWAL KONTRI AKHIR AWAL KONTRI AKHIR
1 U1 g/Nm3 54,52 6,11 60,63 2,21 32,06 34,27 25 36,99 61,99
2 U2 g/Nm3 45,07 14,77 59,84 33,55 76,82 110,37 25 88,63 113,63
3 U3 g/Nm3 38,09 8,75 46,84 23,81 45,51 69,32 25 52,51 77,51
4 U4 g/Nm3 61,63 16,84 78,47 39,08 87,58 126,66 25 101,05 126,05
5 U5 g/Nm3 85,81 9,24 95,05 13,83 48,05 61,88 25 55,5 80,50
6 U6 g/Nm3 52,49 9,75 62,24 42,29 50,7 92,99 25 58,5 83,50
7 U7 g/Nm3 116,5 11,35 127,85 13,06 59,02 72,08 25 68,1 93,10
8 U8 g/Nm3 89,89 13,66 103,55 7,58 71,01 78,59 25 81,94 106,94
BAKU MUTU 230 150 365
Sumber : Hasil Analisa, 2013
Keterangan :
Baku Mutu Kualitas Udara Ambien mengacu pada SK. GUB. JATENG No. 8 Tahun 2001
Lokasi Pengukuran :
U1 : Area Maqam di Pantai Ujungnegoro
U2 : Area pemukiman daerah Rowokudo, Desa Ujungnegoro
U3 : Tempat PeMaqaman Umum Dusun Kemplang
U4 : Lap. Bola depan SDN 03 Kenconorejo, Ds. Wonorejo
U5 : Balai Desa Sembojo
U6 : Area pemukiman Desa Simbang Jati
U7 : Lap. Bola Desa Kenconorejo
U8 : Balai Desa Ponowareng

Dari hasil pengolahan data-data tersebut di atas diperoleh konsentrasi sebarannya polutan gas/ debu dalam
bentuk isoplet, yaitu kurva yang menghubungkan kesamaan konsentrasi pada jarak dan ketinggian tertentu.
Kontribusi dan kondisi prediksi akhir sebaran gas pencemar dari cerobong PLTU untuk parameter Debu, NO 2,
dan SO2 dapat dilihat pada Gambar 3.4 sampai dengan Gambar 3.9 berikut ini.
Gambar 3.4 Isoplet Kontribusi Polutan NO2 (Maksimum Operasi)

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 103


Gambar 3.5 Isoplet Akhir Polutan NO2 (Maksimum Operasi)

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 104


Gambar 3.6 Isoplet Kontribusi Polutan SO2 (Maksimum Operasi)

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 105


Gambar 3.7 Isoplet Akhir Polutan SO2 (Maksimum Operasi)

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 106


Gambar 3.8 Isoplet Kontribusi Particulate (Maksimum Operasi)

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 107


Gambar 3.9 Isoplet Akhir Particulate (Maksimum Operasi)

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 108


Areal terdampak akumulatif akan terjadi di sekitar PLTU dalam radius 1.600 m ke arah tenggara. Cakupan
wilayah terdampak di sekitar wilayah Desa Ponowareng, dimana pada radius tersebut berdasarkan simulasi
dispersi kualitas udara akan terjadi peningkatan konsentrasi parameter debu mencapai 26,51 g/Nm3, NO2
ebesar 137,83 g/Nm3, dan SO2 sebesar 159,03 g/Nm3. Rendahnya konsentrasi kualitas udara ambien
terutama disebabkan adanya upaya pengelolaan lingkungan yang terintegrasi ke dalam perencanaan
kegiatan proyek berupa buah 2 buah cerobong asap, pemilihan batubara berkadar sulfur rendah, dan Fabric
Filter untuk mereduksi polutan partikulat. Oleh karena itu maka konsentrasi akhir ambien gas-gas pencemar
debu dan SO2 rendah yang nilainya masih di bawah baku mutu serta sebarannya terbatas.

Hasil permodelan rona akhir polutan dari pengoperasian unit PLTU bila dibandingkan dengan baku mutu
kualitas udara ambien berdasarkan SK.GUB. JATENG No. 8 Tahun 2001, untuk semua parameter nilainya
masih dibawah baku mutu lingkungan, namun dengan kontinuitas operasional PLTU maka diperkirakan akan
tetap memberikan kontribusi terhadap parameter kualitas lingkungan di udara namun dengan tingkat
penurunan kualitas udara tergolong buruk dengan skala 2. Dengan demikian besaran dampak penurunan
kualitas udara adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat
penting dampak tertera pada Tabel 3.72 berikut ini.

Tabel 3.72 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional


PLTU
terhadap Penurunan Kualitas Udara
SIFAT
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING PENTING KETERANGAN
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan P Terdapat pemukiman penduduk yang relatif dekat
terkena dampak rencana usaha dan/ atau dengan lokasi PLTU, sehingga akan ada penduduk
kegiatan di desa terdekat yang terkena dampak
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Sebaran dampak kualitas udara terutama debu, NO2
dan SO2 mengarah 1.600 m dari cerobong PLTU
ke arah tenggara.
3. Intensitas dampak P Jika dilakukan pemasangan Fabric Filter
maka
konsentrasi debu akan mencapai 50 mg/m3.
Dampak akan berlangsung selama kegiatan
Lamanya dampak berlangsung P operasional
Dampak akan PLTU. berlangsung selama kegiatan
operasional PLTU.
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain P Komponen lain yang terkena dampak terutama pada
yang terkena dampak penurunan kualitas udara adalah pada komponen
biota darat dan kesehatan masyarakat.
5. Sifat Kumulatif dampak P Kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Berbalik dalam jangka waktu tertentu
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan TP Dampak penting yang ditimbulkan dapat
ilmu pengetahuan dan teknologi ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

PRAKIRAAN DAMPAK 3-
PENTING 109
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan operasional PLTU terhadap kualitas udara
masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan,
sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Mekanisme aliran dampak kegiatan operasional PLTU terhadap kualitas udara bersifat langsung pada
komponen fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.

Peningkatan Kebisingan
Dampak peningkatan kebisingan yang menonjol bersumber dari kegiatan operasional PLTU. Penurunan
kebisingan yang berasal dari operasional PLTU akan saling bersinergi. Hasil penyebaran tingkat kebisingan
(Isobel) kumulatif dapat dilihat pada Gambar 3.7 setelah memperhitungkan besarnya kontribusi pencemar
yang berasal dari operasi PLTU. Total tingkat kebisingan dengan skenario terburuk adalah 122,8 dB(A) yang
berasal dari operasional Coal Crusher. Dari gambar tersebut terlihat bahwa sebaran kebisingan masih
terkonsentrasi hanya di sekitar lokasi PLTU serta masih terbatas di dalam pagar pembatas.

Rona awal tingkat kebisingan di sekitar lokasi rencana pabrik PLTU yaitu di Desa Ujungnegoro berdasarkan
hasil pengukuran yang dilakukan siang malam menunjukan nilai kebisingan sebesar 53,78 dB(A). Nilai
kebisingan tersebut masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 55 dB(A), untuk lingkungan
perumahan. Sehingga skala kualitas lingkungan untuk rona awal masuk dalam katagori skala 3. Rona akhir
kebisingan dengan kontribusi kebisingan sebesar 55 dB(A) dari kegiatan PLTU yang hanya sebatas area
pagar pembatas menunjukan kontribusi kebisingan yang sangat kecil dan tidak berdampak pada kebisingan
di area sekitar pemukiman penduduk sehingga masuk dalam skala 2. Dengan demikian besaran dampak
pada tahap operasional adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1).
Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.73 berikut ini.

Tabel 3.73 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional PLTU terhadap Peningkatan Kebisingan
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang TP Permukiman terdekat adalah Desa Ujungnegoro
akan terkena dampak rencana usaha yang berjarak sekitar 200m. Tidak ada kontribusi
dan/ atau kegiatan tingkat kebisingan pada pemukiman penduduk yang
relatif dekat dengan lokasi PLTU, sehingga tidak
ada penduduk di desa terdekat yang terkena
dampak
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Sebaran dampak kebisingan hanya sebatas pagar
pembatas pembatas dalam are 226,4 Ha.
3. Intensitas dampak TP Tingkat kebisingan pada batar pagar PLTU hanya
akan mencapai 55 dB(A).
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak akan berlangsung selama
kegiatan operasional PLTU.
4. Banyaknya komponen lingkungan TP Tidak ada komponen lain yang terkena dampak
hidup lain yang terkena dampak dikarenakan sempitnya paparan dampak kebisingan
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
5. Sifat Kumulatif dampak TP Tidak Kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Berbalik dalam jangka waktu tertentu
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak penting yang ditimbulkan dapat
perkembangan ilmu pengetahuan ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
dan teknologi
Sifat Penting Dampak TP Tidak Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan operasional PLTU terhadap kebisingan masuk
kategori dampak tidak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan, sehingga
dampak tergolong Negatif Tidak Penting (NTP).

Mekanisme aliran dampak kegiatan operasional PLTU terhadap kebisingan bersifat langsung pada komponen
fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
Gambar 3.10 Sebaran Tingkat Kebisingan Kumulatif

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 112


Peningkatan Paparan TENORM
Kegiatan operasional PLTU berpotensi menimbulkan dampak timbulnya peningkatan paparan NORM dan
TENORM. Paparan NORM (Naturally Occuring Radioactive Materials) berasal dari radioaktivitas alam yang
terjebak pada batubara yang digunakan sebagai bahan bakar. Paparan TENORM (Technologically Enhanced
Naturally Occuring Radioactive Materials) berasal dari radioaktivitas alam yang ada di dalam fly ash dan
bottom ash setelah mengalami proses pembakaran dalam burning silo karena volume fly ash dan bottom ash
dari pembakaran lebih kecil dari pada volume batubara yang dibakar maka terjadi proses pemampatan
konsentrasi TENORM yang ada di dalam fly ash dan bottom ash dibanding konsentrasi NORM semula dalam
batubara. Sumber paparan TENORM berasal dari proses pembakaran batubara pada saat operasional.
Berdasarkan hasil analisis kualitas lingkungan untuk parameter tingkat konsentrasi aktivitas radioaktivitas
alam dalam bentuk 226Ra sekitar 0,03887 0,00395 Bq/g masih berada di bawah standar konsentrasi
maksimum yang diatur oleh Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 9 Tahun 2009 tentang Intervensi terhadap
Paparan yang Berasal dari Technologically Enhanced Naturally Occuring Radioactive Materials atau masih
masuk dalam skala 5.

Prakiraan dampak dilakukan berdasarkan analogi dan data sekunder dari kegiatan PLTU lain yang sejenis.
Berdasarkan Pengkajian Proteksi Radiasi TENORM dari Industri dan Pertambangan (BAPETEN, 2007) pada
pertambangan dan industri yang dilakukan sejak tahun 2002 - 2006 tercatat bahwa kontribusi konsentrasi
aktivitas dalam bentuk 226Ra pada tambang batubara berkisar antara 0,001 0,069 Bq/g, sedangkan
konsentrasi aktivitas dalam bentuk 226Ra pada PLTU batubara berkisar antara 0,002 0,063 Bq/g.
Berdasarkan analogi tersebut terlihat bahwa paparan yang terjadi masih tercatat di bawah standar
konsentrasi maksimum yang diatur oleh Peraturan Kepala Bapeten Nomor 9 Tahun 2009 tentang Intervensi
terhadap Paparan yang Berasal dari TENORM yaitu konsentrasi aktivitas 1 Bq/g (satu becquerel per gram)
untuk tiap radionuklida anggota deret uranium dan thorium. Skala kualitas lingkungan paparan TENORM
pada saat rona akhir masih tergolong skala 5. Dengan demikian dapat dikatakan tidak ada dampak dengan
nilai perubahan dampaknya Tidak Ada Perubahan (0). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel
3.74 berikut ini.

Tabel 3.74 Penentuan Sifat Penting Dampak Penting Kegiatan Operasional


PLTU
terhadap Peningkatan Paparan TENORM
SIFAT
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING PENTING KETERANGAN
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan TP Tidak ada kontribusi peningkatan paparan
terkena dampak rencana usaha dan/ atau TENORM pada pemukiman penduduk yang
kegiatan relatif dekat dengan lokasi PLTU.
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Sebaran dampak paparan TENORM akibat
pembakaran batubara saat operasi PLTU
meliputi desa Ujungnegoro, Karanggeneng dan
Ponowreng.

PRAKIRAAN DAMPAK 3-
PENTING 113
SIFAT
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING PENTING KETERANGAN
DAMPAK
3. Intensitas dampak TP Ringan, kontribusi konsentrasi aktivitas
dalam bentuk 226Ra 0,002 0,063 Bq/g dan
tidak menyebabkan perubahan fisik lingkungan
maupun peningkatan baku mutu.
Lamanya dampak berlangsung P Berlangsung Selama tahap operasional
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup TP Ada komponen lain yang terkena dampak
lain yang terkena dampak dikarenakan paparan dampak TENORM
5. Sifat Kumulatif dampak TP Bersifat Kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Tidak berbalik tetapi dapat dikelola melalui
teknologi yang tersedia
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan TP Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat
ilmu pengetahuan dan teknologi ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
Sifat Penting Dampak TP Tidak Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, kegiatan operasional PLTU terhadap paparan TENORM masuk
kategori dampak tidak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan tidak terjadi perubahan
skala, sehingga dampak tergolong Tidak Penting (TP).

Penurunan Kualitas Air Laut (Peningkatan Suhu Air Laut)


Salah satu kegiatan PLTU pada saat beroperasi adalah melakukan pembuangan limbah bahang dengan
temperatur maksimum 40 oC dari sistem pendingin dengan debit buangan 86,8 m3/det. Limbah bahang yang
dibuang diperkirakan akan berdampak negatif bagi perairan sekitarnya. Pemodelan telah dilakukan untuk
melihat pola sebaran suhu kondisi musim barat dan musim timur. Nilai suhu yang dimodelkan merupakan nilai
beda suhu (delta) antara suhu natural dengan suhu buangan sebagai input model yaitu sebesar 9,1 oC.
Dalam studi ini area pemodelan hidrodinamika dibuat seluas mungkin atau sejauh mungkin dengan area
interest/ area kajian dengan tujuan untuk mendapatkan aliran batas terbuka pasang surut secara benar. Area
pemodelan hidrodinamika, dan thermal dispersion disajikan dalam Gambar pada Lampiran 3. Hidrodinamika,
dan dispersi thermal disimulasikan pada bulan Januari (mewakili musim barat) dan bulan Agustus (mewakili
musim timur) dengan tujuan untuk memperoleh pengaruh musiman, selain itu karena lokasi studi terletak di
pesisir pengaruh pasang surut harus di perhitungkan sehingga simulasi akan dilakukan selama 15 hari
dengan asumsi akan diperoleh pasang tertinggi dan surut terendah, karena pada kondisi-kondisi tersebut
biasanya pola arus di pesisir sangat kuat dipengaruhi.

Hasil model sebaran suhu maksimum saat musim barat dan musim timur masing-masing disajikan dalam
Gambar 3.11 dan Gambar 3.12. Kedua gambar tersebut menunjukan perbedaan pola sebaran suhu yang
cukup signifikan akibat pengaruh arus musiman, jika pada saat musim barat sebaran suhu mengarah ke timur
sebaliknya pada saat musim timur pola sebaran suhu mengarah ke barat. Pada musim barat sebaran suhu
dengan delta 2 C dapat mencapai 45 m dari outfall ke arah Karang Kretek atau 850 m dari Karang
Kretek sementara sebaran suhu dengan delta 0,01 C dapat menyebar pada jarak 130 m ke arah Karang
Kretek. sehingga dari hasil pemodelan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada musim barat sebaran suhu
dengan delta 2 C tidak akan pernah sampai ke Karang Kretek. Pada musim timur sebaran suhu dengan
delta 2 C akan menyebar ke arah intake dengan jarak 200 m dari outfall sementara sebaran suhu dengan
delta 0,01 C dapat menyebar pada jarak 900 dari outfall, dalam pengertian bahwa penyebaran suhu pada
musim timur tidak akan mencapai intake. Selain disajikan dalam bentuk kontur sebaran, model sebaran delta
suhu juga disajikan dalam bentuk grafik series hasil cuplikan di 2 titik yang di anggap area sensitif, yakni di
area Karang Kretek (saat musim barat) dan di titik intake (saat musim timur). Hasil pencuplikan tersebut
disajikan dalam Gambar 3.11 dan Gambar 3.12. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa, pada saat
musim barat nilai delta suhu 2 C atau bahkan 0,01 C tidak akan mencapai Karang Kretek, demikian juga
pada saat musim timur nilai delta suhu 2 0C atau bahkan 0,01 C tidak akan mencapai intake.
Gambar 3.11 Pola Sebaran Delta Suhu Maksimum dari Buangan Limbah Sistem Pendingin pada Saat Musim Barat

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 116


Gambar 3.12 Pola Sebaran Delta Suhu Maksimum dari Buangan Limbah Sistem Pendingin pada Saat Musim Timur

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 117


Gambar 3.13 Grafik Nilai Delta Suhu terhadap Waktu di Area Karang Kretek Hasil Simulasi
Selama 15 Hari Kondisi Musim Barat

Gambar 3.14 Grafik Nilai Delta Suhu Terhadap Waktu di Titik Intake Hasil Simulasi
Selama 15 Hari Kondisi Musim Timur

Rona awal dari kualitas air laut di sekitar lokasi proyek pembangunan PLTU masih termasuk dalam skala 3
dengan suhu terukur maksimum 31,2 C. Dari hasil pemodelan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
musim barat sebaran suhu dengan delta 2 C tidak akan pernah sampai ke Karang Kretek (yang mencapai
Karang Kretek hanya delta suhu 0,01 C). Jika ditambahkan dengan rona awal maka temperatur di sekitar
titik buangan di sekitar Karang Kretek menjadi sekitar 31,21 C. Pada jarak 850 m dan sekitar Karang Kretek
peningkatan suhu tergolong kecil sehingga tidak merubah skala kualitas lingkungan. Sedangkan peningkatan
suhu air laut hingga 2 C hanya terjadi di sekitar titik buangan hingga radius 45 m dari outfall sehingga
sehingga suhu ambien akan meningkat menjadi 33,7 C penurunan skala kualitas lingkungan menjadi skala
2. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas air laut dengan adanya kegiatan operasional PLTU
adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting
dampak tertera pada Tabel 3.75 berikut ini.

PRAKIRAAN DAMPAK 3-
PENTING 118
Tabel 3.75 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional
PLTU
terhadap Peningkatan Suhu Air Laut
SIFAT
NO. FAKTOR PENENTU DAMPAK PENTING PENTING KETERANGAN
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan P Kegiatan operasional PLTU yang menimbulkan limbah
terkena dampak rencana usaha dan/ bahangakan berlangsung selama kegiatan operasional
atau kegiatan PLTU dengan perubahan keluaran suhu 9,1oC dapat
mengakibatkan pada peningkatan temperatur air laut dan
berpengaruh lanjut pada biota laut di sekitarnya terutama
di kawasan karang Kretek. Dampak tidak langsung lainnya
adalah bagi penduduk setempat yang biasa mencari ikan
di daerah tersebut yang berjumlah lebih dari 100 nelayan,
namun demikian daya jelajah nelayan tidak terbatas pada
area lokasi outfall sehingga dampak yang ditimbulkan dari
kegiatan ini tergolong penting..
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Daerah terdampak dari sebaran suhu pada musim barat
dan musim timur akibat buangan limbah panas berupa
peningkatan suhu 2C dapat menyebar dalam radius
berturut 12 Ha dan 10 Ha. Luas sebaran dengan
peningkatan suhu 0.01C juga tidak akan mencapai intake
dan Karang Kretek sehingga dampak yang ditimbulkan dari
perubahan Kualitas Air Laut dalam hal ini suhu sifatnya
tidak penting.
3. Intensitas dampak TP Hasil simulasi menunjukan bahwa frekuensi kejadian
perubahan suhu yang terburuk dapat terjadi selama musim
barat saja sehingga dampak yang ditimbulkan dari
kegiatan ini sifatnya menjadi tidak penting.
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak dapat berlangsung selama 1 tahapan kegiatan
selama operasional PLTU. Intensitas dampak sedang dan
hanya terjadi Musim Barat tetapi akan berlangsung selama
kegiatan operasional PLTU. Hasil simulasi menunjukan
bahwa frekuensi kejadian selama musim barat sesuai
dengan pola pasang surut laut, dimana sebesar 0,01C
sehingga dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini
sifatnya menjadi tidak penting.
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup P Biota air seperti plankton dan terumbu karang merupakan
lain yang terkena dampak habitat ikan dan organisme perairan lain (benthos) yang
merupakan satu mata rantai makanan namun masih pada
kisaran toleransi. Dengan demikian dampak kegiatan
berpengaruh pada komponen lingkungan lain cukup
banyak, dan oleh karenanya dampak ini sifatnya penting.
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak bersifat kumulatif karena kegiatan operasional
PLTU berlangsung terus menerus.
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Dampak yang timbul merupakan dampak terbalikkan,
namun dalam selang waktu 6 bulan (perubahan musim).
Kenaikan temperatur 2C dapat berbalik tetapi
intensitasnya tidak sering sehingga dampak tersebut
merupakan dampak tidak penting.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Kegiatan operasional PLTU yang menimbulkan limbah
perkembangan ilmu pengetahuan dan bahang namun demikian PLTU ini akan dibangun dengan
teknologi menggunakan teknologi Ultra Super Critical (USC)
menurunkan sehingga dampat tersebut sifatnya menjadi
tidak penting.
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan peningkatan suhu air laut pada kegiatan
operasional PLTU masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Mekanisme aliran dampak kegiatan operasional PLTU terhadap kualitas air laut bersifat langsung
pada komponen fisik kimia dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan biologi lainnya serta
dampak balik pada kegiatan operasional PLTU.

Perubahan Garis Pantai


Rencana pembangunan PLTU di Kabupaten Batang diperkirakan akan mengganggu keseimbangan garis
pantai. Gangguan keseimbangan pantai terjadi diperkirakan pada saat operasi berupa kebaradaan dinding
pantai (revetment) yang berguna untuk menahan erosi tanah darat ke laut dan menahan gempuran ombak
yang datang dari arah laut. Revetment umumnya merupakan solusi untuk menahan laju erosi tanah ataupun
untuk pelindung abrasi pantai, akan tetapi sering kali satu solusi dapat menimbulkan permasalahan yang
lainnya. Keberadaan revetment diperkirakan akan mengganggu transport sedimen littoral, sehingga garis
pantai menjadi tidak seimbang.

Untuk mengetahui dampak adanya revetment terhadap keseimbangan garis pantai, maka dilakukan prediksi
perubahan garis pantai selama 12 tahun (2013 - 2025) pada tahap operasi dengan menggunakan data
gelombang hasil ramalan dari data angin rata-rata bulanan selama 10 tahun terakhir. Skenario prediksi
perubahan garis pantai pada tahap operasi terdiri dari 2 skenario, yakni :
(1) Prediksi perubahan garis pantai sebelum ada bangunan revetment
(2) Prediksi perubahan garis pantai setelah ada bangunan revetment

Input yang digunakan dalam model perubahan garis pantai adalah :


Data kedalaman (batimetri)
Sedimentologi : ukuran butir (grand size), kecepatan jatuh, dan suspensi sedimen
Pasang surut (water level)
Gelombang
Posisi garis pantai

Hasil prediksi perubahan garis pantai sekenario 1 dengan asusmsi belum ada bangunan revetment disajikan
dalam Gambar 3.15, sedangkan hasil prediksi sekenario 2 dengan asumsi sudah ada bangunan revetment
tersaji dalam Gambar 3.16. Secara alami garis pantai berubah-ubah untuk membentuk keseimbangan, hal ini
terlihat dari hasil model sekenario 1 tanpa ada bangunan revetment-pun garis pantai mengalami perubahan.
Gambar 3.15 Perubahan garis pantai selama 12 tahun (2013 - 2025) asumsi belum ada bangunan revetment.
(A) Posisi garis pantai yang di overlay dengan citra. (B) jarak perubahan garis pantai
Gambar 3.16 Perubahan garis pantai selama 12 tahun (2013-2025) asumsi sudah ada bangunan revetment.
(A) Posisi garis pantai yang di overlay dengan citra. (B) jarak perubahan garis pantai

Rona awal dari garis pantai lokasi proyek pembangunan PLTU garis pantainya masih tetap yakni termasuk
dalam skala 3, sedangkan kondisi rona akhir pada 12 tahun yang akan datang menunjukan garis pantai yang
menjorok ke arah laut sekitar 50 m atau terjadi perubahan sebesar 10 % atau dalam skala 2. Dengan
demikian besaran dampak terhadap garis pantai dengan adanya kegiatan operasional PLTU adalah tergolong
Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada
Tabel 3.76 berikut ini.
Tabel 3.76 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional
PLTU
terhadap Perubahan Garis Pantai
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Kegiatan operasional PLTU yang menimbulkan
akan terkena dampak rencana usaha sedimentasi dan abrasi akan berakibat
dan/ atau kegiatan terganggunya kualitas air laut dan berdampak
sekunder pada biota laut di sekitarnya sehingga
berdampak langsung bagi penduduk setempat
yang biasa mencari ikan di daerah tersebut, karena
itu dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini
menjadi penting.
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Luas persebaran dampak lebih kecil dibandingkan
dengan luas wilayah rencana kegiatan yaitu
diperairan pantai Ujungnegoro sepanjang kurang
lebih 3km dengan lebar sekitar 300 m ke pantai
atau sekitar 0,9 km2.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak sedang dan dapat menimbulkan
perubahan fisik dan hayati karena abrasi yang
terjadi.
Lamanya dampak berlangsung TP Satu tahapan kegiatan selama operasional PLTU.
4. Banyaknya komponen lingkungan P Dampak kegiatan pada komponen lingkungan lain
hidup lain yang terkena dampak adalah terjadinya abrasi pada sisi sebelah timur
dan sedimentasi pada sisi sebelah barat dan
komponen lainnya yang terkena dampak adalah
aspek sosial ekonomi nelayan, sehingga dampak
ini sifatnya penting.
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampak tidak bersifat kumulatif karena kegiatan
operasional PLTU berhenti setelah kegiatan
selesai, sehingga dampak yang ditimbulkan
sifatnya menjadi tidak penting.
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Dampak yang timbul merupakan dampak
terbalikkan jika dilakukan pengelolaan.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Kegiatan PLTU dapat ditanggulangi oleh teknologi
perkembangan ilmu pengetahuan dan yang tersedia sehingga dampaknya menjadi
teknologi dampak tidak penting.
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan perubahan garis pantai pada kegiatan
operasional PLTU masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Gangguan terhadap Biota Laut


Gangguan terhadap biota laut pada saat tahap operasional PLTU merupakan dampak turunan dan juga
merupakan dampak langsung terhadap biota laut akibat adanya peningkatan suhu sebesar 40 C yang keluar
dari sistem pendingin PLTU pada saat operasi. Peningkatan suhu air laut ini dapat berpengaruh secara
langsung terhadap kehidupan biota laut di sekitar Karang Kretek yang terletak 900 m di sebelah timur pipa
outfall dan Karang Maeso yang terletak 2.900 m di sebelah barat pipa outlet atau 1.750 m dari intake.
Berdasarkan hasil simulasi persebaran perubahan suhu tersebut terlihat bahwa, pada saat musim barat nilai
sebaran suhu dengan delta 0,01 C tidak dapat menyebar sampai ke Karang Kretek. Data Review KKLD
(2012) menyebutkan bahwa tutupan Karang Kretek <5%, dan rona awal lingkungan plankton dan benthos
menurut skala kualitas masuk dalam kategori skala 3. Sementara itu rona awal suhu air laut di sekitar Karang
Kretek dan Karang Maeso berkisar antara 31,2 oC. Kisaran suhu ini tidak cukup mendukung kehidupan dan
pertumbuhan plankton dan benthos akan dapat berpengaruh terhadap kondisi kelimpahan plankton dan
benthos maka skala kualitas lingkungan pada saat operasional PLTU berlangsung akan menurun menjadi
skala 1. Dengan demikian sifat penting dampak terhadap penurunan biota laut adalah tergolong Sedang
dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel
3.77 berikut ini.

Tabel 3.77 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional


PLTU
terhadap Gangguan pada Biota Laut
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Kegiatan operasional PLTU akan berakibat
akan terkena dampak rencana terganggunya biota laut termasuk kemelimpahan ikan
usaha dan/ atau kegiatan yang ada di sekitar perairan Ujungnegoro. Dampak tidak
langsung lainnya adalah bagi penduduk setempat yang
biasa mencari ikan di daerah tersebut yang berjumlah
lebih dari 100 nelayan, namun demikian daya jelajah
nelayan tidak terbatas pada area lokasi outfall sehingga
dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini tergolong
penting
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Kegiatan operasional PLTU yang berlangsung selama
operasional berpotensi menyebabkan persebaran
dampak terjadi pada wilayah seluas 10 sampai dengan
12 Ha dibandingkan dengan luas perairan Ujungnegoro,
sehingga dampak menjadi tidak penting
3. Intensitas dampak TP Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini
sedang karena terjadi perubahan suhu (terjadi
peningkatan 2oC) sementara peningkatan suhu tersebut
hanya terjadi pada musim barat dan tidak sampai ke
terumbu karang yang ada di Karang Kretek sehingga
intensifat dampat sifatnya tidak penting terhadap biota
laut
Lamanya dampak berlangsung TP Berlangsung selama tahap operasional pada saat
musim barat dan tidak menerus sehingga sifat
dampaknya tidak penting.
4. Banyaknya komponen lingkungan P Terumbu karang merupakan habitat ikan dan organisme
hidup lain yang terkena dampak perairan lain (benthos) yang merupakan satu mata rantai
makanan. Dengan demikian dampak kegiatan pada
komponen lingkungan lain cukup banyak, dan oleh
karenanya dampak ini sifatnya menjadi penting
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak bersifat kumulatif karena kegiatan operasional
PLTU berlangsung terus menerus selamanya
6. Berbalik atau tak berbaliknya P Dampak yang timbul merupakan dampak tidak
dampak terbalikkan, karena dapat menyebabkan mati/rusaknya
terumbu karang sebagai habitat biota air laut. Dampak
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
tersebut merupakan dampak penting.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Kegiatan operasi PLTU yang menimbulkan gangguan
perkembangan ilmu pengetahuan terhadap biota laut dapat ditanggulangi oleh teknologi
dan teknologi yang tersedia
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan gangguan terhadap biota air pada kegiatan
operasional PLTU masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Mekanisme aliran dampak kegiatan operasional PLTU terhadap biota air laut bersifat langsung pada
komponen biologi dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial ekonomi lainnya.

Gangguan Kesehatan Masyarakat


Kegiatan operasional PLTU menyebabkan penurunan kualitas udara dari aktivitas cerobong PLTU, kegiatan
timbunan batubara dan abu batubara (fly ash) yang akan berhamburan karena tiupan angin. Proses bongkar
muat batubara akan menggunakan belt conveyor yang didesain melalui jetty sepanjang 2 km. Dampak yang
diprakirakan dari kegiatan pembongkaran batubara dengan kapasitas total 2.800 ton per jam atau sebesar
700 ton per jam untuk tiap alat angkut dari kapal ke stock yard adalah tertiupnya debu batubara dengan
ukuran kurang dari 10 mikron ke permukiman terdekat. Tempat penyimpanan batubara (coal yard) dengan
sistem terbuka mempunyai kapasitas 792.000 metric ton dengan ketinggian tidak lebih dari 15 meter dan
mampu menampung batubara selama 30 hari untuk operasional 2 boiler. Luas coal yard 15,53 Ha, tidak
menggunakan atap tertutup. Coal yard dilengkapi dengan lapisan clay (300 mm), gravel (100mm), dan coal
carpet (min 200mm). Untuk mengurangi debu batubara, coal yard dilengkapi dengan spray water sprinkler.
Dengan adanya kegiatan tersebut diperkirakan akan timbul hamburan debu yang terdispersi di atmosfer.

Senyawa-senyawa pencemar udara di dalam gas cerobong dapat meyebabkan iritasi saluran pernafasan.
Untuk jangka waktu yang pendek, keadaan ini dapat saja menjadi penyebab penyakit rhinitis dan faringitas.
Dalam waktu yang relatif cukup lama kondisi tersebut dapat berkembang dan dapat mengakibatkan terjadinya
bronchitis dan pneumonia. Pengaruh bahan pencemar dapat meningkatkan resiko atau penyakit pada
seseorang atau sekelompok orang. Pengaruh ini dapat diperberat oleh beberapa faktor seperti umur dan ada
tidaknya penurunan kapasitas paru dan jantung. Anak-anak dan para lanjut usia rentan terhadap infeksi
saluran nafas oleh karena kapasitas, fungsi parunya dan imunitasnya kurang sempurna.
Batubara dan produk buangannya berupa fly ash, bottom ash, dan kerak sisa pembakaran mengandung
berbagai logam berat, seperti arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, cadmium, barium, chromium,
tembaga, molybdenum seng, selenium, dan radium yang berbahaya jika dibuang di lingkungan. Terdapat tiga
faktor berpengaruh dalam timbulnya penyakit atau gangguan saluran nafas akibat debu batubara. Pertama,
faktor agen yang berpengaruh antara lain adalah : ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut, sifat
kimiawi dan lama paparan. Kedua, faktor individu : perilaku merokok, anatomi dan fisiologi saluran paru dan
mekanisme pertahanan tubuh serta sebagai faktor yang ketiga adalah faktor lingkungan, antara lain adalah :
perumahan dan sanitasi lingkungan. Kita dapat menghirup debu dalam ukuran 0,1 10 mikron. Debu dengan
ukuran 5 10 mikron yang ikut masuk saat kita mengambil nafas tertahan dan tertimbun dalam saluran nafas
bagian atas (dari hidung faring). Debu ukuran 3 5 mikron yang ikut masuk saat kita mengambil nafas akan
tertahan pada saluran nafas bagian tengah (dari trakea bronkhiolus) dan debu ukuran 1-3 mikron akan
tertimbun pada saluran nafas bagian bawah (bronkhiolus terminalis alveolus). Debu dengan ukurannya
kurang dari 1 mikron akan berdifusi keluar masuk alveolus. Masuknya debu batubara ke saluran nafas dalam
waktu lama dapat menyebabkan menyebabkan antrakosis, silikosis, dan bronchitis industri kronik.
Prevalensinya tergantung dari ketiga faktor epidemiologi tersebut di atas. Rerata lamanya pajanan
diperkirakan sekitar 20 tahun baru akan menimbulkan antrakosis, silikosis, antrakosilikosis ataupun bronchitis
industry kronik dengan atau tanpa penurunan fungsi paru dan dapat berkembang menjadi fibrosis paru massif
progresif yang diikuti dengan penurunan fungsi paru berat. Proses menjadi fibrosis paru massif progresif tetap
dapat berjalan meskipun pajanan telah dihindari atau dihentikan.

NO2 merupakan suatu gas iritan yang berwarna merah kecoklatan. NO2 di dalam tubuh akan bergabung
secara kimiawi dengan hemoglobin dan membentuk methemoglobin. Pada pemaparan akut dapat
menyebabkan demam, sakit kepala, mual dan muntah, batuk, batuk darah, sesak nafas, udema paru,
kesadaran menurun dan bahkan dapat terjadi kematian oleh karena kegagalan fungsi pernafasan. Pada
keadaan kronik atau menahun, dapat dinilai dari gejala dan tanda yang ada seperti sakit kepala, sulit tidur,
nafsu makan menurun, adanya ulkus pada hidung dan mulut, badan lemah, nafsu makan berkurang, erosi
gigi serta bronkitis kronik, dan emfisema.

Rona awal dari kondisi pola penyakit pada angka kesakitan infeksi saluran pernapasan masih masuk dalam
skala 4 dimana pola penyakit masyarakat di sekitar PLTU urutan 2 sampai 5 bukan penyakit infeksi, dengan
adanya aktivitas PLTU maka diprakirakan akan terjadi peningkatan pola penyakit terutama infeksi saluran
pernapasan sebesar 50 % sehingga skala kualitas lingkungan menjadi skala 2 dimana pola penyakit
masyarakat di sekitar PLTU urutan 1 sampai 3 merupakan penyakit infeksi dan urutan 4 - 5 bukan penyakit
infeksi. Dengan demikian besaran dampak terhadap kondisi kesehatan masyarakat akibat adanya kegiatan
mobilisasi peralatan dan material adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua
(-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.78 berikut ini.
Tabel 3.78 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional
PLTU
terhadap Kesehatan Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak cukup
akan terkena dampak rencana banyak, yaitu hampir seluruh desa namun jumlah
usaha dan/ atau kegiatan terbesar ada di lokasi sebelah timur tenggara
power block, yaitu di wilayah Desa Ponowareng,
Kedungsegog, Roban dan Kenconorejo ( sekitar
6.178)
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Gangguan kesehatan akan dapat dirasakan
masyarakat yang berada di luar kawasan proyek,
tapi diprakirakan tidak akan menyebar di luar
wilayah kecamatan
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan
ini cukup berat, populasi dampak terpengaruh
Lamanya dampak berlangsung P Dampak akan berlangsung cukup lama, bahkan
bisa melewati masa pasca operasi
4. Banyaknya komponen lingkungan P komponen yang terkena dampak adalah
hidup lain yang terkena dampak komponen kenyamanan penduduk, dan
komponen kesehatan masyarakat
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampaknyabersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya P Dampak meningkatnya gangguan kesehatan di
dampak wilayah tersebut tidak dapat berbalik atau tidak
dapat dikembalikan seperti keadaan semula
meskipun telah dikelola dengan baik
7. Kriteria lain sesuai dengan P Dampak peningkatan prevalensi penyakit saluran
perkembangan ilmu pengetahuan pernafasan akibat operasionalisasi PLTU
dan teknologi meskipun dapat ditanggulangi secara teknologi
namun sering kali tidak bisa dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan gangguan kesehatan masyarakat pada kegiatan
operasional PLTU masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Mekanisme aliran dampak gangguan kesehatan masyarakat pada kegiatan operasional PLTU bersifat
langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan
dampak pada lingkungan sosial lainnya serta dampak balik pada kegiatan operasional PLTU.

Peningkatan Peluang Berusaha


Kegiatan operasional PLTU diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap peluang berusaha
masyarakat lokal dengan menyediakan kebutuhan hidup sehari-hari kepada tenaga kerja dari luar. Disamping
itu peluang berusaha juga muncul dari operasional PLTU. Dengan demikian ada ketidakseimbangan di
lingkungan sosial. Rona awal mata pencaharian masuk dalam kategori kualitas skala 3 (Lampiran 2P).
Munculnya peluang berusaha diperkirakan akan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi kualitas skala 4.
Dengan demikian besaran dampak terhadap meningkatnya peluang berusaha pada tahap konstruksi adalah
tergolong rendah (Lampiran 2P), dengan nilai perubahan dampaknya Positif Satu (+1). Penentuan sifat
penting dampak tertera pada Tabel 3.79 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan operasional
unit PLTU terhadap peningkatan peluang berusaha dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.3.3.1.

Tabel 3.79 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional Unit PLTU
terhadap Peningkatan Peluang Berusaha
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak mencakup
akan terkena dampak rencana 8.199 keluarga dari desa yang dapat menjadi
usaha dan/ atau kegiatan alternatif akses masuk ke proyek.
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak mencakup desa-desa yang dekat dengan
dampak jalan yang menghubungkan PLTU dengan jalan raya
pantura, meliputi desa Tulis, Beji, Simbangjati,
Kenconorejo, Wonokerso, Kedungsegog,
Ponowareng, Karanggeneng, Ujungnegoro,
Bakalan,Wringingintung, Sembojo dan Juragan.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tinggi karena peluang berusaha
yang sedikit akan diperebutkan oleh warga yang
cukup banyak
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak akan berlangsung selama tahap operasi
4. Banyaknya komponen P Menimbulkan dampak sekunder pada pendapatan
lingkungan hidup lain yang dan persepsi masyarakat
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Peluang berusaha yang muncul bersifat kumulatif
selama tahap opersi berlangsung
6. Berbalik atau tak berbaliknya P Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat
dampak ditingkatkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak peningkatan peluang berusaha pada kegiatan
operasional PLTU masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya
keseimbangan baru berupa peningkatan peluang usaha diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana
prasaranan baru, sehingga peluang usaha dapat tercipta dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar proyek.
Mekanisme aliran dampak peningkatan peluang berusaha pada kegiatan operasi PLTU bersifat langsung
pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.

Perubahan Persepsi Masyarakat


Kegiatan operasional PLTU berpotensi menimbulkan dampak penurunan kualitas udara, peningkatan suhu air
laut, gangguan pada biota air laut, dan gangguan kesehatan. Hal ini dapat menimbulkan persepsi negatif
utamanya bagi warga yang tinggal di ketiga desa tapak power block yakni Ujungnegoro, Karanggeneng, dan
Desa Ponowareng. Dengan demikian terjadi ketidakseimbangan yang harus difasilitasi dan disediakan sarana
prasarana baru untuk menghilangkan persepsi negative sehingga persepsi berubah menjadi positif.
Terciptanya peluang berusaha dan peningkatan pendapatan akan menimbulkan dampak positif bagi
masyarakat. Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau
skala 4. Kegiatan operasional PLTU akan meningkatkan skala kualitas lingkungan menjadi skala 5 (Lampiran
2P); Ketidakseimbangan yang muncul akibat dampak yang bersifat positif terjadi karena kondisi lingkungan
sosial cukup kondusif untuk kegiatan operasional PLTU. Dengan demikian besaran dampak terhadap
perubahan persepsi masyarakat terhadap kegiatan operasional PLTU adalah tergolong Kecil (Lampiran 2P),
dengan nilai perubahan dampaknya Positif Satu (+1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel
3.80 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan operasi PLTU terhadap perubahan persepsi
masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 1.3.3.3.

Tabel 3.80 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasi PLTU


terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak 41.092 jiwa,
akan terkena dampak rencana yakni penduduk seluruh desa di wilayah studi.
usaha dan/ atau kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak mencakup desa-desa di wilayah studi,
dampak meliputi desa Tulis, Sembojo, Wringingintung, Beji,
Simbangjati, Kenconorejo, Wonokerso,
Kedungsegog, Ponowareng, Karanggeneng,
Ujungnegoro, Bakalan, dan Juragan.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak sedang peningkatan pendapatan
yang akan berlangsung selamanya
Lamanya dampak berlangsung P Dampak diprediksikan akan berlangsung selama
tahap operasi PLTU
4. Banyaknya komponen TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
lingkungan hidup lain yang
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dapat bersifat kumulatif karena terganggunya
kenyamanan dan peningkatan pendapatan akan
berlangsung terus menerus
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dengan pengelolaan terprogram dampak positif
dampak dapat ditingkatkan dan dampak negatif dapat
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan
operasional PLTU masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya
keseimbangan baru berupa peningkatan persepsi positif diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana
prasaranan baru, sehingga persepsi positif dapat terjaga.

Mekanisme aliran dampak perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan operasional PLTU bersifat
langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan
dampak pada lingkungan sosial lainnya.

Peningkatan Ekonomi Lokal dan Regional


Kegiatan ekonomi lokal dan regional yang sudah ada pada saat ini dapat dilihat dari struktur per ekonomian
Kabupaten Batang. Di Kabupaten Batang, sektor perekonomian wilayahnya masih didominasi oleh sektor
pertanian. Penduduk Kecamatan Kandeman sebagian pada umumnya bekerja pada empat sektor utama
yakni pertanian, industri, perdagangan, dan perkebunan. Sektor pertanian khususnya pertanian tanaman
pangan menjadi mata pencaharian 22 % warga Kecamatan Kandeman, kemudian buruh industri menjadi
pilihan 16 % warga, sektor perdagangan menjadi pekerjaan 15 % warga dan bekerja pada sektor perkebunan
menjadi pilihan 14 % warga.

Dari gambaran matapencaharian penduduk, sektor pertanian masih sangat dominan hampir di semua desa
yang diteliti, sementara sektor perdagangan dan dan industri umumnya cukup berkembang di desa-desa
yang berdekatan dengan jalan arteri, dan kegiatan pasar. Peluang usaha yang muncul di desa-desa yang
diteliti adalah industri rumah tangga (hasil olahan pertanian dan perikanan), perdagangan, jasa, dan
angkutan. Dari kajian Baseline Sosial Ekonomi di 10 desa sekitar rencana pembangunan PLTU (BPI dan P5
UNDIP) mencatat usaha yang ada di Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, Beji, Tulis,
Kenconoreso, dan Desa Wringingintung. Usaha yang ada diantaranya adalah warung sembako, jasa
(konstruksi dan bangunan, bengkel, penggilingan padi, percetakan, simpan pinjam), penjualan hasil laut,
pembuatan terasi, dan budidaya bunga melati. Sehingga rona awal masuk ke dalam skala 3.
Dengan beroperasinya PLTU dan sarana pendukungnya lainnya, akan meningkatkan kegiatan industri dan
perekonomian lokal begitu juga regional. Pada gilirannya nanti, berkembangnya kegiatan industri akan
mempengaruhi kontribusi pembentukan sektor-sektor perekonomian terhadap PDRB regional sehingga
meningkatkan menjadi skala 5. Dengan demikian dampak terhadap kegiatan ekonomi lokal dan regional ini
dapat digolongkan sebagai dampak positif yang tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya
Positif Dua (+2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.81 berikut ini.

Tabel 3.81 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasi PLTU


terhadap Peningkatan Ekonomi Lokal dan Regional
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk P Peningkatan kegiatan ekonomi lokal dan regional
yang akan terkena dampak akan
rencana usaha dan/ atau berdampak pada penduduk terutama yang berada di desa-
kegiatan desa yang ada di sekitar lokasi operasional PLTU, sebagai
2. Luas wilayah penyebaran P pelakuwilayah
Luas ekonomipersebaran
di wilayahnya.
dampak peningkatan kegiatan
dampak ekonomi lokal dan regional pada saat operasional
PLTU
tidak terbatas hanya pada desa-desa terdekat di sekitar
PLTU, akan tetapi juga dapat dinikmati oleh masyarakat
luas lainnya yang ada di kecamatan, kabupaten, bahkan
3. Intensitas dampak P propinsi
Lama dan intensitas dampak peningkatan kegiatan
ekonomi lokal dan regional bagi masyarakat yang ada di
sekitar lokasi
operasional PLTU, tidak hanya terbatas pada tahap
operasional saja, akan tetapi juga akan bergulir dengan
Lamanya dampak P adanya
Dampakbangkitan aktivitas ekonomi
akan berlangsung melalui
selama tahap multiplier
operasi ataueffect.
berlangsung selamanya
4. Banyaknya komponen P Meningkatnya kegiatan ekonomi lokal dan regional
lingkungan hidup lain yang akibat
terkena dampak pengoperasian unit PLTU di Kabupaten Batang
tidak terbatas hanya pada komponen perekonomian lokal
itu saja, akan tetapi juga terkait dengan komponen
lingkungan yang lainnya, seperti tingkat pendapatan
masyarakat dan regional, tingkat pengangguran, tingkat
5. Sifat Kumulatif dampak P kemiskinan, dan
Meningkatnya kualitas
kegiatan sumber
ekonomi daya
lokal dan manusia
regional disecara
desa-
desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi
dimana operasional PLTU bersifat kumulatif.
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Peningkatan kegiatan ekonomi lokal dan regional di
dampak wilayah
Jawa Tengah pada umumnya maupun di kabupaten dan
kecamatan terdekat dengan lokal operasional
operasional PLTU bersifat berbalik, yaitu dapat berubah
sewaktu-waktu dan berbalik tergantung pada kebijakan dan
7. Kriteria lain sesuai dengan - situasiada
Tidak kondisi ketenagakerjaan
kriteria dan perekonomian
lain sesuai dengan perkembangannasional
ilmu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak penignkatan ekonomi lokal dan regional pada kegiatan
operasional PLTU masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mekanisme aliran dampak operasional
PLTU terhadap kegiatan ekonomi lokal dan regional yang ada di masyarakat sekitar termasuk dampak
langsung pada lingkungan sosial dan saling berantai di antara komponen sosial lainnya.

Perubahan Tingkat Pendapatan


Peluang berusaha yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk lokal pada kegiatan operasional PLTU diprediksi
akan memberikan dampak positif terhadap kenaikan pendapatan. Munculnya peluang usaha yang berdampak
pada peningkatan pendapatan berarti terjadi ketidakseimbangan di lingkungan sosial. Rona awal pendapatan
masuk dalam kategori kualitas skala 3 (lampiran 2P). Munculnya peluang berusaha diperkirakan akan
meningkatkan kualitas lingkungan menjadi kualitas skala 4. Dengan demikian besaran dampak terhadap
meningkatnya pendapatan pada tahap operasi unit PLTU tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya
Positif Satu (+1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.82 berikut ini. Analisis rinci
penentuan dampak kegiatan operasional unit PLTU terhadap perubahan tingkat pendapatan dapat dilihat
pada Lampiran 3D poin 1.3.3.2.

Tabel 3.82 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasi PLTU


terhadap Perubahan Tingkat Pendapatan
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk P Jumlah penduduk yang terkena dampak mencakup 8.199
yang akan terkena dampak keluarga dari desa-desa yang kemungkinan dimanfaatkan
rencana usaha dan/ atau untuk akses ke PLTU.
kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak mencakup desa-desa yang dekat dengan jalan
dampak yang menghubungkan PLTU dengan jalan raya pantura,
meliputi desa Tulis, Beji, Simbangjati, Kenconorejo,
Wonokerso, Kedungsegog, Ponowareng, Karanggeneng,
Ujungnegoro, Bakalan, dan Juragan.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tinggi karena pendapatan menjadi
sumber nafkah untuk pemenuhan kebutuhn keluarga
Lamanya dampak P Dampak akan berlangsung selama tahap operasi atau
berlangsung selamanya
4. Banyaknya komponen P Menimbulkan dampak sekunder pada persepsi
lingkungan hidup lain yang masyarakat
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak bersifat kumulatif karena sensitivitasnya yang
tinggi dan akan berlangsung selama tahap operasi
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Melalui pengelolaan yang baik dampak positif dapat
dampak ditingkatkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak perubahan tingkat pendapatan masyarakat pada
kegiatan operasional PLTU masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan
terjadi peningkatan, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk mewujudkan terciptanya
keseimbangan baru berupa peningkatan pendapatan diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan
baru, sehingga peluang usaha dapat tercipta dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar proyek yang pada
akhirnya akan meningkatkan pendapatan.

Mekanisme aliran dampak peningkatan peluang berusaha pada kegiatan operasi PLTU bersifat langsung
pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya serta dampak balik pada rencana kegiatan pembangunan PLTU.

3.2 TERMINAL KHUSUS/ JETTY


3.2.1 Tahap Konstruksi
Penurunan Kualitas Air Laut
Transportasi laut batubara dan minyak diesel untuk keperluan PLTU dilakukan melalui jetty. Spesifikasi jetty
tersebut adalah sebagai berikut :
- Ukuran : 14.000 DWT (Barge)
- Konstruksi : Stuktur baja dan struktur beton
- Dimensi Dermaga : 400 m x 28 m
- Dimensi Jembatan : 2.400 m x 13,5 m

Proyek pembangunan PLTU Jawa Tengah membangun dermaga/ jetty untuk kegiatan penerimaan batubara
dari barge. Lokasi dermaga akan dibangun dengan penjang 2,4 km dari bibir pantai di sebelah utara lokasi
pembangkit dengan konstruksi menggunakan struktur cast in situ dan precast. Penentuan 2,4 km ditentukan
dari kebutuhan kedalaman laut 7,5 m untuk ukuran barge 14.000 DWT dengan spesifikasi 120 m x 28,5 m x 7
m (draft 6,5 m). Sehingga berdasarkan peta bathymetry, untuk mencapai kedalaman laut 7,5 m maka
membutuhkan panjang jetty 2,4 km. Pembangunan jetty menggunakan metode pile driver sedangkan trestle
menggunakan pile hammer. Kebutuhan beton untuk pembangunan jetty dan trestle sebesar 27.000 m3. Beton
akan disuplai dari batch plant yang berada di tapak proyek dan pemasok beton akan ditentukan sebagai
pemasok tunggal selama proses konstruksi.

Pembangunan jetty di perairan laut berpotensi meningkatkan TSS air laut karena masuknya sejumlah material
konstruksi ke dalam laut. Kadar kekeruhan air laut pada rona lingkungan awal di perairan laut sekitar rencana
PLTU dan jetty tercatat sekitar 1,94 2,50 NTU dan TSS air laut tercatat sekitar 8 18 mg/l dengan skala 3.
Rona akhir TSS di sekitar lokasi pembangunan jetty dan trestle meningkat sehingga kualitasnya menurun
dengan skala kualitas lingkungan menjadi skala 1. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas air
laut pada kegiatan konstruksi jetty adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua
(-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.83 berikut ini.

Tabel 3.83 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Konstruksi Jetty


terhadap Penurunan Kualitas Air Laut
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan TP Jumlah manusia yang menerima dampak negatif hampir
terkena dampak rencana usaha dan/ tidak ada karena dampak TSS langsung mempengaruhi
atau kegiatan kualitas air laut.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Wilayah yang terpengaruh langsung adalah pada areal
sekitar intake, jalur outfall, dan jetty dan dengan
radius sekitar40,39 Km2.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini
cukup berat karena pada sumber dampak TSS dapat
meningkat mencapai 100 280 mg/l dan berlangsung
cepat lebih tinggi dari baku mutu 20 mg/l.
Lamanya dampak berlangsung TP Lamanya dampak meliputi tahapan pengerukan pada
intake dan jetty dan pengerukan pada outfall. Dampak
berlangsung lebih dari 6 bulan saat pekerjaan
pengerukan dilakukan..
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup P Kegiatan pengerukan akan menimbulkan dampak
lain yang terkena dampak sekunder dan dampak lanjutannya terhadap biota air laut
seperti ikan dan terumbu karang, dan mata pencaharian
nelayan.
5. Sifat Kumulatif dampak TP Pembangunan konstruksi jetty dampaknya tidak bersifat
kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Dapak dapat berbalik karena setelah pengerukan
selesai, TSS air laut dapat kembali pulih.
7. Kriteria lain sesuai dengan P Dampak penting negatif tidak dapat ditanggulangi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tersedia.
teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting; TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap gangguan kualitas air laut pada kegiatan
konstruksi Jetty masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Gangguan terhadap Biota Laut


Transportasi laut batubara untuk keperluan PLTU dilakukan melalui jetty. Lokasi dermaga akan dibangun
dengan jarak 2,4 km dari bibir pantai di sebelah utara lokasi pembangkit dengan konstruksi menggunakan
struktur cast in situ dan precast. Pembangunan jetty menggunakan metode pile driver sedangkan trestle
menggunakan pile hammer.

Rona awal lingkungan perairan laut di sekitar jetty memiliki kecerahan 3,5 - 5 (baku mutu > 3), kekeruhan
1,65 - 1,95 (< 5) dan TSS 14 - 18 (baku mutu 20). Ketiga parameter lingkungan tersebut masih memenuhi
baku mutu yang dipersyaratkan menurut kualitas lingkungan pada rona awal masuk dalam kategori skala 3
yaitu kualitas lingkungan plankton dan benthos dalam kondisi cukup baik.

Pekerjaan konstruksi jetty berpotensi meningkatkan kadar Total Suspended Solids (TSS) air laut sehingga
kualitas air laut menurun.Sebaran dampak TSS dapat berlangsung selama 34 bulan sesuai dengan jadwal
kontruksi jetty yang direncanakan. Menurunnya kualitas air laut sekitar jetty menyebabkan terganggunya biota
laut. atau menurut skala lingkungan pada rona akhir akan menurun menjadi skala 1 sehingga sifat penting
dampak adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat
penting dampak tertera pada Tabel 3.84 berikut ini.

Tabel 3.84 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembangunan Konstruksi Jetty
terhadap Gangguan pada Biota Laut
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan P Kegiatan pembangunan konstruksi jetty yang dekat
terkena dampak rencana usaha dan/ dengan kawasan karang kretek akan berakibat
atau kegiatan terganggunya biota laut termasuk kemelimpahan ikan
yang ada sehingga berdampak langsung bagi
penduduk setempat yang biasa mencari ikan di
daerah tersebut,
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Wilayah yang terpengaruh langsung terbatas pada
areal kegiatan konstruksi
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini
cukup besarkarena dapat menyebabkan kerusakan
fisik dan hayati sehingga dapat melebihi baku mutu
Lamanya dampak berlangsung P berlangsung selama tahap operasional
4. Banyaknya komponen lingkungan P Terumbu karang merupakan habitat ikan dan
hidup lain yang terkena dampak organisme perairan lain (benthos)yang merupakan
satu mata rantai makanan. Dengan demikian dampak
kegiatanpada komponen lingkungan lain cukup
banyak, dan oleh karenanya dampak inisifatnya
menjadi penting
5. Sifat Kumulatif dampak TP Pembangunan konstruksi jetty dampaknya tidak
bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak P Dampak yang timbul merupakan dampak tidak
terbalikkan, karena menyebabkanmati/rusaknya
terumbu karang sebagai habitat biota air laut. Dengan
matinyaterumbu kemelimpahan ikan pada suatu
perairan menjadi berkurang bahkan hilang.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Kegiatan konstruksi jetty yang menimbulkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan gangguan terhadap biota laut dapat ditanggulangi
teknologi oleh teknologi yang tersedia
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P= Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap gangguan kualitas air laut pada kegiatan
konstruksi Jetty masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Perubahan Garis Pantai


Rencana pembangunan Jetty untuk PLTU di kabupaten Batang diperkirakan akan mengganggu
keseimbangan garis pantai. Gangguan keseimbangan pantai terjadi diperkirakan pada saat kontruksi berupa
berubahnya kedalaman di depan tapak proyek akibat dikeruk dan adanya bangunan dermaga sementara
yang menjorok ke arah laut sekitar 50 m. Untuk mengetahui dampak adanya pengerukan dan keberadaan
dermaga sementara terhadap keseimbangan garis pantai, maka dilakukan prediksi perubahan garis pantai
selama 2 tahun (2013-2015) pada tahap kontruksi dengan menggunakan data gelombang hasil ramalan dari
data angin rata-rata bulanan selama 10 tahun terakhir. Skenario prediksi perubahan garis pantai pada tahap
kontruksi terdiri dari 2 skenario, yakni :
(1) Garis pantai awal diasumsikan belum ada kegiatan pengerukan dan pembangunan dermaga
sementara
(2) Garis pantai awal diasumsikan sudah ada pengerukan di depan tapak proyek dan keberadaan jetty
sementara

Hasil prediksi/ model perubahan garis pantai sekenario 1 dengan asumsi belum ada kegiatan pembangunan
di lokasi studi disajikan dalam Gambar 3.17. Dari gambar tersebut terlihat perubahan garis pantai berupa
abrasi atapun sedimentasi hasil prediksi selama 2 tahun tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.
Secara keseluruhan abrasi dan sedimentasi di sepanjang garis pantai tetap terjadi, akan tetapi nilainya
relative kecil. Di sekitar tapak proyek dalam kondisi normal atau belum ada kegiatan pembangunan, abrasi
atau kemunduran garis pantai terjadi mencapai 4 m, selanjutnya sedimentasi atau majunya garis pantai juga
mencapai 2.5 m. Kondisi perubahan garis pantai seperti ini masih dikategorikan normal atau bisa dikatakan
garis pantai masih dalam keadaan seimbang.

Hasil prediksi/model perubahan garis pantai sekenario 2 dengan asumsi sudah ada bangunan dermaga
sementara yang menjorok ke laut sekitar 50 m dan kontur kedalaman di depan tapak proyek sudah berubah
tersaji dalam Gambar 3.18. Secara umum perubahan garis pantai hasil prediksi sekenario 2 selama 2 tahun
tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan sekenario 1, akan tetapi ada sedikit perubahan
di sekitar dermaga sementara, dimana di dermaga 1 (dermaga sebelah barat) terjadi abrasi dan sedimentasi.
Di sebelah sisi barat dermaga 1 garis pantai mengalami sedimentasi hingga 3 m, selanjutnya sebelah timur
dermaga tersebut mengalami abrasi atau kemundurun garis pantai hingga 4 m. Perubahan garis pantai akibat
dermaga sementara tergolong kecil dan garis pantai masih dalam keadaan seimbang.
Gambar 3.17 Perubahan garis pantai selama 2 tahun (2013-2015) asumsi belum ada kegiatan
pembangunan. (A) Posisi garis pantai yang di overlay dengan citra. (B) jarak perubahan garis pantai
Gambar 3.18 Perubahan garis pantai selama 2 tahun (2013-2015) asumsi sudah ada kegiatan
pembangunan jetty sementara dan perubahan kontur kedalaman. (A) Posisi garis pantai yang di overlay
dengan citra. (B) jarak perubahan garis pantai

Rona awal dari garis pantai lokasi proyek pembangunan PLTU garis pantainya masih tetap yakni termasuk
dalam skala 3, sedangkan kondisi rona akhir pada 2 tahun yang akan datang setelah konstruksi jetty
sementara menunjukkan garis pantai yang menjorok ke arah laut sekitar 3-4 m atau terjadi perubahan skala
kualitas menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap garis pantai dengan adanya kegiatan
operasional PLTU adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif 1 (-1). Penentuan sifat
penting dampak tertera pada Tabel 3.85 berikut ini.

Tabel 3.85 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Konstruksi Dermaga


Sementara terhadap Perubahan Garis Pantai
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Kegiatan Konstruksi dermaga sementara akan
akan terkena dampak rencana usaha berakibat perubahan garis pantai di sekitar
dan/ atau kegiatan bangunan dermaga sementara dan berdampak
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
lanjut bagi penduduk setempat yang biasa mencari
ikan dan rebon di daerah tersebut, sehingga
dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini menjadi
penting.
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Luas persebaran dampak lebih kecil dibandingkan
dengan luas wilayah rencana kegiatan yaitu di
perairan pantai Ujungnegoro sepanjang kurang
lebih 26 m dengan lebar sekitar 4 m ke pantai atau
sekitar 104 m2. Relatif kecil bila dibandingkan
dengan luas tapak pembangkit (2.264.000 m2)
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak sedang dan dapat menimbulkan
perubahan fisik garis pantai karena terjadi
sedimentasi hanya 3m pada sisi sebelah barat dan
abrasi 4m pada sisi sebelah timur.
Lamanya dampak berlangsung TP Satu tahapan kegiatan selama pembangunan
dermaga sementara berangsung sekitar4 bulan.
4. Banyaknya komponen lingkungan P Dampak kegiatan pada komponen lingkungan lain
hidup lain yang terkena dampak adalah terjadinya abrasi pada sisi sebelah timur
dan sedimentasi pada sisi sebelah barat dan
komponen lainnya yang terkena dampak adalah
aspek sosial ekonomi nelayan, sehingga dampak
ini sifatnya penting.
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampak tidak bersifat kumulatif karena kegiatan
operasional PLTU berhenti setelah kegiatan
selesai, sehingga dampak yang ditimbulkan
sifatnya menjadi tidak penting.
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Dampak yang timbul merupakan dampak
terbalikkan jika dilakukan pengelolaan.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Kegiatan PLTU dapat ditanggulangi oleh teknologi
perkembangan ilmu pengetahuan dan yang tersedia sehingga dampaknya menjadi
teknologi dampak tidak penting.
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap perubahan garis pantai pada kegiatan
konstruksi Jetty masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Gangguan Lalulintas Laut Nelayan


Kondisi rona awal lokasi yang akan menjadi rencana Jetty merupakan wilayah transportasi laut dan pelayaran
bagi nelayan khususnya nelayan ikan/ rebon di sekitar Karang Kretek dan masuk dalam kategori skala 3
karena wilayah tersebut termasuk cukup tinggi aktivitas pelayarannya karena kemelimpahan udang rebon
yang cukup baik di wilayah sekitar Karang Kretek tersebut. Rencana operasional jetty sepanjang 2,4 km yang
menjorok ke laut di perkirakan akan menyebabkan gangguan pada transportasi laut atau pelayaran pantai
terutama gangguan bagi para nelayan yang sering melintas di sekitar lokasi jetty terutama nelayan yang biasa
mencari ikan/ rebon di sekitar Karang Kretek. Di perairan Desa Kedungsegog, Ujungnegoro, Karanggeneng,
dan Desa Ponowareng terdapat sekitar 963 nelayan yang melewati perairan berjarak 5 - 12 mil laut dari jetty.
Terbatasnya area tangkap dan perubahan alur layar nelayan menuju wilayah penangkapan diperkirakan
dapat berpengaruh terhadap lalulintas dan ruang gerak nelayan sehingga diperkirakan akan menurunkan
skala kualitas lingkungan menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap gangguan lalulintas
laut akibat konstruksi jetty adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1).
Penentuan pentingnya dampak tertera pada Tabel 3.86 berikut ini.

Tabel 3.86 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembangunan Konstruksi Jetty
terhadap Gangguan Lalulintas Laut
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan P Jumlah penduduk yang terkena dampak negatif relatif
terkena dampak rencana usaha dan/ lebih besar meliputi nelayan perairan Desa
atau kegiatan Kedungsegog, Ujungnegoro, Karanggeneng, dan
Ponowareng sekitar 963 nelayandaripada yang
memperoleh manfaat dengan dioperasionalkannya
jetty.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak mencakup seluruh wilayah studi daerah
perairan Desa Kedungsegog, Ujungnegoro,
Karanggeneng, dan Ponowareng
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi mengingat kegiatan
nelayan yang berlangsung setiap hari pada medan
yang cukup sulit (di laut)
Lamanya dampak berlangsung P Dampak akan berlangsung selama tahap operasi
atau selamanya
4. Banyaknya komponen lingkungan P Menimbulkan dampak sekunder pada penurunan
hidup lain yang terkena dampak pendapatan masyarakat nelayan
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak bersifat kumulatif karena sensitivitasnya
yang tinggi
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Melalui pengelolaan yang baik dampak negatif dapat
diminalkan dan dampak positif dapat ditingkatkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan dan teknologi
teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap gangguan lalulintas laut pada kegiatan
konstruksi Jetty masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan
baru guna mengurangi gangguan lalulintas nelayan perlu di fasilitasi dan penyediaan sarana prasarana guna
mengurangi gangguan lalulintas laut.
Mekanisme aliran dampak kegiatan konstruksi jetty terhadap gangguan lalulintas laut bersifat langsung pada
komponen social ekonomi budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial
lainnya.

Perubahan Persepsi Masyarakat


Kegiatan pada tahap konstruksi jetty, diprediksikan akan terjadi penurunan kualitas air laut, dan gangguan
pada biota laut, dan gangguan lalu lintas laut. Aktivitas konstruksi jetty ini dapat menyebabkan terganggunya
biota laut di perairan sekitar jetty termasuk perairan sekitar Karang Kretek dan sekitar lokasi tangkap nelayan.
Hal ini menyebabkan timbulnya persepsi negatif masyarakat utamanya kaum nelayan, termasuk nelayan kecil
pencari rebon. Di perairan Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan Desa Kedungsegog terdapat
sekitar 963 nelayan. Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat termasuk dalam kategori
Skala 4 (lampiran 2P). Lokasi penangkapan ikan berada pada jarak sekitar 5 - 12 nautical miles (sekitar 9
22 km darat) dengan jalur pelayaran nelayan melintasi daerah dimana jetty direncanakan dibangun. Dengan
demikian selama kegiatan konstruksi jetty nelayan harus berlayar memutar menghindari daerah
pembangunan jetty. Hal ini berarti muncul ketidakseimbangan di lingkungan sekitar wilayah kerja nelayan
yang harus diciptakan keseimbangan baru agar tidak menimbulkan reaksi keras dari para nelayan. Munculnya
gangguan ini diperkirakan akan menimbulkan persepsi negatif nelayan terhadap pembangunan jetty dan
menurunkan kualitas lingkungan menjadi Skala 3. Dengan demikian besaran dampak perubahan persepsi
masyarakat terhadap kegiatan konstruksi jetty adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya
Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.87 berikut ini. Analisis rinci
penentuan dampak kegiatan konstruksi jetty terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada
Lampiran 3D poin 2.1.1.1.

Tabel 3.87 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Konstruksi Jetty


terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING PENTING KETERANGAN
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan P Jumlah penduduk yang terkena dampak 963
terkena dampak rencana usaha dan/ nelayan ( 31,5% dari total keluarga dari empat
atau kegiatan desa sekitar PLTU)
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak terjadi hanya di perairan sekitar
tapak kegiatan mencakup perairan desa
Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng,
dan Kedungsegog atau 30,1% dari total desa
di wilayah studi
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi karena
kekhawatiran para nelayan tidak mendapat
hasil tangkapan sama sekali
Lamanya dampak berlangsung P Dampak hanya akan berlangsung selama
tahap konstruksi namun diperkirakan akan
berlanjut hingga tahap operasi
4. Banyaknya komponen lingkungan TP Tidak membawa dampak ikutan pada
hidup lain yang terkena dampak komponen lain
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak dapat bersifat kumulatif selama
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
konstruksi jetty
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Dengan pengelolaan terprogram dampak
dapat dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting,TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan
konstruksi Jetty masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan
baru berupa pemulihan persepsi positif, maka diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan baru,
sehingga tidak muncul gangguan pada aktivitas nelayan di perairan sekitar rencana konstruksi jetty.

Mekanisme aliran dampak perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan konstruksi jetty bersifat langsung
pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.

3.2.2 Tahap Operasi


Penurunan Kualitas Air Laut
Jetty akan digunakan selama tahap operasi PLTU untuk menerima pengiriman batubara. Batubara akan
dikirim langsung dari sumbernya di Kalimantan menggunakan barge dengan kapasitas 14.000 DWT yang
akan diangkut 560 kali per tahun. Diasumsikan ada 2 barge per hari dengan spesifikasi barge 120 m x 28,5 m
x 7 m (draft 6,5m) dengan mempertimbangkan adanya 40 hari libur per tahun. Keluar masuknya barge dari
dan ke jetty dapat menyebabkan masuknya sejumlah padatan dari batubara ke dalam laut. Hal ini akan
menurunkan kualitas air laut terutama parameter TSS.

Unloading jetty dan construction jetty akan digunakan dalam periode konstruksi pada :
Maret 2015 April 2015 dengan jumlah 4 8 kali untuk 2 3 barge per bulan.
Mei 2015 Oktober 2016 dengan jumlah 120 190 kali untuk 5 9 barge per bulan.
Pada kondisi rona awal lingkungan, skala kualitas lingkungan rona awal dilihat dari parameter TSS air laut
tergolong sedang dengan skala 3. Setelah jetty beroperasi terjadinya ceceran atau tumpahan batubara ke
dalam air laut pada area lokasi jetty diprakirakan akanada sedikit sekali penambahan TSS pada air laut
karena penanganan batubara sudah ada prosedurnya sehingga skala kualitas lingkungan rona akhir setelah
operasional jetty diperkirakan menurun menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap
penurunan kualitas air laut akibat kegiatan konstruksi jetty adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan
dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.88 berikut ini.

Tabel 3.88 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional Jetty


terhadap Penurunan Kualitas Air Laut
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang TP Jumlah penduduk yang menerima dampak positif
akan terkena dampak rencana penting lebih kecil dari jumlah manusia yang
usaha dan/ atau kegiatan terkena dampak negatif penting
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Wilayah sebaran dampak tergolong kecilhanya
sekitar lokasi jetty.
3. Intensitas dampak TP Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan
ini Ringan, populasi terkena dampak tidak
terpengaruh
Lamanya dampak berlangsung TP Berlangsung Kurang dari satu tahapan kegiatan
4. Banyaknya komponen lingkungan P Komponen lain yang terkena dampak adalah biota
hidup lain yang terkena dampak air laut seperti ikan dan terumbu karang, dan mata
pencaharian nelayan.
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampak tidak bersifat kumulatif karena bila
operasional jettyberhenti maka dampaknya juga
berhenti.
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
dampak
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat
perkembangan ilmu pengetahuan ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
dan teknologi
Sifat Penting Dampak TP Tidak Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap penurunan kualitas air laut pada kegiatan
operasional Jetty masuk kategori dampak tidak penting. Namun dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Tidak Penting (NTP).

Gangguan terhadap Biota Laut


Jetty akan digunakan selama tahap operasi PLTU untuk menerima pengiriman batubara. Batubara akan
dikirim langsung dari sumbernya di Kalimantan menggunakan barge dengan kapasitas 14.000 DWT yang
akan diangkut 560 kali pertahun. Diasumsikan ada 2 barge per hari dengan spesifikasi barge 120 m x 28,5 m
x 7 m (draft 6,5 m) dengan mempertimbangkan adanya 40 hari libur per tahun. Keluar dan masuknya barge
dari dan ke jetty dapat menyebabkan masuknya sejumlah padatan dari batubara ke dalam laut.

Rona awal lingkungan perairan laut di sekitar jetty memiliki kecerahan 3,5 - 5 (baku mutu > 3), kekeruhan
1,65 - 1,95 (< 5) dan TSS 8- 18 (baku mutu 20). Ketiga parameter lingkungan tersebut masih memenuhi baku
mutu yang dipersyaratkan, menurut skala kualitas lingkungan rona awal masuk dalam kategori skala 3 .

Operasional jetty berpotensi menurunkan kualitas air laut terutama parameter TSS. Menurunnya kualitas air
laut sekitar jetty akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lainnya seperti keberadaan biota laut.
Pengaruh gangguan biota air laut akibat sebaran dampak kualitas air laut akan mengikuti pola arus di
perairan tersebut. Periode pasut di lokasi studi adalah campuran condong semidurnal ke arah timur ketika
musim barat dan ke arah barat ketika musim timur, sehingga sebaran dampak diperkirakan ke arah barat dan
ke arah timur dimana terdapat Karang Kretek yang berjarak sekitar 500 meter dari jetty yang berpotensi
terkena dampak dari penurunan kualitas air laut akibat operasional jetty tersebut. Dengan demikian rona akhir
kawasan perairan sekitar jetty akan menurun dan masuk dalam kategori skala 2 sehingga sifat penting
dampak adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu -1). Penentuan sifat
penting dampak tertera pada Tabel 3.89 berikut ini.

Tabel 3.89 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional Jetty


terhadap Gangguan pada Biota Laut
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan P Kegiatan operasi jetty yang dekat dengan kawasan
terkena dampak rencana usaha dan/ Karang Kretek akan berakibat terganggunya biota laut
atau kegiatan termasuk kemelimpahan ikan yang ada sehingga
berdampak langsung bagi penduduk setempat yang
biasa mencari ikan di daerah tersebut,
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Wilayah yang terpengaruh langsung terbatas pada areal
sekitar jetty
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini
cukup besar karena dapat menyebabkan kerusakan fisik
dan hayati dan melebihi baku mutu lingkungan.
Lamanya dampak berlangsung P berlangsung selama tahap operasional jetty
4. Banyaknya komponen lingkungan P Terumbu karang merupakan habitat ikan dan organisme
hidup lain yang terkena dampak perairan lain (benthos) yang merupakan satu mata rantai
makanan. Dengan demikian dampak kegiatan pada
komponen lingkungan lain cukup banyak,
5. Sifat Kumulatif dampak P Operasi jetty dampaknya bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak P Dampak yang timbul merupakan dampak tidak
terbalikkan, karena menyebabkan mati/ rusaknya
terumbu karang sebagai habitat biota air laut. Dengan
matinya terumbu kemelimpahan ikan pada suatu perairan
menjadi berkurang bahkan hilang.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Kegiatan operasi jetty yang menimbulkan gangguan
perkembangan ilmu pengetahuan dan terhadap biota laut dapat ditanggulangi oleh teknologi
teknologi yang tersedia
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap gangguan biota laut pada kegiatan operasional
Jetty masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan,
sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Gangguan Lalulintas Laut (Peningkatan Potensi Terjadinya Kecelakaan di laut)


Kondisi rona awal area yang akan menjadi rencana operasional Jetty merupakan wilayah transportasi laut
dan pelayaran bagi nelayan khususnya nelayan ikan/ rebon di sekitar Karang Kretek dan masuk dalam
kategori skala 3 karena wilayah tersebut termasuk cukup tinggi aktivitas pelayarannya karena kemelimpahan
udang rebon yang cukup baik di wilayah sekitar Karang Kretek tersebut. Rencana operasional jetty sepanjang
2,4 km yang menjorok ke laut di perkirakan akan menyebabkan gangguan pada transportasi laut atau
pelayaran pantai terutama gangguan bagi para nelayan yang sering melintas di sekitar lokasi jetty terutama
nelayan yang biasa mencari ikan/ rebon di sekitar Karang Kretek. Di perairan Desa Kedungsegog,
Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa Ponowareng terdapat sekitar 963 nelayan yang melewati perairan
berjarak 5 - 12 mil dari jetty. Terbatasnya area tangkap dan perubahan alur layar nelayan menuju wilayah
penangkapan diperkirakan dapat berpengaruh terhadap lalulintas dan ruang gerak nelayan dan mengganggu
pendapatan nelayan berupa penurunan pendapatan sehingga diperkirakan akan menurunkan skala kualitas
lingkungan menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap gangguan lalulintas laut akibat
operasional jetty adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan
sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.90 berikut ini.

Tabel 3.90 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional Jetty


terhadap Gangguan Lalulintas Laut
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING PENTING KETERANGAN
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak negatif relatif
akan terkena dampak rencana lebih besar nelayan perairan Desa Kedungsegog,
usaha dan/ atau kegiatan Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng sekitar
963 nelayan daripada yang memperoleh manfaat dengan
dioperasionalkannya jetty.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak mencakup seluruh wilayah studi daerah perairan
Desa Kedungsegog, Ujungnegoro, Karanggeneng, dan
Ponowareng
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi mengingat kegiatan
nelayan yang berlangsung setiap hari pada medan yang
cukup sulit (di laut)
Lamanya dampak berlangsung P Dampak akan berlangsung selama tahap operasi atau
selamanya
4. Banyaknya komponen lingkungan P Menimbulkan dampak sekunder pada penurunan
hidup lain yang terkena dampak pendapatan masyarakat nelayan
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak bersifat kumulatif karena sensitivitasnya yang
tinggi
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Melalui pengelolaan yang baik dampak negatif dapat
dampak diminalkan dan dampak positif dapat ditingkatkan
7. Kriteria lain sesuai dengan -
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap gangguan lalulintas laut pada kegiatan
operasional Jetty masuk kategori dampak penting. Namun dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan
terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya
keseimbangan baru guna mengurangi gangguan lalulintas nelayan perlu di fasilitasi dan penyediaan sarana
prasarana guna mengurangi gangguan lalulintas laut.

Mekanisme aliran dampak kegiatan operasi jetty terhadap gangguan lalulintas laut bersifat langsung pada
komponen social ekonomi budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial
lainnya.

Perubahan Persepsi Masyarakat


Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori skala 4 (lampiran 2P).
Terjadinya gangguan pada biota laut terutama gangguan terhadap Karang Kretek yang dilindungi dapat
menyebabkan timbulnya persepsi negatif masyarakat, hal ini karena kegiatan operasional jetty diprakirakan
akan menimbulkan gangguan pada aktivitas nelayan terutama yang biasa mencari ikan/ rebon di sekitar
Karang Kretek dan perariran dekat pantai. Di perairan Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, Ponowareng, dan
Kedungsegog terdapat sekitar 963 nelayan yang biasanya melewati perairan sekitar lokasi jetty untuk menuju
ke lokasi penangkapan ikan. Lokasi penangkapan ikan berada pada jarak 5 - 12 mil laut sedangkan dermaga
jetty yang direncanakan akan dibangun sepanjang 2,4 km. Selama kegiatan operasional dermaga jetty
nelayan tidak lagi bisa lewat perairan lokasi dermaga jetty, yang berarti muncul ketidakseimbangan pada
lingkungan sosial, utamanya pada wilayah kerja nelayan. Munculnya gangguan ini diperkirakan akan
menimbulkan persepsi negatif nelayan terhadap pembangunan jetty dan akan menurunkan skala kualitas
lingkungan menjadi skala 3. Dengan demikian besaran dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat
adalah tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting
dampak tertera pada Tabel 3.91 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan konstruksi jetty
terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 2.1.2.1.
Tabel 3.91 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Operasional Jetty
terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak 963 nelayan
akan terkena dampak rencana ( 31,5% dari total keluarga dari empat desa sekitar
usaha dan/ atau kegiatan PLTU)
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak terjadi di perairan sekitar tapak kegiatan
mencakup perairan desa Ujungnegoro,
Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog atau
30,1% dari total desa di wilayah studi
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi karena kekhawatiran
para nelayan tidak mendapat hasil tangkapan sama
sekali
Lamanya dampak berlangsung P Dampak hanya akan berlangsung selama tahap
operasinal jetty
4. Banyaknya komponen lingkungan TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
hidup lain yang terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak dapat bersifat kumulatif selama tahap
operasi jetty
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat
dampak dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap Perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan
operasional Jetty masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya
keseimbangan baru berupa peningkatan atau pemulihan persepsi diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana
prasaranan baru, sehingga persepsi positif dapat tetap terjaga.

Mekanisme aliran dampak perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan operasional jetty bersifat langsung
pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan sosial lainnya.

3.3 PENGERUKAN (DREDGING) DAN PEMBUANGAN MATERIAL HASIL PENGERUKAN


(DUMPING)
3.3.1 Tahap Operasi
a. Pengerukan (Dredging)
Penurunan Kualitas Air Laut
Kegiatan pengerukan (dredging) yang dilakukan dalam rangka pembangunan PLTU terdiri dari 2 tahap.
Tahap pertama akan melakukan pengerukan di sekitar jalur Intake dan sekitar Jettydengan total volume
1.086.000 m3 dengan durasi waktu yang dijadwalkan selama 6 bulan. Pengerukan tahap kedua dilakukan di
sekitar jalur Outfall dengan total volume 467.000 m3, durasi pengerjaan dijadwalkan selama 2,5 bulan. Alat
keruk yang digunakan dalam pengerjaan ini adalah Cutter Suction Dredger (CSD) yang mempunyai kapasitas
keruk 300 m3/jam. Berdasarkan pengambilan contoh sedimen di lokasi pengerukan, karateristik sedimen yang
akan dikeruk rata-rata terdiri dari pasir (sand) 13,81%, lanau (silt) 55,03%, dan lempung (clay) 31,16%
dengan densitas 2.572 kg/m3 .

Material sedimen yang dikeruk dengan menggunakan CSD tidak semua terhisap dan masuk ke dalam bak
penampung (barge), akan tetapi sebagian ada yang tumpah dan tentunya akan berdampak terhadap perairan
berupa peningkatan kekeruhan atau meningkatnya sedimen tersuspensi. Vlasblom (2005) mengungkapkan
bahwa pengerukan menggunakan CSD mempunyai potensi tumpah hingga 30 %, tergantung karateristik
material yang dikeruk dan teknis penggunaan alat pada saat pengerukan. Pada kajian ini nilai 30 % tumpahan
material sedimen digunakan sebagai masukan model matematis untuk mengetahui penyebaran atau
peningkatan sedimen tersuspensi. Perhitungan sedimen sebagai input pemodelan adalah sebagai berikut :


% . =



Nilai 231.480 kg/jam akan digunakan sebagai masukan model, nilai tersebut merupakan banyaknya sedimen
yang berpotensi meningkatkan kekeruahan atau konsentrasi sedimen tersuspensi (TSS) tiap jam. Material
sedimen yang digunakan sebagai input model tersebut masih terdiri dari 3 fraksi sedimen (pasir, lanau, dan
lempung) yang mempunyai karakter tersendiri ketika berada di dalam kolom air. Model numerik ( software DHI
MIKE 21) yang digunakan untuk memodelkan perpindahan sedimen (sediment transport), mampu
mengakomodir 8 fraksi sedimen. Sehingga dalam kajian ini 3 fraksi sedimen yang ada di lokasi pengerukan
mampu dimodelkan secara bersamaan dengan keluaran model merupakan total konsentrasi dan sebaran dari
3 fraksi tersebut.

Dalam kajian ini simulasi model tidak dilakukan selama 6 bulan ataupun 2,5 bulan mengikuti rencana jadwal
pengerukan, akan tetapi hanya disimulasikan selama 15 hari dengan sumber TSS berasal dari sepanjang
jalur pengerukan. Simulasi ini diasumsikan dapat mewakili sebaran TSS di sepanjang jalur pengerukan dan
mendapatkan gambaran sebaran jauh TSS menyebar dari lokasi pengerukan. Pemodelan sebaran TSS
akibat pengerukan dilakukan 2 kondisi musim, yakni musim barat (bulan Januari) dan musim timur (bulan
Agustus). Pemodelan sebaran TSS tidak memperhitungkan konsentrasi TSS awal sebagai input model, hal ini
dikarenakan pengambilan contoh (sampel) air tidak mewakili kondisi 2 musim yang mewakili. Kondisi awal
konsentrasi TSS pada skenario model dianggap nol, sehingga keluaran model merupakan penambahan nilai
konsentrasi TSS pada perairan studi. Sebagai contoh jika pengukuran TSS di perairan sebesar 10 mg/l dan
TSS hasil model sebesar 20 mg/l, maka konsentrasi TSS meningkat menjadi 30 mg/l. Hasil keluaran model
tidak disajikan secara keseluruhan akan tetapi hanya disajikan konsentrasi dan sebaran maksimum hasil
simulasi selama 15 hari. Dalam studi ini area pemodelan hidrodinamika dibuat seluas mungkin atau sejauh
mungkin dengan area interest/ area kajian dengan tujuan untuk mendapatkan aliran batas terbuka pasang
surut secara benar. Area pemodelan hidrodinamika, dan sedimen transport disajikan dalam Gambar pada
Lampiran 3.

Hidrodinamika, dan sedimen transport disimulasikan pada bulan Januari (mewakili musim barat) dan bulan
Agustus (mewakili musim timur) dengan tujuan untuk memperoleh pengaruh musiman, selain itu karena
lokasi studi terletak di pesisir pengaruh pasang surut harus di perhitungkan sehingga simulasi akan dilakukan
selama 15 hari dengan asumsi akan diperoleh pasang tertinggi dan surut terendah, karena pada kondisi-
kondisi tersebut biasanya pola arus di pesisir sangat kuat dipengaruhi. Model hidrodinamika tertera di dalam
Lampiran 3, sedangkan hasil model sebaran TSS untuk skenario kondisi terburuk diuraikan sebagai berikut.

TSS Musim Barat


Hasil model sebaran TSS maksimum akibat pengerukan tahap 1 dan tahap 2 kondisi musim barat masing-
masing disajikan dalam Gambar 3.19 dan Gambar 3.20. Berdasarkan kedua gambar tersebut terlihat pola
sebaran TSS akibat pengerukan cenderung bergerak ke arah tenggara maupun ke arah timur. Pergerakan
TSS mengikuti pola arus, dimana pada saat musim barat arus dominan mengarah ke timur dan tenggara.
Penambahan konsentrasi TSS akibat pengerukan di titik sumber mencapai 280 mg/l, akan tetapi tidak
menyebar terlalu jauh. Pada jarak 500 m dari sumber TSS ke arah timur konsentrasi TSS sudah menurun
hingga 20 mg/l. Kedua gambar tersebut juga menunjukan sebaran TSS yang mencapai lokasi Karang Kretek
konsentrasinya sudah sangat kecil yakni di bawah 5 mg/l. Jarak antara lokasi pengerukan dan lokasi Karang
Kretek sekitar 1,2 km.
Gambar 3.19 Sebaran TSS Maksimum Akibat Pengerukan di Jalur Intake dan Sekitar Jetty (Tahap 1)
saat Musim Barat

PRAKIRAAN DAMPAK 3-
PENTING 150
Gambar 3.20 Sebaran TSS Maksimum Akibat Pengerukan di Jalur Outfall (Tahap 2) saat Musim Barat

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 151


TSS Musim Timur
Gambar 3.21 dan Gambar 3.22 masing-masing merupakan sebaran TSS maksimum akibat pengerukan
tahap 1 (sekitar Intake dan jetty) dan tahap 2 (sekitar outfall) kondisi musim timur. Pola sebaran TSS hasil
model kondisi musim timur cenderung berarah kebalikan dengan kondisi musim barat, dimana saat musim
timur sebaran TSS cenderung mengarah ke barat ataupun barat laut, arah sebaran ini sesuai dengan arah
pergerakan arus yang bergerak ke arah barat. Penambahan konsentrasi TSS maksimum di sekitar lokasi
pengerukan mencapai 100 mg/l, nilai ini jauh lebih kecil bila dibandingkan saat musim barat yang mencapai
280 mg/l. Sebaran TSS juga tidak terlalu jauh, pada jarak 500 m ke arah barat penambahan konsentrasi
hanya berkisar 8 hingga 10 mg/l. Sebaran TSS yang mencapai Karang Maeso sudah sangat kecil, yakni di
bawah 0,5 mg/l. Jarak antara lokasi Karang Maeso dan lokasi pengerukan sekitar 2,5 km.

PRAKIRAAN DAMPAK 3-
PENTING 152
Gambar 3.21 Sebaran TSS Maksimum Akibat Pengerukan di Jalur Intake dan Sekitar Jetty (Tahap 1)
saat Musim Timur

PRAKIRAAN DAMPAK 3-
PENTING 153
Gambar 3.22 Sebaran TSS Maksimum Akibat Pengerukan di Jalur Outfall (Tahap 2) saat Musim Timur

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 3 - 154


Rona awal dari kualitas air laut di sekitar lokasi dredging proyek pembangunan PLTU masih termasuk dalam
kategori skala 3 dengan TSS terukur berkisar antara 8 - 18 mg/l, Rona akhir TSS di sekitar lokasi
pengerukan meningkat saat musim barat 280 mg/l dan saat musim timur 100 mg/l sehingga kisaran TSS saat
musim barat menjadi maksimum 298 mg/l dan saat musim timur menjadi maksimum 118 mg/l sehingga
kualitasnya jauh diatas baku mutu (20 mg/l) dengan skala kualitas lingkungan menjadi skala 1. Dengan
demikian besaran dampak terhadap kualitas air laut dengan adanya kegiatan operasional PLTU adalah
tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak
tertera pada Tabel 3.92 berikut ini.

Tabel 3.92 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengerukan (Dredging)


terhadap Penurunan Kualitas Air Laut
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang TP Jumlah manusia yang menerima dampak negatif
akan terkena dampak rencana hampir tidak ada karena dampak TSS langsung
usaha dan/ atau kegiatan mempengaruhi kualitas air laut.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Wilayah yang terpengaruh langsung adalah pada
areal sekitar intake, jalur outfall, dan jetty
dan dengan radius sekitar40,39 Km2.
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan
ini cukup berat karena pada sumber dampak TSS
dapat meningkat mencapai 100 280 mg/l dan
berlangsung cepat lebih tinggi dari baku mutu 20
mg/l.
Lamanya dampak berlangsung TP Lamanya dampak meliputi tahapan pengerukan
pada intake dan jetty dan pengerukan pada
outfall. Dampak berlangsung lebih dari 6 bulan
saat pekerjaan pengerukan dilakukan..
4. Banyaknya komponen lingkungan P Kegiatan pengerukan akan menimbulkan dampak
hidup lain yang terkena dampak sekunder dan dampak lanjutannya terhadap biota
air laut seperti ikan dan terumbu karang, dan mata
pencaharian nelayan.
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampaknya tidak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampak yang timbul merupakan dampak
dampak terbalikkan, atau dapat dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan P Kegiatan pengerukan yang menimbulkan
perkembangan ilmu pengetahuan gangguan terhadap kualitas air laut tidak dapat
dan teknologi ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap penurunan kualitas air laut pada kegiatan
pengerukan (Dredging) masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan
terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

PRAKIRAAN DAMPAK 3-
PENTING 155
Gangguan terhadap Biota Laut
Pada saat kegiatan pengerukan (dredging) yang dilakukan baik pada tahap pertama maupun tahap kedua
diperkirakan akan meningkatkan kekeruhan atau konsentrasi sedimen tersuspensi (TSS) sehingga
berdampak langsung pada kehidupan biota air laut. Kekeruhan inilah yang akan mempengaruhi kecerahan
perairan dan menghambat intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis biota
perairan (plankton dan terumbu karang). Pengerukan material sedimen juga akan menimbulkan gangguan
terhadap benthos sebagai penghuni dasar perairan.

Plankton tidak saja penting bagi kehidupan ikan baik langsung maupun tidak langsung, akan tetapi penting
juga bagi segala jenis hewan yang hidup di dalamnya. Tanpa plankton khususnya fitoplankton sebagai
produsen primer tidak akan mungkin terjadi kehidupan hewan didalam laut dari permukaan sampai ke
dasarnya. Untuk mengetahui perkiraan dampak lingkungan perairan dan dampak terhadap biota atau
organisme laut (plankton, benthos, nekton, dan terumbu karang) yang mungkin terjadi akibat kegiatan
pengerukan maka perlu dilakukan kajian dengan pemodelan.

Vlasblom (2005) mengungkapkan bahwa pengerukan menggunakan CSD mempunyai potensi tumpah
hingga 30 %, tergantung karakteristik material yang dikeruk dan teknis penggunaan alat pada saat
pengerukan. Pada kajian ini nilai 30 % tumpahan material sedimen digunakan sebagai masukan model
matematis untuk mengetahui penyebaran atau peningkatan sedimen tersuspensi. Perhitungan sedimen
sebagai input pemodelan adalah sebagai berikut :

30% x 300 m3/jam x 2.572 kg/m3 = 231.480 kg/jam

Artinya pengerukan yang dilakukan dalam rangka pembangunan PLTU akan menghasilkan sedimen
sebanyak 231.480 kg/jam yang berpotensi meningkatkan kekeruhan atau konsentrasi sedimen tersuspensi
(TSS) tiap jam.

Material sedimen yang digunakan sebagai input model tersebut terdiri dari 3 fraksi sedimen (pasir, lanau, dan
lempung) yang mempunyai karakter tersendiri ketika berada di dalam kolom air. Model numerik (software DHI
MIKE 21) yang digunakan untuk memodelkan perpindahan sedimen (sedimen transport) mampu
mengakomodir 8 fraksi sedimen, sehingga dalam kajian ini 3 fraksi sedimen yang ada di lokasi pengerukan
mampu dimodelkan secara bersamaan dengan keluaran model merupakan total konsentrasi dan sebaran dari
3 fraksi tersebut.
TSS Musim Barat
Berdasarkan permodelan TSS musim barat terlihat pola sebaran TSS akibat pengerukan cenderung bergerak
ke arah tenggara maupun ke arah timur. Pergerakan TSS mengikuti pola arus, dimana pada saat musim barat
arus dominan mengarah ke timur dan tenggara. Penambahan konsentrasi TSS akibat pengerukan di titik
sumber mencapai 280 mg/l, akan tetapi tidak menyebar terlalu jauh (luas sebaran kecil). Pada jarak 500 m
dari sumber TSS ke arah timur konsentrasi TSS sudah menurun hingga 20 mg/l.

Dari kedua gambar menunjukan sebaran TSS yang mencapai lokasi Karang Kretek konsentrasinya sudah
sangat kecil yakni di bawah 5 mg/l. Skala kualitas lingkungan rona awal plankton dan benthos di kawasan
perairan laut daerah sekitar Terumbu Karang Kretek dan jalur outfall diketahui memiliki kondisi lingkungan
pada skala 3. Diketahui jarak antara lokasi pengerukan dan lokasi Karang Kretek sekitar 1,2 km, serta kondisi
kepadatan populasi ikannya rendah (maks. 5 kg/trip). Kegiatan pengerukan dilakukan pada saat tahap
konstruksi saja (tahap 1 berlangsung 6 bulan dan tahap 2 dijadwalkan selesai 2,5 bulan). Dengan demikian
diperkirakan dampak lingkungan di sekitar Karang Kretek dan jalur outfall akibat pengerukan (dredging)
terhadap kondisi plankton dan benthos pada saat musim barat dapat mengalami penurunan menjadi skala 1.
Dengan demikian makasifat penting dampak gangguan biota laut terhadap aktivitas dredging pada musim
barat adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2).

TSS Musim Timur


Pola sebaran TSS hasil model kondisi musim timur cenderung berarah kebalikan dengan kondisi musim
barat, dimana saat musim timur sebaran TSS cenderung mengarah ke barat ataupun barat laut, arah sebaran
ini sesuai dengan arah pergerakan arus yang bergerak ke arah barat. Penambahan konsentrasi TSS
maksimum di sekitar lokasi pengerukan mencapai 100 mg/l, nilai ini jauh lebih kecil bila dibandingkan saat
musim barat yang mencapai 280 mg/l. Sebaran TSS juga tidak terlalu jauh (luas sebaran kecil), pada jarak
500 m ke arah barat penambahan konsentrasi hanya berkisar 8 hingga 10 mg/l. Sebaran TSS yang mencapai
Karang Maeso sudah sangat kecil, yakni di bawah 0,5 mg/l. Jarak antara lokasi Karang Maeso dan lokasi
pengerukan sekitar 2,5 km.

Adanya pengerukan diprakirakan akan menurunkan kualitas lingkungan dan selanjutnya juga akan
menurunkan kondisi kualitas plankton dan benthos yang diketahui rona awalnya masuk skala 3 (sedang)
dengan indeks keanekaragaman antara 1,0 - 1,88. Sedangkan kondisi rona lingkungan awal komunitas
nekton (ikan) di kawasan perairan sekitar lokasi PLTU telah dilakukan sampling melalui penangkapan nekton
(ikan) di perairan Ujungnegoro, mulai Sigandu sampai dengan Roban. Dilihat dari jumlah hasil tangkapan
menunjukan hasil yang rendah (0 - 2,6 kg/trip), terutama pada pagi dan siang hari. Jenis hasil tangkapan
terdiri atas : Udang putih (Penaeus merguiensis), Beloso (Glossogobius giuris), Petek (Leiognathus insidator),
Tigawaja (Pseudosciaena aneus), Selar (Caranxsexfasciatus), dan Layur (Trichiurus lepturus). Jenis-jenis
ikan tersebut tidak ada satupun yang masuk kategori ikan langka, endemik, sedentary atau dilindungi undang-
undang.

Dengan kondisi seperti uraian tersebut di atas maka diperkirakan dampak lingkungan di sekitar Karang
Maeso, intake, jetty, dan jalur outfall akibat pengerukan (dredging) pada saat musim timur dapat dikategorikan
akan mengalami penurunan menjadi skala 1. Dengan demikian maka sifat penting dampak gangguan biota
laut terhadap aktivitas pengerukan pada musim timur adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan
dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.93 berikut ini.

Tabel 3.93 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengerukan (Dredging)


terhadap Gangguan pada Biota Laut
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan P Kegiatan pengerukan akan berakibat terganggunya
terkena dampak rencana usaha dan/ biota laut termasuk kemelimpahan ikan yang ada
atau kegiatan sehingga berdampak langsung bagi masyarakat
nelayanmeliputi nelayan perairan Desa
Kedungsegog, Ujungnegoro, Karanggeneng, dan
Ponowareng sekitar 963 nelayan,
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Wilayah yang terpengaruh langsung terbatas pada
areal sekitar intake, jalur outfall, dan jetty
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini
cukup besar karena mengakibatkan perubahan
lingkungan sehingga melampaui baku mutu.
Lamanya dampak berlangsung P Satu tahapan kegiatan selama kegiatan pengerukan
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup P Kegiatan pengerukan akan menimbulkan penurunan
lain yang terkena dampak kemelimpahan biota laut dan penurunan pendapatan
nelayan serta persepsi negatif masyarakat
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampaknya bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Dampak yang timbul merupakan dampak terbalikkan,
atau dapat dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Kegiatan pengerukan yang menimbulkan gangguan
perkembangan ilmu pengetahuan dan terhadap biota laut dapat ditanggulangi oleh teknologi
teknologi yang tersedia
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap gangguan biota laut pada kegiatan pengerukan
(Dredging) masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi
penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Perubahan Persepsi Masyarakat


Kegiatan pengerukan (dredging) akan dilakukan dari ujung lokasi pipa intake dan area di sekitar jetty menuju
ke arah darat dan direncanakan akan berlangsung selama 6 bulan. Pengerukan di sekitar pipa outfall akan
dilakukan setelah pekerjaan pengerukan di lokasi pipa intake dan jetty selesai dari ujung pipa menuju ke arah
darat yang akan berlangsung selama 2,5 bulan. Dengan demikian total waktu kegiatan sekitar 8,5 bulan
hingga satu tahun. Kegiatan pengerukan ini diperkirakan akan menimbulkan persepsi negatif di kalangan para
nelayan karena mengganggu aktivitas mereka yang mungkin dapat menurunkan pendapatan mereka.
Munculnya ketidakseimbangan lingkungan di sekitar wilayah kerja nelayan ini harus dikelola agar tidak
menimbulkan reaksi negatif dari kelompok nelayan. Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi
masyarakat masuk dalam kategori Skala 4 (Lampiran 2P). Kegiatan pengerukan dan pembuangan hasil
material keruk akan menimbulkan persepsi negatif nelayan dan menurunkan kualitas lingkungan menjadi
Skala 3. Dengan demikian sifat penting besaran dampak adalah tergolong kecil dengan nilai perubahan
dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.94 berikut ini. Analisis
rinci penentuan dampak kegiatan pengerukan (dredging) terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat
dilihat pada Lampiran 3D poin 3.1.1.1.

Tabel 3.94 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengerukan (Dredging)


terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak 963 nelayan
akan terkena dampak rencana ( 31,5% dari total keluarga dari empat desa sekitar
usaha dan/ atau kegiatan PLTU)
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak terjadi di perairan sekitar tapak kegiatan
dampak mencakup perairan desa Ujungnegoro,
Karanggeneng, Ponowareng, dan Kedungsegog atau
30,1% dari total desa di wilayah studi
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tinggi karena kekhawatiran para
nelayan akan menurunkan hasil tangkapan
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak hanya akan berlangsung selama tahap
kegiatan pengerukan yakni 8,5 bulan
4. Banyaknya komponen TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
lingkungan hidup lain yang
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak dapat bersifat kumulatif selama kegiatan
pengerukan berlangsung
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat
dampak dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan
pengerukan (Dredging) masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan
terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya

PRAKIRAAN DAMPAK 3-
PENTING 159
keseimbangan baru berupa peningkatan atau pemulihan persepsi diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana
prasaranan baru, sehingga persepsi positif dapat tetap terjaga.

Mekanisme aliran dampak perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan pengerukan (dredging) bersifat
langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan
dampak pada lingkungan sosial lainnya.

b. Pembuangan Material Hasil Kerukan (Dumping)


Penurunan Kualitas Air Laut
Material sedimen hasil pengerukan selanjutnya dibuang (dumping) di laut terbuka dengan menggunakan
hopper barge berkapasitas maksimum 1.000 m3. Hopper barge yang digunakan sebanyak 2 buah. Jarak
pembuangan dengan lokasi pengerukan sekitar 16 km. Siklus pembuangan lumpur dalam sehari dihitung
sebagai berikut :
Kapasitas hopper barge (Kh) : 1.000 m3
Kapasitas keruk CSD perjam (Kk) : 300 m3/jam
Waktu pengisian hopper barge berdasarkan CSD (Ti) : Kh/Kk = 3,33 jam
Kecepatan kapal penarik/ tag boat (Vb) : 8 knot (14.816 km/jam)
Jarak ke lokasi dumping (S) : 16 km
Waktu tempuh ke lokasi dumping (Tb) : S/Vb = 1,08 jam
Waktu pembuangan material sedimen (Td) : 1 jam
Waktu tempuh kembali ke lokasi pengerukan (Tp) : 0,75 jam
Total waktu yang dibutuhkan 1 siklus pembuangan adalah (Tw) : Ti+Tb+Td+Tp = 6,16 jam

Jadi waktu yang dibutuhkan 1 siklus untuk membuang material sedimen adalah 6,16 jam, akan tetapi dalam
kajian ini dibulatkan menjadi 6 jam. Mengingat hopper barge yang digunakan sebanyak 2 buah dan jam kerja
dalam sehari hanya 8 jam, maka dapat diperkirakan dalam satu hari hanya melakukan pembuangan
(dumping) material sedimen sebanyak 2 kali.Untuk melihat pola sebaran dan peningkatan TSS akibat
dumping material sedimen telah dilakukan pemodelan numerik yakni pembuangan dibuang sekaligus (1.000
m3).

Dalam studi ini area pemodelan hidrodinamika dibuat seluas mungkin atau sejauh mungkin dengan area
interest/ area kajian dengan tujuan untuk mendapatkan aliran batas terbuka pasang surut secara benar. Area
pemodelan hidrodinamika, dan sedimen transport disajikan dalam Gambar pada Lampiran 3.
Selanjutnya simulasi dilakukan pada kondisi 2 musim yakni musim barat dan musim timur. Model
disimulasikan selama 15 hari, dengan tujuan untuk melihat pengaruh pasang purnama (spring tide) dan
pasang perbani (neap tide) yang biasanya pada kondisi ini pola aliran air atau arus yang bergerak membawa
partikel yang masuk ke peraiaran sangat dipengaruhi atau berkecepatan tinggi. Hasil model hanya disajikan
dalam bentuk kontur sebaran maksimum hasil simulasi selama 15 hari. Model hidrodinamika tertera di dalam
Lampiran 3, sedangkan hasil model sebaran TSS untuk skenario kondisi terburuk diuraikan sebagai berikut.

TSS Akibat Aktivitas Dumping pada Musim Barat


Hasil simulasi model sebaran TSS maksimum akibat pembuangan (dumping) lumpur musim barat disajikan
dalam Gambar 3.23. Secara umum pola sebaran TSS mengarah ke timur sesuai dengan arah pergerakan
arus dominan. Konsentrasi TSS akibat pembuangan akan menyebar sangat jauh apabila total lumpur dari
total kapasitas hopper barge 1.000 m3 dibuang sekaligus. Konsentrasi TSS di sekitar titik dumping area
mencapai 800 mg/l dan menyebar hingga 10 km ke arah timur baru dijumpai konsentrasi TSS 10 mg/l.

Gambar 3.23 Sebaran TSS Maksimum Akibat Aktivitas Dumping saat Musim Barat
Jika Keseluruhan Lumpur Dibuang Sekaligus

TSS Akibat Aktivitas Dumping pada Musim Timur


Pola sebaran TSS maksimum hasil simulasi saat musim timur disajikan dalam Gambar 3.24. Dari gambar
tersebut terlihat pola sebaran TSS dominan mengarah ke barat, dimana saat musim timur pola sebaran lebih
mengarah ke barat, akan tetapi secara keseluruhan karateristik konsentrasi dan jarak sebaran tidak terlalu
berbeda.
Gambar 3.24 Sebaran TSS Maksimum Akibat Aktivitas Dumpingsaat Musim Timur
Jika Keseluruhan Lumpur Dibuang Sekaligus

Hasil model sebaran TSS akibat dumping baik musim barat dan musim timur jika dihubungkan dengan daerah
sensitif terdekat yakni Karang Bapang terlihat tidak mempengaruhi atau sebaran TSS tidak mencapai di lokasi
Karang Bapang.

Rona awal dari kualitas air laut di sekitar lokasi dumping proyek pembangunan PLTU masih termasuk dalam
skala 3 dengan TSS terukur 10mg/l dan kecerahan 8,5 18,68 m, sedangkan kondisi rona akhir TSS 26 mg/l
menunjukan skala 1. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas air laut dengan adanya kegiatan
operasional PLTU adalah tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2).
Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.95 berikut ini.

Tabel 3.95 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembuangan (Dumping)


terhadap Penurunan Kualitas Air Laut
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan P Kegiatan pengerukan akan berakibat terganggunya
terkena dampak rencana usaha dan/ kualitas air laut termasuk kemelimpahan ikan yang
atau kegiatan ada sehingga berdampak langsung bagi masyarakat
nelayan,
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Wilayah yang terpengaruh langsung terbatas pada
areal sekitar dumping area
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini
cukup sedang karena mengakibatkan perubahan fisik
kimia sehingga melebihi baku mutu lingkungan
Lamanya dampak berlangsung P Satu tahapan kegiatan selama kegiatan dumping
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup P Kegiatan pengerukan akan menimbulkan dampak
lain yang terkena dampak sekunder dan dampak lanjutannya
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampaknya tidak bersifat kumulatif
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Dampak yang timbul merupakan dampak terbalikkan,
atau dapat dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan P Kegiatan pengerukan yang menimbulkan gangguan
perkembangan ilmu pengetahuan dan terhadap kualitas air laut tidak dapat ditanggulangi
teknologi oleh teknologi yang tersedia
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap penurunan kualitas air laut pada kegiatan
pembuangan (Dumping) masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan
terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Gangguan terhadap Biota Laut


Kegiatan dumping adalah merupakan kegiatan pembuangan material hasil pengerukan (dredging) untuk
konstruksi intake, outfall, dan jetty. Total volume material yang dikeruk adalah 1.553.000 m3. Dumping area
berada di laut berjarak 16 km atau 10 millaut dari lokasi power block ke arah Utara. Kondisi rona awal dari
setiap titik di daerah Dumping Area dan Karang Bapang seragam hanya bersubstrat lumpur dengan jarak
pandang terbatas. Sementara pada plankton dan benthos ditinjau dari Indeks Keanekaragaman masih dalam
kategori baik, tidak didominasi oleh jenis tertentu, meskipun jumlah dan kekayaan tidak terlalu tinggi yang
menandakan ekosistem di daerah Dumping Area cukup stabil. Karena itu menurut skala kualitas lingkungan
rona awal di daerah ini masuk dalam kategori skala 3.

Kondisi daerah Dumping Area dan karang Bapang di bebarapa titik ditemukan biota laut seperti Ikan Goby
(Ctenogobiops aurocingulus), Bulu Babi (Deadema setosum), Pena Laut Sea pen(Pennatula Sp), Bintang laut
(Asteria sp.), Sand Dollar (Laganum Sp), Kepiting (Sesarmoides. sp), Kerang (Murex Sp), Tube Anemon
(Cerianthus Sp), Ikan Pari (Dasyatis Sp.), Ikan Teri (Stolephorus Sp), dan Ubur ubur (Aurelia Aurita). Jenis
biota tersebut sama sekali tidak termasuk biota langka atau endemik dan dilindungi. Dimana dari setiap titik
yang telah di survei sama sekali tidak ditemukan terumbu karang hanya ber-substrat lumpur.

Titik Dumping area (DA) dan Luar Dumping Area (LDA) memiliki tingkat kecerahan 8,5 - 18,68 m dengan
kedalaman 34 - 40 m kondisi ini menyebabkan peneterasi cahaya matahari sudah sangat berkurang terlebih
dengan subtrat dasar berupa lumpur yang menyebabkan dasar perairan mudah menjadi keruh semakin
memperparah kondisi itu. Berdasarkan KEPMEN Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 lampiran 3 tentang
baku mutu air laut untuk biota laut kadar pH adalah 7 - 8,5 maka kisaran pH di Dumping area (DA), Luar
Dumping Area (LDA), dan sekitar Karang Bapang masih sesuai dengan baku mutu air laut untuk hidupnya
biota dengan kata lain belum banyak pengaruh dari faktor-faktor kimia yang merubah pH air laut menjadi
terlalu asam atau terlalu basa.

Pekerjaan dumping di laut meningkatkan kekeruhan dan padatan tersuspensi air laut. Berdasarkan hasil
analisa partikel 3 fraksi menunjukan bahwa material yang akan dikeruk di antaranya mengandung lempung
(clay) 31,16% dan material ini yang berpotensi menjadi tersebar di sekitar lokasi kegiatan pembuangan
material hasil kerukan (dumping) di laut berupa TSS. Sebaran TSS dapat mencapai areal yang cukup luas
dan dikhawatirkan akan mengganggu keberadaan biota air sekitarnya.

Menurunnya kualitas air laut sekitar lokasi dumping menyebabkan terganggunya biota laut. Sebaran
gangguan biota laut sejauh dampak terhadap air laut. Rona lingkungan awal di lokasi dumping area masuk
dalam kriteria skala 3 (sedang) karena itu akibat kegiatan dumping diprakirakan akan menimbulkan dampak
yang menurunkan skala kualitas lingkungan menjadi skala 1 atau terjadi penurunan skala kualitas
lingkungan tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting
dampak tertera pada Tabel 3.96 berikut ini.

Tabel 3.96 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembuangan (Dumping)


terhadap Gangguan pada Biota Laut
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan P Kegiatan dumping akan berakibat terganggunya
terkena dampak rencana usaha dan/ biota laut termasuk kemelimpahan ikan atau biota
atau kegiatan laut yang ada sehingga berdampak langsung bagi
penduduk nelayan,
2. Luas wilayah penyebaran dampak TP Wilayah yang terpengaruh langsung terbatas pada
areal sekitar dumping area
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan
ini cukup besar karena dapat menyebabkan
kerusakan atau gangguan terhadap komponen
komponen hayati disekitarnya.
Lamanya dampak berlangsung P Satu tahapan kegiatan selama kegiatan dumping
berlangsung
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup P Kegiatan dumping akan menimbulkan dampak
lain yang terkena dampak sekunder dan dampak lanjutannya
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampaknya bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Dampak yang timbul merupakan dampak
terbalikkan, atau dapat dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan P Kegiatan dumping yang menimbulkan gangguan
perkembangan ilmu pengetahuan dan terhadap biota laut cukup sulit ditanggulangi oleh
teknologi teknologi yang tersedia
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap gangguan biota laut pada kegiatan
pembuangan (Dumping) masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan
terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP).

Perubahan Persepsi Masyarakat


Kegiatan pembuangan hasil pengerukan (dumping) untuk konstruksi intake dan outfall akan dibuang ke
tengah laut. Kegiatan pembuangan material hasil keruk akan menggunakan 4 buah hopper barge untuk
mengangkut material kerukan ke lokasi pembuangan dan direncanakan akan berlangsung selama 8,5 bulan.
Kegiatan pembuangan (dumping) ini diperkirakan akan mengganggu biota laut terutama lokasi fishing ground
sehingga akan menimbulkan persepsi negatif di kalangan para nelayan karena berpotensi menurunkan
pendapatan mereka. Dengan demikian terjadilah ketidakseimbangan di lingkungan kerja nelayan yang harus
dikelola. Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori Skala 4. Kegiatan
pembuangan hasil material keruk akan menimbulkan persepsi negatif nelayan dan menurunkan kualitas
lingkungan menjadi Skala 3. sehingga besaran skala lingkungan tergolong Kecil dengan nilai perubahan
dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.97 berikut ini. Analisis
rinci penentuan dampak kegiatan pembuatan (dumping) terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat
dilihat pada Lampiran 3D poin 3.1.2.1.

Tabel 3.97 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pembuangan Material Keruk (Dumping)
terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak 963 nelayan (
akan terkena dampak rencana 31,5% dari total keluarga dari empat desa sekitar PLTU)
usaha dan/ atau kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak terjadi di perairan sekitar tapak kegiatan
dampak mencakup perairan desa Ujungnegoro, Karanggeneng,
Ponowareng, dan Kedungsegog atau 30,1% dari total
desa di wilayah studi
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup karena kekhawatiran para
nelayan kegiatan pembuangan material keruk akan
menurunkan hasil tangkapan
Lamanya dampak berlangsung P Dampak hanya akan berlangsung selama tahap kegiatan
pembuangan material keruk (dumping) yakni 8,5 bulan
4. Banyaknya komponen TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
lingkungan hidup lain yang
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak dapat bersifat kumulatif selama kegiatan
pembuangan material keruk berlangsung
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat dipulihkan
dampak
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan
pembuangan (Dumping) masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan
terjadi penurunan, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya
keseimbangan baru berupa peningkatan atau pemulihan persepsi diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana
prasaranan baru, sehingga persepsi positif dapat tetap terjaga.

Mekanisme aliran dampak perubahan persepsi masyarakat pada kegiatan pembuangan material keruk
(dumping) bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat
menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.

3.4 JARINGAN TRANSMISI 500 kV (SUTET) DAN GARDU INDUK


3.4.1 Tahap Pra Konstruksi
a. Pengadaan Lahan Tapak Tower dan Gardu Induk
Munculnya Spekulan Tanah
Pengalaman kegiatan pengadaan lahan untuk keperluan Blok PLTU diperkirakan akan menjadi contoh yang
baik bagi pemilik tanah calon tapak tower dan Gardu Induk. Dari pengamatan dan wawancara ketika
dilakukan penelitian praktek spekulan sangat kecil dalam kegiatan pengadaan lahan. Dalam kegiatan
pengadaan lahan untuk tapak tower diperkirakan juga upaya-upaya spekulan tanah untuk bermain di
dalamnya sangat kecil, sedangkan untuk gardu induk diprediksikan tidak akan ada spekulan karena lahan
rencana tapak gardu induk milik pemerintah. Pengadaan lahan untuk tapak tower akan melibatkan sekitar 17
orang petani dan instansi pemerintah (Dinas Perkebunan) sebagai pemilik lahan lokasi rencana gardu induk.
Rona awal spekulan tanah berada pada kategori Skala 4 (lampiran 2P). Kegiatan pengadaan lahan untuk
tapak tower diprediksikan tidak akan mengubah skala kualitas lingkungan dari parameter spekulan tanah
karena praktek spekulan sangat kecil dalam kegiatan pengadaan lahan tapak tower dan lahan lokasi rencana
Gardu Induk sepenuhnya adalah milik Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah sehingga diprediksikan tidak
akan ada perubahan keseimbangan lingkungan sosial; oleh karena itu kualitas lingkungan akan tetap pada
kategori Skala 4. Dengan demikian besaran dampak terhadap munculnya spekulan tanah pada tahap pra
konstruksi adalah tergolong Tidak Ada Dampak dengan nilai perubahan dampaknya Tidak Ada Perubahan
(0). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.98 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak
kegiatan pengadaan lahan tapak tower dan gardu induk terhadap munculnya spekulan tanah dapat dilihat
pada Lampiran 3D poin 4.1.1.1
Tabel 3.98 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan Tapak Tower dan Gardu Induk
terhadap Munculnya Spekulan Tanah
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang TP Munculnya dampak spekulan tanah sangat kecil,
akan terkena dampak rencana hanya terbatas pada 355 penduduk yang memiliki
usaha dan/ atau kegiatan lahan yang akan terkena pembebasan.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak meliputi desa Simbangjati dan Beji (gardu
induk) dan Karanggeneng, Ponowareng, Tulis,
Wonokerso, Kenconorejo (53,8% dari seluruh desa
yang diteliti)
3. Intensitas dampak TP Munculnya spekulan tanah Intensitas dampaknya
rendah walaupun berlangsung di 7 desa dalam
kurun waktu yang relatif singkat tetapi tidak
menimbulkan perubahan lingkungan yang drastis.
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak hanya akan berlangsung pada satu tahap
kegiatan yaitu tahap prakonstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan TP Tidak ada komponen lain yang terkena dampak
hidup lain yang terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampak tidak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan
dampak tertentu
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak TP Tidak Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pengadaan lahan tapak Tower dan Gardu Induk
terhadap munculnya spekulan tanah masuk kategori dampak tidak penting. Dari uraian perubahan skala
kualitas lingkungan tidak terjadi perubahan dampak, sehingga dampak tergolong Tidak Penting (TP).

Keresahan Masyarakat
Keresahan masyarakat diperkirakan akan muncul ketika rencana jalur transmisi tidak diinformasikan dengan
jelas kepada para pemilik lahan. Demikian pula dengan rencana tapak tower dan rumah warga yang akan
dilalui oleh jaringan transmisi. Informasi lokasi tapak dan luas kebutuhan lahan yang tidak jelas dapat
menimbulkan keresahan karena umumnya lahan menjadi sumber mata pencaharian dan sumber nafkah
utama kehidupan keluarga. Hal lain yang menjadi sumber keresahan masyarakat adalah adanya
keterbatasan ketinggian bangunan jika ada bangunan tower kabel transmisi, dimana berdasarkan Keputusan
Menteri Pertambangan dan Energi No. 975.K/47/MPE/1999 tentang Perubahan Peraturan Menteri
Pertambangan dan Energi No. 01.P/47/MPE/1992 tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) untuk penyaluran tenaga listrik. Muncul
ketidakseimbangan lingkungan, khususnya di kalangan pemilik lahan. Kualitas lingkungan awal dari
parameter keresahan di wilayah rencana jalur transmisi dan Gardu Induk masuk pada kriteria baik atau pada
skala 3 (Lampiran 2P) dimana masyarakat merasa nyaman dan tenang tinggal di desanya. Kegiatan
pengadaan lahan diprediksikan akan menurunkan kualitas lingkungan karena tingkat keresahan yang akan
timbul bisa terjadi sampai pada tingkat resah dengan skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap
meningkatnya keresahan masyarakat pada tahap pengadaan lahan tapak tower dan gardu induk adalah
tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak
tertera pada Tabel 3.99 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pengadaan lahan tapak tower
dan gardu induk terhadap keresahan masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 4.1.1.2.

Tabel 3.99 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan Tapak Tower dan Gardu Induk
terhadap Keresahan Masyarakat
FAKTOR PENENTU DAMPAK NILAI
NO. KETERANGAN
PENTING PENTING
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak negatif
akan terkena dampak rencana relatif kecil untuk gardu induk sekitar 5.694 orang
usaha dan/ atau kegiatan atau (13,9% dari total jumlah penduduk di wilayah
studi) dan cukup besar untuk jalur transmisi 15.333
orang (37,3% dari total jumlah penduduk di wilayah
studi)
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak meliputi desa Simbangjati dan Beji (gardu
dampak induk) dan Karanggeneng, Ponowareng, Tulis,
Wonokerso, Kenconorejo (53,8% dari seluruh desa
yang diteliti)
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak tinggi karena ketidakpastian
lokasi gardu induk dan bagaimana pemanfaatan
lahan setelah ada jalur transmisi
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak hanya akan berlangsung pada tahap
prakonstruksi pembangunan jaringan transmisi dan
gardu induk
4. Banyaknya komponen P Menimbulkan dampak ikutan berupa perubahan
lingkungan hidup lain yang persepsi masyarakat
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak bisa bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan tertentu
dampak
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pengadaan lahan tapak Tower dan Gardu Induk
terhadap keresahan masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi penurunan dampak, sehingga dampak tergolong Negatif Penting (NP). Untuk
mewujudkan terciptanya keseimbangan baru berupa situasi hilangnya keresahan, maka diperlukan fasilitasi
dan penyediaan sarana prasarana baru, sehingga situasi lingkungan yang tenang, tidak ada keresahan dapat
pulih kembali.

PRAKIRAAN DAMPAK 3-
PENTING 168
Mekanisme aliran dampak kegiatan pengadaan lahan tapak Tower dan Gardu Induk akan menimbulkan
dampak penting negatif berupa keresahan masyarakatyang bersifat langsung pada komponen lingkungan
sosial ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.

Perubahan Persepsi Masyarakat


Kegiatan survei dan pengadaan lahan tapak Tower dan Gardu Induk diperkirakan akan berdampak pada
munculnya persepsi masyarakat yang bisa bersifat positif atau negatif. Persepsi masyarakat tercipta pada
saat adanya kegiatan survei lokasi jaringan transmisi. Kegiatan survei ini hanya terbatas pada tahap awal
untuk kebutuhan penentuan lokasi proyek, namun kegiatan ini merupakan isu yang cukup besar terkait
dengan kepastian penggunaan lahan untuk proyek. Pada saat ini sebagian besar lokasi untuk tapak tower
SUTET adalah sawah irigasi semi teknis milik penduduk yang menjadi mata pencaharian utama penduduk.
Persepsi positif akan muncul ketika ada kejelasan informasi tentang luas lahan yang akan terkena tapak
tower SUTET, kejelasan alur jalur transmisi, dan pemberian kompensasi yang memadai. Sebaliknya persepsi
negatif bisa berkembang ketika informasi tentang tapak tower dan alur jalur transmisi tidak jelas, serta
kesepakatan kompensasi tidak sesuai harapan, yang berarti muncul ketidakseimbangan. Fasilitasi dan
penyediaan sarana prasarana baru dapat menciptakan keseimbangan baru sehingga dampak negative tidak
terjadi. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya ketidakseimbangan di ligkungan sosial cukup besar. Rona
kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori Skala 4 (Lampiran 2P). Kegiatan
survei, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi diperkirakan akan menimbulkan persepsi positif yang
meningkatkan kualitas lingkungan menjadi Skala 5 (Lampiran 2P). Dengan demikian besaran dampak
terhadap perubahan persepsi masyarakat pada tahap pra konstruksi adalah tergolong Kecil dengan nilai
perubahan dampaknya Positif Satu (+1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.100 berikut
ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan pengadaan lahan tapak tower dan gardu induk terhadap
perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 4.1.1.3.

Tabel 3.100 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Pengadaan Lahan Tapak Tower dan Gardu Induk
terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
NO. SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak negatif
akan terkena dampak rencana relatif kecil untuk gardu induk sekitar 5.694 orang
usaha dan/ atau kegiatan atau (13,9% dari total jumlah penduduk di wilayah
studi) dan cukup besar untuk jalur transmisi 15.333
orang (37,3% dari total jumlah penduduk di wilayah
studi)
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak meliputi desa Simbangjati dan Beji (gardu
dampak induk) dan Karanggeneng, Ponowareng, Tulis,
Wonokerso, Kenconorejo dan Wringingintung (53,8%
dari seluruh desa yang diteliti)
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup karena kepastian lokasi
gardu induk dan lokasi tower, yang umumnya
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
merupakan sawah irigasi teknis akan
disosialisasikan.
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak hanya akan berlangsung pada tahap
prakonstruksi
4. Banyaknya komponen P Tidak menimbulkan dampak sekunder pada
lingkungan hidup lain yang komponen lain
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak bisa bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan tertentu
dampak
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan pengadaan lahan tapak Tower dan Gardu Induk
terhadap persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi peningkatan dampak, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk
mewujudkan terciptanya keseimbangan baru berupa persepsi positif masyarakat, maka diperlukan fasilitasi
dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga persepsi positif terhadap rencana kegiatan tetap terjaga.

Mekanisme aliran dampak kegiatan pengadaan lahan tapak tower dan Gardu Induk akan menimbulkan
dampak penting negatif berupa perubahan persepsi masyarakat yang bersifat langsung pada komponen
lingkungan sosial ekonomi dan budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial
lainnya .

b. Kompensasi Right of Way (ROW)


Perubahan Persepsi Masyarakat
Kegiatan pemberian kompensasi ROW diperkirakan akan berdampak pada munculnya persepsi masyarakat
yang bisa bersifat positif atau negatif. Persepsi masyarakat tercipta pada saat pemberian kompensasi
dilakukan dengan harga yang memadai melalui musyawarah. Persepsi positif akan muncul ketika ada
pemberian kompensasi yang memadai. Dampak persepsi yang bersifat positif berarti ada
ketidakseimbangan, namun kondisi lingkungan sosial cukup kondusif untuk pelaksanaan rencana
pembangunan jalur transmisi. Rona lingkungan awal untuk persepsi masyarakat adalah Baik atau Skala 4
(Lampiran 2P). Kegiatan kompensasi yang memenuhi harapan warga akan memberi nilai lingkungan menjadi
Skala 5. Dengan demikian besaran dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat pada tahap
kompensasi ROW ini adalah tergolong Kecil (Lampiran 2P), dengan nilai perubahan dampaknya Positif
Satu (+1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.101. Analisis rinci penentuan dampak
kegiatan kompensasi ROW terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin
4.1.2.1.

Tabel 3.101 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Kompensasi ROW


terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk TP Jumlah penduduk yang terkena dampak negatif relatif
yang akan terkena dampak kecil, yakni pemilik lahan sekitar lokasi tower (11 tower)
rencana usaha dan/ atau
kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak meliputi desa Simbangjati dan Beji (gardu
dampak induk) dan Karanggeneng, Ponowareng, Tulis,
Wonokerso, Kenconorejo (61,5% dari total desa di
wilayah studi)
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak cukup tinggi, karena kompensasi
dilakukan dengan melalui musyawarah.
Lamanya dampak TP Dampak hanya akan berlangsung pada tahap
berlangsung prakonstruksi
4. Banyaknya komponen P Dapat minimbulkan dampak ikutan berupa persepsi
lingkungan hidup lain yang pada tahap lanjutan atau tahap konstruksi
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak bisa bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampak negatif dapat dipulihkan dengan perlakuan
dampak tertentu dan dampak positif dapat ditingkatkan dengan
program tertentu
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan kegiatan kompensasi ROW terhadap
munculnya persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan skala kualitas
lingkungan terjadi peningkatan dampak, sehingga dampak tergolong Positif Penting (PP). Untuk
mewujudkan terciptanya keseimbangan baru berupa persepsi positif masyarakat, maka diperlukan fasilitasi
dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga persepsi positif terhadap rencana kegiatan tetap terjaga.

Mekanisme aliran dampak kegiatan kompensasi ROW akan menimbulkan dampak penting negatif berupa
perubahan persepsi masyarakat yang bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial ekonomi dan
budaya yang selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.
3.4.2 Tahap Konstruksi
a. Penerimaan Tenaga Kerja
Peningkatan Kesempatan Kerja
Kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi jaringan transmisi akan melibatkan 53 tenaga kerja konstruksi.
Dari seluruh tenaga kerja konstruksi peluang kerja yang bisa diambil oleh warga hanyalah sebagai pekerja
kasar yang membutuhkan sekitar 17 tenaga kerja lokal. Meskipun rona awal kesempatan kerja masuk dalam
kategori Skala 3 (Lampiran 2 P), peluang kerja yang muncul pada tahap konstruksi jaringan transmisi dan
gardu induk relatif kecil dan tidak cukup signifikan; tidak terjadi perubahan yang berarti, sehingga tidak akan
mengubah skala kualitas lingkungan yaitu tetap pada Skala 3. Dengan demikian besaran dampak terhadap
peningkatan kesempatan kerja pada tahap konstruksi adalah tergolong Tidak Ada Dampak dengan nilai
perubahan dampaknya Tidak Ada Perubahan (0). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.102
berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi jaringan transmisi
dan gardu induk terhadap peningkatan kesempatan kerja dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 4.2.1.1.

Tabel 3.102 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi Jaringan
Transmisi dan Gardu Induk terhadap Peningkatan Kesempatan Kerja
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang TP Jumlah penduduk yang terkena dampak 4.731 orang
akan terkena dampak rencana yang belum memiliki pekerjaan tetap di jalur transmisi
usaha dan/ atau kegiatan dan lokasi gardu induk
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak meliputi desa Simbangjati dan Beji (gardu
induk) dan Karanggeneng, Ponowareng, Tulis,
Wonokerso, Kenconorejo
3. Intensitas dampak TP Intensitas dampak sedang karena kesempatan kerja
yang muncul sangat kecil dibanding penduduk yang
membutuhkan kerja
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak hanya akan berlangsung pada tahap
konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan P Dapat menimbulkan dampak ikutan pada persepsi
hidup lain yang terkena dampak masyarakat
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampak tidak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan tertentu
dampak
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan teknologi
Sifat Penting Dampak TP Tidak Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi jaringan
transmisi SUTET 500 kV dan Gardu Induk terhadap peningkatan kesempatan kerja masuk kategori dampak
tidak penting. Namun dari uraian perubahan skala kualitas lingkungan tidak terjadi perubahan skala kualitas
lingkungan, sehingga dampak tergolong Tidak Penting (TP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi akan menimbulkan dampak penting
negatif berupa perubahan persepsi masyarakat yang bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial
ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.

Perubahan Persepsi Masyarakat


Persepsi masyarakat yang muncul dapat bersifat positif atau negatif. Persepsi negatif muncul ketika
kesempatan kerja yang tersedia tidak bisa dimanfaatkan oleh warga lokal. Ketidakseimbangan yang muncul
ini dapat dikelola melalui fasilitasi tertentu sehingga persepsi negative dapat dihilangkan.Persepsi positif akan
muncul ketika kesempatan kerja dapat dimanfaatkan oleh penduduk lokal. Rona awal kualitas lingkungan
pada aspek persepsi masyarakat masuk dalam kategori baik atau Skala 4. Kegiatan kosntruksi jaringan
transmisi dan Gardu Induk diperkirakan dapat meningkatkan kualitas lingkungan menjadi Skala 5 . Dengan
demikian besaran dampak terhadap perubahan persepsi masyarakat pada tahap konstruksi adalah tergolong
Kecil (lampiran 2 P), dengan nilai perubahan dampaknya Positif satu (-1). Penentuan sifat penting dampak
tertera pada Tabel 3.103 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja
konstruksi jaringan transmisi dan gardu induk terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada
Lampiran 3D poin 4.2.1.2.

Tabel 3.103 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi Jaringan
Transmisi dan Gardu Induk terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan P Jumlah penduduk yang terkena dampak 4.731 orang
terkena dampak rencana usaha dan/ yang belum memiliki pekerjaan tetap di jalur transmisi
atau kegiatan dan lokasi gardu induk
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak meliputi desa Simbangjati dan Beji (gardu
induk) dan Karanggeneng, Ponowareng, Tulis,
Wonokerso, Kenconorejo
3. Intensitas dampak P Intensitas cukup karena kesempatan kerja yang
tersediadapat dimanfaatkan oleh penduduk lokal.
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak hanya akan berlangsung selama tahap
konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
hidup lain yang terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat
dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan dan teknologi
teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi Jaringan
Transmisi dan Gardu Induk terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari
uraian perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan skala kualitas lingkungan, sehingga dampak
tergolong Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan baru berupa persepsi positif
masyarakat, maka diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga persepsi positif
terhadap rencana kegiatan tetap terjaga.

Mekanisme aliran dampak kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi akan menimbulkan dampak penting
negatif berupa perubahan persepsi masyarakat yang bersifat langsung pada komponen lingkungan sosial
ekonomi dan budaya dan selanjutnya dapat menimbulkan dampak pada lingkungan sosial lainnya.

b. Mobilisasi Alat dan Material


Penurunan Kualitas Udara
Penurunan kualitas udara pada tahap pembangunan SUTET 500 kV dan Gardu Induk bersumber dari
pengoperasian kendaraan pengangkut alat-alat berat dan material. Pengangkutan peralatan dan material
yang digunakan untuk pembangunan SUTET 500 kV dan Gardu Induk dilakukan dengan menggunakan truk
sampai posisi terdekat dan kemudian dibawa dengan tenaga manusia ke lokasi pembangunan.

Metode prakiraan dampak penting untuk penurunan kualitas udara (Debu, NO2, dan SO2) menggunakan
rumus Gaussian (line source) sebagai berikut :

2 1
( , ) = 1 exp ( )2
(2)2 2

Dimana :
C : Konsentarsi pencemar udara pada koordinat x dan z (ug/m )
(x,z) 3
Q
L : Laju emisi per unit jarak (gr/dt.m)
z : Ketinggian penerima (receptor) di atas tanah (m)
u : Kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x (m/dt)


: Koeffisien dispersi vertikal Gaussian (m)

Pada kegiatan mobilisasi alat dan material pembangunan SUTET 500 kV dan Gardu Induk diperkirakan akan
melibatkan kendaraan pengangkut berbahan bakar solar sebanyak 3 kendaraan truk per hari. Waktu
operasional kendaraan adalah selama 8 jamdalam 1 hari, dengan jarak tempuh dari tapak PLTU menuju jalan
raya adalah sepanjang 5,4 km. Sehingga untuk konstruksi tower dalam satu hari jarak tempuh 3 kendaraan
truk dengan kecepatan sekitar 10 km/jam adalah sekitar 240 km.

Dalam prakiraan dampak diasumsikan pemakaian bahan bakar kendaraan truck adalah 0,2 liter solar setiap
jarak tempuh 1 km, kecepatan rata-rata kendaraan sekitar 10 km/jam yang beroperasi selama 8 jam sehari,
kecepatan angin rata-rata pada lokasi studi sebesar 2,63 m/dt, koefisien disperse Gaussian ()

pada

stabilitas atm B adalah sebesar 3,43 m, koefisien disperse Gaussian () pada stabilitas atm B adalah
sebesar 3,43 m dan ketinggian penerima (z) sebesar 2 m. Faktor emisi kendaraan berbahan bakar solar
berdasarkan standar WHO adalah sebesar 2,01 kg/m3 untuk parameter partikulat, 6,36 kg/m3 untuk parameter
polutan SO2, dan 7,21 kg/m3 untuk parameter polutan NO2. Perhitungan dilakukan hanya untuk kendaraan
yang dilakukan mobilisasi via darat, sedangkan alat berat yang mobilisasinya melalui laut tidak
diperhitungkan.

Berdasarkan asumsi dan data tersebut di atas maka dapat dihitung konsumsi bahan bakar dari alat-alat berat
selama pembangunan SUTET 500 kV dan Gardu Induk seperti pada Tabel 3.104 berikut ini.

Tabel 3.104 Konsumsi Bahan Bakar Alat-Alat Berat


JENIS BERAT JENIS JARAK KONSUMSI BBM
NO
KENDARAAN SOLAR (KG/L) TEMPUH (KM) (M3/HARI)
1 Truck 0,86 240 0,041
JUMLAH 0,041
Sumber : Hasil Analisa, 2013

Faktor emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara dari sumber pembakaran dapat dilihat pada
Tabel 3.105 berikut ini.

Tabel 3.105 Faktor Emisi Bahan Bakar

JENIS PENCEMAR
JENIS BAHAN
SATUAN
KENDARAAN BAKAR DEBU (TSP) NO2 SO2
(kg/m3) (kg/m3) (kg/m3)
Mesin diesel Solar m3 2,01 7,21 6,36
Sumber : WHO Offset Publication No. 62 Rapid Assessment of Sources of Air, Water and Land Pollution,
WHO Geneva, 1982.

Besarnya emisi dari peralatan berat merupakan perkalian antara faktor emisi dengan pemakaian bahan
bakar. Sehingga berdasarkan perkiraan konsumsi bahan bakar dan faktor emisi tersebut di atas, besarnya
emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi peralatan berat sebagai
berikut :
PRAKIRAAN DAMPAK 3-
PENTING 175
1. Debu (TSP) : 0,041 x 2,01 = 0,083 kg/hr atau 0,023 gr/dt
2. NO2 : 0,041 x 7,21 = 0,298 kg/hr atau 0,083 gr/dt
3. SO2 : 0,041 x 6,36 = 0,263 kg/hr atau 0,073 gr/dt

Sehingga kontribusi (C) kegiatan mobilisasi peralatan dan material tahap konstruksi terhadap parameter
kualitas udara adalah sebagai berikut :
a) Debu (TSP) = 0,00009 g/Nm3
b) NO2 = 0,00033 g/Nm3
c) SO2 = 0,00029 g/Nm3

Khusus untuk parameter debu prakiraan peningkatannya juga berasal dari resuspensi debu yang terangkat ke
udara akibat pergerakan roda truk. Penurunan kualitas udara (TSP) akibat dari kegiatan Mobilisasi Alat dan
Material rencana pembangunan PLTU dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini.

eu = 5,9 (s/12) (S/30) (W/7)0,7 (w/4)0,5 (d/365)

Dimana :
eu = jumlah debu per panjang jalan (lb/mil)
s = silt content (%)
S = kecepatan kendaraan (mil/jam)
W = berat kendaraan (ton)
w = jumlah roda kendaraan
d = jumlah hari tidak hujan dalam 1 tahun

Berdasarkan data lapangan diketahui silt content adalah sebesar 0,1%, kecepatan kendaraan sekitar 20
km/jam, berat kendaraan sekitar 20 ton, jumlah roda kendaraan 10 buah, jumlah hari tidak hujan dalam
setahun adalah 214 hari, maka diperoleh jumlah debu per panjang jalan adalah sebesar 11,12 g/m3. Bila
diasumsikan luas pengadukan/ dispersi debu adalah sebesar 100 m2 maka konsentrasi debu di lokasi
tersebut adalah sebesar 111,20 g/m3. Jika ditambahkan dengan kontribusi debu dengan memperhatikan
emisi kendaraan, maka kontribusi peningkatan debu (TSP) total menjadi 111,20009 g/m3.
Konsentrasi ambien terhadap parameter debu dan gas oleh sumber pembakaran bahan bakar solar pada
kegiatan mobilisasi dan transportasi peralatan berat sebagai berikut ini.

Tabel 3.106 Prakiraan Peningkatan Kadar Emisi


RONA AWAL RONA AKHIR
NO LOKASI SATUAN
DEBU NO2 SO2 DEBU NO2 SO2
1 U5 g/Nm3 85,81 13,83 25 197,01009 13,83 25
2 U6 g/Nm3 52,49 42,29 25 163,69009 42,29 25
3 U7 g/Nm3 116,5 13,06 25 227,70009 13,06 25
4 U8 g/Nm3 89,89 7,58 25 201,09009 7,58 25
BAKU MUTU 230 150 365 230 150 365
Sumber : Hasil Analisa, 2013
Keterangan :
Baku Mutu Kualitas Udara Ambien mengacu pada SK. GUB. JATENG No. 8 Tahun 2001
Lokasi Pengukuran :
U5 : Balai Desa Sembojo
U6 : Area pemukiman Desa Simbang Jati
U7 : Lap. Bola Desa Kenconorejo
U8 : Balai Desa Ponowareng

Rona awal dari kualitas udara di sekitar lokasi proyek masih tergolong sedang dan memiliki skala 3.
Berdasarkan Tabel 3.106 di atas menunjukkan bahwa kegiatan mobilisasi peralatan dan material
pembangunan jaringan transmisi diperkirakan akan memberikan beban pencemaran udara berupa kontribusi
Debu (TSP), SO2, dan NO2 diperkirakan masih berada di bawah baku mutu lingkungan yang ditetapkan oleh
SK. GUB. JATENG No. 8 Tahun 2001. Hasil akhir menunjukkan penurunan yang tidak terlalu signifikan untuk
parameter gas NO2 dan SO2, namun khusus untuk parameter debu nilainya significant, sehingga skala
kualitas lingkungan berubah menjadi skala 2. Dengan demikian besaran dampak terhadap kualitas udara
dengan adanya kegiatan konstruksi PLTU adalah Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-
1). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.107 berikut ini.

Tabel 3.107 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi
terhadap Penurunan Kualitas Udara
NO. SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan P Jumlah penduduk yang terkena dampak negatif
terkena dampak rencana usaha dan/ lebih besar daripada yang memperoleh manfaat.
atau kegiatan Kepadatan penduduk/km2 pada 6desa yang
dilewati yaitu 1.001 jiwa/km 2 dengan asumsi
penduduk yang tinggal dekat dengan jalan akses
kegiatan mobilisasi adalah 30 % nya atau sekitar
300 jiwa/km2. Sehingga jumlah penduduk yang
dapat terkena dampak sebanyak 65 jiwa.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Luas wilayah persebaran dampak pada jarak 20
m sebelah kiri dan 20 m sebelah dengan jarak
sejauh
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
5,4 km, atau luas wilayah persebarannya
adalah
0,216 km2. Wilayah yang terpengaruh
dampak
adalah Desa Ponowareng Ujungnegoro,
3. Intensitas dampak TP Karanggeneng,
Intensitas dampak Kenconorejo,Simbangjati,
adalah sebagai berikut Beji
:
a) Debu (TSP) = 111,00009 g/Nm3
b) NO2 = 0,00033 g/Nm3
c) SO2 = 0,00029 g/Nm3

Nilai tersebut tergolong relatif ringan untk


parameter SO2, dan NO2 dan cukup
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak berlangsung hanya satu tahapan kegiatan
yaitu saat tahap konstruksi.
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup P Terdapat komponen lain yang terkena dampak yakni
lain yang terkena dampak kesehatan masyarakat.
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak penurunan kualitas udara bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat
perkembangan ilmu pengetahuan dan ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi
dan Gardu Induk terhadap penurunan kualitas udara masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan
skala kualitas lingkungan terjadi penurunan skala kualitas lingkungan, sehingga dampak tergolong Negatif
Penting (NP).

Peningkatan Kebisingan
Mobilisasi material pembangunan SUTET 500 kV dan gardu induk menggunakan truk (HS20-44) dengan
kapasitas angkut 20 - 50 ton. Truk angkut tersebut akan mengangkut material dengan rute yang akan dilewati
dari jalur pantura adalah masuk dari Desa Beji di sebelah selatan kemudian melewati Desa Simbangjati,
Kenconorejo, Ponowareng, Karanggeneng, dan Desa Ujungnegoro menuju ke tapak lokasi power block di
sebelah utara. Kegiatan tersebut diperkirakan akan menimbulkan kebisingan.

Rona awal tingkat kebisingan di sekitar lokasi kegiatan berdasarkan hasil pengukuran lapangan menunjukkan
hasil yang masih dibawah baku mutu sehingga berdasarkan hasil pengukuran rata-rata kebisingan tercatat
sebesar 55 dBA dan dikategorikan skala 3. Perkiraan intensitas kebisingan yang akan timbul terhadap jarak
tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

2 = 1 10.2
1

Dimana :

LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r1, dB(A)


LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r2, dB(A)
r1 = Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 1
r2 = Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan 2

Pada tahap mobilisasi peralatan dan material Pembangunan SUTET 500 kV dan Gardu Induk akan
menggunakan 2 jenis truk yaitu Heavy Truck (intensitas bisingnya 80 dBA) dan Pick Up Truck (intensitas
bisingnya 78 dBA). Berdasarkan rumus tersebut di atas dan intensitas sumber bisingnya maka dapat dihitung
persebaran intensitas bising terhadap jarak tertentu, seperti yang disajikan pada Tabel 3.108 berikut ini.

Tabel 3.108 Kebisingan Puncak dan Kebisingan yang Diduga Akibat Kegiatan Pembangunan SUTET 500 kV
dan Gardu Induk Berbagai Jarak dari Sumber
KEBISINGAN JARAK DARI SUMBER (M)
MESIN/ ALAT
PUNCAK
BERAT 10 20 50 100 200 300 500
(dBA)
Heavy Trucks 80 70 67 63 60 57 55 53
Pick Up Trucks 78 68 65 61 58 55 53 51
Sumber : Hasil Analisa, 2013

Pada jarak sekitar 10 m kebisingan sekitar 68 - 70 dBA, pada jarak 300 m intensitas kebisingannya akan
menurun sampai sesuai dengan baku mutu yaitu antara 53 - 55 dBA. Oleh karena itu kebisingan yang
ditimbulkan dapat mengganggu kenyamanan penduduk yang dilewati yang berjarak maksimal 300 m tegak
lurus dari as jalan yang dilalui, sehingga rona akhir menunjukkan penurunan skala kualitas lingkungan
menjadi skala 1. Dengan demikian besaran dampak terhadap peningkatan kebisingan akibat adanya
kegiatan mobilisasi peralatan dan material pada tahap pembangunan SUTET 500 kV dan gardu induk adalah
Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Sedangkan Penentuan sifat penting dampak
tertera pada Tabel 3.109 berikut ini.
Tabel 3.109 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Pembangunan SUTET
500 kV dan Gardu Induk terhadap Peningkatan Kebisingan
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Kegiatan mobilisasi alat berat dan material pada tahap
akan terkena dampak rencana konstruksi PLTU yang menimbulkan peningkatan
usaha dan/ atau kegiatan kebisinganakan berlangsung selama kegiatan
konstruksi. Peningkatan kebisingan akan berakibat
terganggunya kenyamanan masyarakat sekitar, karena
jumlah penduduk yang menerima dampak positif
penting lebih besar atau sama dengan jumlah manusia
yang terkena dampak negatif penting.Kepadatan
penduduk/km2 pada 6 desa yang dilewati yaitu 1.001
jiwa/km2dengan asumsi penduduk yang tinggal dekat
dengan jalan akses kegiatan mobilisasi adalah 30 %
nya atau sekitar 300 jiwa/km 2. Sehingga jumlah
penduduk yang dapat terkena dampak sebanyak 65
jiwa.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Luas wilayah persebaran dampak lebih luas
dibandingkan
dengan luas rencana kegiatan mencakup wilayah Desa
Ujungnegoro, Simbangjati, Kenconorejo, Beji,
3. Intensitas dampak P Karanggeneng
Intensitas dan Ponowareng
dampak cukup tinggi yaitu antara 75 80
dBA pada sumbernya dan berangsur-angsur menurun
seiring dengan pertambahan jarak. Pada jarak 300
m,intensitasnya berkisar antara 53 55 dBA (sesuai
dengan baku tingkat kebisingan berdasarkan
KepmenLH no. 48 tahun 1996)
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak dapat berlangsung selama satu tahapan
kegiatan yaitu kegiatan mobilisasi mobilisasi alat dan
material
4. Banyaknya komponen lingkungan P Menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan
hidup lain yang terkena dampak lainnya seperti gangguan pendengaran dan
kenyamanan.
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampak tidak bersifat kumulatif karena kegiatan
mobilisasi alat berat dan material berhenti setelah
kegiatan selesai, sehingga dampak yang ditimbulkan
sifatnya menjaditidak penting.
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampaknya dapat dipulihkan (berbalik)
dampak
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak penting negatif yang ditimbulkan dapat
perkembangan ilmu pengetahuan ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi
dan Gardu Induk terhadap peningkatan kebisingan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan
skala kualitas lingkungan terjadi penurunan skala kualitas lingkungan, sehingga dampak tergolong Negatif
Penting (NP).
Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi jaringan transmisi SUTET 500 kV
dan Gardu Induk akan menimbulkan dampak penting negatif berupa peningkatan kebisingan yang bersifat
langsung pada komponen geofisik-kimia, kemudian menimbulkan rangkaian dampak lanjutan terhadap
komponen sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat.

Gangguan Kenyamanan
Kegiatan mobilitas alat dan material, pembangunan tower dan gardu induk diperkirakan akan menimbulkan
dampak berupa penurunan kenyamanan tinggal penduduk yang dilewati kendaraan proyek serta yang
berdekatan dengan lokasi tapak tower dan gardu induk. Lalu-lintas kendaraan akan menimbulkan bising dan
debu pada saat pembangunan akan mengganggu kenyamanan warga sekitar kegiatan. Terjadi
ketidakseimbangan dalam lingkungan. Rona awal kenyamanan masuk pada kriteria baik atau Skala 4
(lampiran 2P). Aktivitas proyek diperkirakan akan menurunkan kualitas kenyaman menjadi Skala 3, atau
merasa cukup nyaman tinggal dipemukiman tempat tinggalnya. sehingga besaran dampak lingkungan dari
aspek kenyamanan tergolong Kecil dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat
penting dampak tertera pada Tabel 3.110 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan mobilisasi alat
dan material jaringan transmisi terhadap tingkat kenyamanan dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 4.2.2.1.

Tabel 3.110 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi
terhadap Tingkat Kenyamanan
SIFAT
FAKTOR PENENTU DAMPAK
NO. PENTING KETERANGAN
PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan P Jumlah penduduk yang terkena dampak mencakup
terkena dampak rencana usaha dan/ 21.387 orang (sekitar 52% dari total penduduk
atau kegiatan diwilayah studi)
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Dampak meliputi desa Simbangjati dan Beji (gardu
induk) dan Karanggeneng, Ponowareng, Tulis,
Wonokerso, Kenconorejo (61,5% dari total desa di
wilayah studi)
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak dampak termasuk sedang karena
frekuensi lalu lintas kendaraan proyek tidak tinggi dan
lokasi tower berada di persawahan
Lamanya dampak berlangsung TP Dampak hanya akan berlangsung pada tahap
konstruksi
4. Banyaknya komponen lingkungan P Dapat menimbulkan dampak ikutan pada persepsi
hidup lain yang terkena dampak masyarakat
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampak tidak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya dampak TP Dampak dapat dipulihkan dengan perlakuan tertentu
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan dan teknologi
teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting
Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi
dan Gardu Induk terhadap tingkat kenyamanan masuk kategori dampak penting. Dari uraian perubahan
skala kualitas lingkungan terjadi penurunan skala kualitas lingkungan, sehingga dampak tergolong Negatif
Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan baru berupa pulihnya kenyamanan lingkungan,
maka diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga lingkungan tempat tinggal tetap
nyaman.

Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi jaringan transmisi SUTET 500 kV
dan gardu indukakan menimbulkan dampak penting negatif berupa menurunnya tingkat kenyamanan yang
bersifat tidak langsung.

Gangguan Kesehatan Masyarakat


Kegiatan konstruksi jaringan transmisi 500 kV (SUTET) dan Gardu Induk menyebabkan penurunan kualitas
udara dan peningkatan kebisingan yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Aktivitas dan volume lalu
lintas bertambah yang berakibat terjadinya pencemaran udara. Pencemaran udara yang diakibatkan lalu
lintas kendaraan menyebabkan peningkatan emisi gas buang kendaraan dan debu akibat buruknya kualitas
jalan masuk menuju areal PLTU. Selain itu mobilisasi alat berat dan material tersebut diperkirakan akan
menimbulkan dampak peningkatan kebisingan.

Rona awal dari kondisi pola penyakit pada angka kesakitan infeksi saluran pernapasan bagian atas masih
masuk dalam skala 4 artinya pola penyakit masyarakat pada urutan 2 sampai dengan 5 adalah bukan
penyakit infeksi, dengan adanya mobilitas kendaraan yang melewati jalan-jalan di desa dengan frekuensi
maksimum untuk truk angkut 230 kali per hari maka diprakirakan akan terjadi peningkatan pola penyakit
terutama infeksi saluran pernapasan sebesar 30 % sehingga skala kualitas lingkungan menjadi skala 3
dengan pola penyakit masyarakat pada urutan 1 sampai 3 merupakan infeksi dan urutan 4 sampai 5 bukan
infeksi. Dengan demikian besaran dampak terhadap kondisi kesehatan masyarakat akibat adanya kegiatan
konstruksi jaringan transmisi 500 kV (SUTET) dan Gardu Induk adalah tergolong Sedang dengan nilai
perubahan dampaknya Negatif Dua (-2). Penentuan sifat penting dampak tertera pada Tabel 3.111 berikut
ini.

Tabel 3.111 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi
terhadap Gangguan Kesehatan Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena dampak cukup
akan terkena dampak rencana banyak, yaitu hampir seluruh desa namun jumlah
usaha dan/ atau kegiatan terbesar ada di lokasi yang menjadi akses truk
angkut, yaitu di wilayah Desa Beji di sebelah
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
selatan, Desa Simbangjati, Desa Kenconorejo,
Desa Ponowareng, dan Desa Karanggeneng,
Desa Wonokerso, Desa Tullis.
2. Luas wilayah penyebaran dampak P Luas persebaran dampak lebih besar
dibandingkan dengan luas wilayah rencana
kegiatan
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan
ini cukup berat, populasi dampak terpengaruh
Lamanya dampak berlangsung P Lamanya dampak > Satu tahapan kegiatan
4. Banyaknya komponen lingkungan P Kegiatan ini akan menimbulkan dampak sekunder
hidup lain yang terkena dampak dan dampak lanjutannya terhadap kenyamanan
masyarakat dan kesehatan masyarakat
5. Sifat Kumulatif dampak TP Dampaknya tidak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dampak yang timbul merupakan dampak
dampak terbalikkan, atau dapat dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak penting negatif yang ditimbulkan tidak
perkembangan ilmu pengetahuan dapat ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia
dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi
dan Gardu Induk terhadap penurunan kesehatan masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian
perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan skala kualitas lingkungan, sehingga dampak tergolong
Negatif Penting (NP).

Perubahan Persepi Masyarakat


Persepsi masyarakat yang muncul di masayarat dapat bersifat positif atau negatif. Persepsi negatif muncul
katika penurunan kenyamanan tidak dikelola dengan baik dan munculnya kekhawatiran dampak jika jaringan
transmisi melewati pemukiman penduduk. Sedangkan persepsi positif akan muncul ketika penurunan
kenyamanan dikelola dengan baik, dan meskipun peluang kerja yang muncul hanya kecil namun tenaga kerja
lokal tetap dilibatkan dalam pekerjaan konstruksi. Rona kualitas lingkungan pada aspek persepsi masyarakat
masuk dalam kategori baik atau Skala 4 (lampiran 2P). Kegiatan konstruksi jaringan transmisi dan gardu
induk diperkirakan dapat menimbulkan persepsi negatif menjadi Skala 3, sehingga nilai besaran dampak
tergolong Sedang dengan nilai perubahan dampaknya Negatif Satu (-1). Penentuan sifat penting dampak
tertera pada Tabel 3.112 berikut ini. Analisis rinci penentuan dampak kegiatan mobilisasi alat dan material
jaringan transmisi terhadap perubahan persepsi masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 3D poin 4.2.2.2.
Tabel 3.112 Penentuan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi
terhadap Perubahan Persepsi Masyarakat
SIFAT
FAKTOR PENENTU
NO. PENTING KETERANGAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK
1. Besarnya jumlah penduduk P Jumlah penduduk yang terkena dampak mencakup
yang akan terkena dampak 21.387 orang (sekitar 52% dari total penduduk
rencana usaha dan/ atau diwilayah studi)
kegiatan
2. Luas wilayah penyebaran P Dampak meliputi desa Simbangjati dan Beji (gardu
dampak induk) dan Karanggeneng, Ponowareng, Tulis,
Wonokerso, Kenconorejo (61,5% dari total desa di
wilayah studi)
3. Intensitas dampak P Intensitas dampak dampak termasuk sedang karena
frekuensi lalu lintas kendaraan proyek tidak tinggi dan
lokasi tower berada di persawahan
Lamanya dampak TP Dampak hanya akan berlangsung pada tahap
berlangsung konstruksi
4. Banyaknya komponen TP Tidak membawa dampak ikutan pada komponen lain
lingkungan hidup lain yang
terkena dampak
5. Sifat Kumulatif dampak P Dampak bersifat kumulatif
6. Berbalik atau tak berbaliknya TP Dengan pengelolaan terprogram dampak dapat
dampak dipulihkan
7. Kriteria lain sesuai dengan - Tidak ada kriteria lain sesuai dengan perkembangan
perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan dan teknologi
Sifat Penting Dampak P Penting
Keterangan : P = Penting, TP = Tidak Penting

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, dampak kegiatan Mobilisasi Alat dan Material Jaringan Transmisi
dan Gardu Induk terhadap perubahan persepsi masyarakat masuk kategori dampak penting. Dari uraian
perubahan skala kualitas lingkungan terjadi penurunan skala kualitas lingkungan, sehingga dampak tergolong
Negatif Penting (NP). Untuk mewujudkan terciptanya keseimbangan baru berupa persepsi positif
masyarakat, maka diperlukan fasilitasi dan penyediaan sarana prasaranan baru, sehingga persepsi positif
terhadap rencana kegiatan tetap terjaga.

Mekanisme aliran dampak kegiatan mobilisasi alat dan material konstruksi jaringan transmisi SUTET 500 kV
dan gardu induk akan menimbulkan dampak penting negatif berupa perubahan persepsi masyarakat yang
bersifat tidak langsung.

RANGKUMAN BESARAN DAN SIFAT PENTING DAMPAK


Rangkuman besaran dampak dan sifat penting dampak kegiatan pembangunan Bangunan Utama (Power
Block) PLTU, Terminal Khusus (Jetty), Pengerukan (Dredging) di laut dan Pembuangan Hasil Pengerukan
(Dumping) di laut, serta Jaringan Transmisi 500 kV (SUTET) dan Gardu Induk dapat dilihat pada Tabel 3.112
sampai dengan Tabel 3.119 berikut ini.

Tabel 3.112 Prakiraan Besarnya Dampak Pembangunan Bangunan Utama (Power Block) PLTU
SKALA KUALITAS PERUBAHAN
KEGIATAN PENYEBAB LINGKUNGAN BESARAN
NO KOMPONEN LINGKUNGAN DAMPAK
DAMPAK DAMPAK
KLo KLp (KLp - KLo)
I TAHAP PRAKONSTRUKSI
Tidak ada
1. Survei Munculnya spekulan tanah 4 4 0
dampak
Pola hubungan sosial 3 2 -1 Kecil
Keresahan masyarakat 3 2 -1 kecil
Perubahan persepsi masyarakat 4 3 -1 Kecil
Tidak ada
2. Pengadaan Lahan Munculnya spekulan tanah 4 4 0
dampak
Perubahan mata pencaharian 3 2 -1 Kecil
Keresahan masyarakat 3 2 -1 Kecil
Perubahan persepsi masyarakat 4 3 -1 Kecil
II TAHAP KONSTRUKSI
1. Penerimaan tenaga kerja Peningkatan kesempatan kerja 3 5 +2 Sedang
Perubahan pola mata pencaharian 3 5 +2 Sedang
Perubahan tingkat pendapatan 3 5 +2 Sedang
Perubahan persepsi masyarakat 4 5 +1 Kecil
Gangguan Terhadap Adat Istiadat 4 3 -1 Kecil
2. Mobilisasi peralatan dan
Penurunan kualitas udara 3 2 -1 Kecil
material
Peningkatan kebisingan 3 1 -2 Sedang
Tidak ada
Gangguan lalulintas darat 5 5 0
dampak
Kerusakan Infrastruktur jalan dan
4 3 -1 Kecil
jembatan
Peningkatan peluang berusaha 3 5 +2 Sedang
Gangguan kesehatan masyarakat
4 3 -1 Kecil
(pola penyakit)
Perubahan persepsi masyarakat 4 5 +1 Kecil
Gangguan kenyamanan 4 3 -1 Kecil
Peningkatan pendapatan 3 5 +2 Sedang
3. Pematangan lahan Penurunan kualitas udara 3 1 -2 Sedang
Penurunan kualitas air permukaan 3 2 -1 Kecil
Perubahan bentang alam 3 2 -1 Kecil
Gangguan terhadap flora darat 3 1 -2 Sedang
Gangguan terhadap fauna darat 4 3 -1 Kecil
Tidak ada
Peningkatan debit larian 5 5 0
dampak
Peningkatan peluang berusaha 3 5 +2 Sedang
Peningkatan pendapatan 3 5 +2 Sedang
Perubahan persepsi masyarakat 4 5 +1 kecil
4. Pembangunan bangunan
Tidak ada
utama PLTU dan fasilitas Peningkatan getaran 5 5 0 dampak
lainnya
SKALA KUALITAS PERUBAHAN
KEGIATAN PENYEBAB LINGKUNGAN BESARAN
NO KOMPONEN LINGKUNGAN DAMPAK
DAMPAK DAMPAK
KLo KLp (KLp - KLo)
Penurunan Kualitas Air Laut 3 2 -1 Besar
Gangguan terhadap biota air laut 3 1 -2 Sedang
Peningkatan peluang berusaha 3 5 +2 Sedang
Peningkatan pendapatan 3 5 +2 Sedang
Perubahan persepsi masyarakat 4 5 +1 Kecil
5. Uji coba (Comissioning) Penurunan kualitas udara 3 2 -1 Kecil
Peningkatan kebisingan 3 2 -1 Kecil
Penurunan kualitas air laut 3 2 -1 Kecil
Gangguan terhadap biota air laut 3 1 -2 Sedang
Perubahan persepsi masyarakat 4 3 -1 Kecil
III TAHAP OPERASI
1. Penerimaan tenaga kerja Peningkatan kesempatan kerja 3 4 +1 Kecil
Perubahan pola mata pencaharian 3 4 +1 Kecil
Peningkatan Pendapatan 3 4 +1 Kecil
Keresahan masyarakat 3 2 -1 Kecil
Perubahan persepsi masyarakat 4 5 +1 Kecil
2. Penanganan Batubara Penurunan kualitas udara 3 2 -1 Kecil
Peningkatan kebauan 4 3 -1 Sedang
Penurunan kualitas air laut 3 1 -2 Sedang
Perubahan persepsi masyarakat 4 3 -1 Kecil

3. Operasional unit PLTU Penurunan kualitas udara 3 2 -1 Kecil


Peningkatan kebisingan 3 2 -1 Kecil
Tidak Ada
Paparan TENORM 5 5 0
Dampak
Penurunan kualitas air
3 2 -1 Kecil
laut/peningkatan suhu air laut
Perubahan garis pantai 3 2 -1 Kecil
Gangguan terhadap biota air laut 3 1 -2 Sedang
Gangguan kesehatan masyarakat
4 2 -2 Sedang
(pola penyakit)
Peningkatan peluang berusaha 3 4 +1 Kecil
Perubahan persepsi masyarakat 4 5 +1 Kecil
Peningkatan Ekonomi lokal dan
3 5 +2 Sedang
regional
Perubahan Tingkat pendapatan 3 4 +1 Kecil

Tabel 3.113 Prakiraan Besarnya Dampak Pembangunan Terminal Khusus/ Jetty


SKALA KUALITAS PERUBAHAN
KEGIATAN PENYEBAB BESARAN
NO KOMPONEN LINGKUNGAN LINGKUNGAN DAMPAK
DAMPAK DAMPAK
KLo KLp (KLp - KLo)
I TAHAP PRA KONSTRUKSI
Tidak ada kegiatan pada tahap ini, sehingga tidak ada dampak yang diprakirakan
II TAHAP KONSTRUKSI

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING


3 - 186
SKALA KUALITAS PERUBAHAN
KEGIATAN PENYEBAB LINGKUNGAN BESARAN
NO KOMPONEN LINGKUNGAN DAMPAK
DAMPAK DAMPAK
KLo KLp (KLp - KLo)
1. Konstruksi Jetty Penurunan kualitas air laut 3 1 -2 Sedang
Gangguan biota laut 3 1 -2 Sedang
Perubahan garis pantai 3 2 -1 Kecil
Gangguan lalulintas laut 3 2 -1 Kecil
Perubahan persepsi masyarakat 4 3 -1 Kecil
III TAHAP OPERASI
1. Operasi Jetty Penurunan kualitas air laut 3 2 -1 Kecil
Gangguan biota laut 3 2 -1 Kecil
Gangguan lalulintas laut 3 2 -1 Kecil
Perubahan persepsi masyarakat 4 3 -1 Kecil

Tabel 3.114 Prakiraan Besarnya Dampak KegiatanDredging dan Dumping


SKALA KUALITAS PERUBAHAN
KEGIATAN PENYEBAB LINGKUNGAN BESAR
NO KOMPONEN LINGKUNGAN DAMPAK
DAMPAK DAMPAK
KLo KLp (KLp - KLo)
I TAHAP PRA KONSTRUKSI
Tidak ada kegiatan pada tahap ini, sehingga tidak ada dampak yang diprakirakan
II TAHAP KONSTRUKSI
Tidak ada kegiatan pada tahap ini, sehingga tidak ada dampak yang diprakirakan
III TAHAP OPERASI
1. Pengerukan (dredging) Penurunan kualitas air laut 3 1 -2 Sedang
Gangguan biota laut 3 1 -2 Sedang
Perubahan persepsi masyarakat 4 3 -1 Kecil
2. Pembuangan material hasil
Penurunan kualitas air laut 3 1 -2 Sedang
kerukan (dumping) di laut
Gangguan biota laut 3 1 -2 Sedang
Perubahan persepsi masyarakat 4 3 -1 Kecil

Tabel 3.115 Prakiraan Besarnya Dampak Pembangunan Jaringan Transmisi 500 kV (SUTET)
dan Gardu Induk
SKALA KUALITAS PERUBAHAN
KEGIATAN PENYEBAB LINGKUNGAN BESARAN
NO KOMPONEN LINGKUNGAN DAMPAK
DAMPAK DAMPAK
KLo KLp (KLp - KLo)
I TAHAP PRA KONSTRUKSI
1. Pengadaaan lahan tapak tower Tidak ada
Munculnya spekulan tanah 4 4 0
dan gardu induk dampak
Keresahan masyarakat 3 2 -1 Kecil
Perubahan persepsi masyarakat 4 5 +1 Kecil

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING


3 - 187
SKALA KUALITAS PERUBAHAN
KEGIATAN PENYEBAB LINGKUNGAN BESARAN
NO KOMPONEN LINGKUNGAN DAMPAK
DAMPAK DAMPAK
KLo KLp (KLp - KLo)
2. Konpensasi Right of Way
Persepsi masyarakat 4 5 +1 Kecil
(ROW)
II TAHAP KONSTRUKSI
Tidak ada
1. Penerimaan tenaga kerja Peningkatan kesempatan kerja 3 3 0
dampak
Perubahan persepsi masyarakat 4 5 +1 Kecil
Tidak ada
2. Mobilisasi peralatan dan material Penurunan kualitas udara 3 3 0
dampak
Peningkatan kebisingan 3 1 -2 Sedang
Gangguan kenyamanan 4 3 -1 Kecil
Gangguan kesehatan masyarakat
4 3 -1 Kecil
(pola penyakit)
Perubahan persepsi masyarakat 4 3 -1 Kecil
III TAHAP OPERASI
Kegiatan operasional jaringan transmisi mulai dari tower pertama sampai dengan tower ke titik interkoneksi jaringan SUTET 500 kV
Jawa-Bali, tidak diprediksi dalam dokumen Amdal ini.

Tabel 3.116 Prakiraan Sifat Penting Dampak Pembangunan Bangunan Utama (Power Block) PLTU
KEGIATAN SIFAT PRAKIRAAN SIFAT PENTING DAMPAK PENTING/
KOMPONEN
NO PENYEBAB DAMPAK TIDAK
LINGKUNGAN 1 2 3 4 5 6 7
DAMPAK (+ / -) PENTING
I TAHAP PRA KONSTRUKSI
Tidak
1. Survei Munculnya spekulan tanah - TP P TP TP TP TP TP
Penting
Pola hubungan sosial - P P P P P P TP Penting
Keresahan masyarakat - P P P P P P TP Penting
Perubahan Persepsi
- P P P P TP P TP Penting
masyarakat
Tidak
2. Pengadaan Lahan Munculnya spekulan tanah - TP P TP TP TP TP TP
Penting
Perubahan mata
- P P P P P P TP Penting
pencaharian
Keresahan masyarakat - P P P P P P TP Penting
Persepsi Masyarakat - P TP P P TP P TP Penting
II TAHAP KONSTRUKSI
1. Penerimaan Peningkatan kesempatan
+ P P P TP P P P Penting
tenaga kerja kerja
Perubahan pola mata
- P P P P P P TP Penting
pencaharian
Perubahan tingkat
- P P P P P P P Penting
pendapatan
Perubahan persepsi
+ P P P P TP P TP Penting
masyarakat
Gangguan terhadap adat
- P P P P P P TP Penting
istiadat
2. Mobilisasi peralatan
Penurunan kualitas udara - P P P P P P TP TP Penting
dan material

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING


3 - 188
KEGIATAN SIFAT PRAKIRAAN SIFAT PENTING DAMPAK PENTING/
KOMPONEN
NO PENYEBAB DAMPAK TIDAK
LINGKUNGAN 1 2 3 4 5 6 7
DAMPAK (+ / -) PENTING
Peningkatan kebisingan - P P P TP P TP TP P Penting
Gangguan lalulintas darat - P P TP TP TP TP TP TP Penting
Infrastruktur jalan dan
- P P P TP P TP TP TP Penting
jembatan
Peningkatan peluang
+ P P P TP P P P Penting
berusaha
Gangguan kesehatan
- P P P P P TP TP TP Penting
masyarakat
Perubahan persepsi
+ P P P P TP P TP Penting
masyarakat
Gangguan kenyamanan - P P P P P P TP Penting
T
Peningkatan Pendapatan + P P P P P P Penting
P
3. Pematangan lahan Penurunan kualitas udara - P P P P P P TP TP Penting
Penurunan kualitas air Tidak
- TP TP TP TP P TP TP TP
permukaan Penting
Perubahan bentang alam - TP P P TP P P P TP Penting
Gangguan flora darat - P TP P P P TP TP TP Penting
Gangguan terhadap fauna
- P TP P P P TP TP TP Penting
darat
Tidak
Peningkatan debit larian - TP TP TP TP TP TP TP TP
Penting
Peningkatan peluang
+ P P P TP P P P Penting
berusaha
Peningkatan Pendapatan + P P P TP P P P Penting
Perubahan persepsi
+ P P P P TP P TP Penting
masyarakat
4. Pembangunan
bangunan utama Tidak
Peningkatan getaran - TP TP P TP P TP TP TP
PLTU dan fasilitas Penting
lainnya
Penurunan kualitas air laut - TP TP P TP P TP TP P Penting
Gangguan terhadap biota
- P TP TP TP P TP P TP Penting
air laut
Peningkatan peluang
+ P P P TP P P P Penting
berusaha
Peningkatan Pendapatan + P P P TP P P P Penting
Perubahan persepsi
- TP TP P P TP P TP Penting
masyarakat
5. Uji coba
Penurunan kualitas udara - P P P P P P TP TP Penting
(Comissioning)
Tidak
Peningkatan kebisingan - TP TP TP TP TP TP TP P
penting
Penurunan kualitas air laut - P TP P TP P TP P P Penting
Gangguan terhadap biota
- P P P P P P P TP Penting
air laut
Perubahan persepsi
- P P P P TP P TP Penting
masyarakat
III TAHAP OPERASI
1. Penerimaan tenaga Peningkatan kesempatan
+ TP P TP P P TP TP Penting
kerja kerja
Perubahan pola mata
- P P P P P P TP Penting
pencaharian

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING


3 - 189
KEGIATAN SIFAT PRAKIRAAN SIFAT PENTING DAMPAK PENTING/
KOMPONEN
NO PENYEBAB DAMPAK TIDAK
LINGKUNGAN 1 2 3 4 5 6 7
DAMPAK (+ / -) PENTING
Perubahan tingkat
+ P P P P P P TP Penting
pendapatan
Keresahan masyarakat - P P P P P P TP Penting
Perubahan persepsi
+ P P P P TP P TP Penting
masyarakat
2. Penanganan
Penurunan kualitas udara - TP P P P P P TP TP Penting
Batubara
Peningkatan kebauan - P P P P P TP TP TP Penting
Penurunan kualitas air laut - TP P P TP P TP TP TP Penting
Perubahan persepsi
- P P P P TP P TP Penting
masyarakat

3. Operasional unit
Penurunan kualitas udara - P P P P P P TP TP Penting
PLTU
Tidak
Peningkatan kebisingan - TP TP TP TP TP TP TP
Penting
Peningkatan paparan Tidak
- TP TP TP P TP TP TP TP
TENORM Penting
Penurunan kualitas air laut - P TP TP TP P P TP P Penting
Perubahan garis pantai - P TP P TP P TP TP TP Penting
Gangguan terhadap biota
- P TP TP TP P P P TP Penting
air laut
Gangguan kesehatan
- P P P P P P P P Penting
masyarakat
Peningkatan peluang T
+ P P P P P P Penting
berusaha P
Perubahan persepsi
- P P P P TP P TP Penting
masyarakat
Peningkatan Pendapatan - P P P P P P TP Penting
Peningkatan Ekonomi
P P P P P P TP Penting
Lokal dan Regional

Tabel 3.117 Prakiraan Sifat Penting Dampak Pembangunan Terminal Khusus/ Jetty
SIFAT PRAKIRAAN DAMPAK PENTING PENTING
KEGIATAN PENYEBAB KOMPONEN
NO DAMPAK / TIDAK
DAMPAK LINGKUNGAN 1 2 3 4 5 6 7
(+ / -) PENTING
I TAHAP PRA KONSTRUKSI
Tidak ada kegiatan pada tahap ini, sehingga tidak ada dampak yang diprakirakan
II TAHAP KONSTRUKSI
Penurunan
1. Konstruksi Jetty - TP TP P P P TP P P Penting
kualitas air laut
Gangguan biota
- P TP P P P TP P TP Penting
laut
Perubahan Garis
- P TP P TP P TP TP TP Penting
Pantai
Gangguan
- P P P P P P TP Penting
lalulintas laut
Perubahan
- P TP P P TP TP TP Penting
persepsi

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING


3 - 190
SIFAT PRAKIRAAN DAMPAK PENTING PENTING
KEGIATAN PENYEBAB KOMPONEN
NO DAMPAK / TIDAK
DAMPAK LINGKUNGAN 1 2 3 4 5 6 7
(+ / -) PENTING
masyarakat
III TAHAP OPERASI
Penurunan Tidak
1. Operasi Jetty - TP TP TP P P TP TP TP
kualitas air laut penting
Gangguan biota
- P TP P P P P P TP Penting
laut
Gangguan
- P P P P P P TP Penting
lalulintas laut
Perubahan
persepsi - P TP P P TP TP TP Penting
masyarakat

Tabel 3.118 Prakiraan Sifat Penting Dampak Kegiatan Dredging dan Dumping
SIFAT PRAKIRAAN DAMPAK PENTING PENTING
KEGIATAN PENYEBAB KOMPONEN
NO DAMPAK / TIDAK
DAMPAK LINGKUNGAN 1 2 3 4 5 6 7
(+ / -) PENTING
I TAHAP PRA KONSTRUKSI
Tidak ada kegiatan pada tahap ini, sehingga tidak ada dampak yang diprakirakan
II TAHAP KONSTRUKSI
Penurunan
1. Pengerukan (dredging) - TP P P TP P TP TP P Penting
kualitas air laut
Gangguan biota
- P TP P P P P TP TP Penting
laut
Perubahan
persepsi - P TP P P TP P TP Penting
masyarakat
2. Pembuangan material
hasil kerukan (dumping) Penurunan - P TP P P P TP TP P Penting
kualitas air laut
di laut
Gangguan biota
- P TP P P P P TP P Penting
laut
Perubahan
persepsi - P TP P P TP P TP Penting
masyarakat
III TAHAP OPERASI
Tidak ada kegiatan pada tahap ini, sehingga tidak ada dampak yang diprakirakan

Tabel 3.119 Prakiraan Sifat Penting Dampak Pembangunan Jaringan Transmisi 500 kV (SUTET)
dan Gardu Induk
SIFAT PRAKIRAAN DAMPAK PENTING PENTING
KEGIATAN PENYEBAB KOMPONEN
NO DAMPAK / TIDAK
DAMPAK LINGKUNGAN (+ / -) 1 2 3 4 5 6 7 PENTING
I TAHAP PRA-KONSTRUKSI
1. Pengadaaan lahan Munculnya Tidak
- TP P TP TP TP TP TP
tapak tower dan gardu spekulan tanah penting

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING


3 - 191
SIFAT PRAKIRAAN DAMPAK PENTING PENTING
KEGIATAN PENYEBAB KOMPONEN
NO DAMPAK / TIDAK
DAMPAK LINGKUNGAN 1 2 3 4 5 6 7
(+ / -) PENTING
induk
Keresahan
- TP P P TP P P TP Penting
masyarakat
Perubahan
persepsi - P P P TP P P TP Penting
masyarakat
2. Konpensasi Right of Persepsi
- P P P TP P P TP Penting
Way (ROW) masyarakat
II TAHAP KONSTRUKSI
Peningkatan Tidak
1. Penerimaan tenaga kerja + TP P TP TP P TP TP
kesempatan kerja penting
Perubahan
persepsi - P P P TP TP P TP Penting
masyarakat
2. Mobilisasi peralatan dan Penurunan
- P P P P P P P TP Penting
material kualitas udara
Peningkatan
- P TP TP TP P TP TP P Penting
kebisingan
Gangguan
- P P P TP P TP TP Penting
kenyamanan
Gangguan
kesehatan - P P P P P TP TP TP Penting
masyarakat
Perubahan
persepsi - P P P TP TP P TP Penting
masyarakat
III TAHAP OPERASI
Kegiatan operasional jaringan transmisi mulai dari tower pertama sampai dengan tower ke titik interkoneksi jaringan
SUTET 500 kV Jawa-Bali, tidak diprediksi dalam dokumen Amdal ini.

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING


3 - 192

Anda mungkin juga menyukai