Anda di halaman 1dari 213

DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN


PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Ringkasan Deskripsi Rencana Usaha dan / atau Kegiatan


Rencana kegiatan di wilayah studi adalah perluasan kawasan Tempat Pemrosesan
Akhir sampah (TPA) Banyuroto Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulonprogo dan
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Rencana pengembangan
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Banyuroto dan Pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) seluas 98 Ha bertujuan untuk memperpanjang umur
TPA Banyuroto yang sudah hampir habis. Selain adanya pengembangan area landfill
juga akan dibangun pembangkit listrik tenaga sampah. Pembangunan PLTSA
diharapkan adanya konversi energi (waste to enegy) serta menurunkan emisi gas
methan dan H2S yang dihasilkan dari proses dekomposisi sampah sehingga
menurunkan polusi gas rumah kaca.

Proses pengembangan TPA Banyuroto sudah sesuai berdasarkan Rencana Tata


Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo Rahun 2012 Sampai 2032. Ketentuan umum
peraturan zonasi sistem pengelolaan persampahan antara lain :
A. Diperbolehkan mendirikan bangunan pendukung jaringan persampahan.
B. Diperbolehkan mendirikan bangunan fasilitas pengolahan sampah.
C. Diperbolehkan dengan syarat pembangunan fasilitas pengolahan sampah dengan
ketentuan harus memperhatikan kelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat,
dan sesuai dengan ketentuan teknis.
1. Koefisien dasar bangunan (KDB) palung tinggi 30% (tiga puluh persen);
2. Koefisien lantai bangunan (KLB) paling tinggi 60% (enam puluh persen);
3. Lebar jalan menuju TPS paling kurang 6 (enam) meter.
4. Tempat parkir truk sampah paling kurang 20% (dua puluh persen).
D. Tidak diperbolehkan mendirikan bangunan disekitar wilayah pengelolaan
persampahan.

Rencana kegiatan yang akan dilakukan untuk pengembangan TPA Banyuroto dan
pembangunan PLTSa ini dimulai dari tahap pra konstruksi, kontruksi, operasi dan pasca
operasi. Rencana kegiatan TPA Banyuroto dan pembangunan PLTSa akan mengalami

1
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

penyesuaian-penyesuaian di lapangan berdasarkan kondisi riil dari lokasi kegiatan


pembangunan.

1.2 Ringkasan Dampak Penting Hipotetik Yang Ditelaah/Dikaji

Pelingkupan (scooping) merupakan proses awal untuk menentukan


lingkup permasalahan dan mengidentifikasi Dampak Penting Hipotetik (DPH)
terkait dengan rencana kegiatan. Pelingkupan dampak penting seperti yang
tertera pada dokumen Kerangka Acuan dilakukan melalui serangkaian proses,
yaitu identifikasi dampak potensial, evaluasi dampak potensial serta penentuan
DPH. Adanya dampak penting hipotetik ini dapat menjadikan pertimbangan
dalam membuat dokumen ANDAL tersebut.

1.2.1 Hasil Pelingkupan Tahapan Kegiatan Dampak Penting Hipotetik


Adapun tahapan- tahapan yang akan di kaji dalam dokumen
ANDAL yaitu tahap pra konstruksi, tahap konstruksi dan tahap operasi.
Proses pengkajian dilakukan berdasarkan pada hasil pelingkupan dalam
Kerangka Acuan.
1.2.1.1 Tahap Pra Konstruksi
A. Survey

1. Kebisingan

Kegiatan survey ini memiliki potensi menimbulkan


kebisingan hingga frekuensi tertentu yang digunakan pada
peralatan survey. Kebisingan berasal dari penggunaan alat
berat dalam pelaksanaan survei. Sehingga masyarakat
perlu diberikan sosialisasi supaya tidak menimbulkan
kesalah pahaman dikemudian hari.

2. Kualitas Udara

2
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Kegiatan berpotensi menimbulkan debu sehingga


menurunkan kualitas udara yang ada disekitar TPA
tersebut. Kegiatan ini dapat dikendalikan dengan
pembasahan lahan sebelum pelaksanaan survey.

B. Pengadaan Lahan

1. Mata Pencaharian

Kompenen kegiatan ini memegang peranan penting bagi


masyarakat, sehingga terdapat peluang yang cukup besar
terjadinya keresahan masyarakat yang diakibatkan oleh
pembebasan lahan. Ketidakpuasan masyarakat pemilik
lahan yang dibebaskan yaitu berkenaan dengan ganti rugi
yang didapat, dan lahan yang biasanya dijadikan sebagai
sumber mata pencaharian seperti bercocok tanam.

2. Keresahan Masyarakat

Kerasahan masyarakat diakibatkan oleh kegiatan


pembebasan lahan yang akan dilakukan untuk dijadikan
TPA dan PLTSa. Ketidakpuasan masyarakat pemilik lahan
yaitu berkaitan ganti rugi atas lahan yang akan dibeli
tersebut. Keresahan masyarakat tersebut dapat
menimbulkan penolakan masyarakat yang nantinya akan
mengganggu proses pelaksanaan konstruksi.

3. Flora Darat

Kegiatan pembebasan lahan untuk TPA ini dapat


berdampak terhadap perubahan tutupan vegetasi.

3
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Perubahan tutupan vegetasi ini akan berdampak terhadap


keberadaan flora darat.

4. Fauna Darat

Kegiatan pembangunan TPA ini berpotensi


menghilangkan habitat fauna darat, sehingga perlu
dilakukan pengkajian dan tindak lanjut terhadap
keberadaan fauna darat dilahan tersebut yang akan
dibangun seluas 98 Ha.

1.2.1.2 Tahap Konstruksi

A. Rekruitmen Tenaga Kerja

1. Mata Pencaharian

Tersedianya kesempatan kerja pada kegiatan konstruksi


yang akan membuka kesempatan kerja bagi penduduk
lokal. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 300 pekerja
dan diprioritaskan dari masyarakat setempat. Hal tersebut
dapat menjadikan peluang berusaha bagi masyarakat
setempat seperti membuka usaha warung makan atau
berjualan kebutuhan lainnya, dikarenakan banyaknya
orang yang berdatangan dilokasi proyek.

B. Operasional Basecamp

1. Lingkungan Masyarakat

Akibat perubahan fungsi lahan menjadi pemukiman


sementara bagi para pekerja, maka menimbulkan aktifitas

4
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

yang menghasilkan limbah domestik dan sampah. Hal


tersebut berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan
lingkungan.

C. Mobilisasi Tenaga dan Alat

1. Kebisingan

Kegiatan mobilisasi material dan peralatan konstruksi


akan menimbulkan peningkatan intensitas kebisingan
pada jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut bahan
bangunan dan alat berat. Sebagian jalan mobilisasi akan
melewati pemukiman penduduk sehingga peningkatan
intensitas kebisingan dapat menyebabkan kenyamanan
lingkungan.

D. Konstruksi Area Landfill

1. Flora Darat

Kegiatan ini berlangsung secara sementara pada tahap


proses penyiapan lahan. Tingkat kebisingan yang
dilakukan pada penyiapan lahan menggunakan mesin
yang dapat menyebabkan meresahkan masyarakat.
Terjadinya peningkatan volume kendaraan di jalan sekitar
tetapi tidak berpengaruh terhadap fauna yang ada
disekitar. Kualitas air permukaan semakin menurun
karena kebutuhan penggunaan semakin banyak dalam
proses pembersihan dan penyiapan lahan.

2. Fauna Darat

5
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Kegiatan pembersihan lahan dan pembuatan akses jalan


akan menghilangkan tutupan vegetasi yang ada, hal ini
akan berdampak terhadap perubahan keberadaan fauna
darat. Lahan yang akan dibersihkan seluas 98 Ha.

E. Konstruksi PLTSa

1. Kualitas Udara

Kegiatan konstruksi PLTSa dan peralatan konstruksi akan


menimbulkan peningkatan debu pada alat insinerator yang
dihasilkan. Sebaran debu memiliki kontribusi yang tinggi
terhadap penambahan pencemar udara, khususnya pada
saat musim kemarau. Diperkirakan dapat menimbulkan
cemaran berupa debu (TSP), SO2, dan NO2.

2. Kebisingan

Kegiatan konstruksi PLTSa dan peralatan konstruksi akan


menimbulkan peningkatan intensitas kebisingan pada alat
insinerator yang dihasilkan, sehingga mengganggu
kenyamanan penduduk.

3. Getaran

Kegiatan Konstruksi PLTSa akan menimbulkan


peningkatan getaran pada alat insinerator yang digunakan
selama di TPA.

1.2.1.3 Tahap Operasi

A. Rekruitmen Tenaga Kerja Operasional

1. Mata Pencaharian

6
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Tersedianya kesempatan kerja pada kegiatan konstruksi


yang akan membuka kesempatan kerja bagi penduduk
lokal. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 300
pekerja dan diprioritaskan dari masyarakat setempat. Hal
tersebut dapat menjadikan peluang berusaha bagi
masyarakat setempat seperti membuka usaha warung
makan atau berjualan kebutuhan lainnya, dikarenakan
banyaknya orang yang berdatangan dilokasi proyek.

B. Pengangkutan Sampah

1. Kualitas Udara

Kegiatan pengangkutan yang dilakukan secara terbuka


dapat menimbulkan dampak bagi udara sekitar. Emisi
gas berasal dari tumpukan sampah seperti CH 4, dan SO2.
komponen memegang peranan penting bagi masyarakat
dan kegiatan ini memiliki regulasi/tata cara
pengoperasiannya.

C. Operasional TPA

1. Kualitas Udara

Penumpukan hasil angkutan sampah yang akan dikelola


berpotensi menurunkan kualitas udara akibat emisi gas
seperti CH4 dan SO2 yang dihasilkan. Beban terhadap
lingkungan tergantung dari tumpukan sampah yang
dikelola sehingga dampak ini memerlukan kajian lebih
lanjut.

2. Kualitas dan Kesuburan Tanah

7
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Penumpukan hasil angkutan sampah yang akan dikelola


berpotensi menurunkan kualitas dan kesuburan tanah
pada kawasan tersebut. Beban terhadap lingkungan
tergantung dari tumpukan sampah yang dikelola
sehingga dampak ini memerlukan kajian lebih lanjut.

3. Kesehatan Masyarakat

Kegiatan TPA berpotensi menimbulkan dampak


gangguan kesehatan lingkungan sebagai dampak
penurunan kualitas udara dan air khususnya diwilayah
pemukiman masyarakat. Terganggunya kesehatan
lingkungan akan memberikan dampak lanjutan terhadap
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) masyarakat
setempat.

D. Operasional Pengolahan Lindi

1. Kualitas Udara

Kegiatan pengolahan lindi akan menimbulkan


emisi/kebauan gas SO2 sehingga menurunkan kualitas
udara. Beban yang diterima lingkungan menjadi tinggi
khususnya pada musim kemarau. Pertimbangan lain
adalah penitngnya peranan komponen bagi masyarakat
serta kemungkinan pelanggaran yang terjadi pada
pelaksanaan kegiatan.

2. Kualitas Air

Konstuksi unit pengolahan lindi yang berpotensi


rusak/bocor dapat menjadi pencemar dan menurunkan

8
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

kualitas air, baik air tanah maupun air permukaan di


kawasan sekitar. Komponen tersebut memegang peran
yang penting bagi masyarakat sehingga memiliki
dampak yang sangat berpengaruh.

3. Kualitas dan Kesuburan Tanah

Kegiatan operasional lindi dapat menghilangkan bahan


organik (humus) yang terkandung dalam tanah penutup
sehingga kesuburan lokasi tersebut hilang. Pertimbangan
lain adalah potensi penurunan kualitas air tanah akibat
tanah yang tercemar dan menimbulkan gangguan
kesehatan lingkungan dan masyarakat.

4. Kesehatan Masyarakat

Kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak gangguan


kesehatan lingkungan sebagai dampak penurunan
kualitas udara khususnya di wilayah pemukiman
masyarakat. Terganggunya kesehatan lingkungan akan
memberikan dampak lanjutan terhadap peningkatan
angka kematian (morbiditas) masyarakat setempat.

E. Operasional PLTSa

1. Ekonomi Masyarakat

Pemanfaatan sampah menjadi energi listrik ini dapat


memenuhi kebutuhan listrik bagi pemukiman
masyarakat di sekitar lokasi PLTSa. Terpenuhinya

9
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

kebutuhan listrik tersebut dapat mengurangi pengeluaran


masyarakat sehingga memperbaiki kondisi ekonomi
masyarakat.

1.2.1.4 Tahap Pasca Operasi

A. Demobilisasi Alat

1. Kualitas Udara

Kegiatan demobilisasi peralatan konstruksi dan


operasional akan menimbulkan peningkatan debu pada
jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut alat berat.
Sebaran debu di parkiran memberikan kontribusi
terhadap penambahan pencemar di udara khususnya
pada musim kemarau. Pertimbangan lainnya adalah
sebagian jalan yang akan dilewati merupakan jalan
tanah atau jalan yang kondisinya rusak (berlubang)
khususnya di permukiman penduduk sehingga debu
lokal akan timbul.

B. Pelepasan Tenaga Kerja

1. Mata Pencaharian

Dengan berakhirnya kegiatan TPA dan PLTSa akan


terjadi pemutusan hubungan kerja. Sehingga kesempatan
kerja dan berusaha secara langsung maupun tidak
langsung sebagai multiplier effects akan hilang. Dampak
hilangnya peluang usaha dan berusaha akan
mempengaruhi pendapatan penduduk. apabila melihat

10
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

jenis kegiatan operasi yang akan dilakukan maka tenaga


kerja banyak dipenuhi dari masyarakat setempat.

2. Pesepsi Masyarakat

Sikap dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan pada


tahap pasca operasional timbul sebagai akibat lanjutan
dari pemutusan hubungan kerja. PHK yang dilakukan
tidak sesuai ketentuan yang berlaku akan menimbulkan
kecemburuan dan persepsi negatif dari
masyarakat/tenaga kerja yang di PHK.

C. Penutupan TPA

1. Kualitas Udara

Penutupan TPA berpotensi menghasilkan gas emisi


utamanya methana (CH4) akibat penumpukan sampah
(landfill) yang terkubur di dalamnya. Dampak ini jika
tidak dikelola dan dipantau dengan baik dapat
menyebabkan ledakan pada lokasi TPA.

1.3 Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian

Penetapan batas wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi luas


wilayah studi AMDAL sesuai dengan hasil pelingkupan yang telah diuraikan
pada bahasan sebelumnya. Lingkup wilayah studi betitik tolak pada ruang
dimana rencana kegiatan pembangunan akan berlangsung yang diperluas ke
ruang ekosistem, ruang sosial dan ruang administrasi yang lebih luas. Dengan
memperhatikan batas-batasan diatas serta keterbatasan lain yang dijadikan

11
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

bahan pertimbangan, ruang lingkup wilayah studi AMDAL kegiatan


Pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSA Banyuroto adalah sebagai
berikut:

1.3.1 Batas Wilayah Studi

Batas wilayah studi bertitik tolak pada ruang dimana rencana kegiatan
pembangunan akan berlangsung yang diperluas ke ruang ekosistem, ruang
sosial dan ruang administrasi yang lebih luas. Dengan memperhatikan batasan-
batasan diatas serta keterbatasan lain yang dijadikan bahan pertimbangan,
ruang lingkup wilayah studi ANDAL kegiatan Pengembangan TPA dan
Pembangunan PLTSA adalah sebagai berikut:

1) Batas Teknis/ Proyek


Batas proyek merupakan ruang dimana seluruh komponen rencana
kegiatan Pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSA akan
dilakukan, termasuk kegiatan pra konstruksi, konstruksi, operasi dan
pasca operasi dari Pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSA.
Luas wilayah/ lahan yang dibutuhkan dalam pengembangan TPA dan
Pembangunan PLTSA Banyuroto seluas 98 Ha yang meliputi
penggunaan lahan untuk landfill, pengolahan lindi, pos jaga, bengkel
alat, kantor serta gedung PLTSA.

12
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Gambar 1.1 Batas Teknis/ Proyek

2) Batas Ekologis

Batas ekologis merupakan ruang terjadinya sebaran dampak-dampak


lingkungan dari rencana usaha kegiatan Pengembangan TPA dan
Pembangunan PLTSA, mengikuti unsur/ media lingkungan (air, tanah,
udara), dimana proses alami yang berlangsung dalam ruang tersebut
diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Dalam hal ini,
batas ekologis akan ditentukan berdasarkan kondisi hidrologi, arah
dan kecepatan angin di sekitar lokasi rencana kegiatan.

Karena hal ini sangat dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin pada
wilayah tersebut. Batas ekologis untuk media lingkungan air adalah
pada akuifer air tanah serta saluran-saluran air permukaan pada lokasi
rencana kegiatan dan sekitarnya yang berpotensi dapat tercemar oleh
adanya kegiatan pembangunan. Dan yang paling utama adalah pada
badan air terdekat dengan lokasi rencana kegiatan, yang
memungkinkan menjadi muara dari berbagai aliran air permukaan
yang berasal dari lokasi rencana kegiatan.

13
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

3) Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan
tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung
norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan
struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika sosial kelompok
masyarakat yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar
akibat rencana Pembangunan TPA dan Pembangunan PLTSA
Nanggulan, Kulon Progo. Daerah yang diperkirakan terkena dampak
adalah Desa Banyuroto dan merambah ke pemukiman yang ada di
kabupaten Kulon Progo. Berikut ini adalah peta untuk batas sosial
yaitu jarak terdekat proyek Pengembangan TPA dan Pembangunan
PLTSA ke pemukiman warga, serta daerah hutan produksi yang ada di
desa Hargomulyo dan Hargorejo.

Gambar 1.2 Peta Batas Sosial Proyek Pembangunan TPA dan


Pembangunan PLTSA

14
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

4) Batas Administratif

Batas adminstratif yang dimaksud adalah batas wilayah menurut


kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, yang ditentukan
berdasarkan satuan pemerintah Kelurahan/ Desa, Kecamatan, Kota dan
Propinsi di wilayah kegiatan proyek tersebut yang berkaitan dengan
batas proyek, batas ekologis dan batas sosial. Berikut ini adalah batas
administrasi wilayah Pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSA
Banyuroto:

Sebelah Utara : Desa Sungai Banjar Arum, Maken.

Sebelah Selatan : Kecamatan Sentolo dan Kecamatan Pengasih.

Sebelah Timur : Kali Progo.

Sebelah Barat : Desa Pendoworejo, Kecamatan Girimulyo.

1.3.2 Batas Waktu Kajian

Batasan waktu kajian merupakan batas waktu kajian yang akan


digunakan dalam melakukan prakiraan dan evaluasi dampak dalam kajian
ANDAL Pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSA Banyuroto. Setiap
dampak penting hipotetik yang dikaji memiliki batas waktu kajian tersendiri.
Batas waktu tersebut disesuaikan dengan rangkaian kegiatan Pengembangan
TPA dan Pembangunan PLTSA yang akan ditelaah berdasarkan umur kegiatan
yaitu mulai dari tahap pra-konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi hingga
tahap pasca operasi.

15
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

BAB II

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

Dalam rangka konsistensi terhadap Kerangka Acuan (KA), maka Rona


Lingkungan Hidup Awal yang ditampilkan disesuaikan dengan Dampak Penting
Hipotetik (DPH) dan beberapa parameter yang mendukung.

2.1 Komponen Lingkungan Terkena Dampak Penting

2.2.1 Komponen Geofisik-Kimia

Kabupaten Kulonprogo merupakan bagian wilayah Provinsi


Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdiri dari 12 kecamatan. Kabupaten
Kulonprogo mempunyai luas 58.628,311 Ha. Kecamatan terluas adalah
Samigaluh dan Kokap. Secara geografis kabupaten Kulonprogo terletak
antara 7038’42” – 7059’3” Lintang Selatan dan 11001’37” – 110016’26”
Bujur Timur.
Perbatasan wilayah untuk kabupaten Kulonprogo meliputi :
a. Sebelah Barat : Kabupaten Purworejo, Provinsi
Jawa Tengah.
b. Sebelah Timur : Kabupaten Sleman dan Bantul,
Provinsi DIY.
c. Sebelah Utara : Kabupaten Magelang, Provinsi
Jawa Tengah.
d. Sebelah Selatan : Samudera Hindia.

Adapun untuk kecamatan Nanggulan mempunyai luas 3.960,670


Ha.

Pada wilayah Kulonprogo bagian Selatan merupakan dataran


alluvial dari beberapa hilir sungai dan merupakan daerah penampungan air
permukaan dan air tanah. Karena, material penyusun tanahnya bersifat

16
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

relatif porus dan membentuk sistem akuifer yang cukup bagus. Sehingga
pada kedalaman 7 meter, sudah dapat ditemukan air tanah.

Wilayah Kabupaten Kulon Progo mempunyai jenis tanah


diantaranya yaitu tanah Alluvial, Litosol, Regosol, Grumosol, Mediteran,
dan Latoshol. Latoshol merupakan jenis tanah yang dominan yang ada di
Kabupaten Kulon Progo. Jenis tanah ini berasal dari batuan induk breksi
yang berada di wilayah Pengasih, Kokap, Temon, Girimulyo, Kalibawang,
dan Samigaluh dengan luas 24.000 Ha (41,62%).

Tanah Grumosol yang ada di Kabupaten Kulon Progo mempunyai


luas sekitar 12.899 Ha (22%). Tanah Grumosol adalah tanah yang berasal
dari batuan induk gamping berlapis, tuff, dan napal. Jenis tanah ini tersebar
disekitar wilayah Kecamatan Wates, Panjatan, Galur, Sentolo, Pengasih,
Nanggulan, dan Lendah.

Tanah Litosol berasal dari batuan induk batu gamping, batu pasir,
dan breksi/konglomerat, tersebar di Kecamatan Wates, Panjatan, Temon,
galur, Lendah, Sentolo, Pengasih, dan Kokap dengan luasan 7.880 Ha
(13,44%).

Tanah Mediteran mempunyai luas 1.300 Ha (2,22%). Tanah ini


berasal dari batu gamping karang, batu gamping berlapis, dan batu pasir
yang tersebar disekitar wilayah Girimulyo,Sentolo, Samigaluh, dan
Nanggulan.

Tanah Regosol mempunyai luasan sebesar 8.636 Ha (14,73%) dan


ditemui di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Kulon Progo kecuali
Kecamatan Lendah dan Kalibawang. Tanah ini berasal darimaterial gunung
berapi, bertekstur kasar bercampur dengan pasir, dengan solum tebal dan

17
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

tingkat kesuburan yang rendah. Berikut ini adalah data jenis tanah yang ada
di Kabupaten Kulon Progo:

Tabel 2.1 Jenis Tanah Dan Sebarannya di Kabupaten Kulon Progo

N Jenis Tanah
Kecamatan
o Aluvial Litosol Regosol Grumosol Mediteran Lathosol
1 Temon 874 0 2428 0 0 327
2 Wates 2389 0 608 203 0 0
3 Panjatan 2871 492 528 568 0 0
4 Galur 372 0 1956 963 0 0
5 Lendah 180 800 0 2579 0 0
6 Sentolo 0 1344 232 3189 500 0
7 Pengasih 400 700 964 2452 0 1651
8 Kokap 794 0 180 0 0 6406
9 Girimulyo 0 0 88 0 140 5203
10 Nanggulan 0 176 368 2945 472 0
11 Kalibawang 0 0 0 0 0 6929
12 Samigaluh 0 0 1284 0 188 3824
Jumlah 7880 3512 8636 12899 1300 24400
Persentase (%) 13,44 5,99 14,73 22 2,22 41,62
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2010

Ketersediaan air permukaan di Kabupaten Kulonprogo banyak


dipengaruhi oleh aliran sungai Progo yang merupakan sungai terbesar yang
memberikan suplai air permukaan. Air sungai ini banyak digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pertanian. Wilayah kabupaten Kulonprogo termasuk
dalam DAS Serang dan DAS Progo, hanya sebagian kecil yang masuk DAS
Bogowonto.

Pengaliran DAS Progo dengan sungai utama Kali Progo memiliki


debit maksimum 381,90 m3/detik dan debit minimum 13 m 3/detik dengan
daerah pengaliran seluas 8.894 Ha. Sedangkan, DAS Serang dengan sungai
utama Kali Serang dengan anak – anak sungai memiliki debit maksimum

18
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

153,6 m3/detik dan debit minimum 0,03 m3/detik dengan luas daerah
pengaliran 3.635,75 Ha.

1. Iklim
Data faktor-faktor klimatologi seperti, geologi, curah hujan,
kelembaban udara, penyinaran matahari, temperatur udara, dan
keadaan angin diperoleh dari badan meteorologi dan geofisika
Kabupaten Bantul.

a. Geologi

Daerah Kulon Progo didominasi oleh batuan vulkanik


berumur antara Oligosen-Miosen. Batuan vulkanik tersebut
termasuk dalam Formasi Andesit Tua yang terdiri dari breksi
volkanik, andesit, tuf, tuf lapili, aglomerat, dan sisipan aliran lava
andesit. Material diatas terbentuk dikarenakan aktivitas dari
gunung api purba pada kala tersier dan tidak tembus air. Oleh
karena itu, daerah ini mempunyai air tanah sangat minim, karena
batuan di daerah perbukitan Kulonprogo tidak mampu mengalirkan
dan menyimpan air. Pemenuhan kebutuhan air masyarakat
Kulonprogo pada umumnya berasal dari mata air yang ditemukan
di tekuk-tekuk lereng. Karena keberadaan air tanah pada wilayah
Kulonprogo terletak pada lapisan yang sangat dalam (> 25 meter).

Struktur geologi Kabupaten Kulon Progo terdiri atas:

1) Struktur geologi berupa Perlipatan Batuan (Fold), terletak di


perbukitan Formasi Sentolo, Panjatan, Lendah, dan Galur.

2) Struktur geologi Patahan/sesar (Fault), dapat dibagi menjadi dua


bagian, yaitu:

19
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

a. Patahan regional, merupakan patahan Graben Yogyakarta


yang menyebabkan wilayah Kulon Progo dan Wonosari
menjadi daerah dataran tinggi dibentuk dari Patahan Opak
dan Patahan Progo. Patahan tersebut terletak di bagian
timur Kulon Progo meliputi wilayah Kalibawang bagian
timur, Nanggulan bagian timur, Sentolo, Panjatan, Galuh
dan Lendah.

b. Patahan lokal, banyak terjadi di bagian pegunungan Kulon


Progo utara bagian barat dan berarah relatif radial (barat
laut – tenggara, barat – timur, dan barat daya – timur laut.
Terdapat di wilayah Kecamatan Kokap, Temon bagian
utara, Pengasih, Nanggulan bagian barat.

3) Struktur kekar (joint), yang sangat intensif terdapat di formasi


batuan andesit dan formasi andesit tua.

Formasi batuan dan sebarannya dibagi menjadi endapan


gunung api (40,37%), batuan sedimen (47,81%), batuan gunung
api (7,48%), dan batuan trobosan/intrusi (4,43%). Adapun
stratigrafi formasi geologi Kabupaten Kulon Progo, disajikan pada
tabel dibawah ini :

Tabel 2.2 Stratigrafi Fomasi Geologi Kabupaten Kulon Progo

Umur Formasi Deskripsi Litologi Ketebalan (m)


Kerikil, pasir, lanau dan
Kuarter Aluvium lempung sepanjang sungai dan 100
dataran pantai
Pliosen - Endapan vulkanik Breksi sisipan lava dan
20
Pleistosen kuarter endapan lahar
Miosen bawah Sentolo  Bagian atas batu gamping 950

20
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

berlapis baik kaya


foraminifera
 Bagian bawah
konglomerat alas diatasnya
napal tufaan bersalangan
dengan vitriks tuf
 Bagian atas batu gamping
berlapis ke arah atas
menjagi batu gamping
koral
Miosen Bawah Jonggrangan  Bagian bawah 250
konglomerat di atasnya
napal tufaan dan bapsir
gampingan berselang –
seling dengan lignit
Perselang-selingan antara
breksi, batu pasir kerikilan,
Oligo-Miosen Dukuh 660
batu gamping dan batu
lempung
Breksi laharik dengan sisipan
Oligosen Kaligesing 600
lava andesit, batu pasir tufaan
Breksi andesit, tuf, lapili tuf,
aglomerat dan berselingan
Oligo-Miosen Andesit Tua 660
dengan lava andesit. Terdapat
fragmen batuan lebih tua
Eosen Atas - Nanggulan Batu pasir seling-seling 300
Oligosen dengan lignit, napal pasiran,
batu lempung gampingan
struktur konkresi, selang-
seling napal dan batu gamping,
batu pasir dan tuf, kaya
foraminifera dan moluska

21
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

foraminifera dan moluska


Sumber: Bappeda Kabupaten Kulon Progo

b. Temperatur Udara

Secara klimatis keadaan suhu/temperatur udara menjelaskan


tentang rata-rata temperatur udara maksimum dan minimum pada
periode waktu tertentu. Suhu rata- rata di kabupaten Kulonprogo
berkisar 25-290C.

c. Kelembaban Udara

Kelembaban nisby (Relative Humidity) adalah perbandingan


antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk
menampung uap air. Kelembaban nisbi (RH) akan semakin kecil
bila suhu udara meningkat dan sebaliknya akan meningkat bila
suhu udara menurun.

Tabel 2.3 Hasil Sampling Parameter Fisika Kualitas Udara

Konsentrasi Baku
No Parameter Satuan Titik A Titik B Titik C
Mutu
Fisika
o
1 Suhu C 32,1 32 32,7
2 Kelembaban % RH 47 44 41
3 Arah angin Xo timur Timur Timur
4 Kecepatan m/s 1,2 1,7 1,5
angin
5 Cuaca - cerah Cerah Cerah
6 Kebisingan dBA 72,4 63,9 69,3 70
Sumber : Hasil Pemantauan Kualitas Udara Ambien Kabupaten Kulon Progo, 2015

d. Intensitas Penyinaran Matahari


Intensitas penyinaran matahari menggambarkan tentang
lamanya tingkat penyinaran matahari saat menyinari

22
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

permukaan bumi dengan satuan persen/hari antara pukul


(08.00-16.00). intensitas penyinaran matahari ini berkaitan
dengan peristiwa evapotranspirasi, karena semakin tinggi
intensitas penyinaran matahari, maka laju evapotranspirasi
akan semakin meningkat juga.

e. Curah Hujan

Data curah hujan disajikan sebagai perbandingan data pada


tahun 2013-2015. Banyaknya hari hujan dan intensitas curah hujan
yang secara spasial tertuang dalam peta curah hujan tahunan
merupakan cara untuk mengetahui pola curah hujan pada suatu
wilayah. Akan tetapi, untuk keperluan analisis pola curah hujan
akan tepat apabila menggunakan data yang diambil dalam kurun
waktu paling sedikit 5 tahun berurutan. Berikut ini adalah data
curah hujan di kabupaten Kulon Progo dari tahun 2011-2015 yang
disajikan pada tabel berikut :

Tabel 2.4 Data Curah Hujan 2011-2015

N 2011 2012 2013 2014 2015


Bulan
o mm HH Mm HH mm HH mm HH mm HH
1 Januari 300 200 306 15 490 22 301 19 372 18
2 Februari 343 18 209 12 245 14 251 16 178 13
3 Maret 262 20 229 13 222 11 174 10 345 17
4 April 228 15 112 9 142 10 195 13 362 16
5 Mei 195 10 70 5 183 10 55 7 47 4
6 Juni 2 1 0 1 138 10 57 5 2 1
7 Juli 1 1 0 0 89 7 93 7 0 0
8 Agustus 0 0 0 0 1 1 5 0.5 0 0
9 September 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
10 Oktober 12 2 60 4 45 4 11 2 0 0

23
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

11 November 278 14 291 14 220 14 290 16 134 7


12 Desember 310 17 493 18 335 16 438 20 394 17
Jumlah 1931 298 1770 91 2111 120 1870 115 1834 93
Sumber : Kulon Progo Dalam Angka 2011-2015

Keterangan : Bulan Basah = Curah Hujan > 100 mm

Bulan Lembab = Curah Hujan antara 60 – 100 mm

Bulan Kering = Curah Hujan < 60 mm

2. Kualitas Udara Ambien


Dalam aktivitas pembangunan TPA, menimbulkan beberapa
dampak negatif, diantaranya terjadinya penurunan kualitas udara
ambien (meningkatnya kadar emisi CO, NO2, SO2, dan debu)
akibat aktivitas yang menggunakan alat-alat berat. Akibat dari
penggunaan alat berat tersebut menyebabkan emisi gas dan polutan
keluar dan mencemari lingkungan. Apabila musim kemarau tiba,
pergerakan angin menimbulkan polutan udara seperti debu yang
berterbangan ke udara bebas sehingga dapat membahayakan
pekerja dan masyarakat sekitar TPA Banyuroto.

Untuk perhitungan hasil sampling diskalakan menurut ISPU


dengan perhitungan sebagai berikut :

24
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Tabel 2.5 Hasil Sampling Parameter Kimia Kualitas Udara

Lama Konsentrasi Baku


No Parameter Satuan Titik A Titik B Titik C
Pengukuran Mutu
Kimia
1 NO2 µg/Nm3 1 jam 29,50 25,39 33,67 400
2 SO2 µg/Nm3 1 jam 37,70 30,59 32,20 900
3 CO µg/Nm3 1 jam 927,58 839,11 1475,43 30.000
4 PM10 µg/Nm3 24 jam 33,69 32,25 75,95 150
Sumber : Hasil Pemantauan Kualitas Udara Ambien Kabupaten Kulon Progo, 2015
Tabel 2.6 Tabel Skala Kualitas Udara

ISPU Kategori Skala Kategori


1>50 Baik 5 sangat baik
51-100 Sedang 4 baik
101-199 tidak sehat 3 sedang
200-299 sangat tidak sehat 2 buruk
sangat
>300 Berbahaya 1
buruk

3. Intensitas Kebisingan
Dampak berupa peningkatan intensitas kebisingan merupakan
dampak langsung yang terjadi mulai dari tahap pra konstruksi,
konstruksi, pasca konstruksi dan operasi. Penggunaan alat berat
pada jarak 15 m dapat menimbulkan kebisingan sebesar 80-102
dB(A) yang berarti melebihi baku mutu yang ditetapkan. Adapun
hasil pengukuran kebisingan terdapat pada tabel 2.3 sebagai salah
satu parameter fisika kualitas udara.

Tabel 2.7 Tabel Skala Kebisingan

Skala Level Kebisingan Kategori


5 51-60 sangat baik
4 61-70 baik
3 71-80 sedang

25
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

2 91-100 buruk
1 101-110 sangat buruk

4. Getaran
Penggunaan alat dalam pengerjaan TPA Banyuroto menyebabkan
peningkatan getaran. Getaran terjadi akibat transportasi masyarakat
yang berlalu lalang dan kegiatan pembangunan. Nilai getaran
sangat berkaitan dengan tingkat kebisingan yang terjadidi sekitar
TPA Banyuroto.

5. Transportasi
Banyaknya kendaraan yang berlalu lalang untuk mengangkut
bahan dan alat bangunan konstruksi di tempat operasi TPA
mempengaruhi tingkat kemacetan lalu lintas. Hal ini
mempengaruhi ruas jalan yang akan dilewati mobil dan alat berat
lainnya. Kemacetan ini dapat menyebabkan titik kritis yang
berpotensi menjadi masalah yang ada pada ruas jalan.

6. Kebauan
Kebauan yaitu bau yang tidak diinginkan dan dapat mengganggu
kesehatan manusia serta mengganggu kenyamanan lingkungan
dlam kadar dan waktu tertentu. Baku mutu tingkat kebauan
merupakan batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan
dan tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan. Dalam pembangunan TPA Banyuroto ini akan
menimbulkan bau yang tidak enak dan sangat menyengat dan
terdekteksi oleh indera penciuman manusia. Kebauan TPA
Banyuroto ini akan menimbulkan ketidaknyamanan masyarakat

26
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

sekitar TPA Banyuroto. Tingkat kebauan pada TPA dipengaruhi


oleh kelembaban, suhu udara, arah angin, dan kecepatan angin
(Tabel 2.3).

2.2.2 Komponen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Setiap kegiatan pasti memiliki bahaya (hazard), termasuk juga


kegiatan proyek TPA. Disetiap tahapan kegiatan termasuk tahap pasti
memiliki peluang terjadinya bahaya (hazard). Untuk mengatasi hal tersebut
SMK3 atau Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan
harus diterapkan agar dampak dan peluang terjadinya bahaya tersbut dapat
diminimalisir. Rona awal kualitas lingkungan dari parameter kesehatan dan
keselamatan kerja masuk katagori baik tetapi ada kemungkinan dapat
terjadinya kecelakaan kerja dalam kegiatan ini.dengan adanya pengoprasian
TPA karena pada TPA ini pekerja harus melengkapi beberapa SOP pekerja
sehingga mendapat perhatian lebih dalam pekerjaannya. Untuk komponen
K3 dibuat analisis resiko berdasarkan DPH yang ditentukan dengan kriteria
resiko ada pada tabel 2.8.

Tabel 2.8 Kriteria Resiko

Level-5 (Sangat Tidak ada cedera, kerugian biaya rendah,


Ringan) kerusakan peralatan ringan.
Cedera ringan (hanya membutuhkan
Level-4 (Ringan)
P3K), peralatan rusak ringan.
Menyebabkan cidera yang memerlukan
Level-3 (Sedang) perawatan medis ke rumah sakit,
peralatan rusak sedang.
Menyebabkan cidera yang menyebabkan
Level-2 (Berat) cacatnya angota tubuh permanen,
peralatan rusak berat.

27
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Menyebabkan kematian 1 orang atau


Level-1 (Fatal) lebih, kerusakan berat pada mesin
sehingga mengganggu proses produksi.

Langkah-langkah pengaplikasian di tempat kerja dalam upaya


memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja. Metode yang digunakan adalah
metode JSA, dengan melakukan pendekatan yang sering dipakai dan
dianjurkan dalam perundangan dalam pengendalian kecelakaan dengan
menggunakan hirarki pengendalian ESRAA, yaitu sebagai berikut:
1. Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah memodifikasi atau menghilangkan
metode,bahan ataupun proses untuk menghilangkan bahaya secara
keseluruhan. Efektivitas dari eliminasi ini adalah 100%, artinya dapat
menghilangkan bahaya sampai pada titik nol. Contohnya seperti sistem
pemilahan yang dilakukan oleh pekerja dimodifikasi dengan
menggunakan conveyor belt agar pekerjaan bisa lebih aman.
2. Substitusi
Substitusi merupakan penggantian material, bahan, proses yang
mempunyai nilai resiko yang tinggi dengan yang punya nilai resiko lebih
kecil. Contohnya seperti pencacahan yang dilakukan secara manual oleh
pekerja diganti dengan mesin pencacah yang seara otomatis akan
mencacah sampah yang masuk.
3. Rekayasa Teknik
Merekayasa material atau bahan yang mempunyai resiko lebih
tinggi dengan yang mempunyai nilai resiko yang lebih kecil. Contohnya
dengan pemasangan alat sensor otomatis pada alat kerja, isolasi mesin,
modifikasi mesin PLTSa, Penempatan diletakkan dikedap suara,
Menjauh dari sumber kebisingan dari alat yang di timbulkan, membuat
taman air mancur sehingga dapat menurunkan kadar debu dari
kendaraan.

28
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

4. Administrasi
Pengendalian administrastif dengan mengurangi atau
menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau
intruksi. Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi
pemaparan terhadap kandungan bahaya dengan pergiliran atau
perputaran kerja (job rotation), sistem kerja atau hanya dengan
menggunakan tanda bahaya. Pengendalian administratif tergantung pada
perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan, Mengurangi waktu
paparan yang berpotensi terhadap kebisingan alat dan paparan debu
sekitar TPA, Pengukuran dan Pemantauan kebisingan yang meliputi :
maping intensitas, frekuensi, lama, dan distribusi.
5. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung


terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaan diri ini dapat
mengurangi resiko kecelakaan yang timbul. Keberhasilan pengendalian
ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan itu sendiri, artinya
alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan benar. Contohnya
helmet, safety shoes, ear plug, dan safety goggles, half mask respirator,
Sarung tangan.

2.2.3 Komponen Energi

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan lagi oleh


manusia setelah berakhirnya suatu proses. Sistem pengelolaan sampah
mencakup sub sistem pemrosesan dan pengolahan. Masing-masing perlu
dikembangkan secara bertahap sebagai bahan baku maupun sebagai sumber
energi. Dilihat dari komposisi sampah, maka sebagian besar sampah kota di
Indonesia adalah tergolong sampah organic untuk kota-kota besar bisa

29
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

mencapai 70% dari total sampah, dan sekitar 28% adalah sampah non
organik yang terdiri dari menjadi obyek aktivitas pemulung, mulai dari
sumber sampah sampai ke TPA. Sisanya sekitar 2% tergolong lain-lain
seperti B3 yang perlu dikelola tersendiri. Jenis sampah dengan persentase
organik yang terdiri dari sisa makanan, sayuran,sampah halaman, tekstil,
plastic, karet, kertas dan kayu yang tinggi sangat cocok diolah menjadi
kompos, sumber biogas dan sejenisnya. Sedang sampah anorganik seperti
kaca, logam besi dan non besi cukup potensial sebagai bahan daur ulang.
Berdasarkan kenyataannya tersebut, akan lebih baik bila pengurangan
jumlah sampah dilakukan melaluiproses pengolahan sampah yang terpadu.

Tabel 2.9 Presentase Sampah di Kulon Progo

No Kompenen Prosentase
Sampah
1. Organik 55%
2. Plastik 15%
3. Kertas 0%
4. Metals 0%
5. Kayu 1%
6. Kaca 1%
7. Karet/kulit 2%
8. Kain 1%
9. Lain-lain 5%

Tabel 2.10 Volume Timbulan Sampah dan Volume Sampah Terangkut Tahun 2007
(Buku Putih Sanitasi Kulon Progo, 2012)

30
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Sumber Volume Tingkat


Volume Timbulan
Timbunan % Terangkut Pelayana
Sampah (m3)
Sampah (m3/hari) n (%)
Permukiman 42 100 40 95
Perkotaan 4 100 4 100
Pasar 80 100 80 100

Tabel 2.11 Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah per Hari di Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2016 (Buku Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016, 2016)

Jumlah Timbulan Sampah


No. Kecamatan
Penduduk (ton)
1. Temon 29.033 1,5
2. Wates 49.184 17,7
3. Panjatan 39.003 14
4. Galur 32.930 11,9
5. Lendah 41.180 14,8
6. Sentolo 50.224 18,1
7. Pengasih 51.460 18,5
8. Kokap 36.539 13,2
9. Girimulyo 25.216 9,1
10. Nanggulan 30.706 11,1
11. Samigaluh 28.741 10,3
Kalibawan
12. 31.077 11,2
g
Total 445.293 151,4

Tabel 2.12 Jumlah Penduduk

Tahun Jumlah Pertumbuhan Penduduk

31
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Jiwa Presentase
2015 4004203 0 0,00%
2016 4040573 36370 0,90%
2017 4022311 -18262 -0,45%

P 03−P 01
Ka=
2013−2004
4.022 .311−4.004 .203
Ka= =9054 jiwa/tahun
2017−2015
Persentase pertambahan penduduk rata-rata per tahun :
0,45
r= =0,15
3

Tabel 2.13 Backward Projection dengan Metode Aritmatik


Proyeksi
Tahun Tn-To Ka Po
Aritmatik
402231
-2 9054 4004203
2015 1
402231
-1 9054 4013257
2016 1
402231
0 9054 4022311
2017 1
Jumlah 12039771

Contoh perhitungan :
-Proyeksi penduduk tahun 2015
Pn=Po+Ka(Ta−¿)
Po=Pn−Ka(Ta−¿)
P 01=4.022 .311−9054 ( 2015−2017 )=4004203 jiwa

32
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Tabel 2.14 Standar Deviasi Aritmatika


Statistik Proyeksi
Tahun Tahun ke Jumlah Aritmatik Yi-Ymean (Yi-Ymean)2
Penduduk (Yi)
2015 1 4004203 4006218 -16144 260639499
2016 2 4040573 4044605 22243 494736220
2017 3 4022311 4028362 6000 35996000
Jumlah 12067087 791371719
Ymean 4022362
Standar Deviasi 8482

∑ ( xi−x́ )2 =¿
n √ 791.371.719

¿√¿
3
=8482

Tabel 2.15 Proyeksi Penduduk


Proyeksi
Tahun Tn-To Ka Po
Aritmatik
2017 0 9054,0 4022311 4022311
2018 1 9054,0 4022311 4031365
2019 2 9054,0 4022311 4040419
2020 3 9054,0 4022311 4049473
2021 4 9054,0 4022311 4058527
2022 5 9054,0 4022311 4067581
2023 6 9054,0 4022311 4076635
2024 7 9054,0 4022311 4085689
2025 8 9054,0 4022311 4094743
2026 9 9054,0 4022311 4103797
2027 10 9054,0 4022311 4112851
2028 11 9054,0 4022311 4121905
2029 12 9054,0 4022311 4130959
2030 13 9054,0 4022311 4140013
2031 14 9054,0 4022311 4149067
2032 15 9054,0 4022311 4158121

33
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

2033 16 9054,0 4022311 4167175


2034 17 9054,0 4022311 4176229
2035 18 9054,0 4022311 4185283
2036 19 9054,0 4022311 4194337
2037 20 9054,0 4022311 4203391
2038 21 9054,0 4022311 4212445
2039 22 9054,0 4022311 4221499
2040 23 9054,0 4022311 4230553
2041 24 9054,0 4022311 4239607
2042 25 9054,0 4022311 4248661
2043 26 9054,0 4022311 4257715
2044 27 9054,0 4022311 4266769
2045 28 9054,0 4022311 4275823
2046 29 9054,0 4022311 4284877
2047 30 9054,0 4022311 4293931

Proyeksi
Tahun Tn-To Ka Po
Aritmatik
2048 31 9054,0 4022311 4302985
2049 32 9054,0 4022311 4312039
2050 33 9054,0 4022311 4321093
2051 34 9054,0 4022311 4330147
2052 35 9054,0 4022311 4339201
2053 36 9054,0 4022311 4348255
2054 37 9054,0 4022311 4357309
2055 38 9054,0 4022311 4366363
2056 39 9054,0 4022311 4375417
2057 40 9054,0 4022311 4384471
2058 41 9054,0 4022311 4393525
2059 42 9054,0 4022311 4402579
2060 43 9054,0 4022311 4411633
2061 44 9054,0 4022311 4420687
2062 45 9054,0 4022311 4429741
2063 46 9054,0 4022311 4438795
2064 47 9054,0 4022311 4447849
2065 48 9054,0 4022311 4456903

34
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

2066 49 9054,0 4022311 4465957


2067 50 9054,0 4022311 4475011

Timbulan sampah = 1 kg/ orang/ hari = 5,5 l / orang / hari (DIKPLHD, 2016)

5,5 l/orang/hari = 0,0055 m3/orang/hari

Luas TPA = 70 ha = 700.000 m2 : 50 = 14.000

Kedalaman TPA = 3 m

Tinggi urugan sampah = 5 m

Kapasitas TPA per sel = Luas TPA x Kedalaman TPA

= 14.000 m2 x 8 m

= 112.000 m3

Kapasitas total TPA = Luas TPA x Kedalaman TPA

= 700.000 m2 x 8 m

= 5.600.000 m3

Dalam waktu 50 tahun timbulan sampah di Kulon Progo adalah :

Total Sampah masuk = Jumlah Penduduk x Timbulan sampah per orang


= 4.321.093 orang x 0,0055 m3/orang/hari

= 23.766 m3/org/hari

1 ton = 5 m3

1 m3 = 0,2 ton

Pemilahan Sampah 40%

= 23.766 x 40%

35
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

= 9.506,4 m3/hari

= 1.901,28 ton/hari

Incenerator tipe Clean Authority of Tokyo 23 cities (Tokyo Prefecture) 7 unit


dengan kapasitas daya tampung incenerator 300 ton per 24 jam dengan jumlah
energi yang dihasilkan per unit 11.400 KW.

Total energi yang dihasilkan adalah :

Total energi = jumlah incenerator x jumlah energi

= 7 x 11.400 kWh

= 70.800 kWh

= 70,8 MW

Pengolahan sampah kota menjadi energi listrik sudah lama dilakukan


beberapa negara terutama di belahan Eropa dan di Asia seperti Republik Rakyat
China (RRC) dan Singapura. Dengan teknik yang ramah lingkungan PLTSa dapat
berfungsi sebagai TPA. Berdasarkan perhitungan, dari 190 ton sampah atau 760
m3 sampah per hari akan menghasilkan listrik dengan kekuatan 800 kwh3. Dari
pembakaran itu, selain menghasilkan energi listrik, juga memperkecil volume
sampah kiriman. (Fatimah, 2009)

PLTSa dengan bahan bakar sampah merupakan salah satu pilihan strategis
dalam menanggulangi masalah sampah kota, karena selain berpotensi mengurangi
volume sampah secara lebih efektif, juga menghasilkan output berupa energi
listrik. Listrik ini akan membantu atau meringankan beban PLN dalam
penyediaan listrik bagi masyarakat.

36
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Menurut Pasek, (2007) PLTSa adalah suatu teknologi pengolahan sampah


dengan cara dibakar pada temperatur konstan 850-900oC yang dilengkapi boiler
dan kemudian disalurkan ke pengolah lindi yang semuanya dibuat kedap air.
Teknologi PLTSa memenuhi salah satu 1R dan konsep pemusnahan sampah 4 R
yaitu recovery. Sisa pembakaran berupa abu dan debu terbang akan ditampung
dan diproses dengan sisa gas bakar akan melalui serangkaian pemrosesan
pengolahan gas buang. Sisa pembakaran berupa abu dan debu terbang sebesar 20
persen dari berat atau 5 persen dari volume sampah basah. Abu dan debu akan
digunakan sebagai material untuk membuat jalan dan fly ash (debu terbang)
digunakan sebagai bahan campuran bagi material bangunan misalnya campuran
semen atau batako.

Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) tidak bertentangan


dengan RUU Pengelolaan Sampah. Meskipun dalam RUU tersebut mendorong
pengelolaan sampah pada 3R (reduce, reuse, recycle), teknologi PLTSa ini dapat
dilakukan, dengan persyaratan pembangunannya, memenuhi syarat lingkungan,
ekologi, tata ruang, pendanaan, dan pelayanan terhadap masyarakat.

Proses insenerasi pada dasarnya adalah reaksi oksidasi cepat bahan


organik padat (sampah) menjadi bahan anorganik dengan menggunakan oksigen.
Panas yang dihasilkan proses insenerasi dapat dimanfaatnkan untuk mengkonversi
materi menjadi materi lain dan energi, seperti energi listrik dan panas
(Purwaningsih, 2012).

Alat pembakar atau incinerator telah digunakan lebih dari 30 tahun yang
lalu, pembakaran dilakukan di atas temperatur 8500C dan dilengkapi dengan
pengolahan gas racun sehingga kadar dioksin dan gas beracun lainnya
yangteremisi ke udara lebih rendah dari PLTU Batu bara. Sampah akan terbakar
tanpa bantuan bahan bakar tambahan. Namun, tungku pembakaran dilengkapi

37
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

dengan burner berbahan bakar minyak. Pada keadaan normal, burner hanya
beroperasipada waktu start up dan shut down. Setelah digunakan lebih dari 20
tahun diseluruh dunia belum ada korban pencemaran dioksin dan gas beracun
lainnya.

Gambar 2.1 Skema Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

2.2.4 Komponen Biologi

Data biologi yang dimaksud meliputi data flora dan fauna di dekat
Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo. Dalam
pengamatan terhadap kondisi rona lingkungan kawasan rencana
pembangunan TPA Banyuroto merupakan hutan produksi, sawah, serta
adanya permukiman penduduk yang harus dipindahkan. Pada lahan
pengembangan juga masih dijumpai hewan yang dilindungi berupa
beberapa jenis reptil. Secara ekologis, komponen biotik umumnya terdiri
dari tanaman budidaya, tanaman liar, hewan peliharaan dan hewan liar.
Komponen biotik ini diklasifikasikan menjadi flora dan fauna sebagai bahan
kajian dalam studi ini akan terkena dampak pembangunan TPA.

A. Flora

Pengamatan terhadap flora dilakukan di wilayah studi Desa Banyuroto,


Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo. Lokasi di daerah ini

38
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

merupakan hutan produksi, sawah, dan permukiman penduduk. Jenis-


jenis tanaman yang ada disekitar TPA antara lain pohon, padi, semak
dan lain-lain. Berdasarkan pengamatan di lapangan, jenis tanaman
dikelompokkan menjadi tanaman budidaya dan tanaman liar. Berikut ini
adalah jenis-jenis flora yang ada di Desa Banyuroto yang disajikan pada
Tabel 2.16.

Tabel 2.16 Jenis-jenis Flora di Desa Banyuroto


No Nama Lokal Nama Ilmiah
Tanaman Budidaya
1 Jati Tectona Grandis
2 Ketela Pohon Manihot esculenta
3 Kedelai Glycine max
5 Padi Oryza sativa
6 Ubi Kayu Manihot utilisima
7 Jagung Zea may
8 Kacang Tanah Arachis hypogaea
Tanaman Liar
1 Rumput Panicum sp.
3 Bambu Bambusa arundinaea
4 Ketapang Terminalia catapa
5 Jati Tectona grandis
6 Putri Malu Mimosa pudica
Sumber: Nanggulan dalam Angka (2017)

B. Fauna

Daerah pengamatan meliputi daerah sekitar lokasi kegiatan yaitu di


Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo.
Fauna yang diamati meliputi hewan ternak, burung, mamalia dan reptil.
Pengamatan dilakukan dengan cara tidak langsung yaitu dengan
mencari data dari internet dan langsung melakukan wawancara dengan

39
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

penduduk sekitar. Berikut ini adalah jenis-jenis fauna yang ada di Desa
Banyuroto yang disajikan pada Tabel 2.17.

Tabel 2.17 Jenis-jenis Fauna di Desa Banyuroto


No Nama Lokal Nama Ilmiah
Aves
1 Perkutut Geopelia striata
2 Puyuh Coturnix japonica
3 Merpati Domestic Pigeon
Reptil
1 Ular Boiga dendrophila
2 Kadal Eutropis sp.
Unggas
1 Itik Anas gibberifrons
2 Ayam Gallus domesticus
Mamalia
1 Sapi Bos Taurus
2 Domba Ovis aries
3 Kambing Capra aegagrus hircus
4 Kelinci Lepus negricollis
5 Kerbau Bubalus bubalis

2.2.5 Komponen Sosial, Ekonomi, Budaya

Adanya rencana kegiatan pengembangan TPA dan Pembangunan


Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) di Desa Banyuroto,
Kecamatan Nanggulan secara langsung dan tidak langsung akan
berpengaruh terhadap lingkungan sosial, ekonomi dan budaya kehidupan
masyarakat di dalam maupun di sekitarnya. Namun berdasarkan analisis
dampak penting hipotetik yang dilakukan pada dokumen Kerangka Acuan,
komponen lingkungan yang terkena dampak penting dalam hal ini adalah
social, persepsi masyarakat, dan ekonomi.

40
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Kondisi sosial, persepsi masyarakat, serta ekonomi kehidupan


masyarakat di dalam maupun di sekitar lokasi kegiatan pengembangan TPA
dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) di Desa
Banyuroto, Kecamatan Nanggulan pada kondisi awal adalah sebagai
berikut:

A. Kondisi Sosial

Dampak penting hipotetik dari perluasan TPA dan pembangunan


Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Banyuroto yang dapat mempengaruhi
kondisi social masyarakat sekitar Banyuroto diantaranya terbukanya
kesempatan kerja bagi penduduk lokasi dan sekitar lokasi pembangunan
serta kemungkinan adanya perubahan pola hubungan antar masyarakat
kawasan tersebut.

Pola hubungan sosial di tempat rencana proyek dimana hubungan


kekerabatan antar warga desa dalam kegiatan sosial masih berjalan baik.
Pola hubungan sosial dilihat dari kegiatan sosial dan keagamaan, serta
kegiatan gotong royong warga. Kegiatan sosialisasi dan survey
diprediksikan berdampak negatif pada menurunnya pola hubungan sosial
antara masyarakat (yang menerima dan yang menolak rencana kegiatan
yang pada akhirnya akan mengganggu interaksi dan kebersamaan warga)
serta hubungan pemrakarsa. Hubungan masyarakat yang bisa menerima
proyek dengan pemrakarsa akan berjalan baik, namun hubungan
pemrakarsa dengan masyarakat yang belum bisa menerima pembangunan
proyek menjadi tidak berjalan baik. Kegiatan sosialisasi telah
menimbulkan ketidak seimbangan sistem lingkungan sosial yang bersifat
negatif, sehingga diperluakan upaya untuk terciptanya keseimbangan baru
dalam sistem lingkungan sosial.

41
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Adapun kondisi sosial Kabupaten Kulon Progo – Desa Banyuroto


dan sekitarnya adalah sebagai berikut.

1. Kependudukan Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo berdasarkan jenis


kelamin adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan
jumlah penduduk perempuan.Berikut ini adalah data jumlah
penduduk berdar jenis kelamin di Kabupaten Kulon Progo yang
disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.18 Jumlah Penduduk Berdasar Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo

Desa/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio


Temon 13058 13576 26634 96,18
Wates 23483 24394 47877 96,27
Panjatan 17591 18480 36071 95,19
Galur 15356 15668 31024 98,01
Lendah 19524 19747 39271 98,87
Sentolo 23946 24381 48327 98,22
Pengasih 23914 25255 49169 94,69
Kokap 15786 16217 32003 97,34
Girimulyo 11051 11564 22615 95,56
Nanggulan 14236 15136 29372 94,05
Kalibawang 13407 14334 27741 93,53
Samigaluh 12828 13268 26096 96,68
Jumlah 204180 212020 416200 96,3
Sumber : Kulon Progo Dalam Angka,2017

2. Kependudukan Berdasarkan Umur

Kepadatan penduduk kelompok umur adalah jumlah penduduk


berdasarkan kelompok umur pada suatu daerah setiap kilometer

42
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

persegi.Kepadatan penduduk kelompok umur menunjukkan


penyebaran penduduk berdasarkan kelompok umur dan tingkat
kepadatannya di suatu daerah.Berikut ini disajikan kepadatan
penduduk kelompok umur di Kabupaten Bantul pada berikut.

Tabel 2.19 Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur

Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah


0--4 15648 15079 30727
5--9 16042 15383 31425
10--14 16498 15487 31985
15--19 13557 12272 25829
20--24 10056 10435 20491
25--29 14365 14865 29230
30--34 14443 14311 28754
35--39 14019 14086 28105
40--44 15120 15173 30293
45--49 15335 15189 30524
50--54 14245 15350 29595
55--59 12425 13910 26335
60--64 10908 11741 22649
65--69 7819 9230 17049
70--75 5815 7477 13292
75 + 7885 11402 19287
Jumlah 204180 211390 415570
Sumber : Kulon Progo Dalam Angka,2017

3. Kependudukan Berdasarkan Mata Pencaharian

Jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo berdasarkan mata


pencaharian, terdiri dari penduduk yang bermatapencaharian pada

43
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

bidang pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, listrik,


gas, dan air, konstruksi, perdagangan, komunikasi/ transportasi,
keuangan dan jasa lainnya. Berikut ini akan disajikan persentase
penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan
pekerjaan utama dan jenis kelamin pada tabel berikut.

Tabel 2.20 Presentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut
Lapangan Pekerjaan Utama
Lapangan Usaha Presentase
Pertanian 37,81
Pertambangan dan Penggalian 1,32
Industri 14,84
Listrik, Gas, dan Air Minum 0,12
Konstruksi 7,75
Perdagangan 20,02
Transportasi 1,66
Lembaga Keuangan 2,55
Jasa Kemasyarakatan 13,93
Jumlah 100
Sumber : Kulon Progo Dalam Angka,2017

4. Kependudukan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jumlah penduduk Kabupaten Bantul berdasarkan tingkat


pendidikan yaitu penduduk yang tidak atau belum pernah sekolah,
tidak atau belum tamat SD, sekolah sampai dengan tingkat SD,
SLTP, SLTA, DI/ DII, Akademi/ D3, D4 – S3. Berikut ini akan
disajikan persentase penduduk usia 10 tahun ke atas berdasarkan
ijazah tertinggi di Kabupaten Bantul tahun 2009 pada tabel berikut.

Tabel 2.21 Jumlah Pencari Kerja Pendaftar Baru Menurut Tingkat Pendidikan di
Kabupaten Kulon Progo, 2016
Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk
SD 13

44
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

SLTP 121
SMA 456
SMK 1765
SLTA Lainnya 18
DI/DII 3
DIII 214
Sarjana 297
Total 2887
Kabupaten Kulon Progo Dalam Angka, 2016
5. Kepadatan Penduduk Geografis

Kepadatan penduduk geografis menunjukkan jumlah penduduk


pada suatu daerah setiap kilometer persegi.Kepadatan penduduk
geografis menunjukkan penyebaran penduduk dan tingkat
kepadatan penduduk di suatu daerah.Daerah yang mempunyai
kepadatan penduduk geografis tinggi terletak di Kecamatan Wates
sedangkan kepadatan penduduk geografis rendah terletak di
Kecamatan Kalibawang.Berikut ini akan disajikan kepadatan
penduduk geografis per kecamatan tahun 2017 pada tabel berikut.

Tabel 2.22 Kepadatan Penduduk Geografis

Luas
Kepadatan
Wilayah Banyaknya
Kecamatan Penduduk
Total Area Penduduk
Per Km2
(Km2)
Temon 36,3 26634 734
Wates 32 47877 1496
Panjatan 44,59 36071 809
Galur 32,91 31024 943
Lendah 35,59 39271 1103
Sentolo 52,65 48327 918
Pengasih 61,66 49169 797
Kokap 73,8 32003 434
Girimulyo 54,9 22615 412

45
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Nanggulan 39,61 29372 742


Kalibawang 52,96 27741 524
Samigaluh 69,29 26096 377
Jumlah 586,26 416200 710
Sumber : Kulon Progo Dalam Angka,2017
6. Ketenagakerjaan dan Pengangguran

Aspek ketenagakerjaan merupakan salah satu potensi


pembangunan yang sangat menentukan kerberhasilan proses
pembangunan itu sendiri. Permasalahan yang ditimbulkan dalam
aspek ketenagakerjaan adalah apabila ternyata SDM di usia
produktif banyak yang menjadi pengangguran. Hal ini tentunya
mengakibatkan terbentuknya permasalahan sosial yang
memerlukan perhatian tersendiri.Sementara untuk menangani
masalah pengangguran yang muncul akibat krisis yang mengenai
semua lini kehidupan, dibutuhkan suatu pendekatan
multidimensional pada semua sektor. Berikut ini akan disajikan
jumlah angkatan kerja tahun 2015 pada tabel berikut.

Tabel 2.23 Distribusi Persentase Penduduk Angkatan Kerja (15 tahun ke atas) Menurut
Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo
Uraian Laki-Laki Perempuan Jumlah
Bekerja 83,02 63,21 72,81
Angkatan Kerja
Pengangguran 3,12 2,52 2,82
Sekolah 6,71 5,8 6,255
Bukan Angkatan Mengurus
4,34 24,24 14,29
Kerja Rumahtangga
Lainnya 2,81 4,22 3,515
Sumber : Kulon Progo Dalam Angka,2017

Tabel 2.24 Persentase Penduduk 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaan Utama di Kabupaten Kulon Progo
Status Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah

46
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Berusaha Sendiri 5,57 14,5 9,56


Berusaha dibantu buruh tidak tetap 31,67 19,35 26,16
Berusaha dibantu buruh tetap 3,21 3,04 3,13
Buruh/Karyawan 32,02 27,44 29,97
Pekerjaan bebas di pertanian 3,84 3,58 3,72
Pekerjaan Bebas non pertanian 16,41 1,57 9,77
Pekerja Keluarga 7,29 30,53 17,68
Sumber : Kulon Progo Dalam Angka,2017

Tabel 2.25 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran

Terbuka, 2007-2015
TPAK TPT
TAHUN
L P LP L P LP
2007 83,0 60,1 70,8 3,6 5,2 4,3
2008 81,5 63,5 72,1 2,9 4,3 3,6
2009 84,4 62,9 73,3 4,4 4,2 4,3
2010 82,1 65,4 73,5 4,2 4,2 4,2
2011 85,38 65,64 75,17 4,19 1,64 3,03
2012 83,52 67,82 75,40 3,28 2,76 3,04
2013 86,25 65,66 75,61 3,79 1,69 2,85
2014 87,32 67,97 77,34 3,17 2,52 2,88
Sumber: Sakernas Agustus 2007-2014
B. Persepsi Masyarakat

Dalam hal ini, proyek perluasan TPA dan pembangunan PLTSa


Banyuroto ddapat menimbulkan dampak penting diantaranya timbul
persepsi negatif dan keresahan masyarakat terhadap kegiatan proyek.
Adanya pelaksanaan sosialisasi, perizinanan serta survey dapat
menimbulkan kemungkinan terjadinya konflik apabila yang disampaikan
tidak sejalan dengan yang diinginkan oleh masyarakat. Sehingga dapat
memberikan dampak persepsi negatif terhadap rencana kegiatan
pembangunan.
Terbelahnya sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan dapat
terjadi melalui penyebaran informasi awal kepada warga tentang rencana

47
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

pembangunan yang diperoleh lebih banyak dari sumber diluar pemrakarsa.


Hal tersebut akan memumculkan informasi yang tidak akurat, akibatnya
informasi yang berkembang seringkali kurang jelas dan kurang benar.
Ketidakjelasan informasi yang berkembang dapat menimbulkan keresahan
masyarakat sekitar rencana proyek.
Adapun rona awal kondisi masyarakat terhadap persepsi
keberadaan TPA Banyuroto sebelumnya tidak memiliki parameter dan
keresahan yang besar karena tidak adanya permasalahan lingkungan atau
sampah yang mengganggu kenyamanan masyarakat. Kondisi ini
dibuktikan dengan tidak adanya keluhan dan penolakan masyarakat selama
pengoperasian TPA Banyuroto.

C. Kondisi Ekonomi

Pada kondisi ini, dampak penting hipotetik yang diperkirakan


dapat mempengaruhi ekonomi masyarakat adalah terbukanya peluang
berusaha dan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar proyek. Proyek
perluasan TPA dan pembangunan PLTSa diperkirakan dapat meningkatkan
peluang berusaha bagia masyarakat sehingga meningkatkan pendapatan
baik bagi masyarakat lokasi proyek maupun sekitar proyek. Adapun rona
lingkungan awal kondisi ekonomi lokasi proyek adalah sebagai berikut.

1. Tingkat Pendapatan Masyarakat

Mata pencaharian utama di wilayah studi adalah petani. Namun hal


tersebut tidak menutup adanya keprofesian lain di kalangan
penduduk lokal dan pendatang. Berdasarkan data angkatan kerja
kabupaten Kulon Progo, diketahui penduduk yang bekerja

48
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

sebanyak 71,81% dari seluruh angkatan kerja. Adapun data


penduduk miskin kabupaten tahun 2015 kurang lebih 21,40% dari
seluruh total penduduk pada tahun tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa kondisi ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat Kulon
Progo secara keseluruhan adalah baik dan cukup memadai.

2. Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum

Secara garis besar fasilitas sosial dan umum yang terdapat


di Kabupaten Kulon Progo terbilang lengkap.Fasilitas prasarana
transportasi tengah menjadi kemajuan utama dengan adanya
proyek pembangunan bandara Kulon Progo di Kecamatan
Temon.Sedangkan fasilitas dalam sektor pariwisata umumnya di
dominasi oleh wisata alam air seperti jurug (air terjun) dan pantai.

2.2 Kegiatan Lain yang ada di Sekitar Lokasi Perencanaan

Dalam kegiatan pengembangan TPA dan PLTSA yang ada di Desa


Banyuroto, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo memiliki kegiatan-
kegiatan ataupun lahan lain yang memang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat
sekitar selain pembangunan TPA dan PLTSA ini. Adapun kegiatan lain yang ada
di sekiar lokasi pembangunan antara lain :

49
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Gambar 2.1 Lokasi Kegiatan Lain selain Rencana Pembangunan TPA

A. Lahan Persawahan

Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi


oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/ menyalurkan air, yang
biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperoleh atau
status lahan tersebut. Menurut data BPS Kecamatan Nanggulan 2017,
tercatat produksi padi mencapai 18.862 ton.

Pada saat musim kemarau tiba, petani yang ada di kecamatan


Nanggulan menanam tumbuhan palawija. Menurut data BPS Kecamatan
Nanggulan 2017, tercatat produksi palawija didominasi oleh komoditas
ketela pohon sebesar 2.995 ton.

B. Permukiman
Lahan permukiman merupakan lahan yang paling besar diantara lahan
lain di sekitar area pengembangan TPA dan pembangunan PLTSA.
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Nanggulan
mencapai 28.081 jiwa. Dan untuk permukiman warga, menurut data BPS di
Kecamatan Nanggulan tahun 2017 adalah sebanyak 6256 perumahan.

50
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

C. Tegalan dan Ladang


Tegalan adalah lahan pertanian bukan sawah (lahan kering) yang
ditanami tanaman semusim atau tahunan dan terpisah dengan halaman
sekitar rumah serta penggunaanya tidak berpindah-pindah.
Sedangkan Ladang adalah lahan pertanian bukan sawah (lahan kering)
yang biasanya ditanami tanaman semusim dan penggunaannya hanya
semusim atau dua musim, kemudian akan dialihfungsikan bila sudah tidak
subur.

D. Pasar/ Toko
Salah satu pendukung perekonomian suatu wilayah adalah dengan
adanya pasar, swalayan, minimarket yang ada di desa. Pasar adalah salah
satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial, dan
infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa, dan tenaga kerja untuk
orang-orang dengan imbalan uang. Di kecamatan Nanggulan terdapat 3
pasar desa.
Selain pasar, juga terdapat toserba yang ada di kecamatan Nanggulan.
Toserba adalah suatu bentuk toko swalayan yang menjual barang dagangan
eceran. Di kecamatan Nanggulan terdapat 1 minimarket desa.

E. Bank
Selain pasar dan minimarket, kecamatan Nanggulan juga didukung
dengan sarana perbankan yang ada di desa yaitu didukung denga adanya
Bank BRI 1 Unit, Bank BPD 1 Unit, BUKP 1 Unit, dan Bank BPR
sebanyak 1 unit.

51
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

BAB III

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.1 Besaran dan Sifat Penting Dampak


3.1.1 Besaran Dampak

Prakiraan besaran dampak merupakan selisih antara kondisi kualitas


lingkungan hidup yang diprakirakan dengan adanya usaha dan/ atau kegiatan
dengan kondisi kualitas lingkungan hidup yang diprakirakan tanpa adanya usaha
dan/ atau kegiatan dalam batas waktu yang telah ditetapkan.

∆ KL=KLdp−KLtp

Dimana:

∆ KL = Besaran Dampak

KLtp = Kualitas Lingkungan hidup yang akan datang dengan


proyek

KLtp = Kualitas Lingkungan hidup yang akan datang tanpa


proyek

Satuan dari besaran dampak adalah sesuai dengan satuan dari parameter
lingkungan yang ditinjau. Nilai parameter lingkungan yang akan datang tanpa
proyek diasumsikan dengan kondisi kualitas rona lingkungan awal melalui
pendekatan data series untuk mendapatkan skala lingkungan jika tidak adanya
proyek berlangsung.

Secara umum metode prakiraan dampak besar dan penting yang dapat
dilakukan adalah dengan metode formal/ matematis, metode analogi, dan metode
lainnya. Asumsi yang digunakan dalam prakiraan dampak ini adalah kualitas
parameter lingkungan yang akan datang dengan pendekatan kualitas rona
lingkungan hidup awal dengan data deskripsi rencana usaha dan/ atau kegiatan

52
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

serta data prediksi tanpa adanya proyek berdasarkan data sekunder. Setelah
diperoleh perubahan nilai parameter lingkungan menggunakan metode formal
maupun informal, kemudian dilakukan konversi perubahan nilai parameter
lingkungan kedalam perubahan skala kualitas lingkungan.

Skala kualitas lingkungan pada rona lingkungan tanpa proyek (KLtp) dan
pada saat kegiatan berlangsung dengan adanya proyek (KLp) ditampilkan dalam
skala numerik (1-5) dengan kriteria :

Skala 1: Kualitas lingkungan sangat buruk

Skala 2: Kualitas lingkungan buruk

Skala 3: Kualitas lingkungan sedang

Skala 4: Kualitas lingkungan baik

Skala 5: Kualitas lingkungan sangat baik

Kriteria besarnya dampak:

 Tidak ada dampak bila nilai perubahan dampaknya 0.


 Dampak dikatakan kecil bila nilai perubahan dampak nya 1.
 Dampak dikatakan sedang bila nilai perubahan dampak nya 2.
 Dampak dikatakan besar bila nilai perubahan dampak nya 3.
 Dampak dikatakan sangat besar bila nilai perubahan dampak nya 4.

3.1.2 Sifat Penting Dampak

Prediksi dampak penting dilakukan dengan menghubungkan setiap besaran


dengan 7 kriteria dampak penting sebagaimana terdapat pada pasal 22 ayat 2 UU
No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan Yaitu 7
kriteria seperti disajikan pada tabel 3.1:

Tabel 3.1 Ukuran dan Kriteria Dampak Penting

53
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

No Ukuran Dampak Penting Keterangan


1 Kriteria 1 Jumlah manusia yang akan
terkena dampak
2 Kriteria 2 Luas wilayah persebaran
dampak
3 Kriteria 3 Intensitas dan lamanya
dampak berlangsung
4 Kriteria 4 Banyaknya komponen
lingkungan lain yang
terkena dampak
5 Kriteria 5 Sifat kumulatif dampak
6 Kriteria 6 Berbalik atau tidak
berbaliknya dampak
7 Kriteria 7 Kriteria lain sesuai dengan
perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
Sumber : PP No 27 Tahun 2012; Kep. Ka. Bapedal No. 056 Tahun 1994

Berdasarkan kriteria dan kategori penentuan penting/tidaknya dampak,


maka dilakukan keputusan akhir untuk menentukan tingkat epentingan dampak
rencana kegiatan proyek terhadap lingkungan untuk setiap parameter lingkungan.

Tingkat kepentingan dampak yang digunakan adalah Dampak Penting (P)


dan Dampak Tidak penting (TP). Kriteria penetapan sifat penting dampak adalah :

1. Apabila jumlah P ≥ 3 maka tingkat kepentingan dampak termasuk


dalam kategori penting (P).
2. Apabila jumlah P < 3 maka tingkat kepentingan dampak termasuk
dalam kategori tidak penting (TP).

Kriteria penentuan sifat penting dampak ditentukan melalui pedoman yang


disajikan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Penentuan Sifat Penting Dampak

54
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

No Faktor Penentu Sifat Penting Dampak


Tidak Penting (TP) Penting (P)
Dampak Penting
1 Besarnya jumlah Terdapat sekitar Terdapat sekitar ≥
penduduk yang <10% dari jumlah 10% dari jumlah
akan terkena penduduk yag penduduk yang terkena
dampak rencana terkena dampak dampak baik dampak
usaha dan/ atau positif penting lebih positif penting lebih
kegiatan besar dari jumlah kecil atau sama dengan
penduduk yang jumlah penduduk yang
terkena dampak terkena dampak negatif
negatif penting penting
2 Luas wilayah Tidak luasnya Luasnya wilayah
penyebaran dampak wilayah penyebara penyebaran dampak
n dampak dengan dengn syarat lebih
syarat lebih kecil besar ( ≥ 1% dari
(<1% dari luasan) luasan) dibandingkan
dibandingkan dengan luas wilayah
dengan luas wilayah rencana kegiatan
rencana kegiatan
3 Intensitas dampak Intensitas dampak Intensitas dampak
rendah jika populasi Sedang sampai tinggi
terkena dampak jika populasi terkena
tidak terpengaruh dampak terpengaruh
Lamanya dampak Waktu Waktu berlangsung
berlangsung belangsungnya dampak > 1 tahapan
dampak kurang dari kegiatan
satu tahapan
kegiatan
4 Banyaknya Hanya merupakan Menimbulkan dampak
komponen dampak primer sekunder dan dampak
lingkungan hidup lanjutan lainnya

55
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

lain yang terkena


dampak
5 Sifat kumulatif Tidak kumulatif Sifat dampak dapat
dampak diasimilasi oleh
lingkungan
6 Berbalik atau tak Dampaknya dapat Dampaknya tidak dapat
berbaliknya dipulikhkan dipulihkan (tidak
dampak (berbalik) berbalik)
7 Kriteria lain sesuai Dampak penting Dampak penting
dengan negatif ditimbulkan negatif yang
perkembangan ilmu dapat ditanggulangi ditimbulkan tidak dapat
pengetahuan dan oleh ilmu ditanggulangi oleh ilmu
teknologi pengetahuan dan pengetahuan dan
teknologi yang teknologi yang tersedia
tersedia

3.2 Prakiraan Besaran dan Sifat Penting Dampak


3.2.1 Tahap Prakonstruksi
3.2.1.1 Pengadaan Lahan
 Hilangnya Mata Pencaharian Penduduk
a) Prakiraan Besaran Dampak
Kegiatan pengadaan lahan untuk konstruksi pengembangan
TPA dan PLTSa Banyuroto diperkirakan dapat merubah/alih
fungsi lahan sehingga menyebabkan hilangnya mata pencaharian
penduduk yang terjangkau area pengadaan lahan. Sebagai contoh,
lahan sawah pertanian masyarakat yang terjangkau target
perluasan TPA Banyuroto akan dialihfungsikan menjadi landfill
akibatnya para petani akan kehilangan lahan bertani sebagai
sumber pendapatan dan mata pencaharian mereka. Pada kasus ini,
dampak akan terjadi secara langsung kepada masyarakat yang
memiliki lahan pada proyek. Adanya kehilangan mata

56
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

pencaharian penduduk masyarakat Banyuroto dapat dikonversi


menjadi kualitas lingkungan seperti disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Kriteria Kualitas Lingkungan Hilangnya Mata Pencaharian Masyarakat

Kriteria Kualitas/Skala
Parameter
1 2 3 4 5
Lingkungan
Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik
Tingkat
>5 – >3 – >2 –
Pengangguran >8% ≤1%
8% 5% 3%
Masyarakat
Sumber : Sudano Sukirno,2008

1) Kondisi Rona Lingkungan Awal

Berdasarkan Kabupaten Kulon Progo Dalam Angka 2017,


data distribusi persentase penduduk angkatan kerja (15 tahun ke
atas) di Kabupaten Kulon Progo tahun 2015, 75,62% penduduk
Kulon Progo merupakan penduduk angkatan kerja. Adapun
penduduk yang bekerja 72,81% dan tidak bekerja/pengangguran
2,81%. kondisi ini masuk ke dalam kategori baik dimana
pengangguran yang terjadi antara 2% – 3% dari seluruh total
angkatan kerja (skala 4).

2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek


Pendekatan kondisi lingkungan tanpa proyek dilakukan
dengan melihat kondisi pengangguran Kabupaten Kulon progo
dari tahun-ke tahun.

Tabel 3.4 Pertumbuhan Pengangguran Kabupaten Kulon Progo

Tingkat Pengangguran Kenaikan


No Tahun
(%) (%)
1 2011 1.76 -
2 2012 2.9 1.14
3 2013 2.21 -0.69
4 2014 2.22 0.01
5 2015 2.81 0.59
Rata-Rata Peningkatan pengangguran 0.2625
57
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Sumber : Kulon Progo Dalam Angka (2012-2017)


Berdasarkan data sekunder persentase pengangguran Kabupaten
Kulon Progo 5 tahun terakhir (tahun 2011 hingga 2015), rata-
rata kenaikan tingkat pengangguran sebanyak 0,2625%. Maka
tingkat pengangguran yang terjadi tanpa proyek menjadi 3%.
Kondisi ini masuk ke dalam kategori baik dimana tingkat
pengangguran berkisar 2% - 3% dari total penduduk angkatan
kerja (skala 4).

3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek


Berdasarkan data mata pencaharian penduduk Kabupaten Kulon
Progo dalam bidang pertanian (tahun 2016), ratio antara jumlah
petani setiap Ha sawah Kulon Progo adalah 13 petani setiap
Hektarnya, atau dari total luas lahan sawah Kulon Progo 10.366
Ha dimiliki oleh 139.149 petani. Dengan adanya proyek
perluasan TPA dan pembangunan PLTSa Banyuroto terdapat
14,7 Ha sawah penduduk yang teralihfungsikan menjadi lahan
proyek sehingga berpotensi menghilangkan 191 mata
pencaharian petani atau setara dengan 0,2% dari total petani
pada tahun tersebut.
Perbandingan jumlah petani tiap hektar sawah Kabupaten Kulon
Progo tahun 2017 dapat diproyeksikan berdasarkan data jumlah
petani dan luas sawah kabupaten 5 tahun terakhir (2012-2016)
sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 3.5Proyeksi Jumlah Petani dan Luas Lahan Sawah Tahun 2017

N Tahun ∑Petani Selisih ∑Lahan Sawah Selisih

58
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

o (jiwa) (Ha)
1 2012 137359 - 10299 -
2 2013 138418 1059 10297 -2
3 2014 139739 1321 10296 -1
4 2015 139010 -729 10354 58
5 2016 139149 139 10366 12
Rata-Rata 448 Rata-Rata 17
6 2017 139597 10383
Ratio 13 petani/Ha
Sumber : Kabupaten Kulon Progo dalam Angka 2013-2017

Hasil proyeksi menunjukkan ratio jumlah petani dan luas lahan


sawah kabupaten pada tahun 2017 adalah 13 petahi setiap
Hektarnya. Tingkat pengangguran pada tahun tersebut diluar
pelaksanaan proyek adalah 3,11% (kondisi tanpa proyek)
sedangkan pengangguran akibat pembebasan lahan diperkirakan
mencapai 0,2% sehingga tingkat pengangguran pada kondisi
lingkungan dengan proyek diperkirakan mencapai 3,31%.
Kondisi ini masuk ke dalam kategori sedang (skala 3).

Maka dapat disimpulkan bahwa:

 Kualitas rona lingkungan awal = skala 4


 Kualitas lingkungan tanpa proyek = skala 4
 Kualitas lingkungan dengan proyek = skala 3
 Besaran dampak = -1

b) Sifat Penting Dampak


Derajat kepentingan dampak pada hilangnya kesempatan
kerja akibat kegiatan pengadaan lahan pembangunan dan
perluasan TPA-PLTSa Banyuroto didasarkan pada 7 kriteria
penentu tingkat kepentingan dampak seperti ditunjukkan pada
tabel berikut.

59
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Tabel 3.6 Kriteria Penetuan Kepentingan Dampak Hilangnya Mata Pencaharian


Penduduk

Kriteria Dampak
No P TP Keterangan
Penting
Terdapat sekitar 191
Petani atau 0,2% dari jumlah
Jumlah manusia terkena
1 TP petani Kabupaten Kulon Progo
dampak
terkena dampak kegiatan
proyek.
Luas lahan sawah yang
teralihfungsikan menjadi lahan
Luas wilayah
2 P proyek adalah 14,7 Ha atau
persebaran dampak
15% dari total luas kegiatan
proyek
Masyarakat terkena dampak
Intensitas dan lamanya
3 P akan terpengaruh secara
dampak berlangsung
penuh
Aka ada komponen lingkungan
lain terkena dampak yaitu
Jumlah komponen
menurunnya pendapatan,
4 lingkungan lain yang P
kesejahteraan, pengeluaran,
terkena dampak
atau pola konsumsi
masyarakat.
Tidak akan bersifat kumulatif
5 Sifat kumulatif dampak P
dan kompleks
Berbalik atau tidak Dapat berbalik/dipulihkan jika
6 TP
berbaliknya dampak ditangani dengan baik
Kriteria lain sesuai Dampak dapat ditanggulahi
dengan perkembangan dengan pendekatan sosial,
7 TP
ilmu pengetahuan dan budaya, dan ekonomi
teknologi masyarakat
Perkiraan Dampak Penting 4 3 Dampak Bersifat Penting

Berdasarkan analisis sifat dampak penting, dampak hilangnya mata


pencaharian penduduk akibat pengadaan lahan kegiatan proyek
pengembangan TPA dan pembangunan PLTSa Banyuroto adalah
penting karena memiliki luas wilayah persebaran dampak hingga 15%
dari luas wilayah proyek, dampak berlangsung jangka panjang,
mempengaruhi komponen lingkungan lain seperti keresahan

60
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

masyarakat, dan bersifat kumulatif secara regional Kabupaten Kulon


Progo.

 Keresahan Masyarakat
a) Prakiraan Besaran Dampak
Kegiatan pengadaan/pembebasan lahan akan memicu keresahan
dan ketidakpuasan masyarakat terhadap rencana proyek sehingga
menimbulkan penolakan terhadap kegiatan proyek yang akan
berlangsung. Kegiatan sosialisasi rencana proyek akan dilakukan
oleh TPA Banyuroto guna memberikan informasi kepada
masyarakat yang beraktifitas dan bermukim di sekitar proyek serta
berbagai pemangku kepentingan di wilayah perencanaan agar
semua pihak dapat ikut berperan serta dalam memberikan
sumbang saran/pendapat serta keluhan yang berkaitan dengan
rencana pengembangan TPA dan pembangunan PLTSa Banyuroto
tersebut. Di satu sisi masyarakat cenderung khawatir terhadap
adanya kegiatan proyek namun di sis lain berharap bisa mendapat
keuntungan. Berikut data primer dari wawancara 100 responden
sebagai berikut.
Tabel 3.7 Tanggapan Masyarakat Terhadap Rencana Pembangunan dan
Pembangunan TPA dan PLTSa Banyuroto

Komponen Frekuensi Persen Persen Kumulatif


Setuju 90 90% 90%
Valid Tidak Setuju 10 10% 100%
Total 100 100% 100%
Sumber: Data Primer, 2017

Tabel 3.8 Skala Terkait Keresahan Masyarakat

Kriteria Kualitas/Skala
Parameter
1 2 3 4 5
Lingkungan
Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik
Tanggapan Mayarakat Masyarakat Masyarakat Masyrakat Masyarakat
Masyarakat menolak apa cenderung tidak setempat menghendaki

61
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

menolak
menerima
dan dan bersikap
saja yang dan tidak menolak
berfikir sesuai dengan
terhadap berhubungan menolak apapun yang
negative yang
proyek dengan adanya direncanakan
terhadap direncanakan
proyek kegiatan proyek
kegiatan proyek
proyek
proyek
Sumber: Analisis Tim, 2017
1) Kondisi Rona Lingkungan Awal
Berdasarkan kajian rona lingkungan awal, skala kualitas
lingkungan untuk keresahan masyarakat terhadap rencana
pengembangan dan pembangunan Tpa dan PLTSa Banyuroto
0% atau tidak ada sama sekali. Berdasarkan hasil presentase
penyebaran kuisioner didapatkan bahwa 90% responden
menyatakan setuju dan 10% menyatakan tidak setuju dengan
berbagai macam keresahan dan kekhawatiran. Sesuai dengan
tabel skala kualitas lingkungan dimana prensentase masyarakat
setempat yang tidak stuju dengan adanya proyek 10% dan setuju
90% termasuk kategori dimana masyarakat setempat tidak
menolak apapun yang direncanakan proyek maka kualitas
lingkungannya termasuk kategori baik (Skala 4).

2) Kondisi lingkungan Tanpa Proyek


Besaran dampak pada saat tanpa proyek untuk sikap dan
persepsi masyarakat diasumsikan sama dengan kondisi rona
lingkungan awal mengingat kuisioner yang disebarkan oleh tim
saat kondisi dimana penduduk telah menjalani rutinitas di TPA
Banyuroto yang telah ada sebelumnya. Kualitas lingkungan
tanpa proyek tidak berbeda secara signifikandengan kualitas
rona lingkungan awal yaitu masuk kategori baik (skala 4).

3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek

62
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Mengingat aspek sikap dan tanggapan merupakan persoalan


social yang peka dan muda melahirkan sikap suka atau tidak
suka, setuju atau tidak setuju, maka kegiatan sosialisasi
merupakan salah satu komponen kegiatan yang signifikan
berdampak pada sikap masyarakat terhadap proyek. Sosialisasi
ini juga menjadi media antara pemrakarsa dan masyarakat
dimana pemrakarsa menginformasikan berbagai hal yang
berkaitan dengan kebijakan dan tanggung jawab pemrakarsa.
Sosialisasi yang dilakukan juga merupakan langkah awal suatu
pengelolaan terhadap ketidakpercayaan masyarakat yang di
prakirakan terkena dampak agar memperoleh informasi yang
jelas dan akurat tentang rencana kegiatan. Dari hasil penyebaran
kuisioner oleh tim juga didapatkan bahwa kekhawatiran
responden terkait keberadaan TPA dan PLTSa Banyuroto
melalui persentase harapan masyarakat yaitu dari 10%
masyarakat yang menyatakan tidak setuju, 50% khawatir
terhadap bau yang dihasilkan TPA, 30% khawatir terhadap
polusi udara yang dihasilkan pembakaran PLTSa, dan 20%
khawatir terhadap limbah cair pengolahan lindi TPA. Dengan
sosialisasi yang dilakukan secara rutin dan berkelanjutan, maka
diharapkan penduduk yang tidak setuju (10%) akan berkurang
bahkan tidak ada, sehingga sikap atau keresahan masyarakat
terhadap rencana kegiatan proyek adalah 0% atau 100% setuju.
Dengan demikian maka kualitas lingkungan yang terjadi setelah
adanya proyek menjadi kategori sangat baik (skala 5).

Maka dapat disimpulkan bahwa:

 Kualitas rona lingkungan awal = skala 4


 Kualitas lingkungan tanpa proyek = skala 4
 Kualitas lingkungan dengan proyek = skala 5

63
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

 Besaran dampak = +1

Dengan demikian besaran dampaknya termasuk dampak positif


kecil.

b) Sifat Penting Dampak


Derajat kepentingan dampak pada adanya keresahan masyarakat
terhadap rencana pengembangan dan pembangunan TPA – PLTSa
Banyuroto pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak
seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 3.9 Kriteria Penentuan Kepentingan Dampak Keresahan Masyarakat

Kriteria Dampak T
No P Keterangan
Penting P
Masyarakat terkena dampak
adalah masyarakat di sekitar
rencana pengembangan dan
Jumlah manusia
1 P pembangunan TPA-PLTSa
terkena dampak
Banyuroto yang mencapai
12,4% dari total penduduk
terkena dampak
Sebaran dampak akan
mempengaruhi masyarakat
sekitar rencana
Luas wilayah pengembangan dan
2 P
persebaran dampak pembangunan TPA-PLTSa
Banyuroto dengan luas
dampak 8% lebih luas dari
wilayah rencana kegiatan
Populasi masyarakat
terkena dampak akan
Intensitas dan
terpengaruh, dampak akan
3 lamanya dampak P
berlangsung selama lebih
berlangsung
dari 1 tahapan kegiatan
proyek.
4 Jumlah komponen P Aka ada komponen
lingkungan lain lingkungan lain terkena
yang terkena dampak yaitu menurunnya
dampak pendapatan, kesejahteraan,
pengeluaran, atau pola

64
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Kriteria Dampak T
No P Keterangan
Penting P
konsumsi masyarakat.
Sifat kumulatif Tidak akan bersifat
5 TP
dampak kumulatif dan kompleks
Berbalik atau tidak Dapat berbalik/dipulihkan
6 berbaliknya TP jika ditangani dengan baik
dampak
7 Kriteria lain sesuai TP Dampak dapat ditanggulahi
dengan dengan pendekatan sosial,
perkembangan ilmu budaya, dan ekonomi
pengetahuan dan masyarakat
teknologi
Perkiraan Dampak Dampak Bersifat Penting
4 3
Penting

Berdasarkan analisis sifat penting dampak, dampak keresahan


masyarakat akibat pengadaan lahan kegiatan proyek
pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSa Banyuroto adalah
penting karena jumlah penduduk terkena dampak diperkirakan
mencapai 12,4% dari total penduduk Kabupaten Kulon Progo,
luas wilayah persebaran dampak 8% lebih luas dari wilayah
proyek, dampak berlangsung selama lebih dari 1 tahap kegiatan,
dan mempengaruhi komponen lingkungan lain seperti stabilitas
keamanan daerah dan hubungan sosial masyarakat.

 Flora Darat
a) Prakiraan Besaran Dampak
Kegiatan pengadaan lahan untuk pengembangan TPA dan
pembangunan PLTSa Banyuroto selama 6 bulan waktu kajian
diperkirakan dapat merubah alih fungsi lahan sehingga
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas flora. Sebagai
Contoh, lahan vegetasi tumbuhan dan tanaman akan digunakan
dalam pembangunan PLTSa akibatnya lahan vegetasi tumbuhan

65
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

dan tanaman akan terjadi penurunan kualitas karena tidak adanya


perawatan selama 6 bulan waktu kajian pengadaan lahan. Adanya
perubahan tutupan vegetasi pada flora darat dapat dikonversi
menjadi kualitas lingkungan seperti disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.10 Skala Penilaian Tutupan Vegetasi Lahan

Skala
1 2 3 4 5
Paramater
Sangat
Buruk Sedang Baik Sangat Baik
Buruk
Tutupan Tutupan Tutupan Tutupan
Tutupan Lahan
Tutupan Vegetasi Lahan Lahan Lahan Lahan
>75%
<10% 10-25% 25-50% 51-75%

1) Kondisi Rona Lingkungan Awal


Kondisi ekosistem yang ada saat ini (eksisting) diketahui
melalui data kondisi rona lingkungan awal untuk jenis flora
yang ditunjukkan pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Rona Lingkungan Awal Jenis Flora

No Nama Lokal Nama Ilmiah


Tanaman Budidaya
1 Jati Tectona Grandis
2 Ketela Pohon Manihot esculenta
3 Kedelai Glycine max
5 Padi Oryza sativa
6 Ubi Kayu Manihot utilisima

66
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

7 Jagung Zea may


8 Kacang Tanah Arachis hypogaea
Tanaman Liar
1 Rumput Panicum sp.
3 Bambu Bambusa arundinaea
4 Ketapang Terminalia catapa
5 Jati Tectona grandis
6 Putri Malu Mimosa pudica
Sumber : Nanggulan Dalam Angka (2017)

Berdasarkan area pengembangan yang ada, maka dapat


diketahui presentase luasan vegetasi tutupan lahan yang akan
disajikan pada Tabel 3.12 sebagai berikut :
Tabel 3.12 Presentase Tutupan Lahan

Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase


Lahan Hijau 88,20 90%
Permukiman 2,94 3%
Jalan 6,86 7% Melalui tabel
3.8, Total 98 100% maka dapat
diketahui bahwa tutupan vegetasi pada rona lingkungan awal
area pengembangan TPA adalah sebesar 90% sehingga dapat
dikatakan sangat baik (skala 5).

2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek


Kondisi lingkungan tanpa proyek dalam kurun waktu 1 – 2
tahun ke depan diperkirakan akan mengalami sedikit perubahan
namun tidak terlalu signifikan. Perubahan yang terjadi adalah
dengan berubahnya lahan hijau menjadi area permukiman.
Berdasarkan data statistik, setiap tahun pertambahan rumah di
desa Banyuroto adalah sebesar 10 rumah per tahun. Adapun
perkiraan luasan yang mengalami perubahan akan ditunjukkan
pada tabel 3.13 Sebagai berikut:
Tabel 3.13 Prensentase Perkiraan Tutupan Lahan tanpa Proyek

Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase

67
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Lahan Hijau 87,70 89%


Permukiman 3,44 4%
Jalan 6,86 7%
Total 98 100%

Melalui tabel 3.13, maka dapat diketahui bahwa presentase


tutupan lahan yang mengalami perubahan sebesar 1%. Sehingga
tutupan vegetasi pada lingkungan tanpa proyek adalah sebesar
89% dan dapat dikatakan sangat baik (Skala 5).

3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek


Kegiatan pengadaan lahan hanya akan berdampak pada sawah
yang ada di area tersebut. Ini dikarenakan sawah pada saat tahap
pengadaan lahan ini akan mengalami perubahan pada kualitas
sawah itu sendiri. Dari 87,70 Ha Lahan hijau yang ada, luas
sawah hanya 17,4 Ha. Adapun perkiraan persentase perubahan
kualitas lahan hijau pada saat tahap pengadaan lahan akan
ditunjukkan pada Tabel 3.14 sebagai berikut:

Tabel 3.14 Presentase Tutupan Lahan dengan Proyek

Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase


Lahan Hutan Liar 70,3 72%
Sawah 17,4 17%
Permukiman 3,44 4%
Jalan 6,86 7%
Total 98 100%

Berdasarkan Tabel 3.14. maka dapat diketahui bahwa persentase


tutupan lahan yang mengalami perubahan adalah sebesar 17%.
Sehingga tutupan vegetasi pada saat pengadaan lahan adalah
sebesar 83% dan dapat dikatakan sangat baik (skala 5).
Maka, dapat disimpulkan bahwa:
 Kondisi Rona Awal Lingkungan = Skala 5
 Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek = Skala 5
 Kondisi Lingkungan Dengan Proyek = Skala 5

68
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

 Besaran Dampak = 0

b) Sifat Penting Dampak


Derajat kepentingan dampak perubahan tutupan vegetasi dalam
tahapan kegiatan konstruksi landfill berdasarkan pada 7 kriteria
penentu tingkat kepentingan dampak pada Tabel 3.11 sebagai
berikut.

Tabel 3.15 Kriteria Sifat Penting Dampak Perubahan Vegetasi Lahan

N
o Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan
Manusia yang terkena dampak adalah
1 Jumlah manusia terkena dampak TP
masyarakat di sekitar proyek
Persebaran dampak akan berpengaruh
2 Luas wilayah perseberan dampak P
pada masyarakat sekitar lokasi proyek
Dampak akan berlangsung lama
3 Intensitas dan lamanya dampak berlangsung P
selama kegiatan berlangsung
Jumlah komponen lingkungan lain yang
4 P Dampak ikutan dapat terjadi
terkena dampak
Tidak akan bersifat kumulatif dan
5 Sifat kumulatif dampak TP
kompleks
6 Berbalik atau tidak berbaliknya dampak P Dampak dapat berbalik
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu Kriteria lain berdasarkan ekosistem
7 TP
pengetahuan dan teknologi buatan
Prakiraan Dampak Penting 4 3 Dampak bersifat penting

 Fauna Darat
a) Prakiraan Besaran Dampak
Kegiatan pengadaan lahan dalam rangka pengembangan TPA dan
pembangunan PLTSa Banyuroto diperkirakan dapat merubah
tutupan vegetasi sehingga mengubah keberadaan fauna yang ada
di sekitar lokasi kegiatan. Pada tahap pengadaan lahan selama 6
bulan waktu kajian yang tentunya akan mengubah keberadaan
fauna. Perubahan keberadaan fauna di sekitar TPA Banyuroto

69
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

dapat dikonversikan menjadi kualitas lingkungan pada Tabel 3.16


Sebagai berikut:
Tabel 3.16 Skala Penilaian Keberadaan Fauna Darat

Skala
1 2 3 4 5
Paramater
Sangat Sangat
Buruk Sedang Baik
Buruk Baik
1-2 3-5 6 - 10 11 - 15 > 15
Jumlah Jenis Fauna jenis jenis jenis jenis jenis
fauna fauna fauna fauna fauna

1) Kondisi Rona Lingkungan Awal


Kondisi ekosistem yang ada saat ini (eksisting) diketahui
melalui pencarian data. Berikut ini merupakan data kondisi rona
lingkungan awal untuk jenis fauna yang ditunjukkan pada Tabel
3.17.

Tabel 3.17 Rona Lingkungan Awal Jenis Fauna

No Nama Lokal Nama Ilmiah


Aves
1 Perkutut Geopelia striata
2 Puyuh Coturnix japonica
3 Merpati Domestic Pigeon
Reptil
1 Ular Boiga dendrophila
2 Kadal Eutropis sp.
Unggas
1 Itik Anas gibberifrons
2 Ayam Gallus domesticus
Mamalia
1 Sapi Bos Taurus
2 Domba Ovis aries
3 Kambing Capra aegagrus hircus
4 Kelinci Lepus negricollis

70
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

5 Kerbau Bubalus bubalis


Sumber : Nanggulan dalam Angka (2017)

Berdasarkan Tabel 3.17, jumlah fauna yang ditemukan di lokasi


adalah berjumlah 12 jenis sehingga dapat disimpulkan bahwa
keberadaan fauna pada rona awal lingkungan tergolong baik
(skala 4).

2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek


Habitat untuk jenis fauna di sekitar lokasi studi tidak berubah
dalam kurun waktu 1 – 2 tahun ke depan maka diperkirakan
kondisinya akan sama dengan rona lingkungan awal. Dengan
demikian, jumlah fauna yang ada di sekitar lokasi adalah
sebanyak 12 jenis sehingga dapat disimpulkan bahwa
keberadaan fauna pada kondisi lingkungan tanpa proyek
tergolong baik (skala 4).

3) Kondisi Lingkngan Dengan Proyek


Dengan adanya kegiatan pengadaan lahan ini maka akan akan
berdampak terhadap vegetasi sebagai habitat yang akan
mempengaruhi keberadaan fauna. Beberapa jenis fauna akan
kehilangan tempat tinggal dan akan mengubah keberadaan fauna
di sekitar lokasi. Adapun sisa fauna yang masih tertinggal
disekitar lokasi adalah 10 jenis fauna, sehingga dapat
digolongkan ke dalam kategori sedang (skala 3).

Maka dapat disimpulkan bahwa:


 Kondisi Rona Lingkungan Awal = Skala 4
 Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek = Skala 4
 Kondisi Lingkungan Dengan Proyek = Skala 3
 Besaran Dampak = -1

b) Sifat Penting Dampak


Derajat kepentingan dampak perubahan keberadaan fauna darat
dalam tahapan kegiatan pengadaan lahan berdasarkan pada 7

71
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

kriteria penentu tingkat kepentingan dampak pada Tabel 3.18


Berikut:

Tabel 3.18 Kriteria Sifat Penting Dampak pada Perubahan Keberadaan Fauna Darat

N
o Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan
Manusia yang terkena dampak
1 Jumlah manusia terkena dampak TP
adalah masyarakat di sekitar proyek
Persebaran dampak akan
2 Luas wilayah perseberan dampak P berpengaruh pada masyarakat sekitar
lokasi proyek
Intensitas dan lamanya dampak Dampak akan berlangsung lama
3 P
berlangsung selama keiatan berlangsung
Jumlah komponen lingkungan lain yang
4 P Dampak ikutan dapat terjadi
terkena dampak
Tidak akan bersifat kumulatif dan
5 Sifat kumulatif dampak TP
kompleks
6 Berbalik atau tidak berbaliknya dampak P Dampak dapat tidak dapat berbalik
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan Kriteria lain berdasarkan ekosistem
7 TP
ilmu pengetahuan dan teknologi buatan
Prakiraan Dampak Penting 4 3 Dampak bersifat penting

3.2.2 Tahap Konstruksi


3.2.2.1 Rekruitmen Tenaga Kerja
 Terbentuknya Kesempatan Kerja
a) Prakiraan Besaran Dampak
Rencana Pengembangan dan pembangunan TPA-PLTSa
Banyuroto membutuhkan setidaknya 300 tenaga kerja guna
terlibat pada proyek tersebut. Hal ini tentu dapat
membuka/memberikan tambahan kesempatan bagi masyarakat
lokal khususnya Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan, hingga
Kabupaten Kulon Progo.

Tabel 3.19 Presentase Penduduk Angkatan Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha


Kabupaten Kulon Progo, 2016

72
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

No Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Jumlah


Pertanian, Perkebunan,
1 Kehutanan, Perburuan, dan 37.68 37.96 37.81
Perikanan

2 Pertambangan dan Penggalian 2.14 0.31 1.32


3 Industri 11.50 18.97 14.84
4 Listrik, Gas, dan Air Minum 0.22 - 0.12
5 Konstruksi 13.56 0.58 7.75

Perdagangan, Rumah Makan,


6 16.33 24.59 20.02
dan Jasa Akomodasi

Transportasi Pergudangan dan


7 3.00 0.00 1.66
Komunikasi
Lembaga Keuangan, Real Estate,
8 Usaha, Persewaan & Jasa 3.50 1.38 2.55
Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan, Sosial,
9 12.07 16.21 13.93
dan Perorangan
Jumlah/Total 100.00 100.00 100.00
Sumber: Kabupaten Kulon Progo Dalam Angka, 2017

Dari data jumlah penduduk berdasarkan lapangan usahanya


terdapat sekitar 7,75% dari total angkatan kerja penduduk kulon
progo bekerja dalam bidang konstruksi. Hal ini menggambarkan
peluang penduduk lokal untuk memperoleh kesempatan kerja
pada rencana kegiatan ini.

Tabel 3.20 Distribusi Presentase Penduduk Angkatan Kerja (15 Tahun ke atas)
Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo

Perempua
Uraian Laki-Laki Jumlah
n
Angkatan Bekerja 83,02 63,21 72,81
Kerja Pengangguran 3,12 2,52 2,82
Bukan Sekolah 6,71 5,8 6,255

73
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Perempua
Uraian Laki-Laki Jumlah
n
Mengurus
Angkatan 4,34 24,24 14,29
Rumahtangga
Kerja
Lainnya 2,81 4,22 3,515
Sumber: Kulon Progo Dalam Angka, 2017
Adapun spesifikasi tenaga kerja lokal yang dibutuhkan pada
kegiatan proyek TPA-PLTSa Banyuroto adalah sebagai berikut:

Tabel 3.21 Prakiraan Kebutuhan (orang) Berdasarkan Ketrampilan Selama


Tahap Konstruksi

Kebutuhan
No Keahlian Spesifikasi
(Orang)
1 Operator Alat Berat 35 STM/SMA
2 Pengemudi 10 STM/SMA
3 Administrasi dan Sekretariat 14 D3/SMA
4 Security 16 SMP/STM/SMA
5 Kepala Tukang 20 SMP/STM/SMA
6 Tukang 65 SMP/STM/SMA
7 Instalatir Air 25 STM/SMA
8 Instalatir Listrik 25 STM/SMA
9 Lain-lain/Pembantu Tukang 90 SD/SMP/STM/SMA
Total 300

Berdasarkan kesempatan kerja bagi penduduk local relative cukup


banyak yaitu 300 orang, akan tetapi karena pekerjaan dibatasi
dengan keterampilan tenaga kerja maka nantinya akan dibatasi
oleh pemrakarsa dalam merekrut tenaga kerja. Kebutuhan tenaga
kerja dengan spesifikasi ini telah ditentukan sebelumnya dengan
kerja sama pihak ketigasebagai tim proyek dalam pembangunan
gedung. Terbentuknya kesempatan kerja bagi masyarakat
Banyuroto dapat dikonversi menjadi kualitas lingkungan seperti
disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.22 Kriteria Kualitas Lingkungan Terbentuknya Kesempatan Kerja

74
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Kriteria Kualitas/Skala
Parameter
1 2 3 4 5
Lingkungan
Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik
Tingkat
>5 – >3 – >2 –
Pengangguran >8% ≤1%
8% 5% 3%
Masyarakat
Sumber: Sudano Sukirno, 2008

1) Kondisi Rona Lingkungan Awal


Terdapat kurang lebih sebanyak 5774 pencari kerja di
Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2016. Sedangkan pada rona
lingkungan awal dengan proyeksi menjukkan tingkat
penganggurannya mencapai 3,07%. Kondisi ini dalam skala
kualitas lingkungan masuk ke dalam kategori Sedang (skala 3).

2) Kondisi Lingkungan tanpa Proyek


Pendekatan Pendekatan kondisi lingkungan tanpa proyek
dilakukan dengan melihat kondisi pengangguran Kabupaten
Kulon progo dari tahun-ke tahun sebagaimana pada tabel
pertumbuhan pengangguran Kabupaten Kulon Progo
sebelumnya. Maka tingkat pengangguran yang terjadi tanpa
proyek menjadi 3,3%. Kondisi tingkat pengangguran berkisar
>3% - 4% dari total penduduk angkatan kerja ini masuk dalam
kategori sedang (skala 3).

3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek


Berdasarkan data pencari kerja Kabupaten Kulon Progo terdapat
5774 orang pencari kerja pada tahun 2016. Adapun tenaga kerja
yang akan terserap dengan adanya kegiatan proyek TPA-PLTSa
Banyuroto adalah 300 orang tenaga kerja. Jumlah ini setara
dengan 0,1% dari total angkatan kerja kabupaten atau menyerap
5,19% angkatan kerja belum bekerja pada tahun tersebut.
Sehingga tingkat pengangguran kabupaten mengalami

75
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

penurunan diangka 2,97%. Kondisi ini masuk ke dalam kategori


baik (skala 4).

Maka dapat disimpulkan bahwa:


 Kondisi rona lingkungan awal = skala 3
 Kualitas lingkungan tanpa proyek = skala 3
 Kualitas lingkungan dengan proyek= skala 4
 Besaran dampak = +1

Dengan demikian besaran dampaknya termasuk dampak


positif kecil.

b) Sifat Penting Dampak


Derajat kepentingan dampak pada terbentuknya kesempatan kerja
terhadap rencana pengembangan dan pembangunan TPA – PLTSa
Banyuroto pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak
seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 3.23 Kriteria Penentuan Kepentingan Dampak Terbentuknya Kesempatan
Kerja

T
No Kriteria Dampak Penting P Keterangan
P
Masyarakat terkena dampak
yaitu seluruh penduduk di
Jumlah manusia terkena rencana pengembangan dan
1 P
dampak pembangunan TPA-PLTSa
Banyuroto yang belum
memiliki pekerjaan.
Sebaran dampak akan
mempengaruhi masyarakat
sekitar rencana
Luas wilayah persebaran pengembangan dan
2 P
dampak pembangunan TPA-PLTSa
Banyuroto dengan luas
dampak 8% lebih luas dari
wilayah rencana kegiatan
3 Intensitas dan lamanya TP Dampak hanya akan
dampak berlangsung berlangsung sementara

76
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

T
No Kriteria Dampak Penting P Keterangan
P
selama tahap/aktivitas
penerimaan tenaga kerja
konstruksi.
Terdapat ada komponen
lingkungan lain terkena
Jumlah komponen
dampak yaitu meningkatnya
4 lingkungan lain yang P
pendapatan, kesejahteraan,
terkena dampak
pengeluaran, atau pola
konsumsi masyarakat.
Dampak bersifat kumulatif
dan kompleks karena turut
mempengaruhi tingkat
5 Sifat kumulatif dampak P
pengangguran dan
kesejahteraan Kabupaten
Kulon Progo
Berbalik atau tidak Dampak dapat berbalik
6 TP
berbaliknya dampak ketika segera ditangani.
Dampak dapat ditanggulahi
Kriteria lain sesuai dengan
dengan pendekatan sosial,
7 perkembangan ilmu TP
budaya, dan ekonomi
pengetahuan dan teknologi
masyarakat
Perkiraan Dampak Penting 4 3 Dampak Bersifat Penting

Berdasarkan analisis sifat dampak penting, dampak terbentuknya


kesempatan kerja akibat rekrutmen tenaga kerja konstruksi
kegiatan proyek pengembangan TPA dan Pengembangan PLTSA
Banyuroto adalah penting karena jumlah penduduk terkena
dampak meliputi seluruh Kabupaten Kulon Progo, mempengaruhi
komponen lingkungan lain seperti ekenomi dan kesehatan
masyarakat, dan bersifat kumulatif karena turut mempengaruhi
kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan di Kabupaten Kulon Progo.

 Peningkatan Peluang Berusaha


a) Prakiraan Besaran Dampak
Kegiatan pembangunan fisik dan fasilitas pendukung akan
memberikan tambahan peluang berusaha baik bagi penduduk di

77
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

sekitar proyek maupun dari luar proyek. Sebagai contoh akan


tumbuh warung-warung non permanen yang menyediakan
makanan, minumam, dan jasa lainnya bagi kepentingan pekerja
proyek (jumlah pekerja proyek keseluruhan sebanyak 300 orang).
Adanya peluang usaha dapat dikonversikan menjadi kualitas
lingkungan seperti disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.24 Kriteria Kualitas Lingkunag Kesempatan Kerja Lokal

Kriteria Kualitas/Skala
Parameter
1 2 3 4 5
Lingkungan
Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik
Ada 1 Ada 2 Ada 3
Ada >3
Tidak ada usaha usaha usaha
Peluang usaha baru
usaha baru baru baru baru
berusaha yang
yang muncul yang yang yang
muncul
muncul muncul muncul
Sumber: Analisis Tim, 2017

1) Kondisi Rona Lingkungan Awal


Saat kondisi eksisting terdapat 2 jenis usaha baru di depan TPA
Banyuroto yaitu usaha angkringan dan usaha warung makan.
Kondisi ini masuk ke dalam kategori sedang (skala 3).
2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek
Saat kondisi eksisting usaha terdapat 2 usaha baru di depan TPA
Banyuroto yaitu usaha angkringan dan warung makan. Jika
kondisi lingkungan tanpa proyek tidak ada perubahan secara
signifikan berdasarkanbatas waktu kajian selisih antara kondisi
lingkungan eksisting dengan tanpa proyek selama 6 bulan
kedepan maka kondisi ini masuk kategori sedang (skala 3).
3) Kondisi Lingkungah dengan Proyek
Ketika ada proyek konstruksi dengan 300 orang pekerja,
kemungkinan ada peningkatan lapangan usaha baru seperti
warung rokok dan kelontong kecil untuk memenuhi kebutuhan
para pekerja. Peluang usaha = (jenis usaha saat konstruksi –
jenis usaha sebelumnya)/jenis usaha sebelumnya × 100%, maka

78
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

= (3-2)/2 × 100%, yaitu 50%. Diperkiraan akan muncul 3 jenis


usaha baru pada saat kegiatan konstruksi berlangsung. Kondisi
ini masuk kategori baik (skala 4).

Maka dapat disimpulkan bahwa:

 Kondisi rona lingkungan awal = skala 3


 Kualitas lingkungan tanpa proyek = skala 3
 Kualitas lingkungan dengan proyek = skala 4
 Besaran dampak = +1
Dengan demikian besaran dampaknya termasuk dampak positif
kecil.

b) Sifat Penting Dampak


Derajat kepentingan dampak pada peningkatan peluang berusaha
terhadap rencana pengembangan dan pembangunan TPA – PLTSa
Banyuroto pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak
seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.24 Kriteria Penentuan Kepentingan Dampak Peningkatan Peluang


Usaha

Kriteria Dampak T
No P Keterangan
Penting P
Masyarakat terkena dampak
yaitu seluruh penduduk di
Jumlah manusia
1 P sekitar pengembangan dan
terkena dampak
pembangunan TPA-PLTSa
Banyuroto.
Sebaran dampak akan
mempengaruhi masyarakat
Luas wilayah
2 P sekitar pengembangan dan
persebaran dampak
pembangunan TPA-PLTSa
Banyuroto
Dampak hanya akan
Intensitas dan
berlangsung sementara selama
3 lamanya dampak TP
tahap/aktivitas konstruksi
berlangsung
bangunan

79
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Kriteria Dampak T
No P Keterangan
Penting P
Terdapat ada komponen
lingkungan lain terkena dampak
Jumlah komponen
yaitu meningkatnya
4 lingkungan lain yang P
pendapatan, kesejahteraan,
terkena dampak
pengeluaran, atau pola
konsumsi masyarakat.
Dampak bersifat kumulatif dan
kompleks karena turut
Sifat kumulatif mempengaruhi tingkat
5 P
dampak pengangguran dan
kesejahteraan Kabupaten Kulon
Progo
Berbalik atau tidak Dampak dapat berbalik ketika
6 TP
berbaliknya dampak ditangani dengan cepat
Kriteria lain sesuai Dampak dapat ditanggulahi
dengan dengan pendekatan sosial,
7 perkembangan ilmu TP budaya, dan ekonomi
pengetahuan dan masyarakat
teknologi
Perkiraan Dampak Penting 4 3 Dampak Bersifat Penting

Berdasarkan analisis sifat penting dampak, peningkatan peluang


berusaha akibat rekrutmen tenaga kerja konstruksi kegiatan
proyek pengembangan TPA dan Pembangunan PLTSa Banyuroto
adalah penting karena jumlah penduduk terkena dampak
diperkirakan mencapai penduduk Kecamatan Nanggulan Kulon
Progo, mempengaruhi komponen lingkungan lain seperti ekonomi
dan kesehatan masyarakat, dan bersifat kumulatif karena turut
mempengaruhi kondisi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di
Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo.

3.2.1.2. Survey

 Peningkatan Intensitas Kebisingan


a) Prakiraan Besaran Dampak

80
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

1) Rona Lingkungan Awal


Kegiatan survey berpotensi memiliki intensitas
kebisingan yang cukup tinggi. Proses survey dan
investigasi untuk perencanaan meliputi pemasangan
patok dan pengeboran untuk mengetahui kondisi
geologi serta pengukuran topografi. Berdasarkan hasil
pengukuran, diketahui tingkat kebisingan di tapak
proyek adalah sebagai berikut.

Hasil Baku
Lokasi Pengukuran(dBA Mutu
) (dBA)
Tapak
63,9 55
Proyek

Jika ditentukan bahwa pemukiman terdekat adalah


sejauh 100 m, maka intensitas kebisingan yang akan
diterima oleh masyarakat adalah:

Jarak
(m) Intensitas (dBA)
10 50.89

25 46.91

50 43.90

75 42.14

100 40.89

81
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Dibandingkan dengan skala, nilai intensitas kebisingan


berada pada skala 5 yaitu kategori sangat baik.

Tabel 3.25 Skala Kebisingan


Skala Level Kategori
Kebisingan
5 51-60 Sangat Baik
4 61-70 Baik
3 71-80 Sedang
2 91-100 Buruk
1 101-110 Sangat Buruk

2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek


Data profil kinerja perhubungan darat DIY pada tahun
2013 digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan
tanpa proyek, didapatkan kenaikan jumlah kendaraan
bermotor (tahun 2009-2012) yaitu 14% setiap
tahunnya. Hal tersebut akan sebanding dengan
peningkatan nilai kebisingan sebesar 14%. Sehingga
tingkat kebisingan lingkungan tanpa proyek sebesar:

Hasil Baku
Lokasi Pengukuran(dBA Mutu
) (dBA)
Tapak
72,85 55
Proyek

Di pemukiman yang berjarak 100 m akan terjadi


intensitas kebisingan sebagai berikut

Jarak Intensitas
(m) (dB)
10 59.84

25 55.86

50 52.85

82
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

75 51.09

100 49.84

Intensitas kebisingan berada pada skala sangat baik


(Skala 5).
3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek
Lingkungan dengan adanya kegiatan survey dapat
memicu kenaikan tingkat kebisingan. Intensitas
kebisingan akibat penggunaan mesin bor adalah
sebesar 86,13 dBA (Hidayat, 2012). Bila dalam jarak
100 m dari tapak kontruksi, intensitas kebisingan
adalah sebesar:

Jarak Intensitas
(m) (dB)
10 73.12

25 69.14

50 66.13

75 64.37

100 63.12

Kebisingan tersebut memiliki skala 4 yaitu baik, dan


tidak memiliki dampak signifikan terhadap masyarakat
yang terpapar.

83
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Nilai Kebisingan
Kegiatan Survey
20.00

Intensitas Kebisingan (dBA)


Rona
Li ngkunga n
Awal

Rona
Li ngkunga n
0.00 Tanpa Proyek
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Jarak (m)

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan


bahwa:

 Kualitas rona lingkungan hidup awal:skala5

 Kualitas lingkungan tanpa proyek : skala 5

 Kualitas lingkungan dengan proyek: skala 4

 Besaran dampak : -1

b) Sifat Penting Dampak


Tabel 3.26 Prakiraan Sifat Penting Dampak

No Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan


1 Jumlah manusia terkena dampak TP Pekerja dan masyarakat akan terkena
dampak, namun
Intensitas karena
kebisingan hanya
memiliki
2 Luas wilayah persebaran dampak P
cakupan wilayah yang cukup luas

Intensitas dan lamanya dampak Aktivitas pengeboran hanya


3 TP
berlangsung berlangsung sementara

84
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Komponen lain yang terkena dampak


Jumlah komponen lingkungan
4 TP tidak banyak karena hanya diambil
yang lain yang terkena dampak
sampel dari beberapa titik saja

Intensitas kebisingan saat survey


5 Sifat Kumulatif dampak TP
tidak memiliki sifat kumulatif

6 Berbalik atau tidak berbaliknya TP Dampak ini tidak akan berbalik,


dampak
Kriteria lain sesuai dengan karena kebisingan
Penggunaan merupakan
peredam suara serta ear
7 P
perkembangan
Prakiraan dampakIPTEK
penting 2 5 untuk pekerja
Dampak dapat
bersifat mengurangi
tidak penting

Berdasarkan hasil analisis sifat penting dampak, intensitas kebisingan akan


mengganggu pekerja namun tidak dengan masyarakat sekitar. Kegiatan
survey hanya berlangsung sementara, dampak terhadap peningkatan
intensitas kebisingan tidak signifikan terhadap lingkungan.

3.2.2.2 Mobilisasi Tenaga dan Alat


 Peningkatan Intensitas Kebisingan
a) Prakiraan Besaran Dampak
1) Rona Lingkungan Awal
Tahapan mobilisasi alat berat dan tenaga memiliki
intensitas kebisingan tinggi. Berdasarkan hasil
pengukuran, diketahui tingkat kebisingan di tapak
proyek adalah sebagai berikut.

Hasil Baku
Lokasi Pengukuran(dBA Mutu
) (dBA)
Tapak
69,3 55
Proyek
Jika ditentukan bahwa pemukiman terdekat adalah
sejauh 100 m, maka intensitas kebisingan yang akan
diterima oleh masyarakat adalah

Jarak
(m) Intensitas (dBA)

85
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

10 56.29

25 52.31

50 49.30

75 47.54

100 46.29

Dibandingkan dengan skala, nilai intensitas kebisingan


berada pada skala 5 yaitu kategori sangat baik.

Tabel 3.27 Skala Kebisingan


Skala Level Kategori
Kebisingan
5 51-60 Sangat Baik
4 61-70 Baik
3 71-80 Sedang
2 91-100 Buruk
1 101-110 Sangat Buruk

2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek


Data profil kinerja perhubungan darat DIY pada tahun
2013 digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan
tanpa proyek, didapatkan kenaikan jumlah kendaraan
bermotor (tahun 2009-2012) yaitu 14% setiap
tahunnya. Hal tersebut akan sebanding dengan
peningkatan nilai kebisingan sebesar 14%. Sehingga
tingkat kebisingan lingkungan tanpa proyek sebesar:

Hasil Baku
Lokasi Pengukuran(dBA Mutu
) (dBA)
Tapak
79,00 55
Proyek

Di pemukiman yang berjarak 100 m akan terjadi


intensitas kebisingan sebagai berikut

86
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Jarak Intensitas
(m) (dB)
10 65.99

25 62.01

50 59.00

75 57.24

100 55.99

Intensitas kebisingan berada pada skala sangat baik


(Skala 5).
3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek
Lingkungan dengan adanya mobilisasi tenaga dan alat
berat memicu kenaikan tingkat kebisingan karena
adanya pekerjaan seperti:

Jumlah Jumlah Jumlah


Kebisingan
Kendaraan Kendaraan Kendaraa Trip
(dBA)
n Per Trip
Dump
95.8 20 4 5
Truck
Flatbed
98 6 6 3
Truck

Pekerjaan tersebut akan memiliki akumulasi intensitas


kebisingan sebesar 94 dBA. Bila dalam jarak 100 m
dari tapak kontruksi, intensitas kebisingan adalah
sebesar:

Jarak Intensitas
(m) (dB)
10 80.99

25 77.01

50 74.00

75 72.24

87
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

100 70.99

Kebisingan tersebut memiliki skala 3 yaitu sedang, dan


memiliki dampak signifikan terhadap masyarakat yang
terpapar.

Nilai Kebisingan
Mobilisasi
Tenaga dan Alat
20.00
Intensitas Kebisingan (dBA)

Rona
Li ngkunga n
Awal

Rona
Li ngkunga n
0.00 Tanpa Proyek
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Jarak (m)

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan


bahwa:

 Kualitas rona lingkungan hidup awal:skala5

 Kualitas lingkungan tanpa proyek : skala 5

 Kualitas lingkungan dengan proyek: skala 3

 Besaran dampak : -2

b) Sifat Penting Dampak


Tabel 3.28 Prakiraan Sifat Penting Dampak

88
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

No Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan


1 Jumlah manusia terkena dampak P Pekerja dan masyarakat akan
terkena dampak
Intensitas sepanjang
kebisingan jalur
memiliki
2 Luas wilayah persebaran dampak P
cakupan wilayah yang cukup luas

Intensitas dan lamanya dampak Aktivitas mobilisasi hanya


3 TP
berlangsung berlangsung sementara

Komponen lain yang terkena


Jumlah komponen lingkungan yang dampak tidak banyak karena area
4 TP
lain yang terkena dampak pengangkutan tidak melewati
pemukiman yang padat

Intensitas kebisingan dapat bersifat


5 Sifat Kumulatif dampak P kumulatif terhadap sumber
kebisingan yang lain

6 Berbalik atau tidak berbaliknya TP Dampak ini tidak akan berbalik,


dampak
Kriteria lain sesuai dengan karena kebisingan
Penggunaan peredammerupakan
suara serta
7 P
perkembangan
Prakiraan dampakIPTEK
penting 4 3 ear untuk pekerja
Dampak dapatpenting
bersifat mengurangi

Berdasarkan hasil analisis sifat penting dampak, intensitas kebisingan akan


mengganggu pekerja serta masyarakat sekitar. Meskipun mobilisasi alat berat
berlangsung sementara, dampak terhadap peningkatan intensitas kebisingan
harus ditangani secara optimal.

3.2.2.3 Konstruksi Area Landfill


 Perubahan Tutupan Vegetasi Lahan
a) Prakiraan Besaran
Kegiatan konstruksi area landfill dalam rangka pengembangan
TPA dan pembangunan PLTSa Banyuroto diperkirakan
dapatmerubah tutupan vegetasi flora yang ada di sekitar lokasi
kegiatan. Lahan yang ada di sekitar lokasi kegiatan sebelumnya
dimanfaatkan sebagai area persawahan, hutan produksi dan juga
permukiman penduduk. Pada tahap konstruksi area landfill akan
dilakukan pembersihan dan pemerataan lahan yang tentunya akan

89
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

mengubah tutupan vegetasi lahan. Perubahan tutupan vegetasi


lahan di sekitar TPA Banyuroto dapat dikonversikan menjadi
kualitas lingkungan pada Tabel 3.29 sebagai berikut.

Tabel 3.29 Skala Penilaian Tutupan Vegetasi Lahan

Skala
1 2 3 4 5
Paramater
Sangat Sangat
Buruk Sedang Baik
Buruk Baik
Tutupan Tutupan Tutupan Tutupan Tutupan
Tutupan Vegetasi Lahan Lahan Lahan Lahan Lahan
>10% 10-25% 25-50% 51-75% >75%

Gambar 3.1 Peta Tutupan Vegetasi Lahan di Wilayah Studi

1) Kondisi Rona Lingkungan Awal


Kondisi ekosistem yang ada saat ini (eksisting) diketahui
melalui pengamatan visual pada peta yang ditunjukkan pada
Tabel 3.30. Berikut ini merupakan data kondisi rona lingkungan
awal untuk jenis flora yang ditunjukkan pada Tabel 3.30.
Tabel 3.30 Rona Lingkungan Awal Jenis Flora

No Nama Lokal Nama Ilmiah


Tanaman Budidaya

90
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

1 Jati Tectona Grandis


2 Ketela Pohon Manihot esculenta
3 Kedelai Glycine max
5 Padi Oryza sativa
6 Ubi Kayu Manihot utilisima
7 Jagung Zea may
8 Kacang Tanah Arachis hypogaea
Tanaman Liar
1 Rumput Panicum sp.
3 Bambu Bambusa arundinaea
4 Ketapang Terminalia catapa
5 Jati Tectona grandis
6 Putri Malu Mimosa pudica
Sumber: Nanggulan Dalam Angka (2017)

Berdasarkan Tabel 3.31, maka dapat diketahui luasan vegetasi


tutupan lahan pada area pengembangan TPA Banyuroto yang
akan disajikan pada Tabel 3.31 sebagai berikut.
Tabel 3.31 Presentase Tutupan Lahan

Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase


Lahan Hijau 88,20 90%
Permukiman 2,94 3%
Jalan 6,86 7%
Total 98 100%

Melalui tabel 3.31, maka dapat diketahui bahwa tutupan


vegetasi pada rona lingkungan awal area pengembangan TPA
adalah sebesar 90% sehingga dapat dikatakan Sangat Baik
(Skala 5).
2) Kondisi Lingkungan tanpa Proyek
Kondisi lingkungan tanpa proyek dalam kurun waktu 1 – 2
tahun ke depan diperkirakan akan mengalami sedikit perubahan
namun tidak terlalu signifikan. Perubahan yang terjadi adalah
dengan berubahnya lahan hijau menjadi area permukiman.
Adapun perkiraan luasan yang mengalami perubahan akan
ditunjukkan pada tabel 3.32 Sebagai berikut:

91
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Tabel 3.32 Presentase Perkiraan Tutupan Lahan Tanpa Proyek

Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase


Lahan Hijau 87,70 89%
Permukiman 3,44 4%
Jalan 6,86 7%
Total 98 100%

Melalui tabel 3.32, maka dapat diketahui bahwa persentase


tutupan lahan yang mengalami perubahan adalah sebesar 1%.
Sehingga tutupan vegetasi pada lingkungan tanpa proyek adalah
sebesar 89% dan dapat dikatakan sangat baik (skala 5).
3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek
Kegiatan konstruksi area landfill tentu saja akan berdampak
terdapat tutupan vegetasi lahan di sekitar area konstruksi. Lahan
hijau yang ada di sekitar lokasi akan mengalami perubahan
karena terjadi proses pembukan, pembersihan dan pemerataan
lahan. Adapun perkiraan persentase perubahan lahan pada saat
konstruksi area landfill akan ditunjukkan pada Tabel 3.33.
sebagai berikut:
Tabel 3.33 Presentase Perubahan Tutupan Lahan dengan Proyek

Tutupan Lahan Luas (Ha) Persentase


Lahan Hijau (Zona Buffer) 0,62 1%
Area TPA & PLTSA 97,38 99%
Total 98 100%

Berdasarkan Tabel 3.33. maka dapat diketahui bahwa persentase


tutupan lahan yang mengalami perubahan adalah sebesar 88%.
Sehingga tutupan vegetasi pada saat konstruksi area landfill
adalah sebesar 1% dan dapat dikatakan sangat buruk (skala 1).

Maka dapat disimpulkan bahwa:

92
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

 Kondisi Rona Awal Lingkungan = Skala 5


 Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek = Skala 5
 Kondisi Lingkungan Dengan Proyek = Skala 1
 Besaran Dampak = -4

b) Sifat Penting Dampak


Derajat kepentingan dampak perubahan tutupan vegetasi dalam
tahapan kegiatan konstruksi landfill berdasarkan pada 7 kriteria
penentu tingkat kepentingan dampak pada Tabel 3.34 Berikut:
Tabel 3.34 Kriteria Penentuan Kepentingan Perubahan Vegetasi Lahan

No Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan


Manusia yang terkena dampak adalah
1 Jumlah manusia terkena dampak TP
masyarakat di sekitar proyek
Persebaran dampak akan berpengaruh
2 Luas wilayah perseberan dampak P
pada masyarakat sekitar lokasi proyek
Intensitas dan lamanya dampak Dampak akan berlangsung lama
3 P
berlangsung selama keiatan berlangsung
Jumlah komponen lingkungan lain
4 P Dampak ikutan dapat terjadi
yang terkena dampak
5 Sifat kumulatif dampak P Mengakibatkan dampak lain
Berbalik atau tidak berbaliknya
6 P Dampak dapat berbalik
dampak
Kriteria lain sesuai dengan
Kriteria lain berdasarkan ekosistem
7 perkembangan ilmu pengetahuan dan TP
buatan
teknologi
Prakiraan Dampak Penting 5 2 Dampak bersifat penting

 Perubahan Keberadaan Fauna Darat


a) Prakiraan Besaran
Kegiatan konstruksi area landfill dalam rangka pengembangan
TPA dan pendirian instalasi PLTSa Banyuroto diperkirakan dapat
merubah tutupan vegetasi sehingga mengubah keberadaan
faunayang ada di sekitar lokasi kegiatan. Pada tahap konstruksi
area landfill akan dilakukan pembersihan dan pemerataan lahan
yang tentunya akan mengubah keberadaan fauna. Perubahan

93
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

keberadaan fauna di sekitar TPA Banyuroto dapat dikonversikan


menjadi kualitas lingkungan pada Tabel 3.35 Sebagai berikut:
Tabel 3.35 Skala Penilaian Keberadaan Fauna Darat

Skala
1 2 3 4 5
Paramater
Sangat Sangat
Buruk Sedang Baik
Buruk Baik
1-2 3-5 6 - 10 11 - 15 > 15
Jumlah Jenis Fauna jenis jenis jenis jenis jenis
fauna fauna fauna fauna fauna

1) Kondisi Rona Lingkungan Awal


Kondisi ekosistem yang ada saat ini (eksisting) diketahui
melalui pencarian data. Berikut ini merupakan data kondisi rona
lingkungan awal untuk jenis fauna yang ditunjukkan pada Tabel
3.36 sebagai berikut:

Tabel 3.36 Rona Lingkungan Awal Jenis Fauna

No Nama Lokal Nama Ilmiah


Aves
1 Perkutut Geopelia striata
2 Puyuh Coturnix japonica
3 Merpati Domestic Pigeon
Reptil
1 Ular Boiga dendrophila
2 Kadal Eutropis sp.
Unggas
1 Itik Anas gibberifrons
2 Ayam Gallus domesticus
Mamalia
1 Sapi Bos Taurus
2 Domba Ovis aries
3 Kambing Capra aegagrus hircus
4 Kelinci Lepus negricollis
5 Kerbau Bubalus bubalis

94
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Sumber : Nanggulan dalam Angka (2017)


Berdasarkan Tabel 3.36, jumlah fauna yang ditemukan di lokasi
adalah berjumlah 12 jenis sehingga dapat disimpulkan bahwa
keberadaan fauna pada rona awal lingkungan tergolong baik
(skala 4).

2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek


Habitat untuk jenis fauna di sekitar lokasi studi tidak berubah
dalam kurun waktu 1 – 2 tahun ke depan maka diperkirakan
kondisinya akan sama dengan rona lingkungan awal. Dengan
demikian, jumlah fauna yang ada di sekitar lokasi adalah
sebanyak 12 jenis sehingga dapat disimpulkan bahwa
keberadaan fauna pada kondisi lingkungan tanpa proyek
tergolong baik (skala 4).
3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek
Dengan adanya kegiatan konstruksi maka akan akan berdampak
terhadap vegetasi sebagai habitat yang akan mempengaruhi
keberadaan fauna. Beberapa jenis fauna akan kehilangan tempat
tinggal dan akan mengubah keberadaan fauna di sekitar lokasi.
Adapun sisa fauna yang masih tertinggal disekitar lokasi adalah
3 jenis fauna, sehingga dapat digolongkan ke dalam kategori
buruk (skala 2).

Maka dapat disimpulkan bahwa:


 Kondisi Rona Lingkungan Awal = Skala 4
 Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek = Skala 4
 Kondisi Lingkungan Dengan Proyek = Skala 2
 Besaran Dampak = -2

b) Sifat Penting Dampak


Derajat kepentingan dampak perubahan keberadaan fauna darat
dalam tahapan kegiatan konstruksi landfill berdasarkan pada 7
kriteria penentu tingkat kepentingan dampak pada Tabel 3.37
Berikut:

95
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Tabel 3.37 Kriteria Penentuan Dampak Perubahan Fauna Darat

N
o Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan
Manusia yang terkena dampak
1 Jumlah manusia terkena dampak TP
adalah masyarakat di sekitar proyek
Persebaran dampak akan
2 Luas wilayah perseberan dampak P berpengaruh pada masyarakat
sekitar lokasi proyek
Intensitas dan lamanya dampak Dampak akan berlangsung lama
3 P
berlangsung selama keiatan berlangsung
Jumlah komponen lingkungan lain yang
4 P Dampak ikutan dapat terjadi
terkena dampak
5 Sifat kumulatif dampak TP Mengakibatkan dampak lain
6 Berbalik atau tidak berbaliknya dampak P Dampak dapat tidak dapat berbalik
Kriteria lain sesuai dengan perkembangan Kriteria lain berdasarkan ekosistem
7 TP
ilmu pengetahuan dan teknologi buatan
Prakiraan Dampak Penting 4 3 Dampak bersifat penting

3.2.2.4 Konstruksi PLTSa


 Peningkatan Intensitas Kebisingan
a) Prakiraan Besaran Dampak
a) Rona Lingkungan Awal
Tahapan konstruksi PLTSa menggunakan berbagai
macam alat berat dan peralatan yang memiliki
intensitas kebisingan tinggi. Berdasarkan hasil
pengukuran, diketahui tingkat kebisingan di tapak
proyek adalah sebagai berikut.

Hasil Baku
Lokasi Pengukuran(dBA Mutu
) (dBA)
Tapak
72,4 55
Proyek
Jika ditentukan bahwa pemukiman terdekat adalah
sejauh 100 m, maka intensitas kebisingan yang akan
diterima oleh masyarakat adalah:

96
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Jarak Intensitas
(m) (dBA)
10 59.39
25 55.41
50 52.40
75 50.64
100 49.39

Dibandingkan dengan skala, nilai intensitas kebisingan


berada pada skala 5 yaitu kategori sangat baik.

Tabel 3.38 Skala Kebisingan


Skala Level Kategori
Kebisingan
5 51-60 Sangat Baik
4 61-70 Baik
3 71-80 Sedang
2 91-100 Buruk
1 101-110 Sangat Buruk

b) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek


Data profil kinerja perhubungan darat DIY pada tahun
2013 digunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan
tanpa proyek, didapatkan kenaikan jumlah kendaraan
bermotor (tahun 2009-2012) yaitu 14% setiap
tahunnya. Hal tersebut akan sebanding dengan
peningkatan nilai kebisingan sebesar 14%. Sehingga
tingkat kebisingan lingkungan tanpa proyek sebesar:

Hasil Baku
Lokasi Pengukuran(dBA Mutu
) (dBA)
Tapak
82,54 55
Proyek

Di pemukiman yang berjarak 100 m akan terjadi


intensitas kebisingan sebagai berikut

97
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Jarak Intensitas
(m) (dB)
10 69.53
25 65.55
50 62.54
75 60.78
100 59.53

Intensitas kebisingan berada pada skala sangat baik


(Skala 5).
c) Kondisi Lingkungan dengan Proyek
Lingkungan dengan adanya proyek konstruksi PLTSa
memicu kenaikan tingkat kebisingan karena adanya
pekerjaan seperti:

Kebisingan
Pekerjaan
(dBA)
Installing Trench 95.8
Operating Work 98
Welding, Burning 98.4

Pekerjaan tersebut akan memiliki akumulasi intensitas


kebisingan sebesar 102,31 dBA. Bila dalam jarak 100
m dari tapak kontruksi, intensitas kebisingan adalah
sebesar:

Jarak Intensitas
(m) (dB)
10 89.30
25 85.32
50 82.31
75 80.55
100 79.30

Kebisingan tersebut memiliki skala 3 yaitu sedang, dan


memiliki dampak signifikan terhadap masyarakat yang
terpapar.

98
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Nilai Kebisingan
Konstruksi PLTSa
20.00

Intensitas Kebisingan (dBA)

Rona
Li ngkunga n
Awal

Rona
Li ngkunga n
0.00 Tanpa Proyek
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Jarak (m)

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan


bahwa:

 Kualitas rona lingkungan hidup awal:skala5

 Kualitas lingkungan tanpa proyek : skala 5

 Kualitas lingkungan dengan proyek: skala 3

 Besaran dampak : -2

b) Sifat Penting Dampak


Tabel 3.39 Prakiraan Sifat Penting Dampak

No Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan


1 Jumlah manusia terkena dampak P Pekerja dan masyarakat akan
terkena dampak
Intensitas berupamemiliki
kebisingan gangguan
2 Luas wilayah persebaran dampak P
cakupan wilayah yang cukup luas

99
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Aktivitas konstruksi berlangsung


Intensitas dan lamanya dampak sementara, namun akan cukup
3 P
berlangsung mengganggu aktivitas masyarakat
serta produktivitas pekerja

Komponen lain yang terkena


Jumlah komponen lingkungan yang dampak tidak banyak karena
4 TP
lain yang terkena dampak kepadatan penduduk cenderung
rendah

Intensitas kebisingan dapat bersifat


5 Sifat Kumulatif dampak P kumulatif terhadap sumber
kebisingan yang lain

6 Berbalik atau tidak berbaliknya TP Dampak ini tidak akan berbalik,


dampak
Kriteria lain sesuai dengan karena kebisingan
Penggunaan peredammerupakan
suara serta
7 P
perkembangan
Prakiraan dampakIPTEK
penting 5 2 ear untuk
Dampak pekerjapenting
bersifat dapat

Berdasarkan hasil analisis sifat penting dampak, intensitas kebisingan akan


mengganggu pekerja serta masyarakat sekitar. Meskipun konstruksi PLTSa
berlangsung sementara, dampak terhadap peningkatan intensitas kebisingan
harus ditangani secara optimal.

 Penurunan Kualitas Udara


a) Prakiraan Besaran Dampak
1) Rona Lingkungan Awal
Konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 33,69 µg/m3, titik
B yaitu 32,25 µg/m3, dan titik C yaitu 75,95 µg/m3 dengan baku
mutu sebesar 400 µg/m3 ada saat rona lingkungan awal di lokasi
(tanpa proyek) dengan metode uji IK/BBTKLPP/3-G/Pjc-06.
Mengacu kepada peraturan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan No. Kep-107/KABAPEDAL/11/1997
tentang pedoman teknis perhitungan dan pelaporan serta
informasi indeks standar pencemar udara, dengan
tambahan/modifikasi skala kualitas. Besarnya konsentrasi PM10

100
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

(PM10) pada titik A yaitu 33,69 µg/m3, titik B yaitu 32,25


µg/m3, dan titik C yaitu 75,95 µg/m3 menghasilkan nilai ISPU
pada titik A 33,69 µg/m3, pada titik B 32,25 µg/m3, dan pada
titik C yaitu 62,975 µg/m3 dalam selang nilai 1-50 yaitu
‘kategori baik dengan skala kualitas lingkungan baik 5.

Tabel 3.40 ISPU Pada Saat Rona Lingkungan Awal

Titik Letak
Perhitungan ISPU
Sampling Geografis
Persamaan PM10 SO2 NO2
Ia-Ib 50 50 100
Xa-Xb 50 80 1130
7°48'0.33"LS
Titik A 110°11'16.09"BT Xx-Xb 33,69 37,7 29,5
Ib 0 0 0
ISPU 33,69 23,56 2,61
Keterangan Baik Baik Baik
Ia-Ib 50 50 100
Xa-Xb 50 80 1130
7°48'7.29"LS Xx-Xb 32,25 30,59 25,39
Titik B 110°11'42.34"BT Ib 0 0 0
ISPU 32,25 19,12 2,25
Keterangan Baik Baik Baik
Ia-Ib 50 50 100
Xa-Xb 100 80 1130
7°48'15.01"LS Xx-Xb 25,95 75,95 33,67
Titik C 110°10'46.83"BT Ib 50 0 0
ISPU 62,975 47,47 2,98
Keterangan Sedang Baik Baik

Tabel 3.41 Tabel Skala Kualitas Udara

ISPU Kategori Skala


1>50 Baik 5
51-100 Sedang 4
101-199 tidak sehat 3
200-299 sangat tidak sehat 2
>300 Berbahaya 1

101
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek


Dengan menggunakan data profil kinerja perhubungan darat
DIY pada tahun 2013, kenaikan jumlah kendaraan bermotor
(tahun 2009-2012) yaitu 14% setiap tahunnya. Maka, sumber
penurunan kualitas udara pada saat kondisi yang akan datang
tanpa proyek dimana tahun ke-0 adalah tahun 2017. Berdasarkan
hasil analisis gangguan lalulintas dengan pendekatan laju
pertumbuhan kendaraan dalam skala 4 (Baik) sehingga
konsentrasi PM10 (PM10) pada kondisi lingkungan tanpa
proyek yaitu konsentrasi awal PM10 (PM10) ditambah 14%
dikali konsentrasi PM10 (PM10)awal, sehingga konsentrasi
PM10 (PM10) pada titik A yaitu 4,71 µg/m3, pada titik B yaitu
4,52 µg/m3, dan pada titik C yaitu 3,63 µg/m3. Berdasarkan
prakiraan konsentrasi PM10 tersebut maka dapat dikonversi
nilai ISPU sebagai berikut :

Tabel 3.42 ISPU Pada Saat Kondisi Lingkungan tanpa Proyek

Lokasi Letak Geografis Perhitungan ISPU Terhitung Tanpa Proyek

Persamaan PM10
Ia - Ib 50
Xa-Xb 50
7°48'0.33"LS
A Xx - Xb 38,4
110°11'16.09"BT
Ib 0
ISPU 38,4
Keterangan Baik
Ia - Ib 50
Xa-Xb 50
7°48'7.29"LS Xx - Xb 36.765
B 110°11'42.34"BT Ib 0
ISPU 36.765
Keterangan Baik

102
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Ia - Ib 50
Xa-Xb 100
7°48'15.01"LS Xx - Xb 36.583
C 110°10'46.83"BT Ib 50
ISPU 682.915
Keterangan Sedang
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kondisi yang akan datang tanpa
proyek adalah pada kategori baik (skala 5).

3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek


Penurunan kualitas udara pada tahap konstruksi di PLTSa
bersumber dari pengoperasian kendaraan pengangkut alat-alat
berat dan material. Metode prakiraan dampak penting untuk
penurunan kualitas udara (PM10, NO2, SO2) menggunakan
rumus Gaussian sebagai berikut :
2
( x , z )=¿ 2Ql 1 z
0.5
exp− ( )
(2 π) σ s u 2 σs
C¿

Dimana :
C(x,z) = Konsentrasi pencemar udara pada koordinat x dan
z (µg/m3)
QL = Laju emisi per unit jarak (gr/detik.m)
Z = Ketinggian penerima (reseptor) diatas tanah
U = Kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x (m/detik)
σs = Koefisien dispersi vertikal gaussian (m)

Pada kegiatan mobilisasi alat dan material diperkirakan akan


melibatkan kendaraan pengangkut berbahan bakar solar
sebanyak 160 kendaraan perhari. Jika dalam 1 hari waktu
operasional konstruksi adalah selama 8 jam, maka dalam 1 jam
kendaraan yang melewati jalur transportasi adalah sebanyak 20
truck dengan jarak tempuh dari tapak proyek PLTSa menuju
jalan raya adalah 1,6 km.

103
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Dalam prakiraan dampak diasumsikan pemakaian bahan bakar


kendaraan Truck adalah 0,4 liter solar untuk jarak tempuh 1 km,
kecepatan rata-rata kendaraan sekitar 20 km/jam yang
beroperasi selama 8 jam sehari, kecepatan arah angin rata-rata
pada lokasi sampling berdasarkan data pemantauan kualitas
udara Kabupaten Kulon Progo yaitu 1,5 m/s dari utara, koefisien
dispersi gaussian ( σ s ) pada stabilitas atm B adalah sebesar
3,43 m dan ketinggian penerima (z) sebesar 3 m. Faktor emisi
kendaraan berbahan bakar solar berdasarkan WHO adalah
sebesar 2,01 kg/m3 untuk parameter partikulat, 6,36 kg/m3
untuk parameter SO2, dan 7,21 kg/m3 untuk parameter NO2.
Berdasarkan asumsi dan data tersebut, maka dapat dihitung
konsumsi bahan bakar dari alat-alat berat seperti pada tabel
berikut :

N Jenis Kebutuhan  Jarak tempuh Konsumsi


o Kendaraan Solar( L/km) total(km) BBM(m3/hari)
1 Truck 0,4 250 0,625

Faktor emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara dari


sumber pembakaran menurut WHO dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 3.43 Faktor Emisi Menurut WHO

Jenis Jenis Polutan
Bahan Bakar Satuan
Kendaraan Debu(kg/m3) NO2(kg/m3) SO2(kg/m3)
Truk Solar m3 2,01 7,21 6,36
Sumber : WHO offset Publication No. 62 Rapid Assesment of Sources of
Air, Water and Land Pollution, WHO Geneva, 1982

Besarnya emisi dari mobilisasi peralatan dan material saat


konstruksi PLTSa ini didapat dari perkalian faktor emisi dengan

104
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

pemakaian bahan bakar. Sehingga, berdasarkan perkiraan


konsumsi bahan bakar diatas, besarnya laju emisi untuk masing-
masing parameter kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi
adalah sebagai berikut :

 Debu = Konsumsi BBM/hari x Faktor Emisi


= 0,625 m3/hari x 2,01 kg/m3
= 1, 26 kg/hari
= 0,015 gram/detik
 NO2 = 0,625 m3/hari x 7,21 kg/m3
= 4,5 kg/hari
= 0,05 gram/detik
 SO2 = 0,625 m3/hari x 6,36 kg/m3
= 3,98 kg/hari
= 0,046 gram/detik

Maka didapat Konsentrasi masing masing parameter polutan berdasarkan Rumus


Gaussian adalah sebagai berikut :

μg
 Debu(PM10) = 0,0016
m3
μg
 NO2 = 0,0053
m3
μg
 SO2 = 0,0049
m3

Khusus untuk parameter debu (PM10) peningkatannya juga berasal dari


suspensi debu yang terangkat ke udara dari pergerakan roda truck, maka
penurunan kualitas udara (PM10) akibat kegiatan konstruksi PLTSa ini dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

0.7 0.5
S V W N D
Eu=5,9 ( )( )( ) ( ) ( )
12 30 7 4 365
Eu = jumlah PM10 perpanjang jalan (kg/km)
S = silt content (%), 10% untuk jalan diperkeras
V = kecepatan kendaraan (km/jam), 20 km/jam
W = berat kendaraan (20 ton)
N = jumlah roda kendaraan (8 buah)

105
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

D = jumlah hari tidak hujan, 185 hari (DIY dalam angka 2014)
10 20 20 0.7 8 0.5 185
Eu=5,9 ( )( )( ) ( ) ( )
12 30 7 4 365
Eu=2,65 kg/km
Dalam konstruksi PLTSa, mobilitas Dump Truck adalah sejauh ±1,6 km
dengan 5 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang dihasilkan sebesar :
kg trip
Eu=2,65 x5 x 1,6 km/trip
km hari
Eu=21,2 kg /hari
Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Dump Truck
memiliki jarak 100 m dan tinggi 15 m, maka volume kolom udara = 1600
m x 2(100m) x 15 m = 4,8 x 106 m3.
kg
Eu=21,2 =21,2 x 106 mg/hari
hari

mg
Eu=21,2 x 10 6 : 4,8 x 106 m3
hari

mg
Eu=4,42 /hari
m3

μg
Eu=4.420 /hari
m3

Tabel 3. 44 Prakiraan Peningkatan Emisi

Titik RONA AWAL KONSTRUKSI PLTSA


Satuan
Sampling PM10 S02 NO2 PM10 S02 NO2
A µg/m3 33,69 23,56 2,61 4453,692 23,5649 2,6153
B µg/m3 32,25 19,12 2,25 4452,252 19,1249 2,2553
C µg/m3 62,98 47,47 2,98 4482,982 47,4749 2,9853
RATA-RATA 42,97 30,05 2,61 4462,98 30,055 2,62
BAKU MUTU 400 900 150 400 900 150

Tabel 3.45 Tabel Skala Kualitas Udara

ISPU Kategori Skala


1>50 Baik 5
51-100 Sedang 4

106
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

101-199 tidak sehat 3


200-299 sangat tidak sehat 2
>300 Berbahaya 1

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kegiatan konstruksi


PLTSa yang bersumber dari mobilisasi material dan alat berat
akan memberikan beban pencemaran udara berupa debu
(PM10), NO2, dan SO2. Kontribusi debu (PM10) diperkirakan
sudah melebihi baku mutu, sedangkan kontribusi SO2 dan NO2
diperkirakan masih berada dibawah baku mutu Peraturan
Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Udara Ambien Nasional.
Kualitas udara pada rona awal masih tergolong baik karena
memiliki kualitas lingkungan dengan skala 5, sedangkan
kondisi pada konstruksi PLTSa menunjukkan peningkatan yang
signifikan terhadap parameter debu (PM10), namun khusus
parameter NO2 dan SO2 mengalami kenaikan yang relatif kecil.
Sehingga, skala kualitas lingkungan setelah adanya kegiatan
konstruksi PLTSa berubah menjadi skala 1.

b) Sifat Penting Dampak


Penentuan sifat penting dampak kegiatan mobilisasi terhadap
kualitas udara :
Tabel 3.46 Prakiraan Sifat Penting Dampak

No Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan


1 Jumlah manusia terkena P Para pekerja dan pengunjung peninjau di
dampak lokasi
Partikelkonstruksi dan wilayah
akansekitarnya
2 Luas wilayah persebaran TP PM10 tersuspensi tersebar
dampak di wilayah sekitar lokasi pengerjaan yang
Aktivitas pembukaan tanah dan
Intensitas dan lamanya pembongkaran bangunan berlangsung
3 TP
dampak berlangsung pada tahap awal masa konstruksi dengan
hanya pada lokasi-lokasi tertentu yang
dilakukan pembukaan lahan.

107
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Jumlah komponen Komponen lain yang terkena dampak


lingkungan yang lain yang TP seperti pemukiman penduduk yang
4 terkena dampak berada sekitar TPA dan PLTSa
dampak peningkatan konsentrasi PM10
dari kegiatan penyiapan lahan dan
pembongkaran bersifat kumulatif
5 Sifat Kumulatif dampak P
terhadap kegiatan, karena tidak adanya
penyiraman lahan dan sistem pengerjaan
yang bertahap.
6 Berbalik atau tidak TP Dampak ini akan segera membaik
berbaliknya
Kriteria lain dampak
sesuai dengan setelah selesai
Penyiraman kegiatan
berkala konstruksi
dapat mengurangi
7 P
perkembangan
Prakiraan IPTEK
dampak PM10 disekitar lokasi tapak proyek
3 4 Dampak bersifat tidak penting
penting

Berdasarkan hasil analisis sifat penting dampak, konsentrasi


emisi yang paling tinggi pada proses pemantauan adalah PM10.
Oleh karena itu, jika dilakukan penyiraman secara berkala, maka
dampak akan segera membaik.Selain itu, dampak ini hanya akan
berlangsung selama kegiatan mobilisasi saat konstruksi.

 Peningkatan Getaran
a) Prakiraan Besaran Dampak
1) Rona Lingkungan Awal
Rona awal tingkat getaran di sekitar tapak proyek menunjukkan
bahwa daerah tersebut memiliki adanya sumber getaran yaitu
konstruksi TPA sehingga angka getaran berada pada rentang
terkecil yaitu 0 – 4 micron (diambil 0,5 micron) dengan
frekuensi berjumlah 50 Hz(Keputusan Menteri No
49/MENLH/11/1996), maka disimpulkan termasuk dalam
kriteria sangat baik atau nyaman (skala 5).

Tabel 3.47 Skala Kualitas Lingkungan terhadap Getaran

Frekuensi Harkat dan Rentangan dalam micron 106

108
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Skala 1 Skala 2 Skala 3 Skala 4 Skala 5


(Hz) Menyakitka Tidak Mengganggu Tidak Nyaman
n Nyaman Mengganggu
4 <1000 501 - 101- 500 51 - 100 0 - 50
1000
5 <1000 351-1000 81-350 41-80 0-40
6.3 <1000 276-1000 71-275 36-70 0-35
8 >500 161-500 51-160 26-50 0-25
10 >300 121-300 37.1-120 18.6-37 0-18.5
12.5 >220 91-220 33-90 17-32 0-16
16 >120 61-120 25-60 12.6-25 0-12.5
20 >85 41-85 22-40 11-20 0-10
25 >50 31-50 17.1-30 8.6-17 0-8.5
31.5 >30 20.1-30 12.1-20 6.1-12 0-6
40 >20 15.1-20 9.1-15 4.6-9 0-4.5
50 >15 12.1-15 8.1-12 4.1-8 0-4
63 >12 9.1-12 6.1-9 3-1.6 0-3

2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek


Peningkatan getaran saat kondisi lingkungan tanpa proyek
disebabkan oleh kendaraan bermotor dengan menggunakan laju
pertumbuhan kendaraan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada
tahun 2009 - 2012 yaitu sekitar 14% (Profil Kinerja dan
Perhubungan Darat tahun 2013). Maka tingkat getaran pada
lingkungan tanpa proyek adalah sebesar 0,14 kali lebih tinggi
dari kondisi rona lingkungan awal, yaitu:

Getaran=0,5 micron x 1,14=0,57 micron

Dapat disimpulkan bahwa nilai getaran pada lingkungan tanpa


proyek masih berada pada skala nyaman (skala 5), yaitu dalam
kisaran 0 – 4 micron untuk frekuensi 50 Hz.

3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek

109
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Peningkatan getaran pada tahap konstruksi PLTSa disebabkan


oleh penggunaan alat-alat berat seperti:

N Jenis Alat Kapasitas Uni


o t
1 Backhoe 73 HP 10
2 Dump Truck 25 m3 20
3 Bulldozer 100 - 150 3
HP
4 Concrete Pump Car 30 m3/jam 1
5 Concrete Mixing 60 m3/jam 1
Plan

Peningkatan getaran yang diakibatkan dari adanya penggunaan


peralatan tersebut sebagai berikut:

n
25
PPV (D )=PPV ref ( )
D

Dimana:

PPV(D) = Tingkat kecepatan getaran pada jarak D (in/s)

PPVref = Referensi tingkat kecepatan getaran sumber pada jarak


25 ft

Untuk impact pile driving adalah 0,644 in/s

D = Jarak sumber getar dengan reseptor (ft)

N = Propagation Coefficient = 1,5

Sehingga berdasarkan persamaan tersebut, diperkirakan getaran pada


reseptor yang berjarak 20 meter (65,6 ft) adalah sebagai berikut.

1,5
25 ft
PPV ( D )=0,644 ¿ (
s 65,6 ft )
¿ 0,152 in/s
= 3,85 mm/s

110
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Formula yang digunakan untuk memprakirakan dampak getaran dari


tahap konstruksi PLTSa sesuai dengan US Federal Transit
Administration Guidance (2006):

Lv ( D ) =Lv(ref )−20 log ( 25D )


Dimana:

LV(D) = Tingkat kecepatan getaran pada jarak D (VdB)

LVref = Referensi tingkat kecepatan getaran sumber pada


jarak 25 ft Untuk impact pile driving adalah 104 VdB

D = Jarak sumber getar dengan reseptor (ft)

Sehingga berdasarkan persamaan tersebut, dapat diperkirakan


getaran pada reseptor yang berjarak sekitar 20 meter (65,6 ft) sebagai
jarak terdekat terhadap pemukiman adalah:

Lv ( D ) =104−20 log ( 65,6


25 )

= 95,621 VdB

= 0,524 mikron

Jika dibandingkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No


49/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran terhadap Struktur
Bangunan dan Kenyamanan Manusia, kondisi lingkungan dengan
proyek, memiliki nilai getaran sebesar 0,524 mikron dalam frekuensi
50 Hz dan masih berada di skala 5 (nyaman).

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

111
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

 Kualitas rona lingkungan hidup awal : skala 5

 Kualitas lingkungan tanpa proyek : skala 5

 Kualitas lingkungan dengan proyek : skala 5

 Besaran dampak :0

b) Sifat Penting Dampak


Derajat kepentingan dampak pada peningkatan getaran untuk kegiatan
konstruksi PLTSa dapat ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.48 Kriteria Penentuan Kepentingan Dampak Peningkatan


Getaran

Kriteria dampak
No P TP Keterangan
penting
Manusia yang terkena
dampak adalah
masyarakat yang berada
Jumlah manusia
1 TP di sekitar tapak proyek,
terkena dampak
diberikan jarak aman
sebesar 20 meter dari
sumber dampak
Luas sebaran dampak
Luas wilayah
2 P getaran tidak kecil, yaitu
persebaran
sekitar 20 meter
Intensitas dan Intensitas dampak
3 lamanya dampak TP tergolong kecil, yaitu
berlangsung 0,524 mikron
Komponen lingkungan
Jumlah komponen yang terkena dampak
4 lingkungan lain TP terbatas pada komponen
terkena dampak di sekitar daerah
konstruksi PLTSa

112
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Tidak akan bersifat


Sifat kumulatif kumulatif karena
5 TP
dampak peningkatan getaran
berlangsung sementara
Dampak yang timbul
Berbalik atau tidak tidakakan berbalik
6 TP
berbaliknya dampak karena hanya bersifat
satu arah
Kriteria Lain sesuai Peningkatan getaran
perkembangan ilmu dapat dikurangi dengan
7 TP
pengetahuan dan penambahan peredam
teknologi getaran
Jumlah 1 6 Dampak tidak penting

Berdasarkan hasil analisis sifat penting dampak, peningkatan getaraan tidak


akan mengganggu pekerja serta masyarakat sekitar. Karena jumlah manusia
yang akan terpapar sedikit, dikarenakan getaran memiliki nilai yang sangat
kecil.

3.2.3 Tahap Operasi


3.2.3.1 Rekrutment Tenaga Kerja Operasional
 Terbentuknya Kesempatan Kerja
a) Prakiraan Besaran Dampak
Penambahan kapasitas landfill yang akan diperluas sebesar 70 ha,
ditambah dengan pembangunan PLTSa sebesar 5 ha dan 23 ha
lahan akan digunakan sebagai bangunan pelengkap dalam
operasional dan akan beroperasi selama 20 tahun, sehingga akan
menimbulkan dampak distribusi manfaat dan keuntungan dalam
proyek ini oleh masyarakat.
Kegiatan operasional TPA dan PLTSa akan membuka lapangan
kerja baru bagi warga sekitar. Sehingga adanya tenaga kerja dari
warga sekitar yang terserap. Perkiraan besaran dampak terkait
penambahan kesempatan kerja di uraikan sebagai berikut :

113
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Tabel 3.41 Distribusi Presentase Penduduk Angkatan Kerja (15 Tahun Ke Atas)
Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo

Uraian Laki-Laki Perempuan Jumlah


Angkata Bekerja 83,02 63,21 72,81
n Kerja Pengangguran 3,12 2,52 2,82
Bukan Sekolah 6,71 5,8 6,255
Mengurus
Angkata
Rumahtangga 4,34 24,24 14,29
n Kerja Lainnya 2,81 4,22 3,515
Sumber: Kulon Progo dalam Angka 2016

Berdasarkan data data angkatan kerja 2016 tingkat pengangguran


di Kulon Progo (15 tahun ke atas) sebanyak 2,82 % yaitu ada
sebanyak 5294 orang dari 188412 orang. Dengan adanya kegiatan
oprasional TPA dan PLTSa yang membutuhkan tenaga kerja lokal
dengan kebutuhan tenaga kerja sebagai berikut :

Tabel 3.42 Perkiraan Kebutuhan (orang) Tenaga Kerja Lokal dan Keahlian

N Kebutuhan Spesifikas
Keahlian
o (orang) i
Petugas
1 1000 SD/SMP
Kebersihan
STM/SM
2 Maintenance 50
A
STM/SM
3 Services 10
A
Material STM/SM
4 33
Heandling A
5 Administration 96 D3/SMA
Total 1189

Berdasarkan kesempatan kerja bagi penduduk lokal relatif cukup


banyak yaitu 1189 orang, akan tetapi pekerjaan dibatasi dengan
keterampilan tenaga kerja maka nantinya akan dibatasi oleh

114
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

pemrakarsa dalam merekrut tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja


ahli seperti manajer proyek maupun site manager telah ditentukan
sebelumnya oleh pihak pembuat proyek. Jika diisi oleh tenaga
kerja lokal maka presentase kesempatan kerja sebesar 22 % dari
total pengangguran. Kriteria kualitas lingkungan tersebut seperti
tabel dibawah ini :
Tabel 3.43 Kriteria Kualitas Lingkungan Kesempatan Kerja Lokal

Parameter 1 (sangat
2 (buruk) 3 (sedang) 4 (baik) 5 (sangat baik)
Lingkungan Buruk)

81 %- 100% 61%-80% 41%-60 % 21%-40% 1%-20%


angkatan kerja angkatan kerja angkatan angkatan kerja angkatan kerja
Kesempatan belum terserap belum terserap kerja belum belum terserap belum terserap
kerja sebagai tenaga sebagai tenaga terserap sebagai tenaga sebagai tenaga
kerja kerja sebagai kerja kerja
tenaga kerja

1) Kondisi Rona Lingkungan Awal


Berdasarkan data distribusi persentase penduduk angkatan kerja
(15 tahun ke atas) menurut jenis kelamin di kabupaten Kulon
Progo tahun 2017 terdapat ankatan kerja dengan usia produktif
sebanyak 188412 orang dan 5294 orang yang belum bekerja,
dengan demikian presentase tenaga kerja yang belum terserap
sebesar 2,81% masuk dalam kategori sangat baik (skala 5).
2) Kondisi Lingkungan tanpa Proyek
Pendekatan kondisi lingkungan tanpa proyek melalui
pertumbuhan ekonomi daerah khusunya di kabupaten Kulon
Progo. Berdasarkan data distribusi persentase penduduk
angkatan kerja (15 tahun ke atas) menurut jenis kelamin di
kabupaten Kulon Progo tahun 2017 terdapat ankatan kerja
dengan usia produktif sebanyak 188412 orang dan 5294 orang
yang belum bekerja. Dengan pertumbuhan ekonomi daerah

115
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

sebesar 4,76% maka ada pengurangan jumlah penganguran


sebesar 252 orang dari 5294 orang. Dengan demikian presentase
tenaga kerja yang belum terserap sebesar 2,68 % masuk dalam
kategori sangat baik (Skala 5).
3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek
Berdasarkan data distribusi persentase penduduk angkatan kerja
(15 tahun ke atas) menurut jenis kelamin di kabupaten Kulon
Progo tahun 2017 terdapat angkatan kerja dengan usia produktif
sebanyak 188412 orang dan 5294 orang yang belum bekerja.
Kebutuhan tenaga kerja sebanyak 1189 orang, sehingga
presentase tenaga kerja yang belum terserap sebesar 2,18 %
masuk dalam kategori sangat baik (Skala 5).
Maka dapat disimpulkan bahwa:
 Kualitas rona lingkungan awal = Skala 5
 Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 5
 Kualitas lingkungan dengan proyek = Skala 5
 Besaran dampak = 0
Dengan demikian dapat disimpulkan besaran dampaknya
termasuk tidak berdampak

b) Sifat Penting Dampak


Derajat kepentingan dampak pada kesempatan kerja untuk
kegiatan penerimaan tenaga kerja dengan mendasarkan pada 7
kriteria penentu tingkat kepentingan dampak seperti di tujukan
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.44 Kriteria Penentuan Kepentingan Terbentuknya Kesempatan Kerja

N
o Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan
Ditinjau dari jumlah manusia yang
terkena dampak, maka dikategorikan
Jumlah manusia terkena
1 P sebagai dampakpenting (P), karena
dampak
manusia yang bekerja hampir dari
berbagai wilayah

116
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Sebaran dampak akan mempengaruhi


Luas Wilayah persebaran
2 P masyarakat sekitar lokasi rencana
dampak
pengembangan dan pembangaunan
Dampak hanya akan berlangsung
Intensitas dan lamanya
3 P sementara selama aktivitas penerimaan
dampak berlangsung
tenaga kerja oprasional
Akan ada komponen lain yang terkena
Jumlah komponen dampak yaitu meningkatnya
4 lingkungan lain terkena P pendapatan, kesejahteraan, pengeluaraan
dampak atau pola konsumsi masyarakat, tingkat
kesehatan dan pendidikan
Tidak akan bersifat kumulatif dan
5 Sifat kumulatif dampak TP
kompleks
Dampak yang timbul dapat bersifat
Berbalik atau tidak berbalik apabila pelaksanaan kegiatan
6 TP
berbaliknya dampak tidak sesuai dengan komitmen dan
kesepakatan
Kriteria Lain sesuai
Kriteria lain berdasarkan pendekatan
7 perkembangan ilmu TP
sosial ekonomi masyarakat
pengetahuan dan teknologi
Jumlah 4 3 Dampak bersifat penting

 Peningkatan Peluang Berusaha


a) Prakiraan Besaran Dampak
Kegiatan oprasional TPA dan PLTSa Banyuroto, akan
memberikan tambahan peluang berusaha naik bagi penduduk di
sekitar proyek maupun dari luar proyek. Sebagai contoh, usaha
pemilahan sampah pelastik botol mineral untuk daur ulang
sampah dari pengepul sampah di sekitar TPA Banyuroto. Adanaya
peluang usaha dapat dikonversi menjadi kualitas lingkungan
seperti disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.45 Prakiraan Besaran Dampak Peningkatan Peluang Usaha

117
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Parameter 1 (sangat 5 (sangat


2 (buruk) 3 (sedang) 4 (baik)
Lingkungan Buruk) baik)

Tidak ada Ada 1 usaha Ada 2 usaha Ada 3 usaha Ada > 3
Kesempatan
usaha baru baru yang baru yang baru yang usaha baru
kerja
yang muncul muncul muncul muncul yang muncul

1) Kondisi Rona Lingkungan Awal


Saat kondisi eksisting usaha yang ada terdapat 2 jenis usaha di
sekitar lokasi TPA, yaitu usaha Pengumpulan sampah Plastik,
Daur ulang sampah. Kondisi ini masuk dalam kategori
sedang (skala 3).
2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek
Saat kondisi eksisting usaha terdapat 2 jenis usaha di sekitar
lokasi TPA Banyuroto, yaitu usaha Pengumpulan sampah
Plastik, Daur ulang sampah. Jika kondisi lingkungan tanpa
proyek tidak ada perubahan secara signifikan berdasarkan
batas waktu kajian selisih antara kondisi eksisting dengan
tanpa proyek selama 6 bulan kedepan maka kondisi ini masuk
kategori sedang (skala 3).
3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek
Ketika ada oprasional TPA dan PLTSa Banyuroto nantinya
dimana ada penambahan kapasitas landfill dan adanya
penambahan tenaga kerja lokal yang bekerja di TPA maupun
di PLTSa, akan menciptakan peluang usaha baru seperti
adannya warung, warung makan disekitar lokasi proyek,

118
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

bertambahnya para pengepul sampah, dan peluang berusaha


daur ulang sampah. Dimana ada lebih dari 3 jenis usaha baru
saat kegiatan operasi akan muncul. Kondisi ini masuk
kategori sangat baik (skala 5).

Maka dapat disimpulkan bahwa:


 Kualitas rona lingkungan awal = Skala 3
 Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 3
 Kualitas lingkungan dengan proyek = Skala 5
 Besaran dampak = +2

b) Sifat Penting Dampak


Derajat kepentingan dampak pada kesempatan kerja untuk
kegiatan penerimaan tenaga kerja dengan mendasarkan pada 7
kriteria penentu tingkat kepentingan dampak seperti di tunjukan
pada tabel berikut :
Tabel 3.46 Penentuan Kepentingan Dampak

T
No Kriteria Dampak Penting P P Keterangan
Manusia yang terkena dampak yaitu
Jumlah manusia terkena
1 P seluruh masyarakat sekitar TPA dan
dampak
PLTSa Banyuroto
Sebaran dampak akan mempengaruhi
Luas Wilayah persebaran
2 P masyarakat sekitar lokasi rencana
dampak
pengembangan dan pembangaunan
Dampak hanya akan berlangsung
Intensitas dan lamanya
3 P sementara selama aktivitas
dampak berlangsung
oprasional TPA dan PLTSa
Akan ada komponen lain yang
terkena dampak yaitu meningkatnya
Jumlah komponen
pendapatan, kesejahteraan,
4 lingkungan lain terkena P
pengeluaraan atau pola konsumsi
dampak
masyarakat, tingkat kesehatan dan
pendidikan
T Tidak akan bersifat kumulatif dan
5 Sifat kumulatif dampak
P kompleks

119
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Dampak yang timbul dapat bersifat


Berbalik atau tidak T berbalik apabila pelaksanaan kegiatan
6
berbaliknya dampak P tidak sesuai dengan komitmen dan
kesepakatan
Kriteria Lain sesuai
perkembangan ilmu T Kriteria lain berdasarkan pendekatan
7
pengetahuan dan P sosial ekonomi masyarakat
teknologi
Jumlah 4 3 Dampak bersifat penting

3.2.3.2 Operasional TPA dan PLTSa


 Penurunan Kualitas Udara
a) Prakiraan Besaran Dampak
1) Rona Lingkungan Awal
Konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 33,69 µg/m3,
titik B yaitu 32,25 µg/m3, dan titik C yaitu 75,95 µg/m3
dengan baku mutu sebesar 400 µg/m3 ada saat rona
lingkungan awal di lokasi (tanpa proyek) dengan metode uji
IK/BBTKLPP/3-G/Pjc-06. Mengacu kepada peraturan Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-
107/KABAPEDAL/11/1997 tentang pedoman teknis
perhitungan dan pelaporan serta informasi indeks standar
pencemar udara, dengan tambahan/modifikasi skala kualitas.
Besarnya konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 33,69
µg/m3, titik B yaitu 32,25 µg/m3, dan titik C yaitu 75,95
µg/m3 menghasilkan nilai ISPU pada titik A 4453,69 µg/m3,
pada titik B 4452,23 µg/m3, dan pada titik C yaitu 4482,98
µg/m3 dalam selang nilai >300 yaitu kategori berbahaya
dengan skala kualitas lingkungan 1.

Tabel 3.47 Tabel Skala Kualitas Udara

ISPU Kategori Skala


1>50 Baik 5
51-100 Sedang 4

120
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

101-199 tidak sehat 3


200-299 sangat tidak sehat 2
>300 Berbahaya 1

2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek


Dengan menggunakan data profil kinerja perhubungan darat
DIY pada tahun 2013, kenaikan jumlah kendaraan bermotor
(tahun 2009-2012) yaitu 14% setiap tahunnya. Maka, sumber
penurunan kualitas udara pada saat kondisi yang akan datang
tanpa proyek dimana tahun ke-0 adalah tahun 2017.
Berdasarkan hasil analisis gangguan lalulintas dengan
pendekatan laju pertumbuhan kendaraan dalam skala 4 (Baik)
sehingga konsentrasi PM10 (PM10) pada kondisi lingkungan
tanpa proyek yaitu konsentrasi awal PM10 (PM10) ditambah
14% dikali konsentrasi PM10 (PM10)awal, sehingga
konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 4,71 µg/m3, pada
titik B yaitu 4,52 µg/m3, dan pada titik C yaitu 3,63 µg/m3.
Berdasarkan prakiraan konsentrasi PM10 tersebut maka dapat
dikonversi nilai ISPU sebagai berikut :

Tabel 3.48 ISPU Pada Saat Kondisi Lingkungan tanpa Proyek

Lokas
Letak Geografis Perhitungan ISPU Terhitung Tanpa Proyek
i
A 7°48'0.33"LS Persamaan PM10
110°11'16.09"BT
Ia - Ib 50
Xa-Xb 50
Xx - Xb 38,4
Ib 0

121
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

ISPU 38,4
Keterangan Baik
Ia - Ib 50
Xa-Xb 50
7°48'7.29"LS Xx - Xb 36.765
B 110°11'42.34"BT Ib 0
ISPU 36.765
Keterangan Baik
Ia - Ib 50
Xa-Xb 100
7°48'15.01"LS Xx - Xb 36.583
C 110°10'46.83"BT Ib 50
ISPU 682.915
Keterangan Berbahaya

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kondisi yang akan datang


tanpa proyek adalah pada kategori berbahaya (skala 1).

3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek


Penurunan kualitas udara pada tahap operasional TPA dan
PLTSa bersumber dari pengoperasian kendaraan Dump Truck
pengangkut sampah dan proses pembakaran sampah dengan
insinerator. Untuk menghitung prakiraan dampak penting
untuk penurunan kualitas udara (PM10, NO2, SO2, H2S, CH4
dan CO) menggunakan rumus Gaussian sebagai berikut :
2Ql 1 z 2
( x , z )=¿ exp− ( )
(2 π) 0.5 σ s u 2 σs
C¿

Dimana :
C(x,z) = Konsentrasi pencemar udara pada koordinat x dan z (µg/m3)
QL = Laju emisi per unit jarak (gr/detik.m)
Z = Ketinggian penerima (reseptor) diatas tanah
U = Kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x (m/detik)
σ s = Koefisien dispersi vertikal gaussian (m)

122
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Pada kegiatan operasional TPA dan PLTSa diperkirakan akan melibatkan


kendaraan pengangkut sampah berbahan bakar solar sebanyak 200
kendaraan perhari. Jika dalam 1 hari waktu operasional TPA dan PLTSa
adalah selama 8 jam, maka dalam 1 jam kendaraan yang melewati jalur
transportasi adalah sebanyak 25 truck dengan jarak tempuh dari tapak
proyek PLTSa menuju pemukiman Banyuroto adalah ±5 km.
Dalam prakiraan dampak diasumsikan pemakaian bahan bakar kendaraan
Truck adalah 0,4 liter solar untuk jarak tempuh 1 km, kecepatan rata-rata
kendaraan sekitar 20 km/jam yang beroperasi selama 8 jam sehari,
kecepatan arah angin rata-rata pada lokasi sampling berdasarkan data
pemantauan kualitas udara Kabupaten Kulon Progo yaitu 1,5 m/s dari
utara, koefisien dispersi gaussian ( σ s ) pada stabilitas atm B adalah
sebesar 3,43 m dan ketinggian penerima (z) sebesar 3 m. Faktor emisi
kendaraan berbahan bakar solar berdasarkan WHO adalah sebesar 2,01
kg/m3 untuk parameter partikulat, 6,36 kg/m3 untuk parameter SO2, 7,21
kg/m3 untuk parameter NO2, dan 7,4 kg/m3 untuk CO. Berdasarkan
asumsi dan data tersebut, maka dapat dihitung konsumsi bahan bakar dari
alat-alat berat seperti pada tabel berikut :

N Jenis Kebutuhan  Jarak tempuh Konsumsi


o Kendaraan Solar( L/km) total(km) BBM(m3/hari)
1 Truck 0,4 375 0,938

Faktor emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara dari sumber


pembakaran menurut WHO dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.49 Parameter Kualitas Udara

Jenis Polutan
Jenis
Bahan Bakar Satuan CO
Kendaraan Debu(kg/m3) NO2(kg/m3) SO2(kg/m3)
(kg/m3)
Truk Solar m3 2,01 7,21 6,36 7,4

123
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Sumber : WHO offset Publication No. 62 Rapid Assesment of Sources of


Air, Water and Land Pollution, WHO Geneva, 1982

Besarnya emisi dari mobilisasi peralatan dan material saat operasi TPA dan
PLTSa ini didapat dari perkalian faktor emisi dengan pemakaian bahan bakar.
Sehingga, berdasarkan perkiraan konsumsi bahan bakar diatas, besarnya laju emisi
untuk masing-masing parameter kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi adalah
sebagai berikut :

 Debu = Konsumsi BBM/hari x Faktor Emisi


= 0,938 m3/hari x 2,01 kg/m3
= 1,89 kg/hari = 0,022 gram/detik
 NO2 = 0,938 m3/hari x 7,21 kg/m3
= 6,76 kg/hari = 0,078 gram/detik
 SO2 = 0,938 m3/hari x 6,36 kg/m3
= 5,97 kg/hari = 0,07gram/detik
 CO = 0,938 m3/hari x 7,4 kg/m3
= 6,94 kg/hari = 0,08 gram/detik

Maka didapat Konsentrasi masing masing parameter polutan berdasarkan Rumus


Gaussian adalah sebagai berikut :

μg
 Debu(PM10) = 0,0023
m3
μg
 NO2 = 0,0083
m3
μg
 SO2 = 0,0074
m3
μg
 CO = 0,0082
m3

Khusus untuk parameter debu (PM10) peningkatannya juga berasal dari


suspensi debu yang terangkat ke udara dari pergerakan roda truck, maka
penurunan kualitas udara (PM10) akibat kegiatan konstruksi PLTSa ini dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

124
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

S V W 0.7 N 0.5 D
Eu=5,9 ( )( )( ) ( ) ( )
12 30 7 4 365
Eu = jumlah PM10 perpanjang jalan (kg/km)
S = silt content (%), 10% untuk jalan diperkeras
V = kecepatan kendaraan (km/jam), 45 km/jam
W = berat kendaraan (20 ton)
N = jumlah roda kendaraan (8 buah)
D = jumlah hari tidak hujan, 185 hari (DIY dalam angka 2014)
0.7 0.5
10 45 20 8 185
Eu=5,9 ( )( )( ) ( ) ( )
12 30 7 4 365
Eu=11,02 kg/km
Dalam Operasional TPA dan PLTSa, mobilitas Dump Truck adalah sejauh
±5 km dengan 3 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang dihasilkan sebesar :
kg trip
Eu=11,02 x3 x 5 km/trip
km hari
Eu=165,3 kg /hari
Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Dump Truck
memiliki jarak 100 m dan tinggi 15 m, maka volume kolom udara =
5000m x 2(100m) x 15 m = 15 x 106 m3.
kg 6
Eu=165,3 =165,3 x 10 mg/hari
hari

mg
Eu=165,3 x 10 6 :15 x 10 6 m 3
hari

mg
Eu=11,02 /hari
m3

μg
Eu=11.020 /hari
m3

Selain operasional TPA, penurunan kualitas udara disebabkan oleh


operasional PLTSa yaitu proses pembakaran sampah didalam insinerator.
Untuk menghitung emisi yang dihasilkan oleh insinerator, dapat
menggunakan persamaan Gauss sebagai berikut:

125
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

2 2
exp
( ( )) ( ( ))
−1
2
z−
H
σz
+exp
−1
2
z+
H
σz
Q −1 y 2
( x , y , z ) =¿
(2 π )0.5 σ y σ z u
exp ⁡(
( )
2 σy
)¿

C¿

Dimana :
C(x,y,z) = Konsentrasi pencemar udara pada koordinat x,y dan z
(µg/m3)
Q = Laju emisi per unit jarak (gr/detik.m)
σ y , σz = Parameter penyebaran horizontal dan vertikal
Z = Jarak vertikal dari ground level (m)
U = Kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x (m/detik)
y = Jarak horizontal dari plume (center line)
H = Tinggi efektif stack

Dalam prakiraan dampak diasumsikan tinggi efektif cerobong insinerator


(H) adalah 60 meter, kecepatan arah angin rata-rata pada lokasi sampling
yaitu 6 m/s dari utara, jarak vertikal dari Ground level ke puncak
cerobong(z) yaitu 60 m dan jarak horizontal dari plume (center line)(y)
sebesar 100 m. Parameter penyebaran horizontal dan vertikal masing-
masing yaitu σ y = 30 m σ z = 20 m. Selain itu, Laju alir masing-
masing emisi diasumsikan sebesar PM10 = 0,022 gram/detik, SO2 = 0,078
gram/detik, NO2 = 0,07 gram/detik, dan CO = 0,08 gram/detik.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka dapat dihitung konsentrasi emisi yang
dihasilkan insinerator dengan rumus Gaussian sebagai berikut :

2 2
exp
−1
2( ( )) ( ( ))
z−
H
σz
+exp
−1
2
z+
H
σz
Q −1 y 2
( x , y , z ) =¿
0.5
(2 π ) σ y σ z u
exp ⁡
(
2 σy
)¿
( )
C¿
 -8
PM10 = 2,46 x 10 gram/m3= 0,0246 µg/m3
 SO2 = 1,86 x 10-8 gram/m3= 0,0186 µg/m3
 NO2 = 1,71 x 10-8 gram/m3= 0,0171 µg/m3

126
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

 CO = 3,43 x10-9 gram/m3 = 0,0034 µg/m3

Untuk mengukur konsentrasi Hidrogen Sulfida (H2S) di udara dapat


menggunakan persamaan berikut ini :

C x R x t xf x Dt
I=
Wb x tavg

I = Intensitas sampah yang masuk perhari (125kali/hari)

C = Konsentrasi H2S/CH4 (mg/m3)

R = Laju aliran (m3/jam)

t = Waktu paparan (8jam/hari)

f = Frekuensi paparan (3,76x 10-5 hari/tahun)

Dt = Durasi paparan, lama tinggal (50 tahun)

Wb = berat sampah yang masuk perhari (19.000 kg/hari)

Tavg = periode waktu rata-rata (30/365hari/tahun)

Maka didapat konsentrasi H2S dan CH4sebagai berikut :

 H2S

C x R x t xf x Dt
I=
Wb x tavg

m3 8 jam 10−5 har i


C x 0,83 x x 3,76 x x 50 tahun
jam hari tahun
125=
kg 30
19000 x hari/tahun
hari 365

106 mg
C=15,64 x . hari
m3

 CH4

127
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

C x R x t xf x Dt
I=
Wb x tavg

m3 8 jam 10−5 hari


C x 0,598 x x 3,76 x x 50 tahun
jam hari tahun
125=
kg 30
19000 x ha ri/tahun
hari 365

106 mg
C=21,70 x . hari
m3

Tabel 3.50 Prakiraan Peningkatan Emisi

RONA AWAL OPERASIONAL


Titi Satua
k n CH
PM10 S02 NO2 H2S PM10 S02 NO2 CO H2S
4
µg/m 4453,69 23,564 15473,7 23,589 173,7
A 2,6153 0 2,6422
3 2 9 2 4 3
21,7
15,6
µg/m 4452,25 19,124 15472,2 19,149 100,0 0x
B 2,2553 0 2,2822 4x
3 2 9 8 4 1 10^
10^6
6
µg/m 4482,98 47,474 15503,0 47,499 164,3
C 2,9853 0 3,0122
3 2 9 1 4 0
21,7
15,6
RATA- 4462,97 30,054 2,61863 30,079 2,64553 146,0 0x
0 15483 4x
RATA 5 9 3 4 3 1 10^
10^6
6
BAKU 3500 3000 3500
400 900 150 400 900 150 -
MUTU 0 0 0

Tabel 3.51 Tabel Skala Kualitas Udara

ISPU Kategori Skala


1>50 Baik 5
51-100 Sedang 4
101-199 tidak sehat 3
200-299 sangat tidak sehat 2
>300 Berbahaya 1

128
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kegiatan operasional TPA dan


PLTSa yang bersumber dari pengangkutan sampah dan pembakaran sampah
didalam insinerator akan memberikan beban pencemaran udara berupa debu
(PM10), NO2, SO2, dan CO. Kontribusi debu (PM10) dan H2S diperkirakan
sudah melebihi baku mutu, sedangkan kontribusi SO2, NO2, dan CO
diperkirakan masih berada dibawah baku mutu Peraturan Pemerintah No. 41
Tahun 1999 tentang Udara Ambien Nasional. Kualitas udara pada rona awal
pada kategori berbahaya karena memiliki kualitas lingkungan dengan skala 1,
sedangkan kondisi pada operasional TPA dan PLTSa menunjukkan
peningkatan yang signifikan terhadap parameter debu (PM10), namun khusus
parameter NO2, SO2, dan CO mengalami kenaikan yang relatif kecil.
Sehingga, skala kualitas lingkungan setelah adanya kegiatan konstruksi PLTSa
tidak berubah tetap pada skala 1.

b) Sifat Penting Dampak


Penentuan sifat penting dampak kegiatan mobilisasi terhadap
kualitas udara :
Tabel 3.51 Prakiraan Sifat Penting Dampak Kegiatan Mobilisasi terhadap
Kualitas Udara

No Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan


1 Jumlah manusia terkena P Para pekerja dan pengunjung peninjau di
dampak lokasi
Partikelkonstruksi dan wilayah
akansekitarnya
2 Luas wilayah persebaran TP PM10 tersuspensi tersebar
dampak di wilayah sekitar lokasi pengerjaan yang
Aktivitas pengangkutan sampah dan
Intensitas dan lamanya pembakaran sampah dapat
3 P
dampak berlangsung mempengaruhi kesehatan pekerja selama
8 jam pada lokasi operasional.

Jumlah komponen Komponen lain yang terkena dampak


lingkungan yang lain yang TP seperti pemukiman penduduk yang
4 terkena dampak berada sekitar TPA dan PLTSa

129
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Dampak peningkatan konsentrasi PM10


dari kegiatan pengangkutan sampah
5 Sifat Kumulatif dampak P
(mobilisisasi) dan pembakaran sampah
bersifat kumulatif. Karena tidak adanya
penyiraman jalan sekitar TPA.
6 Berbalik atau tidak TP Dampak ini akan segera membaik
berbaliknya
Kriteria lain dampak
sesuai dengan setelah selesai
Penyiraman kegiatan
berkala operasional
dapat mengurangiTPA
7 P
perkembangan
Prakiraan IPTEK
dampak PM10 disekitar lokasi tapak proyek
4 3 Dampak bersifat penting
penting

Berdasarkan analisis sifat penting dampak, kegiatan operasional TPA dan


PLTSa ini berdampak sangat signifikan terhadap kualitas udara terutama
peningkatan emisi PM10 , SO2 dan NO2. Sehingga, jika dibandingkan
dengan baku mutu kualitas udara, kegiatan operasional TPA dan PLTSa ini
ada pada kategori berbahaya setelah adanya proyek(skala1).

 Penurunan Kualitas Air Tanah


a) Prakiraan Besaran Dampak
Kuaitas air tanah disekitas TPA Banyuroto ini diambil dari data
sekunder dan diasumsikan dari 4 titik sampel yang berasal dari 4 sumur
pantau. Analogi penentuan 4 titik sampel ini mengikuti kontur tanah
sekitar daerah pengembangan TPA Banyuroto yaitu seperti pada gambar
dibawah ini :

Gambar 3. 2 Sumur Pantau TPA Banyuroto

130
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

1) Kondisi Rona Lingkungan Awal


Berdasarkan Perhitungan kualitas air tanah di TPA Banyuroto, seperti disajikan pada
tabel dibawah ini :

Tabel 3. 52 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik A

Komponen
No Parameter Satuan Ci Ci/Li
(Li)
1 TDS mg/L 356 1000 0,36
2 pH 7,5 6s/d 9 0,00
3 Sulfat mg/L 0,3 400 0,00
4 Besi mg/L 0,0049 0,3 0,02
5 Nitrat mg/L 0,0066 10 0,00
6 Nitrit mg/L 0,0009 0,06 0,02
7 Amoniak mg/L 0,0229 0,5 0,05
8 Klorida mg/L 28 600 0,05
Total Coliform jml/100m
9 6 1000/100mL 0,01
L
Ci/Li max 0,36
Ci/Li Rerata 0,05
Lokasi Sampling Kondisi Baik 0≤IP≤1,
memenuhi baku mutu
Titik A kondisi baik (Skala 4)
IP 0,3

Tabel 3.53 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik B

Parameter Komponen
No Satuan Ci Ci/Li
(Li)
1 TDS mg/L 357,8 1000 0,36
2 pH 7,5 6s/d 9 0,00
3 Sulfat mg/L 2,05 400 0,01
4 Besi mg/L 1,75 0,3 5,83
5 Nitrat mg/L 1,76 10 0,18
6 Nitrit mg/L 1,75 0,06 29,17
7 Amoniak mg/L 1,77 0,5 3,54
8 Klorida mg/L 29,75 600 0,05

131
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Total jml/100m
9 7,75 1000/100mL 0,01
Coliform L
Lokasi Sampling Ci/Li max 29,17
Kondisi tercemar berat Ci/Li Rerata 4,35
Titik B IP>10,tidak memenuhi
baku mutu (Skala 1)
IP 20,9

Tabel 3. 54 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik C

Komponen
No Parameter Satuan Ci Ci/Li
(Li)
1 TDS mg/L 536,7 1000 0,54
2 pH 7,5 6s/d 9 0,00
3 Sulfat mg/L 3,1 400 0,01
4 Besi mg/L 2,63 0,3 8,77
5 Nitrat mg/L 2,64 10 0,26
6 Nitrit mg/L 2,63 0,06 43,83
7 Amoniak mg/L 2,7 0,5 5,40
8 Klorida mg/L 44,63 600 0,07
Total jml/100m
9 11,63 1000/100mL 0,01
Coliform L
Lokasi Sampling Kondisi tercemar berat Ci/Li max 43,83
IP>10,tidak memenuhi Ci/Li Rerata 6,54
Titik C baku mutu (Skala 1)
IP 31,3

Tabel 3. 55 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik D

Komponen
No Parameter Satuan Ci Ci/Li
(Li)
1 TDS mg/L 656 1000 0,66
2 pH 7,5 6s/d 9 0,00
3 Sulfat mg/L 5,2 400 0,01
4 Besi mg/L 0,0246 0,3 0,08
5 Nitrat mg/L 21,832 10 2,18
6 Nitrit mg/L 0,014 0,06 0,23

132
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

7 Amoniak mg/L 0,0554 0,5 0,11


8 Klorida mg/L 56 600 0,09
Total jml/100m
9 920 1000/100mL 0,92
Coliform L
Ci/Li max 2,18
Lokasi Sampling Kondisi tercemar ringan Ci/Li Rerata 0,48
1 < IP ≤ 5, tidak
Titik D memenuhi baku mutu
(Skala 3) IP

1,6

Keterangan : Perhitungan Analisis Berdasarkan SK Kemen LH No. 115 Tahun 2003


Tentang Penentuan Status Mutu Air Dengan Metode Indeks Pencemaran

Tabel 3. 56 Tabel Skala Kualitas Air Tanah

Nilai IP Kategori Skala


0 ≤ IP ≤ 1 Baik 4
1 < IP ≤ 5 Tercemar ringan 3
5 < IP ≤ 10 Tercemar sedang 2
IP > 10 Tercemar berat 1

2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek


Berdasarkan estimasi bahwa kualitas air tanah tidak berubah,karena kapasitas
landfill tetap, maka kondisi kualitas air tanah saat lingkungan tanpa proyek dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3. 57 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik A

Komponen
No Parameter Satuan Ci Ci/Li
(Li)
1 TDS mg/L 356 1000 0,36
2 pH 7,5 6s/d 9 0,00
3 Sulfat mg/L 0,3 400 0,00
4 Besi mg/L 0,0049 0,3 0,02
5 Nitrat mg/L 0,0066 10 0,00
6 Nitrit mg/L 0,0009 0,06 0,02
7 Amoniak mg/L 0,0229 0,5 0,05
8 Klorida mg/L 28 600 0,05
9 Total Coliform jml/100m 6 1000/100mL 0,01

133
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

L
Ci/Li max 0,36
Ci/Li Rerata 0,05
Lokasi Sampling Kondisi Baik 0≤IP≤1,
memenuhi baku mutu
Titik A kondisi baik (Skala 4)
IP 0,3

Tabel 3.58 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik B

Parameter Komponen
No Satuan Ci Ci/Li
(Li)
1 TDS mg/L 357,8 1000 0,36
2 pH 7,5 6s/d 9 0,00
3 Sulfat mg/L 2,05 400 0,01
4 Besi mg/L 1,75 0,3 5,83
5 Nitrat mg/L 1,76 10 0,18
6 Nitrit mg/L 1,75 0,06 29,17
7 Amoniak mg/L 1,77 0,5 3,54
8 Klorida mg/L 29,75 600 0,05
Total jml/100m
9 7,75 1000/100mL 0,01
Coliform L
Lokasi Sampling Ci/Li max 29,17
Kondisi tercemar berat Ci/Li Rerata 4,35
Titik B IP>10,tidak memenuhi
baku mutu (Skala 1)
IP 20,9

Tabel 3. 59 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik C

Komponen
No Parameter Satuan Ci Ci/Li
(Li)
1 TDS mg/L 536,7 1000 0,54
2 pH 7,5 6s/d 9 0,00
3 Sulfat mg/L 3,1 400 0,01
4 Besi mg/L 2,63 0,3 8,77
5 Nitrat mg/L 2,64 10 0,26
6 Nitrit mg/L 2,63 0,06 43,83
7 Amoniak mg/L 2,7 0,5 5,40

134
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

8 Klorida mg/L 44,63 600 0,07


Total
9 jml/100mL 11,63 1000/100mL 0,01
Coliform
Lokasi Sampling Kondisi tercemar berat Ci/Li max 43,83
IP>10,tidak memenuhi Ci/Li Rerata 6,54
Titik C baku mutu (Skala 1)
IP 31,3

Tabel 3.60 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik D

Komponen
No Parameter Satuan Ci Ci/Li
(Li)
1 TDS mg/L 656 1000 0,66
2 pH 7,5 6s/d 9 0,00
3 Sulfat mg/L 5,2 400 0,01
4 Besi mg/L 0,0246 0,3 0,08
5 Nitrat mg/L 21,832 10 2,18
6 Nitrit mg/L 0,014 0,06 0,23
7 Amoniak mg/L 0,0554 0,5 0,11
8 Klorida mg/L 56 600 0,09
Total jml/100m
9 920 1000/100mL 0,92
Coliform L
Ci/Li max 2,18
Lokasi Sampling Kondisi tercemar ringan Ci/Li Rerata 0,48
1 < IP ≤ 5, tidak
Titik D memenuhi baku mutu
(Skala 3) IP 1,6

Keterangan : Perhitungan Analisis Berdasarkan SK Kemen LH No. 115 Tahun 2003


Tentang Penentuan Status Mutu Air Dengan Metode Indeks Pencemaran

3) Kondisi Lingkungan Dengan Proyek


Rembesan dari air lindi dapat menimbulkan pencemaran air tanah. Adapun
kualitas air tanah pada kondisi lingkungan dengan proyek sebagai berikut :

Tabel 3. 61 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik A

Komponen
No Parameter Satuan Ci Cibaru Ci/Li
(Li)

135
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

1 TDS mg/L 356 672,8400 1000 0,67


2 pH 7,5 7,4700 6s/d 9 0,00
3 Sulfat mg/L 0,3 0,5670 400 0,00
4 Besi mg/L 0,0049 0,0093 0,3 0,03
5 Nitrat mg/L 0,0066 0,0125 10 0,00
6 Nitrit mg/L 0,0009 0,0017 0,06 0,03
7 Amoniak mg/L 0,0229 0,0433 0,5 0,09
8 Klorida mg/L 28 52,9200 600 0,09
Total jml/100m
9 6 1000/100mL 0,01
Coliform L 11,3400
Ci/Li max 0,67
Lokasi Sampling Kondisi Baik 0≤IP≤1, memenuhi baku Ci/Li Rerata 0,10
mutu kondisi baik (Skala 4)
Titik A
IP 0,5

Tabel 3. 62 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik B

Komponen
No Parameter Satuan Ci Cibaru Ci/Li
(Li)
1 TDS mg/L 357,8 676,2 1000 0,68
2 pH 7,5 7,5 6s/d 9 0,00
3 Sulfat mg/L 2,05 3,9 400 0,01
4 Besi mg/L 1,75 3,3 0,3 11,03
5 Nitrat mg/L 1,76 3,3 10 0,33
6 Nitrit mg/L 1,75 3,3 0,06 55,13
7 Amoniak mg/L 1,77 3,3 0,5 6,69
8 Klorida mg/L 29,75 56,2 600 0,09
Total jml/100m
9 7,75 1000/100mL 0,01
Coliform L 14,6
Lokasi Sampling Ci/Li max 55,13
Ci/Li Rerata 8,22
Kondisi tercemar berat IP>10,tidak
Titik B
memenuhi baku mutu (Skala 1)
IP 39,4

Tabel 3.63 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik C

No Parameter Satuan Ci Cibaru Komponen Ci/Li

136
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

(Li)
1 TDS mg/L 536,7 1014,4 1000 1,01
2 pH 7,5 7,5 6s/d 9 0,00
3 Sulfat mg/L 3,1 5,9 400 0,01
4 Besi mg/L 2,63 5,0 0,3 16,57
5 Nitrat mg/L 2,64 5,0 10 0,50
6 Nitrit mg/L 2,63 5,0 0,06 82,85
7 Amoniak mg/L 2,7 5,1 0,5 10,21
8 Klorida mg/L 44,63 84,4 600 0,14
Total jml/100m
9 11,63 1000/100mL 0,02
Coliform L 22,0
Ci/Li max 82,85
Lokasi Sampling Ci/Li Rerata 12,37
Kondisi tercemar berat IP>10,tidak
Titik C memenuhi baku mutu (Skala 1)
IP 59,2

Tabel 3.64 Kualitas Air Tanah Di Daerah Pengembangan TPA Banyuroto Pada Titik D

Komponen
No Parameter Satuan Ci Cibaru Ci/Li
(Li)
1 TDS mg/L 656 1239,8 1000 1,24
2 pH 7,5 7,5 6s/d 9 0,00
3 Sulfat mg/L 5,2 9,8 400 0,02
4 Besi mg/L 0,0246 0,0 0,3 0,15
5 Nitrat mg/L 21,832 41,3 10 4,13
6 Nitrit mg/L 0,014 0,0 0,06 0,44
7 Amoniak mg/L 0,0554 0,1 0,5 0,21
8 Klorida mg/L 56 105,8 600 0,18
Total jml/100m
9 920 1000/100mL 1,74
Coliform L 1738,8
Lokasi Sampling Ci/Li max 4,13
Kondisi tercemar ringan 1 < Ci/Li Rerata 0,90
Titik D IP ≤ 5, tidak memenuhi baku
mutu (Skala 3)
IP 3,0

137
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Berdasarkan tingkat pencemaran kualitas air tanah di daerah pengembangan TPA


Banyuroto, pada titik pantau (sampling) A, B, C, dan D dapat disimpulkan
bahwa :
Titik A
 Kualitas Rona Lingkungan Awal = Skala 4
 Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 4
 Kualitas lingkungan dengan proyek = Skala 4
 Besaran dampak = 0

Titik B

 Kualitas Rona Lingkungan Awal = Skala 1


 Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 1
 Kualitas lingkungan dengan proyek = Skala 1
 Besaran dampak = 0

Titik C

 Kualitas Rona Lingkungan Awal = Skala 1


 Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 1
 Kualitas lingkungan dengan proyek = Skala 1
 Besaran dampak = 0

Titik D

 Kualitas Rona Lingkungan Awal = Skala 3


 Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 3
 Kualitas lingkungan dengan proyek = Skala 3
 Besaran dampak = 0

Meskipun besaran dampak di titik sampling B, C, dan D adalah nol, upaya


pemantauan dan pengelolaan lingkungan harus tetap dilakukan karena
kondisi rona lingkungan awal hingga kondisi lingkungan dengan proyek
menunjukkan kualitas air mengalami pencemaran ringan hingga berat.

b) Sifat Penting Dampak


Penentuan sifat penting dampak kegiatan operasi TPA terhadap kualitas air
tanah :
Tabel 3.65 Prakiraan Sifat PentingDampak Terhadap Kualitas Air Tanah

No Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan

138
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

1 Jumlah manusia terkena P Jumlah manusia yang terkena dampak


dampak
Luas wilayah persebaran banyak. Karena
Persebaran persebaran
dampak air tanah
dari penurunan
2 P
dampak kualitas air dari
Persebaran tanahairsangat besar.mencemari
lindi yang Karena,
air tanah dangkal dampaknya akan
berlangsung lama. Karena, sesuai data
kualitas air tanah di lingkungan dengan
Intensitas dan lamanya
3 P proyek parameter pencemar yang
dampak berlangsung
melebihi baku mutu yaitu TDS dan Total
Coliform yang dapat mengganggu
kesehatan penduduk setempat jika
mengkonsumsi air tanah.
Jumlah komponen Komponen yang terkena dampak yaitu
4 lingkungan yang lain yang TP masyarakat pemukiman terdekat serta
terkena dampak biota yang terdapat dalam tanah.

Dampak peningkatan persebaran air lindi


pada air tanah bersifat kumulatif, karena
5 Sifat Kumulatif dampak P
kebocoran geomembran tidak dapat
diprediksi.

Meskipun TPA selesai beroperasi,


Berbalik atau tidak
6 P kemungkinan timbulnya pencemaran
berbaliknya dampak
dari air lindi tetap ada.
Adanya sumur pantau disekitar area
TPA yang dibuat untuk dijadikan kontrol
Kriteria lain sesuai dengan
7 P apakah air tanah sudah tercemar atau
perkembangan IPTEK
belum serta adanya sistem mitigasi
kebocoran geomembran.
Prakiraan dampak
6 1 Dampak Bersifat Penting
penting

Berdasarkan hasil analisis sifat penting dampak, didapatkan konsentrasi pencemar paling
tinggi saat operasi TPA berlangsung yaitu konsentrasi TDS dan Total Colofirm. Selain itu,
persebaran air lindi didalam air tanah juga sangat mempengaruhi dari banyaknya
komponen yang terkena dampak dan lamanya dampak akan berlangsung. Sehingga dapat
diketahui seberapa penting dampak yang disebabkan oleh turunnya kualitas air tanah
yang disebabkan oleh operasi TPA ini.

 Penurunan Kuantitas Air Tanah


a) Prakiraan Besaran Dampak

139
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Kuantitas air tanah disekitas TPA Banyuroto pada awalnya masih cukup
melimpah. Akan tetapi karena adanya pengembangan TPA dan PLTSa terjadinya
penurunan kuantitas air tanah dikarenakan banyaknya lahan resapan air hujan/
hutan produksi yang ditebang untuk daerah pengembangan.
1) Kondisi Rona Lingkungan Awal
Pada kondisi rona lingkungan awal, diketahui konduktifitas hidrolik 17 m/hari,
jarak antar 2 sumur uji adalah 7810 m, perbedaan ketinggian muka air tanah
adalah 40 m, kedalaman air tanah adalah 30 m, dan lebar penampang air tanah
adalah 2500 m. Dari data tersebut dapat diketahui kuantitas air tanah pada rona
lingkungan awal adalah :
Slope tanah = perbedaan ketinggian muka air tanah/jarak antara 2
sumur uji
= 40 m/7810 m
= 0,005122
Luas Penampang Air Tanah = Kedalaman air tanah x lebar penampang air tanah
= 30 m x 2500 m
= 75000 m2
Debit Air Tanah = konduktifitas hidrolik x slope tanah x luas
penampang air tanah
= 17 m/hari x 0,005122 x 75000 m2
= 6530 m3/hari

Tabel 3.66 Skala Kuantitas Air Tanah

Penurunan Kategori Skala


Kuantitas
0 - 25% air Baik 4
26 -50% Sedang 3
51 -75% Buruk 2
Sangat
76 -100% 1
Buruk

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kuantitas air tanah pada rona
awal lingkungkan di tahap operasi TPA dan PLTSa yaitu berada pada
skala 4.
2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek

Pada lingkungan tanpa proyek, diasumsikan bahwa kuantitas air tanah tidak berubah,
maka konduktifitas hidrolik 17 m/hari, jarak antar 2 sumur uji adalah 7810 m,
perbedaan ketinggian muka air tanah adalah 40 m, kedalaman air tanah adalah 30 m,

140
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

dan lebar penampang air tanah adalah 2500 m. Dari data tersebut dapat diketahui
kuantitas air tanah pada rona lingkungan awal adalah :

Slope tanah = perbedaan ketinggian muka air tanah/jarak antara 2


sumur uji

= 40 m/7810 m

= 0,005122

Luas Penampang Air Tanah = Kedalaman air tanah x lebar penampang air tanah

= 30 m x 2500 m

= 75000 m2

Debit Air Tanah = konduktifitas hidrolik x slope tanah x luas


penampang air tanah

= 17 m/hari x 0,005122 x 75000 m2

= 6530 m3/hari

Tabel 3.67 Skala Kuantitas Air Tanah

Penurunan Katego Skal


Kuantitas
0 - 25% air ri
Baik a4
26 -50% Sedang 3
51 -75% Buruk 2
Sangat
76 -100% 1
Buruk

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kuantitas air tanah pada kondisi
lingkungan tanpa proyek di tahap operasi TPA dan PLTSa yaitu berada pada
skala 4.

3) Kondisi Lingkungan Dengan Proyek

141
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Grafik Lengkung Intensitas Hujan PUH 50


300
Intensitas Hujan (mm/jam)
250

200
Metode Ishiguro
150 Metode Sherman
Metode Talbot
100

50

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Durasi Hujan (menit)

Gambar 3. 3 Grafik Lengkung Intensitas Hujan

t I Italbot ∆mutlak Isherman ∆mutlak Iishiguro ∆mutlak


157,042 -
20 9 160,5325 3,489653352 144,6761 12,36677 148,5501 8,492797
877,809
a 1
1,43704
b 5
Berdasarkan lengkung intensitas hujan yang didapat dari data curah hujan
kabupaten Kulon Progo Tahun 2011 s/d 2015, maka didapat kuantitas air tanah di
sekitar daerah pengembangan TPA dan PLTSa Banyuroto adalah sebagai berikut :

Tabel 3.68 Perbandingan Nilai Intensitas Hujan

Berdasarkan tabel diatas dipilih metode Ishiguro karena memiliki nilai ∆mutlak
paling kecil, diasumsikan bahwa waktu pengaliran air hujan 20 menit, diketahui
wilayah pengembangan TPA dan PLTSa yaitu berupa kebun dan aspal maka,
Ckebun = 0,2; Caspal = 0,8; slope tanah sumur uji adalah 0,005122, A kebun = 70 Ha,
Aaspal = 28 Ha maka didapat perhitungan sebagai berikut :

( C kebun x A kebun ) +(Caspal x A aspal )


Cgab=
A kebun+ A aspal

142
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

( 0,2 x 70 ) +( 0,8 x 28)


Cgab=
70+ 28
Cgab=0,371

Dari nilai Cgabungan diatasmaka didapat nilai intensitas hujan dengan metode
Talbot yaitu :
t
(¿¿ 0,5)+b
a
I= ¿
20
(¿¿ 0,5)+1,43
877,80
I= ¿
I =148,55 mm/ jam

Qrunoff =C gab x I x A gab x 0,002785


mm
Qrun off =0,371 x 148,55 x 98 Ha x 0,002785
hari
Qrun off =15,04 m3/hari

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa Qrunoff pada kondisi lingkungan


dengan proyek di tahap operasi TPA dan PLTSa yaitu sekitar 0,23% atau
sekitar 15,04 m3/hari atau lingkungan dengan proyek berada pada skala
4(baik).

 Kualitas Rona Lingkungan Awal = Skala 4


 Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 4
 Kualitas lingkungan dengan proyek = Skala4
 Besaran dampak = 0
b) Sifat Penting Dampak
Tabel 3.69 Prakiraan Sifat Penting Dampak Terhadap Kuantitas Air Tanah

No Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan


1 Jumlah manusia terkena P Jumlah manusia yang terkena dampak
dampak banyak. Karenapersebaran
ketergantungan
2 Luas wilayah persebaran P Luas wilayah dampak air
dampak tanah sangat tinggi tergantung pada

143
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Karena operasional TPA dan PLTSa


Intensitas dan lamanya
3 P memakan waktu yang lama sekitar 50
dampak berlangsung
tahun.

Jumlah komponen Jumlah komponen lingkungan lain yang


4 lingkungan yang lain yang TP terkena dampak tidak banyak/sedikit
terkena dampak sekali.

Kuantitas air akan kembali dengan


5 Sifat Kumulatif dampak TP adanya siklus hidrologi dan keberadaan
tanaman penyangga TPA.

Kuantitas air tidak memilik dampak


Berbalik atau tidak
6 TP berbalik yang signifikan terhadap
berbaliknya dampak
lingkungan.
Kriteria lain sesuai dengan Adanya penanaman kembali tanaman
7 P penyangga TPA
perkembangan IPTEK
Prakiraan dampak
4 3 Dampak Bersifat Penting
penting

Berdasarkan hasil analisis sifat penting dampak, didapatkan nilai debit run off hanya 0,23
% dari kuantitas air tanah pada rona awal, akan tetapi karena pesebaran dampak luas
terhadap lingkungan terutama pemukiman penduduk, maka dapat disimpulkan dampak
bersifat penting.

 Vektor Penyakit
a) Prakiraan Besaran Dampak

Pengaruh sampah terhadap kesehatan lingkungan dapat terjadi


melalui pengaruh langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung
terjadi akibat kontak langsung dengan sampah, dimana sampah tersebut
ada yang bersifat racun, korosif terhadap tubuh, karsionogenik, teratogenik
dan ada juga yang mengandung kuman patogen yang langsung dapat
menularkan penyakit. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan oleh
manusia terutama akibat pembusukan, pembakaran dan pembuangan
sampah. Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan

144
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

secara fakultatif, bahkan terjadi secara anaerobik jika kehabisan oksigen.


Dekomposisi secara aerobik menghasilkan lindi dan gas. Pengaruh tidak
langsung juga terjadi melalui vektor yang dibawa hewan inang yang hidup
dan berkembang biak di sampah, misalnya tikus adalah inang sebagai
vektor penyakit pes, dan lalat merupakan vektor utama terhadap penyakit
disentri. Pengelolaan sampah yang kurang baik, selain menimbulkan
penyakit, juga dapat menimbulkan efek terhadap kualitas sosial
lingkungan, terutama penurunan estetika yang ditunjukan adanya kesan
jorok, jijik, bau dan sebagainya. Sebagaimana jenis infeksi penyakit
lainnya, infeksi nosokominal biasanya terjadi jika penderita lemah atau
jika barier alamiah terhadap invasi mikroba terganggu. Sebagaimana
diketahui, kulit, membran mukosa, saluran gastrointestinal, saluran
kencing, dan saluran nafas atas berfungsi sebagai barier alamiah terhadap
infeksi. Berikut adalah tabel penentuan skala yang di pakai untuk
melakukan penilaian kenaikan persentase penyakit dengan kategori
sebagai berikut.

Tabel 3.70 Skala Kategori Penilaian

Skala Persentase Kenaikan (%) Kategori


5 0--10 sangat baik
4 10--20 Baik
3 20--30 sedang
2 30--40 buruk
1 40--50 sangat buruk

1) Kondisi Rona Lingkungan Awal


Berikut disajikan daftar jumlah kasus penyakit pada umumnya
sebagai data kondisi rona lingkungan awal.
Tabel 3.71 Daftar 10 Jumlah Kasus Penyakit di Kabupaten Kulon Progo

No ICD X Penyakit Terbanyak Jumlah


1 J00 Nasofaringitis akut (common cold) 54522

145
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

2 I10 Hipertensi esensial (primer) 48929


3 J06 Infeksi saluran napas atas akut multipel dan YTT 20973
4 E11 Diabetes mellitus non-dependen insulin 19653
5 K30 Dispepsia 19332
6 M13 Artritis lainnya 17408
7 K04 Penyakit pulpa dan jaringan periapikal 14785
8 R51 Sakit kepala 14599
9 J02 Faringitis akut 13616
10 K05 Gingivitis dan penyakit periodontal 12016
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kulon Progo 2014

Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah


kesehatan masyarakat, walaupun secara umum angka
kesakitan masih fluktuatif. Diare pada balita merupakan
hal yang sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan
kematian. Adapun hasil penemuan penderita diare adalah
sebanyak 25.491 kasus menurun dari tahun 2013 sebanyak
28.530 kasus.
Demam berdarah di Kabupaten Kulon Progo tahun
2014 mengalami penurunan jumlah yaitu terdapat 128
kasus dari tahun sebelumnya 144 kasus.
Penyakit TB Paru di kabupaten Kulon Progo
masih menjadi masalah kesehatan karena :
 Menyerang pada semua kelompok
 Prosentase kasus tertinggi pada kelompok umur produktif
 Penemuan penderita TB dengan Basil Tahan Asam (BTA) masih rendah
Tahun 2014 dari data puskesmas ditemukan
118 kasus baru dan jumlah kasus TB 142 kasus dengan
CNR BTA + baru sebesar 27,41 per 100.000 penduduk.
Kesembuhan 80,82% dan success rate 82,19% (berdasarkan

146
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

73 penderita yang diobati tahun 2014 sebanyak 59


orang sembuh).
Kasus malaria di Kabupaten Kulon Progo
dari tahun 2000 sampai dengan 2008 mengalami
penurunan sedangkan pada tahun 2009 sampai 2011
terjadi jumlah kasus yang fluktuatif dimana di tahun
2012 mengalami peningkatan dengan jumlah kasus 237
orang. Kemudian pada tahun 2014 turun dengan jumlah
kasus 134 orang.
Maka dapat dikatakan kondisi rona lingkungan awal
tergolong kategori sedang (skala 3).

2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek


Pada saat tanpa proyek prakiraan yang terkena penyakit pada
Kabupaten Kulon Progo didata sebagai berikut :
Tabel 3.72 Jenis Penyakit Kabupaten Kulon Progo 2013-2015

Rata-
No Jenis Penyakit Tahun Kasus Persentase Skala
rata
Nasofaringitis 2013 2449 20%
1 2014 4342 36% 33% 2
Akut 2015 5161 43%
Jumlah 11952
Hipertensi 2013 2066 20%
2 2014 3532 35% 33% 2
esensial 2015 4529 45%
Jumlah 10127
2013 1677 30%
3 ISPA 2014 1878 34% 33% 2
2015 1988 36%

Jumlah 5543

147
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

2013 1036 23%


4 Dispepsia 2014 1657 37% 33% 2
2015 1799 40%
Jumlah 4492
2013 1150 28%
5 Artritis 2014 1374 33% 33% 2
2015 1651 40%
Jumlah 4175
2013 7922 71%
6 DM 2014 1324 12% 33% 2
2015 1837 17%
Jumlah 11083
2013 8896 78%
7 Faringitis akut 2014 1249 11% 33% 2
2015 1227 11%
Jumlah 11372
2013 7306 74%
8 Sakit kepala 2014 1208 12% 33% 2
2015 1337 14%
Jumlah 9851
2013 0%
9 Penypulpa 2014 1047 43% 33% 2
2015 1380 57%
Jumlah 2427
2013 0%
10 Gingivitis 2014 1034 48% 33% 2
2015 1116 52%
Jumlah 2150

Kondisi tanpa proyek masuk kategori buruk (skala 2)


dimana rata-rata persentase kenaikan 30%-40%.

3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek

Tabel 3.73 Jumlah Timbulan Sampah dan Limbah

148
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Pelaksanaan konstruksi yang dilakukan selama 2 tahun


menghasilkan total limbah sebanyak 20.736.000 L dan total
sampah sebanyak 77.760 kg. Hasil limbah yang dihasilkan
oleh para pekerja ditampung dengan menggunakan tangki
yang akan disedot selama 1 minggu sekali, dan hasil sampah
ditampung dengan menggunakan drum yang akan diangkut
selama 3 hari sekali. Dengan adanya penumpukan sampah
dan limbah yang bersifat sementara maka kemungkinan akan
terjadi vektor penyakit yang disebabkan oleh lalat, nyamuk,
dan tikus.

Beberapa penyakit yang berisiko diderita masyarakat yang


disebabkan oleh lalat, yaitu:

1. Diare merupakan buang air besar (defekasi) dengan jumlah


tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml
per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
padat, dapat pula disertai frekuensi defekasi yang
meningkat (Arif Mansjoer dkk, 2000:501).
2. Disentri salah satu penyakit yang menyerang saluran
pencernaan, khususnya di usus besar. Gejala disentri
antara lain: buang air besar dengan tinja berdarah, diare
encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja
bercampur lender, nyeri saat buang air besar (Riana
Afriadi, 2008:53).

149
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

3. Kolera merupakan infeksi saluran usus yang disebabkan


bakteri Vibrio cholera. Kuman vibrio ditularkan secara
langsung melalui tinja atau muntahan penderita atau
secara tidak langsung ditularkan oleh serangga, misalnya
lalat. Masa inkubasi berlangsung 3 sampai 6 hari, diikuti
gejala diare akut dalam jumlah banyak sampai 1 liter per
jam, berupa tinja lunak diikuti tinja cair yang bentuknya
mirip air cucian beras (ricewater stool) yang berbau amis.
Akibatnya penderita dengan cepat mengalami dehidrasi
(Soedarto, 2009:143).
4. Penyakit cacingan adalah suatu penyakit dimana seseorang
mempunyai cacing dalam ususnya. Gejala sesuai jenis
cacing, diantaranya: (1) Cacing gelang (Ascaris
lumbricoides), gejalanya perut nampak buncit karena
jumlah cacing, perut kembung, diare, nafsu makan kurang,
(2) Cacing kremi (Oxyuris vermicularis), gejala sering
menggaruk daerah sekitar anus pada malam hari, (3)
Cacing cambuk (Trichuris trichiura), gejala diare,
disenteri, anemia, berat badan menurun, (4) Cacing
tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus), gejala lesu, tidak bergairah, pucat, rentan
terhadap penyakit (Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 424/Menkes/Sk/VI/2006, 2006:6).

Beberapa penyakit yang berisiko diderita masyarakat yang


disebabkan oleh nyamuk, yaitu:
1. Demam Berdarah Dengue (DBD), penyakit ini disebabkan
oleh virus Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3, dan Dengue 4
yang termasuk dalam group B Arthropod Borne Virus

150
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

(Arbovirus). Gejala DBD yaitu: (1) Demam tinggi


mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung selama 2-7
hari, (2) Manifestasi pendarahan,(3) Trombositopeni
(jumlah trombosit ≤ 100.000/pl) (4) Hemokonsentrasi
(Peningkatan Hematokrit ≥ 20%), (5) Hepatomegali
(Departemen Kesehatan RI, 2005:2).
2. Demam Chikungunya, penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes albopictus. Gejala demam chikungunya
yaitu: (1) Demam selama 2-3 hari dilanjutkan dengan
penurunan suhu tubuh selama 1-2 hari kemudian naik lagi
membentuk kurva “Sadle back fever” (Bifasik) disertai
menggigil dan muka kemerahan, (2) Sakit persendian,
gejala paling dominan pada kasus berat terdapat tanda
radang sendi, yaitu kemerahan, kaku, dan bengkak, (3)
Nyeri otot, terjadi pada seluruh otot terutama pada otot
penyangga berat badan seperti pada otot bagian leher,
daerah bahu, dan anggota gerak. Kadang terjadi
pembengkakan pada otot sekitar sendi pergelangan kaki
atau sekitar mata kaki, (4) Bercak kemerahan (rash) pada
kulit. Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama
demam, tetapi lebih sering muncul pada hari ke 4-5
demam. Lokasi kemerahan di daerah muka, badan, tangan,
dan kaki (Departemen Kesehatan RI, 2012:5).

Beberapa penyakit yang berisiko diderita masyarakat yang


disebabkan oleh tikus, yaitu:

151
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

1. Leptospirosis, disebabkan oleh bakteri Leptospira.


Penularan melalui selaput lender atau luka dikulit bila
terpapar oleh air yang tercemar dengan urin tikus.
2. Pes, disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis oleh pinjal.
Penularan melalui gigitan (Departemen Kesehatan RI,
2008:14).
Maka dari itu terdapat 3 vektor penyakit yang disebabkan
oleh penumpukan limbah dan sampah yaitu vektor lalat,
nyamuk, dan tikus. Berdasarkan skala yang ada maka
termasuk skala 2 (Buruk), Karena sampah merupakan
penyebaran vektor yang paling dominan.
Maka dapat disimpulkan bahwa :
 Kondisi Rona Lingkungan Awal = Skala 3
 Kondisi Lingkungan tanpa Proyek = Skala 2
 Kondisi Lingkungan dengan Proyek = Skala 2
 Besaran Dampak = 0

b) Sifat Penting Dampak


Derajat Kepentingan dampak perubahan vektor penyakit dalam
tahapan operasional basecamp berdasarkan pada 7 kriteria
penentu tingkat kepentingan dampak pada tabel 3.23 sebagai
berikut.
Tabel 3.74 Kriteria Sifat Penting Dampak Perubahan Vegetasi Lahan
No Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan
1 Jumlah manusia terkena P Manusia yang terkena dampak
dampak yaitu seluruh masyarakat di
sekitar rencana pengembangan
TPA Banyuroto, Kulon Progo
dengan jumlah 53 KK
2 Luas wilayah persebaran P Sebaran dampak akan
dampak mempengaruhi masyarakat sekitar

152
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

dengan jarak 0,32 km


pengembangan TPA Banyuroto,
Kulon Progo.
3 Intensitas dan lamanya P Dampak akan berlangsung selama
dampak berlangsung aktivitas operasional berlangsung
selama 50 tahun.
4 Jumlah kompenen P Akan ada kompenen lingkungan
lingkungan lain yang lainnya yang terkena dampak
terkena dampak yaitu meningkatnya pendapatan,
kesejahteraan, pengeluaran atau
pola konsumsi masyarakat, dan
tingkat kesehatan serta
pendidikan.
5 Sifat kumulatif dampak TP Tidak akan bersifat kumulatif dan
kompleks.
6 Berbalik atau tidak TP Dapat berbalik bila segera
berbaliknya dampak ditangani dengan baik.
7 Kriteria lain sesuai TP Kriteria lain berdasarkan
dengan perkembangan pendekatan sosial ekonomi
ilmu pengetahuan dan masyarakat.
teknologi
Prakiraan Dampak Penting 4 3 Dampak Bersifat Penting

3.2.3.3 Operasional PLTSa


 Terpenuhinya Kebutuhan Energi Listrik
a) Prakiraan Besaran Dampak
Bahaya insenerator dapat berdampak pada penduduk yang tinggal
dekat insenerator berpotensi terkena bahan kimia berbahaya
melalui udara yang tercemar atau hasil pertanian (sayuran, telur
dan susu) yang terkontaminasi. Peningkatan kadar dioxin dapat
ditemukan dalam jaringan tubuh warga dekat insinerator yang
kemungkinan besar akibat paparan zat berbahaya dari insinerator.
Dioksin/furan merupakan 2 senyawa yang berbeda, tapi
mempunyai sifat fisik ataupun kimia yang hampir sama.
Pencemaran akibat senyawa tersebut memberikan dampak untuk

153
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

jangka panjang maupun jangka pendek terhadap kesehatan


mahluk hidup ataupun lingkungan. Sifat persisten, akumulasi dan
beracun dari dioksin/furan menyebabkan pencemaran
dioksin/furan berdampak besar terhadap lingkungan, kesehatan
(sosial) dan ekonomi. Terhadap kesehatan, untuk jangka panjang
dioksin/furan akan menyebabkan kanker, gangguan pada sistem
reproduksi dan cacat lahir; sedangkan jangka pendek akan
menyebabkan kerusakan hati, kehilangan berat badan ataupun
penurunan sistem kekebalan tubuh (Matsusshita, 2003; NIEHS,
2001).
Dampak akibat incenerator juga terdapat peningkatan kadar
merkuri pada rambut penduduk yang tinggal dekat insinerator.
Pada anak-anak yang tinggal dekat insinerator modern
ditemukan peningkatan kadar urinary thioethers , sebuah
biomarker dari paparan bahan kimia beracun. Selain penduduk
setempat, terdapat pula beberapa penelitian yang menunjukkan
peningkatan kadar Dioxin pada jaringan tubuh pekerja di instalasi
insinerator, baik yang baru atau lama.

b) Sifat Penting Dampak

Pada operasional dan pemeliharaan pembangkit listrik


tenaga sampah dapat dilihat dari pemakaian energi listrik
perumah tangga. Dengan jumlah pemakaian perumah tangga
dengan daya 900 VA yang mencapai 1.352/kWh, sedangkan
jumlah energi yang dihasilkan dari operasional PLTSa adalah
70.800 kWh maka dapat diketahui jumlah penduduk di Kulon
Progo dengan proyeksi 50 tahun sebesar 4.321.093 jiwa atau
dalam per kk asumsi per kk 5 orang, maka jumlah kk sebesar
864.219 kk. Berikut perhitungan jumlah kk yang mendapat energi
listrik :

154
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Jumlah KK dilayani = 70.800 kWh / 1.352/kWh


= 53 KK
Perentase KK yang dilayani = ( Jumlah KK dilayani : Jumlah KK total ) x 100%
= (53 KK : 864.219 KK) X 100 %
= 0,0061 %
Derajat kepentingan dampak-dampak incenerator untuk kegiatan Operasional
PLTSa berdasar pada 7 kriteria penentu tingkat kepentingan dampak seperti pada
tabel 3.75 berikut :

Tabel 3.75 Kriteria Prakiraan Dampak Aktivitas Operasional PLTSa

Sifat Dampak
Faktor Penentu
No Pentin Tidak Keterangan
Dampak Penting
g Penting
1 Besarnya jumlah P Manusia yang terkena dampak akibat
penduduk yang akan incenerator pada operasional PLTSa yaitu
terkena dampak rencana seluruh masyarakat di sekitar rencana
usaha dan/atau kegiatan pengembangan TPA Banyuroto dengan
jumlah KK 53 KK.
2 Luas wilayah TP Wilayah persebaran dampak meliputi 1
penyebaran dampak desa yaitu kecamatan Nanggulan, Kulon
Progo.
3 Intensitas dampak P Lama operasional 24 jam dengan jangka
Lamanya Dampak waktu 50 tahun dengan jumlah energi yang
dihasilkan 70,8 MW
Berlangsung

155
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

4 Banyaknya komponen TP Komponen lain terkena dampak selain


lingkungan hidup lain terpenuhinya kebutuhan energi listrik
yang terkena dampak manusia tidak ada.
5 Sifat kumulatif dampak P Dampak bersifat kumulatif dan
berlangsung lama.

6 Berbalik atau tidak TP Dampak dapat dipulihkan dengan adanya


berbaliknya dampak pengelolaan sampah yang baik

7 Kriteria lain sesuai Tidak ada kriteria lain sesuai dengan


dengan perkembangan perkembangan ilmu pengetahuan dan
ilmu pengetahuan dan teknologi
teknologi
Total 3 4
Sifat Penting Dampak Dampak Bersifat Penting

Berdasarkan evaluasi pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


energi listrik pada operasional PLTSa TP > P termasuk ke dalam dampak tidak
penting.

Tabel 3.76 Perkiraan Besaran Dampak Terpenuhinya Energi

Skala Kondisi Lingkungan


1 2 3 4 5
Sangat Kecil Kecil Sedang Besar Sangat Besar
Daya 251 Daya 501 Daya 1001
Daya 5 MW – MW – 500 MW – 750 Daya 751 MW MW – 1200
250 MW MW MW – 1000 MW MW

1. Kondisi Sebelum Proyek

156
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Kondisi lingkungan awal sebelum adanya kegiatan ini diketahui hanya ada
sumber energi listrik dari PLN dan belum adanya sumber energi listrik dari
pembangkit listrik tenaga sampah.

2. Kondisi Lingkungan Dengan Proyek

Kondisi lingkungan dengan dampak ini di masa mendatang tanpa adanya


proyek diprakirakan adanya sumber energi lain yakni dari pembangkit litrik
tenaga sampah dengan prakiraan jumlah daya yang dihasilkan 70,8 MW dapat
memenuhi kebutuhan listrik di daerah operasional PLTSa sekitar dengan skala
sangat kecil.

3. Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek

Kondisi lingkungan dengan dampak ini di masa mendatang tanpa adanya


proyek diprakirakan tidak adanya tambahan sumber energi listrik dari PLTSa
melainkan hanya dari PLN.

3.2.4 Tahap Pasca Operasi


3.2.4.1 Demobilisasi Alat
 Penurunan Kualitas Udara
a) Prakiraan Besaran Dampak
1) Kondisi Rona Lingkungan Awal
Konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 33,69 µg/m3,
titik B yaitu 32,25 µg/m3, dan titik C yaitu 75,95 µg/m3 dengan
baku mutu sebesar 400 µg/m3 ada saat rona lingkungan awal di
lokasi (tanpa proyek) dengan metode uji IK/BBTKLPP/3-G/Pjc-
06. Mengacu kepada peraturan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan No. Kep-107/KABAPEDAL/11/1997 tentang

157
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

pedoman teknis perhitungan dan pelaporan serta informasi indeks


standar pencemar udara, dengan tambahan/modifikasi skala
kualitas. Besarnya konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu
33,69 µg/m3, titik B yaitu 32,25 µg/m3, dan titik C yaitu 75,95
µg/m3 menghasilkan nilai ISPU pada titik A 15473,72 µg/m3, pada
titik B 15472,28 µg/m3, dan pada titik C yaitu 15503,01µg/m3
dalam selang nilai >300 yaitu kategori berbahaya dengan skala
kualitas lingkungan 1.

Tabel 3.77 Tabel Skala Kualitas Udara

ISPU Kategori Skala


1>50 Baik 5
51-100 Sedang 4
101-199 tidak sehat 3
200-299 sangat tidak sehat 2
>300 Berbahaya 1

2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek


Dengan menggunakan data profil kinerja perhubungan darat
DIY pada tahun 2013, kenaikan jumlah kendaraan bermotor
(tahun 2009-2012) yaitu 14% setiap tahunnya. Maka, sumber
penurunan kualitas udara pada saat kondisi yang akan datang
tanpa proyek dimana tahun ke-0 adalah tahun 2017.
Berdasarkan hasil analisis gangguan lalulintas dengan
pendekatan laju pertumbuhan kendaraan dalam skala 4 (Baik)
sehingga konsentrasi PM10 (PM10) pada kondisi lingkungan
tanpa proyek yaitu konsentrasi awal PM10 (PM10) ditambah
14% dikali konsentrasi PM10 (PM10)awal, sehingga
konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 4,71 µg/m3, pada
titik B yaitu 4,52 µg/m3, dan pada titik C yaitu 3,63 µg/m3.
Berdasarkan prakiraan konsentrasi PM10 tersebut maka dapat
dikonversi nilai ISPU sebagai berikut :

158
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Tabel 3.78 ISPU Pada Saat Kondisi Lingkungan tanpa Proyek

Lokasi Letak Geografis Perhitungan ISPU Terhitung Tanpa Proyek

Persamaan PM10
Ia - Ib 50
Xa-Xb 50
7°48'0.33"LS
A Xx - Xb 38,4
110°11'16.09"BT
Ib 0
ISPU 38,4
Keterangan Baik
Ia - Ib 50
Xa-Xb 50
7°48'7.29"LS Xx - Xb 36.765
B 110°11'42.34"BT Ib 0
ISPU 36.765
Keterangan Baik
Ia - Ib 50
Xa-Xb 100
7°48'15.01"LS Xx - Xb 36.583
C 110°10'46.83"BT Ib 50
ISPU 682.915
Keterangan Sedang

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kondisi yang akan


datang tanpa proyek adalah pada kategori baik (skala 5).

3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek


Pada kegiatan pasca operasi, lalulintas kendaraan berat akan
meningkat dan dengan sendirinya akan meningkatkan
terjadinya PM10 dan emisi gas buang, sehingga dampak yang
ditimbulkan adalah penurunan kualitas udara dari jenis
kendaraan dan alat berat pada tahapan kegiatan ini sebagai
berikut :

No Jenis Peralatan Kapasitas Uni Berat (ton)

159
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

t
1 Backhoe 73HP 10 10,95
2 Dump Truck 25 m3 20 45,2
3 Buldozer 100-150 HP 3 14,26
4 Compactor 130HP 4 12
Maks. Beban 35,7
5 6 27,5
Flat Bed Truck ton
Untuk memprakirakan PM10 di udara dari kandungan PM10
di jalan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
0.7 0.5
S V W N D
Eu=20,77 ( )( )( ) ( ) ( )
12 48 3 4 365
Eu = jumlah PM10 perpanjang jalan (kg/km)
S = silt content (%), 10% untuk jalan diperkeras
V= kecepatan kendaraan (km/jam), x km/jam
W = berat kendaraan (ton)
N= jumlah roda kendaraan
D= jumlah hari tidak hujan, 185 hari (DIY dalam angka
2014)
a) Flat Bed Truck
Unit Backhoe dimobilisasi menggunakan Flat Bed Truck. Sehingga,
konsentrasi PM10 yang dihasilkan akibat adanya mobilitas Backhoe yaitu :
S V W 0.7 N 0.5 D
Eu=20,77 ( )( )( ) ( ) ( )
12 48 3 4
0.7
365
0.5
10 20 38,45 18 185
Eu=20,77 ( )( )( ) ( ) ( )
12 48 3 4 365
Eu=33,74 kg/km
Dalam pasca operasi TPA Banyuroto, mobilitas Backhoe adalah sejauh ±5
km dengan 3 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang dihasilkan sebesar :
kg trip
Eu=33,74 x3 x 5 km/trip
km hari
Eu=506,1 kg /hari
Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Backhoe
memiliki jarak 100 m dan tinggi 10 m, maka volume kolom udara = 5000
m x 2(100m) x 10 m = 5 x 106 m3.
kg
Eu=506,1 =506,1 x 10 6 mg /hari
hari

mg
Eu=506,1 x 106 :5 x 106 m3
hari

160
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

mg
Eu=101,22 /hari
m3

μg
Eu=101.220 /hari
m3

Kondisi rona lingkungan awal konsentrasi PM10 di titik A


yaitu 15473,32µg/m3, titik B yaitu 15472,28 µg/m3, dan titik C
yaitu 15503,01 µg/m3 dan dengan adanya kegiatan pembongkaran
menghasilkan prakiraan tambahan konsentrasi PM10 sebesar
101.220 µg/m3/hari di titik A, B, dan C.

Unit Bulldozer dimobilisasi menggunakan Flat Bed Truck.


Sehingga, konsentrasi PM10 yang dihasilkan akibat adanya
mobilitas Bulldozer yaitu :

0.7 0.5
S V W N D
Eu=20,77 ( )( )( ) ( ) ( )
12 48 3 4
0.7
365
10 20 41,76 18 0.5 185
Eu=20,77 ( )( )( ) ( ) ( )
12 48 3 4 365
Eu=48,98 kg /km
Dalam konstruksi pengembangan TPA Banyuroto, mobilitas
Bulldozer adalah sejauh ±5 km dengan 3 trip/hari. Maka
jumlah PM10 yang dihasilkan sebesar :
kg trip
Eu=48,98 x3 x 5 km/trip
km hari
Eu=734,7 kg/hari
Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui
Bulldozer memiliki jarak 50 m dan tinggi 10 m, maka volume
kolom udara = 5000 m x 2(50m) x 10 m = 5 x 106 m3.
kg
Eu=734,7 =734,7 x 106 mg/ hari
hari

mg
Eu=734,7 x 106 :5 x 106 m3
hari

161
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

mg
Eu=146,94 /hari
m3

μg
Eu=146.940 /hari
m3

Kondisi rona lingkungan awal konsentrasi PM10 di titik A


yaitu 15473,32µg/m3, titik B yaitu 15472,28 µg/m3, dan titik C
yaitu 15503,01 µg/m3 dan dengan adanya kegiatan pembongkaran
menghasilkan prakiraan tambahan konsentrasi PM10 sebesar
146.940 µg/m3/hari di titik A, B, dan C.

Unit Compactor dimobilisasi menggunakan Flat Bed Truck.


Sehingga, konsentrasi PM10 yang dihasilkan akibat adanya
mobilitas Compactor yaitu :

0.7 0.5
S V W N D
Eu=20,77 ( )( )( ) ( ) ( )
12 48 3
0.7
4 365
0.5
10 20 39,5 18 185
Eu=20,77 ( )( )( ) ( ) ( )
12 48 3 4 365
Eu=47,11 kg /km
Dalam konstruksi pengembangan TPA Banyuroto, mobilitas
Compactor adalah sejauh ± 5 km dengan 3 trip/hari. Maka
jumlah PM10 yang dihasilkan sebesar :
kg trip
Eu=47,11 x3 x 5 km/trip
km hari
Eu=706,65 kg /hari
Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui
Compactor memiliki jarak 50 m dan tinggi 10 m, maka
volume kolom udara = 5000 m x 2(50m) x 10 m = 5 x 106 m3.
kg
Eu=706,65 =706,65 x 106 mg/hari
hari

mg
Eu=706,65 x 10 6 :5 x 10 6 m 3
hari

162
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

mg
Eu=141,33 /hari
m3

μg
Eu=141.330 /hari
m3

Kondisi rona lingkungan awal konsentrasi PM10 di titik A


yaitu 15473,32 µg/m3, titik B yaitu 15472,28 µg/m3, dan titik C
yaitu 15503,01 µg/m3 dan dengan adanya kegiatan pembongkaran
menghasilkan prakiraan tambahan konsentrasi PM10 sebesar
141/330 µg/m3/hari di titik A, B, dan C.

b) Dump Truck
Maka, jumlah PM10 yang dihasilkan akibat adanya mobilitas Dump Truck
yaitu :
0.7 0.5
S V W N D
Eu=20,77 ( )( )( ) ( ) ( )
12 48 3
0.7
4
0.5
365
10 20 45,2 6 185
Eu=20,77
12 48( )( )( ) ( ) ( )
3 4 365
Eu=29,89 kg/km
Dalam konstruksi pengembangan TPA Banyuroto, mobilitas Dump Truck
adalah sejauh ±1,6 km dengan 5 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang
dihasilkan sebesar :
kg trip
Eu=29,89 x5 x 1,6 km/trip
km hari
Eu=239,12 kg /hari
Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Dump Truck
memiliki jarak 100 m dan tinggi 15 m, maka volume kolom udara = 1600
m x 2(100m) x 15 m = 4,8 x 106 m3.
kg
Eu=239,12 =239,12 x 106 mg/hari
hari

6 mg 6
Eu=239,12 x 10 : 4,8 x 10 m3
hari

mg
Eu=49,82 /hari
m3

163
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

μg
Eu=49.820 /hari
m3

Kondisi rona lingkungan awal konsentrasi PM10 di titik A yaitu 15473,32µg/m3,


titik B yaitu 15472,28 µg/m3, dan titik C yaitu 15503,01 µg/m3 dan dengan adanya
kegiatan pembongkaran menghasilkan prakiraan tambahan konsentrasi PM10 sebesar
49820 µg/m3/hari di titik A, B, dan C.

Pengoperasian Kendaraan

Penurunan kualitas udara pada tahap konstruksi di PLTSa bersumber dari


pengoperasian kendaraan pengangkut alat-alat berat dan material. Metode
prakiraan dampak penting untuk penurunan kualitas udara (PM10, NO2, SO2)
menggunakan rumus Gaussian sebagai berikut :

( x , z )=¿ 2Ql 1 z 2
exp− ( )
(2 π) 0.5 σ s u 2 σs
C¿

Dimana :
C(x,z) = Konsentrasi pencemar udara pada koordinat x dan z (µg/m3)
QL = Laju emisi per unit jarak (gr/detik.m)
Z = Ketinggian penerima (reseptor) diatas tanah
U = Kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x (m/detik)
σ s = Koefisien dispersi vertikal gaussian (m)

Pada kegiatan mobilisasi alat dan material diperkirakan akan melibatkan


kendaraan pengangkut berbahan bakar solar sebanyak 160 kendaraan
perhari. Jika dalam 1 hari waktu operasional konstruksi adalah selama 8
jam, maka dalam 1 jam kendaraan yang melewati jalur transportasi adalah
sebanyak 20 truck dengan jarak tempuh dari tapak proyek PLTSa menuju
jalan raya adalah 1,6 km.
Dalam prakiraan dampak diasumsikan pemakaian bahan bakar kendaraan
Truck adalah 0,4 liter solar untuk jarak tempuh 1 km, kecepatan rata-rata
kendaraan sekitar 20 km/jam yang beroperasi selama 8 jam sehari,
kecepatan arah angin rata-rata pada lokasi sampling berdasarkan data

164
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

pemantauan kualitas udara Kabupaten Kulon Progo yaitu 1,5 m/s dari
utara, koefisien dispersi gaussian ( σ s ) pada stabilitas atm B adalah
sebesar 3,43 m dan ketinggian penerima (z) sebesar 3 m. Faktor emisi
kendaraan berbahan bakar solar berdasarkan WHO adalah sebesar 2,01
kg/m3 untuk parameter partikulat, 6,36 kg/m3 untuk parameter SO2, dan
7,21 kg/m3 untuk parameter NO2. Berdasarkan asumsi dan data tersebut,
maka dapat dihitung konsumsi bahan bakar dari alat-alat berat seperti pada
tabel berikut :

N Jenis Kebutuhan  Jarak tempuh Konsumsi


o Kendaraan Solar( L/km) total(km) BBM(m3/hari)
1 Truck 0,4 250 0,625

Faktor emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara dari sumber


pembakaran menurut WHO dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Jenis Jenis Polutan
Bahan Bakar Satuan
Kendaraan Debu(kg/m3) NO2(kg/m3) SO2(kg/m3)
Truk Solar m3 2,01 7,21 6,36
Sumber : WHO offset Publication No. 62 Rapid Assesment of Sources of
Air, Water and Land Pollution, WHO Geneva, 1982

Besarnya emisi dari mobilisasi peralatan dan material saat konstruksi PLTSa ini
didapat dari perkalian faktor emisi dengan pemakaian bahan bakar. Sehingga,
berdasarkan perkiraan konsumsi bahan bakar diatas, besarnya laju emisi untuk
masing-masing parameter kualitas udara akibat kegiatan mobilisasi adalah sebagai
berikut :

 Debu = Konsumsi BBM/hari x Faktor Emisi


= 0,625 m3/hari x 2,01 kg/m3
= 1, 26 kg/hari = 0,015 gram/detik
 NO2 = 0,625 m3/hari x 7,21 kg/m3
= 4,5 kg/hari = 0,05 gram/detik
 SO2 = 0,625 m3/hari x 6,36 kg/m3
= 3,98 kg/hari = 0,046 gram/detik

165
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Maka didapat Konsentrasi masing masing parameter polutan berdasarkan Rumus


Gaussian adalah sebagai berikut :

μg
 Debu(PM10) = 0,0023
m3
μg
 NO2 = 0,0083
m3
μg
 SO2 = 0,0074
m3

Tabel 3.78 Prakiraan Peningkatan Emisi

RONA AWAL PASCA OPERASI


Titik Satuan
PM10 S02 NO2 PM10 S02 NO2
A µg/m3 4453,692 23,5649 2,6153 454782 23,5723 2,6236
B µg/m3 4452,252 19,1249 2,2553 454780,3 19,1323 2,2636
C µg/m3 4482,982 47,4749 2,9853 454811 47,4823 2,9936
2,62693
RATA-RATA
4462,975 30,0549 2,618633 454791,1 30,0623 3
BAKU MUTU 400 900 150 400 900 150

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kegiatan pasca


operasi TPA dan PLTSa yang bersumber dari pembongkaran
dan pengangkutan alat berat akan memberikan beban
pencemaran udara berupa debu (PM10), NO2, dan SO2.
Kontribusi debu (PM10) diperkirakan sudah melebihi baku
mutu, sedangkan kontribusi SO2 dan NO2 diperkirakan
masih berada dibawah baku mutu Peraturan Pemerintah No.
41 Tahun 1999 tentang Udara Ambien Nasional. Kualitas
udara pada rona awal masih tergolong baik karena memiliki
kualitas lingkungan dengan skala 1, sedangkan kondisi pada
operasional TPA dan PLTSa menunjukkan peningkatan yang
signifikan terhadap parameter debu (PM10), namun khusus
parameter NO2 dan SO2 mengalami kenaikan yang relatif

166
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

kecil. Sehingga, skala kualitas lingkungan setelah adanya


kegiatan konstruksi PLTSa tidak berubah tetap pada skala 1.

b) Sifat Penting Dampak


Penentuan sifat penting dampak kegiatan mobilisasi terhadap
kualitas udara :
Tabel 3.79 Prakiraan Sifat Penting Dampak Terhadap Kualitas Udara

No Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan


1 Jumlah manusia terkena P Para pekerja di lokasi konstruksi dan
dampak wilayah sekitarnya akan terkena dampak
2 Luas wilayah persebaran TP Partikel PM10 tersuspensi akan tersebar
dampak di wilayah sekitar lokasi pengerjaan yang

Intensitas dan lamanya Aktivitas pembongkaran dan


3
dampak berlangsung pengangkutan alat berat mempengaruhi
kesehatan pekerja selama 8 jam pada
P lokasi operasional.
Jumlah komponen Komponen lain yang terkena dampak
lingkungan yang lain yang TP seperti pemukiman penduduk yang
4 terkena dampak berada sekitar TPA dan PLTSa

dampak peningkatan konsentrasi PM10


dari kegiatan pengangkutan alat berat
5 Sifat Kumulatif dampak P
(mobilisisasi) bersifat kumulatif. Karena
tidak adanya penyiraman jalan sekitar
TPA.
6 Berbalik atau tidak TP Dampak ini akan segera membaik
berbaliknya
Kriteria lain dampak
sesuai dengan setelah selesai
Penyiraman kegiatan
berkala operasional
dapat TPA
mengurangi
7 P
perkembangan
Prakiraan IPTEK
dampak PM10 disekitar lokasi tapak proyek
4 3 Dampak bersifat penting
penting

3.2.4.2 Pelepasan Tenaga Kerja


 Hilangnya Mata Pencaharian Penduduk
a) Perkiraan Besaran Dampak
Setelah selesai beroprasi sesuai tahun perencanaan, kegiatan
dekontaminasi area TPA dan PLTSA juga dilakukan dengan tujuan
untuk meremedimasi lahan di kawasan TPA segala polutan akibat lindi
dapat direcovery. Kegiatan ini mencakup bioremediasi dan
fithoremediasi. Dalam pelaksanaan kegiatan remediasi, perusahaan

167
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

akan menempatkan staff pelaksana kegiatan yang berasal dari Divisi


Lingkungan Hidup. Kegiatan remediasi yang akan dilakukan
merupakan kegiatan yang terus menerus dan berlanjut selama 10 tahun.
Dalam tahap ini, beberapa pekerja di berhentikan secara bertahap yang
mengakibatkan hilangnya pekerjaan. Perkiraan besaran dampak terkait
penambahan jumlah penganguran di uraikan sebagai berikut :
Tabel 3.80 Distribusi Persentase Penduduk Angkatan Kerja (15 tahun ke atas) Menurut
Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo

Uraian Laki-Laki Perempuan Jumlah


Angkata Bekerja 83,02 63,21 72,81
n Kerja Pengangguran 3,12 2,52 2,82
Bukan Sekolah 6,71 5,8 6,255
Mengurus
Angkata
Rumahtangga 4,34 24,24 14,29
n Kerja Lainnya 2,81 4,22 3,515
Sumber : Kulon Progo dalam angka 2016

Berdasarkan data angkatan kerja 2016 tingkat pengangguran di


Kulon Progo (15 tahun ke atas) sebanyak 2,82 % yaitu ada sebanyak
5294 orang dari 188412 orang. Dengan adanya kegiatan oprasional TPA
dan PLTSa yang membutuhkan tenaga kerja lokal dengan kebutuhan
tenaga kerja sebagai berikut :
Tabel 3.81 Perkiraan kebutuhan (orang) Tenaga kerja lokal dan keahlian

N Kebutuhan Spesifikas
Keahlian
o (orang) i
Petugas
1 1000 SD/SMP
Kebersihan
STM/SM
2 Maintenance 50
A
STM/SM
3 Services 10
A
Material STM/SM
4 33
Heandling A
5 Administration 96 D3/SMA

168
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Total 1189

Berdasarkan kesempatan kerja pada tahap operasi dibutuhkan 1189


orang. Dengan berakhirnya operasi TPA dan PLTSa Banyuroto
diperkirakan akan ada penambahan jumlah tingkat pencari kerja baru
(penganguran) sebanyak 1189. Adanaya peningkatan penganguran dapat
dikonversi menjadi kualitas lingkungan seperti disajikan pada tabel
dibawah ini.

Tabel 3.82 Kriteria kualitas lingkungan kesempatan kerja lokal

Kriteria Kualitas/Skala
Parameter
1 2 3 4 5
Lingkungan
Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik
Tingkat
>5 – >3 – >2 –
Pengangguran >8% ≤1%
8% 5% 3%
Masyarakat
Sumber : Sudano Sukirno, 2008

1) Kondisi Rona Lingkungan Awal


.Berdasarkan data pada persentase penduduk angkatan kerja (15 tahun ke
atas) menurut jenis kelamin di kabupaten Kulon Progo tahun 2017 terdapat
angkatan kerja dengan usia produktif sebanyak 188412 orang dan 5294 orang
yang belum bekerja. Kebutuhan tenaga kerja sebanyak 1189 orang, sehingga
presentase tenaga kerja yang belum terserap sebesar 2,18 % masuk dalam
kategori baik (Skala 4).
2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek
Pendekatan kondisi lingkungan tanpa proyek melalui pertumbuhan
ekonomi daerah khusunya di kabupaten Kulon Progo. Berdasarkan data
distribusi persentase penduduk angkatan kerja (15 tahun ke atas) menurut
jenis kelamin di kabupaten Kulon Progo tahun 2017 terdapat ankatan kerja
dengan usia produktif sebanyak 188412 orang dan 5294 orang yang belum
bekerja. Dengan pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 4,76% maka ada
pengurangan jumlah penganguran sebesar 252 orang dari 5294 orang.
Dengan demikian presentase tenaga kerja yang belum terserap sebesar 2,68
% masuk dalam kategori baik (Skala 4).

169
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek


Berdasarkan data distribusi persentase penduduk angkatan kerja (15
tahun ke atas) menurut jenis kelamin di kabupaten Kulon Progo tahun 2017
terdapat angkatan kerja dengan usia produktif sebanyak 188412 orang dan
5294 orang yang belum bekerja. Dengan adanya proyek perluasan TPA
dan pembangunan PLTSa Banyuroto terdapat 14,7 Ha sawah penduduk
yang teralihfungsikan menjadi lahan proyek sehingga berpotensi
menghilangkan 191 mata pencaharian petani atau setara dengan 0,2%
dari total petani pada tahun tersebut. Kebutuhan tenaga kerja sebanyak
1189 orang. Pada tahap pasca operasi para pekerja diberhentikan sehingga
ada tambahan jumlah penganguran menjadi 4% dari 188412 yaitu 6674 orang
masuk kategori sedang (skala 3).
Maka dapat dismpulkan bahwa :
 Kualitas rona lingkungan awal = Skala 4
 Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 4
 Kualitas lingkungan dengan proyek = Skala 3
 Besaran dampak = -1

Dengan demikian dapat disimpulkan besaran dampaknya termasuk dampak


negatif.

b) Sifat Penting Dampak


Derajat kepentingan dampak pada kesempatan kerja untuk kegiatan
penerimaan tenaga kerja dengan mendasarkan pada 7 kriteria penentu tingkat
kepentingan dampak seperti di tunjukan pada tabel berikut :

Tabel 3.83 Prakiraan Sifat Penting Dampak

N Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan

170
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

o
Ditinjau dari jumlah manusia yang
terkena dampak, maka
dikategorikan sebagai dampak
penting (P), karena manusia yang
bekerja hampir dari berbagai
Jumlah manusia terkena
1 P wilayah dengan menghilangkan
dampak
191 mata pencaharian petani atau
setara dengan 0,2% dari total
petani pada tahun tersebut. Dan
memberhentikan 1189 orang
pekerja.
Sebaran dampak akan mempengaruhi
masyarakat sekitar lokasi rencana
Luas Wilayah persebaran
2 P pengembangan dan pembangaunan di
dampak
desa Banyuroto kabupaten Kulon
Progo.
Dampak akan berlangsung sementara
Intensitas dan lamanya
3 P proses pemulihan kondisi dan
dampak berlangsung
revegetasi, yaitu 10 tahun.
Akan ada komponen lain yang terkena
Jumlah komponen dampak yaitu meningkatnya
4 lingkungan lain terkena P penganguran, menurunya pendapatan,
dampak peluang usaha, tingkat kesehatan dan
pendidikan.
Tidak akan bersifat kumulatif dan
5 Sifat kumulatif dampak TP
kompleks
Dampak yang timbul dapat bersifat
Berbalik atau tidak berbalik apabila pelaksanaan kegiatan
6 TP
berbaliknya dampak tidak sesuai dengan komitmen dan
kesepakatan

171
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Kriteria Lain sesuai


Kriteria lain berdasarkan pendekatan
7 perkembangan ilmu TP
sosial ekonomi masyarakat
pengetahuan dan teknologi
Jumlah 4P 3TP Dampak bersifat penting

 Timbulnya sikap dan Persepsi Masyarakat


a) Perkiraan Besaran Dampak
Dalam tahap ini, beberapa pekerja di berhentikan secara bertahap
yang mengakibatkan hilangnya pekerjaan. Akibat pemberhentian
pekerjaan akan menimbulkan persepsi masyarakat akibat adanya
penurunan pendapatan dan menghilangnya matapencaharian. Perkiraan
besaran dampak terkait pelepasan tenaga kerja terhadap persepsi
masyarakt seperti tabel berikut,

Tabel 3.84 Kriteria kualitas lingkungan pendapatan masyarakat

Parameter Kriteria Kualitas/Skala


1 2 3 4 5
Lingkungan Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik
Rp 500.001 Rp
Pendapatan Kurang dari Rp. Rp 1.000.000 – Lebih dari
– Rp 1.500.000 –
masyarakat 500.000 Rp 1.499.999 Rp 2.000.000
999.999 2.000.000

1) Kondisi Rona Lingkungan Awal


Pengembangan dan pembangunan TPA dan PLTSa yang dilakukan
di desa Banyuroto dapat menyerap tenaga kerja lokal sektiar wilayah
Kulon Progo. Pendapatan pekerja TPA dan PLTSa berdasarkan UMK

172
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Kulon Progo adalah Rp 1.493.250, maka kondisi ini masuk kedalam


kategori baik (Skala 4).
2) Kondisi Lingkungan Tanpa Proyek
Pendekatan kondisi lingkungan tanpa proyek didasarkan pada
kondisi awal pekerjaan masyarakat lokal sekitar yaitu sebagai petani.
Rata-rata pendapatan petani berdasarkan sensus terakhir pada 2017,
pendapatan petani di Indonesia hanya mencapai Rp12,4 juta hektare
per tahun. Secara rata-rata, jumlah pendapatan per bulan hanya
mencapai Rp1 juta. Maka kondisi ini masuk kedalam kategori sedang
(skala 3).
3) Kondisi Lingkungan dengan Proyek

Pengembangan dan pembangunan TPA dan PLTSa yang dilakukan


di desa Banyuroto dapat menyerap tenaga kerja lokal sektiar wilayah
Kulon Progo. Namun pada tahap pasca operasi adanya pelepasan
tenaga kerja yang menyebabkan hilangnya mata pencaharian warga.
Selain itu lahan yang menjadi tempat TPA perlu dilakukan remediasi
selama 10 Tahun untuk mengembalikan fungsi awalnya kembali. Maka
kondisi ini masuk kedalam kategori buruk (skala 1).

Maka dapat dismpulkan bahwa :


 Kualitas rona lingkungan awal = Skala 4
 Kualitas lingkungan tanpa proyek = Skala 3
 Kualitas lingkungan yang akan datang dengan proyek =
Skala 1
 Besaran dampak = -2

Dengan demikian dapat disimpulkan besaran dampaknya termasuk


dampak negatif.

b) Sifat Penting Dampak

173
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Derajat kepentingan dampak pada kesempatan kerja untuk kegiatan


penerimaan tenaga kerja dengan mendasarkan pada 7 kriteria penentu
tingkat kepentingan dampak seperti di tunjukan pada tabel berikut :
Tabel 3.85 Prakiraan Sifat Penting Dampak

Kriteria Dampak
No Penting P TP Keterangan
Ditinjau dari jumlah manusia yang
terkena dampak, maka
Jumlah manusia terkena dikategorikan sebagai dampak
1 P
dampak penting (P), jumlah pekerja yang
ada di TPA dan PLTSa sebanyak
1189 orang.
Luas Wilayah Sebaran dampak hanya
2 P
persebaran dampak mempengaruhi warga sekitar lokasi
Dampak hanya akan berlangsung
Intensitas dan lamanya sementara proses pelepasan tenaga
3 P
dampak berlangsung kerja dan pemberhentian
operasional TPA dan PLTSa
Akan ada komponen lain yang
Jumlah komponen terkena dampak yaitu menurunnya
4 lingkungan lain terkena P pendapatan, kesejahteraan, pola
dampak konsumsi masyarakat, tingkat
kesehatan dan pendidikan
Tidak akan bersifat kumulatif dan
5 Sifat kumulatif dampak TP
kompleks
Dampak yang timbul dapat bersifat
Berbalik atau tidak berbalik apabila pelaksanaan kegiatan
6 TP
berbaliknya dampak tidak sesuai dengan komitmen dan
kesepakatan
7 Kriteria Lain sesuai TP Kriteria lain berdasarkan pendekatan
perkembangan ilmu sosial ekonomi masyarakat

174
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

pengetahuan dan teknologi

Jumlah 4P 3TP Dampak bersifat penting

3.2.4.3 Penutupan TPA


 Penurunan Kualitas Udara
a) Prakiraan Besaran Dampak
1) Kondisi Rona Lingkungan Hidup Awal

Konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 33,69 µg/m3, titik B yaitu
32,25 µg/m3, dan titik C yaitu 75,95 µg/m3 dengan baku mutu sebesar 400 µg/m3 ada
saat rona lingkungan awal di lokasi (tanpa proyek) dengan metode uji IK/BBTKLPP/3-
G/Pjc-06. Mengacu kepada peraturan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
No. Kep-107/KABAPEDAL/11/1997 tentang pedoman teknis perhitungan dan pelaporan
serta informasi indeks standar pencemar udara, dengan tambahan/modifikasi skala
kualitas. Besarnya konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A yaitu 33,69 µg/m3, titik B
yaitu 32,25 µg/m3, dan titik C yaitu 75,95 µg/m3 menghasilkan nilai ISPU pada titik A
15473,72µg/m3, pada titik B 15472,28µg/m3, dan pada titik C yaitu 15503,01µg/m3
dalam selang nilai >300 yaitu kategori berbahaya dengan skala kualitas lingkungan 1.

Tabel 3.86 Tabel Skala Kualitas Udara

ISPU Kategori Skala


1>50 Baik 5
51-100 Sedang 4
101-199 tidak sehat 3
200-299 sangat tidak sehat 2
>300 Berbahaya 1

2) Kondisi Lingkungan Akan Datang Tanpa Proyek

Dengan menggunakan data profil kinerja perhubungan darat DIY pada


tahun 2013, kenaikan jumlah kendaraan bermotor (tahun 2009-2012) yaitu 14%

175
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

setiap tahunnya. Maka, sumber penurunan kualitas udara pada saat kondisi yang
akan datang tanpa proyek dimana tahun ke-0 adalah tahun 2017. Berdasarkan
hasil analisis gangguan lalulintas dengan pendekatan laju pertumbuhan kendaraan
dalam skala 4 (Baik) sehingga konsentrasi PM10 (PM10) pada kondisi lingkungan
tanpa proyek yaitu konsentrasi awal PM10 (PM10) ditambah 14% dikali
konsentrasi PM10 (PM10)awal, sehingga konsentrasi PM10 (PM10) pada titik A
yaitu 4,71 µg/m3, pada titik B yaitu 4,52 µg/m3, dan pada titik C yaitu 3,63 µg/m3.
Berdasarkan prakiraan konsentrasi PM10 tersebut maka dapat dikonversi nilai ISPU
sebagai berikut :

Tabel 3.87 ISPU Pada Saat Kondisi Lingkungan tanpa Proyek

Lokas
Letak Geografis Perhitungan ISPU Terhitung Tanpa Proyek
i
Persamaan PM10
Ia - Ib 50
Xa-Xb 50
7°48'0.33"LS
A Xx - Xb 38,4
110°11'16.09"BT
Ib 0
ISPU 38,4
Keterangan Baik
Ia - Ib 50
Xa-Xb 50
7°48'7.29"LS Xx - Xb 36.765
B 110°11'42.34"BT Ib 0
ISPU 36.765
Keterangan Baik
Ia - Ib 50
Xa-Xb 100
7°48'15.01"LS Xx - Xb 36.583
C 110°10'46.83"BT Ib 50
ISPU 682.915
Keterangan Berbahaya
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kondisi yang akan datang tanpa
proyek adalah pada kategori tidak berbahaya (skala 1).

176
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Pada kegiatan pasca konstruksi, lalulintas kendaraan berat akan meningkat dan
dengan sendirinya akan meningkatkan terjadinya PM10 dan emisi gas buang,
sehingga dampak yang ditimbulkan adalah penurunan kualitas udara dari jenis
kendaraan dan alat berat pada tahapan kegiatan ini sebagai berikut :

Uni
No Jenis Peralatan Kapasitas Berat (ton)
t
1 Backhoe 73HP 10 10,95
2 Dump Truck 25 m3 20 45,2
3 Buldozer 100-150 HP 3 14,26
4 Compactor 130HP 4 12
Maks. Beban 35,7
5 6 27,5
Flat Bed Truck ton
Untuk memprakirakan PM10 di udara dari kandungan PM10 di jalan
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
0.7 0.5
S V W N D
Eu=20,77 ( )( )( ) ( ) ( )
12 48 3 4 365
Eu = jumlah PM10 perpanjang jalan (kg/km)
S = silt content (%), 10% untuk jalan diperkeras
V = kecepatan kendaraan (km/jam), x km/jam
W = berat kendaraan (ton)
N = jumlah roda kendaraan
D = jumlah hari tidak hujan, 185 hari (DIY dalam angka 2014)

c) Flat Bed Truck


Unit Backhoe dimobilisasi menggunakan Flat Bed Truck. Sehingga,
konsentrasi PM10 yang dihasilkan akibat adanya mobilitas Backhoe yaitu :
0.7 0.5
S V W N D
Eu=20,77 ( )( )( ) ( ) ( )
12 48 3 4
0.7
365
0.5
10 20 38,45 18 185
Eu=20,77 ( )( )( ) ( ) ( )
12 48 3 4 365
Eu=33,74 kg/km
Dalam pasca operasi TPA Banyuroto, mobilitas Backhoe adalah sejauh ±5
km dengan 3 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang dihasilkan sebesar :
kg trip
Eu=33,74 x3 x 5 km/trip
km hari

177
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Eu=506,1 kg /hari
Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Backhoe
memiliki jarak 100 m dan tinggi 10 m, maka volume kolom udara = 5000
m x 2(100m) x 10 m = 5 x 106 m3.
kg
Eu=506,1 =506,1 x 10 6 mg /hari
hari

6 mg 6
Eu=506,1 x 10 :5 x 10 m3
hari

mg
Eu=101,22 /hari
m3

μg
Eu=101.220 /hari
m3

Kondisi rona lingkungan awal konsentrasi PM10 di titik A yaitu


15473,32µg/m3, titik B yaitu 15472,28 µg/m3, dan titik C yaitu 15503,01 µg/m3
dan dengan adanya kegiatan pembongkaran menghasilkan prakiraan tambahan
konsentrasi PM10 sebesar 101.220 µg/m3/hari di titik A, B, dan C.

Unit Bulldozer dimobilisasi menggunakan Flat Bed Truck. Sehingga,


konsentrasi PM10 yang dihasilkan akibat adanya mobilitas Bulldozer yaitu
:

0.7 0.5
S V W N D
Eu=20,77 ( )( )( ) ( ) ( )
12 48 3 4
0.7
365
0.5
10 20 41,76 18 185
Eu=20,77 ( )( )( ) ( ) ( )
12 48 3 4 365
Eu=48,98 kg /km
Dalam konstruksi pengembangan TPA Banyuroto, mobilitas Bulldozer
adalah sejauh ±5 km dengan 3 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang
dihasilkan sebesar :
kg trip
Eu=48,98 x3 x 5 km/trip
km hari
Eu=734,7 kg/hari

178
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Bulldozer
memiliki jarak 50 m dan tinggi 10 m, maka volume kolom udara = 5000 m
x 2(50m) x 10 m = 5 x 106 m3.
kg
Eu=734,7 =734,7 x 106 mg/ hari
hari

mg
Eu=734,7 x 106 :5 x 106 m3
hari

mg
Eu=146,94 /hari
m3

μg
Eu=146.940 /hari
m3

Kondisi rona lingkungan awal konsentrasi PM10 di titik A yaitu


15473,32µg/m3, titik B yaitu 15472,28 µg/m3, dan titik C yaitu 15503,01
µg/m3 dan dengan adanya kegiatan pembongkaran menghasilkan
prakiraan tambahan konsentrasi PM10 sebesar 146.940 µg/m3/hari di titik
A, B, dan C.

Unit Compactor dimobilisasi menggunakan Flat Bed Truck. Sehingga,


konsentrasi PM10 yang dihasilkan akibat adanya mobilitas Compactor
yaitu :

S V W 0.7 N 0.5 D
Eu=20,77 ( )( )( ) ( ) ( )
12 48 3
0.7
4 365
0.5
10 20 39,5 18 185
Eu=20,77 ( )( )( ) ( ) ( )
12 48 3 4 365
Eu=47,11 kg /km
Dalam konstruksi pengembangan TPA Banyuroto, mobilitas Compactor
adalah sejauh ± 5 km dengan 3 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang
dihasilkan sebesar :
kg trip
Eu=47,11 x3 x 5 km/trip
km hari
Eu=706,65 kg /hari

179
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Compactor
memiliki jarak 50 m dan tinggi 10 m, maka volume kolom udara = 5000 m
x 2(50m) x 10 m = 5 x 106 m3.
kg
Eu=706,65 =706,65 x 106 mg/hari
hari

mg
Eu=706,65 x 10 6 :5 x 10 6 m 3
hari

mg
Eu=141,33 /hari
m3

μg
Eu=141.330 /hari
m3

Kondisi rona lingkungan awal konsentrasi PM10 di titik A yaitu 15473,32


µg/m3, titik B yaitu 15472,28 µg/m3, dan titik C yaitu 15503,01 µg/m3
dan dengan adanya kegiatan pembongkaran menghasilkan prakiraan
tambahan konsentrasi PM10 sebesar 141/330 µg/m3/hari di titik A, B, dan
C.

d) Dump Truck
Maka, jumlah PM10 yang dihasilkan akibat adanya mobilitas Dump Truck
yaitu :
0.7 0.5
S V W N D
Eu=20,77 ( )( )( ) ( ) ( )
12 48 3
0.7
4
0.5
365
10 20 45,2 6 185
Eu=20,77 ( )( )( ) ( ) ( )
12 48 3 4 365
Eu=29,89 kg/km
Dalam konstruksi pengembangan TPA Banyuroto, mobilitas Dump Truck
adalah sejauh ±1,6 km dengan 5 trip/hari. Maka jumlah PM10 yang
dihasilkan sebesar :
kg trip
Eu=29,89 x5 x 1,6 km/trip
km hari
Eu=239,12 kg /hari

180
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Apabila sebaran PM10 ke kiri dan kanan jalan yang dilalui Dump Truck
memiliki jarak 100 m dan tinggi 15 m, maka volume kolom udara = 1600
m x 2(100m) x 15 m = 4,8 x 106 m3.
kg
Eu=239,12 =239,12 x 106 mg/hari
hari

mg
Eu=239,12 x 10 6 : 4,8 x 106 m3
hari

mg
Eu=49,82 /hari
m3

μg
Eu=49.820 /hari
m3

Kondisi rona lingkungan awal konsentrasi PM10 di titik A yaitu


15473,32µg/m3, titik B yaitu 15472,28 µg/m3, dan titik C yaitu 15503,01 µg/m3
dan dengan adanya kegiatan pembongkaran menghasilkan prakiraan tambahan
konsentrasi PM10 sebesar 49820 µg/m3/hari di titik A, B, dan C.

Pengoperasian Kendaraan

Penurunan kualitas udara pada tahap konstruksi di PLTSa bersumber dari


pengoperasian kendaraan pengangkut alat-alat berat dan material. Metode
prakiraan dampak penting untuk penurunan kualitas udara (PM10, NO2,
SO2) menggunakan rumus Gaussian sebagai berikut :

2
( x , z )=¿ 2Ql 1 z
0.5
exp− ( )
(2 π) σ s u 2 σs
C¿

Dimana :
C(x,z) = Konsentrasi pencemar udara pada koordinat x dan z (µg/m3)
QL = Laju emisi per unit jarak (gr/detik.m)
Z = Ketinggian penerima (reseptor) diatas tanah
U = Kecepatan angin rata-rata pada arah sumbu x (m/detik)
σ s = Koefisien dispersi vertikal gaussian (m)

181
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Pada kegiatan mobilisasi alat dan material diperkirakan akan melibatkan


kendaraan pengangkut berbahan bakar solar sebanyak 160 kendaraan
perhari. Jika dalam 1 hari waktu operasional konstruksi adalah selama 8
jam, maka dalam 1 jam kendaraan yang melewati jalur transportasi adalah
sebanyak 20 truck dengan jarak tempuh dari tapak proyek PLTSa menuju
jalan raya adalah 1,6 km.
Dalam prakiraan dampak diasumsikan pemakaian bahan bakar kendaraan
Truck adalah 0,4 liter solar untuk jarak tempuh 1 km, kecepatan rata-rata
kendaraan sekitar 20 km/jam yang beroperasi selama 8 jam sehari,
kecepatan arah angin rata-rata pada lokasi sampling berdasarkan data
pemantauan kualitas udara Kabupaten Kulon Progo yaitu 1,5 m/s dari
utara, koefisien dispersi gaussian ( σ s ) pada stabilitas atm B adalah
sebesar 3,43 m dan ketinggian penerima (z) sebesar 3 m. Faktor emisi
kendaraan berbahan bakar solar berdasarkan WHO adalah sebesar 2,01
kg/m3 untuk parameter partikulat, 6,36 kg/m3 untuk parameter SO2, dan
7,21 kg/m3 untuk parameter NO2. Berdasarkan asumsi dan data tersebut,
maka dapat dihitung konsumsi bahan bakar dari alat-alat berat seperti pada
tabel berikut :

N Jenis Kebutuhan  Jarak tempuh Konsumsi


o Kendaraan Solar( L/km) total(km) BBM(m3/hari)
1 Truck 0,4 250 0,625

Faktor emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara dari sumber


pembakaran menurut WHO dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Jenis Jenis Polutan
Bahan Bakar Satuan
Kendaraan Debu(kg/m3) NO2(kg/m3) SO2(kg/m3)
Truk Solar m3 2,01 7,21 6,36
Sumber : WHO offset Publication No. 62 Rapid Assesment of Sources of
Air, Water and Land Pollution, WHO Geneva, 1982

182
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Besarnya emisi dari mobilisasi peralatan dan material saat konstruksi


PLTSa ini didapat dari perkalian faktor emisi dengan pemakaian bahan
bakar. Sehingga, berdasarkan perkiraan konsumsi bahan bakar diatas,
besarnya laju emisi untuk masing-masing parameter kualitas udara akibat
kegiatan mobilisasi adalah sebagai berikut :

 Debu = Konsumsi BBM/hari x Faktor Emisi


= 0,625 m3/hari x 2,01 kg/m3
= 1, 26 kg/hari = 0,015 gram/detik
 NO2 = 0,625 m3/hari x 7,21 kg/m3
= 4,5 kg/hari = 0,05 gram/detik
 SO2 = 0,625 m3/hari x 6,36 kg/m3
= 3,98 kg/hari = 0,046 gram/detik

Maka didapat Konsentrasi masing masing parameter polutan berdasarkan


Rumus Gaussian adalah sebagai berikut :

μg
 Debu(PM10) = 0,0023
m3
μg
 NO2 = 0,0083
m3
μg
 SO2 = 0,0074
m3

Tabel 3.87 Prakiraan Peningkatan Emisi

RONA AWAL PASCA OPERASI


Titik Satuan
PM10 S02 NO2 PM10 S02 NO2
A µg/m3 4453,692 23,5649 2,6153 454782 23,5723 2,6236
B µg/m3 4452,252 19,1249 2,2553 454780,3 19,1323 2,2636
C µg/m3 4482,982 47,4749 2,9853 454811 47,4823 2,9936
2,62693
RATA-RATA
4462,975 30,0549 2,618633 454791,1 30,0623 3
BAKU MUTU 400 900 150 400 900 150

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa kegiatan pasca operasi TPA


dan PLTSa yang bersumber dari pembongkaran dan pengangkutan alat

183
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

berat akan memberikan beban pencemaran udara berupa debu (PM10),


NO2, dan SO2. Kontribusi debu (PM10) diperkirakan sudah melebihi baku
mutu, sedangkan kontribusi SO2 dan NO2 diperkirakan masih berada
dibawah baku mutu Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang
Udara Ambien Nasional. Kualitas udara pada rona awal masih tergolong
baik karena memiliki kualitas lingkungan dengan skala 1, sedangkan
kondisi pada operasional TPA dan PLTSa menunjukkan peningkatan yang
signifikan terhadap parameter debu (PM10), namun khusus parameter
NO2 dan SO2 mengalami kenaikan yang relatif kecil. Sehingga, skala
kualitas lingkungan setelah adanya kegiatan konstruksi PLTSa tidak
berubah tetap pada skala 1. Penentuan sifat penting dampak kegiatan
mobilisasi terhadap kualitas udara :

b) Sifat Penting Dampak


Tabel 3.88 Prakiraan Sifat Penting Dampak

No Kriteria Dampak Penting P TP Keterangan


1 Jumlah manusia terkena P Para pekerja di lokasi konstruksi dan
dampak wilayah sekitarnya akan terkena dampak
2 Luas wilayah persebaran TP Partikel PM10 tersuspensi akan tersebar
dampak di wilayah sekitar lokasi pengerjaan yang

Intensitas dan lamanya Aktivitas pembongkaran dan


3
dampak berlangsung pengangkutan alat berat mempengaruhi
kesehatan pekerja selama 8 jam pada
P lokasi operasional.
Jumlah komponen Komponen lain yang terkena dampak
lingkungan yang lain yang TP seperti pemukiman penduduk yang
4 terkena dampak berada sekitar TPA dan PLTSa

dampak peningkatan konsentrasi PM10


dari kegiatan pengangkutan alat berat
5 Sifat Kumulatif dampak P
(mobilisisasi) bersifat kumulatif. Karena
tidak adanya penyiraman jalan sekitar
TPA.
6 Berbalik atau tidak TP Dampak ini akan segera membaik
berbaliknya
Kriteria lain dampak
sesuai dengan setelah selesai
Penyiraman kegiatan
berkala operasional
dapat TPA
mengurangi
7 P
perkembangan
Prakiraan IPTEK
dampak 4 3 PM10 disekitar
Dampaklokasi tapak
bersifat proyek
penting

184
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

penting

185
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

BAB IV

EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN

Evaluasi secara holistik (evaluasi dampak terhadap setiap dampak penting hipotetik)
dilakukan setelah prakiraan terhadap setiap dampak penting hipotetik, baik besaran dampak
maupun sifat penting dampak. Pedoman mengevaluasi dampak besar dan penting digunakan
interaksi antara besaran dampak dengan tingkat kepentingan dampak yang disajikan pada Tabel
4.1. sebagai berikut.

Tabel 4.1 Pedoman evaluasi dampak besar dan penting

No Ketentuan Pedoman Evaluasi Kesimpulan


1 Apabila P≥3 dan besaran angka prakiraan dampak ≥2 Maka kesimpulan dampaknya
masuk kategori dampak
penting
2 Apabila P≥1 dan besaran angka prakiraan dampak > Baku Maka kesimpulan dampaknya
Mutu Lingkungan (BML) atau diprakirakan akan masuk kategori dampak
mengganggu kondisi sosial-ekonomi-budaya masyarakat penting
3 Apabila P>3 dan salah satu kriteria P adalah jumlah Maka kesimpulan dampaknya
manusia yang terkena dampak, berapa pun besaran angka masuk kategori dampak
prakiraan dampak penting
4 Di luar ketiga kriteria di atas Maka kesimpulan dampaknya
masuk kategori dampak tidak
penting
Sumber: PSLH-UGM, 2005; dimodifikasi

Apabila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting, maka dampak-dampak


itulah yang akan dijadikan dasar untuk penyelenggaraan Rencana Pengelolaan Lingkungan

206
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Berdasarkan pada hal
tersebut diatas, maka terhadap prakiraan besaran dampak dan sifat penting dampak dapat
dievaluasi secara holistik.

4.1 Telaah secara keseluruhan dan keterkaitan

Pada dasarnya setiap tahap kegiatan atau rencana kegiatan pengembangan TPA
Banyuroto Kabupaten Kulon Progo, baik pada tahap kosntruksi dan operasi akan menimbulkan
dampak terhadap komponen lingkungan hidup, baik bersifat negatif maupun positif. Rencana
kegiatan yang merupakan sumber dampak dan banyak menimbulkan dampak penting terhadap
komponen lingkungan, dampak tersebut ditentukan dengan metode prakiraan besaran dampak
yang digunakan metode perhitungan matematis (formal) dan metode penilaian ahli (professional
judgement) atau non formal.

Pada dokumen ANDAL pada bab ini tentang evaluasi diperoleh dampak penting disetiap
tahapan kegiatan yaitu tahap konstruksi adalah: penerimaan tenaga kerja, mobilisasi tenaga dan
alat, operasional basecamp, konstruksi area landfill, dan konstruksi PLTSA dan tahap operasi
adalah: penerimaan tenaga kerja, pengangkutan sampah, operasional TPA, operasional
pengolahan lindi, dan operasional PLTSA. Sementara itu komponen lingkungan yang terkena
dampak penting yaitu:

1. Komponen geofisik-kimia meliputi: kualitas udara, kebisingan, getaran.


2. Komponen biologi meliputi: perunahan tutupan vegetasi lahan, dan perubahan
keberadaan fauna darat.
3. Komponen ekonomi-sosial-budaya meliputi: hilangnya mata pencaharian penduduk,
timbulnya sikap dan persepsi masyarakat, terbentuknya kesempatan kerja, dan
peningkatan peluang berusaha.

207
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

4. Komponen kesehatan masyarakat meliputi: peningkatan vektor penyakit atau morbiditas


pada masyarakat.
5. Komponen energi meliputi: terpenuhinya kebutuhan energi listrik.

METODE YAHYA HUSEIN

A. Komponen Geofisik-Kimia
 Dampak pada Tahap Konstruksi

Sumber
Konstruksi PLTSa
Dampak
Negatif Positif
Sifat Dampak
Perubahan kualitas udara dan peningkatan getaran pada area konstruksi
menimbulkan dampak padaDampak
Dampak Langsung lingkungan sekitar
Dampakterutama
Tidakterhadap kesehatan para
Dampak Dampak
Jenis Dampak Turunan Langsung Kumulatif Sisa
Dampak dari penurunan kualitas udara berdampak langsung saat kegiatan konstruksi
dan akan berdampak pada kesehatan pekerja secara tidak langsung. Akan tetapi,
Jangka
Sementara Jangka Pendek Permanen
Panjang
Lama
Dampak
Dampak perubahan kualitas udara dapat bersifat sementara karena dapat berkurang
Berlangsun
jika kegiatan konstruksi selesai. Akan tetapi dapat bersifat permanen terhadap
g
penyakit yang diderita pekerja akibat debu yang terpapar terus menerus saat kegiatan
konstruksi.
Lokal Regional Global
Persebaran
Dampak Persebaran dampak bersifat lokal, karena persebarannya hanya pada area konstruksi

Diabaikan Kecil Sedang Besar


Besaran
Besaran dampak dari penurunan kualitas udara akan meningktkan vektor penyakit
Dampak
dan menimbulkan konflik sosial.
Rendah Sedang Tinggi
Sensitifitas
Penerima
Reseptor penerima dampak hanya sekitar area TPA dan Konstruksi PLTSa
Dampak
Kerawanan Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

208
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Rendah

Tingkat kerawanan dampak pada penurunan kualitas udara dan peningkatan getaran
Dampak
tinggi, karena perubahan kuaitas lingkungan dari rona awal sampai dengan adanya
proyek yang cukup tinggi.

Sangat
Kecil Sedang Tinggi
Peluang Kecil
Kejadian Peluang kejadian dampak sangat tinggi, karena kegiatan konstruksi dilakukan selama
Dampak 8 jam dalam sehari, sehingga hal ini yang memungkinkan terjadi peningkatan paparan
polusi udara terhadap para pekerja
Diabaikan Minor Moderate Mayor Kritis
Sifat Dampak dari konstruksi PLTSa ini dapat menimbulkan penyakit para pekerja serte
Penting menurunkan kualitas udara di sekitar area konstruksi. Akan tetapi, masih bisa
Dampak ditangani dengan penyiraman lahan secara berkala. Sehingga, polusi udara sekitar
area konstruksi dapat berkurang.

 Dampak pada Tahap Operasi

Sumber
Operasi TPA dan PLTSa
Dampak
Negatif Positif
Sifat Dampak
Perubahan kualitas udara akibat proses operasi TPA dan PLTSa menimbulkan
dampak
Dampakpada lingkungan sekitar
Langsung Dampakterutama Dampak
terhadap Tidak
kesehatan para pekerja, Dampak
Dampak
Jenis Dampak Turunan Langsung Kumulatif Sisa
Dampak dari penurunan kualitas udara berdampak langsung saat kegiatan operasional
dan akan berdampak pada kesehatan pekerja secara tidak langsung juga masyarakat di
Jangka
Lama Sementara Jangka Pendek Permanen
Panjang
Dampak
Berlangsun Dampak perubahan kualitas udara dapat bersifat jangka panjang karena dapat
g berkurang jika kegiatan operasi berlangsung cukup lama. Terjadi di area operasional
TPA dan PLTSa

209
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Lokal Regional Global


Persebaran
Persebaran dampak bersifat lokal dan regional, bergantung pada kecepatan angin dan
Dampak
faktor atmosfer lainnya.
Diabaikan Kecil Sedang Besar
Besaran
Besaran dampak dari penurunan kualitas udara akan meningkatkan potensi penyakit
Dampak
dan menimbulkan konflik sosial yang berkepanjangaan.
Rendah Sedang Tinggi

Sensitifitas
Penerima Reseptor penerima dampak cukup tinggi karena operasional memiliki rentang waktu
Dampak lama yang sangat berpotensi memapar pekerja dan masyarakat.

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi


Sangat
Kerawanan Rendah
Dampak
Tingkat kerawanan dampak pada penurunan kualitas udara dan peningkatan gas
pencemar tinggi, karena perubahan kuaitas lingkungan dari rona awal sampai dengan
adanya proyek yang cukup tinggi.
Sangat
Kecil Sedang Tinggi
Kecil
Peluang
Peluang kejadian dampak sangat tinggi, karena kegiatan operasi dilakukan selama
Kejadian
puluhan tahun, sehingga hal ini yang memungkinkan terjadi peningkatan paparan
Dampak
polusi udara terhadap para pekerja maupun masyarakat yang beraktifitas di area
operasional.
Diabaikan Minor Moderate Mayor Kritis
Sifat Dampak dari operasi khususnya pada TPA dan PLTSa dapat menimbulkan penyakit
Penting terhadpap para pekerja serta menurunkan kualitas udara di area operasional. Akan
Dampak tetapi, masih bisa ditangani dengan teknologi pengendalian pencemaran udara.
Sehingga, polusi udara di area operasional dapat dikendalikan

210
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

 Dampak pada Tahap Pasca Operasi

Sumber
Pasca Operasi TPA dan PLTSa
Dampak
Negatif Positif
Sifat Dampak
Perubahan kualitas udara akibat proses pasca operasi TPA dan PLTSa menimbulkan
dampak
Dampakpada lingkungan sekitar
Langsung terutama Dampak
Dampak terhadap Tidak
kesehatan para pekerja, Dampak
Dampak
Jenis Dampak Turunan Langsung Kumulatif Sisa
Dampak dari penurunan kualitas udara berdampak langsung saat kegiatan operasional
dan akan berdampak pada kesehatan pekerja secara
Jangka tidak langsung juga masyarakat di
Lama Sementara Jangka Pendek Permanen
Panjang
Dampak
Berlangsun Dampak perubahan kualitas udara dapat bersifat sementara karena dapat berkurang
g jika kegiatan pasca operasi berakhir. Terjadi khususnya di jalan sepanjang tahap
demobilisasi.
Lokal Regional Global

Persebaran
Persebaran dampak bersifat lokal dan regional, bergantung pada kecepatan angin dan
Dampak
faktor atmosfer lainnya.

Diabaikan Kecil Sedang Besar


Besaran
Besaran dampak dari penurunan kualitas udara akan meningkatkan potensi penyakit
Dampak
dan menimbulkan konflik sosial.
Rendah Sedang Tinggi
Sensitifitas
Penerima
Reseptor penerima dampak cukup tinggi karena perjalanan demobilisasi tidak dekat.
Dampak
Sangat
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Rendah
Kerawanan
Tingkat kerawanan dampak pada penurunan kualitas udara dan peningkatan gas
Dampak
pencemar tinggi, karena perubahan kuaitas lingkungan dari rona awal sampai dengan
adanya proyek yang cukup tinggi.
Peluang Sangat Kecil Sedang Tinggi

211
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Kecil
Peluang kejadian dampak sangat tinggi, karena kegiatan pasca operasi dilakukan
Kejadian
selama beberapa jam saat ritasi yang dilakukan 3 kali, sehingga hal ini yang
Dampak
memungkinkan terjadi peningkatan paparan polusi udara terhadap para pekerja
maupun masyarakat yang beraktifitas di sepanjang jalur demobilisasi
Diabaikan Minor Moderate Mayor Kritis
Dampak dari pasca operasi khususnya pada demobilisasi alat berat dapat
Sifat
menimbulkan penyakit terhadpap para pekerja serta menurunkan kualitas udara di
Penting
sepanjang jalur demobilisasi. Akan tetapi, masih bisa ditangani dengan teknologi
Dampak
penyiraman di jalan demobilisasi. Sehingga, polusi udara di sepanjang jalur
demobilisasi dapat dikendalikan

B. Komponen Biologi
 Tutupan Vegetasi Lahan

Sumber
Konstruksi Area Landfill dan PLTSa
Dampak
Sifat Negatif Positif
Dampak Akibat adanya pembersihan lahan pada saat kegiatan konstruksi
Jenis area landfill
Dampak dan PLTSaDampak
Langsung maka tutupan vegetasi lahan
Dampak Dampak di Desa
Dampak
Dampak Pembukaan lahan secara Turunan Tidak
langsung pada Kumulatiarea Sisa
saat konstruksi
Lama landfill dan PLTSa mengakibatkan
Sementara Jangka flora akan langsung
Jangka Permanehilang
Dampak Perubahan tutupan vegetasiPendek Panjang
lahan untuk konstruksin landfill dan
Berlangsun PLTSa bersifat permanen yang artinya tidak dapat kembali seperti
Regiona
Persebaran Lokal l Global
Dampak Persebaran dampak bersifat lokal karena hanya berpengaruh masih
dalam satu wilayah administrasi Kabupaten Kulon Progo.
Diabaika
Besaran Kecil Sedang Besar
n
Dampak Perubahan tutupan lahan pada kegiatan konstruksi area landfill dan
Sensitifitas PLTSa
Rendahtermasuk besar karena
Sedang Tinggikeanekaragaman hayati pada lahan
Penerima Reseptor dampak yang terkena dampak adalah komponen hayati
Dampak yaitu flora. Sensitifitas
Sangat Rendah juga dapat berpengaruh
Sedang Tinggi pada manusia
Sangat Tinggi

212
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Tingkat kerawanan dampak dapat diukur berdasarkan tabel


Kerawanan hubungan
Peluang Sangat besaranKecil
dampak (tinggi) dengan sensitifitas penerima
Sedang Tinggi
Kejadian Kecil
Peluang terjadinya dampak perubahan tutupan vegetasi lahan
Dampak bersifat tinggi. Hal ini terutama
Sifat Diabaika Moderatberlaku pada flora yang
Penting n Minor e Mayor Kritis
Dampak Kerawanan dampak dan peluang terjadinya dampak yang sangat
tinggi menyebabkan perubahan tutupan vegetasi lahan sehingga

 Keberadaan Fauna Darat

Sumber
Konstruksi Area Landfill dan PLTSa
Dampak
Sifat Negatif Positif
Dampak Akibat adanya pembersihan lahan pada saat kegiatan konstruksi
Jenis area landfill
Dampak dan PLTSaDampak
Langsung maka keberadaan
Dampak faunaDampak
darat di Desa
Dampak
Dampak Pembukaan lahan secara langsung pada saat konstruksi area Sisa
Turunan Tidak Kumulati
Lama landfill dan PLTSa mengakibatkan
Sementara Jangka fauna akan mengalami
Jangka Permane migrasi
Dampak Perubahan keberaadaan Pendek
fauna daratPanjang n landfill dan
untuk konstruksi
Berlangsun PLTSa bersifat permanen yang artinya tidak dapat kembali seperti
Regiona
Persebaran Lokal l Global
Dampak Persebaran dampak bersifat lokal karena hanya berpengaruh masih
dalam satu wilayah administrasi Kabupaten Kulon Progo.
Diabaika
Besaran Kecil Sedang Besar
n
Dampak Perubahan keberadaan fauna darat pada kegiatan konstruksi area
Sensitifitas landfill
Rendahdan PLTSa
Sedangtermasuk
Tinggibesar karena keanekaragaman hayati
Penerima Reseptor dampak yang terkena dampak adalah komponen hayati
Dampak yaitu fauna. Rendah
Sensitifitas Sedang
juga dapat berpengaruh pada manusai
Kerawanan Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Dampak Rendahkerawanan dampak dapat diukur berdasarkan tabel
Tingkat
hubungan besaran dampak (tinggi) dengan sensitifitas penerima

213
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Peluang Sangat Kecil Sedang Tinggi


Kejadian Kecil
Peluang terjadinya dampak perubahan keberadaan fauna darat
Dampak bersifat tinggi. Untuk fauna dapat dilakukan penangkaran di suaka
Sifat Diabaika Moderat
Penting n Minor e Mayor Kritis
Dampak Kerawanan dampak dan peluang terjadinya dampak yang sangat
tinggi menyebabkan perubahan keberadaan fauna darat sehingga
C. Komponen Ekonomi-Sosial-Budaya
 Rekrutment Tenaga Kerja

Sumber
Operasional TPA dan PLTSa
Dampak
Sifat Negatif Positif
Dampak Perubahan kualitas lingkungan dampak pada kegiatan pada area
Jenis operasional TPA terhadap
Dampak Langsung rekrutmenDampak
Dampak tenaga kerja berdampakDampak
Dampak langsung Sisa
Dampak Tahap oprasional TPA danTurunan
PLTSa akanTidak Kumulati
berdampak langsung terhadap
Lama masyarakat lokal sekitar,Jangka
Sementara baik dari segi ekonomiPermane
Jangka maupun sosial warga
Dampak Pendek terhadap
Dampak pada tahap operasional Panjangrekrutmenn tenaga kerja bersifat
Berlangsun sementara. Penerimaan
Regiona tenaga kerja untuk tahap operasi berlangsung
Persebaran Lokal l Global
Dampak Persebaran dampak bersifat lokal yaitu hanya terbatas pada warga sekitar
lokasi di kabupaten Kulon Progo provinsi DIY
Diabaika
Besaran Kecil Sedang Besar
n
Dampak Besaran dampak akibat perubahan skala kualitas lingkungan terutama
Sensitifitas pada tingkat Sedang
Rendah rekrumen tenaga
Tinggikerja, tidak berpengaruh secara signifikan.
Penerima Penerima dampak terutama dari warga yang kehilangan matapencaharian
Dampak akibat pembangunan
Kerawanan Sangat Rendah TPA dan PLTSaTinggi
Sedang akan tinggi, begitu jugaTinggi
Sangat dengan
Dampak Rendahkerawanan dampak perubahan skala kualitas pada tahap
Tingkat
Peluang operasional
Sangat TPA dan PLTSa
Kecil saat rekrutmen
Sedang Tinggi kerja termasuk sedang,
Kejadian Kecil adanya rekrtmen tenaga kerja pada tahap oprasional TPA dan
Peluang
Dampak PLTSa tinggi, karena pada tahap oprasional perusahaan membutuhkan
Sifat Diabaika Moderat
Penting n Minor e Mayor Kritis
Dampak Dampak dari adanya oprasional TPA dan PLTSa Banyuroto di Kulon
Progo akan membuka lapangan kerja baru, dimana jika pada tahap

214
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

 Tambahan Peluang Berusaha

Sumber
Operasional TPA dan PLTSa
Dampak
Negatif Positif
Sifat
Perubahan kualitas lingkungan dampak pada kegiatan pada area
Dampak
operasional TPA terhadap peningkatan peluang berusaha akan berdampak
Jenis langsung
Dampak terhadap
Langsungpeningkatan
DampakpeluangDampakberusaha untuk warga
Dampak sekitarSisa
Dampak
Dampak Tahap oprasional TPA danTurunan
PLTSa akan Tidak Kumulati
berdampak langsung terhadap
Lama masyarakat lokal sekitar,Jangka
Sementara baik dari segi ekonomiPermane
Jangka maupun sosial warga
Dampak Pendek terhadap
Dampak pada tahap operasional Panjangrekrutmenn tenaga kerja bersifat
Berlangsun jangka panjang. Peluang beruasaha akan tetap berlangsung sepanjang
Regiona
Persebaran Lokal l Global
Dampak Persebaran dampak bersifat lokal yaitu hanya terbatas pada warga sekitar
lokasi oprasional TPA dan PLTSa
Diabaika
Besaran Kecil Sedang Besar
n
Dampak Besaran dampak akibat perubahan skala kualitas lingkungan terutama
Sensitifitas pada peningkatan
Rendah peluang
Sedang berusaha pada tahap operasi berdampak positif
Tinggi
Penerima Penerima dampak terutama dari warga sekitar lokasi terhadap adanya
Dampak oprasional
Kerawanan Sangat TPA dan PLTSa
Rendah hanya akan
Sedang direspon oleh Sangat
Tinggi warga yang melihat
Tinggi
Dampak Rendahkerawanan dampak perubahan skala kualitas pada tahap
Tingkat
Peluang operasional
Sangat TPA dan PLTSa saat rekrutmen kerja termasuk sedang,
Kecil Sedang Tinggi
Kejadian Kecil
Peluang kejadian dampak pada peningkatan peluang berusaha sedang,
Dampak karena peluang berusahaModerat
akan ada pada tahap operasi, namun akan
Sifat Diabaika
Penting n Minor e Mayor Kritis
Dampak Dampak dari adanya oprasional TPA dan PLTSa Banyuroto di Kulon
Progo akan membuka peluang usaha baru, dan meningkatkan pendapatan

215
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

 Pelepasan Tenaga Kerja

Sumber
Pasca Operasional TPA dan PLTSa
Dampak
Sifat Negatif Positif
Dampak Perubahan kualitas lingkungan akibat dampak kegiatan pada tahap
Jenis prakonstruksi TPA danDampak
Dampak Langsung PLTSa Banyuroto
Dampakterhadap pelepasan
Dampak tenagaSisa
Dampak
Dampak Tahap pasca oprasionalTurunan
TPA dan PLTSa Tidak Kumulati langsung
akan berdampak
Lama terhadap masyarakat lokal
Sementara sekitar, baik
Jangka dari segiPermane
Jangka ekonomi maupun sosial
Dampak Dampak pada tahap pasca Pendek Panjang
operasional n
terhadap pelepasan tenaga kerja
Berlangsun bersifat permanen. Karena pada pasca operasi semua kegiatan TPA dan
Regiona
Persebaran Lokal l Global
Dampak Persebaran dampak bersifat lokal yaitu hanya terbatas pada warga yang
bekerja
Diabaikadi TPA dan PLTSa Banyuroto.
Besaran Kecil Sedang Besar
n
Dampak Besaran dampak akibat perubahan skala kualitas lingkungan terutama
Sensitifitas pada pelepasan
Rendah tenaga kerja
Sedang akan berdampak pada sikap dan persepsi
Tinggi
Penerima Penerima dampak terutama dari pekerja yang bekerja di TPA dan PLTSa
Dampak akan tinggi karena
Kerawanan Sangat Rendahkehilangan
Sedangpekerjaan dan mata pencaharian.
Tinggi Sangat Tinggi
Dampak Rendah
Tingkat kerawanan dampak perubahan skala kualitas pada tahap pasca
Peluang operasional
Sangat TPA dan PLTSa saat pelepasan tenaga kerja termasuk sedang,
Kecil Sedang Tinggi
Kejadian Kecil
Peluang kejadian dampak pada pelepasan tenaga kerja pasca oprasional
Dampak tinggi, karena kegiatan oprasional
Sifat Diabaika Moderat telah berhenti sehingga adanya
Penting n Minor e Mayor Kritis
Dampak Dampak dari pasca oprasional TPA dan PLTSa akan berdampak langsung
terhadap pekerja, jika tidak ditangani dengan baik maka akan
 Timbulnya Persepsi Masyarakat

Sumber
Pasca Operasional TPA dan PLTSa
Dampak

216
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Sifat Negatif Positif


Dampak Perubahan kualitas lingkungan dampak pada kegiatan pada tahap pasca
Jenis operasi
Dampak TPA dan PLTSaDampak
Langsung terhadap pelepasan
Dampak tenaga kerja akan
Dampak berdampak
Dampak Sisa
Dampak Turunan Tidak Kumulati
Tahap pasca oprasional TPA dan PLTSa akan berdampak langsung
Lama terhadap masyarakat lokal
Sementara sekitar, baik
Jangka dari segiPermane
Jangka ekonomi maupun sosial
Dampak Dampak pada tahap pasca Pendek Panjang
operasional n
terhadap pelepasan tenaga kerja
Berlangsun bersifat permanen. Karena pada pasca operasi semua kegiatan TPA dan
Regiona
Persebaran Lokal l Global
Dampak Persebaran dampak bersifat lokal yaitu hanya terbatas pada warga yang
bekerja
Diabaikadi TPA dan PLTSa Banyuroto.
Besaran Kecil Sedang Besar
n
Dampak Besaran dampak akibat perubahan skala kualitas lingkungan terutama
Sensitifitas pada pelepasan
Rendah tenaga kerja
Sedang akan berdampak pada sikap dan persepsi
Tinggi
Penerima Penerima dampak terutama dari pekerja yang bekerja di TPA dan PLTSa
Dampak akan tinggi karena
Kerawanan Sangat Rendahkehilangan
Sedangpekerjaan dan mata pencaharian.
Tinggi Sangat Tinggi
Dampak Rendahkerawanan dampak perubahan skala kualitas pada tahap pasca
Tingkat
Peluang operasional
Sangat TPA dan PLTSa saat pelepasan tenaga kerja termasuk sedang,
Kecil Sedang Tinggi
Kejadian Kecil kejadian dampak pada pelepasan tenaga kerja pasca oprasional
Peluang
Dampak tinggi, karena kegiatan oprasional
Sifat Diabaika Moderat telah berhenti sehingga adanya
Penting n Minor e Mayor Kritis
Dampak Dampak dari pasca oprasional TPA dan PLTSa akan berdampak langsung
terhadap pekerja, jika tidak ditangani dengan baik maka akan
 Hilangnya Mata Pencaharian Penduduk

Sumber
Operasi TPA dan PLTSa
Dampak
Sifat Negatif Positif
Dampak Perubahan kualitas lingkungan akibat kegiatan pengembangan dan
Jenis pembangunan TPA-PLTSa
Dampak Langsung Banyuroto
Dampak terhadap Dampak
Dampak hilangnya mata
Dampak Sisa
Dampak Turunan Tidak Kumulati
Kegiatan Proyek TPA dan PLTSa Banyuroto akan berdampak langsung
Lama terhadap masyarakat lokal
Sementara terutama Jangka
Jangka dengan mata pencaharian petani, baik
Permane
Dampak Dampak hilangnya mataPendek Panjang
pencaharian n
penduduk bersifat permanen karena

217
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Berlangsun perubahan fungsi ruang dan lahan sebelumnya menjadi area landfill TPA
Regiona
Persebaran Lokal l Global
Dampak Persebaran dampak bersifat lokal yaitu hanya terbatas pada warga yang
lahannya
Diabaika teralihfungsikan oleh proyek TPA-PLTSa Banyuroto.
Besaran Kecil Sedang Besar
n
Dampak Besaran dampak akibat hilangnya mata pencaharian penduduk terhadap
Sensitifitas tingkat
Rendahpengangguran
Sedang Kabupaten
Tinggi Kulon Progo adalah kecil.
Penerima Sensitifitas penerima dampak terutama petani yang memiliki lahan di
Dampak kawasan
Kerawanan Sangat proyek TPA dan
Rendah PLTSa Banyuroto
Sedang Tinggi akan tinggi karena
Sangat kehilangan
Tinggi
Dampak Rendahkerawanan dampak perubahan skala kualitas pada hilangnya mata
Tingkat
Peluang pencaharian
Sangat penduduk termasuk sedang, berdasarkan sensitifitas dan
Kecil Sedang Tinggi
Kejadian Kecil
Peluang kejadian dampak pada hilangnya mata pencaharian penduduk
Dampak prakonstruksi tinggi, karena kegiatan pengadaan lahan akan
Sifat Diabaika Moderat
Penting n Minor e Mayor Kritis
Dampak Hilangnya mata pencaharian penduduk akan berdampak langsung
terhadap penduduk utamanya petani, jika tidak ditangani dengan baik
 Keresahan Masyarakat

Sumber
Pra Konstruksi TPA dan PLTSa
Dampak
Sifat Negatif Positif
Dampak Keresahan masyarakat akibat rencana pengembangan dan pembangunan
Jenis TPA-PLTSa bukan merupakan
Dampak Langsung Dampakdampak negatif atau
Dampak tidak adaDampak
Dampak keresahan
Sisa
Dampak Turunanmasyarakat
Dampak timbulnya keresahan Tidakjuga Kumulati
timbul akibat hilangnya
Lama mata Sementara
pencaharian yang terjadi
JangkaakibatJangka
kegiatan pelepasan
Permane lahan dimana
Dampak Pendek
Dampak terhadap keresahan Panjang
masyarakat n
akan berlangsung sementara.
Berlangsun Dampak akan berakhir setelah dilakukan upaya-upaya sosialisasi dan
Regiona
Persebaran Lokal l Global
Dampak Persebaran dampak bersifat lokal yaitu hanya terbatas pada lokal terutama
yang lahannya teralihfungsikan oleh proyek TPA-PLTSa Banyuroto.
Diabaika
Besaran Kecil Sedang Besar
n
Dampak Besaran dampak keresahan masyarakat terhadap proyek TPA-PLTSa
Banyuroto beserta dampak-dampak yang ditimbulkan adalah kecil.

218
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Sensitifitas Rendah Sedang Tinggi


Penerima Sensitifitas penerima dampak terutama petani yang memiliki lahan di
Dampak kawasan
Kerawanan Sangat proyek TPA dan
Rendah PLTSa Banyuroto
Sedang Tinggi akan tinggi karena
Sangat beberapa
Tinggi
Dampak Rendahkerawanan dampak perubahan skala kualitas pada timbulnya
Tingkat
Peluang keresahan
Sangat masyarakat
Kecil termasuk
Sedang sedang, berdasarkan sensitifitas dan
Tinggi
Kejadian Kecil kejadian dampak konflik sosial pada timbulnya keresahan
Peluang
Dampak masyarakat
Sifat Diabaika prakonstruksi sedang karena berdasarkan hasil survey
Moderat
Penting n Minor e Mayor Kritis
Dampak Timbulnya keresahan masyarakat berupa konflik sosial akan bersifat
penting moderate, berdasarkann kondisi-kondisi dampak pada parameter-

 Terbentuknya Kesempatan Kerja

Sumber
Konstruksi TPA dan PLTSa
Dampak
Sifat Negatif Positif
Dampak Rekrutmen tenaga kerja pada tahap konstruksi pengembangan dan
Jenis pembangunan TPA-PLTSa
Dampak Langsung BanyurtoDampak
Dampak memberikan dampak positif
Dampak Dampakterhadap
Sisa
Dampak Turunan Tidak Kumulati
Dampak terbentuknya kesempatan kerja berdampak secara langsung
Lama terhadap masyarakat, terutama
Sementara Jangkamasyarakat
Jangka sekitar kegiatan proyek.
Permane
Dampak Pendek kesempatan
Dampak terhadap terbentuknya Panjang kerja bagi
n masyarakat Kulon
Berlangsun Progo akan berlangsung selama masa konstruksi kegiatan proyek yaitu 2
Regiona
Persebaran Lokal l Global
Dampak Persebaran dampak bersifat regional Kabupaten Kulon Progo karena
rekrutmen
Diabaika tenaga kerja dibuka untuk penduduk Kabupaten Kulon Progo.
Besaran Kecil Sedang Besar
n
Dampak Besaran dampak terbentuknya kesempatan kerja adalah kecil karena
Sensitifitas tenaga
Rendahkerja Sedang
yang terserap tidak banyak meskipun mempengaruhi tingkat
Tinggi
Penerima Sensitifitas penerima dampak akan tinggi karena dampak dapat
Dampak meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama bagiSangat
masyarakat
Kerawanan Sangat Rendah Sedang Tinggi Tinggiyang
Dampak Rendahkerawanan dampak perubahan skala kualitas pada terbentuknya
Tingkat

219
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Peluang kesempatan
Sangat kerja
Keciltermasuk sedang, berdasarkan
Sedang Tinggi sensitifitas dan besaran
Kejadian Kecil
Peluang terbentuknya kesempatan kerja bagi masyarakat Kabupaten
Dampak Kulon Progo adalah tinggi karena kegiatan konstruksi membutuhkan
Sifat Diabaika Moderat
Penting n Minor e Mayor Kritis
Dampak Terbentuknya kesempatan kerja bagi masyarakat akan bersifat penting
moderate, berdasarkann kondisi-kondisi dampak pada parameter-
 Peningkatan Peluang Berusaha

Sumber
Konstruksi TPA dan PLTSa
Dampak
Sifat Negatif Positif
Dampak Peningkatan peluang berusaha pada tahap konstruksi pengembangan dan
Jenis pembangunan TPA-PLTSa
Dampak Langsung BanyurtoDampak
Dampak memberikan dampak positif
Dampak Dampakterhadap
Sisa
Dampak Turunanberusaha
Dampak peningkatan peluang Tidak Kumulati
pada tahap konstruksi berdampak
Lama secaraSementara
langsung terhadapJangka
masyarakat, terutama Permane
Jangka masyarakat sekitar
Dampak Pendekberusaha
Dampak peningkatan peluang Panjang n
bagi masyarakat akan berlangsung
Berlangsun selama masaRegiona
konstruksi kegiatan proyek yaitu 2 tahun.
Persebaran Lokal l Global
Dampak Persebaran dampak bersifat lokal yaitu penduduk disekitar kawasan
kegiatan
Diabaikaproyek.
Besaran Kecil Sedang Besar
n
Dampak Besaran dampak peningkatan peluang berusaha adalah sedang karena
Sensitifitas jumlah
Rendahmunculnya
SedangusahaTinggi
baru yang diperkirakan berjumlah cukup banyak
Penerima Sensitifitas penerima dampak adalah sedang karena dampak dapat
Dampak meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi
Kerawanan Sangat Rendah Sedang TinggimasyarakatSangat
tidak secara
Tinggi
Dampak Rendahkerawanan dampak perubahan skala kualitas pada peningkatan
Tingkat
Peluang peluang
Sangat berusaha termasuk sedang, berdasarkan sensitifitas dan besaran
Kecil Sedang Tinggi
Kejadian Kecil peningkatan peluang berusha bagi masyarakat adalah sedang
Peluang
Dampak karena kegiatan konstruksi akan meningkatkan aktivitas masyarakat
Sifat Diabaika Moderat
Penting n Minor e Mayor Kritis
Dampak Peningkatan Peluang Berusaha bagi masyarakat akan bersifat penting
moderate, berdasarkann kondisi-kondisi dampak pada parameter-

220
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

D. Komponen Kesehatan Masyarakat


 Vektor Penyakit

Sumber
Dampak Operasional TPA
Sifat Negatif Positif
Dampak Perubahan kualitas lingkungan dampak pada kegiatan pada area operasional
TPA terhadap peningkatan vektor penyakit berdampak langsung pada
Dampak
Jenis Dampak Dampak Tidak Dampak Dampak
Dampak Langsung Turunan Langsung Kumulatif Sisa
Perubahan kualitas lingkungan merupakan dampak langsung akibat kegiatan
Lama pada area operasional
Jangka TPA yang juga menyebabkan dampak tidak langsung
Jangka
Dampak Sementara Pendek Panjang Permanen
Berlangsung Dampak perubahan kualitas lingkungan akan berlangsung pada tahap
operasional
Lokal TPA yaitu selama
Regional Global329 tahun sehingga dampak tersebut akan
Persebaran
Persebaran dampak perubahan kualitas lingkungan bersifat lokal yaitu hanya
Dampak
terbatas pada area operasional TPA
Besaran Diabaikan Kecil Sedang Besar
Dampak Besaran dampak akibat perubahan skala kualitas lingkungan terutama pada
Sensitifitas tingkat
RendahvektorSedang
penyakit besar
Tinggikarena dapat menyebabkan timbulnya berbagai
Penerima
Dampak Reseptor dampak terjadi pada area landfill dan lingkungan sekitar
Sangat Sangat
Kerawanan Rendah Rendah Sedang Tinggi Tinggi
Dampak Tingkat kerawanan dampak perubahan skala kualitas lingkungan selama tahap
konstruksi termasuk tinggi
Sangat
Peluang Kecil Kecil Sedang Tinggi
Kejadian Peluang meningkatnya vektor penyakit selama tahap operasional TPA tinggi.
Dampak Hal ini disebabkan karena banyaknya lalat dan nyamuk yang terjadi akibat
sampah terutama sampah organik.
Sifat Diabaikan Minor Moderate Mayor Kritis
Penting Dampak dari adanya operasional TPA Banyuroto Kulon Progo akan
Dampak menimbulkan lalat dan nyamuk dimana hewan tersebut dapat menyebarkan

221
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

berbagai macam penyakit seperti DBD dan lainnya, dan kemudia hewan
tersebut tidak hanya membawa penyakit pada area operasional saja tetapi akan
membawa atau menyebarkan virus dan penyakit pada masyrakat sekitar yang
pada akhirnya akan menimbulkan konflik sosial di masyarakat apabila tidak
ditangani dengan baik.

E. Komponen Energi
 Penurunan Kualitas Udara Akibat Insenerator

Sumber
Penurunan kualitas udara akibat Insenerator pada Operasional PLTSa
Dampak
Sifat Negatif Positif
Dampak Penurunan kualitas udara akibat emisi yang dikeluarkan insenerator ke udara
Jenis ambien
Dampakpada kegiatan operasional
Langsung Dampak PLTSa Dampakkonsentrasi
Tidak pencemar
Dampak (PM10, SO2,Sisa
Dampak dan
Dampak Dampak langsung akibat Turunan Langsung
operasional PLTSa Kumulati
yaitu penurunan kualitas udara akibat
Lama gasSementara
emisi yang dilepasJangka
oleh insenerator
Jangkake udara ambien
Panjang yang meningkat yang
Permane
Dampak Pendek
Dampak penurunan kualitas n merupakan dampak
udara akibat operasional PLTSa
Berlangsun jangka panjang, karena dampak berlangsung selama PLTSa berjalan yaitu 40
Regiona
Persebaran Lokal l Global
Dampak Persebaran dampak perubahan skala kualitas lingkungan bersifat regional yang
dimana tersebar sampai area Kabupaten Kulon Progo pada area operasional
Diabaika
Besaran Kecil Sedang Besar
n
Dampak Besaran dampak akibat penceraman bau dengan konsentrasi konsentrasi untuk
Sensitifitas PM10, SO2,
Rendah dan NO2Tinggi
Sedang telah melebihi baku mutu udara sesuai dengan KepGub
Penerima Reseptor dampak pencemaran udara akibat operasional PLSTa tergolong sedang
Dampak diantaranya yaitu lingkungan
Kerawanan Sangat Rendah Sedangfisik, biologi maupun manusiaSangat
Tinggi yang ada pada batas
Tinggi
Dampak Rendah
Tingkat kerawanan dampak penurunan kualitas udara selama tahap operasional
Peluang PLTSa
Sangattermasuk kategori sedang, berdasarkan dari sensitifitas penerima dampak.
Kecil Sedang Tinggi
Kejadian Kecil
Peluang terjadinya pencemaran udara akibat kebauan selama operasional PLTSa
Dampak berlangsung adalah dalam kategori sedang. Hal ini disebabkan karena emisi yang
Sifat Diabaika Moderat
Penting n Minor e Mayor Kritis
Dampak Dampak pencemaran udara akibat kebauan dengan konsentrasi konsentrasi untuk
PM10 15483
4.2 Arahan Pengelolaan Dampakug/m3 , SO2 30,0794 ug/m3, dan NO2 2,645533 ug/m3 dengan
Lingkungan

222
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

Berdasarkan hasil telaahan keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting hipotetik
secara holistik tersebut di atas, dilakukan telaahan atas berbagai pilihan kebijakan dalam
membuat strategi pengelolaan dampak lingkungan yang mungkin dapat dilakukan untuk
mengurangi dampak negatif dari rencana kegiatan rencana kegiatan Pengembangan Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Banyuroto dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (PLTSA) dimana telah dijelaskan rangkaian tahapan kegiatan baik pada dokumen
kerangka acuan maupun Bab I pada dokumen analisis dampak lingkungan (ANDAL). Oleh
karena itu, impelemntasi pengelolaan terhadap dampak dilakukan dengan mempertimbangkan:

1. Ketersediaan pilihan penentuan pengelolaan terbaik (best available technology).


2. Kemampuan memprakarsa untuk melakukan opsi pengelolaan terbaik (best achievable
technology) dan
3. Relevansi pilihan pengelolaan yang tersedia dengan kondisi lokal. Berdasarkan hasil
telaahan tersebut mmaka dapat dirumuskan arahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup yang pada prinsipnya dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi
lingkungan sesuai fungsinya dan melestarikan fungsi lingkungan hidup.

Seperti amanah dari Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup, dimana Dokumen Amdal ini sebagai alat kebijakan lingkungan
dalam pemanfaatan, perlindungan dan pencegahan dari dampak lingkungan akibat rencana
usaha/kegiatan tertentu seperti rencana usaha kali ini. Oleh karena itu, upaya-upaya melestarikan
fungsi lingkungan tersebut dijabarkan dalam bentuk arahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup seperti disajikan pada tabel arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
tersebut selanjutnya dijadikam dasar untuk merumuskan kembali dan menyusun Dokumen
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

223
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

(RPL) rencana kegiatan Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Banyuroto dan
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSA).

4.3 Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan Hidup

Berdasarkan hasil telaahan keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting


hipotetik, arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, maka pernyataan kelayakan
lingkungan hidup atas rencana usaha dan atau kegiatan yang dikaji dengan
mempertimbangkan kriteria kelayakan lingkungan sebagaimana disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup

N 10 KRITERIA KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP


O
1 Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan surat rekomendasi kesesuaian tata ruang yang di keluarkan oleh Bupati
Kabupaten Kulon Progo yang berisi informasi bahwa:
1. pengendalian dan pengembangan pemanfaatan lahan pertanian;
2. peningkatan dan pendayagunaan kawasan pantai yang bersinergi dengan kelestarian
ekosistem

224
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

3. peningkatan kawasan pariwisata


4. pengelolaan kawasan pertambangan
5. pengembangan kawasan minapolitan
6. pengembangan pemanfaatan ruang pada kawasan strategis
7. pengembangan sistem pelayanan perdesaan
8. pemantapan prasarana wilayah pada sistem perkotaan sesuai dengan daya dukung
dan daya tampung
9. pengendalian fungsi kawasan lindung
10. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
2 Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta sumber daya
alam yang diatur dalam peraturan perundang –undangan
 Penyusunan dokumen ANDAL ini merujuk peraturan Daerah Kabupaten Kulon
Progo No. 10 tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Penyusunan dokumen ANDAL ini merujuk Peraturna Daerah Istimewa Yogyakarta
No. 3 tahun 2015 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
 Format penulisan dokumen ANDAL ini merujuk padaPeraturan menteri
Lingkungan Hidup No. 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan.
 Proses dan Prosedur penilaian dokumen ANDAL ini merujuk pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan
Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta penerbitan izin lingkungan.
 Telah dilakukan pengumuman dan konsultasi publik sesuai peraturna menteri
lingkungan hidup no. 17 tahun 2013 tentang pedoman keterlibatan masyarakat
dalam proses analisis dampak lingkungan hidup dan izin lingkungan.
 Kebijakan perlindungan dna pengelolaann dampak lalulintas mengacu pada
Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan; Analisi
dampak dan serta manajemen kebutuhan lalulintas.
 Kebijakan perlindungan dan pengelolaan dampak sumber daya air mengacu kepada
UU No. 7 tahun 2004 tentang sumber daya air.

225
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

 Seluruh dampak komponen geofisik-kimia, biologi,sosial ekonomi dan budaya,


kesehatan masyarakat dan transportasi pemeliharaan dan pengelolaannya mengacu
kepada Peraturan Daerah istimewa Yogyakarta No. 3 tahun 2015 tentang
perlindungan dna pengelolaan lingkungan hidup.

3 Kepentingan pertahanan dan keamanan TPA


Rencana kegiatan ini merupakan jenis usaha yang berada di luar kawasan strategis untuk
kepentingan pertahanan dan keamanan. Kriteria kepentingan pertahanan keamanan ini
relevan dengan pengembangan PLTSa. Karena, hal yang menjadi perhatian pada
kepentingan pertahanan dan keamanan yaitu banyaknya peralatan yang digunakan pada
lokasi PLTSa dibandingkan dengan TPA.

4 Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek biogeofisik
kimia, sosial, ekonomi, budaya, kesehatan masyarakat dan energi pada tahap
prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi usaha dan/atau kegiatan.
1. Telah dilakukan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak, untuk
setiao komponen: geo fisik kimia, biologi, sosial ekonomi budaya, kesehatan
masyarakat dan energi pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca
operasi dengan menggunakan metode-metode ilmiah yang lazim digunakan sesuai
standar nasional maupun internasional yang dianalisis Prakiraan Dampak Penting.
2. Sudah dilakukan proses prakiraan secara kuantitatif untuk besaran-besran
kuantitatif, prakiraan secara cermat telah dilakukan untuk semua DPH.
3. Telaah dilakukan kajian mendalam dan analisis yang komprehensif terhadap semua
komponen kegiatan, kondisi lingkungan hidup yang akan datang tanpa proyek,
kondisi lingkungan yang akan datang dengan proyek pada daerah pengembangan
proyek.

226
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

4. Telah dilakukan evaluasi dampak secara holistik dan cermat terhadap besaran dan
sifat penting dampak pada aspek geo fisik kimia, biologi, sosial ekonomi budaya,
kesehatan masyarakat dan energi pada masing-masing tahap kegiatan yaitu pra
konstruksi, konstruksi dan operasi.
5 Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai sebuah kesatuan
yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui pertimbangan dampak
penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif sebagai dasar melakukan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup terhadap aspek geofisik kimia, biologi,
sosial ekonomi budaya, kesehatan masyarakat dan energi pada masing-masing tahap
kegiatan yaitu prakonstruksi, konstruksi, dan operasi atas kegiatan pengembangan Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Banyuroto dan Pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah (PLTSA) Kabupaten Kulon Progo. Terhadap dampak positif telah
dilakukan pengelolaan dengan cara memaksimalkan sifat positif tersebut. Sedangkan
dampak negatif telah dilakukan pengelolaan dengan meminimalkan dampak negatifnya.
Pengelolaan dengan pendekatan teknologi, sosial ekonomi, dan kelembagaan (ada di
dokumen RKL bab II dan di dokumen RPL bab III).
6 Kemampuan prakarsa dan/ pihak terkait yang bertanggung jawab dalam menanggulangi
dampak penting negatif yang akan ditimbulkan dari usaha dan/ kegiatan yang direncanakan
dengan pendekatan teknologi, sosial, dan kelembagaan.
 Pemrakarsa memiliki pengalaman menjalankan dan mengelola TPA sejak tahun
2010.
 Surat pernyataan legal menggunakan materai dalam kesanggupan pemrakarsa
dicantumkan dalam dokumen RKL-RPL.
 Pemrakarsa memiliki kemampuan dalam penanggulangan dampak penting negatif
melalui pendekatan teknologi, sosial, dan kelembagaan.
 Dalam pendekatan teknologi direncanakanuntuk menanggulangi dampak negatif

227
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

terutama komponen geofisik kimia, biologi, sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan
masyarakat, dimana pemrakarsa akan menerapkan teknologi pengelolaan
terhadapa potensi kualitas udara, debu, dan kebisingan.
 Pemrakarsa bersedia mengeluarkan biaya untuk uji kualitas udara, uji kualitas
getaran dan uji kualitas kebauan secara berkala.
 Pendekatan sosial dan kelembagaan menjadi prioritas utama dalam
penanggulangan dampak penting negatif terkait dengan masalah sosial, ekonomi,
dan budaya yaitu dampak sikap dan persepsi masyarakat.

7 Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak mengganggu nilai-nilai sosial atau pandangan
masyarakat (emic view).
Berdasarkan hasil dari konsultasi publik, rencana usaha dan/atau kegiatan tidak
mengganggu nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat (emic view).
Keberdaan TPA dan PLTSA Banyuroto di Kabupaten Kulon Progo merupakan upaya
memberikan sarana dan prasarana bagi masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan
tidak mengesampingkan nilai-nilai sosial yang berlaku di Kabupaten Kulon Progo.
8 Rencana usaha dan/ kegiatan akan mempengaruhi keberadaan entitas ekologi yang
merupakan1) entitas dan/ spesies kunci;2)memiliki nilai penting secara ekologis;3)
memiliki nilai penting secara ekonomi;4)memiliki nilai penting secara ilmiah.
Rencana usaha dan/ kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/ mengganggu entitas ekologis
dengan pertimbangan :
 Ada entitas dan/ spesies kunci
 Ada spesies yang memiliki nilai penting secara ekologis
 Ada spesies yang memiliki nilai penting secara ekonomi
 Ada spesies yang memiliki nilai penting secara ilmiah.

9 Rencaana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang telah berada di sekitar rencana lokasi usaha dan/atau kegiatan.
Dalam kajian sudah dilakukan telaahan terhadap gangguan yang bersifat dampak positif
maupun negatif. Perihal gangguan terhadap usaha/kegiatan yang telah ada disekitar lokasi
rencana usaha/kegiatan pengembangan TPA Banyuroto dapat dinyatakan bahwa dengan
adanya pengembangan TPA Banyuroto Kabupaten Kulon Progo berdampak positif
terhadap usaha dan/atau kegiatan disekitarnya.

228
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

10 Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dari lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan yang dimaksud.
Meskipun terjadi penurunan kualitas lingkungan atas pengembangan TPA Banyuroto
Kabupaten Kulon Progo yang bersifat sementara pada tahap konstruksi dan dapat bersifat
berkelanjutan pada saat operasional, namun dengan berbagai upaya pengelolaan
lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup, penurunan kualitas lingkungan yang
dapat diminimalkan sehingga daya dukung dan daya tampung lingkungan tidak terlampaui
seperti:
 Kualitas udara sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan Peraturan Pemerintah
nomer 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

229
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

TAHAP PRA KONSTRUKSI

Survey Pengadaan Lahan

Mata Keresahan Flora Darat Fauna Darat


Pencaharian Masyarakat

Perubahan Tutupan
Vegetasi
Perubahan
Peluang Berusaha &
Keberadaan
Terciptanya Kesempatan Kerja
Fauna
230
Run Of

Persepsi dan Sikap Masyarakat


DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

TAHAP
KONSTRUKSI
Konstruksi PLTSa

Rekrutmen Operasional Mobilisasi Konstruksi Area Konstruksi


Tenaga Kerja Basecamp Tenaga & Alat Landfill PLTSa

Terbentu Peningkatan Perubahan Perubahan


Peningkata Intensitas Peningkata
knya Tutupan Terhadap
n Peluang Kebisingan n Getaran
Kesempat Vegetasi Keberadaan
an Kerja Berusaha Fauna Darat

Gangguan
Penurunan
Kesehatan
Kualitas
Lingkungan 231
Udara

Perubahan
Fungsi Ruang &
Lahan

Sikap &
Persepsi
Masyarakat
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY Tahap Operasi

Rekrutment Tenaga Operasional


Pengangkutan Sampah Operasional TPA Operasional PLTSa
Kerja Pengolahan Lindi

Terbentuknya Peningkatan Peluang Penurunan Kualitas Perubahan Kualitas dan Terpenuhinya


Penurunan Kualitas Air
Kesempatan Kerja Berusaha Udara Kesuburan Tanah Kebutuhan Listrik

ISPA Run Of

Gangguan Kesehatan
Lingkungan
232

Timbulnya Sikap dan


Persepsi Masyarakat
DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN TPA DAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH BANYUROTO
KAB. KULON PROGO, DIY

TAHAP PASCA OPERASI

Demobilisasi Alat Pelepasan Tenaga Penutupan TPA


Kerja

Penurunan Kualitas
Penurunan Kualitas Hilangnya Mata Udara
Udara Pencaharian

ISPA
ISPA Pendapatan
Masyarakat
Gejolak Sosial
Gejolak Sosial 233

Persepsi dan
Sikap
Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai