Anda di halaman 1dari 19

Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kota Pontianak Tahun 2016

BAB IV
INOVASI DAERAH DALAM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Sebagai sebuah kota yang sedang berkembang dengan pesat, permasalahan


lingkungan tak pelak merupakan problem yang sekarang ini mulai muncul.
Pembangunan kota Pontianak harus menempatkan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sebagai kriteria utama dalam setiap tahapan pembangunan mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Pembangunan yang
berwawasan lingkungan meliputi aspek pengendalian pencemaran lingkungan (air,
udara, tanah), serta perlindungan kawasan lindung dan konservasi. Hal ini untuk
memastikan bahwa di masa depan lingkungan tetap dapat dinikmati generasi penerus
dengan kualitas yang baik. Dalam mewujudkan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup ini, diperlukan penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas
sumber daya manusia, dan pengembangan tata laksana dengan mengedepankan aspek
monitoring dan evaluasi serta penegakan hukum dengan memanfaatkan teknologi
informasi yang handal. Untuk itu, diperlukan sinergitas antara pemerintah, dunia
usaha, masyarakat serta komunitas pemerhati lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya terpadu dalam pemanfaatan,
penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan
komponen-komponen lingkungan hidup. Berdasarkan amanat Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
penggunaan sumber daya alam haruslah selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi
lingkungan hidup. Pontianak sebagai Ibukota Propinsi Kalimantan Barat memiliki
pertumbuhan kawasan terbangun yang cukup tinggi dalam rangka pengembangan
kota.

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 1


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

Pertumbuhan ini secara alamiah menuntut tingkat pemenuhan kebutuhan sumber


daya bagi masyarakatnya. Untuk itu antara pelestarian sumber daya dengan
pembangunan berkelanjutan diperlukan suatu agenda pengelolaan lingkungan yang
disusun melalui proses evaluasi dan penyempurnaan program-program kerja yang
telah dilaksanakan, serta pengkajian dan pengembangan program-program kerja baru.

A. Inisiatif Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup


1. Inisiatif Lembaga Daerah
a. Rehabilitasi Lingkungan
Penurunan kualitas lingkungan hidup terjadi akibat adanya berbagai tekanan
terhadap lingkungan baik dari alam maupun akibat kegiatan manusia. Penurunan
kualitas lingkungan hidup akan mengakibatkan terganggunya fungsi lingkungan
apabila tidak dilakukan upaya pemulihan. Pemulihan fungsi lingkungan hidup
diantaranya dapat dilakukan dengan cara melakukan rehabilitasi lingkungan.
Beberapa realisasi kegiatan fisik rehabilitasi lingkungan yang dilakukan
Pemerintah Kota Pontianak dilakukan dalam bentuk kegiatan penghijauan.
Penghijauan merupakan salah satu usaha untuk mengembalikan fungsi lahan hijau
yang telah berubah fungsinya seiring berkembanganya pembangunan kota.
Penghijauan kota juga merupakan aksi nyata dalam rangka mitigasi perubahan
iklim sehingga dapat mengurangi dan memperkecil dampak apabila terjadi
bencana. Peningkatan penghijauan kota Pontianak dilakukan tidak hanya pada
areal-areal publik saja, tetapi terus merambah sampai ke areal privat termasuk
di daerah industri, perumahan dan permukiman, komersial, sekolah dan areal
pemerintahan. Pada areal publik, penghijauan dilakukan sepanjang jalan-jalan
protokol dan jalan lingkungan yang masih memungkinkan ditanami pepohonan.

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 2


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

Sumber: Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kota

Gambar 4.1 Luas Area Realisasi Penghijauan

Pada tahun 2016, kota Pontianak telah melakukan penanaman dengan luas area
tertanam yaitu 4 Ha dengan pohon sebanyak 2.000 pohon yang dilakukan oleh
Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak. Peningkatan
penghijauan juga merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh Badan
Lingkungan Hidup Kota Pontianak melalui kegiatan Sedekah Pohon. Sedekah
Pohon adalah kegiatan yang melibatkan masyarakat, khususnya para pelaku usaha
dalam kegiatan penghijauan dimana para pelaku usaha tersebut menyumbangkan
bibit pohon pada saat pengurusan ijin lingkungan. Bibit pohon tersebut
selanjutnya ditanam dan diserahkan kepada masyarakat dan sekolah-sekolah.
Sedekah pohon merupakan salah satu dari lima innovasi Badan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak.

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 3


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

Gambar 4.2 Kegiatan Penanaman Pohon

Disamping penghijauan, taman-taman kota terus dikembangkan agar menjadi


taman yang ramah dan mudah diakses oleh masyarakat Kota Pontianak.
Pembangunan dan revitalisasi taman-taman kota diarahkan dengan memberikan
tema-tema tertentu sesuai dengan karakteristik daerah tempat taman berada.
Kawasan di sekitar bundaran Tugu Digulis terus ditata termasuk halaman di
sekeliling taman Digulis untuk mewujudkan publik space bagi warga kota
Pontianak. Penataan taman Digulis dilengkapi dengan lapangan tenis, area
atraksi sepeda BMX, perpustakaan, taman bermain anak serta penambahan
jembatan sebagai perlintasan jogging track. Selain peningkatan fasilitas,
penghijauan taman digulis terus dilakukan dengan ditanami pohon-pohon asli
Kalimantan Barat seperti tengkawang, belian, peliak dan lain sebagainya.

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 4


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

Gambar 4.3 Area Bermain dan Jogging Track Taman Digulis Kota Pontianak

Kota Pontianak terus berbenah menata kotanya agar lebih rapi dan indah
sehingga menimbulkan rasa nyaman bagi warga yang tinggal di dalamnya.
Beberapa pembangunan di bidang fisik terus dilakukan oleh pemerintah kota
Pontianak dalam rangka peningkatan penyediaan sarana dan prasarana kota.
Pembangunan dilakukan mulai dari pembangunan baru maupun merenovasi yang
sudah ada sebelumnya. Salah satunya ialah penataan pinggiran sungai Kapuas
dalam mewujudkan tepian sungai Kapuas menjadi Waterfront City yang juga
menjadi program pemerintah pusat. Kota Pontianak masuk dalam lima kota
prioritas pembangunan dan penataan pemukiman disepanjang pinggiran sungai
dalam program Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sesuai
dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 5


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

Dua kelurahan di Kecamatan Pontianak Timur, yakni Kelurahan Tambelan


Sampit dan Banjar Serasan menjadi fokus pemerintah pusat dalam penataan
kawasan pinggiran Sungai Kapuas. Sebagaimana diketahui, Kota Pontianak sebagai
salah satu kota yang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
2015-2019.

Sumber: @mrademirza

Gambar 4.4 Kawasan Pinggiran Sungai Kapuas

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 6


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

Pembangunan fisik lain yang dilakukan Pemerintah Kota Pontianak ialah


peningkatan pembangunan jalan. Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional
mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung ekonomi, sosial budaya,
lingkungan, serta politik. Jaringan jalan sebagai salah satu prasarana infrastruktur
merupakan komponen penting untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Menurut
hasil analisa, pada tahun 2014 ruas jalan yang berada di Kota Pontianak terdapat
322 ruas jalan yang terdiri dari jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal. Dari
masing-masing ruas jalan tersebut memiliki lebar dan panjang yang berbeda-beda.
Pada tahun 2016, pemerintah Kota Pontianak melakukan pembangunan di
beberapa ruas jalan. Salah satunya ialah melanjutkan pembangunan jalan parallel
Sungai Jawi. Pembangunan jalan paralel sebagai pendukung objek wisata baru di
kawasan Sungai Jawi, Kecamatan Pontianak Barat yang diproyeksikan tuntas 2018.
Sebagaimana yang telah di programkan Pemerintah Kota Pontianak, Sungai Jawi
akan dijadikan objek wisata baru berupa wisata air dan kuliner tradisional. Guna
menghubungkan antara jalan parallel dengan jalan utama maka dilakukan
pembangunan jembatan beton tanpa tiang. Akan terdapat 11 jembatan yang
membentang di Sungai Jawi menggantikan 104 jembatan yang ada saat ini. Pada
tahun 2015 ini Pemerintah Kota Pontianak telah membongkar 9 jembatan.
Selain jalan, pemerintah Kota Pontianak juga melakukan peningkatan fisik pada
saluran drainase. Seluruh wilayah yang termasuk di dalam wilayah Kota Pontianak
telah dilayani oleh saluran drainase yang melayani 6 Kecamatan dan 29 Kelurahan.
Saluran drainase tersebut baik berupa saluran drainase Primer, Sekunder maupun
drinase Lingkungan. Total saluran drainase primer yang ada di kota Pontianak
adalah 131,87 Km yang melewati 6 kecamatan yang ada. Dari total tersebut 70,59%
diantaranya merupakan saluran tanpa perkerasan (saluran tanah), 1,86% saluran
dengan pasangan batu, 3,14% saluran dengan turap beton bertulang dan 24,39%
saluran dengan turap kayu. Dikarenakan masih banyaknya saluran drainase tanpa
pengerasan, maka pemerintah Kota Pontianak meningkatkan pembangunan turap
beton dibeberapa saluran drainase yang ada di Kota Pontianak, seperti saluran
drainase di jalan Parit H. Husin II, jalan Sepakat 2 dan jalan lingkungan masyarakat.

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 7


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

b. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)


Setiap kegiatan diperkirakan akan menimbulkan dampak pada lingkungan hidup
baik pada komponen fisik-kimia, biologi, social ekonomi-budaya maupun
kesehatan masyarakat. Tindakan preventif dalam rangka mengurangi resiko
dampak terhadap lingkungan, maka perlu dilakukan suatu kajian/ analisa mengenai
dampak dasar dan penting dari suatu kegiatan dan/ atau usaha yang bertujuan
untuk menganalisa, mengukur serta mengidentifikasi dampak terhadap perubahan
lingkungan yang mendasar. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 pasal 22 yang menyatakan bahwa Setiap usaha dan/atau kegiatan
yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Peraturan selanjutnya yang mengatur AMDAL adalan Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan
yang Wajib Memiliki Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Pemerintah
Kota Pontianak juga melakukan antisipasi dalam rangka mengendalikan akibat
yang akan ditimbulkan dalam pengelolaan lingkungan dengan diterbitkannya
Peraturan Walikota Nomor 326 Tahun 2012 tentang Jenis Usaha yang Wajib
Dilengkapai dengan UKL/UPL.
Dokumen Izin Lingkungan memberikan konsekuensi adanya pedoman untuk
senantiasa melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup oleh
setiap usaha dan/atau kegiatan. Dari berbagai kegiatan usaha di Kota Pontianak
yang mengajukan izin lingkungan, pada tahun 2016 terdapat 50 dokumen
UKL/UPL yang diterbitkan. Kegiatan pengawasan terhadap pelaksanaan
AMDAL, UKL-UPL, dan SPPL dilakukan untuk mengetahui ketaatan pemilik
kegiatan/usaha dalam melaksanaan upaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan sesuai ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam dokumen-dokumen
lingkungan tersebut. Hasil pengawasan pada tahun 2016 dilakukan pengawasan
terhadap 195 kegiatan/usaha yang memiliki ijin. Berdasarkan hasil pengawasan
masih terdapat beberapa yang belum memaksimalkan fungsi Instalasi

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 8


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

Pengolahan Air Limbah (IPAL) sehingga limbah yang dibuang ke lingkungan


masih belum memenuhi baku mutu.

c. Penegakan Hukum
Penegakan hukum sebagai upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
merupakan bentuk perlindungan kepada masyarakat dari pencemaran dan
kerusakan lingkungan akibat kegiatan dan/ atau usaha. Penegakan hukum dapat
berupa pengawasan dan penerapan (atau dengan ancaman) penggunaan instrumen
admnistratif, kepidanaan, atau keperdataan untuk mencapai penaatan ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku umum dan individu.
Pembangunan ataupun pelaksanaan proses kerja dari tempat usaha ataupun industri
seringkali banyak menimbulkan permasalahan dikemudian hari. Hal ini terjadi
karena kurang pekanya pengelola kegiatan tentang arti pentingnya penerapan
kegiatan yang ramah lingkungan sesuai dengan aturan yang harus dilakukan dalam
melakukan proses kegiatan usaha. Pemerintah Kota Pontianak melalui Badan
Lingkungan Hidup Kota Pontianak telah melakukan kegiatan penertiban dan
penindakan bagi kegiatan usaha yang melanggar ketentuan pengelolaan
lingkungan hidup yang bekerjasama dengan Satuan Polisi Pamong Praja
berdasarkan Surat Keputusan Walikota Pontianak Nomor 14/BLH/2016. Pada
tahun 2016 telah dilakukan penindakan dan penertiban terhadap 68 kegiatan usaha.
Hasil penindakan dan penertiban tersebut terdapat 45 kegiatan yang telah
dilengkapi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan 21 kegiatan yang dilakukan
tipiring (tindak pidana ringan), yaitu:
1. Resto & Bakery Delicious Bites, Jl. Merdeka No. 88

2. Rumah Makan Gayatri, Jl. Parit H. Husin II

3. Industri Tahu An. Atie, Jl. 28 Oktober

4. Industri Tahu An. Calista, Jl. 28 Oktober

5. Rumah Makan Batang Anai, Jl. HRA Rahman

6. Happy Hour Chat & Chile, Jl. Patimura

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 9


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

7. Rumah Makan Simpang Ampek, Jl. Patimura

8. Warung Nasi Etek, Jl. Putri Dara Nante

9. JLY Desert, Jl. Putri Dara Nante

10. Rumah Makan Bakmie Raos, Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo

11. JLY Desert, Jl. Jend. Urip

12. Rumah Makan Soto Solo Berseri, Jl. Uray Bawadi

13. Rumah Makan Hidangan Minang, Jl. Panglima Aim

14. Rumah Makan Imelda, Jl. 28 Oktober

15. Sydney Fried Chicken, Jl. Dr. Setia Budi No. 60

16. Rudy Ayam Panas 88, Jl. Gusti Hamzah

17. Ayam Bakar Taliwang, Jl. Husin Hamzah

18. Caf Uncle Sam, Jl. Purnama

19. Bakmi Kepiting Ju Hui, Jl. Budi Karya

20. Rumah Makan Sepakat, Jl. Adi Sucipto

21. Caf dan Resto Gayatri, Jl. Parit H. Husin

Dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup setiap orang


mempunyai hak dan peran untuk melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup. Pengaduan masalah lingkungan dapat
disampaikan secara lisan maupun tulisan dari setiap pengadu kepada instansi yang
bertanggung jawab, mengenai dugaan terjadinya pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan/atau pasca pelaksanaan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, salah satu tugas dan wewenang
pemerintah dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah
mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengelolaan pengaduan

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 10


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

masyarakat. Untuk itu, BLH Kota Pontianak membentuk Pos Pengaduan guna
menampung pengaduan masyarakat mengenai masalah lingkungan. Pengaduan
masalah lingkungan adalah jenis pengaduan yang meliputi pencemaran atau
kerusakan lingkungan diarahkan ke BLH Bidang Pengawasan dan Penaatan
Hukum Lingkungan. Selama tahun 2016, Pos Pengaduan BLH Kota Pontianak
memerima sebanyak 25 pengaduan dan semua pengaduan telah ditindaklanjuti.

Gambar 4.5 Jumlah Pengaduan Masyarakat Mengenai


Masalah Lingkungan

Selama kurun waktu 5 tahun, tidak terjadi peningkatan yang signifikan terhadap
pengaduan masyarakat mengenai masalah lingkungan. Pengaduan masyarakat
paling banyak terjadi pada tahun 2016. Masyarakat melakukan pengaduan
tentang berbagai masalah seperti terjadinya pencemaran udara bau, getaran dan
kebisingan pencemaran air, pencemaran limbah B3, pencemaran tanah, keberatan
mengenai dilakukannya suatu kegiatan usaha.

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 11


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

d. Kelembagaan
Urusan lingkungan hidup menjadi urusan wajib yang diamanatkan kepada
pemerintah dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Dalam pelaksanaanya dibentuklah Badan Lingkungan Hidup
(BLH) berdasarkan Surat Keputusan Walikota Pontianak Nomor 46 Tahun 2008
tentang Susunan Organisasi, tugas pokok, fungsi dan tata kerja Badan
Lingkungan Hidup.
Kota Pontianak. Adapun visi dan misi BLH Kota Pontianak tahun 2015-2014
adalah:

Visi : Terwujudnya Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan Terdepan


dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Misi :

1. Meningkatkan pelayanan administrasi, akuntabilitas kinerja dan


Keungan serta profesionalisme aparatur.
2. Meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum dalam pengelolaan
lingkungan hidup.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dan pemerintah dalam upaya
pengendalian pencemaran.

Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan memberikan kepastian


hukum bagi semua pihak, Pemerintah Kota Pontianak telah mengeluarkan
beberapa Peraturan terkait dengan lingkungan, diantaranya:

1. Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2001 tentang Retribusi Penyedotan


Kakus.
2. Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan Sebagaimana Telah diubah Perda Nomor 13
Tahun 2005.

3. Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Daerah Kota Pontianak Tahun 2005-2025.

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 12


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

4. Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang


Wilayah Kota Pontianak Tahun 2013-2033.
5. Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2013 tentang Pengendalian Pencemaran
Air.
6. Peraturan Walikota Nomor 3 tahun 2004 tentang Ketertiban Umum.
7. Peraturan Walikota Nomor 326 tahun 2012 tentang Jenis Usaha yang
Wajib Dilengkapi dengan UKL/UPL.

Anggaran merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang upaya penanganan
pengelolaan lingkungan hidup. Anggaran pengelolaan lingkungan hidup Kota
Pontianak pada tahun 2016 berasal dari Anggaran Pembangunan dan Belanja
Daerah (APBD) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Besar anggaran tersebut adalah
sebesar Rp. 7.341.060.126,00. Nilai ini lebih besar daripada anggaran pengelolaan
lingkungan hidup pada tahun 2015 sebesar Rp. 6.771.151.400,00. Perbandingan
antara anggaran pengelolaan lingkungan hidup tahun dari tahun 2012 sampai 2016
disajikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.7 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Pontianak

Terlihat bahwa terjadi peningkatan anggaran untuk pengelolaan lingkungan hidup


setiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Pontianak terus
meningkatkan kepeduliannya terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 13


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

hidup.
Selain anggaran, keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) sangat penting dalam
menunjang kegiatan di bidang lingkungan hidup. Lingkungan yang bersifat
dinamis menuntut kesiapan SDM dalam mencermati setiap perubahan yang ada.
Peranan SDM juga untuk menjembatani ketika terdapat konflik masalah lingkungan
dengan masyarakat. Sehingga SDM di bidang lingkungan dituntut trampil secara
teknis maupun secara sosial. Data mengenai jumlah personil lembaga pengelola
lingkungan hidup di Kota Pontianak menurut tingkat pendidikannya disajikan pada
di bawah ini.

Gambar 4.8 Jumlah Personil Lembaga Pengelolaan Lingkungan Hidup


Menurut Tingkat Pendidikan

Personil lembaga pengelola lingkungan hidup di Kota Pontianak berjumlah 33


orang dengan jumlah personil laki-laki 13 orang dan personil perempuan 21 orang.
Menurut tingkat pendidikannya, lembaga pengelola lingkungan hidup di Kota
Pontianak paling banyak berpendidikan Sarjana (S1) dan paling sedikit
berpendidikan SD. Tidak ada personil yang berpendidikan SLTP dan Doktor (S3).
Personil lembaga pengelola lingkungan hidup di Kota Pontianak terdiri dari bidang

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 14


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

Sekretariat, bidang Pengawasan dan Penaatan Hukum Lingkungan, serta bidang


Revitalisasi Lingkungan dan Pengembangan Kapasitas. Jumlah personil di bidang
Sekretariat terdiri dari 3 orang laki-laki berpendidikan D3, S1, dan S2 serta 9 orang
perempuan berpendidikan SD, SLTA dan S1. Jumlah personil di bidang Pengawasan
dan Penaatan Hukum Lingkungan terdiri dari 6 orang laki-laki berpendidikan SLTA
dan S2 serta 5 orang perempuan berpendidikan Diploma dan S1. Jumlah personil di
bidang Revitalisasi Lingkungan dan Pengembangan Kapasitas terdiri dari 3 orang
laki-laki berpendidikan SLTA dan S2 serta 7 orang perempuan berpendidikan SLTA,
D3, S1 dan S2. Pada tahun 2016 terdapat 12 orang yang mengikuti Diklat
(Pendidikan dan Pelatihan) dan bimbingan teknis. Hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas SDM manusia dalam pengelolaan lingkungan hidup.

2. Inisiatif dan Peran Serta Masyarakat


Inisiatif dan peran serta masyarakat sangat penting dalam rangka membantu
pemerintah melaksanakan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup.
Dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 dikatakan bahwa masyarakat
memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Peran masyarakat ini dapat
berupa pengawasan sosial, pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan
dan atau penyampaian informasi dan atau laporan. Peran masyarakat tersebut
dilakukan untuk :
a. Meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup;
b. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan;
c. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;
d. Menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan
pengawasan sosial; dan
e. Mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Dengan demikian dalam kebijakan yang dibuat pemerintah harus mengarah ke
pembangunan masyarakat dan berorientasi terhadap kesejahteraan masyarakat dan
keberlangsungan sumber daya alam sekaligus menopang kemakmuran dan

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 15


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya untuk mengurangi terjadinya persoalan


lingkungan yang terkait dengan sumber daya alam dan masyarakat adalah melalui
pendekatan pemberdayaan masyarakat untuk membangun kesadaran kolektif dan
kritis agar mau dan mampu melakukan gerakan pengelolaan lingkungan secara
mandiri dengan peran serta aktif.
Berbagai upaya penguatan masyarakat perlu dilakukan melalui cara pandang dan
pola pikir kritis terhadap lingkungan. Hal ini tidaklah mungkin dilakukan sendiri
oleh pemerintah, sehingga harus melibatkan komponen-komponen masyarakat
lainnya. Salah satunya adalah dengan melibatkan LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) dalam proses penguatan masyarakat sipil dengan pendekatan
pemberdayaan masyarakat. Tujuan dasar pemberdayaan masyarakat disini adalah
terciptanya keseimbangan antara keberdayaan masyarakat dan kelestarian
lingkungan. Tanpa lingkungan yang dapat menjamin kehidupan dan penghidupan
yang layak, keberdayaan masyarakat akan sangat sulit terwujudkan.
Terdapat 4 LSM bidang Lingkungan Hidup di Kota Pontianak, yaitu WALHI
(Wahana Lingkungan Hidup) Kalbar, Wahana Visi Indonesia, WWF (World
Wide Foundation) dan Diantama. Masing-masing LSM Lingkungan Hidup
yang ada di Pontianak memiliki visi dan misi serta fokus/ bidang yang berbeda-
beda.
Upaya inisiatif dan partisipasi nyata masyarakat Kota Pontianak dalam pengelolaan
lingkungan khususnya dalam mengurangi timbulan sampah adalah dengan
mendirikan bank sampah. Berikut ini inisiatif yang dilakukan masyarakat untuk
mengurangi timbulan sampah diantaranya:

a. Bank Sampah Rosella


Salah satu bank sampah yang ada di Kota Pontianak adalah bank sampah Rosella
yang teletak di Kelurahan Parit Tokaya, Kecamatan Pontianak Selatan.
Sistem yang dilakukan Bank Sampah Rosella adalah menawarkan nasabah untuk
menyimpan hasil penjualan sampahnya dalam bentuk simpanan buku tabungan

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 16


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

yang dapat diambil sewaktu-waktu. Prosesnya sangat mudah untuk membuka


rekening serta menabung. Proses menabung di Bank Sampah Rosella adalah
nasabah menyetor sampah yang sudah dipilah, lalu sampah nasabah tersebut
ditimbang oleh teller, kemudian hasil penjualan sampahnya dimasukkan dalam
buku tabungan. Nasabah dapat mengetahui update tabungannya serta
mengambilnya sewaktu-waktu. Sampah yang diterima kemudian diolah oleh Bank
Sampah Rosella menjadi produk-produk yang memiliki daya jual.
b. Gerakan Senyum Kapuas (GSK)
Peran generasi muda juga sangat penting dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Salah satu peran generasi muda yang peduli terhadap lingkungan hidup ialah
komunitas Gerakan Senyum Kapuas (GSK) adalah suatu komunitas yang bergerak
di bidang Lingkungan terutama masalah sampah. GSK terbentuk tanggal 16
September 2014. Tujuan terbentuknya komunitas ini adalah untuk menggerakkan
masyarakat di Kota Pontianak khususnya yang ada di tepian Sungai Kapuas agar
tidak membuang sampah sembarangan lagi serta merubah mindset mereka untuk
menjaga daerah lingkungannya masing masing.
GSK melakukan aksi turun langsung untuk membersihkan sampah di parit
maupun Sungai Kapuas yang merupakan ikon Kota Pontianak yang saat ini
semakin banyak sampah dan limbah yang mencemari. Parit-parit sudah mulai
kecil dan sampah semakin menumpuk tiap tahunnya. Dengan adanya komunitas
ini diharapkan bisa merubah mindset masyarakat di tepian sungai Kapuas untuk
tidak membuang sampah sembarangan.
Kegiatan yang dilakukan GSK tidak hanya membersihkan sampah di parit
maupun sungai, tetapi kami juga melakukan penanaman pohon, kampanye kreatif
tentang isu lingkungan, serta ada proses pemilahan sampah untuk dijual. Gerakan
Senyum Kapuas juga memiliki kegiatan rutin setiap 2 minggu sekali namanya
adalah "GSK Siap Kotor", jadi kegiatan ini adalah aksi turun langsung
membersihkan parit bersama warga bahkan komunitas yang ingin berpartisipasi.
Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh masyarakat, baik oleh LSM,
komunitas, maupun kelompok masyarakat lainnya serta kolaborasi dengan

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 17


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

Pemerintah Kota Pontianak, memberikan efek positif terhadap peningkatan


kualitas lingkungan Kota Pontianak. Hal ini ditunjukkan dengan diraihnya
penghargaan di bidang lingkungan hidup terkait dengan upaya pengelolaan
lingkungan hidup. Pada tahun 2016 Kota Pontianak menerima penghargaan Kota
Bersih dan Teduh Kategori Kota Besar yang diberikan oleh Provinsi Kalimantan
Barat.
c. Angkut Sampah (Angkuts)
Kota Pontianak setiap harinya menghasilkan 300 ton sampah dan 30 persen di
antaranya merupakan sampah anorganik yang bisa dimanfaatkan kembali. Saat ini,
hampir 100 persen sampah di Kota Pontianak dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Batu Layang yang merupakan satu-satunya TPA di Kota Pontianak. Model
pengelolaan sampah di TPA Batu Layang dengan sistem open dumping, kurang
optimalnya sistem ini TPA Batu Layang akan penuh dalam waktu delapan tahun
kedepan.
Kondisi tersebut tentu menyebabkan TPA tidak dapat digunakan secara maksimal
untuk menampung sampah yang dihasilkan. Angkuts atau singkatan dari Angkut
Sampah hadir sebagai solusi atas permasalah tersebut. Angkuts merupakan sebuah
start up sociopreneur berbasis teknologi yang menyediakan solusi masalah sampah di
Kota Pontianak dengan metode "dipilah, di- Angkuts, dan dimanfaatkan". Angkuts
juga mengedukasi penduduk kota untuk menjadi bagian dari solusi masalah sampah
dengan menjadi warga kota yang smart dalam mengelola sampah. Angkuts
merupakan solusi pintar untuk menangani masalah sampah di kota yang menjalankan
program "Smart City" seperti Pontianak.

Angkuts membantu memecahkan masalah sampah dengan mengubah sampah dari


'dibuang' menjadi 'sumber daya' yang dapat dimanfaatkan dan mendatangkan
keuntungan melalui kerja sama seluruh warga Pontianak" ungkapnya. Tujuan
Angkuts selain ingin menjadi solusi masalah sampah, juga medorong pertumbuhan
ekonomi kota melaui kegiatan bisnis dan sosial yang berkelanjutan.

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 18


Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kota Pontianak Tahun 2016

Cara kerja Angkuts menyediakan jasa mengangkut sampah dari rumah penduduk.
Sampah yang telah dipilah pemilik kemudian dimanfaatkan kembali. Bedanya,
pemilik sampah yang telah memilah sampahnya akan dibayar oleh Angkuts. Apabila
pemilik tidak memilah sampah maka Angkuts akan membantu memilahnya tetapi
kali ini Angkuts yang akan dibayar.
Dengan dukungan teknologi, Angkuts bisa dihubungi melalui aplikasi pada
smartphone yang diunduh secara gratis melalui Google Play Store. Selanjutnya
pemilik sampah dapat memilih untuk memesan atau berlangganan jasa Angkuts.
Sampah pengguna jasa Angkuts akan dapat dimanfaatkan kembali hanya melalui
beberapa 'klik' di layar smartphone.
Angkuts akan terus berupaya mengedukasi penduduk untuk menjadi warga kota yang
cerdas dalam mengelola sampahnya. Angkuts bekerja bersama dengan pemerintah
Kota Pontianak untuk mengelola sampah dan dengan berbagai kelompok masyarakat
untuk memanfaatkan sampah. Kerja sama akan terus berkembang dan diperluas.
Angkuts membuka peluang masyarakat atau kelompok masyarakat untuk
bekerjasama dalam mengelola sampah.

Bab IV Inovasi Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 19

Anda mungkin juga menyukai